120
Tabel 3.5 Kegiatan Pembangunan Infrastruktur dalam MP3EI di Kota Balikpapan No. 1
2
3 4 5 6 7
Proyek MP3EI Pembangunan jembatan Pulau Balang bentang panjang 1.314 meter. Pengembangan pelabuhan Internasional Balikpapan, yaitu Terminal Peti Kemas Kariangau. Pembangunan Jembatan Pulau Balang bentang pendek 470 meter. Pembangunan Waduk Wain untuk kebutuhan air baku. Bandara Balikpapan. Pembangunan pembangkit listrik Kaltim oleh PLN. Pembangunan fasilitas transmisi kelistrikan di Kaltim oleh PLN.
Nilai Investasi (Milliar Rp)
Periode Mulai
Periode Selesai
3.600
2013
2015
713
2008
2012
488
2008
2011
290
2015
-
1.600
2011
2014
7.270
2011
2015
1.035,16
2011
2015
Sumber: RPJMD Kota Balikpapan, 2011
Sebagai upaya untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan di Kota Balikpapan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam strategi pengembangan sektoral, di antaranya adalah: 1. untuk sumber daya alam yang terbarukan, laju pemanenan harus sama dengan laju regenerasi (produksi lestari); 2. untuk masalah lingkungan, laju pembuangan (limbah) harus setara dengan kapasitas asimilasi lingkungan; dan 3. sumber energi yang tidak terbarukan harus dieksploitasi secara quasisustainable, yakni mengurangi laju deplesi dengan cara menciptakan energi substitusi.
121
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan Kesimpulan dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Peran sektoral dalam struktur perekonomian Kota Balikpapan tahun 2000 dan 2008 menunjukkan bahwa. a. Struktur permintaan dan penawaran menunjukkan terjadinya peningkatan kemampuan produk domestik dalam memenuhi permintaan sebesar 11,47 persen. Sektor dengan peningkatan ketergantungan impor tertinggi adalah sektor 6 (Pertambangan Migas), sedangkan sektor dengan penurunan ketergantungan impor tertinggi adalah sektor 8 (Industri Pengilangan Minyak Bumi). b. Struktur output menunjukkan terjadi peningkatan output mencapai 2,42 kali dari tahun 2000 ke tahun 2008 (Rp39,04 Triliun tahun 2008). Terdapat tiga sektor utama yang senantiasa berkontribusi terbesar dalam pembentukan output pada tahun 2000 dan 2008, yaitu sektor 8 (Industri Pengilangan Minyak Bumi); Sektor 19 (Perdagangan) dan sektor 18 (Bangunan). c. Struktur nilai tambah bruto menunjukkan surplus usaha senantiasa berperan terbesar dalam membentuk nilai tambah bruto. Sektor 8 (Industri Pengilangan Minyak Bumi) senantiasa menjadi penyumbang nilai tambah tertinggi, yaitu 47,98 persen tahun 2000 dan meningkat menjadi 60,73 persen tahun 2008.
121
122
d. Struktur permintaan akhir menunjukkan ekspor sebagai penyusun terbesar dari tahun 2000 (77,17 persen) ke tahun 2008 (73,73 persen) dengan tren menurun. Tingginya ekspor diimbangi dengan tingginya impor di Kota Balikpapan, sehingga penghasilan efektif dari ekspor menjadi kecil. Ekspor terbesar tahun 2000 dan 2008 dari sektor 8 (Industri Pengilangan Minyak Bumi). e. Angka pengganda (multiplier). i. Sektor dengan output multiplier tertinggi tahun 2000 adalah sektor 9 (Industri Makanan dan Minuman) = 2,13 dan tahun 2008 adalah sektor 10 (Industri tekstil, Pakaian Jadi dan Kulit) = 2,27. Peningkatan output multiplier tertinggi terjadi pada sektor 16 (Listrik) mencapai 0,49. ii. Sektor dengan income multiplier tertinggi tahun 2000 adalah sektor 27 (Pemerintahan Umum) = 0,89 demikian pula pada tahun 2008 (0,76). Peningkatan income multiplier tertinggi terjadi pada sektor 28 (Jasa Sosial dan Kemasyarakatan) mencapai 0,12. iii. Sektor dengan employment multiplier tertinggi tahun 2000 adalah sektor 9 (Jasa-jasa) = 0,09 dan tahun 2008 adalah sektor 2 (Pertambangan dan penggalian) = 1,66. Terjadi peningkatan employment multiplier diseluruh sektor dengan peningkatan tertinggi pada sektor 2. Tingginya nilai employment multiplier sektor 2 (Pertambangan dan Penggalian) merupakan spillover effect beroperasinya pertambangan di Provinsi Kalimantan Timur. iv. Sektor dengan indeks pengganda ekspor tertinggi tahun 2000 dan 2008 sektor 8 (Industri Pengilangan Minyak Bumi) dengan tren meningkat.
123
f. Berdasarkan keterkaitan antarsektor, sektor kunci Kota Balikpapan didominasi oleh sektor pengolahan (manufacturing). Sektor 21 (Angkutan) dan 14 (Industri Logam, Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan) senantiasa menjadi sektor kunci tahun 2000 dan 2008 dengan peningkatan peran dalam perekonomian Kota Balikpapan yang ditunjukkan peningkatan nilai backward dan forward linkage. Berdasarkan beberapa penemuan di atas dapat diketahui bahwa struktur perekonomian
Kota
Balikpapan
banyak
digerakkan
oleh
sektor
manufacturing. Hal ini dapat dilihat dari dominasi sektor industri yang berperan sebagai sektor kunci, tingginya pangsa output, kontribusi terhadap nilai tambah, ouput multiplier dan indeks pengganda ekspor. Kenyataan ini menunjukkan bahwa sektor industri merupakan sektor yang berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi di Kota Balikpapan (karakter perekonomian perkotaan). Hal tersebut sesuai dengan Kaldor’s growth law yang menyatakan bahwa “manufacturing as the engine of growth”. 2. Struktur ekonomi Kota Balikpapan menunjukkan terjadinya perubahan berdasarkan visualisasi economic landscape pada tahun 2000 dan 2008. Economic landscape menunjukkan pergeseran MPM total tertinggi pada tahun 2000 adalah sektor 19 (Perdagangan) turun menjadi urutan ke enam pada tahun 2008. MPM total sektor 21 (Angkutan) naik menjadi urutan pertama pada tahun 2008. MPM total Sektor 8 (Industri Pengilangan Minyak Bumi) dari urutan ke empat menjadi urutan ke dua pada tahun 2008. Struktur perekonomian Kota Balikpapan tahun 2008 tidak terlepas dari struktur ekonomi awal (economic base) Kota Balikpapan pada tahun 2000, meskipun
124
terjadi peningkatan peran beberapa sektor lainnya (misalanya, sektor 21, 13, 23, 26, 16). Economic landscape Kota Balikpapan masih memperlihatkan tingginya peran sektor migas khususnya industri pengilangan minyak bumi dalam menarik sektor hulu dan hilirnya. Peran sektor 8 (Industri Pengilangan Minyak Bumi) dalam menarik sektor hulu dan hilir diperkuat dengan beroperasinya pertambangan di sekitar Kota Balikpapan (khususnya Provinsi Kaltim) dan penetapan Kota Balikpapan sebagai pusat Daerah Operasi Hulu (DOH) Kalimantan dengan Wilayah Daerah Niaga (WDN III) terluas. Keterkaitan antara sektor industri, infrastruktur (angkutan dan listrik), jasa perusahaan dan sektor perbankan merupakan kolaborasi yang semakin kuat dalam penciptaan output Kota Balikpapan. Indikator perubahan struktur ekonomi menunjukkan semakin besarnya peran sektor sekunder dan tersier yang diikuti oleh penurunan peran sektor primer dalam pembentukan output, nilai tambah, permintaan, penyerapan tenaga kerja dan sektor kunci. Pergeseran sektor kunci terjadi dengan naiknya sektor 9, 13 dan 26 sebagai sektor kunci tahun 2008, sedangkan sektor 14 dan 21 tetap sebagai sektor kunci tahun 2000 dan 2008. 3. Dampak ekstraksi sektor 8 (Industri Pengilangan Minyak Bumi) terhadap perekonomian Kota Balikpapan melalui analisis HEM berpengaruh pada seluruh sektor dengan tingkat yang beragam. Ekstraksi sektor 8 menyebabkan hilangnya total output mencapai 51,63 persen atau senilai Rp20,16 Triliun. Terdapat 13 sektor yang akan mengalami penurunan output lebih besar dari 10 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sektor 8 merupakan sektor strategis. Upaya untuk mempertahankan keberadaan sektor 8 (Industri Pengilangan
125
Minyak Bumi) perlu dilakukan dengan mencari sumber bahan baku alternatif maupun menciptakan sumber energi terbarukan yang diharapkan mampu menggantikan peran sektor 8 (Industri Pengilangan Minyak Bumi) dalam mendukung bergeraknya perekonomian Kota Balikpapan secara berkelanjutan. 4. Prioritas sektor unggul Kota Balikpapan melalui analisis MFEP, menunjukkan bahwa sektor unggul sebagai upaya mewujudkan pembangunan ekonomi berkelanjutan berasal dari sektor tersier (jasa) dan sekunder (industri). Sektor tersier termasuk di dalamnya jasa angkutan, hotel dan restoran, jasa perusahaan, bank, lembaga keuangan bukan bank, perdagangan, jasa hiburan dan rekreasi. Sektor sekunder termasuk di dalamnya industri pengilangan minyak bumi, industri barang galian bukan logam, industri tekstil, pakaian jadi dan kulit, serta industri makanan dan minuman. Berkembangnya sektorsektor juga memerlukan dukungan infrastruktur yang baik seperti transportasi, air bersih, listrik dan komunikasi. Kota Balikpapan memiliki peluang besar untuk mengembangkan sektor jasa, industri dan infrastruktur dengan beragam keunggulan yang dimiliki, diantara adalah penetapan Kota Balikpapan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Kawasan Strategis Nasional (KSN), lokasi pelabuhan laut internasional, simpul transportasi udara nasional, Pusat Pelayanan Orde I Provinsi Kaltim, pendukung MP3EI, kawasan lindung nasional, kota potensial tujuan MICE dan Penataan ruang wilayah Kota Balikpapan diarahkan menjadi kota jasa yang dinamis, selaras dan hijau untuk mendukung fungsinya sebagai Pusat Pertumbuhan Nasional.
126
4.2 Saran 1. Upaya
mewujudkan
pembangunan
ekonomi
berkelanjutan
di
Kota
Balikpapan dapat dilakukan dengan: a. mengembangkan sektor unggul, yaitu sektor jasa (angkutan, hotel dan restoran, jasa perusahaan, bank, lembaga keuangan bukan bank, perdagangan, jasa hiburan dan rekreasi) dan industri (industri barang galian bukan logam, industri tekstil, pakaian jadi dan kulit, serta industri makanan dan minuman). Perencanaan pembangunan berkelanjutan merupakan konsep yang menawarkan pembangunan tidak hanya berfokus pada pertumbuhan output, tetapi juga memperhatikan upaya mengurangi kemiskinan, pengangguran serta pembangunan yang bersinergi dengan lingkungan. Salah satu konsep operasional yang bisa diterapkan adalah “Blue Economy”. Konsep ini menawarkan investasi yang lebih rendah, lebih inovatif, menghasilkan arus kas, menciptakan lapangan kerja, membangun modal sosial, dan merangsang kewirausahaan. b. Peningkatan kuantitas dan kualitas infrastruktur (khususnya transportasi, listrik, air bersih, dan komunikasi) perlu dilakukan untuk memfasilitasi perkembangan sektor-sektor lain, sehingga pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dapat segera tercapai. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai keterkaitan ekonomi antara Kota Balikpapan dengan kawasan sekitarnya (khususnya wilayah Provinsi Kaltim), sehingga dapat disusun strategi pembangunan yang lebih komprehensif sebagai upaya mensinergiskan program pembangunan antar daerah.