PRESENTASI KASUS REHABILITASI MEDIS
SEORANG WANITA USIA 70 TAHUN DENGAN POST HEMIARTROPLASTI CLOSED FRACTURE COLLUM FEMUR DEXTRA GARDEN IV SUBCAPITAL
oleh: Rani Tiyas Budiyanti G0006020
Pembimbing DR.Dr.Noer Rachma, Sp.RM
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN REHABILITASI MEDIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET RSUD DR.MOEWARDI 2012
1
STATUS PASIEN
I. ANAMNESA A. Identitas Pasien Nama
: Ny. S
Umur
: 70 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Grintingan, Babadan, Sambi, Boyolali
Pekerjaan
: Petani
Status
: Menikah
Tanggal Masuk
: 17 April 2012
Tanggal Periksa
: 1 Mei 2012
No CM
: 01123262
B. Keluhan Utama Nyeri pada pangkal paha kanan C. Riwayat Penyakit Sekarang 14 hari yang lalu pasien datang ke RSDM dengan keluhan nyeri pada pangkal paha kanan. Nyeri dirasakan setelah pasien jauh terduduk akibat tertendang sapi. Setelah jatuh, pasien merasakan kaki kanan sukar digerakkan, pangkal paha bengkak, serta tidak mampu berjalan. Pasien lalu dibawa ke tukang pijit dan diurut. Pasien merasakan nyeri semakin hebat setelah diurut, pasien lalu dibawa ke RSDM. Pasien direncanakan untuk operasi, akan tetapi tekanan darah pasien tinggi sehingga operasi ditunda hingga tekanan darah pasien stabil. 3 hari yang lalu pasien menjalani operasi penggantian sendi pangkal paha kanan di RSDM. Setelah operasi, nyeri mulai dirasakan berkurang. Saat ini pasien tidak mengeluhkan nyeri maupun bengkak. Pasien juga tidak merasakan kesemutan atau bebal di kaki kanan. Pergerakan kaki kanan pasien belum maksimal setelah operasi.
2
D. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat hipertensi
: disangkal
Riwayat penyakit jantung
: disangkal
Riwayat sakit gula
: disangkal
Riwayat asma
: disangkal
Riwayat mondok
: disangkal
E. Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat hipertensi
: disangkal
Riwayat sakit gula
: disangkal
Riwayat penyakit jantung
: disangkal
Riwayat asma
: disangkal
F. Riwayat Kebiasaan dan Gizi Riwayat merokok
: disangkal
Riwayat minum alkohol
: disangkal
Riwayat olahraga
: disangkal
G. Riwayat Sosial Ekonomi Penderita adalah seorang ibu rumah tangga dengan 3 orang anak yang sudah berkeluarga. Penderita adalah pasien Jamkesmas. Kesan sosial ekonomi kurang.
II. PEMERIKSAAN FISIK ( 1 Mei 2012) A. Status Generalis Keadaan umum baik, compos mentis E4V5M6, gizi kesan cukup.
B. Tanda Vital Tekanan Darah
: 150/100 mmHg
3
Nadi
: 88x / menit
Respirasi
: 22x / menit
Suhu
: 36,5º C per aksiler
C. Kulit Warna sawo matang, pucat (-), ikterik (-), petechie (-)
D. Kepala Bentuk kepala mesochepal, kedudukan kepala simetris
E. Mata Conjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya langsung (+/+), pupil isokor (3mm/3mm)
F. Hidung Nafas cuping hidung (-), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-)
G. Telinga Deformitas (-/-), darah (-/-), sekret (-/-)
H. Mulut Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-) I. Leher Simetris, JVP tidak meningkat, kelenjar getah bening tidak membesar
J. Thorax a. Retraksi (-), bentuk simetris, retraksi intercostal (-), spider nevi (-), pernafasan toracoabdominal, sela iga melebar (-), muskulus pektoralis atrofi (-), pembesaran KGB axilla (-/-). b. Jantung Inspeksi
: Ictus Cordis tidak tampak
4
Palpasi
: Ictus Cordis tidak kuat angkat
Perkusi
: Konfigurasi Jantung kesan tidak melebar
Auskultasi
: Bunyi Jantung I dan II intensitas normal, reguler,
bising (-)
c. Paru Inspeksi
: Pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi
: Fremitus raba kanan = kiri
Perkusi
: Sonor / Sonor
Auskultasi
: Suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)
L. Abdomen Inspeksi
: Dinding perut sejajar dinding dada
Auskultasi
: Peristaltik (+) normal
Perkusi
: Tympani
Palpasi
: Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
M. Ekstremitas Extremitas superior
Extremitas inferior
Dextra
Sinistra
Dextra
Sinistra
Edema
-
-
-
-
Sianosis
-
-
-
-
Pucat
-
-
-
-
Akral dingin
-
-
-
-
N. Status Lokalis Regio Hip Joint Dextra: Look
: Terdapat luka bekas operasi tertutup perban, drainage (- ) deformitas (-), oedem (-)
Feel
: Neurovascular disturbance (-), nyeri (-)
5
Movement : Range of motion ankle full Range of motion knee dan hip sulit dievaluasi et cauasa post hemiartroplasti 1. Range of Motion (ROM) Neck
Aktif
Pasif
Flexi
0-70o
0-70o
Extensi
0-40o
0-40o
Rotasi ke kanan
0-90o
0-90o
Rotasi ke kiri
0-90o
0-90o
Extremitas Superior
Dextra Aktif
Shoulder Flexi
Elbow
Wrist
Finger
0-180
o
Sinistra
Pasif
Aktif o
0-180
0-180
o
Pasif 0-180o
Extensi
0-30o
0-30o
0-30o
0-30o
Abduksi
0-150o
0-150o
0-150o
0-150o
Adduksi
0-75o
0-150o
0-150o
0-150o
Internal rotasi
0-90o
0-90o
0-90o
0-90o
External rotasi
0-90o
0-90o
0-90o
0-90o
Flexi
0-1350
0-1350
0-1350
0-1350
Extensi
135-1800
135-1800
135-1800
135-1800
Supinasi
0-90o
0-90o
0-90o
0-90o
Pronasi
0-90o
0-90o
0-90o
0-90o
Flexi
0-80o
0-90o
0-80o
0-90o
Extensi
0-700
0-80o
0-70o
0-80o
Ulnar deviasi
0-30o
0-30o
0-30o
0-30o
Radius deviasi
0-30o
0-30o
0-30o
0-30o
MCP I flexi
0-90o
0-90o
0-90o
0-90o
MCPII,III,IVf
0-90o
0-90o
0-90o
0-90o
0-90o
0-90o
0-90o
0-90o
lexi DIP
II,III,IV
6
flexi II,III,IV
0-100o
0-100o
0-100o
0-100o
MCP I extensi
0-300
0-30o
0-30o
0-30o
PIP flexi
Trunk
ROM pasif
ROM aktif
Flexi
sde
sde
Extensi
sde
sde
Rotasi
Sulit dievaluasi
Sulit dievaluasi
Dextra
Sinistra
Extremitas Inferior
Hip
Knee
Ankle
Aktif
Pasif
Aktif
Pasif
Flexi
sde
sde
0-140o
0-140o
Extensi
sde
sde
0-30o
0-30o
Abduksi
sde
sde
0-45o
0-45o
Adduksi
sde
sde
0-45o
0-45o
Flexi
sde
sde
0-130o
0-130o
Extensi
sde
sde
0o
00
Dorsoflexi
0-20o
0-20o
0-20o
0-20o
Plantarflexi
0-50o
0-50o
0-50o
0-50o
Eversi
0-50
0-50
0-50
0-50
Inversi
0-50
0-50
0-50
0-50
2. Manual Muscle Testing (MMT) Ekstremitas Superior Shoulder Flexor
Extensor
Abduktor
Dextra
Sinistra
M.deltoideus antor
5
5
M.biceps brachii
5
5
M.deltoideus antor
5
5
M.teres major
5
5
M.deltoideus
5
5
M.biceps brachii
5
5
7
Adduktor
M.latissimus dorsi
5
5
M.pectoralis major
5
5
M.latissimus dorsi
5
5
M.pectoralis major
5
5
M.teres major
5
5
M.pronator teres
5
5
M.biceps brachii
5
5
M.brachialis
5
5
Extensor
M.triceps brachii
5
5
Supinator
M.supinator
5
5
Pronator
M.pronator teres
5
5
Flexor
M.flexor carpi
5
5
5
5
5
5
5
5
Rotasi internal
Rotasi eksternal
Elbow
Wrist
Flexor
radialis Extensor
M.extensor digitorum
Abduktor
M.extensor carpi radialis
Adduktor
M.extensor carpi ulnaris
Finger
Flexor
M.flexor digitorum
5
5
Extensor
M.extensor
5
5
Dextra
Sinistra
digitorum Extremitas Inferior Hip
Knee
Flexor
M.psoas major
sde
5
Extensor
M.gluteus maximus
sde
5
Abduktor
M.gluteus medius
sde
5
Adduktor
M.adductor longus
sde
5
Flexor
Hamstring muscles
sde
5
Extensor
M.quadriceps
sde
5
8
femoris Ankle
Flexor
M.tibialis
5
5
Extensor
M.soleus
5
5
4. Fungsi sensorik Kedua ekstremitas bawah dan ekstremitas atas kanan dan kiri normal.
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG A. Laboratorium (26 April 2012) Hb : 9,5 gr/dL Hct : 29% AL : 14.900 µ/L AT : 214.000 µ/L AE : 3,44 x 106
B. Pemeriksaan Radiologi Pemeriksaan Radiologi Thorax PA (17 April 2012)
Kesan: Cardiomegali
9
Pemeriksaan Radiologi Hip Joint Dextra (17 April 2012)
Kesan : Discontinuitas Collum Femur Dextra Subcapital
10
Foto Radiologi Hip Joint Dextra (28 April 2012) pasca hemiartroplasti
IV. ASSESMENT Geriatri Post Hemiartroplasti pada Closed Fracture Collum Femur Dextra Garden IV Sub Capital (Operasi Hemiartroplasti dilakukan tanggal 28 April 2012)
11
V.
DAFTAR MASALAH Masalah Medis
:
Geriatri Post hemiartroplasti pada Closed Fracture Collum
Femur Dextra
Problem Rehabilitasi Medik 1. Speech Terapi
: (-)
2. Okupasi Terapi
: Keterbatasan berjalan
3. Sosiomedik
: Memerlukan bantuan untuk melakukan aktifitas
sehari-hari tertentu 4. Ortesa-protesa
: membutuhkan penggunaan alat bantu berjalan
5. Psikologi
: pasien khawatir tentang prognosis penyakit yang
diderita 6. Fisioterapi
: Diperlukan alih badan bertahap, dan latihan menggerakkan alat gerak
VI. PENATALAKSANAAN Rehabilitasi Medik Post Hemiartroplasti Hari ke-3 1. Fisioterapi - Alih badan bertahap dari duduk < 900 duduk tegak dan ongkangongkang berdiri di samping bed -AAROM exercise alat gerak 2. Speech Terapi
: Tidak dilakukan
3. Okupasi Terapi
: ADL dan latihan berjalan
4. Sosiomedik
: Menjembatani antara pasien, keluarga, dan
pemberi pelayanan kesehatan. 5. Ortesa-protesa
: Persiapan Walker
6. Psikologi
: Memberikan edukasi kepada pasien untuk tidak
merasa cemas dengan penyakitnya.
12
VII. HANDICAP, IMPAIREMENT, DISABILITY Handicap
:
Geriatri, post hemiartroplasti AMP atas indikasi fraktur collum femoris dextra garden IV subcapital
Impairement :
keterbatasan gerak anggota gerak bawah, gangguan fungsi kognitif
Disability
:
Keterbatasan melakukan aktivitas sehari-hari
VIII. PLANNING Planning Diagnostik : Planning Terapi
: -
Planning Edukasi
: - Edukasi untuk home exercise dan ketaatan untuk melakukan terapi. - Edukasi pasien untuk tidak menggerakkan kaki menjauhi badan, maupun kaki menekuk ke arah badan, untuk menghindari hal itu terjadi maka diberikan bantal diantara kedua kaki -Pasien dipantau agar taat melakukan terapi dikarenakan pasien adalah geriatric.
Planning Monitoring : - Evaluasi hasil terapi, ROM dan MMT IX. TUJUAN 1. Perbaikan keadaan umum sehingga mempersingkat waktu perawatan 2. Mencegah terjadinya komplikasi yang dapat memperburuk keadaan 3. Membantu penderita sehingga mampu mandiri dalam menjalankan aktivitas sehari-hari 4. Edukasi perihal home exercise
X.
PROGNOSIS Ad vitam
: dubia ad bonam
Ad sanam
: dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
13
TINJAUAN PUSTAKA
I.
FRAKTUR COLLUM FEMUR
A.
Definisi Fraktur adalah terputusnya kontinuitas dari tulang, sering diikuti oleh kerusakan jaringan lunak dengan berbagai macam derajat, mengenai pembuluh darah, otot dan persarafan.
Gambar 1. Anatomi Femur (tampak anterior dan posterior) Fraktur intertrokanter bersifat ekstrakapsular. Bagian dari panggul yang termasuk intertrokanter adalah mulai dari distal dari leher femur sampai trokanter minor.
B. Klasifikasi Klasifikasi fraktur femur : 1. Fraktur intrakapsular, fraktur ini terjadi di kapsul sendi pinggul a. Fraktur kapital : fraktur pada kaput femur b. Fraktur subkapital : fraktur yang terletak di bawah kaput femur c. Fraktur transervikal : fraktur pada kolum femur
14
2. fraktur ekstrakapsular, fraktur yang terjadi di luar kapsul sendi pinggul a. Fraktur sepanjang trokanter mayor dan minor b. Fraktur intertrokanter c. Fraktur subtrokanter
C. Fraktur Kolum Femur Fraktur kolum femur termasuk fraktur intrakapsular yang terjadi pada bagian proksimal femur, yang termasuk kolum femur adalah mulai dari bagian distal permukaan kaput femoris sampai dengan bagian proksimal dari intertrokanter.Pada pemeriksaan fisik, fraktur kolum femur dengan pergeseran akan menyebabkan deformitas yaitu terjadi pemendekan serta rotasi eksternal sedangkan pada fraktur tanpa pergeseran deformitas tidak jelas terlihat. Tanpa memperhatikan jumlah pergeseran fraktur yang terjadi, kebanyakan pasien akan mengeluhkan nyeri bila mendapat pembebanan, nyeri tekan di inguinal dan nyeri bila pinggul digerakkan. Standar pemeriksaan radiologi untuk fraktur kolum femur adalah rontgen pinggul dan pelvis anteroposterior dan cross-table lateral. Klasifikasi fraktur kolum femur menurut Garden’s adalah sebagai berikut : a. Grade I : Fraktur inkomplit ( abduksi dan terimpaksi) b. Grade II : Fraktur lengkap tanpa pergeseran c. Grade III : Fraktur lengkap dengan pergeseran sebagian (varus malaligment) d. Grade IV : Fraktur dengan pergeseran seluruh fragmen tanpa ada bagian segmen yang bersinggungan
15
Gambar 2. Klasifikasi Garden Pada Fraktur Colum Femur Klasifikasi Pauwel’s untuk fraktur kolum femur juga sering digunakan. Klasifikasi ini berdasarkan atas sudut yang dibentuk oleh garis fraktur dan bidang horizontal pada posisi tegak. a. Tipe I : garis fraktur membentuk sudut 30˚ dengan bidang horizontal pada posisi tegak b. Tipe II : garis fraktur membentuk sudut 30-50˚dengan bidang horizontal pada posisi tegak c. Tipe III: garis fraktur membentuk sudut >50˚ dengan bidang horizontal pada posisi tegak
Gambar 3. Klasifikasi Pauwel untuk Fraktur Kolum Femur
16
D. Penanganan Fraktur Kolum Femur
E. Komplikasi Trauma Pasien dengan fraktur kolum femur mempunyai risiko menderita penyakit tromboemboli dan mempunyai risiko kematian. Karena suplai darah yang baik pada region femur maka risiko osteonekrosis dan nonunion minimal. F. Komplikasi Terapi a. Deformitas bentuk varus pada bagian proksimal dari
fragmen fraktur.
Biasanya berhubungan dengan fraktur tidak stabil akibat kurangnya bantalan pada bagian posteromedial. b. Malrotasi, malrotasi umumnya terjadi karena rotasi internal dari bagian distal fragmen fraktur yang tidak stabil pada saat pemasangan implant. c. Nonunion, jarang terjadi, tetapi bila fraktur tidak menyatu dengan kuat selam 6 bulan, fraktur ini mungkin tidak akan mnyambung dan sebaiknya dilakukan operasi lanjutan, fraktur direposisi, alat fiksasi dipasang lebih kuat dan cangkokan tulang ditempelkan di sekitar fraktur.
17
II.
Hemiartroplasty Austin Moore Prothetic (AMP) 1. Definisi Hemiartroplasty adalah prosedur pembedahan yang menggantikan setengah dari sendi dengan permukaan buatan dan meninggalkan bagian lainnya di dalam (pra-operasi). Desain protesis yang paling umum digunakan adalah Austin Moore® dan Thompson® dimana prostetik ini dilakukan dengan menghapus kepala femur dan menggantinya dengan logam
atau
komposit
prostesis.
Tindakan
ini
bertujuan
untuk
menghilangkan rasa sakit dan memperbaiki kerusakan sendi yang parah akibat patah tulang. Prosedur pemasangan Austin Moore Prothetic menggunakan teknik pendekatan
posterior
yaitu
mengakses
sendi
dan
kapsul
lewat
belakang.Kemudian operator mengambil sedikit m. piriformis dan rotator external dari tulang paha untuk memasukan caput implan.Pendekatan ini memberikan akses yang sangat mudah ke acetabulum dan tulang paha serta mempertahankan keada ananatomis pinggul sehingga meminimalkan risiko pascaoperasi. 2. Indikasi Tindakan ini paling sering digunakan untuk mengobati gagal sendi yang disebabkan oleh osteoarthritis. Indikasi lainnya termasuk rheumatoid arthritis, nekrosis avaskular, arthritis traumatis, protrusio acetabuli, patah tulang pinggul tertentu, arthritis terkait dengan penyakit Paget, ankylosing spondylitis dan rheumatoid arthritis remaja. Tujuan dari prosedur ini adalah untuk menghilangkan nyeri dan mengembalikan fungsi pinggul. Pemasangan Austin Moore Prothetic (AMP) biasanya dilakukan setelah terapi lain, seperti terapi fisik dan obat-batan telah gagal. 3. Risiko dan Komplikasi a. Dislokasi Dislokasi adalah komplikasi yang paling umum terjadi dari Hemiartroplasty.Pada operasi, caput femoral diambil dari soket, kemudian implant pinggul disisipkan dan pinggul dimasukkan kembali
18
ke dalam posisi yang tepat.Dibutuhkan waktu delapan sampai dua belas minggu untuk regenerasi jaringan unak yang terpotong atau terluka.Selama periode ini, caput dapat keluar dari acetabulum sehingga dapat menyebabkan dislokasi. b. Osteolisis Osteolisis merupakan salah satu efek samping pemasangan prostetik. Tulang akan terkikis akibat reaksi tubuh terhadap puingpuing bahan implant dari waktu ke waktu. Sebuah proses inflamasi menyebabkan reasorbsi tulang yang dapat menyebabkan melonggarnya implant dari pinggul dan bahkan bekas patah tulang di sekitar implan. Dalam upaya menghilangkan efek osteolisis, permukaan bantalan implan modern dilapisi keramik. c. Hipersensitif terhadap Logam (Bahan Implan) Partikulat implan merupakan bahan-bahan yang asing bagi tubuh, hal yang dikhawatirkan adalah apabila system imun bereaksi terhadap
partikulat
tersebut
sehingga
menimbulkan
reaksi
hipersensitifitas. d. Kelumpuhan Nervus Kelumpuhan saraf pasca operasi adalah komplikasi yang mungkin terjadi.Insiden komplikasi ini rendah.Kelumpuhan n.Femoris merupakan komplikasi yang jarang.Pasien yang sebelumnya memiliki riwayat cedera saraf berisiko lebih besar mengalami komplikasi ini dan juga lambat untuk pulih. e. Nyeri Kronis Beberapa pasien yang telah mengalami penggantian pinggul menderita
nyeri
kronis
setelah
operasi.Nyeri
inguinal
dapat
berkembang jika m. iliopsoas menggosok acetabular.Bursitis dapat berkembang pada trochanter mayor dimana bekas luka bedah melintasi tulang, atau jika komponen femoralis digunakan mendorong kaki ke samping terlalu jauh.Juga beberapa pasien dapat mengalami nyeri pada cuaca dingin atau lembab.
19
f. Perbedaan Panjang Kaki (Leg Length Inequality) Leg Length Inequality adalah keluhan paling umum yang dirasakan oleh pasien setelah operasi.Leg Length Inequality akan tampak segera setelah operasi padahal sebenarnya apabila dilatih, kedua panjangnya akan kembali. 4. Exercise Pasca Hemiartroplasty Austin Moore Prothetic (AMP) Latihan sangat penting setelah Hemiartroplasty Austin Moore Prothetic (AMP). Latihan akan membantu memperkuat otot pinggul dan paha.Secara garis besar, program latihan post operasi Austin Moore Prothetic (AMP) terbagi dalam beberapa minggu: 1. Selama 1-2 minggu pasca operasi: a. Berjalan minimal 300-500 kaki dengan alat bantu jalan b. Naik dan turun 12-14 langkah dengan rel, satu kali per hari c. Tekuk pinggul 60° d. Meluruskan pinggul sepenuhnya dengan berbaring selama 30 menit beberapa kali per hari e. Belajar melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan orang lain f. Secara bertahap melanjutkan tugas rumah sesuai kebutuhan 2. Selama 3-4 minggu pasca operasi: a. Lengkapi setiap tujuan yang tersisa dari 1-2 minggu pertama b. Sapih satu persatu kaki dengan menggunakan Cruch atau Cane c. Berjalan minimal 4 blok (4 meter) d. Naik dan turunkan kaki 12-14 langkah dengan rel, lebih dari sekali per hari e. Tekuk pinggul sampai 90° f. Melanjutkan semua tugas rumah dengan bantuan sesuai kebutuhan 3. Setelah 5-6 minggu pasca operasi: a. Lengkapi setiap tujuan yang tersisa dari minggu 1-4 b. Berjalan dengan Cruch atau Cane untuk menempuh jarak 8 m c. Naik turun tangga dengan rel dari satu kaki ke kaki lainnya d. Tekuk pinggul sampai 90°
20
e. Melanjutkan semua tugas rumah tanpa bantuan sesuai kebutuhan 4. Setelah 7-12 minggu pasca operasi: a. Lengkapi setiap tujuan yang tersisa dari minggu 1-6 b. Berjalan tanpa tongkat atau kruk tanpa pincang dengan jarak sampai 16 m c. Naik turun tangga dengan rel d. Melanjutkan tugas rumah semua dan kegiatan low impact e. Meninjau semua latihan dengan ahli terapi fisik. f. Lakukan latihan 10-15 kali, 2-3 kali setiap hari, kecuali dinyatakan sebaliknya. g. Jangan ragu untuk melakukan latihan dengan menapakkan kedua kaki (Full Weight Bearing) 5. Gerakan yang Tidak DibenarkanSetelah Hemiartroplasty a. Mengangkat lutut melebihi panggul
b. Melakukan rotasi internal (menyilangkan kaki)
21
c. Duduk dengan sudut melebihi 90º
d. Menggantungkan kaki yang terpasang implan ketika berlatih berjalan dengan menggunakan alat bantu
22
e. Menyilangkan tungkai atas terhadap panggul yang terpasang implant
f. Memutar badan ketika berlatih berjalan
23
g. Tidak bertumpu pada kaki yang terpasang implan ketika berdiri
III. GERIATRI Geriatric merupakan suatu istilah yang terdiri dari kata geros (usia lanjut) dan iatreia (merawat/merumat), geriatri sendiri mengacu pada cabang ilmu kedokteran yang berfokus pada penyediaan layanan kesehatan bagi manula. Seseorang dikatakan lanjut usia, jika telah mencapai usia diatas 60 tahun. Untuk menangani pendekatan
holistik
penyakit
yaitu,
geriatric pada lansia dibutuhkan
perhatian
total
terhadap
pasien
secara
terpadudengan mempertimbangkan keadaan lingkungan, sosial ekonomi, gaya hidup, diagnosis dan terapi penyakit dalam merawat penderita. Lansia banyak yang mengidap salah satu penyakit yang dapat menyebabkan komplikasi jika, tidak ditangani dengan baik seperti, fraktur pada tulang yang dapat menyebabkan osteoporosis atau jika seseorang memiliki angka kolesterol yang tinggi saat lanjut usia dapat menjadi Penyakit
24
Jantung Koroner (PJK), hipertensi, gagal jantung dan infark serta gangguan ritme jantung, diabetes mellitus, gangguan fungsi ginjal dan hati. Beberapa masalah yang sering muncul pada usia lanjut disebut sebagai a series of I’s, yaitu immobility (imobilisasi), instability (instabilitas dan jatuh), incontinence (inkontinensia), intellectual impairment (gangguan intelektual), infection (infeksi), impairment of vision and hearing (gangguan penglihatan dan pendengaran), isolation (depresi), Inanition (malnutrisi), insomnia (ganguan tidur), dan immune deficiency (penurunan kekebalan tubuh). Sifat penyakit pada lansia perlu untuk dikenali supaya tidak salah ataupun lambat dalam menegakkan diagnosis, sehingga terapi dan tindakan lain yang mengikutinya dengan segera dapat dilaksanakan. Hal ini akan menyangkut beberapa aspek, yaitu etiologi, diagnosis dan perjalanan penyakit. Etiologi, penyakit pada lansia lebih bersifatendogen daripada eksogen. Hal ini disebabkan oleh menurunnya berbagai fungsi tubuh karena proses menua,
etiologi
sering
kali
tersembunyi
(Occult),
dan sebab
penyakit dapat bersifat ganda (multiple) dan kumulatif (penimbunan), terlepas satu sama lain ataupun saling mempengaruhi. Diagnosis, penyakit pada lansia umumnya lebih sulit dideteksi dari pada remaja atau dewasa, karena gejala dan keluhan sering tidak jelas. Perjalanan penyakit, Pada umumnya perjalanan penyakit adalah kronik (menahun) diselingi dengan eksaserbasi akut,penyakit bersifat progresif (bertahap), dan sering menyebabkan kecacatan (invalide). WHO, mengembangkan konsep kriteria mundurnya kemandirian secara bertingkat, seperti berikut : Imapirment
: Kehilangan (kelainan) baik psikologik, fisiologik, struktur atau fungsi anatomik.
Disabilitas
: Semuaretriksi (kekurangan mampuan) untukmelakukan kegia tan yang dianggap dapat dilakukan oleh orang normal.
Handicap
: Suatu ketidakmampuan seseorang sebagai akibat impairment atau disabilitas sehingga membatasinya untuk melaksakan peranan hidup secara normal.
25
a. Gejala kemunduran fisik menjadi tua ditandai oleh kemunduran biologis 1. Kulit mulai mengendur dan wajah mulai keriput serta garis-garis yang menetap 2. Rambut kepala mulai memutih atau beruban 3. Gigi mulai lepas (ompong) 4. Penglihatan dan pendengaran berkurang 5. Mudah lelah dan mudah jatuh 6. Gerakan menjadi lamban dan kurang lincah b. Kemunduran kognitif yang dialami, antara lain 1. Suka lupa (ingatan tidak berfungsi dengan baik) 2. Ingatan pada hal-hal di masa muda lebih baik dari hal-hal yang baru terjadi 3. Sering adanya disorientasi terhadap waktu, tempat, dan orang 4. Sulit menerima ide-ide baru 5. Keseimbangan antara badan, penglihatan, dan pendengaran berkurang. c. Masalah Fisik Sehari-hari pada Lansia 1. Mudah jatuh a. Jatuh merupakan suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang melihat kejadian, yang mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka. b. Jatuh
dipengaruhi
oleh
berbagai
faktor,
diantaranya
faktor
intrinsik(gangguan gaya berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah, kekuatan sendi dan sinkope-dizziness), dan faktor ekstrinsik (lantai yang licin dan tidak rata, tersandung oleh benda-benda, penglihatan kurang karena cahaya yang kurang terang). 2. Mudah lelah, disebabkan oleh a. Faktor psikologis: perasaan bosan, keletihan, depresi b. Gangguan organis: anemia, kurang vitamin, osteomalasia, dll c. Pengaruh obat: sedasi, hipnotik d. Karakteristik Penyakit Lansia diIndonesia 1. Penyakit persendian dan tulang, seperti rheumatik, dan osteoporosis.
26
2. Penyakit Kardiovaskuler, seperti hipertensi, kholesterolemia, angina, cardiac attack, stroke, trigliserida tinggi, anemia, dan PJK. 3. Penyakit Pencernaan seperti gastritis, dan ulcus pepticum. 4. Penyakit Urogenital, seperti Infeksi Saluran Kemih (ISK), Gagal Ginjal Akut/Kronis, dan Benigna Prostat Hiperplasia. 5. Penyakit Metabolik/endokrin, seperti diabetes mellitus, dan obesitas. 6. Penyakit Pernafasan, seperti asma, dan TB paru. 7. Penyakit Keganasan, seperti carsinoma atau kanker. 8. Penyakit lain, seperti senilis/pikun/dimensia, alzeimer, dan parkinson.
27
DAFTAR PUSTAKA Apley
AG,
Solomon
L.
Apley’s
System
of
Orthopaedics
Fractures.
ButterworthHeinemann, 1993. 364-374. Brinker. Review of Orthopaedic Trauma, Pennsylvania: Saunders Company, 2001. 53-63. Brunner dan Suddarth. 1996. "Early attempts at hip arthroplasty—1700s to 1950s". Iowa Orthop J 25: 25–9. PMC 1888777. PMID 16089067. http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?tool=pmcentrez&arti d=1888777. Corwin EJ. 1997. Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran ECG, Jakarta. Davey P. 2002. At a Glance Medicine. Erlangga Medical Series, Surabaya Fizuhri SB. Uji Banding Penggunaan Skrew Paralel pada Fraktur Colum Femur: Sebuah Studi Biomekanika. http://www.digilib.ui.edu/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=107838&lokasi=lok al [diakses 1 Mei 2012]. McMahon. Specific Preoperative Nursing Care of a Fracture Neck Femur Smeltzer. 2001. Hip Pain and Mobility Deficits – Hip Osteoarthritis: Clinical Practice Guidelines Linked to the International Classification of Functioning, Disability, and Health from the Orthopaedic Section of the American Physical Therapy Association J Orthop Sports Phys Ther 2009; 39(4) : A1-A25. doi:10.2519/jospt.2009.0301 Anonim. Femur. http://www.answer.com/library/sport%20science%20and%20 medicine- id.29334 [diakses 1 Mei 2012]. Anonim. Biomechanics Lecture Outline: Lower Extremity.
28
29