Khutbah Idul Adha 1430 H.1 H. Muhammad Nuruddin, Lc., MSI.2
اﻟﺴـــﻼم ﻋﻠﻴﻜﻢ ورﺣﻤﺔ اﷲ وﺑﺮآﺎﺗﻪ وﺷﺮع اﻟﺬﺑﺢ واﻟﺘﻀﺤﻴﺔ ﺗﻘﺮﺑﺎ إﻟﻴﻪ،اﻟﺤﻤﺪ ﷲ اﻟﺬى ﺟﻌﻞ اﻟﻴﻮم ﻋﻴﺪا ﻟﻌﺒﺎدﻩ اﻟﻤﺆﻡﻨﻴﻦ أﺷﻬﺪ أن ﻻ اﻟـﻪ اﻻ اﷲ وﺣﺪﻩ ﻻ ﺷﺮیﻚ ﻟﻪ و أﺷﻬﺪ أن ﻡﺤـﻤﺪا ﻋﺒﺪﻩ ورﺱﻮﻟﻪ،ﻟﻠﻤﺨﻠﺼﻴﻦ أﻟﻠـﻬﻢ ﺹﻞ وﺱﻠﻢ وﺑﺎرك ﻋﻠﻰ ﻥﺒﻴﻨﺎ ﻡﺤـﻤﺪ وﻋﻠﻰ أﻟـﻪ وأﺹﺤﺎﺑﻪ،أﻃﻮع اﻟﺨﻠﻖ ﻟﺮب اﻟﻌﺎﻟﻤﻴﻦ ﻗﺎل اﷲ.ﻓﻴﺎ ﻋﺒﺎد اﷲ أوﺹﻴﻜﻢ وﻥﻔﺴﻰ ﺑﺘﻘﻮى اﷲ ﻓﻘﺪ ﻓﺎز اﻟﻤﺘﻘﻮن.......... أﻡﺎ ﺑﻌﺪ.أﺟﻤﻌﻴﻦ .ن َ ﺴِﻠﻤُﻮ ْ ﻖ ُﺗﻘَﺎ ِﺗ ِﻪ وَﻻ َﺗﻤُﻮ ُﺗﻦﱠ إِﻻ َوَأ ْﻥ ُﺘ ْﻢ ُﻡ ﺣﱠ َ ﻦ ءَا َﻡﻨُﻮا ا ﱠﺗﻘُﻮا اﻟﱠﻠ َﻪ َ یَﺎَأ ﱡیﻬَﺎ اﱠﻟﺬِی: ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻻ اﻟ ـﻪ اﻻ اﷲ، أﷲ أآﺒﺮ آﺒﻴ ﺮا واﻟﺤﻤ ﺪ ﷲ آﺜﻴ ﺮا وﺱ ﺒﺤﺎن اﷲ ﺑﻜ ﺮة وأﺹ ﻴﻼ، x9 أﷲ أآﺒﺮ وﺣﺪﻩ ﺹﺪق وﻋﺪﻩ وﻥﺼﺮ ﻋﺒﺪﻩ وأﻋ ﺰ ﺟﻨ ﺪﻩ وه ﺰم اﻷﺣ ﺰاب وﺣ ﺪﻩ ﻻ اﻟ ـﻪ اﻻ اﷲ اﷲ أآﺒ ﺮ .........اﷲ أآﺒﺮ وﷲ اﻟﺤﻤﺪ Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah. Di pagi yang penuh berkah ini, tidak ada ucapan dan perbuatan yang pantas kita lakukan selain rasa syukur kita kepada Allah SWT. Dengan rahmat serta inayah yang telah diberikan-Nya, kita dapat bertemu dalam suasana silaturrahim dan kegembiraan pada salah satu hari raya ummat Islam, Idul Adha atau Idul Qurban. Kita berharap agar Allah SWT senantiasa memberikan kasih dan sayang-Nya agar kita dapat selalu menjalankan apa yang menjadi perintah-Nya dan menjauhi seluruh larangan-Nya dengan ringan serta penuh dengan keikhlasan. Selanjutnya kita berdo’a semoga shalawat dan salam tetap terlimpah kepada junjungan kita, Rasulullah Muhammad SAW., di mana dengan kegigihan perjuangan beliau, dengan pengorbanan harta, tenaga dan jiwa, cahaya Islam dapat menjadi Rahmatan lil ‘Alamin. Saat ini, seluruh ummat Islam di setiap penggal bumi Allah SWT ini, sama-sama bergembira menyambut kedatangan Idul Qurban, hari raya pendekatan diri kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam. Tua-muda, besar-kecil, laki-laki perempuan, semuanya mengumandangkan kalimat-kalimat suci: takbir, tahmid dan tahlil dengan penuh semangat dan kekhusu’an. Mengikrarkan dan mengakui ke-Maha Besaran Allah, segala puji hanya pantas dipersembahkan kepada Allah dan tidak ada tuhan yang patut disembah melainkan hanya Allah…… 1 2
Disampaikan dalam khutbah Idul Adha 1430 H di Masjid Namira Kota Bontang. Hakim Pengadilan Agama Bontang
1
Jama’ah sidang Idul Adha Rahimakumullah. Bagi seorang muslim, Idul Adha atau yang juga dinamakan Idul Qurban, merupakan salah satu anugerah terbesar dan terpenting yang Allah SWT berikan kepadanya. Ada beberapa alasan mendasar yang menunjukkan betapa penting momentum Idul Qurban bagi peningkatan kualitas diri seorang muslim, tidak hanya dalam hubungan dirinya kepada Allah tetapi juga berkait dengan hubungannya pada sesamanya. Bahkan lebih dari itu, Idul Adha juga menunjukkan betapa mulianya makhluk yang bernama manusia di dunia dan di sisi Allah, Dzat yang menciptakannya. Alasan-alasan itu di antaranya adalah: Pertama: Sebagaimana namanya, Idul Qurban berarti hari raya pendekatan diri, yaitu upaya mendekatkan diri kita sebagai pribadi muslim, kepada Sang Pencipta, yaitu Allah SWT. Hari raya ini menjadi landasan awal bagi ummat Islam, agar dapat lebih taat menjalankan syari’at Allah, yang merupakan sumber kebahagiaan dan kedamaian ummat manusia di muka bumi ini. Pada hari ini pula, kita mendapat kesempatan untuk merenung dan melakukan introspeksi diri, apakah kita sudah dapat menjalankan perintah-perintah Allah secara kaffah?, Adakah Allah SWT dan RasulNya, Muhammad SAW, menjadi yang paling kita cintai di dalam setiap langkah dan nafas kita di dunia ini? Sudahkah cinta dan ketaatan kita Pada Allah SWT melebihi kecintaan kita pada harta, keluarga dan segala yang berwujud materi milik kita?. Pertanyaan-pertanyaan itu haruslah kita jawab sebagai pertanggung-jawaban kita sebagai hamba kepada Allah Ta'ala Sang Maha Pencipta. Kaum Muslimin Rahimakumullah. Dalam kisah yang diabadikan Allah mengenai peristiwa pengorbanan yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS dan puteranya Nabi Ismail AS, pertanyaan-pertanyaan yang terlontar di atas terjawab dengan sangat indah dan penuh makna. Pada kisah Itu Allah menceritakan:
ﺖ ِ ل یَﺎَأ َﺑ َ ﻈ ْﺮ َﻡ ﺎذَا َﺗ ﺮَى َﻗ ﺎ ُ ﻚ َﻓ ﺎ ْﻥ َ ﺤ ُ ل یَﺎ ُﺑ َﻨﻲﱠ ِإﻥﱢﻲ َأرَى ﻓِﻲ ا ْﻟ َﻤﻨَﺎ ِم َأﻥﱢﻲ َأ ْذ َﺑ َ ﻲ ﻗَﺎ َ ﺴ ْﻌ َﻓَﻠﻤﱠﺎ َﺑَﻠ َﻎ َﻡ َﻌ ُﻪ اﻟ ﱠ َ ﺼﺎ ِﺑﺮِی ﻦ اﻟ ﱠ َ ن ﺷَﺎ َء اﻟﱠﻠ ُﻪ ِﻡ ْ ﺠ ُﺪﻥِﻲ ِإ ِ ﺱ َﺘ َ ﻞ ﻡَﺎ ُﺗ ْﺆ َﻡ ُﺮ ْ ا ْﻓ َﻌ ( َوﻥَﺎ َد ْی َﻨ ﺎ ُﻩ103)ﻦ ِ ﺠﺒِﻴ َ ﺱَﻠﻤَﺎ َو َﺗﱠﻠ ُﻪ ِﻟ ْﻠ ْ ( َﻓَﻠﻤﱠﺎ َأ102)ﻦ ن َه ﺬَا َﻟ ُﻬ َﻮ ا ْﻟ ﺒَﻼ ُء (ِإ ﱠ105)ﻦ َ ﺴﻨِﻴ ِ ﺤ ْ ﺠ ﺰِي ا ْﻟ ُﻤ ْ ﻚ َﻥ َ ﺖ اﻟ ﱡﺮ ْؤ َی ﺎ ِإ ﱠﻥ ﺎ َآ َﺬِﻟ َ ﺹ ﱠﺪ ْﻗ َ ( َﻗ ْﺪ104)ن َی ﺎِإ ْﺑﺮَاهِﻴ ُﻢ ْ َأ ُ ا ْﻟ ُﻤﺒِﻴ ﻦ َ ﺥﺮِی ِ ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ ﻓِﻲ اﻵ َ ( َو َﺗ َﺮ ْآﻨَﺎ107)ﻋﻈِﻴ ٍﻢ َ ﺢ ٍ ( َو َﻓ َﺪ ْیﻨَﺎ ُﻩ ِﺑ ِﺬ ْﺑ106)ﻦ 2
Artinya: Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu, maka pikirkanlah apa pendapatmu!”Ia (Ismail) menjawab: “Wahai Ayahanda, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. (102). Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya di atas pelipisnya (nyatalah kesabaran keduanya).(103). Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim,(104). Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu, Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.(105). Sesungguhnya ini benar-benar satu ujian yang nyata.(106). Dan Kami tebus anak itu dengan sembelihan yang besar.(107). Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, Ayat-ayat Allah ini memberi gambaran yang jelas bagi kita, betapa besar rasa cinta dan ketaatan yang dimiliki oleh dua hamba dan rasul Allah, Ibrahim AS dan Ismail AS puteranya, pada Allah SWT. Mereka yakin bahwa seluruh perintah Allah adalah kebenaran yang harus dilakukan. Mereka yakin bahwa Allah pasti menghendaki kebaikan bagi para hamba-Nya. Maka meski pada lahirnya, perintah menyembelih itu adalah sesuatu yang mungkin kejam menurut akal dan logika, mereka tetap melaksanakan perintah itu, karena mereka sadar dan beriman bahwa pada hakikatnya perintah itu adalah bertujuan mulia. Jika pada peristiwa besar dan bersejarah itu, kita hanya melihat dari sudut pandang manusia semata, maka boleh jadi kita menilai Nabi Ibrahim AS– atau bahkan lebih jauh lagi perintah Allah itu sendiri – adalah tidak manusiawi dan tidak berperasaan. Atau kita katakan Nabi Ibrahim tidak mempunyai rasa cinta kepada putranya Nabi Ismail. Tetapi benarkah demikian?!
Tentu saja pendapat itu keliru. Nabi Ibrahim sangat mencintai Nabi Ismail.
Terlebih beliau mendapat karunia anak, lama setelah menunggu bertahun-tahun. Hal itu ditambah dengan ketaatan dan kesalehan Ismail AS pada Allah dan dua orang tuanya. Maka siapakah yang tidak cinta pada anak yang demikian?. Apalagi secara fitrah, orang tua pasti akan mencintai anaknya. orangtua beribadah kepada Allah dengan cara mendidik dan mengasuh anaknya dengan tulus dan penuh cinta. Bagi seorang ibu sangat besar dan berat 3
perjuangan mengandung dan melahirkan. Semua sirna kala ibu mendengar tangis pertama anaknya. Ia rawat anak itu sepenuh perasaan. Suatu ketika sang anak demam, ibunya-lah yang merasakan penderitaan lebih dalam. Merintih anak itu kesakitan tengah malam, ibunya terbangun.. Dalam doanya, sekiranya Allah mengijinkan, sang ibu ingin ia tanggungkan demam itu, agar anaknya dapat terlelap bahagia. Keikhlasan seorang ayahpun tidak kurang dari pada cinta ibu. Ketika anaknya lahir, sudah terpikir dalam batinnya bagaimana kubahagiakan anakku, jadi siapakah anakku esok, bagaimanakah anakku jika aku mati sekarang, bagaimanakah nasibnya jika hidupnya susah karenaku. Pikiran-pikiran itu membuatnya pergi pagi pulang malam, bekerja untuk kebahagiaan anaknya, tak sempat ia berpikir untuk kebahagiaannya sendiri. Bahkan, tak pernah ia berpikir sekalipun akan balasan anaknya atas perjuangannya itu. Ayah dan ibu berikan bekal agar anaknya mendapatkan kemuliaan di dunia dan akhirat. Mereka mengerti, Allah mencintai orangtua yang dapat menunaikan amanat dan mengembalikannya kepada Allah, bahkan ketika anak-anak mereka nakal, bandel, sering membuat susah atau bahkan durhaka sekalipun, cinta yang ada di hati orang tua tetaplah ada dan tidak sirna. Cinta kepada anak adalah mulia. Cinta anak pada orang tuanya, tidak kurang mulianya. Cinta kepada harta dan materi lainnya pun tidaklah tercela. Tetapi cinta kita kepada Allah SWT dan rasul-Nya adalah segala-galanya. Nabi Ibrahim mencintai Nabi Ismail dan Nabi Ismail pun mencintai ayahnya Nabi Ibrahim. Tetapi ketaatan dan kecintaan mereka pada Allah jauh melebihi cinta-cinta di antara mereka. Apa yang menjadi perintah Allah haruslah dijalankan tanpa ada keraguan. Karena dibalik semua itu pastilah ada tujuan dan hikmah, di mana acapkali hikmah itu tidak dapat kita pahami. Bukan pula berarti hikmah itu tidak ada, hanya akal kita yang sangat terbatas untuk menguaknya. Kita kemudian dapat menyadari dan kemudian bersikap tawadhu' bahwa Ilmu Allah Maha Luas dan apa yang dianugerahkan kepada kita sangatlah terbatas. Allah SWT berfirman:
ﺟ ْﺌ َﻨ ﺎ ِﺑ ِﻤ ْﺜِﻠ ِﻪ ِ ت َر ﱢﺑ ﻲ َوَﻟ ْﻮ ُ ن َﺗ ْﻨ َﻔ َﺪ َآِﻠ َﻤ ﺎ ْ ﻞ َأ َ ﺤ ُﺮ َﻗ ْﺒ ْ ت َر ﱢﺑ ﻲ َﻟ َﻨ ِﻔ َﺪ ا ْﻟ َﺒ ِ ﺤ ُﺮ ِﻡﺪَادًا ِﻟ َﻜِﻠ َﻤ ﺎ ْ ن ا ْﻟ َﺒ َ ﻞ َﻟ ْﻮ آَﺎ ْ ُﻗ (109 :َﻡ َﺪدًا)ﺱﻮرة اﻟﻜﻬﻒ 4
Artinya: Katakanlah: "Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula). (QS. Al-Kahfi: 109). Pada masa sahabat, ketaatan pada perintah Allah terlukis dengan sangat indah pada peristiwa ketika Amirul Mu’minin Khalifah Umar bin Khattab akan mencium Hajar Aswad saat menunaikan ibadah haji. Beliau berkata di depan batu hitam itu sebelum menciumnya: Artinya: Hai batu, Sesungguhnya aku sadar betul, engkau hanyalah sebuah batu yang tidak bisa memberi manfaat ataupun madzarat, Seandainya aku tidak melihat Rasulullah menciummu (dan menjadikan hal itu sebagai amalan sunnah dalam haji), niscaya aku tidak akan pernah menciummu selamanya!. Kaum Muslimin Rahimakumullah Kedua: Ibadah Qurban mengajarkan umat Islam untuk selalu mengembangkan ukhuwah Islam antar sesama muslim. Umat Islam belajar peka terhadap keadaan saudaranya yang mungkin secara ekonomi mendapat cobaan dari Allah. Terlebih lagi beberapa waktu ini, Bangsa Indonesia dan ummat Islam khususnya, sedang mendapat ujian dari Allah berupa bencana yang datang silih berganti. Sehingga dengan disyari’atkannya menyembelih hewan pada hari raya ini, sesama muslim dapat saling berbagi, saling membantu dan saling merasakan kebahagiaan di hari-hari yang penuh berkah ini. Ketiga: Ibadah kurban dengan menyembelih hewan ternak sebagaimana dimulai pada jaman Nabi Ibrahim, adalah bertujuan mengangkat derajat dan martabat umat manusia, yaitu dengan tidak menjadikannya sebagai sesuatu yang dikorbankan untuk kepentingan sesama manusia. Pada jaman dulu, hampir semua peradaban mengenal yang namanya pengorbanan manusia. Alasannya bermacam-macam, dari untuk mendatangkan rejeki, menolak bencana atau bahkan untuk sekedar persembahan kepada dewa-dewa. Mereka mengorbankan dan membunuh anak perempuan atau anak laki-laki terbaik mereka dengan harapan para dewa memberikan kebaikan dan menghindarkan bencana dari mereka. Dengan syari’at kurban Allah menegaskan jika umat beriman ingin mendekatkan diri kepada Allah, maka cukuplah
5
hal itu dilakukan dengan cara menyembelih binatang ternak sesuai syari'at yang dituntunkan Rasulullah, yang disertai niat tulus dan ikhlas mengharapkan ridha Allah SWT.
وﷲ اﻟﺤﻤﺪx3 اﷲ أآﺒﺮ Kaum Muslimin dan Muslimat yang berbahagia Demikian khutbah Idul Adha kita kali ini, Akhirnya marilah kita berdo’a kepada Allah SWT, semoga Allah menerima amal ibadah kita, terutama rangkaian ibadah di bulan dzulhijjah ini, mengampuni segala dosa kita. Semoga Allah menjadikan kita termasuk golongan orang yang bertaqwa serta mencatat kita sebagai calon-calon penghuni surga. Marilah kita juga berdo’a semoga hasil baik yang kita petik dari ibadah puasa arafah, shalat ied dan kurban yang kita lakukan diterima di sisi Allah, amin yaaa Rabbal ‘alamin.
أﻟﻠـﻬﻢ اﻏﻔﺮ ﻟﻠﻤﺆﻡﻨﻴﻦ واﻟﻤﺆﻡﻨﺎت واﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ واﻟﻤﺴﻠﻤﺎت اﻷﺣﻴﺎء ﻡﻨﻬﻢ واﻷﻡ ﻮات اﻥ ﻚ ﺱ ﻤﻴﻊ وأﺹﻠﺢ ﻟﻨﺎ دﻥﻴﺎﻥ ﺎ اﻟﺘ ﻰ، أﻟﻠﻬﻢ أﺹﻠﺢ ﻟﻨﺎ دیﻨﻨﺎ اﻟﺬى هﻮ ﻋﺼﻤﺔ أﻡﺮﻥﺎ.ﻗﺮیﺐ ﻡﺠﻴﺐ اﻟﺪﻋﻮات ، واﺟﻌ ﻞ اﻟﺤﻴ ﺎة زی ﺎدة ﻟﻨ ﺎ ﻓ ﻰ آ ﻞ ﺥﻴ ﺮ، وأﺹﻠﺢ ﻟﻨﺎ أﺥﺮﺗﻨ ﺎ اﻟﺘ ﻰ إﻟﻴﻬ ﺎ ﻡﻌﺎدﻥ ﺎ،ﻓﻴﻬﺎ ﻡﻌﺎﺷﻨﺎ واﺟﻌﻞ اﻟﻤﻮت راﺣﺔ ﻟﻨﺎ ﻡﻦ آﻞ ﺷﺮ ن َﻟ ْﻢ َﺗ ْﻐ ِﻔ ْﺮ َﻟ َﻨ ﺎ ْ ﺴﻨَﺎ َوِإ َ ﻇَﻠ ْﻤﻨَﺎ َأ ْﻥ ُﻔ َ َر ﱠﺑﻨَﺎ.ﺱ ﱢﻴﺌَﺎ ِﺗﻨَﺎ َو َﺗ َﻮ ﱠﻓﻨَﺎ َﻡ َﻊ ا ْﻟَﺄ ْﺑﺮَا ِر َ ﻋﻨﱠﺎ َ ﻏ ِﻔ ْﺮ َﻟﻨَﺎ ُذﻥُﻮ َﺑﻨَﺎ َو َآ ﱢﻔ ْﺮ ْ َر ﱠﺑﻨَﺎ َا ﺣ َﻤ ًﺔ ْ ﻚ َر َ ﻦ َﻟ ُﺪ ْﻥ ْ ﺐ َﻟ َﻨ ﺎ ِﻡ ْ غ ُﻗﻠُﻮ َﺑﻨَﺎ َﺑ ْﻌ َﺪ ِإ ْذ َه َﺪ ْی َﺘﻨَﺎ َو َه ْ َر ﱠﺑﻨَﺎ ﻟَﺎ ُﺗ ِﺰ.ﻦ َ ﺱﺮِی ِ ﻦ ا ْﻟﺨَﺎ َ ﻦ ِﻡ ﺣ ْﻤﻨَﺎ َﻟ َﻨﻜُﻮ َﻥ ﱠ َ َو َﺗ ْﺮ ب اﻟﻨﱠﺎر َ ﻋﺬَا َ ﺴ َﻨ ًﺔ َو ِﻗﻨَﺎ َﺣ َ ﺥ َﺮ ِة ِ ﺴ َﻨ ًﺔ َوﻓِﻲ اﻟْﺂ َﺣ َ َر ﱠﺑﻨَﺎ ءَا ِﺗﻨَﺎ ﻓِﻲ اﻟ ﱡﺪ ْﻥﻴَﺎ.ب ُ ﺖ ا ْﻟ َﻮهﱠﺎ َ ﻚ َأ ْﻥ َ ِإ ﱠﻥ رﺑﻨﺎ ﺗﻘﺒﻞ ﻡﻨﺎ اﻥﻚ أﻥﺖ اﻟﺴﻤﻴﻊ اﻟﻌﻠﻴﻢ وﺗﺐ ﻋﻠﻴﻨﺎ اﻥﻚ أﻥﺖ اﻟﺘﻮاب اﻟﺮﺣﻴﻢ وﺱ ﺒﺤﺎن رﺑ ﻚ رب اﻟﻌ ﺰة ﻋﻤ ﺎ ی ﺼﻔﻮن وﺱ ﻼم ﻋﻠ ﻰ اﻟﻤﺮﺱ ﻠﻴﻦ واﻟﺤﻤ ﺪ ﷲ رب اﻟﻌ ﺎ ﻟﻤ ﻴﻦ و اﻟ ﺴـــﻼم ﻋﻠ ﻴﻜﻢ ورﺣﻤﺔ اﷲ وﺑﺮآﺎﺗﻪ
6