SEKILAS TENTANG RAWAN PANGAN Written by adminbkpp2 Wednesday, 20 May 2015 07:37 - Last Updated Wednesday, 20 May 2015 07:59
Beberapa media sering sekali memberitakan tentang “rawan pangan/ kerawanan pangan dan kelaparan” yang terjadi pada suatu daerah. Dengan adanya pemberitaan ini maka dengan sendirinya masyarakat jadi tahu dan sering sekali mengatakan bahwa suatu daerah terkena rawan pangan yang disebabkan oleh berbagai kondisi. Tapi ...... apakah dimengerti dengan sebenarnya pengertian dari kerawanan pangan itu.....??? Hal ini penting karena jika tidak didudukkan dengan benar kepada kita semua, akan menimbulkan pemahaman yang salah dan pada akhirnya berdampak pada adanya keresahan dalam masyarakat karena permasalahan kerawanan pangan ini berkaitan dengan persoalan mendasar pada manusia yaitu kebutuhan akan pangan/makanan pokok. Apakah rawan pangan atau kerawanan pangan....??? serta.... alat apakah yang dipakai untuk mendeteksi suatu wilayah terdampak rawan pangan ........???
Rawan Pangan/Kerawanan pangan adalah : Kondisi ketidakmampuan suatu rumah tangga/individu untuk mengakses dan mengkonsumsi pangan dalam jumlah yang cukup pada kurun waktu tertentu, baik sebagai akibat dari kegagalan produksi maupun masalah daya beli yang bila terus berlanjut berakibat pada terjadinya kelaparan, busung lapar atau gizi buruk. Secara teknis dari sisi waktu kejadiannya, kerawanan pangan dibagi menjadi 2 bagian yaitu : “Kerawanan Pangan Transien dan Kerawanan Pangan Kronis” Kerawanan Pangan Transien adalah : suatu keadaan rawan pangan yang bersifat mendadak dan sementara, yang disebabkan karena bencana baik yang disebabkan karena alam (misalnya gempa bumi, angin kencang, kekeringan dll) maupun yang disebabkan karena perbuatan manusia (misalnya banjir ataupun konflik sosial, dll). Kerawanan Pangan Kronis adalah : suatu kondisi ketidak mampuan rumah tangga untuk memenuhi standart minimum kebutuhan pangan anggotanya pada periode yang lama karena adanya keterbatasan kepemilikan lahan, asset produksi dan kekurangan pendapatan.
Alat Analisis yang digunakan : Alat analisis yang dipakai untuk mendeteksi kedua persoalan kerawanan pangan ini juga berbeda ; dimana untuk Kerawanan Pangan Transien dideteksi menggunakan analisis Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) sedangkan untuk Kerawanan Pangan Kronis ditunjukkan oleh gambaran Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan (Food Security and Vulnerability Atlas/FSVA). Karena alat analisa berbeda, otomatis data yang dibutuhkan serta cakupan waktu analisis juga berbeda, walaupun indikator yang dianalisa sama yaitu Aspek Ketersediaan Pangan, Akses Pangan dan Pemanfaatan Pangan, namun data yang dipergunakan serta sumber datanya berbeda. Untuk kerawanan pangan transien dianalisis menggunakan data luas tanam dan luas puso tanaman pangan sumber karbohidrat (padi, jagung, ubi kayu dan ubi jalar) sebagai indkator ketersediaan pangan, data fluktuasi harga pangan sebagai indikator akses pangan, dan juga
1/6
SEKILAS TENTANG RAWAN PANGAN Written by adminbkpp2 Wednesday, 20 May 2015 07:37 - Last Updated Wednesday, 20 May 2015 07:59
data kondisi balita dari Posyandu untuk indikator pemanfaatan pangan. Rujukan yang diperoleh dari hasil analisis ini diarahkan pada rekomendasi penanganannya yaitu : - Resiko Tinggi di gambarkan wilayah merah penanganan darurat (mis. bantuan beras) - Resiko Sedang wilayah kuning penanganan jangka menengah (mis. Bantuan benih) - Resiko Ringan wilayah hijau penanganan jangka panjang (mis. Pemberdayaan masyarakat)
Gambar 1 : Kerusakan Tanaman Pangan Yang Berdampak Pada Resiko Kerawanan Pangan
Kerusakan tan, Padi sbg dampak Banjir DAS Benenain di Malaka (Februari 2015)
2/6
SEKILAS TENTANG RAWAN PANGAN Written by adminbkpp2 Wednesday, 20 May 2015 07:37 - Last Updated Wednesday, 20 May 2015 07:59
Kerusakan tan. Jagung sbg akibat kekeringan di Desa Oebelo Kec. Amanuban Barat. TTS (April 2015
Kerawanan Pangan Kronis, dianalisis menggunakan aspek yang sama dengan kerawanan pangan transien yaitu Ketersediaan Pangan, Akses Pangan dan Pemanfaatan Pangan namun cakupan data lebih luas dan lengkap. Hal ini disebabkan karena persoalan pangan bersifat multidimensional, dan berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan persoalan kemanusiaan yaitu : - Aspek Ketersediaan Pangan : menggunakan data Konsumsi normatif perkapita terhadap rasio ketersediaan pangan ; - Aspek Akses Pangan : menggunakan data penduduk miskin, akses penghubung (jalan raya) dan akses listrik ; - Aspek Pemanfaatan Pangan : menggunakan data Angka Harapan Hidup waktu lahir, tinggi balita di bawah standart, perempuan buta huruf, rumah tangga tanpa akses listrik, persentase penduduk yang tinggal lebih dari 5 km dari fasilitas kesehatan. Dari sisi waktu analisisnya dilakukan setiap 4 – 5 tahun, dan hasil analisanya diperuntukkan bagi perencanaan/perbaikan kondisi ketahanan pangan masyarakat oleh seluruh pemangku kepentingan baik lembaga pemerintah maupun non pemerintah.
Gambar 2. Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Provinsi NTT Tahun 2011
3/6
SEKILAS TENTANG RAWAN PANGAN Written by adminbkpp2 Wednesday, 20 May 2015 07:37 - Last Updated Wednesday, 20 May 2015 07:59
Catatan : Peta ini sementara dalam tahap pemutakhiran, yang ditargetkan peluncurannya pada bulan Juli 2015
4/6
SEKILAS TENTANG RAWAN PANGAN Written by adminbkpp2 Wednesday, 20 May 2015 07:37 - Last Updated Wednesday, 20 May 2015 07:59
Kembali pada persoalan kerawanan pangan yang sering terjadi di Provinsi NTT dan dipublikasikan oleh media lokal, nasional maupun internasional, dan penting untuk di pahami adalah persoalan kerawanan pangan transien yang terjadi secara mendadak dan bersifat sementara karena adanya pemicu perubahan iklim yang terjadi yaitu kekeringan, hujan berkepanjangan dan angin kencang karena adanya badai siklon, longsor, dll yang merusak areal pertanaman pangan masyarakat, dan secara langsung akan berdampak pada penurunan produksi. Terhadap penurunan produksi inilah yang biasanya secara gampang dan cepat dinyatakan wilayah terdampak rawan pangan ; Padahal tidak setiap kerusakan tanaman akan berdampak pada terjadinya rawan pangan, karena harus dianalisis dengan mempergunakan metode SKPG seperti yang di jelaskan diatas. Hasil rujukan terhadap kondisi tersebut di arahkan pada rekomendasi penanganan yang harus dilakukan. Rekomendasi penanganan inilah yang harus dilakukan untuk menjawab kebutuhan riil masyarakat sesuai kondisi dan gambaran hasil analisa. Pemerintah terkadang serba salah terhadap waktu pelaksanaan penanganannya.....”terkesan tidak berpihak terhadap persoalan pangan warga jika dirasakan tindakan ini memakan waktu yang lama dalam proses penyalurannya, namun jika pemerintah langsung menyalurkan bantuannya maka akan menimbulkan kebiasaan yang tidak mendidik dalam masyarakat (mental bergantung pada bantuan pemerintah)” Konsekwensinya jika penanganan terhadap kondisi kerawanan pangan tidak dilakukan maka akan menimbulkan “kelaparan” yaitu : kondisi ketidak mampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan pangannya secara minimal, untuk hidup sehat, cerdas dan produktif selama 2 bulan berturut-turut karena masalah daya beli dan/atau ketersediaan pangan. Hal inilah yang terus dihindari dengan tindakan intervensi yang dilakukan dari berbagai kekuatan sumber pendanaan yang ada pada seluruh pemangku kepentingan baik Pemerintah maupun Non Pemerintah. Mekanisme yang dibangun pada Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi ini sangat jelas, yaitu pada setiap Kabupaten/Kota telah memiliki Tim Kewaspadaan Pangan dan Gizi (TKPG) yang bertugas melakukan pemantauan, analisa, interpretasi dan melaporkan kondisi ketahanan pangan dan gizi wilayah setiap saat secara periodik kepada Pemimpin Wilayah untuk kemudian dilakukan pengambilan keputusan penanganannya sesuai kewenangan dan aturan yang berlaku. Terhadap kondisi ini adalah sangat baik jika seluruh perangkat yang berhubungan dengan pendataan dan seluruh kejadian bencana di lapangan/desa dapat bekerja bersama-sama sebagai perpanjangan tangan dari Tim TKPG Kabupaten/Kota untuk memantau dan melaporkan secara cepat dan tepat agar analisisnya dapat menjadi sistem peringatan dini dan rekomendasi yang akan dikeluarkan dapat menjawab permasalahan, dan jika tidak dapat di tangani oleh Kabupaten/Kota karena cakupan kondisi yang besar, dapat diteruskan ke Provinsi melalui Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan atau Posko Informasi Ketahanan Pangan pada Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi NTT untuk koordinasi penanganan secara bersama-sama. Salah satu strategi penguatan ketahanan pangan masyarakat yang terus digalakkan pemerintah adalah dengan mengembangkan Lumbung Pangan Masyarakat di setiap desa, Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM) pada setiap sentra produksi serta terus menerus mengkampanyekan pangan lokal agar masyarakat tidak bergantung pada beras sebagai pangan pokok utama sumber Karbohidrat, tetapi bisa menggantikannya dengan Jagung, Ubi-ubian dan lainnya. Slogan yang terus dimasyarakatkan adalah : ONE DAY NO RICE......
5/6
SEKILAS TENTANG RAWAN PANGAN Written by adminbkpp2 Wednesday, 20 May 2015 07:37 - Last Updated Wednesday, 20 May 2015 07:59
(minimal dimulai dari kita, dalam rumah tangga kita....... BERSAMA PASTI KITA BISA MENJADIKAN PROVINSI NTT MENJADI SEMAKIN TANGGUH KONDISI PANGANNYA DIMASA MENDATANG....!!!)
Tim Posko Kerawanan Pangan BKPP_NTT
6/6