Saira Tolana, 221410059, *Dr. Hj. Zulaecha Ngiu, M.Pd, **Asmun W. Wantu S.Pd, M.Sc, Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jurusan Ilmu Hukum dan Kemasyarakatan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo Hal. 1
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING DI KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 4 GORONTALO Saira Tolana Dr. Hj. Zulaecha Ngiu*, Asmun W. Wantu, S.Pd, M.Sc** Abstrak Saira Tolana, Nim 221 410 059. “ Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Model Pembelajaran Student Facilitator And Explaining Di Kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Gorontalo ” dengan Pembimbing I Dr. Hj. Zulaecha Ngiu, M.Pd dan Pembimbing II Asmun W. Wantu S.Pd, M.Pd. Skripsi Jurusan Ilmu Hukum Dan Kemasyarakatan Universitas Negeri Gorontalo. Rumusan Masalah dalam Penelitian ini yakni : Apakah dengan mengunakan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Gorontalo. Tujuan dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran Student Facilitator and Explaining pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Gorontalo. Hasil penelitian dan pembahasan bahwa melalui penelitian dengan menggunakan model pembelajaran Student Facilitator and explaining dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Data hasil penilaian awal pada Siklus 1 Pertemuan pertama menunjukkan bahwa hanya 39% dari 23 orang yang memperoleh hasil belajar yang baik pada materi Kedaulatan Negara Republik Indonesia. Data hasil penilaian pada siklus I pertemuan kedua menunjukkan bahwa terdapat 17 siswa atau 74% dari 23 orang siswa Kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Gorontalo sudah memiliki hasil belajar yang baik dan dinyatakan tuntas sedangkan 6 siswa atau 26 % belum memiliki hasil belajar yang baik. Data hasil belajar siswa ini meningkat pada siklus I pertemuan ketiga di mana dari 23 orang ada 87% siswa kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Gorontalo yang memiliki hasil belajar yang baik tentang materi Kedaulatan Negara Republik Indonesia sedangkan 13% dari keseluruhan siswa tersebut termasuk kriteria cukup memahami, dan dinyatakan tidak tuntas tetapi ini tidak berpengaruh pada hasil belajar siswa karena telah tercapai 87% dari 23 orang siswa Kata Kunci : Hasil Belajar, Model Pembelajaran Student Facilitator And Explaining
Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam UU RI No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 3 tentang sistem Pendidikan Nasional, pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Saira Tolana, 221410059, *Dr. Hj. Zulaecha Ngiu, M.Pd, **Asmun W. Wantu S.Pd, M.Sc, Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jurusan Ilmu Hukum dan Kemasyarakatan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo Hal. 2
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Manusia yang selalu memperhatikan pentingnya pendidikan akan selalu berkembang ke arah yang lebih baik. Dalam hal ini proses pendidikan tersebut, tentunya tidak lepas dari kegiatan pengajaran yang merupakan kegiatan utama dalam proses pendidikan. Untuk itu di harapkan kepada guru atau pendidik dapat melaksanakan tugasnya dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab, karena gurulah yang berperan langsung membina siswa dalam interaksi pembelajaran begitu pula untuk menumbuhkan dan meningkatkan hasil siswa dalam belajar, sehingga apa yang diharapkan dapat tercapai dengan baik. Dalam proses pembelajaran tersebut, terjadi interaksi antara siswa dengan siswa, interaksi antara guru dan siswa, maupun interaksi antara siswa dengan sumber belajar. Berkaitan dengan proses interaksi dalam pembelajaran, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan antara lain adalah hasil belajar dan model pembelajaran. Hasil belajar adalah suatu proses mental yang mengarah pada penguasaan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap dengan ketrampilan proses dan dilaksanakan agar menimbulkan tingkah laku progresif dan adaptif. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hasil belajar adalah hasil yang telah dicapai dalam belajar berupa pengetahuan, penguasaan, atau ketrampilan, dan sikap yang diperoleh siswa selama mengikuti pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk angka. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Model pembelajaran juga salah satu faktor yang menentukan berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran. Sudjana (2011: 22) Pemilihan dan penggunaan model pembelajaran yang tepat sesuai dengan tujuan kompetensi sangat diperlukan. Untuk itu guru sebagai pengarah dan pembimbing harus pandai dalam memilih model pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa. Untuk mencapai tujuan tersebut maka guru memiliki tanggung jawab untuk menanamkan kesadaran kepada siswa dalam kegiatan pembelajaran, sehingga tujuan Pendidikan Kewarganegaraan dapat dicapai dengan baik. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah dalam penyampaian materi pelajaran, guru masih terikat pada buku paket, penggunaan media pembelajaran yang belum optimal, belum maksimalnya lingkungan sekolah digunakan sebagai sumber sarana pembelajaran
Saira Tolana, 221410059, *Dr. Hj. Zulaecha Ngiu, M.Pd, **Asmun W. Wantu S.Pd, M.Sc, Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jurusan Ilmu Hukum dan Kemasyarakatan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo Hal. 3
dan kurangnya pengusaaan serta pemahaman metodologi pembelajaran (Soemantri, 2007:70). Dari penjelasan di atas, menyadarkan kita bahwa kondisi-kondisi tersebutlah yang merupakan penyebab kualitas pendidikan kita tertinggal dari negara-negara lain termasuk oleh negara-negara tetangga. Akhirnya dampak kurang baik yang sering kita saksikan dan alami adalah rendahnya aktivitas, minat, dan motivasi belajar siswa yang berakibat pada rendahnya prestasi dan hasil belajar siswa, dalam hal ini terutama dalam pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang lebih banyak materinya berupa hafalan (Soemantri, 2007:98). Seorang guru dalam menyampaikan materi perlu memilih metode maupun model yang sesuai dengan keadaan kelas atau siswa sehingga siswa merasa tertarik untuk mengikuti pelajaran yang diajarkan. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi hasil belajar siswa menjadi kurang baik pula. Misalkan guru kesehariannya dalam mengajar biasa menggunakan metode ceramah, siswa akan menjadi bosan, mengantuk, hanya mencatat, akhirnya siswa menjadi pasif (Djamarah, 2007:59) Sesuai dengan hasil observasi awal yang dilakukan di kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Gorontalo menunjukkan bahwa hasil belajar siswa belum optimal seperti yang telah ditentukan dalam ketentuan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 75, di mana dari 23 orang jumlah siswa hanya 8 orang siswa atau 35 % yang memperoleh hasil belajar dengan baik sedangkan 15 orang siswa atau 65% memperoleh hasil belajar yang kurang atau belum tuntas di mana ketentuan belajar siswa dapat diperoleh apabila mencapai KKM. Hal ini disebabkan karena dalam pelaksanaan belajar mengajar guru lebih banyak menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajaran, siswa kurang memahami materi Pendidikan Kewarganegaraanyang diajarkan oleh guru, siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran, sebagian besar siswa juga belum memiliki keberanian untuk bertanya, mengemukakan pendapat dan berbicara di depan kelas, siswa tidak memperhatikan pelajaran yang diterangkan oleh guru, guru belum menggunakan metode yang bervariasi, hasil belajar yang dimiliki siswa masih rendah, selain itu mereka kurang serius dalam memfokuskan diri mengikuti pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).
Saira Tolana, 221410059, *Dr. Hj. Zulaecha Ngiu, M.Pd, **Asmun W. Wantu S.Pd, M.Sc, Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jurusan Ilmu Hukum dan Kemasyarakatan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo Hal. 4
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka diperlukan suatu pendekatan pembelajaran inovatif yang dapat meningkatkan kemampuan hasil belajar siswa. Pembelajaran yang sesuai
dengan permasalahan di atas
yaitu dengan model
pembelajaran Student Facilitator and Explaining mengupayakan siswa mampu mengajarkan sesuatu kepada siswa lainnya. Mengajar teman sebaya memberikan kesempatan pada siswa untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu bersamaan. Siswa menjadi nara sumber bagi siswa lain. Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining menekankan pada pembelajaran dalam kelompok, siswa belajar dan bekerja sama untuk mencapai tujuan yang optimal. Dengan menggunakan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining diharapkan siswa akan lebih mudah memahami pembelajaran
Pendidikan
Kewarganegaraan
ini,
apabila
mereka
dapat
saling
mendiskusikan masalah-masalah itu dengan temannya, sehingga tercapai hasil belajar yang optimal. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan suatu penelitian ilmiah dengan judul: “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan melalui model pembelajaran Student Facilitator and Explaining di Kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Gorontalo”. Masalah yang berhasil peneliti identifikasi adalah sebagai berikut: 1. Guru lebih banyak menggunakan metode ceramah, 2. Siswa kurang memahami materi yang diajarkan oleh guru, 3. Kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran, 4. Sebagian besar siswa juga belum memiliki keberanian untuk bertanya dan mengemukakan pendapat dan berbicara di depan kelas, 5. Masih banyak siswa yang tidak memperhatikan pelajaran yang diterangkan oleh guru, 6. Guru belum menggunakan metode yang bervariasi, 7. hasil yang dimiliki siswa masih rendah, dan 8. Mereka kurang serius dalam memfokuskan diri mengikuti materi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
Saira Tolana, 221410059, *Dr. Hj. Zulaecha Ngiu, M.Pd, **Asmun W. Wantu S.Pd, M.Sc, Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jurusan Ilmu Hukum dan Kemasyarakatan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo Hal. 5
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: “Apakah dengan mengunakan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Menengah Atas
di kelas X Sekolah
Negeri 4 Gorontalo”? Sesuai dengan yang telah disebutkan
sebelumnya bahwa untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) akan diatasi dengan menggunakan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining di kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Gorontalo. Model ini diharapkan akan memotivasi siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran sebab model pembelajaran ini menuntut siswa untuk mengeksplorasi, mengenali, sampai dengan menerapkan konsep yang dipelajari sehingga akan tampak tingkat hasil belajar siswa dan pada akhirnya akan berkontribusi pada prestasi belajar siswa. Adapun yang menjadi
tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil
belajar siswa melalui model pembelajaran Student Facilitator and Explaining pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Gorontalo. Adapun manfaat dari penelitian tersebut adalah: 1. Bagi Sekolah Memberikan masukan pada sekolah yang berkaitan dengan penggunaan model pembelajaran
Student
Facilitator
and
Explaining
pada
pelajaran
Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) di kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Gorontalo. 2. Bagi Guru Penggunaan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining pada pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Gorontalo ini sangat diharapkan dapat bermanfaat bagi para guru dalam proses belajar mengajar. 3. Bagi Siswa Memberikan pengetahuan, hasil, dorongan, hasil belajar yang baik serta solusi untuk belajar lebih giat atau lebih aktif lagi dalam setiap mempelajari materi yang disampaikan
Saira Tolana, 221410059, *Dr. Hj. Zulaecha Ngiu, M.Pd, **Asmun W. Wantu S.Pd, M.Sc, Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jurusan Ilmu Hukum dan Kemasyarakatan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo Hal. 6
oleh guru. 4. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan atau wawasan dalam penggunaam model pembelajaran Student Facilitator and Explaining pada pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Gorontalo. KAJIAN TEORITIS Menurut Sudjana (2011:22) mendefinisikan hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti (Hamalik, 2008:30). Hasil Belajar merupakan tujuan akhir yang hendak dicapai oleh siswa dari sebuah proses pembelajaran yang telah dijalaninya, yang biasanya dinyatakan dengan prestasi belajar, jika prestasi belajarnya baik berarti hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan atau sebaliknya. Purwanto (2010: 44) mengemukakan bahwa, “hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil menunjukkan pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses” yang diharapkan siswa dapat merubah perilakunya dibandingkan sebelum mengikuti pembelajaran. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disintesiskan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan belajar yang telah dilakukan berulang-ulang serta ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik tujuan akhir yang hendak dicapai oleh siswa dari sebuah proses pembelajaran yang telah dijalaninya, yang biasanya dinyatakan dengan prestasi belajar, jika prestasi belajarnya baik berarti hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan Dalam sistem pendidikan Nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Bloom (dalam Sudjana, 2011: 22) yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Di antara ketiga ranah
Saira Tolana, 221410059, *Dr. Hj. Zulaecha Ngiu, M.Pd, **Asmun W. Wantu S.Pd, M.Sc, Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jurusan Ilmu Hukum dan Kemasyarakatan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo Hal. 7
itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran dan pada penelitian ini peneliti hanya meneliti mengenai hasil belajar dalam ranah kognitif, psikomotor dan ranah afektif yang dimiliki siswa setelah ia belajar baik berkenaan dengan hasil belajar intelektual dan sikap maupun yang berkenaan dengan keterampilan. Manfaat Hasil Belajar, Karena berdasarkan hasil belajar siswa, dapat diketahui kemampuan dan perkembangan sekaligus tingkat keberhasilan pendidikan dalam kelas. Pengertian Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining merupakan suatu model yang memberikan kesempatan kepada siswa atau peserta untuk mempresentasikan ide atau pendapat pada rekan peserta lainnya. Model Student Facilitator and Explaining mempunyai kelebihan yaitu siswa diajak untuk dapat menjelaskan kepada siswa lain, siswa dapat mengeluarkan ide-ide yang ada dipikirannya sehingga dapat lebih memahami materi tersebut. Langkah-Langkah Penerapan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining Menurut Uno (2011:88) terdapat enam langkah dalam pelaksanaan model pembelajarn Student Facilitator and Explaining, yaitu sebagai berikut: a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. Guru menjelaskan tujuan belajarnya, menyampaikan ringkasan dari isi dan mengaitkan dengan gambaran yang lebih besar mengenai silabus atau skema kerja. b. Guru mendemonstrasikan atau menyajikan materi. Guru menyajikan materi yang dipelajari pada saat itu dan siswa memperhatikan. Setelah selesai menjelaskan guru membagi siswa menjadi berkelompok secara heterogenitas. c. Guru Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya misalnya melalui Model pembelajaran Student Facilitator And Explaining. Dalam tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya. Meminta seorang sukarelawan untuk maju dan menjelaskan di depan kelas apa yang kurang di ketahui oleh yang lainnya. d. Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa.
Saira Tolana, 221410059, *Dr. Hj. Zulaecha Ngiu, M.Pd, **Asmun W. Wantu S.Pd, M.Sc, Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jurusan Ilmu Hukum dan Kemasyarakatan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo Hal. 8
Ketika sang sukarelawan menjelaskan apa yang mereka ketahui di depan kelas, guru mencatat poin-poin penting untuk diulas kembali. Informasi yang tidak akurat, ide yang kurang tepat atau yang hanya dijelaskan separuh, hal ini bisa ditangani langsung sehingga siswa tidak membentuk kesan yang salah, atau mereka dapat membuat dasar dari rencana pembelajaran yang telah diperbaiki untuk beberapa pelajaran berikutnya. e. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu. Guru menjelaskan keseluruhan dari materi agar siswa lebih memahami materi yang sudah dibahas pada saat itu. Terakhir Guru melakukan Evaluasi METODE PENELITIAN Penelitian Tindakan Kelas yang peneliti lakukan merupakan penelitian mengenai hasil belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Melalui model pembelajaran Student Facilitator and Explaining di kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Gorontalo. Harapan ideal peneliti, siswa yang dapat mengeluarkan pendapat dengan baik di sekolah hasil belajarnya pun akan meningkat pula. Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan secara geografis sangat dekat dengan tempat peneliti sehingga mempermudah pengambilan data penelitian. Karakteristik Subjek Penelitian Sebagai subyek Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang saya lakukan adalah siswa di kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Gorontalo tahun pelajaran 2014/2015. Jumlah siswa yang diteliti sebanyak 23 orang yang terdiri dari 10 orang laki-laki dan 13 orang perempuan. Adapun Variabel Penelitian terdiri dari Variabel Proses, Variabel input, Variabel hasil Prosedur Penelitian Penelitian dirancang dalam satu (1) siklus dalam 1 siklus dilakukan 3 kali pertemuan. Pelaksanaan tiap siklus akan diambil 1 kelas dengan kerjasama guru pemberi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. 1. Siklus I pertemuan 1
Saira Tolana, 221410059, *Dr. Hj. Zulaecha Ngiu, M.Pd, **Asmun W. Wantu S.Pd, M.Sc, Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jurusan Ilmu Hukum dan Kemasyarakatan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo Hal. 9
Dalam siklus I pertemuan I ini dilakukan melalui beberapa tahap yaitu : 1) Tahap perencanaan penelitian, 2) Tahap Pelaksanaan penelitian, 3) Tahap pemantauan dan Evaluasi, dan 4) Tahap analisis dan refleksi. a. Tahap Perencanaan Penelitian Dalam tahap ini peneliti merencanakan penelitian diawali dengan adanya permasalahan bahwa di tempat bertugas banyak siswa yang kurang dalam mengeluarkan pendapat siswa sehingga akan mempengaruhi pembelajaran dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap hasil siswa itu sendiri di sekolah. b. Tahap Pelaksanaan penelitian Pada tahap ini peneliti memberikan pengarahan kepada siswa dan membuat kesepakatan dengan siswa, bahwa bagi siswa yang tidak mengeluarkan pendapat diberikan sebuah penguatan. Pada tahap ini juga peneliti memberitahu kepada siswa, bahwa yang mengeluarkan pendapat siswa juga akan diberikan penghargaan (apresiasi). c. Tahap pemantauan dan Evaluasi Setelah
diamati
beberapa
hari
dengan
pedoman
pengamatan
mulai
berlangsungnya pelaksanaan dan pada saat penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining tersebut di atas, maka selanjutnya peneliti mengamati kembali dengan pedoman pengamatan yang telah ditetapkan dengan indikator-indikatornya. Kemudian nilainya dirata-ratakan. Setelah dilakukan observasi sebelum penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining dan sesudah dilaksanakan penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining. d. Tahap analisis dan refleksi. Setelah diketahui hasill perbandingannya kemudian diulangi lagi observasinya mulai dari tahap pelaksanaan penelitian sampai pada tahap penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining untuk meningkatkan kemampuan siswa.
Saira Tolana, 221410059, *Dr. Hj. Zulaecha Ngiu, M.Pd, **Asmun W. Wantu S.Pd, M.Sc, Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jurusan Ilmu Hukum dan Kemasyarakatan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo Hal. 10
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru senantiasa mengarah pada upaya peningkatan hasil belajar
siswa secara keseluruhan, namun demikian pada
penelitian ini tindakan kelas lebih diarahkan pada aspek hasil belajar siswa, yang merupakan aspek kedua dari ranah koginitif siswa. Upaya ini dilaksanakan bertolak dari hasil observasi awal, dimana sebagian siswa kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Gorontalo mengalami kendala dalam pembelajaran materi Kedaulatan Negara Republik Indonesia. Kendala tersebut sebagai akibat belum optimalnya hasil belajar siswa, pada akhirnya berdampak pada rendahnya hasil belajar. Guna mengatasi kendala tersebut, peneliti menetapkan membelajarkan materi tersebut melalui model pembelajaran Student Facilitator and Explaining guna meningkatkan hasil belajar siswa pada materi tersebut di kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Gorontalo. Penggunaan model dipilih dengan pertimbangan dan alasan, serta mengacu pada pendapat yang dikemukakan Uno (2009:83) model pembelajaran Student Facilitator and Explaining merupakan model pembelajaran dimana siswa belajar mempresentasikan ide/pendapat pada rekan siswa lainnya. Model pembelajaran ini efektif untuk melatih siswa berbicara untuk menyampaikan ide/gagasan atau pendapatnya sendiri. Kelebihan dari model ini, siswa diajak untuk dapat menjelaskan kepada siswa lain, siswa dapat mengeluarkan ide-ide yang ada dipikirannya sehingga dapat lebih memahami materi tersebut dan telah dibuktikan melalui penelitian tindakan kelas yang membelajarkan materi Pendidikan Kewarganegaraantentang Kedaulatan Negara Republik Indonesia. Materi tersebut dibelajarkan dalam 1 (satu) kali pertemuan dengan alokasi waktu yang sudah ditentukan dalam jam pelajaran. Pada pembelajaran siklus I, pertemuan pertama materi yang diajarkan adalah Kedaulatan Negara Republik Indonesia. Alokasi waktu yang digunakan dalam membelajarkan materi tersebut adalah 2 jam pelajaran atau 70 menit. Pada pertemuan kedua dibelajarkan materi Contoh kedaulatan negara dalam kehidupan sehari-hari. Pada akhir pertemuan dilakukan penilaian lisan berdasarkan soal yang telah disediakan. Hasil
Saira Tolana, 221410059, *Dr. Hj. Zulaecha Ngiu, M.Pd, **Asmun W. Wantu S.Pd, M.Sc, Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jurusan Ilmu Hukum dan Kemasyarakatan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo Hal. 11
penilaian pada siklus I pertemuan kedua menunjukkan bahwa indikator keberhasilan penelitian, dalam hal ini peningkatan pemahaman siswa pada materi belum tercapai. Hasil analisis data menunjukkan bahwa, dari 23 orang siswa yang dikenakan tindakan pada pembelajaran siklus I pertemuan kedua, ketuntasannya hanya 74%. Dengan perkataan lain, siswa yang mencapai nilai 75 ke atas hanya 17 dari 23 orang. Hasil ini mengharuskan peneliti melakukan refleksi melalui diskusi dengan guru mitra. Mengacu pada hasil refleksi, maka pada pembelajaran berikutnya peneliti merencanakan perbaikan dan penyempurnaan terhadap aspek kegiatan guru dan aktivitas peserta didik. Menyangkut kegiatan guru, aspekyang perlu dioptimalkan meliputi: (1) Berupaya menumbuhkan motivasi siswa dan mempertahankan motivasi tersebut hingga akhir pembelajaran melalui pertanyaan kepada beberapa siswa diawal dan disela-sela kegiatan pembelajaran, (2) Memberikan kesempatan bertanya yang cukup kepada siswa berkaitan dengan media yang akan digunakan, (3) Lebih mengefektifkan penggunaan media gambar dalam menunjang kegiatan pembelajaran. Menyangkut aktivitas siswa yang dioptimalkan pada siklus I pertemuan ketiga adalah (1) Mendorong siswa agar lebih aktif dalam belajar, (2) Meminta seluruh siswa agar memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru, dan (3) Meminta siswa Mengajukan pertanyaan tentang materi yang belum dimengerti. Berdasarkan perencanaan tersebut, pembelajaran siklus I pertemuan ketiga dilaksanakan. Hasilnya, dari 23 orang siswa yang dikenakan tindakan, 20 orang atau 87% memperoleh nilai 75 ke atas dan dinyatakan tuntas. Dapat dikatakan bahwa terjadi peningkatan kualitas pembelajaran dan tingkat hasil belajar siswa kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Gorontalo tahun pelajaran 2014/2015 pada materi Kedaulatan Negara Republik Indonesia yang ditunjang oleh model pembelajaran. Meskipun kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan telah berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa yang tergambar dari nilai perolehan, tetapi masih perlu pengembangan lebih lanjut. Hal ini, karena sesuai analisis data pada pembelajaran siklus I pertemuan ketiga masih terdapat 3 orang atau 13% dari keseluruhan siswa yang dinyatakan belum tuntas pada materi tersebut. Keseluruhan siswa yang dinyatakan tidak tuntas pada siklus I pertemuan ketiga akan dibimbing secara individual guna mencapai ketuntasan pada materi yang telah dibelajarkan. Siswa-siswa tersebut akan diberikan
Saira Tolana, 221410059, *Dr. Hj. Zulaecha Ngiu, M.Pd, **Asmun W. Wantu S.Pd, M.Sc, Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jurusan Ilmu Hukum dan Kemasyarakatan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo Hal. 12
tugas-tugas sesuai dengan materi yang telah dibelajarkan agar mereka mencapai ketuntasan sebagaimana siswa lainnya. Dengan tidak mengabaikan beberapa siswa yang tidak mencapai ketuntasan materi,
pada
dasarnya
penggunaan
model
pada
pembelajaranPendidikan
Kewarganegaraanmateri Kedaulatan Negara Republik Indonesia,
telah mampu
meningkatkan kualitas pembelajaran dan berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa pada materi. Peningkatan ini dibuktikan dengan hasil analisis data bahwa tingkat ketuntasan siswa mencapai 87% pada akhir pembelajaran siklus I pertemuan ketiga. Hasil ini sekaligus menunjukkan bahwa hipotesis tindakan yang menyatakan: “Jika digunakan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining, maka hasil belajar siswa pada materi Kedaulatan Negara Republik Indonesia pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Gorontalo telah meningkat”, terbukti kebenarannya dan hal ini dapat diterima. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Gorontalo pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan materi Kedaulatan Negara Republik Indonesia. Analisis data hasil belajar siswa pada siklus I pertemuan kedua menunjukkan bahwa dari 23 orang siswa yang dikenakan tindakan, 17 orang atau 74% siswa memenuhi kriteria ketuntasan, dan pada siklus I pertemuan ketiga telah meningkat menjadi 20 orang atau 87%. Peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran, meningkat dari siklus I pertemuan pertama ke siklus I pertemuan ketiga sebesar 13%. Saran Berkenaan dengan pelaksanaan dan hasil penelitian, maka dikemukakan saransaran sebagai berikut.
Saira Tolana, 221410059, *Dr. Hj. Zulaecha Ngiu, M.Pd, **Asmun W. Wantu S.Pd, M.Sc, Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jurusan Ilmu Hukum dan Kemasyarakatan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo Hal. 13
1) Model pembelajaran dapat menjadi alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. 2) Perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang penggunaan model pembelajaran pada materi Pendidikan Kewarganegaraan lainnya untuk meningkatkan hasil belajar siswa. 3) Bagi peneliti penggunaan model pembelajaran yang efektif akan meningkatkan hasil belajar siswa seperti yang peneliti lakukan pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan 4) Diharapkan agar penggunanaan model pembelajaran terus ditingkatkan dalam setiap proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA Brodjonegoro, Satryo Soemantri. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: PT SUN Djamarah S.B. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara Kustiani,Syaifullah.
2006.
Motivasi
Belajar
Pembelajaran
dan
Upaya-Upaya
Peningkatannya. Malang: IKIP Malang Prasetya, 2009. Perangkat Pembelajaran Metode Student Facilitator And Explaining Pada Standar Kompetensi Menjelaskan Dasar-Dasar Sinyal Video di SMK Negeri 5 Surabaya. Jurnal Pendidikan Teknik Elektro » Vol 1 Nomer 2 (2012). Purwanto. 2010. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar Marno dan M. Idris, 2008. Strategi dan Metode Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-
Ruzz,
Suprijono, Agus, 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Saraswati. Yeni. 2009. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Student Facilitator and Explaining (SFAE) Untuk Meningkatkan Minat Belajar Fisika dan Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 1 Singosari. Malang: Jurnal UM
Saira Tolana, 221410059, *Dr. Hj. Zulaecha Ngiu, M.Pd, **Asmun W. Wantu S.Pd, M.Sc, Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jurusan Ilmu Hukum dan Kemasyarakatan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo Hal. 14
(http://fisika.um.ac.id/index.php/abstrak-skripsi-mahasiswa/122-yeni saraswati.html) Semiawan, Cony. 2009. Pendekatan Keterampialan proses. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia Sugihartono, 2007. Pendekatan Dalam pembelajaran. Bandung: Refika Aditama Sudjana, Nana. 2011. Penilaian proses hasil belajar mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya Trianto, 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik Konsep, Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya. Jakarta: Prestasi Pustak Uno, Hamzah. 2009. Model Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Saira Tolana, 221410059, *Dr. Hj. Zulaecha Ngiu, M.Pd, **Asmun W. Wantu S.Pd, M.Sc, Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jurusan Ilmu Hukum dan Kemasyarakatan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo Hal. 15