Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 2000
STUDI POTENSI SAPI POTONG DALAM PENYEDIAAN SAPI INDUK R.H. MATONDANG dan P. SITEPU Balai Penelitian Terak P.O. Box 221, Bogor 16002 ABSTRAK Suatu penelitian lapangan dengan meggunakan metoda survai telah dilakukan terhadap para peternak sapi potong di daerah Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Lampung Selatan dan Lampung Tengah. Jumlah responden contoh dari ketiga Kabupaten tersebut sebesar 205 orang yang dipilih secara acak dan data dianalisa secara deskriptif Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepadatan pemeliharaan sapi potong terhadap luas lahan yang dimiliki petani di kabupaten Aceh Besar 3,55 ekor/ha, kabupaten Lampung Selatan 2,34 ekor/ha dan kabupaten Lampung Tengah 2,41 ekor/ha. Potensi kepadatan sapi potong terhadap Was wilayah dan lahan yang dapat digunakan untuk tanainan pakan temak berturu-turut adalah 0,26 dan 0,45 ekor.ha; 0,14 dan 0,25 ekor/ha; dan 0,27 dan 0,52 ekorlha. Rataan jumlah pemilikan sapi potong per peternak di Kabupaten Aceh Besar 3,33 ekor, Larnpung Selatan 2,81 ekor dan Tengah 3,13 ekor. Potensi pemilikan per rumahtangga petemak (RT) dari ketiga lokasi cukup besar berturut-turut 6,10 ekor, 3,60 ekor dan 3,36 ekor. Persentase betina dewasa dan muda untuk masing-masing di kedua wilayah tersebut berturut-turut 48,00 dan 12,00 persen; 50,00 dan 13,16 persen : dan 50,00 dan 16,56 persen. Sementara itu, jumlah peternak yang menggunakan kawin suntik (IB) mencapai lebih dari 50 persen terdapat di Aceh Besar dan Lampung Tengah, sedangkan di Lampung Selatan kurang dari 50 persen . Kata kunci: Potensi, sapi potong, sapi induk PENDAHULUAN Untuk memenuhi petmintaan masyarakat terhadap daging sapi yang cenderung meningkat setiap tahun, kelihatannya sangat sulit jika hanya mengandalkan produksi dalam negeri saja. Salah satu dampak yang terjadi adalah pengurasan populasi sapi potong dalam negeri . Keadaan ini meggpakan peluang dan sekaligus sebagai tantangan dalam upaya mengembangkan potensi peternakan rakyat yang masih bersifat tradisional . Untuk memacu kemampuan produksi sapi bakalan dalam negeri agar sapi bakalan asal import dapat dikurangi yang menurut SITEPU et al. (1996) mencapai sekitar 58 persen, perlu dipelajari sejauh mana potensi peternakan rakyat yang dapat dikembangkan sebagai sumber bibit Nasional. ATMADILAGA dan SOEWARDI (1973) menyebutkan ada 4 faktor yang menghambat pemasaran produk ternak rurninansia yaitu: (1) Adanya kompetisi dengan manusia dalam hal penyediaan bahan baku pakan penguat, (2) rendahnya kualitas genetik ternak yang direfleksikan oleh tingkat produktivitas yang rendah serta tidak efisien dalam pemanfaatan input, (3) sifat pengusahaan yang tidak berorientasi pada pertimbangan ekonomi, dan (4) sistem pemasaran yang tidak efisien . Kajian ini mempelajari potensi lahan sebagai sumber pakan ternak, kepadatan ternak, struktur pemilikan, sistem pemeliharaan dan produktivitas sapi betina. Sasaran penelitian ini adalah menyajikan ketersediaan potensi usaha sapi potong sebagai landasan dalam rangka menunjang pengembangan pusat-pusat penghasil bibit dan sapi bakalan. MATERI DAN METODE Penelitian ini dilakukan melalui suvai di Propinsi Aceh, kabupaten Aceh Besar di dua kecamatan yaitu, kecamatan Indra Puri sebanyak 40 responden dan Ingin Jaya sebanyak 40 401
Senunar Nastonat Petemakan dan Vereriner2000
responden clan Propinsi Lampung, kabupaten Lampung Selatan dan Lampung Tengah berturut-turut kecamatan Tanjung Bintang dan kepamatan Gunung Sugih, Way lepara, Terbanggi Besar, dan Raman Utara, dari lima kepamatan dipilih responden sebanyak 125 orang. Pemilihan lokasi penelitian berdasarkan kepada populasi sapi potong terbesar (kantong produksi), telah melakukan program kawin suntik (IB), clan transportasi cukup baik. Sebanyak 205 responden dipilih secara acak. Data yang dikumpulkan adalah data primer clan sekunder. Data primer bersumber dari pengamatan langsung ke petani melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan . Sementara itu, data sekunder bersumber dari laporan-laporan clan publikasi pemerintah daerah serta instansi terkait lainnya. Semua data di analisa secara deskriptip. HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan curah hujan harian di tiga lokasi penelitian tercantum pada Tabel 1 yang terbatas hanya pada periode satu tahun. Menurut OEDEMAN (1980) belum mencerminkan gambaran pola iklim yang mendekati realitas namun dapat memberikan keadaan kasar yaitu adanya bulan kering yang lebih besar dibandingkan bulan basah. Pola curah hujan seperti itu memberikan peluang bagi petani untuk bercocok tanam hijauan pakan ternak. Tabel 1. Keadaan curah hujan sepanjang tahun di lokasi penelitian, 1995 No.
Uraian
1. 2.
Bulan basah (hari) Bulan kering (hari)
Sumber:
Aceh Besar 1)
Lokasi penelitian Lampung Selatan 1)
Lampung Tengah 1)
224
230
231
141
135
134
1) Bappeda Dati 1 Aceh, Daerah Istemewa Aceh (1995); Statistik Petemakan 1996/1997 Dinas Petemakan Propinsi Lampung (diolah)
Ditinjau dari komposisi peruntukan lahan berdasarkan data yang diperoleh, tidak semua lahan yang ada dapat dimanfaatkan oleh peternak sebagai sumber pakan ternak sapi seperti lahan perkebunan, hutan negara, rawa, dan tebat. Lahan yang dapat dimanfaatkan peternak yaitu lahan sawah, padang pengembalaan dan hutan rakyat . Dari Tabel 2 ternyata lahan kering pada ke tiga lokasi penelitian lebih besar dibandingkan lahan sawah. Potensi lahan sebagai sumber tanaman hijauan pakan ternak yang cukup besar tersebut merupakan peluang untuk pengembangan petemakan di kedua propinsi tersebut . REKSOHADIPRODIO (1994) mengatakan bahwa potensi pakan yang ada di Indonesia masih clapat menampung lebih dari 11 juta unit ternak (UT) lagi. Secara lebih rinci gambarannya adalah bahwa kawasan bagian barat masih mampu menampung sebanyak 8.315.068 UT per tahun, sedangkan kawasan bagian timur 2.919.902 UT lagi yang masih dapat ditampung . Bila didasarkan atas total luas wilayah, maka kepadatan sapi potong untuk masing-masing daerah Acete Besar, Lampung Selatan dan Lampung Tengah berturut-turut adalah 0,26 ekor/ha ; 0,14 ekor/ha ; dan 0,27 ekor/ha. Namun bila didasarkan atas luas areal lahan sebagai sumber pakan temak, maka kepadatan sapi potong untuk masing-masing daerah menjadi lebih tinggi yaitu: 0,45 ekor/ha ; 0,25 ekor/ha ; clan 0,52 ekor/ha. Tingkat kepadatan ini tergantung dari banyak faktor yaitu: keragaman tanaman dan intensitas tanam, ketersedisan air (irigasi), jenis sapi pottong yang dipelihara. Kesemua faktor tersebut dapat mempengaruhi tingkat produktivitas sapi potong yang dipeliharan di petemakan rakyat . 402
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 2000
Tabel 2. Potensi lahan sebagai sumber pakan temak di Kabupaten Aceh Besar, Larnpung Selatan, dan Lampung Tengah Uraian
No . 1.
,
2.
Luas wilayah (ha) Potensi lahan Sebagai sumber pakan temak (%)
Aceh Besar 1)
Lampung Se latan 2)
Lampung Tengah 3)
328 .012
664.933
918.338
56,05
54,12
Terdiri dari
3.
Sawah
18,55
10,99
11,11
Lahan kering
37,50
43,13
40,51
0,45
0,25
0,52
0,26
0,14
0,27
Kepadatan temak sapi potong terhadap lahan Pakan temak (ekor/ha)
4.
51,62
Kepadatan temak sapi potong terhadap luas wilayah (ekor/ha)
Sumber :
1) Propinsi D.I . Aceh Dalam Angka, 1995 . Kantor Statistik Propinsi Daerah Istirnewa Aceh, 1996 2) Lampung Selatan Dalam Angka, 19% 3) Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Kabupaten Lampung Tengah, 1995 Dalam Larnpung Tengah Dalam Angka, 1995
Pada Tabel 3 nampak bahwa rumahtangga usaha peternakan rakyat di kabupaten Aceh Besar dan kabupaten Lampung Selatan mempunyai potensi yang sangat besar untuk untuk mengembangakn jumlah rumahtangga usaha peternakan atau menambah jumlah pemilikan sapi potong. Untuk menjadi usaha peternakan rakyat yang efisien atau ekonomis maka peningkatan jumlah pemilikan adalah alternatif yang terbaik dan menguntungkan, sesuai dengan kebijakan Departemen Pertanian agar usaha pertanian rakyat tidak bersifat parsial lagi ditinjaun dari segi luasan pamilikan lahan. Tabel 3 . Rumah tangga (RT) dan sapi yang dikuasai oleh peternak di Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Lampung Selatan dan Tengah, 1995 Kabupaten Aceh Besar " )
Uraian Jumlah rumah tangga peternak Sapi yang dikuasai petemak (ekor) Rataan pemilikan (ekor/RT) Persentase RT peternak dalam Propinsi Sumber :
Kabupaten Larnpung Selatan "")
Kabupaten Lampung Tengah" ")
14.159
18.248
86.373 6,10 8,98
65.693 3,60 14,40
64 .754 217.637 3,36 52,00
') D .I Aceh Dalam Angka 1995 . Kantor Statistik DI Aoeh 1996 (Diolah) ") Statistik Peternakan 1996/1997, Dinas Peternakan Propinsi Dt. Lampung
Terdapat berbagai bangsa sapi potong yang dipelihara peternak/petani yaitu, Sapi Bali, Madura, PO, Brahman cross dan sapi lokal . Pada umumnya sapi potong jenis PO merupakan populasi yang paling besar di ketiga lokasi penelitian (Tabel 4) dan diikuti sapi potong jenis Bali dan Brahman cross. Ketiga jenis sapi tersebut sudah beradaftasi dengan kondisi iklim di daerah tersebut dan pemeliharaannya sangat mudah. Pada umumnya peternakan rakyat adalah peternak kecil yang jumlah pemeliharaannya juga relatif kecil (Tabel 5) . Rataan jumlah pemeliharaan sapi potong di lokasi penelitian berkisar antara 1,62 UT-2,60 UT . Jumlah pemeliharaan yang relatif kecil ada keterkaitan dengan sistem penyediaan pakan, walaupun lahan pertanian yang dimiliki petani cukup Was antara 0,93 ha-1,30 ha (Tabel 5) 40 3
Seminar Nasional Peternakan clan Peteriner 2000 jika dibandingkan dengan petani di pulau Jawa yang memiliki lahan sernpit tapi populasi ternak yang lebih besar. Hal ini disebabkan kinerja petani di lokasi penelitian lebih rendah . Dengan demikian maka perlu ada kebijaksanaan pemerintah untuk merubah sikap petani dari usaha pokok pertanian tanaman pangan menjadi usaha ternak sapi potong sebagai usaha pokoknya. Tabel 4. Penyebaran populasi berbagai bangsa sapi potong di tiga lokasi penelitian No
Kabupaten
1 2
Aceh Besar 1)
3
Lampung Selatan 2) Lampung Tengah 2)
Bangsa sapi potong (%) Bali
Madura
39,13 23,24
1,32
23,06
1,90
PO
Br. Cross
Lokal
51 .29 71,63
2,71 1,77
2,04
55,15
19,06
2,73 4,97
Jumlah (ekor) 86.372 90 .505 245 .769
1) Petemakan Dalam Angka, 1995 . Dinas Petemakan Propinsi DI Aceh (Diolah) . 2) Statistik Petemakan, 1996/1997. Dinas Petemakan Propinsi Dati I Lampung (Disarikan dari Sensus Pertanian, 1993)
Sumber:
Tabel 5. Penguasaan ternak sapi potong, clan luas lahan pertanian per rumah tangga (RT) peternak di tiga lokasi penelitian No. 1.
2.
Uraian
Rataan pemilikan sapi potong Ekor Unit ternak (UT) Persentase sapi potong berdasarkan jenis kelamin yang dimiliki : Dewasa : - Induk - Jantan Anak
: - Betina - Jantan
3.
Rataan pemilikan luas pertanian per peternak (ha)
4.
Kepadatan ternak sapi potong terhadap luas lahan yang dimiliki petani (ekor/ ha )
Sumber :
lahan
Aceh Besar 1)
Lampung Selatan 2)
Lampung Tengah 2)
3,33 1,62
2,81 2,40
3,13 2,60
48,00 7,00
50,00
50,00
12,00 11,00
13,16 7,89
7,89
0,93
1,20
1,30
3,55
2,34
2,41
7,89
1) Kantor Statistik Daerah Istimewa Aceh, 1996 (diolah) 2) Statistik Petemakan, Dinas Petemakan Propinsi Lampung, 1996/1997 (diolah)
5,00 16,56
Pada Tabel 6 nampak bahwa cara penyediaan pakan sapi sebagian besar (52-92 persen) dilakukan dengan cara disabitkan dan digembalakan . Pada umumnya lahan yang digunakan sebagai tempat pangonan adalah sawah, ladang atau kebun atau tanah yang belum digunakan tapi merupakan sumber hijauan pakan temak. Sementara itu, lokasi pengembalaan sapi sangat beragam clan belurn mempunyai pola penggunaan lahan yang tepat sehingga potensi lahan sebagai sumber hijauan pakan
404
Seminar Nasiona! Peternakan clan Veteriner 2000
ternak menjadi ticlak maksimum. Akibatnya pada musim kemarau produksi hijauan pakan ternak menurun yang selanjutnya akan mempengaruhi populasi ternak sapi potong khususnya. Tabel 6. Cara penyediaan pakan dan lokasi pengembalaan di tiga lokasi penelitian No .
Uraian
Cara Penyediaan Pakan (persen)
Aceh Besar
Lampung Selatan
Larnpung Tengah
75,55
51,90
91,60
57,05
25,10
11,10
37,00
35,05
17,85
51,90
15,00
Di kandang dan digembala Di kandang dan diikat di kebun atau di pekarangan
24,45
48,10
11,00
Lokasi Pengembalaan (persen)
- Kebun sendiri - Padang rumput - Korr.binasi lahan bera, tepi kali clan tepi jalan
49,95
Di kabupaten Aceh Besar lokasi pengembalaan dilakukan di kebun sendiri yang mencapai 57,05 persen, sebaliknya di kabupaten Larnpung Selatan 51,90 persen lokasi pengembalaan sapi potong lahan bera, tepi jalan, tepi kali clan padang rumput . Sementara itu, di Larnpung Tengah mengutamakan padang rumput sebagai lokasi pengembalaan lokasi . Tiga cara perkawinan sapi betina yang dilakukan peternak dilokasi penelitian seperti pada Tabel 7. Dari data yang diperoleh dilapangan menunjukkan bahwa perkawinan dengan cara kawin suntik lebih besar dilakukan di kabupaten Aceh Besar clan Larnpung Tengah, sedangkan di Larnpung Selatan ke tiga cara perkawinan dilakukan . Hal ini disebabkan lokasi petugas kawin suntik sangat jauh dari tempat petani . Tabel 7. Cara perkawinan sapi potong betina di tiga lokasi penelitian No .
1.
2.
3.
Cam perkawinan Kawin Alam Kawin suntik (113) Kombinasi 1 clan 2
Aceh Besar
Larnpung Selatan
Lampung Tengah
23,43
34,60 26,90
62,53 4,08
25,28 51,30
38,50
33,40
Dari cara perkawinan ini akan berdampak kepada reproduktivitas sapi betina di lokasi penelitian (Tabel 8). TOELIHERE (1980) mengatakan bahwa interval kelahiran dan efisiensi reproduksi dipengaruhi oleh faktor nongenetik, yang berarti kegagalan reproduksi sebagian besar dipengaruhi managemen, termasuk pemberian pakan clan kesehatan . Pada Tabel 9 terlihat bahwa penghasilan peternak di kabupaten Aceh Besar bersumber dari penjualan sapi potong sedangkan di kedua lokasi penelitian yang lain ternyata sumber pendapatan masih dari produksi pertanian . Walaupun demikian penghasilan peternak terutama dari hasil produksi pertanian dan peternakan tidak jauh berbeda .
Seminar National Peternakan don Veteriner 2000
Tabel 8. Retaan produktivitas (reproduktivitas) sapi potong betina di tiga lokasi penelitian No .
Uraian
1.
Aceh Besar
Lampung Selatan
Lampung Tengah
Kawin pertama (bulan)
23,30
33,00
24,45
2.
Melahirkan pertama (bulan)
33,75
41,80
34,65
3.
Kewin post partum (bulan)
3,80
4,80
5.03
4.
Selang melahirkan (bulan)
13,85
14,90
13,15
5.
Leju kebuntingan (S/C)
1,60
1,20
1,95
KESIMPULAN Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kepadatan ternak sapi potong terhadap Was lahan yang dimiliki petani di kabupaten Aceh Besar 3,55 ekor/he, kabupaten Lampung selatan 2,34 ekor/he dan kabupaten Lampung Tengah 2,41 ekor/ha . Potensi kepadatan ternak sapi potong terhadap Was wilayah dan lahan yang dapat digunakan untuk tanaman pakan ternak berturut-turut adalah 0,26 dan 0,45 ekor/he ; 0,14 dan 0,25 ekor/he ; dan 0,27 dan 0,52 ekor/ha . Rataan jumlah pemilikan sapi potong per peternak di kabupaten Aceh Besar berturut-turut 6,10 ekor, 3,60 ekor dan 3,36 ekor. Persentase betina dewasa dan muda untuk masing-masing wilayah adalah 48,00 dan 12,00 persen; 50,00 dan 13,16 persen ; dan ; dan 50,00 dan 16,56 persen. Sementara itu, jumlah peternak yang menggunakan kawin suntik (IB) mencapai lebih dari 50 persen terdapat di Aceh Besar dan Lampung Tengah dan di Lampung Selatan kurang dari 50 persen. Reproduktivitas sapi potong betina ternyata lebih baik di Aceh Besar dan Lampung Tengah daripada Lampung Selatan . DAFI'AR PUSTAKA ANONnwus. 1995 . Lampung Tengah Dalam Angka. BPS. Kantor Statistik Kabupaten Lampung Tengah, Propinsi Lampung . ANONimus . 1995 . Peternakan Dalam Angka. Dinas Petenkakan Daerah Istemewa Aceh . ANONIMUS . 19% . Lampung Tengah Dalam Angka. BPS . Kantor Statistik Kabupaten Lampung Tengah, Propinsi Lampung . ANONIMUS . 1996 . Lampung Selatan Dalam Angka. BPS. Kantor Statistik Kabupaten Lampung Selatan, Propinsi Lampung. ANOmimus. 1996. Propinsi Daerah Istimewa Aceh Dalam Angka . BPS . Kantor Statistik Daerah Istimewa Aceh . ANONIMus . 1997. Statistik Peternakan 199611997. Dinas Peternakan Propinsi Daerah Tingkat I Lampung . DmEKTORAT JENDERAL PETERNAKAN. 1992 . Kebijaksanaan Pembangunan Sub-sektor Peternakan pada Pembangunan Jangka Panjang Tahap II . Disampaikan dalam Seminar Nasional Dalam Rangka Munas IV ISMAKAHI dan EXPO Veteriner l . Bogor, 29 April 1992 . DutmoRAT JENDERAL PETERNAKAN. 1995 . Buku Statistik Peternakan . Jakarta. OEDEMAN, L.R. and DARMYATI S . 1997. An Agroclimatic map of Sulawesi . Contributions No . 33 . Central Research Institute for Agriculture . Bogor-Indonesia . OEDEMAN, L.R., IRSAL LAS, and S . DARwis . 1997 . An Agroclimatic map of Sumatra. Contributions No . 52 . Central Research Institute for Agriculture .Bogor-Indonesia .
40 6
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 2000 OEDEMAN, L.R., IRsAL LAs, and MuLADi . 1980 . The Agroclimatic map of Kalimantan, Maluku, Irian Jaya and Bali, Wesland East Nusa Tenggara . Contributions No . 60. Central Research for Agriculture. BogorIndonesia.
Sam P., K.
DwiYANTO, T.D . SOEDJANA, T. PANGGABEAN, I.G . PUTU, A. PRIYANTI, R.H . MATONDANG, N. SUPRIYATNA, dan A. SuPARYANTo. 1996 . Studi Kebutuhan Feederstock untuk Feedlot dan Ketersedisan Bakalan Lokal. Laporan Balitnak 1996.