EDISI 64 • TAHUN VI 31 AGUSTUS 2012
FOKUS UTAMA Selamat Idul Fitri 1433 H Mohon Maaf Lahir dan Bathin 1 TEMU AKBAR ENGINEERING BUMN BUMN Dapat Jadi Sokoguru Engineering Negeri Ini 2 Merangkai Sinergi di Bidang EPC 2 RESENSI BUKU BUKU 25 TAHUN PT KBN (PERSERO) Bertumbuh di Tengah Ketimpangan Regulasi 3 BUKU “JANGAN PIDANAKAN PERDATA” Memperkarakan Kebijakan di BUMN 3 SOSOK TOKOH IMAM BUSTOMI My Service s Your Solution 4 SUDUT PANDANG Kearifan Lokal 6 Surat Terbuka tentang Sebuah Dream Team 6 REKAM PERISTIWA NOTA KESEPAHAMAN PT DI DAN TNI AU Momentum Kebangkitan PT DI 7 KEGIATAN SOSIAL Berbagi Kebahagiaan Ramadhan 7 SOSIALISASI PORSENI BUMN 2012 Tingkatkan Kualitas Kompetisi Antar BUMN 8
SUARA PEMEGANG SAHAM fokus
Selamat Idul Fitri 1433 H Mohon Maaf Lahir dan Bathin Itulah yang diucapkan Dahlan Iskan, Menteri Negara BUMN, dalam acara Halal bi Halal Keluarga Besar Kementerian BUMN yang berlangsung Senin, 27 Agustus 2012 di Lobby Gedung KemenBUMN. Acara yang dimulai tepat pukul 8.30 WIB itu dihadiri pejabat, pegawai KemenBUMN serta para direksi BUMN yang berdomisili di sekitar DKI Jakarta. Hadir juga Mustafa Abubakar, Menteri Negara BUMN periode 2009–2011. GANTIAN MENYALAMI Dahlan Iskan dalam sambutan singkatnya menyatakan bahwa sebenarnya, ia telah diberitahu untuk berdiri di satu tempat dan menerima salaman dari semua hadirin. “Saya bilang, jangan begitu, sekarang gantian saya yang menyalami semua teman-teman di Kementerian BUMN dan BUMN,” katanya. Dahlan pun kemudian mendatangi semua hadirin yang sudah berdiri berjajar. PRESIDEN INGIN BERTEMU BUMN Dalam kesempatan itu, Dahlan juga menyampaikan pesan Presiden RI di Sidang Kabinet terbatas beberapa hari lalu. Presiden rupanya ingin bertemu dengan seluruh BUMN, guna membahas pencapaian target pembangunan dalam dua tahun mendatang. “Untuk mencapai target pembangunan, kalau hanya mengandalkan mekanisme APBN, itu akan susah (tercapai),” kata Dahlan. Itulah sebabnya, BUMN akan jadi salah satu andalan mempercepat pencapaian target yang sudah dicanangkan. “Semua komitmen Presiden harus selesai di tahun 2014,” tegas Menteri yang hari itu tetap menggunakan baju putih dan sepatu kets kesayangannya. Dahlan mengharapkan pertemuan dengan Presiden RI tersebut akan dilaksanakan di bulan depan, September 2012. [Tbk]
foto: seno
UPACARA BENDERA 17 AGUSTUS 2012 Bekerja Keras Untuk Kemajuan Bersama 8
Kontak Kementerian BUMN Telp. Sentral: 021-29935678 SMS Center: 08111 188 188
utama
fokus
utama
2
BULETIN BUMN • EDISI 64 • TAHUN VI • 31 AGUSTUS 2012
TEMU AKBAR ENGINEERING BUMN
BUMN Dapat Jadi Sokoguru Engineering Negeri Ini “Teman-teman wartawan, off the record ya. Atau silakan diberitakan dengan mempertimbangkan sensitivitasnya,” ujar Menteri Negara BUMN, Dahlan Iskan ketika membuka pertemuan “Temu Akbar Engineering BUMN”, Rabu (8/8) lalu di Kantor Pusat PT Pertamina. Berlatar arahan tersebut, Tim Buletin meramu laporan kegiatan dimaksud.
seno
Temu akbar ini dimaksudkan untuk mendukung pertumbuhan industri nasional yang sejalan dengan RPJMN Prioritas Nasional melalui penguatan di bidang EPC. Dalam persiapan temu akbar, Wahyu Hidayat (Sekretaris Kementerian BUMN) dan Irnanda Laksanawan (Staf Ahli Menteri Bidang SDM dan Teknologi) menegaskan, BUMN harus menganalisa gap antara peluang bisnis dan kemampuan yang dimiliki perusahaan saat ini. Dengan begitu, BUMN dipacu memunculkan ide-ide kreatifnya dengan memetakan sistem integrasi yang efisien antar BUMN.
PERTAMA KALI yang diminta Dahlan dalam Temu Akbar Engineering BUMN tersebut adalah daftar proyek dari masing-masing BUMN. Tujuannya hanya satu: mensinergikan kemampuan engineering BUMN dalam sebuah payung bernama ‘Proyek Merah Putih’. “Kalaupun bekerjasama dengan swasta, tak masalah, yang penting asli Indonesia,” ujar Dahlan. Dari proyek tersebut, akan ditunjuk Ketua Proyek yang bertanggung jawab dalam penyelesaian dan kerjasama dengan BUMN lainnya. Luar biasa, dari 38 BUMN yang hadir, dengan cepat terdata lebih dari 100 proyek potensial yang dapat digarap dengan kerjasama Engineering, Procurement & Construction (EPC) antar BUMN.
“Terdapat beberapa kendala yang mempengaruhi pelaksanaan EPC, antara lain masalah sumber dana, peraturan dan kebijakan pemerintah, serta kemampuan perusahaan bersangkutan,” kata Irnanda dalam sambutannya. Ia menuturkan, kemampuan EPC yang telah terbukti, contohnya ada di PT Boma Bisma Indra (BBI) yang mampu membuat condenser yang telah diekspor ke Eropa, bahkan mampu membangun pabrik kelapa sawit dan pabrik gula meski BBI sendiri punya masalah keuangan. “Sayangnya BUMN baru pada tahap survival (bertahan hidup), belum pengembangan,” tambahnya. Hal serupa inilah yang mendasari pertemuan akbar tersebut. Tidak patah arang, Dahlan optimis BUMN dapat jadi sokoguru engineering industri apapun di negeri ini, seperti tercantum dalam “Roadmap Transformasi BUMN Menuju Daya Saing Global” untuk mewujudkan kemandirian bangsa. Karenanya, Kementerian BUMN menitikberatkan proyek EPC itu dalam empat sektor bisnis, yakni Natural Resources, Food Industry, Energy & Industrial Plant, serta Railway Transportation, Infrastructure & ICT. Dari paparan para direksi mengenai proyek yang dimiliki, telah ditunjuk empat proyek utama untuk dijalankan, yakni PLTU Merah Putih milik PLN yang diketuai PT Wijaya Karya Tbk, proyek pembangunan kilang minyak Pertamina dengan ketua PT Rekayasa Industri, pembangunan pabrik oleo chemical antara PTPN III, PTPN IV, PTPN XI, PTPN XII dan Pelindo I, serta pembangunan pabrik gula terpadu PTPN di Banyuwangi oleh PTPN III. Jayalah (engineering) BUMN! [Tbk]
Merangkai Sinergi di Bidang EPC
seno
Dalam pertemuan Temu Akbar Engineering tersebut, terlihat perhatian Menteri Negara BUMN terhadap kepentingan energi dan pangan nasional. Berikut delapan proyek yang dimunculkan dalam Temu Akbar Engineering BUMN.
PROYEK PERTAMA, Pembangunan 30 unit PLTU Merah Putih. Dalam proyek ini, PLN bekerjasama dengan NTP Bandung, bersinergi dengan beberapa BUMN dengan ketua proyek PT Wijaya Karya. Tanggal 2 September 2012 mendatang, kontrak jangka panjang kerjasama pembangunan 30 unit PLTU ini dijadwalkan siap ditandatangani. Proyek Kedua, Pembangunan Kilang Minyak Pertamina. Pengalaman membangun kilang minyak membuat Pertamina lebih hati-hati dalam mencari mitranya. PT Rekayasa Industri yang terbukti mampu menangani proyek peningkatan kapasitas kilang minyak di proyek Langit Biru dan memiliki kemampuan membangun floating storage dan regasification unit di Muara Karang mendapat kepercayaan Menteri Negara BUMN untuk menjalankan proyek ini.
Ketiga, Pembangunan Pabrik Oleo Chemical. Rencana PTPN III, PTPN IV, PTPN XI, dan PTPN XII membangun pabrik oleo chemical (produk turunan kelapa sawit-red) dengan Pelindo I mendapat sambutan positif. Proyek ini akan dimulai tahun 2012 dengan produksi 2.000 tCPO/hari. Proyek ini diketuai PTPN IV. Keempat, Pembangunan Pabrik Gula Terpadu PTPN. Secara sinergitas, PTPN III, PTPN XI dan PTPN XII bermaksud meningkatkan kapasitas pabrik gula yang dimiliki dari kapasitas 5.000 TC/hari menjadi 8.000 TC/hari. Kebutuhan dana untuk peningkatan kapasitas ini 60% diperoleh dari bank BUMN dan 40% dari ketiga PTPN dengan 66% komponennya produk lokal. Kelima, Proyek dari PT Angkasa Pura II (Persero). PT AP II mengharapkan kerjasama BUMN dalam mendukung operasional bandara di Tanjung Pinang, Jambi dan Aceh. Di samping itu, Angkasa Pura II saat ini sedang melakukan redesain bandara Soekarno Hatta. Keenam, Proyek dari PT Antam (Persero) Tbk. PT Antam menawarkan proyek pengolahan dan pemurnian emas dan perak, chemical grade alumina, smelter grade alumina di Kalimantan Barat. Sedangkan ferronickel akan dikerjakan secara swakelola dengan BUMN Karya. Ketujuh, Proyek Monorail PT Adhi Karya (Persero) Tbk. Adhi Karya memantapkan kiprahnya untuk membantu mengurai kemacetan Ibukota. Adhi siap membangun proyek monorail sepanjang 35 km bekerjasama dengan INKA, Len Industri dan KAI, bila mendapat izin Gubernur DKI Jakarta. Proyek ini mendapat dukungan positif Menteri karena dipastikan tidak memakai sumber dana pemerintah. Kedelapan, Proyek Penguatan Energi. Kebutuhan energi mendapat sorotan penting Menteri Negara BUMN. Dengan digalakkannya penggunaan CNG/LNG dan solar cell oleh BUMN serta pembangunan 2 kilang baru, kebutuhan impor BBM yang saat ini masih 30% diharapkan dapat terpenuhi. Dahlan juga berharap BUMN seperti Pindad yang sudah dapat memproduksi mobil listrik, nantinya juga memproduksi baterai lithium mobil listrik untuk menghindari impor. Dengan sinergi EPC, tanpa impor, kita bisa! [Tbk]
BULETIN BUMN • EDISI 64 • TAHUN VI • 31 AGUSTUS 2012
3
resensi
buku
BUKU 25 TAHUN PT KBN (PERSERO)
Bertumbuh di Tengah Ketimpangan Regulasi
seno
Oleh: Karyono Supomo Buku bertajuk “Ujung Tombak Investasi di Tengah Ketimpangan Regulasi” merupakan buku yang diterbitkan PT Kawasan Berikat Nusantara (Persero) atau PT KBN untuk memberi gambaran rinci tentang berbagai perubahan kebijakan perdagangan global dan kaitannya dengan kondisi real Kawasan Berikat.
BUKU INI mengupas asal-muasal lahirnya konsep pembentukan kawasan yang bertujuan memicu pertumbuhan ekonomi nasional, menarik minat investasi, meningkatkan ekspor (khususnya ekspor non migas), dan membuka lapangan kerja sebanyak-banyaknya. Itu dimulai dengan munculnya gagasan ekonomi dan perdagangan dunia yang terbuka, yang kemudian menjadi arus utama kebijakan negara-negara industri.
dan melindungi kepentingan publik. Di sisi lain, pengelolaannya terus diarahkan pada peningkatan daya saing, agar dapat mengikuti perkembangan pasar yang semakin kompetitif.
Kawasan Berikat sendiri merupakan bagian dari sebuah kebijakan percepatan dalam mendorong perkembangan industri yang ditempuh melalui pemberian perlakuan khusus dalam kepabeanan dan perizinan di berbagai perusahaan yang berada pada kawasan khusus.
Sebenarnya, Kawasan Berikat menjawab tantangan atas pemanfaatan strategi pembangunan kawasan guna rneningkatkan daya saing di pasaran regional/global yang lebih terbuka, sehingga promosi ekspor melalui Kawasan Berikat atau Export Processing Zone (EPZ) menjadi pilihan utama untuk menyerap produk industri dalam perdagangan intemasional, pergudangan, area industri, serta pengembangan industri tersier.
Dalam menghadapi tantangan masa depan dan mempertahankan momentum pertumbuhan laba perusahaan, PT KBN telah melakukan perubahanperubahan khususnya terkait portofolio, misalnya pembentukan beberapa SBU (Strategic Business Unit) yang akan menjadi anak perusahaan. Itu juga didorong komitmen sinergi BUMN dalam bidang logistik, bangunan gudang, bidang pelabuhan, pembangunan rumah sakit, dan pengembangan pendanaan dari pihak ketiga. Selain itu, terdapat pula program kepedulian sosial melalui PKBL. Dengan hadirnya buku ini, selain jadi masukan konstruktif bagi Pemerintah, diharapkan dapat menjadi tonggak penting bagi perkembangan Kawasan Berikat di masa depan.
PT KBN jadi salah satu pionir kawasan Industri yang berfungsi sebagai kawasan proses ekspor (Export Processing Zone/EPZ) dan non berikat, sebagai perusahaan yang memiliki kewajiban menciptakan kesejahteraan nasional
Penulis, Direktur Administrasi dan Keuangan PT KBN, Sebelumnya, pernah menjadi Kabiro Perencanaan dan SDM KemenBUMN.
Kenyataannya, pembangunan kawasan-kawasan khusus di Indonesia berjalan lambat. Itu karena kebijakan yang tidak tegas dan berubah-ubah di masa pergantian pemerintahan. Akibatnya, efek gandanya tidak sehebat sebagaimana di Korea Selatan, Taiwan, Singapura, Malaysia, Tiongkok dan Meksiko. Ketidakpastian Pemerintah itu tampak sejak upaya membangun Bonded Zone di wilayah Pelabuhan Nusantara/Tanjung Priok pada awal 1970-an sampai saat pembangunan Otorita Batam pada medio 1970-an, hingga pembangunan sejumlah Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dewasa ini.
BUKU “JANGAN PIDANAKAN PERDATA”
Memperkarakan Kebijakan di BUMN Inilah sebuah buku tentang ‘kasus korupsi’ yang menjerat penulis buku ini sendiri. Tentu saja ini sebuah pekerjaan sulit bagi Hotasi Nababan, mantan Direktur Utama PT Merpati Nusantara Airline. Tapi sebagai sebuah pembelajaran, apalagi lebih jauh, Hotasi menganggap ini sebagai sebuah perjuangan, ia pun menuliskan dan menguraikan fakta-fakta menjadi bacaan yang mudah dipahami.
Di tangan penegak hukum yang lancung (curangred), pedang pemberantasan korupsi justru dapat menebas korban-korban yang sebenarnya tidak berdosa. Itulah pernyataan Hotasi Nababan atas “kasus korupsi” yang melibatkan dirinya. Kasus ini sedang disidangkan di Pengadilan Tipikor, Jakarta. Sebenarnya, perkara ini sederhana: bermula dari sebuah pelanggaran perjanjian bisnis antara PT Merpati Nusantara Airlines (sebagai BUMN) dengan sebuah perusahaan Amerika (Thirdstone Aircraft Leasing Group/TALG) dalam sewamenyewa pesawat di tahun 2006. Terhadap hal ini, Merpati telah memenangkan gugatan di pengadilan Washington DC. Pihak TALG harus mengembalikan uang deposit milik Merpati sebesar US$ 1 juta beserta bunganya. Namun pemilik TALG berusaha menghindari pengembalian uang deposit dan berusaha mengulur waktu agar masa kadaluarsa perkara berakhir.
Sesungguhnya, Merpati masih berpeluang mengejar uang itu. Dalam bisnis, ini bisa disebut sebagai risiko bisnis. Namun bagi pihak kejaksaan, risiko bisnis itu dipandang sebagai risiko kekayaan negara. Menurut Kejaksaan, BUMN merupakan sebuah “badan usaha” yang tidak boleh mengambil risiko “milik negara”. Menurut Hotasi, kasus ini menimbulkan tiga preseden buruk bagi BUMN. Pertama, kebijakan perusahaan dapat dipidanakan, akibatnya direksi BUMN makin lambat untuk memutuskan, atau cenderung play safe. Kedua, setiap keputusan bisa mengandung cacat, akibatnya dibutuhkan proses legal yang panjang untuk mensterilkan keputusan, dan akibatnya BUMN makin sulit bergerak. Ketiga, segelintir karyawan dapat menyusun fitnah yang sistematis dan menggalang dukungan dari luar sehingga dapat terjadi pergantian direksi. Selain menjelaskan duduk perkara kasus ini, buku ini juga menampilkan testimoni para ahli hukum yang umumnya menyatakan ini adalah perkara perdata, bukan pidana. Karenanya tak pantas membawa perkara ini ke ranah pidana korupsi. Buku ini juga menyajikan rekam jejak Hotasi sebagai profesional, lalu dibahas peluang penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power) penegak hukum, termasuk pihak kejaksaan. Juga ditampilkan rangkuman berita terkait kasus ini di media massa. Sofyan Djalil, mantan Menteri Negara BUMN, dalam satu diskusi tentang kasus tersebut, menyatakan bahwa perkara ini terlalu dipaksakan. “Kalau Hotasi dihukum, implikasinya luar biasa bagi BUMN,” ujar Sofyan, dalam sebuah acara diskusi tentang kasus ini. Menurut Sofyan, UU Keuangan Negara memiliki kerancuan karena mengatur aset BUMN adalah aset negara, namun kewajiban BUMN tidak menjadi kewajiban Negara. Menurutnya, kasus ini adalah buah dari kebijakan dan kebijakan tidak bisa diadili. Namun, bagaimana pun, kita tunggu ujung kasus ini. [Tbk]
sosok
4
tokoh IMAM BUSTOMI
BULETIN BUMN • EDISI 64 • TAHUN VI • 31 AGUSTUS 2012
My Service is Your Solution
Tidak ada yang sempurna di dunia ini. “Kesempurnaan itu akan segera hilang seiring perjalanan waktu,” ujar Imam Bustomi seperti berfilsafat. Redaksi Buletin berbincang santai dengan Kabid Sistem Informasi ini di ruang kerjanya, lantai 10 gedung KemenBUMN. katanya. Selain itu, nilai-nilai kejujuran selalu ditekankan orangtuanya kepada anak-anaknya.
seno
Bustomi kecil pernah bercita-cita jadi seorang animator. “Dulu itu, film-film animasi sudah ada, tapi jelek dan kaku,” katanya.
TANGGAL LAHIR YANG KELIRU DI DAFTAR Riwayat Hidupnya tertulis tanggal lahirnya: 3 Mei 1970. Siapa nyana, ternyata ada cerita di balik tanggal lahirnya itu. Imam Bustomi yang di KemenBUMN biasa dipanggil Pak Bus, ternyata lahir tanggal 5 Maret 1970. Entah kenapa, di buku raport SD-nya tertulis keliru: ia lahir 3 Mei 1970. “Jadi antara tanggal dan bulan kebalik,” katanya. Kekeliruan ini sebelumnya tidak ia sadari. Ketika lulus dari SDN Dengok II, Padangan, barulah kekeliruan itu disadari. Cuma, untuk mengoreksinya, terbayang kerumitan untuk mengurusnya. Jadilah tanggal lahir yang resmi (walau keliru) itu menghiasi dokumen formalnya hingga saat ini. “Orang tua saya bilang, ya udah, terima aja,” ceritanya. Masa kecil yang menyenangkan dilaluinya di desa Padangan, kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Ayahnya, Ahmad Djaid, adalah petani dan pedagang. Ibunya, Siti Unsiyatun, seorang pedagang kain di pasar. Ayahnya juga ketua RT dan pengurus masjid di lingkungannya. Di rumahnya, yang ia kenang, sering sekali berkumpul masyarakat sekitar. “Dulu itu, pas baru-baru ada TV, tetangga-tetangga suka nonton di rumah kami,” cerita Bustomi. “Kalau ada acara ketoprak dan tinju, pasti rumah ramai,” ceritanya.
SUKA LOGIKA DAN KULIAH DI UNS Orang tuanya ternyata tak terlalu menuntut dirinya menjadi juara. Karenanya, Bustomi remaja tidak terlalu bekerja keras dalam belajar. “Saya tidak ngoyo di sekolah,” katanya. Kala duduk di SMA itu, Bustomi masuk jurusan fisika. “Pelajaran kesukaan saya matematika, fisika, kimia,” katanya. Pelajaran yang membutuhkan logika rasional memang digandrunginya. “Pelajaran menghafal saya nggak begitu suka,” katanya lagi. Ketika di sekolah itu, ia memang pernah jadi ketua kelas. “Namun saya memang tidak pernah ikut organisasi,” katanya. Dulu memang ia tak pernah termotivasi untuk menjadi top leader. Itu disadarinya sebagai sebuah kesalahan. “Mungkin karena saya menikmati apa yang ada dan tidak diberitahu harus menetapkan target hidup,” katanya. Lulus SMA tahun 1989, sebenarnya ia tertarik meneruskan ke ilmu komputer di Jakarta. “Di samping saya punya banyak keluarga dari pihak ibu dan ayah di Jakarta,” katanya. “Saya yakin, dengan ilmu komputer ini akan mudah mencari pekerjaan,” katanya. Bustomi sempat ikut ujian di STAN, tapi tidak lulus. Sebenarnya di Cepu, ada sekolah AKAMIGAS, yang juga kuliah ikatan dinas dan menurut cerita, gajinya bagus. “Tapi saya sama sekali tidak tertarik, mungkin karena tempatnya masih di Cepu,” katanya. Bustomi pun mencoba mendaftar di universitas negeri. Ia memilih kuliah di Solo. “Saya akhirnya kuliah di matematika statistik,” katanya. Motivasinya, ya itu, coba-coba ikut UMPTN sambil menunggu pendaftaran sekolah komputer di Jakarta.
Bustomi kecil diajar dalam tradisi Islami yang kental. “Waktu kecil, subuh-subuh, saya harus belajar ngaji di pesantren,” katanya. Baru kemudian ia pulang ke rumah dan bersiap-siap ke sekolah. Siangnya, selepas sekolah juga belajar agama di madrasah.
Prestasi sekolahnya tergolong biasa. “Saya nggak juara, tapi biasanya masuk sepuluh besar,” tambahnya. Karena selalu masuk rangking 10 besar, maka ia pun tak pernah kesulitan masuk ke sekolah favorit. Untuk masuk ke SMP dan SMA favorit, Bustomi biasa mengurus sendiri segala sesuatunya. “Saya memang selalu diajar orangtua untuk mandiri,”
seno
Bustomi adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Ia menjalani SLTP di SMPN 1 Cepu, lalu melanjutkan ke SMAN 1 Cepu. “Di daerah saya, SMAN 1 Cepu itu adalah sekolah terbaik,” katanya. Waktu sekolah di SMPN 1 Cepu, yang jaraknya cukup jauh dari rumah, Bustomi biasa menggunakan sepeda onthel, yang ia sebut dengan sepeda pit. “Setengah jam sampai,” katanya.
Itu bermula dari tetangganya yang kuliah di UNS tersebut. Dengan bekal uang secukupnya, ia berangkat sendiri ke Solo. Orangtuanya memberi kepercayaan penuh kepadanya, karena dirasa punya bekal pendidikan agama yang cukup. “Saya cuma dikasih tahu, kalau di Solo hati-hati, karena banyak yang jual makanan haram,” katanya. Ia pun mencari kampus UNS. Bustomi bercerita, waktu itu ia baru kenal dengan seseorang, dan langsung numpang di kostnya. Pas ujian, Bustomi malah nggak belajar. “Saya nongkrong sama teman baru saya itu,” katanya. Ia memang tidak serius menghadapi ujian UMPTN itu. “Jadi nggak ada beban,” katanya. Setelah ujian, Bustomi langsung ke Jakarta, tidak menunggu hasil ujiannya. Rupanya Bustomi masih mencari informasi sekolah komputer. “Justru yang ribut itu malah guru saya,” ujarnya. Zaman itu, kalau diterima di Universitas Negeri, sepertinya luar biasa. Kakaknya menyusul ke Jakarta untuk memberitahu, ia lulus di UNS. Kakaknya memaksanya mendaftar. Rupanya, guru fisikanya, mendatangi kakaknya itu. Akhirnya ia pulang dan mendaftar ke UNS. “Itu sudah hari terakhir pendaftaran,” ceritanya. Bahkan loketnya sudah setengah tutup. Kuliah di UNS, mula-mula tidak dijalaninya dengan serius. Sampai semester 5, ia malah jarang hadir kuliah. “Jadinya saya nggak banyak kenal teman sekelas,” katanya. Bustomi justru ikut kuliah temannya di Fakultas Ekonomi dan Hukum. Ia pun pernah ketiduran saat ujian. Dulu ia yakin, dosen tidak akan hafal mahasiswa di tahun-tahun awal. Karena malas ikut ujian, ia pernah mennyuruh teman menggantikannya ujian. “Tapi saya rugi, nilainya malah jelek dan nggak lulus,” katanya. Di semester 6, ia ditegur Pembimbing Akademis, karena nilainilainya buruk. “Saya tidak pernah lulus semua SKS tiap semester,” katanya. Saat itulah saya mohon untuk diberi 21 SKS. “Saya bertekad mengejar ketinggalan saya,” katanya. Semester berikutnya ia lulus semua
BULETIN BUMN • EDISI 64 • TAHUN VI • 31 AGUSTUS 2012
5
mata kuliah dan mendapat bonus 24 SKS. Bustomi akhirnya lulus UNS tahun 1995.
DITERIMA DI DEPKEU Saat itulah, ia diberitahu ada lowongan di Departemen Keuangan (Depkeu). Bustomi tertarik dan mendaftar di Depkeu. Tapi ternyata ada sedikit hambatan. Jurusannya tertulis matematika, padahal yang dibutuhkan lulusan statistik. “Saya bilang, tolong dilihat dulu, saya mempelajari ilmu statistik,” katanya. Upayanya itu berhasil, pendaftarannya diterima. Ia pun ke UNS untuk minta surat keterangan tambahan bahwa ia sarjana di bidang studi statistik. Bustomi memang tidak kenal menyerah. Alhamdulillah, tahun 1996, ia diterima jadi pegawai Depkeu. Meski sebelumnya gagal di STAN, namun langsung jadi pegawai golongan IIIa. Kesibukannya mengajar di bimbel terpaksa dihentikannya tahun 1997 karena keterbatasan waktu. Sebenarnya, Bustomi pernah sholat di masjid Al Amin, Depkeu. Ia seperti mendapat semacam firasat, akan bekerja di daerah sekitar itu. Ternyata benar, pertama kali bekerja, ia menempati gedung C lantai 2. “Ternyata gedung C itu jelek sekali, melenceng sedikit dari firasat di gedung A” ujarnya mengenang sambil tertawa. Penempatan pertamanya adalah di Direktorat Informasi, Pengembangan dan Peraturan (IPP) BUMN. Begitu melihat personal computer, Bustomi minta izin ke Bos untuk pulang lambat. “Saya ingin belajar komputer,” katanya. Dulu itu masih pakai program WS (WordStar). “Saya ingat, ketika ada Microsoft Office, beberapa komputer saya hilangkan WS-nya, saya ganti Office,” katanya. Lalu ia bilang komputernya kena virus. Ketika ada printer berwarna, atasannya Pak Tumanggor sering diminta membuat bahan Pak Ruru. “Saya operatornya,” katanya. Ia pun mencetak bahan presentasi itu dengan printer berwarna. “Sejak itu Pak Ruru tidak mau kalau tidak berwarna,” katanya. Dari tahun 1998 hingga 2001, Bustomi dipindah ke kedeputian teknis. Ia pernah jadi staf di Direktorat Usaha Agro Industri, menjadi Kasi Pertanian, lalu Kasi Industri Strategis I. Tahun 2001–2002 ia jadi Kasi Pengolahan Data. Tahun 2002 itu, sudah mulai muncul internet. Bustomi pun mengusahakan hadirnya jaringan internet untuk Kementerian BUMN secara dedicated. “Saya juga bikinkan blueprint. Saya usulkan, dengan bantuan IDB, kita harus punya jaringan berikut firewall,” ujarnya. Karena dulu masih satu bagian antara data dan informasi, sehingga bebannya berat, Bustomi pun mengusulkan bagian itu dipecah. Tahun 2002, Bustomi dipercaya jadi Kasubbid Pengumpulan dan Pengelolaan Data, hingga 2006. Sejak 2002 itu juga, ia juga dipercaya jadi Plt Kabid Data dan Informasi. Meski Plt, ia pertama dari angkatannya yang jadi eselon III.
seno
Kemudian Bustomi sibuk mengajar di Lembaga Bimbingan Belajar. Ia mengajar fisika dan matematika hampir penuh seminggu. “Waktu ngajar itu, saya terbuka, kalau tidak bisa ya saya bilang, besok saya cari jawabannya,” katanya. Hidupnya waktu itu tanpa target yang jelas, namun ia suka berbagi ilmu. Karenanya Bustomi sempat mengajar anakanak kurang mampu di lingkungan kostnya. Ia mengajar matematika, bahasa, mengarang, dan agama. Sorenya ia mengajar Iqra’ (cara cepat belajar membaca Al Quran).
Tahun 2006–2010 ia jadi Kabid Aneka Industri I, menangani farmasi, garam, sandang. Tahun 2010, kembali ia ditarik jadi Kabid Sistem dan Informasi. Saat ini, kuliah S2-nya di PPM masih dalam proses penyelesaian. “Tinggal thesis,” kata ayah dari dua anak, Karina Yasmine Choirunnisa (12 tahun), dan Nabiel Kurnia Syahputra (10 tahun) ini. MENCITAKAN TI YANG ANDAL Suami Titi Rahardjanti, dosen bahasa Mandarin di Universitas Nasional ini, tahun 2010 diangkat sebagai Ketua Forum Teknologi dan Informasi (FORTI) sebagai wadah sharing knowledge tentang TI di antara seluruh manajer TI BUMN. “Di BUMN ada yang TI-nya sangat bagus, ada juga yang sangat buruk,” katanya menggambarkan kondisi TI BUMN. Di FORTI, wajib hukumnya, BUMN yang punya TI bagus membantu BUMN yang masih kurang. Bustomi mencita-citakan KemenBUMN dan BUMN punya sistem informasi terintegrasi yang dapat diandalkan dalam pengambilan keputusan. Ia berharap, ke depan KemenBUMN punya Masterplan TI yang sejalan dengan Renstra dan Masterplan BUMN. “Tujuan besarnya, KemenBUMN disupport oleh sistem informasi,” katanya. Ia menekankan, Sistem Informasi harus diturunkan dari business context dan business process yang ada. “Sekarang ini, TI dipandang hanya punya bidang TI saja, harusnya milik organisasi,” keluhnya. “Data owner harusnya di masing-masing unit (user), bukan di TI,” katanya. “Kita bangun portal PKBL, Privatisasi, SDM, FIS dll, tapi sepertinya aplikasi itu tidak begitu dimanfaatkan. Saya jadi heran, dulunya bagaimana ya,” keluhnya. Karenanya, bersama teman-teman TI dan melibatkan semua unsur KemenBUMN, sedang disusun Masterplan TI KemenBUMN. “60% isinya IT menyesuaikan dengan business context di KemenBUMN,” katanya. Ia mencitakan Masterplan KemenBUMN yang terukur. “Ibarat memanah, kita harus punya target jelas, bukannya setelah dipanah baru dilingkari anak panahnya. Ya kalau begitu, pasti tepat terus,” tambahnya. “TI harus sesuai kebutuhan dan inline dengan Masterplan KemenBUMN, itu bagian dari governance,” katanya. Ia menilai, kalau TI-nya governance, sudah pasti GCG. “Tapi kalau sudah GCG, belum tentu TI-nya governance,” ujarnya. Ia menunjuk masalah pengisian direksi BUMN, dimana sudah ada alert direksi yang sudah habis masa jabatan namun belum diangkat yang baru.
Kalau TI governance, siapa yang bertanggungjawab jadi jelas. “Secara by system itu bisa dilakukan,” ujar penggemar kuliner Nusantara ini. QUICKWIN DAN KOMITMEN PIMPINAN Untuk program TI dalam Reformasi Birokrasi KemenBUMN, Bustomi telah memasukkan hal-hal utama yang masuk quickwin. Program itu bertujuan agar semua orang menggunakan email. “Ini harus didukung dengan kebijakan atau aturan, tidak ada lagi surat edaran hard copy,” katanya. Ketika Menteri melakukan press conference, info dan datanya ditayangkan di portal publik. Dengan demikian, tidak ada lagi penggunaan kertas. Saat ini kalau ada pengumuman dan peraturan baru, masih difotokopi sebanyak jumlah pegawai. “Itu pemborosan sekali,” katanya. Untuk itu, Bidang Sistem Informasi sudah membangun email group untuk setiap kedeputian, grup setiap asdep, untuk biro juga ada email group. “Sekali dikirimkan, semua akan mendapatkan informasi itu,” kata Bustomi. Bagaimanapun, program paperless itu bisa digunakan, kalau setiap orang mendukungnya. Saat ini Bustomi sedang mendorong proses cuti pegawai dilakukan melalui office automation. “Kalau didukung, maka aplikasi ini dapat bermanfaat,” katanya. Bahkan TI KemenBUMN 4 Juli 2012 lalu berhasil sebagai penerima penghargaan Solusi Berbasis Pelayanan IOSA2012 (Indonesia Open Source Award) dari Menteri Kominfo. Agar efektif, penerapan TI di KemenBUMN dan BUMN memerlukan komitmen kuat dari pimpinan. “Memang harus dipaksa, harus push dari atas,” ujarnya. TI di BUMN juga akan jalan kalau KemenBUMN menerapkan dalam pelaksanaan tugasnya. “Misalnya, tidak akan rapat RUPS audited kalau datanya tidak disampaikan secara online, tentu TI di BUMN akan jalan,” katanya. Saat ini, ia membangun milis-milis yang ditujukan untuk sharing knowledge. “Saya bikinkan milis antar komisaris, corsec, direksi, TI, dan admin yang mengisi portal,” katanya. “Supaya komunitas itu mudah berkomunikasi,” tambahnya. Ia bilang, kalau ada yang kesulitan, datang saja ke bagian Sistem Informasi. “Kita siap membantu, mentraining setiap saat dan sharing alternatif solusi,” katanya. Tak salah, kalau Bustomi punya tagline: “My service is your solution”. [Rudi Rusli/Erwin Fadjrin]
sudut
pandang
6
BULETIN BUMN • EDISI 64 • TAHUN VI • 31 AGUSTUS 2012
Kearifan Lokal
seno
Oleh: Ferry Andrianto
KEUNGGULAN ITU antara lain sikap gotong-royong, toleransi, tenggang-rasa, keramah-tamahan, dan musyawarah. Nilai-nilai itu telah terpatri dalam nafas kehidupan bangsa selama berabad-abad lamanya dan telah jadi perekat kebangsaan kita, yang terus diuji dengan terpaan badai perpecahan dari waktu ke waktu. Secara khusus, nilai-nilai luhur yang merupakan kearifan lokal tersebut telah menjadi kontrol sosial yang efektif dalam membentuk kehidupan yang harmoni. Contoh kearifan lokal itu antara lain budaya silaturahmi mudik lebaran. Ya, silaturahmi mudik lebaran merupakan sebuah ritual fisik dan spiritual kolosal dan telah menjadi magnet bagi siapapun yang merayakan lebaran. Dalam silaturahmi mudik lebaran itu terkandung sarat makna, antara lain: Sungkem (minta maaf) pada orang tua, merupakan sebuah fase menuju kesempurnaan hidup dan ibadah bagi seorang anak, sehingga tetap “dibela-belain” mudik meski berbagai rintangan menghadang. Bisa dianggap “kualat” bila seorang anak tidak menjenguk orang
Indonesia, sebagai sebuah negara bangsa yang besar dengan ribuan suku, budaya, bahasa, dan letak geografis dengan tingkat kesulitan tinggi, memiliki berbagai keunggulan nilainilai luhur budaya bangsa yang tidak dimiliki oleh bangsa lain. tua pada saat lebaran. Meski ada HP atau komunikasi yang canggih sekalipun, bisa jadi tidak bisa menggantikan arti sebuah kehadiran sang Anak bagi Sang Bunda. Atau bisa jadi kita terlalu sayang untuk melewatkan momentum paling sakral demi untuk mendapat doa, restu dan berkah dari orang yang paling “kramat” di dunia yaitu Sang Bunda. Ya, suatu suasana yang sulit digambarkan dengan kata-kata, apalagi dengan tulisan. Kedua, komitmen pengakuan sebagai saudara. Ketika salah seorang belum atau tidak berkunjung ke tempat saudara yang lain, maka bersiap-siaplah kita menerima hukuman sosial, yaitu dianggap tidak mengakui mereka sebagai seorang saudara. Bagi orang kampung, cukup dengan sebuah kunjungan sudah dimaknai sebagai pengakuan persaudaraan. Sebaliknya, bila tidak dikunjungi, akan dianggap tidak mengakui sebagai saudara, sementara pengakuan tersebut merupakan nilai prinsip yang akan dikenang sepanjang hayat. Betapa besarnya pemaknaan itu, yang mungkin kita anggap remeh. Ketiga, momentum berbagi pada saudara di kampung halaman. Kita tidak ingin dikatakan “kacang lupa kulitnya”, maka inilah kesempatan yang tepat dan penuh kesan untuk berbagi, sebagai satu paket ritual lebaran. Bisa jadi, perantau dianggap memiliki kehidupan lebih baik dari saudaranya di kampung, sehingga mereka berharap banyak dari saudaranya yang merantau untuk saling berbagi. Keempat, aktualisasi keberhasilan hidup di perantauan. Adakalanya keberhasilan selama di perantauan ingin diaktualisasikan dalam suatu momentum, jadi lebaran bisa jadi dianggap mewakili momentum itu. Nuansa yang bisa kita ambil adalah ternyata ikatan nilai-nilai moral dan tradisi telah membentuk masyarakat yang tangguh dan pantang menyerah meski didera penderitaan dan kepayahan. Berkaca dari fenomena ini, kita berharap mampu membentuk masyarakat yang berkarakter positif tersebut secara terstruktur, dimulai dari pembenahan pola perasaan, pola pikir, pola perilaku, dan pola kebiasaan kita. Semoga. Penulis, Kasubbag Administrasi SDM KemenBUMN
Surat Terbuka Tentang Sebuah Dream Team Sebenarnya saya ingin sampaikan ini langsung ke Pak Dahlan. Tapi selalu tidak ada kesempatan yang pas. Pastinya, Pak Dahlan selalu (terlihat) sibuk. Saya ingin tulis dalam bentuk surat, tapi selalu kuatir tak akan dibaca. Jadilah ini sebuah surat terbuka. Pun belum tentu, mengingat kesibukannya, Pak Dahlan sempat membaca ini.
seno
Oleh: Rudi Rusli
YANG INGIN saya sampaikan ke Pak Dahlan adalah tentang hal yang fundamental: cara beliau memilih direksi BUMN. Pak Dahlan sering menyebut visinya dalam memilih direksi itu bak memilih ‘the dream team’. Sebenarnya, terminologi itu mudah diplesetkan jadi ‘tim mimpi’ (yang tak bisa diwujudkan dalam kenyataan), sehingga ada masukan untuk mengganti istilah tersebut jadi ‘the winning team’ (yang terdengar lebih taktis). Namun, karena ini hanya berada di dataran penamaan sesuatu atau redaksional belaka, maka saya setuju-setuju saja dengan istilah dream team itu. Toh, tim basket Amerika di Olimpiade London lalu juga disebut-sebut sebagai dream team, tim yang berisi pebasket-pebasket hebat! Justru yang menarik, dalam mengisi personalia di direksi, Pak Dahlan lebih mengutamakan pertimbangan keharmonisan atawa kekompakan. Di tulisan Manufacturing Hope #10, Pak Dahlan menulis: “Semua direksi yang hebat-hebat pun tidak akan banyak gunanya kalau tidak padu. Dia hanya akan seperti soto enak yang dicampur dengan rawon enak.” Sebenarnya,
saya ingin menggugat ‘pengandaian’ itu. Tak lain, karena ‘pengandaian’ itu memelesetkan. Apapun makanannya, konstantanya begini: kalau dicampur-campur tentu tidak enak. Tidak hanya soto atau rawon. Tak terbayang kalau martabak kubang dicampur kolak pisang. Ahli masak manapun tidak akan merekomendasi campurmencampur makanan seperti itu. Dalam konteks sebuah korporasi, saya lebih suka mengandaikan soal ‘percampuran’ itu ke dataran lebih mikro. Makanan itu jadi enak (atau tidak enak) antara lain karena adanya percampuran ‘asam dari gunung’ dan ‘garam dari lautan’. Tentu bukan asam sembarang asam, garam sembarang garam. Bermacam jenis asam atau garam, masing-masing memberi pengaruh terhadap cita makanan. Masalahnya, apakah peristiwa bercampurnya asam-garam itu akan menghasilkan makanan yang enak. Harus ada ukuran, takaran dan timing memasukkan garam, misalnya, dalam membuat makanan tertentu. Kebanyakan garam, misalnya, akan keasinan. Juga tak boleh kekurangan. Walau konteks pengandaian Pak Dahlan menurut saya agak misleading, tapi pesannya yang penting ditangkap: Direksi BUMN harus kompak! Cuma, ketika dalam tataran operasionalnya, anggota direksi dipilih sendiri oleh sang Dirut, itu bisa menimbulkan masalah. Bisa juga tidak, kemungkinan selalu terbuka. Sang Dirut, tentu bisa memilih ‘temannya’ sesuai kemauannya. Perlu dicermati, jangan sampai di sebuah BUMN, hanya alumni tertentu saja ‘yang mendapat tempat’. Di sisi anggota direksi yang dipilih sang dirut, dikhawatirkan ada ‘hutang budi’, sehingga ketika suatu kali sang dirut mengambil kebijakan keliru, anggota direksi lain oka-oke saja, tak mau mengoreksi karena terikat ‘hutang budi’. Sang Dirut sangat mungkin akan bergaya otoriter dalam memimpin perusahaan. Akibatnya, kinerja perusahaan juga yang menanggung akibat faktor pemilihan direksi gaya ini. Tapi itu kan hanya kekhawatiran saya belaka. Mungkin itu tidak akan ditemukan dalam realitasnya. Saya sangat berharap demikian. Semoga! Penulis, Kasubbag Publikasi dan Hubungan Media Massa KemenBUMN
7
BULETIN BUMN • EDISI 64 • TAHUN VI • 31 AGUSTUS 2012
rekam
peristiwa
NOTA KESEPAHAMAN PT DI DAN TNI AU
Penandatanganan Nota Kesepahaman antara PT Dirgantara Indonesia (PTDI) dengan TNI AU yang dilaksanakan di lantai 21 KemenBUMN tanggal 7 Agustus 2012 tersebut bertujuan menata kembali pemanfaatan dan status perumahan di antara kedua belah pihak, yang sekaligus merupakan pembenahan administrasi guna menciptakan tata kelola yang baik.
seno
Momentum Kebangkitan PT DI
BUDI SANTOSO, Dirut PT DI dalam sambutannya menyatakan, dengan melihat cikal bakal sejarah PT DI dulunya bernama LAPIP (Lembaga Persiapan Industri Penerbangan), yang dibentuk KASAU pada 1961, tidaklah heran kalau banyak aset milik TNI AU yang dipergunakan oleh PT DI. Bahkan, Budi mengakui, sebagian perkantoran dan hanggar untuk kegiatan produksi PT DI, dibangun di atas tanah yang statusnya masih dimiliki oleh TNI AU. Di sisi lain, pihak TNI AU membutuhkan lahan dan bangunan, serta fasilitas rumah dinas yang terletak di sebelah selatan landasan Lanud Husein, yang statusnya sudah jadi milik PT DI. Dengan Nota Kesepahaman ini, untuk jangka panjang, kegiatan produksi PT DI akan dikonsentrasikan di area sebelah utara landasan Lanud Husein. “Sedang aset milik PT DI di sebelah selatan landasan Lanud Husein, akan diserahkan ke TNI AU,” ujar Budi Santoso. SEPAKAT RUISLAG Dalam Nota Kesepahaman ini, pihak TNI AU dan PT DI sepakat melaksanakan tukar menukar (ruislag) tanah milik TNI AU, yang saat ini digunakan untuk kegiatan produksi PT DI, dengan tanah dan bangunan termasuk rumah dinas milik PT DI, yang terletak di selatan landasan Lanud Husein Sastranegara. Mengingat proses ruislag memerlukan waktu cukup lama, maka sambil menunggu tuntasnya proses tersebut, kedua pihak sepakat menandatangani Berita Acara Serah Terima Operasional (BASTO). Pihak TNI AU mengijinkan PT DI melanjutkan pemanfaatan tanah miliknya di Kawasan Produksi IV seluas ±115.355 m2, dan Disposal Area seluas ±20.942 m2, serta tanah di Kawasan Produksi II seluas 397.000 m2, yang telah termasuk dalam HGB Nomor 3/Kel Husein, sampai berakhirnya HGB tersebut, tanggal 21 Mei 2014. Selain itu juga disepakati pemanfaatan aset lahan milik TNI AU seluas ±50.278 m2 terletak di Lanud Wiriadinata Tasikmalaya Jawa Barat, dengan Pola Kerjasama
Pemanfaatan (KSP) aset sesuai ketentuan yang berlaku. Wakasau Marsekal Madya Dede, menyatakan eksistensi PT DI sangat strategis dalam pengembangan alutsista nasional. Dede berharap, masalah aset atau tanah ini akan tuntas melalui kerjasama saling menguntungkan ini. BANDARA HUSEIN AKAN BERUBAH Menteri Negara BUMN, Dahlan Iskan yang hadir dalam acara tersebut menyatakan kegembiraannya. “Peristiwa ini bukan hanya berdampak bagi TNI AU dan PT DI tapi juga untuk pembenahan bandara yang selama ini sering dicerca,” kata Dahlan. Menteri Negara BUMN sudah membayangkan Bandara Husein Sastranegara Bandung itu akan berubah. “Ini momentum kebangkitan PT DI, karena TNI AU punya dana cukup besar, tinggal PT DI menangkap dan mengerjakan apa yang bisa dikerjakan dengan kualitas penyerahan barang yang optimal,” kata Dahlan bersemangat. Semoga! [Tbk]
KEGIATAN SOSIAL
Berbagi Kebahagiaan Ramadhan seno
Selain menjadi waktu terbaik bagi umat Muslim berlomba-lomba beribadah kepada Tuhan, bulan Ramadhan tahun ini juga jadi waktu yang tepat untuk saling berbagi kebahagiaan kepada sesama. Itulah semangat beberapa kegiatan sosial yang dilakukan Majelis Kerohanian Islam (MAKIS) KemenBUMN, BUMN Peduli dan Dharma Wanita Persatuan KemenBUMN.
MAKIS KemenBUMN menyelenggarakan pemberian bingkisan dan santunan lebaran, hari Rabu, 8 Agustus 2012. Bertempat di Musholla At-Taqwa KemenBUMN, acara ini juga dihadiri Menteri Negara BUMN, Dahlan Iskan beserta istri. Meski tidak memberikan sambutan, Dahlan dalam kesempatan itu secara simbolis memberikan bingkisan lebaran kepada pegawai golongan I dan II, karyawan non PNS, office boy dan purna bakti yang seluruhnya berjumlah 406 orang. Selain itu, MAKIS juga memberikan bingkisan dan santunan kepada 207 anak yatim piatu dan dhuafa di daerah sekitar Jakarta, Depok dan Tangerang. Yayasan dan Masjid juga tak luput diberikan santunan agar dapat berkembang sebagai madrasah pembinaan rohani dan mental keagamaan. Tercatat enam daerah yang jadi sasaran pemberian santunan itu, antara lain di Kebon Sirih, Tanjung Priok, Sragen, Purwokerto, Prambanan Yogya dan Cirebon.
Selamat Ulang Tahun
Zubair Najamuddin Siti Fauziyah, SE Anas Puji Istanto Yogi S. Pamungkas Mardhian Siagian Sumyana Sukandar Timbul Tambunan Andus Winarno
Ketua MAKIS, Suhendro menyatakan, kegiatan itu selain ditujukan untuk membantu juga dimaksudkan menjalin silaturahim. Secara khusus Suhendro juga mengungkapkan proses pembangunan Masjid KemenBUMN. “Semoga proses perizinannya bisa dimudahkan Allah SWT,” harapnya. Suhendro juga menyampaikan terima kasih kepada para pegawai yang telah menyampaikan zakat, infaq dan sodaqohnya melalui MAKIS KemenBUMN. PASAR MURAH BUMN Sehari sebelumnya, 7 Agustus 2012, BUMN Peduli menggelar Pasar Murah BUMN. Dengan uang senilai Rp. 30 ribu, masyarakat dapat memiliki paket sembako senilai Rp. 100 ribu berupa beras 8 kg, minyak goreng 1 kilo dan gula pasir 1 kg merk Ragula milik PT RNI. Acara itu ditujukan bagi 12.500 masyarakat di lingkungan KemenBUMN yang kurang mampu. Kegiatan yang dilaksanakan di pelataran parkir belakang KemenBUMN ini dibuka oleh Pandu 02 September 1968 07 September 1973 07 September 1986 07 September 1986 10 September 1976 11 September 1964 12 September 1960 14 September 1971
Masyhur Usman Nenah Suryati Handita Aria Perdana Ruspen Saragih Darajat Purnomo Sinar Hadi Harry S. Nugroho Sonatha Halim Jusuf
14 September 1971 18 September 1963 18 September 1985 19 September 1962 20 September 1965 21 September 1966 22 September 1955 23 September 1957
Djajanto (Deputi Restrukturisasi dan Perencanaan Strategis) dan Istri Menteri Negara BUMN, Nafsiah Sabri. Hadir juga Dirut dan Direksi BUMN pelaksana kegiatan itu, yaitu Sucofindo, Bank Mandiri, PGN, Telkom, Sarinah dan Pertamina. Sekitar Rp. 8,75 milyar dana BUMN Peduli digelontorkan dalam kegiatan itu. TALI ASIH DWP Dharma Wanita Persatuan (DWP) KemenBUMN bekerjasama dengan Ikatan Istri Pimpinan (IIP) BUMN juga ikut memberikan tali asih berupa paket sembako kepada 350 orang pegawai golongan I dan II KemenBUMN, pegawai outsourcing, satpam, office boy dan supir di lingkungan KemenBUMN. Selain itu diberikan juga bantuan pendidikan untuk 87 anak pegawai golongan I dan II KemenBUMN. [Tbk]
Bambang Riswanda Dwijanti S. Mawuntu Moch Sapto Setiawan Kondar Sinaga Bambang Suprihadi Dasuki Aditya Dhanwantara Anisa Rahmayanti
23 September 1969 25 September 1961 27 September 1983 28 September 1955 29 September 1960 29 September 1969 30 September 1970 30 September 1985
rekam
peristiwa
8
BULETIN BUMN • EDISI 64 • TAHUN VI • 31 AGUSTUS 2012
SOSIALISASI PORSENI BUMN 2012
seno
Tingkatkan Kualitas Kompetisi Antar BUMN
SEKITAR 58 insan Humas dari 50 BUMN hadir dalam kegiatan tersebut. Wahyu Hidayat, Sekretaris KemenBUMN yang juga Pembina Forum Humas BUMN berharap agar dengan kegiatan ini, pelaksanaan PORSENI BUMN 2012 yang akan digelar tanggal 1–12 Oktober 2012 tersebut dapat berjalan dengan lancar. “Saya minta agar Forum Humas BUMN dapat lebih meningkatkan kualitas kompetisi olahraga dan seni ini,” ujar Wahyu Hidayat. Sekretaris KemenBUMN ini mendasari harapan tersebut mengingat PORSENI tahun 2012 ini adalah penyelenggaraan yang kelima. “Ini kegiatan kompetisi antar BUMN di bidang olahraga dan seni satu-satunya yang kita (BUMN) punya,” tandasnya. CERMATI PESERTA ASLI TAPI PALSU Wahyu mendapat masukan bahwa di tahun 2012 ini peserta PORSENI sudah tidak dibatasi lagi umurnya. “Di satu sisi, ini bagus sekali karena akan memunculkan persaingan sengit dari masingmasing BUMN, namun di sisi lain, perlu dicermati kemungkinan adanya BUMN menyertakan peserta asli tapi palsu,” ujar Wahyu.
Jumat, 3 Agustus 2012, bertempat di lantai 21 Gedung KemenBUMN dilaksanakan acara sosialisasi PORSENI BUMN 2012, sekaligus dilakukan buka puasa Forum Humas BUMN. Rencananya, PORSENI BUMN itu akan dilaksanakan 1–12 Oktober 2012. Karenanya Wahyu Hidayat akan mencermati isu ini. Ia minta agar semua BUMN hanya menyertakan peserta yang merupakan karyawan tetap BUMN. Wahyu juga berharap, peserta PORSENI 2012 ini akan meningkat. “Tahun 2011 lalu, PORSENI ini diikuti 98 BUMN, tahun ini saya harap dapat lebih banyak lagi,” ujarnya. PORSENI ini sudah diadakan sejak 2007 lalu. Pembina Forum Humas BUMN ini juga minta Forum Humas dan panitia bekerja keras untuk mensosialisasikan kegiatan ini secara lebih intensif. “Saya harap, pembukaan PORSENI BUMN 2012 di GOR Soemantri Brojonegoro tanggal 1 Oktober 2012, akan berlangsung meriah, yang menunjukkan kelas dari BUMN kita,” tegasnya. SPORTIF DAN SEMANGAT KEKELUARGAAN Selanjutnya, Budi Perbawa Aji, Wasekjen Forum Humas BUMN memberikan penjelasan tentang PORSENI BUMN 2012 yang akan mempertandingkan delapan cabang olahraga, yaitu sepakbola, futsal, bulutangkis, tenis lapangan, tenis meja, bola voli, basket dan boling. Sedangkan lomba seni di ajang PORSENI 2012 ini adalah vokal grup, BUMN Karaoke Idol dan Duta BUMN. Purwanto, Ketua Presidium Forum Humas BUMN berharap kompetisi ini bisa berlangsung sportif dan dalam semangat kekeluargaan. “Kompetisi ini sifatnya dari dan untuk BUMN, karena itu diharapkan kompetisi ini bisa menjalin kebersamaan antar-BUMN di seluruh Indonesia sebagai bagian dari cita-cita pendiriannya,” katanya. Dari catatan Buletin, PT Bank Tabungan Negara Tbk meraih Juara Umum pada penyelenggaraan PORSENI BUMN 2011 lalu. Di ujung acara, dilakukan santunan Forum Humas BUMN ke anak yatim dan buka puasa bersama. Semoga sukses PORSENI BUMN 2012! [Tbk]
UPACARA BENDERA 17 AGUSTUS 2012
Meski dalam suasana menjalankan ibadah puasa, Upacara Peringatan Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan RI ke-67, tanggal 17 Agustus 2012 tersebut, berlangsung khidmat. Peserta upacara, selain pejabat dan pegawai KemenBUMN, juga hadir para direksi dari BUMN yang berdomisili di DKI Jakarta dan DWP KemenBUMN. MAHMUDDIN YASIN, Wakil Menteri Negara BUMN, dalam upacara ini bertindak selaku Inspektur Upacara. Ya, Yasin hari itu menggantikan posisi Menteri Negara BUMN yang sedang melaksanakan ibadah umrah di tanah suci. Tepat jam 8.00 WIB, upacara pun dimulai, di halaman depan lobby Gedung KemenBUMN. Dengan pembawa acara Ai Anah, acara demi acara dalam upacara tersebut mengalir lancar. Pasukan pengibar bendera yang diawaki Ferry Andrianto, Sandra Firmania dan RM Wiratmoko Prasidhanto pun mengibarkan bendera dengan baik. Heri Purnomo sebagai Komandan Upacara dengan lantang menunaikan tugas memberi aba-aba kepada seluruh peserta upacara. Selanjutnya, tiga serangkai pembaca teks Pancasila, Pembukaan UUD 1945 dan teks Proklamasi, yakni Anindhita, Rudi Rusli dan Meriantie dapat menunaikan tugasnya dengan baik. Ketika bendera dikibarkan, para peserta pun menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dengan dipandu Diana sebagai dirigen. BEKERJA, BEKERJA, BEKERJA Dalam sambutannya, Yasin mengingatkan tema peringatan Hari Ulang tahun ke-67 Kemerdekaan RI tahun 2012, yakni Dengan semangat Proklamasi 17 Agustus 1945, Kita bekerja Keras untuk Kemajuan Bersama, Kita Tingkatkan Pemerataan Hasil-Hasil Pembangunan untuk Keadilan Sosial
bagi Seluruh Rakyat Indonesia. “Itu selaras dengan prinsip Pak Dahlan, yakni bekerja, bekerja dan bekerja,” ulas Mahmuddin. Merujuk tema HUT RI tersebut, Mahmuddin menyatakan bahwa ada dua hal besar yang telah telah dicapai BUMN. Pertama, kinerja BUMN telah menunjukkan tren yang meningkat dari tahun ke tahun. Kalau di tahun 2010, pendapatan seluruh BUMN mencapai sebesar Rp 900 triliun dan meningkat jadi Rp 1.100 triliun di tahun 2011, maka di tahun 2012 pendapatan BUMN itu diproyeksikan sebesar Rp 1.400 triliun. Dari sisi Laba, laba seluruh BUMN tahun 2010 sebesar Rp 110 triliun dan diproyeksikan meningkat menjadi Rp 145 triliun di tahun 2012. Perkembangan aset BUMN juga meningkat dari posisi Rp 2.600 triliun di tahun 2010 dan meningkat jadi Rp 2.900 triliun di tahun 2011, maka di tahun 2012 diproyeksikan akan meningkat jadi Rp 3.500 triliun. Kedua, sumbangsih BUMN dalam pembangunan nasional juga cukup signifikan. Hal tersebut dapat tergambar dari dukungan capital expenditure (capex) BUMN dalam program MP3EI yang mencapai Rp 836 triliun dan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp 78 triliun. Yasin juga mengingatkan maksud pendirian BUMN dan mengharapkan agar seluruh insan BUMN dapat bekerja keras, bekerja cerdas dan bekerja
seno
Bekerja Keras Untuk Kemajuan Bersama
ikhlas. “Mari terus bekerja keras menjadikan BUMN sebagai korporasi yang membanggakan negeri ini,” pungkasnya. [Tbk] SUSUNAN PENGURUS BULETIN BUMN Pelindung: Menteri Negara BUMN Pembina: Sekretaris Kementerian BUMN, Kepala Biro Umum dan Humas Pemimpin Umum/Penanggung Jawab: Faisal Halimi Pemimpin Redaksi/Ketua Tim: Rudi Rusli Tim Editor: Mahmud Husen, Teddy Poernama, Ferry Andrianto Dewan Redaksi Dan Desain Grafis: Riyanto Prabowo, Sandra Firmania, Erwin Fajrin, Sentot Moelyono Sekretariat: Sahala Silalahi (Koordinator), Umi Gita Nugraheni, Hendra Gunawan, Nur Wahid, Sutarman. Alamat Redaksi: Lantai M Gedung Kementerian BUMN (Biro Umum dan Humas), Jl. Medan Merdeka Selatan No.13, Jakarta Pusat 10110. Telp: 021-2312373, Fax: 021-2311224 E-mail:
[email protected], Website: www.bumn.go.id Redaksi menerima kontribusi tulisan dari pegawai Kementerian BUMN, karyawan BUMN atau pihak lain yang relevan dengan semangat Buletin Kementerian BUMN, dengan syarat diketik rapi dengan spasi ganda, maksimal 2.000 karakter (setengah halaman), dengan disertai identitas diri penulis. Setiap tulisan yang dimuat merupakan pendapat pribadi penulis.