Hal 1 dari 6
Hati Mengeras Tak Tersiram Kitabullah Prof.Dr.Ir. H. Kudang Abdulllah B. Seminar, MSc Khutbah Idul Fitri 1433 H Hadirin rahimakumullah, Salah satu komponen jiwa-raga manusia yang menjadi sentra pengamatan Allah SWT adalah hati (qalbu), yg ternyata juga menjadi sentra penentuan kualitas keimanan dan ketaqwaan seseorang di mata Allah SWT.
“Ketahuilah, bahwa dalam tubuh manusia terdapat segumpal (daging), yang kalau segumpal daging itu baik maka akan baik seluruh (anggota) tubuhnya, dan jika segumpal daging itu buruk maka akan buruk seluruh (anggota) tubuhnya), ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati (manusia)“[HR al-Bukhari (no. 52) dan Muslim (no. 1599).] Hadits yang agung ini menunjukkan besarnya keutamaan memperbaiki amalan hati, karena kebaikan dan keburukan seluruh anggota badan mengikuti kebaikan dan keburukan hati manusia. Dalam hadits lain yang semakna, Rasulullah bersabda dalam hadist shahih berikut:
Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada jasad dan rupa-rupa kalian, tetapi Dia melihat kepada hati kalian. “ Beliau s.a.w member isyarat ke arah hati dengan jari-jari tangan, dan berkata: Taqwa itu terletak disini. Dan beliau s.a.w memberi isyarat kea rah dadanya tiga kali. (Diriwayatkan Muslim). Titik berangkat segala amal juga berasal dari hati tersirat pada hadist berikut:
“Bahwa amalan itu tergantung dengan niat, dan seseorang mendapatkan apa yang dia niatkan.” (Muttafaqun ‘alaih)
Hal 2 dari 6
Hadirin rahimakumullah, Sesungguhnya, qalbu ada yang bisa mengeras seperti kerasnya batu atau bahkan lebih keras dari batu. Qalbu yang paling keras adalah yang paling jauh dari Allah dan dari ketaatan kepada-Nya. Qalbu jenis ini tidak mau menerima nasihat dan tidak berkeinginan untuk mencari petunjuk serta kebenaran, sehingga pemiliknya tidak memperoleh manfaat kebaikan dari qalbunya, bahkan tidak ada yang keluar dari qalbunya kecuali kejelekan. Berikut firman Allah SWT:
ِ ِ َش ُّد قَ ْس َوة ۚ َوإِ َّن ِم َن ْ ك فَ ِه َي َك َ اْلِ َج َارةِ أ َْو أ َ ت قملموبم مكم ِّمن بَ ْعد ََٰذل ْ مُثَّ قَ َس ِ َّقق فَيخرج ِ ا ْْلِجارةِ لَما ي ت َف َّجر ِمْنه ْاْلَنْهار ۚ وإِ َّن َّ اء م ل ا ه ن م ش ي ا م ل ا ه ن م ْ َ ْ ْ ْ َ َ َ َ ََ م م َ م َ َ َ م َ مم م َ م ط ِم ْن َخ ْشيَ ِة اللَّ ِه ۚ َوَما اللَّهم بِغَافِ ٍل َع َّما تَ ْع َملمو َن ۚ َوإِ َّن ِمْن َها لَ َما يَ ْهبِ م “Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-sekali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.” (AlBaqarah:74) Di sisi lain, ada pula qalbu yang lembut dan baik, yaitu qalbu yang selalu tunduk dan patuh kepada Penciptanya. Qalbu jenis ini adalah qalbu yang siap menerima kebenaran dari nasihat yang datang kepadanya. Hal ini dicontohkan oleh Nabi Ibrahim a.s yang dimuliakan Allah dalam ayat berikut:
ِفَلَ َّما تَب ََّّي لَه أَنَّه عد ٌّو لِّلَّ ِه تَب َّرأَ ِمْنه ۚ إِ َّن إِب ر ِاهيم َْل ََّواه حل يم َ َ م م َم َ م ٌ َ ٌ َ َْ
“Maka, tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri dari padanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun.” (At-Taubah:114). Dan berhati lembut merupakan rahmat Allah SWT kepada Nabi Muhammad s.a.w.
ِفَبِما ر ْْح ٍة ِّمن اللَّ ِه ل نت ََلم ْم َ َ ََ َ
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.” (Ali-Imran:159) Lembut dan kerasnya hati (qalbu) seseorang dipengaruhi ditentukan oleh apa yang bersemai dan berkembang di dalam hati. Hati yang berpenyakit dan dibiarkan penyakitnya maka akan semakin tumbuh berkembang penyakitnya.
ِِِِف قملموِب ض فَ َز َاد مه مم اللَّهم َمَرضا ر م م َّ ٌ َ
Hal 3 dari 6
“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya;” (AlBaqarah:10) Dan jika penyakit hati sudah mencapai taraf akut maka hati menjadi keras dan terkunci dari cahaya (petunjuk) Allah SWT.
ِ ِِ صا ِرِه ْم ِغ َش َاوٌة َ َْختَ َم اللَّهم َعلَ َٰى قملموِب ْم َو َعلَ َٰى ََسْع ِه ْم ۚ َو َعلَ َٰى أَب
“Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup.” (Al-Baqarah:07). Hati yang berpenyakit adalah hati yang diserang bisikan & tuntunan syaitan.
ِ لِّيجعل ما ي ْل ِقي الشَّيطَا من فِْت نَة لِّلَّ ِذين ِِف قملموِبِِم َّمرض والْ َق اسيَ ِة قملموبم مه ْم ْ َ َْ َ َ م ٌَ َ َ
“agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan yang kasar hatinya.”(AlHajj:53) Hadirin rahimakumullah, Jelaslah bahwa hati yang lembut adalah hati yang senantiasa dibersihkan dan dirawat dari hama penyakit syaitan. Apakah obat (penawar) penyakit hati yang disediakan Allah SWT? Marilah kita simak ayat berikut:
ِآن ما هو ِش َفاء ور ْْحةٌ لِّْلمؤِمن ِ ونمنَ ِّزمل ِمن الْ مقر َّي ْ َ َ م ََ ٌ َ َ ْ َ م َ
“Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar (obat) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman” (Al-Israa:82). Jadi al-Qur’an itu menjadi obat dan rahmat yang mebuat hati menjadi lembut. Dan Rasulullah s.a.w yang berhati (berakhlak) mulia itu adalah manusia terbaik yang dihatinya tersimpan dan berkembang al-Qur’an atas jaminan dan rahmat-NYA.
ََِل متِّرْك بِِه ل ِِ ك لِتَ ْع َج َل بِِهِ إِ َّن َعلَْي نَا ََجْ َعهم َوقم ْرآنَهم ن ا س َ َ َ َ “Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karena hendak
cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.” (AlQiyamah:16-17) Dan perlu digaris bawahi bahwa misi utama dari Rasulullah s.a.w adalah menjadi rahmat sekalian alam dan menyempurnakan akhlak yang mulia, yaitu akhlak alQur’an. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberitakan kepada kita tentang akhlak Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung.”(Al-Qalam:4)
Hal 4 dari 6
Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah ditanya tentang akhlak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau menjawab: “Akhlak beliau adalah Al-Qur`an.” (HR. Muslim) Al-Qur’an bukan hanya obat tapi juga mu’zizat sehingga kekuatannya tidak akan tertandingi oleh siapapun sampai hari kiamat, bahkan gunung batupun akan pecah untuk menyangga al-Qur’an.
ِ لَو أَنزلْنَا َٰه َذا الْ مقرآ َن علَى جب ٍل لَّرأَي ته خ صدِّعا ِّم ْن َخ ْشيَ ِة ت م ا ع اش ُّ َ ْ َ َ ْ َ َٰ َ َ َ َْ م ََ ِ ض ِربم َها لِلن َِ َّاس لَ َعلَّ مه ْم يَتَ َف َّك مرون ك ْاْل َْمثَ م ْ َال ن َ اللَّ ِه ۚ َوتِْل
“Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah-belah disebabkan ketakutannya kepada Allah dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir.” (Al-Hasyr: 21) Hadirin rahimakumullah, Kalau gunung yang begitu keras saja bisa hancur, tentunya qalbu yang keras pun akan menjadi lembut apabila si pemiliknya senantiasa menyiraminya dengan membaca, mendengarkan serta mempelajari Al-Qur’an. Dan tidak seperti ahlul kitab yang menjadi keras hati (qalbu)nya karena berpaling dari kitab Taurat dan Injil.
ِ َّأَ ََل يأْ ِن لِل اْلَ ِّق َوََل ذ ْ ين َآمنموا أَن ََتْ َش َع قملموبم مه ْم لِ ِذ ْك ِر اللَّ ِه َوَما نََزَل ِم َن َْ َ ِ َّي مكونموا َكال ِ ِ ِ ت س ق ف د م اْل م ه ي ل ع ال ط ف ل ب ق ن م اب ت ك ل ا ا و ت مو أ ين ذ َ ْ ْ َ َ َ َ َ َ َ م ْ َ َ ْ م َم َ َ َ َ ْم ِ َقملموب هم ۚ وَكثِري ِّمْن هم ف اس مقو َن ْ مم ْ َ ٌ م
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk qalbu mereka mengingat Allah dan tunduk kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang sebelumnya yang telah diturunkan kepada mereka Al-Kitab, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu qalbu mereka menjadi keras dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Al-Hadid: 16) Karena itu, kaum muslimin wajib senantiasa membaca dan mempelajari kandungan Al-Qur’an.
ِ اتْل ما أ ِ َك ِمن الْ ِكت ِ الص ََل َة تَْن َه َٰى َع ِن ي ل إ ي موح َ َّ الص ََل َة ۚ إِ َّن َّ اب َوأَقِ ِم َ َم َ ْ َ ۚ الْ َف ْح َش ِاء َوالْ ممن َك ِر ۚ َولَ ِذ ْكمر اللَّ ِه أَ ْكبَ مر
Hal 5 dari 6
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain).” (Al-Ankabut:45) Seorang hamba tidak bisa sholat dengan benar tanpa bisa membaca al-Qur’an dengan benar. Padahal sholat itu sendiri mencegah hamba dari perbuatan keji dan munkar. Perintah membaca al-Quran dan dan melaksanakan sholat adalah satu kesatuan yang utuh yang tidak bisa dipisahkan agar kita tidak berakhlak buruk. Dan melalaikan diri untuk mempelajari al-Qur’an dapat menyebabkan atau disebabkan oleh hati yang terkunci (tertutup penyakit).
ٍ أَفَ ََل ي تَ َدبَّرو َن الْ مقرآ َن أ َْم َعلَ َٰى قملم وب أَقْ َفا مَلَا ْ َ م
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Quran ataukah hati mereka terkunci?” (Muhammad:24) Hadirin rahimakumullah, Kekuatan muslim baik individu ataupun kolektif bertumpu kepada al-Quran yang otomatis juga bertumpu pada hadist (sunnah) Rasulullah s.a.w. Jika kita memegangnya dengan kokoh maka kokohlah kita. Sebaliknya jika kita lepaskan/tinggalkan al-Qur’an maka hancurlah kita. Salah satu kehancuran umat Islam adalah meninggalkan al-Qur’an dan hanyut & tertipu dengan kenikmatan dunia.
ِب إِ َّن قَو َّ َٰ ن آ ر ق ل ا ا ذ ه ا و ذ اَت ي م ْ الر مس م َ ََوق َ م ِّ ول يَا َر َ َّ ال م َ َ ْ َ م ْ
م ْهجورا
“Berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Quran itu sesuatu yang tidak diacuhkan". (Al-Furqaan:30).
Dan dibalik itu musuh-musuh Islam justru gencar mempelajari al-Qur’an namun dengan tujuan mempelajari dan membuat strategi dari kandungan al-Qur’an untuk menghancurkan umat Islam secara fundamental, substansial dan masal. Dari Uqbah bin ‘Amir, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya aku takut atas umatku dua (perkara) Al-Qur’an dan allaban (susu). Adapun al-laban (susu) maka mereka mencari kesejahteraan dan mengikuti syahwat dan meninggalkan shalat-shalat. Dan adapun Al-Qur’an, maka dipelajari oleh orang-orang munafiq maka munafiqin itu membantah mukminin dengannya. (HR Ahmad, marfu’) Dari hadist di atas jelas bahwa mengikuti nafsu syahwat dan cinta dunia (hubud addunya) membuat kita lalai dalam mempelajari dan mengamalkan al-Qur’an.
ِ َك ََّل بل مِتبُّو َن الْع َاجلَة َ َْ
“Sekali-kali janganlah demikian. Sebenarnya kamu (hai manusia) mencintai kehidupan dunia,” (al-Qiyamah:20)
Hal 6 dari 6
Mari kita instropeksi diri: berapa banyak umat muslim yang belum bisa membaca al-Quran (buta aksara al-Qur’an)? Dan kalau bisa membaca berapa banyak yang mau memahami isi dan maknanya? Dan kalau tahu dan paham maknanya berapa banyak yang mau mengamalkannya? Dan kalau mau mengamalkannya berapa banyak yang mau mengajarkannya? Dan kalau mau mengamalkan dan mengajarkannya berapa banyak yang tulus untuk mencari ridho-NYA? Belum lagi pertanyaan evaluatif lain yaitu bagaimana metoda belajarnya? Siapa guru yang membimbingnya dalam belajar dan memahami al-Qur’an? Bukankah Rasulullah s.a.w sebagai teladan kita belajar & memahami al-Qur’an dengan tuntunan gurunya yaitu Jibril a.s? Sekarang ini deras ada kecenderungan orang belajar alQur’an tanpa guru & hanya mengandalkan logika & nafsu semata. Sikap mengambil jalan pintas dalam mempelajari al-Quran telah banyak melemahkan umat muslim. Oleh karena itu marilah melalui khutbah ini kami menghimbau agar kembalilah kepada tuntunan Allah SWT (fafirru ilallaaha) yaitu al-Qur’an dan hadist Rasul s.a.w secara kaffah (keseluruhan) agar kita mendapat keridhaan Allah dan kebahagiaan di dunia dan akhirat dan agar menjadi bangsa yang berakhlak karimah, karena bagaimanapun warna suatu bangsa itu adalah tergantung kepada baik dan buruknya akhlak bangsa itu sendiri.
“Bangsa itu akan tetap berwibawa dan tegak jika akhlaknya tetap bagus dan sebaliknya akan hancur bila akhlaknya rusak.” Dalam kacamata Islam pendidikan yang baik senantiasa mengarahkan pada ketaatan dan ketaqwaan kepada Sang Khaliq (Allah SWT), yang terdidik dengan aturan Allah secara murni & utuh sehingga membentuk masyarakat rabbani.
Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya. (Ali-Imram: 79). Marilah baguskan hati kita sebagai sentra lahirnya amal soleh & sentra penilaian Allah pada diri kita dengan selalu menyirami hati kita dengan al-Qur’an & hadist.
ََِّّنَا الْمؤِمنو َن الَّ ِذين إِ َذا ذمكِر اللَّه وِجلَت قملموب هم وإِ َذا تمل ت َعلَْي ِه ْم آيَاتم مه ي مْ م ْ َ َ ْ َ م َ ْ مم َ َز َادتْ مه ْم إِميَانا َو َعلَ َٰى َرِِّبِ ْم يَتَ َوَّكلمو َن
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayatayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhan-lah mereka bertawakal (Al-Anfal:2) Billaahi taufiq wal hidayah Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuhu