KONTRIBUSI TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR'AN (TPA) TERHADAP PENCAPAIAN KOMPETENSI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH DALAM HAL BACA-TULIS AL-QUR'AN (Studi Kasus di SDN 02 Pondok Pucung, Kecamatan Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan, Propinsi Banten)
Di susun oleh: WINDI NIM: 104011000040
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009 M / 1430 H
KONTRIBUSI TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR'AN (TPA) TERHADAP PENCAPAIAN KOMPETENSI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH DALAM HAL BACA-TULIS AL-QUR'AN (Studi Kasus di SDN 02 Pondok Pucung, Kecamatan Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten)
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mancapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd.I)
Oleh: WINDI NIM: 104011000040
Pembimbing:
Dra. Hj. Djunaidatul Munawarah, M. Ag NIP: 150 228 871
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009 M / 1430 H
LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: WINDI
NIM
: 104011000040
Tempat/Tanggal Lahir : Tangerang, 17 Juli 1985 Jurusan/Prodi
: Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi
: "Kontribusi Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA)
Terhadap
Pencapaian
Kompetensi
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dalam Hal Baca-Tulis Al-Qur'an" (Studi Kasus di SDN 02 Pondok Pucung, Kec. Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan). Dosen Pembimbing
: Dra. Hj. Djunaidatul Munawarah, M. Ag
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggungjawab penuh secara akademis atas apa yang saya tulis.
Demikian pernyataan ini saya buat, untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Jakarta, 29 Juni 2009 Mahasiswa Ybs,
WINDI NIM: 104011000040
ABSTRAKSI WINDI, 2009. "Kontribusi Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA) Terhadap Pencapaian Kompetensi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dalam Hal Baca-Tulis Al-Qur'an" (Studi Kasus di SDN 02 Pondok Pucung, Kec. Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan). Di bawah bimbingan Dra. Hj. Djunaidatul Munawarah, M. Ag.
Fokus studi ini adalah ada atau tidaknya kontribusi yang diberikan Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA) terhadap pencapaian kompetensi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah terutama pada kemampuan baca-tulis alQur'an. Penelitian ini dilakukan di SDN 02 Pondok Pucung, Kecamatan Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan, metode yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif, yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas V dan VI yang ikut pendidikan di TPA dengan yang tidak ikut pendidikan di TPA. Kemudian, instrument yang digunakan dalam pengambilan data pada penelitian ini adalah berupa test, yang terdiri dari test tertulis (kemampuan pengetahuan baca-tulis al-Qur'an), test menulis huruf al-Qur'an dan test membaca al-Qur'an. Hasil yang ditemukan pada penelitian ini menunjukkan bahwa Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Islam pada TPA, pada dasarnya tidak jauh berbeda Sekolah Dasar, yang berbeda hanya persiapan dan metode yang digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar. Pada sekolah dasar, guru menggunakan metode yang bersifat klasikal, karena terbatasnya waktu. Sedangkan, guru TPA menggunakan metode dengan memberikan perhatian dan pembelajaran pada tiaptiap anak (individu) secara langsung, sehingga terlihat jelas bahwa pembelajaran pada TPA lebih optimal dan efektif dalam penyampaian materi pembelajarannya. Kemudian, mengenai hasil belajar terlihat dengan jelas perbedaan antara siswa yang mengikuti pendidikan pada TPA dengan siswa yang tidak mengikuti pendidikan di TPA. Perbedaan tersebut terjadi pada semua penilaian, baik kemampuan mereka dalam memahami materi pelajaran tentang baca-tulis alQur'an, kemampuan menulis al-Qur'an maupun kemampuan mereka dalam membaca al-Qur'an. Siswa yang mengikuti pendidikan pada TPA tentu lebih menguasai (unggul) kemampuannya dibandingkan dengan siswa yang tidak mengikuti pendidikan pada TPA. Saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian ini adalah Pendidikan Agama Islam harus lebih diutamakan disamping pendidikan yang lainnya, kususnya mengenai pemahaman dalam baca-tulis al-Qur'an. Oleh karena itu, TPA sebagai tempat pendidikan non formal, tempat belajar baca-tulis al-Qur'an, hendaknya tidak dipandang "sebelah mata", karena keberadaannya dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian kompetensi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah, terutama pada kemampuan baca-tulis al-Qur'an.
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul: "Kontribusi Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) Terhadap Pencapaian Kompetensi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah dalam Hal Baca-Tulis Al-Qur'an" (Studi Kasus di SDN 02 Pondok Pucung, Kecamatan Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan, Propinsi Banten) diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada, 29 Juni 2009 dihadapan Dewan Penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S 1 (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama. Jakarta, 29 Juni 2009 Panitia Ujian Munaqasah Tanggal
Tanda Tangan
Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi) Dr. H. Abdul Fattah Wibisono, MA NIP. 19580112 198803 1 002
02 Juli 2009
………………
30 Juni 2009
………………
30 Juni 2009
………………
30 Juni 2009
………………
Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Program Studi) Drs. Sapiuddin Siddiq, M. Ag NIP. 19670328 200003 1 001 Penguji I Dra. Hj. Eri Rossatria, M. Ag NIP. 19470717 196608 2 001 Penguji II, Drs. Sapiuddin Siddiq, M. Ag NIP. 19670328 200003 1 001 Mengetahui, Dekan
Prof. Dr. Dede Rosyada, MA NIP. 19531018 198203 1 001
Kerangka Berpikir
Berdasarkan teori dan konsep yang telah penulis uraikan di atas, maka perlu dirumuskan sebuah kerangka berpikir yang akan penulis gunakan dalam penelitian ini. Hal ini, diharapkan agar pembahasan dalam penelitian ini sesuai dengan kaidah yang memenuhi syarat-syarat sebagai sebuah karya ilmiah. Sesuai dengan tema yang dibahas dalam penelitian ini, maka dapat diketahui bahwa pembelajaran atau pengajaran sangat menentukan akan keberhasilan dari proses pendidikan seorang siswa, sebagai peserta didik, dimanapun dan kapanpun dia menempuh pendidikan serta pada setiap jenjang pendidikan apapun, khususnya dalam pendidikan agama Islam. Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA) adalah lembaga pendidikan dan pengajaran Islam luar sekolah atau dapat disebut juga sebagai pendidikan non formal untuk anak-anak usia SD (usia 7-12 tahun), yang mendidik santri agar mampu membaca al-Qur'an dengan baik dan benar sesuai dengan ilmu tajwid sebagai target pokoknya. Secara psikologis, usia kelompok Taman Kanak-kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD) cukup kondusif untuk menerima bimbingan membaca dan menghafal al-Qur'an, serta penanaman nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Seiring dengan itu, suasana belajar dan proses pembelajarannya disesuaikan dengan dunia anak-anak dan karakteristik kepribadian yang senang bermain. Pilihan istilah "taman" untuk nama unit atau lembaga tersebut adalah untuk mengacu pada asas psikologis atau psiko-sosial, karena "taman" merupakan tempat yang kondusif untuk bermain atau dapat juga dikatakan sebagai tempat yang menyenangkan. Pembelajaran pada Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA) dari segi materi atau muatan pengajaran, pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan materi atau muatan pengajaran yang ada pada tatanan Sekolah Dasar (SD) atau pada sekolah formal, bahkan lebih banyak muatan materi agamanya dibandingkan dengan
pendidikan agama yang ada pada tatanan Sekolah Dasar (SD) atau sekolah formal lainnya. Materi pengajaran pada Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA) terbatas pada pemberian bekal dasar pengetahuan, sikap dan keterampilan keagamaan. Terutama untuk pengajaran yang kurang memungkinkan dapat tercapai secara tuntas melalui pendidikan di sekolah formal. Misalnya, baca-tulis al-Qur'an, praktek shalat, hafalan ayat-ayat al-Qur'an, do'a-do'a harian, penanaman akidah akhlak, pengetahuan keislaman dan lain sebagainya. Keberadaan Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) pada dasarnya adalah untuk membantu peran orang tua selaku pendidik dan pengajar dirumah, serta membantu peran guru-guru selaku pengajar di sekolah. Selain itu, keberadaan Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) juga dimaksudkan untuk mendukung dan membantu program atau usaha pemerintah menuju tercapainya tujuan Pendidikan Nasional, khususnya dalam sisi penanaman akidah serta pengembangan iman dan takwa juga budi pekerti yang baik (akhlakul karimah). Melihat kenyataan yang ada, bahwa pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang ada pada tatanan sekolah formal dirasa sangat kurang, dari segi materi atau waktu yang disediakan, maka cukup strategis apabila peserta didik juga mengikuti proses pembelajaran pada Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA) untuk dapat menambah serta memperdalam materi Pendidikan Agama Islam. Segala komponen yang terdapat dalam Pendidikan Agama Islam, baik yang bersifat kognitif, afektif maupun psikomotorik, akan menentukan keberhasilan para siswa dalam mencapai prestasi demi prestasi didalam pendidikannya juga dalam kehidupannya, khususnya Pendidikan Agama Islam yang sesuai dengan syari'at Islam itu sendiri. Jadi, berdasarkan kesimpulan tersebut, apabila pelaksanaan pembelajaran pada Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA) berjalan dengan baik serta diikuti oleh peserta didik, maka akan terlihat dengan jelas bahwa keberadaan Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA) dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap prestasi Pendidikan Agama Islam siswa di sekolah formal.
KATA PENGANTAR
ﺑﺴﻢ اﷲ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﻴﻢ Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kita taufik, hidayah, inayah dan nikmat serta segala-galanya kepada kita semua, sehingga dengan kekuatan dan ridha dari-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan dan tersampaikan kepada junjungan kita, Baginda Nabi Muhammad SAW, sebagai suri teladan dan tokoh idola yang paling sempurna bagi kita semua. Sejak penulis belajar di Jurusan/Prodi Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, hingga penulis menyelesaikan penulisan skripsi ini, betapa banyak bantuan dan sumbangan, baik moril maupun materil, yang telah penulis terima dari berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui tulisan ini perkenankanlah penulis dari lubuk hati yang paling dalam menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ketua dan sekretaris Jurusan/Prodi Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang selalu memberikan bimbingan spirit kepada penulis dalam menyelesaikan kuliah di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Dra. Hj. Djunaidatul Munawarah, M. Ag., sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dan memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Terima kasih yang sebesarbesarnya dan merupakan suatu kehormatan dan kebanggaan tersendiri bagi penulis bisa berada di bawah bimbingan beliau. 4. Ibu Een Sukaenah, Kepala Sekolah SDN 02 Pondok Pucung dan Bapak Nasuha, S. Pd.I, Guru Bidang Studi Pendidikan Agama Islam SDN 02 Pondok Pucung, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan
i
penelitian serta meluangkan waktu dan memberikan kemudahan dalam melaksanakan penelitian. 5. Perpustakaan Umum serta Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan berupa bahan-bahan yang menjadi referensi dalam penulisan skripsi ini. 6. Secara khusus skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda H. Irham Muhur (Alm) dan Ibunda Armanah yang senantiasa menjaga, membimbing dan memotivasi penulis dengan tulus serta selalu mendo’akan agar penulis sukses dalam segala hal. Ananda sadar semua yang telah Ayah dan Ibu berikan tidak akan dapat terganti dengan apapun di dunia ini. 7. Suami tercinta, Dhonny Setiawan, SHI, yang selalu menemani, memotivasi dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, terima kasih atas perhatian, kesabaran serta kasih sayangnya selama ini, mudah-mudahan Allah selalu merahmati dan meridhoi langkah kehidupan kita. 8. Buah hati tersayang, Ananda Raisa Suci Ramadhani Setiawan, yang selalu menjadi penyemangat penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini, do’a mamah selalu menyertai perjalanan hidupmu sayang. 9. Kakak-kakak (Murnih, Rita, Muryati, Wandi), adik-adik (Muhariya dan Ella) dan keponakan tercinta, yang telah menghilangkan kepenatan dan rasa stres penulis dengan semua canda, kasih sayang dan kebersamaan kalian, terima kasih atas perhatian, dukungan dan do'anya. 10. Sahabat-sahabat penulis, diantaranya Idham Kholid, S. Sos.I yang sudah memfasilitasi penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, Jami', Diyanti, Indah, Novi, Nurrahmah, Yoni dan semua teman-teman seperjuangan PAI angkatan 2004, serta sahabat-sahabat lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas dukungan dan do'anya, kalian semua yang terhebat dalam hidup ini.
ii
Selain itu, tidak lupa penulis menyampaikan permohonan maaf apabila dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak kesalahan dan kekeliruan, karena penulis sadar bahwa tulisan ini masih jauh daripada kesempurnaan. Kritik dan saran sangatlah penulis harapkan. Akhirnya, segala kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT dan mudah-mudahan semua yang telah penulis lakukan mendapat ridha dari Allah SWT, semoga skripsi ini bermanfaat. Amin.
Jakarta, 29 Juni 2009 M 6 Rajab 1430 H
Penulis
iii
DAFTAR ISI
COVER LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAKSI KATA PENGANTAR …………………………………………………...
i
DAFTAR ISI …………………………………………………………….
iv
DAFTAR TABEL ……………………………………………………….
vii
BAB I
PENDAHULUAN…………………………………...........
1
A. Latar Belakang Masalah………………………………..
1
B. Identifikasi Masalah ……………………………………
7
C. Pembatasan Masalah …………………………………..
7
D. Perumusan Masalah ……………………………………
8
E. Tujuan Penelitian ………………………………………
8
F. Manfaat Penelitian ……………………………………..
9
BAB II
TINJAUAN TEORITIS TENTANG PENGAJARAN AL-QUR'AN TINGKAT DASAR DAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ………………………………………..
10
A. Pengajaran Al-Qur'an Tingkat Dasar …………………..
10
1. Pengertian Pengajaran Al-Qur'an …………………..
10
2. Tujuan Pengajaran Al-Qur'an ………………………
12
3. Model-model Pengajaran Al-Qur'an ……………….
14
B. Pendidikan Agama Islam…………………………….…
27
1. Pengertian
BAB III
dan
Aspek-aspek
Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam…………………………...
27
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam …………………..
35
3. Fungsi Pendidikan Agama Islam……………………
41
C. Kerangka Berpikir …………………………………….
42
METODOLOGI PENELITIAN …………………………
46
A. Tujuan Penelitian……………………………………….
46
iv
BAB IV
B. Unit Analisis …………………………………………...
46
C. Metode Penelitian ……………………………………..
47
D. Variabel Penelitian ……………………………………..
47
E. Populasi dan Sampel …………………………………...
48
F. Teknik Pengumpulan Data ……………………………..
48
G. Teknik Pengolahan dan Analisis ……………………….
51
1. Tahap Pengolahan Data ……………………………
51
2. Tahap Pengorganisasian Data ……………………...
51
3. Tahap Analisis Data ……………………………….
51
HASIL PENELITIAN ……………………………………
53
A. Gambaran Umum SDN 02 Pondok Pucung ……………
53
1. Sejarah Singkat dan Perkembangannya……….........
53
2. Visi, Misi dan Tujuan ……………………………....
54
3. Keadaan Guru dan Siswa ……………………….....
56
4. Sarana dan Prasarana ………………….…………..
58
B. Kontribusi Terhadap
Taman
Pendidikan
Pencapaian
Al-Qur'an
Kompetensi
(TPA)
pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar ………........
59
C. Studi Komparasi Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar dengan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Islam di Taman Pendidikan AlQur'an (TPA) ………………………………………….
60
D. Analisis Perbandingan Hasil Belajar Pemahaman,
BAB V
Menulis dan Membaca Al-Qur'an ………………..…….
61
1. Hasil Test Tulis teori Baca-Tulis Al-Qur'an………..
62
2. Hasil Test Menulis Huruf Al-Qur'an………………..
67
3. Hasil Test Membaca Al-Qur'an……………………..
76
PENUTUP …………………………………………..........
81
A. Kesimpulan…………………………………………….
81
B. Saran-saran…………………………………………….
82
v
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………..
84
LAMPIRAN-LAMPIRAN ……………………………………………….
87
vi
DAFTAR TABEL Halaman
1. Kompetensi Dasar Umum dan Materi Pendidikan Agama Islam di tingkat Sekolah Dasar (SD)……………………………………………
31
2. Kisi-kisi instrument penelitian berupa test tulis, menulis dan lisan Kontribusi Taman pendidikan Al-Qur'an (TPA) Terhadap Pencapaian Kompetensi
Pengajaran
Pendidikan
Agama
Islam
di
Sekolah………….....................................................................................
49
3. Keadaan Dewan Guru SDN 02 Pondok Pucung Tahun Ajaran 20082009 Berdasarkan Jenis kelamin dan Jabatan…………………………..
57
4. Keadaan siswa SDN 02 Pondok Pucung Tahun Ajaran 20082009…….................................................................................................. 5. Sarana
dan
prasarana
yang
terdapat
di
SDN
02
58
Pondok
Pucung…………………………………………………………………
59
6. Hasil atau Nilai Test Tertulis Responden tentang Pemahaman Siswasiswi mengenai Materi Al-Qur'an pada Bidang Studi Pendidikan Agama Islam di SDN 02 Pondok Pucung ……………………………...
62
7. Frekuensi yang diharapkan Muncul tentang Hasil atau Nilai Test Tertulis Responden tentang Pemahaman Siswa-siswi mengenai Materi Al-Qur'an pada Bidang Studi Pendidikan Agama Islam di SDN 02 Pondok Pucung…………………………………………………………
64
8. Perbedaan antara Fo dengan Ft …………………………………...........
64
9. Perhitungan untuk memperoleh Harga Kai Kuadrat pada Test Tertulis…………………………………………………………………
65
10. Hasil atau Nilai Test Menulis Kembali Potongan Ayat Al-Qur'an pada Bidang Studi Pendidikan Agama Islam di SDN 02 Pondok Pucung…………………………………………………………………..
67
11. Frekuensi yang diharapkan Muncul tentang Hasil atau Nilai Test Menulis atau Menyalin kembali Potongan Ayat Al-Qur'an pada Bidang Studi
Pendidikan
Agama
Islam
di
SDN
02
Pondok
Pucung…………………………………………………………………
vii
68
12. Perbedaan antara Frekuensi yang diobservasi (fo) dengan Frekuensi yang
diharapkan/frekuensi
Teoritis
(ft)
pada
test
menulis……………………………….…………………………………
69
13. Perhitungan untuk memperoleh Harga Kai Kuadrat pada test menulis………………………………………………………………….
69
14. Hasil atau Nilai Test Menulis Imla Huruf al-Qur'an…………………....
71
15. Frekuensi yang diharapkan Muncul tentang Hasil atau Nilai test Menulis Imla Huruf al-Qur'an ………………………………………….
73
16. Perbedaan Fo dengan Ft ……………………………………………......
73
17. Perhitungan untuk memperoleh harga Hitung Kai Kuadrat…………….
74
18. Hasil atau Nilai Test Tertulis Responden tentang kemampuan Siswasiswi mengenai Materi Membaca Al-Qur'an pada Bidang Studi Pendidikan
Agama
Islam
di
SDN
02
Pondok
Pucung…………………………………………………………………
76
19. Frekuensi yang diharapkan Muncul tentang Hasil atau Nilai Test Kemampuan membaca Al-Qur'an Responden Bidang Studi Pendidikan Agama
Islam
di
SDN
02
Pondok
Pucung…………………………………………………………………
77
20. Perbedaan antara Frekuensi yang diobservasi (fo) dengan Frekuensi yang diharapkan/frekuensi Teoritis (ft) pada test membaca alQur'an…………………………………………………………………
78
21. Perhitungan untuk memperoleh harga Kai Kuadrat pada test membaca al- Qur'an………………………………………………………………
viii
78
ABSTRAKSI
WINDI, 2009. "Kontribusi Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA) Terhadap Pencapaian Kompetensi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah" (Studi Kasus di SDN 02 Pondok Pucung, Kec. Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan). Di bawah bimbingan Dra. Hj. Djunaidatul Munawarah, M. Ag.
Fokus studi ini adalah ada atau tidaknya kontribusi yang diberikan Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA) terhadap pencapaian kompetensi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah terutama pada kemampuan baca-tulis alQur'an. Penelitian ini dilakukan di SDN 02 Pondok Pucung, Kec. Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan, metode yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif, yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas V dan VI yang ikut pendidikan di TPA dengan yang tidak ikut pendidikan di TPA. Kemudian, instrument yang digunakan dalam pengambilan data pada penelitian ini adalah berupa test, yang terdiri dari test tertulis (kemampuan pengetahuan baca-tulis alQur'an), test menulis huruf al-Qur'an dan test membaca al-Qur'an. Hasil yang ditemukan pada penelitian ini menunjukkan bahwa Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Islam pada TPA, pada dasarnya tidak jauh berbeda Sekolah Dasar, yang berbeda hanya persiapan dan metode yang digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar. Pada sekolah dasar, guru menggunakan metode yang bersifat klasikal, karena terbatasnya waktu. Sedangkan, guru TPA menggunakan metode dengan memberikan perhatian dan pembelajaran pada tiaptiap anak (individu) secara langsung, sehingga terlihat jelas bahwa pembelajaran pada TPA lebih optimal dan efektif dalam penyampaian materi pembelajarannya. Kemudian, mengenai hasil belajar terlihat dengan jelas perbedaan antara siswa yang mengikuti pendidikan pada TPA dengan siswa yang tidak mengikuti pendidikan di TPA. Perbedaan tersebut terjadi pada semua penilaian, baik kemampuan mereka dalam memahami materi pelajaran tentang baca-tulis alQur'an, kemampuan menulis al-Qur'an maupun kemampuan mereka dalam membaca al-Qur'an. Siswa yang mengikuti pendidikan pada TPA tentu lebih menguasai (unggul) kemampuannya dibandingkan dengan siswa yang tidak mengikuti pendidikan pada TPA. Saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian ini adalah Pendidikan Agama Islam harus lebih diutamakan disamping pendidikan yang lainnya, kususnya mengenai pemahaman dalam baca-tulis al-Qur'an. Oleh karena itu, TPA sebagai tempat pendidikan non formal, tempat belajar baca-tulis al-Qur'an, hendaknya tidak dipandang "sebelah mata", karena keberadaannya dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian kompetensi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah, terutama pada kemampuan baca-tulis alQur'an.
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu aktifitas untuk mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup. Dengan kata lain, pendidikan tidak hanya berlangsung didalam kelas, akan tetapi juga berlangsung diluar kelas. Pendidikan tidak hanya bersifat formal, akan tetapi mencangkup pula pendidikan yang bersifat non formal. Tugas manusia tidak selalu meningkatan kecerdasan, melainkan juga mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia. Oleh karena itu, pendidikan merupakan sarana utama untuk mengembangkan kepribadian setiap manusia. Pendidikan mempunyai fungsi dan peran yang besar dalam segi kehidupan manusia, terlebih lagi pendidikan agama yang tentunya mempunyai pengaruh yang sangat besar daripada pendidikan yang lain pada umumnya, apa lagi yang hanya menitik beratkan pada aspek kognitif semata. 1 Pendidikan agama Islam di Indonesia mendapat tempat yang layak serta perhatian yang serius dari masyarakat dan pemerintah mulai sejak taman kanakkanak sampai dengan perguruan tinggi. Dan pendidikan agama merupakan mata pelajaran yang paling penting atau pokok di sekolah. Ini menunjukkan pentingnya kedudukan pendidikan agama di sekolah dan didalam kehidupan masyarakat pada umumnya. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dikatakan bahwa Pendidikan Nasional bertujuan memcerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yakni manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, memililki pengetahuan dan keterampilan,
1
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), cet. Ke-II, h. 149.
1
2
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap, mandiri dan bertanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan. 2 Dari tujuan pendidikan nasional di atas, ditegaskan bahwa salah satu ciri manusia Indonesia yang menjadi tujuan pendidikan nasional ialah manusia yang beriman dan bertakwa. Agar beriman dan bertakwa ini dapat terwujud, mutlak diperlukan adanya pendidikan keimanan dan ketakwaan. Dan itulah pendidikan agama. Tujuan Pendidikan Nasional tersebut, menempati hirerarki tertinggi jika dilihat dari taksonomi tujuan pendidikan. Ibarat sebuah pohon dimana tujuan pendidikan nasional sebagai batangnya, sedangkan tujuan kelembagaan (institusional) dan tujuan pengajaran (kurikuler) adalah sebagai cabang dan rantingnya. Dengan demikian, antara tujuan pendidikan nasional dan tujuan pendidikan
institusional
serta
tujuan
kurikuler
mempunyai
unsur-unsur
persenyawaan yang berhubungan dan sinkron antara satu sama lain. Dalam hubungan ini, salah satu unsur yang mengedepan dalam rumusan tujuan pendidikan nasional adalah tentang cita-cita terbentuknya manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Hal ini, menunjukkan pentingnya pendidikan agama pada tiap lembaga pendidikan di Indonesia baik pada pendidikan yang bersifat formal (pendidikan sekolah) maupun pada pendidikan non formal (pendidikan diluar sekolah). Dengan mengacu pada rumusan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka adanya penyelenggaraan pendidikan TK/TP al-Qur'an dapat dikatakan sebagai sub sistem dari pendidikan nasional yang mengandung nilai strategi tersendiri dalam upaya mengkondisikan kepribadian anak dalam mencapai tujuan pendidikan nasional. Pada waktu yang sama adalah memperkuat proses belajar mengajar pada pendidikan formal dalam sisi pendidikan keagamaan yang pada umumnya kurang
2
Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI, Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam Depag RI, 2006), h. 8-9.
3
begitu intensif diterima oleh anak didik, baik di tingkat TK maupun ditingkat Sekolah Dasar (SD) ataupun Madrasah Ibtidaiyah (MI). 3 Hal ini, dilakukan karena umat Islam di Indonesia mengalami tantangan keadaan. Yang dimaksud dengan tantangan keadaan adalah kenyataan obyektif umat Islam Indonesia yang mengandung sisi-sisi negatif dan kelemahankelemahan tertentu yang harus segera diatasi, dimana kemunculan dan keberadaan TK/TP al-Qur'an merupakan salah satu alternatif dan langkah terobosan yang harus dikembangkan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Tantangan keadaan ini, terbatas pada bidang pendidikan dan moral keagamaan, sebagai suatu penomena sosial budaya dan kultural, yang tentu saja tidak terlepas kaitannya dengan masalah sosial lainnya. Tantangan dalam bidang pendidikan dan moral keagamaan umat Islam tersebut adalah sebagai berikut: 1. Tantangan Internal Tantangan Internal yang cenderung meningkat dan merata di manamana, antara lain sebagai berikut: a. Meningkatnya angka kebodohan Umat Islam (terutama generasi mudanya) dalam hal membaca Al-Qur'an. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain sebagai berikut: 1) Lemahnya perhatian orang tua dalam membimbing putra-putrinya secara langsung. Khususnya dalam pengajaran baca tulis huruf alQur'an. Hal ini ditandai dengan menghilangnya tradisi pengajian sore, yang dahulu, ketika bangsa kita belum memasuki era pertelevisian, tradisi pengajian sore itu semarak dimana-mana, seperti dimasjidmasjid, musholah-musholah atau surau-surau, bahkan dirumah-rumah dengan tntunan langsung dari orang tuanya masing-masing. Kini tradisi mengaji dan budaya khataman al-Qur'an itu dewasa ini nyaris tergusur dan tergeser budaya baru yang tidak menentu. Daya tarik tontonan televisi lebih kuat dari pada daya tarik mengaji. Akibatnya,
3
Tasyrifin Karim, Panduan Kurikulum dan Pengajaran TKA/TPA, (Jakarta: LPPTKA BKPRMI Pusat, 2004), h. 26-28.
4
tidak sedikit para remaja, pelajar dan anak-anak muslim yang merasa "asing" terhadap kitab sucinya sendiri. 2) Lemahnya sistem pendidikan agama pada jalur pendidikan formal. 3) Kelemahan pendidikan agama pada jalur formal ini antara lain karena sempitnya jam pelajaran sementara bahan pengajarannya cukup luas. Di SD misalnya, untuk kelas I, II,III hanya 2 jam (2x40 menit) dan untuk kelas IV, V dan VI ditambah I jam menjadi 3 jam (dalam satu minggu). Dalam penerapan kurikulum Pendidikan Dasar 9 tahun (mulai tahun 1994/1995), hanyalah 2 jam untuk semua tingkatan. Dan kelemahan lainnya adalah dalam segi pendekatan kegiatan belajarmengajarnya yang bersifat klasikal (1 orang guru menghadapi puluhan murid),
dengan
lebih
sering
menggunakan
metode
ceramah.
Akibatnya, Pendidikan Agama itu nilainya merosot menjadi sekedar 'Pengetahuan Agama' yang bersifat kering. Aspek keterampilan agama dengan target agar tamat SD, si anak bias mengaji dan taat shalat, sangat tipis kemungkinannya, sebab untuk keterampilan baca tulis AlQur'an menuntut adanya pendekatan khusus yang sifatnya individunya (Pendekatan Privat). 4 b. Melemahnya pertahanan dan ketahanan umat Islam dalam menghadapi serangan budaya luar, khususnya budaya Barat yang sekuler itu, dari hari kehari semakin gencar dan semakin canggih, melalui berbagai media, televisi, video, radio, majalah, tabloid, buku-buku, dan lain-lain. Dalam kondisi umat Islam yang masih lemah dalam penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), khususnya teknologi informasi, sementara keakraban dan keterikatannya terhadap Al-Qur'an pun masih lemah, maka kondisi demikian dapat membuat umat Islam menjadi obyek serangan budaya Barat yang notabene didominasi oleh kaum Yahudi dan Nasrani. Namun demikian, sesuai sunnatullah, di tengah-tengah mayoritas umat yang masih terbelenggu oleh kejahilan dirinya itu, sudah mulai 4
Syamsuddin. MZ, Kebijaksanaan Umum dan Kiat Sukses Penelolaan TKA/TPA alQur'an, (Jakarta: LPPTKA BKPRMI DKI JAYA, 1996), cet. Ke-III, h. 8-10.
5
nampak adanya gerakan-gerakan perbaikan yang dipelopori oleh para ulama dan cendekiawan muslim, yang dalam terpojokannya oleh serangan budaya luar itu mereka bertahan pada tembok-tembok pertahanan akidahnya, lalu bangkit mengadakan perlawanan dan berusaha merebut senjata IPTEK melalui proses alih teknologi dan lain sebagainya.
2. Tantangan Eksternal Tantangan yang bersifat eksternal ini adalah berupa gerakan pemikiran dan aksi. Aksi yang bersifat kultural maupun sturktural yang berasal dari kelompok yang berpijak pada basis pemikiran non Islam, yang secara langsung maupun tidak langsung telah menjadikan umat Islam sebagai sasaran gempuran mereka.
Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) adalah lembaga Pendidikan luar sekolah (non formal), jenis keagamaan. Oleh karenanya, muatan pengajarannya lebih menekankan aspek keagamaan dengan mengacu pada sumber utamanya, yaitu Al-Qur'an dan As-sunnah. Hal itu pun diatasi dan disesuaikan dengan taraf perkembangan anak, yaitu untuk kelompok Taman Kanak-kanak Al-Qur'an (TKA) untuk anak usia 4-6 tahun, sedangkan Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) untuk anak usia 7-12 tahun (usia SD/MI). Dengan demikian, porsi pengajaran tertentu yang kurang memungkinkan dapat tercapai secara tuntas melalui pendidikan sekolah formal. Misalnya, pengajaran baca tulis Al-Qur'an, pengajaran shalat, hafalan ayat-ayat Al-Qur'an, do'a-do'a harian, penanaman akidah akhlak dan sejenisnya. 5 Pertumbuhan dan perkembangan Taman Pendidikan Al-Qur'an cukup pesat dan semarak di seluruh tanah air. Hal itu, menunjukkan adanya sambutan dan dukungan yang cukup baik dari masyarakat dan juga menunjukan kepedulian umat dalam upaya pewarisan dan penanaman nilai keimanan dan ketakwaan (IMTAQ) bagi generasi mendatang. Keberadaan dan pertumbuhan unit-unit 5
As'ad Humam, dkk, Pedoman Pengelolaan, Pembinaan dan Pengembangan Membaca, Menulis dan Memahami al-Qur'an (M3A) , (Yogyakarta: Balai Peneliian dan Pengembangan Sistem Pengajaran Baca Tulis al-Qur'an LPTQ Nasional, 2001), cet. Ke-XII, h. 7.
6
pendidikan non formal jenis keagamaan itupun cukup strategis jika dilihat dari tuntutan pembangunan bangsa yang menempatkan asas keimanan dan ketakwaan sebagai asas utamanya, disamping asas Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Dalam sisi yang lebih operasional lagi keberadaan TPA dapat dikatakan sangat mendukung yaitu dalam rangka memberikan dukungan nyata atas keputusan Pemerintah tentang pentingnya pengentasan buta aksara dan buta makna Al-Qur'an, dalam rangka Penghayatan dan Pengamalan Al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari. Serta pusat kegiatan yang dilakukan dimasjid, mushalah, majlis ta'lim dan lain sebagainya. Hal itu, dilakukan untuk memakmurkan masjid sebagai pusat ibadah, dan pusat kebudayaan Islam. Al-Qur'an mempunyai pengaruh yang besar terhadap jiwa manusia secara umum al-Qur'an mampu menggetarkan, menawan dan memasuki loronglorongnya apabila jiwa manusia semakin bersih, maka pengaruhnya juga semakin besar. Sementara jiwa anak-anak jauh lebih besar daripada jenjang usia manusia yang lain, fitrahnya suci dan setan tak luput tatkala berhadapan dengannya. Oleh karena itu, kiranya tepat apabila keberadaan Taman Kanak-kanak AlQur'an (TKA) dan atau Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) menjadi penting sebagai usaha untuk memperkuat proses belajar mengajar pada pendidikan formal dalam sisi pendidikan keagamaan yang pada umumnya kurang begitu intensif diterima oleh anak didik, baik di tingkat Taman Kanak-kanak (TK) maupun ditingkat Sekolah Dasar (SD) ataupun Madrasah Ibtidaiyah (MI) Berdasarkan deksripsi di atas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul "PERANAN TAMAN PENDIDIKAN ALQUR'AN (TPA) DALAM MENDUKUNG PENGAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus di SDN 02 Pondok Pucung, Kecamatan Pondok Aren, Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten) ".
B. Identifikasi Masalah Untuk mempermudah penelitian ini, maka penulis akan mengidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
7
1. Peranan adalah bagian dari tugas utama yang harus dilakukan. 2. Taman Kanak-kanak (TKA) atau Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) adalah lembaga pendidikan dan pengajaran Al-Qur'an luar sekolah (non formal) untuk anak usia TK (4-6 tahun) dan atau SD (7-12 tahun). Taman Pendidikan Al-Qur'an dan As-Sunnah. 3. Pendidikan Agama Islam adalah usaha yang diarahkan kepada pembentukan kepribadian anak yang sesuai dengan ajaran Islam atau suatu upaya dengan ajaran Islam, memikir, memutuskan dan berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, serta bertanggungjawab sesuai dengan nilai-nilai Islam. Pendidikan Agama Islam salah satu mata pelajaran penting yang diberikan di pendidikan formal.
C. Pembatasan Masalah Untuk mempermudah penelitian yang akan dilakukan dan mempertajam permasalahan yang akan dibahas, maka penulis membatasi permasalahan tersebut pada Peran Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA) dalam mendukung pengajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 02 Pondok Pucung, Kecamatan Pondok Aren, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, dengan spesifikasinya sebagai berikut: 1. Penelitian dilakukan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 02 Pondok Pucung, Kecamatan Pondok Aren, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. 2. Siswa yang menjadi obyek penelitian adalah siswa kelas 5 dan 6 SDN 02 Pondok Pucung, Kecamatan Pondok Aren, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka pokok permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah: "Bagaimanakah peran Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) dalam mendukung pengajaran Pendidikan Agama Islam?".
E. Tujuan Penelitian
8
Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) merupakan lembaga pendidikan non formal yang setara dengan SD atau MI. Maka, diharapkan keberadaan Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) mampu mendukung pengajaran Pendidikan Agama Islam pada kurikulum pendidikan formal. Adapun tujuan dilaksanakannya penelitian ini, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam di SDN 02 Pondok Pucung. 2. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa SDN 02 Pondok Pucung yang melalui TPA pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. 3. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa SDN 02 Pondok Pucung yang tidak melalui TPA pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. 4. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat dan pendukung prestasi belajar siswa SDN 02 Pondok Pucung dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam. 5. Untuk mengetahui peran Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) dalam mendukung pengajaran Pendidikan Agama Islam.
F. Manfaat Penelitian Sedangkan manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat luas bahwa keberadaan Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) sebagai lembaga pendidikan non formal dapat mendukung pengajaran Pendidikan Agama Islam pada kurikulum pendidikan formal. 2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi khazanah ilmu pengetahuan bagi dunia pendidikan pada umumnya dan bagi siapa saja yang membutuhkannya pada khususnya.
9
G. Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini, terdiri dari enam bab diantaranya adalah sebagai berikut: BAB I
Pendahuluan, yang meliputi: Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II
Tinjauan Teoritis tentang Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) dan Pendidikan Agama Islam. Sub pertama, membahas tentang Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA), meliputi pembehasan tentang Pengertian Taman Pendidikan al-Qur'an, Visi dan Misi Taman Pendidikan al-Qur'an, serta Tujuan Pendidikan dan Pengejaran
10
Taman Pendidikan al-Qur'an. Dan sub kedua, membahas tentang Pendidikan Agama Islam, meliputi pembahasan Pengertian Pendidikan Agama Islam, Dasar Pendidikan Agama Islam, Tujuan Pendidikan Agama Islam, dan Fungsi Pendidikan Agama Islam. BAB III
Metodologi Penelitian, meliputi pembahasan tentang Metode Pembahasan,
Populasi
dan
Sampel
Penelitian,
Teknik
Pengumpulan Data, dan Teknik Analisis Data. BAB IV
Gambaran Umum Lokasi Penelitian, meliputi pembahasan tentang Sejarah dan Letak Geografis, Keadaan Guru, Keadaan Siswa dan Jumlah Kelas, Sarana dan Pra Sarana, Kurikulum Pendidikan Agama Islam di SDN 02 Pondok Pucung, Kelurahan Pondok Pucung, Kecamatan Pondok Aren, Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten.
BAB V
Peranan Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) sebagai Pendukung Pengajaran Pendidikan Agama Islam di SDN 02 Pondok Pucung. Meliputi pembahasan tentang Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam di SDN 02 Pondok Pucung, Prestasi Belajar Siswa SDN 02 Pondok Pucung yang melalui TPA pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam, Prestasi Belajar Siswa SDN 02 Pondok Pucung yang tidak Melalui TPA pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam, Faktor-faktor Penghambat dan Pendukung Prestasi Belajar Siswa SDN 02 Pondok Pucung dalam Pelajaran Pendidikan Agama Islam.
BAB VI
Penutup, meliputi Kesimpulan dan Saran-saran, dimana pada bagian akhir terdapat daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
11
REFERENSI
Humam, As'ad, dkk, Pedoman Pengelolaan, Pembinaan dan Pengembangan Membaca, Menulis dan Memahami al-Qur'an (M3A), (Yogyakarta: Balai Peneliian dan Pengembangan Sistem Pengajaran Baca Tulis al-Qur'an LPTQ Nasional, 2001), cet. Ke-XII.
12
Karim, Tasyrifin, Panduan Kurikulum dan Pengajaran TKA/TPA, Jakarta: LPPTKA BKPRMI Pusat, 2004. Syamsuddin. MZ, Kebijaksanaan Umum dan Kiat Sukses Penelolaan TKA/TPA al-Qur'an, Jakarta: LPPTKA BKPRMI DKI JAYA, 1996, cet. Ke-III. Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI, Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam Depag RI, 2006. Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1995, cet. Ke-II.
13
BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR'AN DAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
A. Taman Pendidikan Al-Qur'an 1. Pengertian Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) Taman Pendidikan al-Qur'an adalah lembaga pendidikan dan pengajaran Islam luar sekolah atau dapat disebut juga sebagai pendidikan non formal untuk anak-anak usia SD (usia 7-12 tahun), yang mendidik santri agar mampu membaca al-Qur'an dengan baik dan benar sesuai dengan ilmu tajwid sebagai target pokoknya. 6 Secara psikologis, usia kelompok Taman Kanak-kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD) cukup kondusif untuk menerima bimbingan membaca dan menghafal
al-Qur'an,
serta
penanaman
nilai-nilai
yang
terkandung
didalamnya. Seiring dengan itu, suasana belajar dan proses pembelajarannya disesuaikan dengan dunia anak-anak dan karakteristik kepribadian yang senang bermain. Pilihan istilah taman untuk nama unit atau lembaga tersebut adalah untuk mengacu pada asas psikologis atau psiko-sosial, karena "taman" merupakan tempat yang kondusif untuk bermain atau dapat juga dikatakan sebagai tempat yang menyenangkan. Materi (muatan) pengajaran pada Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) terbatas pada pemberian bekal dasar pengetahuan, sikap dan keterampilan keagamaan. Terutama untuk pengajaran yang kurang memungkinkan dapat tercapai secara tuntas melalui pendidikan di sekolah formal. Misalnya, bacatulis al-Qur'an, praktek shalat, hafalan ayat-ayat al-Qur'an, do'a-do'a harian, penanaman akidah akhlak dan lain sebagainya. Keberadaan Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) pada dasarnya adalah untuk membantu peran orang tua selaku pendidik dan pengajar dirumah, serta membantu peran guru-guru selaku pengajar di sekolah. Selain itu, keberadaan 6
Chairani Idris dan Tasyrifin Karim, PedomanPembinaan dan Pengembangan TKA/TPA, (Jakarta: Lembaga Pembinaan dan Pengembangan TKA BKPRMI, 1995), h. 2.
14
Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) juga dimaksudkan untuk mendukung dan membantu program atau usaha pemerintah menuju tercapainya tujuan Pendidikan nasional, khususnya dalam sisi penanaman akidah serta pengembangan iman dan takwa juga budi pekerti yang baik (akhlakul karimah). Serta dalam rangka mengantisipasi buta huruf al-Qur'an dan sebagai pengamalan daripada perintah Allah swt, dalam surat al-Alaq ayat 1-5;
Artinya: "Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, bacalah dan Tuhanmulah yang paling pemurah, yang mengajar dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahui". (QS. Al-Alaq; 1-5) 2. Visi dan Misi Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) Salah satu visi daripada Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) pada dasarnya tercermin dari motto lembaga tersebut, yaitu menyiapkan generasi qur'ani menyongsong masa depan gemilang. Sedangkan misi daripada Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) adalah bersifat dwi tunggal, yaitu misi pendidikan dan misi dakwah Islamiyah. Selaku pembawa misi pendidikan, Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) tampil berdampingan dengan pendidikan formal, yaitu pendidikan yang sederajat dengan pendidikan SD atau MI yang segala sesuatunya diatur oleh pemerintah. Sedangkan, selaku pembawa misi dakwah, lembaga yang bersifat non formal ini diharapkan dapat menjadi pemantap atau penunjang misi pendidikan keagamaan (Islam) dalam kurikulum pendidikan formal yang porsinya dipandang kurang. 3. Tujuan Pendidikan dan Pengajaran Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) Secara kelembagaan, tujuan daripada adanya Taman Pendidikan AlQur'an (TPA) diantaranya adalah sebagai berikut:
15
a. membantu mengembangkan potensi anak kearah pembentukan sikap, pengetahuan dan keterampilan keagaam, melalui pendekatan yang disesuaikan dengan lingkungan dan taraf perkembangan anak berdasarkan tuntunan ajaran al-Qur'an dan sunah rasul. b. Mempersiapkan anak agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan keagamaan yang telah dimilikinya melalui program pendidikan lanjutan.
B. Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam Makna pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiaannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dengan demikian, bagaimanapun sederhananya peradaban suatu masyarakat, didalamnya terjadi atau berlangsung suatu proses pendidikan. Pendidikan dapat dikatakan sebagai ilmu yang sistematis atau pengajaran yang berhubungan dengan prinsip-prinsip dan metode-metode pengajaran, pengawasan dan bimbingan murid didalam arti luas digantikan dengan istilah pendidikan. 7 Sedangkan, agama Islam secara etimologis dapat diartikan dengan kekuasaan, hukum, syara', undang-undang atau penghisaban. Dengan kata lain, Islam adalah tatanan Ilahi yang selain dijadikan oleh Allah SWT sebagai penutup segala syari'at, juga sebagai tatanan kehidupan yang paripurna dan meliputi seluruh aspeknya. 8 Jadi, yang dimaksud dengan pendidikan agama Islam adalah usaha untuk menyiapkan peserta didik meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan untuk mewujudkan pribadi muslim yang beriman dan bertakwa kepada 7
Tim Dosen IKIP Malang, Pengantar Dasar-dasar Kependidikan, (Malang: Usaha Nasional, 1981), Cet. Ke-3, h. 3. 8 Abdurrahman An-Nawawi, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam dalam Keluarga, di Sekolah dan di Masyarakat, (Bandung: CV. Diponegoro Darul Fikr, 1996), h. 33.
16
Allah SWT agar tercapai kehidupan yang sejahtera dan bahagia di dunia dan akhirat. 2. Dasar Pendidikan Agama Islam Dasar adalah landasan tempat berpijak atau tegaknya sesuatu agar sesuatu tersebut berdiri dengan kokoh atau kuat. Demikian pula dalam Pendidikan Agama Islam harus ada dasar agar dapat tegak dan kokoh serta tidak akan mudah roboh karena angin kencang berupa ideology yang muncul, baik sekarang maupun dimasa yang akan datang. Secara garis besar, dasar Pendidikan agama Islam dapat terbagi menjadi tiga, yaitu diantaranya adalah al-Qur'an, as-Sunnah dan Undangundang yang berlaku di negara kita. 3. Tujuan Pendidikan Agama Islam Tujuan adalah sesuatu yang diharapkan akan dicapai setelah suatu usaha atau kegiatan selesai dilaksanakan. Tujuan pendidikan berisi nilai-nilai ideal yang hendak dicapai setelah seseorang menyelesaikan pendidikan pada suatu lembaga pendidikan tertentu, serta berfungsi memberikan arah terhadap pelaksanaan pendidikan, sehingga diharapkan akan terhindar dari segala bentuk penyimpangan dan tindakan yang kurang efektif dalam pelaksanaan pendidikan. Secara garis besar, tujuan daripada Pendidikan Agama Islam adalah mendidik anak-anak, pemuda-pemudi atau orang dewasa, supaya menjadi seorang muslim sejati, beriman teguh, beamal soleh dan berakhlak mulia, sehingga ia menjadi anggota yang sanggup hidup di atas kaki sendiri, mengabdi kepada Allah SWT dan berbakti kepada bangsa dan Negara, bahkan sesame umat manusia. 9 4. Fungsi Pendidikan Agama Islam Fungsi Pendidikan Agama Islam, sebagai salah salah satu bidang yang masuk dalam kurikulum pendidikan pada sekolah formal, mempunyai tiga fungsi, diantaranya: 9
Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1992), cet. Ke-17, h. 13.
17
a. menanamtumbuhkan rasa keimanan yang kuat. b. Menanamkembangkan kebiasaan (habbit vorming) dalam melakukan amal ibadah, amal soleh dan akhlak mulia. c. Menumbuhkembangkan semangat untuk mengolah alam sekitar sebagai anugerah Allah SWT kepada manusia. Fungsi Pendidikan dan Pengajaran Agama Islam pada pendidikan formal ini, sebagai suatu keseluruhan yang dapat dipandang sebagai penjabaran dari fungsi pendidikan dan pengajaran agama Islam di sekolah, karenanya secara keseluruhan itu pun merupakan fungsi pendidikan dan pengajaran agama Islam disekolah-sekolah umum yang disesuaikan dengan takaran atau tingkatannya. 10
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Pembahasan Penelitian ini pada dasarnya bersifat kuantitatif. Untuk memperoleh data yang lengkap dan objektif serta dalam rangka mendukung penelitian ini, maka peneliti melakukan beberapa langkah penelitian, diantaranya meliputi: 1. Penelitian Kepustakaan (library research), yaitu penelitian dengan cara mengumpulkan dan menelaah dari beberapa literatur buku-buku ilmiah dan sumber-sumber lainnya yang memiliki relevansi dengan objek penelitian ini, sebagai factor penunjang yang melandasi dasar-dasar teoritis (sebagai data sekunder) dan kamus-kamus atau buku ensiklopedia dan lain-lain sebagainya (sebagai data tersier).
10
Zakiah daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Akasara, 1995), cet. Ke-1, h. 174-175.
18
2. Penelitian lapangan (field research), yaitu mengumpulkan data dengan cara peneliti terjun dan mengamati langsung ke lokasi penelitian (sebagai data primer).
B. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penilitian ini adalah siswa-siswi SDN 02 Pondok Pucung. Namun, mengingat jumlah populasi tersebut sangat banyak, maka sampel yang diambil dalam penelitian ini hanya diambil dari siswa-siswi dari kelas 5 dan 6 di sekolah tersebut. Penelitian ini didasarkan pada satu pertimbangan bahwa diharapkan siswa-siswi yang menjadi responden tersebut dapat memberikan penilaian atau jawaban yang obyektif terhadap masalah yang akan dibahas. Dalam penentuan sampel ini, akan dipilih secara acak (random sampling) sebanyak 40% (40 orang) dari jumlah siswa kelas 5 dan 6. Dengan ketentuan sebagian siswa yang melalui TPA dan sebagian lagi siswa yang tidak melalui TPA.
C. Teknik Pengumpulan Data Dalam memperoleh data-data informasi yang obyektif, serta mencapai arah dan sasaran yang diinginkan, maka teknik pengumpulan data yang dilakukan sebagai berikut : 1. Questioner atau angket, yaitu teknik pengumpulan data secara tertulis dengan cara mengajukan pertanyaan tertulis kepada responden dengan disediakan alternative jawaban dan responden diminta untuk memilih salah satu jawqbanjawaban yang telah disediakan. 2. Interview atau wawancara, yaitu suatu proses tanya jawab lisan, dalam mana dua orang atau lebih berhadapan secara langsung, artinya dalam hal ini adalah percakapan yang diarahkan kepada masalah tertentu atau pusat perhatian untuk mendapatkan informasi secara mendalam dan tuntas. Untuk dapat
19
memperoleh data yang dimaksud, peneliti melakukan wawancara dengan Kepala Sekolah dan guru Agama di sekolah tersebut. 3. Observasi, yaitu proses penelitian atau usaha mendapatkan data secara mendalam yang berkaitan dengan judul penelitian, dengan menggunakan pengamatan secara teliti serta pencatatan. Metode ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang jelas dan akurat mengenai gambaran umum dan kondisi lapangan penelitian. Dalam hal ini, di SDN 02 Pondok Pucung.
D. Teknik Analisa Data Setelah data diperoleh, selanjutnya data tersebut akan dianalisis secara kuantitatif dan akan disajikan dalam variasi bentuk table persentase (%), dengan menggunakan metode induktif, yaitu penulis menggunakan data yang bersifat khusus untuk kemudian ditarik atau disimpulkan pada data yang bersifat umum. Rumus yang digunakan dalam penelitian ini adalah total prsentase, yaitu: Rumus = P = F x100 N Keterangan: P = Prosentase (hasil yang didapat)
N = Jumlah responden (jawaban)
F = Frekuensi DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA
Zuhairini. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, cet. Ke-II, 1995. Undang-undang RI No. 2 Tahun 1989. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Sinar Grafika, 1995. 1
Syamsuddin, MZ. Kebijaksanaan Umum dan Kiat Sukses Penelolaan TKA/TPA al-Qur'an, Jakarta: LPPTKA BKPRMI DKI JAYA, cet. Ke-III, 1996.
_____, Panduan Kurikulum dan Pengajaran TKA/TPA, Jakarta: LPPTKA BKPRMI DKI JAYA, cet. Ke-III, 1998. Abu Abdillah Muhammad Ibn Ismail al-Bukhori. Shoheh al-Bukhori bi Khasyiyati al-Sanadi, Beirut: Daar Nahl al-Nail, tth.
20
Idris, Chairani, dkk. PedomanPembinaan dan Pengembangan TKA/TPA, Jakarta: Lembaga Pembinaan dan Pengembangan TKA BKPRMI, 1995. Tim Dosen IKIP Malang. Pengantar Dasar-dasar Kependidikan, Malang: Usaha Nasional,Cet. Ke-3, 1981. An-Nawawi, Abdurrahman. Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam dalam Keluarga, di Sekolah dan di Masyarakat, Bandung: CV. Diponegoro Darul Fikr, 1996. Yunus, Mahmud. Metodik Khusus Pendidikan Agama, Jakarta: PT. Hidakarya Agung,cet. Ke-17, 1992. Daradjat, Zakiah. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Akasara, cet. Ke-1, 1995. _____, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, cet. Ke-3, 1996. Zaini, Syahminan, Drs., Prinsip-prinsip Dasar Pendidikan Islam, Jakarta: kalam Mulia, cet. Ke-1, 1986.
OUT LINE
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah B. Identifikasi Masalah C. Pembatasan Masalah D. Perumusan Masalah E. Tujuan Penelitian F. Manfaat Penelitian G. Sistematika Penulisan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS TENTANG TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR'AN (TPA) DAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A. Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA) 1. Pengertian Taman Pendidikan al-Qur'an 2. Visi dan Misi Taman Pendidikan al-Qur'an
21
3. Tujuan Pendidikan dan Pengejaran Taman Pendidikan alQur'an B. Pendidikan Agama Islam 1. Pegertian Pendidikan Agama Islam 2. Dasar Pendidikan Agama Islam 3. Tujuan Pendidikan Agama Islam 4. Fungsi Pendidikan Agama Islam BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian B. Populasi dan Sampel Penelitian C. Teknik Pengumpulan Data D. Teknik Analisis Data
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah dan Letak Geografis B. Keadaan Guru C. Keadaan Siswa dan Jumlah Kelas D. Sarana dan Pra Sarana E. Kurikulum Pendidikan Agama Islam di SDN 02 Pondok Pucung
BAB V
PERAN
TAMAN
PENDIDIKAN
AL-QUR'AN
(TPA)
SEBAGAI PENDUKUNG PENGAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SDN 05 PONDOK PUCUNG A. Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam di SDN 02 Pondok Pucung B. Prestasi Belajar Siswa SDN 02 Pondok Pucung Yang Melalui TPA pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam C. Prestasi Belajar Siswa SDN 02 Pondok Pucung yang tidak Melalui TPA pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam D. Faktor-faktor Penghambat dan Pendukung Prestasi Belajar Siswa SDN 02 Pondok Pucung dalam Pelajaran Pendidikan Agama Islam
22
BAB VI
PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran-saran
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA
Zuhairini. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, cet. Ke-II, 1995. Undang-undang RI No. 2 Tahun 1989. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Sinar Grafika, 1995. 1
Syamsuddin, MZ. Kebijaksanaan Umum dan Kiat Sukses Penelolaan TKA/TPA al-Qur'an, Jakarta: LPPTKA BKPRMI DKI JAYA, cet. Ke-III, 1996.
_____, Panduan Kurikulum dan Pengajaran TKA/TPA, Jakarta: LPPTKA BKPRMI DKI JAYA, cet. Ke-III, 1998. Abu Abdillah Muhammad Ibn Ismail al-Bukhori. Shoheh al-Bukhori bi Khasyiyati al-Sanadi, Beirut: Daar Nahl al-Nail, tth.
23
Idris, Chairani, dkk. PedomanPembinaan dan Pengembangan TKA/TPA, Jakarta: Lembaga Pembinaan dan Pengembangan TKA BKPRMI, 1995. Tim Dosen IKIP Malang. Pengantar Dasar-dasar Kependidikan, Malang: Usaha Nasional,Cet. Ke-3, 1981. An-Nawawi, Abdurrahman. Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam dalam Keluarga, di Sekolah dan di Masyarakat, Bandung: CV. Diponegoro Darul Fikr, 1996. Yunus, Mahmud. Metodik Khusus Pendidikan Agama, Jakarta: PT. Hidakarya Agung,cet. Ke-17, 1992. Daradjat, Zakiah. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Akasara, cet. Ke-1, 1995. _____, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, cet. Ke-3, 1996. Zaini, Syahminan, Drs., Prinsip-prinsip Dasar Pendidikan Islam, Jakarta: kalam Mulia, cet. Ke-1, 1986.
24
PERANAN TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR'AN (TPA) DALAM MENDUKUNG PENGAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus di SDN 02 Pondok Pucung, Kec. Pondok Aren, Kab. Tangerang)
Tugas ini dibuat sebagai pengganti UAS pada Mata Kuliah Seminar Proposal Skripsi Dosen Pembimbing: Drs. Rusydi Zakariya
Di buat oleh: WINDI NIM: 104011000040
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
25
JAKARTA 2007 M / 1428 H
DAFTAR PUSTAKA
Abu Daud, Sunan Abu Daud, Kairo: Daar al-Hadist, 1980. An-Nawawi, Abdurrahman, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam dalam Keluarga, di Sekolah dan di Masyarakat, Bandung: CV. Diponegoro Darul Fikr, 1996. Al-Toumy al-Syaibany, Falsafat Pendidikan Islam (terjemahan), Hasan Langgulung dari falsafah al-Tarbiyah al-Islamiyyah, Jakarta: Bulan Bintang, 1979. Daradjat, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996, cet. Ke-3. --------------, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Akasara, 1995, cet. Ke-1. Humam, As'ad, dkk, Pedoman Pengelolaan, Pembinaan dan Pengembangan Membaca, Menulis dan Memahami al-Qur'an (M3A), Yogyakarta: Balai Peneliian dan Pengembangan Sistem Pengajaran Baca Tulis al-Qur'an LPTQ Nasional, 2001, cet. Ke-12.
26
Idris, Chairani, dan Tasyrifin Karim, PedomanPembinaan dan Pengembangan TKA/TPA, Jakarta: Lembaga Pembinaan dan Pengembangan TKA BKPRMI, 1995. Karim, Tasyrifin, Panduan Kurikulum dan Pengajaran TKA/TPA, Jakarta: LPPTKA BKPRMI Pusat, 2004. Nasution, Harun, Islam ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: UI Press, 2001, cet. Ke-2. Nata, Abuddin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997, cet. Ke-1. Rachman Shaleh, Abdul, Pendidikan Agama dan Keagamaan (Visi, Misi, dan Aksi), Jakarta: PT. Gemawindu pancaperkasa, 2000, cet. Ke-1. Syamsuddin. MZ, Kebijaksanaan Umum dan Kiat Sukses Penelolaan TKA/TPA al-Qur'an, Jakarta: LPPTKA BKPRMI DKI JAYA, 1996, cet. Ke-3. --------------, dkk, Panduan Kurikulum dan Pengajaran TKA/TPA, Jakarta: LPPTKA BKPRMI Pusat, 2004. Tim Dosen IKIP Malang, Pengantar Dasar-dasar Kependidikan, Malang: Usaha Nasional, 1981, Cet. Ke-3. Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam II, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999, cet. Ke-2. --------------, dan Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2001, cet. Ke-2. Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI, Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam Depag RI, 2006. Yunus, Mahmud, Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran, Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1990, cet. Ke-3. --------------, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1992, cet. Ke-17. Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1995.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu aktifitas untuk mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup. Dengan kata lain, pendidikan tidak hanya berlangsung di dalam kelas, akan tetapi juga berlangsung di luar kelas. Pendidikan tidak hanya bersifat formal, akan tetapi mencakup pula pendidikan yang bersifat non formal. Tugas manusia tidak hanya meningkatkan kecerdasan, melainkan juga mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia. Oleh karena itu, pendidikan merupakan sarana utama untuk mengembangkan kepribadian setiap manusia. Pendidikan mempunyai fungsi dan peran yang besar dalam segi kehidupan manusia, terlebih lagi pendidikan agama yang tentunya mempunyai pengaruh yang sangat besar daripada pendidikan yang lain pada umumnya, apa lagi yang hanya menitik beratkan pada aspek kognitif semata. 1 Pendidikan agama Islam di Indonesia mendapat tempat yang layak serta perhatian yang serius dari masyarakat dan pemerintah mulai sejak taman kanakkanak sampai dengan perguruan tinggi. Dan pendidikan agama merupakan mata pelajaran yang paling penting atau pokok di sekolah. Ini menunjukkan pentingnya kedudukan pendidikan agama di sekolah dan di dalam kehidupan masyarakat pada umumnya.
1
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), cet. Ke-II, h. 149.
1
2
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dikatakan bahwa Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yakni manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, memililki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap, mandiri dan bertanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan. 2 Dari tujuan Pendidikan Nasional di atas, ditegaskan bahwa salah satu ciri manusia Indonesia yang menjadi tujuan pendidikan nasional ialah manusia yang beriman dan bertakwa. Agar beriman dan bertakwa ini dapat terwujud, mutlak diperlukan adanya pendidikan keimanan dan ketakwaan. Dan itulah pendidikan agama. Tujuan Pendidikan Nasional tersebut, menempati hirarki tertinggi jika dilihat dari taksonomi tujuan pendidikan. Ibarat sebuah pohon dimana tujuan pendidikan nasional sebagai batangnya, sedangkan tujuan kelembagaan (institusional) dan tujuan pengajaran (kurikuler) adalah sebagai cabang dan rantingnya. Dengan demikian, antara tujuan pendidikan nasional dan tujuan pendidikan institusional serta tujuan kurikuler mempunyai unsur-unsur persenyawaan yang berhubungan dan sinkron antara satu sama lain. Dalam hubungan ini, salah satu unsur yang mengedepan dalam rumusan tujuan pendidikan nasional adalah tentang cita-cita terbentuknya manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Hal ini, menunjukkan pentingnya pendidikan agama pada tiap lembaga pendidikan di Indonesia baik pada pendidikan formal (pendidikan sekolah) maupun pada pendidikan non formal (pendidikan diluar sekolah). Dengan mengacu pada rumusan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka adanya penyelenggaraan pendidikan TK/TP al-Qur'an dapat dikatakan sebagai sub sistem dari pendidikan nasional yang mengandung nilai strategi tersendiri dalam upaya mengkondisikan kepribadian anak dalam mencapai tujuan pendidikan 2
Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI, Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam Depag RI, 2006), h. 8-9.
3
nasional. Pada waktu yang sama adalah memperkuat proses belajar mengajar pada pendidikan formal dalam sisi pendidikan keagamaan yang pada umumnya kurang begitu intensif diterima oleh anak didik, baik di tingkat TK, tingkat Sekolah Dasar (SD) ataupun Madrasah Ibtidaiyah (MI). 3 Hal ini, dilakukan karena umat Islam di Indonesia mengalami tantangan keadaan. Yang dimaksud dengan tantangan keadaan adalah kenyataan obyektif umat Islam Indonesia yang mengandung sisi-sisi negatif dan kelemahankelemahan tertentu yang harus segera diatasi, dimana kemunculan dan keberadaan TK/TP al-Qur'an merupakan salah satu alternatif dan langkah terobosan yang harus dikembangkan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Tantangan keadaan ini, terbatas pada bidang pendidikan dan moral keagamaan, sebagai suatu penomena sosial budaya dan kultural, yang tentu saja tidak terlepas kaitannya dengan masalah sosial lainnya. Tantangan dalam bidang pendidikan dan moral keagamaan umat Islam tersebut adalah sebagai berikut: 1. Tantangan Internal Tantangan Internal yang cenderung meningkat dan merata di mana-mana, antara lain sebagai berikut: a. Meningkatnya angka ketidakmampuan Umat Islam (terutama generasi mudanya) dalam hal membaca Al-Qur'an. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain sebagai berikut: 1) Lemahnya perhatian orang tua dalam membimbing putra-putrinya secara langsung. Khususnya dalam pengajaran baca tulis huruf alQur'an. Hal ini ditandai dengan menghilangnya tradisi pengajian sore, yang dahulu, ketika bangsa kita belum memasuki era pertelevisian, tradisi pengajian sore itu semarak dimana-mana, seperti dimasjidmasjid, musholah-musholah atau surau-surau, bahkan dirumah-rumah dengan tntunan langsung dari orang tuanya masing-masing. Kini tradisi mengaji dan budaya khataman al-Qur'an itu dewasa ini nyaris tergusur dan tergeser budaya baru yang tidak menentu. Daya tarik 3
Tasyrifin Karim, Panduan Kurikulum dan Pengajaran TKA/TPA, (Jakarta: LPPTKA BKPRMI Pusat, 2004), h. 26-28.
4
tontonan televisi lebih kuat dari pada daya tarik mengaji. Akibatnya, tidak sedikit para remaja, pelajar dan anak-anak muslim yang merasa "asing" terhadap kitab sucinya sendiri. 2) Lemahnya sistem pendidikan agama pada jalur pendidikan formal. 3) Kelemahan pendidikan agama pada jalur pendidikan formal ini antara lain karena terbatasnya jam pelajaran sementara bahan pengajarannya cukup luas. Di SD misalnya, untuk kelas I, II,III hanya 2 jam (2x40 menit) dan untuk kelas IV, V dan VI ditambah I jam menjadi 3 jam (dalam satu minggu). Dalam penerapan kurikulum Pendidikan Dasar 9 tahun (mulai tahun 1994/1995), hanyalah 2 jam untuk semua tingkatan. Dan kelemahan lainnya adalah dalam segi pendekatan kegiatan belajar-mengajarnya yang bersifat klasikal (1 orang guru menghadapi puluhan murid), dengan lebih sering menggunakan metode ceramah. Akibatnya, Pendidikan Agama itu nilainya merosot menjadi sekedar 'Pengetahuan Agama' yang bersifat kering. Aspek keterampilan agama dengan target agar tamat SD, si anak bias mengaji dan
taat
shalat,
sangat
tipis
kemungkinannya,
sebab
untuk
keterampilan baca tulis Al-Qur'an menuntut adanya pendekatan khusus yang sifatnya individu (Pendekatan Privat). 4 b. Melemahnya pertahanan dan ketahanan umat Islam dalam menghadapi serangan budaya luar, khususnya budaya Barat yang sekuler itu, dari hari kehari semakin gencar dan semakin canggih, melalui berbagai media, televisi, video, radio, majalah, tabloid, buku-buku, dan lain-lain. Dalam kondisi umat Islam yang masih lemah dalam penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), khususnya teknologi informasi, sementara keakraban dan keterikatannya terhadap Al-Qur'an pun masih lemah, maka kondisi demikian dapat membuat umat Islam menjadi obyek serangan budaya Barat yang notabenenya didominasi oleh kaum Yahudi dan Nasrani. Namun demikian, sesuai sunnatullah, di tengah-tengah 4
Syamsuddin. MZ, Kebijaksanaan Umum dan Kiat Sukses Penelolaan TKA/TPA alQur'an, (Jakarta: LPPTKA BKPRMI DKI JAYA, 1996), cet. Ke-III, h. 8-10.
5
mayoritas umat yang masih terbelenggu oleh kejahilan dirinya itu, sudah mulai nampak adanya gerakan-gerakan perbaikan yang dipelopori oleh para ulama dan cendekiawan muslim, yang dalam terpojokannya oleh serangan budaya luar itu mereka bertahan pada tembok-tembok pertahanan akidahnya, lalu bangkit mengadakan perlawanan dan berusaha merebut senjata IPTEK melalui proses alih teknologi dan lain sebagainya. 2. Tantangan Eksternal Tantangan yang bersifat eksternal ini adalah berupa gerakan pemikiran dan aksi. Aksi yang bersifat kultural maupun sturktural yang berasal dari kelompok yang berpijak pada basis pemikiran non Islam, yang secara langsung maupun tidak langsung telah menjadikan umat Islam sebagai sasaran gempuran mereka.
Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) adalah lembaga Pendidikan luar sekolah (non formal), jenis keagamaan. Oleh karenanya, muatan pengajarannya lebih menekankan aspek keagamaan dengan mengacu pada sumber utamanya, yaitu AlQur'an dan As-sunnah. Hal itu pun diatasi dan disesuaikan dengan taraf perkembangan anak, yaitu untuk kelompok Taman Kanak-kanak Al-Qur'an (TKA) untuk anak usia 4-6 tahun, sedangkan Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) untuk anak usia 7-12 tahun (usia SD/MI). Dengan demikian, porsi pengajaran tertentu yang kurang memungkinkan dapat tercapai secara tuntas melalui pendidikan sekolah formal. Misalnya, pengajaran baca tulis Al-Qur'an, pengajaran shalat, hafalan ayat-ayat Al-Qur'an, do'a-do'a harian, penanaman akidah akhlak dan sejenisnya. 5 Pertumbuhan dan perkembangan Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) cukup pesat dan semarak di seluruh tanah air. Hal itu, menunjukkan adanya sambutan dan dukungan yang cukup baik dari masyarakat dan juga menunjukan kepedulian umat dalam upaya pewarisan dan penanaman nilai keimanan dan ketakwaan (IMTAQ) bagi generasi mendatang. Keberadaan dan pertumbuhan unit-unit 5
As'ad Humam, dkk, Pedoman Pengelolaan, Pembinaan dan Pengembangan Membaca, Menulis dan Memahami al-Qur'an (M3A), (Yogyakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Sistem Pengajaran Baca Tulis al-Qur'an LPTQ Nasional, 2001), cet. Ke-XII, h. 7.
6
pendidikan non formal jenis keagamaan itupun cukup strategis jika dilihat dari tuntutan pembangunan bangsa yang menempatkan asas keimanan dan ketakwaan sebagai asas utamanya, disamping asas Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Dalam sisi yang lebih operasional lagi keberadaan TPA dapat dikatakan sangat mendukung, yaitu dalam rangka memberikan dukungan nyata atas keputusan Pemerintah tentang pentingnya pengentasan buta aksara dan buta makna Al-Qur'an, sebagai wujud Penghayatan dan Pengamalan Al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari. Serta pusat kegiatan yang dilakukan dimasjid, mushalah, majlis ta'lim dan lain sebagainya. Hal itu, dilakukan untuk memakmurkan masjid sebagai pusat ibadah dan pusat kebudayaan Islam. Al-Qur'an mempunyai pengaruh yang besar terhadap jiwa manusia, secara umum al-Qur'an mampu menggetarkan, menawan dan memasuki loronglorongnya yang apabila jiwa manusia semakin bersih, maka pengaruhnya juga semakin besar. Sementara jiwa anak-anak jauh lebih besar daripada jenjang usia manusia yang lain, fitrahnya suci dan setan tak luput tatkala berhadapan dengannya. Oleh karena itu, kiranya tepat apabila keberadaan Taman Kanak-kanak AlQur'an (TKA) dan atau Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) menjadi penting sebagai usaha untuk memperkuat proses belajar mengajar pada pendidikan formal dalam sisi pendidikan keagamaan yang pada umumnya kurang begitu intensif diterima oleh anak didik, baik di tingkat Taman Kanak-kanak (TK) maupun ditingkat Sekolah Dasar (SD) ataupun Madrasah Ibtidaiyah (MI) Berdasarkan deksripsi di atas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul "KONTRIBUSI TAMAN PENDIDIKAN ALQUR'AN
(TPA)
TERHADAP
PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN
PENCAPAIAN AGAMA
ISLAM
KOMPETENSI DI
SEKOLAH
DALAM HAL BACA-TULIS AL-QUR'AN (Studi Kasus di SDN 02 Pondok Pucung, Kecamatan Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan, Propinsi Banten) ".
7
B. Identifikasi Masalah Untuk mempermudah penelitian ini, maka penulis akan mengidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut: 1. Di SDN 02 Pondok Pucung masih banyak ditemukan sistem pengajaran Pendidikan Agama Islam yang kurang memadai dan belum mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif, seperti metode pengajaran yang bersefat monoton atau teoritis ditingkat Sekolah Dasar (pendidikan formal). 2. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN 02 Pondok Pucung kurang memadai, sehingga tidak efektif atau kurang optimal, dalam arti belum optimal dalam mencapai kompetensi pembelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum nasional. Hal ini, salah satunya disebabkan kurangnya jumlah jam pelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah tersebut. 3. Masih banyak guru Pendidikan Agama Islam yang mengajar di Sekolah Dasar (SDN 02 Pondok Pucung) menggunakan metode pembelajaran yang kurang praktis, sehingga materi pelajaran dirasa kurang menarik dan tidak membekas dalam jiwa peserta didik. 4. Kurang memadainya sarana dan prasarana yang mendukung terlaksananya program pengajaran Pendidikan Agama Islam yang lebih optimal atau inovatif, seperti tidak adanya masjid atau musholah, tidak memadainya media visual atau audio visual dan lain sebagainya. 5. Adanya faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pencapaian kompetensi Penddikan Agama Islam di sekolah.
C. Pembatasan Masalah Dari sekian banyak permasalahan yang telah diidentifikasi, maka penulis memfokuskan kajian terhadap: 1. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah yang kurang memadai dalam hal terbatasnya jumlah jam pelajaran, sehingga tidak efektif dan kurang optimal dalam pencapaian tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Oleh karena itu, penelitian ini difokuskan pada pembelajaran al-Qur'an di
8
Sekolah Dasar. Aspek yang dikaji adalah kompetensi dan indikatornya, materi yang disiapkan serta hasil belajar siswa. 2. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pencapaian kompetensi Pendidikan Agama Islam di sekolah, dalam hal ini difokuskan pada Kompetensi Pengajaran Pendidikan Agama Islam, tentang materi baca-tulis al-Qur'an yang diajarkan di Sekolah Dasar.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas,
maka
untuk
membahas
permasalahan
tersebut,
berikut
penulis
mengemukakan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: 1. Kontribusi apa saja yang dapat diberikan oleh Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA) dalam menunjang pencapaian kompetensi Pendidikan Agama Islam di sekolah? 2. Bagaimana Kompetensi Dasar pembelajaran Pendidikan Agama Islam ditingkat Sekolah Dasar (SD) dengan Kompetensi Dasar pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA)? 3. Adakah perbedaan hasil belajar siswa yang mengikuti pendidikan di Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA) dengan yang tidak mengikuti pendidikan di Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA)?
E. Tujuan Penelitian Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) merupakan lembaga pendidikan non formal yang setara dengan SD atau MI. Maka, diharapkan keberadaan Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) mampu mendukung dan dapat memberikan kontribusi pada pencapaian kompetensi pengajaran Pendidikan Agama Islam dalam kurikulum pendidikan formal. Adapun tujuan dilaksanakannya penelitian ini, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui kompetensi dan materi pembelajaran Pendidikan Agama Islam ditingkat Sekolah Dasar serta kompetensi dan materi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA).
9
2. Untuk mengetahui keterkaitan antara Pendidikan Agama Islam di tingkat Sekolah Dasar dengan Pendidikan Agama Islam di Taman Pendidikan alQur'an (TPA). 3. Untuk mengetahui prestasi hasil belajar siswa SDN 02 Pondok Pucung yang mengikuti pendidikan di Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA) dengan yang tidak mengikuti pendidikan di Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA). 4. Untuk memperoleh gambaran kontribusi apa saja yang dapat diberikan oleh Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA) dalam menunjang pencapaian kompetensi Pendidikan Agama Islam di sekolah.
F. Manfaat Penelitian Sedangkan manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat luas bahwa keberadaan Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) sebagai lembaga pendidikan non formal dapat mendukung serta memberikan kuntribusi yang besar dalam mencapai kompetensi pengajaran Pendidikan Agama Islam pada kurikulum pendidikan formal. 2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi khazanah ilmu pengetahuan bagi dunia pendidikan pada umumnya dan bagi siapa saja yang membutuhkannya pada khususnya.
10
G. Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini, terdiri dari enam bab diantaranya adalah sebagai berikut: BAB I
Pendahuluan, yang meliputi: Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II
Tinjauan Teoritis tentang Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) dan Pendidikan Agama Islam. Sub pertama, membahas tentang Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA), meliputi pembehasan tentang Pengertian Taman Pendidikan al-Qur'an, Visi dan Misi Taman Pendidikan al-Qur'an, serta Tujuan Pendidikan dan Pengejaran Taman Pendidikan al-Qur'an. Dan sub kedua, membahas tentang Pendidikan Agama Islam, meliputi pembahasan Pengertian
11
Pendidikan Agama Islam, Dasar Pendidikan Agama Islam, Tujuan Pendidikan Agama Islam, dan Fungsi Pendidikan Agama Islam. BAB III
Metodologi Penelitian, meliputi pembahasan tentang Metode Pembahasan,
Populasi
dan
Sampel
Penelitian,
Teknik
Pengumpulan Data, dan Teknik Analisis Data. BAB IV
Gambaran Umum Lokasi Penelitian, meliputi pembahasan tentang Sejarah dan Letak Geografis, Keadaan Guru, Keadaan Siswa dan Jumlah Kelas, Sarana dan Pra Sarana, Kurikulum Pendidikan Agama Islam di SDN 02 Pondok Pucung, Kelurahan Pondok Pucung, Kecamatan Pondok Aren, Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten.
BAB V
Peranan Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) sebagai Pendukung Pengajaran Pendidikan Agama Islam di SDN 02 Pondok Pucung. Meliputi pembahasan tentang Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam di SDN 02 Pondok Pucung, Prestasi Belajar Siswa SDN 02 Pondok Pucung yang melalui TPA pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam, Prestasi Belajar Siswa SDN 02 Pondok Pucung yang tidak Melalui TPA pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam, Faktor-faktor Penghambat dan Pendukung Prestasi Belajar Siswa SDN 02 Pondok Pucung dalam Pelajaran Pendidikan Agama Islam.
BAB VI
Penutup, meliputi Kesimpulan dan Saran-saran, dimana pada bagian akhir terdapat daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG PENGAJARAN AL-QUR'AN TINGKAT DASAR DAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
A. PENGAJARAN AL-QUR'AN TINGKAT DASAR 1. Pengertian Pengajaran Al-Qur'an Lembaga pendidikan umum yang bernaung di bawah Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan telah menempatkan Pendidikan Agama Islam sebagai salah satu mata pelajaran pokok diberbagai jenjang pendidikan, dan salah satu materi atau bahan yang dipelajari dalam pendidikan agama Islam adalah baca-tulis al-Qur'an. Materi tersebut dianggap sangat penting untuk diberikan kepada siswa, karena al-Qur'an adalah kitab suci umat Islam yang perlu untuk dipelajari, dihayati dan dipahami untuk menjadi pedoman hidup bagi setiap orang Islam dalam kehidupan sehari-hari. Pengertian al-Qur'an berasal dari bahasa Arab yang secara etimologi
" َﻗ َﺮَأseimbang dengan kata ﻼن َ ْ َﻓﻌyang berarti
adalah masdar dari kata "
bacaan berbicara tentang apa yang tertulis padanya atau melihat dan menelaahnya. Dalam pengertian ini kata isim maf'ul, dari kata
َﻗ َﺮَأ.
1
ٌ ُﻗ ﺮْانberarti ٌ َﻣﻘْ ُﺮوْءitu berbentuk
Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam al-
Qur'an: 1
Ismail Muhammad Syah, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), Cet. 2,
h. 23.
10
11
Artinya: "Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya Apabila kami Telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu". (QS. Al-Qiyaamah; 17-18) Sedangkan, menurut ta'rif yang diberikan olah Ahli Ushul, diantaranya adalah:
ﻒ ِ ﺤ َ ْب ِﻓ ﻲ اْﻟ ُﻤ ﺼ ُ ْﺤ ﱠﻤ ٍﺪ اْﻟ َﻤﻜْ ُﺘﻮ َ ل ﻋَﻠَﻰ ُﻣ ُ ﷲ اْﻟ ُﻤ َﻨﺰﱠ ِ ﻼ ُم ا َ ن ُه َﻮ َآ ُ اﻟ ُﻘﺮَْأ ﺤ ٍﺔ اْﻟ َﻤﺨْ ُﺘ ﻮْ ُم َ ل ِاَﻟﻴْ َﻨ ﺎ ﺑِﺎﻟ ﱠﺘﻮَا ُﺗ ِﺮاْﻟ َﻤﺒْ ُﺪوْ ُء ِﺑﺎْﻟﻔَﺎ ِﺗ ُ ْن اْﻟ َﻌ َﺮﺑِﻲ اْﻟ َﻤﻨْ ُﻘﻮ ِ ﺑِﺎﻟﱢﻠﺴَﺎ ﻼ َو ِﺗ ِﻪ َ ﺑِﺎﻟﻨﱠﺎسِ اﻟ ُﻤ َﺘ َﻌ ﱠﺒ ُﺪ ِﺑ ِﺘ "Kitab al-Qur'an adalah Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang ditulis dalam mushaf, yang berbahasa Arab, yang telah dinukilkan (dipindahkan) kepada kita dengan jalan mutawatir, yang dimulai dengan surah al-Fatihah, diakhiri dengan surah an-Naash, yang dipandang pembacanya suatu ibadah". 2 Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa al-Qur'an adalah kumpulan wahyu atau firman Allah SWT, yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril sebagai pedoman bagi umat manusia untuk mencapai kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Selanjutnya, Dra. Zuhairini, berpendapat bahwa yang dimaksud dengan istilah mengajar memiliki arti memberikan pengetahuan kepada anak, agar mereka dapat mengetahui peristiwa-peristiwa, hukum-hukum ataupun proses dari pengetahuan. 3
2
Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Hukum Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1999), Cet. 6,
3
Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), Cet.
h. 188. 8, h. 27.
12
Pengajaran dapat juga dikatakan sebagai proses belajar-mengajar yang didalamnya terdiri dari guru, murid, materi atau kurikulum, metode, lingkungan belajar dan tujuan yang hendak dicapai. Jadi, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pengajaran alQur'an adalah suatu usaha memberikan ilmu pengetahuan tentang al-Qur'an, baik cara membaca, menulis, memahami kandungannya, secara lengkap dan sempurna, dengan tujuan supaya al-Qur'an sebagai kitab suci umat Islam yang menjadi pedoman dalam kehidupan dapat dibaca, dipahami serta diamalkan dengan baik dan benar, sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, al-Qur'an yang selama ini terkesan hanya sebagai bahan pengajian yang secara rutin dibaca melalui pengajaran, agar dapat ditingkatkan menjadi bahan kajian yang menjadi acuan sikap seorang muslim dalam mengimplementasikan ajaranajaran yang terkandung didalamnya.
2. Tujuan Pengajaran Al-Qur'an Tujuan artinya ada sesuatu yang dituju, yaitu sesuatu yang hendak dicapai dengan melalui proses atau kegiatan. Tujuan juga dapat dipahami suatu yang diharapkan tercapai setelah suatu usaha atau suatu kegiatan selesai. Tujuan dalam proses pengajaran dalam pendidikan merupakan suatu yang mutlak adanya, karena pekerjaan yang dilakukan tanpa adanya tujuan yang jelas akan menimbulkan suatu ketidakpastian dalam prosesnya. Tujuan pengajaran al-Qur'an menurut Prof. Dr. Mahmud Yunus, diantaranya sebagai berikut 4 : a. Agar para peserta didik dapat membaca al-Qur'an dengan fasih dan benar menurut ilmu tajwid. b. Agar peserta didik dapat membiasakan membaca al-Qur'an dalam kehidupannya sehari-hari.
4
Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: Hida Karya Agung, 1990), Cet. 20, h. 91.
13
c. Memperkaya perbendaharaan kata-kata dan kalimat yang indah serta menarik hati. Selain itu, Ramlan Mardjoned berpendapat bahwa tujuan mempelajari alQur'an diantaranya adalah 5 : 1) Agar pereserta didik mampu membaca al-Qur'an dengan benar dan lancar sesuai dengan ilmu tajwid. 2) Agar peserta didik dapat menguasai secara fasih dan benar, huruf alQur'an, sejumlah ayat-ayat pilihan, dan atau sejumlah surat-surat pilihan. Tidak hanya itu, tujuan umum dari pengajaran al-Qur'an adalah membaca, memahami, menghayati, mengamalkan untuk selanjutnya juga untuk didakwahkan atau disampaikan kepada orang lain. 6 Dari tujuan yang telah dikemukakan tersebut, maka pada akhirnya diharapkan para siswa atau santri yang mempelajari al-Qur'an mampu membaca, menulis, menghafal bahkan mengartikan serta memahami isi daripada kandungan al-Qur'an. Selain itu, pengajaran al-Qur’an juga bertujuan untuk tertanamnya rasa keimanan dan ketakwaan serta kecintaan pada diri anak didik terhadap kitab suci al-Qur'an dan menjadi pedoman hidupnya. Dengan rasa cinta tersebut, diharapkan anak didik memiliki keinginan keras untuk menyelami dan mempelajari kedalaman makna yang terkandung dalam al-Qur'an yang selanjutnya dapat diamalkan dalam kehidupannya sehari-hari. Tujuan yang paling prinsipil daripada pengajaran al-Qur'an adalah untuk beribadah kepada Allah SWT dan ini selaras dengan tujuan utama diciptakannya manusia. Sebagaimana Allah SWT telah berfirman dalam alQur'an:
5
Ramlan Mardjoned, Akhlak Belajar dan Mengajar al-Qur'an, (Jakarta: LPPTKABKPRMI, 1994), Cet. I, h. 155. 6 Abdul Mujib Ismail dan Maria Ulfa Nawawi, Pedoman Ilmu Tajwid, (Surabaya: Karya Abditama, 1995), h. 1.
14
Artinya: "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku". (QS. Adz Dzariyaat; 51)
3. Model-model Pengajaran Al-Qur'an Setiap mukmin yang mempercayai al-Qur'an mempunyai kewajiban dan tanggungjawab terhadap kitab sucinya itu. Diantara kewajiban dan tanggungjawab itu ialah mempelajari dan mengajarkannya, belajar dan mengajarkan al-Qur'an itu adalah kewajiban suci dan mulia. Sebagaimana rasulullah saw telah bersabda: "Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari al-Qur'an dan mengajarkannya". Jadi, belajar al-Qur'an merupakan kewajiban yang utama bagi setiap mukmin dan begitu pula mengajarkannya. Belajar al-Qur'an itu dapat dibagi kepada beberapa tingkatan, yaitu belajar membaca sampai lancar dan baik menurut kaidah-kaidah yang berlaku dalam qiraat dan tajwid, belajar arti dan maksudnya, dan terakhir belajar menghafalnya diluar kepala, sebagaimana yang dikerjakan oleh para sahabat di masa Rasulullah saw sampai pula pada masa sekarang ini dibeberapa Negara Islam. Ada beberapa keistimewaan, yang membuat pelajaran membaca alQur'an menempati suatu ilmu tersendiri yang dipelajari secara khusus, diantaranya sebagai berikut 7 : a. Al-Qur'an adalah Kalamullah (wahyu Allah) yang dibukukan, kemurnian dan eksistensinya dijamin pemeliharaannyaoleh Allah sendiri. b. Al-Qur'an itu diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW secara bertahap, sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan pikiran, diterima oleh Nabi dengan perasaan yang khusus. c. Al-Qur'an mengandung ajaran yang bersifat universal, berlaku pada segala tempat dan situasi, menjadi pedoman sepanjang zaman. d. Al-Qur'an merupakan mukjizat Nabi Muhammad SAW yang tidak dapat ditandingi, baik dari segi isi, susunan kalimat dan keabadian berlakunya.
7
Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet. 1, h. 89-90.
15
e. Kemurnian dan keaslian al-Qur'an terjamin dengan pemeliharaan Allah sendiri. f. Ajaran yang dikandung oleh al-Qur'an, secara umum dan prinsip, meliputi seluruh aspek kehidupan. g. Membaca al-Qur'an (walaupun belum mengerti terjemahannya), dinilai sebagai suatu ibadah. h. Kebenaran yang dibawa oleh al-Qur'an bersifat mutlak, tidak diragukan dan tidak meragukan. Selain hal itu, al-Qur'an juga merupakan ilmu teoritis, ia menjadi pengetahuan yang bersifat keterampilan dan seni. Apalagi dengan adanya hadis Nabi yang mengatakan bahwa bukanlah termasuk golongan kami orang yang tidak melagukan al-Qur'an. Walaupun hal tersebut belum termasuk anjuran
wajib,
namun
cukup
mempengaruhi
orang
Islam
untuk
mempelajarinya. Oleh karena itu, banyak para ahli yang melahirkan ilmu tajwid, ilmu qira'at, ilmu nagham, ilmu makhraj dan lain sebagainya. Setiap orang ingin berlomba membaca al-Qur'an dengan baik dan benar. Bahkan, pengajian anakanak pun sudah lama membudaya dalam masyarakat Islam. Hanya saja, sistem dan caranya perlu dikembangkan lagi sesuai dengan perkembangan modelmodel atau pola mengajarkan berbagai macam mata pelajaran. Model-model pengajaran al-Qur'an itu perlu diperbaharui dan dikembangkan, karena dibutuhkan oleh masyarakat Islam. Adapun isi pengajaran al-Qur'an itu meliputi 8 : 1) Pengenalan huruf Hijaiyah, yaitu huruf Arab dari Alif ( ) اsampai Ya ()ي. 2) Cara membunyikan masing-masing huruf hijaiyyah dan sifat-sifatnya yang dibicarakan dalam Ilmu makhraj. 3) Membentuk dan fungsi tanda baca, seperti syakal, syiddah, tanda panjang (mad), tanwin dan sebagainya.
8
Zakiah Daradjat, Metodik Khusus…, h. 91.
16
4) Bentuk dan berfungsi tanda berhenti (waqof), seperti waqof mutlak, waqof jawaz dan sebagainya. 5) Cara membaca, melakukan dengan bermacam-macam irama dan bermacam-macam qira'at serta naghom. 6) Adabut tilawah, yang berisi tatacara dan etika membaca Al-Qur'an sesuai dengan fungsi membaca itu sebagai ibadah. Adapun perkembangan pengajaran di Indonesia, dalam madrasahmadrasah yang modern, seperti yang didirikan oleh kelompok organisasi NU dan Muhamadiyah, pengajaran membaca al-Qur'an ini sudah diatur lebih sempurna.
Anak-anak
diajarkan
membaca
huruf
Arab
dan
dilatih
membunyikan ayat-ayat al-Qur'an dengan lafal atau bacaan yang baik. Dalam waktu terakhir ini banyak perkumpulan-perkumpulan Islam sudah menciptakan sendiri kitab-kitab pelajaran membaca al-Qur'an dengan sistem atau model pengajaran yang baik, kebanyakan dengan memperhatikan contohcontoh pelajaran dari Mesir. 9 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian model yaitu pola (contoh, acuan, ragam) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan. 10 Jadi, dapat dikatakan bahwa model artinya "acuan" yang teratur berfikir baik-baik untuk mencapai maksud dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya. Model mengajar bermakna sebagai acuan kegiatan yang terarah yang dikerjakan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran ciri perkembangan muridmuridnya, dan suasana alam sekitarnya juga tujuan mengajarkan muridmuridnya untuk mencapai proses belajar yang diinginkan, serta perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku mereka. Selanjutnya, menolong mereka memperoleh pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, sikap, minat dan nilainilai yang diinginkan. Dalam pengajaran membaca al-Qur'an ini, ada beberapa sistem atau model yang ada, serta berkembang di Indonesia. Para Ulama banyak yang
9
Abu Bakar Saleh, Sejarah al-Qur'an, (Solo: CV. Ramadhani, 1989), Cet. VII, h. 238. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke-3, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 751. 10
17
menciptakan model belajar membaca al-Qur'an dengan cepat. Sampai saat ini setidaknya telah lahir kurang lebih 20 model, sebagian diantaranya 11 : a) Model Bagdadiyah. b) Model Hattaiyah di Riau. c) Model al-Barqi di Surabaya. d) Model Qira'ati di Semarang. e) Model Iqra' di Yogyakarta. f) Model Tunjuk Silang. g) Model al-Banjari di Banjarmasin. h) Model SAS (Struktural Analitik Sintetik) di Jawa Timur. i) Model Tomak Alam di Sumatra Barat. j) Dan lain-lain. Model-model tersebut adalah hasil penelitian dari Litbang Departemen Agama pada bulan Januari Tahun 1994. Model al-Barqi biasanya lebih tepat digunakan secara klasikal dan dapat masuk dalam kegiatan Intrakulikuler. Adapun model SAS (Struktural Analitik Sintetik), Iqra' dan al-Banjari dapat digunakan dalam kelompok kecil dengan sistem tutorial, sehingga pelaksanaanya lebih tepat diluar kulikuler. Namun, model Iqra' pada akhirnya lebih banyak dipakai karena lebih mudah dan lebih cepat berhasil. Model ini ditemukan oleh KH. As'ad Humam (1933-1996), pendiri Persatuan Pengajian Anak-anak Kota Gede dan sekitarnya. 12 Dalam upaya mencari model belajar dan mengajar membaca al-Qur'an, berbagai buku menawarkan cara-cara baru, antara lain model Bagdadiyah, model Tunjuk Silang, metode SAS (Struktural Analitik Sintetik), model Qira'ati, model al-Barqi', model Iqra' dan lain sebagainya. Berikut akan penulis jelaskan secara singkat beberapa model yang telah disebutkan tersebut.
1. Model Bagdadiyah
11
Hasan Muarif Ambari dan Taufik Abdullah, Ensiklopedia Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996), Jilid 2, h. 391. 12 Hasan Muarif Ambari dan taufik Abdullah, Ensiklopedia… , h. 219-220.
18
Dalam dunia pengajaran al-Qur'an di Indonesia, telah lama dikenal cara belajar membaca al-Qur'an melalui turutan. Turutan adalah bagian alQur'an Juz ke-30, yang bagian awalnya diberikan tuntunan cara membaca al-Qur'an. Cara membaca yang diperkenalkan dalam turutan dikalangan guru mengaji atau mengajar al-Qur'an, disebut Kaidah Bagdadiyah. Penggunaan turutan sebagai tahap awal mengaji sudah digunakan cukup lama, cara ini cukup berhasil dan banyak memberi manfaat. Hal ini, terbukti dan mayoritas generasi lama yang kini mampu membaca alQur'an adalah dari penggunaan Kaidah Bagdadiyah, hanya saja penggunaan kaidah tersebut diperlukan waktu yang relatif lama. Kaidah Bagdadiyah adalah suatu kadiah yang membahas tentang metode mengajarkan membaca al-Qur'an secara modern yang mempunyai sistematika yang rapih. Model ini mempunyai banyak manfaat dan cocok digunakan untuk tingkat dasar yang belum dapat membaca al-Qur'an sama sekali. Disamping itu, harus disertai dengan kerjasama antara guru dan murid. Sistematika pengajaran Kaidah Bagdadiyah, adalah sebagai berikut: 1. Memperkenalkan dan mengahafal huruf-huruf Hijaiyah menurut urutan abjad sebagai 30 aksara dalam bentuk dasar tanpa diberi syakal (tanda baca). Seperti:
ي,.... , خ, ح, ج, ث, ت, ب,ا 2. Memperkenalkan Huruf Hijaiyah dalam bentuk dasar dengan harakat fathah serta latihan mengucapkannya untuk masing-masing huruf, seperti:
ي َ ,.... ,خ َ ,ح َ ,ج َ ,ث َ ,ت َ ,ب َ ,َا 3. Memperkenalkan dan latihan mengucapkan huruf-huruf hijaiyah dalam bentuk dasar dengan tiga macam syakal, fathah, kasrah dan dhommah, seperti:
.... ,ت ُ ت ِ ت َ ,ب ُ ب ِ ب َ ,َا ِا ُا
19
4. Memperkenalkan dan menghafal huruf-huruf hijaiyah dalam bentuk dasar dengan tanda Tanwin (fathatain, kasrahtain dan dhomatain), seperti:
.... ,ٌت ت ٍ ت ً ,ٌب ب ٍ ب ً ,ًٌا ٍا ا 5. Memperkenalkan dan melatih ucapan Lam Alif yang bertasdid dengan harakat fathah sebanyak 26 ucapan, seperti:
... َﻼ ًّ َﻼ – ﻣ ًّ َﻼ – ﺿ ًّ َﻼ – ﺟ ًّ ﺗ 6. Mengenalkan dan melatih ucapan Nun Sakinah yang bertanda Tasdid dengan Kasrah dan Mad Ya sebanyak 28 ucapan, seperti:
... ْﺿ ﱢﻨﻲ ِ – ْﺟ ﱢﻨﻲْ – ﺧﻨﻲ – ِد ﱢﻧﻲ َ –ِْإ ﱢﻧﻲْ – َﺑ ﱢﻨﻲ 7. Memperkenalkan dan latihan membaca huruf Illat yang terletak sesudah bermacam-macam huruf. Jumlah latihan 6 x 28 = 168 ucapan, seperti:
... ﻦ َ ْﺟﻴ ِ –ن َ ْﺟﻮ َ –ن َ ْﺟﻮ ُ –ن َ ﻦ – َانْ ﺟَﺎ َ ْن – َأﻳ َ ْﻦ – َأو َ َْاﺑ 8. Latihan mengucapkan kata-kata yang mengandung dua macam huruf illat dalam satu kata, seperti:
– ْﻇﻮْا – ُهﻮ ُ ﺧﻮْ – ُدوْ – ِذىْ – َرىْ – رَاهُﻮ – ﻃَﺎ ُ ...َْهﻲ ) ُآ ﻢ.
9. Latihan mengucapkan kata-kata yang berakhir dengan "Kum" (ْ Jumlah latihan 28 x 5 = 140 ucapan, seperti:
... ن ﺷَﺄ ﱠ َ – ﻦ – ُد َونﱠ َا ﱠﻧ ُﻜﻢْ – َﺑ َﻴ ﱠ 10. Latihan mengucapkan kata-kata Arab yang dimulai dengan huruf berharakat dhommah sebanyak 12 kata, seperti:
... ﻞ َ ﻏ ِﻔ َﺮ – َﻗ ِﺘ ُ – ﺐ – ُذ ِآ َﺮ – ُر ِﻓ َﻊ َ ُآ ِﺘ
20
11. Latihan mengucap kata-kata yang berakhir dengan huruf bertanda tanwin fathah sebanyak 28 kata, seperti:
... ﻼ ً ﻼ – آَﺎ ِﻣ ً اَﻣِﻨًﺎ – رَا ِﻓﻌًﺎ – ﻧَﺎ ِﻓ 12. Latihan mengucap kata-kata yang berakhir dengan huruf bertanda tanwin dhommah sebanyak 52 kali, seperti:
... ﺳ ِﻤﻴْ ٌﻊ َ – ٌﻦ – ﻏَ ُﻔﺮٌ – ﺑَﺎ ﺋِﺲ ٌ َا ِﻣ 13. Latihan mengucapkan kata-kata yang Nun Jama' sebanyak 32 kali, seperti:
... ن َ ْﻦ – َﺗﻌَْﻠ ُﻤﻮ َ ْﺼﻴ ِ ﻦ – ﺧَﺎ ِﻟ َ َْا ِﻣ ِﻨﻴ 14. Latihan mengucapkan huruf mati, dengan kata-kata sebanyak 27 kali, seperti:
... َا ْﺋﻮًا – َاﺑْﻮًا – َاﻃْﻮًا – َاهْﻮًا 15. Latihan membaca kata-kata dan ungkapan yang berdapat dalam alQur'an, sebanyak 120 kali, seperti:
... ن َ ْن – َﺗﻔْ َﻌُﻠﻮ َ ْن – َﺗﺸْ ُﻜ ُﺮو َ َْﺗﺴْ َﻤ ُﻌﻮ 16. Latihan membaca kalimat-kalimat dalam bahasa Arab sebanyak 3 halaman. Seperti:
ﺧ ِﺮ ِﻵ َ ﷲ َوﺑِﺎاﻟْ َﻴﻮْ ِم ا ِ ﺖ ﺑِﺎا ُ َْأ َﻣﻨ 17. Latihan membaca al-Qur'an Surat al-Fatihah dan Juz Amma.
2. Model Tunjuk Silang Model ini dirintis oleh Drs. Jalaluddin, yaitu: "suatu model pengajaran membaca al-Qur'an dengan identifikasi huruf dan bunyi hijaiyyah melalui huruf latin, dengan pertimbangan bahwa sekarang huruf
21
latin lebih memasyarakat, terutama dikalangan para pelajar di kota besar". 13 Dikatakan model pengajaran tunjuk silang karena menggunakan model atau sistem abjad berbahasa latin-Arab. al-Qur'an yang tertulis dalam huruf dan bahasa Arab ditulis dengan huruf latin akan tampak semacam persilangan letak huruf yang saling tunjuk silang itu serupa tanda silang (X), karena: a. Huruf awal pada huruf al-Qur'an yang terletak di kanan ditulis huruf awal latinnya, tetapi letaknya dikiri. b. Huruf akhir pada huruf al-Qur'an ditulis dengan huruf latin, tapi letaknya berbeda tempat, yaitu pada huruf al-Qur'an dikiri dan latin dikanan. c. Jika huruf yang saling tunjuk silang tersebut dihubungkan dengan garis lurus, maka terlukis garis silang, seperti: Huruf al-Qur'an
Huruf latin
: Huruf akhir
: Huruf awal
2
1
: Huruf awal
: Huruf akhir
1
2
Contoh:
ﷲ ِ
ﺢ َ ﺳ ﱠﺒ َ
Sabbaha
Lillahi
3. Model SAS (Sintetis Analitis Sistem) Model pengajaran SAS (Sintesis Analitis Sistem), mengandung maksud diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Pengenalan dan pengamatan keseluruhan (struktural) secara sepihak. 13
Jalaluddin, Metode Tunjuk Silang, (Jakarta: Kalam Mulia, 1998), h. 5.
22
2. Pengenalan dan pengamatan lebih jauh (analitik) sampai bagianbagian. 3. Pengenalan dan pengamatan mendalam (sintetik) sehingga dapat memahami. Dilihat dari segi penerapannya pendekatan yang digunakan dalam model SAS ini, adalah pendekatan struktural yang dijabarkan melalui analisa dan sintesa, sehingga struktur tersebut dapat dipahami dan dihayati. Jadi, keseluruhan pendekatan struktur dan analisa sintesa itulah yang disebut dengan model SAS atau dengan kata lain, model SAS berarti cara penyampaian bahan pelajaran kepada orang lain dan guru menganalisa serta mensintesakan struktur bahan pelajaran dalam pencapaian tujuan pengajaran. Buku pelajaran yang dapat dipergunakan, dengan memilih buku-buku yang berisi alif-bata, seperti juz amma dan beberapa buku pelajaran al-Qur'an yang sudah banyak disusun. Yang terpenting untuk pertama kali adalah pengenalan huruf dengan bunyinya yang tepat. 14 Adapun cara menganalisa dan mensintesa struktur contohnya yang terdiri atas kalimat:
اﷲ آﺒﺮ اآﺒﺮ
اﷲ
اكبر
اللﻩ اآﺒﺮ
اﷲ اﷲ اآﺒﺮ
Dengan melihat struktural kalimat atau kata lebih dulu, kemudian secara bertahap menganalisanya sehingga menjadi huruf Hijaiyyah. Selanjutnya, huruf hijaiyyah tersebut disintesakan kembali sehingga menjadi struktur kalimat atau kata semula. Dengan cara belajar dan mengajar yang demikian, maka anak-anak sekaligus mengenal huruf awal,
14
Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet. I, h. 93.
23
tengah, akhir dan hijaiyyah, serta dapat membandingkan bentuk hurufhuruf yang dimaksud. Penggunaan model SAS ini, dikembangkan pelaksanaannya oleh proyek pembinaan Pendidikan Dasar (P3D) serta oleh P2SD Departemen Pendidikan
dan
Kebudayaan.
Model
ini
tidak
dikembangkan
dimasyarakat, selain karena hanya diterapkan dilembaga formal, juga karena agak sulit dicerna oleh anak-anak usia SD, apalagi anak yang belum sekolah.
4. Model Qira'ati Model ini dirintis oleh KH. Dahlan Salim Zarkasyi dari Semarang. Beliau adalah pelopor pertama berdirinya TK al-Qur'an di Indonesia yang pada perkembangan selanjutnya tumbuh menjamur dimasyarakat. Hal yang perlu diketahui dalam model ini, adalah: 1. Buku pegangan dalam pengajarannya terdiri dari VI jilid. 2. Setiap kelas didisi oleh 20 orang murid dengan seorang guru khusus, jilid satu setiap kelas terdiri dari 15 murid. 3. Mengajar jilid satu dan dua sebaiknya perorangan, seorang demi seorang membaca dihadapan guru dengan tidak dituntun, sedangkan yang lainnya belajar menulis. 4. Mengajar jilid tiga sampai jilid terakhir termasuk membaca al-Qur'an, sebaiknya secara klasikal. Namun, setiap murid diberi kesempatan membaca sekedar dua atau tiga baris untuk mengetahui kemampuan baca, baik pelajaran buku atau pelajaran membaca al-Qur'an. 5. Murid diperbolehkan melanjutkan ke jilid berikutnya, jika mampu membaca dengan baik dan lancar tanpa ada kesalahan. 6. Pelajaran shalat dan do'a diberikan menjelang usai pelajaran. Model ini sifatnya bukan mengajar, namun mendorong kemampuan siswa atau santri dengan menganggap mereka telah memiliki persiapan pengetahuan yang ada. Murid membuka-buka buku dan membacanya sendiri dari jilid satu sampai akhir. Model ini dianggap sebagai permulaan
24
belajar mengajar membaca al-Qur'an yang dilengkapi dengan bacaan tajwid, untuk anak umur lima atau enam tahun dan Insya Allah setelah umur 10 tahun mereka akan dapat membaca al-Qur'an dengan baik dan benar. 15 Model pengajaran drill banyak tersirat dalam penggunaan metode Qira'ati ini, adapun yang secara khusus menggunakan metode ini adalah pada pelajaran ghorib, ilmu tajwid dan hafalan-hafalan al-Qur'an, seperti hafalan bacaan shalat, surat-surat pendek, hadist dan do'a, mufradat bahasa Arab dan lain sebagainya.
5. Model al-Barqi Model ini juga sifatnya sama dengan model Qira'ati, yaitu bukan mengajar akan tetapi mendorong, sehingga guru hanya Tut Wuri Handayani, dengan menganggap murid telah memiliki persiapan dengan pengetahuan yang tersedia. Murid membuka atau melihat alat peraga (papan tulis, dll), tidak dalam keadaan kosong. Karena sudah punya persiapan, maka murid tinggal membaca, memisahkan, memilih dan memadu sendiri, dengan begitu akan terlihat jelas bahwa santri atau murid tampak cerdas. Karena itulah, maka model al-Barqy dengan model yang digunakan didalamnya memenuhi syarat untuk disebut dengan sebutan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) yang tepat digunakan untuk tingkat pendidikan SD/MI, SMP/Mts, bahkan untuk anak-anak SMA, cukup dari 6 jam. 16
6. Model Iqra' Model Iqra' adalah model cara cepat belajar membaca al-Qur'an yang terdiri dari beberapa jilid, yaitu dari jilid satu sampai dengan jilid enam dan dilengkapi dnegan buku model tajwid praktis yang disusun secara sistematis, dimulai dari hal-hal yang dianggap sederhana, meningkat tahap 15 16
Ahmad al-Wafa Wajih, Makalah Metode Qira'ati, (Gresik: ttp, 1996), h. 21-27. Muhadjir Sulthon, al-Barqi, (Surabaya: Pena Suci, 1992), h. vi-viii.
25
demi tahap sehingga terasa ringan bagi yang mempelajarinya, sejak usia balita sampai manula mampu membaca al-Qur'an dalam waktu yang relatif singkat, menjadi lebih mudah, cepat, efisien dan efektif. Model iqra' mempunyai beberapa kekhususan, diantaranya adalah sebagai berikut 17 : 1. Bacaan langsung tanpa dieja. 2. Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), yang belajar adalah santri bukan guru, sehingga santri harus didorong untuk aktif dan guru sifatnya hanya membimbing saja. 3. Privat, artinya santri dalam membaca al-Qur'an harus berhadapan langsung dengan gurunya. 4. Modul, yaitu santri dalam menyelesaikan materi iqra' tergantung kemampuan dan usaha sendiri. 5. Asistensi, yaitu jika terpaksa kekurangan guru, maka menunjuk siswa yang terpilih yang sudah mampu atau memiliki kemampuan yang lebih diantara yang lainnya untuk menjadi asisten penyimak terhadap siswa yang masih kurang cara membacanya. 6. Praktis, yaitu tujuan utama belajar dan mengajar al-Qur'an ini dalah santri bias membaca al-Qur'an dengan mudah dan tepat. 7. Sistematis, artinya disusun secara lengkap dan sempurna sera terencana dengan komposisi huruf yang seimbang. 8. Variatif, yaitu disusun secara berjilid, yang terdiri dari jilid satu sampai jilid enam dengan symbol warna-warni yang harmonis. 9. Komunikatif, artinya ungkapan kata rambu-rambu pentunjuk akrab dengan pembaca, sehingga menyenangkan bagi yang mempelajarinya. 10. Fleksibel, artinya iqra' dapat dipelajari oleh anak usisa pendidikan TK, SD/MI, SMP/Mts, SMA/MA, mahasiswa bahkan orang-orang tua (manula) dan lain sebagainya.
17
As'ad Humam, Pedoman Pengelolaan, Pembinaan dan Pengembangan Membaca, Menulis dan Memahami al-Qur'an, (Yogyakarta: LPTQ Nasional, 2001), Cet. 12, h. 97-98.
26
Model ini, adalah model pengajaran yang paling umum dan banyak digunakan di Indonesia. Lembaga Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI), dengan cepat mengangkat model atau sistem buku IQRA' dengan menggerakkan Pemuda Remaja Masjid di seluruh Indonesia menjadikan Musholah atau Masjid sebagai pusat Pendidikan dan Pengajaran al-Qur'an. Selain itu, dikembangkan pula model belajarmengajar al-Qur'an dengan cara bermain, bercerita dan menyanyi (BCM). Dengan begitu, perpaduan antara metode CBSA dan BCM, akan dapat mengembangkan gerakkan aktif pisik santri dengan bermain dan bernyanyi yang dapat menimbulkan suasana gembira dan tidak membosankan. Sedangkan, metode cerita dari guru, akan dapat melatih santri "aktif mendengar, menyimak, menyimpulkan dan mengungkapkan sesuatu dengan baik", serta membina suasana komunikasi dalam ukhuwah dan silaturrahim. 18 Dari semua model-model pengajaran yang ada tersebut, ruang lingkup pengajaran membaca Al-Qur'an ini, lebih banyak berisi pengajaran keterampilan khusus yang berkaitan dengan teori belajar banyak latihan (metode drill), pembiasaan, bimbingan dan keteladanan. 19 Demikian, sekilas tentang perkembangan model-model pengajaran alQur'an dengan berbagai sistem yang ada dan diterapkan di Indonesia, sebagai bukti bahwa berbagai upaya telah dilakukan oleh para ulama dan pemerintah untuk menumbuhkan kecintaan generasi muda kepada al-Qur'an, sekaligus bertujuan mengentaskan buta huruf al-Qur'an dikalangan masyarakat, khususnya umat Islam.
B. PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 1. Pengertian dan Aspek-aspek Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
18
Ramlan Mardjoned, Akhlak Belajar dan Mengajar al-Qur'an, (Jakarta: LPPTKABKPRMI, 1994), Cet. 1, h. 156-158. 19 Fadilah Suralaga, dkk, Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: UIN Press, tth), h. 89-92.
27
Istilah pendidikan bermula dari bahasa Yunani, yaitu paedagogle, yang berati bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Inggris dengan education yang berarti pengembangan atau bimbingan, sedangkan dalam bahasa Arab istilah ini sering diterjemahkan dengan tarbiyah yang berarti pendidikan. 20 Makna pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiaannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dengan demikian, bagaimanapun sederhananya peradaban suatu masyarakat, didalamnya terjadi atau berlangsung suatu proses pendidikan. Kata pendidikan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan
proses
mengembangkan
pembelajaran
potensi
dirinya
agar untuk
peserta memiliki
didik
secara
kekuatan
aktif
spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 21 Sedangkan, pengertian agama Islam, secara etimologis dapat diartikan dengan kekuasaan, hukum, syara', undang-undang atau penghisaban. Dengan kata lain, Islam adalah tatanan Ilahi yang selain dijadikan oleh Allah SWT sebagai penutup segala syari'at, juga sebagai tatanan kehidupan yang paripurna dan meliputi seluruh aspeknya. Jadi, apabila kata pendidikan dan agama Islam digabungkan, maka yang dimaksud dengan pendidikan agama Islam adalah usaha untuk menyiapkan peserta didik meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan untuk mewujudkan pribadi muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT agar tercapai kehidupan yang sejahtera dan bahagia di dunia dan akhirat.
20
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), Cet. III, h. 1. Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI, Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam Depag RI, 2006), h. 3. 21
28
Dr. Yusuf al-Qardhawi memberikan pengertian Pendidikan Agama Islam, sebagai berikut: Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya. Karena Pendidikan Agama Islam menyiapkan manusia untuk hidup, baik dalam dan perang, dan menyiapkan untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikkan dan kejahatannya, manis dan pahitnya. 22 Dari penjelasan yang telah penulis paparkan tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan Pendidikan Agama Islam adalah usaha yang diarahkan pada pembentukkan kepribadian anak yang sesuai dengan ajaran agama Islam atau suatu upaya dengan ajaran Islam, memikir, memutuskan
dan
berbuat
berdasarkan
nilai-nilai
Islam,
serta
bertanggungjawab sesuai dengan nilai-nilai Islam. 23 Selanjutnya, aspek-aspek pembelajaran dalam pengajaran Pendidikan Agama Islam, kompetensi yang hendak dicapai, sebagaimana termaktub dalam kurikulum tahun 2004, diantaranya adalah sebagai berikut: a. Mengamalkan ajaran al-Qur'an dan al-Hadist dalam kehidupan sehari-hari. b. Menerapkan akidah Islam dalam kehidupan sehari-hari. c. Menerapkan akhlakul karimah (akhlak yang mulia) dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan segari-hari. d. Menerapkan hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari. e. Mengambil manfaat dari sejarah Islam tentang keadaan masyarakat Madinah sebelum dan sesudah Islam datang dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana diketahui, bahwa seiring dengan terjadinya pembaharuan atau perubahan dalam Undang-Undang Pendidikan Nasional, yaitu dengan dikeluarkannya Undang-Uandang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan dengan diberlakukannya sistem Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),
inti ajaran pokok agama
Islam diantaranya meliputi 24 : 22
Azyumardi Azra, Esei-esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1998), Cet. 1, h. 5. 23 Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet. II, h. 152. 24 Depertemen Pendidikan nasional, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
29
1) Masalah keimanan (akidah), yaitu bersifat i'tiqad batin, mengajarkan keesaan Allah, Esa sebagai Tuhan yang menciptakan, mengatur dan meniadakan alam ini. 2) Masalah keislaman (syari'ah), yaitu berhubungan dengan amal lahir dalam rangka mentaati semua peraturan dan hukum Tuhan, guna mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan dan mengatur pergaulan hidup dan kehidupan manusia. 3) Masalah Ihsan (akhlak), yaitu suatu amalan yang bersikap pelengkap atau penyempurna bagi kedua amal di atas dan yang mengajarkan tentang tata cara pergaulan hidup manusia. Ketiga ajaran pokok tersebut, kemudian dijabarkan dalam bentuk rukun iman, rukun Islam dan akhlak, serta dari ketiganya lahirlah beberapa keilmuan agama, diantaranya yaitu tauhid, fikih, dan akhlak. Ketiga
kelompok
ilmu
tersebut,
kemudian
dilengkapi
dengan
pembahasan dasar hukum Islam yaitu al-Qur'an dan al-Hadist, serta ditambah lagi dengan sejarah Islam (tarikh Islam), sehingga secara berurutan: a) Al-Qur'an b) Hadist c) Akidah d) Akhlak e) Fikih f) Tarikh Islam Adapun sistematika pengajaran dan teknik penyajiannya diserahkan kepada kebijakkan masing-masing pendidik, dengan memperhatikan bahan atau materi dan waktu yang tersedia sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Cara penyajiannya tidak selalu harus terpisah-pisah, akan tetapi bisa secara korelasi dan bahkan apabila memungkinkan diberikan secara integrated kepada mata pelajaran lain, atau dengan metode proyek (unit). Pada tingkat dasar, seperti halnya pada Taman Kanak-kanak, materi Pendidikan Agama Islam bertujuan menanamkan pengenalan kepada Tuhan
30
Yang Maha Esa dan menanamkan kebiasaan-kebiasaan hidup menurut agama dengan perkembangan hidup, materi biasanya meliputi: 1. Mengenalkan ke-Esaan dan keagungan Tuhan. 2. Mengenalkan bahwa Allah Maha Pengasih dan Penyayang. 3. Pengenalan suasana keagamaan melalui tempat-tempat ibadah, permainan, nyanyian dan tari-tarian. 4. Membiasakan hidup sesuai dengan tuntunan agama. Sedangkan, pada tingkat Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), materi pelajaran pendidikan agama Islam, meliputi masalah keyakinan, budi pekerti, ibadah dan amalan dalam pergaulan hidup, baik sebagai individu maupun anggota masyarakat. Hal tersebut, didasarkan pada kemampuankemampuan yang tercantum dalam komponen Kemampuan Dasar yang merupakan penjabaran dari kompetensi dasar umum yang harus dicapai di tingkat Sekolah Dasar (SD), yaitu: a. Beriman kepada Allah SWT dan lima rukun iman yang lainnya dengan mengetahui fungsi serta terefleksi dalam sikap, perilaku, dan akhlak peserta didik dalam dimensi vertikal maupun horisontal. b. Dapat membaca al-Qur'an surat-surat pilihan dengan baik dan benar, menyalin dan mengartikannya. c. Mampu beribadah dengan baik dan benar sesuai dengan tuntunan syari'at Islam, terutama ibadah mahdhah. d. Dapat meneladani sikap, sifat dan kepribadian Rasulallah SAW serta khulafaur Rasyidin. Berikut akan penulis jabarkan pembagian materi mengenai pelajaran pendidikan agama Islam ditingkat Sekolah Dasar (SD). Atau, lebih jelas lagi kompetensi dasar tersebut, dapat dirinci menjadi kompetensi kelas dan dikelompokkan berdasarkan aspek-aspek pembelajarannya, seperti terangkum dalam materi al-Qur'an, keimanan, akhlak, fiqih atau ibadah dan tarikh, yang sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP) untuk Sekolah Dasar (SD) sebagaimana tergambar pada tabel berikut:
31
Tabel 1. 1 Kompetensi Dasar Umum dan Materi Pendidikan Agama Islam di tingkat Sekolah Dasar (SD)
Kelas I Kompetensi Dasar
Aspek Pembelajaran Al-Qur'an
Akidah
Akhlak
Fiqih
Tarikh
1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Kelas II Kompetensi Dasar
Aspek Pembelajaran Al-Qur'an
Akidah
Akhlak
Melafalkan QS Al Fatihah dengan lancar Menghafalkan QS Al Kausar dengan lancar Menghafal QS An Nasr dengan lancar Menghafal QS Al Asr dengan lancer Menunjukkan kekuasaan Allah SWT melalui ciptaan-Nya Menyebutkan enam Rukun Iman Menghafalkan Rukun Iman Melafalkan syahadat tauhid dan syahadat rasul Mengartikan dua kalimat syahadat Menghafkan dua kalimat syahadat Membiasakan perilaku jujur Membiasakan perilaku tanggung jawab Membiasakan perilaku hidup bersih Membiasakan perilaku disiplin Menampilkan perilaku rajin Menampilkan perilaku tolong-menolong Menampilkan perilaku hormat terhadap orangtua Menampilkan adab makan dan minum Menampilkan adab belajar Menjelaskan pengertian bersuci Mencontoh tata cara bersuci Menirukan ucapan Rukun Islam Menghafal Rukun Islam Menyebutkan tata cara berwudu Mempraktikkan tata cara berwudu
1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4.
Mengenal huruf Hijaiah Mengenal tanda baca (harakat) Membaca huruf Hijaiah bersambu-ng Membaca huruf Hijaiah bersambu-ng Menyebutkan lima dari Asmaul Husna Mengartikan lima dari Asmaul Husna Menyebutkan lima dari Asmaul Husna Mengartikan Asmaul Husna Menampilkan perilaku rendah hati Menampilkan perilaku hidup sederhana Menampilkan adab buang air besar dan kecil Mencontoh perilaku hormat dan santun kepada orangtua dan guru
32
Fiqih
Tarikh
5. Menampilkan perilaku sopan dan santun kepada tetangga 1. Membiasakan wudu dengan tertib 2. Membaca doa setelah berwudu 3. Melafalkan bacaan salat 4. Menghafalkan bacaan salat 5. Membiasakan salat secara tertib 6. Mempraktikkan salat secara tertib
Kelas III Kompetensi Dasar
Aspek Pembelajaran Al-Qur'an
Akidah
Akhlak
1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Fiqih
1. 2. 3. 4.
Tarikh
Kelas IV Kompetensi Dasar
Aspek Pembelajaran
Al-Qur'an
Akidah
Akhlak
Membaca kalimat dalam Alquran Menulis kalimat dalam Alquran Membaca huruf-huruf Alquran Menulis huruf Alquran Menyebutkan lima sifat wajib Allah SWT Mengartikan lima sifat wajib bagi Allah SWT Menyebutkan sifat mustahil Allah SWT Mengartikan sifat mustahil Allah SWT Menampilkan perilaku percaya diri Menampilkan perilaku tekun Menampilkan perilaku hemat Menampilkan perilaku setia kawan Menampilkan perilaku kerja keras Menampilkan perilaku penyayang terhadap hewan Menampilkan perilaku penyayang terhadap lingkungan Menghafal bacaan salat Menampilkan keserasian gerakan dan bacaan salat Melakukan salat fardu Mempraktikkan salat fardu
1. 2. 3. 4. 5.
Membaca surah Al Fatihah dengan lancar Membaca surah Al Ikhlas dengan lancar Membaca surah Al Kausar dengan lancar Membaca surah An Nasr dengan lancar Membaca surah Al Asr dengan lancer
1. 2. 3. 4. 5. 1.
Menyebutkan sifat jaiz Allah SWT Mengartikan sifat jaiz Allah SWT Menjelaskan pengertian malaikat Menyebutkan nama-nama malaikat Menyebutkan tugas-tugas malaikat Menceritakan kisah Nabi Adam AS
2. Menceritakan kisah kelahiran Nabi Muhammad SAW
33
Fiqih
Tarikh
3. Menceritakan perilaku masa kanak-kanak Nabi Muhammad SAW 4. Meneladani perilaku taubatnya Nabi Adam AS 5. Meneladani perilaku masa kanak-kanak Nabi Muhammad SAW 6. Menceritakan kisah Nabi Ibrahim AS 7. Menceritakan kisah Nabi Ismail AS 8. Meneladani perilaku Nabi Ibrahim AS 9. Meneladani perilaku Nabi Ismail AS 1. Menyebutkan rukun salat 2. Menyebutkan sunah salat 3. Menyebutkan syarat sah dan syarat wajib salat 4. Menyebutkan hal-hal yang membatalkan salat 5. Melaksanakan zikir setelah salat 6. Membaca doa setelah salat
Kelas V Kompetensi Dasar
Aspek Pembelajaran Al-Qur'an
Akidah
1. 2. 3. 1. 2. 3. 4. 5.
Akhlak
6. 1. 2. 3. 4. 5. 1.
Fiqih
2.
Tarikh
Aspek Pembelajaran Al-Qur'an
3. 1. 2. 3. 4. 5.
Mengartikan QS Al Lahab dan Al Kafirun Membaca QS Al Ma`un dan Al Fil Mengartikan QS Al Ma`un dan Al Fil Menyebutkan nama-nama kitab Allah SWT Menyebutkan nama-nama Rasul yang menerima kitab-kitab Allah SWT Menjelaskan Alquran sebagai kitab suci terakhir Menyebutkan nama-nama Rasul Allah SWT Menybutkan nama-nama Rasul Ulul Azmi dari para Rasul Membedakan Nabi dan Rasul Meneladani perilaku Nabi Ayyub AS Meneladani perilaku Nabi Musa AS Meneladani perilaku Nabi Isa AS Meneladani perilaku Khlaifah Abu Bakar RA Meneladani perilaku Umar bin Khattab RA Melakukan azan dan iqamah sebelum salat dengan benar Menyebutkan ketentuan-ketentuan puasa Ramadan Menyebutkan himah puasa Menceritakan kisah Nabi Ayyub AS Menceritakan kisah Nabi Musa As Menceritakan kisah Nabi Isa As Menceritakan kisah Khlaifah Abu Bakar RA Menceritakan kisah Khalifah Umar bin Khattab RA
Kelas VI Kompetensi Dasar 1. Membaca QS Al Qadr dan Al ‘Alaq ayat 1-5 2. Mengartikan QS Al Qadr dan Al ‘Alaq ayat 1-5
34
3. Membaca QS Al Maidah ayat 3 dan Surah Al Hujurat ayat 13
Akidah
Akhlak
Fiqih
Tarikh
4. Mengartikan Surah Al Maidah ayat 3 dan Surah Al Hujurat ayat 13 1. Menyebutkan nama-nama hari akhir 2. Menjelaskan tanda-tanda hari akhir 3. Menunjukkan contoh-contoh qada’ dan qadar 4. Menunjukkan keyakinan terhadap qada’ dan qadar 1. Menghindari perilaku dengki seperti Abu Lahab dan Abu Jahal 2. Meneladani perilaku kegigihan perjuangan kaum Muhajirin dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan peserta didik 1. Melaksanakan tarawih di bulan Ramadan 2. Melaksanakan tadarus Alquran 3. Menyebutkan macam-macam zakat 4. Menyebutkan ketentuan zakat fitrah 1. Menceritakan perilaku Musailamah Abu Jahal dan Abu Lahab 2. Menceritakan perjuangan kaum Muhajirin 3. Menceritakan perjuangan kaum ansar
Sumber: Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Depertemen Pendidikan Nasional
Demikianlah muatan materi yang terdapat pada pelajaran Pendidikan Agama Islam ditingkat Sekolah Dasar (SD) dalam sekolah formal, sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berlaku. Adapun materi pendidikan agama Islam pada lembaga non formal, dalam hal ini di Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA), sebagai salah satu bentuk institusi yang menjadi sorotan pada penelitian ini, materi (muatan) pengajarannya secara khusus mengembangkan pada pemberian bekal dasar pengetahuan, sikap dan keterampilan
keagamaan.
Terutama
untuk
pengajaran
yang
kurang
memungkinkan dapat tercapai secara tuntas melalui pendidikan di sekolah formal. Misalnya, baca-tulis al-Qur'an, praktek shalat, hafalan ayat-ayat alQur'an, do'a-do'a harian, penanaman akidah akhlak dan lain sebagainya. Keberadaan Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) pada dasarnya adalah untuk membantu peran orang tua selaku pendidik dan pengajar dirumah, serta membantu peran guru-guru selaku pengajar di sekolah. Selain itu, keberadaan Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) juga dimaksudkan untuk mendukung dan membantu program atau usaha pemerintah menuju tercapainya tujuan
35
Pendidikan Nasional, khususnya dalam sisi penanaman akidah serta pengembangan iman dan takwa juga budi pekerti yang baik (akhlakul karimah).
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam Tujuan adalah sesuatu yang diharapkan akan dicapai setelah suatu usaha atau kegiatan selesai dilaksanakan. Tujuan pendidikan berisi nilai-nilai ideal yang hendak dicapai setelah seseorang menyelesaikan pendidikan pada suatu lembaga pendidikan tertentu, serta berfungsi memberikan arah terhadap pelaksanaan pendidikan, sehingga diharapkan akan terhindar dari segala bentuk penyimpangan dan tindakan yang kurang efektif dalam pelaksanaan pendidikan. Secara garis besar, tujuan daripada Pendidikan Agama Islam adalah mendidik anak-anak, pemuda-pemudi atau orang dewasa, supaya menjadi seorang muslim sejati, beriman teguh, beramal soleh dan berakhlak mulia, sehingga ia menjadi anggota yang sanggup hidup di atas kaki sendiri, mengabdi kepada Allah SWT dan berbakti kepada bangsa dan Negara, bahkan sesama umat manusia. Jika dilihat dari ilmu pendidikan teoritis, tujuan pendidikan ditempuh secara bertingkat, yang dijadikan batas sasaran kemampuan yang harus dicapai dalam proses pendidikan pada tingkat tertentu dengan tujuan untuk mempermudah proses kependidikan melalui tahapan yang makin meningkat kearah tujuan akhir. Berikut akan penulis paparkan tentang beberapa tujuan daripada pendidikan, diantaranya 25 :
a. Tujuan Umum Tujuan umum adalah tujuan yang hendak dicapai dengan sumua kegiatan pendidikan. Tujuan umum itu, meliputi seluruh aspek 25
33.
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Akasara, 2004), Cet. V, h. 30-
36
kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan. Tujuan umum pendidikan agama Islam membentuk kepribadian seseorang menjadi 'Insan Kamil", yaitu manusia utuh rohani dan jasmani, seimbang dunia akhirat karena takwanya kepada Allah SWT. Tujuan umum pendidikan Islam harus dikaitkan pula dengan tujuan Pendidikan Nasional negara tempat pendidikan itu dilaksanakan dan harus dikaitkan
pula
dengan
tujuan
institusional
lembaga
yang
menyelenggarakan pendidikan tersebut. Tujuan Pendidikan Nasional dirumuskan berdasarkan pandangan hidup bangsa Indonesia yaitu Pancasila, saehingga diharapkan lembaga pendidikan Islam di Indonesia dapat melahirkan manusia muslim yang berpancasila. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dikatakan bahwa Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yakni manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, memililki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap,
mandiri
dan
bertanggungjawab
kemasyarakatan
dan
kebangsaan. 26 Dari tujuan pendidikan nasional di atas, ditegaskan bahwa salah satu ciri manusia Indonesia yang menjadi tujuan pendidikan nasional ialah manusia yang beriman dan bertakwa. Agar beriman dan bertakwa ini dapat terwujud, mutlak diperlukan adanya pendidikan keimanan dan ketakwaan. Dan itulah pendidikan agama Islam.
b. Tujuan Akhir Pendidikan agama Islam itu berlangsung selama hidup, maka tujuan akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir pula. 26
Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI, Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam Depag RI, 2006), h. 8-9.
37
Tujuan umum yang berbentuk insan kamil dengan pola takwa dapat mengalami perubahan yang naik-turun, bertambah dan berkurang dalam perjalanan hidup seseorang. Perasaan, lingkungan dan pengalaman dapat mempengaruhinya karena itulah pendidikan agama Islam itu berlaku selama
hidup
untuk
menumbuhkan,
memupuk,
mengembangkan,
memelihara dan mempertahankan tujuan pendidikan yang telah dicapai. Orang yang sudah takwa dalam bentuk insan kamil, masih perlu mendapatkan
pendidikan
dalam
rangka
pengembangan
dan
penyempurnaan, sekurang-kurangnya pemeliharaan supaya tidak luntur dan berkurang, meskipun pendidikan oleh diri sendiri dan bukan dalam pendidikan formal. Tujuan akhir pendidikan agama Islam itu sendiri, dapat dipahami dalam firman Allah sebagai berikut:
☺ Artinya: "Wahai orang-orang yangberiman, bertakwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa; dan janganlah sekali-kali kamu mati kecuali dalam keadaan muslim (menurut ajaran Islam)". (QS. Ali Imran; 102) Mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah sebagai muslim yang merupakan ujung daripada takwa sebagai akhir dari proses hidup jelas berisi kegiatan pendidikan. Inilah akhir dari proses pendidikan itu yang dapat dianggap sebagai tujuan akhirnya. Insan Kamil yang mati dan akan menghadap Allah merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan agama Islam. c. Tujuan Sementara Tujuan sementara adalah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. Tujuan operasional dalam bentuk tujuan instruksional yang dikembangkan menjadi tujuan instruksional umum dan
38
khusus (TIU dan TIK) dapat dianggap sebagai tujuan sementara dengan sifat yang agak berbeda. Pada tujuan sementara bentuk insan kamil dengan pola takwa sudah terlihat meskipun dalam bentuk yang sederhana, sekurang-kurangnya beberapa cirri pokok sudah terlihat pada pribadi anak didik. Tujuan pendidikan agama Islam seolah-olah merupakan suatu lingkaran yang pada tingkat paling rendah mungkin merupakan suatu lingkaran kecil. Semakin tinggi tingkat pendidikannya, maka semakin besar bentuk lingkarannya. Tetapi sejak dari tujuan pendidikan tingkat permulaan, bentuk lingkarannya sudah harus terlihat. Sejak tingkat Taman Kanak-kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD), gambaran daripada insan kamil itu hendaknya sudah terlihat. Dengan kata lain, bentuk insan kamil dengan pola takwa itu harus terlihat dalam semua bentuk pola pendidikan agama Islam. Karena itu, setiap lembaga pendidikan Islam harus dapat merumuskan tujuan pendidikan Agama Islam sesuai dengan tingkat pendidikannya. Sebagai contoh, hal ini berarti tujuan pendidikan agama Islam di tingkat madrasah Tsanawiyah berbeda dengan tujuan di tingkat madrasah Aliyah dan tentu saja berbeda dengan di SMTP. Meskipun demikian, polanya sama, yaitu takwa dibentuknya sama, yaitu insan kamil. Yang berbeda hanya bobot dan mutunya saja.
d. Tujuan Oprasional Tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Satu unit kegiatan pendidikan dengan bahan-bahan yang sudah dipersiapkan dan diperkirakan akan mencapai tujuan tertentu disebut tujuan operasional. Dalam pendidikan formal, tujuan operasional ini disebut juga dengan tujuan instruksional yang selanjutnya dikembangkan menjadi tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus (TIU dan TIK). Tujuan instruksional ini merupakan tujuan pengajaran yang direncanakan dalam unit-unit kegiatan pengajaran.
39
Dalam tujuan operasional ini lebih banyak dituntut dari anak didik suatu kemampuan dan keterampilan tertentu. Sifat operasionalnya lebih ditonjolkan dari sifat penghayatan dan kepribadian. Untuk tingkat yang paling rendah, sifat yang berisi kemampuan dan keterampilanlah yang ditonjolkan. Misalnya, ia dapat berbuat, terampil melakukan, lancar mengucapkan, mengerti, memahami, meyakini dan menghayati adalah soal kecil. Dalam hal ini, terutama berkaitan dengan kegiatan lahiriyah, seperti bacaan dan kaifiyat shalat, akhlak dan tingkah laku. Pada masa permulaan yang penting adalah anak didik mampu dan terampil berbuat, baik itu perbuatan lidah (ucapan) ataupun perbuatan anggota badan lainnya. Kemampuan dan keterampilan yang dituntut pada anak didik, merupakan sebagian kemampuan dan keterampilan insan kamil dalam ukuran anak, yang menuju pada bentuk insane kamil yang semakin sempurna (meningkat). Anak harus sudah terampil melakukan ibadah (sekurang-kurangnya ibadah wajib), meskipun ia belum memahami dan menghayati ibadah tersebut.
Dalam buku karangannya yang lain, Prof. Zakiah Daradjat, juga memberikan penjabaran bahwa tujuan pendidikan identik dengan tujuan hidup, yaitu tujuan yang paling prinsipil adalah untuk beribadah kepada Allah SWT dan ini selaras dengan tujuan utama diciptakannya manusia. Sebagaimana Allah SWT telah berrfirman dalam al-Qur'an:
⌦ Artinya: "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku". (QS. Adz Dzariyaat; 51) Menghambakan diri kepada Allah untuk mencari keridhaan Ilahi, merupakan tujuan umum dari risalah. Dengan demikian, hal tersebut juga merupakan tujuan umum yang hendak dicapai oleh pendidikan dan pengajaran agama Islam. Pendidikan Agama Islam mempunyai tujuan-tujuan yang
40
bertitikkan pada tiga aspek, yaitu aspek iman, ilmu dan amal, sehingga tercapai semua hubungan, baik antara manusia dengan Tuhannya maupun hubungan antara manusia dengan sesamanya.Perwujudan ketiga aspek itu, dalam diri manusia hanya dimungkinkan dengan penguasaan ilmu, tanpa ilmu berarti seseorang itu belum siap atau belum patut untuk menyandang gelar "Hamba Allah". 27 Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam adalah agar peserta didik memiliki dan menguasai ilmu pengetahuan agama dan kebudayaan Islam, sehingga dapat membentuk dirinya menjadi hamba Allah untuk mencapai keridhaan-Nya, dalam kehidupan dunia dam akhirat. Selain tujuan di atas, ada beberapa pendapat yang mengemukakan tentang tujuan Pendidikan Agama Islam, diantaranya sebagai berikut: 1) Menurut Prof. Dr. Mohd. Athiyah Al-Abrasyi, tujuan daripada Pendidikan Agama Islam, diantaranya adalah 28 : a) Untuk membantu pembentukkan akhlak yang mulia. b) Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. c) Menumbuhkan roh ilmiah (scientific spirit) pada pelajar dan memuaskan keinginan hati untuk mengetahui (curiosity) dan memungkinkan ia mengkaji ilmu sekedar sebagai ilmu. d) Menyiapkan pelajar dari segi profesional, teknis dan perusahaan supaya ia dapat menguasai profesi tertentu, teknik tertentu dan perusahaan tertentu agar ia dapat memperoleh rezeki yang baik dan mulia disamping memelihara segi kerohanian dan keagamaan. 2) Menurut Hasan Langgulung, tujuan Pendidikan Agama Islam harus mampu mengakomodasikan tiga fungsi utama dari agama 29 , yaitu diantaranya:
27
Zakiah Daradjat, dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Akasara, 1995), Cet. 1, h. 155-157. 28 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam II, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999), Cet. II, h. 50-51. Lihat juga, Mohd. Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1987), Cet. V, h. 1-4.
41
a) Fungsi spiritual, yaitu yang berkaitan dengan akidah dan iman. b) Fungsi psikologis, yaitu yang berkaitan dengan tingkah laku individual termasuk nilai-nilai akhlak yang mengangkat derajat manusia kederajat yang lebih sempurna. c) Fungsi sosial, yaitu yang berkaitan dengan aturan-aturan yang menghubungkan manusia dengan manusia lain atau masyarakat, dimana masing-masing dari hak-hak dan tanggungjawabnya untuk menyusun masyarakat yang harmonis dan seimbang. Dari berbagai tujuan yang telah dipaparkan di atas, secara garis besar dapat disimpulkan, bahwa tujuan daripada pendidikan agama Islam adalah mendidik anak-anak, pemuda-pemudi atau orang dewasa, supaya menjadi seorang muslim sejati, beriman teguh, beramal shaleh dan berakhlak mulia, sehingga ia menjadi seorang yang mampu hidup di atas kaki sendiri, mengabdi kepada Allah SWT dan berbakti kepada kedua orang tua, agama, bangsa dan negara, bahkan kepada sesama umat manusia.
3. Fungsi Pendidikan Agama Islam Fungsi Pendidikan Agama Islam, sebagai salah satu bidang yang masuk dalam kurikulum pendidikan pada sekolah formal, mempunyai tiga fungsi, diantaranya: a. Menanamtumbuhkan rasa keimanan yang kuat. b. Menanamkembangkan kebiasaan (habbit vorming) dalam melakukan amal ibadah, amal soleh dan akhlak mulia. c. Menumbuhkembangkan semangat untuk mengolah alam sekitar sebagai anugerah Allah SWT kepada manusia. Fungsi Pendidikan dan Pengajaran Agama Islam pada pendidikan formal ini, sebagai suatu keseluruhan yang dapat dipandang sebagai penjabaran dari fungsi pendidikan dan pengajaran agama Islam di sekolah, karenanya secara keseluruhan itu pun merupakan fungsi pendidikan dan pengajaran agama 29
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), Cet. 1, h. 46. Lihat juga, Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka alhusna, 1988), Cet. II, h. 305-309.
42
Islam disekolah-sekolah umum yang disesuaikan dengan takaran atau tingkatannya. 30
C. KERANGKA BERPIKIR Salah satu unsur yang dikedepankan dalam rumusan tujuan pendidikan nasional adalah tentang cita-cita terbentuknya manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, menunjukkan pentingnya pendidikan agama pada tiap lembaga pendidikan di Indonesia. Hal ini, dikarenakan umat Islam di Indonesia mengalami tantangan keadaan. Tantangan keadaan ini, terbatas pada bidang pendidikan dan moral keagamaan, sebagai suatu penomena sosial budaya dan kultural, yang tentu saja tidak terlepas kaitannya dengan masalah sosial lainnya. Tantangan tersebut diantaranya adalah tantangan internal, yaitu meningkatnya angka "ketidakmampuan" Umat Islam (terutama generasi mudanya) dalam hal membaca Al-Qur'an yang disebabkan oleh lemahnya perhatian orang tua dalam membimbing putra-putrinya secara langsung dan lemahnya sistem Pendidikan Agama Islam pada jalur pendidikan formal dikarenakan terbatasnya atau sedikitnya jam pelajaran, sementara bahan pengajarannya cukup luas, serta melemahnya pertahanan dan ketahanan umat Islam dalam menghadapi 'serangan' budaya luar (Barat) yang sekuler melalui teknologi yang disalah gunakan. Kemudian, tantangan eksternal yang berupa gerakan pemikiran dan aksi. Aksi yang bersifat kultural maupun sturktural yang berasal dari kelompok yang berpijak pada basis pemikiran non Islam, yang secara langsung maupun tidak langsung telah menjadikan umat Islam sebagai sasaran gempuran mereka. Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA) adalah lembaga pendidikan dan pengajaran Islam luar sekolah (non formal) untuk anak-anak usia TK/SD (usia
30
Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Akasara, 1995), cet. Ke-1, h. 174-175.
43
4-12 tahun), yang mendidik santri agar mampu membaca al-Qur'an dengan baik dan benar sesuai dengan ilmu tajwid sebagai target pokoknya. Pembelajaran pada Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA) dari segi materi atau muatan pengajaran, pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan materi atau muatan pengajaran yang ada pada tatanan Sekolah Dasar (SD) atau pada sekolah formal, bahkan lebih banyak muatan materi agamanya dibandingkan dengan pendidikan agama yang ada pada tatanan Sekolah Dasar (SD) atau sekolah formal lainnya. Materi pengajaran pada Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA) secara khusus mengembangkan materi pembelajaran pada pemberian bekal dasar pengetahuan, sikap dan keterampilan keagamaan. Terutama untuk pengajaran yang kurang memungkinkan dapat tercapai secara tuntas melalui pendidikan di sekolah formal. Misalnya, baca-tulis al-Qur'an, praktek shalat, hafalan ayat-ayat al-Qur'an, do'a-do'a harian, penanaman akidah akhlak, pengetahuan keislaman dan lain sebagainya. Melihat kenyataan yang ada, bahwa pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang ada pada tatanan sekolah formal dirasa sangat kurang, dari segi materi atau waktu yang disediakan, sebagaimana telah dijabarkan di atas, bahwa terbatasnya jam pelajaran yang ada disekolah formal, sementara bahan pengajarannya cukup luas. Di SD misalnya, hanya 2 jam pelajaran (2x40 menit) dalam satu minggu. Selain itu, dalam segi pendekatan kegiatan belajarmengajarnya yang bersifat klasikal (1 orang guru menghadapi puluhan murid), dengan lebih sering menggunakan metode ceramah. Akibatnya, Pendidikan Agama itu nilainya merosot menjadi sekedar 'Pengetahuan Agama' yang bersifat kering. Sehingga, aspek keterampilan agama dengan target agar tamat SD, si anak bisa mengaji dan taat shalat, sangat tipis kemungkinannya, sebab untuk keterampilan baca tulis Al-Qur'an menuntut adanya pendekatan khusus yang sifatnya individunya (Pendekatan Privat). Maka, cukup strategis apabila peserta didik juga mengikuti proses pembelajaran pada Taman Pendidikan alQur'an (TPA) untuk dapat menambah serta memperdalam materi Pendidikan Agama Islam pada sekolah formal.
44
Keberadaan Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) pada dasarnya adalah untuk membantu peran orang tua selaku pendidik dan pengajar dirumah, serta membantu peran guru-guru selaku pengajar di sekolah. Selain itu, juga dimaksudkan untuk mendukung dan membantu program atau usaha pemerintah menuju tercapainya tujuan Pendidikan Nasional, khususnya dalam sisi penanaman akidah serta pengembangan iman dan takwa juga budi pekerti yang baik (akhlakul karimah). Jadi, berdasarkan kesimpulan tersebut, apabila pelaksanaan pembelajaran pada Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA) berjalan dengan baik serta diikuti oleh peserta didik, terutama dalam hal pembelajaran al-Qur'an, dimana Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA) mempunyai kelebihan-kelebihan diantaranya waktu belajar yang lebih banyak dan berjenjang serta curahan perhatian para pengajar yang langsung diberikan pada tiap-tiap anak (individu) tidak seperti di sekolah formal yang mengajar secara keseluruhan artinya tidak malatih anak satu persatu, terlebih dalam aspek baca-tulis al-Qur'an, maka akan terlihat dengan jelas bahwa keberadaan Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA) lebih optimal dan efektif dalam penyampaian materi pembelajaran agama Islam, khususnya al-Qur'an, serta dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap kompetensi pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah formal. Berikut, akan penulis gambarkan bagan pembahasan tentang Kontribusi Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA) terhadap Pencapaian Kompetensi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah;
Tujuan PAI Komptensi PAI
45
Tantangan Internal
TPA
Tantangan Eksternal
Sekolah Formal
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Dalam penulisan skripsi yang berjudul Kontribusi Taman Pendidikan AlQur'an (TPA) terhadap pencapaian Kompetensi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dalam Hal Baca-Tulis Al-Qur'an ini, penulis akan menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan penulisan skripsi tersebut, diantaranya sebagai berikut: A. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada Kontribusi yang signifikan yang diberikan oleh Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) terhadap pencapaian Kompetensi Dasar Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dalam Hal Baca-Tulis Al-Qur'an.
B. Unit Analisis Unit analisis merupakan satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian. Adapun subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas V dan kelas VI SDN 02 Pondok Pucung, sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah Kontribusi Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) terhadap pencapaian Kompetensi Dasar Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dalam Hal Baca-Tulis Al-Qur'an. Penelitian ini dilakukan di SDN 02 Pondok Pucung beralamat di Kelurahan Pondok Pucung, Kecamatan Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Alasan peneliti melakukan penelitian di sekolah tersebut, hal ini
46
47
didasarkan pada informasi dan hasil pengamatan yang telah penulis peroleh dan lakukan, bahwa disekolah tersebut terjadi perbedaan nilai hasil belajar yang cukup signifikan, khususnya dalam hal baca-tulis al-Qur'an antara siswa-siswi yang mengikuti pendidikan di Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA) dengan yang tidak. Penelitian dilakukan selama 3 bulan, terhitung mulai pada bulan Februari sampai dengan April 2009. Sedangkan, pengambilan data primer, yaitu pengukuran langsung terhadap responden untuk variabel bebas dilaksanakan pada bulan Maret 2009.
C. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk menggambarkan kontribusi Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) terhadap pencapaian kompetensi pembelajaran pendidikan Agama Islam di sekolah dalam hal baca-tulis al-Qur'an, melalui pengolahan data yang diperoleh untuk kemudian dilaporkan sebagaimana adanya, dengan memilih objek penelitian yaitu siswa Sekolah Dasar kelas V dan kelas VI yang masih aktif sebanyak 20 orang, dengan ketentuan 10 orang siswa yang mengikuti pendidikan di Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA) dan 10 orang siswa yang tidak mengikuti pendidikan di Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA) di SDN 02 Pondok Pucung untuk kemudian dikaji secara mendalam.
D. Variabel Penelitian Variebel Penelitian dapat dikatakan sebagai segala sesuatu yang dapat dijadikan objek pengamatan dalam penelitian. Penelitian ini terdiri dari dua buah variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat, diantaranya: 1. Variabel bebas, dengan menggunakan symbol (X), yaitu Kontribusi Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA). 2. Variabel terikat, dengan menggunakan symbol (Y), yaitu Pencapaian Kompetensi Pembelajaran Pendidikan Agama islam di Sekolah.
48
Setelah diperoleh data dari masing-masing variabel tersebut, kemudian keduanya dianalisis dengan menggunakan rumus statistik untuk mengetahui seberapa besar pengaruhnya variabel (X) terhadap variabel (Y).
D. Populasi dan Sampel Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan atau populasi juga dapat diartikan sebagai keseluruhan objek dalam penelitian. Sedangkan, sampel adalah sebagian atau wakil dari pada populasi yang sedang diteliti. 1 Populasi dalam penilitian ini adalah siswa-siswi kelas V dan VI di SDN 02 Pondok Pucung, yang terbagi menjadi 4 lokal kelas, dengan jumlah siswa seluruhnya 126 orang. Mengingat jumlah populasi tersebut cukup banyak, maka peneliti menggunakan cluster sample atau sample kelompok dengan siswa yang dijadikan sampel dalam penelitian ini berjumlah sebanyak 20 orang (kelas V berjumlah 10 orang dan kelas VI berjumlah 10 orang), dengan ketentuan dari tiaptiap kelas tersebut diambil masing-masing 5 orang adalah siswa yang mengikuti pelajaran di Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) dan 5 orang lagi adalah siswa yang tidak mengikuti pelajaran di Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA), jadi jumlah seluruh sampel adalah masing-masing 10 orang siswa yang mengikuti pelajaran di Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) dan 10 orang lagi adalah siswa yang tidak mengikuti pelajaran di Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA), dengan begitu diharapkan siswa-siswi yang menjadi responden tersebut dapat memberikan penilaian atau jawaban yang obyektif terhadap masalah yang akan dibahas.
E. Teknik Pengumpulan Data Dalam memperoleh data-data informasi yang obyektif, serta mencapai arah dan sasaran yang diinginkan, maka teknik pengumpulan data yang dilakukan sebagai berikut : 1
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), Cet. 13, h. 130-131.
49
1. Kuesioner atau angket, yaitu teknik pengumpulan data secara tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal lain yang ia ketahui 2 , dengan cara mengajukan pertanyaan tertulis kepada responden dengan disediakan alternatif jawaban dan responden diminta untuk memilih salah satu jawaban-jawaban yang telah disediakan, hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman mereka terhadap materi Pelajaran Pendidikan Agama Islam. 2. Test Tertulis, yaitu pertanyaan-pertanyaan secara tertulis yang pada setiap itemnya sudah tersedia berbagai alternatif jawaban. Untuk mendapatkan data, penulis memberikan pertanyaan kepada responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 20 item pertanyaan yang fokus pada pembelajaran tentang baca-tulis al-Qur'an. 3. Test Menulis dan Lisan, yaitu pertanyaan-pertanyaan yang dibuat secara tertulis maupun lisan yang diberikan kepada responden untuk mengetahui tingkat kemampuan menulis dan membaca al-Qur'an. Dalam metode test, peneliti menggunakan instrument berupa test atau soalsoal test. Soal test terdiri dari banyak butir test (item) yang masing-masing mengukur suatu jenis variabel. Adapun kisi-kisi instrument dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 3. 1 Kisi-kisi instrument penelitian berupa test tulis, menulis dan lisan Kontribusi Taman pendidikan Al-Qur'an (TPA) Terhadap Pencapaian Kompetensi Pengajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah
No.
Dimensi
1.
Test Tertulis
2
Indikator Menyebutkan atau urutan hijaiyah Menulis menyambung memisahkan
letak huruf atau atau huruf
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian…, h. 151.
Jumlah Item
Nomor Item
2
1, 2
5
3, 4, 6, 7, 9
50
2.
Tes Menulis
3.
Test Membaca
hijaiyah Cara penulisan lafadz bacaan (arab) yang benar Menentukan huruf yang dibaca panjang atau pendek Menentukan hukum bacaan (Ilmu Tajwid) Melanjutkan potongan ayat alQur'an Mengartikan ayat alQur'an Menyebutkan letak atau urutan surat dan ayat al-Qur'an Menentukan jumlah huruf hijaiyah Menulis/menyalin kembali potongan ayat al-Qur'an Membaca potongan ayat al-Qur'an
2
5, 13
3
8, 11, 12
2
10, 20
2
14, 17
1
15
2
16, 18
1
19
-
-
-
-
4. Interview atau wawancara, yaitu alat informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Ciri utama dari interviu adalah kontak langsung dengan tatap muka antara pencari informasi (interviewer) dengan sumber informasi (interviewee). 3 Artinya dalam hal ini adalah percakapan yang diarahkan kepada masalah tertentu atau pusat perhatian untuk mendapatkan informasi secara mendalam dan tuntas. Untuk dapat memperoleh data yang dimaksud, peneliti melakukan wawancara dengan guru Agama (bidang studi) di sekolah tersebut. 5. Observasi, yaitu proses penelitian atau usaha mendapatkan data secara mendalam yang berkaitan dengan judul penelitian, dengan menggunakan pengamatan secara teliti serta pencatatan. Metode ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang jelas dan akurat mengenai gambaran umum dan 3
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), cet. Ke-4, h. 165.
51
kondisi lapangan penelitian. Dalam hal ini, di SDN 02 Pondok Pucung, Kecamatan Pondok Aren.
F. Teknik Pengolahan dan Analisis data 1. Tahap Pengolahan Data Data-data yang telah diperoleh, kemudian akan diproses melalui beberapa tahapan. Adapun dalam tahap pengolahan data, peulis melakukan tahapanhatapan sebagai berikut: a. Edditing, yaitu kegiatan mempelajari kembali berkas-berkas data yang telah terkumpul sehingga keseluruhan berkas data itu dapat diketahui, kemudian dapat disiapkan untuk diproses berikutnya. b. Tabulating, yaitu mentabulasikan atau memindahkan jawaban-jawaban responden ke dalam tabel. c. Coding, yaitu mengklasifikasikan hasil jawaban responden menurut macamnya dengan membuat kode-kode tertentu.
2. Tahap Pengorganisasian Data Pengorganisasian data, yaitu tahap pengelompokkan data yang dilakukan dengan cara berikut: a. Menyusun nilai hasil tes belajar siswa tentang materi penelitian yang dibahas. b. Membuat tabulasi atau menyusun data kedalam bentuk tabel.
3. Tahap Analisis Data Analisa data adalah proses penyederhanaan data dalam bentuk yang lebih mudah dibaca. Berdasarkan jenis data yang terkumpul, maka teknik yang digunakan adalah teknik analisis komparasional, dengan menggunakan rumus stastistik "Kai Kuadrat" atau "Chi Square Test", yaitu teknik analisis komparasional yang mendasarkan diri pada perbedaan frekuensi dari data
52
yang sedang diselidiki. 4 Kegunaan daripada rumus statistik tersebut adalah untuk mencari atau menentukan harga Kai Kuadrat yang diperoleh dari data responden yang telah didapatkan. Adapun rumus perhitungannya adalah sebagai berikut: Keterangan: 2
X2 =
∑
( fo –ft ) ft
X2 = Harga Kai Kuadrat fo = Frekuensi yang diobservasi ft = Frekuensi teoritis
Setelah diperoleh angka harga Kai Kuadrat, maka selanjutnya dilakukan interpetasi secara sederhana (kasar), yaitu dengan mencocokkan hasil penelitian atau angka harga Kai Kuadrat yang didapat dengan harga Kai Kuadrat yang tercantum pada Tabel Harga Kai Kuadrat, maka prosedur yang dilalui adalah sebagai berikut: a. Merumuskan (membuat) Hipotesis alternatif (Ha) dan Hipotesis Nihil atau Hipotesis Nol (Ho). b. Menguji kebenaran atau kepalsuan dari hipotesis yang telah dirumuskan tersebut, dengan jalan membandingkan besarnya harga Kai Kuadrat yang telah diperoleh dalam proses perhitungan dengan besarnya harga Kai Kuadrat yang tercantum dalam Tabel Harga kai Kuadrat, dengan terlebih dahulu mencari derajat kebebasannya (db) atau degrees of freedom-nya (df). Adapun rumusnya sebagai berikut:
df = (c – 1)(r – 1)
4
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007), h. 287.
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SD Negeri 02 Pondok Pucung 1. Sejarah Singkat dan Perkembangannya Sekolah Dasar Negeri (SDN) 02 Pondok Pucung beralamat di Jalan Kampung Utan No. 28 RT. 05/03, Kelurahan Pondok Pucung, Kecamatan Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten, dengan Nomor Statistik/NSS 101020418027. Letaknya yang srategis, berada ditengah-tengah lingkungan masyarakat yang padat jumlah penduduknya dan akses jalan yang mudah dijangkau, membuat sekolah ini menjadi pusat perhatian para orang tua yang ingin menyekolahkan anak-anaknya. Sejak berdiri pada tahun 1978 1 sampai dengan tahun 2008/2009 yang sekarang berada di bawah pimpinan Ibu Een Sukaenah, S. Pd, SDN 02 Pondok Pucung telah menamatkan alumni sebanyak 25 angkatan, mereka sebagian besar melanjutkan ke Tingkat SMP dan MTs maupun Pondok Pesantren, baik negeri maupun swasta. Keberhasilan pendidikan merupakan tanggungjawab pemerintah, masyarakat dan keluarga. Berarti penyelenggaraan pendidikan tidak hanya dilaksankan oleh satu pihak, melainkan secara bersama-sama dilaksanakan oleh tiga unsur tersebut, masing-masing berperan sesuai dengan fungsinya.
1
Een Sukaenah, Kepala sekolah SDN 02 Pondok Pucung, Wawancara Pribadi, (Pondok Pucung, 8 Juni 2009).
53
54
Sebagai sekolah negeri, SDN 02 Pondok Pucung yang merupakan mitra pemerintah atau patner dalam menyelenggarakan sistem pendidikan membantu program pemerintah dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Prioritas pembangunan pendidikan diarahkan untuk membantu program pemerintah, yaitu memberikan kesempatan belajar yang saat ini salah satu realisasinya adalah pelaksaan wajib belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun. Dalam rangka menyukseskan pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun, meningkatkan daya tampung siswa dan meningkatkan kualitas lulusan perlu didukung oleh sarana belajar yang representatif untuk menunjang kegiatan belajar mengajar.
2. Visi, Misi dan Tujuan a. Visi Visi sekolah SDN 02 Pondok Pucung yaitu "Unggul dalam prestasi bidang akademik dan non akademik, kreatif, inovatif, dan mandiri yang berwawasan global dengan dilandasi Iman dan Taqwa (IMTAQ) dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di Kecamatan Pondok Aren tahun 2012". b. Misi Adapun Misi SDN 02 Pondok Pucung, yaitu : 1. Membekali siswa dalam bidang pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan kompetensi dasar yang telah ditetapkan dan tuntutan kebutuhan perkembangan zaman. 2. Menanamkan keyakinan atau akidah melalui pengalaman ajaran agama. 3. Menjalin kerjasama yang harmonis antara warga sekolah dan lingkungan. 4. Mengoptimalkan proses pembelajaran dan bimbingan. 5. Meningkatkan administrasi atau manajemen pendidikan yang berbasis sekolah dan masyarakat.
55
6. Mengembangkan minat baca kepada anak didik dan orang tua murid serta mengembangkan olahraga atau kesenian. 7. Memberikan
pelatihan-pelatihan
kepada
guru
dalam
rangka
peningkatan profesionalisme. 8. Menciptakan lingkungan pendidikan yang sehat, indah, nyaman, aman dan harmonis. 2 c. Tujuan 1. Tujuan Umum Tujuan Umum SDN 02 Pondok Pucung dalam penyelenggaraan pendidikan adalah meletakkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus SDN 02 Pondok Pucung, diantaranya adalah sebagai berikut: a) Meraih prestasi akademik maupun non akademik, minimal tingkat kecamatan. b) Menguasai dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknoligi sebagai bekal untuk melanjutkan kejenjang sekolah yang lebih tinggi. c) Mengamalkan ajaran agama hasil proses pembelajaran dan kegiatan pembinaan. d) Menjadi sekolah pelopor dan penggerak dilingkungan masyarakat. e) Menjadi sekolah yang diminati masyarakat. 3 Disamping memperhatikan karakteristik anak usia Sekolah Dasar (SD), implikasi pendidikan dapat pula bertolak dari kebutuhan peserta didik. Pemaknaan kebutuhan SD dapat diidentifikasi dari tugas-tugas perkembangannya. Tugas-tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang muncul pada saat atau suatu periode tertentu dari kehidupan individu, yang jika berhasil akan menimbulkan rasa bahagia 2 3
Dokumetasi Sekolah SDN 02 Pondok Pucung Tahun 2008-2009. Dokumetasi Sekolah SDN 02 Pondok Pucung Tahun 2008-2009.
56
dan membawa kearah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya, sementara kegagalan dalam melaksanakan tugas tersebut menimbulkan rasa tidak bahagia, ditolak oleh masyarakat dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya. Jadi, tujuan utama SDN 02 Pondok Pucung adalah menciptakan dan mempersiapkan generasi yang mandiri dengan dibekali sejumlah pengetahuan dasar, nilai-nilai religius dan keterampilan untuk hidup sebagai upaya pengembangan potensi jasmani dan rohani peserta didik agar dapat melaksanakan tugas, baik tugas yang diberikan oleh guru maupun oleh masyarakat pada umumnya.
3. Keadaan Guru dan Siswa Kemajuan sekolah tidak hanya dilihat dari gedung yang mewah, sarana dan pra sarana yang memadai, akan tetapi juga dapat dilihat dari kualitas dan kuantitas para siswa serta dewan guru yang mengikuti dan atau menyelenggarakan pendidikan di sekolah tersebut. Berikut akan penulis gambarkan tentang keadaan Dewan Guru dan siswa yang ada di SDN 02 Pondok Pucung. a. Keadaan Dewan Guru Guru adalah tenaga pendidik profesional yang menjalankan tugas sesuai dengan bidangnya. Guru yang memberikan ilmu pengetahuan, kemampuan serta pengalamannya untuk pengembangan potensi peserta didik. Guru merupakan profesi atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai seorang guru, seperti misalnya mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup, kemudian mengajar berarti meneruskan dan mengajarkan ilmu pengetahuan dan melatih, sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilanketerampilan yang dimilki oleh para siswa. Di SDN 02 Pondok Pucung, jumlah tenaga pendidik yang sedang menjalankan tugas sesuai dengan bidangnya berjumlah 20 orang, diantaranya 1 orang sebagai Kepala Sekolah, 10 orang sebagai guru kelas, dan 7 orang
57
sebagai guru bidang studi, yang terdiri dari bidang studi Pendidikan Jasmani, Pendidikan Agama Islam, Bahasa Asing, Komputer, Kesenian dan Muatan Lokal (Mulok). Secara lebih rinci, dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4. 1 Kondisi Dewan Guru SDN 02 Pondok Pucung berdasarkan Jabatan dan Jenis kelamin No.
Jabatan
Jenis kelamin L P 1
Jumlah
1.
Kepala Sekolah
1
2.
Guru Kelas
5
5
10
3.
Guru Bidang Studi
3
4
7
4.
Staf Tata Usaha (TU)
-
1
1
5.
Penjaga Sekolah
1
-
1
JUMLAH
9
11
20
Sumber: Data diperoleh dari dokumentasi sekolah
Selain guru, aktivitas pendidikan disekolah ini juga dibantu oleh 1 orang pegawai yang bertugas sebagai staf Tata Usaha (TU) dan 1 orang lagi bertugas sebagai penjaga sekolah. Latar belakang pendidikan mereka pun berbeda-beda, diantaranya 12 orang berpendidikan Strata 1 (S. 1), 5 orang berpendidikan Diploma-II (D. II), 2 orang berpendidikan SMA dan 1 orang lagi berpendidikan SD.
b. Keadaan Siswa Peserta didik atau yang lebih dikenal dengan sebutan siswa atau murid adalah warga masyarakat yang memerlukan bantuan untuk pengembangan diri dan potensinya melalui program pembelajaran formal disekolah untuk pendidikan
tigkat
dasar,
sebagaimana
dimasa
pertumbuhan
dan
perkembangannya untuk dipersiapkan kepribadiannya dengan mempelajari sejumlah pengetahuan dasar, baca-tulis, berhitung dan dasar-dasar ilmu pengetahuan, budi pekerti serta seni-budaya.
58
Peserta didik pada SDN 02 Pondok Pucung pada Tahun Ajaran 2008/2009 berjumlah 443 siswa, jumlah tersebut terdistribusi pada kelas 1 sampai dengan kelas VI, yang masing-masing kelas memiliki 2 rombongan belajar. Adapun keadaan siswa yang ada di SDN 02 Pondok Pucung dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.2 Keadaan siswa SDN 02 Pondok Pucung Tahun Ajaran 2008-2009
I
Jenis kelamin L P 55 38
II
48
37
85
II
33
37
70
IV
35
34
69
V
35
30
65
VI
31
30
61
JUMLAH
237
206
443
Kelas
Jumlah 93
Sumber: Data diperoleh dari dokumentasi sekolah
Dari tabel di atas, dapat terlihat bahwa jumlah siswa laki-laki lebih banyak dari pada siswa perempuan.
4. Sarana dan Prasarana Sarana belajar adalah alat pendukung pendidik berupa benda yang diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar agar kegiatan belajar mengajar (KBM) dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efisien. Keberhasilan suatu proses belajar mengajar tidak akan terlepas dari keberadaan sarana dan prasarana pendidikan yang dimiliki oleh sekolah. Sarana dan prasarana juga merupakan faktor pendukung daripada keberhasilan pendidikan. Menurut hasil pengamatan penulis, sarana dan prasarana yang ada di SDN 02 Pondok Pucung sudah cukup memadai untuk dapat menunjang kegiatan belajar mengajar yang berlangsung disekolah tersebut.
59
Tabel 4.3 Sarana dan prasarana yang terdapat di SDN 02 Pondok Pucung No.
Sarana dan prasarana
Jumlah
1.
Ruang Belajar
6 buah
2.
Ruang Kepala Sekolah
1 buah
3.
Ruang Guru
1 buah
4.
Ruang Perpustakaan
1 buah
5.
Ruang Labolatorium Komputer
1 buah
6.
Ruang Koperasi
1 buah
7.
Ruang Kantin
1 buah
8.
Lapangan Olah Raga
1 buah
9.
Rumah Dinas Kepala Sekolah
1 buah
10.
Ruang UKS
1 buah
11.
Gudang
1 buah
12.
Ruang Ibadah
1 buah
13.
WC
3 buah
Sumber: Data diperoleh dari dokumentasi sekolah
B. Kontribusi Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA) Terhadap Pencapaian Kompetensi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Dasar
Dari apa yang telah penulis paparkan, tentu memberikan jawaban yang sangat jelas bahwa keberadaan Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian kompetensi pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Dasar. Hal serupa juga sejalan dengan penjelasan yang telah diberikan oleh Nasuha, S. Ag, selaku guru bidang studi Pendidikan Agama Islam di SDN 02 Pondok Pucung, yang mengatakan bahwa dari sebagian siswa-siswi yang mengikuti pendidikan di Taman Pendidikan AlQur'an (TPA) tentu mempunyai kemampuan pemahaman yang lebih dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dibandingkan dengan siswa-siswi yang tidak
60
mengikutinya, karena para siswa-siswi yang mengikuti pendidikan di taman pendidikan Al-Qur'an (TPA) lebih memiliki wawasan keagamaan yang lebih luas terlebih lagi dalam hal mempelajari, membaca dan menulis materi al-Qur'an, yang tentunya sangat membantu sekali dalam proses belajar-mengajar. 4 Kontribusi yang diberikan oleh Taman pendidikan al-Qur'an (TPA) terhadap pencapaian kompetensi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah dasar, diantaranya: 1. Materi pengajaran al-Qur'an yang lebih dominant di TPA membuat siswa lebih cepat dalam hal kemampuan baca-tulis al-Qur'an. 2. Metode pengajaran TPA yang memberikan perhatian langsung pada tiap-tiap siswa (individu), membuat siswa lebih jelas dan paham dalam belajar. 3. Waktu yang lebih banyak, sehingga membuat proses belajar mengajar di TPA lebih fokus.
C. Studi Komparasi Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Dasar dan Pendidikan Agama Islam (PAI) di Taman Pendidikan alQur'an (TPA)
Penelitian ini difokuskan pada kemampuan baca-tulis al-Qur'an. Dalam hal ini, kajiannya diambil dari materi silabus bidang studi Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Sekolah Dasar, aspek al-Qur'an, khususnya pada kelas V dan kelas VI. Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Dasar pada kelas V, diantaranya siswa diharapkan mampu mambaca dan mengartikan QS. AlLahab, QS. Al-Kafirun, QS. Al-Ma'un dan QS. Al-Fiil. Sedangkan, pada kelas VI, diantaranya siswa diharapkan mampu membaca dan mengartikan QS. Al-Qadr, QS. Al-Alaq' ayat 1-5, QS. Al-Maidah ayat 3 dan QS. Al-Hujurat ayat 13. Selain itu, dalam pembelajarannya siswa juga diharapkan mampu memahami dan menerapkan kaidah-kaidah ilmu tajwidnya.
4
Nasuha, Guru Bidang Studi Pendidikan Agama Islam SDN 02 Pondok Pucung, Wawancara Pribadi, (Pondok Pucung, 14 April 2009).
61
Kemudian, Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Islam (PAI) yang terdapat pada Taman Pendidikan al-Qur'an, pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan Kompetensi Dasar yang ada di Sekolah Dasar, yang berbeda hanya persiapan dan metode yang digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar. Pada sekolah dasar, guru bidang studi hanya mempersiapkan meteri sesuai dengan apa yang akan dipelajari dari Lembar Kerja Siswa (LKS) dan buku penunjang lainnya, metode yang digunakan juga hanya bersifat klasikal, karena terbatasnya waktu. Sedangkan, guru Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA) menggunakan metode dengan memberikan perhatian dan pembelajaran pada tiaptiap anak (individu) secara langsung, sehingga terlihat jelas bahwa pembelajaran pada Taman pendidikan al-Qur'an (TPA) lebih optimal dan efektif dalam penyampaian materi pembelajarannya.
D. Analisis Perbandingan Hasil Belajar Pemahaman, Menulis dan membaca AL-Qur'an
Untuk membandingkan hasil belajar pemahaman, menulis dan membaca alQur'an siswa SDN 02 Pondok Pucung, penulis melakukan test terhadap 20 orang siswa yang terdapat pada kelas V dan kelas VI, dengan ketentuan 10 orang siswa yang mengikuti pendidikan di Taman Pendidikan al-Qur'an dan 10 orang siswa yang tidak mengikuti pendidikan Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA). Adapun instrument yang penulis gunakan dalam pengambilan data adalah berupa test, yang terdiri dari: 1. Test Tertulis, yaitu untuk menguji kemampuan atau penguasaan pengetahuan baca-tulis al-Qur'an dalam bentuk soal pilihan ganda yang seluruhnya berjumlah 20 butir soal (item). Adapun instrument terlampir. 2. Test Menulis, yaitu mencangkup menulis ulang huruf-huruf atau potongan ayat-ayat al-Qur'an dan juga imla, 3. Test Membaca, yaitu mencangkup kemampuan mereka dalam membaca alQur'an, sesuai dengan makharijul huruf dan kaidah-kaidah ilmu tajwidnya (panjang-pendeknya).
62
Dari hasil penelusuran tentang masalah yang dibahas dalam penelitian ini, didapat hasil nilai tentang kemampuan siswa dalam memahami materi al-Qur'an yang diambil dari materi pelajaran Pendidikan Agama Islam yang terdapat pada silabus, yang diketahui dari angket test yang dibagikan dan dikerjakan oleh responden. Dari hasil tersebut, kemudian penulis mendata hasilnya dengan menggolongkannya pada hasil atau nilai yang berada di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan hasil atau nilai yang berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah SDN 02 Pondok Pucung dengan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) bidang studi pendidikan Agama Islam disekolah tersebut, sebesar 70. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut: a). Test Tulis Teori Baca-Tulis al-Qur'an Tabel 4.4 Hasil atau Nilai Test Tertulis Responden tentang Pemahaman Siswa mengenai Materi Al-Qur'an pada Bidang Studi Pendidikan Agama Islam di SDN 02 Pondok Pucung Hasil Test Klasifikasi Siswa Siswa yang ikut TPA Siswa yang tidak ikut TPA JUMLAH
Nilai di atas KKM (70) 8
Nilai di bawah KKM (70) 2
2
8
10
10
10
20
TOTAL 10
Sumber: Data diperoleh dari hasil angket test yang dibagikan kepada responden
Dari tabel tersebut, diketahui bahwa 10 orang siswa yang mengikuti pendidikan di taman pendidikan Al-Qur'an (TPA), 8 orang diantaranya mendapatkan nilai di atas Kriteria ketuntasan Minimal (KKM) pada bidang studi Pendidikan Agama Islam (PAI) yang telah ditentukan oleh guru PAI di sekolah tersebut, yaitu sebesar 70, dan 2 orang diataranya memperoleh nilai di bawah KKM. Kemudian, dari 10 orang siswa yang tidak mengikuti pendidikan di Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA), 2 orang diantaranya mendapatkan nilai di atas
63
Kriteria ketuntasan Minimal (KKM), dan 8 orang diataranya memperoleh nilai di bawah KKM. Tabel 4.4 tersebut, menjelaskan bahwa 10 orang (50 %) responden, memperoleh nilai di atas KKM yang telah ditetapkan oleh Guru bidang studi Pendidikan Agama Islam di SDN 02 Pondok Pucung. Sedangkan, sisanya sejumlah 10 orang (50 %) responden, memperoleh nilai di bawah KKM. Jika faktor keikutsertaan mereka pada pendidikan di Taman Pendidikan alQur'an tidak berpengaruh terhadap hasil penilaian mereka mengenai pemahaman tentang materi baca-tulis al-Qur'an yang ada pada materi bidang studi Pendidikan Agama Islam, maka yang menjadi harapan penulis adalah bahwa presentase siswa yang memperoleh nilai di atas KKM dan di bawah KKM disetiap golongan siswa, akan sama dengan persentase yang bersangkutan di dalam sampel secara keseluruhan. Dalam hal ini, secara teoritis penulis mengharapkan dari sejumlah 10 orang siswa yang mengikuti pendidikan di Taman pendidikan Al-Qur'an, akan terdapat sejumlah: 1)
50 % diantaranya (yaitu 5 orang) memperoleh nilai di atas KKM,
2)
50 % diantaranya (yaitu 5 orang) memperoleh nilai di bawah KKM. Untuk siswa yang tidak mengikuti pendidikan di taman pendidikan Al-
Qur'an (TPA), secara teoritis penulis mengharapkan dari sejumlah 10 orang diantara mereka, akan terdapat sejumlah: 1) 50 % diantaranya (yaitu 5 orang) memperoleh nilai di atas KKM, 2) 50 % diantaranya (yaitu 5 orang) memperoleh nilai di bawah KKM. Frekuensi yang diharapkan muncul (fh) atau expected frequency (fe) disebut frekuensi teoritis (theoretical frequency = ft), apabila disajikan dalam bentuk tabel, maka akan diperoleh data sebagai berikut:
64
Tabel 4.5 Frekuensi yang diharapkan Muncul tentang Hasil atau Nilai Test Tertulis Responden tentang Pemahaman Siswa-siswi mengenai Materi Al-Qur'an pada Bidang Studi Pendidikan Agama Islam di SDN 02 Pondok Pucung Hasil Test Klasifikasi Siswa Siswa yang ikut TPA
Nilai di Nilai di atas KKM bawah (70) KKM (70) (1) (2) 5
JUMLAH
10
5 (3)
Siswa yang tidak ikut TPA
TOTAL
(4)
5
5
10
10
10 20
Jika dibandingkan antara tabel 4.4 dengan table 4.5, kedua tebel tersebut masing-masing mempunyai 4 buah sel, yaitu sel nomor 1, 2, 3 dan 4. Perbedaan yang dijumpai antara frekuensi observasi dengan frekuensi yang diharapkan (frekuensi teoritis) dari masing-masing sel pada kedua tebel tersebut, adalah sebagai berikut: Tabel 4.6 Perbedaan antara Frekuensi yang diobservasi (fo) dengan Frekuensi yang diharapkan/frekuensi Teoritis (ft) Nomor Sel
Frekuensi yang diobservasi (fo)
Frekuensi Teoritis (ft)
1
8
5
Beda/selisih antara fo dan ft (fo–ft) 3
2
2
5
-3
3
2
5
-3
4
8
5
3
TOTAL
20 = N
20 = N
0
Kalau saja frekuensi yang diobservasi sama dengan frekuensi teoritis, maka selisih antara frekuensi yang diobservasi dengan frekuensi teoritis tersebut pasti sama dengan nol. Dalam keadaan demikian, dapat dikatakan bahwa antara dua
65
golongan siswa-siswi itu tidak terdapat perbedaan mengenai pemahaman mereka tentang materi baca-tulis Al-Qur'an pada Bidang Studi Pendidikan Agama Islam. Karena itu, dapat disimpulkan bahwa perbedaan hasil nilai test yang diperoleh tidak ada hubungannya dengan keikutsertaan mereka pada pendidikan di Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA); atau dengan kata lain tidak adanya kontribusi yang diberikan oleh Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) terhadap pencapaian kompetensi pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Dasar. Sebaliknya, jika terdapat perbedaan antara frekuensi yang diamati dengan frekuensi teoritisnya, maka dapat disimpulkan perbedaan hasil nilai test yang diperoleh ada hubungannya dengan keikutsertaan mereka pada pendidikan di Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA); atau dengan kata lain adanya kontribusi yang diberikan oleh Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) terhadap pencapaian kompetensi pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Dasar. Ada kemungkinan perbedaan itu sedikit (kecil) sekali atau banyak (besar) sekali. Untuk menentukannya, maka diperlukan Teknik Analisis Komparasional berupa Test Kai Kuadrat atau Test Kai Pangkat Dua. Jika diamati kolom ke-empat tabel 4.6, yaitu selisih atau beda antara Fo dan ft = (fo–ft), maka apabila (fo–ft) itu dijumlahkan hasilnya pasti sama dengan nol. Karena itu, ∑ (fo–ft) tidak dapat penulis gunakan sebagai ukuran untuk menentukan ada atau tidaknya perbedaan yang berarti. Maka, (fo–ft) yang ada pada kolom ke-empat tabel 4.6 masing-masing dikuadratkan terlebih dahulu; setelah itu dijumlah, sehingga diperoleh ∑ (fo–ft)2. Setelah (fo–ft) dikuadratkan, pada akhirnya dibagi dengan frekuensi teoritis (ft) dan dijumlahkan. Sehingga, diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 4. 7 Perhitungan untuk memperoleh Harga Kai Kuadrat Sel
Fo
ft
(fo–ft)
1 2 3 4
8 2 2 8
5 5 5 5
3 -3 -3 3
TOTAL
20 = N
20 = N
0 = ∑(fo–ft)
(fo–ft)2
∑=
9 9 9 9 (fo–ft)2 ft
(fo–ft)2 ft 1,8 1,8 1,8 1,8 = 7,2 = X2
66
Sebelum nilai Kai Kuadrat yang penulis dapat dibandingkan dengan harga Kritik Kai Kuadrat, terlebih dahulu ditetapkan degrees of freedomnya (df) atau derajat kebebasannya (db) atau sama dengan hasil perkalian antara; banyaknya kolom dikurangi 1 (yaitu c–1) dengan banyaknya jalur yang terdapat di tebel perhitungan dikurangi 1 (yaitu r-1) atau lebih singkatnya df atau db = (c–1) (r–1). Dari data yang ada, maka diperoleh c = 2 dan r = 2. Dengan demikian, df atau db sebesar; (2–1) (2–1) = 1. Jika penulis menggunakan taraf signifikansi 5 % pada table Nilai Harga kai Kuadrat, maka akan diperoleh harga Kai Kuadrat sebesar 3,841, sedangkan apabila penulis menggunakan taraf signifikansi 1 %, maka akan diperoleh harga Kai Kuadrat sebesar 6,635. Untuk selanjutnya, penulis akan memberikan interpretasi terhadap Kai Kuadrat yang telah diperoleh, yaitu dengan merumuskan terlebih dahulu Hipotesis Alternatif (Ha) dan Hipotesis Nihil (Ho) sebagai berikut: Ha : "Terdapat kontribusi yang signifikan yang diberikan oleh Taman Pendidikan Al-Qur'an
(TPA)
terhadap
pencapaian
kompetensi
pembelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Dasar dalam Hal Baca-Tulis Al-Qur'an". Ho : "Tidak adanya kontribusi yang signifikan yang diberikan oleh Taman Pendidikan
Al-Qur'an
(TPA)
terhadap
pencapaian
kompetensi
pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Dasar dalam Hal Baca-Tulis Al-Qur'an ".
Dengan memperhatikan dan membandingkan besarnya harga Kai Kuadrat hasil perhitungan (X2o) dan harga-harga Kai Kuadrat yang tercantum pada tebel 4. 7, ternyata terdapat X2o adalah jauh lebih besar daripada X2t, yaitu: 3,841 < 7,2 > 6,635. Dengan demikian, karena X2o lebih besar daripada X2t, maka dapat dinyatakan bahwa perbedaan antara fo dengan ft itu adalah perbedaan yang berarti atau perbedaan yang meyakinkan (signifikan). Dengan demikian, Hipotesis Nihil (Ho) ditolak; berarti terdapat kontribusi yang signifikan yang diberikan oleh Taman
Pendidikan
Al-Qur'an
(TPA)
terhadap
pencapaian
kompetensi
67
pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Dasar dalam hal test tertulis.
b). Test Menulis Huruf al-Qur'an Tabel 4.8 Hasil atau Nilai Test Menulis Kembali Potongan Ayat Al-Qur'an pada Bidang Studi Pendidikan Agama Islam di SDN 02 Pondok Pucung Hasil Test Klasifikasi Siswa Siswa yang ikut TPA
Nilai di atas KKM (70) 9
Nilai di bawah KKM (70) 1
7
3
10
16
4
20
Siswa yang tidak ikut TPA JUMLAH
TOTAL 10
Sumber: Data diperoleh dari hasil angket test yang dibagikan kepada responden
Dari tabel tersebut, diketahui bahwa 10 orang siswa yang mengikuti pendidikan di taman pendidikan Al-Qur'an (TPA), 9 orang diantaranya mendapatkan nilai di atas Kriteria ketuntasan Minimal (KKM), dan 1 orang diataranya memperoleh nilai di bawah KKM. Kemudian, dari 10 orang siswa yang tidak mengikuti pendidikan di taman pendidikan Al-Qur'an (TPA), 7 orang diantaranya mendapatkan nilai di atas Kriteria ketuntasan Minimal (KKM), dan 3 orang diataranya memperoleh nilai di bawah KKM. Tabel 4.8 tersebut, menjelaskan 16 orang (80 %) dari keseluruhan responden, memperoleh nilai di atas KKM yang telah ditetapkan oleh guru bidang studi Pendidikan Agama Islam di SDN 02 Pondok Pucung. Sedangkan, sisanya sejumlah 4 orang (20 %) dari keseluruhan responden, memperoleh nilai di bawah KKM. Jika faktor keikutsertaan mereka pada pendidikan di Taman Pendidikan alQur'an tidak berpengaruh terhadap hasil penilaian mereka mengenai test menulis atau menyalin kembali potongan ayat al-Qur'an yang ada pada materi bidang studi Pendidikan Agama Islam, maka yang menjadi harapan penulis adalah bahwa
68
presentase siswa yang memperoleh nilai di atas KKM dan di bawah KKM disetiap golongan siswa, akan sama dengan persentase yang bersangkutan di dalam sampel secara keseluruhan. Dalam hal ini, secara teoritis penulis mengharapkan dari sejumlah 10 orang siswa yang mengikuti pendidikan di Taman pendidikan AlQur'an, akan terdapat sejumlah: 1)
80 % diantaranya (yaitu 8 orang) memperoleh nilai di atas KKM,
2)
20 % diantaranya (yaitu 2 orang) memperoleh nilai di bawah KKM. Untuk siswa yang tidak mengikuti pendidikan di taman pendidikan Al-
Qur'an (TPA), secara teoritis penulis mengharapkan dari sejumlah 10 orang diantara mereka, akan terdapat sejumlah: 1)
80 % diantaranya (yaitu 8 orang) memperoleh nilai di atas KKM,
2)
20 % diantaranya (yaitu 2 orang) memperoleh nilai di bawah KKM. Frekuensi yang diharapkan muncul (fh) atau expected frequency (fe) disebut
frekuensi teoritis (theoretical frequency = ft), apabila disajikan dalam bentuk tabel, maka akan diperoleh data sebagai berikut: Tabel 4.9 Frekuensi yang diharapkan Muncul tentang Hasil atau Nilai Test Menulis atau Menyalin kembali Potongan Ayat Al-Qur'an pada Bidang Studi Pendidikan Agama Islam di SDN 02 Pondok Pucung Hasil Test Klasifikasi Siswa Siswa yang ikut TPA
Nilai di Nilai di atas KKM bawah (70) KKM (70) (1) (2) 8
JUMLAH
10
2 (3)
Siswa yang tidak ikut TPA
TOTAL
(4)
8
2
10
10
10 20
Jika dibandingkan antara tabel 4.8 dengan tabel 4.9, kedua tebel tersebut masing-masing mempunyai 4 buah sel, yaitu sel nomor 1, 2, 3 dan 4. Perbedaan yang dijumpai antara frekuensi observasi dengan frekuensi yang diharapkan
69
(frekuensi teoritis) dari masing-masing sel pada kedua tebel tersebut, adalah sebagai berikut: Tabel 4.10 Perbedaan antara Frekuensi yang diobservasi (fo) dengan Frekuensi yang diharapkan/frekuensi Teoritis (ft) Nomor Sel
Frekuensi yang diobservasi (fo)
Frekuensi Teoritis (ft)
1
9
8
Beda/selisih antara fo dan ft (fo–ft) 1
2
1
2
-1
3
7
8
-1
4
3
2
1
TOTAL
20 = N
20 = N
0
Jika diamati kolom ke-empat tabel 4.10, yaitu selisih atau beda antara Fo dan ft = (fo–ft), maka apabila (fo–ft) itu dijumlahkan hasilnya pasti sama dengan nol. Karena itu, ∑ (fo–ft) tidak dapat penulis gunakan sebagai ukuran untuk menentukan ada atau tidaknya perbedaan yang berarti. Maka, (fo–ft) yang ada pada kolom ke-empat tabel 4.10 masing-masing dikuadratkan terlebih dahulu; setelah itu dijumlah, sehingga diperoleh ∑ (fo–ft)2. Setelah (fo–ft) dikuadratkan, pada akhirnya dibagi dengan frekuensi teoritis (ft) dan dijumlahkan. Sehingga, diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 4. 11 Perhitungan untuk memperoleh Harga Kai Kuadrat Sel
Fo
Ft
(fo–ft)
1 2 3 4
9 1 7 3
8 2 8 2
1 -1 -1 1
TOTAL
20 = N
20 = N
0 = ∑(fo – ft)
(fo–ft)2
∑=
1 1 1 1 (fo – ft)2 ft
(fo–ft)2 ft 0,125 0,5 0,125 0,5 = 1,25 = X2
Sebelum nilai Kai Kuadrat yang penulis dapat dibandingkan dengan harga Kritik Kai Kuadrat, terlebih dahulu ditetapkan degrees of freedomnya (df) atau
70
derajat kebebasannya (db) atau sama dengan hasil perkalian antara; banyaknya kolom dikurangi 1 (yaitu c–1) dengan banyaknya jalur yang terdapat di tebel perhitungan dikurangi 1 (yaitu r-1) atau lebih singkatnya df atau db = (c–1) (r–1). Dari data yang ada, maka diperoleh c = 2 dan r = 2. Dengan demikian, df atau db sebesar; (2–1) (2–1) = 1. Jika penulis menggunakan taraf signifikansi 5 % pada table Nilai Harga kai Kuadrat, maka akan diperoleh harga Kai Kuadrat sebesar 3,841, sedangkan apabila penulis menggunakan taraf signifikansi 1 %, maka akan diperoleh harga Kai Kuadrat sebesar 6,635. Untuk selanjutnya, penulis akan memberikan interpretasi terhadap Kai Kuadrat yang telah diperoleh, yaitu dengan merumuskan terlebih dahulu Hipotesis Alternatif (Ha) dan Hipotesis Nihil (Ho) sebagai berikut: Ha : "Terdapat kontribusi yang signifikan yang diberikan oleh Taman Pendidikan Al-Qur'an
(TPA)
terhadap
pencapaian
kompetensi
pembelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Dasar dalam hal menulis atau menyalin kembali potongan ayat Al-Qur'an". Ho : "Tidak adanya kontribusi yang signifikan yang diberikan oleh Taman Pendidikan
Al-Qur'an
(TPA)
terhadap
pencapaian
kompetensi
pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Dasar dalam hal menulis atau menyalin kembali potongan ayat al-Qur'an".
Dengan memperhatikan dan membandingkan besarnya harga Kai Kuadrat hasil perhitungan (X2o) dan harga-harga Kai Kuadrat yang tercantum pada tebel 4. 11, ternyata terdapat X2o adalah jauh lebih kecil daripada X2t, yaitu: 3,841 > 1,25 < 6,635. Dengan demikian, karena X2o lebih kecil daripada X2t, maka dapat dinyatakan bahwa perbedaan antara fo dengan ft itu adalah perbedaan yang tidak berarti atau perbedaan yang tidak meyakinkan (signifikan). Dengan demikian, Hipotesis Alternatif (Ha) ditolak; berarti tidak terdapat kontribusi yang signifikan yang diberikan oleh Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) terhadap pencapaian kompetensi pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Dasar dalam hal test menulis huruf al-Qur'an.
71
Akan tetapi, jika test tersebut dilakukan dengan cara imla, ternyata hasilnya berbeda dengan hasil test menyalin huruf al-Qur'an di atas, siswa yang ikut Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA) lebih unggul daripada siswa yang tidak ikut TPA. Berarti dalam hal ini, Hipotesis Nihil (Ho) ditolak; dan Hipotesis Alternatif (Ha) yang diterima, berarti terdapat kontribusi yang signifikan yang diberikan oleh Taman
Pendidikan
Al-Qur'an
(TPA)
terhadap
pencapaian
kompetensi
pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Dasar dalam hal test menulis huruf al-Qur'an. Berikut akan penulis paparkan hasil test imla; Tabel 4.12 Hasil atau Nilai Test Menulis Imla Huruf Al-Qur'an pada Bidang Studi Pendidikan Agama Islam di SDN 02 Pondok Pucung Hasil Test Klasifikasi Siswa Siswa yang ikut TPA Siswa yang tidak ikut TPA JUMLAH
Nilai di atas KKM (70) 9
Nilai di bawah KKM (70) 1
1
9
10
10
10
20
TOTAL 10
Sumber: Data diperoleh dari hasil angket test yang dibagikan kepada responden
Dari tabel tersebut, diketahui bahwa 10 orang siswa yang mengikuti pendidikan di taman pendidikan Al-Qur'an (TPA), 9 orang diantaranya mendapatkan nilai di atas Kriteria ketuntasan Minimal (KKM) pada bidang studi Pendidikan Agama Islam (PAI) yang telah ditentukan oleh guru PAI di sekolah tersebut, yaitu sebesar 70, dan 1 orang diataranya memperoleh nilai di bawah KKM. Kemudian, dari 10 orang siswa yang tidak mengikuti pendidikan di Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA), 1 orang diantaranya mendapatkan nilai di atas Kriteria ketuntasan Minimal (KKM), dan 9 orang diataranya memperoleh nilai di bawah KKM. Tabel 4.12 tersebut, menjelaskan bahwa 10 orang (50 %) responden, memperoleh nilai di atas KKM yang telah ditetapkan oleh Guru bidang studi
72
Pendidikan Agama Islam di SDN 02 Pondok Pucung. Sedangkan, sisanya sejumlah 10 orang (50 %) responden, memperoleh nilai di bawah KKM. Jika faktor keikutsertaan mereka pada pendidikan di Taman Pendidikan alQur'an tidak berpengaruh terhadap hasil penilaian mereka mengenai pemahaman tentang materi baca-tulis al-Qur'an yang ada pada materi bidang studi Pendidikan Agama Islam, maka yang menjadi harapan penulis adalah bahwa presentase siswa yang memperoleh nilai di atas KKM dan di bawah KKM disetiap golongan siswa, akan sama dengan persentase yang bersangkutan di dalam sampel secara keseluruhan. Dalam hal ini, secara teoritis penulis mengharapkan dari sejumlah 10 orang siswa yang mengikuti pendidikan di Taman pendidikan Al-Qur'an, akan terdapat sejumlah: 1) 50 % diantaranya (yaitu 5 orang) memperoleh nilai di atas KKM, 2) 50 % diantaranya (yaitu 5 orang) memperoleh nilai di bawah KKM. Untuk siswa yang tidak mengikuti pendidikan di Taman Pendidikan AlQur'an (TPA), secara teoritis penulis mengharapkan dari sejumlah 10 orang diantara mereka, akan terdapat sejumlah: 1) 50 % diantaranya (yaitu 5 orang) memperoleh nilai di atas KKM, 2) 50 % diantaranya (yaitu 5 orang) memperoleh nilai di bawah KKM. Frekuensi yang diharapkan muncul (fh) atau expected frequency (fe) disebut frekuensi teoritis (theoretical frequency = ft), apabila disajikan dalam bentuk tabel, maka akan diperoleh data sebagai berikut:
73
Tabel 4.13 Frekuensi yang diharapkan Muncul tentang Hasil atau Nilai Test Imla Menulis Huruf Al-Qur'an pada Bidang Studi Pendidikan Agama Islam di SDN 02 Pondok Pucung Hasil Test Klasifikasi Siswa Siswa yang ikut TPA
Nilai di Nilai di atas KKM bawah (70) KKM (70) (1) (2) 5
JUMLAH
10
5 (3)
Siswa yang tidak ikut TPA
TOTAL
(4)
5
5
10
10
10 20
Jika dibandingkan antara tabel 4.12 dengan table 4.13, kedua tebel tersebut masing-masing mempunyai 4 buah sel, yaitu sel nomor 1, 2, 3 dan 4. Perbedaan yang dijumpai antara frekuensi observasi dengan frekuensi yang diharapkan (frekuensi teoritis) dari masing-masing sel pada kedua tebel tersebut, adalah sebagai berikut: Tabel 4.14 Perbedaan antara Frekuensi yang diobservasi (fo) dengan Frekuensi yang diharapkan/frekuensi Teoritis (ft) Nomor Sel
Frekuensi yang diobservasi (fo)
Frekuensi Teoritis (ft)
1
9
5
Beda/selisih antara fo dan ft (fo–ft) 4
2
1
5
-4
3
1
5
-4
4
9
5
4
TOTAL
20 = N
20 = N
0
Kalau saja frekuensi yang diobservasi sama dengan frekuensi teoritis, maka selisih antara frekuensi yang diobservasi dengan frekuensi teoritis tersebut pasti sama dengan nol. Dalam keadaan demikian, dapat dikatakan bahwa antara dua golongan siswa-siswi itu tidak terdapat perbedaan mengenai pemahaman mereka
74
tentang materi baca-tulis Al-Qur'an pada Bidang Studi Pendidikan Agama Islam. Karena itu, dapat disimpulkan bahwa perbedaan hasil nilai test yang diperoleh tidak ada hubungannya dengan keikutsertaan mereka pada pendidikan di Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA); atau dengan kata lain tidak adanya kontribusi yang diberikan oleh Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) terhadap pencapaian kompetensi pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Dasar. Sebaliknya, jika terdapat perbedaan antara frekuensi yang diamati dengan frekuensi teoritisnya, maka dapat disimpulkan perbedaan hasil nilai test yang diperoleh ada hubungannya dengan keikutsertaan mereka pada pendidikan di Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA); atau dengan kata lain adanya kontribusi yang diberikan oleh Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) terhadap pencapaian kompetensi pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Dasar. Ada kemungkinan perbedaan itu sedikit (kecil) sekali atau banyak (besar) sekali. Untuk menentukannya, maka diperlukan Teknik Analisis Komparasional berupa Test Kai Kuadrat atau Test Kai Pangkat Dua. Jika diamati kolom ke-empat tabel 4.14, yaitu selisih atau beda antara Fo dan ft = (fo–ft), maka apabila (fo–ft) itu dijumlahkan hasilnya pasti sama dengan nol. Karena itu, ∑ (fo–ft) tidak dapat penulis gunakan sebagai ukuran untuk menentukan ada atau tidaknya perbedaan yang berarti. Maka, (fo–ft) yang ada pada kolom ke-empat tabel 4.14 masing-masing dikuadratkan terlebih dahulu; setelah itu dijumlah, sehingga diperoleh ∑ (fo–ft)2. setelah (fo–ft) dikuadratkan, pada akhirnya dibagi dengan frekuensi teoritis (ft) dan dijumlahkan. Sehingga, diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 4. 15 Perhitungan untuk memperoleh Harga Kai Kuadrat Sel
Fo
ft
(fo–ft)
(fo–ft)2
1 2 3 4
9 1 1 9
5 5 5 5
4 -4 -4 4
TOTAL
20 = N
20 = N
0 = ∑(fo–ft)
16 16 16 16 (fo–ft)2 ∑= ft
(fo–ft)2 ft 3,2 3,2 3,2 3,2 = 12,8 = X2
75
Sebelum nilai Kai Kuadrat yang penulis dapat dibandingkan dengan harga Kritik Kai Kuadrat, terlebih dahulu ditetapkan degrees of freedomnya (df) atau derajat kebebasannya (db) atau sama dengan hasil perkalian antara; banyaknya kolom dikurangi 1 (yaitu c–1) dengan banyaknya jalur yang terdapat di tebel perhitungan dikurangi 1 (yaitu r-1) atau lebih singkatnya df atau db = (c–1) (r–1). Dari data yang ada, maka diperoleh c = 2 dan r = 2. Dengan demikian, df atau db sebesar; (2–1) (2–1) = 1. Jika penulis menggunakan taraf signifikansi 5 % pada table Nilai Harga kai Kuadrat, maka akan diperoleh harga Kai Kuadrat sebesar 3,841, sedangkan apabila penulis menggunakan taraf signifikansi 1 %, maka akan diperoleh harga Kai Kuadrat sebesar 6,635. Untuk selanjutnya, penulis akan memberikan interpretasi terhadap Kai Kuadrat yang telah diperoleh, yaitu dengan merumuskan terlebih dahulu Hipotesis Alternatif (Ha) dan Hipotesis Nihil (Ho) sebagai berikut: Ha : "Terdapat kontribusi yang signifikan yang diberikan oleh Taman Pendidikan Al-Qur'an
(TPA)
terhadap
pencapaian
kompetensi
pembelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Dalam Hal Baca-Tulis AlQur'an". Ho : "Tidak adanya kontribusi yang signifikan yang diberikan oleh Taman Pendidikan
Al-Qur'an
(TPA)
terhadap
pencapaian
kompetensi
pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Dalam Hal BacaTulis Al-Qur'an ".
Dengan memperhatikan dan membandingkan besarnya harga Kai Kuadrat hasil perhitungan (X2o) dan harga-harga Kai Kuadrat yang tercantum pada tebel 4. 7, ternyata terdapat X2o adalah jauh lebih besar daripada X2t, yaitu: 3,841 < 12,8 > 6,635. Dengan demikian, karena X2o lebih besar daripada X2t, maka dapat dinyatakan bahwa perbedaan antara fo dengan ft itu adalah perbedaan yang berarti atau perbedaan yang meyakinkan (signifikan). Dengan demikian, Hipotesis Nihil (Ho) ditolak; berarti terdapat kontribusi yang signifikan yang diberikan oleh Taman
Pendidikan
Al-Qur'an
(TPA)
terhadap
pencapaian
kompetensi
76
pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Dasar dalam hal test menulis imla huruf al-Qur'an.
c). Test Membaca Al-Qur'an Tabel 4.16 Hasil atau Nilai Test Tertulis Responden tentang Kemampuan Siswa mengenai Materi Membaca Al-Qur'an pada Bidang Studi Pendidikan Agama Islam di SDN 02 Pondok Pucung Hasil Test Klasifikasi Siswa Siswa yang ikut TPA Siswa yang tidak ikut TPA JUMLAH
Nilai di atas KKM (70) 7
Nilai di bawah KKM (70) 3
1
9
10
8
12
20
TOTAL 10
Sumber: Data diperoleh dari hasil test yang dilakukan secara langsung kepada responden
Dari tabel tersebut, diketahui bahwa 10 orang siswa yang mengikuti pendidikan di taman pendidikan Al-Qur'an (TPA), 7 orang diantaranya mendapatkan nilai di atas Kriteria ketuntasan Minimal (KKM) pada bidang studi Pendidikan Agama Islam (PAI) yang telah ditentukan oleh guru PAI di sekolah tersebut, yaitu sebesar 70, dan 3 orang diataranya memperoleh nilai di bawah KKM. Kemudian, dari 10 orang siswa yang tidak mengikuti pendidikan di taman pendidikan Al-Qur'an (TPA), 1 orang diantaranya mendapatkan nilai di atas Kriteria ketuntasan Minimal (KKM), dan 9 orang diataranya memperoleh nilai di bawah KKM. Tabel 4.12 tersebut, menjelaskan bahwa 8 orang (40 %) dari keseluruhan responden, memperoleh nilai di atas KKM yang telah ditetapkan oleh guru bidang studi Pendidikan Agama Islam di SDN 02 Pondok Pucung. Sedangkan, sisanya sejumlah 12 orang (60 %) dari keseluruhan responden, memperoleh nilai di bawah KKM.
77
Jika faktor keikutsertaan mereka pada pendidikan di Taman Pendidikan alQur'an tidak berpengaruh terhadap hasil penilaian atas kemampuan mereka dalam hal membaca al-Qur'an yang ada pada materi bidang studi Pendidikan Agama Islam, maka yang menjadi harapan penulis adalah bahwa presentase siswa-siswi yang memperoleh nilai di atas KKM dan di bawah KKM disetiap golongan siswa, akan sama dengan persentase yang bersangkutan di dalam sampel secara keseluruhan. Dalam hal ini, secara teoritis penulis mengharapkan dari sejumlah 10 orang siswa yang mengikuti pendidikan di Taman Pendidikan Al-Qur'an, akan terdapat sejumlah: 1) 40 % diantaranya (yaitu 4 orang) memperoleh nilai di atas KKM, 2) 60 % diantaranya (yaitu 6 orang) memperoleh nilai di bawah KKM. Untuk siswa yang tidak mengikuti pendidikan di taman pendidikan AlQur'an (TPA), secara teoritis penulis mengharapkan dari sejumlah 10 orang diantara mereka, akan terdapat sejumlah: 1) 40 % diantaranya (yaitu 4 orang) memperoleh nilai di atas KKM, 2) 60 % diantaranya (yaitu 6 orang) memperoleh nilai di bawah KKM. Frekuensi yang diharapkan muncul (fh) atau expected frequency (fe) disebut frekuensi teoritis (theoretical frequency = ft), apabila disajikan dalam bentuk tabel, maka akan diperoleh data sebagai berikut: Tabel 4.17 Frekuensi yang diharapkan Muncul tentang Hasil atau Nilai Test Kemampuan membaca Al-Qur'an Responden Bidang Studi Pendidikan Agama Islam di SDN 02 Pondok Pucung Hasil Test Klasifikasi Siswa Siswa yang ikut TPA
Nilai di Nilai di atas KKM bawah (70) KKM (70) (1) (2) 4
JUMLAH
10
6 (3)
Siswa yang tidak ikut TPA
TOTAL
(4)
4
6
8
12
10 20
78
Jika dibandingkan antara tabel 4.12 dengan table 4.13, kedua tebel tersebut masing-masing mempunyai 4 buah sel, yaitu sel nomor 1, 2, 3 dan 4. Perbedaan yang dijumpai antara frekuensi observasi dengan frekuensi yang diharapkan (frekuensi teoritis) dari masing-masing sel pada kedua tebel tersebut, adalah sebagai berikut: Tabel 4.18 Perbedaan antara Frekuensi yang diobservasi (fo) dengan Frekuensi yang diharapkan/frekuensi Teoritis (ft) Nomor Sel
Frekuensi yang diobservasi (fo)
Frekuensi Teoritis (ft)
1
7
4
Beda/selisih antara fo dan ft (fo–ft) 3
2
3
6
-3
3
1
4
-3
4
9
6
3
TOTAL
20 = N
20 = N
0
Jika diamati kolom ke-empat tabel 4.18, yaitu selisih atau beda antara Fo dan ft = (fo–ft), maka apabila (fo–ft) itu dijumlahkan hasilnya pasti sama dengan nol. Karena itu, ∑ (fo–ft) tidak dapat penulis gunakan sebagai ukuran untuk menentukan ada atau tidaknya perbedaan yang berarti. Maka, (fo–ft) yang ada pada kolom ke-empat tabel 4.18 masing-masing dikuadratkan terlebih dahulu; setelah itu dijumlah, sehingga diperoleh ∑ (fo–ft)2. Setelah (fo–ft) dikuadratkan, pada akhirnya dibagi dengan frekuensi teoritis (ft) dan dijumlahkan. Sehingga, diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 4. 19 Perhitungan untuk memperoleh harga Kai Kuadrat Sel
Fo
Ft
(fo – ft)
1 2 3 4
7 3 1 9
4 6 4 6
3 -3 -3 3
TOTAL
20 = N
20 = N
0 = ∑(fo – ft)
(fo – ft)2
∑=
9 9 9 9 (fo – ft)2 Ft
(fo – ft)2 ft 2,25 1,5 2,25 1,5 = 7,5 = X2
79
Sebelum nilai Kai Kuadrat yang penulis dapat dibandingkan dengan harga Kritik Kai Kuadrat, terlebih dahulu ditetapkan degrees of freedomnya (df) atau derajat kebebasannya (db) atau sama dengan hasil perkalian antara; banyaknya kolom dikurangi 1 (yaitu c–1) dengan banyaknya jalur yang terdapat di tebel perhitungan dikurangi 1 (yaitu r-1) atau lebih singkatnya df atau db = (c–1) (r–1). Dari data yang ada, maka diperoleh c = 2 dan r = 2. Dengan demikian, df atau db sebesar; (2–1) (2–1) = 1. Jika penulis menggunakan taraf signifikansi 5 % pada tabel Nilai Harga kai Kuadrat, maka akan diperoleh harga Kai Kuadrat sebesar 3,841, sedangkan apabila penulis menggunakan taraf signifikansi 1 %, maka akan diperoleh harga Kai Kuadrat sebesar 6,635. Untuk selanjutnya, penulis akan memberikan interpretasi terhadap Kai Kuadrat yang telah diperoleh, yaitu dengan merumuskan terlebih dahulu Hipotesis Alternatif (Ha) dan Hipotesis Nihil (Ho) sebagai berikut: Ha : "Terdapat kontribusi yang signifikan yang diberikan oleh Taman Pendidikan Al-Qur'an
(TPA)
terhadap
pencapaian
kompetensi
pembelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Dasar khususnya dalam hal membaca al-Qur'an". Ho : "Tidak adanya kontribusi yang signifikan yang diberikan oleh Taman Pendidikan
Al-Qur'an
(TPA)
terhadap
pencapaian
kompetensi
pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Dasar khususnya dalam hal membaca al-Qur'an ".
Dengan memperhatikan dan membandingkan besarnya harga Kai Kuadrat hasil perhitungan (X2o) dan harga-harga Kai Kuadrat yang tercantum pada tebel 4. 7, ternyata terdapat X2o adalah jauh lebih besar daripada X2t, yaitu: 3,841 < 7,5 > 6,635. Dengan demikian, karena X2o lebih besar daripada X2t, maka dapat dinyatakan bahwa perbedaan antara fo dengan ft itu adalah perbedaan yang berarti atau perbedaan yang meyakinkan (signifikan). Dengan demikian, Hipotesis Nihil (Ho) ditolak; berarti terdapat kontribusi yang signifikan yang diberikan oleh Taman
Pendidikan
Al-Qur'an
(TPA)
terhadap
pencapaian
kompetensi
80
pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Dasar dalam hal test membaca al-Qur'an.
80
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Sebagai jawaban dari perumusan masalah dalam penelitian yang telah penulis lakukan, akhirnya penulis akan mengemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Kontribusi yang diberikan oleh Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA) terhadap pencapaian kompetensi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah dalam hal baca-tulis al-Qur'an, diantaranya: a. Materi pengajaran al-Qur'an yang lebih dominant di TPA membuat siswa lebih cepat dalam hal kemampuan baca-tulis al-Qur'an. b. Metode pengajaran TPA yang memberikan perhatian langsung pada tiaptiap siswa (individu), membuat siswa lebih jelas dan paham dalam belajar. c. Waktu yang lebih banyak, sehingga membuat proses belajar mengajar di TPA lebih fokus. 2. Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Islam pada Taman Pendidikan alQur'an (TPA), pada dasarnya tidak jauh berbeda Sekolah Dasar, yang berbeda hanya persiapan dan metode yang digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar. Pada sekolah dasar, guru menggunakan metode yang bersifat klasikal, karena terbatasnya waktu. Sedangkan, guru TPA menggunakan metode dengan memberikan perhatian dan pembelajaran pada tiap-tiap anak (individu) secara langsung, sehingga terlihat jelas bahwa pembelajaran pada
81
Taman pendidikan al-Qur'an (TPA) lebih optimal dan efektif dalam penyampaian materi pembelajarannya. 3. Dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan, maka terlihat dengan jelas perbedaan hasil belajar antara siswa yang mengikuti pendidikan pada Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA) dengan siswa yang tidak mengikuti pendidikan pada Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA). Perbedaan tersebut terjadi pada semua penilaian, baik kemampuan mereka dalam memahami materi pelajaran tentang baca-tulis al-Qur'an, kemampuan menulis al-Qur'an maupun kemampuan mereka dalam membaca al-Qur'an. Siswa yang mengikuti pendidikan pada Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA) tentu lebih menguasai (unggul) kemampuannya dibandingkan dengan siswa yang tidak mengikuti pendidikan pada Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA).
B. Saran-saran 1. Kepada masyarakat Indonesia, khususnya yang beragama Islam, diharapkan tidak memandang rendah keberadaan dari Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA), sehingga berpendapat bahwa mendaftarkan putra-putrinya untuk mengikuti pendidikan di Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA) adalah hal yang sia-sia. 2. Kepada Pemerintah, diharapkan dapat memperhatikan keberadaan Pendidikan pada Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA), agar penyelenggaraan pendidikan dapat berjalan dengan baik, yaitu dengan cara memberikan bantuan baik dalam hal sarana dan prasarana yang digunakan dalam proses belajarmengajar. 3. Kepada orang tua, diharapkan dapat lebih mengutamakan perhatiannya dalam hal pendidikan agama kepada putra-putrinya, khususnya dalam hal pemahaman mengenai al-Qur'an dan agama Islam, serta dapat memberikan motivasi kepada putra-putrinya agar dapat mengikuti proses pendidikan di Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA). 4. Kepada guru bidang studi Pendidikan Agama Islam, agar lebih memberikan bimbingan keagamaan dengan semaksimal mungkin kepada peserta didik,
82
sehingga diharapkan kompetensi pembelajaran dari materi yang ada dapat tercapai dengan baik. 5. Kepada siswa, agar dapat mempergunakan waktu belajar dengan sebaikbaiknya, selain mengikuti proses belajar mengajar di sekolah, alangkah baiknya ditambah dengan mengikuti proses kegiatan belajar-mengajar diluar sekolah, seperti di Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA) untuk menambah pemahaman khususnya dalam bidang studi Pendidikan Agama Islam.
83
DAFTAR PUSTAKA
Al-Abrasyi, Mohd. Athiyah, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Agama islam, Jakarta: PT. Bulan Bintang, Cet. V, 1987. Ambari, Hasan Muarif, dan Taufik Abdullah, Ensiklopedia Islam, Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, Jilid 2, 1996. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT. Rineka Cipta, Cet. XIII, 2006. Ash-Shiddieqy, Hasbi, Pengantar Hukum Islam, Jakarta: Bulan Bintang, Cet. VI, 1999. Azra, Azyumardi, Esei-esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, Cet. 1, 1998. Daradjat, Zakiah, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Akasara, Cet. 1, 1995. ______, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Akasara, Cet. V, 2004.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke-3, Jakarta: Balai Pustaka, 2002. ______, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Een Sukaenah, Kepala Sekolah SDN 02 Pondok Pucung, Wawancara Pribadi, (Pondok Pucung, 8 Juni 2009). Humam, As'ad, dkk, Pedoman Pengelolaan, Pembinaan dan Pengembangan Membaca, Menulis dan Memahami al-Qur'an (M3A), Yogyakarta, Balai Peneliian dan Pengembangan Sistem Pengajaran Baca Tulis al-Qur'an LPTQ Nasional, Cet. Ke-XII, 2001. Ismail, Abdul Mujib, dan Maria Ulfa Nawawi, Pedoman Ilmu Tajwid, Surabaya, Karya Abditama, 1995.
84
Jalaluddin, Metode Tunjuk Silang, Jakarta: Kalam Mulia, 1998.
Karim, Tasyrifin, Panduan Kurikulum dan Pengajaran TKA/TPA, Jakarta: LPPTKA BKPRMI Pusat, 2004. Langgulung, Hasan, Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka alhusna, Cet. II, 1988. Mardjoned, Ramlan, Akhlak Belajar dan Mengajar al-Qur'an, Jakarta: LPPTKABKPRMI, Cet. 1, 1994. Nata, Abuddin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, Cet. 1, 1997. Nasuha, Guru Bidang Studi Pendidikan Agama Islam SDN 02 Pondok Pucung, Wawancara Pribadi, (Pondok Pucung, 14 April 2009). Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, Cet. III, 2002.
Saleh, Abu Bakar, Sejarah al-Qur'an, Solo: CV. Ramadhani, Cet. VII, 1989.
Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007. Sulthon, Muhadjir, al-Barqi, Surabaya: Pena Suci, 1992.
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, Cet. IV, 2004. Suralaga, Fadilah, dkk, Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Jakarta: UIN Press, tth. Syah, Ismail Muhammad, Filsafat Hukum Islam, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. II, 1992. Syamsuddin. MZ, Kebijaksanaan Umum dan Kiat Sukses Penelolaan TKA/TPA al-Qur'an, Jakarta: LPPTKA BKPRMI DKI JAYA, Cet. III, 1996.
85
Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam II, Bandung: CV Pustaka Setia, Cet. II, 1999. Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI, Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam Depag RI, 2006. Wajih, Ahmad al-Wafa, Makalah Metode Qira'ati, Gresik: ttp, 1996.
WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1991. Yunus, Mahmud, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Jakarta: Hida Karya Agung, Cet. XX, 1990. Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Surabaya: Usaha Nasional, Cet. VIII, 1983. ______, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. II, 1995.