SCM YANG BERPIHAK PADA PETANI DAN NELAYAN
Oleh : Saptana Peneliti Utama PSEKP
[email protected] Bahan disampaikan pada : Makalah disampaikan pada Konggres Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI) IPB International Convention Centre (IICC) pada Kamis-Jumat/28-29 Agustus 2014.
Pendahuluan
Pada “Forum on How to Feed the World in 2050” FAO, Rome October 2009” membahas urgensi paradigma baru agriculture for development terutama untuk mengatasi kemiskinan di LDCs. Paradigma baru pembangunan pertanian harus memperhatikan aspek pertumbuhan, aspek pemerataan , dan aspek keberlanjutan (FAO, 2009). Pertanian merupakan basis ekonomi yang berpotensi tinggi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas (inclusive growth), yaitu pertumbuhan yang disertai pemerataan (growth wit equity) jika dikelola secara tepat.
Lanjutan Pendahuluan
Kondisi pertanian belum mencapai tahapan keunggulan kompetitif atau dalam kondisi competitive disadvantage.
Kinerja neraca perdagangan sub sektor perkebunan pada (2004-2012) mengalami surplus sekitar US$ 30.021,5 juta. Kinerja neraca perdagangan sub sektor pangan pada (2004-2012) mengalami net importir dengan posisi defisit sekitar US$ 6.156,2 juta.
Kinerja sub sektor hortikultura pada periode yang sama adalah net importir dan mengalami defisit sekitar US$ 1.311 juta. Kinerja sub sektor peternakan juga mengalami net importer dengan neraca perdagangan defisit sebesar US$ 2.100 juta (2012). Laju pertumbuhan M produk pertanian jauh lebih cepat VS luju pertumbuhan X. Pendekatan SCM diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan dayasaing produk pertanian di pasar domestik dan di pasar global
Tujuan Penulisan
Membahas pemahaman konsep pemasaran dan manajemen rantai pasok. Melakukan review terhadap konsep SCM dan urgensi analisis SCM bagi produk pertanian. Membahas penerapan konsep pemasaran dan SCM pada komoditas pertanian; dan Menarik manfaat penerapan konsep SCM untuk pembangunan pertanian yang berpihak pada petani dan nelayan.
Kerancuan Konsep Pemasaran dan SCM
Dalam pemasaran dikenal makro-mikro pemasaran Dua pendekatan analisis pemasaran perspektif makro, yaitu : pendekatan (S-C-P) dan pendekatan Chicago School. Pendekatan S-C-P lebih didasarkan pada kajian empiris, menekankan aspek deskreptif, melihat kasus-kasus, pembahasan aspek kelembagaan pasar lebih mendalam, dan lebih menekankan price discovery serta menjelaskan tindakan perusahaan yang melakukan market power. Pendekatan Chicago School lebih bersifat agregasi dan lebih bersifat kuantitatif, lebih menekankan price determination, lebih banyak melihat pengaruh kebijakan pemerintah dalam penentuan harga produk.
Pemasaran Perspektif Mikro
Merupakan tinjauan pemasaran dari aspek manajemen dimana perusahaan secara individu, pada setiap tahapan pemasaran dalam mencari keuntungan, melalui pengelolaan bahan baku, produksi, penetapan harga, distribusi dan promosi yang efektif terhadap produk yang akan dipasarkan. SCM dan Value Chain adalah dua contoh pemasaran perspektif Mikro.
ANALISIS PEMASARAN : Perspektif Makro Pendekatan Structure-Conduct-Performance (S-C-P)
Beberapa ukuran untuk melihat struktur pasar : 1.Konsentrasi pasar (market concentration) 2.Kebebasan keluar-masuk (exit-entry) calon penjual. 3.Diferensiasi produk (product differentiation). Analisis sruktur pasar (market structure) menekankan pada tipetipe perbedaan dari pasar 1. Struktur pasar dari sisi penjual seperti persaingan sempurna, monopolistik, oligopoli murni, oligopoli diferensiasi, dan monopoli. 2. Struktur pasar dari sisi pembeli dikenal adanya struktur pasar persaingan sempurna, monopolistik, oligopsoni murni, oligopsoni diferensiasi, dan monopsoni.
Mengukur Struktur Pasar : 1. Derajad konsentrasi pasar dapat dilihat pada derajad pemusatan pedagang dg menggunakan perhitungan nilai Indeks Herfindahl (Ferguson, 1995). 2. Indeks ini akan mengukur tingkat konsentrasi pasar yang terjadi dengan menghitung penjumlahan hasil kuadrat dari fungsi pasar setiap pedagang secara matematis dapat ditulis sbb :
IH = S12 + S22 + ........ + Sn2 Dimana : S = pangsa pasar setiap pedagang N = jumlah pedagang IH = Indeks herfindahl
Jika IH mendekati 1 menunjukkan bahwa pasar semakin terkonsentrasi, jika IH = 1 menunjukkan bahwa pasar diikuasai oleh satu pedagang, sedangkan jika IH mendekati 0 menunjukkan bahwa pasar semakin kompetitif.
CR at national level: Kasus Pada Benih Jagung PRODUCER
BISI Dupont Monagro SHS Sadar Tani Tani Baroka Kawan Tani AAM TOTAL Sayaka, 2006
Volume
4000 3000 500 340 90 40 40 25 8035
Percent
49.8 37.3 6.2 4.2 1.1 0.5 0.5 0.1 100.0
CR
49.8 87.1 93.3 97.6 98.7 99.2 99.7 100.0
Barriers to Entry: economies of scale Kasus Pada Benih Jagung Producer
Cost
Selling Price
Profit
Yield
MNCs
6,200
19,000
12,800
3.2
Locals
2,150
3,400
1,250
4.3
Sayaka, 2006
Perilaku Pasar (Market Conduct)
Penentuan harga dan setting level of output, secara bersamasama atau price leadership. Perilaku dalam kerjasama antar pelaku usaha dapat direfleksikan oleh pola interaksi dan koordinasi antar pelaku dengan demikian perilaku pasar dapat diukur juga dengan menggunakan tingkat integrasi pasar, secara kuantitatif dapat menggunakan integrasi pasar dan indek hubungan pasar (index market connection/IMC) (Ravalion, 1986) Kebijakan promosi produk (product promotion policy), melalui pameran atau iklan atas nama perusahaan (Commodity Check of Program & Levy System). Predatory and Exclusivenary; strategi ini bersifat ilegal karena bertujuan untuk mendorong persh pesaing keluar dari pasar
Model Integrasi Pasar Ravalion Perilaku pasar (market conduct) mencakup perilaku persaingan dan perilaku kerjasama antar pelaku dalam kelembagaan pemasaran. Perilaku dalam persaingan dapat direfleksikan dalam kebijakan penetapan harga, tingkat output yang dihasilkan dan atau dipasarkan, desain produk, penjualan dan promosi. Perilaku dalam kerjasama direfleksikan oleh pola interaksi dan koordinasi antar pelaku. Dengan demikian perilaku pasar dapat diukur juga dengan menggunakan tingkat integrasi pasar
Secara matematis model integrasi pasar Ravallion dan Heytes adalah sebagai berikut: Pit = (1+b1) Pit-1 + b2 (Pt – Pt-1) + (b3 – b2) Pt-1 + et dimn: Pit = harga di tingkat petani produsen pada waktut
Pit-1 = harga di tingkat petani produsen pada waktu t – 1 Pit-1 = harga di tingkat pengecer pada waktu t Pt-1 = harga di tingkat pengecer pada waktu t – 1
Koefisien (1 + b1) dan (b3 – b1) menggambarkan berturut-turut kontribusi harga produk pangan periode sebelumnya di tingkat petani dan harga produk pangan periode sebelumnya di tingkat pasar pengecer terhadap harga produk pangan di tingkat petani saat ini.
Indek Hubungan Pasar (Index Market Conection/IMC) IMC adalah merupakan rasio dari koefisien dua variabel harga yang mempengaruhi harga yang terjadi di tingkat petani, yaitu (1 + b1)/( b3- b1). Apabila nilai indeks IMC = 0 yaitu b1 = -1, dikatakan pasar terintegrasi dan apabila indeks IMC = ~, yaitu jika b1 = b3, dikatakan pasar tidak terintegrasi.
Keragaan Pasar (Market Performance):
Analisis Keragaan pasar (Market Performance) menekankan pada analisis pasar serta pengaruhnya terhadap output dan harga yang terjadi di pasar. Keragaan pasar mencakup tingkat efisiensi teknis (processes) dan efisiensi alokatif (inputs, resource use), margin pemasaran, kapasitas penggunaan atau pemanfaatan, proses inovasi dan insentif (dalam mengurangi biaya, peningkatan produk, dan kepuasan konsumen). Marjin pemasaran menggambarkan perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan harga yg diterima produsen. Termasuk dalam marjin pemasaran adalah seluruh biaya pemasaran (marketing cost) dan keuntungan yang diterima pelaku tataniaga (marketing profit) mulai dari pintu gerbang produsen ke konsumen akhir.
Analisis Pemasaran Mikro
Salah satu analisis sistem pemasaran dalam perspektif mikro yang berkembang dewasa ini adalah konsep Manajemen Rantai Pasokan (supply chain management/SCM) dan Rantai Nilai (Value Chain). Manajemen Rantai Pasokan (SCM) merujuk pada manajemen keseluruhan proses produksi, distribusi dan pemasaran, dimana konsumen dihadapkan pada produk2 yang sesuai dengan keinginannya, sementara produsen akan memproduksi produk-produk dengan jumlah, kualitas, waktu dan lokasi yang tepat.
Sekilas tentang konsep SCM
Rantai pasok dan manajemen rantai pasok berasal konsep logistik. Rantai pasok (SC) adalah semua kegiatan yang melibatkan berbagai pelaku dari produsen/pemasok bahan baku hingga pada konsumen akhir. SCM adalah kegiatan mengelola pasokan dan permintaan, tercakup : pengadaan bahan baku, proses produksi, kegiatan penyimpanan hasil produksi dan pengelolaan inventory, handling serta distribusi, sampai delivery ke konsumen akhir.
Tujuan Penerapan SCM
Memastikan agar pelanggan mendapatkan produk yang tepat, dengan jumlah serta waktu yang tepat, serta dengan biaya serendah mungkin. Untuk mencapai tujuan tersebut, manajemen rantai pasok harus mendukung keseluruhan rantai proses mulai dari design, penyediaan bahan atau komoditas, produksi dan distribusinya.
Gambar 1. Cakupan dan Kegiatan Supply Chain Manement
4 Manfaat atau Keuntungan Bila SCM berjalan dg baik 1. Adanya penambahan nilai meliputi : kesesuaian dg pesanan, ketetapan distribusi, dan kesesuaian dalam pembebanan biaya; 2. Pengurangan biaya transaksi ekonomi (TCE): koordinasi, jasa hukum dan informasi; 3. Pengurangan resiko bisnis : produksi, penumpukan stock, dan harga; 4. Sarana alih teknologi dari perusahaan besar kepada petani mitra kerjanya.
Lanjutan Manfaat SCM SCM yang mulai meluas penggunaannya di kalangan bisnis di Asia, hingga kini telah mencapai tingkat efisiensi Asia sekitar 50 % Vs tingkat efisiensi secara global. Terdapat 4 indikator utama efisiensi rantai pasok perusahaan di Asia : • Inventori produk jadi (Asia senilai 33 hari penjualan, angka global 18-21 hari), • Inventori bahan baku (Asia 45 hari, global 20-30 hari), • Stock out (Asia 10%, global < 5%), dan • Penerimaan pembayaran (Asia 55 hari, global 25-30 hari).
Kemunkinan posisi petani dan Nelayan dalam Suatu Rantai Pasok/Rantai Nilai
Strategi Pemasaran Jagung di Kabupaten Bantaeng dg Analisis SWOTT (Naja, et al., 2014)
Hasil analisis menggunakan matriks SWOT diperoleh sebanyak 20 strategi yang dapat dilakukan untuk pengembangan pemasaran jagung. Strategi tersebut di kelompokkan berdasarkan strategi 5 SO, 5 WO, 6 ST dan 4 WT. Tindakan prioritas untuk mendukung strategi pemasaran jagung adalah jaminan harga dasar, perbaikan sarana dan prasaran, pengadaan resi gudang, teknologi pegolahan, akses kredit, pembinaan teknologi dan manajemen, serta perencanaan sentra produksi sebagai desa mandiri. Pemasaran jagung dilakukan dengan cara peningkatan kualitas sumber daya petani, pengembangan kelembagaan petani, pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarana pendukung. Saran yang diberikan terkait dengan penelitian yang dilakukan yaitu perlunya menetapkan PERDA mengenai jaminan terhadap harga dasar pembelian jagung, untuk menjamin pendapatan pelaku pemasaran khususnya petani.
Catatan untuk pemakalah:
Apa argumen menggunakan alat analisis SWOTT untuk penelitian ini? Apakah faktor-faktor yang menjadi pendorong atau penghambat sudah dipilah menurut faktor teknis, ekonomi, sosial-kelembagaan dan aspek kebijakan? Upaya-upaya apa yang dapat dilakukan guna meningkatkan efisiensi pemasaran jagung di lokasi penelitian? Ada cukup banyak opsi kebijakan pemerintah, kenapa memilih harga dasar pembelian pemerintah, apakah kemampuan pemerintah daerah memiliki kemampuan anggaran?
Kebijakan Peningkatan Kinerja Rantai Pasok Komoditas Sayuran dengan Pilar Integrated Contract Farming (ICF) (Amalia, 2004)
Implementasi Kelembagaan Kemitraan Rantai Pasok Komoditas Sayuran Terpadu (Integrated Contract Farming), sebagai model alternatif, adalah sebagai berikut
Petani melakukan konsolidasi dalam wadah kelompok tani; Kelompok tani-kelompok tani mandiri dapat ditransformasikan dalam kelembagaan formal berbadan hukum (koperasi pertanian, koperasi agribisnis, atau kelembagaan lainnya sesuai kebutuhan); Kelompok tani mandiri atau yang sudah dalam kelembagaan berbadan hukum mengkonsolidasikan diri dalam bentuk gapoktan atau assosiasi petani/assosiasi agribisnis;
Kelembagaan-kelembagaan yang telah tergabung tersebut melakukan konsolidasi manajemen usaha pada hamparan lahan yang memenuhi skala usaha, tergantung jenis komoditas (10-25 hektar);
Lanjutan Implementasi
Pilihan komoditas atau kelompok komoditas di sesuaikan dengan potensi wilayah dan permintaan pasarnya; Penerapan manajemen korporasi dalam menjalankan sistem usaha agribisnis; Pemilihan perusahaan mitra yang didasarkan atas rekomendasi dari Dinas dan atau Direktorat Teknis yang di dasarkan atas komitmentnya membangun masyarakat agribisnis; dan Adanya kelembagaan Pusat Pelayanan dan Konsultasi Agribisnis (PPA) sebagai mediator dan fasilitator terbangunnya kelembagaan kemitraan rantai pasok komoditas sayuran terpadu.
Gambar 1. Kelembagaan Kemitraan Rantai Pasok Terintegrasi (Integrated Contract Farming)
Kelembagaan Pemerintah/Dinas Teknis Terkait Kelembagaan Komunitaslokal/Kelompok Tani Kelembagaan Pasarekonomi/Pelaku Agribisnis Swasta
Jaringan agribisnis sayuran di Kawasan KASS:semi-tradisional, semi-subsisten, parsial, jangka pendek, tidak berkelanjutan
Sistem koordinasi kelembagaan: 1. Pemerintahkondusif. 2. Komunitaspartisipatif 3. Pasar bersaingbersahabat
Integrasi program Forum KASS dan Program Agropolitan: 1. Infrastruktur Pemasaran (STATA, Cool Storage, Pasar Petani, dll) 2. Kelembagaan Forum KASS 3. Keterpaduan Program KASS/KAHS dan Agropolitan
Kelembagaan Pemerintah yang handal-sistem pelayanan baik
Produk sayura
Forum KASS/KAHS padu
Kelembagaan Kel. Tani yang majupartisipasi tinggi
Pelaku Agribisnis Swasta yang ulet, mandiri, dan dinamis
Jaringan agribisnis sayuran di kawasan KASS: sistem agribisnis maju, komersial, terintegrasi, jangka panjang, berkelanjutan
1. Produktif 2. Efisien 3. Berdaya sa tinggi
Catatan untuk pemakalah:
Apakah tulisan ini hasil penelitian sendiri ataukah review.
Jika sebuah review harus meriew minimal 15 makalah jurnal.
Cara menuslis review adalah ambil subtansi dan cantumkan sumber pustakanya dengan benar. Pembahasan tentang kelembagaan haruslah mencakup struktur, status/kewenangan, peran/fungsi, aturan main (rule of the game), serta sistem koordinasi baik secara internal maupun eksternal. Dalam mengalisis rantai pasok ada 3 hal yang perlu dilakukan : (1) Mendeskripsikan pelaku rantai pasok; (2) Menganalisis kinerja rantai pasok; (3) Menganalisis nilai tambah pada rantai pasok. Jangan lupa setiap mengambil ide dan gagasan orang lain haruslah dicantumkan sumber pustakanya.
Hindarkan diri dari plagiarism, baik yang disengaja maupun tidak disengaja.
Analisis Perilaku Pasar Karet Alam di Provinsi Jambi dg Analisis Perkembangan Harga dan Integrasi Pasar (Alamsyah et al., 2014)
Analisis perilaku pasar karet alam yang dilakukan di Provinsi Jambi telah ditulis secara menarik yang meliputi analisis perkembangan harga, integrasi pasar dan elastisitas transmisi harga. Adanya kecenderungan kenaikan harga karet alam di Provinsi Jambi baik pada harga ekspor, harga indikasi (indicative prices) di tingkat pabrik crumb rubber, harga di pasar lelang karet maupun harga di tingkat desa.
Gambar 2 Perkembangan Harga Karet Alam pada 4 pasar
(a) Harga Ekspor (FOB – Belawan)
(b) Harga Indikasi (Pabrik Crumb Rubber)
Lanjutan Gambar 2.
(c) Harga Pasar Lelang
(d) Harga Petani
Gambar 3. Perbandingan Rata-rata Harga Karet Alam pada Berbagai Tingkat Pasar
Analisis Integrasi Pasar Karet
Hasil analisis ECM dengan menggunakan Engle Granger diperoleh koefisien regresi untuk jangka pendek antara variabel harga di tingkat pasar ekspor, harga indikasi, harga pasar lelang karet, dan harga di tingkat petani. Maka persamaan ECM antara variabel tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: Δlhpetanit = 1.406216 - 0.7599ΔLheksport + 1.1697ΔLhindikasit + 0.217222ΔLhplkt + 1.0000Ct. harga ekspor mempunyai pengaruh negatif dan memiliki keseimbanngan jangka pendek dengan harga di tingkat petani. harga indikasi dan harga pasar lelang karet mempunyai pengaruh positif dan memiliki keseimbangan jangka pendek dengan harga di tingkat petani. Dari kriteria statistik penelitian ini menemukan bahwa variabel harga ekspor, harga indikasi, dan harga pasar lelang karet signifikan berkointegrasi dengan harga di tingkat petani.
Lanjutan Integrasi Psar
persamaan untuk jangka panjang ECM yang dirumuskan sebagai berikut: Δlhpetanit = 1.4062 - 0.7599Δlheksport + 1.1697Δlhindikasit + 0.217222ΔLhplkt + 1.0000 (hpetanit-1–1.4062–0.24011 heksport-1–2.1697hindikasit1 – 1.21722 hplk t-1). Persamaan ECM di atas menunjukkan integrasi pasar karet di tingkat petani di Provinsi Jambi dengan harga ekspor, harga indikasi, dan harga pasar lelang karet dalam jangka pendek dan jangka panjang terintegrasi. Hal ini berarti fluktuasi harga karet di tingkat petani dipengaruhi oleh fluktuasi harga ekspor, harga indikasi, dan harga di pasar lelang karet.
Elastisitas Trasmisi Harga
Elastisitas transmisi harga menunjukkan seberapa besar pengaruh perubahan harga karet di tingkat ekspor, tingkat harga indikasi, dan tingkat pasar lelang akan menyebabkan perubahan harga karet di tingkat petani di Provinsi Jambi. Besarnya elasitisitas transmisi harga ini dapat dilihat dari persamaan linear jangka panjang yang diperoleh dari persamaan ECM jangka pendek yang telah dilakukan. Dari hasil yang diperoleh, diketahui bahwa elastisitas transmisi harga karet pasar lelang terhadap harga karet petani bersifat inelastis dalam jangka pendek, akan tetapi dalam jangka panjang elastisitas transmisi harga berubah menjadi elastis.
Tabel 1. Elastisitas Transmisi Harga Variabel
Elastisitas Jangka Pendek Harga Petani
Elastisitas Jangka Panjang harga Petani
hekspor
0.759891
0.2401105
hindikasi
1.169.715
2.169.711
hplk
0.217222
121.722
Catatan untuk pemakalah:
Antara topik, perumusan masalah, tujuan, alat analisis, dan kesimpulan sudah sesuai. Perdalam analisis terutama membaca parameterparameter estimasi dan sintesisnya Lengkapi pada bab kesimpulan dan implikasi kebijakan dengan saran atau rekomendasi kebijakan.
Analisis Struktur dan Integrasi Pasar Teh Hijau Di Jawa Barat dg Analisis Integrasi Pasar (Rochdiani, 2014)
Hasil penelitian menjelaskan, berdasarkan Index Market Structure (IMS) Analysis, bahwa struktur pasar yang terjadi pada komoditas teh hijau dilokasi penelitian adalah monopsoni. Dalam struktur pasar tersebut kegiatan perdagangan dilakukan oleh satu pembeli dan banyak penjual, artinya hampir semua petani (90%) menjual pucuk tehnya hanya kepada satu perusahaan industri hilir sebagai pembeli tunggal.
Analisis Struktur dan Integrasi Pasar Teh Hijau Di Jawa Barat dg Analisis Integrasi Pasar (Rochdiani, 2014) Tabel 2. Perhitungan Index of Market Connection (IMC) Variabel
Konstanta
(pit-1)/b1
(Pjt- Pjt-1)/b2
(Pjt-1)/b3 IMC
Koefisien
41,221
0,912
0,003
0,005
t-hitung
1,198
12,883
0,302
1,138
Se
50,189
0,071
0,009
0,005
182,4
hasil analisis integrasi pasar teh hijau menunjukkan hasil persamaan regresi sebagai berikut: Pit = 41,221 + 0,912 Pit-1 + 0,003 (Pjt– Pjt-1) + 0,005 Pjt-1 Kondisi pasar antara petani dengan industri hilir belum terintegrasi secara sempurna. Walaupun untuk jangka panjang terjadi integrasi pasar, namun integrasi belum berjalan secara sempurna.
Tabel 3. Hasil Perhitungan Integrasi Pasar di Tingkat Produsen Industri Hilir sampai dengan di Tingkat Petani Variabel
Definisi
Koefisien T
Constant
Konstanta
41,221
1,198
0,000
-
pit-1 /(b1)
Harga petani pada bulan sebelumnya
0,912
12,88 3
0,000
9
(Pjt- Pjt-1) /(b2) Selisih harga di Perusahaan Teh bulan ini dengan bulan sebelumnya
0,003
0,302
0,000
1
(Pjt-1)/(b3)
0,005
1,138
0,000
9
Harga di Perusahaan Teh pada bulan sebelumnya F
R-Square
= 593,149
= 0,967
Adjusted R-Square
= 0,966
Durbin Watson
= 2,021
Probability
VIF
Catatan untuk pemakalah:
Antara topik, perumusan masalah, tujuan, alat analisis, dan kesimpulan sudah sesuai. Masih ada miss persepsi antara Variabel dengan Parameter. Perdalam analisis terutama membaca parameterparameter estimasi dan sintesisnya. Kesimpulan adalah menjawan tujuan penelitian. Kesimpulan bukan ringkasan tetapi sintesis dari hasil analisis.
Analisis Kinerja Rantai Pasok Komoditas Kopi Gayo dg Kartu SCOR dan Diagram Fishbone (Pramulya dan Agustia , 2014)
Analisis kinerja rantai pasok komoditas Kopi Gayo yang dilakukan oleh Pramulya dan Agustia (2014) dengan menggunakan metode SCOR dan diagram fishbone memberikan kekayaan informasi. Petani merasa tidak ada transparansi informasi harga dan implementasi kontrak yang mengikat dalam pembagian laba yang adil dan proporsional masih belum sesuai harapan. Berdampak pd rendahnya kemampuan koperasi XYZ memenuhi permintaan importir sebesar 5 % dengan durasi waktu selama 22 hari.
Tabel 5. Kartu SCOR Pengukuran Kinerja Rantai Pasok
Eksternal
Internal
Tinjauan metrik
Metrik SCOR
Kondisi Berlangsung
Target
Keterjangkaua n rantai pasok
Pemenuhan pesanan sempurna
50 %
70 %
Tingkat responsifitas
Order Fullfilment
20 hari
18 hari
Fleksibilitas
Fleksibilitas rantai pasok atas
22 hari
20 hari
Penyesuaian rantai pasok atas
5%
25 %
Penyesuaian rantai pasok bawah
100 %
100 %
Biaya total manajemen rantai pasok
10 %
-
Biaya pokok produk
60 %
-
Siklus cash to cash
14 hari
10 hari
Return on Fixed Asset
-
-
Biaya
Asset
Diagram Fishbone
Analisis praktek terbaik dirumuskan berdasarkan faktor-faktor inefisiensi pada jalur aliran material SCOR. Faktor-faktor inefisiensi dikaji menggunakan alat bantu diagram fishbone. Perumusan faktor-faktor inefisiensi diperoleh melalui pengamatan pada setiap proses pada aliran material serta umpan balik dari pelaku dalam rantai pasok. Melalui penjabaran inefisiensi pada masing-masing proses Plan (P), Make (M), Source (S) dan Return (R) pada Gambar 1 diperoleh cabang-cabang pada diagram fishbone.
Gambar 5. Diagram fishbone faktor inefisiensi rantai pasok kopi Gayo pada koperasi XYZ
Manajemen pesanan lemah
Tidak adanya Kesatuan dan transparansi informasi
Produksi jauh dari target
Manajemen rantai pasok tidak optimal
Distribusi tidak optimal
Manajemen suplier lemah
Bargaining position lemah
Implikasi Kebijakan
Perbaikan menyeluruh membutuhkan perencanaan kolaboratif di bawah koordinasi koperasi yang melibatkan semua pelaku. Koperasi dan Lembaga Penjamin Sertifikasi Kopi perlu bekerjasama dan saling koordinasi mendampingi petani . Koperasi dan Petani perlu menyusun kembali kontrak pertanian yang ada dengan mempertimbangkan atribut rantai pasok Kopi Gayo keseluruhan yaitu berdasarkan keterjangkauan rantai pasok, tingkat responsifitas dan fleksibilitas terhadap pesanan, biaya rantai pasok dan aset pelaku rantai pasok. Kontrak pertanian yang baru menjamin bahwa adanya transparansi informasi harga dan risiko yang akan menjadi pertimbangan dalam keputusan pembelian.
Catatan untuk pemakalah:
Antara topik, perumusan masalah, tujuan, alat analisis, dan kesimpulan sudah sesuai. Dalam mengalisis rantai pasok ada 3 hal yang perlu dilakukan : (1) Mendeskripsikan pelaku rantai pasok; (2) Menganalisis kinerja rantai pasok; (3) Menganalisis nilai tambah pada rantai pasok. Faktor-faktor inefisiensi dikaji menggunakan alat bantu diagram fishbone, eksplorasi terhadap faktor faktor yang berpengaruh masih terbatas, inefisiensi dapat disebabkan faktor teknis, ekonomi, manajemen (kapabilitas manajerial, jiwa kewirausahaan), kelembagaan, dan aspek kebijakan. Kesimpulan adalah menjawab tujuan penelitian. Kesimpulan bukan ringkasan tetapi sintesis dari hasil analisis.
Potensi Pasar dan Kebutuhan Pakan Ayam Petelur di Provinsi Sulawesi Tengah (Rauf dan Adam, 2014)
Total kebutuhan telur ayam ras di Sulteng sebanyak 1.514.689,83 kg atau rata-rata Sulteng 137.699,00 kg/bln atau yang setara dengan 2.478.582,05 butir/bln.
Total kekurangan persediaan untuk telur ayam ras di Sulteng sebanyak 1.492.248,20 kg atau rata-rata 135.658,93 kg/bulan atau setara 2.441.860,69 butir/bulan. Total kebutuhan pakan (pabrik, jagung, dan dedak) untuk ayam petelur di Sulteng sebanyak 57.915,94 kg/bulan atau rata-rata setara dengan 6.435,10 kg/bulan. Total kebutuhan jagung Sulteng sebanyak 35.759,18 kg atau rata-rata 3.250,83 kg/bulan, sedangkan untuk pakan dedak total kebutuhan sebanyak 13.413,20 kg/bulan atau rata-rata Sulawesi Tengah sebanyak 1.219,38 kg/bulan. Ketersediaan bahan baku lokal pakan ternak unggas di Sulawesi Tengah, cukup tinggi bahkan telah mengalami surplus terutama komoditas jagung dan dedak.
Gambar 7. Rata-rata Kebutuhan Pakan Ternak Ayam Petelur per Kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah (kg/ekor/bln)
Catatan untuk pemakalah:
Kaya data miskin analisis, sehingga tidak adar rumusan sintesa kebijakan apa. Kesimpulan adalah menjawan tujuan penelitian. Kesimpulan bukan ringkasan tetapi sintesis dari hasil analisis. Dalam kesimpulan tidak perlu ada angka-angka lagi. Buatlah sintesa atau rekomendasi kebijakan.
Pola Pengembangan Agribisnis Ikan Berbasis Supply Chain Magement di Propinsi Sulawesi Tengah dg Rancangan Pola Saluran Barang (Kalaba et al., 2014)
Pengembangan produksi ikan Teri dapat diformulasikan pola pengembangan penyaluran logistik. Rancangan pola penyaluran dapat dilihat pada gambar 8 berikut :
Gambar 8. Rancangan Pola Saluran Barang Konsumsi dalam Bentuk Bahan Mentah (Kotler, 2002) Level 0
Level 1
Level 2
Level 3
Produsen
Produsen
Produsen
Produsen
Grosir
Grosir
Pengecer
Distributor
Konsumen
Pengecer
Pengecer
Konsumen
Konsumen
Konsumen
Desain pola pengembangan diperoleh 3 (tiga) model saluran
Produsen dalam hal ini nelayan ikan Teri yang selanjutnya produk tersebut langsung dijual kepada Usaha Kecil Menengah (UKM) sebagai konsumen akhir UKM sebagai produsen dari aneka olahan ikan Teri yang produk tersebut dijual langsung ke konsumen akhir UKM menjual produk ke pengecer yang menjual oleh-oleh khas Palu kemudian ke konsumen akhir.
Gambar 9. Rancangan Pola Saluran Barang Industri Ikan Teri Pada Daerah Penelitian
Nelayan Ikan Teri
Usaha Kecil Menegah (UKM)
Konsumen
Pedagang Pengecer
Catatan untuk pemakalah:
Tidak ada bab metodologi sehingga tidak jelas posisi makalah ini, apakah penelitian primer, hanya menggunakan data sekunder, atau makalah yang bersifat review. Dalam mengalisis rantai pasok ada 3 hal yang perlu dilakukan : (1) Mendeskripsikan pelaku rantai pasok; (2) Menganalisis kinerja rantai pasok; (3) Menganalisis nilai tambah pada rantai pasok. Belum dibuat Kesimpulan dan Implikasi Kebijakan
Supermarket Development in Indonesia: What Types of Small Farmers Can Supply in the Supermarket Channels? dg Analisis Deskreptif kaulitatif tentang Karakteristik Petani (Sahara, 2014)
Hasil kajian menunjukkan bahwa kualitas sumberdaya manusia rumah tangga petani yang mengakses pasar modern lebih tinggi dibandingkan rumah tangga petani yang mengakses pasar tradisional, yang direfleksikan oleh tingkat pendidikan KK dan istri dan tingkat literasi KK. Hasil kajian tentang karakteristik rumah tangga juga menunjukkan bahwa petani yang memasok ke supermarket rata-rata memiliki umur lebih muda dibandingkan petani yang menasok pasar tradisional. Petani dengan saluran supermarket lebih aktif bergerak di pasar sewa lahan, seperti yang ditunjukkan oleh pangsa yang lebih tinggi secara signifikan dari lahan yang disewa dibandingkan dengan petani saluran tradisional.
Ada perbedaan secara signifikan, dimana petani dg saluran supermarket > nilai investasi pada kegiatan produksi cabai VS petani dengan saluran pasar tradisional, terutama gudang penyimpanan, peralatan irigasi/pompa air dan peralatan penyemprotan/hand drayer. Temuan penting lainnya adalah bahwa aset nonlahan memiliki peran penting dalam memfasilitasi partisipasi petani dalam saluran supermarket dibandingkan dengan aset lahan.
Informasi tentang metode produksi cabai dibutuhkan untuk membantu petani untuk meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan. Bagi petani untuk tujuan pasar supermarket, kelompok tani dan penyuluh merupakan sumber penting informasi tentang metode produksi cabai. Bagi petani untuk saluran tradisional, sumber informasi berasal dari petani lainnya/kerabat/ tetangga dan pedagang. Kelompok tani juga memiliki peran penting dalam menghubungkan petani cabai untuk dapat memasok supermarket.
Catatan untuk pemakalah:
Tulisan ini cukup informatif Buat batasan atau cakupan penelitian Kaya data baik kuantitatif maupun kaulitatif Perlu dilengkapi dengan analisis kelembagaan pemasaran atau kelembagaan rantai pasok. Kesimpulan perlu dibuat lebih concice dan tidak lazim dalam kesimpulan ada daftar pustaka.
Asosiasi Pasar Tani sebagai Pintu Gerbang bagi Kesejahteraan dan Kedaulatan Petani dengan Analisis Kelembagaam (Ferichani, 2014)
Asosiasi pasar tani bisa jadi merupakan bentuk kelembagaan petani yang dapat berperan sebagai kendaraan yang mampu mengantarkan petani menuju kesejahteraan dan kedaulatan yang hakiki. Sebagai komparasi kita boleh merujuk pada negara tetangga kita Thailand dan Jepang dengan catatan kapasitas sumber daya alam dan sumber daya manusia yg jauh di bawah Indonesia, tetapi sektor pertaniannya dapat terbangun dan bertumbuh secara optimal. Thailand banyak mengeksor produk pertanian primernya ke Indonesia dengan kualitas super, begitu pula Jepang sector pertaniannya mampu mendudukkan petani-petani Jepang hidup sejahtera hingga tidak ada gap dengan masyarakat sektor industri atau perkotaan.
Pemberdayaan petani merupakan kegiatan yang tujuannya memberikan kemampuan (power) dan wewenang (authority) kepada petani. Tanpa adanya kelembagaan yang berperan menggerakkan dan mewadahi petani secara bersamasama yang tumbuh dari dan oleh petani sendiri. Asosiasi pasar tani merupakan sebuah konsep kelembagaan petani yang menggerakkan bisnis secara bekerja sama yang memiliki kesamaan tujuan, koordinasi, pembagian tugas dan evaluasi. Sebagai lembaga yang berbasis bisnis tentu terkait dengan investasi, pemasaran dan profit (keuntungan). Kerjasama dalam konsep asosiasi pasar tani adalah untuk menjalankan fungsi asosiasi sebagai wadah produksi, wadah belajar, wadah kerjasama, dan wadah bisnis.
Konsep asosiasi pasar tani ini, memiliki gagasan yang menekanankan kerjasama sebagai alasan untuk mewujudkan “keinginan untuk sukses”. Lebih jauh lagi dapat dideskripsikan bahwa untuk sukses diperlukan kekuatan, untuk dapat memiliki kekuatandiperperlukan persatuan, selanjutnya agar bisa bersatu diperlukan silaturahmi dan kerjasama antar anggota asosiasi.
Catatan untuk pemakalah:
Tidak jelas apakah tulisan review atau primer, nampaknya merupakan tulisan review. Tidak lazim dalam bab pendahuluan ada gambar, tuliskan secara deskreptif kualitatif. Tujuan tulisan belum ada/tidak jelas. Banyak studi pustaka yang diambil, belum mencantumkan sumber pustakanya. Cantumkan pustaka meskipun dari karya ilmiah milik penulis sendiri. Masih kurang dalam melakukan analisis dan sintesis.
Penutup
Hasil analisis dan sintesis dari beberapa makalah yang masuk menunjukkan masih ada kerancuan antara konsep pemasaran dengan konsep manajemen rantai pasok (supply chain management/SCM). Pemasaran dapat dilihat dari perspektif makro dan perspektif mikro. Pemasaran produk pertanian dari perspektif makro merupakan keseluruhan (agregasi) sistem aktivitas bisnis dari tingkat pertanian primer (farm gate) sampai ke konsumen akhir. Pemasaran dalam perspektif mikro, merupakan tinjauan pemasaran dari aspek manajemen dimana perusahaan secara individu, pada setiap tahapan pemasaran dalam mencari keuntungan, melalui pengelolaan bahan baku, produksi, penetapan harga, distribusi dan promosi yang efektif terhadap produk yang akan dipasarkan. SCM merupakan salah satu contoh konsep pemasaran dari perspektif mikro.
Lanjutan Penutup
Manajemen rantai pasok (Supply Chain Management/SCM) adalah suatu set atau paket pengelolaan terpadu yang terintegrasi dan saling terkait, mulai dari industri hulu sampai ke hilir. SCM adalah kegiatan mengelola pasokan dan permintaan, tercakup pengadaan bahan baku, proses produksi, kegiatan penyimpanan hasil produksi dan pengelolaan inventory, handling serta distribusi, sampai delivery ke konsumen akhir. Penerapan SCM yang merupakan konsep logistik, awalnya diterapkan terbatas pada angkatan bersenjata, kemudian meluas ke industri manufaktur, dan belakangan banyak diterapkan pada industri pertanian dalam arti luas (produk pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, dan perikanan). Bahkan belakangan ini banyak dikembangkan penerapan konsep SCM dan rantai nilai untuk membentu kelompok masyarakat miskin, terutama untuk masyarakat di perdesaan.
Lanjutan Penutup
Paling tidak terdapat empat manfaat atau keuntungan bila SCM berjalan dengan baik: (1) Adanya penambahan nilai meliputi: kesesuaian dengan pesanan, ketetapan distribusi, dan kesesuaian dalam pembebanan biaya di antara para pelaku rantai pasok; (2) Pengurangan biaya transaksi ekonomi (Transaction Cost Economic/TCE), seperti biaya koordinasi, jasa hukum dan informasi; (3) Pengurangan resiko bisnis, baik resiko produksi, penumpukan stock, dan resiko harga; dan (4) Sebagai sarana alih teknologi dari perusahaan besar/pasar modern/eksportir kepada petani kecil yang menjadi mitra kerjanya.
Lanjutan Penutup
Dalam mengalisis rantai pasok ada 3 hal yang perlu dilakukan : (1) Mendeskripsikan pelaku rantai pasok; (2) Menganalisis kinerja rantai pasok; (3) Menganalisis nilai tambah pada rantai pasok. Untuk dapat menerapkan konsep SCM yang berpihak pada petani kecil maka perlu digali secara mendalah hal-hal pokok berikut: (1) Apakah terdapat perbedaan biaya dan margin/pendapatan di dalam dan di antara pelaku dalam rantai pasok?; (2) Apa dampak dari berbagai sistem tatakelola (manajemen) terhadap distribusi margin/pendapatan antar pelaku di dalam dan dintara pelaku dalam rantai pasok?; (3) Apa dampak dari distribusi margin/pendapatan dalam rantai pasok terhadap kaum miskin?; (4) Perubahan apa saja yang terjadi dalam margin/pendapatan yan disebabkan dikembangkannya berbagai jenis rantai pasok?; (5) Seperti apa variabilitas margin/pendapatan dan risiko terhadap penghidupan di dalam dan di antara berbagai tingkatan dalam rantai pasok?; dan (6) Kendala dan permasalahan pokok yang dihadapi petani dan kelompok miskin dalam mengakses ke berbagai sistem rantai pasok?
Lanjutan Penutup
Upaya-upaya apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan akses pasar (tradisional, modern, industri pengolahan, dan ekspor) melalui pendekatan SCM bagi kelompok petani dan nelayan: (1) perlu dibentuknya pola kemitraan usaha manajemen rantai pasok secara terpadu yang bersifat saling membutuhkan, saling memperkuat dan saling menguntungkan; (2) Pentingnya pemberdayaan kelembagaan kelompok tani dan petani mitra, baik dari aspek teknis, manajemen, serta dalam mengakses informasi dan pasar; (3) Pentingnya menjalin kemitraan usaha manajemen rantai pasok dengan perusahaan swasta (inti) yang memiliki jiwa kewirausahaan (inovatif), profesional, tanggung jawab sosial, dan memiliki akses pasar secara luas; (4) Mengoptimalkan peran lembaga keuangan (bank) dan non bank, terutama agar petani dapat mengakses kredit-kredit program pemerintah; (5) Pemerintah seyogianya mendukung kemitraan usaha manajemen rantai pasok terpadu.