PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATEKESE KELUARGA UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN AKAN PERAN PENTING ORANG TUA BAGI PENDIDIKAN IMAN ANAK DI LINGKUNGAN SANTO CAROLUS BORROMIUS MARGOMULYO PAROKI SANTO YOSEPH MEDARI YOGYAKARTA
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Disusun oleh: Teresia Kus Margaritawati 101124022
PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK Judul skripsi ini adalah “Katekese Keluarga Untuk Meningkatkan Kesadaran Akan Peran Penting Orang Tua Bagi Pendidikan Iman Anak Di Lingkungan Santo Carolus Borromius Margomulyo Paroki Santo Yoseph Medari Yogyakarta”. Penulis mengambil judul ini karena penulis melihat keprihatinan di lingkungan yaitu kurangnya kepedulian orang tua terhadap pendidikan iman anakanaknya, sebagian besar orang tua lebih mengutamakan segi intelektual dan pendidikan formal di sekolah saja. Dengan kesibukan yang mengutamakan kewajiban mereka untuk menafkahi keluarga membuat mereka lupa akan tugas utamanya dalam mendidik anak mereka, sebagai pendidik yang bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak sebagai bekal dan pondasi untuk anak-anak dalam menjalani kehidupan ini, kesibukan orang tua mengakibatkan kurang memiliki waktu bersama anak-anak, selain itu orang tua menikah beda agama yang mengakibatkan terbengkalainya pendidikan iman anaknya. Menurut penulis katekese keluarga sangat cocok untuk membantu umat dalam meningkatkan kesadaran pendidikan iman anak dalam keluarga. Katekese keluarga tampil untuk mengembalikan iman itu ketempat dari mana iman berasal, yakni keluarga itu sendiri. Katekese keluarga ingin menolong orang tua untuk sadar dan yakin akan tugasnya. Iman yang dalam dari orang tua memberi kemampuan pada mereka untuk menemukan kesempatan-kesempatan dimana iman dapat masuk dalam pembicaraan orang tua dengan anak-anaknya. Pendidikan iman dalam keluarga dapat subur jika ada kontak yang baik antar anggota keluarga. Katekese keluarga ini mengajak orang tua untuk melibatkan semua anggota keluarganya dalam pembinaan penghayatan iman sesuai dengan kemampuan anggota keluarga, sehingga orangtua sadar akan tanggung jawab mereka atas pendidikan iman anaknya dalam lingkup keluarga. Katekese keluarga dimaksudkan untuk menolong para orang tua agar orang tua merasa diri sebagai orang beriman, sanggup menciptakan iklim yang memungkinkan komunikasi iman dalam keluarga dan menjadi peka untuk mempergunakan kesempatan dimana komunikasi iman dapat terjadi, sehingga orang tua menyadari iman sebagai dimensi hidup berkeluarga. Dari hasil penelitian dari penulis bahwa penelitian yang dibuat ini memiliki dampak terhadap katekese di lingkungan Carolus Boromius. Meskipun dampaknya belum maksimal, karena dari hasil penelitian terlihat bahwa peran orang tua untuk pendidikan iman anak dalam keluarga belum maksimal, dengan mengkaji penelitan yang kurang lebih 40 % sampai dengan 50%, disebabkan kesibukan orang tua, kurang fahamnya orang tua tentang pendidikan iman untuk anak. Penulis mengusulkan tentang program katekese untuk meningkatkan kesadaran akan peran pentingnya orang tua bagi pendidikan iman anak di Lingkungan Santo Carolus Boromius Margomulyo dengan memberikan program katekese keluarga dan contoh persiapan katekese keluarga.
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT The title of this undergraduate thesis is “Family catecheses to increase the awareness of the important role of parent for children catecheses in saint Charles Borromeus region Margomulyo Saint Joseph Parish Medari Yogyakarta”. The writer took this title because the writer saw the thoughtfulness in the surroundings that is the fewer parents’ awareness towards their children faith education. Most of them only focus on the intellectual and formal education. As the activity that gives priority on earning money, it makes them forget about their first responsibility in taking care of their children. As responsible educators for the children’s basic life, parents’ business makes them having less time togather with their children. Besides, the different religion between parents makes children’s faith education left behind. According to the writer, the family catecheses is very appropriate to help the faitful to improve the awareness of children’s faith in family. Family catecheses is intended to bring back the faith into the place where it should be, that is family. Family catecheses wants to help parents to realize and to be aware of their responsibility. The deep faith from parents gives the ability to find the opportunities where faith can emphasize inside the conversation of parents and their children. Faith education can grow well if there is a good relation between family members. Family catecheses asks parents to join all the member of the family in founding family members in improving faith comprehension based on the family members’ ability. Therefore, parents will realize about the responsibility towards children’ faith education. Family catecheses is aimed to help parents realizing as faithful people, willing to create circumstance which able to create faith communication in family, and to become aware to use the chance where faith communication can occur, therefore parents realize that faith is a dimension of family life. From the writer’s result of research, this research has impact towards the catecheses in Charles Borromeus region. Eventhough the impact has not been maximum yet since the result of the research shows that parents’ role towards children’s faith education also has not been maximum, by investigating the research which more or less 40% to 50%, caused by parents’ bussiness parents’ less understanding towards children’s faith education. The writer suggests the catechism program to improve the awareness towards the importance of parents’ role in children faith education in Saint Charles Boromeus region by giving catecheses family chatecheses program and the example of family catechism preparation.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah Bapa, Putra, dan Roh Kudus atas berkat dan cinta kasih-Nya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
dengan
“KATEKESE
judul
KELUARGA
UNTUK
MENINGKATKAN KESADARAN AKAN PERAN PENTING ORANG TUA BAGI PENDIDIKAN IMAN ANAK DI LINGKUNGAN SANTO CAROLUS BORROMIUS MARGOMULYO PAROKI SANTO YOSEPH MEDARI
YOGYAKARTA”.
Skripsi
ini
diajukan
untuk
memberikan
sumbangan pemikiran dan juga gagasan bagi keluarga di lingkungan Carolus Borromius Margomulyo dalam meningkatkan Pendidikan Iman Anak. Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis menerima banyak bantuan, dukungan, perhatian dan doa yang meneguhkan dan menguatkan dari berbagai pihak yang sungguh berguna bagi penulis. Oleh karena itu, penulis ingin mengungkapkan rasa terimakasih penulis kepada: 1.
Dr. B. Agus Rukiyanto, S.J sebagai dosen wali dan dosen pembimbing skripsi
yang
telah
membimbing,
mengarahkan,
mengoreksi
dan
meneguhkan dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini. 2.
P. Banyu Dewa HS. S.Ag, M.Si selaku dosen penguji kedua, yang telah berkenan membimbing penelitian dan membaca skripsi ini.
3.
FX. Dapiyana. SFK, M.Pd selaku dosen penguji ketiga yang juga telah berkenan untuk membaca skripsi ini.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.
Para dosen Program Studi Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah mendampingi, membimbing, memberikan berbagai macam bentuk ilmu dan pengalaman berharga serta cinta dan perhatian kepada penulis selama menjalankan proses studi hingga selesai.
5.
Para bapak dan ibu karyawan-karyawati yang telah memberikan dukungan dan perhatian dengan caranya masing-masing.
6.
Bapakku A.Seco Suparjo, ibuku Anastasia Ninik Kussawarti, kakakku Lia & Yudi, Lusi & Dikna, Adikku Demas, Keponakanku Frano, Patu, & Pandu yang selalu menjadi sumber semangat dan mendukung tiap langkahku.
7.
Bapak/Ibu Guru SDN Tlacap, Pandowoharjo Sleman, yang selalu memberi semangat dan inspirasiku.
8.
Semua teman-teman seperjuanganku angkatan 2010 untuk segala cinta, semangat, perhatian, pengalaman, kebersamaan dan persahabatan yang tak akan pernah lekang oleh waktu.
9.
Romo Antonius Dadang Hermawan, Pr dan Romo Yuventius Denny Sulistyawan, Pr yang telah memberikan masukan dan dukungan untuk penulisan skipsi ini.
10.
Seluruh umat Lingkungan Carolus Borromius Margomulyo atas waktu, perhatian, dan kerjasamanya, sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dengan baik.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .......................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..............................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................
iv
MOTO ..............................................................................................................
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..........................................................
vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ........................................................ ABSTRAK .......................................................................................................
vii viii
ABSTRACT .......................................................................................................
ix
KATA PENGANTAR .....................................................................................
x
DAFTAR ISI ....................................................................................................
xiii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xvii BAB I. PENDAHULUAN ...............................................................................
1
A. Latar Belakang ...................................................................................
1
B. Rumusan Masalah…………………………… ..................................
4
C. Tujuan Penulisan................................................................................
4
D. Manfaat Penulisan..............................................................................
5
E. Metode Penulisan ...............................................................................
5
F. Sistematika Penulisan .........................................................................
5
BAB II. KATEKESE KELUARGA DAN PERANANNYA BAGI PENDIDIKAN DAN IMAN ANAK .................................................
7
A. Katekese Keluarga .............................................................................
8
1. Pengertian Katekese Pada Umumnya ............................................
8
2. Pengertian Keluarga .......................................................................
10
3. Pengertian Katekese Keluarga .......................................................
13
4. Tujuan Katekese keluarga……………………………………….... 14 5. Sasaran Katekese Keluarga………………………………………..
15
6. Kekhasan Katekese Keluarga……………………………………... 17 B. Pendidikan Iman Anak.......................................................................
xi
17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Pengertian Pendidikan Iman Anak ................................................
17
2. Tujuan Pendidikan Iman Anak ......................................................
19
3. Pendidikan Iman Dalam Keluarga………………………………..
21
4. Faktor-faktor Perkembangan Iman Anak…………………………
24
a. Faktor Pendukung Perkembangan Iman Anak…………………
24
b. Faktor Penghambat Perkembangan Iman Anak……………….
29
5. Usaha-usaha Dalam Membantu Perkembangan Iman Anak…….
31
C. Peranan Katekese Keluarga Terhadap Pendidikan Iman Anak .........
34
D. Peran Orang Tua Dalam Pendidikan Iman Anak ..............................
36
BAB III. PERANAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN IMAN ANAK DI LINGKUNGAN CAROLUS BOROMIUS MARGOMULYO . 42 A. Gereja Santo Thomas Seyegan .........................................................
42
1. Sejarah Gereja Santo Thomas Seyegan.........................................
42
2. Profil Gereja Santo Thomas Seyegan ..........................................
46
3. Situasi Umum di Gereja Santo Thomas Seyegan .........................
51
B. Gambaran Umum Lingkungan Santo Carolus Borromius ...............
52
1. Letak dan batas-batas geografis Lingkungan Santo Carolus Borromius ........................................................................
52
2. Kegiatan Umat di Lingkungan Santo Carolus Borromius ............
53
3. Situasi Sosial kemasyarakatan Umat Lingkungan Santo Carolus Borromius ........................................................................
54
4. Situasi Ekonomi Umat Lingkungan Santo Carolus Borromius Margomulyo………………………………………….
55
C. Penelitian Peran Orang Tua Dalam Pendidikan Iman Anak Di Lingkungan Santo Carolus Boromius Margomulyo…………….
55
1. Latar Belakang Penelitian…………………………………….. .
55
2. Tujuan Penelitian………………………………………………
58
3. Jenis Penelitian…………………………………………………
58
4. Instrumen Penelitian…………………………………………...
58
5. Responden Penelitian…………………………………………..
59
6. Waktu, Tempat dan Pelaksanaan Penelitian………………….. .
60
7. Variabel Penelitian……………………………………………..
60
D. Laporan dan Pembahasan Hasil Penelitian……………………….. .
64
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Kuisioner tertutup………………………………………………
64
a. Identitas Responden………………………………………...
64
b. Pemahaman Katekese keluarga……………………………..
65
c. Pemahaman Perang Orang Tua dalam Pendidikan Iman Anak………………………………………………………… 68 d. Pemahaman Orang Tua dan Anak tentang Pengertian Katesese Keluarga…………………………………………… 73 e. Pemahaman Orang Tua dan Anak tentang Tujuan Katesese Keluarga…………………………………………… 75 f. Pemahaman Orang Tua dan Anak Tentang KeKhasan Katesese Keluarga…………………………………………… 78 g. Pemahaman Orang Tua Dalam Pendidikan Iman Anak Dengan Pengertian Pendidikan Iman Anak………………… 80 h. Pemahaman Orang Tua Dalam Pendidikan Iman Anak Dengan Tujuan Pendidikan Iman Anak…………………….
82
i. Pemahaman Peran Orang Tua Dengan Pengertian Pendidikan Iman Anak Dalam Keluarga……………………. 84 j. Pemahaman Peran Orang Tua Dalam Pendidikan Iman Anak Tentang Faktor Pendukung dan Penghambat Perkembangan Iman Anak……………………………….…......................... 86 k. Pemahaman Peran Orang Tua Dalam Pendidikan Iman Anak Untuk Usaha-Usaha Yang Membantu Perkembangan Iman Anak………………………………………………….......... 90 l. Pemahaman Peran Orang Tua Dalam Pendidikan Iman Anak………………………………………………………..
92
2. Kuisioner Terbuka……………………………………………… 95 a. Perang Orang Tua dalam Pendidikan Iman Anak………….
95
b. Faktor-faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Pendidikan iman Anak……………………………………… 97 c. Harapan Umat Dalam Rangka Meningkatkan Peran Mereka Sebagai Pendidikan Iman…………………………..
98
E. KESIMPULAN……………………………………………………..
99
F. ASPEK KATEKETIK………………………................................
xiii
100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV. USAHA MENINGKATKAN KESADARAN AKAN PERAN PENTING ORANG TUA BAGI PENDIDIKAN IMAN ANAK DI LINGKUNGAN SANTO CAROLUS BORROMIUS MARGOMULYO….…...............................................................
103
A. Katekese Keluarga Model Shared Christian Praxis Sebagai Salah Satu Bentuk Pendampingan Iman dalam Meningkatkan Peran Orang Tua Sebagai Pendidik Iman………………………………… 104 1. Komponen Shared Christian Praxis………………………….
104
2. Langkah-langkah Katekese Model SCP……………………...
105
B. Usulan Program Katekese Keluarga Bagi Orang Tua Dalam Rangka Meningkatkan Kesadaran Akan Peran Penting Orang Tua Bagi Pendidikan Iman Anak Di Lingkungan Santo Carolus Borromius Margomulyo…………………………………………… 109 1. Latar Belakang Program katekese Keluarga…………………..
109
2. Alasan Penyusunan Program………………………………….
111
3. Rumusan Tema dan Tujuan Program Katekese Keluarga……
111
4. Gambaran Pelaksanaan Program……………………………...
114
5. Matriks Program katekese Keluarga…………………………..
114
C. Contoh Persiapan Katekese Keluarga……………………………..
119
BAB V. PENUTUP…………………………………………………………
149
A. Kesimpulan………………………………………………………..
149
B. Saran……………………………………………………………….
151
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………
156
LAMPIRAN………………………………………………………………..
158
Lampiran 1: Surat Permohonan Penelitian…………………………...
(1)
Lampiran 2: Pemberitahuan Pelaksanaan Penelitian…………………
(2)
Lampiran 3: Hasil Kuesioner Tertutup Anak-anak…………………...
(3)
Lampiran 4 : Hasil Kuesioner Tertutup Orang Tua…………………..
(12)
Lampiran 5 : Hasil Kuesioner Terbuka Orang Tua…………………..
(21)
Lampiran 6: Lembar Kuesioner……………………………………….
(23)
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR SINGKATAN A. Singkatan Kitab Suci Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, h. 8. B. Singkatan Dokumen Gereja AA
: Apostolicam Actuositatem, Dekrit Konsili vatikan II tentang Kerasulan Awam, 7 Desember 1965
CT
: Catechesi Tradendae,Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini, 16 Oktober 1979
FC
: Familiaris Consorti, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II kepada para uskup, imam-imam dan umat beriman tentang peranan keluarga Kristen dalam dunia modern, 22 November 1981
GE
: Gravissimum Educationis,Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II kepada para uskup, imam-imam dan umat beriman tentang pendidikan Kristen, 28 Oktober 1965
GS
: Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang Gereja di Dunia ini, 7 Desember 1965
KHK : Kitab Hukum Kanonik ( Codex luris Canonici), diundangkan oleh Paus Yohanes Paulus II tanggal 25 Januari 1983
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Singkatan Lain art
: Artikel
GBHN
: Garis Besar Haluan Negara
h
: Halaman
hh
: Halaman-halaman
KWI
: Konferensi Waligereja Indonesia
Kan
: Kanon
No
: Nomor
WIB
: Waktu Indonesia Barat
SCP
: Shared Christian Praxis
SDM
: Sumber daya manusia
OMK
: Orang muda katolik
PMA
: Perumahan margomulyo asri
RT
: Rukun tetangga
RW
: Rukun warga
PNS
: Pegawai negri sipil
KAS
: Keuskupan Agung Semarang
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Paus Yohanes Paulus II dalam Nota Pastoral 2007 Gereja berharap bahwa perkawinan dan hidup berkeluarga disiapkan dengan lebih baik. (KAS 2007:17). Begitupula harapan pasangan calon pengantin yang akan mengikat dalam pernikahan kudus, mereka diharapkan untuk mendaftarkan diri kurang lebih tiga bulan sebelum hari pernikahan mereka, itu dimaksudkan agar mereka dapat mengikuti rangkaian kegiatan yang sudah ada dalam Gereja Katolik salah satunya adalah kanonik. Tujuan kanonik adalah untuk mempersiapkan calon pengantin dalam proses membina rumah tangga dapat di persiapkan dengan baik, terlebih dalam mendidik anak-anak yang akan dipercayakan Tuhan kepada mereka. Pada umumnya orang tua akan mendidik anak-anak mereka dengan sebaik-baiknya juga memperhatikan pertumbuhan mereka baik itu pertumbuhan secara fisik, pergaulan, tata krama, maupun pertumbuhan psikologis dan tidak kalah pentingnya adalah pertumbuhan imannya. Di jaman yang sangat canggih dan modern ini banyak dampak negatif yang bisa di timbulkan salah satunya bisa menyebabkan iman anak-anak dalam kehidupan sehari-hari menjadi semakin tidak jelas. Ada orang yang menyebut zaman sekarang ini sebagai zaman yang “keras”, sehingga sudah selayaknya bila keluarga perlu menjadi pelindung bagi anak-anak yang sedang tumbuh (Sugiarti, 1999:7). Orang tua merupakan keluarga terdekat dengan anak-anak ini, maka mereka harus mendidik iman anaknya sedini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
mungkin, sehingga ini sesuai dengan harapan Gereja dalam nota pastoral (KAS, 2007:23-24), di mana semua keluarga katolik berusaha sekuat tenaga untuk menjadikan keluarga mereka sebuah Gereja kecil. Sebuah paguyuban umat beriman seperti digambarkan dalam Kitab Kisah Para Rasul 2:41-47 dan 4: 32-37. Dari kutipan Nota Pastoral (KAS, 2007:25) itu jelas bahwa Gereja berharap banyak terhadap orang tua dalam kehidupan sehari-hari untuk mendidik anak-anak. Dengan keterlibatan orang tua diharapkan anak-anak terbantu dalam proses tumbuh dan berkembang terlebih dalam perkembangan iman mereka. Apabila kehidupan anggota keluarga dijiwai dengan iman yang terutama ditandai oleh sikap hormat dan kasih Kristus dan Gereja-Nya. Sehingga iman mereka hendaknya diyakini, dipahami, diungkapkan, dirayakan, diwartakan dan diamalkan secara terus menerus, baik di dalam maupun diluar rumah. Mendidik anak-anak dalam kehidupan sehari-hari ini tidak hanya teori melainkan dengan praktek tindakan. Dengan tindakan sehari-hari maka akan tercipta komunikasi iman antara anak dan orang tua, dan dibimbing untuk semakin mengenal Allah, dengan demikian peran orang tua sangat penting dalam memberikan teladan untuk anak-anak mereka dikehidupan sehari-hari. Keprihatinan yang sering muncul adalah kurangnya kepedulian orang tua terhadap pendidikan iman anak-anaknya. Sebagian besar orang tua lebih mengutamakan segi intelektual dan pendidikan formal di sekolah, mungkin dikarenakan orang tua sibuk, sehingga pendidikan iman kurang diperhatikan. Hal tersebut bisa mengakibatkan identitas dan iman kekatolikan anak-anak bisa tidak berkembang dan akan semakin hilang. Akibat terlalu sibuk keluarga-keluarga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Kristiani mulai mengalami ketidakjelasan iman mereka kepada Allah. Dengan kesibukan yang mengutamakan kewajiban mereka untuk menafkahi keluarga membuat mereka lupa akan tugas utamanya dalam mendidik anak mereka, orang tua sebagai pendidik yang bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak sebagi bekal dan pondasi untuk anak-anak dalam menjalani kehidupan bermasyarakat. Situasi yang seperti itu dialami oleh sebagian besar keluarga pada jaman sekarang ini. Ini yang menyebabkan penulis merasa prihatin setelah melihat situasi beberapa keluarga di lingkungan Santo Carolus Borromius Margomulyo yang banyak memiliki masalah dalam mendidik iman anak dalam keluarga. Sebagian besar karena mereka sibuk bekerja ataupun mengerjakan pekerjaan rumah tangga sehingga sebagian orang tua kurang memiliki waktu bersama anakanak, selain itu juga masalah mendidik anak yang kedua orang tua mereka menikah beda agama yang mengakibatkan terbengkalainya pendidikan iman bagi anaknya. Pada umumnya orang tua hanya mengajarkan doa-doa pokok kepada anak-anak mereka, sedangkan untuk masalah perkembangan iman, para orang tua menyerahkan kepada sekolah dan guru Sekolah Minggu. Dengan melihat keprihatinan tersebut, menurut penulis katekese keluarga sangat cocok untuk membantu umat dalam meningkatkan kesadaran pendidikan iman anak dalam keluarga. Dengan katekese keluarga diharapkan para orang tua bisa menyadari tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik supaya kehidupan anak-anaknya dapat seimbang baik dari segi rohani maupun jasmani. Dengan demikian penulis bermaksud membantu umat di lingkungan Santo Carolus Borromius Margomulyo dengan memberikan pemikiran melalui katekese
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
keluarga agar para keluarga di lingkungan Santo Carolus Borromius semakin sadar dan faham bagaimana pentingnya pendidikan iman anak di dalam keluarga. Dengan latar belakang tersebut, maka penulis mengambil judul “Katekese Keluarga untuk meningkatkan kesadaran akan peran penting orang tua bagi Pendidikan Iman Anak di Lingkungan Santo Carolus Borromius Margomulyo Paroki Santo Yoseph Medari Yogyakarta”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, masalah dapat diidentifikasi sebagai berikut : 1. Apa itu katekese keluarga dan apa perannya untuk pendidikan iman anak ? 2. Sejauh mana orang tua di lingkungan Carolus Borromius Margomulyo menyadari peran mereka dalam pendidikan iman anak mereka? 3. Bagaimana usaha orang tua untuk meningkatkan kesadaran orang tua dalam mendidik iman anak mereka? C. Tujuan Penulisan Tujuan yang akan dicapai dalam penulisan ini adalah : 1. Agar keluarga kistiani di lingkungan Santo Carolus Borromius Margomulyo dapat memahami dan menghayati arti pentingnya katekese keluarga dalam usaha meningkatkan kesadaran akan peran orang tua bagi pendidikan iman anak. 2. Mengetahui sejauh mana para orang tua di lingkungan Santo Carolus Borromius Margomulyo menjalankan peran mereka dalam mendidik iman anak-anak mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
3. Memberi usulan program katekese dalam usaha meningkatkan kesadaran akan peran penting orang tua bagi pendidikan iman anak di lingkungan Santo Carolus Borromius Margomulyo. D. Manfaat Penulisan Manfaat yang ada dalam penulisan ini adalah : 1. Untuk memahami pentingnya katekese keluarga dalam pendidikan iman anak. 2. Untuk Mengetahui sejauh mana para orang tua di lingkungan Santo Carolus Borromius Margomulyo menjalankan peran mereka dalam mendidik iman anak-anak mereka. 3. Untuk menemukan cara meningkatkan kesadaran akan peran penting orang tua bagi pendidikan iman anak di lingkungan Santo Carolus Borromius Margomulyo. E. Metode Penulisan Dalam tugas akhir ini, dan dalam penelitian penulis menggunakan metode deskriptif analitis, penulis mencoba untuk menemukan masalah juga kondisi peran orang tua dalam pendidikan iman anak di Lingkungan Santo Carolus Borromius Margomulyo, untuk melengkapi data penulis menggunakan metode kualitatif. Kemudian penulis mengusulkan pemikiran melalui katekese keluarga yang dapat meningkatkan peran penting orang tua bagi pendidikan iman anak di Lingkungan Santo Carolus Borromius Margomulyo. F. Sistematika Penulisan Untuk memperoleh gambaran yang jelas, penulis menyampaikan pokok – pokok sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Bab I
: Bab ini merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II
: Bab ini akan menguraikan tentang pengertian katekese pada umumnya, pengertian keluarga, pengertian katekese keluarga, faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan
perkembangan
iman
anak
dan
serta
yang
menjadi
usaha-usaha
dalam
penghambat membantu
perkembangan iman anak dan menguraikan peran katekese keluarga terhadap pendidikan iman anak. Bab III : Bab ini menggambarkan situasi orang di lingkungan Santo Carolus Borromius Margomulyo stasi Santo Thomas Seyegan Paroki Santo Yoseph Medari, bab III ini juga menguraikan tentang gambaran umum stasi dan peran orang tua dalam pendidikan iman anak di lingkungan Santo Carolus Borromius Margomulyo serta penelitian, pembahasan dan kesimpulan mengenai peran orang tua dalam pendidikan iman anak di lingkungan Santo Carolus Borromius Margomulyo. Bab IV : Berisi tentang usulan program katekese untuk meningkatkan kesadaran akan peran penting orang tua bagi pendidikan iman anak di lingkungan Santo Carolus Borromius Margomulyo dengan memberikan program katekese keluarga dan contoh persiapan katekese keluarga. Bab V : Berisi kesimpulan dari seluruh rangkaian bab yang sudah diuraikan serta saran dari penulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
BAB II KATEKESE KELUARGA DAN PERANANNYA BAGI PENDIDIKAN DAN IMAN ANAK Dalam bab II ini, penulis akan membahas secara khusus tentang katekese keluarga dan peranannya bagi pendidikan iman anak di mana pembahasannya akan diungkapkan secara teoritis sesuai dengan bahan-bahan kepustakaan. Tujuannya agar para orang tua diberi gambaran tentang katekese keluarga serta perannya bagi pendidikan iman anak, sehingga para orang tua akan semakin sadar akan pentingnya pendidikan iman keluarga. Dengan katekese keluarga orang tua diajak untuk berpikir bahwa sebagai pendidik yang utama peranan orang tua untuk mendidik anak agar anak itu memiliki bekal serta prinsip dalam menghadapi kehidupan baik itu didalam masyarakat dan Gereja. Bab II ini akan dibagi menjadi empat bagian yaitu katekese keluarga, pendidikan iman anak, peranan katekese keluarga terhadap pendidikan iman anak dan peran orang tua dalam pendidikan iman anak, dalam setiap bagian ini ada beberapa topik untuk dibahas. Pada bagian pertama ada beberapa topik antara lain pengertian katekese pada umumnya, pengertian keluarga itu sendiri, pengertian katekese keluarga, tujuan katekese keluarga, sasaran katekese keluarga dan kekhasan katekese keluarga. Bagian kedua tentang pendidikan iman anak berisi beberapa topik antara lain pengertian pendidikan anak, tujuan pendidikan iman anak, pendidikan iman dalam keluarga, faktor-faktor perkembangan iman anak dan usaha-usaha dalam membantu perkembangan iman anak. Sedangkan pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
bagian ketiga ini penulis membahas tentang peranan katekese keluarga terhadap pendidikan iman anak dan bagian terakhir pada bab II ini akan dibahas tentang peranan orang tua dalam pendidikan iman anak. A. Katekese Keluarga Pada bagian ini penulis ingin membahas tentang pengertian katekese pada umumnya, kemudian pengertian keluarga, pengertian katekese keluarga, tujuan katekese keluarga, sasaran katekese keluarga dan yang terakhir kekhasan katekese keluarga. Sebagai salah satu aspek katekese umat, katekese keluarga bisa dipakai untuk nmenggambarkan bentuk katekese dewasa yang ditujukan kepada orang tua untuk menolong mereka dalam pendidikan iman anak mereka. 1. Pengertian Katekese Pada Umumnya Menurut Telaumbanua dalam Rukiyanto (2012:59) Kata “katekese” berasal dari kata Yunani katekeo yang berarti membuat bergema. Istilah ini kemudian dipergunakan oleh umat kristiani menjadi istilah khusus dalam bidang pewartaan. Dalam Kitab Suci, katekese dimengerti sebagai pengajaran, pendalaman, dan pendidikan iman agar orang semakin dewasa dalam iman (lihat misalnya Luk. 1:3; Kis. 18:25; Kis. 21:21; Rom. 2:18; 1Kor. 14:19; dan Gal. 6:6). Yohanes Paulus II dalam Anjuran Apostolik Catechesi Tradendae menegaskan bahwa katekese adalah “pembinaan anak-anak, kaum muda, dan orang - orang dewasa dalam iman, khususnya menyampaikan ajaran Kristen yang pada umumnya diberikan secara organis dan sistematis dengan maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen” (CT 18).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Dengan demikian, katekese dapat diartikan sebagai usaha Gereja untuk membantu umat agar semakin berkembang dalam iman serta dapat mewujudkan iman itu dalam hidup sehari-hari. Pembinaan iman ini diberikan baik untuk anakanak, kaum muda, maupun orang dewasa. Usaha pembinaan iman dengan menyampaikan ajaran Kristiani bagi umat ini merupakan tanggung jawab Gereja yang penting. Menurut Prasetya (2006:81), Katekese dapat diartikan sebagai : 1) mewartakan Injil kepada orang lain yang belum mengenal Yesus, dengan tujuan agar orang tersebut bertobat dan menyatakan pengakuan iman akan Yesus, serta dilakukan dengan memperhatikan sistematisasi dan perorganisasian materi; 2) komunikasi iman yang berlangsung dalam rangka persekutuan iman, artinya bahwa kegiatan ini pertama-tama berbicara tentang iman Katolik, dilakukan di antara orang-orang beriman Katolik, dan dalam usaha untuk mengembangkan iman Katolik satu sama lain. Menurut Heryatno (2010:1), Katekese menekankan pentingnya peran umat dalam prosesnya karena katekese juga tanggung jawab setiap umat yang telah masuk dalam persekutuan dengan Kristus melalui pembaptisan. Katekese dapat menjadi sarana bagi umat untuk mengolah pengalaman menjadi kesaksian akan kasih Kristus yang telah mereka rasakan sehingga dapat saling meneguhkan satu sama lain, dalam kerangka komunikasi iman, yang menjadi titik tolak dalam katekese ialah pengalaman hidup orang beriman yang sungguh menghayati imannya di tengah-tengah pergulatan hidup sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Katekese adalah usaha saling menolong terus menerus dari setiap orang untuk mengartikan dan mendalami hidup pribadi maupun bersama menurut pola Kristus menuju kepada hidup kristiani yang dewasa penuh (Carolin,1985:10). Menurut Carolin rumusan katekese di atas tadi nampaknya sesuai untuk diterapkan pada lingkup keluarga, di mana mereka saling merasa terikat dan mempunyai tanggung jawab moril satu terhadap yang lain sehingga usaha saling tolong menolong yang terus menerus kiranya dapat sungguh diusahakan dan diwujudkan di kalangan mereka. Baik secara verbal atau non verbal, dengan tindakan sikap yang lebih berbicara. 2. Pengertian Keluarga Pendidikan anak dalam lingkungan keluarga merupakan awal dan sentral bagi seluruh pertumbuhan dan perkembangan si anak menjadi individu yang dewasa. Kiranya kita bisa menamakan keluarga adalah “Sekolah Cinta Kasih”, cinta kasih orang tua yang sebenarnya adalah perpaduan antara cinta kasih seorang ibu dan cinta kasih seorang ayah. Cinta ibu sifatnya menghangatkan atau memberi kehangatan, menumbuhkan rasa diterima dan menanamkan rasa aman. Sedang cinta kasih ayah sifatnya mengembangkan kepribadian, menanamkan disiplin, memberikan arah dan dorongan serta bimbingan agar si anak kian berani dalam menghadapi kehidupan. Keduanya menghidupkan, bukan sebaliknya (Kartono, 1992:8). Menurut Caroline, keluarga adalah kelompok yang hidup, jika kita sungguh menukik dan mendalami hidup keluarga, maka kita akan menemukan suatu kehidupan yang dinamis. Mereka selalu menemukan sesuatu hal yang baru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
atau terlempar dalam suasana dan situasi yang baru, sebagai gambaran, kita dapat melihat bagaimana pasangan baru yang mulai mengikat janji. Memahami pengertian keluarga yang hidup dalam masyarakat, kiranya lebih membantu kita untuk mengetahui dan mengerti harapan, kebutuhan, dan problematik yang ada dalam keluarga. tetapi pada dasarnya semua keluarga mengalami keterpecahan dalam memainkan perannya sebagai kepala keluarga dalam keluarga inti atau keluarga kecil. Menurut Dokter Billings, dalam Caroline (1985:3-5) bahwa peranan keluarga dengan indah sekali pada konggres tentang keluarga di Madras-India tahun 1983. Dikatakan “Keluarga adalah akar segenap pertumbuhan manusia. Padanya tergantung nasib suatu bangsa, kemanusiaan dan Gereja”. Keluarga adalah lingkungan hidup pertama dan utama bagi setiap anak. Dalam keluarga ini anak mendapat rangsangan, hambatan atau pengaruh yang pertama-tama dalam pertumbuhan dan perkembangannya, baik perkembangan biologis maupun perkembangan jiwanya atau pribadinya, anak mulai mengenal masyarakat sekitar. Karena dalam keluarga anak mempelajari norma dan aturan permainan dalam hidup bermasyarakat (Kartono, 1992:27-28). Keluhuran dan kesucian hidup berkeluarga sungguh menjadi keyakinan dasar agar mereka dapat memahami hidup berkeluarga bukan sekedar menikah, asal menikah, tetapi diyakini sebagai yang istimewa, indah, dan membahagiakan. Keyakinan ini menjadi nyata ketika hidup berkeluarga dibangun dengan sikapsikap tertentu, yaitu dipersiapkan dengan sebaik-baiknya, dijalani dengan serius
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
dan penuh kebebasan, serta diyakini akan membuahkan kebahagiaan dalam hidupnya, meski harus menghadapi pelbagai tantangan dan kesulitan (Prasetya, 2014:2). Sedangkan menurut Pudjiono (2007:2) keluarga adalah unit dasar dari masyarakat : menurut rencana Allah, keluarga terdiri dari satu pria, satu wanita, dan anak-anak, keluarga juga tempat pertama dan utama untuk melatih dan mendidik anak, juga tempat untuk melatih para calon pemimpin. Pudjiono juga menegaskan bahwa keluarga Kristen merupakan sebuah Gereja kecil, karena Gereja juga mengajarkan, bahwa Allah menyiapkan dan memberkati perkawinan dan keluarga karena beliau mempunyai rencana dan tujuan tertentu. Menurut Kitab Suci, perkawinan dan keluarga disiapkan dan diberkati oleh Allah sendiri. Melalui perkawinan, seorang pria dan wanita diutus untuk beranak cucu dan bersatu menjadi satu pasangan yang tak-terpisahkan (kej 1-2). Karena Keluarga menjadi komunitas kehidupan dan kasih yang ditandai oleh sikap hormat dan syukur terhadap anugrah kehidupan serta kasih timbal-balik dari semua anggotanya (KAS, 2007:22). Cooke menambahkan bahwa keluarga merupakan lingkungan pertama-tama iman dibentuk, dibesarkan, karena dalam keluarga itu iman yang hidup dan aktif timbul menjadi kenyataan (1972:5). Berdasarkan beberapa definisi di atas, bahwa keluarga adalah sebuah hubungan yang terdiri dari suami dan istri serta anak-anak yang dikaruniakan atas dasar cinta kasih hubugan suami dan istri. Keluarga juga merupakan suatu proses awal kehidupan yang pertama bagi seorang laki-laki dan seorang perempuan setelah keduanya disatukan dalam ikatan pernikahan kudus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
3. Pengertian katekese Keluarga Dewasa ini semakin meluas dan berkembang pemikiran mengenai paham Gereja Umat Allah di mana salah satu faktor pentingnya adalah melibatkan semua anggotanya dalam membina penghayatan iman, menurut kemampuan dan sumbangannya masing-masing. Katekese keluarga lahir dari krisis yang sedang dialami katekese modern dan karya pastoral dewasa ini, bahwa karya itu tidak sanggup membawa pengaruh atau menangapi kebutuhan masa yang luas dalam masalah iman. Krisis timbul karena adanya transisi baik dalam Gereja maupun dalam hidup masyarakat ( Egong, 1983: 17). Katekese keluarga tampil untuk mengembalikan iman itu ketempat dari mana iman berasal, yakni keluarga itu sendiri. Katekese keluarga ingin menolong orang tua untuk sadar dan yakin akan tugasnya. Iman yang dalam dari orang tua memberi kemampuan pada mereka untuk menemukan kesempatan-kesempatan di mana iman dapat masuk dalam pembicaraan orang tua dengan anak-anaknya. Pendidikan iman dalam keluarga dapat subur jika ada kontak yang baik antar anggota keluarga. Tak mungkin terjadi dialog pada taraf iman bila dialog pada taraf manusia tidak dipupuk. Iman yang dihayati dalam hidup sehari-hari dapat diteguhkan, diperdalam melalui komunikasi satu sama lain. Jadi katekese keluarga yang dimaksud adalah katekese yang diselenggarakan di Paroki untuk para orang tua dan yang sekaligus menjadi katekese dari orang tua kepada anak-anak mereka dalam lingkup keluarga. Katekese keluarga dalam arti yang paling khas ialah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
segala sesuatu yang terjadi di rumah antara orang tua dengan anak-anak dalam komunikasi iman (Egong, 1983:18-20). 4.
Tujuan Katekese Keluarga Sebagai salah satu aspek dari Katekese Umat, Katekese Keluarga
bertujuan: membangkitkan kesadaran dan pandangan lebih terang tentang tugas orang tua dalam hidup dan iman dari ke hari baik dalam hubungan mereka satu sama lain maupun dengan anak-anak mereka. Katekese Keluarga tampil untuk mengembalikan iman itu ke tempat dari mana iman berasal yakni keluarga itu sendiri. Oleh sebab itu katekese keluarga ingin menolong orang tua untuk sadar dan yakin akan tugasnya yakni membina iman anak-anak mereka. Karena sudah sejak bertahun-tahun tugas dan tanggung jawab pembinaan iman anak-anak diambil alih oleh sekolah dan paroki. Akibatnya orang tua tidak berani memikul tanggung jawab, sebab mereka ragu-ragu apakah mereka mampu. Mereka kurang yakin bahwa membina iman anak-anak merupakan tugas mereka yang utama (egong, 1983: 24). Katekese keluarga juga mau menciptakan dialog antar orang tua dengan memandang mereka sebagai partner percakapan yang sungguh-sungguh. Penekanan ini diletakkan pada usaha bersama-sama untuk memperdalam dan menghayati iman mereka sendiri serta memperoleh pandangan lebih jelas tentang tugas dan tanggung jawab mereka selaku pendidik yang pertama dan utama bagi anak-anak yang dipercayakan kepada mereka. Tidak hanya tentang tugas dan tanggung jawab, tetapi juga tentang kesadaran beriman yang goyah dalam hidup mereka sebagai orang beriman (egong, 1983: 25).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Dari pernyataan di atas kita diajak untuk menyadari, lebih-lebih keluarga Kristiani bahwa peran mereka sebagai orang tua untuk mendidik anak-anaknya sangatlah pokok dan wajib, demi perkembangan iman anak-anak apalagi untuk situasi saat ini dimana pengaruh perkembangan jaman saat ini sangat pesat. Jika kita sebagai orang tua tidak bersikap fleksibel, dalam arti kita bisa menempatkan posisi kita di mana kita bisa menjadi teman anak-anak, bisa menjadi guru anakanak, tetapi kita juga bisa bertindak sebagai pengawas, dengan komunikasi dan menjadikan partner anak-anak akan semakin terbuka sehingga iman mereka semakin terbentuk. Dengan Katekese Keluarga ini, diharapkan hubungan antar keluarga semakin erat. Menurut Dwi Wuryani (1994:72), tujuan dari katekese keluarga adalah untuk meyakinkan orang tua bahwa mereka adalah pengajar hidup dalam keluarga yaitu pengajar mengenai hidup dan iman di dalam keluarga mereka masingmasing. Sebab itu Katekese Keluarga pada dasarnya mau menyadarkan dan membantu para orangtua untuk tidak menitipkan dan melemparkan tanggung jawab pada pihak lain sehubungan dengan pendidikan anak-anak mereka (Caroline, 1985:8). 5. Sasaran Katekese Keluarga Dari semua yang telah dijabarkan di atas agar tercapai tujuan katekese keluarga, hendaknya ditentukan terlebih dahulu sasaran katekese keluarga sehingga proses dari katekese keluarga itu semakin jelas. Di sini dapat dilihat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
secara jelas bahwa sasaran dari Katekese Keluarga adalah keluarga itu sendiri yang terdiri dari suami-istri, dan anak-anak. Menurut Caroline (1985:10-11) meskipun sasaran dari Katekese Keluarga adalah keluarga itu sendiri, tetapi melihat pengertian keluarga yang hidup di Indonesia dan di sekitar kita, serta pengaruh yang menyentuh keluarga inti/kecil, maka kita dapat menentukan sasaran dengan cara bertahap. 1). Kiranya kelompok suami-istri, bapak-ibu, mereka bertanggung jawab langsung pada anak-anaknya, kepada Tuhan, Negara dan masyarakat sekitarnya. 2). Anggota keluarganya sendiri yang serumah, keluarga inti dan mereka yang seiman yang hidup dalam satu atap. 3). Kiranya hanya terjadi sewaktu-waktu, sehubungan dengan tradisi atau sesuatu peristiwa-peringatan yang mengumpulkan mereka, yakni kaum kerabat-sanak saudara. Dengan demikian mereka mungkin bisa lebih saling mempengaruhi dan membantu dalam iman dan penghayatan Kristiani mengenai kehidupan dan pengalaman hidup mereka, juga membantu mereka untuk dapat mengambil sikap dan keputusan yang sesuai dengan iman Kristiani dan pandangan Katolik. Salah satu sasaran Katekese Keluarga adalah keluarga itu sendiri, karena pendidikan iman itu dimulai dari titik dasar yaitu keluarga yang secara spontan prosesnya lewat hubungan kekeluargaan, sehingga orang tua bisa melaksanakan katekese keluarga dengan adanya unsur kepercayaan dan keterbukaan di antara mereka agar mereka semakin berani untuk saling terbuka dan bisa saling berkomunikasi dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
6. Kekhasan Katekese Keluarga Sebagai salah satu aspek dari Katekese Umat, Katekese Keluarga pastinya memiliki Kekhasan dari pada katekese yang lain. Menurut Egong kekhasannya antara lain : a.
Katekese Keluarga ini mengajak orang tua untuk melibatkan semua anggota keluarganya dalam pembinaan penghayatan iman sesuai dengan kemampuan anggota keluarga, sehingga orang tua sadar akan tanggung jawab mereka atas pendidikan iman anaknya dalam lingkup keluarga.
b.
Katekese Keluarga dimaksudkan untuk menolong para orang tua agar orang tua merasa diri sebagai orang beriman, sanggup menciptakan iklim yang memungkinkan komunikasi iman dalam keluarga dan menjadi peka untuk mempergunakan kesempatan di mana komunikasi iman dapat terjadi, sehingga orang tua menyadari iman sebagai dimensi hidup berkeluarga.
c.
Katekese Keluarga juga mengajak orang tua untuk terbuka dalam berkomunikasi terhadap anak-anak dan anggota keluarga yang lain sehingga anggota keluarga bisa merasa terbantu dan berkembang dan pengetahuan serta pemahaman iman kristianinya (Egong,1983:19-20).
B. Pendidikan Iman Anak 1.
Pengertian Pendidikan Iman Anak Tugas mendidik yang pada tempat pertama adalah wewenang keluarga,
membutuhkan bantuan seluruh masyarakat. Maka disamping hak orang tua dan orang lain yang mereka ikut sertakan dalam tugas mendidik (Sewaka, 1991:4).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Begitupula pendidikan iman anak adalah tugas dari orang dewasa untuk mengajar ataupun untuk membantu anak-anak dalam memperkembangkan kepribadian anak. Pendidikan anak-anak di segala bidang kehidupan terlebih pendidikan iman, sebaiknya dilakukan sejak dini, hal ini sangat penting dan mendesak untuk dipikirkan dan dilakukan orang tua. Pendidikan iman sejak dini ini sangat menentukan keberadaan dan kehidupan anak-anak mereka di masa depan, baik yang menyangkut kehidupan sosial, kehidupan beriman, maupun panggilan hidupnya. Konsili Vatikan II telah menegaskan dalam Gravissimum Educationis art 3: Karena orang tua telah menyalurkan kehidupan kepada anak-anak, terkait kewajiban amat berat untuk mendidik mereka. Maka Orang tualah yang harus diakui sebagai pendidik mereka yang pertama dan utama. Begitu pentinglah tugas mendidik itu, sehingga bila diabaikan, sangat sukar pula dapat dilengkapi. Sebab merupakan kewajiban orang tua: menciptakan lingkup keluarga, yang diliputi semangat bakti kepada Allah dan kasih sayang terhadap sesama sedemikian rupa, sehingga menunjang keutuhan pendidikan pribadi dan sosial anak-anak mereka. Maka keluarga itulah lingkungan pendidikan pertama keutamaan-keutamaan sosial, yang dibutuhkan oleh setiap masyarakat. Adapun terutama dalam keluarga Kristen, yang diperkaya dengan rahmat serta kewajiban Sakramen Perkawinan, anak-anak sudah sejak dini harus diajar mengenal Allah serta berbakti kepadaNya dan mengasihi sesama, seturut iman yang telah mereka terima dalam Baptis. Prasetya menambahkan mendidik iman anak-anak sejak dini adalah hal yang sangat mendasar, mendesak dan bersifat hakiki, akibatnya pendidikan itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
harus dilakukan sendiri oleh orang tuanya dan tidak dapat diambil alih oleh orang atau pihak lain. Karena keberadaan orang tua tidak dapat tergantikan (2008:19). Pendidikan iman anak dapat dilakukan oleh orang tua dalam kehidupan seharihari baik itu dari kata-kata maupun tindakan. Dalam hal ini setiap perilaku orang tua di rumah pastilah anak-anak akan selalu melihat dan menirukan, apapun perilaku, tindakan, dan kata-kata orangtua adalah pendidikan bagi anak-anak. Jadi jika perilaku,tindakan dan perkataan orang tua baik maka anak-anakpun akan baik juga begitupun sebaliknya jika orang tua berperilaku tidak baik anak-anakpun juga tidak baik. Dengan demikian peran orang tua diharapkan memberi teladan dan contoh berperilaku, bersikap, bertindak, dan berkata-kata dengan baik dan benar lebih khususnya dalam kehidupan rohani atau pendidikan iman anakanaknya. 2.
Tujuan Pendidikan Iman Anak Orang Kristiani yang telah dilahirkan kembali dari air dan Roh adalah
putra-putri Allah dan karena itu mereka berhak menerima pendidikan (iman) kristiani. Pendidikan (iman) Kristiani bertujuan mematangkan pribadi manusia, yaitu menjadi manusia sempurna sesuai dengan kepenuhan Kristus (bdk. Ef 4:13), agar semua orang beriman menikmati pendidikan (iman) kristiani, terutama untuk angkatan muda (anak-anak) yang merupakan harapan Gereja. Tujuan Pendidikan dalam arti sesungguhnya ialah mencapai pembentukan pribadi manusia dalam perspektif tujuan terakhirnya dan demi kesejahteraan kelompok-kelompok masyarakat, di mana ia sebagai manusia adalah anggotanya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
dan bila sudah dewasa ia akan mengambil bagian menunaikan tugas kewajiban di dalamnya (GE, art14). Dari kutipan tersebut memiliki tujuan pendidikan mengarah pada pembentukkan pribadi manusia yang akan mengarah pada pembentukan pribadi yang secara nyata dalam upaya mencapai hidup kekal bersama Allah di Surga. Menurut Nugroho ( 2014:10), tujuan khusus dari pendidikan (iman) Kristiani sebagai berikut: “Pendidikan Kristiani itu tidak hanya bertujuan pendewasaan pribadi manusia, melainkan terutama hendak mencapai, supaya mereka yang telah dibaptis langkah demi langkah semakin mendalami misteri keselamatan, dan dari hari ke hari makin menyadari kurnia iman yang telah mereka terima; supaya mereka belajar menyembah Allah Bapa dalam Roh dan kebenaran lihat Yoh 4:23. Dalam Familiaris Consortio art 37, menyapa para orangtua Kristiani dengan berkata, “Bahkan di tengah kesulitan-kesulitan yang kadang lebih besar dewasa ini, para orangtua harus dengan yakin dan berani mendidik anak-anak tentang nilai-nilai esensial di dalam hidup manusa. Anak-anak harus tumbuh dengan sikap yang benar tentang kebebasan (ketidak-terikatan) terhadap barangbarang materi, dengan menerapkan gaya hidup yang sederhana dan bersahaja, yakin bahwa manusia itu lebih berharga karena apa adanya dia daripada karena apa yang dia miliki. Dalam hal ini Goretti (1999:82) mengemukakan beberapa tujuan pendidikan iman sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
a. Menyiapkan situasi lingkungan yang baik bagi anak-anak yang sedang berkembang b. Meningkatkan serta memperdalam pengetahuan agama yang diarahkan ke penghayatan iman yang nyata sesuai dengan perkembangannya di usia tertentu (5-13 tahun). c. Mempersiapkan anak untuk menerima komuni pertama d. Meningkatkan serta memperdalam penghayatan anak terhadap liturgi Gereja e. Meningkatkan sifat satria, harga-menghargai pribadi orang lain. f. Memupuk harga diri yang sehat dan wajar. Kritis dalam menanggapi sesuatu serta menilai tinggi hak hidup setiap makhluk. 3. Pendidikan Iman Dalam Keluarga Jauh
sebelum
kelahiran
bayi
mereka,
orangtua
biasanya
telah
mempersiapkan berbagai keperluan bayi dengan seksama: nama, pakaian, tempat tidur, ember mandi, handuk dan lain sebagainya. Sayang sekali beberapa orang tua seringkali justru melupakan persiapan rohani, yang sebenarnya jauh lebih penting daripada persiapan jasmani itu. Menurut Pudjiono semasa masih berada dalam kandungan, anak sudah dapat dipersiapkan secara rohani. Misalnya ibu sudah bisa mengajak janin di dalam kandungannya untuk berdialog kepada janin, bisa diberitahukan kegiatan yang sedang dilakukan ibunya : memasak, bekerja di kantor, pergi bersama ayahnya, pergi ke Gereja dan sebagainya (2007:4). Beberapa orang tua tidak memberikan pendidikan iman kepada anak-anak mereka sejak awal, bukan karena tidak mau, melainkan karena kurang tahu tentang cara yang tepat untuk mewariskan iman kepada anak-anak. karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
ketrampilan dan pengetahuan mereka sendiri tentang iman juga kurang memadai. Beberapa orang tua mengira bahwa pendidikan iman anak-anak mereka dapat mereka percayakan sepenuhnya kepada para guru di sekolah katolik atau kepada para Pembina Sekolah Minggu di paroki. Mereka kurang sadar, bahwa pendidikan di luar rumah hanyalah pelengkap, bukan pengganti dari pendidikan di rumah. Dalam Kitab Suci disebutkan bahwa iman itu bisa timbul dari pendengaran dan pendengaran itu muncul dari pewartaan sabda dan karya Kristus (Rm 10:17). Maka salah satu tugas orang tua adalah: Mewartakan Kristus kepada anak-anak mereka, di rumah. Dalam Nota Pastoral KAS Sebuah keluarga Katolik juga hanya layak disebut Gereja kecil bila hidup semua anggotanya dijiwai dengan iman, yang terutama ditandai oleh sikap hormat dan kasih kepada Kristus dan Gereja-Nya. Iman mereka hendaknya diyakini, dipahami, diungkapkan, dirayakan, diwartakan dan diamalkan secara terus menerus, baik di dalam maupun di luar rumah (2007:25). Keluarga merupakan tempat untuk berbagi suka dan duka setiap anggotanya, karena itu keluarga bukanlah semata-mata merupakan lingkungan tempat anak-anak bertumbuh secara fisik. Keluarga juga merupakan lingkungan tempat mereka bertumbuh secara psikis, moral, sosial, dan spiritual. Baik dalam konsep maupun dalam praktik, hal itu menjadi nyata bila keluarga menjadi tempat pendidikan yang pertama dan utama (KAS, 2007:29). Karena itu sebelum mendapat dan menjalani pendidikkan di luar rumah, hampir setiap anak mendapat dan menjalani pendidikan di rumah orang tuanya sendiri. Hak dan kewajiban orangtua untuk mendidik anak-anak mereka di rumah merupakan kelanjutan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
konsekuensi dari hak dan kewajiban mereka untuk melahirkan dan mengasuh anak-anak mereka. Hak dan kewajiban itu tidak boleh diingkari oleh siapapun juga (GE art 3 dan FC art 36). Sedangkan Nugroho (2014:10-11), berpendapat bahwa ada tujuh peranan orangtua dalam kerangka pendidikan anak-anaknya, khususnya dalam hal pendidikan nilai-nilai termasuk di dalamnya pendidikan iman, antara lain: a) Orang tua berperan sebagai pendidik yang pertama dan utama bagi anak-anak mereka. “Karena orang tua telah menyalurkan kehidupan kepada anak-anak, maka orang tua terikat kewajiban teramat serius untuk mendidik anak-anak mereka. Maka orangtua yang harus diakui sebagai pendidik yang pertama dan utama bagi anak-anak mereka” (Katekismus Gereja Katolik, art 1653;bdk. GE, art 3; FC, art. 36). Orang tua wajib terlibat aktif dalam proses pendidikan anakanaknya melalui keteladanannya terutama dalam hal penghayatan iman mereka. Tugas utama ini tak tergantikan sebab keluarga merupakan “akar”, bila akar kokoh maka goncangan apapun tidak akan membuat anak tidak bisa berdiri tegak. b) Orang tua berperan sentral dalam usaha menciptakan suasana penuh kasih Kristiani di rumah. Kasih adalah jiwa bagi tumbuhnya semua prinsip kehidupan seperti nilai-nilai kehidupan, kebaikan, pelayanan yang tidak pilih kasih kesetiaan dan pengorbanan (lihat GE, art 3; FC, art 36.). c) Orang
tua
berperan
menularkan
kebijaksanaan
Kristiani
melalui
keteladanannya, seperti memaafkan kesalahan orang lain, belajar meminta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
maaf bila melakukan kesalahan, saling menghormati, saling berbagi, saling menolong, saling menghibur, saling meneguhkan satu sama lain. d) Orang tua berperan penting dalam usaha menularkan nilai-nilai kemanusiaan yang esensial. Lima nilai esensial yang ditekankan Beato Yohanes Paulus II dalam Familiaris Consortio, yakni keadilan yang menghormati martabat dan harkat setiap manusia, terutama mereka yang terpinggirkan; hukum kasih: memberikan diri bagi orang lain dan suka cita; pendidikan seksualitas yang menyangkut keseluruhan pribadi manusia, baik tubuh, perasaan maupun jiwa; pendidikan tentang kemurnian dan pendidikan moral yang menjamin munculnya tanggung jawab. e) Orang tua berperan penting dalam setiap kesempatan melalui keteladanan mereka dalam menghayati imannya. f) Orang tua berperan sentral dalam menciptakan suasana doa, lewat doa-doa bersama sekeluarga. Bunda Teresa dari Calcutta berpesan, “Keluarga yang berdoa bersama, tetap bersatu bersama, kemudian dilanjutkan dengan permenungan Kitab Suci, yang berisi pesan-pesan Allah”. g) Orang tua berperan penting dalam mengarahkan anak-anak mereka, sesuai dengan perkembangan usia, terutama keterlibatannya dalam kehidupan Gereja. 4. Faktor Pendukung dan Penghambat Perkembangan Iman Anak a.
Faktor Pendukung Perkembangan Iman Anak
Ada faktor pendukung perkembangan iman anak, antara lain: 1). Keluarga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Lingkungan keluarga sendiri, misalnya bisa datang dari suasana umum di dalam rumah, dalam keluarga yang diwarnai hubungan yang harmonis, situasi penuh rasa cinta, sikap mendukung dan juga terciptanya komunikasi yang baik antar keluarga dapat mendukung kondisi dasar suasana emosi yang positif dalam interaksi antara anak dan orangtua. Menurut Ekowati (2003:24), untuk mencapai perkembangan yang optimal, seseorang membutuhkan pemenuhan kebutuhan fisik, psikologis, dan sosial. Kebutuhan psikologis yang utama adalah pemenuhan afeksi, kognisi dan moral untuk mengembangkan kemampuan dan ketrampilan intelektual, emosional, dan sosial. Menurut Pudjiono (2007:6-7), dalam memberikan pendidikan iman kepada anak-anak di rumah, orangtua sebaiknya mengusahakan hal-hal berikut ini: a. Berdoa, agar diberi karunia hikmat oleh Tuhan, sehingga mampu memberikan pendidikan iman kepada anak-anak. b. Meningkatkan iman sendiri, dengan membaca Kitab Suci, buku-buku rohani, dan buku-buku tentang pendidikan anak. c. Lebih banyak memberikan teladan dan membagikan pengalaman iman yang konkret daripada bersikap menggurui dengan banyak omong yang tidak efektif. d. Berlaku sebagai sahabat, sehingga anak-anak mau dan mampu terbuka kepada orangtua sendiri. e. Mendidik anak-anak dengan banyak menyampaikan ajaran dan teladan Tuhan Yesus Kristus (Ef 6:4). f. Bersunguh-sungguh dalam mendidik iman anak, tidak setengah-setengah, tidak hanya “kalau ada waktu” saja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
g. Tidak pernah merasa bosan, bersedia mengulang-ulang dalam memberikan nasihat bijaksana (Ul 6:7-8). Keluarga menjadi tempat pembenihan dan pengembangan panggilan hidup, sebagai tempat pendidikan yang pertama dan utama, keluarga juga diharap menjadi tempat pembenihan dan pengembangan panggilan hidup. Dalam kaitan dengan hal itu, keluarga diharap menjadi tempat berkembangnya kepribadian semua anak, sehingga kelak mereka menjadi orang-orang dewasa yang benarbenar manusiawi dan sekaligus benar-benar katolik. Di sana, setiap anak dibantu dalam mencari dan menemukan panggilan Allah atas dirinya, entah untuk menjadi imam, untuk hidup membiara, atau untuk berkeluarga. Karena seorang anak akan berkembang menjadi seorang dewasa yang benar-benar manusiawi bila di dalam dirinya berkembanglah keutamaan-keutamaan manusiawi, baik yang bersifat personal (seperti kesehatan, kerapian, dan ketekunan) maupun yang bersifat sosial (seperti kesopanan, keramah-tamahan, keterbukaan, kejujuran, dan keadilan). Seorang anak akan berkembang menjadi seorang dewasa yang benar-benar katolik bila di dalam dirinya berkembanglah keutamaan-keutamaan kristiani pada umumnya (seperti iman-kasih-harapan kepada Allah Tritunggal, penghormatan dan penghargaan pada Kitab Suci) maupun keutamaan-keutamaan katolik pada khususnya seperti devosi kepada Bunda Maria, pemahaman dan penghargaan terhadap tradisi Gereja, penghormatan dan keterbukaan terhadap hirarki (KAS, 2007:30-32). Dengan
demikian
keutaman-keutamaan
Kristiani
dalam
keluarga
merupakan bekal yang sangat penting bagi setiap perkembangan iman anak, agar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
mereka mampu menanggapi dan mengahayati panggilan Allah, baik sebagai imam atau biarawan/biarawati maupun sebagai suami/istri atau ayah/ibu. 2). Sekolah Meskipun sudah banyak yang mengatakan bahwa pendidikan iman anak akan berkembang dengan baik merupakan salah satu tugas dan kewajiban orang tua, tetapi dalam rangka menjalankan tugas ini orang tua menghendaki dan menginginkan agar di sekolah diberikan pelajaran agama bagi anak-anaknya demi perkembangan iman yang baik bagi anak-anak mereka. Kecuali itu juga dalam warta Kristiani dan pengalaman iman termasuk nilai-nilai kemanusiaan dan nilainilai pendidikan yang baik. Kenyataan itulah yang menjadi penunjang dan pendorong untuk diadakan pelajaran agama disekolah. Di negara kita khusus tentang pelajaran agama dapat dilihat antara lain dalam GBHN tentang pendidikan (Setyakarjana,1997:5). Lingkungan sekolah adalah tempat anak-anak belajar, bertumbuh dan berkembang menuju kedewasaan, serta suasana belajar yang menyertai pertumbuhan dan perkembangan itu (Pakasi, 1981:24). Di lingkungan sekolah ini perkembangan iman anak akan semakin terpupuk dan terbina karena sekolah mengajajarkan berbagai ilmu yang semakin menyokong perkembangan iman anak, baik perkembangan jasmani dengan mengajak anak-anak untuk banyak bergerak mengakibatkan tubuh anak menjadi terlatih tubuhnya. Dari tidak tangkas ia menjadi tangkas, begitupula perkembangan emosi, karena bermain di sekolah, anak akan mengalami pelbagai hal yang menyangkut kehidupan emosionalnya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
dengan pengalaman bermain menyebabkan emosinya bertumbuh, misalnya ia belajar mengalami kepuasan atas diri sendiri, ia belajar menguasai emosi. Juga perkembangan sosial di mana anak tidak hanya mengetahui haknya tapi juga hak orang lain, mengingat akan kepentingan orang lain, dan memberikan giliran kepada orang lain, tidak memonopoli alat bermain, membantu teman, menjaga keamanan dengan mematuhi peraturan-peraturan keamanan. Dengan didukung perkembangan tersebut maka anak semakin berkembang dalam iman. 3). Teman sebaya Faktor pendukung perkembangan iman anak yang ketiga ini sangatlah penting karena teman sebaya adalah orang yang paling dekat dengan anak-anak setelah keluarga. Menurut Wanai, teman merupakan orang yang mempunyai hobi, minat yang sama, sedangkan kawan adalah orang yang ada di lingkungan yang membantu anak agar terpuaskan kebutuhannya untuk bermain (2003:85-86). Dalam kelompok sebaya, anak akan menemukan teman dari beragam latar belakang status sosial ekonomi, agama, kebiasaan, cara menyelesaikan masalah, dan banyak lagi, anak akan menghadapi tanpa bantuan orang tua, kalaupun ada bantuan orang tua, tentu akan minimal sekali. Menurut Adiyanti (2003: 94), banyak hal yang dapat dilakukan dalam kelompok sebaya: berlatih untuk memehami dan mengerti orang lain, berlatih untuk melakukan negoisasi, mengikuti aturan yang dibuat bersama, saling memahami dan mengerti perasaan serta pikiran teman, memperkaya ketrampilan sosial, mempertahankan diri dari serangan teman, menjadi pemimpin dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
pengikut, bersama membuat aturan, dan banyak lagi. Anak juga akan berlatih menyelesaikan
masalahnya
tanpa
campur
tangan
orang
tua.
4). Kemajuan teknologi. Khususnya media ini merupakan faktor perkembangan iman anak yang sebenarnya memiliki segi positif maupun negatif. Akan tetapi seturut perkembangan jaman, kemajuan teknologi khususnya media ini mepengaruhi pola berpikir orangtua untuk memanjakan anak-anakanya dengan media elektronik maupun media cetak. Menurut Endang Ekowarni dkk, kehadiran televisi maupun media massa lain dalam kehidupan anak merupakan bagian dari sistem sosial, dimana anak tumbuh dan berkembang didalamnya (2003:25). Dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat ini anak-anak akan lebih cepat mengakses ilmu, hiburan dan segala macam hal yang ingin diketahui anak-anak untuk saat ini sangat dipermudah sehingga perkembangan anak semakin cepat. Meskipun demikian ada hal-hal yang negatif seiring kemajuan teknologi saat ini, tetapi hal ini dapat dicegah dengan peran orang tua yang selalu mendampingi anak-anak mereka untuk memilihnya secara selektif. Begitu pula dengan iman anak-anak akan semakin berkembang karena menemukan Allah mereka melalui tayangantayangan baik melalui media elektronik maupun media cetak sehingga dapat menambah pengetahuan mereka tentang Tradisi Gereja maupun ajaran-ajaran Gereja. b. Faktor penghambat Perkembangan Iman Anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Anak-anak jaman sekarang mengalami hidup secara berbeda dibanding anak-anak duapuluh tahun yang lalu: cara merasakan, cara berfikir, cara menanggapi keadaan, cara bertindak, dan lain sebagainya. Makin banyak anakanak yang terbiasa dengan alat-alat elektronika, alat permainan dan lain sebagainya
itu
semua
bisa
mempengaruhi
perkembangan
iman
anak
(Sugiarti,1999:9). Pertumbuhan dan perkembangan anak-anak dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: 1) Pengaruh-pengaruh yang berasal dari luar rumah, misalnya dari media komunikasi, terutama televisi. Orang tua dewasa ini diharapkan menyadari derasnya arus dan besarnya pengaruh berbagai informasi, lewat media masa, pada
kepribadian
anak-anak
mereka.
Berbagai
tayangan
tentang
perselingkuhan, perceraian, pergaulan bebas, kekerasan, perampokan, pembunuhan, dan hal-hal negatif lainnya, pasti punya pengaruh pada perkembangan iman anak. Apalagi anak-anak sudah mengenal dengan narkotika dan zat-zat adiktif yang lain dan sudah terbukti merusak kehidupan begitu banyak anak. Pengaruh negatif dari zat-zat itu benar-benar dapat merusak karakter anak-anak dalam seluruh hidup mereka. 2) Pengaruh yang berasal dari lingkungan keluarga sendiri, misalnya bisa datang dari suasana umum didalam rumah. Dalam keluarga yang diwarnai hubungan yang tidak harmonis antar para anggota keluarga, tidak bisa diharapkan adanya dukungan bagi pertumbuhan dan perkembangan iman anak secara tidak sehat. Ada pertanyaan yang dilontarkan oleh Pudjiono, Bagaimana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
mungkin iman anak akan berkembang dalam keluarga tidak pernah diwartakan Kristus. Bagaimana anak-anak dapat menghormati Allah dan mengasihi sesama, bila orang tua mereka tidak pernah menghormati Allah dan mengasihi sesama (2007:6). Dari pernyataan tersebut bisa dilihat bahwa salah satu faktor terhambatnya iman anak-anak itu juga kesalahan dari orang tua yang sejak dini tidak pernah mengenalkan anak-anak terhadap iman mereka yaitu Kristus sendiri. Terkadang orang tua mempercayakan pertumbuhan dan perkembangan iman anak-anaknya kepada orang ketiga bisa sekolah, maupun di gereja. Oleh karena itu kestabilan rohani orangtua begitu penting bagi perkembangan rohani anak (Allen, 1982;27). 5. Usaha-usaha dalam Membantu Perkembangan Iman Anak Sebagai tempat pendidikan yang pertama dan utama, keluarga juga diharap menjadi tepat pembenihan dan pengembangan panggilan hidup. Dalam kaitan dengan hal itu, keluarga diharap menjadi tempat berkembangnya kepribadian semua anak, sehingga kelak mereka menjadi orang-orang dewasa yang benarbenar manusiawi dan sekaligus benar-benar Katolik. Di sana, setiap anak dibantu dalam mencari dan menemukan panggilan Allah atas dirinya, entah untuk menjadi imam, untuk hidup membiara, atau untuk berkeluarga. Dalam Nota Pastoral mengatakan bahwa seorang anak akan berkembang menjadi seorang dewasa yang benar-benar manusiawi bila di dalam dirinya berkembanglah keutamaankeutamaan manusiawi, baik yang bersifat personal (seperti kesehatan, kerapian, dan ketekunan) maupun yang bersifat sosial (seperti kesopanan, keramahtamahan, keterbukaan, kejujuran, dan keadilan).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Seorang anak akan berkembang menjadi seorang dewasa yang benar-benar Katolik bila di dalam dirinya berkembanglah keutamaan-keutamaan Kristiani pada
umumnya
(seperti
iman-kasih-harapan
kepada
Allah
Tritunggal,
penghormatan dan penghargaan pada Kitab Suci) maupun keutamaan-keutamaan katolik pada khususnya (seperti devosi kepada Bunda Maria, pemahaman dan penghargaan terhadap tradisi Gereja, penghormatan dan keterbukaan terhadap hirarki). Karena keutamaan-keutamaan kristiani merupakan bekal yang sangat penting bagi setiap orang, agar ia mampu menanggapi dan menghayati panggilan Allah, baik sebagai iman atau biarawan/biarawati maupun sebagai suami/istri atau ayah/ibu (KAS, 2007:31-32). Menurut Pudjiono (2007:7-9), ada beberapa nasehat praktis, yang juga pantas diperhatikan dalam mendidik anak di bidang iman: 1) Mengajar anak-anak mengenal kekudusan Tuhan: “Permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan” (Mzm 111:10; Ay 28:28; Ams 1:7; 9:10; 15:33). Karena Tuhan kudus, Tuhan membenci dosa. Maka kalau kita berbuat dosa, Tuhan “murka” dan dapat menjatuhkan hukuman (Kel 20:5). 2) Menegur dan menyadarkan anak-anak, bila mereka berdosa : Lakukan hal itu pada anak-anda sejak mereka masih berusia dini; jelaskan kepada mereka bahwa perilaku yang menyimpang dari ajaran Tuhan bukan hanya mengecewakan orang tua, melainkan juga mengecewakan hati Allah yang kudus. Bantulah anak-anak dalam mengembangkan hati nurani mereka, sehingga mereka akhirnya mampu menilai perilaku mereka sendiri, terutama saat mereka menyimpang dari kehendak Tuhan. Ajarlah kepada mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
kebenaran ini dengan kasih dan lemah lembut, bukan dengan gertakan. menunjukkan kepada anak-anak pada dosa-dosa mereka bukanlah berarti mencari-cari kesalahan mereka, melainkan melatih hati nurani mereka dan menyadarkan mereka bahwa: dosa adalah pelanggaran hukum Allah (1Yoh 3:4; 5:17). 3) Mengajar anak-anak agar mereka mengenal Kristus dan memahami sabdasabda serta karya-karyaNya. Dosa bukannya tidak bisa dikalahkan. Tunjukkanlah kepada anak-anak bahwa satu-satunya jalan penebusan bagi dosa adalah Yesus Kristus. Dia adalah pusat dari berita Injil. Jadikanlah pengajaran tentang Yesus Kristus sebagai fokus yang utama dari semua pelajaran rohani bagi anak-anak. Ajarkanlah kepada mereka bahwa Yesus Kristus adalah: Allah yang kekal (Yoh 1:1-3,14), Tuhan telah menjadi manusia untuk kita (Fil 2:6-7), Telah wafat di kayu salib untuk menyediakan jalan bagi keselamatan orang berdosa (1Ptr 2:24; Kol 1;20). 4) Menceritakan kepada anak-anak, bahwa Tuhan tidak menuntut apapun dari orang berdosa. Tuhan hanya mengajak orang berdosa untuk bertobat. Pertobatan itu haruslah merupakan suatu keputusan hati untuk bersatu kembali dengan Tuhan, bukan hanya kemauan untuk menutup lembaran lama dan membuka lembaaran baru. Bertobat berarti berbalik dari dosa lalu memalingkan wajah kepada Tuhan, dengan meninggalkan sama sekali perbuatan dosa. Dalam Kisah Para Rasul (17:30) tertulis bahwa Tuhan memanggil orang berdosa untuk bertobat. Hanyalah orang yang bertobat dan beriman kepada Yesus akan diselamatkan. Keselamatan semata-mata adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
kasih karunia Tuhan, bukan hasil usaha kita (Ef 2:8-9). Maka kita tidak layak memegahkan diri, seolah-olah keselamatan itu kita peroleh dengan usaha kita sendiri. Untuk menerima keselamatan dari Kristus itu, kita harus : bertobat (Yeh 18:32; Kis 3:19;17:30; 26:20). Mengikuti Yesus (Luk 9:23; 9:62; Yoh 12:26; 15:14). Selain itu usaha-usaha dalam membantu perkembangan Iman Anak dengan memberi teladan hidup, orang tua harus memberi contoh dan tindakan yang baik didepan anak-anaknya, juga memberikan kasih sayang karena anakanak sangat memerlukan itu sehingga simpati dan empati dari orang tua akan sangat diperlukan anak-anak. C. Peranan Katekese Keluarga terhadap Pendidikan Iman Anak Dalam Gereja Katolik ada berbagai bentuk pendampingan katekese bagi umat kristiani, salah satunya adalah katekese keluarga. Katekese keluarga adalah salah satu sarana bagi orang tua dalam mewujudkan tanggung jawabnya sebagai pengajar iman yang pertama dan utama kepada anak-anaknya. Sedangkan dilihat dari kekhasannya, katekese keluarga bukan menggantikan katekese yang lainnya. Justru katekese keluarga ingin memperlihatkan bahwa komunikasi iman dalam keluarga merupakan dasar bagi katekese yang lain (Egong, 1983:27). Menurut Niken Pratiwi (2014:34) mengatakan bahwa melalui katekese keluarga orang tua disadarkan mengenai pentingnya menanamkan nilai-nilai iman kepada anak sebagai antisipasi akan krisis yang dapat membahayakan iman anak-anak mereka. Oleh karena itu katekese keluarga membantu orangtua untuk peka terhadap kebutuhan rohani anak sesuai dengan tahap perkembangan iman anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Dengan katekese keluarga ini orang tua dipermudah untuk mendidik iman anak mereka, karena dengan katekese keluarga ini orangtua diposisikan bukan hanya sebagai “orang tua” tetapi lebih dari itu mereka bisa menjadi partner bagi anak-anaknya lebih-lebih tentang perkembangan iman mereka. Pendidikan iman di muai dari titik dasar (keluarga) dan prosesnya secara spontan berlangsung lewat seluruh hubungan kekeluargaan dari orang tua dan anak-anak sebagai dimensi dalam keseluruhan hidup berkeluarga, hal ini dapat dilihat dari cara hidup orangtua yang menciptakan iklim bagi anak-anak mereka. Oleh karena itu katekese keluarga juga tampil untuk mengembalikan iman itu ketempat darimana iman berasal yakni keluarga itu sendiri. Oleh sebab itu katekese keluarga ingin menlong orang tua untuk sadar dan yakin akan tugasnya yakni membina iman anak-anak mereka (Egong, 1983:25). Dengan adanya katekese keluarga tidak berarti membubarkan atau menggantikan katekese pada tempat dan situasi lain (sekolah, Paroki, katekese dewasa). Katekese keluarga mau memperlihatkan bahwa komunikasi iman dalam keluarga merupakan dasar bagi katekese lain. Pengaruh komunikasi iman dalam keluarga sangat penting karena membantu katekese yang lain, yang lebih sistematis, seperti katekese sekolah. Ini berarti komunikasi iman dalam keluarga tidak cukup, harus dilengkapi oleh katekese sekolah dan Paroki. Dengan kata lain: untuk pendidikan iman anak, dibutuhkan kerjasama yang baik antara orang tua, sekolah, dan Paroki (Egong,1983:26). Katekese keluarga pada dasarnya, mau lebih menyadarkan dan membantu para orang tua untuk tidak menitipkan dan melempar tanggung jawab pada pihak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
lain sehubungan dengan pendidikan anak-anak mereka (Caroline,1985:8). Sehingga dalam mendidik anak, orang tua jangan hanya berwacana, berteori, tetapi harus menampilkan dirinya sebagai orang tua yang bertanggung jawab, bahkan menjadi tokoh idola, sehingga pendidikan yang akan ditanamkannya sungguh berdaya guna bagi anaknya. Mereka harus memberikan contoh yang baik dan benar kepada anaknya, baik dalam perkataan maupun teladan hidupnya. “Para suami-istri kristiani bekerja sama dengan rahmat dan menjadi saksi iman satu bagi yang lain, bagi anak-anak mereka dan bagi kaum kerabat lainnya. Bagi anak-anak mereka, mereka itulah pewarta iman dan pendidik yang pertama. Dengan katakata maupun teladan orang tua membina anak-anak untuk menghayati hidup kristiani dengan bijaksana orang tua membantu mereka dalam memilih panggilan mereka, dan sekiranya barangkali terdapat panggilan suci pada mereka memupuk itu dengan perhatian sepenuhnya” (AA 11). D. Peran Orang Tua dalam Pendidikan Iman Anak Kehadiran anak dalam keluarga sepatutnya disyukuri, meski menuntut pelbagai tanggung jawab dari mereka. Salah satunya adalah mereka harus mendidik anak di segala bidang kehidupan, khususnya pendidikan iman. Mereka tidak dapat mengelak dari tanggung jawabnya untuk mendidik anak secara baik, benar, dan bertanggung jawab. Prasetya (2014:20) mengatakan bahwa: kelahiran anak harus diterima dengan penuh suka cita dan kebahagiaan, bukan sebagai beban, sebab anak adalah karunia dari Allah, bukan titipan. Bila anak dianggap sebagai titipan, orang tua dapat bertindak apapun, semaunya, termasuk berbuat kasar kepada anaknya dan menelantarkannya dengan pelbagai alasan, baik yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
disebabkan
oleh
kenakalan,
kebodohan,
kecacatan
tubuh,
maupun
keterbelakangan mental, karena mereka menerima anak sebagai beban. Sebaliknya, orang tua akan mensyukuri kehadiran anak dalam keluarganya dalam keadaan apapun, sebab mereka menerima anak sebagai karunia perkawinan yang paling luhur, “menurut hakikatnya perkawinan dan cinta kasih suami-istri tertujukan kepada adanya keturunan serta pendidikannya. Memang anak-anak merupakan karunia perkawinan yang paling luhur, dan besar sekali artinya bagi kesejahteraan orang tua sendiri” (GS 50). Kelahiran anak membawa konsekuensi terhadap pendidikan anak, terlebih pendidikan iman anak karena orang tua harus mendidik anak-anak mereka dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab, meski tidak mudah, apalagi di zaman sekarang ini. Mereka sebaiknya memikirkan dan mengupayakan pendidikan yang utuh dan menyeluruh. “orang tua mempunyai kewajiban sangat berat dan hak primer untuk sekuat tenaga mengusahakan pendidikan anak, baik fisik, sosial, dan kultural, maupun moral dan relegius” (KHK, kan 1136). Tugas orang tua untuk mendidik anak-anaknya sungguh-sungguh diberi tekanan dalam Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II, Familiaris Consortio: “Hak maupun kewajiban orang tua untuk mendidik bersifat hakiki karena berkaitan dengan penyaluran hidup manusia. Selain itu, hak dan kewajiban orang tua bersifat asali dan utama terhadap peran serta orang-orang lain dalam pendidikan, karena keistimewaan hubungan cinta kasih antara orang tua dan anakanak. Lagi pula hak dan kewajiban itu tidak tergantikan dan tidak dapat diambil alih, dan karena itu tidak dapat diserahkan sepenuhnya kepada orang-orang lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
atau direbut oleh mereka (Maurice, 2001:157). Sebagai pendidik pertama dan utama, orang tua harus mendidik sendiri anaknya. Mereka sungguh bertanggung jawab terhadap pendidikan anaknya sehingga jangan diberikan kepada kakekneneknya, apalagi pembantu rumah tangga, sebab tanggung jawab pendidikan anak tidak dapat digantikan dan diambil alih oleh pihak lain. Orang tua melakukan tanggung jawabnya sampai anak menginjak usia dewasa dan dapat menentukan jalan hidupnya secara bertanggung jawab, baik untuk hidup membiara maupun berkeluarga. “Melalui pendidikan hendaknya anak-anak dibina sedemikian rupa, sehingga bila nanti sudah dewasa mereka mampu penuh tanggung jawab mengikuti panggilan mereka. Maksudnya juga, supaya bila kemudian mereka mengikat diri dalam pernikahan, mereka mampu membangun keluarga sendiri dalam kondisi-kondisi moril, sosial, dan ekonomis yang menguntungkan” (GS 52). Menurut
Prasetya,
bahwa
anak
hidup
dan
tumbuh
mengikuti
perkembangan zaman yang ada serta berkembang sebagai anak zaman, Ternyata, perkembangan zaman sungguh mempengaruhi dan menguasai hidupnya, sehingga anak menjadi pribadi yang cenderung egois, hedonis, konsumeristis, dan sangat dikuasai oleh budaya instan. Berhadapan dengan situasi ini, orang tua tidak boleh hanya mengeluh dan meratap, bahkan berputus asa, dalam mendidik anak, tetapi justru menjadi tantangan bagi mereka untuk menunjukkan tanggung jawabnya. Mereka harus mampu mendidik anaknya dengan baik, benar, dan penuh tanggung jawab disegala bidang kehidupan. (2014:24-25)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Sedangkan menurut Goretti (1999:10), Orang tua dapat menerangkan kepada anak maksud dari suatu perbuatan yang penuh arti. Prakarsa orang tua akan sangat menolong perjalanan anak mengenal Tuhan. Orangtua dapat menjelaskan dengan sederhana mengapa ayah dan ibu berdoa, menjelaskan mengapa ayah dan ibu meminta maaf setelah bertengkar, menerangkan mengapa ayah dan ibu berterimakasih kepada Tuhan karena mendapatkan pekerjaan, menceritakan mengapa ayah dan ibu membuat gua kecil menjelang perayaan natal, menjelaskan mengapa ayah dan ibu membuat tanda salib dan memasang salib, semuanya merupakan saat-saat yang memungkinkan anak untuk masuk ke jalan yang menjumpakan anak dengan Tuhan. Begitu istri/ibu melahirkan seluruh keluarga khususnya orang tua menjadi pendidik iman. Merekalah orang pertama dan utama mengajarkan tata krama, sopan-santun, norma hidup dan cara hidup mereka. Orangtualah yang menjadi guru untuk anak-anak mereka di dalam hidup iman mereka akan Allah karena pengalaman hidup iman mereka adalah saksi iman yang pertama dan utama bagi anak-anak mereka. Bagi anak-anak pengalaman iman mereka bukan hanya secara teori diberikan oleh orangtua mereka tetapi dengan segala tingkah laku, gerakgerik, ucapan, tidakkan yang baik dan bertanggung jawab orangtualah, sehingga anak-anak bisa menirunya dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Agung (2008: 54), pendidikan iman anak adalah suatu proses. Menanamkan iman kepada anak-anak bukanlah sesuatu yang sekali jadi, tetapi melalui dan membutuhkan suatu proses yang panjang. Sebagaimana halnya pertumbuhan kepribadian anak, demikian pula dengan perkembangan iman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Pengajaran dan pembinaan adalah sarana dan wahana dalam proses penanaman iman kepada anak-anak itu. Di dalam proses pembinaan iman itu, isi pengajaran tidak diurutkan menurut urutan dan sistem teologi, melainkan menurut kronologi pertumbuhan anak dan kebutuhan spiritual berdasarkan usia. Sebab tujuan pembinaan itu bukan sebatas pengetahuan saja, lebih dari itu untuk membantu anak mengalami pengalaman persatuan dengan Allah. Di dalam proses ini anak dibimbing untuk menerima dan mengerti pewahyuan Allah, dalam Yesus Kristus. Kemudian mereka dibimbing untuk menanggapi pewahyuan Allah itu dengan mengungkapkan iman kepercayaan mereka, baik melalui perayaan-perayaan liturgis dan doa maupun perbuatan konkret dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karenanya, orang tua sebagai pendidik dan pewarta iman yang pertama mempunyai tanggung jawab memberikan pendidikan iman, baik melalui kata-kata maupun teladan dan kesaksian hidup iman.Anak-anak akan sangat terbantu untuk mengungkapkan imannya bila mereka melihat teladan dan kesaksian hidup iman yang konkret dari orang tuanya. Orang tua Katolik wajib memberikan pendidikan iman kepada anak-anak dalam situasi dan kondisi apapun. Mereka tidak boleh menunda atau menghentikan dan bahkan meniadakan pendidikan iman itu. Penegasan ini adalah bentuk tanggung jawab Gereja untuk meningkatkan martabat dan kewajiban hakiki orang tua sebagai pendidik utama dan pertama bagi anak-anak. Ada dua alasan prinsip mengapa orang Katolik harus memberikan pendidikan iman kepada anak-anak dalam situasi dan kondis apapun. Pertama, setiap anak berhak mendapatkan pendidikan dan pembinaan untuk mencapai pertumbuhan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
meliputi fisik, intelektual, moral dan spiritual secara harmonis. Kedua, orang tua adalah pribadi pertama yang mempunyai kesempatan untuk memperkenalkan kehidupan sengan segala aspeknya kepada anak-anak. Orang tua juga adalah pewarta iman yang berkewajiban membina pribadi anak-anak supaya mereka mengenal dan menerima kebenaran dan mempunyai pengalaman sebagai pribadi yang dicintai dan mencintai Allah dan sesama. Untuk lebih jelas mengetahui bagaimana keluarga Kristiani dapat memahami dan menghayati arti pentingnya peran orang tua dalam pendidikan iman anak-anak penulis akan akan mengadakan penelitian di lingkungan St. Carolus Borromius Margomulyo, dan akan memberikan sumbangan usulan program katekese keluarga untuk meningkatkan kesadaran akan peran penting orang tua bagi pendidikan iman anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
BAB III PERANAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN IMAN ANAK DI LINGKUNGAN CAROLUS BORROMIUS MARGOMULYO Orang tua memiliki tugas untuk memberikan dan memenuhi kebutuhan anak-anaknya baik kebutuhan fisik (makan, minum, tempat tinggal) juga kebutuhan Rohani (perhatian, kasih sayang, cintakasih). Dalam bab III ini, penulis akan menggambarkan tentang sejauh mana peran orang tua di lingkungan Santo Carolus Borromius Margomulyo Stasi Santo Thomas Seyegan, Paroki Santo Yoseph Medari, dan mencari tahu faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat bagi orang tua dalam menjalankan tugasnya serta mencari tahu apa yang menjadi harapan mereka untuk meningkatkan peran orang tua dan menemukan usulan program katekese keluarga yang tepat sebagai usaha untuk meningkatkan peran orang tua dalam pendidikan iman anak. A. Gereja Santo Thomas Seyegan 1. Sejarah Gereja Santo Thomas Seyegan Awal mula berdirinya Gereja Santo Thomas Seyegan diprakarsai oleh Imam Katolik Belanda pada tahun 1932 yang datang kesebuah dusun disebelah barat kecamatan Seyegan dengan tujuan menyebarkan ajaran cinta kasih Kristus. Dusun tersebut dahulu lebih dikenal dengan dusun Bokong sekarang bernama dusun Sonoharjo, nama imam tersebut bernama Romo F.X.Strater, SJ. Diawal karyanya beliau mendirikan Volksschool di rumah bapak Siswohardjono. Selain itu Romo Strater juga mengajar agama bagi masyarakat setempat. Beliau hanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
datang sebulan sekali, maka lalu ditugaskan seorang guru dari Klepu yaitu Bapak H. Tarub Hardjohadi Sumarto atau yang lebih dikenal dengan nama Hardjo Tarub. Selain di dusun Bokong, pelajaran agama juga diadakan di dusun Bantulan dan Nganggrung. Setiap ada pelajaran agama pengunjungnya banyak dan hampir penuh, tetapi hampir tidak ada yang mau dipermandikan. Mengherankan memang tetapi begitulah keadaan yang sebenarnya. “Mewartakan sabda Tuhan memang memerlukan ketekunan dan perjuangan”, itulah kata-kata yang selalu ditanamkan oleh Romo Strater kepada guru-guru agama di stasi Bokong. Di dusun Nganggrung inilah kemudian muncul seorang rasul awam pertama dari Seyegan yaitu Bapak P. Setrokartomo. Walaupun perkembangan jumlah umat tidak begitu pesat, tetapi tetap selalu ada saja permandian-permandian baru. Pada awal-awal penyebaran agama Katolik, bagi umat yang ingin dibaptis, pembabtisan dilakukan di rumah umat oleh Romo yang hadir. Karena saat itu Romo Strater merupakan Romo yang bertugas di paroki Santo Antonius Kotabaru maka segala pencatatan administrasi dilakukan Romo di Paroki Santo Antonius Kotabaru. Karena Romo Strater merupakan Romo dari Paroki Kotabaru stasi ini dibina dan diurus oleh paroki Kotabaru, baru pada tahun 1936 saat itu Romo Inge Housz berkarya di stasi Bokong dimasukkan menjadi bagian wilayah paroki Medari. Sejak tahun 1936 sampai dengan kurang dari tahun 1954 Perayaan Ekaristi di stasi Bokong selalu berpindah-pindah tempat, dari rumah umat yang satu ke rumah umat yang lain. Sekitar tahun 1950-an setelah memakan waktu yang cukup lama jumlah umat stasi Bokong berkembang menjadi kurang lebih 250-an umat. Dan tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
bergerombol di dusun Bokong, Bantulan dan Nganggrung saja, tetapi sudah menyebar hampir di seluruh wilayah kecamatan Seyegan. Pada tahun 1951 muncul sebuah gagasan dari beberapa tokoh umat yang diprakarsai oleh Bapak Th. Praptoharjono untuk membangun sebuah kapel. Dan untuk mewujudkan cita-cita umat untuk memiliki sebuah tempat ibadah yang tetap, segera dirintis usaha untuk menentukan lokasi tempat bangunan kapel akan didirikan. Akhirnya Bapak P. Harjodiryo dari Druju, Margodadi merelakan sebagian tanahnya untuk dibangun sebuah kapel.Umat segera dikerahkan untuk bergotong royong membangun kapel tersebut. Dan pada tahun 1954 bangunan kapel tersebut terwujud, sejak saat itu kegiatan peribadatan umat katolik di Seyegan berpusat di dusun Druju, dan nama stasi Bokong berganti nama menjadi stasi Druju. Pada tahun 1955 dengan berbagai pertimbangan Stasi Druju yang semula dibawah binaan Paroki Medari dipindahkan segala urusan administrasinya ke Paroki Santo Aloysius Gonzaga, Mlati. Pada tahun 1972 stasi Druju dimasukkan lagi kewilayah paroki Santo Yoseph Medari sampai sekarang. Sejak adanya bangunan kapel di dusun Druju, jumlah umat semakin cepat berkembang, terlebih lagi pada tahun 1968 terjadi permandian yang cukup besar, sehingga kapel yang mempunyai luas 7x22 m2 selalu penuh dikala ada kegiatan peribadatan khususnya perayaan Ekaristi. Karena perkembangan jumlah umat Katolik yang cukup pesat dan untuk mempermudah dan memperlancar pelayanan serta pengolahan administrasi, maka oleh Romo C. Rommens,SJ saat itu sebagai Romo Paroki Santo Aloysius Gonzaga Mlati Stasi Druju dibagi dalam lima (5) lingkungan yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Lingkungan Margomulyo, Lingkungan Margoagung, Lingkungan Margodadi, Lingkungan Margokaton, dan Lingkungan Jlegongan. Umat Katolik di wilayah Seyegan semakin berkembang jumlahnya dan penyebarannyapun merata diseluruh wilayah kecamatan Seyegan. Dari lima (5) lingkungan bertambah satu dengan lingkungan Cibuk yang ikut bergabung di Stasi Druju, sehingga nama stasi Druju dirasa tidak sesuai lagi, sehingga tanpa konsepsi apapun nama stasi Seyegan muncul begitu saja seakan-akan nama ini sudah menjadi suatu kesepakatan bersama menggantikan nama stasi Druju. Sebuah tulisan yang ditemukan oleh tim penyusun buku kenangan 80 tahun Gereja Santo Yoseph Medari disebuah majalah berbahasa Belanda St. Cleverbonda yang terbit tahun 1933 dalam halaman 74, Romo F.X. Strater,SJ menuliskan sebuah opini bahwa ia mempunyai rencana akan membangun sebuah kapel di Seyegan. Romo Strater pastilah tersenyum karena kerja kerasnya menaburkan biji sesawi di wilayah Seyegan membuahkan hasil yang berlimpah. Bahkan sebuah Gereja berukuran 18x18 m2 berdiri dengan megahnya diatas tanah seluas kurang lebih 2.400 m2. Tanah itu adalah tanah kas Desa Margodadi yang tidak produktif untuk pertanian. Luas tanah kurang lebih 3.000 m2 terletak kurang lebih 400 meter arah tenggara kapel Druju. Proses pembelian tanah itu sendiri mengalami lika-liku yang cukup menguras tenaga dan pikiran. Namun dengan segala perjuangan yang sudah dikerahkan akhirnya keluarlah Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta No 12/Idz/KPTS/1981 tertanggal 20 Agustus 1981 tentang pembebasan tanah tersebut, yang ditandatangani Wakil Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Paduka Paku Alam VIII.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
2. Profil Gereja Santo Thomas Seyegan Seyegan merupakan salah satu dari 17 wilayah kecamatan yang ada di Kabupaten Sleman. Letaknya kurang lebih 17 km arah barat laut pusat kota Yogyakarta. Gereja Santo Thomas Seyegan merupakan bagian dari paroki Santo Yoseph Medari. Wilayahnya meliputi satu kecamatan Seyegan terbagi dalam dua (2) wilayah dan delapan (8) lingkungan, saat ini umat di Gereja SantomThomas Seyegan ini kurang lebih berjumlah 1000 umat. Gereja Santo Thomas Seyegan merupakan satu-satunya Gereja Katolik di kecamatan Seyegan, kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kecamatan Seyegan sendiri luas wilayahnya kurang lebih 2.662 Ha. Sebagian besar merupakan wilayah persawahan, sehingga bisa dikatakan sebagian besar masyarakatnya hidup dari pertanian, 80% wilayah dilintasi dengan jalan beraspal dan beton, hanya sebagian kecil saja daerah yang masih mempunyai jalan tanah. Secara geografis kecamatan Seyegan merupakan dataran rendah. Batas wilayah sebelah utara kecamatan Sleman dan Tempel, sebelah timur kecamatan Mlati, sebelah selatan kecamatan Godean dan sebelah barat kecamatan Minggir. Sedangkan untuk batas wilayah teritorial Gereja Santo Thomas Seyegan adalah sebelah timur Paroki Mlati, sebelah selatan Paroki Gamping, sebelah barat Paroki Klepu dan sebelah utara wilayah Tempel, Paroki Medari. Gereja Santo Thomas Seyegan yang beralamatkan di dusun Mranggen, desa Margodadi Kecamatan Seyegan Kabupaten Sleman ini merupakan gedung gereja yang dibangun oleh umat Katolik di wilayah Kecamatan Seyegan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
sarana peribadatan yang memadai dikarenakan semakin berkembangnya umat yang berada di Kecamatan Seyegan, sehingga gedung yang lama tidak memungkinkan untuk menampung umat saat melakukan kegiatan. Gereja Santo Thomasa Seyegan diresmikan pada tanggal 19 Juni 1988 oleh Uskup Keuskupan Agung Semarang yang pada waktu itu dijabat oleh Mgr. Julius Darma Atmaja, SJ. Gereja yang didirikan atas swadaya umat Katolik di wilayah Seyegan dan juga sebagian dari donator luar negeri ini berdiri diatas tanah seluas lebih kurang 3.000 m2 . Gereja Santo Thomas Seyegan, menjadi sarana peribadatan umat paroki Santo Yoseph Medari yang bertempat tinggal khususnya di kecamatan Seyegan ini terbagi dalam dua (2) Wilayah dan terdiri dalam delapan (8) lingkungan antaralain: Wilayah Santo Thomas I terdiri dari : Lingkungan Santo Hurbertus, (kelurahan Margoluwih), Lingkungan Santo Carolus Borromius, (kelurahan Margomulyo
sebelah
timur),
Lingkungan
Santo
Agustinus
(kelurahan
Margomulyo sebelah barat) dan Lingkungan Santo Don Bosco (kelurahan Margoagung). Dan untuk Wilayah Santo Thomas II terdiri dari empat lingkungan yaitu Lingkungan Santo Ignatius (kelurahan Margodadi), lingkungan Santa Theresia Avilla (kelurahan Margokaton sebelah utara), lingkungan Santo Gregorius (kelurahan Margokaton sebelah selatan), dan lingkungan Santo Benediktus (dusun Jlegongan, Beran, kelurahan Margodadi). Sebelum tahun 2009, stasi Santo Thomas baru memiliki enam (6) lingkungan saja. Pada tahun 2009 terjadi pemekaran di dua (2) lingkungan, yaitu lingkungan Sonoharjo dan lingkungan Margomulyo. Yang mengalami pemekaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
menjadi lingkungan Santa Theresia Avilla (kel.Sonoharjo bagian utara) dan lingkungan Santo Gregorius (kel.Sonoharjo bagian selatan). Kemudian bulan November 2009 lingkungan Santo Agustinus Margomulyo juga mengalami pemekaran menjadi dua (2) lingkungan. Lingkungan Santo Agustinus (kelompok Margomulyo sebelah barat) dan lingkungan Santo Carolus Borromius (kelompok Margomuyo sebelah timur). Sejak
Gereja
Santo
Thomas
berdiri
sampai
sekarang,
banyak
perkembangan yang dialami salah satunya dalam usaha pengembangan umat, perkembangan yang telah dicapai oleh Gereja Santo Thomas Seyegan tidak lepas dari jasa-jasa para imam yang bertugas dari awal perjuangan dan sampai sekarang. Para imam yang pernah bertugas di paroki Santo Yoseph Medari dan Gereja Santo Thomas Seyegan:
TAHUN
PASTOR YANG BERKARYA
1925 – 1942
Fransiskus Xaverius Strater, SJ
1942 – 1943
W. Krause van Eeden, SJ
1943 – 1946
Th. Harjowasito, Pr P. Zoetmulder, SJ Y. Padmoseputra, SJ M. Haryadi, Pr C. Martawerdaya, SJ A. Brotowiratno, SJ
1946 – 1948
B.Sumarno, SJ
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
1948
– 1950
C.Wijoyosuparto, SJ
1950 – 1951
Th. Hatjowasito, Pr
1951 – 1954
Y. van Leenghoed, SJ An. Wignyomartoyo, Pr J. Mulder, SJ Y. van Heusden, SJ
1954 – 1955
K. Orie, SJ
1955 – 1957
P. Prawirosuprapto, SJ
1957 – 1958
C.Harsosuwito, SJ
1958 – 1962
A. Ingen Housz, SJ P. Purwohoetomo, SJ
1962 – 1965
T. Widyono, SJ
1965 – 1971
Bl. Pujaraharjo, Pr St. Suhartono, Pr D. Samodra, Pr
1972 - 1974
Th. Pusposuganda, Pr
1975 – 1977
E.Rusgiharto, Pr Ig. Jonowasono, Pr
1977 – 1980
Y. Harjaya, Pr J. Suyadi, Pr
1980 – 1982
FX. Djoko Pranowo, Pr
1982 – 1984
H. Subiyanto DW, Pr
1983 – 1984
P. Susanto P, Pr
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
1984 – 1985
P. Soeprijanto, Pr A. Priyambono, Pr
1985 - 1989
A. Priyambono, Pr A. Hendaryono, Pr
1989 – 1995
FX. Suta Wibowo, Pr
1990 – 1991
A. Yumarmo, Pr
1991
E.Martasudjito, Pr (hanya tiga bulan, kemudian tugas belajar)
1991 – 1993
E. Minarto, Pr
1993 – 1998
L. Tata Priyana, Pr
1995 – 2001
T. Insaf Santoso, Pr
1998 – 1999
CB. Mulyatno, Pr
1999 – 2001
R. Yuni Tri Wibawa, Pr
2001 – 2004
J. Suyatno Hadiatmaja, Pr A. Dodit Haryono, Pr
2004 – 2009
Y. Sunu Siswoyo, Pr Stefanus Heruyanto, Pr
2009 – 2014
N. Sukarno Siwi, Pr Markus Nur Widipranoto, Pr Yohanes Ari Purnomo, Pr Yohanes Riyanto, Pr Dominikus Sukristiono, Pr Aloysius Triyanto, Pr
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
2014 – Sekarang
Antonius Dadang Hermawan, Pr Yuventius Denny Sulistyawan, Pr
3. Situasi Umat di Gereja St. Thomas Seyegan Umat di Gereja Santo Thomas Seyegan sebagian besar bahkan dapat dikatakan 80% umat Katolik Gereja Ssnto Thomas Seyegan merupakan suku Jawa dan sisanya ada dari suku Flores, Timor-timur dan lain sebagainya. Meskipun demikian segala kegiatan baik ditingkat lingkungan maupun ditingkat Gereja tidak mempermasalahkan tentang kesukuan, semua saling tolong menolong dan bekerjasama untuk “njembarake Kraton Dalem”. Menurut hasil pendataan umat tahun 2011 ada sekitar 21% umat itu bekerja sebagai Pegawai Negeri/swasta, kemudian 15% sebagai wiraswata, 11% sebagai petani, dan 13% menjadi ibu rumah tangga. Dilihat dari segi SDMnya 25% untuk memiliki latarbelakang pendidikan
tinggi,
sedangkan
hampir
50%
berlatarbelakang pendidikan
menengah. Ini dapat diartikan bahwa sebagian besar umat katolik di Gereja Santo Thomas Seyegan mempunyai latar belakang yang cukup baik dan mempunyai wawasan yang cukup luas. Kecamatan Seyegan, wilayah geografisnya adalah dataran rendah yang sebagian besar adalah tanah persawahan/pertanian, dan kecamatan Seyegan merupakan salah satu daerah penghasil beras terbesar di kabupaten Sleman, sehingga potensi penghasilan umat yang mempunyai latarbelakang petani (sebanyak 90 orang) dari sumber daya alam ini sangat besar tetapi belum dimaksimalkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Di delapan lingkungan yang ada di Gereja Santo Thomas Seyegan setiap minggunya rata-rata mengadakan pertemuan umat, biasanya diadakan di hari Kamis malam.Acara pertemuan biasanya berupa sembayangan atau sarasehan tentang pewartaan.Tetapi masih ada beberapa lingkungan yang mengadakan kegiatan pertemuan umat terkendala dengan kualitas umat yang hadir, bahkan ada lingkungan yang memiliki jumlah umat yang cukup besar tetapi apabila ada pertemuan lingkungan yang hadir hanya belasan orang. Luasnya wilayah lingkungan tersebut yang menjadi kendala utama sehingga kegiatan pewartaan kurang dapat berjalan dengan baik. Dari 1070 umat, 188 umat merupakan umat yang termasuk dalam usia muda (mudika/OMK), sehingga diharapkan dari mereka dapat menjadi penerus Gereja muda diwilayah Seyegan dan sekitarnya. Saat inipun OMK mempunyai kegiatan-kegiatan yang rutin sebagai wadah untuk mereka dapat bertemu, bahkan dibeberapa lingkungan ada pertemuan rutin untuk OMK. Akan tetapi jumlah OMK yang aktif berkegiatan masih sedikit, baru sekitar 20% dari jumlah mudika yang terdata di pendataan umat. Beberapa kegiatan akan diupayakan oleh pengurus stasi untuk dapat meningkatkan jumlah OMK yang aktif, salah satunya adalah pengadaan WIFI/HOT SPOT dilingkungan Gereja. Sehingga diharapkan dapat menjadi “gula” yang akan dirubung oleh para OMK. B. Gambaran Umum Lingkungan Santo Carolus Borromius 1. Letak dan batas-batas geografis Lingkungan Santo Carolus Borromius Lingkungan ini usianya masih sangat belia baru lima tahun, lingkungan ini merupakan hasil pemekaran dari lingkungan Santo Agustinus Margomulyo.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Lingkungan ini berjarak 7 km dari Gereja Santo Thomas Seyegan dan berbatasan langsung dengan Lingkungan Santo Hurbertus Cibuk, dan Lingkungan Santo Agustinus Margomulyo. 2. Kegiatan umat di Lingkungan St. Carolus Borromius Umat lingkungan Santo Carolus Borromius berjumlah 121 jiwa (5 lansia, 63 orang tua, 31 kaum muda, 18 remaja, 4 anak-anak). Dan menyebar dilima desa. Pada umumnya rumah umat satu dengan yang lain di satu dusun berdekatan karena umatnya hanya saling bersaudara. Meskipun jarak umat dari satu dusun ke dusun lain itu jauh tetapi tidak menyurutkan umat di lingkungan ini untuk ikut ambil bagian dalam kegiatan-kegiatan dilingkungan. Kegiatan-kegiatan rutin lingkungan Santo Carolus Borromius antara lain: a.
Pertemuan malam Jumat, kegiatan ini diisi dengan berbagai macam acara seperti sembahyangan lingkungan, sarasehan lingkungan dan latihan koor.
b.
Misa lingkungan (diadakan disesuaikan dengan jadwal romo paroki).
c.
Kunjungan keluarga (diadakan disesuaikan dengan jadwal romo paroki).
d.
Natalan lingkungan.
e.
Pertemuan ibu-ibu lingkungan (diadakan setiap minggu ke III).
f.
Pertemuan bapak-bapak lingkungan (diadakan setiap malam minggu legi).
Di Lingkungan Carolus Boromius ini memiliki jadwal kegiatan untuk menjadwal tempat dimana kegiatan itu akan berlangsung. Orang muda katolik di lingkungan Carolus Boromius Margomulyo berjumlah 22 orang, sebagian besar sedang menempuh studi di perguruan tinggi di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Yogyakarta, dan mereka sibuk dengan kegiatan-kegiatan pribadi maupun yang mengatasnamakan kegiatan kampus, mengakibatkan tidak ada kegiatan yang dilakukan oleh OMK dilingkungan ini, namum ada beberapa OMK yang juga mau terlibat dan berpartisipasi dalam kegiatan OMK di Gereja Santo Thomas Seyegan. 3. Situasi Sosial Kemasyarakatan Umat Lingkungan Santo
Carolus
Borromius Umat lingkungan Santo Carolus Borromius Margomulyo berdiri dari lima desa, yaitu desa Kamal Wetan, Mangsel, Mriyan, Jamblangan, dan Perumahan Margomulyo Asri (PMA) sehingga situasi sosialnya berbeda. Masyarakat di desa Mangsel, Mriyan, Jamblangan dan PMA sebagian besar merupakan umat beragama muslim yang taat, apalagi di desa Jamblangan warga katoliknya hanya dua keluarga katolik dan dua keluarga Kristen. Meskipun sebagai warga minoritas umat Katolik dilingkungan Santo Carolus Borromius Margomulyo sangat menjaga hubungan baik antar warga. Hal ini terbukti bahwa sebagian besar umat lingkungan Santo
Carolus Borromius memiliki jabatan penting dalam
kepengurusan di tingkat RT, RW dan perangkat desa. Selain aktif di lingkungan umat Santo Carolus Borromius juga aktif dalam kegiatan di masyarakat, hal ini disadari bersama-sama oleh umat katolik, untuk menjaga hubungan baik antar umat beragama demi menciptakan kedamaian bersama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
4. Situasi
Ekonomi
Umat
Lingkungan
Santo
Carolus
Borromius
Margomulyo. Situasi ekonomi umat dilingkungan Santo Carolus Boromius Margomulyo terdiri dari tingkat menengah dan tingkat menengah kebawah. Umat yang perekonomiannya menengah sebagian bekerja sebagai PNS dan pegawai swasta itu berada di desa Mriyan, Jamblangan dan PMA, sedangkan umat yang ekonomi kalangan menengah kebawah bekerja sebagai buruh, pedagang, dan pensiunan berada di desa Mangsel dan Kamal Wetan. C. Penelitian Peran Orang Tua dalam Pendidikan Iman Anak di Lingkungan Santo Carolus Boromius Margomulyo. 1. Latar Belakang Penelitian Pada umumnya orang Katolik itu percaya bahwa keluarga adalah tempat pendidikan yang pertama dan utama bagi anak-anak yang dipercayakan Tuhan pada orang tua.Akan tetapi kepercayaan itu seringkali tidak ditindaklanjuti dan diimbangi dengan usaha mereka dalam mendidik anak-anak mereka di rumah. Para orangtua lebih memperhatikan pendidikan jasmani dan intelektual kepada anak-anak, sedangkan untuk pendidikan rohani, moral dan sosial kepada anakanak mereka sendiri orang tua kurang mampu mendampingi karena mereka lebih percaya kepada guru di sekolah dan kepada para pemimpin Gereja. Dari pengamatan dan hasil wawancara terhadap OMK dan anak-anak yang dilakukan penulis, kurangnya peran para orang tua dalam pendidikan iman anak bagi anak-anak mereka menjadi permasalahan konkret yang terjadi dilingkungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Santo Carolus Borromius Margomulyo. Latar belakang pekerjaan orang tua di lingkungan Santo Carolus Borromius yang bermacam-macam ada yang pegawai, PNS serta buruh, membuat para orang tua sibuk dengan pekerjaan mereka sehingga kurang memperhatikan dan terlibat langsung dalam mendampingi anak terlebih
dalam
pendampingan
perkembangan
iman
mereka.
Kurangnya
pengetahuan mengenai ajaran agama juga merupakan salah satu faktor orang tua tidak memperhatikan perkembangan iman mereka. Selain itu kurang mengetahui kebutuhan anak, dan pengetahuan mengenai pentingnya pendidikan iman anak dalam keluarga yang berpengaruh bagi perkembangan karakter seta relasi anak terhadap sesama danTuhan, dialami oleh orang tua. Pada umumnya para orang tua hanya memotivasi anak-anak mereka untuk selalu mengikuti Sekolah Minggu dan memfasilitasi anak dengan berbagai buku seperti buku doa, buku cerita, Kitab Suci
bergambar
dan
lain
sebagainya,
tanpa
memberi
penjelasan
dan
pendampingan lebih lanjut dari orang tua. Meskipun demikian, tidak semua orang tua di lingkungan Santo Carolus Borromius Margomulyo seperti yang disebutkan di atas, walaupun hanya ada beberapa keluarga yang memiliki perhatian terhadap perkembangan iman anak mereka. Ada beberapa permasalahan yang dapat penulis angkat, misalnya ada sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, nenek dan lima orang anak yang masih usia sekolah. Sang ayah tidak memiliki pekerjaan tetap, tetapi memiliki usaha sendiri dirumah dengan membuka bengkel pengelasan, sedangkan sang ibu juga tidak memiliki pekerjaan tetap, ia juga memiliki usaha jualan makanan (warung makan) didekat pusat perkantoran Sleman. Usaha yang mereka lakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
ini banyak menyita waktu, tenaga dan pikiran. Rutinitas sehari-haripun tidak menentu dan tidak terjadwal dengan baik. Terkadang sang ayah bekerja sampai sore bahkan sampai malam hari, begitupula sang ibu terkadang bekerja sampai malam karena harus menyiapkan perlengkapan warung untuk esok harinya. Akibatnya suami-istri ini jarang memiliki kesempatan untuk makan bersama, ke Gereja, berdoa bahkan untuk bercengkrama dengan anak-anak merekapun jarang dilakukan. Sebagai orang tua mereka mencoba dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan intelektual mereka hanya memberikan fasilitas yang dibutuhkan oleh anak-anak mereka tanpa adanya pendampingan atau perhatian akan kebutuhan anak yang paling mendasar yaitu perhatian dan keterlibatan dari orang tua. Disamping itu kedua orang tua ini lebih mempercayakan perkembangan iman dan menyekolahkan anak-anak mereka dari PAUD, TK, SD, SMP, SMA hingga di perguruan tinggi di sekolah yayasan Katolik. Disadari atau tidak, anak-anak tidak bisa berkembang dengan sendirinya, mereka memerlukan bantuan dari orang lain, terutama orang yang paling dekat dengan mereka yaitu orang tua. Seharusnya orang tua harus terlibat secara langsung dalam mendampingi anak-anak agar mereka dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal untuk mempersiapkan anak-anak menghadapi dunia luar. Untuk itu melalui penelitian ini, penulis ingin mengetahui sejauh mana orang tua berperan dalam pendidikan iman anak mereka dan memberi sumbangan pemikiran agar orang tua semakin menyadari tentang pentingnya peran mereka dalam pendidikan iman anak-anak mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
2. Tujuan Penelitian a. Mengetahui sejauh mana para orang tua di lingkungan Santo Carolus Borromius Margomulyo telah menjalankan peran mereka dalam mendidik iman anak-anak. b. Mengetahui faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat orang tua dalam menjalankan perannya sebagai pendidik iman. c. Mengetahui harapan umat untuk meningkatkan kesadaran akan peran penting orang tua dalam pendidikan iman anak di lingkungan Santo Carolus Borromius Margomulyo. 3. Jenis penelitian Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif analitis. Penelitian kuantitatif sendiri merupakan jenis penelitian yang banyak menuntut penggunaan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Metode deskriptif analitis ini sendiri merupakan metode yang menganalisis suatu data yang ditinjau dari dua hal yakni kenyataan dan ketentuan yang ada (Suharsimi Arikunto, 2010:282). 4. Instrumen Penelitian Untuk memperoleh data, penulis menggunakan instrument Questionnaires (angket atau kuesioner) dengan rating scale. Kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Sedangkan rating scale (skala bertingkat) adalah sebuah pernyataan yang diikuti oleh kolom-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan misalnya mulai dari sangat setuju sampai ke sangat tidak setuju (Suharsimi Arikunto, 2010: 194). Jenis kuesioner yang digunakan yakni kuesioner tertutup dan kuesioner terbuka. Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban, sehingga responden hanya tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilih. Sedangkan kuesioner terbuka memberi kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri (Suharsimi Arikunto, 2010: 195). 5. Responden Penelitian Responden dalam penelitian ini adalah keluarga Kristiani yang aktif dalam kegiatan rohani di lingkungan.Umat lingkungan Santo Carolus Borromius berjumlah 121 jiwa orang. Dari populasi yang ada, diambil 60 orang sebagai responden. Penulis memilih 60 orang responden yang terdiri dari 30 anak-anak dengan kriteria untuk anak minimal usia sekolah menengah pertama hingga perguruan tinggi. Dan 30 orang tua yang memiliki anak. Pendapat dua kelompok responden tersebut diharapkan dapat representatif atau dapat mewakili semua umat lingkungan Santo Carolus Borromius Margomulyo tentang peran penting orang tua bagi pendidikan iman anak. Penulis menggunakan teknik purposive sample untuk menentukan responden. Purposive sample dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu (Suharsimi Arikunto, 2010:174).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
6. Waktu, Tempat dan Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lingkungan Santo Carolus Borromius Margomulyo pada bulan April - Mei tahun 2015. Angket disebarkan pada saat pertemuan rutin lingkungan. 7. Variabel Penelitian Variable adalah gejala yang bervariasi (Suharsimi Arikunto, 2010:159). Gejala yang bervariasi misalnya jenis kelamin, karena jenis kelamin mempunyai variasi: laki-laki-perempuan. Gejala adalah objek penelitian, sehingga variabel adalah objek penelitian yang bervariasi. Dalam penelitian yang akan dilaksanakan variabel penelitian tentang pemahaman tetang katekese keluarga dan pemahaman peran otang tua dalam pendidikan iman anak. Berkaitan dengan judul skripsi yang diambil, penulis mengelompokkan variabel yang tercakup dalam penelitian ke dalam table berikut: Kisi-Kisi Kuesioner Penelitian Tertutup No
Variabel
Aspek yang
Indikator
Jml
diungkapkan (1) 1
(2)
item
(3)
Katekese
Pemahaman
keluarga
tentang keluarga:
No
(4) Dapat
(5)
(6)
menjelaskan
Katekese pemahaman
tentang
katekese keluarga : - Dapat menjelaskan 5
1,2,3,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
- Pengertian
pengertian
Katekese
Katekese
- Pengertian
4,5 6
- Dapat menjelaskan
keluarga
pengertian keluarga
- Pengertian
10,11 3
- Dapat menjelaskan
katekese
pengertian katekese
keluarga
keluarga -
- Tujuan katekese keluarga
Dapat menjelaskan
15,16, 17,18
katekese
keluarga - Dapat
- Kekhasan
12,13, 14.
4
tujuan
6,7,8,9
3
mejelaskan
19,20, 21
kekhasan katekese
katekese
keluarga
keluarga 2
Peran
Pemahaman peran Dapat
Orang
orang tua
Tua
pendidikan
dalam pendidik an iman anak
menjelaskan
dalam pemahaman iman orang
tua
peran dalam
anak :
pendidikan iman anak
- Pengertian
:
3
Pendidikan Iman - Dapat menjelaskan Anak
24
pengertian pendidikan
- Tujuan
22,23,
anak
iman 2
25,26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Pendidikan Iman - Dapat menjelaskan Anak
tujuan
- Pengertian
pendidikan
iman anak
3
Pendidikan Iman - Dapat menjelaskan Anak
dalam
Keluarga
pendukung
anak dan
faktor
iman dalam 5
keluarga - Dapat menjelaskan faktor-faktor
perkembangan
pendukung
iman anak
faktor penghambat
yang membantu perkembangan iman anak
30,31, 32,33,
penghambat
- Usaha-usaha
29
pengertian pendidikan
- Faktor-faktor
27,28,
34
dan
perkembangan
3
iman anak
35,36, 37
- Dapat menyebutkan usaha-usaha
yang
membantu - Peran orang tua dalam
perkembangan
3
iman anak
40
pendidikan iman - Dapat menyebutkan anak
peran
orang
dalam
pendidikan
iman anak.
38,39,
tua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Kisi-Kisi Kuesioner Penelitian Terbuka No
Variabel
Aspek yang
Indikator
Jml
diungkapkan (1) 1.
(2) Peran
item
(3) -
Orang Tua dalam
(4)
Usaha-usaha
(5)
- Dapat
yang membantu
menyebutkan
perkembangan
usaha-usaha yang
iman anak
membantu
pendidik
perkembangan
an iman
iman anak
anak
-
No
Peran orang tua - Dapat dalam
menyebutkan
pendidikan iman
peran orang tua
anak
dalam pendidikan
(6)
1
5
2
1,2
2
3,4
iman anak -
Usaha-usaha
-
Dapat
yang membantu
menyebutkan
pendidikan iman
usaha-usaha yang
anak
membantu pendidikan anak.
iman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
D. Laporan dan Pembahasan Hasil Penelitian 1. Kuisioner Tertutup Hasil penelitian dari 60 responden yang terdiri dari 30 responden orang tua dan 30 responden anak-anak tertera pada tabel berikut ini : a. Identitas Responden Table 1: Identitas Responden (N : 60) No
Pernyataan
Jumlah
%
(X)
(X/N x 100)
a. Bapak
13
21,7%
b. Ibu
17
28,3%
c. Anak
30
50%
a. 30 Tahun
2
3,4 %
b. 40 Tahun
5
8,4 %
c. 50 Tahun
10
16,6%
d. 50-60 Tahun
13
21,6%
a. 13-14 Tahun
3
5%
b. 15-20 Tahun
20
33,3%
1. Anggota Keluarga :
2. Orang Tua :
3. Anak Berusia :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
c. 21-25 Tahun
7
11,7%
Dalam tabel 1 dapat dilihat jumlah responden yaitu 60 orang terdiri dari bapak, ibu, dan anak. Jumlah responden dibagi dua dengan jumlah 30 responden untuk orang tua dan 30 responden untuk anak. Orang tua dibagi dua menjadi dua golongan yaitu bapak dan ibu. Jumlah responden bapak sebanyak 13 orang dengan prosentase 21,7% sedangkan jumlah responden ibu sebanyak 17 orang dengan jumlah prosentasi 28,3%, sedangkan jumlah responden anak sebanyak 30 orang dengan jumlah prosentase 50%. Dari data yang masuk pada table 1, diketahui bahwa responden orang tua rata-rata berusia 50-60 tahun sebanyak 23 orang dengan jumlah prosentase 38,2%, sedangkan untuk jumlah responden anakanak berusia 15-20 tahun sebanyak 20 orang dengan jumlah prosentase 33,3%. b. Pemahaman Katekese Keluarga Tabel 2 Pemahaman Orang Tua dan Anak tentang Pengertian Katekese N : 60 No
Pernyataan
1. Dalam dimengerti
Kitab
Suci,
sebagai
Jml
Persentase
Katekese
SS
40
66,7%
pengajaran,
S
15
25%
RR
5
8,4%
pendalaman, dan pendidikan iman agar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
orang semakin dewasa dalam iman
TS
-
-
STS
-
-
2. Katekese dapat dimengerti sebagai
SS
50
83,3%
usaha Gereja untuk membantu umat
S
9
15%
agar semakin berkembang dalam iman
RR
1
1,6%
serta dapat mewujudkan iman itu
TS
-
-
dalam hidup sehari-hari.
STS
-
-
SS
13
21,7%
S
30
50%
mengenal Yesus, dengan tujuan agar
RR
17
28,3%
orang
dan
TS
-
-
menyatakan pengakuan Iman akan
STS
-
-
pentingnya
SS
17
28,3%
peran umat dalam prosesnya karena
S
33
55%
katekese juga tanggung jawab setiap
RR
10
16,7%
umat
dalam
TS
-
-
persekutuan dengan Kristus melalui
STS
-
-
5. Katekese dapat menjadi sarana bagi
SS
17
28,3%
umat untuk mengolah pengalaman
S
20
33,3%
3. Katekese diartikan mewartakan Injil kepada
orang
lain
tersebut
Yesus
seta
memperhatikan
yang
bertobat
dilakukan
belum
dengan
sistematisasi
dan
pengorganisasian materi. 4. Katekese
menekankan
yang
telah
masuk
pembaptisan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
menjadi kesaksian akan kasih Kristus
RR
23
38,3%
yang telah mereka rasakan sehingga
TS
-
-
dapat saling meneguhkan satu sama
STS
-
-
lain, dalam rangka komunikasi iman.
Dari item no 1, 60 respoden ada 40 orang dengan prosentase 66,7% terlihat bahwa mereka menyatakan sangat setuju dengan pengertian katekese menurut Kitab Suci, di mana katekese diartikan sebagai pengajaran, pendalaman iman. Dan untuk 15 orang responden dengan prosentase 25% menyatakan setuju , ini menunjukkan bahwa responden yang terdiri dari bapak, ibu dan anak ini memahami pengertian katekese. Hanya ada 5 orang responden saja yang merasa ragu-ragu dengan pernyataan tersebut. Sedangkan pada item no 2, hampir 50% menyatakan sangat setuju dengan pernyataan ini, dan 9 orang menyatakan setuju. Sedangkan 1 orang menyatakan ragu-ragu dengan pernyataan tentang pengertian katekese sebagai usaha Gereja untuk membantu umat agar semakin berkembang dan mewujudkan iman dalam hidup sehari-hari. Pada item no 3 ada 30 orang responden menyatakan setuju tentang pengertian katekese sebagai pewartaan Injil kepada orang lain yang belum mengenal Yesus, ada beberapa umat yang merasa bahwa katekese bukan saja sebagai pewartaan Injil bagi yang belum mengenal Yesus terbukti 17 orang responden merasa ragu-ragu dengan pernyataan ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Ada 33 orang responden menyatakan setuju dengan pernyataan item no 4 ini dan 10 orang ragu-ragu 17 orang responden menyatakan sangat setuju dengan pernyataan bahwa pengertian katekese menekankan pentingnya peran umat dalam prosesnya karena sebagai tanggung jawab ini menujukkan bahwa umat lingkungan Carolus Borromius ini sudah memahami tentang tanggung jawab mereka sebagai umat beriman katolik. Setiap umat yang telah masuk persekutuan dengan Kristus melalui pembabtisan. Katekese dapat menjadi saarana bagi umat untuk mengolah pengalaman menjadi kesaksian akan kasih Kristus , saling meneguhkan dalam rangka komunikasi iman, ada 20 orang responden menyatakan setuju dalam pernyataan diatas. Terdapat dalam tabel 2 item 5 dan ada 17 orang responden menyatakan sangat setuju, sisanya 23 orang responden merasa ragu-ragu dengan pernyataan ini, penulis merasa ada beberapa umat lingkungan Carolus Borromius kurang memahami dengan pernyataan tersebut, kemungkinan disebabkan beberapa faktor misalnya faktor usia, faktor kepekaan pemahaman. c. Pemahaman Orang Tua dan Anak tentang Pengertian Keluarga Tabel 3 Pemahaman Orang Tua dan Anak tentang Pengertian Keluarga N : 60 No 6.
Pernyataan Keluarga
adalah
kelompok
yang
SS
Jml
Persentase
26
43,3%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
hidup
7.
Keluarga
adalah
23,3%
RR
17
28,3%
TS
3
5%
STS
-
-
segenap
SS
25
41,7%
manusia,
padanya
S
15
25%
bangsa,
RR
15
25%
TS
2
3,3%
STS
3
5%
Keluarga adalah lingkungan hidup
SS
10
16,7%
pertama dan utama bagi setiap anak.
S
25
41,7%
RR
10
16,7%
TS
10
16,7%
STS
5
8,3%
Keluarga adalah unit dasar dari
SS
21
35%
masyarakat: menurut rencana Allah,
S
13
21,6%
keluarga terdiri dari satun pria, satu
RR
13
21`,6%
wanita dan anak-anak, keluarga juga
TS
10
16,7%
tempat pertama dan utama untuk
STS
3
5%
komunitas
SS
35
58,3%
kehidupan dan kasih yang ditandai
S
17
28,3%
tergantung
nasip
suatu
kemanusiaan, dan Gereja.
9.
14
akar
pertumbuhan
8.
S
melatih dan mendidik anak. 10.
Keluarga
menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
oleh
sikap
hormat
syukur
RR
7
11,7%
terhadap anugrah kehidupan serta
TS
1
1,7%
kasih
STS
-
-
Keluarga adalah sebuah hubungan
SS
50
83,3%
yang terdiri dari suami dan istri serta
S
10
16,7%
anak-anak yang dikaruniakan atas
RR
-
-
dasar cinta kasih hubugan suami dan
TS
-
-
istri. Keluarga juga merupakan suatu
STS
-
-
timbal-balik
dan
dari
semua
anggotanya 11.
proses awal kehidupan yang pertama bagi seorang laki-laki dan seorang perempuan
setelah
keduanya
disatukan dalam ikatan pernikahan kudus.
Pada tabel 3 item no 6 ada 26 orang responden dengan prosentase 43,3% menyatakan sangat setuju kalau keluarga merupakan kelompok yang hidup, responden yang terdiri bapak, ibu, dan anak-anak menjawab setuju sebesar 23,3% dengan jumlah 14 orang responden, sedangkan yang menjawab ragu-ragu ada 17 orang responden. Dan 3 orang responden tidak setuju dengan pernyataan bahwa keluarga adalah kelompok yang hidup. Penulis kurang memahani kenapa ada respendonen yang tidak setuju dan ragu-ragu kalau keluarga merupakan keluarga yang hidup, padahal keluarga itu hidup karena adanya proses komunikasi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
baik antara arang tua dan anak, atau kemungkinan responden itu tidak mengalami proses tersebut. Item no 7, responden sangat menyetujui pernyataan dengan jumlah 25 orang responden dengan prosentase 41,7%, 15 orang responden dengan prosentase 25% setuju bahwa keluarga merupakan akar segenap pertumbuhan manusia, padanya tergantung nasip suatu bangsa, kemanusiaan, dan Gereja. Dapat dilihat disini sebagian umat lingkungan Carolus Borromius merasa bahwa keluarga yang terdiri dua manusia dewasa yang melahirkan anak-anak, dan anakanak tersebut menjadi salah satu generasi sebagai penerus, baik penerus keturunan dalam keluarga, juga sebagai anak penerus bangsa. Pada item no 7 ini ada 15 orang responden ragu-ragu dengan pernyataan yang ada, sedangkan yang tidak setuju ada 2 orang responden, sisanya menyatakan tidak sangat setuju dengan pernyatan pada item no 7 ini. Sedangkan item no 8, ada 25 orang responden setuju dengan prosentase 41,6% tentang pernyataan bahwa keluarga adalah lingkungan hidup pertama dan utama bagi setiap anak. Sedangkan ada 10 orang responden menyatakan sangat setuju, Untuk pernyataan item no 8 ini ada 10 orang responden yang tidak setuju, dan 5 orang responden tidak sangat setuju. Umat lingkungan sangat menyadari bahwa keluarga adalah tempat pertamakali anak-anak hidup dan berkembang. Pada item no 9 ini pernyataan yang ada 21 orang responden menyatakan sangat setuju, memiliki prosentase 35% dan yang setuju ada 13 orang responden yang terdiri dari bapak, ibu, dan anak-anak ini. Pada item no 9 ini ada yang ragu-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
ragu dengan pernyataan ini sebanyak 13 orang dengan prosentase 21,7%, dan yang tidak setuju ada 10 orang dan sangat tidak setuju ada 3 orang responden. Pada item 9 ini menyatakan bahwa keluarga adalah unit dasar dari masyarakat, menurut rencana Allah, keluarga terdiri dari satu pria, satu wanita, dan anak-anak, keluarga juga tempat pertama dan utama untuk melatih dan mendidik anak. Untuk item no 10 ini, ada 35 orang responden, yang memiliki prosentase 58,3% menyatakan sangat setuju dengan pernyataan tersebut dan yang menyatakan setuju dengan pernyataan bahwa keluarga menjadi komunitas kehidupan dan kasih yang ditandai oleh sikap hormat dan syukur terhadap anugrah kehidupan serta kasih timbal-balik dari semua anggotanya ada 17 orang responden dengan prosentase ada 28,3% dan yang ragu-ragu dengan pernyataan ini ada 7 orang responden dan 1 orang responden menyatakan tidak setuju dengan pernyataan ini. Rata-rata umat merasa sangat setuju bahwa keluarga menjadi salah satu komunitas kehidupan dengan wujud sikap orang tua dan anak-anak saling menghormati dan mensyukuri kehidupan di dunia ini. Sedangkan untuk item 11 pada tabel 3 ini, 50 orang responden menyatakan sangat setuju dengan prosentase 83,3% dan sisanya menyatakan setuju, bahwa pengertian keluarga adalah sebuah hubungan yang terdiri dari suami, dan istri serta anak-anak yang dikaruniakan atas dasar cinta kasih hubungan suami dan istri. Keluarga juga merupakan suatu proses awal kehidupan yang pertama bagi seorang laki-laki dan seorang perempuan setelah keduanya disatukan dalam ikatan pernikahan kudus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
d. Pemahaman Orang Tua dan Anak tentang Pengertian Katesese Keluarga Tabel 4 Pemahaman Orang Tua dan Anak tentang Pengertian Katesese Keluarga N : 60 No 12.
Pernyataan Katekese
SS
30
50%
mengembalikan iman itu ketempat
S
10
16,7%
RR
20
33,3%
TS
-
-
STS
-
-
Katekese keluarga ingin menolong
SS
30
50%
orang tua untuk sadar dan yakin akan
S
12
20%
tugasnya. Iman yang dalam dari orang
RR
18
30%
tua
pada
TS
-
-
menemukan
STS
-
-
Pendidikan iman dalam keluarga
SS
28
46,7%
dapat subur jika ada kontak yang baik
S
30
50%
RR
2
3,3%
iman
tampil
berasal,
yakni
keluarga itu sendiri.
13.
Persentase
untuk
darimana
keluarga
Jml
memberi
mereka
kemampuan
untuk
kesempatan-kesempatan
di
mana
iman dapat masuk dalam pembicaraan orang tua dengan anak-anaknya. 14.
antar anggota keluarga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
TS
-
-
STS
-
-
Pada tabel 4, item no 12 ada 30 orang responden menyatakan sangat setuju tentang katekese keluarga hadir untuk mengembalikan di mana iman itu berasal. Sedangkan ada 33,3% atau sekitar 20 orang responden ragu-ragu tetang pernyataan tersebut, dan 10 orang lainnya menyatakan setuju dengan pernyataan tersebut. Dari data penulis melihat bahwa ada sekitar 20 orang yang menyatakan ragu-ragu itu adalah kaum muda, penulis merasa mereka merasa ragu-ragu dengan dengan pernyataan ini kemungkinan karena didalam keluarganya tidak merasa diperhatikan tentang iman dalam keluarga. Untuk item no 13, ada 50% responden atau 30 orang menyatakan sangat setuju dengan pernyataan yang ada, dimana katekese keluarga bertujuan menolong orang tua untuk sadar dan yakin akan tugasnya. Sedangkan 18 orang responden ragu-ragu akan pernyataan pada item no 13 ini,sedangkan 12 orang responden yang terdiri dari bapak,ibu, dan anak ini menyatakan setuju dengan pernyataan tersebut. Penulis ingin mengajak umat lingkungan Carolus Borromius untuk menyadari khususnya orang tua untuk sadar akan tugas mereka sebagai orang tua dengan katekese keluarga ini. Pada tabel 4, tentang pemahaman orang tua dan anak tentang pengertian katekese keluarga pada item no 14 ini sekitar 50% responden (sekitar 30 orang) menyatakan setuju, dan 28 orang responden menyatakan sangat setuju dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
pernyataan ini. Dan ada 2 orang responden yang ragu-ragu tentang pernyataan diatas. Pernyataan item no 14 ini menyatakan bahwa pendidikan iman dalam keluarga dapat tumbuh subur jika ada kontak yang baik antar anggota keluarga, dari pernyataan umat ini bisa dilihat kalau umat merasa sangat setuju jika pendidikan iman akan tumbuh dengan subur jika ada komunikasi yang baik antar keluarga. e. Pemahaman Orang Tua dan Anak tentang Tujuan Katesese Keluarga Tabel 5 Pemahaman Orang Tua dan Anak tentang Tujuan Katesese Keluarga N : 60 No 15.
Pernyataan
Jml
Persentase
Adanya Katekese keluarga dapat
SS
30
50%
membangkitkan
S
30
50%
pandangan lebih terang tentang tugas
RR
-
-
orang tua dalam hidup dan iman dari
TS
-
-
ke hari baik dalam hubungan mereka
STS
-
-
kesadaran
dan
satu sama lain maupun dengan anakanak mereka. Katekese keluarga tampil untuk mengembalikan iman itu ke tempat dari mana iman berasal yakni keluarga itu sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
16.
17.
18.
Katekese
keluarga
ini
ingin
SS
25
41,7%
menolong orang tua untuk sadar dan
S
15
25%
yakin akan tugasnya yakni membina
RR
13
21,7%
iman anak-anak mereka.
TS
7
11,6%
STS
-
-
Katekese keluarga ini juga ingin
SS
35
58,3%
menciptakan dialog antar orang tua
S
10
16,7%
dengan memandang mereka sebagai
RR
15
25%
partner percakapan yang sungguh-
TS
-
-
sungguh.
STS
-
-
katekese keluarga diadakan untuk
SS
30
50%
meyakinkan bahwa orang tua adalah
S
25
41,7%
pengajar hidup dalam keluarga yaitu
RR
5
8,3%
pengajar mengenai hidup dan iman
TS
-
-
di dalam keluarga mereka masing-
STS
-
-
masing.
Tabel 5 item no 15 hampir semua responden menyatakan sangat setuju dan setuju, masing-masing 30 orang responden atau dengan prosentase 50% dan 25 orang
responden
atau
41,7%
menyatakan
sangat
setuju
dan
setuju
denganpernyataan bahwa adanya katekese keluarga dapat membangkitkan kesadaran dan pandangan lebih terang tentang tugas orang tua dalam hidup dan iman dari kehari baik dalam hubungan mereka satu sama lain maupun dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
anak-anak mereka. Katekese keluarga tampil untuk mengembalikan iman itu ketempat dari mana iman berasal yakni keluarga itu sendiri. Sedangkan untuk item no 16, ada 41,7% atau 25 orang responden menyatakan sangat setuju dan 15 orang responden setuju bahwa tujuan katekese keluarga ini ingin menolong orang tua untuk sadar dan yakin akan tugasnya yakni membina iman anak-anak mereka. Tetapi dilain pihak ada 7 orang responden yang tidak setuju dengan pernyataan itu, dan 13 orang responden merasa ragu-ragu dengan pernyataan item no 16 ini. Umat di lingkungan Carolus Borromius melihat dari tujuan katekese keluarga sangat menolong dan menyadarkan para orang tua tugas utamanya di dalam keluarga adalah membina iman anak-anak mereka. Untuk item no 17 ada 35 orang responden dengan prosentase 58,3% ini memiliki pendapat tentang pernyataan ini, mereka menyatakan sangat setuju, dan 10 orang responden menyatakan setuju, untuk pernyataan bahawa katekese keluarga ini memiliki tujuan ingin menciptakan dialog antar orang tua dengan memandang mereka sebagai partner percakapan yang sungguh-sungguh, tetapi ada 25% atau 15 orang responden merasa ragu-ragu dengan pernyataan ini. Tujuan katekese kelurga ini bukan hanya menyadarkan umat lingkungan Carolus Borromius tentang tugas orang tua adalah membina iman anak-anak mereka tetapi juga menciptakan komunikasi yang baik antara oarang tua dan anak-anak. Sebanyak 30 orang responden merasa sangat setuju dengan pernyataan untuk item no 18 ini, serta ada 25 orang reponden merasa setuju, dan hanya 5 orang responden merasa ragu-ragu. Responden yang terdiri dari bapak,ibu dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
anak-anak ini 50% menyatakan sangat setuju dengan pernyataan bahwa katekese keluarga ini diadakan untuk meyakinkan bahwa orang tua sebagai pengajar hidup dalam keluarga, para orang tua di lingkungan Carolus Borromius diharapkan untuk semakin peduli dengan nasib perkembangan anak-anak mereka, karena anak-anak ini tumbuh dan berkembang melihat segala tingkah laku kedua orang tua mereka, dan orang tua menjadi contoh mereka. f. Pemahaman Orang Tua dan Anak Tentang Kekhasan Katesese Keluarga Tabel 6 Pemahaman Orang Tua dan Anak Tentang KeKhasan Katesese Keluarga N : 60 No 19.
Pernyataan
Jml
Persentase
Katekese Keluarga bertujuan mengajak
SS
30
50%
orang tua untuk melibatkan semua
S
27
45%
anggota keluarganya dalam pembinaan
RR
3
5%
penghayatan
dengan
TS
-
-
kemampuan anggota keluarga, sehingga
STS
-
-
Dalam Katekese Keluarga bertujuan
SS
25
41,7%
untuk menolong para orang tua agar
S
30
50%
iman
sesuai
orang tua sadar akan tanggung jawab mereka atas pendidikan iman anaknya dalam lingkup keluarga. 20.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
orang tua merasa diri sebagai orang
RR
5
8,3%
beriman, sanggup menciptakan iklim
TS
-
-
yang memungkinkan komunikasi iman
STS
-
-
Katekese Keluarga bertujuan untuk
SS
20
33,3%
mengajak orang tua untuk terbuka
S
25
41,7%
dalam berkomunikasi terhadap anak-
RR
132
20%
anak dan anggota keluarga yang lain
TS
3
5%
sehingga anggota keluarga bisa merasa
STS
dalam keluarga dan menjadi peka untuk mempergunakan kesempatan dimana komunikasi iman dapat terjadi. 21.
terbantu
dan
berkembang
dan
pengetahuan serta pemahaman iman kristianinya.
Sebanyak 50% responden menyatakan sangat setuju, pada tabel 6, item no 19 ini, dan 45% responden menyatakan setuju bagaimana katekese keluarga mengajak orang tua untuk melibatkan semua anggota keluarga dalam pembinaan penghayatan iman. Sedangkan 5% dari 60 orang responden merasa ragu-ragu dengan pernyataan ini, meskipun dalam pernyataan ini mengajak orang tua untuk menyadari tanggung jawab mereka atas pendidikan iman anak mereka. Pernyataan pada tabel 6 item no 20 ini, ada 25 orang responden menyatakan sangat setuju dan 30 orang responden menyatakan setuju kalau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
katekese keluarga mau menolong para orang tua agar sanggup menciptakan komunikasi iman dalam keluarga menjadi peka, sedangkan ada 5 orang reponden merasa ragu-ragu atas pernyataan ini. Lingkungan Carolus Borromius merasa bahwa orang tua merupakan kunci utama dalam menjalin komunikasi yang baik antar anggota keluarga, jika orang tua aktif mengajak berkomunikasi maka anakanak semakin dekat dengan keluarga mereka. Untuk item no 21 ini, ada 25 orang responden menyatakan setuju dan 20 orang responden menyatakan sangat setuju dengan pernyataan bahwa katekese keluarga mengajak orang tua untuk terbuka dalam berkomunikasi terhadap anakanak anggota yang lain. Sedangkan 12 orang responden merasa ragu-ragu dengan pernyataan ini, dan 3 orang responden menjawab tidak setuju dengan pernyataan untuk item no 21 ini, padahal katekese keluarga ini berharap bisa membantu keluarga berkembang dalam pengetahuan dan pemahaman iman kristiani. g. Pemahaman Orang Tua Dalam Pendidikan Iman Anak Dengan Pengertian Pendidikan Iman Anak. Tabel 7 Pemahaman Orang Tua Dalam Pendidikan Iman Anak Dengan Pengertian Pendidikan Iman Anak N : 60 No 22.
Pernyataan Pendidikan iman anak adalah tugas
SS
Jml
Persentase
13
21,7%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
dari orang dewasa untuk mengajar
S
10
16,6%
ataupun untuk membantu anak-anak
RR
25
41,7%
dalam
TS
12
20%
STS
-
-
segala
SS
40
66,7%
bidang kehidupan terlebih pendidikan
S
20
33,3%
iman, sebaiknya dilakukan sejak dini.
RR
-
-
TS
-
-
STS
-
-
Pendidikan iman sejak dini ini sangat
SS
21
35%
menentukan
S
19
31,7%
kehidupan anak-anak mereka di masa
RR
17
28,3%
depan,
menyangkut
TS
3
5%
kehidupan sosial, kehidupan beriman,
STS
-
-
memperkembangkan
kepribadian anak. 23.
24.
Pendidikan
anak-anak
baik
di
keberadaan
yang
dan
maupun panggilan hidupnya.
Pada tabel 7 no item 22, pengertian pendidikan iman anak adalah tugas dari orang dewasa untuk mengajar ataupun untuk membantu anak-anak dalam memperkembangkan kepribadian anak, ada 25 orang ragu-ragu dengan pernyataan ini, 12 orang responden tidak setuju, 10 orang responden menyatakan setuju dan13 orang responden menyatakan sangat setuju. Dari pernyataan tersebut jelas bahwa rata-rata umat di lingkungan Carolus Borromius merasa ragu-ragu dengan peryataan tersebut, mungkin mereka merasa pengertian dari pendidikan iman anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
bukan saja tugas dari orang dewasa saja, tetapi ada kerjasama antara orang dewasa dengan anak-anak. Ada 40 orang responden menyatakan sangat setuju dengan pernyataan tentang item no 23 pengertin pendidikan iman anak dilakukan sedini mungkin, dan 20 orang reponden menyatakan setuju. Nampaknya umat lingkungan Carolus Borromius merasa senada dengan pernyataan diatas karena pendidikan iman anak di segala bidang harus dilakukan sejak dini. Untuk tabel no 7 item no 24 ada 21 orang responden menyatakan sangat setuju bahwa pengertian pendidikan iman anak sejak dini sangat menentukan keberadaan dan kehidupan anak-anak mereka dimasa depan, baik yang menyangkut hidup sosial, kehidupan beriman, maupun panggilan hidupnya. Hanya 19 orang responden setuju, dan 17 orang responden ragu-ragu, serta 3 orang responden tidak setuju. Dari tabel 7 ini,melihat jelas bahwa umat mengertian bahwa pendidikan iman anak dimana harus dibina sejak dini bisa membantu perkembangan hidup anak-anak baik dari segi sosial maupun dari segisegi yang lain. h. Pemahaman Orang Tua Dalam Pendidikan Iman Anak Dengan Tujuan Pendidikan Iman Anak Tabel 8 Pemahaman Orang Tua Dalam Pendidikan Iman Anak Dengan Tujuan Pendidikan Iman Anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
N : 60 No 25.
Pernyataan
Jml
Persentase
Tujuan Pendidikan ialah mencapai
SS
20
33,3%
pembentukan pribadi manusia dalam
S
16
26,7%
perspektif tujuan terakhirnya dan
RR
19
31,7%
demi
kelompo-
TS
5
8,3%
kelompok masyarakat, dimana ia
STS
-
-
Pendidikan Kristiani itu tidak hanya
SS
19
31,7%
bertujuan
S
35
58,3%
manusia, melainkan terutama hendak
RR
5
8,3%
mencapai, supaya mereka yang telah
TS
1
1,7%
dibaptis
STS
-
-
kesejahteraan
sebagai manusia adalah anggotanya, dan bila sudah dewasa ia akan mengambil bagian menunaikan tugas kewajiban di dalamnya. 26.
semakin
pendewasaan
langkah
demi
mendalami
pribadi
langkah misteri
keselamatan, dan dari hari ke hari makin menyadari kurnia iman yang telah mereka terima; supaya mereka belajar menyembah Allah Bapa dalam Roh dan kebenaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Dalam tabel 8 ini, pada item no 25 ada 20 orang responden atau 33,3% menyatakan sangat setuju dan 16 orang responden menyatakan setuju dengan pernyataan ini, dan 19 orang responden ragu-ragu, 5 orang responden tidak setuju dengan pernyatan bahwa tujuan pendidikan ialah mencapai pembentukan pribadi manusia. Dan disini peran keluarga sangat dibutuhkan dalam mencapai tujuan pendidikan itu, sehingga rata-rata umat lingkungan CB sangat setuju dengan pernyataan ini. Pada item no 26, sekitar 35 orang responden menyatakan setuju bahwa pendidikan kristiani tidak hanya bertujuan pendewasaan pribadi manusia. Sedangkan 1 orang menyatakan tidak setuju dengan pernyataan. Dari 2 item ini penulis bisa melihat bahwa banyak responden (umat) yang semakin sadar akan tujuan pendidikan iman anak ini akan baik jika keluarga itu ikut berperan aktif. i. Pemahaman Peran Orang Tua Dengan Pengertian Pendidikan Iman Anak Dalam Keluarga Tabel 9 Pemahaman Peran Orang Tua Dengan Pengertian Pendidikan Iman Anak Dalam Keluarga N : 60 No 27.
Pernyataan Semasa kandungan,
masih anak
berada sudah
Jml
Persentase
dalam
SS
20
33,3%
dapat
S
16
26,7%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
dipersiapkan seara rohani.
28.
RR
19
31,7%
TS
5
8,3%
STS
-
-
SS
19
31,7%
S
35
58,3%
RR
5
8,3%
TS
1
1,7%
STS
-
-
Dalam kitab suci disebutkan bahwa
SS
22
36,7%
iman itu bisa timbul dari pendengaran
S
28
46,7%
dan pendengaran itu muncul dari
RR
8
13,3%
pewartaan sabda dan karya Kristus (Rm
TS
2
3,3%
10:17). Maka salah satu tugas orang tua
STS
-
-
Pendidikan
anak
diberikan
sejak
awal/dini
29.
adalah: Mewartakan Kristus kepada anak-anak mereka di rumah.
Pada tabel 9, pengertian pendidikan iman anak dalam keluarga, responden banyak yang menyatakan sangat setuju dan setuju, misalnya item no 27 ini 50% responden menyatakan sangat setuju dan 50% responden menyatakan setuju dengan pernyataan bahwa semasa masih berada dalam kandungan anak sudah dapat di persiapkan secara rohani. Menurut penulis juga menyatakan sangat setuju dengan pernyataan ini, karena selama dalam kandungan ikatan batin anatara ibu dengan calon bayi sudah terikat kuat, sehingga jika seorang ibu mempersiapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
iman calon bayi dengan cara mendengarkan musik-musik rohani, diajak komunikasi saat mengikuti ekaristi di Gereja. Begitu juga pada item no 28 pada intinya semua responden menyatakan sangat setuju dan setuju dengan prosntase 50% dan 50% ini, tentang pernyataan bahwa pendidikan anak di berikan sejak awal/dini. Penulis bisa menyimpulkan bahwa responden juga setuju dengan pernyataan ini, bahwa anak-anak tumbuh dan berkembang berawal dari keluarga, sehingga sangat penting jika orang tua berperan aktif sejak awal mendidik anak-anaknya, apalagi anak-anak yang berusia dibawah lima tahun, mereka akan meniru segala perilaku orang-orang terdekatnya yaitu kedua orang tua mereka. Sedangkan pada item no 29 ini, ada 22 orang responden dan 28 orang responden menatakan sangat setuju dan setuju dengan pernyataan bahwa didalam Kitab Suci disebutkan bahwa iman bisa timbul dari pendengaran , maka salah satu tugas orang tua adalah mewartakan Kristus kepada anak-anak mereka dirumah. j. Pemahaman Peran Orang Tua Dalam Pendidikan Iman Anak Tentang Faktor Pendukung dan Penghambat Perkembangan Iman Anak Tabel 10 Pemahaman Peran Orang Tua Dalam Pendidikan Iman Anak Tentang Faktor Pendukung dan Penghambat Perkembangan Iman Anak N : 60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
No 30.
Pernyataan
Jml
Persentase
Keluarga yang diwarnai hubungan yang
SS
23
38,3%
harmonis, situasi penuh rasa cinta,
S
22
36,7%
sikap mendukung dan juga terciptanya
RR
12
20%
komunikasi yang baik antar keluarga
TS
3
5%
dapat mendukung kondisi dasar suasana
STS
-
-
Keluarga menjadi tempat pembenihan
SS
18
30%
dan pengembangan panggilan hidup,
S
38
63,3%
yang
RR
4
6,7%
pertama dan utama, keluarga juga
TS
-
-
diharap menjadi tempat pembenihan
STS
-
-
emosi yang positif dalam interaksi antara anak dan orangtua. 31.
sebagai
tempat
pendidikan
dan pengembangan panggilan hidup. 32.
keluarga
diharap
menjadi
tempat
SS
37
61,7%
kepribadian
semua
S
20
33,3%
anak, sehingga kelak mereka menjadi
RR
3
5%
orang-orang dewasa yang benar-benar
TS
-
-
manusiawi dan sekaligus benar-benar
STS
-
-
Lingkungan sekolah adalah tempat
SS
40
66,7%
anak-anak
S
20
33,3%
RR
-
-
berkembangnya
katolik. 33.
belajar,
bertumbuh
dan
berkembang menuju kedewasaan, serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
suasana
belajar
yang
menyertai
TS
-
-
STS
-
-
membantu
SS
38
63,3%
perkembangan iman anak akan semakin
S
19
31,7%
terpupuk dan terbina karena sekolah
RR
3
5%
mengajajarkan berbagai
yang
TS
-
-
perkembangan
STS
-
-
pertumbuhan dan perkembangan. 34.
Di
lingkungan
semakin
sekolah
menyokong
ilmu
iman anak, baik perkembangan jasmani dengan mengajak anak-anak untuk banyak bergerak mengakibatkan tubuh anak menjadi terlatih tubuhnya.
Pada tabel 10 item no 30, ada 23 orang responden yang sangat setuju dan 22 orang responden setuju dengan pernyataan bahwa keluarga yang harmonis, situasi penuh rasa cinta, sikap mendukung dan juga terciptanya komunikasi yang baik. Ada 12 orang responden merasa ragu-ragu dengan pernyataan tersebut, dan 3 orang responden tidak setuju. Apabila didalam keluarga tercipta komunikasi yang baik antara oaring tua dan anak-anak maka pernyataan no 30 ini sangat di setujui oleh reponden yang kurang lebih ada 45 yang menyetujui, dan sangat setuju. Pada
item
no
31,
Keluarga
menjadi
tempat
pembenihan
dan
pengembangan panggilan hidup, sebagai tempat pendidikan yang pertama dan utama, keluarga juga diharapkan menjadi tempat pembenihan dan pengembangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
panggilan hidup. Dari pernyataan ini ada sekitar 38 orang responden menyatakan sangat setuju, dan 18 orang responden setuju dengan pernyataan item no 31. Tujuan penyatuan dua orang manusia dalam pernikahan kudus dan penerimaan sakramen kudus adalah salah satu dengan memiliki anak, rata-rata responden menyatakan setuju dengan pernyataan diatas karena mereka ingat akan janji pernikahan yang mereka ucapkan dengan saksi imam, umat dan tentunya Allah sendiri. Pada item no 32 kurang lebih 61% atau 37 orang responden menyatakan sangat setuju dan 33% setuju bahwa keluarga menjadi menjadi tempat berkembang kepribadian semua anak, sehingga menjadi pribadi yang dewasa, hanya 3 orang responden merasa ragu-ragu dengan pernyataan itu.Proses pendewasaan seseorang dari bayi, anak-anak dan menjadi pribadi dewasa salah satunya pemerannya adalah keluarga, jika keluarga disini lebih tepatnya kedua orang tua adalah salah satu yang berperan untuk berkembangnya kepribadian anak. Sehingga banyak responden yang sangat setuju dengan pernyataan diatas. Pada item no 33, pernyatan ini mengenai lingkungan sekolah, dan hampir 50% menyatakan sangat setuju dan 50% menyatakan setuju bahwa lingkungan sekolah adalah tempat anak-anak belajar, bertumbuh dan berkembang menuju kedewasaan karena menurut penulis pengaruh perkembangan anak-anak di usia sekolah ini lebih banyak didapat dari teman-teman di lingkungan sekolah. Sedangkan pada item no 34, sebanyak 38 orang responden menjawab sangat setuju, dan 19 orang responden setuju, dimana lingkungan sekolah membantu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
perkembangan iman anak, dan perkembangan jasmani. Dan hanya 3 orang reponden menjawab ragu-ragu dengan pernyataan ini. Pendidikan anak-anak selain keluarga adalah di lingkungan sekolah, peran serta guru dan karyawan untuk membantu mengembangkan iman anak didik mereka serta perkembangan jasmaninya merupakan tanggung jawab mereka di sekolah, ini yang menjadikan responden banyak menyetujui tentang pernyataan di atas. k. Pemahaman Peran Orang Tua Dalam Pendidikan Iman Anak Untuk Usaha-Usaha Yang Membantu Perkembangan Iman Anak Tabel 11 Pemahaman Peran Orang Tua Dalam Pendidikan Iman Anak Untuk Usaha-Usaha Yang Membantu Perkembangan Iman Anak N : 60 No 35.
Pernyataan keluarga
diharap
Jml
Persentase
menjadi
tempat
SS
37
61,7%
kepribadian
semua
S
20
33,3%
anak, sehingga kelak mereka menjadi
RR
3
5%
orang-orang dewasa yang benar-benar
TS
-
-
manusiawi dan sekaligus benar-benar
STS
-
-
Kristiani
SS
23
38,3%
merupakan bekal yang sangat penting
S
30
50%
berkembangnya
katolik. 36.
Keutamaan-keutamaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
bagi setiap orang, agar ia mampu
RR
7
11,7%
menanggapi dan menghayati panggilan
TS
-
-
Allah,
STS
-
-
berkembang
SS
35
58,4%
menjadi seorang dewasa yang benar-
S
20
33,3%
benar katolik bila di dalam dirinya
RR
5
8,3%
berkembanglah keutamaan-keutamaan
TS
-
-
kristiani pada umumnya (seperti iman-
STS
-
-
baik
sebagai
biarawan/biarawati
iman
maupun
atau
sebagai
suami/istri atau ayah/ibu. 37.
Seorang
anak
akan
kasih-harapan kepada Allah Tritunggal, penghormatan dan penghargaan pada Kitab
Suci)
maupun
keutamaan-
keutamaan katolik pada khususnya (seperti devosi kepada Bunda Maria, pemahaman dan penghargaan terhadap tradisi
Gereja,
penghormatan
dan
keterbukaan terhadap hirarki).
Tabel 11, dengan item no 35 ini sebanyak 37 orang responden menyatakan sangat setuju bahwa keluargalah menjadi salah satu tempat perkembangan kepribadian anak, dan 20 orang responden setuju bahwa keluarga menjadi salah satu usaha untuk membantu perkembangan anak sehingga anak-anak tumbuh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
menjadi pribadi yang baik.Karena awal dari anak tumbuh berkembang itu dari keluarga jika situasi keluarga itu dalam keadaan baik maka anak-anak mereka juga berkembang dalam keadaan baik. Sedangkan pada item no 36, sebanyak 30 orang responden atau dengan prosentase 50% menyatakan setuju bahwa keutamaan-keutamaan kristiani merupakan bekal yang sangat penting bagi setiap orang. Tetapi ada 7 orang responden menyatakan ragu-ragu dengan pernyataan ini, sisanya menyatakan sangat setuju. Sebagai orang kristiani pernyataan ini sangat cocok karena keutamaan-keutamaan yang ada ini meunjukkan iman kita mampu menanggapi serta menghayati panggilan Allah, baik sebagai keluarga maupun menjadi pelayan Tuhan (Biarawan/biarawati). Untuk item no 37, hanya 5 orang responden ragu-ragu menjawab pernyataan ini. Sisanya atau 55 orang responden menyatakan sangat setuju dan setuju dengan pernyataan bahawa anak akan berkembang kepribadiannya jika mereka mengutamakan keutamaan-keutamaan kristiani seperti iman, kasih harapan dan lain-lain. l. Pemahaman Peran Orang Tua Dalam Pendidikan Iman Anak Tabel 12 Pemahaman Peran Orang Tua Dalam Pendidikan Iman Anak N : 60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
No 38.
Pernyataan Kehadiran
anak
Persentase
keluarga
SS
27
45%
sepatutnya disyukuri, meski menuntut
S
30
50%
pelbagai tanggung jawab dari mereka.
RR
3
5%
Salah satunya adalah mereka harus
TS
-
-
mendidik
STS
-
-
Orangtua akan mensyukuri kehadiran
SS
29
48,3%
anak dalam keluarganya dalam keadaan
S
28
46,7%
apapun, sebab mereka menerima anak
RR
3
5%
sebagai
yang
TS
-
-
hakikatnya
STS
-
-
anak
dalam
Jml
di
segala
bidang
kehidupan, khususnya pendidikan iman. Mereka tidak dapat mengelak dari tanggung jawabnya untuk mendidik anak
secara
baik,
benar,
dan
bertanggung jawab. 39.
paling
karunia luhur,
perkawinan
“menurut
perkawinan dan cinta kasih suami-istri tertujukan kepada adanya keturunan serta pendidikannya. Memang anakanak merupakan karunia perkawinan yang paling luhur, dan besar sekali artinya bagi kesejahteraan orangtua sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
40.
Pendidikan iman anak adalah suatu
SS
45
75%
proses. Menanamkan
S
15
25%
anak-anak bukanlah sesuatu yang sekali
RR
-
-
jadi, tetapi melalui dan membutuhkan
TS
-
-
suatu proses yang panjang.
STS
-
-
iman kepada
Pada tabel 12 ini, item no 38, sebanyak 50% menyatakan setuju bahwa kehadiran anak dalam keluarga sebaiknya di syukuri dan tugas orang untuk mendidik anak secara baik, benar dan beranggung jawab. Hanya 3 oarang responden ragu-ragu sisanya menyatakan sangat setuju. Sedangkan Item no 39 sebanyak 29 orang responden menyatakan sangat setuju, bahwa kehadiran anak disyukuri apapun keadaannya. Sedangkan 3 orang responden ragu-ragu dengan pernyatan ini, sisanya menjawab setuju. Tujuan dua insan katolik menikah secara katolik dan sesui dengan janji pernikahan yang mereka ucapkan bahwa mereka akan mendidik anak-anak mereka yang dipercayakan Tuhan kepada mereka secara katolik, sehingga anugrah yang diberikan Tuhan berupa anak harus kita jaga, rawat, kita syukuri sebagai nanugrahyang terindah, meskipun anak itu laki-laki maupun perempuan, rata-rata responden sangat setuju dengan pernyataan diatas. Tabel 12, item terakhir ini atau no 40, sebanyak 75% atau 45 orang responden sangat setuju bahwa pendidikan iman anak adalah suatu proses, sisanya menjawab setuju. Kedua orang tua untuk mendidik seorang anak dari bayi, anak-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
anak, remaja, dan dewasa itu membutuhkan proses, waktu yang panjang, tidak hanya hanya sekejap mata, apalagi itu mendidik anak untuk menjadi pribadi yang baik, seturut ajaran Yesus Kristus. 2. Kuesioner Tebuka a. Peran Orang Tua dalam Pendidikan Iman Anak Pada kuesioner terbuka ini, terutama item no 1, semua responden disini khusus orang tua yang berjumlah 30 orang ini sangat setuju kalau keadaan keluarga sangat mempengaruhi perkembangan iman anak-anak. Ebagian besar berpendapat bahwa keadaan atau situasi keluarga yang tenang, harmonis, religi, keluarga yang mendukung dan memotivasi anak akan sangat membantu perkembangan iman anak sehingga iman anak bisa tumbuh dewasa dan kuat untuk menghadapi tantangan-tantangan hidup. Orang tua juga memberi contoh yang baik untuk anak-anaknya karena anak-anak dapat dengan mudah mempelajari atau meniru keadaan rumah, karena itu setiap kali orang tua (dewasa) sedng ada masalah hendaknya diselesaikan tanpa diketahui oleh anak-anak, jadi meskipun kedua orang tua sedang marah diusahakan didepan anak-anak kedua orang tua harus kelihatan harmonis. Kesibukan orang tua juga mempengaruhi perkembangan iman anak, ini diungkapkan oleh beberapa responden, orang tua yang selalu sibuk kerja lebihlebih orang tua yang berwira usaha, tidak ada waktu banyak untuk anak-anak padahal anak masih sangat membutuhkan pendampingan mereka, terkadang anakanak lebih di percayakan pada nenek atau kakek mereka ataupun pembantu mereka, untuk pendidikan imannya mereka percayakan pada guru-guru di sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Rata-rata yang berpendapat ini responden yang tiggal di perumahan. Meski tujuan orang tua ini bekerja untuk mencukupi kebutuhan keluarga pada umumnya. Meskipun mereka menyadari kalau sibuk, tetapi belum ada niat untuk berubah, mereka tetap saja masih sibuk. Menurut penulis ada rasa bimbang pada orang tua yang merasa sibuk, karena setiap mengikuti kegiatan lingkungan banyak yang mengingatkan mereka bahwa pendidikan iman anak sangat penting tetapi disisi lain mereka bekerja mencari uang untuk memenuhi keperluan hidup, termasuk kebutuhan anak-anak, maka orang tua berharap anak-anak belajar menghargai kerja keras orang tuanya. Sedangkan pada item no 2, ini rata-rata responden membina iman anakanak mereka dengan bersama-sama pergi ke Gereja, mengajak doa bersama, menghadiri pertemuan-pertemuan kerohanian, mengajak berdoa untuk memulai suatu kegiatan. Mendukung anak-anak mereka mengikuti kegiatan-kegiatan ke Gerejaan seperti PIA, PIR,OMK dan lain-lainnya. Selain itu pentingnya hidup saling mengasihi, membantu, menghargai antar anggota keluarga juga dibutuhkan untuk membentuk iman anak. Ada yang menarik salah satu responden menyatakan bahwa kegiatan pembinaan iman anak yang dilakukan adalah komunikasi yang lancar itu menggambarkan bahwa orang tua sadar kalau komunikasi merupakan salah satu wujud pembinaan iman. Ada juga yang menyebutkan bahwa dengan mengajarkan doa-doa dari kecil, bernyanyi bersama-sama berkunjung ketempat ziarah-ziarah. Agar anak mengerti secara dini siapa itu Yesus dan apa peran Bunda Maria.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Meskipun banyak responden menanggapi secara baik tetapi ada sebagian kecil reponden menjawab secara singkat misalnya diajari doa, ke Gereja, di ajak kegiatan lingkungan, tetapi penulis merasa sebagian responden yang menjawab singkat ini menandakan pembinaan dan pendampingan iman anak kurang diperhatikan oleh kedua orang tua, dikarenakan orang tua kurang terlibat, mereka hanya mengingatkan anak untuk berdoa, aktif dalam kegiatan Gereja, maupun lingkungan, tetapi mereka tidak memantau secara intensif, karena orang tua sibuk dengan pekerjaan, sehingga perkembangan iman anak-anak mereka kurang berkembang. b. Faktor-faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Pendidikan Iman Anak Pada item no 3 ini, faktor yang mendukung pendidikan iman anak yaitu: Terlibat dalam Sekolah Minggu (PIA), diharapkan memiliki kebiasaan-kebiasaan yang baik misalnya bisa berdoa (baik doa pribadi maupun doa bersama-sama), diharapkan selama anak mengikuti sekolah minggu di Gereja, anak-anak bisa bertanggung jawab. Selain mengikuti sekolah minggu juga anak-anak yang sudah remaja diperbolehkan untuk ikut rekoleksi, retret yang diadakan Gerej. Ada beberapa responden yang mengatakan faktor pendukung pendidikan iman yang baik adalah anak di sekolahkan di sekolah yayasan katolik, agar anak itu bisa disiplin, dan pengetahuan agamanya itu semakin berkembang. Tetapi pendidikan iman itu pada dasarnya berawal dari kelurga dengan mengajarkan dasar-dasar ajaran Yesus, keluarga dilibatkan bekerjasama dengan orang lain untuk mendidik anak misalnya dengan umat lingkungan, Gereja, kaum muda, meskipun orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
tualah yang sebagai dasar menanamkan perilaku cinta kasih, dan saling menghormati sesamanya. Sedangkan pada item no 4, faktor-faktor yang menghambat peran orang tua dalam pendidikan iman anak antra lain: Anak-anak sibuk sekolah, untuk jaman sekarang anak-anak sekolah kalau pulang tidak ada yang pulang pagi, ratarata anak itu pulang jam dua atau jam tiga, itu mengakibatkan anak-anak tidak mau berdoa bersama karena alasan capek, tidak bisa terlibat dalam kegiatan lingkungan karena tugas sekolah banyak, disamping itu kemajuan teknologi menjadi salah satu faktor penghambat peran orang tua dalam pendidikan iman anak, tetapi menurut penulis orang tua yang kurang sadar bahwa pendidikan iman anak itu penting tetapi mereka merasa masa bodoh dengan itu karena kesibukkankesibukkannya ataupun karena mererka kurang pengetahuan tentang ajaran Katolik dan tidak terlalu aktif di lingkungannya. c. Harapan Umat Dalam Rangka Meningkatkan Peran Mereka Sebagai Pendidikan Iman. Pada item no 5, harapan dari responden untuk meningkatkan peran orang tua dalam pendidikan iman anak antara lain: Memperdalam iman kita sebagai orang tua atau dewasa dengan semakin mendekatkan diri kepada Tuhan agar bisa mengajak anak untuk dekat juga Tuhan, serta mendorong mengingatkan anakanak agar aktif dalam kegiatan-kegiatan kegerejaan dan berperan aktif di masyarakat. Orang tua berharap terjadi keseimbangan bagi anak-anaknya sehingga kedepannya menjadi lebih baik dan terarah dalam serikat Yesus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Disisi lain ada responden yang mengatakan bahwa sesibuk apapun kita harus selalu dekat dengan anak, menempatkan anak suatu saat sebagai teman ngobrol agar dapat bebas menyampaikan isi hatinya, terkadang juga kita menjadi orang tua yang bisa tegas terhadap anak. Ada beberapa responden yang mengatakan pendampingan-pendampingan Gereja, bisa lewat lingkungan, sekolah mingguatau PIA, PIR,OMK agar anakanak mendapat pendampingan iman yang baik sehingga apa yang diperoleh di lingkungan misalnya sekolah minggu atau PIA, PIR, OMK dapat dikembangkan kelak jika anak-anak sudah dewasa. E. KESIMPULAN Dari data yang sudah dibahas, bagaimana peran orang tua dalam pendidikan iman anak dalam keluarga di lingkungan Carolus Borromius Margomulyo belum maksimal, dari data yang ada banyak yang belum sesuai dengan pengamat penulis, bagaimana data-data yang penulis buat dalam sesuai dengan pengamatan penulis, bagaimana data-data yang penulis buat dalam kuesioner tertutup merupakan data yang benar, bukan seadanya, karena pada waktu penulis menyebarkan data pada saat doa lingkungan, saat itu penulis meminta tolong mengisinya dalam waktu 1- 2 minggu, pada kenyataannya banyak responden yang mengisi pada waktu itu juga dengan alasan kalau besok-besok lupa. Dari banyak responden mengatakan kalau kesibukkan orang tua, kurang fahamnya orang tua tentang pendidikan iman untuk anak, membina iman anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
hanya luarnya saja misalnya mengajak ke Gereja, mengajak berdoa, menghadiri kegiatan-kegiatan Gereja ataupun lingkungan tetapi tegas, hanya mengingatkan tidak melaksanakan, ini penulis lihat sejak penulis mengikuti kegiatan-kegiatan lingkungan Carolus Borromius ini, yang datang itu gonta-ganti, kadang berangkat kadang tidak dengan alasan yang macam-macam, ada yang belum pulang kerja, jualan dan lain sebagainya. Dari data yang ada, dan hasil sharing bapak atau ibu pada saat pertemuan lingungan, dapat di lihat bahwa orang tua di lingkungan ini belum menyadari secara penuh peran mereka dalam pendidikan iman anak. Pendidikan iman anak lebih mereka percayakan di dunia pendidikan sekolah dan Gereja. Serta kesibukkan anak-anak di sekolah juga menjadi kendala untuk mengajak anak-anak untuk aktif di lingkungan maupun Gereja. Penulis melihat kalau pendidikan formal itu lebih penting, dan pendidikan rohani tidak begitu di perhatikan. Menurut penulis keseimbangan antara pendidikan formal dan pendidikan iman anak itu akan menghasilkan manusia yang berkualitas. Sehingga pendidikan iman dalam keluarga itu penting dapat di bantu banyak pihak salah satunya pendalaman iman atau sharing pengalaman agar para orang tua mendapatkan saran atau masukan dari orang lain, menambah ilmu, juga anak itu boleh sedikit di “Paksa” untuk mengikuti segala kegiatan yang positif baik di Gereja, lingkungan, maupun masyarakat. Kesimpulan dari penelitian ini akan menjadi titik tolak untuk menyusun program katekese dalam upaya meningkatkan peran orang tua dalam pendidikan iman anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
F. ASPEK KATEKETIK “Katekese Keluarga Untuk Meningkatkan Kesadaran Akan Peran Penting Orang Tua Bagi Pendidikan Iman Anak Di Lingkungan Santo Carolus Borromius Margomulyo Paroki Santo Yoseph Medari”. Itu merupakan judul penelitian yang penulis ambil, melihat umat lingkungan Carolus Borromius masih membutuhkan pendampingan katekese keluarga. Dilihat dari kata katekese, merupakan usaha-usaha dari pihak Gereja untuk menolong umat agar semakin memahami, menghayati dan mewujudkan imannya dalam kehidupan sehari-hari yang didalamnya terdapat unsur pewartaan, pengajaran, pendidikan, pengalaman, pembinaan, pengukuhan serta pendewasaan (Marianus, 2005:5). Sedangkan pengertian dari kateketik merupakan teori tentang katekese, menurut Marianus kateketik merupakan refleksi atas karya Gereja, yang mengajarkan bagaimana mewartakan ajaran Kristus kepada kaum muda dan orang dewasa (2005:15). Dari pengertian-pengertian tentang kateketik maupun katekese tersebut, penulis ingin memperlihatkan bagaimana penelitian yang penulis buat ini memiliki dampak bagi umat lingkungan Carolus Boromius, terutama dalam kesadaran peran orang tua bagi pendidikan iman anak. Dari hasil penelitian dari penulis bahawa penelitian yang dibuat ini memiliki dampak terhadap katekese di lingkungan Carolus Borromius. Meskipun dampaknya belum maksimal, karena dari hasil penelitian terlihat bahwa peran orang tua untuk pendidikan iman anak dalam keluarga belum maksimal, dengan mengkaji penelitan yang kurang lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
40 % sampai dengan 50%, disebabkan kesibukan orang tua, kurang fahamnya orang tua tentang pendidikan iman untuk anak. Berdasarkan fakta dan data diatas maka penulis merasa bahwa adanya katekese keluarga menjadi salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan yang ada. Katekese keluarga diharapkan menjadi sebuah solusi agar hubungan orang tua dan anak terjalin dengan baik, orang tua tahu kemauan anak dan anakpun faham akan maksud dari orang tua. Pola katekese keluarga ini dengan imannya mengajak para orang tua lebih terbuka dengan perkembangan iman anakanak mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
BAB IV USAHA MENINGKATKAN KESADARAN AKAN PERAN PENTING ORANG TUA BAGI PENDIDIKAN IMAN ANAK DI LINGKUNGAN SANTO CAROLUS BORROMIUS MARGOMULYO Pada bab IV ini penulis ingin memaparkan suatu model katekese untuk membantu meningkatkan kesadaran orang tua akan peran pentingnya terhadap pendidikan iman anak dalam keluarga di lingkungan Carolus Borromius Margomulyo stasi Santo Thomas paroki Santo Yoseph Medari. Menurut penulis model katekese yang cocok adalah katekese model Shared Christian Praxis dengan model ini, para orang tua dapat memanfaatkan model katekese untuk saling sharing pengalaman, memperoleh solusi dalam mendidik anak sehari-hari, dan serta menambah wawasan sehingga orang tua menemukan cara yang tepat dalam mendidik anak-anak mereka. Pada bab IV ini penulis hanya menindak lanjuti dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan kepada keluarga-keluarga Kristiani di lingkungan St. Carolus Borromius Margomulyo stasi Santo Thomas Seyegan Paroki Santo Yoseph Medari dengan memberi sumbangan pemikiran melalui program katekese dengan model Shared Christian Praxis. Pada bab ini, penulis akan membahas mengenai Shared Christian Praxis, diantaranya mengenai pengertian dan langkahlangkah dalam proses katekese model
Shared Christian Praxis. Kemudian
penulis akan mengusulkan 6 tema program katekese serta menunjukkan contoh persiapan katekese model Shared Christian Praxis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
A. Katekese Keluarga Model Shared Christian Praxis Sebagai Salah Satu Bentuk Pendampingan Iman dalam Meningkatkan Peran Orang Tua Sebagai Pendidik Iman Shared Christian Praxismerupakan salah satu bentuk alternative dari katekese model pengalaman hidup (Groome 1997:1), menyatakan bahwa model katekese bermula dari pengalaman hidup peserta, yang direfleksi secara kritis dan konfrontasikan dari pengalaman iman dan visi kristiani supaya muncul sikap dan kesadaran baru yang member motivasi pada keterlibatan baru. 1. Komponen Shared Christian Praxis Pada bagian ini akan dibicarakan istilah-istilah kunci dalam memahami apa yang terjadi dalam langkah-langkah Shared Christian Praxis (SCP) : a. Shared Istilah shared menunjuk pada pengertian komunikasi timbal balik, sikap partisipasi aktif, kritis dari semua peserta dan keterbukaan pada kedalaman pribadi, kehadiran sesame maupun terhadap rahmat Tuhan. Istilah ini juga menekankan proses katekese yang menggaris bawahi aspek dialog, kebersamaan, keterlibatan, dan solidaritas. Dalam “sharing” semua peserta diharapkan secara terbuka siap mendengar dengan hati dan berkomunikasi dengan kebebasan hati.(Groome, 1997: 4) b. Christian Christian
menunjuk
salah
satu
komponen
penting
SCP
yaitu
mengusahakan agar kekayaan iman Kristiani makin terjangkau, dekat dan relevan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
untuk kehidupan peserta zaman sekarang. Tradisi Kristiani mengungkapkan realitas iman jemaat yang hidup dan sungguh dihidupi. Dalam konteks ini tradisi perlu dipahami sebagai perjumpaan antara rahmat Allah dalam Kristus dan tanggap manusia. Baik tradisi maupun visi Kristiani sama-sama mengutamakan nilai-nilai kerajaan Allah yang betul-betul dihidupi dan terus diusahakan (Groome, 1997:3). c. Praxis Praxis dalam pengertian model katekese ini bukan hanya suatu “praktek” saja, tetapi suatu tindakan yang sudah direfleksikan. Praxis merupakan suatu praktek yang didukung oleh refleksi teoritis dan sekaligus suatu refleksi teoritis yang didukung oleh praktek. Praxis ini merupakan ungkapan pribadi yang meliputi ungkapan fisik, emosional, intelektual, spiritual dari hidup kita. Praxis mempunyai tiga unsur yaitu aktifitas, refleksi, dan kreatifitas yang ketiganya saling berkaitan, karena ketiga komponen ini berfungsi untuk membangkitkan perkembangan imajinasi, meneguhkan kehendak dan mendorong praxis baru yang dapat dipertanggung jawabkan secara etis dan moral (Groome, 1997:2) 2. Langkah-langkah Katekese Model SCP Menurut
Sumarno
(2013:
18-22)
langkah-langkah
pokok
dalam
menjalankan SCP. Ada lima langkah pokok antara lain: a. Langkah 0 (Awal): Pemusatan Aktivitas Langkah ini bertujuan untuk mendorong peserta menemukan topik pertemuan yang bertolak dari kehidupan konkret yang selanjutnya menjadi tema
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
dasar
sungguh-sungguh
mencerminkan
pokok-pokok
hudup,
keprihatin,
permasalahan, dan kebutuhan peserta. Sarana yang digunakan dalam langkah ini berupa simbol, cerita, bahan foto, poster dan sarana lainnya yag menunjang peserta menemukan topik dasar untuk pertemuan tersebut. Pusat aktivitas ini mau mengungkapkan keyakinan bahwa Allah senantiasa aktif mewahyukan di tengah kehidupan manusia, melalui refleksi sejarah hidup manusia dapat menjadi medan perjumpaan antara pewahyuan Allah dan tanggapan manusia terhadap-Nya. Pemilihan tema dasar hendaknya sungguh-sungguh mendorong peserta terlibat aktif dalam pertemuan. Pemilihan tema dasar harus konsisten dengan model Shared Christian Praxis yang menekankan partisipasi dan dialog. Peran pembimbing dalam langkah ini yakni penciptakan lingkungan psikososial dan fisik yang mendukung, pemilihan sarana yang tepat akan membantu peserta merumuskan prioritas tema yang tepat. b. Langkah Pertama : Pengungkapan Pengalaman Faktual Langkah
ini
bertujuan
mengajak
peserta
untuk
mengungkapkan
pengalaman hidup dan keterlibatan mereka dalam situasi konkret. Pengungkapan dapat berupa cerita, nyanyian, puisi, lambang atau dalam bentuk lain yang dapat dimengerti oleh peserta lain. Dalam proses ini peserta diharapkan menyadari dan lebih bersikap kritis terhadap pengalaman hidupnya sendiri. Pengalaman yag diungkapkan dapat berasal dari pengalamannya sendiri, dalam kehidupan masyarakat atau dari perasalahan yang terjadi di masyarakatnya dengan cara mensharingkan, yaitu dengan membagikan pengalaman hidup yang sungguh mereka alami.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Peran pendamping sebagai fasilitator harus dapat menciptakan suasana akrab, hangat dan mendukung peserta dalam mengungkapkan pengalaman hidupnya berkaitan dengan tema dasar yang hendak didalami. Sebagai pendamping harus terbuka dan peka terhadap situasi dan latarbelakang peserta yang memungkinkan
peserta
akan
lebih bebas
untuk mengungkapkan
pengalamannya. Kemudian pendamping perlu menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang dapat membantu peserta untuk terbuka membagikan pengalaman hidupnya. Sikap yang diperlukan bagi pendamping adalah sabar, ramah, bersahabat, dan hormat. c. Langkah Kedua : Refleksi Kritis atas Sharing Pengalaman. Maksud dari langkah kedua ini bertujuan untuk memperdalam sharing pengalaman peserta melalui refleksi kritis sehingga peserta menemukan inti dari pengalamannya demi perkembangan hidup beriman yang lebih baik. Refleksi pada langkah kedua ini menyatukan tiga waktu yaitu refleksi pengalaman masa lampau, pengalaman masa sekarang dan pengalaman masa yang akan datang. d. Langkah ketiga : Mengusahakan Supaya Tradisi dan Visi Kristiani lebih terjangkau. Tujuan dari langkah ini adalah mengusahakan agar tradisi dan visi kristiani lebih terjangkau, dekat dan relevan bagi peserta pada jamannya dan lebih mengena bagi kehidupan peserta dalam konteks dan latar belakang budaya yang berbeda. Peran pendamping dalam langkah ini diharapkan dapat membuka jalan lebar-lebar dengan menghilangkan segala macam hambatan yang memungkinkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
peserta mempunyai peluang besar untuk menemukan nilai-nilai, arti tradisi dan visi kristiani. Pendamping dalam langkah ini dapat menggunakan salah satu bentuk interpretasi baik yang bersifat menggarisbawahi, meneguhkan, mempertanyakan atau yang mengundang keterlibatan yang kreatif. Diharap pendamping dapat menafsirkan tradisi dan visi kristiani menjadi lebih terjagkau. Untuk itu seorang pendamping perlu menghormati tradisi dan visi kristiani sebagai yang otentik dan normatif. Dalam penafsirannya pendamping mengikutsertakan kesaksian iman, harapan, dan imannya sendiri.Untuk dapat menjadi pendamping yang sesuai dengan tujuan dalam langkah ini diperlukan persiapan yang matang dan studi pribadi. e. Langkah Keempat : Interpretasi/Tafsiran Dialektis antar Praktis dan Visi Peserta dengan Tradisi dan Visi Kristiani. Tujuan dari langkah ini adalah untuk mengajak peserta menemukan nilainilai hidup yang hendak digarisbawahi berdasarkan nilai tradisi dan visi kristiani. Menghilangkan sikap-sikap pribadi yang bertentangan dengan nilai tradisi dan visi Kristiani, dan memperkembangkan nilai-nilai baru yang ditemukan. Pokok-pokok penting itu kemudian dikonfrontasikan dengan hasil interpretasi tradisi dan visi Kristiani dari langkah ketiga. Interpretasi tersebut dapat melahirkan kesadaran, sikap-sikap, dan niat-niat baru sebagai jemaat Kristiani yang memperjuangkan terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah-tengah hidup mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
f. Langkah Kelima : Keterlibatan Baru demi Terwujudnya Kerajaan Allah di Dunia. Yang menjadi tujuan dari langkah ini adalah untuk mendorong peserta sampai kepada keputusan konkret bagaimana menghidupi iman Kristiani pada konteks hidup yang telah dianalisa dan dipahami, direfleksikan secara kritis, dinilai secara kreatif dan bertanggungjawab. Keputusan konkret dari langkah ini merupakan buah dan puncak dari model SCP. Tanggapan peserta dapat dipengaruhi oleh tema dasar yang direfleksikan dan konteks kepentingan religius, sosial, politik dan ekonomi dari para peserta. Peserta dalam langkah ini diharapkan semakin terlibat dan aktif untuk mewujudkan keputusannya secara konkret demi terwujudnya Kerajaan Allah. Peran pendamping dalam langkah ini adalah lebih menyadari hakekat praktis, inovatif dan transformatif, merumuskan pertanyaan-pertanyaan operasional, menumbuhkan sikap optimasi yang realistis peserta, agar lebih membantu peserta, pendamping
merangkum
hasil
langkah
pertama
hingga
keempat
dan
mengusahakan supaya peserta sampai pada keputusan pribadi maupun bersama dan akhirnya dapat mengajak peserta untuk merayakan liturgi secara sederhana untuk mendoakan keputusan. B. Usulan Program Katekese Keluarga Bagi Orang Tua Dalam Rangka Meningkatkan Kesadaran Akan Peran Penting Orang Tua Bagi Pendidikan Iman Anak Di Lingkungan Santo Carolus Boromius Seyegan. 1. Latar Belakang Program katekese Keluarga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Keluarga merupakan awal mula pendidikan iman yang diperoleh anakanak untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan mereka, diharapkan dari keluargalah anak-anak mendapat bimbingan agar tidak tersesat dan memiliki bekal atau pondasi untuk menjalani hidupnya. Dalam keluarga peran orang tua adalah yang pertama dan utama dalam mendidik anak-anaknya. Orang tua memiliki tanggung jawab kepada anak-anaknya mulai dari dalam kandungan hingga anak-anaknya menikah atau memiliki keluarga sendiri tanggung jaawab yang besar ini menentukan baik dan buruknya perkembangan anak dalam berbagai faktor, dan baik dan buruknya perkembangan anak. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, di ketahui bahwa sebagian besar keluarga kristiani di lingkungan Santo Carolus Borromius menyatakan bahwa pendidikan iman anak dalam keluarga belum terwujud sepenuhnya di dalam keluarga mereka. Dari hasil penelitian, kurangnya peran orang tua dalam pendidikan iman di sebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya kesibukan dalam bekerja, kurang dalam pengetahuan pendidikan agama serta cara mendidik iman anak-anak mereka. Melihat permasalahan itu, penulis memilih katekese keluarga sebagai usulan program untuk membantu para orang tua dalam mewujudkan harapan mereka untuk meningkatkan peranan mereka dalam memberikan pendidikan iman bagi anak-anak di dalam keluarga. Penulis memilih katekese keluarga karena katekese ini bertitik tolak dari permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh keluarga kemudian menanggapi permasalahannya berdasarkan pengalaman dan harta kekayaan Gereja. Dengan adanya usulan program ini, diharapkan para orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
tua bisa saling belajar untuk meningkatkan peran mereka dalam mendidik anakanak. 2.
Alasan Penyusunan Program Bagi umat Kristiani untuk mendapat bertemu, saling berkomunikasi,
berdialog satu sama lain serta dapat berdialog dengan Tuhan mereka memiliki sarana yaitu Katekese, dengan berkatekese umat bisa bertukar pengalaman iman, bisa juga membantu umat untuk terbuka, peduli kepada sesama dan orang lain. Katekese bisa juga membantu umat untuk merefleksikan pengalaman hidup sehari-hari serta mempererat relasi mereka dengan Allah. Dengan usaha untuk menghayati dan mendalami iman mereka, peseerta bisa juga mengambil sikap iman yang konkrit dan mewujudkannya dalanm kehidupan sehari-hari, terlebih mereka juga bvisa memperoleh pandangan serta wawasan yang lebih jelas mengenai tugas dan tanggung jawab mereka sebagai orang tua bagi anak-anaknya. Penulis merasa tertarik untuk mengadakan kegiatan pendampingan iman umat melalui kegiatan katekese model SCP agar orang tua semakin diperkaya dan diteguhkan. Dengan begitu orang tua dapat langsung terlibat dalam memberikan pendidikan iman kristiani kepada anak-anaknya dalam keluarga. 3.
Rumusan Tema dan Tujuan Program Katekese Keluarga Berikut ini penulis akan menyampaikan tema umum, tujuan tema umum,
tema-tema program, dan tujuan tema-tema program sebagai usulan program katekese model SCP:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Tema Umum : Katekese Model SCP Kesetiaan Panggilan Hidup Berkeluarga serta tanggung jawabnya. Tujuan Umum : Membantu orang tua di lingkungan Santo Carolus Boromius Margomulyo lebih menyadari dan menghayati kesetiaan hidup berkeluarga serta peran orang tua sebagai pendidik yang utama dan pertama bagi perkembangan iman anaknya.
Tema I: Kesetiaan dalam panggilan hidup berkeluarga Penjabaran Tema: Tema ini dimaksudkan untuk mengingatkan kembali janji perkawinan yang pernah mereka ucapkan di depan Altar. Tujuan : Orang tua diajak menyadari pentingnya kesetiaan dalam panggilan hidup berkeluarga, sehingga mampu menjalani hidup berkeluarga dengan penuh kesetiaan, rendah hati dan menghargai pasangan seperti pada ajaran Yesus.
Tema II : Pendidikan menjadi nilai-nilai luhur dalam kehidupan keluarga. Penjabaran Tema: Tema ini dimaksud agar keluarga menjadi tempat untuk menanamkan nilai-nilai kepada anak dan memberikan contoh konkret dan pemahaman sehingga tercipta suasana yang kondusif dalam penerapan pendidikan iman dalam keluarga. Tujuan :Tema kedua ini bertujuan untuk membangun dan mengembangkan pendidikan anak dalam keluarga.
Tema III : Cinta Kasih dalam Keluarga sebuah Komunitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Penjabaran Tema : Dalam tema ini memiliki maksud untuk menanamkan dan mewujudkan nilai-nilai cinta kasih baik dalam keluarga maupun kepada sesama manusia dan sesama ciptaan Tuhan, yang bertitik tolak dari kasih Allah kepada manusia. Tujuan :Tema ini memiliki tujuan agar orang tua semakin mengembangkan keluarga lebih menghayati nilai-nilai cinta kasih yang menjadi landasan hidup berkeluarga yang berdasarkan kasih dan iman.
Tema IV : Meneladani Keluarga Kudus Nasareth, sebagai model keluarga jaman sekarang. Penjabaran Tema : Tema ini memiliki maksud agar keluarga dapat menggali nilai-nilai cinta kasih dalam keluarga kudus Nasareth, untuk menerapkannya dalam hidup berkeluarga. Tujuan : Tema ini memiliki tujuan membantu keluarga untuk semakin menghayati pentingnya cinta kasih dalam keluarga.
Tema V : Tanggung Jawab Orang Tua sebagai Pendidik Iman Penjabaran Tema : Dalam Tema ini bermaksud orang tua sadar akan tugas dalam keluarga salah satunya sebagai pendidik iman. Tujuan : Orang tua menyadari bahwa pendidikan iman anak dalam keluarga merupakan tanggung jawab orang tua.
Tema VI : Peran serta Anggota keluarga kunci keharmonisan keluarga Penjabaran Tema : Tema ini memiliki maksud partisipasi anggota keluarga sangat penting.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Tujuan : Orang tua semakin menyadari akan pentingnya peran anggota keluarga sebagai subyek dalam meningkatkan keharmonisan keluarga. 4. Gambaran Pelaksanaan Program Emam tema yang penulis usulkan akan diselenggarakan dalam jangka waktu 1 semester dengan jumlah pertemuan enam kali pertemuan. Rencananya program ini akan dilaksanakan pada awal bulan April 2016 sampai September 2016. Setiap pertemuan diselenggarakan dalam waktu kurang lebih 2 jam di salah satu umat di Lingkungan Carolus Borromius Margomulyo secara bergiliran. Pelaksanaan dari program ini adalah petugas yang sudah ditunjuk oleh pengurus lingkungan (sesuai jadwal), penulis juga akan siap sedia membantu segala sesuatunya jika petugas kurang memahami ataupun kurang jelas dengan contoh persiapan katekese keluarga yang penulis sudah buat. 5. Matriks Program katekese Keluarga Tema Umum : Katekese Model SCP Kesetiaan Panggilan Hidup Berkeluarga serta tanggung jawabnya dalam Pendidikan Iman Anak. Tujuan Umum : Membantu orang tua di lingkungan Santo Carolus Boromius Margomulyo lebih menyadari dan menghayati kesetiaan hidup berkeluarga serta peran orang tua sebagai pendidik yang utama dan pertama bagi perkembangan iman anaknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Matriks Program katekese Keluarga Tema Umum : Katekese Model SCP Kesetiaan Panggilan Hidup Berkeluarga serta tanggung jawabnya dalam Pendidikan Iman Anak. Tujuan Umum : Membantu orang tua di lingkungan Santo Carolus Boromius Margomulyo lebih menyadari dan menghayati kesetiaan hidup berkeluarga serta peran orang tua sebagai pendidik yang utama dan pertama bagi perkembangan iman anaknya. No
Judul kegiatan
Tujuan pertemuan
Materi pertemuan
Metode
Sarana
Sumber Bahan
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
1.
Kesetiaan
Orang tua diajak
dalam
menyadari pentingnya
panggilan
kesetiaan dalam
hidup
panggilan hidup
berkeluarga
berkeluarga, sehingga mampu menjalani hidup
-
Teks janji
Sharing.
Nikah
Refleksi
“Madah
Pribadi.
Kasih” MB.
Informasi.
66
Walter M.
Tanya jawab
Teks lagu
(1974).
penutup ”
Tafsir Injil
Teks lagu
Markus 10: 1-12
Post,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
berkeluarga dengan
Hidup
Markus.
penuh kesetiaan, rendah
Perkawinan”
Bandung:
hati dan menghargai
MB. 69
Kalam
Teks janji
Hidup, hh.
nikah
123-125
pasangan seperti pada
ajaran Yesus.
Kitab Suci
Leks,
Perjanjian
Stefan.
Baru Markus
Tafsir Injil
10: 1-12
Markus.
Salib
Yogyakarta
Lilin
: Kanisius, hh. 321330
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
2.
Nilai-nilai
Sharing
bertujuan untuk
luhur
Refleksi
nilai luhur
membangun dan
kehidupan
Informasi
dalam
mengembangkan
Tanya Jawab
kehidupan
pendidikan anak dalam
keluarga
keluarga.
Pendidikan
Tema kedua ini
menjadi nilai-
-
Buku Madah
LBI (1982)
Bakti
Tafsir Injil
Teks KS Yoh
Yohanes.
10:1-21
Yogyakarta
Gambar-
: Kanisius.
gambar pendidikan dalam keluarga
3.
Cinta Kasih
Tema ini memiliki
dalam
tujuan agar orang tua
Keluarga
semakin
sebuah
mengembangkan
Komunitas
keluarga lebih
-
-
Kasih kepada
Sharing
Madah Bakti
saudara
Diskusi
Teks KS Yoh
Tafsir Injil
Kasih kepada
2:1-11 dan
Yohanes.
sesama
Kej 1:26-28;
Yogyakarta
2:18-24
: Kanisius.
LBI (1982)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
menghayati nilai-nilai
Vidio animasi
cinta kasih yang
kontemplatig
menjadi landasan hidup
“our duty”
berkeluarga yang
Lilin
berdasarkan kasih dan
Salib
iman 4.
Sikap – sikap
Sharing
Madah Bakti
tujuan membantu
yang perlu
Refleksi
Kitab Suci
91982).
Kudus
keluarga untuk semakin
dikembangkan
Informasi
Lukas 2:41-52
Tafsir Injil
Nasareth,
menghayati pentingnya
dalam hidup
Lilin
Lukas.
sebagai model
cinta kasih dalam
berkeluarga
Salib
Yogyakarta
keluarga
keluarga.
Vidio
: Kanisius
Meneladani
Tema ini memiliki
Keluarga
-
Zaman
“Komunikasi
sekarang.
Keluarga
LBI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
Kristiani” 5.
6.
Tanggung
Sharing
bahwa pendidikan iman
Jawab orang
Refleksi
Tua sebagai
anak dalam keluarga
tua
Informasi
Pendidik Iman
merupakan tanggung
Tanya jawab
Anak
jawab orang tua.
Tanggung
Orang tua menyadari
Jawab Orang
-
Buku Madah
LBI(1982).
Bakti
Tafsir Injil
Teks KS Injil
Lukas.
Lukas 2:22-
Yogyakarta
34,(39-40)
: Kanisius
FC art 36, 38
Lilin dan Salib
Melakukan
Informasi
Madah Bakti
menyadari akan
tindakan
Sharing
Teks KS
Tafsir Injil
keluarga kunci
pentingnya peran
konkrit untuk
Penentuan
Matius 13:1-
Matius.
keharmonisan
anggota keluarga
meningkatka
sikap
23
Yogyakarta
keluarga
sebagai subyek dalam
n
Video
: Kanisius
meningkatkan
keharmonisa
Peran serta
Orang tua semakin
Anggota
-
“Sebuah
LBI(1982).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
keharmonisan keluarga.
Penantian”
n keluarga
Salib
Lilin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
C. Contoh Persiapan Katekese Keluarga Tema “ Kesetiaan Dalam Panggilan Hidup Berkeluarga” 1.
Identitas Pertemuan
a. Tema
: Kesetiaan dalam panggilan hidup berkeluarga
b. Tujuan
: Bersama pendamping peserta mampu menyadari pentingnya
kesetiaan dalam panggilan hidup berkeluarga, sehingga mampu menjalani hidup berkeluarga dengan penuh kesetiaan, rendah hati dan menghargai pasangan seperti pada ajaran Yesus. c. Peserta d. Tempat
: Bapak ibu ± 20 orang : Salah Satu Umat Lingkungan Carolus Borromius
e. Hari/Tanggal
:
f. Waktu
: 19.00-20.30
g. Model
: Shared Christian Prakxis.
h. Metode
:
Sharing.
Refleksi Pribadi.
Informasi.
Tanya jawab
i. Sarana
:
Teks lagu “Madah Kasih” MB. 66
Teks lagu penutup ” Hidup Perkawinan” MB. 69
Teks janji nikah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
Kitab Suci Perjanjian Baru Markus 10: 1-12
Salib
Lilin
j. Sumber Bahan
:
Markus 10: 1-12
Post, Walter M. (1974). Tafsir Injil Markus. Bandung: Kalam Hidup, hh. 123-125
Leks, Stefan. (). Tafsir Injil Markus. Yogyakarta: Kanisius, hh. 321-330
2. PEMIKIRAN DASAR Banyak permasalahan yang muncul dalam keluarga yang sedang dibangun atau yang sudah lama dibangun. Permaslahan yang muncul beraneka ragam dari permasalahan ekonomi keluarga, pendidikan anak bahkan permasalahan perbedaan pendapat yang memunculkan perkara-perkara kecil dalam hidup rumah tangga. Kesetiaan dalam membangun keutuhan rumah tangga menjadi tantangan yang besar dalam membangun bahtera perkawinan, karena perkawinan katolik membawa konsekuensi perkawinan sekali seumur hidup. Karena membawa konsekuensi yang suci dan sakral maka diperlukan kesetiaan dalam menghayati panggilan hidup berkeluarga dengan menyadari banyaknya perkara dan tantangan yang akan dialami untuk mempertahankan panggilan hidup bekeluarga yang penuh kesetiaan. Markus 10: 1-12 menguraikan tentang ajaran Yesus tentang Perkawinan yang tidak terceraikan, menuntut pada kesetiaan dalam membangun hidup rumah tangga. Demikian pula ajaran Yesus kepada umatnya dan kaum Farisi bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
perkawinan Kristiani tidak dapat diceraikan, meski ada perselisihan dan percecokan. Namun dalam perikop ini, Musa memperbolehkan perceraian karena kekerasan hati bangsa Israel pada masa dahulu yang menganggap wanita sebagai warga kelas rendah. Yesus mengembalikan ajaran ini kepada hakekat perkawinan seperti yang ditentukan Allah dari semula, pada awal penciptaan dunia bahwa kesatuan perkawinan tidak terceraikan, menuntut adanya kesetiaan dari pasangan suami istri. Kekhasan dalam injil ini terletak pada kesetiaan dalam hidup berkeluarga sebagai pasangan suami istri yang tidak dapat tercerai beraikan. Dengan demikian, sebagai orang katolik hendaknya kita meneladan ajaran dan perintah Yesus untuk setia pada pasangannya sebagai wujud kesetiaan dalam panggilan hidup berkeluarga, meski dalam keadaan sulit. Dalam pertemuan kali ini, kita diajak untuk semakin menyadari pentingnya kesetiaan dalam panggilan hidup berkeluarga, sehingga mampu menjalani hidup berkeluarga dengan penuh kesetiaan, rendah hati dan menghargai pasangan seperti pada ajaran Yesus. Dengan adanya kejujuran, menghargai dan keterbukaan untuk menerima pasanganya sebagai anugerah dari Tuhan dan untuk mewujudkan kesetiaan dalam berkeluarga. 3. PENGEMBANGAN LANGKAH-LANGKAH a. Pembuka
Kata Pengantar. Bapak dan ibu yang terkasih dalam Yesus Kristus, pada malam hari ini
kita berkumpul disini sebagai satu saudara seiman dalam umat lingkungan Barnabas sebagai jawaban akan panggilan Tuhan. Pada malam hari ini, kita akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
bersama-sama mendalami kesetiaan dalam panggilan hidup berkeluarga. Terlebih hidup berkeluarga yang telah disatukan dalam janji suci melalui pernikahan yang sakral. Terutama untuk setia dalam suka dan duka sesuai janji pernikahan yang telah diikrarkan untuk dapat menghadapi permasalahan keluarga, percecokan maupun perselisihan. Bersama-sama kita akan belajar mengenai ajaran Yesus tentang perkawinan yang tak dapat terceraikan, terutama pada injil Markus 10: 112. Dalam Injil ini menguraikan tentang ajaran Yesus tentang hidup berkeluarga yang menuntut kesetiaan dalam menghadapi permasalahan, tidak dapat terceraikan karena Allah yang telah menyatukan. Selain itu, Yesus menegaskan perkawinan yang tak dapat terceraikan, apabila bercerai dan hidup dengan pasangan lain maka ia akan berzina. Karena itu, pada pertemuan malam hari ini kita bersama-sama mendalami kesetiaan dalam panggilan hidup berkeluarga. Kita dapat belajar mengenai arti kesetiaan untuk dapat bersatu dengan pasangan menghadapi segala perkara dengan adanya saling jujur dan terbuka pada pasangan.
Lagu Pembuka: “Madah Kasih” MB. 66
Doa Pembuka:
Allah Bapa penuh kasih, kami bersyukur dan berterima kasih kepadaMu, karena rahmat penyertaanMu, Engkau memperkenankan kami untuk berkumpul kembali dengan sesama dan saudara-saudari kami yang seiman. Bimbinglah kami untuk selalu memegang kesetiaan dalam hidup berkeluarga sebagai jawaban atas panggilanMu kepada kami. Sehingga kami sebagai keluarga dapat kokoh dalam menghadapi setiap pertikaian dengan alasan yang beraneka ragam. Semoga kami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
dapat memahami dan kau teguhkan melalui injilMu pada hari ini yang mengajarkan hidup berkeluarga penuh kesetiaan, melalui perkawinan yang tidak dapat terceraikan. Berkatilah seluruh pertemuan malam hari ini agar dapat semakin teguh dan mantap menjawab panggilanMu, dengan membangun keluarga yang penuh keterbukaan dan keujuran hati. Sebab Engkaulah Tuhan dan Penyelamat kami. Amin. b. LANGKAH I : Mengungkap Pengalaman Hidup Peserta. a. Membagikan teks janji nikah yang diucapkan di depan altar, dan peserta diberi kesempatan
untuk
mendalami
teks
tersebut
secara
pribadi
dengan
membacanya, untuk dapat memahami makna dari teks tersebut dan memunculkan pengalamannya. b. Pengungkapan pengalaman: Peserta diajak untuk mendalami teks tersebut dengan tuntutan beberapa pertanyaan: 1. Ceritakanlah isi dari janji nikah tersebut? 2. Ceritakanlah pengalaman bapak dan ibu tentang kesetiaan dalam peristiwa hidup rumah tangga? c. Dari jawaban yang telah diungkapkan oleh para peserta pendamping memberikan arahan rangkuman singkat: Dari teks janji nikah tersebut, kita menemukan isi dari teks tersebut mengenai kesetiaan untuk dapat hidup bersama dalam suka maupun duka, dapat mencintai dan menghargai pasangan dalam keadaan apa pun. Menuntut kesetiaan dengan pasangan seumur hidup.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
Begitu pula dalam hidup bapak dan ibu sehari-hari, banyak pengalaman kesetiaan yang pernah dilakukan. Ketika salah satu pasangan sakit,misalnya seorang istri sakit, maka suami juga merasakan sakit yang dialami istrinya dan menemaninya sampai sembuh. Peristiwa ketika keadaan ekonomi sedang menurut, tetap setia menemani dengan memberi semangat dan tidak menyalahkan. d. Langkah II: Mendalami Pengalaman Hidup Peserta Peserta diajak untuk merefleksikan sharing pengalaman atau ceritera di atas dengan dibantu pertanyaan sebagai berikut: 1) Cara mana saja yang telah bapak dan ibu lakukan dalam mengatasi kesulitan untuk setia dengan pasangan? Dari jawaban yang telah diberikan peserta, pendamping memberikan arahan rangkuman singkat, misalnya: Bapak dan ibu yang terkasih, setelah kita berefleksi atas pengalaman hidup kita sendiri, tampaklah bahwa bapak dan ibu mengalami aneka kesulitan untuk mewujudkan kesetiaan dalam hidup rumah tangga. Dalam panggilan hidup berkeluarga tidak jarang kesetiaan diuji dengan sikap yang egois atau menang sendiri. Cara yang bapak dan ibu lakukan beraneka ragam untuk menjaga kesetiaan dalam hidup rumah tangga dengan selalu mengucapkan sayang, menyapa dengan senyuman,mengkomunikasikan apa saja yang telah dilakukan dan ada pula yang menerapkan hidup rumah tangga dengan kejujuran dan keterbukaan diri. e. LANGKAH III: Menggali Pengalaman Iman Kristiani.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
Salah seorang peserta dimohon bantuannya untuk membaca perikop langsung dari Injil Markus 10: 1-12. Peserta di beri waktu untuk hening sejenak sambil secara pribadi merenungkan dan menanggapi pembacaan Kitab Suci dengan di bantu beberapa pertanyaan, sbb: 1) Ayat–ayat mana yang menunjukan pandangan Yesus mengenai pernikahan? Coba bapak dan ibu jelaskan maksud ayat tersebut? 2) Pesan inti apakah yang mau disampaikan Markus 10: 1-12 sehubungan dengan ajaran Yesus mengenai kesetiaan dalam panggilan hidup berkeluarga? Pendamping memberikan interpretasi atau tafsir dalam hubungan dengan tema dan tujuan pertemuan sebagai berikut: Markus 10:1-12 membahas tentang perkawinan yang bersifat tidak dapat terceraikan. Dimana sifat perkawinan itu abadi atau seumur hidup yang membawa konsekuensi kesetiaan dengan pasangannya. Demikian pula pandangan Yesus mengenai perkawinan sendiri terdapat dalam ayat 6-8. Dalam ayat 6, Yesus membicarakan tentang perkawinan yang sesuai dengan kehendak Allah, dimana persatuan antara seorang pria dengan seorang wanita dalam pernikahan berlandaskan tindakan Allah Pencipta. Allah menciptakan pria dan wanita untuk dipersatukan dalam kesatuan tubuh dan tidak terbatalkan. Begitu pula dalam ayat 7, Allah mempersatukan pria dan wanita yang diciptakanNya untuk menjadi satu tubuh, yang membawa konsekuensi untuk bersatu dalam perkawinan. Kemudian dilanjutkan pada ayat 8, dimana baik pria
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
maupun wanita akan meninggalkan orang tua mereka untuk dapat bersatu mewujudkan rencana penciptaan dalam persatuan perkawinan. Persatuan antara suami dan istri ini menjadi jenis relasi yang paling istimewa diantara umat manusia. Ia melampaui segala jenis relasi lain, termasuk relasi kekeluargaan. Dalam ayat 8 ini, memfokuskan pada persekutuan suami-istri yang bersifat eksklusif. Persatuan suami istri, yang mengubah dua orang mrnjadi satu daging, yang mempersatukan mereka dalam persatuan badani yang tidak dapat terputuskan. Ini menjadi cita-cita Allah yang dapat terwujud di dalam kesetiaan pasangan suami-istri untuk menjadi satu kesatuan. Dalam ayat ini jelas bahwa Yesus menekankan perkawinan antara dua orang yaitu pria dan wanita untuk menjadi satu yang tidak dapat terpisahkan. Pesan inti yang mau disampaikan dalam injil Markus sehubungan dengan ajaran Yesus mengenai kesetiaan dalam panggilan hidup berkeluarga, dapat dilihat dalam ayat 9. Dalam ayat ini, pesan yang mau disampaikan yaitu Allahlah yang mempersatukan pria dan wanita ciptaanNya dalam persatuan badani yang tak terbatalkan. Maka, tidak ada satu hukum atau kuasa manusiawi yang dapat menceraikan dua orang yang sudah dipersatukan oleh Allah. Sebab setiap perkawinan adalah karya Allah dan mengungkapkan kehendakNya, karena itu suami istri harus bekerja sama untuk melaksanakan tugas mereka hingga akhir hayatnya. Dalam ayat ini secara tegas Yesus menyampaikan sifat perkawinan yang tidak dapat terceraikan karena bersifat suci dan Allah yang menyatukan mereka dalam kasih. f. LANGKAH IV: Menerapkan iman Kristiani dalam situasi peserta konkret.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
o Pengantar. Dalam pembicaraan tadi, kita sudah menemukan pengalaman kesetiaan dalam hidup berkeluarga. Setia menemani pasangannya ketika sakit atau mengalami kesulitan dalam hal perekonomian. Menemukan cara untuk mengatasai kesulitan dalam mempertahankan kesetiaan dalam hidup berumah tangga dengan selalu mengkomunikan setiap perkara dengan mengurangi ego. Kita belajar dari ajaran Yesus mengenai perkawinan yang takdapat terceraikan, dapat dilihat dari percakapan Yesus dan orang Farisi yang mencobai Yesus. o Sebagai bahan refleksi agar bapak dan ibu semakin menghayati dan menyandarkan diri akan pentingnya kesetiaan dalam panggilan hidup berkeluarga, kita akan melihat situasi konkret di sekitar kita dengan mencoba merenungkan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: 1)
Sikap-sikap manakah yang dapat bapak dan ibu perjuangkan agar dapat semakin setia dengan pasangannya sebagai umat di lingkungan Carolus Borromius?
o Peserta diberi kesempatan hening sejenak, merenungkan secara pribadi pesan Injil sesuai dengan situasi konkrit yang dialaminya berdasarkan pertanyaan di atas. Kemudian peserta diberi kesempatan mengungkapkan hasil renunganya secara pribadi. Pada akhirnya, pendamping memberikan arah rangkuman singkat sesuai hasil renungan pribadi peserta sebagai langkah konfrontasi. o Suatu contoh arah rangkuman penerapan pada situasi peserta: Yesus memberikan ajaran tentang perkawinan yang tidak dapat terpisahkan, menuntut kesetiaan karena perkawinan bersifat sakral. Demikian pula
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
dalam hidup sehari-hari, bapak dan ibu telah dapat memperjuangkan kesetiaan dalam panggilan hidup berkeluarga dengan selalu mencintai dan menghormati pasangan. Sikap-sikap yang dapat bapak ibu perjuangkan untuk membangun kesetiaan diwujudnyatakan dengan menerima pasangan dengan sepenuh hati, dan mau menemani pasangan dalam keadaan apapun. Semua berpuncak pada ajaran Yesus dimana pasangan suami istri telah disatukan oleh Allah dan tidak dapat dicerai beraikan oleh manusia. Karena Allah yang menyatukan pasangan suami istri menjadi satu dan tidak boleh berzinah. Sikap-sikap yang telah bapak dan ibu perjuangkan juga ditemani dengan doa dan rasa syukur karena telah diberi pasangan yang mau menemani dalam keadaan apapun. g. LANGKAH V: Mengusahakan Suatu Aksi Konkret. Pengantar. Bapak dan ibu yang terkasih dalam Yesus Kristus, setelah kita menggali pengalaman dari bapak dan ibu mengenai peristiwa hidup akan kesetiaan dalam panggilan berkeluarg, melalui peristiwa dalam hidup sehari-hari dengan menemani pasangan ketika sakit, terjatuh, dan dan memberi semangat ketika mengalami kesulitan. Kita juga sudah mendalami pengalaman hidup dari bapak dan ibu dengan menemukan cara yang telah dilakukan untuk mengatasi kesulitan dalam membangun kesetiaan hidup berkeluarga dengan mengkomunikasikan setiap permasalahan, mau terbuka dan jujur. Selain itu mau untuk mengatasi kesulitan diperlukan pula siakp rendah hati untuk mengurangi ego diri. Dalam Injil, kita juga sudah belajar dari Markus dimana Yesus mengajarkan kesetiaan dalam hidup berkeluarga dengan tidak memperbolehkan perceraian karena Allah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
yang telah menyatukan suami dan istri. Pada akhirnya, bapak dan ibu diajak untuk memperjuangkan sikap agar tetap setia pada panggilan hidup berkeluarga sebagai umat di lingkungan Carolus Borromius ini. Dimana sikap yang diharapkan bapak dan ibu dapat memperjuangkan sikap untuk mencintai dan menghargai kepada pasangan dengan penuh kasih dan ketulusan hati. Sehingga seluruh perjalanan dan pengalaman kita, sungguh disadari dan disertai serta dibimbing oleh Allah Bapa yang Maha Kuasa. Marilah bapak dan ibu, kita bangun niat dan tindakan konkrit apa yang sungguh dapat bapak dan ibu lakukan untuk memperjuangan kesetiaan dalam hidup berumah tangga. Peserta memikirkan niat-niat dan tindakan kongkret yang akan dilakukan (pribadi maupun kelompok) dalam memperjuangkan kesetiaan dalam hidup berumah tangga, khususnya di lingkungan Carolus Borromius ini. Berikut ini, pertanyaan untuk membantu bapak dan ibu dalam membuat niat-niat: 1) Niat atau tindakan konkrit apa yang hendak bapak dan ibu lakukan agar tetap setia akan panggilan hidup berumah tangga ditengah-tengah umat lingkungan Carolus Borromius? Selanjutnya peserta di beri kesempatan dalam suasana hening memikirkan tentang niat-niat pribadi atau bersama yang akan dilakukan. Kemudian, peserta mengungkapkan niat-niat pribadi yang akan dilakukan bertujuan untuk saling meneguhkan. Pendamping mengajak peserta membicarakan dan mendiskusikan untuk menentukan niat konkrit
yang akan diwujudkan bersama, agar semakin
memperbaharui sikap bersama/ kelompok sebagai pribadi yang mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
mempertahankan kesetiaan dalam penggilan hidup berumah tangga untuk tetap mencintai dan menghormati pasangan. h. Penutup Pendamping menempatkan salib dan dua lilin di tengah peserta. Kemudian dua lilin tersebut dinyalakan, dan pendamping mengajak peserta untuk doa umat spontan, yang diawali oleh pendamping
dan diteruskan secara
spontan oleh peserta. Akhirnya doa umat ditutup dengan doa Bapa Kami secara bersama. Doa penutup Allah Bapa yang penuh kasih, terima kasih kami haturkan kepadaMu karena kami telah Kauberi kesempatan untuk berkumpul dan berbagi dengan sesama kami. Engkau bimbing kami untuk dapat membangun kesetiaan dalam panggilan hidup berkeluarga dengan menemani pasangan dalam keadaan sakit ataupun kesulitan.Engaku pula yang membimbing kami untuk mengatasi kesulitan dalam mempertahankan kesetiaan dalam hidup berkeluarga untuk saling berkomunikasi, terbuka dan jujur kepada pasangan. Seperti halnya ajaran Yesus yang dicobai kaum Farisi yang menegaskan bahwa pernikahan tidak dapat terceraikan karena Allah Bapa yang telah menyatukan dan mempertemukan pasangan suami istri. Bimbinglah kami
untuk semakin menyadari kehadiranMu dengan
memperjuangkan sikap-sikap agar selalu yakin mencintai dan menghargai pasangan kami. Berkatilah pula niat-niat yang akan kami bangun sehingga sungguh terlaksana nyata dalam hidup kami. Melalui berkatMu kami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
mampu untuk hidup bersama dengan pasangan kami untuk saling bekerjasama dan memuliakan namaMu. Demi Kristus Yesus Tuhan dan pengantara kami.Amin. Lagu Penutup: “Hidup Perkawinan”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
LAMPIRAN Lagu pembuka “Madah Kasih” MB.
Lagu penutup “Hidup Perkawinan”
66
MB. 69
Reff.
1. Bagai burung terbang tinggi
Cinta kasih Allah di curahkan di
Hinggap bersama di dahan
dalam hati kita
Biarpun hati terbagi akan satuberkat
Oleh Roh ilahi
Tuhan. Reff.
Sumber cinta kasih yang
2. Kebukit sama mendaki
dianugerahkan bagi kita
Kelembah sama menurun Suka dan duka berganti hidup rukun
1.
Walau kaya raya dan kuasa
saling tuntun. Reff.
Walau cantik indah mempesona
Reff. Yang dipersatukan Tuhan jangan
Walau pandai dan gagah
diceraikan manusia.
perkasa Percumalah tanpa cinta kasih. Reff.
Teks janji nikah
Suami
: Dihadapan Imam dan Para Saksi, saya, …. (nama suami), menyatakan dengan tulus ikhlas ….. (nama istri) yang hadir disini mulai sekarang ini menjadi istri saya. Saya berjanji setia kepadanya dalam untung dan malang dan saya mau mencintai dan menghormati dia seumur hidup.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
Istri
: Dihadapan Imam dan Para Saksi, Saya, …. (nama istri), menyatakan dengan tulus ikhlas bahwa …. (nama suami) yang hadir disini mulai sekarang ini menjadi suami saya. Saya berjanji setia kepadanya dalam untung dan malang dan saya mau mencintai dan menghormati dia seumur hidup.
Teks Injil Markus 10 : 1- 12 Mrk 10:1 Dari situ Yesus berangkat ke daerah Yudea dan ke daerah seberang sungai Yordan dan di situpun orang banyak datang mengerumuni Dia; dan seperti biasa Ia mengajar mereka pula. Mrk 10:2 Maka datanglah orang-orang Farisi, dan untuk mencobai Yesus mereka bertanya kepada-Nya: "Apakah seorang suami diperbolehkan menceraikan isterinya?" Mrk 10:3 Tetapi jawab-Nya kepada mereka: "Apa perintah Musa kepada kamu?" Mrk 10:4 Jawab mereka: "Musa memberi izin untuk menceraikannya dengan membuat surat cerai." Mrk 10:5 Lalu kata Yesus kepada mereka: "Justru karena ketegaran hatimulah maka Musa menuliskan perintah ini untuk kamu. Mrk 10:6 Sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan, Mrk 10:7 sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, Mrk 10:8 sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Mrk 10:9 Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia." Mrk 10:10 Ketika mereka sudah di rumah, murid-murid itu bertanya pula kepada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
Yesus tentang hal itu. Mrk 10:11 Lalu kata-Nya kepada mereka: "Barangsiapa menceraikan isterinya lalu kawin dengan perempuan lain, ia hidup dalam perzinahan terhadap isterinya itu. Mrk 10:12 Dan jika si isteri menceraikan suaminya dan kawin dengan laki-laki lain, ia berbuat zinah."
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
Tema “Tanggung jawab Orang Tua Sebagai Pendidik Iman Anak” 1. Identitas Pertemuan a. Tema : Tanggung jawab Orang Tua Sebagai Pendidik Iman Anak b. Tujuan : Bersama pendamping peserta mampu menyadari pentingnya Tugas dan tanggungjawab sebagai orang tua dalam mendidik anak-anak, sehingga mampu mewujudkannya dalam hidup berkeluarga sehari-hari dengan cinta kasih. c. Peserta : Bapak ibu ± 20 orang d. Tempat
: Salah Satu Umat Lingkungan Carolus Borromius
e. Hari/Tanggal: f. Waktu : 19.00-20.30 g. Model : Shared Christian Prakxis. h. Metode
:
Sharing.
Refleksi Pribadi.
Diskusi
Informasi.
Tanya jawab
i. Sarana :
Buku Madah Bakti
Kitab Suci Perjanjian Baru Lukas 2:22-34 (39-40)
Salib
Lilin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
j. Sumber Bahan :
Lukas 2:22-34 (39-40)
Tafsir Injil Markus. Yogyakarta: Kanisius, hh. 321-330
FC. art 36
2. Pemikiran Dasar Permasalahan keluarga yang muncul salah satunya menyangkut masalah pendidikan iman anak. Pada kenyataannya banyak orang tua kurang menyadari akan tugas dan tanggung jawabnya dalam pendidikan iman anak. Orang tua umumnya sibuk
dengan urusan pribadinya
tanpa mau memperhatikan
perkembangan dan pendidikan iman anak-anak mereka. Disisi lain banyak pula orang tua yang mengalami kesulitan dalam mendampingi anak-anaknya. Situasi semacam itu dapat menjadi hambatan atau kendala bagi anak-anak dalam perkembangan penghayatan imannya. Ada juga masalah waktu bertemu dengan keluarga, tetapi keterbatasan waktu untuk berkumpul dengan anak-anak (keluarga) bukanlah masalah yang membuat pembinaan iman keluarga kurang memadai, kurangnya Pembina dan pembinaan bagi orang tua membuat kurangnya pengetahuan dalam menemukan dan menerapkan cara membina iman anak secara maksimal. Padahal orang tua memiliki tugas dan tanggungjawab untuk membimbing anak-anak agar mereka dapat menghadapi situasi lingkungan di luar rumah sehingga tidak mudah terpengaruh dan terjerumus ke dalam pergaulan yang salah, tugas dan tanggung jawab tersebut sudah diberikan kepada orang tua sejak mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
mengucapkan janji perkawinan.Peran orang tua dapat menjadi teladan konkret bagi anak dalam mengenal, mencintai dan menjadi. Injil Lukas 2: 22-34, 39-40 mengisahkan Yusuf dan Maria yang membawa Yesus ke Bait Allah dan menjalankan hokum Taurat sesuai dengan apa yang diperintahkan kepada-Nya sehingga Yesus menjadi bertambah besar dan kuat karena beroleh kasih karunia dari Allah. Yusuf dan Maria seperti orang tua pada umumnya, mereka membimbing Yesus semakin dekat dengan Allah dengan menjalankan apa yang diperintahkan sebagaimana yang telah tertulis dalam hokum taurat. Dari pertemuan katekese, peserta diharapkan semakin mampu menyadari tugas dan tanggung jawabnya sebagai orang tua dalam mendidik iman anakanaknya.Orang tua juga perlu untuk menanamkan nilai-nilai Kristiani dalam keluarga, sehingga kelak nantinya mereka dapat menjadi pribadi yang utuh, dewasa, beriman dan mandiri.Anak adalah kunci utama tanggung jawab kita sebagai orang tua.Mereka membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya. Maka hendaknya orang tua dapat belajar dari apa yang sudah diteladankan oleh Yusuf dan Maria dalam menjalankan tanggungjawab sebagai orang tua yang berusaha membimbing anaknya agar semakin dekat dengan Tuhan. 3. Pengembangan Langkah-langkah a. Pembukaan Pengantar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
Bapak dan ibu yang terkasih dalam Kristus selamat malam.Kita patut bersyukur kepada Allah karena kita masih diberi kesehatan sehingga kita dapat berkumpul pada malam hari ini untuk pertemuan pendalaman iman. Sebagai orang tua kita mempunyai peran penting akan tugas dan tanggung jawab dalam pendidikan anak. Melalui pertemuan kita pada malam ini, kita diajak untuk melihat tugas pertama dan utama kita dalam mendidik anak-anak. Menjadi kewajiban orang tualah menciptakan suasana keluarga yang sedemikian dijiwai oleh cinta kasih dan sikap hormat kepada Allah dan orang-orang lain sehingga perkembangan pribadi dan sosial yang utuh. Menjadi orang tua adalah suatu panggilan yang harus dijalankan dengan sepenuh hati agar segala tugas dan tanggung jawab dalam membina sebuah keluarga Kristiani dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan perintah-Nya. Lagu pembukaan : MB 223 Doa Pembukaan Bapa Yang Maha Kasih, kami bersyukur kepadaMu karena Engkau telah mengumpulkan kami disini untuk bersama-sama belajar meneladan apa yang sudah diajarkan oleh Yusuf dan Maria sebagai orang tua dari Tuhan kami Yesus Kristus. Bimbinglah kami agar dapat membimbing putra dan putrid kami sesuai dengan jalan dan kehendakMu.Semua ini kami serahkan lewat perantaraputra-Mu, Tuhan dan juru selamat kami. Amin b. Langkah Pertama : Pengungkapan pengalaman hidup peserta Mendalami sebuah artikel Familiaris Consortio, artikel 36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
Mengungkapkan kembali isi artikel FC: Pendamping meminta kepada peserta untuk mengungkapkan kembali isi dalam artikel tersebut. Intisari artikel FC art 36 : Familiaris Consortio, artikel 36 menguraikan tentang tugas untuk memberikan pendidikan kepada anak berakar dalam panggilan utama orang-orang yang menikah untuk mengambil bagian dalam karya penciptaan Allah. Orang tua mengemban tugas kewajiban untuk membantu agar pribadi itu sungguh-sungguh mampu hidup sepenuhnya sebagai manuasia. FC mengungatkan bahwa para orang tua mengemban tugas pertama dan utama mendidik anak-anak mereka.menjadi kewajiban orang tualah menciptakan suasana keluarga yang sedemikian dijiwai oleh cinta kasih dan sikap hormat kepada Allah dan orang-orang lain sehingga perkembangan pribadi dan sosial yang utuh dapat dipupuk di antara anak-anak. Maka keluarga adalah sekolah pertama demi keutamaan-keutamaan sosial yang dibutuhkan oleh setiap masyarakat. Hak dan kewajiban orang tua untuk memberi pendidikan adalah hal yang esensial, sebab berhubungan dengan hal meneruskan hidup manusia. Ciri khas dari peranan mendidik yang diemban oleh orang tua, yakni cinta kasih orang tua, yang akan terpenuhi dalam tugas mendidik itu bila menggenapi dan menyempurnakan pelayanannya kepada kehidupan: di samping sebagi sumber, cinta kasih orang tua juga merupakan asas penjiwa dan dengan demikian merupakan kaidah atau norma yang mengilhami dan membimbing seluruh kegiatan konkret pendidikan, sambil memperkayanya dengan nilai-nilai kelembutan, kemantapan, merupakan buah cinta kasih yang paling berharga. Dalam perkawinan, sepasang suami-istri juga dipercayakan oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
masyarakat untuk mempersiapkan generasi umat manusia yang lebih dari generasi sebelumnya. Pengungkapan Pengalaman : peseta diajak untuk mendalami artikel tersebut dengan tuntunan beberapa pertanyaan berikut:
Ungkapan manakah yang menunjukkan tanggung jawab sebagai orang tua dalam artikel ini?
Sikap-sikap tanggung jawab apa saja yang dapat dipetik dari artikel tersebut dalam upaya pendidikan iman anak?
Apa arti tanggung jawab dalam pendidikan iman anak dalam artikel tadi?
Peserta diajak untuk secara pribadi mencari sendiri dan menemukan pesan inti artikel tersebut sehubungan dengan jawaban ketiga pertanyaan di atas. Penjelasan dari FC, art.36 dan menghubungkan dengan tanggapan peserta dalam hubungan dengan tema dan tujuan. Tugas untuk memberikan pendidikan berakar dalam panggilan utama orang-orang yang menikah untuk mengambil bagian dalam karya penciptaan Allah: dengan memperanakkan dalam kasih dan untuk kasih seorang pribadi baru yang di dalam dirinya mempunyai panggilan untuk tumbuh dan berkembang. Orang tua justru oleh karena kenyataan itu mengemban tugas kewajiban untuk membantu agar pribadi itu sungguh-sungguh mampu hidup sepenuhnya sebagai manusia. Maka, orang tua harus diakui sebagai pendidik, yang pertama dan terutama bagi anak-anak mereka. Peranan mereka sebagai pendidik sedemikian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
menentukan
sehingga
hampir
tidak
ada
suatu
apapun
yang
dapat
menggantikannya. Menjadi kewajiban orang tualah menciptakan suasana keluarga yang sedemikian dijiwai oleh cinta kasih dan sikap hormat kepada Allah dan orangorang lain sehingga perkembangan pribadi dan sosial yang utuh dapat dipupuk di antara anak-anak. Hak dan kewajiban orang tua untuk memberikan pendidikan adalah hal yang esensial.Sebab berhubungan dengan hal meneruskan hidup manusia. Pada ciri-ciri khas itu dapat ditambahkan dan tidak boleh dilupakan unsure paling mendasar, sedemikian mendasar sehingga memberi ciri khas dari peranan mendidik yang diemban oleh orang tau, yakni cinta kasih orang tua, yang akan terpenuhi dalam tugas mendidik itu bila menggenapi dan menyempurnakan pelayanannya kepada kehidupan: di samping sebagai sumber, cinta kasih orang tua juga merupakan asas penjiwa dan dengan demikian merupakan kaidah atau norma yang mengilhami dan membimbing seluruh kegiatan konkret pendidikan, sambil memperkayanya dengan nilai-nilai kelembutan, kemantapan, merupakan buah cinta kasih yang paling berharga. Dalam perkawinan Katolik, anak merupakan suatu karunia yang luhur dalam perkawinan. Orang tua mempunyai tugas untuk menyalurkan hidup secara manusiawi serta mendidik anak, yang harus dipandang sebagai perutusan dari Allah. Mereka menunaikan tugas mendidik anak dengan penuh tanggung jawab, penuh taat pada Allah untuk membentuk pendirian anak yang dewasa dengan memperhatikan kesejahteraan anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
c. Langkah Kedua : Mendalami Ungkapan Pengalaman Hidup Peserta Peserta diajak untuk merefleksikan sharing pengalaman atau cerita di atas dengan di bantu pertanyaan sebagai berikut:
Bagaimana cara kita menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai orang tua bagi anak-anak kita demi perkembangan imannya?
Arah Rangkuman: Sebagai orang tua, kita mengemban tugas pertama dan utama dalam mendidik dan membimbing anak-anak. Menjadi kewajiban kita sebagai orang tua untuk menciptakan suasana keluarga dijiwai oleh cinta kasih. Dalam situasi jaman yang terus berkembang, banyak persoalan dan tantangan bagi kita sebagai orang tua dalam pendampingan anak, khususnya di sini bagi kita di lingkungan Santo Carolus Borromius Margomulyo. Marilah kita sebagai orang tua untuk semakin memperhatikan perkembangan dan pertumbuhan anak kita. Sebagai orang tua dengan perbedaan yang ada, kita bertanggung jawab atas pendidikan dan perkembanganiman anak-anak kita dengan meluangkan waktu demi anak dan tidak lupa memperhatikan pendampingan anak agar kelak menjadi orang yang beriman. d. Langkah Ketiga : Menggali Pengalaman Iman Kristiani Salah seorang peserta dimohon untuk membacakan perikop langsung dari Kitab Suci, Injil Lukas 2:22-35, 39-40 Yesus Di Sunat dan Diseahkan Kepada Tuhan - Simeon dan Hana 22
dan ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka
membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkanNya kepada Tuhan, 23 seperti ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
tertulis dalam hukun Taurat: “semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah”,
24
dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan
dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor burung merpati. 25
Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon, ia seorang yang benar dan saleh
yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya.26 dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan. 27Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang tuaNya untuk melakukan kepadaNya apa yang ditentukan hukum taurat, itu dan menatangNya sambil memuji Allah katanya:
29
28
ia menyambut Anak
“sekarang, Tuhan biarlah
hambaMu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firmanMu. mataku telah melihat keselamatan yang dari padaMu, sediakan di hadapan segala bangsa,
32
31
30
Sebab
yang telah Engkau
yaitu terang yang menjadi penyataan bagi
bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umatMu, Israel.”
33
Dan bapa
serta ibuNya amat heran akan segala apa yang dikatakan tentang Dia.
34
Lalu
Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu: “sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan, 35 dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang”.
39
Dan setelah selesai semua yang harus
dilakukan menurut hukum Tuhan, kembalilah mereka ke kota kediamannya, yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
kota Nasaret di Galilea.
40
Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh
hikmat, dan kasih karunia Allah ada padaNya. Peserta diberi waktu sebentar untuk hening sejenak sambil secara pribadi merenungkan dan menanggapi pembacaan kitab suci dengan dibantu beberapa pertanyaan sebagi berikut:
Ayat mana yang menunjukkan Yusuf dan Maria menjalankan tugas mereka sebagai orang tua?
Sikap yang bagaimana yang ingin ditunjukkan oleh Yusuf dan Maria sebagi orang tua?
Peserta diajak untuk menafsirkan isi dari bacaan Kitab Suci pada Injil Lukas 2:22-38, 39-40, dan menghubungkan dengan tanggapan peserta dalam hubungannya dengan tema dan tujuan berikut: Ayat 22, 23 dan 24 berbicara tentang Yusuf dan Maria yang membawa Yesus ke Bait Allah. Dalam hukum Taurat, anak sulung laki-laki dianggap milik Allah dan ia harus dikuduskan. Dalam upacara pentahiran, hukum tidak mengharuskan anak dibawa serta tetapi dapat ditebus dengan membayar ke Bait Suci.Tetapi Yusuf dan Maria membawa Yesus karena upacara pentahiran merupakan upacara penyucian.Upacara tersebut diiringi dengan persembahan kurban dan mereka mempersembahkan sepasang burung tekukur dan dua ekor anak merpati seperti yang tertulis dalam hukum Tuhan bagi orang yang miskin. Pada ayat 34, Simeon memberkati Yusuf dan Maria karena Allah mengikutsertakan mereka dalam karyaNya. Dalam ayat ini Simeon mengatakan bahwa karya Yesus akan menimbulkan dua hal yang saling bertentangan. Dua hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
tersebut menjadi suatu hubungan Yesus dengan kalangan bangsa Yahudi dan menjadi suatu tanda keselamatan bagi banyak orang Israel jika mereka percaya kepada Allah. Dan pada ayat 39 dan 40 setelah semua ritual selesai dilakukan, Yesus menjadi semakin kuat dan besar karena ia telah dipersatukan dengan BapaNya dan kabar tentang Yesus telah menyebar keseluruh kota. e. Langkah keempat : Menerapkan Iman Kristiani dalam Situasi Hidup Konkrit Peserta. Pengantar Dari bacaan tadi, kita telah melihat dan mengetahui bahwa Yusuf dan Maria membawa Yesus kepada Allah.Mereka memperkenalkan tradisi yang sudah tertulis oleh hukum Taurat dan membawaNya ke Bait Allah untuk diserahkan kepada Allah. Mereka menjalankan apa yang sudah menjadi tanggungjawab mereka sebagi orang tua. Dalam hidup sehari-hari, bapak dan ibu sebagai orang tua dapat menerapkan apa yang dilakukan oleh Yusuf dan Maria lewat nilai-nilai positif yang dapat bapak dan ibu terapkan dalam keluarga yang diawali lewat kata-kata, sikap, perbuatan agar hubungfan antra anggota keluarga dengan Allah dapat terwujud dalam kehidupan keluarga bapak dan ibu. Sebagai bahan refleksi kita, agarkita semakibn mampu menghayati tugas dan tanggungjawab sebagai orang tua, marilah kita mencoba merenungkan pertanyaan-pertanyaan di bawah ini:
Berdasarkan sikap Yusuf dan Maria, apa yang membuat bapak dan ibu semakin disadarkan dan diteguhkan dalam menjalani panggilan sebagai orang tua?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
Saat hening untuk merefleksi sejenak pertanyaan tersebut, dan peserta diberi kesempatan untuk mengungkapkan hasil renungannya tersebut. Arah rangkuman penerapan pada situasi peserta: Yusuf dan Maria telah menunjukkan dan memberikan teladan bahwa sebagai orang tua mereka memperkenalkan tradisi hukum yang mereka anut dan tetap berpegang teguh pada apa yang harus mereka lakukan walaupun tidak diharuskan. Sikap Yusuf dan Maria yang sabar dan iklas merupakan perwujudan dari panggilan mereka sebagai orang tua dari anak yang telah dikuduskabn oleh Allah sejak Ia masih dalam kandungan. f. Langkah Kelima : Mengusahakan Suatu Aksi Konkret Pengantar Bapak dan ibu yang terkasih dalam Kristus, dari awal kita sudah belajar dari Familiaris Consortio, dimana orang tua mengemban tugas dan tanggung jawab dari Allah untuk mendidik dan mengasuh anak menjadi generasi baru. Cinta kasih dalam perkawinan digenapi dengan cinta kasih orang tua pada anak dan terpenuhi dalam mendidik keturunan.Kita juga belajar untuk mengemban tugas pertama dan utama dalam mendidik anak-anak kita.Menjadi kewajiban orangtualah menciptakan suasana keluarga yang sedemikian dijiwai oleh cinta kasih. Kita juga belajar dan dapat meneladani sikap Yusuf dan Maria yang dengan sepenuh hati dan rasa tanggungjawab menjalankan tugas panggilan mereka sebagai orang tua.Kita telah bersama-sama menyadari bahwa sebagai orang tua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
kita memiliki tugas dan tanggungjawab yang penting dalam menjaga dan melindungi anggota keluarga terutama anak-anak dari pengaruh buruh dan memiliki tanggungjawab yang besar dalam memberikan pendidikan iman dan pendidikan yang lainnya dalam keluarga agar anak dapat berkembang dengan maksimal dan kuat dalam menghadapi lingkungan di luar keluarga. Semoga kita semakin meningkatkan kesadaran ini dan melaksanakan dengan sungguh-sungguh dalam hidup nyata. Marilah sekarang kita memikirkan niat dan tindakan apa yang perlu kita buat agar kita semakin mampu menjalani tugas dan tanggungjawab kita sebagai orang tua. Mengambil keputusan baru berupa rencana konkret yang bias diwujudkan dalam hidup nyata sebagai buah konkret dari proses SCP dari awal hingga akhir. Peserta diberi pertanyaan panduanb untuk membantu membuat niat.
Pendampingan seperti apa yang akan bapak dan ibu laksanakan selajutnya dalam keluarga?
Pendamping mengajak peserta untuk mendiskusikan keputusan bersama sebagai sikap konkrit yang bisa langsung diwujudkan. g. Penutup Peserta diajak untuk hening sejenak dahulu, merenungkan niat-niat yang telah disampaikan. Kesempatan doa umat secara spontan yang didahului oleh pendamping dengan menghubungkan akan kebutuhan dan situasi peserta. Doa umat tersebut disusul oleh peserta yang ingin mengungkapkan doanya. Doa permohonan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
diakhiri dengan doa Bapa Kami dan doa penutup oleh peserta. Kemudian peserta diajak untuk menyanyikan lagu: MB No. 191
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Pendampingan iman bagi keluarga di Paroki pada umumnya, dan di Stasi Santo Thomas pada khususnya sesudah pernikahan kurang diperhatikan oleh Gereja, kenyataannya dalam membina hidup berkeluarga pasangan yang sudah memiliki anak sangat membutuhkan pendampingan yang berkelanjutan. Pelaksanaan katekese bagi calon mempelai sudah dilakukan sebelum mereka menikah. Tetapi pendampingan iman sesudah pernikahan kurang diperhatikan oleh Gereja, apalagi setelah menikah mereka menikah mereka memiliki anak. Pendidikan iman anak dalam keluarga merupakan tanggung jawab orang tua tetapi terkadang kedua orangtua mendidik anaknya sebatas pengetahuan mereka saja, seperti mengajarkan berdoa, mengajak ke Gereja, tetapi bagaimana mengajarkan iman (agama) orang tua merasa bahwa di sekolah anak-anak sudah mendapatkannya dalam pendidikan agama. Padahal dengan pendampingan orangtua dalam pendidikan iman anak-anak dapat menjadi dasar dalam penanaman benih-benih kebaikan dalam keluarga, sehingga kepribadian anak juga terbentuk dengan baik. Kesadaran pendampingan terhadap iman anak, di lingkungan Carolus Borromius Margomulyo ini belum sepenuhnya dimiliki oleh para orang tua. Sehingga muncul berbagai masalah sekaligus penghambat bagi para orang tua dalam mendidik iman anak, salah satu yang menjadi penghambat adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
kurangnya waktu untuk berkumpul bersama keluarga. Orang tua yang sibuk mengakibatkan komunikasi serta relasi antar anggota keluarga menjadi berkurang serta tidak adanya jarak antara anak dan orang tua, anak akan lebih nyaman bermain, bercerita dengan teman sebaya dari pada di rumah atau anak lebih suka bermain komputer, Hand Phone, ataupun televisi, karena orang tua sibuk lupa mengingatkan anak untuk berdoa ataupun belajar. Di sisi lain orang tua juga mengakui bahwa pengetahuan agama yang masih kurang, pekerjaan yang menyita banyak waktu, serta faktor lingkungan tempat tinggal, dimana kebanyakkan umat tinggal disituasi yang kebanyakkan masyarakatnya beragama islam. Dengan kesibukan orang tua dan anak-anaknya ini penulis ingin mencoba menyadarkan orang tua bahwa kebutuhan pendidikan iman anak sangat dibutuhkan, sehingga hubungan anak dan orang tua semakin erat, dan dengan penelitian yang dibuat penulis ini memiliki dampak yang baik untuk keluargakeluarga di lingkungan Carolus Borromius Margomulyo, ini juga berdampak pada katekese di lingkungan ini meskipun dampak ini kurang maksimal karena dari hasil penelitian terlihat bahwa peran orang tua untuk pendidikan iman anak dalam keluarga belum maksimal, dengan mengkaji penelitan yang kurang lebih 40 % sampai dengan 50%, disebabkan kesibukan orang tua, kurang pahamnya orang tua tentang pendidikan iman untuk anak. Salah satu hasil penelitian dapat dilihat bahwa orang tua disadarkan akan peran penting sebagai pendidik iman yang utama untuk anak-anaknya. Penulis juga memberikan salah satu program katekese untuk meningkatkan kesadaran akan peran penting orang tua bagi pendidikan iman anak di lingkungan Santo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
Borromius Margomulyo. Program ini penulis buat selama enam kali pertemuan atau enam bulan (satu semester), dengan tujuan agar para orang tua terbuka hatinya dan mengetahui peran mereka bagi pendidikan iman mereka. Maka dari itu penulis mengusulkan kegiatan pendampingan katekese dengan model Shared Christian Praxis (SCP). Usulan program kegiatan tersebut diharapkan menjadi solusi dan tanggapan atas kenyataan yang banyak terjadi, di mana para orang tua semakin menyadari pentingnya peran mereka dalam memberikan pendidikan iman bagi anak-anak yang sudah dipercayakan Tuhan kepada mereka. Dengan adanya katekese SCP merupakan salah satu bentuk katekese alternatif dari katekese yang bertolak dari pengalaman hidup, yang sifatnya dialogis partisipatif dengan tujuan mendorong peserta mengkomunikasikan antara hidup peserta dengan hidup Kristiani sehingga mampu untuk mengambil keputusan baik secara pribadi maupun bersama. Pendampingan ini dilaksanakan dalam bentuk katekese karena didalam katekese dimungkinkan adanya komunikasi iman atau tukar menukar pengalaman iman dalam dialog yang terbuka. Dialog yang terjadi dalam pertemuan katekese akan menimbulkan sikap terbuka, percaya dan saling menghargai yang dapat meneguhkan iman peserta. Iman yang diteguhkan dalam pertemuan katekese hendaknya semakin diperkembangkan dan disempurnakan dalam pengalaman konkret peserta . dengan demikian secara terus menerus peserta semakin disempurnakan dalam kehidupan imannya, sehingga akan terus berkembang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
B. SARAN Berdasarkan beberapa kesimpulan diatas, penulis ingin menyampaikan beberapa saran sebagai buah refleksi penulis selama ini, bagi umat di lingkungan Carolus Beromius Margomulyo stasi Santo Thomas Seyegan. Kebutuhan pendampingan iman bagi anak-anak dilingkungan ini cukup besar, penulis menyarankan untuk diadakan sekolah minggu lingkungan, agar anak-anak terbantu perkembangan imannya. Untuk pengurus lingkungan untuk memfasilitasi kegiatan sekolah minggu ini agar lingkungan juga memiliki penerus (regenerasi), serta memberi wadah untuk anak-anak mudanya agar mereka mau terlibat dalam kegiatan lingkungan maupun Gereja. Penulis juga menyarankan diadakan rekoleksi bagi keluarga yang bertemakan peran orang tua di dalam keluarga agar para orang tua dapat lebih menyadari dan menghayati tugas dan tanggungjawabnya dalam memberikan pendidikan dan pendampingan iman bagi anak-anak secara terus menerus di dalam keluarga. Bagi seksi pewartaan iman di lingkungan berhubung katekese model SCP dapat membantu keluarga agar semakin mampu mengungkapkan imannya dalam tindakkan dan sikap hidup nyata, maka katekese model SCP perlu diperhatikan atau dapat dipakai. Selain itu juga perlu diadakan kaderisasi bagi para katekis baik di lingkungan maupun di Gereja dengan tema mengenai tugas dan tanggung jawab orang tua agar para katekis semakin memiliki kemampuan dan wawasan dalam mendampingi pasangan suami istri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
Penulis berharap agar pemikiran yang penulis sumbangkan dapat memberikan inspirasi dalam usaha meningkatkan kualitas pendampingan iman anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
DAFTAR PUSTAKA Agus Rukiyanto, B. SJ (2012). Pewarta di Zaman Global. Yogyakarta:Kanisius Alkitab Deuterokanonika. (2010). Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia dan Lembaga Biblika Indonesia Allen Selly, Judith. (1982). Kebutuhan Rohani Anak. Bandung: Yayasan Kalam Hidup Bambang Hendarto Y, L. (2006). Pedoman Penulisan Skripsi. Yogyakarta: Prodi IPPAK. BR.Agung Prihartana,MSF. (2008). Pendidikan Iman Anak dalam Keluarga Kawin Campur Beda Agama. Yogyakarta: Kanisius Caroline, Sr, ADM., dkk (1985). Katekese Keluarga. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Filsafat Kateketik “Pradnyawidya”. Cooke, Bernard. SJ (1972).Iman dan Keluarga – Keluarga Kristen. Yogyakarta: Puskat Dwi Wuryani. (1994). Katekese Keluarga Sebagai Upaya Meningkatkan Peranan Orang Tua Dalam Pendidikan Iman Anak Dalam Keluarga Di Lingkungan St. Yosep Benedictus Paroki Kotabaru Yogyakarta. Skripsi Egong, Albertine, Sr, OSU. (1983). Katekese Keluarga. Seri Pastoral 85. Yogyakarta: Pusat Patoral Gereja Katolik Santo Thomas Stasi Seyegan Paroki Santo Yoseph Medari. (2013). From GALAU to be WISE, Peringatan 25 Tahun Pemberkatan Gereja ST. Thomas, Seyegan. Manuskrip yang diterbitkan dalam rangka peringatan 25 tahun Pemberkatan Gereja ST. Thomas Seyegan Paroki Santo Yoseph Medari, 19 Juni 2013. Goretti Sugiarti, M, Sr, AK (1999). Pendampingan Iman Anak. FIPA-Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Manuskrip Groome, Thomas H. (1997). Shared Christian Praxis: Suatu Model Berkatekese. (F.X. Heryatno Wono Wulung, Penyadur). Yogyakarta: Lembaga Pengembangan Kateketik Puskat. ( Buku asli diterbitkan 1991). Hardawiryana, R. SJ (2013). Dokumen Konsili Vatikan II. Jakarta: Obor Hartono H., MSF. (2015). Orangtua Sebagai Pendidikan Pertama dan Utama. EDUCARE, 12. hh 8 – 9. Hurlock, Elizabeth, B. (1991). Perkembangan Anak jilid 1. Jakarta: Erlangga __________________ (1989).Perkembangan Anak jilid 2. Jakarta : Erlangga I Ketut Adi hardana, Timottius, Dr, MSF (2010). Kursus Persiapan Perkawinan. Jakarta: Obor Kartini Kartono, Dra. (1992). Peran Keluarga Memandu Anak. Jakarta: Rajawali. _________________ (1985). Mengenal Dunia Kanak- Kanak. Jakarta: Rajawali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
Konsili Vatikan II. (2011). Familiaris Consortio. (R. Hardawirjana, penerjemah). Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI (dokumen asli diterbitkan tahun 1981). Marianus Telaumbanua, Dr. OFMcap (2005). Ilmu Kateketik Hakikat, Metode, dan Peserta Katekese Gerejani. Jakarta : Obor Nota Pastoral Menjadi Keluarga Basis Hidup Beriman Dewan Karya Pastoral Keuskupan Agung Semarang. (2007). Niken Pratiwi. (2014). Sumbangan Katekese Keluarga Terhadap Peningkatan Kesadaran Akan Peran Penting Orang Tua Bagi Pendidikan Iman Anak Di Lingkungan Santo Yusuf Gemuruh Paroki ST. Martinus Weleri. Skripsi Prasetya, L. Pr (2006). Panduan Menjadi Katolik. Yogyakarta: Kanisius ____________ (2008). Dasar – Dasar Pendampingan Iman Anak. Yogyakarta: Kanisius ____________ (2014). Allah Memberkati Hidup Berkeluarga. Yogyakarta: Kanisius Pudjiono Oetomo, M.L (2007). Pendidikan Anak di Rumah di Bidang Iman. Komisi Pendampingan Keluarga KAS Rose Mini Priyanto, A, Dr (2003). Perilaku Anak Usia Dini. Yogyakarta:Kanisius Seri Dokumen Gerejawi Edisi Khusus (1999). Ajaran Sosial Gereja Tahun 1891 – 1991. ( R. Hardawiryana, penerjemah). Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI (dokumen asli diterbitkan Librerian Editrice Vaticana). Setyakarjana, J.S. SJ (1997).Kateketik Pendidikan Dasar. Pusat Kateketik Yogyakarta. Manuskrip __________________ (1997). Arah Katekese di Indonesia. Pusat Kateketik Yogyakarta. Manuskrip Soepartinah Pakasi, Dr (1981). Anak dan Perkembangannya. Jakarta:Gramedia Stanislaus Nugroho (2014). Pendidikan Iman Anak. Kana, IX. hh 10 – 11 Suharsimi Arikunto, Prof, Dr. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka cipta Sumarno Ds., M. (2013). Praktek Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama katolik untuk Mahasiswa Semester VI. Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguguran dan Ilmu Pendidikan Universitas Sana Dharma Yogyakarta. Manuskrip. Team Pembina Persiapan Berkeluarga. Pembina Persiapan Berkeluarga. Delegatus Komunikasi Sosial KAS Yogyakarta Tim Publikasi Pastoral redemptorist. (2001). Menjadi Keluarga Katolik sejati. Yogyakarta: Kanisius
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI