UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS KLAUSA VERBAL DALAM HIKAYAT INDRANATA
MAKALAH NONSEMINAR diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
MEGAWATI CAHYANI 1006699436
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI INDONESIA DEPOK JANUARI 2014
Analisa klausa ..., Megawati Cahyani, FIB UI, 2014
Analisa klausa ..., Megawati Cahyani, FIB UI, 2014
Analisa klausa ..., Megawati Cahyani, FIB UI, 2014
Analisis Klausa Verbal dalam Hikayat Indranata Megawati Cahyani, Dien Rovita Program Studi Indonesia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia E-mail:
[email protected]
Abstrak Struktur bahasa Melayu Klasik dapat ditemukan pada karya sastra Melayu Klasik abad ke-13 hingga ke-19, seperti Hikayat Indranata. Hikayat Indranata adalah hikayat yang digunakan sebagai sumber data dalam kajian ini. Salah satu struktur bahasa Melayu Klasik yang dapat dikaji adalah klausa verbal. Klausa verbal bahasa Melayu Klasik dapat dikelompokan dalam tiga kelompok, yaitu klausa verbal transitif konstruksi aktif, klausa verbal transitif konstruksi pasif, dan klausa verbal intransitif. Struktur klausa verbal bahasa Melayu Klasik dapat dilihat dari afiks penanda verba dan pola urutan subjek-predikat. Melalui analisis ini, didapatkan bahwa konstruksi klausa verbal bahasa Melayu Klasik cenderung menggunakan afiks sebagai penanda predikat verba dengan pola urutan klausa subjek-predikat. Ketiga jenis klausa verbal ini juga terdapat pada jenis klausa verbal bahasa Indonesia sehingga keduanya bisa dibandingkan. Hasil perbandingan keduanya menunjukkan bahwa struktur klausa verbal bahasa Melayu Klasik dan bahasa Indonesia tidak jauh berbeda. Kata Kunci: Bahasa Melayu Klasik; Hikayat Indranata; klausa verbal transitif konstruksi aktif; klausa verbal transitif konstruksi pasif; klausa verbal intransitif
The Analysis of Verbal Clause in Hikayat Indranata Abstract Classical Malay Language construction can be found in Classical Malay literature around 13 th century until 19th century, such as Hikayat Indranata. Hikayat Indranata will be used as the data of this study. One of Classical Malay Language that can be analyzed is verbal clause. The verbal clause of Classical Malay Language can be grouped into three classes, i.e. active transitive verbal clause, passive transitive verbal clause, and intransitive verbal clause. The structure of verbal clause in Classical Malay Language can be seen from the affixation as sign of verb and the arrangement of subject-predicate. Through this study, we got that the construction of verbal clause of Classical Malay Language are mostly using the affixation as the sign of verb with subject-predicate arrangement. These three kinds of verbal clause also can be found in bahasa. Therefore, verbal clause from both languages (Malay and bahasa) can be compared. The result of this comparison shows that verbal clause in Classical Malay Language and bahasa Indonesia is not too different. Keywords: Active transitive verbal clause; Classical Malay Language; Hikayat Indranata; intransitive verbal clause; passive transitive verbal clause
Universitas Indonesia Analisa klausa ..., Megawati Cahyani, FIB UI, 2014
2
Pendahuluan Bahasa Melayu merupakan asal bahasa Indonesia. Hal ini sebagaimana tercetus dalam Kongres Bahasa Indonesia II pada 1954 di Medan (Kridalaksana, 1999:1). Bahasa Melayu Klasik atau bahasa Melayu Tengahan merupakan babak kedua dari periodisasi bahasa Melayu, seperti yang dikemukakan oleh Kridalaksana (1991) bahwa bahasa Melayu dapat dibagi ke dalam empat babak berdasarkan bukti-bukti tertulis, yaitu (1) bahasa Melayu Kuna, (2) bahasa Melayu Tengahan yang mencakup bahasa Melayu Klasik, (3) bahasa Melayu Peralihan, dan (4) bahasa Melayu Baru sejak awal abad ke-20. Bahasa Melayu Kuna sudah tidak digunakan lagi, sedangkan bahasa Melayu Klasik digunakan dalam kesusastraan Melayu Klasik pada sekitar abad ke-13 sampai abad ke-19. Menurut Kridalaksana, secara historis, bahasa Indonesia merupakan salah satu dialek temporal dari bahasa Melayu, yang strukturnya maupun khazanahnya sebagian besar masih sama dengan dialek-dialek temporal terdahulu, seperti bahasa Melayu Klasik dan bahasa Melayu Kuno (1999:1). Oleh karena itu, bahasa Melayu Klasik pun memiliki struktur atau pola urutan kata dalam pembentukan klausa atau kalimatnya yang menjadi ciri bahasa Melayu Klasik. Dalam beberapa naskah Melayu Klasik terlihat bahwa struktur bahasa Melayu Klasik cenderung menggunakan kalimat yang panjang. Selain itu, dalam beberapa naskah juga banyak digunakan kalimat berbentuk pasif. Omar (1991) menyatakan bahwa hampir di setiap klausa terdapat kata penghubung maka, dan, dan bahwa. Klausa pasif dalam bahasa Melayu Klasik tidak hanya ditandai oleh kata penghubung maka, dan, dan bahwa, tetapi juga dapat dilihat melalui afiks penanda verbanya. Walaupun cenderung menggunakan klausa pasif, dalam bahasa Melayu Klasik juga terdapat klausa aktif. Klausa aktif dan pasif merupakan jenis klausa verbal. Struktur klausa verbal dalam bahasa Melayu Klasik, misalnya ... maka dicarinyalah orang yang empunya cerita bahwa segala anak raja-raja itu pun telah datang. Klausa verbal di atas termasuk ke dalam jenis klausa pasif karena predikat dalam klausa tersebut—dicari—ditandai oleh prefiks di-. Klausa verbal seperti contoh tersebutlah yang akan dibahas dalam tulisan ini. Untuk menganalisis klausa verbal bahasa Melayu Klasik, penulis menggunakan salah satu Kesusastraan Melayu Klasik yang berjenis prosa, yaitu Hikayat Indranata yang selanjutnya akan disebut HIN. Hikayat ini digolongkan ke dalam hikayat zaman peralihan. Djamaris
Analisa klausa ..., Megawati Cahyani, FIB UI, 2014
Universitas Indonesia
3
adalah salah satu ahli yang mencantumkan HIN dalam golongan sastra zaman peralihan. Djamaris (1990:17) memasukkan HIN ke dalam sastra zaman peralihan karena ada ciri-ciri sastra zaman peralihan di dalam teks tersebut. Ciri-ciri sastra zaman peralihan, yaitu membebaskan putri yang ditawan oleh raksasa; hero yang selalu mengalahkan anak raja yang kecewa; hero yang memperoleh senjata sakti (Liaw, 1978: 102). Dalam katalogus Amir Sutaarga, dkk. disebutkan bahwa naskah ini pernah dibicarakan oleh Abdul Ahmad dan R. O. Winstedt (1972: 45). Namun, sampai saat ini penulis belum mendapatkan tulisan yang ditulis kedua orang itu. Berdasarkan penjelasan-penjelasan mengenai naskah di atas, dapat disimpulkan bahwa HIN termasuk ke dalam genre prosa dengan spesifikasi hikayat, sesuai dengan namanya, Hikayat Indranata. Selain itu, HIN merupakan karya sastra klasik yang termasuk ke dalam kelompok sastra peralihan. Oleh karena itu, hikayat ini dapat dijadikan sebagai sumber data analisis struktur bahasa Melayu Klasik. Naskah Hikayat Indranata yang digunakan sebagai sumber data merupakan naskah hasil transliterasi dari naskah asli berkode M1.3 koleksi Perpustakaan Nasional Jakarta. Naskah hikayat ini terdaftar di dalam Katalogus Koleksi Naskah Melayu Museum Pusat Jakarta dan juga terdaftar di dalam katalogus van Ronkel sebanyak enam naskah. Selain itu, naskah ini juga tercatat di Malay Manuscripts dan katalogus Juynboll (Fanani, 1996:1). Sebelum menganalisis data klausa verbal yang penulis dapatkan dari naskah HIN, penulis terlebih dahulu akan menjabarkan teori klausa verbal yang akan digunakan dalam analisis. Selanjutnya, penulis akan menganalisis klausa verbal dalam naskah HIN berdasarkan urutan subjek-predikat dan afiks penanda verbanya. Analisis disesuaikan dengan teori yang ada. Dengan demikian, akan didapatkan sebuah simpulan dari analisis tersebut.
Klausa Verbal Klausa merupakan salah satu tataran atau satuan yang dibahas dalam sintaksis. Klausa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang sekurang-kurangnya memiliki fungsi subjek dan predikat dan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat (Kridalaksana, 1999:172). Dalam diktat Tata Wacana Deskriptif Bahasa Indonesia, Kridalaksana (1999:172) mengklasifikasikan klausa menurut potensinya untuk menjadi kalimat dan menurut intinya.
Analisa klausa ..., Megawati Cahyani, FIB UI, 2014
Universitas Indonesia
4
Berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat, klausa dapat diklasifikasikan berupa: (a) klausa lengkap, yakni klausa yang memiliki potensi menjadi kalimat mandiri dan tak mandiri; dan (b) klausa tak lengkap, yakni klausa yang memiliki potensi kalimat tidak lengkap, baik mandiri maupun tidak mandiri. Berdasarkan intinya, klausa dapat diklasifikasikan berupa: (a) klausa verbal, yakni klausa yang predikatnya verba. Ada beberapa klausa verbal, yaitu klausa transitif, klausa intransitif, klausa aktif, klausa pasif, klausa refleksif, klausa respirokal, klausa anti pasif, klausa antiaktif (ergatif), klausa ekuatif, klausa kopulatif; dan (b) klausa nonverbal, yakni klausa yang predikatnya frase preposisional, nomina, ajektiva, adverbia, pronomina, atau numeralia. Lebih lanjut lagi, Kridalaksana (1999) menjelaskan pembagian klausa verbal bahasa Indonesia dalam bukunya, berikut adalah penjelasannya. 1. Klausa verbal transitif konstruksi aktif (klausa verbal aktif)
adalah klausa yang
menunjukkan bahwa subjek mengerjakan pekerjaan sebagaimana disebutkan dalam predikat verbalnya. Predikat verbalnya biasanya ditandai oleh prefiks me(N)-, ber-, atau tidak ditandai oleh prefiks apa pun. Contoh: (a) Pasar bebas menaikkan daya beli masyarakat; (b) Kita batasi persoalan ini. 2. Klausa verbal transitif konstruksi pasif (klausa verbal pasif) adalah klausa yang subjeknya merupakan sasaran dari perbuatan sebagaimana disebutkan dalam predikat verbalnya. Predikat verbalnya ditandai oleh: prefiks di-, ter-, ber-. Misalnya bukubuku itu disusun sesuai abjad. 3. Klausa verbal refleksif adalah klausa transitif yang menunjukkan bahwa subjek merupakan pelaku dan sekaligus sasaran dari pekerjaan verbalnya. Predikat verbalnya ditandai oleh prefiks ber- dan sasaran dinyatakan dengan kata diri. Contoh: (a) Ia bercukur; (b) Ia melarikan diri. 4. Klausa verbal respirokal adalah klausa transitif yang menunjukkan bahwa (A) subjek pluralis melakukan pekerjaan berbalasan seperti dinyatakan dalam predikat verbalnya dan predikat itu ditandai oleh afiks ber-, ber-an, dan saling me-; (B) subjek singularis
Analisa klausa ..., Megawati Cahyani, FIB UI, 2014
Universitas Indonesia
5
melakukan pekerjaan berbalasan dengan objek dan verbanya ditandai oleh ber-V-an dengan. Contoh: (a) Mereka berkelahi; (b) Kedua pernyataan itu bertentangan; (c) Ia berpandangan dengan temannya. 5. Klausa verbal antipasif adalah klausa verbal aktif dengan objek generik, misalnya Adik suka membaca buku. Struktur pasif dari klausa tersebut—buku suka dibaca adik— adalah tidak wajar. 6. Klausa verbal antiaktif (ergatif) adalah klausa verbal pasif yang subjeknya merupakan penanggap (experiencer), misalnya penumpang dilarang merokok. 7. Klausa kopulatif adalah klausa yang mengandung verba adalah atau merupakan, misalnya menjadi perawat adalah cita-citanya sejak kecil. 8. Klausa ekuatif adalah klausa yang mengandung verba menjadi, terdiri dari, berdasarkan, bertambah, berlandaskan, berasaskan, berjumlah. 9. Klausa verbal intransitif adalah klausa yang predikat verbalnya tidak mempunyai sasaran dan tidak memiliki objek, contoh: (a) Pendapatannya terus bertambah jumlahnya; (b) Mereka pergi.
Analisis Klausa Verbal dalam Hikayat Indranata Dalam tulisan ini, penulis akan menganalisis klausa verbal dalam HIN. Berdasarkan teori Harimurti (1999), data-data yang terkumpul dapat dikelompokan menjadi klausa verbal transitif konstruksi aktif, klausa verbal transitif konstruksi pasif, dan klausa verbal intransitif. Berikut adalah pengelompokan dan penjelasan data-data tersebut. 1. Klausa Verbal Transitif Konstruksi Aktif Klausa verbal transitif konstruksi aktif (klausa verbal aktif) adalah klausa yang menunjukkan bahwa subjek mengerjakan pekerjaan sebagaimana disebutkan dalam predikat verbalnya (Kridalaksana, 1999:172). Berikut adalah data yang penulis dapatkan dari naskah HIN. (a) … Indra Lelana menyerukan segala menteri dan hulubalang rakyat sekalian berhimpun… (b) Maka ia terlalu sekali arif bijaksana memerintahkan negeri Rum itu… (c) Setelah itu, maka Raja Rum Mudah itu pun menyuruhkan seorang biduan. (d) Setelah itu, Raja Rum Mudah itu pun mengusir juga kidang itu…
Analisa klausa ..., Megawati Cahyani, FIB UI, 2014
Universitas Indonesia
6
Berdasarkan pengelompokan data di atas, terlihat bahwa dalam klausa verbal transitif aktif, gatra predikat diisi oleh verba transitif aktif yang ditandai oleh prefiks me(N)- dan konfiks me(N)-kan, seperti menyerukan, memerintahkan, menyuruhkan, dan mengusir. Pola urutan subjek-predikat dalam klausa verbal transitif konstruksi aktif di atas adalah subjek-predikat (SP), seperti data (a) …Indra Lelana menyerukan segala menteri dan hulubalang rakyatS
P
sekalian berhimpun… Kata Indra Lelana merupakan subjek dari klausa tersebut dan menyerukan merupakan predikat verbal dari klausa tersebut. Begitu pula dengan ketiga klausa yang lainnya, seperti yang terlihat berikut ini. b) Maka ia terlalu sekali arif bijaksana memerintahkan negeri Rum itu… S
P
c) …, maka Raja Rum Mudah itu pun menyuruhkan seorang biduan. S
P
d) Setelah itu, Raja Rum Mudah itu pun mengusir juga kidang itu… S
P
Hal di atas menunjukkan bahwa klausa verbal transitif konstruksi aktif bahasa Melayu Klasik dalam Hikayat Indranata memiliki pola urutan subjek-predikat (SP). 2. Klausa Verbal Transitif Konstruksi Pasif Klausa verbal transitif konstruksi pasif (klausa verbal pasif) adalah klausa yang subjeknya merupakan sasaran dari perbuatan sebagaimana disebutkan dalam predikat verbalnya (Kridalaksana, 1999:173). Berikut adalah data yang penulis dapatkan dari naskah HIN. (a) …maka dicarinyalah orang yang empunya cerita bahwa segala anak raja-raja itu pun telah datang. (b) …sekalian anak raja-raja itu pun diperjamunya makan minum bersukaan tujuh hari tujuh malam dan terlalu ramai siang dan malam. (c) …, maka Indra Lelana itu pun dihempaskannya. (d) Maka dilihat oleh Tuan Puteri itu seorang laki-laki, …
Analisa klausa ..., Megawati Cahyani, FIB UI, 2014
Universitas Indonesia
7
Berdasarkan pengelompokan data di atas, terlihat bahwa dalam klausa verbal transitif pasif, gatra predikat diisi oleh verba transitif pasif yang ditandai oleh prefiks di-, kombinasi prefiks di- per-, dan konfiks di-kan, seperti dicari, diperjamu, dihempaskan, dilihat, dan dimakan. Pola urutan subjek-predikat dalam klausa verbal transitif konstruksi pasif di atas adalah predikat-subjek (PS), seperti data (a)…maka dicarinyalah orang yang empunya cerita bahwaP
S
segala anak raja-raja itu pun telah datang. Kata dicarinyalah merupakan predikat dari klausa tersebut dan orang yang empunya cerita merupakan subjek dari klausa tersebut. Pronomina -nya pada kata dicarinyalah menunjukkan pelaku, sedangkan partikel –lah menunjukkan bahwa kata dicarinyalah adalah topik dalam klausa tersebut. Pola urutan predikat-subjek (PS) juga terdapat dalam data (d). Selain pola urutan predikat-subjek (PS), pola urutan subjek-predikat dalam klausa verbal transitif konstruksi pasif juga berupa subjek-predikat (SP), seperti data (c) …, maka Indra Lelana itu pun dihempaskannya. S
P
Kata Indra Lelana merupakan subjek dalam klausa tersebut, sedangkan gatra predikat diisi oleh kata dihempaskannya; -nya pada kata dihempaskannya menunjukkan pelaku yang menghempaskan Indra Lelana. Urutan subjek-predikat juga terdapat dalam data (b). Hal di atas menunjukkan bahwa klausa verbal transitif konstruksi pasif bahasa Melayu Klasik dalam Hikayat Indranata memiliki dua pola urutan, yaitu predikat-subjek (PS) dan subjek-predikat (SP). 3. Klausa Verbal Intransitif Klausa verbal intransitif adalah klausa yang predikat verbalnya tidak mempunyai sasaran dan tidak memiliki objek (Kridalaksana, 1999:174). Berikut adalah data yang penulis dapatkan dari naskah HIN. (a) … Raja Rum Mudah itu pun berjalanlah bersama-sama dengan mangkubumi, … (b) …, maka kidang pun larilah. (c) …, maka Tuan Putri Cindrawati pun tersenyum-senyum. (d) … kidang itu pun hilanglah dari gunung ini. (e) … rakyat sekalian semuanya terkejut, …
Analisa klausa ..., Megawati Cahyani, FIB UI, 2014
Universitas Indonesia
8
Berdasarkan pengelompokan data di atas, terlihat bahwa dalam klausa verbal intransitif, gatra predikat diisi oleh verba intransitif yang ditandai oleh prefiks ber-, ter-, dan tidak ditandai oleh prefiks apa pun, seperti berjalan, lari, tersenyum-senyum, hilang, dan terkejut. Urutan subjek-predikat dalam klausa verbal intransitif berupa subjek-predikat (SP), seperti pada data (a) …Raja Rum Mudah itu pun berjalanlah bersama-sama dengan mangkubumi,... S
P
Kata Raja Rum Mudah merupakan subjek dalam klausa tersebut, sedangkan gatra predikat diisi oleh kata berjalanlah. Begitu pula dengan data-data yang lainnya, seperti yang terlihat di bawah ini. (b) …, maka kidang pun larilah. S
P
(c) …, maka Tuan Putri Cindrawati pun tersenyum-senyum. S
P
(d) … kidang itu pun hilanglah dari gunung ini S
P
(e) … rakyat sekalian semuanya terkejut, … S
P
Hal di atas menunjukkan bahwa klausa verbal intransitif bahasa Melayu Klasik dalam Hikayat Indranata memiliki pola urutan subjek-predikat (SP). Hasil analisis klausa verbal bahasa Melayu Klasik (BMK) di atas dapat dibandingkan dengan klausa verbal bahasa Indonesia (BI) yang terdapat pada bagian Klausa Verbal dalam tulisan ini. Klausa verbal yang diperbandingkan hanya tiga jenis, yaitu klausa verbal transitif konstruksi aktif, klausa verbal transitif konstruksi pasif, dan klausa verbal intransitif. Perbandingan klausa verbal bahasa Melayu Klasik dan bahasa Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Perbandingan Klausa Verbal Bahasa Melayu Klasik dan Bahasa Indonesia Pola SubjekPredikat BMK BI
No.
Klausa
1.
Klausa Verbal Transitif Konstruksi Aktif
SP
SP
Afiks Penanda Verba BMK
BI
Prefiks me(N)-; konfiks me(N)- -kan.
Prefiks me(N)-, ber-; tidak ditandai prefiks apa pun.
Analisa klausa ..., Megawati Cahyani, FIB UI, 2014
Universitas Indonesia
9
2.
Klausa Verbal Transitif Konstruksi Pasif
3.
Klausa Verbal Intransitif
PS/SP
SP
SP
Prefiks di-; kombinasi prefiks di- per-; konfiks di- -kan.
Prefiks di-, ter-, ber-
SP
Prefiks ber-, ter-; tidak ditandai prefiks apa pun.
Prefiks ber-, me(N)-, ter-; verba yang tidak memiliki sasaran dan objek.
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa perbedaan antara klausa verbal bahasa Melayu Klasik (BMK) dan bahasa Indonesia (BI) tidaklah terlalu menonjol. Pada pola urutan subjekpredikat, hanya klausa verbal transitif konstruksi pasif yang memiliki perbedaan, yaitu pola urutan subjek-predikat klausa verbal transitif konstruksi pasif bahasa Melayu Klasik ada dua macam: predikat-subjek (PS) dan subjek-predikat (SP), sedangkan bahasa Indonesia hanya subjek-predikat (SP). Berdasarkan penanda verbanya, baik bahasa Melayu Klasik maupun bahasa Indonesia, keduanya cenderung menggunakan afiks sebagai penanda verba. Dalam klausa verbal transitif konstruksi aktif bahasa Melayu, afiks yang sering digunakan sebagai penanda verba adalah prefiks me(N)- dan konfiks me(N)-kan, sedangkan dalam bahasa Indonesia, afiks yang digunakan lebih beragam. Dalam klausa verbal transitif konstruksi pasif bahasa Melayu Klasik, afiks yang digunakan lebih beragam karena terdiri dari prefiks, kombinasi prefiks, dan konfiks, sedangkan klausa verbal transitif konstruksi pasif bahasa Indonesia menggunakan prefiks. Dalam klausa verbal intransitif, bahasa Melayu Klasik dan bahasa Indonesia tidak memiliki perbedaan yang menonjol dari segi penanda verba. Gatra predikat klausa verbal intransitif diisi oleh verba yang tidak mempunyai sasaran dan objek.
Penutup Secara struktural, bahasa Indonesia merupakan varian dari bahasa Melayu karenanya ada kemiripan antara bahasa Melayu dengan bahasa Indonesia. Sebagai bahasa, struktur bahasa Melayu Klasik dapat dikaji, seperti klausa verbal. Pengkajian klausa verbal bahasa Melayu Klasik dapat menggunakan kesusastraan Melayu Klasik abad ke-13 hingga ke-19, terutama karya berjenis hikayat, seperti Hikayat Indranata. Yang dimaksud dengan klausa adalah satuan gramatikal berupa kata yang sekurangkurangnya memenuhi gatra subjek dan predikat, sedangkan klausa verbal adalah klausa yang
Analisa klausa ..., Megawati Cahyani, FIB UI, 2014
Universitas Indonesia
10
gatra predikatnya diisi oleh verba atau kata kerja. Dalam HIN, klausa verbal yang ada dapat dikelompokan menjadi klausa verbal transitif struktur aktif, klausa verbal transitif struktur pasif, dan klausa verbal intransitif. Apabila dibandingkan dengan struktur klausa verbal bahasa Indonesia, struktur klausa verbal bahasa Melayu Klasik yang ada pada Hikayat Indranata masih mirip dengan struktur klausa verbal dalam bahasa Indonesia. Hal ini sesuai dengan penjelasan dan contoh yang telah dijabarkan pada bagian analisis. Berdasarkan penjelasan dan contoh pada bagian analisis, terlihat bahwa perbedaan yang menonjol pada klausa verbal bahasa Melayu Klasik dan bahasa Indonesia tidak ditemukan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa struktur klausa verbal transitif, baik aktif maupun pasif, dan klausa verbal intransitif bahasa Melayu Klasik mirip dengan bahasa Indonesia. Hal ini mungkin terjadi karena naskah yang digunakan berasal dari kelompok peralihan, sekitar abad ke-19.
Daftar Referensi Adelaar, K. Alexander, dkk. (2005). The Austronesian Languages of Asia and Madagascar. UK: Psychology Press. Chaer, Abdul. (1998). Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Djamaris, Edwar. (1978). Filologi dan Cara Kerja Penelitian Filologi, Bahasa dan Sastra Th. III/1. Jakarta: Pusat Pembinaan dan pengembangan Bahasa. Kridalaksana, Harimurti (Ed.). (1991). Masa Lampau Bahasa Indonesia: Sebuah Bunga Rampai. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. ____________________. (1999). Diktat: Tata Wacana Deskriptif Bahasa Indonesia. (Belum diterbitkan). ____________________. (2008). Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Liaw Yock Fang. (1978). Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik. Singapura: Pustaka Nasional. Omar, Asnah. (1991). Bahasa Melayu Abad ke-16. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia. Piah, Harun Mat. (1993). Kesusasteraan Melayu Tradisional. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pendidikan Malaysia.
Analisa klausa ..., Megawati Cahyani, FIB UI, 2014
Universitas Indonesia
11
Sihombing, Liberty P. dan Kentjono, Djoko. (2009). Sintaksis. Dalam Kushartanti, dkk. (Eds.), Pesona Bahasa Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Sutaarga, Amir, dkk. (1972). Katalog Koleksi Naskah Melayu Museum Pusat Departemen P & K. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sutrisno, Sulastin. (1983). Hikayat Hang Tuah: Analisis Struktur dan Fungsi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. _____________. (1986). Studi Sastra Melayu di Indonesia. Dalam Hellwig, C. M. S., and Robson, S.O. (Eds.), A Man of Indonesian Letters: Essays in Honour of Professor A. Teeuw. Holland: Foris Publications.
Sumber Data Fanani, Muhammad. (1996). Hikayat Indranata. Jakarta: Pusat Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Analisa klausa ..., Megawati Cahyani, FIB UI, 2014
Pembinaan dan
Universitas Indonesia