DAFTAR ISI 1. Menyusun Siasat.............................................................. 1 2. Karma............................................................................. 12 3. Pertemuan Tak Disengaja............................................... 17 4. Pasokan Narkoba............................................................ 24 5. Anggota Baru.................................................................. 42 6. Bertemu Teman Lama.................................................... 68 7. Kecelakaan Maut............................................................ 81 8. Rayuan dan Uang............................................................ 92 9. Cinta Nafsu................................................................... 118 10. Firasat Buruk............................................................... 130 11. Ketemuan dengan Almira........................................... 155 12. Pengunduran Diri Bagas............................................. 179 13. Hari Nahas.................................................................. 199
1 Menyusun Siasat
S
eiring dengan berjalannya waktu yang diikuti oleh perkembangan jaman, kesibukan masyarakat benar-benar menyita waktu. Sehingga kesempatan untuk saling berinteraksi secara langsung antara individu yang satu dengan individu yang lain mulai berkurang. Akan tetapi dengan adanya kemajuan tehnologi yang menyajikan berbagai macam jejaring sosial,memberikan kemudahan terhadap masyarakat untuk saling berinteraksi kapan saja,dan dimana saja berada.Dengan adanya kemudahan seperti itu,masyarakat sangat bersemangat dan merasa ada nuansa baru dalam kehidupannya. Sehingga mereka sangat antusias untuk bergabung di dalamnya. Mereka bebas memilih diantara jejaring-jejaring sosial yang sudah tersedia dan ditawarkan bebas.Maka, Facebook adalah pilihannya. Jejaring sosial ini memang benar-benar menyita perhatian publik dunia.Disini tempat berkumpulnya orang-orang dari berbagai macam penjuru dunia,dengan berbagai macam latar belakang yang berbeda,dan tentunya dengan sifat yang berbeda pula.Kejujuran dan kebohongan membaur menjadi satu,dan sulit untuk dideteksi.
Bagi mereka yang mendambakan kejujuran, jejaring sosial dijadikan wadah yang bisa memberikan manfaat untuk Imchana Abdul
1
dirinya maupun untuk orang lain.Bagi mereka yang tanpa mempedulikan apa itu kejujuran,jejaring sosial merupakan kesempatan yang sangat menjanjikan untuk beraksi dalam memperdayai mangsanya.Bisa dikatakan,bahwa jejaring sosial adalah surganya para penipu.Facebook tidak pernah salah.Hanya saja sebagian penggemarnya menyalahgunakan jejaring sosial dengan jutaan umat ini. Para sindikat tidak menyia-nyiakan jejaring sosial yang disebut dengan Facebook ini.Karena Facebook adalah ajang yang paling menarik dan ajang yang paling mudah untuk mencari teman yang bisa diajak bersosialisasi.Dan tentunya ajang yang paling mudah dimanfaatkan untuk menjerat mangsa.Hanya dengan modal foto abal-abal yang menarik,serta luwesnya gaya bicara dalam menyusun katakata untuk dijadikan kalimat yang indah,sudah bisa membuat hanyut terhadap calon korban.Maka,berlomba-lombalah para sindikat mengatur langkah untuk mewujudkan tujuannya dengan menggunakan berbagai macam modus. Kesempatan ini benar-benar dimanfaatkan oleh Erick,pria berusia 40 tahun,mantan preman terminal yang sudah sangat berpengalaman.Ia memiliki pengalaman yang bagus dan bakat yang patut untuk diandalkan dalam dunia hitam. Kepiawaiannya dalam hal tipu menipu sangat layak mendapat acungan jempol.Selain memiliki tampang dan body atletis yang bikin wanita klepek-klepek,ia juga memiliki kulit putih serta gaya bicara yang membuat orang-orang yang menghadapinya, terlena.Ia juga memiliki pancaran wajah yang cukup ramah dan bersahabat.Jadi,lengkap sudah kesempurnaannya untuk menghipnotis calon korbannya. 2
SIndikat Facebook
Malam itu di dalam apartemen yang disewanya,Erick mengumpulkan anak buahnya yang terdiri dari empat orang,mengadakan diskusi untuk menyusun rencana ke depan dalam menjalankan aksinya. ”Selamat malam teman-teman semuanya.Malam ini kita adakan diskusi untuk membentuk suatu jaringan.Dengan tujuan,supaya sepak terjang kita lebih berkualitas dan tepat sasaran.Kita bekerja tidak sendiri.Satu tim.Tentunya harus dikoordinasi dengan baik.Supaya hasilnya sesuai seperti apa yang kita rencanakan dan yang jelas,harus memuaskan. Modus yang kita mainkan adalah,toko online dan love scams. Untuk bisnis narkoba,tetap kalian jalankan dengan baik. Menyelam sambil minum air.Edo sebagai tangan kanan saya,akan bertugas mengawasi sepak terjang kalian.Walaupun kalian nantinya aku tempatkan di lokasi yang berbeda,namun informasi harus berjalan lancar,jangan sampai terputus. Itu semua demi kelancaran sepak terjang kalian.Bagas yang pandai menarik perhatian,atur langkah kamu dengan baik. Irwan yang memiliki hobby humor,jaring rasa simpati mereka dengan humor yang sehat.David,manfaatkan tampang bule kamu untuk membuat wanita bertekuk lutut, dan kamu harus memiliki nomor luar negeri,serta menampilkan lokasi di negara mana kamu berada,supaya calon korban benar-benar yakin, bahwa kamu tidak berada di Indonesia.Jadi,kalian semua harus memanfaatkan sebaik mungkin setiap ada kesempatan, dan harus memiliki lebih dari satu ID.Setiap ada calon sasaran baru,pergunakan ID yang berbeda.Supaya mereka terkecoh.Khusus untuk toko online,yang meng-handle aku sendiri.Tugas kalian dalam toko online ini,hanya pura-pura Imchana Abdul
3
sebagai konsumen.Itu sebagai pancingan saja.Supaya langkah selanjutnya benar-benar bisa menarik perhatian di mata penghuni Facebook.” Sikap supel dan berwibawa dalam memberikan pengarahan terhadap anak buahnya serta penampilan yang menarik,memberikan kesan bagaikan seorang bos perusahaan besar.Selanjutnya, Erick menambahkan bagaimana cara menjerat korban tanpa meninggalkan kesan yang mencurigakan. ”Oh ya,kalian harus sopan dan gaya bicara kalian harus benar-benar meyakinkan,serta jangan ada sedikitpun katakata porno,walaupun hanya sebatas canda.Karena kata-kata porno meninggalkan kesan negatif,sehingga membuat orang tidak simpati.Khusus untuk Love Scams,apabila calon korban kalian berduit,jangan segan-segan untuk isikan pulsa kepada mereka.Karena sekarang jamannya,jaman pulsa.Itu sebagai langkah awal untuk memotifasi calon korban supaya yakin dan simpati terhadap kalian.Mereka pasti hanyut,karena merasa diperhatikan,” ucap Erick kemudian. Diskusi disambut penuh semangat oleh Edo dan kawankawannya.Mereka pada memberi acungan jempol sambil manggut-manggut menatap wajah Erick. “Apakah ada yang memberikan usul atau masukan?” tanya Erick sebelum mengakhiri pembicaraan. Ke empat anak buahnya saling berpandangan dan mereka menggelengkan kepala.Erick memandangi mereka satu persatu. “Bagaimana pendapat kalian?” tanya Erick selanjutnya. 4
SIndikat Facebook
“Tidak ada.Apa yang Bos sampaikan kepada kami,sudah mencakup semuanya,” jawab Edo mewakili teman-temannya. “Baiklah kalau begitu.Diskusi aku akhiri sampai disini dulu. Terima kasih.” Jarum jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam.Erick dan anak buahnya keluar dari apartemen lalu melenggangkan kaki menuju pelataran parkiran untuk mengambil mobil yang disewanya dari rental.Mereka sepertinya bahagia sekali.Pasti membayangkan yang indah-indah.Hingga tak terasa langkah kaki mereka sudah tepat berada di depan mobil. Erick merogoh saku bajunya. ”Kamu saja Gas yang menyetir mobilnya,” ucapnya.Kemudian ia mengulurkan tangan dan memberikan kunci mobil kepada Bagas. ”Oke, Bos,” jawab Bagas,sambil mengambil kunci dari tangan Erick.Lalu ia membuka pintu depan bagian kemudi. Secara bersamaan,Erick membuka pintu depan,dan Edo membuka pintu belakang.Edo,Irwan dan David duduk di kursi belakang. Mobil meluncur perlahan namun pasti menuju sebuah bar yang tidak terlalu jauh dari apartemen yang mereka huni. Tidak ketinggalan alunan musik dalam mobil mengiringi laju kendaraan mereka.Mobil yang mereka kendarai melewati deretan toko-toko di sepanjang jalan yang diwarnai oleh gemerlapnya warna-warni lampu jalanan.Sesekali mata Irwan menatap keluar dari balik jendela kaca mobil,memandangi bangunan gedung-gedung yang berjejer dan berhimpitan tanpa adanya celah-celah tanah yang kosong. “Wan,aku dapat sasaran baru.Dia cantik.Sepertinya dia Imchana Abdul
5
berduit.Aku sudah nge-add dia,tapi belum dikonfirmasi. Mudah-mudahan aku tidak salah sasaran,” kata Edo yang duduk disebelah Irwan. ”Apakah kamu sudah membaca info profinya?” tanya Irwan,tanpa menoleh ke arah Edo,dan tetap asyik matanya menatap keluar jendela kaca mobil. ”Justru karena aku sudah membaca info profilnya,maka aku bisa menduga kalau dia itu wanita yang punya duit.Dia bekerja sebagai TKW di Taiwan.” “Kamu jangan gegabah dulu, Do.Kamu harus berhati-hati dan teliti.Pelajari dulu update-update statusnya.Kira-kira dia itu tipe wanita yang bagaimana.Jangan anggap bahwa semua TKW itu pasti bodoh,’’ sahut Erick memberikan komentar dan sedikit nasehat. “Iya, Bos.Tapi sepertinya dia itu wanita kesepian dan frustrasi.Dan lagi sepertinya dia itu lugu.Bukankah siapapun kalau sedang frustrasi,mentalnya mudah dijajah?” ucap Edo tanpa mumbutuhkan jawaban. “Betul juga katamu.Kalau begitu dilanjut saja.Yang penting kamu harus hati-hati,” sambung Erick. “Wow,itu dia sasaran yang paling jitu,uhuy...,’’celetuk Bagas. Sementara David,si tampang bule ini hanya diam sambil manggut-manggut mendengarkan alunan musik dan matanya menatap kerlap-kerlip lampu di jalanan dari balik jendela kaca mobil.Ia tidak terpengaruh dengan apa yang dibicarakan oleh teman-temannya. Tak terasa,mobil sudah sampai pada pelataran parkir bar. 6
SIndikat Facebook
Kemudian diparkirnya diantara deretan merek kendaraan yang berbeda.Mereka turun bersama,berjalan menuju ruangan yang sudah dipenuhi oleh para pencari kesenangan. Mereka duduk tidak berada dalam satu meja.Karena khawatir menjadi perhatian dan dicurigai oleh orang-orang yang berada di sekelilingnya.Karena yang datang ke tempat itu tidak semua semata-mata mencari kesenangan.Bisa jadi ada juga intel atau pencari berita kriminal.Si tampang bule duduk satu meja dengan Edo dan Bagas.Sementra, Erick duduk satu meja dengan Irwan. ”Ssstt....Bos,ada cewek cantik tuh.Dari tadi memperhatikan Bos terus,” goda Irwan terhadap Erick sambil matanya memandangi ke arah cewek yang sedang berjalan ke arah meja yang tidak jauh dari mejanya. ”Mata tuh jelalatan,’’ kata Erick kepada Irwan,kemudian ia mengepulkan asap rokok sambil melirik ke arah cewek itu. “Ah,si Bos ngomongnya begitu.Tapi lirikan mata Bos tuh. Mana tahan..,hehehe,” canda Irwan sambil mencolek tangan Erick. Erick hanya tersenyum tipis tanpa memandang ke arah Irwan,dan ia tetap asyik menikmati rokoknya. Tak lama kemudian bartender menghampiri meja Erick. “Minum apa, Mas?” tanya bartender itu dengan ekspresi wajah yang cukup bersahabat. ”Tolong ambilkan dua botol miras seperti biasanya,ya. Tahu,kan?” “Tahu lah.Saya sudah hafal jenis minuman kesukaan Mas,” kata bartender,yang kemudian melangkahkan kaki Imchana Abdul
7
meninggalkan Erick dan Irwan. ”Wah,Bos ini cukup pengertian.Tahu saja minuman kesukaanku,” kata Irwan. “Kamu itu pintar sekali kalau merayu orang.” “Ya,iyalah.Merayu Bos-nya sah-sah saja,kan? hehehe...” Beberapa saat kemudian bartender menghampiri meja Erick dengan membawa dua botol miras. “Terima kasih,Mas,” ucap Erick kepada bartender itu. Bartender mengiyakan dengan senyuman dan anggukan kepala,yang kemudian membalikkan tubuhnya dan meninggalkan meja Erick. ”Bagaimana, Wan,sudah mendapat sasaran belum?” “Sasaran apa yang Bos maksud?” “Ya cewek-lah.” “Belum, Bos.” “Makanya kamu jangan cengengesan.Cewek kurang tertarik dengan cowok cengengesan.Karena dianggap tidak serius.Cowok cengengesan cocoknya sebagai teman.Lihat itu si Edo,tampangnya masih ganteng kamu.Tapi dia lebih laku daripada kamu,” kata Erick meledek sambil memainkan sebatang rokok di jemarinya. Irwan hanya senyum-senyum saja mendengarkan si Bos meledeknya.Ia kemudian meraih botol miras sambil menuangkan isinya ke gelas. ”Oke,aku ikuti nasehat Bos.Aku akan menjadi laki-laki bersahaja,supaya mendapat sasaran yang cantik dan berduit. Dapat cantiknya dan juga dapat duitnya.Bukankah begitu? 8
SIndikat Facebook
hehehe,” canda Irwan dengan gaya kekanak-kanakan dan sesekali ia menggoyang-goyangkan kepalanya mengikuti hingar-hingarnya irama musik sambil menenggak minuman. Sementara, Edo,Bagas dan David duduk di lain meja dengan ditemani dua wanita penghibur.Bagas kelihatan tertawa-tawa sambil memeluk dan membelai rambut Elen, salah satu dari dua wanita penghibur yang kelihatan lebih menarik.Sepertinya Bagas sedang terpengaruh oleh minuman keras.Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Elen.Diam-diam tangan Elen bergerilnya untuk merogoh dan mengambil dompet yang ada di saku belakang Bagas.Edo dan David tidak memperhatikan apa yang dilakukan oleh Elen.Karena mereka sedang asyik berbicara dengan temannya Elen. Pekatnya malam sudah mulai merambat.Tanpa sengaja mata Edo menatap jam dinding yang dipajang di bar tersebut. “Hmm...,sudah jam dua belas malam,” gumamnya.Kemudian Edo mengangkat tubuhnya lalu berjalan menghampiri Erick, memberikan isyarat untuk segera kembali ke apartemen. Erick dan Irwan beranjak dari tempat duduknya.Perlahan ia melangkah meninggalkan mejanya. Edo kembali ke mejanya,“Sudah malam,Mbak.Aku pamit dulu ya,” ucap Edo kepada dua wanita penghibur itu. Kedua wanita itu mengangkat tubuhnya dari kursi,lalu berjabat tangan dengan Edo,Bagas dan David.Mereka saling menukar nomor HP sebelum meninggalkan meja bar. “Oke,Mbak,terima kasih sudah menemani kami.Sampai ketemu di lain waktu,” ucap Edo menambahkan. “Sama-sama,Mas.Jangan lupa sering-sering datang Imchana Abdul
9
kemari,ya,” ucap Elen disertai senyum ramahnya. Erick dan kawan-kawan berjalan menuju pintu keluar. Sepertinya Bagas masih loyo akibat pengaruh minuman keras.Kali ini gantian Irwan yang menyetir mobil.Mobil merambat meninggalkan pintu gerbang bar.Dinginnya udara malam mengiringi laju mobil yang mereka tunggangi menuju apartemen.Sesampai di kamar apartemen,Bagas meraba saku belakang dengan maksud akan mengambil dompetnya. ”Lho,dompetku kok tidak ada.” Dia berbicara sendiri dengan ekspresi wajah yang cukup kaget. ”Jatuh di dalam mobil barangkali, Gas.Coba dicari di mobil,” sahut Edo yang sedang melepas bajunya yang akan digantung di tempat gantungan, tanpa memandang ke wajah Bagas. Bagas mengikuti nasehat Edo.Kemudian ia keluar dari kamar menuju tempat dimana mobilnya di parkir.Ia masuk kedalam mobil dan menyalakan lampu yang ada didalam mobil.Matanya menyisir ke seluruh lekukan-lekukan dalam mobil.Ternyata dompetnya tidak ditemukan. ”Hmm...,mungkin terjatuh di bar tadi,” gumam Bagas tanpa ada rasa kecewa dan curiga. Beberapa saat kemudian Bagas masuk ke kamar apartemen. ”Bagaimana,Gas.Ketemu tidak dompetnya ?” ”Tidak ada,Do.Mungkin terjatuh di bar tadi.” “Ada duitnya berapa?” “Satu juta.Biar sudah,yang penting surat-surat berharga 10
SIndikat Facebook
tidak aku simpan di dompet itu.Itu rejekinya bagi yang menemukan.” Tak lama kemudian,Bagas bergabung dengan temantemannya yang sudah pada tidur bareng-bareng diatas kasur. Sementara Erick tidur di kamar sendiri,sambil SMS-an dengan Rita,istrinya.Rita minta kiriman uang untuk biaya pengobatan anaknya yang sedang sakit dan rawat inap di Rumah Sakit. Rita sama sekali tidak tahu kalau suaminya berprofesi sebagai sindikat.Malam itu juga Erick mentransfer uang kepada Rita melalui SMS banking.Kemudian Erick menghubungi istrinya melalui telpon seluler,kalau ia baru bisa ke Rumah Sakit,besok lusa.Karena disibukkan oleh pekerjaan. ***
Imchana Abdul
11
2 Karma
J
am dinding menunjukkan pukul enam pagi. Elen beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi.Di dalam kamar mandi,ia bernyanyi kecil sambil menyiramkan air hangat di seluruh tubuhnya yang berkulit putih bersih.Sepertinya ia sedang bahagia. Bahagia mendapat sabetan dompet dari saku Bagas sewaktu di bar semalam.Ia terpaksa mencuri dompet Bagas,karena keadaan. Tuntutan kehidupan tidak bisa ditunda lagi.Sementara kondisi keuangannya lagi memprihatinkan.
Ketika ia keluar dari kamar mandi,hanya balutan handuk yang dililitkan di tubuh langsingnya.Rupanya ia tidak sabar untuk segera membuka dompetnya. ”Hohoho..,lumayan,satu juta ada di tangan.Mudahmudahan Bagas tidak tahu kalau dompetnya aku yang mengambilnya,” gumam Elen yang diiringi sepasang matanya memandangi pantulan wajahnya dari kaca hias yang ada di depannya, disertai senyum-senyum tipis. Elen keluar dari kamarnya dengan polesan wajah natural.Tubuhnya dibalut busana seksi tapi sopan.Sehingga tidak meninggalkan kesan,bahwa ia adalah seorang wanita 12
SIndikat Facebook
panggilan.Ia mengunci kamarnya,kemudian mengayunkan langkahnya melewati deretan kamar-kamar yang dihuni oleh mereka yang indekos.Senyum ramah selalu menghiasi wajah cantiknya setiap kali berpapasan dengan teman-temannya. Sehingga teman-temannya merasa simpati dan nyaman setiap kali bertemu dan berhadapan dengan dirinya. “Hai,kamu kok masih di rumah.Apakah tidak pergi ke kantor?” tanya Elen kepada temannya yang berkerja di salah satu perusahaan asing. ”Tidak,El.Aku sedang kurang enak badan.Kamu mau kemana? Kelihatan bahagia sekali?” tanya temannya tanpa ada rasa curiga kemana Elen akan pergi. ”Iya nih..,lagi mendapat kenalan baru.Aku mau jalan-jalan saja.Sekarang aku sedang menunggu jemputan dia.” Di sela obrolan dengan temannya,sebuah mobil sudah nongol di depan pintu gerbang. ”Aku berangkat dulu ya.Itu dia sudah menjemputku,” pamit Elen kepada temannya sambil tangannya menuding ke arah mobil yang sedang parkir di depan pintu gerbang. Elen melenggangkan kaki ke arah mobil yang menunggunya.Elen membuka pintu mobil.Tak lupa senyum manis menyambut teman laki-lakinya. “Terima kasih,tepat waktu,” ucap Elen sambil menatap wajah laki-laki itu. Laki-laki itu memberikan anggukan serta membalas senyuman kepada Elen. “Apakah kamu lama menunggu?” tanya laki-laki itu.
Imchana Abdul
13
“Ah,tidak.Baru beberapa menit aku keluar dari kamar dan ngobrol sebentar dengan teman indekos,kamu sudah muncul. “Baiklah.Kita jalan,” ucap laki-laki itu sambil memutar mobilnya. ***
Mobil yang ditumpangi Elen dengan laki-laki yang baru beberapa hari dikenalnya lewat Facebook,melaju secara perlahan namun pasti.Dengan nada suara yang manja,Elen ngobrol-ngobrol dengan laki-laki itu.Dengan tujuan dan harapan,supaya teman laki-lakinya itu simpati dan merogoh koceknya lalu memberi hadiah uang yang tidak sedikit.Karena pada umumnya,laki-laki kalau sedang simpati pada wanita,tak segan-segan menyelipkan uang ke tangan wanita tersebut. Apalagi wanita tersebut adalah wanita bayaran. ”Pagi ini kamu cantik sekali, Len,” puji laki-laki yang mengaku bernama Rudy itu,tanpa memandangi wajah Elen yang duduk disampingnya. ”Ah,Mas ini bisa saja.Namanya juga wanita.Ya jelaslah cantik,” jawab Elen dengan manja,sambil menyandarkan kepalanya di pundak Rudy. ”Ngomong-ngomong,kamu bekerja dimana, Len ?” tanya Rudy basa-basi.Rudy menganggap bahwa pekerjaan Elen hanya sebagai wanita panggilan saja. ”Aku bekerja di bar sebagai penyanyi,” jawab Elen tanpa menyebutkan nama bar dimana ia bekerja. Rudy sepertinya juga tidak membutuhkan jawaban yang 14
SIndikat Facebook
mendetail tentang lokasi dimana Elen bekerja.Yang penting ia bisa melayani dirinya dengan baik di kamar hotel nanti. Lamunan Rudy sudah terbang melayang terbawa angin birahi.Dan Elen sama sekali tidak tahu,kalau laki-laki yang membawanya itu sebenarnya seorang bajingan. Tak terasa mereka berdua sudah sampai pada sebuah hotel, lalu check in.Hasrat Rudy sudah membara untuk segera bermesraan berdua dengan Elen di kamar hotel. Setelah keduanya memadu kasih untuk mendapatkan kenikmatan sesaat,Elen masuk ke kamar mandi.Ketika ia sedang di kamar mandi,diam-diam Rudy mengoyak tas Elen yang kebetulan ada gelang emasnya.Tanpa membuang waktu,Rudy langsung mencuri gelang itu.Dengan kecepatan gerakan tangannya,ia menyelipkan di saku celana panjangnya. Tiba-tiba Elen keluar dari kamar mandi mengagetkan Rudy. Tetapi, Rudy segera menutupi rasa kagetnya.Seolah ia tidak melakukan apa-apa.Karena ia sudah canggih dalam hal curi mencuri.Ia memiliki pengalaman sebagai jambret. ”Mas,nanti tolong antar aku ke toko emas ya,” pinta Elen dengan manjanya. “Waduh sayang ma’af,baru saja aku mendapat SMS dari teman,ada urusan mendadak.Kamu langsung kuantar pulang saja ya,” kata Rudy dengan ekspresi wajah yang seolah menyesal karena tidak bisa memenuhi permintaan Elen. “Baiklah,tidak apa-apa kalau begitu,” jawab Elen tanpa ekspresi wajah kecewa. Beberapa waktu kemudian mereka check out dari hotel. Elen diantar Rudy menuju ke tempat indekosnya.Didalam Imchana Abdul
15
perjalanan,terjadi perbincangan santai.Sehingga tidak mengundang kecurigaan Elen terhadap Rudy. Begitu masuk di kamar,Elen merebahkan tubuhnya.Ia tidur di kasur empuknya,karena kecapean. Jarum jam sudah menunjukkan pukul dua siang.Elen bangun.Ia beranjak dari tempat tidurnya,lalu melangkahkan kakinya ke kamar mandi untuk membasuh mukanya.Kemudian ia keluar dari kamar mandi dan mengelap wajahnya dengan selembar tisu,lalu berdandan.Ia akan pergi ke toko emas untuk menukar gelangnya.Begitu tasnya dibuka,dengan kagetnya ternyata gelangnya sudah raib. ”Kurang ajar,gelangku pasti dicuri Rudy waktu di kamar hotel tadi.Makanya ia cepatcepat mengantar aku pulang.Aku mendapat bayaran satu juta,gelangku raib senilai tiga juta,’’ gerutu Elen. Elen panik.Dengan gerak cepat ia mengambil HP yang masih tersimpan di dalam tasnya,untuk menghubungi Rudy. Tapi apa mau dikata.Ternyata Rudy tidak bisa dihubungi.Rudy telah membuang kartu sim-nya.Elen semakin jengkel.Ia akan melaporkan ke pihak yang berwajib,ia kurang percaya diri. Karena dihantui oleh rasa malu tentang profesinya sebagai wanita panggilan. ***
16
SIndikat Facebook
3 Pertemuan Tak Disengaja
P
ara perawat di Rumah Sakit mondar-mandir untuk melayani para pasien-pasiannya.Sementara anaknya Erick yang sedang terbaring,mengigau memanggil-manggil papanya.Rita,istri Erick, sedih dan bingung.Kemudian ia menelepon Erick supaya datang segera ke Rumah Sakit.
Erick meninggalkan Jakarta menuju Bandung untuk menjenguk anaknya.Ditengah perjalanan Erick panik,khawatir terjadi apa-apa pada Cyntia.Panasnya terik matahari dan polusi udara yang disebabkan oleh asap yang terhembus dari banyaknya kendaraan yang berjubel di Jakarta,tidak dirasakan oleh Erick yang berada didalam sebuah mobil yang kebetulan freon AC-nya sudah habis. Setelah menempuh perjalanan jauh,akhirnya Erick sampai di Rumah Sakit.Ia menghentikan mobilnya di pelataran parkir Rumah Sakit.Ia bergegas turun.Kemudian mengayunkan langkahnya dengan cepat menuju kamar anaknya.Rita senang sekali dengan kedatangan suaminya. “Bagaimana, Ma, kondisi Cyntia.” “Belum sehat,Pa,” jawab istrinya. Imchana Abdul
17
Kemudian Erick mendekati tempat tidur anaknya,lalu memeluknya. “Ini demamnya sudah berkurang,” ucap Erick sambil menyentuh-nyentuh leher dan pipi anaknya dengan punggung tangannya. “Iya, Pa.Mulai tadi pagi memang demamnya sudah agak menurun.Mungkin dia terasa kalau papanya akan datang.” “Syukurlah, Ma.Aku tadi sempat khawatir.” Erick membalikkan tubuhnya dan mendekati istrinya sambil merogoh saku celana panjangnya,lalu mengeluarkan selembar amplop. “Ini Ma, buat tambahan kalau ada keperluan mendadak,” ucap Erick,lalu mengulurkan selembar amplop yang berisi uang. “Kemarin lusa Papa sudah mentransfer uang ke Mama. Nanti kalau Papa sendiri tidak cukup, bagaimana?,” ucap Rita dengan penuh rasa bersyukur dan mengkhawatirkan suaminya. “Tidak apa-apa, Ma.Kebetulan aku baru saja mendapat rejeki.Mama tidak perlu khawatir.” “Terima kasih ya, Pa,” ucap Rita melemparkan senyum sambil memandangi wajah suaminya.” Beberapa menit kemudian, pintu diketuk oleh seorang Suster cantik untuk memeriksa anaknya yang tengah terbaring di tempat tidur.Rita dan Erick mempersilahkan masuk dengan ekspresi wajah yang cukup ramah dan bersahabat.Lirikan mata Erick langsung tertuju pada Suster cantik tersebut.Lalu membaca nama yang tertera di bajunya, Faradina. ”Hmm..,boleh juga tuh Suster.Selain wajahnya yang 18
SIndikat Facebook
cantik,namanya juga tidak kalah cantik,” gumamnya. Cyntia terbangun.Ketika menatap wajah Papanya, ia langsung berteriak kegirangan memanggil Papanya dan akan turun dari tempat tidurnya. “Sstt..,diam dulu ya,nak.Tidak boleh turun dari tempat tidur.Itu Bu Suster masih memeriksa kesehatan Cyntia,” ucap Erick menenangkan anaknya. Rupanya Cyntia memahami apa yang dikatakan Papanya. Kemudian ia tersenyum dan menganggukkan kepala. Setelah memeriksa Cyntia,Suster Faradina berpamitan. Begitu ia akan melangkahkan kakinya, tiba-tiba Erick bertanya, ”Oh ya,Suster.Apakah kondisi anak saya sudah membaik?” Suster Faradina menghentikan langkahnya ,”Sudah lumayan ,Pak.Mungkin tidak membutuhkan waktu yang lama anak Bapak tinggal di Rumah Sakit.” “Terima kasih,Suster.” “Sama-sama,Pak.” Seharian Erick menunggu anaknya di Rumah Sakit.Begitu hari sudah menjelang malam,ia meninggalkan rumah sakit. Secara kebetulan di pintu keluar gedung Rumah Sakit, ia berpapasan dengan Faradina.Mereka berdua saling bertegur sapa dan menyunggingkan senyum manis.Dengan basa-basi Erick meminta nomor telpon genggam kepada Faradina. Faradina tidak keberatan memberinya nomor HP-nya.Pucuk dicinta ulam tiba. ”Tolong anak saya dirawat dengan baik ya, Sus,” pinta Erick dengan penuh basa-basi.
Imchana Abdul
19
”Iya, Pak.Memang itu sudah menjadi tugas dan kewajiban saya sebagai seorang Suster.” Lalu Erick berpamitan. ”Baik, Sus,saya jalan dulu ya.” “Mari-mari,silahkan, Pak,” jawab Faradina dengan ramahnya.Kemudian ia melanjutkan langkahnya. Di dalam perjalanan menuju Jakarta, Erick membayangkan Faradina yang cantik itu.Pikirannya melayang ke beberapa tahun yang silam.Ia teringat mantan pacarnya yang sangat mirip sekali dengan Faradina. Sebenarnya Erick ingin menelepon Faradina.Tetapi tidak ada keberanian.Dan dirasa kurang wajar.Karena baru saja ia mengenalnya.Dan lagi, ia tidak mau termakan oleh perasaannya sendiri.Prinsipnya,kalau ia sudah bisa menjerat hati wanita,ia harus bisa menjerat uangnya juga.Faradina itu pasti banyak uang. Dalam benak Erick,yang dipikirkan selalu uang-uang dan uang untuk membahagiakan keluarganya.Walaupun ia seorang penjahat,tapi ia sangat sayang kepada anak dan istrinya. Karena istrinya memang wanita yang jujur dan pengertian. ***
Malam itu Erick sudah sampai di kamar apartemen.Ia merebahkan badannya di sofa.Sementara, anak buahnya sudah pada keluar.Tak lama kemudian HP-nya berdering. Telpon dari Bagas, yang memberitahukan kalau ia dan Edo sedang berada di mall. ”Oke, Gas.Aku baru saja pulang dari Bandung.Saat ini aku berada di apartemen.” 20
SIndikat Facebook
“Oke.Kalau begitu, Bos istirahat saja,” respon Bagas penuh pengertian. “Terima kasih,Gas,” ucap Erick menutup pembicaraan. Baru beberapa saat Bagas menutup HP-nya,HP berdering. Ia membukanya.Ternyata ada telepon dari Elen. “Ada apa ya Elen meneleponku?” gumamnya. “Hai,ada apa El ? tumben menghubungi aku.” ”Aku lagi sedih nih, Gas.” Dengan suara manjanya Elen mengadu pada Bagas tanpa merasa bersalah. ”Ayo dong,ceritakan sayang...,” pinta Bagas dengan suara lembutnya. Elen menceritakan secara blak-blakan,yang membuat gelang emasnya raib. “Kejadian itu kapan?” tanya Bagas kemudian. “Kemarin.” “Kenapa kamu tidak langsung menghubungi aku? Kok baru sekarang menghubungi.” “Aku tidak kepikiran sampai disitu.Karena aku bingung.” “Ya sudah.Kamu berdo’a saja.Semoga gelangmu bisa kembali.” “Iya,Gas.Terima kasih,ya.” ***
Dengan hitungan hari, Bagas dan Elen semakin akrab. Mereka berdua saling menceritakan tentang dirinya masingmasing.Elen selain cantik,ia enak diajak ngobrol,apalagi Imchana Abdul
21
penampilannya yang modis juga ikut andil untuk menarik perhatian siapapun yang memandangnya,terutama kaum adam.Meskipun ia seorang pelacur,tetapi ia bisa menempatkan diri dalam berbusana. Tidak seronok. Bagas membayangkan Elen sambil menikmati kopi pagi, duduk di depan tv bersama Edo. Matanya menatap layar tv,tapi seolah di layar tv selalu muncul wajah Elen.Rupanya Bagas sedang kasmaran.Sementara,Erick masih tidur pulas di kamarnya sambil memeluk bantal guling. ”Hmm.., ternyata otak Elen tidak jauh berbeda dengan otakku.Boleh juga nih dijadikan komplotan,dan sekaligus dijadikan pacar,” gumam Bagas dengan pandangan mata kosong ke arah layar tv. Sejenak Edo menoleh dan melirik ke arah Bagas yang berada disebelahnya,lalu diulanginya lagi ia menoleh dan memandang ke arah Bagas. “Rupanya Bagas lagi melamun.Apa ya yang sedang dilamunkan?” gumamnya. ”Heh! melamun nih,” ucap Edo membuyarkan lamunan Bagas sambil menepuk pundaknya dengan tangan kirinya. Bagas sedikit kaget. ”Kamu bikin aku kaget saja,Do. Ssstt..,aku sudah menemukan sasaran. “Sasaran cewek maksudmu?” ucap Edo sok tahu. “Ya iyalah,cewek.” “Berduit dan cantik tidak?” “Dasar kamu mata duitan, Do..,” ucap Bagas sambil mengelap muka Edo yang tidak basah,dengan tangannya. Lalu 22
SIndikat Facebook
mereka cekikikan bersama. Bagas melanjutkan obrolannya. “Bukankah si Bos mengingin-kan seorang wanita dalam kelompok kita ? Itu yang aku maksud dengan sasaran.” ”Ooo..,begitu to.Siapa dia, Gas ?” “Itu, yang tempo hari menemani kita minum-minum waktu di bar,si Elen.” “Ooo..,boleh juga, Gas.Dia cantik dan sepertinya luwes juga cerdas,” kata Edo dengan penuh pujian terhadap Elen. Sementara, Erick yang baru bangun tidur, duduk termenung di dalam kamarnya membayangkan wajah Faradina.Rupanya ia tertarik dan mengagumi kecantikan Faradina yang baru saja dikenalnya tanpa sengaja itu.Sampai ia lupa,bahwa ia sedang membutuhkan seorang wanita yang lincah dan cerdas yang mau bergabung menjadi anggota dalam bisnis terlarangnya. ***
Imchana Abdul
23
4
Pasokan Narkoba
M
atahari baru memamerkan pancaran sinarnya dari ufuk timur,Erick sudah tiba di rumah sakit untuk menjenguk anaknya,dan sepertinya ia juga ingin bertemu dengan Faradina juga. Sementara Erick menunggu anaknya di kamar, Rita pergi ke kantin untuk mencari makanan kecil.Tok...tok...tok... Ada yang mengetuk pintu dari luar. ”Silahkan masuk,” ucap Erick dari dalam kamar.
Faradina membuka pintu pelan-pelan dan masuk ke dalam kamar. ”Permisi, Pak,” sapa Faradina minta ijin sambil menganggukkan kepala dan melemparkan senyum keakraban. Kemudian ia memeriksa Cyntia. Setelah Suster Faradina memeriksa Cyntia,”Bagaimana dengan kesehatan anak saya Suster,apa sudah bisa dibawa pulang?” tanya Erick kepada Faradina untuk segera mengetahui perkembangan kesehatan anaknya. ”Sudah membaik, Pak. Nanti saya konfirmasikan ke Dokter,” jawab Faradina sambil memeriksa tubuh Cyntia. Tak lama kemudian Faradina berpamitan dan meninggalkan kamar. 24
SIndikat Facebook
Beberapa saat kemudian seorang Dokter masuk ke ruang dimana Cyntia dirawat.Erick memberikan pertanyaan yang sama terhadap Dokter,seperti apa yang sudah ditanyakan kepada suster Faradina. ”Bagaimana Dok,apa anak saya sudah bisa dibawa pulang?” tanya Erick. “Kesehatannya sudah bagus, Pak.Sudah bisa dibawa pulang.Untuk sementara dia harus banyak istirahat dulu. Dan jangan lupa rutinasnya untuk minum obat,” jawab Dokter sambil memandang ke arah Erick.Kemudian Dokter berpamitan untuk meninggalkan ruangan. Tak lama kemudian Rita datang dengan membawa makanan kecil serta minuman. “Ma,sore nanti anak kita sudah bisa dibawa pulang.” “Apakah Papa sudah bertanya kepada Dokter?” “Sudah,Ma.Baru saja Dokter datang.Beliau sudah memperbolehkan Cyntia untuk dibawa pulang.” “Syukurlah,Pa.” ***
Erick dan Rita membawa anaknya pulang.Erick menggendong anaknya berjalan disamping Rita. Lalu-lalang para pengunjung dan tempat tidur dorong serta kursi dorong yang dihuni oleh pasien, membuat suasana Rumah Sakit agak ramai. “Alhamdulillah ya Pa, anak kita cepat sembuh. Aku pikir membutuhkan waktu yang lama untuk rawat inap di Rumah
Imchana Abdul
25
Sakit.” ”Iya, Ma. Aku juga was-was waktu kamu memberi kabar kalau anak kita sedang rawat inap.” Lagi-lagi Erick selalu berpapasan dengan Faradina.Mereka berdua menyunggingkan senyum manis. Tak ketinggalan Rita, juga ikut menyunggingkan senyuman sambil menganggukkan kepalanya,sebagai tanda untuk berpamitan. Sesampai di rumahnya, Erick teringat wajah cantik nan ramah milik Faradina.Ia duduk di beranda.Rasanya tangan Erick sudah gatal ingin SMS maupun telpon kepadanya.Tapi hati kecilnya melarang.Belum waktunya.Lagi-lagi ia bisa menguasai perasaannya.Tak lama kemudian Rita membawakan secangkir kopi panas kepadanya.Kebetulan kondisi cuaca mendukung. Mendung,seolah akan turun hujan.Jadi, sangat pas jika dibarengi dengan minum kopi. ”Diminum kopinya, Pa,mumpung masih panas.Nanti kalau keburu dingin,tidak enak,” kata Rita sambil membenahi rambut sebahunya yang sedikit acak-acakan. ”Trimakasih, Ma,” ucap Erick, lalu ia mengangkat cangkir kopi yang ada diatas meja yang ada di depannya. Belum sempat ia meminum kopinya, HP-nya berdering. Ia mengharapkan telpon dari Faradina. Rupanya Erick terlalu gede rasa.Begitu telpon dibuka,ternyata telpon dari Bagas. Dengan segera Erick meletakkan cangkir kopi diatas meja. ”Halo,ada kabar apa, Gas? Aku lagi di rumah.Baru saja membawa pulang anakku dari Rumah Sakit.” “Oke, Bos,lain waktu saja informasinya.”
26
SIndikat Facebook
Erick sudah faham dengan apa yang akan diinformasikan Bagas kepadanya.Pasti itu informasi rahasia.Bagas juga sudah mengerti,kalau sang Bos lagi di rumah istrinya,ia dilarang memberikan informasi yang mencurigakan.Padahal Bagas akan memberikan informasi kalau ia sudah mendapatkan inceran seoarang wanita untuk dijadikan anggota baru. Kemudian Bagas menutup HP-nya tanpa menanyakan kabar tentang kesehatan anak Erick. Erick baru akan menyentuh cangkir kopi yang ada di depannya,telpon genggamnya berdering lagi.Kali ini telpon dari Franky,seorang bandar narkoba jenis ganja.Franky memberitahukan bahwa ganja sudah berada di rumahnya. Erick hanya menjawab,”ya”.Kemudian telpon ditutup.Franky sudah faham. ”Pasti Erick sedang berada di rumah istrinya,” gumamnya. Erick meminum kopi sambil berbincang-bincang serius dengan istrinya.Entah apa yang dibicarakan.Sementara si kecil Cyntia memanggil-manggil Mamanya. Erick dan Rita kaget. Mereka menghentikan pembicaraannya. Mereka berdua beranjak dari tempat duduknya dan berlari kecil menuju kamar anaknya.Begitu Rita melihat anaknya yang masih dalam keadaan merem,”Dia mengigau, Pa.Biarkan dia tidur lagi.” “Ya,Ma.Mungkin dia bermimpi.” Erick dan Rita meninggalkan anaknya yang sedang tidur sendirian di kamar.Lalu Erick melangkahkan kaki,berjalan disamping Rita menuju beranda. “Oh ya, Ma, aku nanti malam kembali ke Jakarta. Aku ada janji sama relasi.” Imchana Abdul
27
“Iya, Pa. Sebenarnya aku ingin Papa malam ini menginap di rumah.Tapi tidak apa-apa.Aku dukung aktivitas Papa,” kata Rita penuh pengertian.Rita beranggapan kalau suaminya bekerja di kantoran.Karena Erick selalu berbohong kepadanya tentang profesinya. Matahari sudah mulai menyembunyikan diri.Menandakan hari menjelang malam.Erick berkemas-kemas,menyiapkan diri untuk meninggalkan rumah dan kembali ke Jakarta. Sambil menenteng tas,Erick mendekati istrinya. ”Ma,aku akan kembali ke Jakarta.Tolong jaga si kecil ya.Kalau ada apaapa,secepatnya hubungi Papa.” “Iya.Hati-hati, Pa, di jalan.” “Iya,Ma.Terima kasih.” Tak lupa Erick mencium kening Rita. Rita mengantar Erick sampai di depan rumah.Kemudian Erick memasuki mobil.Perlahan mobil meninggalkan halaman rumah.Rita memandangi mobil yang ditunggangi suaminya sampai menghilang dibalik pepohonan yang sengaja ditanam di sekitar rumahnya. Sebenarnya Erick masih ingin tinggal di rumahnya untuk menjaga anaknya.Apalagi anaknya baru saja sembuh dari sakit. Tapi bagaimana lagi,tuntutan kehidupan mengharuskannya untuk mencari nafkah,sebagai rasa tanggung jawab seorang kepala rumah tangga dan seorang ayah untuk membiayai kehidupan keluarga. ***
28
SIndikat Facebook
Erick memasuki halaman apartemen.Ia memarkir mobilnya.Kemudian ia turun dari mobilnya,dan melangkahkan kaki menuju lift yang akan membawanya ke lantai tiga,dimana kamarnya berada.Ia membuka kamarnya.Ternyata anak buahnya sedang berkumpul dan menikmati kopi. ”Selamat malam, Bos.Kok pulangnya malam?” tanya Irwan. Erick menghentikan langkah. ”Iya.Malam ini aku ada janji dengan seorang relasi via telpon. Makanya aku kembali ke Jakarta.Nanti kalau aku di rumah, bisa kebongkar rahasiaku di mata istri. Oke, aku naik dulu ke kamar atas ya.Selamat menikmati kopinya,” kata Erick kepada semua anak buahnya, dan sepertinya ia tergesa-gesa.Lalu ia menaiki tangga sedikit berlari. ”Si Bos memang orang yang ramah dan menyenangkan,” ucap Bagas sambil menatap mata Edo. “Kapan kamu memberitahukan tentang si Elen?” tanya Edo tanpa merespon ucapan Bagas. ”Nanti,Do.Tunggu waktu yang tepat.Si Bos masih cape sepertinya.Semoga saja si Bos setuju dengan usulanku untuk menerima Elen menjadi bagian dari tim kita.” Erick melenggang ke kamarnya,lalu iseng-iseng membuka laptop dan menelusuri Facebook. Matanya langsung tertuju pada beberapa pesan di inbox. Banyak yang tertarik dan memesan barang-barang elektronik yang dipromosikan. Ia memang membuat promosi benar-benar menarik perhatian. Harga barang-barang, dibawah harga di pasaran. Jika membeli barang lebih dari satu buah,akan mendapat Imchana Abdul
29
discount 10 %. Apabila barang tidak sesuai dengan apa yang dipromosikan,barang bisa dikembalikan,dan uang kembali tanpa ada potongan. Bukan hanya kelihaian mengolah kata-kata dalam menyampaikan promosinya yang bisa membuat orang tertarik,tapi ia juga menyertakan kertas kop bukti pengiriman barang kepada konsumen,serta bukti-bukti administrasi lainnya yang kemudian di-upload di Facebook.Sehingga calon korban benar-benar yakin dan tidak ragu lagi untuk memesan barang-barang yang dipromosikan. Betapa senangnya hati Erick melihat beberapa temanteman yang memesan barang.Ia tidak membuang waktu lama-lama.Ia langsung membalas inbox satu per satu.Setelah selesai,ia langsung menutup laptopnya.Sebenarnya ia masih ingin berselancar,tapi ia harus telpon balik kepada Franky. Ia menelepon Franky, tapi tidak diangkat.Karena Franky masih berada di kamar mandi.Beberapa saat kemudian HP Erick berdering.Dengan sigap Erick mengangkatnya. ”Halo,bagaimana kawan.Ganja keluaran Columbia sudah masuk belum?” tanya Erick dengan hati berbunga-bunga. “Sudah,kawan.” “Bagus. Terus,ganja keluaran Aceh bagaimana?” “Batal kawan.Karena kualitasnya kurang bagus.” “Kurang bagus,bagaimana maksudnya?” “Proses pengeringannya kurang pas.” “Oke kalau begitu.Biar nanti anak buahku,si Edo yang mengambil barangnya.” 30
SIndikat Facebook
“Baiklah.Yang penting jangan sampai tercium aparat,” ucap Franky mengkhawatirkan. ”Beres kawan.Si Edo,anak buahku itu cukup cerdas kalau kucing-kucingan dengan aparat.Hahaha.” Sepontan mereka tertawa bersama. “Oke.Terima kasih.Sampai ketemu lain waktu,” kata Franky menutup pebicaraan. Erick sudah tidak sabar.Ia langsung menelepon Edo di lantai bawah,untuk menemuinya di kamar. ”Apa ada yang perlu dibantu, Bos?” tanya Edo sambil duduk di sofa yang terpajang di kamarnya. “Tolong besok pagi kamu pergi menemui Franky di rumahnya untuk mengambil barang.” “Barang apa itu, Bos ?” “Barang yang menghasilkan banyak uang.” “Heheheh... tahu-tahu, Bos.Jangan lupa komisinya yang tebal ya.” “Kamu itu,dasar mata duitan,” canda Erick yang kemudian mengepulkan asap rokoknya. ”Oke, Do.Itu saja yang ingin aku sampaikan.Aku mau istirahat dulu ya.” “Baiklah,Bos.Silahkan istirahat.” Edo meninggalkan kamar Erick,lalu berjalan menuruni anak tangga menuju lantai bawah. “Ada apa Do,kok disuruh menemui si Bos.Sepertinya ada hal penting,” tanya Irwan yang sedang menonton tv.” “Besok aku disuruh mengambil barang di rumahnya Imchana Abdul
31
Franky.” “Oh,begitu.” “Iya,” jawab Edo sambil menatap jarum jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sebelas malam. ”Wan,aku mau tidur dulu ya.Supaya besok bangunnya tidak telat.Soalnya pagi-pagi aku harus berangkat ke rumah Franky.” “Oke,Do,silahkan.Aku masih betah menonton tv.” Edo menyusul Bagas dan David,tidur.Ia khawatir kalau tidak segera tidur, besoknya bangun terlambat.Sementara,Irwan masih melek dan menonton tv sendirian. ***
Matahari mulai menampakkan diri dari persembunyiannya. Menandakan hari sudah pagi menjelang siang.Edo menggeliat dan membuka matanya pelan-pelan untuk melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.Sudah jam setengah enam pagi.Ia beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi.Ketika tangannya menyentuh air di bak mandi,hmm... dingin,ia mengurungkan niatnya untuk mandi.Ia hanya membasuh mukanya saja dan sikat gigi.Kemudian dengan cepat-cepat ia keluar dari kamar mandi. Mengenakan kostum necis dengan dandanan yang rapi sudah merupakan ciri khas Edo jika akan bepergian.Tak lupa ia menyemprotkan wewangian di kedua ketiaknya.Tak lupa juga ia menghampiri dapur untuk membuat secangkir kopi hitam,lalu menyruputnya.Sehabis nyruput secangkir kopi,ia 32
SIndikat Facebook
langsung pergi meninggalkan kamar apartemen dan temantemannya yang masih terlelap tidur. Edo meluncur menuju rumah Franky.Tanpa ada rasa was-was ia melajukan mobilnya dengan santai sambil mendengarkan jazz instrumennya Alchemy.Sesaat angannya melayang,membayangkan wanita cantik yang dikenalnya tempo hari lewat Facebook. ”Sudah dikonfirmasi apa belum ya.Aku belum sempat membuka Facebook,” gumamnya. Terpengaruh oleh lamunannya,ia tidak sadar ada seorang ibu-ibu gemuk sedang menyeberang.Ciiiitttttt...!Dengan gerak reflek kakinya menginjak rem mobil. ”Mata itu lihat-lihat kalau sedang nyetir!,” umpat ibu itu sambil matanya melotot ke arah Edo. ”Waduh Bu,saya benar-benar minta ma’af,saya tidak sengaja.” Ibu itu nelonyor tanpa mendengarkan permintaan ma’af Edo.Edo melanjutkan laju mobilnya. ”Slamet-slamet,aku tadi tidak menabrak ibu itu.Andaikan menabrak,cilaka duabelas,” gumam Edo sambil memegang-megang dadanya dan menajamkan matanya menatap ke arah depan,khawatir akan menabrak orang lagi. Edo sudah sampai di halaman rumah Franky.Mobil diparkir tidak jauh dari depan pintu rumahnya.Rupanya Franky sudah menunggu kedatangan Edo di depan pintu.Ketika Edo turun dari mobil dan melambaikan tangan,Franky menyambutnya dengan senyum ceria. ”Hai, Bos,apa kabar.Semakin jaya saja nih,” sapa Edo yang diikuti langkah kakinya mendekati Franky. Imchana Abdul
33
”Hehehe..,kamu bisa-bisa saja, Do.Mari-mari masuk,” pinta Franky sambil merangkul pundak Edo. Edo dipersilahkan duduk di ruang belakang. Tanpa ngobrolngobrol terlebih dahulu,Franky langsung masuk ke kamar, lalu keluar dengan membawa beberapa buah bungkusan. ”Tolong sampaikan barang ini kepada Erick, ya.” “Oke, Bos.Pasti aku sampaikan.” “Ini saja Bos barang yang perlu dibawa?” “Kalau kamu mau,ada ban bekas di gudang, bawa saja sekalian,” canda Franky. “Bos bisa-bisa saja.Hahaha.” Tawa mereka pecah. “Kalau begitu,aku langsung pamit saja ya, Bos.” ”Lho,kok keburu pulang.Tidak minum kopi dulu?” “Terima kasih,Bos.Aku sudah minum kopi waktu mau berangkat tadi.“ “Oke-lah kalau begitu.Hati-hati di jalan ya,” pinta Franky. “Siap, Bos,” ucap Edo, kemudian mereka berdua bersalaman. “Sukses,ya,” kata Franky. “Pastinya,Bos.” Franky mengantar Edo sampai disamping pintu mobil. “Aku jalan dulu,Bos.” “Hati-hati di jalan ya.” “Siap,Bos.Jangan khawatir.” Edo melajukan mobilnya meninggalkan Franky yang masih berdiri memandangi mobinya.Di tengah perjalanan ia 34
SIndikat Facebook
bertemu dengan polisi yang sedang sweeping.Edo sempat was-was,walaupun ia sudah menyimpan barang terlarang tersebut di tempat yang aman,di dalam jok mobil.Polisi menghentikan mobilnya Edo.Edo diminta untuk menunjukkan surat-surat kendaraan.Semuanya beres. ”Aman sudah,” kata Edo dalam hatinya.Kemudian Edo melanjutkan perjalanan. ”Bakalan ada tugas baru nih.Aha..,lembaran rupiah bakalan masuk ke kantong aku,” gumamnya. Begitu senangnya perasaan Edo,tak terasa mobil sudah sampai di halaman apartemen.Dengan tenang ia membuka pintu mobil,lalu turun dan sedikit mempercepat langkanya menuju huniannya. Tok...tok...tok..., Edo mengetuk kamar Erick.Erick membukanya. ”Silahkan masuk, Do.Ayo duduk.” Edo duduk di sofa.Ia meletakkan barang-barang tersebut disampingnya. “Apakah aman-aman saja di jalan ?” “Tadi sempat was-was.Ada polisi sweeping.Untung aku menaruh barang itu di tempat yang aman.” “Syukurlah, Do.Memang kamu benar-benar pintar dan cerdas,” sanjung Erick sambil menepuk-nepuk pundak Edo. “Siapa dulu dong...,aku kok,” timpal Edo dibarengi tangannya menepuk dadanya.Kemudian mereka berdua tertawa bersama,sambil tos tangan. “Oke, Do. Semuanya sudah beres.Kalau kamu mau turun untuk istirahat,silahkan.”
Imchana Abdul
35
“Baik,Bos.Aku turun dulu ya.” Edo mengangkat tubuhnya dari sofa.Ia keluar dari kamar Erick dengan raut wajah berbunga-bunga.Ia bersiul-siul penuh suka.Sementara, di meja ada satu kotak nasi ayam goreng. Rupanya teman-teman Edo sudah membeli sarapan,dan sengaja menyisakan satu kotak buat Edo.Mereka sudah pada keluar.Edo membuka kotak nasi lalu menyantapnya,sambil menatap layar tv.Acara tv sedang menayangkan para koruptor yang akan diadili. ”Hmm...,para pejabat ternyata tidak jauh berbeda dengan aku.Cuma beda modus saja.He he he..,” gumamnya. Edo senyum-senyum sendiri dan tetap menatap layar tv.Tiba-tiba Erick sudah berdiri di sampingnya. ”Ada apa, Do,kok cengar-cengir sendiri?” “Ini Bos,lagi menyaksikan teman-teman kita yang akan diadili.” “Hah ! siapa, Do ?” tanya Erick dengan raut wajah yang cukup kaget. “Itu tuh..,para koruptor. Mereka tidak jauh berbeda dengan kita-kita.Sama-sama bajingannya.Cuma beda caranya saja.Hahaha...’’ “Dasar kamu, Do,membuatku kaget saja,’’ timpal Erick dengan senyumnya. Erick mengambil langkah dan duduk disamping Edo,samasama menatap layar tv. ”Apakah Boss sudah minum kopi?” tanya Edo sambil beranjak dari tempat duduknya dan menoleh ke arah Erick. 36
SIndikat Facebook
tv.”
“Sudah Do,tidak usah repot-repot.Disini saja,menonton
“Tidak apa-apalah,Bos.Ini aku juga sudah selesai makan,dan sekalian mau bikin kopi.” Dengan penuh pengertian,Edo meneruskan langkahnya menuju dapur untuk membuat dua cangkir kopi buat sang Bos dan dirinya. Edo meletakkan secangkir kopi panas diatas meja,tepat dihadapan Erick. ”Silahkan diminum, Bos,mumpung kopinya masih panas.” “Terima kasih,Do.Ngomong-ngomong,kamu ada acara tidak siang ini? Atau mau istirahat?” tanya Erick sambil nyruput kopinya dan memandang ke arah Edo. “Tidak ada.Memangnya ada apa? Apakah Bos mau jalan-jalan?” “Iya,Do.Kita jalan-jalan,yuk.” “Jalan-jalan kemana?” “Yaah..,yang penting kita keluar dan jalan-jalan sambil cuci mata.” “Oke.Tapi aku mandi dulu ya.Oh ya Bos,gir-nya mau dibawa kemana ?” tanya Edo kepada Erick dengan menggunakan bahasa sandi,ganja sama dengan gir. ”Ya kita sebar dong, Do.Masa kita buang..,hehehe.Tunggu teman-teman berkumpul dulu,baru kita diskusikan,” jawab Erick sambil memutar-mutar sebatang rokok di jemarinya yang habis dihisapnya. Erick dan Edo keluar dari kamar apartemen,melenggangkan Imchana Abdul
37
kaki menuju sebuah lift yang akan membawanya ke lantai dasar.Mobil yang disewanya sudah menunggu mereka berdua di pelataran parkir apartemen,dan siap untuk membawanya meluncur entah kemana. ”Kamu yang setir ya, Do.” “Siap, Bos.” Alunan musik yang terdengar dari tape mobil,mengiringi laju kendaraan yang membawa Erick dan Edo. ”Bagaimana Do,cewek yang kamu ceritakan tempo hari ?” tanya Erick tanpa menatap wajah Edo yang duduk di sampingnya. ”Aku belum membuka Facebook, Bos.Mudah-mudahan dikonfirmasi,” jawab Edo tanpa memandang ke arah Erick. Ia menjaga pandangannya ke depan dengan wajah sedikit tegang.Khawatir akan menabrak orang lagi. “Kenapa memangnya? Tiba-tiba Bos menanyakan hal itu?” “Ah,tidak apa-apa.Aku cuma bertanya saja,” jawab Erick sambil melirik ke wajah Edo yang sedikit tegang. “Kamu kok kelihatan agak tegang,Do?” tanya Erick kemudian. Edo terdiam sejenak,dan sepertinya masih menjaga konsentrasi dalam menyetir mobilnya.Tak lama kemudian ia menceritakan kejadian tadi pagi ketika ia berangkat ke rumah Franky,dan ia akan menabrak ibu-ibu gemuk. “Hahaha,” tawa Erick pecah seketika.Kemudian disusul oleh tawa Edo. “Oh ya, Bos,tujuan kita pertama kemana? 38
SIndikat Facebook
“Kemana ya? Coba kita ke butik saja,Do.” “Mau memborong busana ya, Bos,” canda Edo. “Ah,tidak.Kita lihat-lihat saja dulu.Nanti kalau ada yang cocok,baru membeli.” “Wah,rupanya si Bos lagi banyak duit ya,hehehe.” “He he he..,tidak juga,Do.Cuma perasaanku lagi senang saja.Dapat pasokan ganja yang berkualitas.Jadinya,harus diiringi dengan nuansa baru,yaitu baju baru.Dan yang pasti,kita nanti bakal mengeruk uang yang tidak sedikit dari hasil penjualan ganja.Hahaha,” ucap Erick,disertai tertawa bersama Edo. “Oh ya,Do.Kemarin malam aku membuka inbox Facebook. Ada beberapa teman yang memesan barang,” ucap Erick kemudian. “Benar,Bos?” “Iya,Do.Masa aku bohong sih.” “Wah,promosi dan kertas-kertas kop administrasi yang Bos bikin tidak sia-sia dan cukup meyakinkan.Hebat nih si Bos. Ternyata teman-teman Facebook banyak yang goblog ya,Bos. Hahaha.” “Itulah,Do. Makanya,aku sering mengatakan, kalau Facebook itu adalah ajang paling jitu untuk mencari korban. Karena disitu tempat berkumpulnya orang-orang dari berbagai kalangan,dengan status sosial yang berbeda.Banyak yang cerdas dan juga banyak yang goblog,seperti yang baru saja kamu katakan,hahaha... ” “Benar juga,Bos.Apakah Bos sudah membalas pesan-pesan Imchana Abdul
39
dari mereka?” “Yah,langsung aku balas detik itu juga.Sekaligus aku memberitahukan proses pembayarannya.” “Nanti aku minta akun mereka ya,Bos.Aku akan nge-add mereka.Kemudian aku menjalankan aksi sesuai dengan yang Bos arahkan tempo hari.” “Oke,Do.Kamu memang pintar.” “Hehehe..,ya jelaslah.Anak buahnya siapa dulu dong.” “Nanti kalau uang mereka sudah masuk ke rekeningku,ada satu dua orang yang memang benar-benar aku kirimi barang sesuai dengan pesanan dan tentunya barang tersebut berkualitas.” “Lho,apakah tidak rugi,Bos?” “Tidaklah,Do.Toh mereka juga membayar.Itu trik yang harus kita mainkan.Nanti mereka pasti menceritakan ke teman-temannya,bahwa bisnis kita bukan bisnis abalabal,dan barang yang kita kirim ke pembeli memang benarbenar berkualitas.” “Wah,cerdas juga si Bos,hahaha,” canda Edo. “Hehehe...Bisnis abal-abal itu kan bisnis yang sangat berbahaya.Yang namanya menipu,kalau kita tidak pintarpintar memainkan trik,mampuslah kita.Yang penting kita tetap berdo’a untuk keselamatan sepak terjang kita.” “Apakah Tuhan percaya ya Bos dengan do’a kita,hahaha,’’ tanya Edo dengan tidak percayanya.Karena Edo terkadang juga menonton acara pengajian di tv tentang do’a-do’a yang dikabulkan oleh Tuhan. 40
SIndikat Facebook
“Hahaha...Itu terserah Tuhan saja,Do.” “Iya ya,Bos.Terserah Tuhan memang,” respon Edo,manggut-manggut sambil senyum-senyum. “Sudahlah,Do,kita tidak usah membahas Tuhan.Dunia penipuan,tidak mengenal Tuhan.Yang penting sepak terjang bisa aman terkendali dan hasilnya memuaskan.” “Tapi Bos,kenapa para koruptor itu bisa-bisanya selalu menyebut nama Tuhan,ya.” “Ah,itu semua orang munafik.Bicaranya saja seolah seperti malaikat.Padahal mereka itu sebenarnya,maling.Hahaha...” Polusi udara yang disebabkan oleh asap kendaraan serta kemacetan lalu-lintas sudah menjadi pemandangan seharihari di kota Jakarta.Suasana seperti itu sudah tidak asing lagi bagi Edo dan Erick.Tanpa terasa mobil yang membawa mereka berdua sudah sampai pada sebuah butik. ***
Imchana Abdul
41
5 Anggota Baru
H
ari itu butik ramai sekali dikunjungi banyak orang dari berbagai usia.Pajangan baju-baju model terbaru ikut meramaikan suasana butik yang terkenal dengan model ter-update saat itu. Bagas,Irwan,dan Elen sedang asyik mengolak-alik baju yang dipajang berjejer di gantungan yang terletak di ruangan agak menjorok kedalam.Tanpa sengaja mata Edo melihat mereka bertiga.
”Bos,lihat disana.Mari kita dekati ,” kata Edo sambil menudingkan telunjuknya ke arah Bagas,Irwan,dan Elen. Erick menoleh dan melihat mereka bertiga.Walaupun Erick tidak menjawab ajakan Edo,ia langsung mengikuti langkah kaki Edo untuk mendekati mereka bertiga tanpa sepengetahuan mereka. ”Janjian nih yee...,” celetuk Edo mengagetkan teman-temannya. ”Hai, Do.Kamu membuatku kaget saja.Ah,tidak.Siapa juga yang janjian.Kebetulan saja kami ketemu Elen disini.Seperti kamu disini,ketemu aku kan secara kebetulan juga,” ucap Bagas dengan seriusnya yang diwarnai dengan senyuman. “Walah,serius amat jawabnya.” Kemudian mereka 42
SIndikat Facebook
tertawa bersama. “Siapa juga yang serius,hehehe,” kata Bagas agak malumalu.Karena seolah si Edo mengetahui isi hatinya yang sedang kasmaran dengan Elen. “Oke,Gas,aku akan kesana dulu ya,” kata Edo sambil menudingkan telunjuknya ke arah baju-baju yang terpajang di pojok ruangan. Kemudian Edo dan Erick meninggalkan mereka bertiga dan mengarahkan langkahnya ke pajangan baju-baju tersebut.Erick memperhatikan satu per satu baju-baju yang dipajang,dan hampir semua model dan motif, terbaru.Sehingga Erick ingin segera mengolak-alik dan membelinya. ”Kamu juga ingin baju, Do?” ”Ya iyalah, Bos,” jawab Edo dengan cengar-cengir. “Tapi jangan cerita kepada teman-teman ya.Soalnya aku tidak membelikan baju buat mereka.Lain waktu saja mereka aku belikan,kalau kantongku sudah tebal.” ”Beres, Bos.Akan kujaga rahasia ini.Hehehe...” Bagas,Irwan,dan Elen menghilang dibalik keramaian pengunjung dan pajangan baju-baju.Mata Edo menyisir satu persatu sudut ruangan.Akhirnya matanya menangkap Elen yang sedang menunggu diantara antrean para pengunjung yang akan membayar di depan meja kasir.Sementara, Erick sudah membayar baju yang dibelinya, di kasir yang berbeda. “Sepertinya mereka juga sudah selesai belanjanya.Mari kita hampiri, Do,” kata Erick sambil matanya tertuju pada Bagas dan Irwan yang sedang menunggu Elen.
Imchana Abdul
43
“Oke,Bos.” Erick dan Edo menghampiri Bagas dan Irwan.Tak lama kemudian, Elen meninggalkan meja kasir setelah selesai membayar.Ia berjalan menuju ke arah teman-temannya. ”Bagaimana kalau kita mencari makan ?’’ ucap Erick kepada mereka. “Oh ya,apakah kalian sudah selesai belanjanya,atau masih ada yang ingin dibeli,”ucap Erick kemudian,sambil menatap wajah Elen,Bagas dan Irwan. “Ah,tidak,Bos.Kita langsung makan saja,hehehe,” ucap Irwan. “Oke-lah.” Mereka berlima naik dalam satu mobil menuju kafe. Sepertinya kafe sedang banyak dikunjungi oleh para konsumen. Terlihat dari banyaknya kendaraan yang memenuhi pelataran parkir.Edo menghentikan mobilnya pelan-pelan.Agak susah mencari posisi untuk memarkir mobilnya.Tak lama kemudian ada salah satu mobil pengunjung yang keluar dari pelataran. Akhirnya Edo bisa memarkir mobilnya. ”Hmm...,lega sudah. Mobil terparkir dengan nyaman,” ucap Edo berbicara sendiri. Langkah kaki mereka beriringan menuju pintu masuk kafe.Erick dan Edo duduk berdampingan.Sementara, Irwan,Bagas dan Elen duduk berhadapan dengan Erick dan Edo. Obrolan santai mulai menghangatkan suasana.Meskipun Elen baru bertegur sapa dengan Erick,ia tidak canggung dalam berkomunikasi.Seolah sudah lama saling mengenal. “Kamu yang tempo hari menemani Bagas minum ya, Mbak,” tanya Erick dengan ekspresi wajah yang cukup ramah. “Iya, Mas.” 44
SIndikat Facebook
“Rupanya kalian berdua sudah cukup akrab.” “Iya.Aku sering saling menelepon,” jawab Elen sambil melirik ke arah wajah Bagas, disertai senyuman. “Oh ya,enaknya aku panggil apa ya? Mbak atau Elen saja? Tanya Erick dengan nada bicara penuh keakraban. “Panggil Elen saja,Mas.Supaya lebih akrab,” sambung Elen. “Oke,deh,” ucap Erick. Melihat keakraban antara Elen dan Erick,Bagas merasa lega. ”Semoga si Bos bisa menerima Elen sebagai anggota baru,” gumamnya. “Setelah ini kalian mau kemana?” tanya Erick kepada Bagas sambil tangannya memainkan sendok yang ada di dalam gelas minuman. ”Mau pulang saja, Bos,” jawab Bagas. ”Apakah kamu juga mau ikut ke apartemen, El ?” tanya Bagas. ”Tidak,terima kasih.Aku juga mau pulang,” jawab Elen dengan menyunggingkan senyuman. Mereka berlima sudah selesai makan-makan dan minum. Kemudian mereka meninggalkan meja kafe,lalu berjalan menuju pintu keluar.Bagas mengantarkan Elen menuju taxi yang kebetulan sudah parkir dari tadi di halaman kafe. ”Terima kasih ya,sudah mengantar aku.Aku masuk dulu ,” kata Elen, kemudian ia membuka pintu taxi.Lalu duduk,dan menurunkan jendela kaca taxi.
Imchana Abdul
45
”Nanti kalau sudah sampai di tempat kos ,hubungi aku ya, El..,” pinta Bagas dengan ramahnya. “Itu pasti.Oke,Gas.Aku jalan dulu ya.Da..da..,” jawab Elen mengakhiri pembicaraan sambil melambaikan tangannya. Perlahan-lahan taxi melaju dan meninggalkan Bagas di halaman kafe.Elen menaikkan jendela kaca taxi. Sementara,Bagas masih memandangi taxi tersebut.Tak lama kemudian Bagas melangkahkan kaki dan bergabung dengan teman-temannya yang sudah menunggu di dalam mobil. “Elen orangnya asik. Dia enak diajak ngobrol. Sepertinya otaknya juga cukup encer,” kata Erick. ”Iya,betul.Aku tidak salah memilih teman,bukan? Sebenarnya aku ingin membahas dia dengan Bos.Ini sifatnya penting.Ada hubungannya dengan profesi kita, Bos.” Rupanya Erick penasaran dengan apa yang dikatakan Bagas tentang Elen. ”Penting? Maksudmu apa, Gas?” tanya Erick, penasaran. ”Nanti saja Bos kita bicarakan kalau sudah sampai di apartemen.Sebenarnya dari kemarin aku ingin menyampaikan hal itu kepada Bos,tapi waktunya kurang tepat.Soalnya aku lihat,sepertinya si Bos lagi sibuk.Oh ya,bagaimana khabar anaknya,Bos?” kata Bagas,lalu mengalihkan pembicaraan,mengabarkan keberadaan anak bos-nya. ”Dia sudah sembuh dan sudah bermain-main dengan teman-temannya.Oke, Gas.Aku tunggu info dari kamu tentang Elen,” jawab Erick dengan senyum simpulya. “Syukurlah,kalau si kecil sudah sembuh.Iya,lain waktu 46
SIndikat Facebook
pasti akan ku informasikan kepada Bos tentang Elen.” Mobil yang mereka tumpangi sudah sampai pada halaman apartemen.Erick turun terlebih dahulu.Kemudian menyusul anak buahnya.Mereka berlima melenggangkan kaki menuju apartemen.Sesampai di apartemen,mereka istirahat dan menyandarkan tubuhnya di kursi. ”Oh ya, Gas,kamu tadi mau cerita penting tentang apa?” tanya Erick dengan tidak sabarnya. ”Ini,kapan hari Bos inginkan seorang wanita untuk bergabung di kelompok kita,bukan? Aku punya usulan. Bagaimana kalau Elen saja yang kita ajak bergabung.Perasaan aku,dia tidak jauh berbeda dengan kita-kita.Walaupun aku belum lama mengenalnya,tapi setidaknya aku sudah tahu sebagian isi kepalanya.Bagaimana, Bos setuju atau tidak?” kata Bagas mempromosikan Elen. ”Boleh juga.Perasaanku juga seperti kamu, Gas.Coba tawari dia.Kalau dia mau,aku sih oke-oke saja,” jawab Erick merespon. ”Terima kasih.Bos sudah menyetujui usulanku.Kapan dia dihubungi?” ”Kalau bisa secepatnya saja, Gas.” ”Oke, Bos.Besok saja ya aku hubungi dia lewat telpon. Semoga dia bersedia menerima tawaran ini,” kata Bagas dengan aura wajah yang cukup bahagia. ”Hmm..,perasaan aku tidak bertepuk sebelah tangan dengan perasaan si bos,” gumamnya. ***
Imchana Abdul
47
Di beranda tempat indekosnya,Elen duduk termenung. Merenungi gelangnya yang hilang dicuri oleh pria yang membawa dirinya check in di hotel beberapa hari yang lalu. Gelang itu adalah kenangan ketika ia bekerja sebagai pelayan toko. ”Aku mengira dia pria baik-baik dan kaya.Ternyata dia seorang bajingan.Tega benar dia.Aku benar-benar menyesal. Awas nanti kalau ketemu.Tunggu pembalasanku,” gumam Elen dengan penuh dendam. Cuaca sudah mulai meredup.Rupanya matahari mulai menenggelamkan diri.Elen beranjak dari tempat duduknya dan meninggalkan beranda,berjalan menuju ke kamarnya. Kebetulan malam nanti ia libur bekerja.Jadi,ia bisa santaisantai di kamar.Jarum jam sudah menunjukkan pukul enam sore.Sudah menjadi kebiasaan Elen,kalau lagi libur bekerja,ia baru mandi pukul enam sore. Celana pendek dan tank top merupakan busana favorit Elen kalau lagi bersantai di dalam kamar.Sudah menjadi kebiasaan kalau ia sedang menonton tv,tak lupa majalah selalu ada di pangkuannya dan sesekali membuka-bukanya untuk melihat-lihat hal-hal yang menarik. Ketika sedang asyik-asyiknya ia menonton sinetron,nada dering HP-nya berbunyi.Ia segera mengangkatnya.Ternyata telpon dari Bagas. ”Halo sayang,lagi apa nih?” tanya Bagas dengan lembutnya. ”Aku sedang menonton tv di kamar,” jawab Elen sambil melihat gambar-gambar yang disajikan di majalah. ”Kamu tidak bekerja malam ini?” 48
SIndikat Facebook
“Tidak, Gas.Lagi libur.” “Begini,El.Besok pagi agak siangan sedikit,aku mau ke tempat kamu.Ada hal penting yang ingin aku bahas dengan kamu.Kamu ada acara keluar, tidak?” “Aku tidak kemana-mana.Aku di rumah saja.Hal penting apa yang akan dibahas, Gas? Aku jadi penasaran.” “Besok saja,El.Ini urusan pekerjaan.Oke El,kamu lanjut saja menonton tv-nya.Selamat istirahat ya,” kata Bagas penuh pengertian,lalu menutup pembicaraan. ”Oke Gas,aku tunggu.Terima kasih ya,” sambung Elen,kemudian telpon ditutupnya. Elen penasaran dengan kata-kata yang baru saja didengarnya dari Bagas lewat telpon. ”Kira-kira apa ya yang akan dibahas oleh Bagas besok? Sepertinya sangat penting,” gumamnya.Kemudian ia melanjutkan menonton acara tv kesukaannya,sinetron. Tak terasa, ia nongkrong di depan tv sudah dua jam. Rasa kantuk mulai dirasakannya.Elen merebahkan tubuhnya diatas tempat tidurnya,lalu mematikan tv dengan remote control.HP berdering lagi,bahkan berkali-kali.Tapi ia tidak mengangkatnya.Sepertinya ia sudah tidur pulas. ***
Bagas melangkahkan kaki menaiki tangga menuju ke kamar Erick.Kebetulan pintu kamar Erick terbuka.Tak lupa Bagas mengetuk pintu sebelum memasuki kamar Erick.
Imchana Abdul
49
”Masuk, Gas.Sepertinya ada hal penting yang ingin kamu sampaikan.” “Begini, Bos.Aku tadi sudah bicara dengan Elen lewat telpon.Aku hanya menyampaikan,ada hal penting yang ingin aku bahas dengan dia mengenai pekerjaan.Aku bikin janji sama dia besok pagi agak siangan sedikit,aku pergi ke tempat kosnya,” kata Bagas dengan aura wajah yang cukup gembira. ”Tanggapan Elen bagaimana? Apa dia besok pasti ada di rumah?” ”Dia ada di rumah,siap menunggu aku,” jawab Bagas meyakinkan Erick. ”Oke-lah.Semoga dia mau menerima pekerjaan yang kita tawarkan dan mau bergabung dengan kita,” sambung Erick. Sementara,Edo sepertinya sedang sibuk membuka-buka Smart Phone.Ia mulai online di jejaring sosial Facebook. Ia harap-harap cemas ketika tangannya membuka kotak pemberitahuan.Begitu matanya tertuju bahwa add-nya terhadap Almira beberapa hari yang lalu sudah dikonfirmasi,ia kegirangan. ”Uhuy...,sasaran sudah kena.Yess!” kata Edo sambil menggenggam tangannya,mengangkat keatas lalu menarik kebawah. Tiba-tiba Bagas sudah ada di belakang Edo dan mengagetkannya. ”Ada apa, Do,kelihatannya senang sekali.Dapat nomor togel ya? Jangan lupa traktir aku ya,” candanya. ”Ribut saja kamu, Gas.Ini aku lagi senang,dapat cewek cakep,putih mulus. Itu tuh,cewek Facebook yang tempo hari aku ceritakan ke kamu. Add-ku sudah dikonfirmasi,” ucap Edo 50
SIndikat Facebook
dengan wajah berbunga-bunga. ”Wah,putih mulus? Pocong mungkin, Do,hahaha.” “Sebentar ya, Gas,ini aku sedang asyik.Aku mau kirim pesan inbox ke dia.He he he.” “Oke-oke,Do.Dilanjut saja.Aku mengerti kok kalau ada teman yang otaknya lagi melayang-layang,” canda Bagas memberikan dukungan. Kemudian Edo mengirim pesan untuk mengucapkan terima kasih.Dalam benak Edo, ia berharap detik itu juga ada balasan dari Almira.Tapi malam itu Almira tidak online.Karena ia lagi sedih dan kangen terhadap anaknya yang tinggal di kampung bersama ibunya.Almira adalah wanita cantik dan lugu.Ia seorang TKW yang bekerja di Taiwan. Dua hari kemudian,Almira online dan membuka inbox. Ternyata ada kiriman pesan dari Edo.Setelah membaca pesan,rasa simpati terhadap Edo mulai tumbuh.Karena tidak semua teman-teman yang nge-add dirinya,memberikan ucapan terima kasih setelah dikonfirmasi.Biasanya setelah dikonfirmasi,lewat begitu saja.Tetapi Edo ini,lain.Sepertinya dia adalah orang yang perhatian.Karena merasa ada perhatian dari Edo,Almira membalas pesan dengan kata terima kasih juga. Semenjak itu Almira dan Edo mulai akrab.Mereka saling menukar nomor HP dan saling kirim pesan,juga saling kirim foto lewat HP.Rupanya Almira mulai tertarik terhadap Edo. Dikarenakan kata-kata manis Edo yang baru saja beberapa saat diterimanya.Edo menangkap perasaan Almira.Ia sedikit gede rasa.Tanpa membuang waktu,Edo langsung Imchana Abdul
51
menghubungi Almira saat itu juga.Supaya Almira benar-benar merasa diperhatikan. ”Halo, Al,kamu sibuk tidak?” bincang Edo dalam telepon. ”Ah tidak.Memangnya kenapa, Do?” “Tidak apa-apa.Aku kangen saja sama kamu.Soalnya kamu baik.Selain itu,kamu juga cantik.Hehehe,” ucap Edo dengan sanjungannya. “Ah, kamu bisa saja, Do.Masa baru beberapa saat ngobrol lewat inbox,sudah kangen,” ucap Almira malu-malu. “Benar kok.Aku sendiri juga heran.Tidak seperti biasanya,kalau aku kenal dengan wanita lain,biasa-biasa saja. Tapi dengan kamu ini kok ada perasan lain ya.” Edo yakin,suatu saat Almira pasti takluk tanpa syarat. ”TKW,mana ada yang cerdas.Duduk di bangku perguruan tinggi pun tidak pernah.Sedangkan yang bukan TKW saja,meskipun berpendidikan tinggi,jarang yang otaknya encer.Kalau cinta sudah membara,duitnya juga ikut membara dan hangus terbakar oleh api asmara.Hahaha.” ***
Mobil Bagas berhenti di depan pintu gerbang agak menyamping.Kemudian ia membuka pintu pagar dan melangkahkan kaki menuju beranda.Lalu ia duduk kemudian berdiri sambil menghubungi Elen melalui telpon genggamnya. ”Halo.., El,aku sudah ada di beranda tempat indekos kamu.” “Oke, Gas,aku segera keluar,” jawab Elen sambil 52
SIndikat Facebook
melangkahkan kaki menuju beranda untuk menemui Bagas. Sesampai di beranda,Elen melihat Bagas sedang berdiri manyun. ”Silahkan duduk, Gas.Kok berdiri.Seperti tidak ada kursi saja.Sudah biasa jadi kondektur ya,” canda Elen. “Iya.Kondektur di hatimu.Hehehe,” canda Bagas menirukan gaya bicara ABG. Kemudian mereka berdua duduk berhadapan. ”Ternyata kamu orangnya disiplin ya.Kamu datang tepat waktu,” ucap Elen sambil melemparkan senyum. ”Iya dong.Siapa dulu aku.Hehehe...,” jawab Bagas sambil menepuk dada tanpa memberikan kesan sombong. ”Ngomong-ngomong,ada hal penting apa yang ingin kamu bicarakan dengan aku? Sepertinya serius sekali.” Elen langsung menodong dengan sebuah pertanyaan.Karena sudah tidak sabar ingin mendengarkan pokok pembahasan. ”Begini El,aku mau menawarkan kamu untuk menjadi anggota di tim kerja kami.Kemarin aku sudah membahas dengan Erick untuk mengajak kamu bekerja dalam satu tim. Erick pun setuju.Pekerjaan ini memang berbahaya,tapi bisa mendatangkan duit yang tidak sedikit.Jujur saja,El,kami ini kan para sindikat dibawah pimpinan Erick.Kami mempunyai tiga mata bisnis,yaitu,bisnis narkoba jenis ganja,toko online,dan Love Scams.Bagaimana,kamu setuju?” ucap Bagas meyakinkan. Rupanya Elen juga tertarik dengan tawaran Bagas yang cukup menantang,tapi menghasilkan banyak duit itu. “Lalu aku ditempatkan di posisi yang mana?”
Imchana Abdul
53
“Kamu ditempatkan di posisi pengedar narkoba.” Elen terdiam sejenak dan memutar-mutar matanya. Rupanya hati dan isi kepalanya sedang menjalin komunikasi untuk mendapatkan kesimpulan,apakah ia sanggup atau tidak sebagai pengedar narkoba. ”Aku belum bisa menjawab sekarang.Aku butuh waktu untuk memikirkan hal itu.Beri aku waktu ya.” ”Kapan kamu memberi jawaban yang pasti?” ”Besok saja aku memberikan jawaban yang pasti. Malam ini aku akan mempertimbangkan masak-masak.Kalau perasaanku sudah pas,besok aku ingin bicara langsung dengan Bos kamu.Tolong besok jemput aku ya.” “Oke,El.Jam berapa kira-kira kamu dijemput?” “Ya..., jam-jam segini.” Kemudian Bagas melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.Jarum jam menunjukkan pukul sembilan pagi. ”Oke.Tunggu aku ya.Paling telat aku sampai disini,jam sembilan.Kalau begitu aku pamit dulu ya, El.” “Wah,kok keburu.Belum aku buatkan minum.” “Tidak usah, El.Tidak apa-apa.Terima kasih.” Bagas beranjak dari tempat duduknya lalu melangkahkan kaki menuju pintu gerbang.Elen mengiringi Bagas berjalan sampai di pintu gerbang. ”Oke, El,aku jalan dulu ya,” ucap Bagas sambil membuka pintu mobil. Mobil melaju dengan kecepatan standart.Di dalam 54
SIndikat Facebook
perjalanan,perasaan Bagas merasa lega,karena sudah mendengar jawaban yang memberikan harapan.Tetapi rasa was-was dan penasaran masih menghantui perasaannya sebelum ia mendengarkan jawaban yang pasti yang terlontar dari bibir mungil Elen. ”Wah,Bos pasti bakalan senang sekali jika Elen sanggup bergabung dalam tim kami.Dia cantik,cerdas dan supel.Bakalan meledak nih bisnis,” gumam Bagas sambil mendengarkan alunan saxonya Kenny G. ***
Bagas menaiki tangga menuju kamar Erick. Tok..tok... tok...”Masuk,” jawab Erick dari dalam kamar.Kemudian Bagas masuk kedalam kamar Erick. “Kok cepat datang kamu,Gas,” tanya Erick. “Iya,Bos.Aku tadi cuma menyampaikan pokok pembicaraan saja.Kemudian aku langsung pamit pulang. ”Bagaimana,apakah Elen setuju dengan tawaran kita?” tanya Erick tidak sabar untuk segera mengetahui informasi dari Bagas. “Begini, Bos,aku sudah menyampaikan seperti apa yang Bos bicarakan.Elen sepertinya setuju,tapi dia belum bisa memberikan jawaban yang pasti.Dia ingin bicara dan memberikan jawaban langsung kepada Bos.Dia akan datang kesini.Makanya dia meminta supaya aku besok menjemputnya,” jawab Bagas untuk meyakinkan Erick. Erick mendengarkan kata-kata Bagas dengan penuh perhatian.Ia terdiam sejenak,kemudian menggigit bibirnya
Imchana Abdul
55
dan memutar-mutar matanya.Ia tidak segera menimpali apa yang diucapkan Bagas.Sepertinya ia sedang memikirkan sesuatu.Tak lama kemudian, ”Oke, Gas.Besok kamu jemput dia tepat pada waktunya.Aku berharap dia bersedia bergabung dengan tim kita,” ucap Erick penuh harap. “Aku juga berharap seperti itu, Bos.Soalnya aku pribadi juga sudah merasa cocok jika bekerja sama dengan dia.Dia bukan hanya cerdas,tapi juga supel dan ramah.Sepertinya tipe-tipe wanita seperti dia agak susah dicari,” ucap Bagas untuk lebih meyakinkan Erick. ***
Jarum jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Perut Bagas sudah keroncongan minta diisi sesuatu.Bagas mengambil sebungkus mi instan kemudian merebusnya. Tak lupa ia membuat secangkir kopi.Kemudian ia melahap mi instan rebusannya,serta menyruput kopinya.Rupanya perutnya sudah tidak bernyanyi lagi.Ia mengambil sebatang rokok,lalu menghisapnya.Tak lama kemudian ia mengambil handuk dan melenggangkan kaki menuju kamar mandi.Tidak seperti biasanya.Ia tidak akan sarapan pagi sebelum mandi. Tapi kali ini,tidak.Mungkin perutnya sudah benar-benar lapar. Erick sudah tahu, bahwa pagi ini Bagas akan menjemput Elen.Ia bergegas menuruni tangga menuju lantai bawah,lalu berdiri diantara kursi dan meja yang terpajang di ruang tamu. Bagas keluar dari kamar sambil merapikan bajunya.Tanpa sengaja ia melihat Erick sudah berdiri di ruang tamu. “Eh,ada Bos,” sapanya. 56
SIndikat Facebook
”Bagaimana, Gas,sudah siap berangkat?’’ tanya Erick disertai tangannya menyodorkan dua lembar uang ratusan ribu. ”Uang buat apa, Bos?” “Untuk membeli bahan bakar.Bukankah bahan bakar di tangki mobil tinggal sedikit.Aku khawatir nanti kehabisan ditengah jalan.” “Baik-lah,Bos.Terima kasih.” Erick memang cukup pengertian dan perhatian terhadap anak buahnya.Maka tidak heran jika anak buahnya tunduk terhadap dirinya. Tak lama kemudian Bagas berpamitan kepadanya. “Bos,aku berangkat dulu ya.” “Oke,Gas.Hati-hati di jalan.” ***
Sementara, Elen di tempat kosnya menunggu Bagas dengan harap-harap cemas.Karena sudah lewat tiga puluh menit Bagas belum juga datang.Padahal Bagas berjanji,paling lambat jam sembilan.Sekarang sudah jam sembilan lebih tiga puluh menit.Elen khawatir terjadi sesuatu pada diri Bagas,di jalan. ”Ah,mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa padanya,” gumam Elen dengan rasa cemas. Perjalanan dari apartemen menuju tempat indekos Elen mengalami kemacetan.Karena ada sebuah kecelakaan antara sedan dan truck saling bertabrakan.Bagas sedikit Imchana Abdul
57
pusing.Karena sudah telat.Kemudian Bagas merogoh telphon selulernya dari saku,lalu menghubungi Elen. “Halo, El,ma’af.Ini aku sudah ditengah perjalanan,tapi jalanan macet.Karena ada kecelakaan.” “Tidak ap-apa,Gas.Santai saja.Aku menunggumu.Kamu jangan tergesa-gesa.Perhatikan keselamatan jiwa kamu.” “Baik-lah,El.Terima kasih.” Bagas menutup HP-nya.Pandangan matanya menatap ke depan,memperhatikan deretan kendaraan yang berjalan merayap karena terganggu kemacetan lalu lintas.Ia sedikit panik dan jenuh.Untuk menghilangkan rasa panik dan jenuhnya,maka dihidupkan tape mobilnya,lalu terdengarlah alunan ‘One Way’, lagu lawas dari suara emas Al-Jarreau. Tak terasa,ia sudah sampai di depan pintu gerbang Elen. ”Hmm...lega sudah.Akhirnya sudah sampai di tempat indekos Elen,meskipun laju kendaraan merayap,” gumamnya disertai dengan helaan nafas panjang. Elen yang dari tadi menunggu Bagas di beranda,merasa lega juga ketika mobil Bagas sudah muncul di depan pintu gerbang.Elen berjalan menuju pintu gerbang dan membukanya, lalu mempersilahkan Bagas masuk. “Ma’af, El,telat.Jalannya macet total.” “Ah,tidak apa-apa,Gas.Aku mengerti kok.Yang penting kamu datang dalam keadaan selamat.” “Oke,El,kita langsung berangkat saja ya.” “Apa kamu tidak mampir dan duduk-duduk dulu untuk minum kopi?” 58
SIndikat Facebook
“Tidak usah,terima kasih.” Bagas membukakan pintu depan mobil dan mempersilahkan Elen masuk.Kemudian Elen masuk dan duduk di jok depan,disamping kemudi.Bagas memutar badannya,berjalan menuju pintu kemudi mobil. Mobil melaju dengan kecepatan sedang.Lalu lalang kendaraan serta deretan toko-toko merupakan pemandangan abadi yang menghiasi sudut kota Jakarta.Sesekali mata Elen menatap keluar dari balik jendela kaca mobil. “Jakarta itu bising ya, Gas.Padahal aku sudah lama tinggal di Jakarta.Tapi aku masih tetap terganggu dengan kebisingan kota ini,” ucap Elen. “Sudah berapa lama kamu tinggal di Jakarta?” “Sudah lima tahun.” “Wah,lumayan lama juga ya.Jakarta bukan hanya bising, El,tapi juga kejam.” “Kejam bagaimana maksud kamu?” “Kalau kita tidak memiliki pekerjaan dan tidak punya duit,mana ada orang yang mau menolong kita.Dan lagi,mencari pekerjaan juga sangat sulit,walaupun di kota besar.Lapangan pekerjaan sempit.Padahal Indonesia ini sebenarnya negara kaya.Semua ini akibat dari para penguasa yang korup.Tidak memperhatikan nasib rakyat,dan mementingkan dirinya sendiri.Kalau ingin mendapat duit yang lumayan dan bisa untuk memenuhi kebutuhan hidup yang layak,pekerjaan apa saja kita santap.Yang penting dapat duit,” ucap Bagas panjang lebar,seperti orang ceramah.
Imchana Abdul
59
“Iya,kamu benar, Gas.Pertama kali aku menginjakkan kakiku di Jakarta,aku bekerja sebagai pelayan toko.Gajiku pas-pasan untuk membiayai hidupku.Tapi aku tetap berusaha menyisihkan sedikit uang tiap bulan untuk tabungan.Karena kondisi seperti itu, kemudian aku keluar dari pekerjaanku. Akhirnya aku bekerja di bar sebagai penyanyi,dengan gaji yang lumayan.Belum lagi kalau aku dapat tawaran sebagai wanita panggilan untuk memuaskan pria-pria hidung belang.Ini semua kulakukan karena keterpaksaan,yang akhirnya menjadi kebiasaan dan kebutuhan,” Elen bercerita secara blak-blakan sambil matanya menerawang ke depan dengan pandangan kosong. Tiba-tiba Elen teringat gelangnya yang raib,yang dicuri oleh Rudy yang membawa dirinya ke kamar hotel tempo hari. Ia lupa bahwa hukum karma itu pasti ada.Ia habis mencuri dompetnya Bagas,kemudian besoknya gelangnya dicuri oleh Rudy. Bagas menoleh dan menatap wajah Elen. “Hai, El,kok melamun?” “Aku teringat pria yang mencuri gelangku,Gas.Aku jengkel sekali.Awas, lain waktu kalau ketemu,aku pasti membuat perhitungan.” “Tenang saja, El.Nanti kalau kamu ketemu dia, segera hubungi aku.Biar kuhajar dia.Benar-benar kurang ajar itu pria.” Elen merasa lega mendengar kata-kata Bagas yang membela dan akan membantu dirinya.Setengah jam kemudian,mobil sudah sampai pada halaman apartemen. ”Ini apartemen kami, El,” kata Bagas. 60
SIndikat Facebook
Elen tersenyum sambil memandangi wajah Bagas. Selanjutnya,mereka berdua saling membuka pintu masingmasing,lalu turun dari kendaraan.Mereka berdua berjalan berdampingan.Elen ingin segera bertemu dengan Erick untuk menyampaikan kata setujunya. Bagas membuka pintu kamar apartemen dan mempersilahkan Elen masuk.Kemudian Elen masuk dan duduk di sofa sambil menunggu Erick turun dari kamarnya. ”Tunggu sebentar ya, El.Aku mau naik ke lantai atas menemui si Bos,”pinta Bagas dengan raut wajah sumringah. Elen menganggukkan kepala sambil melempar senyum,mengisyaratkan setuju dengan apa yang dikatakan Bagas. Bagas mengetuk pintu kamar Erick.Erick membukakan pintu dan mempersilahkan Bagas untuk masuk. “Ma’af, Bos,terlambat.Tadi waktu berangkat ada kecelakaan.Jalanan jadi macet total.” “Tidak apa-apa,santai saja.Yang penting,kamu datang dengan selamat.Mmm...,si Elen mana?” “Elen ada di lantai bawah.” “Oke.Mari kita turun.” Erick dan Bagas menuruni tangga menuju lantai bawah untuk menemui Elen.Tak lupa Erick menyapa Elen dengan penuh keakraban. “Halo, El,apa kabar?” “Kabar baik, Mas.” “Syukurlah.” Imchana Abdul
61
“Mas Erick baik-baik juga,bukan?” “Yah...,seperti yang kamu lihat sendiri,” jawab Erick sambil mengangkat kedua bahunya dan membuka kedua telapak tangannya serta mengangkat kedua alisnya. Elen memandangi bahasa tubuh Erick dengan aura wajah penuh dengan keakraban disertai senyum manisnya. “Oh ya,Gas,tolong ambilkan Elen soft drink di kulkas.” Bagas melangkahkan kaki menuju dimana kulkas itu berada.Ia mengambil tiga kaleng soft drink.Lalu meletakkan di depan masing-masing mereka duduk . “Oke,El,ngomong-ngomong,kita langsung membahas pokok pembicaraannya saja ya.” “Iya, Mas.” “Aku rasa Bagas sudah menyampaikan informasi semuanya terhadap kamu.Yah,memang pekerjaan ini beresiko,tapi cukup menjanjikan penghasilan yang tidak sedikit.” Elen terdiam mendengarkan ucapan Erick.Sementara Bagas yang duduk di depannya manggut-manggut menandakan rasa setuju dengan apa yang disampaikan Erick kepada Elen. “Bagaimana,El,kamu setuju?” tanya Erick menambahkan pembicaraannya. “Iya,Mas.Aku sudah memikirkan masak-masak tentang hal itu.Aku rasa,aku setuju.Tetapi ada satu hal yang ingin aku tanyakan.” “Silahkan,El.Kita terbuka saja.Hal apa yang ingin kamu tanyakan?” “Sebelumnya aku minta ma’af,apabila pertanyaanku 62
SIndikat Facebook
ternyata menyinggung perasaan mas Erick,” ucap Elen,kemudian ia terdiam. Erick dan Bagas penasaran serta merasa khawatir dengan kata-kata Elen yang penuh dengan tanda tanya itu. “Tidak apa-apa,El.Ayo,diteruskan saja pertanyaannya.” Elen terdiam sejenak. “Terima kasih,Mas.Begini,jika aku bergabung sebagai anggota dalam kelompok ini,apakah keselamatan jiwaku terjamin? Maksudku,apakah kelompok ini bisa melindungi aku jika terjadi sesuatu yang membahayakan dalam diriku?” “Hehehe,itu pertanyaan yang bagus.Kamu tidak perlu khawatir.Kami adalah kelompok yang kompak.Tentunya kami akan saling melindungi antara individu yang satu dengan individu yang lain.Sekali lagi,kamu tidak perlu khawatir,” jawab Erick untuk meyakinkan Elen. “Terima kasih, Mas.Kalau begitu,aku setuju dengan sepenuh hati tanpa ada rasa ragu.” “Terima kasih banyak,El.Mulai detik ini,kamu sudah menjadi bagian dari anggota kami.Yang aku inginkan dan aku harapkan,kamu bisa bekerjasama dengan baik dan kompak dalam tim ini.Yang kita tanamkan disini adalah kekeluargaan. Aku yakin kamu bisa,” ucap Erick memberikan semangat dan pujian terhadap Elen. Elen merasa tersanjung. “Semoga aku bisa.Kalau misalnya ada cara kerjaku yang kurang baik,tolong diingatkan ya.Mengingat baru kali ini aku terjun di dunia bisnis yang membahayakan.” “Oh,tentu.Bukankah kita menginginkan kekompakan Imchana Abdul
63
dalam tim ini?” ucap Erick tanpa membutuhkan jawaban. Elen mengangguk-angguk,sambil menatap mata Erick dengan serius. “Oke.Masih ada uneg-uneg yang masih ingin disampaikan lagi?” tanya Erick selanjutnya. “Tidak,Mas.Aku rasa sudah cukup.” “Terima kasih,” ucap Erick.Kemudian,ia berjabatan tangan dengan Elen dengan wajah berbunga-bunga. “Ayo,silahkan diminum softdrink-nya,El,” ucap Erick selanjutnya. “Iya,Mas.Terima kasih,” jawab Elen,dengan menganggukkan kepala dan melemparkan senyum dari bibir mungilnya.Kemudian tangannya meraih kaleng softdrink yang ada di depannya. Ketika Elen akan berpamitan,tiba-tiba ada yang membuka pintu.Ternyata yang datang, Edo,Irwan dan David. ”Wah,rupanya ada tamu istimewa nih,” canda Edo sambil melepaskan jaketnya. Elen memberikan senyuman.Menatap satu persatu wajah mereka lalu memberikan salam. Irwan dan David kemudian duduk satu meja dengan Erick,Bagas,dan Elen.Sementara Edo membuka kulkas dan mengambil tiga kaleng softdrink untuk dibagikan kepada Irwan,David dan dirinya sendiri,lalu ia bergabung bersama mereka. ”Apakah kamu sudah lama El disini?” tanya Edo dengan ramahnya sambil meminum softdrink-nya. 64
SIndikat Facebook
”Lumayan,belum lama.Tadi aku hampir mau pamit.Tapi tiba-tiba kalian datang.Ya sudah,aku urungkan niatku,” jawab Elen yang tak lupa selalu memberikan senyuman. “Nah,mumpung sekarang kalian sudah berkumpul,apakah tidak sebaiknya kita membahas mengenai tempat-tempat dimana kalian mengedarkan barang terlarang itu?” ucap Erick terhadap kelima anak buahnya.Kemudian ia melirik ke arah Elen. “Bagaimana,El? Apakah kamu keburu pulang?” “Tidak, Mas.Aku tidak keburu pulang.Kita lanjut saja apa yang akan dibahas.” “Baiklah,terima kasih,El.” “Oke,kawan-kawan.Kita mulai apa yang akan kita bahas,” imbuh Erick. Rencana Erick disambut dengan penuh semangat oleh anak buahnya,termasuk Elen sebagai anggota baru. “Edo,yang menguasai wilayah Batam.Kamu aku tugaskan untuk menguasai pangsa pasar,terutama di Astronot Discotik. Irwan dan David,aku tugaskan di wilayah Bali.Elen dan Bagas,aku tugaskan di wilayah Jakarta.Bagaimana,apakah kalian semua setuju dan apakah ada yang ingin memberikan masukan?” Edo,Bagas,Irwan,David dan Elen saling berpandangan sejenak sambil manggut-manggut,menandakan rasa setuju dengan apa yang diucapkan oleh Erick mengenai pembagian wilayah masing-masing. “Untuk sementara, kami tidak memberikan masukan.
Imchana Abdul
65
Kami semua setuju dengan apa yang Bos sampaikan,” ucap Bagas mewakili teman-temannya dalam merespon ucapan Erick. “Oke,terima kasih semuanya,” ucap Erick menutup pembicaraan dalam diskusinya. Ini adalah pekerjaan baru yang dihadapi Elen,yang sebelumnya belum pernah sama sekali ia dilakukan.Tetapi bagi Elen,itu tidak terlalu sulit dan no problem.Karena pemandangan seperti itu sudah biasa di matanya.Adapun taktik untuk mengelabuhi polisi,tidak menjadi masalah. Beberapa saat kemudian,Elen pamit pulang.Tetapi temantemannya mencegahnya.Karena mereka merasa senang dengan kehadiran Elen dan ingin ngobrol-ngobrol dulu. Dengan penuh pengertian,kemudian Edo menghubungi rumah makan terdekat lewat HP dan memesan makan siang untuk segera dikirim ke apartemen-nya.Tidak menunggu waktu yang lama,ada yang mengetuk pintu.Ketika Irwan membukanya,di depan pintu sudah muncul pelayan rumah makan yang mengantarkan enam porsi nasi bebek goreng lalapan.Irwan membawanya masuk,dan meletakkan enam porsi nasi bebek di karpet yang digelar di lantai.Tak lupa David mengambil enam botol air mineral dingin ukuran 500 ml dari kulkas,lalu meletakkan di karpet. Kebersamaan adalah suatu hal yang indah.Apapun profesinya dan status sosialnya.Begitu juga dengan apa yang dialami Erick dan kelompoknya.Meskipun mereka menjalankan sepak terjangnya di dunia hitam,tetapi kekompakan serta kerukunan dalam berinteraksi tetap berjalan dan terjaga 66
SIndikat Facebook
dengan baik.Baik kekompakan didalam pekerjaan maupun kekompakan diluar pekerjaan.Rasa kekeluargaan yang disertai dengan humor-humor menyegarkan benar-benar ditanamkan dihati mereka oleh Erick. Disela-sela menikmati makan siangnya,mereka saling menyelipkan obrolan-obrolan ringan untuk lebih menyemarakkan dan menambah rasa keakraban. “Bagaimana El,kira-kira kamu nantinya betah apa tidak bergabung bersama kami?” tanya Edo. “Ya betahlah.Kan ada aku yang paling ganteng sedunia... hehehe....,” sahut Irwan. “Dasar kampret kamu.Aku yang bertanya kepada Elen, kok kamu yang menjawab,” ucap Edo sambil nonjok pundak Irwan tanpa bermaksud menyakiti, serta diselingi ketawa kecil. “Ya betahlah,Do.Aku sudah merasakan, kalian penuh pengertian dan perhatian.Jadi,tidak ada alasan untuk tidak betah.Oh ya,habis makan siang ini aku mau pamit pulang.Yang mengantar aku pulang terserah,siapa saja diantara kalian.Yang penting aku bisa sampai di tempat indekos dengan aman dan selamat,hehehe,” ucap Elen disertai senyum manis. ***
Imchana Abdul
67
6
Bertemu Teman Lama
M
alam itu Elen dan Bagas memasuki B1 diskotik.Mereka dudukduduk sambil menikmati sesloki miras.Tak lupa mereka berdua menggoyang-goyangkan kepalanya mengikuti hingarhingarnya alunan musik yang memenuhi ruang diskotik.Tanpa sengaja mata Elen tertuju pada sosok pria yang tidak asing lagi baginya,yaitu Rudy yang pernah mengencaninya,sekaligus mencuri gelang emasnya.
“Sstt....,target sudah kudapat,” ucap Elen sambil mencolek-colek tangan Bagas. “Maksud kamu?” tanya Bagas dengan penuh keheranan. Dan matanya menatap tajam ke arah Elen. “Itu tuh si Rudy datang juga di tempat ini.Mari kita sembunyi untuk ikuti dia,” bisik Elen. Kemudian Elen dan Bagas mengikuti langkah Rudy tanpa sepengetahuannya.Pada saat yang tepat,Elen menegur Rudy,“Selamat malam, Mas Rudy...” Rudy merasa kaget,karena tiba-tiba ada yang menegurnya. Ia tidak mengenal suara itu.Tapi,begitu ia menoleh,ia lebih kaget lagi.Ternyata yang menegur adalah Elen,wanita yang 68
SIndikat Facebook
pernah dikencani di kamar hotel dan dicuri gelangnya. “Ma..,malam juga,” jawab Rudy dengan suara gugup,disertai ekspresi wajah yang sedikit ketakutan. Rupanya Bagas sudah tidak sabar lagi untuk segera memberikan bogem ke wajah Rudy.Bagas langsung menarik tangan Rudy dengan kasar,dan membawanya ke tempat yang sepi. ”Ada apa ini.Main tarik tangan orang saja,” tanya Rudy dengan nada suara emosi. ”Sudahlah,tidak usah banyak bicara.Kembalikan gelangnya Elen!” ucap Bagas tak kalah emosi. ”Gelang yang mana?” tanya Rudy pura-pura tidak tahu. “Dasar,anjing kamu.Kamu mencuri gelangnya Elen,waktu kamu membawa dia ke kamar hotel,” umpat Bagas.Bumm ! satu bogem langsung melayang ke wajah Rudy. Elen menyaksikan pemandangan di depan matanya dengan ekspresi wajah bengong. ”Aku tidak mengambilnya!” ucap Rudy dengan tekanan nada suara tegas. ”Masih tidak mau mengakui juga.Mau mati kamu ya!” gertak Bagas. ”Oke-oke,lain waktu saya kembalikan.Kita ketemu di sini. Ini kartu namaku,” ucap Rudy yang kemudian tangannya mengambil dompet yang ada di dalam sakunya,lalu mengambil kartu nama dan memberikan kartu nama tersebut kepada Bagas. ”Awas! jika kamu bohong.Nyawamu taruhannya!” ancam Imchana Abdul
69
Bagas dengan tatapan mata geram. Tak lama kemudian mereka menyebar.Elen dan Bagas kembali menghampiri meja di dalam ruang diskotik.Bagas melihat kartu nama yang baru saja diterima dari Rudy. “Dia tinggal di Jakarta Selatan,tepatnya di wilayah Cilandak,” ucap Bagas sambil melihat-lihat kartu nama,lalu meletakkan kartu nama tersebut di meja. “Semoga dia tidak membohongi kita,” sambung Elen sambil mengambil kartu nama Rudy. “Kartunya kamu simpan saja, El.Kalau dia tidak menepati janji,kita melacak ke rumahnya.Apakah betul kartu nama yang diberikan itu asli.” “Iya, Gas.Semoga dia tidak berbohong.” Bisingnya hentakan musik disco yang ditunjang oleh remang-remang indahnya kerlap-kerlip sorot lampu , serta lalu-lalang para pencari kebahagiaan semu dan kepulan asap rokok,memenuhi ruangan.Tidak ketinggalan gelak tawa para pengunjung yang memadati ruangan juga ikut meramaikan suasana yang sarat dengan nafsu birahi itu. Elen dan Bagas sebenarnya ingin melanjutkan minum.Tapi mereka ingat tugas dan tanggung jawabnya sebagai pengedar ganja.Kalau menuruti keinginan untuk minum,mereka khawatir teler dan tujuan utamanya bisa terbengkelai. “Mari kita melantai, El,” ajak Bagas sambil menarik tangan Elen. “Hmm..,itu ide yang bagus,’’ jawab Elen yang disusul dengan kerlingan mata.
70
SIndikat Facebook
Dari kejauhan seorang pemuda yang sedang duduk sendirian,memandangi Elen. “Wanita itu sepertinya Elen.Aku akan mendekati dia,apakah betul dugaanku,” gumamnya. Kemudian laki-laki itu mengayunkan langkahnya menuju meja Elen.Begitu sudah mendekati meja,“Dugaanku tidak meleset.Dia memang Elen,temanku waktu SMA,” gumamnya kemudian. Ketika Elen dan Bagas akan beranjak dari tempat duduknya,tiba-tiba ada suara yang mengagetkannya dari balik punggungnya. “Hai, El,apa kabar?” sapa pemuda itu. Elen tidak segera menjawab sapaan ramah dari pemuda itu. Kemudian Elen membalikkan punggungnya dan berhadapan dengannya.Sepertinya Elen lupa-lupa ingat terhadap pemuda yang berada di hadapannya itu.Elen menyipitkan mata dan memandangi pemuda itu sambil melempar senyum. “Waduh ma’af,siapa ya.Sepertinya aku lupa-lupa ingat. Sebentar-sebentar, aku ingat-ingat dulu ya,” kata Elen sambil memegang-megang jidatnya sendiri.Tak lama kemudian ia membelalakkan mata indahnya. “Ooo....Rico ya,teman SMA,” katanya kemudian. “Tepat sekali.Ternyata daya ingat kamu masih tajam juga, El.” “Sialan kamu.Kamu pikir nenek-nenek,gampang lupa,” jawab Elen,kemudian disambung dengan tawa bersama. “Kamu juga kok masih ingat dengan aku,” ucap Elen selanjutnya. “Dari tadi aku mengawasi kamu terus.Aku penasaran. Imchana Abdul
71
Apakah kamu memang benar-benar Elen.Makanya aku mendekat.Setelah aku yakin,bahwa kamu memang benarbenar Elen,aku langsung menyapamu.” “Terima kasih ya,Ric,kamu masih ingat dengan aku.” “Sama-sama,El.Aku senang,kita bisa bertemu kembali.” “Ayo Mas,silahkan duduk,” ajak Bagas dengan ramahnya. “Terima kasih,” jawab Rico. Kemudian mereka bertiga ambil posisi duduk masingmasing dan menghadap ke meja. “Mau minum, Ric?” ucap Elen yang kemudian menyodorkan botol miras. “Terima kasih, El,” jawab Rico,lalu ia menuangkan sesloki miras. “Oh ya Ric,kenalkan ini temanku, Bagas.” Rico dan Bagas saling berpandangan,lalu berjabatan tangan.Mereka saling menyebut nama dirinya masing-masing. Seperti tak sabar,Rico mulai melakukan perbincangan dengan Elen.Bagas menyadari hal itu. “Sudah berapa tahun kita tidak ketemu ya,El?” “Sudah 13 tahun semenjak lulus SMA.Kamu kok masih ingat aku sih, Ric,” ucap Elen mengulangi kata-katanya lagi. “Ya ingat dong.Orang secantik dan sebaik kamu tidak patut untuk dilupakan,” canda Rico diiringi senyuman sambil mencolek tangan Bagas. Bagas membalas senyuman Rico,menandakan setuju dengan apa yang dikatakan Rico. “Dasar.Dari dulu kamu tetap saja suka ngegombal. 72
SIndikat Facebook
Nanti aku laporkan kepada istri kamu lho,” canda Elen tanpa bermaksud menyinggung perasaan Rico. “Jangankan istri.Pacar saja belum punya kok.Hehehe.” “Eh,ternyata kamu masih suka minum ya,Ric,” Elen mengalihkan pembicaraan. “Ya.Tapi sekarang sudah berkurang.” “Ngomong-ngomong,kamu masih jadi pemakai atau sudah naik jabatan menjadi bandar?” canda Elen disertai lemparan senyum manisnya. “Aku sekarang jadi pemasok,El.Soalnya mencari pekerjaan susah sih.Yang sarjana saja banyak yang menganggur,apalagi yang hanya tamat SMA seperti kita-kita ini,” jawab Rico dengan mimik serius. “Hmm...,pucuk dicinta,ulam tiba.Rupanya rejeki tidak bisa ditolak.Melalui Rico,semoga pangsa pasar bisa sesuai dengan rencana,” gumam Elen. “Kamu order barang itu dari mana?” tanya Elen. “Aku mengambilnya dari Aceh.Itupun kalau ada yang berkualitas.Kalau barang dari Aceh tidak memenuhi syarat,aku bisa mengambil dari teman-teman yang lain,” jawab Rico. Elen memperhatikan dengan serius apa yang diucapkan Rico,serta mengangguk-anggukkan kepalanya. Jarum jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam.Rupanya rasa kantuk sudah membebani mata Elen. Hal itu disadari oleh Rico.Sebenarnya Rico masih betah ngobrol-ngobrol dengan Elen.Tapi karena keadaan tidak memungkinkan,kemudian Rico pamit. Imchana Abdul
73
“Oke,El.Terima kasih.Aku mau jalan dulu ya.Lain waktu obrolan kita disambung lagi,” ucap Rico sambil mengangkat tubuhnya dari kursi. “Oke,Ric.Terima kasih kembali.” “Oh,ya,El.Minta kartu namanya ya.” Kemudian Elen dan Rico saling menukar kartu nama. “Lain waktu aku main ke tempat kos kamu ya,El,” “Boleh,silahkan.Dengan senang hati.Aku tunggu ya.” “Kok keburu, Mas,” tanya Bagas. “Iya nih,ada urusan.Mari Mas,El,aku jalan dulu ya.Sampai ketemu di lain waktu,” pamit Rico terhadap Bagas dan Elen. Rico melangkahkan kaki meninggalkan mereka berdua menuju pintu keluar.Ia merasa bahagia bisa ketemu teman lama.Di mata Rico,Elen adalah sosok teman yang hangat dan menyenangkan serta sangat perhatian. “Gas,aku sudah mengantuk.Antarkan aku pulang ya.” “Baiklah,El.” Di dalam perjalanan menuju tempat indekos, Elen terdiam dan tidak bicara sepatah katapun.Bagas dibuat bingung. Karena tidak seperti biasanya.Kalau sudah berdua di dalam mobil,Elen yang lincah,selalu ada saja yang diceritakan.Elen sedikit cerewet,tapi sangat menyenangkan setiap orang yang diajak ngobrol.Sebenarnya Bagas ingin menanyakan sesuatu dan ingin tahu lebih banyak tentang Rico.Tetapi ketika Bagas menoleh dan menatap wajah Elen yang ada disampingnya,niatnya diurungkan.Karena melihat Elen yang sudah menyandarkan badannya di jok dalam kondisi mata 74
SIndikat Facebook
terpejam.Rupanya Elen tertidur. Meskipun sudah jam dua belas malam lebih,suasana ibu kota masih tetap ramai.Tidak ada bedanya antara siang dan malam.Padatnya gedung-gedung perkantoran dan pertokoan yang ditunjang oleh hiruk pikuk dan bisingnya kendaraan serta kerlap-kerlip lampu-lampu di jalanan, menghiasi pekatnya malam dan hembusan angin di bawah langit yang sedikit mendung. Bagas menghentikan mobilnya tepat di depan pintu gerbang indekos Elen.Melihat Elen yang terlelap tidur,Bagas ada rasa tidak tega untuk membangunkannya.Kemudian dengan pelan-pelan Bagas mencolek-colek tangan Elen untuk membangunkannya.Elen membuka matanya sepertinya berat sekali.Perlahan ia menoleh ke arah luar jendela,dan matanya menatap ke arah pintu gerbang. “Sudah sampai ya, Gas.” “Sudah, El.” Elen turun dari mobil,lalu melangkahkan kaki menuju pintu gerbang,kemudian membukanya. “Aku pulang dulu ya,El.” Elen menoleh ke arah Bagas. “Iya,Gas.Terima kasih ya,sudah merepotkan kamu.” “Ah,tidak apa-apa.” “Hati-hati di jalan ya.” “Iya,El.Terima kasih.” *** Imchana Abdul
75
HP berdering.Elen melihat jam dinding menunjukkan pukul enam pagi. ”Telpon dari siapa ya?” gumamnya.Ia mengangkatnya,tapi ragu.Karena nomor itu tidak tersimpan di HP-nya. “Selamat pagi cantik.” “Ma’af,ini siapa ya?” “Ini teman kamu SMA yang paling ganteng sedunia,Rico,” jawab Rico dengan seriusnya. “Dasar kamu Ric,hehehe...,ma’af aku belum menyimpan nomor kamu.Soalnya semalam waktu pulang dari bar,aku langsung tidur. Makanya aku tidak tahu.Aku pikir,nomor siapa ini?” “Santai saja,El.Eh,nanti agak siang sedikit kamu ada acara atau tidak? Aku ingin main ke tempat kos kamu.” “Aku tidak kemana-mana.Aku di rumah saja.Baiklah,aku tunggu.” “Terima kasih.Aku tutup dulu telponnya ya.Ma’af,aku sudah mengganggu kamu.” “Ah,tidak apa-apa.Terima kasih,Ric,” ucap Elen menutup pembicaraan. Sudah menjadi rutinitas Elen kalau pagi pasti membersihkan kamar dan merapikannya.Elen tidak bisa melihat suasana kamar yang kotor dan berantakan.Setelah semuanya beres ia baru mandi dan dandan rapi. Baru selesai dandan,HP-nya berdering lagi.Ia segera mengangkatnya.Ternyata telpon dari Rico.Dia sudah menunggu di beranda.Elen segera keluar dari kamar dan menemui Rico. 76
SIndikat Facebook
Pertemuan ini membuat keduanya bahagia sekali. Sejak SMA, Elen dan Rico memang sudah akrab.Mereka mempunyai kepribadian yang hampir sama,dan memiliki hobby yang sama juga,sama-sama suka minum dan terkadang mengkonsumsi barang haram tersebut.Selepas SMA antara keduanya tidak ada komunikasi karena terpisahkan oleh jarak dan kesibukan masing-masing. “Aku sama sekali tidak percaya dengan pertemuan ini,El. Andaikan semalam aku tidak ke B1,mungkin aku tidak bisa ketemu kamu.Oh ya,pria yang kemarin malam bersama kamu itu, apakah pacar kamu?” “Bukan, Ric.Dia teman kerjaku.” “Teman kerja di bar,maksudnya?” “Bukan.Sekarang aku bekerja bergabung dengan dia,mengedarkan barang haram,” jawab Elen tanpa menutupnutupi apa pekerjaan barunya. “Barang haram jenis apa yang kamu maksud?” “Barang haram jenis narkoba,tepatnya ganja.” “Oh,jantan sekali kamu,El,” canda Rico. “Hehehe.” Elen menjawab hanya dengan ketawa kecil. “Selain itu,pekerjaan kamu apa?” tanya Rico penuh selidik. “Aku juga bekerja sebagai penyanyi nightclub,dan juga....” Elen tidak melanjutkan kata-katanya.Matanya berkacakaca menahan sesak di dada. “Dan juga apa,El?” tanya Rico penasaran. “Aku juga bekerja sebagai wanita panggilan.Kamu tahu sendiri kondisi ekonomi keluargaku di kampung.Aku rela Imchana Abdul
77
berkorban demi untuk menghidupi keluarga.Kalau bukan aku,siapa lagi?” Rico terdiam mendengarkan pengakuan Elen secara blakblakan.Hatinya tersentuh dan terbersit rasa kasihan.Tetapi ia tidak bisa berbuat apa-apa.Ia tidak mempunyai kemampuan untuk menolong Elen mencarikan pekerjaan yang layak dan halal.Ia sendiri juga berkecimpung di dunia hitam. “Sudahlah, El,kamu tidak usah bersedih.Ini namanya perjalanan hidup.Mau atau tidak mau,kita jalani saja.Kamu harus semangat,” kata Rico menghiburnya tanpa bermaksud menggurui. Elen melempar senyuman,walaupun guratan-guratan rasa sedih masih tersirat dari wajah dan pancaran mata indahnya. Tapi kata-kata Rico bisa sedikit menghibur dan meringankan beban di hatinya. “Sekarang aku sedikit pusing.Persediaan barang sudah habis.Padahal permintaan barang,mengalir,” ucap Rico mengalihkan pembicaraan. “Tenang saja, Ric.Bagaimana kalau kamu aku kenalkan kepada Bos aku.Sekalian kamu memesan barang itu.” “Betul, El?!” ucap Rico keheranan,seolah tidak percaya. “Iyalah,Ric.Masa aku bohong sih.” “Lalu,kapan kamu mengajak dan memperkenalkan aku dengan Bos kamu?” tanya Rico dengan rasa tidak sabarnya. “Sekarangpun bisa,kalau kamu mau.” “Bagus,El.Terima kasih ya.” Dengan menunggang vespa antiknya,Rico membonceng 78
SIndikat Facebook
Elen meluncur ke apartemen Erick. Walaupun suasana masih dibilang pagi,teriknya matahari tidak bisa menyembunyikan diri dan tidak dirasa oleh Rico dan Elen.Mengingat pundipundi uang yang akan didapat nanti tidak sedikit,jika barang tersebut sudah ada ditangannya.Rico sangat optimis dan bersemangat. ***
Erick merasa kaget saat Elen memperkenalkan Rico terhadap dirinya.Ia pikir,pemuda itu pacarnya Elen.Elen meninggalkan Rico di sofa sendirian,lalu ia berbicara panjang lebar dengan Erick tentang Rico,di depan kamar Erick.Erick menyetujuinya dengan apa yang dikatakan Elen.Kemudian Erick menghampiri Rico yang sedang duduk di sofa. Sambil menjabat tangan Rico,“Aku sudah mendengar semua cerita dari Elen tentang kamu,dan tujuan kamu datang kemari.Baiklah, aku setuju,” ucap Erick dengan ramahnya dan tanpa basa-basi. “Terima kasih, Mas.Aku sempat khawatir kalau Mas Erick tidak mau menerima aku sebagai partner kerja.” “Santai saja, Ric.Mas Bos ini orang paling baik se dunia kok,” canda Elen sambil melirik ke arah Erick. Erick hanya tersenyum sambil melihat wajah Elen,mendengar pujian yang baru saja di dengarnya itu. “Prosedur pembayarannya bagaimana,Mas?” tanya Rico. Erick memberikan catatan nomor rekening. “Ini nomor rekeningku,Ric.Kalau uang sudah masuk di rekening,barang Imchana Abdul
79
baru bisa diambil.” “Terima kasih, Mas.Aku mengerti.” “Jika uang sudah ditransfer,tolong hubungi aku ya.” “Iya, Mas.” Erick merasa beruntung memiliki anak buah seperti Elen.Memang benar dengan apa yang dikatakan Bagas.Ia memang lincah dan pintar.Dalam hitungan waktu yang tidak lama,ia sudah bisa menarik simpati pembeli,sehingga pembeli mengambil order yang tidak sedikit.Erick membayangkan gebogan ratusan ribu bakal mengalir di rekeningnya.Ia memprediksikan,selama Elen tetap bergabung dengan timnya,ia akan kebanjiran order.Maka,jangan sampai ia membuatnya kecewa,apalagi menyakitinya.Ia harus memperhatikan dan memanjakannya. Erick membawakan softdrink buat Elen dan Rico.Kemudian meletakkannya di depan masing-masing. “Waduh, Mas,kok repot-repot,” ucap Rico. “Ah,tidak.Cuma minuman saja kok.Ayo diminum.” “Ayo Ric,diminum,” ajak Elen,menambahkan. “Iya,terima kasih.” Kemudian Rico meminumnya. “Oh,ya.Kapan Mas,barang bisa diambil?” tanya Rico. “Kalau bisa secepatnya saja.” “Oke,Mas.Besok barang aku ambil ya.Nanti malam uang ku transfer melalui SMS bangking. ***
80
SIndikat Facebook
7
Kecelakaan Maut
P
ekatnya malam yang terhiasi oleh bertaburnya bintang-bintang di langit mulai menyapa.Elen dan Bagas menunggu Rudy di tempat yang dijanjikan,di B1.Sambil menunggu Rudy,mereka ditemani sebotol miras.Tak lama kemudian Rudy datang menghampiri mereka berdua.Tanpa duduk terlebih dahulu,ia langsung merogoh saku celana panjangnya dan mengeluarkan seuntai gelang,kemudian mengulurkan kepada Elen,serta mengucapkan kata ma’af.Rudy adalah seorang residivis.Ia merupakan Daftar Pencarian Orang. Makanya ia tidak bisa berlama-lama di tempat seperti itu,takut ketahuan polisi.
“Hehehe...,akhirnya kembali juga gelangku,” ucap Elen sambil menciumi gelangnya. “Makanya lain kali jangan membawa barang berharga kalau lagi berjalan dengan pria lain,” ucap Bagas memberi nasehat dengan seriusnya. Elen terdiam dan merasa bersalah terhadap Bagas.Ia akan minta ma’af atas perbuatannya mencuri dompetnya waktu pertama kali bertemu di bar,tapi tidak ada keberanian.Ia khawatir persahabatan yang dibina selama ini dan hubungan Imchana Abdul
81
kerjanya buyar. ”Ternyata Bagas adalah pria yang baik.Aku sangat menyesal telah mencuri uangnya.Lalu aku harus bagaimana? Aku bingung,” gumamnya. “Kok, melamun? Pasti kamu tidak mendengar apa yang ku katakan.” “Mendengar,Gas.Tiba-tiba aku teringat keluargaku yang di kampung.Sudah hampir setahun aku tidak mudik,” ucap Elen menutupi kegalauannya dengan cara berbohong. “Ya sudah,lain waktu kalau ada kesempatan,kamu bisa mudik.Atau nanti aku bicarakan sama Erick, masalahmu.” “Jangan,Gas.Terima kasih.Aku baru saja bekerja,masa sudah minta ijin pulang.Kurang etis.Aku tidak enak hati.” “Baiklah kalau begitu.Bagaimana baiknya saja menurut kamu.” Elen dan Bagas semakin lengket.Satu sama yang lain saling perhatian dan pengertian.Benih-benih cinta mulai tumbuh diantara keduanya.Tetapi kedua anak manusia ini merasa canggung untuk menunjukkan rasa ketertarikannya. Karena khawatir,jika antara keduanya menyatukan hatinya dalam urusan pribadi,suasana jadi berubah.Dan dampaknya ke urusan pekerjaan.Meskipun rasa cinta adalah hak setiap insan yang ada di bumi ini,tapi rasa itu dipendam oleh dua insan yang sedang sama-sama jatuh hati ini. Ketika keduanya terbuai oleh lamunan dan diam terpaku,tanpa sengaja mereka saling bertatapan mata. Bukan Elen namanya kalau tidak bisa mencairkan suasana. Elen mengajak Bagas beranjak dari tempat duduknya untuk mencari konsumen.Mereka berjalan diantara kerumunan 82
SIndikat Facebook
orang-orang yang memadati B1.Dalam hitungan menit,Bagas sudah mendapatkan target,lalu ia melakukan transaksi.Karena sebelumnya Bagas sudah mengincer target tersebut sebagai konsumen barang terlarangnya.Sementara, Elen berdiri disamping Bagas dan memperhatikan tingkah laku Bagas yang lihai dalam bertransaksi. Begitu sudah melakukan transaksi,Bagas meraih tangan Elen dengan maksud untuk kembali duduk ke tempat semula. Elen mengikutinya.Lalu mereka duduk berhadapan. “Kamu canggih sekali ya dalam bertransaksi,” kata Elen memuji Bagas. “Hehehe..,ini sudah pekerjaan sehari-hari.Aku usahakan secanggih mungkin dalam melobi dan bertransaksi dengan konsumen.” “Oh ya.David dan Irwan sedang apa ya di Bali? Tiba-tiba aku kok ingat mereka berdua.” “Ya....,tentunya sedang beraktivitas seperti kita.” “Semoga aktivitasnya lancar ya,tidak menemui kendala.” “Iya,El.Semoga.Kita semua saling mendo’akan. ***
Selama menginjakan kaki di Bali, Irwan dan David memilih untuk mencari tempat tinggal yang terpisah,tetapi masih dalam satu wilayah,yaitu di wilayah Kuta.Dengan tujuan,supaya sepak terjangnya di dunia hitam tidak dicurigai oleh orangorang yang tinggal disekililingnya.Adapun pertemuan antara keduanya dilakukan diluar tempat tinggal mereka secara Imchana Abdul
83
sembunyi-sembunyi.Sikap sopan dan ramah merupakan agenda utama yang harus dan selalu mereka tampilkan kepada semua orang.Supaya orang-orang yang mengenalnya ataupun tidak mengenalnya, bisa menaruh rasa simpati dan terkelabuhi oleh profesinya yang membahayakan itu. Hujan rintik-rintik disertai tiupan angin spoi-spoi, menambah dinginnya malam. Terangnya lampu-lampu yang terpajang di jalanan, menyoroti deburan ombak di pantai Kuta yang terlihat remang-remang, menambah suasana hati merasa dingin dan gembira bagi siapapun yang bisa menikmati indahnya malam. Dengan balutan jas hujan dan helem teroponganya, pelan-pelan Irwan melajukan motor ninjanya menyusuri sepanjang jalan di wilayah Kuta menuju jalan Legian untuk mangkal di Bounty Discotheque.Entah mengapa,malam itu perasaan Irwan merasa was-was.Ia sendiri tidak tahu apa yang sedang ia dipikirkan sehingga perasaannya menjadi sedikit kacau seperti itu.Namun dalam benak Irwan,malam ini ia harus bisa meningkatkan penjualan. Sampai di pelataran parkir dan masih duduk diatas motornya,Irwan melepaskan helem dan jas hujannya. Kemudian ia merogoh saku celananya lalu mengambil telphon seluler serta sapu tangannya.Sesaat ia mengelap wajahnya dengan sapu tangan,supaya tampak segar.Lalu ia menghubungi David.Berkali-kali ia menghubungi,tapi tidak segera diangkat oleh David,meskipun David mendengarkan nada dering HPnya.Karena David sedang berbicara dengan konsumen.Ketika David sudah selesai berbicara dengan konsumen,nada dering HP-nya berbunyi lagi.Ia segera menyambarnya. “Halo, Vid.Posisi kamu dimana?” 84
SIndikat Facebook
“Aku masih di rumah,lagi menunggu teman yang akan mengambil barang. Ma’af,aku tadi tidak mengangkat telepon dari kamu,karena sedang berbicara dengan konsumen.Posisi kamu ada dimana nih?” “Ah,tidak apa-apa, Vid. Santai saja.Aku sekarang ada di pelataran parkir Bounty.” “Oke,nanti aku juga akan meluncur kesana,karena ada janji dengan teman.” “Baiklah. Aku tunggu, Vid,” ucap Irwan, kemudian ia menutup HP-nya. Tanpa semangat Irwan melangkahkan kaki menuju pintu masuk Bounty.Perasaannya masih terganggu.Sehingga pikirannya tidak bisa tenang seperti biasanya.Tetapi ia tetap melanjutkan langkahnya dan mengambil posisi duduk di meja yang berhadapan dengan tempat dipajangnya berbagai minuman keras.Ia memesan minuman keras ukuran botol kecil,supaya tidak mabuk.Hanya untuk menenangkan pikirannya saja. Di tengah-tengah hiruk pikuknya pengunjung yang memadati Bounty Discotheque,Irwan memasukkan barang terlarang tersebut di saku baju temannya yang sebelumnya memang sudah membuat perjanjian.Cara seperti itu sudah menjadi rahasia umum sebagai gaya transaksi untuk barangbarang terlarang jika berada dalam suatu keramaian.Karena untuk menghindari kecurigaan orang-orang yang ada disekelilingnya. Gerak-gerik Irwan mengundang kecurigaan sepasang mata yang sudah lama mengintainya.Sepasang mata itu milik Imchana Abdul
85
seorang intel.Dengan rasa penasaran intel itu mangambil sebuah foto dari dompetnya untuk disamakan dengan wajah Irwan.Tetapi intel tersebut tidak mau gegabah.Khawatir salah tangkap. Perasaan tidak enak kembali mengganggu konsentrasi Irwan.Ia merasa ada yang mengawasi dan membuntutinya. Ketika ia menoleh,tanpa sengaja ia beradu pandang dengan intel yang sedang duduk di kursi yang agak jauh dari tempat Irwan berdiri di sela-sela pengunjung yang sedang melantai. Firasat tidak enak dirasakan oleh Irwan.Irwan segera melangkahkan kaki dengan santainya untuk menghindari kecurigaan sepasang mata yang sedang mengawasinya. Padahal yang terjadi sebenarnya jantungnya sedang berdetak kencang dan lututnya sedikit gemetar, karena hatinya diselimuti oleh rasa was-was dan rasa takut.Kemudian ia menghilang dari keramaian pengunjung,lalu menuju pelataran parkir dengan tujuan akan mengambil motornya dan menghindar dari tatapan sepasang mata yang memperhatikannya serta mencurigakan itu. Intel berpakaian preman tersebut diam-diam membuntuti laju motor ninja yang ditunggangi Irwan.Irwan merasa ada yang membuntutinya.Perasaan galau semakin mengganggu konsentrasinya.Gas motornya dipertajam,dan menyelipnyelipkan motornya diantara kendaraan-kendaraan yang sedang melaju,dengan tujuan supaya yang membuntuti dirinya kehilangan jejak.Irwan kehilangan kendali,lalu motornya menabrak pantat Pajero yang ada di depannya dengan kerasnya.Brraakkk...! Bumm!! Irwan terjatuh.Tubuhnya terbanting dengan kerasnya di aspal.Hampir saja ia disruduk 86
SIndikat Facebook
kendaraan dari arah belakang.Irwan tewas seketika,karena mengalami pendarahan di kepalanya.Namun, di dalam kantong celana panjangnya masih tersimpan tiga paket ganja keluaran Columbia.Orang-orang yang melewati sepanjang jalan itu satu persatu menghentikan kendaraannya dan mengerumuni mayat Irwan.Mereka saling berdesakan ingin menyaksikan siapa sebenarnya yang mengalami kecelakaan tersebut.Sehingga suasana tempat kejadian perkara seolah seperti pasar malam.Akibatnya laju lalu-lintas malam itu mengalami kemacetan yang panjang. Sudah lama Irwan menjadi target Daftar Pencarian Orang,karena ia terlibat dalam kasus penusukan antar komplotan selama di Surabaya,karena persaingan bisnis barang haram.Ia sempat melarikan diri,kemudian hijrah ke Jakarta untuk menghilangkan jejak dari kejaran polisi. Melihat kerumunan orang banyak,David menjadi penasaran lalu menghentikan kendaraannya dan memarkirnya mendekati tempat kejadian perkara, kemudian ia melangkahkan kaki mendekati mayat tersebut,lalu membuka kertas koran yang menutupi mayat itu.David kaget setengah mati seperti tersambar petir.Ternyata yang tewas dalam kecelakaan itu adalah Irwan.Tetapi ia segera menguasai perasaannya.Pura-pura ia tidak mengenalnya.Karena takut rahasianya tercium dan kebongkar oleh polisi.David sempat ngobrol-ngobrol dengan beberapa orang yang mengerumuni mayat Irwan.Tak lama kemudian ia meninggalkan tempat kejadian perkara,seolah tidak mengenal mayat Irwan. Diatas laju kendaraannya yang akan membawanya ke tempat indekosnya,hati David hancur.Ia menangis tanpa Imchana Abdul
87
mengeluarkan air mata.Ia tidak habis pikir.Baru beberapa jam yang lalu ia ngobrol dengan Irwan,sekarang Irwan sudah pergi meninggalkan dirinya dan teman-temannya untuk selama-lamanya. David merebahkan tubuhnya diatas kasur.Matanya menerawang jauh.Tak terasa tetesan air mata membasahi pipinya.Ia segera mengambil telphon seluler di sakunya lalu menghubungi Erick. “Halo...,” ucap David sesenggukan menahan tangisnya. Erick kaget dan penasaran. “Kenapa David menangis? Pasti ada sesuatu yang sangat berat sedang mempengaruhi hatinya,” gumamnya “Ada apa, Vid? Tumben kamu menangis.Coba dilanjutkan saja bicaranya,” ucap Erick dengan lembutnya,seperti bicara dengan seorang wanita. “Irwan meninggal dalam suatu kecelakaan di wilayah Kuta,” jawab David terbata-bata dan tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Tanpa merespon kata-kata dari David,telphon seluler Erick langsung terjatuh.David mendengar ada benda yang terjatuh. Tak lama kemudian komunikasi terputus.Telpon genggam Erick yang terjatuh,spontan tidak bisa difungsikan.Tetapi ia masih memiliki beberapa telpon genggam cadangan. Mendengar kabar tentang kematian Irwan,Erick menangis,tubuhnya langsung melemas.Namun ia harus segera menghubungi anak buahnya.Ia baru akan memejet nama Edo,ternyata Edo sudah menghubungi terlebih dahulu. Edo akan memberikan laporan bahwa pendapatan dari 88
SIndikat Facebook
penjualan narkoba lumayan bagus.Tetapi,begitu telpon dari Edo diangkat,Erick langsung memberi kabar tentang kematian Irwan.Edo menangis seketika.Tangisan Edo terdengar oleh Erick lewat telpon genggamnya.Kemudian Edo menutup telponnya.Karena tak sanggup berkata-kata lagi. Satu jam kemudian, Bagas dan Elen datang di apartemen. Tanpa berkata apa-apa,mereka langsung menumpahkan air mata dan saling berpelukan begitu bertemu dengan Erick. Mereka bertiga mengambil langkah menghampiri kursi dan merebahkan tubuhnya yang masih lemas.Dengan wajah sendu,Erick berusaha membuka pembicaraan,”Sepertinya aku tidak yakin kalau Irwan meninggalkan kita untuk selamanya.” “Aku juga punya perasaan seperti itu.Rasanya baru kemarin kita masih ngobrol-ngobrol dan bercanda dengan dia.Kenapa secepat itu dia meninggalkan kita,’’ ucap Bagas sambil sesekali menyeka air matanya. “Apalagi meninggalnya secara tiba-tiba dan sangat mengenaskan,” ucap Elen. “Yah,itulah takdir.Kita hanya bisa menerima dan pasrah. Kalau memang kenyataannya seperti itu,kita bisa berbuat apa?” ucap Erick disertai helaan nafas panjang dengan raut wajah yang sangat sedih. “Benar.Hanya do’a yang bisa menghantarkan dia ke tempat peristirahatan terakhir,” ucap Bagas. Malam itu suasana apartemen benar-benar berkabung. Tidak ada nyala tv maupun alunan musik.Edo dan David tidak bisa berkumpul di apartemen.Karena dipisahkan oleh jarak dan waktu.David yang berada dalam satu kota dengan Imchana Abdul
89
Irwan, dihadapkan pada suatu dilema.Di satu sisi, dorongan mata hatinya mengharuskan ia untuk menjenguk mayat Irwan di Rumah Sakit.Tetapi di sisi lain, ia sangat khawatir rahasia profesinya terbongkar,jika polisi mengetahui bahwa dirinya satu profesi dan satu komplotan dengan Irwan. Karena ia mendengarkan berita dari stasiun Radio,bahwa polisi menemukan tiga paket ganja di kantong Irwan.Keberadaan Irwan di Bali tidak sendiri.Ia menjalankan aksinya bersama seorang teman.Mendengar berita di Radio seperti itu,David sempat khawatir.Tapi ia segera menghibur hatinya sendiri. Untuk langkah selanjutnya,ia harus pintar-pintar mengatur langkah sebaik mungkin.Supaya profesinya tidak tercium oleh polisi. Rasa sedih dan haru berkecamuk membaur menjadi satu menguasai hati dan jiwa David.Pikirannya kosong.Sesaat ia seperti orang linglung.Karena ia menyaksikan dengan mata kepala sendiri mayat Irwan yang sangat mengenaskan. Jadi,apa yang dirasakan oleh David,juga sama seperti apa yang dirasakan oleh Erick,Elen,Bagas dan Edo.Namun do’a untuk Irwan,tetap dipanjatkan oleh Erick dan anak buahnya. Kematian Irwan yang mengenaskan dan terbongkarnya rahasia bahwa ia berprofesi sebagai pengedar ganja, menjadi pelajaran bagi Erick dan anak buahnya.Erick dan anak buahnya beranggapan bahwa terbongkarnya rahasia Irwan,karena polisi menemukan tiga paket ganja di kantongnya.Dengan adanya kenyataan seperti itu,maka Erick menyarankan kepada anak buahnya untuk lebih berhati-hati jika menyimpan ganja yang akan diedarkan. Erick dan anak buahnya selama ini tidak mengetahui, 90
SIndikat Facebook
bahwa Irwan adalah masuk dalam Daftar Pencarian Orang. Karena Irwan tidak pernah menceritakan hal itu kepadanya maupun kepada teman-temannya. Sesekali jika mereka teringat akan Irwan dan candanya,mereka sempat meneteskan air mata.Tetapi, mereka tidak mau larut dalam kesedihan.Mereka khawatir aktivitasnya bisa terganggu. ***
Imchana Abdul
91
8
Rayuan dan Uang
H
ari berganti hari kesedihan yang menyelimuti hati Erick dan anak buahnya mulai berkurang, karena terhapus oleh kesibukan masing-masing yang tidak bisa dihindarkan.Sedangkan hubungan Edo dengan Almira semakin erat dan berjalan sangat mulus,bahkan mereka berdua sudah menjalin hubungan asmara meskipun belum pernah bertemu.Almira sepertinya percaya seratus persen dengan kata-kata manis yang dipersembahkan oleh Edo untuk dirinya setiap kali ia mengirim pesan melalui inbox dan menghubunginya melalui telphon seluler-nya.Pengakuan Edo yang bekerja sebagai sales excutive barang-barang elektronik di salah satu perusahaan yang ada di Batam,membuat Almira semakin tertarik.Dalam benak Almira,berarti Edo mempunyai pekerjaan tetap.Jadi,tidak ada lagi yang diragukan jika kelak ia menjadi suaminya.Apalagi sudah beberapa kali Edo mengirim pulsa untuk dirinya.Tak heran jika rasa cinta dan rasa sayang Almira terhadap Edo semakin nyata.Karena ia merasa diperhatikan.
Tiba-tiba dalam hati Almira terbersit rasa ingin mengirim pulsa kepada Edo,sebagai tanda bahwa ia juga sayang dan juga perhatian kepadanya.Maka dikirimlah pulsa kepada Edo. 92
SIndikat Facebook
Setelah mengirim pulsa,ia mengirim SMS,menanyakan apakah pulsa yang ia kirim sudah diterima? Membanjirnya pesanan barang terlarang dan berharga itu,membuat Edo harus menyibukkan diri untuk mengemas barang tersebut dalam kemasan kecil sebanyak ratusan paket. Sehingga ia tidak sempat membuka telpon genggamnya, dan tentunya ia tidak tahu bahwa ada SMS dari Almira.Ketika ia menoleh ke meja dan akan mengambil gunting,secara tidak sengaja matanya menatap telpon genggamnya yang tergeletak di samping gunting.Rasa iseng muncul untuk membuka telpon genggam tersebut. “Ada SMS dari Almira.Wah,dia mengirim pulsa? Ah,nanti saja aku balas.Sekarang aku masih sibuk,” gumamnya. Almira menunggu balasan SMS dari Edo dengan harapharap cemas. “Tidak seperti biasanya dia telat membalas. Kenapa ya? Mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa pada dirinya,” gumamnya penuh dengan rasa penasaran. Karena terdorong oleh rasa sayang dan cinta,Almira sangat mengkhawatirkan Edo. Ketika Almira akan memejet nomor telpon untuk menghubungi Edo,sudah kedahuluan Edo menghubungi dirinya.Dengan cepat Almira mengangkatnya. “Halo sayang,terima kasih pulsanya ya. Kamu kok repotrepot sih? Ma’af ya,aku telat membalas.Dari pagi aku sibuk sekali,” ucap Edo dengan penuh kelembutan. “Siapa juga yang repot,sayang? Kamu kan sering mengirimkan pulsa buat aku.Sekali-kali gantian aku yang mengirim pulsa buat kamu,hehehe.” “Oh ya,sayang,boleh tidak aku minta nomor rekening Imchana Abdul
93
kamu.Bukankah kamu calon istriku? Jadi aku tidak keberatan jika mengirim uang buat kamu.Yah..,sekedar untuk jajan dan beli baju,” ucap Edo dengan rayuan gombalnya. Almira terdiam.Ia tidak segera menjawab kata-kata Edo. Antara bimbang dan kagum menguasai perasaannya.Akan ditolak,khawatir kalau Edo tersinggung.Akan diterima,ia malu. Sementara Edo yang ada nun jauh disana,senyum-senyum sendiri membayangkan sikap Almira. “Halo,sayang,kok diam?” ucap Edo membuka percakapan kembali,meskipun pembicaraan sebelumnya belum dijawab. “Bagaimana ya,sayang? aku malu hati nih.” “Kenapa harus malu? Dengan calon suami sendiri kok malu.Berarti kamu tidak cinta ya sama aku,” ucap Edo seolaholah tersinggung dengan ucapan Almira. “Iya sudah.Nanti nomor rekening aku kirim lewat SMS saja ya.” “Begitu dong.Itu namanya calon istri yang baik. Eemmuuach.Oh ya,sayang,aku tutup dulu ya telponnya.Aku akan melanjutkan pekerjaanku,” ucap Edo. “Iya,sayang,” jawab Almira. Edo menutup telponnya. “Yess!” sambil mengepalkan telapak tangan kirinya. “Kena tipu kau,hahaha,” suara hatinya. Sementara, perasaan Almira berbunga-bunga.Ia ingin segera bertemu dengan Edo. Tetapi kontrak kerjanya belum habis, sisa dua bulan lagi.Tapi, tak mengapa. Toh antara dirinya dan Edo sudah saling mencintai. Sisa waktu dua bulan tidak akan terasa kalau tiap hari diisi dengan komunikasi yang 94
SIndikat Facebook
menunjang untuk lebih mendekatkan hatinya dan hati Edo. ***
Beberapa hari kemudian,Edo berdiri di pinggir jalan agak jauh dari tempat indekosnya,untuk mengelabuhi Almira. Ia sengaja mencari tempat yang jarang dilewati kendaraan. Sehingga terkesan sepi.Supaya skenario-nya tidak dicurigai. Lalu ia menelepon Almira dengan nada suara yang sangat memelas. “Halo,ma’afkan aku sayang.Aku baru saja kecopetan ketika perjalanan menuju ke bank.Rencana akan mentransfer uang ke Bos, senilai Rp 50 juta dan mentransfer ke kamu, Rp 3 juta.” “Kok bisa kecopetan,sayang.Memangnya uang itu kamu taruh dimana?” “Uang aku taruh di rangsel.Sedangkan jalanan yang aku lewati memang tidak ramai.Motorku ditendang dan aku terjatuh,kemudian ia membawa kabur rangselku.” Ada rasa kasihan dan haru menghampiri perasaan Almira saat ia mendengar kata-kata dari bibir Edo.Bagaimanapun,dia adalah calon suaminya.Hmm..,Almira sudah benar-benar termakan oleh bujuk rayunya. “Sabar ya,sayang.Ambil hikmahnya saja.Dibalik keburukan pasti ada kebaikan.Suatu saat kamu pasti mendapat rejeki lebih dari itu,” ucap Almira dengan lugunya untuk menghibur hati Edo. “Iya,sayang.Terima kasih ya do’a-nya.Oh ya,sayang,boleh Imchana Abdul
95
tidak aku minta tolong? Sebenarnya aku malu kalau bukan karena dalam keadaan terpaksa.” “Minta tolong apa, sayang?” “Begini, sayang.Aku harus mengganti uang Bos-ku.Karena itu merupakan tanggung jawabku.Aku ada tabungan Rp 35 juta.Untuk menutup sisanya yang Rp 15 juta,aku tidak ada uang.Kalau sayang tidak keberatan,tolong pinjamkan aku uang ya,” ucap Edo dengan kata-kata yang bisa meruntuhkan hati Almira. Tanpa berpikir panjang,Almira langsung mengiyakan. “Besok ya sayang, aku transfer. Tolong dikirim nomor rekeningnya ya.” “Iya, sayang.Sebelumnya aku ucapkan terima kasih ya.Kamu memang calon istri yang cantik lahir batin.Jarang aku menjumpai wanita seperti kamu.Aku tidak salah mencintaimu dan memilihmu untuk menjadikan calon pendamping hidupku untuk selamanya.” Perasaan Almira semakin berbunga-bunga mendengar kata-kata manis dari Edo. “Ah,kamu jangan terlalu memuji sayang.Siapa sih yang tega melihat calon suaminya menderita,” ucap Almira semakin menampakkan keluguannya. “Sayang,aku akan kembali ke kosan.Nanti sore akan pergi ke rumah Bos-ku memberitahukan kejadian ini.” “Iya,sayang.Hati-hati di jalan ya.” “Iya,sayang,” jawab Edo, kemudian ia menutup telponnya. Edo tidak membuang waktu lama-lama untuk segera menghubungi Erick tentang keberuntungan yang sedang 96
SIndikat Facebook
berpihak kepada dirinya.Ia begitu bahagia,seolah-olah sudah lupa dengan kematian Irwan. Ketika Erick lagi asyik membaca SMS dari Faradina,HP-nya berdering.Kemudian ia mengangkatnya. “Halo,Do.Pasti ada kabar gembira nih,” ucap Erick sok tahu. “Ah,si Bos ini seperti Mbah dukun saja,hehehe.Tapi benar kok Bos.Memang ada kabar gembira.Pokoknya selama aku berada di Batam,keberuntungan selalu berpihak pada diriku. Bos tidak salah menempatkan aku di Las Vegas-nya Indonesia ini.Batam memang membawa berkah,hahaha.” “Wow,bagus,Do.Sudah berapa paket yang terjual ?” tanya Erick,yang bayangannya langsung terfokus pada ganja. “Sekitar seratus paket, Bos.Selain itu,aku berhasil mengelabuhi Almira yang tempo hari aku ceritakan ke Bos itu. Aku sudah menjalin cinta dengan dia.Dengan menggunakan akal bulusku yang tanpa memeras otak,dia sudah bertekuk lutut dan besok dia akan mengirim duit sebesar Rp 15 juta,hahaha.” “Bagus..,bagus.Hebat kamu.Oke,Do.Aku tutup dulu ya telponnya.Sepertinya aku juga akan mendapat rejeki nomplok dari seorang wanita cantik.Ini aku lagi SMS-an sama dia,” ucap Erick dengan aura wajah yang cukup bersemangat dan sumringah. Lewat SMS,Erick membuat kebohongan terhadap Faradina,bahwa dirinya sebenarnya sudah lama tidak akur dengan istrinya,karena istrinya diam-diam menjalin hubungan khusus dengan mantan kekasihnya waktu SMA.Selain Imchana Abdul
97
itu,istrinya juga sangat berani dan terlalu mata duitan.Dia tidak mau tahu jerih payah seorang suami.Padahal gajinya tiap bulan sebagai staf bank,jatuh ke tangan istrinya semua. Lebih parah lagi,secara diam-diam istrinya dengan suka rela memberikan uang kepada kekasihnya, dengan nilai puluhan juta rupiah. Faradina merasa hanyut membaca SMS dari Erick.Ada rasa tidak tega membuai jiwanya.Padahal dirinya sendiri sedang dirundung malang.Suaminya yang seorang pilot,berselingkuh dengan seorang pramugari.Rasanya ia sudah muak jika sudah berhadapan dengan suaminya.Ia berkeinginan untuk menggugat cerai. Begitu percayanya Faradina terhadap ucapanucapana Erick,maka secara blak-blakan dan tanpa rasa curiga sedikitpun, Faradina juga menceritakan mengenai prahara rumah tangganya.Erick menanggapi dengan serius dan menyambutnya dengan semangat.Erick memperhitungkan,tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menjerat seorang Faradina.Karena ia bisa membaca, bahwa jiwanya Faradina saat ini lagi goncang dan hatinya sedang diselimuti oleh kabut kesedihan.Tentunya ia membutuhkan seseorang yang bisa menerima curahan hatinya.Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Erick.Erick juga mengatakan,bahwa dirinya sudah pisah rumah dengan istrinya.Dalam waktu dekat ia akan menceraikan istrinya. Karena seringnya berkomunikasi antara kedua insan berlainan jenis ini, yang membahas tentang masalah pribadinya masing-masing,membuat kedua insan ini semakin lengket.Apalagi gaya bicara Erick meninggalkan kesan lembut 98
SIndikat Facebook
dan sopan.Dalam benak Faradina,dirinya merasa senasib dengan Erick.Tanpa terasa,diam-diam Faradina mulai simpati dan menaruh hati terhadap Erick,bahkan mulai tergantung untuk mencurahkan isi hatinya apabila kesedihan mulai mendera jiwanya. ***
Dugaan Erick tidak meleset.Ternyata dalam waktu yang singkat,ia sudah bisa menjerat hati Faradina.Ketika ia sedang duduk santai diatas tempat tidurnya dan menonton acara tv yang ada di kamarnya,tiba-tiba telpon genggamnya berdering. Erick segera beranjak dari tempat tidurnya dan menyambar telpon genggamnya yang berada diatas meja. “Halo.Hiks..,hiks..,hiks.” Hanya terdengar suara isak tangis Faradina,tanpa ada kata-kata selanjutnya.Erick pura-pura bingung dan tergopohgopoh. “Halo-halo,Din.Kenapa malam-malam begini menangis? Kamu habis bertengkar dengan suami kamu ya.” “I..,iya,Rick.Aku baru saja menelepon suamiku.Tapi yang mengangkat ternyata seorang wanita.Hati siapa yang tidak sakit? Hiks..,hiks..,hiks.” “Sudahlah jangan menangis.Jangan terbawa emosi.Kamu harus sabar dulu menghadapi suasana seperti itu.Siapa tahu suatu saat suamimu bisa berubah,” nasehat Erick dengan sabarnya untuk memancing rasa simpati dari Faradina,tanpa meninggalkan kesan bahwa dirinya mendekati Faradina karena ada tujuan tertentu.
Imchana Abdul
99
“Kesabaran itu ada batasnya.Pokoknya aku harus minta cerai dalam waktu dekat ini.Aku sudah tidak tahan menahan rasa sakit hati yang semakin lama semakin parah,” ucap Faradina dengan nada penuh emosi,tapi tangisnya mulai mereda. “Aku juga tidak kalah sakit hati dengan kamu,Din.Makanya aku memutuskan untuk segera menceraikan istriku.Sekarang aku mau ber tanya,apakah kamu sudah bulat-bulat ingin minta cerai dari suamimu?” “Iya,Rick.Aku sudah lama memikirkan hal itu.Aku pikir itu adalah jalan yang terbaik untuk menyelesaikan masalah. Karena kesalahan suamiku sudah tidak bisa ditoleransi lagi.” “Apakah kamu sudah ada calon pengganti untuk dijadikan suami?” tanya Erick memberi harapan. “Belum ada,Rick.Aku belum memikirkan soal pengganti. Yang terpenting aku harus menyelesaikan perceraian dulu.” “Bagaimana kalau hati kita disatukan,hehehe?” canda Erick basi-basi.Lalu Faradina terpancing untuk ikut tertawa kecil. “Iiih,kamu.Bisa-bisa saja,” balas Faradina yang merasa suka mendengar candaan Erick. ***
Tak lama kemudian,Faradina menjalin hubungan cinta dengan Erick.Pertemuanpun dilakukan secara diam-diam diluar rumah,mengingat Faradina masih berstatus istri.Ia takut menjadi bahan pergunjingan para tetangga.Sebab selama ini 100
SIndikat Facebook
rumah tangganya kelihatan adem-adem saja.Karena Faradina pintar menyembunyikan konflik yang terjadi di dalam rumah tangganya. Menjalin cinta dengan Erick,Faradina merasa puas.Karena merasa dendam terhadap suaminya,terbalas.Niat untuk minta ceraipun ditunda.Supaya hubungan suaminya dengan wanita idamannya,menggantung. Sementara Erick sendiri juga tidak butuh,apakah Faradina minta cerai dari suaminya atau tidak. Yang ia butuhkan adalah mengeruk uang Faradina.Karena secara diam-diam ia pernah menyelidiki rumah Faradina di salah satu perumahan yang ada di Bandung.Rumah besar bercat putih,yang dipayungi oleh genting karangpilang,serta ditunjang oleh indahnya taman yang menghiasi halamannya yang luas dan dikelilingi oleh pagar besi yang mewah. Keberadaan Faradina menambah gairah Erick untuk secepatnya bisa membuat ludes uangnya. ***
Pesona pantai Sanur di pagi itu dinikmati oleh para pengunjung.Dari anak-anak sampai dewasa menumpahkan rasa gembiranya bermain ombak di pinggir pantai dengan telanjang kaki.Indahnya pancaran sinar matahari dari ufuk timur, memberi kehangatan pada setiap tubuh yang diterpa oleh hembusan angin.Kokoh dan megahnya Bali Beach Hotel yang menghadap ke pantai, menambah gairah mata untuk memandangnya,dan membuat sebagian pengunjung berimajinasi tentang kamar nomor 13 yang dihuni oleh Nyai Roro Kidul.Lalu-lalang para bule dengan bikininya ikut Imchana Abdul
101
menyemarakkan suasana pantai yang dipadati oleh para pemanja mata yang menikmati indahnya pantai yang sudah mendunia itu. Faradina berdiri menghadap ke laut dan memandang jauh ke seberang dengan tatapan mata kosong.Seolah ada yang dipikirkan dan merasa bingung.Semenjak mempunyai suami,ia tidak pernah berduaan dengan laki-laki lain.Apalagi sampai pergi jauh ke luar pulau.Ia dihadapkan pada suatu dilema. Tetapi jika mengingat,bahwa suaminya tega mengkhianati cintanya,perasaan tidak nyaman segera dibuangnya.Bukankah ia dan Erick pergi ke pulau dewata untuk bersenang-senang? Sesekali mata Erick melirik ke arah Faradina.Tetapi ia enggan untuk mengomentari.Ia membiarkan pikiran Faradina dikuasai oleh lamunannya.Tiba-tiba Faradina tertawa kecil sambil menutup bibirnya dengan tangannya yang halus ketika melihat anak umur empat tahun berlari-lari dipinggir pantai,lalu terjatuh dan kemudian menangis.Sementara, mata Erick tertuju pada para bule wanita yang lalu-lalang dengan bikininya,membuat dirinya terhanyut oleh lamunan. Ia membayangkan tubuh Faradina yang langsing dan putih mulus itu.Faradina menoleh dan menatap wajah Erick.Ketika ia menyadari kalau Erick sedang melamun,ia menghentikan tawanya. “Heh! Melamun ya,” ucap Faradina sambil tangannya melambai di depan wajah Erick.Erick tersentak lalu menoleh dan tersenyum memandangi wajah Faradina lama-lama. Faradina menjadi salah tingkah dan tersipu. “Iya.Melamun tentang dirimu.Andaikan kamu memakai 102
SIndikat Facebook
bikini,cantik juga lho.Cocok dengan wajahmu yang cantik serta postur tubuh kamu yang langsing dan kulitmu yang bening.” “Ih...,bisa saja kamu.Malu dong ah.Masa aku memakai bikini seperti itu.” “Aku cuma bilang,seandainya.Ya sudah,nanti saja kalau di kamar,kamu pakai bikini ya,” kata-kata Erick sudah mulai nakal. “Tidak segitunya juga ya.Aku tidak mau memakai bikini. Bukankah kita tidur di kamar yang berbeda.” “Ya sudah.Tidak mau juga tidak apa-apa.Aku tidak memaksa,hehehe,” goda Erick,kemudian tangan nakalnya mencolek dagu Faradina.Faradina tersipu malu,seperti ABG yang baru mengenal cinta. “Enaknya kita berjalan di pinggir pantai.Pasti merasa nyaman jika kaki ini diterjang ombak-ombak kecil,” ucap Faradina mengalihkan pembicaraan,sambil tangannya menunjuk ke arah simpang siurnya orang-orang yang menutupi sebagian bibir pantai. “Iya juga pastinya,” ucap Erick yang memahami,bahwa Faradina mengalihkan pembicaraan. Erick dan Faradina berjalan berdampingan.Sesekali tangan Erick menggamit pinggang ramping Faradina.Faradina merasa nyaman berada di disamping Erick yang postur tubuhnya atletis. Ia membayangkan,andaikan suaminya sebaik Erick,indahnya hidup ini.Secara ekonomi memang suaminya mencukupi segala kebutuhannya.Tetapi kasih sayang dan perhatiannya masih kurang.Apalagi sekarang dengan hadirnya wanita idaman lain dalam kehidupan suaminya,maka sepertinya Imchana Abdul
103
Faradina tidak memiliki seorang suami. ”Aah...,kenapa aku harus memikirkan suami.Toh dia juga tidak memikirkan aku,” gumamnya. Waktu berjalan dengan begitu cepat.Tak terasa terik sinar matahari sudah berada ditengah-tengah hamparan langit biru yang memayungi wilayah Sanur. “Din,matahari sudah berada pas diatas ubun-ubun nih. Kita kembali ke hotel ya,” pinta Erick tanpa memandang wajah Faradina. Faradina terdiam.Sepertinya ia tidak mendengarkan apa yang dikatakan Erick.Kemudian Erick memandangi wajah Faradina. “Kamu mikir apa,Din.Tidak mendengar aku bicara ya?” tanya Erick sambil tersenyum. “Ma’af,aku tidak mendengarnya,” jawab Faradina dengan sedikit gugup.Kemudian Erick mengulangi pertanyaannya. “Iya,Rick.Kita kembali ke hotel saja.Hari sudah siang memang.” Taxi yang membawa Erick dan Faradina,meluncur ke sebuah hotel di wilayah Denpasar.Erick dan Faradina masuk ke kamar masing-masing.Untuk menghilangkan rasa gerah,Faradina segera masuk ke kamar mandi,lalu mengguyur badannya dengan air dingin.Disela-sela ia mandi,HP-nya berdering. Dengan balutan handuk yang melilit di tubuhnya,Faradina segera keluar dari kamar mandi dan menyambar HP yang ada diatas kasur. “Sebentar ya Rick,aku masih mandi.” Kemudian telpon ditutup.Faradina kembali masuk ke kamar mandi lalu melanjutkan mandinya. 104
SIndikat Facebook
Entah mengapa,ketika Erick mendengarkan suara Faradina dan memberitahukan bahwa dirinya masih mandi,otak kotornya terpancing.Tetapi ia tidak mau gegabah.Karena ia tahu,bahwa Faradina bukan wanita liar.Kalaupun toh ia mau dibawanya ke pulau dewata,semata-mata hanya karena ia dendam terhadap suaminya.Erick memahami hal itu. Hari menjelang sore.Erick dan Faradina berkeliling kota untuk menikmati suasana sore hari.Ketika malam tiba,mereka mampir ke resto Jawa yang memberikan nuansa asri.Erick dan Faradina duduk berhadapan diantara para pengunjung. “Masakannya enak ya,Rick.Aku paling suka ayam goreng lalapan.Gurih ayamnya dan rasa pedasnya pas di lidah,” ucap Faradina yang dengan lahapnya menikmati masakan itu. “Iya.Ini masakan orang Jawa.Sekarang sudah banyak orang Jawa yang membuka rumah makan di kota ini.Kalau dulu agak susah mencari rumah makan Jawa di sini.” “Apakah kamu dulu sering datang ke pulau dewata ini?” “Tidak juga.Cuma beberapa kali saja.Kalau kamu?” “Sama.Cuma beberapa kali saja.Ngomong-ngomong,habis ini kita kemana,Rick?” “Kita kembali ke hotel saja ya,istirahat.Hari sudah malam.” “Baiklah,Rick.” Jarum jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Erick tidak bisa memejamkan mata.Begitu juga Faradina. Erick keluar dari kamarnya dan mengayunkan langkah menuju kamar Faradina.Ketika ia berada tepat di depan pintu kamar Faradina,ia ragu untuk mengetuknya.Tetapi perasaan
Imchana Abdul
105
itu segera ia buang jauh-jauh.Akhirnya ia mengetuknya juga.Faradina membukakan pintu,dan mempersilahkan ia masuk,lalu mereka berdua ngobrol-ngobrol sambil menonton acara tv.Otak kotor Erick muncul kembali tatkala melihat rok Faradina yang sedikit tersingkap.Tetapi ia pura-pura tidak melihatnya.Lagi-lagi ia tidak mau gegabah.Tujuan utamanya adalah mengeruk uang Faradina dengan tipu muslihatnya. “Din,aku mau bicara sama kamu,” kata Erick pura-pura malu. “Bicara apa,Rick? Kenapa malu-malu begitu.Seperti orang yang baru kenal saja.Langsung saja bicara,tidak apa-apa kok.” “Begini,Din,aku mau meminjam kamu uang sebesar Rp 25 juta.Kira-kira kamu sanggup tidak? Kalau tidak sanggup,juga tidak apa-apa.” Faradina terdiam sejenak,lalu angkat bicara, “Kapan kamu pergunakan uang itu?” “Nanti kalau aku sudah berada di Jakarta.” “Kalau begitu,sekarang saja ya aku transfer lewat SMS banking.Nomor rekening kamu berapa?” Erick memberikan nomor rekeningnya.Sementara Faradina tanpa berfikir panjang,apalagi curiga terhadap Erick,ia langsung mengambil HP dan mengirim uang ke rekening Erick melalui SMS banking.Begitu terlenanya,sampai ia lupa menghapus bukti transaksi SMS banking tersebut. Beberapa saat kemudian,ada pemberitahuan dari bank ke HP Erick tentang adanya transfer sebesar Rp 25 juta. “Terima kasih,sayang.Uang sudah masuk.Kamu baik sekali. Aku belum pernah menemukan wanita sebaik kamu.Kalau 106
SIndikat Facebook
tidak dalam kondisi terpaksa,tidak mungkin aku meminjam uang kamu,” rayu Erick sambil mencium kening Faradina. “Ah,jangan memuji begitu, sayang.Kita hidup di dunia ini tidak sendiri.Kalau ada yang membutuhkan kita,kita wajib menolong semampunya,” ucap Faradina diplomatis.Padahal di dalam hatinya merasa tersanjung mendengar pujian dari pria yang dicintainya itu. Hari semakin larut malam.Sejuknya AC menambah sensasi suasana di kamar Faradina malam itu.Ditunjang dengan hujan rintik-rintik, menggugah selera untuk segera memejamkan mata.Sesekali mata Faradina dan mata Erick beradu pandang. Erick enggan untuk beranjak dari tempat duduknya untuk kembali ke kamarnya.Faradina-pun merasa keberatan untuk meminta Erick supaya keluar dari kamarnya. Erick menggeser duduknya dan mendekati Faradina. Tangannya membelai rambut Faradina yang tergerai sebahu. Faradina merasa nyaman dengan belaian lembut tangan Erick. Rasa kantukpun mulai menghampiri mata Faradina.Rupanya mata Faradina sudah tidak bisa diajak kompromi lagi.Erick memperhatikannya dan cukup pengertian. “Kamu mengantuk,Din?” “Iya nih.Aku mau tidur dulu ya.Nanti kalau kamu mau ke kamarmu,bangunkan aku ya.” “Oke,Din.” Kemudian Faradina melangkahkan kaki menuju tempat tidur.Ia langsung menjatuhkan tubuhnya yang langsing diatas kasur.Ia tidak memikirkan HP-nya yang bertengger diatas meja. Imchana Abdul
107
Ketika Faradina tidur pulas,tanpa membuang waktu,Erick menyambar HP Faradina yang ada diatas meja.Ia mengecek bukti transaksi SMS banking untuk mengetahui nomor PIN Faradina.Betapa senangnya hati Erick ketika melihat bukti transaksi SMS banking belum dihapus.Dengan secepat kilat,Erick menyedot uang Faradina senilai Rp 100 juta,untuk di-transfer ke rekeningnya.Kemudian bukti transaksi dihapus,untuk menghilangkan jejak.Lalu ia meletakkan HP ditempat semula,untuk menghindari kecurigaan jika Faradina terbangun.Untuk langkah selanjutnya,Erick tiduran disebelah Faradina yang sedang tidur pulas,lalu merangkulnya,yang kemudian foto selfie berdua.Setelah semua dianggap beres,Erick kembali ke tempat duduk semula. Tak lama kemudian,ia memanggil Faradina dari tempat duduknya. “Din...Din....” Faradina menggeliat dan membuka matanya pelanpelan,lalu menatap dimana Erick duduk. “Iya,ada apa,Rick.” “Sudah hampir jam dua belas,aku mau pamit,” ucap Erick sambil berdiri. Faradina turun dari tempat tidur,lalu melangkahkan kaki menuju pintu.Tiba-tiba langkahnya dihentikan oleh Erick. Tangan Erick meraih tubuh Faradina,lalu memeluknya dan mencium keningnya.Faradina benar-benar tersanjung. “Aku mau ke kamar dulu ya sayang.Jangan lupa kunci pintunya.Sampai ketemu besok.Selamat tidur.Semoga mimpi indah,” ucap Erick dengan tatapan mesra.Yang kemudian dibalas dengan tatapan mesra pula oleh Faradina,sambil menyunggingkan senyum.Lalu Erick membuka pintu. 108
SIndikat Facebook
***
Suasana bandara Ngurah Rai dipadati oleh lalu-lalang orang-orang dari manca negara dengan berbagai tujuan masingmasing.Perasaan Faradina dan Erick sama-sama bahagia dan berbunga-bunga,tetapi berbeda versi.Perasaan Faradina bahagia dan berbunga-bunga karena ia beranggapan,bahwa rasa cinta dan kasih sayang yang diberikan oleh Erick, benarbenar tulus.Tapi sebaliknya,Erick merasa bahagia,karena telah mendapatkan banyak duit dari Faradina yang sudah masuk di rekeningnya dengan aman. “Rick,nanti kalau sudah sampai di bandara Soekarno Hatta,kita jalan sendiri-sendiri ya.Soalnya aku khawatir ada temanku yang melihat kita,” ucap Faradina yang berjalan di sebelah Erick. “Iya,Din.Aku mengerti perasaanmu kok,” jawab Erick sambil tangannya merangkul pundak Faradina tanpa menghiraukan simpang siur orang-orang yang berjalan di sekelilingnya. Pesawat tinggal landas.Di dalam pesawat,Erick selalu memegangi tangan Faradina yang duduk di sebelahnya. Faradina membiarkan dan merasa nyaman.Tetapi Faradina tidak bisa membohongi hati kecilnya,bahwa ia sudah mengkhianati suaminya.Mata Faradina menerawang ke depan diantara kursi-kursi yang dihuni oleh para penumpang. Sesekali Erick melirik ke arah Faradina.Rasa tidak tega mulai menghantui jiwanya.Tetapi ia segera menghapus perasaan itu.Ia harus lebih mengedepankan logika daripada perasaan. Erick menoleh ke arah Faradina. “Kamu melamun,Din?” tanya Imchana Abdul
109
Erick dengan suara lembutnya. Faradina menoleh ke arah Erick.Mereka beradu pandang. Erick menatapnya dengan penuh kelembutan.Faradina tersipu,tetapi tidak bisa menutupi wajah sedihnya. “Ah,tidak.Sedikit mengantuk saja,” ucap Faradina menutupi rasa galaunya. “Ya sudah,kamu tidur saja.Nanti aku bangunkan kalau pesawat sudah sampai di Jakarta.” “Nanggung kalau tidur.Nanti saja kalau sudah sampai di rumah,aku baru tidur.” ***
Perjalanan dari bandara Soekarno Hatta ke Bandung sedikit macet.Pukul dua belas siang Faradina baru tiba di rumahnya. Seharusnya pukul sebelas sudah tiba.Tanpa ganti baju terlebih dahulu,ia duduk di depan kaca hias yang ada di kamar tidurnya. Ia memandangi wajahnya dari pantulan cermin yang ada di depannya.Penyesalan melanda jiwanya. “Aku sudah berbuat dosa.Aku sudah mengkhianati suamiku,walaupun suamiku sudah jelas-jelas mengkhianati aku.Seharusnya aku tidak balas dendam.Seharusnya aku lebih mendekatkan diri kepada Tuhan,dan berdo’a untuk keinsyafan suamiku,” gumamnya. Faradina mengangkat tubuhnya,lalu melangkahkan kaki menuju kamar mandi dan menyiramkan air dari ujung rambutnya sampai ujung kakinya.Perasaannya sedikit lega setelah sekujur tubuhnya tersiram air. Bik Inah sudah menyiapkan makan siang di meja makan. 110
SIndikat Facebook
Dengan dandanan rapi,Faradina keluar dari kamarnya, lalu menghampiri meja makan.Sepertinya dia tidak ada selera makan. Sementara di kamar apartemen,Erick lagi merayakan kebahagiannya bersama hati nuraninya sendiri.Rencananya,ia akan merayakan rame-rame jika anak buahnya nanti sudah pada berkumpul semua.Angannya melayang.Tanpa disengaja pandangan matanya tertuju pada HP yang bertengger di kasur,dimana nomor Faradina ia simpan di HP tersebut.Ia mengambilnya,lalu membukanya,siapa tahu ada SMS dari Faradina.Ternyata kosong.Tetapi Erick tidak segera membuang kartu sim-nya.Bahkan ia langsung menelepon Faradina untuk mengelabuhi perbuatannya. “Halo,sayang,lagi apa? Baru beberapa jam tidak ketemu,aku sudah kangen,” rayu Erick. “Ah,masa sih.Aku lagi duduk-duduk di depan tv,” jawab Faradina dengan nada suara sedikit lemas. Perasaan Erick tidak enak. “Jangan-jangan Faradina sudah mengecek uangnya di bank melalui SMS banking.Ah,tidak mungkin,” gumamnya. “Kenapa suaramu kelihatan lemas,Din.Kamu sakit ya?” tanya Erick seolah-olah mengkhawatirkan. “Tidak kok,Rick.Mungkin karena cape saja,” ucap Faradina sedikit berbohong. “Waduh,ma’af sayang,aku sudah membuatmu cape.” “Ah,tidak apa-apa kok.Nanti kalau sudah dipijit juga hilang sendiri capenya.”
Imchana Abdul
111
“Baiklah,sayang.Aku tutup dulu ya telponnya.Kamu istrirahat saja.Jangan lupa minum obat,” ucap Erick dengan lembutnya. ”Yess!” Kemudian ia membuang kartu simnya,supaya Faradina kehilangan jejak. Betapa leganya hati Erick setelah menghubungi Faradina. Ternyata dia belum mengecek uangnya di bank.Andaikan dia sudah mengecek uangnya di bank,bisa cilaka duabelas.Tetapi Erick sama sekali tidak dihantui rasa khawatir,dan pastinya tetap berbesar hati.Karena ia memiliki kartu truf Faradina. Ia menyimpan foto dirinya berdua dengan Faradina ketika berada di kamar hotel,saat Faradina sedang tidur.Apabila dia melaporkan ke polisi,Erick tak segan-segan membeberkan perbuatannya bersama Faradina.Apalagi Faradina adalah istri seorang pilot di salah satu maskapai penerbangan yang punya nama di negeri ini,dan Faradina sendiri juga seorang suster di salah satu Rumah Sakit yang punya nama di kota Bandung. ***
Meskipun sudah beberapa hari ia berada di rumah,yang seharusnya ia bisa melupakan kejadian apa yang dilakukan bersama Erick saat di Bali,perasaan Faradina masih gundah gulana dan perasaan bersalah selalu menghantui jiwanya. Seperti orang yang sedang kebingungan.Untuk menghilangkan perasaan gundah gulananya,ia menghubungi Erick dengan tujuan akan curhat.Ternyata nomor HP Erick tidak bisa dihubungi.Ia mencoba lagi,dan mencoba lagi.Hasilnya tetap saja nihil.Tetapi ia tidak keburu curiga.Dalam benaknya ia berfikir,mungkin Erick sedang berada di luar kota dan cuacanya 112
SIndikat Facebook
sedang buruk,sehingga signal tidak bisa masuk. Masih penuh harapan,Faradina menghubungi Erick lagi. Tetapi nomor HP-nya tetap tidak bisa dihubungi.Ia mulai curiga. Tiba-tiba ia teringat ketika men-transfer uang kepadanya melalui SMS banking,bukti transaksi belum ia hapus. Lalu ia mengecek uangnya di bank lewat SMS banking.Seperti tersambar petir di siang bolong,betapa kagetnya ia,ternyata uang di rekeningnya sudah tersedot sampai ratusan juta rupiah dan tinggal saldo minimal.Ia segera pergi ke bank dimana ia menyimpan uangnya dan menginformasikan tentang kejadian tersebut.Pihak bank lalu mengecek,kemana uang Faradina ditransfer.Ternyata uang Faradina ter-transfer ke nomor rekening atas nama Eko Ricardo.Kemudian Faradina meminta kepada pihak bank untuk memblokir nomor rekeningnya dan nomor rekening Erick.Tetapi saldo rekening Erick sudah minimal. Tubuh Faradina benar-benar lemas.Bukan karena takut kepada suaminya tentang raibnya uang tersebut.Karena suaminya tidak pernah menanyakan uang yang sudah diberikan kepadanya.Dan lagi,ia juga punya penghasilan sendiri sebagai suster di Rumah Sakit.Tetapi apapun alasannya,siapapun yang kehilangan uang,pasti kecewa.Apalagi uang yang hilang sampai ratusan juta.Itulah yang membuat tubuhnya lemas. Faradina benar-benar dihadapkan pada suatu dilema. Pikirannya sedih,kecewa,dan was-was,membaur menjadi satu menyelimuti lubuk hatinya yang sangat dalam.Kalau ia melaporkan hal itu kepada pihak berwajib,berarti ia membuka aibnya sendiri.Otomatis permasalahannya kebongkar. Lalu bagaimana ia akan menaruh muka di depan suaminya. Belum lagi kalau aib itu sampai menyebar ke Rumah Sakit Imchana Abdul
113
dimana ia bekerja,betapa malunya ia.Pasti teman-temannya menganggap bahwa ia adalah wanita yang bermoral bejat. ”Hmm..,tak kusangka.Ternyata Erick adalah seorang bajingan. Tapi itu salahku sendiri.Begitu percayanya aku dengan katakata manisnya dan sikap lembutnya.Ya,sudahlah.Aku ikhlaskan saja,” lirih hatinya. Semenjak kejadian itu,ia mendekatkan diri kepada Tuhan. Sekarang ia bisa lebih sabar dalam menghadapi prilaku suaminya yang berselingkuh dengan seorang pramugari.Ia berjanji,tidak akan menjalin cinta lagi dengan siapapun,apapun alasannya. Niat untuk menggugat cerai dengan suaminyapun, diurungkan.Dalam do’a malamnya,ia memohon supaya suaminya segera berpisah dengan selingkuhannya,dan kembali ke jalan yang benar. Di sela-sela do’anya,nada dering HP-nya berbunyi. Faradina tidak menghiraukan.Begitu selesai berdo’a,ia baru mengangkat HP-nya,lalu membukanya.Ternyata ada miss call dan SMS dari suaminya.Suaminya sedang menunggu di depan pintu gerbang.Faradina kaget,kenapa di tengah malam begini suaminya pulang.Ada apa? tidak seperti biasanya.Faradina benar-benar penasaran dibuatnya. Masih dalam keadaan memakai mukena, Faradina bergegas menuju pintu pagar,lalu membukanya.Ia menyambut suaminya dengan senyum ramah.Suaminya kaget dan heran melihat perubahan yang terjadi pada istrinya. ”Mulai kapan Mama sholat?” Faradina tidak menjawab pertanyaan suaminya.Ia kurang mendengar apa yang 114
SIndikat Facebook
dikatakan olehnya.Karena tertutup oleh rasa bahagia atas kedatangannya.Kemudian mereka berdua berjalan beriringan menuju rumah yang sudah lima tahun dihuni bersama semenjak menikah. “Tumben Papa pulang tengah malam.Tidak seperti biasanya,” ucap Faradina sambil meletakkan secangkir teh hangat di meja yang ada di depan suaminya. “Iya,Ma.Aku lagi pusing.Nanti saja aku ceritakan.” “Baiklah.Diminum dulu tehnya,Pa.” “Terima kasih,Ma.” Faradina dan suaminya menghabiskan tehnya masingmasing,kemudian beranjak dari tempat duduknya dan melangkahkan kaki menuju kamar untuk beristirahat dan membahas keadaan yang dialami suaminya.Faradina dan suaminya duduk berdampingan sambil menyandarkan punggungnya di sandaran tempat tidur.Suaminya memeluknya dan menangis.Faradina dibuat bingung oleh prilaku suaminya yang dirasa aneh. “Ma,Papa minta ma’af ya.Papa sudah membuat Mama kecewa dan sakit hati.” “Aku sudah mema’afkan Papa.Apapun alasannya,Papa adalah suamiku.Kita menikah atas dasar cinta yang tulus.” “Begini,Ma.Julia meninggal di salah satu kamar hotel,” ucap suaminya langsung pada pokok permasalahan.” Perasaan Faradina seperti tersambar petir. “Hah? Papa pembunuhnya?” tanya Faradina dengan ekspresi wajah yang cukup kaget dan membesarkan kedua bola matanya.
Imchana Abdul
115
“Tunggu dululah,Ma.Papa belum selesai bicara.Mama tidak perlu membesarkan kedua bola mata Mama.Papa sama sekali tidak tahu.Demi Tuhan.Makanya papa pulang malam-malam begini.Karena papa takut dituduh sebagai pembunuhnya.” Faradina membisu.Ekspresi wajahnya sangat sedih setengah marah mendengar pengakuan yang diucapkan oleh suaminya.Tetapi ia sudah berjanji dengan hatinya sendiri,harus bisa menahan amarah.Karena ia sendiri juga sudah mengkhianati suaminya. “Sabar dan berdo’a.Yang penting Papa benar-benar tidak membunuh.Tuhan Maha Adil kok.” “Iya,Ma.Do’akan ya,” pinta suaminya dengan nada suara yang cukup lemah. Suami Faradina menunjukkan aura wajah yang sangat sedih.Ia membayangkan yang tidak-tidak.Kalau sampai dirinya dituduh membunuh Julia,sudah jelas dirinya dijebloskan di dalam penjara dan yang pasti karirnya hancur.Belum lagi Faradina pasti menggugat cerai. Lamunan suami Faradina terhenti saat nada dering HP-nya berbunyi.Perasaan was-was menghantui jiwanya. Jangan-jangan telpon dari kepolisian.Ketika telpon diangkat,ia merasa lega,karena yang menelepon adalah relasinya,yang memberitahukan, bahwa pembunuh Julia sudah diketemukan. Si pembunuh itu adalah pacar Julia yang bernama Thomas. Ternyata selama ini,Julia adalah seorang playgirl. Ia menjalin hubungan cinta bukan hanya dengan satu pria saja,tetapi dengan beberapa pria dalam waktu yang 116
SIndikat Facebook
bersamaan. Faradina mendengarkan perkataan suaminya yang berbincang-bincang dengan temannya lewat HP merasa lega,karena pembunuh Julia sudah ditemukan.Ia langsung berpelukan dengan suaminya. “Pembunuh Julia sudah diketemukan,Ma.” “Iya,Pa.Aku tadi juga mendengarkan perkataan Papa. Syukur alhamdulillah,Pa.Kita harus sujud syukur.Tuhan telah meyelamatkan kita dari bahaya besar.Makanya Pa,mulai detik ini kita harus mendekatkan diri kepada Tuhan.Selama ini kita hanya mengejar dan mementingkan hal-hal yang berbau duniawi saja.Ini adalah peringatan dari Tuhan.Kejadian ini harus kita ambil hikmahnya.” “Iya,Ma.Kita banyak melakukan dosa.Telah melalaikan perintah Tuhan.Ya beginilah akibatnya jika manusia telah ingkar dengan nikmat yang diberikan oleh Tuhan.Manusia menjadi kufur,” ucap suami Faradina mengakhiri pembicaraan. ***
Imchana Abdul
117
9
Cinta Nafsu
S
epak terjang Erick dalam dunia penipuan berjalan dengan lancar dan mulus.Perkenalannya dengan Faradina benar-benar tidak sia-sia.Uang ratusan juta bisa dengan mudah ia dapatkan tanpa ada rasa khawatir.Karena ia tahu,tidak mungkin Faradina melaporkan kejadian tersebut ke kantor polisi.Karena ia takut aibnya terbongkar.Ternyata benar,hingga detik ini tidak ada pihak kepolisian yang menghubungi dirinya.Belum lagi toko online abal-abal-nya yang dipromosikan lewat Facebook,benar-benar menarik perhatian dan banyak peminat yang membutuhkan barang yang ditawarkan.Karena ia meng-upload barang-barang dagangannya yang sejatinya barang-barang tersebut meng-copy foto-foto dari google,lalu membuat format kertas kop untuk faktur penjualan,deliveri order,dan return penjualan yang kemudian ditampilkan di Facebook.Sehingga konsumen terkelabuhi dan merasa tertarik untuk memiliki barang yang dipromosikan.Mereka tidak berfikir panjang,dan langsung memesan barang serta mentransfer uang ke rekening Erick untuk segera mendapatkan barang yang diinginkan.
Ditambah lagi bisnis narkoba jenis ganja yang ia edarkan,laris manis bagaikan kacang goreng.Ia tidak salah 118
SIndikat Facebook
memilih anak buah yang gesit dan lincah dalam menjerat calon korban.Yang jelas, saat ini keberuntungan berpihak kepadanya.Karena rasa bahagianya yang melambung tinggi,sehingga ia lupa daratan dan lautan.Rasa bahagianya dirayakan sendiri dengan menenggak minuman keras,sampai angannya melayang kemana-mana,terbang bersama angin yang menyesatkan.Akibatnya,kesehatannya terganggu sehingga malam itu badannya merasa lemas.Sedangkan ia berada di apartemen sendirian.Bagas seperti biasanya,keluar untuk menjaring konsumen dan selalu ditemani oleh Elen. Erick merebahkan badannya di sofa sambil menonton tv dan sesekali memejet-mejet remote control untuk memindahkan channel.Entah setan apa yang hinggap di otaknya,tiba-tiba ia memikirkan Elen yang berparas cantik dan berkulit putih mulus serta bertubuh seksi.Otak kotornya mulai menjalar dan menguasai hati dan jiwanya.Mungkin karena pengaruh minuman keras. Tidak seperti biasanya Bagas melakukan transaksi dengan konsumen.Biasanya ia melakukan transaksi di bar.Tapi kali ini ia melakukan transaksi di mall,karena untuk menghindari kecurigaan petugas kepolisian.Sebelumnya ia sudah membuat janji dengan calon konsumen untuk bertemu di mall.Karena beberapa hari yang lalu ia sempat meloloskan diri ketika petugas kepolisian mengadakan razia di bar,dimana waktu itu Bagas sedang menjaring konsumen.Teman-temannya pada lari terbirit-birit.Namun akhirnya tidak bisa lolos dari sergapan petugas kepolisian. Elen ditemani Rico duduk-duduk santai, yang tidak jauh dari dimana Bagas bertransaksi.Nada dering HP Elen Imchana Abdul
119
yang berada di dalam tas berbunyi berkali-kali tapi tidak terdengar,karena suasana mall ditenggelamkan oleh alunan musik dan ramainya hiruk-pikuk para pengunjung malam itu. Ketika ia mengambil HP dari dalam tas dan menghidupkan lampunya,ada pemberitahuan,miss call.Begitu dibuka,ternyata miss call dari Erick.Elen penasaran.Karena tidak biasanya Erick menghubungi dirinya.Ada apa ya? “Sebentar ya Ric,ada miss call dari si Bos.Aku akan telpon balik.” “Oke,El.Silahkan.” “Halo,ma’af Mas,aku tidak tahu kalau ada telpon masuk. Soalnya aku lagi berada di mall.Suasana rame sekali.Sampaisampai aku tidak mendengar nada dering HP-ku.” “Tidak apa-apa,El.Aku kangen saja sama kamu.Sekarang aku lagi tidur-tiduran di kamar,kurang enak badan.” Elen mendengar kata-kata Erick,hanya tersenyum saja. Ia menganggap ucapan yang baru didengar dari bibir Erick adalah iseng dan bercanda saja.Ia sama sekali tidak gede rasa. Karena kata-kata “kangen” yang terucap dari bibir pria, sudah akrab di telinganya. “Sudah minum obat? Kalau belum,nanti aku belikan, dan biasanya minum obat apa?” tanya Elen penuh perhatian. Sementara, Erick sumringah mendengar kata-kata Elen yang penuh dengan perhatian. “Tidak usah,El,terima kasih.Aku sudah minum obat.Oh ya,nanti kalau urusannya sudah selesai,tolong katakan pada Bagas untuk segera pulang.”
120
SIndikat Facebook
“Baik,Mas.Dia lagi melakukan transaksi.Aku sama Rico lagi menunggu Bagas sambil duduk-duduk.” “Oke,El.Aku tutup dulu ya telponnya.” Bagas berjalan ke arah Elen dan Rico.Rico sedang memotret Elen yang sedang bergaya diantara simpang siurnya para pengunjung mall. “Wah-wah,kalian cocok jadi fotografer.Lama ya menunggu aku,” tanya Bagas dengan raut wajah berbunga-bunga. “Tidak juga.Eh,Gas,baru saja si Bos menghubungi aku.Dia kurang enak badan.Dia inginkan kamu pulang kalau urusan sudah beres,” ucap Elen memberitahukan. “Oke.Kalau begitu sekarang saja ya kita meluncur. Urusanku sudah beres kok.Kamu,El,ikut tidak?” “Ya,iyalah,Gas.Tidak enak kalau aku tidak menjenguk sang Bos yang lagi kurang enak badan,hehehe.” “Oh ya,kamu mau ikut atau mau melanjutkan jalan,Ric?” tanya Elen mengalihkan pembicaraan kepada Rico. “Sebenarnya aku juga ingin ikut menjenguk si Bos.Tapi aku sudah ada janji sama teman malam ini.Tidak enak kalau tidak ditepati.Salam saja ya buat mas Erick,semoga cepat sehat,” ucap Rico. ***
Pekatnya awan hitam yang menutupi berhamburnya gemerlap bintang-bintang yang memancarkan keelokan sinarnya,menandakan hujan deras akan mengguyur bumi dibawah langit ibu kota.Seperti derasnya perasaan gembira Imchana Abdul
121
yang dialami Bagas yang baru saja menerima pesanan ganja yang tidak sedikit jumlahnya.Bagas benar-benar bahagia malam ini,sampai-sampai tidak terasa mobil yang dikendarai bersama Elen sudah mendekati apartemen. “Sebentar lagi kita sudah sampai,Gas.” “Iya.Sampai aku tidak merasakan kalau kita sudah mau sampai di apartemen.Betapa bahagianya perasaanku malam ini.Pesanan barang begitu banyak.Pasti si Bos langsung sehat jika mendengar informasi yang sangat menyenangkan ini.” “Kalau senang,itu sudah jelas,Gas.Bukankah kita menjual barang terlarang ini, yang kita harapkan bisa laris manis? Kalau si Bos langsung sehat,belum tentu.Memangnya kamu dukun. Hahaha?” “Hahaha...Aku memang dukun,El.Buktinya bisa menghipnotis para pencari kebahagiaan semu untuk merogoh koceknya demi mendapatkan barang haram ini.” “Hahaha....Betul juga kamu,Gas.Akur deh.” Perasaan Erick merasa bahagia ketika Bagas dan Elen sudah berdiri di depan pintu kamarnya yang terbuka.Erick mempersilahkan masuk.Bagas dan Elen duduk di sofa. Sementara Erick masih rebahan di kasur dan badannya nampak masih lemas.Erick sama sekali tidak menyangka kalau Elen bakal ikut menjenguk dirinya.Dengan tidak sabarnya,Bagas langsung menceritakan banyaknya permintaan dari konsumen. Wajah Erick benar-benar berbinar-binar mendengarkan laporan dari Bagas.Sehingga ia tidak merasakan hujan deras yang airnya sudah mengguyur tembok apartemen.Bias dari derasnya hujan menambah dinginnya kamar Erick yang sudah 122
SIndikat Facebook
dipenuhi oleh udara dingin yang dikeluarkan oleh hembusan AC.Rasa kantuk mulai menjalar ke mata Erick,Bagas dan Elen. “Ngomong-ngomong,kondisi hujan seperti ini enaknya minum kopi untuk mengurangi rasa kantuk,” ucap Erick dengan menampakkan wajah sumringahnya. “Wah,betul sekali, Bos.Kamu disini saja ya, El.Aku akan turun dulu,bikin kopi.Kamu juga minum kopi kan,El?” “Iya,Gas.Tapi tidak usah repot-repot.Aku jadi tidak enak nih.” “Tidak apa-apa,El.Sekali-kali aku buatkan kopi buat kamu,hehehe,” ucap Bagas sambil mengangkat tubuhnya dari tempat duduknya. Tak lama kemudian,Bagas membawa tiga cangkir kopi dan meletakkan diatas meja. ”Ini Bos,kopinya.Cepat diminum. Supaya cepat sembuh.Masa ketiban rejeki banyak kok masih bisa saja kurang enak badan,” canda Bagas,kemudian ia duduk lalu menyeruput kopinya. “Yang benar saja,Gas.Masa minum kopi bisa langsung sembuh.Hehehe,” canda Elen. “Ah,Elen dari tadi kelihatan bahagia sekali,Bos.Bawaannya canda melulu.Asli bahagia atau mungkin kesambet waktu di mall tadi.Hahaha.” “Ih,dasar kamu.Gas.Enak saja bilang kesambet.Kesambet mbahmu.Hahaha.” “Aku senang melihat kalian rukun dan selalu bercanda. Hidup memang harus diselipi dengan canda ria.Biar tidak stres.Meskipun profesi kita merupakan profesi yang tidak bisa
Imchana Abdul
123
dibuat main-main,” ucap Erick diiringi senyum ramahnya. “Ayo,diminum kopinya,” ucap Erick kemudian. Erick turun dari tempat tidur,lalu ikut bergabung duduk di sofa sambil menonton acara tv dan minum kopi.Sudah jam sebelas malam,hujan belum juga reda,bahkan semakin deras. Bagas memandangi Elen. “Hujan semakin deras.Kamu menginap saja,El.” “Iya,El.Kamu tidk usah pulang.Suasana hujan deras seperti ini,kondisi jalanan,membahayakan,” ucap Eric menambahkan. “Kamu nanti tidur di kamarku saja.Nanti aku tidur di ruang tamu,di sofa,” ucap Bagas mengalah. “Santai saja,Gas.Aku tidur dimana saja bisa,” canda Elen. “Ya sudah,kamu tidur diatas plafon saja ya,bareng sama tikus,” canda Bagas membalasnya. Kemudian mereka bertiga tertawa bersama. “Ah,enak saja kamu.Memangnya aku temannya tikus?” sambung Elen sambil melempar lipatan kertas kecil ke arah Bagas. Bagas ngeles,lalu menjulurkan lidah seperti anak kecil. ”Wek,tidak kena.” Sepertinyanya Erick sudah ngantuk berat.Elen dan Bagas saling berpandangan,mengisyaratkan untuk segera keluar dari kamar. “Bos,aku turun dulu ya.Bos istirahat saja,supaya besok kesehatannya bisa pulih kembali,” ucap Bagas menghibur. “Baiklah.Terima kasih.” Kemudian Bagas dan Elen beranjak dari tempat duduknya 124
SIndikat Facebook
dan meninggalkan kamar Erick.Mereka berdua menuju ruang tamu untuk menonton acara tv. Elen dan Bagas masih menikmati tayangan acara tv.Sementara jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam.Elen sudah mulai mengantuk.Tapi ia merasa tidak enak jika harus tidur di kamar Bagas.Takut kalau ada apa-apa yang hilang,pasti dirinya yang dituduh.Karena ia punya rekam jejak,pernah mengambil dompet Bagas,walaupun Bagas tidak mengetahuinya sampai detik ini.Perasaan itu selalu menghantui dirinya. “Kamu tidak tidur,El,sudah malam.Kamar sudah aku rapikan.” “Aku belum ngantuk.Mau nonton acara tv dulu,” ucap Elen membohongi Bagas. “Oh ya,Gas,aku tidur disini saja.Aku sudah biasa kok tidur di sofa.Benar,” ucap Elen kemudian. “Ya sudah kalau begitu.Yang penting kamu bisa nyaman saja.Aku masuk ke kamar dulu ya.” “Iya,Gas.” Bagas mengayunkan langkah menuju kamarnya yang tepat berada di depan ruang tamu. Elen mengambil remote control yang bertengger diatas meja.Lalu memejet-mejet angka-angka untuk mencari channel yang lain.Tak lama kemudian ia tertidur.Ia lupa mematikan tv. Waktu sudah menunjukkan jam tiga dini hari.Erick terbangun dari tidurnya.Ia mendengar suara tv dari lantai bawah.Erick beranggapan,bahwa Bagas dan Elen masih
Imchana Abdul
125
menonton tv. Kemudian ia turun, dengan maksud akan bergabung menonton tv bersama mereka.Begitu ia sampai dilantai bawah,ia tersentak ketika melihat Elen tidur di sofa,dengan rok yang sedikit tersingkap.Otak Erick mulai melayang.Tapi ia tidak mau gegabah.Untuk memancing supaya Elen terbangun,ia berpura-pura batuk-batuk kecil.Elen mendengar ada yang batuk-batuk di dekatnya.Kemudian ia terbangun. “Eh,Mas Erick.” “Ma’af,El.Aku mengganggu tidurmu.Aku pikir kamu sedang menonton dengan Bagas.Makanya aku turun,dengan maksud akan menonton bareng-bareng.” “Ah,tidak apa-apa,Mas.Kenapa harus minta ma’af.” “Kalau begitu,silahkan dilanjutkan saja tidurnya.” “Aku sudah tidak mengantuk.” “Ya sudah.Aku temani sambil menonton tv.” “Iya,Mas,” ucap Elen yang disertai dengan senyuman. Mereka berdua saling terdiam dan mata masing-masing menatap layar tv.Pikiran Erick sudah melayang-layang.Sesekali ia menatap Elen dari ujung rambut sampai ujung kaki penuh dengan nafsu.Elen melihat gelagat Erick.Tanpa sengaja mata mereka berdua saling bertatapan penuh arti.Tanpa perasaan ragu,Erick mendekati Elen dan memegang tangan Elen.Elen terdiam,pasrah.Lalu tangan Erick menarik tangan Elen yang kemudian mereka berdua melangkah meninggalkan ruang tamu, menuju ke kamar. ***
126
SIndikat Facebook
Hari sudah menunjukkan pukul tujuh pagi.Bagas keluar dari kamarnya.Tiba-tiba matanya menatap sofa dalam keadaan kosong. ”Elen kemana ya.Apa dia sudah pulang pagi-pagi dengan naik taxi?” Bagas penasaran,lalu menoleh ke arah pintu keluar.Tetapi disitu masih bertengger sepatu Elen yang diletakkan disamping pintu.Ia langsung curiga.Elen pasti tidur dengan si Bos.Rasa cemburu mulai menghinggapi hatinya.Tetapi ia tidak berhak cemburu.Karena Elen bukan siapa-siapanya,dan lagi, ia tidak pernah mengungkapkan perasaannya terhadap Elen.Dengan perasaan galau,Bagas kembali ke kamarnya,duduk sambil melamun. “Aku harus bisa menguasai perasaanku jika berhadapan dengan Elen dan Erick.Semuanya sudah terlambat.Aku tidak boleh menyesal.Seharusnya aku sudah dari kemarin-kemarin mengungkapkan isi hatiku terhadap Elen.Diterima atau ditolak, itu sudah resiko.Karena aku yakin,kalau Elen juga menaruh hati terhadapku.Mungkin dia juga punya perasaan yang sama dengan perasaanku,tetapi dia tidak berani ungkapkan perasaannya.Apalagi dia seorang wanita,” lirih hati Bagas. Jdug...jdug...jdug...,terdengar suara kaki menuruni tangga. Bagas mendengarkan suara itu.Tetapi ia tidak segera keluar dari kamar.Ia pura-pura tidak tahu.Karena ia menjaga perasaan Elen,jangan sampai Elen salah tingkah.Baru beberapa saat kemudian, Bagas keluar dari kamar.Ia melihat Elen duduk sendiri sambil menonton tv. “Pagi,El,” sapanya sambil melangkahkan kaki menuju kursi yang ada di depan tv. “Hai,pagi juga,Gas.”
Imchana Abdul
127
“Aku baru bangun.Bagaimana,nyenyak tidak tidurnya semalam di sofa?” tanya Bagas menyembunyikan kegalauan hatinya sambil memperbaiki posisi duduknya. “Yaah,nyenyaklah,” jawab Elen sedikit gugup,dengan ekspresi wajah tidak seperti biasanya. Sepertinya Elen malu terhadap Bagas.Perasaan Elen mengatakan,bahwa Bagas pasti tahu kalau dirinya tidur dengan sang Bos.Tidur dengan orang yang sudah dikenal dengan akrab.Meskipun ia biasa tidur dengan laki-laki hidung belang,tapi itu sifatnya transaksi saja. Untuk mencairkan suasana yang sedikit berubah,Bagas segera menetralisir dengan mengalihkan pembicaraan. “Sebentar ya,El,aku buatkan kopi,” ucap bagas sambil mengangkat tubuhnya. “Terima kasih.Tidak usah repot-repot,Gas.” Tanpa mendengarkan kata-kata Elen,Bagas mengayunkan langkah menuju dapur.Ketika Bagas lagi menyeduh kopi di cangkir,samar-samar terdengar obrolan Elen dan Erick.Bagas mengambil satu buah cangkir lagi dan menyeduhkan kopi di dalam cangkir buat Erick.Bagas membawa tiga cangkir kopi menuju ruang tamu dengan menampakkan senyum kecil. Padahal hatinya sangat galau saat menatap wajah Elen dan Erick. “Waduuh,kamu kok repot-repot,Gas,” ucap Erick dengan wajah tanpa dosa. “Ah,tidak apa-apa,Bos.Cuma bikin kopi saja kok.Pagi-pagi begini enaknya minum kopi,bukan? Mari diminum kopinya. Nanti keburu dingin,tidak enak,” ajak Bagas sambil meletakkan 128
SIndikat Facebook
tiga cangkir kopi di meja. Elen dan Erick meraih cangkir kopi masing-masing,dan menyruputnya. “Wah,ternyata kamu pintar bikin racikan kopi ya,Gas.Enak sekali rasanya,dan juga aromanya.Racikan apa saja yang kamu seduh?” sanjung Elen untuk menutupi perasaannya. “Hehehe...Ah,kamu El.Aku jadi tersanjung.Biasa saja kok. Kopi hitam,susu,dan sedikit jahe,” ucap Bagas diiringi senyum. ***
Imchana Abdul
129
10 Firasat Buruk
S
eperti biasanya,setiap pagi Aime membuka jendela kamarnya. Sejuknya hembusan udara pagi selalu setia menembus kamarnya yang dipenuhi oleh alunan musik.Alunan musik yang memanjakan selera untuk memacu dan ikut andil dalam memberi penyegaran jalannya perasaan dan isi kepala.Suasana seperti itu tidak disiasiakan oleh Aime untuk mengambil gitar dan memainkan dawainya untuk mencari nada lagu yang akan ia gabungkan dengan lyric yang sudah ia goreskan diatas kertas putih.
Disaat sedang asyik-asyiknya jemari tangannya menarinari diatas dawai gitar,tiba-tiba nada dering HP-nya berbunyi. Begitu HP ia buka,ternyata ada telpon masuk dari nomor tak dikenal.Ia abaikan saja telpon dari orang misterius itu.Dengan tidak sengaja,matanya tertuju pada pemberitahuan Facebook yang masuk di HP Smart-nya.Lalu ia membuka Facebook. Ia melihat ada pesan masuk.Hmm...inbox dari seorang bule dengan pakaian militer.Namanya,David Jhonson.Lalu Aime membacanya. “Halo sayang.Kamu menarik dan menakjubkan untuk dilihat.Yang mana setiap pria pasti ingin mengenalmu dan 130
SIndikat Facebook
ingin mendekatimu.Begitu juga dengan diriku.” Aime penasaran.Ia membuka daftar pertemanan.Ternyata si bule ini tidak terdaftar sebagai temannya.Aime senyumsenyum sendiri.Ia tidak kaget,karena sudah terlalu terbiasa mendapat pesan inbox dari para pria dengan kata-kata yang penuh dengan rayuan gombal.Ia abaikan saja.Ia melanjutkan memainkan gitar. Beberapa hari kemudian Aime baru membalas pesan David dengan kata-kata yang tak kalah manisnya,seolah manis asli tanpa pemanis buatan. ”Terima kasih sayang atas pesan inbox-nya.Aku begitu tersanjung dengan pujianmu.Sepertinya kamu adalah pria yang baik dan romantis.” Rupanya David benar-benar bahagia menerima balasan dari Aime.Karena sudah tiga hari ia menunggu balasan itu dengan harap-harap cemas.Setelah membacanya,dengan tidak sabarnya ia mengirim pesan lagi. “Sayangku Aime.Aku sangat suka menerima balasan pesan dari kamu.Tadinya aku berfikir bahwa kamu tidak akan membalas kiriman pesan dariku.Semenjak aku melihat fotomu,aku tidak tahu apa yang hinggap di hatiku.Tapi aku merasa,ini adalah cinta.Untuk itu sayang,aku akan memberi banyak informasi tentang diriku.Aku berasal dari Amerika. Profesiku sebagai anggota militer NATO,dengan jabatan Top Officer.Sekarang aku sedang bertugas di Afganistan.Ini nomor HP-ku +447031863668.Ini aku memberimu nomor UK,karena aku sering pergi ke UK untuk urusan kemiliteran.Aku seorang single man.Sudah tidak memiliki orang tua.Dan aku anak tunggal.Aku taat beribadah,jujur,sabar,dan humoris.Aku juga
Imchana Abdul
131
suka musik dan bisa main gitar.Aku suka makan sayuran dan makan ayam.Hari liburku aku gunakan untuk traveling.” Aime berfikir sejenak.Ia sama sekali tidak percaya. ”Iki wong gendeng bin koplak.Nggedabrus...hahaha.Menulis pesan kenapa panjang lebar seperti menulis berita saja. Tapi menurutku masih kurang lengkap.Lebih lengkap lagi,seharusnya dia mengatakan,bahwa dirinya baik hati,tidak sombong,rajin menabung dan disayang bu guru...,hahahaha.... Hmm..,bagaimana dia bisa berselancar di Facebook. Sedangkan suasana di Afghanistan begitu kacau dalam menghadapi Taliban.Hampir setiap hari terjadi pengeboman. Penduduk Afghanistan sangat membenci militer Amerika. Bahkan merencanakan akan membunuh seratus militer Amerika.Belum lagi Helikopter yang ditumpangi para militer Amerika,terjatuh.Dan juga bascamp para militer Amerika menjadi incaran Taliban.Yang jelas,suasana Afghanistan benarbenar sangat kacau dan mengerikan.Dan lagi,dia sebagai Top Officer,masa bisa main-main dengan Facebook,” gumamnya. Aime membuka foto profil David.Foto profilnya ternyata tidak bisa dibuka.Di albumnya sama sekali tidak terpajang fotonya.Aime langsung menjatuhkan vonis,bahwa David adalah komplotan sindikat.Aime semakin semangat untuk menyelidikinya,sebagai hiburan dan juga sebagai sumber inspirasi untuk alur cerita dalam pembuatan naskah novelnya. Karena terdorong oleh rasa penasaran yang kuat,membuat Aime berselancar di google dan melacak untuk sekedar ingin mendapatkan siapa sebenarnya foto seorang jendral yang digunakan sebagai foto profil David Jhonson.Akhirnya Aime mendapatkan foto itu.Ternyata itu adalah fotonya Brig.Gen. 132
SIndikat Facebook
Lawrence D Nicholson.Sang Jendral ini lahir di Toronto,Canada. Semakin jelas kecurigaan Aime.Aime tahu,ending dari skenario cinta yang dipersembahkan untuknya,ujung-ujungnya pasti uang. Aime membalas lagi pesan dari dia dengan kata-kata yang lebih manis dari sebelumnya. “Sayangku,begitu kagumnya diriku terhadap dirimu.Perasaanku benar-benar bagaikan tersiram air es dan terselimuti kabut kebahagiaan setiap kali aku menerima dan membaca pesan dari kamu.Aku sangat merindukanmu,walaupun kita belum pernah bertemu.Tapi bagaimana caranya untuk mengobati rasa rinduku terhadapmu jika aku tidak memiliki foto kamu? Tolong sayang,kirim foto kamu ya.” Seperti biasanya,sehabis ngegombali pria,Aime selalu ketawa dan selalu mengeluarkan istilah “ceprut-ceprut”. Aime menduga,David pasti tidak menanggapi permintaan fotonya.Karena foto yang dipasang sebagai foto profil di Facebook,adalah foto orang lain. David mengirim pesan lagi. ”Sayangku Aime.Selama ini aku selalu berdo’a kepada Tuhan,supaya aku diberi istri seorang wanita dari Asia.Ternyata Tuhan mengabulkan permintaanku. Tuhan telah mengirimku seorang bidadari sepertimu.Aku sampai meneteskan air mata.Karena telah menemukan wanita,selain cantik dan cerdas,juga sangat mengagumkan. Sampai aku tidak bisa berkata apa-apa.Karena terlalu bahagia mendapatkan kamu.Aku teramat sangat mencintaimu.” Aime tak henti-hentinya tertawa saat membaca pesan dari David. ”Haha ha....empruutt dah.Dasar penipu.”
Imchana Abdul
133
Tetapi Aime selalu membalas kiriman pesannya. “Sayangku,aku sangat bahagia bahwa kamu memberikan harapan terhadapku.Sungguh aku tidak menyangka kalau kamu benar-benar mencintai aku.Rasanya perasaan ini terbang melayang,melambung tinggi sampai di awan.Aku benar-benar bahagia.Karena kamu adalah sosok pria yang aku cari.Terima kasih,sayang.Aku juga sangat mencintai kamu.” Betapa bahagianya David menerima balasan pesan dari Aime.Pikirannya melayang.Kemudian kiriman pesan dari Aime di-copy paste,lalu dikirim ke Erick dan Bagas melalui pesan inbox.Erick penasaran dengan yang namanya Aime.Rasa penasarannya mendorong ia untuk membuka akun Aime. “Hmm..,cantik juga cewek yang diincar David.” Dengan tidak sabarnya,Erick nge-add Aime. David dan Aime masih saling kirim pesan lewat inbox saat itu juga, terus berlanjut dan sangat mesra,seolah dunia ini milik mereka berdua. ”Selama dia mengirim pesan walaupun dengan rayuan kelas tinggi,tetapi kata-katanya sangat sopan dan terdidik. Menurut analisaku,sebelum dia mendekati aku,dia survey terlebih dahulu untuk mengetahui prilaku aku dalam meng-update status.Karena aku sering update status yang intinya,aku tidak menyukai pria yang tidak sopan.Makanya kiriman-kiriman pesannya selalu sopan dan terdidik.Dengan kiriman-kiriman pesannya yang menggunakan kata-kata semanis madu dan bahasa sastra yang menarik,dia pikir aku sudah terjerat tali asmaranya.Padahal aku sudah faham. Karena baru dua langkah dia mendekati aku,sudah kutemukan kejanggalan.Lalu aku melacaknya.Disitu kutemukan bukti, 134
SIndikat Facebook
bahwa dia adalah seorang penipu.Lanjut saja Vid.Kamu belum tahu siapa aku,” gumam Aime sambil senyum-senyum sendiri. Karena Aime sudah menjelajahi isi kepala David tentang apa yang dia pikirkan,maka Aime sering update status yang seolah dirinya sangat bangga dan bahagia memiliki hubungan khusus dengan David.David pasti membaca update-apdate status Aime,bahkan nge-like dengan menggunakan ID yang lain yang terdaftar sebagai teman Aime.Tujuan Aime update status tentang kebahagiannya memiliki hubungan khusus dengan David adalah untuk memancing emosinya,supaya dia semakin percaya diri untuk mengelabuhi dan terus mengejar Aime untuk mendapatkan apa yang menjadi tujuan utamanya. ***
Disela-sela candanya dengan teman-temannya yang masuk di wall-nya,Aime melihat ada pemberitahuan permintaan pertemanan.Aime membukanya.Tertera nama Erick dan Almira sedang nge-add dirinya.Kemudian Aime membuka info profil Erick dan Almira,lalu ia mengkonfirmasi. Erick merasa senang permintaan pertemanan terhadap Aime dikonfirmasi.Lalu ia membuka info profil Aime secara tuntas dan membuka sebagian update-update statusnya. ”Rupanya ia wanita yang berpendidikan dan otaknya cukup encer.Selain itu,selera humornya juga oke.Apakah David berhasil mengelabuhi wanita seperti dia.Tapi kalau dilihat dari update-update statusnya,sepertinya dia sudah terjerat tali asmaranya David,” gumam Erick.
Imchana Abdul
135
Erick tidak sabar untuk segera menghubungi David lewat HP-nya.Ia mengambil HP-nya yang diletakkan diatas meja tulisnya.Sementara David yang berada di Bali sedang nongkrong di resto bakso yang tidak jauh dari tempat indekosnya. Tiba-tiba nada dering HP-nya berbunyi.Ia mengecek siapa yang menelepon,tapi tidak segera mengangkatnya,bahkan membiarkan HP-nya terus berdering sampai berhenti sendiri. Ia khawatir apa yang akan disampaikan Erick kepadanya adalah suatu hal yang rahasia,dan mengundang perhatian orangorang yang berada di sekelilingnya.Bisa kebongkar rahasianya kalau pembicaraannya sampai terdengar orang lain. Selesai makan bakso,David segera membayar.Tanpa menoleh kiri kanan ia melenggangkan kaki menuju dimana motornya diparkir,lalu ia tancap gas motornya.Motor melaju dengan kecepatan standart.Sampai ditempat indekosnya, ia menghubungi Erick. “Halo,ma’af,tadi tidak aku angkat.Karena aku sedang makan bakso di resto.Aku khawatir ada pembicaraan rahasia yang mengundang kecurigaan para pembeli lain.Apakah ada informasi penting?” “Ah,tidak apa-apa,Vid.Aku tadi hanya ingin memberitahukan,bahwa Aime,cewek incaran kamu sepertinya sudah terjerat dengan rayuan kamu,” ucap Erick,yang kemudian disusul ketawa mereka secara bersamaan. “Kamu kok tahu,Rick?” “Aku baru saja membuka Facebook,dan membaca wallnya dia.Coba deh,kamu buka sendiri.” “Baiklah,Rick.” 136
SIndikat Facebook
“Oke,Vid.Aku tutup dulu ya telponnya.Aku hanya ingin menyampaikan itu saja.Selamat apa saja ya.Semoga lancarlancar selalu.” “Iya,Rick.Sama-sama.” Kemudian Erick menutup telponnya dan ia melanjutkan berselancar di Facebook untuk mencari mangsa.Ia sangat berharap mendapatkan mangsa yang cantik dan berduit seperti Faradina. Sedang asyik-asyiknya ia berselancar,nada dering HP-nya berdering.Ia menyambar HP yang ada disamping laptop yang ia operasikan. “Hmm...,dari Bagas,” gumamnya. “Halo,ada kabar apa,Gas?” “Kabar asyik, Bos.” “Wah,pasti dapat sasaran baru ya? Coba deh Gas kamu ke kamarku saja.Kenapa harus telepon segala.Bukankah kita berada di rumah yang sama?” ucap Erick penuh denga rasa penasaran. “Tidak kok,Bos.Cuma mau membahas tentang Aime.” Erick semakin penasaran begitu Bagas menyebut nama Aime. “Cepat,Gas,ceritakan.Aku sudah tidak sabar untuk mendengarnya.Memangnya Aime kenapa?“ “Begini,Bos.Aku nge-add Aime,pacar barunya David. Aku sudah dikonfirmasi.Aku juga membuka info profilnya serta update-update statusnya.Sepertinya dia bukan cewek sembarangan.Walaupun update-update statusnya menunjukkan rasa sukanya terhadap David.Siapa tahu itu Imchana Abdul
137
hanya jebakan maut saja.” “Hahaha..,kamu cerdas juga,Gas.Rupanya perasaan kamu sama dengan perasaanku.Aku juga punya pemikiran seperti kamu.Bahkan aku mikirnya lebih jauh lagi.Jangan-jangan karena si Aime,tamat sudah riwayat sepak terjang kita.” “Nah,itu dia.Tapi kita optimis saja,Bos.Mungkin itu hanya perasaan kita saja.Dan,yang lebih penting,kita ikuti saja aktivitas Aime di Facebook.Kalau memang ada yang membahayakan,David harus segera menghentikan petualangannya untuk mengelabuhi Aime.” ***
Almira duduk termenung memikirkan dan merindukan Edo.Cinta Almira terhadap Edo sudah melekat bagaikan prangko.Sudah hampir satu minggu Edo tidak menghubungi dirinya.Tidak seperti biasanya,tiap hari Edo selalu menelepon atau SMS walaupun hanya sebentar.SMS Almira beberapa hari yang lalu juga belum dibalas.Perasaan Almira menjadi gundah gulana.Kemudian ia menghubungi Edo.Betapa kagetnya ketika nomor HP Edo tidak aktif.Tetapi ia tidak putus asa.Ia terus menghubungi Edo.Seharian ia menghubungi Edo berkali-kali dengan waktu yang berbeda.Tapi nomor Edo tetap saja tidak aktif.Hatinya mulai bertanya-tanya.Ia membuka Facebook dan update status untuk mencurahkan kegalauan hatinya,dengan tujuan supaya Edo membacanya.Tidak berhenti sampai disitu,Almira tetap berusaha untuk bisa berkomunikasi dengan Edo.Ia juga kirim pesan lewat inbox .Tapi hasilnya,siasia.Tidak direspon. 138
SIndikat Facebook
Hari demi hari,kabar dari Edo tidak kunjung tiba.Almira pasrah dan tidak ingin menghubunginya lagi.Akhirnya ia tersadar,bahwa dirinya telah tertipu.Tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa.Ia akan melapor ke polisi, percuma,karena ia masih berada di Taiwan.Dan lagi,ID Edo sudah ditutup. Almira meratapi nasibnya.Ia bekerja membanting tulang di negeri orang untuk mendapatkan pundi-pundi uang,akhirnya uang puluhan juta rupiah raib hanya gara-gara cinta maya yang penuh dengan tipu muslihat.Tetapi ia masih tetap bersyukur,karena sebagian uangnya sudah ia kirim ke kampung halamannya. Kali ini Almira benar-benar bersedih dan menumpahkan permasalahannya di Facebook,tentang uangnya yang raib gara-gara cinta maya.Karena rasa kesalnya terhadap Edo,maka ia juga menampilkan foto Edo.Sepertinya para pengguna Facebook yang sedang on line tertarik untuk membaca update status Almira,dan banyak yang masuk untuk memberikan komentar.Semua teman-temannya memberikan komentar senada dan seirama,yaitu rasa kasihan,geram dan mengumpat dengan apa yang dilakukan Edo terhadap Almira. Sementara Edo yang masih berada di wilayah Batam,tertawa-tawa sambil memandangi foto Almira. ”Kau memang cantik,tapi kau bodoh,hahaha,” gumamnya. ***
Aime duduk di depan laptop sambil memejamkan matanya,berimajinasi untuk mendapatkan inspirasi yang
Imchana Abdul
139
akan dituangkan untuk melengkapi tulisannya dalam pembuatan naskah novelnya.Tetapi sepertinya ia sudah suntuk.Karena sudah tiga jam ia menulis.Inspirasi sudah tidak bisa diajak kompromi lagi.Kemudian ia membuka Facebook. Ia melihat-lihat update status teman-temannya di beranda. Secara tidak sengaja matanya tertuju pada nama Almira.Ia melanjutkan membaca update statusnya. ”Astaghfirullah,ini teman tertipu rupanya,’’ gumamnya.Lalu Aime masuk di wall Almira dan berpartisipasi memberikan komentar.Tak lama kemudian Aime mengirim pesan kepada Almira untuk menanyakan permasalahannya yang lebih mendetail.Almira membalasnya,dan menceritakan kejadian yang dialaminya secara mendetail dari awal perkenalannya dengan Edo lewat Facebook sampai raibnya uang puluhan juta rupiah. Mata Aime terbelalak,kemudian menghela nafas panjang .Ada rasa kasihan yang mendalam terhadap Almira.Tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa,dan hanya bisa menasehati serta memberikan semangat terhadap Almira,supaya kesedihanya tidak berlarut-larut dan lebih berhati-hati dalam menghadapi kata-kata manis dari teman. ”Hmm..,dasar bajingan.Tega-teganya menipu seorang pembantu.Benar-benar tidak punya hati nurani,’’ lirih hati Aime dengan geramnya. Setelah selesai bicara dengan Almira lewat inbox,Aime melihat pemberitahuan di wall,ada pesan inbox.Aime membukanya. ”Hmm..,dari David,” gumamnya. ”Sayang,sebentar lagi tugas saya di Afghanistan sudah berakhir.Saya akan mengunjungimu ke Indonesia dan akan langsung menikahi kamu.Saya merasa cocok memiliki 140
SIndikat Facebook
istri seperti kamu.Saya akan menghabiskan sisa hidupku bersamamu sampai mati.” Semakin jelas sudah kebohongan David ini.Ternyata kecerdasan emosionalnya dibawah standart.Maunya menjerat sasaran untuk dijadikan korban penipuan.Tetapi ia kurang bisa membaca siapa calon korbannya.Ibarat membuat tesis,ia kurang mendalami metodologi riset,sehingga manajemen resikonya terabaikan. Aime tak ada bosannya membalas pesan dari David sambil senyum-senyum sendiri. “Sayang,memang kita sudah sama-sama cocok.Aku juga berharap,kamulah yang menjadi suamiku nanti.Aku melihat aura wajahmu di foto profil,kamu tipe kebapakan.Itu yang aku suka.Dan tentunya kamu juga seorang pria yang bertanggung jawab.Kutunggu kedatanganmu,sayang.Aku sangat merindukanmu.Aku sudah tidak sabar ingin segera bertemu dengan kamu.Semoga Tuhan menyatukan kita dalam ikatan yang suci.Amin.” “Hahaha..,kapan kapokmu.Jongor wis.Njlungub karepmu,” ucap Aime setelah membalas pesan David,disertai ketawanya yang keluar dari bibir mungilnya. Tiba-tiba angan Aime melayang pada sosok Almira. Ia membayangkan,betapa sedihnya dia.Dia seorang janda dengan satu anak.Dia merupakan tulang punggung keluarga. Aime benar-benar geram terhadap Edo yang menipu Almira. “Jangan-jangan Edo satu komplotan dengan David,” gumamnya sambil nyruput kopi,dan matanya menatap ke layar laptop yang ada di depannya. David sudah tidak sabar menunggu balasan dari Aime. Imchana Abdul
141
Begitu ada pemberitahuan bahwa ada pesan masuk,ia segera membuka inbox dan membacanya.Karuan saja ia sangat senang. Karena itu yang ditunggu-tunggu.Ia menganggap bahwa Aime sudah benar-benar terlena dengan rayuan gombalnya.Dengan tidak sabar,ia langsung mengirim pesan tersebut kepada Edo. Karena ia ingin Edo segera membacanya,maka ia menelepon Edo,memberitahukan bahwa ia mengirim pesan ke inboxnya,supaya segera dibaca. Edo yang lagi berada di dalam kamar dan lagi merebahkan tubuhnya diatas kasur juga tidak sabar untuk segera membuka Facebook, dan ingin mengetahui pesan dari David.Edo membacanya sambil senyum-senyum. “Sepertinya Aime sudah terjerat oleh rayuan David.Terbukti ia merespon pesan dari David dengan kata-kata yang pasrah dan sangat meyakinkan. Tetapi,benarkah? Apakah Aime yang berpendidikan, sebodoh Almira? Ah,bodo amat.Kenapa aku harus memikirkan Aime.Dia mau bodoh kek,pintar kek,yang penting dia sudah termakan rayuan gombalnya David.Dan yang lebih penting lagi,aku sudah mendapatkan uang dengan jumlah yang tidak sedikit dari si bodoh Almira,hahaha..,” gumamnya. Betapa bahagianya perasaan Edo,karena selama ia berada di Batam,keberuntungan selalu berpihak kepadanya. Bisnis ganjanya bisa menguasai pasar.Love Scams-nya amanaman dan lancar-lancar saja. “Ah,begitu indahnya hidup ini. Sepak terjangku sesuai dengan rencana dan sesuai dengan target.Sebentar lagi kegiatanku di Batam sudah berakhir. Rasanya aku sudah tidak sabar lagi untuk segera kembali ke Jakarta, berkumpul dan bersenang-senang dengan temanteman, merayakan kesuksesan yang luar biasa ini.Si Bos pasti 142
SIndikat Facebook
menyambutku dengan suka cita dan yang pasti,memberiku komisi yang tidak sedikit.Aha,aku bisa mendapatkan apapun yang kuinginkan dengan uang ini.Hahaha..,” angan Edo melayang-layang. Krompyang! Lamunan Edo terhenti,karena dikagetkan oleh suara yang berasal dari ruang tamu dan sepertinya ada sesuatu yang terjatuh.Edo mengangkat tubuhnya dari atas kasur lalu melangkahkan kaki menuju ruang tamu. Ternyata gelas yang ada diatas meja,terjatuh.Edo heran dan terbengong.Kok bisa gelas itu jatuh sendiri.Padahal tidak ada siapa-siapa.Kemudian matanya menyisir ke seluruh ruangan. Tak lama kemudian terdengar suara dari bawah meja,cit..cit.. cit..Edo merasa lega.Padahal tadinya ia sempat merasa takut. “Oh,ternyata yang menjatuhkan gelas ini,tikus.Dasar tikus sialan.Tadinya aku berfikir,jangan-jangan rumah ini ada tuyulnya,” ucap Edo. Tetapi kali ini firasat Edo tidak enak,dan membuat pikirannya terganggu.Padahal Edo tidak percaya dengan halhal yang berbau tahayul.Ia menyandarkan tubuhnya di kursi sambil memejamkan mata. “Ini pertanda tidak baik.Aku harus lebih hati-hati dalam menjalankan aktivitas terlarang ini.Jangan-jangan aku kuwalat terhadap Almira dan nantinya membuatku cilaka.Ah,bodo amat.Aku tidak boleh termakan oleh perasaan yang tidak masuk di akal ini.Dunia kejahatan tidak mengenal perasaan.Segala cara harus dimainkan untuk mencapai tujuan,” gumamnya sambil matanya menatap ke langit-langit kamar. Walaupun Edo tidak mau terpengaruh oleh kejadian yang
Imchana Abdul
143
dialaminya,tetapi ia tidak bisa membohongi hati nuraninya sendiri,bahwa kejadian yang baru saja ia alami itu, membuat pikirannya kacau. Tangan Edo menimang-nimang HP.Ia ingin menghubungi Erick tentang kejadian yang baru saja dialaminya.Tetapi ia urungkan.Karena ia khawatir ditertawakan.Erick sama sekali tidak percaya dengan hal-hal seperi itu.Mungkin dikarenakan ia sudah terlalu kebal menghadapi rasa khawatir dan takut terhadap apapun yang akan mencelakakan dirinya nanti. Karena profesinya memang sarat berhadapan dengan keadaan yang mengundang celaka. “Aah,kenapa hanya karena gelas jatuh saja,pikiranku bisa terganggu.Ya Tuhan,semoga tidak terjadi apa-apa pada diriku dan teman-temanku,” gumamnya disertai helaan nafas panjang,lalu meletakkan HPnya di atas meja yang ada di depannya.Kemudian ia minum sebotol air mineral ukuran 500 ml,untuk menenangkan pikirannya. ***
Semilir angin yang disertai cerahnya cuaca,bisa menyemangati siapapun untuk menjalankan aktivitasnya masing-masing.Lalu lalang kendaraan dengan berbagai merek memenuhi jalan raya dengan berbagai tujuan.Para calon penumpang berjejer berdiri di halte sedang menunggu sebuah bus yang akan membawanya ke tempat tujuan mereka masing-masing.Sebagian orang ada yang hanya bengong menunggu datangnya bus yang tidak kunjung tiba.Sebagian orang ada yang berbincang-bincang dengan temannya untuk menghilangkan kejenuhan. 144
SIndikat Facebook
Dari jauh bus yang mereka tunggu sudah menampakkan diri.Tak lama kemudian bus berhenti di halte.Para calon penumpang berjubel berebutan untuk masuk kedalam bus dan berebutan untuk mencari tempat duduk masing-masing. Begitulah suasana kota Jakarta.Manusia-manusia menjamur dan mereka butuh sesuap nasi untuk mempertahankan hidup.Pekerjaan apapun dilakoninya.Yang penting halal. Itu menurut pandangan hidup orang-orang yang jalan pikirannya berpedoman pada iman.Dan, bagi orang-orang yang pandangan hidupnya tidak berpedoman pada iman,yang penting hidup enak.Pekerjaan apapun dilakukan,biarpun pekerjaan itu haram dan merugikan orang lain. Sementara Erick,Bagas dan Elen sedang duduk-duduk santai di apartemen sambil menikmati acara yang disajikan oleh stasiun tv sambil ngobrol-ngobrol dengan ditemani makanan kecil dan minuman kaleng yang ada diatas meja yang ada didepannya.Tak terlewatkan mereka bertiga sesekali tertawa kecil dan terbahak selepas obrolannya terhenti.Tidak bisa disembunyikan kegembiraan terpancar dari raut wajah mereka bertiga.Karena siasat dan apa yang ditargetkan oleh Erick dalam sepak terjangnya di dunia hitam membuahkan hasil yang tidak sia-sia,bahkan sangat memuaskan.Selanjutnya,Erick mempunyai rencana mengadakan pesta untuk merayakan keberhasilannya.Berhubung anggotanya belum lengkap,ia menunda rencananya,ia menunggu kedatangan David dan Edo.Bagas dan Elen menyetujuinya. “Bagaimana kalau kita sekarang keluar,mencari udara segar.Daripada bengong di rumah.” Bagas dan Elen beradu pandang,mengisyaratkan setuju Imchana Abdul
145
dengan apa yang dikatakan Erick. “Baiklah,Mas.Kita jalan kemana?” tanya Elen. “Kemana,Gas,enaknya?” tanya Erick minta pendapat. “Terserah Bos sajalah,” ucap Bagas menyerah. “Oke,kita berangkat sekarang,” ucap Erick. Elen mengangkat tubuhnya dari sofa kemudian mengayunkan kakinya beberapa langkah untuk mematikan tv yang ada di depannya.Tak lama kemudian Erick dan Bagas berjalan menuju kamar masing-masing untuk mengunci pintu. Elen sudah berdiri di depan pintu kamar apartemen menunggu mereka berdua. “Sudah siap?” tanya Elen begitu melihat Erick dan Bagas yang sudah berdiri di hadapannya. “Ya sudah lah..,” jawab Bagas. Elen berjalan di depan membelakangi Bagas dan Erick menuju pelataran parkir.Mereka bertiga masuk ke dalam mobil.Elen duduk di kursi tengah.Erick duduk di samping Bagas yang mengemudikan mobil.Perlahan namun pasti,mobil mulai merayap membawa mereka bertiga.Begitu mendekati pintu gerbang keluar apartemen,”Hah! dompetku ketinggalan, Gas,” ucap Erick sambil meraba-raba kantong celana panjangnya dan kantong bajunya. “Oke,Bos,aku akan memutar mobilnya,” respon Bagas. Kemudian mobil membelok,perlahan menuju pelataran parkir. Erick turun dari mobil dan berjalan menuju apartemen. Tidak menunggu waktu yang lama,Erick sudah menampakkan batang hidungnya,kemudian memasuki mobil. 146
SIndikat Facebook
Alunan saxonya Kenny G yang keluar dari tape mobil,mengiringi laju kendaraan yang membawa mereka. Rasanya tiada orang yang bahagia di dunia ini selain mereka bertiga.Sesekali Erick menoleh ke belakang untuk menatap wajah Elen.Mereka beradu pandang.Bagas mengetahui hal itu.Tetapi ia pura-pura tidak tahu,meskipun hatinya sedikit galau.Mereka bertiga saling terdiam. Secara tiba-tiba Erick dan Bagas dikagetkan oleh kerasnya jeritan yang keluar dari bibir Elen.Dengan gerak reflek,Erick dan Bagas menoleh ke arah Elen.Konsentrasi Bagas yang sedang mengemudikan mobil jadi terganggu.Hampir saja mobil yang ia kendarai menabrak orang-orang yang sedang berdiri di pinggir jalan.Ternyata ada seekor ular dari tempat duduk belakang merambat ke arah tempat duduk Elen.Seketika itu dengan keadaan panik,Bagas merapatkan mobilnya ke pinggir jalan.Kemudian mereka bertiga tergopoh-gopoh turun dari mobil.Tangis Elen yang sesenggukan mengundang perhatian orang-orang yang sedang berdiri di pinggir jalan.Mobil mereka dikerumuni oleh orang banyak.Bagas meminta bantuan kepada orang-orang disekelilingnya untuk mengeluarkan ular dari dalam mobil.Orang-orang yang melihat kejadian itu merasa heran.Kenapa ada ular bisa masuk ke dalam mobil.Ini pertanda tidak baik. Walaupun ular sudah dikeluarkan dari dalam mobil,tapi Erick dan Bagas masih merasa was-was.Jangan-jangan masih ada temannya yang tertinggal di dalam.Erick dan Bagas menyisir setiap lekukan ruang dalam mobil.Setelah dirasa suasana di dalalam mobil aman,Erick dan Bagas merasa lega dan menarik nafas panjang-panjang.Erick,Bagas,dan Elen Imchana Abdul
147
berdiri di samping mobil dengan wajah pucat.Suasana hati mereka bertiga kalang kabut. “Kita lanjut perjalanan,atau kita kembali ke apartemen?” tanya Erick kepada Bagas dan Elen dengan ekspresi wajah loyo. Walaupun hati Bagas sendiri sebenarnya merasa kalang kabut dengan adanya kejadian yang mereka alami bertiga,tetapi ia berusaha menetralisir dan merubah suasana menjadi santai.Seolah-olah dengan hadirnya ular di dalam mobil adalah hal biasa dan bukan pertanda malapetaka. “Kita lanjut saja, Bos.Tidak usah dipikir kejadian yang baru saja kita alami.Dan lagi,perut ini sudah tidak bisa diajak kompromi lagi.Aku takut pingsan,hehehe..,” jawab Bagas yang dibumbui sedikit gurauan. Erick dan Elen sedikit terhibur dan ikut ketawa kecil. Kemudian Erick,Bagas dan Elen berpamitan terhadap orang-orang yang tadi mengerumuninya dan menolongnya,untuk melanjutkan perjalanan, dan tidak lupa mereka bertiga mengucapkan banyak-banyak terima kasih. Dengan perasaan yang masih was-was,Erick,Bagas dan Elen memasuki mobil.Lalu mobil melaju meninggalkan orang-orang yang masih berada di tempat tersebut.Tak lama kemudian mereka bertiga sudah berada di dalam sebuah rumah makan.Dengan lahapnya Bagas menyantap nasi ayam goreng lalapan kesukaannya.Sementara Erick dan Elen sepertinya kurang ada selera makan.Elen teringat kata-kata ibunya di kampung.Waktu itu ada seekor ular masuk di dalam rumahnya.Ibunya mengatakan,bahwa itu pertanda tidak baik 148
SIndikat Facebook
dan mengundang malapetaka. Erick memperhatikan Elen yang sedang melamun.Ternyata apa yang dipikirkan Elen,sama dengan apa yang sedang ia pikirkannya.Ular,yah ular itu.Padahal selama ini Erick tidak percaya akan hal-hal seperti itu.Tapi kali ini nalarnya seperti terhipnotis.Bayangan yang tidak-tidak menghantui jiwanya. Sesekali mata Bagas menatap Erick dan Elen yang sedang melamun.Bagas tahu apa yang sedang mereka pikirkan.Pasti ular tadi. “El,makannya kok tidak dihabiskan.Nanti ayamnya mati lho,” canda Bagas sambil mengunyah mentimun. “Iya,El.Habiskan makannya.Apa yang baru saja terjadi,tidak usah dipikirkan,” hibur Erick.Padahal ia sendiri sebenarnya juga memikirkan hal itu. “Aku kurang ada selera makan.Mungkin karena terpengaruh oleh rasa kaget.” Erick melihat Bagas sudah selesai makan dan ia sendiri hanya sedikit menyisakan makanannya. “Kita sudah selesai makan.Kita langsung ke apartemen saja ya,” ucap Erick memberikan tawaran kepada Bagas dan Elen. “Ma’af,aku langsung pulang saja.Aku ingin beristirahat,untuk menenangkan pikiran.Dadaku masih gemetar,” ucap Elen dengan ekspresi wajah yang tidak bersemangat. Erick manggut-manggut sambil menatap wajah Elen. “Baiklah kalau begitu.Tolong Gas,bayarkan ke kasir ya,” ucap Erick sambil menyodorkan beberapa lembar uang kepada Bagas. Imchana Abdul
149
Bagas melangkahkan kaki menuju meja kasir.Dimeja kasir duduk seorang wanita cantik dan berjilbab dengan eksprsi wajah yang cukup ramah dan bersahabat sedang menunggu orang-orang yang akan membayar makanan yang dibelinya.Bagas sadar betul akan kecantikan kasir itu.Makanya begitu ia menyodorkan beberapa lembar uang,tak lupa Bagas mencuri pandang kepada si kasir.Ternyata si kasir juga mencuri pandang terhadap Bagas.Tatapan matapun terjadi antara kedua insan berlainan jenis ini.Si kasir menunduk dan tersipu malu,sementara Bagas juga ada sedikit rasa malu.Tapi Bagas segera membuyarkan suasana yang bikin salah tingkah mereka berdua,dengan banyolan-banyolan kecil.Kemudian Bagas,pamit. “Terima kasih ya, Mbak.Lain waktu aku mampir kesini lagi,” ucap Bagas sambil menatap wajah si kasir dan memberikan senyuman. Si kasir membalas senyuman. “Iya,Mas.Terima kasih atas kunjungannya,” jawab si kasir dengan ramahnya. Dengan perasaan berbunga-bunga dan wajah sumringah,Bagas meninggalkan meja kasir.Ia menghampiri Erick dan Elen yang sedang menunggunya.Erick melihat perubahan wajah dan sikap Bagas yang sepertinya sedang bahagia.Tetapi Erick pura-pura tidak tahu. Kemudian mereka bertiga masuk ke dalam mobil.Mobil melaju menuju ke tempat kos Elen.Suasana di dalam mobil hening. Tiba-tiba Erick bertanya kepada Bagas,“Kamu sepertinya sedang bahagia,Gas.Pasti kasirnya cantik,dan kamu lirik-lirikan sama dia ya,hehehe...,” singgung Erick penuh canda. 150
SIndikat Facebook
“Ah,si Bos ini tahu saja kalau ada orang lagi bahagia. Iya,betul, dia memang cantik.Mirip artis sinetron.Dia berjilbab. Hmm..,jilbabnya justru menambah keanggunannya dalam berpenampilan dan menambah kecantikan di wajahnya.” “Kamu naksir ya.” “Sepertinya iya,Bos.Tadi kami sempat beradu pandang. Dia malu-malu.Tapi kalau aku suka sama dia,apakah mungkin dia bisa menerima aku jika dia mengetahui pekerjaanku?” kata Bagas menggebu-gebu. “Betul juga katamu,Gas.Tapi yang penting dekati saja dulu. Kalau kamu sudah benar-benar dekat,tunjukkan jati dirimu yang sebenarnya.Siapa tahu dia bisa menerima kamu.Dicoba saja,” jawab Erick memberikan semangat,dan meyakinkan Bagas. “Iya,Bos.Akan kucoba.” Sementara,Elen kurang faham dengan apa yang dibahas mereka berdua.Angannya melayang.Ia masih terbayangbayang ular yang berada di dalam mobil. Mobil berhenti tepat di depan pintu gerbang kosan Elen. Tapi Elen tidak segera turun.Sepertinya ia masih melamun. Kemudian Erick menoleh ke arah Elen. ”El,sudah sampai nih,” ucap Erick mengingatkan. Elen terbelalak dan bibirnya membentuk huruf o karena kaget. ”Oh,sampai tidak sadar aku,” ucap Elen sambil tersenyum lalu tangannya membuka pintu mobil. “Mampir dulu yuk,” ucap Elen. “Terima kasih,lain waktu saja.Kami akan langsung kembali Imchana Abdul
151
ke apartemen,” jawab Erick. Bagas menoleh ke arah Elen sambil tersenyum. ”Iya El,lain waktu saja kita mampir,” sambungnya melanjutkan ucapan Erick. ***
Erick merebahkan tubuhnya diatas kasur.Pikirannya kacau.Otaknya belum bisa berhenti memikirkan ular yang menyelinap di dalam mobilnya.Untuk menenangkan pikirannya,ia mencoba turun ke lantai satu,duduk di ruang tamu sambil menonton tv.Sementara, Bagas di kamarnya lagi rebahan diatas kasur,dibuai oleh lamunan tentang si kasir cantik yang ditemuinya di rumah makan itu.Rupanya ia sedang jatuh cinta.Angannya melayang.Tiba-tiba terbersit keinginan untuk berhenti dan insyaf dari dunia hitam.Tak lama kemudian ia tertidur. Erick merasa kurang nyaman duduk sendirian.Ia melenggangkan tubuhnya menuju kamar Bagas dengan maksud untuk mengajaknya ngobrol-ngobrol di ruang tamu. Tepat di depan pintu kamar,ia akan mengetuknya.Tapi diurungkan.Karena pintu kamar sudah sedikit terbuka.Lalu ia membukanya dan melongokkan wajahnya sambil melihat isi kamar.Ternyata ia melihat Bagas sudah terlelap tidur sambil memeluk guling.Kemudian ia menutupnya pelan-pelan dan kembali menghampiri tempat duduknya sambil menonton tv. Bagas keluar dari kamar sambil mengusap-usap kedua matanya, akan ke dapur membuat secangir kopi.Dengan tidak sengaja matanya tertuju ke ruang tamu dan melihat Erick 152
SIndikat Facebook
tertidur di kursi dengan ditemani tv yang masih menyala. Begitu kopi yang tinggal diminum sudah berada di dalam cangkir,Bagas membawanya ke ruang tamu lalu mematikan tv dengan menekan tombol yang ada di badan tv.Karena remote control-nya ada di tangan Erick. Sesekali ia menyeruput kopi sambil membuka-buka majalah pria.Mungkin karena cangkir dan tataannya bersentuhan dan mengeluarkan bunyi di saat ia menyeruput kopi,membuat Erick terbangun.Tapi sepertinya Erick sudah menikmati tidurnya walau hanya sebentar. “Wah,aku mengganggu tidurnya ya, Bos,” canda Bagas sambil mengolak-alik majalah dan matanya menatap Erick. “Ah,tidak kok.Aku tidak sengaja tidur di kursi,tapi tidurku nyenyak juga,hehehe...,” ucap Erick santai. “Apakah Bos inginkan secangkir kopi? Kalau iya,aku bikinkan.” “Tidak usah,Gas.Terima kasih.” Kemudian Erick meletakkan remote control di meja. “Aku mau naik ke kamar dulu ya,Gas.Sudah sore.Mau mandi,” ucapnya kemudian. “Baiklah,Bos.Habis ini aku juga mau mandi,” lanjut Bagas yang masih mengolak-alik majalah. Bagas masih menikmati secangkir kopi sebelum beranjak dari tempat duduknya.Ia sudah melupakan kejadian yang membuatnya panik,gara-gara ular itu.Benih-benih cinta terhadap wanita cantik berjilbab mulai tumbuh,walaupun ia belum tahu nama dan nomor HP-nya.Tapi ia ragu,apakah wanita itu masih sendiri atau sudah punya suami. “Mudahmudahan wanita itu masih sendiri,” gumamnya. Imchana Abdul
153
Jarum jam sudah menunjukkan pukul lima sore.Secangkir kopi sudah dinikmatinya.Kemudian Bagas beranjak dari tempat duduknya sambil membawa cangkir bekas kopi untuk dibawa ke dapur dan diletakkan di wastafel tanpa dicuci.Lalu ia melangkahkan kaki ke kamarnya yang berdampingan dengan dapur,untuk segera mandi.Kebetulan kamar mandinya ada di dalam kamar. ***
154
SIndikat Facebook
11 Ketemuan dengan Almira
S
etiap kali membuka Facebook,Aime selalu teringat kepada Almira.Ia membayangkan Almira yang bekerja siang malam sebagai pembantu rumah tangga di negeri orang,untuk mengumpulkan uang yang akan dibawa ke tanah air sebagai modal hidup.Tapi dengan secepat kilat sebagian uangnya tertipu dengan jumlah yang tidak sedikit.Malang sekali nasibnya.
Kemudian Aime mengirim pesan kepada Almira,” Hai,Al,apa kabar? Semoga kamu baik-baik saja.Apa yang menimpa dirimu,lupakan saja.Kamu harus sabar.Uang bisa dicari.Itu cobaan buat kamu.Suatu saat Tuhan akan menggantikan dengan rejeki yang lain.Jaga dirimu baikbaik dan kesehatanmu.Dan, jangan lupa sholat lima waktu. Percayalah,Tuhan itu adil.Oh,ya.Kapan kamu kembali ke tanah air? Nanti hubungi aku ya.Aku kepingin ketemu kamu.Aku lihat info profil kamu,kamu berasal dari Yogjakarta.Bagaimana kalau kita nanti ketemu di Yogja saja.Aku ingin jalan-jalan di Malioboro dan pantai Samas.” Setelah mengirim pesan kepada Almira,Aime masih betah berselancar untuk membaca update-update status Imchana Abdul
155
teman-temannya.Kalau ada yang menarik,ia masuk untuk memberikan komentar atau sekedar memberikan jempol.Tak lama kemudian ada pesan inbox.Ia pikir balasan dari Almira. Ternyata pesan dari David.Aime lalu membacanya. ”Istriku tersayang,aku sudah benar-benar percaya dan yakin bahwa istriku nanti adalah kamu.Yah,kamulah calon istri pilihanku. Tidak ada wanita lain yang aku cintai,kecuali kamu seorang. Istriku,selama aku berada di Afghanistan,aku memiliki duit sebesar US $1 Juta.Aku kesulitan untuk menyimpannya. Karena aku berada di area perang,dan jauh dari bank.Untuk itu sayang,aku ingin mengirim uang itu ke kamu melalui kurir. Tolong uang itu nanti disimpan baik-baik,dan kamu bisa ambil 30%.Dan, tolong aku minta alamat rumah kamu,nomor telpon dan KTP.” Setelah membaca pesan dari David,Aime ketawa ngakak,”Hahaha..,istri-istri gundulmu.” Aime tidak segera membalasnya. Membiarkan David menunggu dengan harapharap cemas dan penuh dengan rasa penasaran. Aime menunggu balasan dari Almira,tapi tak kunjung tiba.Mungkin Almira lagi disibukkan oleh pekerjaan.Bekerja di tempat orang memang tidak bisa santai,apalagi bekerjanya di luar negeri.Waktu adalah uang.Itulah yang membuat Almira jarang membuka Facebook.Almira baru bisa membuka Facebook jika waktunya sudah benar-benar kosong.Kira-kira begitu. Sepertinya Aime sudah jenuh berselancar di Facebook. Kemudian ia menutupnya.Beberapa saat kemudian,ia membuka aplikasi Microsoft Word untuk melanjutkan menulis naskah novel.Bagi Aime,prilaku baik maupun prilaku buruk 156
SIndikat Facebook
para pengguna Facebook merupakan sumber inspirasi yang layak untuk diangkat, yang kemudian dikembangkan kedalam imajinasinya untuk memperluas ide ceritanya. Baru dua jam ia menulis naskah,tangannya sudah gatal untuk segera membuka Facebook lagi.Facebook memang bisa menghipnototis para penggunanya untuk selalu bikin kangen.Begitu Facebook dibuka,mata Aime tertuju pada pesan inbox.Betul juga,ada pesan masuk.Dengan segera ia membukanya,”Aha..,ada pesan dari Almira,” gumamnya. Dengan tidak sabar ia membuka dan membacanya,” Alhamdulillah aku baik-baik saja,Im.Terima kasih banyak ya kamu sudah memberiku semangat.Sebentar lagi kontrak kerjaku di Taiwan sudah habis.Aku tidak memperpanjang kontrak.Aku langsung pulang ke tanah air.Aku sudah kangen dengan ibuku dan anakku.Insha Allah kita bisa ketemuan. Nanti kalau aku sudah sampai di tanah air,aku hubungi kamu. Aku juga ingin ketemu dengan kamu.Nanti aku usahakan kita bisa ketemu di Yogja.Ya,aku berasal dari Yogja.Tapi bukan Yogja kotanya.Tepatnya dari daerah Bantul.” Aime sudah lega menerima balasan dari Almira.Ia ingin mengorek data lebih lengkap tentang Edo.Karena banyaknya para wanita yang tertipu oleh Love Scams,Aime ingin mengangkat fakta-fakta yang ada tersebut ke dalam sebuah novel.Tujuannya supaya para wanita jangan mudah terbujuk oleh rayuan gombal para lelaki.Apalagi rayuan gombal di dunia maya.Karena dunia maya adalah surganya para penipu. Aime heran dan merenung sendiri.Kenapa banyak orang yang tidak menggunakan logika jika sudah jatuh cinta. Walaupun dalam cinta memang tidak mengenal logika. Imchana Abdul
157
Seharusnya mereka berfikir.Bertemu dengan orang yang bersangkutan saja belum pernah,kok bisa-bisanya mereka mengeluarkan uang dengan jumlah yang tidak sedikit. Cinta memang butuh pengorbanan.Tapi pengorbanan yang bagaimana? Kalau masih dalam tahap pacaran saja sudah mengarah pada keuangan,jelaslah itu ada indikasi ketidak beresan,dalam arti,pasti akhir dalam suatu cerita adalah penipuan dan penyesalan bagi sang korban.Yang namanya orang menipu,cara pendekatan terhadap calon korban tentunya sangat manis,dengan menggunakan bahasa yang sangat lembut dan sangat menarik dalam memadupadankan kalimat-kalimat yang bisa menghanyutkan alam dibawah sadar. ***
Karena seringnya terjadi penipuan dan berbagai macam kejahatan lainnya yang berawal dari perkenalan di dunia maya,maka Aime memanfaatkan komunitas di media online yang dianggap cukup terpercaya itu untuk menuangkan gagasan-gagasannya dalam bentuk berita, artikel dan opini.Di komunitas ini tempat berkumpulnya para penulis untuk menuangkan berbagai macam gagasan.Media ini adalah media warga.Si penulis dengan bebas menuangkan tulisan-tulisannyan bak seorang jurnalis,meskipun ada batasan-batasannya. Semenjak bergabung dalam komunitas tersebut,Aime lebih sering menuangkan tulisan-tulisannya yang bertemakan kejahatan,terutama masalah kejahatan di dunia maya yang 158
SIndikat Facebook
modus-nya adalah cinta.Kemudian di link ke Facebook.Dengan tujuan,supaya tuisan-tulisannya dibaca oleh banyak orang dan bisa membawa manfaat. Setelah membaca pesan dari Almira,Aime mangkal di komunitas para penulis untuk meng-ekspresikan gagasannya dalam bentuk artikel.Baru satu paragraf Aime menulis artikel,nada dering HP-nya berbunyi.Ia mengangkat tubuhnya dan melangkahkan kakinya satu langkah untuk mengambil HP yang ada diatas tempat tidur yang berdekatan dengan meja tulisnya.Telpon dari seorang temannya.Dia teman akrabnya di Facebook.Dia menawarkan kerja sama untuk menjalankan suatu bisnis.Dia inginkan Aime mengeluarkan dana sebesar 25% dari modal yang akan dipergunakan nanti.Aime menanggapinya dengan santai tapi menolaknya dengan halus.Kemudian temannya mengakhiri pembicaraan. ”Hehehe..,mana aku percaya.Kenal saja hanya di dunia maya.Siapa tahu dia memiliki pribadi manipulatif.Dia bisa kelihatan sangat baik dan hangat dalam komunikasi,karena punya tujuan tertentu.Di dunia nyata saja,yang sudah kenal dengan baik,kalau sudah menyangkut keuangan,pikiran orang bisa berubah menjadi serakah,” gumamnya sambil senyumsenyum sendiri. Aime meletakkan HP-nya diatas tempat tidur,kemudian ia kembali melanjutkan menulis artikel sampai tuntas,lalu mengirimnya.Tidak menunggu waktu yang lama,artikel sudah dibaca oleh ratusan orang.Aime merasa lega.Semoga tulisannya bermanfaat dan membawa hikmah bagi para pembacanya. Aime bukan hanya menulis dan mengirim artikel-artikelnya Imchana Abdul
159
saja ke media online,tapi ia juga suka menjelajahi dan membaca opini teman-temannya yang rata-rata menulis tentang sepak terjang para koruptor di negeri ini.Bicara tentang koruptor di negeri ini memang tidak ada habishabisnya.Patah tumbuh hilang berganti.Korupsi merupakan tradisi yang sudah melembaga.Lembaga tanpa nama.Tapi berjalan dengan mulus.Andaikan negeri ini dibawah para pemimpin yang jujur,kemungkinan kecil pengangguran bisa membludak, karena lapangan pekerjaan tersedia.Belum lagi kondisi ekonomi yang tidak stabil.Para pekerja rendahan,upah minimum tidak mencukupi kebutuhan hidup yang standart. Akibat dari masalah itulah,sehingga kejahatan meningkat dan merajalela.Mereka yang tidak memiliki pekerjaan yang pasti dan imannya tipis tapi ingn mendapatkan uang dengan mudah,mereka memanfaatkan media sosial sebagai ajang untuk mencari penghasilan dengan cara tipu sana,tipu sini. ***
Hamparan sawah yang ditumbuhi berbagai macam tanaman, menambah suasana alam semakin sejuk dan indah.Burung-burung berterbangan dengan riangnya sambil bernyanyi menikmati sejuknya udara yang memberi kebebasan dalam mengepakkan sayapnya. Kereta api yang membawa Aime ,melaju dengan kecepatan normal.Sesekali mata Aime menatap keluar dari balik jendela. Ia menikmati hijaunya pemandangan yang menghiasi luasnya tanah persawahan.Tapi angannya sudah melayang ke kota Yogja.Ia ingin segera bertemu dengan Almira.Sesekali ia 160
SIndikat Facebook
melirik Rolex yang melingkar di pergelangan tangan kanannya. Hmm,masih butuh waktu yang lama baru sampai pada tujuan. Kemudian ia tertidur. Ramainya lalu-lalang dan suara orang-orang yang sedang menjajakan berbagai macam barang dagangannya di stasiun,membuat Aime terbangun.Ia melihat dari balik kaca kereta api dan membaca plakat,stasiun Solo. “Sudah sampai di stasiun Solo,” gumamnya sambil melihat-lihat deretan orangorang yang sedang duduk di kursi penunggu dan lalu- lalang orang-orang yang sedang menjajakan dagangannya. Tak terasa perutnya mulai keroncongan untuk minta diisi sesuatu.Ia memanggil pramugari yang sedang berdiri tidak jauh dari tempat duduknya.Ia memesan semangkok bakso dan secangkir kopi panas.Pramugari mengiyakan,lalu meninggalkan Aime.Aime kembali bersandar di tempat duduknya dan masih merasakan kantuknya.Ia menguap sambil nenutup bibirnya dengan punggung telapak tangannya. “Tidurnya tadi enak ya,Mbak,” tanya seorang ibu yang duduk di sebelahnya. “Iya,Bu.Lumayan nyenyak,” jawab Aime dengan ramahnya dan memberikan senyuman serta sedikit menganggukan kepalanya. “Mbak mau kemana?” “Mau ke Yogja,Bu.” “Ke Yogja mana, Mbak?” “Ke Yogja kotanya.Mau ketemu dengan teman.Nanti rencananya ingin jalan-jalan ke pantai Samas.”
Imchana Abdul
161
“Ooo...Nanti menginapnya dimana?” “Rencananya sih,menginap di jalan Malioboro.Disitu banyak penginapan yang harganya terjangkau.” Dari arah pintu depan,pramugari melangkah dengan membawa sebuah baki yang berisikan semangkok bakso dan secangkir kopi panas.Ia mendekati tempat duduk Aime dan menyodorkan semangkok bakso yang disusul dengan secangkir kopi. “Terima kasih,Mbak,” ucap Aime disertai senyum ramahnya. “Sama-sama,Mbak,” jawab pramugari dengan membalas senyuman,lalu membalikkan tubuhnya dan meninggalkan Aime. Tak lupa Aime menawarkan kepada ibu yang duduk di sebelahnya,“Monggo Bu, baksonya.” “Oh,ya ya.Silahkan.Ibu tadi sudah makan,” ucapnya disertai senyuman sambil menatap wajah Aime. Aime melahap semangkok bakso dan secangkir kopi panas tanpa menoleh kiri dan kanan.Tak terasa,semangkok bakso dan secangkir kopi panas habis,tiada tersisa.Sepertinya Aime benar-benar lapar. Beberapa waktu kemudian,Aime mengambil HP dari dalam tasnya.Lalu ia menyalakannya.Ada SMS masuk dari Almira. “Hai,Aime.Aku sudah berada di Yogja.Sekarang sudah di losmen di jalan Malioboro.” Kemudian Aime menelepon Almira. ”Baiklah,Al.Aku 162
SIndikat Facebook
sekarang masih dalam perjalanan.Kereta api yang membawa aku baru saja meninggalkan stasiun Solo.Kereta tiba di Yogja,kira-kira jam dua belas.” “Iya,Im.Nanti aku jemput di stasiun.” “Oke,Al.Terima kasih ya.Sampai ketemu nanti.” ***
Almira duduk di sela-sela orang-orang yang sedang menunggu kedatangan kereta api.Sesekali ia mengangkat tangannya dan melihat arah jarum jam pada arlojinya.Jarum jam menunjukkan pukul sebelas lebih tiga puluh menit. Tenggorokannya mulai merasakan haus.Ia mengangkat tubuhnya,lalu melangkahkan kaki mendekati bapak tua yang sedang menjajakan berbagai macam minuman yang tidak jauh dari tempat duduknya.Ia membeli teh kotak.Kemudian ia kembali ke tempat duduknya semula sambil menikmati teh kotakya. Waktu yang ditunggu telah tiba.Tapi kereta api yang membawa Aime belum juga datang.Lima menit kemudian,kereta api dari arah Solo,tiba.Para penumpang dengan tujuan Yogja,keluar dari gerbong masing-masing .Almira menyeleksi satu persatu wajah yang turun dari kereta api.Tanpa sengaja ia menatap sosok wajah oriental,kulit bening,rambut sedikit merah dengan tubuh langsing yang dibalut oleh celana panjang blue jeans yang dipadu-padankan dengan kaos warna putih,serta sepatu sport warna putih. Perlahan kaki Almira melangkah untuk mendekat,lalu tanpa
Imchana Abdul
163
sungkan-sungkan ia langsung menebaknya. “Aime ya,” ucapnya sambil menudingkan telunjuknya ke arah Aime,lalu mereka berdua bertatapan mata agak lama dan saling melempar senyum keakraban. “Almira?” balas Aime.Kemudian mereka berpelukan. Keduanya saling menepuk punggung. “Akhirnya kita ketemu juga,Al.Aku suka sekali dengan pertemuan ini.” “Kita punya perasaan yang sama,Im.Aku juga suka sekali bertemu dengan kamu.” Kemudian mereka melepaskan pelukannya.Lalu mereka berdua berjalan beriringan sambil berbincang-bincang meninggalkan kerumunan orang banyak yang baru turun dari kereta api. “Bagaimana kabar kamu sekeluarga,Al?” “Alhamdulillah baik.Dan bagaimana dengan kamu,Im? Baik-baik juga, bukan?” “Alhamdulillah.Seperti yang kamu lihat,” jawab Aime sambil tersenyum dan menatap wajah Almira. “Cepat sekali kamu datang.Aku tidak menyangka kamu datang secepat ini.Sebenarnya aku sudah lima hari berada di tanah air.Tapi baru kemarin aku bisa menghubungi kamu,e..sekarang kamu sudah ada di depanku.Ngomongngomong,perjalanan dari Jombang ke Yogja berapa jam,Im?” “Empat jam.” “Lumayan lama juga ya.Dan tentunya kamu cape,hehehe.” “Lumayan cape,Al.Tapi tidak apa-apa.Sudah ketemu 164
SIndikat Facebook
kamu,jadi capenya hilang,hehehe.” “Oh ya,kita langsung ke losmen saja ya,Im.Kamu bisa langsung istirahat,” ucap Almira penuh pengertian. “Iya,Al.Kita ke losmen naik apa?” “Kita naik becak saja ya.Dekat kok jarak antara stasiun dan Malioboro.” “Oke..,siip!” Deretan becak berjejer di dekat stasiun menunggu para calon penumpang yang akan menggunakan jasa angkutannya. Ada yang berjalan mondar-mandir menawarkan kepada setiap orang-orang yang lewat di depan mereka.Ada yang hanya duduk menunggu calon penumpang mendekat.Ada yang tertidur,mungkin karena lelah.Mereka semua para tukang becak bekerja membanting tulang dengan penghasilan tidak menentu dan pas-pasan,demi sesuap nasi untuk dirinya dan keluarganya dalam menyambung hidup. Aime dan Almira mendekati abang becak yang aura wajahnya sangat melas. “Pak,tolong antar saya ke jalan Malioboro ya,” ucap Almira. “Iya,Mbak.” “Berapa ongkos Pak dari sini ke Malioboro,” tanya Aime. “Terserah Mbak saja,” jawab abang becak pasrah. Kemudian Aime dan Almira menaiki becak.Lalu abang becak mengayunkan pedal dengan santainya.Sesekali abang becak mengelap keringat di leher dan di wajahnya dengan handuk yang melingkar di lehernya.Sementara Almira dan Imchana Abdul
165
Aime berbincang-bincang santai sambil menikmati suasana kota Yogja di siang hari. Tak terasa becak yang membawa Almira dan Aime sudah tiba di losmen.Mereka berdua turun,dan Aime membuka dompet,mengambil uang untuk membayar ongkos ke abang becak tersebut.Tanpa diduga,Abang becak mengembalikan kembalian uang yang dibayar oleh Aime.Aime kaget,” Tidak usah Pak,ambil saja kembaliannya.” “Oh,ya Mbak.Terima kasih,” jawab si Abang becak. Almira berjalan membelakangi Aime. Ia membuka pintu kamar. “Silahkan masuk,Im.” “Iya,Al.Terima kasih.” Aime mendekati tempat tidur lalu duduk diatas kasur sambil melihat-lihat isi kamar dan langit-langit kamar. “Kamarnya lumayan bagus dan besar ya,” ucap Aime tanpa memandang ke wajah Almira yang duduk disebelahnya. “Iya,Im.Aku memang menyewa kamar yang lumayan bagus dan besar untuk kita.Mana kamu mau kalau tidur di kamar yang buluk,” ucap Almira. Aime hanya tersenyum mendengar apa yang baru saja dikatakan Almira. “Ah,tidak juga, Al.Kamu pikir aku ini siapa,hehehe.” Tak lama kemudian Almira berdiri dan melangkahkan kaki menuju meja untuk mengambil dan membuka bungkusanbungkusan yang berada di kantong plastik.Bungkusanbungkusan itu berisi makanan yang ia bawa dari Bantul. 166
SIndikat Facebook
“Im,ini aku membawa makanan dari Bantul.Silahkan dimakan.Tentunya kamu lapar.Ini sekedar untuk mengganjal perut saja.” “Iya,Al.Terima kasih.” Aime mengambil satu biji lalu memakannya. “Hmm...,enak,Al.Aku menyukai makanan seperti ini,” ucapnya kemudian. “Itu makanan khas Bantul,Im,” ucap Almira tanpa menyebut apa nama makanan itu. “Ooo...,makanan ini kalau di Jombang namanya jemblem. Ngomong-ngomong,rencana kita selanjutnya ke pantai Samas ya, Al.” Almira tidak segera menjawab pertanyaan Aime.Ia ketawa ngakak begitu mendengar nama jemblem. “Nama makanannya lucu ya,jemblem.” “Iya.Tapi enak.Ini makanan orang kampung.Kita kan samasama orang kampung.Tapi tidak apa-apa.Orang kampung tapi tampang,kota.Bukankah begitu,Al?Hahaha.” “Hahaha..Kamu bisa saja,Im.Iya,besok pagi-pagi kita berangkat ke pantai Samas.” “Aku sudah lama tidak kesana,Al.Aku suka melihat ombaknya.Dan menurut mitos,kalau pergi kesana dilarang memakai baju warna merah.Apa iya?” “Katanya sih,begitu.” “Dan katanya lagi,anak bungsu dilarang mendekat di bibir pantai.Nanti bisa terseret ombak,dan tenggelam.Kalau sudah tenggelam,bakal dijadikan calon menantu Nyai Roro Kidul.” Imchana Abdul
167
“Hahaha..Im..,Im.Kamu ini lucu sekali.Mungkin mbah-mu ya yang cerita seperti itu.Kamu ini di dunia maya maupun di dunia nyata,sama saja.Tidak ada bedanya.Selalu ngocok perut.” “Bukan mbah-ku sih,Al.Yang cerita itu,mbah dukun,hahaha.” “Kamu itu ada-ada saja,Im.Makanya teman-teman kamu di Facebook banyak yang kocak.Aku kalau membaca komentar-komentar teman kamu di wall kamu,aku ngakak sendiri.Komentarnya pada ngawur tapi lucu.Yang jelas,asyik,” ucap Almira,sambil sesekali ia tertawa. ”Aku sambil rebahan ya,Al.” “Iya,Im.Silahkan.Tentunya kamu cape.” Setelah ngobrol-ngobrol,Aime minta ijin untuk tidur sebentar.Tak lama kemudian,Aime tertidur.Almira membiarkan Aime tidur.Kemudian ia mengambil dompet dan keluar dari kamar tanpa mengunci pintu.Ia membeli nasi ayam goreng lalapan di warung yang tidak jauh dari losmen. Warung kecil dan bersih itu banyak dikunjungi oleh para pembeli.Karena selain masakannya enak,harganya terjangkau oleh semua kalangan.Sederetan para pembeli sedang antre untuk segera mendapatkan makanan dengan selera masingmasing.Dengan sabar Almira menunggu antrean itu. Aime terbangun.Matanya menyisir ke seluruh ruang kamar. “Kok sepi.Almira kemana ya,” gumamnya.Ia menyambar HP dan menelepon Almira. “Hai,Al,kamu sekarang ada dimana?”
168
SIndikat Facebook
“Eh,Aime.Sudah bangun ya.Aku lagi berada di warung untuk membeli makan.Tunggu sebentar lagi ya.Warungnya dekat dari penginapan kita kok.” “Oke,Al.Terima kasih.Aku tunggu,” jawab Aime sambil menatap cermin, mengusap-usap wajah dan matanya yang masih sedikit ngantuk. Perasaan Aime tidak enak terhadap Almira.Ia merasa merepotkan.Karena sikap Almira yang baik,sehingga rasa simpati Aime terhadap Almira semakin dalam.Aime merasa kasihan terhadap Almira.Almira adalah wanita yang sangat polos.Dengan tiba-tiba angannya melayang.Teringat sosok pria yang bernama Edo yang begitu tega membohongi dan menipu uang Almira dengan nilai yang tidak sedikit. Lamunan Aime dibuyarkan oleh bunyi pintu yang diketuk oleh seseorang dari luar.Aime membalikkan tubuhnya,dan matanya menatap ke arah pintu.Wajah ramah Almira nongol dari balik pintu dan tangannya menenteng sebuah kantong plastik yang berisi beberapa bungkusan. “Kamu kok repot sekali,Al.” “Ah,tidak juga kok,Im.Tentunya kita sudah lapar.Makanya aku ke warung.Ini aku membeli nasi ayam goreng lalapan.Mari kita makan,” ajak Almira sambil tangannya mengeluarkan satu persatu bungkusan dari dalam kantong plastik. “Hmm...,nasi ayam goreng lalapan.Itu favoritku,Al.Kamu seperti mbah dukun saja ya.Tahu kesukaanku.Terima kasih ya,” ucap Aime sambil membuka bungkusan yang ada didepannya. Lagi-lagi Almira tertawa mendengar gaya bicara Aime yang selalu menyebut nama mbah dukun. “Terima kasih,Im,kalau Imchana Abdul
169
kamu suka.Ini juga berkat mbah dukun,hahaha.” Disela makannya, terjadi obrolan santai antara keduanya dan sesekali dibumbui oleh ketawa kecil.Mereka sedang bahagia rupanya.Walaupun mereka kenalnya berawal dari dunia maya,tapi keakraban mereka seperti sudah lama saling mengenal. “Eh,rencananya berapa hari kita disini?” tanya Aime. “Terserah kamu saja,Im.Aku ikut saja apa katamu.” “Bagaimana kalau empat hari.Hari ke tiga,kita jalan-jalan di Malioboro.Aku ingin membeli pernak-pernik dan batik khas Yogja.Itupun kalau kamu tidak sibuk.” “Aku masih santai kok,Im.Dan lagi, aku baru datang dari Taiwan.Istirahat dulu.Belum ada kegiatan.Anakku sudah lengket dengan neneknya.Meskipun aku kemana-mana,dia tidak mencariku.” “Oke-lah kalau begitu.Kita jadi ke pantai Samas, bukan? Apakah jadi besok pagi kita berangkat?” ”Iya,Im.” ***
Luasnya lautan yang dihiasi oleh ombak bergulung-gulung berkejar-kejaran dan sejuknya semilir angin yang beradu dengan hangatnya pancaran sinar matahari yang nongol dari ufuk timur,menambah suasana pantai Samas semakin indah dan nyaman bagi siapapaun yang berada di tempat itu.Beban masalah yang tersimpan di dalam hati seolah lenyap seketika. Maka tidak heran jika pantai Samas banyak dikunjungi oleh 170
SIndikat Facebook
orang-orang dari berbagai macam daerah,bahkan negara. Belum lagi cerita-cerita mitos yang turun-temurun sudah dipercaya masyarakat di sekitarnya,menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. Pantai Samas hari itu ramai sekali dikunjungi oleh para wisatawan.Mungkin karena hari Minggu.Jadi,semua orang,dari anak-anak sampai dewasa ingin berlibur dan menikmati indahnya pantai yang sudah cukup dikenal oleh banyak orang ini.Simpang siur anak-anak ,ibu-ibu dan bapakbapak menghampiri satu persatu para pengunjung untuk menawarkan barang dagangannya.Ada yang menawarkan pernak-pernik,ada yang menawarkan makanan kecil dan minuman hangat.Ada juga yang menawarkan nasi pecel,nasi kuning dan berbagai macam jenis makanan. Aime melihat suasana seperti itu senang sekali.Karena sudah lama pemandangan seperti itu tidak dinikmatinya. Ia melangkah kaki dan mendekati seorang ibu-ibu yang berjualan ketan sambal kesukaannya.Kemudian ia menoleh ke arah Almira. “Hai,Al.Apakah kamu suka dengan ketan sambal?” “Owh,suka sekali,Im.” “Oke.Kita beli dua bungkus ya,Al.” “Siip,Im.” Aime membeli dua bungkus ketan sambal lalu mereka berdua mencari tempat yang nyaman untuk duduk-duduk. Mereka duduk di hamparan pasir dan menikmati ketan sambal sambil menikmati indahnya ombak. Mata Aime menerawang jauh ke tengah lautan seolah Imchana Abdul
171
ada yang dipikirkan.Semenjak ditinggal ibunya untuk selamanya,ketenangan hatinya kurang bisa diajak kompromi. Karena tidak ada tempat curhat yang pas.Apalagi masalah yang dihadapi selalu datang silih berganti.Tapi untungnya,ia adalah perempuan yang kuat dan penuh dengan iman. “Suasana seperti ini aku suka,Al.Beban pikiran yang terkumpul,setidaknya bisa berkurang,walaupun tidak bisa lenyap semuanya.Apapun masalah yang kita alami,kita ambil hikmahnya saja,” ucap Aime dengan ekspresi wajah sedih yang tanpa sengaja membuat hati Almira tersentuh. Almira menatap ke wajah Aime yang sedikit mendung. Tapi Almira tidak berani bertanya,apa sebenarnya yang telah terjadi dan telah dialami oleh Aime.Karena selama ini Aime tidak pernah menceritakan permasalahannya,dan selalu menampilkan keceriaan dalam bersikap. “Betul,Im.Aku sendiri punya masalah berat yang tempo hari ku ceritakan ke kamu lewat pesan inbox itu.Aku bekerja membanting tulang di negeri orang demi sesuap nasi,tapi dalam jangka waktu sekejab hasil jerih payahku bisa raib hanya gara-gara cinta di dunia maya.” “Itulah dunia maya,Al.Kita harus sangat berhati-hati berhadapan dengan siapapun.Antisipasi itu harus. Aku sekarang juga menjalin hubungan khusus di dunia maya dengan seorang bule.Rayuannya maut.Yang dia ceritakan yang muluk-muluk dan manis-manis.Sepertinya dia pria yang tidak baik.Bisa jadi dia satu komplotan dengan Edo.Tapi aku tidak kehabisan akal.Akan aku kerjain dia.” “Kamu kerjain bagaimana?” 172
SIndikat Facebook
“Hehehe...,pokoknya tahulah kamu nanti.Aku sudah membaca kejanggalan-kejanggalan dia,” jawab Aime disertai ketawa kecil. Aime dan Almira sudah selesai menikmati ketan sambal. Aime mengambil tisu basah dari dalam tasnya untuk mengelap tangannya,lalu ia menyodorkan tisu tersebut ke tangan Almira. “Perut kita sudah kenyang.Mari kita jalan menyisir pantai,” ucap Aime sambil melempar senyum dan memandangi wajah Almira. “Baiklah.Sepertinya asyik juga kita jalan di pinggir pantai sambil bermain dengan terjangan ombak kecil,” sambung Almira sambil mengangkat tubuhnya. Aime dan Almira berjalan menuju pantai dan membaur dengan para wisatawan lainnya.Mereka berjalan berdampingan.Sesekali tangan Aime mengambil kerikil dan melemparkan ke tengah laut yang dihiasi oleh gulungan ombak kecil yang saling berkejaran.Sementara,mata Almira menerawang jauh ke depan,sambil sesekali memandangi para wisatawan lainnya yang sedang berjalan simpang siur di pinggir pantai. Tanpa terasa,sinar matahari sudah berada di ubunubun.Panasnya sudah mulai terasa.Aime mengambil topi dan kaca mata hitam dari dalam tasnya.Kemudian ia mengenakannya,untuk mengurangi rasa panas.Tak ketinggalan Almira juga mengambil topi dan kaca mata hitam,lalu mengenakannya. “Eh,Im,mari kita selfie.Suasana seperti ini rugi kalau tidak Imchana Abdul
173
diabadikan,” ajak Almira. “Oh,itu ide yang bagus,” jawab Aime menandakan setuju. Aime dan Almira bergaya bak seorang foto model amatiran. ”Kita habis menjadi foto model kagetan ya,Al.Nanti kita kirim ke majalah margasatwa ya.Hahaha.” “Hahaha..,kamu bisa-bisa saja,Im.” “Oh ya,Al.Aku baru ingat.Apakah kamu mempunyai fotonya Edo?” “Buat apa,Im?” “Buat dokumen untuk penyelidikan lebih lanjut.Dia termasuk targetku.Siapa tahu dia itu satu komplotan dengan David.Lah,bicaraku seperti polwan saja ya,Al.Hahaha.” “Hahaha..Iya.Kamu memang cocok menjadi detektif. Apakah kamu yakin,kalau David itu laki-laki tidak baik?” “Aku yakin,Al.Firasatku kan tajam,setajam silet.Hehehe,” ucap Aime menirukan jargon di tv. “Dasar kamu,Im,” ucap Almira sambil melempar senyum. Almira memberikan fotonya Edo dari HP-nya melalui bluetooth.Lalu Aime menyimpannya. “Terima kasih,Al.Setelah ini,kita kembali ke losmen saja ya.Bagaimana.Apakah masih ada acara yang lain?” “Baiklah,Im.Tidak ada acara lagi kok.” ***
174
SIndikat Facebook
Aime dan Almira merebahkan tubuhnya di kasur sejenak. Mungkin cape,hampir seharian berada di pantai.Tak lama kemudian Aime mengangkat tubuhnya dari kasur lalu mendekati kaca rias untuk mengambil pembersih wajah,yang kemudian ia membersihkan wajahnya. “Al,aku mau mandi dulu ya,” ucap Aime kepada Almira yang lagi bermalas-malasan di tempat tidur.” “Iya,Im.” Aime menyambar handuk lalu masuk ke kamar mandi.Di dalam kamar mandi ia berdiam sejenak sambil memejamkan mata dan tersenyum,” Hmm..,aku merasa senang dan bahagia. Karena keinginanku untuk bertemu Almira dan mendapatkan foto Edo sudah tercapai,” gumamnya.Lalu ia mengguyurkan air di tubuhnya sambil bernyanyi-nyanyi kecil. Ketika ia keluar dari kamar mandi,ia melihat Almira sudah tertidur.Aime membiarkannya.Kemudian ia berdandan. Selesai berdandan,Aime meninggalkan kamar untuk menemui resepsionis losmen,menanyakan pembayaran kamar selama empat hari ia menginap.Aime langsung membayarnya. “Lho,kok dibayar sekarang.Mbak-nya kan besuk lusa baru check out?” tanya si resepsionis. “Tidak apa-apa,Mbak,” jawab Aime dengan senyum ramahnya. Setelah membayar total kamar losmen,Aime melanjutkan langkahnya pergi ke rumah makan yang tidak jauh dari penginapannya, untuk membeli makanan dan minuman. Suasana rumah makan lumayan sepi.Mungkin karena cuaca yang tidak mendukung,sehingga orang-orang yang biasanya Imchana Abdul
175
berjubel di rumah makan itu menjadi berkurang.Jadi tidak membutuhkan antre terlebih dahulu untuk mendapatkan makanan dan minuman. Aime membuka pintu kamar pelan-pelan.Ia mengira Almira masih tidur.Ternyata Almira sudah di kamar mandi. Aime meletakkan kantong plastik yang berisi makanan dan minuman, di meja.Ia tidak segera membuka.Ia menunggu Almira keluar dari kamar mandi dan berdandan rapi,kemudian makan bersama-sama. “Hai,Al.Aku sudah membeli makanan dan minuman,” ucap Aime ketika ia melihat Almira keluar dari kamar mandi. “Walah,kamu kok repot-repot sih,Im.Aku jadi tidak enak.” “Ah,tidak apa-apalah,Al.Cepat ganti baju sana,nanti kita makan bareng-bareng.” Disela makan,”Aku senang sekali bisa ketemu kamu,Im. Padahal sepertinya tidak mungkin ya kita bisa ketemu.Waktu kita kenalan,aku masih berada di Taiwan.Dan lagi, kenalnya hanya melalui Facebook,” ucap Almira sambil menatap mata Aime,menunjukkan rasa simpatinya. “Inilah kehidupan,Al.tidak ada yang tidak mungkin jika Tuhan menghendaki.Walaupun awalnya kita kenal hanya lewat Facebook, tapi kalau didasari dengan lillahi ta’ala, kita bisa menjadi saudara.Betul tidak?” “Iya.Benar katamu,Im.” “Oh ya,Al.Penginapan sudah aku bayar.Kita jadi pulang besok lusa,kan?” “Ya ampun,Im.Aku jadi tidak enak nih.” 176
SIndikat Facebook
“Ah,tidak apa-apa.Aku sudah menganggapmu sebagai saudara.Walaupun aku belum lama mengenalmu.” “Terima kasih ya,Im.Tuhan yang membalas.” “Iya.Sama-sama,Al.” Tak lama kemudian,nada dering HP Almira berdering. Almira mengangkatnya.Ia mendapat telpon dari ibunya yang memberitahukan,bahwa anaknya demam.Raut muka Almira mendadak sedih.Kemudian ia mengatakan kepada ibunya,kalau besok ia kembali ke Bantul. Aime baru akan menanyakan sesuatu yang sehubungan dengan telpon yang baru diterima Almira,Almira sudah menceritakan terlebih dulu. “Ini,Im.Yang baru telpon tadi itu Ibuku.Ibu memberitahukan kalau anakku sekarang,demam.” “Iya,Al.Mungkin dia masih kangen dengan kamu,tapi tidak bisa mengungkapkan.Namanya juga anak kecil.” “Mungkin juga,Im.” “Kamu harus secepatnya pulang,Al.Anakmu pasti sedang menunggumu.” “Iya,Im.Tapi bagaimana dengan kamu.Berarti besok kamu jalan-jalan sendiri di Malioboro.” “Santai saja,Al.Aku besok juga langsung pulang.” “Wah,gara-gara aku,rencana kita jalan-jalan di Malioboro,batal.Ma’afkan aku ya Im.Kalau begitu besok aku mengantarmu ke stasiun.” “Tidak perlu,Al.Terima kasih.Aku berangkat ke stasiun sendiri saja.Kamu harus secepatnya pulang. Imchana Abdul
177
“Aku jadi tidak enak nih Im sama kamu.Sebenarnya aku harus mengantar kamu ke stasiun,ngobrol-ngobrol dulu sambil menunggu kedatangan kereta api.” “Tidak apa-apa,Al.Kita masih banyak waktu untuk bisa bertemu lagi.Semoga kita diberi kesehatan dan umur yang panjang.Oh,ya.Kapan bermain ke Jombang?” “Terima kasih ya,Im.Kamu baik sekali.Lain waktu aku pasti main ke rumahmu.Yogja - Jombang kan tidak jauh.” “Nanti kalau mau main ke Jombang,kabari aku ya.Kamu juga baik kok,Al.Oke.Tak lupa salamku buat keluargamu dan cup sayang buat si kecil.” “Iya,Im.Terima kasih.” ***
178
SIndikat Facebook
12
Pengunduran Diri Bagas
B
agas dihadapkan pada suatu angan-angan yang tidak menentu dan menakutkan.Ia dihantui oleh bayangannya sendiri.Di satu sisi ia sudah menjalin hubungan khusus dengan Santi,si kasir cantik pada sebuah rumah makan yang ditemui beberapa waktu yang lalu, dan ia mempunyai niatan untuk menikahi gadis itu.Di sisi lain,ia takut keluar dari komplotan Erick.Ia takut Erick melarangnya dan apabila ia memaksa mengundurkan diri,takut terjadi apa-apa pada dirinya.Ia faham betul,untuk melepaskan diri dari komplotan seperti itu,sulit.Tapi mengingat bahwa Erick adalah pria yang bijaksana dimatanya,rasa khawatir itu sirna.
Semenjak bertemu dengan Santi yang tanpa di duga sebelumnya,Bagas baru benar-benar sadar, bahwa pekerjaan yang selama ini dilakoninya adalah pekerjaan yang akan membawa dirinya ke alam neraka nantinya.Belum lagi hidup di dunia tidak akan pernah merasa tenang,selalu dibayangi rasa ketakutan,karena menjadi inceran polisi.Ia merasa bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa,telah dipertemukan dengan seorang gadis yang akan membawanya ke jalan yang benar. Bagas terbenam dalam lamunan.Sementara waktu sudah Imchana Abdul
179
menunjukkan pukul dua dini hari.Tapi rupanya Erick masih nonton tv di ruang tamu. ”Tumben si Bos nonton tv di ruang tamu.Tidak seperti biasanya,” gumamnya. Erick merasa bingung.Perasaannya tidak menentu.Karena ia baru saja mendapat SMS dari Elen, bahwa ia sudah telat bulan dan ia mengharapkan Erick menjadi suaminya.Erick ragu.Apakah kehamilan Elen itu hasil hubungan gelapnya dengan dirinya atau hasil dari hubungan gelapnya dengan pria lain.Mengingat bahwa Elen adalah wanita panggilan. Walaupun selama menjalin hubungan dengan dirinya,Elen selalu menolak jika ada yang ingin membawa dirinya.Tapi siapa tahu dibelakang Erick ia masih menerima laki-laki lain. Erick benar-benar bingung.Dia dihadapkan pada suatu dilema yang berat.Karena Elen bukan wanita bodoh.Kalau ia tidak mau menikahinya,khawatir kedoknya dibongkar oleh Elen. Dan membawa kehancuran dalam bisnis haramnya,bahkan berakhir di terali besi.Kalau dia menikahinya,lalu bagaimana dengan istrinya.Sedangkan istrinya adalah seorang wanita yang baik dan sangat penurut terhadap suami.Bagaimana perasaan istrinya jika mengetahui Erick menikah lagi secara diam-diam? Pasti ia minta cerai.Erick benar-benar merasa kebingungan. Tak terasa satu botol bir sudah ditenggaknya tanpa sisa. Matanya menerawang jauh.Sesekali matanya terpejam sambil tangannya memegang-megang kepalanya.Rupanya kepalanya sudah mulai pusing.Ia beranjak dari tempat duduknya.Dengan jalan sempoyongan ia meninggalkan ruang tamu tanpa mematikan tv,kemudian berjalan menaiki tangga menuju ke kamarnya.Ia membanting tubuhnya di kasur tanpa sadar dan 180
SIndikat Facebook
tertidur sampai pagi. Seberkas cahaya menembus jendela kaca kamar Bagas yang berkorden kain transparan,menunjukkan hari sudah pagi.Bagas terbangun,kemudian ia melihat jam dinding.Jarum jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi.Ia segera beranjak dari tempat tidurnya,lalu ia melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan badan. Sambil bersiul-siul,ia keluar dari kamar mandi.Ketika ia sedang menyisir rambutnya,ia baru sadar ketika mendengar suara tv.Ternyata tv di ruang tamu masih menyala. ”Loh,masa si Bos nonton tv sampai pagi ,” gumamnya. Kemudian Bagas membuka pintu kamarnya lalu melongokkan kepalanya ke ruang tamu.Ruang tamu dalam keadaan tanpa penghuni. Hanya ada satu botol bir kosong yang tergeletak di meja. Bagas terbengong sejenak.Perasaannya penuh dengan tanda tanya.Ada apa dengan Bos-nya.Mungkin Bos-nya lagi mendapat masalah.Tapi masalah apa? Bukankah selama ini yang ia lihat,sang Bos selalu bahagia? Bagas melupakan sejenak apa yang baru saja hinggap di pikirannya.Ia melangkah ke dapur untuk membuat secangkir kopi dan mi instan.Setelah itu ia membawa mi instan dan kopinya ke ruang tamu sambil nonton acara tv.Meskipun matanya menatap layar tv,tapi angannya melayang ke sosok wajah anggun nan cantik. ”Oh,Santi.Dia wanita cantik dan sholikhah.Semoga ia menjadi jodohku,” gumamnya sambil menikmati semangkok mi instan dan sesekali menyruput kopi. Wajah Santi selalu menari-nari di matanya.Ia ingin segera bisa hidup berdampingan dengan wanita yang dicintainya.Ia Imchana Abdul
181
rela meninggalkan pekerjaan haram yang dilakoninya selama ini,walaupun pekerjaannya selama ini bisa menghasilkan uang yang tidak sedikit untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebelum meninggalkan pekerjaannya,ia sudah mengajukan lamaran perkerjaaan pada salah satu perusahaan. Kebetulan perusahaan tersebut membutuhkan juru tagih yang bisa mengoperasikan komputer.Ia tidak memikirkan berapa gaji tiap bulannya yang ia terima nanti.Yang penting halal. Tidak mungkin ia mendapatkan gaji dibawah UMR,mengingat jabatan yang ia pegang jika ia diterima di perusahaan tersebut. Niatnya sudah bulat untuk meninggalkan pekerjaan haramnya. Apapun resikonya. Nada dering HP membuyarkan lamunannya.Bagas segera beranjak dari tempat duduknya dan melangkahkan kaki menuju ke kamarnya.HP disambarnya.Ia membaca pemberitahuan.Ternyata dari Santi.Bagas bahagia sekali. “Halo,San.Aku baru saja akan menelepon kamu.Cuma aku takut menganggu pekerjaan kamu.” “Ah,tidak kok, Gas.Aku hari ini tidak masuk kerja.” “Apakah kamu sakit,San?” tanya Bagas menghawatirkan. “Tidak juga.Aku hanya ingin istirahat sehari saja,hehehe.” “Oh,ya sudah kalau begitu.Syukurlah kalau kamu tidak apa-apa.Aku sangat menghawatirkan kamu.” “Terima kasih.Kamu sangat perhatian.” “Kamu sudah sarapan,San?” “Sudah.Baru saja aku sarapan.Apakah kamu juga sudah sarapan?” 182
SIndikat Facebook
“Sudah.Sarapan mi instan dengan secangkir kopi..,hehehe.” “Sudah dulu ya,Gas.Aku tutup dulu.Aku akan mengerjakan pekerjaan rumah.Aku tadi kangen saja sama kamu.Ingin mendengar suara kamu,hehehe.” “Oke,sayang,” jawab Bagas menutup pembicaraan. Hmm...,perasaan Bagas berbunga-bunga.Tapi masih ada yang mengganjal di dalam hatinya.Karena selama ini ia tidak pernah menceritakan kepada Santi tentang perkerjaan apa yang sebenarnya ia lakoni.Selama ini ia mengaku kepada Santi,bahwa ia bekerja sebagai sales pada distributor barangbarang elektronik.Santi mempercayainya. Ia bingung dan pasrah.Tapi ia harus jujur kepada Santi.Ia akan menceritakan yang sesungguhnya tentang pekerjaannya selama ini.Karena ia benar-benar inginkan Santi sebagai pendamping hidupnya sampai akhir hayat.Terlepas Santi bisa menerima atau tidak setelah mendengar pengakuan darinya secara jujur,ia tetap pada pendiriannya,bahwa ia harus keluar dari komplotan Erick.Karena memang ia benar-benar ingin insyaf dan bertaubat. Lamunan Bagas dihentikan oleh suara ketokan pintu dari luar kamarnya.Bagas membukanya,”Eh,Bos.Sudah bangun nih.Silahkan masuk,” sapa Bagas sambil menatap mata Erick dan memberikan senyuman yang penuh dengan keakraban. Senyuman itu sudah tidak asing lagi bagi Erick.Bagas memang sosok orang yang baik dan pandai mengambil hati siapapun. “Ada yang perlu dibantu,Bos?” ucapnya kemudian. Imchana Abdul
183
“Ah,tidak ada kok.Aku akan mengajakmu keluar,cari sarapan pagi.” “Baik,Bos.Cari sarapan dimana?” “Cari yang terdekat saja,Gas.Aku kurang enak badan.” “Waduh..,sakit apa? Tumben bisa sakit.Biasanya si Bos selalu sehat wal’afiat.Oh ya,bagaimana kalau Bos istirahat saja.Aku yang keluar mencari sarapan?” “He he he..,seperti orang sakit betulan saja.Tidak,ah.Kita keluar saja.” “Oke.Siap.” Bagas menyisir rambutnya dan menyemprotkan cologne di lengannya. ”Berangkat sekarang ya,Bos,” canda Bagas. “Tidak,tahun depan saja, hehehe,” jawab Erick. Mereka berdua keluar dari kamar apartemen menuju tempat terparkirnya mobil.Bagas menyetir mobil sambil bersiul-siul tanpa menghiraukan Erick yang duduk di sampingnya.Perasaan bahagia masih menyelimuti hatinya. Karena suara Santi yang baru saja didengarmya melalui telpon, masih terngiang-ngiang di telinganya.Sementara Erick sepertinya masih merasakan kegalauan dalam hatinya. Sesekali ia memegangi jidatnya. Tak lama kemudian mobil sudah sampai pada halaman sebuah depot yang terkenal murah meriah dan enak rasanya itu.Bagas memarkir mobilnya agak menjorok ke depan,memberi peluang kendaraan lain yang nantinya singgah di rumah makan tersebut.Erick berjalan membelakangi Bagas. 184
SIndikat Facebook
Kemudian mereka berdua mengambil tempat duduk yang berdekatan dengan pintu,supaya bisa mengawasi mobilnya. Pelayan mendekati mereka dan menyodorkan daftar menu.Bagas menyisir satu persatu catatan makanan dan minuman yang tersaji dalam daftar menu tersebut.Bagas memesan makan dan minuman kesukaannya,yaitu nasi pecel dan kopi.Sementara Erick juga mengikuti apa yang dipesan Bagas.Rupanya pagi itu keduanya punya selera makan yang sama.Bagas melihat aura wajah Erick masih mendung.Ia ingin menghiburnya melalui candanya. “Wah,kita seperti anak panti asuhan ya,Bos.” “Anak panti asuhan bagaimana,maksudmu?” tanya Erick sambil melempar senyum. “Ya iyalah,Bos.Makan dan minum saja,kita bisa seragam.” “Dasar kamu,Gas.Orang di dalam penjara makanannya juga seragam..,hehehe.” “Itu, Bos,pelayan sudah mendekat kemari.Kita siap-siap menyantap nasi pecel yang benar-benar maknyus,” ucap Bagas menirukan Pak Bondan,pembawa acara kuliner. Mereka berdua menikmati nasi pecel dengan lahapnya tanpa sisa. “Setelah ini kita langsung pulang saja ya,Gas.Soalnya Edo dan David rencananya hari ini datang,” ucap Erick membertitahukan. “Oke,Bos.Kita santai-santai di apartemen sambil menunggu kedatangan mereka.” “Iya,Gas.Nanti kalau mereka minta dijemput,ya kita Imchana Abdul
185
langsung meluncur ke bandara.” ***
Ekspresi wajah Erick mulai cerah.Pasti suasana hatinya sedang ceria.Melihat suasana seperti itu,perasaan Bagas menjadi lega.Karena ia menunggu waktu yang tepat untuk mengundurkan diri dari komplotan Erick.Dan lagi,kebetulan Edo dan David masa tugasnya sudah habis.Katanya mereka hari ini datang.Tentunya mereka datang dengan membawa kabar seperti yang diharapkan Erick,tentang keuntungan bisnis ganjanya.Soalnya Erick sering menceritakan tentang peredaran ganja di tangan Edo dan David lancar-lancar juga,dan peminatnya tidak sedikit.Mumpung semua pada berkumpul,maka Bagas sekalian akan memberitahukan kepada mereka tentang pengunduran dirinya.Semoga Erick dan teman-temannya rela melepaskan dirinya dari kelompoknya. Nada dering HP Bagas berdering.Ada pemberitahuan dari pihak personalia tentang pengajuan lamaran kerjanya yang hampir satu bulan berjalan,diterima.Betapa bahagianya hati Bagas.Dengan tidak sabar,ia langsung menghubungi Santi. Santi tak kalah bahagianya mendengar kabar dari Bagas. Rasanya perasaan Bagas ingin segera bertemu dengan Santi dan menumpahkan semua perasaannya yang terpendam selama ini.Supaya tidak menjadi ganjalan di hati. Lagi-lagi lamunan Bagas dihentikan oleh ketukan pintu dari luar.Ia mengangkat tubuhnya dari sandaran tempat tidur. Belum sampai ia membuka pintu,pintu sudah dibuka oleh 186
SIndikat Facebook
Erick.Erick menatap wajah Bagas. “Ma’af,pintu sudah kubuka lebih dulu.Rupanya kamu sedang melamun,” ucap Erick yang dibarengi dengan senyuman. “Ah,tidak apa-apa.Kenapa harus minta ma’af.Si Bos ini seperti apa saja. Iya Bos, sedang melamunkan wanitaku, hehehe.” “Gas,sekarang kita berangkat ke bandara menjemput Edo dan David.” “Apakah mereka jadi datang sekarang?” “Iya,Gas.Kebetulan pesawat yang membawa Edo dan David tiba di bandara hampir bersamaan.” “Baiklah,Bos.” Di dalam perjalanan menuju bandara,Bagas terdiam. Tidak seperti biasanya yang selalu ada saja yang diceritakan.Ia tidak bisa membohongi hatinya sendiri,bahwa saat ini hatinya sedang diselimuti kebahagiaan.Wajah Santi selalu menari-nari di setiap gerak mata dan langkah kakinya.Erick menoleh ke arah Bagas yang ada di sampingnya. “Akhir-akhir ini aku melihat ada perubahan sikap dalam diri kamu,Gas.Sepertinya kamu sedang bahagia.Lagi jatuh cinta ya.Hehehe.” “Ah,si Bos ini tahu saja.Iya,aku lagi bahagia.Hehehe.” “Sudah dapat pacar baru nih rupanya,” canda Erick. “Iya,Bos.Aku sudah serius menjalin cinta dengan dia.” “Dia,siapa yang kamu maksud?” tanya Erick,penasaran. “Wanita berjilbab yang bekerja di rumah makan,yang Imchana Abdul
187
ketemu waktu kita makan dulu itu lho, Bos.” “Oh,yang kasir itu maksudmu?” “Tepat sekali.” “Wah,hebat kamu,Gas.Bisa menaklukkan wanita cantik dan alim itu.” “Yah,mudah-mudahan dia menjadi jodohku,” ucap Bagas dengan ekspresi wajah serius. “Iya,Gas.Aku do’akan.” “Terima kasih,Bos.” Tak terasa mobil sudah merambat di lokasi bandara. Ia mengarahkan kendaraannya ke pelataran parkir dan memarkir diantara deretan mobil-mobil para pengantar dan penjemput.Lalu-lalang orang-orang yang berjalan di bandara tidak menjadi perhatian bagi Bagas.Yang ada di benaknya hanyalah Santi seorang.Begitu juga dengan Erick, ramainya suasana Bandara juga sama sekali tidak menyita perhatiannya. Yang ia pikirkan hanyalah gebogan uang dari hasil bisnis ganja yang diedarkan oleh Edo dan David. Hari ini bandara ramai sekali,dipadati oleh orang-orang dengan tujuan yang berbeda.Sementara kursi yang ada di ruang tunggu,penuh.Tidak tersisa satupun yang kosong. Bagas dan Erick hanya berdiri sambil mencuci mata kesanakemari,dan sesekali mata mereka tertuju pada pintu keluar untuk mengetahui sosok yang mereka tunggu. Dari jauh David sudah melihat Erick dan Bagas yang sedang menunggu kedatangan dirinya.David sedikit mempercepat langkahnya menuju pintu keluar.Ia berjalan mendekat ke arah 188
SIndikat Facebook
dimana Erick dan Bagas menunggu,tanpa sepengetahuan mereka berdua.Dari belakang punggung Erick,David menyapa,” Selamat siang tuan...” Dengan sepontan Erick membalikkan badannya. “Hai,David.Kamu bikin kaget saja. Padahal aku dari tadi melihat ke arah pintu keluar,tapi tidak melihat kamu.Apa kabar? Baik-baik saja, bukan?” ucap Erick sambil menjabat tangan David erat-erat dan menepuk-nepuk pundak David. “Iya,aku juga tidak melihat.Biasalah, Bos,dia sekarang mungkin sudah menjadi siluman.Sebentar lagi pasti menjadi leak.Hehehe...,” sambung Bagas dengan candanya. “Baik,Rick.Rasanya aku sudah kangen sama kalian,” jawab David. Sambil membenahi rangsel yang ada di punggungnya,”Ah,kamu bisa saja,Gas,hehehe,” ucap David kemudian, sambil menjabat tangan Bagas. “Ngomong-ngomong,masa kita berdiri terus disini.Sambil menunggu Edo,mari kita mencari tempat duduk,” ucap Erick mengajaknya. Mata Erick menyisir satu persatu kursi yang kosong. ”Nah,disana tuh ada tempat duduk kosong,” ucap Erick kemudian, sambil tulunjuknya menuding ke arah kursi-kusri yang kosong,yang kebetulan sederetan. Mereka bertiga ngobrol-ngobrol santai.Tak lama kemudian nada dering HP Erick berdering.Telpon dari Edo. Dia sudah berada di depan pintu keluar.Kemudian Erick,Bagas dan David berhambur menghampiri Edo.Mereka berjabatan tangan dengan saling melempar senyum sumringah. Imchana Abdul
189
“Bagaimana,kita langsung pulang dan mencari makan di jalan atau kita mencari makan di bandara saja sambil ngobrongobrol dulu?” ucap Erick menawarkan ajakan makan. “Terserah Bos,sajalah,” jawab Bagas. “Oke.Kita mencari makan di bandara saja ya.” Mereka berempat menuju ke sebuah kafe yang ada di bandara.Mereka duduk dalam satu meja.Sesekali obrolan mereka diselingi ketawa-ketawa kecil.Hanya Bagas yang kurang kompak.Mereka bertiga sama sekali tidak mengetahui apa yang sedang dipikirkan Bagas saat ini.Bagi Bagas,ini adalah kesempatan yang terbaik untuk mengundurkan diri. Karena suasana dihembus oleh angin segar yang menembus relung-relung hati Erick dan kawan-kawan,yang membawanya ke puncak kebahagiaan.Tidak mungkin dengan pengunduran dirinya,hati mereka menjadi terganggu.Sedangkan selama ini sosialisasi Bagas terhadap Erick dan teman-temannya tidak ada cacat.Justru sikap Bagas menambah hangatnya suasana di hati mereka. Pramusaji membawa makanan dan minuman pesanan mereka.Dengan lahapnya mereka berempat menikmati hidangan yang dirasakan cukup lezat itu.Sehabis menikmati makan dan minuman,mereka bersantai sambil ngobrolngobrol sejenak. “Sekarang kita sudah kenyang. Sepertinya mata ini minta tidur,” ucap Bagas. “Ya,sudah. Kamu tidur disini saja, Gas. Bisa pinjam tikar dan digelar dibawah meja.Hehehe...,” sambung Edo. “Oke,kita langsung pulang saja ya,” ajak Erick tanpa 190
SIndikat Facebook
menghiraukan candaan Bagas dan Edo. Erick memanggil pramusaji,lalu membayarnya.Kemudian mereka berempat meninggalkan meja kafe dan berjalan menuju pelataran parkiran untuk segera masuk ke dalam mobil,yang kemudian secara perlahan namun pasti,mobil meninggalkan pelataran parkiran dan membawa mereka menuju apartemen. ***
Lagu lawas Black or White yang dilantunkan oleh mendiang Michael Jackson yang memenuhi kamar apartemen,menambah suasana semakin ceria dan hidup.Belum lagi ditunjang oleh ekspresi wajah Erick dan anak buahnya yang nampak bahagia ,membuat mata memandang turut bahagia juga.Suasana seperti itu benar-benar memberikan peluang bagi Bagas untuk segera melepaskan diri.Karena dengan pengunduran dirinya kemungkinan kecil Erick tidak kecewa,walaupun sepak terjang Bagas dalam memasarkan barang haram juga tidak diragukan lagi,dan patut untuk diperhitungkan. Erick, Edo dan David menikmati kwaci yang dibelinya dari swalayan kemarin.Beberapa botol minuman keras yang diletakkan diatas meja siap untuk dituangkan di dalam gelas. Sementara Bagas masih berada didalam kamar berjalan mondar-mandir.Pikirannya sedikit kacau untuk menentukan waktu yang tepat kapan dirinya berpamitan kepada Erick. “Pamitan sekarang apa besok ya,” gumamnya. Hahaha..., ketawa mereka membaur dengan suara
Imchana Abdul
191
alunan musik.Bagas tentu saja mendengarnya dari kamar.Ia menyunggingkan senyum dan tidak peduli dengan keberadaan mereka.Erick dan kawan-kawan memang lagi mendapat keuntungan besar dan pastinya mereka bahagia.Kebahagiaan mereka dirayakan dengan pesta minuman keras.Rasanya kurang afdol kalau tidak dirayakan dengan cara seperti itu. Karena hal itu sudah menjadi kebiasaan dan tradisi yang mengasyikkan. Tak lama kemudian Bagas keluar dari kamarnya dan ikut membaur duduk diantara mereka.Ia ikut menikmati kwaci.Tapi ia tidak ikut meminum minuman keras tersebut. Semenjak kenal dan jatuh cinta dengan Santi,ia tidak mau lagi bersentuhan dengan minuman keras. “Hai,Gas.Betah sekali kamu di kamar.Seperti calon pengantin perempuan yang sedang dipingit saja.Mari kita rayakan kemenangan kita dengan minum-minum sampai puas.Hahaha,” ajak Edo. “Terima kasih, kawan.Aku ingin berhenti minum.Hehehe,” ucap Bagas sedikit canggung.Karena biasanya ia tak pernah menolak jika ada tawaran minum. “Baiklah.Tapi mulai kapan kamu menjadi orang alim? Hehehe.” Belum sempat ia menjawab pertanyaan Edo,Erick sudah menimpali, “Ah,dia lagi jatuh cinta,Do.Jangan diganggu.Dia mau jadi orang alim.Hehehe.” Kemudian Erick menuangkan minuman keras ke dalam sloki untuk diminumya sendiri. ”Bukankah begitu,Gas,” ucap Erick kemudian. 192
SIndikat Facebook
“Ah,Bos ini bisa saja,hehehe,” balas Bagas. Berkali-kali pikiran Bagas dihadapkan pada sebuah pertanyaan yang sama, ”Sekarang apa besok ya,berpamitan. Sekarang saja ah,harus!” lirihnya dalam hati. “Bos,aku mau bicara penting.” “Bicara,apa Gas?” “Bicara tentang sesuatu.” Erick dan Bagas berpandangan mata.Sementara Edo dan David menikmati minuman keras sambil menikmati alunan musik yang memenuhi ruangan. “Oke.Mari kita bicarakan di kamarku saja,” ucap Erick. “Terima kasih,Bos.” Erick dan Bagas mengangkat tubuhnya. ”Eh,Do,aku sama Bagas mau naik ke kamar atas dulu ya.Ada hal penting yang akan kami bicarakan,” ucap Erick kemudian. “Silahkan,Bos,” jawab Edo. Bagas berjalan mengikuti langkah kaki Erick menapaki tangga menuju kamar.Sesampai di kamar,mereka berdua duduk berhadapan dan saling terdiam sejenak.Bagas sedikit canggung.Erick tentunya penasaran dengan apa yang akan disampaikan Bagas kepadanya.Tanpa menunggu waktu yang lama,Bagas langsung membuka pokok pembicaraan. Bagas menarik nafas agak panjang sebelum mengatakan sesuatu,”Emm..,begini Bos,sebelumnya aku minta ma’af. Sebenarnya aku tidak tega meninggalkan semua ini.Karena aku sudah merasa nyaman bekerja dengan Bos,dan ikatan emosional sama Bos dan kawan-kawan sudah seperti keluarga Imchana Abdul
193
sendiri.Tapi karena keadaan tidak memungkinkan aku untuk disini selamanya,maka aku punya niatan akan mengundurkan diri.” Erick terkejut dan sedikit membelalakkan mata serta sedikit membuka bibirnya hingga membentuk huruf o,yang kemudian menggigit bibirnya dan matanya memandang ke bawah sambil manggut-manggut.Tak lama kemudian Erick mengangkat kepalanya dan memandangi Bagas agak lama. ”Kenapa kamu mengundurkan diri secara mendadak? Apakah ada sesuatu yang mengganggu pikiran kamu atau ada masalah dengan kita-kita? Bicara saja terus terang.Nanti aku cari jalan keluarnya,” ucap Erick dengan rasa kekeluargaan. “Begini,Bos.Terus terang saja.Seperti yang aku ceritakan tempo hari.Aku sudah menjalin hubungan serius dengan Santi. Aku berniat ingin mengakhiri masa lajang saya bersama dia.” “Oh,begitu.Ya,kalau itu sudah menjadi niatan kamu,aku mendukungmu.Aku mendo’akan kamu mendapat pekerjaan yang halal untuk kehidupanmu nanti.” Bagas merasa terharu dan tak kuasa menahan air mata,begitu mendengar jawaban dari Erick yang sangat bijaksana.Begitu juga dengan Erick.Matanya berkacakaca,karena mengingat keakraban yang dijalin selama ini. “Walaupun kamu sudah tidak bekerja sama lagi dengan kami,kamu boleh-boleh saja tinggal disini sebelum menikah,” ucap Erick selanjutnya sambil menepuk-nepuk pundak Bagas. “Iya,terima kasih.Bos sangat baik.Aku harus membalas dengan apa?”
194
SIndikat Facebook
“Sudahlah,tidak perlu dipikirkan.Oh ya,nomor rekening kamu tidak berubah kan?” “Tidak, Bos.Masih tetap yang lama.” Erick mengambil HP dari dalam sakunya dan mentransfer sejumlah uang ke rekening Bagas melalui SMS banking. “Uang sudah aku transfer ke rekening kamu.Tolong di cek ya.” “Waduh, kok repot-repot.Bukankah Bos sudah memberiku komisi atas penjualan barang itu?” “Tidak apa-apa lah, Gas.Itu sebagai pesangon kamu.” “Terima kasih,Bos,” ucap Bagas,lalu ia terdiam disertai ekspresi wajah sedih. Melihat aura wajah Bagas yang nampak sedih,Erick merasa terharu,lalu ia berucap, ”Sudahlah,Gas.Tidak perlu dipikirkan. Kami tidak akan melupakan kamu sampai kapanpun.Yakinlah. Oh ya, masih ada yang perlu kamu sampaikan?” “Tidak ada,Bos.” “Kalau begitu,mari kita turun,dan beri tahu kepada temanteman tentang pengunduran diri kamu.” “Baik,Bos.” Erick dan Bagas keluar dari kamar lalu turun ke ruang tamu. Alunan musik sudah tidak terdengar lagi. Hanya obrolan kecil antara Edo dan David yang masih terdengar. Suasana jadi sedikit hening. Bagas dan Erick duduk diantara mereka berdua.Lalu Bagas memberitahukan tentang pengunduran dirinya. Edo dan David kaget dibuatnya. Tapi begitu Bagas menjelaskan, Edo dan David memaklumi. Kemudian Edo dan Imchana Abdul
195
David memberikan kata selamat. ***
Lantunan lagu Maher Zain ikut menyemarakkan hari bahagia keluarga Santi.Sementara Santi dengan kostum pengantin adat Jawa,duduk di kursi pelaminan nampak sangat cantik,dan tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Sedangkan Bagas juga nampak sangat gagah dengan balutan busana yang senada dengan busana yang dikenakan Santi, disertai blangkon.Sesekali tangan Bagas memegang tangan Santi.Kemudian diikuti dengan tatapan mata mereka berdua, sejenak.Keduanya sangat bahagia.Senyum simpul selalu menghiasi bibir mereka.Para tamu undangan dengan berbagai macam dandanan menurut selera masing-masing yang menghadiri pesta pernikahan juga turut bahagia menyaksikan raja dan ratu sehari yang diperankan oleh Bagas dan Santi. Disela rasa bahagia yang menyelimuti hati Bagas,terselip sedikit rasa galau dihatinya.Karena Erick dan temantemannya belum juga datang.Tapi tak lama kemudian yang diharapkan datang juga.Erick,Edo,David dan Elen datang bersamaan,mengenakan busana batik dengan warna senada. Desain busana yang anggun membalut tubuh Elen yang seksi. Sehingga menarik perhatian para tamu undangan.Saking senangnya hati Bagas,ia tidak melepaskan pandangan terhadap mereka berempat.Dan ketika beradu pandang,mereka saling melempar senyum bahagia.Erick berjalan paling depan menuju tempat sepasang pengantin yang duduk di pelaminan untuk memberikan salam bahagia.Kemudian disusul oleh Elen,Edo 196
SIndikat Facebook
dan David.Ketika Elen bersalaman dengan Bagas,mereka sedikit diam terpaku dan saling bertatapan mata penuh makna.Mata Elen kelihatan berkaca-kaca.Perasaaan Bagas juga sedikit kacau,mengingat bahwa dirinya pernah jatuh cinta terhadap Elen,begitu juga dengan Elen.Melihat pemandangan seperti itu,hati Santi sedikit curiga.Tapi ia segera membuang perasaan itu.Toh Bagas sudah menjadi milik syahnya. Mereka berempat meninggalkan Bagas dan Santi yang duduk di kursi pelaminan, dan berjalan menuju deretan tempat duduk yang sudah disediakan untuk para tamu undangan.Mereka duduk diantara para tamu undangan yang lain.Mata Elen tak henti-hentinya melihat dua mempelai yang sedang bahagia itu.Perasaan Elen juga turut bahagia. Ia membayangkan duduk di kursi pelaminan bersama Erick,mengingat di dalam perutnya sudah ada janin dari buah cinta terlarangnya.Sesekali mata Erick melirik ke arah Elen yang ada disampingnya.Ia membaca ekspresi wajah Elen yang sedang melamun.Erick pura-pura tidak tahu dan membiarkan Elen menikmati lamunannya.Ia mengerti apa yang sedang dilamunkan Elen.Di dalam benaknya ada perasaan tidak tega terhadap Elen.Ia sangat menyayangi Elen.Ia akan tetap menikahinya.Tapi menunggu waktu yang tepat. Jarum jam menunjukkan pukul duabelas siang.Acara pesta pernikahan diakhiri.Para tamu undangan berhamburan meninggalkan tempat duduk masing-masing.Mereka satu persatu berjabatan tangan kepada dua mempelai,yang kemudian meninggalkan mereka berdua di kursi pelaminan. Tak ketinggalan Erick dan kawan-kawan juga melakukan hal yang sama. Imchana Abdul
197
Deretan kursi tamu undangan sudah kosong.Dua mempelai berjalan beringingan dan bergandengan tangan menuju kamar yang sudah dihias sedemikian rupa.Sesampai di kamar,Bagas mencium kening istrinya disertai tetesan air mata yang sedikit membasahi pipi istrinya.Santi sedikit penasaran melihat prilaku suaminya yang dirasa sedikit janggal.Kenapa suaminya meneteskan air mata.Apakah garagara wanita itu,atau dia menyesal menikahi dirinya.Perasaan gundah gulana mengganggu pikiran Santi.Tapi Santi tidak akan membiarkan kegundahan hatinya menguasai pikirannya. “Kenapa Mas menangis?” tanya Santi sambil memegang tangan suaminya dengan lembut. “Aku benar-benar bahagia,Dik.Tadinya aku ragu kalau kamu bisa menerima aku, begitu mendengar pengakuanku secara jujur,” ucap Bagas sambil mengelus-elus pipi istrinya. “Sudahlah Mas,lupakan saja.Itu hanya masa lalu.Yang penting Mas sudah insyaf dan benar-benar bertaubat,tidak mengulangi perjalanan hidup seperti itu lagi.Insha Allah Tuhan mengampuni,” ucap Santi menenangkan hati suaminya. “Terima kasih,sayang.Kau bisa menenangkan jiwaku semenjak aku bertemu denganmu.Karena kaulah,aku inshaf. Aku mencintaimu.” “Terima kasih juga, sayang.Tuhan memang mempertemukan kita dengan jalan yang berbeda.Berterima kasihlah kepada Tuhan.Aku juga mencintaimu.” Kemudian mereka berdua berpelukan erat-erat.Perasaan mereka melayang,menembus sampai batas awan. *** 198
SIndikat Facebook
13 Hari Nahas
S
uasana malam hening dan sunyi .Hampir seharian gemericik tetesan air dari langit turun membasahi bumi.Hanya samarsamar terdengar suara binatang malam yang sedikit bisa memecahkan keheningan malam.Alunan gemericik air hujan bersentuhan dengan genting ikut serta menambah suasana malam sedikit berwarna.Warna musik alami tanpa pemain.Indahnya musik alami dibarengi hembusan semilir angin menari-nari dengan riangnya menembus kamar Aime melalui lubang ventilasi.Sehingga kamar Aime seolah menampakkan kebahagiaan bercengkerama dengan sejuknya udara malam.Aime-pun tak bisa terhindar dari sentuhan semilir angin yang menyapu kulit tubuhnya.
Aime tenggelam dalam imajinasinya untuk mendapatkan inspirasi yang akan dituangkan dalam sebuah karya tulis. Dinginnya malam mulai ia rasakan.Ia beranjak dari tempat duduknya untuk mengambil jaket yang berada di gantungan kamarnya.Kemudian ia kembali duduk di depan laptop dan tangannya mulai memainkan keyboard laptop.Tiba-tiba angannya melayang.Ia teringat bahwa pesan inbox dari David
Imchana Abdul
199
belum ia balas.Tapi ia tidak segera membalasnya.Ia masih tetap asyik melanjutkan tulisannya.Beberapa saat kemudian inspirasinya macet.Karena terganggu oleh dua arah pemikiran yang berbeda.Antara melanjutkan karya tulisnya dan membalas pesan dari David. “Aku mau membuka Facebook dulu,ah.Untuk membalas pesan dari David.Supaya pikiranku plong,” gumamnya. Ia membuka Facebook,lalu membalasnya sambil senyumsenyum sendiri. “Baiklah,sayang.Nanti aku akan menjemput si kurir di bandara.Kemudian si kurir ku ajak ke hotel untuk membahas uang tersebut.Lalu aku ajak ke bank untuk membuktikan bahwa aku membuka rekening khusus untuk menyimpan uang kamu.Dalam pengisian formulir nanti,hak warisnya aku tulis nama kamu.Tujuanku,jika terjadi sesuatu pada diriku,pihak bank bisa menghubungi kamu,dan kamu bisa mengambil semua uang itu dari rekeningku.Untuk itu tolong kamu kirim alamat lengkap kamu yang bisa dihubungi oleh pihak bank.” Aime membayangkan ketika David membaca pesan dari dirinya,dia pasti kebingungan dan penuh dengan tanda tanya dalam benaknya.Apalagi yang Aime tanyakan mengenai identitas dirinya yang akan digunakan sebagai bukti di bank sebagai hak waris.Tapi kira-kira kebingungannya dinetralisir. Karena sepak terjangnya belum berakhir. ***
Elen duduk menyendiri di beranda.Tatapan matanya kosong.Bayangan Erick dan Bagas silih berganti menari-nari 200
SIndikat Facebook
di alam pikirannya.Andaikan waktu itu ia menjalin hubungan dengan Bagas,pasti sekarang sudah duduk di kursi pelaminan. Karena Bagas bisa leluasa dan belum terbebani oleh ikatan perkwinan.Tentunya tidak banyak pertimbangan untuk menikahi dirinya.Tapi apa mau dikata.Terlalu cepat ia menjalin hubungan khusus dengan Erick,sebelum Bagas mengungkapkan isi hatinya. Angannya melayang,teringat ketika ia dan Bagas duduk berduaan di sebuah diskotik dan sesekali secara tidak sengaja matanya beradu pandang. Ia segera menghapus angannya dan menghela nafas panjang.Ia kembalikan pada takdir, bahwa Bagas bukan jodohnya. Bagas sudah bahagia dengan Santi.Sambil mengelus perutnya yang sudah tumbuh janin hasil cintanya dengan Erick,ia harap-harap cemas.Apakah Erick nanti mau menikahi dirinya,mengingat dia sudah beristri,dan ia sudah mengetahuinya dari awal bahwa Erick bukan bujangan lagi. Ia menyalahkan dirinya sendiri.Kenapa harus terbius oleh cinta terlarang dengan suami orang.Sementara kalau harus menunggu waktu yang lama tentang keputusan Erick menikahi dirinya,perutnya semakin membuncit.Lalu bagaimana jika keluarganya mengetahui hal itu.Padahal selama ini ia menyembunyikan pekerjaannya di mata keluarganya.Elen sempat bingung. Lamunannya terhenti ketika teman satu kosnya membuka pintu gerbang.Sambil tersenyum,Elen memandangi temannya yang berjalan ke arahnya. “Kok menyendiri,El?” tanya temannya sambil menyeret kursi yang berhadap-hadapan dengan Elen, kemudian ia duduk. Imchana Abdul
201
“Iya nih,cari angin.Di dalam,gerah,” bujuk Elen untuk menutupi kegalauan hatinya. Sambil mengikat rambutnya,”Borong apa nih?” tanya Elen selanjutnya. “Ah,biasa.Beli keperluan bulanan.Eh,El.Aku mau masuk ke dalam dulu ya.Oh ya,ini aku beli minuman kotak.Kamu pasti suka,” ucap temannya sambil meletakkan minuman diatas meja.Temannya sepertinya memahami kalau Elen lagi galau,dan ingin menyendiri. “Oh,terima kasih.Iya,silahkan.Aku masih betah duduk di beranda.” Temannya meninggalkan Elen sendirian yang hanya ditemani semilir angin yang berhembus dari rimbunnya daun pohon mangga yang berada di depan rumah kosnya. Elen kembali melanjutkan lamunannya. Walaupun tanpa janjian, dengan waktu yang bersamaan,David yang sedang berada dirumah makan juga terbuai oleh lamunan. Lamunannnya tentang Aime.Ia mengira,Aime tidak lagi membalas pesannya, dan hubungannya akan berakhir sebelum apa yang ia inginkan terwujud.Sampai-sampai ia lupa membayar ke kasir setelah menikmati makanan yang dipesannya,dan meninggalkan meja begitu saja.Begitu ia sampai di pelataran parkir,ia baru teringat makanan yang ia santap belum dibayar.Dengan cepat kakinya melangkah menuju meja kasir,lalu membayarnya. “Ma’af, Mbak.Hampir saja saya lupa membayarnya,” ucapnya dengan aura wajah sedikit malu. “Ah,tidak apa-apa,” jawab si kasir sambil tersenyum. 202
SIndikat Facebook
David meninggalkan kasir.Ia mengayunkan langkahnya menuju pelataran parkir.Dibukanya pintu mobil,dan duduk di kursi kemudi.Sebelum ia menghidupkan mesin mobil,ia iseng-iseng membuka Facebook.Rasa galaunya terobati setelah melihat ada pesan inbox.Dengan rasa penasaran ia membukanya.Ternyata pesan dari Aime.Betapa senang hatinya.Tapi ia tidak segera membacanya.Ia menutup lagi HPnya,dan meletakkan di kursi mobil.Sebenarnya ia sudah tidak sabar untuk membacanya.Tapi sayang,ia keburu kembali ke apartemen.Karena ia khawatir mobil akan dipakai Erick. Di dalam perjalanan,ia membayangkan yang manis-manis tentang Aime.Sampai-sampai nada dering HP-nya berbunyi berkali-kali,baru diangkatnya. ”Halo, Vid.Posisi kamu dimana?” tanya Erick. “Sudah dekat dengan apartemen. Ma’af, Rick, lama menunggu ya.” “Ah, tidak. Santai saja. Jangan keburu. Perhatikan keselamatanmu.” Tak lama kemudian,mobil sudah sampai di apartemen. Dengan tergesa-gesa David melangkahkan kaki menuju apartemen.Erick sedang menunggu di ruang tamu. ”Kok cepat datang,Vid?” “Iya,Rick.Lalu lintas lancar kok.Ini kuncinya,” ucap David sambil menyodorkan kunci ke arah Erick. Erick berdiri sambil menerima kunci dari David. ”Aku mau keluar,Vid.Kamu jaga rumah saja,” ucapnya disertai senyuman. Sementara, Edo masih di dalam kamar sedang
Imchana Abdul
203
menyemprotkan parfum di bajunya.Erick membuka pintu kamar Edo,”Sudah siap,Do? Lamanya kalau berdandan.Seperti cewek saja.Hehehe...” ucap Erick yang berdiri di depan pintu. “Biasalah, Bos.Orang ganteng kalau dandan,pasti lama. Supaya sempurna gantengnya.Hehehe,” jawab Edo lalu meletakkan botol parfum di meja. “Oke,Bos.Sudah ganteng kan? Mari kita berangkat,” ucap Edo kemudian, sambil menatap wajah Erick disertai senyuman. Edo dan Erick keluar dari kamar.Tanpa sengaja mata Edo memandang ke arah David yang sedang duduk di kursi tamu. ”Hai,Vid.Melamun saja kamu.Aku berangkat dulu ya.Kamu pesan apa?” “Terserah kamu sajalah,Do,” jawab David disertai senyum. “Oke,Vid.Aku jalan dulu ya.Kamu jaga rumah.Jangan kemana-mana.” “Siap,kawan.” Erick dan Edo berjalan menuju pintu keluar kamar apartemen,lalu menutup pintu.Beberapa saat kemudian,David beranjak dari tempat duduknya.Ia mengayunkan langkah menuju ke pintu,dan menguncinya dari dalam. David merebahkan tubuhnya di kursi ruang tamu. Tangannya meraih HP yang diletakkan diatas meja.Ia membuka Facebook dan membuka pesan dari Aime,lalu membacanya.Setelah membaca pesan dari Aime,ia sedikit bingung.Ia tidak menyangka bahwa Aime mengajukan permintaan sedetail itu.Tapi ia tidak kurang akal.Segudang cadangan kebohongan masih tersimpan rapi di kepalanya. Detik itu juga,ia membalas pesan, “Sayangku.Kamu tidak 204
SIndikat Facebook
perlu menjemput kurir di bandara.Karena yang membawa paket berisi uang tersebut adalah kurir diplomat.Dia sudah ada yang menjemput di bandara nanti.Kamu menunggu saja di rumah.Nanti si kurir datang ke rumahmu.Oh ya,nanti kalau misalnya si kurir kehabisan dana untuk biaya-biaya selama tinggal di Indonesia,tolong kamu pinjamkan uang kamu dulu ya.Ini semua demi kelancaran uang tersebut bisa sampai ke tangan kamu.” ***
Erick menghentikan mobilnya di depan pintu gerbang kosan Elen.Suasana kosan begitu lengang.Tidak seperti biasanya.Kalau hari Minggu,dan disaat jam-jam seperti ini terdengar samar-samar suara alunan musik dari tape recorder yang berasal dari sebagian kamar para penghuni kosan.Erick sempat penasaran.Kira-kira Elen ada tidak ya di kosan.Soalnya ia tidak mengadakan janji terlebih dahulu dengan Elen jika akan datang ke kosannya. Erick mengambil HP yang ada di saku celana panjangnya. Ia menghubungi Elen.Elen yang berada di dalam kamar mengangkat HP-nya dan sempat kaget.Karena sudah dua hari Erick tidak menghubungi dirinya.Kemudian Elen mengambil sisir dan merapikan rambutnya di depan cermin.Ia segera keluar dari kamar dan melangkahkan kakinya menuju pintu gerbang untuk membukakannya.Ia menyambut kedatangan Erick dengan senyum manis,begitu juga sebaliknya. Mereka berdua saling melempar senyum.Mereka berjalan berdampingan menuju beranda sambil berbincang-bincang. “Sendiri saja,Mas.” Imchana Abdul
205
“Tadinya berangkat sama Edo.” “Terus, sekarang Edo dimana?” “Edo mampir ke rumah temannya, dan aku melanjutkan kesini.Kangen dengan kamu.” Elen tersenyum bahagia, mendengar kata-kata manis Erick. Sesampai di beranda,mereka duduk berhadapan.Kedua insan itu saling terpaku bertatapan mata tanpa kata,seolah memendam kerinduan yang teramat dalam.Padahal baru satu minggu saja tidak bertemu. “Tumben sepi.Teman-teman pada kemana?” “Teman-teman lagi rekreasi bersama.” “Kamu kok tidak ikut?” “Lagi malas saja,” jawab Elen sambil tersenyum. “Andaikan kamu ikut,pasti tidak ketemu aku.” “Hehehe,pastinya begitu.” “Ma’af sayang,dua hari aku tidak menghubungi kamu. Karena aku sibuk,” ucap Erick sambil menatap mata Elen dengan lembutnya. “Tidak apa-apa,Mas.Aku mengerti kok.” Elen memainkan rambutnya yang sebahu. ”Oh ya,mau minum apa, Mas?” ucap Elen selanjutnya. “Kopi saja,sayang.” Elen beranjak dari tempat duduknya,lalu berjalan menuju dapur yang tidak jauh dari beranda.Tak lama kemudian ia membawa dua cangkir kopi.Satu untuk dirinya,dan yang satu 206
SIndikat Facebook
untuk Erick.Kemudian ia meletakkan diatas meja. “Silahkan diminum,Mas,” ajak Elen sambil tangannya meraih secangkir kopi yang ada di depannya. “Terima kasih,El.” Disaat Erick meminum kopinya,Elen duduk terdiam. Tatapan matanya kosong menatap kearah pintu gerbang.Erick melihat dan membiarkan sikap Elen beberapa saat.Sepertinya Erick mengerti apa yang sedang dipikirkan Elen. “Ehem-ehem.” Suara Erick membuyarkan lamunan Elen.Elen menatap kearah Erick dan menyunggingkan senyuman dari bibir mungilnya. “Diapelin kok malah melamun,” ucap Erick sambil menatap mata Elen dan mengedipkan mata kirinya. “Siapa juga yang melamun,hehehe,” ucap Elen mengelak. “Ngomong-ngomong,bagaimana kalau kita pergi ke tempat biasanya.Ada yang perlu aku bicarakan,tentang kita. Tentunya kamu sudah faham kan?” “Iya,Mas.Aku faham.” “Terima kasih.Kamu memang sangat baik dan pengertian. Itulah yang membuatku semakin sayang dan tidak bisa melupakan kamu sedetikpun.” Mendengar kata-kata manis yang meluncur dari bibir Erick,hati Elen berbunga-bunga.Kemudian Erick menoleh kekiri dan kekanan, sepi.Lalu ia mendekati Elen dan memeluk erat-erat sambil memberikan ciuman mesra.Rupanya gejolak hasratnya sudah mulai membara. Imchana Abdul
207
“Bagaimana.Kita berangkat sekarang?” ajak Erick “Iya,Mas,” jawab Elen.Sepertinya Elen juga sudah tidak bisa menahan hasratnya untuk segera berduaan dengan Erick di kamar hotel. Erick dan Elen meninggalkan beranda,berjalan menuju mobilnya yang diparkir di depan pintu gerbang.Sesekali tangan Erick memeluk pinggang langsing Elen.Elen membiarkanya dan menikmatinya. Erick membukakan pintu mobil.Kemudian Elen menyandarkan punggungnya di kursi.Tak lama kemudian,Erick sudah berada disampingnya,duduk di kursi kemudi.Mobil berjalan sedikit pelan.Sesekali tangan Erick menyentuh tangan Elen.Mereka saling berpandangan sejenak dan saling melempar senyum.Hati mereka berbunga-bunga.Angannya melayang. ***
Suasana pelataran parkiran hotel lumayan ramai dipenuhi oleh deretan mobil-mobil dengan berbagai model dan merk.Mobil Erick merambat menuju pelataran parkiran untuk memarkir dan mencari posisi diantara deretan mobilmobil itu.Disaat Erick menghentikan dan mematikan mesin mobil,tanpa sengaja mata Elen menatap sosok wajah yang tak asing lagi,dari balik jendela kaca mobil.Begitu ia turun dari mobil,ia nelonyor mendekati pria itu.Erick sedikit penasaran dengan tingkah Elen yang menurutnya sedikit aneh.Elen menepuk punggung pria itu dari belakang.Dengan kagetnya pria itu membalikkan punggungnya. ”Hai,Elen!Bagaimana kabar kamu selama ini.Menghilang 208
SIndikat Facebook
seperti ditelan bumi saja,” ucap Rico sambil menjabat tangan Elen erat-erat dan mengayun-ayunkannya. “Seperti yang kamu lihat sendiri,Ric,” jawab Elen dengan memandangi wajah Rico dan tak lupa senyuman manis selalu menghiasi bibirnya. “Kamu datang kesini dengan siapa?” Belum sempat Elen menjawab pertanyaan Rico,Erick berjalan mendekati mereka berdua. ”Wah..wah..,rukunnya kalau sahabat karib lagi bertemu.Hehehe.” “Hai,Bos.Apa kabar? Tambah jaya saja nih sepertinya,” kata Rico dengan gerak reflek menyodorkan tangannya untuk menjabat tangan Erick. “Baik-baik saja,Ric.” Rico menangkap gelagat Elen dan Erick.Dalam benaknya ia menduga kalau antara Elen dan Erick pasti ada hubungan khusus.Kalau tidak ada hubungan khusus,untuk apa mereka datang berduaan ke hotel.Kemudian mereka bertiga berjalan beriringan menghampiri front office.Erick memesan satu kamar.Melihat suasana seperti itu,Rico cukup pengertian. ”Bos,aku jalan dulu ya.Aku ada janji sama teman.” “Lho,kok tergesa-gesa.Rasa kangen belum hilang nih.Kita masih ingin ngobrol-ngobrol dulu.” “Wah,terima kasih, Bos.Mauku juga begitu sih.Semoga lain waktu kita punya kesempatan untuk ketemu lagi dan ngobrolngobrol tentang apa saja.Temanku sudah menunggu,” kata Rico sambil menepuk-nepuk pundak Erick. “Oke-oke,Ric.Sampai jumpa.”
Imchana Abdul
209
Kemudian Rico meninggalkan mereka berdua yang masih berdiri di depan meja resepsionis.Elen menghantarkan langkah Rico dengan senyuman akrab.Senyuman seorang sahabat. ”Kamarnya ada di lantai dua,Pak,” ucap resepsionis,diikuti sodoran tangannya yang berisi kunci. “Terima kasih,” balas Erick. Tanpa ada rasa sungkan Erick berjalan beriringan dan tangannya menggayut pundak Elen menuju lift yang akan menghantarkan ke lantai dua.Erick membuka pintu kamar dan memberikan isyarat kepada Elen untuk masuk terlebih dahulu. Lalu Erick mengunci pintu dari dalam.Hasrat menggelora tidak bisa terbendung lagi dari kedua nyawa ini. Erick duduk berdampingan dengan Elen di ranjang. Dengan rasa penuh kasih sayang, ia mengelus-elus perut Elen. Elen benar-benar bahagia,tanpa terasa air matanya menetes membasahi pipi mulusnya. “Aku bahagia,Mas,” ucapnya lalu menyandarkan tubuhnya di dada Erick. Erick mengelus-elusnya rambut Elen,” Iya,sayang.Aku juga bahagia. Bagaimana keadaan kandungan kamu.Baik-baik saja?” “Iya, Mas.Baik-baik saja.” Kemudian Elen menarik tubuhnya dari sandaran dada Erick. “Jaga kandunganmu baik-baik ya.Aku pasti bertanggung jawab.Tapi tidak bisa secepatnya untuk menikahi kamu.Aku rasa kamu sudah tahu posisiku adalah seorang suami.Aku mohon kamu sabar dulu.Kita mencari waktu yang tepat untuk meresmikan hubungan kita.” “Iya,Mas.Aku mengerti dan aku percaya.” Lalu Erick 210
SIndikat Facebook
mencium kening Elen. ***
Toko Gramedia diramaikan oleh lalu-lalang para pengunjung dari berbagai usia.Dari usia anak-anak sampai usia dewasa.Pajangan buku-buku yang bagus-bagus dan berbobot sepertinya menarik perhatian mereka.Beberapa orang ada yang berdiri sambil membaca buku dengan seriusnya,kemudian menutupnya kembali dan dikembalikan pada tempatnya semula.Sebagian orang lagi ada yang hanya melihat-lihat gambar sampul.Mungkin mereka hanya ingin membaca judulnya saja,menarik atau tidak.Sedangkan deretan para pembeli yang sedang antre untuk membayar di meja kasir,membuat kasir seperti kewalahan dan gelisah. Sesekali kasir menyibakkan rambutnya yang sebahu dan menghela nafas panjang. Melihat ramainya orang-orang yang sedang lalulalang,Aime tidak akan mengurungkan niatnya untuk membeli buku.Apalagi alunan musik yang berada di ruangan tersebut,membuat hati dan pikiran menjadi rilek.Dengan santainya Aime meliha-lihat banyaknya buku-buku yang dipajang di berbagai rak.Sesekali tangan Aime menyentuh dan mengambil buku untuk sekedar melihat judulnya saja. Akhirnya Aime menemukan buku filsafat yang sejak lama ia incar.Buku filsafat terjemahan dari Louis Leahy dengan judul yang sangat menarik,Manusia Sebuah Misteri. Dengan sabar Aime menunggu antrean para pembeli yang berdiri di depan meja kasir.Disaat ia fokus menunggu satu Imchana Abdul
211
persatu para pembeli yang sedang membayar di kasir,nada dering HP-nya berdering.Ia membuka tasnya dan mengambil HP-nya,lalu mundur beberapa langkah dari antrean meja kasir. “Halo,Al,apa kabar?” Sapa Aime terlebih dahulu sambil membenahi retsleting tasnya. “Alhamdulillah aku baik-baik saja,Im.Sepertinya ramai sekali.Kamu sedang berada dimana?” “Aku sedang di toko buku Gramedia.” “Owh,kalau begitu aku tutup dulu ya telponnya.Kamu lanjut saja belanjanya.Lain waktu saja aku sambung lagi. Ma’af,mengganggu.” “Ah,tidak apa-apa.Ma’afkan aku juga ya,Al.Kita tidak bisa ngobrol-ngobrol.Oke-lah,lain waktu kita bisa ngobrol-ngobrol panjang lebar,hehehe.” Kemudian keduanya sama-sama menutup HP-nya. Antrean orang-orang yang berdiri di depan kasir mulai berkurang.Aime maju beberapa langkah untuk mendekat dan kembali menunggu antrean.Sekarang giliran Aime yang sedang membayar buku-buku yang dibelinya.Lagi-lagi nada dering HP-nya berdering.Aime membiarkannya.Karena ia masih sibuk dengan kasir.Kasir menyodorkan tas plastik yang berisi buku dan memberikan recehan,uang kembaliannya.Lalu Aime meninggalkan meja kasir tanpa menoleh kiri dan kanan. Sepertinya rasa lapar sudah menyambut perut Aime.Ia berjalan sedikit tergesa ke arah kafe yang berada tidak jauh dari toko buku Gramedia.Ia duduk sambil menunggu pelayan. Tak lama kemudian,pelayan menghampiri,dan Aime memesan satu porsi gado-gado kesukaannya dan segelas es jus alpokat. 212
SIndikat Facebook
Sambil menunggu pesanan disajikan,Aime membuka HP-nya. Ternyata telpon yang baru saja masuk,berasal dari nomor tak dikenal.Aime tidak menggubris.Tak jarang Aime mendapat telpon gelap.Kemudian ia iseng-iseng membuka Facebook.Ada pesan masuk.Lalu ia membukanya.Hmm..,pesan dari David. Belum sempat ia membacanya,pelayan datang mengantar pesanannya sekalian menyodorkan bill.Aime mengeluarkan dompet,lalu membayarnya. “Terima kasih,Mbak,” kata Aime. “Sama-sama,” balas pelayan tersebut,lalu meninggalkan Aime yang sedang menata posisi piring dan gelas yang ada di depannya. Aime menikmati hidangan itu dengan santainya sambil melanjutkan membaca pesan dari David.Sesekali matanya menatap ke sekeliling meja-meja yang sedang dihuni oleh para pembeli.Sedangkan para pelayan sedang sibuk menyajikan pesanan kepada para pembeli dari meja ke meja.Begitu ia menatap sosok bule yang sedang duduk sendirian,angannya kembali tertuju pada David.Ada rasa geram dan geli. ”Hmm...,kebohongannya semakin jelas.Tapi,tidak apa-apa. Akan kuikuti terus permainannya sampai dimana,” gumamnya yang diikuti oleh senyum dalam hati. Hidangan yang disajikan oleh pelayan kafe dilahap tanpa sisa.Tak lupa Aime mengelap bibir dan wajahnya yang sedikit berkeringat, dengan tisu.Kemudian ia mengambil cermin kecil dari dalam tasnya,lalu mengoleskan lipstick warna natural. Setelah selesai makan,Aime tidak langsung meninggalkan kafe.Ia santai sejenak.Ketika pandangan matanya tertuju pada dinding kaca tembus pandang,tak sengaja ia melihat taxi yang sedang merayap di pelataran parkir kafe. Dengan sedikit Imchana Abdul
213
tergesa,ia meninggalkan kafe dan menghampiri taxi tersebut untuk mengantarkannya ke sebuah hotel,tempat ia menginap. “Hmm.., lega sudah.Aku sudah sampai di hotel,” gumamnya. Di dalam kamar hotel, Aime merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur.Matanya menatap langit-langit kamar. Bukan karena memikirkan pesan yang baru saja diterima dari David,tapi memikirkan kapan naskah novelnya selesai yang tinggal sedikit lagi.Walaupun informasi dari Almira tentang Edo cukup lumayan membantu dirinya dalam mengembangkan imajinasinya,tapi belum bisa dijadikan alur cerita sebagai ending.Ia tersenyum sendiri ketika teringat judul naskah novelnya, “Sindikat Facebook”. “Hmm..,meninggalkan kesan,sadis,” kata hatinya,yang disertai senyum di kulum. Meskipun suasana kota Malang sejuk,keinginan hatinya untuk segera memejamkan mata,terhambat.Matanya belum bisa diajak kompromi untuk berenang di lautan kapuk.Dari pada pikiran kosong,ia mengambil buku kecil dan pena untuk menulis lyric lagu.Ia mempunyai rencana,kalau naskahnya sudah selesai,ia akan mengirim ke penerbit dan industri film.Dengan harapan,kalau naskahnya diterima di industri film,sekalian ia mengajukan lagunya sebagai soundtrack. ***
Suasana rumah Aime sepi.Hanya ada seorang pembantu yang sedang membersihkan langit-langit ruang belakang yang ditemani alunan lagu dangdut.Sesekali si pembantu bergoyang ikuti irama.Begitu asyiknya,sampai-sampai ia tidak 214
SIndikat Facebook
mendengar nada dering HP-nya berbunyi.Aime mengulangi menelepon lagi,tapi tidak diangkat.Aime memaklumi.Karena ia mendengar samar-samar alunan lagu dangdut dari arah ruang belakang.Tentu saja Bik Ijah tidak mendengar nada dering HP-nya.Daripada cape menunggu untuk dibukakan pintu,Aime berjalan ke ruang belakang melewati samping rumah. “Assalamualaikum,” sapa Aime kepada pembantunya. Dengan spontan pembantunya menjawab,”Wa alaikum salam.Eh,Mbak sudah datang.” “Iya,aku tadi telpon Bik Ijah berkali-kali,tapi tidak diangkat. Mungkin sampean lagi asyik mendengarkan lagu dangdut sambil joget ya.Sehingga sampean tidak mendengarnya,” kata Aime yang disertai dengan senyum dikulum sambil memandang ke wajah Bik Ijah. Bik Ijah senyum-senyum malu. ”Ah,Mbak tahu saja. Seperti mbah dukun saja.Hehehe...Ma’af ya Mbak,saya tadi tidak mendengar.” “Tidak apa-apa Bik,santai saja.Sudah Bik ya,kerjanya dilanjut saja.Aku mau ke kamar dulu.” “Oh iya, Mbak.Saya buatkan teh hangat ya.” “Tidak usah, Bik.Nanti aku mau bikin sendiri.Oh,ya,Bik. Tolong ini disimpan di kulkas.Nanti Bibik ambil sendiri ya.Ini apel,oleh-oleh dari Malang,” ucap Aime sambil menyerahkan tas plastik yang berisi apel.Kemudian ia mengayunkan langkah menuju ke kamarnya. Aime melepas sepatunya dan mengambil barang-barang dari dalam rangselnya.Untuk menghilangkan rasa capenya Imchana Abdul
215
selama di perjalanan,ia cepat-cepat masuk ke kamar mandi dan mengguyurkkan air hangat dari ujung kepala sampai ke seluruh tubuh.Tak lama kemudian,samar-samar terdengar suara pintu kamarnya diketuk oleh seseorang dari luar.Ia menyambar handuk dan melilitkan di tubuhnya,lalu keluar dari kamar mandi tanpa membuka pintu kamarnya. “Siapa ya?” ucapnya dengan sedikit mengeraskan suaranya. “Ini Bik Ijah,Mbak.” Aime membukakan pintu. “Ma’af Mbak,mengganggu. Saya tidak tahu kalau Mbak sedang mandi.Ini saya buatkan teh panas,” ucap Bik Ijah sambil menyodorkan segelas teh panas. “Ah,tidak apa-apa,Bik.Terima kasih ya.” “Iya...Sudah ya, Mbak.Teruskan mandinya.” Aime menutup pintu dan meletakkan segelas teh panasnya diatas meja tulis,lalu mengayunkan langkah ke kamar mandi untuk melanjutkan mandinya. Dengan balutan handuk di tubuhnya,Aime keluar dari kamar mandi sambil mengusap-usap rambutnya yang basah,ia duduk di depan cermin.Ia memandangi wajahnya. “Badanku masih terasa cape dan rasa kantuk tidak bisa ditunda lagi,” gumamnya.Kemudian ia melangkah ke arah meja dan mengambil teh di gelas yang masih hangat,lalu menyruputnya. Dengan mengenakan baby dol,ia keluar kamar dan menghampiri Bik Ijah yang lagi nonton tv di ruang belakang . “Bik,aku mau tidur.Jangan diganggu ya.Aku tidur kira-kira 1 jam,” pinta Aime dengan ramahnya.
216
SIndikat Facebook
“Iya, Mbak.” Aime meninggalkan Bik Ijah dan kembali ke kamarnya untuk segera memanjakan dirinya diatas kasur.Tidurnya lelap sekali. “Mbak,Ibu datang,” kata Bik Ijah. Aime menyambutnya dengan peluk cium penuh kerinduan.Ia menangis sesenggukan. “Ibu,aku kangen sekali sama Ibu,” kata Aime penuh haru dipelukan Ibunya.Ibunya terdiam sambil mengelus-elus rambut Aime.Aime adalah anak kesayangan Ibunya. Aime terbangun. “Ya Allah ya Tuhanku,aku tadi bermimpi.” Kemudian Aime duduk di tempat tidur sambil memandangi foto mendiang Ibunya.Tak lupa ia mengambil air wudhu dan mengambil Alqur’an lalu membuka surat Yasin.Ia berdo’a untuk mendiang Ibunya.Surat Yasin sudah selesai ia baca,lalu diciumnya Alqur’an. “Alhamdulillah ya Allah,aku ketemu Ibuku,walau hanya dalam mimpi,” lirih hatinya. Perasaan sedih dan gembira berkecamuk dalam hatinya. Ia masih membayangkan mimpi yang baru saja dirasakan. Sehingga rasa lapar tidak dirasakan.Ia hanya makan satu potong biscuit yang ada diatas meja makan dan segelas susu hangat.Ia duduk termenung,teringat masa lalunya ketika masih ada mendiang Ibunya.Rumah selalu hangat dengan candaancandaan dirinya dan mendiang Ibunya.Ibunya adalah sosok wanita solikhah,humoris,supel dan sangat ramah terhadap siapapun. Tak terasa air mata membasahi pipinya.Tapi ia segera sadar.Apa yang diciptakan oleh Allah,suatu saat pasti diambil. Imchana Abdul
217
Kematian adalah takdir.Tidak ada seorangpun yang bisa melawan takdir.Untuk itu, manusia harus taat beribadah. Menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya.Itu sebagai tanggung jawab di akhirat nanti.Karena ada surga dan neraka. Aime mengangkat tubuhnya dari kursi lalu melangkahkan kaki ke arah kamarnya.Ia bersandar diatas tempat tidur sambil membaca buku tentang agama,disertai dengan istighfar.Tak terasa waktu sudah menjelang malam.Terdengar suara adzan dari masjid memanggilnya untuk segera menunaikan ibadah sholat Maghrib.Aime segera beranjak dari sandaran tempat tidur dan mengambil air wudhu.Kemudian menunaikan sholat dengan khusu’.Sehabis sholat,tak lupa tasbih selalu ada ditangannya. Sudah menjadi rutinitasnya,selepas Maghrib,Aime selalu bercengkerama dengan laptop dan bermain dengan katakata untuk menuangkan gagasan-gagasannya.Ia benar-benar menikmati profesinya sebagai seorang penulis.Agenda untuk malam itu,ia harus menyelesaikan sebuah artikel tentang kriminal dan membalas pesan untuk David yang sudah ditundanya. Setelah satu jam duduk di depan laptop dan menyelesaikan artikelnya,ia menyambar HP,lalu membuka Facebook dan tentunya membalas pesan untuk David. “Baiklah,sayang. Terserah kamu saja,bagaimana baiknya.Yang penting uang itu aman sampai tujuan.Aku akan menunggu kedatangan si kurir itu di rumahku.” ***
218
SIndikat Facebook
David dan Erick bermain kartu remi di ruang tamu apartemen.Sesekali keduanya mengalihkan pandangan ke arah tv yang sedang menyajikan acara serial drama Korea. Sementara,Edo yang berada di kamar, asyik berselancar di jejaring sosial Facebook,mencari mangsa.Ia merasa selalu beruntung dalam setiap sepak terjangnya.Sehingga keinginan untuk selalu berenang dalam dosa semakin menggebu,dan belum pernah terbersit sedikitpun keinginan untuk insyaf. “Do!Lagi apa kamu.Seperti cewek saja,ngumpet di kamar,” teriak David. “Hahaha..,tidak suka ya kalau ada teman lagi bahagia,” balas Edo dari dalam kamar. “Kamu keluar sebentar.Aku punya sesuatu buat kamu,” bujuk David. Secara spontan Erick menatap mata David sambil senyumsenyum,dan David mengedip-ngedipkan matanya kepada Erick.Lalu keduanya cekikikan. Edo keluar dari kamar,berjalan mendekati mereka berdua. “Sesuatu apa sih.Sepertinya penting sekali.” “Hahaha..,kamu duduk dulu.Aku belum selesai bicara.” Edo menyeret kursi lalu memperbaiki posisi duduknya. “Aku perhatikan,beberapa hari ini kamu kok suka menyendiri di kamar.Semedi ya,belajar jadi dukun.Itu saja yang ingin aku sampaikan ke kamu,” ucap David selanjutnya. “Jadi,cuma itu yang kamu anggap sesuatu yang penting? Hahaha..,dasar kampret kamu.Sukanya ngerjain orang.” “Ya iyalah,Do.Kita kan pren.Aku khawatir terjadi sesuatu Imchana Abdul
219
pada diri kamu.Semenjak pulang dari Batam kok ada sesuatu yang lain pada diri kamu.” Edo mengambil sebatang rokok yang tergeletak diatas meja,kemudian menyulutnya dan menghisapnya dalamdalam.Lalu bergabung bermain kartu remi. “Siapa nih yang selalu kalah.Pasti David ya?” celutuk Edo. David hanya cengar-cengir mendengarkan kata-kata Edo. “Biasa kalau orang kebanyakan dosa,hahaha,” celutuk Edo selanjutnya. “Tidak usah ribut.Nanti kamu aku bikin KO,hahaha,” balas David. “Eh,bagaimana kabarnya pacar kamu,Aime?” tanya Edo. “Sepertinya dia baik-baik saja.Cuma yang bikin aku kesal,setiap kali aku kirim pesan ke dia,tidak langsung dibalas. Aku harus menunggunya agak lama.” “Ya jelaslah, Vid.Dia kan seorang penulis.Tentunya yang diprioritaskan pasti gagasan-gagasannya yang akan dituangkan dalam tulisannya.Yang penting kamu harus sabar sampai tujuan kamu berhasil.Tenang dan santai saja.” “Oh ya,sebentar.Aku mau membuka Facebook dulu ya.Barangkali pesanku sudah ia balas.” David mengambil HP-nya yang ada di dalam saku T-Shirtnya.Sementara Edo dan Erick tetap asyik bermain kartu.Ketika ia membaca pesan dari Aime,dan dirasa Aime menyetujui apa yang diminta dirinya,sepontan ia kegirangan. “Aha..,berhasil!” suara David sedikit mengeras. Edo dan Erick tersentak,lalu menghentikan permainannya 220
SIndikat Facebook
dan ikut nimbrung dengan suasana hati David. ”Berhasil bagaimana,Vid?!” tanya Erick dengan rasa penasaran. Kemudian David menyodorkan HP-nya kepada Erick supaya membacanya sendiri pesan dari Aime.Tidak ketinggalan,Edo juga ikut nimbrung. “Hohoho..,lanjut saja, Vid.Rejeki sudah diambang pintu nih,” kata Edo. Erick mengangguk-anggukkan kepalanya dengan serius,tanda setuju. “Apakah kamu sudah mempersiapkan kata-kata yang menarik untuk mengirim pesan selanjutnya?” tanya Erick. “Sudah,Rick.Sebentar lagi aku akan mengirim pesan.” “Jangan sampai dia curiga.Usahakan komunikasi lancarlancar saja dan hubungan tetap mulus,seperti Edo menjerat Almira.Sampai detik ini aman-aman saja,bukan? hahaha.” “Sudah pastilah,Rick,hahaha.” David mulai mengutak-atik HP dan membuka Facebook,lalu mengirim pesan kepada Aime. “Aime sayang.Kurir sudah tiga hari berada di Indonesia.Dia menginap di hotel.Aduh, kasihan. Ketika dia sedang jalan-jalan di mall,uangnya yang ada di dompet,dicopet orang.Untung masih ada sisa uang yang ditinggal di kamar hotel.Untuk itu,tolong kamu pinjamkan uang sebesar Rp 30 juta untuk berjaga-jaga,barangkali nanti sisa uangnya tidak mencukupi untuk biaya selama di Indonesia. Uang kamu kirim ke rekening temanku saja.Kebetulan aku punya beberapa teman di Indonesia.Uangnya kamu kirim
Imchana Abdul
221
ke temanku atas nama,Santoso.Nanti kalau uangnya sudah sampai,biar uang tersebut disampaikan ke kurir.Aku mohon dengan sangat.” Selesai mengirim pesan kepada Aime,David masih menunduk memandangi HP-nya dan senyum-senyum sendiri tanpa menghiraukan Edo dan Erick yang ada di depannya.Edo mencolek-colek tangan Erick,lalu menudingkan telunjuknya ke arah David dan berbisik,”Orang gila tuh! hahaha.” Erick dan Edo serempak ketawa bersama.Kemudian David memandangi mereka berdua dan menyusul dengan tawanya. “Coba kalian baca nih pesanku kepada Aime,” kata David dengan bangganya. Edo membacanya dengan sedikit mengeraskan suaranya. Erick turut mendengarkan,disertai senyum-senyumnya. “Hebat kamu,Vid.Semoga sukses ya.Sumber keuangan kita datang dari mana-mana,bagaikan arah mata angin,hahaha,” kata Edo. “Siapa dulu dong, Bos-nya? Erick.Hahaha,” kata David,lalu mereka bertiga tertawa bersama. “Apakah Santoso sudah kamu beri tahu,bahwa nomor rekeningnya kamu pergunakan?” tanya Erick. “Sudah.Nomor rekeningnya sudah menjadi langgganan pangkalan uang transfer dari cewek-cewek yang menjadi korbanku.” “Baguslah kalau begitu.Semoga aman-aman saja.” “Iya,Rick.Selama ini aman-aman saja kok.Pokoknya semua beres,” ucap David dengan santainya yang diiringi dengan 222
SIndikat Facebook
senyum bahagianya. ***
Aime lebih suka update status yang memberi sentuhan humor yang hangat,serta pesan-pesan dan peringatanperingatan yang bermanfaat bagi penghuni Facebook.Ia sangat ramah terhadap siapapun.Baginya,diskriminasi itu tidak berlaku dalam menjalin pertemanan.Selain itu,parasnya yang menarik serta kecerdasan isi kepalanya sangat menunjang untuk berinteraksi dengan siapapaun.Maka tidak heran jika ia memiliki banyak teman.Karena ia memiliki banyak teman dan bisa diajak untuk bertukar fikiran serta bercanda ria,maka Facebook sudah menjadi kebutuhan dan bagian dari hidupnya. Yang menurutnya,Facebook adalah salah satu jejaring sosial yang ramah lingkungan.Walaupun ia sibuk menulis,tetap ia sempatkan untuk membuka Facebook.Karena Facebook juga bisa dimanfaatkan sebagai sumber inspirasi yang bisa dituangkan dalam bentuk karya tulis. Lagi-lagi ia ketawa sendiri setiap membaca pesan dari David.Apalagi David sudah memberikan nomor rekening atas nama Santoso.Berarti David sudah yakin,bahwa Aime akan mengirim uang kepada dirinya.Padahal nomor rekening tersebut akan dimanfaatkan oleh Aime sebagai jalan untuk menyelidiki siapa David sebenarnya.Benar-benar senjata makan tuan.Tapi Aime akan tetap menyajikan tutur kata yang manis dalam mengirimkan pesan selanjutnya.Bukan Aime namanya kalau tidak bisa membuat mental manusia-manusia gak bener, terkecoh. “Terima kasih sayang atas pemberian nomor rekeningnya.Tapi aku tidak bisa secepatnya mengirim Imchana Abdul
223
uang tersebut.Karena aku masih menunggu tagihan.Kira-kira besok lusa aku baru bisa mengirim.Sabar ya sayang.Andaikan aku punya uang di rekening sejumlah yang kau inginkan,aku pasti bisa dengan secepatnya mengirim uang tersebut dengan menggunakan fasilitas SMS banking.Sekali lagi,sabar ya sayang.I love you.” Aime hanya cengar-cengir sendiri setelah mengirim pesan kepada David. Rencananya sudah benar-benar matang. Karena memang sebelumnya ia mempunyai rencana untuk melaporkan sepak terjangnya para Love Scams ke pihak berwajib. “Sebentar lagi permainan usai,dan tamat sudah riwayatmu,hahaha,” gumam Aime. Hembusan semilir angin pagi masih menyapa kulit Aime melalui jendela kamarnya.Tapi Aime segera beranjak dari tempat duduknya,untuk segera mengguyurkan air di seluruh tubuhnya.Hari ini rencananya sudah bulat untuk mendatangi kantor polisi.Walaupun ia belum tertipu,tapi ia adalah salah satu calon korban penipuan yang dimainkan oleh pelaku Love Scams. Aime duduk di ruang tunggu bersebelahan dengan seorang gadis yang didampingi Ibunya.Sekilas Aime memandangi wajah Ibu dan anak gadisnya tersebut.Kedua raut wajah itu redup dan diselimuti kesedihan.Seperti habis tertimpa masalah yang berat.Kemudian Aime mengajak ngobrol-ngobrol Ibu itu. “Ibu datang kesini mau melaporkan kejadian apa?” “Ini,anak saya Mbak,habis ditipu orang.” “Ditipu bagaimana,Bu?” “Coba Mbak tanya sendiri ke anak saya,untuk lebih 224
SIndikat Facebook
jelasnya.” Belum sampai Aime bertanya pada gadis itu,gadis itu sudah menjelaskan terlebih dahulu. “Begini, Mbak.Saya kenal dengan seorang cowok baru satu minggu di Facebook.Dia sepertinya baik sekali.Bicaranya lembut dan sopan.Kemudian dia minta bertemu dengan saya.Saya menyetujui ajakan dia.” “Bertemunya dimana? Di rumah Adik?” “Tidak.Dia minta bertemu di suatu tempat.Waktu itu saya pas pulang kuliah,sekalian menemui dia di tempat yang dijanjikan.Selanjutnya,saya diajak makan ke rumah makan. Habis itu saya tidak ingat apa-apa.Semua barang bawaan saya,saya berikan ke dia begitu saja.” “Waduh..,Adik kena gendam rupanya.Lalu,apa saja yang dia bawa kabur?” “Yang dia bawa kabur,motor,laptop,HP,ATM dan uang.” “Adik masih hafal ciri-ciri cowok itu?” “Masih,Mbak.” “Sabar ya,Dik. Semoga bisa dengan secepatnya ditemukan pelakunya. Lain waktu hati-hati kalau diajak bertemu dengan siapapun yang adik kenal lewat jejaring sosial. Kalaupun Adik bersedia untuk bertemu, Adik jangan membawa kendaraan atau barang berharga lainnya.Bawa uang secukupnya saja.” “Iya,Mbak.Terima kasih nasihatnya.” “Aku mau ke dalam dulu Dik ya.Sudah ada panggilan,” ucap Aime begitu ia mendengar namanya dipanggil. Aime mengangkat tubuhnya dari kursi duduknya. “Saya mau kedalam dulu ya, Bu. Sudah ada panggilan,” ucap Aime Imchana Abdul
225
selanjutnya kepada Ibu gadis itu. “Iya,Mbak.Silahkan.” Aime berjalan perlahan namun pasti ke arah ruangan tempat orang-orang melaporkan suatu kejadian.Sementara, berderet-deret antrean masih menunggu panggilan untuk melaporkan masing-masing kejadian yang mereka alami. Aime sudah memasuki ruangan dengan santai. “Permisi, Pak,” ucap Aime sambil menganggukkan kepalanya kepada seorang polisi. “Silahkan duduk, Mbak.Ada yang perlu dibantu?” tanya polisi tersebut dengan aura wajah yang cukup ramah. “Iya,Pak. Terima kasih,” ucap Aime,kemudian ia duduk dan berhadapan dengan seorang polisi yang akan memberikan beberapa pertanyaan.” “Coba ceritakan urutan ceritanya.” “Saya adalah calon korban Love Scams.Saya kenal pria tersebut di jejaring sosial Facebook.Untuk lebih jelasnya,tolong bapak lihat pesan dari dia di inbox saya.” Lalu Pak polisi menyodorkan laptop kepada Aime untuk membuka ID Facebook-nya.Aime membuka ID-nya dan membuka inbox yang berisi beberapa pesan dari David. Kemudian Aime meminta dengan hormat kepada Pak polisi untuk membacanya.Dengan serius Pak polisi membacanya. Sesekali ia manggut-manggut dan geleng-geleng kepala. Setelah selesai membaca,Pak polisi saling bertatapan mata dengan Aime.Aime sudah tidak sabar untuk memberikan informasi selanjutnya.
226
SIndikat Facebook
“Bagaimana,Pak.Sudah cukup jelas,bukan? Masalah ini tidak bisa dibiarkan.Banyak sekali korban Love Scams.Barubaru ini kenalan saya di Facebook juga menjadi korban.Dia seorang TKW.Uangnya raib sebesar Rp 15 juta.Penipu itu namanya Edo.Mungkin juga dia satu komplotan dengan David. Oh ya,Pak,saya menyimpan fotonya Edo,” ucap Aime dengan ekspresi wajah yang cukup serius. Pak polisi memperhatikan dan mendengarkan dengan serius laporan dari Aime.Kemudian ia meminta fotonya Edo. Lalu Aime memindahkan foto Edo dari HP-nya ke HP Pak polisi melalui Bluetooth.Pak polisi memandangi foto Edo dari HPnya. “Apakah ini asli fotonya Edo?” “Betul,Pak.Si korban sudah pernah berbicara lewat video call sama dia.” “Terima kasih atas laporannya. Kami akan segera menindaklanjuti perkara ini.” “Sama-sama, Pak,” ucap Aime. Kemudian Aime meninggalkan ruangan tersebut dengan perasaan lega. ***
Polisi mendatangi salah satu bank dimana Santoso memiliki nomor rekening.Kemudian polisi meminta kepada pihak bank untuk memberikan biodata selengkapnya tentang Santoso.Untuk penyelidikan selanjutnya supaya mendapat informasi lebih banyak tentang Santoso,polisi mengadakan pendekatan kepada masyarakat di sekitar tempat tinggal Santoso.Menurut informasi dari masyarakat,Santoso adalah
Imchana Abdul
227
pengedar ganja, dan sering ada tamu keluar masuk di rumah kontrakannya.Setelah mendapat informasi yang benar-benar akurat dan terpercaya,polisi berpakaian ala masyarakat biasa tersebut datang ke rumah Santoso berpura-pura sebagai konsumen.Begitu terjadi transaksi jual beli,tanpa menyianyiakan waktu,polisi tersebut langsung menyergap Santoso. Santoso tidak bisa berkutik.Tangannya diborgol oleh polisi dan siap untuk dibawa ke kantor polisi. Selama ini ia bisa mengelabuhi polisi dengan berbagai akal bulusnya.Tapi kali ini ia tidak bisa lari dari kenyataan. Karena sudah terbukti sebagai pengedar narkoba.Dalam penggeledahan,ditemukan beberapa gram ganja dalam kemasan kecil-kecil yang siap untuk diedarkan. Dengan tangan diborgol,Santoso duduk diatas laju mobil terbuka dengan diapit oleh dua orang polisi,sepertinya ia ketakutan.Karena bayangan terali besi sudah menari-nari di depan matanya.Ketika mobil sudah berhenti di kantor polisi,ia turun dari mobil tanpa semangat.Kakinyapun sepertinya enggan diajak melangkah menuju ruang reserse. Santoso duduk berhadapan dengan seorang reserse bermata tajam dan berkumis tebal yang siap mencerca dengan berbagai macam pertanyaan.Ia tidak berani menatap sepasang mata tajam yang ada di depannya.Ia banyak menunduk. “Sudah berapa lama kamu berprofesi sebagai pengedar narkoba?” “Sudah dua tahun,Pak.” “Siapa saja komplotan kamu?” 228
SIndikat Facebook
“Tidak ada, Pak.Cuma saya sendiri,” jawab Santoso berusaha menutupi teman-temannya. “Kamu jangan berbohong.Pemilik nomor rekening ini adalah kamu.Nomor ini saya dapat dari David.Tentunya kamu ada hubungannya dengan David,” kata reserse dengan menunjukkan nomor rekening kepada Santoso. Santoso kaget dan heran.Dari mana polisi bisa mengenal nama David? “Saya dengan David hanya teman biasa,Pak.” “Baiklah. Sekarang beritahu alamat lengkap David dan ciri-ciri wajah serta bentuk postur tubuhnya. Kamu jangan memberikan keterangan palsu,” ucap polisi tanpa membutuhkan keterangan lebih lanjut. Karena permasalahannya sudah jelas. Dengan suara gemetar,Santoso memberitahukan alamat lengkap David dan ciri-ciri wajah serta bentuk postur tubuhnya. Kemudian polisi menggambar sketsanya,lalu ditunjukkan kepada Santoso. “Apakah benar orangnya seperti dalam sketsa gambar ini?” Santoso menganggukkan kepala,”Iya.Benar,Pak.” ***
Polisi menyelidiki ke wilayah apartemen hunian David dan tempat-tempat hiburan.Akhirnya polisi berhasil membekuk David di salah satu diskotik.Dengan tertangkapnya David,polisi dengan mudah mengorek data dengan berbagai pertanyaan Imchana Abdul
229
yang membuat David benar-benar kelabakan.Dari pengakuan David,terkorek siapa Edo dan Erick.Tak lama kemudian,Edo berhasil dibekuk ketika sedang berada di sebuah mall bersama seorang wanita.Tinggal Erick yang begitu licin,sulit untuk ditangkap.Polisi harus kucing-kucingan terlebih dahulu untuk bisa melumpuhkan gerak langkah Erick. Berkat kejelian petugas kepolisian, akhirnya Erick berhasil tertangkap.Polisi berhasil menyita sepucuk senjata api rakitan dan 15 butir amunisi yang masih aktif.Tersangka disergap polisi di apartemen-nya pukul sepuluh malam saat tengah mengkonsumsi ganja.Erick menyerah tanpa mengadakan perlawanan karena kondisi tubuhnya agak teler.Sehingga ia tidak mempunyai kekuatan untuk bergerak melawan polisi. Kemudian kasus ini diselidiki lebih mendalam oleh penyelidik terkait pemasokan ganja dan kepemilikan senjata api rakitan serta kasus Love Scams dan toko online. Walaupun Erick berkelit dan bersilat lidah dalam menghadapi berbagai pertanyaan dari polisi,polisi tidak terperdaya sama sekali,apalagi terhipnotis. Sepandai-pandai tupai melompat,akhirnya terjatuh juga.Erick,Edo dan David akhirnya menjadi penghuni hotel prodeo.Mereka ditempatkan di ruang yang terpisah.Palu Hakim menjatuhkan vonis dan menjerat Erick dengan undang-undang berlapis.Undangundang narkoba,undang-undang kepemilikan senjata api ilegal,dan undang-undang penipuan.Sehingga dalam kurun waktu yang cukup lama ia harus mendekam dan menghirup udara pengab di dalam terali besi. Media cetak, media online, media elektronik dipenuhi berita tentang tertangkapnya Erick dan kawan-kawan. Pihak 230
SIndikat Facebook
kepolisian menghimbau kepada masyarakat supaya berhatihati jika berkenalan atau melakukan transaksi jual beli dengan siapapun melalui jejaring sosial.Akses informasi harus benarbenar diperhatikan.Jangan asal percaya dengan kata-kata manis dan pesan sponsor. Berita tentang kriminal memang sangat menarik dan menjadi perhatian masyarakat.Sehingga masyarakat tak hentihentinya membicarakan seputar hal-hal yang mengandung unsur kriminal. Tak ketinggalan berita itu sampai juga di telinga Elen.Ia mendengar berita itu dari teman satu kosanya. Tetapi teman satu kosannya sama sekali tidak tahu,bahwa Erick dan kawan-kawan adalah satu jaringan dengan Elen. Karena Elen sangat pintar menutupi profesi yang dilakoninya selama ini.Elen penasaran dan ingin tahu lebih banyak tentang berita itu.Kemudian ia berselancar di media-media online.Akhirnya ia menemukan berita itu di salah satu media online yang cukup punya nama di negeri ini.Media online ini menyuguhkan berita yang cukup akurat,tajam dan terpercaya. Elen membaca berita itu dengan serius sampai tuntas.Setelah membaca berita itu,wajahnya pucat dan badannya mendadak sedikit lemas,yang disertai dengan tetesan air mata.Ia kebingungan,ingin menumpahkan perasaanya.Dengan suara tersendat-sendat ia langsung menghubungi Rico melalui HP.Mendengar informasi dari Elen, Rico kaget setengah mati seolah tak percaya.Ia sama sekali tidak tahu tentang kejadian yang menimpa Erick dan kawan-kawan.Padahal biasanya Rico selalu mengikuti perkembanagn berita di tv. Isak tangis Elen yang didengar Rico lewat telpon,membuat Rico benar-benar terharu.Ia mengerti betapa terpukulnya Imchana Abdul
231
perasaan Elen.Apalagi ia mengetahui bahwa Elen sedang mengandung buah cintanya dengan Erick.Sebagai seorang sahabat,mendengar kabar seperti itu,hari itu juga Rico meluncur ke tempat kos Elen. “Terimalah semua kenyataan ini dengan hati yang tabah,” nasihat Rico terhadap Elen. “Iya,Ric,aku mengerti.Padahal rencana bulan ini aku dan Erick akan mengikrarkan diri dalam ikatan yang suci.Yang membebani pikiranku,bagaimana dengan kehamilanku ini. Aku benar-benar bingung. “Aku mengerti perasaanmu,El.Kamu dihadapkan pada suatu dilema.Kalau menurut aku sih,pertahankan saja janinmu.Kalau kamu gugurkan misalnya,resikonya adalah pada keselamatan jiwamu.” Elen terdiam dan hanya suara isak tangis yang keluar dari bibirnya, yang kemudian disusul dengan tetesan air mata.Sementara, angan Rico melayang, ”Andaikan aku tidak punya pacar.Pasti ku nikahi Elen.Karena aku sangat mencintai pacarku,tidak mungkin aku mengalihkan perhatian dan mengkhianati cintanya.Dia adalah wanita yang baik di mataku,” lirih hati Rico. “Oh ya,bagaimana dengan temanmu, Bagas?” ucap Rico selanjutnya. “Aku sudah lama tidak ketemu dengan dia.Terakhir ketemu,waktu acara pernikahannya.” “Oh ya.Dia sudah menikah?” “Sudah.Dia menikah dengan wanita baik-baik dan cantik. Sebelum dia menikah,dia memutuskan untuk keluar dari 232
SIndikat Facebook
kelompok kami.” “Apakah kamu tidak menghubungi Bagas tentang kejadian yang dialami Erick dan kawan-kawan?” “Sebenarnya aku ingin menghubungi dia,tapi perasaanku tidak enak.Tidak enak dengan istrinya.” “Oh.Ya sudah kalau begitu.Ngomong-ngomong,bagaimana kalu kita sekarang jalan-jalan untuk menghirup udara segar,supaya pikiran kamu tidak kacau.” “Tidak,Ric.Terima kasih.Aku ingin sendiri untuk memikirkan langkahku ke depan bagaimana.” Rico sangat pengertian dengan suasana hati Elen. “Baiklah,El.Aku mengerti perasaanmu.Kalau begitu,aku pamit dulu ya.Kalau ada apa-apa,jangan sungkan-sungkan untuk menghubungi aku.” “Terima kasih banyak,Ric.Kamu memang sahabat yang sangat baik dan penuh pengertian,” kata Elen dengan tatapan mata sayu dan tidak ada gairah hidup. ***
Bagas duduk menyendiri di beranda rumahnya dengan tatapan mata kosong mengarah ke jalan.Matanya berkacakaca.Angannya kembali ke masa lalu.Betapa rukunnya mereka,walaupun berkecimpung di dunia hitam yang sarat dengan kekerasan.Mereka seperti keluarga sendiri.Erick adalah Bos yang baik.Dia mampu mendidik anak buahnya bekerja sama tanpa ada persaingan.Bagas seolah tak percaya,bahwa Erick dan kawan-kawan saat ini sedang mendekam di dalam Imchana Abdul
233
terali besi.Ia sadar,itulah kejahatan.Cepat atau lambat pasti menemui batunya. Dibalik kesedihannya,Bagas benar-benar bersyukur. Andaikan ia tidak bertemu dengan Santi,tentunya ia juga ikut terseret di dalam kasus ini.Tuhan telah mengirimkan Santi sebagai penyelamat langkahnya.Selain itu,ia lebih bersyukur lagi,karena dirinya sekarang benar-benar taat beribadah. Ditengah lamunannya,terdengar suara adzan Dhuhur telah memanggilnya untuk segera menunaikan ibadah sholat.Ia beranjak dari tempat duduknya dan mengambil air wudhu.Selesai sholat,ia memanjatkan do’a untuk temantemannya,semoga mereka insaf dan kembali ke jalan yang lurus. HP-nya berdering berkali-kali. Bagas membiarkannya, karena masih khusuk berdo’a. Setelah memanjatkan do’a, hatinya menjadi dingin dan perasaannya bisa tenang.Lalu ia menghampiri HP yang diletakkan di meja dekat musholla.Ia membuka misscall,ternyata telpon dari Elen.Kemudian Bagas menghubungi Elen. “Halo,El.Ma’af,waktu kamu telpon,aku sedang sholat.” “Tidak apa-apa,Gas.Aku hanya ingin memberimu khabar tentang Erick dan kawan-kawan.Apakah kamu sudah tahu? Tadinya aku tidak akan menghubungi kamu,karena aku tidak enak dengan istri kamu.Tapi karena kita pernah berada dalam satu atap dalam dunia kerja,akhirnya aku menghubungi kamu juga.” “Iya,El.Aku sudah tahu.Sebenarnya aku juga ingin menghubungi kamu.Tapi aku rasa kamu sudah tahu lebih 234
SIndikat Facebook
dulu.Kalau soal istriku,dia sudah tahu semuanya tentang masa laluku.Dia bisa menerima dengan ikhlas.Yang penting aku benar-benar insyaf.” “Syukurlah,Gas.Aku ikut bahagia dengan keadaanmu sekarang.” “Oh ya,El.Apakah kamu sudah menjenguk mereka? Nanti kalau menjenguk,kita sama-sama saja.” “Apakah istrimu mengijinkan,Gas?” “Insha Allah mengijinkan,El.Dia wanita yang baik.” “Baiklah,Gas.Terima kasih sebelumnya ya.Salamku buat istrimu.” “Sama-sama,El.Iya,nanti ku sampaikan.Sampai jumpa lain waktu.” Kemudian Elen menutup telponnya.Ia ikut merasakan kebahagiaan yang dirasakan Bagas semenjak mempersunting Santi. ***
Semenjak membesuk Erick,perasaan Elen menjadi kacau. Kata-kata Erick terngiang-ngiang jelas di telinganya.Erick memberikan pengakuan kalau dirinya terjerat pasal berlapis. Karena itulah,ia harus mendekam di penjara dalam kurun waktu yang cukup lama.Erick minta ma’af yang sedalamdalamnya terhadap Elen.Ia tidak bisa menikahinya,karena keadaan yang tidak memungkinkan.Elen sangat memahami dan memaklumi keberadaan Erick.Elen pasrah saja.
Imchana Abdul
235
Untuk menghilangkan perasaan kacaunya,ia berusaha menghibur diri dengan berselancar di internet.Tapi,rasa was-was selalu menghantui pikirannya,apakah polisi tidak melakukan penyelidikan lebih lanjut tentang siapa-siapa komplotan Erick? Dengan rasa penasaran,ia iseng-iseng membuka media online.Ketika ia membaca judul berita “Teman Wanita Erick Terlibat”,ia penasaran,lalu membacanya dengan baik-baik sampai tuntas.Seperti disambar petir di siang hari,ternyata dirinya masuk Daftar Pencarian Orang. Untung waktu menjenguk Erick,dirinya tidak langsung disergap oleh polisi.Nasibnya benar-benar sial.Sudah jatuh,tertimpa tangga.Namun ia tidak kehabisan akal untuk menghindar dari kejaran polisi.Maka ia menyusun rencana akan melarikan diri. Ketika rencananya sudah bulat,ia baru sadar bahwa perutnya yang mulai membuncit akan menghalangi langkahnya dan kesehatannya.Akhirnya ia menemukan ide.Ia pergi ke dukun untuk menggugurkan kandungannya.Setelah kesehatannya pulih,ia akan melarikan diri,menghilangkan jejak dari kejaran polisi.Namun takdir berbicara lain.Ia sekarat setelah isi perutnya dikeluarkan oleh dukun.Si dukun,panik.Dalam kondisi panik,secara tiba-tiba pintu rumahnya diketuk oleh seseorang. Si dukun kebingungan dan berjalan mondar-mandir,”Siapa ya yang mengetuk pintu,” gumamnya sambil memicingkan mata.Ia enggan untuk membukakan pintu,takut rahasianya diketahui orang.Sama sekali ia tidak menduga,bahwa yang mengetuk pintu adalah petugas kepolisian.Karena menunggu lama pintu tidak segera dibuka oleh tuan rumah,akhirnya pintu didobrak oleh petugas kepolisian untuk mencari Elen. Begitu kagetnya petugas kepolisian menyaksikan Elen dalam 236
SIndikat Facebook
kondisi sekarat dan berlumuran darah di kakinya,maka dengan cepat polisi mengamankan si dukun dan membawa Elen ke Rumah Sakit.Dengan tujuan,apabila Elen sudah sehat,ia akan dimintai keterangan lebih lanjut.Namun nyawa Elen tidak bisa tertolong.Ia menghembuskan nafas terakhir di dalam perjalanan menuju Rumah Sakit. ***
Khabar tentang kematian Elen serta rentetan berita tentang Erick dan kawan-kawan,memenuhi lembar berita di media cetak dan media online,juga di stasiun tv.Aime sangat gembira mendengar tentang tertangkapnya Erick dan kawankawan.Maka dengan tidak sabarnya,ia langsung meng-update status serta memajang foto mereka. ”Khabar gembira kepada teman-teman Facebook semuanya.Telah tertangkap sindikat Facebook yang bernama Erick,Edo dan David.Dan yang lebih miris,teman wanita Erick yang bernama Elen,meninggal dalam keadaan berlumuran darah di kakinya,akibat mengugurkan kandungannya. Meskipun mereka telah tertangkap,kalian harus tetap berhati-hati dalam menghadapi orang-orang yang kalian kenal.Menurutku,masih banyak komplotan-komplotan seperti Erick dan kawan-kawan.Waspada itu sangat penting. Perlu diingat, bahwa ini adalah dunia maya.Jangan mudah percaya dengan omongan manis,jika buntutnya,kalian harus mengeluarkan duit.” Semua teman-teman yang membaca update status Aime,merasa lega tapi biasa-biasa saja.Karena mereka bukan korban.Lain dengan Almira,ia benar-benar gembira Imchana Abdul
237
dan merasa puas.Maka,ia tidak sungkan-sungkan memberi komentar hujatan terhadap Edo dan kawan-kawan.Tak lama kemudian,Almira menelepon Aime. “Halo,Aime.Aku membaca update status kamu.Aku benarbenar puas,para bajingan itu sudah tertangkap.Itu semua karena kamu.Kamu benar-benar cocok menjadi seorang detektif.” “Waduh,kamu jangan terlalu menyanjung,Al.Kalau tidak ada polisi yang bertindak,kemungkinan kecil para sindikat itu bisa tertangkap.Tuhan Maha Adil.Pesanku,lain kali kamu harus sangat berhati-hati jika berkenalan dengan siapapun,kalau buntutnya kamu harus mengeluarkan uang,apapun alasan dia.” “Iya,Im.Apa yang aku alami,merupakan pelajaran paling berharga bagiku.Sekali lagi,terima kasih banyak ya,Im.” “Iya,Al.Sama-sama.” ***
Perasaan Bagas tidak enak,gelisah tak menentu. Sepertinya ada sesuatu yang mengganjal.Tapi ia tidak tahu apa yang sedang dipikirkan dan apa yang harus diperbuat.Ia berjalan mondar-mandir di kamar.Tiba-tiba istrinya membuka pintu.Ia heran melihat tingkah suaminya yang sedikit aneh. “Ada apa, Mas.Kok berjalan mondar-mandir seperti ada yang dipikirkan.” “Aku tidak tahu, Dik. Aku bingung,” jawab Bagas. Kemudian ia keluar dari kamar begitu saja tanpa berpamitan dengan 238
SIndikat Facebook
istrinya.Ia duduk di beranda.Tiba-tiba ia ingat kepada temantemannya.Jangan-jangan terjadi apa-apa pada mereka.Lalu ia iseng-iseng membuka Facebook dan membuka wall Aime. Seperti kesambar petir di siang bolong ketika membaca update status Aime yang menyebutkan,bahwa Elen meninggal dunia. Setelah membaca update status Aime,hari itu juga Bagas menjenguk Erick di penjara.Dengan wajah sedih ia menceritakan kepada Erick tentang kejadian yang menimpa Elen hingga ia meninggal dunia.Rasa sesak menahan nafas memenuhi dada Erick.Rasanya ia ingin menjerit mendengar khabar yang sangat miris dan menyedihkan itu.Tapi ia sadar,bahwa ia dalam kondisi dibawah pengawasan polisi. “Nasi sudah menjadi bubur.Aku sangat sedih tidak bisa melindungi Elen.Aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi,” ucap Erick tanpa semangat disertai mata berkaca-kaca. “Kamu harus sabar dan tabah Rick.Ambil hikmahnya,” kata Bagas menimpali ucapan Erick. “Terima kasih kamu sudah menjengukku,dan memberikan informasi tentang Elen.” Kemudian Erick terdiam dengan pandangan mata kosong.Perasaanya benar-benar kacau. “Oh ya,aku mau masuk ya, Gas,” ucap Erick dengan ekspresi wajah lunglai. Bagas memandangi ekspresi wajah Erick dan memahami apa yang sedang dia pikirkan. “Oke, Rick. Aku mengerti perasaanmu.Kalau begitu,aku langsung pulang ya.Semoga kamu baik-baik saja.” “Iya, Gas.Sekali lagi, terima kasih banyak, kamu sudah menjenguk aku dan memberiku informasi.” Imchana Abdul
239
“Sama-sama,Rick.” Erick dan Bagas bersalaman,kemudian mengangkat tubuhnya dari kursi masing-masing,lalu meninggalkan ruangan dan berjalan berlawanan arah.Erick berjalan tanpa daya menuju ruang terali besi dengan menundukkan kepala disertai mendung yang menyelimuti wajahnya. TAMAT
240
SIndikat Facebook