Perayaan Tahun Baru Islam, Nasional dan Natal dalam Perspektif Syariah
Ahmad Sarwat, Lc : www.ustsarwat.com
Perayaan Tahun Baru Islam, Tahun Baru Nasional & Natal
Dalam Perspektif Syariah Islam
Ahmad Sarwat, Lc
Makalah ini bisa didownload gratis di www.ustsarwat.com 1
Ahmad Sarwat, Lc : www.ustsarwat.com
Perayaan Tahun Baru Islam, Nasional dan Natal dalam Perspektif Syariah
Daftar Pertanyaan
Adakah Ibadah Ritual Khusus Tahun Baru Islam? Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh Banyak dikutip dalam berbagai ceramah dan pengajian bahwa menjelang masuknya bulan Muharram kita disunnahkan untuk berpuasa, shalat sunnah, memotong kuku, memakai celak mata, bersilaturrahim, mengusap kepala anak yatim, berziarah ke alim ulama serta membaca 'qulhu' 1000 kali. Mohon dijelakan ustadz tentang dasar-dasar masyru'iyahnya, adakah perintah atau contoh dari Rasulullah SAW? Kalau tidak ada, lantas dari mana datangnya nasehat itu? Khususnya dalil tentang shalat dan puasa khusus pada malam tahun baru Islam ? Wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Hukum Merayakan Tahun Baru Masehi Assalamu Alaikum wr. wb. Ust. Ahmad yang terhormat, menjelang tahun baru masehi, banyak umat Islam yang ikut merayakannya padahal perayaan tahun baru hanya dilakukan oleh umat Nasrani. Pertanyaan saya bagaimanakah hukumnya merayakan Tahun Baru ataupun merayakan hari-hari yang lain seperti Ulang Tahun, Maulid? wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh
Makanan Parcel Natal Apakah Halal? Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh Ustad, banyak perusahaan rekanan yang mengrimkan parcel Natal ke tempat saya bekerja. Apakah makanan-makanan itu halal untuk dimakan oleh kita sebagai seorang muslim? Mohon penjelasannya ustad. wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh
Mengucapkan Selamat Natal : Haram apa Tidak? Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh Saya masih dilanda kebingungan lantaran ada beberapa ulama yang membolehkan kita sebagai muslim mengucapkan selamat natal. Padahal MUI sudah mengharamkannya? Mohon penjelasan Wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
2
Perayaan Tahun Baru Islam, Nasional dan Natal dalam Perspektif Syariah
Ahmad Sarwat, Lc : www.ustsarwat.com
Adakah Ibadah Ritual Khusus Tahun Baru Islam? Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Banyak dikutip dalam berbagai ceramah dan pengajian bahwa menjelang masuknya bulan Muharram kita disunnahkan untuk berpuasa, shalat sunnah, memotong kuku, memakai celak mata, bersilaturrahim, mengusap kepala anak yatim, berziarah ke alim ulama serta membaca 'qulhu' 1000 kali. Mohon dijelakan ustadz tentang dasar-dasar masyru'iyahnya, adakah perintah atau contoh dari Rasulullah SAW? Kalau tidak ada, lantas dari mana datangnya nasehat itu? Khususnya dalil tentang shalat dan puasa khusus pada malam tahun baru Islam ? Wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Jawaban Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Penentuan pergantian tahun baru Islam belum ada di zaman Rasulullah SAW. Penentuan itu baru dilakukan di zaman khalifah Umar bin Al-Khattab radhiyallahuanhu, setelah sebelumnya ada beberapa pendapat yang berbeda tentang momentum yang akan dipakai sebagai penanda awal penanggalan Islam. Sebagian ada yang mengusulkan peristiwa kelahiran Nabi SAW. Sebagian lagi mengusulkan momentum diangkatnya beliau menjadi rasul. Ada juga yang mengusulkan momentum perang Badar, Perjanjian Hudaibiyah, Fathu Mekkah dan tahun wafatnya beliau SAW. Namun akhirnya di bawah ketetapan dari sang khalifah, amirul-mukminin Umar bin Al-Khattab radhiyallahuanhu, ditetapkan bahwa momentum awal tahun baru adalah tahun dimana Rasullulah SAW melaksanakan hijrah dari Mekkah ke Madinah. Maka kalau pertanyaan : adakah contoh dari nabi untuk shalat atau puasa khusus pada malam tahun baru Islam, jawabnya sudah pasti tidak ada. Sebab awal tahun baru Islam baru ditetapkan setelah nabi SAW wafat, tepatnya pada tahun keenam belas dari hijrahnya Nabi Saw, atau tahun keempat masa kekhalifahan Umar. Tapi kalau pertanyaannya, adakah amalan khusus yang dilakukan di bulan Muharram, maka jawabannya pasti ada. Sebab bulan Muharram tidak ada kaitannya dengan tahun baru. Bulan Muharram sudah ada sejak zaman nabi-nabi terdahulu. Bahkan orang-orang yahudi malah berpuasa pada tanggal 10 Muharram. Amalan Bulan Muharram dan Dalil-dalilnya Dalam kitab I‘anatut Thalibin, salah satu kitab yang banyak digunakan dalam mazhab Asy-Syafi‘iyyah, pada jilid 2 hal 267, disebutkan bahwa memang banyak amal-amal yang sering dilakukan pada momentum bulan Muharram.
3
Ahmad Sarwat, Lc : www.ustsarwat.com
Perayaan Tahun Baru Islam, Nasional dan Natal dalam Perspektif Syariah
Beliau –An-Nawawi- mengutip nazham yang disusun anonim (tanpa nama pengarang) berkaitan dengan amalan di bulan Muharram itu yaitu:
ﺴِﻞﹾﺍﻏﹾﺘ ﻭﻕﺪﺼ ﺗﺢﺴﻢِ ﺍﻣﺘِﻴ ﺍﻟﻴﺃﹾﺱﺤِﻞ * * ﺭﺍﻛﹾﺘ ﻭﺪﺎِﳌﹰﺎ ﻋ ﻋﺭﻞِّ ﺻِﻞﹾ ﺯ ﺻﻢﺻ ﺼِﻞﹾﻼﹶﺹِ ﻗﹸﻞﹾ ﺃﹶﻟﹾﻔﹰﺎ ﺗﺓﹸ ﺍﻹِﺧﺭﻮﺳُﺍ * * ﻭــــﺎﻝِ ﻗﹶﻠﹾﻢ ﻇﹶﻔﹾﺮ ﺍﻟﻌِﻴﻠﻰ ﻋﺳِّﻊﻭ Hendaklah kamu berpuasa, shalat sunnah, bersilaturrahim, kunjungilah orang alim, tengoklah orang sakit, pakailah celak mata. Usaplah kepala anak yatim, bersedakah dan mandi janabah sunnah Luaskan belanja, potong kuku, baca surat Al-Ikhlas 1000 kali maka kamu akan sampai.
Namun penyusun kitab ini mengatakan bahwa hanya dua saja yang memiliki dasar kuat yaitu sunah puasa dan meluaskan belanja. Sedangkan selebihnya kebanyakan haditsnya dhaif, sebagian lagi mungkar dan juga maudhu‘. Puasa Asyura' dan Tasu'a Yang berkaitan dengan puasa adalah puasa sunah yaitu pada hari kesepuluh dan kesembilan di bulan itu. Sering juga disebut dengan ‘Asyura dan Tasu‘a. Banyak sekali dalil yang menerangkan hal ini, antara lain:
ِ ﺍﻟﻠﱠـﻪﺮـﻬﺎﻥﹶ ﺷﻀﻣ ﺭﺪﻌﺎﻡِ ﺑﻴﻞﹸ ﺍﻟﺼ ﺃﹶﻓﹾﻀ: ِﻮﻝﹸ ﺍﻟﻠﱠﻪﺳ ﻗﹶﺎﻝﹶ ﺭ:ﺓﹶ ﻗﹶﺎﻝﹶﺮﻳﺮ ﺃﹶﺑِﻲ ﻫﻦﻋ ِﻞَﻼﺓﹸ ﺍﻟﻠﱠﻴﺔِ ﺻ ﺍﻟﹾﻔﹶﺮِﻳﻀﺪﻌَﻼﺓِ ﺑﻞﹸ ﺍﻟﺼﺃﹶﻓﹾﻀ ﻭ.ﻡﺮﺤﺍﻟﹾﻤ Dari Abu Hurairah RA ia berkata: Rasulullah SAW telah bersabda: “Shaum yang paling utama setelah shaum Ramadhan adalah shaum di bulan Allah Muharram. Dan shalat yang paling utama setelah sholat fardhu adalah shalat malam” (HR Muslim 1162)
ﻠﹶﻰ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﺃﹶﻥﹾ ﻋﺴِﺐﺘﺍﺀ ﺃﹶﺣﻮﺭﺎﺷﻡِ ﻋﻮ ﻳﺎﻡ ﺻِﻴ: ﻗﹶﺎﻝﹶَ ﺒِﻲ ﺃﹶﻥﱠ ﺍﻟﻨ ﺓﹶﺎﺩ ﺃﹶﺑِﻲ ﻗﹶﺘﻦﻋ ﻠﹶﻪﺔِ ﺍﻟﱠﺘِﻲ ﻗﹶﺒﻨ ﺍﻟﺴﻜﹶﻔِّﺮﻳ Dari Abi Qatadah radhiyallahuanhu bahwa Nabi SAW bersabda,"Puasa hari Asyura aku berharap kepada Allah untuk menjadi kaffarah (penebus dosa) pada tahun sebelumnya. (HR. Muslim)
ﻮﻡﺼ ﺗﻮﺩﻬﺃﹶﻯ ﺍﻟﻴﺔﹶ ﻓﹶﺮﻨ ﺍﳌﹶﺪِﻳ ِﻮﻝﹸ ﺍﻟﻠﱠﻪﺳ ﺭ ﻗﹶﺪِﻡ: ﻗﺎﹶﻝﹶ ٍﺎﺱﺒﻦِ ﻋﺪِ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﺑﺒ ﻋﻦﻋ
4
Perayaan Tahun Baru Islam, Nasional dan Natal dalam Perspektif Syariah
Ahmad Sarwat, Lc : www.ustsarwat.com
ﻨِﻲﺑﻰ ﻭﻮﺳﻪِ ﻣ ﻓِﻴﻰ ﺍﻟﻠﱠﻪﺠ ﺻﺎﹶﻟِﺢٍ ﻧﻡﻮﺬﺍﹶ ﻳ ﻫ:ﺬﹶﺍ ؟ ﻗﹶﺎﻟﹸﻮﺍﺎ ﻫ ﻣ:ﺍﺀ ﻓﹶﻘﹶﺎﻝﹶﻮﺭ ﻋﺎﹶﺷﻡﻮﻳ ِﺎﻣِﻪﺮ ﺑِﺼِﻴﺃﹶﻣ ﻭﻪﺎﻣ ﻓﹶﺼﻜﹸﻢﻰ ﻣِﻨﻮﺳ ﺑِﻤﻖﺎ ﺃﹶﺣ ﺃﹶﻧ: ﻓﹶﻘﹶﺎﻝﹶﻪﺎﻣﻭِّﻫِﻢ ﻓﹶﺼﺪ ﻋﺍﺋِﻴﻞﹶ ﻣِﻦﺮﺇِﺳ Dari Abdillah bin Abbas radhiyallahuanhu berkata bahwa ketika Rasulullah SAW tiba di Madinah, beliau melihat orang-orang yahudi berpuasa Asyura'. Beliau pun bertanya,"Puasa untuk apa?". Mereka menjawab,"Hari ini adalah hari yang baik, dimana Allah menyelamatkan Musa dan Bani Israil dari musuh mereka, maka berpuasa untuk hari itu". Beliau SAW bersabda,"Aku lebih berhak atas Musa dari pada kalian". Maka beliau pun berpuasa di hari itu dan memerintahkan para shahabat untuk berpuasa".(HR. Bukhari Muslim) Dari Humaid bin Abdir Rahman, ia mendengar Muawiyah bin Abi Sufyan RA berkata: “Wahai penduduk Madinah, di mana ulama kalian? Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Ini hari Assyura, dan Allah tidak mewajibkan shaum kepada kalian di hari itu, sedangkan saya shaum, maka siapa yang mau shaum hendaklah ia shaum dan siapa yang mau berbuka hendaklah ia berbuka” (HR Bukhari 2003) Rasulullah SAW bersabda: “Shaumlah kalian pada hari 'Assyura dan berbedalah dengan orang Yahudi. Shaumlah kalian sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya” (HR Ath-Thahawy dan Al-Baihaqy serta Ibnu Khuzaimah 2095)
Sedangkan dalil tentang berpuasa dari 9 hari di awal Muharram, haditsnya ternyata maudhu' alias palsu.
ﻰﻨﻡِ ﺑﺮﻝِ ﺍﳌﹸﺤ ﺃﹶﻭﺎﻡٍ ﻣِﻦﺔﹶ ﺃﹶﻳﻌ ﺗِﺴ ﺻﺎﹶﻡﻦ ﻣ: ﻗﹶﺎﻝﹶﻪ ﺃﹶﻧ ِﺒِﻲﻦِ ﺍﻟﻨﺲٍ ﻋ ﺃﹶﻧﻦ ﻋﻱﻭﺭ ٍﺍﺏﻮﺔﹸ ﺃﹶﺑﻌﺑﻞِ ﳍﹶﺎﹶ ﺃﹶﺭﻼﹰ ﰲِ ﻣِﻴﻴﺍﺀِ ﻣﺔﹰ ﰲِ ﺍﳍﹶﻮ ﻗﹸﺒﺍﷲُ ﻟﹶﻪ Diriwayatkan dari Anas dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda,"Orang yang berpuasa 9 hari di awal bulan Muharram, Allah telah membangunkan untuknya kubah di udara yang luas memiliki 4 pintu.
Hadits ini dikatakan sebagai hadits palsu oleh Ibnul Jauzi dalam AlMaudhu'at. Asy-Syaukani dan Ibnu Hibban juga senada mengatakan bahwa hadits ini palsu.
ﻝﹸﺃﹶﻭﺔِ ﻭ ﺫِﻱ ﺍﳊِﺠﻡٍ ﻣِﻦﻮ ﻳ ﺁﺧِﺮﺎﻡ ﺻﻦ ﻣ: ﻗﹶﺎﻝﹶ ِّﺒِﻲﻦِ ﺍﻟﻨ ﻋ ٍﺎﺱﺒﻦِ ﻋﻦِ ﺍﺑﻋﻭ ُ ﺍﷲﻠﹶﻪﻌﻡٍ ﺟﻮﻘﹾﺒِﻠﹶﺔﹶ ﺑِﺼﺘﺔﹶ ﺍﳌﹸﺴﻨ ﺍﻟﺴﺢﺘﺍﻓﹾﺘﺔﹶ ﻭﺔﹶ ﺍﳌﺎﹶﺿِﻴﻨ ﺍﻟﺴﻢﺘ ﺧﻡِ ﻓﹶﻘﹶﺪﺮ ﺍﳌﹸﺤﻡٍ ﻣِﻦﻮﻳ ﺔﹰﻨ ﺳﻦﺓﹶ ﲬﹶﺴِﻴﻛﹶﻔﱠﺎﺭ Dari Ibnu Abbas radhiyallahuanhu dari Nabi SAW bersabda,"Siapa yang berpuasa di hari terakhir bulan Dzulhijjah dan di hari pertama bulan Muharram, maka dia telah menutup tahun sebelumnya dan membuka tahun berikutnya dengan puasa.
5
Ahmad Sarwat, Lc : www.ustsarwat.com
Perayaan Tahun Baru Islam, Nasional dan Natal dalam Perspektif Syariah
Allah menjadikan puasanya itu sebagai kaffarah (tebusan) untuk lima puluh tahun.
Sedangkan amal lainnya –selain puasa dan meluaskan belanja- sebagaimana disebutkan oleh An-Nawawi, adalah amal yang dasar hukumnya lemah. Meluaskan Belanja Dari hadits Abi Said Al-Khudhri ra bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Siapa yang meluaskan belanja kepada keluarganya pada hari Asyura, maka Allah akan meluaskan atasnya belanja selama setahun.
Oleh sebagian ulama hadits, hadits ini dilemahkan, namun sebagian lainnya mengatakan hadits ini shahih, lalu sebagian lainnya mengatakan hasan. Yang menshahihkan di antaranya adalah Zainuddin Al-Iraqi dan Ibnu Nashiruddin. AsSuyuthi dan Al-Hafidz Ibnu Hajarmengatakan bahwa karena begitu banyaknya jalur periwayatan hadits ini, maka derajat hadits ini menjadi hasan bahkan menjadi shahih. Sehingga Ibnu Taimiyah di dalam kitabnya Al-Ikhtiyarat termasuk yang menganjurkan perbuatan ini di hari Asyura. Bersedekah Siapa yang puasa hari Asyura, dia seperti puasa setahun. Dan siapa yang bersedekah pada hari itu, dia seperti bersedekah selama setahun. Pada hari itu juga disunnahkan untuk bersedekah, menurut kalangan mazhab Malik. Sedangkan mazhab lainnya, tidak ada landasan dalil yang secara khusus menyebutkan hal itu dan kuat derajat haditsnya.Karena mereka mendhaifkan hadits di atas. Sebenarnya amal-amal itu semua baik-baik saja, selama tidak dikaitkan dengan momentum tertentu. Sehingga yang jadi titik masalah adalah dikaitkannya amal-amal itu dengan momen Muharram dengan keyakinan bahwa bila dilakukan di waktu lain, tidak sebesar itu pahalanya. Karena dasar haditsnya memang lemah, bahkan sebagian dhaif dan mungkar. Namun kita harus pahami bahwa amaliyah seperti ini buat sebagain kalangan umat sudah diajarkan dan dipraktekkan, meski sebagian haditsnya dikritik oleh banyak kalangan. Dan selama masih ada kritik, sebenarnya merupakan ikhtilaf di kalangan ulama hadits. Wallahu A‘lam Bishshawab
Hukum Merayakan Tahun Baru Masehi Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Ust. Ahmad yang terhormat, menjelang tahun baru masehi, banyak umat Islam yang ikut merayakannya padahal perayaan tahun baru hanya dilakukan oleh umat Nasrani. Pertanyaan saya bagaimanakah hukumnya merayakan Tahun Baru ataupun merayakan hari-hari yang lain seperti Ulang Tahun, Maulid? Wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
6
Perayaan Tahun Baru Islam, Nasional dan Natal dalam Perspektif Syariah
Ahmad Sarwat, Lc : www.ustsarwat.com
Jawaban Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ada sekian banyak pendapat yang berbeda tentang hukum merayakan tahun baru masehi. Sebagian mengharamkan dan sebagian lainnya membolehkannya dengan syarat. 1. Pendapat yang Mengharamkan Mereka yang mengharamkan perayaan malam tahun baru masehi, berhujjah dengan beberapa argumen. a. Perayaan Malam Tahun Baru Adalah Ibadah Orang Kafir Bahwa perayaan malam tahun baru pada hakikatnya adalah ritual peribadatan para pemeluk agama bangsa-bangsa di Eropa, baik yang Nasrani atau pun agama lainnya. Sejak masuknya ajaran agama Nasrani ke Eropa, beragam budaya paganis (keberhalaan) masuk ke dalam ajaran itu. Salah satunya adalah perayaan malam tahun baru. Bahkan menjadi satu kesatuan dengan perayaan Natal yang dipercaya secara salah oleh bangsa Eropa sebagai hari lahir nabi Isa. Walhasil, perayaan malam tahun baru masehi itu adalah perayaan hari besar agama kafir. Maka hukumnya haram dilakukan oleh umat Islam. b. Perayaan Malam Tahun Baru Menyerupai Orang Kafir Meski barangkali ada yang berpendapat bahwa perayaan malam tahun tergantung niatnya, namun paling tidak seorang muslim yang merayakan datangnya malam tahun baru itu sudah menyerupai ibadah orang kafir. Dan sekedar menyerupai itu pun sudah haram hukumnya, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
ﻢﻬ ﻣِﻨﻮﻡٍ ﻓﹶﻬ ﺑِﻘﹶﻮﻪﺒﺸ ﺗﻦﻣ Siapa yang menyerupai pekerjaan suatu kaum (agama tertentu), maka dia termasuk bagian dari mereka. (HR. Abu Daud )
c. Perayaan Malam Tahun Baru Penuh Maksiat Sulit dipungkiri bahwa kebanyakan orang-orang merayakan malam tahun baru dengan minum khamar, berzina, tertawa dan hura-hura. Bahkan bergadang semalam suntuk menghabiskan waktu dengan sia-sia. Padahal Allah SWT telah menjadikan malam untuk berisitrahat, bukan untuk melek sepanjang malam, kecuali bila ada anjuran untuk shalat malam. Maka mengharamkan perayaan malam tahun baru buat umat Islam adalah upaya untuk mencegah dan melindungi umat Islam dari pengaruh buruk yang lazim dikerjakan para ahli maksiat. d. Perayaan Malam Tahun Baru Adalah Bid`ah Syariat Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW adalah syariat yang lengkap
7
Ahmad Sarwat, Lc : www.ustsarwat.com
Perayaan Tahun Baru Islam, Nasional dan Natal dalam Perspektif Syariah
dan sudah tuntas. Tidak ada lagi yang tertinggal. Sedangkan fenomena sebagian umat Islam yang mengadakan perayaan malam tahun baru Masehi di masjid-masijd dengan melakukan shalat malam berjamaah, tanpa alasan lain kecuali karena datangnya malam tahun baru, adalah sebuah perbuatan bid'ah yang tidak pernah dikerjakan oleh Rasulullah SAW, para shahabat dan salafus shalih. Maka hukumnya bid'ah bila khusus untuk even malam tahun baru digelar ibadah ritual tertentu, seperti qiyamullail, doa bersama, istighatsah, renungan malam, tafakkur alam, atau ibadah mahdhah lainnya. Karena tidak ada landasan syar'inya. 2. Pendapat yang Menghalalkan Pendapat yang menghalalkan berangkat dari argumentasi bahwa perayaan malam tahun baru Masehi tidak selalu terkait dengan ritual agama tertentu. Semua tergantung niatnya. Kalau diniatkan untuk beribadah atau ikut-ikutan orang kafir, maka hukumnya haram. Tetapi tidak diniatkan mengikuti ritual orang kafir, maka tidak ada larangannya. Mereka mengambil perbandingan dengan liburnya umat Islam di hari natal. Kenyataannya setiap ada tanggal merah di kalender karena natal, tahun baru, kenaikan Isa, paskah dan sejenisnya, umat Islam pun ikut-ikutan libur kerja dan sekolah. Bahkan bank-bank syariah, sekolah Islam, pesantren, departemen Agama RI dan institusi-institusi keIslaman lainnya juga ikut libur. Apakah liburnya umat Islam karena hari-hari besar kristen itu termasuk ikut merayakan hari besar mereka? Umumnya kita akan menjawab bahwa hal itu tergantung niatnya. Kalau kita niatkan untuk merayakan, maka hukumnya haram. Tapi kalau tidak diniatkan merayakan, maka hukumnya boleh-boleh saja. Demikian juga dengan ikutan perayaan malam tahun baru, kalau diniatkan ibadah dan ikut-ikutan tradisi bangsa kafir, maka hukumnya haram. Tapi bila tanpa niat yang demikian, tidak mengapa hukumnya. Adapun kebiasaan orang-orang merayakan malam tahun baru dengan minum khamar, zina dan serangkaian maksiat, tentu hukumnya haram. Namun bila yang dilakukan bukan maksiat, tentu keharamannya tidak ada. Yang haram adalah maksiatnya, bukan merayakan malam tahun barunya. Misalnya, umat Islam memanfaatkan even malam tahun baru untuk melakukan hal-hal positif, seperti memberi makan fakir miskin, menyantuni panti asuhan, membersihkan lingkungan dan sebagainya. Demikianlah ringkasan singkat tentang perbedaan pandangan dari beragam kalangan tentang hukum umat Islam merayakan malam tahun baru. Wallahu a'lam bishshawab
8
Perayaan Tahun Baru Islam, Nasional dan Natal dalam Perspektif Syariah
Ahmad Sarwat, Lc : www.ustsarwat.com
Makanan Parcel Natal Apakah Halal? Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Ustad, banyak perusahaan rekanan yang mengrimkan parcel Natal ke tempat saya bekerja. Apakah makanan-makanan itu halal untuk dimakan oleh kita sebagai seorang muslim? Mohon penjelasannya ustad. Wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Jawaban Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Haramnya makanan kembali kepada hukum fiqih, bukan hukum aqidah. Secara aqidah, kita tidak bisa kompromi dengan tahayyul umat Kristiani yang mengatakan tuhan ada tiga, salah satu di antaranya adalah Nabi Isa 'alaihisalam. Karena itu dalam aqidah kita, teman-teman kita yang tetap memeluk agama nasrani itu hanya akan jadi teman selama di dunia ini saja, begitu mereka mati, mereka akan langsung berpisah dari kita untuk selama-lamanya. Sebab mereka semua masuk neraka dan kekal selama-lamanya di sana. Yang baik atau yang jahat, semua masuk neraka. Karena satu saja sebabnya, mereka tidak mentauhidkan Allah dan ingkar kepada kenabian Muhammad SAW. Urusan Muamalah Tapi kalau urusannya bukan aqidah, tetapi urusan muamalah, lain lagi hukumnya. Setidaknya menurut jumhur ulama. Kepada para non-muslim, kita tetap wajib menjaga hak-hak mereka. Maksudnya kepada kafir dzimmi yang tidak ada peperangan fisik antara kita dengan mereka. Bahkan kita diwajibkan untuk menjaga harta benda serta keluarga mereka. Nyawa mereka pun wajib kita jamin agar tidak tersia-sia. Jadi tidak ada salahnya kalau kita berbaik-baik dengan mereka selama masih di dunia ini. Anggap saja sebagai cendera mata sebelum mereka nanti digebukin malaikat di neraka kekal. Islam tidak melarang kita bertukar hadiah dan penghormatan kepada pemeluk Kristiani. Baik terkait dengan hari besar mereka atau pun hari besar kita. Bahkan para ulama berijtihad bahwa dana baitul mal pun dibolehkan diserahkan kepada umat Kristiani, kalau mereka miskin dan tidak mampu. Dan dana zakat yang mustahiqnya ada 8 kelompok itu, salah satunya pun ditetapkan untuk diberikan kepada mereka, yaitu orang kafir yang diharapkan akan takluk hatinya. Kalau pun tidak masuk Islam, setidaknya tidak menjadi musuh yang merugikan umat Islam.
ﻓِـﻲ ﻭﻬﻢ ﻟﱠﻔﹶﺔِ ﻗﹸﻠﹸـﻮﺑﺆﺍﻟﹾﻤﺎ ﻭﻬﻠﹶﻴ ﻋﺎﻣِﻠِﲔﺍﻟﹾﻌﺎﻛِﲔِ ﻭﺴﺍﻟﹾﻤﺍﺀ ﻭ ﻟِﻠﹾﻔﹸﻘﹶﺮﻗﹶﺎﺕﺪﺎ ﺍﻟﺼﻤﺇِﻧ ﻜِﻴﻢ ﺣﻠِﻴﻢ ﻋﺍﻟﻠﹼﻪ ﺍﻟﻠﹼﻪِ ﻭﻦﺔﹰ ﻣﺒِﻴﻞِ ﻓﹶﺮِﻳﻀﻦِ ﺍﻟﺴﺍﺑﺒِﻴﻞِ ﺍﻟﻠﹼﻪِ ﻭﻓِﻲ ﺳ ﻭﺎﺭِﻣِﲔﺍﻟﹾﻐﻗﹶﺎﺏِ ﻭﺍﻟﺮ 9
Ahmad Sarwat, Lc : www.ustsarwat.com
Perayaan Tahun Baru Islam, Nasional dan Natal dalam Perspektif Syariah
Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. At-Taubah: 60)
Istilah wal-muallafati qulubuhum salah satu maknanya adalah mereka yang masih kafir dan hatinya ingin ditaklukkan. Selain makna muallaf yaitu orang kafir yang sudah masuk Islam. Maka hadiah yang mereka berikan kepada kita, lepas dari masalah pengaruh psikologisnya, sebenarnya bukan benda yang haram untuk dikonsumsi, selama bukan benda yang secara dzatnya haram dimakan, seperti benda najis atau berupa khamar. Kecuali yang diberikan itu berupa hewan yang disembelih bukan karena Allah, misalnya untuk berhala, maka kita diharamkan untuk memakannya. Sebagaimana firman Allah SWT:
ـﻄﹸﺮﻦِ ﺍﺿﺮِ ﺍﻟﻠﹼﻪِ ﻓﹶﻤﻴﺎ ﺃﹸﻫِﻞﱠ ﺑِﻪِ ﻟِﻐﻣ ﺍﻟﹾﺨِﱰِﻳﺮِ ﻭﻢﻟﹶﺤ ﻭﻡﺍﻟﺪﺔﹶ ﻭﺘﻴ ﺍﻟﹾﻤﻜﹸﻢﻠﹶﻴ ﻋﻡﺮﺎ ﺣﻤﺇِﻧ ﺣِﻴﻢ ﺭ ﻏﹶﻔﹸﻮﺭﻪِ ﺇِﻥﱠ ﺍﻟﻠﹼﻪﻠﹶﻴ ﻋﺎﺩٍ ﻓﹶﻼ ﺇِﺛﹾﻢﻻﹶ ﻋﺎﻍٍ ﻭ ﺑﺮﻏﹶﻴ Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang disebut selain Allah . (QS. Al-Baqarah: 173)
ﻭ ـﺔﹰ ﺃﹶﺘﻴﻜﹸﻮﻥﹶ ﻣ ﺇِﻻﱠ ﺃﹶﻥ ﻳﻪﻤﻄﹾﻌﻠﹶﻰ ﻃﹶﺎﻋِﻢٍ ﻳﺎ ﻋﻣﺮﺤ ﻣ ﺇِﻟﹶﻲﺣِﻲﺎ ﺃﹸﻭ ﻓِﻲ ﻣﻗﹸﻞ ﻻﱠ ﺃﹶﺟِﺪ ـﻄﹸﺮﻦِ ﺍﺿﺮِ ﺍﻟﻠﹼﻪِ ﺑِﻪِ ﻓﹶﻤﻴﻘﹰﺎ ﺃﹸﻫِﻞﱠ ﻟِﻐ ﻓِﺴ ﺃﹶﻭﺲ ﺭِﺟﻪ ﺧِﱰِﻳﺮٍ ﻓﹶﺈِﻧﻢ ﻟﹶﺤﺎ ﺃﹶﻭﻔﹸﻮﺣﺴﺎ ﻣﻣﺩ ﺣِﻴﻢ ﺭ ﻏﹶﻔﹸﻮﺭﻚﺑﺎﺩٍ ﻓﹶﺈِﻥﱠ ﺭﻻﹶ ﻋﺎﻍٍ ﻭ ﺑﺮﻏﹶﻴ Katakanlah, "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi karena sesungguhnya semua itu kotor atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. (QS Al-An-'am: 145)
Demikian juga bila yang diberikan itu berupa khamar, maka haram hukumnya untuk dikonsumsi. Atau makanan lain yang sekiranya mengandung khamar. Selebihnya, bila makanan itu pada hakikatnya makanan halal, maka tidak ada dalil atau hujjah untuk mengharamkannya dari sudut pandang fiqih. Kecuali kalau kita mau memandang dari sudut yang lain, misalnya secara politis atau strategis. Di mana kalau kita makan, akan memberikan dampak psikologis yang meresahkan umat misalnya. Maka yang kita tetapkan bukan hukum halal atau haramnya, melainkan unsur psikologisnya.
10
Perayaan Tahun Baru Islam, Nasional dan Natal dalam Perspektif Syariah
Ahmad Sarwat, Lc : www.ustsarwat.com
Yang Mengharamkan Di balik dari pendapat umumnya ulama, ada juga pendapat yang mengharamkan semua bentuk penerimaan hadiah dalam rangka hari raya agama lain, wabil khusus Kristen. Sebutlah misalnya pendapat Ibnu Umar radhiyallahu 'anhu yang sangat benci kepada kenasranian. Beliau sampai mengatakan tidak ada orang yang lebih syirik daripada pemeluk agama Nasrani. Sebab mereka telah mengatakan Allah punya anak dan nabi Isa sebagai anak Allah. Sampai beliau mengharamkan laki-laki muslim menikahi wanita ahli kitab, dan juga mengharamkan hewan sembelihan mereka. Aspek Psikologis Selain adanya pendapat yang mengharamkan, kita juga tidak boleh bermainmain dengan aspek psikologis. Dan inilah yang telah berlangsung lama di negeri tercinta ini. Murtadnya sekian juta muslim di berbagai pelosok, disinyalir bermula dari diterimanya hadiah, bantuan, santunan, beasiswa, biaya rumah sakit sampai renovasi rumah dan seterusnya, dari kalangan penginjil kepada rakyat muslim yang miskin. Bantuan dan hadiah ini pada gilirannya akan menaklukkan hati umat Islam, sehingga pendirian rumah ibadah Kristen di tengah pemukiman muslim jadi dibolehkan. Padahal rumah ibadah ini jelas-jelas sebuah agen kristenisasi yang sangat dahsyat memurtadkan umat Islam. Sehingga untuk periode berikutnya, banyak masyarakat yang akhirnya melego imannya, murtad dan jadi kafir serta bersiap-siap menjadi bahan bakar api neraka. wal 'iyadhzu billah. Kekhawatiran ini tidak berlebihan, mengingat bangsa Indonesia adalah bangsa yang berada dalam nomor urut satu sebagai bangsa yang dijadikan objek kristenisasi level dunia. Maka kalau ada tokoh yang bersikeras melarang kita menerima atau makan parcel dari umat kristiani, harus dilihat dari sudut pandang ini. Walaupun kalau kita kembali kepada hukum dasar makanan, secara pisik makanan itu tidak selalu haram. Wallahu a'lam bishshawab,
Mengucapkan Selamat Natal : Haram apa Tidak? Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Saya masih dilanda kebingungan lantaran ada beberapa ulama yang membolehkan kita sebagai muslim mengucapkan selamat natal. Padahal MUI sudah mengharamkannya? Mohon penjelasan Wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
11
Ahmad Sarwat, Lc : www.ustsarwat.com
Perayaan Tahun Baru Islam, Nasional dan Natal dalam Perspektif Syariah
Jawaban Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Haramnya ucapan selamat natal itu memang bukan merupakan ijma' atau kesepakatan final para ulama. Sebagian kalangan mengharamkan dan sebagian lainnya tidak. Tentu masing-masing dengan hujjah dan pertimbangannya. Hal itu terjadi lantaran ditemukannya dalil-dalil yang saling berbeda, antara dalil yang dipahami sebagai bentuk larangan, dengan dalil yang bisa dipahami sebagai kebolehan. Kalau buat situasi negeri kita, memang ada alasan yang bisa dipahami kalau kecenderungan para ulama mengharamkan ucapan itu, bila dilakukan oleh kaum muslimin. 1. Kalangan Yang Membolehkan a. Fatwa Dr. Yusuf Al-Qaradawi Syeikh Dr. Yusuf Al-Qaradawi mengatakan bahwa merayakan hari raya agama adalah hak masing-masing agama. Selama tidak merugikan agama lain. Dan termasuk hak tiap agama untuk memberikan tahni'ah saat perayaan agama lainnya. Beliau mengatakan :"Sebagai pemeluk Islam, agama kami tidak melarang kami untuk untuk memberikan tahni'ah kepada non muslim warga negara kami atau tetangga kami dalam hari besar agama mereka. Bahkan perbuatan ini termasuk ke dalam kategori al-birr (perbuatan yang baik). Sebagaimana firman Allah SWT:
ﺃﹶﻥﺎﺭِﻛﹸﻢﻦ ﺩِﻳﻮﻛﹸﻢ ﻣﺮِﺟﺨ ﻳﻟﹶﻢﻳﻦِ ﻭ ﻓِﻲ ﺍﻟﺪﻘﹶﺎﺗِﻠﹸﻮﻛﹸﻢ ﻳ ﻟﹶﻢﻦِ ﺍﻟﱠﺬِﻳﻦ ﻋ ﺍﻟﻠﱠﻪﺎﻛﹸﻢﻬﻨﻻ ﻳ ﻘﹾﺴِﻄِﲔ ﺍﻟﹾﻤﺤِﺐ ﻳ ﺇِﻥﱠ ﺍﻟﻠﱠﻪﻬِﻢﻘﹾﺴِﻄﹸﻮﺍ ﺇِﻟﹶﻴﺗ ﻭﻢﻭﻫﺮﺒﺗ Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orangorang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. (QS. AlMumtahanah: 8)
Kebolehan memberikan tahni'ah ini terutama bila pemeluk agama lain itu juga telah memberikan tahni'ah kepada kami dalam perayaan hari raya kami.
ٍﺀـﻲﻠﹶﻰ ﻛﹸﻞﱢ ﺷ ﻛﹶﺎﻥﹶ ﻋﺎ ﺇِﻥﱠ ﺍﻟﻠﹼﻪﻭﻫﺩ ﺭﺎ ﺃﹶﻭﻬ ﻣِﻨﻦﺴﻮﺍﹾ ﺑِﺄﹶﺣﻴﺔٍ ﻓﹶﺤﺤِﻴﻢ ﺑِﺘﺘﻴﻴﺇِﺫﹶﺍ ﺣﻭ ﺎﺴِﻴﺒﺣ Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah
12
Perayaan Tahun Baru Islam, Nasional dan Natal dalam Perspektif Syariah
Ahmad Sarwat, Lc : www.ustsarwat.com
penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu. Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu.(QS. An-Nisa': 86)
Namun Syeikh Yusuf Al-Qaradawi secara tegas mengatakan bahwa tidak halal bagi seorang muslim untuk ikut dalam ritual dan perayaan agama yang khusus milik agama lain. Artinya, ikut menghadiri ritual natal di dalam geraja atau dimana pun yang sedang dilakukan ritual keagaamaan, hukumnya tetap haram bagi seorang muslim. b. Fatwa Dr. Mustafa Ahmad Zarqa' Dr. Mustafa Ahmad Zarqa' menyatakan bahwa tidak ada dalil yang secara tegas melarang seorang muslim mengucapkan tahniah kepada orang kafir. Beliau mengutip hadits yang menyebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah berdiri menghormati jenazah Yahudi. Penghormatan dengan berdiri ini tidak ada kaitannya dengan pengakuan atas kebenaran agama yang diajut jenazah tersebut. Sehingga menurut beliau, ucapan tahni'ah kepada saudara-saudara pemeluk kristiani yang sedang merayakan hari besar mereka, juga tidak terkait dengan pengakuan atas kebenaran keyakinan mereka, melainkan hanya bagian dari mujamalah (basa-basi) dan muhasanah seorang muslim kepada teman dan koleganya yang kebetulan berbeda agama. Dan beliau juga memfatwakan bahwa karena ucapan tahni'ah ini dibolehkan, maka pekerjaan yang terkait dengan hal itu seperti membuat kartu ucapan selamat natal pun hukumnya ikut dengan hukum ucapan natalnya. Namun beliau menyatakan bahwa ucapan tahni'ah ini harus dibedakan dengan ikut merayakan hari besar secara langsung, seperti dengan menghadiri perayaan-perayaan natal yang digelar di berbagai tempat. Menghadiri perayatan natal dan upacara agama lain hukumnya haram dan termasuk perbuatan mungkar. c. Majelis Fatwa dan Riset Eropa Majelis Fatwa dan Riset Eropa juga berpendapat yang sama dengan fatwa Dr. Ahmad Zarqa' dalam hal kebolehan mengucapkan tahni'ah, karena tidak adanya dalil langsung yang mengharamkannya. d. Fatwa Dr. Abdussattar Fathullah Said Dr. Abdussattar Fathullah Said adalah profesor bidang Tafsir dan Ulumul Quran di Universitas AlAzhar Mesir. Dalam masalah tahni'ah ini beliau agak berhati-hati dan memilahnya menjadi dua, yaitu tahni'ah yang halal dan ada yang haram.
13
Ahmad Sarwat, Lc : www.ustsarwat.com
Perayaan Tahun Baru Islam, Nasional dan Natal dalam Perspektif Syariah
Tahni'ah yang halal adalah tahni'ah kepada orang kafir tanpa kandungan halhal yang bertentangan dengan syariah. Hukumnya halal menurut beliau. Bahkan termasuk ke dalam bab husnul akhlaq yang diperintahkan kepada umat Islam. Sedangkan tahni'ah yang haram adalah tahni'ah kepada orang kafir yang mengandung unsur bertentangan dengan masalah diniyah, hukumnya haram. Misalnya ucapan tahniah itu berbunyi, "Semoga Tuhan memberkati diri anda sekeluarga." Sedangkan ucapan yang halal seperti, "Semoga tuhan memberi petunjuk dan hidayah-Nya kepada Anda." Bahkan beliau membolehkan memberi hadiah kepada non muslim, asalkan hadiah yang halal, bukan khamar, gambar maksiat atau apapun yang diharamkan Allah. 2. Fatwa Yang Mengharamkan Adapun fatwa-fatwa yang mengharamkan juga cukup banyak, mulai Ibnul Qayyim, Syeikh Al-Utsaimin, bahkan para anggota Majelis Ulama Indonesia sendiri secara individu dari banyak anggotanya. a. Fatwa Haram Ibnul Qayyim Pendapat anda yang mengharamkan ucapan selamat natal difatwakan oleh Ibn al-Qayyim Al-Jauziyah. Beliau pernah menyampaikan bila pemberian ucapan “Selamat Natal” atau mengucapkan “Happy Christmas” kepada orang-orang kafir hukumnya haram. Dalam kitabnya 'Ahkam Ahli adz-Dzimmah', beliau berkata, “Adapun mengucapkan selamat berkenaan dengan syi’ar-syi’ar kekufuran yang khusus bagi mereka adalah haram menurut kesepakatan para ulama. Alasannya karena hal itu mengandung persetujuan terhadap syi’ar-syi’ar kekufuran yang mereka lakukan. b. Fatwa Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin Sikap ini juga sama pernah disampaikan oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin sebagaimana dikutip dalam Majma’ Fatawa Fadlilah Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin, (Jilid.III, h.44-46, No.403). Beliau mengatakan bahwa memberi ucapan Selamat Natal atau mengucapkan selamat dalam hari raya mereka (dalam agama) yang lainnya pada orang kafir adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan kesepakatan para ulama. Fatwa Majelis Ulama Indonesia? Majelis Ulama Indonesia adalah salah satu diantara rujukan yang sering disebut-sebut sebagai pelopor haramnya ucapan selamat natal bagi kaum muslimin. Namun sayangnya, setelah diteliti ulang, ternyata kami tidak menemukan fatwa tersebut. Yang ada hanyalah fatwa tentang haramnya natal bersama, bukan haramnya mengucapkan selamat natal. Malah Sekretaris Jenderal MUI, Dr. Dien Syamsudin MA menyatakan bahwa MUI tidak melarang ucapan selamat Natal, tapi melarang orang Islam ikut sakramen (ritual) Natal. "Kalau hanya memberi ucapan selamat tidak dilarang, tapi kalau ikut dalam ibadah memang dilarang, baik orang Islam ikut dalam ritual Natal atau orang
14
Perayaan Tahun Baru Islam, Nasional dan Natal dalam Perspektif Syariah
Ahmad Sarwat, Lc : www.ustsarwat.com
Kristen ikut dalam ibadah orang Islam, " kata Dien yang juga Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah itu. Point Keharaman Inti masalah dari perbedaan pendapat ini adalah ketika menjawab pertanyaan : Apakah ucapan selamat natal itu merupakan bentuk doa dan keridhaan kita atas penyembahan dan tindakan syirik, atau bukan. Disinilah para ulama berbeda pandangan. Sebagian mereka memandang tahni'ah (greetings) itu berbeda 180 derajat dengan doa. Hukum mendoakan orang kafir agar mendapatkan keberkahan dari Allah memang telah disepakati keharamannya. Sebagian lagi menganggap ucapan tahniah itu tetap merupakan refleksi dari keridhaan kita atas kekafiran dan syirik yang mereka lakukan. Lafadz ucapan selamat natal kalau disampaikan dalam bahasa Inggris atau Arab, tidak mengandung doa. Merry Crismast tidak mengandung doa, tapi kalau pakai bahasa Indonesia, ungkapan yang biasa kita gunakan memang mencantumkan lafadz doa yaitu kata 'selamat'. Nah, kata 'selamat' inilah yang kemudian menjadi biang keladi permasalahan. Barangkali pendapat Dr. Abdussattar ada benarnya. Beliau mengatakan haram atau tidaknya harus dilihat dulu dari lafadz ucapannya. Kalau mengandung doa, hukumnya haram. Tetai kalau sekedar basa-basi dan penghormatan, tidak haram. Tinggal kita harus kreatif merangkai kata, yang pada intinya tetap terjaga akidah kita dari hal-hal yang batil, namun mujamalah kita dengan pemeluk agama lain tetap utuh. Sulit memang tetapi tidak ada salahnya dicoba. Kita tidak setuju dengan akidah dan kemusyrikan mereka, tetapi bukan berarti kita harus menghalangi atau melarang mereka beribadah sesuai dengan agama mereka. Muslim dan Nasrani di Indonesia Fatwa bolehnya ucapan tahniah kepada pemeluk nasrani bagi seorang muslim yang hidup di negeri mayoritas nasrani mungkin sangat bermanfaat untuk menunjukkan bahwa agama Islam itu toleran terhadap agama lain. Agama Islam akan semakin dikenal sebagai agama yang terbuka tapi tetap punya prinsip di negara barat sana. Akidahnya kukuh tapi basa-basi dan pergaulannya tidak puritan atau fundamentalis. Selain itu juga bila seorang muslim yang tinggal di negeri seperti itu mengucilkan diri tanpa mau berbasa-basi dengan khalayak ramai, juga akan membuat kehidupan mereka menjadi sangat ekslusif. Pada gilirannya, dakwah Islam juga akan mengalami hambatan. Dengan posisi seperti ini, Islam tumbuh subuh di Eropa dan Amerika serta negara barat lainnya. Namun fatwa seperti itu agak kurang pas kalau diterapkan di negeri kita Indonesia, dimana umat Islam justru mayoritas, tetapi ditindas oleh kalangan minoritas lewat berbagai proyek Kristenisasi yang menipu. Di antaranya lewat nikah antar agama, ajakan natal bersama, mendirikan rumah ibadah di lingkungan
15
Ahmad Sarwat, Lc : www.ustsarwat.com
Perayaan Tahun Baru Islam, Nasional dan Natal dalam Perspektif Syariah
pemukiman muslim, hingga anjuran untuk saling mengucapkan selamat hari raya. Kadang fatwa seperti itu malah dimanfaatkan untuk merusak aqidah dan merontokkan iman umat Islam negeri ini yang terkenal kurang kuat aqidahnya. Proyek Kristenisasi yang sudah berjalan lebih dari 4 abad secara bergantian oleh para penjajah akan mendapat aliran darah segar. Apalagi kalangan aktifis liberalis, tentu akan menari-nari kegirangan kalau mendengar adanya fatwa yang membolehkan selamat natal. Fatwa ini akan mereka gunakan sebagai senjata ampuh dalam mengikis habis semangat keislaman. Sebab lewat fatwa-fatwa seperti ini, perlahan-lahan umat Islam semakin terseret ikut arus Kristenisasi. Kalau pun fatwa bolehnya mengucapkan natal ini mau dipakai, harus didampingi dengan fatwa lain, misalnya haramnya umat Islam menyekolahkan anak di sekolah-sekolah milik yayasan kristen, termasuk perguruan tingginya, walau pun gratis atau beasiswa. Juga harus ada fatwa haramnya umat Islam dirawat di rumah sakit, dipelihara di panti asuhan Kristen, termasuk sumbangan dari yayasan milik mereka. Kalau perlu juga harus ada fatwa haramnya umat Islam membeli buku, majalah, koran, tabloid atau pun bentuk-bentuk penerbitan lain yang dikelola oleh penerbit-penerbit yang secara tegas menyatakan kekristenannya. Tapi tentu akan jadi ironi, lantaran umat Islam masih belum memiliki semua itu dalam jumlah yang memadai dan memenuhi standar kualitas yang mumpuni. Umat Islam masih butuh puluhan bahkan ratusan rumah sakit yang islami, dalam arti memang didedikasikan buat kemanusiaan, bukan sekedar bisnis cari uang. Umat Islam masih rajin menyekolahkan anak di sekolah dan kampus milik agama lain dengan beragam alasan. Ada yang berasalan masalah kualitas, ada yang karena murah atau gratis. Bahkan ada yang sekedar mengejar gengsi. Walau pun mereka tahu bahwa hal itu beresiko tergadainya iman dan aqidah. Anehnya, justru yang sekolah disana mayoritas malah umat Islam, bukan umat Kristiani. Wallahu a'lam bishshawab.
16