Sektor Informal Dan Pertumbuhan Kota (Ditinjau Dari Perspektif Teori Ekonomi Politik Kota) Muba Simanihuruk Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara TEORI- TEORI KETERBELAKANGAN 1. Pengantar Dalam bab sebelumnya kita telah menjelaskan teori yang menyatakan bahwa modernisasi global dapat dijelaskan dari segi perkembangan nilai-nilai tertentu, normanorma, motivasi seperti dorongan untuk berprestasi tinggi. Siapa-siapa yang mempraktekkan sikap-sikap modren tadi, adalah wirausahawan kelas dunia yang menggunakan akumulasi surplus moneter melalui investasi yang hati-hati untuk mengembangkan industri dan kemudian tentunya akan menghasilkan surpulus yang lebih besar lagi untuk ekspansi selanjutnya. Karena itu, negara-negara yang belum maju, yang kurang mempunyai sistem nilai yang modren dan kecakapan kewirausahawan untuk menginvestasikan setiap surplus yag ada, hanya bisa jika kebutuhan konsusmsi yang mendesak sudah terpenuhi. Kita melihat kelemahan mendasar teori ini, karena kurang didukung bukti-bukti dan analisa yang kuat. Terutama, kita bisa melihat bahwa teori modemisasi ini tidak mempunyai konsepsi tentang ketimpangan kekuasaan dan konflik kelas yang bagi beberapa ahli ilmu sosial justru penting dan bagi beberapa ahli lain justru sangat penting yang mempengaruhi pola-pola perubahan sosial dan pembangunan. Sementara teori modernisasi mempunyai dasar-dasar dari uraian Durkheim dan Weber tentang industrialisasi sebaliknya ahli yang memandang konflik kelas sebagi inti dinamika perubahan sejarah memperoleh pemikiran-pemikirannya dari ide-ide Karl Marx. Marx menawarkan uraian yang amat berbeda tentang ketimpangan dalam dan di antara masyarakat. Penganut aliran keterbelakagan menemukan karya Marx mempunyai sumbangan besar dalam menjelaskan ketimpangan di dunia ekonomi dan lambatnya pembangunan, di dunia ketiga. Walaupun seperti yang akan kita lihat ada ketidaksetujuan atas kemungkinan-kemungkinan masa depan industri di negara Dunia Ketiga. Misalnya Frank, percaya bahwa pembangunan Dunia Ketiga adalah tidak mungkin, sementara Warren dan William menjelaskan bahwa perkembangan kapitalis berskala besar sangat mungkin. Mari kita coba pertama beberapa r propsosisi dasar yang dibuat Marx tentang sumber ketimpangan dan pembagian sosial sebelum melaju membahas teori keterbelakangan.
1 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
TEOR MARX TENTANG KAPITALISME DAN KONFLIK KELAS Sementara teoritisi modernisasi mungkin bertanya "Apakah ada pengusaha yang dapat menginvestasikan surplus kapital?" maka Marx akan bertanya "siapa yang menghasilkan surplus itu pertamakali?". Dagi Marx, setiap 'surplus material' yang dihasilkan untuk kebutuhan mereka sendiri, hanya memiliki nilai kalau merupakan hasil kerja mereka: orang yang tidak bekerja di pertanian atau di pabrik tidak akan memperoleh nilai lebih. Setiap nilai yang dihasilkan merupakan refleksi nilai yang diinvestasikan di dalamnya melalui 'kekuatan kerja' pekerja . Dalam masyarakat kapitalis kaum kapitalis mengeksploitasi (tenaga) kerja ini lewat produksi yang siap jual komoditi yang dibayar untuk gaji pekerja. Gaji ini digunakan untuk menopang pekerja agar mereka mampu melanjutkan pekerjaan untuk tiap minggu. Tapi gaji ini kurang dari nilai produksi (value of production) yang telah mereka curahkan atau lakukan. Keuntungan kapitalis diperoleh melalui mengambil atau 'appropriating' nilai baru yang dibuat ini (maksudnya adalah suplus value). Ini yang disebut Marx, surplus value atau nilai lebih. Dalam masyarakat kapitalis kebanyakan orang tak bisa hidup kalau tidak menjual tenaga kerja mereka: dalam keadaan ini, tenaga kerja itu studio telah menjadi komoditi "sesuatu" yang tersedia di pasar kerja yang bisa dibeli majikan, kelas kapitalis. Marx mengatakan kelas ini berasal dari keluarga Eropa Darat yang makmur pada abad ke-17. Sebelumnya, kekayaan datang dari konsentrasi kepemilikan tanah dalam tangan raja-raja feoedal di mana para budak-budak bekerja. Budak-budak ini bukanlah pekerja yang dibayar tapi petani yang bekerja ini diijinkan untuk menyimpan hasil panen sesuai dengan kebutuhan mereka, sisanya diperuntukkan untuk raja. Karena itu ekonomi feodal tidak mengeksploitasi pekerja budak melalui gaji. Hanya saat penumpukan kekayaan pribadi digunakan untuk keperluan produktif dalam gaji pekerja yang 'bebas' dalam skala besar kemudian menciptakan akumulasi modal yang kemudian melahirkan ekonomi kapitalis. Yang berperan penting dalam melahirkan kapitalisme adalah orang-orang kaya, yang mempunyai kemakmuran atau kelebihan 'moneter', modal pedagang (merchan kapital), dan peminjam modal (user's capital). Orang kaya sebelumnya memperoleh kekayaan dari pemilikan tanah-tanah yang luas, kedua memperoleh kekayaan lewat perdagangan (merchant trading) pasar nasional atau internasional; dan yang ketiga berasal dari meminjamkan uang dengan bunga tinggi. Selama abad ke 18 orang-orang yang mempunyai kapital ini mulai menggunakan penetapan gaji tenaga kerja dalam skala besar dalam industri manufuktur baru. Keberadaan pemilik uang, pemilik tanah, pedagang dan debitur (yang meminjamkan uang) harus disertai dengan gaji tenaga kerja yang "bebas" yang berasal dari proses sejarah di mana penduduk atau masyarakat agraris didorong dari pertanian selama abad ke-16 dan 17 karena para bangsawan mengalihkan lahan pertanian mereka untuk penggembalaan biri-biri dan pembubaran tanah gereja setelah reformasi. lni berarti bahwa petani tiba-tiba dilemparkan dengan keras dari alat-alat substansi mereka, dan dilemparkan ke pasar tenaga kerja dengan bebas, tidak terlindungi dan proletariat yang tidak memiliki hak-hak.
2 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
Kemudian pekerja 'bebas' ini diorganisasikan kapitalis dalam satu kesatuan dengan dua cara : (a) dikumpulkan dalam suatu bengkel atau pabrik di mana beberapa produk dihasilkan misalnya kereta yang ditarik kuda (atau sekarang perakitan mobil) (b) disatukan dalam sebuah bengkel atau pabrik dimana setiap pekerja menggunakan keahlian yang sama untuk menghasilkan suatu produk mulai dari awal sampai selesai, walaupun untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat akan produk, tugas mungkin dibagi di antara pekerja Dalam hal ini, jelas Marx, kapitalis mengeksploitasi kekuatan kerja pekerja dan keahlian pengrajin. Aspek penting dalam proses produksi dalam pembagian kerja adalah pembagian kerja ke dalam bidang kerja yang terbatas. Kita melihat penjelasan yang sama seperti yang dibuat Durkheim. Durkheim melihat, pembagian kerja sebagai gambaran penting dalam indutrialisasi yang akan meningkatkan efesiensi kerja, ketergantungan antara orang-orang yang terintegrasi, ekonomi yang harmonis. Marx menjelaskan bahwa dalam bentuk kapitalis, bila pekerja semakin produktif, pada waktu yang sama membahayakan bagi pekerja: mereka kehilangan da hal) kontrol atas alat produksi yang mereka miliki (tenaga kerja mereka sendiri) dan kontrol atas produk yang mereka hasilkan sendiri. Pembagian kerja tidak hanya membuat investasi kapitalis lebih menguntungkan tapi juga terus mengguncang kemampuan pekerja. Kemampuan tersebut dirusak dalam kebutuhan operasi melaui pekerjaan kerajinan, atau kemudian diambil seluruhnya oleh mesin. Karena itu, menurut pandangan ini, pembagian pekerjaan bukan meningkatkan kemampuan pekerja tapi malah sebaliknya: kebanyakan pekerja menjadi tidak ahli sepanjang waktu. Marx menjelaskan bahwa kekuasaan majikan terbukti tidak hanya dalam pembagian kerja, tapi juga dalam hal menetapkan siapa yang bekerja pertama sekali. Marx misalnya menulis tekanan dalam rekruitmen pekerja di Inggris khususnya buruh anak dalam pabrik pemintalan di Derbyshire, Nottinghamshire dan Lanchashire. Pengggerak pabrik ini berasal dari kekuatan air yang biasanya terletak di pinggiran kota. Ini berarti bahwa pekerja lokal sangat terbatas dan untuk mengaasi kekurangan ini, anak-anak kecil (usia antara 7-14 tahun) seringkali diambil dari London atau Brimingham oleh majikan atau agen mereka untuk bekerja di pabrik pemintaan. Seperti yang dilihat Marx, lahirnya industri skala besar dirayakan dengan pembunuhan besar-besaran orang-orang yang tidak bersalah seperti yang pernah dilakukan Herod (es?). Seperti pabrik Royal Navy merekrut pekerja lewat tekanan gang. Marx membuat komentar tentang pekerja-pekerja muda ini: seperti yang dicatat Fielden: Afrika menjadi persediaan perburuan komersial tenaga kerja kulit hitam, merupakan sifat bangkitnya era produksi kapitalis. Harta benda yang dihasilkan dari kegiatan ini, mengalir kemudian ke ibu negara (mother country) dan diputar menjadi modal di sana'. Dengan jelas, sebab-sebab eksploitasi kapitalis Eropa menimbulkan kemungkinan masalah-masalah sosial ekonomi Negara-Negara Dunia Ketiga sekarang ini, berasal dari periode akumulasi primitif ini, sebagai kekuatan produktif orang-orang Barat disesuaikan dengan kepentingan industrialisasi barat. Pertumbuhan kapitalisme barat kelihatannya terjadi karena akumulasi modal dari luar negara mereka, dan berkembang sebagai harga yang harus dibayar Arika, Asia, dan Amerika Latin. Ini merupakan dasar proposisi yang 3 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
mendasari tulisan-tulisan Marxian dalam teori keterbelakangan. Secara singkat, kita akan membahas debat teoritis dalam aliran ini. Dalam hal ini, kita akan membuat catatan, di mana kebanyakan teoritisi keterbelakangan setuju, bagaimana pertumbuhan kapitalisme barat bertumpu atas eksploitasi negara-negara lain. 4.3. EKSPLOITASI DUNIA KETIGA; SEBAB KAPITALISME PERDAGANGAN, KOLONIALISME, DAN NEO-KOLONIALISME Tulisan ini dibagi dalam tiga bagian: analisa kapitalisme perdagangan, kolonialisme, dan neo-kolonialisme. Ini kelihatan sebagai tahap-tahap yang berbeda esksploitasi Dunia Ketiga yang disertai dengan tumbuhnya kapitalisme industrial di Barat. Kita akan membahas satu-satu kemudian. 1. Kapitalisme Perdagangan Kapitalisme perdagangan, sebagaimana yang baru saja dijelaskan, bertautan dengan akumulasi kapital melalui perdagangan dan perampasan, yang amat dominan selama ekspansi kapitalis periode pertama yang mulai sekitar abad ke 16 dan dilanjutkkan akhir abad ke 18. Kay (1975) dan Amin (1976) telah membahas peran yang dimainkan kelas pedagang dalam periode ini yang menguntungkan pedagang Eropa. Pedagang tidak perlu …setelah tangan kelelahan, usai bekerja seharian, (majikan) telah menyiapkan pekerja lain untuk melanjutkan pekerjaan sampai malam hari, pekerja yang bekerja (shift) siang hari tidur pada malam hari dan pekerja (shift) malam baru saja berhenti ...lni merupakan tradisi di Lancashire, tidur tak pernah lelap. Apakah orang dewasa tatau anak-anak, tenaga kerja pekerja menjadi milik kapitalis. Tidak seperti Weber, Marx sedikit prihatin dengan sikap kapitalis: dia menjelaskan mereka mencari keuntungan untuk memumpuk modal agar tetap bertahan dalam sistem kapitalis, mereka telah menjadi budak dapitalis; kapital diharapkan menghasilkan keuntungan yang menghasilkan modal yang lebih banyak dan merupakan siklus produksi yang tidak berujung kapitalis yang tidak pernah basah. Ini merupakan basis konflik kelas dalam masyarakat kapitalis. Kelas dominan kapitalis memiliki dan mengontrol alat-alat produksi dan kemudin mengeksploitasi kelas pekerja yang lebih rendah. Karena itu, keamanan materi induividu tergantung atas anggota kelas, atau dalam istilah yang lebih abstrak, tergantunga atas hubungan terhadap alat-alat produksi. Di dalam dan luar kerja manusia menemukan diri hidup mereka dibentuk oleh hubungan ini yang menghasilkan banyak ketimpangan dalam masyarakat. Konf1ik kelas tak terhindarkan. Ketika pekerja sadar dieksploitasi dan berusaha menghentikannya situasi revolusioner berkembang yang menurut Marx menuju akhir kapitaIisme: kapitalisme menyebarkan benih-benih pengurusakan dirinya sendiri. Marx menggambarkan bagaimana eksploitasi pekerja tidak dibatasi oleh tapal batas bangsa. Kapitalis akan berupaya mencari dan mengambil kekuatan kerja di luar negara juga. Kira-kira abad 16 dan akhir abad 17 ketika pedagang kaya merenda nasib mereka di Eropa Barat dengan merampas bahan baku dan tenaga kerja negara lain. Misalnya Marx menulis bahwa Penemuan emas dan perak di Amerika, perbudakan dan pembunuhan dalam tambang-tambang penduduk setempat, awal penakklukan dan 4 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
perampasan India, dan konversi terlibat secara langsung dalam pengorganisasian pekerja di Afrika, Asia atau Amerika Latin di mana mereka melaksanakan perdagangan mereka, walaupun beberapa di antara mereka mulai menggunakan keuntungan yang mereka peroleh untuk melakukan produksi di Eropa. Salah satu bentuk kapitalisme perdagangan yang sangat menguntungkan adalah perdagangan buruh-- 'perburuan komersil pekerja kulit hitam' sebut Marx Perdagangan buruh ini berlangsung dalam pertukaran sistim tiga pelosok (negara). Pertama, pedagang orang-orang Eropa (terutama Inggris) menukarkan barang-barang seperti senjata dan pakaian-pakaian yang bermutu rendah yang menguntungkan dan menukarkannya dengan budak-budak Afrika yang dipasok oleh ketua-ketua lokal terutama dari negara-negara sekitar Teluk Guinea di Afrika Barat. Kedua, budak-budak Afrika ini kemudian dikapalkan dengan kargo melintasi Atlantik yang akan diperdagangkan sebagai buruh di perkebunan-perkebunan Kepulauan Karibia dan di Amerika. Ketiga yang terakhir, pedagang kemudian mengisi kapal mereka dengan hasil Pertanian yang telah dihasilkan dan dikerjakan budak-budak tadi di perkebunan perkebunan dan kemudian menjualnya kembali saat mereka kembali ke Eropa, khususnya ke lnggris. Lagi pula, komoditi pertanian yang dibawa ke Eropa yang akan diproses ini akan meningkatkan pertumbuhan industri di sekitar pelabuhan-pelabuhan dan kota-kota (misalnya London. Bristol, dan Liverpool ). Pedagang meraup keuntungan dari sistern perbudakan lokal yang telah lama berlangsung di Afrika. Mereka tidak menciptakan sendiri perbudakan itu. Kerajaan negara Afrika di Dahomey dan Mali di barat telah menggunakan tenaga budak selama beratus-ratus tahun untuk produksi hasil pertanian. Elit-elit Afrika menyediakan budakbudak dan digantikan pedagang dengan senjata, pakaian dan lain-lain, walaupun beberapa budak-budak diperdagangkan karena diambil melalui peperangan, penipuan, atau penculikan. Lebih dua ratus tahun (1650-1850) diperkirakan bahwa kira-kira 9 juta orang Afrika berusia sekitar 15-35 tahun dikapalkan melintasi Atlantic dan hampir dua juta meninggal karena kejamnya kondisi pelayaran. Perdagangan budak trans-Atlantik setidaknya menimbulkan dua kerusakan bagi negaranegara Afrika. Pertama, seperti dijelaskan Rodney (1972) perdagangan budak tersebut mempunyai dampak serius terhadap pertumbuhan penduduk Afrika, karena pertumbuhannya tidak secepat era sebelumnya. Ini mengimplikasikan bahwa pertumbuhan penduduk merupakan faktor yang penting untuk pembangunan sosial dan ekonomi. Kedua, pedagang-pedagang eropa telah menimbulkan dampak yang membahayakan atas pola-pola ekonomi dan sosial masyarakat Afrika. Pedagang Prancis misalnya, mengadu domba antara elit dominan tradisional di Afrika Barat dengan kelompok-kelompok yang lebih rendah, dan kemudian mendukung kelompok subordinat ini agar memperlemah kekuatan negoisasi elit dominan tradisional. Selama bertahuntahun pengguncangan struktur politik kerajaan dan pengrusakan otoritas dan pola-pola perdagangan dilakukan pedagang ini untuk menghancurkan tatanan yang telah dibangun berabad-abad. Yang paling menderita adalah perdagangan tradisional trans-Sahara di antara kerajan-kerajaan Afrika. Perdagangan budak trans Atlantik berarti reorientasi ke eksterior: sepasang mata orang Afrika menatap laut dengan perjudian nasib meraih kcmajuan atau malah ketakutan.
5 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
Walaupun dominasi orang-orang Eropa di sekitar garis pantai Afrika tidak diraih secara mudah selamanya, superioritas mereka biasanya didukung kekuatan teknologi dan militer mereka yang kuat dibandingkan dengan masyarakat Afrika. Dalam waktu yang lama, kapitalisme perdagangan menyebarkan benih-benih kelemahan ekonomis Afrika dan ketergantungan mereka atas Eropa dalam beberapa hal. Misalnya, pedagang kapitalis ini memperkenalkan sistim pertukaran mata uang ke dalam ekonomi Afrika dan Asia, mengguncang kepercayaan bentuk-bentuk uang lokal, yang selama periode kolonial berikutnya digantikan seluruhnya. Lagi pula, sistem perdagangan ini hanya memakmurkan sekolompok elit daIam masyaarakat yang biasanya mempunyai hubungan yang dekat dengan pedagang Eropa. Ini membuat orang-orang Afrika dan Karibia dan negara-negara lain sangat tergantung atas sumber ekspor mereka (misalnya hasil pertanian dan budak) dan ditukar dengan barang-barang manufaktur import dari negara kapitalis. Akhirnya, ini mengantarkan periode meningkatnya hubungan ekonomi yang didominasi pusat kapitalis. Proses ini clirinris oleh kapitalisme perdagangan dan kemudian lebih berkembang selama periode kolonialisasi berikutnya dan dalam neokolonialisme. 2. Kolonialisme Kebanyakan penulis Neo-Marxis menjelaskan bahwa kapitalisme perdagangan sangat menguntungkan bagi Eropa Barat, meski demikian, suatu tantangan terhadap organisasi yang lebih efesien atas produksi dan kontrol atas bahan mentah, yang kemudian mendorong kelas kapitalis baru berupaya melakukan kolonialisme karena meningkatnya perdagangan mereka dan mulai muncul persaingan Kapitalisme perdagangan merupakan periode di mana pertumbuhan diraih lewat perdagangan yang menguntungkan: kolonialisme memungkinkan keuntungan yang lebih besar, karena ini berarti memperkenalkan sistem yang lebih efesien atas pertanian dan pertambangan, juga termasuk kontorol atas tenaga kerja. Walaupun apa yang telah dilakukan kapitalisme perdagangan adalah menciptakan pola-pola dasar produksi di negara-negara Dunia Ketiga: yakni dengan menyesuaikan ekonomi mereka ke arah langkanya sumber bahan mentah untuk diekspor ke negara Eropa yang industrinya sedang berkembang. Periode utama ekspansi kolonial adalah antara tahun ] 850 dan 1900. Sebelumnya telah ada kolonial formal pada abad ke 16 oleh Spanyol dan Portugis di Amerika Latin, tapi bentuknya pada dasarnya adalah feodelisme antar negara untuk pemukim-pemukim Spanyol, dan kemudian diberikan kemerdekaan tahun 1830. Kolonialisme abad ke 19, dipandang sebagai instrumen politik untuk mengontrol teritorial negara lain demi kepentingan pertumbuhan lanjut industri kapitalisme di Barat. Dorongan yang kuat yang disebut beralih menjadi ras yang benar-benar untuk kolonialisasi adalah kebijakan protelesionis Prancis tahun 1850, ini dilihat sebagai upaya mempertahankan pasar dan jalan keluar untuk memperoleh sumber-sumber dalam negara lain. Meledaknya pertarungan untuk mengontrol tanah, orang-orang, dan sumber bahan mentah, suatu proses yang ditopang inovasi teknologi dalam transportasi dan komunikasi, seperti kapal uap, terusan Suez dan telelgraph. Kolonialisasi teritorial tidak selamanya menguntungkan seperti yang dibayangkan otoritas kolonialis (pusat). Dalam beberapa kesempatan, tanah diambil pejabat kolonial tanpa persetujuan penguasa yang berotoritas di negara mereka. Misalnya, beberapa gubernur jenderal Inggris di negara jajahan mengklaim teritorial tambahan tanpa berkonsultasi dengan atasan mereka di London -- Kota Lower Burma 6 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
dibangun sepanjang malam sebagai koloni tahta Inggris oleh gubernur jenderal yang kecewa karena pemerintah Burma menolak membayar hutang 1000 pundsterling. Tindakan yang terbilang cepat tersebut berarti pengeluaran besar bagi kekuatan kolonial yang diwajibkan untuk mengatur masuknya daerah baru. Tentu saja, seperti yang ditunjukkan Fieldhouse (1967) beberapa penaklukan kolonial menginginkan keuntungan ekonomis dan juga menguntungkan bagi pusat kapitalis. "Perjuangan untuk Afrikan rnenghadirkan ekspansi kolonialisme yang merajalela. Walaupun kolonialisme Inggrsi baru ekstensif di Afrika pada akhir abad ke 19, Prancis mempunyai kontrol teritorial yang terluas di benua tersebut -- daerah yang luasnya kirakira empat juta kilometer persegi yang mempunyai jumlah penduduk 64 juta. Prancis menguasai bagian terbesar di Utara, Timur Utara dan Timur, Kekuasaan Inggris membentang ke Timur dan Selatan, Jerman, Belgia, Portugal, Italia dan Spanyol menguasai daerah-daerah yang lebih kecil. Gambari 4.2 mengilustrasikan luas kolonialisme di seluruh dunia pada putaran abad ke 19. Apa konsekuensi ekonomi dan sosial dalam penetapan aturan kolonial? Ada beberapa variasi dalam hal ini sesuai dengan perbedaan kekuatan kolonial yang didasarkan sesuai dengan kebijaksanaan ekspansionis yang berbeda. Meski demikian, kita bisa mengidentifikasi sejumlah gambaran kolonialisme yang diterapkan secara umum. (A) Sebagaimana dijelaskan di atas, penjajahan adalah sumber bahan baku yang murah (hasil panen dan bahan mineral) dan juga sebagai tempat pemasaran barangbarang industri dari Eropa. Persaingan di antara kekuatan orang-orang Eropa berarti sangat penting bagi setiap negara membangun kuatnya kehadiran mereka di teritorial yang dijajah. Di samping pengenalan struktur politik kolonia1. legal dan administratif untuk menciptakan 'otoritas', sumber ekonomi koloni sering kali diamankan melalui kegiatan perusahaan kapitalis besar dari Eropa yang didukung pemerintah penjajah. Penetrasi kapitalis atas daerah jajahan biasanya dilaksanakan sebuah perusahaan besar yang mempunyai jaminan monopoli dari negara penjajah menyangkut kekuasaan penggunaan tanah, pajak dan peraturan pekerja di negara jajahan. Di Afrika Barat misalnya, Perusahaan Royal Niger diberi jaminan lewat peIjanjian oleh pemerintah Inggris pada tahun 1886 untuk memungut pajak dan menjaga hukum administratif Ditambah lagi perusahaan tersebut bebas menggunakan tentara untuk menopang dan memperluas kehadirannya di daerah Nigeria, yang dilakukan untuk menentang sultansultan lokal dan pesaing kolonialis dari Jerman dan Prancis. Kekuatan ekonomi dan politik perusahaan ini meningkat karena menerima konsesi dari otoritas dalam bentuk penjualan tanah yang luas yang mengandung pertambangan mineral dan juga untuk perkebunan. Pola pemilikan tanah yang telah ada sejak berabad-abad kemudian digantikan. Ditambah 1agi, perusahaan monopolistik ini hanya mengembangkan bentukbentuk pertanian dan pertambangan yang mempunyai pasar komersial dan memiliki keguanaan produkti di Eropa. Dalam waktu yang lama, pertanian tradisional yang menghidupi penduduk lokal tercabut karena petani desa kehilangan tanah mereka, yang kemudian ditanami jenis tanaman seperti kopi, coklat dan untuk tujuan ekspor yang disebut hasil panen yang 'cash'. Karena tanah dan tanman pertanian yang ditanam menjadi milik penjajah maka penduduk setempat terancam untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka. Yang kehilangan tanahnya terpaksa menjua1 tenaga di perkebunan perusahaan atau dalam pertambangan. 7 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
(B) Perusahaan kapitalis memerlukan tenaga kerja yang digaji untuk bekerja di pcrtambangan dan perkebunan. Di samping karena tidak memiliki tanah, beberapa penduduk lokal terpaksa mencari pekerjaan yang dibayar tunai agar bisa membayar pajak yang ditetapkan otoritas kolonial. Banyak pekerja yang dibuhkan dalam periode yang singkat karena, terpaksa dan juga dalam bentuk yang tertekan, dan intimidasi. Banyak pekerja dibawa dari tempat yang jauh, bahkan dari negara lain (misalnya orang-orang Tamil dari India dalam perkebunan the di Sri Lanka) kemudian, kolonialisme juga merintis raja migrasi pekerja skala besar dan menempatkan di belahan dunia yang ada. Tenaga kerja menjadi umum baik di pedesaan maupun di perkotaan di koloni dalam sektor produktif dan jasa. (C) Terakhir, kolonialisme berarti menetapkan sistem hukum yang sesuai dengan administrasi kolonial. Sistem ini berlaku di koloni yang batas-batas teritorialnya tidak ditentukan oleh penduduk setempat. Secara geografis dan poliris, koloni adalah kreasi persaingan antara kekuatan Eropa, dan bentuknya ditentukan oleh negoisasi. Sistem hukum yang berlaku biasanya percampuran hukum kebiasaan lokal dan hukum Eropa. Karena itu sistem kolonial pada dasarnya tidak merusak keseluruhan politik lokal dari institusi hukum; dan tentu saja ini tidak mungkin, dan juga ini dipandang sebagai kebodohan oleh kolonialis. Mereka merasa kewajiban mereka meningkatkan industri yang kuat dengan secepat mungkin tanpa memandang penduduk lokal sebagai pesaing terhadap kekuatan kolonial. Juga dirasakan bahwa dengan memelihara struktur otoritas lokal akan membantu mengawasi ambisi anCaInan penduduk laIcal. Beberapa struk'1ur lokal diijinkan berlaku sepanjang kepentingan kapitalis di koloni aman. Inggris sangat tepat menetapkan sistem ini, memimpin koloni Iewat flit lokal dan ketua-ketua lokal. Sering menjadi masalah bahwa kolonialis memberi lebih banyak kekuasaan ke pacta penguasa lokal. Ini benar, misalnya di Afrika dan India: di India Permanent Settlement Act ditetapkan Inggris yang membuat bangsawan Zamindary mempunyai hakhak properti yang sebelumnya tidak mereka miliki Tiga gambaran umum periode kolonial ini mingindikasikan skala dampak kolonialisme dalam bentuk-bentuk produksi yang ada, kepemilikan tanah, pola-pola tenaga kerja dan struktur politik. Tentu inti temanya adalah bahwa transformasi ini bertujuan melayani kepentingan pertumbuhan kapitalisme Eropa, yang kemudian merusak sifat-sifat sosial dan ekonomi koloni. Seperti yang akan kita lihat dalam bagian 4.4 kelompok yang menerima teori keterbelakangan kerap kali menulis tentang 'gangguan' 'incohorent', dan sifat 'tidak seimbang' ekonomi Dunia Ketiga karena kerjasama mereka dengan kapitalisme Barat Dengan mencocokkan ke arah dominasi kepentingan Eropa, hanya kecil kemungkinan pembangunan keterbelakangan, sistem kontorl lokal atas produksi yang melayani kebutuhan pasar lokal. Seperti Stavenhagen (1973) katakan, Dimana-mana di negara terbelakang mempunyai sistem rasional yang umum dan orientasi pertanian percampuran yang berimbang ke arah suplai 'pertumbuhan pasar internal. Ini merupakan salah satu ciri pertanian di daerah agraris yang terbelakang, mungkin ini salah satu penyebab keterbelakangan itu sendiri. Argumen ini mengimplikasikan bahwa Dunia Ketiga telah menjadi subjek pengalaman sosio ekonomis yang tidak mungkin dijalani masyarakat industri maju dalam periode 8 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
sebelumnya. Karena itu kebanyakan teoritisi Neo-Marxis akan mendukung pendapat ini dan karena itu menentang model teori modemisasi yang Eropa sentrik, mereka banyak tidak setuju sebab implikasi jalan sejarah yang spesifik yang dialami Dunia Ketiga. Misalnya, masuknya kapitalisme ke Dunia Keriga akan menimbulkan keterbelakangan kronis; dan penetrasi ini merupakan bentuk sejarah yang unik, yang akan mendorong evolusi industri kapitalisme kemudian. Ada beberapa aspek yang mendetail yang dapat kita diskusikan seperti dampaknya terhadap bahasa, agama dan hubungan gender yang akan dibahas dalam bab 5. Mari kita kembali ke titik perhatian kita yaitu proses akhir yang masih berlangsung yang disebut melanggengkan eksploitasi dan kemiskinan Dunia Ketiga; yang disebut 'neo-kolonialisme' . 3. Neo-kolonialisme. Neo-kolonialisme pertama kali dijelaskan dengan mendetail oleh Nkrumah, Presiden Ghana pada awal 60-an. Dia menjelaskan sebagai berikut : Inti neo-kolonialisme adalah bahwa negara yang tunduk ke padanya (negara maju maksudnya), tergantung dan terjebak dalam kedaulatan internasional. Dalam kenyataannya sistem ekonominya dan kemudian kebijaksanaan internal ditentukan dari luar (negara maju). Nkrumah sendiri mengalami tekanan dari luar ketika kebijakan sosialisnya diguncang kelompok kapitalis di Ghana yang didukung badan-badan' pemerintah asing, yang mengakibatkan ia turun tahta lewat kudeta militer tahun 1966. Neo-kolonialisme secara harafiah berarti bentuk baru kolonialisme, sebuah bentuk dominasi sosial ekonomi dari luar yang tidak didasarkan atas kontrol politik secara langsung. Ini kelihatannya bahwa sekitar satu dekade setelah akhir Perang Dunia Kedua, dominasi koloni lama runtuh: melemahnya kekuatan Eropa, bangkitnya Amerika Serikat dan pergerakan-pergerakan nasionalis di Dunia Ketiga yang membawa perubahan akhir imperium penjajahan. Pertengahan 1960 an banyak negara koloni memenangkan kemerdekaan mereka dan pertengahan 1970-an dunia boleh dikatakan bebas dari penjajahan. Beberapa negara baru yang berdaulat berperan serta dalam PBB. Walaupun dipandang dengan memilili kursi di PBB berarti akhir dorninasi ekonomi Dunia Ketiga akan salah karena prosesnya tetap berlangsung. Sebagai senjata politik, kolonialisme digunakan dalam banyak hal untuk mentransformasikan secara efektif dan mengontrol koloni sesuai dengan perkembangan kepentingan kapitalis yang terjadi di Eropa. Proses ini melibatkan pembentukan hukumhukum internasional dan regulasi-regulasi yang meliputi harga, nilai tukar mata uang dan sistem perbankan. Sekali dibuat, tatanan ini dan penetrasi kapitalis cukup kuat bertahan untuk menjamin kebebasan politik formal terhadap negara jajahan. Hanya sedikit yang mengalami perubahan dalam hal ini. Pada waktu yang bersamaan, kematian politis Eropa dan kebangkitan AS berarti perusahaan kapitalis, terutama dari Amerika yang mempunyai kebebasan yang lebih besar untuk melakukan investasi di dunia ekonomi. Sumber utama pertumbuhan dalam dunia ekonomi usai Perang Dunia Kedua adalah perusahaan multinasional Amerika (MNCs). Tak terhalangi oleh pengaruh sistem
9 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
imperialis lama, perusahaan multinasional membangun kantor cabang di luar AS, terutama yang menawarkan tenaga kerja murah. Karena itu, menurut sudut pandang ini, pertumbuhan perusahaan multi nasional adalah gambaran neo-kolonialisme, karena kerjasamanya meningkatkan cengkeraman ekonomi mereka atas bahan baku dan kekuatan tenaga kerja di Negara Dunia Ketiga yang disebut bebas. MNCs menggunakan struktur bisnis mereka yang mendunia untuk mengontro produksi dari mulai surnber bahan baku sampai prosesnya, dan tahap penjualannya. Karena itu, kehadiran MNCs meningkatkan konsentrasi modal dan integrasi produksi di dunia. Kekuatan mereka tidak dapat diperhitungkan, seperti yang dicatat Girvan (1976) pertumbuhan modal yang besar produksi dunia dibawah kontrol ratusan MNC dan akhir abad ini sekitar 400 MNCs akan menguasai dua pertiga aset-aset di seluruh dunia. Perubahan institusi politik dan hukum merupakan gambaran alamiah internasionalisasi kapital ini. Masyarakat Ekonomi Eropa membantu menyalurkan modal dan menopang sehatnya MNCs yang bemarkas di Eropa dan juga menjaga perdagangan, produksi dan hubungan politik dengan eks koloni di Afrika, Karibia dan Pasifik. Kapitalisme perdagangan, kolonialisme dan neo-kolonialisme -- tiga tahap ini menandai secara historis meningkatnya penetrasi dalam Dunia Ketiga oleh kapitalisme dari negara industri maju. Kebanyakan teoritisi Neo-Marxis akan merujuk sebagian atau keseluruhan catatan sejarah yang baru saja digambarkan di atas untuk mendukung berbagai analisa mereka tentang keterbelakangan. Karena itu ada beberapa perbedaan dalam hal jalinan teoritis dari argumen yang diambil anggota-anggota aliran keterbelakangan, yang akan segera kita bahas. 4.4 PENJELASAN-PENJELASAN KETERBELAKANGAN Marx menjelaskan bahwa dinamika produksi kapitalis dan akumulasi kapital tidak hanya terbatas di tapal batas ncgara-negara Eropa. Marx menulis sedikit perbandingan tentang proses ini dalam ekspansi kapitalisme internasional dan lebih memperhatikan analisa umum sifat sistem kapitalisme. Lenin salah satu teoritisi yang menjelaskan pertumbuhan kapitalisme internasional dari perspektif Manus. Walaupun kita tidak menjelaskannya dengan mendetail karena dia tidak langsung membahas dampak yang mendetail dalam dunia, tapi di samping mencoba menjelaskan alasan-alasan kenapa kapitalisme memerukan ekspansi global. Teori Lenin Tentang Imperialisme Teori imperialsime neo Marxis dijelaskan sebagai sebuah hubungan antara kekuatan negara yang dominan dan negara yang lebih rendah (subordinat) yang gagal di bawah kekuasaan politiknya: dalam hal ini seseorang bisa mengatakan kasus kerajan Roma, Mongol dan Cina. Esensi defenisi politik irnperialisme tidak diberikan Lenin. Ia menjelaskan bahwa imperialisme pada dasarnya adalah fenomena ekonomi yang terbatas dalam tahap kapitalisme yang penting, tahap di mana krisis muncul dalam keuntungan kapitalis. Imperialisme pada dasarnya merupakan hasil sistem kapitalis yang mencoba memecahkan kembali krisis keuntungan ini. Bertumpu pada ide Marx, Lenin menjelaskan sebagai berikut:
10 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
Marx mengatakan bahwa ketika kapitalisme tumbuh melalui industrialisasi dan mekanisasi, kapitalisme akan menjadi lebih sulit untuk menjaga tingkat keuntungan karena modal yang diinvestasikan di pabrik dan peralatan makin meningkat. Karena itu angka keuntungan selalu cenderung makin menurun. Tapi tendensi ini bisa diatasi dengan berbagai cara. Misalnya, biaya mesin dikurangi atau angka eksploitasi tenaga kerja ditingkatkan melalui peningkatan produktifitas tenaga kerja, memotong gaji atau menambah jam-jam kerja. Lenin mangatakan bahwa salah satu cara yang penting di mana angka keuntungan dapat dipertahankan adalah melalui ekspansi kapitalisme ke negeri lain. Imperialisme demikian akan memungkinkan (a) kontrol atas pasar global (b) memperoleh tenaga kerja asing yang murah dan (c) sumber bahan baku yang murah. Lenin melihat hubungan antara imperialisme dan kapitalisme dalam empat proposisi yang saling berhubungan: (i) untuk menjaga keuntungan perusahaan kapitalis di negara maju yaitu dengan mengekspor modal ke daerah koloni yang dibantu oleh kekuatan militer dan politik dari pemerintahan Eropa; (ii) Hal ini memungkinkan mcmperoleh sumber bahan baku yang diinginkan di negara koloni. (iii) ini juga berarti bahwa kapital dibutuhkan di negara koloni untuk membangun rel-rel kereta api, jalan-jalan dan pelabuhan-pelabuhan untuk melayani penetrasi kapitalis dan (iv) pembangunan ini menimbulkan konsentrasi dan sentralisasi modal oleh perusahaan trans nasional yang monopolistik. Kritik Ada beberapa kritik yang bisa dibuat atas legis Lenin. Roxoborough (1979) mengajukan sejumlah pertanyaan dan dua di antaranya yang amat penting: (a) Lenin menggambarkan kolonialisme sebagai hasil yang tidak terhidarkan dari munculnya kapitalisme yang monopolistik walaupun seperti yang kita lihat sebelumnya kerajaaan kolonial juga memiliki semua ciri ini tapi kerjasama internasional yang monopolistik belum terjadi. lni berarti bahwa dasar penjelasan Lenin tentang bangkitnya kolonialisme adalah salah atau jenis kerjasama monopoli yang kita miliki sekarang sangat berbeda dengan masa Lenin pada awal abad ini. (b) Roxborough menunjukkan bahwa secara empiris teori Lenin memiliki sejumlah kelemahan, misalnya, fakta bahwa sejumlah besar modal tidak mengalir ke Afrika dan Asia pada akhir abad ke 19, tapi ke daerah-daerah dimana pemukiman kulit putih dibangun seperti di Selandia Baru, Australia dan Afrika Selatan. Dari segi teoritis dan empiris, teori Lenin terbuka untuk dipertanyakan. Yang paling penting adalah sikap umum Lenin ke arah ekspansi kapitalis yang menjadi pertanyaan bagi keterbelakangan Dunia Ketiga. Lenin mengadopsi pandangan Marx bahwa ekspansi kapitalis akan. mempunyai pengaruh progresif atas masyarakat nonkapitalis yang dimasukinya. Keduanya percaya, walaupun adalah benar bahwa kapitalisme akan mengganggu, merampas dan mengeksploitasi masyarakat inl (nonkapitaJis) eksploitasi ini akan menimbulkan perkembangan kapitalisme indutri yang lebih produktif dalam daerah yang tertinggal. Seperti yang dikatakan Marx : Negara yang secara industrial lebih maju hanya menunjukkan perkembangan yang makin menurun, bayangan masa depannya sendiri. 11 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
Karena itu, pandangan klasik Marxis dan Leninis adalah memandang penyebaran global kapita1isme sebagai kehancuran tatanan yang lama (prakapitalis) yang membentuk masyarakat yang lebih produktif, walaupun kita harus tidak melupakan bahwa bagi Marx dan Lenin antagonisme konflik kelas dan ketimpangan sosial akan menjadi bagian besar dari proses ini seperti yang telah terjadi di Eropa Barat. Karena ita menurut pandangan ini, lambatnya pembangunan adalah refleksi dampat tidak meratanya penetrasi kapitalisme di dunia. Walaupun jalan yang tepat yang diambil negara-negara kapitalis pertama tidak akan terulang karena masyarakat bisa, seperti yang disebut Marx, memperpendek dan mempercepat kepedihan rasa sakit melahirkan pertumbuhan ekonomi, mereka tidak bisa menghindari lebih kurang secara langsung logika akumulasi kapital dan antagonisme kelas yang diciptakannya. Perkembangan kapitalisme Eropa berarti bahwa kelas pekerja akan labih progresif dan akan menimbulkan revolusi di pusatnya, yang disebabkan ketidak dewasaan kelas pekerja masih berkembang di belahan dunia yang kurang kapitalis. Tesis ini didasarkan atas analisa kekuatan ekonomi yang dalam sitar evolusionisnya tidak ingin seperti teori modernisasi walaupun substansi dan proyeksinya secara jelas untuk perhatian masa depan tentang munculnya sosialisme yang membuatnya berbeda sekali. Walaupun bagi keduanya, untuk beberapa alasan, ketimpangan 'pembangunan' kemungkinan bisa diatasi.
12 e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara