SAMBUTAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL RI PADA UPACARA BENDERA MEMPERINGATI HARI KESAKTIAN PANCASILA TANGGAL 1 OKTOBER 2010
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarrakatuh. Selamat pagi, salam sejahtera bagi kita semua. Yth. Pejabat Fungsional dan Struktural Serta Peserta Upacara yang berbahagia
Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hari ini kita masih diberi nikamat sehat, sehingga dapat hadir pada pagi ini dalam keadaan sehat wal afiat untuk memperingati Hari Kesaktian Pancasila. Hadirin yang berbahagia, Hari ini, tanggal 1 Oktober 2010, kembali kita memperingati hari Kesaktian Pancasila, sebagai ideologi Negara dan falsafah bangsa yang harus di wujudkan dan di amalkan dalam kehidupan bernegara dan berbangsa. 1
Tema peringatan kali ini adalah “MELALUI PERINGATAN HARI KESAKTIAN PANCASILA, KITA PERKOKOH JATI DIRI DAN KARAKTER BANGSA”.
Pancasila adalah kekayaan bangsa yang tidak ternilai harganya, yang merupakan rangkuman dari nilai-nilai luhur yang digali dari akar budaya bangsa yang mencakup seluruh kebutuhan dan hak-hak dasar manusia secara universal, sehingga dapat dijadikan landasan dan falsafah hidup bangsa Indonesia yang majemuk, baik dari segi agama, etnis, ras, bahasa, dan golongan. Pancasila sebagai ideologi dan falsafah bangsa juga mampu menghalau dan melawan ideologi lain yang tidak sejalan dengan ideologi kita. Hadirin yang berbahagia, Pada awalnya, peringatan hari Kesaktian Pancasila dirayakan untuk membangkitkan semangat persatuan bangsa setelah masyarakat dikecohkan dengan ideologi lain yang tidak mengakar pada nilai-nilai budaya kita. Seyogyanya semangat ini terus dipupuk untuk lebih meningkatkan kepercayaan masyarakat atas kemampuan diri sendiri, karena hal itu menjadi dasar utama untuk 2
membangun jatidiri dan martabat bangsa sebagai landasan utama membangun karakter bangsa, sehingga Pancasila dapat terus dijadikan ideologi dan falsafah hidup bangsa yang mengakar dalam setiap sendi kehidupan bangsa dalam menjawab segala tantangan dan permasalahan kehidupan berbangsa dan bernegara. Hadirin yang berbahagia, Tantangan ideologi kita saat ini bukan lagi gerakangerakan radikal dan alat kekuasaan sekelompok orang lagi, tapi bergeser menjadi penjajahan intelektual bangsa yang dilakukan dengan cara mengikis secara perlahan jatidiri bangsa sampai akhirnya tidak ada lagi yang dapat dibanggakan dari bangsa Indonesia ditengah-tengah kehidupan internasional. Oleh karena itu, Pancasila harus segera kembali menjadi roh bangsa Indonesia, guna menangkal munculnya ideologi-ideologi alternatif yang akan dijadikan landasan perjuangan dan pembenaran bagi gerakan-gerakan radikal dan alat kekuasaan. Namun, upaya untuk menyalakan pamor Pancasila tidaklah mudah, setelah ideologi tersebut dimata rakyat tidak lebih dari rangkaian kata-kata bagus tanpa makna, karena implementasinya diselewengkan oleh sekelompok orang, untuk 3
kepentingan kekuasaannya. Hal ini menunjukkan bahwa Pancasila sebagai ideologi bangsa dan Negara tidak hanya pamornya telah meredup, melainkan telah mengalami degradasi kredibilitas yang luar biasa, layaknya tubuh tanpa roh. Hadirin yang berbahagia, Yang harus kita sadari sekarang adalah jangan lagi mempertanyakan sejarah Pancasila, tapi lihatlah Pancasila sebagai satu-satunya symbol yang harus kita junjung sebagai perwujudan jatidiri bangsa, yang telah mengantarkan bangsa Indonesia mencapai kemerdekaannya. Pada kesempatan yang baik ini, saya mengajak kita semua untuk : 1.
Menjadikan Pancasila sebagai simbol yang sarat dengan nilai-nilai luhur bangsa sebagai penguat jatidiri bangsa yang dapat dibanggakan di kancah kehidupan internasional.
2.
Menjadikan Pancasila sebagai simbol untuk memelihara dan membangun karakter bangsa 4
sebagai bangsa yang besar dan dihormati dalam kehidupan berbangsa di tingkat internasional. 3.
Menjaga kesaktian Pancasila sebagai landasan dan falsafah hidup berbangsa dan bernegara, diikuti dengan langkah semangat 45, memberikan pengabdian tulus di bidang masing-masing.
Terima kasih. Wabillahi Taufik Wal Hidayah, Wassalaamu’alaikum Warahmatullahi Wabarrakatuh.
Kepala Perpustakaan Nasional RI,
Dra. Hj. Sri Sularsih, M.Si.
5