PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SATUAN LINGUAL NAMA LAUK DAN SAYUR SERTA DASAR PENAMAANNYA PADA www.femina.co.id, www.cookpad.com DAN TUJUH RUMAH MAKAN DI YOGYAKARTA
Tugas Akhir Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia
Oleh Noventa Retno Prahastuti NIM : 124114016
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
i
T'
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
I
,,,1
:
@9$11'2 Juli.2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEMBAHAN Skripsi berjudul “Satuan Lingual Nama Lauk dan Sayur serta Dasar Penamaannya pada www.femina.co.id, www.cookpad.com dan Tujuh Rumah Makan di Yogyakarta” ini penulis persembahkan bagi Ibu M.G. Dwi Waluyastuti (19542005) dan bapak G.A. Sarjono serta untuk almamater Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir yang saya tulis
ini
tidak memuatkarya atau bagian karya orang lain kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Berbah, 18 Juli 2016 Yang menyatakan
/"h
Noventa Retno Prahastuti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama
: Noventa Retno Prahastuti
Nomor mahasiswa : 124114016 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: “SATUAN LINGUAL NAMA LAUK DAN SAYUR SERTA DASAR PENAMAANNYA PADA www.femina.co.id, www.cookpad.com DAN TUJUH RUMAH MAKAN DI YOGYAKARTA”
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma
hak untuk
menyimpan, mengalihkan ke dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Berbah Pada tanggal 18 Juli 2016 Yang menyatakan
(Noventa Retno Prahastuti)
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO “Food, in the end, in our own tradition, is something holy. It's not about nutrients and calories. It's about sharing. It's about honesty. It's about identity” -Louise Fresco-
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Berbah, 18 Juli 2016 Peneliti,
Noventa Retno Prahastuti
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kata Pengantar Rasa terimakasih dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan karena atas berkat dan kasihnya, tugas akhir ini dapat selesai tepat pada waktunya. Proses menulis tugas akhir ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik pihak yang terlihat dalam proses penelitian dan penulisan maupun pihak yang tidak terlibat secara langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada 1. Drs. Hery Antono, M. Hum., sebagai pembimbing skripsi I, terimakasih atas bimbingan, bantuan, dan kesabaran dalam membimbing penulis. 2. Prof. Dr. Praptomo Baryadi Isodarus, M. Hum., sebagai pembimbing skripsi II, terimakasih atas kesabaran dalam mengingatkan penulis agar teliti dalam format skripsi. 3. Dr. Paulus Ari Subagyo, M. Hum., sebagai dosen pembimbing akademik dan orangtua akademik yang selalu mendukung selama perkuliahan dan penulisana skripsi. 4. Para dosen program studi Sastra Indonesia yaitu Susilawati Endah Peni Adji, S.S., M.Hum, Drs. Yoseph Yapi Taum, M.hum., Dra. Fransisca Tjandrasih Adji, M.Hum, Drs. Bernardus Rahmanto, M.Hum., Drs. F.X. Santosa, M.S., Sony Sudaryanto. M.A. terima kasih segala ilmu yang telah diberikan. 5. Para Staff Sekretariat dan karyawan Fakultas Sastra diantaranya Mbak Ros yang selalu sigap membantu. ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah menyediakan berbagai jendela dunia yang membantu dalam penulisan skripsi ini. 7. Bapak Gregorius Agus Sarjono yang selalu mendukung dengan caranya yang berbeda dan Ibu Maria Goreti Dwi Waluyastuti yang tidak pernah hadir dalam bentuk raga namun selalu hadir dalam bentuk spirit. Pongti yang semenjak lahir sudah menjadi saudara, teman dan kekasih dalam segala hal. Yus, Sister in Law (Mbak Elis), Dire Vem, Sister in Law (Mbak Pipin), Tokici. Tante An, Imut, Empat Sekawan (Venti, Beke. Sesi dan Adin), Para teman masa remajaku (Tyas, Hana, Sela, Dita, Swila, dan Sintia. Teman- teman Insadha kel.19, teman- teman UKM Sexen, serta teman- teman Mantan Bittersweet. Akhir kata penulis ucapkan selamat membaca Berbah, 18 Juli 2016
Noventa Retno Prahastuti
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... ..1 1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 4 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................... 4 1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................................. 5 1.5 Tinjauan Pustaka .................................................................................................... 5 1.6 Landasan Teori ....................................................................................................... 7 1.6.1 Kata .............................................................................................................. 8 1.6.2 Frasa ........................................................................................................... 10 1.6.3 Klausa......................................................................................................... 11 1.6.4 Teori penamaan .......................................................................................... 12 1.7 Metode, dan Teknik Penelitian ............................................................................ 18 1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data .................................................... 18 1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data ............................................................. 18 1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis data....................................................... 21 1.8 Sistematika Penyajian .......................................................................................... 22
BAB II SATUAN LINGUAL NAMA LAUK DAN SAYUR 2.1 Pengantar .............................................................................................................. 23 2.2 Nama Lauk dan Sayur Berupa Satuan Lingual Kata ........................................... 23 2.2.1 Kata Asal ..................................................................................................... 24 2.2.2 Kata Jadian .................................................................................................. 28 2.2.3 Kata Ulang .................................................................................................. 28 2.2.5 Kata Majemuk .............................................................................................. 34
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.2.5 Kependekan .................................................................................................. 36 2.3 Nama Lauk dan Sayur Berupa Satuan Lingual Frasa Atributif ........................... 40 2.3.1 Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Frasa Beratribut Frasa Koordinatif ....... 40 2.3.2 Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Frasa Beratribut Gabungan Frasa Atributif dan Frasa Koordinatif ................................................................................. 41 2.3.3 Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Frasa Beratribut Gabungan Frasa Atributif dan Frasa Koordinatif sebagai Penjelas Rasa dan Bumbu………………...43 2.3.4 Frasa Beratribut Metaforis ......................................................................... 45 2.3.5 Frasa Beratribut Non-metaforis................................................................... 52 2.4 Nama Lauk dan Sayur Berupa Satuan Lingual Klausa ....................................... 56
BAB III DASAR PENAMAAN LAUK DAN SAYUR .......................................... 59 3.1 Pengantar ............................................................................................ 59 3.2 Dasar Penaman Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Kata .................... 59 3.3 Dasar Penamaan Nama Lauk dan Sayur Stuktur UP+ atribut .......... 60 3.3.1 Dasar Penamaan Nama Lauk dan Sayur Struktur atribut+ UP ...... 88
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 96 4.1 Kesimpulan ........................................................................................ 96 4.2 Saran ................................................................................................... 97
DARTAR PUSTAKA............................................................................. 99 LAMPIRAN .......................................................................................... 100
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabe l. Nama Lauk Berbentuk Kata Asal …………………….................................. 24 Tabel 2. Nama Sayur Berbentuk Kata Asal ……………………………………….. 26 Tabel 3. Nama Lauk Berbentuk Pengulangan Seluruh ……………...…………...... 29 Tabel 4. Nama Sayur Berbentuk Pengulangan Seluruh ……………………………. 31 Tabel 5. Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Pengulangan Leksikal …………..…..... 32 Tabel 6. Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Kata Majemuk…………….................... 34 Tabel 7. Nama Lauk Berbentuk Singkatan…………………………………………. 37 Tabel 8. Nama Lauk Berbentuk Akronim ……………………………..................... 39 Tabel 9. Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Frasa Atributif dengan Atribut Frasa Koordinatif…………………………….…………………………………... 41 Tabel 10. Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Frasa Atributif dengan Atribut Gabungan Frasa Atributif dengan Frasa Koordinatif ………………………………….. 42 Tabel 11. Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Frasa Atributif dengan Atribut Gabungan Frasa Atributif dengan Frasa Koordinatif sebagai Penjelas Rasa/ Bumbu……………………………………………………………..….……. 44 Tabel 12. Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Frasa Beratribut Metaforis ………….. 45 Tabel 13. Nama Lauk Berbentuk Frasa Beratribut Non-Metaforis………………… 52 Tabel 12. Nama Sayur Berbentuk Frasa Beratribut Non-Metaforis ……………….. 54 Tabel 14. Nama Lauk dan Sayur Berbentu Klausa ……………………………........ 56
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR BAGAN Bagan 1. Nama Lauk dan Sayur Berdasarkan Cara Pengolahan Tipe 1…………….…. 64 Bagan 1. Nama Lauk dan Sayur Berdasarkan Cara Pengolahan Tipe 2……………….. 68 Bagan 2. Nama Lauk dan Sayur Berdasarkan Alat Pengolahan………………….…………..… 73 Bagan 3. Nama Lauk dan Sayur Berdasarkan Bumbu Pengolahan ………………………….. 78 Bagan 4. Nama Lauk dan Sayur Berdasarkan Tempat Asal.…………..…...................... 81 Bagan 5. Nama Lauk dan Sayur Berdasarkan Rasa.………..…………………………….…………… 84 Bagan 6. Nama Lauk dan Sayur Berdasarkan Bahan Tambahan……….……………………… 88 Bagan 7. Nama Lauk dan Sayur Berdasarkan Warna………………………………………….. 92
Bagan 8. Nama Lauk dan Sayur Bahan Utama……………………………………………………….. 95
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK Prahastuti, Noventa Retno. 2016. “Satuan Lingual Nama Lauk dan Sayur sertaDasar Penamaanya Pada www.femina.co.id, www.cookpad.com Dan Tujuh Rumah Makan Di Yogyakarta”. Skripsi Strata Satu (S1). Program Studi.Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma. Skripsi ini mengkaji satuan lingual nama lauk dan sayur serta dasar penamaanya pada www.femina.co.id, www.ookpad.com dan tujuh rumah makan di Yogyakarta. Dua permasalahan yang dibahas dalam penelitian yakni (i) apa saja satuan lingual nama lauk dan sayur pada www.femina.co.id, www.cookpad.com dan tujuh rumah makan di Yogyakarta, dan (ii) apa saja dasar penamaan lauk dan sayur pada www.femina.co.id, www.cookpad.com serta tujuh rumah makan di Yogyakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan satuan lingual nama lauk dan sayur pada www.femina.co.id, www.cookpad.com dan tujuh rumah makan di Yogyakarta dan mendeskripsikan dasar penamaaan nama lauk dan sayur pada www.femina.co.id, www.cookpad.com dan tujuh rumah makan di Yogyakarta Objek penelitian yang berupa satuan lingual terdapat dalam data yang merupakan nama lauk dan nama sayur pada www.femina.co.id, www.cookpad.com dan tujuh rumah makan di Yogyakarta. Dalam pengumpulan data digunakan metode simak, yaitu menyimak nama lauk dan sayur pada resep-resep masakan di www.femina.com, www.cookpad.com dan daftar menu di tujuh rumah makan di Yogyakarta. Untuk menjawab permasalahan pertama yaitu satuan lingual nama lauk dan sayur, Peneliti menerapkan metode agih dengan teknik Bagi Unsur Langsung (BUL) dan menggunakan teknik lanjutan yaitu teknik baca markah dan teknik ganti. Pada permasalahan kedua yaitu dasar penamaan nama lauk dan dan sayur, peneliti menerapkan metode padan referensial. Peneliti menyajikan hasil analisis data dengan dua teknik yaitu teknik informal menggunakan kata-kata biasa dan teknik formal menggunakan gambar, tabel, dan bagan. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan satuan lingual pada nama lauk dan sayur, meliputi kata, frasa dan klausa. Pada satuan lingual kata, peneliti membagi menjadi empat yaitu (i) kata asal, (ii) kata jadian , (iii) kata ulang (iv) kata majemuk dan (vi) kependekan. Pada satuan lingual frasa, peneliti membagi berdasarkan struktur frasa menjadi frasa koordinatif dan frasa atributif. Ditemukan delapan dasar penamaan nama lauk dan sayur, yaitu (i) penamaan berdasarkan cara pengolahan, (ii) penamaaan berdasarkan alat pengolahan , (iii) penamaan berdasarkan bumbu pengolahan, (iv) penamaan berdasarkan bahan tambahan, (v), penamaaan berdasarkan tempat asal, (vi) penamaan berdasarkan warna, (vii) penamaaan berdasarkan rasa, (viii) penamaan berdasarkan bahan dasar. Kata Kunci: satuan lingual, penamaan, lauk, sayur xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT Prahastuti, Noventa Retno, 2016. “ Linguistic of Unit of Names of Side Dishes and Naming in www.femina.co.id, www.cookpad.com and seven restaurant at Yogyakarta” An Undergraduate Thesis Indonesia Letters Study Program. Indonesia Letters Department, Faculty of Letters, Sanata Dharma University.
This thesis discuses linguistic of names of side dishes and naming in www.femina.co.id, www.cookpad.com and seven restaurant at Yogyakarta. Two issues discussed in the research, first is the name of the unit lingual of names side dishes in www.femina.co.id, www.cookpad.com and seven restaurant at Yogyakarta, and second is naming of side dishes The purpose of this study is to describe the unit lingual of name side dishes in www.femina.co.id, www.cookpad.com and seven restaurant at Yogyakarta and describe the naming of side dishes. The object of this research which is unit lingual of names side dishes contained in the data of the names of a side dishes in www.femina.co.id, www.cookpad.com and seven restaurant at Yogyakarta. When collected the data utilize methods of listen, namely listening to the name of side dishes and vegetables in recipes or menus in any restaurants. To answer the first problem, first is the researchers applied agih methods with Bagi Unsur Langsung (BUL) techniques and used baca markah techniques and ganti techniques. On the second issue, i.e. the naming of side dishes in Indonesian, the researcher applied padan referensial method. Researchers presented the results of the data analysis by two techniques, namely (i) informal techniques using ordinary words, (ii) formal techniques using pictures, tables and charts. Based on the results of the study, researchers found the unit on behalf lingual side dishes and vegetables, including words, phrases and clauses. In lingual unit said, researchers divided into four, namely (i) root words, (ii) derived words, (iii) reduplication words (iv) compound words (vi) abbreviation. In lingual phrase units, researchers divided into coordinative phrase and attributed phrase. Researchers found seven naming names of side dishes namely (i) based on processing, (ii) based on processing tools, (iii) based on spice, (iv) based on additives, (v), based on origin, (vi) based on color, (vii) based on flavor, (viii) based on basic material. Keywords: linguistic of unit, naming, side dishes
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 1
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Objek penelitian ini adalah satuan lingual nama lauk dan sayur serta dasar penamaanya pada www.femina.co.id dan www.cookpad.com serta tujuh rumah makan di Yogyakarta. Keberadaan lauk dan sayur berkaitan erat dengan budaya makan masyarakat Indonesia. “Umumnya, budaya makan masyarakat Indonesia terdiri atas nasi beserta satu atau dua lauk yang terbuat dari ikan, ayam, tahu, tempe serta sayur atau sup yang disajikan secara bersamaan” (Food in Indonesia, diunduh di www.vtaide.com, pada tanggal 21 Mei 2016). Sehari-hari, masyarakat menyajikan lauk dan sayur lebih dari satu macam. Mengapa demikian? Lauk dan sayur tidak hanya berfungsi melengkapi gizi bagi tubuh agar seimbang, tetapi juga dapat menambah nafsu makan. Lauk adalah “daging, ikan, dsb (selain sayur) yang dimakan sbg teman makan nasi” (Sugono,dkk., eds. 2008: 795), sedangan sayur merupakan „masakan berkuah (spt gulai,sup)‟(ibid., hlm. 1235) Dalam pembicaraan mengenai hakikat bahasa ada dikatakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer. Maksudnya, antara suatu satuan bahasa, sebagai lambang, misalnya kata, dengan sesuatu benda atau hal yang dilambangkannya bersifat sewenang-wenang tidak ada hubungan “wajib” di antara keduanya. Umpamanya antara kata
dengan benda yang diacunya yaitu seekor binatang yang biasa dikendarai atau dipakai menarik pedati, tidak bisa dijelaskan sama sekali. Lagi pula andaikata ada hubungannya antara lambang dengan yang dilambangkannya itu, tentu orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
Jawa tidak akan menyebutnya <jaran>, orang Inggris tidak akan menyebutnya , dan orang Belanda tidak akan menyebutnya <paard>. Tentu mereka semua akan menyebutnya juga , sama dengan orang Indonesia(Chaer, 1990:43)
Lauk dan sayur mempunyai nama. Nama itu muncul untuk memenuhi beberapa kebutuhan, misalnya untuk menggugah selera makan, pengelola usaha kuliner menggunakan nama lauk dan sayur untuk menarik minat kosumen dalam penjualan produknya, kebutuhan lainnya untuk memberi identitas asal pada nama lauk dan sayur, contoh: sate padang, soto lamongan. Di samping itu ada pula nama lauk dan sayur yang mengambil dari proses pengolahan lauk dan sayur itu sendiri., contoh : ayam bakar, tumis kangkung Berdasarkan pengamatan penulis, nama lauk dan sayur berbentuk satuan lingual. Satuan lingual atau bentuk linguistik adalah satuan-satuan yang mengandung arti, baik arti leiksis maupun arti gramatis (Ramlan, 1978:7). Satuan lingual tersebut antara lain berbentuk kata, frasa dan klausa. Nama lauk dan sayur berbentuk satuan lingual kata meliputi kata asal, kata jadian, kata ulang dan kata majemuk seperti tampak pada contoh-contoh berikut: (1) gudeg (2) bala-bala (3) garang asem Nama lauk dan sayur berbentuk satuan lingual frasa meliputi frasa beratribut koordinatif, frasa gabungan atributif dengan frasa koordinatif, frasa beratribut metaforis dan frasa beratribut non-metaforis seperti tampak pada contoh-contoh berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
(4) (5) (6) (7)
anyang ayam dan jantung pisang gulai rebung satai lilit tahu tumis sawi dan bayam bumbu oregano
Nama lauk berbentuk klausa seperti tampak pada contoh-contoh berikut: (8) ayam tangkap (9) gurame menari Nama lauk dan sayur tidak beragam dalam satuan lingual saja tetapi beragam pula dalam dasar penamaanya. Penamaan merupakan sebuah proses perlambangan suatu konsep untuk mengacu pada sebuah referen(Verhaar, 1999:389). Keberagaman dalam penamaan dipicu oleh beberapa faktor diantaranya berasal dari serapan bahasa asing dan berasal dari pengolahan serta tempat asal lauk dan sayur itu sendiri. Contoh dasar penamaan lauk dan sayur berdasarkan serapan bahasa asing: (10) (11) (12) (13) (14)
baby buncis siram daging cap cay salad merah putih salad ayam dan dressing kari kroket gindara
Contoh dasar penamaan lauk dan sayur berdasarkan proses pengolahannya seperti tampak contoh- contoh berikut ini: (15) (16) (17)
ayam kukus telur dadar cah sawi pahit
Contoh dasar penamaan lauk dan sayur berdasarkan asal tempat seperti tampak pada contoh-contoh berikut ini: (18) (19)
sate padang ayam manado
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan nama lauk dan sayur dalam latar belakang di atas. Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah: 1.2.1 Apa saja satuan lingual nama lauk dan sayur pada www.femina.co.id dan www.cookpad.com dan beberapa rumah makan di Yogyakarta ? 1.2.2 Apa saja dasar penamaan lauk dan sayur pada www.femina.co.id dan www.cookpad.com dan beberapa rumah makan di Yogyakarta
?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan satuan lingual nama lauk dan sayur dan mendeskripsikan dasar penamaan lauk dan sayur. Tujuan penelitian dapat dirinci sebagai berikut: 1.3.1
Mendeskripsikan satuan lingual nama lauk dan sayur pada www.femina.co.id dan www.cookpad.com dan tujuh rumah makan di Yogyakarta
1.3.2
Mendeskripsikan dasar penamaan lauk dan sayur pada www.femina.co.id dan www.cookpad.com dan tujuh rumah makan di Yogyakarta
1.4 Manfaat Hasil Penelitian Hasil penelitian ini berupa deskripsi satuan lingual nama lauk dan sayur dan deskripsi dasar penamaan lauk dan sayur. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
secara teoritis dan praktis.
Secara teoritis, hasil penelitian ini memberikan
pemahaman mengenai satuan lingual yang lazim digunakan untuk memberi nama lauk dan sayur. Pada bidang semantik, hasil penelitian ini melengkapi dasar penamaan pada nama lauk dan sayur. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat membantu dalam penyusunan kamus kuliner.
1.5
Tinjauan Pustaka Sudah ada beberapa peneliti yang meneliti mengenai topik dasar penamaan,
dalam skripsinya yang berjudul “Nama-Nama Usaha Dagang Makanan dan Minuman di Jalan Selokan Mataram Kecamatan Depok Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta: Kajian Sosiolinguistik”, Adhimas Satrio medeskripsikan bentuk, dan bentuk unsur-unsur bahasa dari nama-nama usaha dagang makanan dan minuman di jalan Selokan Mataram. Dalam skripsi tersebut terdapat enam penggolongan bentuk nama yaitu nama usaha dagang makanan dan minuman berunsur pusat kata warung, kedai, dan lesehan, nama usaha dagang makanan dan minumanberunsur pusat rumah makan, warung makan, pondok makan, dan warung lesehan, nama usaha dagang makanan dan minuman berunsur pusat menu, nama usaha dagang makanan dan minuman yang menggunakan nama penjual, nama usaha dagang makanan dan minuman dengan permainan bahasa, nama usaha dagang makanan dan minuman dengan bahasa Inggris.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6
RBN Diyan Wijanarko dengan tugas akhirnya yang berjudul “Jenis Nama dan Dasar Penamaan dalam Kolom “Sungguh-Sungguh Terjadi” (SST) Di Kedaulatan Rakyat: Sebuah Kajian Awal” menemukan dua puluh enam dasar penamaan dalam kolom “Sungguh-sungguh Terjadi” (SST) pada harian Kedaulatan Rakyat (KR) edisi Minggu, Januari sampai dengan Februari 2008, yaitu dasar penamaan orang, yang meliputi (1) nama orang berdasar penamaan baru/komersil, (2) nama orang berdasar pengaruh serapan, (3) nama orang berdasar sejarah, (4) nama orang berdasar kegiatan, (5) nama orang berdasarkan pekerjaan, (6) nama orang berdasar kata ganti. Dasar penamaan tempat, meliputi (7) nama tempat berdasar sejarah; kesesuaian dan kekhasannya, (8) nama tempat berdasar tiruan bunyi (onomatope), (9) nama tempat berdasar pengaruh serapan, (10) nama tempat berdasar nama orang/nama jala. Dasar penamaan pengaruh serapan, meliputi (11) bahasa gaul, (12) bahasa Arab, (13) bahasa Inggris, (14) bahasa Jawa, (15) bahasa Belanda, (16) bahasa Tionghoa. Dasar penamaan benda, meliputi (17) nama benda berdasa suara dan tiruan bunyi (onomatope), dan (18) nama benda berdasar bahan dan kesesuaian. Dasar penamaan kegiatan, dasar penamaan organisasi/ lembaga (instansi), dasar penamaan program acara, dasar penamaan makanan, dasar penamaan ukuran (satuan dan nominal), dasar penamaan tumbuhan, dasar penamaan aliran musik, dasar penamaan alat transportasi. Yohanes Carol Kurnia Awan Vreditya Jeharus dalam skripsinya yang berjudul “ Jenis Penamaan dan Asal-Usul Nama dalam Sepak Bola Pada Pemberitaan Media Massa” memaparkan jenis penamaan yang digunakan dalam sepak bola dan mendeskripsikan penamaan sebagai salah satu bagian dari semantik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7
Selanjutnya, Mikail Septian Adi Vinantya dalam skripsinya berjudul “ Nama Jenis Nasi Di Indonesia: Tinjauan Struktur Frasa dan Dasar Penamaan memaparkan jenis penamaan nasi di Indonesia dan struktur frasa nama nasi. Dalam penelitian tersebut dipaparkan pembentukan struktur frasa nama nasi menjadi tiga bagian yaitu (i) nominal (N) + nominal (N), (ii) nominal (N) + verbal (V), dan (iii) nominal (N) + Adjektival (A). Penelitian tersebut turut memaparkan pula dasar penamaan jenis nama nasi yang dibagi menjadi sepuluh yaitu (i) penamaan berdasarkan warna, (ii) penamaan berdasarkan cara pengolahan, (iii) penamaan berdasarkan lauk, (iv) penamaan berdasarkan sayur, (v) penamaan berdasarkan kemasan, (vi) penamaan berdasarkan porsi, (vii) penamaan berdasarkan asal daerah, dan (viii) penamaan berdasarkan bahasa daerah, (ix) penamaan berdasarkan bentuk, dan (x) penamaan berdasarkan keadaan Berdasarkan ulasan-ulasan di atas, topik mengenai satuan lingual nama lauk dan sayur serta dasar penamaanya dapat melengkapi penelitian dalam bidang linguistik. Topik ini memaparkan bentuk-bentuk lingual yang digunakan dalam nama lauk dan sayur serta dasar penamaanya. Bentuk-bentuk lingual yang digunakan dalam nama lauk dan sayur meliputi kata, frasa dan klausa. Dasar penamaan yang digunakan pada nama lauk dan sayur meliputi penamaan berdasarkan cara pengolahan, penamaan berdasarkan alat pengolahan, penamaaan berdasarkan bumbu pengolahan, penamaaan berdasarkan tempat asal, penamaan berdasarkan warna, penamaan berdasarkan rasa, penamaan berdasarkan bahan tambahan dan penamaan berdasarkan bahan utama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8
1.6
Landasan Teori Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini, meliputi teori satuan lingual
dan dasar penamaan. 1.6.1 Kata Kata memiliki definisi dari berbagai sudut pandang. Terdapat tiga sudut pandang yang digunakan untuk mendefinisikan kata. Pertama, dari posisinya dalam satuan-satuan gramatikal, kata dapat dimengerti sebagai satuan gramatikal yang terdiri dari satu morfem atau lebih yang menjadi unsur langsung pembentuk frasa dan kalimat. Dari definisi tersebut, tampak bahwa kata mengandung ciri (i) satuan gramatikal atau satuan kebahasaan yang mengandung arti (ii) berunsur satu morfem atau lebih (iii) unsur langsung pembentuk frasa atau kalimat(Baryadi, 2011:17) Menurut bentuknya, kata dibedakan menjadi kata asal dan kata jadian atau kata bentukan. 1.6.1.1 Kata Asal Kata asal adalah kata yang menjadi asal pembentukan kata jadian. Kata turun, misalnya, termasuk kata asal karena dapat menjadi asal pembentukan kata jadian menurun, turunkan, turuni, menurunkan, menuruni, penurunan, keturunan, dan turun-temurun. 1.6.1.2 Kata Jadian Kata jadian adalah kata yang merupakan hasil penggabungan dua morfem atau lebih. Karena merupakan penggabungan dua morfem atau lebih, kata jadian disebut kata polimorfemik. Misalnya kata berjalan termasuk kata jadian karena merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9
hasil penggabungan dua morfem, yaitu morfem imbuhan ber- dan morfem asal jalan. (Baryadi, 2011:18)
1.6.2
Frasa Frasa adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak
melampaui batas fungsi (lihat Ramlan, 1983:137). Dapat dikemukakan bahwa frasa mempunyai dua sifat. Pertama, frasa merupakan satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih. Kedua, frasa merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi, maksudnya frasa itu selalu terdapat dalam satu fungsi, adalah dalam subjek, predikat, objek, pelengkap, atau keterangan. Frasa terbagi atas dua jenis yaitu frasa eksosentrik dan frasa endosentrik.Frasa eksosentrik adalah frasa yang komponen-komponennya tidak mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya. Frasa eksosentrik biasanya dibedakan atas frasa eksosentrik yang direktif atau disebut frasa preposisional ( komponen pertamanya berupa preposisi, seperti di, ke, dan dari, dan komponen keduanya berupa kata atau kelompok kata, yang biasanya berkategori nomina) dan non direktif (komponen pertamanya berupa artikulus, seperti si dan sang sedangkan komponen keduanya berupa kata atau kelompok kata berkategori nomina, ajektiva, atau verba). Contoh frasa eksosentrik sebagai berikut: 20. di perpustakaan Frasa endosentrik adalah frasa yang salah satu unsurnya atau komponennya memiliki perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya. Artinya, salah satu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10
komponennya dapat menggantikan kedudukan keseluruhannya. Frasa ini disebut juga frasa modifikatif karena komponen keduanya, yaitu komponen yang bukan inti atau hulu (Inggris: head) mengubah atau membatasi makna komponen inti atau hulunya itu. Selain itu disebut juga frasa subordinatif karena salah satu komponennya, yaitu yang merupakan inti frasa berlaku sebagai komponen atasan, sedangkan komponen lainnya, yaitu komponen yang membatasi, berlaku sebagai komponen bawahan. Contoh frasa endosentrik sebagai berikut: 21. dua orang mahasiswa Frasa endosentrik dibagi menjadi tiga golongan yaitu frasa endosentrik yang koordinatif, frasa endosentrik yang atributif dan frasa endosentrik yang apositif. Frasa endosentrik yang koordinatif terdiri dari unsur-unsur yang setara. Kesetaraan itu dibuktikan oleh kemungkinan unsur- unsur itu dihubungkan dengan kata penghubung dan atau atau. Misalnya: suami istri, pembinaan dan pengembangan, belajar atau bekerja. Berbeda dengan frasa endosentrik yang koordinatif, frasa endosentrik yang atributif terdiri dari unsur-unsur yang tidak setara. Karena itu unsur-unsurny tidak dihubungkan dengan kata penghubung, misalnya sekolah inpres, sedang belajar. Kata- kata yang dicetak tebal yaitu kata inpres dan belajar merupakan unsur pusat (UP) yaitu unsur yang secara distribusional sama dengan seluruh frasa dan secara semantic merupakan unsur yang terpenting, sedangkan unsur lainya merupakan atribut (Atr)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11
1.6.4 Klausa Klausa merupakan satuan gramatik yang terdiri dari subyek, predikat, baik obyek, pelengkap. dan keterangan. Dengan ringkas, klausa ialah S P ( O) (PEL) (KET). Tanda kurung itu bersifat manasuka, artinya boleh ada, boleh juga tidak. (lih Ramlan, 2005: 23)
1.6.5 Teori Penamaan Landasan penelitian ini adalah teori penamaan. Penamaan merupakan proses pelambangan suatu konsep untuk mengacu kepada referen yang berada di luar bahasa. Plato mengungkapkan dalam suatu percakapan berjudul “Cratylos” , bahwa lambang adalah kata di dalam suatu bahasa, sedangkan makna adalah obyek yang dihayati di dunia nyata berupa rujukan, acuan, atau sesuatu yang ditunjuk oleh lambang itu. Oleh karena itu, lambang-lambang atau kata-kata itu tidak lain daripada nama atau label dari yang dilambangkannya, mungkin berupa benda, konsep, aktivitas, atau peristiwa (Chaer, 1990: 44) 1.6.2.1 Peniruan Bunyi Dalam bahasa Indonesia ada sejumlah kata yang terbentuk sebagai hasil peniruan bunyi. Nama-nama benda hal tersebut dibentuk berdasarkan bunyi dari benda tersebut atau suara yang ditimbulkan benda tersebut. Contoh penamaan peniruan bunyi sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12
a. Binatang sejenis reptile kecil yang melata di dinding disebut cecak karena bunyinya “cak, cak,cak-,”. b. Binatang tokek diberi nama seperti itu karena bunyinya “tokek,tokek”.
Contoh lainya ialah meong merupakan nama untuk kucing, dan gukguk untuk anjing, menurut bahasa kanak-kanak karena bunyi yang dihasilkan oleh kedua hewan tersebut. Kata-kata yang dibentuk berdasarkan tiruan bunyi ini disebut kata peniru bunyi atau onomatope(Chaer, 1990:45) 1.6.2.2 Penyebutan Bagian Dalam bidang kesusastraan ada istilah pars prototo yaitu gaya bahasa yang menyebutkan bagian dari suatu benda atau hal, padahal yang dimaksud adalah keseluruhanny.(dikutip dari Chaer,1990:46). Contoh penaamaan penyebutan bagian sebagai berikut: a.
Kata kepala dalam kalimat setiap kepala menerima bantuan seribu rupiah, bukanlah dalam arti “kepala” itu saja, melainkan seluruh orangnya sebagai satu keutuhan.
b. Baju ABRI disebut baju hijau karena ciri warna seragam ABRI adalah hijau. c. Seorang wasit sepakbola disebut anggota korps baju hitam kareba pakaian seragam mereka saat dilapangan bewarna hitam
1.6.2.3 Penyebutan Sifat Khas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13
Hampir sama dengan pars prototo yang dibicarakan di atas adalah penamaan sesuatu benda berdasarkan sifat yang khas yang ada pada benda itu. Gejala ini merupakan peristiwa semantik karena dalam peristiwa itu terjadi transposisi makna dalam pemakaian yakni perubahan dari kata sifat menjadi kata benda. Di sini terjadi perkembangan yaitu berupa ciri makna yang disebut dengan kata sifat itu mendesak kata bendanya karena sifatnya yang amat menonjol itu; sehingga akhirnya, kata sifatnya itulah yang menjadi nama bendanya (dikutip dari Chaer, 1990:46) Contoh penamaan penyebutan sifat khas sebagai berikut: a. Orang yang sangat kikir lazim disebut si kikir atau si bakhil. b. Anak yang tidak dapat tumbuh menjadi besar, tetap saja kecil, disebut si kecil, disebut si kerdil. c. Orang yang kulitnya hitam disebut si hitam d. Orang yang kepalanya botak disebut si botak.
1.6.2.4 Penemu dan Pembuat Banyak nama benda dalam kosakata bahasa Indonesia yang dibuat berdasarkan nama penemunya, nama pabrik pembuatnya, atau nama dalam peristiwa sejarah. Nama-nama yang demikian disebut dengan istilah appelativa. Nama-nama benda yang berasal dari nama benda yang berasal dari nama orang(dikutip dari Chaer, 1990:47)
Contoh penamaan berdasarkan penemu dan
pembuat sebagai berikut: a. Kondom yaitu sejenis alat kontrasepsi yang dibuat oleh Dr. Condom
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14
b.
Mujahir atau mujair yaitu nama sejenis ikan tawar yang mula-mula ditemukan dan diternakan oleh seorang petani yang bernama Mujair di Kediri, Jawa Timur.
c. Volt nama satuan kekuatan aliran listrik yang diturunkan penciptanya yaitu Volta (1745-1787) seorang sarjana fisika bangsa Italia(Chaer,1990:47)
1.6.2.5 Tempat Asal Sejumlah nama benda dapat ditelusuri berasal dari nama tempat asal benda tersebut (dikutip dari Chaer, 1990:49). Contoh penamaan berdasarkan tempat asal sebagai berikut: a. Kata magnet berasal dari nama tempat Magnesia. b.
kata kenari, yaitu nama sejenis burung, berasal dari nama Pulau Kenari di Afrika.
c.
Kata sarden, atau ikan sarden, berasal dari nama Pulau Sardinia di Itali.
d. kata klonyo berasal dari au de Cologne artinya air dari Kuelen, yaitu nama kota di Jerman Barat
1.6.2.6 Bahan Ada sejumlah benda yang namanya diambil dari nama bahan pokok benda itu(dikutip dari Chaer, 1990:49) Contoh penamaan berdasarkan bahan: a. Karung yang dibuat dari goni yaitu sejenis serat tumbuh-tumbuhan yang dalam bahasa Latin disebut Corchorus capsularis, disebut juga goni atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15
guni. Jadi, kalau dikatakan membeli beras dua goni, maksudnya membeli beras dua karung. b. Kaca adalah nama bahan. Kemudian barang-barang lain yang terbuat dari kaca disebut juga kaca seperti kacamata, kaca jendela, kaca spion, dan kaca mobil . c. Bambu runcing adalah nama senjata yang digunakan rakyat Indonesia dalam perang kemerdekaan dulu. Bambu runcing dibuat dari bambu yang ujungnya diruncingi sampai tajam. Maka disini nama bahan itu, yaitu bambu, menjadi nama alat senjata itu
1.6.2.7 Keserupaan Dalam praktik berbahasa banyak kata yang digunakan secara metaforis. Artinya kata itu digunakan dalam suatu ujaran yang maknanya dipersamakan atau diperbandingkan dengan makna leksikal dari kata itu(dikutip dari Chaer, 1990:50). Contoh penamaan berdasarkan keserupaan sebagai berikut: a.
Kata kaki, pada frase kaki meja, kaki gunung, dan kaki kursi. Di sini kata kaki mempunyai kesamaan makna dengan salah satu ciri makna dari kata kaki itu yaitu “alat penompa berdirinya tubuh” pada frase kaki meja dan kaki kursi, dan ciri “terletak pada bagian bawah” pada frase kaki gunung.
b. Kata raja pada frase raja kumis, raja minyak, raja lapis, raja jalanan, raja dangdut dan raja bandel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16
Raja adalah orang yang paling berkuasa atau paling tinggi kedudukannya di negaranya. Maka raja kumis diartikan “orang yang memiliki kumis paling hebat” ; raja minyak berarti “pengusaha minyak yang paling besar” ; dan raja bandel berarti “orang yang paling bandel”
1.6.2.8 Pemendekan Dalam perkembangan bahasa terakhir ini banyak kata-kata dalam bahasa Indonesia yang terbentuk sebagai hasil penggabungan unsur-unsur huruf awal atau suku kata dari beberapa kata yang digabungkan menjadi satu(dikutip dari Chaer, 1990:51). Contoh penamaan berdasarkan pemendekan. a. Kata ABRI yang berasal dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. b. Kata KONI yang berasal dari Komite Olahraga Nasional Indonesia c. Kata tilang yang berasal dari bukti pelanggaran(Chaer,1990:51)
1.6.6.9 Penamaan Baru Dewasa ini banyak kata atau istilah baru yang dibentuk untuk menggantikan kata atau istilah lama yang sudah ada. Kata-kata atau istilah istilah lama yang sudah ada itu perlu diganti dengan kata-kata baru, atau sebutan baru, karena dianggap kurang tepat, tidak rasional, kurang halus, atau kurang ilmiah(dikutip dari Chaer, 1990:51). Contoh penamaan berdasarkan penamaan baru sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17
a. Kata pariwisata untuk mengganti turisme; kata wisatawan untuk menganti kata turis atau pelancong; kata darmawisata untuk mengganti kata piknik; kata suku cadang untuk mengganti kata onderdil. Kata-kata turisme, turis, dan onderdil dianggap tidak bersifat nasional. b. Kata-kata kuli dan buruh diganti dengan karyawan, kata jongos dan babu diganti dengan pembantu rumah tangga atau pramuwisma, dan kata pelayan diganti dengan pramuniaga, karena kata kata tersebut berbau feodal
1.7 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yakni (i) pengumpulan data, (ii) analisis data, (iii) penyajian hasil analisis data. Berikut ini akan diuraikan masingmasing tahap dalam penelitian ini.
1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data Objek penelitian ini adalah satuan lingual dan dasar penamaan lauk dan sayur. Data penelitian adalah nama lauk dan sayur pada www.femina.co.id dan cookpad.com serta beberapa rumah makan di Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode simak. Metode simak yaitu metode yang dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa (Sudaryanto, 1993: 135). Peneliti menyimak nama-nama resep pada www.femina.co.id dan www.cookpad.com dan menu- menu makanan pada 7 rumah makan di Yogyakarta yaitu Warung Makan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18
Tengkleng Gajah, Retoran Raminten, Warung Ceker Dheer, Rumah Makan Bu Ageng, Warung Ceker Setan, Tongseng scooby doo dan Warung Sate Petir. Teknik lanjutan yang digunakan pada metode ini adalah teknik catat. Data yang sudah terkumpul kemudian dicatat pada kartu data yang segera dilanjutkan dengan klasifikasi (Sudaryanto, 1993: 135).
1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data Setelah semua data berupa nama-nama lauk dan sayur dalam bahasa Indonesia terklasifikasikan, peneliti kemudian menganalisis data tersebut menggunakan metode agih dan metode padan. Metode agih adalah metode analisis yang alat penentunya ada di dalam dan merupakan bagian dari bahasa yang diteliti. Teknik yang dipakai dalam metode agih adalah teknik Bagi Unsur Langsung (BUL). Teknik BUL adalah teknik yang digunakan pada awal kerja analisis dengan cara membagi satuan lingual datanya menjadi beberapa bagian atau unsur; dan unsur-unsur yang bersangkutan dipandang sebagai bagian yang langsung membentuk satuan lingual yang dimaksud (Sudaryanto, 1993:31). Contoh penerapan teknik BUL sebagai berikut:
(22). Ayam goreng daun pandan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19
Peneliti membagi satuan lingual frasa pada (22) menjadi dua unsur yaitu (a) ayam goreng (b) daun pandan. Sehingga dapat diketahui bahwa UP pada frasa tersebut adalah ayam goreng, sedangkan Atr adalah daun pandan. Teknik lanjutan yang dipakai dalam metode agih yaitu teknik baca markah dan teknik ganti. Teknik baca markah adalah teknik analisis data dengan cara membaca pemarkahan. Pemarkahan itu menunjukkan kejatian satuan lingual atau identitas konstituen tertentu; dan kemampuan membaca peranan pemarkah itu (marker)
berarti
kemampuan
menentukan
kejatian
yang
dimaksud
(Sudaryanto,1993:95). Teknik baca markah digunakan untuk menganalisis nama lauk dan sayur berupa kata asal. Contoh penerapan teknik baca markah sebagai berikut:
(23) gulai
Menurut bentuknya, kata gulai pada (23) merupakan kata asal karena dapat menjadi asal pembentukan kata jadian menggulai dan penggulaian. Menurut jumlah morfemnya, kata gulai terdiri atas satu morfem.
Teknik lanjutan kedua yang digunakan dalam penelitian ini ialah teknik ganti. Teknik ganti merupakan teknik yang digunakan dengan menggantikan unsur tertentu satuan lingual yang bersangkutan dengan”unsur” tertentu yang lain di luar satuan lingual. Teknik ini digunakan untuk menunjukan adanya persamaan dalam penamaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20
(Sudaryanto, 1993:48). Teknik ganti digunakan untuk menganalisis nama lauk dan sayur berupa kata ulang. Contoh penerapan teknik ganti sebagai berikut:
(24a) oseng-oseng mercon (24b) oseng mercon
Bentuk oseng mercon pada contoh kalimat (24b) dapat diterima sebagai hasil penggantian unsur oseng-oseng dari kalimat (24a) di atas, karna keduanya memiliki unsur yang sama. Metode agih dengan teknik BUL serta teknik lanjutan berupa teknik baca markah dan teknik ganti digunakan untuk menganalisis satuan lingual nama lauk dan sayur
Untuk menganalisis dasar penamaan lauk dan sayur, digunakan metode padan yaitu metode yang alat penentunya berada di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan atau diteliti (Sudaryanto, 1993:13; 1993:15). Sub metode yang dipakai dalam metode padan adalah metode padan referensial. Metode padan referensial merupakan metode padan yang alat penentunya berupa referen bahasa. Referen adalah apa yang dibicarakan(Sudaryanto, 1993:13). Contoh penerapan metode padan referensial sebagai berikut:
(25) tengkleng gajah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21
Contoh (25) merupakan lauk yang menyerupai gulai namun tidak menggunakan santan.
Kata gajah
mengacu pada hewan berbadan besar. Kata
tersebut dipinjam atau diambil untuk menamai lauk tengkleng gajah karena tulang kambing pada lauk tersebut berukuran besar.
1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Setelah tahap analisis data, tahap selanjutnya adalah tahap penyajian hasil analisis data. Analisis data dalam penelitian ini disajikan dengan menggunakan metode formal dan informal.Hasil penelitian ini disajikan dengan menggunakan metode formal, yaitu memanfaatkan tabel, bagan, gambar serta tulisan.
1.8 Sistematika Penyajian Laporan hasil penelitian ini disusun dalam empat bab, yakni: Bab I adalah pendahuluan. Bab ini menguraikan perihal latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penelitian. Bab II berisi uraian mengenai satuan lingual dalam lauk dan sayur dalam bahasa Indonesia. Peneliti menemukan tiga satuan lingal pada nama lauk dan sayur yaitu kata, frasa dan klausa. Bab III berisi uraian mengenai dasar penamaan lauk dan sayur. Peneliti menemukan delapan dasar penamaan jenis nama lauk dan sayur. Kedelapan dasar penaman itu adalah penamaan berdasarkan cara pengolahan, penamaan berdasarkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22
alat pengolahan, penamaan berdasarkan bumbu pengolahan, penamaan berdasarkan bahan tambahan, penamaan berdasarkan tempat asal, penamaan berdasarkan warna, penamaan berdasarkan rasa. dan penamaan berdasarkan bahan utama. Bab IV berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kesimpulan tentang satuan lingual dalam nama lauk dan sayur dan dasar penamaan lauk dan sayur pada www.femina.co.id, cookpad.com dan tujuh rumah makan di Yogyakarta. Saran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah saran kepada peneliti lain yang tertarik untuk meneliti topik yang sama dengan kajian yang berbeda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23
BAB II SATUAN LINGUAL NAMA LAUK DAN SAYUR PADA www.femina.co.id, www.cookpad.com DAN TUJUH RUMAH MAKAN DI YOGYAKARTA
2.1 Pengantar Dalam bab ini peneliti membahas satuan lingual nama lauk dan sayur pada www.femina.co.id, www.cookpad.com dan tujuh rumah makan di Yogyakarta. Peneliti menemukan tiga satuan lingual berbentuk kata, frasa dan klausa pada nama lauk dan sayur pada www.femina.co.id, www.cookpad.com dan tujuh rumah makan di Yogyakarta. Nama lauk dan sayur berbentuk satuan lingual kata dikelompokan berdasarkan kata asal, kata jadian, kata ulang, dan kependekan. Pada nama lauk dan sayur berbentuk frasa dikelompokan berdasarkan frasa beratribut koordinatif, frasa gabungan atributif dan koordinatif, frasa beratribut metaforis dan frasa beratribut non metaforis. 2.2 Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Satuan Lingual Kata Dalam sub bab ini nama lauk dan sayur berupa kata dikelompokan menurut bentuknya menjadi kata asal, kata jadian, kata ulang, kata majemuk dan kependekan. 2.2.1 Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Kata Asal Menurut bentuknya, kata dibedakan menjadi kata asal dan kata jadian, Kata asal
adalah kata yang menjadi asal pembentukan kata jadian. Menurut jumlah
morfem yang menjadi unsurnya, kata asal adalah kata yang terdiri dari satu morfem
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24
atau kata monomorfemik(Baryadi, 2011:18). Bentuk kata asal terdapat pada nama lauk dan sayur pada www.femina.co.id dan cookpad.com serta beberapa rumah makan di Yogyakarta
2.2.1.1 Nama Lauk Berbentuk Kata Asal Berikut ini dikemukakan nama lauk berbentuk kata asal dalam bentuk tabel: Tabel 1: Nama Lauk Berbentuk Kata Asal No
Nama Lauk Berbentuk Kata Asal
28 29 30 31 32
botok arsik rendang saksang dendeng
Pada contoh (28), nama botok berbentuk kata asal karena menurut jumlah morfem yang menjadi unsurnya, kata botok terdiri atas satu morfem. Sebagai kata asal nama lauk botok memiliki makna leksikal „ikan dan sebagainya yang dicampur dengan parutan kelapa muda yang dibumbui kemudian dibungkus dengan daun pisang dan dikukus‟(Sugono,dkk., eds., 2008:208) Pada contoh (29), nama lauk arsik berbentuk kata asal karena menurut jumlah morfem yang menjadi unsurnya, kata arsik terdiri satu morfem dan belum mengalami proses perubahan morfologis. Sebagai kata asal nama lauk arsik memiliki makna leksikal „masakan yang terbuat dari daging atau ikan yang dibumbui sambal dan asam potong, direbus hingga kuahnya kering‟(Sugono,dkk., eds., 2008: 87)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25
Pada contoh (30), nama lauk rendang berbentuk kata asal. Menurut bentuknya, kata rendang merupakan kata asal karena dapat menjadi asal pembentukan kata jadian merendang dan perendangan. Menurut jumlah morfem yang menjadi unsurnya, kata rendang terdiri satu morfem. karena belum mengalami proses perubahan morfologis. Sebagai kata asal nama lauk rendang memiliki makna leksikal ‟daging yang digulai dengan santan sampai kuahnya kering sama sekali, yang tinggal hanyalah potongan daging dengan bumbunya‟(Sugono,dkk., eds., 2008: 1163) Pada contoh (31), nama lauk saksang berbentuk kata asal. karena menurut jumlah morfem yang menjadi unsurnya, kata saksang terdiri satu morfem dan belum mengalami proses perubahan morfologis atau penambahan imbuhan. Sebagai kata asal, saksang memiliki makna leksikal „masakan yang dibuat dari daging diberi bumbu dan dicampur darah‟ (Sugono,dkk., eds., 2008: 1205) Pada contoh (32), nama lauk dendeng berbentuk kata asal. Menurut bentuknya, kata dendeng merupakan kata asal karena dapat menjadi asal pembentukan kata jadian mendendeng. Menurut jumlah morfemnya, kata dendeng terdiri satu morfem dan belum mengalami proses perubahan morfologis atau penambahan imbuhan. Sebagai kata asal, dendeng memiliki makna leksikal „daging sayatan yang dibumbui dan dikeringkan‟(Sugono,dkk., eds., 2008: 311)
2.2.1.2 Nama Sayur Berbentuk Kata Asal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26
Berikut ini dikemukakan nama sayur berbentuk kata asal dalam bentuk tabel: Tabel 2: Nama Sayur Berbentuk Kata Asal No
Nama Sayur Berbentuk Kata Asal
33 34 35 36 37
gudeg brongkos pecel urap lodeh
Pada contoh (33), nama sayur gudeg berbentuk kata asal karena menurut jumlah morfem yang menjadi unsurnya, kata gudeg terdiri atas satu morfem dan belum mengalami proses perubahan morfologis atau penambahan imbuhan. Sebagai kata asal, gudeg memiliki makna leksikal „masakan khas Yogyakarta yang dibuat dari buah nangka muda diberi bumbu, santan , dan lauk pelengkap (ayam,tahu,telur)‟ (Sugono,dkk., eds., 2008: 463) Pada contoh (34), nama sayur brongkos berbentuk kata asal karena menurut jumlah morfem yang menjadi unsurnya, kata brongkos terdiri atas satu morfem dan belum mengalami proses perubahan morfologis atau penambahan imbuhan. Sebagai kata asal, nama sayur brongkos memiliki makna leksikal „sayur berkuah dengan bumbu keluwak‟ (Sugono,dkk., eds., 2008: 180) Pada contoh (35), nama sayur pecel berbentuk kata asal karena menurut jumlah morfem yang menjadi unsurnya kata pecel terdiri atas satu morfem dan belum mengalami proses perubahan morfologis atau penambahan imbuhan. Sebagai kata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27
asal, nama sayur pecel memiliki makna leksikal „makanan yang terdiri atas sayuran rebus, seperti kacang panjang, bayam, taoge yang disiram dengan kuah sambal kacang dan sebagainya‟(Sugono,dkk., eds., 2008: 1034) Pada contoh (36), nama sayur urap berbentuk kata asal karena menurut jumlah morfem yang menjadi unsurnya, kata urap terdiri atas satu morfem dan belum mengalami proses perubahan morfologis atau penambahan imbuhan. Sebagai kata asal, nama sayur urap memiliki makna leksikal „kelapa parut yang dibumbui untuk campuran sayur-mayur rebus,ubi, ketan, dan sebagainya‟ (Sugono,dkk., eds., 2008: 153) Pada contoh (37), nama sayur lodeh berbentuk kata asal karena menurut jumlah morfem yang menjadi unsurnya, kata lodeh terdiri atas satu morfem dan belum mengalami proses perubahan morfologis atau penambahan imbuhan. Sebagai kata asal, nama sayur lodeh memiliki makna leksikal „sayur bersantan yang dibuat dari berbagai sayuran seperti terung, kacang panjang, kol, cabai hijau‟(Sugono,dkk., eds., 2008: 837)
2.2.2 Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Satuan Lingual Kata Jadian Kata jadian kata yang merupakan hasil penggabungan dua morfem atau lebih. Karena merupakan penggabungan dua morfem atau lebih, kata jadian disebut kata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28
polimorfemik (Baryadi, 2011:18). Bentuk kata jadian terdapat pada nama lauk dan sayur pada www.femina.co.id dan cookpad.com serta beberapa rumah makan di Yogyakarta : (38) Lalapan Pada contoh (38), nama sayur lalapan berbentuk kata jadian karena kata lalapan merupakan penggabungan morfem lalap dan morfem –an. Sebagai kata jadian, kata lalapan memiliki makna leksikal “daun-daun muda, mentimun, petai mentah, dan sebagainya yang dimakan bersama sambal”(Sugono, dkk., eds., 2008: 776). 2.2.3 Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Satuan Lingual Kata Ulang Bentuk satuan lingual kata ulang terdapat pada nama lauk dan sayur. Kata ulang merupakan kata yang mengalami proses pengulangan atau reduplikasi. Kata tersebut mengalami pengulangan bentuk, baik seluruhnya maupun sebagian(Ramlan 1980:38). Contoh kata ulang sebagai berikut: 2.2.3.1 Nama Lauk Berbentuk Kata Ulang Melalui Pengulangan Seluruh Berikut dikemukakan nama lauk dan sayur berbentuk kata ulang melalui pengulangan seluruh dalam bentuk tabel:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29
Tabel 3: Nama Lauk Berbentuk Pengulangan Seluruh No 39 40 41 42
Nama Lauk Berbentuk Pengulangan Seluruh oseng-oseng otak-otak rica-rica cumi-cumi
Pada contoh (39), nama lauk oseng-oseng berbentuk kata ulang
yang
mengalami proses pengulangan seluruh bentuk dasar tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks (lih Ramlan, 1980:41). Pembentukan nama berasal dari pengulangan bentuk dasar oseng, tetapi bentuk dasar tersebut tidak dapat berdiri sendiri karena referennya berbeda, Namun dewasa ini, banyak penutur menyebut nama oseng-oseng dengan kata oseng saja sebagai variasi tuturan. Kata ulang oseng-oseng kerap diikuti dengan penambahan kata yang menjadi bahan utama dari kata ulang tersebut, contoh oseng-oseng kikil, oseng-oseng tempe, oseng-oseng teri dan lain lain.
(39a) oseng-oseng kikil (39b) oseng kikil
Pada contoh (40), nama lauk otak-otak berbentuk kata ulang yang mengalami proses pengulangan seluruh bentuk dasar tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks) (lih Ramlan, 1980:41). Meskipun pembentukan nama lauk otak-otak berasal dari pengulangan bentuk dasar otak, tetapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30
bentuk dasar tersebut tidak dapat berdiri sendiri karena mengacu pada referen yang berbeda. Berikut contohnya:
(40a) otak-otak (40b) * otak
Pada contoh (41) nama lauk rica-rica berbentuk kata ulang yang mengalami proses pengulangan seluruh bentuk dasar tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks (lih Ramlan, 1980:41). Pembentukan nama rica-rica berasal dari pengulangan bentuk dasar rica, tetapi bentuk dasar tersebut tidak dapat berdiri sendiri karena referennya berbeda, Namun dewasa ini, banyak penutur menyebut nama rica-rica dengan kata rica saja sebagai variasi tuturan. Kata ulang rica-rica kerap diikuti dengan penambahan kata yang menjadi bahan utama dari kata ulang tersebut, contoh, rica-rica ayam, rica-rica b2 dan lain lain.
(41a) rica-rica ayam (41b) rica ayam
Pada contoh (42), nama lauk cumi-cumi berbentuk kata ulang
yang
mengalami proses pengulangan seluruh bentuk dasar tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks (lih Ramlan, 1980:41). Pembentukan nama cumi-cumi berasal dari pengulangan bentuk dasar cumi, tetapi bentuk dasar tersebut tidak dapat berdiri sendiri karena referennya berbeda, Namun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31
dewasa ini, banyak penutur menyebut nama cumi-cumi dengan kata cumi saja sebagai variasi tuturan. Kata ulang cumi-cumi kerap diikuti dengan penambahan kata yang menunjukan bumbu atau pengolahan dari kata ulang tersebut, contoh, cumi-cumi bakar, cumi-cumi saos padang, cumi-cumi goreng tepung dan lain lain.
(42a) cumi-cumi bakar (42b) cumi bakar
2.2.3.2 Nama Sayur Berbentuk Kata Ulang Melalui Pengulangan Seluruh Berikut dikemukakan nama sayur berbentuk kata ulang melalui pengulangan seluruh dalam bentuk tabel: Tabel 4: Nama Sayur Berbentuk Pengulangan Seluruh No 43 44
Nama Sayur Berbentuk Pengulangan Seluruh oseng-oseng asem-asem
Pada contoh (43), nama sayur oseng-oseng berbentuk kata ulang
yang
mengalami proses pengulangan seluruh bentuk dasar tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks (lih Ramlan, 1980:41). Pembentukan nama oseng-oseng berasal dari pengulangan bentuk dasar oseng, tetapi bentuk dasar tersebut tidak dapat berdiri sendiri karena referennya berbeda, Namun dewasa ini, banyak penutur menyebut nama oseng-oseng dengan kata oseng saja sebagai variasi tuturan. Kata ulang rica-ricaoseng-oseng kerap diikuti dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32
penambahan kata yang menjadi bahan utama dari kata ulang tersebut, contoh, osengoseng kangkung, oseng-oseng pepaya , oseng-oseng daun melinjo, oseng-oseng daun pepaya, dan lain lain.
(43a) oseng-oseng kangkung (43b) oseng kangkung
Pada contoh (44), nama sayur asem-asem berbentuk kata ulang
yang
mengalami proses pengulangan seluruh bentuk dasar tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks) (lih Ramlan, 1980:41). Meskipun pembentukan nama sayur asem-asem berasal dari pengulangan bentuk dasar asem, tetapi bentuk dasar tersebut tidak dapat berdiri sendiri karena referenya berubah menjadi bukan nama masakan melainkan nama bumbu.
(44a) asem-asem (44b) * asem
2.2.3.3 Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Pengulangan Leksikal Berikut dikemukakan nama lauk dan sayur berbentuk pengulangan leksikal dalam bentuk tabel: Tabel 5: Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Pengulangan Leksikal No 45 46
Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Pengulangan Leksikal orak- arik ote-ote
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33
47
sayur sibulung-bulung
Pada contoh (45), nama orak-arik berasal dari bahasa Jawa yang memiliki arti kacau balau. Kata ulang orak-arik tidak memiliki bentuk dasar karena kata orak maupun kata arik sama-sama tidak memiliki makna atau referen. Dengan demikin nama sayur orak-arik merupakan pengulangan leksikal.
(45a) orak-arik (45b) * orak. (45c) * orik
Pada contoh (46), nama lauk ote-ote merupakan lauk berupa adonan tepung dan kerang berbumbu yang digoreng. Lauk ini berasal dari daerah Porong, Jawa Timur. Nama lauk ote-ote tidak memiliki bentuk dasar karena kata ote maupun kata ote sama-sama tidak memiliki makna atau referen. Dengan demikin nama lauk oteote merupakan pengulangan leksikal.
(46a) ote-ote (46b) * ote (46c) * ote
Pada contoh (47), nama sayur sibulung-bulung merupakan bentuk pengulangan leksikal karena kata tersebut tidak memiliki bentuk dasar sibulung ataupun bentuk dasar bulung. Sayur sibulung-bulung merupakan sayur berupa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34
campuran sayur yaitu daun dan bunga pepaya, jantung pisang serta kacang hijau yang dimasak bersama kaldu ayam.
(47) sayur sibulung-bulung (47a) sayur *sibulung (47b) sayur *bulung
2.2.4. Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Kata Majemuk Dalam bahasa Indonesia kerap ditemukan gabungan dua kata yang menimbulkan suatu kata baru atau yang biasa dikenal dengan kata majemuk. Pemajemukan dalam kata juga terjadi dalam nama lauk dan sayur. Berikut ini dikemukakan nama lauk dan sayur berbentuk kata majemuk dalam bentuk tabel.
Tabel 6: Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Kata Majemuk No 48 49 50 51
Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Kata Majemuk garang asem pecel lele pecel ayam sayur asem
Pada contoh (48), nama lauk garang asem berbentuk kata majemuk karena merupakan gabungan dari morfem asal garang dan asem. Kata majemuk garang asem tidak dapat disisipi oleh unsur lain, misalnya unsur yang. Unsur-unsur pada kata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35
majemuk garang asem tidak dapat dipertukarkan tempatnya sehingga menjadi asem garang.
(48a) garang asem (48b) *asem garang Pada contoh (49), nama lauk pecel lele berbentuk kata majemuk karena merupakan gabungan dari morfem asal pecel dan lele. Kata majemuk pecel lele tidak dapat disisipi oleh unsur lain, misalnya unsur yang. Unsur-unsur pada kata majemuk pecel lele tidak dapat dipertukarkan tempatnya sehingga menjadi *lele pecel.
(49a) pecel lele (49b) *lele pecel
Pada contoh (50), nama lauk pecel ayam berbentuk kata majemuk karena merupakan gabungan dari morfem asal pecel dan ayam. Kata majemuk pecel ayam tidak dapat disisipi oleh unsur lain, misalnya unsur yang. Unsur-unsur pada kata majemuk pecel ayam tidak dapat dipertukarkan tempatnya sehingga menjadi *ayam pecel. (50a) pecel ayam (50b) *ayam pecel Pada contoh (51), nama sayur asem berbentuk kata majemuk karena merupakan gabungan dari morfem asal sayur dan asem. Kata majemuk sayur asem tidak dapat disisipi oleh unsur lain, misalnya unsur yang. Unsur-unsur pada kata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36
majemuk sayur asem tidak dapat dipertukarkan tempatnya sehingga menjadi *asem sayur (51a) sayur asem (51b) *asem sayur
2.2.5 Nama Lauk Berbentuk Kependekan Bentuk kependekan dalam Bahasa Indonesia muncul karena terdesak oleh kebutuhan untuk berbahasa secara praktis dan cepat Kebutuhan ini paling terasa di bidang teknis, seperti cabang-cabang ilmu, kepanduan, angkatan bersenjata, dan kemudian menjalar ke bahasa sehari-hari (Kridalaksana, 2010:161) Kependekan juga turut mewarnai kebahasaan nama pada lauk namun tidak halnya dengn nama sayur. Adanya pemendekan dalam nama lauk antara lain membuat nama - nama tersebut unik dan menarik, tujuan lainya untuk memperhalus makna dari nama makanan pendamping yang terkesan kasar bagi etnis tertentu. Terdapat dua bentuk pemendekan dalam nama lauk yaitu singkatan dan akronim. Singkatan merupakan sebuah bentuk singkat yang terdiri satu huruf atau lebih (EYD, 2010:39). Akronim merupakan pemendekan dua kata atau lebih yang diperlakukan menjadi sebuah kata (EYD, 2010: 42).
2.2.5.1 Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Singkatan Pemendekan menggunakan singkatan banyak ditemui dalam nama lauk. Singkatan yaitu salah satu hasil proses pemendekan yang berupa huruf atau gabungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37
huruf (Kridalaksana, 2010: 162). Berikut ini dikemukakan nama lauk berbentuk singkatan dalam bentuk tabel:
Tabel 7: Nama Lauk Berbentuk Singkatan No
Nama Lauk Berbentuk Singkatan
52 53 54 55
B2 B1 RW ASP
Pada contoh (52), kata B2 adalah hasil pengekalan huruf pertama dan huruf ketiga dari kata babi dengan menambahkan bilangan 2. Kependekkan B2 digunakan untuk menyebut nama lauk yang terbuat dari bahan dasar daging babi misalnya ricarica B2, saksang B2, sop B2, dan sebagainya. Kata B2 dapat saling menggantikan dengan kata babi karena keduanya memiliki makna sama dan merujuk pada referen lauk yang terbuat dari daging babi.
(52a) rica-rica B2 (52b) rica-rica daging babi
Pada contoh (53), kata B1 adalah hasil pengekalan huruf pertama (B) pada kata biang dengan bilangan 1 . Kata biang mempunyai arti anjing yang diambil dari bahasa Batak. Kependekkan B1 digunakan untuk menyebut nama lauk yang terbuat dari bahan dasar daging anjing misalnya saksang B1, rica-rica B1, dan lain-lain. Kata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38
B1 dan daging anjing memiliki makna sama dan mengacu pada referen lauk yang terbuat dari daging anjing.
(53a) saksang B1 (53b) saksang daging anjing.
Pada contoh (54), kependekkan RW adalah hasil pengekalan huruf awal dari kata rintek dan kata wuuk. Kedua kata tersebut diambil dari bahasa Manado yang memiliki arti bulu halus dan referennya mengacu pada hewan anjing. Kata RW yang semula hanya menyebut hewan anjing kemudian berkembang menjadi nama lauk yang berupa potongan kecil daging anjing yang ditumis bersama bumbu serai, lengkuas dan cabai. Kata RW dan daging anjing dapat saling menggantikan karena keduanya mengacu pada referen yang sama yaitu lauk yang terbuat dari daging anjing.
(54a) RW (54b) daging anjing
Pada contoh (55), kata ASP adalah hasil pengekalan huruf awal dari frasa Ayam Saos Pedas. Kependekkan ASP digunakan untuk menyebut lauk berupa ayam yang digoreng dengan lapisan tepung dan diberi saus cabai Kata ASP dan Ayam Saos Pedas memiliki referen yang mengacu pada lauk berupa ayam digoreng bersama lapisan tepung dan beri saus pedas sehingga keduanya dapat saling menggantikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39
(56a) ASP (56b) Ayam Saos Pedas
2.2.5.2 Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Akronim Akronim terdapat pada nama lauk dan sayur dalam bahasa Indonesia. Akronim adalah kependekan yang berupa gabungan huruf atau suku kata atau bagian lain dari bentuk dasar dan dilafalkan sebagai sebuah kata yang sedikit banyak memenuhi kaidah fonotaktik dalam bahasa Indonesia(Baryadi, 2011:52). Contoh nama lauk dan sayur dalam satuan lingual akronim sebagai berikut. Tabel 8: Nama Lauk Berbentuk Akronim No
Nama Lauk Berbentuk Akronim
57 58
Sogul Sengsu
Pada contoh (57), kata sogul adalah hasil pengekalan dua suku kata pertama dari kata sop dan kata gulai. Nama lauk sogul digunakan untuk menamai potongan daging ayam yang dimasak dengan santan berbumbu gulai pedas. Kata sogul dan sop gule memiliki referen yang sama yaitu mengacu pada lauk berupa ayam yang dimasak dengan santan. (57a) sogul ayam (57b) sop dan gule ayam Pada contoh (58), akronim sengsu adalah hasil pengekalan dari suku kata terakhir kata tongseng dan kata asu. Tongseng merupakan „masakan yang terbuat dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40
daging dicampur kuah gulai, kecap dan kubis‟ (Sugono, dkk., eds., 2008: 1480), sedangkan kata asu mempunyai arti anjing dalam bahasa Jawa, sehingga akronim sengsu memiliki arti tongseng yang berbahan dasar daging anjing. Kata sengsu dan tongseng asu memiliki referen yang sama sehingga keduanya dapat saling menggantikan. (58a) sengsu (58b) tongseng asu
2.3 Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Satuan Lingual Frasa Atributif Frasa adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi (lihat Ramlan, 1983:137). Dalam penelitian ini, terdapat jenis frasa atributif pada nama lauk dan sayur pada www.femina.co.id dan cookpad.com serta beberapa rumah makan di Yogyakarta. Frasa atributif tersebut kemudian dibagi berdasarkan strukturnya yaitu frasa beratributif dengan atribut koordinatif, frasa gabungan atributif dengan koordinatif dan berdasarkan maknanya yaitu frasa beratribut metaforis serta frasa beratribut non-metaforis. 2.3.1 Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Frasa Atributif Beratribut Frasa Koordinatif Penggunaan frasa ini pada nama makanan timbul karena sang pemberi atau pencipta nama berkeinginan untuk memberi nama sejelas-jelasnya. Berikut ini dikemukakan nama lauk dan sayur berbentuk frasa beratribut frasa koordinatif dalam bentuk tabel:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41
Tabel 9: Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Frasa Atributif dengan Atribut Frasa Koordinatif No
59 60
Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Frasa Atributif dengan Atribut Frasa Koordinatif Anyang ayam dan jantung pisang Anyang pakis dan tauge
Pada contoh (59), nama sayur anyang ayam dan jantung pisang berbentuk frasa atributif dengan atribut frasa koordinatif. Hal tersebut dibuktikan dengan struktur frasa yang menggunakan frasa koordinatif pada atributnya. Frasa anyang ayam dan jantung pisang terdiri dari UP berupa anyang dan atributnya berupa ayam dan jantung pisang. Atribut pada frasa ini berbentuk frasa koordinatif karena memiliki unsur-unsur yang setara. Kesetaraan tersebut dihubungkan dengan kata penghubung dan anyang + UP
ayam dan jantung pisang Atr ( frasa koordinatif)
Pada contoh (60), nama sayur anyang pakis dan tauge berbentuk frasa atributif dengan atribut frasa koordinatif. Hal tersebut dibuktikan dengan struktur frasa yang menggunakan frasa koordinatif pada atributnya. Frasa anyang pakis dan tauge terdiri dari UP (Unsur Pusat) berupa anyang dan atributnya berupa pakis dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42
tauge. Atribut pada frasa ini berbentuk frasa koordinatif karena memiliki unsur-unsur yang setara. Kesetaraan tersebut dihubungkan dengan kata penghubung dan anyang UP
+
pakis dan tauge Atr ( frasa koordinatif)
2.3.2 Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Frasa Atributif dengan Atribut Gabungan Frasa Atributif dan Frasa Koordinatif Berikut ini dipaparkan nama lauk dan sayur berbentuk frasa atributif dengan atribut gabungan frasa atributif dan frasa koordinatif:
Tabel 10: Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Frasa Atributif dengan Atribut Gabungan Frasa Atributif dan Frasa Koordinatif No
Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Frasa Atributif dengan Atribut Gabungan Frasa Atributif dan Frasa Koordinatif
61 62
cabai isi udang dan tahu gulai manis tebu telur dan remis
Pada contoh (61) nama sayur gulai manis tebu telur dan remis berbentuk gabungan frasa atributif dengan frasa koordinatif. Hal tersebut dibuktikan dengan struktur frasa yang terdiri dari UP berupa kata gulai, Atr berupa kata manis dan frasa koordinatif tebu telur dan remis. Frasa tebu telur dan remis berbentuk frasa koordinatif karena memiliki unsur-unsur yang setara. Kesetaraan tersebut dihubungkan dengan kata penghubung dan diantara kata tebu telur dan kata remis. Tebu telur merupakan jenis sayuran berupa bunga tebu, sedangkan remis merupakan jenis udang kecil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43
gulai + manis UP Atr
+ tebu telur dan remis frasa koordinatif
Pada contoh (62), nama lauk cabai isi udang dan tahu berbentuk gabungan frasa atributif dengan frasa koordinatif. Hal tersebut dibuktikan dengan struktur frasa yang terdiri dari UP (Unsur Pusat) berupa kata cabai, Atr berupa kata isi dan frasa koordinatif berupa udang dan tahu. Frasa udang dan tahu berbentuk frasa koordinatif karena memiliki unsur-unsur yang setara. Kesetaraan tersebut dihubungkan dengan kata penghubung dan cabai + UP
isi Atr
+ udang dan tahu frasa koordinatif
2.3.3 Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Frasa Atributif dengan Atribut Gabungan Frasa Atributif dan Frasa Koordinatif sebagai Penjelas Rasa/ Bumbu Berikut ini dikemukakan nama lauk dan sayur berbentuk berbentuk frasa atributif dengan atribut
gabungan frasa atributif dan frasa koordinatif sebagai
penjelas rasa/ bumbu dalam bentuk tabel:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44
Tabel 11: Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Frasa Atributif dengan Atribut Gabungan Frasa Atributif dan Frasa Koordinatif sebagai Penjelas Rasa/ Bumbu No
Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Frasa Atributif dengan Atribut Gabungan Frasa Atributif dan Frasa Koordinatif sebagai Penjelas Rasa/ Bumbu
63 64
oseng jamur pedas dan manis ayam goreng rawit daun jeruk dan belimbing wuluh
Pada (63) nama sayur oseng jamur pedas dan manis berbentuk gabungan frasa atributif dengan frasa koordinatif. Hal tersebut dibuktikan dengan struktur frasa yang terdiri dari UP (Unsur Pusat) berupa kata oseng, Atr berupa kata jamur dan frasa koordinatif pedas dan manis. Frasa pedas dan manis berbentuk frasa koordinatif karena memiliki unsur-unsur yang setara. Kesetaraan tersebut dihubungkan dengan kata penghubung dan diantara kata pedas dan kata manis. Frasa tersebut menjelaskan rasa dari frasa oseng jamur. oseng + jamur + UP Atr
pedas dan manis Frasa koordinatif
Pada contoh (64) nama lauk ayam goreng rawit daun jeruk dan belimbing wuluh berbentuk gabungan frasa atributif dengan frasa koordinatif. Hal tersebut dibuktikan dengan struktur frasa yang terdiri dari UP (Unsur Pusat) berupa kata ayam, Atrs berupa kara goreng dan frasa koordinatif rawit daun jeruk dan belimbing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45
wuluh. Frasa rawit daun jeruk dan belimbing wuluh berbentuk frasa koordinatif karena memiliki unsur-unsur yang setara. Kesetaraan tersebut dihubungkan dengan kata penghubung dan diantara kata rawit daun jeruk dan kata belimbing wuluh. Frasa tersebut menjelaskan bumbu-bumbu yang digunakan pada frasa ayam goreng. ayam UP
+
goreng Atr
+
rawit daun jeruk dan belimbing wuluh frasa koordinatif
2.3.4 Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Frasa Beratribut Metaforis Frasa beratribut metaforis merupakan frasa yang atributnya menggunakan kata metafora. Metafora adalah pemakaian kata atau kelompok kata bukan dengan arti yang sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan (Sugono,dkk., eds., 2008: 908). Nama lauk dan sayur dalam bentuk frasa beratribut metaforis berfungsi untuk membuat nama makanan menjadi lebih menarik. Berikut ini dikemukakan nama lauk berbentuk frasa beratribut metaforis dalam bentuk tabel:
Tabel 12: Nama Lauk Berbentuk Frasa Beratribut Metaforis No 65 67 68 69 70
Nama Lauk Berbentuk Frasa Beratribut Metaforis sate petir tengkleng gajah tongseng jamu ayam koteka telur mata sapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46
71
baby buncis siram daging
72
acar ramping
Pada contoh (60), nama lauk sate petir berbentuk frasa beratribut metaforis. Frasa sate petir merupakan gabungan kata sate sebagai Unsur Pusat (UP) dengan kata petir sebagai atribut. Atribut petir mengacu pada kilatan listrik di udara(Sugono, dkk., eds., 2008:1068), atribut tersebut digunakan sebagai metafora rasa sate yang pedas.
Gambar 1 : sate petir sumber: www.travelmatekamu.com Penggunaan atribut metaforis pada frasa nama lauk yang memiliki rasa pedas seringkali dinyatakan dengan metafora lain yang lebih beragam. Contoh sebagai berikut: (61) oseng mercon (62) tengkleng hohah (63) ceker ranjau (64) ceker dheer. (65) ayam nylekit (66) entok slenget
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47
Pada contoh (61), atribut mercon pada frasa oseng mercon digunakan sebagai metafora rasa tumisan tetelan daging berbumbu cabai yang pedas seperti mercon. Pada contoh (62) atribut hohah pada frasa tengkleng hohah digunakan sebagai metafora rasa tengkleng yang pedas dengan suara hohah. Suara tersebut dihasilkan ketika seseorang memakan sesuatu yang pedas. Pada contoh (63), atribut ranjau pada frasa ceker ranjau digunakan sebagai metafora rasa lauk kaki ayam berbumbu cabai yang pedas seperti ledakan ranjau. Pada contoh (64), atribut dheer pada frasa ceker dheer digunakan sebagai metafora rasa kaki ayam berbumbu cabai yang pedas seperti suara yang ditimbulkan guntur. Pada contoh (65), atribut nylekit pada frasa ayam nylekit digunakan sebagai metafora rasa ayam yang pedas seperti rasa kesakitan. Kata nylekit diambil dari bahasa Jawa yang berarti rasa yang menyakitkan. Pada contoh (66), atribut slenget pada frasa entok slenget digunakan sebagai metafora rasa entok atau itik yang pedas menyakitkan Pada contoh (67), frasa tengkleng gajah berbentuk frasa beratribut metaforis. Frasa tengkleng gajah merupakan gabungan kata tengkleng sebagai Unsur Pusat (UP) dengan kata gajah sebagai atribut. Atribut gajah mengacu pada hewan berbadan besar dan berbelalai panjang, atribut tersebut digunakan sebagai metafora ukuran tulang kambing yang besar pada tengkleng gajah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48
Gambar 2: Tengkleng gajah sumber: www. travel.kompas.com Pada contoh (68), nama lauk tongseng jamu berbentuk frasa beratribut metaforis. Frasa tongseng jamu merupakan gabungan kata tongseng sebagai Unsur Pusat (UP) dengan kata jamu sebagai atribut. Atribut jamu mengacu pada obat yang dibuat dari akar, daun, dan sebagainya(Sugono, dkk., eds., 2008:563), atribut tersebut digunakan sebagai metafora daging anjing yang merupakan bahan utama tongseng jamu.
Gambar 3: tongseng jamu sumber: food.detik.com
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49
Penghalusan makna menggunakan atribut metaforis pada
contoh frasa
tongseng jamu diatas seringkali dinyatakan dengan metafora lain yang lebih beragam. Contoh sebagai berikut: Pada contoh (69), nama lauk tongseng scooby doo berbentuk frasa beratribut metaforis. Frasa tongseng scooby doo merupakan gabungan kata tongseng sebagai Unsur Pusat (UP) dengan scooby doo sebagai atribut. Atribut scooby doo mengacu pada tokoh anjing dalam serial kartun Scooby Doo, atribut tersebut digunakan sebagai metafora daging anjing yang menjadi bahan utama tongseng scooby doo
Gambar 4: Tokoh Kartun Scooby Doo sumber: fanpop.com
Pada contoh (70), nama lauk ayam koteka berbentuk frasa beratribut metaforis. Frasa ayam koteka merupakan gabungan kata ayam sebagai Unsur Pusat (UP) dengan kata koteka sebagai atribut. Atribut koteka mengacu pada penutup kelamin pria pada suku di Papua, atribut tersebut digunakan sebagai metafora bentuk lauk yang seperti koteka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50
Gambar 5: ayam koteka sumber:www. thejakartapost.com
Pada contoh (71), frasa nama lauk telur mata sapi berbentuk frasa. Frasa telur mata sapi merupakan gabungan kata telur sebagai Unsur Pusat (UP) dengan mata sapi sebagai atribut. Atribut mata sapi mengacu pada indra untuk melihat dari hewan sapi, atribut tersebut digunakan sebagai metafor kuning telur yang masih bulat utuh layaknya mata sapi.
Gambar 6: Telur mata sapi sumber: www. kuliner.ilmci.com
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51
Pada contoh (72), nama sayur baby buncis siram daging berbentuk frasa. Frasa tersebut merupakan gabungan kata baby buncis sebagai UP dengan kata siram dan kata daging sebagai atribut. Atribut siram daging mengacu pada perbuatan menyiram daging. Atribut tersebut digunakan sebagai metafor tumisan daging yang diletakan di atas tumisan baby buncis.
Gambar 7: baby buncis siram daging sumber: www.vietnanlicious.wordpress
Pada (73), nama sayur acar ramping berbentuk frasa beratribut metaforis. Frasa tersebut merupakan gabungan kata acar sebagai UP dengan kata ramping atribut metaforis. Atribut ramping mengacu pada suatu bentuk kecil dan panjang. Atribut tersebut digunakan sebagai metafor potongan sayuran pada acar yang memiliki bentuk kecil dan panjang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52
Gambar 8: Acar ramping Sumber www.femina.co.id 2.3.5 Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Frasa Beratribut Non-Metaforis Frasa beratribut non-metaforis merupakan gabungan dua kata atau lebih yang pada atributnya memiliki makna sesuai dengan referennya. Frasa beratribut nonmetaforis
terdapat
dalam nama lauk dan sayur pada www.femina.co.id,
www.cookpad.com dan tujuh rumah makan di Yogyakarta :
2.3.5.1 Nama Lauk Berupa Frasa Atributif Non-Metaforis Berikut ini dikemukakan nama lauk berbentuk frasa atributif non-metaforis dalam tabel berikut: Tabel 13: Nama Lauk Berbentuk Frasa Atributif Non-Metaforis No 74
Nama Lauk Berbentuk Frasa Atributif Non-Metaforis tempe bacem
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53
75 76 77 78
ayam kukus sop konro belut cabe ijo Ikan asin jambal lombok ijo
Pada contoh (74), nama lauk tempe bacem merupakan frasa yang terdiri dari UP+ atribut. Atribut pada frasa tersebut yaitu kata bacem merupakan atribut nonmetaforis yang memiliki makna yang sesuai dengan makna leksikalnya yaitu proses mengungkep menggunakan bumbu hingga airnya terserap habis. Pada contoh (75), nama lauk ayam kukus merupakan frasa yang terdiri dari UP+ atribut . UP pada frasa tersebut yaitu kata ayam. Atribut pada frasa tersebut yaitu kata kukus merupakan atribut non-metaforis yang memiliki makna sesuai dengan makna leksikalnya yaitu proses memasak ayam menggunakan uap air yang dipanaskan. Pada contoh (76), nama lauk sop konro merupakan frasa yang terdiri dari UP+atribut. UP pada frasa tersebut yaitu kata sop. Atribut pada frasa tersebut yaitu kata konro merupakan atribut non-metaforis yang memiliki makna sesuai dengan makna leksikalnya yaitu iga sapi. Pada contoh (77), nama lauk belut cabe ijo merupakan frasa yang terdiri dari UP+atribut+atribut. UP pada frasa tersebut yaitu kata belut. Atribut pada frasa tersebut yaitu kata cabe dan ijo merupakan atribut non-metaforis yang memiliki makna sesuai dengan makna leksikalnya yaitu lauk belut yang dimasak bersama cabai hijau.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54
Pada contoh (78), nama lauk ikan asin jambal lombok ijo merupakan frasa yang terdiri dari UP+atribut+atribut+ atribut+atribut. UP pada frasa tersebut yaitu kata ikan. Atribut pada frasa tersebut yaitu kata asin, jambal, lombok dan ijo merupakan atribut non-metaforis yang memiliki makna sesuai dengan makna leksikalnya yaitu lauk ikan asin jambal yang dimasak bersama cabai hijau.
2.3.5.1 Nama Sayur Berbentuk Frasa Atributif Non-Metaforis Berikut ini dikemukakan nama sayur berbentuk frasa atributif non-metaforis dalam bentuk tabel berikut: Tabel 14: Nama Sayur Berbentuk Frasa Atributif Non-Metaforis No 79 80 81 82 83
Nama Sayur Berbentuk Frasa Atributif Non-Metaforis plecing kangkung gulai rebung kari kentang tumis daun pepaya sayur daun ubi tumbuk
Pada contoh (79) nama sayur plecing kangkung merupakan frasa yang terdiri dari plecing sebagai UP
dan kata kangkung sebagai atribut. Atribut pada frasa
tersebut yaitu kata kangkung merupakan atribut non-metaforis yang memiliki makna yang sesuai dengan makna leksikalnya yaitu „tumbuhan sayur yang menjalar, batangnya berair, daunya meruncing pada bagian ujungnya‟ (Sugono,dkk,(eds) 2008: 617)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55
Pada contoh (80), nama sayur gulai rebung merupakan frasa yang terdiri dari gulai sebagai UP dan kata rebung sebagai atribut. Atribut pada frasa tersebut yaitu kata rebung merupakan atribut non-metaforis yang memiliki makna yang sesuai dengan makna leksikalnya yaitu tunas bambu. Pada contoh (81), nama sayur kari kentang merupakan frasa yang terdiri dari UP+atribut. UP pada frasa tersebut yaitu kata kari. Atribut pada frasa tersebut yaitu kata kentang merupakan atribut non-metaforis yang memiliki makna sesuai dengan makna leksikalnya yaitu umbi. Pada contoh (82), nama sayur tumis daun pepaya merupakan frasa yang terdiri dari UP+atribut+atribut. UP pada frasa tersebut yaitu kata tumis. Atribut pada frasa tersebut adalah kata daun dan pepaya merupakan atribut non-metaforis yang memiliki makna sesuai dengan makna leksikalnya yaitu daun pepaya yang memiliki rasa pahit. Pada contoh (83), nama sayur daun ubi tumbuk merupakan frasa yang terdiri dari UP+atribut+atribut+ atribut. Kata sayur merupakan UP dan kata daun, ubi dan tumbuk merupakan atribut non-metaforis yang memiliki makna sesuai dengan makna leksikalnya yaitu sayur daun ubi yang ditumbuk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56
2.4 Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Klausa Bentuk satuan lingal klausa digunakan pula dalam nama lauk dan sayur. Klausa merupakan satuan gramatik yang terdiri dari S,P baik disertai O, PEL. dan KET ataupun tidak. Dengan ringkas, klausa ialah S P ( O) (PEL) (KET). Tanda kurung itu bersifat mana suka, artinya boleh ada, boleh juga tidak. (lih Ramlan, 2005: 79). Berikut ini dikemukakan nama lauk dan sayur berbentuk klausa dalam bentuk tabel: Tabel 15: Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Klausa No
Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Klausa
84 85 86
gurame menari ayam tangkap kenikir bersantan
Pada contoh (84), nama lauk gurame menari merupakan klausa karena gurame menari terdiri dari unsur S dan P. Predikat menari digunakan pada nama lauk tersebut karena sebelum digoreng punggung ikan disayat terlebih dahulu sehingga ketika digoreng tampak seperti ikan yang sedang menari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57
Gambar 6: Gurame Menari sumber google.co.id.deleuit.co.id
Pada contoh (85), nama lauk ayam tangkap merupakan klausa karena terdiri dari unsur S dan
P. Kata ayam memiliki makna leksikal yaitu „unggas yang
umumnya tidak terbang, dapat dijinakkan dan dipelihara, berjengger, yang jantan berkokok
dan
bertaji,
sedangkan
yang
betina
berkotek
dan
tidak
bertaji‟(Sugono,dkk,(eds) 2008: 105). Kata tangkap memiliki makna leksikal „menangkap‟(Sugono,dkk,(eds) 2008: 1399). Lauk ayam tangkap merupakan ayam yang digoreng bersama rempah-rempah daun.
Gambar 7: Ayam tangkap sumber www.dutaindonesia.asia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58
Pada contoh (86), nama sayur kenikir bersantan merupakan klausa karena terdiri dari unsur S dan P. Kata kenikir memiliki leksikal „tumbuhan perdu, termasuk suku Compositae, bunganya bewarna kuning atau jingga, baunya kurang sedap, daunya dimakan sebagai sayur‟(Sugono,dkk,(eds) 2008: 669). Kata bersantan memiliki leksikal‟ ada santanya; berkuah santan (tentang sayur)‟ (Sugono,dkk,(eds) 2008: 1224). Kenikir bersantan merupakan nama sayur berupa daun kenikir yang dimasak bersama bumbu dan santan.
Gambar 8: Kenikir Bersantan Sumber sajiansedap.com
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59
BAB III DASAR PENAMAAN LAUK DAN SAYUR
3.1 Pengantar Dalam bab ini peneliti membahas dasar penamaan lauk dan sayur. Peneliti mengelompokan dasar penamaan menjadi delapan yaitu penamaan berdasarkan cara pengolahan, penamaaan berdasarkan alat pengolahan , penamaan berdasarkan bumbu pengolahan, penamaan berdasarkan bahan tambahan, penamaaan berdasarkan tempat asal, penamaan berdasarkan warna, penamaaan berdasarkan rasa, dan penamaan berdasarkan bahan utama 3.2 Dasar Penamaan Nama Lauk dan Sayur Berdasarkan Cara Pengolahan Pada kategori ini penamaan lauk dan sayur berasal cara saat mengolah lauk dan sayur. Cara adalah jalan (aturan, sistem) melakukan sesuatu (Sugono, dkk., eds., 2008: 245). Cara pengolahan pada nama lauk dan sayur terdapat pada atributnya. Cara khusus itu kemudian menjadi dasar nama lauk dan sayur. Dasar penamaan nama lauk dan sayur berdasarkan cara pengolahan dibedakan menjadi tipe 1 dan tipe 2. Pada tipe 1 , dasar penamaan nama lauk terletak pada atribut. Pada tipe 2 dasar penamaanya terletak pada Unsur Pusat (UP). Berikut jenis nama lauk dan sayur yang termasuk dalam pengolahan yang menggunakan teknik atau cara pengolahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60
3.2.1 Dasar Penamaan Berdasarkan Cara Pengolahan Tipe 1 Pada kategori ini nama lauk dan sayur didasarkan pada cara pengolahan pada atributnya. Berikut contoh nama lauk dan sayur berdasarkan cara pengolahan tipe 1:
(88) ayam bakar (89) kambing guling (90) tahu bacem (91) sate lilit (92) kenikir rebus (93) terong goreng Pada contoh (88), nama ayam bakar diambil dari klausa ayam yang dibakar .Kata bakar memiliki makna leksikal yaitu „cara memasak makanan berupa umbiumbian, sayur-sayuran, daging, dan sebagainya dengan menggunakan bara batu yang dipanaskan‟ (Sugono, dkk., eds., 2008: 121). Dasar penamaan lauk ayam bakar dapat dijelaskan sebagai berikut, diambil dari proses pembuatan lauk tersebut yaitu membakar ayam yang sebelumnya telah dibumbui di atas bara api dengan dibolakbalik agar tidak hangus. Dari proses pengolahan sate tersebut menghasilkan nama ayam bakar.
ayam + bakar Kata ayam merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata bakar merupakan atribut yang menunjukkan cara pengolahan pada frasa ayam bakar. Cara pengolahan tersebut kemudian menjadi dasar nama ayam bakar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61
Pada contoh (89), nama lauk kambing guling diambil dari klausa kambing yang diguling. Kata guling memiliki makna leksikal yaitu „gulung bolak-balik‟ (Sugono,dkk., eds,. 2008: 465). Dasar penamaan lauk kambing guling dapat dijelaskan sebagai berikut, diambil dari proses pembuatan berupa mengguling-gulingkan kambing utuh yang sebelumnya telah dibumbui diatas bara api agar tidak hangus. Dari proses pengolahan tersebut menghasilkan nama kambing guling. Pada dasarnya cara pengolahan kambing guling adalah dibakar, namun proses menguling-gulingkan kambing diatas bara api yang dipilih menjadi dasar penamaan.
kambing + guling
Kata kambing merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata guling merupakan atribut yang menunjukkan cara pengolahan pada frasa kambing guling. Cara pengolahan tersebut kemudian menjadi dasar nama kambing guling. Pada contoh (90), nama lauk tahu bacem yang diambil dari klausa tahu yang dibacem. Kata bacem memiliki makna leksikal yaitu „merendam tahu, tempe dengan bumbu dan merebusnya dalam tempat tertutup sampai airnya habis. (Sugono,dkk., eds,. 2008: 110). Dasar penamaan lauk tahu bacem dapat dijelaskan sebagai berikut, diambil dari proses pembuatan berupa membacem/ merendam tahu bersama bumbu dan merebusnya hingga airnya terserap habis. Dari proses pengolahan tersebut menghasilkan nama tahu bacem.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62
tahu + bacem
Kata tahu merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata bacem merupakan atribut yang menunjukkan cara pengolahan pada frasa tahu bacem. Cara pengolahan tersebut kemudian menjadi dasar nama tahu bacem. Pada contoh (91), nama lauk sate lilit diambil dari klausa sate yang dililitkan. Sate lilit merupakan sate berbahan dasar ikan yang sudah dihaluskan, diberi bumbu dan dililitkan pada sebatang serai atau bambu kemudian dibakar. Kata lilit memiliki makna leksikal yaitu „kebatan yang membelit-belit‟ (Sugono, dkk., eds., 2008:827). Dasar penamaan lauk sate lilit dapat dijelaskan sebagai berikut, diambil dari proses pembuatan berupa adonan daging ikan yang dililitkan di batang serai atau bambu. Dari proses pengolahan sate tersebut menghasilkan nama sate lilit, meskipun sate lilit diolah dengan cara dibakar namun proses melilitkan adonan sate yang dipilih menjadi dasar penamaan.
sate + lilit
. Kata sate merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata lilit merupakan atribut yang menunjukkan cara pengolahan pada frasa sate lilit. Cara pengolahan tersebut kemudian menjadi dasar nama sate lilit. Pada contoh (92), nama kenikir rebus diambil dari klausa kenikir yang direbus .Kata rebus memiliki makna leksikal yaitu „memasak sesuatu dengan air atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63
memasak sesuatu dalam air mendidih‟ (Sugono, dkk., eds.,
2008:827). Dasar
penamaan sayur kenikir rebus dapat dijelaskan sebagai berikut, diambil dari proses pengolahan sayur kenikir yang direbus di dalam air mendidih. Dari proses pengolahan kenikir tersebut menghasilkan nama kenikir rebus.
kenikir+ rebus
Kata kenikir merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata rebus merupakan atribut yang menunjukkan cara pengolahan pada frasa kenikir rebus. Cara pengolahan tersebut kemudian menjadi dasar nama kenikir rebus. Pada contoh (93), nama sayur terong goreng diambil dari klausa terong yang digoreng. Kata goreng memiliki makna leksikal „masak dengan minyak (Sugono,dkk., eds., 2008: 459). Dasar penamaan nama sayur terong goreng dapat dijelaskan sebagai berikut, diambil dari proses pengolahan berupa menggoreng. Dari proses pengolahan terong tersebut menghasilkan nama terong goreng
terong + goreng
Kata terong merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata goreng merupakan atribut yang menunjukkan cara pengolahan pada frasa terong goreng. Cara pengolahan tersebut kemudian menjadi dasar nama terong goreng.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64
UP
atribut
bahan
cara
Bagan 1 : Nama Lauk dan Sayur Berdasarkan Cara Pengolahan Tipe 1
3.2.2 Dasar Penamaan Berdasarkan Cara Pengolahan Tipe 2 Pada kategori ini nama lauk dan sayur didasarkan pada cara pengolahan pada Unsur Pusatnya (UP). Berikut contoh nama lauk dan sayur berdasarkan cara pengolahan tipe 2:
(94) bacem kepala kambing (95) gulai otak (96) oseng kikil (97) ca pokcoy (98) tumis bunga pepaya Pada contoh (94), nama lauk bacem kepala kambing diambil dari klausa membacem kepala kambing. Kata bacem pada nama bacem kepala kambing memiliki makna leksikal „merendam (tahu , tempe,dsb) dng bumbu dan merebusnya di tempat yang tertutup sampai airnya habis‟ (Sugono.dkk., eds., 2008: 110). Dasar penamaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65
lauk bacem kepala kambing dapat dijelaskan sebagai berikut, diambil dari proses pembuatan berupa membacem kepala kambing yang telah dibersihkan dengan gula merah dan bumbu-bumbu hingga airnya habis. Dari proses pengolahan kepala kambing tersebut menghasilkan nama bacem kepala kambing.
bacem + kepala kambing
Kata bacem merupakan Unsur Pusat (UP) dan frasa kepala kambing merupakan atribut. UP tersebut menunjukkan cara pengolahan kepala kambing. Cara pengolahan tersebut kemudian menjadi dasar nama lauk bacem kepala kambing. Pada contoh (95), nama lauk gulai otak diambil dari klausa menggulai otak. Kata gulai pada nama gulai otak memiliki makna leksikal „sayur berkuah santan dan diberi kunyit serta bumbu khusus‟ (Sugono.dkk., eds., 2008: 464). Dasar penamaan lauk gulai otak dapat dijelaskan ssebagai berikut, diambil dari proses pembuatan berupa menggulai otak sapi. Dari proses pengolahan tersebut menghasilkan nama gulai otak
gulai + otak
Kata gulai merupakan UP dan kata otak merupakan atribut pada frasa di atas. Kata gulai sebagai UP menunjukkan cara pengolahan pada lauk gulai otak. Cara pengolahan tersebut kemudian menjadi dasar nama gulai otak. Proses menggulai juga digunakan pada ikan, pakis, ayam, dan lain lain sehingga menjadi dasar nama gulai ikan, gulai ayam dan gulai pakis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66
Pada contoh (96), nama lauk oseng kikil diambil dari klausa mengoseng kikil. Kata oseng diambil dari bahasa Jawa yang berarti tumis. Dasar penamaan nama lauk oseng kikil dapat dijelaskan sebagai berikut, diambil dari proses pembuatan berupa mengoseng atau menumis kulit sapi/ kikil yang telah dibersihkan bersama bumbu. Dari proses pengolahan kikil tersebut menghasilkan nama oseng kikil
oseng + kikil
Kata oseng merupakan UP dan kata kikil merupakan atribut pada frasa di atas. UP pada kata oseng menunjukkan cara pengolahan lauk oseng kikil. Cara pengolahan tersebut kemudian menjadi dasar nama oseng kikil. Cara mengolah lauk dengan cara oseng juga turut digunakan pada tahu, tempe, kangkung, dan teri sehingga menjadi dasar nama lauk berupa oseng tempe, oseng kangkung, dan oseng teri. Pada contoh (97), nama sayur ca pokcoy diambil dari klausa mengeca pokcoy. Ca pokcoy merupakan„ sayur berupa pokcoy yang kuahnya sedikit dan kental. Dasar penamaan nama sayur cah pokcoy dapat dijelaskan sebagai berikut, diambil dari proses pembuatan berupa „memasak pokcoy dengan sedikit kaldu dan campuran tepung kanji‟ (Sugono,dkk., eds., 2008:231). Dari proses pengolahan pokcoy tersebut menghasilkan nama ca pokcoy
ca + pokcoy Kata ca merupakan UP dan kata pokcoy merupakan atribut pada frasa di atas. UP pada kata ca menunjukkan cara pengolahan sayur ca pokcoy. Cara pengolahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67
tersebut kemudian menjadi dasar nama ca pokcoy. Cara mengolah sayur dengan cara ca juga turut digunakan pada jamur, kangkung, kailan sehingga menjadi dasar nama sayur berupa ca jamur, ca kangkung dan ca kalian. Pada contoh (98), nama sayur tumis bunga pepaya diambil dari klausa menumis bunga pepaya.
Tumis bunga pepaya merupakan sayur
berupa bunga
pepaya yang dimasak dengan cara tumis. Kata tumis memiliki makna leksikal „masakan dari sayuran dan sebagainya yang digoreng dengan sedikit minyak‟ (Sugono, dkk., eds., 2008: 1499). Dasar penamaan nama sayur tumis bunga pepaya dapat dijelaskan sebagai berikut, diambil dari proses pengolah berupa mengoreng bunga pepaya dengan sedikit minyak.. Dari proses pengolahan bunga pepaya tersebut menghasilkan nama tumis bunga pepaya
tumis + bunga pepaya
Kata tumis merupakan UP dan tumis bunga pepaya merupakan UP pada frasa di atas. UP pada kata tumis menunjukkan cara pengolahan sayur tumis bunga pepaya. Cara pengolahan tersebut kemudian menjadi dasar nama tumis bunga pepaya. Cara mengolah sayur dengan cara tumis juga turut digunakan pada kacang panjang, labu siam, tauge, dll sehingga menjadi dasar nama sayur berupa tumis kacang panjang, tumis labu siam dan tumis tauge.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68
UP
atribut
cara
bahan
Bagan 2: Nama Lauk dan Sayur Berdasarkan Cara Pengolahan Tipe 2
3.3 Dasar Penamaan Nama Lauk dan Sayur Berdasarkan Alat Pengolahan Pada kategori ini dasar penamaan lauk dan sayur didasarkan pada alat yang digunakaan saat memasak atau menyajikan lauk dan sayur. Alat adalah „benda yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu: perkakas; perabotan‟(Sugono.dkk., eds., 2008: 36). Nama alat tersebut kemudian menjadi dasar nama lauk dan sayur. Berikut jenis nama lauk dan sayur yang termasuk dalam pengolahan yang menggunakan alat. (99) bandeng presto (100) ayam buluh ( 101) empal gentong (102) soto batok (103) ayam cobek (104) pecel pincuk (105) kangkung hotplate Pada contoh (99), bandeng presto merupakan ikan bandeng yag direbus bersama bumbu menggunakan panci presto. Kata presto memiliki makna leksikal „panci tekan‟ (Sugono.dkk., eds., 2008: 1101). Dasar penamaan bandeng presto
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69
dapat dijelaskan sebagai berikut, diambil dari alat pengolahan berupa panci presto. Panci ini digunakan untuk merebus ikan bandeng bersama bumbu sehingga durinya lunak. Dari alat pengolahan bandeng tersebut menghasilkan nama bandeng presto
bandeng + presto
Kata bandeng merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata presto merupakan atribut yang menunjukkan alat pengolahan pada frasa bandeng presto. Alat pengolahan tersebut kemudian menjadi dasar nama bandeng presto. Pada (100), nama lauk ayam buluh merupakan potongan daging ayam yang diberi bumbu-bumbu dimasukkan ke dalam bambu dan dikukus. Kata buluh memiliki makna leksikal „bambu‟(Sugono.dkk(eds.) 2008: 221). Dasar penamaan lauk ayam buluh dapat dijelaskan sebagai berikut, diambil dari alat pembuatan berupa buluh atau bambu yang menjadi media memasak potongan ayam beserta bumbunya. Dari alat pengolahan lauk tersebut menghasilkan nama ayam buluh
ayam + buluh
Kata ayam merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata buluh merupakan atribut yang menunjukkan alat pengolahan pada frasa ayam buluh. Alat pengolahan tersebut kemudian menjadi dasar nama ayam buluh. Pada contoh (101), nama lauk empal gentong merupakan potongan dagi sapi yang dimasak dengan santan dan diberi bumbu. Kata gentong memiliki makna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70
leksikal „tempat air yg berbentuk seperti tempayan besar, biasanya terbuat dr tanah liat‟ (Sugono.dkk., eds., 2008: 442). Dasar penamaan lauk empal gentong dapat dijelaskan sebagai berikut, diambil dari alat pengolahan berupa gentong yang digunakan merebus potongan daging sapi bersama santan dan bumbu. Dari alat pengolahan lauk tersebut menghasilkan nama empal gentong. Lauk empal gentong tetap disebut dengan nama empal gentong meskipun alat pengolahan gentong diganti menggunakan panci biasa. empal + gentong Kata empal merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata gentog merupakan atribut yang menunjukkan alat pengolahan pada frasa empal gentong. Alat pengolahan tersebut kemudian menjadi dasar nama empal gentong. Pada contoh (102), nama soto batok merupakan soto ayam yang disajikan di dalam batok kelapa.. Kata batok memiliki makna leksikal „tempurung‟ (Sugono.dkk., eds., 2008: 147). Dasar penamaan soto batok dapat dijelaskan sebagai berikut, diambil dari alat penyajian berupa batok yang digunakan menyajikan soto ayam. Dari alat penyajian soto tersebut menghasilkan nama soto batok. soto + batok
Kata soto merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata batok merupakan atribut yang menunjukkan alat penyajian pada frasa soto batok. Alat pengolahan tersebut kemudian menjadi dasar nama soto batok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71
Pada (103), nama ayam cobek merupakan lauk berupa ayam goreng yang ulek kasar di atas cobek. Kata cobek memiliki makna leksikal yaitu „perabot dapur, terbuat dr batu atau tanah liat yg dibentuk spt piring, untuk mengulek bumbu (merica, cabai, dsb)‟ (Sugono.dkk., eds., 2008: 271). Dasar penamaan lauk ayam cobek dapat dijelaskan sebagai berikut, diambil dari alat penyajian ayam berupa piring tanah liat yang berfungsi sebagai tempat menyajikan ayam dengan sambal. Dari alat penyajian tersebut menghasilkan nama ayam cobek ayam + cobek
Kata ayam merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata cobek merupakan atribut yang menunjukkan alat pengolahan pada frasa ayam cobek. Alat pengolahan tersebut kemudian menjadi dasar nama ayam cobek Pada contoh (104), pecel pincuk merupakan sayuran rebus dibumbui saus kacang dan disajikan diatas pincuk. .Kata pincuk memiliki makna leksikal „wadah (rujak, gado-gado, dan sebagainya) dari daun pisang yang dilipat dan disemat dengan lidi sehingga membentuk lekukan‟ (Sugono.dkk., eds., 2008: 1076). Dasar penamaan pecel pincuk dapat dijelaskan sebagai berikut, diambil dari tempat penyajian berupa pincuk yang digunakan menyajikan pecel. Dari tempat penyajian pecel tersebut menghasilkan nama pecel pincuk.
pecel + pincuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72
Kata pecel merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata pincuk merupakan atribut yang menunjukkan alat pengolahan pada frasa pecel pincuk . Alat pengolahan tersebut kemudian menjadi dasar nama pecel pincuk Pada (105), nama sayur kangkung hotplate merupakan cah kangkung yang disajikan di atas hotplate. Kata hotplate diambil dari bahasa Inggris yang memilik arti piring panas. Penggunaan hotplate banyak ditemui di restoran chinese food. Dasar penamaan lauk kangkung hotplate dapat dijelaskan sebagai berikut, diambil dari alat penyajian kangkung berupa piring batu yang sebelumnya sudah dipanaskan terlebih dahulu. Dari alat penyajian tersebut menghasilkan nama kangkung hotplate
kangkung + hotplate
Kata kangkung merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata hotplate merupakan atribut yang menunjukkan alat pengolahan pada frasa kangkung hotplate. Alat pengolahan tersebut kemudian menjadi dasar nama kangkung hotplate.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73
UP
atribut
bahan/ masakan
alat
Bagan 3: Nama Lauk dan Sayur Berdasarkan Alat Pengolahan
3.4
Dasar Penamaan Nama Lauk dan Sayur Berdasarkan Bumbu Pengolahan Pada kategori ini penamaan lauk dan sayur berdasarkan bumbu pengolahan.
Bumbu adalah berbagai jenis hasil tanaman yang berbau harum atau sedap seperti jahe, kunyit, lengkuas, pala, merica yang digunakan untuk menyedapkan masakan. (Sugono.dkk., eds., 2008: 221) Bumbu yang digunakan
pada lauk dan sayur
kemudian menjadi dasar penamaan lauk dan sayur Berikut jenis nama lauk dan sayur berdasarkan bumbu pengolahan: (106) telur bumbu rujak (107) tahu petis (108) ikan woku (109) terong balado (110) kangkung taoco (111) genjer belacan Pada (106), nama lauk telur bumbu rujak merupakan telur yang dimasak dengan bumbu rujak. Kata rujak merupakan bumbu yang terbuat dari cabai merah, bawang merah dan bumbu lainya yang di haluskan. Dasar penamaan lauk telur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74
bumbu rujak
dapat dijelaskan sebagai berikut. diambil dari bumbu rujak yang
digunakan untuk membumbui telur. Dari bumbu pengolahan tersebut menghasilkan nama lauk telur bumbu rujak.
telur + bumbu rujak
Kata telur merupakan Unsur Pusat (UP) dan klausa bumbu rujak merupakan atribut dari frasa tersebut. Atribut bumbu rujak menunjukkan bumbu pengolahan pada frasa telur bumbu rujak. Bumbu tersebut kemudian menjadi dasar nama telur bumbu rujak. Pada (107), nama lauk tahu petis merupakan tahu goreng yang pada bagian tengahnya diisi dengan bumbu petis. Kata petis memiliki arti makna leksikal yaitu „makanan yg dibuat dr udang segar yang ditumbuk halus, direbus dengan air abu merang dan dibumbui, bewarna hitam, kental dan berbau tajam‟ (Sugono.dkk., eds., 2008: 1068). Petis terbuat dari produk sampingan pengolahan makanan berkuah (biasanya dari pindang, kupang, atau udang) yang dipanaskan hingga cairan kuah menjadi kental seperti saus yang lebih padat. Petis banyak dijumpai pada makanan khas daerah Jawa Timur antara lain rujak cingur Dasar penamaan lauk tahu petis
dapat dijelaskan sebagai berikut. diambil dari
bumbu petis yang digunakan untuk membumbui tahu. Dari bumbu pengolahan tersebut menghasilkan nama lauk tahu petis.
tahu + petis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75
Kata tahu merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata petis merupakan atribut. Atribut petis menunjukkan bumbu pengolahan pada frasa tahu petis.. Bumbu tersebut kemudian menjadi dasar nama tahu petis. Pada (108), nama lauk ikan woku merupakan ikan yang dimasak dengan bumbu woku. Kata woku memiliki makna leksikal makna leksikal „ makanan khas minahasa, terbuat dr ikan yg dibumbui cabai, bawang merah, bawang prei, daun kunyit, dan kemangi, dsb‟ (Sugono.dkk(eds.) 2008: 1563). Dasar penamaan lauk ikan woku
dapat dijelaskan sebagai berikut, diambil
dari bumbu masakan Manado yang terbuat dari berbagai macam bumbu antara lain kemangi, daun jeruk, daun pandan , kunyit, serai, daun bawang, tomat, cabe rawit, kunyit, jahe, dan bawang putih. Dari bumbu pengolahan lauk tersebut menghasilkan nama ikan woku
ikan+ woku
Kata ikan merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata woku merupakan atribut yang menunjukan bumbu pengolahan pada frasa ikan woku. Bumbu pengolahan tersebut kemudian menjadi dasar nama ikan woku. Pada (109), nama sayur terong balado merupakan sayur terong yang dimasak menggunakan
bumbu
balado.
Kata
balado
adalah
bumbu
masak
khas
daerah Minangkabau. Bumbu balado terdiri atas cabai, bawang merah, bawang putih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76
dan rempah-rempah lainya yang dihaluskan. Dasar penamaan terong balado
dapat
dijelaskan sebagai berikut, diambil dari bumbu balado yang digunakan untuk membumbui terong Dari bumbu pengolahan sayur tersebut menghasilkan nama terong balado
terong + balado
Kata terong merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata balado merupakan atribut yang menunjukkan bumbu pengolahan pada frasa terong balado. Bumbu pengolahan tersebut kemudian menjadi dasar nama terong balado. Pada contoh (110), nama sayur kangkung taoco merupakan sayur kangkung yang ditumis menggunakan bumbu taoco. Kata taoco memiliki makna leksikal „ makanan terbuat dari kedelai yang setelah direbus dan diawetkan dengan garam, biasanya digunakan sebagai bumbu masakan‟(Sugono, dkk., eds., 2008:1402). Dasar penamaan kangkung taoco dapat dijelaskan sebagai berikut, diambil dari bumbu taoco yang digunakan untuk membumbui kangkung. Dari bumbu pengolahan sayur tersebut menghasilkan nama kangkung taoco
kangkung + taoco
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77
Kata kangkung merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata taoco merupakan atribut yang menunjukkan bumbu pengolahan pada frasa kangkung taoco. Bumbu pengolahan tersebut kemudian menjadi dasar nama kangkung taoco Pada (111) nama sayur genjer belacan merupakan sayur genjer yang ditumis menggunakan bumbu belacan. Kata belacan memiliki makna leksikal „ bumbu masakan yang terbuat dari udang atau ikan kecil-kecil yang ditumbuk halus, digunakan untuk sambal atau menyedapkan makanan‟(Sugono, dkk., eds., 2008:1402). Dasar penamaan genjer belacan
dapat dijelaskan sebagai berikut,
diambil dari bumbu belacan yang digunakan untuk membumbui genjer. Dari bumbu pengolahan sayur tersebut menghasilkan nama genjer belacan
genjer + belacan
Kata genjer merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata belacan merupakan atribut yang menunjukkan bumbu pengolahan pada frasa genjer belacan. Bumbu pengolahan tersebut kemudian menjadi dasar nama genjer belacan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78
UP
atribut
bahan
bumbu
Bagan 4 : Nama Lauk dan Sayur Berdasarkan Bumbu Pengolahan
3.5 Dasar Penamaan Nama Lauk dan Sayur Berdasarkan Tempat Asal Daerah atau tempat asal lauk dan sayur pertama kali diciptakan atau dibuat dapat dijadikan dasar nama lauk dan sayur. Daerah merupakan tempat sekeliling atau yang termasuk dl lingkungan suatu kota (wilayah, dsb)‟ (Sugono.dkk., eds., 2008: 28) (112) soto kudus (113) ote-ote ponorogo (114) sate padang (115) ayam goreng kalasan (116) swieke purwodadi Pada contoh (112), nama soto kudus merupakan soto yang berisi suwiran ayam dan tauge. Kata kudus pada nama soto kudus merupakan nama kabupaten di provinsi Jawa Tengah. Dasar penamaan soto kudus dapat dijelaskan sebagai berikut, diambil dari tempat asal lauk yaitu kabupaten Kudus. Dari asal tempat lauk tersebut menghasilkan nama soto kudus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79
soto + kudus Kata soto merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata kudus merupakan atribut yang menunjukan tempat asal pada frasa soto kudus. Tempat asal tersebut kemudian menjadi dasar nama soto kudus. Selain nama soto kudus terdapat pula nama soto yang menggunakan dasar penamaan asal tempat yaitu coto makassar, soto lamongan, soto boyolali, soto banjar, dan lain-lain. Pada (113), nama lauk ote-ote ponorogo merupakan lauk yang sepintas mirip dengan bakwan.
Kata ponorogo pada nama ote-ote ponorogo merupakan nama
kabupaten di provinsi Jawa Timur. Dasar penamaan ote-ote ponorogo
dapat
dijelaskan sebagai berikut, diambil dari asal tempat lauk yaitu kabupaten Ponorogo. Dari asal tempat lauk tersebut menghasilkan nama soto ote-ote ponorogo. ote- ote + ponorogo Kata ote-ote merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata ponorogo merupakan atribut. Atribut ponorogo menunjukkan tempat asal pada frasa ote-ote ponorogo. Tempat asal tersebut kemudian menjadi dasar nama ote-ote ponorogo. Pada contoh (114), nama lauk sate padang merupakan daging dan jerohan sapi dan ditusuk menggunakan tusuk sate
serta disiram kuah kental bewarna
kekuningan. Kata padang merupakan nama ibu kota di Provinsi Sumatera Barat. Dasar penamaan sate padang dapat dijelaskan sebagai berikut, diambil dari asal tempat lauk yaitu kota Padang. Dari asal tempat lauk tersebut menghasilkan nama sate padang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80
sate+ padang Kata sate merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata padang merupakan atribut. Atribut padang menunjukkan tempat asal pada frasa sate padang. Tempat asal tersebut kemudian menjadi dasar nama sate padang. Selain nama sate padang terdapat pula nama sate yang menggunakan dasar penamaan asal tempat yaitu sate madura Pada contoh (115), nama lauk ayam goreng kalasan merupakan ayam yang dibumbui kemudian digoreng. Kata kalasan merupakan nama daerah Kalasan di provinsi Yogyakarta. Dasar penamaan lauk ayam goreng kalasan dapat dijelaskan sebagai berikut, kata kalasan diambil dari asal tempat lauk yaitu daerah Kalasan. Dari asal tempat lauk tersebut menghasilkan nama ayam goreng kalasan
ayam + goreng+ kalasan
Kata ayam merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata goreng serta kalasan merupakan atribut. Atribut kalasan menunjukkan tempat asal pada frasa ayam goreng kalasan. Tempat asal tersebut kemudian menjadi dasar nama ayam goreng kalasan. Pada contoh (116), nama lauk swike purwodadi merupakan lauk berupa paha kodok hijau diolah dengan bumbu bawang putih, jahe, dan tauco, garam, dan lada. Kata purwodadi merupakan sebuah nama daerah di Provinsi Jawa Tengah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81
Dasar penamaan lauk swieke purwodadi
dapat dijelaskan sebagai berikut, kata
purwodadi diambil dari asal tempat lauk. Dari asal tempat lauk
tersebut
menghasilkan nama swieke purwodadi
swieke+ purwodadi
Kata swieke merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata purwodadi merupakan atribut. Atribut purwodadi menunjukkan tempat asal pada frasa swieke purwodadi. Tempat asal tersebut kemudian menjadi dasar nama swieke purwodadi.
UP
atribut
bahan
tempat asal
Bagan 5: Nama Lauk dan Sayur Berdasarkan Tempat Asal
3.6 Dasar Penamaan Nama Lauk dan Sayur Berdasarkan Rasa Pada kelompok ini, penamaan lauk dan sayur didasarkan pada rasa yang dominan. Rasa dominan pada lauk dan sayur meliputi rasa asin, rasa asam, serta rasa manis. Rasa tersebut kemudian menjadi dasar nama lauk dan sayur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82
(117) telur asin (118) gurame asam manis (119) dendeng manis (120 ) sayur asem Pada contoh (117), Kata asin menunjuk pada rasa telur. Rasa asin tersebut berasal dari garam yang dicampur bata merah yang dihaluskan, adonan batu bata merah digunakan untuk membungkus telur bebek sehingga menciptakan rasa asin pada telur. Dasar penamaan lauk telur asin dapat dijelaskan sebagai berikut, kata asin diambil dari rasa lauk telur asin. Dari rasa lauk tersebut menghasilkan nama telur asin
telur+ asin
Kata telur merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata asin merupakan atribut. Atribut asin menunjukkan rasa pada frasa telur asin. Rasa tersebut kemudian menjadi dasar nama telur asin. Selain nama telur asin terdapat pula nama lauk dan sayur yang menggunakan dasar penamaan rasa asin yaitu sawi asin dan ikan asin. Pada contoh (118), frasa asam manis pada menunjuk pada rasa lauk gurame asam manis. Rasa asam manis dihasilkan campuran saus tomat dan saus cabai serta gula bumbu lainya. Campuran bumbu tersebut dituangakna ke atas ikan gurami goreng, sehingga menghasilkan rasa asam. Dasar penamaan lauk gurame asam manis dapat dijelaskan sebagai berikut, kata asam dan manis diambil dari rasa lauk gurame
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83
asam manis. Dari rasa dominan pada lauk tersebut menghasilkan nama gurame asam manis.
gurame + asam+ manis
Kata gurame merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata asam serta manis merupakan atribut. Atribut asam dan manis menunjukkan rasa pada gurame asam manis. Rasa tersebut kemudian menjadi dasar nama gurame asam manis. Selain nama gurame asam manis terdapat pula nama lauk yang menggunakan dasar penamaan rasa asam manis yaitu kerang asam manis, cumi asam manis, ayam asam manis. Pada contoh (119), kata manis pada contoh di atas
merujuk
pada rasa
dendeng. Rasa manis tersebut berasal penambahan gula pada bumbu pembuat dendeng sehingga menghasilkan rasa manis pada dendeng. Dasar penamaan sayur asem dapat dijelaskan sebagai berikut, kata manis diambil dari rasa pada dendeng. Dari rasa pada lauk tersebut menghasilkan nama dendeng manis.
dendeng + manis
Kata dendeng merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata manis merupakan atribut. Atribut manis menunjukkan rasa pada frasa dendeng manis. Rasa tersebut kemudian menjadi dasar nama dendeng manis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84
Pada contoh (120), kata asem merujuk pada rasa sayur asem. Rasa asem tersebut berasal dari buah asem yang menjadi bumbu pada sayur asem sehingga menghasilkan rasa asem sayur tersebut. Dasar penamaan sayur asem dapat dijelaskan sebagai berikut, kata asam diambil dari rasa pada sayur asem. Dari rasa pada sayur tersebut menghasilkan nama sayur asem.
sayur + asem Kata sayur merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata asem merupakan atribut yang menunjukkan rasa pada frasa sayur asem. Rasa tersebut kemudian menjadi dasar nama sayur asem. Selain nama sayur asem terdapat pula nama lauk yang menggunakan dasar penamaan rasa asem yaitu garang asem, sup ikan kuah asam.
UP
atribut
bahan/ masakan
rasa
Bagan 6: Nama Lauk dan Sayur Berdasarkan Rasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85
3.7
Dasar Penamaan Nama Lauk dan Sayur Berdasarkan Bahan Tambahan Pada kelompok ini penamaan lauk dan sayur didasarkan pada bahan tambahan
yang menyertai dalam pengolahannya. Bahan tambahan diolah bersama bahan utama dalam sebuah masakan. Bahan tambahan pada lauk dan sayur kemudian menjadi dasar penamaan lauk dan sayur. (121) babi kecap (122) ayam kremes (123) udang telur asin (124) gulai ikan daun mangkokan (125) tumis kacang panjang teri medan Pada contoh (121), nama lauk babi kecap merupakan potongan daging babi yang dimasak bersama kecap manis. Kata kecap memiliki makna leksikal „cairan atau saus hasil olahan kacang kedelai yang diberi gula dan rempah-rempah‟(Sugono, dkk., eds., 2008:643). Dasar penamaan lauk babi kecap dapat dijelaskan sebagai berikut, kata kecap diambil dari bahan tambahan pada lauk tersebut. Dari bahan tambahan lauk tersebut menghasilkan nama babi kecap
babi +kecap
Kata babi merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata kecap merupakan bahan tambahan dalam pengolahan frasa babi kecap. Bahan tambahan itu kemudian menjadi dasar nama babi kecap.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86
Pada contoh (122), nama lauk ayam kremes merupakan ayam goreng yang pada permukaanya diberi kremesan. Kata kremes memiliki makna campuran tepung sagu berbumbu yang digoreng dalam minyak panas hingga berbentuk sarang. Dasar penamaan lauk ayam kremes dapat dijelaskan sebagai berikut, kata kremes diambil dari bahan tambahan pada lauk tersebut. Dari bahan tambahan
lauk
tersebut
menghasilkan nama ayam kremes
ayam + kremes
Kata ayam merupakan UP dan kata kremes merupakan atribut yang menunjukkan bahan tambahan pada frasa ayam kremes. Bahan tambahan tersebut kemudian menjadi dasar nama lauk ayam kremes Pada contoh (123), nama lauk udang telur asin merupakan udang yang dimasak bersama telur asin. Kata telur asin memiliki makna leksikal „telur itik(kadang-kadang telur ayam) yang diasinkan‟(Sugono,dkk. eds., 2008:1428). Dasar penamaan lauk udang telur asin dapat dijelaskan sebagai berikut, kata telur asin diambil dari bahan tambahan yang diolah bersama udang, kuning telur asin digunakan sebagai bahan tambahan berupa saus yang dimasak bersama udang yang sudah digoreng. Dari bahan tambahan lauk tersebut menghasilkan nama udang telur asin
udang +telur asin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87
Kata udang merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata telur asin merupakan atribut yang menunjukkan bahan tambahan pada frasa udang telur asin. Bahan tambahan tersebut kemudian menjadi dasar nama lauk udang telur asin. Pada contoh (124), nama gulai ikan daun mangkokan merupakan ikan yang dimasak dengan cara gulai. Dasar penamaan sayur gulai ikan daun mangkokan dapat dijelaskan sebagai berikut, kata daun mangkokan diambil dari bahan tambahan yang turut diolah dalam masakan tersebut. Dari bahan tambahan berupa daun mangkokan tersebut menghasilkan nama gulai ikan daun mangkokan
gulai +ikan+ daun mangkokan
Kata gulai merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata ikan serta frasa daun mangkokan merupakan atribut. Atribut daun mangkokan yang menunjukkan bahan tambahan pada frasa gulai ikan daun mangkokan. Bahan tambahan tersebut kemudian menjadi dasar nama lauk gulai ikan daun mangkokan. Pada contoh (125), nama sayur tumis kacang panjang teri medan merupakan kacang panjang yang ditumis bersama ikan teri medan. Dasar penamaan sayur tumis kacang panjang teri medan dapat dijelaskan sebagai berikut, kata teri medan diambil dari bahan tambahan yang turut diolah pada masakan tersebut. Dari bahan tambahan sayur tersebut menghasilkan nama tumis kacang panjang teri medan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88
tumis +kacang panjang+ teri medan
Kata tumis merupakan Unsur Pusat (UP) dan frasa kacang panjang serta teri medan merupakan atribut. Atribut teri medan yang menunjukkan bahan tambahan pada frasa tumis kacang panjang teri medan. Bahan tambahan tersebut kemudian menjadi dasar nama lauk tumis kacang panjang teri medan.
UP
atribut
bahan/ masakan
bahan tambahan
Bagan 7: Nama Lauk dan Sayur BerdasarkanBahan Tambahan
3.8 Dasar Penamaan Nama Lauk dan Sayur Berdasarkan Warna Pada kelompok ini penamaan lauk berdasarkan warna. Warna adalah „kesan yang diperoleh mata dari cahaya yg dipantulkan oleh benda-benda yg dikenainya; corak rupa, spt biru dan hijau‟ (Sugono.dkk., eds., 2008: 1557). Warna pada lauk lauk dan sayur dihasilkan dari warna bahan baku lauk dan sayur itu sendiri ataupun berasal dari pewarna. Pewarna merupakan „bahan untuk memberi warna‟(Sugono., dkk., eds.,2008:1557). Pewarna diperoleh dari bumbu penyedap masakan seperti kunyit ataupun cabai. Berikut nama jenis makanan pendamping nasi berdasarkan warna. (126) acar kuning (127) belut lombok ijo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89
(128) sop merah (129) ayam hitam (130) ikan kuah kuning (131) sayur bening Pada contoh (126), nama lauk acar kuning merupakan ikan goreng yang dimasak bersama bumbu dan irisan timun serta wortel. Kata kuning menunjuk pada warna lauk. Dasar penamaan lauk acar kuning dapat dijelaskan sebagai berikut, kata kuning diambil dari warna lauk. Dari warna lauk tersebut menghasilkan nama acar kuning
acar +kuning
Kata acar merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata kuning merupakan atribut yang menunjukkan warna pada frasa acar kuning. Warna tersebut kemudian menjadi dasar nama acar kuning. Pada contoh (127), nama lauk belut lombok ijo merupakan belut goreng yang dimasak bersama bumbu seperti cabai hijau dan lain-lain. Kata hijau menunjuk pada warna lauk. Dasar penamaan lauk belut lombok ijo dapat dijelaskan sebagai berikut, kata ijo diambil dari warna lauk. Warna itu diperoleh dari cabai hijau yang menjadi bumbu dasar belut goreng sehingga bewarna hijau. Dari warna lauk menghasilkan nama belut lombok ijo
belut + lombok+ ijo
tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90
Kata belut merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata lombok dam kata ijo merupakan atribut yang menunjukkan warna pada frasa belut lombok ijo. Warna tersebut kemudian menjadi nama belut lombok ijo. Pada contoh (128), nama sayur sop merah merupakan potongan ayam, telur dan sayuran yang dimasak bersama kaldu dengan bumbu cabai. Kata merah menunjuk pada warna sayur. Dasar penamaan sayur sop merah dapat dijelaskan sebagai berikut, kata merah diambil dari warna sayur. Warna tersebut diperoleh dari cabai merah yang menjadi bumbu dasar sop sehingga kuahnya bewarna merah. Dari warna lauk tersebut menghasilkan nama sop merah. sop + merah Kata sop merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata merah merupakan atribut yang menunjukkan warna pada frasa sop merah. Warna tersebut kemudian menjadi dasar nama sayur sop merah Pada contoh (129), kata hitam menunjuk pada warna lauk ayam hitam. Dasar penamaan ayam hitam dapat dijelaskan sebagai berikut, kata hitam merupakan warna yang dihasilkan bumbu keluwak pada lauk tersebut. Warna tersebut menjadi dasar nama ayam hitam
ayam + hitam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91
Kata ayam merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata hitam merupakan atribut yang menunjukkan warna pada frasa ayam hitam. Warna tersebut kemudian menjadi dasar nama ayam hitam. Pada contoh (130), nama lauk ikan kuah kuning merupakan ikan yang dimasak didalam kaldu bersama bumbu-bumbu. Kata kuning menunjuk pada warna lauk. Dasar penamaan ikan kuah kuning dapat dijelaskan sebagai berikut, kata kuning diambil dari warna kunyit yang menjadi bumbu pada lauk ikan kuah kuning. Dari warna tersebut menghasilkan nama ikan kuah kuning
ikan + kuah + kuning
Kata ikan merupakan Unsur Pusat (UP) dan kuah serta kata kuning merupakan atribut yang menunjukkan warna pada frasa ikan kuah kuning.
Warna tersebut
kemudian menjadi dasar nama lauk ikan kuah kuning. Pada contoh (131), nama sayur bening adalah sayur yang terbuat dari daun bayam dan jagung.
Kata bening) menunjuk pada warna sayur tersebut. Dasar
penamaan sayur bening dapat dijelaskan sebagai berikut, kata bening diambil dari warna sayur yang bersih dan putih karena minimnya penggunaan bumbu pada sayur bening. Dari warna tersebut menghasilkan nama sayur bening.
sayur + bening
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92
Kata sayur merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata bening merupakan atribut yang menunjukkan warna pada frasa sayur bening. Atribut bening pada frasa tersebut kemudian menjadi dasar nama sayur bening
UP
atribut
bahan/ masakan
warna
Bagan 8: Nama Lauk dan Sayur Berdasarkan Warna
3.9 Dasar Penamaan Nama Lauk dan Sayur Berdasarkan Bahan Utama Pada kategori ini penamaan lauk dan sayur didasarkan bahan utama. Bahan merupakan barang yg akan dibuat menjadi satu benda tertentu; bakal‟ (Sugono.dkk., eds., 2008: 114) Bahan utama yang diolah menjadi lauk dan sayur kemudian menjadi dasar penamaan. Berikut jenis nama lauk dan sayur berdasarkan bahan utama:
(132) bakwan jagung (133) pepes tahu (134) tongseng jamur (135) sop buntut (136) gudeg manggar Pada (132), nama lauk bakwan jagung adalah adoanan tepung yang digoreng dalam minyak. Kata jagung memiliki makna leksikal „tanaman yang termasuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93
keluarga Gramineae, batangnya pejal mencapai dua meter, berdaun pita lebar, dan buahnya dapat dimakan sebagai makanan pokok‟(Sugono, dkk., eds., 2008: 556) . Dasar penamaan lauk bakwan jagung dapat dijelaskan sebagai berikut, kata jagung diambil dari bahan utama lauk. Dari bahan lauk tersebut menghasilkan nama bakwan jagung
bakwan+jagung
. Kata bakwan merupakan UP dan kata jagung merupakan atribut yang menunjukkan bahan utama pada frasa bakwan jagung. Bahan utama tersebut kemudian menjadi dasar nama bakwan jagung. Pada contoh (133), nama lauk pepes tahu merupakan tahu yang dihaluskan, diberi bumbu, dibungkus dalam daun pisang kemudian dikukus. Kata tahu merupakan bahan utama lauk pepes tahu. Tahu yang telah dihaluskan, dibumbui dan dibungkus dengan daun pisang serta dikukus. Dasar penamaan lauk pepes tahu dapat dijelaskan sebagai berikut, kata tahu diambil dari bahan utama lauk. Dari bahan utama lauk tersebut menghasilkan nama pepes tahu.
pepes+tahu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94
Kata pepes merupakan UP dan kata tahu merupakan atribut yang menunjukan bahan utama pada frasa pepes tahu. Bahan utama tersebut kemudian menjadi dasar nama pepes tahu. Pada contoh, (134), nama lauk tongseng jamur merupakan potongan jamur dan kubis yang dimasak bersama santan. Kata jamur merupakan bahan utama lauk tongseng jamur. Jamur yang diolah bersama sedikit santan berbumbu dan potongan kubis/kol ini kemudian menjadi nama dari lauk tongseng jamur. Dasar penamaan lauk tongseng jamur dapat dijelaskan sebagai berikut, kata jamur diambil dari bahan bahan utama lauk tersebut. Dari bahan utama lauk tersebut menghasilkan nama tongseng jamur tongseng +jamur
Kata tongseng merupakan UP dan kata jamur merupakan atribut yang menunjukkan bahan utama pada frasa tongseng jamur. Bahan utama tersebut kemudian menjadi dasar nama lauk tongseng jamur. Pada contoh (135), nama lauk sop buntut adalah masakan yang terbuat dari daging sapi Pada contoh (135) kata buntut memiliki makna leksikal „ekor‟(Sugono, dkk., eds., 2008:225) . Dasar penamaan lauk sop buntut dapat dijelaskan sebagai berikut, diambil dari bahan utama lauk tersebut yaitu buntut sapi. Dari bahan utama sop tersebut menghasilkan nama sop buntut
sop + buntut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95
Kata sop merupakan UP dan kata buntut merupakan atribut yang menunjukkan bahan utama pada frasa sop buntut. Bahan utama tersebut kemudian menjadi dasar lauk sop buntut. Pada contoh (137), kata manggar merupakan bahan baku utama dari sayur gudeg manggar. Manggar adalah „(tangkai) mayang kelapa‟(Sugono, dkk., eds., (2008: 873). Dasar penamaan gudeg manggar dapat dijelaskan sebagai berikut, kata manggar diambil dari bahan utama sayur tersebut. Dari bahan utama sayur tersebut menghasilkan nama gudeg manggar.
gudeg + manggar
Kata gudeg merupakan UP dan kata manggar merupakan atribut yang menunjukkan bahan utama pada frasa gudeg manggar. Bahan utama tersebut kemudian menjadi dasar nama gudeg manggar.
UP
atribut
nama masakan
bahan utama
Bagan 9: Nama Lauk dan Sayur yang Berdasarkan Bahan Utama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96
BAB IV KESIMPULAN 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian menggunakan metode simak dan teknik catat, dapat dipahami bahwa nama lauk dan sayur terdiri atas satuan lingual. terdapat tiga satuan lingual yang berbentuk satuan lingual kata, satuan lingual frasa dan satuan lingual klausa dalam nama lauk dan sayur pada www.femina.co.id, www.cookpad.com dan tujuh rumah makan di Yogyakarta. satuan lingual lauk dan sayur dapat dilihat pada tabel 15 berikut :
Satuan lingual
Kata
Frasa
Klausa
Tabel 15. Satuan Lingual Nama Sayur dan Lauk Contoh
Kata asal Kata jadian Kata ulang Kata majemuk Kependekan Frasa atributif dengan atribut frasa koordinatif Frasa beratribut gabungan atributif dengan koordinatif Frasa beratribut gabungan atributif dengan frasa koordinatif sebagai penjelas rasa Frasa beratribut metaforis Frasa beratribut nonmetaforis Klausa
rendang lalapan oseng-oseng garang asem B1 anyang ayam dan jantung pisang gulai tebu telur manis dan remis
oseng jamur pedas dan manis sate petir gulai rebung gurame menari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97
Dalam penelitian ini, peneliti menemukan delapan dasar penamaan lauk dan sayur pada www.femina.co.id dan www.cookpad.com dan tujuh rumah makan di Yogyakarta. Kedelapan dasar penamaan itu meliputi penamaan berdasarkan cara pengolahan, penamaan berdasarkan alat pengolahan, penamaan berdasarkan bumbu pengolahan, penamaan berdasarkan bahan tambahan, penamaan berdasarkan tempat asal, penamaan berdasarkan warna, penamaan berdasarkan rasa. penamaan berdasarkan bahan utama. Delapan kelompok dasar penamaan nama lauk dan sayur dapat dilihat pada tabel 16 berikut : Tabel 16. Dasar Penamaan Lauk dan Sayur No 1
2 3 4 5 6
Dasar Penamaan Dasar penamaan berdasarkan cara pengolahan tipe 1 Dasar penamaan berdasarkan cara pengolahan tipe 2 Dasar penamaan berdasarkan alat pengolahan Dasar penamaan berdasarkan bumbu pengolahan Dasar penamaan berdasarkan bahan tambahan Dasar penamaan berdasarkan tempat asal Dasar penamaan berdasarkan warna Dasar penamaan berdasarkan rasa
7 8
Dasar penamaan berdasarkan bahan utama
Contoh ikan asap tempe goreng gulai otak ca pokcoy soto batok pecel pincuk ikan woku kangkung taoco babi kecap soto kudus sate padang ayam hitam sop merah telur asin dendeng manis bakwan jagung pepes tahu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98
4.2 Saran Dalam penelitian ini hanya mencakup dasar penaman nama lauk dan sayur yang berstuktur frasa. Oleh karena itu peneliti menyarankan bagi para peneliti selanjutnya jika ingin mengembangkan penelitian ini dapat meneliti nama lauk dan sayur di Indonesia berbentuk kata secara etimologis atau meneliti nama lauk dan sayur yang tidak lazim.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Chaer. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Andreas Maryoto. 2009. Jejak Pangan: Sejarah. Silang Budaya, dan Masa Depan.Jakarta: PT Media Massa”. Skripsi pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Baryadi, I. Praptomo. 2011. Morfologi dalam Ilmu Bahasa. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta Kridalaksana, Harimurti. 2010. “Pembentukan Kata Dalam Bahasa Indonesia”. Jakarta: PT Gramedia. Laksono, Adhimas Satriyo 2009. “Nama-nama Usaha Dagang Makanan danMinuman di Jalan Selokan Kompas Media Nusantara. Kurnia, Carol. 2011. “Jenis Penamaan dan Asal-Usul Nama dalam Sepak Bola Pemberitaan Mataram Kecamatan Depok Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyajarta: Kajian Sosiolingusitik.” Skripsi pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Ramlan, M. 1979. Morfologi. Yogyakarta: U.P Karyono. Ramlan, M. 2005 (Cetakan kesembilan). Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis. Yogyakarta: C.V. Karyono. Septian, Mikail. 2015. “Nama Jenis Nasi di Indonesia: Tinjauan Struktur Frasa dan Penamaan”. Skripsi pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra,Universitas Sanata Dharma. Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Duta Wacana University Press. Sugono, Dendy,dkk, 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Wahjudi Pantja Sunjata., Sumarno. Titi Mumfangati. 2014. Kuliner Jawa dalam Serat Centhini.Yogyakarta: Balai Pelestarian Nilai Budaya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100
Wijanarko, Diyan. 2009. “Jenis Nama dan Dasar Penamaan dalam Kolom “SungguhSungguh Terjadi”(SST) di Kedaulatan Rakyat: Sebuah Kajian Awal”. Skripsi pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Sumber Online www.wikipedia.com diunduh pada tanggal 25 Februari, pukul 20.00 WIB www.femina.co.id
www.ceritamakan.com diunduh pada tanggal 25 Februari, pukul 20.00 WIB www.gudeg_net.com, diunduh pada tanggal 25 Februari, pukul 20.00 WIB https://www.google.co.id.deleuit.co.id, diunduh pada tanggal 22 Februari, pukul 16.35 WIB www. travel.kompas.com, diunduh pada tanggal 25 Februari, pukul 20.00 WIB www.kuliner.ilmci.com, diunduh pada tanggal 25 Februari, pukul 20.00 WIB www.travelmatekamu.com, diunduh pada tanggal 25 Februari, pukul 20.00 WIB www. thejakartapost.com, diunduh pada tanggal 25 Februari, pukul 20.00 WIB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran I A. Nama lauk dan sayur berbentuk satuan lingual kata asal 1. gulai 2. tongseng 3. sup 4. trancam 5. rabek 6. malbi 7. buntil 8. brenebon 9. paniki 10. koloke 11. pho yung hai 12. bakut 13. ingkung 14. kalio 15. rawon 16. cap cay 17. bebalung 18. pallumara B. Nama lauk dan sayur berbentuk satuan lingual kata ulang 1. bola-bola tahu 2. bohan-bohan 3. ulang-ulang 4. sayur bangun-bangun C. Nama lauk dan sayur berbentuk satuan lingual frasa beratribut gabungan atributif dan koordinatif 1. tumis bayam dan sawi bumbu oregano 2. salad ayam dan dressing kari 3. jamur isi seafood dan keju 4. salad pir dan keju feta 5. sup jamur dan tomat 6. salad leci dan cumi pedas 7. kerang hijau dan petai saus tiram
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
D. Nama lauk dan sayur berbentuk satuan lingual frasa beratribut non metaforis 1. satai tempe 2. satai lilit tahu 3. tempe bumbu teriyaki 4. tahu isi ayam 5. tim tahu pedas 6. tahu siram asam pedas 7. tahu telur 8. nugget tahu 9. sayur kuning biji beton 10. sayur merica 11. tempura sayuran 12. soto kemiri 13. tumis kangkung bumbu petis 14. satai sayuran 15. tumis kacang panjang teri medan 16. sup sawi pahit bola udang 17. sup kepiting 18. tumis kuning daun mengkudu 19. karedok bunga bawang 20. beberuk terung 21. tumis kentang 22. sate pentul 23. sate ayam 24. sate udang 25. ca kalian 26. ayam goreng mentega E. Nama lauk dan sayur berbentuk satuan lingual beratribut metaforis 1. kepiting asap 2. kering tempe 3. entok slenget 4. sate donald 5. ayam bledeg 6. ceker setan 7. ayam remuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
F. Nama lauk dan sayur berbentuk satuan lingual klausa 1. Ikan teri medan bertepung
LAMPIRAN II A. Dasar penamaan berdasarkan cara pengolahan 1. ayam kukus 2. ayam panggang 3. sup kakap gulung 4. udang lilit goreng B. Dasar penamaan berdasarkan bumbu pengolahan 1. Tumis jamur bumbu kari 2. Soto bumbu kemiri 3. cakalang bakar bumbu air laut 4. Sayur godog bumbu kecombrang 5. Satai jamur bumbu basil 6. Tumis bayam dan sawi bumbu oregano 7. Sup ikan belimbing wuluh 8. Kerang bumbu taosi 9. Kambing bumbu rempah 10. Daging gulung bumbu putih C. Dasar penamaan berdasarkan alat pengolahan 1. Hot Pot Sayuran 2. Pepes oncom tahu dalam takir 3. Ikan kukus dalam amplop D. Dasar penamaan berdasarkan tempat asal 1. Tahu goreng medan 2. Satai tuna gorontalo 3. Satai ikan Palembang 4. Udang bakar bumbu Makassar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. Satai Banjar 6. Soto medan E. Dasar penamaan berdasarkan warna 1. Sayur kuning biji beton 2. Pepes ikan peda merah 3. Tumis kuning daun mengkudu 4. Salad merah putih 5. Gangan asam kuning 6. Jamur kuah bening 7. Pepes cumi tomat hijau 8. Cumi hitam saus nanas
F. Dasar penamaan berdasarkan rasa 1. Kembang kol panggang pedas 2. Keripik jamur gurih 3. Sayur goreng asem 4. Tim tahu pedas 5. Pindang tuna manis G. Dasar penamaan berdasarkan bahan tambahan 1. Tumis cakalang bunga papaya 2. Udang tabur jeruk 3. Sup jagung udang 4. tumis sawi kerang kampak 5. sup daging sedap malam 6. sup buntut daun kedondong H. Dasar penamaan berdasarkan bahan utama 1. Lapis daging 2. Kuah labu 3. gudeg manggar 4. pepes tahu 5. Soto ayam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BIOGRAFI
Noventa Retno Prahastuti lahir di kota Belitang, OKU Timur, Sumatera Selatan pada tanggal 10 November 1993. Dirinya mempunyai panggilan akrab yaitu Venta. Venta merupakan anak bungsu dari lima bersaudara. Bapaknya bernama Gregorius Agus Sarjono dan ibunya bernama Maria Goreti Dwi Waluyastuti. Masa pendidikan Venta dari TK hingga SMP Charitas 01 di OKU Timur. Kemudian dirinya menamatkan bangku SMA di Stella Duce II Yogyakarta dan melanjutkanya di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.