Seminar Nasional Peternakan dan Yeteriner 1998
PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP PRODUK TERNAK SAPI DI DKI M.
SABRANil
dan E.
BASUNo2
Balai Penelitian Temak, P.O . Box 221, Bogor 16002 2 PusatPenelitian Sosial Ekonond Pertanian Jalan A. Yani No . 70, Bogor 16161
ABSTRAK Makalah ini merupakan bagian dari pengkajian permintaan produk daging sapi di DKI yang dilakukan oleh Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian (IPPTP) DKI Jakarta dengan supervisi Balitnak Ciawi. Tujuan dari kajian ini untuk mengetahui karakteristik pasar produk ternak potong (sapi) dan pola konsumsi daging sapi di DKI Jakarta . Hasil survai preferensi konsumen menunjukkan bahwa jumlah pembelian daging per keluarga dan per kapita secara lintas tingkat pendapatan sangat bervariasi . Demikian pula prioritas preferensi juga bervariasi menunit tingkat pendapatan. Dalam pembelian daging, konsumen akan memilih daging tertentu lebih dahulu (prioritas I), barn yang lainnya . Dari rata-rata pembelian per bulan dari dua jenis pasar (tradisional dan swalayan) nampak bahwa yang terbanyak diminta adalah lamusir, daging has, paha dan iga. Preferensi konsumen terhadap daging sapi menurut lokasi pemukiman menunjukkan bahwa semakin bagus lokasi, semakin meningkat konsumsi daging . Misalnya, konsumsi daging bagian karkas meningkat dari 0,74-1,14 kg/bulan/keluarga di lokasi perumahan sederhana, 1-5,25 kg/bulan/keluarga pada pemukiman sedang clan antara 2 - 10,25 kg di pemukiman cukup . Kata
kunci :
Preferensi konsumen, daging sapi PENDAHULUAN
Sebagai ibukota Indonesia, daerah khusus ibukota (DKI) Jakarta bukan saja merupakan pusat pemerintahan, tetapi DKI juga merupakan kota dagang, kota industri dan menjadi pusat kantorkantor dagang di Indonesia . Dari DKI para pengusaha melebarkan kegiatan usahanya ke berbagai propinsi di Indonesia . DKI Jakarta merupakan kota yang paling besar dan relatif paling baik fasilitas pendukung untuk berbagai usaha, baik usaha di bidang teknologi, jasa maupun pertanian . Oleh karena itu tidak mengherankan bahwa Jakarta merupakan kota yang paling siap untuk menuju industrialisasi . Di bidang pertanian Jakarta bukan merupakan daerah produsen hasil-hasil pertanian utama, tetapi merupakan daerah konsumen yang sangat besar, mengingat jumlah penduduk Jakarta diperkirakan sekitar 8-9 juta jiwa. Sarana transportasi di Jakarta secara umum memadai dipandang dari sudut perdagangan . Hal ini disebabkan oleh tersedianya berbagai sistem angkutan, baik darat, laut maupun udara . Dengan pulau Sumatera, DKI Jakarta dihubungkan secara teratur oleh fasilitas penyeberangan feri 24 jam sehari, sehingga bahan mentah dari Sumatera dapat memasuki pasar di Jawa melalui DKI . Sebaliknya berbagai barang produksi pabrik meninggalkan DKI ke berbagai pelosok kota di Sumatera. Daerah Bogor, Tangerang dan Bekasi tuempakan 3 daerah penyangga DKI, merupakan wilayah yang memperoleh manfaat dari perkembangan DKI, sekaligus memperoleh dampak negatif dari pembangunan . Angkutan laut melalui pelabuhan Tanjungpriok juga berperan sangat penting dalam membentuk DKI menjadi sekarang ini . Selain itu, angkutan udara, jaringan kereta api clan armada bis malam merupakan sistem transportasi yang paling sibuk di Indonesia, 590
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998
Sebagai daerah konsumen utama maka DKI menerima berbagai macam produk pertanian termasuk peternakan dari berbagai daerah di Indonesia . Meskipun sampai sekarang masih terdapat berbagai industri peternakan di DKI, masa depan usaha-usaha semacam ini akan beralih ke berbagai daerah penyangga di kawasan Jabotabek . Pertambahan ekonomi yang pesat di DKI berdampak sangat positif terhadap produsen hasil-hasil peternakan. Oleh karena itu prioritas pembinaan bidang peternakan di DKI lebih dititikberatkan pada pengaturan tata niaga produkproduk peternakan clan pada teknis penanganan produknya . Hasil-hasil produksi peternakan sebagian besar didatangkan dari luar DKI . DKI Jakarta selain sebagai Ibu Kota Republik Indonesia, juga sebagai kota pariwisata, perdagangan dan industri sehingga merupakan pasar yang potensial bagi pemasaran produk pertanian khususnya produk peternakan seperti daging sapi. Pertambahan penduduk sekitar 3% per tahun clan tingkat konsumsi daging sebesar 12 kg/kapita/tahun (nasional G kg/kapita/tahun) serta pendapatan per kapita per tahun telah mencapai 2,2 juta (DKI JAKARTA DALAM ANGKA, 1994) merupakan faktor yang menentukan bagi terciptanya permintaan produk ternak potong di DKI Jakarta . Tingkat pemenuhan kebutuhan konsumsi produk ternak potong khususnya daging sapi di DKI Jakara baru dapat dipenuhi 50%-nya, yang berasal dari dalam negeri (lokal) dan impor (DKI JAKARTA DALAM ANGKA, 1994). Daging lokal berasal dari ternak sapi yang didatangkan dari daerah sentra produksi seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTT, Sulawesi clan NTB . Sedangkan daging impor kebanykan berasal dari Australia . Kondisi untuk mencapai keseimbangan antara potensi permintaan clan aktualita pengwaran yang masih cukup besar ini dapat berdampak pada fluktuasi harga yang tidak stabil, inefisiensi tataniaga daging dan produk ikutan lainnya . Hal ini tampak terlihat nyata terutama pada saat-saat tertenbj seperti menjelang Hari Raya Idul Fitri, Natal dan Talmn Baru serta hari-hari besar lainnya . Di sisi lain muncul masalah tentang kualitas daging . Perkembangan selera clan pengetalluan masyarakat dalam pemenuhan gizi yang baik berasal dari daging berkualitas cendenng meningkat . Pemenuhan permintaan akan daging yang berkualitas baru dapat dipenuhi oleh daging yang berasal dari impor. Kalau ini tents berlanjut tanpa ada usaha-usaha perbaikan bagi peningkatan kualitas daging lokal, nizka impor daging yang berasal dari luar negeri akan terus berlangsung . Oleh karena itu dengan melihat kondisi ini, maka fenomena pernasaran clan permintaan produk ternak potong yang berasal dari daging sapi dengan kualitas yang baik akan berdampak bagi perkembangan petern kan di daerah sentra produksi ternak sapi. Untuk itu diperlukan suatu kajian yang komprehensif tentang karakteristik pasar produk ternak potong yang dalam hal ini adalah daging sapi dan pola konsumsi daging sapi di DKI Jakarta. MATERI DAN METODE
Makalah ini merupakan bagian dari pengkajian permintaan produk daging sapi di DKI yang dilakukan oleh Instalasi Penelitian clan Pengkajian Teknologi Pertanian (IPPTP) DKI Jakarta. Data tentang pola konsumsi (preferensi) daging menunit kualitasnya diperoleh dari berbagai sumber, yaitu (1) Survai preferensi konsumen berdasarkan kelompok pendapatan dan daging secara umum.(2) Survai preferensi konsumen di swalayan clan non swalayan, (3) Sunai preferensi konsumen terhadap kelompok pendapatan rendah, sedang clan tinggi menurut daerah pemukiman .
59 1
Seminar NasionalPeternakan dan Veteriner 1998
Secara rinci parameter yang diukur dan dikumpulkan dari berbagai tingkatan dapat dilihat pada Tabel di bawah ini Data yang diperlukan Harga produk ternak (daging sapi)
potong
Sumber data " Rumah Pemotongan Hewan (RPH) " Rumah Pemotongan Swasta " 5 Buah Pasar Tk . Propinsi (regional)
5 Buah Pasar Tk. Kotamadya
"
Buah Supennarket di masing-masing Kotamadya Tingkat Pendapatan Penduduk DKI "
TingkatPendapatan dan Distribusi Pendapatan
Tingkat Konsmnsi Daging (jenis dan kualitas)
Tingkat Konstunsi Daging
592
Lokasi "
RPH Cakung
" "
RPH Swasta Pasar Jatinegara
" " " " "
"
Pasar Senen Pasar Kebayoran Lama Pasar Cengkareng Pasar Rawa Badak Pasar TI. Kotamadya (5 wilayah kota) Supennarket (5 wilayah kota) Propinsi (DKI Jakarta)
" " " " " "
Jakarta Utara Jakarta Selatan Jakarta Barat Jakarta Timur Jakarta Pusat RPH Cakung RPH Swasta Pasar Jatinegara Pasar Senen Pasar Kebayoran Lama Pasar Cengkareng Pasar Rawa Badak Pasar Tk. Kotamadya (5 wilayah kota) Supennarket (5 wilayah kota) RPH Cakung RPH Swasta Pasar Jatinegara Pasar Senen Pasar Kebayoran Lama Pasar Cengkareng Pasar Rawa Badak Pasar Tk. Kotamadya (5 wilayah kota) Supennarket (5 wilayhl' kota)
"
"
RPH Cakung
" "
Dinas Petemakan Pasar Regional
"
Pasar Tk. Kotamadya
" " " " " " "
"
Supennarket
"
" " "
RPH Cakung Dinas Petemakan Pasar Regional
"
Pasar TI. Kotamadya
" " " " " " " "
"
Supennarket
"
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998
Survai dilakukan dalam 3 tahap, yaitu 1.
Survai preferensi konsumen berdasarkan kelompok pendapatan dan daging secara umum.
2.
Survai preferensi konsumen di swalayan dan non swalayan .
3.
Survai preferensi konsumen terhadap kelompok pendapatan rendah, sedang dan tinggi menurut daerah pemukiman . HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam survai preferensi konsumen ini bagian daging sapi dikelompokkan dalam 16 kelompok, yaitu Blade/sampit, Chuck, Cube Roll/Lamusir, Sirloin/Has luar, Tender loin/Has side/Penutup, Silver side/Pendasar+gandik, Inside/Round/Kelapa, dalam, Top Shank/Sengkel/Paha, Flank/Samcam, Rib meat/Iga, Brisket/Sandang lamur, Rump/Tanjung, Buntut, Kikil, dan. Jerohan . Preferensi konsumen berdasarkan pendapatan Pada Tabel 1 diringkaskan hasil survai preferensi konsumen dengan jumlah sampel 151 . Jumlah pembelian daging per keluarga dan per kapita secara lintas tingkat pendapatan sangat bervariasi, tetapi terdapat trend bahwa pembelian daging dari lamusir sampai dengan daging iga meningkat searah dengan peningkatan pendapatan . Sedangkan bagian buntut sampai dengan lidah (lihat Tabel 1) trendnya mengecil dengan meningkatnya pendapatan . Tabel 1. Bagian
Jumlah daging yang dibeli per bulan per kelompok pendapatan (kg/bulan) Pendapatan A
Pendapatan B
Pendapatan C
Pendapatan D
Per keluarga
Per kapita
Per keluarga
Per kapita
Per keluarga
Per kapita
Per keluarga
Per kapita
Lamusir
2
0,50
3
0,75
4
0,80
4
0,80
Has luar
1
0,25
3
0,75
3
0,60
3
0,60
Has dalam
2
0,50
2
0,50
4
0,80
4
0,80
Paha
3
0,75
3
0,75
4
0,80
4
0,80
Iga
2
0,50
2
0,50
3
0,60
3
0,60
Buntut
2
0,50
2
0,50
2
0,40
2
0,40
Kikil
3
0,75
3
0,75
2
0,40
1
0,20
Tetelan
2
0,50
2
0,50
1
0,20
1
0,20
Hati
2
0,50
2
0,50
2
0,40
2
0,40
Usus
1
0,25
4
1,00
1
0,20
1
0,20
Babat
2
0,50
2
0,50
1
0,20
1
0,20
Patu
2
0,50
4
1,00
5
1,00
-
-
Otak
1
0,25
2
0,50
5
0,40
1
0,20
Lidah
2
0,50
2
0,50
-
-
-
-
Daging ayam
5
1,25
8
2,00
10
2,00
17
3,40
Ayam hidup
5
1,25
7
1,75
8
1,60
12
2,40
daging
593
SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 1998
Pada Tabel 2 dspat dipelajari bagaimana semua sampel menempatkan prioritas preferensi terhadap bagian daging sapi. Untuk lamusir, sebagian besar menempatkannya sebagai prioritas I dan II. Tabel 2.
Persentase prioritas preferensi mayoritas sampel (n=151)
Bagian daging Lamusir Has luar Has dalam Paha Iga Bwitut Kikil Tetelen Hati
Prioritas I (%) 41,67 23,81 83,93 67,06 20,00 11,11 13,89 12,50 22,45
Usus
Babat Paru Otak Lidah
11,11
22,22 9,09 -
Prioritas II (%) 44,44 52,38 10,71 21,18 40,00 44,44 52,78 33.93 48,98 55,56 27,59 22,22 18,18 -
Prioritas Ill (%) 13,89 23,81 5,36 11,76 40,00 44,44 33,33 53,57 28,57 33,33 72,41 55,56 72,73 100,00
Has lusr sebagai prioritas II, has dalam prioritas 1, paha prioritas I, iga prioritas 11 dsn III, buntut prioritas II dsn III, tetelan prioritas III, hati prioritas 11, usus prioritas II, bsbat, paru, otak dan lidah sebagai prioritas III . Prioritas pilihan ini memperlihatkan bahwa dalam pembelian daging, konsumen akan memilih daging tertentu lebih dahulu (prioritas I), baru yang lainnya . Preferensi konsumen pada pasar umum dan swalayan Tabel 3 meringkaskan data survai preferensi konsumen terhadap daging sapi di pasar umum dsn swalayan . Data permintaan ini berdasarkan pembelian setiap bulan oleh suatu keluarga . Memang terdapat perbedaan pada jumlah permintaan atas bagian karkas di kedua lokasi . Secara rata-rata dari dua jenis pasar tersebut kelihatan bahwa yang terbanyak diminta adalah lanuisir, daging has, psha dan iga. Preferensi konsumen terhadap daging sapi menurut lokasi pemukiman Lokasi pemukiman dikelompokkan dalam 3 kelompok, yaitu lokasi pemukiman yang sederhana, sedang dan cukup. Pengelompokan ini diselaraskan dengan pendapatan rendall, menengah dan tinggi . Dari jumlah daging yang diminta terdapat trend yang meningkat dari lokasi pemukiman sederhana ke cukup (Tabel 4). Secara rata-rata permintaan bagian karkas bergerak antara 0,74-1,14 kg/bulan/keluarga di lokasi perumahan sederhana, 1-5,25 kg/bulan/keluarga pada pemukiman sedang dan antara 2-10,25 kg di pemukiman cukup. Untuk bagian karkas daging maka jumlah yang diminta sama antara lamusir, sampit, has, paha dan iga. Preferensi kualitas penanganan Dari aspek kualitas karkas berdasarkan bau, warna, kekenyalan dan perlemakan maka mayoritas konsumen menginginkan warna merah, ban yang segar spesifik daging, empuk dengan kekenyalan yang baik dan perlemakan yang sedikit sampai sedang (tidak terlampau banyak lemak). 594
SeminarNasionalPeternakan dan Peteriner 1998 Tabel 3 .
Jumlah daging yang dibeh per keluarga per bulan (kg)
Bagian daging
Swalayan Prioritas 1
Prioritas 2
Pasar umum
Prioritas 3
Rata-rata
Priontas 3
Rata-rata
Sampil
5,00
2,50
-
3,75
2,50
1,67
3,00
2,39
3,07
6,27
Chuck
-
5,00
-
5,00
2,00
-
0,60
1,30
3,15
6,44
Lemusir
-
-
2,60
2,60
8,85
3,80
4,30
5,65
4,13
8,42
Has luar
8,00
4,67
3,40
5,35
3,12
2,69
0,60
2,14
3,74
7,64
Has dalam
4,57
4,25
2,67
3,83
10,00
2,00
2,38
4,79
4,31
8,81
Penutup
4,33
3,00
4,50
3,94
4,61
3,87
1,10
3,19
3,57
7,27
Pendasar
-
2,00
-
2,00
4,010
1,25
1,60
2,28
2,14
4,37
Kelapa
2,25
3,17
2,80
2,74
5,67
1,28
2,45
3,13
2,94
5,99
Paha
4,88
3,91
2,40
3,73
4,57
5,20
4,92
4,910
4,31
8,81
Samcam
1,00
-
-
1,00
6,00
2,20
3,27
3,82
2,41
4,92
Iga
Pooritas I
Prioritas 2
Rata rata
-
10,00
4,00
7,00
2,21
0,70
0,24
1,05
4,03
8,21
Sandung lamur
3,33
4,00
2,00
3,11
2,86
2,47
0,63
1,99
2,55
5,19
Tanjung
-
0,50
-
0,50
1,00
5,00
6,00
4,00
2,25
4,60
Buntut
-
1,00
4,33
1,77
12,00
2,00
2,40
5,47
3,62
7,38
Kikil
-
-
-
-
-
1,00
1,00
0,50
1,02
1,00
2,83
2,12
1,75
1,73
Jerohan
5,50
2,00
1,33
2,28
4.66
48,99
Tabel 4.
Preferenst konsumen terhadap daging sapi menumt daerah pemukvnan (kg/bulan/keluarga) Daerah sederhana
Bagdaging
100
Daerah sedang
Daemh cukup
1
2
3
Rata rata
1
2
3
Rata rata
1
2
Rata- rata
3
Rata rata
kg/bln/ keluarBa
%
Lamusr
1,14
0,99
0,50
0,94
4,00
3,96
3,14
3,70
9,57
8,24
7,40
8,40
4,31
8,27
Hasluar
0,93
0,75
1,25
0,98
4,50
3,50
2,33
3,44
13,00
8,02
5,72
9,18
4,53
8.69
Has dalam
1,15
1,04
1,00
1,06
3,76
3,75
4,25
3,92
4,92
12,58
5,14
7,55
4,18
8,01
Paha
1,17
0,04
0,92
0,94
3,33
3,50
3,90
3,58
8,30
6,04
10,00
8,38
4,27
8,18
Iga
1,46
0,49
1 .02
0,99
3,00
5,00
3,50
3,83
5,00
12,58
6,15
7,91
4,24
8,14
-
0,83
0,75
0,79
-
6,00
4,50
5,25
11,50
7,32
11,93
10,25
5,43
10,41
Buntut Kikil
1,00
I ' ll
0,95
1,02
-
3,71
3,25
3,48
6,89
2,42
5,00
4,77
3,09
5,93
Tetelan
1,10
1,04
1 .03
1,06
2,00
3,60
3,09
3,16
15,88
. 4,56
4.88
8,44
4,22
8,09
Hati
1,06
0,96
0,93
0,98
-
5,00
2,00
3,50
18,50
6,92
4,68
10,00
4,83
9 .26
-
1,25
0,50
0,88
-
-
-
-
9,00
8,25
9,33
8,86
4,87
9,34
Babat
1,88
0,73
0,80
1,14
-
-
1,00
1,00
1,00
3,00
6,00
3,33
1,82
3.50
Otak
1,50
-
0,58
1,04
-
-
1,00
1,00
3,00
Lidah
-
-
-
-
-
-
-
Pam
-
-
-
-
-
-
1,00
Usus
1,00
1,00
2,00
2,00
1,35
2,58
-
3,00
2,00
2,50
2,50
4,79
5,00
3,00
4,00
4,00
2,50
4,79
52,14
100,0
595
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998
Suplai dan permintaan ternak sapi dan daging di DKI Berdasarkan perhitungan trend konsumsi dan respon pasar maka permintaan daging sapi dan bagiannya diringkaskan pada Tabel 5. Di sini disajikan estimasi tahun 2000 tentang jumlah karkas sapi dan bagiannya pada tingkat estimasi rendah dan tinggi. Begitu pula diestimasi jumlah ekor ternak sapi yang disuplai untuk memenuhi permintaan konsumen . Di sini diperinci pula jumlah masing-masing bagian karkas sapi yang diminta oleh konsumen . Efisiensi tataniaga dan pemasaran Efisiensi tataniaga dan pemasaran disurvai melalui tingkat harga bagian-bagian karkas sapi di beberapa pasar di DKI, preferensi konsumen dan respon suplai ternak sapi . Tabel 6 meringkaskan harga daging di beberapa pasar DKI menurut konsumen. Meskipun analisis regresi antara pasar ini belum dapat dibuat karena data time series belum ada, tetapi dari tingkat harga ini dapat dilihat bahwa transmisi harga di antara pasar belum efektif Tabel 5.
Estimasi perkembangan suplai dan pennintaan (daging sapi di DKI) Tahun 2000 Estimasi rendah
Permintaan daging sapi (Ton) Suplai ternak sapi yang dipotong (ekor) Bagian daging yang diminta (Ton) Sainpit Chuck Lamusir Has luar Has dalam Penutup Pendasar Kelapa Palra Sarncain Iga S. Lamur Tanjung Buntut Kikil Jerchan
6,27 6,44 8,42 7,64 8,81 7,27 4,37 5,99 8,91 4,92 8,21 5,19 4,60 7,38 1,02 4,66
Estimasi fnggi
76,316 372,273
79,859 389,557
4,79 4,91 6,43 5,83 6,72 5,55 3,34 4,57 6,72 3,75 6,27 3,96 3,51 5,63 0,78 3,56
5,01 5,14 6,72 6,10 7,04 5,81 3,49 4,78 7,04 3,93 6,56 4,14 3,67 5,89 0,81 3,72
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998
Perbedaan harga bagian karkas sapi dibeberapa pasar (Rp/kg) menurut konsumen
Tabel 6.
Bagian karkas Lamusir Has luar Has dalam Paha Iga
Menurut lokasi pemukiman
Jenis pasar Swalayan
Umum
Sederhana
Sedang
22 .740
11 .800
15 .000
12 .800
12 .900
14 .000
16 .555
14 .431
15 .500
13 .333
22 .312
13 .000
13 .600
14 .800
8.850
6.000
9.650
10 .100
21 .833 13 .064 11 .500
12 .210 12 .083
13 .750
Cukup
17 .000
Untuk bagian karkas saja trend tingkat harga ini tidak sama atau tidak searah . Besamya perbedaan harga antara Swalayan dan Pasar Umum bagi bagian karkas yang sama memperlihatkan tingkat kompetitif yang rendah di Swalayan. Hal ini terjadi karena di Pasar Umum, pasar lebih kompetitif karena keunggulan setiap Swalayan berbeda-beda, baik dilihat dari lokasi dan kemasan. Dilihat dari preferensi konsumen yang mengingini daging has, kelihatan bahwa harga daging has relatif lebih mahal dari bagian karkas lain. Di sini perlu lebih dipertegas apakah harga dan bagian karkas ini memang menggambarkan kualitas dan preferensi . Berdasarkan suplai ternak hidup beberapa faktor yang sangat mempengaruhi efisiensi dalam mengantisipasi permintaan di antaranya adalah 1)
Jarak daerah suplai ke DKI sehingga transmisi harga terlambat .
2)
Jumlah yang dikirim yang berhubungan dengan biaya/ekor.
3)
Jenis transportasi yang dipakai .
4)
Banyaknya tempat persinggahan atau banyaknya perantara .
Fluktuasi harga ternak sapi di sentra produksi dan DKI Secara lintas tahun dari tahun 1986 sampai 1996 harga ternak sapi hidup (Rp/kg bobot hidup) meningkat secara drastis dan tidak pernah memperlihatkan penurunan . Peningkatan harga ternak di daerah supplier (produksi) dan di DKI (daerah konsumen) mempunyai trend yang searah . Tetapi secara lintas bulan dalam satu tahun kelihatan fluktuasi harga sebagai akibat terdapatnya lonjakan jumlah konsumen pada hari besar seperti Idul Fitri, Idul Adha, Natal dan Tahun Baru. Siklus fluktuasi ini selalu terulang dan relatif besar di pasar umum jika dibandingkan dengan Swalayan . Perbedaan harga antara bagian karkas perlu diperjelas sesuai dengan preferensi konsumen . Teknik penjualan secara campuran akan merugikan konsumen. Jumlah daging sapi dan preferensi kualitas Pada Tabel 5 telah diringkaskan data tentang jumlah daging sapi dan bagian karkas yang diminta oleh konsumen pada tahun 2000 . Berdasarkan data tersebut jumlah yang dipotong melonjak sehingga memerlukan infrastruktur suplai yang lebih baik. Mungkin RPH dan Holding Ground yang ada sekarang perlu ditambah dan di upgrade. Bagian karkas yang diminta memerlukan teknik klasifikasi dan grading yang lebih baik karena konsumen sudah mulai sadar 597
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998
akan kualitas. Begitu pula teknik pembungkusan memerlukan peningkatan . Hal ini akan terkait antara kualitas daging, bagian karkas dan teknik kemasan. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Sebagai pusat konsumen dengan daya beli yang relatif besar, maka sistem perdagangan, transportasi dan pemasaran di DKI perlu ditingkatkan agar dapat mengantisipasi peningkatan konsumsi . Aspek suplai bagian karkas, pengemasan dan kualitas memerlukan standardisasi yang mengarah kepada Standardisasi Internasional . Hal ini sangat diperlukan agar efek standardisasi ini ditransmisi ke sektor produksi di daerah sehingga kualitas ternak hidup dapat mengantisipasi perkembangan pasar. Dari aspek harga dan pemasaran diperlukan sistem informasi harga dan data suplai dan permintaan sehingga dapat dicegah gap antara suplai dan permintaan. Holding ground merupakan salah satu infrastruktur yang dapat menjaga kestabilan suplai dan harga. Dari kesimpulan di atas maka rekomendasi dari studi preferensi ini adalah sebagai berikut 1.
Suatu holding ground (HG) yang serba guna perlu dibangun. HG ini berfungsi sebagai kantong temak yang akan dikeluarkan kalau dibutuhkan. Disamping itu HG juga berfungsi untuk melakukan penggemukan jangka pendek sambil menunggu permintaan pasar .
2.
Perlu adanya standardisasi mutu dan harga agar dapat dicegah tingkat harga yang tidak relevan dengan kualitas.
3.
Sistem informasi dari DKI sampai ke daerah produksi perlu dikembangkan. DAFTAR PUSTAKA
AmNimous . 1994 . DKIDalam Angka. Kantor Statistik DKI Jakarta .