"OPINION LEADER"
PERANANNYA DALAM PROSES ADOPSI TEKNOLOGI IB TERNAK SAPI MADURA Jauhari Efendy Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Selatan
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan peranan opinion leader dalam proses adopsi teknologi inseminasi buatan (18) ternak sapt Madura. Pengambilan data dilaksanakon di Desa Manding Selatan Kecamatan Manding Kabupaten Sumenep Jawa Timur . Metode penelitian yang digunakan adalah surval deskriptif. Jumlah responden sebanyak 51 orang. Prosedur pemilihan sampel dilakukan dengan teknik purposive melalui metode Sampling Intact System . Hasil penelitian menunjukkan bahwa opinion leader merupakan salah satu status fungsional dalam sistem sosial yang memiliki peran penting berkaitan dengan penyebarluasan teknologi ke dalam sistem sosial . Opinion leader memiliki hubungan sosial lebih luas dart pada anggota sistem sosial lainnya, bersifat kosmopolit, lebih sering terdedah dengan media massa, mengadakan perjalanan ke luar daerah, serta lebih sering berinteraksi dengan agen pembaharu, sehingga lebih terbuka terhadap masuknya ide-fde baru . Keterlibatan opinion leader dalam proses adopsi teknologi IB pada ternak sapt Madura akan sangat membantu tugos seorang agen pembaharu. Ada duo keuntungan yang diperoleh agen pembaharu dengan memanfaatkan peran opinion leader. Pertama, ketika fde-ide yang berkaitan dengan teknologi IB sampal kepada opinion leader akan lebih cepat tersebar kepada anggota khalayak sasaran (peternak sap!) dan kedua, melindungi teknologi yang akan diintroduksikan (18) dart tentangan yang mungkin timbul dart dalam sistem sosial itu sendiri. Kata kunci :
Opinion leader, 18, kecepatan adopsi inovasi, kosmopolit .
PENDAHULUAN ~erkembangan dan kema juan sektor pertanian saat ini tidak terlepas dart berkembangnya * dunia teknotogi usahatani atau inovasi dengan penemuan-penemuan barunya balk berupa gagasan, tindakan, atau barang-barang yang dianggap baru . Hampir setiap saat teknotogi baru (di bidang pertanian) dihasilkan oleh berbagai pihak maupun lembaga-lembaga riset dalam rangka merubah kondisi pertanian yang bersifat sub sistem dan tradisional menjadi sistem usahatani komersial . Namun dalam kenyataannya menyebarkan teknologi usahatani sampai diterapkannya teknotogi tersebut oteh pengguna (petani) tidaklah semudah proses penciptaannya . Tidak sedikit usaha-usaha pembangunan maupun penyebaran ide-ide baru gagal dan kandas di tengah jalan . Inovasi tersebut tidak berhasil diadopsi karena berbagai alasan diantaranya betum ditemukannya format yang tepat dan terbukti efektif dalam proses penyebarannya . Hat ini menunjukkan bahwa mengkomunikasikan ide-ide baru untuk dapat diterima dan diterapkan oleh pengguna (petani) secara memuaskan ternyata bukan sesuatu hat yang mudah dan sederhana metainkan serba rumit . Teknotogi inseminasi buatan (IB) telah diperkenalkan di Indonesia pada permulaan tahun 1950-an . Namun penerapan secara metuas tanpa perencanaan yang matang dan petaksanaan program yang tidak tepat dan sistematis telah menyebabkan lebih banyak kegagalan dari pada keberhasilan selama 20 tahun sejarah perkembangan di negeri ini (Atmaditaga et al ., 1974) . Berbagai konsekuensi di atas tentunya telah merugikan berbagai pihak seperti : organisasi/institusi, petaksana operasional, keyakinan terhadap teknotogi yang diperkenalkan, dan bahkan terhadap program pembangunan pemerintah . Fenomena tersebut menunjukkan bahwa keberhasilan dalam program adopsi inovasi teknologi IB tidak dapat dicapai hanya dengan bantuan material dan biaya dari pemerintah tetapi harus ditunjang pula oleh adanya sating pengertian antara calon adopter dengan petugas serta pengetahuan dan keterampilan semua pihak yang berkecimpung dalam percepatan proses adopsi inovasi teknologi IB (Toelihere, 1985) .
Prosiding Peternakan 2006
211
Salah satu bekal yang berguna bagi usaha memasyarakatkan inovasi atau ide-ide baru adalah pemahaman yang mendalam mengenai bagaimana inovasi tersebut tersebar ke dalam sistem sosial dan mempengaruhinya (Hanafi, 1987) . Faktor yang penting diperhatikan dalam upaya mendiseminasikan suatu inovasi adalah seberapa besar inovasi tersebut mampu memberikan perubahan lebih balk dari teknologi yang digantikannya . Suatu inovasi yang secara signifikan mampu memberikan keuntungan yang relatif besar akan lebih mudah diadopsi . Demikian juga teknologi yang simpel dan mudah dalam penerapannya akan lebih disukai oleh para pengguna (petani) yang secara umum kondisi tingkat pendidikan dan pengetahuannya rendah . Keterlibatan berbagai pihak balk yang secara langsung maupun tidak langsung bertanggung jawab terhadap keberhasilan dalam proses adopsi inovasi memegang peran penting dalam penyebaran inovasi ke dalam sistem sosial . Agen pembaharu (PPL) dan tokoh masyarakat (pemuka pendapat/opinion leader) diharapkan sebagai motor penggerak diterima dan diterapkannya suatu teknologi oleh sistem sosial . Keterlibatan opinion leader dalam proses adopsi inovasi karena mereka memiliki kemampuan mempengaruhi orang lain (anggota sistem masyarakat) agar bertindak dan bersikap menurut cara-cara tertentu . Mungkin para opinion leader tersebut menduduki jabatan formal, akan tetapi pengaruh itu berlaku secara informal . Timbulnya pengaruh dari seorang opinion leader bukan ditunjang oleh kekuatan atau birokrasi format, melainkan karena kemampuan dan hubungan antar pribadi dengan anggota masyarakat (Rogers, 1995) . METODOLOGI Pengambilan data dilaksanakan di Desa Manding Selatan Kecamatan Manding Kabupaten Sumenep Jawa Timur . Metode yang digunakan adalah surval deskriptif. Sampel yang digunakan sebanyak 51 orang peternak sapi Madura yang tergabung dalam Kelompok Peternak Sapi Madura "Barokah" . Prosedur pemilihan sampel ditakukan dengan teknik purposive melalui metode Sampling Intact System (Rogers and Kincaids, 1981) . Data yang digunakan berupa data primer yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden maupun dengan tokoh kunci (PPL Peternakan) . Penentuan anggota sistem sosial sebagai opinion leader dilakukan melalui pendekatan teknis sosiometri . Teknik ini merupakan alat ukur yang paling valid untuk menentukan siapa saja pemuka pendapat (opinion leader) datam suatu sistem sosial sesuai dengan pandangan para pengikutnya . Metode sosiometri dapat dilakukan dengan cara menanyakan anggotaanggota sistem sosial dengan siapa biasanya mereka meminta nasehat, pendapat, maupun masukan, serta saran-saran berkaitan dengan teknologi inseminasi buatan (IB) (Hanafi, 1987) . HASIL DAN PEMBAHASAN Beternak sapi bagi sebagian besar masyarakat Desa Manding Selatan merupakan bentuk usaha yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari, karena berkaitan dengan aktivitas usahatani yaitu sebagai ternak kerja pengolah lahan pertanian . Disamping itu beternak sapi menjadi salah satu bentuk usahatani yang sudah membudaya dari generasi ke generasi dimana daerah ini merupakan salah satu sentra pengembangan ternak sapi Madura di Kabupaten Sumenep . TeknologilB bagi masyarakat peternak sapi di Desa Manding Selatan bukanlah sesuatu yang benar-benar baru . Beberapa diantaranya bahkan sudah banyak yang mengenal dan memahami teknologi ini tetapi hanya sampai pada tingkatan kognitif (pengetahuan) . Hat ini karena mengintroduksikan inovasi IB sampai diadopsinya teknologi tersebut secara memuaskan membutuhkan waktu dan proses yang panjang . Soekartawi (1988) menjelaskan tentang pengadopsian inovasi dalam suatu sistem sosial dibutuhkan jangka waktu tertentu . Dimensi waktu
21 2
Jauhart Efendy
terlihat pada proses pengambilan keputusan inovasi, kecepatan adopsi inovasi datam sistem sosiat, serta keinovatifan individu terhadap inovasi . Profit dan Karakteristik Opinon Leader
Metatui pendekatan teknis sosiometri diperoteh data bahwa dari 51 anggota sistem sosiat (peternak sapi Madura) terdapat empat orang yang termasuk datam kategori opinion leader . Pemitihan keempat orang tersebut sebagai opinion leader didasarkan atas kenyataan bahwa mereka lebih banyak dipitih oteh anggota sistem sosial sebagai pihak yang banyak dihubungi untuk diminta informasi dan pendapatnya sehubungan dengan penerapan teknotogi IB dibanding dengan rata-rata anggota sistem sosiat tainnya . Tabel 1 . Data sosiometri interaksi sosial petemak sapi Madura Jumlah anggota sistem sosiat No . responden yang No . yang menghubungi responden dihubungi tersebut (orang) 1. 1' 18 2. 2• 12 3. 3 3 4. 7 1 5. 8 1 9* 6. 10 7. 11 3 8. 12 1 9. 13 2 10. 15 3 11 . 16 1 12. 20 1 13 . 21 3 14. 22 2 15. 23 1 4 16. 24 17. 26 2 18. 27 2 19. 29 2 20. 30 2 21 . 31 4 22. 39' 13 23 . 40 3 24. 41 1 25 . 42 1 26. 46 1 27. 47 2 28. 48 1 29. 49 1 30. 50 1 Rata-rata interaksi sosial : 3,4 orang
Status datam sistem sosial Ketua ketompok, inseminator Pengurus ketompok Pengurus ketompok Pengurus kelompok -
Pengurus kelompok -
-
* : opinion leader
Responden no . 1 merupakan salah satu anggota sistem sosiat yang paling banyak dikenat dan dihubungi oleh anggota sistem sosial . Berdasarkan data yang ditunjukkan Tabel 1, dari keempat opinion leader terlihat bahwa yang bersangkutan mendapatkan sejumlah besar pitihan atau dihubungi oleh anggota sistem sosial untuk mendapatkan informasi tentang teknologi IB dengan jumlah terbanyak . Hat ini karena responden tersebut selain berkedudukan sebagai ketua kelompok (Ketompok Peternak Sapi Madura "Barokah ") juga petugas inseminasi (inseminator) dan sekaligus aparat desa (kepata dusun) yang disegani oleh masyarakat setempat . Status sebagai inseminator memungkinkan dirinya untuk setatu berinteraksi balk dengan masyarakat peternak sapi maupun pihak lain yang berkompeten datam proses adopsi inovasi IB . Dart data pitihan sosiometri diketahui bahwa responden ini memiliki sifat kosmopolit yang cukup balk, sehingga terbuka terhadap informasi dan teknologi yang diperkenatkan kepadanya . Menurut berbagai sumber diperoteh informasi bahwa yang bersangkutan setatu menjadi pioner dan memberi contoh datam setiap upaya pengembangan teknotogi pertanian (inovasi) . Prosiding Peternakan 2006
21 3
Opinion leader lainnya (responden no . 2 dan 39) mendapatkan sejumlah besar pilihan untuk diminta informasi dan saran-sarannya tentang penerapan teknotogi IB sehubungan dengan status dirinya yang dianggap sebagai peternak maju dan kedudukannya yang cukup tinggi datam sistem sosiat masyarakat (aparat desa) . Dalam berbagai kesempatan mereka senantiasa diminta nasehat-nasehatnya oleh sebagian anggota sistem sosial dalam menyetesaikan berbagai kasus terutama ketika terjadi perselisihan antar warga . Sebagai peternak maju pengetahuannya tentang teknologi IB yang diperoleh dari pengatamannya beternak sapi sangat membantu anggota sistem sosial datam memberikan pengertian dan pemahaman sehingga membantu proses pengambilan keputusan untuk menerima dan selanjutnya mengadopsi teknologi IB . Sementara itu responden no . 9 dijadikan sebagai opinion leader oleh anggota sistem sosial karena salah satu ternak sapi yang dimiliki terpilih sebagai juara pertama dalam "Kontes Sapi" tingkat propinsi . Prestasi yang dicapai tetah menjadikan dirinya sebagai tempat rujukan dan bertanya bagi sebagian anggota sistem sosial untuk mendapatkan berbagai informasi yang berguna dalam tatalaksana pemeliharaan ternak sapi khususnya yang berkaitan dengan teknik pemilihan induk (sapi betina) . Kerjasama Agen Pembaharu dengan Opinion Leader Mengintroduksikan teknologi IB sampai diadopsinya teknotogi tersebut ternyata bukan suatu proses yang mudah . Bahkan ketika teknologi IB telah dapat diterima oleh sebagian masyarakat sasaran (peternak sapi) perkembangannya berjalan sangat lambat dan tidak menutup kemungkinan berhenti di tengah jalan sebetum teknologi tersebut diadopsi secara luas . Penyebaran inovasi ke masyarakat untuk mengadakan perubahan-perubahan sistem sosial merupakan suatu usaha yang kompleks . Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagatannya . Keberadaan seorang agen pembaharu (dalam hat in! PPL Peternakan) merupakan ujung tombak keberhasilan dalam proses difusi inovasi teknotogi IB pada ternak sapi Madura . Namun apabila mengabaikan keterlibatan pihak lain (seperti tokoh masyarakat) mengakibatkan upaya sosialisasi teknologi IB akan mengalami hambatan dalam pelaksanaannya di tingkat masyarakat pengguna (peternak sap!) . Hat ini mengingat penerapan teknologi IB sangat berkaitan dengan berbagai macam aspek, baik yang bersifat teknis maupun non teknis . Aspek teknis dalam penerapan teknologi IB pada ternak sapi berkaitan dengan prosedur pelaksanaan inseminasi . Memberikan pemahaman aspek teknis kepada calon pengguna (peternak sapi) membutuhkan intensitas Interaksi cukup tinggi antara petugas (inseminator) dengan masyarakat pengguna (peternak sapi) . Kendala yang bersifat sosiat-keagamaan juga menjadi faktor penghambat yang seringkati dihadapi dalam kaitannya dengan proses adopsi inovasi IB . Banyak kalangan tokoh agama (Islam) meragukan boteh tidaknya teknologi tersebut diterapkan . Keterlibatan opinion leader dalam proses adopsi inovasi IB akan sangat membantu tugas seorang agen pembaharu dimana biasanya waktu dan tenaga yang dimitiki sangat terbatas, sedangkan lingkup wilayah dan jangkauan sasaran yang akan dicapai begitu luas . Keberadaan dan peran yang diberikan oleh para opinion leader dalam proses sosialisasi teknotogi IB dapat menghemat tenaga, waktu, dan biaya dari seorang agen pembaharu . Memanfaatkan peran dan tenaga opinion leader berarti agen pembaharu tidak perlu lagi menghubungi semua anggota sistem sosiat satu per satu . Hat ini karena setetah ide-ide yang berkaitan dengan teknologi IB sampai kepada opinion leader akan lebih cepat tersebar kepada anggota khalayak sasaran . Efektivitas tugas seorang agen pembaharu dengan melibatkan peran opinion leader tidak saja memudahkan intensitas komunikasi antara petugas (inseminator) dengan masyarakat
214
Jauhari Efendy
sasaran (peternak sapi) tetapi juga dapat melindungi teknologi yang akan diintroduksikan (IB) dari tentangan yang mungkin timbul dari dalam sistem sosial itu sendiri . Dalam hat ini peran yang diberikan oleh opinion leader adalah mengadakan pendekatan dengan para tokoh agama (kyai dan ulama) agar mendapatkan dukungan pada saat teknologi IB diterapkan di tingkat masyarakat peternak . KESIMPULAN Opinion leader adalah derajat dimana seorang anggota sistem sosial mempunyal pengaruh terhadap individu lain dalam mengubah sikap dan perilaku secara informal . Identifikasi peranan seseorang sebagai opinion leader dalam suatu sistem sosial dapat diukur dari banyaknya jumlah anggota sistem sosial yang mengadakan interaksi dengan individu tersebut dibanding dengan rata-rata interaksi anggota sistem sosial lainnya . Sehubungan dengan proses adopsi inovasi teknologi IB pada ternak sapi Madura maka pemanfaatan peran dan keberadaan opinon leader dapat membantu keberhasilan tingkat adopsi inovasi . Hat ini karena setelah ide-ide tersebut (teknologi IB) sampai kepada opinion leader maka dengan segera disebarkan kepada anggota sistem sosial lainnya . DAFTAR PUSTAKA Atmadilaga, D; D . Suharto ; M .R . Toelihere ; M .A . Dasuki ; M . Harimurti ; dan A . Adnan . 1974 . Evaluasi hasil keglatan Inseminast Buatan (IB) pada saps di Jawa (1972-1974) . Direktorat Pengembangan Produksi Peternakan . Direktorat Jenderal Peternakan . Departemen Pertanian . Jakarta . Hanafi, A . 1987 . Memasyarakatkan ide-ide baru . Usaha Nasional . Surabaya . Rogers, E .M . 1995 . Diffusion of Innovation-fourth edition . The Free Press . New York . Rogers, E .M . and L . Kincaids . 1981 . Communication network . The Free Press . New York . Soekartawi . 1988 . Prinsip dasar komunikasi pertanian . Universitas Indonesia Press . Jakarta . Toelihere, M . R. 1985 . Fisiologi reprodukst pada ternak . Angkasa . Bandung .
Prosiding Peternakan 2006
21 5