TESIS
SETTING SPASIAL KAWASAN RUANG TERBUKA PUBLIK PESISIR SESEH, BADUNG
I PUTU KARTIKA UDAYANA
PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016
TESIS
SETTING SPASIAL KAWASAN RUANG TERBUKA PUBLIK PESISIR SESEH, BADUNG
I PUTU KARTIKA UDAYANA NIM 1391861007
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ARSITEKTUR PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016
SETTING SPASIAL KAWASAN RUANG TERBUKA PUBLIK PESISIR SESEH, BADUNG
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Arsitektur Program Pascasarjana Universitas Udayana
I PUTU KARTIKA UDAYANA NIM 1391861007
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ARSITEKTUR PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016
ii
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 20 JANUARI 2016
Pembimbing I,
Pembimbing II,
G.A.M. Suartika, ST, M.EngSc. Ph.D. NIP 19691018 199412 2 001
Dr. Ir. I Made Adhika, MSP. NIP 19591231 198601 1 003
Mengetahui,
Ketua Program Studi Magister Arsitektur Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana
G.A.M. Suartika, ST, M.EngSc. Ph.D. NIP 19691018 199412 2 001
Prof.Dr.dr.A.A. Raka Sudewi, Sp. S(K) NIP. 19590215 198510 2 001
iii
Tesis Ini Telah Diuji pada Tanggal 14 Januari 2016
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana Nomor : 015/UN.14.4/DT/PMA/2016, Tanggal 14 Januari 2016
Ketua : Gusti Ayu Made Suartika, ST., MEngSc. Ph.D. Anggota : 1.
Dr. Ir. I Made Adhika, MSP.
2.
Dr. Ir. Ida Bagus Gde Wira Wibawa Mantra, MT.
3.
Ni Ketut Pande Dewi Jayanti, ST., MengSc., PhD.
4.
Dr. Ir. Widiastuti, MT.
iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Saya yang bertandatangan di bawah ini : Nama
: I Putu Kartika Udyana
NIM
: 1391861007
Program Studi : Pascasarjana/Program Studi Arsitektur Judul Tesis
: Setting Spasial Kawasan Ruang Terbuka Publik Pesisir Seseh, Badung
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat. Apabila di kemudian hari terbukti plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2010 dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar, 20 Januari 2016 Yang Membuat Pernyataan
I Putu Kartika Udayana
v
UCAPAN TERIMAKASIH Puji syukur dipanjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena telah diberikan kesehatan dan keteguhan hati untuk menyelesaikan tugas akhir (Tesis) ini pada saat yang tepat. Tesis ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam mengikuti ujian tugas akhir guna mencapai gelar Magister Teknik Arsitektur. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk proses penyempurnaannya. Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak dalam lingkup Program Pascasarjana Universitas Udayana yaitu Bapak Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD.KEMD. selaku Rektor Universitas Udayana, Ibu Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, Sp.S (K) selaku Direktur Program Pascasarjana., Ibu Gusti Ayu Made Suartika, ST., MEngSc. Ph.D selaku Ketua Program Magister Arsitektur, beserta jajarannya. Terimakasih juga kepada dosen pembimbing, yaitu Ibu G.A.M. Suartika, ST, M.EngSc, Ph.D selaku dosen pembimbing I, dan Dr. Ir. I Made Adhika, MSP selaku pembimbing II yang selalu memberikan arahan, bimbingan, dan memberikan motivasi selama proses penyusunan tesis ini. Selain itu, terima kasih Penulis diucapkan kepada dosen penguji yaitu, Bapak Ir. Ida Bagus Gde Wira Wibawa, MT, Ibu Ni Ketut Pande Dewi Jayanti, ST., MengSc., PhD., dan Ibu Dr. Ir. Widiastuti, MT serta dosen lainnya yang memberikan bimbingan dan pembelajaran. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua, yaitu Bapak I Nyoman Sudira dan Ibu Ni Putu Rusmiati yang selalu memberikan doa
vi
dan dukungan selama proses penyusunan tesis ini. Tidak lupa juga rasa terimakasih penulis ucapkan kepada Ni Putu Emy Darma Yanti, teman hidup yang selalu memberikan dorongan semangat dalam penyusunan tesis ini, hingga bisa terselesaikan sesuai dengan harapan. Kepada Kepala Desa, petugas Balawista Pantai Seseh dan seluruh masyarakat Desa Seseh, penulis mengucapkan terimakasih atas bantuan informasi, dan data yang terkait dengan proses penelitian ini. Selain itu kepada narasumber lainnya yang telah bersedia memberikan bantuan berupa data dan informasi terkait, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga memberi manfaat.
Denpasar, 20 Januari 2016 Penulis
I Putu Kartika Udayana NIM 1391861007
vii
ABSTRAK SETTING SPASIAL KAWASAN RUANG TERBUKA PUBLIK PESISIR SESEH, BADUNG
Pesisir Seseh merupakan salah satu tujuan masyarakat untuk melakukan kegiatan ritual keagamaan, seperti melukat, nganyut, nyegara-gunung dan melasti. Pesisir Seseh juga sebagai area pendukung mata pencaharian warga Desa Seseh sebagai nelayan. Beberapa setting spasial di dalam wilayah penelitian menunjang beberapa fungsi sekaligus, sehingga fenomena ini dikhawatirkan akan menimbulkan konflik pemanfaatan di kemudian hari. Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui; (1) kondisi setting spasial yang ada di kawasan ruang terbuka publik Pesisir Seseh; (2) pemanfaatan setting spasial di kawasan ruang terbuka publik Pesisir Seseh; dan (3) kualitas ruang terbuka publik pada setting spasial di kawasan Pesisir Seseh. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, kemudian untuk pemecahan masalah menggunakan tiga teori yaitu teori behaviour setting, teori ruang peristiwa dan teori kualitas ruang terbuka publik. Lokasi penelitian terletak di Pesisir Seseh, Desa Seseh, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari langsung dari lapangan melalui wawancara, observasi, dokumentasi foto dan sketsa. Data sekunder didapatkan melalui wawancara dengan Bendesa Adat Desa Seseh, Kepala Desa Cemagi dan beberapa warga di sekitar Pesisir Seseh. Analisis data dilaksanakan melalui deskripsi, klasifikasi, penyajian data, dilanjutkan dengan penarikan kesimpulan. Hasil dan pembahasan penelitian menemukan jawaban dari permasalahan yaitu; (1) secara keseluruhan tatanan spasial yang ada di Pesisir Seseh kondisinya cukup baik dan mampu mewadahi kebutuhan masyarakat terhadap ruang terbuka publik, khususnya kawasan pesisir. Ada dua jenis setting yang biasa dimanfaatkan oleh masyarakat, yaitu setting alami dan setting buatan. Setting yang bersifat alami seperti batu karang, pasir, dan loloan. Setting buatan yaitu bangunan penunjang dan fasilitas umum di Pesisir Seseh meliputi area parkir, wantilan, dan tangga; (2) Pemanfaatan setting spasial dilatarbelakangi oleh beberapa faktor yaitu aksesibilitas, ekonomi, ritual, rekreasi, interaksi. Pemanfaatan spot untuk kegiatan ekonomi cenderung akan memilih area yang luas, dan dekat dengan jalan, agar mudah diakses. Kegiatan dengan sifat privat yang dilakukan oleh beberapa pengunjung yang memiliki hubungan intim, cenderung dilakukan di area teduh dan agak jauh dari keramaian, dengan setting yang bisa dijadikan tempat duduk. Pedagang makanan akan memilih spot yang mudah diakses dan sangat dekat dengan jalan, sehingga memudahkan membawa barang dagangan. Kegiatan ritual berlangsung di Pura Keramat dan Pura Luhur Batubolong, dan dibarengi dengan pemanfaatan jaba pura apabila di dalam pura tersebut telah dipenuhi oleh pemedek lainnya; (3) Ditinjau dari aspek struktural, Pesisir Seseh dan sebagian besar tatanan spasial yang ada di dalamnya memberikan kemudahan untuk diakses oleh semua lapisan masyarakat, dengan syarat tetap mematuhi norma dan
viii
peraturan yang berlaku di wilayah setempat. Ditinjau dari aspek interaktif, Pesisir Seseh yang mampu mewadahi kegiatan pengunjung, secara tidak langsung memenuhi kebutuhan berinteraksi yang terjadi antar-kegiatan yang dilakukan oleh pengunjung di Pesisir Seseh. Ditinjau dari aspek subyektif, para pelaku kegiatan di Pesisir Seseh merasa nyaman dan puas apabila dalam beraktivitas tidak ada gangguan atau intervensi dari pihak lain untuk menghentikan aktivitas.
Kata kunci : setting spasial, ruang terbuka publik, Pesisir Seseh
ix
ABSTRACT SPATIAL SETTING PUBLIC OPEN SPACE SESEH BEACH, BADUNG
Seseh Beach is one of beach destination to do rituals and purification, such as melukat, nganyut, nyegara-gunung and melasti. Seseh Beach also support people livelihood as fishermen. Several settings in the study area support several functions at once, so the phenomenom is feared to create conflict in the future. Therefore, this research aimed to determine; (1) the condition of spatial setting in the area of public open space Seseh Beach; (2) the use of spatial setting in the area of public open space Seseh Beach; and (3) the quality of public open space in spatial setting in Seseh Beach area. This study used a qualitative method, and to solving problems it used three kinds of theories, namely the theory of behaviour setting, event space theory and the theory of public open space quality. The research is located in the Seseh Beach, Seseh Village, Mengwi District, and Badung Regency. The source data in this study consists of primary and secondary data. The primary data obtained directly from the field through interview, observation, photo documentation and sketch. Meanwhile, the secondary data was taken through interview with Bendesa of Seseh Village, the chairman of Cemagi Village and some villagers near the Seseh Beach. Data then analysis through description, classification, data presentation, continued with conclusion. Results and discussion of the research found the answer to the problems are; (1) overall spatial setting in Seseh Beach are in good condition and able to accommodate the needs of the society to public open space, especially beach areas. There are two types of spatial setting that commonly used by people in Seseh Beach, namely natural setting and artificial settings. The natural settings such as rocks, sand, and loloan. Artificial setting such as service building and public facilities in the Seseh Beach include parking area, wantilan, and stairs; (2) Utilization of spatial setting motivated by several factors, namely accessibility, economic, ritual, recreation, interaction. Utilization spot for economic activity is likely to choose a large area, and close to the road, for easy access. Visitors who come to do intimate private activities tend to find shady area and a bit away from the crowds, with settings that can be used as a seat. Food sellers will choose a spot that is easily accessible and very close to the road, which make it easier to bring their stuff. They tend to congregate in one area it easier for buyers. Rituals activity take place in the Pura Luhur Sacred and Batubolong, and coupled with the use of Jaba in the temple when the temple had been met by other pemedek; (3) Seen from the structural aspects, Seseh Beach and most of the spatial setting inside give an easiness to be accessed by all levels of society, by condition to comply with norms and regulations in certain the local area. Seen from the interactive aspect, Seseh Beach capable facilitate the activities of visitors, which also meets the needs of interaction that occurs between the activities that do by visitors in the Seseh Beach. Seen from the subjective aspect, the perpetrators of the activities in
x
the Seseh Beach feel comfortable and satisfied if there is no interference in their activities or interventions of other parties to stop the activity.
Keywords: spatial setting, public open space, Seseh Beach
xi
RINGKASAN
Sebagai salah satu ruang terbuka publik, kawasan pesisir memiliki berbagai keunikan yang mampu menjadi daya tarik bagi masyarakat. Keindahan pantai dan ombaknya, pasir, kerang, panorama sunset dan sunrise, yang menakjubkan akan mengundang decak kagum siapapun yang melihatnya. Selain sebagai kawasan perlindungan, sumber daya dan biota di pantai dapat dimanfaatkan
untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari masyarakat.
Bagi
masyarakat sekitarnya, pesisir memegang peranan penting dalam kehidupan mereka. Kawasan pesisir juga digunakan sebagai tempat bermukim bagi masyarakat, yang umumnya bermata pencaharian sebagai nelayan, petani garam dan rumput laut. Bagi masyarakat Bali, kawasan pesisir memegang peranan penting bagi kehidupan beragama. Banyak prosesi dan ritual yang dilakukan masyarakat di pesisir dengan tujuan menjaga keseimbangan alam. Dalam agama Hindu, dikenal suatu upacara yang dinamakan yadnya yang bertujuan untuk menyucikan diri, sebagai ungkapan rasa terima kasih dan untuk menciptakan kehidupan yang harmonis. Pantai Seseh, salah satu Pantai yang ada di Kabupaten Badung, merupakan tujuan masyarakat untuk melakukan kegiatan ritual dan penyucian, seperti misalnya melukat, nganyut dan nyegara-gunung. Selain itu, Pantai Seseh juga area pendukung mata pencaharian warga Desa Seseh yang berprofesi sebagai nelayan. Pemanfaatan Pantai Seseh sebagai wadah kegiatan ritual dan mata pencaharian warga ini telah berlangsung cukup lama. Seiring perkembangan pariwisata di Bali khususnya wilayah pantai, Pantai Seseh pun lambat mulai dikenal masyarakat dan menjadi destinasi wisata, tidak hanya masyarakat Bali, tapi juga wisatawan lokal dan mancanegara. Melihat adanya fenomena tersebut rumusan masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) kondisi setting spasial yang ada di kawasan ruang terbuka publik Pesisir Seseh, (2) pemanfaatan setting spasial di
xii
kawasan ruang terbuka publik Pesisir Seseh, dan (3) kualitas ruang terbuka publik pada setting spasial kawasan Pesisir Seseh. Untuk memecahkan permasalahan pada rumusan masalah, metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Lokasi penelitian terletak di Desa Seseh, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Melihat rumusan masalah yang akan dipecahkan dalam penelitian terdapat dua sumber data yang diperlukan yakni data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh secara langsung dari narasumber/informan dengan melakukan observasi dan wawancara langsung dengan pelaku kegiatan di Pesisir Seseh, sketsa dan foto. Data sekunder diperoleh dari referensi dan informasi yang didokumentasikan oleh kantor/dinas/instansi terkait, di antaranya berupa gambaran wilayah Kecamatan Mengwi, luas wilayah, batas-batas wilayah, jumlah penduduk dan mata pencaharian penduduk. Analisis data dilaksanakan melalui deskripsi, klasifikasi dan penyajian data dilanjutkan dengan penarikan kesimpulan. Pada bagian hasil dan pembahasan penelitian ditemukan bahwa secara keseluruhan tatanan spasial yang ada di Pesisir Seseh kondisinya cukup baik dan mampu mewadahi kebutuhan masyarakat akan ruang terbuka publik, khususnya kawasan pesisir. Setting spasial di Pesisir Seseh yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat ada yang bersifat alami dan buatan. Setting yang bersifat alami yaitu batu karang, pasir, dan loloan. Setting yang bersifat yaitu bangunan penunjang dan fasilitas umum di Pesisir Seseh meliputi area parkir, wantilan, dan tangga. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemanfaatan setting spasial di ruang terbuka Publik Pesisir Seseh, yaitu: (a) aksesibilitas; (b) ekonomi; (c) ritual; (d) rekreasi; dan (e) interaksi. Pemanfaatan spot untuk kegiatan ekonomi cenderung akan memilih area yang luas, dan dekat dengan jalan, agar mudah diakses. Kegiatan dengan sifat privat yang dilakukan oleh beberapa pengunjung yang memiliki hubungan intim, cenderung dilakukan di area teduh dan agak jauh dari keramaian, dengan setting yang bisa dijadikan tempat duduk. Kegiatan ritual berlangsung di Pura Keramat dan Pura Luhur Batubolong, dan dibarengi dengan pemanfaatan jaba pura apabila di dalam pura tersebut telah dipenuhi oleh pemendek lainnya.
xiii
Terjadi dan berakhirnya pemanfaatan setting spasial di ruang terbuka publik Pesisir Seseh terjadi disebabkan salah satu dari faktor ruang peristiwa yaitu aktivitas, ruang dan waktu. Peristiwa di ruang terbuka publik yang direncanakan dan kemudian terselenggara, yang penekanannya ada pada faktor aktivitas sebagai penentu. Peristiwa di ruang terbuka publik juga bisa terjadi tanpa direncanakan, yang penekanannya ada pada tempat/ruang sebagai penentu. Peristiwa di ruang terbuka publik juga ada yang terjadi hanya pada waktu-waktu tertentu saja, yang ditekankan oleh waktu sebagai penentu. Kegiatan ekonomi di ruang terbuka publik Pesisir Seseh cenderung akan memilih area yang luas dan dekat dengan jalan, agar mudah diakses. Kegiatan dengan sifat privat yang dilakukan oleh beberapa pengunjung yang memiliki hubungan intim, cenderung dilakukan di area teduh, dengan setting yang bisa dijadikan tempat duduk. Pedagang makanan akan memilih spot yang mudah diakses dan sangat dekat dengan jalan, sehingga memudahkan membawa barang dagangan. Para pedagang makanan dan minuman cenderung berkumpul di satu area untuk memudahkan para pembeli. Setelah ditinjau dari kualitas ruang terbuka publik, setting spasial yang ada di Pesisir Seseh telah memenuhi disebut sebagai ruang terbuka publik. Ditinjau dari aspek struktural, Pesisir Seseh dan sebagian besar tatanan spasial yang ada di dalamnya memberikan kemudahan untuk diakses oleh semua pengunjung, yang dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan bermotor dan berjalan kaki. Pesisir Seseh dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat, dengan syarat tetap mematuhi norma dan peraturan yang berlaku di wilayah setempat. Ditinjau dari aspek interaktif, Pesisir Seseh yang mampu mewadahi kegiatan pengunjung, secara tidak langsung memenuhi kebutuhan berinteraksi yang terjadi antar-kegiatan yang dilakukan oleh pengunjung di Pesisir Seseh. Ditinjau dari aspek subyektif, para pelaku kegiatan di Pesisir Seseh merasa nyaman dan puas apabila dalam beraktivitas tidak ada gangguan atau intervensi dari pihak lain untuk menghentikan aktivitas. Namun pada kenyataannya masih ada sikap kurang respect dari pengunjung terhadap pengunjung lain, terkait kegiatan-kegiatan yang membahayakan diri serta merampas hak-hak orang lain di
xiv
ruang publik seperti contohnya kegiatan motocross. Fenomena lainnya dalam pemanfaatan ruang, sebagian pengunjung masih bersikap apatis terhadap peraturan-peraturan yang ada di sekitar kawasan suci di Pesisir Seseh. Banyak pengunjung yang tidak mengindahkan larangan berbuat di luar batas kesopanan dan kesusilaan yang dibuat oleh pengempon pura.
xv
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DALAM ..................................................................
i
PRASYARAT GELAR.................................................................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................
iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ..............................................................
iv
LEMBAR SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ..............................
v
UCAPAN TERIMAKASIH ..........................................................................
vi
ABSTRAK ...................................................................................................
viii
ABSTRACT .................................................................................................
x
RINGKASAN...............................................................................................
xii
DAFTAR ISI ................................................................................................
xvi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
xxi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xxiii DAFTAR DIAGRAM .................................................................................. xxiv GLOSARIUM .............................................................................................. xxv
BAB
I PENDAHULUAN .......................................................................
1
1.1 Latar Belakang ........................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................
7
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................
7
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................
8
1.4.1 Manfaat Akademis .......................................................
8
1.4.2 Manfaat Praktis .............................................................
8
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, dan MODEL PENELITIAN ..............................................................
9
2.1 Kajian Pustaka ........................................................................
9
2.1.1 Penelitian Haryanti tentang Kajian Pola Pemanfaatan Ruang Terbuka Publik Kawasan Bundaran Simpang Lima Semarang .............................................................
xvi
9
2.1.2 Penelitian Sunaryo tentang Perubahan Setting Ruang dan Pola Aktivitas Publik di Ruang Terbuka Kampus Universitas Gadjah Mada ..............................................
11
2.1.3 Penelitian Adhitama tentang Faktor Penentu Setting Fisik dalam Beraktivitas di Ruang Terbuka Publik “Studi Kasus Alun-alun Merdeka Kota Malang” ...........
13
2.1.4 Penelitian Purnamasari tentang Kajian Spasial Ruang Publik (Public Space) Perkotaan untuk Aktivitas Demonstrasi Mahasiswa di Kota Makassar....................
15
2.2 Konsep dan Kerangka Berpikir ...............................................
18
2.2.1 Konsep ..........................................................................
18
A. Setting Spasial ........................................................
18
B. Ruang Terbuka Publik ............................................
19
C. Fungsi dan Peran Ruang Terbuka Publik ...............
23
D. Karakteristik Ruang Publik ...................................
26
E. Ruang Terbuka Publik sebagai Wadah Aktivitas dan Interaksi Sosial.............................................................
27
2.2.2 Kerangka Berpikir .........................................................
28
2.3 Landasan Teori ......................................................................
30
2.3.1 Teori Behaviour Setting ................................................
30
2.3.2 Teori Ruang Peristiwa ...................................................
31
2.3.3 Teori Kualitas Ruang Terbuka Publik ............................
34
2.4 Model Penelitian .....................................................................
35
BAB III METODE PENELITIAN ...........................................................
36
3.1 Rancangan Penelitian .............................................................
36
3.2 Lokasi Penelitian.....................................................................
36
3.3 Jenis Data................................................................................
40
3.4 Sumber Data ..........................................................................
41
3.4.1 Sumber Data Primer ......................................................
41
3.4.2 Sumber Data Sekunder ..................................................
42
xvii
3.5 Instrumen Penelitian................................................................
43
3.6 Teknik Pengumpulan Data ......................................................
46
3.6.1 Observasi/Pengamatan Lapangan ..................................
47
3.6.2 Wawancara....................................................................
48
3.6.3 Dokumentasi .................................................................
48
3.7 Teknik Analisis Data ...............................................................
48
3.8 Pengklasifikasian Data ............................................................
51
3.9 Penyajian Hasil Analisis Data .................................................
51
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................
53
4.1 Gambaran Setting ..................................................................
53
4.2 Kondisi Setting Spasial di Kawasan Ruang Terbuka Publik Pesisir Seseh ..........................................................................
55
4.2.1 Kondisi Setting Spasial di Obyek A (Plaza/Jaba Pura)...
56
A. Kondisi Setting Spasial di Spot A1 (Jaba Pura Batununggul) .........................................................
57
B. Kondisi Setting Spasial di Spot A2 (Lapangan dan Bebatuan) ...............................................................
59
C. Kondisi Setting Spasial di Spot A3 (Jaba Pura Keramat dan Pura Luhur Batubolong) ....................
62
4.2.2 Kondisi Setting Spasial di Obyek B (Pos Balawista)......
65
4.2.3 Kondisi Setting Spasial di Obyek C (Pantai Munggu) ....
68
4.3 Pemanfaatan Setting Spasial di Kawasan Ruang Terbuka Publik Pesisir Seseh ...............................................................
71
4.3.1 Pemanfaatan Setting Spasial di Obyek A .......................
73
A. Pemanfaatan Area Jaba Pura Batununggul saat Piodalan ................................................................
73
B. Pemanfaatan Area Jaba Pura Batununggul saat Hari Biasa ..............................................................
74
C. Pemanfaatan Area Bebatuan saat Hari Biasa...........
75
D. Pemanfaatan Area Lapangan saat Hari Biasa ..........
76
xviii
E. Pemanfaatan Area Lapangan saat Upacara Melasti .
77
F. Pemanfaatan Area Jaba Pura Keramat....................
77
G. Pemanfaatan Wantilan saat Hari Biasa ...................
78
H. Pemanfaatan Wantilan untuk Kegiatan Tabuh Rah .
81
I.
J.
Pemanfaatan Wantilan untuk Pementasan dan Rapat......................................................................
82
Pemanfaatan Jaba Pura Batubolong saat Hari Biasa
82
K. Pemanfaatan Jaba Pura Batubolong saat Upacara Piodalan ................................................................
84
L. Pemanfaatan Jaba Pura Batubolong saat Upacara Melasti ...................................................................
86
4.3.2 Pemanfaatan Setting Spasial di Obyek B (Pos Balawista) .....................................................................
90
A. Pemanfaatan Area Pos Balawista............................
90
B. Pemanfataan Area Loloan .....................................
92
4.3.3 Kondisi Pemanfaatan Setting Spasial di Obyek C (Pantai Munggu) ...........................................................
94
A. Pemanfaatan Area Parkir saat Hari Biasa ................
95
B. Pemanfaatan Pantai Munggu untuk Bermain Layang-layang .......................................................
98
C. Pemanfaatan Pantai Munggu untuk Aktivitas Berdagang .............................................................. 100 D. Pemanfaatan Pantai Munggu untuk Aktivitas Olahraga ................................................................ 102 4.4 Tinjauan Kualitas Ruang Terbuka Publik dalam Setting Spasial Kawasan Pesisir Seseh ............................................... 106 4.4.1 Tinjauan Kualitas Ruang Terbuka Publik dalam Setting Spasial di Obyek A (Plaza/Jaba Pura) ........................... 107 4.4.2 Tinjauan Kualitas Ruang Terbuka Publik dalam Setting Spasial di Obyek B (Pos Balawista) .............................. 109
xix
4.4.3 Tinjauan Kualitas Ruang Terbuka Publik dalam Setting Spasial di Obyek C (Pantai Munggu) ............................ 110
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 112 5.1 Simpulan ................................................................................. 112 5.1.1 Kondisi Setting Spasial di Ruang Terbuka Publik Pesisir Seseh ................................................................. 112 5.1.2 Pemanfaatan Setting Spasial di Ruang Terbuka Publik Pesisir Seseh ................................................................. 113 5.1.3 Setting Spasial di Kawasan Pesissir Seseh Ditinjau dari Kualitas Ruang Terbuka Publik ..................................... 116 5.2 Saran ....................................................................................... 117 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 121
xx
DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1
Peta Lokasi Obyek Penelitian .................................................
38
Gambar 4.1
Peta Obyek Penelitian ............................................................
54
Gambar 4.2
Peta Obyek A (Plaza/Jaba Pura) ...............................................
55
Gambar 4.3
Setting Spasial di Spot A1 (Jaba Pura Batununggul) ..............
57
Gambar 4.4
Potongan Arsitektural Spot A1 (Jaba Pura Batununggul) .......
58
Gambar 4.5
Setting Spasial di Spot A2 (Lapangan dan Bebatuan) .......................
59
Gambar 4.6
Sarana Melasti di Pantai Seseh ...............................................
61
Gambar 4.7
Upacara Melasti di Pantai Seseh .............................................
61
Gambar 4.8
Setting Spasial di Spot A3 (Jaba Pura Keramat dan Pura Luhur Batubolong) .................................................................
63
Peta Obyek B (Pos Balawista) ................................................
65
Gambar 4.10 Nelayan Membawa Jukung ke Darat ......................................
67
Gambar 4.11 Penempatan Jukung yang Kurang Rapi .................................
67
Gambar 4.12 Aktivitas Personal di Sela-Sela Jukung ..................................
67
Gambar 4.13 Pengunjung Melakukan Terapi Pasir ......................................
67
Gambar 4.14 Peta Obyek C (Pantai Munggu) ..............................................
70
Gambar 4.15 Persebaran Ruang Parkir di Pantai Munggu ............................
70
Gambar 4.16 Setting Spasial di Jaba Pura saat Piodalan .............................
73
Gambar 4.17 Setting Spasial di Jaba Pura saat Hari Biasa ...........................
74
Gambar 4.18 Pura Keramat Sebelum Direnovasi .........................................
78
Gambar 4.19 Pura Keramat Setelah Direnovasi ...........................................
78
Gambar 4.20 Setting Spasial di Wantilan Pura Luhur Batubolong ...............
80
Gambar 4.21 Potongan Arsitektural Wantilan..............................................
81
Gambar 4.9
Gambar 4.22 Setting Spasial di Jaba Pura Luhur Batubolong saat Hari Biasa ......................................................................................
83
Gambar 4.23 Setting Spasial di Jaba Pura Luhur Batubolong saat Upacara Piodalan ................................................................................
84
Gambar 4.24 Setting Spasial Jaba Pura Luhur Batubolong saat Upacara Melasti ...................................................................................
xxi
86
Gambar 4.25 Pos Balawista di Pesisir Seseh ................................................
91
Gambar 4.26 Petugas Balawista di Pesisir Seseh .........................................
91
Gambar 4.27 Potongan Arsitektural Area Pos Balawista .............................
91
Gambar 4.28 Loloan Tengah di Pesisir Seseh ..............................................
93
Gambar 4.29 Jukung di Pesisir Seseh .........................................................
93
Gambar 4.30 Batu Karang di Pantai Munggu ..............................................
96
Gambar 4.31 Pengunjung Mebanten di Pantai Munggu ..............................
96
Gambar 4.32 Potongan Arsitektural Area Tangga ........................................
97
Gambar 4.33 Aktivitas di Senderan Parkiran ...............................................
98
Gambar 4.34 Aktivitas Menurunkan Layangan di Parkiran..........................
98
Gambar 4.35 Setting Spasial Warung Tetap di Pantai Munggu .................... 100 Gambar 4.36 Tempat Sampah di Pantai Munggu ......................................... 102 Gambar 4.37 Pedagang Tetap di Pantai Munggu ......................................... 102 Gambar 4.38 Loloan yang Menyerupai Danau............................................. 104 Gambar 4.39 Pengunjung Bermain Sepak Bola ........................................... 104 Gambar 4.40 Memancing di Pantai Munggu................................................ 104 Gambar 4.41 Pengunjung Bermain Bersama Peliharaan .............................. 104
xxii
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Kedudukan Penelitian Kini dan Penelitian Terdahulu..................
17
Tabel 2.2 Space Characteristic...................................................................
21
Tabel 2.3 Terjadinya Ruang Peristiwa ........................................................
33
Tabel 3.1 Sumber Data untuk Menjawab Masing-masing Rumusan Masalah ......................................................................................
43
Tabel 3.2 Panduan Penentuan Setting sebagai Ruang Terbuka Publik .........
51
Tabel 4.1 Pemanfaatan Setting Spasial di Obyek A.....................................
88
Tabel 4.2 Pemanfaatan Setting Spasial di Obyek B .....................................
94
Tabel 4.3 Pemanfaatan Setting Spasial di Obyek C ..................................... 105 Tabel 4.4 Tinjauan Kualitas Ruang Publik di Obyek A............................... 107 Tabel 4.5 Tinjauan Kualitas Ruang Publik di Obyek B ............................... 109 Tabel 4.6 Tinjauan Kualitas Ruang Publik di Obyek C ............................... 110
xxiii
DAFTAR DIAGRAM Diagram 2.1. Kerangka Berpikir ..................................................................
29
Diagram 2.2 Komponen Pembentuk Ruang Peristiwa .................................
32
Diagram 2.3 Model Penelitian ....................................................................
35
Diagram 4.1 Setting di Batu Karang saat Piodalan Pura Batununggul ........
73
Diagram 4.2 Setting di Batu Karang saat Hari Biasa ...................................
74
Diagram 4.3 Pemanfaatan Jaba Pura Luhur Batubolong saat Hari Biasa.....
83
Diagram 4.4 Pemanfaatan Jaba Pura Luhur Batubolong saat Piodalan .......
85
Diagram 4.5 Pemanfaatan Jaba Pura Luhur Batubolong saat Upacara Melasti ...................................................................................
xxiv
87
GLOSARIUM
Asagan
: Bangunan knock down yang berbentuk panggung, digunakan untuk menggelar banten sarana upacara lainnya
Awig-awig
: Suatu ketentuan yang mengatur tata krama pergaulan hidup dalam masyarakat Bali, dengan tujuan untuk mewujudkan tata kehidupan yang ajeg
Bale
: bangunan berbentuk bujur sangkar, digunakan sebagai sebagai tempat bersistirahat
Banten
: Sesajen yang terbuat dari daun-daunan, buah dan bunga yang dirangkai
sedemikian
rupa
untuk
dihaturkan
saat
persembahyangan/upacara agama Hindu Gedong
: Salah satu bangunan yang terletak di pura, berbentuk bujur sangkar, tertutup dengan dinding masif dengan atap limas
Banyu pinaruh
: Upacara yadnya yang dilakukan setelah Hari Raya Saraswati, yang bertujuan untuk pembersihan dan kesucian diri
Bubu
: Alat perangkap ikan yang dibuat dari bahan dasar potongan bambu dipecah kecil-kecil, tali plastik dan tempurung kelapa untuk menangkap ikan
Jukung
: Sebutan lain untuk perahu kayu, berbentuk ramping dengan panjang sekitar 8 meter dan lebar sekitar setengah meter
Leteh
: Keadaan seseorang atau suatu benda atau suatu tempat dalam kondisi kotor.
Loloan
: Saluran pertemuan air laut dengan air dari daratan
Mejejahitan
: Keterampilan masyarakat Bali dalam suatu pekerjaan tangan untuk sarana upacara dan ritual dengan menggunakan sarana daun-daunan
Metembang
: Bernyanyi atau melantunkan syair dengan irama tertentu
Mebanten
: Menghaturkan sesajen sebagai ungkapan rasa syukur dan terimakasih
xxv
Mekiyis
: Rangkaian upacara penyucian yang diselenggarakan di pantai atau danau, yang berkaitan dengan Hari Raya Nyepi
Melasti
: Istilah lain dari mekiyis
Melis
: Istilah lain dari mekiyis
Melukat
: Upacara pembersihan pikiran dan jiwa secara spiritual dalam diri manusia oleh umat Hindu
Nista mandala
: Sering juga disebut jaba adalah bagian terluar dari area pura
Nunas
: memohon atau meminta
Nyegara gunung : Sering disebut dengan nyegara giri atau maajar-ajar yang dilakukan ke laut dan ke gunung, dalam rangkaian upacara dewa yadnya dan pitra yadnya Pailen-ilen
: Rangkaian suatu kegiatan
Penyengker
: Berasal dari kata sengker, yang artinya tembok/pagar yang membatasi satu area dengan area lainnya
Parerem
: Sama dengan awig-awig, hasil keputusan paruman desa atau banjar yang berisi ketentuan pelaksanaan awig-awig desa pekraman
Pecalang
: Petugas keamanan desa pekraman
Pelinggih
: Tempat pemujaan sebagai perwujudan (menstanakan) yang dipuja yaitu Ida Sang Hyang Widhi dalam kepercayaan umat Hindu di Bali
Pengelukatan
: Sama dengan melukat yaitu upacara pembersihan pikiran dan jiwa secara spiritual dalam diri manusia oleh umat Hindu
Pengempon
: Kelompok masyarakat yang mendapat tugas/ngayah untuk menyelenggarakan atau mengerjakan kewajiban yang harus dilaksanakan dalam kaitannya dengan tempat suci/Pura
Pepelik
: Bentuknya mirip dengan bangunan gedong, namun terbuka di tiga sisinya yaitu ke depan dan sisi samping kanan dan kiri. Fungsinya untuk penyajian sarana dan perlengkapan upacara
xxvi
Piodalan
: Juga dikenal dengan istilah petoyan dan pujawali, yaitu perayaan pemujaan terhadap Ida Sang Hyang Widhi yang di lakukan di pura atau merajan
Prajuru
: Seseorang yang bertugas menjalankan awig-awig, dipilih oleh masyarakat desa pekraman
Rahinan
: Hari raya atau hari yang disucikan umat Hindu, biasanya dilakukan upacara yadnya
Saka
: Tiang/kolom super struktur yang berfungsi menopang struktur atap
Sanggah agung
: Sarana pemujaan yang bersifat non permanen tang berbentuk bujur sangkar yang dibuat dari bambu
Sangkep
: Dikenal juga dengan istilah rapat dengan tujuan untuk membahas
dan
menemukan
jalan
keluar
dari
suatu
permasalahan Sekehe
: Sebuah organisasi tradisional yang pada umumnya bergerak dalam satu bidang profesi untuk menyalurkan kesenangan
Sengker
: Berasal dari bahasa Jawa yang artinya tidak mengizinkan keluar dari tempatnya, mengurung, atau memingit
Tabuh rah
: Taburan darah binatang (ayam) korban yang dilaksanakan dalam rangkaian ritual/upacara agama Hindu di Bali
Tegalan
: Suatu daerah dengan lahan kering yang bergantung pada pengairan air hujan, ditanami tanaman musiman atau tahunan dan terpisah dari lingkungan dalam sekitar rumah.
Utama mandala
: Zona paling suci/utama di dalam wilayah pura.
xxvii