EFEKTIVITAS PROGRAM PENDIDIKAN DAN KETERAMPILAN DALAM PEMBERDAYAAN ANAK PEMULUNG DI BENGKEL KREATIVITAS YAYASAN NANDA DIAN NUSANTARA CIPUTAT TANGERANG
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi sebagai Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos)
Oleh: Wawan Kurnia 103054028814
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009 H /1430 M
ABSTRAK Wawan Kurnia Efektivitas Program Pendidikan dan Keterampilan dalam Pemberdayaan Anak Pemulung di Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara Ciputat Tangerang. Isu pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan masyarakat pada era globalisasi dan transparansi semakin banyak dibicarakan dalam forum-forum diskusi yang dilakukan pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, nasional dan international, dan melalui artikel-artikel dalam media massa. Kesimpulannya mempersoalkan sikap apatis masyarakat terhadap proyek pembangunan, partisipasi masyarakat yang rendah dalam pembangunan, penolakan masyarakat terhadap beberapa proyek pembangunan, ketidakberdayaan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan serta pemecahan masalahnya, tingkat adopsi masyarakat yang rendah terhadap inovasi dan masyarakat cenderung menggantungkan hidup terhadap bantuan pemerintah, serta kritik-kritik lainnya yang umumnya meragukan bahwa masyarakat memiliki potensi untuk dilibatkan sebagai pelaksana pembangunan. Efektivitas pemberdayaan anak pemulung melalui pelayanan pendidikan dan keterampilan yang diberikan oleh Bengkel Kreativitas yaitu dengan memberikan pengetahuan yang sesuai dengan kemampuan dan kapasitas anak dalam memahami suatu ilmu pengetahuan dan keterampilan. Sebagaimana diketahui pendidikan dan keterampilan bagi anak pemulung tidak selalu harus berlangsung di suatu lembaga pendidikan khusus, sebab sebagian dari mereka pendidikannya dapat berlangsung di lembaga atau sekolah umum, hal ini disebabkan oleh faktor kemampuan dan ketidakmampuan anak pemulung itu sendiri. Dalam setiap pelaksanaan suatu program, tentunya akan selalu dihadapkan dengan faktor penghambat yang akan mengganggu perjalanan program, dan begitu pula dengan adanya faktor pendukung yang akan membantu kelancaran dalam rangka tercapainya tujuan suatu program. Dari faktor penghambat dan pendukung yang terdapat dalam program ini, penulis melihat bahwa yang menjadi faktor penghambat adalah ketersediaan dana, kurangnya staff pengajar yang ahli dibidangnya dalam keterampilan, karena selama ini staff pengajar tidak tetap hanya bersifat sementara (parsial), fasilitas yang kurang memadai seperti komputer, dll. Hal ini diakui ibu Desi Handayani yang merupakan Ketua Koordinator Yayasan Nanda Dian Nusantara Wilayah Ciputat Tangerang ini, bahwa masih banyak kekurangan dari sarana dan prasarana, namun sebetulnya beliau ingin sekali mengembangkan program-program lain selain kegiatan pada program Bengkel Kreativitas.
i
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim
Segala puja dan puji bagi Allah SWT sebagai pagar penjaga nikmatNya, Zat Yang Maha menggenggam segala sesuatu yang ada dan tersembunyi di balik jagad semesta alam, zat yang Maha Meliputi segala sesuatu yang terfikir maupun yang tidak terfikir. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah atas sang Nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan bagi seluruh Umat Islam yang terlena maupun terjaga atas sunnahnya. Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, penulis mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan pertolonganNya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Karena tanpa rahmat pertolonganNya tidaklah mungkin penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini yang berjudul “Efektivitas Program Pendidikan dan Keterampilan dalam Pemberdayaan Anak Pemulung di Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara Ciputat Tangerang.” Penulis gunakan untuk memenuhi persyaratan kelulusan yang ditempuh Mahasiswa Pengembangan Masyarakat Islam (PMI). Penulis tertarik mengangkat karya tulis ini karena pemulung
merupakan
salah
satu
cara
untuk
mengatasi
menumpuknya
pengangguran. Banyaknya pengangguran dapat memicu permasalahan sosial dan tindak kriminal. Pekerjaan memulung merupakan pekerjaan yang sangat kreatif. Karena, di tengah sengitnya persaingan untuk mendapatkan pekerjaan di lapangan kerja, para pemulung justru menciptakan lapangan kerja sendiri. Mereka sadar, dengan minimnya keterampilan dan latar belakang pendidikan yang mereka memiliki, rasanya terlalu naif jika berharap bisa diterima bekerja di gedung-gedung perkantoran. Mereka justru beranggapan bahwa di sekitar mereka, ada banyak peluang yang bisa dimanfaatkan, namun disia-siakan oleh orang lain, dengan alasan karena orang lain itu malu bergelut dengan barang-barang bekas. Dengan penuh kesadaran dan kerendahan hati, penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan bila tanpa bantuan serta dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Sudah sepatutnya penulis mengucapkan terima
ii
kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan serta dukungannya, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada : 1.
Bapak Dr. Arief Subhan, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Ibu Dra. Mahmudah Fitriyah ZA. M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Ibu Wati Nilamsari, M.Si, selaku sekretaris Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI).
4.
Bapak Prof. Dr. H. Syamsir Salam, MS, selaku Dosen Penasehat Akademik Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) angkatan 2003. Serta Bapak/Ibu Dosen Fakultas dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah yang telah mengarahkan, mendidik, membimbing, dan memberikan ilmu yang sangat bermanfaat untuk hidup penulis.
5.
Ibu Dra. Mahmudah Fitriyah ZA. M.Pd, selaku Dosen Pembimbing skripsi, yang tidak pernah bosan untuk membimbing dan memberikan semangat dan arahan dalam penulisan skripsi ini.
6.
Ibu Desi Handayani (Ketua Koordinator Yayasan Nanda Dian Nusantara wilayah Ciputat), yang telah bersedia diwawancarai dan memberikan informasi data-data untuk proses penelitian.
7.
H. Eros (alm), selaku ayahanda tercinta yang selalu menjadi motivasi besar bagi penulis dalam hal apapun. Dan Ibunda tercinta Hj. Adah, yang selalu melakukan tirakat suci untuk kehidupan penulis, doa dan air matanya selalu tercurahkan untuk penulis, semoga segala pintu Rahman dan Rahim-Nya Ilahi selalu terbuka untuknya, karena kesabaran dan pengorbanan kalian. Amin. Seluruh kakak-kakakku tercinta: Ai Nur’asiah, Jajang Dulyamin, Euis Rosidah, Ayi Robi’ah Adawiyah, Roudhotul Hasanah, terima kasih atas semua perhatian, doa dan dukungan yang terucap maupun tidak.
8.
Keluarga Besar Al-Mu’awanah: H.M.U. Shadikin, Hj. Asmanah Shadikin, Hj. Nurlaela, H. Aa Khaliq Hamzah, SE, H. Ujang Wahyudin, SH, Ucu Nur’aeni, H. Imam Asmuni, yang selalu memberikan dukungan moril dan
iii
materil, penulis ucapkan terima kasih atas semua dukungannya, dan terima kasih juga H. Aa Khaliq Hamzah atas Scooternya (Vespa). 9.
Teman-temanku PMI angkatan 2003 (Royani, Bagus Ahmad, Afrin, Kahfi, Ilham, Anwar Hasan, Datam, Lukman, Nasro, dan yang lainnya), Temanteman PMI angkatan 2004, 2005, 2006, 2007, 2008, 2009. Teman-teman jurusan KPI, MD, BPI, KESSOS, JURNALISTIK, teman-teman organisasi seluruhnya THE DJAVU, ARKADIA, MASCOT Pamulang, KASTIL, KM. UIN, PMII, IMM, HMI dan teman-teman yang lain tanpa mengurangi rasa hormat tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis ucapan terima kasih semuanya.
10. Teman-teman LIRBOYO yang selalu berbagi dalam keceriaan dan temanteman kosan 78 F. Terima kasih atas kebersamaan yang telah terbagi. 11. Seluruh Staff Perpustakaan Dakwah dan Komunikasi dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terima kasih atas pelayanannya. 12. Dan kepada semua pihak yang telah membantu serta memberikan dukungan kepada penulis baik secara moril maupun materil, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, semoga kebaikan kalian semua menjadi jalan menuju kebaikan di masa depan.
Ciputat, 08 Desember 2009
Penulis
iv
DAFTAR ISI ABSTRAK ......................................................................................................... i KATAPENGANTAR........................................................................................ ii DAFTAR ISI...................................................................................................... v DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah…........................................................ 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah........................................ 6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 7 D. Metodologi Penelitian ............................................................... 8 E. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 12 F. Sistematika Penulisan ............................................................... 13
BAB II
TINJAUAN TEORETIS A. Efektivitas ................................................................................. 1. Pengertian Efektivitas .......................................................... 2. Indikator Efektivitas............................................................. B. Pemberdayaan Masyarakat........................................................ 1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat................................. 2. Tahap-tahap Pemberdayaan Masyarakat.............................. 3. Tujuan dan Proses Pemberdayaan........................................ 4. Strategi Pemberdayaan ......................................................... C. Pemulung .................................................................................. 1. Pengertian Pemulung ........................................................... 2. Karakteristik Pemulung........................................................ D. Pendidikan................................................................................. 1. Pengertian Pendidikan.......................................................... 2. Tujuan Pendidikan ............................................................... 3. Tingkatan Pendidikan ........................................................ 4. Jenis-jenis Pendidikan.......................................................... E. Keterampilan ............................................................................. 1. Pengertian Keterampilan...................................................... 2. Jenis-jenis Keterampilan ......................................................
BAB III
16 17 18 20 21 24 26 27 30 30 31 32 35 37 38 39 40 40 42
GAMBARAN UMUM BENGKEL KREATIVITAS YAYASAN NANDA DIAN NUSANTARA DI CIPUTAT TANGERANG A. Profil Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara....... 45 1. Sejarah Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara 45 2. Struktur Organisasi ............................................................... 49 3. Visi dan Misi ......................................................................... 46 4. Program-program yang dilaksanakan di Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara............................................ 51 5. Sumber Dana dan Kerja Sama ............................................... 60 B. Kondisi Pemulung di Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara .................................................................................... 61
v
BAB IV
EFEKTIVITAS PROGRAM PENDIDIKAN DAN KETERAMPILAN DALAM PEMBERDAYAAN ANAK PEMULUNG DI BENGKEL KREATIVITAS YAYASAN NANDA DIAN NUSANTARA CIPUTAT TANGERANG A. Analisa Efektivitas Pemberdayaan Anak Pemulung Melalui Pendidikan dan Keterampilan ................................................... 71 1. Efektivitas Pemberdayaan Pemulung Melalui Pendidikan ... 76 2. Efektivitas Pemberdayaan Pemulung Melalui Keterampilan 77 B. Faktor Pendukung dan Penghambat Efektivitas Pemberdayaan Anak Pemulung Melalui Pendidikan dan Keterampilan............. 78 1. Faktor Penghambat ................................................................ 79 2. Faktor Pendukung .................................................................. 80
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan .............................................................................. 82 B. Saran......................................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN - LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL Tabel 1, Daftar Staff-staff (Tenaga Pengajar) di Bengkel Kreativitas
vii
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan interaksi dari seluruh faktor yang ada dalam masyarakat, baik faktor ekonomi maupun faktor manusia. Membangun suatu bangsa yang modern akan banyak bergantung pada pembangunan sumber daya manusia dan organisasi-organisasi yang mewadahi kegiatan-kegiatannya. 1 Indonesia, dinilai tengah berada dalam proses transisi, sehingga mempunyai kepentingan untuk menyimak lebih jauh tentang peranan sumber daya manusia. Dalam pandangan para ahli tentang sumber daya manusia, masalah kualitas sumber daya manusia menjadi hal yang sangat diprioritaskan dari pada sekedar kuantitas, sehingga setiap usaha untuk membangun sumber daya manusia, pengembangan manusia akan selalu dikaitkan dengan mutu kualitas diri manusia Pemberdayaan sebagai perubahan ke arah yang lebih baik, dari tidak berdaya menjadi berdaya. Pemberdayaan terkait dengan upaya peningkatan taraf hidup ke tingkat yang lebih baik. Pemberdayaan adalah meningkatkan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang dimiliki dalam menentukan tindakan ke arah yang lebih baik. 2 Menurut Sharlow, pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan
1
Jan Tinbergen, The Design of develovment, Baltimore: The John Hopkins University Press, 1958. 2 Diana, Perencanaan Sosial Negara Berkembang, Jogjakarta: Gajah Mada University Press, 1991, h. 15.
2
mereka. 3 Artinya ialah mendorong mereka untuk menentukan sendiri apa yang harus ia lakukan dalam kaitan dengan upaya mengatasi permasalahan yang ia hadapi sehingga mereka mempunyai kesadaran penuh dalam membentuk masa depannya. Dalam membicarakan tingkat kualitas manusia, bagi Oshima, ada dua hal yang harus dibedakan satu dengan lainnya. Dua komponen kualitas manusia ini adalah tingkat keterampilan atau keahlian dan etika kerja atau budaya kerja. Yang pertama lebih berhubungan dengan pendidikan, training dan usaha kerja, sedangkan yang kedua lebih merupakan prinsip moral kemasyarakatan dan merupakan warisan budaya yang diturunkan dari generasi ke generasi. 4 Komponen yang kedualah yang paling penting ditekankan karena masalahnya lebih mendasar, sedangkan yang pertama dapat dibangun kemudian setelah ada landasannya. Dan faktor yang lebih banyak menerangkan pertumbuhan cepat dari ekonomi Jepang pasca Perang Dunia Kedua adalah faktor manusia (manpower factor). Pemberdayaan melalui pendidikan dan keterampilan menekan pentingnya suatu proses edukatif dalam melengkapi masyarakat untuk meningkatkan keberdayaan mereka. Pendidikan dan keterampilan adalah permasalahan besar yang menyangkut nasib dan masa depan bangsa dan negara. Karena itu, tuntutan reformasi politik, ekonomi, sosial, hak azasi manusia, sistem pemerintahan dan agraria tidak akan membuahkan hasil yang baik tanpa reformasi sistem pendidikan dan keterampilan. Krisis multidimensi yang melanda negara dan
3
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2003, h. 53. 4 Didik j. Rachbini, Pembangunan Ekonomi Dan Sumber daya Manusia. (PT Grasindo, Anggota Ikapi, Jakarta, 2001), h. 114.
3
bangsa Indonesia dewasa ini, tidak hanya disebabkan oleh krisis ekonomi, sosial dan politik, melainkan juga oleh krisis pada sistem pendidikan dan keterampilan. Melalui pendidikan, masyarakat dibekali pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperlukan, sehingga masyarakat menjadi tahu, mengerti, dapat melakukan dan mau melakukan sesuatu untuk peningkatan kualitas hidup. Perubahan perilaku ini apabila dipadukan dengan sumber daya alam yang tersedia, akan melahirkan perilaku baru yang disebut partisipasi. Partisipasi ini akan merangsang masyarakat untuk lebih aktif dan kreatif melaksanakan pembangunan yang terarah dan berencana terutama dalam meningkatkan pendapatan income generating, serta membuka lapangan kerja baru employment generating untuk perbaikan kualitas hidup masyarakat. 5 Memberdayakan masyarakat berarti melakukan investasi pada masyarakat, khususnya masyarakat miskin. 6 Maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. 7 Pemberdayaan dan partisipasi merupakan hal yang menjadi pusat perhatian dalam proses pembangunan belakangan ini di berbagai negara. 5
Mangatas Tampubolon, Perguruan Tinggi Bermutu, Paradigma Baru Manajemen Pendidikan Tinggi Menghadapi Tantangan Abad ke-21. (Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka Utama, 2001), h.28. 6 Herry Darwanto adalah Direktur Pengembangan Kawasan Khusus dan Tertinggal, Bappenas-red. 7 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, kajian strategis pembangunan kesejahteraan sosial dan pekerjaan sosial. (PT Refika Aditama, 2005), h. 59.
4
Kemiskinan yang terus melanda dan menggerus kehidupan umat manusia akibat resesi internasional yang terus bergulir dan proses restrukturisasi, agen-agen nasional-internasional, serta negara-negara setempat menunjukkan perhatian yang sangat besar terhadap strategi partisipasi masyarakat sebagai sarana percepatan proses pembangunan. Karena itu, perlu ditekankan pendekatan pembangunan yang diawali oleh proses pemberdayaan masyarakat lokal. 8 Dalam konteks stabilitas sosial di masyarakat, pilihan menjadi pemulung merupakan salah satu cara untuk mengatasi menumpuknya pengangguran. Banyaknya pengangguran dapat memicu permasalahan sosial, dan tindak kriminal. Pekerjaan memulung merupakan pekerjaan yang sangat kreatif. Karena, di tengah sengitnya persaingan untuk mendapatkan pekerjaan di lapangan kerja, para pemulung justru menciptakan lapangan kerja sendiri. Mereka sadar, dengan minimnya keterampilan dan latar belakang pendidikan yang mereka memiliki, rasanya terlalu naif jika berharap bisa diterima bekerja di gedung-gedung perkantoran. Mereka justru beranggapan bahwa di sekitar mereka, ada banyak peluang yang bisa dimanfaatkan, namun disia-siakan oleh orang lain, dengan alasan karena orang lain itu malu bergelut dengan barang-barang bekas. Pekerjaan pemulung bagi masyarakat miskin dianggap memiliki konotasi negatif. Pekerjaan dalam arti luas adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh manusia. Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang. Dalam pembicaraan sehari-hari istilah ini sering dianggap sinonim dengan profesi. Kadang kita melihat kenyataan pahit di sekitar kita, bagaimana keadaan orang-orang yang tidak mampu untuk 8
Harry Hikmat, Strategi Pemberdayaan Masyarakat, (Bandung: Humaniora Utama Press, 2004), h. 1-7.
5
memenuhi kebutuhannya dengan kerja keras. Bagaimana mereka hanya mampu hidup di pekuburan, kerja banyak tapi penghasilan sedikit, kerja dari hasil memulung, dan pekerjaan-pekerjaan halal lain yang dilakukannya demi menutupi dahaga ditenggorokan. Secara bersamaan, pemulung memiliki sumbangsih yang sangat besar dalam menjaga kelestarian lingkungan dan keseimbangan ekosistem dimana mereka berada. Bisa dibayangkan betapa hancurnya suatu ekosistem bila sampahsampah yang tidak bisa diurai atau yang susah dihancurkan oleh bakteri atau yang biasa disebut dengan sampah anorganik tidak dipungut para pemulung. Jadi, peran para pemulung ini dalam menjaga lingkungan sebenarnya sangatlah besar. Mereka mengumpulkan barang-barang yang menghasilkan uang. Pemulung sebagai ujung tombak dari kegiatan mengumpulkan barang-barang bekas ini, mestinya mendapat porsi perhatian besar dalam rangka pemberdayaan masyarakat miskin perkotaan sehingga antara pemulung, penampung (pengepul), agen dan pabrik pengolah, merupakan satu mata rantai yang adil dan proporsional. 9 Pada akhirnya, masyarakat bawah yang menggantungkan hidup dari mengais barang-barang bekas merasakan kesulitan. Sebab, harga barang bekas, misalnya plastik, kertas, seng, besi, kardus, kini sedang mengalami penurunan harga . Dalam kondisi seperti ini pemerintah agaknya tidak bisa berbuat banyak. Kalau pun tak bisa menstabilkan harga atau memberi suntikan dana segar, setidaknya pemerintah bisa membantu memberikan peluang usaha yang lebih menjanjikan bagi masyarakat bawah (pemulung). 10
9
Nagian Imawan, Gusur Kemiskinan, Jangan Gusur Orang Miskin,” artikel diakses pada 15 Februari 2009 dari http://arsip.pontianakpost.com/berita/index.asp?Berita=Pilkada&id=157004. html 10 ”Harga Rongsok Turun Drastis; Pemulung Bingung, Sulit Dapat Untung,” Harian
6
Berdasarkan masalah di atas penulis bermaksud akan menuangkannya dalam
skripsi
yang
berjudul
"Efektivitas
Program
Pendidikan
dan
Keterampilan dalam Pemberdayaan Anak Pemulung di Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara Ciputat Tangerang” Di Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara ini adalah sebuah lembaga pemberdayaan pendidikan dan keterampilan yang sangat bermanfaat bagi anak-anak pemulung di Ciputat, sehingga mereka dapat berkembang menjadi masyarakat yang mandiri dalam bidang pendidikan, keterampilan, kepribadian dan kemasyarakatan, sesuai dengan impian mereka sendiri. Dan dikemudian hari, mereka bisa merubah nasibnya menjadi orang-orang yang lebih beruntung dari nasib yang sekarang (pemulung).
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Setelah mengamati berbagai macam fenomena yang terjadi pada masyarakat lapisan menengah ke bawah yang berprofesi sebagai pemulung. Maka dalam skripsi ini, penulis membatasi pembahasan pada Efektivitas Program Pendidikan dan Keterampilan dalam Pemberdayaan Anak Pemulung di Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara Ciputat Tangerang. Agar penulisan skripsi ini menjadi terstruktur dan tidak melebar kepada pembahasan lainnya, penulis merumuskan masalah ini sebagai berikut: 1. Apa yang melatarbelakangi program pendidikan dan keterampilan sebagai sarana pemberdayaan pemulung?
Umum Kedaulatan Rakyat, 3 September 2008, h. 8.
7
2. Apa faktor pendukung dan penghambat pada Program Pendidikan dan Keterampilan
dalam Pemberdayaan
Anak
Pemulung
di
Bengkel
Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara Ciputat Tangerang?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian dengan judul Efektivitas Program Pendidikan dan Keterampilan dalam Pemberdayaan Anak Pemulung di Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara Ciputat Tangerang, mempunyai tujuan dan manfaat sebagai berikut: 1. Tujuan a. Sejauhmana pemberdayaan pemulung melalui program pendidikan dan keterampilan di Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara di Ciputat Tangerang. b. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat Program Pendidikan dan Keterampilan dalam Pemberdayaan Anak Pemulung di Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara Ciputat Tangerang. c. Memotivasi belajar Pemulung karena melalui keterampilan, Pemulung dipacu untuk senantiasa berpartisipasi secara aktif dalam belajar. d. Mengembangkan sikap percaya diri, bertanggung jawab, dan rasa kesetiakawanan sosial dalam menghadapi berbagai problem kehidupan di masa yang akan datang. 2. Manfaat
8
a. Menambah wawasan dan pengalaman penulis secara langsung di lapangan melalui penelitian ini, khususnya tentang pemberdayaan Pemulung melalui pendidikan dan keterampilan. b. Mengembangkan kepekaan kreatif pemulung melalui berbagai kegiatan penciptaan benda-benda daur ulang menggunakan bahanbahan alam maupun industri. c. Dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi di Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara dalam menjalankan aktivitasnya dalam pemberdayaan pemulung melalui pendidikan dan keterampilan.
D. Metodologi Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Yaitu pengamatan, wawancara, atau penelaahan dokumen. 11 Karena penulis bermaksud untuk meneliti sesuatu secara mendalam. Dalam hal ini yang diteliti adalah bagaimana efektivitas program pendidikan dan keterampilan di Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara dan apa yang menjadi faktor-faktor pendukung dan penghambat pada program pendidikan dan keterampilan di Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara. Metode Kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan. Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan jamak. Kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden. Ketiga, metode ini lebih peka dan dapat lebih menyesuaikan diri dengan banyak pengaruh bersama terhadap pola-pola 11
Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008). Cet. Ke-25, h. 9-10.
9
nilai yang dihadapi. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Waktu dan Tempat Pada penelitian ini, penulis mengambil tempat di Jl. Jambu II, RT.001/RW.011, Ciputat - Tangerang. Dan dari segi waktu, penelitian ini dimulai pada 10 Maret sampai dengan 03 November 2009. 2. Observasi Observasi adalah metode pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis dan sengaja melalui pengamatan dan pencatatan terhadap gejala objek yang akan diteliti langsung di lapangan, karena metode observasi merupakan salah satu teknik penelitian yang sangat penting bagi seorang peneliti secara langsung di lapangan, yang artinya pengamatan dengan menggunakan panca indra langsung yang terjadi di lembaga yang bernama Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara di Ciputat Tangerang. Observasi yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini yaitu berbentuk wawancara terbuka. Bentuk wawancara terbuka yaitu wawancara yang menggunakan seperangkat pertanyaan dan cara penyampaiannya pun sama untuk setiap responden. Jenis wawancara yang peneliti gunakan adalah gabungan antara wawancara terbuka dengan wawancara terstruktur, wawancara terbuka adalah suatu wawancara yang para subjeknya tahu bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengetahui pula apa maksud dan tujuan wawancara itu. Sedangkan wawancara
terstruktur
adalah
wawancara
yang
pewawancaranya
telah
menciptakan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan, wawancara ini bertujuan untuk mencari jawaban terhadap hipotesa kerja.
10
Untuk itu, sebelum penulis melakukan wawancara terlebih dahulu penulis membuat pertanyaan-pertanyaan yang disusun dengan rapih dan siap diajukan langsung ke responden. Guna memperoleh gambaran dan informasi yang memungkinkan tentang kegiatan lembaga dalam pemberdayaan pemulung melalui pendidikan
dan
keterampilan.
Dalam
penelitian
ini
penulis
langsung
mewawancarai Koordinator Yayasan Nanda Dian Nusantara yakni, Ibu Desi Handayani yang mengetahui dan menguasai tentang pemulung. Dan mengadakan tanya jawab yang berkenaan dengan efektivitas program pendidikan dan keterampilan pemberdayaan pemulung di Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara. 3. Teknik Pencatatan Data Teknik pencatatan data menggunakan berupa alat tulis dan tape recorder. Pada waktu pencatatan data, keberadaan penulis diketahui oleh Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara. Teknik pencatatan data yang digunakan yaitu pedoman wawancara. Wawancara merupakan suatu alat pengumpulan informasi langsung tentang beberapa jenis data. 12 Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu peneliti dan responden. 4. Analisa Data Pada saat menganalisa data hasil observasi penulis menginterpretasikan hasil wawancara yang ada kemudian menyimpulkan, setelah itu menganalisa kategori-kategori yang nampak pada data tersebut. Analisa data melibatkan upaya mengidentifikasi ciri-ciri suatu objek dan kejadian. Kategori dan analisa data
12
Sutrisno Hadi, “Metodologi Research,” Jogjakarta: Andi Offset, 1983), h. 49.
11
diperoleh berdasarkan fenomena yang nampak pada program pendidikan dan keterampilan pemberdayaan anak pemulung di Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara. Modus yang digunakan dalam analisa data adalah hemeneutik
yaitu
landasan
filosofi
pada
pemahaman
manusia
untuk
interpretativisme. Hermeneutik terutama berkaitan dengan pemaknaan artinya pemahaman teks secara menyeluruh dan interpretasi bagian-bagiannya yang deskripsinya diharapkan membawa makna dengan dibimbing oleh penjelasan yang ada. 5. Keabsahan Data Teknik keabsahan data dalam penelitian ini memiliki kriteria : a. Kreadibilitas (derajat kepercayaan) dengan teknik triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, hal itu dapat dicapai dengan jalan: (1). Membandingkan data hasil wawancara (2). Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain misalnya dalam hal ini peneliti membandingkan jawaban yang diberikan oleh Koordinator Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara dengan yang diberikan Anak Pemulung mengenai program pendidikan dan keterampilan pemberdayaan anak pemulung (3). Membandingkan dokumen dengan unit analisis b. Ketekunan atau pengamatan bermaksud menemukan cirri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari kemudian memusatkan diri dengan persoalan atau isu yang sedang dicari kemudian memusatkan diri pada hal-hal
12
tersebut secara rinci. Maksudnya penulis hanya memusatkan dan mencari jawaban sesuai dengan rumusan masalah saja. c. Kepastian dengan pemeriksaan audit kepastian. Auditor dalam hal ini adalah dosen pembimbing. Disini pemastian bahwa sesuatu itu adalah objektif atau tidak bergantung pada persetujuan beberapa orang terhadap pandangan, pendapatan dan penemuan seseorang. Dapatlah dikatakan bahwa pengalaman seseorang itu subjektif sedangkan jika disepakati oleh beberapa orang barulah dapat dikatakan objektif.
Untuk penulisan dan penyusunan skripsi ini, penulis mengacu pada buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan disertasi UIN Jakarta yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Cetakan II Tahun 2007. Lokasi penelitian itu sendiri akan dilakukan di lembaga yang bernama Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara Ciputat Tangerang.
E. Tinjauan Pustaka Pada skripsi-skripsi yang sudah ada memang sudah dibahas masalah tentang pemberdayaan anak pemulung, itu hanya sebatas tentang evaluasi atau upaya pemberdayaan pemulung. Namun pada skripsi ini belum pernah ada yang membahas tentang efektivitas yayasan atau lembaga dalam pemberdayaan pemulung melalui pendidikan dan keterampilan. Dalam penulisan skripsi ini, penulis membandingkan dengan skripsi milik orang lain yang isinya hampir menyerupai yaitu dengan yayasan yang serupa,
13
namun berbeda tinjauan dan pembahasan. Adapun tinjauan pustaka dalam penulisan skripsi milik sulistiyani “Evaluasi Program Bengkel Kreatifitas Dalam Pelayanan Pendidikan Bagi Anak Pemulung Di Yayasan Nanda Dian Nusantara (YNDN), Pisangan-Ciputat”, 2009. Pembahasan pada skripsi milik sulistiyani adalah mengenai evaluasi dari program Bengkel Kreativitas yang ada di Yayasan Nanda Dian Nusantara dengan menggunakan indikator-indikator evaluasi yang ada. Namun itu hanya membahas tentang pelayanan pendidikan dan evaluasi program tetapi tidak membahas tentang efektivitas Yayasan Nanda Dian Nusantara dalam pemberdayaan pemulung. Sedangkan skripsi yang dibahas penulis yaitu mengenai Efektivitas Program Pendidikan dan Keterampilan dalam Pemberdayaan Anak Pemulung di Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara Ciputat Tangerang. Semua program atau kegiatan yang ada di bengkel tersebut dapat dikatakan efektif atau tidak. Karena penulis melihat bahwa, efektivitas program pendidikan dan keterampilan bukan sekedar pencapaian sasaran atau terpenuhinya berbagai kebutuhan untuk mencapai sasaran, tetapi berkaitan erat dengan syaratnya komponen-komponen sistem dengan mutu, dengan kata lain ditetapkannya pengembangan mutu program.
F. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan pembahasan masalah dalam penelitian ini, penulis berusaha
membuat
sistematika
khusus
dengan
jalan
mengelompokkan
berdasarkan kesamaan dan hubungan masalah yang ada. Sistematika skripsi ini
14
dalam penulisannya akan dibagi menjadi 5 (Lima) bab, dan masing-masing bab akan dibagi lagi menjadi su-sub bab, yaitu sebagai berikut: Bab I
Pendahuluan, meliputi Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian yang digunakan, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan.
Bab II
Tinjauan Teoretis, dalam bab ini akan membahas landasan teoritis dengan
uraian
sebagai
berikut:
Pengertian
dan
Indikator
Efektivitas, Pemberdayaan Masyarakat, Pengertian Pemberdayaan Masyarakat, Tahap-tahap Pemberdayaan Masyarakat, Tujuan dan Proses
Pemberdayaan,
Strategi
Pemberdayaan,
Pemulung,
Pengertian dan Karakteristik Pemulung, Pendidikan, Pengertian Pendidikan,
Tujuan
Pendidikan,
Tingkatan
dan
Jenis-jenis
Pendidikan, Keterampilan, Pengertian Keterampilan, Jenis-jenis Keterampilan. Bab III
Gambaran Umum tentang Objek Penelitian, dalam bab III akan membahas tentang: Profil Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara, Sejarah Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara, Struktur Organisasi, Visi dan Misi, Program-program yang dilaksanakan di Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara, Sumber Dana dan Kerja Sama, Kondisi Pemulung di Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara.
Bab IV
Analisa Efektivitas Pemberdayaan Anak Pemulung Melalui Pendidikan dan Keterampilan, Efektivitas Pemberdayaan Pemulung
15
Melalui Pendidikan, Efektivitas Pemberdayaan Pemulung Melalui Keterampilan, Faktor Pendukung dan Penghambat Efektivitas Pemberdayaan Pemulung Melalui Pendidikan dan Keterampilan di Ciputat Tangerang. Bab V
Penutup, merupakan bab terakhir meliputi Kesimpulan dan Saran.
16
BAB II TINJAUAN TEORETIS
A. Efektivitas Dalam kamus lengkap bahasa Indonesia dijelaskan bahwa efektivitas berasal dari akibat atau pengaruh, yang berarti ada pengarunya, akibatnya, manjur atau mujarab. 1 Menurut etimologi, efektivitas merupakan kata serapan dari bahasa inggris yaitu effective. Kata serapan ini menjadi efektif lalu berubah menjadi efektivitas. Sedang menurut terminologi, efektivitas berarti dapat membawa hasil, sedangkan dalam kegiatan belajar mengajar pengertian efektivitas adalah kegiatan berkenaan dengan sejauhmana sesuatu yang telah direncanakan atau diinginkan yang dapat terlaksana atau tercapai. 2 Suatu usaha dapat dikatakan efektif ketika usaha itu mencapai tujuannya. 3 Menurut pengertian bahasa, efektivitas berarti dapat membawa hasil, sehingga sesuatu dapat dikatakan efektif bila berhasil dan dapat mencapai tujuan sebagaimana yang telah dirumuskan atau direncanakan sebelum melakukan hal tersebut. Pada dasarnya pengertian efektivitas yang umum menunjukkan pada taraf tercapainya hasil, seiring atau senantiasa dikaitkan dengan pengertian efisien, meskipun sebenarnya ada perbedaan diantara keduanya. Efektivitas menekankan pada hasil yang dicapai, sedangkan efisiensi lebih melihat pada bagaimana cara mencapai hasil yang dicapai itu dengan membandingkan antara input dan output.
1
Sulchan Yasyin, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Amanah,1997). h.133. Zakiah Drajat, Ilmu pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h.126. 3 Hasan Sadhili, Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta: Ichtiar Baru . Van Hoeve), h. 883. 2
17
Istilah efektif (effective) dan efisien (efficient) merupakan dua istilah yang saling berkaitan dan patut dihayati dalam upaya untuk mencapai tujuan suatu organisasi. Jadi dapat dikatakan bahwa sebuah kegiatan tersebut dapat efektif apabila tujuan akhir kegiatan itu dapat dicapai. Tetapi bila akibat-akibat yang tidak dicari dari kegiatan mempunyai nilai yang lebih penting dibandingkan dengan hasil yang dicapai sehingga mengakibatkan ketidakpuasan, meskipun efektif kegiatan tersebut dapat dikatakan tidak efisien. Sebaliknya bila akibat yang tidak dicari-cari dari kegiatan itu mempunyai nilai tidak penting, maka kegiatan tersebut efisien. Sehubungan dengan itu, kita dapat mengatakan sesuatu efektif bila mencapai tujuan tertentu. Dikatakan efisien bila hal itu memuaskan sebagai pendorong mencapai tujuan, terlepas apakah efektif atau tidak.
1. Pengertian Efektivitas Secara sederhana dapat dikatakan bahwa efektivitas berarti penyelesaian pekerjaan tepat pada waktu yang telah ditentukan. Artinya pada pelaksanaannya dinilai baik atau tidak sangat tergantung pada bagaimana tugas tersebut dapat diselesaikan dan terutama menjawab pertanyaan bagaimana cara melaksanakan dan berapa biaya yang dikeluarkan. 4 Efektivitas diambil dari kata “efek” yang berarti akibat atau pengaruh, kata efektif berarti adanya pengaruh, adanya akibat dari sesuatu, jadi efektivitas mengandung arti keberpengaruhan atau keberhasilan setelah melakukan sesuatu.5 Ketika membicarakan efektivitas kita tidak memperdulikan berapa banyak
4
Sondang Siagian, Organisasi Kepemimpinan dan organisasi, (Jakarta: CV Masagung, 1986), Cet. Ke-5, h. 149. 5 Departemen P&K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), Cet. Ke-2, h. 280.
18
sumber daya yang dibutuhkan. Tidak peduli input berupa waktu kerja, energi, maupun bahan yang dibutuhkan, ukuran efektivitas hanyalah jumlah output layak dari sejumlah output yang dihasilkan. Makin banyak output layak berarti makin efektif. 6 Efektivitas juga menunjukkan taraf tercapainya suatu tujuan, suatu usaha dapat dikatakan efektif apabila itu mencapai tujuannya. Efektivitas merupakan bagian yang tak terpisahkan dari perencanaan, yang mana perencanaan harus memiliki alasan keefektifan. Dalam buku Isbandi Rukminto Adi, ke-efektif-an diukur berdasarkan variabel-variabel kriteria (Criterion Variables) yang diciptakan dalam hubungan dengan pencapaian tujuan. Berdasarkan kriteria-kriteria ini petugas dapat menilai apakah program yang mereka jalankan dapat dikategorikan berhasil atau tidak. Akan tetapi, hal yang diinginkan mungkin tidak dapat dicapai apabila tidak dilakukan perencanaan terlebih dahulu. 7
2. Indikator Efektivitas Efektivitas merupakan suatu dimensi tujuan manajemen yang berfokus pada hasil, sasaran dan target yang diharapkan. Program pendidikan dan keterampilan yang efektif adalah program yang menetapkan keberhasilan pada input, proses, output, dan outcome yang ditandai dengan berkualitasnya komponen-komponen sistem tersebut. Dengan demikian, efektivitas program pendidikan dan keterampilan bukan sekedar pencapaian sasaran atau terpenuhinya berbagai kebutuhan untuk mencapai sasaran, tetapi berkaitan erat dengan
6
Artikel diakses pada 15 Februari 2009 dari http://sepia.blogsome.com/2007/11/06/sayakerja-lebih-keras-kok-dibayar-lebih-sedikit-bagian-1/ 7 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan pembangunan masyarakat dan Intervensi Komunitas, (Jakarta: FE UI, 2003), Cet. Ke-3, h. 175.
19
syaratnya komponen-komponen sistem dengan mutu, dengan kata lain ditetapkannya pengembangan mutu program. Pengembangan diartikan sebagai bergerak maju. Progran pendidikan dan keterampilan yang berkembang tidak jalan di tempat, tetapi bergerak maju sesuai dengan tuntutan kualitas yang ditetapkan dalam input, proses, output, dan outcome. 8 Dengan melihat pengertian efektivitas diatas, efektivitas lebih melihat kepada hasil akhir atau output. Oleh karena itu perlu dijelaskan mengenai beberapa indikator pendukung efektivitas dalam suatu pemberdayaan yang terkait dengan individu dan struktural, diantaranya sebagai berikut: a. Indikator-indiktor
pemberdayaan
individu
yang
mengarah
kepada
peningkatan kapasitas individu: 1. Ilmu pengetahuan, untuk peningkatan segi pengetahuan individu dalam rangka meningkatkan ilmu pengetahuan dan mengembangkan wawasan yang luas. 2. Keterampilan, dalam hal ini individu diberikan keterampilan atau kemampuan khusus. 3. Sikap, ilmu pengetahuan dan keterampilan tentunya tidak akan bermanfaat tanpa didukung dengan sikap dan mental yang baik. Maka dari itu, dalam rangka pemberdayaan individu diberikan penanaman sikap dan mental yang positif.
b. Indikator yang terkait dengan struktural: 8
Aan Komariah dan Cepi Triatna, Visionari leadership, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), Cet. Ke-3 h. 28.
20
1. Penyediaan lapangan kerja, dalam hal ini terkadang masih terdapat kesulitan dalam mendapatkan lapangan pekerjaan. Tak jarang peserta program pemberdayaan saat melewat fase terminasi masih dibingungkan dengan masalah lapangan pekerjaan. 2. Memberikan akses atau kesempatan, dalam hal ini peserta program akan mendapat akses dan kesempatan kerja yang sama dengan yang lainnya. 3. Menghilangkan diskriminasi, dengan adanya proses pemberdayaan , setidaknya peserta program akan terhindar diskriminasi dari pihak lain.
B. Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan yang memiliki arti sangat luas tersebut memberikan keleluasaan dalam pemahaman dan juga pemilihan model pelaksanannya sehingga variasi di tingkat lokalitas sangat mungkin terjadi. Konsep partisipasi dalam pembangunan di Indonesia mempunyai tantangan yang sangat besar. Model pembangunan yang telah kita jalani selama ini tidak memberikan kesempatan pada lahirnya partisipasi masyarakat. Oleh karenanya diperlukan upaya membangkitkan partisipasi masyarakat tersebut. Solusi yang bisa dilakukan adalah
dengan
memberdayakan
masyarakat
sehingga
masyarakat
akan
berpartisipasi secara langsung terhadap pembangunan. Masyarakat sebagai sebuah “tempat bersama”, yakni sebuah wilayah geografi yang sama. Sebagai contoh, sebuah rukun tetangga, perumahan di daerah perkotaan atau sebuah kampung di wilayah pedesaan. Masyarakat sebagai “kepentingan bersama”, yakni kesamaan kepentingan berdasarkan kebudayaan dan identitas. Sebagai contoh, kepentingan bersama pada masyarakat etnis
21
minoritas atau kepentingan bersama berdasarkan identifikasi kebutuhan tertentu seperti halnya pada kasus para orang tua yang memiliki anak dengan kebutuhan pendidikan dan keterampilan yang minim. Masyarakat dalam konteks pemberdayaan masyarakat adalah masyarakat atau community dalam bahasa Inggris atau juga komunitas. Secara etimologis “community” berasal dari communitat yang berakar pada comunete atau common. 9 Masyarakat adalah sekelompok orang yang memiliki perasaan sama atau menyatu satu-sama lain karena mereka saling berbagi identitas, kepentingan-kepentingan yang sama, perasaan memiliki, dan biasanya satu tempat yang sama.
1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat Secara umum community development dapat didefinisikan sebagai kegiatan pengembangan masyarakat yang diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat untuk mencapai kondisi sosial, ekonomi dan budaya yang lebih baik apabila dibandingkan dengan sebelum adanya kegiatan pembangunan. Sehingga masyarakat di tempat tersebut diharapkan menjadi lebih mandiri dengan kualitas kehidupan dan kesejahteraan yang lebih baik Pemberdayaan berasal dari kata “daya” yang mendapat awalan bermenjadi kata “berdaya” artinya memiliki atau mempunyai daya. Daya artinya kekuatan, berdaya artinya memiliki kekuatan. Kata “berdaya” apabila diberi awalan pe- dengan mendapat sisipan m- dan akhiran -an menjadi “pemberdayaan” artinya membuat sesuatu menjadi berdaya atau mempunyai daya atau mempunyai kekuatan. Pemberdayaan dalam bahasa Indonesia merupakan terjemahan dari 9
H. Roesmidi, dan Riza Risyanti, Pemberdayaan Masyarakat, (Sumedang: ALQAPRINT, 2006), Cet. Ke-1 h. 4.
22
“empowerment” dalam bahasa inggris. 10 Pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. 11 Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat golongan masyarakat yang sedang dalam kondisi yang kurang beruntung (miskin), sehingga mereka dapat melepas diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Upaya pemberdayaan masyarakat perlu didasari pemahaman bahwa munculnya ketidakberdayaan masyarakat akibat masyarakat tidak memiliki kekuatan (powerless). 12 Pemberdayaan merujuk pada pengertian perluasan kebebasan memilih dan bertindak. Bagi masyarakat miskin, kebebasan ini sangat terbatas karena ketidakmampuan bersuara (voicelessness) dan ketidak berdayaan (powerlessness) dalam hubungannya dengan negara dan pasar. Karena kemiskinan adalah multi 10
H. Roesmidi, dan Riza Risyanti, Pemberdayaan Masyarakat, (Sumedang: ALQAPRINT, 2006), Cet. Ke-1 h. 1. 11 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, kajian strategis pembangunan kesejahteraan sosial dan pekerjaan sosial. (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), Cet Ke-1, h. 59. 12 Zubaedi, Wacana Pembangunan Alternatif, Ragam Perspektif Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), Cet. Ke-1, h. 41.
23
dimensi, masyarakat miskin membutuhkan kemampuan pada tingkat individu (seperti kesehatan, pendidikan dan perumahan) dan pada tingkat kolektif (seperti bertindak bersama untuk mengatasi masalah). Memberdayakan masyarakat miskin dan terbelakang menuntut upaya menghilangkan penyebab ketidakmampuan mereka meningkatkan kualitas hidupnya. Pemberdayaan merujuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan dan kemampuan dalam: a. Memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan, dalam arti bukan bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan dan bebas dari kemiskinan ilmu. b. Menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasajasa yang mereka perlukan. c. Berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka. 13
Dalam Ensiklopedi Indonesia, daya adalah kemampuan untuk melakukan sesuatu atau kemampuan untuk bertindak. 14 Pemberdayaan juga dapat diartikan sebagai perubahan kearah yang baik dari tidak berdaya menjadi berdaya, dan pemberdayaan juga terkait dengan upaya meningkatkan taraf hidup kearah yang lebih baik. 15
13
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: Refika Aditama, 2005), h. 58. 14 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka 1999), h. 667. 15 Diana, Perencanaan Sosial Negara Berkembang, (Yogyakarta: Gajah Mada University
24
2. Tahap-tahap Pemberdayaan Masyarakat Usaha realisasi pemberdayaan masyarakat islam harus dilakukan secara bertahap. Hal ini selain memaksimalkan target yang hendak dicapai juga bertujuan untuk mensistemalisis orientasi yang hendak digapai. Dengan mengklasifikasikan proyek pemberdayaan masyarakat dalam bertahap-tahap, maka target yang harus dipenuhi akan dapat selalu dievaluasi. Menurut Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Syafe’i, ada tiga tahapan dalam pemberdayaan yaitu: 16 a. Pemberdayaan pada mata ruhaniyah, dalam hal ini terjadi degradasi moral atau pergeseran nilai masyarakat Islam. Oleh karena itu pemberdayaan jiwa dan akhlak harus lebih ditingkatkan. b. Pemberdayaan Ekonomi, masalah kemiskinan identik dengan masyarakat Islam Indonesia. Ini menjadi tanggungjawab bersama masyarakat Islam sendiri. c. Pemberdayaan Intelektual, yang pada saat ini dapat disaksikan betapa umat Islam Indonesia sudah jauh tertinggal dalam kemajuan penguasaan teknologi, untuk itu diperlukan berbagai usahapemberdayaan intelektual sebagai perjuangan besar (jihad).
Keberdayaan masyarakat adalah suatu usaha merubah masyarakat yang mampu mengembangkan potensi dirinya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat dari kondisi tidak mampu menjadi mampu, sehingga dapat melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan yang Press, 1997), h. 15. 16 Nanih Machendrawaty, Agus Ahmad Syafe’i, Pengembangan Masyarakat Islam, dari Ideologi: Strategis sampai Tradisi, h. 46.
25
memungkinkan dapat menciptakan masalah baru.
Bagi para pekerja sosial di lapangan, kegiatan pemberdayaan di atas dapat dilakukan melalui pendampingan sosial. Terdapat lima tahap kegiatan penting yang dapat dilakukan dalam melakukan pendampingan sosial:
a. Perumusan masalah. PM dilaksanakan berdasarkan masalah atau kebutuhan masyarakat setempat. Beberapa masalah yang biasanya ditangani oleh PM berkaitan dengan kemiskinan, pengangguran, kenakalan remaja, pemberantasan buta hurup, dll. Perumusan masalah dilakukan dengan menggunakan penelitian (survey, wawancara, observasi), dan sebagainya.Penetapan program. Setelah masalah dapat diidentifikasi dan disepakati sebagai prioritas yang perlu
segera
ditangani,
maka
dirumuskanlah program penanganan masalah tersebut. b. Perumusan tujuan. Agar program dapat dilaksanakan dengan baik dan keberhasilannya dapat diukur perlu dirumuskan apa tujuan dari program yang telah ditetapkan. Tujuan yang baik memiliki karakteristik jelas dan spesifik sehingga tercermin bagaimana cara mencapai tujuan tersebut sesuai dengan dana, waktu dan tenaga yang tersedia. c. Penentuan kelompok sasaran. Kelompok sasaran adalah sejumlah orang yang akan ditingkatkan kualitas hidupnya melalui program yang telah ditetapkan. d. Identifikasi sumber dan tenaga pelaksana. Sumber adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menunjang program kegiatan, termasuk didalamnya adalah sarana, sumber dana, dan sumber daya manusia.
26
e. Penentuan strategi dan jadwal kegiatan. Strategi adalah cara atau metoda yang dapat digunakan dalam melaksanakan program kegiatan.
Keberhasilan
pemberdayaan
keluarga
miskin
dapat
dilihat
dari
keberdayaan mereka yang menyangkut kemampuan ekonomi, kemampuan mengakses manfaat kesejahteraan, dan kemampuan kultural dan politis jenis. Ketiga aspek tersebut dikaitkan dengan empat dimensi kekuasaan, yaitu: ‘kekuasaan di dalam’ (power within), ‘kekuasaan untuk’ (power to), ‘kekuasaan atas’ (power over), dan ‘kekuasaan dengan’ (power with).
3. Tujuan dan Proses Pemberdayaan Tujuan pemberdayaan masyarakat adalah mendirikan masyarakat atau membangun kemampuan untuk memajukan diri kearah yang lebih baik secara berkesinambungan. Oleh karenanya pemberdayaan masyarakat adalah upaya memperluas pilihan bagi masyarakat yang berarti masyarakat diberdayakan untuk melihat dan memilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya. 17 Tujuan utama pemberdayaan adalah memperkuat kekuasaan masyarakat khususnya kelompok lemah yang memiliki ketidakberdayaan, baik karena kondisi internal (misalnya persepsi mereka sendiri), maupun karena kondisi eksternal (misalnya ditindas oleh struktur sosial yang tidak adil). 18 Memberdayakan masyarakat berarti melakukan investasi pada masyarakat, khususnya masyarakat miskin, dan organisasi mereka, sehingga aset dan kemampuan mereka bertambah, baik kapabilitas perorangan maupun kapasitas 17
Agus Ahmad Syafe’i, Manajemen pengembanagn Masyarakat Islam, (Bandung: Gerbang Masyarakat Baru, 2001), h.39. 18 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: Refika Aditama, 2005), h. 60.
27
kelompok. Agar pemberdayaan masyarakat dapat berlangsung secara efektif, maka reformasi kenegaraan, state reform, harus dilakukan pada tingkat nasional maupun daerah. Berbagai peraturan, ketentuan, mekanisme kelembagaan, nilainilai dan perilaku harus disesuaikan untuk memungkinkan masyarakat miskin berinteraksi
secara efektif dengan pemerintah. Berbagai ketentuan perlu
disiapkan untuk memungkinkan masyarakat miskin dapat memantau kebijakan, keputusan dan tindakan pemerintah dan pihak-pihak lain yang terlibat. Tanpa pemantauan yang efektif dari masyarakat miskin, maka kepentingan mereka dapat terlampaui oleh kepentingan-kepentingan lain. Proses pemberdayaan sendiri bertitik tolak untuk memandirikan masyarakat agar meningkatkan taraf hidupnya, mengoptimalkan sumber daya setempat sebaik mungkin, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia. 19 Adanya
partisipasi
masyarakat
dalam
pembangunan
akan
menghasilkan wujud yang berbeda jika pembangunan tidak melalui proses yang partisipatif. Pembangunan yang partisipatif menghasilkan tata pemerintahan yang lebih baik, kemakmuran yang lebih adil, pelayanan dasar yang lebih bermanfaat bagi masyarakat banyak,
akses ke pasar dan jasa bisnis yang lebih merata,
organisasi masyarakat yang lebih kuat, dan kebebasan memilih yang lebih terbuka.
4. Strategi Pemberdayaan Strategi pemberdayaan masyarakat pedesaan terpencil dilakukan dengan mewujudkan ke empat elemen pemberdayaan masyarakat: inklusi dan partisipasi, 19
Nana Mintarti, Stadium General Jurusan PMI Pemberdayaan dan Penanggulangan Kemiskinan, (Jakarta: 15 Maret 2007).
28
akses pada informasi, kapasitas organisasi lokal, profesionalitas pelaku pemberdaya. Tantangan utama yang dihadapi dalam memberdayakan masyarakat pedesaan terpencil adalah pengetahuan yang terbatas, wilayah yang sulit dijangkau, dan pemahaman adat yang kuat pada masyarakat adat. Dalam beberapa situasi, strategi pemberdayaan dapat saja dilakukan secara individual, meskipun pada gilirannya strategi ini pun tetap berkaitan dengan kolektivitas, dalam arti mengkaitkan klien dengan sumber atau sistem lain di luar dirinya. Dalam konteks pekerjaan sosial, pemberdayaan dapat dilakukan dengan mikro, mezzo dan makro. 20 a. Mikro, pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu melalui bimbingan dan konseling. Tujuan utamanya adalah membimbing dan melatih klien dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering disebut sebagai pendekatan yang berpusat pada Tugas (task centered approach). b. Mezzo,
pemberdayaan
dilakukan
terhadap
sekelompok
klien.
Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media intervensi. Pendidikan dan pelatihan dinamika kelompok, biasanya digunakan sebagai strategi alam meningkatkan kesadaran, pengetahuan, keterampilan
dan
sikap-sikap
klien
agar
memiliki
kemampuan
memecahkan permasalahan yang dimilikinya. c. Makro, pendekatan ini disebut juga sebagai Strategi Sistem Besar (Large System Strategy), karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem 20
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, kajian strategis pembangunan kesejahteraan sosial dan pekerjaan sosial, (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), Cet. Ke-1, h. 66-67.
29
lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial, aksi sosial, pengorganisasian masyarakat, manajemen konflik, adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini. Stategi Sistem Besar memandang klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri dan untuk memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak.
Untuk dapat memasukkan mereka dalam proses perubahan, maka upaya yang pertama kali perlu dilakukan adalah memahami pemikiran dan tindakan mereka serta membuat mereka percaya kepada pelaku pemberdaya. Selanjutnya mereka perlu berpartisipasi dalam proses perubahan yang ditawarkan dengan memberikan kesempatan menentukan pilihan secara rasional. Proses ini dapat memerlukan waktu yang lama, namun hasilnya akan lebih efektif daripada memberikan pilihan yang sudah tertentu. Pengikutan masyarakat dalam proses perubahan dilakukan secara berangsung-angsur dari kelompok kecil menuju masyarakat lebih luas. Akses pada informasi dibuka dengan memberikan penjelasan mengenai program-program pemerintah yang akan dilakukan, norma-norma bermasyarakat yang perlu diketahui, ilmu pengetahuan dasar, hak-hak yang mereka peroleh, manfaat perubahan yang akan terjadi, masalah-masalah yang mungkin dihadapi, dsb. Kapasitas
organisasi
lokal
ditumbuhkan
dengan
melakukan
pengorganisasian terhadap kelompok-kelompok dalam masyarakat pada tingkat bawah (seperti kelompok perempuan, kelompok pemuda, kelompok peladang),
30
dan terhadap tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama, aparat desa/dusun, dsb. Tujuan pemerkuatan organisasi lokal ini adalah untuk menjadikan mereka mampu merencanakan
perbaikan
lingkungan
mereka,
mampu
meningkatkan
produktivitas, mampu bernegosiasi dengan pihak lain, mampu melakukan kegiatan-kegiatan bersama yang bermanfaat. Teknik-teknik pemetaan wilayah, penyusunan rencana tata ruang, perbaikan sarana permukiman, pembangunan rumah, cara bercocok tanam, cara mengolah hasil kebun, melindungi mata air, dll. perlu diajarkan atau dipelajari bersama. Pelaku pemberdaya perlu mempunyai kemampuan profesional yang tinggi agar dapat melakukan pendampingan secara baik. Pelaku pemberdaya yang potensial adalah organ pemerintah daerah atau organisasi berbasis masyarakat lokal, yang mempunyai perhatian, komitmen, dan kemampuan untuk membangun masyarakat miskin dan terbelakang. Upaya pemberdayaan masyarakat pedesaan terpencil, baik masyarakat adat maupun masyarakat lokal, menuntut pola kerja yang fleksibel, tidak terhambat oleh sistem administrasi penganggaran yang ketat. Agar pelaku pemberdaya masyarakat dapat bekerja secara profesional, maka mereka perlu mendapat pelatihan dan pendidikan yang memadai.
C. Pemulung 1.
Pengertian Pemulung Banyak orang yang memandang sebelah mata profesi pemulung. Padahal,
keberadaan mereka sangat membantu masyarakat maupun pemerintah, terutama dalam membersihkan limbah plastik yang tidak terurai di dalam tanah. Secara tidak langsung, para pemulung turut menjaga kelestarian lingkungan. Tak hanya
31
itu, dalam konteks stabilitas sosial di masyarakat, yang patut diacungi jempol pilihan menjadi pemulung merupakan salah satu cara untuk mengatasi menumpuknya pengangguran. Dan seperti kita tahu, banyaknya pengguran dapat memicu permasalahan sosial, dan tindak kriminal. Apalagi hanya meminta belas kasih orang lain dengan meminta-minta. Para Pemulung bekerja mengumpulkan barang-barang bekas dengan cara mengerumuni muatan truk sampah yang tengah di bongkar. Sebagian pemulung lainnya berputar-putar mengais barang bekas dari tumpukan-tumpukan sampah. Ada juga yang berpendapat bahwa, Pemulung adalah kelompok sosial yang mandiri, pekerja keras, serta tidak menggantungkan diri pada orang lain yang kerjanya mengumpulkan atau memilah barang yang dianggap berguna dari sampah, baik yang ada di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) maupun diluar TPA. 21
2. Karakteristik Pemulung Para pemulung mengumpulkan barang-barang bekas dengan cara mengerumuni muatan truk sampah yang tengah dibongkar, sebagian pemulung lainnya ada juga yang mengais barang bekas dari reruntuhan bangunan atau bekas banjir tragedi Situ Gintung pada 27 maret 2009 lalu. Barang bekas yang telah terkumpul kemudian dipisah-pisahkan menurut jenis dan bentuknya, sebelum akhirnya dijual dipengepul barang bekas. Pengepul barang bekas adalah orang yang mempunyai modal besaruntuk membeli beberapa jenis barang bekas dari para pemulung. Jasa penampung barang bekas selain 21
Artikel diakses pada 15 http://aliciakomputer.blogspot.com/2008/01/etos-kerja.html
Februari
2009
dari
32
sebagai pembeli tetap, ia juga sangat berperan sebagai sarana transportasi untuk pengumpulan barang bekas dari pemukiman liar, sehingga para pemulung menjadi anak buahnya yang tidak perlu menanggung ongkos angkutan. Para pengepul barang bekas selanjutnya menjual barang bekas ke industry atau pabrik daur ulang yang menggunanakan bahan baku produksinya dari barang bekas secara langsung maupun melalui pihak perantara. Mengumpulkan barang sebanyak mungkin tentunya dengan menggunakan alat bantu yang berupa: a. Gerobak roda dua. Alat ini sangat berfungsi sekali untuk mencari dan mengangkut barang yang berguna, sehingga dengan memakai gerobak roda dua ini para pemulung dapat mencari barang sebanyak-banyaknya. b. Karung dengan gincunya. Biasanya alat ini digunakan supaya lebih praktis dan efektif, karena dengan menggunakan karung dengan gincunya lebih mudah untuk masuk ke jalan-jalan yang sempit. Dan kebanyakan yang memakai dengan alat ini mayoritas anak-anak dan orang dewasa. Setelah mendapat banyak barang yang dikumpulkan ke dalam karung, kemudian dipindahkan ke dalam gerobak kemudian kembali lagi mencari barang bekas sampai pada akhirnya gerobak sudah penuh dan siap untuk dibawa ke pengepul barang-barang bekas.
D. Pendidikan Dalam sejarahnya pendidikan berasal dari bahasa Yunani, Paedagogy, yang berarti seorang anak yang pergi dan pulang sekolah diantar pelayan. Dalam perkembangan nya pendidkan banyak mendapat pemaknaan yang beragam, namun sesungguhnya memiliki kesamaan substansi yakni pendidikan merupakan
33
sebuah proses yang melibatkan orang dewasa dan peserta didik dalam rangka pelestarian
nilai-nilai
budaya
dan
norma-norma
yang
berkembang
di
masyarakat. 22 Semua
pertukaran
informasi
pada
dasarnya
merupakan
bentuk
pendidikan. Sebagai fungsi dalam pendampingan sosial, pendidikan lebih menunjuk pada sebuah proses kegiatan, ketimbang sebagai sebuah hasil dari suatu kegiatan. Pendidikan sangat terkait dengan pencegahan berbagai kondisi yang dapat menghambat kepercayaan diri individu serta kapasitas individu dan masyarakat. Dalam pendampingan sosial, pendidikan beranjak dari kapasitas orang yang belajar (peserta didik). Pendidikan adalah bentuk kerjasama antara pekerja sosial (sebagai guru dan pendamping) dengan klien (sebagai murid dan peserta didik). Pengalaman adalah inti “pelajaran pemberdayaan”. Peserta didik adalah partner yang memiliki potensi dan sumber yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran merupakan proses saling ketergantungan dan saling membutuhkan satu sama lain. Pekerja sosial dan klien pada hakikatnya dapat menjadi pendidik dan peserta didik sekaligus. Manusia dilahirkan dengan sejumlah kebutuhan yang harus dipenuhi dan potensi yang harus dikembangkan. Dalam upaya memenuhi kebutuhannya itu, maka
manusia
berinteraksi
dengan
lingkungannya.
Interaksi
dengan
lingkungannya itu akan menyebabkan manusia mengembangkan kemampuannya melalui proses belajar. Semakin kuat motif sebagai upaya pemenuhan kebutuhan itu, semakin kuat pula proses belajar yang terjadi, dan pada gilirannya akan 22
Hj. Zurinal Z, Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan; Pengantar dan Dasar-Dasar Pelaksanaan Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), Cet.1, h. 1
34
semakin tinggi hasil belajar yang dapat dicapainya. Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu peserta didik untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaannya. Potensi kemanusiaan merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia. Ibarat biji mangga bagaimanapun wujudnya jika ditanam dengan baik, pasti menjadi pohon mangga dan bukannya menjadi pohon jambu. Pendidikan, seperti sifat sasarannya yaitu manusia, mengandung banyak aspek dan sifatnya sangat kompleks. Karena sifatnya yang kompleks itu, maka tidak sebuah batasan pun yang yang cukup memadai untuk menjelaskan arti pendidikan secara lengkap. 23 Para pekerja sosial pada umumnya memberikan pelajaran mengenai keterampilan-keterampilan yang berkaitan dengan pengasuhan anak, komunikasi interpersonal dan hidup mandiri. 24 Beberapa pedoman di bawah ini dapat membantu para pekerja sosial menjadi pelatih yang baik: a. Mengajar dan belajar sangatlah berbeda, kegiatan mengajar itu direncanakan dan dikontrol, akan tetapi belajar sebaliknya. Belajar itu bergantung pada individu yang bersangkutan, khususnya motivasi, kemampuan dan kesiapan. b. Bantulah orang yang mau belajar dengan mengembangkan keterampilanketerampilan dan teknik-teknik yang dapat menjembatani proses belajar. Keterampilan
dan
teknik
tersebut
meliputi:
membaca,
menulis,
menghitung, mendengarkan, memecahkan masalah, membuat keputusan sendiri dan lain-lain. 23
Umar Tirtarahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: PT. RINEKA CIPTA, 2005), Cet. Ke-2, h. 33. 24 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, kajian strategis pembangunan kesejahteraan sosial dan pekerjaan sosial, (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), Cet. Ke-1, h. 49-50.
35
c. Evaluasi secara kritis dengan pengajaran yang dilakukan oleh pendidik. Bisa dilakukan dengan cara sederhana, bertanya kepada peserta didik apakah mereka menyukainya cara pengajaran yang disampaikan atau sebaliknya. Kita juga bisa menilai peserta didik dari cara belajar yang baru atau apakah mereka menggunakan pengetahuan dan keterampilan setelah usai belajar. Selain itu, apakah pengetahuan dan keterampilan yang baru berdampak positif bagi pekerjaan dan kehidupannya mereka.
1.
Pengertian Pendidikan Arti pendidikan menurut bahasa Indonesia disebutkan bahwa “Pendidikan
adalah proses pengubahan sikap dan dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan”. 25 Sementara itu, dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 dinyatakan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta diik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. 26 Beberapa ahli pendidikan mendefinisikan pendidikan, sebagai berikut: a. Menurut M. Arifin bahwa “pendidikan adalah usaha orang dewasa secara sadar untuk membimbing dan mengembangkan kepribadiannya serta 25
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), Cet. Ke-1, h. 204. 26 Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jokjakarta: Media Wacana Press, 2003), Cet. Ke-1, h. 50.
36
kemampuan dasar anak didik, baik dalam pendidikan formal maupun non formal.” 27 b. Menurut Zuhairini bahwa “Pendidikan adalah usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.” 28 c. SA. Branata, dkk “Pendidikan ialah usaha yang sengaja diadakan, baik langsung maupun dengan cara yang tidak langsung, untuk membantu anak dalam perkembangannya mencapai kedewasaan.”29
Berdasarkan kenyataan yang terkandung dalam pengertian pendidikan yang dikemukakan para ahli di atas, dapat kita simpulkan pendidikan itu adalah usaha sadar dan terencana dari orang dewasa untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran secara teratur dan sistematis ke arah kedewasaan agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 30 Definisi pendidikan tersebut sejalan dengan GBHN (Garis-garis Besar Haluan Negara) dan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Menurut GBHN (Ketetapan MPR RI No. IV/MPR/1973) dikatakan bahwa: “Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan 27
M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama,Lingkungan Sekolah dan Orang Tua Murid, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1990), h. 14. 28 Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet. Ke-11, h. 150. 29 M. Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1999), Cet. Ke-1, h. 5. 30 Gunawan Sumidiningrat, Pembangunan Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat. (Jakarta: PT. Bina Rasa Paawira, 2004), Cet. Ke-2, h. 165.
37
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup”. Menurut ketentuan umum, Bab I pasal I Undang-Undang Sistem Nasional Nomor 2 Tahun 1989, menjelaskan bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, penajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang”. Dengan demikian dalam prakteknya usaha pendidikan atau usaha sadar untuk membimbing pertumbuhan dan perkembangan anak didik tersebut harus dilakukan melalui bimbingan, pengajaran dan latihan atau pembiasaan dan diarahkan dalam rangka mengembangkan kepribadian dan kemampuan peserta didik ke tingkat kedewasaan dan hal ini dilakukan di dalam atau di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. 31
2. Tujuan Pendidikan Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan memliki dua fungsi yaitu memberi arah kepada segenap pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan. Tujuan dari pendidikan ini adalah untuk mendidik dan membantu peserta didik dalam memperoleh informasi, pengetahuan atau keterampilan yang berguna bagi kehidupannya. Dengan demikian maka kegiatan-kegiatan yang tidak relevan dengan tujuan tersebut dianggap menyimpang, tidak fungsional, sehingga terjadinya harus dicegah. Di sini terlihat bahwa tujuan pendidikan itu bersifat normatif, yaitu mengandung unsur norma yang bersifat memaksa, tetapi tidak bertentangan 31
h. 5-6.
M. Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1999), Cet. Ke-1,
38
dengan hakikat perkembangan peserta didik serta dapat diterima oleh masyarakat sebagai nilai hidup yang baik. Tujuan pendidikan merupakan batas cita-cita yang diinginkan dalam satu usaha, setiap usaha mempunyai tujuan tertentu, termasuk usaha pendidikan sebab tanpa adanya tujuan tersebut maka usaha itu tidak akan berarti apa-apa. 32
3. Tingkatan Pendidikan Berdasarkan sistem pendidikan di Indonesia, tingkatan pendidikan itu terdiri atas pendidika dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. a. Pendidikan Dasar atau Sekolah Dasar yang selanjutnya disebut SD adalah suatu
bentuk
satuan
pendidikan
formal
yang
menyelenggarakan
pendidikan umum pada jenjang pendidikan dasar. Merupakan pendidikan yang melandasi untuk jenjang pendidikan menengah. b. Pendidikan Menengah: 1. Sekolah Menengah Pertama selanjutnya disebut SMP
adalah
suatu
bentuk
satuan
pendidikan
formal
yang
menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan dasar sebagai lanjutan dari SD atau bentuk lain yang sederajat. 2. Sekolah Menengah Atas selanjutnya disebut SMA adalah suatu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, atau bentuk lain yang sederajat. Selain merupakan lanjutan pendidikan dasar, pendidikan menengah juga terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan.
32
HM. Hafi Anshari, Pengantar Ilmu Pendidikan,(Surabaya: Usaha Nasional, 1982), h. 4
39
c. Pendidikan Tinggi, mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Pendidikan tinggi diselenggarakan dengan sistem terbuka, dan juga pendidikan tinggi ini dapat berbentuk akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut atau universitas.
4. Jenis-jenis Pendidikan a. Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. b. Taman Penitipan Anak yang selanjutnya disebut TPA adalah salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan non-formal yang
menyelenggarakan
program
kesejahteraan
sosial,
program
pengasuhan anak dan program pendidikan anak sejak usia enam tahun. c. Kelompok bermain yang selanjutnya disebut KB adalah salah satu bentuk satuan anak usia dini pada jalur pendidikan non-formal yang menyelenggarakan program pendidikan dan program kesejahteraan bagi anak berusia dua tahun sampai dengan empat tahun. d. Pendidikan khusus adalah pendidikan bagi peserta didik di daerah terpencil dan mengalami bencana alam, bencana sosial, tidak mampu dari segi ekonomi dan yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses
40
pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, intelektual, mental, sosial dan memiliki ppotensi kecerdasan dan bakat istimewa.
E. Keterampilan Menurut bahasa, keterampilan berasal dari kata terampil yang berarti cakap dalam menyelesaikan tugas. 33 Menurut W. Gulo keterampilan tidak mungkin berkembang kalau tidak didukung oleh sikap, kemauan dan pengetahuan. Manusia merupakan pribadi yang unik, dimana aspek rohaniah, mental intelektual dan fisik merupakan satu kesatuan yan utuh. 34 Dari pendapat Gulo itu dapat diketahui bahwa suatu keterampilan tidak akan terwujud tanpa ada kemauan, sikap atau pun pengetahuan yang dimiliki seseorang, sehingga aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sebenarnya adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari seseorang.
1. Pengertian Keterampilan Keterampilan adalah pelajaran yang berisi kemampuan konseptual, apresiatif dan kreatif produktif dalam menghasilkan benda produk kerajinan dan atau produk teknologi yang memberikan penekanan pada penciptaan benda-benda fungsional dari karya kerajinan, karya teknologi sederhana, yang bertumpu pada keterampilan tangan. Untuk memperoleh keberhasilan peserta didik yang optimal dalam pembelajaran maka salah satu upaya yang penting adalah melatihkan keterampilan proses. Dengan melatihkan keterampilan proses peserta didik akan lebih mudah 33
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), Cet. Ke-1 h. 935. 34 W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Grafindo, 2002), h. 51.
41
menguasai dan menghayati materi pelajaran, karena peserta didik secara langsung mengalami peristiwa pembelajaran tersebut. Tujuan lain pendekatan keterampilan adalah sebagai berikut: a. Memotivasi belajar peserta didik karena dalam keterampilan peserta didik dipacu untuk senantiasa berpartisipasi secara aktif dalam belajar. b. Mengembangkan pengetahuan pemulung melalui penelaahan jenis, bentuk, sifat-sifat, penggunaan dan kegunaan, alat, bahan, proses dan teknik membuat berbagai produk kerajinan dan produk teknologi yang berguna bagi kehidupan manusia, termasuk pengetahuan dalam konteks budaya dari benda-benda tersebut. c. Memperjelas konsep, pengertian, dan fakta yang dipelajari peserta didik karena pada hakekatnya peserta didik sendirilah yang mencari dan menemukan konsep tersebut. d. Mengembangkan keterampilan pemulung untuk menghasilkan berbagai produk kerajinan bagi kehidupan manusia dengan menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperolehnya. e. Mengembangkan pengetahuan teori dengan kenyataan di dalam kehidupan sehari-hari. f. Menanamkan apresiasi kepada pemulung akan berbagai tatanan kehidupan termasuk budaya sehingga dapat menumbuhkan kecintaan budaya berkarya yang bercirikan Indonesia. g. Mempersiapkan dan melatih peserta didik dalam menghadapi kenyataan dalam kehidupan sehari-hari untuk bepikir logis dalam memecahkan masalah.
42
h. Mengembangkan kepekaan kreatif pemulung melalui berbagai kegiatan penciptaan benda-benda produk menggunakan bahan-bahan alam maupun industri. i. Mengembangkan sikap percaya diri, bertanggung jawab, dan rasa kesetiakawanan sosial dalam menghadapi berbagai problem kehidupan.
2. Jenis-jenis Keterampilan Mengenai
keterampilan
menurut
Sardiman
A.M
ada
dua
jenis
keterampilan umumnya meliputi: a. Keterampilan Jasmani, Yaitu keterampilan yang dapat dilihat dan diamati, sehingga akan menitikberatkan pada keterampilan gerak atau penampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar. b. Keterampilan Rohani, Yaitu keterampilan yang menyangkut persoalanpersoalan penghayatan, keterampilan berfikir serta kreatifitas untuk menyelesaikan dan merumuskan masalah atau konsep. 35
Ada beberapa keterampilan dasar mengajar yang harus dikuasai oleh pendidik untuk anak didiknya: a. Keterampilan Dasar Bertanya Bagaimanapun tujuan pendidikan, secara universal pendidik akan selalu menggunakan keterampilan bertanya kepada anak-anak. Cara bertanya memiliki pengaruh yang sangat berarti, tidak hanya pada hasil belajar anak, tetapi juga pada suasana kelas baik sosial maupun emosional. Dengan bertanya akan membantu
35
M, Sardiman A. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Op. Cit, h. 29.
43
belajar anak didik dengan kawan-kawannya, membantu lebih sempurna dalam menerima informasi dan mengembangkan keterampilan. b. Keterampilan Lanjut Bertanya Masalah-masalah yang muncul pada waktu yang akan datang, sebaiknya dapat diantisipasi sesegera mungkin, sebab hal itu sangat berpengaruh terhadap masyarakat. Dalam hal ini pendidik harus dapat mengembangkan keterampilan siswa dalam meningkatkan kemampuan berfikir dan hidup mandiri. Saling tukar pendapat di antara anak didik dan meningkatnya pertanyaan tanpa tuntutan dari pendidik, menunjukkan pertumbuhan cara berfikir yang bebas dan kedewasaan anak didik. c. Keterampilan Memberi Penguatan Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengenal dengan adanya ”hadiah”. Orang yang bekerja untuk orang lain hadiahnya adalah upah/gaji, orang yang menyelesaikan suatu program sekolah hadiahnya adala ijazah. Pemberian hadiah tersebut secara psikologi akan berpengaruh terhadap tingkah laku seseorang yang menerimanya. Karena hal tersebut akan membantu sekali dalam meningkatkan hasil belajar. Dengan kata lain, perubahan tingkah laku (behavior modification) dilakukan dengan pemberian penguatan. d. Keterampilan Mengadakan Variasi Pada dasarnya semua orang tidak menghendaki kebosanan dalam hidupnya. Sesuatu yang membosankan adalah sesuatu yang tidak menyenangkan. Demikian juga dalam proses belajar mengajar, bila dalam proses belajar mengajar tidak menggunakan variasi, maka akan membosankan bagi anak-anak, perhatian anak-anak berkurang , mengantuk, akibatnya tujuan belajar tidak efektif.
44
e. Keterampilan Menjelaskan Dalam kehidupan sehari-hari istilah menjelaskan diartikan sama dengan menceritakan. Dan tujuan memberikan penjelasan antara lain untuk membimbing anak didik untuk mendapat dan memahami hukum,fakta, definisi, dan prinsip secara objektif dan benar. Dan melibatkan anak didik untuk berfikir, menghayati dan mendapatkan proses penalaran dan menggunakan bukti-bukti dalam memecahkan masalah-masalah dan pertanyaan yang ada. 36 Pekerja sosial dan praktisi perubahan sosial memahami bahwa keterampilan (skill) adalah sebuah kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik. Karena itu keterampilan dan keahlian bekembang secara terus-menerus dan mengalami pengulangan. Skill adalah kemampuan tentang bagaimana dan apa saja yang anda kerjakan. Skill memerlukan perhatian yang sangat serius dari peserta didik, akan tetapi mengalami atau melihat sendiri secara langsung merupakn guru yang lebih berpengalaman. Guru terbaik adalah pengalaman sepanjang hidupnya, dan kesalahan yang segera diperbaiki merupakan perbaikan diri yang luar biasa. 37
36
Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), Cet. Ke-2, h. 130-131. 37 Harry Hikmat, Strategi Pemberdayaan Masyarakat, (Bandung: Humaniora Utama Press, 2004), Cet. Ke-2, h. 29-30.
45
BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN NANDA DIAN NUSANTARA DI CIPUTAT TANGERANG
A.
Profil Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara 1. Sejarah Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara Pada awalnya Ibu Roostien Ilyas menangani para pelacur di Kramat
Tunggak, Tanjung Priok, Jakarta Utara yang jumlahnya hampir 1.800 orang, ratarata berpendidikan SD (Sekolah Dasar). Mereka umumnya berasal dari desa-desa miskin di kawasan Pantura (Pantai Utara Jawa). Pada saat itu belum ada penangnan pelacur secara komprehensip, yang ada hanya sebatas penyediaan lokalisasi. 1 Akhirnya Roostien Ilyas yang merupakan Pengasuh Yayasan Nanda Dian Nusantara merasa menemukan suatu tehnik pendekatan pemecahan masalah, yaitu dengan memberikan masukan kepada para pelacur tersebut dan mengembangkan wacana untuk mencari jawaban mengenai untung ruginya menjadi pelacur. Setelah satu tahun Roostien Ilyas melakukan kerja sosial di Kramat Tunggak, Roostien akhirnya merasa tidak menghasilkan apa-apa, karena mengenai masalah pelacur tidak mudah, budaya mereka sudah berubah dari budaya kemiskinan menjadi budaya konsumeristik. Para pelacur tersebut merupakan manusia dewasa yang sudah terbentuk karakternya. Bila masalah perut sudah bicara, anak harus dihidupi dan sebagainya, pada akhirnya melacur tetap menjadi satu-satunya pilihan.
1
Roostien Ilyas, Anak-anakku di Jalan, (Jakarta: Pensil 324, 2004), h.5.
46
Setahun bergelut dengan kegiatan di Kramat Tunggak, Roostien merasa gagal total, tidak berhasil sama sekali. Roostien hanya berhasil memberikan tambahan keterampilan bagi para pelacur, tetapi tidak berhasil mengangkat mereka kembali menjadi orang-orang yang secara normatif bisa diterima oleh masyarakat. Dari situlah akhirnya kemudian Roostien berfikir, mengapa tidak menangani kasus-kasus pelacur itu melalui cara-cara pencegahan, yang bersifat preventif dan edukatif. Penanganan di lapangan menuntun Roostien pada suatu renungan, bahwa rehabilitasi dan tindakan kuratif itu seolah-olah hanya menangani
ekornya
saja.
Padahal
inti
masalah
sesungguhnya
masih
dipertanyakan. Renungan tersebut membawa ia pada pemikiran, barang kali penanganan masalah-masalah sosial harus dilakukan sedini mungkin. Itu berarti, tindakan dini bisa dilakukan pada anak-anak. Jadi, Ia merasa kegiatan sosial itu harus lebih spesifik, barangkali akan lebih baik aktif “hulu” dulu, yaitu penanganan masalah-masalah sosial dikalangan anak-anak. Dari situlah akhirnya Roostien memutuskan untuk menerjuni dunia anak-anak, dan mendirikan Yayasan Nanda Dian Nusantara. Yayasan ini mempunyai enam wilayah binaan meliputi: Wilayah Jakarta Pusat Jl. Sumenep, Kebayoran Lama dan Pasar Minggu Jakarta Selatan, Kemanggisan Jakarta Barat, Kramat Jati Jakarta Timur, dan Ciputat Tangerang. Di wilayah Ciputat Tangerang ini, terdapat anak-anak pemulung yang perlu mendapatkan perhatian serius untuk diberdayakan sehingga yayasan ini tergerak untuk memberdayakan anak-anak pemulung. Langkah ini kemudian disambut oleh teman-teman yang memiliki kepedulian tinggi terhadap anak-anak
47
dengan bergabung di yayasan ini. Bermula dari mahasiswa yang bernama Mansur Al-Farisy yang merupakan kader dari Perhimpunan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), dia melihat anak-anak pemulung yang sedang mencari barang-barang bekas di sekitar kampus UIN Jakarta. Kemudian mahasiswa tersebut berbicara dengan pemulung itu mengenai tempat tinggalnya. Dan anak itu ditawarkan kesempatan untuk bersekolah. Kemudian anak itu memberikan alamat tempat tinggal para pemulung lainnya. 2 Akhirnya tahun 1999, mahasiswa itu bertemu salah satu rumah warga (Ibu Desi Handayani) yang berdekatan dengan tempat tinggal anak-anak pemulung tersebut. Awalnya anak-anak pemulung itu sangat antusias dan bersemangat untuk mengikuti pelajaran yang diberikan oleh mahasiswa. Ibu Desi Handayani sangat prihatin melihat anak-anak kecil sudah diajar mencari barang-barang bekas yang layak dijual oleh orang tuanya. Padahal anak-anak itu belum pantas untuk bekerja mencari barang-barang bekas itu. Dengan perjuangan Ibu Desi Handayani yang merupakan Ketua Koordinator Yayasan Nanda Dian Nusantara Wilayah Ciputat Tangerang ini, banyak sekali tantangan dan rintangan yang dihadapi Ibu Desi Handayani. Para pemulung harus bersaing dengan kerasnya kehidupan di kota. Mereka tidak memikirkan masa depan anak-anaknya. Hal ini lagi-lagi karena keterbatasan dana yang dimiliki, mereka tidak mampu membayar uang sekolah. Pada awalnya anak-anak pemulung itu dilarang mengikuti pelajaran oleh orang tua mereka masing-masing, karena akan mengganggu mereka untuk bekerja. Namun para orang tua mereka diberikan pengarahan tentang pentingnya pendidikan anak-anak, 2
Wawancara penulis dengan Ibu Desi Handayani, pada hari Selasa, tanggal 03 Nov 2009, pukul 16:00, di Sekretariat Yayasan Nanda Dian Nusantara, Ciputat - Tangerang.
48
memang tidak mudah mengajak anak-anak pemulung itu untuk diajarkan pendidikan dan beberapa pelatihan. Setelah bernegosiasi yang sangat lama, pada akhirnya para orang tua tersebut mengerti akan pentingnya pendidikan bagi anakanak, dan membiarkan anak-anaknya untuk ikut kegiatan di Yayasan Nanda Dian Nusantara. Mereka umumnya berasal dari desa-desa di kawasan Pantura (Pantai Utara) yaitu: Indramayu, Cirebon, Kuningan, Subang, Cikampek, dan lain-lain. Pada saat itu belum ada penanganan anak-anak pemulung secara komprehensip, yang ada hanya sebatas penyediaan lokasi bagi para pemulung untuk mengumpulkan barang-barang bekas yang layak jual. 3 Akhirnya Ibu Desi Handayani merasa menemukan suatu tehnik pendekatan pemecahan masalah, yaitu dengan memberikan masukan kepada para pemulung tersebut dan mengembangkan wacana untuk mencari jawaban mengenai untung ruginya anak-anak mereka menjadi pemulung. Setelah satu tahun (April 2000) Ibu Desi Handayani akhirnya mendirikan Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara Di Wilayah Ciputat. Yayasan Nanda Dian Nusantara ini menangani masalah sosial anak, utamanya usia wajib belajar seperti pekerja anak, perdagangan anak, pelacuran anak, dan masalahmasalah sosial yang berdampak pada anak. Hanya saja tidak mungkin menangani semua jenis anak-anak, harus ada fokus yang lebih spesifik lagi. Anak-anak pemulung yang menjadi pilihan dalam penanganan pekerja anak sektor informal dalam usia wajib belajar. 4 Fokus kegiatan yayasan ini diantaranya dengan menggunakan pendekatan 3
Roostien Ilyas, Anak-anakku di Jalan, (Jakarta : Pensil 324, 2004) h.5. Wawancara penulis dengan Ibu Desi Handayani, pada hari Selasa, tanggal 03 Nov 2009, pukul 16:00, di Sekretariat Yayasan Nanda Dian Nusantara, Ciputat - Tangerang. 4
49
pencegahan dan pendidikan dengan motto “belajar dan bermain, bermain dan belajar”, yaitu pendekatan yang menekankan penanganan masalah sosial. 5 Masalah sosial yang tinggi di perkotaan adalah akibat dari kurangnya tindakan pencegahan yang ada di daerah, seperti: melonjaknya arus urbanisasi, semakin banyaknya anak jalanan dan tingginya tingkat kriminalitas. Yayasan Nanda Dian Nusantara selama ini telah melakukan tindakan pencegahan dengan cara membangkitkan kembali kecintaan dan kebanggaan anak pada penyadaran dan perubahan paradigma masyarakat (community based education) dalam lingkungan sehingga masalah sosial di perkotaan akan dapat diminimalisir. Untuk daerah Jakarta, Yayasan Nanda Dian Nusantara memprioritaskan program pembinaan pada anak-anak jalanan, pemulung dan pemukiman kumuh. Yayasan Nanda Dian Nusantara selama ini bekerjasama dengan melibatkan berbagai pihak baik perorangan, instansi, masyarakat dan mahasiswa dari berbagai Perguruan Tinggi. 6
2. Struktur Organisasi Susunan organisasi merupakan elemen yang penting untuk mencapai tujuan bersama. Di mana dalam struktur itu ada sebuah mekanisme kepengurusan yang disusun atau dibangun secara teratur untuk mencapai tujuan bersama. Karena aspek ini akan menjadi dasar dari bagian dan mekanisme tugas dan tanggung jawab para pengurus yang terlibat, selanjutnya akan berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas program. Yayasan Nanda Dian Nusantara memiliki susunan organisasi yang terdiri 5 6
Majalah BK3S, Sosialita, (Jakarta: BK3S, 1993), h.14. Company Profile Yayasan Nanda Dian Nusantara, 2009.
50
dari beberapa tingkatan, diantaranya: Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Bendahara, Kepala Bimbingan Program, dan Kepala Penelitian dan Pengembangan. Selain pengurus inti, di dalam Yayasan Nanda Dian Nusantara pun terdapat beberapa Kepala Koordinator dari masing-masing Rumah Singgah se-Jakarta, diantaranya: Koordinator Pemulung Ciputat Tangerang, Koordinator Pemulung Kramat Jati, Koordinator Anak Jalanan Tomang, Koordinator Pasar Minggu, serta beberapa Koordinator perwakilan di luar Jabotabek, seperti : Koordinator Program Rumah Ceria di provinsi Aceh, Koordinator Program Rumah Ceria di provinsi Yogyakarta, Koordinator Program Rumah Ceria di Polewali Makassar provinsi Sulawesi Selatan, serta program Rumah Ceria di Sampit Sampang Madura. 7
Susunan Pengurus Ketua
: Roostien Ilyas
Wakil Ketua : R. Simanjuntak Sekretaris
: Elvrina Diyanti
Bendahara
: Ira Lubis
Ka. Litbang
: Drs. Andi Aspar
Anggota
: Mieke Syafiudin M. Firman Hidayat, SH Novida Rahmaniah, SE Naomi
Ka. Bimgram : Drs. Nusaputra Mansur Al-Farisy, S.Sos.I
7
Kaledeoskop Program Kegiatan Yayasan Nanda Dian Nusantara tahun 2006.
51
Koordinator Wilayah a. Lokasi Kemanggisan Jakarta Barat
: Indra Hastono
b. Lokasi Kramat jati Jakarta Timur
: Ibu. Hj Slamet
c. Lokasi Ciputat Tangerang
: Desi Handayani
d. Lokasi Pasar Minggu Jakarta Selatan : Teddy Setiawan e. Lokasi Kebayoran Lama
: Hermina Lubis
f. Lokasi Jl. Sumenep Jakarta Pusat
: Adji 8
3. Visi dan Misi Visi didirikannya Yayasan Nanda Dian Nusantara ialah sebagai lembaga yang mampu membagikan kebahagiaan, keadilan dan kesejahteraan dengan anak. Misi Yayasan Nanda Dian Nusantara ialah menggenggam tangan-tangan mungil anak dengan penuh kasih sayang dan persahabatan. Sedangkan tujuan didirikannya Yayasan Nanda Dian Nusantara adalah menjadikan Yayasan Nanda Dian Nusantara sebagai lembaga yang memberikan hak anak-anak untuk mendapatkan pendidikan dan pengajaran yang layak. 9
4. Program-program yang dilaksanakan di Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara Yayasan Nanda Dian Nusantara memiliki beberapa fokus program, diantaranya: A. Program Kampung Kota 1. Program Bengkel Kreativitas 8 9
Company Profile Yayasan Nanda Dian Nusantara tahun, 2009. Anggaran Dasar dan Rumah Tangga Yayasan Nanda Dian Nusantara, h.3.
52
Kegiatan ini telah dilaksanakan Yayasan Nanda Dian Nusantara sejak awal berdirinya (1999), yang bertujuan untuk menjadi wadah belajar bagi pekerja anak agar mendapatkan kehidupan yang layak. Kegiatan ini berisi Calistung (baca, tulis, dan berhitung), life skill (keahlian hidup), serta pendidikan agama dan umum. Penanganan dilakukan
dengan program humanisasi yaitu program
pengembangan individu. Di bengkel kreativitas ini, para anak-anak binaan mendapatkan pelatihan atau pembinaan mengenai life skill, seperti: tata cara sablon, tata cara menyemir, tata cara membuat kue-kue kering, tata cara membuat sandal, tata cara bengkel motor, tata cara menjahit, dan lain-lain. Bengkel kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara bertujuan agar anak-anak jalanan atau binaan dikemudian hari memiliki keahlian hidup dan mampu menjadikan mereka keluar dari kehidupan jalanan. 10 2. Program Balai Warga Kegiatan ini bertujuan untuk menjadikan wadah atau tempat yang bisa mewadahi semua aktivitas masyarakat dalam kegiatan sosial, bahkan aktivitas keagamaan (antar agama). Hal ini penting dilakukan agar terwujud satu tatanan masyarakat kota yang dinamis, pluralis dengan mengedepankan “social cultural” (pendekatan sosial budaya) masyarakat setempat. Program Balai Warga ini biasanya bekerjasama dengan instansi-instansi pemerintahan dalam mensosislisasikan program-program pemerintah daerah, seperti yang telah dilaksanakan di Kampung Pitung (Cilincing) Jakarta Utara, Pemukiman Penduduk Utan Panjang di Jakarta Pusat, Pemukiman penduduk kumuh di Pasar Pedongkelan Jakarta Timur, Penduduk kali Ciliwung Manggarai 10
2006, h.5.
Laporan Pertanggung Jawaban Pengurus Yayasan Nanda Dian Nusantara Tahun
53
Jakarta Timur. Program ini sangat membantu pemerintah dalam menjalankan programprogramnya, seperti: evakuasi penduduk kumuh, bantaran kali, atau masyarakat jalanan untuk tinggal di rumah Susun (Rusun) dengan konpensasi yang menguntungkan kedua belah pihak. Selain itu, program Balai warga juga bertujuan untuk menciptakan kerukunan antar warga di lingkungan masingmasing supaya terbina sikap saling menghormati, saling tolong-menolong, dan rasa memiliki terhadap lingkungannya. Dengan terciptanya sikap-sikap di masyarakat seperti itu, diharapkan kebersihan lingkungan, ketertiban lingkungan, keakraban antar tetangga dapat terbina dan selanjutnya beban pemerintah terminimalisir dengan keaktifan dari masyarakat sekitar. 3. Program Koperasi Warga Program Koperasi Warga digagas oleh Yayasan Nanda Dian Nusantara untuk menciptakan sikap saling tolong-menolong antar warga masyarakat. Program Koperasi Warga atau disebut program tanggung renteng dilaksanakan dengan cara membuka koperasi untuk warga yang keanggotaannya di koordinir oleh ketua Rukun Tetangga (RT) atau Rukun Warga (RW). Dalam kegiatan ini Yayasan Nanda Dian Nusantara bertujuan menggerakan warga untuk aktif dalam koperasi. Sistem yang digunakan adalah “Tanggung Renteng” (dengan cara membuat kelompok diantara warga yang dipilih oleh warga sendiri maksimal satu kelompok 10 orang dan diberikan pinjaman modal usaha). Program ini telah dilaksanakan di Komunitas Pemulung di Kramat Jati, Pemukiman Penduduk Tomang Jakarta Barat dan Kampung Daru Tangerang. 11 11
2006, h.8.
Laporan Pertanggung Jawaban Pengurus Yayasan Nanda Dian Nusantara Tahun
54
4. Program Rumah dan Lingkungan Sehat Dalam penanganan masyarakat pinggiran, seperti : pemulung, anak jalanan, masyarakat gelandangan, dan masyarakat pemukiman kumuh. Faktor kesehatan merupakan titik permasalahan yang paling krusial, harus diperhatikan selain faktor pendidikan (agama maupun formal). Yayasan Nanda Dian Nusantara membuat program Rumah dan Lingkungan Sehat supaya masyarakat di lingkungan masing-masing tergugah untuk sama-sama menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan sekitar. Program ini dilaksanakan dengan cara mengadakan kegiatan rutin bersih-bersih saluran air (got), jalanan gang, membuang sampah-sampah organik dan menimbun sampahsampah non-organik, melakukan penanaman tanaman-tanaman umbi-umbian bagi masyarakat yang masih memiliki lahan, melakukan pengobatan gratis dengan mendatangkan dokter-dokter sukarela, dan setahun sekali pada peringatan 17 Agustus mengadakan lomba Rumah bersih dan berhadiah dari Lurah atau RW setempat. 5. Program Dakwah Kolong Jembatan Program Dakwah Kolong Jembatan bertujuan untuk menyampaikan nilainilau ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari masyarakat pemulung, anak-anak jalanan, masyarakat gelandangan, masyarakat bantaran kali, pemukiman kumuh, dan bahkan masyarakat pekerja seks komersil seperti di daerah Kramat Tunggak (sekarang menjadi Islamic Centre), Taman Lawang, Stasiun Pasar Minggu, kolong jembatan Tomang Jakarta Barat, dan lain-lain. Dalam pelaksanaan program Dakwah Kolong Jembatan ini, Yayasan Nanda Dian Nusantara selalu melibatkan para mahasiswa dari berbagai macam
55
latar belakang, seperti: dari UIN Syarif Hidayatullah, Universitas Negeri Jakarta, Universitas Trisakti, Universitas Indonesia, dan beberapa kampus lainnya. Program Dakwah Kolong Jembatan ini dilaksanakan dengan cara, Yayasan Nanda Dian Nusantara mengadakan acara-acara siraman rohani bagi para masyarakat pemulung atau anak-anak jalanan di lokasi mereka beraktivitas seharihari, seperti: di kolong jembatan, pasar induk, pemukiman penduduk, dan lainlain. 12 6. Program Pesantren Kilat Anak-anak Jalanan dan Masyarakat Pinggiran Program ini bertujuan agar anak-anak jalanan dan masyarakat pinggiran, seperti: pemulung dan masyarakat gelandangan mendapat pemahaman keagamaan atau dasar-dasar ajaran-ajaran Islam dalam waktu yang singkat atau terbatas. Program ini biasanya hanya dilaksanakan pada bulan suci Ramadhan. Pada pelaksanaannya, yayasan ini mengumpulkan anak-anak binaan di masing-masing “Rumah Singgah” untuk selama 1 minggu mendapatkan pembinaan mental dan keagamaan pada program pesantren kilat anak-anak Jalanan dan masyarakat pinggiran. Dalam pelaksanaan program ini juga, bagi yang sudah dewasa, diberikan pelatihan singkat mengenai life skill (keahlian hidup) seperti: tata cara membuat kerajinan seperti, sandal, melukis, menyemir, memasak, menjahit dan lain-lain. 13
B. Program Taman Pedesaan 1. Program Taman Bacaan Anak Pedesaan Program ini bertujuan untuk mengembangkan minat baca pada anak. 12 13
Majalah Badan Koordinasi Kesejahteraan Sosial (BKKS), Tahun 2006, h.15. Harian Umum Warta Kota, Tahun 2007, h. 10.
56
Yayasan Nanda Dian Nusantara tidak sekedar memfasilitasi buku-buku bacaan, tapi juga membimbing dan mengajarkan pada anak-anak dan remaja untuk mempunyai minat baca serta bagaimana mengelola taman bacaan tersebut. Program taman bacaan anak pedesaan dilaksanakan dengan cara melakukan survey lokasi mana yang sangat minim fasilitas pembelajaran bagi anak-anak dan masyarakat sekitar. Dengan adanya Taman Bacaan Anak Pedesaan diharapkan anak-anak di pedesaan terbuka wawasannya tentang lingkungan sekitar dan lingkungan di luar keseharian mereka. Buku-buku yang disediakan merefresentasikan ragam budaya yang ada di Indonesia, seperti: sejarah perjuangan bangsa Indonesia, mengenal suku dan adat Nusantara, kekayaan sumber daya alam masing-masing daerah, sejarah tokoh-tokoh bangsa dan lain sebagainya. Taman Bacaan Anak Pedesaan juga bertujuan agar anak-anak di masingmasing daerah mengenal adat dan potensi kedaerahannya supaya dapat dikembangkan potensi-potensi yang mereka punya. Dengan begitu maka urbanisasi masyarakat desa ke kota dapat terminimalisir karena masyarakat desa tidak lagi menggantungkan hidupnya ke pusat Ibukota, tetapi bisa mereka dapatkan di daerah masing-masing. 2. Program Trauma Center Kegiatan ini bertujuan mencegah dan meminimalisir trauma (dendam) pada anak di daerah konflik dengan mengadakan konseling (bimbingan) pada anak dan keluarga serta taman bermain. Yayasan Nanda Dian Nusantara telah beberapa kali melakukan penangnan anak-anak atau masyarakat trauma paska konflik dan bencana, seperti yang telah dilakukan di Attambua, Konflik Poso
57
Ambon, Konflik Sampit Sampang Madura, Konflik Polewali Sulawesi Selatan, Penanganan Trauma paska Bencana alam Tsunami di Aceh dan Nias, penanganan bencana alam gempa bumi di Yogyakarta, dan yang saat ini masih dilaksanakan ialah bencana Situ Gintung. 14 . Dalam pelaksanaan programnya, Yayasan Nanda Dian Nusantara selalu melibatkan relawan dari berbagai macam latar belakang, seperti: tenaga medis, relawan evakuasi, relawan pekerja sosial, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pemerintahan. Faktor utama yang paling diperhatikan dalam pelaksanaan programnya, Yayasan Nanda Dian Nusantara selalu melibatkan tokoh-tokoh setempat, baik dari unsur pemerintahan seperti setingkat Rukun Tetangga. Selain itu juga para tokoh agama dan tokoh masyarakat selalu dijadikan penasehat dalam pelaksanaan program tersebut, hal ini yang membuat program Yayasan Nanda Dian Nusantara selalu berjalan dengan lancar dan mendapat tanggapan baik dari masyarakat. 15 3. Program Pasar Tradisional dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Kegiatan ini bertujuan untuk menampung serta menyalurkan hasil-hasil sumber daya alam dan hasil karya masyarakat lokal yang belum diberdayakan secara maksimal, seperti hasil pertanian, peternakan, perikanan dan kerajinan tangan. Program ini dilaksanakan dengan cara membuat pasar tradisional di daerah-daerah tertinggal atau pedalaman. Yang bertujuan agar regulasi perekonomian masyarakat kecil (mikro) dapat dilakukan di masing-masing daerah
14
Wawancara penulis dengan Ibu Desi Handayani, pada hari Selasa, tanggal 03 Nov 2009, pukul 16:00, di Sekretariat Yayasan Nanda Dian Nusantara, Ciputat - Tangerang. 15 Laporan Program Trauma Center di Aceh, Japan International Cooperation Agency (JICA), h.17.
58
dan secara tidak langsung hal itu dapat menggerakan perekonomian makro Indonesia. Program ini juga didasarkan dari kekayaan sumber daya alam Indonesia, seperti: rempah-rempah atau bumbu-bumbu, sayur-sayuran, buahbuahan maupun kebutuhan pokok masyarakat yang berasal dari daerah dapat dengan mudah dijangkau dan disalurkan baik ke masyarakat sekitar maupun ketempat yang pasokan sayur-sayurannya kurang. Program Pasar Tradisional dan Usaha Kecil Menengah (UKM) ini juga bertujuan untuk menggairahkan sektor riil perekonomian masyarakat Indonesia, yaitu pasar tradisional masyarakat.
C. Program Pelatihan dan Seminar 1. Program Pelatihan bagi Para Pembina (Training of Trainer) Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan skill dan kualitas keilmuan para educator (pembina) disetiap tempat pembinaan Yayasan Nanda Dian Nusantara, seperti latihan keterampilan, materi keagamaan, pengetahuan umum dan sosial, tehnik advokasi dan penyuluhan-penyuluhan. Yayasan Nanda Dian Nusantara telah memiliki 5 cabang Rumah Singgah atau disebut juga Bengkel Kreativitas, yang disetiap lokasi dipimpin oleh seorang koordinator pekerja sosial. Ditambah lagi 6 cabang di daerah misalnya, di Sampit, Polewali Sulawesi, Attambua, Aceh, Yogyakarta dan yang terakhir di Porong Sidoarjo. Pentingnya program Training Of Trainer (TOT) bagi para pembina atau koordinator untuk meninkatkan keahlian mereka dalam membina para anak-anak atau masyarakat binaan supaya dapat meningkat taraf hidupnya. Pada pelatihan TOT ini, para pembina diberikan pelatihan tentang tata cara investasi dan pemetaan lapangan, pendampingan atau advokasi, trauma healing,
59
negosiasi, dan metode curah pendapat (brain stroming), menjadi pendidik (educator), perencana sosial (social planners), Advokat (advocate), tenaga ahli, bahkan menjadi psikolog lapangan. Dengan adanya program TOT bagi para Pembina ini, maka para koordinator lapangan atau pembina di masing-masing wilayah lebih siap untuk menangani permasalahan yang berkembang dimasing-masing wilayahnya. 2. Program Seminar Program ini bertujuan untuk mengembangkan wacana keilmuan dan menyikapi masalah sosial yang sedang terjadi, seperti masalah perdagangan anak, pelacuran anak, pendidikan, penggusuran dan konflik sosial. Program seminar ini diadakan untuk menggugah masyarakat luas dalam menghadapi permasalahan sosial dari sudut pandang kemanusiaan, yaitu bahwa banyaknya masyarakat pinggiran kota atau anak-anak jalanan adalah akibat dari proses urbanisasi (desa ke kota) yang kian hari kian bertambah tanpa adanya tindakan nyata pada permasalahan yang paling mendasar. Dengan adanya program Seminar seperti ini diharapkan tercetus gagasan dalam menyelesaikan permasalahan sosial Ibu kota secara bijak, yang bukan melihat anak-anak jalanan atau masyarakat pinggiran sebagai penyebab tapi mereka sebagai akibat ketimpangan pembangunan antara kota dan desa. Program-program ini bertujuan untuk menjadi wadah belajar bagi anakanak pemulung agar mendapatkan kehidupan yang layak. Kegiatan ini berisi Calistung (baca, tulis, dan menghitung), life skill (keahlian hidup), serta pendidikan agama dan umum. Untuk kegiatan Calistung (membaca, menulis dan berhitung) atau paket A,
60
dilakukan dari hari senin sampai sabtu, mulai pada pukul 08.00 sampai dengan 12.00 WIB. Kegiatan ini dibagi menjadi beberapa kelas, untuk kelas 1 dan 2 mulai pukul 08.00 sampai pukul 10.00 WIB, dan dilanjutkan untuk Taman Kanak-kanak sampai pukul 12.00 WIB. Sedangkan untuk kelas 5, mulai pukul 08.00 sampai pukul 12.00 WIB. Kemudian, sore harinya setelah salat ashar (pukul 16.00 WIB) ada kegiatan TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an). Dan adapula program KF (Keaksaraan Fungsional), yaitu program untuk memberantas buta huruf. Program ini diperuntukkan bagi orang tua anak-anak pemulung yang dilakukan setiap hari jum’at malam di Bengkel kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara di Ciputat. 16 Sasaran program Bengkel Kreativitas ini adalah anak-anak pemulung, anak-anak yang tidak mampu atau dhuafa’, dan anak-anak jalanan yang berada di wilayah Ciputat. Anak-anak yang berada di Yayasan Nanda Dian Nusantara Ciputat adalah anak-anak yang berusia 5 tahun sampai 15 tahun.
5. Sumber Dana dan Kerja Sama Dana yang menunjang pelaksanaan program kegiatan Yayasan Nanda Dian Nusantara selain berasal dari dana pribadi ketua yayasan, ada juga dana dari donatur, serta dana dari berbagai lembaga yang bekerja sama dengan Yayasan Nanda Dian Nusantara, dan
berbagai Non Goverment Organisation (NGO)
lainnya. Pendanaan dalam pelaksanaan program-program Yayasan Nanda Dian Nusantara dilakukan dengan cara mengajukan ke instansi pemerintah atau individu untuk membantu terselenggaranya pelaksanaan program.
16
Wawancara pribadi dengan Ibu Desi handayani, hari Selasa, tanggal 03 Nov 2009, pukul 16:00, di rumah Ibu Desi, di Jalan Jambu II, Ciputat - Tangerang.
61
B.
Kondisi Pemulung di Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara Anak-anak pemulung merupakan komunitas yang selayaknya memperoleh
hak-hak dasarnya dengan baik. Mereka dapat bermain dan belajar sebagaimana layaknya anak-anak yang lain bisa menikmati masa kanak-kanak dan terlindung dari bahaya kekerasan, diskriminasi, dan eksploitasi. Dari tahun ke tahun jumlah pemulung senantiasa berubah dan bertambah, demikian juga dengan anak-anak pemulung. Hal ini sangat dipengaruhi oleh situasi krisis ekonomi yang sampai saat ini belum terselesaikan dimana terjadi penyempitan lapangan pekerjaan, pendidikan semakin tidak terjangkau oleh masyarakat miskin. Dan meningkatnya harga kebutuhan pokok sehingga mendorong pelibatan seluruh anggota keluarga untuk ikut bekerja. 17 Tahap selanjutnya adalah mendeskripsikan indikator-indikator kerja pada masing-masing dimensi, dimana indikator-indikator kerja tersebut merupakan indikator kerja dari penelitian suatu program. Deskripsi mengenai indikator kerja dimasing-masing dimensi pada program Bengkel Kreativitas dalam pelayanan bagi anak pemulung di Yayasan Nanda Dian Nusantara (YNDN), PisanganCiputat, ialah sebagai berikut: 1. Kondisi Anak-anak Pemulung Pada dimensi ini ditemukan beberapa indikator kerja dengan cara wawancara langsung dengan penanggungjawab Yayasan Nanda Dian Nusantara, yaitu Ibu Desi Handayani (ibu Yani). Dari proses wawancara itu mendapatkan informasi bahwa sebelum adanya program Bengkel Kreativitas ini, aktifitas para 17
Artikel diakses pada 17 November 2009 http://portalinfaq.org/p01x13_program_article_view.php?article_id=63&program_id=156
dari
62
pemulung khususnya anak-anak pemulung hanya bermain dan mengumpulkan barang-barang bekas. Mereka mencari barang-barang bekas terkadang disekitar kampus UIN Syarif Hidayatullah, bahkan di daerah yang cukup jauh dari tempat tinggal mereka. Mereka sehari-harinya membantu orang tuanya bekerja di rumah. Orang tua mereka tidak mampu untuk menyekolahkan mereka ke sekolah-sekolah SD, “karena untuk makan aja mereka pun sulit, apalagi harus membiayai anakanaknya untuk sekolah?” (kata Ibu Yani). Pada awalnya, penduduk yang berprofesi menjadi pemulung itu hanya sedikit, tapi sekarang ini sudah bertambah lagi, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang dari luar kota. Mereka biasanya datang ke kota untuk menemui saudara-saudaranya, tetapi ketika mereka tahu saudaranya tinggal seperti ini mereka tidak mampu untuk kembali ke tempat asal mereka, dan akhirnya bertambahlah penduduk disini. 18 Sepertinya Ibukota Jakarta menjadi daya tarik tersendiri bagi para pendatang untuk yang lebih baik. Seperti yang dikatakan Ibu Desi Handayani bahwa anak-anak pemulung disini (di jalan Jambu II RT.001/RW.011, Pisangan, Ciputat-Tangerang), tidak ada yang menikmati pendidikan pada umumnya. Mereka belum mengenal hurufhuruf abjad dan angka-angka bilangan, mereka juga belum mampu untuk membaca. Seharusnya diusia mereka yang masih belia, mereka bisa menikmati masa kanak-anaknya dengan bermain dan belajar, bukan untuk bekerja. 2. Masukan (input) Dimensi masukan atau input, saya memperoleh informasi dengan cara wawancara dan observasi. Berbagai informasi yang penulis temukan ketika 18
Wawancara penulis dengan Ibu Desi Handayani, pada hari Selasa, tanggal 03 Nov 2009, pukul 16:00, di Sekretariat Yayasan Nanda Dian Nusantara, Ciputat - Tangerang.
63
observasi, penulis tuangkan dalam sebuah tulisan yang demikian itu akan menjadi suatu indikator kerja pada dimensi masukan (input). Setelah adanya program ini, tentunya akan mempengaruhi lingkungan yang berada di sekitar pelaksanaan program dan akan terjadi perubahan situasi dan kondisi. Program ini dinamakan “Bengkel Kreativitas”, dimana program ini mempunyai tujuan sebagai wadah atau tempat untuk mengembangkan ide-ide kreatif anak, kemampuan apapun yang mereka miliki selama kemampuan itu positif untuk mereka, maka disinilah mereka dapat mengembangkannya. Selain itu juga untuk memberikan hak anak-anak untuk mendapatkan pendidikan dan pengajaran yang layak, dengan belajar sambil bermain, dan bermain sambil belajar. Sasaran dalam program ini adalah anak-anak yang kurang mampu, anakanak pemulung, anak-anak yatim, anak-anak dhuafa, dan anak-anak kurang mampu lainnya yang tidak mendapatkan hak pendidikan yang layak. Jumlah anak yang mengikuti program ini berjumlah 15 sampai 25 orang, usia mereka adalah usia sekolah, yaitu usia 5 tahun sampai usia 13 tahun. Menurut penjelasan ibu Yani selaku ketua koordinator yayasan di wilayah Ciputat ini, anak-anak sangat senang sekali ketika kegiatan dalam Bengkel Kreativitas ini diadakan. Karena di Bengkel Kreativitas ini mereka bisa belajar sambil bermain. Kegiatan yang dilakukan dalam program Bengkel Kreativitas ini seperti membaca, menulis, dan berhitung (paket A). Pelajaran yang diberikan untuk mereka adalah sama dengan pelajaran yang didapatkan pada Sekolah Dasar (SD), misalnya seperti Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Berhitung, Pendidikan Kewarganegaraan, Ilmu Pengeyahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, dan
64
pelajaran umum lainnya. Selain kegiatan untuk paket A, adapula kegiatan untuk anak-anak yang berusia 5 tahun, yaitu Taman Kanak-kanak (TK). Untuk kegiatan paket A dimulai pada pukul 08.00 sampai dengan pukul 11.00 WIB, sedangkan untuk TK dimulai pada pukul 11.00 sampai pukul 12.30 WIB, kemudian dilanjutkan kegiatan untuk sore harinya setelah shalat ashar (pukul 15.30 WIB) Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA). Para pengajar nya ada 3 orang; Ibu Desi Handayani, Ibu Iin Nashiroh, Ibu Yurnita Kamal, dan dibantu oleh mahasiswamahasiswi UIN Syarif Hidayatullah untuk kegiatan sore harinya. Kegiatan dalam program ini bukan sekedar membekali pengetahuan umum kepada anak-anak, tetapi pengetahuan aqidah, akhlak, adab kesopanan, dan tentang kesehatan. Sarana yang disediakan di Bengkel Kreativitas ini antara lain seperti: Adanya bangunan (rumah singgah) untuk pelayanan pendidikan bagi anak-anak pemulung, terdapat tiga ruangan di dalamnya; ruang taman bacaan (di dalamnya terdapat buku-buku pelajaran dan bacaan lainnya), mushala/untuk kegiatan TPA dan ruangan untuk kegiatan belajar, ada 15 meja belajar, 2 buah white board, 2 buah meja guru, 2 buah kursi untuk guru, alat-alat tulis, poster-poster pendidikan, dan buku-buku pelajaran yang diajarkan. 3. Hasil (output) Deskripsi indikator kerja dari dimensi hasil atau output ialah anak-anak (khususnya pemulung) sudah mampu membaca, menulis dan berhitung. Informasi ini saya dapatkan dengan cara wawancara dengan ibu Yani selaku penanggung jawab yayasan ini. Beliau menceritakan anak-anak yang dahulunya belum bisa membaca, sekarang sudah bisa membaca bahkan menulis dan menghitung (anak tersebut masih belajar di Yayasan Nanda Dian Nusantara).
65
Selain
kemampuan
mereka
bertambah,
mereka
juga
mendapat
pengetahuan, antara lain; pengetahuan agama dan pengetahuan umum. Pengetahuan agama mereka peroleh dari ibu Iin, beliau selalu memberikan ilmu agama kepada anak-anak. Mereka sudah mulai hidup bersih, berperilaku sopan santun, dan tidak mengatakan kata-kata yang seharusnya tidak diucapkan. Walaupun kadang mereka lupa untuk mengatakannya, akan tetapi itu sebagian dari porses pemberdayaan. Yayasan ini sudah memberikan kesempatan bagi orang tua yang kurang mampu untuk membekali anaknya pengetahuan dengan belajar seperti layaknya di Sekolah Dasar (SD) atau disebut paket A. Sebenarnya, program ini tidak hanya untuk pendidikan seperti sekolah formal saja, tetapi Bengkel Kreativitas ini memberikan kebebasan bagi anak untuk mengembangkan kreatifitas mereka. Tetapi sayangnya, yang terlihat di Bengkel Kreatifitas ini adalah kegiatan belajar mengajar Taman Kanak-anak (TK), paket A dan pengajian atau TPA. Menurut keterangan ibu Yani (wawancara dengan beliau), dampak positif yang ditimbulkan dengan adanya program ini ialah memberikan hak anak-anak untuk mendapatkan pelayanan pendidikan yang layak, tanpa membatasi kreatifitas mereka. Karena mereka disini (di Bengkel Kreativitas) dibekali dengan ilmu-ilmu pengetahuan baik umum maupun agama. Kemudian, dengan adanya rumah singgah ini juga mengurangi beban orang tua dalam memberikan hak anak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Pada awalnya orang tua mereka membiarkan anak-anaknya untuk bekerja membantunya tanpa memikirkan pendidikan anaknya. Karena mereka harus bersaing dengan kerasnya kehidupan di kota. Mereka
66
tidak memikirkan masa depan anak-anaknya. Hal ini lagi-lagi karena keterbatasan dana yang dimiliki orang tua mereka, bahkan mereka tidak mampu membayar uang sekolah. Pada awalnya para orang tua masih enggan memasukkan anakanaknya di Bengkel Kreativitas ini, karena akan mengganggu mereka untuk mencari barang yang layak jual. Setelah para orang tua diberikan pengarahan dan pengertian mengenai hak-hak anak, akhirnya mereka mengerti dan membiarkan anak-anaknya untuk ikut kegiatan di Yayasan Nanda Dian Nusantara. Dampak lain yang dapat dilihat dan amati oleh ibu Yani adalah peningkatan kemampuan anak-anak pemulung dalam mengembangkan potensi dirinya. Kemampuan mereka menjadi lebih baik; mereka sudah bisa mengenal huruf dan angka, sehingga mereka bisa membaca, menulis, dan berhitung. Selain itu juga mereka sedikit berubah menjadi anak-anak yang berperilaku sopan santun dan bisa untuk hidup bersih. Hal yang demikian ini merupakan pemberian Yayasan Nanda Dian Nusantara sebagai fasilitas belajar bagi anak-anak yang kurang mampu. 4. Keadaan di lingkungan Secara umum, kondisi lingkungan pemulung rentan terjadi kecelakaan kerja, di mana pemulung cenderung mengabaikan keselamatan dirinya ketika terjadi pembongkaran dan pemindahan sampah oleh Bulldozer. Begitu pula ketika sampah diturunkan dari truk, para pemulung berebut sampah yang memiliki nilai jual. Resiko terjadinya kecelakaan sangat besar, mengingat tidak semua pemulung melengkapi dirinya dengan berbagai peralatan keselamatan kerja, seperti helm, sarung tangan dan penutup hidung. Kondisi kerja memiliki potensi terjadinya kecelakaan terhadap pemulung. Mereka mengabaikan keselamatan dirinya ketika
67
terjadi pembongkaran dan pemindahan sampah oleh Bulldozer dan aktivitas bongkar muat oleh truk sampah. Dan kecelakaan kecil seperti tertusuk paku, tergores pecahan kaca adalah kecelakaan yang paling sering terjadi. Sebagian besar pemulung tidak menyadari bahwa kecelakaan kecil seperti itu dapat mengakibatkan sumber penyakit (tetanus). 19 Yayasan Nanda Dian Nusantara berada di wilayah Ciputat Tangerang, berlokasi di Jalan Jambu II RT.001/RW.011 Pisangan, Ciputat-Tangerang. Di sekitar yayasan ini adalah masyarakat yang berasal dari berbagai daerah, yang berprofesi sebagai pemulung dan tempat tinggal mereka dinamakan lapak. Di sana banyak sekali barang-barang bekas, dan mereka hidup di lingkungan yang bercampur dengan itu semua. Dalam menjalankan program, tentunya ada faktor pendukung dan penghambat. Baik faktor itu berasal dari dalam maupun dari orang-orang di sekeliling komunitas pemulung. Berdasarkan hasil wawancara yang didapat, ada beberapa hal yang menjadi faktor pendukung dan penghambat. Faktor pendukung, antara lain: Semangat yang tinggi dari anak-anak dan para guru untuk datang dan siap belajar dan mengajar. Kata ibu Yani, “walaupun hanya ada saya, ibu Iin, dan Ibu Yur, tapi saya berusaha untuk mengajarkan mereka sebisanya saya.” Selain itu, orang tua yang kini membebaskan anaknya untuk tidak lagi bekerja dan lebih baik anaknya belajar. Serta adanya teman-teman mahasiswa dan mahasiswi yang membantu kegiatan ini. Mereka membantu untuk mengajar anak-anak mengaji Al-qur’an. Adapula teman-teman mahasiswa yang dulu pernah mengajar, tetapi sekarang tidak lagi ternyata masih ingat dengan 19
Artikel diakses pada 17 November 2009 http://makassarkota.go.id/download/makassar_dd_report_%20social_(bahasa).pdf
dari
68
anak-anak di yayasan ini. Kadang mereka memberikan bingkisan berupa perlengkapan sekolah, makanan atau apapun untuk anak-anak di Yayasan Nanda Dian Nusantara. Selain faktor-faktor pendukung di atas, adapula yang menjadi penghambat dalam kegiatan ini, antara lain: Kurangnya tenaga pengajar. Karena di Yayasan ini yang menjadi pengajar hanya ada 3 orang pengajar, itupun mereka harus mengajar paket A dan TK. Walaupun ada mahasiswa yang membantu, tetapi untuk pagi hari mereka tidak bisa, hanya bisa mengajar untuk TPA yaitu sore hari. Selain itu, masih ada orang tua yang memanggil anaknya ketika anaknya sedang belajar untuk membantu pekerjaannya, sehingga anak tidak mengikuti pelajaran sampai usai. Karena dipertengahan belajar mereka dipanggil oleh orang tuanya. Selanjutnya adalah kurangnya donatur, sehingga sulit untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan lain, dan melaksanakan program-program lain. “padahal di otak saya, nih ada banyak banget kegiatan yang belum terlaksana. Tetapi lagilagi masalah dana.…”(sambil senyum-senyum ia mengatakannya). Faktor lingkungan juga dapat menghambat perkembangan kreativitas anak-anak, karena sikap orang tua mereka yang tidak menginginkan anak-anaknya dapat belajar dengan baik. Sikap orang tua dan pendidik dapat mempengaruhi peningkatan kecerdasan dan kreativitas anak. Sangatlah penting bahwa orang tua atau pendidik menyadari betapa pentingnya belajar berkreativitas bagi anak-anak. Dan bagi pendidik harus mengetahui ciri-ciri anak didik manakah yang perlu dipupuk untuk menumbuhkan pribadi-pribadi yang kreatif, biasanya orang tua atau pendidik kurang menyadari dampak dari sikap mereka terhadap
69
perkembangan kepribadian anak. 20 Beberapa contoh sikap pendidik yang kurang baik dalam menunjang kreativitas anak adalah: 1. Sikap terlalu khawatir atau takut-takut, sehingga anak terlalu dibatasi dalam kegiatan-kegiatannya. 2. Sikap terlalu mengawasi anak. 3. Sikap yang menekankan pada kebersihan dan keteraturan yang berlebihan. 4. Sikap yang menekankan kepatuhan mutlak dari anak tanpa memandang perlu mempertimbangkan alasan-alasan anak. 5. Sikap yang jarang memberi pujian atau penghargaan terhadap usaha atau karya anak. Singkatnya, anak-anak pemulung ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang menyebabkan kebekuan dan menghambat kreativitas untuk dapat melahirkan ide-ide kreatifnya. Dan juga Kesulitan belajar yang dialami anak yang terhambat dalam perkembangan berfikirnya. Kesulitan berkomunikasi pada orang tua anak dalam memberikan pengertian tentang pentingnya pendidikan bagi anak. Selain itu masalah minimnya dana yang tersedia, sehingga sulit untuk mengembangkan program-program lain.
20
Monty P. Satiadarma dan Fidelis E. Waruwu, Mendidik Kecerdasan. Pedoman bagi orang tua dan guru dalam mendidik anak cerdas, (Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2003), Cet. Ke1 h. 115.
70
BAB IV ANALISA EFEKTIVITAS PROGRAM PENDIDIKAN DAN KETERAMPILAN DALAM PEMBERDAYAAN ANAK PEMULUNG DI BENGKEL KREATIVITAS YAYASAN NANDA DIAN NUSANTARA CIPUTAT TANGERANG
Anak pemulung merupakan bagian dari warga Indonesia yang perlu diperhatikan dan perlu perlindungan, di mana anak pemulung memerlukan perhatian khusus, terutama perhatian masalah pendidikan dan keterampilanya. Karena pendidikan dan keterampilan sangat dibutuhkan mereka untuk kepentingan dan kebutuhan sehari-hari. Dalam dunia pendidikan, tidak hanya diberikan pada anak normal melainkan diberikan pada anak pemulung juga karena mereka selama ini dipandang masyarakat dilihat dari kekuranganya. Dengan adanya pendidikan dan keterampilan yang mereka dapatkan, itu menjadi motivasi bagi mereka untuk maju seperti anak-anak lainnya. Untuk itu, Yayasan Nanda Dian Nusantara (YNDN) membantu mereka dengan memberikan pelatihan agar mereka dapat menjalankan kehidupannya sesuai dengan harapan dan cita-cita mereka. Agar mereka diakui masyarakat, karena selama ini pandangan masyarakat terhadap anak pemulung dipandang dari segi kekurangannya. Dengan adanya program pendidikan dan keterampilan yang diberikan oleh Bengkel Kreativitas tersebut yaitu: tata cara sablon baju, tata cara menyemir sepatu, tata cara membuat kue-kue kering, tata cara membuat sandal, tata cara bengkel motor, tata cara menjahit, dan lain-lain. Itu merupakan salah satu program
71
untuk mengembangkan keterampilan yang dimiliki oleh anak pemulung agar mereka dapat menjalankan kehidupan sesuai harapan mereka dengan keterampilan dan kemampuan yang dimiliki.
A.
Analisa Efektivitas Pemberdayaan Pemulung Melalui Pendidikan dan Keterampilan Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan penulis terhadap
Bengkel Kreativitas diperoleh Informasi tentang efektivitas pemberdayaan anak pemulung terhadap pelayanan pendidikan dan keterampilan, seperti semua lembaga sebelum melakukan kegiatan khususnya dalam pendidikannya perlu membuat rancangan-rancangan. Begitu juga dengan Bengkel Kreativitas ini, sebelum melaksanakan program selalu membuat sebuah perencanaan kerja yang menjadi target dalam mencapai tujuan yang di rencanakan. Untuk mencapai tujuan yang direncanakan tersebut adalah dengan melakukan pendekatan atau berinteraksi secara baik dengan mengamati lingkungan pergaulan anak pemulung. Yaitu, dengan memberikan pemahaman tentang pendidikan, baik itu melalui pendidikan sekolah maupun luar sekolah. Di mana dalam pelayanan pendidikan ini berpengaruh penting pada anak-anak pemulung dan juga berpengaruh penting terhadap mental mereka khususnya dalam membangun jiwa anak-anak pemulung dan membantu kesehatan mereka dengan memberikan sekolah non-formal bagi anak-anak pemulung. Berbagai keterampilan kerja masyarakat tidak dapat dipelajari dari sebuah buku panduan praksis, dan tidak pula bisa dipelajari dalam sebuah ruangan kelas. Hal ini tentunya bukan berarti bahwa berbagai panduan praksis dan pembelajaran
72
di kelas mengenai pendidikan dan keterampilan ini tidak relevan, keduanya dapat menjadi sangat penting dalam menyingkapkan masyarakat dari berbagai ide baru, dan juga pada awal proses pengembangan berbagai pendidikan dan keterampilan. 1 Dalam kondisi pertama, penulis akan menggambarkan mengenai latarbelakang kondisi anak-anak pemulung yang menjadi sasaran program Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara ini. Dengan demikian akan terlihat ke dalam dua bagian yaitu: a. Mata pencaharian orang tua kondisi ekonomi orang tua anak yang berada di wilayah Pisangan Ciputat ini hampir seluruhnya berprofesi sebagai pemulung. Terdapat ±200 KK (Kepala Keluarga) yang berada di wilayah Yayasan berprofesi sebagai pemulung. Dan mereka berasal dari berbagai macam daerah, diantaranya ada yang berasal dari Indramayu, Cirebon, Kuningan, Subang, Cikampek, dan lain-lain. Jadi mereka semua bukan asli penduduk setempat, melainkan pendatang dari luar daerah yang mengadu nasib ke Jakarta. b. Kondisi pendidikan anak Kondisi anak-anak pemulung di Yayasan tersebut sama sekali belum pernah mengenyam dunia pendidikan. Oleh karena itu, kemampuan berfikir anakanak pemulung berbeda dengan anak-anak selain pemulung. Jika anak-anak pada umumnya sudah mengenal huruf-huruf dan angka-angka, lain halnya dengan anak-anak pemulung. Mereka sangat kurang dalam hal pengetahuan dan keterampilan. Sasaran program Yayasan ini sebagian besar berasal dari anak-anak. Untuk dapat melaksanakan suatu program dengan baik, maka harus 1
Jim Ife dan Frank Tesoriero, Community Development: Alternatif Pengembangan Masyarakat Di Era Globalisasi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), Cet. Ke-3 h. 618.
73
adanya staff-staff pengajar yang dapat melaksanakan program sesuai dengan latarbelakang pendidikan yang sesuai dengan bidangnya. Di Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara ini ada beberapa staff pengajar yang siap mengajarkan keterampilan dan berbagi ilmu pendidikan kepada anak-anak pemulung. Tabel 1 Daftar Staff-staff (Tenaga Pengajar) di Bengkel Kreativitas tersebut No. Nama
Latar Belakang Pendidikan
1.
Desi Handayani -
2.
Iin Nashiroh
S.Pd.I
3.
Yurnita Kamal
S.Pd
4.
Mia Rosmalia
S.Sos.I
5.
Asbah
Mahasiswa
6.
Rohim
Mahasiswa
7.
Gita
Mahasiswa
8.
Ebi
Mahasiswa
9.
Abi
Mahasiswa
10.
Ana
Mahasiswa
11.
Anggi
Mahasiswa
12.
Ain
Mahasiswa
Sumber: Company Profile Yayasan Nanda Dian Nusantara tahun, 2009. Koordinator Yayasan Nanda Dian Nusantara di wilayah Ciputat ini seluruhnya dimotori oleh Ibu Desi Handayani, beliau seorang yang peduli terhadap pendidikan anak-anak di komunitas pemulung.
74
Sarana yang ada di Yayasan ini antara lain: Rumah Singgah (tempat belajar-mengajar), buku-buku pelajaran (IPA, IPS, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Arab, Matematika, dan lain-lain), 20 meja belajar, 2 buah meja guru, 10 kursi, 2 buah papan tulis, 1 buah lemari kecil, perpustakaan mini, alat tulis kantor (ATK), raport hasil belajar anak-anak, dan poster-poster pembelajaran. Tujuan program ini sebagai menjadi wadah belajar bagi anak-anak pemulung agar mendapat pendidikan yang layak. Di Yayasan ini, anak-anak pemulung mendapat pelatihan dan pembinaan mengenai life skill, seperti: tata cara sablon baju, menyemir sepatu, membuat kue membuat sandal, cara menjahit pakaian, dan lain-lain. Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara yang berlokasi di Jl. Jambu II, RT.001/RW.011, Pisangan, Ciputat Tangerang ini bertujuan agar anakanak pemulung dikemudian hari memiliki keahlian hidup dan mampu menjadikan mereka anak yang berguna bagi Bangsa dan Negara. Dari observasi yang dilakukan penulis, pelaksanaan kegiatan berdasarkan waktu yang ditetapkan oleh Bengkel Kreativitas ini. Untuk kegiatan Calistung (membaca, menulis dan berhitung) atau paket A, dilakukan dari hari senin sampai sabtu, mulai pada pukul 08.00 samapai dengan 12.00 WIB. Kegiatan ini dibagi menjadi beberapa kelas, untuk kelas 1 dan 2 mulai pukul 08.00 sampai pukul 10.00 WIB, dan dilanjutkan untuk Taman Kanak-kanak sampai pukul 12.00 WIB. Sedangkan untuk kelas 5, mulai pukul 08.00 sampai pukul 12.00 WIB. Kemudian, sore harinya setelah salat ashar (pukul 16.00 WIB) ada kegiatan TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an). Dan adapula program KF (Keaksaraan Fungsional), yaitu
75
program untuk memberantas buta huruf. Program ini diperuntukkan bagi orang tua anak-anak pemulung yang dilakukan setiap hari jum’at malam di Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara di Ciputat. 2 Menurut keterangan ibu Yani (wawancara dengan beliau), dampak positif yang ditimbulkan dengan adanya program ini ialah memberikan hak anak-anak untuk mendapatkan pelayanan pendidikan yang layak, tanpa membatasi kreatifitas mereka. Karena mereka disini (di Bengkel Kreativitas) dibekali dengan ilmu-ilmu pengetahuan baik agama maupun umum. Kemudian, dengan adanya rumah singgah ini juga mengurangi beban orang tua dalam memberikan hak anak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Pada awalnya orang tua mereka membiarkan anak-anaknya untuk bekerja membantunya tanpa memikirkan pendidikan anaknya. Karena mereka harus bersaing dengan kerasnya kehidupan di kota. Mereka tidak memikirkan masa depan anak-anaknya. Hal ini lagi-lagi karena keterbatasan dana yang dimiliki, mereka tidak mampu membayar uang sekolah. Pada awalnya para orang tua masih enggan memasukkan anak-anaknya di Bengkel Kreativitas ini, karena akan mengganggu mereka untuk bekerja. Setelah para orang tua diberikan pengarahan dan pengertian mengenai hak-hak anak, mereka mengerti dan membiarkan anak-anaknya untuk ikut kegiatan di Yayasan Nanda Dian Nusantara. Dampak lain yang dapat dilihat dan amati oleh Ibu Yani yang merupakan Ketua Koordinator Yayasan Nanda Dian Nusantara Wilayah Ciputat Tangerang ini adalah peningkatan kemampuan anak-anak pemulung dalam mengembangkan 2
Wawancara pribadi dengan Ibu Desi handayani, hari hari Selasa, tanggal 03 Nov 2009, pukul 16:00, di rumah Ibu Desi, di Jalan Jambu II, Ciputat - Tangerang.
76
potensi dirinya. Kemampuan mereka menjadi lebih baik, mereka sudah bisa mengenal huruf dan angka, sehingga mereka bisa membaca, menulis, dan berhitung. Selain itu juga mereka sedikit berubah menjadi anak-anak yang berprilaku sopan santun dan bisa untuk hidup bersih. Hal yang demikian ini merupakan pemberian Yayasan Nanda Dian Nusantara sebagai fasilitas belajar bagi anak-anak yang kurang mampu.
1. Efektivitas Pemberdayaan Pemulung Melalui Pendidikan Efektifitas merupakan suatu dimensi yang berfokus pada hasil, sasaran dan target yang diharapkan. Jadi pemberdayaan pemulung melalui pendidikan ini bisa memberikan warna tersendiri bagi pemulung itu, untuk menyesuaikan diri pada era globalisasi sekarang ini. Bagi para pemulung, pemberdayaan melalui pendidikan menjadi hal positif karena dapat berfikir untuk maju dan dapat menambah wawasan baik dalam hal budaya, ekonomi, politik, teknologi, maupun lingkungan. Dunia kini sudah menjadi satu yang dipersatukan oleh media komunikasi dan informasi sehingga menuntut dunia pendidikan bersinergi dengan berbagai perubahan dengan tetap memegang citra diri bangsa. 3 Pemberdayaan pemulung melalui dunia pendidikan ini juga dapat mendidik kecerdasan pemulung terutama bagi anak-anaknya. Itulah tujuan dari pendidikan yang menjadi tugas pendidik dan harus mencapainya selama mengabdikan diri dalam dunia pendidikan. Untuk menciptakan anak didik yang dewasa memang tidak mudah, sebab banyak hambatan yang mempengaruhi selama pembinaannya. 3
Aan Komariah dan Cepi Triatna, Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif, (Jakarta, PT. Bumi Aksara, 2008), Cet. Ke-3 h. 28.
77
Efektivitas pemberdayaan anak pemulung melalui pelayanan pendidikan yang diberikan oleh Bengkel Kreativitas yaitu dengan memberikan pengetahuan yang sesuai dengan kemampuan dan kapasitas anak dalam memahami suatu ilmu pengetahuan. Sebagaimana diketahui pendidikan bagi anak pemulung tidak selalu harus berlangsung di suatu lembaga pendidikan khusus, sebab sebagian dari mereka pendidikannya dapat berlangsung di lembaga atau sekolah umum, hal ini disebabkan oleh faktor kemampuan dan ketidakmampuan anak pemulung itu sendiri.
2. Efektivitas Pemberdayaan Pemulung Melalui Keterampilan Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dari peran seorang pekerja masyarakat. Dan dengan begitu, berbagai keterampilan dalam mendidik sangatlah penting. Penting halnya bagi seorang pekerja masyarakat untuk memiliki sebuah pemahaman yang baik mengenai apa yang tersedia dalam masyarakat (sumber daya), sehingga hal tersebut dapat dijelaskan ketika dibutuhkan. Oleh karena itu, sebuah tugas penting bagi para pekerja masyarakat untuk mencari berbagai macam keterampilan dari sumber daya yang ada. Penekanan keefektifan pemberdayaan pemulung melalui keterampilan ini menunjukkan pada proses yang berlangsung dengan sumber daya yang ada. Kedudukan pendidik mempunyai arti yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Dengan adanya bekal keterampilan yang diberikan, maka anak dapat memiliki masa depan dan tidak tergantung pada orang tua dan masyarakat, mereka merasa senang karena mereka dapat pengetahuan dan latihan-latihan
78
keterampilan yang mereka dapatkan. Untuk itu upaya yang dilakukan dalam keterampilan ini adalah memberikan keterampilan yang sesuai dengan kemampuan mereka dan yang mereka senangi, agar mereka hidup layak dengan anak-anak lainnya dan tidak direndahkan oleh masyarakat karena dilihat dari ekonominya. Keterampilan ini dianggap penting bagi siswa atau anak-anak pemulung, karena dengan bekal keterampilan yang dimiliki anak-anak dapat memberikan motivasi dalam menjalani hidup dan juga memberikan inspirasi bahwa kekurangan bukanlah segala-galanya melainkan dengan kekurangan yang dimiliki dapat menumbuhkan rasa ingin maju dan ingin seperti anak-anak normal lainnya dan juga dapat hidup normal dan layak di masyarakat.
B.
Faktor Penghambat dan Pendukung Efektivitas Pemberdayaan Pemulung Melalui Pendidikan dan Keterampilan Dalam setiap pelaksanaan suatu program, tentunya akan selalu dihadapkan
dengan faktor penghambat yang akan mengganggu perjalanan program, dan begitu pula dengan adanya faktor pendukung yang akan membantu kelancaran dalam rangka tercapainya tujuan suatu program. Sama hal nya dengan program Bengkel Kreativitas di Yayasan Nanda Dian Nusantara Ciputat, yang dalam proses pelaksanaannya tentunya mengalami dan menemukan faktor penghambat dan pendukung. Oleh karena itu, untuk mengetahui apa yang menjadi faktor penghambat dan pendukung program Bengkel Kreativitas, penulis melakukan wawancara dengan koordinator program Bengkel Kreativitas di yayasan Nanda Dian Nusantara cabang Ciputat.
79
1. Faktor Penghambat Beberapa faktor yang berpengaruh sebagai penghambat terhadap efektivitas
pemberdayaan
pemulung
melalui
pelayanan
pendidikan
dan
keterampilan yang dijalankan oleh yaitu: a. Problem pribadi: problem ini timbul dari Kesulitan belajar yang dialami anak karena keterbatasan dalam menerima pelajaran atau terhambat dalam perkembangan berfikirnya. b. Problem
keluarga:
problem
ini
akan
timbul
apabila
Kesulitan
berkomunikasi pada orang tua anak dalam memberikan pengertian tentang pentingnya pendidikan bagi anak. orang tua bersikap tidak mau memberikan pengetahuan kepada anaknya, sehingga merasa malu anaknya tidak disekolahkan atau sebaliknya anak itu terlalu dilindungi, sehingga menjadi kurang percaya diri atau kurang keberanian untuk mandiri dan selalu tergantung pada orang tuanya. Problem keluarga ini juga timbul akibat faktor ekonomi keluarga tidak memungkinkan anak untuk belajar dan mendapatkan pendidikan yang layak mereka dapatkan dan kebanyakan pekerjaan orang tua mereka sebagai pemulung. c. Problem masyarakat: problem ini akan timbul apabila anggapan masyarakat terhadap anak pemulung negatif yaitu, menganggap tidak mampu apa-apa dan perlu dikasihani sehingga anak sering diabaikan dan kurang diberi kesempatan dalam belajar, akibatnya akan menjadi beban keluarga dan masyarakat secara tidak langsung.
80
d. Bagi Yayasan: masalah minimnya dana yang tersedia, sehingga sulit untuk mengembangkan program-program lain, fasilitas yang belum ada sepeti komputer untuk mendesain gambar. e. Tidak adanya tenaga ahli, sehingga jika program ini ditambahkan dengan kegiatan baru misalnya pelatihan memasak, menjahit, otomotif, maka akan membutuhkan dana untuk operasional pelatih. Dengan demikian, kembali pada faktor penghambat yang pertama.
2. Faktor Pendukung a. Nama Yayasan Nanda Dian Nusantara sudah cukup dikenal di lingkungannya dan pendirinya adalah seorang aktifis anak yang melindungi hak-hak anak, sehingga cukup mudah untuk meneruskan program ini, walaupun kegiatannya monoton. b. Adanya dukungan dari relawan yang sampai saat ini masih mau mengajar di program Bengkel Kreativitas. c. Adanya kerjasama dengan SDN Cirendeu 3, sehingga anak-anak yang mengikuti paket A di program ini dapat mengikuti ujian setara dengan Sekolah Dasar tanpa dipungut biaya.4 Dari faktor penghambat dan pendukung yang terdapat dalam program ini, penulis melihat bahwa yang menjadi faktor penghambat adalah ketersediaan dana. Kurangnya staff pengajar yang ahli dibidangnya dalam keterampilan, karena selama ini staff pengajar tidak tetap hanya bersifat sementara (parsial). Fasilitas yang kurang memadai seperti komputer, dll. Hal ini diakui ibu Desi Handayani 4
Wawancara pribadi dengan Ibu Desi Handayani, hari hari Selasa, tanggal 03 Nov 2009, pukul 16:00, di rumah Ibu Desi, di Jalan Jambu II, Ciputat - Tangerang.
81
yang merupakan Ketua Koordinator Yayasan Nanda Dian Nusantara Wilayah Ciputat Tangerang ini, bahwa masih banyak kekurangan dari sarana dan prasarana, namun sebetulnya beliau ingin sekali mengembangkan programprogram lain selain kegiatan pada program Bengkel Kreativitas. Faktor penghambat tersebut dapat diatasi apabila koordinator atau staff pelaksana program dapat dengan mudah mencari donatur, namun jika tidak ada aksi atau tindakan untuk mengembangkan program, maka dapat dilihat bahwa program ini tetap dijalankan, tetapi kemungkinan kecil sekali bila dikatakan adanya peningkatan dalam program ini. Artinya tidak bisa dikatakan efektif apabila tidak mencapai tujuan berkelanjutan. Hambatan yang dirasakan oleh anak dalam mendapatkan hak-haknya dikarenakan (1) Kondisi keluarga yang migran dan miskin menyebabkan anakanak hidup tanpa identitas kewarganegaraan, (2) tempat tinggal yang tidak memadai dan lingkungan tak bersanitasi berdampak pada buruknya status kesehatan pemulung anak, (3) komunitas illegal berdampak pada kesulitan memperoleh akses pelayanan publik, seperti pendidikan dan kesehatan. Kondisi ini tentunya tidak bisa dibiarkan karena akan berdampak pada situasi yang lebih buruk bagi anak Indonesia. 5 Dari hasil yang diperoleh, penulis beranalisis bahwa antara faktor pendukung dan faktor penghambat ternyata faktor penghambat yang lebih dominan. Sehingga efektifitas pemberdayaan yang dilakukan oleh Yayasan Nanda Dian Nusantara pun belum efektif dan masih jauh untuk mencapai kesejahteraan dan kenyamanan bagi anak-anak pemulung tersebut. 5
Artikel diakses pada 17 November 2009 http://portalinfaq.org/p01x13_program_article_view.php?article_id=63&program_id=156
dari
82
BAB V PENUTUP A.
Kesimpulan Hasil analisa mengenai kesesuaian, penulis menyimpulkan dari hasil
observasi pada saat pelaksanaan kegiatan program dan hasil wawancara penulis, bahwa 1. Latar belakang program pendidikan dan keterampilan sebagai sarana pemberdayaan pemulung: a. sasaran penerima kegiatan program telah sesuai dengan sasaran dan tujuan yang ditetapkan lembaga pelaksana. Namun itu semua belum bisa berjalan secara efektif, ini hanya sebatas di lingkungan yayasan saja karena belum dapat bersaing dengan dunia luar. b. Pada tujuan program dengan pelaksaannya. Dari hasil observasi di lapangan, penulis menyimpulkan tujuan dari program ini sesuai dengan dampak yang dialami oleh klien (sasaran penerima program), bahwa sasaran penerima program telah mendapatkan hak-hak dasar pendidikan dan keterampilan. Namun pada program pelatihan ini, belum berjalan efektif. Karena selain dari terbatasnya sarana atau fasilitas yang digunakan dalam mengembangkan kreativitas, minimnya tenaga
ahli
juga
menjadi
faktor
penghambat
yang
dapat
mengembangkan kreativitas anak-anak. c. Terjadinya proses interaksi antara sasaran penerima kegiatan program dengan tenaga pelaksana program, begitupun sebaliknya. Dan terjadi pula interaksi, baik itu sasaran penerima kegiatan program atau staf
83
pelaksana program.
2. Faktor pendukung dan penghambat pada Efektivitas Program Pendidikan dan Keterampilan dalam Pemberdayaan Anak Pemulung di Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara Ciputat Tangerang: Faktor Pendukung a. Nama Yayasan Nanda Dian Nusantara sudah cukup dikenal di lingkungannya dan pendirinya adalah seorang aktifis anak yang melindungi hak-hak anak, sehingga cukup mudah untuk meneruskan program ini, walaupun kegiatannya monoton. b. Adanya dukungan dari relawan yang sampai saat ini masih mau mengajar di program Bengkel Kreativitas. c. Adanya kerjasama dengan SDN Cirendeu 3, sehingga anak-anak yang mengikuti paket A di program ini dapat mengikuti ujian setara dengan Sekolah Dasar tanpa dipungut biaya.
Faktor Penghambat a. Problem pribadi: problem ini timbul dari Kesulitan belajar yang dialami anak karena keterbatasan dalam menerima pelajaran atau terhambat dalam perkembangan berfikirnya. b. Problem keluarga: problem ini akan timbul apabila Kesulitan berkomunikasi pada orang tua anak dalam memberikan pengertian tentang pentingnya pendidikan bagi anak. orang tua bersikap tidak mau memberikan pengetahuan kepada anaknya, sehingga merasa malu
84
anaknya tidak disekolahkan atau sebaliknya anak itu terlalu dilindungi, sehingga menjadi kurang percaya diri atau kurang keberanian untuk mandiri dan selalu tergantung pada orang tuanya. Problem keluarga ini juga timbul akibat faktor ekonomi keluarga tidak memungkinkan anak untuk belajar dan mendapatkan pendidikan yang layak mereka dapatkan dan kebanyakan pekerjaan orang tua mereka sebagai pemulung. c. Problem masyarakat: problem ini akan timbul apabila anggapan masyarakat terhadap anak pemulung negatif yaitu, menganggap tidak mampu apa-apa dan perlu dikasihani sehingga anak sering diabaikan dan kurang diberi kesempatan dalam belajar, akibatnya akan menjadi beban keluarga dan masyarakat secara tidak langsung. d. Bagi Yayasan: masalah minimnya dana yang tersedia, sehingga sulit untuk mengembangkan program-program lain, fasilitas yang belum ada sepeti komputer untuk mendesain gambar. e. Tidak adanya tenaga ahli, sehingga jika program ini ditambahkan dengan kegiatan baru misalnya pelatihan memasak, menjahit, otomotif, maka akan membutuhkan dana untuk operasional pelatih. Dengan demikian, kembali pada faktor penghambat yang pertama.
Singkatnya, anak-anak pemulung ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang menyebabkan kebekuan dan menghambat kreativitas untuk dapat melahirkan ide-ide kreatifnya. Dan juga Kesulitan belajar yang dialami anak yang terhambat dalam perkembangan berfikirnya. Kesulitan berkomunikasi pada orang tua anak
85
dalam memberikan pengertian tentang pentingnya pendidikan bagi anak. Selain itu masalah minimnya dana yang tersedia, sehingga sulit untuk mengembangkan program-program lain. Tidak adanya tenaga ahli, sehingga jika program ini ditambahkan dengan kegiatan baru misalnya pelatihan memasak, menjahit, otomotif, komputer, maka akan membutuhkan dana untuk operasional pelatih. Dengan demikian, dalam menjalankan program masih banyak yang belum terlaksana secara efektif. Karena masih banyak kekurangan yang menjadi penghambat dalam menjalankan program. Akan tetapi itu bukan suatu hal yang mematahkan semangat Ibu Yani dalam mendidik anak-anak pemulung. Dia tetap berusaha sekuat tenaga agar anak-anak didiknya dapat belajar efektif dan bisa menjadi anak-anak yang mandiri.
B. Saran Berdasarkan hasil dari penelitian yang penulis lakukan dan kesimpulan yang telah dijelaskan dalam skripsi ini, maka ada beberapa saran yang ingin disampaikan oleh penulis, yaitu: 1. Untuk orang tua klien (sasaran penerima program) a. Seharusnya orang tua sadar dan mengerti bahwa pendidikan sangatlah penting bagi masa depan anak-anaknya. b. Bagi orang tua yang anaknya belum mendapatkan pendidikan, hendaknya merespon apabila diadakannya program pelayanan pendidikan bagi anak-anak yang tidak mampu.
86
c. Perlu adanya support atau dukungan dari keluarga terhadap anak-anak mereka seperti memberikan dukungan moral dan dukungan semangat hidup dalam menjalani kehidupan. 2. Untuk lembaga terkait a. Kegiatannya lebih Variatif, bukan hanya pada pendidikan saja tetapi pelatihan untuk mengembangkan keahlian yang dimiliki anak-anak dewasa. b. Kinerja pelaksana program dan penanggung jawab program perlu ditingkatkan lagi. Di samping untuk peningkatan program, juga dalam mencari mitra. c.
Pemberdayaan yang dilakukan melalui pendidikan dan keterampilan perlu ditingkatkan dan perlu melakukan rehabilitasi terhadap anak baik psikis maupun psikologis mengingat dilihat dari kelemahan dan kekurangaanya.
Demikian kesimpulan dan saran yang penulis utarakan semoga menjadi bermanfaat bagi Yayasan Nanda Dian Nusantara agar lebih maju khususnya dalam pelayanan pendidikan dan keterampilan.
DAFTAR PUSTAKA
Alisuf Sabri, M. Ilmu Pendidikan, Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1999. Arifin, M. Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama,Lingkungan Sekolah dan Orang Tua Murid, Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1990. Bahri Djamarah, Syaiful. Guru Dan Anak Dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005. Center for Quality Development and Assurance (CeQDA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan disertasi UIN Jakarta. Jakarta: CeQDA, 2007. Darwanto, Herry. Direktur Pengembangan Kawasan Khusus dan Tertinggal, Bappenas-red. Diana, Perencanaan Sosial Negara Berkembang, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1991. Drajat, Zakiah. Ilmu pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996. Gulo, W. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Grafindo, 2002. Hafi Anshari, HM. Pengantar Ilmu Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1982. ”Harga Rongsok Turun Drastis; Pemulung Bingung, Sulit Dapat Untung.” Harian Umum Kedaulatan Rakyat, 3 September 2008. Hikmat, Harry. Strategi Pemberdayaan Masyarakat, Bandung: Humaniora Utama Press, 2004. Ife,
Jim dan Tesoriero, Frank. Community Development: Alternatif Pengembangan Masyarakat Di Era Globalisasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006.
Ilyas, Roostien. Anak-anakku di Jalan, Jakarta : Pensil 324, 2004. Isbandi Rukminto, Adi. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2003. Kaleidoskop Program Kegiatan Yayasan Nanda Dian Nusantara tahun, 2006.
Komariah, Aan dan Triatna, Cepi. Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif, Jakarta, PT. Bumi Aksara, 2008.
Laporan Program Trauma Center di Aceh Japan International Cooperation Agency (JICA). Majalah Badan Koordinasi Kesejahteraan Sosial (BKKS), Tahun 2006. Meleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008. Mintarti, Nana. Stadium General Jurusan PMI Pemberdayaan Penanggulangan Kemiskinan, Jakarta: 15 Maret 2007.
dan
Rachbini, Didik j. Pembangunan Ekonomi Dan Sumber daya Manusia. PT Grasindo, Anggota Ikapi, Jakarta, 2001. Roesmidi, H. dan Risyanti, Riza. Pemberdayaan Masyarakat, Sumedang: ALQAPRINT, 2006. Satiadarma, Monty P. dan Waruwu, Fidelis E. Mendidik Kecerdasan. Pedoman bagi orang tua dan guru dalam mendidik anak cerdas, Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2003. Siagian, Sondang. Organisasi Kepemimpinan dan organisasi, Jakarta: CV Masagung, 1986. Suharto, Edi. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, kajian strategis pembangunan kesejahteraan sosial dan pekerjaan sosial. PT Refika Aditama, 2005. Sumidiningrat, Gunawan. Pembangunan Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: PT. Bina Rasa Paawira, 2004. Tampubolon, Mangatas. Perguruan Tinggi Bermutu, Paradigma Baru Manajemen Pendidikan Tinggi Menghadapi Tantangan Abad ke-21. Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka Utama, 2001. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1998. Tinbergen, Jan. The Design of Develovment, Baltimore: The John Hopkins University Press, 1958. Tirtarahardja, Umar. Pengantar Pendidikan, Jakarta: PT. RINEKA CIPTA, 2005. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Yogyakarta: Media Wacana Press, 2003. Wawancara Pribadi dengan Ibu Desi Handayani. Jakarta, 03 Nov 2009. Yasyin, Sulchan. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Amanah,1997.
Zubaedi. Wacana Pembangunan Alternatif, Ragam Perspektif Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2007. Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1995. Dokumen Elektronik dari Internet: Artikel
diakses pada 27 Desember 2005 dari http://www.tempointeraktif.com/hg/peraturan/2004/03/31/prn,2004033109,id.html
Artikel
diakses pada 15 Februari 2009 http://aliciakomputer.blogspot.com/2008/01/etos-kerja.html
Artikel
diakses pada 17 November 2009 dari http://portalinfaq.org/p01x13_program_article_view.php?article_id=63&pr ogram_id=156
Artikel
diakses pada 17 November 2009 dari http://makassarkota.go.id/download/makassar_dd_report_%20social_(bah asa).pdf
Artikel
diakses pada 17 November 2009 dari http://portalinfaq.org/p01x13_program_article_view.php?article_id=63&p rogram_id=156
dari
Imawan, Nagian. ”Gusur Kemiskinan, Jangan Gusur Orang Miskin” artikel diakses pada 15 Februari 2009 dari http://arsip.pontianakpost.com/berita/index.asp?Berita=Pilkada&id=15700 4. html
LAMPIRAN-LAMPIRAN