PROSIDING
SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015
SEMINAR NASIONAL DAN TEKNOLOGI
Kuta, 29 - 30 Oktober 2015
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS UDAYANA
UDAYANA UNIVERSITY PRESS 2015 Kuta, 29-30 Oktober 2015 | iii
SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015
SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015
Kuta, 29 - 30 Oktober 2015
Ni Made Ary Esta Dewi Wirastuti, S.T., MSc. PhD Prof. Dr. Drs. IB Putra Yadnya, M.A. Prof. Dr. Ir. I Gede Mahardika, M.S. Dr. Ni Ketut Supasti Dharmawan, SH., MHum., LLM. Prof. Dr. drh. I Nyoman Suarsana, M.Si Prof. Dr. Ir. I Gede Rai Maya Temaja, M.P. Ir. Ida Ayu Astarini, M.Sc., Ph.D Prof. Dr. Ir. Nyoman Gde Antara, M.Eng Dra. Ni Luh Watiniasih, MSc, Ph.D Prof. Dr. drh. Ni Ketut Suwiti, M.Kes. Prof. Dr. Ir. I Made Alit Karyawan Salain, DEA. Ir. I Nengah Sujaya, M.Agr.Sc., Ph.D. Ir. Ida Bagus Wayan Gunam, MP, Ph.D dr. Ni Nengah Dwi Fatmawati, SpMK, Ph.D Dr. Agoes Ganesha Rahyuda, S.E., M.T. Putu Alit Suthanaya, S.T., M.Eng.Sc, Ph.D. I Putu Sudiarta, SP., M.Si., Ph.D. Dr. Ir. Yohanes Setiyo, M.P. Dr. P. Andreas Noak, SH, M.Si I Wayan Gede Astawa Karang, SSi, MSi, PhD. Dr. Drh. I Nyoman Suarta, M.Si l Udayana University Press, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Udayana 2015, xli + 2191 hal, 21 x 29,7
iv | Kuta, 29-30 Oktober 2015
SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA AKTIF EKSTRAK DAUN KAYU MANIS (CINNAMOMUM BURMANNI BLUME) DAN UJI EFEKTIVITASNYA DALAM MENGENDALIKAN JAMUR FUSARIUM OXYSPORUM FORMA SPECIALIS LYCOPERSICI PENYEBAB PENYAKIT LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT SECARA IN VITRO Anak Agung Ketut Darmadi .................................................................................................................2025 GASIFIKASI BIOMASA DAN LIMBAH PADAT SISTEM SIRKULASI FLUIDIZED BED I Nyoman Suprapta Winaya, Rukmi Sari Hartati, I Wayan Gede Ariastina .........................................2033 STRATEGI PENGENDALIAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MELALUI ZONING MAP DAN ZONING TEKS Indayati Lanya , N.Netera. Subadiyasa, Ketut Sardiana, dan G.P. Ratna Adi .....................................2039 PENINGKATAN PRODUKSI, MUTU, DAN PENDAPATAN USAHATANI TANAMAN BUNGA GUMITIR MELALUI PEMUPUKAN MINERAL N. Netera Subadiyasa, dan Indayati Lanya .......................................................................................2047 KEMAMPUAN DEGRADASI LIGNOSELULOSA DARI KONSORSIUM BAKTERI RUMEN SAPI BALI DAN RAYAP IB. G. Partama, I M. Mudita, I G. L. O. Cakra, I W. Wirawan .............................................................2055 MODEL TATA SPASIAL HUNIAN MASYARAKAT BALI PERKOTAAN Ngakan Putu Sueca ...............................................................................................................................2062 PENGEMBANGAN GELLING AGENT ALAMI DARI DAUN GALING-GALING (CAYRATIA TRIFOLIA L.) YANG MEMENUHI UJI KARAKTERISTIK FARMASETIS I G.N.A. Dewantara Putra, I G.N. Jemmy A. Prasetia ..........................................................................2070 HIDROLISA DENGAN ASAM DAN ENZIM DALAM PROSES KONVERSI ULVA LACTUCA MENJADI ETANOL Tri Poespowati1, Ali Mahmudi Rini Kartika Dewi ...............................................................................2077 EVALUASI PENGGUNAAN TEMPAT PEMELIHARAAN (KONTAINER PLASTIK DAN JARING) UNTUK PENELTIAN RESPON FEEDING ABALON TERHADAP PAKAN SEGAR ALGA MAKRO. Deny S. Yusup .......................................................................................................................................2085 PROPAGASI CENDAWAN ENDOMIKORIZA GLOMUS, GIGASPORA DAN ACAULOSPORA PADA JENIS TANAH YANG BERBEDA Meitini W. Proborini .............................................................................................................................2089 VARIASI JENIS DIATOM DI DANAU TAMBLINGAN UNTUK KEPENTINGAN FORENSIK SEBAGAI INDIKATOR KEMATIAN AKIBAT TENGGELAM Ni Made Suartini, I Ketut Junitha, Pararya Suryadipura, Ni Luh Watiniasihj ......................................2094 PERUBAHAN LUAS AREAL MANGROVE DI TAHURA NGURAH RAI DARI DATA LANDSAT I.W.Gede Astawa Karang, Abd. Rahman As-syakur, Elok Faiqoh dan I. G. B. Sila Dharma ..............2100
xl | Kuta, 29-30 Oktober 2015
SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015
PROPAGASI CENDAWAN ENDOMIKORIZA GLOMUS, GIGASPORA DAN ACAULOSPORA PADA JENIS TANAH YANG BERBEDA Meitini W. Proborini* *Laboratorium Taksonomi Tumbuhan Jurusan Biologi FMIPA Unud Email:
[email protected] ABSTRAK Endomikoriza adalah cendawan obligat yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai pupuk hayati (biofertilizer) pada tanaman di lahan kering. Untuk propagasi sporanya, cendawan mikoriza dapat diinokulasi pada media tanah yang sesuai. Jenis-jenis tanah yang cukup gembur dapat digunakan sebagai media untuk propagasi spora endomikoriza. Penelitian tentang propagasi endomikoriza indigenus Bali menggunakan tiga tipe tanah yang berbeda dilaksanakan di laboratorium Taksonomi Tumbuhan (Mikologi) Jurusan Biologi dan Rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Udayana selama empat bulan. Parameter yang diamati adalah: jumlah spora ketiga genera endomikoriza, persentase kolonisasi hifa cendawan pada akar tanaman inang dan berat kering akar tanaman inang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa propagasi ketiga genera spora mikoriza memiliki variasi yang cukup tinggi pada ketiga media tanah yang digunakan. Secara keseluruahn, tanah pasir dan tanah campuran pasir dan lempung menghasilkan kolonisasi, berat akar dan jumlah spora yang tinggi disbanding dengan tanah lempung. Spora Gigaspora terlihat memiliki kecepatan germinasi yang lebih lambat dibanding kedua genera spora yang lain yaitu Acaulospora dan Glomus. Tanah pasir menghasilkan kolonisasi dan jumlah spora yang tertinggi dan tanah campuran menghasilkan kolonisasi, jumlah spora dan berat akar tertinggi disbanding kedua jenis tanah lainnya. Kata Kunci: Endomikoriza, propagasi, tanah, lokal Bali Latar Belakang Cendawan mikoriza arbuskula (CMA) adalah salah satu cendawan obligat yang hidup di dalam tanah yang bukan bersifat parasit pada inangnya (Brundrett et al. 2008). Cendawan ini selalu hidup dengan cara berasosiasi dengan tanaman tingkat tinggi dan keduanya saling memberikan keuntungan (Nuhamara 1993; Hapsoh, 2008). Cendawan memperoleh karbohidrat dalam bentuk gula sederhana (glukosa) dari tumbuhan dan sebaliknya cendawan menyalurkan air dan hara tanah untuk tumbuhan inangnya (Smith, et al., 2010). Asosiasi antara akar tanaman dengan cendawan ini memberikan manfaat yang sangat baik dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman (Hesti L dan Tata, 2009) sehingga penggunaan spora endomikoriza dapat berfungsi sebagai pupuk hayati bagi tanaman,khususnya tanaman yang hidup pada tanah yang miskin akan phosphor dan Nitrogen (Smith, et al., 2010). Perbanyakan spora endomikoriza memerlukan tanah sebagai media tumbuh. Beberapa jenis tanah yang dapat digunakan sebagai media tumbuh adalah yang memiliki porositas yang cukup baik terutama untuk perbanyakan spora Glomus dan Gigaspora (Brundrett et. al., 2008), namun beberapa penelitian mengguakan tanah gambut untuk perbanyakan spora endomikoriza bahkan tanah yang bertekstur lempung atau lengket Keunikan cendawan mikoriza adalah dalam proses perbanyakan atau propagasi spora, cendawan mikoriza memerlukan inang dan media tanah. Inang yang dipilih adalah inang yang cepat tumbuh dan berakar banyak, salah satunya adalah jagung (Malti et al., 2011).
Kuta, 29-30 Oktober 2015 | 2089
SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015
Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk perbanyakan spora dari tiga genera endomikoriza. Penelitian dilakukan di Rumah kaca Fakultas Pertanian Unud di jalan P. Moyo -Denpasar Bali. Tiga genera spora endomikoriza (Glomus, Gigaspora dan Acaulospora) diinokulasikan pada tiga tipe tanah yang berbeda untuk perbanyakan spora. Tanah yang digunakan adalah tanah lempung (TL), tanah berpasir (TP) dan campuran dari tanah lempung dan pasir (TM). Masing-masing perlakuan diulang lima kali sehingga terdapat 15 unit percobaan, tiap unit percobaan terdiri 3 tanaman. Jumlah polibag tanaman uji sebanyak 45 polibag Penempatan perlakuan dirancang menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Variabel yang diamati adalah jumlah spora, persentase (%) akar yang terkolonisasi pada umur 90 hari dengan mengambil tiga tanaman pada tiap unit percobaan. Tanaman yang digunakan sebagai inang adalah jagung (Z. mays). Pemilihan Jagung sebagai inang untuk memperbanyak spora endomikoriza karena jagung merupakan tanaman inang yang sangat kompatibel dengan endomikoriza, memiliki banyak akar serabut dan pertumbuhannya cepat (Proborini, 2014). Prosedur perbanyakan spora pada tanaman Jagung Media tanah yang telah diayak dimasukkan kedalam polibag (@4 kg) kemudian disterilkan menggunakan uap panas selama 3,5 jam pada suhu 105 0C. Biji jagung diseleksi, dicuci dan direndam aquades steril selama 5 jam. Setelah itu disterilkan dengan larutan hipoklorit 10% selama 10 menit, dicuci dengan air mengalir, direndam kembali dengan air steril selama 60 menit, biji Jagung siap untuk ditanam pada perbanyakan spora. Spora-spora endomikoriza Glomus, Acaulospora, Gigaspora dipipet, disterilkan dengan larutan Hipoklorit 10% selama 10 menit lalu dibilas dengan aquades steril. Spora sebanyak 10 butir dipipet dan dimasukkan sedalam 5-6 cm ke lubang tanam sebelum benih jagung ditanam. Benih jagung ditanam pada polibag (2 biji per polybeg). Penyiraman dilakukan setiap hari menggunakan air tanah sesuai kapasitas lapang. Hasil dan Pembahasan Jumlah spora endomikoriza arbuskula Glomus, Gigaspora, dan Acaulospora yang dipropagasi pada perakaran jagung(Zea mays L.6;E3<;=3@B363D3V= 63@47D;=GF;@; .7(#./#+0/#&'$#+",*'(,.'5-"0+*+'++%#*4/4+%"'-.,-%/'-" tanah yang berbeda
2090 | Kuta, 29-30 Oktober 2015
SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015
D3V= "G?>3:EBAD3B363F3@3?3@;@3@9173?3KEK3@96;BDAB393E;B363F3@3:K3@947D4763
D3V= 7D3F=7D;@93=3D173?3KEK3@96;BDAB393E;B363F3@3:K3@947D4763
#0#.+%+%.7( TP: Tanah Pasir TM: Tanah Mix ( Campuran )
TL: Tanah Lempung
D3V= ?7@G@
7?BG@963@F3@3: campuran semua spora yang dipropagasi mampu menginfeksi tanaman inangnya (Zea mays), namun terlihat bahwa pada tanah berpasir genus Gigaspora memiliki persentase tertinggi dalam menginfeksi inangnya yaitu 45,92 % pada tanah berpasir bahkan sampai 63, 59% pada tanah campuran pasir dan lempung. Namun infeksi Gigaspora menurun pada tanah lempung sebesar (24,88%). Hal yang menarik terjadi pada spora Glomus dan Acaulospora bahwa meskipun kemampuan infeksinya tidak sebesar Gigaspora namun hifa kedua spora tersebut relative konsisten pada ketiga media tanah yang digunakan. Menurut Baon (1998) spora Gigaspora banyak terdapat pada tanah berpori karena kondisi tanah yang demikian dapat memudahkan spora tersebut berkembang lebih cepat. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Proborini et al (2013) menunjukkan bahwa spora Gigaspora mempunyai ukuran lebih besar (200 μm ≤) dibandingkan spora Glomus dan Acaulospora (≤200 μm ), spora Glomus dan Acaulospora cenderung lebih cepat bergerminasi dan lebih adaptif pada jenis tekstur tanah yang berpasir ataupun liat sehingga kedua jenis spora tersebut dapat cepat germinasi dan menghasilkan hifa yang cukup panjang. Dari hasil analisis statistik interaksi antara perlakuan media tanam, jenis inokulum cendawan endomikoriza dan jenis larutan hara tidak nyata (P<0.05 terhadap jumlah spora. Hal ini sejalan dengan apa yang dilaporkan oleh Wood (1987). Lebih lanjut Wood (1987) melaporkan bahwa dengan menggunakan tanab sebagai media tanam, E743@K3= E3?B3; EBAD3>A?GEEBBB7D9D3?63B3F6;:3E;>=3@ /3>3GBG@47DWG=FG3E;67@93@ umur tanaman, jumlah spora di dalam media tanah yang dicampur dengan pasir bangunan lebih banyak Kuta, 29-30 Oktober 2015 | 2091
SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015
1.68 kali (umur 3 bulan) sampai 3.40 kali (umur 5 bulan) dibandingkan dengan jumlah spora di dalam media zeolit. Jumlah spora CMA maksimum pada media zeolit lebih hang dicapai pada umur 4 bulan dengan jumlah spora sebanyak 1 957 spora per 50 g. Walaupun ada peningkatan jumlah spora CMA, namun peningkatan jumlah spora hanya sedikit. Pada media tanah yang dicampur pasir jumlah spora maksimum dicapai pada umur 5 bulan dengan jumlah spora sebanyak 6 465 spora per 50 g media. Pada bulan ke enam, jnmlah spora CMA pada media tanah yang dicampur pasir berkurang. Dengan menggunakan tanah gambut sebagai media dan rumput Brachiaria decumbens sebagai tanaman inang, Sieverding (1991) melaporkan bahwa jumlah spora G. manihotis yang diperoleh mencapai 3 260 spora per 100 g tanah setelah 5 bulan dan 7 722 spora setelah 7 bulan. Dengan demikian, produksi spora G. manihotis yang dihasilkan dalam penelitian ini lebih banyak disbanding Pertumbuhan sorgum yang lebih baik pada media tanah yang dicampur pasir dibandingkan dengan pada media tanam zeolit dapat dilihat dari perbandingan bobot akar sorgum. Menurut sieverding (1991) dan Simanungkalit (2003), bobot akar sorgum pada media tanah yang dicampur pasir berkisar antara 1.99 kali sampai 4.13 kali lebih berat dibandingkan dengan bobot akar sorgum pada media tanam zeolit. juga memungkinkan aerasi yang lebih baik. Sama Dengan demikian, suplai bahan organik yang diperlukan dengan cendawan lain pada umumnya, CMA oleh CMA untuk pertumbuhannya termasuk juga untuk memedukan aerasi tanah yang lebih baik untuk memproduksi spora lebih banyak, sehingga memung- pertumbuhannya. Pencampuran tanah dengan pasir kinkan pertumbuhan CMA yang lebih baik dan produksi akan memperbaiki aerasi tanah. spora yang lebih banyak. V. 1. 2.
3.
KESIMPULAN Persentase kolonisasi genus Gigaspora pada tanah pasir dan tanah mix menunjukkan persentase tertinggi dan pada tanah lempung persentase tertinggi ada pada genus Acaulospora. Pada hasil berat akar jagung yang dikeringanginkan infeksi genus Gigaspora menunjukan bobot tertinggi pada tanah mix dan tanah lempung sedangkan pada tanah pasir genus Glomus menunjukkan bobot tertinggi. Pada jumlah spora mikoriza pada perbanyakan tanaman jagung baik di tanah pasir, tanah mix maupun tanah lempung Acaulospora menunjukkan hasil tertinggi.
. VI. REFERENCE Brundrett, M., N. Bougher, B. Dell,. T. Grove, & N. Malajczuk. 2008. working with Mycorrhizas in Forestry and Agriculture. ACIAR Monograph 32. Australian Centre for International Agricultural Research, Canberra Chalimah, S., Muhadiono, L. Aznam, S. Haran, N., Toruan-Mathius. 2007. Propagation of Gigaspora sp and Acaulospora by pot culture in green house. Biodiversitas. 7(4):12-19. Hameeda, B., G. Harini, O.P. Rupela and G. Reddy 2007. Effect of composts or vermi-composts on sorghum growth and mycorrhizal colonization. African Journal of Biotechnology 6(1): 9 – 12 Hapsoh, 2008. Pemanfaatan Fungi Mikoriza Arbuskula pada Budidaya Kedelai di Lahan Kering. Makalah. Pengukuhan Guru Besar. 14 Juni 2008. Kampus USU. Medan. pp 35 Maryeni, R. dan Dini Hervani; 2008. Pengaruh Jamur Mikoriza Arbuskula terhadap pertumbuhan tanaman Selasih (Ocium sanctum. L).Jurnal Akta Agrosia 11(1): 7-12 Musfal. 2010. Potensi Cendawan Mikoriza Arbuskula untuk Meningkatkan Hasil Tanaman Jagung. Jurnal Litbang Pertanian, 29(4). Proborini,W.P (2011). Eksplorasi Jenis-Jenis Endomikoriza Indigenus Pada Lahan Kering diBali dan Pemanfaatannya Pada Pembibitan Mente (Anacardium Ocidentale L.). Laporan Penelitian Hibah Doktor. (Unpublished data) Rosliani, R. Y. Hilman dan N. Sumarni. 2006. Pemupukan Fosfat Alam, Pupuk Kandang Domba Dan Inokulasi Cendawan Mikoriza Arbuskula Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Mentimun Pada Tanah Masam. J. Hort. 16 (1): 21-30 2092 | Kuta, 29-30 Oktober 2015
SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015
Simanungkalit, R. D. M. 2003. Teknologi jamur Mikoriza Arbuskuler: Produksi inokulan dan pengawasan mutunya. Program dan Abstrak Seminar dan Pameran: Teknologi Produksi dan Pemanfaatan Inokulan Endo-Ektomikoriza untuk Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan. pp 11. Sieverding, E. 1991. Vesicular-Arbuscular Mycorrhiza management in tropical agrosystem. GTZ. Eastborn.
Kuta, 29-30 Oktober 2015 | 2093
SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015
1.68 kali (umur 3 bulan) sampai 3.40 kali (umur 5 bulan) dibandingkan dengan jumlah spora di dalam media zeolit. Jumlah spora CMA maksimum pada media zeolit lebih hang dicapai pada umur 4 bulan dengan jumlah spora sebanyak 1 957 spora per 50 g. Walaupun ada peningkatan jumlah spora CMA, namun peningkatan jumlah spora hanya sedikit. Pada media tanah yang dicampur pasir jumlah spora maksimum dicapai pada umur 5 bulan dengan jumlah spora sebanyak 6 465 spora per 50 g media. Pada bulan ke enam, jnmlah spora CMA pada media tanah yang dicampur pasir berkurang. Dengan menggunakan tanah gambut sebagai media dan rumput Brachiaria decumbens sebagai tanaman inang, Sieverding (1991) melaporkan bahwa jumlah spora G. manihotis yang diperoleh mencapai 3 260 spora per 100 g tanah setelah 5 bulan dan 7 722 spora setelah 7 bulan. Dengan demikian, produksi spora G. manihotis yang dihasilkan dalam penelitian ini lebih banyak disbanding Pertumbuhan sorgum yang lebih baik pada media tanah yang dicampur pasir dibandingkan dengan pada media tanam zeolit dapat dilihat dari perbandingan bobot akar sorgum. Menurut sieverding (1991) dan Simanungkalit (2003), bobot akar sorgum pada media tanah yang dicampur pasir berkisar antara 1.99 kali sampai 4.13 kali lebih berat dibandingkan dengan bobot akar sorgum pada media tanam zeolit. juga memungkinkan aerasi yang lebih baik. Sama Dengan demikian, suplai bahan organik yang diperlukan dengan cendawan lain pada umumnya, CMA oleh CMA untuk pertumbuhannya termasuk juga untuk memedukan aerasi tanah yang lebih baik untuk memproduksi spora lebih banyak, sehingga memung- pertumbuhannya. Pencampuran tanah dengan pasir kinkan pertumbuhan CMA yang lebih baik dan produksi akan memperbaiki aerasi tanah. spora yang lebih banyak. V. 1. 2.
3.
KESIMPULAN Persentase kolonisasi genus Gigaspora pada tanah pasir dan tanah mix menunjukkan persentase tertinggi dan pada tanah lempung persentase tertinggi ada pada genus Acaulospora. Pada hasil berat akar jagung yang dikeringanginkan infeksi genus Gigaspora menunjukan bobot tertinggi pada tanah mix dan tanah lempung sedangkan pada tanah pasir genus Glomus menunjukkan bobot tertinggi. Pada jumlah spora mikoriza pada perbanyakan tanaman jagung baik di tanah pasir, tanah mix maupun tanah lempung Acaulospora menunjukkan hasil tertinggi.
. VI. REFERENCE Brundrett, M., N. Bougher, B. Dell,. T. Grove, & N. Malajczuk. 2008. working with Mycorrhizas in Forestry and Agriculture. ACIAR Monograph 32. Australian Centre for International Agricultural Research, Canberra Chalimah, S., Muhadiono, L. Aznam, S. Haran, N., Toruan-Mathius. 2007. Propagation of Gigaspora sp and Acaulospora by pot culture in green house. Biodiversitas. 7(4):12-19. Hameeda, B., G. Harini, O.P. Rupela and G. Reddy 2007. Effect of composts or vermi-composts on sorghum growth and mycorrhizal colonization. African Journal of Biotechnology 6(1): 9 – 12 Hapsoh, 2008. Pemanfaatan Fungi Mikoriza Arbuskula pada Budidaya Kedelai di Lahan Kering. Makalah. Pengukuhan Guru Besar. 14 Juni 2008. Kampus USU. Medan. pp 35 Maryeni, R. dan Dini Hervani; 2008. Pengaruh Jamur Mikoriza Arbuskula terhadap pertumbuhan tanaman Selasih (Ocium sanctum. L).Jurnal Akta Agrosia 11(1): 7-12 Musfal. 2010. Potensi Cendawan Mikoriza Arbuskula untuk Meningkatkan Hasil Tanaman Jagung. Jurnal Litbang Pertanian, 29(4). Proborini,W.P (2011). Eksplorasi Jenis-Jenis Endomikoriza Indigenus Pada Lahan Kering diBali dan Pemanfaatannya Pada Pembibitan Mente (Anacardium Ocidentale L.). Laporan Penelitian Hibah Doktor. (Unpublished data) Rosliani, R. Y. Hilman dan N. Sumarni. 2006. Pemupukan Fosfat Alam, Pupuk Kandang Domba Dan Inokulasi Cendawan Mikoriza Arbuskula Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Mentimun Pada Tanah Masam. J. Hort. 16 (1): 21-30 2092 | Kuta, 29-30 Oktober 2015
SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015
D3V= "G?>3:EBAD3B363F3@3?3@;@3@9173?3KEK3@96;BDAB393E;B363F3@3:K3@947D4763
D3V= 7D3F=7D;@93=3D173?3KEK3@96;BDAB393E;B363F3@3:K3@947D4763
#0#.+%+%.7( TP: Tanah Pasir TM: Tanah Mix ( Campuran )
TL: Tanah Lempung
D3V= ?7@G@7?BG@963@F3@3: campuran semua spora yang dipropagasi mampu menginfeksi tanaman inangnya (Zea mays), namun terlihat bahwa pada tanah berpasir genus Gigaspora memiliki persentase tertinggi dalam menginfeksi inangnya yaitu 45,92 % pada tanah berpasir bahkan sampai 63, 59% pada tanah campuran pasir dan lempung. Namun infeksi Gigaspora menurun pada tanah lempung sebesar (24,88%). Hal yang menarik terjadi pada spora Glomus dan Acaulospora bahwa meskipun kemampuan infeksinya tidak sebesar Gigaspora namun hifa kedua spora tersebut relative konsisten pada ketiga media tanah yang digunakan. Menurut Baon (1998) spora Gigaspora banyak terdapat pada tanah berpori karena kondisi tanah yang demikian dapat memudahkan spora tersebut berkembang lebih cepat. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Proborini et al (2013) menunjukkan bahwa spora Gigaspora mempunyai ukuran lebih besar (200 μm ≤) dibandingkan spora Glomus dan Acaulospora (≤200 μm ), spora Glomus dan Acaulospora cenderung lebih cepat bergerminasi dan lebih adaptif pada jenis tekstur tanah yang berpasir ataupun liat sehingga kedua jenis spora tersebut dapat cepat germinasi dan menghasilkan hifa yang cukup panjang. Dari hasil analisis statistik interaksi antara perlakuan media tanam, jenis inokulum cendawan endomikoriza dan jenis larutan hara tidak nyata (P<0.05 terhadap jumlah spora. Hal ini sejalan dengan apa yang dilaporkan oleh Wood (1987). Lebih lanjut Wood (1987) melaporkan bahwa dengan menggunakan tanab sebagai media tanam, E743@K3= E3?B3; EBAD3>A?GEEBBB7D9D3?63B3F6;:3E;>=3@ /3>3GBG@47DWG=FG3E;67@93@ umur tanaman, jumlah spora di dalam media tanah yang dicampur dengan pasir bangunan lebih banyak Kuta, 29-30 Oktober 2015 | 2091
SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015
Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk perbanyakan spora dari tiga genera endomikoriza. Penelitian dilakukan di Rumah kaca Fakultas Pertanian Unud di jalan P. Moyo -Denpasar Bali. Tiga genera spora endomikoriza (Glomus, Gigaspora dan Acaulospora) diinokulasikan pada tiga tipe tanah yang berbeda untuk perbanyakan spora. Tanah yang digunakan adalah tanah lempung (TL), tanah berpasir (TP) dan campuran dari tanah lempung dan pasir (TM). Masing-masing perlakuan diulang lima kali sehingga terdapat 15 unit percobaan, tiap unit percobaan terdiri 3 tanaman. Jumlah polibag tanaman uji sebanyak 45 polibag Penempatan perlakuan dirancang menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Variabel yang diamati adalah jumlah spora, persentase (%) akar yang terkolonisasi pada umur 90 hari dengan mengambil tiga tanaman pada tiap unit percobaan. Tanaman yang digunakan sebagai inang adalah jagung (Z. mays). Pemilihan Jagung sebagai inang untuk memperbanyak spora endomikoriza karena jagung merupakan tanaman inang yang sangat kompatibel dengan endomikoriza, memiliki banyak akar serabut dan pertumbuhannya cepat (Proborini, 2014). Prosedur perbanyakan spora pada tanaman Jagung Media tanah yang telah diayak dimasukkan kedalam polibag (@4 kg) kemudian disterilkan menggunakan uap panas selama 3,5 jam pada suhu 105 0C. Biji jagung diseleksi, dicuci dan direndam aquades steril selama 5 jam. Setelah itu disterilkan dengan larutan hipoklorit 10% selama 10 menit, dicuci dengan air mengalir, direndam kembali dengan air steril selama 60 menit, biji Jagung siap untuk ditanam pada perbanyakan spora. Spora-spora endomikoriza Glomus, Acaulospora, Gigaspora dipipet, disterilkan dengan larutan Hipoklorit 10% selama 10 menit lalu dibilas dengan aquades steril. Spora sebanyak 10 butir dipipet dan dimasukkan sedalam 5-6 cm ke lubang tanam sebelum benih jagung ditanam. Benih jagung ditanam pada polibag (2 biji per polybeg). Penyiraman dilakukan setiap hari menggunakan air tanah sesuai kapasitas lapang. Hasil dan Pembahasan Jumlah spora endomikoriza arbuskula Glomus, Gigaspora, dan Acaulospora yang dipropagasi pada perakaran jagung(Zea mays L.6;E3<;=3@B363D3V= 63@47D;=GF;@; .7(#./#+0/#&'$#+",*'(,.'5-"0+*+'++%#*4/4+%"'-.,-%/'-" tanah yang berbeda
2090 | Kuta, 29-30 Oktober 2015