Nilai tukar petani (NTP) didefinisikan sebagai nisbah antara harga y ang
ditefima petani (HT) dan harga yang dibayar petani (HB). HT dan HB merupakan harga tertirnbang yang dalam pembentukannya terdiri dari harga
harga komoditas I produk pembentuknya dengan pembobot besamya nilai pmduksi yang dijual I dibeli petani. Dengan demikian pembentukan NTP merupakan mekanisme yang kompleks. Adanya keragamen setiap daerah
seperti dalam surnberdaya pertanian, komoditas yang dihasilkan,
tingkat
penerapan teknologi dan perilaku konsumsi, akan menyebabkan keragaman pembentukan harga-harga dan NTP antar daerah. Dalam kaitan itu, untuk mempelajari NTP terlebih dahulu perlu dikenali keragaman pefilaku NTP dan unsur unsur pembentuknya.
Dalam bab ini urian tentang NTP akan rnencakup : (a) perkembangan
nilai tukar petani, (b) dampak krisis ekonorni terhadap nilai tukar petani, dan (c) unsurunsur pembentuk NTP dan (d) dekornposisi dari nilai tukar petani.
1
Perkembangan Nilai Tukar Petanl (NTP) Dalam metodologi diuraikan bahwa analisa NTP ditakukan di 14
propinsi di Indonesia. Dengan menggunakan tahun dasar tahun 1987, perkembangan NTP memperlihatkan fluMuasi antar propinsi yang s e a m
umum dikelornpokan dalam lima pola seperti tergambar dalam Gambar 4 sampai Gambar 8, dan nilai rataan tahunan NTP dalam Tabel 3.
Rataan NTP di 14 propinsi dalam periode tahun 1987-1998 sebesar 102, dimana sejumlah 8 propinsi menunjukkan rataan NTP diatas 100, dan 6
pmpinsi dibawah 100. Rataan NTP diatas 100 berarti secara kumulatif dalam
tahun 1987-1998 NTP relatif leWh baik dari NTP tahun 1987 dan sebaliknya. Propinsi propinsi dengan NTP diatas 100
mulai dari nilai terbesar berturut
tumt teqadi di propinsi Bali, menyusul secara bertutur tumt di Sumbar, NTB, Sulsel, Sumsel, Kalsel , Sulut dan D.1 Yogya.
Sementam rataan NTP
dibawah 100 secara berturut turut mulai dari terendah terjadi di propinsi
Lampung , Sumut, Jatirn, Jateng, Aceh dan Jabar. Sebagai indikator kesejahteraan petani berarti dalam periode tahun 1987-1998,
kegiatan pernbangunan ekonomi telah meningkatkan tingkat
kesejahteraan di kedelapan propinsi yaitu Bali, Sumbar, NTB, Sulsel, Sumsel,
Kalsel , Sulut dan D.1 Yogya. Sementara Lampung , Sumut, Jatim, Jateng, Aceh dan Jabar terjadi penunrnan tingkat kesephteraan.
Evaluasi peningkatan relati tingkat kesejahteraan dapat pula diukur
dad selisih nilai NTPt masing masing terhadap NTP tahun 1987 ( N T P j s e 00). ~ l Selisih NTPt terhadap NTP,=;r bemilai positip berarti NTPt
diatas 100 dan sebaliknya. Rataan NTP tahun 1987-1998 positip berarti swam kumulatif teqadi peningkatan NTP yang mengindikasikan adsnya perbaikan ting kat kesejahteraan dibanding kondisi tahun 1987, dan sebaliknya apabila rataan NTP bernilai negatip berarti penuntnan tingkat kesejahteraan dibanding kondisi tahun 1987.
Gambar 4. Perkembangan Nilai Tukar Petani Di Jabar, Jateng dan Jatim Tahun 1987-1998 (Th 1987m100)
Q 3
a
110
It loo
zi
90
Tahun
Gambar 5. Perkembangan Nilai Tukar Petani Di Sulut dan Kalsef Tahun 1987-1998 (Th 19874 00)
E
3
120
0
110
--m Z
loo
B
90
Tahun
87
Gambar 6. Perkembanpan Nilai Tukar W n i Di Sumut, Aceh dan Lampung Tahun 1987-1998 (Th 1987=100) 140 -.
130
..
-
--
LAMPUNG
I=
1
Y
EIl
CI1
F
F
W F
w,
r
-
Y
F
¶-
F
I -
Y
Tahun
Gambar 7. Perkembangan Nilai Tukar Petsni Di NTB, Yagya dan Sulsel Tahun 1907-1998 (Th 1987=100) 140 130
- 120 5
g iro
3
z too Z a-
0
90
I
N T B
Ta hun
T
-.
.-
Gambar 8. Perkembangan Nlai Tukar Petani Di Sumsel, Sumbar dan Bali Tahun 1987-1998 (Th 1987=100)
Tahun 0
Tabel 3.
Perkembangan Nilai Tukar Petani di 14 Propinsi di Indonesia Tahun 1987-1998 (Th 1987 = 100, Rata
hop
1M7
1988
3%B9
$990
1991
3892
1993
1985
1-
1997
1
Aceh
100
102
102
102
1M3
89
96
102
98
99
95
Sumui
100
105
1021100
S
94
85
88
9 1 1 8 7
86
1#9
an
88
94
81
93
Pendugaan model matematik dad pergerakan NTP tahun 1987-1998 telah dilakukan melalui pendugaan beberapa model matematik seperti
tercantum dalam Tabel Lampiran 4. Dengan perkembangan NTP tahun 19871998 sangat flulrtuatif sehingga sulit
menentukan model matematik NTP
tahun 1987-1998 secara utuh. Dari Gambar 4 sampai Garnbar 8 secara
umum dalam dipilah menjadi dua periode pergerakan, yaitu periode tahun 1987-1993 11994 dan periode tahun 1994-1998. Bedasarkan pola pergerakan
tersebut, maka pergerakan NTP di 14 propinsi dapat dikelompokkan dalam
iima pola, yaitu : (a) Pola Pertama, teqadi di Jabar, Jateng dan Jatim, yang dicirikan oleh rataan NTP dan kecenderungan NTP dibawah 100, dengan kecenderungan penuwnan pada periode tahun 1987-1993 secara Linier diikuti
oleh kecenderungan peningkatan dalam tahun $994-1998 dengan pola Cubic dengan lereng (slope) yang relatif lebih landai (Gambar 4). (b) Pola Kedua, dijumpai di pmpinsi Sulut dan Kalsel dengan rataan NTP diatas 100, dengan
kecenderungan pergemkan mengikuti pola kuadrati dalam tahun 1987-1994 dan diikuti oleh peningkatan NTP dalam tahun 1995-1908 dengan pota Linier (Gambar 5) , (c) Pola Keiiga, tejadi di propinsi Sumut, Aceh dan Lampung, dengan kecendenrngan penurunan NTP tahun 1987-1998 secara konsisten sehingga rataan NTP dibawah 100 (Gambar 6) , (d) Pola Keempat, dijumpai di propinsi NTB, Yogya dan Sulsel, dengan kecendemngan pola pergerakan
NTP tahun 1987-1993 mengikuti pola kuadratik dan diikuti oleh peningkatan NTP di tahun f 994-1998 dengan laju yag .wtati besar. Rataan NTP pada pola ini diatas 100 (Gambar 71,dan (e) Pola Kellma, dijumpai di propinsi Sumsel,
Sumbar dan Bali, yang dicirikan oleh pergerakan yang relati paling fluktuatif dengan kecendenrngan pola pergerakan kuadratik dalam tahun 1987-1994 dan diikuti oleh peningkatan dalam tahun 1995-1998 (Gambar 8). Rataan
NTP pada poia ini diatas 100. Dugaan Regressi NTP menutut periode tahun 1987-1993 dan tahun 1994-1998 tercantum dalam Tabel Lampiran 5.
5.2.
Pengaruh Krisis Ekonomi Temadap NTP Krisis ekonomi ysng dipiw okh adanya krisis rnoneter dirnulai dalam
bulan Juli 1997, ditandai oleh tunrn drastisnya nilai tukar rupiah temadap mata
uang asing. Kondisi ini secara langsung dan tidak langsung telah meningkatkan harga harga, baik harga komoditas pertanian yang diterima
petani (HT) maupun harga produk manufaktur yang dibayar petani (HB) dan berarti pula msmpenganrhi niiai tukar petani. Apabila laju peningkatan HT lebih besar dari Iaju
HB,rnaka NTP akan meningbt dan sebalknya apabila
laju HT lebih kecil dad HB akan ~nenurunkanNTP. Pendugaan dampak krisis dapat dilakukan melalui penggunaan peubah
boneka yang mencerminkan perbedaan perilaku NTP sebelum krisis dan
setelahnya. Sesuai dengan perifaku NTP, dimana antara bulan Januari Tahun 1995 sampai Juli 1997 terdapat kecendenrngan adanya pergerakan NTP mengikuti pola tertentu, maka dalam menganalisa dampak krisis terhadap
NTP dilakukan dengan rnenggunakan data tahun 1995 sampai tahun 1998. Beberapa model dugaan telah dicobakan untuk mencari model yang dinilai paling memadai untuk menggarnbar perilaku NTP tahun 1995-1998, melalui
penggunaan kriteda utama R~terkomksi (Adjusted R ~ ) .Hasif dugaan tersebut tercantum dalam Tabel 4. Oari Tabel 4 terlihat bahwa pola pergerakan NTP tahun 1995-1998 di 14 propinsi sebagian besar mengikuti model regrest kuadratik (6 propinsi), Cubic (6 propinsi) dan Linier (2 propinsi). Dengan didasarkan kepada nilai koefesien peubah boneka intersep (D) dan peubah
boneka slope (DK) dapat disirnpuikan bahwa kejadian krisis telah berakibat menunrnkan (memperburuk) NTP di propinsi Aceh, Sumut, Lampung, Jabar, Jateng, Jatim, dan Sulut; dan telah mernpe~aiki(meningkatkan) NTP dt propinsi Sumsel, DIY, Bali, NTB, Kalsel dan Sulsel. Altematif lain untuk melihat dampak krisis adaiah rnelalui pewitungan nilai kumulatif selisih antara NTP aktual dengan NTP proyeksi dari pendugaan model dengan menggunakan
data aMual NTP dari buian Januari 1995
sampai Juli 1997. Dan hasil pendugaan model periode bulan Januari 1995-Juli 1997 kemudian dipmyeksikan sampai dengan Desember 4 998. Apa bila
selisih antara NTP aktual dengan NTPproyeksi > 0, betarti krisis ekonomi telah meningkatkan NTP, apabila setisih tersebut =0, berarti tidak berpengaruh, dan apabila selisih
- Juli 1997 dan proyeksinya di
14
propinsi tercantum dalam Garnbar Lampiran 1 sampai Gambar Lampiran 14. Nilai kurnulatif setsih antara NTP aktual dan NTP proyeksi temntum dalam Tabet 5.
Tabel 4. Nilai Dugaan Regressi dan Dampak Krisis Ekonorni Terhadap NTP di 14 Propinsi Tahun 1995-1998 (Th 1987=100)
Aceh Sumut
Sumbar
Sumsel Larnpung Ja bar Jateng
1
Jaf m Bali
NTB
1 Kstsel
Keterangan : T = waktu(bulan) D = peubah bneka intersep sebelumdansetelah krisisekonomi (Juli1997) DK = peubah boneka slope sebelum dan setelah lvisis ekonomi (Juli 1997) rn = nysta pads tingkat kepercayaan 99 persen " = nyata pada tingkat kepercayaan 95 wrsen = nyata pada tingkat kepercayaan 90 persen
Melalui pendekatan diatas juga sekaligus dapat dihitung besaran relatif dari dampak krisis tersebut terhadap NTP. Secara relati peningkatan NTP
paling besar tejadi di propinsi Kalsel, Sumsel dan Sulsel; sedangkan di
propinsi Bali dan NTP peningkatan NTP relatif paling kecil. Penurunan NTP paling besar akibat kejadian krisis dijumpai di propinsi Sumbar, Sufut dan
Aceh. Sementara propinsi di Sumut, Lampung, Jawa Barat, Jawa tengah, dan Jawa Timur, penurunan NTP relatiF keul.
Tabel 5.
Selisih Nilai AMual dan Proyeksi NTP di 14 Propinsi , bulan Agustus 1997 sampai Desember 1998. Periode
Peride Jan-Des 1998
ht'1997- Des'l 998
-1.772
-108.055
-1 09.827
-1.638
- 73.235
-74.873
-291-927
14. Sumsel
26.154 20.907
201-699
-265.773 222.606
1 5. Lampung
7.137
-71.210
-64.073
16. Jabar 1 7. Jateng
19.882
-55.459
- 35.577
-32.111
-141260
-173.371
18. DIY
-6.305
98.298
91.993
0.165
-98.375
-98.210
-9.793
48.726
2.714
33.045
8.933 35.759
: 12.Kalsel
/
42.275
192.547
234.822
13.Sulut
4.282
-171.684
-17A .g66
(
14. Sukel
29.864
164.405
194.269
Periode Propinsi
I
I I-Aceh
113.2. Sumbar Sumut I
I
1
9 . Jstim
i 10.Bali
: 11.NT8
1
5.3.
A@- Des 1997
.
Unsur-Unsur Pembentuk Nilal Tukar Petani (NTP) Nilai tukar petani merupakan nisbah antar harga yang diten'ma petani
(HT) dan harga yang dibayar petani (HB). Unit pembentukan NTP adaiah
propinsi, yang sampai dengan tahun 1998 barn dilakukan di 14 propinsi di
Indonesia. Harga yang diterima petani (HT) merupakan harga tertimbang dari harga-harga komoditas yang dihasilkan ldijual petani, dengan penimbang (pernbobot) adalah nilai
dari masing masing kornoditas disetiap propinsi.
Kelompok komoditas yang dihasilkan
petani yang
tercakup
dalam
perhitungan NTP meliputi kelompok tanaman bahan rnakanan (yaitu padi, palawija, sayuran dan
buah-buahan) dan kelompok tanaman perkebunan
rakyat. Harga yang dibayar petani (HB), yang merupakan harga tertimbang dari harga produk konsumsi dan harga biaya produksi dan penambahan
barang modal. Dari Tabel 6
terlihat bahwa
antara tahun 1987-1998, dalam
pembentukan harga yang diterima petani (HT) secara rataan peran (bobot)
Padi nenempati pangsa terbesar, menyusul secara bertutur tunrt Palawija,
Sayuran, Buah-buahan dan Tanaman Perkebunan Rakyat. Sebaran antar propinsi
berbeda sesuai dengan potensi sumberdaya pertanian masing
masing daerah. Secara relatif bobot komoditas padi dalam HT cukup besar ( diatas 0,4) dan rnulai dari yang paling besar tejadi di propinsi Kalsel, Subei, Sumbar, Sumut, Jateng, Jabar dan NTB. Pangsa kelompok palawija cukup
besar (diatas 0,25) terjadi secara berturut mulai yang terbesar di D.1 Yogya,
Lampung, Jatim, Sulut dan Aceh. Pangsa kelompok sayuran relati besar (diatas 0,15) di pmpinsi Sumbar, NTB, Aceh, Jabar, Jateng dan Bali. Pangsa
tanaman perkebunan rakyat relati besar (diatas 0,151 di propinsi Surnsel, Aceh, Lampung dan Sumut.
Tabel 7 . Perkembangam Peran Produk Yang Dibdi Petani Dalarn Pembobotan NiIai Tukar Petani Tahun 1987
Tahun 1998
Tahun 1993
Propinsi
Konsurnsi '~lkarun
Non
Makanan
Biaya produksi RpNL
Konsumsi
Mad Lain
M.lulua
Kaja
Tamga
Nm Mdman
Biaya produksi Rqn*
Konsumsi
Tcnaga Kccia
W Mn
Makanan
No. Makanan
Biaya produksi Rp*
Tmp
Muid
Keqa
I&
_
1.
Aceh
0.612
0.229
0.024
0.099
0.036
0,579
0.248
0.036
0.101
0.038
0.653
0.202
0.031
0.084
0.030
2.
Sumut
0.566
0.265
0.026
0.122
0.021
0.521
0.302
0.040
0.116
0.021
0.602
0.255
0.036
0.091
0.016
3.
Sumbar
0.593
0.214
0.031
0.137
0.026
0.570
0.210
0.053
0.141
0.027
0.653
0.168
0.044
0.116
0.019
4.
Surnsel
0.578
0.329
0.020
0.057
0.018
0.617
0.275
0.031
0.068
0.011
0.675
0.230
0.030
0.056
0.010
5.
Lampung
0.548
0.267
0.039
0.114
0.035
0.520
0.271
0.049
0.128
0.034
0.621
0.213
0.046
0.099
0.022
6. Jabar
0.412
0.479
0.014
0.073
0.022
0.394
0.477
0.019
0.085
0.024
0.470
0.424
0.016
0.072
0.017
7. J a t q
0.347 '
0.521
0.021
0.055
0.057
0.324
0.523
0.027
0.063
0.063
0.382
0.480
0.022
0.061
0.053
8. DIY
0.358
0.570
0.013
0.043
0.016
0.336
0.585
0.018
0.W
0.015
0.414
0.517
0.014
0.040
0.014
9, faim
0.355
0.521
0.023
0.072
0.029
0.337
0.511
0.032
0.090
0.031
0.398
0.457
0.032
0.087
0.026
10. Bdi
0.467
0.288
0,042
0.012
0.192
0.W
0.244
0.053
0.015
0.229
0.522
0.194
0.052
0.014
0.218
11. NTB
0.541
0.234
0.038
0.010
0.177
0.513
0.228
0.049
0.012
0.199
0.557
0.189
0.057
0.008
0.190
12. U s e l
0.557
0.184
0.050
0.210
0.000
0.545
0.179
0.050
0.200
0.027
0.M
0.136
0.035
0.166
0.014
13. Sutut
0.605
0.285
0.021
0.091
0.002
0.597
0.276
0.024
0.085
0.020
0.M1
0.239
0.021
0.094 0.045
14. Suld
0.469
0.283
0.037
0.211
0.000
0.484
0.282
0.047
0.143
0.045
0.550
0.232
0.054
0.118
0.045
0.501
0.334
0.029
0.093
0.043
0.486
0.329
0.038
0.092
0.055
0.553
0.281
0.035
0.079
0.052
Rataan
Secara umum pangsa komoditas padi, sayuran dan buah-buahan meningkat, sementara pangsa palawija dan tanaman perkebunan menunrn. Antara tahun 1987-1998 peningkatan pangsa padi dalam NTP terjadi di propinsi Aceh, Sumut, lampung, Jabar, Jateng, Kalsel, Sulut dan Sulsel,
sementam di pmpinsi lainnya menunrn. Penurunan pangsa palawija dalam pembentukan NTP terjadi di sebagian besar propinsi kecuali di propinsi Aceh,
Jabar
dan Sulut. Peningkatan pangsa sayuran tejadi di propinsi Aceh,
Sumut, Sumbar, Jabar, Jatim, NTB, Kalsel dan Sulur sernentara di propinsi
lainnya menurun. Peningkatan pangsa buah-buahan teqadi sebagian besar propinsi kecuali di propinsi Lampung, Jabar dan NTB. Sementara peran
tanaman perkebunan rakyat terhadap NTP menunrn di hampir seiuruh propinsi kecuali Sumsel. Dan Tabel 7 terlihat bahwa dari sisi harga yang dibayar petani, pangsa
pngeluaran untuk konsumsi dalam pembentukan NTP sangat dominan dan raeatif stabil walaupun cendenrng menurun. Dalarn tahun 1987 pangsa konsurnsi mencapai 0,835 persen dan sedikii menurun rnenjadi 0,834 persen di tahun 1998. Walaupun demikian dalam komposisinya terdapat dinamika. Penurunan tersebut teQadi tenttama karena penurunan pangsa konsumsi
non pangan sementara pangsa pangan cendenrng meningkat. Dalarn tahun 1987 pangsa konsumsi pangan sebesar 0,501 persen rneningkat menjadi
0,553 persen di tahun 1998, sementara pangsa non pangan menurun dad 0,334 persen menjasi 0,281 persen. Peningkatan pangsa kelompok pangan
tejadi di semua propinsi, begitu pula penunrnan pangsa
non pangan tejadi
disemua propinsi.
Pangsa biaya produksi dan barang modal dalam pembentukan NTP relatif stabil dengan kecenderungan meningkat. Dalam tahun 1987 pangsa biaya produksi dan barang modal sebesar
meningkat
0,165 persen
dan
sedikit
rnenjadi 0,166 persen di tahun 1998. Dari pergerakan
komposisinya, pangsa pupuk
dan barang modal cendenrng meningkat
sementara pangsa tenaga keja manusia menunrn. Dalam tahun 1987 pangsa
pupuk sebesar 0,029persen , meningkat menjadi 0,035persen di tahun 1998. Peningkatan pangsa pupuk teqadi di hampir sernua propinsi kecuali
Kalsel. Dalam tahun 1987 dan tahun 1998 rataan pangsa tenaga kerja dalam pembentukan NTP masing masing 0,093 dan 0,073. Penurunan terjadi di
sebagian besar propinsi kecuali Jateng, Jatim, Bal dan Sulut. Rataan pangsa
barang modaj meningkat dari 0,043 persen ditahun 1987 menjadi 0,052 persen ditahun 1998, dan peningkatan tersebut terutama terjadi di propinsi Bali, NTB, Kalsel, Sulut dan Sulsel.
Oengan tujuan hanya untuk meYhat arah pergerakan dari lndeks harga
yang diterima petani (IT) dan fndeks harga yang dibayar petani (1B) tahun 1987-1998, dilakukan dugaan regresi sederhana seperti tercantum daiam
Tabel 8 dan Tabel 9. Laju paningkatan IT relatif lebih besar teqadi di propinsi Dl. Yogya, NTB, Jahar, Sulsel, Sumbar dan Jateng, sementara laju IT paling
kecil teQaditi propinsi Lampung. Peningkatan laju 16 relatif besar teqadi di Jabar, Jateng, Sumut, Dl Yogya dan Sulsel.
Laju peningkafan 17 lebih besar dari laju IB terjadi di pmpinsi Sumbar, Sumsel, DIY, Bali, NTB, Kalsel, Sulut dan Sulsel, dan di pmpinsi lainnya laju IT lebih rendah dari IB. Kejadian krisis secara nyata tdah rneningkatkan IT dan IB seperti terlihat dari nilai kofesien peubah boneka (DT). Pada
masa
krisis tersebut, laju peningkatan IT lebih besar dari laju 18 teqadi di pmpinsi Sumsel, DIY, Bafi, NTB Kalsel dan Sulsel. Sementara di pmpinsi lainnya yaitu Aceh, Sumut, Sumbar, Lampung, Jabar,
Jateng, Jatim dan Sulut setelah
kejadian krisis laju peningkatan IT lebih randah dari laju 16. Tabel 8.
Propinsi
Aceh
Anafisa Regmssi lndeks Harga Yang Diterima Petani di 14 Propinsi di Indonesia Tahun 1987-1998. lntersep
T
DK
~ d j . ~ ~
62.033*"
14.4404-
f 1.8178"'
0.8012
2. Sumul 3. Sumbar
66.452***
13.5959*"
13.0914'**
0.7796
49 -367"'
19.0900'"
11.8724"*
0.7700
4. Sumsel
61.469"'
15.8475'"
10.5355"'
0.7201
5. Lampung
89.055"'
7.9434'-
6. Jabar
50.951"*
20.381 1'"
10.5837"*
0.8183
7. Jateng
54.386"'
17.8449*"
10.6782"*
0.8674
8. DIY
32.744""
22.1142'"
22 .I953-
0.7002
42.374"'
13.4868'-
9 .442OW*
0.5980
10. Bali
82.025"-
19.1535""
2.4722 ***
0.4966
11. NTB
41-462""
21.9784*"
15.2893"'
0.7723
12. Kalsel
96298"'
19.9590'"
14.0587-•
0 2 0 11
13. Sulut
82.850"*
19.8982*-
2.0507"'
0.5958
14. Sukel
60.740m*
20.1754'"
16.8632"'
0.5578
1.
9.
Jatim
Catatan :
"
3 -8051***
: Nyata pada tingkat kepereayaan ,99persen : Nyata pada tingkat kepercayaan 95 persen * : Nyata pa& tingkat kepercayaan 90 persen OK : Peubah boneka yang menggambarkan kondisi ssbelum dan setelah krisis (bulan Juli 1997).
0.8156
j
Tabel 9.
Analisa Regressi lndeks tlarga Yang Dibayar Petani di 14 Propinsi di Indonesia , Tahun 1987-1998.
Propinsi 1. Aceh
2. Sumut 3. Sumbar 4. Sumsel
5. lampung 6 . Jabar
7. Jateng 8. DIY 9. Jatim
10. Bali 11. NTB
12. Kalsel 13. Sulut 14. Su tsel Caatan :
"' : Nyata pada Cngkrrt kepercayaan 99 persen : Nyata pada tingkat kepercayaan 95 p a n : Ny&a pada tingkat keperayaan 90 persen OK : Peubah boneka yang rnenggambarkan kondisi sewurn dan setelah krisis (bulan Juli 1997).
5.4.
Dekomposisi Nilal Tukar Petani (NTP) Dalarn metodobgi diumikan bahwa
NTP dapat didekomposisi
kedalam unsur unsur pembentuknya, baik dari sisi unsur pembentuk harga
yang diterima petani (HT) maupun unsur pembentuk harga yang dibayar
petani (HB). Dan unsur pembentuk HT dapat dirincl rnenjadi NTP kelompok komoditi, yaitu NTP-Padi, NTP-Palawija, NTP-Sayuran, NTP-Buah-huahan dan NTP-Tanaman Perkebunan Rakyat; ataupun lebih rinci lagi menjadi NTP-
Kornoditas. Sedangkan dari sisi unsur pembentuk HB, dapat dirinci menjadi NTP-Komoditas Konsumsi (Makanan dan Non Makanan) dan NTP-Sarana produksi (Pupuk, T.kerja, Modal).
Bahasan tentang NTP Kelompok
komoditas secara khusus akan diuraikan dalam bab selanjutnya.
Bahasan
berikut akan rnenguraikan dekomposisi NTP dari sisi unsur pembentuk harga yang dibayar (HT). Dalam Garnbar Campiran 15 sampai Gambar Lampiran 28,
rnernpef hatkan perkembangan dekomposisi Nilai Tukar Petani terhadap harga yang dibayar di 14 propinsi.
5.4. I.Nilai Tukar Petani Tertradap Produk Konsumsi Nilai Tukar Petani Terhadap Produk Konsumsi(NTP-KON) didefinisikan sebagai nisbah antara
harga yang ditenma petani terhadap harga yang
dibayar untuk pembelian barang konsumsi. NTP-KON rnenggambarkan
kekuatan daya tukari daya beli dari komoditas pertanian terhadap produk
konsumsi. Produk konsumsi tersebut adalah produk manufaktur, dengan demikian nilai tukar ini juga menggambarkan kekuatan daya beli dad komoditas pertanian terhadap produk manufaktur.
Perkembangan NTP-KON di 14 pmpinsi tahun 9 987-7 998 dapat diikuti dari perkembangan nilai dugaan regresi seperti tercantum dalam Tabel
Lampiran 6. Dengan lujuan untuk melihat perkembangan (trend) NTP-KON dan dengan tetap memperhatikan kelemahan model dugaan berkaitan dengan adanya multikolonieriti, maka model regressi dinilai cukup memadai untuk
dapat menggambarkan perkembangan NTP-KON. Dafi tabef tersebut tedihat
bahwa dari 14 pmpinsi yang dianalisa, sejumlah 8 propinsi secara nyata
rnernpertihatkan laju peningkatan, satu pmpinsi yaitu Jateng mernperlihatkan kecendenrngan peningkatan (koeffesien positip tidak nyata), tiga propinsi yaitu Aceh, Sumut dan Lampung memperlihatkan laju menurun nyata dan
menurun
dua pmpinsi yaitu Kalsel dan Sulut memperlihatkan k-nderungan
(koeffesien negatip tidak nyata). Propinsi dengan laju peningkatan positip
nyata secara bertunrt turut dengan laju mulai terbesar terjadi di propinsi NTB, Bali, Sumbar, Sumsel,Dl Yogya, Sulsel, dan Jatirn. Pergerakan NTP-KON mulai dari tahun dasar (Tahun 1987=100) juga
dapat diikuti dengan melihat selisih antara nilai NTP-KON tersebut terhadap 100. Apabila nilai selisih NTP-KON bernilai positip berarti pada
waktu
bersangkutan NTP-KON bemilai diatas 100 dan sebaliknya apabila selisih bemilai negatip berarti NTP-KON bernilai dibawah 100.Dari rataan kumulatif
selisih NTP-KON terhadap NTP-KON pada tahun dasar
=
100 ,
rnempedihatkan dalam periode tahun 1987-1998, secara rataan di ? 4 propinsi menunjukkan nilai positip, yang berarti NTP-KON dalam periode tersebut rneningkat. Berdasarkan sebaran antar pmpinsi, nilai kumulatif positip dijumpai di
bertanda
10 propinsi, sedangkan 4 propinsi yaitu Aceh,Sumut,
Lampung dan Jatim menunrn. Secara rataan peningkatan NTP-KON tetbesar tejadi di pmpinsi Bali, Sumsel, NTB dan Sulsel (Tabel 10). Analisa untuk melihat dampak krisis dilakukan melaluj pendugaan
. model tahun
1995-1998 seperti tercantum dalam Tabel 11. Kejadian krisis
ekonomi telah menurunkan NTP-KON secara nyata di propinsi Aceh, Sumut,
Sumbar, Lampung, Jabar, Jateng dan Jatirn. Sementam di propinsi DIY, NTB, Kalsel dan Sulsel dampak krisis terhadap NTP-KON positip, sernentara dipropinsi lainnya yaitu Sumset, Bali dan Sulut
kecenderungan pengaruh
positip tidak nyata. Tabel 10.
Rataan Selisih NTP-KON Temadap Tahun Dasar di 14 Propinsi Tahun 1987-1998 :Tahun 1987=100).
Propinai
1987
1988
Aceh
0.0
0.9
1 9
2.3
-
1990
3.0
1991
1992
1993
1594
-
5.4
0.B
-1.8
3.6
iW
1996
1997
1998
RUasD
-Id
0.1
8.4
-33.3
-3.4
Peranan dari NTP-KON terhadap NTP dapat dilihat dari nilai selisih antara NTP-KON terhadap NTP. Apabila selisihnya bemilai positip (atau nilai NTP-KON > NTP) berarti kedudukan NTP-KON rnemberikan kontribusi
positip terhadap peningkatan NTP dan sebaliknya. Dari keragaan selisih NTP-KON terhadap NTP seperti terangkum dalam Tabel Lampiran 7, terlihat bahwa secara rataan NTP-KON telah berperan positip terhadap NTP. Peran
-.
positip tersebut juga teqadi di sebagain propinsi kecuali Sulsel. Peran positip NTP-KON tertsesar teQadidi propinsi Sumsel, rnenyusul Bali, NTB dan Jatim. Tabel 11.
Niki Dugaan Regresi Dan Dampak krisis Ekonomi Terhadap
NTPKON di 14 Propinsi. Prop
T~
T
Intwep
1
T~
DK
D
~dj.~'
1
i Aceh
10 1.856***
-0.192+
Sumut
91.859***
0.076
-0.037
Sumhar
1 17.890***
0.972
-0.153**
I Sumsel
152.072***
-3.613***
0.077***
! Lampung
94.138*** i -0.497
,
IMar
1
- 1.278***
0.440
O.OQQ**
71.565***
-2.250***
0.1123
0.004***
327.929***
- 1 0.034***
0.74I
-16.998
0.684
0.812
73.072***
-2.190***
0.424
66.435***
-1.893***
0.598
RO.160**
-2.392**
0.830
O.OOO+
109.875***
-0.663*** 0.015**
Jateng
94.887***
1.874***
-0.084** 0.001
DIY
106.823***
-1.610+*
0.130***
-0.002***
-133.073***
4.2 12***
0.739
J&
94.875***
1. S O *
-0.104*
0.002**
189.844***
-5.999***
0.584
Baii
124.938*** -2.45 I
0.256*
-0.005**
-150.253
5.230
0.254
NTR
89.379***
9.385***
-0.696*** O.Q14***
-4 13.574**
13.620**
0.568
KalseI
101.7&l***
-1.037
0. 1614**
-89.149**
3 . 3 lo**
0.764
Sulut
%.998***
-0.170
0.016
-5.579
0.006
0.383
Sulsel
105.329***
0.377***
-19.347**
2.278**
0.745
I
1
-0.030
44.088**
Ketemngan :
-0.004***
T = w a h ,(bulan) D = peubah boneka intersep gebdum dan setelah krisis ekonomi (Juli 1997) 0 K = peubah boneka slope sebelurn dan setetah krisis ekonomi (Juk 1997)
Produk konsumsi
dapat dikelompokan
dalam
produk konsumsi
makanan dan kelompok non makanan, dengan demikian nilai tukar produk konsumsi dapat dirinci menjadi nilai tukar petani terhadap produk konsumsi makanan (NTP-MAK) dan niiai tukar petani tehadap produk konsumsi non
makanan (NTP-NMAK).
a.
Ftilal Tukar Petani Terhadap Pmduk Konsurnsi Makanan (NTP-MAK) NTP-MAK didefinisikan sebagai nisbah antara h a ~ yang a diterima
petani (HT) temadap harga produk komsumsi makanan. Nilai tukar ini menggambarkan kekuatan daya beli petani terhadap harga produk makanan
yang dibeli petani. Harga produk konsumsi makanan menrpakan harga tertimbang dari seluruh harga-harga produk makanan yang dikonsumsi (dibeli) petani. Dalam Tabel Lampiran 1 tertihat bahwa produk konsumsi makanan mencakup kelompok padi-padian, kelornpok daging-ikan-unggas, kelompok susu-telur-lemak, kelompok sayuran, kelompok buah-buahan, kelompok
kacang-an, dan kelompok makananminuman lain. Analisa regressi untuk melihat trend NTP-MAK tercantum dalam Tabel Lampiran 8. Dengan memperhatikan pula perkernbangan NTP-MAK seperti
tercantum dalam Gambar Larnpiran 15 sampai Gambar Lampiran 28, model dugaan Linier dianggap mernadai untuk dapat menerangkan perkembangan NTP-MAK tahun 1987-1998. Dari Tabel Larnpiran 8 tersebut terlihat bahwa
secara umum
dari 14 propinsi yang dianalisa sejumlah 6 propinsi
menunjukkan peningkatan NTP-MAK secara nyata, yaitu masing masing dengan laju mulai terbesar di propinsi Jateng, DIY, Jatim, Bafi, NTB dan
Sumbar. Di Aceh, Sumut, Lampung, Sulut dan Sulsel menunjukkan penurunan. Sedangkan di Jabar, Sumsel dan Kalsel kecenderungan menurun (tidak nyata). Berdasarkan rataan nilai kumulatip setisih NTP-MAK terhadap NTPMAK tahun dasar ( Tahun 1987=100), secara umum NTP-MAK menunjukkan
peningkatan (Tabel 4 2). Peningkatan NTP-MAK mulai yang terbesar teqadi di propinsi NTS, Bali, Sumbar, Sumsel, Sulsel, Kalsel dan Sulut. Penurunan NTP-MAK mulai dari yang terbesar tejadi di propinsi Lampung, Aceh, Sumut,
Jatirn, Jateng , dan Aceh. Semantara di Dl Yogya secara kumulatif NTPMAK=O atau berarti sama dengan rataan NTP-MAK tahun 1987.
Tabel 12.
Rataan Selisih Antara NTP-MAK Terhadap Tahun Dasar di 14
Pmpinsi (Tahun1987=100).
Anaiisa untuk melihat dampak krisis ditakukan melalui model dugaan regresi NTP-MAK tahun 1995-1998.
menumnkan secara nyata
Kejadian krisis ekonomi tela h
NTP-MAK di propinsi Aceh, Sumut, Sumbar,
Larnpung, jabar, Jateng dan Jatim; serta kecendenrngan penunrnan (tidak nyata) di Sumsel dan Sulut. Dampak posttip nyata dijumpai di propinsi DIY, NTB dan Kalsel, dan kecendenmgan positip di Bali dan Sulsel (Tabel 13).
Nilai Dugaan Regresi Dan Oampak krisis Ekonomi temadap NTPMAK di 14 Propinsi.
Tabet 13.
Prop
lntersep
T
T~
T~
D
DK
~dj.R'
50.736***
-1.525*** 0.562
0.016*+
48.322***
-1.597***
0.832
-0.123***
0.003*** 295.531*** -9.132***
0.788
Aceh
97.804***
-0.154
Sumut
%.783***
-0.745***
Sumhar
113.000***
0.491
Sum~el
137.039*** -3.898*** fl.O90***
Lnmpung
90.475***
Jalxu
27.699
0.789
0.778
-0.038
0.001
76.965***
-2.368**
0.907
I O ~ . C K ) ~ * * * -0. 1 97
-0.018
0 000
109.318***
-3.295***
0.828
Jateng
94.857'**
-0.030***
68.768***
-2.092*** 0.936
DIY
104.359*** -1.561**
0.129***
4.002*** -78832**
2.4 16**
0.398
Jatim
92.662***
-0.093*
0.002**
220.149***
-7.0I 1***
0.770
Bali
i 16.400*** -2.320
0.239**
-0.005**
-1 16.728
4.047
0.422
I'm3
78.097***
-0.862*** 0.018***
-525.597*
17.433**
0.428
Kakl
100.903*** -1.935**
0.222***
-0.005*** -93.464
3.464*
0.753
SU~U!
92.890***
1.097
-0.084
0.002
71.338
-2.502
0.236
-0.373
0.05 1
-0.001*
-18.335
0.674
0.592
S U ~ S ~ 100.122*** Keterangan :
-0.380
1.196***
1.283
11.406**
= m k t u (bulan) D = peubah boneka intersep sebelurn dan setdah krists ekonomi . OK = peubah boneka slope sebelum dart setelah kn'sis ekonomi. *" = nyata pada blngkat kepercayaan 99 persen +* = nyata pada tingkat kspercayaan 95 penen + = nyata pada h g b t kepercayaan 90 persen T
Peran dari NTP-MAK dalarn pernbentukan NTP diukur dari nilai rataan kumulatif selisih NTP-MAK dan NTP dalam tahun 1987-1998 menunjukkan
angka bemilai negatip yaitu sebasar -0,2 (Tabel Larnpiran 9). Ini bemrti
secara umum NTP-MAK telah memberikan kontribusi negatip terhadap NTP. Kondisi ini sejalah dengan sebaran perannya antar propinsi dimana dari 14
propinsi sejumlah 9 propinsi menujukkan selisih NTP-MAK terhadap NTP bemilai negatip dan hanya 5 propinsi bemihi positip. Rataan nilai negatip
secara berturut turut mulai dari yang terbesar terjadi di propinsi Sulsel, Jabar, Sumbar, Lampung, Kalsel, Aceh, Yogya, Baii dan Sulut. Semantara nilai selisih positip mulai dari terbesar terjadi di Jateng, Sumut, NTS, Jatirn dan
Sumsel.
b.
Nilai Tukar Petani Terhadap Konsurnsi Non Makanan (NTP-NMAK) NTP-NAMK rnenrpakan nisbah antara harga yang diterima petani (HT)
terhadap harga produk komsumsi non makanan yang dibayar petani. Nilai
tukar ini menggambarkan kekuatan daya beti petani tehadap harga produk
nun makanan yang dibeli petani. Harga pmduk konsumsi makanan merupakan harga tertimbang dari selunrh harga-harga produk non makanan
yang dikonsumsi (dibeli) petani. Perkembangan harga-harga produk non makanan merupakan harga yang tefbantuk dari pengeluaran petani dari kelompok non makanan yang mencakup pengeluaran untuk penrmahan,
tempat tinggal dan aneka barang dan jasa ( Tabei Larnpiran 1):
Hasil dugaan regressi
tahun 1987-1998 tercantum dalam Tabel
Lampiran 10. Dengan rnernperhatikan perkernbangan seperti tercantum datam
Gambar tersebut, model dugaan Linier yang dianggap mernadai untuk dapat
menemngkan perkembangan NTP-NAMK. Secara umum sebagian besar propinsi menunjukkan
laju meningkat, kecuaii di pmpinsi Sumut dan
Lampung. Peningkatan secara nyata dengan laju mulai dari yang terbesar terjadi di propinsi NTB, Sumbar, Bali, Sulsel, Kalsel, Sumsel, Jabar dan D.1 Yogya.
Kecendenrngan peningkatan NTP-NAMK (trdak nyata) terjadi di
propinsi Aceh, Jateng, Jatim dan Sulut. Di pmpindi Sumut dan Larnpung,
NTP-NMAK menurun secara nyata.
Peningkatan NTP-NMAK juga dapat dinilai dari rataan kumulatif selisih antara NTP-NMAK dengan niiai tahun dasarnya (1 987=100). Berdasadcan nilai
kumutati tersebut
sebagian besar propinsi mengalami peningkatan
NTP-NMAK kecuali Sumut, Lampung dan Yogya. Peningkatan NTP-NMK
terbesar teQadidi Bali, NTB, Sumbar dan Surnset (Tabel 14).
Kejadian krisis ekonomi secara nyata telah meningkatkan NTP-NMAK di propinsi Sumsel, DIY, Kalsel dan Sulsel dan kecenderungan peningkatan
(positip tidak nyata) di propinsi Sumut, Bali dan Sulut. Sementara itu di
propinsi Aceh, Sumbar, Larnpung dan Jatim, adanya krisis secara nyata berrjampak negatip temadap NTP-NMAK dan kecenderungan negatip di propinsi Jabar, Jateng dan NTB (Tabel 15).
Tabel 14. -
-
1987
R.opinai
.--_
Rataan Selisih Antara NTP-NMAK Terhadap Tahun Dasar di 14 Pmpinsi Tahun 1987-1998 (1987=100) 1988
1989
1%
1991
1990
--__I
15193
1%
1995
155%
1997
1998
...--
........................................................
hU
K....
~ceh
0.0
3.1
43
la
0.6
-2s
4.7
3.0
6.6
6.0
4.4
22
1.8
Sumut
0.0
8.9
4.2
-1.1
-9.0
-13.6
-25.1
-21.6
-14.1
-12.4
-15.6
-i5.7
4.3
19.3
3.4 1 1 7 . 0
17.0
89
21.4
40.9
37.5
a.9
47.6
23.9.
Sumbsr
--OX1
Sum&
0.0
-LPmW --
Jab= J-
4.3
3.6
- .
5.9
6.0
5.t
-38
6.0
31.2
22.5
14.3
53.8
,11.7
3.7
-4.9
-14.5
-78
-3.8
-12.4
-10.3
-92
-3.3
OR
6.3 14.3
6.3
om
9.5
8.2
9.7 --Q.I
0.0
7.2
2.6
_----OR
-
-----
1.4
-- 2.4
-15
8.6
as
7.8 4 ~ 5 . 7-
-12.7
-3.3
-*-
A -
7 ~ 4 19,.
28.1
.-g.1
6.8
4.7
0.8
-
8.0
13.6
436
3.3
* -
9.4
J
-
-
5.8
-2.5
0.7
02
-7.1
-13.3
2.0
65
0.0
46
-3.1
2
8.4
-12.2
-17.7
5.7
2.8
6.0
12.9
4.6
-1B
Bali
0.0
11.6 30.2
38.9 31.1
24.2
13.9
26.8
39.5
45.5
53.0
69.0
30.7
NTB
0.0
5.1
7 2
7.7
8.1
7.7
143
-16.9
34.2
37.7
48.6
136.1
23.0
Kald
0.0
7.0
4.4
9.9
5.0
1.9
0.7
-1.7
15.0
27.2
27.9
30.5
9.8
Yqya Jdim
-
-
SUM
08
4 2
--
lf.4-16.5
i.7
7.4
4.2
-
0.4
SUM
0.0
7.5
12.3
14.6
6.2
5.8"-r-3T-10.9
RaEaan
0.0
75
72
8.4
5.6
1.6
4.8
4.0
---
4.4
10.6
22.5
32.8--4.0 48.8
14.7
16.5
ZQ.6
21.2
30.9 ' 8 . 7 -
33.9
15.6 8.9
Secam umum NTP-NMK memberikan kontibusi positip dalam
pembentukan NTP, seperti ditunjukkan oleh rataan nlai selisih NTP-NMAK terhadap NTP yang bemilai positip ( Tabel Lampiran 11). Dari 14 pmpinsi
yang dianalisa hampir selunrh propinsi menunjukkan nilai kumulatif
iflisih
nilai NTP-NMA tarhadap NTP bertanda positip, kecuali di propinsi Sumut.
Rataan kumulatif selisih tersebut paling besar dijumpai di pmpinsi Bali, menyusul NTB, Sumbar dan Jabar.
'
Tabel 15. Nilai Dugaan dan Dampak krisis Ekonomi terhadap NTP-NMAK Di 14 Prooinsi ~dj.~' D DK T~ T~ T Intersep Prop
r Aceh
99.624***
2.985**
-0.23 I***
0.004***
172.389**
-5.197**
0.198
Smut
83.246***
0.851 **
5.0457*
0.000
0.799
0.135
0.329
Sumbar
133.757***
3.00
-0.273**
0.006**
454.347***
-1 3.399***
0.576
Sum~el
142.365***
-2.488** 0.131
-0.1#)3*
-299.746*** 9.789***
0.828
!Lampung
104.163***
-1.510*"
0.031***
49.970***
-1.333***
0.678
! Jab=
120.581***
-0.815**
0.021*
11.358
-0.107
0.612
96.561+**
2.525**
-0.144**
0.002*
57.546
-1.629
0.101
1 17.109***
-3.817**
0.303**
-0.006**
-320.614*** 10.454***
[ Jatim
100.807***
0.305**
j Bali
138.338*** -0.824
i
I laimp h
i
0.627
89.015***
-2.441***
0.286
0.145
-0.003
-186.392
6.440
o 337
-2.013**
0.042**
1012.1 I6
-34.202
0.398
4.010***
-387.061***
13.367***
0.474
!
:
!
I
NTR
58.453
26.243**
I &lxl
121.9%*** -4.141"
0.448**
FYIYJ
103.982*** 0.008
0.015-
-8.2 17
0.289
0.727
116.329*** 1.177***
0.017*
-3 1.438*
1.168**
0.863
1 Sulsel
I
Keterangan:
T =waMu(bulan) D = peubah boneka intersep sebelurn dan setelah krisis ekonomi DK = peubah boneka slope sebebm dan mtelah krtsis ekonomi '- = nyaia pada f ngkat kepercayaan 99 persen "* = nyata pada tingkat keprcayaan 95 persen * = nyata pad& lingkat kepercayaan 90 persen
5.4.2. Nllai Tukar Petanl Terhadap Blaya Produksi (NTP-BPROD)
Nilai tukar petani terhadap biaya produksi NTP-BPROD rnerupakan
nisbah antara indeks harga yang diterima petani (HT) terhadap indeks biaya pmduksi-~engandemikian Nilai tukar ini menggambarkan daya tukar ldaya
beli antara
komoditas yang dihasilkan petani terhadap biaya produksi.
Dengan menggunakan dugaan model linkr sepedi tercantum dalam Tabel Lampiran 12, terlihat NTP-BPROD di hampir semua propinsi menunjukkan laju penurunan, kecuali di Sulsel. Penurunan laju teibesar tejadi di Lampung,
Jaber, Jateng, Jatirn dan Sulut. Penurunan NTP-BPROD juga tercermin bad nilai rataan kumulatif selisih antara NTP-BPROD terhadap nilai tahun
dasar
(NTP-BPROD tahun 1987=100) yang bernilai negatip vabel 158). Di
sebagian besar propinsi rataan NTP-%PROD tahun 1987-1998 berada dibawah 100, kecuali Sumsel dan Sulsel. Rataan selisih NTP-PROD negatip
temadap 100 terbesar dijumpai di pmpinsi Jatirn, Jateng, Sulut dan Lampung.
-
Tabel 15a.
Rataan Selisih antara NTP-BPOD Terhadap Tahun Dasar di 14 Propinsi Tahun 1987-1998 (1987= 100).
Propinsi
l9S8
Aceh
--
1-7
lB9
1FW
SUW
1992
0.0
0.0
1933
15194
1995
1997
1%
-
---5.5
-1.1
8.1
0.8
6.3
Isurnbar
0.0
1
Sumssl
0.0
9.8
3.6
-7.6
- 4.6 4.1
--.-A-
--
1991
-1.4
4.9
0.0
4.6
Jabar
OD
4.9
-0.6
4.7
J d q
0.0
4.1
-5.5
0.0
2.1
0.0
1.4
6.4
4.3
-8.8
-19.0
-14.8
-92
13.5
--
-
5.5
4.9
-13.4
-12.8
9.5
3.3
85 - 4 . 4
8.7
-0.5
-11.4
0.9
-3.3 --
-
.--
-5.7
4.9
-15.1 -4.9 -7.7
-7.4 -1.7 16.9 -1.4 32 '..""...-.-'L---.--.-......."'...-.-..----27.0 -226 -14.4 -12.5 -28.5
1 . 4.0 -1.5 ...-'-....-2-.j-...-..'--...-..
lampun0
-9.4
I C I . I (
hta m
1998
--
5.6
*-
4.6
----
-18.9
--3.7 3.9
-
-10.3
4.6
-22.4
47.9
-16.0
-
4
-18.7
2.6
-8.7
8.7
-10.5
-19.1
-24.2
-21.2
-19.3
-2.08
-25.5
-t7.7
-13.9
-9.3
-9.5
-6.0
-13.9
-15.3
-3.8
-0.0
-1.9
0.8
40.6
-3.1
03
-10.4
mf2.8
-14.9
-22.4
-28.3
-22.9
-22.8
-27.8
-28.8
6.1
-16.5
0.0
28
4.6
7.0
-2.9
4.4
-10.1
4.6
-29
-2.3
-3B
7.0
-1.5
NTB
0.0
1.4
33
6.5
-10.8
-13.9
-9.9
-11.5
-2.2
-2.3
-f.7
49.8 -2.6-
7ci6
0.0
7.6
4.1
6s
6.2
02
0.8
-12.6
-72
3.7
4.9
13.9
-0.5
SUM
0.0
-2.6
2.3
6.3
-4.4
-10.1
-15.6
-16.4
-22.8
7
-30.2
-t2.3
-11.0
12.0
14.9
8.1
6.9
5.2
10.3
11.2
11.3
11.9
38.0
10.6
4 1
0.8
35
8.5
-14.2
9.9
8.1
-10.7
-10.7
11.1
4.5
+Y& J
h
&L(
SuW
0.0
8.8
Ratsan
0.0
4.8
--
.
Kejadian kfisis telah berdampak positip terhadap NTP-BPROD di
semua propinsi. Ini berarti dalam masa krisis tersebut terjadi kenaikan hargaharga dari komoditas yang dihasilkan/dijual petani dengan laju yang lebih besar dari kenaikan biya produksi. Darnpak positip adanya krisis terhadap NTP-PROD teqadi di pmpinsi NTB, Sumsel, Jabar dan Jatim flabel 16). Nilai Dugaan Regresi dan Dampak krisis Ekonomi tehadap NTPBiP di 14 Pmpinsi.
Tabel 16.
Intersep
Prop
(
T
T~
T~
D
DK
~dj.~'
AcA
89.41 1***
2.885**
-0.241***
0.004***
119.126*
-3.571*
0.457
Smut
89.143***
0.729***
-0.074***
0.001***
-0.613
0.247
0.900
Sumbar
100455***
2.638***
-0.260*** 0.005*** 201.596***
-6.1 lo***
0.831
-1 -310
-0.037
0.001
-105.822**
3.298**
0.928
;
S ~ m ~ e l 125.641***
1
L~mptmp
97363***
-1.634***
-0.005
0.00 1
52.753*
-1.486
0.886
jhr
85.944***
0.033
4.044
0.001**
-47.556*
1.400*
0.940
Jateng
73.850*** 2.415***
-0.175,***
0.003*** 34.320
-1.027
0.6 15
DIY
96.459*** 1.466
-0.126*
0.002*
3.130
0.900
Jatim
66.687*+* 4.288**
-0.370*** 0.007*** 168.468
-5.734*
0.561
BJi
101.436**+ -2.035
0.197
-0. I97
-23 1.437*
7.805*
0.056
lm
67.237*** 10.4i4**
-0.787***
0.016***
275.068
-9.473
0.582
Kakl
9I.994***
0.035
-0.001*
-155.712**+
5.133*+*
0.901
Sulut
73.068*** 2.131
-0.198**
0.004*"
35.74 1
-1.331
0,550
-0.134***
0.002*** -50.623
1.686
0.920
I
) Sulrrl
104.030***
Keterangan :
T D
-0.016
2.053***
-107.804*
= waktu (bulan) = peubah boneka intersep sebelum dan setelah krisis ekonomi.
DK = peubah bneka slope sebelum dan setelah krisis ekonomi *" = nyata pada tingkat kepercayaan 99 persen = nyata psda tingkat kepercayaan 95 persen * = nyata pada tingkat kepercayaan 90 persen *C
Searah dengan laju yang menurun, kurva NTP-BPROD juga secara relatif berada dibawah kurva, sehingga rataan dan sebagian besar nilai setisih
antara NTP-BPROD dengan NTP bernitai negatip (Tabel
Lampiran 13).
Kondisi ini berarti bahwa laju perkernbangan biaya produksi lebih tinggi dad laju perkembangan harga komoditas yang diterima petani.
Komponen biaya pmduksi dikelompokkan dalam input pupuk, tenaga keja dan input modal keja lainnya. Dengan demikian nilai tukar petani temadap biaya produksi dapat pula didekomposisi menjadi nilai tukar petani
terhadap pupuk (NTP-PUK), nilai tukar petani terhadap tenaga kerja (NTPUPAH) dan nilai tukar petani terhadap input modal lain (NTP-MODAL).
a.
Nilai Tukar Petani Terhadap Pupuk (NTP-PUK) NTP-PUK didefinisikan sebagai nisbah antara harga yang diterirna
petani (HT) terhadap harga pupuk. Dengan demikian Nilai tukar ini
n~enggambarkandaya tukar ldaya beli antara kornodites yang dihasilkan petani terhadap pupuk. Harga pupuk yang digunakan dafam analisa ini
merupakan harga tertirnbang dari beberapa jenis pupuk yang digunakan
petani tenrtama Urea, TSPlSP36, Kcl, ZA dan lainnya. Dengan menggunakan dugaan model linier seperti tercantum dalam Tabel Lampiran 14, NTP-PUK di
semua propinsi secara nyata menunjukkan taju penunrnan. Penunrnan dari NTP-PUK juga tercermin dari nilai rataan kumulatif selisih antara NTP-PUK
terbadap nilai tahun dasar yang bernitai negatip ( Tabel 17).
Tabel j 7. Rataan Selisih antara NTP-PUK Terhadap Tahun Dasar di 14
Disemua propinsi rataan NTP-BPROD tahun 1987-1998 berada dibawah 100. Rataan selisih NTP-PROD negatip terhadap 100 terbesar dijumpai di propinsi
Sumut, Sulut, Jatirn, Aceh dan Sumbar. Kejadian
krisis
ekonomi
telah
berdampak positip nyata meningkatkan NTP-PUK dipmpinsi Sumsel, 0IY, Bali, Kalsel dan Sulsel. Sementara di propinsi Sumbar berdampak negatip
nyata. Dipmpinsi lainnya kejadian krisis tidak menunjuidsan pengaruh nyata
terhadap NTP-PUK, narnun demikian dari amh koeffesiennya, kecendenrngan peningkatan NTP-PUK (positip tidak nyata) di propinsi Sumut, Jabar dan
Jateng; sementara kecendenrngan dampak negatip teqadi di propinsi Aceh,
Lampung, Jatim, NTB dan Sulut (Tabel 18). Nilai Dugaan RE p s i dan Dampak krisis Ekonomi Temadap NTPPUK di 14 'mpinsi. DK ~dj.~' Intersep T T~ T~ D
Tabel 18.
I
I
Prop
I
1 Aceh
63.928"*
2.444'"
0.621'"
1 Lampung 83.077"'
I
Jabar
1
NTB
-1.858'"
I
I
I Sulsel
76.192"
1
0.214
1
62.523"'
84.002"'
Keterangan :
T
8.242*"
1205*'
= waktu (bulaf
D = peubah boneka intersep sebelum dan sebehh krisbs ekonomi DK = peubah boneka sbpe sebelum dan setelah krisis ekonomi *n
= nyata pada tingkat kepercayaan 99 persen nyata pada tingkat kepercayaan 95 persen = nyata pada tingkat kepercayaan 90 persen
"=
Searah dengan laju yang menurun, NTP-PUK jug8
telah berperan
negatip terhadap NTP seperti tercemin dari nilai negatip dad selisih antam NTP-PUK terhadap NTP (Tabef Lampiran 15). Kondisi hi berarti laju
perkembangan harga pupuk
lebih tinggi dari taju perkembangan harga
komoditas yang diterima petani.
b.
Nilai Tukar Petani Terhadap Tenaga kerja (NTPY PAH) NTP-UPAH didefinisikan sebagai nisbah antara harga yang diterima
petani (HT) terhadap upah tenaga keja. Dengan demikian Nilai tukar ini menggambarkan daya tukar antara terbadap upah tenaga keja
manusia.
komoditas yang dihasilkan petani Dari 14 pmpinsi yang dianatisa,
sejumlah 10 pmpinsi menunjukkan psnunrnan NTP-UPAH secara .anyat.
Kesepuluh propinsi tersebut adalah Aceh, Sumut, Lampung, Jabar, Jateng, jatirn, Bali, NTB, Kalsel dan Sulut. Sementara dua propinsi yaitu Sumbar dan Dl Yogya menunjukkan peningkatan NTP-UPAH secara nyata dan dua
propinsi lainnya yaitu Sumsel dan Sulut mempedihatkan kecenderungan
peningkatan NTP-UPAH (tidak nyata). Dari propinsi dengan laju NTP-UP AH
menurun, penurunan temesar terjadi di propinsi Sulut, Jatim, Jateng, Jabar dan Lampung ( Tabel Lampiran 16). Dengan sebagian besar mengalami
penurunan NTP-UPAH, maka secara kumulatif selisih antara NTP-UPAH tehadap tahun dasar negatip (Tabel 19). Kejadian krisis ekonomi juga secara nyata telah brdampak positi
terhadap NTP-UPAH di propinsi Jabar, DIY, Bali dan Kakel; sementara di propinsi Aceh, Sumbar, tampung, Jateng dan Jatim, adanya krisis
menutunkan secara nyata NTP-UPAH. Di propinsi lainnya adanya krisis terhadap NTP-UPAH tidak menunjukkan pengaruh nyata (Tabel 20).
S e a m kumulatif NTP-UPAH berperan negatip temadap NTP seperti
tercermin dad niiai negatip dari selisih antaw NTP-UPAH temadap NTP (Tabel Lampiran A 7). Nilai kurnulatif selisih antara NTP-UPAH terhadap NTP teqadi disebagian besar propinsi, kecuali Sumut, Sumbar dan Sulsel Kondisi
ini berarti laju perkembangan harga upah tenaga keja ralati lebih tinggi dari laju perkembangan harga komoditas yang dtterima petani.
TabeI 19.
Rataan Selisih NTP-UPAH Tehadap NTP di 14 Propinsi Tahun 1987-1998 ( Tahun 1987=100)
Tabel 20.
Nilai Dugaan Regresi dan Dampak krisis Ekonomi terhadap NTP-UPAH di 14 Pmpinsi.
Jme
70.716***
DIY
106.509***
Jah
69.675***
Bah
%.523***
NTB
60.063**
Kalsel
93.708***
Sulut
74.665***
Sulsel
107.381***
Kekrau~an -. :
c.
T =n D = peub&bohekaintmsep sebelumdansetelafr krisisekonorni DK = peubah boneka slope sebelurn dan setelah krisis ekonomi .c* = nyata pada tingkat kepemyaan 99 persen "* = nyata pada tingkat kepercayaan 95 persen , "= nyata pada timgkat kepercayaan 90 persen
Nilai Tukar Petani Terhadap Input Modal lain (NTP-MODAL) NTP-MODAL merupakan nisbah antara harga yang diterima petani
(HT) terhadap harga modal. Dengan dernikian Nilai tukar ini menggambarkan
daya tukar antara komoditas yang dihasilkan petani terhadap input modal. Harga input modal merupakan harga teftimbang dari harga-harga input produksi diluar pupuk dan tenaga keja manusia. Dari has%analisa seperti tercantum dafam Tabel Lampiran 18 rnenunjukkan adanya kenaikan secara nyata NTP-MODAL di semua propinsi. Ini berarti bahwa dalam periode tahun
1987-1998 laju kenaikan harga harga input modal lebih lambat dari iaju
harga-harga
kenakan
dihasilkanldijual petani.
harga-harga
komoditas
pertanian
yaflg
Peningkaan NTP-MODAL relati konsisten teqadi
di semua propinsi, seperti ditunjukkan oleh nilai kumulatif selisih antara NTPMODAL dengan tahun dasamya di semua pmpinsi (Tabel 21) .
Searah dengan laju NTP-MODAL yang meningkat, kedudukan NTPMODAL berada dlatas NTP yang ditunjukkan oleh selisihnya terhadap NTP
yang bemilai positip. Dengan demikian NTP-MODAL cendnrng bwpemn
positip dalam pembentukan NTP (Tabel Lampiran 19). Disebagian besar
propinsi adanya krisis tidak berpengaruh nyata terhadap NTP-MODAL Penganrh positip nyata tejadi di propinsi Sumut, DIY, Bali dan
Kalsel,
sementar di propinsi Sumbar pengaruh tersebut negatip (Tabel 5.21). Tabel 22. Nilai Dugaan Regresi dan Dampak Krisis Terhadap NTPDAL Di 14 Propinsi. prop
h*
1 A d
I03.081***
Sumut
124.856***
Sumbar
143.943**+
Sum~el
141.584***
Lampung
1 26.408***
Jab=
1 17.674***
Jatcng
100.528***
DIY
148.861***
Jiitm
11 1.444***
Bali
146.923**+ 0.946**
NTR Kalsel
76.259***
17.974'**
-1.332*'*
180.866***
1.201
Suiut
108.045***
Sulsel
151.270***
3.343**
-
Keterangan :
-0.299***
0.006***
82.502
-2.879
- 102.494
3.565*
0.027***
495.438
-17264
0.092
-0.004
-542.191***
17.958***
6.567*
-0.5 12**
0.01la*
163.991
-6.044
6 428***
-0.336***
O.M***
-137.925
4.004
T = waktu (bulan) 0 = p e u b h tmneka intersep sebelum dan setelah krisis ekonomi DK = pubah boneka slope sebelum dsn setelah kdsk ekonorni "" = nyah pada tingkat kepercayaan 99 p e m n " = nyata pada tingkat kepercayaan 95 persen = nyata pada h g k a t kepercayaan 90 persen
5.4.
Rangkuman Dari uraian dalarn bab 5 diatas dapat dirangkum beberapa kesimpulan
sebagai berikut : 1.
Dalam peflode tahun 1987-1998 dari 14 propinsi di Indonesia tejadi perbaikan NTP di 8 propinsi, yaitu masing masing mulai dari yang
terbesar terjadi di Bali, Sumbar, NTB, Sulsel, Sumsel, Sulut dan D I Yogya. Sementara
6 propinsi lainnya mengalami penurunan yaitu
secara berturut turut mulai dari penurunan terbesar di Lampung, Sumut, Jatim, Jateng, Aceh dan Jabar. Keragaan tersebut juga merupakan gambaran
dinamika tingkat kesejahteraan petani antar
daerahl propinsi.
2.
Peran dari Nilai Tukar Petani Terhadap Konsumsi (NTPKON) relatif paling besar dalam pembentukan NTP. Hal ini dapat pula dilihat dari
arah
perkembangan NTP secara relati konsisten dengan arah dari
NTP-KON, tenrtama NTP-MAK. Dati 8 propinsi yang mengalami kenaikan NTP, seluw hnya diikuti oleh peningkatan secara konsisten nilai tukar petani terhadap konsumsi (NTP-KON), baik nilai tukar petani
terhadap konsumsi makanan (NTP-MAK) dan
nilai tukar petani
tehadap non makanan (NTP-NMAK). Hal yang sama juga terjadi pada 6 propinsi yang mengalami penuntnan NTP, secara konsisten diukuti
pula aleh penurunan NTP-KON tenrtama NTP-MAK. Sebagian besar arah NTP-NMAK juga sesuai dengan arah NTP kecuali di propinsi
Aceh, Jabar dan Jateng. Diketiga propinsi tersebut perkembangan NTP menurun namun perkembangan NTP-NMAK meningkat.
3.
Apabila dalam tahun 1987-1998 secara
rataan NTP dan NTPKON
menunjukkan peningkatan, namum rataan nilai tukar petani terhadap biaya produksi (NTP-BPROD) mengalami penurunan. Penurunan NTPBPROD terjadi di sebagian besar propinsi kecuali di Sumbar, Sumsel dan Sulsel. Penurunan NTP-BPROD tersebut tenrtama disebabkan
oleh penurunan nilai tukar terhadap pupuk (NIP-PUK) menyusul nilai
tukar terhadap Upah (NTP-UPAH), sernentara NTP-MODAL diselunrh propinsi meningkat (Tabel 23). 4.
Dalam pembentukan NTP, NTPKON berperan positip terhadap NTP,sedangkan NTP-BPROD cendenrng berperan negatip. Peran positip NTPKON dalam
pembentukan NTP terutama karena peran
NTPNMK yang positip lebih besar dari peran NTPMAK yang negatip
terhadap NTP. Kontribusi utama dari peran negatip NTP-8PROD terhadap NTP adalah penurunan NTPPUPUK vabel24).
5.
Kejadian krisis ekonomi telah meningkatkan NTP di enam propinsi yaitu Sumsel, DIY, Bali, NTB, Kalsel dan Sulsel; dan menurunkan NTP
di tujuh propinsi lainnya yaitu Aceh, Sumut, Sumbar, Lampung, Jabar,
Aateng, Jatim dan Sulut. Dengan demikian kecuali di Sumbar dan Sulut
arah pergerakan NTP sebelum dan setelah krisis relatif konsisten. Di propinsi S~mbardan Sulut sebelum krisis NTP meningkat dan dengan adanya krisis justnr rnenunrnkan NTP. ( Tabel 23 dan Tabel 25).
Tabel 23.
Rangkuman Arah Dari Perkembangan nngkat Kesejahteraan Petani Tahun 1987-1998 ,Yang Diukur Dari Kumulatif Selisih Antara NTPt Dengan N T P ~ ~ B ~ = ~ ~ . NTP Terhadap Konsumsi
Propinsi
NTP Terfradap Biaya produksi '
NMK
NTP BPOD
NTPPUPUK
NTPUPAH
NTPMODAL
NTPKON
NTP-
NTP-
MAK
1. Aceh
-1
-3.4
-1.3
1.8
-5.7
-24.4
4.2
112
2. S m u t
-7
6.4
4.6
-9.3
-7.7
-29.8
6.0
24 2
14. Sul~el
8
7..5
3.6
15.6
10.6
-7.0
5.9
45 -5
Rataan
2
4.3
1.4
8.9
-4.5
-18.5
4.1
23.9
6.
Berdasarkan komponen penyusunnya, penganrh dari kejadian krisis dapat dirangkum sebagai berikut : (1) Propinsi dimana adanya krisis telah rnenurunkan NTP dan selunrh komponennya, yaitu NTP-KON,
NTP-MAK, NTP-NMK, NTP-BPROD, NTP-PUPUK, NTP-UPAH dan NTP-MODAL, ini terjadi propinsi Aceh, Sumbar dan Jatim. ( 2 ) Propinsi dimana adanya krisis telah menunrnkan NTP, NTP-KON, dan NTPBPROD, namun diantara unsur NTP-KON, dan NTP-BPROD terdapat beberapa unsur pembentuk NTP yang pengaruh positip akibat kflsis.
Tabe124. Rangkuman Peran Komponen NTP Terhadap NTP, Yang Diukur Dari Nilai Kumulati Setisih Antara Komponen NTP TeihadapNTP
+ Berarti komponen niki tukar tersebut berperan pomp dabam pernbentukan NTP. Dalam
kuwa diperlih-n dengan kedudukan kurva komwnen b w b u t diatas kuwa NTP. - Befarti komponen nilai tukar tersebut berperan negatip dalarn pembentukan NTP. Ddam kuwa dipeAhatkan dengan kedudukan kurva komponen brsebut dibawah s kuwa NTP.
(3)Pmpinsi dimana adanya krisis telah menurunkan NTP dan NTPKON namun NTP-BPROD positip seperti dijuampai di Sumut,(4) Propinsi dimana adanya krisis telah menurunkan NTP dan MTP-PROD
dan NTP-KON positip seperti dijuampai di Sulut, (5) Pmpinsi dimana adanya krisis telah rneningkatkan secara konsisten NTP dan selunrh komponennya, yaitu NTP-KON, NTP-MAK, NTP-NMK, NTP-BPROD,
NTP-PUPUK, NTP-UPAH dan
NTP-MODAL, yang tenjadi propinsi
Bali dan Kalsel, (6) Propinsi dimana adanya knsis telah meningkatkan
NTP, NTP-KON, dan NTP-BPROD, namun diantara unsur NTP-KON,
dan NTP-BPROO terdapat pengaruh penutunan nilai tukamya, seperti di pmpinsi Sulsel dimana tejadi penufunan NTP-MAK, (7)Pmpinsi dimana adanya krisis telah meingkatkan NTP dan NTP-KON namun NTP-BPROD negatip seperti terjadi di NTB, dan (8) Propinsi dimana adanya krisis tetah meningkatkan NTP dan NTP-PROD dan NTP-
KON negatip, seperti terjadi di propinsi Sulsel (Tab1 25). Tabel 25.
Propinsi
Rangkuman Arah Dampak Krisis Terhadap NTP dan Komponen Penyusun NTP .
NTP
NTP Terhadap Konsumst NTPNTPNTPKON
MAK
-
+
! 3. Sumbar
-
-
-
j 4. !I 5.
~urnsel
+
+tn
- tn
Lampung
-
:
1. Aceh
{ 2. Sumut
I I: I
i
-
iIr:g
NNAK
- tn
NTP Terhadap Biaya produksi NTP-
'
NTP-
BPROD PUPUK
*
!
NTPUPAH
NTPMODAL
- tn
- tn +
+ tn
-
+ tn -
-
+ tn -
+
+
+
+ tn
- tn
- tn
-
* tn
+
+ tn
-
- tn
+
+ tn
-tn
- tn
+ tn
I
+
- tn
8. DIY
+
+
+
+
+ tn
+
+
+
9. Jatim
-
-
-
-
-
-tn
-
- tn
+ +
+ tn
+ tn
+ tn
+
+
+
+
+
-
- tn
-tn
- tn
+ tn
- tn
:::R
32. Kalse!
+
4
+
+
+
+
+
+
73. Sulut
-
+tn
- tn
+ tn
- tn
- tn
-tn
-tn
14. Sulsel
+
-
+ tn
+
+ tn
+
* tn
+ tn