INVENTARISASI HUTAN (PASCA KEBAKARAN) PADA KAWASAN HUTAN PENDIDIKAN / SEBAGIAN HUTAN WISATA BUKIT SOEHARTO, PROPINSI KALIMANTAN TIMUR
A. Latar Belakang dan Dasar Pelaksanaan Kebakaran pada Kawasan Hutan Pendidikan/Hutan Wisata Bukit Soeharto tahun 1997/1998 mengakibatkan perubahan yang mendasar pada kondisi hutannya. Untuk mengetahui kondisi hutannya termasuk tingkat kerusakan akibat kebakaran, maka dilakukan kegiatan inventarisasi pasca kebakaran. Adapun luas hutan yang disurvei adalah + 30.000 Ha, menurut pembagian pengelolaannya terdiri dari Kawasan Pusat Penelitian Hutan Tropis Universitas Mulawarman seluas + 20.405 Ha, Hutan Pendidikan dan Latihan BLK/SKMA Samarinda seluas +4.310 Ha dan sisanya Kawasan Hutan Wisata seluas + 5.285 Ha. Intensitas sampling sebesar + 1 %, intensitas tersebut sebagai dasar menghitung panjang jalur survei, sedangkan dalam menentukan jumlah plot adalah hasil dari panjang jalur survei dibagi dengan jarak antar plot dalam satu jalur, sehingga banyaknya plot masing-masing tingkat pertumbuhan adalah 300 buah dan tiap satu plot mewakili seluas + 100 Ha. Plot tersebut untuk pengukuran/pengamatan tegakan hutan. Untuk pengamatan tingkat kerusakan akibat kebakaran intensitas sampling sebesar + 50%. Dasar Pelaksanaan :
1. Surat pengesahan DIK-S. DR tahun Dinas 2000 nomor: 056/DIK-S/2000, tanggal 1 April 2000. 2. Petunjuk Teknis Inventarisasi Hutan Pasca Kebakaran (sementara), Balai Inventarisasi dan Perpetaan Hutan Wilayah IV Samarinda, nomor : 01/IVINV/1999, Desember 1999. 3. Instruksi Kerja Inventarisasi Pasca Kebakaran Pada Kawasan Hutan Pendidikan/ sebagian Hutan Wisata Bukit Soeharto nomor : 05/ITK/IV-INV/2000, tanggal 14 Agustus 2000. 4. Surat Perintah Tugas Kepala Balai Inventarisasi dan Perpetaan Hutan Wilayah IV Samarinda, nomor : 114/SPT/IV-Um/2000, tanggal 28 September 2000. 5. Peta Kerja Inventarisasi Pasca Kebakaran Kawasan Hutan Pendidikan/ sebagian Hutan Wisata Bukti Soeharto, Propinsi Kalimantan Timur, Skala 1 : 50.000.
B. Maksud dan Tujuan Survei.
Maksud dilaksanakan kegiatan Inventarisasi Pasca Kebakaran adalah untuk mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif kondisi hutan pasca kebakaran serta sosial ekonomi masyarakat disekitarnya. Sedang tujuannya adalah untuk mendapatkan data lapangan guna menentukan kebijaksanaan dalam rangka perencanaan pengelolaan kawasan hutan selanjutnya. C. Metode Inventarisasi a. Sistem Pengambilan Contoh Sistem yang digunakan adalah sistem sampling plot data jalur sistematis dengan menggunakan plot ukur gabungan (Combined Sample Plot). Sistem penyebaran jalur plot secara sistematis dengan pemilihan awal jalur secara acak (System Strip Sampling With Random Start), dengan jalur selebar 20 meter atau 10 meter kanan-kiri jalur ukur. Sedangkan bentuk dan ukuran plot ukur (lihat gambar 1.) dibedakan berdasarkan kelas diameter dan tingkat permudaan yang ada, yaitu : 1. Bentuk sub plot persegi (20 X 100) meter secara kontinyu sepanjang jalur pada setiap jarak 500 meter untuk pengukuran tingkat pohon besar (diameter >35cm). 2. Bentuk Sub plot bujur sangkar (20 X 20) meter, (10 X 10) meter, (5 X 5) meter pada setiap jarak 500 meter, masing-masing untuk pengukuran tingkat pohon kecil (diameter 20cm > diameter 35cm), permudaan tingkat tiang (diameter 10cm > 20cm) dan permudaan tingkat pancang (tinggi minimal 1,5 s/d diameter > 10cm). b. Garis Induk Garis induk (base line) untuk peletakan jalur survei dapat berupa sungai atau jalan yang merupakan garis terpanjang sejajar dengan kountour, sehingga arah jalur survei tegak lurus dengan sungai atau jalan dan kountour. Peletakan jalur survei pertama dilakukan secara acak sedangkan jalur kedua dan seterusnya secara sistematik dengan intensitas sampling (IS) sebesar 1% maka jarak antar jalur survei adalah + 2 km (100% x 20 m).
1%
c. Penentuan Jumlah Plot Jumlah plot/unit contoh yang diperlukan dihitung dengan mempertimbangkan kualitas data yang diperlukan, jumlah plot ditentukan berdasarkan panjang jalur survei yang harus dibuat didasarkan pada intensitas sampling sebesar 1%, untuk menghitung panjang jalur survei dan jumlah plot adalah sebagai berikut : i.
Panjang jalur survei
= Luas areal x IS Lebar jalur survei
ii.
Jumlah plot yang dibuat
= Panjang jalur survei Jarak antar plot dalam satu jalur
Misalnya luas areal yang disurvei adalah 30.000 Ha, maka jalur survei yang dibuat adalah 150 km dan jumlah plotnya adalah 300 buah, tiap plot mewakili seluas + 100 hektar. d. Pemindahan Plot Ukur Pemindahan plot ukur hanya dilakukan bila : i.
Plot terpotong oleh sungai besar (lebar lebih atau sama dengan 3 meter), jalan utama atau Tpn.
ii.
Sub-plot tingkat pohon kecil (20 m x 20 m), sub-plot tingkat tiang (10 m x 10 m) atau sub-plot tingkat pancang terpotong oleh sungai dengan lebar lebih dari 1 meter dan kurang dari 3 meter atau jalan cabang.
iii.
Sub-plot tingkat pancang (5 m x 5 m) terpotong oleh sungai atau jalan.
D. Ringkasan Hasil Survei Dari hasil pelaksanaan Inventarisasi Pasca Kebakaran pada Kawasan Hutan Pendidikan/sebagian Hutan Wisata Bukit Soeharto seluas + 30.000 Ha, dapat dikemukakan beberapa hal : 1. Tipe Hutan
Sesuai dengan petunjuk pelaksanaan invetarisasi hutan alam, Inventarisasi dan Tata Guna Hutan, nomor : Khusus, Januari 1995, tipe hutan tersebut termasuk dalam 2 (dua) tipe hutan : a. Tiep Hutan Rawa Permanen/musiman seluas + 830 Ha, dengan ciri tergenang air tawar secara permanen/musiman, sesudah hutan payau/mangrove, tidak terpengaruh iklim, species penting antara lain : Eugenia Sp, Ficus retula, Lophopetalum Sp, Sorea belangeran dan Gluta renghas. b. Tipe Hutan Hujan Bawah seluas + 29.170 Ha, dengan ciri ketinggian di bawah 1000 m. dpl, tanah kering, iklim selalu basah, hutan campuran selalu hijau dengan famili jenis kayu pertukangan yang penting yaitu Dipterocarpaceae dengan genera utama : Shorea, Dipterocarpus, Vatica, Dryobalanops, dan genera utama lainnya seperti : Dyera, Ficus, Kompassia dan Eusideroxylon. 2. Hasil Pengamatan Perkiraan Luas Tingkat Kerusakan Akibat Kebakaran tahun 1997/1998 adalah sebagai berikut : a. Kerusakan Ringan seluas + 2.215 Ha/7,38 %. (potensi total semua tingkat pertumbuhan yang terbakar < 25 %). b. Kerusakan Sedang seluas + 5.865 Ha/ 19,55 %. (potensi total semua tingkat pertumbuhan yang terbakar antara 25 - 75 %). c. Kerusakan Berat seluas + 21.920 Ha/ 73,07 %. (potensi total semua tingkat pertumbuhan yang terbakar > 75 % ). d. Tidak Rusak seluas + - (tidak terbakar). 3. Potensi Tegakan a. Permudaan Tingkat Pancang (tinggi 1,5 m s/d 0 < 10 cm) Seluruh jenis permudaan tingkat pancang dengan rata-rata jumlah batang (N) + 7573,33 batang/Ha. Sedangkan jenis domain antara lain didominasi oleh : •
Mahang (Macaranga spp.) dengan N sebesar + 3886,67 batang/Ha. atau INP sebesar 141,71%.
•
Jambu-jambu (Eugenia sp.) dengan N sebesar + 398,67 batang/Ha. atau INP sebesar 31,03%.
•
Akasia (Acacia mangium) dengan N sebesar + 1034,67 batang/Ha. atau INP sebesar 22,83%.
b. Permudaan Tingkat Tiang ( 0 10 cm > 20 cm)
Seluruh jenis permudaan tingkat tiang dengan rata-rata jumlah batang (N) + 288,00 batang.Ha. dan Basal Area (BA) + 9,10 M2/Ha. Sedangkan jenis domain antara lain : •
Mahang (Macaranga spp.) dengan N sebesar + 74,33 batang/Ha. dan BA + 3,30 M2 /Ha atau INP sebesar 118,31 %.
•
Meranti (Shorea spp.) dengan N + 20,00 Bt/Ha. dan BA + 1,03 M2/Ha. atau INP sebesar 37,79 %.
•
Jambu-jambu (Eugenia sp.) dengan N + 18,00 Bt/Ha. dan BA + 0,50 M2/Ha. atau INP sebesar 31,28 %.
•
Jabon (Anthocephalus cadamba) dengan N + 16,00 Bt/Ha. dan BA + 0,33 M2/Ha.atau INP sebesar 29,19 %.
•
Laban (Vitex pubescan) dengan N + 17,67 Bt/Ha. dan BA + 0,63 M2/Ha. atau INP sebesar 25,42 %.
c. Pohon Kecil (0 20 Cm > 35 Cm) Potensi pohon kecil yang sehat untuk seluruh jenis dengan rata-rata jumlah batang (N) sebesar + 18,20 batang/Ha. dan Volume (V) + 7,06 M3 /Ha. Jenis pohon kecil yang dominan antara lain : •
Mahang (Macaranga spp.) dengan N + 3,08 Bt/Ha. dan V + 0,97 M3 /Ha
•
Meranti (Shorea spp.) dengan N + 1,33 Bt/Ha. dan V + 0,63 M3/Ha.
•
Jambu-jambu (Eugenia sp.) dengan N + 2,08 Bt/Ha. dan V + 0,71 M3/Ha.
d. Pohon Besar (0 35 -Up) Potensi pohon besar yang sehat untuk seluruh jenis dengan rata-rata jumlah batang (N) sebesar + 2,98 Bt/Ha dan Volume (V) + 5,205 M3/Ha Sedangkan pohon dominan adalah : •
Keruing (Dipterocarpaceae boornensis) dengan N + 0,45 Bt/Ha. dan V + 1,03 M3 /Ha
•
Meranti (Shorea spp.) dengan N + 0,45 Bt/Ha. dan V + 0,78 M3/Ha.
•
Ulin (Eusideroxylon zwageri) dengan N + 0,45 Bt/Ha. dan V + 0,72 M3/Ha.
4. Jenis flora langka yang dilindungi antara lain : Ulin (Eusideroxylon zwageri), Tengkawang (Shorea pinanga), Banggeris (Kompassia malaccensis), Gaharu (Aquilaria malaccensis), Durian (Durio sp) dan Jelutung (Dyera costulata).
5. Jenis fauna yang dilindungi berdasarkan pengamatan di lapangan antara lain : Owa (Hilobates moloch caucang), Burung Enggang (Rhyticeros undulatus), Trenggiling (Manis Javanicus), Biawak (Varanus salvator), Kijang (Muntiacus muncak), dan Ular Piton (Phython reticulatet). Sedangkan berdasarkan informasi penduduk dan Pusat Penelitian Hutan Tropis UNMUL selain tersebut di atas juga terdapat : Macan Dahan (Neofelis nebulosa), Kukung (Nycticebus caucang), Bekantan (Nasalis larvatus). 6. Kondisi Tapak Hutan. a. Keadaan topografi menurut Peta Bentuk Lapangan Kalimantan Timur Skala 1: 500.000 tahun 1978 adalah sebagai berikut : •
Datar (0-8 %) seluas + 1.250 Ha.
•
Landai (8-15 %) seluas + 28.740 Ha.
Fisiografi berdasarkan pengamatan tiap jalur di lapangan adalah datar sampai dengan agak curam (0-30 %), dengan ketinggian tempat berkisar antara 2 m - 176 m. dpl. Sungai yang mengalir ke Kawasan Hutan Pendidikan /Pusat Penelitian Hutan Tropis UNMUL. Sebagian besar mengalir ke S. Saka Kanan (anak S. Merdeka), Serta S. Semoi yang mengalir ke S. Mentayo. Adapun sungai-sungai tersebut yang bisa dijadikan sarana transportasi air adalah S. Bambangan dan S. Loa Haur. b. Tanah dan Geologi. Menurut Peta Tanah Eksplorasi Kalimantan Timur Skala 1: 1.000.000, LPT. 1971 dan pengamatan secara okuler terhadap warna dan perabaan terhadap textur maka jenis tanah dibedakan dalam 2 (dua) kelompok yaitu : •
Jenis tanah Podzolik merah - kuning seluas + 23.680 Ha, bahan induk batuan beku dan endapan, fisiografi bukit dan pegunungan lipatan, klasifikasi kelas tanah 4 (empata) peka terhadap erosi.
•
Jenis tanah komplek Podzolik merah - kuning latosol dan litosol seluas + 6.320 Ha, bahan induk batuan beku endapan dan metamorf, fisiografi pegunungan patahan, klasifikasi kelas tanah 4 (empat) peka terhadap erosi.
Menurut Peta Geologi skala 1 : 2.000.000, Direktorat Geologi Bandung Tahun 1965, formasi geologi areal yang disurvei seluruhnya termasuk jenis batuan Sedimen Miosen atas.
c. Iklim Menurut klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson (1952) areal yang disurvei termasuk tipe iklim A dan B nilai Q = 0 % - 14,3 % dan 14,3 % - 33,33 %, intensitas hujan tinggi dengan suhu bulanan berkisar antara 220 - 350 C. 7. Pemanfaatan Kawasan dan Pencurian Hutan. Pada areal yang disurvei terdapat pemanfaatan kawasan hutan dan pencurian yaitu berupa kegiatan penebangan kayu liar dan peladangan/perambahan hutan.