SERAT BUSTAM SALATIN: SUNTINGAN TEKS DAN PERBANDINGAN ISI TEKS DENGAN AL-QUR’AN Sari Dwi Septiyani, Prof. Dr. Titik Pudjiastuti 1. 2.
Sastra Daerah Untuk Sastra Jawa, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, Depok, Jawa Barat, 16424, Indonesia Sastra Daerah Untuk Sastra Jawa, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, Depok, Jawa Barat, 16424, Indonesia
Email:
[email protected]
Abstrak Dalam penelitian ini dibahas tentang Naskah Serat Bustam Salatin versi Jawa yang merupakan naskah religi dan etika yang disusun dalam tembang macapat dan berisi ajaran Islam seperti rukun iman, akidah, hari kiamat, dan lain-lain. Penelitian ini merupakan penelitian filologi dengan menggunakan metode landasan. Adapun alihaksara menggunakan edisi kritis atau standar agar dapat mempermudah pembaca memahami isi teks. Dalam skripsi ini juga disertakan ikhtisar isi setiap pupuh. Adapun perbandingan isi teks dengan Al-Qur‟an dilakukan karena banyak terdapat surat dan ayat Al-Qur‟an dalam teks Serat Bustam Salatin.
Serat Bustam Salatin: Text Editing and Comparison content of the text with Al-Qur’an Abstract This study discusses the manuscript of Serat Bustam Salatin which is the religion and ethics manuscript with tembang macapat and contains the theory of Islam as the pillars of faith, aqeedah (belief), Judgment Day, and others. This study is a philological research using ground method. This transliteration uses a critical or standard edition in order to help reader understand the contents easier. This study also includes an overview of the contents of each stanza. The comparison between them with the contents of Qur'an was done because a lot of surah and verses in Al Qur'an can be found in the text of Serat Bustam Salatin. Keyword: text editing, Serat Bustam Salatin, critical edition, tembang, philology
Pendahuluan Menurut Koentjaraningrat (2002: 180), kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Terkait dengan hal tersebut Koentjaraningrat membagi kebudayaan ke dalam tiga wujud, yaitu Wujud kebudayaan berupa ide-ide, gagasan ataupun norma-norma; Wujud kebudayaan berupa aktivitas yang dilakukan masyarakat; Wujud
Serat Bustam..., Sari Dwi Septiyani, FIB UI, 2013
kebudayaan berupa benda-benda yang dihasilkan oleh manusia seperti candi, arca, gerabah, dan naskah. Dalam penelitian ini, saya akan membicarakan wujud kebudayaan yang ketiga berupa benda-benda yang dihasilkan oleh manusia; salah satunya adalah naskah. Naskah adalah kumpulan tulisan tangan yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan perasaan sebagai hasil kebudayaan masa lampau (Baried, et. al., 1994: 55). Adapun menurut Robson (1994: 8), naskah adalah semua karya yang diciptakan oleh orang sebagai wahana untuk mengungkapkan pikiran, gagasan, perasaan, dan kepercayaan mereka yang dianggap penting, cantik ataupun berguna. Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, naskah adalah kumpulan tulisan yang berisi ide pikiran maupun gagasan hasil dari kebudayaan pada masa lalu. Naskah merupakan objek penelitian yang digunakan dalam studi filologi. Filologi adalah suatu ilmu yang objek penelitiannya naskah-naskah lama (Djamaris, 2002: 3). Adapun menurut Baried, et. al. (1994: 4), filologi merupakan suatu ilmu yang ditujukan pada studi tentang teks yang tersimpan dalam peninggalan tulisan masa lampau. Koleksi naskah-naskah Nusantara tersebar di berbagai daerah di Indonesia seperti Aceh, Ambon, Bali, dan Jawa. Jawa merupakan salah satu tempat yang cukup banyak terdapat naskah. Menurut Robson (1994: 7), pada umumnya naskah-naskah Jawa berisi mengenai berbagai hal seperti ajaran moral, etika, dan lain-lain. Dalam buku yang berjudul Literature of Java Volume I, Pigeaud (1967: 2) mengklasifikasikan naskah-naskah Jawa ke dalam empat golongan yaitu religi dan etika; sejarah; kesusastraan (belles-letters); ilmu pengetahuan, kebudayaan, hukum, dan lain-lain. Dalam penelitian ini, saya membahas cerita yang berisi tentang religi dan etika yaitu naskah Serat Bustam Salatin. Dalam khasanah kesusastraan Jawa, terdapat naskah yang berjudul Serat Bustam Salatin. Hal itu didapat dari keterangan berbagai katalog Naskah Jawa seperti Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara Jilid I-IV; Javanese Literature in Surakarta Manuscripts Volume I dan II ; serta Literature of Java Volume I, II, dan III. Berdasarkan katalog-katalog tersebut, terdapat 17 naskah Serat Bustam Salatin versi Jawa. Berdasarkan informasi katalog di atas menyebutkan bahwa, isi naskah Serat Bustam Salatin versi Jawa adalah tentang ajaran agama Islam seperti rukun iman, tauhid, makrifat, malaikat, kitab Allah, ajaran Nabi dan Rasul, tata cara salat, penciptaan manusia, dan hari kiamat. Maka demikian jelas bahwa Serat Bustam Salatin versi Jawa berbeda dengan Bustam Salatin versi Melayu. Berkaitan dengan hal tersebut, saya tertarik untuk meneliti Serat
Serat Bustam..., Sari Dwi Septiyani, FIB UI, 2013
Bustam Salatin versi Jawa. Selain itu, Serat Busam Salatin versi Jawa juga belum pernah diteliti.
Rumusan Masalah Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan di atas, maka timbul pertanyaan: Bagaimanakah Serat Bustam Salatin versi Jawa yang beraksara dan berbahasa Jawa dapat dipahami oleh pembaca? Berkaitan dengan isi teksnya, bagaimanakah ajaran Islam yang terkandung di dalam teksnya? Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian ini adalah menyajikan suntingan teks Serat Bustam Salatin versi Jawa agar dapat dipahami oleh pembaca masa kini, masyarakat Indonesia pada umumnya dan masyarakat Jawa pada khususnya. Selain itu, untuk mengetahui ajaran Islam yang terkandung pada teksnya. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian filologi. Tujuan akhir dari penelitian filologi dan menghasilkan suntingan teks. Hal tersebut terkait dengan tugas filolog adalah sebagai penyunting agar teks terbaca dan dapat dimengerti (Robson, 1994: 12). Untuk itu terdapat beberapa langkah kerja yang dilakukan antara lain inventarisasi naskah, deskripsi naskah, perbandingan naskah, pemilihan teks, dan berujung pada suntingan teks (Djamaris, 2002: 9). Tahapan pertama, inventarisasi naskah. Dalam naskah Serat Bustam Salatin Jawa, saya juga melakukan inventarisasi naskah di berbagai katalog naskah seperti Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara Jilid I-IV; Javanese Literature in Surakarta Manuscripts Volume I dan II; serta Literature of Java Volume I, II, dan III. Tahapan kedua, deskripsi naskah. Dalam penelitian ini, saya melakukan deskripsi naskah Serat Bustam Salatin versi Jawa dengan mendeskripsikan mengenai tebal halaman, jumlah baris, alas tulis, bahasa, aksara, dan lain-lain.
Serat Bustam..., Sari Dwi Septiyani, FIB UI, 2013
Tahapan ketiga, perbandingan naskah. Dalam penelitian ini, hal-hal yang dibandingkan adalah mengenai kondisi naskah, kepatuhan metrum, dan kelengkapan isi cerita. Tahapan keempat, pemilihan naskah. Hal ini dilakukan untuk dapat mengetahui naskah yang akan disunting dan diteliti lebih lanjut. Robson (1994: 23) menyatakan bahwa dalam memilih naskah harus yang koheren dan lengkap, walaupun naskah tersebut bukan sumber tertua dari teks. Ada beberapa metode penelitian filologi yang digunakan untuk pemilihan naskah. Menurut Baried, et. al. (1994: 66-68), terdapat lima metode penelitian filologi dalam pemilihan naskah yaitu metode intuitif, metode objektif, metode gabungan, metode landasan, metode edisi naskah tunggal. Dalam penelitian ini, saya menggunakan metode landasan karena mencari naskah yang dianggap kualitasnya lebih baik dari naskahnaksah sekorpus yang ada. Tahapan kelima, suntingan teks. Hal yang dilakukan pada tahapan suntingan teks adalah transliterasi. Menurut Robson terdapat dua edisi dalam penyuntingan teks yaitu edisi diplomatik dan edisi kritis atau standar. Dalam penelitian ini, saya melakukan suntingan teks dengan menggunakan edisi kritis agar mempermudah pembaca memahami isi teks. Adapun pedoman dalam pengalihaksaraan adalah buku Pedoman Ejaan Bahasa Jawa Edisi Revisi terbitan Kanisius tahun 2006.
Hasil Penelitian Hasil penelitian Serat Bustam Salatin ini berisi tiga hal, yaitu petikan teks setiap pada dari setiap pupuh dan ringkasan isi teks. Selain itu, dilengkapi dengan pembahasan isi teks Bustam Salatin berupa perbandingan surat-surat yang terdapat dalam teks Bustam Salatin dengan Al-Qur‟an. Hal ini dilakukan agar pembaca dapat mengetahui keutuhan isi teks Bustam Salatin versi Jawa. Petikan Teks Pada pertama dari setiap Pupuh Pupuh I Dhandhanggula pada 1 //têmbang dhandhanggula mongka wiwit/ amengêti duk panêdhakira/ ari Jumuwah manise/ ping rolas Sapar santun/ mongsa karo ping wolu lagi/ nuju windu sangara/ wawu warsanipun/ sangkala tataning sêmbah/ ngesthi Sukma pamintamba mugi mugi/ antuk kasihing Sukma//
Serat Bustam..., Sari Dwi Septiyani, FIB UI, 2013
Pupuh II Asmaradana pada 1 //lan den awasira malih/ ngaral iku dudu Sukma/ Pangeran dudu ngarale/ sêjatine Sukma Mulya/ êdata mawi sipat/ langkung kathah sipatipun/ datan kêna winilanga// Pupuh III Pangkur pada 1 //Raden Adkiya ngandika/ upamane kaya ati darêngki/ iku asu jênêngipun/ manjing kalbuning jalma/ angadhangi malaekat ingkang rawuh/ kang gawa rahmating Sukma/ marang kalbuning kang jalmi// Pupuh IV Maskumambang pada 1 //kapêrcaya sakathahe para Nabi/ pan sami rinêksa/ kitab saking dosa alit/ lan dosa agêng pan têbah// Pupuh V Pucung pada 1 //iman ingkang kaping gangsal kang winuwus/ den sami uninga/ ya besuk ing jaman akir/ pan sadaya kawula sami palastra// Pupuh VI Gambuh pada 1 //sirahing salat winuwus/ apan iya patekah puniku/ sarta lawan lapalipun bismillahi/ lan den awasta sireku/ aksara kang cêndhak paos// Pupuh VII Kinanthi pada 1 //langkung asihing Hyang Agung/ dhumatêng kang Para Nabi/ tannapi malekat papat/ tuwin liyanipun sami/ liyane malekat papat/ lan malih asih Hyang Widi// Pupuh VIII Asmaradana pada 1 //carita anyar winarni/ asale saking Palembang/ Gusti Rasul andikane/ dhumatêng mukmin sadaya/ aja amangan sira/ umah wong lêlima iku/ dadi oleh karam sira// Pupuh IX Sinom pada 1 //wontên carita winarna/ saking kitab asalneki/ aran kitab Munabiat/ kitab kang dipunpethiki/ pangandikaning Nabi/ kang sinung sihing Hyang Agung/ kang tansah salatira/ tan tinarima Hyang Widi/ ing salate manungsa dasa prakara// Pupuh X Durma pada 1 //kawarnaa wontên kojah ing Pandhita/ saking ing Kitab Pêkih/ wong jinah winarna/ ana sawiji jalma/ jinah lawan biyangneki/ ya ing aranan/ kapir kewan anênggih// Pupuh XI Dhandhanggula pada 1 ///wontên ngelmu winiraos malih/ nukil saking kitab Munabiat/ punika nênggih asale/ sapa ayun wong iku/ katêkanan kajate singgih/ kalane aneng donya/ myang akeratipun/ bêcik padha nêtêpana/ lamun Islam den rosa donga lan puji/ mungguhing Sukma Purba//
Serat Bustam..., Sari Dwi Septiyani, FIB UI, 2013
Pupuh XII Asmaradana pada 1 //kawruh ana najis batin/ kathahe pitung prakara/ wêruh asiji sijine/ pan ngujub ingkang satunggal/ riya ping kalihira/ sumêngah kang kaping têlu/ têkabur kaping sêkawan// Pupuh XIII Dhandhanggula pada 1 //rong prakara aran baleg iki/ baleg sabab lawan baleg warsa/ kang aran baleg sababe/ angumur sangang taun/ rare jalu kalawan estri/ têkeng umur pat bêlas/ mêdal maninipun/ wêdale sabab ajimak/ tuwin mêtu tan ana sababireki/ utawa ngimpi jimak// Pupuh XIV Sinom pada 1 //sinome êsah ing salat/ wêwolu kathahireki/ ingkang dhingin iku jêmbar/ iya ing atinireki/ lamun tan pêrang sabil/ kapindhone nora bingung/ tatkalane lêlungan/ ya wêwolu saratneki/ yen wong bingung lawan wong kang sabillolah// Pupuh XV Durma pada 1 //têmbang durma wiwitane kang dumadya/ inur Mukhamad iki/ kathah jêjuluknya/ sira sang nur Mukhamad/ Akyan namane rumiyin/ kaping kalihnya/ jêjuluk Kadam mukmin// Pupuh XVI Dhandhanggula pada 1 //cinarita purwane inguni/ Nabi Yunus den untal ing iwak/ estu kadukan Hyang Manon/ wau jêng Nabi Yunus/ apan kinen marang Hyang Widi/ nyêlamakên nagara/ menawa ranipun/ têtiyang nagri punika/ sami kapir mila kinen ing Hyang Widi/ nyêlamakên sadaya// Pupuh XVII Megatruh pada 1 //dene ingkang rêkangat ping kalihipun/ sukuranira Jêng Nabi/ ilang pêpêtêng ing ranu/ dene rêkangat kaping tri/ sukure marang Hyang Manon// Pupuh XVIII Kinanthi pada 1 //mupakat lan sukbah iku/ sabdane Kitab Dakari/ wondene kang cinarita/ nalikanira Jêng Nabi/ Mukhamad kala lêlampah/ nglangkungi kubur wong kalih// Pupuh XIX Asmaradana pada 1 //angandika Kanjêng Nabi/ kang sinung sih ing Hyang Sukma/ sayogya ing mukmin kabeh/ jalu kalawan wanodya/ tatkala mulih samya/ saking alam donyanipun/ sami bêkta yata sira// Pupuh XX Pangkur pada 1 //wus kapungkur kang ruruba/ caritane ngajêng dipunsêlani/ wong pitêkur kang winuwus/ pratingkah kinawruhan/ kang rumiyin anyipta ing kalbunipun/ panêdhane tinêkasan/ dening Hyang kang Maha Suci//
Serat Bustam..., Sari Dwi Septiyani, FIB UI, 2013
Pupuh XXI Mijil pada 1 //wiyosing salat punika takbir/ ingkang luwih abot/ luwih angel têgêse ikrame/ basa cêngêng pan puniku lali/ lali jroning eling/ lamun badanipun// Pupuh XXII Dhandhanggula pada 1 //roh jinaten ing kahanan tunggil/ salam iku ingkang dhingin nyawa/ roh ananira Hyang Manon/ salam kang nêngên iku/ ana dene salam kang eri/ jisim lantip punika/ ing sayêktosipun/ jinatenan sipat jalal/ sual malih kalawan inggih kang pundi/ kang nama tangan salat// Pupuh XXIII Sinom pada 1 //wontên malih kang winarna/ jêjulukira Hyang Widi/ iya ing martabat sapta/ Akadiyat kang rumiyin/ marmane Hyang Sukma di/ Akadiyat namanipun/ dene êdat satunggal/ tan kêna dinum sayêkti/ tan ajisim alus miwah jisim wadhag// Pupuh XXIV Asmaradana pada 1 //sipat nabi kang winarni/ Gusti Ngali angandika/ kang putra Abun Talibe/ kang minulya ing Hyang Sukma/ kamantu Rasullolah/ akrama Patimah iku/ putra Kusen lawan Kasan// Pupuh XXV Pangkur pada 1 //wontên kadis kang winarna/ iya ingkang aran kadis kudusi/ purwane êroh winuwus/ nalika kumpul samya/ ing gêgêre Jêng Nabi Adam rumuhun/ iku ing aranan rohyad/ têgêse êroh kang muklis// Pupuh XXVI Durma pada 1 //yen wis jangkêp sangang wulan pan wis rupa/ nênggih manungsa yêkti/ pêpak gaotanya/ tan ana kukurangan/ yen jangkêp mangsanireki/ bêbayi mêdal/ saking ibunireki// Pupuh XXVII Pangkur pada 1 //duk tangi jalma manungsa/ iya saking pakuburanireki/ mulih duka mulanipun/ kalane aneng donya/ mung cacade warni warni uripipun/ lamun wong kang oleh rahmat/ mancorong cahyanireki// Pupuh XXVIII Sinom pada 1 //sinome anêdha rila/ dhumatêng ingkang anganggit/ dene nyêlani carita/ ingkang kinarya nyêlani/ carita tapsir akir/ punika ingkang jinumput/ ing jro Surat Sêjadah/ kalawan Surat Sal nênggih/ lah punika sabdane Surat Sêjadah// Pupuh XXIX Dhandhanggula pada 1 //sampun tata sakathahing Nabi/ apêpanthan lan umat sadaya/ pan wus aneng panggonane/ eca denira lungguh/ umat kapir Islam tut wingking/ marang ing Nabinira/
Serat Bustam..., Sari Dwi Septiyani, FIB UI, 2013
angandhêp sadarum/ Nabi nênêm cinarita/ apan samya alungguhing mimbaneki/ payung agung binabar// Pupuh XXX Asmaradana pada 1 //sampun misuwuring kadis/ cinarita Nabi Adam/ alênggah aneng mimbare/ sarta tunggulnya binabar/ ngumpul sakabatira/ ana nêdha ing Hyang Agung/ duk prapta api naraka// Pupuh XXXI Kinanthi pada 1 //kinanthi sêkaring ayun/ duk praptane makluk sami/ ing arsanira Hyang Sukma/ ngaturakên tulisneki/ tulisaning amalira/ sadaya pan sampun muni// Pupuh XXXII Dhandhanggula pada 1 //winicara ing dalêm pawarti/ wong têtiga tur mukmin sadaya/ angambah wot siratale/ sarêngan lampahipun/ ana dene ingkang satunggil/ bêktinipun ing donya/ rosa dhikiripun/ ana dene kang satunggal/ pan arosa puwasa Isnen lan Kêmis/ kala wontên ing donya// Pupuh XXXIII Maskumambang pada 1 //yen tinimbang rasane wowohan iki/ lan wowohan donya/ tikêl puluh kacekneki/ manis wowohan sawarga// Pupuh XXXIV Kinanthi pada 1 //wontên carita winuwus/ sing sapa sakeh wong mukmin/ amaca ina anjalna/ nalika Jumuwah wêngi/ ping lima las kathahira/ ganjarane dina ngakir// Pupuh XXXV Sinom pada 1 //wontên Pandhita ngandika/ wisma ing dalêm suwargi/ kang kinarya payonira/ salaka lan kancanadi/ Raden Daka pan angling/ pagêre sawargi iku/ lapis pitu kathahnya/ warnane kalangkung adi/ pan pêsagi rakite kutha suwarga// Pupuh XXXVI Dhandhanggula pada 1 //pêngalite suwarga puniki/ ngalam donya kêdhaton kewala/ liyane kutha ubênge/ pagêrira sapitu/ lêlongkange pagêr sawiji/ marang satunggal lira/ nglimangatus taun/ kunêng ingkang kawarnaa/ jalma mukmin kang mati imane maksih/ nadyan among sakonang// Ringkasan Isi Pupuh I Dhandhanggula Pupuh ini berisi tentang kolofon, kitab-kitab yang dipetik dalam teks seperti Kitab Munabiat, Fikih, Asmarakandi, Hadist, dan Al-Qur‟an. Terdapat pula keterangan mengenai rukun iman yang pertama yaitu iman kepada Allah.
Serat Bustam..., Sari Dwi Septiyani, FIB UI, 2013
Pupuh II Asmaradana Pupuh ini berisi tentang definisi tauhid, makrifat.Terdapat penjelasan mengenai 5 rukun Islam yaitu membaca sahadat, salat lima waktu, zakat, puasa, serta naik haji. Ada pula penjelasan tentang rukun iman yang kedua yaitu iman kepada malaikat. Pupuh III Pangkur Pupuh ini berisi tentang rukun iman yang ketiga yaitu iman kepada kitab. Terdapat empat kitab yang disebutkan yaitu kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Musa, kitab Zabur diturunkan kepada nabi Daud, Injil diturunkan kepada nabi Isa, dan kitab Al-Qur‟an diturunkan kepada Nabi Muhammad. Selanjutnya berisi tentang rukun iman yang keempat yaitu iman kepada Nabi-nabi Allah. Pupuh IV Maskumambang Pupuh ini berisi tentang lanjutan penjelasan rukun iman yang keempat yaitu iman kepada Nabi. Terdapat beberapa nabi yang memiliki mukjizat seperti Nabi Musa yang dapat mengubah tongkatnya menjad ular dan Nabi Sulaiman yang kaya dan dapat berbicara dengan binatang. Pupuh V Pucung Pupuh ini berisi tentang rukun iman yang kelima yaitu iman kepada hari kiamat. Selain itu juga berisi tentang rukun iman yang keenam yaitu iman kepada takdir. Pupuh VI Gambuh Pupuh ini berisi tentang urut-urutan dalam mengerjakan solat. Pertama adalah niat salat; kedua takbiratul ikram, membaca surat Al-Fatihah, dan membaca surat pendek; ketiga rukuk; keempat ihtidal; kelima sujud; keenam duduk diantara dua sujud; dan yang terakhir adalah takhiyat akhir. Pupuh VII Kinanthi Pupuh ini berisi tentang kegunaan salat dhuha dan berdhikir. Jika kita melakukan salat dhuha hari Jum‟at akan diberikan kemudahan dan Allah akan mengangkat derajat kita. Adapun kegunaan dari berdhikir adalah mencegah upas, teluh, dan racun. Pupuh VIII Asmaradana Pupuh ini berisi tentang larangan Rasul kepada orang mukmin untuk tidak makan di rumah orang yang meninggalkan salat, orang yang minum arak, dan orang yang makan hasil riba. Selain itu juga berisi tentang kewajiban orang mukmin seperti menghormati bapak dan ibu, beribadah, dan mengaji.
Serat Bustam..., Sari Dwi Septiyani, FIB UI, 2013
Pupuh IX Sinom Pupuh ini berisi tentang kriteria orang yang tidak diterima salatnya yaitu orang yang rumahnya dekat dengan masjid tetapi selalu salat di rumah; orang yang tidak berzakat; orang yang mukmin yang benci sesama mukmin; orang yang tidak mengingat Allah; orang yang minum arak; seorang istri yang durhaka kepada suami; perempuan yang menjadi makmum perempuan; orang yang makan riba; dan orang yang suka berbuat dosa. Pupuh X Durma Pupuh ini berisi tentang ganjaran bagi orang berbuat tidak baik. Jika ada orang yang mengambil barang milik orang lain sekali, maka akan dipatahkan tangan kanan dan kaki kirinya. Jika ada orang yang mengambil barang milik orang lain kedua kalinya, maka akan dipatahkan tangan kiri dan kaki kanannya. Pupuh XI Dhandhanggula Pupuh ini berisi tentang ganjaran bagi orang baik. Jika orang dapat menahan hawa nafsu maka akan menjadi kekasih Allah. Jika ada orang kaya yang suka bersedekah kepada orang tidak mampu maka Allah akan mengutus malaikat untuk memasukan orang tersebut ke surga bersama dengan para Wali dan Nabi. Pupuh XII Asmaradana Pupuh ini berisi tentang sifat-sifat buruk seperti sombong, iri hati, dan lain-lain yang dapat merusak amal ibadah. Pupuh XIII Dhandhanggula Pupuh ini berisi tentang ajaran baleg. Terdapat dua baleg yaitu baleg sabab dan baleg warsa. Baleg sabab yaitu jika laki-laki sudah berumur empat belas tahun dan keluar mani ketika mimpi basah; Jika perempuan sudah berumur sembilan tahun dan sudah menstruasi. Baleg warsa yaitu jika laki-laki dan perempuan sudah berada di atas umur lima belas tahun. Pupuh XIV Sinom Pupuh ini berisi tentang syarat-syarat untuk dapat mengerjakan salat antara lain orang yang berakal, menutup aurat, suci badan, suci dari tempat ibadah. Pupuh XV Durma Pupuh ini berisi tentang nama lain dari Nabi Muhammad seperti Akyan, Kadam, Roh Ilapi, Roh Rabani, Iman Mujmal, Kakhikhulyabi, Badrul Alam, Adan Awal, Kalam, Rasul, dan Roh Rahmani.
Serat Bustam..., Sari Dwi Septiyani, FIB UI, 2013
Pupuh XVI Dhandhanggula Pupuh ini berisi tentang kisah Nabi Yunus yang dimakan oleh seekor ikan besar. Allah marah kepada Nabi Yunus karena meninggalkan negara yang berisi orang-orang yang kafir. Pupuh XVII Megatruh Pupuh ini berisi tentang kisah Nabi Isa yang dilahirkan oleh Dewi Maryam. Dewi mayram merupakan seorang Bani Israil. Selain itu, terdapat penjelasan Nabi Musa melawan Raja Pirngon. Pupuh XVIII Kinanthi Pupuh ini berisi tentang Nabi Muhammad mengelilingi kuburan dua orang yang sedang disiksa. Terdapat penjelaskan tentang pentingnya untuk membersihkan diri dari najis dan khadas agar dapat menyingkirkan sikir tenung. Selain itu, ada penjelasan tentang hal-hal wajib berwudhu yaitu niat, membasuh muka, membasuh tangan, sedikit mengusap kepala, membasuh kaki. Pupuh XIX Asmaradana Pupuh ini berisi tentang 10 perkara harus dingat ketika kembali kepada Allah yaitu malaikat Izrail, kuburan, malaikat, timbangan amal, mengucap syukur kepada Allah, mengingat siksaan Allah, jembatan Siratal, mengingat Neraka Jahanam, mengingat surga, mengingat yang dikatakan Rasul, mengingat yang dikatakan Tuhan. Pupuh XX Pangkur Pupuh ini berisi tentang cerita orang yang kuat imannya tidak dapat tergoda oleh iblis maupun setan. Pupuh XXI Mijil Pupuh ini berisi tentang salat. Salat itu harus ada niat di dalam hati yang tulus. Roh di dalam salat adalah takbir, sedangkan tulang dalam salat adalah jasad yang pasrah kepada Allah untuk melaksanakan salat. Pupuh XXII Dhandhanggula Pupuh ini berisi tentang pertanyaan yang ada dalam kubur seperti pertanyaan tentang salat. Terdapat pula penjelasan tentang enam orang yang harus dijauhkan dari setan yaitu pemimpin yang adil, orang kaya yang dermawan, ulama, orang miskin yang sederhana, anak muda yang berkecukupan, dan istri yang mengabdi kepada suami. Pupuh XXIII Sinom Pupuh ini berisi tentang hal-hal yang tidak baik untuk dilakukan seperti menyapu pada malam hari, membakar sampah di depan rumah, dan lain-lain.
Serat Bustam..., Sari Dwi Septiyani, FIB UI, 2013
Pupuh XXIV Asmaradana Pupuh ini berisi tentang sifat-sifat Nabi Muhammad yaitu dapat menyembuhkan orang sakit, Allah memaafkan segala kesalahannya, tidak memiliki bayangan, tidak basah jika jalan di atas air, jika hujan tidak kehujanan. Pupuh XXV Pangkur Pupuh ini berisi cerita tentang roh sebelum terbentuk menjadi manusia. Pada awalnya roh belum memiliki rupa perempuan maupun laki-laki. Ketika sudah memiliki rupa laki-laki dan perempuan, roh itu dijodoh-jodohkan. Ada penjelasan tentang terbentuknya jasad manusia disebabkan oleh bertemunya cairan wadi, madi, mani, dan manikêm antara laki-laki dan perempuan. Selain itu, ada penjelasan mengenai empat macam nafsu yaitu nafsu luamah, nafsu amarah, nafsu suwiyah, dan nafsu mutmainah. Pupuh XXVI Durma Pupuh ini berisi tentang perjalanan hidup manusia dari bayi hingga meninggal. Jika seorang ibu telah mengandung hingga sembilan bulan, maka ibu akan melahirkan bayi. Kemudian menjalani kehidupan sampai habis waktunya di dunia. Pupuh XXVII Pangkur Pupuh ini berisi tentang kehidupan manusia di alam kubur. Jika manusia melakukan perbuatan tidak baik, maka akan disiksa di dalam kubur. Pupuh XXVIII Sinom Pupuh ini berisi tentang keadaan manusia di padang masyar. Kriteria manusia yang menggunakan pakaian pada saat padang masyar yaitu manusia yang selalu taat kepada Allah, manusia yang menutup aurat, manusia yang mendapat rahmat Allah. Pupuh XXIX Dhandhanggula Pupuh ini berisi tentang lanjutan tentang keadaan manusia pada saat padang masyar. Ketika matahari sangat panas, jika orang suci dan jauh dari dosa tidak akan berkeringat tetapi jika orang berdosa akan berkeringat seperti air mengalir. Selain itu terdapat penjelasan tentang orang-orang yang masuk neraka yaitu orang yang durhaka. Pupuh XXX Asmaradana Pupuh ini berisi tentang orang kafir yang disiksa di neraka meminta bantuan kepada para nabi untuk diringankan siksaannya. Selain itu, terdapat tujuh macam neraka yaitu neraka Jahanam, neraka Sangir, neraka Sakar, neraka Awiyah, neraka Kutamah, neraka Jakim, dan neraka Lalin.
Serat Bustam..., Sari Dwi Septiyani, FIB UI, 2013
Pupuh XXXI Kinanthi Pupuh ini berisi tentang orang-orang yang masuk neraka yaitu orang yang meninggalkan solat, orang yang tidak berpuasa, orang tidk zakat, orang yang berfikirnya tidak baik, orang yang tidak naik haji. Pupuh XXXII Dhandhanggula Pupuh ini berisi tentang orang-orang yang mudah melewati jembatan siratal yaitu orang yang suka berdhikir, puasa Senin dan Kamis, suka membaca Al-Qur‟an, suka membaca Surat Al-Qadr. Selain itu, ada penjelasan tentang tegala Kaosar. Untuk pergi ke tegala Kaosar menempuh perjalanan selama tiga tahun. Pupuh XXXIII Maskumambang Pupuh ini berisi tentang perbedaan antara dunia dengan surga. Manisnya buah-buahan di surga jauh lebih manis dari buah-buahan di dunia. Pupuh XXXIV Kinanthi Pupuh ini berisi tentang kegunaan membaca Surat Qadr. Jika membaca Surat Al-Qadr sebanyak 15 kali maka akan mendapatkan ganjaran di hari akhir seperti mendapatkan cahaya terang seperti bulan purnama, dapat masuk surga. Selain itu, terdapat doa orang mukmin agar dapat masuk surga. Pupuh XXXV Sinom Pupuh ini berisi tentang surga. Terdapat tujuh pagar di surga. Pagar pertama terlapis dengan logam putih; pagar kedua terlapis oleh emas; pagar ketiga dilapisi kuning emas; pagar keempat intan permata; pagar kelima mutiara bagus; pagar keenam intan berlian; dan pagar ketujuh cahya yang terang. Terdapat banyak bidadari di surga. Orang mukmin dan bidadari dalam surga menjadi pengantin selamanya. Pupuh XXXVI Dhandhanggula Pupuh ini berisi tentang perbedaan orang yang surga dan neraka. Jika orang mukmin meninggal maka imannya masih ada sedangkan orang yang durhaka akan masuk neraka. Jika orang mukmin solat lima waktu masuk surga sedangkan orang yang meninggalkan solat akan masuk neraka. Orang yang selalu berbuat amal soleh di dunia akan dimasukan ke dalam surga. Terdapat penjelasan mengenai kenikmatan surga. Di surga, semua bidadari berwajah cantik dan tidak dapat menjadi tua. Bunga-bunga di surga selalu bermekaran tanpa gugur dan makanan di surga selalu matang tidak berbau busuk.
Serat Bustam..., Sari Dwi Septiyani, FIB UI, 2013
Pembahasan Perbandingan Isi Teks Bustam Salatin versi Jawa dengan Al-Qur’an Dalam naskah Serat Bustam Salatin versi Jawa terdapat beberapa surat Al-Qur‟an yang dipetik yaitu Surat Ali Ngimran: Pupuh 28, Pada 10; Surat Ambiya: Pupuh 15, Pada 11; Surat Asiyah: Pupuh 35, Pada 26; Surat Asra: Pupuh 8, Pada 34 dan Pupuh 12, Pada 20-21; Surat Bêkarah: Pupuh 18, Pada 15; Pupuh 28, Pada 15; dan Pupuh 35, Pada 4; Surat Êmur: Pupuh 35, Pada 19; Surat Insan: Pupuh 35, Pada 13 dan Pupuh 36, Pada 23-24; Surat Kaji: Pupuh 36, Pada 5; Surat Khajari: Pupuh 36, Pada 17; Surat Manguna: Pupuh 9, Pada 9; Surat Ngama: Pupuh 35, Pada 30; Surat Nisa: Pupuh 27, Pada 20; Surat Rahman: Pupuh 35, Pada 30; Surat Ra Binasa: Pupuh 12, Pada 38; Surat Sal: Pupuh 28, Pada 3; Surat Sêjadah: Pupuh 28, Pada 1-2 dan Pupuh 36, Pada 20; Surat Tobah: Pupuh 23, Pada 7; Surat Wakingat: Pupuh 35, Pada 6 dan Pupuh 35, Pada 31 Perbandingan Surat-surat yang berada di dalam teks Bustam Salatin dan yang di dalam Al-Qur‟an1. Keterangannya adalah sebagai berikut. No. 1.
Surat dalam Teks Bustam Salatin Surat Ali Ngimran (Pupuh 28 Pada 10) //wus kocap ing tabsir awal/ wong dêdonga lingsir wêngi/ ya ing Surat Ali Ngimran/ yen têmên pan donganeki/ sinêmbadan ing Widi/ sabarang kang dipunsuwun/ Raden Tabsirah sabda/ sapa salat tahjud wêngi/ sinung kathah rabine aneng sawarga//
2.
Surat Ambiya (Pupuh 15 Pada 11) //wus tinutur ing kur‟an surat ambiya/ Jêng Gusti Nabi Brahim/ den obong wong kopar/ tanpa sah dening brama/ tandhane ngalam puniki/ tan asung asar/ marang liyaneki//
3.
Surat Asiyah (Pupuh 35 Pada 26) //Surat Asiyah ngandika/ sakehe mukane kapir/ ing benjang hari kiyamat/ luwih asor warnaneki/ lawan kalangkung sêdhih/ kangelan wong kapir iku/ sabab dene cinancang/ iya nganggo rante wêsi/ lawan
1
Surat dalam Al-Qur‟an Surat Ali Imran ayat 15-17, Ayat 15: “Katakanlah: Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu? Untuk orang-orang bertakwa kepada Allah, pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir di bawahnya sungaisungai; mereka kekal di dalamnya. Dan (mereka dikaruniai) istri-istri yang disucikan serta keridhaan Allah: Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hambaNya”. Ayat 16: (Yaitu) orang-orang yang berdo‟a: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka”. Ayat 17: (Yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sebelum fajar menyingsing mendekati subuh”. Surat Al-Anbiya ayat 68-69, Ayat 68: “mereka berkata: bakarlah dia dan bantulah Tuhan-Tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak bertindak”. Ayat 69: “Kami berfirman: hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim”. Surat Al-Haaqqah ayat 30-32, Ayat 30: “Allah berfirman: peganglah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya”. Ayat 31: “Kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala”.
Al-Qur‟an dan Terjemahan dari Penerbit Asy-Syifa‟ Tahun 1998 (Semarang).
Serat Bustam..., Sari Dwi Septiyani, FIB UI, 2013
dipunbalênggu gulune kopar// 4a.
Surat Asra (Pupuh 8 Pada 34) //kawuwus ing dalêm tapsir/ kapêrnah ing surat Asra/ sêrta kitab Anwar mangke/ wajibing mukmin sadaya/ sêmbahing bapa biyang/ kang Islam kêkalihipun/ dudu bapa biyung kopar//
4b.
Surat Asra (Pupuh 12 Pada 20-21), Pupuh 12 Pada 20 //angandika sunan nabi/ sajêrone surat Asra/ wong nênacad ing dosane/ iya sinung kuku dawa/ ginawe nyakar-nyakar/ rêraine dhewe iku/ cinakar cakar sêdaya// Pupuh 12 Pada 21 //gusti surat Asra angling/ siksane wong mangan riba/ lan wong mangan rurubane/ dinunung bêngawan êrah/ tur sarwi binalangan/ sirahe anganggo watu/ dening malaekat kathah//
5a.
Surat Bêkarah Pupuh 18 Pada 15 //upas têluh tênung iku/ sikir ing ya tunggal patih/ surat Bêkarah ngandika/ sikir tênung dadya kapir/ kang numpês najis punika/ kitab Kur‟an lawan pêkih// Pupuh 28 Pada 15 //sawêneh ana manungsa/ duk tangi ning kuburneki/ kadya cacing warnanira/ dosane duk neng donyeki/ anganggo ngelmu singkhir/ têgêse sikhir puniku/ tênung têluh lan upas/ surat Bêkarah wus angling/ dadi kapir yen nganggo ngelmu mangkana//
5b.
Surat Bêkarah (Pupuh 35 Pada 4) //akêthen kang widadarya/ kang aneng dalêm suwargi/ Kangjêng Sunan Kur‟an sabda/ ing surat Bêkarah iki/ kang dêrbe ing wong mukmin/ suwarga kang adi luhung/ ayutan garwanira/ ingkang sinucekên sami/ saking anak lawan susukêr sadaya//
6.
Surat Êmur (Pupuh 35 Pada 19) //ing surat Êmur ênggennya/ mangkene
Ayat 32: “Kemudian belitlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta”. Surat Al-Isra ayat 23: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan „ah‟ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”. Surat Al-Bakarah ayat 275: “Orang-orang yang makan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila (tidak tentram jiwanya). Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat) sesungguhnya jual-beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orangorang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yag telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”. Surat Al-Barakah ayat 102: “Mereka mengikuti apa yang dibacakan oleh orang jahat pada masa kerajaan Sulaiman; dan Sulaiman itu bukan orang kafir, tetapi setan itulah yang kafir. Mereka ajarkan ilmu sihir kepada manusia, dan apa-apa yang diturunkan kepada dua malaikat yaitu Harut dan Marut di negeri Babil. Keduanya tiada mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan: „sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir‟. Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang suami dengan istrinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorang pun kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barang siapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui”. Surat Al-Bakarah ayat 25: “Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surgasurga itu, mereka mengatakan: „inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu‟. Mereka diberi buahbuahan yang serupa dan untuk mereka didalamnya ada istri-istri yang suci dan mereka kekal di dalamnya”. Surat An-Nur ayat 52 berbunyi: “Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-
Serat Bustam..., Sari Dwi Septiyani, FIB UI, 2013
7a.
7b.
8.
9.
10.
11.
12.
pasabdaneki/ yêktine êjim manungsa/ kang sami manuting Nabi/ têtêp aneng suwargi/ pan ngeca-eca sadarum/ lan sawarga punika/ adoh sing naraka sami/ wontên malih pangandikaning Pangeran// Surat Insan (Pupuh 35 Pada 13) //kalangênan ing suwarga/ tan jumbuh cahyaneki/ malih ngandika Hyang Sukma/ ya ing surat Insan iki/ lan wêruh sira mukmin/ kêraton agung agung/ kang padha jêmbar jêmbar/ kang tan ana wêkasneki/ kêdhatone ajêmbar tanpa wênganan// Surat Insan Pupuh 36 Pada 23 ..../ Hyang Sukma angandika/ Surat Insan iku/ ênggenipun angandika/ pan mangkene andikanira Hyang Widi/ kala ningali sira// Pupuh 36 Pada 24 //ing cahyane panakawan swargi/ sira nyana mawuring sosotya/ saking sangêt ing gêbyare/ kumawula sadarum/ ênggenira sami ngladeni/ pan sarwi mêndhak-mêndhak/ sabab dhawuhipun/ Pangeran kang Maha Mulya/ kinen sami kumawula anggêpneki/ mring ratu ing suwarga// Surat Kaji (Pupuh 36 Pada 5) //pamanira ngalap murat malih/ saking Kur‟an Kaji Suratira/ lah punika ta rupane/ utawi Hyang Sukma Agung/ manjingakên priyayi mukmin/ mung punika ngelmunya/ imane sasêmut/ milane manjing suwarga/ saking dene sihira Hyang Maha Suci/ marang kawulanira// Surat Khajari (Pupuh 36 Pada 17) .../ngandika Hyang Sukma Agung/ jroning Kur‟an Surat Khijari/ mangkene andikanya/ wus amêcat ingsung/ sajroning ati sadaya/ kang sun pêcat larane lawan prihatin/ kasêngitan sun buwang// Surat Manguna (Pupuh 9 Pada 9) //Gusti Kur‟an angandika/ ing surat manguna iki/ nêraka uwel punika/ ginawe siksane mukmin/ kang salat wêktu ngakir/ lan wong riya riya iku/ wong kumêt siniliyan/ dening sami sami mukmin/ pan naraka Waelul panggonanira// Surat Ngama (Pupuh 35 Pada 30) ..../Surat Ngama alon muwus/ wong mukmin neng suwarga/ darbe pakêbonan sami/ kayu anggur ing suwarga tinanduran// Surat Nisa (Pupuh 27 Pada 20) //Surat Nisa angandika/ rong prakara aran muhsin puniki/ sabab wati kang rumuhun/ sawuse wati kalal/ kapindhone muhsin puniku/ manungsa kang sami Islam/ jalu kalawan estri//
Nya dan takut kepada Allah dan bertaqwa kepada Allah, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan”. Surat Ad-Dahr ayat 20: “Dan apabila kamu melihat di sana (surga), niscaya kamu akan melihat berbagai kenikmatan dan kerajaan yang besar”.
Surat Ad-Dahr ayat 19: “Dan mereka dikelilingi oleh pelayan-pelayan muda yang tetap muda. Apabila kamu melihat mereka, kamu akan mengira mereka, mutiara yang bertaburan”.
Surat Al-Hajj ayat 14 yang berbunyi: “Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang beriman dan mengerjakan amal yang saleh ke dalam surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki”.
Surat Al-Hijr ayat 47: “Dan kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara untuk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan”. Surat Al-Ma‟un ayat 4-7, Ayat 4: “Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat”. Ayat 5: “(yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya”. Ayat 6: “orang-orang yang berbuat riya”. Ayat 7: “dan enggan (menolong dengan) barang berguna” Surat An-Naba ayat 31 dan 32: Ayat 31: “sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa mendapatkan kemenangan”. Ayat 32: “(yaitu) kebun-kebun dan buah anggur”. Surat An-Nisaa ayat 24: “Dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang kamu miliki (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-Nya atas kamu. Dan dihalalkan bagi kamu selain yang demikian (yaitu) mencari isteri-isteri dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina. Maka isteri-isteri yang telah kamu nikmati (campuri) diantara mereka, berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu kewajiban; dan tiadalah mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu telah saling merelakannya, sesudah menentukan mahar itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Serat Bustam..., Sari Dwi Septiyani, FIB UI, 2013
13.
14.
15.
16a.
16b.
17.
18a.
18b.
Surat Rahman (Pupuh 35 Pada 30) //Surat Rahman angandika/ utawi sagung wong mukmin/ aneng ing dalêm suwarga/ tan wontên susah prihatin/ tulus wibawa mukti/... Surat Ra Binasa (Pupuh 12 Pada 38) //Raden Sukbah ngandika ris/ sing sapa mênêng wong ika/ tan eling mring pangerane/ ing aranan iku setan/ gusti kur‟an ngandika/ ing surat ra binasa iku/ setan manjing ing manungsa// Surat Sal (Pupuh 28 Pada 3) //dene ujare surat sal/ lamine kiyamat iki/ adêge makluk sêdaya/ mungguh pangrasane kapir/ kalangkung dening lami/ pan kongsi salêksa taun/ pangrasane wong Islam/ sakalangkung kêbatneki/ yen tinimbang kalawan wêktu satunggal// Surat Sêjadah (Pupuh 28 Pada 1-2) Pupuh 28, Pada 1: .../ carita tapsir akir/ punika ingkang jinumput/ ing jro Surat Sêjadah/ kalawan surat Sal nênggih/ lah punika sabdane Surat Sêjadah// Pupuh 28, Pada 2: //lamine makluk sêdaya/ genira angadêg sami/ mungguh pangrasane kopar/ apan kongsi sewu warsi/ sarta padha prihatin/ sadaya pan sami bingung/ dene mungguh wong Islam/ adêge pêngrasaneki/ luwih kêbat tinimbang adêge salat// Surat Sêjadah (Pupuh 36 Pada 20) //lamun nuju ing Jumuah ari/ samya ngujung marang Rasullolah/ Surat Sêjadah wuwuse/ utawi mukmin iku/ ingkang samya asring lakoni/ ngamal saleh ing donya/ panêmune besuk/ pan oleh sawarga mawar/ têgêsipun pêndhapane ratu mukmin/ panggonan ratu sonja// Surat Tobah (Pupuh 23 Pada 7) //kutbah jumungah ngandika/ manungsa Islam sayêkti/ kang tilar salat lêlima/ ing aranan luwih najis/ lamun tinimbang saking/ najise celeng lan asu/ gusti Kur‟an ngandika/ ing surat tobahneki/ ingkang luwih ala saking gêgêrmitan// Surat Wakingah (Pupuh 35 Pada 6) //sabên mukmin kang satunggal/ dadya ratu andheweki/ Surat Wakingat ngandika/ pinarak sang nata mukmin/ aneng luhuring kanthil/ kang tinênun kanthilipun/ anggo bênang kancana/ lan bênang sasotya adi/ kang tinênun kinarya kanthil punika// Surat Wakingah (Pupuh 35 Pada 31) //Surat Wakingah ngandika/ utawi Hyang Sukma Adi/ nyukulakên widadar Ywa/ kalawan tanêman sami/ aneng dalêm suwargi/ angandika Hyang Sukma (A)gung/ utawi widadar Ywa/ tan ana kang tuwa sami/ anom bae tan kêna anggula drawa//
Surat At-Tur Ayat 17 “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam surga dan kenikmatan”. Surat An-Naas ayat 4-6: Ayat 4: “dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi”. Ayat 5: “yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia”. Ayat 6: “dari (golongan) jin dan manusia”. Surat Al-Hajj ayat 47: “Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu”. Surat As-Sajdah ayat 5 “Dia mengatur urusan langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu”.
Surat As Sajdah ayat 19: “Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, maka bagi mereka surga-surga tempat kediaman, sebagai pahala terhadap apa yang telah mereka kerjakan”.
Surat Maryam ayat 59 “Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemukan kesesatan”. surat Al-Waqi‟ah ayat 15 dan 34 Ayat 15: “Mereka berada di atas dipan yang bertahtakan emas dan permata”. Ayat 34: “Dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk”. Surat Al-Waqi‟ah ayat 22-23 Ayat 22: “Dan (di dalam surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli”. Ayat 23: “Laksana mutiara yang tersimpan baik”.
Berdasarkan paparan diatas mengenai perbandingan isi teks Bustam Salatin dengan Al-Qur‟an dapat diketahui bahwa surat-surat yang terdapat pada teks Bustam Salatin dijelaskan dalam 1-2 pada tetapi dalam surat Al-Qur‟an terdapat dalam 1-3 ayat. Meskipun
Serat Bustam..., Sari Dwi Septiyani, FIB UI, 2013
demikian, ada kemiripan dan perbedaan antara surat-surat yang berada di dalam teks Bustam Salatin dengan Al-Qur‟an. Keterangannya sebagai berikut. Nama-nama dan isi surat dalam teks Bustam Salatin yang mirip dengan nama dan isi surat dalam Al-Qur‟an yaitu Surat Ngali Imran (Pupuh 28 Pada 10) sama dengan Surat Ali Imran (ayat 15-17); Surat Ambiya (Pupuh 15 Pada 11) sama dengan Surat Al-Anbiya (ayat 68-69); Surat Asra (Pupuh 8 Pada 34) sama dengan Surat Al-Isra’ (ayat 23); Surat Bêkarah (Pupuh 18 Pada 15; Pupuh 28 Pada 15) sama dengan Surat Al-Bakarah (ayat 102); Surat Bêkarah (Pupuh 35 Pada 4) sama dengan Surat Al-Bakarah (ayat 25); Surat Êmur (Pupuh 35 Pada 19) sama dengan Surat An-Nur (ayat 52); Surat Kaji (Pupuh 36 Pada 5) sama dengan Surat Al-Hajj (ayat 14); Surat Manguna (Pupuh 9 Pada 9) sama dengan Surat Al-Ma’un (ayat 4-7); Surat Nisa (Pupuh 27 Pada 20) sama dengan Surat An-Nisa (ayat 24); Surat Ra Binasa (Pupuh 12 Pada 38) sama dengan Surat An-Naas (ayat 4-6); Surat Sêjadah (Pupuh 28 Pada 1-2) sama dengan Surat As-Sajdah (ayat 5); Surat Sêjadah (Pupuh 36 Pada 20) sama dengan Surat As Sajdah (ayat 19); Surat Wakingah (Pupuh 35 Pada 6) sama dengan Surat AlWaqi’ah (ayat 15 dan 34); Surat Wakingah (Pupuh 35 Pada 31) sama dengan Surat AlWaqi’ah (ayat 22-23). Nama-nama Surat dalam Bustam Salatin yang tidak mirip dengan nama surat dalam Al-Qur‟an tetapi isinya mirip yaitu Surat Asiyah (Pupuh 35 Pada 26) sama dengan Surat AlHaaqqah (ayat 30-32); Surat Asra (Pupuh 12 Pada 20-21) sama dengan Surat Al-Bakarah (ayat 275); Surat Insan (Pupuh 35 Pada 13) sama dengan Surat Ad-Dahr (ayat 20); Surat Insan (Pupuh 36 Pada 23-24) sama dengan Surat Ad-Dahr (ayat 19); Surat Khajari (Pupuh 36 Pada 17) sama dengan Surat Al-Hijr (ayat 47); Surat Ngama (Pupuh 35 Pada 30) sama dengan Surat An-Naba (ayat 31-32); Surat Rahman (Pupuh 35 Pada 30) sama dengan Surat At-Tur (ayat 17); Surat Sal (Pupuh 28 Pada 3) sama dengan Surat Al-Hajj (ayat 47); Surat Tobah (Pupuh 23 Pada 7) sama dengan Surat Maryam (ayat 59).
Kesimpulan Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa Naskah Serat Bustam Salatin versi Jawa merupakan naskah yang masuk ke dalam golongan religi dan etika berupa ajaran agama Islam seperti rukun iman, tauhid, malaikat, kitab-kitab Allah, ajaran Nabi dan Rasul, ajaran baleg, serta ajaran-ajaran Islam yang dikutip langsung dari Al-Qur‟an.
Serat Bustam..., Sari Dwi Septiyani, FIB UI, 2013
Dari hasil inventarisasi naskah, terdapat 17 naskah antara lain 4 naskah berada di Universitas Indonesia, 1 naskah berada di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, 2 naskah berada di Perpustakaan Keraton Yogyakarta, 1 naskah berada di Perpustakaan Mangkunegaran, 3 naskah berada di Perpustakaan Keraton Surakarta, 1 naskah berada di Museum Sonobudoyo, dan 5 naskah berada di Universitas Leiden, Belanda. Berkaitan dengan hal tersebut, dapat diketahui bahwa Naskah Serat Bustam Salatin cukup populer di Jawa. Setelah inventarisasi naskah, dilakukanlah deskripsi naskah agar dapat mengetahui gambaran fisik naskah seperti jumlah halaman, alas tulis, jumlah baris per halaman, bahasa, aksara, dan lain-lain. Namun hanya 5 naskah yang dideskripsikan yaitu naskah A, B, C, D berada di Univesitas Indonesia dan naskah E berada di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Hal tersebut terkait dengan terbatasnya jarak, waktu, dan biaya pada penelitian ini. Tahapan selanjutnya adalah perbandingan naskah. Hal-hal yang dibandingkan untuk pemilihan naskah adalah kelengkapan isi cerita, kepatuhan metrum, kondisi naskah, aksara dan bahasa, serta alas tulis. Berdasarkan kelima naskah yang telah dideskripsikan, tiga naskah yaitu naskah A, B, dan E sudah beraksara Latin oleh karena itu hanya dijadikan bahan. Terdapat dua naskah beraksara Jawa yaitu naskah C dan naskah D. Setelah dibandingkan dan diteliti lebih lanjut kedua naskah C dan naskah D, naskah C memiliki isi cerita kurang lengkap karena tidak terdapat ajaran baleg, cerita tentang kehidupan manusia dalam kubur, dan lain-lain, memiliki kondisi yang kurang baik, warna kertas sudah kecoklatan dan tinta blobor (tinta pecah) terlihat pada halaman 49 dan 52 hingga ada huruf yang tidak terbaca. Adapun naskah D memiliki cerita yang lengkap, kondisinya baik, sesuai dengan metrum tembang baku. Berdasarkan hal tersebut, naskah D dipilih untuk disunting dan diteliti lebih lanjut. Dalam, alih aksara naskah D menggunakan edisi standar atau kritis agar dapat memudahkan pembaca dalam memahami isi teks. Berdasarkan perbandingan isi teks dengan Al-Qur‟an, dapat disimpulkan bahwa surat yang ada pada teks Bustam Salatin versi Jawa dijelaskan dalam 1-2 pada tetapi dalam surat Al-Qur‟an terdapat dalam 1-3 ayat. Meskipun demikian, terdapat kemiripan pada nama dan isi surat dan perbedaan pada nama. Salah satu contohnya adalah Surat Ngali Imran (Pupuh 28 Pada 10) sama dengan Surat Ali Imran (ayat 15-17). Terdapat pula nama dan isi surat-surat yang berada di dalam teks Bustam Salatin versi Jawa dengan Al-Qur‟an. Salah satu contohnya adalah Surat Asiyah (Pupuh 35 Pada 26) sama dengan Surat Al-Haaqqah (ayat 30-32).
Serat Bustam..., Sari Dwi Septiyani, FIB UI, 2013
Daftar Referensi Al-Qur‟an dan Terjemahan. (1998). Semarang: CV. Asy-Syifa‟. Baried, Siti Baroroh, et. al. (1994). Pengantar Teori Filologi. Yogyakarta: Badan Penelitian dan Publikasi Fakultas (BPPF). Behrend, T.E. (1990). Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 1; Museum Sonobudoyo. Jakarta: Djambatan. ________, dan Titik Pudjiastuti. (1997). Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara, Jilid 3A-B; Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia; Ecole Francaise D‟extreme Orient. ________. (1998). Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 4; Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Departemen Pendidikan Nasional Pusat Bahasa. (2006). Pedoman Umum Ejaan Bahasa Jawa Huruf Latin yang Disempurnakan Edisi Revisi. Yogyakarta: Kanisius. Djamaris, Edwar. (2002). Metode Penelitian Filologi. Jakarta: CV Manasco. Koentjaraningrat. (2002). Pengantar Ilmu Antropologi Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. K. Florida, Nancy. (1993). Javanese Liberature in Surakarta Manuscrips Volume 1 dan 2. Inggris: Cornell University Southeast Asia Program Publications. Lindsay, Jennifer, et. al. (1994). Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara Jilid 2; Kraton Yogyakarta. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Pigeaud, DR. Th. G. Th. (1967). Literature of Java Calague Raisonnè of Javanese Manuscrips in The Library of The University of Leiden and Other Public Colections in The Netherlands Volume I Synopsis of Javanese Literature 900-1900 AD. The Hague: Martinus Nyhoff. ___________________.(1968). Literature of Java Calague Raisonnè of Javanese Manuscrips in The Library of The University of Leiden and Other Public Colections in The Netherlands Volume II Descriptive Lists of Javanese Manuscripts in The Library of The University of Leiden and Other Public Collections in The Netherlands. The Hague: Martinus Nyhoff. ___________________.(1970). Literature of Java Calague Raisonnè of Javanese Manuscrips in The Library of The University of Leiden and Other Public Colections in The Netherlands Volume III Descriptive Lists of Javanese Manuscripts in The Library of The University of Leiden and Other Public Collections in The Netherlands. The Hague: Martinus Nyhoff. Robson, S.O. (1994). Prinsip-prinsip Filologi Indonesia. Jakarta: RUL.
Serat Bustam..., Sari Dwi Septiyani, FIB UI, 2013