ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN KREDIT MACET PADA KREDIT USAHA PERDESAAN ( KUPEDES ) YANG TERKAIT SEKTOR AGRIBISNIS (Kasus PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk Unit Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)
SKRIPSI
Rusdani Hasibuan A14104610
PROGRAM SARJANA EKTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
RINGKASAN RUSDANI HASIBUAN. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kredit Macet Pada Kredit Usaha Pedesaan (Kupedes) Yang Terkait Sektor Agribisnis. Kasus PT. Bank Rakyat Indonesia,Tbk Unit Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. (di bawah bimbingan NETTI TINAPRILLIA) BRI Unit Cijeruk sebagai lembaga perantara keuangan pedesaan telah menjalankan fungsinya melalui penyaluran Kupedes pada masyarakat. Pencapaiaan penyaluran kredit BRI Unit Cijeruk cenderung berfluktuasi. Pada tahun 2000 penyaluran kredit melebihi target anggaran, namun pada tahun-tahun berikutnya BRI Unit Cijeruk tidak mampu mencapai target. Penurunan pencapaian penyaluran kredit tersebut diduga karena ketidaklancaran pengembalian kredit. Pada tahun 2008 jumlah nasabah Yang mengalami penuggakan kredit usaha pedesaan di BRI Unit Cijeruk mengalami peningkatan sebesar 9,7 persen yaitu dari 149 orang menjadi 165 orang. Pada gambar I terlihat perkembangan jumlah penunggak kupedes BRI unit Cijeruk dari tahun 2004 sampai 2008. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi debitur untuk mengembalikan tunggakan Kupedes ( kredit macet ) adalah usia, pendidikan, tanggungan keluarga, jumlah pembinaan, jarak rumah debitur dengan BRI, pengalaman usaha, jangka waktu pengembalian kredit, beban bunga, dan omset usaha. Variabel respon dalam hal ini terdiri dari dua alternatif pilihan yaitu debitur yang masih dapat mengangsur tunggakan Kupedes (1) dan Debitur yang tidak dapat mengangsur tunggakan (o). Pada tingkat kepercayaan 90 persen (α = 0,10), nilai uji G untuk model regresi logistik ini adalah 48,535 dengan nilai P = 0,000. Hal ini berarti tolah H0 atau minimal ada satu nilai βi tidak sama dengan nol. Dapat disimpulkan bahwa minimal satu di antara variabel usia, tingkat pendidikan, tanggungan keluarga, jumlah pembinaan, pengalaman usaha, jangka waktu pengembalian kredit, beban bunga, jarak rumah debitur dengan BRI, omset usaha, nilai agunan dan pengalaman kredit berpengaruh nyata terhadap pengembalian tunggakan Kupedes ke BRI Unit Cijeruk. Dari hasil pengolahan dengan menggunakan regresi logistik dapat diketahui variabel-variabel yang berpengaruh nyata (signifikan) dan yang tidak berpengaruh nyata (tidak signifikan) terhadap pengembalian tunggakan Kupedes. Identifikasi variabel yang signifikan dapat dilihat dari nilai P dari variabel yang bersangkutan. Jika nilai P suatu variabel lebih kecil dari 10 persen (P < 0,10) maka variabel tersebut berpengaruh nyata terhadap pengembalian Kupedes. Demikian juga sebaliknya, jika nilai P suatu variabel lebih besar dari 10 persen (P > 0,10) maka variabel tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap pengembalian Kupedes. Variabel-variabel signifikan yang memiliki pengaruh nyata terhadap pengembalian tunggakan Kupedes pada BRI Unit Cijeruk adalah varibel Usia, variabel tingkat pendidikan dan variabel nilai agunan. Hal ini dapat dilihat dari nilai P dari variabel-variabel tersebut yaitu 0,079, 0,081 dan 0,060 dimana nilai masingmasing variabel tersebut lebih kecil dari 10 persen ( P < 0,10 ), Sedangkan variabel independent yang tidak signifikan pengaruhnya dimana nilai P dari masing masing variabel lebih besar dari 10 persen ( P>0,10 ) yaitu jumlah
tanggungan keluarga, pembinaan, jarak rumah dengan BRI Unit, pengalaman usaha, jangka waktu pengembalian kredit, beban bunga, omzet usaha dan pengalaman kredit. Koefisien variabel usia dari hasil regresi logistik adalah negatif, artinya bertambahnya usia responden menyebabkan responden semakin tidak lancar dalam pengembalian tunggakan Kupedes. Hal ini mematahkan hipotesis awal yang menyatakan bahwa usia memiliki pengaruh positif terhadap peluang pengembalian kredit. Semakin tua usia responden membuat responden semakin tidak produktif dalam mengembangkan usahanya sehingga pendapatannya tidak mencukupi untuk membayar kewajibannya terhadap pihak BRI Unit Cijeruk. Hubungan variabel usia adalah signifikan karena nilai P variabel usia lebih kecil dari 10 persen ( P < 0,10 ). Nilai P variabel usia tersebut sebesar 0,079 sehingga cukup bukti untuk mengatakan bahwa usia berpengaruh nyata terhadap pengembalian tunggakan Kupedes. Hal ini berarti usia debitur memberikan pengaruh pada pengembalian Kupedes BRI. Nilai odd ratio untuk variabel usia sebesar 0,39 menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan untuk peluang pengembalian tunggakan Kupedes bila terdapat perbedaan usia. Variabel tingkat pendidikan dari hasil regresi logistik memiliki nilai koofisien yang negatif, artinya semakin tingginya tingkat pendidikan responden menyebabkan responden semakin tidak lancar dalam pengembalian tunggakan kupedes. Hal ini mematahkan hipotesis awal bahwa tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap peluang pengembalian kredit. Semakin tinggi tingkat pendidikan menyebabkan responden semakin mengerti dan memahami tentang sistem perkreditan sehingga responden mencari celah untuk menunggak kewajibannya terhadap pihak BRI Unit Cijeruk. Hubungan variabel tingkat pendidikan signifikan karena nilai P variabel tingkat pendidikan lebih kecil dari 10 persen (P < 0,10). Nilai P variabel tingkat pendidikan tersebut adalah sebesar 0,081 sehingga cukup bukti untuk menyatakan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh nyata terhadap tingkat pengembalian tunggakan kupedes. Walaupun variabel tingkat pendidikan signifikan, tetapi jika dilihat dari nilai odd ratio untuk variabel tersebut yaitu sebesar 0,09 menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan untuk peluang pengembalian kredit bila tingkat pendidikan responden berbeda, karena nilai odd ratio jauh dari 1. Hasil analisis regresi logistik untuk variabel nilai agunan memiliki koefisien bernilai positif, artinya semakin besar nilai agunan responden menyebabkan responden semakin lancar dalam pengembalian tunggakan Kupedes. Hal ini sejalan dengan hipotesis awal bahwa nilai agunan berpengaruh positif terhadap pengembalian kredit. Hubungan variabel nilai agunan signifikan karena nilai P variabel nilai agunan kurang dari 10 persen ( P > 0,10 ) yaitu 0,060. Hubungan antara variabel nilai agunan dengan pengembalian tunggakan Kupedes dilihat dari nilai odds ratio untuk nilai agunan adalah 1,00. Nilai tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan untuk peluang pengembalian tunggakan Kupedes bila omset usaha responden berbeda, karena odd ratio adalah 1
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN KREDIT MACET PADA KREDIT USAHA PERDESAAN ( KUPEDES ) YANG TERKAIT SEKTOR AGRIBISNIS (Kasus PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk Unit Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)
Rusdani Hasibuan A14104610
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian-Institut Pertanian Bogor
PROGRAM SARJANA EKTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
Judul Skripsi
: Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit Macet
Pada Kredit Usaha
Perdesaan (Kupedes) yang terkait Sektor Agribisnis (Kasus PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk Unit Cijeruk, Kota Bogor, Jawa Barat) Nama
: Rusdani Hasibuan
NRP
: A14104610
Disetujui, Pembimbing
Ir. Netti Tinaprillia, MM. NIP. 19690410 199512 2 001
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian.
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 19571222 198203 1 002
Tanggal Lulus Ujian
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul ”Analisis Faktorfaktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit Macet Pada Kredit Usaha Perdesaan (KUPEDES) yang terkait Sektor Agribisnis (Kasus PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk Unit Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini.
Bogor, Maret 2010
Rusdani Hasibuan A14104610
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Lampung pada 2 Juni 1983, sebagai anak kedua dari empat bersaudara pasangan Bapak R. Hasibuan S.Pd. dan Ibu T. Nainggolan. Penulis bernama Rusdani Hasibuan. Dalam bidang pendidikan, penulis telah menempuh jenjang pendidikan SD Negeri I Pesisir Tengah KRUI Lampung Barat selesai pada tahun 1995, pendidikan SMP Negeri 2 Pesisir Tengah KRUI Lampung Barat pada tahun 1998, kemudian penulis melanjutkan pendidikan menengah atas di SMU Negeri I Pesisir Tengah KRUI Lampung Barat dan selesai pada tahun 2001. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2001 sebagai mahasiswa program diploma 3 program studi manajemen agribisnis departemen sosial ekonomi pertanian fakultas pertanian dan selesai pada tahun 2004. Tahun 2005, penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Selama menempuh pendidikan S1, penulis juga bekerja di PT. Mandala Multifinance Tbk Cabang Bogor sebagai credit analyst dan sejak tahun 2008 penulis menjabat sebagai Koordinator Kredit Pembiyaan Multiguna pada perusahaan yang sama.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas kehendak dan segala rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit Macet Pada Kredit Usaha Perdesaan (Kupedes) yang terkait Sektor Agribisnis (Kasus PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk Unit Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pola pengembalian kredit usaha perdesaan sektor agribisnis di BRI Unit Cijeruk, khususnya terhadap pengembalian kredit macet dengan menggunakan analisis regresi logistik. Penulis mengharapkan skripsi ini dapat memberikan manfaat serta masukan bagi berbagai pihak terutama bagi BRI Unit Cijeruk dalam mempertimbangkan pemberian kredit bagi calon debitur.
Bogor, Maret 2010 Rusdani Hasibuan
UCAPAN TERIMA KASIH
Selama penulisan skripsi ini, penulis banyak kesulitan dan rintangan yang harus dihadapi, namun berkat kemurahan Tuhan Yang Maha Esa, penulis senantiasa menerima petunjuk, bimbingan, dorongan moril, dan semangat dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan tulus, ikhlas, dan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang turut berperan dalam penyelesaian skripsi ini, antara lain : 1. Tuhan Pencipta Alam semesta, atas Kasih dan Rahmat yang digoreskan dalam kehidupanku. 2. Ir. Netti Tinaprilia, MM sebagai dosen pembimbing pada penulisan skripsi ini. 3. Para dosen dan seluruh staf pekerja di Institut Pertanian Bogor. 4. Papa dan mama, teruntuk abang dan adik-adikku, terimakasih atas kasih dan dukungannya. Juga untuk semua sanak saudaraku yang peranannya sangat besar dalam penyelesaian skripsi ini. 5. Pimpinan dan karyawan BRI Unit Cijeruk serta seluruh responden nasabah BRI Unit Cijeruk yang telah bersedia memberikan informasi dan kerjasama yang baik. 6. Teman-teman mahasiswa Ekstensi MAB, dan rekan lainnya yang turut memberikan semangat dan dukungan 7. Terima kasih juga kepada mereka yang selalu mendukung menjadi sarjana yang belum disebut satu per satu. Semoga Tuhan Menbalas semua kebaikan ini.
Bogor, Maret 2010 Rusdani Hasibuan
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI ...........................................................................................
i
DAFTAR TABEL ....................................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................
iv
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................
v
I
PENDAHULUAN ......................................................................... 1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1.2 Perumusan Masalah ................................................................. 1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 1.4 Manfaat Penelitian ................................................................... 1.5 Ruang Lingkup...........................................................................
1 1 4 6 6 7
II
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................
8
III
KERANGKA PEMIKIRAN .......................................................... 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ................................................... 3.2.Bank dan Kredit ....................................................................... 3.2.1 Pengertian Bank .............................................................. 3.2.2 Fungsi Bank ..................................................................... 3.3 Pengertian Kredit ..................................................................... 3.3.1 Arti Kredit ....................................................................... 3.3.2 Unsur-Unsur Kredit ......................................................... 3.4.Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) BRI .................................. 3.3.1 Pengertian Kupedes ......................................................... 3.3.2 Jenis Kupedes .................................................................. 3.3.3 Syarat-syarat Calon Nasabah Kupedes ........................... 3.3.4 Agunan Kupedes ............................................................. 3.3.5 Manfaat Kredit ................................................................ 3.3.6 Prinsip Penilaian Kredit .................................................. 3.4 Usaha Mikro Kecil dan Menengah ......................................... 3.5 Kerangka Pemikiran Operasional ........................................... 3.6 Hipotesis Penelitian .................................................................
1 15 17 17 17 18 18 20 21 21 23 24 26 27 28 30 33 37
IV
METODE PENELITIAN ............................................................... 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... 4.2 Jenis dan Sumber Data ............................................................. 4.3 Metode Pengambilan contoh ....................................................
38 38 38 38
i
4.4 Metode Pengolahan Data ......................................................... 4.4.1 Analisis Deskriptif .......................................................... 4.4.2 Analisis Regresi Logistik ................................................ 4.5 Definisi Operasional .................................................................
39 39 40 42
V
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ........................... 5.1 Gambaran Umum BRI Unit Cijeruk ........................................ 5.2 Karakteristik Usaha Responden ...............................................
43 43 47
VI
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENGEMBALIAN KUPEDES PADA BRI UNIT CIJERUK ........................................................................................ 49 6.1 Hubungan Karakteristik Individu dan Karakteristik Usaha Dengan Peluang pengembalian Tunggakan Kupedes Pada BRI Unit Cijeruk ............................................................................. 49 6.1.1 Peluang Pengembalian Tunggakan Kupedes pada BRI Unit Cijeruk Berdasarkan Karakteristik Individu Responden 49 6.1.2 Peluang Pengembalian Tunggakan Kupedes Pada Bank Rakyat Indonesia Unit Ciomas Berdasarkan Karakteristik Usaha Responden .......................................................... 54 6.2 Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Pengembalian Tunggakan Kupedes pada BRI Unit Cijeruk .... 57 6.3 Implikasi Manajerial ................................................................. 64
VII KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 7.1 Kesimpulan ............................................................................... 7.2 Saran ..........................................................................................
66 66 67
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
69
LAMPIRAN ...........................................................................................
71
ii
DAFTAR TABEL
Nomor
.
Halaman
1.
Penyaluran Kredit Perbankan Tahun 2003-2008 ................
1
2.
Pencapaian Penyaluran Kupedes BRI Unit Cijeruk Tahun 2002-2007 .................................................................
4
Karakteristik Individu Penunggak Kupedes Bank Rakyat Indonesia Unit Cijeruk ..........................................................
45
Karakteristik Usaha Penunggak Kupedes Bank Rakyat Indonesia Unit Cijeruk ........................................................
47
5.
Sebaran Responden Berdasarkan Usia ................................
50
6.
Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ........
51
7.
Sebaran Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga 52
8.
Sebaran Responden Berdasarkan Pembinaan ......................
53
9.
Sebaran Responden Berdasarkan Jarak Rumah ..................
53
10.
Sebaran Responden Berdasarkan Pengalaman Usaha ..........
54
11.
Sebaran Responden Berdasarkan Jangka waktu pengembalian kredit ............................................................
55
12.
Sebaran Responden Berdasarkan Beban Bunga ..................
55
13.
Sebaran Responden Berdasarkan Omset Usaha ..................
56
14.
Sebaran Responden Berdasarkan Nilai Agunan ...................
56
15.
Sebaran Responden Berdasarkan Pengalaman kredit .........
56
16.
Hasil Pengolahan Regresi Logistik Mengenai faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Pengembalian Tunggakan Kupedes Pada BRI Unit Cijeruk .........................................
58
3. 4.
iii
DAFTAR GAMBAR
Nomor 1.
Halaman Perkembangan Jumlah Penunggak Kupedes BRI Unit Cijeruk Tahun 2004-2008 .....................................................
5
Pengembalian Pinjaman Berdasarkan Suku Bunga Yang Berlaku .................................................................................
16
3.
Suply dan Demand Pinjaman ................................................
16
4.
Kerangka Pemikiran Operasional .........................................
36
2.
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor 1.
Halaman Hasil Olahan Regresi Logistik ..............................................
71
v
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang sebagian penduduknya bekerja di sektor pertanian. Saat ini keberpihakan pihak-pihak pemodal atau Bank baik pemerintah maupun swasta kurang memberi perhatian dalam membangun pondasi pendanaan bagi berkembangnya sektor di bidang pertanian. Sektor perbankan merupakan bagian lembaga pendukung dalam subsistem agribisnis. Kurangnya dukungan terhadap sektor pertanian khususnya dalam penyediaan pinjaman modal usaha, diduga menjadi salah satu faktor penyebab kurang majunya sektor pertanian yang ada di Indonesia selama ini. Selain itu, ketidaktahuan petani/pengusaha kecil mengenai prosedur peminjaman modal melalui lembaga keuangan membuat sektor pertanian semakin kesulitan dalam memperoleh modal. Pada tahun 2008, kredit perbankan yang telah disalurkan pada dunia usaha termasuk pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) adalah Rp 1.032 miliar. Tabel 1 menyajikan data penyaluran kredit perbankan tahun 2003-2008. Tabel 1. Penyaluran Kredit Perbankan Tahun 2003-2008 (Rp Miliar). No 1 2 3 4 5 6
Sektor Pertanian Pertambangan Perindustrian Perdagangan Jasa-jasa Jasa lain Jumlah
2003 24.376 5.061 123.035 84.257 89.129 112.063 437.921
2004 2005 32.376 35.072 7.73 9.429 143.603 168.13 111.035 129.278 107.858 132511 150.946 198.822 553.548 673.242
2006
2007
37.768 11.128 192.657 147.521 157.164 246.698 792.936
40.464 12.827 217.184 165.764 181.817 294.574 912.631
2008
43.16 14.526 241.711 184.007 206.47 342.45 1.032.324
Sumber : Bank Rakyat Indonesia, 2008 Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa penyaluran kredit pada sektor pertanian jauh lebih kecil dibandingkan dengan sektor lainnya kecuali sektor pertambangan. Dari total penyaluran kredit perbankan pada tahun 2008, hanya 4,2 persen yang disalurkan untuk sektor pertanian. Penyaluran kredit perbankan pada semua sektor secara umum mengalami peningkatan setiap tahun. Pada sektor pertanian, penyaluran kredit perbankan dari tahun 2003 sampai 2008 secara nominal
1
mengalami peningkatan yang signifikan yaitu sebesar 79,82 persen. Pada tahun 2003 penyaluran kredit adalah Rp. 24,3 miliar meningkat menjadi Rp.43 miliar pada tahun 2008. Sesuai data dari BANK INDONESIA (BI), bahwa sekitar 30 juta pelaku usaha kelompok usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) hingga saat ini belum terjangkau kredit Bank. Hal ini didasarkan bahwa nasabah UMKM yang memiliki rekening di Bank hanya sekitar 19 juta nasabah, dari total jumlah UMKM yang mencapai 48 juta, sehingga berimplikasi terhadap belum maksimalnya akses UMKM terhadap perbankan. Untuk merealisasikan dana yang dibutuhkan dalam pengembangan usaha kecil maupun mikro maka diperlukan peranan dari lembaga keuangan, dimana fungsi dari lembaga financial adalah sebagai intermediasi yang menghubungkan peranan perbankan dengan unit-unit usaha mikro, kecil, menengah dan besar dengan cara menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada sektor usaha yang produktif. Melalui fungsi tersebut dana yang tidak produktif diolah menjadi dana yang dapat meningkatkan produktifitas atau profit dari unit-unit usaha. Penghimpunan dana dari masyarakat dilaksanakan dengan cara menyediakan suatu deposito, tabungan, dan kredit sebagai suatu wadah penyaluran dana yang dialokasikan kepada pihak-pihak yang membutuhkan dana. Sejumlah bank, termasuk bank asing, kini memang fokus membidik segmen UMKM. Setelah PT Bank Danamon Tbk membuka Danamon Simpan Pinjam, BTPN, Rabobank, Bank Mega Syariah, dan Bank Mandiri juga makin gencar membuka unit usaha mikronya. Namun Bank tersebut meskipun kuat dalam permodalan dan pendanaan masih cukup sulit untuk menjangkau nasabah-nasabah di pelosok. Salah satu lembaga keuangan yang memiliki perhatian lebih besar terhadap usaha kecil dan mikro serta sektor pertanian adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI). Program unggulan BRI dalam rangka membantu penyediaan modal usaha mikro adalah Kredit Umum Perdesaan (Kupedes). Kupedes disalurkan melalui BRI Unit yang tersebar di desa maupun di kota diseluruh Indonesia agar mudah terjangkau oleh masyarakat dan usaha mikro. Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah salah satu Bank yang memfokuskan pangsa pasarnya pada UMKM. BRI telah mendapatkan penghargaan The Best and
2
The Largest commercial Microfinance Program di dunia. BRI unit telah menjadi benchmark untuk perkembangan commercial microfinance yang berkelanjutan dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip bisnis. Untuk tetap mempertahankan sustainability BRI mempunyai strategi khusus untuk membidik nasabah terutama lapisan bawah. BRI telah diakui secara internasional sebagai salah satu bank terbaik dan sukses dalam pelayanan yang terfokus pada keuangan mikro. Keberhasilan BRI tersebut ditunjang oleh jaringan yang kuat dengan keberadaan sebanyak 4049 BRI Unit pada tahun 2005 telah tersebar dipelosok perdesaan yang khusus melayani nasabah usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Sebanyak 800 kantor unit BRI yang ada sudah melakukan trensaksi secara online. Konsep BRI unit ini dimunculkan pada tahun 1970 dengan dasar pemikiran untuk membantu pemerintah dalam menyelesaikan program kecukupan beras dalam rangka mengatasi masalah kelaparan dan mengurangi kemiskinan. Total kredit BRI untuk UMKM mencapai Rp 10 triliun pada tahun 2003 dan Rp 13 triliun pada tahun 2004, merupakan nilai kredit paling tinggi yang diberikan sebuah Bank kepada sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Salah satu produk dari BRI adalah kredit usaha pedesaan (Kupedes) yang diberikan kepada sektor UMKM. Dalam perjalanannya, kredit yang diberikan BRI melalui Kupedes tidak semuanya lancar. Sebagian para pengusaha kecil ada yang tidak mampu mengembalikan kredit tepat waktu (macet). Manajemen UMKM yang kurang baik dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya kemacetan dalam pengembalian kredit. Menurut Hidayati (2003) pengusaha kecil mempunyai beberapa ciri antara lain umumnya masih belum profesional dan memerlukan bimbingan dalam segala bidang. Mereka biasanya belum atau bahkan tidak memiliki sistem informasi yang tertata dengan baik ataupun teratur, baik yang menyangkut masalah keuangan maupun manajemen. Ciri pengusaha kecil tersebut akan mempengaruhi pengelolaan perputaran uang dalam menjalankan usahanya.
3
1.2 Perumusan Masalah Penyaluran Kupedes oleh BRI dimulai setelah pemerintah menghentikan Bimbingan Massal (BIMAS) pada bulan April 1985. Berdasarkan data Kementerian Negara Urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) tahun 2006, jumlah usaha mikro mencapai 47 juta dan usaha menengah 106.000. Sektor UMKM selama ini belum banyak mendapatkan perhatian dari sisi pemodalan dari pihak perbankan. Hal ini dikarenakan sektor ini tergolong mempunyai resiko tinggi dengan tingkat pengembangan yang rendah sehingga pihak perbankan masih menganggap sektor ini kurang memberikan keuntungan. Pihak perbankan umumnya memandang pembiayaan ke sektor UMKM akan menimbulkan potensi kredit macet yang cukup besar, namun pada kondisi krisis ekonomi ternyata sektor inilah yang tetap bertahan dan justru semakin berkembang Dengan meningkatnya usaha-usaha mikro, kecil dan menengah mengakibatkan tumbuhnya persaingan yang ketat sehingga suatu perusahaan harus memiliki pondasi yang kuat seperti modal yang besar yang dapat digunakan untuk menjalankan perusahaan, serta mengembangkan dan mempertahankan bahkan meningkatkan kualitas produk. BRI Unit Cijeruk sebagai lembaga perantara keuangan pedesaan telah menjalankan fungsinya melalui penyaluran Kupedes pada masyarakat. Pencapaiaan penyaluran kredit BRI Unit Cijeruk cenderung berfluktuasi. Pada tahun 2002 penyaluran kredit melebihi target anggaran, namun pada tahun-tahun berikutnya BRI Unit Cijeruk tidak mampu mencapai target tersebut. Pencapaian penyaluran Kupedes BRI Unit Cijeruk tahun 2002-2007 disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Pencapaian Penyaluran Kupedes BRI Unit Cijeruk Tahun 2002-2007 No Tahun 1 2 3 4 5 6
2002 2003 2004 2005 2006 2007
Realisasi Penyaluran (Rp) 6.003.301.800 6.836.173.450 8.245.695.300 7.947.826.400 9.322.015.450 10.792.183.000
penyaluran (Rp) 5.491.031.000 7.523.124.000 7.994.262.820 9.520.000.000 10.948.866.400 11.373.000.000
Pencapaian (%) 100.93 90.86 103.79 83.45 85.14 94.89
Sumber : BRI Unit Cijeruk, 2008.
4
Penurunan
pencapaian
penyaluran
kredit
tersebut
diduga
karena
ketidaklancaran pengembalian kredit. Pada tahun 2008 jumlah nasabah yang mengalami penuggakan kredit usaha pedesaan di BRI Unit Cijeruk mengalami peningkatan sebesar 9,7 persen yaitu dari 149 orang menjadi 165 orang. Semakin meningktnya jumlah permintaan kupedes, semakin besar resiko yang ditanggung oleh pihak BRI dimana kemungkinan terjadinya penunggakan dalam pembayaran angsuran yang akan mengakibatkan kredit macet (Non Performing loan). Tingginya persentase NPL akan membawa dampak negatif dalam perkembangan BRI, besar maksimal NPL adalah sebesar 3 persen. Di BRI unit Cijeruk NPL pada Oktober 2009 kup tinggi yaitu sebesar 3.5 persen. adanya peningkatan kredit macet, sehingga pihak BRI Unit Cijeruk lebih berhatihati dalam penyaluran kredit.
Gambar I. Perkembangan jumlah penunggak kupedes BRI unit Cijeruk dari tahun 2004 sampai 2008. Sumber : BRI Unit Cijeruk, 2008 Kredit yang telah disalurkan akan mendapat pengawasan dari pihak pemberi kredit. Ada beberapa kemungkinan yang terjadi setelah kredit tersebut disalurkan, yaitu pelunasan kredit, pengajuan tambahan kredit dan kredit yang bermasalah. Kinerja suatu BRI Unit dilihat dari tercapai atau tidaknya target-target yang telah
5
ditetapkan oleh masing-masing BRI Cabang. Target-target yang harus dipenuhi antara lain adalah target jumlah pinjaman, target jumlah simpanan. Besarnya Non Performing Loan (NPL) dan target Laba/Rugi. Non Performing Loan (NPL) adalah kredit yang tidak memberikan penghasilan bagi Bank yang merupakan suatu faktor yang mengindikasikan besarnya tunggakan. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diperoleh perumusan masalah yang akan dibahas berkaitan dengan tingkat pengembalian kupedes BRI unit Cijeruk pada sektor agribisnis adalah: 1. Bagaimana karakteristik nasabah secara umum yang mengalami kemacetan? 2. Apakah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembalian kredit pada sektor agribisnis yang mengalami kemacetan?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a.
Mengidentifikasi karakteristik nasabah Kupedes secara umum pada sektor agribisnis yang mengalami kemacetan/penunggakan.
b.
Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembalian Kupedes nasabah pada sektor agribisnis yang mengalami kemacetan/penunggakan.
1.4 Manfaat Penelitian Setelah melakukan penelitian penulis mengharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi : 1. Kegunaan Teoritis : a. Pihak Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit Cijeruk, yakni sebagai sumber informasi dan bahan pertimbangan/gambaran tentang keadaan perkreditan khususnya serta bermanfaat dalam penentuan kebijakan selanjutnya. b. Bagi penulis, sebagai upaya untuk peningkatan wawasan, pengetahuan dan pengalaman praktisi dalam bidang perbankan. Serta sebagai bahan referensi dan studi perbandingan untuk penelitian selanjutnya. c. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pembaca mengenai perkreditan usaha pedesaan, serta dapat dijadikan
6
sebagai gambaran bagi penelitian lainnya dalam penulisan skripsi yang sama. 2. Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan suatu saran dan masukan sebagai dasar untuk perbaikan dan pengembangan terhadap kredit usaha pedesaan, serta untuk membantu memecahkan dan mengantisipasi masalah yang ada pada PT. Bank Rakyat Indonesia.
1.5 Ruang Lingkup Keterbatasan waktu, dana, tenaga, teori dan supaya penelitian ini lebih mendalam, maka penelitian ini difokuskan untuk membahas mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembalian tunggakan Kupedes (kredit macet) pada sektor pertanian yang terjadi di BRI Unit Cijeruk. Sektor agribisnis yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi sektor pertanian on farm dan off far
7
II TINJAUAN PUSTAKA Penilaian tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembalian kredit sudah banyak dilakukan sebelumnya, baik pada kredit yang disalurkan oleh lembaga keuangan (bank) maupun kredit melalui Koperasi Unit Desa. Diantaranya adalah penelitian yang dilakukan, Fridawati (1995), Hermawan (1995), Sarianti (1998), Muhardini (1999), Hidayati (2003), Panggabean (2005), Mardianingsih (2006), Safitri (2007), Gustiani (2007), Taufiq(2007). Fridawati (1995) melakukan penelitian tentang Analisis Peluang Pengembalian Kredit (Repayment) pada Kredit Usaha Tani kasus pada KUD Sari Mukti dan KUD Timbul Jaya, Kabupaten Serang, Jawa Barat. Hasil penelitian berdasarkan keragaan KUT diketahui bahwa jumlah KUT di Kabupaten Subang cenderung mengalami penurunan. Penurunan terjadi karena adanya tunggakan KUT pada KUD-KUD. Dari hasil perhitungan diketahui bahwa nilai peluang pengembalian kredit untuk KUD Sari Mukti adalah 0,2702. Artinya, pada KUD Sari Mukti terdapat peluang sebesar 27,02 persen bahwa anggota akan mengembalikan kreditnya. Sedangkan pada KUD Timbul Jaya, nilai pengembalian kreditnya adalah nol yang berarti tidak terdapat peluang bahwa anggota akan mengembalikan kreditnya. Terbukti bahwa nilai peluang untuk KUD yang berhasil akan lebih besar dari nilai peluang untuk KUD yang kurang berhasil. Selain nilai peluang obyektif, terdapat peluang yang bersifat kualitatif. Peluang kualitatif merupakan hasil analisis lingkungan eksternal yang mencakup opportunity dan threat. Peluang kualitatif dapat ditelaah dari lingkungan terkendali, lingkungan industri, dan lingkungan operasi KUD, dimana setiap unsur dalam masing-masing lingkungan dapat menjadi ancaman maupun peluang bagi KUD yang bersangkutan. Penelitian Hermawan (1995) tentang Analisis Faktor-faktor Ekonomi dan Non Ekonomi Terhadap Tingkat Pengembalian Kredit Tebu Rakyat Intensifikasi di Tingkat Petani pada Musim Tanam 1993/1994. Penelitian ini menggunakan metode analisis ekonometrik. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh positif/nyata terhadap tingkat pengembalian kredit TRI diantaranya adalah faktor luas lahan, produktivitas usahatani TRI, pendapatan diluar usahatani TRI, umur, dan tingkat pendidikan petani. Sedangkan faktor jumlah musim tanam
8
dan jumlah tanggungan keluarga berpengaruh negative terhadap tingkat pengembalian kredit TRI. Penelitian Sarianti (1998) berjudul faktor-faktor yang
mempengaruhi
pengembalian kredit petani plasma pada proyek PIR-BUN Cikaso (Studi kasus pada proyek PIR-BUN Cikaso-Agrabinta, plasma PIR-BUN Cikaso Kecamatan Tegalbuleud, Kabupaten Sukabumi Jawa Barat). Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa besarnya pendapatan usahatani kelapa hybrida yang diperoleh petani plasma tidak mencukupi untuk melunasi angsuran kredit karena pendapatan yang diperoleh jauh dari pendapatan minimal yang diharapkan. Adapun
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
kemampuan
petani
untuk
mengembalikan kredit yang dianalisis dengan regresi berganda adalah pendapatan usahatani kelapa hybrida per tahun, nisbah
pendapatan usahatani dengan
permintaan total rumah tangga, nisbah cicilan kredit dengan penerimaan tunai rumah tangga per bulan, serta nisbah pengeluaran usahatani kelapa hybrida dengan penerimaan tunai rumah tangga. Variabel-variabel yang berpengaruh positif terhadap tingkat pengembalian kredit dari hasil analisis regresi berganda adalah frekuensi panen dalam setahun, pengalaman berusahatani kelapa, pendapatan usahatani kelapa hybrida, nisbah pengeluaran usahatani dengan penerimaan tunai rumah tangga dan pengeluaran keluarga. Sedangkan variabel yang berpengaruh negatif adalah tingkat pendidikan, nisbah total pendapatan kelapa hybrida dengan penerimaan total, cicilan kredit dengan penerimaan kredit perbulan. Penelitian yang dilakukan Muhardini (1999) berjudul analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembalian kredit motorisasi nelayan di Kelurahan Pelabuhan Ratu, Kecamatan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Daerah Tingkat II Sukabumi, Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan kredit motorisasi, mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi nelayan dalam mengembalikan kredit motorisasi, dan melihat sejauh mana peningkatan usaha nelayan penerima kredit motorisasi. Adapun alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi logit dan analisis lintasan. Hasil penelitiannya dengan analisis logit menunjukkan bahwa terdapat empat faktor yang berpengaruh nyata terhadap pengembalian kredit motorisasi nelayan,
9
yaitu pengalaman usaha penangkapan, asset, tagihan kredit, dan hubungan antara pengalaman usaha penangkapan dan asset terhadap pola pengembalian kredit motorisasi nelayan adalah negative, sedangkan tagihan kredit hubungan personal memiliki hubungan positif. Berdasarkan hasil analisis lintasan diketahui semua variabel sosial ekonomi berpengaruh langsung terhadap tingkat pengembalian kredit motorisasi nelayan. Variabel tersebut adalah umur, pengalaman usaha penangkapan, jarak dari rumah nelayan ke KCD, asset, modal, pendidikan formal, jumlah tanggungan, frekuensi penyuluhan, status pengusahaan kapal/perahu, tagihan kredit, dan hubungan personal. Dari penelitian ini juga diketahui bahwa sebagian besar (54,55 persen) penerima kredit motorisasi memperoleh
peningkatan pendapatan, sedangkan
sisanya tidak memperoleh peningkatan pendapatan. Hidayati (2003) melakukan penelitian yang berjudul perilaku pengusaha kecil dan menengah dalam menggunakan dan mengembalikan kredit; kasus pada Kredit Umum Perdesaan di BRI Unit Pasar Blok A Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pola penggunaan dan pola pengembalian kredit pada UKM, melihat hubungan antara pola penggunaan dan pola pengembalian serta manfaat kredit, dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pola penggunaan dan pengembalian kredit. Untuk melihat hubungan antara variabel-variabel yang diamati digunakan uji Rank Spearman, dan untuk mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap pola penggunaan dan pengembalian kredit digunakan analisis regresi logistik. Dari hasil penelitiannya disebutkan bahwa pola penggunaan kredit berhubungan dengan pola pengembalian kredit. Dari 23 responden yang menggunakan kredit sesuai dengan usahanya, sebanyak 21 responden mengembalikan kreditnya secara lancar. Berdasarkan hasil penelitian tentang pola pengembalian kredit disebutkan bahwa faktor karakteristik individu yang berpengaruh nyata terhadap pola pengembalian kredit adalah umur. Semakin tua umur pengusaha maka akan semakin tidak lancar pengembalian kreditnya. Hal ini disebabkan karena para responden berumur muda memiliki gairah yang tinggi dalam berusaha. Adapun dari faktor karakteristik usaha yang berpengaruh nyata terhadap pola pengembalian kredit adalah pengalaman mengambil kredit. Semakin sering pengusaha mengambil kredit
10
maka akan semakin tidak lancar pengembalian kreditnya. Hal ini karena semakin sering mengambil kredit akan meningkatkan pengalaman dalam peminjaman dan lebih berani mengambil resiko jika menunggak. Penelitian Panggabean (2005) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan tunggakan Kupedes pada nasabah BRI cabang Iskandar Muda Medan, menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang harus diperhatikan oleh BRI secara dominan dalam memberikan kupedes adalah kemampuan nasabah dalam melakukan usahanya adalah capacity dan character. Mengingat target kupedes adalah usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Alat analisis yang digunakan untuk meneliti faktor yang mempengaruhi permintaan adalah regresi linier berganda dengan menggunakan double log. Faktor yang menjadi penyebab tunggakan sangat typical, beragam dan conditional pada masing-masing nasabah, sehingga tidak bisa digeneralisasi. Secara umum dari tiga kelompok usaha yang dianalisis (pertanian, perdagangan, dan industri) secara mendasar disebabkan penyimpangan penerimaan dan pengeluaran rumah tangga. Usaha-usaha yang memiliki capacity atau kemampuan usaha yang paling baik dan telah memiliki pengalaman dalam meminjam kupedes adalah usahausaha yang memiliki resiko menunggak paling kecil. Sektor usaha perdagangan juga merupakan sektor usaha dengan resiko paling kecil, sehingga memiliki akses yang cepat dalam menerima kredit. Penelitian tersebut dianalisis dengan menggunakan tabulasi yang akan menunjukkan kondisi keuangan rumah tangga dan usaha nasabah serta melihat seluruh pemasukan dan pengeluaran rumah tangga. Mardianingsih (2006), mengenai analisis penyaluran dan pengembalian kredit dana bergulir sebagai modal pendanaan usaha mikro di wilayah pembangunan Bogor Barat menunjukkan bahwa sasaran utama yang dituju dari program dana bergulir Raksa Desa ini adalah usaha mikro, kecil atau menengah (UMKM) yang memiliki usaha produktif dan menguntungkan. Fakto-faktor yang diduga berpengaruh terhadap pengembalian adalah umur dengan p-value nya 0.001 , pengalaman berusaha dengan p-value nya 0.000, pendapatan dengan p-value nya 0.004, besar kredit dengan p-value nya 0.099, dan realisasi kredit dengan p-value nya 0.048 sehingga direkomendasikan antara lain : (1) kegiatan penyuluhan hendaknya dilakukan secara rutin dengan metode yang
11
tepat untuk menghindari penyalahgunaan pinjaman, (2) diperlukan wadah pertemuan rutin bulanan antara pengurus dan anggota, dengan harapan dapat menjadikan alat kontrol terhadap program Raksa Desa sehingga meminimalkan permasalahan di lapangan, (3) hendaknya mempertimbangkan hal-hal seperti umur, pengalaman usaha, pendapatan usaha, besar kredit yang akan diberikan, dan jangka waktu realisasi kredit, yang diduga berpengaruh terhadap pengembalian kredit, jika akan membuat program baru yang sejenis dimasa yang akan datang, (4) seluruh instrumen pengawasan Raksa Desa harus segera dibenahi, dan (5) tenaga pendampingan di lapangan sebaiknya ditambah dan adanya suatu strategi pemberdayaan dimasyarakat melalui pihak-pihak terkait. Safitri (2007) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi besar kredit umum perdesaan (Kupedes) pada nasabah BRI Unit Ciampea Bogor menyimpulkan bahwa jumlah nasabah dengan pola pengembalian lancar sebanyak 66,3 persen sedangkan nasabah dengan pola pengembalian tidak lancar ada sebanyak 33,7 persen. Pola pengembalian lancar berdasarkan umur nasabah menunjukkan bahwa nasabah dengan umur antara 36-49 tahun adalah yang paling banyak, begitu pula pola pengembalian tidak lancar. Pola pengembalian nasabah lancar dan tidak lancar berdasarkan karakteristik jumlah tanggungan keluarga, omzet usaha perbulan, frekuensi peminjaman dan penggunaan pinjaman juga berada pada kriteria yang sama. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa nilai anggunan, tingkat pendidikan dan frekuensi peminjaman memiliki hubungan yang signifikan dan positif terhadap besar kredit pada taraf nyata 5 persen, sedangkan faktor lain seperti asset usaha, asset rumah tangga, jarak, pendapatan usaha pertahun tidak memiliki pengaruh terhadap besar kredit yang diberikan. Dalam pemberian kredit pihak BRI Unit Ciampea sangat memperhatikan prinsip 5 C (Character, Capital, Capacity, Collateral dan Condition Economy). Pemenuhan kriteria dari faktor-faktor tersebut sangat penting, karena prinsip kehati-hatian dari pihak bank. Sari (2007) dalam Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kredit umum perdesaan di wilayah perkotaan dan perdesaan pada BRI Unit Ciampea dan BRI Unit Citeureup menyimpulkan bahwa terdapat persamaan karakteristik nasabah Kupedes BRI Unit Ciampea dan BRI Unit Citeureup walaupun memiliki sistem
12
sosial yang berbeda. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kupedes adalah pendapatan, asset, keluarga, asset usaha, pengalaman kredit, agunan dan modal usaha. Dari semua faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ada yang mempengaruhi secara negatif yaitu asset usaha, dimana terdapat beberapa nasabah khususnya di wilayah Ciampea yang tidak memiliki asset usaha dikarenakan jenis usaha yang dilakukan adalah perkreditan barang dan responden tidak menyediakan stok. Taufiq (2007) tentang Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit Macet Pada Kredit Usaha Pedesaan (Kupedes)
Sektor
Agribisnis studi kasus PT. Bank Rakyat Indonesia menyimpulkan bahwa karakteristik Individu debitur kupedes sektor agribisnis yang mengalami kemacetan/penunggakan kredit sebagian besar berada pada usia produktif, berpendidikan SD, memiliki tanggungan keluarga sebanyak tiga orang, mengikuti pembinaan dari petugas BRI unit Ciomas sehingga disarankan untuk meminimalkan kemacetan kredit adalah menambah kriteria penilaian yang dapat dilakukan pada analisa awal seperti membuat persyaratan komitmen kemampuan dan kemauan calon debitur untuk mengangsur kredit sesuai perjanjian,menggali informasi tentang watak kepribadian (character) calon debitur, memperhatikan kelancaran akses transportasi, menjalin komunikasi yang baik dengan para nasabah, melakukan kerjasama dengan salah seorang nasabah yang merupakan tokoh masyarakat setempat dan membantu nasabah dalam memecahkan permasalahan penurunan omzet usaha. Dari
penelitian-penelitian
terdahulu
mengenai
faktor-faktor
yang
mempengaruhi tingkat pengembalian kredit dapat dilihat bahwa analisis yang dilakukan terbatas pada faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian kredit yang masih berjalan. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian kredit yang sudah mengalami penunggakan/kredit macet masih berkisar terhadap variabel usia, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, pembinaan, jarak rumah debitur dengan BRI, pengalaman usaha, jangka waktu pengembalian,beban bunga dan omset usaha. Oleh sebab itu,pada penelitian ini dilakukan analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian kredit yang sudah mengalami penunggakan dengan penambahan pada variabel agunan dan pengalaman kredit. Hal ini dilakukan untuk memberikan masukan,
13
gambaran serta saran kepada bank BRI unit Cijeruk untuk meminimalkan kemacetan kredit sehingga pihak BRI dapat menurunkan jumlah Net Performing Loan agar penyaluran kredit dapat lebih meningkat.
14
III. KERANGKA PEMIKIRAN Landasan teori yang dgunakan penelitian ini adalah dengan memperhatikan supply demand pinjaman dan prinsip penilaian kredit yaitu analisis 5 (character, capacity,capital,condition of economy,collateral).
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis. Menurut Nuryantono (2005) permintaan dana (kredit) tidaklah sama dengan permintaan atas barang dalam pada umumnya. Didalam pasar tiap-tiap harga akan melakukan penyesuaian secara otomatis untuk memenuhi permintaan (demand) dan penawaran (supply) barang. Jika terdapat kelebihan permintaan barang (excess demand), maka harga akan naik dan jumlah persediaan barang akan meningkat. Lain halnya dengan permintaan kredit, dalam pemenuhan permintaan kredit akan terdapat keterbatasan apabila terjadi kelebihan permintaan (excess demand) kredit atau pinjaman. Mengikuti aturan yang berlaku dalam pasar kredit, jika permintaan kredit melebihi persediaan, maka akan diikuti dengan peningkatan jumlah pinjaman dan tingkat suku bunga yang dikenakan tetap. Yang membedakan permintaan barang dengan permintaan kredit adalah resiko, karena dalam permintaan kredit, resiko yang dihadapi adalah pengembalian kredit, dimana sering terdapat kendala dalam pengembalian sehingga menyebabkan kredit macet. Oleh karena itu untuk menghindari resiko yang terjadi, maka diperlukan adanya jaminan dalam permintaan kredit yang berguna sebagai alat pengaman apabila usaha yang dibiayai oleh kredit tersebuut gagal atau sebab lain dimana debitur tidak dapat melunasi kreditnya. Dalam pengembalian pinjaman akan dipengaruhi oleh tingkat suku bunga yang berlaku. (Gambar 2). Gambar 2 tersebut menunjukkan hubungan antara tingkat pengembalian yang diharapkan atas suatu pinjaman dan tingkat suku bunga yang berlaku. Peningkatan tingkat suku bunga yang dibebankan tidak berdasarkan kepada peningkatan maupun penurunan jumlah permintaan, tetapi berdasarkan pada faktorfaktor lain seperti ekonomi dan politik. Oleh karena itu bank tidak akan mengenakan suku bunga diatas R*. Penetapan suku bunga tidak boleh terlalu tinggi
15
dan juga tidak boleh terlalu rendah, sehingga diharapkan pengembalian pinjaman akan maksimal.
Gambar 2. Pengembalian Pinjaman Berdasarkan suku bunga yang berlaku Sumber : Nuryartono, 2005 Interaksi antara permintaan (demand) dan penawaran (supply) memimpin kearah suatu kondisi keseimbangan (Gambar 3). Jika permintaan berada pada kurva LS, tingkat bunga nominal berada pada R1. Apabila jumlah permintaan meningkat dan bergeser ke kurva LD2 maka akan menunjukkan ke suatu kondisi dimana kurva penawaran dan kurva permintaan tidak saling tumpang tindih. Didalam kondisi seperti ini keseimbangan pasar kredit akan memberlakukan pemberian pinjaman yang terbatas yang ditandai oleh tingkat suku bunga nominal pada titik R* dan tidak ada laba untuk pihak Bank.
Gambar 3. Supply dan Demand Pinjaman. Sumber : Nuryartono, 2005
16
3.2.Bank dan Kredit
3.2.1. Pengertian Bank Masyarakat pada umumnya telah mengetahui bahwa Bank itu adalah tempat menabung, menyimpan uang ataupun tempat meminjam uang bagi masyarakat yang membutuhkan. Berikut ini disampaikan defenisi Bank sebagai berikut : a. Menurut Undang-undang No.10 Tahun 1998, tentang Perbankan menyatakan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentukbentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. b. Menurut Prof.G.M.Verry Stuarrt mendefinisikan: Bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat pembayaran sendiri dengan uang yang diperoleh dari orang lain maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar baru berupa uang giral. Berdasarkan definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa bank merupakan tempat penyimpanan uang, pemberi atau penyalur kredit dan juga perantara dalam lalu lintas pembayaran. Secara umum bank adalah suatu lembaga keuangan yang menarik dana dari masyarakat yang membutuhkan dana dalam bentuk kredit. Bank merupakan lembaga kepercayaan, sehingga bank harus dapat dipercayai oleh masyarakat sehingga masyarakat yakin untuk menyimpan uang di bank.
3.2.2. Fungsi Bank Fungsi perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun, penyalur dan pelayan jasa dalam lalu-lintas pembayaran dan peredaran uang dimasyarakat yang bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional kearah peningkatan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional dalam rangka peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Fungsi bank adalah sebagai berikut : a. Sebagai penghimpun dana. b. Sebagai penyalur/pemberi kredit
17
c.
Penyalur dana-dana yang terkumpul dalam bentuk pemberian kredit, pembelian surat-surat berharga, penyertaan dan pemilikan harta tetap.
d.
Penyalur jasa bank dalam berbagai aktifitas kegiatan antara lain pengiriman uang, inkaso, cek wisata, kartu kredit dan pelayanan lainnya.
3.3. Pengertian Kredit
3.3.1. Arti Kredit Pengertian kredit mempunyai dimensi yang beraneka ragam, dimulai dari arti kata kredit yang berasal dari bahasa Yunani credere yang berarti kepercayaan atau dalam bahasa latin creditum yang berarti kepercayaan akan kebenaran. Dalam pengertian sehari-hari pengertian ini selanjutnya berkembang yaitu kemampuan untuk melaksanakan pembelian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu pembayaran yang akan dilakukan atau ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang disepakati. Pengertian yang lebih mapan untuk kegiatan Perbankan di Indonesia telah dirumuskan dalam Bab I, pasal 1,2 Undang-undang pokok perbankan nomor 14 tahun 1967 yang merumuskan : Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak dalam hal mana pihak meminjam berkewajiban melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditentukan. Dari perumusan tersebut, dapat disimpulkan bahwa : a. Adanya suatu penyerahan uang/tagihan atau dapat juga barang yang menimbulkan tagihan tersebut kepada pihak lain, dengan harapan memberi pinjaman ini bank akan memperoleh suatu tambahan nilai pokok pinjaman tersebut yang berupa bunga sebagai pendapatan bagi yang bersangkutan. b. Adanya orang/badan yang memiliki uang, barang atau jasa, dan bersedia untuk meminjamkan kepada pihak lain. Biasanya disebut Kreditur. c. Adanya orang/badan sebagai pihak yang memerlukan/meminjam uang, barang atau jasa. Biasanya disebut debitur. d. Adanya kepercayaan kreditur terhadap debitur.
18
e. Perbedaan waktu, yaitu perbedaan antara saat penyerahan uang, barang atau jasa, oleh kreditur dengan saat pembayaran kembali oleh debitur. f. Dalam pemberian kredit ini terkandung kesepakatan pelunasan utang dan bunga akan diselesaikan dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati bersama. g. Adanya resiko, sebagai akibat dari adanya perbedaan waktu (seperti dibicarakan diatas), karena terbayang jelas ketidakpastian (uncertainty) untuk masa yang akan datang. h. Resiko, terjadi atau dialami kemungkinan besar dikarenakan perbedaan nilai, kejatuhan debitur sehingga tidak dapat membayar pada waktunya, lari, meninggal atau perbedaan nilai uang karena inflasi (umpamanya). Macam dari jenis kreasi dapat dibedakan menurut tujuan, penggunaan, jangka waktu, dan jaminan dengan penjabaran sebagai berikut : 1. Berdasarkan tujuan, kredit dapat dibedakan lagi menjadi : a. Kredit konsumtif, yaitu kredit yang diberikan untuk membeli barang atau jasa serta kebutuhan lain yang bersifat konsumtif. b. Kredit produktif, yaitu kredit yang diberikan untuk tujuan produktif yang dapat memberikan faedah atau kegunaan. Kredit ini terdiri dari kredit investasi, yaitu untuk pembelian barang yang tahan lama; kredit modal, yaitu kredit modal lancar yang habis dalam satu kali proses produksi; dan kredit likuiditas, yaitu kredit untuk membantu perusahaan yang sedang kesulitan likuiditas. 2. Berdasarkan penggunaannya, kredit dapat dibedakan lagi menjadi : a. Kredit eksploitasi, yaitu kredit berjangka pendek yang diberikan oleh lembaga kredit kepada perusahaan untuk memenuhi kebutuhan modal kerja perusahaannya. b. Kredit investasi, yaitu kredit jangka menengah atau jangka panjang yang diberikan oleh lembaga kredit untuk pemenuhan kebutuhan investasi atau penanaman modal suatu perusahaan. 3. Berdasarkan jangka waktu, kredit dibedakan lagi menjadi : a. Kredit jangka pendek, yaitu kredit yang berjangka waktu maksimum satu tahun.
19
b. Kredit jangka menengah, yaitu kredit yang berjangka waktu satu sampai tiga tahun. c. Kredit jangka panjang, yaitu kredit yang berjangka waktu lebih dari tiga tahun. 4. Berdasarkan jaminan, kredit dapat dibedakan lagi menjadi : a. Kredit yang mempergunakan jaminan b. Kredit yang tidak mempergunakan jaminan.
3.3.2. Unsur-Unsur Kredit Kredit yang diberikan oleh suatu lembaga kredit didasarkan atas kepercayaan sehingga dengan demikian pemberian kredit merupakan pemberian kepercayaan. Ini berarti bahwa suatu lembaga kredit baru akan memberikan kredit jika ia benar-benar yakin bahwa si penerima kredit akan mengembalikan pinjaman yang diterima sesuai dengan jangka waktu tertentu dan syarat-syarat yang telah disetujui oleh kedua pihak. Tanpa keyakinan tersebut, suatu lembaga kredit tidak akan meneruskan simpanan masyarakat yang diterimanya kepada pihak lain. Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa unsur yang terdapat di kredit adalah : a.
Kepercayaan, yaitu keyakinan dari pembeli kredit bahwa prestasi yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang, atau jasa, akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu dimasa yang akan datang.
b.
Waktu, yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang. Dalam unsur waktu ini terkandung pengertian nilai agio dari uang yaitu uang yang ada sekarang lebih tinggi nilainya dari pada uang yang akan diterima pada yang akan datang.
c.
Degree of risk yaitu suatu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima kemudian hari. Semakin lama kredit diberikan semakin tinggi pula resikonya, karena sejauh kemampuan manusia untuk menerobos hari depan itu, maka masih selalu terdapat unsur ketidaktentuan yang tidak dapat diperhitungkan. Inilah yang menyebabkan
20
timbulnya resiko. Dengan adanya unsur resiko inilah maka timbulah jaminan dalam pemberian kredit. d.
Presentasi,atau objek kredit itu tidak saja dalam bentuk uang, tetapi juga dalam bentuk barang dan jasa. Namun karena kehidupan modern sekarang ini didasarkan pada uang, maka transaksi-transaksi kredit yang menyangkut uanglah yang sering kita jumpai dalam praktek perkreditan.
3.4. Kredit Umum Perdesaan (Kupedes) BRI
3.3.1
Pengertian Kupedes
Bank Rakyat Indonesia (BRI) merupakan bank yang bergerak dibidang ekonomi perdesaan sejak berdirinya pada tahun 1985. Pada tahun 1970 BRI memperkenalkan BRI Unit Desa yang mendanai kredit pertanian yaitu BIMAS (Bimbingan Massal). Dalam perkembangannya pelayanan disektor BIMAS mengalami kendala karena pengembalian kredit yang kurang lancer, oleh karena kredit ini disubsidi oleh pemerintah, selain itu penyaluran kredit BIMAS sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah daerah setempat khususnya dalam menentukan sasaran kredit. Dalam hal ini BRI unit lebih bersifat “kasir” karena tidak mempunyai wewenang untuk melakukan penilaian kredit dan menentukan pihak-pihak yang layak untuk diberikan kredit. Karena realisasi dan kinerja BIMAS mengalami penurunan, akhirnya pada tahun 1983 program BIMAS dihentikan. Sejak tahun 1984 BRI Unit Desa berubah menjadi BRI Unit, dengan tidak hanya melayani masyarakat perdesaan juga perkotaan dan mulai menyalurkan kredit umum perdesaan (Kupedes) yang pendekatannya mengarah kekomersial, selain itu juga mengukuhkan BRI sebagai bank komersial yang memfokuskan usahanya pada usaha mikro , kecil dan menengah. Menurut surat keputusan Direksi BRI Nokep: S.62-DIR/ADK/09/2001 tanggal 18 September 2001, tentang pedoman pelaksanaan kredit bisnis mikro (PPK-BM) yang dimaksud dengan Kupedes adalah fasilitas kredit bersifat umum, individual, selektif dan berbunga wajar yang bertujuan untuk mengembangkan atau meningkatkan usaha mikro yang layak.
21
Dari pengertian diatas, Kupedes adalah salah satu segmen bisnis yang ada di BRI yang merupakan suatu sistem perbankan yang dilaksanakan oleh BRI unit dalam menjalankan fungsinya sebagai financial intermediary untuk pembiayaan usaha mikro. Dalam jumlah terbatas, direksi BRI mengambil kebijakan agar Kupedes dapat pula diberikan kepada golongan masyarakat uang berpenghasilan tetap. Dalam penyaluran Kupedes perlu pemahaman secara tepat dari pejabat kredit mengenai kebijakan dan prinsip-prinsip dasar pemberian kupedes yaitu : 1. Umum, yaitu dapat diberikan kepada siapa saja, dalam arti tidak dibatasi dalam sektor ekonomi tertentu, keanggotaan tertentu, kelompok masyarakat tertentu, sepanjang calon nasabah yang bersangkutan telah memenuhi segala ketentuan persyaratan yang telah ditetapkan. 2. Individual, yaitu pemberian Kupedes dilakukan dengan melalui pendekatan secara individual dan kasua per kasus, bukan berbentuk paket (massal). 3. Selektif, artinya Kupedes dilaksanakan secara selektif kepada nasabah yang usahanya dinilai layak dan putusan kredit harus sesuai dengan pertimbangan bank teknis. 4. Bisnis, yaitu keputusan akhir atas suatu permohonan Kupedes ditentukan oleh BRI unit sesuai dengan pertimbangan bank teknis. Sektor yang dibiayai oleh Kupedes (Nuryartono, 2005) adalah : 1. Sektor pertanian : sektor ini termasuk seluruh aktifitas yang dilakukan oleh usaha kecil dan retail atau pedagang besar yang bergerak dibidang pengadaan input pertanian dengan menjual input dan output pertanian. 2. Perindustrian : seluruh usaha berskala kecil yang bergerak dibidang pengolahan bahan mentah. 3. Perdagangan : pinjaman digunakan untuk membiayai kegiatan penjualan yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan pokok. 4. Jasa dan lainnya : pinjaman digunakan untuk membiayai kegiatan usaha yang berhubungan dengan jasa seperti jasa penjahit pakaian. 5. Golongan berpenghasilan tetap : pinjaman untuk konsumsi dan kegiatan produksi dengan pembayaran berdasarkan dari gaji penerima kredit.
22
Jangka waktu angsuran kupedes minimal tiga bulan dan maksimum 36 bulan yang dapat diangsur secara bulanan, atau angsuran secara bulanan dengan grace priod angsuran 3,4,6 bulan. Kupedes memiliki keistimewaan, yaitu pemberian bunga tepat waktu (PBTW) bagi nasabah yang mengangsur pinjaman tepat waktu selama periode tertentu. Pembayaran bunga tepat waktu (PBTW) adalah insentif yang diberikan oleh BRI kepada nasabah pinjaman yang dapat membayar kredit tepat waktu sesuai dengan akad kredit yang telah disepakati. Pada tahap pelunasan kredit, kondisi yang ideal adalah nasabah dapat selalu memenuhi kewajibannya terhadap bank sesuai dengan kesepakatan yang terdapat dalam perjanjian kredit. Nasabah dapat membayar angsuran pokok pinjaman beserta bunganya sesuai dengan jadwal yang telah dibuat, sehingga kredit akhirnya dinyatakan lunas. Namun pada kenyataannya ada sebagian kredit yang pengembaliannya tidak sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya. Oleh karena itu, ada sistem pembinaan yang dilakukan oleh BRI. Pembinaan Kupedes adalah sebagi upaya perlindungan kepentingan bank yang dilakukan secara administratif maupun dilapangan
3.3.2 Jenis Kupedes Berdasarkan tujuan penggunaan Kupedes dapat dibagi menjadi : 1. Kupedes Modal Kerja Kupedes modal kerja diberikan kepada pengusaha dan golongan berpenghasilan tetap sebagai tambahan dana/ pembiayaan untuk mencukupi kebutuhan modal kerja usahanya atau untuk membiayai keperluan konsumtif maupun non konsumtif (produktif). Kupedes modal kerja meliputi: sektor pertanian, sektor perindustrian, sektor perdagangan, sektor jasa, dan sektor golongan berpenghasilan tetap (GBT). 2. Kupedes Investasi Kupedes ini diberikan kepada pengusaha untuk pembiayaan pembangunan prasarana dan sarana atau peralatan produksi. Sedangkan bagi golongan berpenghasilan tetap, kredit tersebut dapat dipergunakan untuk pembelian atau pembangunan rumah, pembelian kendaraan bermotor dan lain-lain yang bersifat
23
produktif. Adapun sektor-sektor ekonomi yang dibiayai meliputi : sektor pertanian, sektor perindustrian, sektor perdagangan, sektor jasa, sektor golongan berpenghasilan tetap. Dilihat dari tujuan penggunannya, maka jenis Kupedes investasi diberikan untuk tujuan yang bersifat non konsumtif yaitu barang-barang berwujud yang fisiknya dapat dilihat secara nyata seperti pembelian kendaraan bermotor guna memperlancar pekerjaan, pembangunan/pembelian rumah tinggal, pembelian perabot rumah tangga, pembelian peralatan kerja, pembelian tanah.
3.3.3 Syarat-syarat Calon Nasabah Kupedes Ditinjau dari dua golongan sasaran Kupedes, maka untuk masing-masing golongan mempunyai persyaratan yang berbeda dan harus dipenuhi sebelum kreditnya diproses, yaitu : 1. Persyaratan untuk calon nasabah perusahaan. a. Penduduk yang berdomisili dalam wilayah kerja BRI unit setempat yang dibuktikan dengan KTP atau surat keterangan penduduk yang dibuat kepala desa setempat. Khusus untuk calon nasabah Kupedes tertentu dimungkinkan untuk dilayani BRI unit diluar domisili nasabah yang bersangkutan setelah mendapat putusan izin prinsip dari Kantor Cabang/ Kantor Wilayah/ Kantor Pusat. b. Mempunyai usaha yang layak dan mempunyai karakter yang baik untuk dibiayai dengan Kupedes. c. Bagi calon nasabah yang sudah mempunyai surat izin usaha dari instansi yang berwenang, cukup melampirkan fotocopy surat izin usaha tersebut. d. Bagi calon nasabah yang belum mempunyai surat izin usaha, maka : •
Untuk pemohonan Kupedes sampai dengan Rp. 2 juta cukup dengan fotocopy KTP dengan menunjukkan pula KTP aslinya pada petugas BRI unit pada saat pendaftaran.
•
Untuk permohonan Kupedes diatas Rp. 2 juta cukup dengan membawa surat keterangan usaha dari kepala desa/kelurahan.
e. Tidak sedang menikmati kredit lainnya dikantor cabang BRI atau di BRI unit lainnya.
24
f. Dapat menyediakan agunan kebendaan, baik berupa benda bergerak maupun benda tidak bergerak. g. Wajib membuka rekening tabungan di BRI unit yang bersangkutan. 2. Persyaratan untuk calon nasabah golongan berpenghasilan tetap. Untuk golongan berpenghasilan tetap persyaratan yang harus dipenuhi adalah : a. Domisili calon nasabah bekerja/tempat pemotongan gaji atau pensuin berada dalam wiliah kerja BRI unit setempat, khusus untuk BRI unit yang berada di ibu kota daerah tingkat I dan II wilayah kerjanya adalah seluas wilayah ibu kota tersebut. b. Bagi calon nasabah yang gaji/ pensiunnya dibayarkan melalui bank lain yang mempunyai produk pinjaman, tidak diperkenankan diberi Kupedes. c. Tidak sedang menikmati kredit di BRI Cabang atau BRI unit lainnya atau tidak dalam black list. d. Mempunyai karekter yang baik dan dibuktikan dari wawancara dengan rekan-rekan sekantor yang bersangkutan. e. Menyerahkan asli surat keputusan (SK) pengangkatan menjadi pegawai tetap atau pengangkatan pegawai yang pertama dan asli SK penetapan pangkat yang terakhir atau SK pensiun bagi yang berstatus pensiunan. f. Menyerahkan asli kartu peserta taspen bagi pegawai negeri, asli kartu jamsostek bagi pegawai BUMN dan swasta. g. Ada rekomendasi dari kepala kantor/ unit kerja/instansi, pimpinan perusahaan yang bersangkutan. h. Daftar perincian gaji/pensiunan terakhir yang telah dilegalisir oleh pejabat yang berwenang di instansi yang bersangkutan. i. Memberi kuasa pemotongan gaji/pensiunan yang bersangkutan di bayarkan setiap bulan. j. Wajib membuka rekening simpanan. k. Menyerahkan keterangan lain yang dibutuhkan. l. Bagi pegawai yang berpenghasilan tetap dan pernah meminjam harus menyerahkan bukti tanda pelunasan kredit yang lalu.
25
3.3.4 Agunan Kupedes Unsur agunan dikatakan sebagai the second way out
bagi BRI unit setiap
pemberian Kupedes. Namun demikian penilaian dan evaluasi terhadap agunan ini harus cermat karena akan merupakan pembayaran terakhir yang diharapkan oleh BRI unit, apanila kredit menjadi bermasalah atau macet. 1. Agunan Kupedes bagi golongan pengusaha. Setiap agunan dari golongan perusahaan dipersyaratkan untuk dapat menyediakan agunan yang nilainya harus mengcover seluruh jumlah pinjamannya (pokok dan bunga). a. Bila ditinjau dari sumber pembiayaan, agunan Kupedes dibedakan menjadi dua macam yaitu : agunan pokok dan agunan tambahan. b. Ditinjau dari sifat barang atau bendanya, agunan dapat dibedakan sebagai berikut : 1) benda bergerak yang terdiri dari : benda bergerak berwujud, benda tidak bergerak meliputi tanah dan bangunan yang memiliki sertifikat. Sedangkan pembinaan kupedes dapat dilakukan terhadap tunggakan yang dibedakan menjadi lima tingkatan berdasarkan ketentuan yang dibuat oleh BRI (2005) : 1. Kupedes dalam Kolektibilitas Dalam Perhatian Khusus (DPK), yaitu keadaan debitur belum menganggur pinjaman kurang dari 90 hari setelah jatuh tempo. Petugas bank harus segera mengunjungi nasabah untuk mengetahui sebab-sebab menunggak serta mengingatkan nsabah agar segera membayar angsuran pinjaman. 2. Kupedes dalam Kolektibilitas Kurang Lancar (KL), yaitu keadaan tunggakan yang lebih dari 90 hari dan kurang dari 180 hari. Pembinaan dilakukan setiap bulan dengan mengunjungi nasabah yang bersangkutan untuk menagih tunggakan. 3. Kupedes dalam Koletibilitas Diragukan, yaitu keadaan tunggakan yang lebih dari 180 hari dan kurang dari 270 hari. Pembinaan dilakukan paling sedikit satu bulan sekali dengan mengunjungi nasabah yang bersangkutan untuk menagih tunggakannya. 4. Kupedes dalam Koletibilitas Macet, yaitu keadaan tunggakan yang lebih dari 270 hari dan kurang dari 360 hari. Pembinaan paling sedikit satu bulan sekali dengan mengunjungi nasabah yang bersangkutan untuk menagih tunggakannya.
26
5. Kupedes yang telah dihapus bukukan (Daftar Hitam), yaitu keadaan tunggakan yang lebih dari 360 hari. Khusus untuk Daftar Hitam, pembinaan dilakukan minimal satu kali dalam setahun.
3.3.5 Manfaat Kredit Dalam perekonomian modern, fungsi dan peran perbankan dalam pembangunan tercermin dalam berbagai fungsi, yang secara umum dikatakan sebagai lembaga keuangan yang dapat menopang kekuatan dan kelancaran sistem pembayaran dan yang utama pengaruhnya terhadap pengusaha kecil adalah turut membantu usaha dengan pemberian kredit. Berjalannya UMKM tidak dapat dipisahkan dengan ketersediaan modal yang memadai. Terbatasnya modal yang disediakan oleh para pengusaha kecil menjadi masalah utama untuk mengembangkan usahanya. Agunan merupakan salah satu segi yang harus mendukung dalam pengajuan kredit bank, namun agunan yang kurang memadai atau tidak memiliki agunan salah satu permasalahan yang kurang mendukung. Menurut Hidayati (2003) bahwa pengusaha dan masyarakat kecil membutuhkan layanan kredit yang lain, yang tidak berorientasi kapada ada tidaknya agunan atau jaminan tetapi lebih menekankan pengembangan kewirausahaan masyarakat. Secara umum kredit yang diperlukan masyarakat adalah : 1. Kredit yang murah yaitu bunga dan biaya-biaya lainnya haruslah serendahrendahnya. 2. Kemudahan untuk memperolehnya dengan prosedur yang sederhana dan tidak berbelit-belit. 3. Ketepatan waktu dalam arti penerimaan pinjaman juga diperlukan karena kalau jumlah yang diberikan terlalu kecil tidak dapat memenuhi kebutuhannya, sebaliknya apabila terlalu besar akan dipergunakan untuk tujuan lain.
27
3.3.6 Prinsip Penilaian Kredit Prinsip penilaian kredit adalah prinsip 5 C, yaitu : 1.
Character (Watak kepribadian) Pada prinsipnya bahwa suatu pemberian kredit adalah atas dasar kepercayaan sehingga yang mendasari kepercayaan yaitu adanya keyakinan pihak bank bahwa si calon peminjam/debitur mempunyai modal, watak atau kepribadian yang baik, bertanggung jawab dalam kehidupan pribadi, keluarga dan sebagai anggota masyarakat ataupun dalam menjalankan usahanya. Untuk menilai karakter seseorang sangatlah sulit apabila hanya beberapa waktu saja, sedangkan dilain hal bank harus memberikan pelayanan terbaik kepada nasabahnya dalam rangka menangkap peluang bisnis yang menjanjikan tersebut. Character (Watak kepribadian) dari calon debitur merupakan salah satu faktor yang harus dipertimbangkan, sebagai yang paling penting, sebelum memutuskan/menetapkan untuk memberikan kredit kepadanya. Bank sebagai pemberi kredit perlu meyakini benar terlebih dahulu, karakter calon debiturnya itu, antara lain : a. Berkelakuan baik, dalam arti tidak membiasakan diri beringkar janji dan selalu berupaya untuk memenuhi janjinya. b. Tidak mempunyai predikat penjudi, pencuri, pemabuk, atau penipu. c. Calon debitur yang mempunyai reputasi baik sajalah yang dapat diteruskan pertimbangan permohonan kreditnya.
2. Capacity (Kemampuan) Calon debitur dalam menjalankan usahanya harus diketahui pasti oleh bank (calon debitur). Kemampuan pengusaha akan memberikan kejelasan kepada analis, sampai sebatas mana jumlah besar atau kecilnya pendapatan perusahaan dari waktu ke waktu atau dari musim ke musim. Pihak Bank akan terus memberikan kredit kepada seseorangyang secara pendapatan
mampu, Akan
tetapi sebaliknya, bila ternyata ia tidak mampu dan tidak dapat diperkirakan mempunyai pendapatan, maka bank memperkirakan yang bersangkutan tidak akan dapat melakukan pembayaran-pembayaran atas kreditnya.
28
Data sumber yang dapat dipergunakan oleh bank untuk itu, dapat diperoleh selain dari pembukuan dan catatan yang ada pada calon debitur, juga dapat diperoleh dari instansi-instansi, pejabat setempat dan sebagainya.Jadi penilaian capacity ini adalah sejauh mana kemampuan yang bersangkutan dapat melunasi kreditnya tepat waktu sesuai dengan perjanjian yang disepakati. Pengukuran capacity dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan sebagaimana diuraikan sebagai berikut : a. Pendekatan Past Performance Calon Debitur Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan usaha yang bersangkutan dari waktu ke waktu/tahun ke tahun, apabila pernah mengalami penurunan/kegagalan apakah, siapakah penyebabnya dan bagaimana penyelesaian masalah yang sama terulang lagi pada periode berikutnya. b. Pendekatan Finansiil Pendekatan posisi neraca dan rugi/laba untuk beberapa periode terakhir yaitu untuk mengetahui besarnya likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas usaha serta tingkat resiko usahanya. Dengan penilaian ini penentuan critical point harus lebih cermat, sebagaimana gambaran apabila debitur tidak likuid, apa faktor penyebabnya? Apakah piutang banyak yang tidak tertagih, mengapa ? c. Pendekatan Educational Penilaian atas dasar latar belakang pendidikan calon debitur, apakah usaha calon debitur menghendaki kemampuan professional yang tinggi sehingga pengelolaan usaha dapat dilakukan dengan baik dan dapat meminimalisasikan resiko apabila usaha dipegang oleh yang bukan profesinya. d. Pendekatan Yuridis Penilaian terhadap calon debitur secara yuridis, apakah mempunyai kapasitas untuk mewakili dirinya atau bidang usaha yang diwakilinya untuk melakukan tindakan hukum seperti ikatan perjanjian dengan bank atau pihak lainnya.
29
e. Pendekatan Manajerial Pendekatan seberapa jauh kemampuan dan keterampilan calon debitur melaksanakan funds management dalam memimpin perusahaannya. 3. Capital (Modal) Calon debitur perlu diketahui dan diteliti oleh bank (calon kreditur), selain dari jumlahnya perlu diketahui strukturnya pula karena diperlukan untuk mengukur sampai sebesar berapakah tingkat ratio likuiditas dan solvabilitasnya. Analis dalam keperluan ini akan memerlukan Laporan keuangan dari calon debitur. Karenanya kita harus selalu ingat/hafal akan arti dari Likuiditas dan Solvabilitas, karena akan menyangkut kemungkinan pembelian kredit jangka pendek dan jangka panjang. 4. Condition of economy (Kondisi ekonomi) Kondisi ekonomi yang mempengaruhi / mendorong calon debitur perlu mendapat sorotan bank. Hal ini mungkin sekali terdapat kondisi atau situasi yang memberikan dampak positif atau negatif terhadap usaha calon debitur. Penilaian terhadap Condition of Economic adalah untuk mengetahui sejauh mana kondisi yang mempengaruhi perekonomian suatu negara/daerah seperti masalah sosial, politik, ekonomi, budaya dan lain-lain. Bagaimana pengaruh statement pemerintah, peraturan-peraturan moneter, fiskal terhadap kelangsungan usaha debitur. 5. Collateral (Jaminan/ Agunan) Collateral adalah jaminan berupa harta benda milik debitur atau pihak lain yang menjaminnya, diikat sebagai anggunan/tanggungan. Jika suatu saat ternyata debitur tidak mampu menyelesaikan kreditnya, maka anggunan tersebut diambil alih/dijual/dilelang oleh kreditur setelah pengadilan memberikan pengesahan.
3.5. Usaha Mikro Kecil dan Menengah Usaha mikro, kecil dan menengah merupakan salah satu sektor pendorong perekonomian yang tangguh, sehingga UMKM saat ini banyak mendapat perhatian yang baik dari pihak perbankan. Modal adalah salah satu faktor pendukung yang kadang menjadi halangan oleh banyak UMKM untuk menjalankan usahanya,
30
walaupun secara nyata telah memiliki modal dasar tetapi untuk menambah dan mengembangkan usahanya mengalami kesulitan. Perkembangan usaha pada zaman perkembangan teknologi seperti ini sangat dituntut untuk penggunaan modal yang lebih besar. Padahal UMKM di Indonesia banyak sekali yang mengalami kesulitan modal. Beberapa penyebabnya antara lain dikarenakan lahan atau tempat usaha yang relatif kecil, modal yang tidak terlalu besar dan sistem administrasi usahanya. Maka dari itu, salah satu faktor pendukung dalam mengembangkan usaha Mikro kecil dan menengah adalah peran serta lembaga perbankan dalam memberikan modalnya berupa kredit bagi pengusahapengusaha kecil. Selain bank, ada juga pihak-pihak yang menjadi sumber pemodalan lainnya. Salah satu upaya untuk memperkuat peran usaha mikro, adalah dengan mendorong lembaga keuangan, khususnya perbankan, untuk berperan aktif dalam fungsinya yang pertama sebagi lembaga penyalur dana (intermediary) yang bersumber dari masyarakat dan badan-badan pemerintah dan swasta, dalam bentuk kredit. Kedua, lembaga perbankan juga menjalankan perannya sebagai agen pembangunan.
Selain
mendorong
pertumbuhan
ekonomi,
perbankan
juga
diharapkan mendorong prinsip pro poor growth. Dengan demikian untuk mengatasi kemiskinan dengan melibatkan perbankan dapat dilakukan dengan alternatif tindakan antara lain : a. Memperkuat Usaha Mikro Strategi untuk memperkuat usaha mikro didasarkan pada pemahaman terhadap karakteristik dan kelemahan-kelemahan yang melekat di dalam usaha mikro. Salah satu alternatif untuk memperkuat posisi usaha mikro adalah dengan mendorong terjadinya kemitraan dan keterkaitan antar pelaku-pelaku ekonomi, baik antar pelaku usaha mikro maupun usaha mikro dengan usaha besar. Diharapkan kemitraan dan keterkaitan akan menghasilkan nilai tambah (ekonomi dan sosial) yang memperkuat struktur ekonomi nasional. Adanya kemitraan dan keterkaitan diharapkan beberapa masalah yang melekat dalam usaha mikro dapat diatasi. Dalam program kemitraan dan keterkaitan, lembaga perbankan dapat ikut aktif dalam memperkuat posisi usaha mikro. Dalam konteks ini pihak perbankan selain memberikan kemudahan dalam
31
mengakses kredit, dapat juga memfasilitasi informasi pasar, mendorong aliansi strategis, dan memberikan dukungan bantuan manajemen pengelolaan usaha. Peran pemerintah, pusat maupun daerah dalam menumbuhkan kemitraan dan keterkaitan dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. •
Pendekatan Langsung Pemerintah dapat melakukan inisiasi awal dalam bentuk program intervensi. Dalam program itu pemerintah hanya sebagai fasilitator untuk menggerakkan kemitraan dan keterkaitan, seperti yang ada dalam Program Ekonomi Lokal (PEL). Kemitraan dan keterkaitan dapat beragam sesuai dengan potensi yang ada pada tiap-tiap daerah.
•
Pendekatan Tidak Langsung Peran tidak langsung yang dijalankan oleh pemerintah adalah menciptakan iklim yang kondusif untuk tumbuh dan berkembangnya kemitraan dan keterkaitan. Pemerintah dapat memberikan insentif fiskal dan moneter, kemudahan perizinan dan informasi yang cepat. Bagi pemerintah daerah dituntut untuk mendorong melalui berbagai kebijakan dan peraturan daerah yang mendukung.
b. Memperkuat Lembaga Keuangan Mikro Lembaga Keuangan Mikro (LKM) merupakan institusi yang menyediakan jasa-jasa keuangan kepada penduduk yang berpendapatan rendah dan termasuk dalam kelompok miskin. LKM ini bersifat spesifik karena mempertemukan permintaan dana penduduk miskin atas ketersediaan modal. Bagi lembaga keuangan formal perbankan, penduduk miskin akan tidak dapat terlayani karena persyaratan yang harus dipenuhi tidak dimiliki. Secara historis, LKM di Indonesia telah tumbuh dan berkembang sejak masa kolonial hingga saat ini LKM dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu : 1. LKM bersifat formal perbankan yang terdiri dari BPR dan BRI Unit. 2. LKM bersifat formal non perbankan yang meliputi LDKP, Penggadaian, PLN, dan BKK.
3. LKM bersifat informal. LKM ini dapat meliputi BMT, Kelompok Arisan, Simpan-Pinjam, Pelepas Uang, Tukang Kredit dan sebagainya yang pada umumnya tumbuh dimasyarakat. Dalam kelompok ini temasuk lembaga
32
lembaga yang didirikan atas dasar program pemerintah, seperti Unit Pengelola Keuangan (UPK) dalam program pengembangan kecamatan. Kendati program pemerintah, UPK belum memiliki kekuatan hukum jika program telah selesai (pasca progam).
3.6.
Kerangka Pemikiran Operasional PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk menyadari akan kebutuhan kredit
Usaha Mikro Kecil dan Menengah dengan memberi kemudahan melalui pinjaman dengan sistem kredit. Kredit usaha perdesaan (Kupedes) adalah salah satu produk yang dikelola oleh Bank Rakyat Indonesia melalui kantor-kantor BRI Unit, yang dimaksudkan untuk membantu para pengusaha-pengusaha kecil dan menengah yang mengalami tingkat keterbatasan modal. Kredit Usaha Perdesaan (Kupedes) menjangkau para pengusaha-pengusaha kecil yang berada jauh dari kota dan bersifat usaha tradisional melalui kantor-kantor BRI Unit yang menyebar di berbagai pelosok kecamatan. BRI Unit ini dapat dijangkau oleh pengusahapengusaha kecil dan tradisional yang membutuhkan dana guna menambah modal untuk mengembangkan usahanya. Menurut Fridawari (1995), menyatakan bahwa sumber kredit formal banyak menemui kesulitan dalam pelaksanaannya, terutama yang menyangkut kesulitan dalam memilih dan mengidentifikasikan kemampuan dari peminjam untuk dapat mengembalikan hutang pinjamannya. Kemampuan pengembalian kredit terdiri dari dua kriteria, yaitu : 1) Pengembalian kredit yang lancar, yaitu apabila kredit yang digunakan dapat dikembalikan kepada bank tepat pada waktunya atau pada saat batas pengembalian yang telah ditetapkan, 2) Pengembalian kredit yang tidak lancar, yaitu apabila kredit yang digunakan tidak dapat dikembalikan kepada bank tepat pada waktunya setelah batas pengembalian yang telah ditetapkan, dalam hal ini peminjam kredit (debitur) mengalami penunggakan kredit. Untuk pola pengembalian kredit yang tidak lancar tersebut dibagi menjadi dua pola pengembalian, yaitu : a) peminjam kredit (debitur) yang dapat mengangsur tunggakan, dan b) peminjam kredit (debitur) yang tidak dapat mengangsur tunggakan.
33
Penelitian
ini
akan
dilakukan
analisis
terhadap
faktor-faktor
yang
mempengaruhi pola pengembalian kredit yang tidak lancar pada BRI Unit Cijeruk Cabang Bogor. Dalam hal ini, pola pengembalian yang tidak lancar tersebut adalah debitur yang dapat mengangsur tunggakan dan debitur yang tidak dapat mengasur tunggakan.Berdasarkan pengalaman penyaluran Kupedes yang telah lama dilaksanakan oleh BRI Unit Cijeruk, terdapat peminjam yang tidak dapat mengembalikan hutangnya pada pihak bank. Terjadinya kemacetan dalam pengembalian kredit tersebut diduga disebabkan karena dua faktor, yaitu faktor karakteristik individu dan faktor karakteristik usaha. Dalam penelitian ini, faktorfaktor yang termasuk karakteristik individu meliputi usia, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, pembinaan, dan jarak rumah penunggak dengan BRI Unit Cijeruk. Sedangkan faktor yang termasuk karakteristik usaha terdiri atas pengalaman usaha, jangka waktu pengembalian kredit, beban bunga, dan omset usaha. Usia akan mempengaruhi keberanian pengusaha dalam mengambil keputusan. Semakin meningkat umur akan mematangkan kemampuan berpikir pengusaha sehingga dapat mengambil keputusan secara rasional. Dengan demikian, peningkatan umur diduga berpengaruh positif terhadap tingkat pengambalian kredit. Karakteristik tingkat pendidikan pengausaha akan menjadi landasan atau dasar untuk memahami dan berpikir, dan hal ini akan mempengaruhi kemampuan mengelola usahanya. Dengan demikian, semakin tinggi pendidikan yang dicapai, pengusaha mempunyai dasar yang kuat untuk mengelola usahanya dengan baik sehingga pendidikan dapat dipandang berpengaruh positif terhadap tingkat pengembalian kredit. Jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan pengusaha akan mempengaruhi pengeluaran keluarga karena berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan anggota keluarga. Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga akan semakin tinggi biaya yang harus dikeluarkan. Semakin tinggi pengeluaran untuk keluarga diduga akan mengurangi sebagian dari penghasilan yang dialokasikan untuk pembayaran kredit. Berdasarkan hal itu, jumlah tanggungan
keluarga
diduga
akan
berpengaruh
negatif
terhadap
tingkat
pengembalian kredit.
34
Pembinaan yang dilakukan oleh BRI Unit Cijeruk akan mempengaruhi peminjam kredit dalam melakukan perbaikan pada pengelolaan usahanya. Semakin sering pembinaan yang dilakukan, pengelolaan usaha akan semakin baik sehingga akan meningkatkan penghasilan yang dialokasikan untuk membayar kredit. Pembinaan diduga akan berpengaruh positif terhadap tingkat pengembalian kredit. Jarak rumah peminjam ke kantor BRI Unit Cijeruk berpengaruh terhadap pengembalian kredit. Hal ini disebabkan karena peminjam kredit harus menyediakan waktu yang cukup lama untuk mendatangi kantor BRI Unit Cijeruk, sehingga akan menjadi bahan bagi peminjam karena harus meninggalkan usahanya. Selain itu, peminjam juga harus mengeluarkan biaya transportasi untuk mendatangi BRI Unit Cijeruk. Dengan demikian, jarak rumah peminjam kredit dengan BRI Unit Cijeruk diduga berpengaruh negatif terhadap tingkat pengembalian kredit. Pengalaman usaha mempengaruhi kemampuan dan keterampilan dalam mengambil keputusan dari berbagai alternatif terbaik. Berdasarkan pengalamannya, pengusaha dapat menghindari dan mengurangi resiko yan dapat menyebabkan kegagalan usahanya. Pengalaman berusaha diduga berpengaruh positif terhadap tingkat pengembalian kredit. Jangka waktu pengembalian kredit berhubungan dengan lama waktu yang diperlukan oleh pengusaha untuk melaksanakan usahanya. Dengan waktu pengembalian kredit yang lama, pengusaha dapat menjalankan usaha yang memerlukan waktu/umur produksi yang lama. Usaha yang membutuhkan waktu lama untuk berproduksi biasanya usaha dibidang pertanian/agrobisnis. Jangka waktu pengembalian kredit diduga berpengaruh positif terhadap tingkat pengembalian kredit. Beban
bunga
mempengaruhi
kemampuan
peminjam
kredit
untuk
mengembalikan kredit. Semakin tinggi beban bunga pinjaman, maka akan semakin memberatkan peminjam kredit untuk mengembalikan kredit. Berdasarkan hal itu beban bunga diduga berpengaruh negatif terhadap tingkat pengambalian kredit. Omset usaha menentukan tingkat pendapatan pengusaha dari usaha yang dijalankan. Semakin tinggi omset usaha akan meningkatkan pendapatan usaha, sehingga akan meningkatkan penghasilan yang dialokasikan untuk membayar
35
kredit. Dengan demikian, omset usaha diduga berpengaruh positif terhadap tingkat pengembalian kredit. Oleh karena itu, dari penelitian ini kiranya dapat diketahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi tingkat pengembalian kredit macet pada Kredit Usaha Perdesaan ( Kupedes ) di BRI Unit Cijeruk selama ini. Hasilnya penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan pertimbangan bagi BRI Unit Cijeruk dalam memberikan kredit khususnya Kupedes yang memiliki persyaratan relatif mudah dan terjangkau oleh pengusaha kecil. Kemacetan yan terjadi pada kredit yang diberikan menajdai pertimbangan pemberian kredit pada masa yang akan datang. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini secara ringkas dapat dilihat pada gambar 2.
Kredit Macet/Tunggakan Kupedes BRI Unit Cijeruk
Karakteristik Individu: Usia, Pendidikan, Jumlah tanggungan keluarga, Pembinaan, Jarak rumah dengan BRI
Karakteristik Usaha: Pengalaman usaha, Jangka waktu pengembalian kredit, Beban bunga, Omset usaha, Agunan, Pengalaman Kredit
Pola Pengembalian Kredit Macet: - Nasabah macet yang masih dapat mengangsur - Nasabah macet yang tidak dapat mengangsur
Analisis Deskriptif Analisis Regresi Logistik Informasi dan Pertimbangan Pemberian Kredit bagi BRI Unit Cijeruk
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional. Sumber : BRI Unit Cijeruk (diolah).
36
3.5 Hipotesis Penelitian Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini meliputi aspek karakteristik individu dan karakteristik usaha. Rumusan Hipotesis tersebut adalah : 1. Usia (X1). Usia nasabah diduga memiliki pengaruh yang positif terhadap peluang pengembalian kredit. Dengan demikian tuanya usia nasabah dianggap memiliki tingkat pengembalian kredit lebih lancar dibandingkan dengan usia yang lebih muda. 2. Tingkat pendidikan (X2). Pendidikan yang tinggi diduga berpengaruh positif terhadap peluang pengembalian kredit. 3. Jumlah tanggungan keluarga (X3). Jumlah tanggungan keluarga adalah jumlah jiwa dalam keluarga termasuk istri, anak dan orang lain menjadi tanggungan nasabah. Jumlah tanggungan keluarga diduga berpengaruh negatif terhadap tingkat pengembalian kredit. 4. Pembinaan (X4). Pembinaan adalah kunjungan petugas BRI Unit Cijeruk terhadap
nasabah
yan
diduga
berpengaruh
positif
terhadap
peluang
pengembalian kredit. 5. Jarak rumah nasabah dengan BRI (X5). Jarak rumah yang semakin jauh berpengaruh negatif terhadap tingkat pengembalian kredit. 6. Pengalaman usaha (X6). Semakin lama pengalaman usaha diduga berpengaruh positif terhadap pengembalian kredit. 7. Jangka waktu pengembalian kredit (X7). Jangka waktu pengembalian yang lebih lama berpengaruh negatif terhadap peluang pengembalian kredit. 8. Beban bunga (X8). Beban bunga diduga berpengaruh negatif terhadap pengembalian kredit. 9. Omset usaha (X9). Omset usaha yang besar diduga berpengaruh positif terhadap tingkat pengembalian kredit. 10. Agunan (x10). Agunan yang bernilai tinggi diduga berpengaruh positif terhadap tingkat pengembalian kredit. 11. Pengalaman Kredit (x11). Pengalaman kredit yang semakin lama diduga berpengaruh negatif terhadap tingkat pengembalian kredit.
37
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Cijeruk Cabang Bogor. Pemilihan tempat penelitian ini didasarkan pada pertimbangan bahwa PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Cijeruk merupakan salah satu BRI Unit yang mengalami kenaikan penunggakan Kupedes yang cukup besar sebesar. 9,7 persen pada tahun 2008 yaitu dari 149 orang menjadi 165 orang.. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan September sampai dengan bulan Desember 2009.
4.2 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan peminjam kredit (debitur) yang mengalami penunggakan pembayaran Kupedes pada BRI Unit Cijeruk menggunakan alat Bantu kuesioner yang sudah dipersiapkan, dengan cara melakukan survey ke rumah responden. Data yang dikumpulkan adalah data karakteristik responden, karakteristik usaha, serta persepsi responden terhadap bunga Kupedes. Dengan mengetahui informasi tersebut, diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penunggakan pembayaran Kupedes pada Bank Rakyat Indonesia Unit Cijeruk. Data sekunder diperoleh dari studi literatur dan informasi dari instansi-instansi yang terkait dengan penelitian yaitu dari BRI Unit Cijeruk, dan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bogor. Data sekunder yang dikumpulkan adalah data perkembangan Kupedes BRI Unit Cijeruk, data perkembangan sisa tunggakan kredit BRI Unit Cijeruk dan lain sebagainya.
4.3 Metode Pengambilan Contoh Teknik pengambilan contoh dalam penelitian ini dilakukan secara purvosif sampling. Populasinya adalah nasabah yang berkecimpung di bidang agribisnis pada sektor pertanian, industri dan perdagangan yang melakukan tunggakan Kupedes pada periode Januari – Desember 2008. Berdasarkan data dari BRI Unit Cijeruk
38
(2009), total nasabah Kupedes pada sektor agribisnis yang melakukan penunggakan periode Januari – Desember 2009 adalah sebanyak 120 orang. Pada penelitian ini, jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 50 orang yang terdiri dari Kupedes dalam kolektibilitas diragukan dimana keadaan tunggakan yang lebih dari 180 hari namun kurang dari 270 hari sebanyak 35 orang serta kupedes dalam kolektibilitas macet yaitu keadaan tunggakan yang lebih dari 270 hari dan kurang dari 360 hari sebanyak 15 orang. Dari jumlah sampel sebanyak 50 Orang responden ini terdiri dari 5 responden mempunyai usaha penjualan buahbuahan, 10 responden pedagang sayur mayur dan hasil bumi, 10 responden petani padi dan palawija, 7 responden industri pengolahan biji pala, 4 responden industri pembuatan besek dari bambu, 6 responden peternak ayam broiler, 4 responden petani ikan dan 4 responden peternak sapi. 4.4 Metode Pengolahan Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif disajikan dalam bentuk analisis deskriptif menggunakan tabulasi guna mendukung data kuantitatif. Sedangkan data kuantitatif disajikan dalam bentuk tabulasi yang diolah menggunakan software Minitab 13. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi : 4.4.1 Analisis Deskriptif Data yang diperoleh untuk karakteristik penungak kredit disajikan dalam bentuk tabel, kemudian data karakteristik tersebut dianalisis secara deskriptif yang mencakup karakteristik individu, karakteristik usaha, serta hubungan antara karakteristik individu dan karakteristik usaha dengan pola pembayaran tunggakan Kupedes. Karakteristik individu yang dianalisis terdiri dari usia, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, jumlah pembinaan, dan jarak rumah penunggak dengan BRI. Sedangkan karakteristik usaha meliputi pengalaman usaha, jangka waktu pengembalian kredit, beban bunga, dan omset usaha. Adapun analisis
hubungan antara karakteristik individu dan karakteristik
usaha dengan pola pembayaran tunggakan Kupedes meliputi: hubungan usia dengan pola pembayaran tunggakan, tingkat pendidikan dengan pola pembayaran
39
tunggakan, jumlah tanggungan keluarga dengan pola pembayaran tunggakan, jumlah pembinaan dengan pola pembayaran tunggakan, jarak rumah penunggak dengan pola pembayaran tunggakan, pengalaman usaha dengan pola pembayaran tunggakan, jangka waktu pengembalian kredit dengan pola pembayaran tunggakan, beban bunga dengan pola pembayaran tunggakan, dan omset usaha dengan pola pembayaran tunggakan. Pola pembayaran tunggakan yaitu cara nasabah dalam menjalankan kewajiban berupa tunggakan pembayaran angsuran kepada pihak bank. Dalam analisis ini, akan dilihat bagaimana hubungan antara variabel pola pembayaran
tunggakan
Kupedes
terhadap
variabel-variabel
yang
diduga
mempengaruhinya. 4.4.2 Analisis Regresi Logistik Metode regresi logistik, seperti halnya regresi linier, adalah suatu metode analisa statistika yang mendeskripsikan hubungan sebuah peubah respon dengan satu atau lebih peubah bebas. Dalam analisis regresi logistik biner, pemodelan peluang kejadian tertentu dari kategori peubah respon dilakukan melalui transformasi logit, formula dari transformasi logit tersebut adalah : Logit (pi) = loge pi/1-pi Dengan pi adalah peluang munculnya kejadian kategori sukses dari peubah respon untuk orang ke-i dan loge adalah logaritma dengan basis bilangan e. Kategori sukses secara umum merupakan kategori yang menjadi perhatian dalam penelitian. Model yang digunakan dalam analisis regresi logistik biner adalah : Logit(pi) = b0 + b1*x Dengan logit (pi) adalah nilai transformasi logit untuk peluang kejadian sukses, b0 adalah intersep model garis regresi, b1 adalah slope model garis regresi dan X adalah peubah penjelas. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian kredit Kupedes macet pada kantor BRI Unit Cijeruk Cabang Bogor, terdapat variabel bebas antara lain : karakteristik individu dan karakteristik usia, yaitu: usia, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, jumlah pembinaan, pengalaman usaha, jangka waktu pengembalian kredit, beban bunga, jarak rumah penunggak dengan BRI, omset usaha, agunan dan pengalaman kredit. Rumus yang digunakan adalah
40
Yij = f (Xij) Dimana, Yij = Pengembalian tunggakan Kupedes (kredit macet), terdiri dari debitur yang macet, tetapi masih dapat mengangsur Kupedes(1), dan debitur yang macet dan tidak dapat mengangsur tunggakan Kupedes (0). Xij = Karakteristik penunggak Kupedes, terdiri dari : X1 =
Usia nasabah (tahun)
X2 =
Tingkat pendidikan (tahun)
X3 =
Jumlah tanggungan keluarga (jumlah orang)
X4 =
Pembinaan (jumlah kedatangan)
X5 =
Jarak rumah debitur dengan BRI (meter)
X6 =
Pengalaman usaha (tahun)
X7 =
Jangka waktu pengembalian kredit (tahun)
X8 =
Beban bunga (persen)
X9 =
Omset usaha (rupiah)
X10 =
Agunan (rupiah)
X11 =
Pengalaman kredit (tahun)
Variabel-variabel
tersebut
dipilih
karena
diduga
mempu
mewakili
karakteristik dari calon responden yang dapat mempengaruhi pengembalian tunggakan Kupedes. Penggolongan usia untuk mengetahui apakah perbedaan usia mempengaruhi responden pengembalian kredit. Tingkat pendidikan untuk mengetahui apakah semakin tinggi tingkat pendidikan dapat mempengaruhi responden pengembalian kredit. Variabel jumlah tanggungan keluarga digunakan untuk mengetahui apakah tanggungan keluarga mampu mempengaruhi dalam pengembalian kredit. Variabel pembinaan dianalisis untuk mengetahui apakah variabel tersebut berpengaruh pada pengembalian kredit. Variabel jarak rumah debitur dengan BRI jangka waktu pengembalian kredit, Beban bunga, dan Omset usaha dianalisis untuk mengetahui apakah variabel tersebut berpengeruh pada pengembalian kredit.
41
4.5 Definisi Operasional 1. Usia adalah umur peminjam kredit yang diperhitungkan dari waktu kelahiran sampai pada saat penelitian berlangsung yang diatur dalam tahun. 2. Tingkat pendidikan adalah tingkat pendidikan formal yang pernah/sudah dilalui oleh peminjam kredit. 3. Jumlah tanggungan keluarga adalah jumlah anggota keluarga peminjam kredit termasuk istri/suami, anak kandung serta saudara lainnya yang tinggal satu rumah dan masih menjadi tanggungan, diukur dalam jumlah orang. 4. Pembinaan adalah kunjungan petugas BRI Unit Cijeruk terhadap penjamin kredit, apakah peminjam kredit dikunjungi atau tidak dikunjungi oleh petugas BRI Unit Cijeruk. 5. Jarak adalah jarak antara rumah peminjam kredit dengan BRI Unit Cijeruk yang diukur dalam kilometer. 6. Pengalaman usaha adalah lamanya seorang peminjam kredit telah menjalankan usahanya yang diukur dalam tahun. 7. Jangka waktu pengembalian kredit adalah lama waktu pengembalian kredit yang disepakati oleh peminjam kredit dengan BRI yang diukur dalam bulan. 8. Beban bunga adalah tingkat bunga pinjaman yang dibebankan oleh BRI kepada peminjam kredit. 9. Omset usaha adalah rata-rata pendapatan per bulan yang diperoleh peminjam kredit dari usaha yang dijalankannya yang diukur dalam rupiah. 10. Agunan adalah barang yang dijadikan sebagai jaminan jika terjadi wanprestasi atau kelalaian yang mengakibatkan kredit macet. 11. Pengalaman kredit adalah pengulangan kredit (repeat order).
42
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum BRI Unit Cijeruk Berdasarkan Instruksi Presiden RI nomor 4 tahun 1973 tanggal 5 Mei 1973 tentang unit desa, maka Unit Desa Bank Rakyat Indonesia menjadi salah satu unsur dari unit desa termaksud dalam Inpres tersebut dengan diberi nama Bank Rakyat Indonesia. Unit Desa didirikan dengan tujuan memberikan pelayanan perbankan dalam wilayah kerjanya yang bersifat membantu aktivitas kantor cabang induknya. Pada awal berdirinya, Kegiatan Bank Rakyat Indonesia Unit Desa memberikan pelayanan kredit Bimas disampingkan menjalankan usaha mobilisasi dana berupa Tabanas Taska dan pelayanan kredit non Bimas. Adanya kebijaksanaan pemerintah tanggal 1 Juni 1983, mengharuskan Bank Rakyat Indonesia Unit Desa menjalankan tugas operasionalnya atas dasar kemampuan sendiri. Oleh karena itu sejak awal tahun 1984, Bank Rakyat Indonesia Unit Desa mulai memperkenalkan Kredit Umum Perdesaan yang kemudian dikenal dengan Kupedes. Disamping itu dalam rangka mobilisasi dana simpanan, BRI Unit Desa dilengkapi dengan Giro, Deposito, dan Simpedes selain Tabanas yang telah dilaksanakan terlebih dahulu. Penyempurnaan yang dilakukan dari waktu ke waktu bertujuan agar BRI Unit Desa mengarah kepada sistem perbankan yang kuat di perdesaan, mampu mandiri, termasuk segi pendanaanya. Hal ini berarti bahwa BRI Unit Desa mampu menghimpun dana dari masyarakat serta menyalurkan kembali dalam bentuk Kupedes kepada masyarakat, sehingga BRI dapat berfungsi sepenuhnya sebagai lembaga perantara keuangan perdesaan (Rural Financial Intermediary). BRI Unit Cijeruk terletak di Jalan Raya Bogor Sukabumi, Desa Pasir Muncang Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor. Sampai saat ini BRI Unit Cijeruk telah menjalani fungsinya sebagai penyalur kupedes kepada masyarakat. Berdasarkan laporan perkembangan BRI unit Cijeruk (2008), kupedes yang disalurkan pada tahun 2007 mengalami peningkatan sebesar Rp 1.470.167.550. Jumlah kupedes
43
yang disalurkan pada tahun 2006 sebesar Rp 9.322.015.450 dimana terjadi peningkatan pada tahun 2008 menjadi Rp. 10.792.183.000. Dalam perjalannya, kupedes yang disalurkan oleh BRI Unit Cijeruk mengalami masalah yaitu terjadinya penunggakan pengembalian kupedes (kredit macet) dari para debitur ke pihak BRI Unit Cijeruk sehingga mempengaruhi pendapatan BRI Unit Cijeruk.
5.2 Karakteristik Responden Karakteristik responden menggambarkan karakter yang dimiliki peminjam yang mampu
mempengaruhi
peminjam
tersebut
dalam
pembayaran
kreditnya.
Karakteristik responden tersebut digolongkan berdasarkan karakteristik individu peminjam dan karakteristik usaha peminjam. Adapun responden dalam penelitian ini berjumlah 50 orang penunggak Kupedes sektor agribisnis di Kantor BRI Unit Cijeruk. Responden tersebut terdiri dari penunggak yang masih dapat menganggur Kupedes dan penunggak yang tidak dapat mengangsur Kupedes. Kedua bentuk penunggak kredit tersebut dikategorikan oleh pihak BRI Unit Cijeruk sebagai peminjam Kupedes yang bermasalah atau yang mengalami kemacetan pembayaran. Kelompok penunggak Kupedes yang masih dapat mengangsur Kupedes ke BRI unit Cijeruk adalah peminjam kredit yang tidak tepat waktu dalam melakukan pembayaran pinjamannya. Sedangkan kelompok penunggak yang tidak dapat mengangsur Kupedes adalah peminjam kredit yang sama sekali tidak lagi membayar pinjamannya ke BRI Unit Cijeruk karena berbagai alasan.
5.2.1 Karakteristik Individu Responden Karakteristik individu debitur penunggak Kupedes dapat dilihat dari segi usia, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, jumlah pembinaan, dan jarak rumah penunggak dengan BRI Unit Cijeruk. Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa responden penunggak Kupedes sebagian besar berada pada usia produktif. Yang termasuk dalam usia produktif untuk bekerja yaitu antara 30 tahun sampai dengan 50 tahun. Mengenai tingkat pendidikan responden berpendidikan SD yaitu sekitar 36 persen, 20 persen berpendidikan SMP, 40 persen berpendidikan SMA, serta 4 persen tidak tamat SD. Dengan demikian, jika dilihat dari faktor pendidikan,
44
secara keseluruhan rata-rata responden telah mendapatkan pendidikan formal. Tingkat pendidikan yang cukup baik tentunya akan memudahkan peminjam kredit dalam menangkap informasi dan petunjuk dari luar serta dapat meningkatkan kemampuan berpikir dalam mengelola usahanya. Tabel 3. Karakteristik Individu Penunggak Kupedes Bank Rakyat Indonesia Unit Cijeruk. No Karakteristik Individu 1 Usia a. 30 - 40 tahun b. 41 - 50 tahun c. 51 - 60 tahun d. >60 tahun 2 Tingkat Pendidikan a. Tidak Tamat SD b. SD c. SMP d. SMA 3 Jumlah Tanggungan Keluarga a. 2 orang b. 3 orang c. 4 orang d. 5 orang e. 6 orang f. 7 orang g. 8 orang 4 Pembinaan a. Mengikuti b. Tidak Mengikuti 5 Jarak Rumah Penunggak dengan BRI Unit Cijeruk a. 2-4 km b. 5-7 km c. >7 km
Jumlah (orang)
Persentase (%)
19 16 9 6
38 32 18 12
2 18 10 20
4 36 20 40
9 18 13 6 1 2 1
18 36 26 12 2 4 2
36 14
72 28
27 13 10
54 26 20
Sumber : BRI Unit Cijeruk
Berdasarkan jumlah tanggungan keluarga dari responden, sebagian besar memiliki jumlah tanggungan keluarga sebanyak tiga orang yaitu sekitar 36 persen responden, 18 persen responden mempunyai tanggungan keluarga 2 (dua) orang, 26 persen mempunyai tanggungan keluarga 4 (empat) orang, 12 persen memiliki tangungan keluarga sebanyak 5 orang, 2 persen mempunyai tanggungan keluarga 6
45
(enam) orang, serta masing-masing sebesar 4 persen memiliki jumlah tanggungan keluarga 7 (tujuh) dan 2 persen sebanyak 8 (delapan) orang. Dalam memberikan pelayanan pemberian kredit, pihak BRI Unit Cijeruk melakukan pembinaan kepada nasabahnya (peminjam Kupedes). Pembinaan yang dilakukan oleh pihak BRI ini meliputi pembinaan secara administratif yang meliputi: meneliti dan menganalisa data/laporan yang diterima sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil langkah-langkah lebih lanjut guna penyehatan dan pengembangan dibidang perkreditan dan pengambilan langkah-langkah untuk bahan kegiatan di lapangan sehubungan dengan hasil analisa yang dapat berupa bimbingan, peringatan ataupun petunjuk teknis pada debitur. Pembinaan di lapangan dilakukan dengan pengamatan langsung ke tempat debitur, mengadakan penelitian apakah Kupedes yang diberikan sesuai dengan syarat-syarat dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, dan bila ada penyimpangan, seberapa jauh penyimpangan tersebut dapat ditolerir dengan memperhatikan resiko yang mungkin timbul. Mengadakan pengamatan apakah manajemen perusahaan terpelihara dengan baik dan apabila terjadi penyimpangan, BRI memberikan jalan keluar dalam menghadapi masalah tersebut. Hakekatnya sasaran pembinaan Kupedes ini ditujukan kepada perseorangan termasuk bimbingan dan pengarahan untuk pengembangan usahanya atau membantu mencarikan jalan keluar dalam hal debitur mengalami kesulitan. Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa 72 persen responden mengikuti pembinaan dari petugas BRI Unit Cijeruk, sedangkan 28 persen tidak mengikuti pembinaan. Hal ini memberikan gambaran bahwa pihak BRI unit Cijeruk sangat peduli sekali terhadap peminjaman Kupedes dalam menggunakan kreditnya. Mengenai jarak rumah responden ke kantor BRI unit Cijeruk, terlihat umumnya responden memiliki rumah yang relatif dekat dengan BRI Unit Cijeruk. Sebagian besar responden memiliki rumah yang berjarak sekitar dua sampai empat kilometer dengan BRI Unit Cijeruk sebanyak 54 persen. Rumah responden yang berjarak lima sampai tujuh kilometer sebanyak 26 persen dan rumah rewsponden yang berjarak lebih dari 7 kilometer sebanyak 20 persen.
46
5.2.2 Karakteristik Usaha Responden Karakteristik usaha responden dilihat dari segi pengalaman usaha, jangka waktu pengembalian kredit, beban bunga, dan omzet usaha. Pada tabel 4, disajikan Karakteristik Usaha Penunggak Kupedes BRI Unit Cijeruk.
Tabel 4 Karakteristik Usaha Penunggak Kupedes Bank Rakyat Indonesia Unit Cijeruk No Karakteristik Usaha 1 Pengalaman Usaha a. 3 - 6 tahun b. 7 - 10 tahun c, >10 tahun 2 Waktu Pengembalian Kredit a. 12 bulan b. 18 bulan c. 24 bulan 3 Beban Bunga a. Keberatan b. Tidak Keberatan 4 Omset Usaha Per Bulan a. Rp. 1.000.000 - Rp. 2.000.000 b. Rp, 2.100.000 - Rp. 3.000.000 c. Rp. 3.100.000 - Rp. 4.000.000 d. > Rp. 4.000.000
Jumlah (orang)
Persentase (%)
23 15 12
46 30 24
11 5 34
22 10 68
3 47
6 94
29 12 7 2
58 24 14 4
Sumber : BRI Unit Cijeruk Berdasarkan tabel 4 terlihat bahwa seluruh responden telah memiliki pengalaman usaha. Sebagian besar responden memiliki pengalaman usaha antara 3 – 6 tahun yaitu sebanyak 46 persen, sedangkan responden yang memiliki pengalaman usaha antara 7 – 10 tahun sebanyak 30 persen, dan 24 persen responden mempunyai pengalaman usaha lebih dari 10 tahun. Mengenai jangka waktu pengembalian kredit dikategorikan menjadi tiga kelompok. Hal ini didasari oleh jangka pengembalian kredit. Semakin banyak kredit yang dipinjam maka jangka waktu pengambalian kredit semakin lama. Berdasarkan tabel 4 terlihat bahwa yang menjadi prioritas responden dalam pengembalian kredit
47
adalah jangka waktu pengambalian kredit 24 bulan, responden merasa dengan jangka waktu tersebut mempunyai waktu yang cukup untuk pengembalian kredit. Sebagaimana pinjaman kredit lainnya, Kupedes BRI juga memberlakukan beban bunga bagi setiap pinjaman. Perhitungan beban bunga yang ditetapkan oleh BRI adalah dengan perhitungan flate rate system yaitu bahwa bunga Kupedes dihitung dari besarnya maksimum kredit mula-mula dan dibebankan sepanjang waktu kredit. Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa sebanyak 6 persen menyatakan keberatan dengan beban bunga yang diterapkan oleh bank, sedangkan 94 persen responden menyatakan tidak keberatan dengan bunga pinjaman. Hal ini memberikan gambaran bahwa beban bunga yang saat ini diterapkan oleh BRI, secara umum dapat diterima oleh peminjam Kupedes. Rata-rata omset perbulan yang diperoleh responden penunggak Kupedes adalah sebesar Rp. 2.898.500. Sebagaian besar responden memperoleh omset per bulan antara Rp. 1.000.000 sampai Rp. 2.000.000 ( 58 persen ), selanjutnya omset perbulan antara Rp. 2.100.000 sampai Rp. 3.000.000 ( 24 persen ), Rp. 3.100.000 sampai Rp. 4.000.000 sebanyak 14 persen, serta yang memiliki omset per bulan lebih dari Rp. 4.000.000 sebanyak 4 persen responden.
48
VI. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENGEMBALIAN KUPEDES PADA BRI UNIT CIJERUK
6.1. Hubungan Karakteristik Individu dan Karakteristik Usaha dengan Peluang Pengembalian Tunggakan Kupedes Pada BRI Unit Cijeruk Analisis peluang pengembalian tunggakan Kupedes oleh debitur (peminjam kredit) dilakukan dengan melihat bagaimana peluang pengembalian kredit oleh debitur berdasarkan kaitannya dengan faktor-faktor yang diduga mempengaruhi tunggakan kredit tersebut. Faktor-faktor yang diduga memperngaruhi tersebut dikelompokkan menjadi karekteristik individu dan karakteristik usaha dari debitur.
6.1.1. Peluang Pengembalian Tunggakan Kupedes Pada BRI Unit Cijeruk Berdasarkan Karakteristik Individu Responden. Analisis hubungan antara pengembalian tunggakan kredit dengan usia dilakukan untuk mengetahui bagaimana faktor usia mempengaruhi peluang pengembalian tunggakan. Semakin tua usia debitur maka semakin tidak lancar dalam penggembalian tunggakan kreditnya dengan kata lain bahwa semakin muda usia debitur maka semakin lancar dalam pengembalian tunggakan kredit. Dari 50 responden dalam penelitian ini, golongan usia 30-40 tahun merupakan golongan usia yang paling lancar dalam pengembalian tunggakan kredit yaitu sebanyak 18 responden dari 19 responden (94 persen), sedangkan yang tidak dapat membayar tunggakan kreditnya dari golongan usia tersebut hanya terdapat satu orang responden. Sementara itu, responden paling banyak melakukan penunggakan pembayaran kredit adalah responden pada golongan usia lebih dari 50 tahun yaitu sebanyak 8 responden dari 13 responden ( 61,5 persen ).
49
Tabel 5 Sebaran Responden Berdasarkan Usia No 1 2 3
Usia 30 - 40 tahun 41 - 50 tahun > 50 tahun Jumlah
Karakteristik Pengembalian Tunggakan Dapat Tidak Dapat Mengangsur Mengangsur 18 1 12 6 5 8 35 15
Jumlah 19 18 13 50
Jika diamati lebih lanjut, dapat dijelaskan bahwa pada golongan usia muda, responden memiliki sikap yang lebih taat pada aturan-aturan yang diterapkan oleh pihak bank dibandingkan dengan usia tua. Golongan usia muda lebih mudah diberi penjelasan dan pembinaan, sedangkan pada golongan usia lebih tua lebih sulit menerima masukan dari pihak bank yang dilakukan melalui pembinaan. Hal ini dikarenakan mereka merasa sudah mengerti dan lebih mengetahui tentang usahanya karena sudah lama menjalankan usaha tersebut. Berdasarkan tinggkat pendidikan responden, secara umur tidak mempengaruhi peluang pengembalian tunggakan kredit. Pendidikan yang tinggi tidak menjamin bahwa nasabah tersebut akan dapat mengangsur dengan lancar, demikian juga sebaliknya tingkat pendidikan yang rendah tidak serta merta karakteristik pengembalian tunggakannya tidak lancar. Hal ini menunjukan bahwa responden memiliki pengetahuan yang sama tentang kredit. Pengetahuan mengenai kredit tersebut diperoleh dari pihak bank karena sebelumnya bank telah memberikan penjelasan mengenai kredit berupa hak, kewajiban, bonus dan juga sanksi pada saat mereka mengajukan permohonan meminjam kredit. Dari tabel 6 setiap tingkat pendidikan terdapat beberapa responden yang dapat membayar tunggakan dan sebagian tidak dapat membayar tunggakan.
50
Tabel 6 Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No 1 2 3 4
Usia Tidak Tamat SD SD SMP SMA Jumlah
Karakteristik Pengembalian Tunggakan Dapat Tidak Dapat Mengangsur Mengangsur 2 13 5 11 9 10 35 15
Jumlah 2 18 11 19 50
Jumlah tanggungan keluarga yang dimiliki responden memperlihatkan hubungan yang signifikan dengan peluang pengembalian kreditnya. Tabel 6 menunjukkan adanya hubungan yang negatif antara jumlah tanggungan keluarga dengan peluang pengembalian tunggakan. Semakin sedikit jumlah tanggungan keluarga yang dimiliki responden, maka semakin besar peluang pengembalian kreditnya. Hal ini bisa dijelaskan karena jumlah tanggungan keluarga berkaitan dengan besarnya biaya hidup sehari-hari yang harus dikeluarkan. Semakin sedikit jumlah tanggungan maka pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga juga semakin kecil, sehingga alokasi penghasilan untuk pembayaran kredit semakin besar dan pada akhirnya pengembalian kredit semakin lancar. Dari 50 responden dalam penelitian ini, responden dengan jumlah tanggungan keluarga dua orang merupakan responden yang paling lancar dalam pengembalian tunggakan kredit yaitu sebanyak 9 responden (100 persen). Sementara itu, seluruh responden dengan tanggungan keluarga 8 orang tidak dapat melakukan pengembalian tunggakan kredit.
51
Tabel 7 Sebaran Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga Tanggungan Keluarga ( orang )
No 1 2 3 4 5 6 7
2 3 4 5 6 7 8 Jumlah
Karakteristik Pengembalian Tunggakan Dapat Tidak Dapat Mengangsur Mengangsur 9 15 3 4 9 4 2 1 2 1 35 15
Jumlah 9 18 13 6 1 2 1 50
Pembinaan yang dilakukan oleh pihak BRI adalah pemantauan terhadap kredit yang digunakan. Pembinaan ini mempunyai sasaran memberikan bimbingan dan pengarahan untuk pengembangan usaha dan atau membantu jalan keluar dalam hal debitur mengalami kesulitan. Kebanyakan dari responden, menggunakan dana pinjaman untuk usaha kecil menengah. Hasil pengamatan dilapangan menunjukkan bahwa banyak responden yang kurang baik dalam hal pencatatan terhadap hasil usahanya sehingga antara pengeluaran rumah tangga dan keluarga masih disatukan akibatnya alokasi dana untuk pengembalian kredit itu tidak terencana. Tabel 8 menunjukkan bahwa pembinaan yang dilakukan oleh BRI Unit Cijeruk tidak menjamin kelancaran pengembalian kredit oleh debitur kepada pihak bank. Pada tabel tersebut terdapat adanya 8 responden (28,57 persen) yang tidak dapat melakukan pengembalian tunggakan kreditnya meskipun telah mendapatkan pembinaan dari BRI. Sementara itu sebanyak 50 persen responden yang tidak mendapatkan pembinaan tetap mampu melakukan pengembalian tunggakan kreditnya.
52
Tabel 8 Sebaran Responden Berdasarkan Pembinaan No 1 2
Pembinaan Ada Pembinaan Tidak Ada Pembinaan Jumlah
Karakteristik Pengembalian Tunggakan Dapat Tidak Dapat Mengangsur Mengangsur 28 8 7 7 35 15
Jumlah 36 14 50
Berdasarkan jarak rumah responden dengan kantor BRI unit Cijeruk, menunjukkan bahwa jarak berpengaruh nyata terhadap pengembalian kredit. Hal ini disebabkan karena kendala waktu dan biaya transportasi yang harus dikeluarkan responden.
Sebagian
besar
responden
menyatakan
bahwa
mereka
harus
menyediakan waktu yang cukup lama serta mengeluarkan biaya transportasi yang cukup besar untuk melakukan pembayaran kedit ke kantor BRI Unit Cijeruk. Responden tersebut memilih melakukan pembayaran dua bulan sekali atau tiga bulan sekali. Sistem pembayaran seperti ini akan merugikan peminjam tersebut karena selain harus membayar bunga pinjaman, mereka juga akan dikenai sanksi oleh pihak BRI.
Tabel 9 Sebaran Responden Berdasarkan Jarak Rumah Debitur dengan BRI Unit Cijeruk
No 1 2 3
Jarak Rumah Debitur Dengan BRI Unit Cijeruk 2 - 4 km 5 - 7 km > 7 km Jumlah
Karakteristik Pengembalian Tunggakan Dapat Tidak Dapat Mengangsur Mengangsur 25 2 3 10 7 3 35 15
Jumlah 27 13 10 50
53
6.1.2. Peluang
Pengembalian Tunggakan Kupedes Pada Bank Rakyat
Indonesia Unit Ciomas Berdasarkan karakteristik Usaha Responden Dari tabel 10 dapat diketahui peluang pengembalian tunggakan kredit dilihat berdasarkan pengalaman usaha yang dimiliki debitur. Debitur yang mempunyai pengalaman usaha antara 3 – 6 tahun yang mempunyai peluang sangat besar untuk mengembalikan tunggakan kredit yaitu sebanyak 19 responden dari total 23 responden (82,6 persen). Peluang pengembalian kredit dari debitur yang mempunyai usaha 7 – 10 tahun adalah 9 responden dari 15 responden (60 persen), sedangkan responden yang memiliki pengalaman usaha diatas 10 tahun berjumlah 7 responden dari 12 responden (58,33 persen).
Tabel 10 Sebaran Responden Berdasarkan Pengalaman Usaha
No
Pengalaman Usaha
1 3 - 6 tahun 2 7 - 10 tahun 3 >10 tahun Jumlah
Karakteristik Pengembalian Tunggakan Dapat Tidak Dapat Mengangsur Mengangsur 19 4 9 6 7 5 35 15
Jumlah 23 15 12 50
Jangka waktu pengembalian kredit mempengaruhi peluang pengembalian tunggakan kredit. Berdasarkan Tabel 11, 11 responden dengan waktu pengembalian selama 12 bulan dapat melakukan pengembalian kredit. 18 bulan dan 24 bulan melakukan penunggakan dalam pembayaran kreditnya yaitu sebesar 20 persen untuk waktu pengembalian 18 bulan dan 38,23 persen untuk waktu pengembalian 24 bulan.
54
Tabel 11 Sebaran Responden Berdasarkan Jangka Waktu Pengembalian Kredit Jangka Waktu Pengembalian Kredit
No 1 2 3
12 bulan 18 bulan 24 bulan Jumlah
Karakteristik Pengembalian Tunggakan Dapat Tidak Dapat Mengangsur Mengangsur 11 1 4 1 20 13 35 15
Jumlah 12 5 33 50
Beban bunga yang ditetapkan oleh bank tidak berpengaruh terhadap pengembalian kredit. Sebagian besar responden tidak keberatan dengan beban bunga yang ditetapkan oleh BRI. Pada tabel 12, dari 47 responden yang tidak keberatan dengan beban bunga, 33 responden (70,21 persen) diantaranya dapat melakukan pengembalian kredit, sedangkan sisanya sebanyak 14 responden (29,78 persen) tidak dapat mengembalikan kreditnya meskipun mereka tidak merasa keberatan dengan beban bunga tersebut. Pada responden yang keberatan dengan beban bunga yang ditetapkan oleh BRI, terdapat 2 responden (67 persen) yang dapat mengembalikan kredit serta 1 responden (33 persen) yang tidak dapat mengembalikan kredit.
Tabel 12 .Sebaran Responden Berdasarkan Beban Bunga
No
Beban Bunga
1 Keberatan 2 Tidak Keberatan Jumlah
Karakteristik Pengembalian Tunggakan Jumlah Dapat Tidak Dapat Mengangsur Mengangsur 2 1 3 33 14 47 35 50 15
Dari tabel 12 menunjukkan bahwa omset usaha sangat berpengaruh terhadap pengembalian kredit. Berdasarkan hal tersebut terlihat bahwa omset usaha menentukan tingkat pendapatan pengusaha, dimana semakin tinggi omset usaha akan meningkatkan pendapatan usaha, sehingga akan meningkatkan penghasilan yang dialokasikan untuk membayar kredit.
55
Tabel 13 Sebaran Responden Berdasarkan Omset Usaha No 1 2 3 4
Omset Usaha Rp. 1.000.000 - Rp. 2.000.000 Rp. 2.100.000 - Rp. 3.000.000 Rp. 3.100.000 - Rp. 4.000.000 > Rp. 4.000.000 Jumlah
Karakteristik Pengembalian Tunggakan Jumlah Dapat Tidak Dapat Mengangsur Mengangsur 23 6 29 5 7 12 5 2 7 2 2 35 15 50
Nilai agunan yang dimiliki responden yang dijadikan jaminan jika terjadi wanprestasi atas kelalaian yang mengakibatkan kredit macet mempengaruhi peluang pengembalian kredit macet. Semakin tinggi nilai dari suatu agunan maka semakin kecil peluang responden untuk tidak dapat mengangsur kredit tersebut. Agunan dapat berupa alat alat usaha, tanah, bangunan dan lain-lain. Tabe 14. Sebaran Responden Berdasarkan nilai agunan.
No 1 2 3
NILAI AGUNAN (Rupiah) < 5.000.000 5.000.000 - 10.000.000 >10.000.000 Jumlah
Karakteristik Pengembalian Tunggakan Dapat Tidak Dapat Mengangsur Mengangsur 11 4 17 8 7 3 35 15
Jumlah 15 23 12 50
Responden yang sudah pernah kredit adalah sebanyak 15 responden, dengan komposisi 83,3 persen dapat mengangsur dan 16,7 persen yang tidak dapat mengangsur. Responden yang belum mempunyai pengalaman kredit 32 responden dengan komposisi 62,5 persen dapat mengangsur dan 37,5 persen tidak dapat mengangsur. Hal ini menunjukan bahwa ternyata pengalaman kredit kurang mempengaruhi pengembalian tunggakan. Tabel 15. Sebaran Responden Berdasarkan Pengalaman kredit
No
1 2
Pengalaman kredit
Sudah pernah kredit Belum pernah kredit Jumlah
Karakteristik Pengembalian Tunggakan Dapat Tidak Dapat Mengangsur Mengangsur 15 3 20 12 35 15
Jumlah
18 32 50
56
6.2.
Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Pengembalian Tunggakan Kupedes Pada BRI Unit Cijeruk. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi debitur untuk mengembalikan
tunggakan Kupedes ( kredit macet ) adalah usia, pendidikan, tanggungan keluarga, jumlah pembinaan, jarak rumah debitur dengan BRI, pengalaman usaha, jangka waktu pengembalian kredit, beban bunga, dan omset usaha. Variabel respon dalam hal ini terdiri dari dua alternatif pilihan yaitu debitur yang masih dapat mengangsur tunggakan Kupedes (1) dan yang tidak dapat mengangsur angsuran (0) Pada tingkat kepercayaan 90 persen (α = 0,10), nilai uji G untuk model regresi logistik ini adalah 48,535 dengan nilai P = 0,000. Hal ini berarti tolah H0 atau minimal ada satu nilai βi tidak sama dengan nol. Dapat disimpulkan bahwa minimal satu di antara variabel usia, tingkat pendidikan, tanggungan keluarga, jumlah pembinaan, pengalaman usaha, jangka waktu pengembalian kredit, beban bunga, jarak rumah debitur dengan BRI, omset usaha, nilai agunan dan pengalaman kredit berpengaruh nyata terhadap pengembalian tunggakan Kupedes ke BRI Unit Cijeruk. Selanjutnya, jika dilihat dari hasil uji Goodness of Fit yang terdiri dari uji Pearson, Devience, dan Hosmer-Lemeshow menunjukkan bahwa tidak semua nilai P lebih besar dari 10 persen (α = 0,10). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian model berpengaruh pada respon. Hasil pengolahan regresi logistik mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian Kupedes lebih jelasnya terdapat pada tabel 16.
Tabel 16. Hasil Pengolahan Regresi Logistik Mengenai Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Pengembalian Tunggakan Kupedes pada BRI Unit Cijeruk
57
No
Keterangan
Koofisien
Nilai P
Odds Ratio
1
Usia
-0,935001
0,079
0,39
2
Tingkat Pendidikan
-2,36719
0,081
0,09
3
Jumlah tangungan Keluarga
-3,57166
0,349
0,03
4
Pembinaan
-8,49221
0,278
0,00
5
Jarak Rumah Dengan BRI
1,23318
0,279
3,43
6
Pengalaman Usaha
-0,594974
0,688
0,55
7
Jangka Waktu Pengembalian
-2,79295
0,998
0,06
8
Beban Bunga
26,8970
0,996
4,79975
9
Omzet Usaha
0,0000056
0,179
1,00
10
Nilai Agunan
0,0000025
0,060
1,00
11
Pengalaman Kredit
28,1134
0,996
1,61989
Dari hasil pengolahan dengan menggunakan regresi logistik dapat diketahui variabel-variabel yang berpengaruh nyata (signifikan) dan yang tidak berpengaruh nyata (tidak signifikan) terhadap pengembalian tunggakan Kupedes. Identifikasi variabel yang signifikan dapat dilihat dari nilai P dari variebal yang bersangkutan. Jika nilai P suatu variabel lebih kecil dari 10 persen (P < 0,10) maka variabel tersebut berpengaruh nyata terhadap pengembalian Kupedes. Demikian juga sebaliknya, jika nilai P suatu variabel lebih besar dari 10 persen (P > 0,10) maka variabel tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap pengembalian Kupedes. Adapun variabel-variabel yang signifikan dari hasil analisis regresi logistik adalah varibel usia, variabel tingkat pendidikan dan variabel nilai agunan. Hal ini dapat dilihat dari nilai P dari variabel-variabel tersebut yaitu 0,079, 0,081 dan 0,060 dimana nilai masing-masing variabel tersebut lebih kecil dari 10 persen ( P < 0,10 ). Sedangkan variabel independent yang tidak signifikan pengaruhnya bagi
58
pengembalian Kupedes yaitu jumlah tanggungan keluarga, pembinaan, jarak rumah dengan BRI Unit, pengalaman usaha, jangka waktu pengembalian kredit, beban bunga, omzet usaha dan spengalaman kredit. Variabel-variabel tersebut tidak signifikan pengaruhnya karena nilai P dari masing-masing variebel lebih besar dari 10 persen ( P > 0,10 ). a. Variabel Usia Koefisien variabel usia dari hasil regresi logistik adalah negatif, artinya bertambahnya usia responden menyebabkan responden semakin tidak lancar dalam pengembalian tunggakan Kupedes. Hal ini mematahkan hipotesis awal yang menyatakan bahwa usia memiliki pengaruh positif terhadap peluang pengembalian kredit. Semakin tua usia responden membuat responden semakin tidak produktif dalam mengembangkan usahanya sehingga pendapatannya tidak mencukupi untuk membayar kewajibannya terhadap pihak BRI Unit Cijeruk. Hubungan variabel usia signifikan karena nilai P variabel usia lebih kecil dari 10 persen ( P < 0,10 ). Nilai P variabel usia tersebut sebesar 0,079 sehingga cukup bukti untuk mengatakan bahwa usia berpengaruh nyata terhadap pengembalian tunggakan Kupedes. Hal ini berarti usia debitur memberikan pengaruh pada pengembalian Kupedes BRI. Nilai odd ratio untuk variabel usia sebesar 0,39 menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan untuk peluang pengembalian tunggakan Kupedes bila terdapat perbedaan usia. b. Variabel Tingkat pendidikan. Variabel tingkat pendidikan dari hasil regresi logistik memiliki nilai koofisien yang negatif, artinya semakin tingginya tingkat pendidikan responden menyebabkan responden semakin tidak lancar dalam pengembalian tunggakan kupedes. Hal ini mematahkan hipotesis awal bahwa tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap peluang pengembalian kredit. Semakin tinggi tingkat pendidikan menyebabkan responden semakin mengerti dan memahami tentang sistem perkreditan sehingga responden mencari celah untuk menunggak kewajibannya terhadap pihak BRI Unit Cijeruk. Hubungan variabel tingkat pendidikan signifikan karena nilai P variabel tingkat pendidikan lebih kecil dari 10 persen (P < 0,10). Nilai P variabel tingkat pendidikan tersebut adalah sebesar 0,081 sehingga cukup bukti untuk menyatakan bahwa
59
tingkat pendidikan berpengaruh nyata terhadap tingkat pengembalian tunggakan kupedes. Walaupun variabel tingkat pendidikan signifikan, tetapi jika dilihat dari nilai odd ratio untuk variabel tersebut yaitu sebesar 0,09 menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan untuk peluang pengembalian kredit bila tingkat pendidikan responden berbeda, karena nilai odd ratio jauh dari 1. c. Variabel Jumlah Tanggungan Keluarga Koofisien variabel jumlah tanggungan keluarga dari hasil analisis logistik adalah negatif, artinya semakin banyak jumlah tanggungan keluarga responden menyebabkan responden semakin tidak lancar dalam pengembalian tunggakan kupedes, dan sebaliknya semakin sedikit jumlah tanggungan keluarga maka semakin besar peluang pengembalian tunggakan kupedes. Hal ini sejalan dengan hipotesis awal bahwa variabel jumlah tanggungan keluarga berpengaruh negatif terhadap tingkat pengembalian kredit. Hubungan variabel tanggungan keluarga tidak signifikan karena nilai P variabel jumlah tanggungan keluarga lebih besar dari 10 persen (P>0,10) yaitu sebesar 0,349. Hubungan antara variabel jumlah tanggungan keluarga dengan pengembalian tunggakan kupedes dilihat dari nilai odds ratio. Nilai odds ratio untuk variabel jumlah tanggungan keluarga adalah 0,03 . Nilai tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan untuk peluang pengembalian tunggakan Kupedes bila jumlah tanggungan keluarga berbeda. d.
Variabel Pembinaan Variabel pembinaan dari hasil regresi logistik menunjukkan hubungan negatif
antara variabel pembinaan dengan variabel pengembalian tunggakan Kupedes. Semakin sering dilakukan pembinaan tidak menjamin responden semakin lancar dalam melaksanakan kewajibannya pada BRI Unit Cijeruk. Hal ini mematahkan hipotesis awal bahwa pembinaan berpengaruh positif terhadap pengembalian kredit. Hubungan variable pembinaan tidak signifikan karena nilai P variabel pembinaan lebih besar dari 10 persen (P > 0,10), sehingga belum cukup bukti untuk mengatakan pembinaan berpengaruh nyata terhadap pengembalian tunggakan Kupedes. Walaupun variabel pembinaan tidak signifikan, tetapi jika dilihat dari nilai odd ratio untuk variabel tersebut yaitu sebesar 0,00 menunjukkan adanya perbedaan
60
yang signifikan untuk peluang pengembalian kredit bila terdapat perbedaan dalam hal pembinaan responden, karena nilai odd ratio kurang dari 1. e. Variabel Jarak Rumah Debitur dengan Kantor BRI Unit Cijeruk Variabel jarak rumah debitur dengan kantor BRI unit Cijeruk berdasarkan hasil analisis regresi logistik bernilai positif, artinya semakin jauh jarak rumah responden dengan BRI Unit Cijeruk menyebabkan responden semakin lancar dalam pengembalian tunggakan Kupedes, dan sebaliknya semakin dekat jarak rumah responden dengan BRI Unit Cijeruk maka semakin kecil peluang pengembalian tunggakan Kupedes. Hal ini mematahkan hipotesis awal bahwa jarak rumah nasabah dengan BRI Unit Cijeruk berpengaruh negatif terhadap peluang pengembalian kredit. Semakin jauh jarak rumah, maka responden semakin memiliki kesadaran untuk membayar kewajibanya. Hubungan variabel jarak rumah tidak signifikan karena nilai P variabel tersebut lebih besar dari 10 persen ( P > 0,10 ). Hubungan antara variabel jarak rumah debitur dengan pengembalian tunggakan Kupedes dilihat dari nilai odd ratio yaitu sebesar 3,43. Nilai tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan untuk peluang pengembalian tunggakan Kupedes bila jarak rumah responden dengan BRI Unit Cijeruk berbeda, karena odd ratio jauh dari 1. f. Variabel Pengalaman Usaha Koefisien variabel pengalaman usaha dari hasil regresi logistik menunjukkan hubungan negatif artinya responden yang semakin berpengalaman dalam menjalankan usahanya menyebabkan responden semakin tidak lancar dalam pengembalian tunggakan Kupedes. Hal ini mematahkan hipotesis awal bahwa Variabel pengalaman usaha berpengaruh positif terhadap tingkat pengembalian kredit. Semakin responden berpengalaman di bidang usahanya membuatnya semakin meremehkan kewajibannya terhadap pengembalian kredit karena sebagian pendapatan dari hasil usaha akan terus di pakai untuk pengembangan usahanya. Hubungan variabel usaha tidak signifikan karena nilai P variabel pengalaman usaha lebih besar dari 10 persen ( P > 0,10 ). Nilai P variabel pengalaman usaha adalah sebesar 0,668 sehingga belum cukup bukti untuk mengatakan bahwa pengalaman usaha berpengaruh nyata terhadap pengembalian tunggakan Kupedes.
61
Nilai odd ratio adalah 0,55 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan karena kurang dari 1. g. Variabel Jangka Waktu Pengembalian Koefisien variabel jangka waktu pengembalian Kupedes hasil regresi logistik menunjukkan hubungan negatif, artinya semakin lama jangka waktu pengembalian Kupedes menyebabkan responden semakin tidak lancar dalam pengembalian tunggakan Kupedes. Hal ini sejalan dengan hipotesis awal bahwa jangka waktu pengembalian kredit berpengaruh negative terhadap pengembalian kredit. Hubungan antara jangka waktu pengembalian dengan pola pengembalian tunggakan Kupedes tersebut tidak signifikan karena nilai P variabel tersebut usaha lebih besar dari 10 persen ( P > 0,10 ). Nilai P adalah 0,998 Sehingga belum cukup bukti untuk mengatakan bahwa jangka waktu pengembalian berpengaruh nyata terhadap pengambalian tunggakan Kupedes. Nilai odd ratio adalah 0,06 menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan untuk peluang pengembalian tunggakan karean jauh dari 1. h. Variabel Beban Bunga Koefisien variabel beban bunga dari hasil regresi logistik menunjukkan hubungan positif artinya semakin responden tidak keberatan dengan beban bunga yang dibebankan oleh BRI Unit Cijeruk menyebabkan responden semakin lancar dalam pengembalian tunggakan Kupedes, dan sebaliknya semakin responden berat terhadap beban bunga menyebabkan responden semakin tidak lancar dalam pengembalian tunggakan Kupedes. Hal ini tidak sejalan dengan hipotesis awal bahwa beban bunga berpengaruh negative terhadap peluang pengembalian kredit. Beban bunga yang ditetapkan oleh pihak Bank BRI masih terjangkau dan lebih rendah dibanding beban bunga jika responden meminjam uang terhadap tengkulak. Hubungan antara beban bunga dengan pola pengembalian tunggakan Kupedes tidak signifikan karena nilai P variabel beban bunga lebih besar dari 10 persen (P > 0,10) yaitu sebesar 0,996 Sehingga belum cukup bukti untuk mengatakan bahwa beban bunga berpengaruh nyata terhadap pengembalian tunggakan Kupedes. Hal ini disebabkan karena sebagian besar debitur merasa tidak keberatan terhadap beban bunga yang ditetapkan oleh BRI Unit Cijeruk. Hubungan antara beban bunga dengan pengembalian tunggakan Kupedes dilihat dari nilai odds ratio untuk variabel
62
omset usaha adalah 0,00 Nilai tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan untuk peluang pengembalian tunggakan Kupedes bila beban bunga responden berbeda, karena odd ratio adalah jauh dari 1. i. Variabel Omset Usaha Hasil analisis regresi logistik untuk variabel omset usaha memiliki koefisien bernilai positif, artinya semakin besar omset usaha responden menyebabkan responden semakin lancar dalam pengembalian tunggakan Kupedes. Hal ini sejalan dengan hipotesis awal bahwa omset usaha berpengaruh positif terhadap tingkat pengembalian kredit. Hubungan variabel omset usaha tidak signifikan karena nilai P variabel omset usaha lebih besar dari 10 persen ( P > 0,10 ) yaitu 0,179. Hubungan antara variabel omset usaha dengan pengembalian tunggakan Kupedes dilihat dari nilai odds ratio untuk variabel omset usaha adalah 1,00 Nilai tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan untuk peluang pengembalian tunggakan Kupedes bila omset usaha responden berbeda, karena odd ratio adalah 1. j.
Variabel Nilai agunan. Hasil analisis regresi logistik untuk variabel nilai agunan memiliki koefisien
bernilai positif, artinya semakin besar nilai agunan responden menyebabkan responden semakin lancar dalam pengembalian tunggakan Kupedes. Hal ini sejalan dengan hipotesis awal bahwa nilai agunan berpengaruh positif terhadap pengembalian kredit. Hubungan variabel nilai agunan signifikan karena nilai P variabel nilai agunan kurang dari 10 persen ( P > 0,10 ) yaitu 0,060. Hubungan antara variabel nilai agunan dengan pengembalian tunggakan Kupedes dilihat dari nilai odds ratio untuk nilai agunan adalah 1,00. Nilai tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan untuk peluang pengembalian tunggakan Kupedes bila omset usaha responden berbeda, karena odd ratio adalah satu. k.
Variabel Pengalaman Kredit Hasil analisis regresi logistik untuk variabel pengalaman kredit memiliki
koefisien bernilai positif, artinya semakin besar pengalaman kredit responden menyebabkan responden semakin lancar dalam pengembalian tunggakan Kupedes. Hal ini mematahkan hipotesis awal bahwa variabel pengalaman kredit berpengaruh
63
negatif terhadap terhadap tingkat pengembalian kredit. Semakin tinggi pengalaman kredit, responden memiliki rasa malu terhadap petugas penagih dari pihak BRI Unit Cijeruk apabila responden tidak melaksanakan kewajibannya membayar angsuran. Hubungan variabel pengalaman kredit tidak signifikan karena nilai P variabel nilai agunan lebih besar dari 10 persen ( P > 0,10 ) yaitu 0,996. Hubungan antara variabel pengalaman kredit dengan pengembalian tunggakan Kupedes dilihat dari nilai odds ratio adalah 1,61989 Nilai tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan untuk peluang pengembalian tunggakan Kupedes bila pengalaman kredit responden berbeda, karena odd ratio jauh dari 1.
6.3 Implikasi Manajerial Dari hasil analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembalian tunggakan Kupedes diketahui bahwa terdapat variabel-variabel signifikan yang memiliki pengaruh nyata terhadap pengembalian tunggakan Kupedes pada BRI Unit Cijeruk. Hasil analisis regresi logistik tersebut adalah varibel Usia, variabel tingkat pendidikan dan variabel nilai agunan. Hal ini dapat dilihat dari nilai P dari variabelvariabel tersebut yaitu 0,079, 0,081 dan 0,060 dimana nilai masing-masing variabel tersebut lebih kecil dari 10 persen (P < 0,10). Dengan demikian, untuk mengantisipasi terjadinya penunggakan kredit, maka pihak BRI Unit Cijeruk perlu kiranya untuk mempertimbangkan hal tersebut dalam memberikan Kupedes kepada calon debitur. Tindakan yang dapat dilakukan oleh BRI unit Cijeruk berkaitan dengan debitur yang memililiki usia tinggi adalah perlu menambahkan kriteria penilaian yang dapat dilakukan pada analisa awal seperti membuat persyaratan pembatasan usia calon nasabah. Pihak BRI harus lebih jeli dalam menilai usia nasabah pada saat pengajuan kredit terkait produktifitas calon nasabah tersebut dari segi pekerjaan atau usaha calon nasabah. Pihak BRI juga harus lebih memperhatian para nasabah yang memiliki tingkat pendidikan rendah. Pembinaan diperlukan dalam memotivasi pola pikir agar para nasabah bisa menerapkan ilmu yang didapat guna mengembangkan usahanya sehingga ketika usahanya berkembang dan menghasilkan pendapatan bagi nasabah, kewajiban pada pihak bank dapat terpenuhi.
64
Dalam hal pemberian kredit kepada nasabah harus lebih memperhatikan penilaian terhadap nilai agunan. Semakin besar nilai agunan dari para nasabah, maka resiko wanprestasi dapat lebih diminimalisir. Selain itu BRI perlu menggali informasi tentang watak kepribadian (Character) calon debitur, misalnya berkelakuan baik, tidak membiasakan diri beringkar janji dan selalu berupaya untuk memenuhi janjinya, tidak mempunyai predikat penjudi, pencuri, pemabuk, atau penipu, serta mempunyai reputasi yang baik. Informasi tersebut dapat diperoleh dari masyarakat dan pejabat daerah setempat.
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
65
1.1 Kesimpulan. Dari hasil pengolahan dengan menggunakan regresi logistik dapat diketahui variabel-variabel yang berpengaruh nyata (signifikan) dan yang tidak berpengaruh nyata (tidak signifikan) terhadap pengembalian tunggakan Kupedes. Identifikasi variabel yang signifikan dapat dilihat dari nilai P dari variebal yang bersangkutan. Jika nilai P suatu variabel lebih kecil dari 10 persen (P < 0,10) maka variabel tersebut berpengaruh nyata terhadap pengembalian Kupedes. Demikian juga sebaliknya, jika nilai P suatu variabel lebih besar dari 10 persen (P > 0,10) maka variabel tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap pengembalian Kupedes. Variabel-variabel
signifikan
yang
memiliki
pengaruh
nyata
terhadap
pengembalian tunggakan Kupedes pada BRI Unit Cijeruk adalah varibel Usia, variabel tingkat pendidikan dan variabel nilai agunan. Hal ini dapat dilihat dari nilai P dari variabel-variabel tersebut yaitu 0,079, 0,081 dan 0,060 dimana nilai masingmasing variabel tersebut lebih kecil dari 10 persen ( P < 0,10 ), Sedangkan variabel independent yang tidak signifikan pengaruhnya dimana nilai P dari masing masing variabel lebih besar dari 10 persen ( P>0,10 ) yaitu jumlah tanggungan keluarga, pembinaan, jarak rumah dengan BRI Unit, pengalaman usaha, jangka waktu pengembalian kredit, beban bunga, omzet usaha dan pengalaman kredit. Koefisien variabel usia dari hasil regresi logistik adalah negatif, artinya bertambahnya usia responden menyebabkan responden semakin tidak lancar dalam pengembalian tunggakan Kupedes. Hal ini mematahkan hipotesis awal yang menyatakan bahwa usia memiliki pengaruh positif terhadap peluang pengembalian kredit. Semakin tua usia responden membuat responden semakin tidak produktif dalam mengembangkan usahanya sehingga pendapatannya tidak mencukupi untuk membayar kewajibannya terhadap pihak BRI Unit Cijeruk. Hubungan variabel usia adalah signifikan karena nilai P variabel usia lebih kecil dari 10 persen ( P < 0,10 ). Nilai P variabel usia tersebut sebesar 0,079 sehingga cukup bukti untuk mengatakan bahwa usia berpengaruh nyata terhadap pengembalian tunggakan Kupedes. Hal ini berarti usia debitur memberikan pengaruh pada pengembalian Kupedes BRI. Nilai odd ratio untuk variabel usia
66
sebesar 0,39 menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan untuk peluang pengembalian tunggakan Kupedes bila terdapat perbedaan usia. Variabel tingkat pendidikan dari hasil regresi logistik memiliki nilai koofisien yang negatif, artinya semakin tingginya tingkat pendidikan responden menyebabkan responden semakin tidak lancar dalam pengembalian tunggakan kupedes. Hal ini mematahkan hipotesis awal bahwa tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap peluang pengembalian kredit. Semakin tinggi tingkat pendidikan menyebabkan responden semakin mengerti dan memahami tentang sistem perkreditan sehingga responden mencari celah untuk menunggak kewajibannya terhadap pihak BRI Unit Cijeruk. Hubungan variabel tingkat pendidikan signifikan karena nilai P variabel tingkat pendidikan lebih kecil dari 10 persen (P < 0,10). Nilai P variabel tingkat pendidikan tersebut adalah sebesar 0,081 sehingga cukup bukti untuk menyatakan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh nyata terhadap tingkat pengembalian tunggakan kupedes. Walaupun variabel tingkat pendidikan signifikan, tetapi jika dilihat dari nilai odd ratio untuk variabel tersebut yaitu sebesar 0,09 menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan untuk peluang pengembalian kredit bila tingkat pendidikan responden berbeda, karena nilai odd ratio jauh dari 1. Hasil analisis regresi logistik untuk variabel nilai agunan memiliki koefisien bernilai positif, artinya semakin besar nilai agunan responden menyebabkan responden semakin lancar dalam pengembalian tunggakan Kupedes. Hal ini sejalan dengan hipotesis awal bahwa nilai agunan berpengaruh positif terhadap pengembalian kredit. Hubungan variabel nilai agunan signifikan karena nilai P variabel nilai agunan kurang dari 10 persen ( P > 0,10 ) yaitu 0,060. Hubungan antara variabel nilai agunan dengan pengembalian tunggakan Kupedes dilihat dari nilai odds ratio untuk nilai agunan adalah 1,00. Nilai tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan untuk peluang pengembalian tunggakan Kupedes bila omset usaha responden berbeda, karena odd ratio adalah satu.
67
1.2 Saran Berkaitan dengan terjadinya kemacetan atau tunggakan pengembalian Kupedes pada sektor agribisnis yang disebabkan oleh faktor usia maka kepada manajemen BRI Unit Cijeruk disarankan untuk mempertimbangkan hal tersebut dalam memberikan Kupedes kepada calon debitur. Tindakan yang dapat dilakukan oleh BRI unit Cijeruk berkaitan dengan debitur yang memililiki usia tinggi adalah perlu menambahkan kriteria penilaian yang dapat dilakukan pada analisa awal seperti membuat persyaratan pembatasan usia calon nasabah. Pihak BRI harus lebih jeli dalam menilai usia nasabah pada saat pengajuan kredit terkait produktifitas calon nasabah tersebut dari segi pekerjaan atau usaha calon nasabah.. Pihak BRI juga harus lebih memperhatian para nasabah yang memiliki tingkat pendidikan rendah. Pembinaan diperlukan dalam memotivasi pola pikir agar para nasabah bisa menerapkan ilmu yang didapat guna mengembangkan usahanya sehingga ketika usahanya berkembang dan menghasilkan pendapatan bagi nasabah, kewajiban pada pihak Bank dapat terpenuhi. Pihak BRI harus lebih jeli dalam menilai usia nasabah pada saat pengajuan kredit terkait produktifitas calon nasabah tersebut dari segi pekerjaan atau usaha calon nasabah. Selain itu BRI perlu menggali informasi tentang watak kepribadian (Character) calon debitur, misalnya berkelakuan baik, tidak membiasakan diri beringkar janji dan selalu berupaya untuk memenuhi janjinya, tidak mempunyai predikat penjudi, pencuri, pemabuk, atau penipu, serta mempunyai reputasi yang baik. Informasi tersebut dapat diperoleh dari masyarakat dan pejabat daerah setempat.
68
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah. 2006. Jumlah Unit Usaha Kecil, Menengah dan Besar Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2005. www.depkop.go.id. (11 November 2006) Fridawati, O. 1995. Analisis Peluang Pengembalian Kredit (Repayment) Pada kredit Usahatani (Studi Kasus KUD Sari Mukti dan KUD Timbul Jaya, Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat). Skripsi. Jurusan Ilmu Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. IPN. Bogor. Hardiwidjaja, R.A. dan R Wirasasmita. 1991. Analisis kredit (dlengkapi kasus). Pioner Jaya. Bandung . Hernawan, J. 1995. Analisis Faktor-faktor Ekonomi dan Non Ekonomi Terhadap Tingkat Pengembalian Kredit Tebu Rakyat. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. Hidayati, E N. 2003. Prilaku Pengusaha Kecil dan Menengah dalam Menggunakan dan Mengembalikan kredit. (Kasus Pengusaha Kecil dan Menengah Pengambil Kredit Umum Pedesaan di BRI Unit Pasar Blok A Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. Mardianingsih. 2006. Analisis Penyaluran dan Pengembalian Kredit Dana Bergulir Sebagai Modal Pendanaan Usaha Mikro di Wilayah Pembangunan Bogor Barat. Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. Muhardini, D. 1999. Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Pengembalian Kredit Motorisasi Nelayan Di Kelurahan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Tingkat II Sukabumi, Jawa Barat. Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Perikanan. Fakultas Perikanan. IPB. Bogor. Nuryartono, N. 2005. Impact Of Smallholders Access To Land And Credit Markets On Tecnology Adoption And Use Decision : The Case Of Tropical Forest Margins In Central Sulawesi Indonesia. Cuvillier Verlag Gottigen. Panggabean. 2005. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan dan Tunggakan Kupedes Pada Nasabah BRI Cabang Iskandar Muda Medan. Skripsi. Program Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. Safitri, I. 2007. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Besar Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) Pada Nasabah BRI Unit Ciampea Bogor. Skripsi. Program studi Sosial Ekonomi Pertanian. IPB. Bogor. 69
Sanim, B. 2006. SKIM Pembiayaan UMKM dalam Pengembangan Energi Alternatif Sebagai Upaya Mengatasi Kemiskinan dan Pengangguran, Pendekatan Agropolitan. Makalah Pertemuan Forum Dekan Fakultas Ekonomi PTN se Indonesia di Palembang. Taufik. 2007. Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit Macet Pada Kredit Usaha Pedesaan Studi Kasus BRI Unit Ciomas. Skripsi. Program Studi Ekonomi Pertanian. IPB. Bogor. Wulan, G S. 2007.Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Kredit Umum Pedesaan di Wilayah Perkotaan dan Pedesaan Pada BRI Unit Ciampea dan BRI Unit Citeureup. Skrpsi. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.
70