Sepakbola Menentukan Citra Suatu Negara
Opini, April 2016
Oleh: Yosua Praditya, S.E., M.Si (Han) Wakil Kepala Bidang II Pengumpulan dan Pengelolaan Data KONI Pusat Prestasi Olahraga Mengharumkan Nama Negara Ketika suatu negara keluar sebagai juara umum pada suatu ajang multievent
internasional, maka sudah pasti citra negara tersebut meningkat. Salah satu gengsi negara memang ditentukan oleh prestasi olahraga mereka. Hal ini dikarenakan tidak
mudah bagi suatu bangsa untuk mengembangkan atletnya menjadi juara internasional.
Atas dasar inilah wajar apabila dunia memberikan apresiasi penuh sebagai sang juara umum. Memasuki era globalisasi, dunia sepertinya tertuju pada prestasi Tiongkok.
Negara tirai bambu ini menjadi satu-satunya negara Asia yang keluar sebagai juara umum semenjak Olimpiade dilaksanakan sejak tahun 1896 di Athena, Yunani, 1896. Sebelumnya, sejak tahun sebelum perang dunia sampai pada tahun 2000, Amerika
Serikat dan Uni Soviet (Rusia) menjadi langganan juara umum dan seakan tidak ada negara yang mampu mengalahkannya.
Namun hal ini berubah ketika tahun 2008 Tiongkok sebagai tuan rumah keluar
menjadi juara umum. Kemudian Olimpiade berikutnya di London, Inggris 2012,
Tiongkok berhasil menorehkan prestasi sebagai runner up yang hanya terpaut delapan
medali emas dengan Amerika Serikat sebagai juara umum. Saat itu, Tiongkok berhasil
merebut 38 medali emas dan Amerika Serikat sukses dengan 46 medali emasnya. Yang pasti, saat ini sulit bagi negara Asia lainnya untuk mengejar prestasi olahraga Tiongkok.
Sepertinya hanya negeri Paman Sam dan Beruang Merah sajalah yang mampu menyaingi prestasi negeri Tirai Bambu.
Menurut Tiongkok: Sepakbola Menjadi Olahraga Penentu Citra Negara Kalimat bahwa sepakbola merupakan olahraga yang paling menentukan
citranegara terucap dari Presiden Tiongkok sendiri. Pada Maret 2015, Presiden Xi Jinping menyatakan bahwa meskipun Tiongkok pernah keluar sebagai juara umum,
namun sesungguhnya citra Tiongkok belum maksimal karena prestasi sepakbolanya masih dibawah negara Jepang, Korea Selatan, dan Iran. Presiden Xi Jinpin menegaskan bahwa olahraga sepakbola benar-benar menentukan citra negara di berbagai ajang
internasional. Oleh karena itu Presiden Xi Jinping menegaskan Pemerintah 1
Opini, April 2016
Tiongkokakan melakukan dukungan melalui pembuatan lahan dan taman-taman yang bebas menjadi stadium sepakbola, meningkatkan keterlibatan publik dalam pelatihan di kampus atau klub profesional, dan melakukan pengembangan serta mengasah kemampuan kaum muda Tiongkok.
Bahkan, untuk pengembangannya pun dilakukan dengan membangun sarana
20.000 sekolah sepakbola sebagai langkah dan upaya strategis Tiongkok. Kesemuanya
ini dilakukan Tiongkok demi mengejar ketertinggalannya dari negara Korea Selatan dan Jepang. Pemerintah Tiongkok pun sudah siap memberikan anggaran yang memadai karena percaya bahwa tanpa ada anggaran yang cukup, maka rencana pembangunan
sekolah hanyalah sebatas wacana. Tampaknya memang Tiongkok percaya bahwa tanpa prestasi olahraga sepakbola, status Juara Umum Olimpiade 2008 dan Runner Up 2012
belum maksimal. Apabila diperumpamakan, maka sepakbola itu seperti “susu” pada pepatah “empat sehat, lima sempurna”.
Filosofis Sepak Bola Membangun Karakter Negara Kompetisi sepakbola jelas menghipnotis semua penonton di dunia. Misalkan saja
fenomena Piala Dunia yang dilaksanakan empat tahun sekali yang benar-benar menjadi magnet bagi para penonton. Piala Dunia merupakan satu-satunya kompetisi yang
dianggap memiliki jumlah penonton terbanyak dibandingkan olahraga lainnya. Sejak tahun 1930 – 2014, Piala Dunia sudah dilaksanakan sebanyak 20 kali dengan juaranya
adalah Brazil sebanyak lima kali, Jerman dan Itali sebanyak empat kali, Argentina dan Uruguay sebanyak dua kali, dan Inggris, Perancis, serta Spanyol yang baru merasakan satu kali juara.
Citra negara tersebut jelas lebih tinggi dibandingkan negara yang belum pernah
merasakan juara piala dunia, apalagi dibandingkan negara yang belum merasakan
kesempatan ikut berkompetisi. Kharisma negara-negara yang pernah mengecap euphoria sebagai juara dunia jelas berbeda dibandingkan yang belum. Bahkan negara
tersebut membangun karakter bangsanya melalui olahraga sepakbola. Ambil contoh
negara Brazil yang memasyarakatkan sepakbola kepada seluruh rakyatnya berdampak positif dan menjadi contoh bagi negara lain. Atau, negara Jerman yang dulu dicap sebagai penganut ideologi politik Nasional Sosialisme/Nationalsozialismus (NAZI),
seakan sudah pudar dengan prestasi Jerman yang menjuarai Piala Dunia sebanyak
empat kali. Lebih lanjut, kompetisi liga sepakbola Jerman yaitu Bundesliga dengan taburan tim-tim seperti Bayern Munich, Dortmund, Hertha Berlin, Stuttgart, dan lain-
2
Opini, April 2016
lain benar-benar membuat publik lupa terhadap NAZI. Jelas ini merupakan dampak positif sepakbola yang membangun karakter baru bagi Jerman. Kondisi Sepakbola Indonesa Saat Ini Berkaca dengan apa yang dilakukan Tiongkok dan negara-negara Eropa,
tampaknya semua pemangku kepentingan olahraga sepakbola Indonesia harus benar-
benar mengevaluasi atas apa yang telah terjadi saat ini. Tahun lalu, tepatnya tanggal 18 April Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi mengeluarkan Keputusan Menpora No. 0137 Tahun 2015. Isinya adalah “Keputusan Menteri Pemuda dan Olahraga Tentang
Pengenaan Sanksi Administratif Berupa Kegiatan Keolahragaan PSSI Tidak Diakui,” demikian isi surat tersebut. Alasan dibekukannya PSSI adalah PSSI dinilai tidak
mematuhi teguran tertulis yang dikeluarkan Kemenpora. Sebelumnya Kemenpora telah mengeluarkan tiga surat peringatan dalam satu pekan untuk PSSI. Dimana salah satu isi
surat itu adalah memerintahkan Arema Indonesia dan Persebaya Surabaya untuk memenuhi permintaan Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI).
Sanksi yang diterima membuat Pemerintah membentuk Tim Transisi untuk
melanjutkan tugas kepengurusan PSSI tersebut. Hasilnya adalah kompetisi “Piala
Kemerdekaan” dan “Piala Jendral Sudirman” yang telah dilaksanakan. Namun, kedua
kompetisi ini jelas belum memenuhi harapan publik. Masyarakat Indonesia jelas menunggu suguhan kompetisi seutuhnya seperti tahun-tahun sebelumnya. Kedua
kompetisi tersebut sama sekali tidak menggunakan atribut PSSI, padahal PSSI adalah
rumah bagi sepak bola Indonesia. Pertanyaannya adalah sampai kapan Pemerintah dapat melanjutkan kompetisi Piala Kemerdekaan dan Piala Jendral Sudirman, karena
dipastikan hal tersebut akan terus menguras waktu, tenaga, dan pikiran bagi Tim Transisi sendiri.
Terlepas dari pro-kontra Tim Transisi, namun pembekuan PSSI yang dilakukan
sudah satu tahun memiliki dampak yang besar. Yang pasti terjadi adalah tidak ada
kompetisi, karena saat ini yang dilakukan adalah turnamen. Perlu dibedakan antara
kompetisi dan turnamen. Hilangnya kompetisi sepakbola di Indonesia jelas memberikan dampak negatif. Berdasaran hasil para pengamat ada tujuh dampak
negatif, yaitu pihak sponsor melepaskan diri, pelatih/pemain/klub menjadi depresi, adu gugat di pengadilan antara Kemenpora dan PSSI, klub-klub sepakbola mengalami
kerugian besar, ikut campurnya FIFA yang membuat kondisi kian memanas, dan 3
Opini, April 2016
banyak supporter yang protes. Ketujuh dampak tersebut jelas tidak akan memajukan prestasi sepakbola nasional.
Peringkat Sepakbola Indonesia Terus Menurun, Sementara Thailand Bersiap Menghadapi Peluang Masuk ke Piala Dunia Alih-alih ingin meningkatkn prestasi, akan tetapi justru ranking sepakbola
Indonesia semakin menurun. Pada Januari 2010, Indonesia resmi menempati peringkat 180 dunia berdasarkan ranking FIFA. Hal ini merupakan fakta terburuk sekaligus
mengenaskan bagi dunia sepakbola Indonesia. Sebelumnya pada Maret 2015 Indonesia
berada diperingkat 156, kemudian turun menjadi 159 pada April – Mei, dan akhirnya menempati ranking 180. Posisi sepakbola Indonesia saat ini ternyata dibawah negara Timor Leste di peringkat 170 dan Laos yang berada di 177.
Sementara, di negara tetangga, Thailand terus menancap gasnya. Negara Gajah
Putih tersebut mampu berada di peringkat 118 dunia. Bahkan Thailand bersaing dengan Irak untuk memperebutkan satu tiket masuk ke Piala Dunia. Saat ini, Maret 2016, Thailand tengah menduduki puncak klasemen Group F dengan torehan 13 poin.
Sementara, Irak membuntuti di posisi dua dengan nilai delapan poin. Thailand hanya membutuhkan satu angka saja untuk menciptakan sejarah bagi mereka lolos ke piala
dunia. Selain itu, apabila lolos, Thailand menjadi negara satu-satunya yang mewakili wilayah Asia Tenggara di ajang bergengsi yang digelar empat tahun sekali.
Apabila Thailand lolos maka citranya semakin meningkat dan meninggalkan
negara-negara tetangga lain di Asia Tenggara. Disamping sering menjadi Juara Umum
Seagames, Thailand merupakan juara terbanyak piala AFF (ASEAN Football Federation) yang sebelumnya bernama Piala Tiger. Fakta inilah yang membuat nama Thailand
semakin melambung dan disegani di wilayah Asia Timur. Bahkan negara kebesaran nama Thailand pun sudah mencapai wilayah Timur Tengah.
Membangun Sinergi Yang Kuat Antara Pemangku Kepentingan Sepakbola Indonesia Pembentukan sinergi yang kuat menjadi jawaban yang tepat untuk mengatasi
permasalahan sepakbola Indonesia. Masing-masing pemangku kepentingan diharapkan
melepaskan ego, kepentingan, dan tujuan kelompoknya masing-masing. Namun, yang harus tetap diutamakan adalah kepentingan sepakbola sendiri, yaitu prestasi sepakbola Indonesia, baik di dalam maupun di luar negeri. Sinergi yang kuat tentunya akan 4
Opini, April 2016
membuat Indonesia mampu mengejar ketertinggalannya dari Thailand. Selain itu, citra Indonesia juga akan semakin baik dengan pengelolaan olahraga sepakbola yang profesional dan transparan. Salam Olahraga. Patriot!!!
Yosua Praditya
Wakil Kepala Bidang II Pengumpulan dan Pengelolaan Data
5