BMKG
SAMBUTAN KEPALA BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA PADA UPACARA BENDERA DALAM RANGKA ”HARI METEOROLOGI DUNIA” KE‐60 TAHUN 2010 Yang terhormat, Para Pejabat Eselon I, II, III dan IV di lingkungan BMKG Pusat dan Daerah; Ketua dan Para Pengurus KORPRI Unit BMKG; Ketua dan Anggota Dharma Wanita BMKG; Para karyawan/karyawati di lingkungan BMKG Pusat, Balai Besar di 5 (lima) wilayah, dan UPT daerah, serta undangan yang berbahagia. Assalaamu’alaikum wr. wb. Salam sejahtera untuk kita semua Pada kesempatan yang berbahagia ini marilah kita memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, karena atas ridho‐Nya kita semua dapat hadir
1|Halaman
pada upacara peringatan Hari Meteorologi Dunia ke‐60 tahun 2010, pada hari ini, Selasa 23 Maret 2010. Saudara‐saudara sekalian, Peringatan Hari Meteorologi Dunia (World Meteorological Day) yang ke‐60 tahun ini, mengingatkan kita bahwa kita merupakan bagian dari masyarakat meteorologi dunia yang tergabung dalam World Meteorological Organization (WMO). Sebagai bagian dari WMO kita mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sama dengan masyarakat meteorologi dunia lainnya, yaitu senantiasa meningkatkan pengetahuan dan kemampuan profesionalismenya, agar dapat memberi kontribusi nyata pada kesejahteraan dan keselamatan masyarakat. Tema Hari Meteorologi Dunia yang ditetapkan WMO tahun ini adalah “60 Years Services For Your Safety And Well‐Being” dan dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi “60 Tahun Layanan Informasi Meteorologi Dan Klimatologi untuk Keselamatan dan Kesejahteraan Masyarakat”. Tema ini menggambarkan perjalanan panjang penyelenggaraan kegiatan meteorologi dan klimatologi di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Untuk itu diperlukan adanya evaluasi capaian terhadap penyelenggaraan selama 60 tahun terakhir. Karena lingkup aktifitas WMO lebih difokuskan pada Weather (cuaca) dan Climate (iklim), maka bidang geofisika/ kegempaan dan tsunami, (yang juga termasuk tugas pokok BMKG dan berkontribusi cukup besar dalam kiprah BMKG yaitu 1/3 dari substansi utama BMKG, baik di tatanan nasional maupun internasional) dalam acara HMD belum menjadi prioritas. Namun 2|Halaman
dapat saya sampaikan bahwa bencana tsunami Aceh pada akhir tahun 2004, meningkatkan perhatian pemerintah terhadap pembangunan BMG. Hal ini tercermin dengan adanya dukungan anggaran APBN untuk pembangunan Tsunami Early Warning System (TEWS), yang dapat diselesaikan pada tahun 2008. Saudara‐saudara sekalian, Pada tingkat internasional, saat ini WMO telah ikut memainkan peran penting dalam berbagai isu lingkungan global, melalui pembentukan Inter‐ Governmental Panel on Climate Change (IPCC, tahun ‐ 1988) dan United Nations Frameworks Convention on Climate Change (UNFCCC, tahun ‐ 1992). Kedua forum tersebutlah yang hingga saat ini menjadi wadah diskusi skala internasional untuk perumusan penyebab Global Warming dan akibat Climate Change bagi kepentingan nasional maupun internasional. Menyadari bahwa service atau layanan informasi cuaca – iklim di negara anggota WMO, masih belum sampai ke tangan pengguna dengan baik, maka WMO melalui forum workshop Internasional ”World Climate Conference ke‐3” telah memutuskan untuk merumuskan satu kerangka kerja (Framework) yang disebut dengan Global Framework on Climate Services (GFCS). GFCS direncanakan akan diselesaikan 2011 dan nantinya diharapkan menjadi acuan bagi seluruh negara anggota WMO untuk diimplementasikan di negara masing‐ masing. Indonesia/ BMKG telah berhasil memperjuangkan agar Indonesia dimasukkan dalam tim perumus GFCS.
3|Halaman
Pada tanggal 11‐12 Januari 2010, BMKG telah menghadiri WMO Intergovernmental Meeting untuk menyusun Term of Reference (TOR) of High Level Taskforce (HLT) dan menetapkan anggota‐anggota Tim Perumus dari Gugus Kerja Tingkat Tinggi atau HLT tersebut. Tim Perumus ini akan bekerja selama 2 (dua) tahun dan beranggotakan 16 negara. Prof. Emil Salim dari Indonesia disetujui sebagai salah satu dari 16 anggota gugus tugas tersebut. Penunjukan Prof. Emil Salim ini sekaligus merupakan salah satu apresiasi terhadap keberadaan dan aktifitas BMKG di WMO. Pada tingkat nasional, perjalanan panjang BMKG di Indonesia antara lain ditandai dengan beberapa kali perubahan nama/ nomenklatur, sampai pada akhirnya menjadi “Badan Meteorologi , Klimatologi, dan Geofisika”. Perubahan nama tersebut, tentu saja, selalu diikuti dengan perubahan struktur organisasi, dan yang tidak kalah penting adalah peningkatan kualitas pelayanannya. Saudara‐saudara yang berbahagia, Tahun 2004 merupakan titik awal percepatan pembangunan BMKG, karena sejak saat itu BMG menjadi Lembaga Pemerintah Non Departemen, yang secara struktural tidak lagi di bawah Departemen Perhubungan. Hal ini mempunyai implikasi positif terhadap pembangunan BMKG, terutama dari segi anggaran. Sejak 2004 tersebut pula, pelayanan informasi cuaca dan iklim telah berkembang dengan pesat, antara lain dengan tersedianya informasi prakiraan tinggi gelombang, prakiraan daerah potensi kebakaran hutan, prakiraan 4|Halaman
daerah potensi banjir, dan peringatan dini cuaca ekstrim. Untuk mempercepat proses penyediaan peringatan dini cuaca ekstrim mulai tahun 2006 telah dibangun “Sistem Peringatan Dini Cuaca” (Meteorological Early Warning System/MEWS) termasuk di dalamnya pembangunan Sistem Peringatan Dini Badai Tropis (Tropical Cyclone Warning Center/TCWC). Selain pembangunan MEWS juga diprogramkan pembangunan Sistem Peringatan Dini Iklim (Climatological Early Warning System/CEWS). Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang dirumuskan oleh BAPPENAS, secara tegas dicantumkan bahwa MEWS ditargetkan dapat beroperasi tahun 2010, sedangkan CEWS diharapkan diselesaikan tahun 2013. Dalam hal pengembangan model‐model prakiraan, Puslitbang BMKG telah mampu mengembangkan model‐model numerik untuk memprediksi parameter cuaca seperti suhu dan curah hujan. Saudara‐saudara sekalian, Berkenaan dengan isu perubahan iklim/ ”Climate Change”, BMKG secara aktif berkontribusi dalam memberikan informasi iklim untuk kegiatan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, serta aktif pula menggagas diselenggarakannya serta mengikuti berbagai seminar/workshop internasional. Pada tahun 2009, BMKG bertindak sebagai penyelenggara workshop dengan judul ”Climate Information Services for Supporting Adaptation and Mitigation to Climate Change in Energy Water Sectors”. Tanggal 29‐30 Maret 2010, diagendakan workshop internasional ”Climate Information in Supporting Mitigation and Adaptation Of Climate Change in Infrastructure and Health Services”, yang juga merupakan rangkaian kegiatan peringatan HMD tahun ini. 5|Halaman
Masih terkait dengan Peringatan HMD, hari ini kita melakukan launching situs web BMKG yang baru. Situs web ini akan menjadi standar bagi situs web BMKG. Saya berharap situs web baru ini lebih ”eye‐catching” dan dinamis. Untuk itu, situs web yang baru ini mohon diberi masukan agar semakin baik. Diharapkan dalam kurun waktu 3 (tiga) bulan mendatang, masukan‐masukan tersebut dapat diimplementasikan. Di samping capaian‐capaian di bidang teknis pelayanan informasi cuaca dan iklim, di bidang perundang‐undangan kita telah berhasil menyelesaikan Undang‐Undang No.31 tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi Dan Geofisika. Dengan ditetapkannya undang‐undang tersebut, penyelenggaraan kegiatan meteorologi, klimatologi, dan geofisika di Indonesia mempunyai fondasi yang jelas dalam pelaksanaannya. Selanjutnya secara tegas diamanatkan oleh UU No. 31 Tahun 2009 ini bahwa dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun sudah harus diimplementasikan melalui berbagai bentuk Peraturan Pelaksanaannya. Saudara‐saudara sekalian, Di dalam laporan hasil audit TA 2009, saya mencermati banyak temuan yang harus segera ditindak‐lanjuti. Mekanisme yang saat ini ditempuh, terkait dengan laporan hasil audit pengawas internal, yaitu menyerahkannya kepada Sestama untuk mengelompokkan pembimbingan guna mendukung tindak‐ lanjut temuan tersebut. 6|Halaman
Terdapat 4 (empat) hal utama yang saya tengarai sebagai tindak lanjut: 1.
Untuk peralatan pengamatan yang sudah kadaluarsa, belum dikalibrasi, rusak dan lain sebagainya, maka Deputi Teknis dan Biro Perencanaan secara bersama‐sama akan mendukung pengajuan usulan anggaran untuk penggantian atau kalibrasi;
2.
Untuk biaya lebih atau TGR, maka Biro umum akan segera mengingatkan kepada Kepala Stasiun yang bersangkutan sebagai bagian dari “peringatan tertulis” terkait dengan pelaksanaan pekerjaan;
3.
Jika temuan tersebut terkait dengan kapasitas sumberdaya manusia (SDM) yang belum terpenuhi, atau kelalaian akan prosedur pencatatan akun dan sebagainya, maka Pusdiklat bersama‐sama dengan Biro Umum mendukungnya dengan memberikan kesempatan untuk pengikut‐sertaan personil yang bersangkutan pada Program Diklat yang direncanakan;
4.
Jika temuan yang dilaporkan terkait dengan pemenuhan peraturan yang tidak akan mungkin dipenuhi, maka Biro Hukum akan diminta untuk menindak‐lanjutinya;
Mekanisme di atas dilakukan semata‐mata untuk mempercepat tindak‐lanjut temuan dari hasil audit. Saudara sekalian, Marilah kita jadikan peringatan HMD ke 60 ini menjadi momentum untuk mengevaluasi kinerja di unit kerja kita masing‐masing, baik secara kolektif maupun individu, untuk memperbaiki dan terus meningkatkan kinerja di masa mendatang.
7|Halaman
Akhirnya saya mengucapkan ”Selamat memperingati Hari Meteorologi Dunia yang ke‐60”. Semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa selalu membimbing setiap langkah kita dalam mengemban tugas demi keselamatan dan kesejahteraan masyarakat. Amien. Terima kasih. Wassalaamu’alaikum warohmatullaahi wabarakaatuh” Jakarta, 23 Maret 2010 Kepala Badan Meteorologi Klimatologi Dan Geofisika Dr. Ir. Sri Woro Budiati Harijono, M.Sc NIP. 19510805 197912 2 001
8|Halaman