Sanksi Pelanggaran Pasal 72 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta 1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan / atau denda paling sedikit Rp.1.000.000,00 (satu juta), atau pidana penjara paling lama 7 (Tujuh) tahun dan / atau denda paling banyak Rp.5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah). 2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan , atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan / atau denda paling banyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Hak Cipta pada pengarang Dilarang mengutip sebagian atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara apapun tanpa seizin penerbit, kecuali untuk kepentingan penulisan artikel atau karangan ilmiah. Judul Buku Penulis Cetakan Pertama Desain Cover Layout Dicetak oleh
: : : : : :
Diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Penerbitan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) IAIN Raden Intan Lampung Jl. Letkol H. Endro Suratmin Kampus Sukarame Telp. (0721) 780887 Bandar Lampung 35131
ISBN
:
iii
SAMBUTAN KETUA LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
IAIN RADEN INTAN LAMPUNG Assalamu’alaikum Wr. Wb. Alhamdulillah, kegiatan penelitian di lingkungan IAIN Raden Intan Lampung Tahun 2014, dilaksanakan di bawah koordinasi Lembaga Penelitian IAIN Raden Intan Lampung dapat terlaksana dengan baik. Pelaksanaan kegiatan penelitian ini dibiayai berdasarkan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) IAIN Raden Intan Lampung Tahun 2014. Kami menyambut baik hasil Penelitian Kelompok yang dilaksanakan oleh Saudara/a Dra. Efa Rodiah Nur, M.H dengan judul: Implementasi Keluarga Berencana Sebagai Upaya Pembentukan Keluarga Sejahtera dan Bahagia Di Kota Bandar Lampung (Suatu Tinjauan Hukum Islam dan Hukum Positif), yang dilakukan berdasarkan SK Rektor, Tentang Penetapan Judul Penelitian, Nama Peneliti, Pada Penelitian Individu dan konpetitif Dosen IAIN Raden Intan Lampung Tahun 2014. Kami berharap, semoga hasil penelitian ini dapat meningkatkan mutu hasil penelitian, menambah khazanah ilmu keislaman, dan berguna serta bermanfaat bagi masyarakat dan pembangunan yang berbasis iman, ilmu, dan akhlak mulia. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Bandar Lampung, Desember 2014 Ketua Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat,
Dr. Syamsuri Ali, M.Ag NIP. 19611125 198903 1 003
iv
KATA PENGANTAR الحمد هلل رب العالـمين وبه نستعين على أمور الدنيا والدين والصالة والسالم على .أشرف األنبيآء والـمرسلين سيدنا محمد وعلى اله وصحبه أجـمعين Segala puji dan syukur, penulis panjatkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan kesabaran dan kekuatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini sesuai dengan target. Shalawat dan salam tak lupa penulis haturkan kepada Nabi Muhammad
saw,
pejuang
yang
gigih,
yang
berusaha
menyampaikan risalah ketuhanan bagi seluruh umat manusia di muka bumi ini. Penyusunan penelitian ini dimaksudkan untuk menambah khazanah diskursus Islam kontemporer, khususnya dalam bidang hukum Islam, yang hingga kini tetap aktual. Selain itu, penelitian ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas bagi seorang dosen peneliti yang mendapat bantuan penelitian dari LP2M IAIN Raden Intan Lampung. Atas partisipasi bebagai pihak yang menyebabkan penelitian ini terwujud walaupun penuh dengan segala keterbatasan, oleh karena itu penulis dengan ini menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada: 1.
Rektor IAIN Raden Intan Lampung, yang telah memberikan v
kesempatan kepada penulis untuk mendapatkan hibah penelitian pada tahun 2014. 2.
Ketua LP2M yang telah memberikan, fasilitas dan kemudahan-kemudahan yang diberikan kepada penulis selama menyelesaikan penelitian ini. Atas bantuan dan jasa yang telah diberikan, semoga
mendapat balasan yang setimpal di sisi Allah SWT. Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis berharap semoga penelitian ini dapat memberi manfaat bagi kemajuan bangsa, negara dan agama. Tidak lupa penulis berharap akan kritik dan saran yang konstruktif bagi kesempurnaan penelitian ini.
Bandar Lampung, Peneliti,
Dra. Efa Rodiah Nur, M.H
vi
2014
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................... i KATA PENGANTAR ......................................................... iv DAFTAR ISI ........................................................................ vi BAB I
PENDAHULUAN A. B. C. D.
Latar Belakang Masalah ..................................... 1 Rumusan Masalah ............................................. 10 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ....................... 11 Kajian Pustaka .................................................. 12
BAB II LANDASAN TEORI A. B. C. D.
Keluarga Berencana .......................................... 15 Keluarga Sejahtera dan Bahagia ........................ 33 Keluarga Berencana dalam Hukum Islam .......... 68 Keluarga Berencana dalam Hukum Positif ........ 84
BAB III METODE PENELITIAN A. B. C. D. E.
Jenis Penelitian ................................................. 89 Strategi Penelitian ............................................. 90 Sumber Data ..................................................... 90 Teknik Pengumpulan Data ................................ 92 Analisis Data ..................................................... 93
BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung .......... 95 vii
B. Implementasi KB di Kota Bandar Lampung .... 102 C. Tinjauan Hukum Islam terhadap Implementasi KB dalam Mebentuk Keluarga Sejahtera dan Bahagia di Kota Bandar Lampung ................... 120 D. Tinjauan Hukum Positif terhadap Implementasi KB dalam Mebentuk Keluarga Sejahtera dan Bahagia di Kota Bandar Lampung .................... 154 E. Analisis Peneliti .............................................. 128 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ..................................................... 164 B. Saran-Saran ..................................................... 167 DAFTAR PUSTAKA ......................................................... 170
viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan suatu unit terkecil dari masyarakat, kemudian ia berkembang menjadi unit lebih besar yang disebut suku, kabilah, marga dan komunitas masyarakat lainnya. Kemudian dari suku-suku tersebut akan membentuk suatu persekutuan besar menjadi sebuah bangsa. Apabila keluarga atau rumah tangga itu tertib dan teratur, maka bentuk suatu masyarakat itupun akan tertib dan teratur pula, dan demikian sebaliknya. 1 Keluarga dalam Islam harus lestari, karena ia dibangun atas dasar akad pernikahan yang merupakan perjanjian yang kuat (mitsqan ghalidzan).2 Setiap keluarga mempunyai cita-cita yang agung dalam membangun keluarga yang bahagia dan sejahtera (sakinah). Ajaran Islam memberi perhatian yang besar dalam menata keluarga, mulai dari persiapan pembentukan keluarga sampai pengurangan hak dan kewajiban setiap unsur di dalamnya. Hal demikian untuk menjamin kemaslahatan setiap unsur dan kesejateraan hidup sebuah keluarga, sehingga memudahkan Faried Ma’ruf Noor, Menuju Keluarga Sejahtera dan Bahagia, (Bandung: Al-Ma’arif, 1983), hlm. 17. 2 Q.S. An-Nisa’ [4]: 21. 1
ix
pembentukan keluarga mencapai sasaran yang dituju, yaitu keluarga sejahtera dan bahagia (sakinah). 3 Keluarga yang kokoh adalah keluarga yang dapat menciptakan generasi-generasi penerus yang berkualitas, berkarakter kuat, sehingga terjadi kehidupan yang harmonis dalam masyarakat dan membawa kejayaan sebuah bangsa. Untuk meningkatkan kualitas penduduk dilaksanakan melalui berbagai kegiatan mulai dari program KB, kesehatan, tenaga kerja, pendidikan, kebudayaan, olah raga, agama, pangan dan
perbaikan
gizi,
hingga
pengembangan
iptek
dan
kesejahteraan sosial. Adapun pengendalian pertumbuhan dan kualitas penduduk dilaksanakan terutama melalui program keluarga berencana yang didukung oleh sektor-sektor terkait, antara lain kesehatan, pendidikan, lingkungan dan agama. Gerakan KB merupakan salah satu kegiatan pokok dengan cara penurunan angka kelahiran guna mencapai keseimbangan pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi sehingga terwujud keluarga sejahtera dan bahagia. Dalam pelaksanaanya sangat penting adanya kesadaran masyarakat akan adanya norma keluarga kecil, bahagia dan sejahtera, yang dilandasi oleh rasa
Ali Yafie, Menggagas Fiqh Sosial dari Sosial Lingkungan Hidup, Asuransi hingga Ukhuwah, (Bandung: Mizan, 1994), hlm. 180. 3
x
tanggung jawab, kesukarelaan, nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur budaya bangsa. Ketika ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju, yang semula kehamilan dianggap sebagai takdir, kini kehamilan tidak hanya bisa dicari bahkan bisa dihindari. Dewasa ini kita kenal adanya program Keluarga Berencana (family planning, tanzhim an-Nasl), pada dasarnya bertolak dari kemungkinan itu, kemungkinan untuk mengatur kehamilan, bahkan menolaknya. 4 Di dalam al-Qur’an tidak ada satu ayatpun yang secara eksplisit
menjelaskan
bahwa
mengatur
jarak
kelahiran
merupakan sesuatu yang diharamkan, akan tetapi membunuh bayi, khususnya bayi perempuan, yang telah terjadi dimasa-masa mejelang datangnya islam adalah haram. Sebab apa yang mereka lakukan adalah sangat jelas, yaitu membunuh anak manusia (perempuan) yang sempurna. Sebagaimana disebutkan dalam alQur’an surah an-Nahl ayat 58. Masyarakat memahami bahwa kehamilan merupakan kehendak Allah yang tidak bisa dikejar atau dihindari. Bahkan punya anak banyak merupakan takdir dari Allah dengan menetapkan kayakinan dihatinya bahwa Allah tidak akan
Masdar Farid Mas’udi, Islam dan Hak-hak Reproduksi Perempuan, (Bandung: Mizan, 1997), hlm. 133. 4
xi
menelantarkan anak-anaknya, Allah akan memberi rezeki pada keluarganya. 5 Meskipun
Islam
menganjurkan
umatnya
untuk
memperbanyak keturunan, namun Islam lebih mengutamakan pada keturunan yang baik, shalih dan berguna bagi umat manusia dan mampu menjadi suri tauladan untuk membawa manusia kepada taqwa. Islam tidak menginginkan umat dengan jumlah yang banyak tetapi lemah, bodoh, pemalas, dan sakit-sakitan, melarat, terlunta-lunta dan bergantung pada bantuan orang lain. Sebagaimana doa Rasulullah saw: “aku berlindung dari juhd albala, ketika ditanyakan, apa juhd al-bala itu ya Rasulullah? Beliau menjawab: banyak anak tetapi sedikit materi”. 6 Dengan demikian setiap orang tua mempunyai rasa tanggung jawab terhadap mutu keluarga dan anak keturunannya, jangan meninggalkan keturunan yang lemah baik jasmani, ekonomi, ilmu dan agama. Untuk mewujudkan keluarga atau anak yang berkualitas perlu perencanaan yang matang, setiap keluarga (orang tua atau suami-istri) harus dapat memperhitungkan terhadap anak yang
Di dalam banyak ayat yang menjelaskan melarang membunuh anak karena takut miskin, karena sesungguhnya Allah telah menjamin rizki, baik bagi anak maupun orang tuanya. Lihat pada QS. Al-An’am ayat 151. 6 A. Sauqi al-Fanjari, Pengarahan Islam tentang Kesehatan, (Jakarta: al-Hidayah, 2009), hlm. 125. 5
xii
mungkin lahir. Karena kehadiran anak atau manusia baru memerlukan banyak kebutuhan, antara lain makan, pakaian, tempat
tinggal,
kesehatan,
pendidikan
dan
sebagainya.
Sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an surah 59 ayat 18 sebagai berikut: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. Selain itu juga setiap keluarga harus mengatur jarak kelahiran, hal itu mempertimbangkan kondisi kesehatan ibu dan perkembangan jiwa anak. Apabila jarak kelahiran terlalu dekat, sang ibu tidak mempunyai kesempatan untuk merawat kesehatan dirinya, menata rumah tangganya, beribadah kepada Tuhannya, bahkan untuk membahagiakan seluruh keluarganya, juga sang ibu tidak mempunyai peluang mencurahkan kasih sayang terhadap anak, sehingga sang anak kurang kasih sayang dan kurang air susu ibunya. xiii
Keluarga Berencana (KB) pada hakekatnya program pemerintah yang turut berperan penting dalam menciptakan generasi masa depan bangsa Indonesia yang berkualitas serta mampu bersaing dengan bangsa lain, juga merupakan salah satu sarana
bagi
setiap
keluarga
baru
untuk merencanakan
pembentukan keluarga ideal, keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Melalui program KB diharapkan terlahir manusia yang berkualitas prima. Walaupun al-Qur’an tidak menjelaskan secara rinci mengenai KB, namun persoalan ini merupakan isu kontemporer yang perlu direspon dengan tetap meletakkannya pada koridor etika Islam. Kebanyakan ulama Muslim sejak dahulu berpendapat bahwa Islam membenarkan KB,7 dengan catatan ditujukan guna menegakkan kemaslahatan dan sesejahteraan keluarga. 8 Tetapi tidak sedikit pula ulama yang melarang KB. 9 Ada beberapa persoalan yang muncul terkait masalah Islam dan KB, mulai dari maslah hukum ber-KB, makna KB apakah mengatur keturunan (tanzim an-nasl) atau pembatasan keturunan (tahdid an-nasl), motivasi ber-KB, persoalan alat Masjfuk Zuhdi, Islam dan Keluarga Berencana di Indonesia, (Surabaya: Bina Ilmu Offset, 1982), hlm. 15. 8 Noor Matdawam, Pernikahan Kawin Antar Agama, (Yogyakarta: Bina Karier, 1990), hlm. 125-126. 9 Abd. Al-Rahim Umran, Islam dan KB, (Jakarta: Lentera Basritama, 1997), hlm. 14. 7
xiv
kontrasepsi (cara kerja dan cara penggunaannya), KB dan hak repdoduksi perempuan, hingga masalah kebijakan demografi Negara dengan berbagai dampaknya. KB sendiri bukan lagi sebagai persoalan suatu Negara tetapi sudah menjadi persoalan dunia internasional. Oleh karenanya selalu menjadi tema yang manarik untuk dikaji dan diteliti. Pembangunan nasional di bidang kependudukan dan keluarga berencana telah memberikan dampak positif terhadap pemecahan
masalah-masalah
kependudukan.
Masalah
kependudukan merupakan masalah jangka panjang sehingga penanggulangannya dilaksanakan secara berkesinambungan. Upaya pengendalian penduduk dilaksanakan secara terus menerus untuk mempercepat pencapaian tujuan pembangunan nasional dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Tingginya laju pertumbuhan penduduk disebabkan tingginya angka kelahiran. Dalam rangka pengendalian jumlah penduduk yang berkaitan dengan masalah ekonomi, kesejateraan dan khususnya kesehatan reproduksi, KB merupakan masalah yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup masa depan sebuah bangsa, yang jika tidak diperhatikan akan berdampak pada kemudharatan umum. Oleh karena itu program KB yang telah dilaksanakan merupakan bukti implementasi adanya upaya pemerintah melalui xv
lembaga BKKBN yang sangat fokus dalam upaya pengurangan jumlah penduduk dan pengentasan kemiskinan untuk menggapai keluarga sejahtera. Dengan disahkannya UU nomor 10 tahun 1992 tentang Pembangunan Keluarga Sejahtera, maka seluruh rakyat Indonesia mempunyai komitmen resmi untuk bersama-sama membangun Norma Keluarga Kecil yang Bahagia dan Sejahtera. 10 Komitmen UU tersebut dijelaskan lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah nomor 21 tahun 1994 yang secara terperinci menempatkan keluarga sebagai agen atau pelaku pembangunan, lengkap dengan fungsi utamanya, yaitu: 1) Fungsi keagamaan; 2) Fungsi budaya; 3) Fungsi cinta kasih; 4) Fungsi perlindungan; 5) Fungsi reproduksi; 6) Fungsi sosialisasi dan pendidikan; 7) Fungsi ekonomi, dan; 8) Fungi pemeliharaan lingkungan.11
10
UU nomor 10 tahun 1992 tentang Pembangunan Keluarga
Sejahtera. 11
Lihat. PP nomor 21 tahun 1994.
xvi
Dengan
delapan
fungsi
utama
tersebut
keluarga
berkembang atau dibantu berkembang menjadi keluarga modern, maju profesional, berkualitas dan mandiri, serta mampu mengembangkan diri sendiri, anak-anaknya, dan kaitan keluarga yang lebih luas, ikut mengembangkan masyarakat dan bangsanya, secara
khusus
keluarga
dikembangkan
menjadi
wahana
pembangunan bangsa.12 Lebih lanjut dalam Undang-Undang (UU) Republik Indonesia Nomor 53 tahun 2009, “Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga”, pasal 20. Juga tercantum dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 62 tahun 2010 tentang “Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional”. Dijelaskan bahwa KB adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas. 13 Dengan demikian peran kebijakan pemerintah, dalam hal ini diwakilli oleh BKKBN, yang secara nyata bergerak dalam
Sugiri Syarif, Menggapai Keluarga Berkualitas dan Sakinah, (Jakarta: Mitra Abadi Press, 2009), hlm. 156. 13 Undang-Undang (UU) Republik Indonesia No. 53 tahun 2009, Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, (Jakarta: BKKBN, 2010), hlm. 7. 12
xvii
masalah KB, sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan kemajuan bangsa, baik dalam bidang pendidikan, ekonomi dan sosial. Oleh karena itu program-program BKKBN dalam hal pelaksanaan di masyarakat mengenai KB, khususnya di Kota Bandar Lampung, sangatlah penting untuk diketahui, apakah sudah sesuai dengan hukum Islam dan hukum positif yang sudah ada, sehingga hal itu menjadi sebuah pertimbangan kebijakan yang akan dilaksanakan dan masyarakatpun akan memahami fungsi dan manfaat KB secara baik. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana
bentuk
dan
metode
BKKBN
dalam
implementasi program KB di Kota Bandar Lampung? 2. Bagaimana peran KB dalam pembentukan keluarga sejahtera dan bahagia di Kota Bandar Lampung? 3. Bagaimana pandangan Hukum Islam dan Hukum Positif tentang implementasi KB dalam pembentukan keluarga sejahtera dan bahagia di Kota Bandar Lampung? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan penelitian:
xviii
a. Untuk mengetahui bagaimana bentuk dan metode BKKBN dalam implementasi program KB di Kota Bandar Lampung? b. Untuk mengetahui bagaimana peran KB dalam pembentukan keluarga sejahtera dan bahagia di Kota Bandar Lampung? c. Untuk mengetahui bagaimana pandangan Hukum Islam dan Hukum Positif tentang implementasi KB dalam pembentukan keluarga sejahtera dan bahagia di Kota Bandar Lampung? 2. Kegunaan Penelitian a. Secara akademis diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih luas bagi pengembangan ilmu hukum, khususnya hukum islam dan hukum positif di Indonesia b. Secara praktis diharapkan dapat memberi wacana baru bagi BKKBN dan masyarakat pada umumnya dalam implementasi Keluarga Berencana (KB) dalam pembentukan keluarga sejahtera dan bahagia. Serta memberikan pemahaman akan hukum KB dalam kehidupan rumah tangga, sehingga diharapkan dapat
xix
melaksanakan dalam kehidupan guna membentuk keluarga kecil yang berkualitas. c. Dari segi ilmu pengetahuan dapat memperkaya literatur serta penelitian secara mendalam lebih lanjut dan sebagai kontribusi pemikiran terhadap penelitian hukum keluarga serta dijadikan sebagai bahan rujukan pada penelitian lebih lanjut. D. Kajian Pustaka Kajian pustaka ini bermaksud melacak tulisan atau penelitian yang berkaitan dengan Program KB yang dilakukan oleh BKKBN sebagai upaya membentuk keluarga sejahtera dan bahagia. Selama ini, belum ada tulisan atau kegiatan khusus dan mendetail mengenai masalah tersebut, khususnya dari tinjauan hukum Islam dan hukum positif dan membatasi ruang lingkup di Kota Bandar Lampung. Kajian dilakukan oleh Aminuddin Yakub dengan judul “KB dalam Polemik: Melacak Pesan Substantif Islam”. 14 Dalam kajian ini dijelaskan bahwa KB berbeda dengan birth control, yaitu pembatasan atau penghapusan kelahiran (tahdid an-nasl).
Aminuddin Yakub, KB dalam Polemik: Melacak Pesan Substantif Islam, (Jakarta: PBB UIN, 2003). 14
xx
Birth control berkonotasi negatif, karena bisa berarti aborsi dan sterelisasi (pemandulan). Penelitian yang dilakukan oleh Sri Mustanginah dengan judul “Peran Keluarga Berencana dalam Pembentukan Keluarga Sakinah (Studi Terhadap Pelaksanaan KB di Desa Parasutan Kebumen Jawa Tengah)”. Penelitian ini memuat keadaan masyarakat Desa Parasutan yang 74% mengikuti program KB, namun tingkat kesejahteraan keluarga di Desa tersebut masih dalam tahap sejahtera ke bawah.15 Kajian dilakukan oleh Sarifudin dengan judul “Dampak Positif Keterliban MUI dalam Mensukseskan Program KB”. Kajian ini hanya mengetengahkan kebijakan yang dilakukan Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk mensukseskan program KB, mulai dari fatwa-fatwa, hingga keikutsertaan MUI dalam penyuluhan KB. 16 Kajian ini belum memberikan gambaran menyeluruh tentang program KB, khususnya dari segi hukum islam dan hukum positif dalam tataran prakteknya.
15 Sri Mustanginah, Peran Keluarga Berencana dalam Pembentukan Keluarga Sakinah: Studi Terhadap Pelaksanaan KB di Desa Parasutan Kebumen Jawa Tengah, (Yogyakarta: Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga, 2007). 16 Sarifudin, Dampak Positif Keterliban MUI dalam Mensukseskan Program KB, (Jakarta: 1996).
xxi
Kajian yang lain dilakukan oleh Mukhlisin dengan judul “Bimbingan dan Koordinasi KB Nasional dalam Meningkatkan Kualitas SDM Menurut Agama Islam”. Tulisan ini membahas bagaimana islam memandang akan pentingnya kualitas SDM sehingga KB nasional menjadi salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas manusia dengan cara bimbingan dan koordinasi antra lembaga yang menangani KB tersebut.17 Selama ini masih banyak pengamat-pengamat sosial dan kependudukan yang berbicara tentang KB dan keluarga sejahtera, tetapi umumnya tidak menyentuh secara mendetail membahas masalah implementasinya untuk mensejahterakan dan membahagian akseptor KB yang ditinjau dari hukum Islam dan positif, khususnya lagi penelitian yang dilakukan di Kota Bandar Lampung.
Mukhlisin, Bimbingan dan Koordinasi KB Nasional dalam Meningkatkan Kualitas SDM Menurut Agama Islam, (Jakarta: 1998). 17
xxii
BAB II LANDASAN TEORI
A. Keluarga Berencana 1. Pengertian Keluarga Berencana (KB) Keluarga Berencana (KB) adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,peningkatan kesejahtaraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.18 Sejarah peradaban manusia telah mengenal bahwa keluarga merupakan suatu persekutuan (unit) terkecil, pertama dan utama dalam masyarakat. Dari persekutuan inilah manusia berkembang biak menjadi suatu komunitas masyarakat dalam wujud marga, puak, kabilah dan suku yang seterusnya menjadi umat dan bangsa-bangsa yang bertebaran di muka bumi. Keluarga adalah inti dari jiwa dari suatu bangsa, kemajuan dan keterbelakangan suatu bangsa menjadi cermin dari keadaan keluarga-keluarga
18
Direktorat Pelayanan Informasi dan Dokumentasi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Program KB Nasional Kamus istilah (Jakarta: Direktorat Pelayanan Informasi dan Dokumentasi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana, 2007), hlm. 21.
xxiii
yang hidup pada bangsa tersebut.19 Keluarga Berencana (KB) yaitu membatasi jumlah anak, hanya dua, tiga dan lainnya, dengan pengertian lain satu usaha pengaturan/penjarangan kelahiran atau usaha pencegahan kehamilan sementara atas kesepakatan suami istri karena situasi dan kondisi tertentu untuk kepentingan (mashlahat) keluarga, masyarakat maupun Negara.20 KB yang dibolehkan syariat adalah suatu usaha pengaturan/penjarangan kelahiran atau usaha pencegahan kehamilan sementara atas kesepakatan suami-istri karena situasi dan kondisi tertentu untuk kepentingan (mashlahat) keluarga, masyarakat maupun Negara.21 Dengan demikian, KB di sini mempunyai arti yang sama dengan tanzim al-nasl (pengaturan keturunan). Penggunaan istilah "Keluarga Berencana" juga sama artinya dengan istilah yang umum dipakai di dunia internasional yakni family planning atau planned parenthood, seperti yang digunakan oleh International Planned Parenthood Federation (IPPF), nama sebuah organisasi KB internasional
19
Aminudin Yakub, KB Dalam Polemik: Melacak Pesan Substantif Islam, (Jakarta: PBB UIN, 2003), hlm. 4. 20
Muhammad Arifin Badri, Soal Jawab: Hukum Keluarga Berencana (KB), Kategori: Fiqh dan Muamalah, lihat. http://muslim.or.id/soaljawab/fiqh-dan muamalah/soal-jawab-hukum-keluarga. 21 Yakub, KB Dalam Polemik: Melacak Pesan Substantif Islam, hlm. 24.
xxiv
yang berkedudukan di London.22 KB juga berarti suatu tindakan perencanaan pasangan suami istri untuk mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval kelahiran dan menentukan jumlah anak sesuai dengan kemampuannya serta sesuai situasi masyarakat dan negara. Dengan demikian, KB berbeda dengan birth control, yang artinya pembatasan/penghapusan kelahiran (tahdid al-nasl), istilah birth control dapat berkonotasi negatif karena bisa berarti aborsi dan strerilisasi (pemandulan).23 Perencanaan keluarga merujuk kepada penggunaan metode-metode kontrasepsi oleh suami istri atas persetujuan bersama di antara mereka, untuk mengatur kesuburan mereka dengan tujuan untuk menghindari kesulitan kesehatan, kemasyarakatan, dan ekonomi, dan untuk memungkinkan mereka memikul tanggung jawab terhadap anak-anaknya dan masyarakat. Ini meliputi hal-hal sebagai berikut: 1) Menjarangkan anak untuk memungkinkan penyusuan dan penjagaan kesehatan ibu dan anak. 2) Pengaturan masa hamil agar terjadi pada waktu yang aman.
22
Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, (Jakarta: Haji Mas Agung, 1991), hlm. 199. 23 Yakub, KB dalam Polemik ……, hlm. 24.
xxv
3) Mengatur jumlah anak, bukan saja untuk keperluan keluarga melainkan juga untuk kemampuan fisik, finansial, pendidikan, dan pemeliharaan anak.24 Keluarga Berencana adalah salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan jalan memberikan nasihat perkawinan, pengobatan kemandulan dan penjarangan kelahiran. Dalam program Keluarga Berencana Nasional saat ini baru dilakukan salah satu saja dari usaha Keluarga Berencana, yakni penjarangan kehamilan dengan pemberian alat kontrasepsi.25 Keluarga berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas.26 Keluarga Berencana menurut WHO (Word Health Organization) Expert Committee 1970 adalah tindakan membantu individu atau pasangan suami istri untuk: 1) Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan. 2) Mendapat kelahiran yang memang diinginkan.
24
Abd ar-Rahim ‘Umran, Islam & KB, (Jakarta: Lentera, 1997), hlm. xxvii. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Aspek-Aspek Kesehatan Keluarga Berencana, (Jakarta: 1989), hlm. 25. 26 Undang-Undang Republik Indonesia No. 52 tahun 2009, Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, (Jakarta: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2010), hlm. 7. 25
xxvi
3) Mengatur interval diantara kehamilan. 4) Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungannya dengan umur suami istri. 5) Menentukan jumlah anak dalam keluarga KB juga berarti usaha pengaturan/penjarangan kelahiran atau usaha pencegahan kehamilan sementara atas kesepakatan suami istri karena situasi dan kondisi tertentu untuk kepentingan (mashlahat) keluarga, masyarakat dan Negara.27 2. Bentuk-Bentuk Keluarga Berencana (KB) a. Kontrasepsi (kondom) Alat kontrasepsi ini berjenis kondom, yaitu suatu kantong karet yang tipis, berwarna atau tidak berwarna, dipakai untuk menutupi zakar yang berdiri sebelum dimasukan kedalam vagina sehingga mani tertampung di dalamnya dan tidak masuk vagina, dengan demikian mencegah terjadinya pembuahan.28 Fungsinya dari alat ini (kodom) adalah: 1)
Mencegah spermatozoa (sel mani) bertemu ovum (sel telur) pada waktu bersenggama.
27
Mahmud Syaltut, Al-Fatawa,(Mesir: Darul Qolam, t.th.) hlm. 294-297. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Buku Pedoman Petugas Klinik Keluarga Berencana, (Jakarta: Departemen Kesehatan Indonesia 1985) hlm. 36. 28
xxvii
2)
Untuk mencegah penularan penyakit kelamin.
Efek samping kompilasi, yaitu: 1) Kondom rusak, robek, dan bocor. 2) Iritasi lokal pada penis reaksi alergi. b. Pil Selain itu pil KB adalah cara menghindari kehamilan yang cukup populer di dunia modern, karena termasuk yang dapat diandalkan (angka kegagalan paling rendah, antara 0,3-5%). Jika ingin menggunakan pil KB harus dengan pengawasan dan pemeriksaan seksama terlebih dahulu.29 Pil adalah pil yang berisi hormon sintetik yang digunakan wanita secara periodik sebagai alat kontrasepsi. Berbagai pabrik farmasi telah memasarkan pil keluarga berencana dengan kelebihan dan kekurangannya, sehingga dapat memilih sesuai keberadaan wanita itu. Pada setiap pil terdapat perbandingan kekuatan estrogeneti (lebih dominan estrogen) atau progestogenetik (dominan progesterone) melalui penilaian patrun menstruansi. Berikut ini adalah berbagai nama paten pil KB yang dipasarkan, antara lain anovlas, lyndiol, ovulan, norinyl,
29
Danti Pujiyanti dan Tien Rahmatin, Relasi Suami Istri dalam Islam. (Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004), hlm. 138.
xxviii
dan noracycline.30 Keuntungan memakai pil KB, yaitu: 1) Bila minum pil sesuai dengan aturan dijamin berhasil 100% 2) Dapat dipakai pengobatan beberapa masalah a) Ketegangan menjelang masturbasi b) Pendarahan menstruasi yang tidak teratur 3) Pengobatan penyakit endometriosis. Efek samping kompilasi, yaitu: 1) Gangguan siklus haid/menstruasi 2) Tekanan Darah tinggi 3) Berat badan naik 4) Jerawat.31 c. Suntikan Metode suntikan KB telah menjadi bagian gerakan Keluarga Berencana Nasional serta peminatnya makin bertambah. Tingginya minat pemakai suntikan, dikarenakan bentuk KB ini aman, sederhana, efektif, tidak menimbulkan gangguan dan
30
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Buku Pedoman Petugas Klinik Keluarga Berencana, (Jakarta: Departemen Kesehatan Indonesia 1985), hlm. 37. 31 BKKBN, Makalah Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia, lebih jelas lihat. http://www.bkkbn.go.id.
xxix
dapat dipakai pasca persalinan.32 KB suntikan adalah alat kontrasepsi berupa cairan yang berisi hanya hormone progesteron disuntikan ke dalam tubuh wanita secara periodik. Jenis Obat Suntikan, yaitu: 1) Golongan progestin, misalnya depoprovera 150 mg (disuntikkan tiap 3 bulan) noristerat (tiap bulan). 2) Golongan progesterin dengan campuran estrogen propionate, (misalnya cyclofem (tiap 1 bulan). Efek samping kompilasi, yaitu: 1) Gangguan siklus haid menstruasi 2) Depresi 3) Keputihan (Leukoea).33 d. Implan Implan adalah alat kontrasepsi berbentuk kapsul silastik berisi hormon jenis progestin (progesterone sintestik) yang
32
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Pedoman Penanggulangan Efek Samping/Komplikasi Kontrasepsi, (Jakarta: Departemen Kesehatan, 2001), hlm. 24. 33 Departemen Kesehatan, “Keperawatan dan Kesehatan”, artikel diakses dari http://www.blogspot.com.
xxx
ditanamkan dibawah kulit, dimana terdiri dari 6 kapsul silastik disetiap kapsulnya.34
e. Alat kontrasepsi dalam Rahim (AKDK/IVD) Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR/IVD), mempunyai sejarah perkembangan yang panjang sebelum generasi III dengan keamanan, efektifitas, dan penyakit tidak begitu besar. Jadi kontrasepsi dalam rahim adalah “suatu alat kontrasepsi yang dimasukan ke dalam rongga rahim wanita”.35 Cara kerja alat kontrasepsi ini, yaitu: 1) Menimbulkan reaksi jaringan sehingga terjadi serbukan sel darah putih 2) Lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas 3) Mengurangi jumlah sperma yang mencapai tuba fallopi dan menginaktifkan sperma. Keuntungan, yaitu: 1) Dapat diterima masyarakat dengan baik 2) Pemasangan tidak memerlukan medis teknis yang 34
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Pedoman Penanggulangan Efek Samping/ Komplikasi Kontrasepsi, (Jakarta: Departemen Kesehatan, 1999), hlm. 58 35 Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Pedoman Penanggulangan Efek ……, hlm. 78.
xxxi
sulit 3) Kontrol medis yang ringan 4) Penyulit tidak begitu berat Efek samping kompilasi, yaitu: 1) Gangguan pendarahan 2) Infeksi 3) Ekpulsi AKDR 4) Keputihan f. Kontrasepsi Mantap Kontrasepsi mantap atau sterilisasi merupakan metoda KB yang paling efektif, murah, aman, dan mempunyai nilai demografi yang tinggi. Jadi kontrasepsi mantap adalah “suatu cara kontrasepsi permanen baik pada pria atau wanita, dilakukan dengan tindakan operasi kecil untuk mengikat atau menjepit atau memotong saluran telur (perempuan) atau menutup saluran mani (laki-laki)”.36 Jenis kontrasepsi mantap, yaitu: 1) Kontrasepsi mantap (kontap) pada wanita disebut tubektomi; 2) Kontrasepsi mantap (kontap) pada pria disebut 36
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Aspek-Aspek Kesehatan Keluarga Berencana, (Jakarta: Departemen Kesehatan, 1989) hlm. 13.
xxxii
vesektomi Cara kerja kontrasepsi mantap, yaitu: 1) Tubektomi mencegah bertemunya sel telur dengan sperma karena saluran sel telur (tuba fallopi) yang menuju diputus (tubektomi minilapa ratomi) atau dijepit (laparoskopi) berisi levonorgetrel sebanyak 26 mg. 2) Vasektomi
mencegah
spermatozoa
bertemu
dengan teknik yang banyak digunakan saat ini adalah Vasektomi Tanpa Pisau (VTP) atau Non Scalpel Vasectomy. Untuk efek samping kontap wanita atau tubektomi, yaitu reaksi alergi anestesi, infeksi, perforasi rahim, dan perlukaan kandung kencing. Sedangkan efek samping kontap pria atau vasektomi, yaitu reaksi alergi anestesi, perdarahan, hematoma, dan infeksi. 37 g. Susuk KB Kontrasepsi susuk KB, yaitu: 1) Terdiri dari 1 kapsul silastik berisi 60 mg, 3 ketodesogestrel dan 66 mg kapolimer EVA. 2) Terdiri dari 2 kapsul silastik berisi levonorgestel 37
Bagus Ida, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana, (Jakarta: BKKBN Buku Kedokteran EGC, 1989), hlm.71.
xxxiii
75 mg. 38 Prinsip pemasangan susuk KB adalah dipasang di lengan kiri atas dan pemasangan seperti kipas mekar dengan 6 kapsul, dengan teknik pemasangan sebagai berikut: 1) Rekayasa tempat pemasangan dengan tepat seperti kipas terbuka. 2) Tempat pemasangan di lengan kiri atas, dipatirasa dengan lidokan 2%. 3) Dibuat insisi kecil sehingga trokar dapat masuk. 4) Kapsul dimasukkan ke dalam trokar, dan didorong dengan alat pendorong, dimasukkan sampai terasa tidak ada tahanan. 5) Setelah 6 kapsul dipasang, bekas insisi ditutup dengan tensoplast. Keuntungan metode susuk KB, yaitu dipasang selama 5 tahun, kontrol medis ringan, dapat dilayani di daerah pedesaan, dan biaya ringan.39 Sedangkan cara kerja susuk KB, yaitu: 1) Menekan okulasi yang akan mencegah lepasnya
38
Margaret F. Hayes FCJ, R.N, dkk, Mengajar Metode Ovulasi Billing, (Jogyakarta: Kanisisus, 2000), hlm. 1. 39 Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Aspek-Aspek Kesehatan Keluarga Berencana, (Jakarta: Departemen Kesehatan, 1989), hlm. 15.
xxxiv
sel telur (ovum) dari indung telur; 2) Mengentalkan lendir mulut rahim sehingga sel mani / sperma tidak mudah masuk kedalam rahim. 3) Menipiskan endometrium sehingga tidak siap untuk nidasi. Efek samping/komplikasi, yaitu gangguan siklus haid, expulsi implan, perubahan berat badan, jerawat, dan rasa nyeri atau perih atau pedih pada payudara.40 3. Metode Keluarga Berencana (KB) 1) Metode Intra-Uterine Devices (IUD) Metode Intra-Uterine Devices yaitu dilakukan dengan jalan memasukkan alat ke dalam rahim. Ada beberapa jenis alat KB yang bekerja dari dalam rahim untuk mencegah pembuahan sel telur oleh sperma. Biasanya disebut spiral atau dalam bahasa inggris-nya dikenal dengan Intra-Uterine Devices (IUD). Spiral terbuat dari bahan plastik atau plastik bercampur tembaga yang dapat digunakan sampai 10 tahun. Ia dapat digunakan dan dikeluarkan dari rahim, yang berarti termasuk dalam kategori alat kontrasepsi sementara.41 40
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Keterpaduan Keluarga Berencana Kesehatan, (Jakarta: Departemen Kesehatan, 1987), hlm. 33. 41 Pujiyanti dan Tien Rahmatin. Relasi Suami Istri Dalam Islam, (Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004), hlm.142.
xxxv
Hal yang perlu dicermati dari alat kontrasepsi ini adalah efek sampingnya terhadap kesehatan pemakainya, untuk itu, akseptor harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan tenaga medis untuk mengetahui betul kelemahan dan efek yang ditimbulkan serta keamananannya jika ia digunakan alat tersebut. Apabila membawa mudharat bagi kesehatan dirinya.42 2) Metode KB Alamiah Metode alamiah adalah metode yang tidak menggunakan alat, bahan kimia, maupun obat-obatan. Ada beberapa cara yang dilakukan dengan metode ini, diantaranya yaitu memberi ASI selama enam bulan. Ini sejalan dengan QS. Al-Baqarah (2): 233, al-Ahqaf (46): 15, dan Lukman (31): 14. Dalam pelaksanaan KB alamiah ada 2 cara yang dilakukan, yaitu: a) Sistem kalender. Sistem ini memperhatikan siklus haid/menstruasi guna menentukan masa subur. Apabila telah diketahui masa subur, umumnya 7 hari setelah haid, inilah waktu yang tepat untuk tidak melakukan hubungan suami istri karena akan terjadi kehamilan.43 Selain mengetahui kapan waktu subur, ada pula yang 42 Aminudin Yakub, KB dalam Polemik Melacak Pesan Substantif Islam, (Jakarta: PBB UIN, 2003) hlm. 34. 43 Amir Achsin, dkk, Untukmu Ibu Tercinta, (Jakarta: Prenada Mulia, 2003), hlm. 71.
xxxvi
berpendapat bahwa waktu aman untuk melakukan hubungan suami istri tanpa kekhawatiran untuk hamil adalah 4 hari setelah haid dan 5 atau sampai 8 hari datangnya haid berikutnya.44 b)
Sistem ovulasi billing
Metode ovulasi billing merupakan pengecekan lendir atau metode pengamatan irama, yaitu metode berpantang hubung (atau dengan memakai metode perintang) pada hari-hari subur istri. Lendir yang selalu dikeluarkan oleh wanita sepanjang hari merupakan tolak penentuan waktu subur dan aman bagi pasangan suami istri yang melakukan hubungan suami istri. Dan yang paling utama dari metode ovulasi billing ialah memperhatikan sifat dan rasa lendir yang dikeluarkan oleh istri.45 4.
Macam-Macam Keluarga Berencana (KB) 1) KB dengan cara Hormonal
KB ini memanfaatkan hasil penelitian ilmu kedokteran mengenai hormon- hormon yang mengatur kehidupan proses ovulasi dan menstruasi dalam tubuh wanita, tetapi kemudian mengacu proses tersebut dengan hormone buatan yang dimasukkan ke dalam tubuh wanita seperti pil, suntikan atau
44 Aiman al-Husaini, Kado Malam Pertama, (Jakarta: Pustaka Anisah, 2003), hlm. 54. 45 Margaret F. Hayes FCJ, R.N, dkk, Mengajar Metode Ovulasi Billing, (Yogyakarta: Kanisisus, 2000), hlm. 13.
xxxvii
susuk, dengan akibat tidak terjadi ovulasi, tidak ada sel telur yang matang keluar dari indung telur. Dengan tidak ada sel telur maka tidak terjadi kehamilan. 2) KB dengan cara Mekanis KB (Keluarga Berencana) ini diartikan dengan memasang suatu rintangan berupa alat yang menghalang-halangi pertemuan antara sel sperma laki-laki dengan sel telur dari wanita. Diantara alatalat yang dipakai dalam ber-KB dengan cara ini antara lain: kondom, diafragma yang meliputi 4 cara kimiawi (vaginal tablet, foam, jelly pasta, dan tissue KB).46 5. Manfaat dan Tujuan KB (Keluarga Berencana) Program Keluarga Berencana (KB) dirumuskan sebagai upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakaat melalui batas usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga, untuk mewujudkan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKBBS). Dengan mengikuti program KB sesuai anjuran pemerintah, para akseptor akan mendapatkan tiga manfaat utama optimal, baik untuk ibu, anak dan keluarga, antara lain:
46
Danti Pujiyanti dan Tien Rahmatin . Relasi Suami Istri dalam Islam, (Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004), hlm. 138-140.
xxxviii
1) Manfaat Untuk Ibu: a) Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan b) Mencegah setidaknya 1 dari 4 kematian ibu c) Menjaga kesehatan ibu 2) Manfaat Untuk Anak: a) Mengurangi risiko kematian bayi b) Meningkatkan kesehatan bayi c) Mencegah bayi kekurangan gizi 3) Manfaat Untuk Keluarga: a) Meningkatkan kesejahteraan keluarga b) Harmonisasi keluarga lebih terjaga.47 Demikianlah manfaat mengikuti program KB, sesuai rangkuman informasi dari berbagai sumber referensi, khususnya brosur tentang info Program KB dapat mencegah ledakan penduduk di Indonesia, produksi SIKIB-Jakarta 2010. ”Keluarga Kecil, Sehat dan Berkualitas, Ya… Keluarga Berencana”48 Sedangkan tujuan KB dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Tujuan demografi yaitu mencegah terjadinya ledakan
47 48
Depkes “Keperawatan dan Kesehatan”. artikel. hhtp://puskel.com. 2014. Depkes, “Program Keluarga Berencana” artikel. hhtp://puskel.com. 2014.
xxxix
penduduk
dengan
menekan
laju
pertumbuhan
penduduk (LLP) dan hal ini tentunya akan diikuti dengan menurunnya angka kelahiran atau TFR (Total Fertility Rate) dari 2,87 menjadi 2,69 per wanit.49 Pertambahan penduduk yang tidak terkendalikan akan mengakibatkan
kesengsaraan
dan
menurunkan
sumber daya alam serta banyaknya kerusakan yang ditimbulkan dan kesenjangan penyediaan bahan pangan dibandingkan jumlah penduduk. Hal ini diperkuat dengan teori Malthus (1766-1834) yang menyatakan bahwa pertumbuhan manusia cenderung mengikuti deret ukur, sedangkan pertumbuhan bahan pangan mengikuti deret hitung. 2) Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan, menunda kehamilan anak pertama dan menjarangkan kehamilan setelah kelahiran anak pertama serta menghentikan kehamilan bila dirasakan anak telah cukup. 3) Mengobati kemandulan atau infertilitas bagi pasangan yang telah menikah lebih dari satu tahun tetapi belum juga mempunyai keturunan, hal ini memungkinkan
49
Hanafi, 2002.
xl
untuk tercapainya keluarga bahagia. 4) Married Conseling atau nasehat perkawinan bagi remaja atau pasangan yang akan menikah dengan harapan
bahwa
pasangan
akan
mempunyai
pengetahuan dan pemahaman yang cukup tinggi dalam membentuk keluarga yang bahagia dan berkualitas. 5) Tujuan akhir KB adalah tercapainya NKKBS (Norma Keluarga
Kecil
Bahagia
dan
Sejahtera)
dan
membentuk keluarga berkualitas, keluarga berkualitas artinya suatu keluarga yang harmonis, sehat, tercukupi sandang, pangan, papan, pendidikan dan produktif dari segi ekonomi.50 B. Keluarga Sejahtera dan Bahagia 1. Pandangan Umum tentang Keluarga Sejahtera dan Bahagia a. Pengertian dan Tujuan Keluarga Sejahtera Kesejahteraan adalah hal atau keadaan sejahtera, aman, selamat, dan tentram. 51 Keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk
50
BKKBN, Rumusan Kebijakan dan Program Kependudukan dan KB 2011, (Jakarta: Badan Kependudukan Nasional, 2011), hlm. 24. 51 Depdiknas, 2001, hlm. 1011.
xli
berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materi yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang /maha Esa, memiliki hubungan yang selaras, serasi, dan seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan.52 Tidak dapat kita pungkiri, sebagai institusi terkecil dalam masyarakat, keluarga memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan pembangunan sebuah bangsa. Hal ini terkait erat dengan fungsi keluarga sebagai wahana pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, sudah sewajarnya bila pemerintah bersamasama dengan segenap komponen masyarakat berkepentingan untuk membangun keluarga-keluarga di Negara kita tercinta ini agar menjadi keluarga yang sejahtera yang dalam konteks ini kita maknai sebagai keluarga yang sehat, maju dan mandiri dengan ketahanan keluarga yang tinggi. Terlebih Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sebagai motor penggerak Program KB di Indonesia, sekarang ini sangat berpihak pada upaya membangun keluarga sejahtera dengan visi dan misinya yang telah diperbaharuhi, yakni ”Seluruh Keluarga Ikut KB” dan ”Mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera”.
52
BKKBN, 1994, hlm. 5.
xlii
Dengan demikian, keluarga yang sejahtera dan bahagia, tentu menjadi dambaan setiap orang untuk mencapainya. Bukan saja karena dengan mencapai tingkat kesejahteraan tertentu, seseorang akan dapat menikmati hidup secara wajar dan menyenangkan karena tercukupi kebutuhan materil dan spirituilnya, tetapi dengan kondisi keluarga yang sejahtera dan bahagia setiap individu di dalamnya akan mendapat kesempatan seluas-luasnya untuk berkembang sesuai dengan potensi, bakat dan kemampuan yang dimiliki. Membangun keluarga sejahtera dan bahagia, telah banyak diupayakan oleh berbagai pihak, termasuk oleh semua keluarga di Indonesia. Pemerintah-pun sebenarnya juga telah cukup lama memberi perhatian pada masalah ini. Terbukti, sejak tahun 1994, pemerintah telah mencanangkan ”Gerakan Membangun Keluarga Sejahtera” dengan sasaran pokok keluarga Pra Sejahtera dan KS I alasan ekonomi yang sering dikategorikan sebagai keluarga miskin. Namun banyak diantara mereka yang gagal. Faktanya, hingga saat ini, tidak kurang dari 26,4 juta keluarga (hasil Pendataan) di Negeri ini tetap dalam kondisi kurang sejahtera, bahkan tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya sebagai pra syarat untuk dapat hidup secara layak. Bila kita cermati, salah satu penyebabnya adalah kurangnya pengetahuan dan wawasan mereka tentang kesejahteraan itu xliii
sendiri, hingga mereka tidak tahu langkah-langkah apa yang efektif untuk mencapainya. Kurangnya wawasan dan pengetahuan tentang kesejahteraan termasuk dalam perspektif agama juga telah menyebabkan mereka memiliki pandangan yang keliru mengenai arti dari kesejahteraan itu sendiri. Umumnya masyarakat masih menganggap bahwa keluarga yang sejahtera adalah keluarga yang tercukupi kebutuhan materinya. Dalam arti, asalkan keluarga tersebut memiliki harta yang banyak, rumah yang besar dan mewah, kendaraan dan peralatan rumah tangga yang modern serta memiliki tabungan yang banyak, telah dianggap sejahtera hidupnya, tanpa memikirkan hal-hal yang bersifat psikis. Harus disadari bahwa pandangan tersebut adalah pandangan yang keliru. Karena kesejahteraan keluarga tidak hanya diukur dengan kecukupan materi saja. Masih banyak syarat lain yang harus dipenuhi. Kalau dibaca Bab I Pasal 1 Ayat 11 dari Undang Undang No 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, maka kita akan mengetahui bahwa keluarga yang sejahtera itu tidak hanya tercukupi kebutuhan materiilnya, tetapi juga harus didasarkan pada perkawinan yang sah, tercukupi kebutuhan spirituilnya, memiliki hubungan yang harmonis antar anggota keluarga, antara keluarga dengan masyarakat sekitarnya, dengan xliv
lingkungannya dan sebagainya. Itu semua diperlukan untuk memperoleh kebahagiaan hidup sehingga hidupnya dapat tenteram dan nyaman tanpa rasa was-was.53 Kesejahteraan keluarga tidak hanya menyangkut kemakmuran saja, melainkan juga harus secara keseluruhan sesuai dengan ketentraman yang berarti, dengan kemampuan itulah dapat menuju keselamatan dan ketentraman hidup. Dalam rencana pembangunan nasional memberikan petujuk bahwa pembangunan keluarga sejahtera diarahkan pada terwujudnya keluarga sebagai wahana persmian nilai-nilai luhur budaya bangsa guna meningkatkan kesejahteraan keluarga serta membina ketahanan keluarga agar mampu mendukung kegiatan pembangunan. Undang-Undang (UU) No.10/1992 pasal 3 ayat 2 menyebutkan bahwa pembangunan keluarga sejahtera diarahkan pada pembangunan kualitas keluarga yang bercirikan kemandirin, ketahanan keluarga dan kemandirian keluarga. 54 Sedangkan keluarga sejatera bertujuan untuk mengembangkan keluarga agar timbul rasa aman, tentram dan harapan masa
53
Undang Undang Nomor 10 Tahun 1992 Bab I Pasal 1 Ayat 11 tentang “Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera”. 54
Undang-Undang (UU) No.10/1992 pasal 3 ayat 2.
xlv
depan yang lebih baik merupakan salah satu pembentuk ketahanan keluarga dalam membangun keluarga sejahtera. Pelaksanaan pembangunan keluarga sejahtera dijelaskan dalam PP No. 21 Tahun 1994, pasal 2, bahwa “pembangunan keluarga sejahtera diwujudkan melalui pengembangan kualitas keluarga diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu oleh masyarakat dan keluarga”. Dengan tujuan untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia, dejahtera bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, produktif, mandiri dan memiliki kemampuan untuk membangun diri sendiri dan lingkungannya. 55 b. Tahapan Keluarga Sejahtera Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan, berdasarkan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang telah mengadakan program yang disebut dengan Pendataan Keluarga. Yang mana pendataan ini bertujuan untuk memperoleh data tentang dasar kependudukan dan keluarga dalam rangka program pembangunan dan pengentasan kemiskinan. Adapun pentahapan keluarga sejahtera tersebut ialah sebagai berikut: 1) Keluarga pra sejahtera
55
PP No. 21 Tahun 1994, pasal 2.
xlvi
Keluarga pra sejahtera merupakan keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya (basic need) secara minimal, seperti kebutuhan akan spiritual, pangan, sandang, papan, kesehatan dan KB, yaitu: a) Melaksanakan ibadah menurut agama oleh masingmasinganggota keluarga b) Pada umunya seluruh anggota keluarga, makan dua kali atau lebih dalam sehari. c) Seluruh anggota keluarga
mempunyai pakaian
berbeda di rumah, bekerja, sekolah atau berpergian. d) Bagian yang terluas dari lantai bukan dari tanah. e) Bila anak sakit dan atau pasangan usia subur ingin ber KB dibawa ke sasaran kesehatan. 2) Keluarga Sejahtera I Keluarga Sejahtera I merupakan keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhnan dasarnya secara minimal tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologinya seperti kebutuhan pendidikan, KB, interaksi lingkungan tempat tinggal dan trasportasi. Pada keluarga sejahtera I kebutuhan dasar (a s/d e) telah terpenuhi namun kebutuhan sosial psikologi belum terpenuhi, yaitu: a) Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur. xlvii
b) Paling
kurang
sekali
seminggu,
keluarga
menyadiakan daging, ikan atau telur. c) Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang 1 stel pakaian baru pertahun d) Luas lantai rumah paling kurang 8 meter persegi untuk tiap pengguna rumah e) Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir dalam kedaan sehat f) Paling kurang satu anggota 15 tahun ke atas, penghasilan tetap. g) Seluruh anggota kelurga yang berumur 10-16 tahun bisa baca tulis huruf latin. h) Seluruh anak berusia 5-15 tahun bersekolah pada saat ini i) Bila anak hidup 2 atau lebih, keluarga pasang yang usia subur memakai kontrasepsi (kecuali sedang hamil). 3) Keluarga Sejahtera II Yaitu keluarga disamping telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, juga telah dapat memenuhi kebutuhan pengembangannya, seperti kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi. xlviii
Pada keluarga sejahtera II kebutuhan fisik dan sosial psikologis telah terpenuhi namun kebutuhan pengembangan belum, yaitu: a) Mempunyai upaya untuk meningkatkan agama. b) Sebagian dari penghasilan dapat disisihkan untuk tabungan keluarga. c) Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan kesempatan ini dapat dimanfaatkan untuk berkomunikasi antar anggota keluarga. d) Ikut serta dalam kegiatan masyarakat dilingkungan keluarga. e) Mengadakan rekreasi bersama di luar rumah paling kurang 1 kali perbulan. f) Dapat memperoleh berita dan surat kabar, radio, televisi atau majalah. g) Anggota keluarga mampu menggunakan sarana trasportasi sesuai kondisi daerah. 4) Keluarga Sejahtera III Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis dan perkembangan keluarganya, tetapi belum dapat memberikan sumbangan yang teratur bagi masyarakat seperti sumbangan materi dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. xlix
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan dan Kebahagiaan 1) Faktor Intern Keluarga a) Jumlah Anggota Keluarga Pada zaman seperti sekarang ini tuntutan keluarga semakin meningkat tidak hanya cukup dengan kebutuhan primer (sandang, pangan, papan, pendidikan, dan saran pendidikan) tetapi kebutuhan lainya seperti hiburan, rekreasi, sarana ibadah, saran untuk transportasi dan lingkungan yang serasi. Kebutuhan diatas akan lebih memungkinkan dapat terpenuhi jika jumlah anggota dalam keluarga sejumlah kecil. b) Tempat Tinggal Suasana tempat tinggal sangat mempengaruhi kesejahteraan keluarga. Keadaan tempat tinggal yang diatur sesuai dengan selera keindahan penghuninya, akan lebih menimbulkan suasana yang tenang dan mengembirakan serta menyejukan hati. Sebaliknya tempat tinggal yang tidak teratur, tidak jarang meninbulkan kebosanan untuk menempati. Kadang-kadang sering terjadi ketegangan antara anggota keluarga yang disebabkan kekacauan pikiran karena tidak memperoleh rasa
l
nyaman dan tentram akibat tidak teraturnya sasaran dan keadaan tempat tinggal. c)
Keadaan Sosial Ekonomi Keluarga.
Untuk mendapatkan kesejahteraan kelurga alasan yang paling kuat adalah keadaan sosial dalam keluarga. Keadaan sosial dalam keluarga dapat dikatakan baik atau harmonis, bilamana ada hubungan yang baik dan benar-benar didasari ketulusan hati dan rasa kasih sayang antara anggota keluarga.manifestasi daripada hubungan yang benar-benar didasari ketulusan hati dan rasa penuh kasih sayang, nampak dengan adanya saling hormat, menghormati, toleransi, bantu-membantu dan saling mempercayai. d)
Keadaan Ekonomi Keluarga
Ekonomi dalam keluarga meliputi keuangan dan sumber-sumber yang dapat meningkatkan taraf hidup anggota kelurga makin terang pula cahaya kehidupan keluarga. (BKKBN, 1994 : 1821). Jadi semakin banyak sumber-sumber keuangan/ pendapatan yang diterima, maka akan meningkatkan taraf hidup keluarga. Adapun sumber-sumber keuangan/ pendapatan dapat diperoleh dari menyewakan tanah, pekerjaan lain diluar berdagang, dsb.
li
2. Faktor Ekstern Kesejahteraan keluarga perlu dipelihara dan terus dikembangan terjadinya kegoncangan dan ketegangan jiwa diantara anggota keluarga perlu dihindarkan, karena hal ini dapat menggagu ketentraman dan kenyamanan kehidupan dan kesejahteraan keluarga. Faktor ekstern dapat berupa kurangnya perhatian dari pemerintah, baik itu pemerintah pusat maupun daerah terhadap masyarakat. d. Indikator Kesejahteraan Untuk mengukur tingkat kesejahteraan, telah dikembangkan beberapa indikator operasional yang menggambarkan tingkat pemenuhan kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis dan kebutuhan pengembangan. Sedangkan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang tingkat kesejahteraan akan digunakan beberapa indikator yang telah digunakan oleh BKKBN. Indikator ini berdasarkan pendataan keluarga tahun 2000, adapun beberapa indikator tersebut adalah sebagai berikut: 1) Keluarga Pra Sejahtera
lii
Keluarga yang tidak dapat memenuhi syarat-syarat sebagai keluarga sejahtera I. 2) Keluarga Sejahtera I a) Melaksanakan ibadah menurut agama yang dianut masing-masing; b) Makan dua kali sehari atau lebih; c) Pakaian yang berbeda untuk berbagai keperluan; d) Lantai rumah bukan dari tanah; e) Jika anak sakit dibawa ke sarana/ petugas kesehatan. 3) Keluarga Sejahtera II a) Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur menurut agama yang dianut masingmasing; b) Minimal seminggu sekali keluarga tersebut menyediakan daging/ ikan/ telur sebagai lauk pauk. c) Memperoleh pakaian baru dalam setahun terakhir. d) Luas lantai tiap penghuni rumah satu 8 m². e) Anggota keluarga sehat dalam keadaan tiga bulan terakhir, sehingga dapat menjalankan fungsi masing-masing. liii
f) Keluarga yang berumur 15 tahun ke atas mempunyai penghasilan tetap. g) Bisa baca tulis latin bagi anggota keluarga dewasa yang berumur 10-60 tahun. h) Seluruh anak yang berumur 7-15 tahun bersekolah pada saat ini. i) Anak hidup dua atau lebih dan saat ini masih memakai alat kontrasepsi. 4) Keluarga Sejahtera III a) Keluarga mempunyai upaya untuk meningkatkan pengetahuan agama. b) Keluarga mempunyai tabungan. c) Keluarga biasanya makan bersama minimal sekali dalam sehari. d) Turut serta dalam kegiatan masyarakat. e) Keluarga mengadakan rekreasi bersama minimal sekali dalam 6 bulan. f) Keluarga dapat memperoleh berita dari surat kabar/ radio/ televisi/ majalah. g) Anggota keluarga dapat menggunakan sarana transportasi. 5) Keluarga Sejahtera III Plus liv
a) Memberikan sumbangan secara teratur dan sukarela untuk kegiatan sosial masyarakat dalam bentuk materi. b) Aktif sebagai pengurus yayasan/ instansi. 2. Keluarga Sejahtera dan Bahagia dalam Islam Tujuan dari adanya hukum adalah untuk memelihara kemaslahatan manusia sekaligus untuk menghindari mafsadat baik di dunia maupun di akhirat. Pada prinsipnya, Allah menciptakan manusia beserta seluruh isinya untuk memberikan rangsangan kepada manusia agar ia menggunakan akalnya, berfikir dan merenungkannya.56 Salah satu tujuan disyari’atkannya laki-laki dan perempuan untuk membentuk keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah adalah untuk mengatur hubungan seksual secara legal. Karena itu keduanya memiliki kepentingan dan tujuan yang sama, tidak mengandung unsur subordinat, marjinalisasi salah satu dari 56
Ali Anwar Yusuf, Islam dan Sains Modern; Sentuhan Islam Terhadap Berbagai Disiplin Ilmu, (Bandung : Pustaka Setia, 2006), hlm. 283. Tujuan dari hukum Islam yang biasa kita dengan dengan maqâṣid asysyari'ah, yaitu : ḥifẓu ad-dîn (memelihara agama), ḥifẓu an-nafs (memelihara jiwa), ḥifẓu al-'aql (memelihara akal), ḥifẓu an-nasl (memelihara keturunan), dan ḥifẓu al-mâl (memelihara harta). Ismail Muhammad Syah, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hlm, 65.
lv
keduanya, kekerasan dan memberi beban berlebihan.57 Sebagai agama tauhid, Islam diturnkan oleh Dzat Yang Maha Adil. Oleh karena itu, keadilan merupakan salah satu ajaran Islam yang prinsipil dan mendasar.58 Agama Islam yang memiliki penganut terbesar di Indonesia, memandang bahwa membangun keluarga sejahtera dan bahagia merupakan upaya yang wajib ditempuh oleh setiap pasangan (keluarga) yang diawali dengan perkawinan/pernikahan Islami. Karena perkawinan adalah hal mendasar dalam pembentukan keluarga Islam. Tanpa perkawinan sesuai ajaran/ketentuan agama, mustahil sebuah keluarga akan mencapai kesejahteraan yang diidamkan. Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah SWT yang menyebarkan agama Islam di bumi ini, memuji institusi tersebut sebagai bagian dari sunah beliau. Dengan demikian, sebuah perkawinan harus betul-betul direncanakan dengan baik. Termasuk dalam hal ini adalah dalam pemilihan pasangan hidup, yang bukan hanya sekedar atas pertimbangan kecantikan/kegantengannya atau pekerjaan dan status sosial ekonominya, tetapi juga agama dan bibit, bobot dan bebet-nya. Guna memaknai perkawinan, al-Qur’an 57
Mufidah Ch, Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender, (Malang: UIN Malang Press, 2008), hlm. 249. 58 Tim Pemberdayaan Perempuan Bidang Agama Departemen Agama RI, Keadilan dan Kesetaraan Gender Perspektif Islam, 2001, hlm. 16.
lvi
menggunakan istilah mitsaqan ghalizhan yang artinya perjanjian yang teguh/kuat. Istilah tersebut pertama-tama menunjuk pada perjanjian antara Allah SWT dengan para Nabi dan Rasul. Tetapi dalam QS. al-Nisa’ [4] ayat 21 menunjuk pada perjanjian nikah. 59 Dengan demikian, al-Qur’an menunjukkan kesesuaian hubungan antara suami dan isteri, mirip dengan kesucian hubungan antara Allah SWT dan manusia yang dipilihnya. Maka, perkawinan atau pernikahan dipandang sebagai tugas, dan anak-anak dilihat sebagai salah satu wujud berkah Allah SWT bagi suami isteri. Nabi Muhammad SAW menyebut perkawinan sebagai “setengah ibadah”. Perkawinan bukanlah suatu perkara duniawi belaka, karena hukum yang mengatur tidak hanya dari manusia, tetapi juga dari Allah SWT sendiri. Perkawinan menurut Islam juga dipandang sebagai perjanjian timbal balik yang menimbulkan hak-hak dan kewajibankewajiban pada suami dan isteri. Perkawinan adalah suatu persekutuan hidup demi pengesahan hubungan seksual serta untuk mendapatkan keturunan/anak. Perkawinan yang sembunyi-sembunyi atau kumpul kebo tidak dibenarkan sama sekali. Suami harus menjadi pemimpin atau kepala keluarga
59
Lebih jelas lihat QS. al-Nisa’ [4] ayat 21.
lvii
yang bertanggung jawab atas nafkah dan kesejahteraan isteri maupun anak. Dalam rangka mengupayakan kehidupan keluarga yang ideal, maka mengetahui peran dan fungsi suami istri dalam keluarga mutlak diperlukan. Sebab, hal ini sangat terkait dengan permasalahan hak dan kewajiban setiap anggota dalam keluarga. Keharmonisan dan kemaslahatan keluarga tercipta dari adanya keseimbangan antara dijalankannya kewajiban dan diperolehnya hak.60 Dalam agama Islam, keluarga sejahtera disubstansikan dalam bentuk keluarga “sakinah”. Pengertian keluarga sakinah diambil dan berasal dari al-Qur’an, yang dipahami dari ayat-ayat surah al-Ruum, dimana dinyatakan bahwa tujuan keluarga adalah untuk mencapai ketenteraman dan kebahagiaan dengan dasar kasih sayang. Yaitu keluarga yang saling cinta mencintai dan penuh kasih sayang, sehingga setiap anggota keluarga merasa dalam suasana aman, tenteram, tenang dan damai, bahagia dan sejahtera namun dinamis menuju kehidupan yang lebih baik di dunia maupun di akhirat. Sementara menurut Keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji Nomor D/71/1999 tentang 60
Sidi Nazar Bakri, Kunci Keutuhan Keluarga, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1993), hlm. 37.
lviii
Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah Bab III Pasal 3 dinyatakan bahwa, keluarga sakinah adalah keluarga yang dibina atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi hajat spiritual dan material yang layak dan seimbang, diliputi suasana kasih sayang antar anggota keluarga dan lingkungannya dengan selaras, serasi serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam nilai-nilai keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia.61 Oleh sebab itu untuk membangun keluarga sakinah, paling tidak harus memenuhi tiga kriteria, yaitu: 1) Perkawinan
didasari
perkawinan tersebut
karena
agama,
artinya
diusahakan minimal yang
seagama guna mencapai ketaqwaan suami isteri dan keturunannya; 2) Calon suami dan isteri sedapat mungkin telah berkemampuan baik fisik, mental maupun material; 3) Diusahakan adanya keseimbangan (kafah) antara calon suami dan isteri.
61
Keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji Nomor D/71/1999 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah, Bab III Pasal 3.
lix
Sementara itu untuk mencapai kehidupan keluarga yang sakinah dan sejahtera, setiap keluarga harus mengupayakan terpenuhinya lima aspek pokok kehidupan berkeluarga, yaitu: 1) Terwujudnya kehidupan beragama dan ubudiyah dalam keluarga dengan menciptakan suasana ke Islaman dalam keluarga, dengan melakukan berbagai kegiatan sebagai berikut: a) Membudayakan shalat jamaah dalam keluarga, b) Membiasakan membaca al-Qur’an secara rutin, umpamanya sehabis shalat Maghrib dan atau setelah shalat Subuh, c) Mengadakan amalan Ubudiyah Yaumiyah dalam keluarga seperti doa-doa, ucapan basmalah, salam dan sebagainya. 2) Pendidikan keluarga yang mantap, seperti yang dituntunkan Lukman terhadap anaknya, dengan jalan antara lain: a) Pendidikan ke-Tauhidan, b) Pendidikan Pengetahuan, Keilmuan, c) Pendidikan Ketrampilan, d) Pendidikan Akhlaq, e) Pendidikan Kemandirian.
lx
3) Kesehatan
keluarga
yang
terjamin,
dengan
menumbuhkan kebiasaan keluarga untuk memelihara kesehatan, antara lain: a) Kebersihan rumah dan lingkungan, b) Melakukan olah raga keluarga, c) Memperhatikan kesehatan dan gizi keluarga 4) Ekonomi keluarga yang stabil, dengan cara menyusun perencanaan pendapatan dan belanja keuangan keluarga. Kegiatannya antara lain: a) Mengendalikan keuangan keluarga, jangan boros tetapi juga jangan kikir / bakhil, b) Membiasakan menabung, c) Memanfaatkan pekarangan dan industri rumah tangga untuk menunjang ekonomi keluarga. 5) Hubungan insani yang Islami antara anggota keluarga maupun antar keluarga/tetangga, dengan jalan antara lain: a) Membina sopan santun etika dan akhlaq sesuai dengan kedudukan masing-masing, b) Menciptakan forum komunikasi antara anggota keluarga dalam rangka membina keakraban dan kehangatan keluarga seperti waktu-waktu sesudah jamaah, waktu makan, rekreasi dan sebagainya, lxi
c) Adanya rasa saling memiliki satu sama lain dan bertanggung jawab mengenai nama baik keluarga seacara utuh, d) Adanya rasa saling harga menghargai di antara anggota keluarga, e) Melaksanakan
ajaran
Islam
tentang
hidup
bertetangga. Dalam Program Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah, dikenal tahapan Keluarga Pra Sakinah, Keluarga Sakinah I, Keluarga Sakinah II, Keluarga Sakinah III dan Keluarga Sakinah III Plus sebagai bentuk perkembangan sebuah keluarga dalam mencapai tingkat kesejahteraanya. Artinya tahapan ini menjadi ukuran yang dapat dinilai dan dievaluasi, dimana posisi sebuah keluarga dalam upaya mencapai kehidupan sesuai tuntunan Islam sehingga mencapai kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat. Keluarga Pra Sakinah adalah keluarga-keluarga yang dibentuk bukan melalui ketentuan perkawinan yang sah, tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar spiritual dan material (basic need) secara minimal seperti keimanan, shalat, zakat fitrah, puasa, sandang, pangan, papan, dan kesehatan. Oleh karena itu, indikator/tolok ukur keluarga Pra Sakinah terdiri atas: lxii
1) Keluarga dibentuk tidak melalui perkawinan yang sah; 2) Tidak sesuai dengan ketetuan perundang-undangan yang berlaku; 3) Tidak memiliki dasar keimanan; 4) Tidak melakukan shalat wajib; 5) Tidak mengeluarkan zakat fitrah; 6) Tidak menjalankan puasa wajib; 7) Tidak tamat SD, dan tidak dapat baca tulis; 8) Fakir dan atau miskin; 9) Berbuat asusila; 10) Terlibat perkara-perkara kriminal. Keluarga Sakinah I adalah keluarga-keluarga yang dibangun atas perkawinan yang sah dan telah dapat memenuhi kebutuhan spiritual dan material secara minimal, tetapi masih belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya seperti kebutuhan akan pendidikan, bimbinga keagamaan dalam keluarganya, mengikuti interaksi sosial denga lingkunganya. Oleh karena itu indikator/tolok ukur Keluarga Sakinah I terdiri atas: 1) Perkawinan sesuai dengan syariat dan UU No 1 Tahun 1974, lxiii
2) Keluarga memiliki surat nikah dan bukti lain, sebagai bukti perkawina yang sah, 3) Mempunyai
perangkat
shalat,
sebagai
bukti
melaksanakan shalat wajib dan dasar keimanan, 4) Terpenuhinya kebutuhan makanan pokok, sebagai tanda bukan tergolong fakir miskin, 5) Masih sering meninggalkan shalat, 6) Jika sakit sering pergi ke dukun, 7) Percaya terhadap tahayul, 8) Tidak datang ke pengajian/majelis taklim, 9) Rata-rata keluarga tamat atau memiliki ijazah SD. Keluarga Sakinah II adalah keluarga-keluarga yang dibangun atas perkawinan yang sah disamping telah dapat memenuhi kebutuhan kehidupannya, juga telah mampu memahami pentingnya pelaksanaan ajaran agama serta bimbingan keagamaan dalam keluarga serta mampu mengadaka interaksi sosial keagamaan dengan lingkungannya, tetapi belum mampu menghayati atau mengembangkan nilai-nilai keimanan, ketaqwaan dan akhlaqul karimah, infaq, zakat, amal jariyah, menabung dan sebagainya. Oleh karena itu indikator/tolok ukur Keluarga Sakinah II terdiri atas:
lxiv
1) Tidak terjadi perceraian kecuali sebab perceraian atau hal sejenis lainnya yang mengharuskan terjadinya perceraian itu, 2) Penghasilan keluarga melebihi kebutuhan pokok sehingga bisa menabung, 3) Rata-rata keluarga memiliki ijazah SLTP, 4) Memiliki rumah sendiri meskipun sederhana, 5) Keluarga aktif dalam kegiatan kemasyarakatan dan sosial keagamaan, 6) Mampu
memenuhi
standar
makanan
yang
sehat/memenuhi empat sehat lima sempurna, 7) Tidak terlibat perkara kriminal, judi, mabuk, prostitusi dan perbuatan amoral lainnya. Keluarga Sakinah III adalah keluarga-keluarga yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan keimanan, ketaqwaan, akhlaqul karimah, sosial psikologis, dan pengembagan keluarganya, tetapi belum mampu menjadi suri tauladan bagi lingkungannya. Oleh karena itu, indikator/tolok ukur Keluarga Sakinah III terdiri atas: 1) Aktif dalam upaya meningkatkan kegiatan dan gairah keagamaan di masjid-masjid maupun dalam keluarga, 2) Keluarga aktif menjadi pengurus kegiatan keagamaan dan sosial kemasyarakatan, lxv
3) Aktif memberikan dorongan dan motivasi untuk meningkatkan kesehata ibu dan anak serta kesehatan masyarakat pada umumnya, 4) Rata-rata keluarga memiliki ijazah SLTA ke atas, 5) Pengeluaran zakat, infaq, shadaqah, dan wakaf senantiasa meningkat, 6) Meningkatnya pengeluaran korban, 7) Melaksanakan ibadah haji secara baik dan benar, sesuai tuntutan agama dan ketentuan perundangundangan yang berlaku. Keluarga Sakinah III Plus adalah keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan keimanan, ketaqwaan dan akhlaqul karimah secara sempurna, kebutuhan sosial psikologis, dan pengembangannya serta dapat menjadi suri tauladan, bagi lingkunganya. Oleh karena itu indikator/tolok ukur Keluarga Sakinah III Plus terdiri atas: 1) Keluarga
yang telah melaksanakan haji dapat
memenuhi kriteria haji mabrur, 2) Menjadi tokoh agama, tokoh masyarakat dan tokoh organisasi yang dicintai oleh masyarakat dan keluarganya, 3) Pengeluaran zakat, infaq, shadaqah, jariyah, wakaf meningkat baik secara kualitatif maupun kuantitatif, lxvi
4) Meningkatnya kemampuan keluarga dan masyarakat sekelilingnya dalam memenuhi ajaran agama, 5) Rata-rata anggota keluarga memiliki ijazah sarjana, 6) Nilai-nilai
keimanan,
ketaqwaan dan akhlakul
karimah tertanam dalam kehidupan pribadi dan keluarganya, 7) Tumbuh berkembang perasaan cinta kasih sayang secara selaras, serasi da seimbang dalam anggota keluarga dan lingkungannya, 8) Mampu menjadi suri tauladan masyarakat sekitarnya. Program Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah ini merupakan bagian dari upaya meletakkan dasar-dasar kerangka dan agenda reformasi pembangunan agama dan sosial budaya dalam mewujudkan keluarga sejahtera yang bermoral tinggi, penuh keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia. Oleh karena itu, mewujudkan keluarga sejahtera dalam Islam harus ditekankan pada aspek penanaman, penghayatan dan pengamalan atas nilainilai keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari dalam lingkup keluarga. Penanaman, penghayatan dan pengamalan nilai-nilai agama ini dimaksudkan untuk mengimbangi dampak negatif perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga keluarga-keluarga di Indonesia memiliki lxvii
ketahanan yang kokoh dalam menghadapi era globalisasi dan berbagai pengaruh masuknya budaya asing. Melalui Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah diharapkan tatanan kehidupan keluarga dan masyarakat dapat berjalan optimal, sehingga nilai-nilai keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia dapat tertanam dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dengan mengembangkan aspek keluhuran akhlak dan moral, keluarga dan masyarakat Indonesia tidak akan terseret pada pola pikir materialisme dan lebih meghargai kebenaran, kebaikan dan keadilan. Tingkat kemiskinan masyarakatpun dapat ditekan melalui penguatan institusi keluarga dan masyarakat, sehingga mobilisasi sumber daya masyarakat dapat ditingkatkan dan masyarakat mampu mengatasi permasalahan yang dihadapi. Disamping itu, ketahanan keluarga akan terus meningkat sehingga tidak mudah terpengaruh oleh dampak negatif budaya asing yang merusak tatanan kehidupan rumah tangga. Mencermati tahapan-tahapan dalam keluarga sakinah, kita dapat memahami bahwa secara umum konsep keluarga sakinah tidak jauh berbeda dengan konsep keluarga sejahtera yang secara eksplisit telah dicantumkan dalam Undang Undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan
lxviii
dan Pembangunan Keluarga Sejahtera. 62 Paling tidak, unsurunsur yang mendasar seperti perkawinan yang sah, terpenuhinya kebutuhan materiil dan spirituil yang layak, serta terjalinnya hubungan yang harmonis diantara anggota keluarga serta dengan masyarakat, telah menunjukkan kesamaan persepsi. Kesamaan persepsi tersebut akan terlihat jelas apabila kita mencermati indikator tahapan-tahapan keluarga sejahtera yang dimanifestasikan dalam bentuk Keluarga Pra Sejahtera, KS I, KS II, KS III dan KS III Plus. Hal ini dapat kita maknai, dalam konteks yang lebih luas, agama Islam telah memberikan kontribusi yang tidak ternilai harganya dalam upaya mewujudkan keluarga sejahtera di Indonesia.Berbicara mengenai upaya mewujudkan keluarga sejahtera, tentu kita tidak akan lepas empat aspek yang menjadi bidang garapan pokok dalam Keluarga Berencana (KB) sebagaimana tercantum dalam pengertian KB menurut Undang Undang Nomor 10 Tahun 1992 Bab I Pasal 1 Ayat 12, yakni Pendewasaan Usia Perkawinan, Pengaturan Kelahiran, Pembinaan Ketahanan Keluarga dan Peningkatan Kesejahteraan
62
Undang Undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera.
lxix
Keluarga. 63 Dengan demikian agama Islam telah memberikan gambaran yang jelas di setiap aspek, yang secara langsung maupun tidak langsung mencerminkan dukungan positif agama Islam terhadap upaya mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera. Terkait dengan aspek Pendewasaan Usia Perkawinan, meskipun dalam Islam tidak ada ketetapan usia kawin, namun merujuk pada al-Qur’an surah an-Nisa’ ayat 6, disyaratkan bahwa mereka yang melaksanakan perkawinan harus sudah cukup umur, dan telah cerdas (pandai) memelihara harta. 64 Hal tersebut dapat kita terjemahkan bahwa perkawinan dalam Islam baru dapat dilaksanakan bila pria atau wanitanya telah mencapai kedewasaan (fisik maupun psikis). Selain itu, sudah mampu mengatur ekonomi keluarga sebagai modal dasar untuk mencapai keluarga yang bahagia dan sejahtera. Pertimbangannya, usia kawin mengandung makna biologis, sosio-kultural, dan demografis. Secara biologis, hubungan kelamin dengan isteri yang terlalu muda (yang belum dewasa
63
Undang Undang Nomor 10 Tahun 1992 Bab I Pasal 1 Ayat 12, yakni Pendewasaan Usia Perkawinan, Pengaturan Kelahiran, Pembinaan Ketahanan Keluarga dan Peningkatan Kesejahteraan Keluarga. 64
Lebih jelas lihat QS. An-Nisa’ [4] ayat 6.
lxx
secara fisik) dapat menyebabkan nyeri kemaluan, cabikan dan robekan. Lagi pula, apabila terjadi kehamilan, maka hal itu akan membawa resiko besar terhadap si ibu maupun anak. Secara sosio-kultural, pasangan tersebut (terutama si istri) harus mampu memenuhi tuntutan sosial perkawinan, mengurus rumah tangga dan membesarkan anak-anak. Usia yag terlalu muda bisa menyebabkan tidak hadirya unsur yang disebutkan dalam alQur’an, yaitu hidup dalam ketenteraman (sakan). Secara demografis (kependudukan), usia kawin yang lebih tinggi merupakan salah satu cara dalam mengurangi kesuburan tanpa penggunaan kontrasepsi. Sementara itu, terkait dengan aspek Pengaturan Kelahiran, meskipun dalam Islam tidak ada pembatasan tentang jumlah anak yang dilahirkan, namun ada harus memperhatikan kualitasnya. Al-Qur’an dalam surah al-Maidah ayat 100 telah mengingatkan kepada kita bahwa nilai terletak pada kualitas bukan kuantitas. Nabi Muhammad SAW sendiri sebagaimana diriwayatkan oleh al-Hakim, menyadari bahwa mempunyai terlalu banyak anak tanpa sarana untuk merawat mereka merupakan cobaan yang besar. Sementara itu, tokoh besar kaum mukmin Ibn ’Abbas, menyatakan bahwa mempunyai anak yang terlalu banyak akan membawa kepada kesulitan.
lxxi
Upaya pengaturan kelahiran melalui penjarangan anak dalam Islam, tercermin dari QS. al-Baqarah ayat 233 yang menyatakan bahwa “para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, terutama bagi mereka yang ingin menyempurnakan penyusuan”. Pada ayat lain, penyapihan anak disebutkan berlangsung dua tahun (surah Luqman ayat 14). Ini berarti, apabila dua tahun penyapihan itu ditambah dengan enam bulan yang merupakan waktu minimum kehamilan untuk dapat menghasilkan seorang anak dalam keadaan normal, maka jumlah seluruhnya menjadi tiga puluh bulan sebagaimana disebutkan dalam QS. al-Ahqaf ayat 15.65 Beberapa ayat tersebut menjadi bukti bahwa Islam menganjurkan penjarangan anak sehingga memungkinkan si ibu menyusui anaknya dengan makanan tambahan sesuai pertumbuhan si anak. Selama periode ini, kehamilan baru dienggankan. Nabi Muhammad SAW sendiri telah memperingatkan wanita supaya tidak hamil di masa penyusuan anak, dengan menamakan hal itu al-ghail, ghailah, atau ghiyal (serangan kepada si anak). Upaya menjarangkan kelahiran anak ini secara langsung maupun tidak langsung berkaita erat dengan upaya meningkatkan kesejahteraan keluarga. Karena dengan
65
Lihat. QS. al-Baqarah ayat 233, Lukman ayat 14, dan al-Ahqaf ayat 15.
lxxii
jarak anak yang cukup, orangtua khususnya ibu tetap dalam kondisi sehat dan lebih leluasa dalam bekerja mencari rezeki di jalan Allah SWT. Selanjutnya, terkait dengan aspek Pembinaan Ketahanan Keluarga, Agama Islam telah memberikan tuntunan dalam bentuk kewajiban dan tanggung jawab suami kepada isteri dan sebaliknya serta kewajiban dan tanggung jawab orangtua terhadap anak-anaknya dan sebaliknya. Bila semua kewajiban dan tanggung jawab dari masing-masing pihak dapat dipenuhi niscaya keluarga berjalan tenteram, tidak ada perselisihan, percekcokan maupun kasus-kasus perselingkuhan, perzinaan yang dapat memperlemah ketahanan keluarga mereka, karena perceraian, terserang penyakit kelamin dan atau HIV/AIDS. Anak-anak juga tidak terlantar, sehingga kasus anak kelaparan, anak menjadi gelandangan atau kasus kenakalan anak/remaja dengan segala konsekuensinya dapat dihindari. Bentuk-bentuk kewajiban dan tanggung jawab suami adalah memimpin dan membimbing keluarga lahir batin, melindungi isteri dan anak-anak, memberikan nafkah lahir dan batin sesuai dengan kemampuan, mengatasi keadaan dan mencari penyelesaian secara bijaksana serta tidak bertidak sewenangwenang. Sementara bentuk-bentuk kewajiban dan tanggung jawab isteri adalah menghormati da mencintai suami, mengatur lxxiii
urusan rumah tangga sebaik-baiknya, dan memelihara serta menjaga kehormatan rumah tangga. Terhadap anak, orangtua berkewajiban merawat dan mendidik sebaik-baiknya. Terdapat 10 hak anak yang menjadi pencerminan dari kewajiban dan tanggung jawab orangtua, yaitu: 1) Hak akan kesucian keturunan; 2) Hak untuk hidup; 3) Hak atas keabsahan dan nama yang baik; 4) Hak
akan
penyusuan,
tempat
kediaman,
pemeliharaan, termasuk perawatan kesehatan dan nutrisi; 5) Hak untuk pengaturan tidur yang terpisah; 6) Hak keamanan di masa depan; 7) Hak atas pendidikan agama dan perilaku yang baik; 8) Hak atas pendidikan dan latihan olah raga serta bela diri; 9) Hak atas perlakuan yang adil; dan, 10) Hak bahwa semua dana yang digunakan untuk menafkahi mereka hanya berasal dari sumber-sumber yang halal. 66
66
Ayat-ayat al-Qur’an yang menguraikan tentang hak-hak anak tersebut dapat dilihat pada surah al-An’am ayat 151, aurat al-Isra’ ayat 31, al-Baqarah ayat 233 dan beberapa hadis nabi.
lxxiv
Terkait dengan aspek peningkatan kesejahteraan keluarga, agama Islam telah memberikan penuh pada seluruh keluarga untuk dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Hal ini tidak saja tercermin dari ayat-ayat dalam al-Qur’an, tetapi juga dalam Hadis. Namun demikian, upaya mencari rezeki yang dilakukan hendaklah dengan cara yang halal. Nabi Muhammad SAW bersabda dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh al-Baihaqi antara lain “sebagai hak anak atas orang tuanya ialah bahwa orangtua mengajarinya menulis, berenang, memanah dan hanya memberinya rezeki yang hahal”. Dari hadis tersebut kita dapat mengetahui bahwa semua dana dan sumber yang digunakan untuk nafkah anak-anak harus bersumber dari pendapatan yang sah dan halal. Selanjutnya upaya pemberdayaan ekonomi dalam rangka peningkatan kesejahteraan keluarga oleh pemerintah sebagai bagian dari upaya menurunkan kemiskinan, dalam Islam dianjurkan dengan meningkatkan ekonomi kerakyatan yang dilaksanakan dengan mengembangkan koperasi masjid, majelis taklim, LMS agama dan Kelompok Keluarga Sakinah serta membentuk Desa Binaan Gerakan Keluarga Sakinah. Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa agama Islam sangat mendukung upaya membangun keluarga yang sejahtera. Bentuk dukungan ini bukan hanya sebatas pada upaya lxxv
mendewasakan usia perkawinan, pengaturan kelahiran atau pembinaan ketahanan keluarga, tetapi juga upaya-upaya untuk meningkatkan kesejahteraan hidup keluarga yang bersangkutan. Dan hal-hal tersebut telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW, bukan sekedar ajakan melalui sabda-sabdanya, tetapi juga melalui contoh dalam kehidupan nyata. Karena Nabi Muhammad SAW adalah seorang pedagang yang ulet dan tangguh, sehingga kehidupan keluarganya dalam kondisi bahagia dan sejahtera, yang tercermin dari riwayat kehidupan beliau sebagaimana disampaikan oleh sahabat-sahabat beliau dalam catatan sejarah. C. Keluarga Berencana dalam Hukum Islam Agama Islam memiliki ajaran yang komprehensif yang terinci dalam masalah keluarga. Ada puluhan ayat al-Qur’an dan ratusan hadis Nabi yang memberikan petunjuk sangat jelas menyangkut persoalan keluarga, mulai dari pembentukan keluarga, hak dan kewajiban masing-masing unsur dalam keluarga hingga masalah warisan dan perwalian. Islam memang memberikan perhatian besar kepada penataan keluarga. Ini terbukti bahwa seperempat bagian dari fikih (hukum Islam), yang dikenal dengan rub’u al-munakahat, berbicara tentang
lxxvi
masalah keluarga.67 Tidak ada ayat al-Qu’an dan hadis Nabi yang secara tegas berbicara KB. Dengan diamnya kedua sumber ajaran Islam ini, mayoritas ulama berpendapat hukum KB harus dikembalikan pada hukum asal sesuai dengan kaidah fiqh yang berlaku bahwa “pada dasarnya segala sesuatu/perbuatan adalah boleh kecuali ada dalil yang menunjukkan keharamannya”. 68 Akan tetapi membunuh bayi khususnya bayi perempuan yang telah terjadi di masa-masa menjelang datangnya Islam adalah haram; sehingga yang mereka lakukan sangat jelas yaitu membunuh anak manusia (perempuan) yang sempurna. Sebagaimana disebutkan dalam QS. an-Nahl [16] ayat 58 sebagai berikut: Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Islam sendiri menganjurkan anaknya untuk memperbanyak keturunan dan mensyukuri setiap anak yang lahir, baik laki-laki maupun perempuan, Namun dibalik itu Islam juga memberi 67
Ali Yafie, Menggagas Fiqh Sosial, (Bandung: Mizan,1994), hlm.135. Masifuk Zuhdi, Masail Fiqhiyyah, (Jakarta: Haji Mas Agung, 1991), hlm. 55. 68
lxxvii
keringanan (rukhshah) bahkan menyerukan kepada setiap Muslim untuk mengatur keturunannya demi kualitas generasi berikutnya.69 Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam QS. Luqman ayat 14, sebagai berikut:
“Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambahtambah, dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”. Juga dijelaskan dalam QS. al-Ahqaaf [46] ayat 15 sebagai berikut: 69
BKKBN Jawa Barat, Buku Pedoman Advokasi dan KIE Program KB, (Bandung: BKKBN, 2006), hlm 18.
lxxviii
Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia Telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Mu yang telah Kamu berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Kamu ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Mu dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri".70 Menurut Imam al-Qurtubi dalam kitab tafsirnya; kalau hamilnya 6 bulan berarti menyusuinya 24 bulan, kalau hamilnya 7 bulan berarti menyusuinya 23 bulan, kalau hamilnya 8 bulan
70
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya.
lxxix
berarti menyusuinya 22 bulan, kalau hamilnya 9 bulan berarti menyusuinya 21 bulan. Sehingga seandainya jarak kehamilan kurang dari tiga puluh bulan ada kemungkinan terkena resiko buruk, paling tidak kesehatan si ibu terganggu, dan menjadi lemah. Hamka dalam tafsir al-Azhar mengatakan: “bahkan bukan sedikit ibu yang subur melahirkan tahun ini menyusukan tahun depan, melahirkan tahun yang satu lagi menyusukan pula sesudah itu, sehingga tahun ini melahirkan tahun depan menyusukan. Semakin lama anak semakin banyak, namun badan semakin lama semakin lemah”.71 Untuk menjaga kesehatan ibu dan kualitas anak, hendaknya si ibu memberi ASI (Air Susu Ibu), sebagaimana dijelaskan dalam QS. al-Baqarah [2] ayat 233 sebagai berikut: 71
Cholil Nafis, Fikih Keluarga, (Jakarta: Mitra Abadi Press, 2009), hlm.75.
lxxx
Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi makan dan Pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan Karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan. Islam tidak melarang perencanaan keluarga melalui pengaturan jarak kelahiran. Pada masa Rasulullah SAW hal semacam ini pernah terjadi dimana para sahabat melakukan cara agar pembuah (bertemunya bibit sperma laki-laki/sel telur lxxxi
perempuan) tidak terjadi. Cara itu disebut ‘azl.72 Menurut Abdul Qadir Jaelani, apabila senggama sedang dilakukan, tatkala organisme telah sampai pada titik puncak dan sperma akan keluar, suami cepat-cepat menarik penisnya dari vagina istri agar sperma itu keluar di luar vagina. Maksudnya agar tidak terjadi pembuahan.73 Rasulullah tidak melarang prilaku para sahabat tersebut. Di bawah ini hadis-hadis yang berkaitan dengan ‘azl, yang artinya sebagai berikut: “Dari Abu Bakar bin Abu Syibah menceritakan kepada kami, Yahya bin Ishaq menceritakan pada kami, Yahya bin Ayyub menceritakan pada kami, dari Muhammad bin Abdurrahman bin Naufal al-Quraisyiyyi dari “Urwah, dari ‘Aisyah dari Judamah binti Wahab alAsadiyyah berkata, “aku mendengan Rasulullah SAW bersabda: aku akan melarang Ghailah (melakukan hubungan seksual dengan istri yang sedang menyusui ), tetapi saya lihat orang-orang Bizantium dan Persia melakukan hal tersebut, dan anak-anak mereka tidak dibunuh, (tidak menderita ). Nabi ditanya tentangal azl, nabi bersabda: al-azl adalah pembunuhan bayi berskala kecil”.74 Hadis lain menjelaskan yang artinya sebagai berikut: 72
H. Bgd, M. Letter, Tuntunan Rumah Tangga Muslim dan Keluarga Berencana, (Padang: Angkasa Jaya, 1985), hlm.70. 73 Abdul Qadir Jaelani, Keluarga Sakinah, (Surabaya: Bina Ilmu, 1995), hlm. 188. 74 Abi Abdillah Muhammad bin Yazid al-Qazwaini, Sunan Ibn Majah, (Beirut: Dar al- Fikr, 1995), jilid 1, Bab al-Ghiyal, hlm. 630-631.
lxxxii
Menceritakan pada kami Ahmad bin Abdullah bin Yunus, yang diberitahukan oleh Zuhair, yang diberitahu oleh Abu Zubair, dari Jabir yang mengatakan: “seseorang datang kepada Rasulullah SAW, sambil berkata: " saya memiliki seorang hamba wanita, ia sebagai pelayan kami dan menyirami pohonpohon kurma kami, aku menyetubuhinya, akan tetapi aku tidak menghendakinya hamil. " nabi menjawab: " lakukanlahAl- ‘azl jika kamu kehendaki, akan tetapi tetap akan datang pada perempuan itu kehamilan jika tuhan mentakdirkan. Setelah beberapa waktu, lelaki itu kembali seraya mengatakan bahwa budak perempuan itu telah hamil, Nabi berkata: telah aku katakana kepadamu apa yang telah ditakdirkan akan berlaku kepadanya" (H.R. Muslim ).75
Dari beberapa hadis di atas, tampak bahwa hukum azl itu boleh, karena al-Qur’an tidak melarang dan Nabi tidak melarangnya. Sebagian besar ulama menyatakan halal dengan syarat bahwa azl dilakukan harus dengan izin istri, dan azl menjadi haram bila tanpa ada persetujuannya, sebab bila tanpa kerelaannya, maka itu berarti menyakiti dan mematikan kebahagiannya.76
75
Abu Husain Muslim bin Hajjaj al-Qusyairi, al-Jami’ al-Shahih Muslim, (Beirut: Dar al- Fikr, 1993), jilid 2, Kitab Nikah, Cet ke-1, hlm. 666. 76 Asysyaikh Muh. Jamaludin al-Qasimi Addimasqy, Mauidzatul Mu’minin, Ringkasan dari Ihya Ulumuddin Imam Al-Ghazali (terj. Oleh Moh. Afdhai Rathony), Almaktabah Attijariyah al-Kubra, tt. (Bandung: Dipenogoro, 1989) hlm. 277.
lxxxiii
Meskipun disatu sisi azl dapat dilakukan sebagai alternatif pencegahan atau penundaan kehamilan, namun disisi lain tetap ada pihak yang dirugikan yaitu perempuan, dimana perempuan tidak mengalami organism (puncak kenikmatan hubungan suami istri). Sayyid Sabiq dalam kitab fiqh sunnah sebagaimana dikutif Syaikh Kamil Muhammad ‘Uwaidah dalam kitab Fiqh wanita, menyatakan “doperbolehkan membatasi keturunan, jika keadaan suami mempunyai banyak anggota keluarga, sehingga dikhawatirkan tidak mampu memberikan pendidikan kepada putera, puterinya secara baik”. Demikian jika si istri dalam keadaan lemah atau secara terus menerus hamil, sementara suami dalam keadaan miskin. Pada kondisi ini, pembatasan terhadap kelahiran diperbolehkan, bahkan sebagian ulama berpendapat bahwa pembatasan kelahiran pada kondisi seperti itu bukan hanya diperbolehkan, tetapi disunnahkan.77 Imam al-Ghazali sebagaiman dikutip Syaikh Kamil dalam fiqh wanita, mengatakan: ada beberapa hadis shahih membolehkan azl ini, sedangkan sabda Rasulullah SAW yang menyatakan bahwa azl merupakan tindak pembunuhan secara samar (tersembunyi). atau sabdanya bahwa azl merupakan syirik
77
Syaikh Kamil Muhammad ‘Uwaidah, Fiqh Wanita, terj. Oleh M.Abdul Ghoffar E.M (Jakarta: Pustaka al-Kautsar,1998), hlm. 425.
lxxxiv
tersembunyi hanya menunjukkan kemakruhannya dan tidak berarti haram.78 Mayoritas fuqaha dari kalangan Hanafiyah, Malikiyah, sebagian Syafi’iyah, Hanabilah, Zaidiyah, dan Imamiyah membolehkan azl dengan syarat harus dengan seizin istri karena istri juga memiliki hak dalam pengambilan keputusan untuk memilki anak atau tidak. Namun, mereka berbeda pendapat apakah izin itu hanya berlaku kepada istri dari kalangan wanita merdeka saja atau berlaku kepada seluruh wanita, baik mereka atau budak. Perbedaan yang terakhir ini sudah tidak relevan lagi untuk kondisi sekarang ini.79 Dengan demikian, pengaturan kelahiran itu termasuk hal yang dituntut oleh Islam, baik pengaturan itu dengan membatasi keturunan atau yang menambahnya sesuai dengan situasi dan kondisi. Perlu dibedakan antara seruan untuk pengaturan keturunan yang menggunakan metode membatasi kelahiran atau mencukupkan 2-3 anak saja; dengan mencegah keturunan yang memakai cara kebiri (menutup saluran mani dengan cara operasi). Seruan yang 78
Cholil Nafis, Fikih Keluarga: Menuju Keluarga Sakinah, Mawaddah wa Rohmah, Sehat, Sejahtera dan Berkualitas, (Jakarta: Mitra Abadi Press, 2009) hlm. 46. 79 Hasan Ali al-Syadzili, Tanzim al-Nasl aw Tahdiduhu fi al-Fiqh al-Islami, dalam Majallat Majma’ al-Fiqh al-Islami, Vol. V, Jilid II, (Jeddah: Majma’ alFiqh al-Islami 1988), hlm. 125-126.
lxxxv
pertama dibolehkan sedangkan yang kedua dilarang bahkan diharamkan oleh agama.80 Juga perlu dibedakan antara mencegah kehamilan, artinya sebelum terjadinya kehamilan, baik melalui azl atau dengan menggunakan alat-alat kontrasepsi; dengan pengguguran kandungan, artinya sesudah terjadinya kehamilan. Yang pertama dibolehkan sebagaimana yang telah dilakukan oleh para sahabat, sedangkan yang kedua diharamkan, sebagaiman firman Allah dalam QS. al-Isra’ [17] ayat 31 sebagai berikut: . Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu Karena takut kemiskinan. kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar. Dengan kemajuan ilmu dan teknologi sekarang ini telah ditemukan berbagai macam alat kontrasepsi yang fungsinya sama dengan ‘azl yakni mencegah kehamilan. Di antara sekian banyak alasan yang mendorong dilakukannya keluarga
80
A. Syauqi al-Fanjani, Pengarahan Islam tentang Kesehatan, (Jakarta: AlHidayah 2009) hlm. 150.
lxxxvi
berencana, yaitu: a. Mengkhawatirkan terhadap kehidupan atau kesehatan si ibu apabila hamil atau melahirkan anak, setelah dilakukan suatu penelitian dan pemeriksaan oleh dokter yang dipercaya.81 Karena firman Allah SWT dalam QS. alBaqarah [2] ayat 195 sebagai berikut: Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. b. Khawatir akan terjadinya bahaya pada urusan dunia yang kadang-kadang
mempersukar
beribadah,
sehingga
menyebabkan orang mau menerima barang yang haram dan mengerjakan yang, justru untuk kepentingan anakanaknya. Allah SWT berfirman dalam QS. al-Baqarah [2] ayat 185 sebagai berikut:
81
Cholil Nafis, Fikih Keluarga: Menuju Keluarga Sakinah Mawaddah,Wa Rahmah,Keluarga Sehat, Sejahtera Dan Berkualitas, (Jakarta: Mitra Abadi Press, 2009), hlm.76.
lxxxvii
...... …… Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. Termasuk yang mengkhawatirkan anak, ialah tentang kesehatan dan pendidikannya. Sebagaimana terdapat dalam terjemahan hadis sebagai berikut: Usamah bin Zaid meriwayatkan: ada seorang anak lakilaki datang kepada nabi Muhammad SAW kemudian ai berkata : ya rasulullah ! sesungguhnya saya melakukan A‟zl pada istriku. Kemudian nabi bertanya: mengapa kamu berbuat itu? Si laki-laki tersebut menjawab: karena saya merasa kasihan terhadap anaknya, atau ia berkata : anak-anaknya. Lantas nabi bersabda: seandainya hal itu berbahaya, niscaya akan membahayakan bangsa Persi dan Rum." (HR. Muslim).91 Seolah-olah Nabi mengetahui bahwa situasi individu, yang dialami oleh si laki-laki, tidaklah berbahaya bagi seluruh bangsa, dengan dasar bangsa persi dan rum tidak mengalami bahaya apa-apa, padahal mereka bias melakkan persetubuhan waktu lxxxviii
hamil dan menyusui, sedang saat itu kedua bangsa ini adalah bangsa terkuat di dunia. Ketiga: keharusan melakukan ‘azl yang biasa terkenal dalam syara’ ialah karena mengkhawatirkan kondisi perempuan yang sedang menyusui kalau hamil dan melahirkan anak baru. Nabi saw menamakan bersetubuh sewaktu perempuan masih menyusui, dengan ghilah atau ghail, karena penghamilan itu dapat merusak air susu dan melemahkan anak. Di zaman sekarang sudah ada beberapa metode dan alat kontrasepsi KB (keluarga berencana) yang dapat dipastikan kemashlahatannya, dan justru mashlahah itulah yang dituju oleh nabi Muhammad SAW yaitu melindungi anak yang masih menyusu dari marabahaya termasuk menjauhi mafsadah yang lainnya. Yaitu bersetubuh dengan istrinya selama menyusui sehingga tidak mengakibatkan kehamilan.82 Usaha pencegahan kehamilan yang tidak dibenarkan dalam islam adalah melakukan kebiri, dalam medis cara ini disebut vasektomi pada pria dan tubektomi pada wanita dan pengguguran kandungan, popular dengan istilah abortus, dengan bentuk MR (menstrual relugation)83 abortus dalam cara apapun 82
Cholil Nafis, Fikih Keluarga: Menuju Keluarga Sakinah Mawaddah,Wa Rahmah,Keluarga Sehat, Sejahtera Dan Berkualitas, (Jakarta: Mitra Abadi Press, 2009), hlm. 79. 83 Syaikh Kamil Muhammad Uwaidah, Fiqh Wanita, terj. M. Abdul Ghoffar
lxxxix
dilarang oleh jiwa dan semangat Islam baik dikala janin sudah bernyawa, usia 4 bulan dalam kandungan atau belum bernyawa, dibawah usia 4 bulan dalam kandungan. Karena perbuatan tersebut termasuk pembunuhan terselubung yang dilarang oleh syariat Islam. Abortus boleh tetap dilakukan apabila memang ada alasan yang kuat, seumpamanya membahayakan nyawa si ibu.84 KB merupakan tindakan perencanaan pasangan suami istri untuk mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval kelahiran dan menentukan jumlah anak sesuai dengan kemampuannya, serta sesuai situasi masyarakat dan Negara. Ini bahwa KB berbeda dengan birth control, yaitu pembatasan atau penghapusan kelahiran (tahdid an-nasl). Birth control berkonotasi negatif, karena bisa berarti aborsi dan sterilisasi (pemandulan).85 Cara pencegahan kehamilan menggunakan alat kontrasepsi dengan cara merubah atau merusak organ tubuh yang bersangkutan sangat dilarang dalam hukum Islam. Cara-cara yang termasuk kategori ini antara lain, vasektomi, tubektomi, E.M, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 1998), hlm. 425. 84 H. Bgd, M. Letter, Tuntunan Rumah Tangga Muslim dan Keluarga Berencana, (Padang: Angkasa Raya, 1985), hlm. 105. 85 Aminuddin Yakub, KB dalam Polemik: Melacak Pesan Substantif Islam, (Jakarta: PBB UIN, 2003), hlm. 24.
xc
aborsi. Hal ini tidak diperbolehkan karena hal ini menentang tujuan pernikahan untuk menghasilkan keturunan. 86 Tujuan dari adanya hukum Islam adalah untuk memelihara kemaslahatan manusia sekaligus untuk menghindari mafsadat baik di dunia maupun di akhirat. Pada prinsipnya, Allah menciptakan manusia beserta seluruh isinya untuk memberikan rangsangan kepada manusia agar ia menggunakan akal untuk berpikir dan merenungkan segala isi alam semesta ini. 87 Tujuan hukum islam yang sering kita dengar dengan maqashid syariah, yaitu hifzu ad-din (memelihara agama), hifzu an-nafs (memelihara jiwa), hifzu al-‘aql (memelihara akal), hifzu annasl (memelihara keturunan), dan hifzu al-mal (memelihara harta).88 Kehidupan dalam keluarga unsur yang perlu diperhatikan adalah kemaslahatan anak. Anak merupakan amanah yang membutuhkan perlindungan dan segala macam jaminan. Anak membutuhkan perhatian, kasih sayang, perawatan, pendidikan, 86
Luthfi As-syaukani, Politik, Ham dan Isu-isu Fiqih Kontemporer (Bandung: Pustaka Hidayah, 1998), hlm. 157. 87
Ali Anwar Yusuf, Islam dan Sains Modern: Sentuhan Islam terhadap berbagai Disiplin Ilmu, (Bandung: Pustaka Setia, 2006), hlm. 283. 88
Ismail Muhammad Syah, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hlm. 65.
xci
baik pendidikan umum maupun pendidikan agama, agar menjadi anak yang berkualitas dan bertaqwa, bukan anak yang lembah dan justru menjadi permasalahan. Untuk itu semua orang tua haruslah berlaku adil terhadap semua anak-anaknya. Untuk berlaku adil, maka perencanaan akan hadirnya anak hendaknya disesuaikan dengan kemampuan dan kesanggupan suami istri. 89 Tetapi jika pencegahan kehamilan menggunakan alat kontrasepsi dengan cara merubah atau merusak organ tubuh yang bersangkutan sangat dilarang dalam hukum Islam. Cara-cara yang termasuk kategori ini antara lain, vasektomi, tubektomi, aborsi. Hal ini tidak diperbolehkan karena hal ini menentang tujuan pernikahan untuk menghasilkan keturunan. 90 D. Keluarga Berencana dalam Hukum Positif Keluarga Berencana merupakan salah satu agenda besar pemerintah Indonesia dalam upaya meminimalisir meledaknya jumalah penduduk dan terwujudnya sumber daya manusia yang berkualitas, mengingat jumlah penduduk Indonesia yang
89
Abdurrachman Qadir, Keluarga Berencana Menurut Tinjauan Hukum Islam, dalam Chuzaimah T. Yanggo dan Hafiz Anshary, (ed.), Problematika Hukum Islam Kontemporer, (Pustaka Firdaus: Jakarta. 2002), hlm. 143. 90
Luthfi As-syaukani, Politik, Ham dan Isu-isu Fiqih Kontemporer, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1998), hlm. 157.
xcii
semakin padat dan tidak dbarengi dengan peningkatan kualitas penduduk dalam aspek ekonomi dan pendidikan. Dari berbagai dinamika kependudukan dilihat dari kualitas yang kurang disbanding kuantitas, maka pemerintah malalui UndangUndang mengatur tentang Kependudukan dan keluarga berencana. Mengacu kepada Undang-undang Repubik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, tertera dalam pasal 20 Keluarga berencana adalah untuk mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas, pemerintah menetapkan keluarga berencana melalui penyelenggaraan program keluarga berncana. Dalam pasal 21 ayat (1) kebijakan keluarga berencana untuk membantu calon atau pasangan suami istri dalam mengambil keputusan dan mewujudkan hak reproduksi secara bertanggung jawab tentang: 1. Usia ideal perkawinan, 2. Usia ideal untuk melahirkan, 3. Jumlah ideal anak, 4. Jarak ideal kelahiran anak, 5. Penyuluhan kesehatan reproduksi.91
91
Undang-Undang Republik Indonesia No. 52 Tahun 2009 Tentang Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, (Jakarta: Badan Kependudukan
xciii
Selanjutnnya dalam pasal 21 ayat (2) dijelaskan kebijakan keluarga berencana bertujuan untuk: 1. Mengatur kelahiran yang diinginkan 2. Menjaga kesehatan dan menurunkan angka kematian ibu, bayi dan anak. 3. Meningkatkan akses dan kualitas informasi, pendidkan, konseling, dan pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi, meningkatkan partisispasi dan kesehatan pria dan praktek keluarga berencana, dan mempromosikan penyusuan bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak kehamilan.92 Dalam pasal 21 ayat (3) kebijakan keluarga berencana sebagaimana dimaksud pada ayat 1 mengandung pengertian bahwa dengan alasan apapun promosi aborsi sebagai pengaturan kehamilan dilarang. Mengenai penyediaan dan pengaturan pemakaian alat dan metode kontrasepsi dalam keluarga berencana tertera dalam pasal 23 ayat (1), yaitu pemerintah dan pemerintah daerah wajib meningkatkan akses dan kualitas, informasi, pendidikan dan konseling, dan layanan kontrasepsi, dan dalam point (a) secara tidak langsung pemberian metode kontrasepsi dan Keluarga Berencana Nasional, 2010), hlm. 23. 92 Ibid., hlm. 23.
xciv
mempertimbangkan usia paritas, jumlah anak, kondisi kesehatan dan norma agama.93 Dalam ber-KB (Keluarga Berncana) tidak ada paksaan, sebagaimana terdapat dalam pasal 24 ayat (1) yang berbunyi: pelayanan kontrasepsi secara paksa kepada siapaun dan dalam bentuk apapun bertentangan dengan hak asasi manusia dan pelakunya dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Keberadaan suami istri mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama dalam melaksanakan Keluarga Berencana (KB) dan boleh menetukan cara keluarga berencana sebagaimana tertulis dalam pasal 25 ayat (1) dan (2). Dalam pelaksanaan keluarga berencana meliputi penggunaan obat, alat dan hal-hal kontrasepsi itu dilakukan atas persetujuan suami istri dan dilakukan menurut standar profesi
kesehatan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, sebagaimana terdapat dalam pasal 26 ayat 1, 2, dan 3. Sebagaimana dijelaskan pasal 27, 28, dan 29 upaya pengamanan dan pengawasan alat, obat dan cara kontrasepsi, baik dalam penyampaian dan penggunaannya dilakukan oleh tenaga kesehatan yang sudah professional. Dalam penelitian dan
93
Ibid., hlm. 25.
xcv
pengembangan teknologi alat, obat dan cara kontrasepsi dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan. Adapun penyediaan alat, obat kontrasepsi disediakan oleh pemerintah, khususnya bagi penduduk miskin.94 Keluarga Berencana (KB) yang dimaksud dalam UndangUndang No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Penduduk dan Pembangunan Keluarga, merupakan bentuk upaya mengatur kelahiran anak, sehingga membantu pasangan suami istri untuk melahirkan pada usia yang ideal, memilki jumlah anak, dan mengatur kelahiran anak yang ideal dengan menggunakan cara, alat dan obat kontrasepsi. Oleh karena itu, dilihat dari Hukum Positif program KB (Keluarga Berencana) yang diatur dalam Undang-Undang tersebut merupakan upaya pemerintah dalam mewujudkan perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga yang baik dan ideal, sehingga meningkatkan kualitas penduduk dalam aspek fisik dan non-fisik yang meliputi kesehatan, pendidikan, pekerjaan, produktivitas, tingkat sosial, ketahanan, kemandirian, kecerdasan, sebagai ukuran dasar untuk mengembangkan kemampuan dan menikmati kehidupan sebagai manusia yang bertakwa, berbudaya, berkepribadian, berkebangsaan dan hidup 94
Ibid., hlm. 29.
xcvi
layak.95
BAB III METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Kota Bandar Lampung, yang difokuskan pada implementasi program KB sebagai upaya membentuk keluarga sejahtera dan bahagia di Kota Bandar Lampung ditinjau dari hukum Islam dan hukum positif. Dimana keluarga berencana merupakan program pemerintah untuk memberi pelayanan sosial kepada masyarakat secara menyeluruh. A. Jenis Penelitian
95
Cholil Nafis, Fikih Keluarga: Menuju Keluarga Sakinah Mawaddah, Wa Rahmah, Keluarga Sehat, Sejahtera dan Berkualitas, (Jakarta: Mitra Abadi Press, 2009), hlm. 51.
xcvii
Penelitian ini dapat digolongkan ke dalam penelitian lapangan (field research). Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Dengan penelitian ini diharapkan dapat mengungkap berbagai informasi kualitatif dengan deskripsi-analisis yang diteliti dengan penuh makna, yang juga tidak menolak informasi kuantitatif dalam bentuk angka maupun jumlah. Pada tiap-tiap obyek akan dilihat kecenderungan, pola pikir, ketidakteraturan, serta tampilan prilaku dan integrasinya sebagaimana studi kasus genetik. 96
B. Strategi Penelitian Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus (case study). Karena permasalahan dan fokus penelitian sudah ditentukan, maka jenis strategi penelitian ini secara lebih spesifik dapat disebut sebagai studi kasus terpancang (embedded case study research).97 C. Sumber Data
96
Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitia Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996), hlm. 243. 97
R. K. Yin, Case Study Research: Design and Methods, (Baverly Hills: Sage Publication, 1987), hlm. 136.
xcviii
Dalam penelitian kualitatif, peneliti berhadapan dengan data yang bersifat
khas,
unik,
idiocynratic dan multi
interpretable. 98 Data yang paling penting untuk dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Data kualitatif tidak bersifat nomotetik (satu data satu makna), seperti dalam pendekatan kuantitatif atau positivisme. Untuk itu, data-data kualitatif perlu ditafsirkan agar mendekati kebenaran yang diharapkan. 99 Adapun jenis sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: 1. Informan atau narasumber yang terdiri dari pelaksana dan akseptor program KB di Kota Bandar Lampung. 2. Tempat dan aktivitas program KB. Dalam hal ini dilakukan
observasi
mengenai
kegiatan
yang
dilakukan masyarakat dalam pelaksanakan program KB untuk membentuk keluarga sejahtera dan bahagia. 3. Teks yang berupa arsip dan dokumen resmi mengenai program KB, jadwal kegiatan program, foto-foto, dan catatan-catatan lain yang relevan. Dalam menafsirkan 98
H. J. Waluyo, Hermeneutik Sebagai Pusat Pendekatan Kualitatif, (Surakarta: 2000), hlm. 20. 99
Ibid., hlm. 20.
xcix
teks
yang
bermacam-macam
ini,
diperlukan
dekontektualisasi (proses pembebasan dari teks). Teks bersifat otonom yang didasarkan atas tiga hal, yaitu maksud penulis, situasi kultural dan kondisi sosial pengadaan teks, dan untuk siapa teks itu ditulis. Seorang peneliti harus “membaca dari dalam” teks yang ditafsirkannya itu. Tetapi peneliti tidak boleh luluh ke dalam teks tersebut dan cara pemahamannya tidak boleh lepas dari kerangka kebudayaan dan sejarah dari teks itu. Karena itu distansi asing dan aspek-aspek subyektif-obyektif dari teks-teks tersebut harus disingkirkan.100 D. Teknik Pengumplan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu wawancara, observasi langsung dan mencatat dokumen (content analysis).
100
H. J. Waluyo, Hermeneutik Sebagai Pusat Pendekatan Kualitatif, (Surakarta: 2000), hlm. 26.
c
Teknik cuplikan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah “Purposive Sampling”,101 atau lebih tepat disebut sebagai cuplikan dengan criterion-based selection yang tidak dapat ditemukan lebih dulu secara acak. 102 Dalam hal ini peneliti memilih informan yang dianggap “mengetahui permasalahan yang diteliti” (dapat dipercaya informasinya).
Penelitian diawali dengan memilih informan, dalam hal ini informan yang paling mengetahui fokus penelitian, kemudian dikembangkan sesuai kebutuhan untuk memperoleh data.103 Teknik cuplikan semacam ini lebih dikenal sebagai “Internal Sampling”,104 maksudnya bahwa sampling tidak dimaksudkan untuk mewakili populasi tetapi mewakili informasinya, sehingga
101
H. B. Sutopo, Metode Penelitian Kualitatif, (Surkarta: Jurusan Seni Rupa, 1996), hlm. 138. 102
L. J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999), 165-166. 103
M. Q. Patton, Qualitative Evaluation Methods, (Baverly Hills: Sage Publication 1980), hlm. 38. 104
L. J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999), hlm. 90.
ci
bila diinginkan usaha untuk generalisasi, kecenderungannya mengarah pada generalisasi teoritik. 105
E. Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis interaktif.106 Dalam model analisis ini, tiga komponen analisisnya, yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Aktifitasnya dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai suatu proses yang berlanjut, berulang dan terus-menerus hingga membentuk sebuah siklus. Secara skematis proses analisis interaktif ini dapat digambarkan sebagai berikut: Pengumpulan Data
Sajian Data
Verifikasi/Penarika n Kesimpulan
Reduksi Data
105
H. B. Sutopo, Metode Penelitian Kualitatif, (Surakarta: Jurusan Seni Rupa, 1996), hlm. 19. 106
Miles dan Huberman, Qualitative Data Analysis: A Sourcebook of Few Methods, (Baverly Hills: Sage Publication, 1984), hlm. 40.
cii
BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung 1. Letak Geografis Kota Bandar Lampung merupakan pintu gerbang Pulau Sumatera. Sebutan ini layak untuk ibu kota Propinsi Lampung. Kota yang terletak di sebelah barat daya Pulau Sumatera ini memiliki posisi geografis yang sangat menguntungkan.
ciii
Letaknya di ujung Pulau Sumatera berdekatan dengan DKI Jakarta yang menjadi pusat perekonomian Negara. 107 Kota Bandar Lampung berada di bagian selatan Propinsi Lampung (Teluk Lampung) dan ujung selatan Pulau Sumatera. Kota ini menjadi pertemuan antara lintas tengah dan timur Sumatera. Kendaraan dari daerah lain di Pulau Sumatera harus melewati Bandar Lampung bila menuju ke Pulau Jawa. Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20’-50º30’ LS dan 105º28’-105º37’ BT. Ibukota Bandar Lampung berada di Teluk Betung yang terletak di ujung selatan Pulau Sumatera, memiliki luas wilayah daratan 19.722 Ha (197,22 km2) dan luas perairan kurang lebih 39,82 km2. Kota Bandar Lampung termasuk beriklim tropis basah yang mendapat pengaruh dari angin musim (Monsoon Asia). Data Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika Provinsi Lampung menunjukan bahwa temperatur Kota Bandar Lampung dalam kurun waktu lima tahun terakhir berada pada kisaran 25280C dengan suhu rata-rata pertahun 26,30C. Temperatur udara di Kota Bandar Lampung sepanjang relatif stabil dan tidak pernah menunjukan perubahan yang ekstrim, hal tersebut dapat 107
Buku Profil Kabupaten/Kota Bandar Lampung. Lihat di: http://ciptakarya.pu.go.id/profil/profil/barat/lampung/lampung.pdf. diakses pada hari Rabu Tanggal 29 Oktober 2014. Jam. 10.00 WIB.
civ
mengindikasikan bahwa kualitas lingkungan di Kota Bandar Lampung masih cukup baik. 2. Administrasi Pemerintahan Secara administratif Kota Bandar Lampung dibatasi oleh: Sebelah Utara
:
Kabupaten Lampung Selatan;
Sebelah Selatan
:
Teluk Lampung;
Sebelah Barat
:
Kabupaten Pesawaran;
Sebelah Timur
:
Kabupaten Lampung Selatan.
Dengan Undang-Undang No. 5 tahun 1975 dan Peraturan Pemerintah No. 3 tahun 1982 tentang perubahan wilayah, maka kota Bandar Lampung diperluas dari 4 kecamatan 30 kelurahan menjadi 9 kecamatan 58 kelurahan.108 Kemudian
berdasarkan
SK
Gubernur
No.
G/185.B.111/Hk/1988 tanggal 6 Juli 1988 serta surat persetujuan Mendagri nomor 140/1799/PUOD tanggal 19 Mei 1987 tentang pemekaran kelurahan di wilayah kota Bandar Lampung, maka kota Bandar Lampung terdiri dari 9 kecamatan dan 84 kelurahan.
108
Lihat. Undang-Undang No. 5 tahun 1975 dan Peraturan Pemerintah No. 3 tahun 1982 tentang perubahan wilayah.
cv
Adapun 9 (sembilan) Kecamatan dan luas wilayah masingmasing 9 (sembilan) kecamatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1 Sembilan Kecamatan Lama dan Luas Wilayah No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kecamatan Tanjungkarang Pusat Tanjungkarang Timur Tanjungkarang Barat Telukbetung Utara Telukbetung Selatan Telukbetung Barat Panjang Sukarame Kedaton Total
Luas (Km²) 4,95 21,10 41,01 6,25 5,39 24,12 27,16 27,46 35,52 192,96
Sumber: BPS Kota Bandar Lampung Pada tahun 2001 berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung No. 04, Kota Bandar Lampung dimekarkan menjadi 13 kecamatan dengan 98 kelurahan. Lalu, pada tanggal 17 September 2012 bertempat di Kelurahan Sukamaju, diresmikanlah kecamatan dan kelurahan baru di wilayah kota Bandar Lampung sebagai hasil pemekaran sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012 tentang Penataan dan Pembentukan Kelurahan dan Kecamatan. cvi
Kota Bandar Lampung menjadi 20 Kecamatan dengan 126 Kelurahan. Adapun 20 kecamatan baru hasil pemekaran terdiri dari: 1) Teluk Betung Utara 2) Teluk Betung Barat 3) Teluk Betung Selatan 4) Teluk Betung Timur 5) Tanjung Karang Barat 6) Tanjung Karang Pusat 7) Tanjung Karang Timur 8) Tanjung Senang 9) Bumi Waras 10) Enggal 11) Kedamaian 12) Kedaton 13) Kemiling 14) Labuhan Ratu 15) Langkapura 16) Panjang 17) Rajabasa 18) Sukabumi 19) Sukarame 20) Way Halim 3. Keadaan Penduduk cvii
Berdasarkan Sensus Penduduk Nasional yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Lampung, banyaknya penduduk dari hasil registrasi penduduk kota Bandar Lampung berjumlah 1.251.642 jiwa, yang terdiri dari 654.757 laki-laki dan 596.885 perempuan. Sedangkan jumlah penduduk kota Bandar Lampung adalah 942.039 jiwa yang terdiri dari 475.039 laki-laki dan 467.000 perempuan.109 4.
Keadaan Ekonomi Sebagai Kota yang bergerak menuju Kota metropolitan,
Bandar Lampung menjadi pusat kegiatan perekonomian di daerah Lampung. Sebagian besar penduduknya bergerak dalam bidang jasa,
industri,
dan
perdagangan.
Dewasa
ini
terdapat
beberapa supermarket yang cukup besar. Pusat perbelanjaan modern yang terdapat di Bandar Lampung di antaranya adalah: 1) Mall Kartini Bandar Lampung 2) Mal Boemi Kedaton 3) Simpur Center 4) Chandra Super-Store a.
Chandra Teluk Betung
109
BPS Propinsi Lampung, dapat dilihat juga dalam Lampung dalam Angka tahun 2013.
cviii
b.
Chandra Tanjung Karang
c.
Chandra Simpur Center
d.
Chandra Kemiling
5) Plaza Lotus dan Lotus Extention 6) Central Plaza Lampung (yang terdiri dari Hypermart dan Matahari) 7) Gelael 8) Giant a. Giant Ekstra Antasari b. Giant Ekspres Pagar Alam c. Giant Ekspres Kedamaian d. Giant Ekspres Kemiling 9) Mal Kartini (terdiri dari Giant Ekspres dan Centerpoint) 10) Ramayana Lestari Sentosa a. Ramayana Rajabasa (Mal Lampung) b. Ramayana Pasar Bawah c. Ramayana Bandar Lampung Plaza 11) Toko Buku Gramedia Radin intan dan Gramedia Mal Boemi Kedaton
cix
12) Toko Buku Fajar Agung.110 Sedangkan pusat
perbelanjaan tradisional ternama
diantaranya Pasar Bambu Kuning (pasar legendaris), Bambu Kuning Square, Pasar Tengah, Pasar Bawah, Pasar Pasir Gintung, Pasar Smep, Pasar Tamin, Pasar Mambo, Pasar Kangkung, Pasar Tugu, Pasar Panjang, dan Pasar Perumnas Way Halim. 111 Keadaan Ekonomi Keluarga dari tahun 2009 sampai tahun 2013 dari jumlah 233.894 KK yang ada di Kota Bandar Lampung, yaitu Keluarga Pra Sejahtera: 59.709 KK, Keluarga Sejahtera I: 66.484 KK, Keluarga Sejahtera II: 56.959 KK, Keluarga Sejahtera III: 37.402 KK, Keluarga Sejahtera III Plus: 13.342 KK. 112
5.
Sarana Prasarana Kesehatan Banyaknya sarana kesehatan di Kota Bandar Lampung,
yaitu: 110
http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Bandar_Lampung. diakases pada hari Senin, tanggal 27 Oktober 2014, Jam. 09.15. WIB. 111
Ibid.
112
BPS Propinsi Lampung, dapat dilihat juga dalam Lampung dalam Angka tahun 2013.
cx
Rumah Sakit
: 10
Puskesmas
: 27
Puskesmas Rawat Inap
: 10
Puskesmas Pembantu
: 50
Puskesmas Keliling
: 14
Posyandu
: 651.
B. Implementasi Keluarga Berencana di Kota Bandar Lampung Dari hasil survey yang dilkukan peneliti di lapangan menunjukkan bahwa sarana dan prasarana layanan Keluarga Berencana di Kota Bandar Lampung, yaitu 99 Klinik Keluarga Berencana (KKB) dan 126 Pos Pelayanan Keluarga Berencana Desa (PPKBD).113 Untuk Pasangan Usia Subur (PUS) pada tahun 2013 berjumlah 164.741 KK. Akseptor baru dari tahun 20092012 berjumlah 48.351 KK. Sedangkan peserta KB aktif pada tahun 2013 berjumlah 110.397 KK. 114 Untuk lebih jelasnya mengenai akseptor baru dari tahun 2009-2013 dan peserta KB aktif tahun 2013 dengan spesifikasi
113
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Provinsi Lampung, tahun 2013. 114
Ibid.
cxi
pemakaian alat kontrasepsi masing-masing, dapat dilihat pada tebel di bawah ini. Tebel 2 Akseptor baru dan bentuk alat kontrasepsi KB di Kota Bandar Lampung tahun 2008-2013 BENTUK ALAT KONTRASEPI
NO
JUMLAH AKSEPTOR KB
1
IUD
7.990
2
MOW
684
3
MOP
15
4
Implan
4.753
5
Suntikan
15.844
6
Pil
16.670
7
Kondom
2.395
8
Vag
48.351
Jumlah BKKBN Propinsi Lampung, tahun 2013 Tebel 3
Peserta KB Aktif di Kota Bandar Lampung tahun 2013 cxii
BENTUK ALAT KONTRASEPI
NO 1 2 3 4 5 6 7 8
IUD MOW MOP Implan Suntikan Pil Kondom Vag Jumlah
JUMLAH AKSEPTOR KB 16.378 2.277 1.439 9.593 39.947 37.582 3.181 110.397
BKKBN Propinsi Lampung, tahun 2013 Dari bentuk alat kontrasepsi dan banyaknya akseptor KB aktif dalam tabel tersebut, akan dijelaskan sebagai berikut: 1. IUD (Alat Kontrasepsi dalam Rahim [AKDR])Spiral Akseptor KB di Kota Bandar Lampung yang menggunakan alat kontrasepsi IUD (Intra-Uterine Devices) atau Alat Konrasepsi Dalam Rahim (AKDR) berjumlah 16.378 akseptor dari Pasangan Usia Subur (PUS) pada tahun 2013 berjumlah 164.741 KK. 115 Alat kontrasepsi KB jenis ini diminati oleh akseptor KB di Kota Bandar Lampung setelah suntikan dan pil. Metode Intra-Uterine Devices, yaitu dilakukan dengan jalan memasukkan alat ke dalam rahim. Ada beberapa jenis alat KB 115
BKKBN Propinsi Lampung, tahun 2013
cxiii
yang bekerja dari dalam rahim untuk mencegah pembuahan sel telur oleh sperma. Biasanya disebut spiral karena bentuknya seperti spiral atau dalam bahasa inggris-nya dikenal dengan Intra-Uterine Devices (IUD). Spiral terbuat dari bahan plastik atau plastik bercampur tembaga yang dapat digunakan sampai 10 tahun. Ia dapat digunakan dan dikeluarkan dari rahim, yang berarti termasuk dalam kategori alat kontrasepsi sementara.116 Hal yang perlu dicermati dari alat kontrasepsi ini adalah efek sampingnya terhadap kesehatan pemakainya, untuk itu, akseptor harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan tenaga medis untuk mengetahui betul kelemahan dan efek yang ditimbulkan serta keamananannya jika ia digunakan alat tersebut. Apabila membawa mudharat bagi kesehatan dirinya.117 IUD merupakan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR/IVD). Bentuk KB ini mempunyai sejarah perkembangan yang panjang sebelum generasi III dengan keamanan, efektifitas, dan penyakit tidak begitu besar. Jadi kontrasepsi dalam rahim adalah “suatu alat kontrasepsi yang dimasukan ke dalam rongga rahim wanita”.118 Cara kerja alat kontrasepsi ini, yaitu: 116
Pujiyanti dan Tien Rahmatin. Relasi Suami Istri Dalam Islam, (Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004), hlm.142. 117 Aminudin Yakub, KB dalam Polemik Melacak Pesan Substantif Islam, (Jakarta: PBB UIN, 2003) hlm. 34. 118 Ibid.
cxiv
4) Menimbulkan reaksi jaringan sehingga terjadi serbukan sel darah putih 5) Lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas 6) Mengurangi jumlah sperma yang mencapai tuba fallopi dan meng-inaktifkan sperma. Keuntungan, yaitu: 5) Dapat diterima masyarakat dengan baik 6) Pemasangan tidak memerlukan medis teknis yang sulit 7) Kontrol medis yang ringan 8) Penyulit tidak begitu berat Efek samping kompilasi, yaitu: 5) Gangguan pendarahan 6) Infeksi 7) Ekpulsi AKDR 8) Keputihan
2. MOW (Medis Operatif Wanita) Akseptor KB di Kota Bandar Lampung yang menggunakan alat kontrasepsi MOW berjumlah 2.277 akseptor dari Pasangan Usia
cxv
Subur (PUS) pada tahun 2013 berjumlah 164.741 KK. 119 Hal ini menunjukkan bahwa alat kontrasepsi KB jenis ini menjadi salah satu yang diminati oleh akseptor KB di Kota Bandar Lampung setelah suntikan, pil, IUD, implant dan kondom. Kontrasepsi mantap (kontap) adalah suatu tindakan untuk membatasi keturunan dalam jangka waktu yang tidak terbatas; yang dilakukan terhadap isteri atas permintaan yang bersangkutan, secara mantap dan sukarela. Tindakan kontap pada wanita disebut kontap wanita atau MOW (Metoda/Medis Operasi Wanita ) atau tubektomi. Kontrasepsi mantap pada wanita atau MOW (Metoda/Medis Operasi Wanita) atau tubektomi, yaitu tindakan pengikatan dan pemotongan saluran telur agar sel telur tidak dapat dibuahi oleh sperma. Kontrasepsi mantap jenis MOW atau sterilisasi merupakan metoda KB yang paling efektif, murah, aman, dan mempunyai nilai demografi yang tinggi. Jadi kontrasepsi mantap jenis MOW adalah “suatu cara kontrasepsi permanen pada wanita, dilakukan dengan tindakan operasi kecil untuk mengikat atau menjepit atau memotong saluran telur (perempuan).120 Cara kerja kontrasepsi mantap jenis MOW atau tubektomi, yaitu
119
BKKBN Propinsi Lampung, tahun 2013 Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Aspek-Aspek Kesehatan Keluarga Berencana, (Jakarta: Departemen Kesehatan, 1989) hlm. 13. 120
cxvi
mencegah bertemunya sel telur dengan sperma karena saluran sel telur (tuba fallopi) yang menuju diputus (tubektomi minilapa ratomi) atau dijepit (laparoskopi) berisi levonorgetrel sebanyak 26 mg. sedangkan untuk efek samping kontap wanita atau tubektomi, yaitu reaksi alergi anestesi, infeksi, perforasi rahim, dan perlukaan kandung kencing.121 Secara umum keuntungan kontap wanita dibandingkan dengan kontrasepsi lain adalah: 1) Lebih
aman,
karena
keluhan
lebih
sedikit
dibandingkan dengan cara kontrasepsi lain; 2) Lebih praktis, karena hanya memerlukan satu kali tindakan saja; 3) Lebih efektif, karena tingkat kegagalannya sangat kecil
dan
merupakan
cara
kontrasepsi
yang
permanen; 4) Lebih ekonomis, karena hanya memrlukan biaya untuk satu kali tindakan saja. Secara khusus keuntungan kontap wanita Tubektomi (MOW) adalah: 1) Sangat efektif dan “permanen”;
121 Bagus Ida, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana, (Jakarta: BKKBN Buku Kedokteran EGC, 1989), hlm.71.
cxvii
2) Dapat mencegah kehamilan lebih dari 99%; 3) Tidak ada efek samping dalam jangka panjang; 4) Tidak mempengaruhi proses menyusui; 5) Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan
anestesi lokal; 6) Tidak menggangu hubungan seksual.
Kerugian Tubektomi (MOW), yaitu: 1) Rasa sakit/ketidak nyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan; 2) Ada kemungkinan mengalami resiko pembedahan. Setiap peserta kontap Tubektomi (MOW) harus memenuhi 3 syarat, yaitu: 1) Sukarela Setiap calon peserta kontap harus secara sukarela menerima pelayanan kontap; artinya secara sadar dan dengan kemauan sendiri memilih kontap sebagai cara kontrasepsi. 2) Bahagia Setiap calon peserta kontap harus memenuhi syarat bahagia; artinya: 1) Calon peserta tersebut dalam perkawinan yang sah dan harmonis dan telah dianugerahi cxviii
sekurang-kurangnya 2 orang anak yang sehat rohani dan jasmani; 2) Bila hanya mempunyai 2 orang anak, maka anak yang terkecil paling sedikit umur sekitar 2 tahun; 3) Umur isteri paling muda sekitar 25 tahun. 3) Kesehatan Setiap calon peserta kontap harus memenuhi syarat kesehatan; artinya tidak ditemukan adanya hambatan atau kontraindikasi untuk menjalani kontap. Oleh karena itu setiap calon peserta harus diperiksa terlebih dahulu kesehatannya oleh dokter, sehingga diketahui apakah cukup sehat untuk dikontap atau tidak. Selain itu juga setiap calon peserta kontap harus mengikuti konseling
(bimbingan
tatap
muka)
dan
menandatangani formulir persetujuan tindakan medik (Informed Consent).
3. MOP (Medis Operatif Pria) Akseptor KB di Kota Bandar Lampung yang menggunakan alat kontrasepsi MOP berjumlah 1.439 akseptor dari Pasangan Usia
cxix
Subur (PUS) pada tahun 2013 berjumlah 164.741 KK. 122 Hal ini menunjukkan bahwa alat kontrasepsi KB jenis ini menjadi salah satu yang diminati oleh akseptor KB di Kota Bandar Lampung setelah suntikan, pil, IUD, implan, kondom dan MOW. Kontrasepsi mantap jenis MOP atau sterilisasi merupakan metoda KB yang paling efektif, murah, aman, dan mempunyai nilai demografi yang tinggi. Jadi kontrasepsi mantap adalah “suatu cara kontrasepsi permanen baik pada pria, dilakukan dengan tindakan operasi kecil untuk menutup saluran mani (lakilaki)”. Kontrasepsi mantap (kontap) pada pria disebut vesektomi.123 Vasektomi mencegah spermatozoa bertemu dengan teknik yang banyak digunakan saat ini adalah Vasektomi Tanpa Pisau (VTP) atau Non Scalpel Vasectomy. Untuk efek samping kontap pria atau vasektomi, yaitu reaksi alergi anestesi, perdarahan, hematoma, dan infeksi.124 Secara umum keuntungan kontap pria Vasektomi (MOP dibandingkan dengan kontrasepsi lain adalah:
122
BKKBN Propinsi Lampung, tahun 2013 Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Aspek-Aspek Kesehatan Keluarga Berencana, (Jakarta: Departemen Kesehatan, 1989) hlm. 13. 124 Bagus Ida, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana, (Jakarta: BKKBN Buku Kedokteran EGC, 1989), hlm.71. 123
cxx
1) Lebih
aman,
karena
keluhan
lebih
sedikit
dibandingkan dengan cara kontrasepsi lain; 2) Lebih praktis, karena hanya memerlukan satu kali tindakan saja; 3) Lebih efektif, karena tingkat kegagalannya sangat kecil
dan
merupakan
cara
kontrasepsi
yang
permanen; 4) Lebih ekonomis, karena hanya memerlukan biaya untuk satu kali tindakan saja. Secara khusus keuntungan kontap pria Vasektomi (MOP) adalah: 1) Sangat efektif dan “permanen”; 2) Tidak ada efek samping dalam jangka panjang; 3) Dapat mencegah kehamilan lebih dari 99%; 4) Tidak menggangu hubungan seksual; 5) Tindakan bedah yang aman dan sederhana.
Kerugian Vasektomi (MOP), yaitu: 1) Tidak dapat dilakukan pada orang yang masih ingin memiliki anak; 2) Harus ada tindakan pembedahan minor.
cxxi
Setiap peserta kontap Vasektomi (MOP) harus memenuhi 3 syarat, yaitu: 1) Sukarela Setiap calon peserta kontap harus secara sukarela menerima pelayanan kontap; artinya secara sadar dan dengan kemauan sendiri memilih kontap sebagai cara kontrasepsi. 2) Bahagia Setiap calon peserta kontap harus memenuhi syarat bahagia; artinya: a. Calon peserta tersebut dalam perkawinan yang sah dan harmonis dan telah dianugerahi sekurangkurangnya 2 orang anak yang sehat rohani dan jasmani; b. Bila hanya mempunyai 2 orang anak, maka anak yang terkecil paling sedikit umur sekitar 2 tahun; c. Umur isteri paling muda sekitar 25 tahun. 3) Kesehatan Setiap calon peserta kontap harus memenuhi syarat kesehatan; artinya tidak ditemukan adanya hambatan atau kontraindikasi untuk menjalani kontap. Oleh karena itu setiap calon peserta harus diperiksa terlebih cxxii
dahulu kesehatannya oleh dokter, sehingga diketahui apakah cukup sehat untuk dikontap atau tidak. Selain itu juga setiap calon peserta kontap harus mengikuti konseling
(bimbingan
tatap
muka)
dan
menandatangani formulir persetujuan tindakan medik (Informed Consent). 4. Implan (susuk) Akseptor KB di Kota Bandar Lampung yang menggunakan alat kontrasepsi implan berjumlah 9.593 akseptor dari Pasangan Usia Subur (PUS) pada tahun 2013 berjumlah 164.741 KK. 125 Hal ini menunjukkan bahwa alat kontrasepsi KB jenis ini juga menjadi salah satu pilihan yang diminati oleh akseptor KB di Kota Bandar Lampung. Implan adalah alat kontrasepsi berbentuk kapsul silastik berisi hormon jenis progestin (progesterone sintestik) yang ditanamkan di bawah kulit, dimana terdiri dari 6 kapsul silastik disetiap kapsulnya.126 5. Suntikan
125 BKKBN Propinsi Lampung, tahun 2013 Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Pedoman Penanggulangan Efek Samping/ Komplikasi Kontrasepsi, (Jakarta: Departemen Kesehatan, 1999), hlm. 58 126
cxxiii
Akseptor KB di Kota Bandar Lampung yang menggunakan alat kontrasepsi suntikan berjumlah 39.947 akseptor dari Pasangan Usia Subur (PUS) pada tahun 2013 berjumlah 164.741 KK. 127 Hal ini menunjukkan bahwa alat kontrasepsi KB jenis ini menjadi yang paling diminati oleh akseptor KB di Kota Bandar Lampung. Metode suntikan KB telah menjadi bagian gerakan Keluarga Berencana Nasional serta peminatnya makin bertambah. Tingginya minat pemakai suntikan, dikarenakan bentuk KB ini aman, sederhana, efektif, tidak menimbulkan gangguan dan dapat dipakai pasca persalinan.128 KB suntikan adalah alat kontrasepsi berupa cairan yang berisi hanya hormone progesteron disuntikan ke dalam tubuh wanita secara periodik. Jenis Obat Suntikan, yaitu: 3) Golongan progestin, misalnya depoprovera 150 mg (disuntikkan tiap 3 bulan) noristerat (tiap bulan). 4) Golongan progesterin dengan campuran estrogen propionate, (misalnya cyclofem (tiap 1 bulan). Efek samping kompilasi, yaitu: 4) Gangguan siklus haid menstruasi 127 BKKBN Propinsi Lampung, tahun 2013 Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Pedoman Penanggulangan Efek Samping/Komplikasi Kontrasepsi, (Jakarta: Departemen Kesehatan, 2001), hlm. 24. 128
cxxiv
5) Depresi 6) Keputihan (Leukoea).129 6. Pil Akseptor KB di Kota Bandar Lampung yang menggunakan alat kontrasepsi pil berjumlah 37.582 akseptor dari Pasangan Usia Subur (PUS) pada tahun 2013 berjumlah 164.741 KK. 130 Hal ini menunjukkan bahwa alat kontrasepsi KB jenis ini menjadi salah satu yang diminati oleh akseptor KB di Kota Bandar Lampung setelah suntikan. Secara umum pil KB adalah salat satu cara menghindari kehamilan yang cukup populer di dunia modern, karena termasuk yang dapat diandalkan (angka kegagalan paling rendah, antara 0,3-5%). Jika ingin menggunakan pil KB harus dengan pengawasan dan pemeriksaan seksama terlebih dahulu.131 Pil adalah pil yang berisi hormon sintetik yang digunakan wanita secara periodik sebagai alat kontrasepsi. Berbagai pabrik farmasi telah memasarkan pil keluarga berencana dengan
129
Departemen Kesehatan, “Keperawatan dan Kesehatan”, artikel diakses dari http://www.blogspot.com. 130 BKKBN Propinsi Lampung, tahun 2013 Danti Pujiyanti dan Tien Rahmatin, Relasi Suami Istri dalam Islam. (Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004), hlm. 138. 131
cxxv
kelebihan dan kekurangannya, sehingga dapat memilih sesuai keberadaan wanita itu. Pada setiap pil terdapat perbandingan kekuatan estrogeneti (lebih dominan estrogen) atau progestogenetik (dominan progesterone) melalui penilaian patrun menstruansi. Berikut ini adalah berbagai nama paten pil KB yang dipasarkan, antara lain anovlas, lyndiol, ovulan, norinyl, dan noracycline.132 Keuntungan memakai pil KB, yaitu: 4) Bila minum pil sesuai dengan aturan dijamin berhasil 100% 5) Dapat dipakai pengobatan beberapa masalah a. Ketegangan menjelang masturbasi b. Pendarahan menstruasi yang tidak teratur 6) Pengobatan penyakit endometriosis.
Efek samping kompilasi, yaitu: 5) Gangguan siklus haid/menstruasi 6) Tekanan Darah tinggi 7) Berat badan naik 132
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Buku Pedoman Petugas Klinik Keluarga Berencana, (Jakarta: Departemen Kesehatan Indonesia 1985), hlm. 37.
cxxvi
8) Jerawat.133 7. Kondom Akseptor KB di Kota Bandar Lampung yang menggunakan alat kontrasepsi kondom berjumlah 3.181 akseptor dari Pasangan Usia Subur (PUS) pada tahun 2013 berjumlah 164.741 KK. 134 Alat kontrasepsi KB jenis ini diminati oleh akseptor KB di Kota Bandar Lampung setelah suntikan, pil, IUD dan implan. Alat kontrasepsi ini berjenis kondom, yaitu suatu kantong karet yang tipis, berwarna atau tidak berwarna, dipakai untuk menutupi zakar yang berdiri sebelum dimasukan ke dalam vagina sehingga mani tertampung di dalamnya dan tidak masuk vagina, dengan demikian mencegah terjadinya pembuahan.135 Fungsinya dari alat ini (kodom) adalah: 3) Mencegah spermatozoa (sel mani) bertemu ovum (sel telur) pada waktu bersenggama. 4) Untuk mencegah penularan penyakit kelamin. Efek samping kompilasi, yaitu: 133
BKKBN, Makalah Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia, lebih jelas lihat. http://www.bkkbn.go.id. 134 BKKBN Propinsi Lampung, tahun 2013 135 Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Buku Pedoman Petugas Klinik Keluarga Berencana, (Jakarta: Departemen Kesehatan Indonesia 1985) hlm. 36.
cxxvii
3) Kondom rusak, robek, dan bocor. 4) Iritasi lokal pada penis reaksi alergi. 8. Vag (Vagina Diafragma) Akseptor
KB
menggunakan alat
di
Kota
Bandar
kontrasepsi Vag
Lampung
yang
(Vagina Diafragma)
berjumlah 0 (nol) akseptor dari Pasangan Usia Subur (PUS) pada tahun 2013 berjumlah 164.741 KK.136 Alat kontrasepsi KB jenis ini tidak diminati oleh akseptor KB di Kota Bandar Lampung. Vag (Vagina Diafragma) merupakan lingkaran cincin dilapisi karet fleksibel ini akan menutup mulut rahim bila dipasang dalam liang vagina 6 jam sebelum senggama. Efektifitasnya alat kontrasepsi ini bisa menurun bila terlalu cepat dilepas kurang dari 8 jam setelah senggama. Diafragma digunakan jika akan berhubungan seksual. Setelah itu bisa dilepas lagi atau tetap pada tempatnya. Karena bahannya lebih tebal dari kondom, kontrasepsi ini sangat kecil kemungkinan terjadi bocor. C. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Implementasi KB dalam Membentuk Kaluarga Sejahtera dan Bahagia di Kota Bandar Lampung 1. Tinjauan Umum Hukum Islam Terhadap Keluarga Berencana 136
BKKBN Propinsi Lampung, tahun 2013
cxxviii
Agama Islam memiliki ajaran yang komprehensif yang terinci dalam masalah keluarga. Ada puluhan ayat al-Qur’an dan ratusan hadis Nabi yang memberikan petunjuk sangat jelas menyangkut persoalan keluarga, mulai dari pembentukan keluarga, hak dan kewajiban masing-masing unsur dalam keluarga hingga masalah warisan dan perwalian. Islam memang memberikan perhatian besar kepada penataan keluarga. Ini terbukti bahwa seperempat bagian dari fikih (hukum Islam), yang dikenal dengan rub’u al-munakahat, berbicara tentang masalah keluarga.137 Tidak ada ayat al-Qu’an dan hadis Nabi yang secara tegas berbicara KB. Dengan diamnya kedua sumber ajaran Islam ini, mayoritas ulama berpendapat hukum KB harus dikembalikan pada hukum asal sesuai dengan kaidah fiqh yang berlaku bahwa “pada dasarnya segala sesuatu/perbuatan adalah boleh kecuali ada dalil yang menunjukkan keharamannya”. 138 Akan tetapi membunuh bayi khususnya bayi perempuan yang telah terjadi di masa-masa menjelang datangnya Islam adalah haram; sehingga yang mereka lakukan sangat jelas yaitu membunuh anak manusia (perempuan) yang sempurna. Sebagaimana disebutkan dalam QS. an-Nahl [16] ayat 58 sebagai berikut: 137 138
55.
Ali Yafie, Menggagas Fiqh Sosial, (Bandung: Mizan,1994), hlm.135. Masifuk Zuhdi, Masail Fiqhiyyah, (Jakarta: Haji Mas Agung, 1991), hlm.
cxxix
Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Islam sendiri menganjurkan anaknya untuk memperbanyak keturunan dan mensyukuri setiap anak yang lahir, baik laki-laki maupun perempuan, Namun dibalik itu Islam juga memberi keringanan (rukhshah) bahkan menyerukan kepada setiap Muslim untuk mengatur keturunannya demi kualitas generasi berikutnya.139 Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam QS. Luqman ayat 14, sebagai berikut:
“Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapaknya; ibunya telah 139
BKKBN Jawa Barat, Buku Pedoman Advokasi dan KIE Program KB, (Bandung: BKKBN, 2006), hlm 18.
cxxx
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambahtambah, dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”. Juga dijelaskan dalam QS. al-Ahqaaf [46] ayat 15 sebagai berikut: Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia Telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Mu yang telah Kamu berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Kamu ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. cxxxi
Sesungguhnya aku bertaubat kepada Mu dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri".140 Menurut Imam al-Qurtubi dalam kitab tafsirnya; kalau hamilnya 6 bulan berarti menyusuinya 24 bulan, kalau hamilnya 7 bulan berarti menyusuinya 23 bulan, kalau hamilnya 8 bulan berarti menyusuinya 22 bulan, kalau hamilnya 9 bulan berarti menyusuinya 21 bulan. Sehingga seandainya jarak kehamilan kurang dari tiga puluh bulan ada kemungkinan terkena resiko buruk, paling tidak kesehatan si ibu terganggu, dan menjadi lemah. Hamka dalam tafsir al-Azhar mengatakan: “bahkan bukan sedikit ibu yang subur melahirkan tahun ini menyusukan tahun depan, melahirkan tahun yang satu lagi menyusukan pula sesudah itu, sehingga tahun ini melahirkan tahun depan menyusukan. Semakin lama anak semakin banyak, namun badan semakin lama semakin lemah”.141 Untuk menjaga kesehatan ibu dan kualitas anak, hendaknya si ibu memberi ASI (Air Susu Ibu), sebagaimana dijelaskan dalam QS. al-Baqarah [2] ayat 233 sebagai berikut:
140
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya.
141
Cholil Nafis, Fikih Keluarga, (Jakarta: Mitra Abadi Press, 2009), hlm.75.
cxxxii
Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi makan dan Pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan Karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. cxxxiii
dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan. Islam tidak melarang perencanaan keluarga melalui pengaturan jarak kelahiran. Pada masa Rasulullah SAW hal semacam ini pernah terjadi dimana para sahabat melakukan cara agar pembuah (bertemunya bibit sperma laki-laki/sel telur perempuan) tidak terjadi. Cara itu disebut ‘azl.142 Menurut Abdul Qadir Jaelani, apabila senggama sedang dilakukan, tatkala organisme telah sampai pada titik puncak dan sperma akan keluar, suami cepat-cepat menarik penisnya dari vagina istri agar sperma itu keluar di luar vagina. Maksudnya agar tidak terjadi pembuahan.143 Rasulullah tidak melarang prilaku para sahabat tersebut. Di bawah ini hadis-hadis yang berkaitan dengan ‘azl, yang artinya sebagai berikut: “Dari Abu Bakar bin Abu Syibah menceritakan kepada kami, Yahya bin Ishaq menceritakan pada kami, Yahya bin Ayyub menceritakan pada kami, dari Muhammad 142 H. Bgd, M. Letter, Tuntunan Rumah Tangga Muslim dan Keluarga Berencana, (Padang: Angkasa Jaya, 1985), hlm.70. 143 Abdul Qadir Jaelani, Keluarga Sakinah, (Surabaya: Bina Ilmu, 1995), hlm. 188.
cxxxiv
bin Abdurrahman bin Naufal al-Quraisyiyyi dari “Urwah, dari ‘Aisyah dari Judamah binti Wahab alAsadiyyah berkata, “aku mendengan Rasulullah SAW bersabda: aku akan melarang Ghailah (melakukan hubungan seksual dengan istri yang sedang menyusui ), tetapi saya lihat orang-orang Bizantium dan Persia melakukan hal tersebut, dan anak-anak mereka tidak dibunuh, (tidak menderita ). Nabi ditanya tentangal azl, nabi bersabda: al-azl adalah pembunuhan bayi berskala kecil”.144 Hadis lain menjelaskan yang artinya sebagai berikut: Menceritakan pada kami Ahmad bin Abdullah bin Yunus, yang diberitahukan oleh Zuhair, yang diberitahu oleh Abu Zubair, dari Jabir yang mengatakan: “seseorang datang kepada Rasulullah SAW, sambil berkata: " saya memiliki seorang hamba wanita, ia sebagai pelayan kami dan menyirami pohonpohon kurma kami, aku menyetubuhinya, akan tetapi aku tidak menghendakinya hamil. " nabi menjawab: " lakukanlahAl- ‘azl jika kamu kehendaki, akan tetapi tetap akan datang pada perempuan itu kehamilan jika tuhan mentakdirkan. Setelah beberapa waktu, lelaki itu kembali seraya mengatakan bahwa budak perempuan itu telah hamil, Nabi berkata: telah aku katakana kepadamu apa yang telah ditakdirkan akan berlaku kepadanya" (H.R. Muslim ).145
144 Abi Abdillah Muhammad bin Yazid al-Qazwaini, Sunan Ibn Majah, (Beirut: Dar al- Fikr, 1995), jilid 1, Bab al-Ghiyal, hlm. 630-631. 145 Abu Husain Muslim bin Hajjaj al-Qusyairi, al-Jami’ al-Shahih Muslim, (Beirut: Dar al- Fikr,1993), jilid 2, Kitab Nikah, Cet ke-1, hlm. 666.
cxxxv
Dari beberapa hadis di atas, tampak bahwa hukum azl itu boleh, karena al- Qur’an tidak melarang dan Nabi tidak melarangnya. Sebagian besar ulama menyatakan halal dengan syarat bahwa azl dilakukan harus dengan izin istri, dan azl menjadi haram bila tanpa ada persetujuannya, sebab bila tanpa kerelaannya, maka itu berarti menyakiti dan mematikan kebahagiannya.146 Meskipun disatu sisi azl dapat dilakukan sebagai alternatif pencegahan atau penundaan kehamilan, namun disisi lain tetap ada pihak yang dirugikan yaitu perempuan, dimana perempuan tidak mengalami organism (puncak kenikmatan hubungan suami istri). Sayyid Sabiq dalam kitab fiqh sunnah sebagaimana dikutif Syaikh Kamil Muhammad ‘Uwaidah dalam kitab Fiqh wanita, menyatakan “doperbolehkan membatasi keturunan, jika keadaan suami mempunyai banyak anggota keluarga, sehingga dikhawatirkan tidak mampu memberikan pendidikan kepada putera, puterinya secara baik”. Demikian jika si istri dalam keadaan lemah atau secara terus menerus hamil, sementara suami dalam keadaan miskin. Pada kondisi ini, pembatasan terhadap kelahiran diperbolehkan, bahkan sebagian ulama
146
Asysyaikh Muh. Jamaludin al-Qasimi Addimasqy, Mauidzatul Mu’minin, Ringkasan dari Ihya Ulumuddin Imam Al-Ghazali (terj. Oleh Moh. Afdhai Rathony), Almaktabah Attijariyah al-Kubra, tt. (Bandung: Dipenogoro, 1989) hlm. 277.
cxxxvi
berpendapat bahwa pembatasan kelahiran pada kondisi seperti itu bukan hanya diperbolehkan, tetapi disunnahkan.147 Imam al-Ghazali sebagaiman dikutip Syaikh Kamil dalam fiqh wanita, mengatakan: ada beberapa hadis shahih membolehkan azl ini, sedangkan sabda Rasulullah SAW yang menyatakan bahwa azl merupakan tindak pembunuhan secara samar (tersembunyi). atau sabdanya bahwa azl merupakan syirik tersembunyi hanya menunjukkan kemakruhannya dan tidak berarti haram.148 Mayoritas fuqaha dari kalangan Hanafiyah, Malikiyah, sebagian Syafi’iyah, Hanabilah, Zaidiyah, dan Imamiyah membolehkan azl dengan syarat harus dengan seizin istri karena istri juga memiliki hak dalam pengambilan keputusan untuk memilki anak atau tidak. Namun, mereka berbeda pendapat apakah izin itu hanya berlaku kepada istri dari kalangan wanita merdeka saja atau berlaku kepada seluruh wanita, baik mereka atau budak. Perbedaan yang terakhir ini sudah tidak relevan lagi untuk kondisi sekarang ini.149 147
Syaikh Kamil Muhammad ‘Uwaidah, Fiqh Wanita, terj. Oleh M.Abdul Ghoffar E.M (Jakarta: Pustaka al-Kautsar,1998), hlm. 425. 148 Cholil Nafis, Fikih Keluarga: Menuju Keluarga Sakinah, Mawaddah wa Rohmah, Sehat, Sejahtera dan Berkualitas, (Jakarta: Mitra Abadi Press, 2009) hlm. 46. 149 Hasan Ali al-Syadzili, Tanzim al-Nasl aw Tahdiduhu fi al-Fiqh al-Islami, dalam Majallat Majma’ al-Fiqh al-Islami, Vol. V, Jilid II, (Jeddah: Majma’ alFiqh al-Islami 1988), hlm. 125-126.
cxxxvii
Dengan demikian, pengaturan kelahiran itu termasuk hal yang dituntut oleh Islam, baik pengaturan itu dengan membatasi keturunan atau yang menambahnya sesuai dengan situasi dan kondisi. Perlu dibedakan antara seruan untuk pengaturan keturunan yang menggunakan metode membatasi kelahiran atau mencukupkan 2-3 anak saja; dengan mencegah keturunan yang memakai cara kebiri (menutup saluran mani dengan cara operasi). Seruan yang pertama dibolehkan sedangkan yang kedua dilarang bahkan diharamkan oleh agama.150 Juga perlu dibedakan antara mencegah kehamilan, artinya sebelum terjadinya kehamilan, baik melalui azl atau dengan menggunakan alat-alat kontrasepsi; dengan pengguguran kandungan, artinya sesudah terjadinya kehamilan. Yang pertama dibolehkan sebagaimana yang telah dilakukan oleh para sahabat, sedangkan yang kedua diharamkan, sebagaiman firman Allah dalam QS. al-Isra’ [17] ayat 31 sebagai berikut: 150
A. Syauqi al-Fanjani, Pengarahan Islam tentang Kesehatan, (Jakarta: AlHidayah 2009) hlm. 150.
cxxxviii
. Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu Karena takut kemiskinan. kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar. Dengan kemajuan ilmu dan teknologi sekarang ini telah ditemukan berbagai macam alat kontrasepsi yang fungsinya sama dengan ‘azl yakni mencegah kehamilan. Di antara sekian banyak alasan yang mendorong dilakukannya keluarga berencana, yaitu: c. Mengkhawatirkan terhadap kehidupan atau kesehatan si ibu apabila hamil atau melahirkan anak, setelah dilakukan suatu penelitian dan pemeriksaan oleh dokter yang dipercaya.151 Karena firman Allah SWT dalam QS. alBaqarah [2] ayat 195 sebagai berikut: Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan 151
Cholil Nafis, Fikih Keluarga: Menuju Keluarga Sakinah Mawaddah,Wa Rahmah,Keluarga Sehat, Sejahtera Dan Berkualitas, (Jakarta: Mitra Abadi Press, 2009), hlm.76.
cxxxix
janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. d. Khawatir akan terjadinya bahaya pada urusan dunia yang kadang-kadang
mempersukar
beribadah,
sehingga
menyebabkan orang mau menerima barang yang haram dan mengerjakan yang, justru untuk kepentingan anakanaknya. Allah SWT berfirman dalam QS. al-Baqarah [2] ayat 185 sebagai berikut: ...... …… Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. Termasuk yang mengkhawatirkan anak, ialah tentang kesehatan dan pendidikannya. Sebagaimana terdapat dalam terjemahan hadis sebagai berikut: Usamah bin Zaid meriwayatkan: ada seorang anak lakilaki datang kepada nabi Muhammad SAW kemudian ai cxl
berkata : ya rasulullah ! sesungguhnya saya melakukan A‟zl pada istriku. Kemudian nabi bertanya: mengapa kamu berbuat itu? Si laki-laki tersebut menjawab: karena saya merasa kasihan terhadap anaknya, atau ia berkata : anak-anaknya. Lantas nabi bersabda: seandainya hal itu berbahaya, niscaya akan 91 membahayakan bangsa Persi dan Rum." (HR. Muslim). Seolah-olah Nabi mengetahui bahwa situasi individu, yang dialami oleh si laki-laki, tidaklah berbahaya bagi seluruh bangsa, dengan dasar bangsa persi dan rum tidak mengalami bahaya apa-apa, padahal mereka bias melakkan persetubuhan waktu hamil dan menyusui, sedang saat itu kedua bangsa ini adalah bangsa terkuat di dunia. Ketiga: keharusan melakukan ‘azl yang biasa terkenal dalam syara’ ialah karena mengkhawatirkan kondisi perempuan yang sedang menyusui kalau hamil dan melahirkan anak baru. Nabi saw menamakan bersetubuh sewaktu perempuan masih menyusui, dengan ghilah atau ghail, karena penghamilan itu dapat merusak air susu dan melemahkan anak. Di zaman sekarang sudah ada beberapa metode dan alat kontrasepsi KB (keluarga berencana) yang dapat dipastikan kemashlahatannya, dan justru mashlahah itulah yang dituju oleh nabi Muhammad SAW yaitu melindungi anak yang masih menyusu dari marabahaya termasuk menjauhi mafsadah yang cxli
lainnya. Yaitu bersetubuh dengan istrinya selama menyusui sehingga tidak mengakibatkan kehamilan.152 Usaha pencegahan kehamilan yang tidak dibenarkan dalam islam adalah melakukan kebiri, dalam medis cara ini disebut vasektomi pada pria dan tubektomi pada wanita dan pengguguran kandungan, popular dengan istilah abortus, dengan bentuk MR (menstrual relugation).153 Abortus dalam cara apapun dilarang oleh jiwa dan semangat Islam baik dikala janin sudah bernyawa, usia 4 bulan dalam kandungan atau belum bernyawa, dibawah usia 4 bulan dalam kandungan. Karena perbuatan tersebut termasuk pembunuhan terselubung yang dilarang oleh syariat Islam. Abortus boleh tetap dilakukan apabila memang ada alasan yang kuat, seumpamanya membahayakan nyawa si ibu.154 KB merupakan tindakan perencanaan pasangan suami istri untuk mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval kelahiran dan menentukan jumlah anak sesuai dengan kemampuannya, serta sesuai situasi masyarakat dan Negara. Ini bahwa KB berbeda dengan birth control, yaitu pembatasan atau
152
Ibid., hlm. 79. Syaikh Kamil Muhammad Uwaidah, Fiqh Wanita, terj. M. Abdul Ghoffar E.M, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 1998), hlm. 425. 154 H. Bgd, M. Letter, Tuntunan Rumah Tangga Muslim dan Keluarga Berencana, (Padang: Angkasa Raya, 1985), hlm. 105. 153
cxlii
penghapusan kelahiran (tahdid an-nasl). Birth control berkonotasi negatif, karena bisa berarti aborsi dan sterilisasi (pemandulan).155 Cara pencegahan kehamilan menggunakan alat kontrasepsi dengan cara merubah atau merusak organ tubuh yang bersangkutan sangat dilarang dalam hukum Islam. Cara-cara yang termasuk kategori ini antara lain, vasektomi, tubektomi, aborsi. Hal ini tidak diperbolehkan karena hal ini menentang tujuan pernikahan untuk menghasilkan keturunan. 156 Tujuan dari adanya hukum Islam adalah untuk memelihara kemaslahatan manusia sekaligus untuk menghindari mafsadat baik di dunia maupun di akhirat. Pada prinsipnya, Allah menciptakan manusia beserta seluruh isinya untuk memberikan rangsangan kepada manusia agar ia menggunakan akal untuk berpikir dan merenungkan segala isi alam semesta ini. 157 Tujuan hukum Islam yang sering kita dengar dengan maqashid syariah, yaitu hifzu ad-din (memelihara agama), hifzu an-nafs 155
Aminuddin Yakub, KB dalam Polemik: Melacak Pesan Substantif Islam, (Jakarta: PBB UIN, 2003), hlm. 24. 156
Luthfi As-syaukani, Politik, Ham dan Isu-isu Fiqih Kontemporer (Bandung: Pustaka Hidayah, 1998), hlm. 157. 157
Ali Anwar Yusuf, Islam dan Sains Modern: Sentuhan Islam terhadap berbagai Disiplin Ilmu, (Bandung: Pustaka Setia, 2006), hlm. 283.
cxliii
(memelihara jiwa), hifzu al-‘aql (memelihara akal), hifzu annasl (memelihara keturunan), dan hifzu al-mal (memelihara harta).158 Kehidupan dalam keluarga unsur yang perlu diperhatikan adalah kemaslahatan anak. Anak merupakan amanah yang membutuhkan perlindungan dan segala macam jaminan. Anak membutuhkan perhatian, kasih sayang, perawatan, pendidikan, baik pendidikan umum maupun pendidikan agama, agar menjadi anak yang berkualitas dan bertaqwa, bukan anak yang lembah dan justru menjadi permasalahan. Untuk itu semua orang tua haruslah berlaku adil terhadap semua anak-anaknya. Untuk berlaku adil, maka perencanaan akan hadirnya anak hendaknya disesuaikan dengan kemampuan dan kesanggupan suami istri.159 Melihat fungsi dan manfaat KB (Keluarga Berencana) yang dapat melahirkan kemashlahatan dan mencegah kemudharatan, tidak diragukan lagi kebolehan KB dalam Islam. Tetapi jika cara pencegahan kehamilan menggunakan alat kontrasepsi dengan cara merubah atau merusak organ tubuh yang bersangkutan 158
Ismail Muhammad Syah, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hlm. 65. 159
Abdurrachman Qadir, Keluarga Berencana Menurut Tinjauan Hukum Islam, dalam Chuzaimah T. Yanggo dan Hafiz Anshary, (ed.), Problematika Hukum Islam Kontemporer, (Pustaka Firdaus: Jakarta. 2002), hlm. 143.
cxliv
sangat dilarang dalam hukum Islam. Cara-cara yang termasuk kategori ini antara lain, vasektomi, tubektomi, aborsi. Hal ini tidak diperbolehkan karena hal ini menentang tujuan pernikahan untuk menghasilkan keturunan. 160
2. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Implementasi KB dalam Membentuk Kaluarga Sejahtera dan Bahagia di Kota Bandar Lampung a. Implementasi Suntikan, Pil dan Implan (Susuk) Dari hasil survey peneliti di lapangan, akseptor KB di Kota Bandar Lampung yang menggunakan alat kontrasepsi suntikan berjumlah 39.947 dari Pasangan Usia Subur (PUS) pada tahun 2013 yang berjumlah 164.741 KK.161 Untuk akseptor KB di Kota Bandar Lampung yang menggunakan alat kontrasepsi pil berjumlah 37.582 dari pasangan usia subur yang berjumlah 164.741 KK. 162 Sedangkan akseptor KB di Kota Bandar Lampung yang menggunakan alat kontrasepsi implan (susuk)
160
Luthfi As-syaukani, Politik, Ham dan Isu-isu Fiqih Kontemporer (Bandung: Pustaka Hidayah, 1998), hlm. 157. 161
BKKBN Propinsi Lampung, tahun 2013, Lampung dalam Angka 2013.
162
Ibid.
cxlv
berjumlah 9.593 akseptor dari pasangan usia subur yang berjumlah 164.741 KK. 163 Hasil dilapangan menunjukkan bahwa, sebelum akseptor melakukan KB jenis suntikan, pihak yang berwenang menjelaskan jenis obat suntikan, yaitu: 1) Golongan progestin, misalnya depoprovera 150 mg (disuntikkan tiap 3 bulan) noristerat (tiap bulan). 2) Golongan progesterin dengan campuran estrogen propionate, (misalnya cyclofem (tiap 1 bulan). Efek samping kompilasi, yaitu: 1) Gangguan siklus haid menstruasi 2) Depresi 3) Keputihan (Leukoea).164 Pihak berwenang juga menjelaskan keuntungan memakai pil KB, yaitu: 1) Bila minum pil sesuai dengan aturan dijamin berhasil 100% 2) Dapat dipakai pengobatan beberapa masalah a) Ketegangan menjelang masturbasi 163
Ibid.
164
Departemen Kesehatan, “Keperawatan dan Kesehatan”, artikel diakses dari http://www.blogspot.com.
cxlvi
b) Pendarahan menstruasi yang tidak teratur 3) Pengobatan penyakit endometriosis. Efek samping kompilasi, yaitu: 1) Gangguan siklus haid/menstruasi 2) Tekanan Darah tinggi 3) Berat badan naik 4) Jerawat.165 Ketiga metode KB tersebut merupakan metode hormonal. Sebagaimana diketahui bahwa metode hormonal dilakukan dengan cara memakai obat-obatan yang mengandung dua hormon, yaitu estrogen dan progestin. Digunakan oleh pihak perempuan dan kandungan dua hormon tersebut serupa dengan hormon-hormon alamiah yang dihasilkan tubuh wanita, yaitu estrogen dan progesterone. Hasil survey peneliti di lapangan di Kota Bandar Lampung baik di 15 Klinik Keluarga Berencana (KKB) dan 20 Pos Pelayanan Keluarga Berencana Desa (PPKBD), didapat bahwa pil pengendali kehamilan diminum oleh akseptor KB setiap hari, ada juga pil yang diminum setiap hendak berhubungan suami isteri. Sedangkan suntikan diberikan beberapa bulan sekali dan
165
BKKBN, Makalah Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia, lebih jelas lihat. http://www.bkkbn.go.id.
cxlvii
susuk yang berbentuk enam tabung yang sangat kecil dan lunak yang dimasukan ke bawah permukaan kulit sebelah dalam lengan. Pada umumnya jenis pil dan beberapa jenis suntikan mengandung kedua hormon di atas. Namun ada pula pil, beberapa jenis suntikan yang hanya mengandung hormon progestin. 166 Berbeda dengan metode perintang, metode hormonal merubah proses kerja tubuh. Dengan metode hormonal indung telur (ovarium) perempuan dihalangi sehingga tidak melepas sel telur kedalam rahim. Selain itu, metode ini juga menyebabkan lender di mulut rahim menjadi sangat kental, sehingga menghalangi sperma untuk dapat masuk. Dilihat dari cara kerjanya, alat kontrasepsi ini tidak bermasalah karena ini hanya mencegah kehamilan yang bersifat sementara. Penggunaannyapun mudah dan dapat dilakukan sendiri atau dengan bantuan orang lain (tenaga medis) tanpa melihat aurat besar. Persoalannya terletak pada implikasi kesehatan dan bahan yang digunakannya. Tidak semua perempuan dapat menggunakan metode hormonal karena dapat membawa efek samping yang
166
Hasil survey dan dokumentasi di 15 Klinik Keluarga Berencana (KKB) dan 20 Pos Pelayanan Keluarga Berencana Desa (PPKBD) Kota Bandar Lampung.
cxlviii
membahayakan, misalnya perempuan yang mengidap penyakit kanker payudara. Oleh karenanya, ia baru boleh digunakan jika mendapat rekomendasi dari tenaga medis. Persoalan lain adalah pada bahan pembuatannya. Pada umumnya obat-obatan yang bersifat hormonal menggunakan bahan-bahan yang diambil dari unsure hewani, meskipun ada juga yang dibuat dari unsure kimiawi-sintetik. Sepanjang bahan yang digunakan dari unsur yang halal dan tidak membawa dampak kesehatan yang membahayakan maka metode hormonal dapat digunakan dengan syarat atas kesepakatan suami-istri dan dapat membuat keluarga sejahtera dan bahagia.
b. Implementasi IUD Berdasarkan hasil survey peneliti bahwa, akseptor KB di Kota Bandar Lampung yang menggunakan alat kontrasepsi IUD (Intra-Uterine Devices) atau Alat Konrasepsi Dalam Rahim berjumlah 16.378 dari pasangan usia subur yang berjumlah 164.741 KK. 167 Alat kontrasepsi KB jenis ini diminati oleh akseptor KB di Kota Bandar Lampung.
167
BKKBN Propinsi Lampung, tahun 2013, Lampung dalam Angka 2013.
cxlix
Dari hasil survey peneliti di lapangan di Kota Bandar Lampung, baik di 15 Klinik Keluarga Berencana (KKB) maupun di 20 Pos Pelayanan Keluarga Berencana Desa (PPKBD), secara keseluruhan aturan-aturan dalam IUD terdokumentasi dengan baik. Aturan-aturan yang dijelaskan sebagai berikut: Cara kerja alat kontrasepsi ini, yaitu: 1) Menimbulkan reaksi jaringan sehingga terjadi serbukan sel darah putih 2) Lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas 3) Mengurangi jumlah sperma yang mencapai tuba fallopi dan menginaktifkan sperma. Keuntungan, yaitu: 1) Dapat diterima masyarakat dengan baik 2) Pemasangan tidak memerlukan medis teknis yang sulit 3) Kontrol medis yang ringan 4) Penyulit tidak begitu berat Efek samping kompilasi, yaitu: 1) Gangguan pendarahan 2) Infeksi 3) Ekpulsi AKDR 4) Keputihan cl
IUD merupakan alat KB yang bekerja dari dalam rahim untuk mencegah pembuahan sel telur oleh sperma. Biasanya disebut spiral atau dalam bahasa inggrisnya dikenal dengan Intra Uterine Devices (IUD). Spiral terbuat dari bahan plastik atau plastik bercampur tembaga yang dapat digunakan sampai 10 tahun. Ia dapat diganti atau dikeluarkan dari rahim, yang berarti termasuk dalam kategori alat kontrasepsi sementara. Hal yang perlu di cermati dalam alat kontrasepsi ini adalah efek sampingnya terhadap kesehatan pemakainya. Untuk itu, akseptor harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan tenaga medis untuk mengetahui betul kelemahan dan efek yang ditimbulkan serta keamanannya jika akseptor menggunakan alat tersebut. Apalagi membawa mudharat bagi kesehatan dirinya tidak dibenarkan penggunaannya dalam hukum Islam, karena menghilangkan rasa sejahtera dan bahagia dalam keluarga. Terhadap penggunaan spiral/IUD, ulama dan ahli kedokteran berbeda pendapat dalam dua aspek, yaitu cara kerja dan pemasangan alat. Pertama, dari segi cara kerjanya. Ali Akbar, yang dikenal sebagai ahli kedokteran dan agama, menyimpulkan bahwa cara kerja spiral/IUD tidak bersifat contraceptive (mencegah kehamilan) melainkan abortive (menggugurkan kehamilan). Oleh karenanya haram digunakan. cli
Pendapat serupa juga di kemukakan oleh Muhammad Toha yang menyimpulkan bahwa IUD dalam rahim tidak menghalangi pembuahan sel telur dan 94% dari wanita pemakai IUD tidak menjadi hamil karena melalui mekanisme kontranidasi (menghalang-halangi sel telur yang telah dibuahi menempel di dinding rahim). Pendapat kedua ahli tersebut dibantah oleh banyak ahli kedokteran. Muhammad Djuwari, misalnya, menolak jika kontranidasi disebut sebagai aborsi (abortus provocatus). Akar persoalan munculnya perbedaan pendapat ini terletak pada penentuan waktu kapan seseorang disebut hamil, apakah ketika terjadi pertemuan sperma dengan sel telur yang kemudian mengalami pembuahan atau ketika terjadi implantasi (menempelnya sel telur yang sedang berbuah pada dinding rahim). Sebagian ulama menetapkan waktu kehamilan dimulai ketika terjadi pertemuan antara sel sperma pria dengan sel telur wanita. Namun, tampaknya pandangan ini telah berubah. Dunia kedokteran telah menetapkan bahwa kehamilan dimulai ketika terjadi implantasi. Pandangan ahli kedokteran ini juga telah disepakati Komisi Fatwa MUI. Dengan begitu, dapat dipahami bahwa kontranidasi bukan aborsi.
clii
Kedua, dari segi pemasangannya. Ulama juga berbeda pendapat dalam hal pemakaian/pemasangan IUD kepada akseptor. MUI sendiri memiliki dua fatwa yang “berbeda” dalam hal ini. Fatwa pertama tahun 1972 menyatakan bahwa haram pemakaian spiral selama masih ada obat-obat dan alat kontrasepsi lain. Keharaman ini dikarenakan pemasangan dan pengontrolan IUD oleh para dokter ataupun tenaga medis karena harus melihat aurat besar (mughallazah) akseptor. Pendapat tersebut didasarkan pada QS. al-Nur [24] 30-31 dan Hadis Nabi Saw. Yang berbunyi: “tidak boleh laki-laki melihat aurat laki-laki lain dan tidak boleh perempuan melihat aurat perempuan lainnya dan janganlah bersentuhan laki-laki dalam satu kain dan jangan pula perempuan dengan perempuan lain”. Fatwa kedua MUI dikeluarkan dalam musyawarah nasional ulama tahun 1983 yang menyatakan: “penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim (IUD) dalam pelaksanaan KB dapat dibenarkan jika pemasanngan dan pengontrolannya dilakukan oleh tenaga medis dan/atau tenaga medis wanita atau jika terpaksa dapat dilakukan oleh tenaga medis pria dengan didampingi suami atau wanita lain”. Dalam kajian fiqih, perubahan fatwa semacam itu sangat mungkin terjadi, jika illat hukum (alasan yang menjadi dasar
cliii
penetapan hukum) berubah karena adanya perubahan zaman, waktu, situasi dan kondisi. Kaidah fiqh menyatakan: 1) “hukum itu berputar (bergantung) pada ada atau tidak adanya illat”. 2) “hukum itu berubah karena perubahan zaman, tempat, dan keadaan” Terhadap perbedaan ulama (ijtihad) dalam masalah IUD, umat Islam dapat memilih diantara kedua pendapat tersebut, yang menurut mereka lebih kuat dan lebih mashlahat. Kedua pendapat yang berbeda itu tidaklah salaing membatalkan karena kaidah fiqh mengatakan bahwa “sebuah ijtihad tidak dapat dibatalkan dengan ijtihad yang lain”. Dengan berdasarkan pada keterangan hukum Islam di atas, khususnya masalah masalahah, maka emplementasi IUD di Kecamatan Langkapura menurut peneliti, dibolehkan dengan syarat dapat memberikan kesejahteraan dan kebahagiaan dalam keluarga. c. Implementasi Kondom Akseptor KB di Kota Bandar Lampung yang menggunakan alat kontrasepsi kondom berjumlah 3.181 akseptor dari pasangan
cliv
usia subur yang berjumlah 164.741 KK. 168 Alat kontrasepsi KB jenis ini diminati oleh akseptor KB di Kota Bandar Lampung. Dari hasil survey peneliti di lapangan di Kota Bandar Lampung, baik di 15 Klinik Keluarga Berencana (KKB) maupun di 20 Pos Pelayanan Keluarga Berencana Desa (PPKBD), secara keseluruhan aturan-aturan dalam menggunakan kondom terdokumentasi dengan baik. Dimana dijelaskan bahwa fungsinya dari alat ini (kodom) adalah: 1) Mencegah spermatozoa (sel mani) bertemu ovum (sel telur) pada waktu bersenggama. 2) Untuk mencegah penularan penyakit kelamin. Efek samping kompilasi, yaitu: 1) Kondom rusak, robek, dan bocor. 2) Iritasi lokal pada penis reaksi alergi. Kondom, terutama untuk laki-laki, banyak digunakan di Indonesia. Berbentuk kantong kecil terbuat dari lateks yang membungkus alat kelamin pria. Cara kerjanya mencegah kehamilan dan penggunaannya tidak membutuhkan orang lain. Selain itu tidak adanya ditemukan efek samping bagi penggunaannya, bahkan dapat mencegah penularan penyakit
168
BKKBN Propinsi Lampung, tahun 2013, Lampung dalam Angka 2013.
clv
lewat hubungan seksual. Tidak ditemukan pendapat ulama yang mengharamkannya jika penggunaannya lebih besar membawa keluarga sejahtera dan bahagia dibandingkan dengan sebaliknya. Tetapi ternyata dengan menggunakan alat kontrasepi jenis kondom ini menghilangkan rasa hambar hubungan seks suami isteri, maka menurut peneliti implementasi dari KB jenis kondom perlu ada kesepakatan suami isteri. Disinilah perlu adanya komunikasi secara baik antara suami dan isteri, yaitu kapan waktu yang tepat menggunakan kondom, artinya penggunaan kondom atas kerelaan suami dan isteri. d. Implementasi MOW Akseptor KB di Kota Bandar Lampung yang menggunakan alat kontrasepsi MOW berjumlah 2.277 akseptor dari pasangan usia subur yang berjumlah 164.741 KK.169 Hal ini menunjukkan bahwa alat kontrasepsi KB jenis ini menjadi salah satu yang diminati oleh akseptor KB di Kota Bandar Lampung. Secara umum pihak yang berwenang di Kota Bandar Lampung, baik di 15 Klinik Keluarga Berencana (KKB) maupun 20 Pos Pelayanan Keluarga Berencana Desa (PPKBD) telah menjelakan dan terdokumenatasi tentang keuntungan dan efek samping
169
BKKBN Propinsi Lampung, tahun 2013, Lampung dalam Angka 2013.
clvi
menggunakan jenis KB MOW ini. Keuntungan kontap wanita dibandingkan dengan kontrasepsi lain adalah: 1) Lebih
aman,
karena
keluhan
lebih
sedikit
dibandingkan dengan cara kontrasepsi lain; 2) Lebih praktis, karena hanya memerlukan satu kali tindakan saja; 3) Lebih efektif, karena tingkat kegagalannya sangat kecil
dan
merupakan
cara
kontrasepsi
yang
permanen; 4) Lebih ekonomis, karena hanya memrlukan biaya untuk satu kali tindakan saja. Secara khusus keuntungan kontap wanita Tubektomi (MOW) adalah: 1) Sangat efektif dan “permanen”; 2) Dapat mencegah kehamilan lebih dari 99%; 3) Tidak ada efek samping dalam jangka panjang; 4) Tidak mempengaruhi proses menyusui; 5) Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan
anestesi lokal; 6) Tidak menggangu hubungan seksual.
Kerugian Tubektomi (MOW), yaitu:
clvii
1) Rasa sakit/ketidak nyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan; 2) Ada kemungkinan mengalami resiko pembedahan. Setiap peserta kontap Tubektomi (MOW) harus memenuhi 3 syarat, yaitu: 1) Sukarela Setiap calon peserta kontap harus secara sukarela menerima pelayanan kontap; artinya secara sadar dan dengan kemauan sendiri memilih kontap sebagai cara kontrasepsi. 2) Bahagia Setiap calon peserta kontap harus memenuhi syarat bahagia; artinya: a) Calon peserta tersebut dalam perkawinan yang sah dan harmonis dan telah dianugerahi sekurangkurangnya 2 orang anak yang sehat rohani dan jasmani; b) Bila hanya mempunyai 2 orang anak, maka anak yang terkecil paling sedikit umur sekitar 2 tahun; c) Umur isteri paling muda sekitar 25 tahun. 3) Kesehatan Setiap calon peserta kontap harus memenuhi syarat kesehatan; artinya tidak ditemukan adanya hambatan clviii
atau kontraindikasi untuk menjalani kontap. Oleh karena itu setiap calon peserta harus diperiksa terlebih dahulu kesehatannya oleh dokter, sehingga diketahui apakah cukup sehat untuk dikontap atau tidak. Selain itu juga setiap calon peserta kontap harus mengikuti konseling (bimbingan tatap muka) dan menandatangani formulir persetujuan tindakan medik (Informed Consent). Tubektomi merupakan seterilisasi, yaitu metode kontrasepsi yang bersifat permanen lewat jalan operasi tubuh perempuan, agar steril dan tidak bisa lagi memiliki anak untuk selamanya (mandul). Sterilisasi pada perempuan yang dilakukan lewat operasi dengan cara membuat dua irisan kecil dibawah perut, lalu saluran telurnya di ikat atau dipotong supaya sel telur tidak bisa menju rahim. Meskipun menjalani operasi, sterilisasi tidak mempengaruhi kemampuan seksual kedua pasangan. Para ulama, sebagaimana telah dijelaskan di atas, sepakat mengharamkan metode yang berdampak terjadinya pemandulan yang permanent (ta’qim), tubektomi, metode ini juga menghilangkan rasa sejahtera dan bahagia dalam keluarga, karena tidak dapat memilik anak lagi. Metode ini dibolehkan dalam keadaan darurat (emergency), seperti terancamnya jiwa ibu apabila ia hamil atau melahirkan. clix
e. Implementasi MOP Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa akseptor KB di Kota Bandar Lampung yang menggunakan alat kontrasepsi MOP berjumlah 1.439 KK dari pasangan usia subur yang berjumlah 1.439 KK. 170 Hal ini menunjukkan bahwa alat kontrasepsi KB jenis ini menjadi salah satu yang diminati oleh akseptor KB di Kota Bandar Lampung. Kontrasepsi mantap jenis MOP atau sterilisasi merupakan metoda KB yang paling efektif, murah, aman, dan mempunyai nilai demografi yang tinggi. Jadi kontrasepsi mantap adalah “suatu cara kontrasepsi permanen baik pada pria, dilakukan dengan tindakan operasi kecil untuk menutup saluran mani (lakilaki)”. Kontrasepsi mantap (kontap) pada pria disebut vesektomi.171 Vasektomi mencegah spermatozoa bertemu dengan teknik yang banyak digunakan saat ini adalah Vasektomi Tanpa Pisau (VTP) atau Non Scalpel Vasectomy. Untuk efek samping kontap pria atau vasektomi, yaitu reaksi alergi anestesi, perdarahan, hematoma, dan infeksi.172
170
BKKBN Propinsi Lampung, tahun 2013, Lampung dalam Angka 2013.
171
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Aspek-Aspek Kesehatan Keluarga Berencana, (Jakarta: Departemen Kesehatan, 1989) hlm. 13. 172 Bagus Ida, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan
clx
Dari hasil survey peneliti di lapangan di Kota Bandar Lampung, baik di 3 15 Klinik Keluarga Berencana (KKB) maupun di 20 Pos Pelayanan Keluarga Berencana Desa (PPKBD), secara keseluruhan aturan-aturan dalam vasektomi terdokumentasi dengan baik. Dimana dijelaskan bahwa keuntungan kontap pria Vasektomi (MOP dibandingkan dengan kontrasepsi lain adalah: 1) Lebih
aman,
karena
keluhan
lebih
sedikit
dibandingkan dengan cara kontrasepsi lain; 2) Lebih praktis, karena hanya memerlukan satu kali tindakan saja; 3) Lebih efektif, karena tingkat kegagalannya sangat kecil
dan
merupakan
cara
kontrasepsi
yang
permanen; 4) Lebih ekonomis, karena hanya memerlukan biaya untuk satu kali tindakan saja. Secara khusus keuntungan kontap pria Vasektomi (MOP) adalah: 1) Sangat efektif dan “permanen”; 2) Tidak ada efek samping dalam jangka panjang; 3) Dapat mencegah kehamilan lebih dari 99%;
Keluarga Berencana, (Jakarta: BKKBN Buku Kedokteran EGC, 1989), hlm.71.
clxi
4) Tidak menggangu hubungan seksual; 5) Tindakan bedah yang aman dan sederhana. Kerugian Vasektomi (MOP), yaitu: 1) Tidak dapat dilakukan pada orang yang masih ingin memiliki anak; 2) Harus ada tindakan pembedahan minor. Bahkan dijelaskan juga, setiap peserta kontap Vasektomi (MOP) harus memenuhi 3 syarat, yaitu: 1) Sukarela Setiap calon peserta kontap harus secara sukarela menerima pelayanan kontap; artinya secara sadar dan dengan kemauan sendiri memilih kontap sebagai cara kontrasepsi. 2) Bahagia Setiap calon peserta kontap harus memenuhi syarat bahagia; artinya: a) Calon peserta tersebut dalam perkawinan yang sah dan harmonis dan telah dianugerahi sekurangkurangnya 2 orang anak yang sehat rohani dan jasmani; b) Bila hanya mempunyai 2 orang anak, maka anak yang terkecil paling sedikit umur sekitar 2 tahun; clxii
c) Umur isteri paling muda sekitar 25 tahun. 3) Kesehatan Setiap calon peserta kontap harus memenuhi syarat kesehatan; artinya tidak ditemukan adanya hambatan atau kontraindikasi untuk menjalani kontap. Oleh karena itu setiap calon peserta harus diperiksa terlebih dahulu kesehatannya oleh dokter, sehingga diketahui apakah cukup sehat untuk dikontap atau tidak. Selain itu juga setiap calon peserta kontap harus mengikuti konseling
(bimbingan
tatap
muka)
dan
menandatangani formulir persetujuan tindakan medik (Informed Consent). Para ulama, sebagaimana telah dijelaskan di atas, sepakat mengharamkan metode yang berdampak terjadinya pemandulan yang permanent (ta’qim), vasektomi, metode ini juga menghilangkan rasa sejahtera dan bahagia dalam keluarga, karena tidak dapat memilik anak lagi. Dari segi hukum Islam bahwa, peran serta suami melakukan vasektomi dalam ber-KB pada dasarnya tidak diperbolehkan, kecuali dalam keadaan darurat. Darurat dalam hal ini merupakan jalan alternatif untuk memenuhi keadaan yang sangat terpaksa, vasektomi bisa dilakukan jika alat kontrasepsi yang ada benar-benar tidak cocok atau tidak bisa digunakan oleh sang istri dan suami, seperti: pil, clxiii
suntik, IUD, implant, maupun kondom. Vasektomi dalam alasan tersebut diperbolehkan karena termasuk memelihara jiwa dan memelihara keturunan, serta pertimbangan agar bahaya yang lebih besar tidak terjadi dan dapat dicegah sedini mungkin. Jika hal tersebut tidak terpenuhi maka emplementasi dari KB, dalam hal ini vasektomi, akan menghilangkan rasa sejahtera dan bahagia dalam keluarga, karena vasektomi menghilangkan kesempatan untuk memilik anak lagi, disamping itu menghilangkan nikmat atau gairah berhubungan suami dengan isteri. D. Tinjauan Hukum Positif terhadap Implementasi KB dalam Membentuk Keluarga Sejahtera dan Bahagia di Kota Bandar Lampung. Keluarga Berencana merupakan salah satu agenda besar pemerintah Indonesia dalam upaya meminimalisir meledaknya jumalah penduduk dan terwujudnya sumber daya manusia yang berkualitas, mengingat jumlah penduduk Indonesia yang semakin padat dan tidak dbarengi dengan peningkatan kualitas penduduk dalam aspek ekonomi dan pendidikan. Dari berbagai dinamika kependudukan dilihat dari kualitas yang kurang disbanding kuantitas, maka pemerintah malalui UndangUndang mengatur tentang Kependudukan dan keluarga berencana. Mengacu kepada Undang-undang Repubik Indonesia Nomor 52 clxiv
Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, tertera dalam pasal 20 Keluarga berencana adalah untuk mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas, pemerintah menetapkan keluarga berencana melalui penyelenggaraan program keluarga berncana. Dalam pasal 21 ayat (1) kebijakan keluarga berencana untuk membantu calon atau pasangan suami istri dalam mengambil keputusan dan mewujudkan hak reproduksi secara bertanggung jawab tentang: 6. Usia ideal perkawinan, 7. Usia ideal untuk melahirkan, 8. Jumlah ideal anak, 9. Jarak ideal kelahiran anak, 10. Penyuluhan kesehatan reproduksi.173 Selanjutnnya dalam pasal 21 ayat (2) dijelaskan kebijakan keluarga berencana bertujuan untuk: 4. Mengatur kelahiran yang diinginkan 5. Menjaga kesehatan dan menurunkan angka kematian ibu, bayi dan anak. 6. Meningkatkan akses dan kualitas informasi, pendidkan,
173
Undang-Undang Republik Indonesia No. 52 Tahun 2009 Tentang Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, (Jakarta: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2010), hlm. 23.
clxv
konseling, dan pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi, meningkatkan partisispasi dan kesehatan pria dan praktek keluarga berencana, dan mempromosikan penyusuan bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak kehamilan.174 Dalam pasal 21 ayat (3) kebijakan keluarga berencana sebagaimana dimaksud pada ayat 1 mengandung pengertian bahwa dengan alasan apapun promosi aborsi sebagai pengaturan kehamilan dilarang. Mengenai penyediaan dan pengaturan pemakaian alat dan metode kontrasepsi dalam keluarga berencana tertera dalam pasal 23 ayat (1), yaitu pemerintah dan pemerintah daerah wajib meningkatkan akses dan kualitas, informasi, pendidikan dan konseling, dan layanan kontrasepsi, dan dalam point (a) secara tidak langsung pemberian metode kontrasepsi mempertimbangkan usia paritas, jumlah anak, kondisi kesehatan dan norma agama.175 Dalam ber-KB (Keluarga Berncana) tidak ada paksaan, sebagaimana terdapat dalam pasal 24 ayat (1) yang berbunyi: pelayanan kontrasepsi secara paksa kepada siapaun dan dalam
174 175
Ibid., hlm. 23. Ibid., hlm. 25.
clxvi
bentuk apapun bertentangan dengan hak asasi manusia dan pelakunya dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Keberadaan suami istri mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama dalam melaksanakan Keluarga Berencana (KB) dan boleh menetukan cara keluarga berencana sebagaimana tertulis dalam pasal 25 ayat (1) dan (2). Dalam pelaksanaan keluarga berencana meliputi penggunaan obat, alat dan hal-hal kontrasepsi itu dilakukan atas persetujuan suami istri dan dilakukan menurut standar profesi
kesehatan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, sebagaimana terdapat dalam pasal 26 ayat 1, 2, dan 3. Sebagaimana dijelaskan pasal 27, 28, dan 29 upaya pengamanan dan pengawasan alat, obat dan cara kontrasepsi, baik dalam penyampaian dan penggunaannya dilakukan oleh tenaga kesehatan yang sudah professional. Dalam penelitian dan pengembangan teknologi alat, obat dan cara kontrasepsi dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan. Adapun penyediaan alat, obat kontrasepsi disediakan oleh pemerintah, khususnya bagi penduduk miskin. 176 Keluarga Berencana (KB) yang dimaksud dalam Undang176
Ibid., hlm. 29.
clxvii
Undang No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Penduduk dan Pembangunan Keluarga, merupakan bentuk upaya mengatur kelahiran anak, sehingga membantu pasangan suami istri untuk melahirkan pada usia yang ideal, memilki jumlah anak, dan mengatur kelahiran anak yang ideal dengan menggunakan cara, alat dan obat kontrasepsi. Oleh karena itu, dilihat dari Hukum Positif program KB (Keluarga Berencana) yang diatur dalam Undang-Undang tersebut merupakan upaya pemerintah dalam mewujudkan perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga yang baik dan ideal, sehingga meningkatkan kualitas penduduk dalam aspek fisik dan non-fisik yang meliputi kesehatan, pendidikan, pekerjaan, produktivitas, tingkat sosial, ketahanan, kemandirian, kecerdasan, sebagai ukuran dasar untuk mengembangkan kemampuan dan menikmati kehidupan sebagai manusia yang bertakwa, berbudaya, berkepribadian, berkebangsaan dan hidup layak.177 E. Analisis Peneliti Dari hasil penelitian yang dikaji dan dibahas oleh penulis, maka Implementasi Keluarga Berencana untuk 177 Cholil Nafis, Fikih Keluarga: Menuju Keluarga Sakinah Mawaddah, Wa Rahmah, Keluarga Sehat, Sejahtera dan Berkualitas, (Jakarta: Mitra Abadi Press, 2009), hlm. 51.
clxviii
menggapai keluarga sejahtera dan bahagia ditinjau dari Hukum Islam dan Positif sebagai berikut: 1. Keluarga berencana (KB) yang ada dalam Badan Keluarga Berencana hukumnya boleh dengan alasan yang pertama ketika KB dilihat dari pengertian yaitu sebuah bentuk upaya pengaturan atau penjarangan kelahiran atau usaha pencegahan kehamilan atas kesepakatan suami istri karena situasi dan kondisi tertentu untuk kepentingan (Mashlahat) keluarga, dengan kata lain KB yaitu mengatur jarak interval kehamilan berdasarkan alasan tertentu, seperti kesehatan ibu atau anak, dan ini di bolehkan dalam Ajaran Islam sebagaimana terdapat dalam Q.S. Al-Baqarah [2]: 223, sebagai berikut: clxix
Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi makan dan Pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan Karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.
Salah satu hadits Bukhari yang berbunyi: bahwa Jabir clxx
ra sahabat Rasulullah SAW berkata, kami para sahabat banyak yang melakukan ‘azl di masa Rasulullah dan pada waktu itu al-Qur’an masih turun. Dan hal itu disampaikan oleh Rasulullah SAW namun tidak dilarangnya. Selain al-Qur’an dan hadis tersebut Keluarga Berencana dibolehkan berangkat dari sebuah kaidah fiqh yang berlaku bahwa “pada dasarnya segala sesuatu/perbuatan adalah boleh kecuali ada dalil yang menunjukkan keharamannya”. Selain alasan di atas, Keluarga berencana (KB) dibolehkan karena dalam praktiknya dilapangan implementasi program KB di Kecamatan Langkapura Bandar Lampung sangat membantu masyarakat dalam pengaturan jumlah anak sehingga mempengaruhi kualitas anak tersebut dalam peningkatan SDM, dan juga akan mempengaruhi keluarga dalam membentuk keluarga yang sejahtera dan bahagia. 2. Keluarga Berencana (KB) itu hukumnya tidak boleh apabila KB dalam pengertian pengendalian jumlah anak didasari oleh motivasi ketakutan kekurangan rezeki dan tidak dapat mengurus dan merawat anak tersebut. Sebagaimana tercantum dalam al-Qur’an yang artinya clxxi
sebagai berikut: Katakanlah: “Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu Yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapak, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar. demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya). Menurut peneliti ayat ini bisa dipahami sebagai upaya aborsi, yaitu pengguguran kehamilan. Hal ini dilarang oleh syariat Islam karena sebagai bentuk pembunuhan anak yang sudah ada wujudnya. Kecuali ada alasan medis yang dapat diterima secara syar’i. Penulis ingin menekankan dari penelitian ini, realitas yang ada di Kota Bandar Lampung, bahwa pada dasarnya KB (Keluarga Berencana) adalah mubah (boleh), dan ia bisa berubah menjadi haram dan wajib tergantung pada apakah ia dapat melahirkan kemashlahatan (kesejahateraan dan kebahagiaan keluarga) dan mencegah munculnya kemudharatan (keluarga kuang harmonis) karena esensi hukum Islam adalah mewujudkan clxxii
kemashlahatan bagi umatnya, kaidah fikih jelas menyatakan, yaitu “dimana ada mashlahat maka disitulah ada hukum Allah”.178
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari uraian penelitian saya dapat disimpulkan bahwa KB (Keluarga Berencana) yang terdapat dalam konsep Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional serta implementasinya di Kota Bandar Lampung sebagai berikut: 1. Bentuk Keluarga Berencana (KB) di BKKBN sangat aman dan baik untuk mencegah kehamilan (man’u alhaml), dan membawa implikasi mashlahat penggunanya, baik suami maupun istri, dan bahan yang digunakan untuk membuat alat kontrasepsi tersebut dari bahan halal dan aman, selain itu ber-KB yang diprogramkan BKKBN dalam pelaksannaannya tidak ada tekanan dan paksaan
178
Aminudin Yakub, KB Dalam Polemik: Melacak Pesan Substantif Islam, (Jakarta: Pusat Bahasa dan Budaya UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003), hlm. 44.
clxxiii
kepada masyarakat, semuanya merupakan sebuah hak bagi suami istri, bukan kewajiban, dan mereka berhak menentukan sikap dalam ber-KB, termasuk jumlah anak yang mereka inginkan (sesuai dengan kemampuan serta alat kontrasepsi yang mereka gunakan). 2. Metode Keluarga Berencana (KB) yang terdapat di BKKBN merupakan hasil dari Tim Dokter Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, yang terdiri dari berbagai macam metode-metode Alamiah dan teknologi kontrasepsi terkini, antara lain kontrasepsi hormonal dan non hormonal. Selain itu terdapat metode kontrasepsi injeksi wanita yaitu metode berdasarkan harisubur yaitu metode hari-hari baku (standar days method) dan metode dua hari (two day methode). 3. Keluarga Berencana menurut ulama, merupakan salah satu bentuk usaha manusia dalam mewujudkan keluarga yang sejahtera dan bahagia guna menghasilkan keturunan generasi yang kuat dimasa yang akan datang. Hukum berKB
juga bisa berubah (Boleh)
wajib,makruh
atau
haram,
seperti
menjadi sunnah, halnya
hukum
perkawinan bagi orang Islam, yang hukum asalnya juga mudah. Hukum mubah itu bisa berubah sesuai dengan situasi dan kondisi individu muslim yang bersangkutan, clxxiv
lain juga memperhatikan perubahan zaman, tempat dan keadaan masyarakat. dan metode vasektomi dan tubektomi yang permanen hukumnya haram digunakan, kecuali alat kontrasepsi dengan menggunakan metode vasektomi dan tubektomi yang dibenarkan oleh hukum Islam adalah yang cara kerjanya mencegah kehamilan (man‟ul haml), bersifat sementara (tidak permanen) dan dapat dipasang sendiri oleh bersangkutan atau oleh orang lain yang tidak haram memandang
auratnya
dalam
keadaan
darurat
ia
dibolehkan. Selain itu bahan pembuatannya harus berasal dari bahan halal, selain tidak menimbulkan implikasi yang membahayakan (mudharat) bagi kesehatan. 4. Keluarga berencana (KB) dalam implementasinya di Kota Bandar Lampung untuk membentuk keluarga sejahtera dan bahagia dalam tinjauan Hukum Islam dan Hukum Positif adalah sebagai berikut: 1) Persfektif Hukum Islam Keluarga Berencana (KB) secara substansial tidak bertentangan dengan ajaran Islam, karena ia merupakan bentuk implementasi semangat Islam mewujudkan sebuah kemashlahatan, dan dalam BKKBN itu sendiri KB tersebut mempunyai arti yang sama dengan tanzim an-nasl (pengaturan kelahiran),
bukan
tahdid
clxxv
al-nasl
(pembatasan
keturunan) dalam arti pemandulan (ta’qim) dan aborsi (isqot al-haml wa al-ijhadh), maka KB tidak dilarang. Islam mendukung KB (Keluarga Berencana). Hal ini ditunjukkan oleh beberapa hadis yang membolehkan ‘azl yang merupakan pencegahan kehamilan secara alami. Juga pada zaman sekarang sudah ada beberapa alat
kontrasepsi
yang
dapat
dipastikan
kemashlahatannya. 2) KB (Keluarga Berencana) dalam implementasinya perspektif
hukum
positif
merupakan
upaya
pengaturan kehamilan, baik jumlah, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan,dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi
untuk
mewujudkan
keluarga
yang
berkualitas. Maka perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga adalah upaya terencana untuk mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan mengembangkan kualitas penduduk pada seluruh dimensi penduduk guna mencapai keluarga yang sejahtera dan bahagia. B. Saran-Saran 1. Dalam melaksanakan fungsinya, Badan Kependudukan clxxvi
dan
Keluarga
berencana
nasional
harus
selalu
mengadakan sosialisasi berupa seminar, dialog publik maupun penyuluhan tentang KB (Keluarga Berencana) secara
merata
kepada
masyarakat
dalam
penyelenggaraan program Keluarga Berencana. 2. Hendaknya
Badan
Kependudukan
dan
Keluarga
Berencana Nasional lebih memprioritaskan penduduk pedesaan dan tidak lupa dengan penduduk kota dalam menggalakkan program Keluarga Berencana, mengingat kesadaran untuk ber-KB sangat rendah. 3. Dalam melaksanakan tugas, fungsi dan tujuan, sebaiknya Badan Kependudukan dan keluarga Nasional hendaknya melibatkan elemen masyarakat
yang terdiri dari
akademisi, praktisi, serta orang-orang yang mampu untuk menyumbangkan
buah
pikirannya
dalam
membantu
terealisasinya program BKKBN yang menjadi harapan masyarakat Indonesia 4. Kepada Ulama, hendaknya ikut melibatkan diri dalam perkembangan dan kebijakan program KB (Keluarga Berencana) agar dapat mengkontrol lebih jauh apa saja yang dikeluarkan oleh BKKBN dalam menjalankan programmnya baik bentuk,alat,,dan methode ber-KB yang sehingga kehalalan dan kemashlahatan dapat dirasakan clxxvii
oleh masyarakat banyak. 5. Bagi masyarakat sebaiknya mengikuti program yang berKB yang sudah lama dicanangkankan oleh Badan Kependudukan
dan
Keluarga
Berencana
Nasional
(BKKBN) dengan melihat terlebih dahulu situasi dan kondisi yang ada mengingat KB sangat membantu kehidupan rumah tangga dalam mengatur kehamilan sehingga
dapat
mewujudkan
keluarga
berkualitas, yaitu sejahtera dan bahagia.
clxxviii
kecil
yang
DAFTAR PUSTAKA
‘Uwaidah, Syaikh Kamil Muhammad, Fiqh Wanita, terj. Oleh M.Abdul Ghoffar E.M, Jakarta: Pustaka al-Kautsar,1998. Abd ar-Rahim ‘Umran, Islam & KB, Jakarta: Lentera, 1997. Achsin, Amir, dkk, Untukmu Ibu Tercinta, Jakarta: Prenada Mulia, 2003. Addimasqy, Asysyaikh Muh. Jamaludin al-Qasimi, Mauidzatul Mu’minin, Ringkasan dari Ihya Ulumuddin Imam AlGhazali, terj. Oleh Moh. Afdhai Rathony, Almaktabah Attijariyah al-Kubra, tt. Bandung: Dipenogoro, 1989. Badri, Muhammad Arifin, Soal Jawab: Hukum Keluarga Berencana (KB), Kategori: Fiqh dan Muamalah. Bakri, Sidi Nazar, Kunci Keutuhan Keluarga, Jakarta: Pedoman BKKBN Propinsi Lampung, tahun 2013, Lampung dalam Angka tahun 2013. Buku Profil Kabupaten/Kota Bandar Lampung. Ch, Mufidah, Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender, Malang: UIN Malang Press, 2008. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Aspek-Aspek Kesehatan Keluarga Berencana, Jakarta: 1989. ______, Buku Pedoman Petugas Klinik Keluarga Berencana, clxxix
Jakarta: Departemen Kesehatan Indonesia 1985. ______, Penanggulangan Efek Samping/Komplikasi Kontrasepsi, Jakarta: Departemen Kesehatan, 2001. Direktorat Pelayanan Informasi dan Dokumentasi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Program KB Nasional Kamus istilah, Jakarta: Direktorat Pelayanan Informasi dan Dokumentasi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana, 2007. Fanjari, A. Sauqi al-, Pengarahan Islam tentang Kesehatan, Jakarta: al-Hidayah, 2009. H. B. Sutopo, Metode Penelitian Kualitatif, Surkarta: Jurusan Seni Rupa, 1996. Hayes, Margaret F., FCJ, R.N, dkk, Mengajar Metode Ovulasi Billing, (Jogyakarta: Kanisisus, 2000), hlm. 1. hhtp://puskel.com. 2014. http://ciptakarya.pu.go.id/profil/profil/barat/lampung/lampung.p df. http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Bandar_Lampung. http://muslim.or.id/soaljawab/fiqh-dan muamalah/soal-jawabhukum-keluarga. http://www.bkkbn.go.id. http://www.blogspot.com. Husaini, Aiman al-, Kado Malam Pertama, Jakarta: Pustaka Anisah, 2003. Ida, Bagus, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana, Jakarta: BKKBN Buku Kedokteran EGC, 1989. Jaelani, Abdul Qadir, Keluarga Sakinah, Surabaya: Bina Ilmu, 1995. Keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji Nomor D/71/1999 tentang Petunjuk
clxxx
Pelaksanaan Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah, Bab III Pasal 3. Letter, H. Bgd, M., Tuntunan Rumah Tangga Muslim dan Keluarga Berencana, Padang: Angkasa Jaya, 1985. Mas’udi, Masdar Farid, Islam dan Hak-hak Reproduksi Perempuan, Bandung: Mizan, 1997. Matdawam, Noor, Pernikahan Kawin Antar Agama, Yogyakarta: Bina Karier, 1990. Miles dan Huberman, Qualitative Data Analysis: A Sourcebook of Few Methods, Baverly Hills: Sage Publication, 1984. Moleong, L. J., Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999. Muhadjir, Noeng, Metodologi Penelitia Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996. Mukhlisin, Bimbingan dan Koordinasi KB Nasional dalam Meningkatkan Kualitas SDM Menurut Agama Islam, Jakarta: 1998. Mustanginah, Sri, Peran Keluarga Berencana dalam Pembentukan Keluarga Sakinah: Studi Terhadap Pelaksanaan KB di Desa Parasutan Kebumen Jawa Tengah, Yogyakarta: Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga, 2007. Nafis, Cholil, Fikih Keluarga: Menuju Keluarga Sakinah, Mawaddah wa Rohmah, Sehat, Sejahtera dan Berkualitas, Jakarta: Mitra Abadi Press, 2009. Noor, Faried Ma’ruf Menuju Keluarga Sejahtera dan Bahagia, Bandung: Al-Ma’arif, 1983. Patton, M. Q., Qualitative Evaluation Methods, Baverly Hills: Sage Publication 1980. PP No. 21 Tahun 1994, pasal 2. clxxxi
PP Nomor 21 tahun 1994. PP Nomor 62 tahun 2010 tentang Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Pujiyanti, Danti, dan Tien Rahmatin, Relasi Suami Istri dalam Islam, Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004. Qadir, Abdurrachman, Keluarga Berencana Menurut Tinjauan Hukum Islam, dalam Chuzaimah T. Yanggo dan Hafiz Anshary, (ed.), Problematika Hukum Islam Kontemporer, Pustaka Firdaus: Jakarta. 2002. Qazwaini, Abi Abdillah Muhammad bin Yazid al-, Sunan Ibn Majah, Beirut: Dar al- Fikr, 1995, jilid 1, Bab al-Ghiyal. Qusyairi, Abu Husain Muslim bin Hajjaj al-, al-Jami’ al-Shahih Muslim, Beirut: Dar al- Fikr, 1993, jilid 2, Kitab Nikah, Cet ke-1. Sarifudin, Dampak Positif Keterliban MUI dalam Mensukseskan Program KB, Jakarta: 1996. Syadzili, Hasan Ali al-, Tanzim al-Nasl aw Tahdiduhu fi al-Fiqh al-Islami, dalam Majallat Majma’ al-Fiqh al-Islami, Vol. V, Jilid II, Jeddah: Majma’ al-Fiqh al-Islami 1988. Syah, Ismail Muhammad, Filsafat Hukum Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1992. Syaltut, Mahmut, Al-Fatawa, Mesir: Dar al-Qolam, t.th. Syarif, Sugiri Menggapai Keluarga Berkualitas dan Sakinah, (Jakarta: Mitra Abadi Press, 2009. Syaukani, Luthfi As-, Politik, Ham dan Isu-isu Fiqih Kontemporer, Bandung: Pustaka Hidayah, 1998. Tim Pemberdayaan Perempuan Bidang Agama Departemen Agama RI, Keadilan dan Kesetaraan Gender Perspektif Islam, 2001. clxxxii
Umran, Abd. Al-Rahim, Islam dan KB, Jakarta: Lentera Basritama, 1997. Undang-Undang (UU) No.10/1992 pasal 3 ayat 2. Undang-Undang No. 5 tahun 1975 dan Peraturan Pemerintah No. 3 tahun 1982 tentang perubahan wilayah. Undang-Undang Republik Indonesia No. 52 tahun 2009, Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Jakarta: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2010. UU Nomor 10 tahun 1992 tentang Pembangunan Keluarga Sejahtera. UU
Nomor 53 tahun 2009, tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Jakarta: BKKBN, 2010.
Waluyo, H. J., Hermeneutik Sebagai Pusat Pendekatan Kualitatif, Surakarta: 2000. Yafie, Ali, Menggagas Fiqh Sosial dari Sosial Lingkungan Hidup, Asuransi hingga Ukhuwah, Bandung: Mizan, 1994. Yahya, Mukhtar, dan Fatchurrahman, Dasar-Dasar Pembinaan Hukum Fiqh Islami, Bandung al-Ma’arif, 1993. Yakub, Aminuddin, KB dalam Polemik: Melacak Pesan Substantif Islam, Jakarta: PBB UIN, 2003. Yangro, Chuzamah, T., dkk. (ed), Problematika Hukum Islam Kontemporer Pustaka Firdaus: Jakarta. 2002. Yin, R. K., Case Study Research: Design and Methods, Baverly Hills: Sage Publication, 1987. Yusuf, Ali Anwar, Islam dan Sains Modern: Sentuhan Islam terhadap berbagai Disiplin Ilmu, Bandung: Pustaka Setia, 2006. clxxxiii
Zuhdi, Masjfuk, Islam dan Keluarga Berencana di Indonesia, Surabaya: Bina Ilmu Offset, 1982. Zuhdi, Masjfuk, Masail Fiqhiyah, Jakarta: Haji Mas Agung, 1991.
clxxxiv