Mewujudkan Transportasi Berkelanjutan yang Ramah Lingkungan Setia Kurnia Putri1, Anastasia Yulianti2, dan Erika Hapsari3 1
Asisten Penelitian Laboratorium Transportasi Jurusan Teknik Sipil, Unika Soegijapranata, Jl. Pawiyatan Luhur IV/1Semarang
Email :
[email protected],
[email protected],
[email protected]
ABSTRAK Transportasi memiliki peranan yang penting dalam suatu kehidupan masyarakat sebuah kota. Sistem transportasi kota yang dipakai akan mempengaruhi kualitas kota, karena transportasi berkaitan dengan pemakaian ruang, waktu dan energi. Banyak masalah yang ditimbulkan oleh transportasi, seperti masalah polusi udara, kemacetan lalu lintas, tingginya pemakaian bahan bakar, kecelakaan lalu lintas, dan sebagainya. Masalah transportasi tersebut mempengaruhi kelangsungan hidup lingkungan di sekitarnya. Hubungan antara transportasi dan lingkungan sangat berkaitan erat, hubungan ini mencakup pembangunan infrastruktur transportasi atau aktivitas dari sarana transportasi yang akan menimbulkan dampak yang menjadi sebuah perubahan-perubahan lingkungan yang menggunakan transporasi sebagai akses di dalam menunjang kegiatan masyarakat tersebut baik menyangkut proses dan hasil kegiatannya. Keterkaitan antara transportasi dengan lingkungan meliputi spektrum yang sangat lebar. Dampak yang timbul bisa akibat keberadaan dari prasarana transportasi yang secara fisik mempengaruhi lingkungan sekitarnya atau akibat pengoprasian fasilitas tersebut. Untuk mengatasi permasalahan transportasi yang merusak lingkungan perlu adanya pembangunan transportasi yang berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan dalam konteks global merupakan pembangunan ekonomi dan sosial yang tujuannya untuk memperbaiki, bukan merusak kondisi lingkungan. Tantangan di dalam mengimplentasikan program transportasi berkelanjutan antara lain kompleksnya permasalahan transportasi lingkungan perkotaan dan tingginya konflik kepentingan dan sosial dalam penerapannya di lapangan, struktur budaya dan strata masyarakat yang beragam, masih minimnya kesadaran di dalam masyarakat, sumber daya yang masih terbatas. Kata kunci: transportasi, lingkungan, transportasi yang berkelanjutan
1.
PENDAHULUAN
Transportasi memiliki peranan yang penting dalam suatu kehidupan masyarakat sebuah kota. Sistem transportasi kota yang dipakai akan mempengaruhi kualitas kota, karena transportasi berkaitan dengan pemakaian ruang, waktu dan energi. Banyak masalah yang ditimbulkan oleh transportasi, seperti masalah polusi udara, kemacean lalu lintas, tingginya pemakaian bahan bakar, kecelakaan lalu lintas, dan sebagainya. Sedangkan masalah lalu lintas kota tersebut tidak dapat diatasi hanya dengan membangun lebih banyak jaringan jalan baru yang memang memerlukan biaya yang cukup besar dan menimbulkan masalah lingkungan (Moughtin, 1996). Kemacetan lalu lintas di kota-kota besar seperti Jakarta, Bangkok, Meksiko merupakan kejadian yang biasa dialami penduduk sehari-hari. Kondisi lalu lintas di kota Bangkok dianggap yang paling buruk di antara lalu lintas di kotakota besar di dunia. Bedasarkan laporan dari JICA (Japan International Corporation Agency) pada tahun 1989, selama jam puncak (peak hour) rata-rata kecepatan kendaraan di jalan-jalan utama metropolitan Bangkok 8,1 km/jam. Dan bila dilakukan perhitungan, pada tahun 2006 kecepatan rata-rata kendaraan di jalan-jalan utama Bangkok menjadi 4,8 km/jam (Setchell, 1995). Penyebab utama kondisi ini adalah cepatnya pertumbuhan penduduk yang disebabkan pemakaian kendaraan pribadi, pengembangan jaringan jalan yang buruk, kurangnya investasi untuk sistem transportasi umum, lemahnya perencanaan dan keputusan-keputusan pemerintah. Pembangunan banyak jalan baru dengan biaya besar yang dilakukan untuk tujuan mengurangi kemacetan lalu lintas, sebenarnya tidak akan menyelesiakan masalah, tetapi justru akan menambah terjadinya kemacetan di ruas-ruas jalan lainya. Bahkan pembangunan jalan-jalan baru di dalam kota dapat menyebabkan kerusakan lingkungan dan bangunan bersejarah, hilangnya habitat atau spesies tanaman, kerusakan lansekap kota, serta tumbuhnya aktivitas baru yang tidak sesuai dengan kegiatan yang direncanakan. Untuk mewujudkan pelestarian lingkungan hidup khususnya dalam mewujudkan kualitas udara yang bersih dan memenuhi standar kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya, diperlukan beberapa langkah, seperti (1) mengembangkan kebijaksanaan teknis dalam pengendalian emisi kendaraan, (2) meningkatkan kapasitas daerah dalam pengendalian emisi kendaraan melalui penguasaan dan pemanfaatan teknologi, (3) meningkatkan mekanisme
SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011
T-107
Transport pengawasan dan evaluasi pengendalian emisi kendaraan, dan (4) meningkatkan peran serta masyarakat dalam mewujudkan udara bersih. Untuk mengefektifkan upaya pengendalian pencemaran udara, dan sebagai bahan acuan bagi individu, kelompok masyarakat, atau institusi terkait, maka dipandang perlu untuk menyusun kebijakan pengendalian pencemaran udara serta peraturan dan kebijakan teknis yang harus mengikutinya. Kebijakan pengendalian pencemaran udara dari sumber bergerak, diantaranya adalah (1) mendorong kebijakan energi dengan menggunakan bahan bakar yang ramah lingkungan, (2) menetapkan standar baku mutu emisi gas buang kendaraan bermotor disesuaikan dengan teknologi yang berkembang, serta peraturan lain yang terkait, (3) meningkatkan penerapan manajemen transportasi yang berwawasan lingkungan, (4) menumbuhkan kesadaran dan peran aktif masyarakat dalam upaya pengendaliannya, dan (5) meningkatkan program pemeriksaan dan perawatan kendaraan bermotor. PP No. 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara mengisyaratkan adanya pedoman teknis dalam pelaksanaannya. Salah satu upaya yang penting adalah pemberdayaan masyarakat melalui komunikasi ataupun kampanye. Sebagai bahan acuan dalam kegiatan komunikasi dan kampanye tersebut, dibutuhkan pemahaman awal berkaitan dengan sikap masyarakat terhadap keberadaan sistem transportasi berkelanjutan di semua lapisan termasuk para akademisi, organisasi non pemerintah yang diharapkan berfungsi sebagai pressure groups. Institusi pemerintah di daerah diharapkan berfungs sebagai pelaksana dari kebijakan yang diusulkan atau ditetapkan.
Keterkaitan hubungan transportasi dan lingkungan Hubungan antara transportasi dan lingkungan sangat berkaitan erat, hubungan ini mencakup pembangunan infrastruktur transportasi atau aktivitas dari sarana transportasi yang akan menimbulkan dampak yang menjadi sebuah perubahan-perubahan lingkungan yang menggunakan transporasi sebagai akses di dalam menunjang kegiatan masyarakat tersebut baik menyangkut proses dan hasil kegiatannya. Transportasi sendiri merupakan bagian dari sebuah pembangunan untuk memenuhi kebutuhan manusia lainnya, sehingga dapat dikatakan pembangunan transportasi sebagai pemenuhan kebutuhan turunan (derivate demand) manusia. Kebutuhan akan transportasi ini menjadi penting saat ini karena hampir setiap saat di dalam melakukan kegiatan dengan berbagai tujuan (bekerja, berbelanja, bisnis, sekolah, dan sebagainya) sangat berkaitan erat pula dengan kebutuhan akan transportasi. Kemajuan suatu negara juga salah satunya bertolak ukur dari transportasi yang melayaninya di dalam menunjang pembangunannya. Tidak salah apabila muncul sebuah anggapan, bahwa transportasi merupakan urat nadi pembangunan. Transportasi memiliki peranan yang penting dalam suatu kehidupan kota. Sistem transportasi kota yang dipakai akan mempengaruhi kualitas kota, karena transportasi berkaitan dengan pemakaian ruang, waktu dan energi. Banyak masalah yang ditimbulkan oleh transportasi seprti masalah pencemaran, kemacetan, tingginya pemakaian bahan bakar, kecelakaan dan sebagainya. Sedangkan masalah lalu lintas kota tersebut tidak dapat diatas hanya dengan membangun lenih banyak jartingan jalan baru yang memang memerlukan biaya yang cukup besar dan menimbulkan masalah lingkungan (Moughtin,1996).
Peranan transportasi terhadap degradasi lingkungan Keterkaitan antara transportasi dengan lingkungan meliputi spektrum yang sagat lebar. Dampak yang timbul bisa akibat keberadaan dari prasarana transportasi yang secara fisik mempengaruhi lingkungan sekitarnya atau akibat pengoprasian fasilitas tersebut. Dampak lingkungan yang dirasakan akibat pengoperasian transportasi ini, umumnya menjadi isu-isu yang berkepanjangan karena terus berkembang seiring dengan perkembangan aktivitas manusia (Setijowarno, D dan Frazila, RB, 2001). Efek polusi udara dirasakan sebagai penurunan kesehatan dan kinerja (performance) manusia, binatang, tanaman dan dapat menciptakan lingkungan yang lebih buruk (Hobbs-Totomiharjo dan Waldijono, 1995). Bank Dunia (1994) dalam Kompas (2003) menyebutkan, bahwa pencemaran udara di Jakarta mengakibatkan munculnya 1200 kasus kematian prematur, 32 juta kasus penyakit pernapasan dan 464 ribu kasus asma dan kerugian finansial diperkirakan 500 milyar rupiah. Polusi udara akibat lalu lintas pernah dilakukan pengukuran di Inggris pada tempat –tempat tertentu seperti terlihat pada Tabel 1 (Hobbs, 1979). Tabel 1. Polusi udara terukur Polutan Sulfur Dioksida (mikrogram/m3) Asap (mikrogram/m3) Timbal Karbon Monoksida (CO) (ppm) Nitric Oksida (Nox) (pp 100m) Nitrogen dioksida (NO2) (pp 100m) Sumber: Hobbs (1979) T-108
Terowongan Blackwall 202 27,2 120 121 10
Jalan Fleet 384 430 3,2 23 -
SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011
Transport
Pencemaran Dengan tingkat kebutuhan yang tinggi, maka teknologi transportasi berkembang dengan sangat pesat dan selalu terkait dengan segenap aktivitas masyarakat modern. Namun dibalik keharmonisan hubungan keduanya tersimpan dampak negatif yang ditimbulkan oleh sarana transportasi terutama transportasi darat. Dampak-dampak negatif itu antara lain adalah penurunan kualitas lingkungan hidup yang berakibat pula pada penurunan kualitas kesehatan masyarakat. Gas CO berasal dari pembakaran yang tidak sempurna di dalam ruang bakar kendaraan. Zat ini sebagian besar disumbang dari emisi gas buang kendaraan yang terutama menggunakan bahan bakar fosil. Gas CO dapat bertahan diatmosfer 1 sampai dengan 5 tahun karena dapat mengikat hemoglobin dalam darah 200 kali lebih besar dari kekuatan oksigen untuk mengikat hemoglobin dan apablia kadarnya lebih dari 60 persen akan menyebabkan kematian. Akibat dari bahan-bahan pencemaran ini, antara lain terhalangnya pengaliran oksigen dalam darah, sistem pernafasan rusak dan menimbilkan warna hitam pada paru-paru. Kekurangan oksigen akan menimbulkan berbagai penyakit maupun efek-efek psikologis, yakni flu, batuk, deman, asma, sakit kepala, stress, tekanan darah tinggi. Selain itu kekurangan oksigen akan menimbulkan efek psikologis. Sedangkan Pm10 merupakan sisa pembakaran yang berupa debu dan asap hitam yang dapat merusak paru-paru dan menyerang mata karena partikel yang terhirup tidak dapat dibuang sehingga menempel pada hidung dan paru-paru. Partikel debu ini juga akan menyebabkan gangguan pada saluran pernapasan seperti infeksi saluran nafas. Tingkat kerusakan lingkungan yang diakibatkan dari kegiatan transportasi sudah mencapai titik kritis dengan terlampauinya ambang batas yang telah ditentukan dan dari 800 kendaraan yang diuji tahun 2004 sekitar 50 persen kendaraan yang diuji melebihi batas standar yang seusai dengan SK Gubernur No. 5 tahun 2004 (Kompas, 2010).
2.
KEBIJAKAN TRANSPORTASI KEBERLANJUTAN
Pengertian yang paling mendasar (menurut Newman dan Kenworthy, 1999) dari pembangunan berkelanjutan adalah dalam konteks global setiap pembangunan ekonomi dan sosial seyogyanya memperbaiki, bukan merusak kondisi lingkungan. pengertian ini telah berkembang melalui proses sosial politik global pada tiga dekade terakhir abad ke-20. Namun, keberlanjutan merupakan konsep yang paling beragam diantara para profesional dan akademisi ketika mendiskusikan masa yang akan datang, serta praktis melibatkan semua disiplin dan profesi dengan segala kompleksitasnya. Brundtland Report (dikutip oleh Newman dan Kenworthy, 1999) mengemukakan 4 prinsip yang menjadi dasar pendekaan untuk keberlanjutan global yang harus diterapkan secara simultan terhadap pendekatan pada masa mendatang, yaitu : 1) 2) 3) 4)
Penghapusan kemiskinan, terutama di dunia ketiga adalah penting tidak hanya atas alasan kemanusiaan melainkan juga sebagai isu lingkungan; Negara-negara maju mesti mengurnagi konsumsi sumber-sumber alamnya dan produksi limbahnya; Kerja sama global dalam hal isu lingkungan tidak lagi merupakan pilihan sukarela (soft option); Perubahan menuju keberlanjutan dapat terlaksana hanya dengan pendekatan komunitas (community based) yang melibatkan budaya lokal secara sungguh-sungguh.
Sudah banyak yang dilakukan dalam rangka memberikan suatu strategi atau mekanisme untuk mencapai transportasi perkotaan yang berkelanjutan. Blowers (1993), menekankan adanya 4 (empat) prinsip mekanisme yang diperlukan untuk mencapai strategi transportasi yang berkelanjutan, yaitu : 1) Mekanisme aturan yang bertujuan membatasi tingkat polusi yang dihasilkan oleh kendaraan; 2) Mekanisme finansial, melalui pajak-pajak energi, meliputi pajak pemakaian bahan bakar dan pengeluaran emisi ke udara; 3) Mendorong dilakukannya penelitian dan pengembangan terhadap kendaraan yang efisien dalam pemakaian bahan bakar, serta alternatif teknologi transportasi; 4) Adanya integrasi dalam perencanaan tata guna lahan dan transportasi untuk meminimalkan jarak capai, mendorong dipakainya transportasi umum, serta meningkatkan kemudahan pencapaian terhadap fasilitas transportasi. Tetapi perlu diingat, bahwa keempat prinsip di atas baru dapat dilakukan di negara-negara maju, meskipun demikian tidak tertutup kemungkinan bahwa suatu saat negara berkembangpun harus dapat menerapkan prinsip-prisnip tersebut. Sementara itu, negara Inggris juga telah menyusun 8 (delapan) strategi untuk mencapai kebijakan transportasi yang berkelanjutan dan sebenarnya dapat diterapkan untuk kota-kota di seluruh dunia. Kedelapan strategi tersebut adalah:
SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011
T-109
Transport 1) Adanya keterpaduan antara kebijakan pemerintah di bidang transportasi dan kebijakan tata guna tanah, serta memberikan prioritas untuk mengurangi kebutuhan akan angkutan dan meningkatkan proporsi perjalanan dengan mamakai jenis kendaraan yang tidak banyak merusak lingkungan; 2) Mencapai standar kualitas udara yang dapat mempengaruhi kesehatan dan kualitas lingkungan; 3) Memperbaiki kualitas kehidupan kota dengan mengurangi ketergantungan terhadap kendaraan bermotor dan menyediakan alternatif jenis kendaraan lain; 4) Meningkatkan proporsi pemakaian kendaraan untuk perjalanan pribadi yang tidak banyak memberikan dampak buruk pada lingkungan, serta menguapayakan pemakaian infrastruktur yang ada sebaik mungkin; 5) Menghindari pemakaian tanah untuk transportasi di daerah dengan nilai konservasi, buaya dan lansekap tinggi; 6) Mengurangi buangan karbon dioksida dari kendaraan; 7) Mengurangi pemakaian bahan-bahan yang tidak dapat diperbarui untuk pembuatan insfrastruktur dan industri kendaraan; 8) Mengurangi polusi suara dari kendaraan Dari keempat prinsip Blowers dan strategi transportasi seperti yang dimiliki negara Inggris tersebut, bukanlah hal yang baru untuk dilakukan di negara maju untuk bidang transportasi. Berbagai upaya untuk memiliki sistem transportasi yang nyaman dan ramah lingkungan telah banyak direalisasikan. Sebagai contoh : 1) 2) 3) 4) 5)
Pengadaan kendaraan umum yang nyaman (bis kota, kereta listrik, trem dan sebagainya); Penggantian bahan bakar dengan etanol dan biogas; Pemakaian tenaga sinar matahari untuk menjalankan kendaraan; Memasyarakatkan penggunaan sepeda dan berjalan kaki; Penerapan sistem traffic claming di beberapa jalan di kawasan pusat kota dan permukiman. Pada sistem ini, kendaraan diperlambat jalannya, sehingga tidak membahayakan, serta hanya jenis kendaraan tertentu yang diperbolehkan lewat. Cara ini dapat ditempuh juga dengan mempersempit lebar jalan, pemakaian material untuk jalan bukan aspal, mislanya batu kali atau batu cetak; 6) Penerapan sistem transit oriented development, kegiatan penduduk terkonsentrasi di suatu area, tempat-tempat umum seperti bank, pasar, toko, kantor, rumah makan dan sebagainya saling berintegrasi, mudah dicapai dengan berjalan kaki atau transportasi umum, sehingga mengurangi pemakaian kendaraan pribadi.
Kondisi di Indonesia, upaya-upaya yang sudah dilakukan di negara-negara maju seperti tersebut di atas memang masih jauh untuk dilakukan. Ketergantungan terhadap kendaraan pribadi memang masih tinggi. Hal ini disebabkan sistem dan kondisi transportasi umum belum memenuhi tingkat kenyamanan yang diinginkan oleh pengguna. Akibatnya kemacetan lalu lintas tak dapat dihindari, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung dan Surabaya. Bahkan ada kemungkinan bertambah jumlah kota yang akan mengalami hal yang serupa, bila tidak dengan segera dipikirkan untuk dibenahi. Apalagi fenomena pembangunan kawasan perumahan yang semakin tinggi berada di kawasan sub-sub urban (pinggir kota), sementara penyediaan sarana angkutan umum tidak dipikirkan secara matang termasuk juga prasaana transportasi yang akan melayaninya. Kemampuan pemerintah dalam hal penyediaan dan perhatian angkutan umum masih kurang. Dan ini terlihat dengan maraknya persoalan angkutan umum akhir-akhir ini seperti adanya tuntutan kenaikan tarif, mahalnya suku cadang, rendahnya kualitas pelayanan pada penumpang, menurunnya jumlah armada yang beroperasi dan sejumlah persoalan lainnya.
Faktor-faktor pencapaian sukses Faktor-faktor yang dilakukan untuk menjadi kunci sukses pada keberhasilan program yang dilakukan maupun yang dapat dilaukan pemerintah kota antara lain sebagai berikut:
Komitmen bersama Komitmen bersama dalam hal ini dibutuhkan, hal ini dikarenakan tanggung jawab yang diemban untuk keberhasilan program tidak semuanya tertumpu pada pemerintah. Namun juga merupakan tanggung jawab warga kota untuk turut menjaga lingkungan. Dengan komitmen bersama yang terjalin dengan baik antara Pemerintah dengan warga kota memberikan kemajuan yang sangat berarti pada pengembangan kemajuan program yang dicanangkan
Penguatan institusi dalam pengelolaan kualitas udara Institusi yang bertugas di dalam bidang tersebut di beri perkuatan dasar di dalam pengelolaan kualitas udara terutama institusi yang menjadi bagian pengendali dan pengawasan. Perkuatan intitusi ini dengan penguatan keahlian sumber daya manusianya maupun penguatan dibidang peralatan yang dimiliki
Penguatan penegakan hukum Penguatan penegakan hukum dengan menindak tegas para pelanggarnya. Setiap pelanggaran tersebut diproses sesuai dengan perundangan yang berlaku termasuk sanksi maupun denda yang dikenakan. Penegakan hukum juga dilakukan pada saat melakukan uji berkala pada setiap kendaraan yang diuji di dalam untuk mendapatkan sertifikat lulus uji
T-110
SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011
Transport
Koordinasi menyeluruh Suksesnya program tidak hanya tertumpu pada seseorang saja, melainkan kerjasama yang baik terbina antar stakeholder. Untuk menjaga kerjasama dan keberhasilan program ini, koordinasi menyeluruh baik intern maupun ekstern menjadi kunci penting
Melibatkan stakeholders Warga kota menjadi obyek dari kebijakan sudah menjadi masa lalu, saat ini keterlibatan stakeholder menjadi bagian penting di dalam melakukan konsultasi publik di setiap kegiatan yang dilakukan pemerintah di dalam meningkatan udara bersih. Hal ini sebagai upaya kegiatan yang dilakukan memperoleh dukungan dari kalangan stakeholder sehingga kegiatan yang dlakukan dapat bermanfaat dan tidak sia-sia di dalam penerapannya
Pemantauan berkala Setiap program yang dilakukan, perlu dilakukan pemantauan secara berkala. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan kekonsistenan dari program yang telah dicapai dan dapat ditingkatkan lebih baik lagi. Pemantauan berkala antara lain diberikan dengan melakukan uji spot secara berkala
Tantangan dalam implementasi Tantangan di dalam mengimplentasikan program transportasi berkelanjutan antara lain diberikan sebagai berikut. a.
Kompleksnya permasalahan transportasi lingkungan perkotaan dan tingginya konflik kepentingan dan sosial dalam penerapannya di lapangan Persoalan transportasi di wilayah perkotaan yang mengacu pada pencemaran udara di wilayah perkotaan sangat kompleks dan beragam. Rendahnya kualitas kendaraan yang menjadi sumber pencemaran juga banyak diberikan, hal ini banyaknya kendaraan yang tidak terawat dengan baik dikarenakan mahalnya suku cadang dan biaya perawatan, minimnya peralatan yang menunjang untuk mengendalikan pencemaran menjadi salah satunya. Serta minimnya prasarana dan sarana transportasi yang murah, nyaman dan manusiawi. Hal ini juga tidak dapat terlepas dari struktur masyarakat dan permasalahan sosial yang dihadapinya. Rendahnya kesadaran masyarakat akan bahaya pencemaran dengan presepsi yang diberikan hanya dapat menyerap kesadaran masyarakat sebesar 40 persen saja. b. Struktur budaya dan strata masyarakat yang beragam Struktur budata dan strata di dalam masyarakat yang beragam menjadikan kendala di dalam melakukan pendekatan dan sosialisasi. Ciri khas pendekatan masyarakat di Indonesia biasanya hanya dapat dilakukan melalui tokoh-tokoh masyarakat yang berpengaruh. Dengan banyaknya strata masyarakat yang beragam di dalam melakukan sosialisasi juga harus dilakukan dengan pendekataan yang tidak dapat seragam untuk tiap-tiap wilayah, hal ini tergantung karakteristik wilayah dan tokoh masyarakat di wilayah tersebut. c. Masih minimnya kesadaran di dalam masyarakat Kesadaran masyarakat dalam hal ini, diakui masih jauh dari apa yang diharapkan. Tingkat kesadaran ini tidak dipengaruhi oleh strata sosial maupun pendidikan yang ada, namun secara kepribadian kesadaran masyarakat masih relatif rendah. Kondisi ini cukup menyulitkan di dalam melakukan pengendalian pencemaran udara, sehingga pemerintah masih memerlukan proses pengawasan dengan cara spot/berjalan d. Sumber daya yang masih terbatas Sumber daya yang terbatas baik tenaga keahlian/kemampuan manusia maupun pembiayaan peralatan menjadi tantangan yang besar. Untuk menyikapi hal tersebut, maka dilakukan kerjasama dengan pihak swasta maupun pelatihan untuk meningkatkan sumber daya ini.
Keuntungan-keuntungan Dalam melakukan program transportasi lingkungan yang berkelanjutan ini memberikan kontrubsi keuntungankeuntungan yang dapat diberikan sebagai berikut. a. b. c. d. e.
Meningkatnya kesejahteraan dan kesehatan masyarakat Meningkatnya peran transportasi umum massal yang ramah lingkungan di perkotaan guna menuju transportasi yang berkelanjutan Menurunnya dampak lingkungan yang negatig dari adanya aktivitas transportasi Tertatanya sistem transportasi perkotaan yang baik dan berkelanjutan Meningkatnya kinerja dan pelayanan sektor transportasi
Kesulitan/kendala yang dihadapi Beberapa kesulitan dan kendala dalam mengimplementasikan program yang biasanya dihadapi oleh pemerintah kota diberikan sebagai berikut.
SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011
T-111
Transport a. b. c. d.
Penanganan transportasi yang berkelanjutan memerlukan biaya yang relatif tinggi Pembenahan harus menyeluruh, menyulitkan di dalam implementasi terutama pada dampak yang ditimbulkan Penanganan gejolak kepentingan dan sosial yang ditimbulkan Masih kurang antusianisme/dukungan animo dari masyarakat
Program yang akan diselenggarakan program yang dapat diselenggarakan oleh pemerintah kota mengenai transportasi berkelanjutan diberikut. a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l.
Penyelenggaraan sistem angkutan umum massal terintegrasi berbasis jalan raya (bus) maupun jalan rel (kereta api) Ketersediaan angkutan umum yang mencukupi berstandar nasional, seperti berpendingin (AC), tepat waktu (ada kepastian mendapatkan angkutan), tarif bersubsidi atau terjangkau kelompok masyarakat miskin Perubahan manajemen angkutan umum dari beberapa operator menjadi konsorsium operator angkutan umum Pembentukan Badan Layanan Umum (BLU) untuk mengelola angkutan umum massal, yang meliputi operasional rute angkutan umum, halte, terminal, pemungutan tarif Menyiapkan Peraturan Daerah (Perda) untuk menetapkan Tataran Transportasi Kota (Tatralok) yang bersinergi dengan Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTR) dan dapat dilakukan revisi setiap lima tahun sekali disesuaikan dengan perkembangan kota masing-masing Regulasi (SOTK) pengelolaan prasarana dan sarana transportasi dalam satu instansi untuk memudahkan mengelola transportasi secara utuh dan berkesinambungan dalam suatu system yang tertata Pelarangan penggunaan sepeda motor untuk siswa SMP-SMA ke sekolah dengan menggantikannya dengan penyediaan bus sekolah yang mencukupi kebutuhan Penyediaan jalur kendaraan tidak bermotor (bike line) Penyediaan prasarana dan sarana untuk aksesibilitas transportasi bagi kelompok penyandang cacat (difabel) dan orang usia lanjut di segala sektor Penyediaan prasarana pejalan kaki yang manusiawi (seperti halte, trotoar, jembatan penyeberangan, zebra cross) Pengaturan lalu lintas di persimpangan jalan secara terpadu berbasis teknologi dengan Area Control Traffic System (ATCS) Penggunaan bahan bakar kendaraan yang rendah polusi, seperti bensin tanpa timbel, biofuel dalam upaya mendukung program udara bersih (air clean programme)
DAFTAR PUSTAKA Hobbs FD, Totomiharjo, Waldijono (1995), Perencanaan dan Teknik Lalu Lintas, Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta Moughtin, Cliff (1996), Urban Design, Green Dimensions, Oxford Newman dan Kenworthy (1999), Sustainable and Cities, Overcoming Automobile Dependence, Island Press Setijowarno, D & Frazila, (2001), Pengantar Sistem Transportasi, Unika Soegijapranata, Semarang Blowers, A (1993), Polution and Waste a- Sustainable Burden? Dalam A. Blowers (ed) Planning for a Sustainable Environment, London: Earthscan. Breheny, M dan Rookwood, (1993), Planning the Sustainable Region, dalam Palnning for a Sustainable Environment, ed. A. Blowers, London, Earthscan Publication. Imran, Mudassar and Philip Barnes, (1990), Energy Demand in the Developing Countries; Prospect for the Future, World Bank Staff Commodity Working Paper, No. 23, The World Bank, Washington, DC dalam Santosa, W, Gunawan, S.U, dan Tjan, A, (1996), Konservasi Energi pada Moda-moda Transportasi di Derah Urban, Makalah Seminar Sistem dan Moda Transportasi Perkotaan, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung Institute of Transportation Engineers, (1987), United States Transportation Energy Supply and Demand, Washington, DC, Santosa, W, Gunawan, S.U, dan Tjan, A, (1996), Konservasi Energi pada Moda-moda Transportasi di Derah Urban, Makalah Seminar Sistem dan Moda Transportasi Perkotaan, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung Lothigius, Jan (1996), Ethanol & Hybrid Buses : Wine a Winner on Streets of Stockholm, Envoiro, 21 September 1996 Manson, Tommy (1997), Transportation and Communication, Bahan pengajaran pada pelatihan ‘Local Environmental Management’ di Karlstad, Swedia. Moughtin, Cliff (1996), Urban Design : Green Dimensions, Oxford: Butterworth Architecture Newman, P., dan Kenworthy, J. (1999), Sustainability and Cities, Overcoming Automobile Dependence, Island Press Rahmi, D.H. dan Setiawan, B (1999), Perancangan Kota Ekologi, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta
T-112
SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011
Transport Syafruddin, A dan Lubis, HAS, (2000), Tantangan Menuju Sistem Transportasi Berkelanjutan, Makalah Seminar Nasional Tantangan Transportasi Perkotaan Menghadapi Milenium III, Fakultas Teknik Universitas Katolik St. Thomas, 8 April 2000, Medan Santosa, W, Gunawan, S.U, dan Tjan, A, (1996), Konservasi Energi pada Moda-moda Transportasi di Derah Urban, Makalah Seminar Sistem dan Moda Transportasi Perkotaan, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung Setchell, (1995), The Growing Environmental Crisis in the World’s Mega-cities : The Case of Bangkok, TWPR, 17 (1) Sperling, D, (1988), New Transportation Fuels, A Strategic Approach to Technological Change, University of California, Davis, CA, Santosa, W, Gunawan, S.U, dan Tjan, A, (1996), Konservasi Energi pada Modamoda Transportasi di Derah Urban, Makalah Seminar Sistem dan Moda Transportasi Perkotaan, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung Sutomo, H (1998), Transportasi Berkelanjutan, Sebuah Tinjauan Awal, Proseding Simposium I Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi (FSTPT), Aula Timur ITB, 3 Desember 1998, Bandung Whitelegg, (1993), Transport for a Suitainable Future the Case for Europe, John Wiley & Sons, United Kingdom (UK)
SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011
T-113
Transport
T-114
SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011