LAPORAN PENELITIAN
PERSEPSI MAHASISWA UNIVERSITAS WIDYA DHARMA KLATEN TERHADAP POLA
KEPEMIMPINAN
RESPOSIF-AKOMODATIF
DAN
PROAKTIF-
EKSTRAKTIF DARI ELIT DALAM RANGKA MEMBANGUN DEMOKRATISASI DI INDONESIA
Oleh: Drs. Abdul Ghofir, M.Pd. Sudiyo Widodo, S.Pd, M.H. Anggi Prasetiyo Elisa Chintya Dewi
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITS WIDYA DHARMA KLATEN 2016
i
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Penelitian ini telah disetujui oleh Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, disahkan oleh Kepala Lembaga Penelitian dan Pengembangan serta diketahui oleh Rektor Universitas Widya Dharma Klaten, pada:
Hari
: Rabu.
Tanggal
: 31 Agustus 2016.
Waktu
: 10.00 WIB.
Tempat
: Universitas Widya Dharma Klaten
Mengesahkan
Menyetujui
Kepala Puslitbang
Dekan FKIP
Dr. Iswan Riyadi, M.M. NIP.196004011986111001
Drs. H Udiyono, M.Pd. NIP.195411241982121001
Mengetahui Rektor Unwidha Klaten
Prof. Dr. H Triyono, M.Pd. NIP.195408091980101002
ii
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan keharibaan dan hadirat Allah SWT. atas segala berkat rahmat, karunia taufik dan hidayahNya, penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan lancar dan sukses dengan judul: Persepsi Mahasiswa Universitas Widya Dharma Klaten terhadap Pola Kepemimpinan Responsip-Akomodatif dan Proaktif-Ekstraktif dari Elite dalam Rangka Membangun Demokratisasi di Indonesia, sesuai dengan waktu yang telah dijadwalkan. Proses penelitian dan pembuatan laporan hasil penelitian ini dapat diselesaikan dan tersajikan berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis dengan hati yang tulus ingin menyampaikan rasa dan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada: 1. Bapak Prof.Dr. H Triyono, M.Pd. Rektor Universitas Widya Dharma Klaten yang telah memberi motivasi dan mengijinkan penelitian di Uniersitas Widya Dharma Klaten ini. 2. Bapak Dr. Iswan Riyadi, M.M. Kepala Puslitbang Universitas Widya Dharma Klaten yang telah memeberi arahan dan persetujuan kepada penulis untuk melakukan dan menyelesaikan penelitian sesuai jadwal yang direncanakan. 3. Bapak Drs. H Udiyono, M.Pd. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Widya Dharma Klaten yang telah memberi motivasi dan dukungannya terhadap penulis untuk melaksanakan penelitian. 4. Saudara Presiden BEMU, Gubernur BEMF, Ketua UKM-UKM, Ketua HMJ dan HMP di lingkungan Universitas Widya Dharma Klaten yang telah membantu dan memberi kemudahanserta menjadi responden dalam penelitian yang penulis lakukan. Dan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang memberi andil besar dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan laporan hasil penelitian. Penulis bermunajat semoga seluruhkontribusi tersebut dicatat sebagai amal soleh dan mendapat pahala yang berlipatganda dari Allah SWT. Amien. Penelitian telah dilakukan dengan penuh kesungguhan dan ketelitian agar memenuhi standar keilmuan yang ada sehingga akan melahirkan hasil penelitian yang baik, namun penulis yang dilekati dengan keterbatasan teoretik dan praktik/pengalaman, diakui hasil penelitian masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis dengan tangan terbuka mengharapkan adanya kritik dan saran konstruktif demi perbaikan selanjutnya.
iii
Harapan penulis semoga karya kecil ini
bermanfaat para pembaca, disamping dapat
memperkaya hasanah ilmiah di Universitas Widya Dharma Klaten. Klaten, Akhir Agustus 2016 Tim Peneliti
iv
DAFTAR TABEL
Tabel TABEL I TABEL II TABEL III TABEL IV TABEL V TABEL VI TABEL VII TABEL VIII
Halaman Uji Validitas dan Reliabilitas Angket tentang Pola Kepemimpinan........................................................................... Uji Validitas dan Reliabilitas Angket tentang Upaya Membangun Demokratisasi……………………………………………………….. Uji Normalitas Angket………………………………………………. Uji Linearitas Angket.......................................................................... Uji Heteroskedastisitas Angket............................................................ Tabel Model Summary untuk mencari nilai Determinasi.................... Tabel ANOVA untuk menemukan nilai F hitung........................................................................................ Tabel Coefficients untuk menemukan nilai Thitung dan nilai persamaan....................................................................................
v
21 22 24 25 25 25 26 26
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1.
Berita Acara Penelitian.
2.
Angket Penelitian tentang Pola Kepemimpinan Responsif-Akomodatif dan ProaktifEkstraktif dan Upaya Membangun Demokratisasi.
3.
Pedoman Wawancara.
4.
Tabulasi Angket Uji Coba untuk Validitas dan Reliabilitas.
5.
Out Puts Uji Validitas dan Reliabiltas Angket.
6.
Tabulasi Angket untuk Persyaratan dan Analisis Regresi Sederhana.
7.
Out Put Uji Persyaratan ( Normalitas, Linearitas dan Heteroskedastisitas
8.
Out Put Analisis Regresi Sederhana ( Tabel Model Summary, Tabel ANOVA, Tabel Coefficients
9.
Presensi peserta seminar hasil penelitian.
10. Sertifikat Seminar Hasil Penelitian.
vi
ABSTRAK Drs. Abdul Ghofir, M.Pd, Sudiyo Widodo, S.Pd. MH; Anggi Prasetiyo, Elisa Chintya Dewi, Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Widya Dharma Klaten. Laporan penelitian: Persepsi Mahasiswa Universitas Widya Dharma Klaten terhadap Pola Kepemimpinan Responsip-Akomodatif dan Proaktif-Ekstraktif dari Elite dalam Rangka Membangun Demokratisasi di Indonesia. Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi persepsi mahasiswa yang menjadi pengurus Ormawa tahun 2016 terhadap pola kepemimpinan responsif-akomodatif dan proaktif-ekstraktif terhadap upaya membangun demokratisasi di Indonesia yang mencakup: a. Mengidentifikasi dinamika pola kepemimpinan responsif-akamodatif dan proaktif-ekatraktif pada kelembagaan negara.b. Mengidentifikasi dinamika demokratisasi dari pemimpin dan pemegang/elite. c. Membuktikan pengaruh pola kepemimpinan responsif-akamodatif dan proaktif-ekatraktif pada kelembagaan negara terhadap upaya membangun demokratisasi di Indonesia. Penelitian ini merupakan jenis penelitian survey dengan paradigma kuantitatifkualitatif korelasional untuk mencari hubungan dan kontribusi antara variabel bebas yaitu Pola Kepemimpinan Responsip-Akomodatif dan Proaktif-Ekstraktif dari Elite dan variabel terikatnyayaitu Upaya Membangun Demokratisasi di Indonesia. Dalam penelitian ini menggunakan instrumen angket untuk pengumpulan data dan analisis data kuantitatif dan wawancara untuk pengumpulan data dan analisis data kualitatif. Angket dilakukan uji validitas dan reliabilitas dengan hasil semua butir angket valid dan reliabel. Proses analisis data kuantitatif menggunakan SPSS versi 18 for Windows, sedangkan analisis kualitatif menggunakan model interaktif yang meliputi: pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan verifikasi/simpulan. Data angket perlu dialkukan uji persyaratan meliputi: Uji normalitas, linearitas dan heterokedastisitas, yang hasil baik Sedangkan validitas wawancara didasarkan pada trianggulasi dengan rasio. Hasil penelitian diuraikan sebagai berikut: a. Kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat sebesar R Square sebesar 0.115, nilai F hitung pada tabel ANOVAsebesar 11.918. Sedangkan Ftabel pada df = 93 adalah 2.47.Artinya Fhitung lebih besar dari Ftabel atau 11.218 >2.47.Adapun T hitung lebih besar dari T tabel pada tingkat signifikansi ( sig ) = 0.001 maka 3,452 >1,997. Secara nyata dapat pula dilihat bahwa dalam output tabel coefficients diketahui nilai koefisien sebesar 0.408. artinya pada saat variabel pola kepemimpinan bernilai konstan maka setiap penambahan satu satuan dari variabel pola kepemimpinan akan meningkatkan upaya membangun demokratisasi sebesar 0.408. Adapun model persamaan regresinya adalah:Y = 49.209 + 0, 408 X 1 = 49, 617. Berdasarkan simpulan diatas, hasil penelitian memiliki implikasi bahwa ditemukan adanya kontribusi dalam kisaran sedang pada pemimpin yang sedang memegang kekuasaan ( elite ) baik pada supra struktur politik maupun infra struktur politik maka mereka harus terus berintrospeksi untuk mereformasikan diri agar didalam menjalankan fungsinya mampu membangun demokratisasi. Khusus untuk elite pusat di jajaran eksekutif dan organisasi kemasyarakatan daerah harus senantiasa menjaga untuk meningkatkan peran agar kondisi demokrasi di Indonesia terus menuju level demokrasi maju/modern sehingga akan menunjang terbentuknya masyarakat madani yang partisipatorik. Diaharapkan ke depannya masyarakat diberi kesempatan luas untuk berperan aktif dalam pembangunan nasional. Kata kunci: Pola kepemimpinan, demokratisasi, kontribusi, supra dan infra struktur politik. vii
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUl ..........................................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………………...
ii
HALAMAN KATA PENGANTAR ...............................................................................
iii
HALAMAN DAFTAR TABEL ......................................................................................
iv
HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
v
HALAMAN ABSTRAK ..................................................................................................
vi
HALAMAN DAFTAR ISI ..............................................................................................
vii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................................. B. Rumusan Masalah .........................................................................................
1 4
C. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 5
BAB II. Kajian Teori dan Pengajuan Hipotesis A. Persepsi Mahaiswa ........................................................................................
6
B. Peran Mahasiswa ..........................................................................................
6
1. Mahasiswa sebagai Iron Stock .................................................................
6
2. Mahasiswa sebagai Guardian of Value ...................................................
7
3. Mahasiswa sebagai Agent of Change ......................................................
7
C. Konsep Kepemimpinan ................................................................................
7
D. Tipe Kepemimpinan Demokratis ................................................................ E. Ciri-Ciri Kepemimpinan Demokratis ......................................................... F. Pola Kepemimpinan Responsif-Akomodatif dan Proaktif-Ekstraktif 1. Pola Kepemimpinan Responsif-Akomodatif dan Proaktif-Ekstraktif
viii
8 10
11
Secara Umum ....................................................................... 2. Dinamika Pola Kepemimpinan Responsif-Akomodatif dan ProaktifEkstraktif secara Instrinsik dan Ekstrinsik ........................................... 3. Dinamika Pola Kepemimpinan Responsif-Akomodatif dan
12
Proaktif-
Ekstraktif secara Vertikal dan Horisontal ...........................
12
4. Dinamika Demokratisasi a. Konsep Demokrasi dan Demokratisasi .............................................. b. Nilai-nilai Demokrasi .......................................................................... c. Kendala Pelaksanaan Demokrasi dan Demokratisasi ..................... d. Kondisi Kondusif Pelaksanaan Demokrasi dan Demokratisasi…... G. Pengajuan Hipotesis ......................................................................................
12
13 13 14 14
BAB III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. B. Disain Penelitian .......................................................................................
16 16
C. Variabel Penelitian ...................................................................................
17
D. Kerangka Berpikir ...................................................................................
17
E. Subyek Penelitian .....................................................................................
17
F.
18
Instrumen Penelitian ............................................................................... a. Angket untuk Data Kuantitatif ........................................................... b. Wawancara Terbuka untuk Data Kualitatif .....................................
18 18
G. Uji Validitas dan Reliabilitas ..................................................................
19
H. Teknik Analisis Data ................................................................................
19
BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil UJI Validitas dan Reliabilitas Angket ...................................................... 1. Validitas dan Reliabilitas Angket Pola Kepemimpinan ...............................
ix
21 21
2. Validitas dan Reliabilitas Angket Pola Kepemimpinan ...............................
22
B. Uji Persyaratan 1. Uji Normalitas Angket .....................................................................................
24
2. Uji Linearitas Angket ......................................................................................
24
3. Uji Heteroskedastisitas Angket .......................................................................
25
C. Hasil Data Kuantitatif dan Analisis Regresi .....................................................
25
D. Hasil Data Kualitatif dan Analisis Model Interaktif.........................................
27
1. Lembaga Legislatif Pusat dan Daerah ................................................................ 2. Lembaga Eksekutif Pusat dan Daerah ...............................................................
27 27
3. Lembaga Eksekutif Pusat dan Daerah ...............................................................
27
4. Organisasi Politik Pusat dan Daerah ..................................................................
27
5. Organisasi Kemasyarakatan Pusat dan Daerah ................................................ 28
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan ...............................................................................................................
29
1. Hasil Analisis Kuantitatif ................................................................................
29
2. Hasil Analisis Kualitatif ..................................................................................
29
B. Implikasi ............................................................................................................... 29
C. Saran-saran .......................................................................................................... DAFTAR PUSTAK .............................................................................................. LAMPIRAN-LAMPIRAN ..................................................................................
x
29 31 33
BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Kemajuan atau kemunduran negara-bangsa tidak bisa dilepaskan dari serangkaian aktivitas dan komitmen pemimpin dalam menjalankan tugas dan kewajiban dengan dukungan masyarakat secara positif terhadap para pemimpin mereka. Sinergi kedua pihak diharapkan dapat mencapai kemajuan dan terhindar / tidak terjebak pada kondisi sebaliknya yaitu kemunduran. Hal ini sangat ditentukan oleh pola kepemimpinan dan dukungan masyarakat. Pemimpin dan rakyat harus menjalin hubungan konstruktif untuk mencapai tujuan nasional. Gaya kepemimpinan responsif-akamodatif dan proaktifekstaktif diarahkan pada kesediaan masyarakat untuk secara suka rela akan memberikan kontribusi optimal kepada pemimpin untuk berpartisipasi aktif dalam dalam dinamika pembangunan nasional. Di mata masyarakat pemimpin adalah sosok pencerah aspirasi yang perlu didukung dan diteladani sedang masyarakat di mata pemimpin sebagai modal dan energi untuk menggerakan aktivitas pembangunan nasional yang potensial dan produktif. Sinergi dalam model resiprokal antara pemimpin dan rakyat harus dikembangkan kepada terciptanya simbiosis mutualistis yang bertanggung jawab agar dapat mewujudkan sikap dan perilaku hubungan yang positif / konstruktif, bukan sebaliknya negatif / destruktif. Dapatkah keduanya bisa mengembangkan pola kerjasama yang benar-benar sesuai dengan harapan untuk menciptakan kemajuan, bukan kemunduran. Disini diperlukan sikap transparansi keduanya untuk kooperatif dalam kemitraan yang saling menguntungkan dan membangun. Adanya pemeliharaan saling kontrol keduanya merupakan sebuah keniscayaan.
1
Pemimpin yang baik harus menunjukkan sikap dan perilaku yang akseptabel, kapabel, dan akuntabel sehingga diperlukan pemimpin yang memenuhi kriteria unggul, bukan sekedar popular. Seperti sifat yang dimiliki oleh Rasulullah Saw yakni: sidik, fatonah, amanah dan tablig. Ki Hajar Dewantara telah memberikan petunjuk tentang kepemimpinan yang baik dan bertanggungjawab, yaitu pemimpin harus diwarnai oleh ciri ciri: ingngarso sung tulado, ing madyo mangun karso dan tutwuri handayani. Sedang
rakyat
dituntut untuk
menunjukkan
sikap
dan
perilaku
kritis
dan
bertanggungjawab. Masyarakat harus berani membangun pengawasan terhadap para pemimpin secara konstruktif dan disiplin tinggi. Menurut Didin Hafidhuddin bahawa dalam Islam, keterikatan hubungan pemimpin dengan rakyat merupakan sebuah keniscayaan. Hubungan pemimpin sebagai pihak yang diberi amanah dan rakyat sebagai pihak yang menitipkan amanah merupakan hubungan pertanggungjawaban dunia akhirat...........Kedekatan pemimpin dengan rakyat tidak cukupt hanya kedekatan formal dan verbal, tetapi nyang lebih penting adalah kedekatan emosional, ide, cita-cita dan memahami sejujurnya apa menjadi harapan atau kegelisahan rakyat sampai ke lapisan akar rumput. Seorang pemimpin sejati haruslah melihat dengan mata rakyat dan menghayati apa yang dialami rakyatnya ( 2016: 1-2 ). Pertanggungjawaban seorang pemimpin dihadapan rakyat diformulasikan dalam bentuk impersonal agar kontrol masyarakat benar benar efektik dan obyektif, tanpa prasangka dan fitnah. Pemimpin harus bersedia terbuka menerima kritik masyarakat secara legowo dan masyarakat harus bertindak cermat dan obyektif dalam menilai kebijakan dan keputusan pemimpin dalam menjalankan kekuasaan. Sikap dan perilaku pemimpin tidak boleh adigang adigung adiguna, dan masyarakat tidak sekedar mikul dhuwur mendem jero apalagi Asal Bapak Senang ( ABS ). Adanya pola hubungan kawula-gusti dan patron client harus diterjemahkan kepada substansi yang tepat yakni pemimpin mengajak rakyat untuk berbuat kebaikan dan rakyat bersedia membantu pemimpin untuk membangun menuju tercapainya kemajuan negara-bangsa di Indonesia.
2
Kondisi komtemporer secara riil menunjukkan banyak kasus penyimpangan dan pelanggaran yang dilakukan oleh sejumlah pemimpin baik di level pejabat tinggi ( kelas kakap ) maupun level pegawai rendah ( kelas teri ) sehingga KKNisme benar-benar terjadi di depan mata rakyat. Sebagai dampaknya, masyarakat menjadi bingung dan frustasi dalam menyikapi kondisi yang ada. Pelaku korupsi seolah diam, merasa aman dari tuntutan hukum, bahkan ada yang sengaja mempermainkan hukum dengan kekayaan/uang sehingga mafia hukum muncul begitu akut seakan korupsi sebagai hal biasa bahkan bagian budaya yang lazim dan bisa diterima masyarakat. Seiring maraknya kasus korupsi berarti negara dan masyarakat dirugikan karena pembangunan tidak sesuai dengan rencana anggaran dan peruntukannya bagi kemajuan Negara- bangsa. Apakah kondisi yang sungguh sungguh membahayakan bagi keberlanjutan eksistensi negara bangsa ini dibiarkan terus tanpa adanya upaya pencegahan dan penanganan sehingga diperlukan cara membagun solusi preventif dan represif yang kuat dan terbuka. Pemimpin dan rakyat harus menjalin sinergi yang terlembagakan diatas fondasi pola responsif- akamodatif dan proaktif- ekstraktif sehingga antara pemimpin dan rakyat dapat menumbuhkan kondisi saling mengisi dalam menghadapi setiap peluang dan tantangan yang ada. Kita harus mengupayakan agar kemajuan negara bangsa yang dicita citakan dijadikan tanggungjawab bersama. Untuk pemimin dan rakyat harus bisa membangun sistem dan dinamika demokratisasi yang baik agar tercipta clean and good governance di Indonesia. Mahasiswa merupakan komunitas khusus yang seharusnya memiliki kepekaan terhadap setiap dinamika yang ada, termasuk terkait dengan kebijakan yang dilakukan oleh pemegang kekuasaan/elite. Dalam hal ini mahasiswa bisa memberikan persepsi pada tindakan elite di Indonesia.
3
B. Rumusan Masalah Pemimpin harus memiliki sikap dan perilaku yang menunjukkan akseptabilitas, kapabilitas dan akuntabilitas / responsibiltas yang tinggi dalam menjalankan dinamika fungsi kelembagaan yang menjadi tanggungjawab tugasnya. Sedangkan rakyat harus mengembangkan sikap dan perilaku yang kritis dan cermat dengan disertai tanggungjawab yang besar. Antara pemimpin dan rakyat harus bisa membina suasana demokratisasi yang efektif sehingga kondisi clean and good governance bisa terpelihara. Untuk itu pemimpin harus menunjukkan komitmen responsif-akamodatif dan proaktifekatraktif yang dapat diterima masyarakat secara terbuka dan bertanggungjawab. Berdasarkan argumentasi tersebut penulis ingin mengidentifikasi adanya masalah yang ingin diungkap dalam penelitian yakni: Bagaimana ragam pola kepemiminan para pemegang kekuasaan di lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif di Indonesia dapat membina sistem demokrasi yang baik sehingga menunjang upaya clean and good governance untuk menuju kemajuan negara bangsa. Bagaimana sikap masyarakat untuk ikut berpartisipasi aktif dalam upaya mengawasi dinamika demokratisasi yang berkembang
sehingga
kontribusi
masyarakat
untuk
mengontrol
pelaksanaan
kepemimpinan nasional bisa menjaga terpelihraranya kondisi kondusif untuk mencapai kemajuan dan modernitas negara-bangsa Indonesia. C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: a. Mengidentifikasi dinamika pola kepemimpinan responsif-akamodatif dan proaktifekatraktif pada kelembagaan negara. b. Mengidentifikasi dinamika demokratisasi dari pemimpin dan pemegang/elite. c. Membuktikan pengaruh pola kepemimpinan responsif-akamodatif dan proaktifekatraktif pada kelembagaan negara terhadap upaya membangun. 4
D. Manfaat Penelitian a. Menunjang upaya membangun kepemimpinan yang kondusif. b. Memperkaya pelestarian nilai-nilai demokrasi di Indonesia. c. Berpartisipasi dalam membangun komitmen clean and good governance. d. Mengembangkan kajian kritis tentang praktik cheks and balances. e. Memberdayakan dinamika responsif-akamodatif dan proaktif-ekstraktif.
5
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Persepsi Mahasiswa Istilah persepsi sering disebut juga dengan pandangan, gambaran, atau anggapan, sebab dalam persepsi terdapat tanggapan seseorang mengenai satu hal atau objek. Persepsi mempunyai banyak pengertian, diantaranya adalah : 1. Menurut Bimo Walgito = pengertian persepsi adalah suatu proses yang didahului oleh penginderaan yaitu merupakan proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris. 2. Menurut Slameto (2010:102) = persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia, melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu indera pengelihat, pendengar, peraba, perasa,dan pencium. 3. Menurut Robbins (2003:97) yang mendeskripsikan bahwa persepsi merupakan kesan yang diperoleh oleh individu melalui panca indera kemudian di analisa (diorganisir), diintepretasi dan kemudian dievaluasi, sehingga individu tersebut memperoleh makna. 4. Dalam kamus besar psikologi, persepsi diartikan sebagai suatu proses pengamatan seseorang terhadap lingkungan dengan menggunakan indra-indra yang dimiliki sehingga ia menjadi sadar akan segala sesuatu yang ada dilingkungannya. Persepsi mempunyai sifat subjektif, karena bergantung pada kemampuan dan keadaan dari masing-masing individu, sehingga akan ditafsirkan berbeda oleh individu yang satu dengan yang lain. Dengan demikian persepsi merupakan proses perlakuan individu yaitu pemberian tanggapan, arti, gambaran, atau penginterprestasian terhadap apa yang dilihat, didengar, atau dirasakan oleh indranya dalam bentuk sikap, pendapat, dan tingkah laku atau disebut sebagai perilaku individu.http://belajarpsikologi.com/pengertian-persepsi-menurut-ahli/ diunduh tanggal 5 Juli 2016 B. Peran Mahasiswa Mahasiswa dapat dikatakan sebagai sebuah komunitas unik yang berada di masyarakat, dengan kesempatan dan kelebihan yang dimilikinya, mahasiswa mampu berada sedikit di atas masyarakat. Mahasiswa juga belum terecoki oleh kepentingankepentingan suatu golongan, ormas, parpol, dsb. Sehingga mahasiswa dapat dikatakan (seharusnya) memiliki idealisme. Idealisme adalah suatu kebenaran yang diyakini murni dari pribadi seseorang dan tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal yang dapat menggeser makna kebenaran tersebut. Menurut Geowana Yuka Purmana bahwa peran dan fungsi mahasiswa adalah: 1. Mahasiswa Sebagai “Iron Stock” Mahasiswa dapat menjadi Iron Stock, yaitu mahasiswa diharapkan menjadi manusiamanusia tangguh yang memiliki kemampuan dan akhlak mulia yang nantinya dapat menggantikan generasi-generasi sebelumnya. Intinya mahasiswa itu merupakan aset, 6
cadangan, harapan bangsa untuk masa depan. Dunia kampus dan kemahasiswaannya merupakan momentum kaderisasi yang sangat sayang bila tidak dimanfaatkan bagi mereka yang memiliki kesempatan. Lantas sekarang apa yang kita bisa lakukan dalam memenuhi peran Iron Stock tersebut ? Jawabannya tak lain adalah dengan memperkaya diri kita dengan berbagai pengetahuan baik itu dari segi keprofesian maupun kemasyarakatan, dan tak lupa untuk mempelajari berbagai kesalahan yang pernah terjadi di generasi-generasi sebelumnya. 2. Mahasiswa Sebagai “Guardian of Value” Mahasiswa sebagai Guardian of Value berarti mahasiswa berperan sebagai penjaga nilai-nilai di masyarakat. Lalu sekarang pertanyaannya adalah, “Nilai seperti apa yang harus dijaga ??” Untuk menjawab pertanyaan tersebut kita harus melihat mahasiswa sebagai insan akademis yang selalu berpikir ilmiah dalam mencari kebenaran.Sedikit sudah jelas, bahwa nilai yang harus dijaga adalah sesuatu yang bersifat benar mutlak, dan tidak ada keraguan lagi di dalamnya. Penjelasan Guardian of Value hanya sebagai penjaga nilai-nilai yang sudah ada juga memiliki kelemahan yaitu bilamana terjadi sebuah pergeseran nilai, dan nilai yang telah bergeser tersebut sudah terlanjur menjadi sebuah parameter kebaikan di masyarakat, maka kita akan kesulitan dalam memandang arti kebenaran nilai itu sendiri. 3. Mahasiswa Sebagai “Agent of Change” Mahasiswa sebagai Agent of Change,,, hmm.. Artinya adalah mahasiswa sebagai agen dari suatu perubahan. Lalu kini masalah kembali muncul, “Kenapa harus ada perubahan ?”. Menurut saya kondisi bangsa saat ini jauh sekali dari kondisi ideal, dimana banyak sekali penyakit-penyakit masyarakat yang menghinggapi hati bangsa ini, mulai dari pejabat-pejabat atas hingga bawah, dan tentunya tertular pula kepada banyak rakyatnya. Juga karena perubahan itu sendiri merupakan harga mutlak dan pasti akan terjadi walaupun kita diam. Bila kita diam secara tidak sadar kita telah berkontribusi dalam melakukan perubahan, namun tentunya perubahan yang terjadi akan berbeda dengan ideologi yang kita anut dan kita anggap benar. Mahasiswa adalah golongan yang harus menjadi garda terdepan dalam melakukan perubahan dikarenakan mahasiswa merupakan kaum yang “eksklusif”, mahasiswa yang telah sadar sudah seharusnya tidak lepas tangan kondisi riil masyarakat. Mereka tidak boleh membiarkan bangsa ini melakukan perubahan ke arah yang salah. https://geowana.wordpress.com/2008/08/10/peran-fungsi-posisi-mahasiswa/diunduh tanggal 15Juli 2016 C. Konsep Kepemimpinan. Konsep
kepemimpinan
bersifat
multikonseptual
sehingga
sejumlah
pakar
memberikan definisi kepemimpinan cukup beragam sesuai dengan latarbelakang kepakaran ahli yang mendefinisikannya.
7
Kepemimpinan adalah suatu kekuatan yang menggerakkan perjuangan atau kegiatan menuju sukses. Kepemimpinan juga berarti proses mempengaruhi aktivitas kelompok dalam rangka perumusan dan pencapaian tujuan. Kepemimpinan juga seringkali dihubungkan dengan organisasi.Suatu organisasi akan berhasil atau bahkan gagal, sebagian besar ditentukan oleh kepemimpinan yang ada. Berikut ini beberapa pengertian kepemimpinan menurut para ahli yang dikutip oleh Haryanto, S.Pd. adalah:
1. George R. Terry : Kepemimpinan adalah aktivitas mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan mencapai tujuan organisasi. 2. Sutarto : Kepemimpinan adalah rangkaian kegiatan penataan berupa kemampuan mempengaruhi perilaku orang lain dalam situasi tertentu agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 3. Stoner: Kepemimpinan adalah suatu proses mengenai pengarahan dan usaha untuk mempengaruhi kegiatan yang berhubungan dengan anggota kelompok. 4. Hemhiel dan Coons : Kepemimpinan adalah perilaku dari seorang individu yang memimpin aktivitas-aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan yang akan dicapai bersama (shared goal). 5. Wahjosumidjo : Kepemimpinan pada hakikatnya adalah suatu yang melekat pada diri seorang pemimpin yang berupa sifat-sifat tertentu seperti: kepribadian (personality), kemampuan (ability) dan kesanggupan (capability). Kepemimpinan juga sebagai rangkaian kegiatan (activity) pemimpin yang tidak dapat dipisahkan dengan kedudukan (posisi) serta gaya atau perilaku pemimpin itu sendiri. Kepemimpinan adalah proses antar hubungan atau interaksi antara pemimpin, pengikut, dan situasi ( belajar psikologi.com/pengertian-kepemimpinan-menurut-para-ahli) diunduh tanggal 28 Juni 2016. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinanmerupakan kemampuan
mempengaruhi orang
lain,
bawahan
atau
kelompok,
kemampuan
mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.
D. Tipe Kepemimpinan Demokratis. Model hubungan/interaksi dan interrelasi antara pemimpin/pemegang kekuasaan dan rakyat ( patron-klien ) dalam proses komunikasi politik bisa berdampak terhadap proses 8
pembangunan nasional diatas landasan nilai demokrasi ( Pancasila ) baik secara konstruktif maupun destruktif. Proses dan dinamika tersebut dipengaruhi oleh pola hubungan dua areah (konstruktif) dan searah (destruktif ). Pola kepemiminan responsif-akomodatif dan proaktif-ekstraktif merupakan model komunikasi politik dua arah yang kondusif bagi upaya meningkatkan dinamika demokratisasi yang berpengaruh terhadap dinamika pembangunan kehidupan bernegarabangsa yang efisien dan efektif menuju tercapainya kehidupan yang maju dalam berbagai bidang. Indonesia sebagai negara berkembang menuju kemajuan di berbagai bidang tentu sangat mendambakan munculnya pemimpin/pemegang kekuasaan/elite yang demokratik. Untuk itu, adanya keharusan bagi setiap pemimpin di supra struktur dan infrastruktur ( pusat dan daerah ) yang memiliki kapasitas pola kepemimpinan responsif-akomodatif dan proaktifekstraktif sebagai keniscayaan yang bersifat inspiratif. Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan kerjasama yang baik. Kekuatan kepemimpinan demokratis tidak terletak pada pemimpinnya
akan
tetapi
kelompok.Kepemimpinan
terletak
demokratis
pada
partisipasi
menghargai
aktif
potensi
dari
setiap
setiap individu,
warga mau
mendengarkan nasehat dan sugesti bawahan. Bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya masing-masing. Mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat. Tipe kepemimpinan demokratik merupakan model kepemimpinan yang prospektif karena memungkinkan untuk memerankan rakyat dalam proses partisipasi aktif secara riil untuk memberikan kontribusi besar terhadap pembangunan nasional.
9
Kepemimpinan demokratik hendaknya diwujudkan dalam sikap dan perilaku para elite yang memberikan kesempatan luas pada rakyat untuk terlibat secara aktif baik langsung atau tidak langsung bagi pembangunan nasional tersebut. Menurut Mahfud MD ( 1999; 22 ) bahwaproduk hukum yang responsif/populistik adalah produk hukum yang mencerminkan rasa keadilan dan memenuhi harapan masyarakat. Dalam proses pembuatanya memberikan partisipasi penuh kelompok-kelompok sosial atau individu dalam masyarakat. Dan hasilnya bersifat responsif terhadap tuntutan-tuntutan kelompok sosial atau individu dalam masyarakat. Sedangkan produk hukum yang ortodoks/konservatif/elitis adalah produk hukum yang isinya lebih mencerminkan visi sosial elite politik, lebih mencerminakn keinginan pemerintah, bersifat positivisinstrumentalis yakni menjadi alat pelaksanaan ideologi dan program Negara. Hukum yang ortodoks tertutup terhadap tuntutan-tuntutan kelompok maupun individu-individu di dalam masyarakat yang dalam pembuatanya peranan dan partitispasi masyarakat relatif kecil. Model pemikiran Moch.Mahfud MDjika diterapkan dalam pola kepemimpinan atau pemegang kekuasaan/elite baik secara individu maupun kolektif di Indonesia hendaknyadapat bermuara pada dinamika pola kepemimpinan responsif-akomodatif dan proaktif-ekstraktif. E. Ciri-Ciri Kepemimpinan Demokratik Pemimpin harus menunjukkan sikap dan perilaku yang responsif-akomodatif dan proaktifekstraktif sehingga antara pemimpin dan rakyatnya bisa terbangun proses patron-klien yang membangun komunikasi politik dua arah (timbal balik). Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pemimpin harus memiliki ciri-ciri: Ing ngarso sung tulado, ing madyo mangun karso dan tut wuri handayani. Menurut Kendra Cherry: Kepemimpinan demokratik bahwa democratic leadership, also known as participative leadership, is a type of leadership style in which members of the group take a more participative role in the decision-making process. Everyone is given the opportunity to participate, ideas are exchanged freely, and discussion is encouraged. While the democratic process tends to focus on group equality and the free flow of ideas, the lead of the group is still there to offer guidance and control. (https://www.verywell.com/what-is-democratic-leadership-2795315) diunduh tanggal 20 Juli 2016
10
Menurut Henny Sovya: Kepemimpinan responsif-akomodatif adalah gaya kepemimpinan yang berusaha untuk mengagregasikan semua kepentingan yang beraneka ragam yang diharapkan dapat dijadikan menjadi satu kesepakatan atau keputusan yang memihki keabsahan. Pelaksanaan dan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan diharapkan mampu menggerakkan partisipasi aktif para pelaksana di lapangan, karena merasa ikut terlibat dalam proses pengambilan keputusan dan kebijasanaan. Sedangkan kemimpinan proaktif-ekstraktif adalah gaya kepemimpinan yang mampu menangkap peluang dan melihat tantangan sebagai sesuatu yang berdampak positif serta mempunyal visi yang jauh ke depan dan sadar akan perlunya langkah-langkah penyesuaian.http://www.kompasiana.com/hennysovya/mengenal-gaya-kepemimpinanpresiden-di-indonesia_552c5c1c6ea834f7738b4571, diunduh tanggal 7 Juli 2016 F. Pola Kepemimpinan Responsif-Akomodatif dan Proaktif-Ekstraktif . 1. Pola Kepemimpinan secara Umum. Kepemimpinan merupakan manifestasi sikap dan kemampuan individu dalam menjalankan tugas dan kewajiban sehari-hari. Kepemimpinan bercirikan otoriter, liberal dan demokrasi. Pemimpin otoriter senantiasa menggunakan pendekatan pemaksaan dalam melakukan perintah dan larangan kepada bawahannya, sedangkan pemimpin liberal memberikan kebebasan terhadap bawahannya. Adapun pemimpin demokrasi berusaha mengarahkan tetapi tetap memberikan kebebasan bawahannya untuk
melaksakan
tugasnya
berdasarkan
kreativitas
bawahan
dengan
mempertimbangkan arahan atasanya. 2. Dinamika Kepemimpinan Responsif-Akomodatif dan Proaktif-Ekstraktif secara Intrinsik dan Ekstrinsik. Pola kepemimpinan sangat menentukan efisiensi dan efektivitas dalam meraih tujuan yang diharapkan. Pola kepemimpinan responsif-akomodatif dan proaktif-ekstraktif merupakan manifestasi dari etika kebijakan. Pola kepemimpinan ini mengutamakan keterbukaan, kreativitas, inisiatif dan konsistensi, yang menjadikan pemimpin yang berwibawa dan dipatuhi dalam mendinamisasikan setiap kondisi yang ada baik secara 11
instrinsik
( antar pimpinan dan staf dalam institusi ) maupun ekstrinsik ( antara
pimpinan dan staf di luar institusi ). 3. Dinamika Pola Kepemimpinan Responsif-Akomodatif dan Proaktif-Ekstraktif secara Vertikal maupun Horisontal. Pola
kepemimpinan
responsif-akomodatif
dan
proaktif-ekstraktif
dapat
mendinamisasikan proses kerja bagi seluruh pihak baik secara vertikal maupun horisontal. Dalam tataran praksis, kepemimpinan pola ini akan memberikan penilaian obyektif dari aktivitas karyawan sehingga kolega setara/selevel ( horisontal ) dan bawahan ( vertikal ) bisa mengembangkan hubungan kerja yang selalu menunjukkan keaktifan dalam meraih tujuan yang telah direncanakan. 4. Dinamika Demokratisasi. a. Konsep Demokrasi dan Demokratisasi. 1). Tim ICCE UIN Jakarta: Demokrasi sebagai way of life ( pandangan hidup ) dalam seluk beluk sendi kehidupan bernegara, baik oleh rakyat ( masyarakat ) maupun pemerintah. 2). International Commossion on Jurist: Suatu bentuk pemerintahan dimana hak untuk membuat keputusan2 politik diselenggarakan oleh WN melalui wakil2 yg dipilih oleh mereka dan yg bertanggungjawab kepada mereka melalui suatu proses pemilihan yg bebas. 3). Hertz : Democracy is a form of government in which no one member has political prerogative over any others. Government is thus the rule of all over all in the common, as opposed to the individual or separate group interest. 4). Mohtar Mas’oed: Demokrasi sebagai pengaturan kelembagaan untuk mencapai keputusan-keputusan politik, dimana individu-individu melalui perjuangan suara rakyat pemilih memperoleh kekuasaan untuk membuat keputusan. 5). Eep S Fatah: Demokrasi adalah sebuah sistem politik yang memelihara keseimbangan antara konflik dan konsensus, memberi peluang bagi perbedaan pendapat, persaingan dan pertentangan diantara individu atau kelompok dan lembaga negara dan masyarakat. ( Eep Saefullah Fatah’ 1995: 6 ). Para
pakar
mendefinisikan
demokrasi
sebagai
proses
pemerintahan
yang
melibataktifkan rakyat secara optimal agar tercipta kreativitas dalam menyusun dan
12
menyelenggarakan pemerintahan, baik secara langsung atau melalui perwakilan. Sedangkan demokratisasi merupakan proses penciptaan sistem dan kondisi yang memungkinkan setiap warga negara leluasa memberikan kontribusi pemikiran dan pelaksanaan dalam menyelenggarakan kebijakan negara dan pemerintahan. b. Nilai-nilai Demokrasi Dalam melaksanakan sistem demokrasi hendaknya dipegang teguh akan prinsipprinsip/nilai-nilai demokrasi yang terbaik bagi kehidupan negara dan bangsanya. Henry B. Mayo ( dalam Miriam Budiharjo;1990 ) menyatakan sejumlah nilai demokrasi sebagai berikut: 1. Menyelesaikan pertikaian2 secara damai dan sukarela. 2. Menjamin terjadinya perubahan secara damai dalam suatu masyarakat yang selalau berubah. 3. Pergantian penguasa secara teratur. 4. Penggunaan paksaan sesedikit mungkin. 5. Pengakuan dan penghormatan terhadap nilai keanekaragaman. 6. Menegakkan keadilan. 7. Memajukan ilmu pengetahuan. 8. Pengakuan dan penghormatan terhadap kebebasan. c. Kendala Pelaksanaan Demokrasi dan Demokratisasi secara Vertikal dan Horisontal.
13
Pelaksanaan demokrasi dan demokratisasi tidak bisa menjamin terealisasikan secara sempurna, sehingga kadang ditemukan sejumlah kendala. Kendala dapat terjadi dalam tataran vertikal maupun horisontal sehingga upaya mencarai solusi harus disesuaikan dengan jenis kendala yang dimaksud. Perebutan kekuasaan biasanya menjadi kendala dalam membina demokrasi dan demokratisasi dalam tataran horisontal, dan juga dalam tataran vertikal, sehingga mekanisme rekrutmen jabatan harus berdasarakan mekanisme meritokrasi yang memperhatikan kapasitas, kapabilitas dan profesionalitas seseorang. KKNisme harus dihilangkan dalam rekrutmen pejabat. d. Kondisi Kondusif Pelaksanaan Demokrasi dan Demokratisasi. Upaya membangun demokrasi dan demokratisasi merupakan pilihan strategis dalam melaksanakan pembangunan
nasional.
Dengan adanya
komitmen
tersebut
diharapkan setiap komponen bangsa bisa berkontribusi secara aktif terhadap dinamika kehidupan negara-bangsanya. Untuk itu diperlukan kondisi yang kondusif bagi terselenggaranya proses demokrasi dan demokratisasi yang semestinya. Para pemangku jabatan dan rakyat harus diberikan panduan dan sistem yang ditetapkan dalam peraturan perundangan yang berlaku, disamping perlu dukungan komitmen etika bagi siapapun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pimpinan harus memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi rakyat untuk ikut serta dalam segala bidang kehidupan. Hal ini diperlukan sistem kerja yang dinamis, efisien dan efektif. F. Pengajuan Hipotesis. Berdasarkan kajian teoretik dan kerangka berpikir dapat diduga bahwa pola kepemimpinan responsif-akomodatif dan proaktif-ekstraktif dapat memengaruhi upaya
14
membangun demokratisasi di Indonesia, maka dapat diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut: Hipotesis dirumuskan: Pola kepemimpinan responsif-akomodatif dan proaktif-ekstraktif memiliki kontribusi signifikan terhadap upaya membangun demokratisasi di Indonesia, 1. Rumusan hipotesis statistik, sebagai berikut: a. Untuk kontribusi variabel bebas ( X ) terhadap variabel terikat ( Y ), dibuktikan dengan uji F, dengan kriteria pengujian, sebagai berikut: Ho diterima jika F hitung < F tabel pada TS 5% atau Ho ditolak jika F hitung > F tabel padaTS 5% Untuk melihat besaran kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat bisa dilihat hasil determinasi pada tabel Model Summary ( R Square ). b. Untuk kontibusi variabel bebas terhadap variabel terikat juga bisa dibuktikan dengan Uji t, dengan kriteria, sebagai berikut: Ho diterima jika t hitung < t tabel pada TS5% atau Ho ditolak jika t hitung > t hitung pada TS 5 % dengan syarat variabel bebas dan konstanta mempunyai tingkat signifikansi di bawah 0,05 artinya: Jika probabilitas> 0,05 maka Ho diterima atau Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak. Kriteria pengujian pada derajat kebebasan ( dk ) = n – k = 94-1 = 93 pada TS 5%. Untuk melihat besaran kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikatnya dilihat pada korelasi koefisien zero-order.
15
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Universitas Widya Dharma Klaten. Penulis ingin mengidentifikasi persepsi mahasiswa yang masih aktif di Ormawa tahun 2016 di universitas ini tentang kapabilitas dan akuntabilitas kepemimpinan serta seberapa besar tingkat kepercayaan masyarakat kepada pemegang kekuasaann/elite atau pemimpin mereka. Hal tersebut lebih jauh akan menjadi modalitas sosial – politik masyarakat untuk merefleksikan respon mereka terhadap pemimpin nasional baik di supra struktur ( legialatif, eksekutif dan yudikatif ) maupun infra struktur ( partai politik, organisasi masyarakat maupun pemimpin informal lainnya ). Penelitian ini akan dilakukan dalam rentang waktu 6 bulan ( Pebruari s.d. Juli 2016 ) untuk menyiapkan instrumen, pra survey, pengambilan data, verifikasi data, analisis data dan pembahasan. B. Desain Penelitian. Penelitian menggunakan paradigma kuantitatif-kualitatif korelasional sehingga menurut Mitchell ( dalam Brannen: 1993: 8 ) harus menunjukkan adanya hubungan dua karakteristik. Penelitian ini memperlihatkan adanya variabel bebas dan variabel terikat yang menunjukkan adanya hubungan antara kedua variabel yang ada sehingga akan mencerminkan adanya kondisi kausalitas. Artinya penelitian ini akan merefleksikan munculnya variabel sebab dan adanya variabel terikat dan dampaknya sebagai akibat dari variabel sebab tersebut. Dengan demikian desain penelitian dikategorikan sebagai penelitian dengan paradigma kuantitatif - kualitatif kerelasional yang bersifat asosiatif. Penelitian ini dilihat dari kontinum orientasi waktu termasuk penelitian bersilang bagian ( cross-sectional ) bukan longitudinal karena pengumpulan data yang diamati terhimpun pada suatu rentang waktu tertentu( Chadwick; 1991: 42 ), yang rentang waktunya selama 6
16
bulan. Penelitian ini termasuk jenis unobstrusive ( tak menonjol ) karena tidak mempengaruhi responden dalam menentukan partisipasi mereka selama penelitian berlangsung ( Blaikie; 1993:149 ). Penelitian ini menggunakan strategi deduktif yang disusun berdasarkan hipotesis atau proposisi dari teori yang relevan agar diperoleh kesimpulan yang logis. Menurut Mitroff dan Kilmann ( 1978: 124 ) bahwa penelitian ini berkaitan dengan kinerja kelembagaan maka penelitian ini menggunakan pendekatan institusional atau model analitik kelembagaan ( Analitical Model of Institusional ). C. Variabel Penelitian Penelitian ini akan mengidentifikasi obyek yang akan dikaji dan dibahas mencakup 2 hal sebagai variabel bebas dan variabel terikat, yaitu: a. Variabel Bebas adalah Pola Kepemimpinan Responsif-Akomodatif dan ProaktifEkstraktif bagi Elite b. Variabel Terikat adalah Membangun Demokratisasi dalam rangka Pembangunan Nasional. D. Kerangka Berfikir. Penelitian ini terdiri dari variabel bebas ( X ) : Pola Kepemimpinan Responsif-Akomodatif dan Proaktif-Ekstraktif bagi Elite dan variabel terikat ( Y ): Membangun Demokratisasi dalam rangka Pembangunan Nasional. X
Y
E. Subyek Penelitian. Penelitian dirancang untuk menetapkan subyek penelitian secara selektif sehingga teknik pengambilan sampel penelitian menggunakan probalbility sampling dengan pilihan
17
proporsional (Sugiyono; 2000:58 ). Responden akan diambil dari para mahasiswa yang menjadi pengurus ormawa ( level universitas sampai dengan program studi ). Selain itu, penulis akan mengambil responden dari kalangan mahasiswa umumnya untuk memperkaya data penelitian ini.Responden penelitian adalah mahasiswa Unwidha Klaten yang masih aktif di Ormawa tahun 2016 sebanyak 94 orang. F. Instrumen Penelitian. Pengambilan data penelitian akan dilakukan dengan: Angket, wawancara dan dokumentasi. Angket terlebih dahulu diujicobakan untuk diperoleh tingkat validitas butir karena angket dibuat oleh penulis sendiri sehingga termasuk jenis validitas logis konstruk. Masing masing variabel akan dikembangkan sebuah angket yang memuat 25 butir dan wawacara mencakup 5 pertanyaan. Angket berbentuk pilihan ganda tertutup sehingga responden
hanya
memilih
alternatif
jawaban
manakah
yang
sesuai
dengan
katahati/nuraninya. Wawancara akan dilakukan secara terbuka agar muncul dialog dinamis antara peneliti dan responden. Untuk keperluan wawancara peneliti akan mengambil responden sebagaian saja, terutama mereka yang menempati posisi pimpinan di ormawa, sedangkan dokumentasi yang akan diambil adalah data tentang pengurus BEMU, BEMF, UKM dan HMP. Penelitian ini menggunakan 2 instrumen untuk menggali data yang akan dianalisis yakni:
a. Angket ( untuk data kuantitatif. ). Angket dirancang oleh peneliti sendiri sebanyak 25 butir baik untuk variabel bebas dan variabel terikatnya. Jenis angketnya adalah angket langsung dan bersifat tertutup,karena responden hanya memilih satu ternatif jawaban sesuai hati nuraninya. b. Wawancara terbuka ( untuk data kualitatif ).
18
Wawancara bersifat terbuka yang substansinya menyangkut kebijakan dan kinerja para elite di Indonesia. Didalam melakukan wawancara peneliti menggunakan wawancara yang terpimpin ( guided interview ) sehingga peneliti senantiasa berdasarkan pedoman wwancara yang digariskan. Pedoman wawancara dikembangkan sebanyak 10 butir pertanyaan. Perlu ditegaskan bahwa obyek kajian yang digali dengan angket dan wawancara ditujukan kepada pemegang kekuasaan/elite di supra struktur politik maupun infra struktur politik, baik di tingkat pusat maupun tingkat daerah.
G. Uji Validitas dan Reliabilitas. Setiap instrumen penelitian harus dicapai tingkat validitas dan reliabilitasnya agar data yang dihasilkan memiliki derajat keabsahan dan kekuatan yang tinggi. Untuk penelitian ini peneliti telah melakukan uji validitas dan reliabilitas insstrumen yang dipakai. Adapun uji validitas dan reliabilitas angket dilakukan secara validitas isi yang konstruk dengan uji korelasional. Sedangkan instrumen wawancara uji validitas dan reliabilitasnya menggunakan triangulasi teoretik.Adapun hasil uji validitas dan reliabilitas angket dijelaskan dalam bab hasil penelitian ( Bab IV ). H.Teknik Analisis Data. Penelitian ini ingin mengungkap seberapa besar kontribusi pola kepemimpinan responsifakomodatif dan proaktif -ekstraktif. dan dinamika demokratisasi terhadap terciptanya clean and good governance
sehingga analisis data kuantitatif ini menggunakan uji
statistik korelasional dan regresi sederhana dengan memanfaatkan SPSS versi 18 for Windows. Disamping itu, penulis akan menggunakan model interaktif dari Miles dan Huberman yang mengikuti alur pengumpulan, reduksi dan sajian diteruskan verifikasi dan penarikan kesimpulan untuk analisis kualitatif. Kedua model analisis ini akan dipadukan sehingga diharapkan dapat menghasilkan penelitian yang komprehensif integral. Agar hasil penelitian benar-benar lengkap maka penulis perlu melakukan uji persyaratan terlebih dahulu terhadap data yang tergali/teridentifikasi mencakup: uji normalitas, uji 19
linieritas, dan uji heteroskedastisitas untuk menuju analisis korelasional dan regresi sederhana secara sempurna.
20
BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Angket sbb:
1. Reliability Pola Kepemimpinan TABEL I Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
Valid a
Excluded Total
% 30
100.0
0
.0
30
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach’s Alpha
N of Items .913
25
Item-Total Statistics Cronbach’s Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted
Total Correlation
Alpha if Item Deleted
VAR00001
78.7667
155.978
.639
.907
VAR00002
78.4333
158.806
.522
.910
VAR00003
78.8333
152.695
.675
.906
VAR00004
78.8333
159.385
.640
.908
VAR00005
78.8333
156.489
.546
.909
VAR00006
78.5000
161.983
.456
.911
VAR00007
78.5000
155.707
.570
.909
VAR00008
78.7000
162.355
.364
.913
21
VAR00009
78.9333
155.720
.590
.908
VAR00010
79.0667
160.616
.374
.913
VAR00011
78.2667
159.926
.471
.911
VAR00012
78.3667
154.309
.690
.906
VAR00013
78.4333
155.289
.651
.907
VAR00014
78.2333
158.944
.516
.910
VAR00015
78.5000
160.879
.417
.912
VAR00016
78.5667
158.599
.575
.909
VAR00017
78.4333
161.151
.521
.910
VAR00018
78.7667
158.806
.514
.910
VAR00019
78.3667
158.516
.618
.908
VAR00020
78.7000
160.907
.408
.912
VAR00021
78.0667
162.892
.458
.911
VAR00022
78.1667
160.971
.507
.910
VAR00023
78.2667
162.616
.442
.911
VAR00024
78.8333
161.661
.408
.912
VAR00025
78.6333
160.585
.470
.911
Untuk uji validitas angket tentang Pola Kepemimpinan, r hitung butir terendah ( 8 ) sebesar 0,364 dan tertinggi ( 4 ) sebesar 0,640. Dan jika dikonsultasikan pada r tabel N= 30 sebesar 0.349 maka bisa disimpulkan semua butir adalah valid. Sedangkan untuk uji reliabilitasnya ternyata r hitungnya sebesar 0,913 sehingga angket Pola Kepemimpinan jika dikonsultasikan pada r tabel N= 30 sebesar 0, 349 maka bisa disimpulkan semua butir adalah reliabel ( sangat tinggi ).
2. Reliability Membangun Demokrasi. TABEL II Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary N Cases
Valid Excluded Total
a
% 30
100.0
0
.0
30
100.0
22
a.
Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .923
25
Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted
Total Correlation
Alpha if Item Deleted
VAR00001
81.2667
198.892
.660
.917
VAR00002
81.3667
208.861
.439
.921
VAR00003
81.5667
206.461
.619
.919
VAR00004
81.8667
205.154
.572
.919
VAR00005
81.4000
207.628
.420
.922
VAR00006
81.9000
201.748
.548
.920
VAR00007
81.3667
200.654
.637
.918
VAR00008
81.8333
202.420
.650
.918
VAR00009
81.8000
203.476
.559
.919
VAR00010
82.1667
201.109
.513
.920
VAR00011
81.4667
203.913
.565
.919
VAR00012
82.2333
203.013
.530
.920
VAR00013
81.9667
204.102
.512
.920
VAR00014
82.1000
206.024
.466
.921
VAR00015
81.9333
200.685
.537
.920
VAR00016
82.2000
207.200
.489
.920
VAR00017
82.0000
207.241
.393
.922
VAR00018
82.1000
204.300
.509
.920
VAR00019
82.2000
205.821
.460
.921
VAR00020
81.3000
204.562
.558
.919
VAR00021
81.9333
200.685
.587
.919
VAR00022
81.4000
206.386
.533
.920
23
VAR00023
82.0667
200.133
.697
.917
VAR00024
82.2333
207.357
.553
.920
VAR00025
81.9333
199.582
.745
.916
Untuk uji validitas angket tentang membangun demokratisasi, r hitung butir terendah (17 ) sebesar 0,393 dan tertinggi ( 25 ) sebesar 0,745. Dan jika dikonsultasikan pada r tabel N= 30 sebesar 0,349 maka bisa disimpulkan semua butir adalah valid. Sedangkan untuk uji reliabilitasnya ternyata R hitungnya sebesar 0,923 sehingga angket tentang membangun demokratisasi jika dikonsultasikan pada R tabel N= 30 sebesar 0,349 maka bisa disimpulkan semua butir adalah reliabel ( sangat tinggi ). B. Uji Persyaratan. Agar Analisis Regresi baik, maka data kuantitatif (angket) perlu dilakukan uji persyaratan, meliputi: Normalitas, Linearitas dan Heterosdastisitas ). Adapun hasil uji persyaratan sbb: 1. Uji Normalitas Angket: TABEL III One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
94
Normal Parameters
a,b
Most Extreme Differences
Mean
0E-7
Std. Deviation
8.05472207
Absolute
.042
Positive
.042
Negative
-.041
Kolmogorov-Smirnov Z
.404
Asymp. Sig. (2-tailed)
.997
a. Test distribution is Normal. b.
Calculated from data.
Dari uji 1 sampel K-S diketahui bahwa nilai koefisien K-S Znya0.404 dan nilai signifikansi Asymp.Sig ( 2-tailed ) 0,997 > 0.05, sehingga sampel berasal dari populasi berdistribusi normal. 2. Uji Linearitas Angket:
24
TABEL IV ANOVA Table Sum of Squares (Combined) MembangunDem
Mean Square
F
27
104.766
1.734
.036
781.614
1
781.614
12.940
.001
2047.064
26
78.733
1.303
.193
Within Groups
3986.641
66
60.404
Total
6815.319
93
Linearity
Between Groups
Deviation
PolaKepemimpin
from Linearity
Dari output tabel ANOVA diketahui niali sig.0.001 < dari 0.05 sehingga sampel berasal dari populasi yang memiliki hubungan linier. Juga dari F hitung> F tabel yaitu1,303>3.94 3. Uji Heteroskedastisitas: TABEL V Coefficients
a
Unstandardized Coefficients
Standardized
t
Sig.
Coefficients B (Constant)
Std. Error -6.768
5.654
.159
.068
Beta -1.197
.234
2.349
.021
1 PolaKepemimpinan a.
.238
Dependent Variable: res2
Dari out put tabel coefficients diketahui bahwa variabel bebasnya tidak signifikan ( nilai sig. 0,021 < 0,05 ) sehingga model ini tidak mengalami masalah heteroskedastisitas. C. Hasil Data Kuantitatif dan Analisis Regresi. TABEL VI b
Model Summary Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Durbin-Watson
Estimate 1
Sig.
2828.678
okrasi *
an
df
a
.339
.115
.105
25
8.098
1.476
Mengacu pada output tabelmodel summary diketahui R Square sebesar 0.115 pada tingkat kepercayaan 95 % sehingga variabel membangun demokratisasi dari elite mampu dijelaskan oleh pola kepemimpinan mereka ( elite ) sebesar 11,5% walaupun kecil, sedangkan sisanya 88,5 % dijelaskan oleh variabel lain. TABEL VII a
ANOVA Model
Sum of Squares Regression
1
df
Mean Square
F
781.614
1
781.614
Residual
6033.705
92
65.584
Total
6815.319
93
Sig.
11.918
b
.001
a. Dependent Variable: Membangun Demokrasi b. Predictors: (Constant), Pola Kepemimpinan
Hasil Analisis Regresi Sederhana yang ditemukan dalam tabel ANOVAbahwa F hitung sebesar 11.918. Sedangkan Ftabel pada df = 93adalah 2.47. Artinya Fhitung lebih besar dari Ftabel atau 11.218 >2.47 sehingga Ho: bo = b1 ditolak dan Ha:bo ≠ b1 diterima. Selanjutnya perlu disajikan hasil tabel coefficients sebagai berikut: TABEL VIII a
Coefficients Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
t
Sig.
Coefficients B (Constant)
Std. Error
49.209
9.848
.408
.118
Beta 4.997
.000
3.452
.001
1 Pola Kepemimpinan
.339
a. Dependent Variable: Membangun Demokrasi
Jika dilihat dari hasil tabel Coefficients diketahui hasil T hitung lebih besar dari T tabel pada tingkat signifikansi ( sig ) = 0.001 maka 3,452 >1,997. Atau jika dilihat dari pengujian hipotesis: ho: 1 = 0 dan Ha: 1 ≠ 0 atau Ho ditolak jika Ho=to> t . Dan dilihat dari output tabel ANOVA bahwa nilai sig. 0.001<0.05 sehingga pada TS 5% diambil keputusan bahwa pola kepemimpinan elite berpengaruh secara signifikan terhadap upaya membangun demokratisasi. Secara nyata dapat pula dilihat bahwa dalam 26
output tabel coefficients diketahui nilai koefisien sebesar 0.408. artinya pada saat variabel pola kepemimpinan bernilai konstan maka setiap penambahan satu satuan dari variabel pola kepemimpinan akan meningkatkan upaya membangun demokratisasi sebesar 0.408. Adapun model persamaan regresinya adalah: Y = 49.209 + 0, 408 X 1 = 49, 617 D. Hasil data Kualitatif dan Analisis Model Interaktif. Hasil analisis kualitatif menggunakan model interaktif menunjukkan bahwa persepsi mahasiswa terhadap pola kepemimpinan memiliki pengaruh terhadap upaya membangun demokratisasi bagi elite politik Indonesia adalah cukup bervariasi untuk setiap supra struktur politik dan infra struktur politiknya, yaitu: 1. Lembaga Legislatif pusat: Para elite legislatif kurang memeperhatikan aspirasi rakyat untuk dijadikan keputusan karena mereka hanya sekedar mendengar keluhan masyarakat pada masa reses namun keluhan tersebut tidak menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan sedangkan legialatif daerah juga sama kurang memberi ruang aspirasi untuk dijadikan input bagi pengambilan keputusan, hanya menerima proposal yang diajukan oleh masyarakat, sehingga upaya membangunan demokratisasi bersifat lemah. 2. Lembaga Eksekutif pusat: Kekuasaan dijalankan hanya menginduk pada arahan elite partai pengusung semata, sehingga keinginan rakyat hanya diletakkan sebagai komoditas politik semata, sehingga kurang memperhatikan aspirasi rakyat. Sedang eksekutif daerah memang kadang pemimpinnya turun kebawah tetapi hanya sekedar membombong masyarakat, terutama jika ada kebijakan mereka yang dianggap merugikan masyarakat, seperti gejolak harga 9 bahan pokok atau kenaikan BBM, sehingga upaya membangunan demokratisasi kurang ditumbuhkan. 3.Lembaga Yudikatif pusat dan daerah: Bahwa proses hukum formal di peradilan dianggap sebagai wujud proses mencari kemenangan bukan keadilan karena masih terjadi peradilan yang tumpul keatas dan tajam kebawah, masih dijumpai praktek mafia peradilan terutama di peradilan pertama dan banding, sedangkan untuk kasasi di MA mahsih ada secercah harapan karena diperberat vonisnya bagi kejahatan tipikor maupun money loundry bagi koruptor, sehingga berdampak pada upaya membangunan demokratisasi yang sulit diharapkan dari para penegak hukum di Indonesia. 4. Organisasi Politik pusat: Menurut masyarakat sekarang partai politik dianggap tidak menyenangkan, dan diposisikan sebagai institusi yang merusak berbagai nilai, norma dan pranata, sehingga elite orsospol lebih mengedepankan “ taruhan “ kekuasaan yang ingin diperjuangkan/direbut dan pertahankan. Sedang Organisasi Politik daerah adalah lebih parah karena hanya mengekor kebijakan elite pusat, apa maunya pimpinan pusat senantiasa disetujui/diterima tanpa reserve,sehingga upaya membangunan demokratisasi dianggap masih seperti api jauh dari panggang. Namun kita masih 27
menaruh harapan sedikit optimistik terhadap perjuangan yang dilakukan oleh sejumlah LSM kritis yang membela rakyat dalam perjuangannya. 5. Organisasi Kemasyarakatan pusat: Masyarakat memandang bahwa sejumlah ormas keagamaan dan profesi cukup intens memperhatikan masyarakat, dimana para tokohnya peduli terhadap sejumlah kasus. Seperti upaya pemberdayaan umat, sekalipun masih terlihat adanya primordialisme kuat antar ormas ini. Sedang ormas budaya kurang melibatkan khalayak karena “ ikon “ yang dikembangkan tidak diminati oleh masyarakat umum/luas, karena akativitasnya bersifat eksklusif. Sedang Organisasi Kemasyarakatan daerah adalah lebih bersifat memantapkan program kerja pimpinan pusatnya sehingga menduplikasi saja apa yang diinginkan pimpinan puncaknya, sehingga upaya membangunan demokratisasi di institusi ini cukup baik. Para pemegang kekuasaan/elite dihadapkan pada godaan komersialisasi jabatan yang berujung pada situasi kapitaliasi sosial, politik dan ekonomi untuk diri dan kelompoknya sehingga mereka kurang memperhatikan aspirasi, kepentingan dan kebutuhan masyarakat. Dari paparan hasil analisis kuantitif dan kualitatif jika digabungkan maka kedua analisis menunjukkan adanya keseniscayaan/keseparalelan ( sinkronisasi ).
28
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan. 1. Analisis Kuantitatif ( Analisis Regresi Sederhana ). Hasil Anareg menunjukkan R Square sebesar 0.115, artinya hanya 11,5% pola kepemimpinan berpengaruh terhadap upaya membangun demokratisasi, sehingga masih ada 88,5 % faktor lainnya yang mempengaruhi. F hitung sebesar 11.918. Artinya Fhitung lebih besar dari Ftabel 2.47 sehingga Ho: bo = b1 ditolak dan Ha:bo# b1 diterima. Jika dilihat dari hasil tabel Coefficients diketahui hasil T hitung lebih besar dari T tabel pada tingkat signifikansi ( sig ) = 0.001 maka 3,452 > 1,997, walaupun kecil derajatnya. Dan jika dilihat dari output tabel ANOVA bahwa nilai sig. 0.001 <0.05 sehingga pada TS 5% diambil keputusan bahwa pola kepemimpinan responsifakomodatif dan proaktif-ekstraktif pada elite berpengaruh secara signifikan terhadap upaya membangun demokratisasi. Sedangkan dalam output tabel coefficients diketahui nilai koefisien sebesar 0.408, sehingga pada saat pola kepemimpinan bernilai konstan maka setiap penambahan satu satuan dari pola kepemimpinan akan meningkatkan upaya membangun demokratisasi sebesar 0.408. Adapun model persamaan regresinya adalah: Y = 49.209 + 0, 408 X 1 = 87,561 2. Hasil Analisis Kualitatif. Hasil analisis model interaktif menunjukkan bahwa seluruh lembaga negara dan masyarakat ( pusat dan daerah ) baik di tataran supra struktur politik maupun infra stuktur politik dinilai oleh mahasiswa dalam kisaran sedang saja, dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya sehingga mereka belum menunjukkan komitmen dan kemampun untuk memberdayakan dirinya dalam upaya membangun demokratisasi yang menunjang pembangunan naasional di Indonesia,namundinilai cukup baik bagi eksektif pusat dan organisasi kemasyarakatan daerah. B. Implikasi. Ditemukannya kontribusi dalam kisaran sedang pada pemimpin yang sedang memegang kekuasaan ( elite ) baik pada supra struktur politik maupun infra struktur politik maka mereka harus terus berintrospeksi untuk mereformasikan diri agar didalam menjalankan fungsinya mampu membangun demokratisasi. Khusus untuk elite pusat di jajaran eksekutif dan organisasi kemasyarakatan daerah harus senantiasa menjaga untuk meningkatkan peran agar kondisi demokrasi di Indonesia terus menuju level demokrasi maju/modern sehingga akan menunjang terbentuknya masyarakat madani yang partisipatorik. Diaharapkan ke depannya masyarakat diberi kesempatan luas untuk berperan aktif dalam pembangunan nasional. C. Saran-Saran. 29
Dari hasil penelitian menunjukkan kurangnya aktualisasi pola kepemimpinan resposifakomodatif dan proaktif-ekstraktif secara intensif dan ekstensif dari para elite dalam pengambilan keputusan atau kebijakan sehingga masyarakat kurang mendapat pembelajaran politik demokratik karena aspirasi dan kebutuhan rakyat kurang diperhatikan, sehingga berdampak pada ketakacuhan masyarakat terhadap kebijakan elite dalam proses pembangunan nasional. Karena elite lebih memperhatikan “kapitalisasi” pada kekuasaan dan finansial semata yang menunjukkan adanya praktek money politic secara masif dan terkesan terbuka dihadapan rakyatnya maka peran rakyat sangat lemah dalam ikut berpartisipasi untuk menopang pembangunan nasional. Budaya politik ini harus diubah secara konsisten dan menyeluruh agar di kemudian hari masalah demokratisasi dapat berkembang kearah kemajuandi Indonesia. Untuk itu, peneliti ingin memberi saran sebagai berikut: 1. Semua elite di supra struktur politik dan infra struktur politik harus membudayakan pola kepemimpinan responsif-akomodatif dan proaktif-ekstraktif secara riil dan kontinyu agar masyarakat merasa benar-benar diperhatikan kepentingan dan kebutuhannya 2. Harmonisasi dan sinerginitas kebijakan pimpinan pusat dan daerah perlu dibudayakan agar tidak terjadi henkonflik regulasi dan birokrasi dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya. 3. Masyarakat hendaknya menunjukkan sikap dan perilaku kritis dan bertanggungjawab dalam menyikapi setiap keputusan dan kebijakan yang diambil para pemegang kekuasaan baik pusat maupun daerah. 4. Kondisi harmonis dan sinergis hubungan secara vertikal dan horisontal antara pemegang kekuasaan dan masyarakat hendaknya menjadi komitmen bersama untuk mewujudkan hubungan timbal balik yang positif-konstruktif
30
DAFTAR PUSTAKA Bailey.K.D;1978, Meethods of Social Research, NewYok: The Free Press, A Devising of Macmillan Publishing Co.Inc. Blaikie, N; 1993, Approaches to Social Inquary,Cambridge, UK, Polity Press. Branenn,J. ( Ed.), 1992, Mixing Methods, Qualitative and Quantitative Research, Brookfield USA, Published by Abubury. Budi Setiawan, 2015,Teknik Praktis Analisis Data Penelitian Sosial & Bisnis, Yogyakarta, Penerbit Andi. Chadwick,B.A, Bahr,H.M andAlbrecht, ( Diterjemahkan ): Sulistia,M.L et.al,1991, Metode Penelitian Ilmu Pengetahuan Sosial, Semarang: IKIP Semarang Press. Didin Hafidhuddin, 2016; Hubungan Pemimpin dengan Rakyat, dalam Refleksi SKH. Republika Tanggal 14 Agustus 2016. Eep Saefullah Fatah,1994, Masalah dan Prospek Demokrasi di Indonesia, Jakarta,PT Ghalia Indonesia. Kaloh J., 2010, Kepemimpinan Kepala Daerah, Pola Kegiatan, Kekuasaan dan Perilaku Kepala Daerah dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah, Sinar Grafika,Jakarta. Kumorotomo, Wahyudi, 2011, Etika Administrasi Negara, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta. Miriam Budiharjo, 1990, Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta, PT Gramedia. Moh.Mahfud MD, 1999, Hukum dan Pilar-Pilar Demokrasi, Gama Media, Yogyakarta. Nanat Fatah Nasir, 2010, Moral dan Etika Elite Politik, Hendriyanto Attan ( Ed.), Yogyakarta, Pustaka Pelajar. Sorensen, George, 2003, Demokrasi dan Demokratisasi, Proses dan Prospek dalam Sebuah Dunia yang Sedang Berubah, ( Alih Bahasa: I Made Krisna ), Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Matroff,I.J dan Klobuchar,T.I.( 2000), The Development of Party Identification in PostSoviet Societies, American Journal Science, Vol.44 No.4, October 2000: Published by University of Wisconsin Press for The Widewest Political Science Association. Sugiyono, 2000, Metode Penelitian Administrasi, Bandung, Penerbit ALFABETA. Sunyoto, Danang, 2009, Analisis Regresi dan Uji Hipotesis, MedPress, Yogyakarta. Syakrani dan Syahriani, 2009, Implementasi Otonomin Daerah dalam Perspektif Good Governance, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. 31
http://belajarpsikologi.com/pengertian-kepemimpinan-menurut-para-ahli/ tanggal 20 Januari 2016 posted by Hariyanto, S.Pd.
diunduh
http://www.pengertianahli.com/2013/09/pengertian-kepemimpinan-menurut-para.html diunduh tanggal 15 Januari 2016
32
pada
LAMPIRAN-LAMPIRAN
33
i