PENGARUH PENDIDIKAN DAN LATIHAN KALIGRAFI LEMBAGA KALIGRAFI AL-QURAN (LEMKA) TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS AYAT-AYAT AL-QURAN Studi Kasus Di Pesantren Lemka Sukabumi
Disusun oleh:
YUSUF FIRDAUS HASIBUAN NIM: 206011000093
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM NON REGULER FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syariff Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 28 November 2008
Yusuf Firdaus Hsb
ABSTRAK
Yusuf Firdaus Hsb Pengaruh Pendidikan dan Latihan (Diklat) Kaligrafi Lemka Terhadap Minat Menulis Ayat-ayat al-Quran: Studi Kasus di Pesantren Kaligrafi alQuran Lemka Sukabumi Kata kunci: Diklat, Peningkatan Minat, Behavioral Modificatioan.
y l
Pendidikan dan latihan, atau yang biasa disebut dengan diklat dalam khazanah pendidikan Islam sebenarnya bertujuan mengembangkan potensi jasmani dan ruhani manusia agar menjadi insan yang berpengetahuan, kreatif, beriman dan bertaqwa kepada Sang Pencipta. Pernyataan yang terlalu umum, dan sangat luas, bahkan terlalu dalam. Penulis tidak mampu membuktikan, apakah ada manusia yang sesempurna dengan pernyataan diatas. Memang hasilnya relatif dan dinamis. Oleh karenanya, perwujudan, penerapan, kontrol, dan pengembangan diklat masih terus dilakukan tiada hentinya. Inilah hakikat diklat menurut hemat penulis. Dalam program diklat pesantren Lemka, pelatihan dan latihan merupakan kegiatan garda depan dalam membentuk kepribadian santri sesuai dengan tujuan adiluhung diklat yang diungkapkan tadi. Dan dalam prakteknya, segala kegiatan perkaligrafian selalu bernuansa performans, bukan verbalistis. Memikirkan, memperhatikan, menganalisa, berimajinasi, menggambarkan, atau segala aktifitas kognisi sering dilakukan. Setelah itu, merasakan, merindukan, menyukai, berniat, menghayati, meyakini, merefleksikan atau mencerminkan, bahkan sampai ke taraf yang lebih tinggi, yaitu mencintai selalu mewarnai emosi seseorang. Dengan warna ini, mampu menerangi kognisi seseorang secara simultan tanpa henti jika sudah ke taraf suka/ cinta tadi. Maka, tindakan, atau kegiatan, atau mempraktekkan, atau boleh dikatakan dengan melakukan, atau apa saja yang bersifat gerak/ motor skill adalah pencetus kognisi plus emosi. Inilah triangulasi minat santri yang bekerja secara simultan. Namun, manusia adalah manusia, bukan robot yang senantiasa harus melakukan tanpa memikirkan dan merasakan secara terus-menerus. Kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus akan menimbulkan rasa bosan juga. Karena itulah, minat terkadang menggebu-gebu sehingga gerak motor skill selalu dicetuskan, dan menurun, naik lagi, menurun lagi, atau bahkan turun ke standar zero, tidak semangat lagi. Untuk itu, usaha-usaha peningkatan minat perlu dilakukan dan terus dievaluasi, kemudian diterapkan. Usaha peningkatan minat itu kerap kali dilakukan dengan memodifikasi sikap santri pesantren Lemka dalam menulis ayat-ayat al-Quran. Sebab, tujuan utama diklat ini—selain tujuan pendidikan yang
n
f a
r
D
O t
i
telanh disebutkan pada paragraf pertama di atas—adalah membentuk karakter santri menjadi seorang khattat yang mampu memvisualisasikan pesan-pesan Ilahi melalui kaligrafi. Inilah substansi penting dalam tulisan ini. Penelitian ini berusaha ingin mengetahui dan membuktikan, apakah usaha-usaha pengembangan diklat dalam meningkatkan minat santri benar-benar berhasil, efektif, atau tidak sesuai dengan idealisme tersebut. Pencarian data dan fakta merupakan jantung pembuktian yang penulis garap dalam skripsi ini, yang didasari dari beberapa akar permasalahan khusus dan telah dirumuskan. Melalui penyebaran kuesioner, observasi, perolehan dokumentasi dan wawancara, serta analisis data yang telah dilakukan—sesuai kebutuhan—telah diperoleh kesimpulan efektifitas atau keberhasilan diklat kaligrafi al-Quran Lemka. Subjek yang dilakukan adalah 40 orang santri pesantren Lemka yang muqim dan belajar kaligrafi. Dengan populasi yang homogen (sama-sama berminat kaligrafi), kesatuan, keseragaman, kesadaran, dan kekompakan adalah prinsip yang harus diterapkan pesantren ini, walaupun seni yang satu ini terkadang harus serius tapi harus lebih banyak santai.
y l
n
f a
r
D
O t
ii
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rampungnya penggarapan skripsi ini. Dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya kepada seluruh hamba, akhirnya saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul: PENGARUH PENDIDIKAN DAN LATIHAN KALIGRAFI LEMBAGA
KALIGRAFI
KEMAMPUAN
AL-QURAN
y l
(LEMKA)
TERHADAP
MENULIS AYAT-AYAT AL-QURAN; Studi Kasus Di
n
Pesantren Lemka Sukabumi
Salawat dan salam, selalu tetap dilimpahkan kepada sang pendidik kedua
O t
setelah Allah, yaitu Rasulullah SAW, beserta keluarganya, sahabatnya, pengikutnya, dan umatnya. Rasa syukur yang tak terperikan ini juga sebagai
f a
ungkapan atas ditemukannya jawaban segala permasalahan yang menjadi tanda tanya penulis selama ini sejak nyantri di pesantren Lemka hingga sekarang. Penulis menyadari adanya berbagai kekurangan dan kekeliruan. Oleh
r
karena itu tanpa bantuan dari berbagai pihak yang turut membantu dalam
D
menyelesaikan proses penulisan skripsi ini, penulis akan selalu kesulitan dalam menyelesaikannya untuk memperoleh “Gelar Sarjana Pendidikan Islam” (S.Pdi). Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada: 1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA yang sedang mengembangkan kampus ini menjadi kampus pusat studi dan khazanah peradaban Islam di Indonesia. 2. Dekan Fak. Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) selaku Dekan yang selalu berusaha mengembangkan fakultas ini dengan kebijakan-kebijakan baru dalam memenuhi kebutuhan masyaratakat akan pendidikan Islam yang up to date.
iii
3. Dr. A.F. Wibisono, M.Ag selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Drs. Safiudin Siddiq M.Ag sebagai Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Bapak Prof. Dr. Salman Harun yang telah membimbing saya dari segi konten skripsi. Keterbukaan dan kesiapan beliau menyambut permintaan penulis untuk dibimbing sangat ekspresif sekali. 6. Rasa terima kasih yang tak terperikan penulis haturkan kepada Bapak Abdul Ghafur, M.A selaku pembimbing kedua yang telah memberikan
y l
kontribusi berarti atas penyusunan sistematika penulisan skripsi ini. 7. Ibunda Elfrida Siregar yang telah berjuang keras membesarkan dan
n
mendidik saya bagaimana menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain. Atas kerelaan beliau melepas saya untuk menggali ilmu ke Jakarta,
O t
keahlian kaligrafi, dan berbagai pengalaman di tempat yang jauh kota Jakarta ini sekali lagi saya ucapkan terima kasih. Baktiku kepadamu wahai
f a
ibu. Aku akan pulang segera.
8. Bapak Didin Sirojuddin AR, M.Ag selaku direktur umum pesantren Lemka, guru besar Kaligrafi al-Quran di Indonesia dan Asia Tenggara,
r
yang telah mendidik dan melatih penulis untuk menjadi khattat yang
D
“selalu harus mahir”. Atas kesempatan beliau membina penulis menyongsong MTQ Nasional 2008 di Banten, ternyata memberikan sensasi sendiri bagi penulis bagaimana berbicara dan membaca situasi lewat bahasa kaligrafi al-Quran. 9. Kepada santri Lemka angkatan per angkatan, yang siap membaca skripsi ini demi kemajuan pesantren tercinta. Jakarta, 28 November 2008
Penulis
iv
DAFTAR ISI ABSTRAK ..................................................................................................... ` i KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii DAFTAR ISI ..................................................................................................... v DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ vii DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii PEDOMAN TRANSLITERASI ..................................................................... ix BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ............................................................. 7 C. Batasan Masalah ................................................................... 7 D. Rumusan Masalah ................................................................ 7 E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................ 8 1. Tujuan Penelitian ........................................................... 2. Manfaat Penelitian ......................................................... F. Tinjauan Pustaka .................................................................. 9 G. Pendekatan Dalam Penelitian ............................................... 9 H. Defenisi Operasional ............................................................ 10 I. Pengajuan Hipotesa .............................................................. 13
y l
n
BAB II
f a
LANDASAN TEORI A. Pengertian Pendidikan Seni Kaligrafi al-Quran ................... 14 B. Dasar Pendidikan Seni Kaligrafi al-Quran ........................... 19 C. Tujuan Pendidikan Seni Kaligrafi al-Quran ......................... 24 D. Pendidikan Seni Kaligrafi al-Quran dalam Perspektif Pendidikan Islam .................................................................. 26 E. Pengertian Minat Menulis Kaligrafi al-Quran ..................... 28 F. Jenis Minat Menulis Kaligrafi al-Quran .............................. 32 G. Minat dan Term Interest, Attention, Motivation, Desire, Liking: Persamaan dan Perbedaan .................................................... 32 H. Komponen Minat: Perspektif Kajian Psikologi ................... 35 I. Aspek-aspek Minat: Perspektif Psikologi Pendidikan dan Psikologi Belajar .................................................................. 37 J. Aspek Minat dan Teori Peningkatannya: Perspektif Psikologi ............................................................................... 42 K. Faktor-Faktor yang Menimbulkan Minat ............................. 43 L. Faktor-faktor yang Meningkatkan Minat ............................. 44 M. Kerangka Berfikir ................................................................. 60 N. Pertanyaan Penelitian dan Pengajuan Hipotesa ................... 65
r
D
BAB III
O t
METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Bentuk Penelitian ................................................. 66
v
B. C. D. E. F. G.
BAB IV
BAB V
Populasi dan Sampel ............................................................ 66 Defenisi Konsep dan Variabel penelitian ............................ 67 Teknik Pengumpulan Data, Penyajian, dan Analisis Data ... 68 Model Penyajian Data .......................................................... 72 Teknik Analisis Data ............................................................ 72 Analisis Variabel X, Dimensi, Indikator dan Item Pertanyaan ............................................................................................... 77 H. Analisis Variabel X, Dimensi, Indikator dan Item Pertanyaan ............................................................................................... 80 ANALISIS DATA A. Penyajian Data ..................................................................... 83 B. Analisa dan Interpretasi Data ............................................... 86 C. Analisa dan Interpretasi Data Observasi .............................. 92 D. Analisa dan Interpretasi Data Item Skala Bertingkat ........... 97
y l
PENUTUP A. Kesimpulan .......................................................................... 118 B. Saran ..................................................................................... 120
n
O t
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................122 LAMPIRAN
D
r
f a
vi
DAFTAR GAMBAR (ILUSTRASI)
Siklus minat menulis ayat al-Quran .................................................... 32 Perhatian sebagai variabel X terhadap objek ...................................... 33 Motivasi dan objek sebagai variabel X minat ..................................... 34
y l
Hubungan tiga komponen dan dinamika minat .................................. 36 Mekanisme peningkatan minat ........................................................... 60
n
f a
r
D
O t
vii
DAFTAR TABEL
Analisis variabel X, dimensi, sub dimensi, indikator, instrumen .............. 77 Analisis variabel Y, dimensi, sub dimensi, indikator, instrumen .............. 80 Tabulasi angket ......................................................................................... 83
y l
Tabulasi Skala Sikap ................................................................................. 85 Perhitungan untuk memperoleh indeks korelasi antara X dan Y .............. 87
n
Hasil perhitungan (r) melalui program SPSS ............................................ 89 Perolehan data observasi ........................................................................... 93
O t
Total penilaian pengamatan santri atas efektifitas diklat (fo) ................... 94 Tabel frekwensi yang diharapkan dari pengamatan santri (ft) .................. 94
f a
Tabel perbedaan (fo) dan (ft) ..................................................................... 94 Tabel hasil perhitungan data observasi ..................................................... 95
D
r
viii
1
BAB I PENDAHULUAN
y l
A. Latar Belakang dan Identifikasi Masalah
n
Secara historis al-Quran diturunkan kepada rasul Allah agar dapat menyampaikan risalah-Nya sesuai dengan bahasa kaumnya. Lebih dari itu
O t
hikmah diturunkannya al-Quran dengan berbahasa Arab agar manusia tidak mampu menyaingi kehebatan dan keindahan al-Quran. Sebab kemajuan dan
f a
kehebatan sastra pada masa itu dimiliki oleh bangsa Arab. Namun, Allah menurunkan al-Quran dengan berbahasa Arab agar manusia dapat memahami ajaran keilahian, dengan mengeksplorasinya dari berbagai kajian. Di samping
r
itu samudera hikmah al-Quran sangat luas. Sebagaimana firman Allah SWT
D
dalam Surah Yusuf: 2 sebagai berikut:
“Sesungguhnya Kami menurunkan wahyu itu berupa al-Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.
Diantara mukjizat al-Quran yang lain adalah indahnya struktur tata bahasa, baik mantiq, balâghah, ma’âni dan bayân. Para penyair yang adiluhung dari zaman dahulu hingga sekarang tidak ada yang sanggup menirunya. Selain tata bahasa, keunggulan al-Quran terletak pada keindahan aksara-aksara kalimatnya yang berbahasa Arab. Naskah penyair Arab yang
2
ditulis dengan memakai aksara Arab tidak seindah tata kalimat ayat-ayat alQuran. Baik dari segi potongan huruf-perhuruf, sambungan antar huruf, kalimat, antar kalimat sehingga menjadi satu ayat yang utuh. Lebih dari itu, satu huruf saja dari sekian banyak ayat al-Quran memiliki makna yang sangat luas, tidak terdefinisi secara pasti. Keunggulan seperti ini telah dibuktikan dalam banyak kajian keislaman. Al-Quran menjadi landasan dan pandangan hidup kaum muslimin. Ia ditulis dengan tulisan yang bagus dan indah, dicetak dan disebarkan ke seluruh dunia.1 Kaum muslimin yang membacanya dinilai suatu ibadah, begitu juga
y l
menulisnya. Karena seluruh umat membacanya maka al-Quran harus ditulis dengan tulisan yang baik dan indah sehingga memberikan kesan estetis dan
n
menarik secara visual. Agar tidak terjadi kesalahan (khata jaly dan khafy), maka umat muslim melakukan usaha-usaha preservatif dan preventif dengan
O t
mengembangkan tradisi menghafal dan menulis.2
Usaha-usaha tersebut telah dibudayakan di Indonesia. Selain maraknya
f a
pesantren-pesantren tahfidz al-Quran, maka usaha pengembangan tulisan alQuran dibudayakan lewat beberapa lembaga pendidikan di sekolah dan madrasah.
r
Tidak semarak pesantren tahfidz al-Quran, pengembangan tradisi
D
menulis al-Quran masih terbilang pasif. Sebab menghafal dan membaca melibatkan aspek kognitif. Sementara menulis lebih dari itu. Selain melibatkan aspek kognitif, menulis kaligrafi melibatkan aspek psikomotorik juga. Bahkan menulis kaligrafi membutuhkan adanya minat yang besar dan bakat yang perlu dikembangkan. Dalam kurikulum madrasah, kaligrafi masuk sebagai mata pelajaran ekstrakurikuler. Dan sebagian besar lembaga pesantren menjadikan kaligrafi sebagai mata pelajaran pokok, atau sebagai bagian dari pelajaran ilmu alQuran, namun jarang dijumpai orang yang benar dan mampu menulis ayat al1
M. Quraih Shihab, et.all, Sejarah dan Ulumul Quran, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001), cet.ke-3, h. 28 2 H.D. Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi islam, (Bandung: Remaja Rosda karya, 1992), cet. ke-6, hal. 3
3
Quran dengan indah.3 Oleh karenanya banyak kita jumpai kaligrafi yang telah menghiasi dinding-dinding masjid, manuskrip-manuskrip atau tulisan-tulisan berbahasa Arab di berbagai media, tapi tidak sedikit terdapat kesalahan pada penulisan dan sangat susah membacanya. Jadi, pengembangan kaligrafi masih membutuhkan penanganan yang cukup serius dan profesional. Salah
satu
lembaga
pendidikan
yang
berkecimpung
dalam
mengembangkan tradisi tulis-menulis kaligrafi al-Quran adalah Pesantren Kaligrafi al-Quran Lemka Sukabumi. Program utama pesantren ini disebut Pendidikan dan Latihan (diklat) Kemahiran Menulis Kaligrafi Al-Quran, atau
y l
disingkat dengan PLKKA. Pesantren ini diwujudkan dan diasuh oleh Bapak Drs. Didin Sirojuddin AR M.Ag. Menurut D. Sirojuddin AR, pengembangan
n
tradisi menulis kaligrafi al-Quran di Indonesia membutuhkan waktu yang cukup lama dan penanganannya membutuhkan keseriusan dan manajemen
O t
yang rapi dan terkontrol.4
Didaktik dan metodik pengajaran juga harus relevan untuk program
f a
diklat ini. Dalam teori didaktik umum, belajar tidak akan bisa dinikmati jika tidak ada upaya-upaya yang membangkitkan minat, yaitu membangkitkan rasa senang terhadap kaligrafi. Maka pendidikan dan pelatihan seni kaligrafi harus
r
bernuansa rekreatif, dan metode pengajarannya harus mengandung faktor novelty.5
D
Menurut pengalaman penulis dan beberapa teman lainnya, dengan latihan seperti ini secara kontinu akan muncul rasa bosan dan letih.6 Oleh karenanya, porsi latihan seharusnya lebih utama juga. Sebab, untuk memperoleh kemampuan dan kualitas menulis ayat-ayat al-Quran dibutuhkan 3
Kaligrafi al-Quran telah diakui keberadaannya sebagai wujud mengembangkan tradisi tulis-menulis ayat-ayat al-Quran dengan tulisan yang bagus dan indah (kaligrafi), dan pada akhirnya diakui sebagai kaligrafi Islam. Disarikan dari MoU antara ALESCO dengan IRCICA (International Research Centre of Islamic Culture and Art) sebagaimana yang diungkapkan oleh Direktur Umum ALESCO, Dr. Mongi Bousnina, “The International Symposium on Islamic Civilization in Shouthern Africa, Johannesburg, 1-3 September 2006”, ed., IRCICA Activities, Nesletter May-August 2006, No. 70, (Istambul: IRCICA Publishing, 2006), h. 10. 4 Tim 7 Lemka, Pak Didin Sirojuddin Menabur Ombak Kaligrafi: Cuplikan Media, (Jakarta: Studio Lemka, 2002), h. 17 5 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), cet. ke-3, h.186 6 Tim 7 Lemka, Pak Didin Sirojuddin Menabur Ombak Kaligrafi,...., h. 17.
4
waktu yang cukup lama, ketekunan, dan konsistensi peserta diklat. Ketekunan di sini tidak bisa diasah terus-menerus sebelum ada upaya-upaya yang intens, seperti membangkitkan minat peserta diklat. Permasalahan yang terjadi selama ini adalah minat sifatnya labil. Karena ia melibatkan perasaan, sedangkan latihan melibatkan psikomotorik peserta diklat. Bukan itu saja, kecermatan dan ketelitian seorang yang ingin menjadi khattat sangat dibutuhkan untuk menerima keterangan dan gambaran materi pelajaran kaligrafi. Tidak sedikit teman seminat di pesantren yang tidak melanjutkan
y l
latihan kaligrafi, walaupun masih mengaguminya. Berbagai alasan yang diungkapkan, seperti bosan, lelah, banyak kegiatan lain sehingga tidak punya
n
waktu untuk belajar kaligrafi, atau mungkin juga ada kebutuhan-kebutuhan yang dianggap penting belum terpenuhi, kecewa karena tidak mengalami
O t
peningkatan kualitas tulisan, atau bahkan kalah dalam ajang kompetisi, dan berbagai alasan lainnya.7
f a
Bapak Didin Sirojuddin AR selalu memberikan wejangan atau nasihat yang menjadi motivasi sendiri bagi saya, dengan berkata: “seorang penulis ayat-ayat Tuhan atau tepatnya khattat al-Quran seharusnya
r
mendapatkan keuntungan spiritual, walaupun dari sisi skill dan materi akan ia peroleh.8 Keuntungan yang diperoleh berupa materi (maksudnya kekayaan)
D
adalah kausalitas dari skill yang diperoleh dan telah dikuasai, sedangkan keuntungan spiritual dari tiap-tiap ayat-Nya merupakan kausalitas pendidikan dan latihan yang khattat tempuh dalam waktu yang diprogramkan”9
Untuk itulah, harapan pesantren dari diadakannya diklat kaligrafi alQuran agar santri mampu menjunjung tinggi keindahan tulisan al-Quran, baik menanamkan kecintaan santri untuk tetap mempelajari, berlatih, dan 7
Menurut pengalaman penulis ketika nyantri periode 2005-2006. Saya melihat beberapa senior, atau teman seangkatan, sepertinya minat untuk latihan makin menurun. Bahkan, pada periode ke depannya sebagian dari mereka masih tetap ingin dan belajar di pesantren, tetapi tetap juga tidak semangat. Inilah yang menjadi inspirasi pribadi penulis untuk melakukan penelitian. 8 Tim 7 Lemka, Pak Didin Sirojuddin Menabur Ombak Kaligrafi: Cuplikan Media, ..., h. 19. 9 Ucapan ini sering sekali terngiang dalam ingatan penulis, dan selalu disampaikan dalam tiap pembukaan dan penutupan diklat perangkatan. Kebetulan, terekam lewat tulisan media, lihat Tim 7 Lemka, Pak Didin Sirojuddin Menabur Ombak Kaligrafi: Cuplikan Media, ..., h. 43.
5
mengajarkan al-Quran kepada setiap generasi muda atau umat muslim di tanah air. Kecintaan ini tidak akan bisa lahir sebelum santri tetap konsisten menggeluti segala aktifitas yang berhubungan dengan dunia perkaligrafian, baik senantiasa latihan memperindah tulisan kaligrafi al-Quran murni serta mengajarkannya. Mengingat materi yang disajikan terlalu banyak, sedangkan waktu program sangat singkat. Oleh karenanya, upaya peningkatan minat santri yang telah ada dalam proses pelatihan kaligrafi sangat penting dirasakan. Untuk itulah Rasulullah bersabda mengutip dari Sirojuddin yang artinya:
“muliakan
(ajarkan)
anak-anakmu
y l
dengan
menulis,
maka
sesungguhnya menulis itu termasuk perkara yang penting dan sebesar-
n
besarnya kebahagiaan”.10
Disamping itu, dalam perspektif agama Islam menulis kaligrafi
O t
merupakan salah satu kebutuhan yang sangat penting untuk memperjuangkan agama Allah dari sisi keindahan tulisan. Sehubungan dengan itu Rasulullah
f a
selalu memotivasi kepada segenap umat muslim agar minat menulis al-Quran tetap lestari sepanjang masa, Rasullah bersabda mengutip dari Sirojuddin dengan riwayat al-Dailami yang artinya: “barang siapa yang menulis
r
‘Bismillâh al-Rahmân al-Rahîmi’ dengan tulisan indah (kaligrafi) maka ia berhak masuk surga”. 11
D
Adapun minat yang dimaksud disini adalah kecenderungan dalam diri santri untuk tertarik menulis ayat-ayat al-Quran sebagai proses latihan yang kompeten. Sedangkan pengertian latihan dari pelaksanaan diklat ini adalah proses mental dan fisik yang mengarah kepada penguasaan pengetahuan, kecakapan, skill, kebiasaan atau sikap yang semuanya diperoleh, disimpan, dan dilaksanakan sehingga menimbulkan tingkah laku belajar/ latihan yang progresif dan adaptif. Sedangkan yang penulis maksudkan dengan minat menulis ayat-ayat al-Quran disini, adalah suatu kemampuan umum yang harus
10
Sirojuddin, Seni Kaligrafi Islam,..., h. 250 Dikutip dari Tim 7 Lemka, Pak Didin Menabur Ombak Kaligrafi, ....., h. 52
11
6
dimiliki satri untuk mencapai tujuan latihan optimal yang dapat ditunjukkan dengan kegiatan pendidikan dan pelatihan. Dalam teori didaktik umum, minat adalah salah satu prinsip utama dalam pendidikan, termasuk diklat ini. Prinsip ini menjadi kajian penting dalam kajian ilmu psikologi terapan, yaitu psikologi pendidikan, tentang bagaimana caranya meningkatkan minat, dan mempertahankannya pasca diklat. Dalam teori pendididikan, belajar adalah usaha untuk memperoleh pengetahuan atau keterampilan baru, atau mengembangkan keterampilan baru untuk menampilkan tingkah laku yang baru pula, dan atau lebih baik dari
y l
sebelumnya.12
Teori psikologi pendidikan membicarakan bagaimana caranya
n
mengembangkan dan menerapkan prinsip-prinsip atau teori-teori, atau beberapa teknik yang berkaitan dengan proses belajar-mengajar yang mampu
O t
membimbing perkembangan kecakapan ke sasaran yang tepat tujuan. Tentu saja sesuai dengan karakter pendidikan dan materi pelajarannya.
f a
Minat, adalah salah satu prinsip didaktik umum pelatihan. Tanpa adanya minat seseorang tidak akan latihan, dan tanpa latihan tidak akan mampu menulis ayat-ayat al-Quran dengan indah dan konsisten. Atau bahkan
r
minat yang sudah ada, menjadi stabil dan terkadang labil. Tergantung faktor X
D
yang mempengaruhinya.
Bagaimanakah cara membangkitkan minat yang sudah ada? Dan bagaimanakah meningkatkan minat santri agar memiliki kemampuan menulis ayat-ayat al-Quran? Karena
pendidikan
dan
latihan
kaligrafi
Pesantren
Lemka
membutuhkan minat santri yang mendalam, dan minat tidak akan meningkat tanpa memodifikasi tingkah laku latihan santri, dan dengan upaya peningkatan minat ini diharapkan santri memiliki kecakapan/kemampuan (skill/capability) menulis ayat-ayat al-Quran dengan baik dan indah sesuai dengan kaidah penulisan yang baku, maka penulis bermaksud menyusun skripsi dengan judul “Pengaruh Pendidikan dan Latihan Lembaga Kaligrafi al-Quran 12
James E.Mazur, "Learning",...
7
(Lemka) Terhadap Kemampuan Menulis Ayat-ayat al-Quran: Studi Kasus di Pesantren Lemka Sukabumi”.
B. Identifikasi Masalah Adapun identifikasi permasalahan yang telah dijelaskan diatas secara garis besar penulis rincikan sebagai berikut: 1. Banyak santri yang tulisan kaligrafinya belum mencapai predikat bagus/ indah. 2. Pendidikan dan latihan kaligrafi Pesantren Lemka membutuhkan strategi
y l
peningkatan minat menulis santri.
3. Minat sifatnya labil, jadi perlu memodifikasi tingkah laku belajar santri.
n
4. Dengan upaya peningkatan minat ini diharapkan santri memiliki kecakapan/kemampuan
(skill/capability) menulis
O t
ayat-ayat
al-Quran
dengan baik dan indah sesuai dengan kaidah penulisan yang baku
f a
C. Batasan Masalah
Mengingat terlalu luasnya permasalahan yang akan dibahas berkaitan dengan judul skripsi diatas, maka penulis membatasi pada program pelatihan
r
kaligrafi al-Quran, yaitu:
D
1. Bagaimana pengaruh diklat pesantren kaligrafi al-Quran Lemka dalam meningkatkan kemampuan menulis kaligrafi ayat-ayat al-Quran. 2. Bagaimana membentuk sikap belajar yang positif (behavioral modification) dalam program diklat pesantren Lemka. D. Rumusan Masalah Untuk memudahkan proses penelitian lebih lanjut, penulis berusaha menentukan rumusan masalah diatas, diantaranya adalah: 1. Apakah ada pengaruh signifikan diklat kaligrafi al-Quran Lemka terhadap peningkatan kemampuan santri dalam menulis kaligrafi ayat-ayat alQuran?
8
2. Apakah program diklat dalam meningkatkan minat menulis ayat-ayat alQuran mampu membentuk sikap belajar yang positif (behavioral modification)?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Mengukur efektifitas strategi program pelatihan terhadap peningkatan minat santri. b. Mengukur sikap reflektif yang dimiliki santri agar melakukan latihan
y l
mandiri dalam program pelatihan yang singkat.
c. Membuktikan apakah program diklat ini mampu mengadakan usaha
n
preservatif dan preventif al-Quran dari sisi budaya kaligrafi. d. Meyakinkan penulis bahwa program pelatihan atau pengembangan
O t
kaligrafi al-Quran harus ditangani secara profesional di tiap lembaga pendidikan Islam.
f a
2. Manfaat Penelitian
a. Memberi kontribusi pemikiran faktor-faktor sentral apa saja dalam
r
mengembangkan diklat kaligrafi al-Quran.
D
b. Memberi kontribusi pemikiran bagi setiap santri baru, lama, atau pun santri yang akan datang, bagaimana meningkatkan minat yang sudah ada agar lebih tekun latihan. c. Memberi pemahaman kepada semua umat Islam, khususnya santri bahwa dengan mempelajari kaligrafi mampu membentuk insan yang kreatif dengan menjunjung tinggi al-Quran sebagai falsafah hidupnya. d. Memberikan sumbangan pemikiran bahwa pentingnya kaligrafi sebagai salah satu materi pendidikan agama Islam yang membutuhkan penanganan serius dan profesional di setiap lembaga pendidikan Islam. e. Memotivasi masyarakat untuk mengadakan program serupa di beberapa daerah di tanah air.
9
f. Sebagai bahan kelengkapan wawasan ilmu
pengetahuan dan
keterampilan bagi peneliti. g. Sebagai salah satu syarat kelulusan Strata 1 Pendidikan Agama Islam
F. Tinjauan Pustaka Hasil penelitian oleh saudari Nunung Mufarrihah, mahasiswi FITK UIN
syarif
Hidayatullah
Jurusan
Kependidikan
Islam
tahun
2004
membuktikan bahwa program diklat kaligrafi pesantren kaligrafi al-Quran Lemka telah menjadikan santrinya berprestasi dalam beberapa even kompetisi
y l
menulis kaligrafi al-Quran. Ia menyimpulkan bahwa terdapat korelasi antara minat santri terhadap prestasi sebagai indikator kesuksesan dalam ajang
n
kompetisi. 13 Tetapi tidak satu pun mengungkapkan bagaimana meningkatkan kemampuan santri dalam proses pelatihan ini secara signifikan, walaupun
O t
semua santri ingin memiliki prestasi dalam kancah kompetisi. Tujuan program diklat ini sebenarnya ingin memupuk minat atau
f a
kecintaan mendalam untuk memperindah tulisan al-Quran, bukan semata-mata agar sukses dalam dunia kompetisi. Sebab, prestasi yang diperoleh dalam kompetisi merupakan salah satu indikator kesuksesan sebagian kecil santri,
r
walaupun semua santri ingin berprestasi.
D
G. Pendekatan Dalam Penelitian Pendekatan dalam penelitian ini memakai pendekatan analisa deskriptif empiristik, yaitu menganalisa pola peningkatan minat yang diterapkan pesantren kepada santri dan menghubungkannya dengan kajian teori psikologi pendidikan dan psikologi belajar sebagai tolok ukurnya. Dalam menjelaskan konsep antara diklat kaligrafi dan minat, terlalu banyak istilah-istilah atau kata-kata asing yang dikonversi dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia, khususnya istilah atau kata-kata asing dalam konsep minat. Untuk itu, penulis perlu menjelaskan term tersebut secara bahasa 13
Nunung Mufarrihah, “Hubungan Antara Minat dengan Prestasi: Studi Kasus di Pesantren Kaligrafi Al-Quran Lemka Sukabumi,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Kependidikan Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: 2004), h. 83
10
dengan menjadikan kamus elektronik program aplikasi komputer The New Oxford Dictionary of English sebagai referensi bahasa yang lengkap dan praktis,14 begitu juga kamus elektronik bahasa Indonesia dengan menjadikan kamus Indonesia-Inggris Inggris-Indonesia (IndoDic E-Kamus) sebagai referensi.15 Untuk menjelaskan karakteristik materi diklat kaligrafi al-Quran, penulis akan menyertakan seluruh contoh-contoh materi yang diajarkan dalam program ini. Sebagai referensi yang mendukung adalah buku-buku atau modul yang dijadikan standar latihan penulisan kaligrafi murni yang memiliki kaidah
y l
baku, dan gaya-gaya yang dipelajari oleh santri.
Penulis juga akan menyertakan gambar, skema, ataupun ilustrasi yang
n
akan digambarkan untuk memudahkan penjelasan yang dianggap terlalu sulit untuk dipahami.
O t
Pada bagian akhir pembahasan di bab dua ini, penulis mengajukan pertanyaan penelitian, dan hipotesa sebelum masuk ke bab metode penelitian
f a
dan analisa data.
H. Defenisi Operasional
r
Menurut UU Sisdiknas tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan
D
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
14
The New Oxford Dictionary of English merupakan sebuah program aplikasi komputer iFinger 3.0. Penulis membutuhkan program ini sebab pencarian data lebih mudah dan sangat lengkap. Selain sebagai kamus, program ini mirip dengan direktori yang mengklasifikasikan kata dengan penggunaannya dalam istilah bidang tertentu, contoh: “aspect”: astrology...; photography...; dan sebagainya. Jika pencarian kata secara bahasa tidak ditemukan, maka secara otomatis entri data akan masuk ke situs www.wikipedia.com 15
Thomas Gilson, IndoDic e-kamus Versi 1.0, Copyright 2007. Indodic Media dibuat dengan memakai TruAlfa oleh Wayne B. Krause. Dengan menggunakan kamus ini penulis lebih leluasa mencari arti kata secara bahasa, karena praktis dan lebih luas cakupannya dari pada kemus yang tersedia di perpustakaan, selain itu secara otomatis dapat dikonversi ke dua bahasa IndonesiaInggris atau Inggris-Indonesia. Sebagai pendukungnya penulis juga mencoba entri data ke kamus bahasa Inggris program aplikasi i-Finger, The New Oxford Dictionary of English.
11
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.16 Menurut Hasan Muarif Ambary bahwa seni adalah produk aktifitas yang dilakukan secara sadar, bertujuan untuk mendapatkan atau mencapai estetika sekaligus berfungsi sebagai salah satu cara menerjemahkan lambanglambang atau simbol.17 Syaikh Syamsuddin al-Afkani dalam kitabnya “Irsyâd Al-Qasyîd” sebagaimana dinukil oleh Sirojuddin mengatakan bahwa kaligrafi sebagai suatu ilmu yang memperkenalkan bentuk huruf-huruf tunggal, letak-letaknya,
y l
dan cara-cara merangkainya menjadi sebuah tulisan yang tersusun, atau apa saja yang ditulis diatas garis-garis, bagaimana cara menulisnya, dan
n
menentukan mana yang tidak perlu ditulis, mengubah ejaan yang perlu diubah, atau menentukan bagaimana cara mengubahnya”.18
O t
Pelatihan menurut bahasa adalah pendidikan; didikan; gemblengan; penggemblengan;
training.
Dalam
arti
sempit,
pelatihan
adalah
f a
penggemblengan jasmani, atau mengolah gerak badan, atau mengolah kecakapan motorik.19 Dalam literatur pendidikan, pelatihan juga disebut pendidikan, hanya saja lebih mengarahkan bagaimana seorang anak didik
r
memperoleh kecakapan motorik atau kemampuan dalam melakukan suatu
D
pekerjaan (acquiring skill). Perbedaan ini sungguh sangat prinsipil sekali dari pendidikan yang diselenggarakan pada umumnya di lembaga-lembaga pendidikan.20
Jadi, secara substansial definisi pendidikan seni kaligrafi al-Quran adalah adalah usaha bimbingan dan pelatihan (training) seorang guru atau 16
Undang-undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Pengaturan Pelaksanaannya: UURI No. 20 Th. 2003, artikel PDF diakses pada hari Jum’at 26 Juni 2008 dari www.google.com, h. 1. 17
Ambary, Menemukan Peradaban Jejak Arkeologis dan Historis Islam Indonesia, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001), cet.ke-2, h. 181 18 Sirojuddin, Seni Kaligrafi Islam,..., h. 3. 19 IndoDick e-Kamus 20 James E.Mazur, "Learning." Microsoft® Encarta® 2009 [DVD]. Redmond, WA: Microsoft Corporation, 2008. Artikel diakses pada 30 Oktober 2009 dari Microsoft ® Encarta ® 2009. © 1993-2008 Microsoft Corporation.
12
ustad (di pesantren) yang dilakukan secara sadar dan terencana dalam rangka mengembangkan potensi anak didik agar mampu menulis aksara al-Quran yang berbahasa Arab dengan benar dan indah, melalui latihan yang intensif dengan menggunakan alat-alat, media, dan bahan tertentu. Minat menurut bahasa artinya kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu, gairah, keinginan, dan suka terhadap sesuatu.21 Sedangkan dalam kamus lengkap Indonesia-Inggris, minat disebut dengan term “interest, liking, desire, attention”. Jika seseorang berminat terhadap sesuatu dikatakan “someone to be interested...; have an interested to...; have a liking ...”.
y l
Adapun subjek atau peminat disebut dengan “devoote, amateur, fan, admirer, supporter, dan interested person”. Sedangkan peminatan (dalam tingkat
n
pendidikan tinggi) disebut dengan concentration atau majority.22 Jadi, minat menulis ayat-ayat al-Quran adalah kecenderungan hati
O t
yang tinggi yang diwujudkan dengan keingingan, kesenangan, dan kecintaan untuk mempelajari dan menulis ayat-ayat al-Quran dengan tulisan yang indah
f a
sesuai dengan norma-norma estetika atau kaidah penulisan huruf yang baku. Minat ini dibuktikan dengan memberikan perhatian yang tinggi dan usaha yang besar dalam memperoleh kecakapan motorik menulis kaligrafi, seperti
r
konsisten latihan dengan menggunakan peralatan yang relevan. Disamping itu,
D
konsep meningkatkan dan mempertahankan minat menulis ayat-ayat al-Quran mampu membentuk karakter ruhani yang baik pula. Untuk itulah master kaligrafi al-khattat Yaqut al-Musta’shimi mengutip dari Sirojuddin berkata yang artinya: “kaligrafi adalah seni arsitektur Ruhani yang lahir melalui peralatan jasmani/ kebendaan”.23
Untuk meningkatkan kualitas karya, dan mengasah ketajaman dan kehalusan karya, seorang santri hendaknya tekun latihan, dan selalu
21
Frista Arimanda W, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jombang, Lintas Media, tt),
h. 816 22
Alan M. Steven & A. Ed Schimidgall Tellings, Kamus Lengkap Indonesia-Inggris, terj. A Comprehensive Indonesia-english Dictionary, (Jakarta: Mizan, 2008), cet.ke-2, h. 635. 23 Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi islam,..., h. 4-5.
13
melakukan umpan balik dengan gurunya, sebagaimana yang dikatakan oleh Ali bin Abi Thalib R.A mengutip dari Sirojuddin bahwa khat (kaligrafi) itu rahasianya dalam bimbingan guru, tegaknya tergantung banyaknya latihan (maysq), dan kekekalannya ada pada pengamalan ajaran Islam.24
I. Pengajuan Hipotesa Hipotesis pada dasarnya anggapan sementara atas kerangka berfikir yang dibangun dengan kajian-kajian teori sebagai landasannya. Dengan
y l
mengajukan hipotesa ini akan mempermudah penulis dalam melakukan penelitian dilapangan dan mengadakan analisa data untuk memberikan
n
interpretasi dan kesimpulan penting dari penelitian ini. Adapun rumusan hipotesa yang penulis ajukan adalah sebagai berikut.
O t
Apakah ada pengaruh pelatihan kaligrafi Lemka terhadap minat menulis ayat-ayat al-Quran?
f a
Ha: Ada pengaruh pelatihan kaligrafi Lembaga Kaligrafi al-Quran (Lemka) terhadap kemampuan menulis ayat-ayat al-Quran Ho: Tidak ada pengaruh pelatihan kaligrafi Lembaga Kaligrafi al-Quran
r
(Lemka) terhadap kemampuan menulis ayat-ayat al-Quran
D 24 Ibid.
14
BAB II LANDASAN TEORI
y l
A. Pengertian Pendidikan dan Latihan (Diklat) Seni Kaligrafi Al-Quran
n
Untuk memberikan batasan definisi yang jelas dari kalimat pendidikan seni kaligrafi al-Quran, berikut saya uraikan defenisi dasar kata tersebut satu
O t
persatu.
Secara bahasa, kata pendidikan berarti (1), perbuatan atau hal cara
f a
mendidik, (2), pengetahuan tentang mendidik, atau (3), pemeliharaan atau latihan-latihan badan, batin.1 Adapun kata pendidikan secara istilah sebagai berikut:
r
1. Menurut UU Sisdiknas tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan
D
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.2 2. Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara berarti daya dan upaya untuk memajukan pertumbuhan budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect) dan tubuh anak antara satu dengan 1
yang lainnya saling
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), cet.ke-2, h. 250. 2 Undang-undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Pengaturan Pelaksanaannya: UURI No. 20 Th. 2003, artikel PDF diakses pada hari Jum’at 26 Juni 2008 dari www.google.com, h. 1.
15
berhubungan agar dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik agar selaras dengan dunianya.3 3. Menurut Ramayulis, pendidikan merupakan bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh seorang dewasa agar ia menjadi dewasa.4 4. Menurut Marimba sebagaimana dikutip oleh Ahmad Tafsir bahwa pendidikan adalah dipandang sebagai bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju
y l
terbentuknya kepribadian yang utama.5
Dari beberapa definisi yang dikemukakan beberapa pakar pendidikan
n
diatas, penulis menyimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana oleh
O t
pendidik melalui bimbingan,
pengajaran, dan latihan dalam rangka mengembangkan segenap potensi jasmani dan rohani si murid agar dapat berperan dalam kehidupannya kelak
f a
sehingga menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berguna bagi bangsa dan negaranya. Adapun seni secara istilah sebagaimana dikemukakan oleh beberapa
r
pakar sebagai berikut.
D
1. Menurut Ramayulis seni adalah ekspresi ruh dan daya manusia untuk mengungkapkan keindahan intristik suatu objek. Seni merupakan bagian dari hidup manusia. Seni itu salah satu potensi ruhani yang dapat diungkapkan
seseorang
sesuai
dengan
kecenderungan
atau
oleh
masyarakat sesuai dengan budayanya.6 2. Menurut Hasan Muarif Ambary bahwa seni adalah produk aktifitas yang dilakukan secara sadar, bertujuan untuk mendapatkan atau mencapai
3
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998) cet.ke-1.
h. 290. 4
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), cet.ke-3, h. 1. Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung; Remaja Rosda Karya, 1997), h. 6 6 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam,..., h. 118 5
16
estetika sekaligus berfungsi sebagai salah satu cara menerjemahkan lambang-lambang atau simbol.7 3. Menurut Sidi Gazalba bahwa seni adalah objek yang diciptakan untuk melahirkan kesenangan sebagai tujuannya.8 Seni adalah fitrah manusia dan termasuk ajaran ad-Din yang lahir dari agama , sedangkan agama erat hubungan dengan etika. Dengan demikian ada hubungan antara agama, seni (estetika), dan etika. 4. Menurut Ismail al-Faruqi bahwa seni
adalah keindahan atau estetika.
Dalam ajaran Islam seni merupakan sublimasi bukti ke-Ilahian. Seperti
y l
i’jaz dan kualitas al-Quran yang tidak dapat ditiru atau ditandingi oleh manusia, baik secara sastra, komposisi, irama, keindahan, balâghah,
n
kesempurnaan gaya dan kekuasaan dalam menampilkan makna Allah. Ini adalah sentral nilai-nilai estetika yang sejati dan abadi.9
O t
Menurut beberapa pakar diatas, dapat penulis simpulkan bahwa seni adalah segala daya cipta, rasa, karsa manusia yang mengandung nilai
f a
keindahan sebagai ekspresi jiwa dan perasaan dalam bentuk karya adiluhung yang sanggup membangkitkan jiwa dan perasaan orang yang menikmatinya. Atau seni adalah segala hasil kerja jasmani dan rohani yang dimanifestasikan
r
dalam keindahan yang dapat dinikmati oleh indrawi manusia. Misalnya
D
melalui ujud rupa (seni lukis, seni rupa, dan sebagainya), melalui ujud suara (seni suara/musik) dan melalui ujud gerak (seni tari, seni drama). Adapun kata kaligrafi, secara bahasa berarti seni penulisan indah.10 Kata kaligrafi berasal dari bahasa Inggris, “calligraphy”, yaitu adaptasi dari dua kata, “calios” (Yunani) yang berarti indah, dan “graph” yang berarti tulisan atau aksara. Abdul Karim Husain menukilkan dari Webster’s New American Dictionary, bahwa kaligrafi (calligraphy) diartikan dengan ‘good penmanship, atau ‘the art of penmanship’, yaitu seni menggunakan pena agar 7
Hasan Muarif Ambary, Menemukan Peradaban Jejak Arkeologis dan Historis Islam Indonesia, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001), cet.ke-2, h. 181 8 Sidi Gazalba, Mesjid Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Zikra Al-Husna, 2001), cet.ke-7, h. 223 9 Ambary, Menemukan Peradaban..., h. 181. 10 Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 649.
17
dapat menghasilkan tulisan yang indah.11 Al-Faruqi dalam bukunya ‘Atlas Budaya Islam’ mengatakan kaligrafi secara bahasa adalah seni tulisan indah.12 Menurut Muarif Ambary bahwa kaligrafi secara bahasa adalah seni menulis indah dalam huruf Arab.13 Adapun defenisi kaligrafi secara istilah menurut para pakar kaligrafi terkemuka adalah sebagai berikut: 1. D.Sirojuddin AR menjelaskan bahwa kaligrafi mempunyai makna tulisan yang indah, arti lainnya adalah kemampuan menulis indah atau elok (tulisan elok). Dalam bahasa Arab, tulisan indah disebut khat yang berarti
y l
garis atau secara verbal disebut tulisan indah.14
2. Syaikh Syamsuddin al-Afkani dalam kitabnya “Irsyâd Al-Qasyîd”
n
sebagaimana dinukil oleh Sirojuddin mengatakan bahwa kaligrafi adalah suatu ilmu yang memperkenalkan bentuk huruf-huruf tunggal, letak-
O t
letaknya, dan cara-cara merangkainya menjadi sebuah tulisan yang tersusun, atau apa-apa yang ditulis diatas garis-garis, bagaimana cara
f a
menulisnya, dan menentukan mana yang tidak perlu ditulis, mengubah ejaan
yang
perlu
mengubahnya”.15
r
diubah,
dan
menentukan
bagaimana
cara
3. Menurut Yaqut Al-Musta’shimi sebagaimana dinukilkan oleh Naji
D
Zaynuddin dalam kitabnya Musawwar Khat Al-‘Araby yang dikutip Sirojuddin AR bahwa kaligrafi itu diungkapkan dengan seni arsitektur Ruhani yang lahir melalui peralatan jasmani/kebendaan”.16 4. Menurut Ugur Derman dalam ‘Jurnal Art and The Islamic World’ volume 4 Th. 1987 bahwa kaligrafi “is a spiritual geometry brought about with material tools”. Pakar kaligrafi ternama Indonesia Drs. Didin Sirojuddin AR mengartikan defenisi diatas, bahwa kaligrafi adalah suatu ilmu ukur 11
Abdul Karim Husain, Seni Kaligrafi, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1985), cet.ke-4, h. 1. Ismail R. al-Faruqi dan Louis Lamya al-Faruqi, Atlas Budaya Islam. Penerjemah Ilyas Hasan (Bandung: Mizan, 2001), cet.ke-3, h. 2007. 13 Ambary, Menemukan Peradaban...,h. 183. 14 D. Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi Islam, (Bandung: Remaja Rosda karya, 1992), cet.ke4, h. 3 15 Sirojuddin, Seni Kaligrafi Islam,..., h. 3. 16 Sirojuddin, Seni Kaligrafi Islam,...,h. 4-5. 12
18
spiritual yang diwujudkan atau divisualisasikan dengan peralatanperalatannya. Selanjutnya kata-kata ini menjadi defenisi yang diakui banyak pihak.17 Dengan demikian, dari beberapa definisi diatas penulis menyimpulkan bahwa kaligrafi adalah ilmu tata cara menulis huruf-huruf Arab dengan benar sesuai dengan kaidah-kaidah baku yang yang telah menjadi standar umum. Kaidah yang dimaksud adalah ukuran dan aturan yang harus dipatuhi oleh seorang penulis kaligrafi agar tulisannya memenuhi standar sebagai tulisan yang indah, dan diakui kebenaran bentuk-bentuk dan potongan hurufnya.
y l
Dengan kaidah ini kalimat yang disusun menjadi selaras, serasi, dan indah secara utuh.18
n
Jadi, secara substansial definisi pendidikan seni kaligrafi al-Quran adalah adalah usaha bimbingan dan pelatihan (training) seorang guru atau ustad—di pesantren—yang
O t
dilakukan secara sadar dan terencana dalam
rangka mengembangkan potensi anak didik agar mampu menulis aksara al-
f a
Quran yang berbahasa Arab dengan benar dan indah, melalui latihan yang intensif dengan menggunakan perangkat kaligrafi dan bahan tertentu. Peranan guru sangat menentukan keberhasilan seorang murid dalam
r
membimbing dan melatih kaligrafi. Disamping itu juga murid sendiri harus
D
gencar latihan. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Ali bin Abi Thalib R.A mengutip dari Sirojuddin bahwa khat (kaligrafi) itu rahasianya dalam bimbingan guru, tegaknya tergantung banyaknya latihan (masyq), dan kekekalannya ada pada pengamalan ajaran Islam.19 Pendidikan dan pelatihan pada dasarnya berbeda. Pendidikan tanpa ada batas dan ukuran waktu (tenure) yang ditentukan, seperti halnya mengikuti seminar atau kuliah 4 tahun di kampus. Pendidikan itu pun berlaku selama hayat, walaupun dalam pengadaannya terprogram menurut jangka waktu yang
17
Sirojuddin, Gores Kalam (Butir-butir Pemikiran Sekitar Pengembangan Pengembangan Seni Kaligrafi Islam di Indonesia), (Jakarta: Lemka, 1994), hal. 3 18 Penjelasan standarisasi kaidah murni kaligrafi al-Quran dapat dilihat pada pembahasan ‘Karakteristik Materi: Ragam Gaya, Kaidah, dan Kriteria’ 19 Sirojuddin, Seni Kaligrafi Islam,...,h. 5.
19
ditentukan. Pelatihan (training) diukur dari apa yang dapat seorang lakukan setelah dia menyelesaikan masa pelatihan itu, dan biasanya diadakan dalam waktu yang singkat. Training merupakan kegiatan untuk meningkatkan dan keahlian, kompetensi sebagai lanjutan dari pengajaran vocational sebelumnya dan latihan yang berhubungan dengan keahlian yang spesifik.20 Dahulu, bentuknya dapat berupa magang seperti yang dilakukan pada kampus teknik dan politeknik. Namun sekarang sering diartikan sebagai pengembangan profesional yang dikelola oleh pemerintah ataupun badan-badan yayasan tertentu oleh masyarakat, contohnya badan yayasan badan wakaf atau
y l
pesantren.
Pendidikan kaligrafi al-Quran bertujuan membentuk sikap santri yang
n
Qurani dengan penguasaan ajaran-ajaran-Nya secara utuh dan diharapkan menjadi pandangan hidup selamanya. Sedangkan pelatihan kaligrafi al-Quran
O t
adalah upaya peningkatan minat dan mengembangkan bakat secara khusus sesuai dengan kebutuhannya dalam jangka waktu program yang telah
f a
ditentukan. Tujuan pelatihan disini adalah to do something, bukan hanya to know something, dan ragam pembelajarannya (pelatihan dan latihan) lebih memfokuskan performance dan kreatifitas.
r
Dalam setiap program pelatihan hasilnya tidak bisa langsung dirasakan
D
dalam satu periode atau satu waktu yang diprogramkan. Setiap pelatihan, termasuk pelatihan kaligrafi membutuhkan proses dan persiapan yang matang dan terencana. Kebiasaan positif itu harus selalu diulang kembali jika meinginkan materi pelatihan itu terus melekat dalam diri individu.
B. Dasar Pendidikan Seni Kaligrafi Islam Dasar yang dimaksud disini adalah landasan, atau alasan mengapa perlu adanya pendidikan dan latihan kaligrafi. Sehingga dengan landasan tersebut dirasakan perlunya mempelajari dan menekuni ilmu seni kaligrafi sebagai disiplin ilmu tersendiri, atau memiliki rujukan yang jelas. 20
Maydina, “Tuker Pikiran: Pilih Mana... Pendidikan atau Pelatihan”, artikel diakses pada 30 Oktober 2008 dari http://maydina.multiply.com
20
Sebagaimana dasar pelaksanaan pendidikan Islam yang bersumber kepada dua sumber pokok, yaitu Al-Quran dan sunnah Rasul, maka dalam membicarakan dasar pelaksanaan diklat seni kaligrafi pun mengikuti sumber yang sama. Azyumardi Azra menambahkan dasar pendidikan Islam selain AlQuran dan as-Sunnah, ‘uruf juga bisa dijadikan landasan hukum pendidikan Islam atau maslahah yang menjauhkan kemudharatan bagi kelangsungan hidup manusia.21 Rasulullah SAW menerima wahyu yang pertama turun, yaitu surah Al‘Alaq: 1-5, Allah berfirman:
y l
n
“Bacalah! Dengan nama Tuhanmu yang menciptakan, (Dia) menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah danTuhanmu yang Maha Pemurah, yang mengajar menulis dengan kalam. Mengajar manusia apa yang belum diketahuinya.” (QS. 96:1-5).
O t
f a
Sirojuddin AR berpendapat bahwa dalam ayat tersebut mengandung perintah membaca (iqra’) dan menulis, lebih jelas beliau berkata:
r
”Yang lebih mengagumkan bahwa ternyata membaca dan ‘menulis’ merupakan perintah pertama dalam wahyu tersebut. Dapat dipastikan bahwa kalam atau pena
D
memiliki kaitan erat dengan seni penulisan kaligrafi. Jika kalam disebut-sebut sebagai alat penunjang pengetahuan maka ia adalah sarana sang Khaliq dalam rangka memberikan petunjuk kepada manusia. Ini merupakan suatu gambaran yang tegas, bahwa kaligrafi mendominasi posisi tertua dalam percaturan sejarah Islam itu sendiri.
22
Hamka dalam tafsirnya ‘al-Azhar’ mengatakan bahwa dalam lima ayat Surah al-‘Alaq itu terkandung kemuliaan Allah SWT. Allah mengajarkan manusia berbagai ilmu, membuka berbagai rahasia, menyerahkan berbagai kunci untuk membuka perbendaharaan Allah, dengan kalam atau pena. Di samping lidah untuk membaca, Allah pun menegaskan pula bahwa dengan 21
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium Baru, (Jakarta: Kalimah, 2001), cet.ke-3, hal. 9 22 Sirojuddin, Seni Kaligrafi Islam,...,h.. 5-6.
21
pena ilmu pengetahuan dapat ditulis. Pena itu material beku dan kaku, tidak hidup, namun apa saja yang dituliskan dengan pena itu memberikan dan membuka cakrawala pengetahuan bagi manusia.23 Sehubungan dengan itu, perangkat-perangkat tulis yang lazim mendapat pernyataan tegas dalam proses seni kaligrafi adalah pena. Allah berfirman dalam al-Quran surah al-Qalam: 2 sebagai berikut: “Nun. Demi pena dan apa saja yang mereka tulis (dengan pena itu”. (QS. 68)
y l
Ada ulama yang menafsirkan ‘Nun’ sebagai dawat (tinta), berdasarkan
n
hadis yang dikeluarkan oleh Abu Hatim dari Riwayat Abu Hurairah RA mengutip dari Sirojuddin, ia menyebutkan bahwa nabi Muhammad SAW
O t
pernah bersabda: “ Allah telah menciptakan nun, yaitu dawat.” 24 Dalam riwayat lain, Ibnu Jarir dari Ibnu Abbas RA mengutip dari Sirojuddin bahwa nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya: “setelah
f a
Allah menciptakan nun, yakni dawat dan telah menciptakan pula kalam. Lantas dia bertitah: “tulislah!”, “Ya Robbi, apa yang hamba tulis?” Allah
r
menjawab: “tulislah semua yang ada sampai hari kiamat".”25 Lebih jelas lagi Allah berfirman sebagai penegasan istilah tinta ini
D
dengan kata ‘midad’ dalam al-Quran surah al-Kahfi: 109 berikut ini:
“Katakanlah! Seandainya air lautan dijadikan tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu pula”. Kemudian dalam ayat lain, Allah berfirman tentang penyebutan pena (qalam) dan tinta, berikut sabda-Nya di surah Luqman: 27 sebagai berikut: 23
Sirojuddin,Tafsir Al-Qalam, (Jakarta: Studio Lemka, 2002), cet. II, h. 33. Sirojuddin, Seni Kaligrafi Islam,...,h. 247. 25 Sirojuddin, Seni Kaligrafi Islam,...,h. 247. 24
22
“Dan sekiranya pohon-pohon di bumi adalah pena, dan samudera (menjadi tintanya), ditambah kepadanya tujuh laut (lagi), sesudah (kering)nya, niscaya tidak ada habis-habisnya (untuk dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. Demikian juga dalam mengisyaratkan media tulisan, seperti kertas atau alas untuk menulis. Allah berfirman dalam al-Quran surah al-Buruj: 21-22
y l
sebagai berikut:
n
“Bahkan ia Al-Quran yang mulia. Di Lauh Al-Mahfûz”. Dan dalam surah al-A’raf: 145 Allah berfirman:
O t
f a
“Dan Kami telah tuliskan baginya di alwah itu segala sesuatu sebagai nasehat dan penerangan bagi segala sesuatu”
r
Menurut Sirojuddin AR, kata ‘lauh’ bermakna papan (segi bahasa)
D
atau sabak untuk menulis, jamak dari kata ‘lauh’ adalah ‘alwâh’.26 Dengan memperhatikan keterangan beberapa ayat di atas jelaslah perngkat-perangkat untuk kegiatan menulis kaligrafi memiliki penegasan langsung dari Allah. Penulis berkesimpulan bahwa ini merupakan landasan atau dasar yang dapat memberikan dorongan bagi kegiatan pendidikan seni kaligrafi. Menurut Sirojuddin AR, banyak juga ayat-ayat al-Quran mendorong kreatifitas dan keleluasaan para kaligrafer dalam berkarya, yang didukung dengan sabda-sabda Nabi SAW. Intinya seakan-akan memanjakan kaligrafi sebagai seni Islam yang hadir tanpa hambatan hukum. Anjuran untuk menulis 26
Sirojuddin, Seni Kaligrafi Islam,..., h. 250.
23
tulisan yang indah selalu disabdakan Nabi SAW berulang-ulang, seperti riwayat Dailami mengutip dari Sirojuddin yang artinya: “tulisan yang bagus akan menambah kebenaran tampak nyata karena keunggulan.”27 Dalam kesempatan lain terdapat ‘atsar’ dari Ali RA yang menekankan bahwa kaligrafi tidak hanya berbicara konteks ilmu dan ibadah saja, tapi juga merupakan salah satu sumber usaha, sebagaimana arti hadisnya mengutip dari Sirojuddin “hendaknya kalian mempercantik tulisan, karena itu adalah sebagian dari kunci-kunci rezeki” Dan ini telah banyak dibuktikan oleh beberapa kalangan seniman dan pengrajin muslim di Indonesia.
y l
Dalam hal ini, Rasulullah juga menekankan kepada orang tua agar mendidik sekaligus melatih anaknya menulis, memperbagus namanya, dan
n
mengawinkannya kalau sudah dewasa. Hal ini berdasarkan dari hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Najjar mengutip dari Sirojuddin.28
O t
Hal senada juga diucapkan beliau, seperti hadis yang artinya “muliakan (ajarkan) anak-anakmu dengan menulis, maka sesungguhnya menulis
itu
f a
termasuk
perkara
yang
penting
dan
sebesar-besarnya
kebahagiaan.” Memuliakan generasi muslim dengan kaligrafi al-Quran menurut hadits tersebut memberikan suatu wasilah bagaimana menjadi
r
seorang muslim yang bertanggung jawab atas agamanya, dan dengan
D
mempelajari kaligrafi seseorang dapat berinteraksi dengan makna-makna alQuran secara ekspresif.
Bahkan, Nabi SAW membina seorang sahabat untuk menulis dengan trik-trik jitu agar tulisan itu indah. Ketika itu beliau melihat Abdullah menulis, dan menjelaskan sambil melatihnya dengan mengutip terjemahan dari Sirojuddin: “wahai Abdullah, rengkangkanlah jarak spasi, susunlah huruf dalam komposisi, peliharalah proporsi (ukuran), dan berilah huruf-huruf
27
Jalaluddin Abdurrahman bin Abu Bakar As-Suyuthy, Al-Jami’ Ash-Shaghir., (Indonesia: Daar Ihya al-Kutub al-Arabiyah, tth), Juz II, hal. 99. 28 Jalaluddin Abdurrahman bin Abu Bakar As-Suyuthy, Al-Jami’ Ash-Shaghir, ..., h. 99.
24
akan haknya.”29 Hadits ini tidak lain sebagai landasan hukum metode-metode dan asas didaktik pelatihan kaligrafi. Dengan demikian maka jelaslah bahwa baik al-Quran maupun alHadits sama-sama menekankan dan memberikan motivasi yang kuat pentingnya belajar dan latihan menulis kaligrafi. Dan belajar atau latihan kaligrafi bukanlah persoalan yang biasa, namun butuh perhatian dan penanganan khusus Ada juga sebagian orang mengambil maslahat dengan mempelajari kaligrafi untuk bekal hidupnya kelak. Dengan anggapan estetika kaligrafi
y l
memberikan peluang secara ekonomi. Seperti kata seorang penyair yang artinya dikutip dari Sirojuddin sebagai berikut:
n
“Pelajarilah kaligrafi Wahai orang yang memiliki akal budi, Karena kaligrafi itu tiada lain, Dari hiasan orang yang berbudi pekerti, Jika engkau memiliki kekayaan, Maka kaligrafimu adalah kekayaan, Namun jika engkau membutuhkan, Maka kaligrafimu adalah sebaik-baik sumber usaha, Tulisan indah akan abadi, melampaui umur penulisnya 30 Sementara sang penulis telah istirahat di dalam bumi”.
O t
r
f a
C. Tujuan Pendidikan Seni Kaligrafi al-Quran Secara umum, Indra Djali Sidi menjelaskan bahwa tujuan pendidikan
D
seni adalah berusaha untuk mengarahkan siswa agar mampu berkreasi dengan bakat seninya, yaitu memupuk kreatifitas siswa, karena seni banyak berkaitan dengan olah rasa dan perasaan. Pendidkan dan latihan seni kaligrafi akan memupuk seseorang untuk berjiwa halus dan berbudi pekerti luhur.31 Menurut Fauzi Salim Afifi, tujuan pendidikan dan pelatihan seni kaligrafi pada umumnya adalah untuk:
29
Sirojuddin, Sekeliling Festival Istiqlal II Kaligrafi dan Ide-ide pengembanannya, (Jakarta: Lemka Studio, 1995), h. 75. 30 Sirojuddin, Mengembangkan Seni Kaligrafi: Melalui Pembinaan Intensif dan Terstruktur, disampaikan pada pembinaan para pembina LPTQ Kab/Kota dan Propinsi Banten, (Rangkasbitung: 9-10 Maret 2005), h. 3. 31 Indra Djali Sidi, Menuju Masyarakat Belajar:Menggagas Paradigma Baru Pendidikan Islam, (Jakarta: Paramadina dan Logos Wacana Ilmu, 2001), cet.ke-1, hal. 105.
25
1. Mendidik berbagai kemampuan, diantaranya pengawasan, kecermatan memandang, dan kehalusan dalam segala hal. 2. Membentuk rupa-rupa watak dan kebiasaan, seperti disiplin, ketertiban kebersihan, kesabaran dan ketekunan. 3. Memperoleh kemahiran dan keterampilan tangan saat memperbagus tulisan dalam latihan. 4. Menumbuhkan kemampuan mengkritik dan menyelami rasa seni setelah mengetahui unsur-unsur keindahan dalam kaligrafi yang bagus. 5. Memperoleh rasa senang dan memperdalam rasa tenteram dalam jiwa bila
y l
memperoleh kemajuan dalam latihan.
6. Meningkatkan minat dalam jiwa murid untuk menambah kecintaan,
n
perhatian, pemeliharaan, dan karir dalam seni kaligrafi. 32
Oleh karena itu, Sirojuddin AR berpendapat bahwa pendidikan seni
O t
kaligrafi itu membimbing perasaan seseorang agar dekat dengan-Nya, rasa bahagia menelusuri firman-firman-Nya, dan rasa bangga diberi kesempatan
f a
memvisualisasikan lantunan wahyu-Nya.33
Lebih dari itu kaligrafi memiliki peranan yang begitu penting dalam dunia pendidikan, antara lain:
r
1. Salah satu sarana komunikasi antar manusia yang telah berhasil membawa
D
warisan budaya.
2. Salah satu medium kebudayaan yang lahir dari agama, sosial, dan ekonomi.
3. Sebagai media ilmu dan penelitian ilmiah, seperti bahasa dan agama, sastra, nahwu, balaghah, dan sejarah.34
32
Fauzi Salim Afifi, Cara Mengajar Kaligrafi:Pedoman Guru, Penerjemah D. Sirojuddin AR, (Jakarta: Darul Ulum Press), h. 20. 33 Sirojuddin AR, “Di Depan Kesempurnaan Wahyu” , Panji Masyarakat. II, (13-011999), h. 48. 34 Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Al-Husna Zikra, 2000), cet.ke-1, h. 130.
26
D. Pendidikan Seni Kaligrafi Dalam Perspektif Pendidikan Islam Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya dalam subbab II pembahasan tentang landasan hukum menulis kaligrafi dinyatakan bahwa pendidikan kaligrafi yang berisi pengajaran tulis-menulis mendapatkan posisi terpenting. Sebagaimana tersirat makna dalam kandungan wahyu pertama, yakni surah al‘Alaq tadi. Intinya kaligrafi mendominasi sebagai salah satu komponen dalam sejarah pendidikan Islam yang tertua. Pendidikan seni kaligrafi pada awalnya memang berjalan sejalan dengan perkembangan pendidikan Islam. Bila proses pendidikan Islam yang dimulai sejak Nabi SAW berdakwah, maka sejak itu
y l
pula proses pendidikan baca tulis telah dimulai,bahkan setelah Nabi hijrah ke Madinah.35
n
Kegiatan tulis-menulis memang mendapatkan ruh dari al-Quran, dan semangat mempelajari kandungan al-Quran menyebabkan kegiatan baca dan
O t
tulis mendapat perhatian penting dari Nabi SAW. Sehingga pernah Nabi SAW mewajibkan kepada tawanan perang ketika selesai berperang setiap tawanan
f a
harus mengajarkan sepuluh anak/pemuda Madinah untuk membaca dan menulis.36
Pendidikan seni kaligrafi bila dilihat dari esensinya jelas masuk dalam
r
kelompok ilmu-ilmu agama, karena penerapannya memang dalam ruang
D
lingkup tulis-menulis huruf-huruf al-Quran (huruf Arab). Maka dalam konsep pendidikan Islam ilmu ini merupakan alat yang mesti digunakan dalam proses penelusuran dan penggalian ilmu-ilmu yang lainnya. Jika demikian, maka pendidikan seni kaligrafi sangatlah mutlak diperlukan. Karenanya, Imam AlGhazali mengelompokkan diantara ilmu-ilmu itu terbagi menjadi tiga bagian; (1), ilmu-ilmu terpuji, (2), ilmu-ilmu tercela, (3), Ilmu-ilmu yang berada diantara keduanya. Beliau juga menjelaskan bahwa ilmu-ilmu terpuji itu adalah ilmu yang membawa kepada kesucian jiwa, kunci untuk mengetahui hikmah dan
35
Sirojuddin, Gores Kalam; Al-Quran dan Reformasi Kaligrafi Arab,..., h. 1. Sirojuddin, Gores Kalam; Al-Quran dan Reformasi Kaligrafi Arab,..., h. 1.
36
27
kebaikan sekaligus mengamalkannya.37 Sebab tujuan pendidikan Islam menurutnya adalah kesempurnaan insan di dunia dan akhirat. Namun, kaligrafi bukanlah semata-mata seni dan keindahan, tetapi esensi yang paling pokok adalah pemahaman nilai-nilai al-Quran melalui keindahan tulisan. Dengan konsep ini, maka sejalanlah dengan pemikiran alGhazali yang mengatakan ilmu itu harus dilihat dari segi tujuan dan kegunaannya dalam bentuk amaliyah.38 Ibnu Sina memandang bahwa tujuan pendidikan harus diarahkan pada mengembangan seluruh potensi yang dimiliki
seseorang ke arah
y l
perkembangan jiwa yang sempurna, yaitu perkembangan fisik, intelektual, dan budi pekerti. Disamping itu tujuan pelatihan harus diarahkan pada upaya
n
mempersiapkan seseorang agar dapat hidup dengan melakukan performans atau keahlian yang dikuasainya sesuai dengan bakat, kesiapan, dan minat yang
O t
dimilikinya.39
Memahami pendapat Ibnu Sina diatas bila dihubungkan dengan tujuan
f a
dan manfaat yang ada pada pendidikan seni kaligrafi dalam konteks pendidikan Islam tentu sangat sinkron. Hal ini dapat dibuktikan dalam konsep kurikulum yang disusunnya, yaitu menekankan indikator pelajaran membaca,
r
menulis, menghafal al-Quran, dan kesenian pada awal usia perkembangan anak.40
D
Pandangan pendidikan Islam terhadap diklat seni kaligrafi artinya juga pandangan para pemikir pendidikan Islam terhadap kaligrafi. Sebab pendidikan Islam itu sendiri sangat signifikan dengan proses pemikiranpemikiran yang muncul dari para tokoh pemikiran pendidikan Islam sekian lamanya, dan keberadaanya sama tuanya dengan sejarah peradaban Islam itu sendiri. Al-Faruqi, sebagaimana dikutip oleh Sirojuddin AR, menyebut kaligrafi dengan ungkapan ‘Art of Islamic Art’ (seninya seni Islam). Al-
37
Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), cet.ke-1, h. 13. 38 Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam,..., h. 93. 39 Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam,..., h. 67. 40 Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam,..., h.71.
28
Haidari menyebut al-Quran sebagai juz’un asasiyyun min al-fann al-Islâmy (bagian paling mendasar dari seni Islam). Sementara D. Sirojuddin AR sendiri menyebut kaligrafi itu merupakan khasanah kebudayaan Islam, yang secara tradisional terus hadir sepanjang ruh perkembangan agama Islam, karena ia berfungsi sebagai bahasa visual dari ayat-ayat al-Quran.41 Hamka dalam tafsir al-Azhar, sebagaimana dikutip Sirojuddin AR mengatakan dengan kalam (pena) ilmu pengetahuan dicatat, bahkan kitabkitab suci yang diturunkan Allah ta’ala kepada nabi-nabinya baru menjadi dokumentasi agama setelah semuanya dicatat. Kitab suci al-Quran sendiri
y l
yang mulanya hafalan, kemudian catatan yang berserakan itu dibukukan menjadi mushaf, setelah itu terciptalah berbagai ilmu-ilmu agama yang lain seperti
tafsir
al-Quran,
ilmu
hadits,
n
dan
sebagainya.42
Semuanya
dikembangkan dengan “Nun, wa alqalami wa ma yasturûn”.
O t
Dengan tinta, pena dan apa yang manusia tuliskan diatas media berbagai ragam terciptalah kesempurnaan wahyu sejak 14 abad yang lalu.
f a
Maka dari itu, peranan kaligrafi memang sangat penting, karena ia mampu mengikat ilmu pengetahuan. Ini tentu sejalan dengan sabda Nabi SAW diriwayatkan dari Tabrani mengutip dari Sirojuddin yang artinya: “ikatlah
r
ilmu dengan tulisan.”43
D
E. Pengertian Minat Menulis Kaligrafi al-Quran Minat menurut bahasa artinya kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu; gairah; keinginan; dan suka terhadap sesuatu.44 Dalam Ensiklopedi Umum disebutkan bahwa minat adalah kecenderungan bertingkah laku yang terarah pada objek kegiatan atau pengalaman tertentu.45 Sedangkan dalam kamus lengkap Indonesia-Inggris, minat disebut dengan term “interest; liking;
41
Sirojuddin, Gores Kalam,..., h. 35. Sirojuddin, Tafsir Al-Qalam,..., h. 70. 43 Jalaluddin Abdurrahman bin Abu Bakar As-Suyuthi, al-Jami’ As-Saghir, Juz 2., h. 88 44 Frista Arimanda W, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,(Jombang: Lintas Media, tt), h. 42
816 45
Hasan Shadily, Ensiklopedi Umum, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1983), jilid.4, h.
2252
29
desire; attention”. Jika seseorang berminat terhadap sesuatu, maka dikatakan “someone to be interested...; have an interested to...; have a liking ...”. Adapun subjek atau peminat disebut dengan “devoote, amateur, fan, admirer, supporter, dan interested person”. Sedangkan peminatan (dalam tingkat pendidikan tinggi) disebut dengan concentration atau majority.46 Minat secara istilah menurut beberapa pakar psikologi dan pendidikan adalah sebagai berikut: a. Menurut Slameto, minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan serta keterikatan pada sesuatu hal atau aktifitas tanpa ada yang
y l
menyuruh.47
b. Menurut Muhibbin Syah, minat adalah kecenderungan dan kegairahan
n
yang tinggi, atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.48
c. Crow & Crow mengatakan minat atau interest bisa berhubungan dengan
O t
daya gerak yang mendorong kita untuk cenderung atau merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan, ataupun bisa berupa pengalaman efektif yang
f a
dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.49
d. Menurut Doyles Fryer minat adalah gejala psikis yang berkaitan dengan objek atau aktifitas yang menstimulir perasaan senang kepada individu.50
r
e. Sedang Witherington berpendapat bahwa minat adalah kesadaran
D
seseorang pada sesuatu, seseorang, suatu soal atau situasi yang bersangkut paut dengan dirinya. Tanpa kesadaran seseorang pada suatu objek, maka individu tidak akan pernah mempunyai minat terhadap sesuatu.51 f. Herbart mengartikan minat sebagai sumber motivasi yang akan mengarahkan seseorang pada apa yang akan mereka lakukan bila diberi 46
Alan M. Steven & A. Ed Schimidgall Tellings, Kamus Lengkap Indonesia-Inggris, terj. A Comprehensive Indonesia-english Dictionary, (Jakarta: Mizan, 2008), cet.ke-2, h. 635. 47 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Adi Mahasatya, 2002), cet. 4, h. 180 48 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001) cet. Ke-6, h. 136 49 Abdul Rahman Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogya: PT. Tiara Wacana, 1993), cet., ke-1, h. 122. 50 Wayan Nurkanca dan P.P.N. Sumartana, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1986), cet.ke-4, h. 229 51 Witherington, H.C., , Psikologi Pendidikan, penerj. Buchairi. (Jakarta: Aksara Baru, 1989), h. 87
30
kebebasan untuk memilihnya. Bila mereka melihat sesuatu itu mempunyai arti bagi dirinya, maka mereka akan tertarik terhadap sesuatu itu yang pada akhirnya nanti akan menimbulkan kepuasan bagi dirinya.52 g. Sedangkan Drever mengartikan minat (interest) ke dalam dua pengertian, baik fungsional maupun struktural. Minat dalam pengertian fungsional menunjukan suatu jenis pengalaman perasaan yang disebut kegunaan (worthwhileness) yang dihubungkan dengan perhatian pada objek atau tindakan. Sedang minat dalam pengertian struktural adalah elemen atau hal dalam sikap individu, baik bawaan ataupun karena perolehan, sehingga
y l
seseorang itu cenderung memenuhi perasaan worthwhileness dalam hubungannya dengan objek-objek atau hal-hal yang berhubungan dengan
n
subjek khusus, atau bidang pengetahuan khusus. Apa yang disebut sebagai “doctrine of interest” dalam pendidikan harus berdasarkan pada minat
O t
anak, dan selanjutnya minat baru dikembangkan berdasarkan minat yang sudah ada tersebut.53
f a
h. Dalam kamus psikologi, Chaplin menyebutkan bahwa interest atau minat dapat diartikan sebagai: -
Suatu sikap yang berlangsung terus menerus yang memberi
r
pola pada perhatian seseorang sehingga membuat dirinya
D
selektif terhadap objek minatnya.
-
Perasaan yang menyatakan bahwa satu aktivitas pekerjaan atau objek itu berharga atau berarti bagi individu.
-
Satu keadaan motivasi atau satu set motivasi yang menuntut tingkah laku menuju satu arah tertentu.54
i. Dalam “Encyclopedia of Psychology”, minat adalah kecenderungan tingkah laku yang mengarah pada tujuan yang pasti, berupa aktivitasaktivitas atau pengalaman yang menarik dari tiap individu. Apabila 52
Howard C. Warren, Dictionary of Psychology, (Massachussets: Houghton Mifflin Company, 1934), h. 141 53 Stephen J, The Penguin Dictionary of Psychology, (Great Britain: Hazell Watson & Viney Ltd, 1981), h. 142 54 J.P Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, terj. Dictionary of Psychology, (Jakarta: Rajawali Grafindo Persada, 2006), cet. Ke-8, h. 225
31
individu atau seseorang menaruh minat terhadap sesuatu, maka itu berarti ia telah menetapkan tujuan sebelumnya. Dari beberapa defenisi yang dikemukan oleh pakar diatas, tampaknya pengertian minat pada prinsipnya sama, hanya sedikit terdapat perbedaan. Minat menurut istilah adalah kecenderungan jiwa atau perasaan yang tinggi seseorang atau subjek terhadap suatu objek untuk mengingat dan memperhatikan dengan sungguh-sungguh. Seseorang yang menaruh minat terhadap suatu objek merasakan adanya kebutuhan penting bagi
y l
kehidupannya, dan melakukan usaha-usaha yang teguh tanpa ada paksaan dari orang lain. Untuk mendapatkan objek yang diminatinya, subjek harus
n
mengidentifikasi sejauh mana keuntungan dan kebutuhan yang diinginkan dari objek tersebut, bagaimana cara memenuhi keinginannya, dan disikapi
O t
dengan membuat suatu keputusan (making a decition). Menulis adalah kegiatan motorik untuk menciptakan suatu catatan
f a
atau informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara (huruf). Menulis lazimnya diatas kertas dengan menggunakan peralatan seperti pena atau sejenisnya. Semakin berkembangnya zaman, defenisi menulis
r
juga semakin luas, tergantung situasi dan kondisi. Zaman Mesir kuno,
D
orang-orang menulis dengan menggunakan peralatan yang tidak secanggih sekarang.
Zaman
sekarang
orang-orang
telah
mencatat
atau
mengekspresikan idenya lewat tulisan dengan menggunakan komputer atau note book, atau media yang relevan dengan kebutuhan.55 Minat menulis ayat al-Quran diartikan suatu perasaan suka, gemar, bahkan senang mengeksplorasi, berekspresi, dan mengkreasikan aksara kalimat Ilahi dengan indah, termasuk keselarasan, keseimbangan, kesempurnaan, dan kehalusan tulisan yang mampu menggugah rasa estetika dirinya dan orang yang melihatnya. Semakin senang menulis ayat al-Quran, maka semakin giat kegiatan motorik ini dilakukan, dan semakin
55
“Tulis”, artikel dakses pada tanggal 17 Oktober 2008 dari www. wikipedia.org
32
tinggi
kecintaannya
terhadap
al-Quran.56
kaligrafi
Bagaimanakah
pengaruh diklat seni kaligrafi al-Quran terhadap minat? Untuk penjelasan ini kita harus memahami komponen minat, jenisnya, aspeknya, selanjutnya baru kita dapat memahami faktor-faktor yang mempengaruhinya. Gambar 1. Siklus minat menulis ayat al-Quran
y l
n
O t
F. Jenis Minat Menulis Kaligrafi al-Quran
Wayan Kuncara dan P.P.N Sumartana dalam buku Evaluasi
f a
Pendidikan, mengutip dari Kuder bahwa salah satu jenis minat adalah minat seni,yaitu kecenderungan atau rasa suka terhadap aktifitas apa saja
r
yang berhubungan dengan kesenian, kerajinan, dan kreasi tangan, atau keindahan.57 Maka, kaligrafi termasuk jenis minat terhadap seni, dan
D
individu atau orang yang menyukai seni dapat kita sebut peminat seni, walau dia seorang penikmat seni.
G. Minat dan Term Interest, Attention, Motivation, Desire, Liking: Persamaan Dan Perbedaan Dari uraian beberapa definisi diatas, minat dalam bahasa Inggris disebut dengan interest, attention, dan motovation.
Ada juga yang
mengatakan desire atau like/ liking. Dalam beberapa literatur psikologi 56
Definisi ini sangat relevan dengan uraian diatas, sesuai dengan perkataan Ali bin Abi Thalib dan sang Maestro dan Master kaligrafi al-Quran ternama Yaqut al-Musta’shimi dalam pembahasan definisi pendidikan seni kaligrafi al-Quran. 57 Wayan Nurkanca & P.P.N Sumartana, Evaluasi Pendidikan Islam, (Surabaya: Usaha Nasional, 1998), cet.ke-4, h. 238.
33
pendidikan atau psikologi belajar yang penulis telusuri, kajian minat bukan materi yang sentral dan hangat untuk dibahas. Padahal ini sangat perlu sekali disajikan secara tematis. Untuk itu penulis berusaha mencari indikator-indikator apa saja yang termasuk minat dan mengungkapkan sisi-sisi perbedaannya, sehingga kita dapat memetakan dan meletakkan pemahaman dasar atas substansi minat lebih lanjut. Minat dengan term “interest” disamakan dengan “attention”, dan “motivation”, padahal keempat term tersebut sebenarnya berbeda. Menurut A.M Arifin Temyang, minat tidaklah sama dengan perhatian
y l
(interest). Minat merupakan gejala jiwa yang melibatkan perasaan. Sedangkan perhatian itu cakupannya ranah kognitif yang melibatkan
n
akal.58
Berikut ini penulis deskripsikan pola hubungan minat terhadap
O t
objek dengan perhatian sebagai faktor X yang mempengaruhi munculnya minat awal intrinsik seseorang.
f a
Gambar 2. Perhatian sebagai variabel X terhadap objek
r
D
Adapun “attention” secara bahasa berarti (1), konsentrasi penuh terhadap stimulus objek tertentu, (2), objek yang memberikan rasa sensasi, ide, imajinasi, atau aktivitas, yang dapat memberikan sistem proses informasi penting dan berguna dengan kapasitas yang terbatas untuk mengakomodir sejumlah informasi yang tersedia dari memori.59 Attention 58
Temyang, A.M Arifin, Risalah Didaktif Umum Seri Pertama, (Jakarta, Sapta Darma, tt),
h. 38 59
Budiharjo dkk., Kamus Psikologi, (Semarang: Dahara Prize, 1991), cet. Ke-2, h. 41
34
dan interest berada sama-sama menempati komponen kognisi minat, akan tetapi attention merupakan penegasan untuk memperhatikan objek, contohnya seseorang berkata “pay attention, please!” yang diartikan “tolong perhatikan!”. Term yang ketiga adalah motovasi (motivation). Secara bahasa, motivation berasal dari kata dasar “motive”, yaitu gerak yang bersifat impuls. Motivasi secara istilah menurut J.P Chaplin adalah suatu variabel penyelang (mempengaruhi) sebagai salah satu faktor yang menimbulkan faktor lain dalam suatu organisme. Sifatnya membangkitkan kekuatan
y l
dalam diri, mempertahankan (to defend), menyalurkan tingkah laku, dan tertuju kepada suatu sasaran atau objek.60
n
Persamaan minat dengan motivasi adalah konsentrasi pada suatu objek tertentu dan melibatkan aspek perasaan, atau memberikan efek
O t
stimulan atas satu objek kepada emosi seseorang. Perbedaannya, motivasi merupakan stimulus yang datang dari luar, sedangkan minat dari dalam
f a
diri yang telah terpatri. Minat itu sifatnya labil, sehingga membutuhkan motivasi sebagai stimulus agar frekwensi minat meningkat
dan dapat
dipertahankan dalam waktu yang lama.
r
D
Gambar 3. Motivasi dan objek sebagai variabel X minat
Gambar diatas penulis deskripsikan pola hubungan minat terhadap objek dari teori dan analisis Temyang diatas, dan pengaruh motivasi 60
J.P Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi,..., h. 310.
35
sebagai variabel X (mempengaruhi) dalam
membangkitkan atau
mempertahankan minat terhadap objek dalam suatu organisme. “Desire” adalah ungkapan yang paling sering kita dengar dari orang yang merasakan sesuatu yang menggugah emosi seseorang. Dalam kamus The New Oxford Dictionary of English, desire dikatakan dengan (1), longing yang artinya kerinduan; keinginan; hasrat; niat, (2), craving yang diartikan dengan idaman; keinginan; kerinduan; ketagihan, (3), need, yang diartikan dengan kebutuhan, (4), eagerness yang diartikan dengan semangat; antusiasme; keinginan; hasrat, atau (5), preference yang berarti
y l
kesukaan; pilihan. Penulis berasumsi bahwa desire adalah ungkapan perasaan emosional seseorang atas objek yang dinilai sebagai suatu
n
kebutuhan sehingga membuatnya menjadi antusias atau semangat yang tinggi. Namun jika kebutuhan emosi itu tidak terpenuhi ia akan merasakan
O t
ada sesuatu yang beda atau hilang sampai kerinduan itu terobati dengan cara melakukan tindakan tertentu. Jadi, hasrat atau desire adalah ekspresi
f a
kejiwaan, sama dengan kecintaan (like/ love) terhadap suatu objek. Dengan meletakkan sisi-sisi persamaan dan perbedaan keenam term diatas akan membantu kita memahami apa saja komponen minat dan
r
bagaimana ekspresi kejiwaan seseorang atas objek yang ditujunya.
D
H. Komponen Minat: Perspektif Kajian Psikologi Komponen secara bahasa artinya suatu bagian. Dalam bahasa Inggris komponen sering dikatakan dengan “part; piece; bit; constituent; element; ingredient; unit; module; item; section; portion; dan rare integrant”. Bila dihubungkan dengan kata sifat, komponen disebut dengan constituent, dengan arti dasarnya hakikat (esence), atau inti objek yang berasal dari dalam.61 Tiga komponen minat itu adalah kognisi dengan akal sebagai instrumennya, (2), emosi dengan perasaan sebagai ekspresinya, dan (3), 61
The New Oxford Dictionary of English, artikel diakses pada 25 Oktober 2008 dari program aplikasi komputer iFinger 3.0.
36
konasi dengan kerja fisik atau motorik sebagai manifestasi atau wujudnya.62 Jika kognisi dan emosi saling mempengaruhi, akan mewujudkan komponen ketiga, yaitu konasi.63 Ketiga komponen tersebut merupakan esensi minat yang harus selalu distimulus, dan menjadi suatu sistem terkecil dalam minat itu sendiri.
Gambar 4. Hubungan tiga komponen minat
y l
n
O t
Kognisi adalah komponen minat yang didahului oleh adanya pengetahuan dan informasi mengenai objek yang dituju, dengan akal
f a
sebagai instrumennya. Komponen emosi adalah esensi minat yang distimuli oleh komponen kognisi, dengan mengetahui suatu objek (knowing something) sehingga muncul rasa senang. Rasa senang ini
r
mengakibatkan perasaan yang enjoy, sensasional, kagum, gemar, dan cinta, atau apa saja ungkapan yang relevan dengan objek itu.
D
Adapun komponen konasi adalah esensi hasil sintesa pengaruh kognisi dan emosi yang diapresiasikan dalam bentuk kemauan dan hasrat untuk melakukan suatu tindakan. Pada komponen ini, kemauan untuk melakukan suatu tindakan menjadikan seseorang aktif dan giat melakukan suatu aktifitas. Semakin aktif seseorang, maka semakin kreatif dan terbuka peluang memperoleh skill bagi dirinya. Dengan menguasai kecakapan, selanjutnya komponen kognisi memberikan efek terhadap komponen 62
Sebelumnya telah dijelaskan bahwa perhatian adalah salah satu komponen intrinsik minat seseorang menurut Temyang, sedangkan motivasi faktor ekstrinsik yang mempengaruhi minat. Dalam penjelasan ini, terdapat dua komponen intrinsik lagi yang bekerja secara sistemik. Sistemik maksudnya antara satu komponen dengan komponen lainnya saling berhubungan dan saling mempengaruhi dalam suatu organisme yang disebut minat. Pembahasan ini akan dijabarkan selanjutnya dalam minat dan teori peningkatannya menurut pakar psikologi. 63 Abdul Rahman Abror, Psikologi Pendidikan..., h. 69.
37
emosi, dan memicu komponen konasi lagi. Begitu seterusnya. Inilah yang dikatakan A.M Arifin Temyang bahwa minat ini sebagai motor bagi perhatian, dan membutuhkan motivasi lagi untuk menstimulus minat. I. Aspek-aspek Minat: Perspektif Psikologi Pendidikan dan Psikologi Belajar Aspek berasal dari kata bahasa Inggris yang di-Indonesiakan, yaitu “aspect”. Dalam bahasa Inggris aspect berarti (1), segi (kata benda), contohnya “consider every aspect the situation! : pertimbangkanlah situasi
y l
itu dari tiap segi”, (2), roman, muka, contohnya “of aspect person”. Dalam kamus bahasa Inggris The New Oxfor Dictionary of English dicontohkan dengan kalimat “a particular way in wich something may be
n
considered”. Term derivatifnya adalah “aspectual” yang berhubungan dengan kata sifat (adjective). Kata aspect berasal dari bahasa Latin, yaitu
O t
aspectus, yang berarti indikasi tindakan/aksi, atau suatu cara melihat sesuatu (denoting the action or a way of looking at something). 64
f a
Aspek-aspek minat menurut taksonomi Bloom menekankan pola hubungan yang kuat antara individu terhadap objek dengan melibatkan ekspresi afektif diri seseorang, yang terdiri dari (1), penerimaan
r
(receiving) yang terdiri dari sub-kesadaran dan kemauan untuk menerima perhatian yang terpilih, (2), menanggapi (responding) yang terdiri dari
D
sub-kategori persetujuan untuk menanggapi kemauan dan kepuasan, (3), penilaian (valuing) yang terdiri dari sub-kategori peneriman, pemilihan dan komitmen terhadap nilai-nilai tertentu, (4), organisasi (organization) yang terdiri dari sub-kategori penggambaran dan pengorganisasian terhadap nilai, (5), pencirian (characterization) yang terdiri dari subkategori pencirian dan pemasyarakatan nilai.65 Sub pertama dan kedua merupakan dimensi minat “Acceptance Rejection” mengadopsi dari Fryer, 64
bahwa keberadaan minat itu
The New Oxford Dictionary of English, artikel diakses pada 24 Oktober 2008 dari program aplikasi komputer iFinger 3.0. 65 “Minat dan Aktifitas Mahasiswa Baru IAIN Sunan Kalijaga”, artikel dikutip pada tanggal 15 Oktober 2008 dari http.//www.uin- suka. info/index. php? option= com. Frontpage &Itemid=1.
38
berdasarkan pada orientasi suka dan tidak sukanya individu terhadap objek, subjek atau aktivitas.
66
Orientasi ini pada gilirannya akan
mempengaruhi penerimaan individu. Jika individu suka terhadap objek, atau aktivitas tersebut maka individu akan menerimanya. Jika individu tidak suka kepada objek, subjek atau aktivitas tersebut, maka ia akan menolaknya. Penentuan minat ini didasarkan pada reaksi individu; menolak atau menerima. Contohnya seorang santri lemka, jika ia menerima secara utuh berarti ia berminat, dan jika menolak berarti ia tidak berminat atau kurang berminat atas stimulus faktor-faktor atau fenomena
y l
situasi yang terjadi antara subjek dengan objeknya.67
Teori Drever menguatkan pernyataan diatas, bahwa hubungan
n
minat dengan komponen kognisi dan emosi terbagi dalam dua pengertian, yaitu fungsional dan struktural.68 Secara fungsional, minat menunjukkan
O t
suatu pengalaman perasaan terhadap suatu objek yang dianggap berguna bagi dirinya. Kegunaan yang dibutuhkan ini dalam istilah Psikologi
f a
disebut “worthwhileness”. Selanjutnya, individu melakukan sejumlah tindakan-tindakan tertentu untuk mendapatkan worthwhileness tersebut. Biasanya pola ini pemenuhan kebutuhan kecakapan skill dan pengalaman-
r
pengalaman atas objek yang diminatinya. Sebagai contoh, latihan menulis
D
ayat-ayat al-Quran dianggap sebagai skill dan bekal penghidupan di masa yang akan datang.
Secara struktural, minat menunjukkan suatu sikap individu baik bawaan atau karena perolehan terhadap objek khusus yang cenderung memenuhi
kebutuhan
perasaan.
Kebutuhan
perasaan
ini
dinilai
memberikan kesenangan dan sensasi bagi dirinya. Jadi, minat menurut teori Drever ini secara struktural adalah pemenuhan kebutuhan emosional. Kebutuhan yang diharapkan dapat berupa kesenangan atau
66
keasyikan
Bernstein & Peggy,Essencial of Psychology,..., h. 236 Menerima yang dimaksud disini adalah mengikuti program diklat yang dirancang untuk memenuhi minat awal dan kebutuhan dasar santri dalam memperoleh pendidikan dan skill dari pesantren Lemka. 68 Stephen J, The Penguin Dictionary of Psychology,..., h. 142 67
39
(pleasure). Sebagai contoh, menulis ayat-ayat al-Quran atas anjuran Nabi SAW seperti yang dikatakan oleh D. Sirojuddin AR tidak lain menanamkan kecintaan terhadap Tuhan dan agamanya, dan menawarkan suasana penyejuk hati bagi sang khattat, sekaligus memberikan maslahat atas kemandirian masa depan secara ekonomi.69 Teori minat diatas tidak jauh berbeda dengan teori minat menurut Lefrancois. Lefrancois mengatakan bahwa pola hubungan minat komponen kognisi dan emosi disebut dengan “need-drive theory”. Teori ini
menjelaskan
bahwa
untuk
menanamkan
y l
minat
dan
mempertahankannya, seseorang harus berusaha atau bertindak secara fokus dan kontinu. Lebih lanjut, ia berkata: “need-drive theory offers one
n
way to define pain and pleasure. A need is a specific or general state of deficiency or lack, within an organism. Drives, however are the energies
O t
or the tendencies to react that arre aroused by needs. Example, hungry, food, and gaining the food”.70
f a
Seseorang yang berminat terhadap suatu objek akan menaruh perhatian fokus. Objek tersebut memberikan suatu kesan yang membekas pada dirinya. Tanggapan terhadap kesan tersebut menimbulkan kesadaran,
r
selanjutnya ia menyadari bahwa objek itu memberikan keuntungan
D
baginya. Hal ini ditandai dengan adanya persetujuan untuk memenuhi kemauan dan kepuasan. Setelah itu, ia memberikan penilaian baik dan buruknya, berarti atau tidaknya, dan berguna atau tidaknya objek tersebut bagi dirinya. Hal ini dilakukan secara berulang-ulang. Dalam istilah psikologi, penilaian ini disebut utility.71 Pada tahap ini seseorang menetapkan
sebuah
komitmen
terhadap
nilai-nilai
(meaningfull/
meaningfullness) tersebut. Pada tahap ini disebut dengan “making a decitions”. 69
Tim 7 Lemka, Pak Didin Sirojuddin Menabur Ombak Kaligrafi: Cuplikan Media, (Jakarta: Studio Lemka, 2002), h. 17. 70 Guy R. Lefrancois, Psychology of Teaching, 5th. Edition, (California: Wadworth Publishing Comp., 1985), h. 310. 71 Doughlas a. Bernstein & Peggy W. Nash, Essencial of Psycholgy, (New York: Houghton Mifflin Company, 1999), h. 235.
40
“Making a decitions” adalah dimensi minat sub ketiga dari teori taksonomi Bloom diatas, yang merupakan suatu aspek minat dalam penetapan keputusan atau komitmen atas beberapa pertimbangan yang pada akhirnya memberikan keuntungan bagi dirinya. Menurut Dr. Jalaluddin Rahmat M.Sc, penetapan keputusan memberikan implikasi jangka panjang bagi kehidupan seseorang. Komponen kognisi dan emosilah yang bekerja didalam aspek minat ini (dimulai dari receiving hingga making a decition).72 Pada tahap selanjutnya disebut valuing, yaitu dimensi minat sub keempat dan kelima teori aspek minat taksonomi Bloom diatas. Valuing
y l
mencakup keyakinan sebagai manifestasi antar emosi seorang khattat terhadap kaligrafi yang didukung penuh atas ajaran Islam, yang pada
n
akhirnya menjadi landasan atau falsafah hidupnya.
Hamid Abu al-A’la dalam syairnya yang berjudul Huzn al-Khat
O t
Min Asma al-Funun (kaligrafi adalah seni yang paling unggul) dalam kitabnya Nas’at wa Thatawwur al-Kitabat al-Khattiyyah dalam tulisan
f a
Fauzi Salim Afifi mengutip dari Makin mengekspresikan kaligrafi sebagai keyakinan dan falsafah hidup dalam bait-baitnya sebagai berikut: “Aku telah meminum seni dari mata air yang paling manis, dan kaligrafi adalah
r
seni yang tertinggi”
“Eloknya tulisan adalah bersinarnya tiap hati, enaknya badan, dan nikmatnya
D
mata”
“Indahnya tulisan bagi orang-orang fasih bak mahkota bersinar, karena kecantikannya di atas batok kepala” “kaligrafi adalah ucapan dimana huruf kaf berbangga, dimana Allah telah menitahkan dari huruf kaf dan nun” “Dan telah kuperindah tulisan, supaya bagus para makhluk sepanjang hari ayat-ayat seni” ”Telah kutulis sebuah mushaf mahal dengan khat naskhi yang diukir dengan tangan kanan” “Hafiz Usman telah mengangkat kaligrafi ini dalam seninya yang menyinari, laksna mentari pagi hari yang benderang” “Mukjizat menambahkan keindahan atas malam-malam, tiap waktu dan masa” 72
Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi, (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), cet., ke-16, h. 70.
41
“Antusiasku pada khat ketika usiaku 10 tahun, dan menjadi kecenderungan dan esok menjadi keyakinanku” “Mata di depannya menjadi bingung, adakah yang terlihat sekelompok pengendara ataukah penyebar agama?” “Dengan kaligrafi kehidupan berlalu dengan cepat, maka kaligrafi berada di bagian depan perahu itu” “Dengan kaligrafi kuarungi lautan ilmu, dengan seni ucapan berpagarkan hiasan nan manis” “Esok, perbendaharaanku yang amat berharga, tanganku banyak berhias permata, gedung yang mahal harganya”73
Syair
diatas
seolah-olah
y l
menjadikan
kaligrafi
sebagai
kecenderungan jiwa yang tiada habisnya, sebab begitu kuatnya keyakinan
n
itu dilandasi dengan ajaran al-Quran dengan mukjizatnya yang teragung. Hal senada didukung kuat oleh Hamid Abu al-A’la dalam syairnya yang
O t
begitu mencintai kaligafi, dan tertanam kuat di jiwanya. Ia berkata: “Ghirahku pada kaligrafi bagaikan dilukai musuh, dan kan kutebus dengan jiwa dan tangisan”
f a
“Kepayanganku pada kaligrafi seakan-akan daku bagai Kais Laila, namun bukan pula karena kerasukan jin atau pun sakit ingatan” “Dan kujaga sepenuh hatiku kesucian kaligrafi, untuk kekuatan dan kesucian
r
yang terjaga”
“Hai orang yang berilmu, sesungguhnya khat adalah seni tersendiri bagai
D
sesuatu yang diikat dalam bui” “Kapan semuanya sepi darinya, hingga kita dapat melihatnya dengan suasana hati yang asih” “Ketika engkau menghendaki kesuksesan bagusnya tulisan dan martabat di alam ini, maka berhiaslah” “Pilihlah tiga hal, berpedomanlah pada tiga hal ini, karena ketiganya adalah dasar tertentu kilau dan indahnya tulisan” “Yaitu tulisan, tulisan yang tepat, dan keindahan, ketiga hal ini bersatu maka mata akan senang memandang”74
“Gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama, dan kaligrafi yang indah menjadi penolog di hari kiamat”. Inilah ungkapan atau ekspresi emosi Abu al-A’la dalam syairnya sebagai berikut: 73
Nurul Makin, Kapita Selekta Kaligrafi,.., h. 167-169. Nurul Makin, Kapita Selekta Kaligrafi,.., h. 169-170.
74
42
“Tulisan tetap indah setelah ditulis, sementara penulis kaligrafi telah terkubur di bumi” “Sebutan yang baik selalu lalu terngiang setelah mengkreasikannya, dan abadinya diiringi nama baik sekaligus puji sanjungan” “Tiada hari dari seorang penulis kecuali akan musnah, dan sesuatu yang ditulis dengan tangannya akan abadi sepanjang masa” “Maka
janganlah
engkau
tulis
khatmu,
kecuali
sesuatu
yang
menggembirakanmu ketika engkau melihatnya di hari kiamat” “Maka semua amal Perbuatan manusia akan ditemuinya esok hari, ketika bertemu dengan tulisan yang digelar” “Bergembiralah! Karena cukup bagimu, jari-jari itu menulis”75
y l
Demikianlah bait-bait syair yang telah diungkapkan seorang khattat yang merindukan kecintaan kaligrafi, dengan keyakinan kuat
n
bahwa mempelajari kaligrafi senantiasa menambah kecintaannya kepada al-Quran atau ajaran Islam. Allah memandang itu sebagai amal ibadah
O t
yang dinilai dengan pahala sebagaimana kita membaca al-Quran. Jadi, keyakinan untuk memperindah tulisan ayat-ayat al-Quran merupakan
f a
stimulus akhir tahap ketiga yang kuat terhadap minat atau kecintaan pada kaligrafi al-Quran.
r
J. Aspek Minat dan Teori Peningkatannya: Perspektif Psikologi Frekwensi minat antara individu yang satu dengan yang lainnya
D
berbeda-beda, walaupun objek minatnya sama. Sifat minat itu gradual dan labil, karena minat adalah salah satu aspek kejiwaan setiap individu. Secara bahasa gradual berarti bertahap atau bertingkat.76 Hubungan minat dengan motivasi itu bersifat gradual, maksudnya frekwensi minat dikembangkan tidak sekaligus, melainkan bertahap. Karena minat bagian dari aktifitas kejiwaan, maka minat itu terkadang naik
dan
turun,
tergantung
seberapa
besar
motivasi
yang
mempengaruhinya. Motivasi mempengaruhi perhatian (attention/interest) 75
Nurul Makin, Kapita Selekta Kaligrafi,.., h. 171-172. Dalam kamus The New Oxford Dictionary of English, “gradual” berarti “taking place or progressing slowly or by degrees”. Defenisi secara bahasa diakses pada 28 Oktober 2008 dari The New Oxford Dictionary of English program aplikasi i-Finger 76
43
dan perasaan suka (liking) sehingga menimbulkan hasrat yang mendalam. Komponen kognisi dan emosilah yang dipengaruhi oleh motivasi ini. Dan terkadang minat timbul bersamaan dengan motivasi. Pola hubungan ini disebut dengan “direct current”, dan akan dijelaskan dalam pembahasan pengaruh pelatihan terhadap minat tentang internalisasi. Sebagai penegasan atas penjelasan sebelumnya, ada beberapa pendapat yang mengatakan minat sama dengan motivasi. Padahal minat itu muncul dari dalam setelah rasa takjub dan suka seseorang muncul, sedangkan motivasi datang dari luar yang berfungsi sebagai stimulan bagi
y l
minat.77 Misalnya, apabila timbul minat terhadap suatu aktivitas kaligrafi seseorang melakukan serangkaian aktifitas yang berhubungan dengan
n
kaligrafi. Dalam setiap aktifitas kaligrafi, pasti ada tantangan dan hambatan yang menjadikan minat tinggi menjadi turun, bahkan hilang.
O t
Berdasarkan pengalaman penulis, latihan kaligrafi murni ayat-ayat alQuran sangat menjemukan dan butuh waktu yang sangat lama. Disinilah
f a
peran motivasi dibutuhkan.
Jadi, minat cakupannya luas dan pada prinsipnya tidak sama dengan perhatian. Dengan adanya pola hubungan seperti ini diharapkan
r
mampu memupuk minat santri dalam jangka waktu yang lebih lama.
D
Menurut Alisuf, minat harus punya peranan penting dalam pembelajaran sebagai “motivating force”, yaitu suatu organisme yang mampu memberikan kekuatan (drive) dalam pembelajaran sehingga terus tekun latihan.
78
K. Faktor-Faktor Yang Menimbulkan Minat Timbulnya minat seseorang menurut Crow & Crow, terdiri dari tiga faktor79, antara lain:
77
George G. Thompson & Eric F. Gard, Educational Psychology, (New York: Appleton Century Crofts. Inc, 1959), h. 361 78 Alisuf, Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 2007), h. 85. 79 Lihat “minat” halaman berbahasa Indonesia, artikel diakses pada 8 Oktober 2008 pada pukul 15:30 dari www.wikipedia.com.
44
a. Faktor dorongan dari dalam yang bersifat rasa ingin tahu (curiosity) , atau dorongan untuk menghasilkan sesuatu yang baru dan berbeda. Dorongan dari dalam ini dapat membuat seseorang berminat untuk mempelajari sesuatu yang dirasakan baru, atau memberikan sensasi berbeda dari yang lain. Rasa ingin tahu menimbulkan tantangan untuk mengetahui
apa
dan
bagaimana
sebenarnya
objek
yang
diperhatikannya tersebut. b. Faktor motif sosial, yakni minat ada dan dikembangkan dalam upaya mengembangkan diri. Faktor ini dipengaruhi oleh hasrat kuat untuk
y l
mendapatkan skill sebagai suatu kebutuhan penting sehingga seseorang memperoleh pujian, materi, dan kepentingan dari orang lain.
n
c. Faktor emosional, yakni minat yang berkaitan dengan perasaan. Misalnya, keberhasilan akan menimbulkan perasaan puas yang dapat meningkatkan
O t
frekwensi
minat,
sedangkan
kegagalan
dapat
menurunkan dan menghilangkan frekwensi minat seseorang.
f a
Andi Mappiare menawarkan ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi minat belajar siswa, diantaranya adalah situasi belajar, motivasi, bahan pelajaran dan guru, lingkungan, dan pengalaman.80
r
Minat akan timbul dari sesuatu yang diketahui dan diperoleh
D
seseorang dari pengalaman belajar sebelumnya. Dengan pengalaman belajar itu mampu membentuk pola tingkah laku yang agresif, sehingga ia makin memfokuskan tujuannya itu dengan intensitas yang sangat tinggi dan terarah. Semakin meningkat pengetahuan dan pengalamannya, minat pun semakin besar.81
L. Faktor-faktor yang Meningkatkan Minat Segala sesuatu yang menarik minat orang lain belum tentu menarik minat kita selama objek itu tidak bersentuhan dengan kebutuhannya. Untuk menarik minat dan mengembangkannya, seseorang butuh motivasi. 80
Andi Mappiare, Psikologi Orang Dewasa, (Surabaya: Usaha Nasional, 1993), h. 63. James M. Sawrey & C.W Telford, Educational Psychology, 3rd edition, (Boston: Allyn & Bacon Incorporation, 1969), h. 154 81
45
Sebagaimana kita ketahui, minat dasar diekspresikan dengan kekaguman (adority) dan rasa senang (fan). Untuk mendongkrak minat dasar tersebut butuh stimulus dari luar.82 Dalam pendidikan, para pakar psikologi pendidikan sepakat bahwa meningkatkan minat dan memupuknya agar tetap bertahan membutuhkan pengulangan dan eksperimen. Asas pengulangan dalam pelatihan dan pengembangan kecakapan profesional harus dikemas dengan praktis sehingga efisiensi jangka waktu tercapai dengan baik pula. Selain itu, pihak pelaksana program harus menganalisa segala kebutuhan yang
y l
diperlukan, sehingga ketika bereksperimen atau mengerjakan tugas lebih terarah. Manfaatnya adalah ketika program pelatihan, hasil eksperimen
n
baik dalam bentuk karya dan kerja terukur dengan baik.
Berikut ini, penulis akan menjabarkan secara rinci dan tematis
O t
bagaimana pengaruh antara faktor-faktor X dalam meningkatkan minat. 1. Guru/ Ustad
f a
Guru sangat memiliki peran yang begitu berarti dalam program pendidikan. Oleh karena itu seorang guru harus mampu menguasai asas didaktik dan metodik pengajaran. Begitu juga diklat kaligrafi
r
Lemka, seorang ustad hendaknya memahami dan menerapkan asas didaktik dan metodik pelatihan dengan tepat.
D
Dalam memilih metode pelatihan, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan oleh seorang ustad, diantaranya adalah (1), apakah metode tersebut memiliki relevansi dengan tujuan instruksional, (2), apakah metode itu memiliki relevansi dengan materi pelajaran, dan (3), apakah metode itu memiliki relevansi dengan guru dan perangkat pelatihan83 Dalam pembahasan ustad sebagai faktor yang mempengaruhi meningkat atau menurunnya minat santri, penulis hanya membatasi 82
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta, PT. Adi Mahasatya, 2002), cet., ke-1, h. 115 83 Syaharuddin, Kaligrafi al-Quran dan Metodologi Pengajarannya, (Jakarta: Studio Lemka Depbinkat, 2000), h. 52-53.
46
pada dua dimensi pokok, yaitu (1), asas dan metode pelatihan dan (2), motivasi sebagai internalisasi kepribadian ustad. a. didaktik dan metodik pelatihan Istilah didaktik metodik populer dalam dunia pendidikan. Menurut D.H.Queljoe mengutip dari M. Basyiruddin Usman M.Pd, didaktik secara istilah adalah menanamkan pengetahuan kepada seseorang dengan singkat dan praktis, atau memberikan prinsip-prinsip dalam penyampaian bahan pelajaran sehingga dapat dikuasai anak didik.84 Komponen-komponen didaktik umum adalah minat, perhatian,
y l
motivasi, apersepsi, lingkungan, individualitas.
Adapun didaktik khusus disebut juga metodik atau metodologi
n
pengajaran. Metodik umum membahas cara-cara mengajar sesuai dengan
karakteristiknya,
baik
materi,
O t
maupun
faktor-faktor
pendukungnya. Metodik terbagi dua, yaitu metodik umum dan metodik khusus. Metodik umum membicarakan cara-cara mengajarkan materi
f a
dengan mempertimbangkan beberapa aspek, yaitu rencana pelajaran, jalannya pelajaran, sikap dan gaya mengajar, bentuk pengajaran dan metode-metodenya, serta alat atau media yang akan digunakan dalam
r
kegiatan mengajar.85
D
Mengadopsi dari asas didaktik paedagogis umum belajar, yang
dimaksud dengan asas-asas adalah prinsip-prinsip umum yang harus dikuasai oleh guru atau pembina kaligrafi dalam setiap penyajian materi kaligrafi.86 Kenner menawarkan 4 asas dalam peningkatan minat ini, yaitu showing (displaying or evincing), imitation, practicing, dan adapting.87
84
M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), cet.ke-1, h. 1. 85 Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran,..., h. 3. 86 Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran,..., h. 7. 87 Peter Newsam, “Training and Trainee: The Principles and Methods in Transforming Skills”, Microsoft® Encarta® 2009 [DVD]. Redmond, WA: Microsoft Corporation, 2008. Artikel diakses pada 17 Oktober 2009 dari Microsoft ® Encarta ® 2009. © 1993-2008 Microsoft Corporation.
47
Showing yang dimaksud adalah pelatih atau pembina memperlihatkan suatu objek yang dapat memberikan penjelasan materi secara detail, baik berupa teknik, instrument, dan segala sesuatu yang membutuhkan peragaan dan pameran.88 Imitation atau imitasi adalah meniru suatu objek sama seperti objek aslinya. Kegiatan imitasi biasanya dilakukan setelah mengamati suatu objek. Peran pembina dalam hal ini tidak ubahnya menirukan teknik-teknik penulisan, menirukan contoh tulisan kaligrafi dengan detil, jelas, praktis dan seketika itu juga santri melakukan aktifitas
y l
pengamatan (observing). Kedua asas diatas antara ustad dan santri terjadi
secara
simultan,
dan
pada
akhirnya
santri
mampu
n
mempraktikkan apa yang telah ia amati dan ia tirukan.89
Practicing adalah mempraktekkan suatu kerja atau karya
O t
setelah melakukan imitasi, yaitu peniruan teknik, atau karya sang expert.90 Setelah pembina (expert of calligraphy) memperlihatkan dan
f a
menirukan teknik penulisan kaligrafi tersebut, selanjutnya santri mempraktekkan
apa
yang
telah
dilakukan
pembina.
Dengan
mengimitasi dan mempraktekkan teknik menulis atau karya sang
r
expert, diharapkan minat peserta pelatihan meningkat, merasa
D
tertantang, sehingga tertanam kesan yang mendalam dan kesenangan yang begitu berarti. Ketika program pelatihan usai, ia tetap memiliki minat yang tinggi, dan tetap semangat untuk latihan kaligrafi secara mandiri. Jika pembina mampu menerapkan ketiga asas diatas, maka setiap individu boleh jadi semangat latihan, sehingga memungkinkan
88
Peter Newsam, “Training and Trainee: The Principles and Methods in Transforming
Skills”,.... 89
Peter Newsam, “Training and Trainee: The Principles and Methods in Transforming
Skills”,.... 90
Peter Newsam, “Training and Trainee: The Principles and Methods in Transforming
Skills”,....
48
terjadinya lingkungan latihan (belajar) yang sudah terkontrol. Inilah yang disebut adapting. 91 Sebagai tambahan, Stone & Neilsen menawarkan dalam pelatihan sebaiknya menggunakan asas pengulangan (repeatition). Asas pengulangan ini memelihara usaha-usaha mandiri murid atau santri dalam belajar mandiri, dan mengontrol kelas. Dapat dikatakan asas ini adalah lanjutan dari asas adapting. Gunanya adalah memicu aspek afektif (maksudnya minat) dan memotivasi. Dengan adanya asas kelima ini, akan terciptanya timbal balik antara santri dengan pembina,
y l
santri dengan program pelatihan, santri dengan praktek dan karyanya. Lebih lanjut, Stone & Neilsen menjelaskan bahwa asas pengulangan
n
akan membuka peluang tercapainya tujuan pelatihan dengan tepat, dan minat semakin meningkat.92 Jika
O t
disesuaikan
dengan
asas-asas
diatas,
Syaharuddin
menentukan ada 8 metode yang seusai diterapkan dalam pelatihan ini.
f a
Diantaranya adalah metode ceramah, demonstrasi, tanya jawab, permainan, drill, SAS, pemberian tugas, dan karya wisata. Penulis berpendapat, ustad tidak mungkin melakukan semuanya. Oleh karena
r
itu metode yang memiliki relevansi kuat adalah metode demonstrasi, SAS, tanya jawab, dan metode ceramah.93
D
Pertama, metode demonstrasi merupakan pilihan pertama yang
membantu transformasi pengetahuan dan skill dengan efektif, sebab sangat membantu santri mengamati suatu proses atau peristiwa tertentu. Sesuai dengan asas observing diatas, seorang ustad hendaknya menyajikan materi dengan memperagakan dan menirukan teknik atau cara-cara menulis dengan baik dan benar. Dalam penerapannya, terkadang metode ini membutuhkan seorang ustad sebagai pembina utama yang memperagakan di depan, 91
David R. Stone & Elwin C. Neilsen, Educational Psychology: The Developpment of Teaching Skills, (New York: Harper & Row Publisher, 1982), h. 286. 92 Stone & Neilsen, Educational Psychology,..., h. 286. 93 Syaharuddin, Kaligrafi al-Quran dan Metodologi Pengajarannya,..., h. 43.
49
serta dibantu oleh dua atau tiga orang asisten yang keliling memberikan bimbingan persuasif tiap-tiap santri yang masih dirasa perlu diperhatikan. Metode ini kerapkali diselingi dengan metode ceramah yang membutuhkan penjelasan secara memperagakan
menstimulir
menstimulir pendengaran,
mata
atau
semakin
verbal.94 Kalau
pandangan,
efektif dan
penjelasan
baiknya
guru
menerapkan dua metode tadi maka semakin utuhnya perhatian (interest/ attention) santri. Proses transformasi materi diatas terbagi atas 2 tahap,
y l
sebagaimana berikut:
1) pengenalan hakikat khat, yang terdiri dari gaya, kaidah penulisan, dan
teknik
penulisan
yang
n
muktabar,
sebagaimana
yang
dikemukakan oleh Syekh Syamsuddin al-Afkani dalam kitabnya
O t
Irsyâd Al-Qasyîd bab “Hasyr al-‘Ulûm” mengutip dari Sirojuddin, yaitu:
f a
“khat adalah suatu ilmu yang memperkenalkan bentuk-bentuk huruf tunggal, letak-letaknya, dan cara-cara merangkaikannya menjadi sebuah tulisan yang tersusun, atau huruf apa saja yang ditulis diatas garis, bagaimana cara mengolahnya (menulisnya) dan menentukan apa saja yang tidak perlu ditulis; menggubah ejaan yang perlu digubah dan menentukan cara bagaimana menggubahnya.”
r
2) Menunjukkan dan menguraikan secara detail poin-poin yang
D
termaktub dalam definisi diatas, diantranya adalah: a. khat sebagai ilmu atau sains yang memiliki ukuran-ukuran yang matematis (bermetode), oleh karena itu tidak boleh asal gores tanpa menerapkan kaidah atau aturan penulisan yang diakui. b. Pengenalan huruf tunggal secara detail, lalu beralih pada huruf sambung dengan menggunakan standar alif, titik belah ketupat, dan lingkaran rumusan Ibnu Muqlah. c. Sistem tata letak (lay out) yang menentukan kelayakan hurufhuruf diposisikan pada tempatnya.
94
Syaharuddin, Kaligrafi al-Quran dan Metodologi Pengajarannya,..., h. 46-47.
50
d. Tata susun atau komposisi yang membentuk harmoni rangkaian khat yang tersusun secara proporsional. e. Penggunaan garis sebagai pedoman mana huruf yang berada diatas garis, dan meluncur ke bawah menabrak garis. f. Cara menggorekan huruf, yang dibarengi penjelasan. Misalnya cara menuliskan huruf ‘ain mulai dari kepalanya yang berbentuk alis atau bulan sabit—sebagai ilustrasi—dan cara menggerakkan tangan dan ujung kalam, dan sebagainya. g. Menentukan beberapa larangan dalam penulisan, misalnya
y l
larangan mencampur-baurkan kaidah khat naskhi atas khat sulus, nibrah naskhi ditulis dengan khat sulus, dan sebagainya.
n
Oleh karenanya, ustad harus membimbing bagaimana presisi dan penentuan hak huruf sesuai dengan kaidah dan gaya khat
O t
masing-masing, karena semua gaya khat itu memiliki karakter tersendiri.
f a
h. Teknik penguasaan menggubah huruf dengan matang, misalnya penulisan variasi huruf mim atau jim baik di awal, tengah, atau akhir.
r
3) Mengingatkan
D
kembali
prinsip-prinsip
pembinaan
huruf
sebagaimana hadis Rasulullah ketika membina Abdullah dengan mengutip dari Sirojuddin yang artinya “wahai Abdullah, renggangkan jarak spasi, susunlah huruf dalam komposisi, peliharalah proporsi dalam bentuk-bentuknya, dan berilah hakhak setiap huruf.”95 Kedua, metode tanya jawab. Metode ini menekankan aspek umpan balik dua arah antara santri dengan ustadnya secara aktif. Tradisi dalam pembelajaran pada umumnya murid bertanya lalu guru menjawab.96 Santri yang perhatiannya fokus terhadap demonstrasi dan penjelasan ustad diatas biasanya berperan lebih aktif dan kritis, 95
Sirojuddin, Pelatihan Kaligrafi Menyongsong MTQ, (Jakarta:Studio Lemka, tt), h. 1-4. Syaharuddin, Kaligrafi al-Quran dan Metodologi Pengajarannya,..., h. 48.
96
51
sehingga persepsi dan perkembangan kognisinya dapat terukur. Metode ini membantu santri untuk mengatasi kekurangan-kekurangan atas ketidakpahaman dan kelemahannya dalam teknik menggores secara deatil. Ketiga, metode SAS, yaitu Struktur Analisa dan Sintesa. SAS merupakan aktifitas yang harus ditanamkan kepada santri agar mereka mampu (1), menganalisa penguasaan huruf secara detail setelah demonstrasi, penjelasan, dan tanya jawab dengan ustad, (2), menerapkan teori dengan menghubungkan konsep, (3), menggunakan
y l
kaidah penulisan baik format susunan, menggubahnya, menyusunnya kembali (analyze, construct, syntheza). Manfaatnya adalah agar santri
n
mampu mencoba bentuk-bentuk sehingga mengarahkan mereka dalam menemukan gaya baru dan teknik baru.97 Dalam penerapannya, guru
O t
harus melakukan struktur, menganalisa, dan menyusunnya kembali, kemudian santri dituntut untuk lebih mandiri menerapkan cara-cara
f a
diatas. Boleh jadi ustad menginstruksikan santri mencontohkan goresan di hadapan santri lain, kemudian menganalisis, menggubah, merekonstruksi dalam berbagai format yang ia sukai. Model seperti ini
r
lebih cocok diterapkan bagaimana santri seolah-olah mengajar di
D
depan teman-temannya (teaching simulation). Keempat, metode ceramah, walau pun metode ini banyak
kekurangan akan tetapi metode ini merupakan pengantar atau penyeling ketiga metode diatas. Metode ceramah sangat umum dipakai, oleh karena itu penguasaan bahasa harus sesuai dengan audiens agar tidak terjadi kekeliruan pemahaman. Keunggulan metode ini adalah (1), materi dapat disampaikan dalam relatif waktu yang singkat, (2), penguasaan kelas jangkauannya luas, (3) waktunya fleksibel. Kekuragannya adalah sebagian santri boleh jadi pasif sebab ustad tidak mengkombinasikan ketiga metode seperti diatas.98 97
Syaharuddin, Kaligrafi al-Quran dan Metodologi Pengajarannya,..., h. 49. Syaharuddin, Kaligrafi al-Quran dan Metodologi Pengajarannya,..., h. 45.
98
52
b. Motivasi: Internalisasi Kepribadian Santri Motivasi sangat dibutuhkan dalam belajar, sebab seseorang yang tidak memiliki motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktifitas belajar. Dan segala sesuatu yang menarik minat orang lain belum tentu menarik minat kita selama sesuatu itu tidak bersentuhan dengan kebutuhan kita. Seseorang yang melakukan aktivitas belajar tanpa adanya motivasi dari luar dirinya maka motivasi intristik merupakan faktor yang sangat penting dalam aktifitas belajar, dorongan dari luar dirinya, merupakan faktor ekstrinsik yang
y l
diharapkan. Oleh karena itu motivasi ekstrinsik diperlukan jika motivasi instrinsik tidak ada dalam diri seseorang.99
n
Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah, apakah minat bisa menjadi motivasi? Bisa. Alisuf Sabri menjelaskan bahwa minat
O t
menjadi pendorong timbulnya tingkah laku dan tingkah laku itu terjadi secara simultan. Motivasi sebenarnya terbagi dua, (1), intrinsik dan
f a
(2), ekstrinsik.
Minat intrinsik erat hubungannya dengan tujuan individu mempelajari sesuatu, misalnya ingin mengetahui, ingin memahami,
r
ingin memperoleh, ingin menguasai, ingin mencoba, ingin melakukan,
D
dan sebagainya. Berarti, minat itu adalah salah satu motivasi yang ada dari dalam individu, dan pengaruhnya sangat besar dalam belajar sebagai “motivating force”.100 Adapun motivasi yang berasal dari luar diri individu, disebut
motivasi eksterinsik. Motivasi ini tidak ada hubungannya dengan kecenderungan individu (minat) sebab ia berasal dari luar.101 Faktorfaktor yang berasal dari luar individu merupakan organisme yang saling mempengaruhi antara satu dan yang lainnya terhadap minat
99
Syaiful Bahri, Psikologi Belajar,..., h. 115 Alisuf, Psikologi Pendidikan,..., h. 39 101 Alisuf, Psikologi Pendidikan,..., h. 85. 100
53
(motivasi intrinsik). Jadi, kedua motivasi ini mempengaruhi minat belajar atau latihan santri.102 Mengenai motivasi terhadap minat ini, Skinner mengatakan bahwa untuk memperkuat hubungan S – R dengan menciptakan operant atau reinforcement, yaitu stimulus yang dapat memberikan penguatan baik berupa hadiah, pujian, atau sejenisnya untuk sikap pembelajaran yang baik. Adapun hukuman—sesuai dengan etika— sebagai ganjaran untuk sikap yang negatif. Oleh karena itu, dalam literatur psikologi teori ini penting dikembangkan dengan tujuan untuk membentuk
sikap
belajar/latihan
y l
yang
positif
(behavioral
modification).103 Ini telah lama diterapkan dalam ajaran Islam,
n
sebagaimana dalam al-Quran dinyatakan bahwa siapa saja yang melakukan kebaikan akan diberi ganjaran yang baik, dan siapa saja
O t
yang melakukan tindakan negatif akan diberikan ganjaran yang tidak baik.104
f a
Hal senada sebenarnya telah diperkuat Rasulullah SAW, bahwa dengan mempelajari kaligrafi mudah-mudahan kita memperoleh kehidupan yang baik, dan dosa-dosa diampuni. Inilah prinsip
r
metafisika yang diajarkan Rasulullah dengan sabdanya mengutip dari
D
Tim 7 Lemka yang artinnya:“Barang siapa yang menulis ‘Bismillâh al-Rahmân al-Rahîm’ dengan tulisan indah (kaligrafi) maka ia berhak masuk surga”.105 Yang tak kalah pentingnya adalah seorang guru atau ustad
melakukan internalisasi kepada santri sebagai motivasi yang tepat sesuai ideologi asas didaktik dan metodik yang telah diungkapkan tadi.106 Ada tiga tahapan proses internalisasi dalam pendidikan dan
102
Alisuf, Psikologi Pendidikan,..., h. 86. Muhibbin Syah, Psikologi Belajar,..., h. 92-98. 104 Alisuf, Psikologi Pendidikan,..., h. 65. 105 Dikutip dari Tim 7 Lemka, Pak Didin Menabur Ombak Kaligrafi, ....., h. 52 103
106
Kata internalisasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu “internalization”, yang berarti penghayatan. Kata penghayatan (peng+hayat+an) dalam kamus elektronik Indonesia-Inggris dan
54
pelatihan, yaitu (1), transformasi nilai, (2), transaksi nilai, (3), transinternalisasi.107 Secara sederhana dapat penulis simpulkan bahwa internalisasi atau penghayatan adalah proses penanaman nilai-nilai berupa sikap dan tingkah laku secara alamiah oleh seorang guru atau pembina kaligrafi terhadap santri yang terjadi dalam proses pembinaan kaligrafi al-Quran baik berupa gagasan, kepribadian, dan kultur yang berlaku di sekitarnya,
yang
pada
akhirnya
timbul
kesadaran
untuk
menghayatinya. Berikut ini penulis uraikan tahapan internalisasi
y l
kepribadian ustad Pertama,
transformasi
nilai
adalah
n
penanaman
dan
memahamkan kepada santri akan nilai-nilai baik buruk, indah jelek, berharga atau tidak, terpuji dan tercelanya suatu objek.108 Dengan mengadopsi
diklat
O t
kaligrafi,
seorang
pembina
hendaknya
mencerminkan kepribadian yang baik menurut tata etika sebagai
f a
seorang guru, menunjukkan karyanya yang indah sebagai bukti bahwa ia ahli, menjelaskan betapa berharganya belajar dan latihan kaligrafi bagi kehidupan murid, atau terpujinya orang yang senang memuliakan
r
kalam Allah.
D
Secara alami, santri akan termotivasi untuk tetap
semangat latihan, semakin banyak yang latihan mandiri, maka semakin terciptanya lingkungan belajar yang kondusif.109 Kedua, transaksi nilai adalah penanaman nilai-nilai diatas
secara dua arah (direct current) antara pembina dan santri dengan mengharapkan adanya timbal balik (feed back) sebagai konsekwensi Inggris-Indonesia berarti (1), “understanding, comprehencion, experiencing oneself”, (2), dan atau penghayatan. Dan dalam kamus The New Oxford Dictionary of English, “internalization” berarti: [verb+obj] internalize make (attitudes or behaviour) part of one's nature by learning or unconscious assimilation, incorporate (costs) as part of. 107 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan standar Kompetensi Guru,..., h. 163. 108 Majid, Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan standar Kompetensi Guru,..., h. 163. 109 Majid, Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan standar Kompetensi Guru,..., h. 163.
55
atas program yang ditekuni. Penekanan setelah teknik transformasi diatas lebih memantapkan minat santri untuk latihan menulis kaligrafi al-Quran. Dalam hal ini, seorang santri dapat berinteraksi dengan pembinanya secara pribadi, atau pembina berinisiatif memberikan arahan dan penanaman nilai-nilai tersebut. Teknik belajar seperti ini dalam lingkungan pesantren dikenal dengan “musâfahah”. Ketiga, transinternalisasi merupakan penanaman nilai-nilai pokok dan menjadi tujuan utama dalam memupuk minat santri secara emosi. Transinternalisasi adalah hasil sintesa antara transformasi dan transaksi
nilai
yang
disebutkan
y l
diatas.110
Contohnya
dengan
menyusupkan ilmu-ilmu hikmah mengapa kaligrafi penting dipelajari,
n
adab seorang khattat, kepribadian guru, dan sekaligus memotivasi dan mengarahkan santri agar menjadi seorang khattat yang ulung, cerdas,
O t
berakhlak baik, dan mandiri dalam kehidupan dan ekonomi. Dengan adanya internalisasi dalam program latihan kaligrafi al-Quran,
f a
santri mampu memahami kaligrafi secara komprehensif, sehingga menjadi pengalaman tersendiri yang tidak dimiliki oleh banyak orang. Pada tahap inilah motivasi seorang pembina berperan. Dengan
r
transinternalisasi, seorang santri diklat kaligrafi merasa bangga dan
D
senang atas bakat yang dimilikinya. Dengan internalisasi ini, diharapkan
mampu
membentuk
sikap
pembelajaran
yang
mandiri,kepribadian santri yang matang, jiwa yang tenang, dan prestasi yang gemilang. Dapat penulis simpulkan, bahwa motivasi itu berfungsi sebagai: a) membentuk sikap yang pasti untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. b) mendorong orang untuk berbuat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 110
Majid, Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan standar Kompetensi Guru,..., h.
164.
56
c) penentu arah atau perbuatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. d) Menyeleksi
tindakan
atau
usaha
atas
tujuan
yang
telah
ditetapkan.111
2. Pesantren: Penerapan Metode Belajar di Pesantren “Bagaimana cara belajar kaligrafi dalam lingkungan pesantren kaligrafi al-Quran Lemka?”112 Pertanyaan ini kerap kali penulis dengar ketika seseorang bertanya tentang pengalaman belajar kaligrafi di
y l
pesantren tersebut, atau ketika open dialoge pada perhelatan MTQ baik tingkat I ataupun Nasional. Dalam buku “Mengenal Pesantren
n
Kaligrafi al-Quran Lemka Sukabumi, Jawa Barat: Mengaji dan Berkreasi di Kampus Seniman Muslim” dirincikan bahwa cara atau
O t
penerapan metode belajar kaligrafi yang berlaku adalah: a. Pengajaran diberikan dalam bentuk bimbingan dan pengarahan.
f a
b. Kegiatan harian terfokus pada tugas-tugas mandiri c. Menguasai seluruh aliran dan gaya kaligrafi secara bertahap. d. Bimbingan penguasaan huruf diberikan kepada santri yang
r
memiliki modal dasar atau nol, dan bimbingan pendalaman dan
D
kreatifitas pengolahan karya kepada santri yang sudah memiliki dasar kuat.
e. Belajar dan praktik menulis dan melukis di berbagai media. f. Praktik mengajar melalui latihan pembinaan/ pelatihan dan mengajar orang lain. 111
Alisuf, Psikologi Pendidikan,..., h. 86. Dalam penelitian Cliffort Geertz disimpulkan bahwa kata santri memiliki arti yang sempit dan luas. Dalam arti sempit santri adalah seorang murid satu sekolah agama yang disebut pondok pesantren atau pesantren. Oleh sebab itu perkataan pesantren diambil dari kata santri yang berarti tempat untuk santri. Dalam arti luas dan umum santri adalah populasi penduduk Jawa yang memeluk Islam dengan benar, sholat ke masjid, dan berbagai aktifitas keagamaan lainnya. Jadi, seseorang yang menimba ilmu di pesantren kaligrafi al-Quran Lemka disebut santri Lemka, sedangkan pesantrennya disebut pesantren Lemka oleh masyarakat luas. Untuk definisi pesantren lebih lengkap lihat, Cliffort Geertz, Abangan Santri, Priyayi Dalam Masyarakat Jawa, penerjemah Aswab Mahasin [(judul asli: The Relegion of Java), Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1983)], cet.ke-2, h. 256. 112
57
g. Mengikuti aneka lomba kaligrafi di pelbagai instansi dan kesempatan. h. Latihan mengembangkan wawasan dan apresiasi. i. Mengikuti program ekstravaganza dan safari seni. j. Latihan kesanggaran. k. Membuat karya-karya master untuk program pameran dan pemasaran.113 Menurut
teori
ilmu
jiwa
asosiasi,
belajar
hakikatnya
memperkuat hubungan stimulus dengan respon, dengan rumus S-R = Bond,
yang
dikenal
dengan
y l
dua
macam
teori,
yaitu
(1),
Connectionisme theory oleh Thorndike, (2), Conditioning Theory.
n
Conditioning theory juga terbagi tiga, antara lain (1), classical conditioning theory oleh Pavlov, (2), Operant Conditioning Theory
O t
oleh Skinner, dan Conditioning Theory oleh Guthrie. Pada intinya semua teori diatas sama-sama memperkuat hubungan stimulus atas respon,
f a
perbedaannya
menerapkannya.114
hanya
terletak
bagaimana
cara
Khusus diklat kaligrafi manapun, hubungan stimulus dan
r
respon dalam situasi pembelajaran menurut connectionisme theory
D
menekankan Law of Exercise atau Law of Use and Disuse, yaitu memperbanyak latihan, ulangan dan pembiasaan untuk meningkatkan kecakapan
motorik
menulis
kalligrafi,
yang
pada
akhirnya
meningkatkan kualitas karya.115 Secara umum penulis kelompokkan penerapan gaya belajar diatas menjadi tiga bagian, (1), latihan mandiri, (2), pemberian tugas, (3), karya wisata.
113
Departemen Informatika dan Kontak Kelembagaan Lemka, Mengenal Pesantren Kaligrafi al-Quran Lemka sukabumi, Jawa Barat: Mengaji, dan Berkreasi di Kampus Seniman Muslim, (Jakarta: Studio lemka, 2002), h. 16. 114 James E.Mazur, "Learning." Microsoft® Encarta® 2009 [DVD]. Redmond, WA: Microsoft Corporation, 2008. Artikel diakses pada 30 Oktober 2009 dari Microsoft ® Encarta ® 2009. © 1993-2008 Microsoft Corporation. 115 Alisuf, Psikologi Pendidikan,..., h. 64-65.
58
Pertama, metode latihan mandiri adalah metode yang paling tepat. Latihan mandiri menggunakan perangkat yang sesuai dengan kebutuhannya lebih banyak melibatkan santri dengan cara mengulangulang terus apa yang telah diperoleh dari ustad ketika penyampaian materi.116 Metode ini sangat cocok sekali diterapkan pada tiap pribadi santri agar mereka memiliki kecakapan psikomotorik. Meminjam istilah John E. Colman, latihan mandiri disebut juga “the self activity and sense realism method”, yaitu kegiatan mengekspresikan atau mengalirkan energi emosi positif agar seseorang memperoleh pelatihan
y l
yang sempurna, dan anjuran-anjuran teknisnya.117 Oleh karenanya, gaya belajar pola ini menekankan keseriusan dan berusaha menguasai materi
secara
mendalam,
mengaplikasikannya.
serta
n
memikirkan
bagaimana
cara
O t
Pendekatan gaya belajar yang cocok diterapkan dalam metode latihan mandiri ini adalah achieving, yang pada umumnya dilandasi
f a
oleh faktor ekstrinsik yang berciri khusus dengan menekankan ego enhancement. “Ego enhancement” adalah ambisi pribadi yang besar dalam meningkatkan prestasi keakuan dirinya dengan cara meraih
r
prestasi setinggi-tingginya. Gaya belajar ini lebih serius lagi, sebab
D
faktor intrinsik sebagai pengaruh kuat yang mampu membentuk dynamic force seseorang atau penggerak segala daya yang ada pada diri individu.118 Pendekatan metode belajar ini harus diciptakan dalam
lingkungan atau situasi belajar, sebab lingkungan yang memiliki ragam minat dalam beberapa faktor yang mempengaruhi menjadi suatu sistem kekuatan dinamika antara beberapa individu terhadap individu lainnya.119 Sistem ini akan membentuk kebiasaan dalam tingkah laku
116
Syaharuddin, Kaligrafi al-Quran dan Metodologi Pengajarannya,..., h. 49. John E. Colman, The Master Teaching and the Art of Teaching, (USA: Pitman Publishing Corp., 1967), h. 86 118 Muhibbin, Psikologi Belajar,..., h. 139. 119 Muhibbin, Psikologi Belajar,..., h. 140. 117
59
belajar yang terkontrol secara autoplastis. Oleh karena itu, pesantren hendaknya menciptakan lingkungan seperti ini. Apakah efek yang terjadi? Ambil saja asumsi bahwa santri memiliki keterampilan belajar (study skills), yaitu sangat cerdik dan efisien dalam mengatur waktu, ruang kerja, dan menyesuaikan kebutuhan-kebutuhan belajarnya. Baginya, berkompetisi dengan teman-teman dalam meraih prestasi adalah sangat penting, sehingga ia sangat disiplin dalam menentukan jadwal, rapi menyusun lembaranlembaran tugasnya, serta berencana untuk terus maju ke depan (plans
y l
ahead) walaupun rintangan menghadang.120
Kedua, metode pemberian tugas. Menurut Nana Sujana dalam
n
bukunya Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar mengutip dari Syaharuddin bahwa metode pemberian tugas adalah memberikan tugas
O t
yang bertujuan merangsang siswa lebih aktif lagi dengan memberikan pekerjaan mandiri di luar jadwal penyampaian materi, dan harus
f a
mempertanggungjawabkannya kepada ustad atau pembimbingnya.121 Penerapan metode ini terdiri dari tiga tahapan, antara lain: (1), ustad memberikan tugas, (2), santri melaksanakan tugas sesuai
r
instruksi ustad, (3), santri mempertanggungjawabkan kepada guru apa yang telah mereka pelajari.122
D
Ketiga, metode karya wisata. Metode karya wisata adalah salah
satu metode yang dirancang untuk melatih saraf otak dan otot santri agar rileks dari segenap kegiatan latihan yang mungkin dirasakan sangat monoton dan melelahkan.123 Karena itu, metode karya wisata ini mampu menyegarkan (refreshing) tubuh dan fikiran. Bentuk kegiatan ini merupakan selingan dalam belajar (intermezzo), ada juga yang menyebutnya safari seni, atau ekstravaganza seni. Ini dapat
120
Muhibbin, Psikologi Belajar,..., h. 140. Syaharuddin, Kaligrafi al-Quran dan Metodologi Pengajarannya,..., h. 50. 122 Syaharuddin, Kaligrafi al-Quran dan Metodologi Pengajarannya,..., h. 50. 123 John E. Colman, The Master Teaching and the Art of Teaching, (USA: Pitman Publishing Corp., 1967), h. 86 121
60
dilakukan dengan mengunjungi pameran-pameran kaligrafi dan lukisan, kampung seniman lukis, atau ke situs-situs kebudayaan Islam terjangkau. Atau bisa juga ke pantai sambil mengadakan kegiatan demo kaligrafi, ke pegunungan.124 Gambar 5. Mekanisme peningkatan minat
y l
n
O t
Perlu kita ketahui, banyak orang nyaris menyamakan antara minat dengan bakat. Menurut definisinya, bakat adalah kemampuan potensial dalam diri seseorang, baik yang belum dikembangkan, yang
f a
akan dikembangkan, sedang dikembangkan dan terus dikembangkan. Seringkali bakat seseorang jelas terlihat bila ia melakukan suatu
r
aktivitas belajar dengan cepat (accelerated learning) dan berhasil pada bidang tersebut. Bakat seringkali terlepas dari pengaruh lingkungan,
D
walaupun ada pengaruhnya. Secara umum bakat ditandai oleh cepatnya seseorang menguasai suatu aktivitas pelatihan, sedangkan minat ditunjukkan dengan keinginan kuat dan bertahan lama terhadap objek.125
M. Kerangka Berfikir Setiap program pelatihan bertujuan meningkatkan kecakapan motorik, yaitu penguasaan keterampilan (acquiring skills) sesuai dengan bidang-bidang
124
Syaharuddin, Kaligrafi al-Quran dan Metodologi Pengajarannya,..., h. 51. “Minat dan Aktifitas Mahasiswa Baru IAIN Sunan Kalijaga”, artikel dikutip pada tanggal 15 Oktober 2008 dari http.//www.uin-suka.info /index.php? option=com.frontpage& temid=1. 125
61
tertentu. Model pelatihan itu ditandai dengan serangkaian aktifitas yang diprogramkan.
Dalam
pelatihan
kaligrafi—tentunya
pelatihan
pada
umumnya—melibatkan peran tenaga ahli atau expert sebagai trainer yang mampu mentransformasi skill yang dimilikinya kepada santri. Dalam program diklat, tenaga ahli—dalam hal ini ustad—tidak hanya sebagai pelatih, melainkan pembina. Mengapa disebut pembina? Menurut hemat penulis—berdasarkan hadits landasan hukum yang telah diungkapkan dalam sub bahasan diatas—selain memberikan materi kaligrafi yang bersifat performans atau praktek seorang trainer kaligrafi berperan sebagai sosok yang
y l
mampu mengarahkan dan membimbing santri pada kepribadian yang agamais dengan membuktikan kegunaan (worthwileness) menulis kaligrafi al-Quran.
n
Tentu saja pembina mengarahkan santri untuk menjadi insan yang bertaqwa kepada Allah SWT, kreatif dan innovatif. Untuk itulah naluri atau sense of art
O t
santri dan ketauhidan terhadap sang Pencipta Rabb al-‘Alamin diasah melalui pelatihan kaligrafi ini, sehingga nilai-nilai ajaran agama mengkristal dalam
f a
jiwanya.
Salah satu aspek kejiwaan—dalam kajian kesehatan mental—adalah minat, sedangkan dalam banyak kajian psikologi pendidikan minat merupakan
r
salah satu dari beberapa prinsip asas-asas didaktik umum pendidikan. Dalam
D
prinsip didaktik umum pendidikan mengindikasikan penekanan atas pemahaman setiap guru terhadap minat murid atau santri dan bagaimana meningkatkan sekaligus mempertahankan minatnya agar tujuan diklat diatas tercapai sesuai yang diharapkan. Tentu saja peran ustad sangat berpengaruh atas minat santri sebagai salah satu faktor independen yang urgen ketika pelatihan. Meningkatkan minat santri untuk latihan atau menulis ayat-ayat alQuran membutuhkan kesabaran yang besar, dan penanganan yang cukup serius oleh praktisi diklat terkait. Untuk itu, pesantren kaligrafi al-Quran Lemka
harus
jeli
menerapkan
langkah-langkah
jitu.
Selain
terus
mempertahankan dan mengembangkan sistem pelatihan yang sudah ada, pesantren hendaknya melakukan terobosan-terobosan baru yang dianggap
62
sebagai kebijakan baru demi menigkatkan performa pelatihan kaligrafi alQuran yang diharapkan mampu memberikan stimulus yang kuat atas minat santri. Minat menjadi unsur utama dalam didaktik diklat ini, dan menjadi motor atau penggerak aktifitas perhatian (interest/ attention) selama kegiatan berlangsung. Minat sifatnya labil, dan berada dalam jiwa setiap individu santri. Cara kerja minat dengan tiga komponen asasi (esensi minat) yang terdiri dari kognisi, emosi, dan konasi saling mempengaruhi sesuai dengan fungsi-fungsinya. Komponen kognisi tiap individu santri mempengaruhi
y l
emosi, dan komponen emosi tiap individu santri mempengaruhi konasi dalam melakukan kegiatan fokusnya—latihan menulis ayat-ayat al-Quran—dan
n
begitulah seterusnya. Untuk itu, pemilihan metode pelatihan yang tepat menjadi kebutuhan yang tidak ada habisnya. Jadi, pemahaman atas kebutuhan
O t
peningkatan minat santri untuk menulis ayat-ayat al-Quran sangat prioritas. Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, ada beberapa hal yang
f a
harus kita pahami garis besar faktor-faktor yang dapat mempengaruhi minat santri untuk menulis ayat-ayat al-Quran. Secara garis besar penulis rincikan sebagai berikut:
r
1. Guru/ ustad, sebagai trainer yang banyak sekali memainkan peran. Ada
D
beberapa hal yang harus diperhatikan oleh seorang ustad, diantaranya adalah:
a. Tranformasi pengetahuan dan wawasan dalam bidang skill menulis kaligarafi al-Quran murni. b. Internalisasi kepribadian bagaimana seharusnya menjadi khattat yang sukses merupakan kelanjutan dari transformasi. Dalam hal ini tak ubahnya antara guru sebagai motivator—dibahas terpisah—dalam melakukan interaksi di dalam dan luar kegiatan. c. Transinternalisasi
harus
menjadi
landasan
teguh
bagaimana
mencerminkan seorang khattat yang baik. Tentu saja ukuran semua itu adalah nilai-nilai dalam ajaran agama yang pada akhirnya menjadi falsafah hidupnya.
63
d. Memahami metodik umum diklat kaligrafi sesuai dengan prinsipprinsipnya. e. Pendekatan belajar, yaitu menyesuaikan materi dengan teknik-teknik belajar santri. Menurut lazimnya, melakukan praktikum di lapangan baik
terkontrol
atau
mandiri
adalah
kegiatan
paling
utama
dibandingkan penjejalan materi yang harus terus-menerus dihafal. Diklat kaligrafi ini menjadikan perogram pelatihan kemahiran menulis ayat-ayat al-Quran sebagai kegiatan garda depan dalam mewujudkan tujuannya. Oleh karena itu, porsi latihan santri diharapkan mampu
y l
membentuk sikap agar memenuhi tujuan yang telah ditetapkan diatas (baehavioral modification).
n
f. Motivasi, yaitu organisme abstrak yang kerap kali mempengaruhi minat. Dalam tulisan ini menekankan bagaimana motivasi ekstrinsik
O t
mampu mempengaruhi minat yang berfungsi sebagai motivasi intrinsik juga. Dengan pengaruh ini diharapkan minat sebagai motor yang kuat
f a
untuk tetap semangat dalam latihan menulis ayat-ayat al-Quran. Tentu saja motivasi tidak pernah lepas dari hubungan antara ustad dengan santri.
r
2. Pesantren, yaitu sebagai lembaga penyelenggara diklat, yang meliputi :
D
a. Metode penerapan belajar, seperti: (1), drill yang membentuk karakter kemandirian santri agar memperoleh performans sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan oleh pesantren, (2), pemberian tugas,yang berfungsi sebagai stimulus setelah penyampaian materi, disamping itu berfungsi sebagai umpan balik dan mengukur sejauh mana perkembangan santri, (3), karya wisata, yaitu suatu metode belajar yang berfungsi untuk melatih syaraf-syaraf otak dan otot yang menegang setelah serius latihan. Berdasarkan pemaparan diatas, Robert W. Richey dalam bukunya Planning for Teaching: an Introduction to Education berpendapat bahwa menganalisis
kebutuhan
peningkatan
minat
sebenarnya
bertujuan
menentukan tingkah laku belajar agar lebih terarah untuk meningkatkan
64
performansnya.
Mengadopsi dari istilahnya attention needed”, ada
beberapa langkah-langkah yang tepat ia tawarkan kepada praktisi pendidikan dan latihan. Diantaranya adalah sebagai berikut: a. Close observation, yaitu senantiasa memperhatikan kekurangan kebutuhan belajar yang akan diterapkan pada tatap muka selanjutnya. Robert membuat suatu contoh, serang trainer hendaknya membuat beberapa lembar formulir kuesioner yang disebarkan kepada murid, yang isinya meliputi apa yang diiginkan oleh peserta didik.126 Disamping itu, guru memperhatikan pola tingkah laku aktifitas belajar
y l
dimana saja mereka berada guna mengidentifikasi kebutuhan minat tersebut. Hal ini dilakukan untuk mengasah kemampuan mereka.127
n
b. Memahami kebutuhan emosional, seperti senantiasa memotivasi dan meningkatkan efektifitas asas observing dan imitation agar minat
O t
mereka terus terstimulus.128 c. Mengadakan
lingkungan
belajar
dan
latihan
yang
kondusif,
f a
menyenangkan dan kompetitif, gunanya memberikan pengaruh yang besar dalam menciptakan pola latihan work & enjoy.129 d. Mencari alternatif-alternatif lain, seperti menentukan dan menerapkan
r
instruksi yang praktis dan teknik-teknik terbaru dalam meningkatkan efektifitas latihan.130
D
Berdasarkan pemaparan diatas, diharapkan adanya terobosanterobosan baru dalam perencanaan ke depan yang dalam memantapkan minat siswa. Contohnya mengadakan perlombaan antar sesama santri, atau menyisipi materi manajemen seni agar santri dapat mengelola keahliannya secara mandiri pasca pelatihan.
126
W. Richey, Planning and Teaching: an Introduction to Education, 4th edition (USA: Mc. Graw-Hill Inc, 1968), h. 179 127 W. Richey, Planning and Teaching…, h. 177 128 W. Richey, Planning and Teaching…, h. 180 129 W. Richey, Planning and Teaching…, h. 192 130
Robert W. Richey, Planning and Teaching…, h. 193
65
N. Pertanyaan Penelitian dan Pengajuan Hipotesis Hipotesis pada dasarnya anggapan sementara atas kerangka berfikir yang dibangun dengan kajian-kajian teori sebagai landasannya. Dengan mengajukan hipotesa ini akan mempermudah penulis dalam melakukan penelitian dilapangan dan mengadakan analisa data untuk memberikan interpretasi dan kesimpulan penting dari penelitian ini. Adapun rumusan hipotesa yang penulis ajukan adalah sebagai berikut. Apakah ada pengaruh pelatihan kaligrafi Lemka terhadap minat menulis ayat-ayat al-Quran?
y l
Ha: Ada pengaruh pelatihan kaligrafi Lemka terhadap minat menulis ayatayat al-Quran
n
Ho: Tidak ada ada pengaruh pelatihan kaligrafi Lemka terhadap minat menulis ayat-ayat al-Quran.
D
r
f a
O t
66
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
y l
A. Jenis dan Bentuk Penelitian
n
Dilihat dari bentuknya, penelitian ini merupakan penelitian assosiatif, yaitu penelitian yang memfokuskan pada kajian hubungan antar variabel yang
O t
bersifat kausalitas, yaitu hubungan sebab akibat variabel X terhadap Y.1
f a
B. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuh-tumbuhan dan peristiwa sebagai sumber data
r
yang memiliki karakteristik tertetu dalam sebuah penelitian.2
D
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah beberapa santri yang belajar di pesantren Lemka Sukabumi yang berasal dari berbagai provinsi di Indonesia, dengan jumlah 110 santri baik yang lama maupun yang baru.
3
1
Nuraida, Diktat Kuliah Metodologi Penelitian: pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif, (Ciputat: Aulia Com, 2007), cet.ke-1, h. 25. 2 Hermawan Rasito, Pengantar Metodologi Penelitian,(Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1992), h.49. 3 Dalam penelitian Cliffort Geertz disimpulkan bahwa kata santri memiliki arti yang sempit dan luas. Dalam arti sempit santri adalah seorang murid satu sekolah agama yang disebut pondok pesantren atau pesantren. Oleh sebab itu perkataan pesantren diambil dari kata santri yang berarti tempat untuk santri. Dalam arti luas dan umum santri adalah populasi penduduk Jawa yang memeluk Islam dengan benar, sholat ke masjid, dan berbagai aktifitas keagamaan lainnya. Lihat, Cliffort Geertz, Abangan Santri, Priyayi Dalam Masyarakat Jawa, penerjemah Aswab Mahasin [(judul asli: The Relegion of Java), Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1983)], cet.ke-2, h. 256.
67
Sampel adalah sebagian populasi yang memiliki sifat dan karakteristik yang sama sehingga betul-betul mewakili populasi.4 Teknik pengambilan sampelnya menggunakan teknik random, sebanyak 40 orang (36,36%) dari keseluruhan populasi. Adapun pengambilan secara sampling dimaksudkan agar jumlah populasi datanya dapat terwakili.
C. Definisi Konsep dan Variabel Penelitian Konsep merupakan definisi dari sekelompok fakta atau gejala (yang akan diteliti). Konsep ada yang sederhana dan dapat dilihat seperti konsep
y l
meja, kursi dan sebagainya dan ada konsep yang abstrak dan tak dapat dilihat seperti konsep partisipasi, peranan, atau pengaruh. Konsep yang tak dapat
n
dilihat disebut construct. Karena construct bergerak di alam abstrak maka perlu diubah dalam bentuk yang dapat diukur secara empiris, atau dalam kata
O t
lain perlu ada definisi operasional.5
Definisi operasional variabel adalah mengubah konsep dengan kata-
f a
kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan dapat diuji kebenarannya oleh orang lain.
Konsep yang mempunyai variasi nilai yang disebut variabel. Variabel
r
dibagi menjadi dua:
D
1. Variabel deskrit/katagorikal misalnya : variabel jenis kelamin. 2. Variabel Continues misal : variabel umur.6 Proses pengukuran variabel merupakan rangkaian dari empat aktivitas pokok yaitu:
1. Menentukan dimensi variabel penelitian. Variabel-variabel penelitian sosial sering kali memiliki lebih dari satu dimensi. Semakin lengkap dimensi suatu variabel yang dapat diukur, semakin baik ukuran yang dihasilkan.
4
Nana Sudjana, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung, Sinar Biru, 1989),
h.84. 5
Suharsimi, Prosedur Penelitian,...h. 116. Suharsimi, Prosedur Penelitian,...h. 118.
6
68
2. Merumuskan dimensi variabel. Setelah dimensi-dimensi suatu variabel dapat ditentukan, barulah dirumuskan ukuran untuk masing-masing dimensi. Ukuran ini biasanya berbentuk pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan dimensi tadi. 3. Menentukan tingkat ukuran yang akan digunakan dalam pengukuran. Apakah skala: nominal, ordinal, interval, atau ratio. 4. Menguji tingkat validitas dan reliabilitas dari alat pengukur apabila yang dipakai adalah alat ukur yang baru.7 Untuk mencari definisi konsep tersebut dapat ditempuh dengan
y l
berbagai cara sebagai berikut :
1. Mencari definisi konsep yang dikemukakan para ahli. Untuk ini perlu
n
dipelajari buku-buku referensi yang relevan.
2. Kalau dalam literatur tidak dapat diperoleh definisi konsep-konsep
O t
penelitian, maka peneliti harus mendefinisikan sendiri konsep tersebut. Untuk tujuan ini peneliti dapat mendiskusikan dengan ahli-ahli yang
f a
kompeten dibidang konsep yang akan diukur. Dalam penelitian ini penulis telah menyusun konsep dari kajian teori diatas, dan menentukan dua variabel. Dua variabel itu terdiri dari variabel
r
bebas (independent variable) yaitu variabel yang dapat mempengaruhi dan
D
variabel terikat (dependent variable) yaitu variabel yang dipengaruhi. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas (X) adalah diklat kaligrafi Lemka, dan yang menjadi variabel terikat (Y) adalah minat menulis ayat-ayat alQuran. Penjabaran variabel, dimensi, sub dimensi, dan indikatornya telah penulis analisis, dan dapat dilihat sebagai berikut.
D. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini bersifat field research, yaitu penelitian yang dilakukan dengan meneliti secara langsung objek penelitian yang ditentukan.8 Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 7
Suharsimi, Prosedur Penelitian,...h. 120-125. Nuraida, Diktat Kuliah Metodologi Penelitian,..., h. 22
8
69
1. Observasi Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan dengan sistematis atas segala fenomena-fenomena lapangan penelitian diteliti.9 Santri juga menjadi unit objek observasi, dengan melihat beberapa aktifitas mereka, terutama latihan mandirinya. Observasi disini berfungsi sebagai a. kroscek dan pendukung jawaban sikap santri apakah benar sesuai dengan fakta, atau tidak sesuai dengan faktanya. b. kroscek dan pendukung atas kegiatan pelatihan ustad ketika menyampaikan materi di saung.
y l
Peneliti selalu menggalami kesulitan untuk menyusun instrumen angket yang berkenaan dengan metode penelitian secara rinci. Hal ini
n
disebabkan sering sekali jawaban responden menunjukkan hasil yang sama pada butir tertentu ketika melakukan analisis butir angket untuk menguji
O t
validitasnya. Menurut Suharsimi Suharsimi,
perolehan keseragaman
jawaban walaupun pada butir yang memiliki skor tertinggi sehingga hasil
f a
perhitungan validitas (rxy) tinggi, belum tentu kenyataannya valid juga. Dalam hal ini, pertanyaan itu bersifat tendensius dan berusaha menggiring responden untuk memilih jawaban tertentu.10 Oleh karena itu, item
r
tersebut penulis batalkan, dan dialihkan kepada metode observasi. Tujuan
D
pengalihan dan pemilihan metode observasi ini agar mencari data dan fakta objektifitas, tanpa memerlukan jawaban responden di angket. Sebab, pengalaman tiap individu jelas berbeda-beda.11 Hasil observasi terlampir. 2. Kuesioner
a. Angket tertutup Angket adalah salah satu instrumen atau teknik pengumpulan data melalui penyebaran quesioner atau sejumlah pertanyaan dalam bentuk daftar agar diisi langsug oleh responden untuk menghimpun pendapat umum. Penulis memilih angket sebagai instrumen yang tepat sebab angket 9
Nuraida, Diktat Kuliah Metodologi Penelitian,... h. 13 Suharsimi, Prosedur Penelitian,...h.176-178. 11 Suharsimi, Prosedur Penelitian,...h.12. 10
70
digunakan untuk penelitian yang sifatnya kausal komparatif, yaitu membandingkan dua atau tiga peristiwa yang sedang dan sudah terjadi dari sebab dan akibat yang dialami oleh responden. 12 Angket ini dirumuskan berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan sebelumnya, dan dengan cara mengidentifikasi variabel X yang akan dijadikan sasaran penelitian berdasarkan atas indikator-indikator landasan teori yang dibangun. Disini penulis telah mengidentifikasi jenis data apa dan bagaimana teknik analisis yang tepat. Sebelum menyebarkan angket perlu kiranya penulis menguji validitas angket per item agar
y l
mempermudah analisa data setelah diuji-coba terlebih dahulu. Untuk mengukur atau menganalisis data per item variabel “X”
n
penulis menentukan 3 pilihan untuk meminta kenyataan pendapat (fact finding) dengan memilih jawaban yang tersedia sesuai pertanyaan yang
O t
diberikan. Oleh karenanya angket ini sifatnya tertutup, yaitu responden tidak diberikan kesempatan untuk memberikan alternatif-alternatif yang
f a
lain, sehingga penjaringan data lebih spesifik dan tunggal. Skor dan item instrumen terlampir
b. Skala Bertingkat
r
Adapun model atau teknik pengumpulan data yang digunakan
D
untuk variabel Y menggunakan model atau skala bertingkat, yaitu mengukur atau menentukan: a. Penerimaan atas fenomena-fenomena yang terjadi (receiving phenomena) b. Tanggapan atas fenomena-fenomena yang dirasakan (responding to phenomena) c. Perasaan, keyakinan atau anggapan bahwa suatu gagasan atau objek tertentu mempunyai nilai (valuing) hingga pada akhirnya pengintegasian
nilai-nilai
ke
dalam
(internalizing values).13 12
Nuraida, Diktat Kuliah Metodologi Penelitian,..., h. 51. Nuraida, Diktat Kuliah Metodologi Penelitian,..., h. 53.
13
pribadi
atau
subjek
71
Skala bertingkat
ini diberikan langsung pada responden, dan
diminta untuk memilih salah satu jawaban yang tersedia yang paling sesuai dengan keadaan dirinya dengan modifikasi empat pilihan yaitu : Sangat setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat tidak setuju (STS). Responden atau subjek angket penelitian adalah para santri yang sedang belajar di Lemka. Penjabaran item dan skor terlampir. 3. Wawancara Wawancara adalah suatu teknik utuk mendapatkan data dengan mengadakan hubungan langsung bertatap muka dengan informan dengan
y l
mengajukan beberapa pertanyaan yang relevan. Pertanyaan ini merupakan pertanyaan terstruktur.14
n
Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kegiatan diklat sebagai kegiatan garda depannya, yang mana akan diajukan
O t
kepada ketua program diklat, dan 2 orang ustad yang aktif memberikan bimbingan dan mengontrol kelas. Untuk menunjang keabsahan dan
f a
kejujuran perolehan data, penulis menggunakan voice recorder dari laptop yang telah disimpan dalam format WMA (Windows Media Audio file). Setelah itu penulis akan menjabarkannya secara naratif tanpa mengurangi
r
substansi isi wawancara. Selain itu penulis juga penulis akan melakukan
D
participatory research untuk mengetahui lebih dekat kegiatan santri sebagai manifestasi sikapnya, kemudian peneliti melakukan crosscheck apakah sesuai dengan fakta. Laporan hasil wawancara dapat dilihat pada lampiran, dan peneliti mencoba menyusun narasi tersebut tanpa mengurangi substansi penting atas jawaban informan. 4. Dokumentasi Dokumentasi adalah mencari data pendukung yang membantu perolehan data tentang segala yang berkaitan dengan pesntren kaligrafi alQuran Lemka, baik berupa catatan-catatan, kurikulum diklat, dan segala yang berhubungan dengan pesantren sekaligus kegiatannya. Perolehan 14
Slameto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001, cet. 3), h. 91
72
data dari dokumentasi ini secara khusus disertai dengan foto-foto yang relevan yang akan dijabarkan dalam bab empat, yaitu Potret Singkat Pesantren Kaligrafi al-Quran Lemka: Menguak Sisi Dalam Pesantren.
E. Model Penyajian Data Model penyajian data kedua variabel diatas menggunakan skala pengukuran ordinal, yaitu data hasil kategorisasi yang sifatnya tidak setara dan tidak dapat dilakukan perhitungan aritmatika. Angka yang diberikan menunjukkan
peringkat
dan
tingkatan
tertentu.
Tipe
y l
data
ini
tidakmemperhatikan jarak data seperti penyajian data interval, jadi jarak data bisa berbeda-beda.15
n
Dalam penelitian ini, setiap butir jawaban dari item pertanyaan variabel X menggunakan skoring 3 tingkatan data, yaitu nilai A diberi skor 1,
O t
B skor 2, C skor 3. Begitu juga skala bertingkat, untuk kategori vafourable diberi skor setiap gradasi dimulai dari 4, 3, 2, 1, untuk sikap sangat setuju,
f a
setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Begitu juga sebaliknya, untuk kategori unvafourable diberi skor gradasi dimulai dari 1, 2, 3, 4, untuk sikap sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.
r
D
F. Teknik Analisis Data
Pertanyaan-pertanyaan
merupakan
satuan
unit
pengukur,
dan
sebelumnya uji validitas dan reliabilitas harus dilakukan. Bila instrumen/alat ukur tersebut tidak valid maupun reliabel, maka tidak akan diperoleh hasil penelitian yang baik. Oleh karena itu harus harus dibuang. Jadi, validitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur betul-betul mengukur apa yang akan diukur. Ada beberapa jenis validitas, namun yang paling banyak dibahas adalah validitas konstruk. Konstruk atau kerangka konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok atau individu secara abstrak yang menjadi pusat perhatian penelitian. Konsep 15
Dwi Prayitno, Mandiri Belajar SPSS, (Yogyakarta: Mediakom, 2008), h.8.
73
itu kemudian
seringkali masih harus diubah menjadi definisi yang
operasional, yang menggambarkan bagaimana mengukur suatu gejala. Langkah selanjutnya adalah menyusun pertanyaan-pertanyaan/ pernyataanpernyataan yang sesuai dengan definisi itu.16 Cara yang paling banyak dipakai untuk mengetahui validitas konstruk suatu instrumen/alat pengukur ialah dengan mengkorelasikan skor/nilai yang diperoleh pada masing-masing pertanyaan/pernyataan dari semua responden dengan skor/nilai total semua pertanyaan/pernyataan dari semua responden. Korelasi antara skor/nilai setiap pertanyaan/pernyataan dan skor/nilai total
y l
haruslah signifikan berdasarkan ukuran statistik tertentu misalnya dengan menggunakan teknik korelasi product moment.17
n
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengkur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Reliabilitas menunjukkan kemantapan/konsistensi
O t
hasil pengukuran. Suatu alat pengukur dikatakan
mantap atau konsisten, apabila untuk mengukur sesuatu berulang kali, alat
f a
pengukur itu menunjukkan hasil yang sama, dalam kondisi yang sama juga.18 Setiap alat pengukur seharusnya memiliki kemampuhan untuk memberikan hasil pengukuran yang mantap atau konsisten. Pada alat
r
pengukur fenomena fisik seperti berat dan panjang suatu benda, kemantapan
D
atau konsistensi hasil pengukuran bukanlah sesuatu yang sulit diperoleh. Tetapi untuk pengukuran fenomena sosial, seperti sikap, pendapat, persepsi, kesadaran beragama, pengukuran yang mantap atau konsisten, agak sulit dicapai.
Berhubung gejala sosial tidak semantap fenomena fisik, maka dalam pengukuran
fenomena
sosial
selalu
diperhitungkan
unsur
kesalahan
pengukuran. Dalam penelitian sosial kesalahan pengukuran ini cukup besar. Karena itu untuk mengetahui hasil pengukuran yang sebenarnya, kesalahan pengukuran ini perlu diperhitungkan. Makin kecil kesalahan pengukuran,
16
Suharsimi, Prosedur Penelitian,...h. 168. Suharsimi, Prosedur Penelitian,...h. 169. 18 Suharsimi, Prosedur Penelitian,...h. 178-179. 17
74
semakin reliabel alat pengukurnya. Semakin besar kesalahan pengukuran, semakin tidak reliabel alat pengukur tersebut. Teknik-teknik untuk menentukan reliabilitas ada tiga yaitu: a. teknik ulangan, b. teknik bentuk pararel dan c. teknik belah dua. Dalam tulisan ini akan dijelaskan satu teknik saja yaitu teknik belah dua. Teknik belah dua merupakan cara mengukur reliabilitas suatu alat ukur dengan membagi alat ukur menjadi dua kelompok. Adapun langkahlangkahnya adalah sebagai berikut: a. Peneliti telah mengajukan instrumen kepada 14 responden, kemudian
y l
telah menghitung validitas itemnya. Item yang valid dikumpulkan menjadi satu, item yang tidak valid dibuang. Uji coba pertama hanya
n
menyisakan angket yang valid dalam jumlah yang sangat sedikit sekali. Kemudian menyusun item instrumen yang lebih spesifik lagi,
O t
agar jumlah itemnya bisa lebih banyak. Kemudian mengujicoba angket kedua kepada 14 responden yang sama, ternyata menyisakan 10 item
f a
angket, dan 15 skala sikap. Kemudian, peneliti berusaha mencoba menyusun kembali sehingga angket yang akan diujicoba untuk tahap ketiga sebanyak 42 intem, sementara skala sikap berjumlah 39. Setelah
r
menghitung validitasnya, ternyata 19 item angket telah terkumpul, dan
D
25 item skala bertingkat yang terkumpul. Jumlah item kuesioener ini telah memadai, lalu masuk pada tahap menguji realibitas instrumen tersebut.
b. Untuk menguji realibilitas, peneliti telah membagi item yang valid tersebut menjadi beberapa belahan. Dalam menguji instrumen yang reabil, instrumen angket dan skala sikap dibelah menjadi beberapa bagian, langkah-langkahnya sebagai berikut. Pertama, Membagi item angket sesuai dengan sub dimensinya yang menjadi 4 faktor, dan skala bertingkat 6 faktor. Ternyata subdimensi—atau faktor inheren angket sendiri—hanya 3 sub dimensi yang valid, sedangkan skala bertingkat 5
75
faktor yang valid. Kedua, dikorelasikan.
skor total dari beberapa faktor tesebut
19
Untuk menghitung validitas dan relibilitas diatas, penulis menggunakan program aplikasi SPSS, sebab penghitungan lebih akurat dan cepat. Adapun penghitungan per item angket dan skala sikap memakai teknik manual baik menggunakan kalkulator atau tulis tangan tingkat kesalahan sering kali terjadi. Rumus-rumus
teknik
pegolahan
dan
berdasarkan rumus sebagai berikut.
analisis
data
diatas
y l
1) Untuk uji validitas alat, dengan digunakan rumus korelasi Product Moment Pearson menggunakan rumus
rXY
n
xy
X Y 2
2
O t
Ket: x
: X- X
y
:Y–Y
X
: skor rata-rata dari X
Y
: skor rata-rata dari Y
r
f a
D
Atau menggunakan rumus yang lebih singkat sebagai berikut:
2) untuk mengukur reliabilitas instrumen digunakan rumus SpearmanBrown sebagai berikut:
19
Suharsimi, Prosedur Penelitian,...h. 178-179.
76
r11 Ket: r11
2 xr1 / 21 / 2 1 r1 / 21 / 2
: reliabilitas
instrumen
r1/21/2 : rxy yang disebutkan sebagai indeks korelasi antara dua belahan instrumen
y l
3) Untuk uji hipotesis dapat diperoleh dengan menggunakan rumus korelasi pearson product moment, yaitu korelasi kausalitas atau
n
pengaruh antara variabel X dengan Y. Rumusnya adalah sebagai berikut:20
O t
f a
4) Untuk uji data deskriptif, yaitu observasi dapat diperoleh dengan
r
menggunakan rumus:
D
X2o = (fo - ft)2 / ft
Ket: X2o = Kai kuadrat deskriptif fo = frekwensi objek yang diamati ft = frekwensi objek yang diharapkan.21
20
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1987), h. 191 21 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan,..., h. 287.
77
G. Analisis variabel X, dimensi, sub dimensi, indikator, dan item instrumen Berikut ini adalah tabel analisis variabel X, dimensi, sub dimensi, indikator, dan item instrumen. Hal ini penulis lakukan agar memudahkan dalam mengidentifikasi dan menentukan instrumen, dan juga memudahkan dalam menganalisis.
y l
Fakt or
I
n
O t
Dimensi
Sub dimensi
1.
a.
Mengenalkan,
Penanaman materi kepada santri dengan
1, 2, 3,
5, 6,
Metode
Demonstrasi
memperlihatka
memperlihatkan objek dan memperagakan
19
13,
4, 5
8, 9,
Pelatihan
Indikator
Item angket ke i
No
f a
r
n,
Ustad
menunjukkan,
D
Ket
Item observasi kegiatan pelatihan ke i Item observasi penerapan metode belajar ke i
Tabel 1. Tabel analisis variabel X
teknik yang mampu menstimulus perhatian (interest/attention) ketika kegiatan berlangsung.
memperagakan , menirukan b. SAS
Menguraikan,
Penanaman materi kepada santri dengan
menganalisa,
menguraikan, menganalisa, dan merekonstriksi
merekonstruksi huruf tunggal, huruf sambung, dengan
10, 11, 12,
78
kan
standarisasi rumusan kaidah, lay out, susunan, penggunaan garis, larangan goresan, gubahan huruf.
y l
c. Tanya
Melakukan
Penanaman materi kepada santri sebagai
Jawab
tanya jawab
umpan balik setelah metode demonstrasi dan
7,
n
SAS untuk mengatasi kelemahan atau apa saja
O t
yang dibutuhkan santri d. Ceramah
Menjelaskan
Penanaman materi kepada santri dengan bahasa
f a
6
pengantar yang dapat dipahami santri.
2.
a.
Memahamkan
Penanaman nilai (worthwhileness) secara
Motivasi
Transformasi
nilai kegunaan
emosional akan baik atau buruknya sesuatu
:
nilai
r
D
4, 14, 15 7, 8
Mengarahkan,
Penanaman nilai yang disertakan feedback
9,
asi
menanamkan
sebagai konsekwensi logis untuk
10,11,
kegunaan
mengklasifikasikan sikap atau tindakan sesuai
16
Kepribad ian Ustad
16, 17, 18,
Internalis b. transaksi nilai
1, 2, 3,
19, 20,
dengan tujuan diklat c.
Menyusupkan
Penanaman nilai secara emosi dengan
12, 13,
21, 22,
79
transinternali
nilai,
menjadikannya sebagai falsafah atau
sasi nilai
membentuk
pandangan hidup.
kepribadian Penerapa
a. Drill
Penanaman materi dengan menciptakan
1, 2, 3,
n Metode
berulang-
manifestasi perilaku belajar adapting, dan
11, 16,
Belajar
ulang,
keterampilan.
memperdalam
f a
kemampuan.
b. Pemberian
Membuat
tugas
karya jadi
r
D
sesuai dengan komposisi
proporsional dan lay out pada tempatnya
n
O t
dan
Pesantren
y l
23, 24
Melatih
memperkaya
III
14,
Penerapan gaya belajar dengan menerapkan
19,
15,
20, 21,
ego enhachement santri sebagai feedback
23, 24,
setelah pemberian tugas oleh pesantren
25,
80
c. Karya
Mengunjungi
Penanaman materi di luar lingkungan pesantren
wisata
situs seni
untuk menambah wawasan dan memberikan
budaya Islam,
efek rileks setelah jenuh mengikuti setangkaian
pameran, atau
kegiatan diklat.
17, 18,
y l
tempat wisata
n
sambil berkreasi
O t
26, 27
Jumlah item instrumen 19
f a
24
13
Ket
diklat dan sikap
D
r
Indikator
reflektif antara
Sub dimensi
sebagai reaksi
nen
Dimensi
kegiatan santri
mpo
Item observasi
No
bertingkat ke i
Ko
Item skala
H. Analisis variabel Y, dimensi, sub dimensi, indikator, dan item instrumen
81
Acceptan
Kognisi dan Konasi
I
a. kesadaran
Konsentrasi,
Kesadaran atas objek yang terjadi dalam situasi
1, 2, 3,
ce
memikirkan,
fenomena-fenomena yang terjadi di faktor-
4, 5, 6,
Rejection
berimajinasi
faktor independen (X)
7
Menyadari,
Kemauan atas kesadaran untuk menerima
menerapkan,
dengan menggambarkan tingkah laku santri
10, 11,
meniru,
menerima stimulus dari fenomena faktor-faktor
12
terkesan,
independen (X)
b. kemauan
f a
berulang-ulang Making a a. decition
Menetapkan suatu keputusan teguh sebagai
13, 14,
raksi reflektif atas fenomena faktor-faktor
15
r
Menaati tanpa
Persetujuan untuk menanggapi aturan-aturan
ada paksaan
fenomena faktor-faktor independen (X) yang
D
8, 9,
independen
dimanifestasikan dengan ketaatan atau kerelaan individu tanpa paksaan
m
E
Kognisi
b. menyetujui
III
Berkomitmen
memutuskan
n
O t
melakukan
II
y l
Valuing
a. menerima
Merasa
Penerimaan nilai secara emosional atas
16, 17,
11, 12, 13, 14, 15
1, 2, 3, 16, 17, 18
82
nilai
senang, merasa stimulus faktor-faktor independen (X) sebagai yakin, merasa
18
kepercayaan atas menulis ayat al-Quran.
puas,
y l
merindukan
n
b. Organisasi
Bersikap,
Menyikapi dan bertindak sebagai respon atas
19, 20,
nilai
menghayati,
fenomena faktor-faktor independen (X) untuk
21
O t
9, 10,
mengutamakan mengklasifikasikan gambaran pembentukan suatu nilai c. pencirian
f a
Memegang teguh
D
r
Pencirian atas nilai yang diperoleh dari
22, 23,
stimulus faktor-faktor independen (X) dengan
24, 25
4, 5, 6, 7
menjadikannya sebagai falsafah atau pandangan hidup. Jumlah item 25
18
83
BAB IV ANALISIS DATA
y l
A. Penyajian Data
Model penyajian data kedua variabel adalah tabulasi data yang bersifat
n
data ordinal, yaitu data hasil kategorisasi yang sifatnya tidak setara dan tidak dapat dilakukan perhitungan aritmatika. Angka yang diberikan menunjukkan
O t
peringkat dan tingkatan tertentu. Tipe data ini tidakmemperhatikan jarak data, jadi jarak data bisa berbeda-beda.
f a
Dalam penelitian ini, setiap butir jawaban dari item pertanyaan variabel X menggunakan skoring 3 tingkatan data, yaitu nilai A diberi skor 1, B skor 2, C skor 3. Begitu juga skala bertingkat, untuk kategori vafourable diberi skor setiap
r
gradasi dimulai dari 4, 3, 2, 1, untuk sikap sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan
D
sangat tidak setuju. Begitu juga sebaliknya, untuk kategori unvafourable diberi skor gradasi dimulai dari 1, 2, 3, 4, untuk sikap sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.
Berikut ini perolehan data angket yang disajikan dalam bentuk tabulasi, yang terdiri dari 40 jawaban responden atas 19 item pertanyaan.
Tabel 3. Tabulasi Angket 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
∑X
1
2
3
2
2
1
2
2
3
2
3
3
3
3
2
2
3
3
3
3
47
2
3
1
3
1
2
1
1
2
2
3
3
2
3
3
3
3
3
3
1
43
3
3
2
3
2
1
3
3
2
1
2
3
2
3
3
3
2
3
1
1
43
4
1
3
3
2
2
2
3
3
1
3
3
3
2
2
3
3
3
3
3
48
N
84
5
2
1
3
1
2
2
2
3
3
2
2
2
2
2
3
3
3
3
1
42
6
3
3
3
2
2
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
54
7
2
2
3
1
1
2
3
3
1
2
3
3
2
2
2
3
3
3
1
42
8
1
2
3
1
1
2
1
3
3
1
2
3
2
1
2
3
3
3
1
38
9
3
3
3
2
1
3
3
2
2
3
3
2
2
3
3
3
3
3
1
48
10
3
3
3
2
3
3
2
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
1
52
11
2
2
3
1
1
2
3
3
1
2
3
3
2
2
2
3
3
3
1
42
12
3
3
2
2
3
2
2
2
2
3
3
3
1
3
3
2
3
3
3
48
13
3
3
3
2
1
3
3
3
2
1
2
3
2
3
3
2
3
3
2
47
14
3
2
3
1
2
3
2
2
2
1
3
3
3
3
3
3
3
3
1
46
15
3
3
3
2
2
3
3
2
2
3
3
3
3
3
16
1
3
3
3
2
3
2
3
1
1
2
2
3
3
17
3
3
2
2
3
3
3
3
2
2
2
3
3
3
18
3
2
1
2
2
1
1
1
3
1
2
1
2
1
19
3
3
3
2
2
3
3
2
2
3
3
3
3
3
y l
20
3
3
3
2
2
3
3
3
2
3
21
3
2
2
2
1
2
3
3
2
22
1
3
3
3
1
2
2
1
3
23
1
2
2
2
2
3
2
2
2
24
3
3
3
2
2
2
2
2
2
25
3
1
3
2
1
2
2
2
2
26
2
3
3
2
2
3
2
27
3
3
2
2
3
28
3
3
3
3
3
29
1
2
3
1
30
3
3
2
31
3
2
32
2
33
3
3
3
3
1
51
3
3
3
3
1
45
3
3
3
3
1
50
2
2
1
1
3
32
2
3
3
3
3
52
3
3
3
3
3
2
53
3
3
2
3
3
2
1
45
O t
n
3
3
3
2
3
3
2
2
2
3
3
2
2
3
2
1
41
3
3
3
3
3
3
3
3
3
1
46
2
3
2
3
3
3
3
3
3
3
49
3
3
2
3
3
3
3
3
2
1
44
1
3
2
2
2
3
3
3
3
3
1
46
D
3
f a 3
3
2
2
3
3
3
3
2
2
2
2
1
47
2
2
2
2
3
3
2
3
2
3
3
3
3
2
50
1
3
3
3
1
3
3
3
2
2
2
3
3
3
1
43
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
3
3
3
3
1
2
51
3
1
1
2
3
3
2
3
3
3
3
2
3
3
3
3
1
47
3
3
3
3
3
3
1
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
53
3
3
3
2
1
1
2
3
1
3
3
3
1
1
3
3
3
3
3
45
34
2
3
3
2
1
2
3
3
2
3
3
3
1
3
3
3
3
3
1
47
35
1
3
3
1
1
2
2
1
2
1
3
2
3
3
3
3
3
3
3
43
36
3
2
3
2
1
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
1
50
37
4
3
3
2
2
1
1
3
1
2
3
2
3
3
3
3
3
3
1
46
38
2
3
3
2
3
2
2
3
2
3
3
3
3
3
2
3
3
3
1
49
39
3
3
3
2
2
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
53
40
2
3
3
2
2
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
53
r 3
85
Berikut ini perolehan data skala bertingkat variabel Y yang disajikan dalam bentuk tabulasi, yang terdiri dari 40 jawaban responden atas 25 item pertanyaan. Tabel 4. Tabulasi Skala Sikap N
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
∑Y
1
3
4
3
4
3
3
3
3
3
4
3
3
4
4
3
3
3
4
3
4
4
4
3
4
3
85
2
3
4
4
4
4
2
2
4
4
3
3
4
4
3
3
2
3
4
3
4
3
4
4
4
4
86
3
3
4
3
4
3
4
3
4
3
3
3
4
3
3
4
2
3
4
3
4
3
3
3
3
83
4
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
73
5
3
4
2
3
3
3
2
3
3
3
4
4
3
3
3
2
1
3
2
3
3
3
3
4
4
74
6
4
4
3
4
4
4
3
4
3
4
3
3
4
3
3
3
7
2
4
3
4
2
2
3
3
3
3
4
3
4
3
3
2
8
3
4
1
4
3
2
3
3
2
3
3
3
4
2
1
1
9
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
10
2
4
3
3
2
4
4
4
3
3
4
3
2
3
3
3
n
y l
4
11
2
4
3
4
2
2
3
3
3
3
4
3
4
3
3
12
3
1
1
4
4
4
4
4
3
1
3
3
3
4
13
2
4
2
4
3
3
3
4
2
1
3
3
4
14
1
4
3
3
4
3
3
4
3
3
3
3
15
3
3
2
3
3
3
2
4
3
3
3
16
2
4
3
4
3
2
3
4
4
4
17
2
3
2
4
3
2
3
4
3
18
3
4
3
3
3
2
2
3
3
19
2
4
3
4
4
3
3
4
20
3
4
3
4
3
4
4
21
3
3
2
4
3
22
2
1
3
1
23
3
3
3
4
24
4
4
4
25
1
4
26
2
27
4
4
3
4
3
4
3
3
4
88
3
3
3
3
3
3
3
3
3
75
1
4
3
2
4
4
2
3
3
68
4
4
3
4
4
4
3
4
4
95
3
4
2
4
3
4
3
4
2
79
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
74
3
4
2
4
1
2
4
4
3
3
1
73
3
3
3
3
4
4
2
3
4
3
4
3
77
4
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
4
77
4
3
3
2
1
4
3
3
3
3
4
3
3
74
4
4
4
4
4
4
2
4
3
4
4
4
4
4
89
4
4
4
4
4
4
2
1
3
2
3
4
4
4
1
76
3
2
3
3
3
3
1
3
1
4
3
4
4
3
3
4
73
3
1
3
3
4
4
3
2
3
4
2
3
3
4
3
4
3
79
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
96
f a
r 3 3
O t
3
D
2
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
2
3
3
3
3
4
3
4
3
77
1
1
3
1
3
2
3
2
1
1
3
4
4
4
4
4
1
1
4
1
4
59
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
2
3
4
3
3
3
3
3
3
4
78
4
4
3
3
3
3
2
3
3
4
3
3
3
3
1
3
2
3
3
3
4
1
76
1
4
4
4
3
3
3
2
4
4
4
4
4
2
3
1
3
3
4
4
3
4
1
77
4
3
4
3
3
4
3
3
1
3
3
4
3
2
3
3
4
4
3
3
2
2
2
4
75
4
4
3
3
3
3
1
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
92
28
3
3
1
3
3
2
3
3
3
2
3
3
3
3
3
2
3
1
2
2
3
3
3
3
1
64
29
2
4
2
4
2
2
3
3
3
2
4
3
4
4
2
3
2
3
3
3
4
4
4
4
4
78
30
1
4
2
4
4
3
3
4
3
3
4
3
4
4
4
3
4
3
3
2
2
3
3
4
4
81
31
1
4
1
4
3
4
3
4
3
3
3
4
4
4
3
1
3
4
3
3
4
3
4
4
1
78
32
2
4
4
4
4
4
3
4
3
4
3
4
4
3
3
3
3
4
3
4
3
3
3
3
4
86
86
33
2
4
1
4
4
1
3
4
3
2
4
3
4
4
4
2
1
1
3
1
4
4
4
4
1
72
34
3
3
4
3
4
3
4
3
3
2
4
3
4
3
3
2
3
4
3
1
4
4
4
4
4
82
35
2
4
3
4
3
4
4
4
4
1
4
4
4
3
1
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
88
36
4
4
3
3
3
2
2
3
3
3
3
4
4
3
1
1
4
3
4
3
4
3
4
4
4
79
37
2
4
2
3
3
4
3
2
2
3
4
2
4
4
4
2
1
4
4
3
4
4
4
3
4
79
38
1
4
3
2
4
3
3
3
3
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
87
39
3
4
3
4
3
4
4
4
4
3
3
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
4
4
93
40
4
4
4
4
4
4
3
4
3
4
3
3
4
3
4
3
4
4
3
4
4
4
4
3
4
92
B. Analisa dan Interpretasi Data Setelah penulis mengolah data dan mengklasifikasikannya dalam bentuk
y l
tabulasi, langkah penting selanjutnya adalah menganalisa data memakai rumus analisa product moment dengan mencari angka indeks korelasi “r” product
n
moment yang berdasarkan pada skor aslinya atau angka kasarnya.
Dalam statistik, penggunaan analisa ini disebut dengan analisa korelasi
O t
sederhana (bivariate correlation) yang digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antar dua variabel dan untuk mengetahui arah hubungan yang terjadi.
f a
Nilai korelasi (r) berkisar antara 1 sampai -1, nilai semakin mendekati 1 atau -1 berarti hubungan antara dua variabel semakin kuat, sebaliknya nilai mendekati 0 berarti hubungan antara dua variabel semakin lemah. Nilai positif menunjukkan
r
hubungan searah (X naik maka Y naik), dan nilai negatif menunjukkan hubungan
D
terbalik (X naik maka Y turun).
Menurut Sugiyono mengutip dari Dwi Priyatno, pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut: 0,00
-
0,199 = sangat rendah
0,20
-
0,399 = rendah
0,40
-
0,599 = sedang
0,60
-
0,799 = kuat
0,80
-
1,000 = sangat kuat
Koefisien korelasi Pearson dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
87
Tabel 5. Perhitungan untuk memperoleh Indeks korelasi antara X dan Y N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
X
Y 47 43 43 48 42 54 42 38 48 52 42 48 47 46 51 45 50 32 52 53 45 41 46 49 44 46 47 50 43 51 47 53 45 47 43
(∑x)2 85 86 83 73 74 88 75 68 95 79 74 73 77 77 74 89 76 73 79 96 77 59 78 76 77 75 92 64 78 81 78 86 72 82 88
2209 1849 1849 2304 1764 2916 1764 1444 2304 2704 1764 2304 2209 2116 2601 2025 2500 1024 2704 2809 2025 1681 2116 2401 1936 2116 2209 2500 1849 2601 2209 2809 2025 2209 1849
f a
O t
7225 7396 6889 5329 5476 7744 5625 4624 9025 6241 5476 5329 5929 5929 5476 7921 5776 5329 6241 9216 5929 3481 6084 5776 5929 5625 8464 4096 6084 6561 6084 7396 5184 6724 7744
y l
n
r
D
(∑y)2
XY 3995 3698 3569 3504 3108 4752 3150 2584 4560 4108 3108 3504 3619 3542 3774 4005 3800 2336 4108 5088 3465 2419 3588 3724 3388 3450 4324 3200 3354 4131 3666 4558 3240 3854 3784
88
36 37 38 39 40 ∑
50 46 49 53 53 1871
79 79 87 93 92 3187 3500641 10156969
2500 2116 2401 2809 2809 88333
6241 6241 7569 8649 8464 256521
3950 3634 4263 4929 4876 149709
Setelah diketahui ∑X, ∑Y, ∑XY, ∑X2, ∑Y2, (∑X)2, dan (∑Y)2, langkah selanjutnya adalah mencari nilai rxy dengan menggunakan rumus Pearson diatas, sebagai berikut. rxy =
y l
40. 149710 – (1871) (3187)
√{40. 88333 – (3500641)} {40. 256515 – (10156969)}
n
5988360 – 5962877
√(3533320 – 3500641) (10260840 – 10156969)
25483
f a
√(32679) (103871) 25483
r
√3394400409
D
25483
58261,48307
O t
= 0,43739017, atau dibulatkan tiga desimal dibelakang koma menjadi 0,437 Jika dilihat dari r tabel, pada uji 1 sisi taraf signifikansi 5% dengan menentukan df = N–nr. Oleh karena itu, N 40-2 = 38. Telah diperoleh nilai sebesar 0,271, dan 2 sisi sebesar 0,320. Untuk memberikan interpretasi apakah ada pengaruh diklat kaligrafi al-Quran terhadap minat menulis santri, peneliti membandingkan nilai antara r hitung dengan r tabel, yaitu: a. r hit > r tab 1 sisi atau r hit > r tab 2 sisi. b. Atau dinyatakan dengan angka, 0,437 lebih besar dari 0,271 atau 0,320.
89
c. Atau disimpulkan, bahwa ada pengaruh diklat yang signifikan terhadap minat menulis santri, karena r hit lebih besar dari r tab. Untuk memastikan kebenaran perhitungan peneliti secara manual, disini peneliti menggunakan program aplikasi komputer SPSS, ternyata didapati kesamaan perhitungan sebagai berikut. Tabel 6. Hasil perhitungan (r) melalui program SPSS Correlations X X
Pearson Correlation
Y
y l
1
Sig. (2-tailed)
products
N
Pearson Correlation
f a
Sum of Squares and Cross-
r
products
Covariance
D
N
n
816.975
O t
Covariance
Sig. (2-tailed)
**
.005
Sum of Squares and Cross-
Y
.437
637.075
20.948
16.335
40
40
**
1
.437
.005
637.075
2596.775
16.335
66.584
40
40
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Dari hasil analisis korelasi sederhana (r) diatas telah diperoleh korelasi antara diklat kaligrafi al-Quran dan pengaruhnya terhadap peningkatan minat santri untuk menulis ayat-ayat al-Quran adalah 0,437. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang sedang atau tidak terlalu kuat pengaruh diklat yang diselenggarakan terhadap meningkatnya minat santri. Sedangkan arah hubungan adalah positif, karena nilai r positif pada level sedang diantara 0,40 - 0,599. Untuk lebih meyakinkan lagi, penulis ingin menguji signifikansi koefisien korelasi sederhana (uji t), apakah korelasi diatas—yang digunakan—berlaku bagi
90
populasi atau dapat digeneralisasikan. Berikut ini adalah langkah-langkah pengujiannya 1. Menentukan hipotesis Ho: tidak ada pengaruh yang signifikan diklat kaligrafi al-Quran Lemka terhadap minat menulis ayat-ayat al-Quran. Ha: ada pengaruh yang signifikan diklat kaligrafi al-Quran Lemka terhadap minat menulis ayat-ayat al-Quran. 2. Menentukan tingkat signifikasi Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan tingkat signifikansi a =
y l
5% (uji dilakukan dua sisi karena untuk mengetahui ada atau tidaknya hubunga yang signifikan , jika 1 sisi digunakan untuk mengetahui hubungan
n
lebih kecil atau lebih besar).
Tingkat signifikansi dalam hal ini berarti penulis mengambil resiko
O t
salah dalam mengambil keputusan untuk menolak hipotesa yang benar sebanyak-banyaknya 5% (signifikansi 5% atau 0,05 adalah ukuran standar
f a
yang sering digunakan dala penelitian). 3. Menentukan t hitung
Rumus mencari t hitung adalah:
t hit =
ket:
r
r √n - 2 √ 1 – r2
D
r = koefisien korelasi sederhana Pearson n = jumlah data atau kasus jadi, t hitung dapat dicari sebagai berikut: t hit = 0,437 √ 40 – 2 √1 – 0,192 0,437 √ 38 √ 1 - 0,190969
91
(0,437) (6,164) √ 0,809031
2,693668 0,899 2,994756288
4. Menentukan tabel Tabel distribusi t, dicari pada a = 5% : 2 = 2,5% (uji dua sisi) dengan
y l
derajat kebebasan (df) n-2 atau 40 – 2 = 38. Dengan pengujian dua sisi (signifikansi = 0,025) hasil diperoleh untuk t tabel sebesar 2,024394 (lihat
n
pada lampiran). 5. Kriteria pengujian
O t
Ho diterima jika -t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel
Ho ditolak jika -t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel
f a
6. Membandingkan t hitung dengan t tabel dan probabilitas Nilai t hitung > t tabel (2,994 > 2,024), maka Ho ditolak. 7. Gambar
D
r
8. Kesimpulan Oleh karena nilai t hitung > t tabel (2,994 > 2,024) maka Ho ditolak, artinya bahwa ada pengaruh secara signifikan diklat penyelenggaraan diklat kaligrafi al-Quran Lemka terhadap peningkatan minat menulis santri, dan dapat digeneralisasikan. Karena t hitung nilainya positif, maka berarti diklat
92
berpengaruh positif
dan signifikan terhadap meningkatnya minat santri
dalam menulis ayat-ayat al-Quran. Jadi, dalam kasus ini dapat penulis simpulkan bahwa diklat berpengaruh positif terhadap minat menulis ayat-ayat al-Quran pada santri Pesantren Kaligrafi al-Quran Lemka Sukabumi.
C. Analisis Dan Interpretasi Data Observasi Berkut ini adalah uraian penggunaan Tes Kai Kuadrat, unutk mengetes perbedaan frekwensi yang variabelnya tunggal, yaitu menguji variabel X. Dalam bab III metode penenlitian, penulis telah menjelaskan
y l
ketika melakukan uji validitas, sering sekali ditemukan hambatan dalam menyusun instrumen angket. Seringkali pada butir item tertentu jawaban
n
semua responden sama, walaupun ada sebagian praktisi penelitian sepakat bahwa hal itu tidak jadi masalah. Tetapi, peneliti tetap berpihak kepada
O t
Suharsimi, bahwa kesamaan jawaban subjek uji coba instrumen pada butir item tertentu perlu dipertanyakan. Jadi, peneliti mengambil metode observasi
f a
sebagai alternatifnya. Kesimpulan metode ini berfungsi sebagai pendukung apakah kegiatan diklat yang menjadi faktor meningkatnya minat santri pada jawaban analisis diatas melalui sebaran angket benar-benar sesuai dengan
r
fakta di lapangan, atau tidak.
D
Yang menjadi unit objek penggunaan metode pengamatan/ observasi penelitian ini adalah kegiatan diklat, yang terdiri dari 1). Penerapan metode pelatihan yang dipraktekkan ustad, 2). Penerapan internalisasi kepribadian ustad, 3). Penerapan metode belajar di lingkungan pesantren. Setelah melakukan pengamatan dengan menggunakan jasa observer/ pengamat 10 orang santri (5 putra dan 5 putri) yang benar-benar paham bagaimana sesungguhnya pelatihan itu harus diadakan secara efektif, ternyata telah didapati hasilnya sebagai berikut.
93
Tabel 7. Perolehan data observasi PA 1 2 3 4 5 PI 1 2 3 4 5
1 4 3 3 3 3 1 4 3 3 3 4
2 3 4 3 3 3 2 4 4 3 4 4
3 2 3 4 3 4 3 4 4 3 3 4
4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3
5 3 4 2 2 4 5 3 3 3 3 4
6 4 3 3 4 3 6 4 4 4 3 3
7 4 2 4 3 4 7 3 4 3 3 3
8 3 2 2 3 2 8 2 2 2 2 3
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24Skor 3 2 3 2 2 2 3 2 3 3 3 1 2 3 3 2 65 4 4 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 4 2 78 4 4 4 3 3 3 2 3 4 4 4 3 4 3 4 2 78 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 1 2 69 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 3 85 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24Skor 4 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 85 2 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 82 3 3 3 3 2 3 4 3 4 3 2 3 4 4 4 2 75 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3 80 2 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 4 2 79
y l
Penilaian subjek/ pengamat santri PA dan PI menggunakan skor bergradasi sbb:
n
4 = sangat baik/ sangat efektif
O t
3 = baik/ efektif 2= tidak baik/ tidak efektif
1= sangat tidak baik/ sangat tidak efektif
f a
Telah diperoleh skor total pengamatan santri atas efektifitas atau baik
r
tidaknya metode yang diterapkan dalam program diklat yang berlangsung. Sebelumnya, peneliti menggolongkan skor total itu menggunakan skala
D
besarnya penilaian sebagai berikut: A = 67 – 99, adalah aktif. B = 34 – 66, adalah netral. C = 1 – 33, adalah pasif. Kemudian, peneliti menggolongkan data hasil penelitian pengamatan yang telah diperoleh diatas dalam tabel sebagai berikut:
94
Tabel 8. Total penilaian pengamatan santri atas efektifitas diklat (fo) Penilaian efektifitas diklat Observer/ santri
Reaktif
Netral
1 Putra
2
4
0 5
5
5 6
0 9
Total/ rN 3
1 4
Putri Total/ CN
Pasif
0 1
5 10
0
Langkah selanjutnya adalah menentukan tabel frekwensi yang
y l
diharapkan atau theoritical frequency. Lihat tabelnya sebagai berikut:
n
Tabel 9. Tabel frekwensi yang diharapkan dari pengamatan santri (ft) Penilaian efektifitas diklat Observer/ santri
Reaktif
Netral
O t 1
f a
Putra Putri Total/ CN
r
4,5
Pasif
2
0,5
4
4,5
9
3 0
5
0,5
Total/ rN
5 6
0 1
0
5 10
Untuk menguji apakah harga Kai Kuadrat (X2) dari data yang telah
D
ditabulasi diatas, maka peneliti harus menentukan tabel perbedaan atau selisih antara penilaian efektifitas diklat melalui kegiatan pengamatan dengan frekwensi yang diharapkan. Perhatikan tabel berikut! Tabel 10. Tabel perbedaan (fo) dan (ft) No. Sel 1 2 3 4 5 6 ∑N
(fo) 4 1 0 5 0 0 10
(ft) 4,5 0,5 0 4,5 0,5 0 10
Selisih/ (fo - ft) -0,5 0,5 0 0,5 -0,5 0 0
95
Selanjutnya adalah menentukan skor (X2), yang umumnya diperoleh dengan rumus : X2o = (fo - ft)2 / ft
Untuk memudahkan pemahaman membaca perhitungan (X2), penulis telah membuat tabel sebagai pengembangan dari penghitungan diatas, perhatikan tabel dibawah ini. Tabel 11. Hasil perhitungan data observasi No. Sel 1 2 3 4 5 6 ∑N
(fo)
(ft)
4 1 0 5 0 0 10
4,5 0,5 0 4,5 0,5 0 10
Selisih/ (fo ft) -0,5 0,5 0 0,5 -0,5 0 0
0,25 0,25 0 0,25 0,25 0
n
O t
f a
y l
(fo - ft)2
X2o = (fo - ft)2 / ft 0,055555556 0,5 0 0,055555556 0,5 0
1,111111111
Dari tabel diatas, telah kita peroleh nilai harga Kai Kuadrat (X2o)
r
sebesar 1,111. Sebelum memutuskan pernyataan apakah nilai observasi diatas apakah benar-benar signifikan efektifitasnya, maka terlebih dahulu peneliti
D
membandingkan harga Kai Kuadrat hitung diatas dengan harga kritik Kai Kuadrat yang tercantum pada tabel nilai kritik atau dilambangkan (X2t), dengan menentukan derajat kebebasannya (db), yaitu (C – 1) dan (r – 1). Jadi; (dbC) = 3 – 1 = 2 (dbr) = 2 – 1 = 1 Jadi, (X2t) = 2 x 1 = 2. Peneliti menggunakan taraf signifikansi 5 % (t.s.5%), maka pada tabel nilai harga kritik Kai Kuadrat (X2t.ts5%) sebesar 5,991. Kemudian perhatikan kesimpulan berikut. Dengan memperhatikan dan membandingkan besarnya harga (X2o) dan (X2t), maka dapat dikatakan (X2o) < (X2t.ts5%), atau 1,111 lebih kecil dari 5,991. Jadi,
96
dapat peneliti simpulkan bahwa efektifitas pelatihan belum menunjukkan keefektifitasan yang signifikan. Untuk itu, pesantren harus benar-benar memperhatikan: a. mengadakan evaluasi, kemudian meningkatkan efektifitas keahlian seluruh ustad di pesantren Lemka b. untuk meningkatkan efektifitas itu, pesantren hendaknya mengadakan program pelatihan ustad, agar mereka menguasai metode bagaimana cara membina huruf yang baik dan benar, sehingga perhatian santri dapat diakomodir kebutuhannya, sehingga ada umpan balik yang positif antara
y l
santri dan ustad, atau sebaliknya.
c. Untuk meningkatkan efektifitas keahlian ustad dalam melakukan
n
internalisasi—dalam hal ini disebut bimbingan koreksian karya, dan segala keluhan santri—maka pesantren hendaknya mengadakan program
O t
bimbingan konseling yang terstruktur atau yang diprogramkan dengan baik, dan dijalankan dengan baik pula. Gunanya adalah agar rasa emosi
f a
santri dapat dimodifikasi sehingga 1). Membentuk sikap positif untuk menerima segala stimulus dari pesantren, baik tugas, peraturan atau kedisiplinan, 2). Membentuk kesadaran atas stumulus-stimulus tadi, 3).
r
Merasa bahwa kaligrafi merupakan seni Ilahi, dan memperolehnya harus
D
dengan hati yang bersih, dengan cara mengamalkan ajaran agama dengan benar, baik yang bersifat amal dan etika. Adapun hubungan kesimpulan analisa data angket dengan observasi adalah, telah dibuktikan bahwa: a. Pesantren telah menerapkan atau menjalankan program dengan baik, dan dibuktikan dengan arah korelasi yang positif. Akan tetapi pengaruhnya tidak begitu signifikan dalam meningkatkan minat santri, yang dibuktikan dengan perhitungan korelasi bivariate memakai rumus Pearson Product Moment (rxy). b. Pengaruh atas dijalankannya program diklat yang tidak signifikan selama ini telah dibuktikan secara khusus melalui penghitungan Kai Kuadrat {(X2o) < (X2t.ts5%)}, yaitu rumus yang secara khusus
97
menganalisa data deskriptif pengamatan atas suatu uniit objek kegiatan. D. Analisis Dan Interpretasi Soal Skala Bertingkat/ Item 1. Tabel skala sikap acceptance rejection dengan sub dimensi kesadaran Sebagaimana telah dibahas pada kajian teori sebelumnya, dimensi Acceptance Rejection dengan sub dimensi kesadaran maksudnya kesadaran santri atas objek yang terjadi dalam situasi fenomena faktor-faktor independen. No
ITEM PERTANYAAN
Jumlah
Prosentase
5
12, 50%
15
37,50%
15
37,50%
y l
Bangunan pesantren ini bukan salah satu
faktor yang membuat saya semangat latihan 1
U
n
-
Sangat setuju
-
Setuju
-
Tidak setuju
-
Sangat tidak setuju
5
12,50%
f a
40
100%
O t
Item skala bertingkat no. 1 pada tabel diatas menunjukkan bahwa
r
50% santri Lemka merasa bangunan di pesantren tersebut bukan salah satu
D
faktor yang menyebabkan semangat latihan, sementara sisanya menganggap bangunan di pesantren tersebut salah satu faktor yang menyebabkan semangat latihan. 50% yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju memposisikan dirinya pada kematangan berfikir dengan menerima kondisi pesantren yang pada kenyataannya cocok sebagai bangunan untuk pelatihan. Sesuai dengan yang diusahakan Sirojuddin bahwa pesantren seni identik dengan kenyamanan lokasi yang pada akhirnya ditemukan di Sukabumi, sementara bangunan bukanlah salah satu faktor yang menghalang minat latihan menulis, sebab bangunan terus direnovasi jika dana telah tercukupi. Dan dari pengamatan dan pengalaman peneliti ketika nyantri di sana pada tahun 2005-2006, bangunan pesantren dan suasananya sangat cocok sekali
98
sebagai ‘kampungnya seniman kaligrafi untuk berkreasi sambil berekreasi’ juga.
Kekaguman saya pada ustad atau senior mampu memotivasi saya untuk bisa seperti mereka 2
V
-
Sangat setuju
31
77,50%
-
Setuju
7
17,50%
-
Tidak setuju
0
00,00%
-
Sangat tidak setuju
2
05,00%
40
100%
n
y l
Item skala bertingkat no.2 pada tabel diatas menunjukkan bahwa 39
O t
orang atau 95% merasa kagum dan terkesan terhadap ustad/ senior sehingga dapat memotivasi minat intrinsik mereka. Kekaguman itu dibuktikan dengan
f a
membuat suatu keputusan dalam diri individu untuk mengimitasi sang ustad, yaitu kesadaran dan kamauan menggambarkan tingkah laku santri secara alami.
r
D
Saya tidak termotivasi dengan diklat di sini, justru MKQ tiap tahun yang menambah motivasi saya 3
U
-
Sangat setuju
6
15,00%
-
Setuju
8
20,00%
-
Tidak setuju
20
50,00%
-
Sangat tidak setuju
6
15,00%
40
100%
Item skala bertingkat no.3 pada tabel diatas menunjukkan bahwa 26 orang atau 65% menunjukkan sikap tidak setuju mereka atas faktor diadakanya MKQ yang menambah motivasi santri. Walaupun MKQ
99
diadakan sebagai ajang mengukur sampai mana kemampuan yang telah dicapai setelah proses diklat, tapi bukanlah penyebab utama untuk meningkatkan minat. Sementara 14 santri atau 35% merasa tidak termotivasi dengan diadakannya diklat, oleh karena itu mereka disebut sebagai santri yang salah niat masuk program diklat pesantren. Perlu diketahui, bahwa
kesadaran dan kemauan untuk menerima dengan
menggambarkan tingkah laku bahwa diklat dan lingkungan belajar pesantrenlah sebagai faktor yang telah diset sedemikian rupa untuk meningkatkan minat, perbaikannya tetap terus dilakukan, dan memang
y l
motif tiap santri berbeda. Ketika peresmian dan pembukaan diklat, ketua diklat tidak henti-hentinya mengatakan santri yang hendak belajar di
n
pesantren ini hendaknya membuang jauh-jauh niat masuk pesantren karena faktor MKQ, atau ingin mengalahkan seseorang dalam ajang kompetisi.
O t
Sebab niat yang keliru tidak ada faedahnya.
f a
Tersedianya buku panduan latihan kaligrafi (jiplakan atau sejenisnya) disini
mempermudah proses latihan saya secara
r
mandiri 4
V
-
Sangat setuju
27
67,50%
-
Setuju
11
27,50%
-
Tidak setuju
1
02,50%
-
Sangat tidak setuju
1
02,50%
40
100%
D
Item skala bertingkat no.4 pada tabel diatas menunjukkan bahwa 38 santri atau 95% santri menyadari bahwa tersedianya buku panduan latihan kaligrafi (jiplakan atau sejenisnya) mempermudah proses latihan secara mandiri. Dengan menyadari hal ini, penulis telah melakukan crosscheck melalui pengamatan, bahwa mereka benar-benar latihan mandiri dengan:
100
a. Melatih/ menggoreskan berulang-ulang materi khat (skor 4) b. Memperkaya bentuk huruf dan format (skor 3) c. Latihan yang tekun sesuai dengan jadwal pribadi tiap santri (skor 5)
Semua ustad yang mengajar disini bertanggung jawab sesuai dengan tugasnya 5
V
-
Sangat setuju
14
35,00%
-
Setuju
21
52,50%
-
Tidak setuju
4
10,00%
-
Sangat tidak setuju
1
02,50%
40
100%
n
y l
Item skala bertingkat no.5 pada tabel diatas menunjukkan bahwa 35
O t
santri atau 87,5% santri menyadari bahwa semua ustad yang membina di pesantren tersebut bertanggung jawab atas tugasnya, antara lain penggunaan
f a
metode dan internalisasi kepribadian ustad. Hal ini dibuktikan dengan pengamatan yang penulis lakukan untuk mencocokkan jawaban santri dengan fakta di lapangan melalui kegiatan pelatihan oleh ustad terhadap
r
santri. Lihat tabel pengamatan.
D
Saya merasa tidak pernah atau jarang mendapatkan perhatian dari ustad atau pun senior disini 6
U
-
Sangat setuju
2
05,00%
-
Setuju
10
25,00%
-
Tidak setuju
15
37,50%
-
Sangat tidak setuju
13
32,50%
40
100%
Item skala bertingkat no.6 pada tabel diatas menunjukkan bahwa 12 santri atau 30% merasa tidak pernah atau jarang mendapatkan perhatian dari
101
ustad maupun seniornya, padahal ketika wawancara dan menelisik banyak literatur
kelemkaan
bahwa
masing-masing
santri
ditangani
oleh
pembimbingnya yang dinilai kompeten. Jadi, tingkat kesadaran santri harus dibentuk dari kedewasaan individu. Maksudnya santri harus mengerti juga. Kesadaran atas merasa tidak pernah atau jarang mendapatkan perhatianl ini dibuktikan dengan pengaruh diklat pada korelasi Pearson 0,439 yang berada pada level sedang (tidak kuat pengaruhnya) diantara 0,40 - 0,599. Walau 30% santri merasa tidak mendapatkan perhatian, hal ini harus diwaspadai oleh pihak pesantren, khususnya ketua diklat dan ustad
y l
maupun senior yang ditugaskan untuk membimbing santri. Jika perlu, program teacher training harus diadakan—belajar dari pengalaman
n
beberapa tahun lalu di Lemka Ciputat—untuk maslahat program diklat pesantren mendatang.
O t
Saya sering mengoreksi tulisan saya sendiri
f a
apakah sudah tepat dengan kaidah atau belum
7
V
-
Sangat setuju
-
Setuju
-
Tidak setuju
-
Sangat tidak setuju
D
r
8
20,00%
26
65,00%
5
12,50%
1
05,00%
40
100%
Item skala bertingkat no.7 pada tabel diatas menunjukkan bahwa 34 santri atau 85% santri menunjukkan tingkat kesadaran dan kemauan untuk latihan mandiri, dengan mengoreksi tulisan sendiri seperti menentukan skala titik, atau melihat buku panduan latihan, meniru karya ustad atau master kaligrafi, dan sebagainya. Jadi, peneliti menyimpulkan bahwa sikap santri dalam menyadari objek yang terjadi dalam fenomena faktor-faktor independen (X) sangat tinggi, jika dilihat dari rata-rata persentase sikap positif santri dari item 1
102
dampai 7 dengan perolehan nilai 50 + 95 + 65 + 95 + 87, 5 + 70 + 85 = 547,5 / 7 = 78,21%.
2. Tabel Skala Sikap “Acceptance Rejection” dengan Sub Dimensi Kemauan Berikut ini merupakan analisis skala sikap dimensi acceptance rejection dengan sub dimensi kemauan, yaitu suatu sikap mau/ kemauan atas kesadaran untuk menerima dengan menggambarkan tingkah laku santri menerima stimulus dari fenomena faktor-faktor independen/diklat kaligrafi
y l
al-Quran. Latihan kaligrafi lebih mengasyikkan
n
daripada sering terlibat nogkrong di warung 8
V
-
Sangat setuju
-
Setuju
-
Tidak setuju
-
Sangat tidak setuju
O t
r
f a
21
52,50%
17
42,50%
1
02,50%
1
02,50%
40
100%
Item skala bertingkat no.8 pada tabel diatas menunjukkan bahwa 38
D
santri atau 95% santri menunjukkan tingkat kesadaran bahwa terlalu sering nongkrong di warung (walaupun dengan alasan bersantai sejenak) bukanlah sebagai suatu cara yang efektif mengusir rasa bosan dan mengobati rasa lelah. Kesadaran yang matang dapat ditunjukkan dengan hal ini, sedangkan keinginan latihan kaligrafi sebagai prioritas yang harus dilakukan merupakan sikap kemauan yang kuat. Oleh sebab itu, mereka tidak menyianyiakan program yang diterapkan. Mungkin santri sekarang sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Menurut hasil wawancara peneliti kepada ketua diklat, 2 tahun belakangan ini penerapan frekwensi latihan mandiri lebih banyak dibandingkan jadwal pelatihan, jadi sekarang 3 hari dalam seminggu, 3 jam sekali pertemuan. Setelah pesantren mengevaluasi, ternyata santri banyak
103
mengeluh karena bosan dan lelah karena terlalu banyak jejalan materi di saung, mereka hanya ingin latihan mandiri saja. Oleh karena itu, pesantren lebih mempertajam persaingan latihan mandiri santri dengan menerapkan gaya belajar ego enhancment.
Mengekspresikan kaligrafi membuat beban fikiran saya ringan
9
V
-
Sangat setuju
7
17,50%
-
Setuju
30
75,00%
-
Tidak setuju
3
07,50%
-
Sangat tidak setuju
0
00,00%
40
100%
y l
n
O t
Item skala bertingkat no.9 pada tabel diatas menunjukkan bahwa 37
f a
santri atau 92,50% santri menyatakan kalau mereka setuju mengekspresikan kaligrafi membuat beban fikirannya ringan. Bagi mereka, mengekspresikan kaligrafi merupakan suatu bentuk tingkah laku positif untuk mengalirkan
r
energi negatif menjadi kreatif. Inilah yang diungkapan pelukis terkenal AD
D
Pirous mengutip dari Ust. Husaini ketika wawancara.
Mengikuti contoh kaidah huruf lebih penting dan sering saya lakukan daripada selalu memperhatikan penjelasan ustad senior disini ketika memberi contoh di depan, tidak ada 10
U
faedahnya -
Sangat setuju
5
12,50%
-
Setuju
8
20,00%
-
Tidak setuju
19
47,50%
-
Sangat tidak setuju
8
20,00%
104
40
100%
Item skala bertingkat no.10 pada tabel diatas menunjukkan bahwa 27 santri atau 67,50% santri tidak menunjukkan sikap ketidaksetujuan atas pernyataan item tersebut. Jadi, mereka menunjukkan kemauan untuk memperhatikan penjelasan ustad ketika memberi contoh di depan, karena mereka menilai itu sangat bermanfaat. Sementara sisanya 13 santri atau 32,50% santri setuju untuk tidak memperhatikan penjelasan ustad ketika memberi contoh, karena mereka menilai tidak ada faedahnya. Mereka hanya
y l
mau mengikuti contoh kaidah huruf lebih penting dan sering mereka lakukan. Namun, angka ini harus diwaspadai, karena penulis berasumsi bisa
n
jadi kemampuan mengajar ustad yang ada disana kurang memenuhi dan kurang mampu mengakomodir kognisi dan emosi santri. Untuk itu,
O t
mewujudkan teacher training perlu juga diwujudkan, walaupun perekrutan ustad yang handal dan sukses di ajang kompetisi menjadi langkah utama
f a
dalam memilih siapa yang berhak menjadi ustad.
Saya selalu menjiplak tulisan dari modul
r
kaidah huruf kaligrafi 11
V
D -
Sangat setuju
15
37,50%
-
Setuju
24
60,00%
-
Tidak setuju
1
02,50%
-
Sangat tidak setuju
0
00,00%
40
100%
Item skala bertingkat no.11 pada tabel diatas menunjukkan bahwa 39 santri atau 97,50% santri menunjukkan kemauan untuk menjiplak tulisan dari modul kaidah huruf kaligrafi. Ternyata, tersedianya modul di koperasi atau hand by hand dari santri ke santri yang beredar di pesanten turut membantu proses belajar mandiri.
105
Setelah penjelasan materi kaidah huruf, saya langsung mempraktekkan. 12
V
-
Sangat setuju
15
37,50%
-
Setuju
23
57,50%
-
Tidak setuju
2
05,00%
-
Sangat tidak setuju
0
00,00%
40
100%
Item skala bertingkat no.12 pada tabel diatas menunjukkan bahwa
y l
38 santri atau 95,00% santri menyatakan sikap kemauan untuk mempraktekkan langsung apa yang disampaikan ustad ketika penyampaian
n
materi di saung atau pun bimbingan koreksian karya. Dan ini sangat sesuai dengan hasil wawancara peneliti kepada Ust. Ohan, bahwa terdapat
O t
keefektifan metode pelatihan yang diterapkan terhadap minat menulis/ praktek santri. Hanya saja, perbedaan antara item skala sikap no. 10 dengn
f a
no.12 ini terletak pada perhatian intensitas perhatian santri yang berbedabeda, sementara kecenderungan mereka untuk selalu praktek menulis lebih besar dibandingkan perhatian tadi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ust.
r
Ohan, strategi untuk mengantisipasi hal ini dengan cara mengurangi jadwal
D
tatap muka dari seminggu 6 kali menjadi 3 kali tatap muka, setiap tatap muka berdurasi sekitar 2-3 jam. Namun, perwujudan dan penerapan teacher training tidak kalah pentingnya bila dibandingkan dengan strategi baru tersebut.
Jadi, peneliti menyimpulkan bahwa sikap santri dalam kemauan atas kesadaran untuk menerima dengan menggambarkan tingkah laku santri menerima stimulus dari fenomena faktor-faktor independen (X) adalah sangat tinggi, jika dilihat dari rata-rata persentase sikap positif santri dari item 8 sampai 12. Atau dengan menghitung total persentase dari tiap-tiap skor 95 + 92,5 + 67,5 + 97,5 + 95 = 447,5 / 5 = 89,4%. Terbuktilah bahwa sikap santri positif pada sub dimensi ini.
106
3. Tabel Skala Sikap “Making a Decition”
Dengan Sub Dimensi
Menanggapi Dan Menyetujui
Menurut saya, kaligrafi itu banyak rahasianya. Semakin banyak mengetahui rahasia tekniknya maka semakin cepat perubahan 13
V
kualitas tulisan saya -
Sangat setuju
32
80,00%
-
Setuju
6
15,00%
-
Tidak setuju
1
02,50%
-
Sangat tidak setuju
1
02,50%
40
100%
n
y l
O t
Item skala bertingkat no.13 pada tabel diatas menunjukkan bahwa 38 santri atau 95% santri menunjukkan sikap membuat suatu keputusan
f a
sebagai reaksi reflektif
atas komitmen dan menaati tanpa ada unsur
paksaan. Untuk menyesuaikan jawaban responden, peneliti melakukan crosscheck melalui pengamatan, bahwa banyak sekali santri yang:
r
a. Memperhatikan dengan seksama ketika ustad menjelaskan (skor 5)
D
b. Mendengarkan penjelasan dengan baik ketika memperhatikan (skor 3) c. Berkonsentrasi ketika ustad memperagakan teknik penggoresan (skor 5) Dengan adanya tanggapan dan ketaatan secara alamiah diatas, maka dapat dipastikan 95% santri mengakui bahwa kaligrafi itu banyak rahasianya, semakin sering santri memperhatikan, menanggapi, dan membuat keputusan diatas, maka semakin banyak ia mengetahui rahasia tekniknya, sehingga semakin cepat pula perubahan kualitas karyanya. Untuk mengetahui penguasaan teknik santri dan semakin meningkatnya kualitas karya santri, peneliti melakukan crosscheck melalui pengamatan terhadap kegiatan santri baik ketika pelatihan/ penyampaian materi di saung maupun kegiatan mandiri, dan didapati manifestasi atas reaksi reflektif tersebut sebagai berikut:
107
a. Memperkaya bentuk huruf dan format ketika latihan mandiri (skor 3) b. Senantiasa memperbagus potongan kalam (skor 4) c. Memperbagus lay out dan susunan tulisan yang proporsional (skor 4) d. Meniru teknik yang telah dicontohkan ustad (skor 4) e. Mengoreksi tulisan sendiri ketika latihan atau sedang mengerjakan tugas (skor 3) f.Memperbaiki tulisan sendiri setelah mengoreksinya (skor 4)
Sebenarnya saya tidak tahu latihan kaligrafi itu
y l
menerapkan kedisiplinan, kebersihan, kehalusan
tulisan, dan keindahan karya. Makanya semua ini 14 U
n
tidak saya lakukan -
Sangat setuju
-
Setuju
-
Tidak setuju
-
Sangat tidak setuju
O t
f a
r
1
02,50%
1
02,50%
24
60,00%
14
35,00%
40
100%
Item skala bertingkat no.14 pada tabel diatas menunjukkan bahwa
D
37 santri atau 92,50% santri menyatakan bahwa mereka tidak setuju/ sangat tidak setuju atas ketidaktahuan santri (berarti mereka tahu, dan menerapkannya)
bahwa
latihan
kaligrafi
menerapkan
kedisiplinan,
kebersihan, kehalusan tulisan, dan keindahan karya. Justru mereka tahu. Sementara 3 santri atau sisanya 07,50% merupakan angka paling kecil, yang menyatakan ketidaktahuan mereka bahwa latihan kaligrafi itu menerapkan kedisiplinan, kebersihan, kehalusan tulisan, dan keindahan karya. Untuk hal ini, peneliti melakukan crosscheck melalui pengamatan atas kegiatan santri baik ketika pelatihan/ penyampaian materi di saung maupun kegiatan mandiri, dan didapati manifestasi atas reaksi reflektif tersebut sebagai berikut: a. Mempersiapkan perangkat, kertas, tinta, dan segala yang dibutuhkan (4)
108
b. Melatih atau menggoreskan berulang-ulang materi khat (skor 4) c. Latihan dengan tekun sesuai dengan jadwal pribadi masing-masing santri (skor 5) d. Memperbagus potongan kalam, menyediakan stok kertas sendiri, dan mempersiapkan tinta/ meramu tinta (skor 4) e. Memperbagus lay out dan susunan tulisan yang proporsional (skor 4) f.Membuat dan memperkaya format dan susunan (skor 3)
Saya setuju dengan setiap kebijakan pesantren,
y l
karena itu menjadikan saya disiplin dalam setiap kegiatan 15 V
-
Sangat setuju
-
Setuju
-
Tidak setuju
-
Sangat tidak setuju
n
O t
f a
12
30,00%
23
57,50%
2
05,00%
3
07,50%
40
100%
Item skala bertingkat no.15 pada tabel diatas menunjukkan bahwa
r
27 santri atau 67% santri menunjukkan sikap menerima dan menaati suatu
D
keputusan sebagai reaksi reflektif atas komitmen tanpa ada unsur paksaan. Untuk menyesuaikan jawaban responden, peneliti melakukan crosscheck melalui pengamatan, dan ternyata bahwa tidak banyak juga santri yang menerapkan kedisiplinan atas peraturan yang ditetapkan pesantren: a. Disiplin sholat subuh berjamaah di masjid (skor 3)\ b. Disiplin sholat 5 waktu (selain subuh) berjamaah di masjid (skor 4) c. Mengikuti materi kajian kitab atau keagamaan d. Aktif mengikuti kajian seni dan budaya e. Aktif mengoreksi karya (skor 3) f.Masuk ke saung tepat pada waktunya (3) g. Membuat karya tulisan sesuai dengan tugas yang diberikan (skor 3)
109
Jadi, peneliti menyimpulkan bahwa sikap santri dalam menetapkan suatu keputusan sebagai raksi reflektif atas fenomena faktor-faktor independen adalah sangat tinggi, jika dilihat dari rata-rata persentase sikap psitif santri dari item 13 sampai 15. Atau dengan menghitung total persentase dari tiap-tiap skor 95 + 92,5 + 67 = 254,5 / 3 = 84,84%. Terbuktilah bahwa sikap santri positif pada sub dimensi ini.
4. Tabel Skala Sikap “valuing” dengan sub dimensi menerima nilai
y l
Ketika hati dan fikiran tidak tenang, latihan atau menulis kaligrafi membuat hati dan fikiran saya
n
segar kembali 16 V
-
Sangat setuju
-
Setuju
-
Tidak setuju
-
Sangat tidak setuju
O t
f a
r
10
25,00%
12
30,00%
14
35,00%
4
10,00%
40
100%
Item skala bertingkat no.16 pada tabel diatas menunjukkan bahwa
D
22 santri atau 55,00% santri merasa latihan kaligrafi mampu membuat hati dan fikiran yang tidak tenang menjadi tenang kembali. Santri tersebut merasakan adanya kesenangan, sensasi tersendiri, sehingga aktifitas tersebut dinilai
sebagai
salah
satu
metode
alternatif,
yaitu
latihan
atau
mengekspresikan kaligrafi. Jika rasa ini dinilai positif, selanjutnya santri merasa puas, bahkan rindu jika kegiatan ini lama tidak digeluti lagi. Namun,
18
santri
lagi
atau
45,00%
menyatakan
sikap
ketidaksetujuan mereka. Hal ini harus kita perhatikan juga, dengan memahamkan kepada mereka bahwa walaupun kaligrafi dengan tekun atau terus menerus, namun kaligrafi mampu menjadi mediasi eksprsi kegalauan hati dan fikiran. Bisa jadi, kebanyakan ustad belum memotivasi santri hubungan antara hal ini dengan latihan kaligrafi. sebab, hasil wawancara
110
tidak ada intens kepada fungsi latihan kaligrafi terhadap ketenangan hati dan fikiran, yang ada hanya pengaruh metode (khususnya karya wisata) terhadap minat menulis kaligrafi santri.
Kalau sudah lama tidak menulis (misalnya sebulan), saya tidak semangat, walaupun saya ingin sekali menulis kaligrafi 17 U
-
Sangat setuju
5
12,50%
-
Setuju
5
12,50%
-
Tidak setuju
18
45,00%
-
Sangat tidak setuju
12
30,00%
40
100%
n
y l
O t
Item skala bertingkat no.17 pada tabel diatas menunjukkan bahwa 10 orang santri atau 25,00% santri tidak semangat menulis lagi kalau
f a
kegiatan ini sudah lama tidak dilakukan, walau pun hanya sebatas keinginan. Untuk itu, peran motivasi ustad sangat diharapkan kehadirannya (sebagaimana no. 16 diatas). Adapun sisanya, 30 santri atau 75% santri
r
masih menunjukkan antusias mereka, walau sudah lama tidak menulis
D
mereka tetap semangat, dan dibuktikan dengan tindakan, bukan sematamata keinginan belaka. Penilaian atas sikap ini memberikan pengaruh emosional santri sebagai sikap teguh untuk tetap konsisten menulis ayatayat dengan kaligrafi al-Quran. Hal ini merupakan pengaruh dari metode pelatihan yang diterapkan pesantren, khususnya latihan mandiri dengan pendekatan ego enhancement sebagaimana kajian teori sebelumnya, dan hasil pengamtan kegiatan santri dan wawancara dengan Ust. Ohan dan Ustz. Rabiatul Adawiyah.
18 U
Kalau saya merasa puas karena tulisan saya bagus, tidak perlu latihan lagi, percuma saja
111
-
Sangat setuju
6
15,00%
-
Setuju
1
02,50%
-
Tidak setuju
10
25,00%
-
Sangat tidak setuju
23
57,50%
40
100%
Item skala bertingkat no.18 pada tabel unvafourable diatas menunjukkan bahwa 7 santri atau 17,50% santri memiliki sikap yang tidak konsisten atas niatnya, yaitu jika tulisannya sudah bagus tidak perlu latihan
y l
lagi. Sebenarnya, tujuan dalam diklat ini tidak semata-mata hanya memperbagus tulisan sampai pada taraf kepuasan tertentu, akan tetapi
n
kepuasan yang tiada taranya adalah jika santri atau seorang khattat merasa rindu dan ingin/ tetap berkreasi sepanjang masa. Jadi, ukuran memperbagus
O t
hanya dinilai dari aspek visual saja, akan tetapi ukuran kepuasan batin atau emosional—seperti yang diungkapkan pak Didin pada bab I studi
f a
pendahuluan skripsi ini—dinilai dari ungkapan dan rasa keuntungan seorang khattat atas diberinya anugrah dan kesempatan mampu memvisualisasikan pesan Ilahi melalui kaligrafi secara metafisika.
r
Adapun 33 dantri atau 82,50% santri menunjukkan sikap positif
D
mereka, bahwa latihan kaligrafi tiada puasnya, sebagaimana penilaian positif mereka terhadap tulisan diatas yang tercantum dalam referensireferensi utama Lemka—umumnya tulisan dan buku pak Didin—yang dikaji melalui forum mubahasah seni dan budaya. Begitu juga ketika kata sambutan yang disampaikan pada pembukaan diklat dan pelepasan santri ketika penutupan program tahunan. Jadi, peneliti menyimpulkan bahwa sikap santri dalam penerimaan nilai secara emosional dari stimulus faktor-faktor independen (X) sebagai kepercayaan menulis ayat al-Quran adalah sangat tinggi, jika dilihat dari rata-rata persentase sikap positif dari item 16 sampai 18. Atau dengan menghitung total persentase dari tiap-tiap skor 55 + 75 + 82,5 = 212,5 / 3 = 70,83%. Terbuktilah bahwa sikap santri positif pada sub dimensi ini.
112
5. Tabel skala sikap “valuing” dengan sub dimensi organisasi nilai
Jika saya punya uang, maka sebagiannya langsung saya belikan kebutuhan kaligrafi, walau dirasa belum membutuhkannya 19 V
-
Sangat setuju
10
25,00%
-
Setuju
24
60,00%
-
Tidak setuju
5
12,50%
-
Sangat tidak setuju
1
02,50%
40
100%
y l
n
Item skala bertingkat no.19 pada tabel diatas menunjukkan sikap
O t
positif, dan bertindak sebagai respon atas keteguhannya untuk konsisten latihan menulis ayat-ayat al-Quran dengan mandiri. Oleh karena itu, 34
f a
santri atau 75% santri dari sampel yang diambil mengklasifikasikan gambaran sikap mereka dengan membeli kebutuhan kaligrafi, walau mereka kira belum terlalu perlu. Dengan sikap ini, dapat kita nilai mereka benar-
r
benar bukan hanya menerima nilai semata—sesuai kaitannya dengan skala
D
sikap no.17 – 18 diatas—tetapi benar-benar mengamalkannya secara konsisten, termasuk tindakan atas pemenuhan kebutuhan menulis kaligrafi.
Disiplin latihan mandiri dan mengerjakan tugas bukan termasuk cerminan khattat yang baik, karena santri kaligrafi atau khattat yang baik 20 U
diukur dari bagus tidaknya tulisan. -
Sangat setuju
2
05,00%
-
Setuju
7
17,50%
-
Tidak setuju
18
45,00%
-
Sangat tidak setuju
13
32,50%
113
40
100%
Item skala bertingkat no.20 pada tabel unvaforable diatas menunjukkan bahwa 9 santri atau 22,50% santri bersikap, dan bertindak kurang memenuhi kriteria sebagai santri yang baik. Mereka menilai bahwa ketaatan dan disiplin mengerjakan tugas, latihan mandiri bukan termasuk santri atau khattat yang baik. Khattat atau santri yang baik itu diukur dari tulisannya yang bagus. Padahal, untuk mencapai pada tahap tersebut, santri hendaknya memiliki sikap dan penilaian yang lebih rasional dan realistis,
y l
bahwa untuk menjadi santri/ khattat yang baik, hendaknya menyadari, menyikapi, bertindak, dan memberikan penilaian atas pentingnya latihan
n
mandiri dan mengerjakan tugas yang diberikan. Upaya ini harus dimemanifestasikan dalam tindakan untuk mencerminkan yang baik.
O t
Pertanyaan ini penulis ulangi lagi untuk kedua kalinya—tetapi tidak sama— gunanya hanya menguji kesahihan pernyataan santri sebagai penegas atas
f a
pertanyaan-pernyataan sebelumnya. Inilah bentuk klasifikasi gambaran pembentukan suatu nilai yang positif sebagaimana yang dinyatakan oleh 31 atau 77,50% santri.
r
D
Kaligrafi yang indah itu bukan hanya dilihat saja (visual), tetapi akhlaknya juga walau tulisan saya rasanya belum indah. 21 V
-
Sangat setuju
20
50,00%
-
Setuju
18
45,00%
-
Tidak setuju
1
02,50%
-
Sangat tidak setuju
1
02,50%
40
100%
Item skala bertingkat no.21 pada tabel diatas membuktikan bahwa 38 santri atau 95,00% santri menyatakan bahwa kaligrafi yang indah itu bukan hanya secara visual saja, tetapi akhlaknya juga walau tulisan rasanya
114
belum indah—padahal orang lain menyatakan tulisannya indah. Sikap ini muncul sebagai stimulus yang kuat atas emosi santri, sehingga santri terus konsisten untuk latihan mandiri, mengerjakan tugas, dan mematuhi semua peraturan yang diterapkan pesantren. Mereka menilai, sikap ini ada baiknya diterima dan diterapkan dalam setiap pribadi santri agar menjadi cerminan bahwa ia seorang berbudi luhur mudah memperoleh pengetahuan dan keahlian. Karena ia juga menilai, skill kaligrafi merupakan seni yang menyangkut agama/ al-Quran, dan ajaran-ajarannya, siapa saja yang ingin memperolehnya hendaknya berakhlak baik.
y l
Jadi, peneliti menyimpulkan bahwa sikap santri dalam menyikapi dan bertindak sebagai respon atas fenomena faktor-faktor independen (X)
n
untuk mengklasifikasikan gambaran pembentukan suatu nilai adalah sangat tinggi, jika dilihat dari rata-rata persentase sikap positif santri dari item 19
O t
sampai 21. Atau dengan menghitung total persentase dari tiap-tiap skor 75 + 77,5 + 95 = 247,5 / 3 = 82,5%. Terbuktilah bahwa sikap santri positif pada
f a
sub dimensi ini.
6. Tabel skala sikap “valuing”dengan sub dimensi pencirian nilai
r
D
Saya yakin kaligrafi menganjurkan kebersihan hati dan fikiran, dan ini selalu saya buktikan dalam keadaan suci dari hadats ketika sedang 22 V
latihan -
Sangat setuju
24
60,00%
-
Setuju
14
35,00%
-
Tidak setuju
1
02,50%
-
Sangat tidak setuju
1
02,50%
40
100%
Item skala bertingkat no.22 pada tabel diatas membuktikan bahwa 38 santri atau 95,00% santri berkeyakinan bahwa kaligrafi menganjurkan
115
kebersihan hati dan fikiran, dan mereka buktikan dalam keadaan suci dari hadats ketika akan dan sedang latihan. Peneliti juga terkadang mengamati, sebelum materi di saung, sebagian besar santri ada yang sholat duha di masjid, atau mungkin zikir walau tidak bersuara. Keyakinan ini menjadi falsafah hidupnya.
Saya yakin kaligrafi yang diperoleh dari diklat ini membentuk sikap disiplin dalam kehidupan sehari-hari 23 V
-
Sangat setuju
-
Setuju
-
Tidak setuju
-
Sangat tidak setuju
y l
n
O t
17
42,50%
21
52,50
2
05,00
0
00,00%
40
100%
f a
Item skala bertingkat no.23 pada tabel diatas membuktikan bahwa 38 santri atau 95,00% santri ternyata tidak hanya disiplin dalam latihan dan pelatihan kaligrafi—seperti pernyataan mereka pada no.14 diatas—
r
melainkan kehidupan sehari-hari. Seperti mengatur jadwal pribadi, misalnya
D
mandi sebelum pelatihan, belanja kebutuhan sesuai dengan izin pesantren, tidur dan sholat pada waktunya, makan di dapur dengan tertib dan bertanggung jawab atas perangkat makan pribadinya, tidur dan memakai semua haknya sesuai dengan proposinya. Peneliti berasumsi, mungkin faktor kedewasaan individu santri turut mempengaruhi terbentuknya falsafah hidup ini semenjak di pesantren.
Doa dan tekun latihan adalah faktor utama 24 V
semakin meningkatnya kualitas tulisan saya, dan ini selalu saya lakukan -
Sangat setuju
23
57,50%
116
-
Setuju
15
37,50%
-
Tidak setuju
1
02,50%
-
Sangat tidak setuju
1
02,50%
40
100%
Item skala bertingkat no.24 pada tabel diatas membuktikan bahwa 38 santri atau 95,00% santri memang benar-benar memantapkan kepribadiannya dengan berpandangan teguh bahwa doa dan tekun latihan merupakan faktor utama semakin meningkatnya kualitas tulisan mereka.
y l
Latihan mandiri dan mengerjakan tugas dapat peneliti ukur melalui pengamatan sebagaimana yang diungkapkan diatas, akan tetapi aktifitas
n
konkret santri berdoa sebelum atau ketika pelatihan dan latihan mandiri tidak mudah diperoleh datanya. Cukup dengan perolehan data melalui skala
O t
sikap ini saja. Akan tetapi, peneliti mencari kebenaran sikap mereka bahwa dengan berdoa (dan latihan mandiri) menjadi falsafah hidup santri ketika
f a
mengikuti program diklat, jawaban Ust. Mukhtar ternyata cocok dengan pernyataan sikap santri (lihat lampiran wawancara).
r
Saya tidak yakin, belajar kaligrafi menambah
D
keimanan saya kepada Allah SWT 25 U
-
Sangat setuju
5
12,50%
-
Setuju
1
02,50%
-
Tidak setuju
11
27,50%
-
Sangat tidak setuju
21
52,50%
40
100%
Item skala bertingkat no.25 pada tabel diatas membuktikan bahwa 6 santri atau 15,00% santri tidak yakin kaligrafi menambah keimanan mereka kepada Allah SWT, sementara 34 santri atau 85,00% sisanya yakin bahwa belajar kaligrafi menambah keimanan kepada Allah SWT. Untuk skala sikap item ini, peneliti kesulitan mencari data pendukung sebagai
117
bahan crosscheck untuk menilai keabsahan pernyataan mereka. Tetapi, manifestasi dan pandangan hidup tertinggi ini merupakan titik kulminasi yang tidak dapat terukur secara konkret, sebab ia pengalaman batin santri, dan santri sendiri yang merasakannya. Peneliti hanya memperoleh sebatas ini saja. Akan tetapi, pandangan hidup ini dapat kita pertimbangkan dari sikap dan reaksi positif santri atas segala yang berkenaan dengan diklat pesantren Lemka (mulai dari nomor pertama hingga nomor 24 skala sikap ini). Jadi, peneliti menyimpulkan bahwa sikap santri dalam pencirian
y l
atas nilai yang diperoleh dari stimulus faktor-faktor independen (X) dengan menjadikannya sebagai falsafah atau pandangan hidup adalah sangat tinggi,
n
jika dilihat dari rata-rata persentase sikap positif santri dari item 22 sampai 25. Atau dengan menghitung total persentase dari tiap-tiap skor 95 + 95 +
O t
95 + 85 = 370 / 4 = 92,5. Terbuktilah bahwa sikap santri positif pada sub dimensi ini.
D
r
f a
118
BAB VI PENUTUP
y l
A. Kesimpulan
n
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Pengaruh Diklat Kaligrafi alQuran Lemka Terhadap Minat Menulis Ayat-ayat al-Quran: Studi Kasus di
O t
Pesantren Kaligrafi al-Quran, maka dapat peneliti simpulkan bahwa: 1. Ada pengaruh diklat kaligrafi al-Quran Lemka secara signifikan terhadap
f a
peningkatan minat santri untuk menulis ayat-ayat al-Quran. Karena nilai t hitung Pearson Product Moment positif dan lebih besar dari r tabel, yaitu 0,437 > 0,320. Jadi, Ho ditolak.
r
2. Walaupun terdapat pengaruh yang signifikan, tetapi pengaruhnya sedang
D
atau tidak terlalu kuat dalam meningkatkan minat santri. Hal ini dibuktikan karena nilai r positifnya pada level sedang diantara 0,400 0,599.
3. Dengan melakukan metode observasi atas unit objek kegiatan diklat (variabel X), dan menghubungkannya dengan angket santri maka diperoleh (X2o) < (X2t.ts5%), atau 1,111 lebih kecil dari 5,991. Dapat peneliti simpulkan bahwa efektifitas pelatihan belum kuat pengaruhnya (sedang) sesuai dengan pernyataan no.2 diatas. 4. Sikap santri dalam menyadari objek yang terjadi dalam fenomena faktorfaktor independen (X) sangat tinggi, jika dilihat dari rata-rata persentase sikap positif santri dari item 1 dampai 7 dengan perolehan nilai 50 + 95 + 65 + 95 + 87, 5 + 70 + 85 = 547,5 / 7 = 78,21%.
119
5. Sikap santri dalam kemauan atas kesadaran untuk menerima dengan menggambarkan tingkah laku santri menerima stimulus dari fenomena faktor-faktor independen (X) adalah sangat tinggi, jika dilihat dari ratarata persentase sikap positif santri dari item 8 sampai 12. Atau dengan menghitung total persentase dari tiap-tiap skor 95 + 92,5 + 67,5 + 97,5 + 95 = 447,5 / 5 = 89,4%. Terbuktilah bahwa sikap santri positif pada sub dimensi ini. 6. Sikap santri dalam menetapkan suatu keputusan sebagai raksi reflektif atas fenomena faktor-faktor independen adalah sangat tinggi, jika dilihat dari
y l
rata-rata persentase sikap psitif santri dari item 13 sampai 15. Atau dengan menghitung total persentase dari tiap-tiap skor 95 + 92,5 + 67 =
n
254,5 / 3 = 84,84%. Terbuktilah bahwa sikap santri positif pada sub dimensi ini.
O t
7. Sikap santri dalam penerimaan nilai secara emosional dari stimulus faktorfaktor independen (X) sebagai kepercayaan menulis ayat al-Quran adalah
f a
sangat tinggi, jika dilihat dari rata-rata persentase sikap positif dari item 16 sampai 18. Atau dengan menghitung total persentase dari tiap-tiap skor 55 + 75 + 82,5 = 212,5 / 3 = 70,83%. Terbuktilah bahwa sikap santri
r
positif pada sub dimensi ini.
D
8. Sikap santri dalam menyikapi dan bertindak sebagai respon atas fenomena faktor-faktor independen (X) untuk mengklasifikasikan gambaran pembentukan suatu nilai adalah sangat tinggi, jika dilihat dari rata-rata persentase sikap positif santri dari item 19 sampai 21. Atau dengan menghitung total persentase dari tiap-tiap skor 75 + 77,5 + 95 = 247,5 / 3 = 82,5%. Terbuktilah bahwa sikap santri positif pada sub dimensi ini. 9. Sikap santri dalam pencirian atas nilai yang diperoleh dari stimulus faktorfaktor independen (X) dengan menjadikannya sebagai falsafah atau pandangan hidup adalah sangat tinggi, jika dilihat dari rata-rata persentase sikap positif santri dari item 22 sampai 25. Atau dengan menghitung total persentase dari tiap-tiap skor 95 + 95 + 95 + 85 = 370 / 4 = 92,5. Terbuktilah bahwa sikap santri positif pada sub dimensi ini.
120
10. Secara umum, telah terbukti minat menulis ayat-ayat al-Quran dengan kaligrafi meningkat, sesuai dengan kajian teori sebelumnya bahwa minat yang ditingkatkan/
dipengaruhi itu mampu membentuk sikap belajar
yang positif (behavioral modification).
B. Saran Walaupun ada pengaruh diklat yang positif dan signifikan, namun pengaruh yang belum kuat itu juga harus menjadi point of interest pihak praktisi diklat pesantren Lemka beserta jajarannya. Untuk itu, pesantren harus
y l
benar-benar memperhatikan dan menindaklanjuti saran-saran berikut ini: 1. Selalu terus mengadakan evaluasi, dan kalau perlu evaluasi yang bersifat
n
statistikal.
2. Untuk meningkatkan efektifitas itu, pesantren hendaknya mengadakan
O t
program pelatihan ustad, agar mereka menguasai metode bagaimana cara membina huruf yang baik dan benar, sehingga perhatian santri dapat
f a
diakomodir lebih intens. Mengapa hal ini perlu dilakukan? Karena yang kita harapkan adalah adanya umpan balik yang positif antara santri dan ustad, atau sebaliknya. Walau pun secara fakta, sikap santri telah terbentuk
r
dan minatnya makin meningkat, boleh jadi karena faktor pengalaman
D
santri yang kuat, atau kedewasaan individu/ pribadi santri, atau adanya hasrat yang besar karena ingin mengikuti MTQ semata. Sementara pesantren hanya dijadikan sebagai ‘penambah label dirinya’ dengan pengakuan dari orang lain bahwa dia dicap ‘anak Lemka’. Memang hal ini dipandang sebagai hal yang baik dan wajar, tetapi lebih baik lagi jika tiap santri menjadi benar-benar anak gemblengan Lemka. 3. Untuk meningkatkan efektifitas keahlian ustad dalam melakukan internalisasi—dalam hal ini disebut bimbingan koreksian karya, dan konsultasi segala keluhan santri—maka pesantren hendaknya mengadakan program bimbingan konseling yang terstruktur atau yang diprogramkan dengan baik, dan dijalankan dengan baik pula. Gunanya adalah agar rasa emosi santri dapat dimodifikasi sehingga 1). Membentuk sikap positif
121
untuk menerima segala stimulus dari pesantren, baik tugas, peraturan atau kedisiplinan, 2). Membentuk kesadaran atas stumulus-stimulus tadi, 3). Merasa bahwa kaligrafi merupakan seni Ilahi, dan memperolehnya harus dengan hati yang bersih, dengan cara mengamalkan ajaran agama dengan benar, baik yang bersifat amal dan etika. Sebagai akhir dari tulisan ini, penulis memberikan saran kepada khalayak umum bahwa: 1. Dalam mewujudkan diklat kaligrafi dalam bentuk apapun (kursus, ekstrakurikuler, dsb) hendaknya melakukan manajemen yang baik dan
y l
trstruktur, dan tulisan ini cukup memberikan kontribusi pemikiran, mungkin juga wawasan.
n
2. Untuk memanajemen pelatihan yang serupa, hal yang paling utama hendaknya belajar dari kesuksesan Pondok Pesantren Lemka Sukabumi.
D
r
f a
O t
122
DAFTAR PUSTAKA
Abror, Abdul Rahman, Psikologi Pendidikan, Yogya: PT. Tiara Wacana, 1993 Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000 Afifi, Fauzi Salim Cara Mengajar Kaligrafi:Pedoman Guru, Penerjemah
y l
Sirojuddin AR, Jakarta: Darul Ulum Press, tt
D.
Al-Faruqi Ismail R. dan al-Faruqi, Louis Lamya, Atlas Budaya Islam. Penerjemah
n
Ilyas Hasan Bandung: Mizan, 2001.
Ambary, Hasan Muarif, Menemukan Peradaban Jejak Arkeologis dan Historis
O t
Islam Indonesia, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001 Arimanda W Frista, ,
Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jombang: Lintas
f a
Media, tt
As-Suyuthy, Jalaluddin Abdurrahman bin Abu Bakar, Al-Jami’ Ash-Shaghir., (Indonesia: Daar Ihya al-Kutub al-Arabiyah, tth
r
Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium
D
Baru, (Jakarta: Kalimah, 2001 Bernstein, Doughlas A. & Nash, Peggy W, Essencial of Psycholgy, New York: Houghton Mifflin Company, 1999 Bousnina, Mongi, “The International Symposium on Islamic Civilization in Shouthern Africa, Johannesburg, 1-3 September 2006”, ed., IRCICA Activities, Nesletter May-August 2006, No. 70, Istambul: IRCICA Publishing, 2006, h. 10. Budiharjo dkk., Kamus Psikologi, Semarang: Dahara Prize, 1991 Chaplin, J.P, Kamus Lengkap Psikologi, terj. Dictionary of Psychology, Jakarta: Rajawali Grafindo Persada, 2006 Colman, John E, The Master Teaching and the Art of Teaching, USA: Pitman Publishing Corp., 1967
123
Departemen Informatika dan Kontak Kelembagaan Lemka, Mengenal Pesantren Kaligrafi al-Quran Lemka sukabumi, Jawa Barat: Mengaji, dan Berkreasi di Kampus Seniman Muslim, Jakarta: Studio lemka, 2002 Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, Jakarta, PT. Adi Mahasatya, 2002 El-Iskandar, Boby Es-syawal, “Mengembangkan Seni Baca Tulis Al-Quran (BTQ), Mengaji dan Berkreasi (Spesifikasi Kitabah): Usaha Memasukkan BTQ ke Dalam Kurikulum Sekolah,” disampaikan pada kegiatan Pesantren Kilat Gema Ramadhan di Graha Masjid Qolbun Salim Masjid Agung Kota Sukabumi, November 2003/1424
y l
Gazalba, Sidi, Mesjid Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam, Jakarta: Zikra AlHusna, 2001
n
Geertz,Cliffort, Abangan Santri, Priyayi Dalam Masyarakat Jawa, penerjemah Aswab Mahasin (judul asli: The Relegion of Java), Jakarta: Dunia
O t
Pustaka Jaya, 1983
Gilson, Thomas, IndoDic e-kamus Versi 1.0, Indodic Media, Copyright 2007.
f a
Karim Husain, Abdul, Seni Kaligrafi, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1985 Khalid, Amru, Romantika Nabi Yusuf: Meneladani Adversity Quotient (AQ) Nabi Yusuf, penerjemah Sarwedi Lc & Heri Effendi dari judul asli Yusuf
r
Alaihissalam, Jakarta: Pustaka Maghfirah, 2004
D
Langgulung, Hasan, Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta: Al-Husna Zikra, 2000 Makin, Nurul, Kapita Selekta Kaligrafi Islami, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1995 Mappiare,Andi, Psikologi Orang Dewasa, Surabaya: Usaha Nasional, 1993 Maydina, “Tuker Pikiran: Pilih Mana... Pendidikan atau Pelatihan”, artikel diakses pada 30 Oktober 2008 dari http://maydina.multiply.com Mazur, James E, "Learning." Microsoft® Encarta® 2009 [DVD]. Redmond, WA: Microsoft Corporation, 2008. Artikel diakses pada 30 Oktober 2009 dari Microsoft ® Encarta ® 2009. © 1993-2008 Microsoft Corporation. Mufarrihah, Nunung, “Hubungan Antara Minat dengan Prestasi: Studi Kasus di Pesantren Kaligrafi Al-Quran Lemka Sukabumi,” Skripsi S1 Fakultas
124
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Kependidikan Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: 2004 Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998 Newsam, Peter, “Training and Trainee: The Principles and Methods in Transforming Skills”, Microsoft® Encarta® 2009 [DVD]. Redmond, WA: Microsoft Corporation, 2008. Nuraida, Diktat Kuliah Metodologi Penelitian: pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif, Ciputat: Aulia Com, 2007 Nurkanca, Wayan, & Sumartana,P.P.N, Evaluasi Pendidikan Islam, Surabaya:
y l
Usaha Nasional, 1998.
Prayitno, Dwi, Mandiri Belajar SPSS, Yogyakarta: Mediakom, 2008
n
Rahmat, Jalaluddin, Psikologi Komunikasi, Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2001
O t
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2002. Rasito, Hermawan, Pengantar Metodologi Penelitian, Jakarta, Gramedia Pustaka
f a
Utama, 1992
Richey, Robert W, Planning and Teaching: an Introduction to Education, 4th edition USA: Mc. Graw-Hill Inc, 1968
r
Sabri, Alisuf, Psikologi Pendidikan, Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 2007
D
Sawrey, James M, & Telford, C.W, Educational Psychology, 3rd edition, Boston: Allyn & Bacon Incorporation, 1969 Shadily, Hasan, Ensiklopedi Umum, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1983 Shihab, M. Quraih, et.all, Sejarah dan Ulumul Quran, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001 Sidi, Indra Djali, Menuju Masyarakat Belajar:Menggagas Paradigma Baru Pendidikan Islam, Jakarta: Paramadina dan Logos Wacana Ilmu, 2001 Sirojuddin AR, Didin, “Di Depan Kesempurnaan Wahyu” , Panji Masyarakat. II, 13-01-1999 ___________, Koleksi Karya-karya Kaligrafi Master, Jakarta, Darul Ulum Press, 2008
125
___________, Seni Kaligrafi Islam, Bandung: Remaja Rosda karya, 1992 ___________, Seni Kaligrafi Islam, Bandung: Remaja Rosda karya, 1992 ___________, Tentang Lemka; dan Desain Pengembangan Seni Kaligrafi Islam di Indonesia, Jakarta, Studio Lemka Fakultas Adab IAIN Syahid Jakarta, 1992 ___________,
Gores Kalam Butir-butir Pemikiran Sekitar Pengembangan
Pengembangan Seni Kaligrafi Islam di Indonesia, Jakarta: Lemka, 1994 ___________, Koleksi Karya Master Kaligrafi Islam, Jakarta: Darul Ulum Press,
y l
2007
___________, Mengembangkan Seni Kaligrafi: Melalui Pembinaan Intensif dan
n
Terstruktur, disampaikan pada pembinaan para pembina LPTQ Kab/Kota dan Propinsi Banten, Rangkasbitung: 9-10 Maret 2005
O t
___________, Pelatihan Kaligrafi Menyongsong MTQ, Jakarta:Studio Lemka, tt ___________,
Sekeliling
Festival
Istiqlal
II
Kaligrafi
dan
Ide-ide
f a
pengembanannya, Jakarta: Lemka Studio, 1995 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: PT. Adi Mahasatya, 2002
r
___________, Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001
D
Stephen J, The Penguin Dictionary of Psychology, Great Britain: Hazell Watson & Viney Ltd, 1981 Steven, Alan M. & Tellings, A. Ed Schimidgall, Kamus Lengkap IndonesiaInggris, terj. A Comprehensive Indonesia-english Dictionary, Jakarta: Mizan, 2008 Stone, David R. & Neilsen, Elwin C, Educational Psychology: The Developpment of Teaching Skills, (New York: Harper & Row Publisher, 1982 Sudijono,Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1987 Sudjana, Nana, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung, Sinar Biru, 1989 Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004
126
___________, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001 Syaharuddin, Kaligrafi al-Quran dan Metodologi Pengajarannya, Jakarta: Studio Lemka Depbinkat, 2000 Tafsir, Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung; Remaja Rosda Karya, 1997 Temyang, A.M Arifin, Risalah Didaktif Umum Seri Pertama, Jakarta, Sapta Darma, tt The New Oxford Dictionary of English, program aplikasi komputer dari i-Finger
y l
Corp, 2006
Thompson, George G. & Gard, Eric F, Educational Psychology, New York:
n
Appleton Century Crofts. Inc, 1959
Tim 7 Lemka, Pak Didin Sirojuddin Menabur Ombak Kaligrafi: Cuplikan Media,
O t
Jakarta: Studio Lemka, 2002
Tim Penyusun Direktori Depag, Direktori Pesantren Jawa Barat, Jakarta:
f a
Departemen Agama RI, 2007 Undang-undang
Tentang
Sistem
Pendidikan
Nasional
dan
Pengaturan
Pelaksanaannya: UURI No. 2 Th. 1989, Jakarta: Sinar Grafika, 1993
r
Usman, M. Basyiruddin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: Ciputat
D
Press, 2002
Warren, Howard C, Dictionary of Psychology, Massachussets: Houghton Mifflin Company, 1934 Witherington, H.C., , Psikologi Pendidikan, penerj. Buchairi. Jakarta: Aksara Baru, 1989 www. wikipedia.org “Minat dan Aktifitas Mahasiswa Baru IAIN Sunan Kalijaga”, artikel dikutip pada tanggal 15 Oktober 2008 dari http.//www.uin- suka. info/index. php? option= com. Frontpage &Itemid=1.
127
Lampiran 1. Kata pengantar kuesioener INSTRUMENT PENGUMPULAN DATA PENGARUH DIKLAT KALIGRAFI LEMKA TERHADAP MINAT MENULIS AYAT-AYAT AL-QURAN: STUDI KASUS DI PESANTREN KALIGRAFI AL-QURAN LEMKA
Assalamu’alaikum Wr. Wb Dalam rangka menyelesaikan tugas skripsi, saya sangat mengharapkan bantuan
y l
saudara/i untuk bekerja sama dalam menjawab daftar isian ini dengan objektif, tanpa ada pengaruh dari manapun. Tidak ada jawaban yang benar ataupun salah,
n
sebab jawaban yang diharapkan adalah sesuai dengan pendapat, kondisi, atau pengalaman anda.
O t
Atas bantuan dan kerjasama anda yang baik, saya ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb
D
r
f a
Sukabumi,
21
November
2008 Mahasiswa FITK/PAI UIN Syahid Jakarta
128
Lampiran 2. Angket variabel X
ANGKET DIKLAT KALIGRAFI AL-QURAN PESANTREN LEMKA
Petunjuk: 1. Dibawah ini terdapat sejumlah pertanyaan dan jawaban yang tersedia.
y l
2. Perhatikan dengan cermat pertanyaan demi pertanyaan. 3. Isilah pada kolom jawaban yang tersedia di hal. 4.
n
4. Tentukan pertanyaan sesuai dengan fakta yang kamu alami dengan sebenarbenarnya.
O t
5. Tentukan pernyataan sesuai dengan apa yang kamu alami dan sebenarbenarnya.
f a
6. Kemudian berilah tanda silang ( X ) pada alternatif kolom jawaban yang tersedia pada lembar jawaban.
7. Tidak dibenarkan memberikan alternatif jawaban yang lain kecuali yang telah
r
tersedia.
D
8. Terima kasih atas perhatiannya. No Item Pertanyaan
1. Apakah semua ustad memperlihatkan contoh karyanya sendiri (atau karya master) kepada anda ketika menyampaikan materi kaligrafi di saung? a. Sering sekali, setiap kali pertemuan b. Jarang sekali, seminggu 2 kali c. Hampir tidak pernah
2. Apakah semua ustad membandingkan contoh huruf yang tepat kaidahnya dan yang tidak tepat? a. Ya, Sering sekali setiap tatap muka
129
b. Ya, Jarang sekali setiap tatap muka c. Hampir tidak pernah
3. Setiap kali koreksian karya, apakah semua ustad menggoreskan huruf dengan indah dan bentuk hurufnya wajar, baik putaran, lengkungan, terlentang? a. Ya, Sering sekali setiap tatap muka b. Ya, Jarang sekali setiap tatap muka c. Hampir tidak pernah
y l
4. Dalam teori pendidikan dan pelatihan, pesantren berkewajiban memenuhi
n
kebutuhan santri, termasuk bagaimana teknik menguraikan huruf, kemudian menganalisa huruf tunggal, sambung, dan bagaimana
O t
menyusunnya kembali. Apakah hal inisering dilakukan oleh semua ustad yang pernah menyampaikan materi disini?
f a
a. ya, sangat sering b. ya, tapi jarang
c. ya, sekali-kali saja
r
D
5. Pelatihan tentunya membutuhkan peran ustad atau senior untuk membina anda ketika penyampaian materi di saung. Minimal 3 orang untuk memperagakan teknik agar semuanya kebagian arahan. Apakah di pesantren ini menerapkan hal diatas? a. Ya, diterapkan b. Ya, tetapi kadang-kadang c. Ya, hanya sesekali saja
6. Apakah ustad/ pembimbing yang pernah menyampaikan materi di saung memiliki wawasan kaligrafi yang luas sehingga anda dapat memahami penjelasan ustad? a. Ya, hampir semuanya
130
b. Ya, hanya beberapa orang saja c. Cuma satu atau dua orang saja
7. Apakah ustad/ pembimbing yang pernah menyampaikan materi di saung benar-benar mahir menguasai 7 gaya khat, sehingga anda merasakan kesan yang mendalam? a. Ya, hampir semuanya b. Ya, hanya beberapa orang saja c. Cuma satu atau dua orang saja
y l
8. Anda pasti pernah mendengar, dan memahami hadits yang artinya: “khat
n
itu rahasianya ada pada pengajaran ustad...”
Hadits diatas menganjurkan kita harus koreksian tulisan agar diberikan
O t
rahasia-rahasia baik berupa teknik, saran, atau tips tertentu. Apakah hal tersebut pernah dilakukan oleh semua ustad yang pernah
f a
membimbing anda?
a. Ya, sering sekali
b. Ya, kadang-kadang
r
c. Cuma 1 kali atau 3 kali menurut pengalaman saya
D
9. Apakah pesantren meyediakan pelayanan bimbingan dan konseling untuk memahami kebutuhan psikologis anda dalam diklat ini? a. Ya, ada dan diprogramkan b. Ya, walaupun tidak diprogramkan cukup konsultasi saja dengan ustad atau senior c. Tidak ada
10. Apakah pesantren benar-benar menerapkan peraturan dan mengontrol agar santri disiplin menghadiri jadwal materi tepat pada waktunya? (bukan hanya kaligrafi saja loh...) a. Ya, selalu diterapkan dengan baik
131
b. Ya, kadang-kadang c. Tidak berjalan
11. Apakah anda memperoleh teknik-teknik baru dari lingkungan belajar di pesantren? a. Ya, selalu saya dapatkan dan saya terapkan dalam latihan b. Ya, tapi susah sekali mendapatkannya c. Saya tidak pernah berfikir demikian, apalagi menerapkannya
y l
12. Apakah ustad atau tradisi di pesantren menganjurkan setiap kali latihan hendaknya anda berwudhu?
n
a. Ya, dan sering saya lakukan b. Ya, jarang sekali saya lakukan
O t
c. Tidak pernah dianjurkan, makanya tidak saya lakukan
f a
13. Bagaimana menurut anda, jika materi kajian seni budaya diterapkan di pesantren ini?
a. Bagus sekali, sebab sesuai dengan materi kaligrafi
r
b. Sebaiknya jangan terlalu sering, sekali dalam sebulan saja
D
c. Tidak sesuai, karena saya masuk ke sini hanya mempelajari kaligrafi saja
14. Bagaimana menurut anda, jika materi kajian kitab klasik atau nahwu sharaf dan materi al-Quran diterapkan di pesantren ini? a. Bagus sekali, sebab sesuai dengan materi kaligrafi b. Sebaiknya jangan terlalu sering, sekali dalam sebulan saja c. Tidak sesuai, karena saya masuk ke sini hanya mempelajari kaligrafi saja
132
15. Apakah pesantren menerapkan evaluasi di kalangan santri secara berkala (misalnya perbulan, dwi bulanan, atau triwulan) untuk meningkatkan kemampuan anda? a. Ya, diterapkan dan berjalan dengan baik b. Ya, penerapannya kurang maksimal c. Tidak berjalan
16. Pesantren menghadirkan seniman kaligrafi atau pelukis terkenal agar dapat menambah wawasan dan memotivasi anda, apakah usaha ini bermanfaat
y l
bagi anda? a. Ya, sangat bermanfaat
n
b. Ya, cukup bermanfaat c. Tidak bermanfaat sama sekali
O t
17. Apakah program mengunjungi tempat-tempat seni yang diadakan oleh
f a
pesantren mampu menambah inspirasi anda? a. Ya, sangat memotivasi
b. Ya, tetapi tidak begitu berarti
r
c. Tidak memotivasi sama sekali
D
18. Apakah program mengunjungi alam yang indah (contohnya di PH atau mana saja) sambil berkreasi kaligrafi kaligrafi menambah motivasi anda? a. Ya, sangat memotivasi b. Ya, tetapi tidak begitu berarti c. Tidak memotivasi sama sekali
19. Apakah penggunaan media papan tulis cukup memadai dalam penyampaian materi? a. Tidak, justru harus memakai media teknologi juga b. Ya, kurang memadai c. Ya, sangat memadai
133
Lampiran 3. Angket skala sikap
ANGKET SKALA BERTINGKAT MINAT AKIBAT DIKLAT KALIGRAFI AL-QURAN
y l
Petunjuk:
1. Dibawah ini terdapat sejumlah pernyataan mengenai diri anda selama
n
mengikuti program diklat.
2. Pahami dan rasakan dengan cermat setiap pernyataan.
O t
3. Tidak ada penilaian baik dan buruk, benar dan salah.
4. Tentukan pernyataan sesuai dengan apa yang kamu alami dengan sebenar-
f a
benarnya.
5. Kemudian berilah tanda silang ( √ ) pada alternatif kolom jawaban SS (sangat setuju, S (setuju), TS (tidak setuju), dan STS (sangat tidak setuju).
r
6. Tidak dibenarkan memberikan alternatif jawaban yang lain kecuali yang telah tersedia.
D
7. Terima kasih atas perhatiannya.
N
ITEM PERTANYAAN
o 1
U Bangunan pesantren ini bukan salah satu faktor yang membuat saya semangat latihan
2
V Kekaguman saya pada ustad atau senior mampu memotivasi saya untuk bisa seperti mereka
3
U Saya tidak termotivasi dengan diklat di sini, justru MKQ tiap tahun lhoo... yang yang
SS
S
TS
STS
134
menambah motivasi saya 4
V Tersedianya buku panduan latihan kaligrafi (jiplakan atau sejenisnya) disini mempermudah proses latihan saya secara mandiri
5
V Semua ustad yang mengajar disini bertanggung jawab sesuai dengan tugasnya
6
U Saya merasa tidak pernah atau jarang mendapatkan perhatian dari ustad atau pun senior disini
7
apakah sudah tepat dengan kaidah atau belum 8
O t
V Mengekspresikan kaligrafi membuat beban fikiran saya ringan
10
n
V Latihan kaligrafi lebih mengasyikkan daripada sering terlibat nogkrong di warung
9
f a
U Mengikuti contoh kaidah huruf lebih penting dan sering saya lakukan daripada selalu
r
memperhatikan penjelasan ustad senior disini ketika memberi contoh di depan, tidak ada
D
faedahnya 11
V Saya selalu menjiplak tulisan dari modul kaidah huruf kaligrafi
12
V Setelah penjelasan materi kaidah huruf, saya langsung mempraktekkan
13
V Menurut saya, kaligrafi itu banyak rahasianya. Semakin banyak mengetahui rahasia tekniknya maka semakin cepat perubahan kualitas tulisan saya
14
y l
V Saya sering mengoreksi tulisan saya sendiri
U Sebenarnya saya tidak tahu latihan kaligrafi itu menerapkan kedisiplinan, kebersihan, kehalusan
135
tulisan, dan keindahan karya. Makanya semua ini tidak saya lakukan 15
V Saya setuju dengan setiap kebijakan pesantren, karena itu menjadikan saya disiplin dalam setiap kegiatan
16
V Ketika hati tidak tenang, latihan atau menulis kaligrafi membuat fikiran saya segar kembali
17
U Kalau sudah lama tidak menulis (misalnya sebulan), saya tidak semangat, walaupun saya
y l
ingin sekali menulis kaligrafi 18
U Kalau saya merasa puas karena tulisan saya
n
bagus, tidak perlu latihan lagi, percuma saja 19
V Jika saya punya uang, maka sebagiannya
O t
langsung saya belikan kebutuhan kaligrafi, walau dirasa belum membutuhkannya 20
f a
U Terlalu memperhatikan bagaimana teknik
menulis ustad ketika penyampaian materi tidak
r
begitu berarti bagi saya, cukup dengan melihat buku dan perbanyak latihan. 21
D
V Kaligrafi yang indah itu bukan hanya dilihat saja (visual), tetapi akhlaknya juga walau tulisan saya rasanya belum indah.
22
V Saya yakin kaligrafi menganjurkan kebersihan hati dan fikiran, dan ini selalu saya buktikan dalam keadaan suci dari hadats ketika sedang latihan
23
V Saya yakin kaligrafi yang diperoleh dari diklat ini membentuk sikap disiplin dalam kehidupan sehari-hari
24
V Doa dan tekun latihan adalah faktor utama
136
semakin meningkatnya kualitas tulisan saya, dan ini selalu saya lakukan 25
U Saya tidak yakin, belajar kaligrafi menambah keimanan saya kepada Allah SWT
Lampiran 4. Pedoman Kegiatan dan Jadwal Pelajaran Semester I
JADWAL MATERI KHAT NASKHI SANTRI DIKLAT 2008-2009
September Oktober
23 24 26 28 30 31 2 4 6 7 9 11 13 14 16 18 20 21 23 18 20 21 23 25 27 28 30
Agustus 2008
TGL BLN
HARI
MATERI
Sabtu Minggu Selasa Kamis Sabtu Minggu Selasa Kamis Sabtu Minggu Selasa Kamis Sabtu Minggu Selasa Kamis Sabtu Minggu Selasa Sabtu Minggu Selasa Kamis Sabtu Minggu Selasa Kamis
Muqodimah Kreasi Santri ك- أ Evaluasi/Komposisi ب- ل Kreasi Santri Evaluasi/Komposisi ع- ج Evaluasi/Komposisi Kreasi Santri و- ر- د Evaluasi/Komposisi ص- س Kreasi Santri Evaluasi/Komposisi ق- ف Evaluasi/Komposisi Kreasi Santri م- ط Evaluasi/Komposisi Kreasi Santri ھـ- ن Evaluasi/Komposisi ى- ء- ﻻ Kreasi Santri Komposisi Ujian Naskhi
D
PI
Rahmawati/ Rabiatul A Mukhozin/Hilmi Samsul / Abd. Rahman Ridwan/ Hilmi Mukhozin/ Rahmawati Mukhozin/ Ohan Zaenudin R/ Rabiatul A Husnul Khotimah/ Nurul Zaenudin R/ Iman Boby El-Syawal, S.Ag Zaenudin R/ Ohan Hilmi/ Rahmawati Mukhozin/ Iman Zaenudin R/ Rabiatul A Hilmi/ Samsul Husnul Khotimah/ Nurul Ardiyanto, S.S Zaenudin R/ Hilmi Mukhozin/ Rabiatul A Mukhozin/ Walkhotimi Zaenudin R/ Nurul Husnul Khotimah/ Rahmawati Hilmi/ Iman Boby El-Syawal, S.Ag Zaenudin R/ Ohan Hilmi/ Nurul Mukhozin/Walkhotimi Zaenudin R/ Rahmawati Hilmi/ Iman Husnul Khotimah/ Rabiatul A Ardiyanto, S.S Hilmi/ Samsul Zaenudin R/ Rabiatul A Husnul Khotimah/ Nurul Zaenudin R/ Ohan Boby El-Syawal, S.Ag Hilmi/ Iman Mukhozin/ Rabiatul A Mukhozin/ Walkhotimi Zaenudin R/ Nurul Zaenudin R/ Samsul Husnul Khotimah/ Rahmawati Ardiyanto, S.S Hilmi/ Iman Mukhozin/ Nurul Pengurus Ramawati/ Rabiatul A
n
O t
f a
r
y l
PENGAJAR PA
Koprasi Madrasah/ Saung Ekspresi Koprasi Madrasah/ Saung Ekspresi Koprasi Madrasah/ Saung Ekspresi Koprasi Madrasah/ Saung Ekspresi Koprasi Madrasah/ Saung Ekspresi Koprasi Madrasah/ Saung Ekspresi Koprasi Madrasah/ Saung Ekspresi
137
Lampiran 5. Jadwal pengajar santri diklat
Desember
8 9 11 13 15 16 18 20 22 23 25 27 29 30 2 4 6 7 9 11 13 14 16 18 20 21 23 24
November
TGL BLN
HARI Sabtu Minggu Selasa Kamis Sabtu Minggu Selasa Kamis Sabtu Minggu Selasa Kamis Sabtu Minggu Selasa Kamis Sabtu Minggu Selasa Kamis Sabtu Minggu Selasa Kamis Sabtu Minggu Selasa Kamis
JADWAL PENGAJARSANTRI DIKLAT 2008 MATERI TSULUS PENGAJAR MATERI A+ B
ك- أ Kreasi Santri Evaluasi/Komposisi ب- ل Kreasi Santri Evaluasi/Komposisi ع- ج Evaluasi/Komposisi Kreasi Santri و- ر- د Evaluasi/Komposisi ص- س Kreasi Santri Evaluasi/Komposisi ق- ف Evaluasi/Komposisi Kreasi Santri م- ط Evaluasi/Komposisi ھـ- ن Kreasi Santri Evaluasi/Komposisi ى- ء- ﻻ Evaluasi/Komposisi Kreasi Santri Evaluasi/Komposisi Ujian Tsulus
D
y l
Boby El-Syawal, S.Ag Walkhatimi/Hilmi Ridwan Hilmi/Ridwan Walkhotimi Safari Seni Jelekong Santri Ridwan/Walkhotimi Hilmi Hilmi/ Ridwan Walkhotimi Walkhatimi/Hilmi Ridwan Ardiyanto, S.S Walkhatimi/Hilmi Ridwan Ridwan/Walkhotimi Hilmi Hilmi/ Ridwan Walkhotimi Boby El-Syawal, S.Ag Hilmi/ Ridwan Walkhotimi Walkhatimi/Hilmi Ridwan Hilmi Ridwan/Walkhotimi Santri Hilmi Ridwan/Walkhotimi Hilmi/ Ridwan Walkhotimi Walkhatimi/Hilmi Ridwan Boby El-Syawal, S.Ag Walkhatimi/Hilmi Ridwan Hilmi Ridwan/Walkhotimi Hilmi/ Ridwan Walkhotimi Ardiyanto, S.S Walkhatimi/Hilmi Ridwan Panitia
n
O t
f a
r
C Walkhatimi/ Nurul
Ridwan/Hilmi
PI
Rahmawti Nurul
Rabiatul Adawiyah Rahmawti Nurul Rahmawti Nurul Rabiatul Adawiyah Rabiatul Adawiyah Rahmawti Nurul Rahmawti Nurul Rabiatul Adawiyah Nurul Rabiatul Adawiyah Rahmawti Rahmawti
138
Lampiran 6. Jadwal Hari Efektif Pelatihan
JADWAL KEGIATAN BELAJAR EFEKTIF SANTRI ANGKATAN 2008-2009 HARI
19.00-20.30
Jumsih
JUM'AT SABTU
Bahtsul Masail
Kaligrafi
MINGGU
Olah Raga
Kreasi Santri
SENIN
Bahtsul Masail
SELASA
Tilawah
RABU
Bahtsul Masail
KAMIS
Kreasi Mandiri *
Keterangan:
y l
WAKTU 09.00-11.00
05.15-06.15
f a
r
n
O t Kreasi Mandiri *
Diskusi Budaya
Kreasi Mandiri *
Kaligrafi
Teacing Simulastion
Kreasi Mandiri *
Kreasi Mandiri *
Kaligrafi
Yasin Jamaah
* Bukan tatap muka/ belajar berkarya masing-masing Wajib hadir 10 menit sebelum dimulai Jawal sewaktu-waktu bisa berubah sesuai sikon
D
Teaching Simulation
139
Lampiran 7. Tugas Mandiri Menuju Persiapan MTQ
y l
n
D
r
f a
O t
140
MATERI JADWAL PELATIHAN MENUJU MTQ M A TE RI NO
TANGGAL Naskah
Mushaf
Dekorasi
1
2 –4 Jan.
QS. 9:53-54
QS. 7:1-5
QS.13:27-28
2
5-7 Jan.
QS. 8:41
QS. 99:1-8
QS.13:30
3
8-10 Jan.
QS. 8:42
QS. 102:1-8
QS. 14:35-36
4
11-13 Jan.
QS. 10:14-15
QS. 104:1-9
QS. 14:37
5
14-16 Jan.
QS. 11:84-85
QS. 107:1-7
QS. 18:28
6
17-19 Jan.
QS.12: 39-40
QS. 109:1-6
QS. 18:29
7
20-22 Jan.
QS. 12: 103-106
QS. 97:1-5
QS. 19:16-18
8
23-25 Jan.
QS. 13:6-7
QS. 95: 1-8
QS. 19:30-32
9
26-28 Jan.
QS.13:8-10
QS. 93:1-8
10
29-31 Jan.
QS. 13:17
11
1-3 Feb.
QS. 14:32-33
12
4-6 Feb.
QS. 14:38-40
13
7-9 Feb.
QS. 16:92
14
10-12 Feb.
QS. 16:94-95
15
13-15 Feb.
16
n
O t QS. 88:1-8
QS. 83:1-8
y l
QS. 19:59-60 QS. 21:4-5 QS. 21:10-12
QS. 82:1-8
QS. 22:25
QS.81:1-10
QS. 22:30
QS. 78:1-13
QS. 24:43
QS. 16:105-106
QS. 76:1-6
QS. 24:46-47
16-18 Feb.
QS. 73:1-9
QS. 7:75
17
19-21 Feb.
QS.18:29
QS. 71:1-6
QS. 7:76-77
18
22-24 Feb.
QS. 21:46-47
QS. 67:1-4
QS. 7:71
19
D
QS. 18:28
25-27 Feb.
QS. 21:51-54
QS. 62:1-3
QS. 4:47
20
28/2-1/3
QS. 22:26-27
QS. 23:1-7
QS. 4:48-49
21
2-4 Mar.
QS.22:28-29
QS. 61:1-4
QS. 4:148-149
22
5-7 Mar.
QS.24:36-37
QS.40:1-4
QS. 6:54
23
8-10 Mar.
QS. 27:27-30
QS. 27:1-4
QS. 6:59
f a
r
Catatan: - Harap dilaksanakan dengan baik untuk mencapai kualitas terbaik..!!! - Kesempatan tidak terulang 2x..!!!
Lampiran 8. Daftar Nama-Nama Pembimbing Santri 2008
141
Pemb: Ust. Ohan
Pemb: Ust. Iman
Pemb: Ust. Husaeni
Hendri Junaedi
Abd. Rohim
Zekrianto
Ahmadi Asnur
Ali Barokah Hidayat
Zul 'Aqli
Azri Rohim
Ahmad Murtadho
Zainurrahman
Bagus Priyanto
Afrizal
Hairil Anwar
Budi Darmaja Kusuma
Ahmadi
Ismail Al-Latif
Didin Farihin
Asri Rahman
Ikhwan Hanafi
Imam Syafi'i
Abd. Malik Pellu
Kadarisman
Suwito
Bisri Mustofa
Asep Kartawijaya
Pemb: Ust. Mukhozin
y l
Pemb: Ust. Hilmi
n
Ahmad Yani
Abd. Muis
Anggi Farhan
Arie Johar Alamsyah
O t
Dedi Mustofa
Jajang Afif
Mustafid Sahula Syamsul Ma'arif
f a
Yusuf Muslih Yusuf Febrianto
r
Muhammad Rajiman
D
Pemb: Ust. Samsul
M. Dery Aldiansyah Munadian Nur
Muhammad Khoiruli
Muftaridi
Safruddin
M Nurul Anwar
Sahlun
Nurul Azmi
Khozinatul Asror
Julansyah
Lukman Hakim
Aa Nugraha
Pemb: Ust. Rizwan
Pemb: Ust. Zaenudin Rais
Umaruzzaman
Firmansyah
Iskandar
M. Arifin
Husnul Mujahidi
Suherman
Hikromin
Syukron Makmun
Muhib Ali Hasan Ristia
Supriatno Saputra
Rudi Muhammad
Tohari Darwan
Sulaiman
Wahyudin
Santoso
Zahari Pemb: Ustz. Rahmawati
142
Pemb: Ustz. Husnul Asmahwati
Inoeng Fonna
Dewi Puspa Jahratul Haim
Ivo Milawati
Dian Suryana
Jumiati
Eka Rahmawati
Khotimatul Husna
Hafifah
Lisnur Azizah Mitra
Pemb: Ustz. Nurul Hikmah
Pemb: Ustz. Rabiatul Adawiyah
Nurreni
Revina Zaini Restia
Nurhabibah
Siti Mahmudah
y l
n
O t
Putriani
Ulya Agustina Marzuqoh
Ru'yatul Uyun
Wartiningsih
r
f a
D
Lampiran 9. Dokumentasi kegiatan santri
143
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Gambar 4
y l
n
f a
Gambar 5
r
D
O t
Ket: Gbr 1. Kunjungan dekan Fak. Adab & Humaniora Gbr 2. Dialog/ diskusi wawasan seni Gbr 3. Kunjungan seni Islami dari Brunei Darussalam
Gambar 6
Gbr 4. Kunjungan seni Islami dari Brunei Darussalam Gbr 5. Suasana pelatihan di saung ekspresi Gbr 6. Suasana pelatihan, tampak dua orang pembimbing sedang mengontrol kelas
144
Gambar 7
Gambar 8
y l
n
f a
Gambar 9
r
D
O t
Gambar 11
Gambar 10
Gambar 12
145
Ket: Gbr 7 Kegiatan mengunjungi Iranian & Islamic Art Exhibition Gbr. 8 kegiatan pelatihan, tampak seorang ustad/ pembimbing sedang mengontrol kelas Gbr. 9 kegiatan latihan mandiri secara kelompok
Gbr. 10 kegiatan latihan mandiri secara kelompok Gbr. 11 kegiatan koreksian karya kepada pembimbing tertentu Gbr. 12 kegiatan koreksian dalam nuansa ekspresif dan santai
y l
n
D
r
f a
O t