1
PEMUPUKAN NITROGEN, FOSFOR DAN KALIUM TANAMAN MANGGIS (Garcinia mangostana L.) PADA TAHUN PRODUKSI KEEMPAT
Muhammad Abdillah A34304009
PROGRAM STUDI HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
2
RINGKASAN MUHAMMAD ABDILLAH. Pemupukan Nitrogen, Fosfor, dan Kalium Tanaman Manggis (Garcinia mangostana L.) Pada Tahun Produksi Keempat. Dibimbing oleh ROEDHY POERWANTO. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemupukan nitrogen, fosfor, dan kalium terhadap pertumbuhan dan produksi buah manggis (Garcinia mangostana L.). Penelitian ini dilakukan di kebun manggis milik petani di kampung Cengal desa Karacak kecamatan Leuwiliang kabupaten Bogor. Penelitian ini terdiri dari tiga percobaan terpisah yaitu percobaan aplikasi pupuk N, pupuk P, dan percobaan aplikasi pupuk K. Masing-masing percobaan terdiri dari 5 taraf dengan 6 ulangan sehingga diperlukan 30 tanaman manggis untuk masing-masing percobaan. Pada percobaan aplikasi pupuk N dosis yang digunakan adalah 0, 300, 600, 900, dan 1200 g/tanaman. Dosis yang digunakan pada percobaan aplikasi pupuk P adalah 0, 300, 600, 900, dan 1200 g/tanaman. Pada percobaan aplikasi pupuk K dosis yang digunakan sebesar 0, 400, 800, 1200, dan 1600 g/tanaman. Analisis statistik yang digunakan pada masing-masing percobaan adalah rancangan acak kelompok satu faktor. Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini merupakan tanaman manggis asal biji yang telah berumur 13 tahun dan telah berproduksi tiga kali. Tanaman dipilih berdasarkan keseragaman umur dan ukuran tanaman. Pupuk yang
dipakai
berbentuk
granular
(Urea,
SP36
dan
KCl)
dan
cara
pengaplikasiannya yaitu dibenamkan disekitar tanaman. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa aplikasi pupuk N nyata meningkatkan komponen pertumbuhan tanaman manggis (panjang dan lebar) dan jumlah buah per pohon. Aplikasi pupuk P berpengaruh nyata terhadap produksi per pohon, TPT, TAT, dan TPT/TAT. Dan aplikasi pupuk K berpengaruh nyata terhadap lebar daun dan edibel porsion.
3
PEMUPUKAN NITROGEN, FOSFOR DAN KALIUM TANAMAN MANGGIS (Garcinia mangostana L.) PADA TAHUN PRODUKSI KEEMPAT
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh Muhammad Abdillah A34304009
PROGRAM STUDI HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
4
LEMBAR PENGESAHAN Judul
: PEMUPUKAN NITROGEN, FOSFOR DAN KALIUM TANAMAN MANGGIS (Garcinia mangostana L.) PADA TAHUN PRODUKSI KEEMPAT
Nama
: Muhammad Abdillah
NRP
: A 34304009
Menyetujui Dosen Pembimbing
Prof Dr Ir Roedhy Poerwanto, MSc NIP: 131 284 818
Mengetahui Dekan Fakultas Pertanian
Prof Dr Ir Didy Sopandie, M.Agr NIP: 131 124 019
Tanggal Pengesahan:
5
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Ujung Pandang, Propinsi Sulawesi Selatan pada tanggal 25 Januari 1986. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari Bapak Drs. Thamrin Latte dan Ibu Fatmawati Marthina. Tahun 1998 penulis lulus dari SDN INPRES BTN IKIP 1 Makassar, kemudian pada tahun 2001 penulis menyelesaikan studi di SLTP N 33 Makassar. Selanjutnya penulis lulus dari SMUN 1 Sungguminasa, Kabupaten Gowa pada tahun 2004. Tahun 2004 penulis diterima di IPB pada Program Studi Hortikultura, Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian melalui jalur USMI. Selama menempuh studi di IPB penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan dan organisasi mahasiswa. Tahun 2004/2005 penulis bergabung dalam DPM TPB IPB, tahun 2005/2006 penulis juga aktif sebagai pengurus HIMAGRON pada Divisi Pengembangan Pertanian dan menjadi panitia Festival tanaman XXVII. Tahun 2006/2007 penulis menjabat sebagai ketua Divisi Pengembangan Pertanian HIMAGRON IPB dan juga menjadi Ketua Umum Festival Tanaman XXVIII. Selain itu, pada tahun 2008 penulis juga menjadi asisten pada mata kuliah DasarDasar Hortikultura.
6
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan karena potensi tanaman manggis yang sangat cerah namun tidak didukung dengan penanganan yang baik, sehingga hasil yang diperoleh masih sangat rendah. Salah satu cara untuk memperbaiki kualitas buah manggis adalah dengan pemupukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemupukan N, P, dan K terhadap tanaman manggis agar dapat disusun standar operasional prosedur pemupukan manggis berdasarkan hasil penelitian ilmiah. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, MSc sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penelitian dan penulisan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Anas D Susila dan Dr. Ir. Adiwirman sebagai dosen penguji atas koreksi dan sarannya yang diberikan kepada penulis untuk perbaikan penulisan laporan penelitian ini. 2. Prof. Dr. Ir. Bambang S. Purwoko, MSc selaku Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura dan sekaligus pembimbing akademik penulis atas bimbingan yang diberikan selama penulis menyelesaikan studi di Institut Pertanian Bogor. 3. Kedua orang tua Bapak dan mama, kakak dan adik serta seluruh keluarga tercinta atas segala bantuannya baik moril maupun materil selama penulis melaksanakan studi di IPB. 4. Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika IPB yang telah membiayai sebagian penelitian ini. 5. Bapak Endang Gunawan Sp. M.Si atas saran dan bantuannya dalam penyusunan proposal penelitian. 6. Keluarga bapak H. Suyuti yang telah berkenan mengizinkan penulis menggunakan kebun manggisnya untuk dipakai dalam penelitian ini.
7
7. Teman-teman Hortikultura angkatan 41 atas kebersamaannya selama 4 tahun menyelesaikan studi di Institut Pertanian Bogor. 8. Indah Wulandari (Wulan), Anita Maryam (Anita) dan Achi terima kasih banyak penulis ucapkan atas segala bantuan yang telah diberikan selama penulisan laporan penelitian ini. 9. Teman-teman di Wisma PBT (Doto, Guruh, Mas Lang-lang, Widji, Heri, Dipta, Cecep, Chabib, dan Fatah) atas kebersamaannya selama ini. 10. Dan semua pihak yang telah membantu kelancaran penelitian dan penulisan laporan penelitian ini. Akhir kata semoga hasil penelitian ini dapat berguna bagi yang memerlukan.
Bogor, Maret 2009
Penulis
8
DAFTAR TABEL Teks 1. Rekomendasi pemupukan manggis berdasarkan umur tanaman (Pengalaman petani Kaligesing Purworejo) .................................................... 6 2. Pemberian pupuk NPK (10:10:9) rata-rata tahunan pada tanaman manggis di Thailand ........................................................................................ 7 3. Jenis dan dosis aplikasi pupuk nitrogen pada tanaman manggis .................... 14 4. Jenis dan dosis aplikasi pupuk nitrogen pada tanaman manggis .................... 14 5. Jenis dan dosis aplikasi pupuk nitrogen pada tanaman manggis .................... 15 6. Hasil analisis hara pada jaringan daun tanaman manggis ............................... 20 7. Pengaruh dosis nitrogen terhadap komponen pertumbuhan ........................... 23 8. Pengaruh dosis nitrogen terhadap komponen produksi .................................. 24 9. Pengaruh dosis nitrogen terhadap komponen kualitas .................................... 25 10. Pengaruh dosis nitrogen terhadap tingkat cita rasa buah ................................ 26 11. Pengaruh dosis fosfor terhadap komponen pertumbuhan ............................... 27 12. Pengaruh dosis fosfor terhadap komponen produksi ...................................... 27 13. Pengaruh dosis fosfor terhadap komponen kualitas ........................................ 28 14. Pengaruh dosis fosfor terhadap tingkat cita rasa buah .................................... 29 15. Pengaruh dosis kalium terhadap komponen pertumbuhan.............................. 30 16. Pengaruh dosis kalium terhadap komponen produksi..................................... 30 17. Pengaruh dosis kalium terhadap komponen kualitas ...................................... 31 18. Pengaruh dosis kalium terhadap tingkat cita rasa buah .................................. 32 19. Klasifikasi mutu buah manggis berdasarkan Codex Stand 204-1997............ 33
Lampiran 1. Data iklim lokasi penelitian ............................................................................ 39
9
DAFTAR GAMBAR Teks 1. Proses perubahan nitrogen ............................................................................... 8 2. Gejala kekurangan nitrogen .............................................................................. 9 3. Alat yang digunakan pada analisis buah ........................................................... 13 4. Tanaman manggis yang terserang Stictoptera sp .............................................. 20 5. Hubungan konsentrasi N, P, K daun dengan hasil relatif tanaman manggis (A) Konsentrasi hara daun sebelum pemupukan (Februari 2007) (B) Konsentrasi hara daun setelah pemupukan (Juni 2008)............................. 21 6. Kurva respon produksi pada percobaan N ........................................................ 23 7. Kurva respon produksi pada perlakuan K ......................................................... 29
Lampiran 1. Prosedur Penetapan Nitrogen Total Dengan Metode Kjeldhal ......................... 39 2. Prosedur Penetapan Fosfor dan Kalium Jaringan Daun .................................... 40 3. Prosedur Penetapan Asam Tertitrasi Total ........................................................ 41
10
PENDAHULUAN
Latar Belakang Manggis (Garcinia mangostana L.) adalah tanaman asli Asia Tenggara dan indo-china, yaitu berasal dari Indonesia. Saat ini buah manggis telah tersebar ke seluruh daerah tropik lainnya di dunia seperti, Sri lanka, Amerika Selatan, Australia, dan Papua Nugini (Osman dan Milan, 2006). Buah manggis termasuk kedalam kelompok buah eksotik yang sedang populer dalam perdagangan dunia. Hal ini dikarenakan buah manggis memiliki rasa yang enak, manis dan aromanya khas, sehingga digemari masyarakat Indonesia dan luar negeri. Negara tujuan ekspor buah manggis adalah China, Arab Saudi, Kuwait, Suriah, Taiwan, Hongkong, Singapura, Perancis, Belgia, Malaysia, Brunai, Thailand, Netherland, dan Zwitzerland (Suyanti,Roosmani, dan Sjaifullah, 1997). Kandungan buah manggis kira-kira sepertiga dari keseluruhan buah. Sumbersumber di Thailand memberikan komposisi per 100 g bagian yang dapat dimakan sebagai berikut: 79.2 g air, 0.5 g protein, 0 g lemak, 19.8 g karbohidrat, 0.3 g serat, 11 g kalsium dan nilai energinya 340 kj/100 g. Kulit buahnya kaya akan pectin, dan juga berisi tannin “catechin”, rosin, dan zat warna hitam (Verheij , 1997). Di Indonesia, manggis masih merupakan tanaman pekarangan atau tumbuh di hutan-hutan dan kurang pemeliharaan. Hal ini mengakibatkan kualitas buah yang dihasilkan beragam, padahal konsumen (terutama untuk pasar luar negeri) menginginkan kualitas yang seragam baik dari bentuk maupun ukuran buah. Pada tanaman manggis akar tumbuh dengan sangat lambat, rapuh, jumlah akar lateral terbatas, tidak mempunyai rambut akar, mudah rusak, dan terganggu akibat lingkungan yang tidak menguntungkan. Hal ini mengakibatkan luas permukaan kontak antara akar dan media tumbuh sempit yang menyebabkan serapan air dan hara terbatas (Cox, 1988 dalam Lizawati, 2007). Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perbaikan kualitas dan peningkatan
produksi
manggis
adalah
pemupukan.
Diharapkan
dengan
dilakukannya pemupukan secara teratur maka akan meningkatkan ketersediaan
11
hara tanaman. Selain itu, dengan pemupukan yang baik dan sesuai dengan dosis maka diharapkan tanaman manggis dapat berproduksi secara maksimal dan buah yang dihasilkan berkualitas baik. Sebenarnya di alam telah terdapat unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman namun unsur hara yang dapat diambil langsung oleh tanaman sangat sedikit jumlahnya. Kebanyakan dari unsur hara tersebut berada dalam bentuk yang tidak tersedia bagi tanaman (Buckman dan Brady, 1982). Sehingga perlu dilakukan penambahan unsur hara, tetapi usaha ini pun sering mendapat kendala karena unsur hara yang ditambahkan sering tercuci oleh aliran permukaan, dan menyublim. Terdapat beberapa literatur yang memberikan rekomendasi pemupukan pada tanaman manggis, seperti yang diberikan oleh Yacob dan Tindal (1995), Husin dan Chinta (1989), dan Verheij (1997). Namun rekomendasi yang diberikan tersebut masih sangat beragam dan bukan berdasarkan hasil penelitian ilmiah melainkan rekomendasi tersebut disusun berdasarkan pengalaman petani di beberapa daerah. Penelitian mengenai studi pemupukan manggis juga telah dilakukan sebelumnya. Liferdi (2007) telah melakukan penelitian mengenai studi pemupukan tanaman manggis selama 2 tahun. Hasil yang diperoleh dari penelitian Liferdi menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kualitas buah manggis pada tahun kedua dibandingkan pada tahun pertama. Liferdi (2007) menyatakan pemberian nitrogen meningkatkan jumlah buah panen tahun kedua dibandingkan dengan tahun pertama. Selain itu, pemberian nitrogen, fosfor dan kalium juga nyata meningkatkan beberapa komponen kualitas dan produksi manggis diantaranya kemulusan buah dan bobot buah. Safrizal (2007) juga telah melakukan penelitian mengenai pemupukan pada tanaman manggis. Safrizal (2007) menyatakan bahwa pemberian nitrogen, fosfor dan kalium pada tanaman manggis dapat meningkatkan kualitas dan produksi tanaman manggis. Hasil penelitian Safrizal menunjukkan bahwa pemberian nitrogen, fosfor dan kalium meningkatkan beberapa komponen kualitas dan produksi manggis diantaranya bobot buah, jumlah buah jadi, kekerasan kulit, dan total padatan terlarut. Namun, dari semua penelitian tersebut belum dapat disusun
12
sebuah standar operasional prosedur pemeliharaan tanaman manggis. Hal ini disebabkan karena tanaman manggis merupakan tanaman tahunan yang pertumbuhannya tergolong lambat, sehingga perlu dilakukan penelitian yang berkelanjutan agar dapat mengetahui pengaruh pemupukan terhadap tanaman manggis.
Tujuan Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemupukan nitrogen, fosfor, dan kalium terhadap pertumbuhan dan produksi buah manggis.
Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1. Pemupukan nitrogen, fosfor, dan kalium akan memperbaiki pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman manggis. 2. Unsur hara makro (nitrogen, fosfor, dan kalium) yang ditambahkan meningkatkan produksi tanaman manggis. 3. Terdapat dosis optimum dari perlakuan pupuk yang diberikan.
13
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Manggis Tanaman manggis adalah tanaman evergreen dan termasuk ke dalam famili Guttiferae yang terdiri dari 35 genus dan lebih dari 800 spesies, namun hanya terdapat 8 genus yang dapat dimakan (Osman dan Milan, 2006). Salah satu genus dari dunia lama adalah Garcinia yang terdiri dari tanaman pohon atau semak. Kebanyakan buah yang dapat dimakan dari genus ini memiliki kisaran diameter antara 1 sampai 12 cm dan memiliki kulit berkayu (Verheij, 1997). Menurut Verheij (1997) tanaman manggis merupakan tanaman pohon yang bersifat dioesis (bunga jantan dan betina terdapat pada tanaman yang berbeda). Namun hanya bunga betina yang banyak ditemui karena bunga jantan tidak berkembang sempurna (Cox, 1988 dalam Lizawati, 2007). Tanaman ini memiliki tinggi 6-25 m, berbatang lurus, bercabang simetris dan membentuk tajuk piramid beraturan. Kanopi tanaman ini berbentuk oval, daun manggis berhadapan dan tangkainya memeluk pucuk, sehingga pasangan teratas menutupi kuncup terminalnya. Daun berbentuk lonjong atau jorong dengan ukuran (15-25) cm x (713) cm (Verheij, 1997). Bunga manggis letaknya menyendiri atau berpasangan dan terdiri dari 4 helai kelopak yang tersusun dalam 2 pasang, mahkota berwarna kuning kehijauan dengan pinggiran kemerah-merahan (Verheij, 1997). Bunga manngis biasanya tumbuh pada ujung tunas (Osman dan Milan, 2006). Tanaman ini memiliki banyak benang sari semu dengan panjang kira-kira 0.5 cm, bakal buah bertangkai, berbentuk agak bulat. Buah tergolong dalam buah buni berbentuk bulat dengan warna ungu ketika telah matang dan tetap dihiasi dengan daun kelopak yang tetap menempel dan juga cuping kepala putik. (Verheij, 1997). Biji manggis merupakan biji apomiksis, yaitu biji yang dihasilkan tanpa fertilisasi. Berwarna coklat, pipih, tidak berendosperm dan permukaannya ditutupi oleh jaringan pembuluh (vascular bundles). Biji manggis termasuk kedalam biji rekalsitran, yaitu biji yang harus selalu dalam keadaan basah (Cox dalam Lizawati, 2007).
14
Ditjen Hortikultura (2005) memberikan karakteristik buah manggis sebagai berikut: 1. Bentuk
: Bulat
2. Rasa
: Manis keasaman
3. Warna kulit
: Merah maron (Pada saat buah telah masak)
4. Warna daging buah
: Putih
5. Bentuk biji
: Gepeng
6. Sifat buah
: Kenyal, mudah dibuka
Syarat Tumbuh Menurut Ashari (2006) tanaman manggis cocok tumbuh pada daerah tropik basah. Tanaman ini hidup dengan baik pada daerah panas dengan kelembaban tinggi. Batas bawah suhu yang dapat ditoleransi tanaman ini adalah 20oC sedangkan batas temperatur tertinggi yaitu 38-40oC. Media yang baik untuk tanaman ini khususnya pada masa pembibitan adalah media yang gembur dan banyak mengandung air namun tidak tergenang. Kisaran tanah yang dapat ditumbuhi tanaman ini cukup luas. Tanaman ini dapat mentoleransi tanah padat/berat meskipun mengakibatkan sistem perakaran menjadi
lemah.
Tanaman
ini
tidak
dapat
beradaptasi
dengan
tanah
berkapur/berbatu, tanah aluvial berpasir dan tanah berpasir yang rendah humus (Verheij, 1997). Tanaman ini sangat cocok tumbuh pada tanah yang porous dan lembab tetapi tidak tergenang (Osman dan Milan, 2006) Tanaman manggis diperbanyak dengan biji karena tanaman ini termasuk tanaman true-to-type (identik dengan tanaman induknya). Tanaman ini tergolong tahan terhadap sengatan sinar matahari namun di awal pertumbuhannya diperlukan naungan agar tanah di bawahnya tetap lembab dan mencegah pertumbuhan gulma (Ashari, 2006).
Pemupukan Menurut Verheij (1997) tanaman manggis yang sudah dewasa yaitu berumur lebih dari 15 tahun memerlukan pupuk sebanyak 2-7 kg pupuk lengkap (10 : 10 : 19) per tahun. Tanaman muda menerima 70 g N, 60 g P, dan 50 g K per
15
tanaman per tahun hingga berumur 15 tahun. Pemupukan pada manggis dewasa dilakukan bertahap yaitu setengah diberikan setelah buah dipanen untuk menstimulasi pertumbuhan vegetatif dan diberikan lagi 2-5 minggu setelah terjadi anthesis. Direkomendasikan untuk memberikan dolomit sebanyak 0,2 kg per tanaman per tahun ketika tanaman berumur 15 tahun dan pemberian ini tetap dilakukan secara konstan untuk tanaman yang lebih tua. Pupuk organik juga harus tetap diberikan. Dosis yang direkomendasikan tersebut berdasarkan pengalaman petani di Thailand, bukan berdasarkan kajian ilmiah. Sejauh ini belum terdapat keseragaman mengenai dosis pemupukan manggis. Terdapat beberapa rekomendasi pemupukan yang dilakukan oleh petani manggis (tabel 1). Tabel 1. Rekomendasi pemupukan manggis berdasarkan umur tanaman (Pengalaman petani Kaligesing Purworejo). Umur Tanaman
Pupuk anorganik (g/tanaman)
Pupuk Organik (kg)
Sebelum tanam 1-2 tahun > 2-4 tahun
Urea 200 50 100
SP36 200 25 50
KCl 200 25 50
> 4-6 tahun > 6-8 tahun
200 400
100 800
100 800
40 40
> 8-10 tahun > 10 tahun
800 1000
1500 2500
1500 1500
80 80
20 20 20
Sumber : Liferdi 2007
Selain rekomendasi diatas terdapat juga rekomendasi pemupukan yang diberikan oleh Husin dan Chinta (1989) yaitu perbandingan NPK 15 : 15 : 15 sebanyak 0,5 – 1 kg/pohon. Yacob dan Tindal (1995) juga memberikan rekomendasi yang bervariasi yaitu, perbandingan NPK 15 : 15 : 10; 10 : 10 : 9; 10 : 10 : 14; dan 9 : 9 : 24. Di Thailand juga terdapat rekomendasi pemupukan yang disajikan dalam tabel 2 berikut:
16
Tabel 2. Pemberian pupuk NPK (10:10:9) rata-rata tahunan pada tanaman manggis di Thailand Umur tanaman (tahun)
Dosis (kg/tanaman)
1-2
0,25
2-4
0,50
4-6
1,00
6-8
2,00
8-10
4,00
>10
7,00
Sumber: Liferdi (2007)
Nitrogen Nitrogen merupakan unsur penting bagi pertumbuhan tanaman terutama pada fase vegetatif. Saat fase ini terjadi tiga proses penting yaitu pembelahan sel, pemanjangan sel dan tahap pertama diferensiasi sel yang berhubungan dengan perkembangan akar, daun dan batang yang baru (Harjadi dalam Adisiswoyo, 2001). Soepardi (1983) menyatakan bahwa nitrogen merupakan bagian penting dari protein, protoplasma, klorofil, dan asam nukleat. Tanaman menyerap N dalam bentuk amonium (NH4+) dan nitrat (NO3-). Meskipun nitrogen merupakan unsur yang paling banyak menyusun atmosfer bumi, namun jumlah nitrogen dalam tanah dalam bentuk yang tersedia hanya sedikit. Tiga bentuk nitrogen dalam tanah adalah 1. N organik, bagian bahan organik tanah. Nitrogen dalam bentuk ini tidak segera tersedia untuk pertumbuhan tanaman 2. N ammonium, difiksasi oleh mineral liat. Dalam bentuk ammonium yang difiksasi oleh liat, ketersediaan untuk tanaman rendah. 3. Ammonium dan ion nitrat atau senyawa terlarut yang digunakan tanaman. (Poerwanto, 2003). Di dalam tanah, terkandung sejumlah besar nitrogen tidak tersedia (N organik) dan sebagian kecil nitrogen tersedia (N anorganik). Karena nitrogen dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang cukup banyak, maka proses perubahan dari nitrogen organik menjadi nitrogen anorganik menjadi sangat penting. Proses
17
perubahan nitrogen organik menjadi nitrogen anorganik dikenal dengan proses mineralisasi. Sedangkan proses kebalikan dari mineralisasi dikenal sebagai proses immobilisasi (Poerwanto, 2003). Secara sederhana proses tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Mineralisasi mineralisasi Pusat N organik
Pusat N anorganik
Immobilisasi
Sumber : Buckman dan Brady, 1982
Gambar 1. Proses perubahan nitrogen dari bentuk tersedia (anorganik) ke bentuk tidak tersedia (organik) dan sebaliknya. Kehilangan nitrogen terutama disebabkan oleh denitrifikasi, volatilasi, pelindian, dan tercuci oleh aliran permukaan. Besarnya kehilangan untuk nitrogen dari pupuk yang diberikan disetiap negara berbeda-beda, diperkirakan 20-49% di India, 37% di California, 68% di Louisiana, 25 % di Filipina dan 57-71% di Indonesia. Kehilangan nitrogen semakin banyak dengan pemupukan nitrogen yang semakin tinggi. Di samping itu, immobilisasi dan fiksasi amonium menyebabkan nitrogen untuk sementara tidak tersedia bagi tanaman (Ismunadji et al dalam Prasetiono, 2002). Tanaman yang kekurangan nitrogen akan mengalami penguningan pada daun dan berhubungan dengan penghambatan síntesis klorofil. Kekurangan yang berlebihan akan melemahkan pertumbuhan trubus yang akan berhenti lebih cepat dari yang normal dan diikuti pengguguran daun lebih awal. Sedangkan pemupukan nitrogen yang berlebihan akan mengakibatkan pertumbuhan vegetatif yang berlebihan, pembentukan buah yang sedikit, buah relatif besar, lunak, warnanya jelek, dan tidak berasa. Selain itu, buah akan rentan terhadap kerusakan.
18
Gambar 2. Gejala kekurangan nitrogen ditunjukkan dengan daun yang berwarna kekuningan. Kekurangan N akan membatasi pertumbuhan karena tidak ada pembentukan protoplasma baru. Salah satu cara untuk memenuhi kebtuhan N tanaman (mengatur nisbah C/N) dengan memberikan pupuk N ke tanah. Salah satu sumber N anorganik adalah urea yang mengandung 46% N (Adisiswoyo, 2001).
Fosfor Fosfor (P) merupakan salah satu unsur makro primer yang dibutuhkan oleh tanaman. Tanaman membutuhkan unsur ini dalam jumlah banyak namun ketersediaannya dalam tanah sangat rendah. Terdapat dua bentuk fosfor dalam tanah yaitu P-organik dan P-anorganik. Perbandingan jumlah kedua P ini di dalam tanah sangat bervariasi pada setiap jenis tanah. Lapisan permukaan tanah umumnya mempunyai P-organik lebih tinggi dari lapisan bawah. Hal ini berhubungan dengan penimbunan bahan organik pada lapisan atas. (Tisdale dan Nelson, 1975) Sebagian besar P-anorganik di alam bersumber dari mineral apatit yaitu fluoroapatit Ca3(PO4)3CaF2. Bentuk-bentuk ini cenderung hilang karena proses pelapukan yang disertai dengan perubahan reaksi tanah yang menjadi lebih masam. Pada keadaan ini kandungan Fe-P dan Al-P naik, karena bentuk ini lebih stabil dalam suasana asam (Tisdale dan Nelson, 1975). Fosfor organik dalam tanah berasal dari residu tanaman dan binatang yang dikembalikan ke dalam tanah serta binatang-binatang yang hidup dalam tanah. Bentuk-bentuk dari P organik
19
dalam tanah sesuai dengan bentuk-bentuk dalam tanaman yaitu sebagai persenyawaan asam orthophosfat (H2PO4) dan diidentifikasi sebagai inositol fosfat (10-50%), fosfolipid (1-5%) dan asam nukleat (0,2-2,5%) (Tisdale dan Nelson, 1975). Soepardi (1983) menyatakan bahwa masalah yang sering dihadapi dalam penyediaan fosfor adalah terdapat dalam tanah dengan jumlah yang sedikit dan adanya fiksasi fosfor. Kekurangan unsur P dapat diamati dari adanya gejala tertundanya pematangan. Komariah (2007) menyatakan gejala kekurangan P juga biasanya tampak pada fase awal pertumbuhan. Tanaman yang kekurangan P gejalanya dapat terlihat pada daun tua di mana warna daun menjadi keunguan, perakaran menjadi dangkal dan sempit penyebarannya, batang menjadi lemah. Menurut Poerwanto (2003), fosfor merupakan penyusun karbohidrat dan senyawa kaya nitrogen. Gula terfosforilasi yang kaya energi muncul dalam proses fotosintesis. Fosforilasi adenosin menghasilkan adenosine monofosfat, difosfat, trifosfat (AMP, ADP, dan ATP) dimana tanaman menyimpan energinya untuk kelangsungan proses kimia lainnya. Menurut Buckman dan Brady (1982), fosfor berpengaruh baik pada halhal berikut: 1. Pembelahan sel dan pembentukan lemak serta albumin; 2. Pembungaan dan pembuahan, termasuk pembuahan biji; 3. Apabila tanaman berbuah, pengaruh akibat pemberian nitrogen yang berlebihan akan hilang; 4. Perkembangan akar, khusus lateral dan akar halus berserabut; 5. Kekuatan batang pada tanaman serealia, membantu menghindari tumbangnya tanaman; 6. Mutu tanaman, khusus rumput untuk makanan ternak dan sayuran; 7. Kekebalan terhadap penyakit tertentu.
Kalium Kalium adalah salah satu unsur penting yang sangat dibutuhkan tanaman selain fosfor dan nitrogen. Pada awalnya kalium tidak banyak dipakai oleh para
20
petani, hal ini disebabkan karena unsur kalium banyak terdapat di dalam tanah sehingga pengaruhnya tidak terlalu terlihat pada awal penanaman. Sumber-sumber kalium di alam sangat banyak. Menurut Collings (1955), kalium biasa didapatkan pada sisa bulu domba, industri gula dan alkohol, rumput laut, dan air laut. Dalam setiap kubik air laut sepanjang satu mil mungkin mengandung 1 600 000 ton kalium. Kalium sangat penting untuk pembentukan pati, translokasi gula, dan perkembangan klorofil. Selain itu, kalium juga berfungsi untuk menambah ketahanan tanaman terhadap penyakit tertentu, meningkatkan sistem perakaran, cenderung menghalangi efek rebah (lodging) tanaman dan melawan efek buruk yang disebabkan kelebihan nitrogen (Buckman dan Brady 1982). Menurut Marschner (1986) lebih dari 50 jenis enzim dirangsang oleh kation K+ dengan menginduksi perubahan bentuk pada enzim protein. K+ dalam daun berhubungan dengan peningkatan rata-rata fotosintesis dan berperan lebih jauh melalui regulasi stomata. Pertambahan ukuran sel pada daun berkaitan dengan kadar kalium. Pemupukan kalium dibutuhkan bagi daerah yang ditanami tanaman yang cepat menghasilkan dan daerah yang tanahnya berpasir. Pada tanah bertekstur berat, pembebasan bentuk mineral kalium terlalu lambat, sehingga perlu pemupukan kalium agar dapat menunjang hasil maksimum tanaman. Kalium diabsorpsi oleh tanaman dalam bentuk K+ dan dijumpai dalam berbagai kadar di dalam tanah. Bentuk yang tersedia bagi tanaman biasanya terdapat dalam jumlah yang kecil. Penambahan K ke dalam tanah sering dalam bentuk pupuk K yang larut dalam air, seperti KCl, K2SO4, KNO3, K-Mg-sulfat dan pupuk-pupuk majemuk Menurut Buckman dan Brady (1982), bentuk dan tersedianya kalium dalam tanah terdiri tiga golongan yaitu kalium tidak tersedia, mudah tersedia dan lambat tersedia.
21
1. Kalium tidak tersedia Ini adalah golongan terbesar (90-98%) dari semua kalium yang terdapat di dalam tanah. Senyawa yang mengandung sebagian besar bentuk kalium ini adalah feldspat dan mika. 2. Kalium mudah tersedia Kalium ini jumlahnya hanya kira-kira 1-2% dari keseluruhan kalium yang terdapat pada tanah mineral. Kalium ini berada dalam dua bentuk yaitu (a) kalium dalam larutan tanah dan (b) kalium dapat tertukar diabsorpsi pada permukaan koloid tanah. 3. Kalium lambat tersedia Dalam kedaan tanah tertentu kalium muriat tidak hanya diabsorpsi tetapi juga difiksasi oleh koloida tertentu. Kalium dalam bentuk ini tidak dapat diganti oleh cara pertukaran biasa dan karena itu disebut sebagai kalium tidak dapat tertukar. (Buckman dan Brady, 1982).
22
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2007 hingga Agustus 2008. Penilitian ini dilaksanakan di Kampung Cengal, Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor, laboratorium Pasca Panen Pusat Kajian BuahBuahan Tropika (PKBT) Institut Pertanian Bogor, laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan IPB.
Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman manggis asal biji umur 13 tahun (telah berproduksi tiga kali) sebanyak 90 tanaman. Pemilihan tanaman sampel dilakukan berdasarkan pada kondisi pertumbuhan tanaman yang baik dan relatif seragam. Adapun alat yang digunakan adalah cangkul, kantong plastik, kertas, label, meteran, pisau, timbangan analitik, oven, pH meter, spectrofotometer, cawan porslen, desikator, hot plate, labu ukur, refraktometer, penetrometer dan alat-alat titrasi.
(a)
(b)
Gambar 3. Alat yang digunakan pada analisis buah. Refraktometer digital (a), hand penetrometer (b)
23
Metode Penelitian Percobaan aplikasi pupuk N, P, dan K (3 percobaan terpisah) merupakan percobaan tunggal terpisah (non faktorial). Percobaan tersebut merupakan pengaturan dosis yang disusun dalam rancangan acak kelompok (RAK). Masingmasing perlakuan (dosis aplikasi) terdiri dari 5 taraf perlakuan dengan 6 ulangan (6 pohon) sehingga untuk setiap percobaan dibutuhkan total unit perlakuan 30 pohon manggis. Model matematika yang digunakan untuk analisis statistik masing-masing percobaan dalam penelitian ini adalah:
Yij = µ + άi + βj + εij (i = 1,...t ; j = 1,...r) Keterangan: Yij
= Respon pengamatan perlakuan ke-i, ulangan ke-j
µ
= Nilai Tengah Umum
βj
= Pengaruh kelompok ke-j
άi
= Pengaruh perlakuan ke-i
εij
= Pengaruh galat perlakuan ke-i, ulangan ke-j Adapun ke-15 variasi perlakuan dosis masing-masing jenis pupuk N, P, dan
K dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3. Jenis dan dosis aplikasi pupuk N pada percobaan nitrogen Kode N0 N1 N2 N3 N4
Jenis dan dosis pupuk N (g/tanaman) 0 300 600 900 1200
P2O5 (g/tanaman) 600 600 600 600 600
K2O (g/tanaman) 800 800 800 800 800
Tabel 4. Jenis dan dosis aplikasi pupuk P pada pecobaan fosfor Kode P0 P1 P2 P3 P4
N (g/tanaman) 600 600 600 600 600
Jenis dan dosis pupuk P2O5 (g/tanaman) K2O (g/tanaman) 0 800 300 800 600 800 900 800 1200 800
24
Tabel 5. Jenis dan dosis aplikasi pupuk K pada percobaan kalium Kode K0 K1 K2 K3 K4
Dosis dan jenis pupuk N (g/tanaman) P2O5 (g/tanaman) K2O (g/tanaman) 600 600 0 600 600 400 600 600 800 600 600 1200 600 600 1600 Pelaksanaan
Aplikasi Pupuk Pupuk yang dipakai adalah pupuk urea (nitrogen), SP36 (fosfor), dan KCl (kalium) yang diberikan 3 kali yaitu setelah panen (Mei), akan berbunga (September), dan pada saat buah muda (Desember). Pupuk yang diberikan berbentuk granular dan diaplikasikan dengan cara dibenamkan di sekitar tanaman. Adapun tahapan aplikasi pupuk yang dilakukan adalah: Tahapan aplikasi pupuk nitrogen (N) a. Pemberian pertama = 50% dari total pemberian. Diberikan setelah panen (Mei). b. Pemberian kedua = 25% dari total pemberian. Diberikan sebelum berbunga (September). c. Pemberian ketiga = 25% dari total pemberian. Diberikan saat pembentukan buah (Desember). Tahapan aplikasi pupuk posfor (P) a. Pemberian pertama = 50% dari total pemberian. Diberikan setelah panen (Mei). b. Pemberian kedua = 30% dari total pemberian. Diberikan sebelum berbunga (September). c. Pemberian ketiga = 20% dari total pemberian. Diberikan saat pembentukan buah (Desember).
25
Tahapan aplikasi pupuk kalium (K) a. Pemberian pertama = 50% dari total pemberian. Diberikan setelah panen (Mei). b. Pemberian kedua = 20% dari total pemberian. Diberikan sebelum berbunga (September). c. Pemberian ketiga = 30% dari total pemberian. Diberikan saat pembentukan buah (Desember). Selain itu, petani pemilik kebun juga memberikan pupuk N, P, dan K pada bulan September sebanyak 3 kg setiap pohon dengan perbandingan 1:3:1. Pupuk ini diberikan ke semua pohon dengan jumlah yang sama.
Pengambilan dan analisis sampel daun Daun yang akan dianalisis diambil dari empat penjuru mata angin dari setiap pohon sampel (timur, barat, utara, dan selatan). Masing-masing diambil dua helai daun dari setiap penjuru mata angin sehingga dibutuhkan delapan sampel daun dari setiap pohon. Pengambilan sampel dilakukan dua kali yaitu sebelum aplikasi pemupukan tahap pertama (Februari 2007) dan setelah daun muda yang muncul setelah panen berumur lima bulan.
Pengamatan 1. Panjang daun (cm) Panjang daun diukur saat daun telah berkembang penuh dan tidak lagi mengalami pertambahan. Panjang daun diukur mulai dari pangkal helaian daun sampai ujung terakhir 2. Lebar daun (cm) Diukur saat daun telah berkembang penuh dan tidak lagi mengalami pertambahan. Pengukuran dilakukan pada bagian tengah helaian daun secara horizontal. 4. Jumlah buah Dihitung berdasarkan banyaknya buah muncul tiap individu pohon sampel yang ditetapkan saat tanaman tidak lagi mengalami pertambahan bunga. 5. Bobot buah (gram)
26
Bobot buah diukur menggunakan timbangan digital. Pengukuran ini meliputi bobot buah utuh (daging buah, kulit, dan biji). 6. Produksi per pohon (kg/pohon) Produksi perpohon dihitung dengan cra mengalikan rata-rata bobot per buah dengan jumlah buah yang terdapat pada tiap individu pohon manggis. 7. Bobot kulit buah (gram) Bobot kulit buah diukur menggunakan timbangan digital. Bobot kulit ini termasuk juga bobot cupat. 8. Kekerasan kulit buah Kekerasan kulit buah diukur dengan menggunakan hand penetrometer. Pengukuran dilakukan di tiga tempat yaitu pada bagian pangkal, tengah, dan ujung buah. Pengukuran ini dilakukan dengan cara menusukkan ujung penetrometer pada bagian yang akan diukur dan nilai kekerasan buah dapat dilihat pada skala yang tertera pada alat penetrometer. 9. Edibel porsion (%) Edibel porsion diukur dengan perhitungan bobot buah dikurangi bobot kulit dan bobot biji. Bobot biji sendiri dihitung dengan menggunakan timbangan digital. Sebelumnya biji dibersihkan dari daging buah yang menempel pada biji. Setelah mendapatkan hasil perhitungan maka berat daging buah dipersentasekan. 10. Diameter (cm) Diameter diukur menggunakan jangka sorong dengan arah horizontal melingkari buah (diameter transversal). Pengukuran dilakukan pada awal pengamatan. 11. Padatan terlarut total ( PTT) (% Brix) PTT diukur dengan menggunakan refraktometer digital. 1 tetes cairan dari daging buah manggis diteteskan pada lensa pembaca kemudian akan muncul angka pada layar refraktometer. Angka tersebut merupakan padatan terlarut total yang terdapat pada buah manggis. Setiap akan melakukan pengukuran dilakukan kalibrasi terhadap refraktometer dengan membilas lensa pembaca dengan akuades lalu dikeringkan menggunakan tisu. 12. Asam Tertitrasi Total (%)
27
Asam tertitrasi total diukur menggunakan metode titrasi NaOH. Rumus yang digunakan untuk menghitung adalah: ATT = ml NaOH x N x fp x Mr NaOH x 100% Mg Contoh 13. PTT/ATT Nilai PTT/ATT didapatkan dari hasil pembagian nilai PTT dibagi nilai ATT pada erlakuan yang sama.
28
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi umum Lokasi penelitian berada pada ketinggian 490 m dpl dengan topografi miring dan berbukit-bukit. Kebun tempat dilakukannya penelitian ini merupakan kebun milik petani dan pada saat dilakukan penelitian ini tanaman manggis pada daerah tersebut sedang mengalami off year yang sangat tinggi. Off year adalah masa dimana tanaman memproduksi buah yang sangat sedikit, off year adalah kebalikan dari on year atau lebih dikenal dengan panen raya. Seperti halnya kebun-kebun buah di Indonesia, kebun manggis milik petani di desa ini juga kurang dipelihara dengan baik. Selain tanaman manggis, di kebun tersebut juga tumbuh tanaman lain seperti durian, melinjo, nangka, dan beberapa jenis pohon lainnya. Curah hujan rata-rata pada daerah ini adalah 203 mm/bulan dengan kelembaban 83% dan suhu rata-rata harian 25,3oC. Jumlah hari hujan di daerah tersebut adalah 14 hari (Balai Klimatologi Dramaga 2007-2008). Jenis tanah pada daerah tersebut adalah tanah podsolik dengan pH 4,24 – 5,63 dan memiliki kandungan unsur hara nitrogen, fosfor dan kalium yang sangat rendah. Hama yang menyerang pada saat dilakukannya penelitian adalah Stictoptera sp (Noctuidae). Hama ini menyimpan telur di bawah lapisan kulit ari daun, larva dari hama ini memakan daun muda dan tunas tanaman manggis sehingga mengakibatkan tunas muda tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik (Osman dan Milan, 2006). Beberapa tanaman mengalami serangan yang sangat parah sehingga seluruh tunas muda dari tanaman tersebut habis dimakan oleh larva hama ini. Selain Stictoptera sp., kendala lain yang dihadapi selama penelitian adalah angin yang kencang terutama pada awal pembungaan. Hal ini mengakibatkan banyak bunga manggis yang rontok.
29
Gambar 4. Tanaman manggis yang terserang Stictoptera sp.
Hasil Analisis Kandungan Hara Pada Jaringan Daun Untuk mengetahui kandungan unsur hara tanaman dilakukan pengujian terhadap jaringan daun sebelum dilakukan pemupukan dan setelah panen. Daun yang dianalisis setelah panen merupakan daun yang telah berumur 5 bulan yang muncul pada musim penelitian ini berlangsung. Tabel 6. Hasil analisis hara pada jaringan daun tanaman manggis N No
Dosis
Feb 2007*
Juni 2008
P Feb Juni 2007* 2008 ……..(%)……..
K Feb 2007*
Juni 2008
1 N0 0.65 0.88 2 N1 0.85 0.80 3 N2 0.89 0.75 4 N3 0.97 1.12 5 N4 1.08 0.99 6 P0 0.08 0.05 7 P1 0.10 0.06 8 P2 0.13 0.06 9 P3 0.15 0.07 10 P4 0.18 0.09 11 K0 0.58 0.32 12 K1 0.68 0.24 13 K2 0.76 0.66 14 K3 0.79 0.58 15 K4 0.85 0.50 *Safrizal 2007. Sumber : Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Departemen ITSL IPB
30
Dari tabel hasil analisis kandungan unsur hara pada jaringan daun di atas dapat dilihat bahwa kandungan unsur hara pada jaringan daun yang dianalisis setelah panen (Juni 2008) lebih rendah dibandingkan kandungan unsur hara pada jaringan daun yang dianalisis sebelum panelitian (Februari 2007). Rendahnya kandungan unsur hara pada jaringan daun diduga karena rendahnya kandungan unsur hara di tanah yang disebabkan oleh pencucian. Hal ini menyebabkan unsur hara yang tersedia bagi tanaman menjadi rendah. Dari tabel data iklim lokasi penelitian pada Lampiran 1 dapat dilihat bahwa pada bulan Januari hingga Mei curah hujan sangat tinggi berkisar antara 175 – 281 mm/hari. Hal lain yang diduga menjadi penyebab rendahnya kandungan unsur hara pada jaringan daun adalah transportasi unsur hara pada jaringan tanaman. Tisdale, Nelson dan Beston (1985) menyatakan bahwa fluktuasi kandungan unsur hara tergantung seberapa besar kebutuhan untuk membentuk variabel lainnya. Setelah pada tahun sebelumnya terjadi panen raya maka unsur hara yang diserap oleh tanaman ditransportasikan ke jaringan lain yang membutuhkan. Hal ini terkait dengan waktu pemunculan daun yang dianalisis. Daun yang dianalisis pada bulan Februari adalah daun yang muncul pada bulan Oktober pada tahun sebelumnya. Pada waktu pemunculan daun tersebut buah belum muncul sehingga daun muda manjadi satu-satunya sink pada tanaman. Sedangkan daun yang dianalisis pada bulan Juni adalah daun yang muncul pada bulan Februari (setelah panen) sehingga unsur hara di dalam tanaman telah dipakai untuk pengisian buah karena buah adalah sink yang kuat. Salisbury dan Ross (1995) menyatakan bahwa daun muda, dab buah merupakan sink yang kuat. Kedua organ ini mendapatkan pasokan unsur hara dari organ lain yang telah berkembang sempurna terutama daun yang terdekat. Hubungan antara konsentrasi unsur hara di daun dan produksi relatif dapat dilihat pada kurva berikut
31
Gambar 5. Hubungan Konsentrasi N, P, K daun dengan hasil relatif tanaman manggis. (A) Konsentrasi hara daun sebelum pemupukan (Februari 2007). (B) Konsentrasi hara daun setelah pemupukan (Juni 2008). Dari kurva respon produksi relatif terhadap konsentrasi hara daun di atas dapat dilihat bahwa tanaman yang mendapat perlakuan N sebelum dilakukan pemupukan respon produksi relatif bersifat linier, hal ini berarti belum terdapat kandungan unsur hara optimum pada daun untuk manggambarkan hubungannya dengan produksi relatif. Sedangkan setelah dilakukannya penelitian respon produksi relatif bersifat kuadratik yang berarti telah dapat ditentukan kandungan unsur hara optimum pada daun. Untuk mendapatkan nilai titik optimum yaitu dengan mancari nilai Y’ dari perdamaan kuadratik Y = 319.5x2 + 720.8x – 295.4. Nilai R2 pada persamaan ini adalah R2 = 0,758. Pada perlakuan P baik pada saat sebelum dan sesudah pemupukan respon yang ditunjukkan oleh produksi relatif terhadap konsentrasi hara daun bersifat kuadratik. Sedangkan pada perlakuan K respon produksi relatif sebelum pemupukan bersifat kuadratik sedangkan setelah pemupukan bersifat linier. Hal ini berarti setelah dilakukannya pemupukan tidak didapatkan kandungan unsur hara optimum pada daun untuk menggambarkan hubungannya dengan produksi relatif. Hal ini diduga karena terjadi penurunan konsentrasi unsur hara pada daun
32
setelah dilakukannya pemupukan (Tabel 6). Diduga penurunan tersebut karena terjadinya pencucian karena curah hujan selama dilakukannya penelitian tergolong tinggi. Pengaruh Pemberian Nitrogen Pengaruh pemberian dosis nitrogen pada komponen pertumbuhan tanaman manggis berbeda nyata antara tanaman yang diberi dosis 1200 g/tan dengan tanaman yang diberi dosis lebih rendah (0 – 900 g/tan). Hal ini karena nitrogen memang sangat berperan dalam fase vegetatif dibandingkan dengan fase generatif tanaman. Dari hasil pengukuran dapat dilihat panjang daun yang diberi dosis 1200 g/tan memiliki panjang daun tertinggi yaitu 25.00 cm. Sedangkan panjang daun yang diberi dosis 900 g/tan adalah panjang daun terendah yaitu 21.60 cm dan tidak berbeda nyata dengan kontrol.
Uji polinomial ortogonal menunjukkan
bahwa respon yang diberikan oleh panjang daun dan lebar daun adalah kuadratik. Tabel 7. Pengaruh dosis nitrogen terhadap komponen pertumbuhan. Dosis Nitrogen (g/tanaman)
Ukuran Daun (cm)
Panjang Lebar 0 22.13b 8.32ab 300 22.58b 8.52a 600 22.92b 7.51b 900 21.60b 8.14ab 1200 25.00a 8.78a tn tn Linier * ** Kuadratik Keterangan : Angka yang diikuti huruf berbeda pada masing-masing kolom, berbeda nyata pada uji Duncan 5%. * = Nyata, ** = Sangat Nyata. Peningkatan panjang dan lebar daun secara tidak langsung berkaitan dengan fungsi nitrogen dalam mengatur translokasi sitokinin dari akar ke puncak tanaman, sitokinin dapat mempengaruhi pembukaan stomata daun, pembukaan stomata akan meningkatkan laju fotosintesis. Fotosintat yang dihasilkan akan digunakan untuk pertumbuhan vegetative dan generative tanaman. Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Liferdi (2007) dan Safrizal (2007). Penelitian Liferdi (2007) menunjukkan bahwa terdapat peningkatan luas daun pada dosis 1200 g N/tanaman. Sedangkan Safrizal
33
(2007) menunjukkan bahwa luas daun akan meningkat seiring peningkatan pemberian dosis nitrogen. Tabel 8. Pengaruh dosis nitrogen terhadap komponen produksi Dosis Nitrogen (g/tanaman)
Jumlah buah/tanaman
Bobot/buah (g)
Produksi per pohon (kg/tanaman) 0 7.75ab 82.33 0.64b 300 7.60ab 78.63 0.60b 600 5.80b 81.40 0.57b 900 10.20a 85.59 0.87ab 1200 11.20a 93.32 1.01a * tn ** Linier tn tn * Kuadratik Keterangan : Angka yang diikuti huruf berbeda pada masing-masing kolom, berbeda nyata pada uji Duncan 5%. * = Nyata, ** = Sangat Nyata. Pemberian dosis nitrogen nyata meningkatkan jumlah buah per pohon. Jumlah buah tertinggi diperoleh pada pemberian dosis 1200 g/tanaman dan jumlah buah terendah diperoleh pada pemberian dosis 600 g/tanaman. Hal ini sejalan dengan fungsi nitrogen, yaitu menjadi salah satu komponen utama sitokinin yang dapat memacu pembelahan sel sehingga meningkatkan tunas yang terbentuk (Salisbury dan Ross 1995). Buah manggis terbentuk pada tunas baru yang muncul setelah panen sehingga semakin banyak tunas yang terbentuk buah manggis akan semakin banyak. Pemberian dosis nitrogen nyata meningkatkan produksi buah manggis, dari data yang disajikan dapat dilihat bahwa pemberian 1200 g N/tanaman memberikan hasil tertinggi yaitu 1.01 kg, sedangkan produksi terendah terdapat pada pemberian dosis 600 g N/tannaman. Hasil uji polinomial ortogonal menunjukkan respon produksi bersifat linier sesuai dengan persamaan dengan nilai R2 = 0.615. Hal ini menunjukkan bahwa belum ditemukan titik optimum dari perlakuan N karena produksi per tanaman masih dapat meningkat seiring peningkatan dosis pupuk yang diberikan.
34
Gambar 6. Kurva respon produksi pada percobaan N Pengaruh pemberian dosis nitrogen tidak nyata meningkatkan bobot per buah. Kisaran bobot buah adalah 78.63 hingga 93.32 g. Meskipun demikian, pemberian 1200 g N/tanaman/tahun memberikan hasil cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang tidak mendapatkan pupuk urea (N0) (0 gram). Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Putri (2007) bahwa pemberian pupuk nitrogen pada tanaman manggis tidak nyata meningkatkan bobot per buah. Tabel 9. Pengaruh dosis nitrogen terhadap komponen kualitas. Dosis Nitrogen (g/tanaman) 0 300 600 900 1200
Bobot kulit (g)
Kekerasan buah (Kg/cm2/dt)
Edibel porsion (%)
Diameter (cm)
54.39
0.83
26.60
5.18
50.48 53.66 58.75 59.40 tn Linier tn Kuadratik Keterangan : Angka yang diikuti berbeda nyata pada uji Duncan 5%.
0.83 29.80 5.06 0.82 26.50 5.05 0.83 27.40 5.22 0.89 27.25 5.25 tn tn tn tn tn tn huruf berbeda pada masing-masing kolom,
35
Tabel 10. Pengaruh dosis nitrogen terhadap total asam dan total padatan terlarut. Dosis Nitrogen (g/tanaman)
TAT
TPT
TPT/TAT
0 300 600 900 1200
0.42 0.38 0.38 0.40 0.45
16.96 18.24 17.18 17.56 17.15
39.63 49.80 51.28 45.14 42.45
tn tn tn tn tn tn Kuadratik Keterangan : Angka yang diikuti huruf berbeda pada masing-masing kolom, berbeda nyata pada uji Duncan 5%. Linier
Pengaruh pemberian dosis nitrogen terhadap komponen kualitas tidak berbeda nyata pada semua peubah yang diamati. Pada beberapa komponen kualitas yang diamati (bobot kulit, kekerasan buah, total asam tertitrasi dan diameter buah). Tidak nyatanya pengaruh nitrogen terhadap fase generatif ini diduga karena terjadinya biennial baering yaitu fenomena dimana pada musim tertentu tanaman mengalami on year dan musim berikutnya terjadi off year. Oleh sebab itu, nitrogen yang diserap tanaman lebih dominan dipakai pada fase vegetatif dibandingkan pada fase generatif terutama setelah musim sebelumnya terjadi panen raya (on year).
Pengaruh Pemberian Fosfor Pemberian dosis fosfor tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap perkembangan ukuran panjang dan lebar daun. Dari data yang disajikan pada tabel 10 dapat dilihat kisaran panjang daun berada antara 21.18 cm sampai 20.10 cm. Sedangkan pada lebar daun nilainya berkisar antara 7.58 cm sampai 7.36 cm.
36
Tabel 11. Pengaruh dosis fosfor terhadap komponen pertumbuhan Dosis P2O5 (g/tanaman) 0 300 600 900 1200
Ukuran Daun (cm) Panjang Lebar 21.18 20.92 20.63 20.10 20.10
7.58 7.38 7.52 7.72 7.36
tn tn tn tn Kuadratik Keterangan : Angka yang diikuti huruf berbeda pada masing-masing kolom, berbeda nyata pada uji Duncan 5%. Linier
Pada tabel 11 di atas dapat dilihat bahwa panjang dan lebar daun pada tanaman yang tidak diberi fosfor (0 g/tanaman) cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang diberi fosfor (300, 600, 900, 1200 g/tanaman). Bahkan dapat dilihat bahwa dengan pemberian fosfor yang semakin tiggi maka ukuran panjang dan lebar daun akan semakin kecil. Hasil penelitian yang dilakukan Safrizal (2007) menunjukkan bahwa fosfor tidak berpengaruh nyata terhadap panjang daun, lebar daun, periode trubus dan periode dormansi. Hal ini disebabkan karena fosfor lebih banyak berperan pada fase generatif dibandingkan dengan fase vegetatif seperti pembungaan dan pembuahan. Tabel 12. Pengaruh dosis fosfor terhadap komponen produksi. Dosis P2O5 (g/tanaman)
Jumlah buah/tanaman
Bobot/buah (g)
Produksi per pohon (kg/tanaman) 0 10.25 70.53 0.72b 300 11.25 82.97 0.93ab 600 11.25 81.85 1.09a 900 11.00 81.62 0.89ab 1200 11.50 92.66 1.07a tn tn tn Linier tn tn tn Kuadratik Keterangan : Angka yang diikuti huruf berbeda pada masing-masing kolom, berbeda nyata pada uji Duncan 5%. Pemberian dosis fosfor tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada jumlah buah per pohon dan bobot per buah. Curah hujan yang tinggi pada
37
saat tanaman memasuki fase generatif (pembungaan dan pembentukan buah) diduga menjadi penyebab pengaruh pemberian fosfor tidak berpengaruh nyata terhadap kedua peubah yang diamati. Data yang diperoleh dari Balai Klimatologi wilayah Darmaga diketahui bahwa curah hujan selama fase generatif berlangsung (Oktober – Februari) rata-rata diatas 200 mm/bulan. Curah hujan yang tinggi menyebabkan bunga dan buah muda dari tanaman manggis mudah rontok sehingga berpengaruh pada jumlah buah yang terbentuk. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Poerwanto (2003) bahwa kerontokan bunga disebabkan oleh pengaruh hujan, kering, panas ekstrim dan kompetisi diantara organ yang berkembang. Pemberian dosis fosfor nyata meningkatkan produksi per pohon. Produksi tertinggi terjadi pada pemberian dosis 600 g/tanaman sedangkan produksi terendah terjadi pada 0 g/tanaman. Data produksi per pohon merupakan hasil perkalian antara jumlah buah per pohon dan rata-rata bobot buah. Jadi meskipun jumlah buah per pohon dan bobot buah menunjukkan pengaruh yang tidak nyata, produksi per pohon dapat menunjukkan pengaruh yang nyata karena faktor pengali yang berbeda dari setiap taraf perlakuan. Tabel 13. Pengaruh dosis fosfor terhadap komponen kualitas Dosis P2O5 (g/tanaman)
Bobot kulit (g)
Kekerasan buah (Kg/cm2/dt)
Edibel porsion (%)
Diameter (cm)
0 300 600 900 1200
47.19 53.56 53.62 52.60 59.38
0.8 0.84 0.83 0.85 0.83
28.80 29.25 26.75 27.67 28.75
4.70 5.10 5.10 5.00 5.30
tn tn
tn tn
tn tn
tn tn
Linier Kuadratik
Keterangan : Angka yang diikuti huruf berbeda pada masing-masing kolom, berbeda nyata pada uji Duncan 5%.
38
Tabel 14. Pengaruh dosis fosfor terhadap total asam dan total padatan terlarut. DosisP2O5 (g/tanaman)
TAT (%)
TPT (Brix)
TPT/TAT
0 300 600 900
0.40b 0.60a 0.35b 0.43ab
17.90a 17.45a 18.75a 15.50b
44.78ab 30.08ab 58.78a 36.03ab
1200
0.45ab tn tn
18.23a tn tn
30.08b tn tn
Linier Kuadratik
Keterangan : Angka yang diikuti huruf berbeda pada masing-masing kolom, berbeda nyata pada uji Duncan 5%.
Pemberian dosis fosfor terhadap komponen kualitas tidak memberikan pengaruh yang nyata pada beberapa peubah yang diamati yaitu bobot kulit, kekerasan buah, edibel porsion, dan diameter buah. Hal ini sejalan dengan penelitian Syafrizal (2007) yang menyatakan bahwa pemberian fosfor tidak berpengaruh nyata terhadap diameter buah, bobot kulit, dan kekerasan buah. Bobot kulit dan diameter menunjukkan kecenderungan meningkat seiring dengan peningkatan dosis fosfor yang diberikan. Pengaruh nyata dari pemberian fosfor terhadap komponen kualitas terjadi pada total asam tertitrasi (TAT), total padatan terlarut (TPT), dan total padatan terlarut per total asam tertitrasi (TPT/TAT). Pemberian 300 g /tanaman memberikan hasil tertinggi pada total asam tertitrasi, sedangkan total padatan terlarut dan TPT/TAT menunjukkan hasil tertinggi pada pemberian 600 g/tanaman.
Pengaruh Pemberian Kalium Pemberian dosis kalium memberikan perbedaan yang nyata pada perkembangan lebar daun. Dapat dilihat bahwa respon tertinggi terdapat pada pemberian dosis 0 g/tanaman yaitu 7,13 cm berbeda nyata terhadap respon terendah yaitu pemberian 1600 g/tanaman dan 1200 g/tanaman. Tetapi kalium tidak berpengaruh nyata terhadap ukuran panjang daun. Hal ini dimungkinkan
39
karena kalium lebih banyak berfungsi pada fase generatif dibandingkan pada fase vegetatif. Tabel 15. Pengaruh dosis kalium terhadap komponen pertumbuhan. Ukuran Daun (cm)
Dosis K2O (g/tanaman)
Panjang 20.16 20.26 20.8 20.33 20.13 tn tn
0 400 800 1200 1600 Linier Kuadratik
Lebar 7.13a 6.94ab 6.87abc 6.45bc 6.37c ** tn
Keterangan : Angka yang diikuti huruf berbeda pada masing-masing kolom, berbeda nyata pada uji Duncan 5%. ** = Sangat nyata
Koo dalam Simanjuntak (2006) menyatakan bahwa pemupukan kalium pada tanaman jeruk tidak berpengaruh nyata terhadap ukuran pohon dan daun. Tabel 16. Pengaruh dosis kalium terhadap komponen produksi. Dosis K2O(g/tanaman)
Jumlah buah/tanaman
Bobot/buah (g)
0 400 800 1200
7.66 8.60 9.75 9.67
86.58 86.58 97.71 83.88
Produksi per pohon (kg/tanaman) 0.64 0.72 0.95 0.81
1600
9.00 tn tn
93.90 tn tn
0.85 tn tn
Linier Kuadratik
Keterangan : Angka yang diikuti huruf berbeda pada masing-masing kolom, berbeda nyata pada uji Duncan 5%.
Pemberian dosis kalium terhadap komponen produksi tidak memberikan pengaruh yang nyata untuk semua taraf yang diberikan. Pada data di atas dapat dilihat bahwa respon tertinggi untuk semua komponen (jumlah buah per pohon, bobot per buah dan produksi per pohon) berada pada pemberian dosis 800 g/tanaman. Simanjuntak (2006) menyatakan bahwa pemberian 800 g/tanaman sudah dapat menyediakan hara yang cukup bagi tanaman manggis.
40
Respon yang diberikan oleh produksi berbentuk linier dengan persamaan dengan nilai R2 = 0.437. Hal ini berarti belum terdapat titik optimum dari pemberian pupuk K.Produksi per tanaman masih dapat meningkat dengan peningkatan pemberian pupuk K.
Gambar 7. Kurva respon produksi pada perlakuan K Fenomena biennial bearing diduga mengakibatkan pengaruh pemberian kalium tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap komponen produksi. Tisdale et al (1985) menyatakan bahwa kalium diperlukan untuk memproduksi molekul fosfat berenergi tinggi (ATP) pada proses fotosintesis. ATP ini digunakan sebagai sumber energi dalam asimilasi karbondioksida menjadi gula selama fotosintesis yang kemudian akan ditransportasikan ke organ tanaman untuk digunakan dalam pertumbuhan atau disimpan oleh tanaman. Karena pada musim sebelumnya terjadi on year, diduga gula hasil fotosintesis pada musim ini lebih banyak disimpan oleh tanaman dibandingkan digunakan pada masa pembentukan buah. Tabel 17. Pengaruh dosis kalium terhadap komponen kualitas Dosis K2O Bobot Kekerasan buah Edibel (g/tan) kulit (g) (Kg/cm2/dt) porsion (%) 0 400 800 1200 1600 Linier Kuadratik
55.63 57.56 59.73 64.75 72.49 tn tn
0.83 0.83 0.82 0.84 0.86 tn tn
27.17b 26.40b 30.75a 29.00ab 28.20ab tn tn
Diameter (cm) 5.08 5.30 5.43 5.13 5.60 tn tn
Keterangan : Angka yang diikuti huruf berbeda pada masing-masing kolom, berbeda nyata pada uji Duncan 5%.
41
Tabel 18. Pengaruh dosis kalium terhadap total asam dan total padatan terlarut. Dosis Kalium (gr/tan)
TAT (%)
TPT (Brix)
TPT/TAT
0 400 800 1200 1600
0.42 0.44 0.45 0.43 0.44 tn tn
17.57 17.06 18.18 18.50 16.94 tn tn
43.68 40.96 40.98 43.47 36.55 tn tn
Linier Kuadratik
Keterangan : Angka yang diikuti huruf berbeda pada masing-masing kolom, berbeda nyata pada uji Duncan 5%.
Pengaruh pemberian kalium terhadap komponen kualitas berpengaruh nyata terhadap edibel porsion. Respon tertinggi terjadi pada pemberian dosis 800 g/tanaman yang berbeda nyata terhadap pemberian dosis 0 dan 400 g/tanaman. Tisdale et al (1985) menyatakan bahwa kalium berperan untuk memperbaiki ukuran dan kualitas buah. Buckman dan Brady (1982) menyatakan bahwa kalium berperan dalam pembentukankarbohidrat dan translokasi gula. Simanjuntak (2006) menemukan bahwa kandungan kalium banyak ditemukn pada bagian daging buah (aril). Pemberian dosis kalium tidak nyata meningkatkan bobot kulit, kekerasan buah, diameter buah, TAT, TPT, TPT/TAT, dan diameter buah. Hal ini diduga karena curah hujan yang sangat tinggi pada saat penelitian berlangsung sehingga sejumlah besar kalium hilang karena pencucian. Hal ini senada dengan pernyataan Soepardi (1983) bahwa sebagian besar K hilang karena pencucian. Leiwakabessy dalam Pramono (2004) juga menyatakan bahwa kehilangan K akan lebih besar akibat drainase. Hal ini diperparah dengan penyerapan kalium yang rendah. Dari hasil uji kalium pada jaringan daun ditemukan bahwa serapan kalium sangat rendah yaitu 0.32% pada perlakuan K0, hingga 0.50% pada perlakuan K4. Selain itu, di lapang ditemukan adanya pohon manggis yang mengalami masa panen yang lebih panjang, pada tanaman tersebut terdapat tunas vegetatif, buah muda dan buah masak pada saat bersamaan. Sehingga diduga terjadi kompetisi penggunaan hasil fotosintesis pada organ-organ tersebut. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Rais et al (1996) dalam Liferdi (2007) yang
42
menemukan bahwa di lapang dapat dijumpai adanya buah manggis di luar musim dalam jumlah yang terbatas. Ini ditemukan di Sumatera Barat dimana dalam satu populasi tanaman manggis kadang kala ditemukan beberapa tanaman berbuah sementara tanaman lainnya tidak dan beberapa pohon mampu berbuah lebih cepat dan/atau lebih lambat dengan perbedaan waktu berkisar 1-3 bulan.
Klasifikasi Mutu Buah Manggis Pemerintah melalui dewan standar nasional (SNI 01-3211-1992) telah mengklasifikasikan mutu buah manggis berdasarkan diameter yaitu mutu super dengan diameter ≥ 65 mm, mutu 1 dengan diameter 55 - 64 mm, dan mutu 2 dengan diameter lebih kecil dari 55 mm. Jika mengacu pada standar ini maka mutu buah manggis asal Leuwiliang berdasarkan diameternya dapat digolongkan kedalam golongan mutu 2 untuk semua aplikasi. Selain itu terdapat pengklasifikasian mutu buah manggis yang dikeluarkan oleh Codex Stand 204-1997. Berdasarkan klasifikasi mutu Codex Stand, maka mutu buah manggis asal Leuwiliang dengaan perlakuan aplikasi N berdasarkan pada diameter buah termasuk kedalam kode B untuk semua perlakuan. Jika pengklasifikasian mutu buah manggis didasarkan pada bobot buah, maka mutu buah manggis pada perlakuan aplikasi N termasuk kedalam kode C yaitu berbobot sekitar 76 – 100 gram/buah. Tabel 19. Klasifikasi mutu buah manggis berdasarkan Codex Stand 204-1997 No Kode 1 A 2 B 3 C 4 D 5 E Sumber : Safrizal 2007
Bobot(g) 30-50 51-75 76-100 101-125 ≥ 126
Diameter buah (mm) 38-45 46-52 53-58 59-62 ≥ 63
Jika mengacu pada klasifikasi yang dikeluarkan Codex di atas, maka mutu manggis Leuwiliang untuk perlakuan aplikasi fosfor berdasarkan bobot buah dapat digolongkan kedalam kode C yaitu berat berkisar antara 76 g – 100 g. Sedangkan berdasarkan ukuran diameter maka manggis Leuwiliang dapat
43
digolongkan kedalam kode B yaitu bekisar antara 46 mm – 52 mm, hanya diameter manggis dengan perlakuan 1200g/tan yang tergolong kedalam kode C. Klasifikasi mutu buah manggis pada perlakuan aplikasi pupuk K berdasarkan Codex Stand termasuk kedalam kode B dan C. Perlakuan dengan dosis 0 g/tanaman (58 mm) dan 1200 g/tan ( 51 mm) termasuk kedalam kode B dengan diameter 46 – 52 mm. Sedangkan perlakuan dosis 400 g/tan (53 mm), 800 g/tanaman (54 mm) dan 1600 g/tanaman (56 mm) termasuk kedalam kode C dengan diameter 53 – 58 mm. Gunawan (2007) menyatakan bahwa mutu buah manggis Leuwiliang memang masih sangat rendah dibandingkan dengan mutu buah manggis dari daerah penghasil manggis lainnya seperti Wanayasa.
44
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Aplikasi pupuk N nyata meningkatkan komponen pertumbuhan tanaman manggis dan jumlah buah per pohon. Aplikasi pupuk P berpengaruh nyata terhadap produksi per pohon, TPT, TAT, dan TPT/TAT. Serta aplikasi pupuk K berpengaruh nyata terhadap lebar daun dan edibel porsion. Respon produksi per tanaman terhadap pemberian pupuk bersifat linier sehingga belum dapat ditentukan dosis optimum karena produksi per tanaman masih meningkat seiring peningkatan pemberian pupuk Terjadi peningkatan terhadap beberapa peubah yang diamati seiring peningkatan dosis pupuk namun peningkatan tersebut
belum memberikan
pengaruh yang nyata. Saran Penelitian mengenai pengaruh aplikasi pupuk N, P, dan K perlu dilakukan kembali agar dapat ditentukan dosis optimum pemupukan tanaman manggis.
45
DAFTAR PUSTAKA Adisiswoyo, R. P. 2001. Pengaruh Pemupukan Nitrogen Dosis Tinggi Terhadap Produksi Dua Varietas Ubi Jalar (Ipomoea Batatas L. Lamk). (Skripsi). Bogor. Institut Pertanian Bogor. Ashari, S. 2006. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press. Jakarta. 635 hal. Buckman, O H and N. C. Brady. 1982. Ilmu Tanah. Bhratara Karya Aksara. Jakarta. 721 p. Collings, G. H. 1955. Commercial Fertilizers. Fifth edition. McGraw-Hill Book Company, Inc. New York. USA. 617 p. Direktorat Jenderal Hortikultura. 2005. Standar Prosedur Operasional Manggis Kabupaten Tasikmalaya. Departemen Pertanian. Republik Indonesia. Gunawan, E. (2007). Hubungan Agroklimat Dengan Fenofisiologi Tanaman Dan Kualitas Tanaman Manggis Di Lima Sentra Produksi Di Pulau Jawa. (Tesis). Bogor. Institut Pertanian Bogor. 84 hal. Husin, A. dan D. Chinta. 1989. Fertilizer Supply and Needs for Fruit Crops in Malaysia. Soil Management for Food and Fruit Crop Production (eds. Wan Noerdin and Wan Sulgiman. Soil Science Society. Malaysia. P 123-302. Komariah. 2007. Pengaruh Pemupukan Nitrogen, Fosfor dan Kalium Terhadap Produksi dan Kualitas Jagung Semi. (Skripsi). Bogor. Institut Pertanian Bogor. 52 hal. Liferdi. 2007. Diagnosis Status Hara Menggunakan Analisis Daun Untuk Menyusun Rekomendasi Pemupukan Pada Tanaman Manggis (Garcinia mangostana L.). (Disertasi). Bogor. Institut Pertanian Bogor. 152 hal. Lizawati. 2007. Peningkatan Perakaran Bibit Manggis (Garcinia mangostana L.) Melalui Inokulasi Agrobacterium Rhizogenes. (Disertasi). Bogor. Institut Pertanian Bogor. 122 hal. Marchner, H. 1986. Mineral Nutrition of Higher Plant. Acad. Press. Orlando USA. 674 p Osman, M B and A R, Milan. 2006. Mangosteen (Garcinia mangostana L.). J. T. Williams, R. W. Smith, N. Haq, Z, Dunziger (Editor). Southampton Centre for Underutilized Crops, University of Southampton. England UK. 170 p. Poerwanto, R. 2003. Pengelolaan Tanah Dan Pemupukan Kebun Buah-Buahan. Bahan Ajar Budidaya Buah-Buahan Modul VII. Bogor. Institut Pertanian Bogor. 41 hal.
46
Pramono, A. 2004. Pengaruh Pemberian Pupuk Fosfor dan Kalium Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pepaya (Carica papaya L.). (Skripsi). Bogor. Institut Pertanian Bogor. 39 hal. Prasetiono, D. N. 2002. Mineralisasi Nitrogen Pada Sawah Tadah Hujan Di Kecamatan Jakenan Kabupaten Pati. (Skripsi). Bogor. Institut Pertanian Bogor. Putri, D. N. 2007. Keterkaitan antara pemupukan N P K Terhadap kadar Xanthon Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.). (Skripsi). Bogor. Institut Pertanian Bogor. 51 hal. Salisbury, F. B. dan W, Ross 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 1-3. Penerjemah Lukman, D. R. dan Sumaryana. ITB. Bandung. Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Bogor. Institut Pertanian Bogor. 591 hal. Simanjuntak, J. 2006. Pengaruh Pemberian Kalium Terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Manggis (Garcinia mangostana L.). (Skripsi). Bogor. Institut Pertanian Bogor.40 hal. Suyanti. ABST, Roosmani. Sjaifullah. 1997. Karakterisasi sifat fisik dan kimia buah manggis dari beberapa cara panen. J. Hort. 6(5): 493-507. Syafrizal, 2007. Status Hara Nitrogen, postor, dan Kalium Tanaman Manggis Pada Tahun Produksi Keempat. (Tesis). Bogor. Institut Pertanian Bogor. Tisdale, S. L., W. I. Nelson and J. D. Beston. 1985. Soil Fertyility and Fertilizer Fourth Edition. Mc Milan Publishing co. New York. 745 p. Verheij. E.W.M. 1997. Garcinia mangostana L, p.220-225. In: Verheij. E.W.M, dan Coronel R.E (Eds). PORSEA: Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Yacoob, B. O, dan H. O. Tidall. 1995. Mangosteen Cultivation. FAO Plant Production and Protection Paper No. 128. FAO Plant Production and Protection Division of The United Nations Belgium. 103 p
47
LAMPIRAN
48
Lampiran 1
Data Iklim Lokasi Penelitian Garis Lintang : 06.33’12,” LS Garis Bujur : 06.44’59,4” BT Elevasi : 190 M Bulan Juni’07 Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Januari Februari Maret April Mei Juni’08 Jumlah Rata-rata Sumber Keterangan
Temperatur (oC) Rata-rata 25.6 25.6 25.4 26.0 26.0 25.0 25.3 25.7 24.4 25.1 25.5 25.8 25.6
Kelembaban (%) Rata-rata 83 81 79 77 81 81 89 84 90 87 83 82 83
Curah Hujan 149 30 90 50 142 116 211 241 201 281 257 175 94
331.0 1080 2037 25.5 83 : Balai Klimatologi Dramaga Tahun 2007-2008 : Curah Hujan ditakar di Leuwiliang Bogor
Hari Hujan 13 3 3 2 11 12 19 10 15 18 16 14 8 144
49
Lampiran 2 Prosedur Penetapan Nitrogen Total Dengan Metode Kjeldhal
0,2 gr Bahan Tanaman Labu Kjeldhal 25 ml
+ 1,9 gr campuran Se, CuSO4 dan NaSO4 + 5 ml H2SO4 pekat + % Tetes parafin cair
Panaskan ± 200oC dalam ruang asam hingga diperoleh cairan yang berwarna terang (hijau biru). Sel;ama 15 menit
Pindahkan ke labu destilasi sambil dibilas dengan air 100 – 150 ml, goyangkan sebentar kemudian + 5 ml NaOH 50%
Hasil destilasi ditampung dalam Erlenmeyer 125 ml yang telah berisi campuran 10 ml H3BO3 4% dan 5 tetes indicator Conway. Destilasi berlangsung hingga kira-kira mencapai 100 ml.
Hasil destilasi dititrasi dengan HCl 0,0474 N sampai terjadi perubahan warna dari hijau ke merah muda
Isi HCl (Contoh – Blanko) x N HCl x 14 x 100 Perhitungan = Kadar N% Bobot sampel (mg)
50
Lampiran 3 Prosedur Penetapan Fosfor dan Kalium Jaringan Daun
1 gram sampel diabukan pada suhu 500oC selama 2 jam lalu didinginkan
Tambahkan 5 tetes HCl (37%) diulang 3 kali diatas hot plate (70oC). Lalu tambahkan 10 ml HCl 1N, diaduk dsan disaring
Hasil saringan dipipet 1 ml lalu tera labu takar 30 ml.
Kalium
1 ml contoh sampel encerkan menjadi 10 ml
Diamati dengan Flamefotometer
Fosfor
1 ml contoh encerkan menjadi 5 ml + 5 ml PB + 5 tetes PC
Diamati dengan Spektrofotometer λ 600 m
51
Lampiran 4
Langkah-Langkah Penetapan Asam Tertitrasi Total Daging buah manggis dihaluskan
Timbang 10 gram pasta buah
Masukkan ke dalam labu takar 100 ml
Tanbahkan akuades sampai volume larutan 100 ml
Saring
Ambil 25 ml hasil titrasi
Masukkan ke dalam erlenmeyer
Tambahkan 2 tetes indikator phenalptalein (PP)
Titrasi menggunakan NaOH 0.1 N
Catat volume NaOH yang terpakai untuk titrasi
52
Berdasarkan metode tersebut, asam tertitrasi total dalam buah dapat diketahui setelah dihitung menggunakan rumus: TAT = ml NaOH x N x fp x Mr NaOH x 100% Mg contoh