Modul ke:
14
SEMINAR PSIKOLOGI TERAPAN BAB XIII Metode Penelitian KUALITATIF
Fakultas
PSIKOLOGI Program Studi
PSIKOLOGI
Dr. Antonius Dieben Robinson Manurung, MSi
• Menurut Banister, dkk (1994) penelitian kualitatif dapat didefinisikan sebagai satu cara sederhana, sangat longgar, yaitu suatu penelitian interpretatif terhadap suatu masalah di mana peneliti merupakan sentral dari pengertian atau pemaknaan yang dibuat mengenai masalah itu. • Merriam (1998) merumuskan penelitian kualitatif sebagai satu konsep payung yang mencakup beberapa bentuk penelitian untuk membantu peneliti memahami dan menerangkan makna fenomena sosial yang terjadi dengan sekecil mungkin gangguan terhadap setting alamiahnya.
• Pendekatan kualitatif berasumsi bahwa manusia adalah makluk yang aktif, yang mempunyai kebebasan kemauan, yang perilakunya hanya dapat dipahami dalam konteks budayanya, dan yang perilakunya tidak didasarkan pada hukum sebab akibat. • Oleh sebab itu logis kalau penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif bertujuan untuk memahami obyeknya, tidak untuk menemukan hukum-hukum, tidak untuk membuat generalisasi, melainkan membuat ekstrapolasi (Brannnen dalam Brannen, Ed., 1992; suryabrata, 2000 dalam A.Alsa).
• Banyak istilah yang dipakai peneliti untuk menyebut tipe penelitian yang pada hakekatnya adalah penelitian kualitatif, seperti istilah penelitian lapangan (field research) yang umumnya digunakan oleh sosiolog dan antropolog. • Di bidang psikologi dan pendidikan, penelitian kualitatif seringkali disebut naturalistik karena masalah atau peristiwa yang diteliti terjadi secara natural. • Istilah lain yang dihubungkan dengan penelitian kualitatif di antaranya adalah interaksi simbolik, perspektif dari dalam, the Chicago School, fenomenologi, studi kasus, interpretif, etnometodologi, ekologi, dan deskritif.
CIRI-CIRI PENULISAN KUALITATIF •
1. Mendasarkan diri pada kekuatan Narasi – Memerlukan elaborasi naratif untuk memungkinkan pembaca memahami kedalaman, makna dan interpretasi terhadap keutuhan fenomena – Dapat diperkuat dengan tampilan visual seperti skema, bagan, atau gambar
• 2. Studi dalam situasi alamiah (naturalistic inquiry) – Dalam arti bhw peneliti tidak berusaha untuk memanipulasi setting penelitian (apa adanya) – Ingin memahami kenyataan kompleks dan mereduksinya
• 3. Analisis Induktif – Berorientasi pada eksplorasi, penemuan, dan logika induktif – Peneliti tidak membatasi penelitian pada upaya menerima atau menolak hipotesis. – Dimulai pada observasi khusus, yang akan memunculkan tema-tema, kategori-kategori, dan pola hubungan di antara kategori –kategori tersebut.
CIRI-CIRI PENULISAN KUALITATIF 4. Kontak personal langsung: Peneliti di lapangan – Menekankan pentingnya kedekatan dengan orang-orang dan situasi penelitian, agar peneliti memperoleh pemahaman jelas tentang realitas dan kondisi nyata kehidupan sehari-hari. 5. Perspektif Holistik – Bahwa keseluruhan fenomena perlu dimengerti sebagai suatu sistem yang kompleks. – Mengumpulkan data dalam berbagai aspek untuk memperoleh gambaran komprehensif dan lengkap ttg objek studi. 6. Perspektif dinasmis, perspektif pengembangan – Melihat gejala sosial sebagai sesuatu yang dinamis dan berkembang, bukan sebagai suatu hal yang statis dan tidak berubah dalam perkembangan kondisi dan waktu.
CIRI-CIRI PENULISAN KUALITATIF 7. Orientasi pada kasus Unik • Fokus pada penyelidikan yang mendalam pada sejumlah kecil kasus. • Studi kasus sangat bermanfaat ketika peneliti merasa perlu memahami suatu kasus spesifik orang-orang tertentu, kelompok dengan karakteristik tertentu, ataupun situasi unik secara mendalam. 8. Bersandar pada netralitas - empatis • Istilah subjektif sering mendatangkan debat, Patton mengusulkan penggunaan istilah netralitas- empatis. • Empati = sikap peneliti thd subjek. • Netralitas = sikap peneliti menghadapi temuan penelitian. • Komitmen peneliti hanyalah untuk memahami dunia spt adanya, dan di sisi lain, perlu mengatakan pendekatan yang empatik supaya mendapatkan data yang merefleksikan pemikiran subyek.
CIRI-CIRI PENULISAN KUALITATIF 9. Fleksibilitas Desain • Luwes, berkembang sejalan berkembangnya pekerjaan lapangan. • Jumlah sampel tergantung pada apa yang ingin diketahui peneliti, tujuan penelitian, konteks saat itu, apa yang dianggap bermanfaat dan dapat dilakukan dengan waktu dan sumber daya tersedia. 10. Sirkuler • Tidak selalu harus mengikuti tahap-tahap kaku terstruktur 11. Peneliti adalah instrumen kunci • Kompentensi peneliti adalah aspek terpenting. • Peneliti tidak memiliki formula baku dalam menjalankan penelitian • Peneliti berperan besar dalam seluruh proses penelitian, mulai dari memilikh topik, mendekati topik tersebut, mengumpulkan data hingga menganalisi dan melakukan interpretasi.
PARADIGMA PENELITIAN KUALITATIF • • • •
Pendekatan Fenomenologis. Interaksi Simbolik Pendekatan Budaya Etnometodologi
Pendekatan Fenomenologis • Pendekatan ini berusaha memahami makna dari suatu peristiwa dan saling pangaruhnya dengan manusia dalam situasi tertentu. Karakteristik dari pendekatan fenomenologis adalah: a) Tidak berasumsi mengetahui hal-hal apa yang berarti bagi manusia yang akan diteliti. b) Memulai penelitiannya dengan keheningan untuk menangkap apa yang sedang diteliti. c) Menekankan pada aspek subyektif perilaku manusia, dengan berusaha masuk ke dalam dunia konseptual subyek agar dapat memahami bagaimana dan makna apa yang mereka konstruksi di sekitar peristiwa dalam kehidupanya sehari-hari
d) Mempercayai bahwa dalam kehidupan manusia banyak cara yang dapat dipakai untuk menafsirkan pengalamanpengalaman dari masing-masing kita melalui interaksi kita dengan orang lain, dan bahwa hal ini merupakan makna dari pengalaman kita yang merupakan realita. e) Semua cabang penelitian kualitatif berpendirian bahwa untuk memahami subyek adalah dengan melihatnya dari sudut pandang subyek sendiri, artinya dalam melakukan penelitian kuallitatif, peneliti menggunakan pendekatan dan mengkonstruksi penelitannya berdasar pandangan subyek yang ditelitinya.
Interaksi Simbolik • Merupakan satu tipe kerangka kerja fenomenologi yang sudah mapan. Pendekatan ini muncul dalam pendekatan”kelompok Chicago” (Chicago School) dengan tokohnya John Dewey. Pokok pikiran pendekatan ini adalah: a) Berasumsi bahwa pengalaman manusia dimediasi oleh penafsiran terhadap peristiwa yang terjadi. b) Obyek, manusia, situasi, dan peristiwa-peristiwa tidak memiliki makna apa-apa selain makna yang dibeikan orang kepada obyek, manusia, situasi, atau peristiwa tersebut. c) Interpretasi bukan kegiatan yang otonom, bukan pula ditentukan oleh kekuatan tertentu apapun. Makna dari sesuatu dapat berubah ketika ada orang melihatnya secara berbeda.
d) Interpretasi adalah esensial. Interaksi simbolik menjadi paradigma konseptual melebihi dorongan internal, sifat keribadian, kebutuhan, motif tak disadari, status sosial ekonomi, budaya, mekanisme kontrol sosial , atau lingkungan fisik. Interaksionis simbolik tidak menyangkal kenyataan bahwa konstruk-konstruk teoritik tersebut mungkin berguna, namun semua itu hanya relevan untuk memahami perilaku ada tingkat di mana faktor-faktor tersebut masuk ke dalam dan mempengaruhi proses pendefinisian perilaku itu. e) Teori bukanlah aturan, regulasi, norma, atau apapun yang krusial dalam memahami perilaku, akan tetapi bagaimana teori ini didefinisikan dan dipakai dalam situasi-situasi khusus. f) Bagian penting lain dari teori interaksi simbolik adalah susunan dari ‘diri’ atau ‘self’.
Etnometodologi • Ini adalah bidang kajian (subject matter) yang diteliti. Etnometodologi mencoba untuk mengerti bagaimana orang-orang mengerjakan, melihat, menjelaskan, dan mendeskripsikan urutan, golongan, tata tertib dalam dunia di mana mereka hidup.
LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Mengidentifikasi Problem Penelitian. Mereview Kepustakaan. Menetapkan Tujuan Penelitian. Mengumpulkan Data Menganalisis dan Mengiterpretasi Data. Melaporkan dan Mengevaluasi penelitian.
Terima Kasih