44 N.G.A. Martiningsih, dkk. Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 3(4), 2012, 44-50
SANITASI KEBUN DAN PEMUPUKAN ORGANIK PADA TANAMAN MANGGIS (Garcinia mangostana L.) GUNA PENGENDALIAN GETAH KUNING N.G.A. Gde Eka Martiningsih1, I Ketut Widnyana1 , Tri Djoko Setiyono 2, I Gusti Ngurah Anom3 1
Fakultas Pertanian, Universitas Mahasaraswati Denpasar 2 FKIP, Universitas Mahasaraswati Denpasar 3 Fakultas Hukum, Universitas Mahasaraswati Denpasar
[email protected]
Ringkasan Eksekutif Manggis merupakan salah satu primadona buah tropis yang memiliki peluang ekspor yang cukup tinggi, karena manggis sangat digemari oleh wisatawan mancanegara. Indonesia sebagai salah satu negara penghasil buah eksotis ini ternyata belum mampu memaksimalkan produksi manggis di tingkat petani, apalagi kemampuan dalam hal pemasaran. Sehingga agak ironis bahwa buah manggis di sebagian besar wilayah Indonesia termasuk Bali belum mampu secara langsung mensejahterakan petani-petani manggis. Situasi ini tentu saja disebabkan oleh beberapa hal yaitu masih rendahnya kualitas manggis yang dihasilkan, dimana salah satunya disebabkan oleh adanya serangan getah kuning. Getah kuning yang menyerang buah manggis akan menyebabkan penampilan buah tidak menarik dan malahan mampu menyebabkan buah menjadi busuk. Masalah getah kuning sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebabnya. Ada dugaan bahwa penyakit getah kuning ini disebabkan kurangnya kebersihan kebun dan hara. Memang diakui selama ini petani mengusahakan tanaman manggis mereka sekedarnya dalam arti tanpa pemeliharaan dan asupana hara yang memadai. Program Ipteks bagi Wilayah (IbW) di Desa Angkah adalah ditujukan untuk menanggulangi getah kuning yang menyerang buah manggis dengan cara memberdayakan petani manggis untuk melakukan sanitasi kebun dan perlakuan pemupukan organik dengan kompos dan zat perangsang tumbuh organik ABG. Dengan perlakuan tersebut ternyata mampu mengurangi serangan getah kuning sekitar 75% dibandingkan dengan produksi sebelumnya. Disamping itu dengan memanfaatkan kompos produksi sendiri maka biaya usaha tani dapat dikurangi dengan pengurangan biaya pupuk. Dengan perlakuan ini petani manggis di Desa Angkah pada musim panen tahun 2011 mampu juga meningkatkan hasil per tanaman sebesar 40 %. Kata-kata Kunci: getah kuning, manggis, sanitasi, kompos, zat perangsang tumbuh. Executive Summary Mangosteen is one of the tropical fruit has excellent export opportunities are quite high, so mangosteen is very popular for foreign tourists. Indonesia as one of the countries was producing this exotic fruit mangosteen has not been able to maximize production at farm level, especially in terms of marketing ability. So it is ironically that the mangosteen fruit in most parts of Indonesia including Bali has not been able to raise the welfare of farmers. This situation is caused by several things
45 N.G.A. Martiningsih, dkk. Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 3(4), 2012, 44-50
such as the low quality of the resulting mangosteen, one of which is caused by the presence of yellow gum attack. Yellow gum problems until now have not known exactly and there were allegations that the disease is due to lack of nutrients in the field. This was recognized during the farmers began to cultivate mangosteen in the sense that they are modest with no maintenance and adequate nutrients. The yellow gum problem can be solved with manure application on the field and also conduct the regularly sanitation. The program of science and technology application for area so called “IbW” at Angkah Village was aimed to solve the yellow gum problem that attacked the mangosteen fruits at the area by use of the empowerment of the mangosteen farmers for conducting sanitation and fertilizing the soils using organic compost as well as giving the ABG plant growth stimulant. With the conducted treatment the attack of yellow gum was reduced about 75% compared to the last mangosteen production. Moreover, by using compost made by them selves, farmers could reduce production costs of fertilizer. With the treatment, the mangosteen farmers at the Angkah Village increased their mangosteen fruits production about 40% at the harvest season in the year of 2011. Keywords: yellow gum, sanitation, mangosteen, compost, and plant growth stimulant A. PENDAHULUAN Salah satu sumber vitamin yang akhir-akhir ini mendapat perhatian di masyarakat adalah vitamin alami yang berasal dari buah-buahan. Demikian juga dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya sumber vitamin alami, menyikapi isu-isu mahalnya harga obat dan efek samping obat yang justru lebih mengakibatkan masalah. Buah manggis merupakan primadona buah tropika yang dihasilkan oleh desa Angkah di Kecamatan Selemadeg Barat. Daerah dengan tofografi yang berbukit dengan hamparan sawah dan sumberdaya lahan yang masih asri dikenal sebagai salah satu penghasil manggis di kabupaten Tabanan. Berdasarkan data yang terkumpul dilapangan, populasi buah manggis di desa ini pada tahun 2011 telah mencapai kurang lebih 5000 pohon. Angka ini diperoleh dengan menghitung rata-rata kepemilikan kepela keluarga di Desa Angkah masingmasing memiliki 10 pohon (wawancara dengan PPL, Juni 2011). Menurut data dari Litbang Deptan(3) bahwa manggis merupakan salah satu buah tropis dengan volume produksi yang paling rendah dibandingkan dengan buahbuah an tropis lainnya. Akan tetapi karena harga manggis lebih tinggi maka dari segi pendapatn ekspor maka ekspor manggis merupakan penyumbang devisa yang cukup tinggi. Pada tahun 2003 volume ekspor manggis Indonesia sebesar 9.304,51 t dengan nilai ekspor 9.306,04 USD atau sekitar 29,34% dari total ekspor buah-buahan nasional. Pada tahun 2005 volume ekspor manggis Indonesia menurun menjadi 8.472.970 kg dengan nilai ekspor USD 6.386.891. Sampai saat ini manggis Indonesia telah diekspor ke 40 negara, yang terbesar adalah ke Taiwan, Hongkong, Malaysia, Singapura, Republik Rakyat Cina, Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, Belanda, dan Jerman. Akan tetapi karena manggis masih berproduksi musiman, maka kendala kontinuitas produk juga masih menjadi kendala. Salah satu kendala budidaya yang sampai saat ini masih sulit ditanggulangi adalah penanggulangan penyalit getah kuning.
46 N.G.A. Martiningsih, dkk. Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 3(4), 2012, 44-50
Hasil penelitian Balai Penelitian Tanaman Buah(1-2) menunjukkan ada sekitar 25 species pengganggu buah manggis, yang menyebabkan kerusakan kualitas maupun penurunan hasil buah manggis. Salah satu kerusakan yang menyebabkan menurunnya kualitas buah adalah penyakit getah kuning, yang pada mulanya diduga disebabkan oleh Fusarium sp, akan tetapi dalam perkembangannya ternyata penyebab penyakit buah kuning pada manggis sampai saat belum diketahui dengan pasti. Mengapa getah kuning sangat berpengaruh pada kualitas buah manggis? Hal ini disebabkan karena kerusakan buah manggis oleh getah kuning yang biasa disebut dengan gamosis atau gamboge disorder, akan menyebabkan keluarnya getah kuning baik pada permukaan buah, di dalam buah dan batang. Kerusakan akibat getah kuning pada buah manggis dapat dibedakan atas: getah kuning pada kulit buah (permukaan pericarp), getah kuning di dalam buah (pericarp bagian dalam dan daging buah), dan getah kuning pada kulit dan daging buah. Adapun penyebab keluarnya getah kuning pada kulit buah maupun getah kuning di dalam disebabkan oleh penyebab yang berbeda. Secara umum informasi tentang faktor-faktor penyebab keluarnya getah kuning pada buah manggis masih sangat beragam. Akan tetapi beberapa dugaan menyebutkan bahwa penyebab keluarnya getah kuning ini antara lain oleh hama/penyakit, stress air, benturan, dan genetik. Drainase yang buruk dan tingginya kelembaban dalam tajuk tanaman dan kekurangan sinar matahari, serta kemasaman tanah yang tinggi juga dapat menyebabkan timbulnya getah kuning(3). Namun hal ini belum didukung oleh data hasil penelitian. Studi getah kuning melalui pendekatan hara tanah dan tanaman pernah dilakukan melalui analisis kandungan hara tanah dan tanaman pada 25 tanaman manggis di lima lokasi pertanaman manggis di Sumatera Barat dan kemudian dihubungkan dengan data getah kuning di dalam buah manggis. Hasil seleksi variabel menunjukkan bahwa kandungan hara Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) tanah merupakan variabel yang paling menentukan keluarnya getah kuning di dalam buah manggis dengan koefisien regresi masing-masing 4.5712 dan -10.052. Mg mempunyai koefisien regresi negatif yang berarti dapat mengurangi getah kuning di dalam buah. Peranan Ca dan Mg terhadap getah kuning di dalam buah manggis dapat dijelaskan melalui fungsinya sebagai unsur yang dapat mempertahankan integritas dinding sel sehingga tidak mudah pecah oleh pengaruh lingkungan yang tidak menguntungkan seperti curah hujan yang tinggi. Sel tumbuhan diyakini akan berfungsi optimal pada tingkat turgiditas tertentu. Jika tekanan internal sel (turgor) melampaui batas elastisitas dinding sel misalnya oleh pengaruh penyerapan air, maka sel tersebut akan pecah. Adanya Ca dapat memperkuat dinding sel pada pericarp buah manggis sehingga dapat menekan keluarnya getah kuning di dalam buah. Defisiensi Ca dapat menyebabkan pecahnya struktur membran karena kehilangan senyawa yang bersifat difusi selular, kegagalan perkembangan pucuk terminal dan ujung akar. Studi getah kuning melalui pendekatan hama penyakit telah dilakukan melalui uji postulat Koch pada buah manggis yang mengeluarkan getah kuning di Laboratorium Hama dan Penyakit Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika. Hasil isolasi pada media PDA dari berbagai bagian buah yang bergetah kuning didapatkan 5 jenis cendawan dengan bentuk dan warna koloni yang berbeda. Semua cendawan yang diuji tidak selalu menyebabkan terjadinya getah kuning pada buah, baik pada kulit maupun daging buah. Hal ini dapat dibandingkan dengan buah yang tidak diperlakukan (kontrol). Pada kontrol
47 N.G.A. Martiningsih, dkk. Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 3(4), 2012, 44-50
juga ditemukan adanya getah kuning pada kulit dan daging buah. Perlakuan Postulat Koch dengan cara tusukan dan penempelan isolat juga tidak membuktikan bahwa cendawan yang diisolasi dari buah yang bergetah kuning adalah penyebab munculnya getah kuning. Walaupun pada kulit buah bekas tusukan ditemukan getah kuning namun daging buahnya tidak bergetah kuning. Dari hasil pengujian ini dapat disimpulkan bahwa getah kuning bukanlah disebabkan oleh penyakit, tetapi oleh masalah fisiologis selama masa perkembangan buah atau pra panen. Berkaitan dengan permasalah di atas maka salah satu program Ipteks bagi wilayah di Desa Angkah pada tahun 2011 adalah memberikan pengtahuan terhadap kelompok manggis di desa ini dalam hal penanggulangan penyakit getah kuning.
Gambar 1. Daging Buah Manggis (kiri), dan Buah Terserang Getah Kuning (kanan) B. SUMBER INSPIRASI Mengacu pada visi misi Universitas Mahasaraswati Denpasar untuk menjadi Universitas Unggulan baik dalam bidang Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, maka sudah menjadi suatu keharusan bagi civitas akademika untuk melaksanakan visi dan misi tersebut. Melalui program IbW yang difasilitasi oleh Dikti (Direktorat Pendidikan Tinggi) maka Universitas Mahasaraswati Denpasar ikut berperan dalam hal transfer teknologi untuk pemberdayaan masyarakat di pedesaan(4). Berdasarkan hasil identifikasi masalah pada 2 (dua) desa sasaran program IbW yaitu Desa Angkah dan Desa Bengkel Sari, maka program untuk tahun kedua (2011) adalah menguatkan posisi kelompok tani maupun ternak yang telah terbentuk pada tahun kepertama (2010). Salah satu kelompok yang menjadi sasaran penguatan pada tahun 2011 ini adalah kelompok petani manggis di Dusun Samsaman Kaja, desa Angkah. Pemilihan kelompok manggis ini berdasarkan skala prioritas baik dari sisi ketersediaan dana, kemudian kemampuan teknologi petani dan permintaan kelompok yang tentu saja telah disesuaikan dengan kebutuhan pasar bagi produk yang dihasilkan oleh kelompok tersebut. C. METODE Berkaitan dengan karakter masyarakat di Desa Angkah terutama anggota kelompok petani manggis, maka pendekatan pendampingan dan pelatihan menjadi pilihan utama. Hal ini karena beberapa anggota kelompok masih mengusahakan usahatani manggis mereka sebagai sambilan dalam arti petani anggota kelompok
48 N.G.A. Martiningsih, dkk. Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 3(4), 2012, 44-50
manggis masih mengusahakan pertanian secara polykultur. Sehingga terkadang perhatain terhadap satu produk yang diusakana terpecah ke produk yang lainnya. Untuk membuat perhatian petani lebih fokus pada usaha tani manggis, maka pendekatan yang digunakan selain pemberdayaan masyarakat secaraumum, juga meningkatkan skill atau kemampuan petani dalam hal meningkatkan kuantitas dan kulaitas produk manggis mereka. Mengacu pada permasalahan utama pada peningkatan kualitas buah manggis adalah belum tertanggulanginya serangan getah kuning pada buah manggis, maka dalam program ini Tim IbW memberikan pengetahuan dan ketrampilan dalam bidang sanitasi kebun manggis dengan memberikan asupan pupuk organik bagi tanaman manggis, baik yang sudah berbuah maupun yang sedang dalam fase pertumbuhan vegetatif. Cara ini merupakan cara yang paling mudah dan murah untuk dilakukan oleh kelompok manggis, oleh karena setiap anggota kelompok manggis sudah memiliki kemampuan dalam pengolahan kotoran sapi menjadi kompos. Dengan kemampuan ini maka petani tidak harus mengeluarkan biaya untuk membeli asupan organik terutama kompos, karena berasal dari usaha sapi mereka. Dengan tujuan utnuk merangsang kekebalan (antibodi) tanaman, maka pada perlakuan ini juga ditambahkan pupuk organik tablet (ABG), yang berfungsi untuk merangsang terbentuknya buah yang lebih sehat dan tahan serangan getah kuning. Adapun perlakuan yang diberikan: 1. Perlakuan Kompos Kotoran Sapi 10 kg per pohon 2. Perlakuan pupuk ABG 10 tablet per pohon Cara pemberian pupuk tersebut adalah dengan menimbun kompos dan pupuk tablet kedalam tanah di sepanjang tajuk tanaman manggis. Adapun waktu pemberian adalah setelaha tanaman manggis mengalami panen raya yaitu sekitar bulan September dan Oktober. D. KARYA UTAMA Karya utama dari pelaksanaan Ipteks bagi Wilayah program tahun kedua (2011) adalah semakin sadarnya masyarakat di desa sasaran terhadap kebermanfaatan melakukan pertanian secara organik. Dengan menggunakan asupan organik maka kelompok manggis mampu memanfaatkan limbah pertanian mereka untuk digunakan kembali sebagai asupan pupuk. Hal ini tentu saja akan mampu mengurangi biaya produksi. Disamping keuntungan tersebut dengan penggunaan asupan hara organik maka keseimbangan dan kelestarian lingkungan akan mampu terjaga. Dengan pemanfaatan kompos , maka asupan kimia dapat dikurangi secara bertahap, sehingga produk yang dihasilkan lebih memenuhi standar kesehatan. Program ini juga sangat relevan dengan program pemerintaha Provinsi Bali yaitu ”Bali Go Green and Go Organic”. E. ULASAN KARYA Diakui oleh banyak pihak bahwa pemberdayaan masyarakat perdesaan merupakan ujung tombak bagi percepatan pembangunan, sehingga fokus pemberdayaan masyarakat sebenarnya harus tetap mempertahankan keberlanjutan lingkungan dan keadilan sosial. Akan tetapi kadang kala pemberdayaan yang dilakukan melalui program-program pemerintah sering membuat masyarakat terjerumus dalam situasi yang apatis. Apalagi pemberdayaan tanpa pendampingan
49 N.G.A. Martiningsih, dkk. Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 3(4), 2012, 44-50
adalah sesuatu yang sering dirasakan mubasir, sehingga kadangkala ada keengganan baik dari pemerintah maupun masyarakat dalam melaksanakan inovasi-inovasi baru ke lapangan. Selain itu terkadang pula pemberian teknologi yang mangarah pada perbaikan produksi tidak didikuti oelh penyediaan areal pemasaran yang memadai, sehingga terkadang setelah produksi meningkat petani tidak memiliki pasar untuk menjual produknya. Hal ini sering menimbulkan sikap apriori masyarakat, dan sering menyebabkan kegagalan program pemberdayaan di suatu wilayah. Sehingga melalui pendekatan pemberian inovasi teknologi dan pendampingan industri hilir, maka diharapkan pemberdayaan petani manggis dalam penanggulangan penyakit getah kuning dirasakan manfaatnya oleh petani dan akan dilakukan secara berkelanjutan. Karena dengan produksi manggis yang berkualitas tinggi maka pasar akan sangat mudah ditembus terutama pasar ekspor. F. KESIMPULAN Melalui tindakan sanitasi dan pemberian asupan organik bagi tanaman manggis kelompok manggis di Dusun Samsaman Kaja, desa Angkah maka hasil nyata yang telah diperoleh adalah: 1. Adanya peningkatan hasil secara signifikan pada panen bulan September – Oktober 2011 yang menunjukkan peningkatan sebesar 40 % dari panen tahun sebelumnya. 2. Adanya penurunan serangan getah kuning sebesar 75 % per pohon, sehingga kulaitas hasil meningkat secara signifikan 3. Adanya pengurangan biaya usaha tani dari pembelian pupuk dan pemeliharaan tanaman karena menggunakan produk kompos secara mandiri. 4. Adanya getok tular teknologi antar kelompok di desa Angkah, sehingga saat ini sudah 3 (tiga) kelompok yang menggunakan sistem sanitasi kebun dan pemupukan organik untuk menanggulangi getah kuning pada tanaman manggis. G. DAMPAK DAN MANFAAT Dengan adanya program inovasi teknologi pengusahaan tanamana secara organik, maka masyarakat desa Angkah terutama kelompok manggis mampu meningkatkan pendapatn ushatani manggis mereka secara signifikan. Di samping itu dengan peningkatan kualitas akibat penurunan serangan getah kuning, maka produk kelompok manggis mampu bersaing ke pasar ekspor. Hal ini tentu saja berdampak pada daya saing produk lebih tinggi di pasaran, dan harga yang diperoleh petani makin tinggi. Dengan mengundang satu investor buah yaitu Moena Fresh, maka anggota kelompok tani saat ini mampu memasarkan produknya langsung tanpa perantara pengepul, sehingga harga yang diperoleh petani makin tinggi. Dampak lainnya adalah meningkatnya kepercayaan diri petani manggis, bahwa mereka mampu menghasilkan produk yang berkualitas ekspor dengan memanfaatkan bahan-bahan lokal yang sebenarnya mereka miliki secara mandiri. Manfaat yang paling terasa bagi pemberdayaan masyarakat di desa adalah terbentuknya pemikiran untuk mengusahakan pertanian secara terpadu sehingga kekuatan ekonomi petani di desa sasaran semakin meningkat. Hal ini tentu saja akan meningkatkan posisi tawar petani, dan mematahkan mitos bahwa menajdi petani adalah identik dengan kemiskinan.
50 N.G.A. Martiningsih, dkk. Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 3(4), 2012, 44-50
H. DAFTAR PUSTAKA (1) Balai Penelitian Tanaman Buah. 2006. Kanalilah Organisme Pengganggu Tanaman Manggis. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 28 ( 2), 610. (2) Bappeda. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM), 2010. Kabupaten Tabanan. (3) Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. 2009. Getah Kuning Halangi Ekspor. Balai Penelitian Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. (4) Soewandhi, S.N. 2010. Sebuah Pemikiran Tentang Diseminasi Karya Pengabdian Kepada Masyarakat Perguruan Tinggi Indonesia. Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah , 1 (1), 1-16. I. PERSANTUNAN Melalui tulisan ini kami mengucapkan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti), Rektor Universitas Mahasaraswati Denpasar melalui LP2M Unmas, dan Pemerintah Daerah Kabupaten Tabanan melalui SKPD terkait yang telah memfasilitasi pelaksanaan program IbW ini baik melalui bantuan moril dan materiil. Demikian juga kepada aparat Desa Angkah dan Desa Bengkel Sari, masyarakat Desa dan Tim IbW serta kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah aktif mengikuti dan melaksanakan program dengan baik sehingga semua program yang dilaksanakan dapat berlangsung dengan lancar. Khususnya kepada kelompok petani manggis di Dusun Samsaman Kaja yang telah mengikuti pelatihan dan pendampingan dengan tekun, sehingga program yang dilaksanakan dapat berjalan efektif dan bermanfaat bagi petani manggis di sekitarnya.