Selamat Natal 2016 & Tahun Baru 2017
Dari Redaksi
P
erayaan Natal adalah momentum yang ditunggu-tunggu, yang pastinya akan dipenuhi dengan rasa syukur dan sukacita. Sebab Sang Kedamaian lahir dalam hirukpikuk dunia untuk memperbaiki situasi hidup umatNya. Belarasa Sang Juru Selamat itulah yang menjadi alasan untuk melakukan hal yang sama. Inilah spiritualitas nyata pada semangat belarasa yang dapat kita tunjukkan dengan berbagi kasih kepada sesama. Tahun 2016 akan segera berlalu dan mulai masuk tahun 2017. Ada hal-hal penting yang perlu kita renungkan bersama pada peristiwa ini. Kita bersyukur bahwa upaya mewujudkan rumah layak huni bersama Habitat for Humanity Indonesia semakin memberi harapan bagi terwujudnya keadilan dan kesejahteraan yang merata. Hal ini adalah wujud nyata sukacita iman yang terwujud dalam tindakan kasih pada sesama. Namun demikian masih banyak pekerjaan rumah kita. Sebab masih ada jutaan keluarga yang tinggal di rumah tidak layak huni. Terlebih pada 7 Desember lalu Aceh kembali diguncang gempa. Ada ratusan korban, juga ribuan rumah rusak. HFH Indonesia langsung merespon bencana tersebut dengan mengirimkan tim untuk melakukan tinjauan dan obeservasi. Dari hasil tinjauan tersebut, HFH Indonesia terlibat dalam intervensi proyek jangka panjang dengan membaginya dalam 3 fase (darurat, pemulihan awal dan program pemulihan), di wilayah Kecamatan Trianggadeng dan Kecamatan Pante Raja. Habitat for Humanity Indonesia mengucapkan terimakasih atas dukungan berbagai pihak selama tahun 2016. Berkat dukungan Anda, banyak keluarga kini tinggal di rumah layak huni serta bisa mengakses air bersih untuk mencuci dan keperluan lainnya. Wujud belarasa kita kepada keluarga-keluarga prasejahtera ini memberikan arti dan perubahan ke arah yang lebih baik. Melalui semangat Natal dan Tahun Baru, mari wujudkan belarasa yang nyata dengan dukung terus Habitat for Humanity Indonesia untuk mewujudkan kesejahteraan dan kehidupan yang lebih baik bagi bangsa ini. Selamat Natal 2016 dan tahun Baru 2017.
P&G Berbagi Asa
Event
T
angerang, Habitalk! - Ahmad Saudi (37) bingung di pagi beranjak siang itu. Ia menerima banyak tamu yang baru pertama kali dijumpainya, sementara anaknya menjerit ketakutan dan menangis.
Kekagetan itu berawal dari tamutamu yang adalah bagian dari 80 relawan karyawan P&G mendatangi Kampung Tanjung Anom, Mauk, Tangerang (6/12/2016) untuk membangun 10 rumah layak huni bagi keluarga berpenghasilan rendah, termasuk Ahmad Saudi dan keluarga. Kegiatan ini bertemakan Making a House, a Home. Menjelaskan kepanikan anaknya, Saudi berkata, “Anak saya sempat takut saat relawan datang. Dia takut kalaukalau rumah kami mau dihancurkan. Tapi dia senang, sebab para relawan ternyata mengecat rumah kami dan akhirnya lebih indah dan bagus. Terimkasih kepada Habitat dan P&G atas bantuannya.” Menurut dia, rumah lamanya sangatlah tidak layak bagi keluarganya karena atap yang bocor, dan tidak memiliki MCK serta ventilasi.
Selain staf dari P&G juga hadir Raline Shah dan Dominique Diyose sebagai ambassador P&G. Keduanya mengaku senang dapat berpartisipasi membantu warga. “Ini tahun kedua saya ikut dalam kegiatan bersama Habitat, saya senang bisa secara langsung bertemu dengan warga dan terlibat dalam pembangunan rumah. Kehadiraan kami dalam acara ini semoga dapat menginspirasi lebih banyak orang lagi untuk membantu Habitat.” ungkap Raline.
Sementara itu Presiden Direktur P&G Indonesia Madhusudan Gopalan, menjelaskan, tujuan kegiatan ini adalah untuk berbagi kasih kepada sesama yang masih kurang beruntung. “Kami datang untuk berbagi bukan hanya sekedar untuk gotong-royong membangun rumah melainkan membangun harapan bagi keluarga yang kami bantu. Rumah menjadi kebutuhan dasar hidup manusia, dengan memiliki rumah mereka pun bisa membangun harapan yang lebih baik,” kata Madhusudan Gopalan.
Keterlibatan relawan dalam membangun rumah membawa kegembiraan tersendiri bagi Henny salah satu relawan yang ikut. “Saya menemukan kegembiraan ketika membangun rumah. Meskipun lelah saya bangga dan bahagia sebab keringat saya kali ini sungguh berarti bagi keluarga yang kami bantu,” ujarnya. Hal senada juga dinyatakan Nararya Soeprapto selaku Direktur P&G Indonesia, “Kami senang bisa terlibat dalam memberikan perubahan dalam hidup mereka. Pemilik rumah sangat bahagia melihat semangat dari tim P&G yang hadir untuk membantu membangun rumah mereka.”
Oleh : Linda HFH Indonesia Foto : Amos HFH Indonesia
Habinion
Natal: Mewujudkan Moralitas Pengharapan Keprihatinan atas belenggu kemiskinan dan banyaknya keluarga yang masih tinggal di rumah tidak layak huni, serta Indonsia yang rawan bencana alam, menantang kita untuk menghayati moralitas pengharapan. Tuntutan mewujudkan moralitas pengharapan kian mendesak, mengingat zaman kita ditandai dengan berbagai keprihatinan, terutama atas kehidupan sesama umat manusia. Aspek utama moralitas pengharapan Natal adalah meretas tirani ego. Itu sebabnya Sang Juru Selamat lahir ke bumi, bukan di istana raja atau di tempat elite; melainkan di kandang binatang dan dibaringkan di palungan. Di tengah situasi muram, kita bersyukur sebab masih banyak orang yang mampu mewujudkan moralitas pengharapan dengan meretas tirani ego. Ada begitu banyak kehendak baik yang masih mau merajut kerja sama dalam rangka mewujudkan persaudaraan sejati, bahkan yang bersifat lintas iman, lintas budaya, dan lintas agama. Bagi Renè Girard, dalam bukunya I See Satan Fall Like Lightning (2001:161-169) mengatakan, ”Sekarang ini, sejumlah orang mulai mengalami perasaan-perasaan bela rasa pada semua korban di mana pun mereka berada. Ketika sementara orang di dunia tidak menemukan bela rasa, kita telah membuat bela rasa semakin mendunia!” Bela rasa yang mengglobal tampak dalam gerakan dan komunitas yang berjuang demi keadilan ekonomis, keseimbangan ekologis, kesetaraan hak-hak asasi manusia, penggalangan dana dan pertolongan terhadap bencana alam, serta kerja sama lintas iman. Mereka juga berjuang bagi hak anakanak, kaum perempuan, kaum minoritas tertindas, bahkan melawan neoglobalisasi liberal.
Kita harus selalu optimis, dikala zaman tidak lagi peduli, pasti ada hati yang peduli. Sebab manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang bukan sekedar membutuhkan sesamanya, melainkan akan memberikan kepada sesamanya. Maka, perayaan Natal yang tidak mengimplementasikan moralitas pengharapan, hanya akan menjadi pepesan kosong dan jauh dari pesan sejati kelahiran Sang Juru Selamat bagi umat manusia. Selamat Natal! Oleh : Paulus Punjung / HFH Indoensia sumber foto : Internet
Habipartner
Kami Tidak Lagi Tinggal Dengan Tikus dan Kecoak
H
idup sebagai janda tidaklah ringan. Semenjak suaminya meninggal tahun 2011 lalu, Sujiarti harus menghidupi 3 anak sendirian. Apalagi Sujiarti tidak memiliki pekerjaan tetap. Untunglah anak tertua sudah lulus SMA dan bekerja sebagai buruh pabrik, sehingga bisa membantu biaya pendidikan kedua adiknya yang masih SMP dan SD. Penghasilan yang hanya pas-pasan membuat hidup warga Kavling Sejulung, RT. 01, RW. 10, Kabil, Nongsa, Batam ini tinggal di rumah yang reyot dan kumuh. Dinding rumah hanya terbuat dari papan dan seng bekas, sedangkan atap dari seng bekas juga. Rumah itu hanya memiliki satu kamar tidur untuk bertiga. Lingkungan yang kumuh membuat tikus dan kecoak berkembang biak dengan cepat, termasuk di dalam rumah Sujiarti. “Bahan makanan tidak pernah awet. Jika ada sisa makanan sedikit saja pasti sudah diserbu oleh tikus. Kerap kami kehabisan beras karena dimakan tikus. Rasanya kami hidup diantara tikus dan kecoak” papar Sujiarti.
Penderitaan hidup sekian tahun akhirnya berakhir setelah rumahnya dibangun oleh HFH Indonesia pada Agustus 2015. Ketika proses pembangunnya Surjati tidak tinggal diam. “Setiap hari saya mengupayakan untuk bisa menjamu tukang yang membangun, walaupun cuma kopi sama goreng pisang. Anak saya juga ikut membantu mengayak dan mengaduk pasir setelah pulang sekolah,” kata Sujati. Kini kehidupan Surjati telah berubah. Tidak ada lagi tikus yang makan beras di dalam rumah Surjati. Selain itu, lingkungan sekitar rumah pun lebih indah. “Syukur Alhamdulillah, Allah memberi rejeki yang luar biasa melalui Habitat. Tidak pernah terbayang memiliki rumah sebagus ini. Kini kami merasakan kenyamanan di rumah baru tanpa ada tikus dan kecoak."
Oleh : Punjung HFH Indonesia Foto : HFH Indonesia
One Sweet Day: Berbagi itu Indah
U
ngkapan J. Donald Walters “Kebahagian Anda tumbuh berkembang manakala Anda membantu orang lain,” mungkin cocok disematkan pada komunitas One Sweet Day (OSD). OSD adalah komunitas yang mendedikasikan diri untuk berbagi kasih kepada mereka yang membutuhkan. Rasa syukur dari apa yang diperoleh dalam kehidupan tiap anggota komunitas bukan untuk dinikmati sendiri melainkan dibagi dengan orang lain. Kepedulian untuk berbagi itulah yang menciptakan pribadipribadi yang tangguh. OSD diinisiasi pada tahun 2010, tepatnya ketika Maggie salah satu motor OSD merayakan ulang tahun di salah satu panti asuhan. Nama One Sweet Day berasal dari tema warna yang diangkat dalam acara kunjungan panti tersebut, yakni warna pink dan coklat yang identik dengan ‘manis’ (sweet). OSD mengandung filosofi “Dengan berbagi berkat kepada orang-orang yang kurang beruntung, maka kami dapat mewujudkan sebuah hari yang luar biasa dan penuh kenangan manis bagi orangorang yang kami bantu,” jelas Maggie. Sejak 2010 hingga kini, OSD telah banyak melakukan kegiatan sosial. Salah satunya bersama HFH Indonesia dengan membangun 25 rumah layak huni. Kepercayaan kepada Habitat bukan tanpa alasan. Meggie menjelaskan, “Kami memilih Habitat karena kami setuju bahwa rumah adalah kebutuhan dasar setiap orang dan kami percaya pada karya dan pelayan yang selama ini dilakukan Habitat. Kami juga percaya pada pengelolaan dana, serta melihat dengan jelas untuk apa dan kemana arahnya. Terlebih
lagi hasil pengembangan masyarakat yang dilakukan sungguh membawa banyak perubahan bagi masyarakat.” Anggota komunitas OSD ini tidak sekedar memberikan donasi, tapi terlibat dalam pembangunan rumah dengan menjadi relawan. “Saya masih ingat waktu mengecat rumah dan rasanya sangat menyenangkan,” kata Maggie. Ivony menambahkan, “Pengalaman menjadi relawan dan mengecat rumah baru pertama kali saya alami, dan ini pengalaman tidak terlupakan.” Sedangkan bagi Hellen, “Saat terlibat langsung membangun rumah dan melihat keluarga yang dibantu, muncul perasaan yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata, sangat mengharukan.” Motivasi yang mendorong mereka punya komitmen dengan OSD adalah soal berbagi dan bersyukur. “Apa yang saya alami selama ini adalah berkat, dan saya ingin berbagi berkat kepada mereka yang kurang beruntung. Ini adalah bentuk syukur,” ujar Maggie. Senada dengan Maggie, Ivony mengatakan, “Ini adalah ungkapan syukur. Artinya, ketika saya berbagi maka ini juga ungkapan syukur yang
saya peroleh selama ini. Kita bisa mempersembahkan waktu, tenaga, pikiran, dan apa yang kita miliki untuk orang lain.” Sedangkan Hellen berpendapat, “Hal ini soal membentuk keseimbangan hidup. Segala aktivitas, pencapaian dan juga pekerjaan perlu ada keseimbangan dengan menjalin relasi dengan sesama, secara khusus berbagi dengan mereka yang masih kekurangan.” Kom it m e n O SD u ntu k membantu sesama tidak perlu diragukan lagi. Mereka terus
menggalang anggota serta dana, sehingga semakin banyak orang merasakan kebahagiaan seperti yang mereka rasakan selama ini. Semoga semangat OSD semakin membuat manis dan indah bangsa ini.
Oleh : Linda & Punjung HFH Indonesia Foto :Amos & Punjung HFH Indonesia
Gerak Cepat Habitat for Humanity Indonesia Menanggapi Bencana Gempabumi di Aceh Gempabumi 6,5 SR menyebabkan kerusakan besar di Pidie, Aceh (07/12/2016). Sebagai bentuk kepedulian pada aksi kemanusiaan Habitat Indonesia bergerak cepat dengan mengirimkan dua staf untuk melakukan penilaian berkaitan dengan apa yang akan dilakukan. Hasil dari kajian tersebut diambillah langkah yakni akan menyediakan fasilitas air bersih bagi pengungsi. Fasilitas ini akan dibangun oleh pada dua kamp pengungsian di kecamatan Trianggadeng dan Kecamatan Raja Pante, Kabupaten Pidie Jaya. "Ini adalah respon kita pada kondisi darurat. Kami mendapat laporan bahwa warga Trianggadeng dan Kecamatan Pante Raja memiliki masalah pada fasilitas air bersih dan sanitasi. Fasilitas yang ada rusak parah atau hancur. Habitat Indonesia akan membangun fasilitas air dan sanitasi pada dua kamp pengungsian untuk melayani lebih dari 400 keluarga yang menjadi pengungsi di sana," kata James Tumbuan, Direktur Nasional Habitat for Humanity Indonesia. Untuk respons jangka panjang, Habitat Indonesia akan membantu masyarakat yang terkena dampak bencana dengan solusi perumahan mulai dari intervensi penampungan darurat, perbaikan rumah, serta pembanguna rumah permanen. Dukungan dan partisipasi Anda masih sangat kami harapkan. Apabila Anda ingin membantu HFH Indonesia, silahkan kunjungi: http://www.give2habitat.org/indonesia/ IndoEarthquake2016
Foto : Tim DR RR HFH Indonesia
Habihome
Konstruksi Rumah Tradisional Kudus-Jawa Tengah Rumah tradisional Kudus, Jawa Tengah tidak hanya bangunan tunggal tetapi kesatuan dari beberapa bangunan. Pola tata bangunan terdiri dari bangunan utama atau Dalem, Jogosatru di depan serta Pawon di samping. Halaman terletak ditengah tapak, diseberang halaman terdapat kamar mandi, serta sisir. Regol terletak di samping halaman. Bentuk bangunan tradisional Kudus terdiri dari bagian kepala, badan dan kaki. Bagian kepala bangunan pada masingmasing unit bangunan berbeda . Dalem beratap Joglo tinggi atau biasa disebut dengan pencu. Jogosatru beratap panggang pe (sosoran). Pawon beratap kampung dengan sosoran dibagian depan atau disebut dengan atap kampung gajah ngombe. Sosoran ini menggabungkan Dalem, Pawon dan Jogosatru. Kamar mandi dan sisir beratap kampung. Regol beratap kampung atau juga bisa limasan. Beberapa variasi bentuk atap dijumpai pada bangunan. Dalem pada umumnya beratap pencu, namun juga ada yang beratap limasan, kampung atau kampung dorogepak. Dijumpai pula atap Pawon yang menyatu dengan Dalem membentuk atap yang memanjang berbentuk limasan atau kampung. Bersambung…
Oleh : Paulus Punjung / HFH Indoensia sumber foto : Internet
TANGGUNG JAWAB
Ocehan si
Ijo
Sang Guru keluar menempuh perjalanan membawa salah seorang muridnya. Di luar desa mereka berjumpa seorang pejabat tinggi yang menyangka bahwa mereka datang untuk menyambut dia. Pejabat menyapa mereka, “Kalian sungguh tidak perlu susah-susah menyambut aku.” “Maaf sekali Tuan, sepertinya Tuan keliru,” kata si murid. “Kami ini dalam perjalanan ke suatu daerah lain, tetapi seandainya kami tahu bahwa Tuanku akan datang, tentu kami berusaha lebih baik menyambut Tuanku.” Sang Guru tidak berkata sesuatu apa pun saat itu. Namun menjelang malam, ia bertanya kepada muridnya tadi, “Apakah harus kaukatakan bahwa kita tidak datang menyambut dia? Tidakkah kaulihat, betapa kikuk rasanya?” Jawab murid, “Tetapi jika kita tidak mengatakan sebenarnya, apakah kita tidak salah menipu dia?” “Kita sama sekali tidak menipu dia,” kata Sang Guru. “Ia menipu dirinya sendiri.”
PENINGKATAN ROHANI Sang Guru menuntut kebulatan tekat dari orang-orang yang ingin menjadi muridnya. Tetapi ia memarahi murid-muridnya ketika mereka memeras tenaga dalam usaha mencapai peningkatan rohani. Yang dimaksud itu kesungguhan dengan hati riang atau riang hati dengan kesungguhan, seperti olahragawan dalam permainan atau seorang seniman dalam melukis. Dalam kesabaran, kesabaran luar biasa. Kata Sang Guru, “Bunga berkembang karena dipaksa tidak akan berbau harum, atau buah yang matang karena diperam, akan kehilangan rasanya.”
Terima Kasih kepada para Mitra yang telah Mendukung Program dan Kegiatan Kami