Opini Peran dan Dampak Strategis Olahraga Sebagai Instrumen Pembangunan Bangsa Oleh: Yosua Praditya, S.E., M.Si (Han) Wakil Kepala Bidang II Pengumpulan dan Pengelolaan Data KONI Pusat
Olahraga Sebagai Instrumen Pembangunan Sepertinya sudah cukup lama, kira – kira memasuki era globalisasi, manfaat dan peran olahraga semakin didengungkan oleh dunia agar dinaikkan ke level yang lebih strategis. Tepatnya, pada tahun 2002, Sekretaris Jendral PBB (Perserikatan Bangsa – Bangsa) yang saat itu dijabat Kofi Annan menyatakan pentingnya peran olahraga untuk membangun dunia. Hal ini dipublikasikan pada dokumen Report Form UN Inter – Agency Task Force on Sport for Development and Peace pada 2002. Dalam kalimat pembukanya disampaikan melalui olahraga, maka PBB dapat mendukung tujuannya untuk mencapai implementasi MDGs (Millennium Development Goals), yang saat ini tepatnya tahun 2016 berubah menjadi SDG’s (Sustainable Development Goals). Instrumen olahraga pun kemudian diagendakan oleh PBB menjadi sebuah satuan kerja (task force) pada masing – masing unitnya di UNESCO (United Nations Educational Scientific and Cultural Organization), WHO (World Health Organization), UNDP (United Nations Development Program), UNV (United Nations Volunteer), UNEP (United Nations Environment Program), UNHCR (United Nations High Commissioner for Refugees), UNODC (United Nations Office on Drugs and Crime), dan UNAIDS (United Nations Program on AIDS). Ini merupakan sebuah langkah implementatif dari PBB yang organisasi terbesar dunia untuk mengangkat olahraga ke level strategis melalui unit kerjanya masing-masing sejak tahun 2002. Salah satu paragraf dalam UN Report tersebut tertulis “sport is far more than a luxury or a form of entertainment. Access to and participation in sports is human right and essential for individuals of all ages to lead healthy and fulfilling lives. Sport has an important role in all societies. Sport is critical to a child’s development. It teaches core values such as co-operation and respect. It improves health and reduces the likelihood of disease. It is a significant economic force providing employment and contributing to local development.” Sebuah paragraf yang 1
Opini benar-benar menunjukan penting peran olahraga dalam kehidupan yang tidak saja bermanfaat bagi kesehatan dan untuk menangkal penyakit. Namun juga bermanfaat dalam aspek sosial dan aspek ekonomi yang tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan sehari-hari. Dan utamanya, olahraga tidak melihat jenis kelamin, umur, ras, etnis, agama, dan kelompok tertentu dalam dinamika kehidupan masyarakat dunia. Dengan demikian sangatlah tepat ketika PBB sejak tahun 2002 memasukan peran olahraga sebagai instrumen pembangunan. Seiring berjalannya waktu, pemikiran olahraga sebagai instrumen pembangunan masih belum mendapat tempat dan perhatian khusus dari public, terutama di Indonesia. Wajar saja apabila instrumen olahraga masih diluar mainstraim of thinking dari publik yang cenderung lebih mengangkat isu-isu politik, ekonomi, dan hukum. Bahkan ada kesan apabila olahraga mesih belum mendapat prioritas seperti aspek-aspek pembangunan lainnya, sehingga ia terkesan dinomorduakan. Oleh karena itu, dalam tulisan singkat ini, penulis akan memberikan opini yang menyatakan bahwa terdapat korelasi yang kuat antara olahraga terhadap pembangunan bangsa. Opini ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu (1) Olahraga untuk Kesehatan dan Pendidikan; (2) Olahraga untuk Pembangunan Yang Berkelanjutan; dan (3) Olahraga untuk Perdamaian dan Komunikasi Publik. Olahraga Untuk Kesehatan dan Pendidikan Bangsa Secara medis berolahraga memberikan manfaat kesehatan jasmani bagi tubuh manusia. Olahraga dianggap sebagai metode paling praktis dan murah sebagai obat mujarab untuk mencegah munculnya penyakit di tubuh. Semua para ahli mengatakan dalam risetnya bahwa berolahraga akan mengurangi aktivitas yang tidak menyehatkan, seperti merokok, konsumsi alkohol yang berlebihan, penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang, serta memberikan pengaruh positif pada psikologi seseorang dalam berpikir dan bertindak. Berdasarkan data WHO, sejak tahun 2000 angka kematian yang disebabkan penyakit adalah sebesar 43%, dan angka ini diprediksi naik menjadi 60 - 70% pada 2020. Singkatnya, di masa mendatang jumlah orang yang meninggal karena faktor umur (wajar) hanya 30 - 40%, sisanya meninggal karena penyakit. Penyakit tersebut dikategorikan seperti penyakitjantung, gangguan pernapasan,kanker, diabetes, kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, obesitas, dan lainnya. 2
Opini Padahal, menurut WHO, salah satu cara praktis untuk menimalkan potensi terkena penyakit tersebut adalah dengan berolahraga. Lebih lanjut, WHO pun sudah memprediksi di tahun yang akan datang, sekitar 60-70% aktivitas orang dewasa sangat minim untuk bergerak. Fakta ini dapat dilihat dari kebiasaan orang menggunakan laptop dan komputer dalam bekerja, kebiasaan menonton TV terlalu lama, penggunaan moda transportasi (kendaraan bermotor), dan gaya hidup lainnya yang membuat tubuh tidak bergerak. Gaya hidup seperti ini ternyata turut menyebabkan angka kematian di dunia semakin meninggi dan usia manusia tidak lama dibandingkan zaman dahulu. Lagi, salah satu cara praktis yang dikampanyekan oleh WHO adalah dengan berolahraga untuk membuat tubuh lebih aktif bergerak dan menangkal potensi penyakit yang muncul. Ada pula yang mengatakan bahwa peran olahraga juga berguna untuk menurunkan anggaran biaya kesehatan (health care cost) pemerintah. Ambil contoh, di negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa Barat, biaya kesehatan ditanggung oleh Pemerintahannya, maka dari itu mereka sering mengkampanyekan untuk mengatur pola hidup sehat dengan berolahraga sebagai bentuk penggunaan anggaran yang efisien. Berdasarkan data, pada tahun 2015, AS menganggarkan 825 miliar USD mencakup (medicine, public health, and social services), untuk kesehatan rakyatnya. Maka dari itu, dengan tingginya anggaran yang dikeluarkan pemerintah AS, olahraga dipromosikan sebagai cara untuk menjaga kesehatan sekaligus mengemat biaya anggaran yang sisanya dapat dialokasikan untuk kebutuhan lainnya. Ketika kesehatan publik suatu negara membaik, maka aktivitas kehidupan sosialnya juga turut membaik yang nantikan akan mendorong aktivitas perekonomian. Tanpa SDM yang sehat maka mustahil ouput suatu negara akan tinggi, baik itu dalam bidang jasa maupun barang. Kesehatan menjadi faktor penting untuk menentukan produktivitas suatu negara, terutama untuk negara berkembang dan maju. Dari sinilah dapat dilihat korelasi antara olahraga dengan pembangunan suatu negara, terlebih pada era globalisasi yang kompetisinya semakin sengit. Olahraga untuk Pembangunan Yang Berkelanjutan Pada tahun 2002, PBB mengatakan bahwa olahraga adalah katalis dari pembangunan yang berkelanjutan untuk dunia. Saat itu nilai dari sektor olahraga secara global sudah berkisar 3
Opini di angka milyar dollar. Nilai tersebut mencakup manufaktur produk barang terkait olahraga, jasa terkait olahraga, vendor, media, infrastruktur/venue olahraga, spectators (penonton olahraga), dan masih banyak lagi. Semua elemen ini adalah bukti adanya interkoneksi antara olahraga dengan aktivitas perekonomian secara global. Dapat dibayangkan dari olahraga berapa besar output yang dihasilkan beserta berapa juta orang dipekerjakan dari sektor olahraga. Dari sinilah dapat dilihat olahraga dapat meningkatkan perekonomian suatu negara, dan apabila dihitung secara global maka olahraga juga memberikan kenaikan aktivitas ekonomi global sangat signifikan. Dampak olahraga pun juga dapat dirasakan pada tingkat daerah. Ambil contoh, ketika diadakan pekan olahraga nasional (PON) maka daerah yang ditunjuk menjadi tuan rumah akan mempersiapkan sebaik mungkin, terutama dalam fasilitas prasarana dan sarana. Pembangunan infrastruktur jelas menciptakan ribuan lapangan pekerjaan, serta belum lagi proyek lainnya yang terkait dengan olahraga. Sedangkan, apabila pada konteks Olimpiade, maka objeknya adalah negara. Faktanya banyak negara yang berlomba-lomba untuk menjadi tuan rumah pada pesta olahraga empat tahunan itu. Negara – negara tersebut sadar bahwa event Olimpiade akan membuat mereka untuk berbenah diri, terutama dalam infrastruktur pembangunan, serta menciptakan peluang dan lapangan kerja pada proyek olimpiade terkait barang dan jasa lainnya. Kembali pada pernyataan PBB, maka ada empat elemen yang menyatakan korelasi olahraga pada pembangunan yang berkelanjutan, yaitu; pertama sport and economic development, dimana sektor olahraga diyakini akan menciptakan lapangan pekerjaan baik dari sisi manufaktur barang-jasa, pembinaan/pelatihan maupun sekaligus atletnya, serta pembangunan infrastruktur apabila ada multievent olahraga. Kedua, sport and environment, yaitu segala bentuk kegiatan multievent olahraga memiliki dampak yang sangat minim dibandingkan sektor-sektor lainnya. Bahkan sangat sering dijumpai dalam event olahraga kegiatan yang bertajuk go green sering dikampanyekan. Ketiga,sport and social development, peran olahraga pada lingkungan sosial sangatlah signifikan karena dipercaya mampu memperkuat koneksi dan hubungan antar individu dan kelompok. Peran olahraga juga dirasakan bermanfaat untuk menurunkan tingkat kejahatan (crime), penyalahgunaan narkoba 4
Opini (drug abuse),memperkuat kesetaraan gener (gender equity), dan dapat meningkatkan partisipasi penyandang disabilitas di dalam lingkungan sosial masyarakat. Dan Keempat, sport and volunteerism, yaitu volunter adalah sumber daya yang sangat strategis
Olahraga Untuk Perdamaian dan Komunikasi Dunia Menjalin hubungan antar negara adalah salah satu tujuan dari penyelenggaraan multi event olahraga, baik itu di level regional maupun global. Dengan terjalinnya komunikasi maka hubungan baik pun akan terwujud. Tidak jarang kampanye – kampanye sosial dilakukan diperhelatan multi event, atau bahkan di dalam event kecil sekalipun. Sebut saja, kampanye untuk menolak segala bentuk tindakan rasisme, kegiatan menolak perang atau agresi militer dari suatu negara, melawan perbudakaan (human trafficking), melawan penyalahgunaan narkoba di generasi muda, dan masih banyak lainnya. Tak hanya kampanye sosial, isu-isu lingkungan pun seperti hari bumi (earth day), kampanye pemanasan global (global warming), kampanye reklamasi hutan, dan masih banyak lainnya. Kesimpulannya adalah olahraga juga dapat dijadikan alat komunikasi bagi dunia untuk tidak saja mewujudkan perdamaian, namun kepentingan kepentingan sosial masyarakat luas. Sementara khusus untuk isu perdamaian dunia, olahraga berperan untuk menghindari konflik sosial. Hal ini turut ditegaskan oleh Sekretaris Jendral PBB saat ini, Ban Ki Moon, yang mengatakan olahraga adalah alat (tool) yang efektif untuk menjaga perdamaian di wilayah paska koflik. Misalkan saja, PBB mendorong setiap warga di negara paska konflik untuk membuat suatu permainan olahraga beregu, bisa berupa sepak bola, voli, atau pun yang lainnya. Tujuan adalah untuk menghapus semua memori buruk, terutama mental masyarakat atas konlik perang yang melanda, serta memulai membentuk komunikasi dan kerjasama sebagai makhluk sosial. Ini merupakan salah satu tujuan yang digawangi oleh UNOSDP (United Nations of Sports Development and Peace) dari sekian banyak program-program strategis olahraga lainnya. Selain itu PBB juga menyampaikan olahraga adalah kegiatan yang berbiaya rendah namun memiliki dampak strategis untuk pembangunan karakter manusia, termasuk 5
Opini perwujudan perdamaian. Jelas kegiatan olahraga jauh lebih murah dibandingkan operasi militer yang dijalankan di daerah paska perang atau konflik. Dengan demikian, olahraga jelas merupakan strategi soft power negara yang memang sudah sepatutnya untuk diangkat ke level yang strategis, atau setidaknya negara sudah harus berhenti untuk menomorduakan peran olahraga. Sudah saatnya elemen olahraga disejajarkan dengan elemen-elemen strategis lainnya, terutama untuk menciptakan perdamaian dunia, meskipun membutuhkan proses yang cukup panjang untuk mewujudkannya. Kesimpulan Berdasarkan analisa yang dijabarkan di atas maka tidak salah memang apabila PBB sejak 2002 sudah menyatakan olahraga memiliki peran yang sangat startegis sebagai instrumen pembangunan dunia. Sebagai organisasi terbesar, maka PBB terus mengkampanyekan peran olahraga, terutama untuk negara-negara berkembang. Pada akhirnya, pemerintah masingmasing negara, termasuk Indonesia, harus menyadari esensi dari olahraga itu sendiri supaya langkah dan kebijakan yang implementatif dapat dibuat segera mungkin. Kesemua ini ditujukan untuk membangun kualitas dan kapabilitas manusia yang lebih baik. Ketika SDM suatu negara maju dan sehat, maka pembangunan negara tersebut juga akan maju pula.
Yosua Praditya, S.E., M.Si(Han) Wakil Kepala Bidang II Pulahta KONI Pusat
6