A. Latar Belakang
Salah satu kebijakan di bidang pangaq dan gizi adalah peningkatan gizi bayi, balita, dan ibu hamil serta penwzlnan penyakit gizi kurang atau Kurang Energi Protein (KEP). Hal ini sangat tepat mqngingat saat ini prevalensi keadaan gizi kurang dan buruk di Indonesia relatif mas* tinggi. Keadaan gizi kurang akan mengakibatkan meningkatnya angka kematian bayi dan anak, meningkatnya angka kesakitan, terharnbatnya pertumbuhan fisik daq perkembangan kecerdasan anak. I
Krisis ekonomi yang sampai sek@ang masih m e l d Indonesia menyebabkan semakin meningkatnya jumlah denderita gizi kurang, terutama pada anak di bawah usia lima tahun. Helen Keller I$ternational(1999) telah melakukan penppu1an data kecukupan gizi anak-a&
di bawah lima tahun antara bulan
Januari sampai Mei 1999 di daerah Jakarta, Sqrabaya, Ujung Pandang, Semarang, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Lombok. Hasilnya menunjukkan bahwa 20-30% anak-anak usia 12-23 bulan mempunyai status gizi kurang bila digunakan pengukuran berdasarkan berat b@an menurut tinggi badan untuk daerah Jakarta, Swabaya dan Ujung Pandahg. Keadaan ini disebabkan oleh rendahnya daya beli masyarakat sehingga tic$& marnpu menyediakan makanan dengan kandungan zat gizi yang cukup untuk pnak. Asupan makanan yang tidak mencukupi dapat menyebabkan gangguan gizi. Data Survai Sosial Ekonomi Nasionali (BPS, 1999) menunjukkan bahwa prevalensi Kurang Energi Protein (KEP) pad# anak balita di selurwh Indonesia
mencapai 34.47%, dimana prevalensi status gizi buruk 8.11% dan status gzi kurang sebesar 26.36%. Sementara itu di Prppinsi Jawa Barat prevalensi status gizi buruk balita sebesar 6.16% dan status gizii kurang sebesar 23.56%. Sebanyak 5.4% an&
berusia 6-17 bulan menderita gizi b u d dan sebanyak 16.2%
diantaranya menderita gizi sangat buruk di kabppaten Bogor. Kurang Energi Protein (KEP) di nqara berkembang
paling banyak
ditemukan pada anak usia 12-24 bulan (S+ardjo, 1989), sedangkan menurut Brown et al. (1995) dan HKI (2000) Kmanb Energi Protein terjadi pada usia antara 6 - 24 bulan. Selanjutnya dinyatakan o
Claulfield et al. (1999) masalah
kurang gizi mulai muncul pada usia 6 bulan
1 ini disebabkan oleh beberapa
kemungkmm yaitu (a) usia penyapihan terlalu lama tanpa diimbangi den*
alu dini, (b) usia penyapihan
pemberiarB makanan tambahan yang memadai
(c) insiden penyakit infeksi (d) makanan yane diberikan pada anak tidak cukup mengandung energi, protein, mikronutrien b n (e) cara penyiapan dan cara pemberian makanan yang ti&
baik. LebiQ lanjut dikatakan status gizi anak
sangat dipengaruhi oleh beberapa ha1 antara lain ketersediaan atau keberadaan sumber bahan pangan setempat, tingkat penclapatan, pendidikan dan pengetahuan gizi ibu.
Dampak yang tejadi akibat k w h energi protein banyak sekali, diantaranya adalah adanya
gangguan
perturnbuhan (growth faltering)
(Brown et al., 1995) dan gangguan pada perl+embangan otak yang dalarn jangka panjang menyebabkan kemampuan kerja danl daya pihr yang rendah, sehngga
tidak dapat menyediakan sumber daya manusia yang berkualitas (Tandyo, 2000). Hal ini perlu upaya untuk mencegah terjadinyd lost generation dengan melakukan perbaikan konsurnsi pangan baik kuantitas mJaupun kualitasnya untuk mencapai status gizi yang baik. Salah satu ha1 yang 4enyebabkan kurang energi protein pada anak yaitu karena ketidakcukupan asupad energi yang disebabkan rendahnya densitas energi yang dikonsumsi anak dan bahan makanan berprotein tinggt dengan harga terjangkau.
Dalarn penelitiajr ini dicoba membuat suatu produk
pangan lokal yang telah terbukti bermutu tin$@ dari beberapa penelitian, yaitu kedelai sebagai sumber protein yang ditambaQl dengan malt. Penambahan malt sebagai sumber enzim malt bertujuan untbk meningkatlcan densitas energi makanan. Produk MPASI ini merupakan l&
(sumber protein) pendamping
makanan pokok, sehingga diharapkan penggu+annya dapat lebih bervariasi, tidak menimbulkan rasa bosan, disamping itu hareanya yang murah memungkinkan untuk diproduksi dengan harga yang terjwgkau sesuai dengan daya beli masyarakst. Menurut Zakaria (1999) pemberiw MPASI lokal, dalam arti terbuat dari bahan dan resep lokal sesuai dengan kulw setempat, merupaSEan praktek yang dapat membuat program intervensi berhasil, Salah satu gejala kekurangan energi protein anak yaitu adanya penyusutan protein otot tubuh dapat dilihat dari jwnldh kreatinin dalam urin. Tingkat kecukupan protein dan kalori MPASI dapat diukur dari kadar urea urin anak. Pengukuran hasil metabolit ini adalah untuki melihat seberapa jauh intervensi
MPASI dapat merespon pertumbuhan dan pencegah kurang energi protein.
Pemberian makanan pendamping AS1 berb#han baku kedelai ini diharapkan mampu mengurangi penyusutan protein tubuh ~ n a ksehingga dapat berperan dalam mengatasi kurang protein pada anak. keadaan gizi kurang pada anak
Beherapa faktor yang mempengaruhi
seperti graktek pemberian makan, tingkat
pengetahuan gizi ibu juga dijadikan patarneger yang hams diukur untuk melihat dampaknya terhadap perbaikan status gizi am&.
B. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujm untuk mempelajari pengaruh pemberian makanan tambahan dengan bahan dasar kedelai terhadap status gizi anak baduta.
Tujuan Khusus : 1. Mempelajari pengaruh pemberian
MPASI (Makanan Pendamping ASI)
berbasis kacang kedelai dan malt terhadafl perbaikan status gizi anak baduta (anak bawah dua tahun). 2. Mengevaluasi pengaruh pemberian MPASI terhadap
pertumbuhan dan
perputaran protein tubuh (Protein Turnoverj . 3. Mempelajari pengaruh penyuluhan gizi pa* ibu terhadap tingkat pengetahuan
gizi dan tingkat keberhasilan pemberian @kanan dengan penyuluhan.
C. Bipotesis 1. Pemberian makanan tambahan pendampitrg AS1 (MPASI) berbasis kedelai
mampu memberikan tambahan protein dark penambahan malt sebagai sumber
enzim amilase dapat meningkatkan densit+ energ MPASI.
2. Pemberian MPASI
berbasis bahan bcang kedelai dan malt ini dapat
memberikan asupan makanan yang c*p
bagi anak, sehingga dapat
mengurang penyusutan protein otot Qan &pat menjaga keseimbangan nitrogen agar dapat mencapai pertumbuhab yang optimal bagi anak. I
3. Penyuluhan gizi terhadap responden ibu +pat meningkatkan pengetahuan gizi
ibu, sehingga akan mempengaruhi pebbahan sikap dalarn memberikan makanan kepada anak. D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan &pat : 1. Membantu keluarga yang tergolong tidaq mampu dalam mengatasi masalah
kurang gizi yang dialami oleh anak baduga dengan memberikan WAS1 yang murah clan bergizi. 2. Menambah asupan protein pada pkoduk MPASI, sehingga dapat meningkatkan status gizi baduta yang mengalami KEP (Kurang Energ Protein). 3. Memberikan gambaran bagaimana konldisi pertumbuhan clan perputaran
protein dalam tubuh anak baduta setel& mengkonsurnsi MPASI berbasis kacang kedelai dan malt. 4. Pedoman pendidikan gizi untuk meningkatkan perilaku ibu dalam pola
pengasuhan anak.