PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE 7E TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIK SISWA
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Disusun Oleh: Citra Humaira Firdaus NIM: 109017000103
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI Skripsi berjudul "Pengaruh Model Learning Cycle 7E Terhadap Kemampuan
Koneksi Matematik Siswao' disusun oleh Citra Humaira firdaus, Nomor Induk Mahasiswa 109017000103, Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak
untuk diujikan pada sidalg munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 10 April 2014
Yang Mengesahkan,
Pembimbing I
Pembimbing
II
Eva Musyrifah. S.Pd. M.Si
NIP. 19790601 200604 2 004
NIP.19820528 201101 2 011
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASAH Kemampuan Skripsi berjudul Pengaruh Model Leurning Cycle 7E Terhadap Koneksi Matematik Siswa disusun oleh CITRA HUMAIRA FIRDAUS
Nomor Induk Mahasiswa 109017000103, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan uIN Syarif Hidayatullah Jakarta dar telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 23 April 2014 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana 51 (S'Pd) dalam bidang Pendidikan Matematika. Jakarta,23 APril 2014
Panitia Ujian Munaqasah Tanggal Ketua Panitia (Ketua
Jurusan)
M.Pd
Dr. Kadir. NrP. 19670812 199402 1 001 Sekretaris (Sekretaris Jurusan)
-.,
/
.....11.{'
It,y
Ahdul Muin. M.Pd NrP. 19751201 200604 1 003
.7...1.?..(.?!3.....
Penguji I Drs. H. Ali Hamzah. M.Pd NrP. 19480323 198203 1 001
*2/a /*:t7
Penguji II Femmv Diwidian. M. Si NrP. 1980090s 200604 2
a/,
/w t4
00t Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
-M
NrP. 19591020 198603 2 001
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI Yang bertanda taagan di bawah ini: Nama
Citra Humaira Firdaus
NIM
107017000103
Jurusan
Pendidikan Matematika
Angkatan tahun
2009
Alamat
JIn. Abdul Fatah Desa Tapos
II RT 04/06 No. 54 Kec'
Tenjolaya Kab. Bogor
MENYATAKAN DENGAI\ SESUNGGUHI\TYA Bahwa skripsi yang berjudul "Pengaruh Model Learning Cycle 7E Terhadap Kemampuan Koneksi Matematik Siswa" adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:
1.
2.
Nama
Dr. Gelar Dwirahayu, M.Pd
NIP
t9790601 200604 2 004
Dosen Jurusan
Pendidikan Matematika
Nama
Eva Musyrifah, S.Pd., M.Si
NIP
t9820s28 201101 2 011
Dosen Jurusan
Pendidikan Matematika
Demikian surat pemyataan
ini
saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap
menerima segala konsekuensi apabila pemyataan skripsi
ini bukan hasil karya
sendiri. Jakarta, 10 APril 2014
qEE'urH
h#)
E1458AGF08055
6ffiffi
'n,I
ABSTRAK CITRA HUMAIRA FIRDAUS (109017000103), ”Pengaruh Model Learning Cycle 7E Terhadap Kemampuan Koneksi Matematik Siswa”. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh model Learning Cycle 7E terhadap kemampuan koneksi matematik siswa. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Tangerang Selatan Tahun Ajaran 2013/2014. Metode yang digunakan adalah metode quasi eksperimen dengan desain penelitian Randomized Postest-Only Control Group Design. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah VIII-1 dan VIII-2 sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol yang ditentukan melalui teknik Cluster Random Sampling. Kelas eksperimen pembelajannya menggunakan model Learning Cycle 7E, dan kelas kontrol pembelajarannya menggunakan model konvensional. Pengambilan data menggunakan instrumen berupa tes koneksi matematik berbentuk essay. Nilai rata-rata hasil tes kemampuan koneksi matematik siswa yang diajar dengan model Learning Cycle 7E adalah sebesar 68 dan nilai rata-rata hasil tes kemampuan koneksi matematik siswa yang diajar dengan model konvensional adalah sebesar 61,5 (thitung = 2,14 dan ttabel = 2,00). Hasil penelitian mengungkapkan bahwa kemampuan koneksi matematik siswa yang diajar dengan model Learning Cycle 7E lebih tinggi dari pada siswa yang diajar dengan model konvensional. Kesimpulan hasil penelitian ini adalah bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan model Learning Cycle 7E berpengaruh terhadap kemampuan koneksi matematik siswa. Kata kunci: Model Learning Cycle 7E, Kemampuan Koneksi Matematik Siswa
i
ABSTRACT CITRA HUMAIRA FIRDAUS (109017000103), “The Effect of Learning Cycle 7E Model to Mathematical Connection Skill”. Thesis Department of Mathematics Education, Faculty of Tarbiyah and Teachers Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2014. The purpose of this research is to analyze the effect of Learning Cycle 7E model to mathematical connection skill. The research was conducted at SMP Negeri 2 Tangerang Selatan, for academic year 2013/2014. The method used in this research is quasi experimental method with Randomized Postest-Only Comparison Group Design. Sample of this research are VIII-1 and VIII-2 as exsperimen class and control class used cluster random sampling technique. Exsperimen class taught by Learning Cycle 7E and control class taught by convensional model. Retrieval of data used instruments such as written essay test. The mean score of the results test mathematical connections who taught with Learning Cycle 7E model is 68 and who taught with conventional model have mean score of the test mathematical connections is 61,5 (tcount = 2,14 and ttable = 2,00). The results of research that mathematical connections who are taught by Learning Cycle 7E model higher than students taught by conventional model. Conclusion the results of this research that mathematics’ learning with Learning Cycle 7E model have effect to mathematical connection skill. Key words: Learning Cycle 7E, Mathematical Connection Skill
ii
KATA PENGANTAR ﺑﺳﻢﺍﷲﺍﻟﺭﺤﻣﻦﺍﻟﺭﺤﻳﻢ Alhamdulillah segala puji kehadirat illahirabbi Allah SWT yang telah memberikan segala karunia, nikmat iman, nikmat islam, dan nikmat kesehatan yang berlimpah dari dunia sampai akhirat. Shalawat dan Salam senantiasa dicurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta seluruh keluarga, sahabat, dan para pengikutnya sampai akhir zaman. Selesainya skripsi ini tidak terlepas bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada: 1. Ibu Nurlena Rifa’I, M.A, Ph.D, Penanggung Jawab Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Dr. Kadir, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika 3. Bapak Abdul Mu’in, M.Pd, sebagai Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Ibu Lia Kurniawati, M. Pd, selaku Dosen Penasehat Akademik 5. Ibu Dr. Gelar Dwirahayu, M.Pd, selaku dosen pembimbing I yang selalu memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini. 6. Ibu Eva Musyrifah, S.Pd, M.Si, selaku pembimbing II yang selalu memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini. 7. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Pendidikan Matematika yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan. 8. Bapak Drs. H. Antasa, MM.Pd, selaku kepala SMP Negeri 2 Tangerang Selatan yang telah mengijinkan penulis melakukan penelitian disekolah tersebut. 9. Ibu Winarti, S.Pd, selaku guru pamong yang telah banyak membantu penulis selama penelitian berlangsung. 10. Siswa/i kelas VIII-1 dan VIII-2 SMP Negeri 2 Tangerang Selatan, yang telah bersikap kooperatif selama penulis mengadakan penelitian.
iii
11. Yang teristimewa kepada ayahanda Drs. Abdul Gofar Firdaus MM.Pd dan ibunda Siti Maryam tercinta yang senantiasa memberikan motivasi dan dukungan baik moril maupun materil, cinta dan kasih sayangnya serta do’a kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 12. Adik-adikku Muhamad Reza Fahlevi, Muhamad Fiqryan Kholqi dan Muhamad Revi Alhamdi tercinta yang senantiasa memberikan motivasi, dukungan dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 13. Sahabat-sahabatku Hilda Risdayani, Alam Rizky, S.Pd dan Tommy Adithya, S.Pd yang selalu setia menemani penulis selama masa perkuliahan yaitu dari awal perkuliahan hingga sekarang baik susah maupun senang. 14. Teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2009, kelas A, B dan C terutama Dijah, Imut, Fiya, Afif dan Linda yang selalu memberikan motivasi dan saling bertukar informasi selama penulisan skripsi ini. 15. Dan kepada semua pihak terkait yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangankekurangan karena terbatasnya kemampuan penulis. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi khasanah ilmu pengetahuan, Amin. Jakarta, 13 April 2014 Penulis
Citra Humaira Firdaus
iv
DAFTAR ISI ABSTRAK .........................................................................................................
i
ABSTRACT ........................................................................................................
ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii DAFTAR ISI ......................................................................................................
v
DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................
x
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................
1
B. Identifikasi Masalah .......................................................................
4
C. Pembatasan Masalah .....................................................................
4
D. Rumusan Masalah .........................................................................
5
E. Tujuan Penelitian ...........................................................................
5
F. Manfaat Penelitian ........................................................................
5
BAB II DESKRIPSI TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN .............................................................................
7
A. Deskripsi Teoritik...........................................................................
7
1. Kemampuan Koneksi Matematik .............................................
7
2. Learning Cycle 7E.................................................................... 15 a. Teori yang mendukung Learning Cycle 7E ....................... 15 b. Model Learning Cycle 7E .................................................. 17 3.
Model Pembelajaran Konvensional ........................................ 23
B. Kerangka Berpikir .......................................................................... 26 C. Hasil Penelitian yang Relevan ....................................................... 28 D. Hipotesis Penelitian ....................................................................... 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 30 A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 30 B. Metode dan Desain Penelitian........................................................ 30 C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel .................................... 32 vi
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 33 E. Instrumen Penelitian....................................................................... 33 F. Teknik Analisis Data ..................................................................... 40 1. Uji Normalitas .......................................................................... 40 2. Uji Homogenitas.................. .................................................... 42 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................... 45 A. Deskripsi Data .................................................................................. 45 1.
Hasil Posttest Kemampuan Koneksi Matematik Siswa Kelas Eksperimen ..................................................................... 45
2.
Hasil Posttest Kemampuan Koneksi Matematik Siswa Kelas Eksperimen ..................................................................... 48
3. Perbandingan Kemampuan Koneksi Matematik Siswa Kelas Eksperimen dengan Kelas Kontrol .................................. 50 B. Pengujian Hipotesis .......................................................................... 53 1. Uji Normalitas ............................................................................ 54 2. Uji Homogenitas ........................................................................ 55 3. Uji Hipotesis .............................................................................. 56 C. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................... 57 D. Keterbatasan Penelitian .................................................................... 64 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 65 A. Kesimpulan ...................................................................................... 65 B. Saran ................................................................................................. 65 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 67 LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................. 69
vii
DAFTAR TABEL Tabel 3.1
Jadwal Penelitian ............................................................................. 30
Tabel 3.2
Rancangan Desain Penelitian ........................................................... 31
Tabel 3.3
Kisi-kisi Instrumen Koneksi Matematik ........................................... 34
Tabel 3.4
Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Koneksi Matematik ............. 35
Tabel 3.5
Klasifikasi Interpretasi Realibilitas Soal .......................................... 37
Tabel 3.6
Klasifikasi Indeks Kesukaran ........................................................... 38
Tabel 3.7
Indeks Daya Pembeda ...................................................................... 39
Tabel 3.8
Rekapitulasi Hasil Uji Validitas, Daya Pembeda dan taraf Kesukaran ......................................................................................... 40
Tabel 4.1
Hasil Statistik Deskriptif Posttest Kelas Eksperimen ...................... 46
Tabel 4.2
Hasil Statistik Deskriptif Posttest Kelas Kontrol ............................. 48
Tabel 4.3
Presentase Rata-rata Indikator Koneksi Matematik Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ........................................................ 52
Tabel 4.4
Hasil Uji Normalitas Kelompok Eksperimen .................................. 54
Tabel 4.5
Hasil Uji Normalitas Kelompok Kontrol ......................................... 54
Tabel 4.6
Hasil Uji Homogenitas ..................................................................... 55
Tabel 4.7
Hasil Uji-t ......................................................................................... 57
Tabel 4.8
Hasil Uji Hipotesis ........................................................................... 57
viii
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1
Contoh Koneksi Matematik dengan Kehidupan Sehari-hari ........ 11
Gambar 2.2
Contoh Koneksi antar Konsep dalam Matematika ....................... 12
Gambar 2.3
Tiga Fase Learning Cycle ............................................................ 18
Gambar 2.4
Lima Fase Learning Cycle ........................................................... 19
Gambar 2.5
Tujuh Fase Learning Cycle .......................................................... 20
Gambar 2.6
Kerangka Berpikir ........................................................................ 26
Gambar 3.1
Teknik Pengambilan Sampel penelitian ....................................... 33
Gambar 4.1
Grafik Sebaran Data kemampuan Koneksi Matematik Siswa Kelas Eksperimen ........................................................................ 47
Gambar 4.2
Grafik Sebaran Data kemampuan Koneksi Matematik Siswa Kelas Kontrol ............................................................................... 49
Gambar 4.3
Grafik Perbandingan Sebaran Data Siswa Kelas Eksperimen dan Siswa Kelas Kontrol ..................................................................... 51
Gambar 4.4
Presentase Indikator Kemampuan Koneksi Matematik Siswa Kelas Eksperimen ........................................................................ 53
Gambar 4.5
Hasil Jawaban Posttest Nomor 1b Kelas Eksperimen ................. 60
Gambar 4.6
Hasil Jawaban Posttest Nomor 1b Kelas Kontrol ........................ 61
Gambar 4.7
Hasil Jawaban Posttest Nomor 5 Kelas Eksperimen ................... 62
Gambar 4.8
Hasil Jawaban Posttest Nomor 5 Kelas Kontrol .......................... 63
ix
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ............... 69
Lampiran 2
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ..................... 90
Lampiran 3
Lembar Kerja Siswa (LKS) .......................................................... 106
Lampiran 4
Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Koneksi Matematik ......... 124
Lampiran 5
Kisi-kisi Instrumen Tes Kemampuan Koneksi Matematik Pra Penelitian ....................................................................................... 125
Lampiran 6
Instrumen Tes Kemampuan Koneksi Matematik Pra Penelitian .. 126
Lampiran 7
Kemampuan Koneksi Matematik Pra Penelitian .......................... 127
Lampiran 8
Kisi-kisi Instrumen Tes Kemampuan Koneksi Matematik Sebelum Validitas ........................................................................ 128
Lampiran 9
Instrumen Tes Kemampuan Koneksi Matematik Sebelum Validitas ....................................................................................... 129
Lampiran 10 Kunci Jawaban Instrumen Tes Kemampuan Koneksi Matematik Sebelum Validitas ......................................................................... 132 Lampiran 11 Perhitungan Uji Validitas ............................................................. 135 Lampiran 12 Validitas Instrumen Tes ................................................................ 136 Lampiran 13 Perhitungan Uji Reliabilitas .......................................................... 137 Lampiran 14 Hasil Uji Reliabilitas .................................................................... 138 Lampiran 15 Perhitungan Uji Taraf Kesukaran ................................................. 139 Lampiran 16 Hasil Uji Taraf Kesukaran ............................................................ 140 Lampiran 17 Perhitungan Uji Daya Pembeda .................................................... 141 Lampiran 18 Hasil Uji Daya Pembeda .............................................................. 142 Lampiran 19 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas, Daya Pembeda dan Taraf Kesukaran ..................................................................................... 143 Lampiran 20 Instrumen Tes Kemampuan Koneksi Matematik ......................... 144 Lampiran 21 Kunci Jawaban Instrumen Tes Kemampuan Koneksi Matematik 146 Lampiran 22 Hasil Posttest Kelas Eksperimen .................................................. 149 Lampiran 23 Hasil Posttest Kelas Kontrol ........................................................ 150 x
Lampiran 24 Perhitungan Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen ................... 151 Lampiran 25 Perhitungan Distribusi Frekuensi Kelas Kontrol .......................... 153 Lampiran 26 Uji Normalitas Data Hasil Penelitian Kelas Eksperimen ............. 154 Lampiran 27 Uji Normalitas Data Hasil Penelitian Kelas Kontrol .................... 155 Lampiran 28 Perhitungan Uji Homogenitas ....................................................... 156 Lampiran 29 Perhitungan Uji Hipotesis Statistik ............................................... 158 Lampiran 30 Uji Referensi .................................................................................. 160
xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang sangat penting untuk dipelajari
karena
mengembangkan
berkaitan kemampuan
dengan serta
kehidupan kepribadian
sehari-hari siswa
dan
sehingga
dapat mampu
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Pelajaran matematika diharapkan dapat menumbuhkembangkan kemampuan-kemampuan yang lebih bermanfaat untuk mengatasi masalah-masalah yang diperkirakan akan dihadapi siswa di masa depan. Matematika merupakan salah satu bidang yang mempunyai aplikasi banyak dalam kehidupan sehari-hari. Banyak masalah dalam kehidupan sehari-hari yang dapat diselesaikan dengan matematika. Matematika bukanlah pengetahuan yang berdiri sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam. Oleh karena itu, matematika diajarkan dari jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan menengah atas bahkan sampai perguruan tinggi. Dalam NCTM 2000 di Amerika, disebutkan bahwa terdapat lima kemampuan dasar matematika yang merupakan standar yakni pemecahan masalah (problem solving), penalaran dan bukti (reasoning and proof), komunikasi (communication), koneksi (connections), dan representasi (repressentation).1 Dengan mengacu pada lima standar kemampuan NCTM di atas, maka dalam tujuan pembelajaran matematika yang ditetapkan dalam kurikulum 2006 yang dikeluarkan oleh Depdiknas pada hakekatnya meliputi (1) Koneksi antar konsep dalam matematika dan penggunaannya dalam memecahkan masalah, (2) penalaran, (3) pemecahan masalah, (4) komunikasi dan representasi, dan (5) faktor afektif. 2
1
NCTM, Principles and Standards for School Mathematics, (Reston: NCTM, 2000), p. 29. Depdiknas, Panduan Pengembangan Silabus Mata Pelajaran Matematika untuk SMP, (Jakarta: Ditjen Dikdasmen, 2006). h. 346. 2
1
2
Hal tersebut menunjukan bahwa kemampuan koneksi matematik sangat penting dalam pembelajaran matematika. Kemampuan koneksi matematik merupakan hal yang penting bagi siswa karena dalam matematika antara satu materi dengan materi lain saling berkaitan, tetapi siswa yang menguasai konsep matematika tidak sendirinya pintar dalam mengkoneksikan matematika. Siswa yang sudah menguasai konsep matematika belum tentu bisa mengkoneksikannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian kemampuan koneksi perlu dilatihkan kepada siswa di sekolah. Apabila siswa mampu mengkaitkan ide-ide matematika maka pemahaman matematikanya akan semakin dalam dan lama karena mereka mampu melihat keterkaitan antar topik dalam matematika, dengan konteks selain matematika, dan dengan pengalaman kehidupan sehari-hari. Namun, proses pembelajaran matematika yang dikembangkan oleh pendidik dewasa ini masih dianggap lemah. Studi awal yang penulis lakukan di sekolah SMPN 2 Kota Tangerang Selatan khususnya pada proses pembelajaran matematika ditemukan masalah-masalah yang sebenarnya sering terjadi yaitu pada proses pembelajaran guru masih menggunakan pembelajaran konvensional. Hal ini terlihat pada saat guru hanya memberikan rumus dari materi yang sedang dipelajari, kemudian menjelaskan contoh soal dan siswa hanya diberikan soal-soal latihan. Padahal siswa seharusnya dibiasakan untuk membangun pengetahuannya sendiri dengan cara mengaitkan konsep yang dipelajari dengan konsep sebelumnya. Siswa menganggap bahwa matematika identik dengan berhitung dan rumus tanpa mengetahui manfaat dari mempelajari matematika sehingga kebanyakan siswa tidak tertarik untuk mempelajari matematika. Sebagai pendidik yang tahu bahwa begitu banyak manfaat dalam mempelajari matematika, guru harus membiasakan siswa untuk menghubungkan materi dengan kehidupan sehari-hari dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan terutama pada awal pembelajaran berlangsung dan membiasakan siswa untuk mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Pada saat proses pembelajaran siswa diharuskan menguasai materi prasyarat sebelum melanjutkan ke materi yang akan dipelajari. Misalnya, pada materi bangun
3
ruang sisi datar (balok, kubus, prisma dan limas) siswa harus mengingat kembali konsep-konsep luas dan keliling persegi, persegi panjang, serta segitiga. Jika siswa dibiasakan untuk mengkoneksikan konsep matematika maka siswa akan dapat mengerjakan materi prasyarat. Namun, pada kenyataannya di lapangan siswa lupa dengan konsep sebelumnya dan tidak bisa mengerjakan materi prasyarat. Dalam pembelajaran di kelas, koneksi matematika antar konsep-konsep dalam matematika seharusnya didiskusikan oleh siswa, guru tidak menjelaskan konsep materi yang akan dipelajari, tetapi siswa yang harus menemukan konsep tersebut dengan cara mengkoneksikan dengan konsep sebelumnya, karena matematika tidak terlepas dengan saling keterkaitan antar konsep. Seharusnya pembelajaran matematika di sekolah dapat menjadikan siswa memiliki keterampilan matematika dan dapat digunakan dalam menghadapi masalah kehidupan sehari-hari. Kemampuan untuk mengaitkan konsep matematika yang satu dengan yang lain. Koneksi tidak dapat dihindari kehadirannya di saat seseorang mempelajari matematika, dikarenakan karakteristik matematika itu terbentuk dari konsep-konsep yang saling terkait dan saling menunjang. Melalui peningkatan kemampuan koneksi matematika, kemampuan berpikir dan wawasan siswa terhadap matematika dapat pula meningkatkan kognitif siswa, seperti mengingat kembali, memahami, penerapan suatu konsep, dan sebagainya. Upaya untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematik siswa dapat dilakukan dengan menerapkan berbagai model pembelajaran di kelas. Salah satu model pembelajaran yang dikembangkan oleh Eisenkraft adalah model Learning Cycle 7E yang terdiri dari tujuh fase yaitu Elicit, Engage, Explore, Explain, Elaborate, Evaluate, Extend. Fase-fase pada Model Learning Cycle 7E diduga dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematik siswa. Hal ini terlihat pada fase Elicit, guru menggali pengetahuan awal siswa dengan memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Pada fase Explore, siswa memperoleh pengetahuan dengan konsep sebelumnya yang berhubungan dengan konsep yang akan dipelajari. Pada fase Elaborate, siswa menerapkan konsep yang telah didapat dengan menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan
4
sehari-hari. Pada tahap terakhir yaitu Extend, siswa dituntut untuk memperluas pengetahuannya dengan mengaitkan matematika dalam kehidupan sehari-hari dengan menerapkan konsep yang sudah atau belum dipelajari. Berdasarkan uraian di atas, penulis menganggap penting penggunaan model Learning Cycle 7E dalam mengoptimalkan proses pembelajaran di kelas sehingga dapat mengembangkan kemampuan koneksi matematik siswa. Hal ini menjadi latar belakang penulis untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Learning Cycle 7E Terhadap Kemampuan Koneksi Matematik Siswa”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan penjelasan di atas kita dapat mengidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut : 1. Siswa sering lupa terhadap materi yang telah dipelajari sebelumnya, padahal materi yang akan dihadapi berkaitan dengan materi sebelumnya. 2. Siswa menganggap bahwa matematika identik dengan berhitung dan rumus, sehingga siswa tidak tertarik dengan pelajaran matematika. 3. Siswa tidak dibiasakan mengkoneksikan matematika dengan kehidupan seharihari, tetapi terbiasa dengan pembelajaran secara konvensional. 4. Kemampuan koneksi matematik siswa masih lemah, misalnya mereka merasa kesulitan ketika harus mengerjakan soal yang menghubungkan materi pada matematika dengan kehidupan sehari-hari dan ketika harus mengaitkan materi sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari.
C. Pembatasan Masalah Agar dalam melakukan penelitian dapat efektif dan efisien, maka perlu dilakukan pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: 1. Penelitian ini mengukur kemampuan koneksi matematik siswa, yaitu mengaitkan antar konsep matematika dan menghubungkan materi matematika dengan kehidupan sehari-hari.
5
2. Pembelajaran matematika di SMPN 2 Kota Tangerang Selatan masih menggunakan pembelajaran secara konvensional sehingga dalam penelitian ini penulis menerapkan model pembelajaran Learning Cycle 7E sebagai alternatif pembelajaran. 3. Materi yang disampaikan pada saat penelitian adalah Lingkaran dan dilakukan selama 8 kali pertemuan.
D. Rumusan masalah Berdasarkan uraian-uraian di atas kita dapat merumuskan masalah di atas sebagai berikut : 1.
Bagaimana kemampuan koneksi
matematik
siswa
yang memperoleh
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E? 2.
Apakah kemampuan koneksi matematik siswa dengan menggunakan
model
pembelajaran Learning Cycle 7E lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran secara konvensional?
E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mendeskripsikan kemampuan koneksi matematik siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E. 2. Menunjukkan efektifitas penggunaan model pembelajaran Learning Cycle 7E dengan melihat perbedaan kemampuan koneksi matematik siswa yang menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E dengan yang menggunakan model pembelajaran konvensional.
F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini antara lain : 1.
Bagi siswa Siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran dan dapat mengaitkan antar konsep matematika serta menghubungkan matematika ke dalam kehidupan sehari-hari.
6
2.
Bagi guru Sebagai masukan agar guru dapat mengembangkan pembelajaran yang kreatif dan inovatif untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematik siswa.
3.
Bagi peneliti selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian lanjutan yang berkaitan dengan model Learning Cycle 7E atau kemampuan koneksi matematik siswa.
BAB II DESKRIPSI TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Deskripsi Teoritik 1.
Kemampuan Koneksi Matematik Dalam matematika terdapat beberapa kemampuan yang diharapkan dapat
dikuasai oleh siswa atau yang sering disebut “daya matematis”. Daya matematis meliputi : Pemahaman Konsep (Conceptual Understanding), Penalaran Adaptif (Adaptive Reasoning), Penguasaan Prosedur (Procedural Fluency), Penguasaan Komunikasi (Communicational Fluency), Penguasaan Koneksi (Connectional Fluency), Kompetensi Strategis (Strategic Competence), Pemecahan Masalah (Problem Solving), Disposisi Produktif (Productive Disposition).1 Satu diantara beberapa daya matematis adalah penguasaan koneksi
atau
koneksi matematik. Koneksi matematik berasal dari kata Mathematical connection dalam bahasa inggris, yang kemudian dipopulerkan oleh NCTM dan dijadikan sebagai salah satu standar kurikulum. Pada hakekatnya, Matematika sebagai ilmu yang terstruktur dan sistimatik mengandung arti bahwa konsep dan prinsip dalam matematika adalah saling berkaitan antara satu dengan lainnya. Sebagai implikasinya, maka dalam belajar matematika untuk mencapai pemahaman yang bermakna siswa harus memiliki kemampuan koneksi matematik yang memadai.2 Koneksi matematika (mathematical connections) merupakan kegiatan yang meliputi mencari dan memahami hubungan berbagai representasi konsep, topik
1
Suhendra, dkk., Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2007) , h. 7. 21. 2 Yanto Permana dan Utari Sumarmo, “Mengembangkan Kemampuan Penalaran dan Koneksi Matematik Siswa SMA Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah”, Educationist, Vol.1 No.2, (Bandung: UPI, Juli 2007), h. 116.
7
8
dan prosedur matematika, menerapkan matematika dalam bidang lain atau dalam kehidupan sehari-hari, dan memahami representasi ekuivalen suatu konsep.3 Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran guru harus memperhatikan aspek keterkaitan, yaitu keterkaitan antar konsep, keterkaitan matematika dengan kehidupan sehari-hari dan mata pelajaran lain. Keterkaitan tersebut adalah kemampuan koneksi matematik yang harus dimiliki oleh siswa sehingga koneksi matematik merupakan kemampuan yang harus dicapai oleh siswa melalui proses pembelajaran matematika. Bruner, dalam dalil pengaitan (konektivitas) menyatakan bahwa dalam matematika antara satu konsep dengan konsep yang lainnya terdapat hubungan yang erat, bukan saja dari segi isi, namun juga dari segi rumus-rumus yang digunakan. Materi yang satu merupakan prasyarat bagi yang lainnya. 4 Oleh karena itu agar siswa dalam belajar matematika lebih berhasil, siswa harus lebih banyak diberi kesempatan untuk melihat kaitan-kaitan itu. Burrill dalam George menyatakan “There are many threads that run through the curriculum from K to 12. These threads need to be explicity identified so that students can “see” the connections between topics”.5 Terdapat banyak urutan yang harus dijalankan sesuai kurikulum, urutan ini harus diidentifikasikan secara eksplisit sehingga siswa dapat melihat hubungan antar topik. Contohnya, siswa dapat melihat suatu hubungan antar konsep segiempat dan segitiga dengan konsep bangun ruang sisi datar. Karakteristik matematika diantaranya adalah memiliki bahasa simbol yang efisien, sifat keteraturan yang indah, dan kemampuan analisis kuantitatif, yang akan membantu menghasilkan model matematika yang diperlukan dalam pemecahan masalah dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan dan masalah kehidupan sehari-hari. Keunggulan matematika pada kalimat di atas juga
3
Utari Sumarmo, Berpikir dan Disposisi Matematik serta Pembelajarannya, (Bandung: UPI, 2013), h. 77. 4 Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. (Bandung: JICA-UPI, 2001), h. 48. 5 W. George Cathcart, Learning Mathematics in Elementary and Middle Schools, (Canada: Pearson Education, 2004), p. 15.
9
melukiskan karakteristik matematika sebagai ilmu bantu bagi masalah kehidupan sehari-hari dan ilmu lainnya.6 Berdasarkan karakteristik matematika di atas, guru harus bisa menunjukkan kepada siswa bahwa matematika sangat penting untuk dipelajari karena matematika berguna untuk menyelesaikan masalah, bukan hanya masalah dalam matematika tetapi masalah dalam bidang lain seperti masalah dalam ilmu sosial dan ilmu pengetahuan alam. Pada tahun 1995 koneksi matematik dalam kurikulum NCTM difokuskan pada koneksi matematik dengan kehidupan sehari-hari, dimana orang-orang menyelesaikan masalahnya dengan menggunakan matematika.7 Misalnya menyelesaikan masalah ekonomi dalam menghitung bunga bank, untung, rugi dan lain sebagainya dengan menggunakan matematika pada materi aritmatika sosial. George menyatakan “When student understand that mathematics can be used in other subject areas, it becomes more relevant and meaningful to them”.8 Ketika siswa mengerti bahwa matematika dapat digunakan pada mata pelajaran lain, ini akan menjadi lebih relevan dan bermakna bagi mereka dalam mempelajari matematika. Dengan mempelajari matematika, siswa dapat menyelesaikan masalah sosial dan ilmu pengetahuan alam. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan koneksi matematik adalah pemahaman yang mengharuskan siswa dapat memperlihatkan hubungan dan mengaitkan antar topik matematika, antar topik matematika dengan disiplin ilmu yang lain, dan antara topik matematika dengan kehidupan sehari-hari. Matematika sebagai kegiatan mengaitkan antar topik matematika dan dengan bidang lain (Mathematics as Connection). Matematika bukan pengetahuan yang terpisah dan tersendiri serta dapat sempurna karena dirinya sendiri. Keberadaan matematika itu utamanya adalah untuk membantu manusia dalam memahami dan
6
Utari Sumarmo, Rujukan Filsafat, Teori dan Praksis Ilmu Pendidikan, (UPI Press : Bandung, 2008), h. 678. 7 W. George Cathcart. loc. cit. 8 Ibid.
10
menguasai permasalahan, baik dalam bidang sosial, ekonomi, ilmu pengetahuan alam, dan lain sebagainya.9 Dalam proses pembelajaran matematika seharusnya guru menyajikan topik matematika tidak bersifat ekslusif tetapi disajikan secara inklusif, sehingga siswa memahami bahwa matematika memiliki sifat keterkaitan, baik dengan mengaitkan antar konsep matematika maupun mengaitkan matematika dengan kehidupan sehari-hari dan mata pelajaran lain. Koneksi matematik memegang peranan yang penting dalam upaya meningkatkan pemahaman matematika. Orang yang telah memahami suatu kaidah berarti mampu menghubungkan beberapa konsep. Bruner dalam Ruseffendi juga mengungkapkan bahwa agar siswa dalam belajar matematika lebih berhasil, siswa harus lebih banyak diberi kesempatan untuk melihat kaitan-kaitan antara dalil dan dalil, antara teori dan teori, antara topik dan topik, maupun antara cabang matematika (aljabar dan geometri misalnya). Sehingga jika suatu topik diberikan secara tersendiri, maka pembelajaran akan kehilangan satu momen yang sangat berharga dalam usaha meningkatkan prestasi siswa dalam belajar matematika secara umum.10 Dari penjabaran tersebut, dapat kita ketahui betapa pentingnya koneksi matematika sebagaimana diungkapakan NCTM (2000) :”When students can see the connection across different mathematical content areas, they develop a view of mathematics as an intergrated whole. As they built on their previous mathematical understandings while learning new concept, students become increasingly aware of the connections among various mathematical topics.”11 Artinya ketika siswa dapat mengetahui antara konten matematik yang berbeda, mereka mengembangkan pandangan matematika sebagai sesuatu yang menyeluruh. Sejak mereka membangun pemahaman matematik sebelumnya sambil mempelajari konsep baru, siswa menjadi lebih memahami hubungan antar beberapa topik matematika. 9
Suhendra,dkk., op. cit., h. 7.20. Kartika Yulianti, “Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Siswa dengan Pembelajaran Learning Cycle”, Jurnal Edukasi, (Bandung: UPI, 2004), h. 2. 11 NCTM, Principles and Standards for School Mathematics, (Reston: NCTM, 2000), p. 355. 10
11
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa koneksi matematika tidak hanya mencakup masalah yang berhubungan dengan matematika saja, namun juga dengan pelajaran lain serta kehidupan sehari-hari. Secara umum Coxford mengemukakan bahwa kemampuan koneksi matematik meliputi: (1) mengoneksikan pengetahuan konseptual dan procedural, (2) menggunakan matematika pada topik lain (other curriculum areas), (3) menggunakan matematika dalam aktivitas kehidupan, (4) melihat matematika sebagai satu kesatuan yang terintegrasi, (5) menerapkan kemampuan berfikir matematik dan membuat model untuk menyelesaikan masalah dalam pelajaran lain, seperti musik, seni, psikologi, sains, dan bisnis, (6) mengetahui koneksi diantara topik-topik dalam matematika, dan (7) mengenal berbagai representasi untuk konsep yang sama.12 Contoh Masalah Koneksi 1 Siswa mengamati foto Lely dengan berbagai ukuran untuk berbagai keperluan. Foto terbesar berukuran 12 cm x 16 cm.
Gambar 2.1 Contoh Koneksi Matematik dengan Kehidupan Sehari-hari13
12
Sugiman, “Koneksi Matematik dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah Menengah Pertama”, Jurnal Edukasi, (Yogyakarta: UNY, 2008), h. 8. 13 Ibid.
12
Berdasarkan gambar 2.1 bisa dilihat bahwa foto dalam berbagai ukuran tersebut sering kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. foto A berukuran 12 x 16 cm, foto B berukuran 6 x 8 cm, dan foto C berukuran 3 x 4 cm. Jika ketiga foto tersebut dihitung perbandingannya, maka foto A
= foto B
= foto C =
Ketiga
foto tersebut berbeda ukuran tetapi ukuran sisi-sisi yang bersesuaian mempunyai perbandingan yang sama. Oleh karena semua sudut foto besarnya 90° (siku-siku) maka sudut-sudut yang bersesuaian dari ketiga foto tersebut sama. Dalam matematika ketiga foto tersebut disebut juga sebangun karena memiliki ukuran sisi-sisi bersesuaian yang sebanding dan ukuran sudut-sudut bersesuaian yang sama besar. Pada contoh ini digunakan konsep perbandingan yang telah dipelajari sebelumnya untuk menunjukkan kesebangunan. Hal ini menunjukkan bahwa antar konsep matematika selalu berkaitan dan matematika sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Contoh Masalah Koneksi 2 Selidiki apakah garis y = 2x + 1 sejajar dengan garis y = 2x − 2”.
Gambar 2.2 Contoh Koneksi antar Konsep dalam Matematika14
14
Ibid.
13
Pada Gambar 2.2 menunjukkan bahwa siswa harus menguasai kemampuan koneksi antar konsep matematika yaitu menyelesaikan soal tersebut dengan mengaitkan konsep kesejajaran dua garis, kesamaaan gradien, dan menggambar grafik pada koordinat Cartesius.. Apabila siswa menguasai kemampuan koneksi antar konsep matematika maka siswa akan memahami matematika secara menyeluruh dan mendalam serta dalam mengahafal rumus akan semakin sedikit sehingga dalam mempelajari matematika akan lebih mudah. Dengan melakukan pengkaitan sebagaimana ilustrasi di atas maka konsep-konsep dalam matematika terlihat menjadi satu kesatuan yang digunakan secara bersamaan untuk menyelesaikan masalah. Contoh masalah Koneksi 3 kaitan matematika dengan mata pelajaran fisika15 Sebuah balok memiliki panjang, lebar dan tinggi berturut-turut 20 cm, 5 cm dan 6 Tentukan massa balok jika diketahui massa jenis balok adalah 0,8 g/cm3
cm.
Untuk menentukan massa balok menggunakan rumus m = p x v, yaitu massa = volume x massa jenis. Sebelum menghitung massa jenis, siswa harus menghitung volume balok terlebih dahulu. Jika siswa telah terbiasa mengaitkan matematika dengan mata pelajaran lain seperti contoh di atas yaitu mata pelajaran fisika, maka siswa akan lebih mudah mengerjakan soal tersebut. Sebagai calon pendidik yang profesional, dalam meneliti kemampuan koneksi matematik siswa harus disesuaikan dengan indikator-indikator kemampuan koneksi matematik siswa menurut beberapa ahli pendidikan. Menurut NCTM, indikator untuk koneksi matematik untuk kelas 6-8 adalah sebagai berikut :16 a)
Mengetahui dan menggunakan hubungan diantara ide-ide matematika (recognize among mathematical ideas).
b) Mengerti dan menunjukkan bagaimana ide-ide matematik saling berhubungan dan membangun satu dengan yang lain untuk menghasilkan keterkaitan 15
Fisika Study Center, Never Ending Learning, 2013, (http://fisikastudycenter.com). NCTM (2000), op. cit., p. 274.
16
14
secara menyeluruh (demonstrate how mathematical ideas and bulid on one another to produce a coherent whole). c)
Mengetahui dan menerapkan matematika dalam konteks di luar matematika (recognize and apply mathematics in contexts outside of mathematics). Kemampuan untuk mengaitkan konsep matematika yang satu dengan yang
lain, kemampuan untuk mengaitkan matematika dengan masalah dalam kehidupan sehari-hari, merupakan koneksi matematika. Kemampuan ini sangat penting dimiliki oleh siswa. Siswa yang memiliki kemampuan koneksi matematik yang baik akan mampu memahami suatu materi dengan baik, baik materi dalam matematika itu sendiri maupun materi pelajaran lain. Menurut Suhendra dkk, seseorang dikatakan mampu mengoneksi atau mengaitkan antara satu hal dengan yang lainnya bila ia telah dapat melakukan beberapa hal dibawah ini, antara lain: a) Menghubungkan antara topik atau pokok bahasan matematika dengan
topik
atau pokok bahasan matematika yang lainnya. b) Mengaitkan berbagai topik atau pokok bahasan dalam matematika dengan bidang lain dan atau hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.17 Menurut Utari Sumarmo, kemampuan yang tergolong pada koneksi matematik di antaranya adalah (a) Mencari hubungan berbagai representasi konsep dan prosedur, (b) memahami hubungan antar topik matematika, (c) menerapkan matematika dalam bidang lain atau dalam kehidupan sehari-hari, (d) memahami representasi ekuivalen suatu konsep, (e) mencari hubungan satu prosedur dengan prosedur lain dalam representasi yang ekuivalen, (f) menerapkan hubungan antar topik matematika dengan topik di luar matematika.18 Dalam penelitian ini materi yang akan diajarkan adalah materi lingkaran pada kelas VIII semester 2. Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tahun 2006, Standar Kompetensinya adalah menentukan unsur, bagian lingkaran serta ukurannya. Kompetensi Dasar dari materi himpunan diantaranya adalah : 1. Menentukan unsur dan bagian-bagian lingkaran. 17
Suhendra, dkk. loc. cit. Utari Sumarmo, op. cit., h. 684.
18
15
2. Menghitung keliling dan luas lingkaran 3. Menggunakan hubungan sudut pusat, panjang busur, luas juring dalam pemecahan masalah. 4. Menghitung panjang garis singgung persekutuan dua lingkaran 5. Melukis lingkaran dalam dan luar segitiga.19 Berdasarkan uraian-uraian di atas, setelah dilihat kompetensi yang harus dicapai dari kemampuan koneksi siswa dalam materi lingkaran yaitu kemampuan koneksi antar konsep matematika dan mengaitkan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Maka dapat disimpulkan bahwa indikator kemampuan koneksi matematik yang akan diteliti oleh penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menghubungkan antar topik matematika. 2. Mengaitkan matematika dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. 2.
Learning Cycle 7E
a.
Teori yang mendukung Learning Cycle 7E Learning Cycle patut dikedepankan, karena sesuai dengan teori belajar Piaget.
yaitu teori belajar yang berbasis kontruktivisme.20 Teori konstruktivisme ini menyatakan bahwa siswa harus mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri. Oleh karena
itu,
belajar
dan
pembelajaran
harus
dikemas
menjadi
proses
mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan. Guru dapat memfasilitasi proses ini dengan menggunakan cara-cara yang membuat sebuah informasi menjadi bermakna dan relevan bagi siswa sehingga siswa dapat menemukan dan mengaplikasikan ide-ide mereka sendiri. Piaget menyatakan bahwa belajar merupakan pengembangan aspek kognitif yang meliputi : struktur, isi dan fungsi. Struktur intelektual adalah organisasiorganisasi mental tingkat tinggi yang dimiliki individu untuk memecahkan masalah-masalah. Isi adalah perilaku khas individu dalam merespon masalah yang
19
Depdiknas, Panduan Pengembangan Silabus Mata Pelajaran Matematika untuk SMP, (Jakarta: Ditjen Dikdasmen, 2006), h. 350. 20 Ngalimun, Strategi dan Model Pembelajaran, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2013), h. 147.
16
dihadapi. Sedangkan fungsi merupakan proses perkembangan intelektual yang mencakup adaptasi dan organisasi.21 Adaptasi terdiri atas asimilasi dan akomodasi.22 Pada proses asimilasi siswa menggunakan pengetahuan awalnya untuk menanggapi respon terhadap rangsangan yang sudah diterima dengan cara mengeksplorasi pengetahuannya. Dalam proses asimilasi siswa mengalami perkembangan kognitif sehingga pada kondisi ini siswa dapat mengaitkan konsep yang sedang dipelajari dengan konsep sebelumnya. Setelah siswa menemukan konsep baru maka siswa harus bisa mengorganisasikan konsep baru tersebut dengan konsep yang telah dipelajari sebelumnya. Jika kemampuan oraginisasi siswa baik maka siswa dapat memberikan respon yang baik dalam menyelesaikan masalah. Karplus dan Their dalam Patrick mengembangkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan ide Piaget di atas. Dalam hal ini siswa diberi kesempatan untuk mengasimilasi
informasi
dengan
cara
mengeksplorasi
lingkungan,
mengakomodasi dengan cara mengaitkan konsep yang sedang dipelajari dengan konsep sebelumnya. Implementasi teori Piaget oleh Karplus dikembangkan menjadi fase eksplorasi, pengenalan konsep, dan aplikasi konsep.23 Pengembangan fase-fase Learning Cycle dari 3 fase menjadi 5 atau 6 fase pun masih tetap berkorespondensi dengan teori Piaget. Fase engagement dalam Learning Cycle 5E termasuk dalam proses asimilasi, sedangkan fase evaluation masih merupakan proses organisasi.24 Dewasa ini perkembangan Learning Cycle disempurnakan oleh Eisenkraft menjadi 7 fase sehingga berdasarkan uraian di atas, Learning Cycle 7E masih tetap berkorespondensi dengan teori Piaget. Fase Elicit (mendatangkan pengetahuan awal siswa) dalam Learning Cycle 7E termasuk proses adaptasi karena pada fase Elicit, siswa harus menggunakan pengetahuan awalnya untuk merespon pertanyaan yang diberikan oleh guru. Pada fase Extend (memperluas) 21
Ngalimun. loc. cit. Ibid.
22
23
Patrick L. Brown and Sandra K. Abell, “Examining the Learning Cycle”, Research and Tips
to Support Education,(Columbia: University of Missoury, 2007), p. 58. 24
Ngalimun, op. cit., h. 149.
17
termasuk proses organisasi karena pada fase ini siswa harus mengaplikasikan konsep secara luas dibandingkan dengan tahap Evaluate.
b. Model Learning Cycle 7E Arends menyatakan “The concept of model implies something larger than a particular strategy, method or tactic. The term teaching model refers to a particular approach to instruction that includes it goals, syntax, environment, and management system”.25 Istilah model pembelajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungan, dan sistem pengelolaannya, sehingga model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada pendekatan, strategi, metode atau prosedur. Model pembelajaran adalah suatu perencanaaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film-film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Joyce juga menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarah kepada desain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.26 Jadi, Model pembelajaran adalah desain pembelajaran yang bermakna lebih luas daripada pendekatan, strategi, metode atau prosedur untuk membantu peserta didik dalam proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Siklus Belajar (Learning Cycle) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada pebelajar (student centered).27 Learning Cycle merupakan fase-fase kegiatan yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang dicapai dengan cara terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Learning Cycle pada mulanya terdiri dari fase-fase eksplorasi (exploration), pengenalan konsep (concept application), dan aplikasi konsep
25
Richard I. Arends, Learning to Teach, ( New York: McGraw-Hill, 2007), p. 251. Ngalimun, op. cit., h. 7. 27 Ngalimun, op. cit., h. 145.
26
18
(concept application).28 Ketiga fase tersebut dapat digambarkan seperti di bawah ini :
Eksplorasi
Aplikasi konsep
Pengenalan konsep
Gambar 2.3 Tiga Fase Learning Cycle29 Model Learning Cycle selanjutnya dikembangkan lagi menjadi lima tahap yang dikenal dengan sebutan model Learning Cycle 5E. Pada Learning Cycle 5E, ditambahkan fase Engagement sebelum exploration dan ditambahkan pula fase Evaluation pada bagian akhir siklus. Pada model ini, tahap concept introduction dan concept application masing-masing diistilahkan menjadi explanation dan elaboration,
sehingga
fase-fase
Learning
Cycle
yaitu
Engage
(mempertunangkan), Explore (menyelidiki), Explain (menjelaskan), Elaborate (menerapkan), Evaluate (menilai).30 Jika digambarkan dalam bentuk siklus maka dapat ditampilkan seperti gambar 2.2 :
28
Patrick L. Brown and Sandra K. loc. cit. Pipih Fitriah, "Penerapan Model Pembelajaran Siklus Belajar 7E untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa SMP”, (Bandung: UPI, 2011), h. 15, tidak dipublikasikan. 30 A.W Lorsbach, The Learning Cycle as a Tool for Planning Science Instruction, 2013 (http://www.coe.ilstu.edu/scienceed/lorsbach/257lrcy.html.). 29
19
EXPLORE
EXTEND
EVALUATE
EXPLAIN
ELABORATE
Gambar 2.4 Lima Fase Learning Cycle31 Dewasa ini perkembangan Learning Cycle 5E dikembangkan lagi oleh Eisenkraft menjadi “Learning Cycle 7E” yang menekankan transfer pembelajaran dari pengetahuan awal. Seharusnya model pembelajaran harus dapat diubah untuk mempertahankan nilai setelah informasi baru, wawasan baru dan pengetahuan yang baru disusun. Learning Cycle 5E ini memiliki fase Engange dan Elicit. Demikian juga halnya pada fase Elaborate dan Evaluate yang berkembang menjadi tiga yaitu Elaborate, Evaluate, dan Extend. Sehingga pada “model Learning Cycle 7E” ini didapatkan Elicit, Engange, Explore, Explain, Elaborate, Evaluate, dan Extend.32 Perubahan siklus dari 5E menjadi 7E dapat dilihat pada gambar 2.5: 31
Ibid. Arthur Eisenkraft, Expanding the 5E Model A proposed 7E model emphasize “transfer of learning” and the importance of eliciting prior understanding, (New York: National Science Teacher Association, 2003), p. 57. 32
20
Gambar 2.5 Tujuh Fase Learning Cycle33 Dapat kita lihat bahwa model Learning Cycle 7E muncul diawali dengan penambahan-penambahan
fase
siklus
belajar,
tujuannya
adalah
untuk
menyempurnakan model Learning Cycle, karena pada awal pembelajaran peserta didik tidak dengan sendirinya langsung mengeksplorasi pengetahuannya. Tetapi harus diawali dengan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari agar peserta didik dapat mengetahui tujuan dan manfaat dari materi yang akan dipelajari. Fase ini dinamakan Elicit. Pada fase akhir ditambahkan Extend karena pada proses pembelajaran peserta didik tidak hanya dapat menerapkan suatu konsep, tetapi dapat memperluas konsep tersebut dengan cara mengaitkan konsep tersebut dengan konsep yang telah dipelajari maupun konsep baru, serta mengkoneksikan konsep tersebut 33
Ibid.
21
dengan kehidupan sehari-hari agar dapat melatih kemampuan koneksi matematik siswa. Seperti yang diungkapkan Eisenkraft, ketujuh fase itu meliputi: 1. Elicit (mendatangkan pengetahuan awal siswa) Fase untuk mengetahui sampai dimana pengetahuan siswa terhadap pelajaran yang
akan
dipelajari
dengan
memberikan
pertanyaan-pertanyaan
yang
merangsang pengetahuan awal siswa agar timbul respon dari pemikiran siswa serta menimbulkan kepenasaran tentang jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru. Fase ini dimulai dengan pertanyaan mendasar yang berhubungan dengan pelajaran yang akan dipelajari dengan mengambil contoh yang mudah yang diketahui siswa seperi kejadian sehari-hari yang secara umum memang terjadi. Fase Elicit bertujuan untuk melanjutkan, merangsang dan membuat siswa tertarik pada pelajaran yang akan dipelajar, fase Elicit haruslah berdiri karena fase ini penting pada siklus belajar. 2. Engange (ide, rencana pembelajaran dan pengalaman) Fase Engange yaitu fase siswa dan guru akan saling memberikan informasi dan pengalaman tentang pertanyaan-pertanyaan awal tadi, memberitahu siswa tentang ide rencana pembelajaran sekaligus memotivasi siswa agar lebih termotivasi untuk mempelajari konsep dan memperhatikan guru dalam mengajar. Fase ini dapat dilakukan dengan demonstrasi, diskusi, membaca atau aktivitas lain yang digunakan untuk membuka pengetahuan siswa dan mengembangkan rasa keingintahuan siswa. 3. Explore (menyelidiki) Fase Explore yaitu fase yang membawa siswa untuk memperoleh pengetahuan dengan pengalaman langsung yang berhubungan dengan konsep yang akan dipelajari. Siswa dapat mengobservasi, bertanya, dan menyelidiki konsep dari bahan-bahan pembelajaran yang telah disediakan sebelumnya. 4. Explain (menjelaskan) Fase Explain yaitu fase dimana siswa menjelaskan dan meringkas hasil yang diperoleh dan membedakan konsep yang mereka ketahui dengan hasil eksplorasi yang ditemukan. Fase yang didalamnya berisi ajakan terhadap siswa untuk
22
menjelaskan konsep-konsep dan definisi-definisi awal yang mereka dapatkan ketika fase Explore. Definisi dan konsep yang telah ada kemudian didiskusikan sehingga pada akhirnya menuju konsep dan definisi yang lebih formal. 5. Elaborate (menerapkan) Fase Elaborate yaitu fase siswa diberikan kesempatan untuk menerapkan pengetahuan yang baru mereka temukan. Siswa dapat membangkitkan pertanyaan baru untuk mengetahui penyelidikan selanjutnya. Fase Elaborate terdapat transfer pembelajaran yang bertujuan untuk membawa siswa menerapkan simbol-simbol, definisi-definisi,
konsep-konsep,
dan
keterampilan-keterampilan
pada
permasalahan yang berkaitan dengan contoh dari pelajaran yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. 6. Evaluate (menilai) Fase Evaluate yaitu fase evaluasi dari hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Fase ini dapat digunakan strategi penilaian formal dan informal. Fase Evaluate merupakan siklus lanjutan untuk mengevaluasi pengetahuan siswa dimana guru diharapkan secara terus menerus dapat mengobservasi dan memperhatikan siswa terhadap kemampuan dan keterampilannya untuk menilai tingkat pengetahuan atau kemampuannya, kemudian melihat perubahan pemikiran siswa terhadap pemikiran awalnya. Dalam hal ini siswa juga diminta untuk menyimpulkan hasil eksperimen yang telah dilakukan sebagai bagian penilaian mereka. 7. Extend (memperluas) Fase
Extend
yaitu
siswa
mengembangkan
hasil
Elaborate
dan
menyampaikannya kembali untuk melatih siswa bagaimana mentransfer pelajaran dalam kehidupan sehari-hari yang bertujuan untuk berpikir, mencari, menemukan, dan menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari dengan konsep lain yang sudah atau belum mereka pelajari.34 Ketujuh fase tersebut merupakan hal-hal yang harus dilakukan oleh guru dan siswa untuk menerapkan Learning Cycle 7E pada pembelajaran di kelas. Guru dan
34
Ibid.
23
siswa memiliki peran masing-masing dalam setiap kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan fase Learning Cycle 7E. Dalam beberapa fase Learning Cycle 7E siswa dilatih untuk mengembangkan kemampuan koneksinya. Hal ini dapat dilihat dari fase pertama yaitu Elicit, pada awal pembelajaran siswa dilatih untuk mengaitkan matematika dengan kehidupan sehari-hari. Pada fase Explore, siswa mengeksplorasi pengetahuannya dengan cara mengaitkan antar konsep matematika. Pada fase Elaborate, siswa menerapkan konsep yang telah didapat dengan menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Pada tahap terakhir yaitu Extend, siswa dituntut untuk mencari hubungan konsep yang mereka pelajari dengan konsep yang lain yang sudah atau belum mereka pelajari dalam menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari. Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa Learning Cycle 7E dapat memfasilitasi siswa untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematik, karena secara garis besar pada tahapan-tahapan Learning Cycle 7E siswa dilatih untuk mengaitkan konsep baru dengan konsep yang telah dipelajari sebelumnya (pada tahap Explore dan Extend) dan dilatih untuk mengaitkan matematika dalam kehidupan sehari-hari (pada tahap Elicit dan Elaborate). 3. Model Pembelajaran Konvensional Pembelajaran konvensional merupakan salah satu model pembelajaran yang selama ini masih banyak digunakan oleh guru di sekolah dimana ia mengajar. Pembelajaran konvensional (tradisional) pada umumnya memiliki kekhasan tertentu, misalnya lebih mengutamakan hapalan daripada pengertian, menekankan kepada keterampilan berhitung, mengutamakan hasil daripada proses, dan pengajaran berpusat pada guru. Pembelajaran matematika yang dilaksanakan di sekolah tempat penelitian ini adalah pembelajaran dengan model ekspositori. Model ekspositori menekankan proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa. Siswa tidak dituntut untuk menemukan materi itu. Oleh karena model
24
ekspositori lebih menekankan kepada proses verbal, maka sering juga disebut dengan istilah chalk and talk.35 Terdapat beberapa karakteristik strategi ekspositori diantaranya:36 1. Model ekspositori dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan model ini, oleh karena itu sering orang mengidentikannya dengan ceramah. 2. Biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk berfikir ulang. 3. Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pembelajaran itu sendiri. Artinya setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi yang telah diuraikan. Model pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada guru (teacher centered approach). Dikatakan demikian, sebab dalam model ini guru memegang peran yang sangat dominan. Melalui model ini guru menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur dengan harapan materi pelajaran yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik. Fokus utama model ini adalah kemampuan akademik (academic achievement) siswa. Model pembelajaran dengan ceramah merupakan bentuk model ekspositori. Model ekspositori memiliki kelemahan dan keunggulan tertentu seperti layaknya model pembelajaran lainnya. Keunggulan model ini antara lain, yang pertama, guru dapat mengontrol urutan penyampaian materi secara mutlak. Kedua, guru dapat menyampaikan materi dengan waktu yang relatif singkat. Ketiga, dapat digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar.37
35
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta : Kencana, 2009), h.179. 36 Ibid 37 Wina Sanjaya, op. cit., h. 190.
25
Kelemahan model ini yang pertama, tidak efektif untuk kelompok siswa dengan kemampuan menyimak rendah. Kedua, tidak dapat melayani perbedaan individu setiap siswa. Ketiga, karena komunikasi hanya terjadi satu arah (antara guru dan sekelompok siswa) maka sulit untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam bersosialisasi. Keempat, karena pembelajaran berpusat pada guru maka model ini sangat bergantung pada kemampuan dan kecakapan yang dimiliki guru.38 Kelemahan utama model ekspositori adalah desain dan cara penyampaiannya yang membuat siswa menghapal konsep atau materi yang disampaikan, hal ini tidak merangsang siswa untuk berpikir sehingga siswa sering lupa dengan materi yang telah dipelajari.
38
Wina Sanjaya, op. cit., h. 191.
26
B. Kerangka Berfikir Latar Belakang Masalah
Siswa tidak bisa mengaitkan antar konsep matematika
Siswa tidak bisa mengaitkan matematika dengan kehidupan sehari-hari
Kemampuan koneksi matematik rendah
Solusi: Pembelajaran menggunakan model Learning Cycle 7E pada tahap Elicit, Explore, Elaborate, Extend
Melatih siswa mengaitkan antar konsep matematika
Melatih siswa mengaitkan matematika dengan kehidupan sehari-hari
Kemampuan Koneksi Matematik meningkat
Gambar 2.6 Kerangka Berpikir
27
Berdasarkan gambar kerangka berpikir di atas menunjukkan bahwa masalah yang ditemukan di kelas khususnya di SMPN 2 Kota Tangerang Selatan adalah siswa masih sering lupa dengan materi sebelumnya, siswa tidak dibiasakan untuk mengaitkan antar konsep matematika padahal materi satu dengan materi yang lain dalam matematika selalu berkaitan. Selain itu, siswa juga masih lemah dalam mengaitkan matematika dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat dilihat ketika siswa menemukan soal berupa aplikasi dalam kehidupan sehari-hari tetapi masih banyak siswa yang tidak bisa menjawab soal tersebut Mencermati masalah yang dikemukakan di atas, melalui penelitian ini diterapkan suatu pembelajaran yang diharapkan mampu mengkondisikan siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran, dan guru hanya sebagai fasilitator. Pembelajaran yana akan digunakan dalam penelitian ini adalah model Learning Cycle 7E. Model Pembelajaran Learning Cycle 7E adalah model pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam memahami hubungan antara konsep baru dengan konsep yang telah dipelajari pada fase Explore dan Extend dan mengaitkan matematika dalam kehidupan sehari-hari melalui fase Elicit dan Elaborate. Rancangan penelitian ini diharapkan dapat melatih kemampuan siswa dalam mengaitkan matematika, baik antar konsep matematika maupun dengan kehidupan sehari-hari, sehingga kemampuan koneksi matematik siswa dapat meningkat. Setelah rancangan model Learning Cycle 7E dibuat, model pembelajaran tersebut siap untuk diterapkan di sekolah. LKS (Lembar kerja siswa) yang dirancang diharapkan dapat melatih kemampuan koneksi matematik siswa. Untuk mengetahui model Learning Cycle 7E ini telah berhasil dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematik siswa atau tidak, untuk memperoleh data dilakukan tes kemampuan koneksi matematik. Kemudian data tersebut diolah dan akan diperoleh kesimpulan. Oleh karena itu, agar dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematik siswa perlu diterapkan model pembelajaran yang tepat. Pembelajaran matematika dengan menggunakan model Learning Cycle 7E ini diharapkan dapat
28
meningkatkan kemampuan koneksi matematik siswa, dengan LKS (Lembar Kerja Siswa) berbasis Learning Cycle 7E memberikan peluang untuk lebih melatih kamampuan koneksi matematik siswa secara komperhensif.
C. Hasil Penelitian yang Relevan Beberapa hasil penelitian yang relevan sebagai bahan penguat penelitian terkait dengan penerapan Learning Cycle 7E untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematik siswa adalah : 1. Pipih Fitriah (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran
Siklus
Belajar
7E
Untuk
Meningkatkan
Kemampuan
Komunikasi Matematik siswa SMP. Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen. Dalam penelitian ini terdapat dua kelas yang diambil secara acak, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil penelitian ini menunjukan
bahwa
dalam
kelas
eksperimen
yang
pembelajarannya
menggunakan Model Learning Cycle 7E dapat melibatkan kemampuan komunikasi baik secara lisan atau tulisan karena memiliki karakteristik dapat membuat siswa berperan aktif dalam pembelajaran. Kemampuan komunikasi matematika yang pembelajarannya menggunakan model Learnig Cycle 7E lebih
tinggi
darpada
kemampuan
koneksi
matematik
siswa
yang
pembelajarannya konvensional. Selain itu diketahui bahwa siswa memberikan respon yang positif terhadap pembelajaran dengan menggunakan model Leraning Cycle 7E yang telah dilakukan karena mereka menganggap pembelajaran tersebut menyenangkan dan membuat siswa lebih aktif dalam kegiatan
pembelajaran.
Sehingga
dapat
memudahkan
mereka
untuk
mengembangkan kemampuan kognitif, salah satunya adalah kemampuan komunikasi matematika. 2. Kartika Yulianti (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Siswa dengan pembelajaran Learning Cycle. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa model Learning Cycle dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematik siswa. Penelitian tersebut merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom action research) yang
29
dilakukan terhadap siswa kelas 1.8 SMU Negeri 3 Bandung. Penelitian ini menyimpulkan bahwa untuk memperkenalkan konsep barisan aritmatika pada siswa, dapat dimulai dengan memberikan permasalahan yang menuntun siswa untuk melatih kemampuan koneksinya dengan mengubungkan antar konsep matematika. Selanjutnya pada tahap aplikasi guru menyajikan persoalan lain dalam konteks yang berbeda untuk menyelesaikan masalah tersebut. Maka, berkaitan dengan hal tersebut penerapan pembelajaran dengan menggunakan Model Learning Cycle memberi pengaruh yang positif terhadap hasil belajar siswa, yaitu
meningkatnya kemampuan menghubungkan antar konsep
matematika dan aplikasi soal dalam kehidupan sehari-hari sehingga berdampak pada peningkatan koneksi matematik siswa.
D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka berfikir di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah “ kemampuan koneksi matematik siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E lebih tinggi dari pada kemampuan koneksi siswa yang pembelajarannya konvensional ”.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Tangerang Selatan, Jl. Raya Cireundeu No. 2 Cireundeu – Ciputat Timur, pada siswa kelas VIII semester genap tahun ajaran 2013/2014 yang dilaksanakan pada bulan Januari sampai bulan Februari 2014. Adapun jadwal penelitian sebagai berikut : Tabel 3.1 Jadwal Penelitian N
Jenis
o
Kegiatan
Persiapan 1 dan perencanaan Observasi 2 (studi lapangan)
Desember 1
2
Januari
3
4
3 Pelaksanaan pembelajaran
Februari
1
2
3
4
5
1
4 Analisis Data 5 Laporan Penelitian
Maret
2
3
4
1
2
3
4
B. Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu (quasi experimental),1 yaitu metode penelitian yang tidak memungkinkan peneliti melakukan pengontrolan secara penuh terhadap kondisi kelas dan lingkungan belajar kelas eksperimen. Peneliti akan menguji pengaruh model pembelajaran Learning Cycle 7E terhadap kemampuan koneksi matematik siswa 1
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 206.
30
31
dengan cara membandingkan kemampuan koneksi matematik siswa yang dalam pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E (kelompok eksperimen) dengan siswa yang dalam pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional (kelompok kontrol). Desain yang digunakan dalam penelitan ini adalah Randomized Postest-Only Control Group Design.2 Dalam desain ini kelompok eksperimen
maupun
kelompok kontrol memiliki karakteristik yang sama atau homogen karena diambil atau dibentuk secara acak (random) dari populasi yang homogen pula. Artinya tidak ada kelas unggulan serta kurikulum yang diberikan juga sama. Kemudian kelompok
eksperimen
diberi
perlakuan
khusus
yang
pembelajarannya
menggunakan model Learning Cycle 7E, sedangkan kelompok kontrol diberi perlakuan
seperti
biasanya
menggunakan
pembelajaran
konvensional,
pembelajaran pada kedua kelompok tersebut dilakukan sebanyak 8 kali pertemuan. Rancangan penelitian tersebut digambarkan sebagai berikut : Tabel 3.2 Rancangan Desain Penelitian3 Kelompok
Pengambilan
Perlakuan
Post tes
Eksperimen
R
X1
O
Kontrol
R
X2
O
Keterangan : X1
:
Perlakuan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
Learning Cyle 7E X2
:
Perlakuan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran
konvensional R
: Pemilihan sampel secara random/acak
O
: Tes akhir pada kelompok eksperimen dan kontrol
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel 1.
Populasi 2
Ibid, h. 206. Ibid.
3
32
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.4 Populasi dapat pula diartikan sebagai himpunan yang lengkap dari satuan-satuan atau individu-individu yang karakteristiknya ingin kita ketahui. Pada hasil penelitian sebelumnya di SMP Negeri 2 Kota Tangerang Selatan menunjukkan bahwa kemampuan koneksi matematik siswa kelas VIII SMP masih rendah sehingga perlu dilakukan penelitian selanjutnya untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematik siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII-1 dan VIII-2 SMP Negeri 2 Kota Tangerang Selatan tahun ajaran 2013/2014. Penempatan siswa SMP Negeri 2 Kota Tangerang Selatan dilakukan secara merata dalam kemampuan, artinya tidak ada kelas unggulan serta kurikulum yang diberikan juga sama, sedangkan karakteristik siswa dalam kelas tersebut cukup heterogen, artinya ada siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. 2.
Sampel Sampel adalah sebagian anggota populasi yang memberikan keterangan atau
data yang diperlukan dalam suatu penelitian.5 Dengan kata lain sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik Multistage Sampling,
ukuran sampel yang diambil
dalam penelitian ini telah disesuaikan dengan jumlah minimum sampel untuk studi eksperimen, yakni sebanyak lebih dari 15 subjek tiap kelompoknya. Secara khusus sampel dalam penelitian ini terdiri
kelas VIII-1 sebanyak 30 siswa
mewakili kelas eksperimen dan kelas VIII-2 sebanyak 30 siswa mewakili kelas kontrol. Hasil random diperoleh kelas eksperimen yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E dan kelas kontrol yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional. Ilustrasi teknik pengambilan sampel dengan Multistage Sampling dapat dilihat pada gambar 3.1:
Kelas VIII 1 4
2
3 Eksperimen 1, n = 41
Eksperimen 1, n = 30
S. Margono, Metodologi Penelitian Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 118. Ibid, h. 121.
5
33
1 4
5
6
Dipilih
2 7
8
Diundi Diperoleh
Diundi Diperoleh
Kontrol 2, n = 39
9
Kontrol 2, n = 30
Gambar 3.1 Teknik Pengambilan Sampel Penelitian
D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan instrumen
dari
kedua
kelompok,
yaitu
kelompok
eksperimen
yang
pembelajarannya menggunakan model Learning Cycle 7E dan kelompok kontrol yang pembelajarannya secara konvensional. Instrumen yang digunakan adalah tes kemampuan koneksi matematik siswa berupa tes uraian sebanyak 7 butir soal. Tes uraian disusun berdasarkan indikator koneksi matematik yaitu koneksi antar konsep matematika dan koneksi matematika dengan kehidupan sehari-hari. Tes ini kemudian dinilai dengan berdasarkan rubrik penilaian kemampuan koneksi matematik.
E. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes kemampuan koneksi matematik. Tes kemampuan koneksi matematik yang diberikan sesuai dengan indikator koneksi matematik. Tes ini diberikan kepada siswa untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam mengerjakan soal-soal koneksi matematik. Kisi-kisi instrumen tes kemampuan koneksi matematik dapat dilihat pada tabel 3.3 sebagai berikut:
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Koneksi Matematik Indikator Koneksi Matematik
Penjabaran Indikator
No.
34
Soal Koneksi antar konsep
1.
matematika
Menerapkan konsep unsur-unsur lingkaran
1
dengan mengkoneksikan konsep phytagoras. 2.
Menghitung panjang busur lingkaran
6
dengan mengkoneksikan konsep sudut lurus dan menggunakan hubungan perbandingan panjang busur dengan perbandingan sudut lingkaran. 3.
Mengitung luas tembereng dengan
7
mengkoneksikan konsep luas segitiga dan menggunakan hubungan perbandingan luas juring dengan perbandingan sudut lingkaran. 4.
Menerapkan konsep hubungan sudut pusat dengan sudut keliling dengan
4
mengkoneksikan ukuran sudut siku-siku. 5.
Menerapkan konsep sifat sudut keliling
3
dengan mengkoneksikan konsep aljabar, sudut lurus, dan jumlah sudut segitiga. Koneksi
dengan
1. Menerapkan konsep keliling lingkaran
kehidupan sehari-hari
2
dalam menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari. 2.
Menerapkan konsep luas lingkaran dalam
5
menyelesaikan masalah kehidupan seharihari.
Skor yang diberikan pada penilaian hasil tes berkisar pada nilai 0 sampai dengan 4. Pedoman pemberian skor yang digunakan dapat dilihat pada tabel 3.4: Tabel 3.4
35
Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Koneksi Matematik SKOR
4
INTERPRETASI
KETERANGAN
Jawaban lengkap dan
Hubungan-hubungan
matematik
atau
gagasan
benar, serta lancar
digunakan dengan tepat sesuai pertanyaan dan
dalam memberikan
prosesnya juga benar, jawaban sesuai pertanyaan
bermacam-macam
dan prosesnya juga benar, jawaban sesuai dengan
jawaban benar yang
pertanyaan.
berbeda
3
Jawaban hampir
Hubungan-hubungan matematik dapat dipahami,
lengkap dan benar,
mengkoneksi jawaban dengan pertanyaan yang
serta lancar dalam
sesuai tetapi dalam prosesnya ada beberapa
memberikan
kesalahan algoritma, kesalahan operasi, atau kurang
bermacam-macam
lengkap
jawaban benar yang
pertanyaan.
menyelesaikan
jawaban
terhadap
berbeda Sedikit nampak hubungan-hubungan matematik.
2
Jawaban sebagian lengkap dan benar
Ada
usaha
prosesnya
mengkoneksikan
kurang
sesuai
jawaban
dengan
tetapi
pertanyaan,
jawaban kurang memberikan gambaran terhadap pertanyaan. Beberapa usaha dilakukan untuk menghubungkan
1
Jawaban samar-samar
tugas dengan subjek-subjek lainnya, tetapi belum
dan prosedural
menunjukkan hubungan matematis, jawaban tidak memberikan gambaran terhadap pertanyaan.
0
Jawaban salah dan
Tidak ada hubungan-hubungan yang dibuat, atau
tidak cukup detail
tidak menjawab soal.
Instrumen tes kemampuan koneksi matematik siswa diujikan pada tes akhir (posttest) terhadap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Agar instrumen
36
tes kemampuan koneksi dapat digunakan pada tes akhir (posttest) dilakukan uji validitas instrumen, uji reliabilitas instrumen, dan uji taraf kesukaran. Instrumen yang diujikan berjumlah delapan butir soal, dan diujikan pada kelas lain di sekolah tempat penelitian. Soal diujikan pada kelas IX yang telah memperoleh materi pada instrumen soal. 1) Validitas Instrumen Validitas instrumen menunjukkan bahwa hasil dari suatu pengukuran menggambarkan segi atau aspek yang diukur.6 Perhitungan untuk skor essay menggunakan rumus product moment :7
r hitung =
∑ √
∑
∑ ∑
∑ ∑
∑
Keterangan : r hitung = koefisien korelasi ∑
= jumlah skor item
∑
= jumlah skor total = jumlah responden
Uji validitas instrumen dilakukan dengan cara membandingkan hasil perhitungan r hitung
hitung
dengan r
tabel
pada taraf signifikansi dengan ketentuan jika r
r tabel artinya butir soal valid, sedangkan jika r hitung r tabel artinya butir soal
tidak valid. Berdasarkan hasil uji validitas 8 butir soal yang dilakukan di kelas IX SMP Negeri 2 Tangerang Selatan diperoleh hasil 7 soal bernilai valid dan 1 soal tidak valid. Hasil ini digunakan sebagai pertimbangan dalam menyusun instrument tes akhir (posttest).
2) Reliabilitas Instrumen Reabilitas menunjuk kepada konsistensi hasil pengukuran. Realibilitas alat penilaian menurut sudjana adalah ketepatan alat tersebut dalam menilai apa yang 6
Nana Syaodih Sukmadinata, op.cit., h. 228. Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2006), h. 72.
7
37
dinilai.8 Sebuah tes hasil belajar dapat dikatakan reliabel apabila hasil-hasil pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan tes tersebut secara berulang kali terhadap subjek yang sama senantiasa menunjukan hasil yang tetap sama atau sifatnya ajeg atau stabil. Cara yang digunakan untuk menguji
reliabilitas
instrument dalam penelitian ini menggunakan rumus Alpha Cronbach sebagai berikut:9 2 n Si r11 1 2 St n 1
Keterangan : r11
: nilai reabilitas
Si St
2
2
: jumlah varians skor tiap-tiap item : varians total
n
: jumlah item Adapun klasifikasi interpretasi untuk reliabilitas soal yang digunakan adalah
sebagai berikut: Tabel 3.5 Klasifikasi Interpretasi Reliabilitas Soal Indeks Reliabilitas
kriteria reliabilitas,
8
0,80 <
≤ 1,00
Sangat baik
0,60 <
≤ 0,80
Baik
0,40 <
≤ 0,60
Cukup
0,20 <
≤ 0,40
Rendah
0,00 <
≤ 0,20
Sangat rendah
Nana Syaodih Sukmadinata, op.cit., h. 229. Suharsimi Arikunto, op.cit., h. 109.
9
Klasifikasi
Berdasarkan koefisien nilai
r11
=
38
≤ 0,80, maka dari 7 butir soal yang
0,635 berada diantara kisaran mulai 0,60 < valid memiliki derajat reliabilitas baik. 3) Taraf Kesukaran
Uji taraf kesukaran berfungsi untuk mengetahui apakah soal tes yang diberikan tergolong mudah, sedang atau sukar.
Untuk menghitung tingkat
kesukaran tiap butir soal digunakan rumus:10
P= Keterangan:
P
= Indeks kesukaran
B
= Jumlah skor siswa yang menjawab benar pada setiap item
JS
= Jumlah skor maksimum
suatu item x jumlah peserta
Tolak ukur untuk menginterpretasikan taraf kesukaran tiap butir soal digunakan kriteria sebagai berikut: Tabel 3.6 Klasifikasi Indeks Kesukaran Kisaran Indeks Kesukaran
Keterangan
0,00 – 0,30
Sukar
0,31 – 0,70
Sedang
0,71 – 1,00
Mudah
Hasil perhitungan uji taraf kesukaran terhadap 7 butir soal yang valid diperoleh 5 butir soal dengan kriteria sedang dan 2 butir soal dengan kriteria sukar.
10
Ibid., h. 208.
39
4) Daya Pembeda Soal Daya pembeda soal adalah kemampuan untuk membedakan antara siswa yang pandai atau berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Untuk menentukan daya pembeda soal digunakan rumus:11 D=
=
-
Keterangan: D
= Daya pembeda
J
= Jumlah peserta tes
JA
= Total keseluruhan nilai peserta kelompok atas
JB
= Total keseluruhan nilai peserta kelompok bawah
BA
= Total nilai peserta kelompok atas
BB
= Total nilai peserta kelompok bawah Tabel 3.7 Indeks Daya Pembeda Daya beda soal
Keterangan
0,00 – 0,20
Jelek
0,21 – 0,40
Cukup
0,41 – 0,70
Baik
0,71 – 1,00
Baik Sekali
Dari hasil perhitungan uji daya pembeda terhadap 7 butir soal valid diperoleh 2 butir soal dengan kriteria jelek, 3 butir soal dengan kriteria cukup, dan 2 butir soal dengan kriteria baik. Berikut rekapitulasi hasil uji validitas, daya pembeda dan taraf kesukaran. Pada soal nomor 1 dan 4 valid dengan kriteria daya pembeda jelek tetap dipakai karena soal tersebut mewakili indikator kemampuan koneksi yang akan diujikan pada siswa.
11
Ibid., h. 213.
40
Tabel 3.8 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas, Daya Pembeda dan Taraf Kesukaran No. Item
Validitas
Daya Pembeda
Tingkat Kesukaran
Kesimpulan
1
Valid
Jelek
Sedang
Dipakai
2
Valid
Baik
Sedang
Dipakai
3
Valid
Cukup
Sedang
Dipakai
5
Valid
Baik
Sukar
Dipakai
6
Valid
Cukup
Sedang
Dipakai
7
Valid
Cukup
Sedang
Dipakai
8
Valid
Jelek
Sukar
Dipakai
F. Teknik Analisis Data Data tes kemampuan koneksi matematik yang diperoleh selanjutnya diolah dan dianalisis. Analisis terhadap data penelitian dilakukan bertujuan untuk menguji kebenaran hipotesis yang diajukan dalam penelitian. Hipotesis yang telah dirumuskan akan dianalisis dengan menggunakan uji t. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis data, dengan menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas data.
1. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data hasil penelitian berdistribusi normal atau tidak. Data yang berdistribusi normal apabila dibuat dalam bentuk kurva akan menghasilkan kurva normal. Pengujian normalitas data hasil penelitian dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk (uji W). Syarat penggunaan uji Shapiro-Wilk ini adalah jumlah data yang akan diujikan ≤ 50, dan
41
data berasal dari sampel yang dipilih secara acak dari suatu populasi.12 Adapun beberapa rumus yang digunakan dalam uji Shapiro-Wilk ini yaitu :13 a. Pembagi (d) uji W :
d=∑
∑ ̅
∑
n : jumlah data yang akan di ujikan
b. Pembatas (k) uji W :
k=
jika n genap
k=
jika n ganjil
c. Rumus Whitung (W) :
W = [∑
[
]
[ ]]
Nilai d berasal dari perhitungan rumus yang pertama. Nilai batas sigma (k) berasal dari perhitungan rumus yang kedua. Seperti halnya uji normalitas lainnya uji Shapiro-Wilk ini juga memiliki 2 buah hipotesis yang diujikan, yaitu : H0 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal Kriteria pengujian yang digunakan dalam uji Shapiro-Wilk ini adalah apabila nilai Whitung ≤ 0,05 maka data dikatakan tidak berdistribusi normal (H0 ditolak). Sebaliknya apabila nilai Whitung > 0,05 maka data dikatakan berdistribusi normal (H0 diterima).14 2. Uji Homogenitas 12
Richard, O. Gilbert, Statistical Methods for Environmental Pollution Monitoring, (New York : Vam Nostrand Reinhold Company Inc, 1987) , p. 159. 13 Ibid. 14 Ibid., h. 160
42
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah kedua sampel berasal dari populasi yang sama (homogen). Uji homogenitas yang digunakan adalah uji Fisher. Langkah-langkah uji Fisher adalah sebagai berikut:15 1. Perumusan Hipotesis Ho : 12 = 22 Kedua kelompok mempunyai varians yang sama Ha : 12 22 Kedua kelompok mempunyai varians yang tidak sama 2. Mengitung nilai F dengan rumus Fisher: F= Dimana: S2 =
∑
∑
Keterangan: F
= Uji Fisher = varians terbesar = varians terkecil
3. Menentukan taraf signifikan = 5% 4. Menentukan Ftabel pada derajat bebas db1 = (n1-1) untuk pembanding dan db2 = (n2 – 1) untuk penyebut, dimana n adalah banyaknya anggota kelompok 5. Kriteria pengujian Jika Fhitung ≤ Ftabel maka Ho diterima Jika Fhitung Ftabel maka Ho ditolak 6. Kesimpulan Fhitung ≤ Ftabel: varians kedua kelompok homogen Fhitung Ftabel: varians kedua kelompok tidak homogen
Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas sebagai syarat dilakukan analisis data, data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis dengan menggunakan kesamaan dua rata-rata. Uji statistik yang digunakan adalah uji t. 15
118.
Kadir, Statistika untuk Penilaian Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta: Rosemata Sampurna, 2010), h.
43
1. Jika varians populasi homogen menggunakan rumus sebagai berikut16: ̅
̅ √
√
dengan db = n1 + n2 – 2 Keterangan: ̅
Nilai rata-rata kelas eksperimen.
̅
Nilai rata-rata kelas kontrol. Simpangan baku kelas eksperimen. Simpangan baku kelas kontrol. Dengan taraf kepercayaan 95% atau taraf signifikan 5% (
.
Sedangkan, kriteria pengujiannya hipotesisnya adalah: Ho diterima jika thitung ≤ ttabel, ini berarti bahwa kemampuan koneksi matematik siswa pada kelas eksperimen tidak lebih tinggi daripada kemampuan koneksi matematik siswa pada kelas kontrol. Ho ditolak jika thitung ttabel, ini berarti bahwa kemampuan koneksi matematik
siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kemampuan koneksi matematik siswa pada kelas kontrol.
2. Jika varians populasi heterogen menggunakan rumus sebagai berikut: ̅
̅
√
Menentukan derajat kebebasan (dk) dengan rumus:
16
Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010), h.
239.
44
)
( ( )
(
)
3. Jika normalitas tidak terpenuhi, maka dilakukan uji non-parametrik yaitu uji Mann-Whitney dengan rumus sebagai berikut:17
√ Dengan
∑
Keterangan: Peringkat sampel kelas eksperimen. Jumlah sampel kelas eksperimen. Jumlah sampel kelas kontrol
17
Kadir, op.cit., h. 275.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Penelitian dilakukan di kelas VIII SMP Negeri 2 Tangerang Selatan. Dengan kelas VIII-1 ditetapkan sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII-2 sebagai kelas kontrol. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 60 siswa, 30 siswa kelas eksperimen dan 30 siswa kelas kontrol. Siswa kelas eksperimen belajar dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E sementara kelas kontrol belajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Penelitian ini dilakukan sebanyak 8 kali pertemuan dengan rincian 7 kali pertemuan untuk memberikan perlakuan dan 1 kali pertemuan untuk posttest. Pokok bahasan yang diajarkan pada penelitian ini adalah lingkaran. Kemampuan koneksi matematik siswa dapat diukur seteleh diberikan perlakuan yang berbeda pada kelas eksperimen dan kontrol untuk memperoleh data perbedaan kemampuan koneksi matematik. Setelah itu kedua kelas diberikan tes akhir berupa instrumen tes kemampuan koneksi matematik yang telah melalui uji kelayakan instrumen sebelumnya. Berikut ini akan disajikan data berupa hasil perhitungan akhir dari tes kemampuan koneksi matematik yang diberikan kepada siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol SMPN 2 Tangerang Selatan, yang dilakukan setelah proses pembelajaran.
1. Hasil Posttest Kemampuan Koneksi Matematik Siswa Kelas Eksperimen Data hasil posttest yang diberikan kepada kelas eksperimen dengan jumlah siswa sebanyak 30 siswa, data tes kemampuan koneksi matematik kelas eksperimen disajikan dalam tabel 4.1 berikut:
45
46
Tabel 4.1 Hasil Statistik Deskriptif Posttest Kelas Eksperimen Statistik Banyak sampel
Kelompok Eksperimen 30
Nilai terendah
46
Nilai tertinggi
98
Mean
68
Lower bound
63
Upper bound
73
Varians
166,93
Simpangan Baku
12,92
Median
68
Kemiringan/Skewness
0,338
Ketajaman/Kurtosis
-0,116
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa nilai terendah hasil posttest kelas eksperimen yaitu 46 sedangkan nilai tertinggi yaitu 98. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata tes kemampuan koneksi matematik siswa kelas eksperimen sebesar 68. Nilai lower bound dan upper bound menunjukkan dinamika nilai rata-rata apabila sampel diperbanyak. Upper bound menunjukkan batas atas nilai rata-rata yang akan diperoleh jika sampel diperbanyak, sedangkan lower bound menunjukkan batas bawah nilai rata-rata. Terlihat selisih nilai ratarata hasil penelitian tidak terlalu jauh dari nilai estimasi rata-rata sesungguhnya. Hal ini menunjukkan rata-rata yang diperoleh dapat dikatakan mewakili dengan baik nilai rata-rata populasi yang ingin diketahui. Skor varians sebesar 166,93 simpangan baku sebesar 12,92 dan median sebesar 68. Nilai kemiringan positif/landai kanan yaitu 0,338 dengan kata lain kecenderungan data mengumpul di bawah nilai rata-rata. Nilai keruncingan/kurtosis yaitu -0,116 kurang dari 0,263 maka model kurva adalah datar (platikurtis) data tidak terlalu mengelompok.
47
Berdasarkan nilai KKM yang ditetapkan di SMP Negeri 2 Tangerang Selatan yaitu sebesar 67 untuk mata pelajaran matematika, maka sebanyak 17 siswa kelompok eksperimen mendapat nilai diatas KKM. Sedangkan siswa yang mendapat nilai di bawah KKM sebanyak 13 siswa. (Lampiran 22). Secara visual penyebaran data kemampuan koneksi matematik kelas eksperimen pada pembelajaran dengan menggunakan model Learning Cycle 7E dapat dilihat pada histogram gambar 4.1.
Frekuensi
12 10 8 6 4 2 0
45,5
54,5
63,5
72,5
81,5
90,5
99,5
Gambar 4.1 Grafik Sebaran Data Kemampuan Koneksi Matematik Siswa Kelas Eksperimen Dari grafik sebaran data di atas, terlihat bahwa dengan melihat nilai kemiringan positif/landai kanan yaitu 0,338 pada tabel 4.1, artinya kurva di atas memiliki model positif yaitu ekor memanjang ke kanan. Hal ini menggambarkan bahwa data menyebar pada nilai-nilai di bawah rata-rata. Sehingga siswa yang memperoleh nilai di bawah rata-rata lebih banyak dibanding siswa yang
48
memperoleh nilai di atas rata-rata. Sedangkan nilai keruncingan/kurtosis yaitu 0,116 kurang dari 0,263 maka model kurva adalah datar (platikurtis) data tidak terlalu mengelompok.
2. Hasil Posttest Kemampuan Koneksi Matematik Siswa Kelas Kontrol Data hasil posttest yang diberikan kepada kelas kontrol dengan jumlah siswa sebanyak 30 siswa, data hasil tes kemampuan koneksi matematik kelas kontrol disajikan dalam tabel 4.2 sebagai berikut: Tabel 4.2 Hasil Statistik Deskriptif Posttest Kelas Kontrol Statistik Banyak sampel
Kelompok Eksperimen 30
Nilai terendah
43
Nilai tertinggi
86
Mean
61,5
Lower bound
58
Upper bound
65
Varians
107,08
Simpangan Baku
10,35
Median
61
Kemiringan/Skewness
0,358
Ketajaman/Kurtosis
0,047
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai terendah hasil posttest kelas kontrol yaitu 43 sedangkan nilai tertinggi yaitu 86. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata tes kemampuan koneksi matematik siswa kelas kontrol sebesar 61,5. Nilai lower bound dan upper bound menunjukkan dinamika nilai rata-rata apabila sampel diperbanyak. Upper bound menunjukkan batas atas nilai rata-rata yang akan diperoleh jika sampel diperbanyak, sedangkan lower bound menunjukkan batas bawah nilai rata-rata. Terlihat selisih nilai rata-rata hasil
49
penelitian tidak terlalu jauh dari nilai estimasi rata-rata sesungguhnya. Hal ini menunjukkan rata-rata yang diperoleh dapat dikatakan mewakili dengan baik nilai rata-rata populasi yang ingin diketahui. Skor varians sebesar 107,08, simpangan baku sebesar 10,35 dan median sebesar 61. Nilai kemiringan positif/landai kanan yaitu 0,358 dengan kata lain kecenderungan data mengumpul di bawah nilai ratarata. Nilai keruncingan/kurtosis yaitu 0,047 kurang dari 0,263 maka model kurva adalah datar (platikurtis) data tidak terlalu mengelompok. Berdasarkan nilai KKM yang ditetapkan di SMP Negeri 2 Tangerang Selatan yaitu sebesar 67 untuk mata pelajaran matematika, maka sebanyak 10 siswa kelompok kontrol mendapat nilai diatas KKM. Sedangkan siswa yang mendapat nilai di bawah KKM sebanyak 20 siswa. (Lampiran 23). Secara visual penyebaran data kemampuan koneksi matematik kelas kontrol pada pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konvensional dapat dilihat pada histogram gambar 4.2.
Frekuensi
12 10 8 6 4 2 0
42,5
50,5 58,5
66,5
74,5 82,5
90,5
Gambar 4.2 Grafik Sebaran Data Kemampuan Koneksi Matematik Siswa Kelas Kontrol
50
Dari gambar 4.2 terlihat bahwa dengan melihat nilai kemiringan positif/landai kanan yaitu 0,358 pada tabel 4.2, artinya kurva di atas memiliki model positif yaitu ekor memanjang ke kanan. Hal ini menggambarkan bahwa data menyebar pada nilai-nilai di bawah rata-rata. Sehingga siswa yang memperoleh nilai di bawah rata-rata lebih banyak dibanding siswa yang memperoleh nilai di atas ratarata. Sedangkan nilai keruncingan/kurtosis yaitu 0,047 kurang dari 0,263 maka model kurva adalah datar (platikurtis) data tidak terlalu mengelompok.
3.
Perbandingan
Kemampuan
Koneksi
Matematik
Siswa
Kelas
Eksperimen dengan Kelas Kontrol Berdasarkan hasil pemaparan dapat kita lihat adanya perbedaan hasil posttest kemampuan koneksi matematik siswa baik dari kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Selanjutnya hasil penelitian akan ditinjau secara khusus dengan melihat dua kelas yang dijadikan sampel yakni kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada tabel 4.1 dapat dilihat siswa kelas eksperimen memiliki nilai rata-rata kemampuan koneksi matematik sebesar 68 dengan simpangan baku 12,92. Pada Tabel 4.2 dapat dilihat siswa kelas kontrol memperoleh nilai rata-rata kemampuan koneksi matematik sebesar 61,5 dengan simpangan baku 10,35. Hal ini menunjukan bahwa nilai siswa pada kelas eksperimen lebih bervariasi dari nilai siswa kelas kontrol. Dari segi nilai yang diperoleh siswa kelas eksperimen memperoleh hasil yang lebih tinggi dibandingkan siswa kelas kontrol dengan selisih nilai rata-rata keseluruhan sebesar 6,5. Hal ini menunjukan bahwa siswa yang belajar dengan model pembelajaran Learning Cycle 7E pada kelas eksperimen cenderung memiliki nilai kemampuan koneksi matematik yang lebih tinggi dibandingkan siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. Secara visual perbandingan sebaran data antara siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol dapat dilihat pada gambar 4.3 :
51
12
Frekuensi
10 8 6 4 2 0 0
20
40
60
80
100
Nilai
Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Sebaran Data Siswa Kelas Eksperimen dan Siswa Kelas Kontrol Berdasarkan gambar 4.3, penyebaran nilai kemampuan koneksi matematik siswa pada kelompok eksperimen (68) cenderung mengumpul di atas nilai ratarata kelompok kontrol (61,5). Pencapaian nilai maksimum siswa pada kelas kontrol (86) masih berada dibawah nilai maksimum siswa pada kelas eksperimen (98). Hal tersebut menunjukan bahwa kemampuan koneksi matematik siswa pada kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan kemampuan koneksi matematik siswa pada kelompok kontrol. Penelitian ini mengukur kemampuan koneksi matematik berdasarkan dua indikator yaitu koneksi antar konsep matematika dan koneksi matematika dengan kehidupan sehari-hari. Ditinjau dari indikator koneksi matematik tersebut, skor persentase rata-rata indikator koneksi matematik pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol disajikan pada tabel 4.3:
52
Tabel 4.3 Persentase Rata-rata Indikator Koneksi Matematik Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
No.
Indikator Koneksi Matematik
Skor Ideal
Kelompok Eksperimen
Kelompok Kontrol
% 1
Koneksi antar konsep matematika
20
2
Koneksi matematika dengan kehidupan seharihari
8
%
13,43 67,15 12,26 61,30
5,6
70,00
4,97
62,18
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 2 indikator kemampuan koneksi matematik yang diukur memiliki skor ideal yang berbeda. Hal ini dikarenakan beberapa indikator diwakilkan oleh soal yang jumlahnya berbeda pula. Untuk indikator pertama (koneksi antar konsep) diwakilkan oleh 5 soal dengan skor maksimum per-soal adalah 4 sehingga skor ideal per-siswa untuk indikator tersebut adalah 20. Pada kelas eksperimen dan kontrol, rata-rata skor terendah ada pada indikator pertama. Siswa yang mampu mencapai indikator ini pada kelas eksperimen sebesar 67,15% dari seluruh siswa sedangkan pada kelas kontrol lebih kecil yaitu sebesar 61,30%, artinya siswa kelas eksperimen lebih mampu mengkoneksikan antar konsep matematika. Indikator kedua (koneksi matematika dengan kehidupan sehari-hari) diwakilkan oleh 2 soal dengan skor maksimum per-soal adalah 4 sehingga skor ideal per-siswa untuk indikator tersebut adalah 8. Pada kelas eksperimen rata-rata skor tertinggi ada pada indikator kedua yaitu sebesar 70,00%. Begitupun pada kelas kontrol, skor tertinggi juga terdapat pada indikator kedua sebesar 62,18%. Ini
menunjukkan
bahwa
siswa
pada
kelas
eksperimen
lebih
mampu
mengkoneksikan matematika dengan kehidupan sehari-hari. Secara visual skor peresentase indikator koneksi matematik siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan dalam gambar 4.4
53
72 70 68 66 64
Kelas Eksperiment
62
Kelas Kontrol
60 58 56 Indikator (1)
Indikator (2)
Gambar 4. 4 Presentase Indikator Kemampuan Koneksi Matematik Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Keterangan : Indikator (1) : Koneksi antar konsep matematika Indikator (2) : Koneksi matematika dengan kehidupan sehari-hari
B. Pengujian Hipotesis Analisis data penelitian bertujuan untuk membuktikan kebenaran dari pernyataan yang telah ditetapkan dalam hipotesis penelitian. Analisis data yang digunakan adalah pengujian hipotesis mengenai perbedaan rata-rata dua kelompok. Berdasarkan data yang ditampilkan pada tabel 4.1 dan 4.2 terlihat bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dari nilai rata-rata kelas kontrol. Untuk mengetahui apakah perbedaan ini signifikan atau tidak, perlu dilakukan uji hipotesis. Uji yang digunakan adalah uji-t, uji-t digunakan untuk mengetahui perbedaan rata-rata kemampuan koneksi matematik siswa antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis, yaitu:
54
Uji Normalitas
1.
Sebelum melakukan pengolahan data lebih lanjut dilakukan pengujian prasyarat yaitu uji normalitas, uji normalitas didapat dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk. Berikut data hasil pengujian normalitas: a. Uji Normalitas Hasil Posttest Kelompok Eksperimen Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Kelompok Eksperimen
Shapiro-Wilk
Eksperimen
Statistik
df
Sig.
0,972
30
0,782
Uji Shapiro-Wilk digunakan dengan pertimbangan jumlah objek yang akan diujikan < 50.1 Data hasil uji Shapiro-Wilk dikatakan normal jika nilai signifikansi > 0,05.2 Pada tabel 4.4 dapat dilihat nilai signifikansi untuk kemampuan koneksi matematik siswa kelas eksperimen adalah 0,782 > 0,05.3 Dapat disimpulkan bahwa data ini memiliki sebaran normal. b. Uji Normalitas Hasil Posttest Kelompok Kontrol Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Kelompok Kontrol Shapiro-Wilk
Kontrol
1
Richard, op. cit., h. 159 Ibid., h. 160
2
Statistik 0,972
Df 30
Sig. 0,609
55
Dengan menggunakan uji yang sama kemampuan koneksi matematik siswa kelas kontrol menunjukan hasil seperti pada tabel 4.5. Dengan nilai signifikansi 0,609 > 0,05 menunjukan bahwa kemampuan koneksi matematik siswa kelas kontrol juga memiliki sebaran normal atau berdistribusi normal. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa data hasil penelitian dari kedua kelompok yang diujikan memiliki sebaran data normal. Sehingga data hasil penelitian dapat dilanjutkan ke tahap uji prasyarat analisis yang berikutnya yakni uji homogenitas data sebelum dilakukan uji hipotesis penelitian menggunakan ujit.
2.
Uji Homogenitas Setelah kedua kelas sampel pada penelitian ini dinyatakan berasal dari
populasi yang berdistribusi normal, maka selanjutnya dilakukan uji homogenitas. Pengujian homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data penelitian memiliki varians yang homogen atau tidak. Dalam penelitian ini uji homogenitas dilakukan berdasarkan uji kesamaan dua varians kedua kelas dengan menggunakan uji Fisher, dengan kriteria pengujian yaitu: Jika Fhitung Ftabel maka data dari dua kelompok memiliki varians yang sama atau homogen. Hasil perhitungan diperoleh nilai Fhitung = 1,56 dan Ftabel = 1,86 pada taraf signifikansi 0,05 dengan derajat kebebasan pembilang 29 dan derajat kebebasan penyebut 29. Hasil dari uji homogenitas dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Jumlah
Varians
Sampel
(s2)
Eksperimen
30
166,93
Kontrol
30
107,08
Kelas
Fhitung
1,56
Ftabel (α=0,05) 1,86
Kesimpulan
Terima H0
Karena Fhitung lebih kecil dari Ftabel (1,56 1,86) maka H0 diterima, maka dapat disimpulkan bahwa data kemampuan koneksi matematik dari kedua sampel
56
mempunyai varians yang sama atau homogen. Hasil uji normalitas dan uji homogenitas menunjukkan bahwa data berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen, sehingga untuk pengujian hipotesis dapat digunakan uji t. 3. Uji Hipotesis
Berdasarkan hasil uji prasyarat analisis untuk kenormalan distribusi dan kehomogenan varians kedua kelompok terpenuhi, selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah kemampuan koneksi matematik siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E lebih tinggi daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konvensional. Untuk pengujian tersebut diajukan hipotesis sebagai berikut: H0: E ≤ K H1: E K Keterangan: E
: kemampuan koneksi matematik siswa kelompok eksperimen
K
: kemampuan koneksi matematik siswa kelompok kontrol Dengan taraf kepercayaan 95% atau taraf signifikan 5% (
.
Sedangkan, kriteria pengujiannya hipotesisnya adalah:
Ho diterima jika thitung ≤ ttabel, ini berarti bahwa kemampuan koneksi matematik siswa pada kelas eksperimen tidak lebih tinggi daripada kemampuan koneksi matematik siswa pada kelas kontrol.
Ho ditolak jika thitung ttabel, ini berarti bahwa kemampuan koneksi matematik siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kemampuan koneksi matematik siswa pada kelas kontrol. Analisis yang digunakan dalam pengujian hipotesis tersebut adalah statistik
uji t, dengan kriteria pengujian yaitu thitung ≤ ttabel maka H0 diterima dan H1 ditolak. Sedangkan jika thitung ttabel maka H1 diterima dan H0 ditolak, pada taraf kepercayaan 95% atau taraf signifikansi = 5%. Berdasarkan hasil perhitungan
57
diperoleh thitung sebesar 2,14 dan ttabel sebesar 2,00. Hasil perhitungan thitung dapat dilihat pada tabel 4.7 sebagai berikut: Tabel 4.7 Hasil Uji-t t-test for Equality of Means
Nilai
Equal variances assumed
T
Df
2,14
58
Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa thitung ttabel (2,14 2,00). Dengan demikian, H1 diterima dan H0 ditolak, atau dengan kata lain kemampuan koneksi matematik siswa pada kelompok eksperimen yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E lebih tinggi daripada kemampuan
koneksi
matematik
siswa
pada
kelompok
kontrol
yang
pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konvensional. Hasil uji hipotesis dapat dilihat pada tabel 4.8 di bawah ini: Tabel 4.8 Hasil Uji Hipotesis Kelas
thitung
ttabel
Kesimpulan
2,14
2,00
Terima H1 dan tolak H0
Eksperimen Kontrol
C. Pembahasan Hasil Penelitian Dari hasil pengujian hipotesis terdapat perbedaan kemampuan koneksi matematik siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan model Learning Cycle 7E lebih baik dari pada pembelajaran dengan model konvensional. Ini dikarenakan model Learning Cycle 7E memuat beberapa tahap dalam pelaksanaannya yang
58
mengharuskan siswa untuk mengkoneksikan antar konsep matematika dan mengkoneksikan matematika dengan kehidupan sehari-hari. Temuan penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kartika Yulianti (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Siswa dengan pembelajaran Learning Cycle. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa model Learning Cycle dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematik siswa.4 Hasil pengamatan sebelum dilakukan pembelajaran dengan model Learning Cycle 7E, kegiatan pembelajaran berpusat pada guru, guru hanya menjelaskan dan memberikan rumus serta latihan soal tanpa mengkaitkan matematika dengan konsep sebelumnya dan kehidupan sehari-hari. Siswa hanya mendengarkan, mencatat kemudian menghafalkan sehingga pembelajaran tersebut membuat siswa menjadi pasif. Ini mengakibatkan kemampuan koneksi matematik siswa kurang berkembang dengan baik. Ketika siswa diminta mengerjakan soal di papan tulis banyak siswa yang mengeluh “tidak mengerti” atau “tidak bisa”. Selain itu, karena pembelajaran bersifat monoton beberapa siswa terlihat tidak tertarik untuk mengikuti kegiatan belajar. Terlihat dari adanya siswa yang lebih memilih mengobrol dengan teman dibandingkan bertanya pada guru saat mengerjakan latihan yang diberikan oleh guru. Pada
awal
pembelajaran
kelas
eksperimen,
siswa
dilatih
untuk
mengkoneksikan matematika dengan kehidupan sehari-hari pada tahap Elicit. Siswa sangat antusias dalam tahap ini untuk menyebutkan contoh-contoh materi yang sedang dipelajari (lingkaran) yang sering dijumpai dalam kehidupan seharihari. Pada tahap Engange guru bersama siswa berdiskusi dan guru meminta siswa untuk mengingat kembali konsep yang sudah dipelajari yang berhubungan dengan materi yang sedang dipelajari. Pada tahap ini siswa terlihat kebingungan karena lupa dengan konsep-konsep sebelumnya, sehingga guru memfasilitasi siswa untuk mengingat kembali konsep-konsep yang sudah dipelajari.
4
Kartika Yulianti, “Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Pembelajaran Learning Cycle”, Jurnal Edukasi, (Bandung: UPI, 2004), h. 2.
Siswa
dengan
59
Pada tahap Explore siswa diberikan LKS (Lembar Kerja Siswa) berbasis model Learning Cycle 7E yang didalamnya terdapat beberapa tahapan untuk menemukan rumus materi lingkaran. Pada tahap ini siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran walaupun siswa masih terlihat kebingungan tetapi siswa berusaha mengerjakan LKS dengan bertanya kepada guru. Di dalam LKS juga diberikan latihan-latihan soal yang melatih kemampuan koneksi baik koneksi antar konsep maupun koneksi matematika dengan kehidupan sehari-hari. Pada tahap Explain siswa diminta untuk menjelaskan hasil diskusi bersama teman sekelompoknya. Pada pertemuan pertama siswa masih terlihat kurang percaya diri untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya tetapi pada pertemuan selanjutnya siswa mulai terbiasa jika diminta untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Selanjutnya pada tahap Evaluate guru menilai hasil kerja siswa dan latihan-latihan soal pada tahap Elaborate dan Extend, sehingga siswa sangat antusias dalam mengerjakan soal-soal latihan pada tahap Elaborate dan Extend. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dalam penelitian ini kemampuan koneksi matematik yang diteliti terdiri dari dua indikator, yaitu koneksi antar konsep matematika dan koneksi matematika dengan masalah kehidupan seharihari.
Indikator 1: Koneksi antar konsep matematika Sebagai gambaran umum hasil penelitian mengenai kemampuan koneksi matematik siswa pada materi lingkaran dengan indikator antar konsep matematika, secara umum siswa kelas eksperimen menunjukan hasil yang lebih baik daripada siswa kelas kontrol. Sebagai contoh pada soal nomor 1b dengan indikator antar konsep matematika. Siswa kelas eksperimen dapat menjawab soal lebih baik dibandingkan siswa kelas kontrol.
60
Contoh jawaban siswa kelas eksperimen:
Gambar 4.5 Hasil jawaban Posttest Nomor 1b Kelas Eksperimen Pada jawaban di atas terlihat bahwa siswa kelas eksperimen mampu menyelesaikan soal nomor 1b, secara umum siswa kelas eksperimen mampu menghitung panjang apotema OD dengan cara mengkoneksikan konsep phytagoras. Siswa dapat mengingat konsep sebelumnya yaitu konsep apotema yang merupakan garis tegak lurus terhadap panjang tali busur dan membentuk sudut siku-siku sehingga siswa dapat melihat bahwa segitiga ODA dan segitiga ODB adalah segitiga siku-siku, ini mengakibatkan siswa mampu menghitung panjang apotema tersebut dengan cara mengkoneksikan konsep phytagoras. Berdasarkan uraian di atas terlihat jelas bahwa soal nomor 1b mewakili indikator antar konsep matematika yaitu antar konsep unsur-unsur lingkaran dengan konsep phytagoras.
61
Contoh jawaban kelas kontrol:
Gambar 4.6 Hasil Jawaban Postest Nomor 1b Kelas Kontrol Berdasarkan hasil jawaban di atas terlihat bahwa siswa kelas kontrol menyelesaikan soal nomor 1b dengan jawaban yang salah. Siswa tidak bisa mengkoneksikan konsep apotema yang merupakan garis tegak lurus terhadap tali busur sehingga membentuk sudut siku-siku dengan konsep phytagoras. Secara umum siswa menghitung panjang apotema dengan cara membagi dua jari-jari lingkaran, siswa melihat gambar bahwa panjang apotema merupakan setengahnya dari panjang jari-jari. Indikator 2: Koneksi matematika dengan masalah kehidupan sehari-hari Sebagai gambaran umum hasil penelitian mengenai kemampuan koneksi matematik siswa pada materi lingkaran dengan indikator koneksi matematika dengan masalah kehidupan sehari-hari, secara umum siswa kelas eksperimen menunjukan hasil yang lebih baik daripada siswa kelas kontrol. Sebagai contoh pada soal nomor 5 koneksi matematika dengan masalah kehidupan sehari-hari. Siswa kelas eksperimen dapat menjawab soal lebih baik dibandingkan siswa kelas kontrol.
62
Contoh jawaban siswa kelas eksperimen:
Gambar 4.7 Hasil Jawaban Posttest Nomor 5 Kelas Eksperimen Pada gambar 4.7 dapat kita lihat bahwa siswa kelas eksperimen mampu mengkoneksikan matematika dengan masalah kehidupan sehari-hari, langkah pertama siswa menggambar taman sesuai petunjuk yang telah diberikan pada soal nomor 5 yang berbentuk lingkaran kemudian menentukan jalan yang akan dibuat dengan cara mengarsir bagian lingkaran yang terlihat jelas pada hasil jawaban di atas. Secara umum siswa kelas eksperimen mampu menyelesaikan soal tersebut dengan cara mencari luas lingkaran pertama dengan jari-jari 32 m kemudian mencari luas lingkaran kedua dengan jari-jari 30 m, selanjutnya mencari selisih kedua lingkaran. Setelah diperoleh hasil akhirnya dikalikan dengan biaya per 1 m 2 sebesar Rp. 20.000,-. Berdasarkan uraian di atas terlihat jelas bahwa soal nomor 5 mewakili indikator koneksi matematika dengan masalah kehidupan sehari-hari, pada soal nomor 5 siswa diminta untuk menghitung biaya pembuatan jalan dengan cara mengkoneksikan masalah tersebut dengan konsep luas lingkaran.
63
Contoh jawaban kelas kontrol:
Gambar 4.8 Hasil Jawaban Posttest Nomor 5 Kelas Kontrol Berdasarkan gambar 4.8 terlihat bahwa siswa kelas kontrol belum bisa menggambarkan soal ke dalam kehidupan sehari-hari sehingga siswa tidak bisa menggambarkan situasi dalam soal tersebut. Secara umum siswa kelas kontrol tidak menggambar taman terlebih dahulu, karena jalan yang dibuat ada di sekeliling taman atau lingkaran mungkin siswa menganggap bahwa biaya pembuatan jalan dihitung dengan menggunakan rumus keliling lingkaran. Sehingga terdapat kesalahan konsep dalam jawaban siswa kelas kontrol. Berdasarkan data dan penjelasan di atas menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan koneksi matematik yang signifikan pada kelas eksperimen yang pembelajarannya menggunakan model Learning Cycle 7E dibandingkan pada kelas kontrol yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konvensional.
64
D. Keterbatasan Penelitian Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan. Berbagai upaya telah dilakukan agar memperoleh hasil yang maksimal. Namun demikian, masih terdapat hal-hal yang tidak dapat terkontrol dan tidak dapat dikendalikan sehingga hasil dari penelitian ini pun mempunyai keterbatasan. Hal tersebut antara lain: 1. Perlakuan ini hanya dilakukan pada pokok bahasan lingkaran saja, sehingga belum bisa digeneralisasikan pada pokok bahasan lain. 2. Pembelajaran dengan model Learning Cycle 7E membutuhkan waktu yang cukup banyak, namun waktu yang tersedia terbatas sehingga diperlukan persiapan dan pengaturan kelas yang baik. 3. Kelas yang digunakan dalam penelitian memiliki jumlah siswa yang relatif banyak, sehingga peneliti agak kesulitan dalam membimbing siswa dengan jumlah kelompok yang banyak, terkadang masih terdapat kelompok yang bingung dalam mengerjakan soal yang terdapat dalam LKS.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan mengenai pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Learning Cycle 7E terhadap kemampuan koneksi matematik siswa di SMP Negeri 2 Tangerang Selatan, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Siswa yang pembelajarannya mnggunakan model Learning Cycle 7E memiliki kemampuan koneksi yang baik, siswa mampu mengkoneksikan antar konsep matematika dan mengkoneksikan matematika dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini terlihat dari hasil posttest kemampuan koneksi matematik yang menunjukkan hasil bahwa lebih dari 65% siswa memiliki nilai kemampuan koneksi matematik lebih dari KKM. 2. Siswa yang pembelajarannya menggunakan model Learning Cycle 7E memiliki kemampuan koneksi matematik yang lebih tinggi daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan model konvensional. Hal ini terlihat dari hasil analisis posttest kemampuan koneksi matematik siswa menggunakan uji t dengan hasil thitung = 2,14 dan ttabel = 2,00 sehingga thitung lebih besar dari ttabel (2,14 > 2,00). Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model
Learning Cycle 7E berpengaruh terhadap kemampuan koneksi matematik siswa. B. Saran Berdasarkan temuan dalam penelitian ini, terdapat beberapa saran terkait pada skripsi ini, diantaranya: 1. Penelitian ini hanya fokus pada mata pelajaran matematika pada pokok bahasan Lingkaran, oleh karena itu sebaiknya penelitian juga dilakukan pada pokok bahasan matematika lainnya.
65
66
2. Guru yang hendak menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E dalam pembelajaran matematika di kelas diharapkan dapat mendesain pembelajaran dengan seefektif mungkin sehingga pembelajaran bisa selesai tepat waktu. 3. Langkah kerja pada LKS harus dikomunikasikan kepada siswa secara jelas dan terarah sehingga siswa dapat menjalani proses pembelajaran menggunakan model Learning Cycle 7E dengan baik.
67
DAFTAR PUSTAKA Arends, Richard I. Learning to Teach. New York: McGraw-Hill. 2007. Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. 2006. Cathcart, W. George. Learning Mathematics in Elementary and Middle Schools. Canada: Pearson Education. 2004. Depdiknas. Panduan Pengembangan Silabus Mata Pelajaran Matematika untuk SMP. Jakarta: Ditjen Dikdasmen. 2006. Eisenkraft, Arthur. Expanding the 5E Model A proposed 7E model emphasize “transfer
of
learning”
and
the
importance
of
eliciting
prior
understanding. New York: National Science Teacher Association. 2003. Fisika Study Center. Never Ending Learning. 2013. (http://fisikastudycenter.com). Fitriah, Pipih. "Penerapan Model Pembelajaran Siklus Belajar 7E untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi
Matematik Siswa SMP”.
Bandung: UPI. 2011. tidak dipublikasikan. Gilbert, Richard, O. Statistical Methods for Environmental Pollution Monitoring. New York : Vam Nostrand Reinhold Company Inc. 1987. Kadir. Statistis untuk Penilaian Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Rosemata Sampurna. 2010. Lorsbach, A.W. The Learning Cycle as a Tool for Planning Science Instruction. . 2013. (http://www.coe.ilstu.edu/scienceed/lorsbach/257lrcy.html). Margono, S. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT Rineka Cipta. 2010. NCTM. Principles and Standards for School Mathematics. Reston: NCTM. 2000. Ngalimun. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo. 2013. Patrick L. Brown and Sandra K. Abell. “Examining the Learning Cycle”. Research and Tips to Support Education. Columbia: University of Missoury. 2007. Sudjiono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2010.
68
Sugiman. “Koneksi Matematik dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah Menengah Pertama”. Jurnal Edukasi. Yogyakarta: UNY. 2008. Suhendra, dkk. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Jakarta : Universitas Terbuka. 2007. Suherman, Erman. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA-UPI. 2001. Sumarmo, Utari. Rujukan Filsafat, Teori dan Praksis Ilmu Pendidikan. Bandung: UPI Press. 2008 Sumarmo, Utari. Berpikir dan Disposisi Matematik serta Pembelajarannya. Bandung: UPI. 2013 Syaodih Sukmadinata, Nana. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. 2012. Yanto Permana dan Utari Sumarmo. “Mengembangkan Kemampuan Penalaran dan Koneksi Matematik Siswa SMA Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah”. Educationist. Bandung: UPI. Vol.1 No.2 hal 116 - 123. Juli 2007. Yulianti, Kartika. ”Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Siswa dengan Pembelajaran Learning Cycle”. Jurnal Edukasi. Bandung: UPI. 2004.
69
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Kelas Eksperimen)
Nama Sekolah
: SMPN 2 Kota Tangerang Selatan
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/Semester
: VIII/2
Alokasi Waktu
: 14 x 40 menit ( 7 pertemuan)
Standar Kompetensi
: 4. Menentukan unsur, bagian lingkaran serta ukurannya
Kompetensi Dasar
: 4. 1 Menentukan unsur dan bagian lingkaran 4.2 Menghitung keliling dan luas lingkaran 4.3 Menggunakan hubungan sudut pusat, panjang busur, luas juring dalam pemecahan masalah
A. Indikator 4.1.1 Menentukan contoh lingkaran dalam kehidupan sehari-hari 4.1.2 Menentukan unsur-unsur lingkaran 4.2.1 Menemukan rumus keliling lingkaran dengan menggunakan perbandingan keliling dan
diameter lingkaran
4.2.2 Menerapkan konsep keliling lingkaran ke dalam kehidupan sehari-hari dan antar konsep matematika 4.2.3 Menemukan rumus luas lingkaran dengan menggunakan konsep luas persegi panjang 4.2.4 Menerapkan konsep luas lingkaran ke dalam kehidupan sehari-hari dan antar konsep matematika 4.2.5 Menentukan hubungan sudut pusat, panjang busur dan luas juring 4.2.6 Menerapkan hubungan sudut pusat, panjang busur dan luas juring dalam pemecahan masalah 4.2.7 Menentukan hubungan sudut pusat dengan sudut lingkaran, panjang busur dengan keliling dan luas juring dengan luas lingkaran
70
Lampiran 1
4.2.8 Menerapkan hubungan sudut pusat dengan sudut lingkaran, panjang busur dengan keliling dan luas juring dengan luas lingkaran dalam pemecahan masalah 4.3.1 Menentukan hubungan sudut pusat dan sudut keliling jika menghadap busur yang sama 4.3.2 Menerapkan hubungan sudut pusat dan sudut keliling jika menghadap busur yang sama dalam pemecahan masalah 4.3.3 Menentukan besar sudut keliling yang menghadap diameter lingkaran 4.3.4 Menerapkan besar sudut keliling yang menghadap diameter lingkaran dalam pemecahan masalah
B. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat menyebutkan contoh lingkaran dalam kehidupan sehari-hari 2. Siswa dapat menentukan unsur-unsur lingkaran 3. Siswa dapat menemukan rumus keliling lingkaran dengan menggunakan perbandingan keliling dan diameter lingkaran 4. Siswa dapat menerapkan konsep keliling lingkaran ke dalam kehidupan seharihari dan antar konsep matematika 5. Siswa dapat menemukan rumus luas lingkaran dengan menggunakan konsep luas persegi panjang 6. Siswa dapat menerapkan konsep luas lingkaran ke dalam kehidupan sehari-hari dan antar konsep matematika 7. Siswa dapat menentukan hubungan sudut pusat, panjang busur dan luas juring 8. Siswa dapat menerapkan hubungan sudut pusat, panjang busur dan luas juring dalam pemecahan masalah 9. Siswa dapat menentukan hubungan sudut pusat dengan sudut lingkaran, panjang busur dengan keliling dan luas juring dengan luas lingkaran 10. Siswa dapat menerapkan hubungan sudut pusat dengan sudut lingkaran, panjang busur dengan keliling dan luas juring dengan luas lingkaran dalam pemecahan masalah
71
Lampiran 1
11. Siswa dapat menentukan hubungan sudut pusat dan sudut keliling jika menghadap busur yang sama 12. Siswa dapat menerapkan hubungan sudut pusat dan sudut keliling jika menghadap busur yang sama dalam pemecahan masalah 13. Siswa dapat menentukan besar sudut keliling yang menghadap diameter lingkaran 14. Siswa dapat menerapkan besar sudut keliling yang menghadap diameter lingkaran dalam pemecahan masalah
C. Model Pembelajaran Learning Cycle 7E
D. Materi Ajar Lingkaran
E. Langkah-langkah kegiatan Pertemuan ke -1 a.
Pendahuluan (10 menit) Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Salam Pembuka :
Guru mengkondisikan kelas (mengucapkan salam, berdoa,
Siswa memulai pembelajaran diawali dengan salam, berdoa.
mengabsen siswa. Apersepsi :
Guru bertanya kepada siswa
Siswa megingat kembali materi
mengenai materi yang telah
yang sudah dipelajari pada
dipelajari pada pertemuan
pertemuan sebelumnya.
sebelumnya.
72
Lampiran 1
Motivasi :
Guru memotivasi siswa dengan
Siswa mendengarkan penjelasan
menjelaskan tujuan pembelajaran
dan informasi yang disampaikan
materi unsur lingkaran yaitu dapat
oleh guru.
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Kegiatan Inti (60 menit) Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Elicit (mendatangkan pengetahuan awal siswa) Guru meminta siswa untuk
Siswa secara acak menyebutkan
menyebutkan contoh lingkaran
contoh lingkaran yang sering
yang biasa dijumpai dalam
mereka jumpai dalam kehidupan
kehidupan sehari-hari.
sehari-hari.
Engange (ide, rencana pembelajaran, dan pengalaman) Guru memberikan arahan dan
Siswa secara bergiliran
melakukan tanya jawab secara
mengemukakan pendapatnya sesuai
bergiliran kepada siswa mengenai
arahan guru mengenai
pengertian lingkaran.
Pengertian lingkaran.
Guru memberikan contoh
Siswa secara acak menyebutkan
lingkaran yaitu ban sepeda dan
bagian-bagian lingkaran yang
meminta siswa untuk menyebutkan
terdapat di daerah ban sepeda.
bagian-bagian yang terdapat di daerah ban sepeda. Explore (menyelidiki) Guru
meminta
menggambar
siswa
lingkaran
menggunakan jangka.
untuk dengan
Siswa menggambar lingkaran dengan menggunakan jangka.
73
Lampiran 1
Guru memfasilitasi siswa untuk
Siswa melengkapi lingkarannya
melengkapi lingkaran dengan
masing-masing dengan unsur-unsur
unsur-unsur lingkaran.
lingkaran.
Explain (menjelaskan)
Guru meminta salah satu siswa
Siswa dipilih secara acak oleh guru
untuk mempresentasikan hasil
untuk mempresentasikan hasil
kerjanya mengenai unsur-unsur
kerjanya mengenai unsur-unsur
lingkaran di depan kelas.
lingkaran di depan kelas.
Elaborate ( menerapkan)
Guru memberikan latihan soal
unsur-unsur lingkaran.
Siswa mengerjakan latihan soal unsur-unsur lingkaran.
Evaluate (penilaian)
Guru memberikan penilaian
Siswa diberi penilaian terhadap hasil
terhadap hasil kerja siswa pada
kerjanya pada tahap Explore dan
tahap Explore dan latihan soal
latihan soal pada tahap Elaborate.
pada tahap Elaborate. Extend (memperluas)
Guru memberikan masalah yang
Siswa memecahkan masalah yang
berkaitan dengan kehidupan
berkaitan dengan kehidupan sehari-
sehari-hari dan antar konsep
hari dan antar konsep matematika.
matematika.
c.
Kegiatan Penutup (10 menit) Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Kesimpulan :
Guru bertanya pada siswa apa yang
Siswa menyebutkan hal-hal yang
mereka pelajari dengan syarat setiap
mereka ingat dan pahami mengenai
siswa harus menyampaikan hal yang
materi unsur-unsur lingkaran
berbeda.
dengan atusias.
74
Lampiran 1
Guru memberikan respon positif
Siswa menyimak dan mencatat
untuk setiap tanggapan siswa dan
tugas yang diberikan oleh guru.
memberikan PR. Salam Penutup : Guru menutup pelajaran dengan
Siswa berdo’a dan mengucapkan salam.
mengucapkan hamdalah dan salam. Pertemuan ke -2 a. Pendahuluan (10 menit) Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Salam Pembuka :
Guru mengkondisikan kelas
(mengucapkan salam, berdoa,
Siswa memulai pembelajaran diawali dengan salam, berdoa
mengabsen siswa. Apersepsi :
Guru bertanya kepada siswa
Siswa megingat kembali materi
mengenai materi yang telah
yang sudah dipelajari pada
dipelajari pada pertemuan
pertemuan sebelumnya.
sebelumnya. Motivasi :
Guru memotivasi siswa dengan
Siswa mendengarkan penjelasan
menjelaskan tujuan pembelajaran
dan informasi yang disampaikan
materi keliling lingkaran yaitu
oleh guru.
dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. b. Kegiatan Inti (60 menit) Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Elicit (mendatangkan pengetahuan awal siswa) Guru memberikan pertanyaan
Siswa secara acak menjawab
75
Lampiran 1
mengenai keliling lingkaran dengan
pertanyaan guru mengenai keliling
mengaitkan ke dalam kehidupan
lingkaran dengan mengaitkan ke
sehari-hari.
dalam kehidupan sehari-hari.
Engange (ide, rencana ) Guru memberikan LKS untuk
Siswa dibagi menjadi beberapa
mengeksplorasi pengetahuan siswa
kelompok untuk mengerjakan
dalam menemukan rumus keliling
LKS.
lingkaran. Explore (menyelidiki) Guru meminta siswa untuk
Siswa bersama teman
berdiskusi bersama teman
kelompoknya berdiskusi untuk
kelompoknya dalam mengerjakan
mengerjakan LKS.
LKS. Explain (menjelaskan)
Guru meminta salah satu siswa
Siswa dipilih secara acak oleh guru
untuk mempresentasikan hasil
untuk mempresentasikan hasil
kerjanya mengenai perbandingan
kerjanya mengenai perbandingan
keliling dan diameter berbagai
keliling dan diameter berbagai
macam benda berbentuk lingkaran
macam benda berbentuk lingkaran
dan menjelaskan cara menemukan
dan menemukan rumus keliling
rumus keliling lingkaran.
lingkaran.
Elaborate ( menerapkan)
Guru memberikan latihan soal mengenai keliling lingkaran.
Siswa mengerjakan soal mengenai keliling lingkaran.
Evaluate (penilaian)
Guru memberikan penilaian
Siswa diberi penilaian terhadap
terhadap hasil kerja siswa mengenai
hasil kerjanya mengenai keliling
keliling lingkaran pada tahap
lingkaran pada tahap Explore dan
Explore dan latihan soal pada tahap
latihan soal pada tahap Elaborate.
Elaborate.
76
Lampiran 1
Extend (memperluas)
Guru memberikan masalah tentang
Siswa memecahkan masalah
keliling lingkaran yang berkaitan
tentang keliling llingkaran yang
kehidupan sehari-hari dan antar
berkaitan dengan kehidupan
konsep matematika.
sehari-hari dan antar konsep matematika.
c.
Kegiatan Penutup (10 menit) Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Kesimpulan :
Guru bertanya pada siswa apa yang
Siswa menyebutkan hal-hal yang
mereka pelajari hari ini secara acak,
mereka ingat dan pahami mengenai
dengan syarat setiap siswa harus
materi keliling lingkaran dengan
menyampaikan hal yang berbeda.
antusias.
Guru memberikan respon positif untuk setiap tanggapan siswa dan
Siswa menyimak dan mencatat tugas yang diberikan oleh guru.
memberikan PR. Salam Penutup : Guru menutup pelajaran dengan
Siswa berdo’a dan mengucapkan salam.
mengucapkan hamdalah dan salam. Pertemuan ke -3 a. Pendahuluan (10 menit) Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Salam Pembuka :
Guru mengkondisikan kelas
Siswa memulai pembelajaran
(mengucapkan salam, berdoa,
diawali dengan salam, dan
mengabsen siswa.
berdoa.
Apersepsi :
Guru bertanya kepada siswa mengenai materi yang telah
Siswa mengingat kembali materi yang sudah dipelajari pada
77
Lampiran 1
dipelajari pada pertemuan
pertemuan sebelumnya.
sebelumnya. Motivasi :
Guru menjelaskan tujuan
Siswa mendengarkan penjelasan
pembelajaran materi luas lingkaran
dan informasi yang disampaikan
yaitu dapat menerapkannya dalam
oleh guru.
kehidupan sehari-hari.
a. Kegiatan Inti (60 menit) Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Elicit (mendatangkan pengetahuan awal siswa) Guru memberikan pertanyaan
Siswa secara acak menjawab
mengenai luas lingkaran dengan
pertanyaan guru mengenai luas
mengaitkan ke dalam kehidupan
lingkaran dengan mengaitkan ke
sehari-hari.
dalam kehidupan sehari-hari.
Engange (ide, rencana ) Guru memberikan LKS untuk
Siswa dibagi menjadi beberapa
mengeksplorasi pengetahuan siswa
kelompok untuk mengerjakan
dalam menemukan rumus luas
LKS.
lingkaran. Explore (menyelidiki) Guru meminta siswa untuk
Siswa bersama teman
berdiskusi bersama teman
kelompoknya berdiskusi untuk
kelompoknya dalam mengerjakan
mengerjakan LKS.
LKS. Explain (menjelaskan)
Guru meminta salah satu siswa
Siswa dipilih oleh guru untuk
untuk mempresentasikan cara
mempresentasikan cara
menemukan rumus luas lingkaran.
menemukan rumus luas lingkaran.
78
Lampiran 1
Elaborate ( menerapkan)
Guru memberikan latihan soal
mengenai luas lingkaran.
Siswa mengerjakan soal mengenai luas lingkaran.
Evaluate (penilaian)
Guru memberikan penilaian
Siswa diberi penilaian terhadap
terhadap hasil kerja siswa mengenai
hasil kerjanya mengenai luas
luas lingkaran pada tahap Explore
lingkaran pada tahap Explore dan
dan latihan soal pada tahap
latihan soal pada tahap Elaborate.
Elaborate. Extend (memperluas)
Guru memberikan masalah tentang
Siswa memecahkan masalah
luas lingkaran yang berkaitan
tentang luas llingkaran yang
kehidupan sehari-hari dan antar
berkaitan dengan kehidupan
konsep matematika.
sehari-hari dan antar konsep matematika.
b. Kegiatan Penutup (10 menit) Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Kesimpulan :
Guru bertanya pada siswa apa yang
Siswa menyebutkan hal-hal yang
mereka pelajari hari ini dengan
mereka ingat dan pahami mengenai
menyampaikan pendapat yang
materi yang dipelajari dengan
berbeda
semangat dan antusias.
Guru memberikan respon positif untuk setiap tanggapan siswa dan
Siswa menyimak dan mencatat tugas yang diberikan oleh guru.
memberikan PR. Salam Penutup : Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan hamdalah dan salam.
Siswa berdo’a dan mengucapkan salam.
79
Lampiran 1
Pertemuan ke -4 a. Pendahuluan (10 menit) Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Salam Pembuka :
Guru mengkondisikan kelas
Siswa memulai pembelajaran
(mengucapkan salam, berdoa,
diawali dengan salam, dan
mengabsen siswa.
berdoa.
Apersepsi :
Guru bertanya kepada siswa
Siswa mengingat kembali materi
mengenai materi yang telah
yang sudah dipelajari pada
dipelajari pada pertemuan
pertemuan sebelumnya.
sebelumnya. Motivasi :
Guru memotivasi siswa dengan
Siswa mendengarkan penjelasan
menjelaskan tujuan pembelajaran
dan informasi yang disampaikan
materi hubungan sudut pusat,
oleh guru.
panjang busur, dan luas juring yaitu dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Kegiatan Inti (60 menit) Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Elicit (mendatangkan pengetahuan awal siswa) Guru memberikan pertanyaan
Siswa secara acak menjawab pertanyaan guru mengenai
mengenai hubungan sudut pusat,
mengenai hubungan sudut pusat,
panjang busur, dan luas juring
panjang busur, dan luas juring
dengan mengaitkan ke dalam
dengan mengaitkan ke dalam
kehidupan sehari-hari.
kehidupan sehari-hari.
Engange (ide, rencana )
80
Lampiran 1
Guru memberikan LKS untuk
Siswa dibagi menjadi beberapa
mengeksplorasi pengetahuan siswa
kelompok untuk mengerjakan
dalam menentukan hubungan sudut
LKS.
pusat, panjang busur, dan luas juring. Explore (menyelidiki) Guru meminta siswa untuk
Siswa bersama teman
berdiskusi secara berkelompok
kelompoknya berdiskusi untuk
dalam mengerjakan LKS.
mengerjakan LKS.
Explain (menjelaskan)
Guru meminta salah satu siswa
Siswa dipilih oleh guru untuk
untuk mempresentasikan hasil
mempresentasikan hasil kerjanya
kerjanya dalam menentukan
dalam menentukan hubungan
hubungan sudut pusat, panjang
sudut pusat, panjang busur, dan
busur, dan luas juring.
luas juring.
Elaborate ( menerapkan)
Guru memberikan latihan soal
Siswa mengerjakan soal mengenai
mengenai hubungan sudut pusat,
hubungan sudut pusat, panjang
panjang busur, dan luas juring.
busur, dan luas juring.
Evaluate (penilaian)
Guru memberikan penilaian
Siswa diberi penilaian terhadap
terhadap hasil kerja siswa mengenai
hasil kerjanya mengenai hubungan
hubungan sudut pusat, panjang
sudut pusat, panjang busur, dan
busur, dan luas juring pada tahap
luas juring. pada tahap Explore dan
Explore dan latihan soal pada tahap
latihan soal pada tahap Elaborate.
Elaborate. Extend (memperluas)
Guru memberikan masalah tentang
Siswa memecahkan masalah
hubungan sudut pusat, panjang
tentang hubungan sudut pusat,
busur, dan luas juring.
panjang busur, dan luas juring.
81
Lampiran 1
c.
Kegiatan Penutup (10 menit) Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Kesimpulan :
Guru bertanya pada siswa apa yang
Siswa menyebutkan hal-hal yang
mereka pelajari hari ini secara acak,
mereka ingat dan pahami mengenai
dengan syarat setiap siswa harus
materi yang dipelajari dengan
menyampaikan hal yang berbeda.
semangat dan antusias.
Guru memberikan respon positif untuk setiap tanggapan siswa dan
Siswa menyimak dan mencatat tugas yang diberikan oleh guru.
memberikan PR. Salam Penutup : Guru menutup pelajaran dengan
Siswa berdo’a dan mengucapkan salam.
mengucapkan hamdalah dan salam. Pertemuan ke -5 a. Pendahuluan (10 menit) Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Salam Pembuka :
Guru mengkondisikan kelas
Siswa memulai pembelajaran
(mengucapkan salam, berdoa,
diawali dengan salam, dan
mengabsen siswa.
berdoa.
Apersepsi :
Guru bertanya kepada siswa
Siswa mengingat kembali materi
mengenai materi yang telah
yang sudah dipelajari pada
dipelajari pada pertemuan
pertemuan sebelumnya.
sebelumnya. Motivasi :
Guru memotivasi siswa dengan
Siswa mendengarkan penjelasan
menjelaskan tujuan pembelajaran
dan informasi yang disampaikan
materi hubungan sudut pusat,
oleh guru.
82
Lampiran 1
panjang busur, dan luas juring yaitu dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. b. Kegiatan Inti (60 menit) Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Elicit (mendatangkan pengetahuan awal siswa) Guru memberikan pertanyaan
Siswa menjawab pertanyaan guru
mengenai hubungan sudut pusat,
mengenai mengenai hubungan
panjang busur, dan luas juring
sudut pusat, panjang busur, dan
dengan mengaitkan ke dalam
luas juring dengan kehidupan
kehidupan sehari-hari.
sehari-hari
Engange (ide, rencana ) Guru memberikan LKS untuk
Siswa dibagi menjadi beberapa
mengeksplorasi siswa dalam
kelompok untuk mengerjakan
menentukan hubungan sudut pusat
LKS.
dengan sudut lingkaran, panjang busur dengan keliling, dan luas juring dengan luas lingkaran. Explore (menyelidiki) Guru meminta siswa untuk
Siswa bersama teman
berdiskusi secara berkelompok
kelompoknya berdiskusi untuk
dalam mengerjakan LKS.
mengerjakan LKS.
Explain (menjelaskan)
Guru meminta salah satu siswa
Siswa mempresentasikan dalam
untuk mempresentasikan dalam
menentukan hubungan sudut pusat
menentukan hubungan sudut pusat
dengan sudut lingkaran, panjang
dengan sudut lingkaran, panjang
busur dengan keliling, dan luas
busur dengan keliling, dan luas
juring dengan luas lingkaran.
juring dengan luas lingkaran.
83
Lampiran 1
Elaborate ( menerapkan)
Guru memberikan latihan soal
Siswa mengerjakan soal mengenai
mengenai hubungan sudut pusat
hubungan sudut pusat dengan
dengan sudut lingkaran, panjang
sudut lingkaran, panjang busur
busur dengan keliling, dan luas
dengan keliling, dan luas juring
juring dengan luas lingkaran.
dengan luas lingkaran.
Evaluate (penilaian)
Guru memberikan penilaian
Siswa diberi penilaian terhadap
terhadap hasil kerja siswa pada tahap
hasil kerjanya pada tahap Explore
Explore dan latihan soal pada tahap
dan latihan soal pada tahap
Elaborate.
Elaborate.
Extend (memperluas)
Guru memberikan masalah tentang
Siswa memecahkan masalah
hubungan sudut pusat dengan sudut
tentang hubungan sudut pusat
lingkaran, panjang busur dengan
dengan sudut lingkaran, panjang
keliling, dan luas juring dengan luas
busur dengan keliling, dan luas
lingkaran yang berkaitan dengan
juring dengan luas lingkaran yang
antar konsep matematika.
berkaitan dengan antar konsep matematika.
c.
Kegiatan Penutup (10 menit) Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Kesimpulan :
Guru bertanya pada siswa secara
Siswa menyebutkan hal-hal yang
bergiliran apa yang mereka pelajari
mereka ingat mengenai materi
hari ini.
yang dipelajari dengan antusias.
Guru memberikan respon positif dan memberikan PR.
Siswa menyimak dan mencatat tugas yang diberikan oleh guru.
Salam Penutup : Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan hamdalah dan salam.
Siswa berdo’a dan mengucapkan salam.
84
Lampiran 1
Pertemuan ke -6 a. Pendahuluan (10 menit) Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Salam Pembuka :
Guru mengkondisikan kelas
Siswa memulai pembelajaran
(mengucapkan salam, berdoa,
diawali dengan salam, dan
mengabsen siswa.
berdoa.
Apersepsi :
Guru bertanya kepada siswa
Siswa mengingat kembali materi
mengenai materi yang telah
yang sudah dipelajari pada
dipelajari.
pertemuan sebelumnya.
Motivasi :
Guru menjelaskan tujuan
Siswa mendengarkan penjelasan
pembelajaran materi hubungan
dan informasi yang disampaikan
sudut pusat dan sudut keliling jika
oleh guru.
menghadap busur yang sama kehidupan sehari-hari.
b. Kegiatan Inti (60 menit) Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Elicit (mendatangkan pengetahuan awal siswa) Guru memberikan pertanyaan
Siswa secara acak menjawab
mengenai hubungan sudut pusat dan
pertanyaan guru mengenai
sudut keliling jika menghadap busur
mengenai hubungan sudut pusat
yang sama dengan mengaitkan ke
dan sudut keliling jika menghadap
dalam kehidupan sehari-hari.
busur yang sama dengan mengaitkan ke dalam kehidupan sehari-hari.
85
Lampiran 1
Engange (ide, rencana ) Guru memberikan LKS untuk
Siswa dibagi menjadi beberapa
mengeksplorasi pengetahuan siswa
kelompok untuk mngerjakan LKS.
dalam menentukan hubungan sudut pusat dan sudut keliling jika menghadap busur yang sama. Explore (menyelidiki) Guru meminta siswa untuk
Siswa bersama teman
berdiskusi secara berkelompok
kelompoknya berdiskusi untuk
dalam mengerjakan LKS.
mengerjakan LKS.
Explain (menjelaskan)
Guru meminta salah satu siswa
Siswa dipilih oleh guru untuk
untuk mempresentasikan hasil
mempresentasikan hasil kerjanya
kerjanya dalam menentukan
dalam menentukan hubungan sudut
hubungan sudut pusat dan sudut
pusat dan sudut keliling jika
keliling jika menghadap busur yang
menghadap busur yang sama.
sama. Elaborate ( menerapkan)
Guru memberikan latihan soal
Siswa mengerjakan soal mengenai
mengenai hubungan sudut pusat dan
hubungan sudut pusat dan sudut
sudut keliling jika menghadap busur
keliling jika menghadap busur
yang sama.
yang sama.
Evaluate (penilaian)
Guru memberikan penilaian
Siswa diberi penilaian terhadap
terhadap hasil kerja siswa pada
hasil kerjanya pada tahap Explore
tahap Explore dan latihan soal pada
dan latihan soal pada tahap
tahap Elaborate.
Elaborate.
Extend (memperluas)
Guru memberikan masalah tentang hubungan sudut pusat dan sudut
Siswa memecahkan masalah tentang hubungan sudut pusat dan
86
Lampiran 1
c.
keliling jika menghadap busur yang
sudut keliling jika menghadap
sama yang berkaitan dengan antar
busur yang sama yang berkaitan
konsep matematika.
dengan antar konsep matematika.
Kegiatan Penutup (10 menit) Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Kesimpulan :
Guru bertanya pada siswa apa yang
Siswa menyebutkan hal-hal yang
mereka pelajari dengan syarat setiap
mereka ingat dan pahami mengenai
siswa harus menyampaikan hal yang
materi yang dipelajari dengan
berbeda.
semangat dan antusias.
Guru memberikan respon positif setiap tanggapan siswa dan
Siswa menyimak dan mencatat tugas yang diberikan oleh guru.
memberikan PR. Salam Penutup : Guru menutup pelajaran dengan
Siswa berdo’a dan mengucapkan salam.
mengucapkan hamdalah dan salam. Pertemuan ke -7 d. Pendahuluan (10 menit) Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Salam Pembuka :
Guru mengkondisikan kelas
Siswa memulai pembelajaran
(mengucapkan salam, berdoa,
diawali dengan salam, dan
mengabsen siswa.
berdoa.
Apersepsi :
Guru bertanya kepada siswa
Siswa mengingat kembali materi
mengenai materi yang telah
yang sudah dipelajari pada
dipelajari pada pertemuan
pertemuan sebelumnya.
sebelumnya. Motivasi :
Guru menjelaskan tujuan
Siswa mendengarkan penjelasan
87
Lampiran 1
pembelajaran materi hubungan
dan informasi yang disampaikan
sudut pusat dan sudut keliling yaitu
oleh guru.
dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Kegiatan Inti (60 menit) Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Elicit (mendatangkan pengetahuan awal siswa) Guru memberikan pertanyaan
Siswa secara acak menjawab
mengenai besar sudut keliling yang
pertanyaan guru mengenai
menghadap diameter dengan
mengenai besar sudut keliling
mengaitkan ke dalam kehidupan
yang menghadap diameter dengan
sehari-hari.
mengaitkan ke dalam kehidupan sehari-hari.
Engange (ide, rencana ) Guru memberikan LKS untuk
Siswa dibagi menjadi beberapa
mengeksplorasi pengetahuan siswa
kelompok untuk mengerjakan
dalam menentukan besar sudut
LKS.
keliling yang menghadap diameter. Explore (menyelidiki) Guru meminta siswa untuk
Siswa bersama teman
berdiskusi secara berkelompok
kelompoknya berdiskusi untuk
dalam mengerjakan LKS.
mengerjakan LKS.
Explain (menjelaskan)
Guru meminta salah satu siswa
Siswa dipilih oleh guru untuk
untuk mempresentasikan hasil
mempresentasikan hasil kerjanya
kerjanya dalam menentukan besar
dalam menentukan besar sudut
sudut keliling yang menghadap
keliling yang menghadap diameter.
diameter.
88
Lampiran 1
Elaborate ( menerapkan)
Guru memberikan latihan soal
Siswa mengerjakan soal mengenai
mengenai besar sudut keliling yang
besar sudut keliling yang
menghadap diameter.
menghadap diameter.
Evaluate (penilaian)
Guru memberikan penilaian
Siswa diberi penilaian terhadap
terhadap hasil kerja siswa pada
hasil kerjanya pada tahap Explore
tahap Explore dan latihan soal pada
dan latihan soal pada tahap
tahap Elaborate.
Elaborate.
Extend (memperluas)
Guru memberikan masalah tentang
Siswa memecahkan masalah
besar sudut keliling yang
tentang besar sudut keliling yang
menghadap diameter yang berkaitan
menghadap diameter yang
dengan antar konsep matematika.
berkaitan dengan antar konsep matematika.
c.
Kegiatan Penutup (10 menit) Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Kesimpulan :
Guru bertanya pada siswa apa yang
Siswa menyebutkan hal-hal yang
mereka pelajari hari ini secara acak,
mereka ingat dan pahami mengenai
dengan syarat setiap siswa harus
materi yang dipelajari dengan
menyampaikan hal yang berbeda.
semangat dan antusias.
Guru memberikan respon positif setiap tanggapan siswa dan memberikan PR.
Siswa menyimak dan mencatat tugas yang diberikan oleh guru.
Salam Penutup : Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan hamdalah dan salam.
Siswa berdo’a dan mengucapkan salam.
89
Lampiran 1
F. Alat dan Sumber Belajar Alat
: Papan tulis, spidol, jangka, penggaris, LKS
Sumber : Dewi Nurhaini. 2008. Matematika Konsep dan Aplikasinya untuk SMP Kelas VIII. Jakarta: CV. Usaha Makmur. Endah Budi Rahaju. 2008. Contextual and Teaching Learning Matematika untuk SMP Kelas VIII. Jakarta : Pusat perbukuan, Depdiknas. Heru Nugroho. 2009. Matematia 2 SMP dan MTS kelas VIII. Jakarta : Pusat perbukuan, Depdiknas. M. Cholik Adinawan Sugijono. 2007. Matematika untuk SMP Kelas VIII. Jakarta : Erlangga.
G. NILAI KARAKTER Bertaqwa ( religioius), Rasa hormat dan perhatian (respect), Rasa ingin tahu (curiosity) , Kerjasama (cooperation), Bertanggung jawab (responsibility), Keberanian (courage ). H. Penilaian
Teknik Instrumen
: Tertulis
Bentuk Instrumen
: Uraian
Ciputat, Januari 2014 Peneliti
Citra Humaira Firdaus NIM. 109017000103
90 Lampiran 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Kelas Kontrol)
Nama Sekolah
: SMPN 2 Kota Tangerang Selatan
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/Semester
: VIII/2
Alokasi Waktu
: 14 x 40 menit ( 7 pertemuan)
Standar Kompetensi
: 4. Menentukan unsur, bagian lingkaran serta ukurannya
Kompetensi Dasar
: 4. 1 Menentukan unsur dan bagian lingkaran 4.2 Menghitung keliling dan luas lingkaran 4.3 Menggunakan hubungan sudut pusat, panjang busur, luas juring dalam pemecahan masalah
A. Indikator 4.1.1 Menentukan contoh lingkaran dalam kehidupan sehari-hari 4.1.2 Menentukan unsur-unsur lingkaran 4.2.1 Menemukan rumus keliling lingkaran dengan menggunakan perbandingan keliling dan
diameter lingkaran
4.2.2 Menerapkan konsep keliling lingkaran ke dalam kehidupan sehari-hari dan antar konsep matematika 4.2.3 Menemukan rumus luas lingkaran dengan menggunakan konsep luas persegi panjang 4.2.4 Menerapkan konsep luas lingkaran ke dalam kehidupan sehari-hari dan antar konsep matematika 4.2.5 Menentukan hubungan sudut pusat, panjang busur dan luas juring 4.2.6 Menerapkan hubungan sudut pusat, panjang busur dan luas juring dalam pemecahan masalah 4.2.7 Menentukan hubungan sudut pusat dengan sudut lingkaran, panjang busur dengan keliling dan luas juring dengan luas lingkaran
91 Lampiran 2
4.2.8 Menerapkan hubungan sudut pusat dengan sudut lingkaran, panjang busur dengan keliling dan luas juring dengan luas lingkaran dalam pemecahan masalah 4.3.1 Menentukan hubungan sudut pusat dan sudut keliling jika menghadap busur yang sama 4.3.2 Menerapkan hubungan sudut pusat dan sudut keliling jika menghadap busur yang sama dalam pemecahan masalah 4.3.3 Menentukan besar sudut keliling yang menghadap diameter lingkaran 4.3.4 Menerapkan besar sudut keliling yang menghadap diameter lingkaran dalam pemecahan masalah
B. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat menyebutkan contoh lingkaran dalam kehidupan sehari-hari 2. Siswa dapat menentukan unsur-unsur lingkaran 3. Siswa dapat menemukan rumus keliling lingkaran dengan menggunakan perbandingan keliling dan diameter lingkaran 4. Siswa dapat menerapkan konsep keliling lingkaran ke dalam kehidupan seharihari dan antar konsep matematika 5. Siswa dapat menemukan rumus luas lingkaran dengan menggunakan konsep luas persegi panjang 6. Siswa dapat menerapkan konsep luas lingkaran ke dalam kehidupan sehari-hari dan antar konsep matematika 7. Siswa dapat menentukan hubungan sudut pusat, panjang busur dan luas juring 8. Siswa dapat menerapkan hubungan sudut pusat, panjang busur dan luas juring dalam pemecahan masalah 9. Siswa dapat menentukan hubungan sudut pusat dengan sudut lingkaran, panjang busur dengan keliling dan luas juring dengan luas lingkaran 10. Siswa dapat menerapkan hubungan sudut pusat dengan sudut lingkaran, panjang busur dengan keliling dan luas juring dengan luas lingkaran dalam pemecahan masalah
92 Lampiran 2
11. Siswa dapat menentukan hubungan sudut pusat dan sudut keliling jika menghadap busur yang sama 12. Siswa dapat menerapkan hubungan sudut pusat dan sudut keliling jika menghadap busur yang sama dalam pemecahan masalah 13. Siswa dapat menentukan besar sudut keliling yang menghadap diameter lingkaran 14. Siswa dapat menerapkan besar sudut keliling yang menghadap diameter lingkaran dalam pemecahan masalah
C. Model Pembelajaran Konvensional
D. Materi Ajar Lingkaran
E. Langkah-langkah kegiatan Pertemuan ke -1 a.
Pendahuluan (10 menit) Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Salam Pembuka :
Guru mengkondisikan kelas
Siswa memulai pembelajaran
(mengucapkan salam, berdoa,
diawali dengan salam, dan
mengabsen siswa.
berdoa.
Apersepsi :
Guru bertanya kepada siswa
Siswa megingat kembali materi
mengenai materi yang telah
yang sudah dipelajari pada
dipelajari pada pertemuan
pertemuan sebelumnya.
sebelumnya.
93 Lampiran 2
Motivasi :
Guru menjelaskan tujuan
Siswa mendengarkan penjelasan
pembelajaran materi unsur
dan informasi yang disampaikan
lingkaran yaitu dapat
oleh guru.
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Kegiatan Inti (60 menit) Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Eksplorasi Guru meminta siswa untuk
menggambar lingkaran dengan
Siswa menggambar lingkaran dengan menggunakan jangka.
menggunakan jangka. Guru memfasilitasi siswa untuk
Siswa melengkapi lingkarannya
melengkapi lingkaran dengan unsur-
dengan unsur-unsur lingkaran.
unsur lingkaran. Elaborasi Guru memberikan latihan soal
materi unsur lingkaran.
Siswa mengerjakan soal materi unsur lingkaran.
Konfirmasi Guru dengan murid bersama-sama
c.
Murid dengan guru bersama-sama
membahas latihan soal materi unsur
membahas latihan soal materi
lingkaran.
unsur lingkaran.
Kegiatan Penutup (10 menit) Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Kesimpulan :
Guru menyimpulkan materi yang sudah dipelajari.
Siswa ikut serta menyimpulkan materi yang sudah dipelajari. Siswa menyimak dan mencatat
94 Lampiran 2
Guru memberikan memberikan PR.
tugas yang diberikan oleh guru.
Salam Penutup : Guru menutup pelajaran dengan
Siswa berdo’a dan mengucapkan salam.
mengucapkan hamdalah dan salam.
Pertemuan ke -2 a. Pendahuluan (10 menit) Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Salam Pembuka :
Guru mengkondisikan kelas
Siswa memulai pembelajaran
(mengucapkan salam, berdoa,
diawali dengan salam, dan
mengabsen siswa.
berdoa.
Apersepsi :
Guru bertanya kepada siswa
Siswa megingat kembali materi
mengenai materi yang telah
yang sudah dipelajari pada
dipelajari pada pertemuan
pertemuan sebelumnya.
sebelumnya. Motivasi :
Guru menjelaskan tujuan
Siswa mendengarkan penjelasan
pembelajaran materi keliling
dan informasi yang disampaikan
lingkaran yaitu dapat
oleh guru.
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Kegiatan Inti (60 menit) Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Eksplorasi Guru bersama siswa melakukan
Siswa secara bergiliran melakukan
tanya jawab untuk menemukan
tanya jawab untuk menemukan
rumus keliling lingkaran.
rumus keliling lingkaran.
95 Lampiran 2
Elaborasi
Guru memberikan latihan soal
Siswa mengerjakan soal keliling
keliling lingkaran.
lingkaran.
Konfirmasi
Guru bersama siswa membahas
Siswa bersama guru membahas
latihan soal keliling lingkaran.
c.
latihan soal keliling lingkaran.
Kegiatan Penutup (10 menit) Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Kesimpulan :
Guru bertanya pada siswa apa yang
Siswa menyebutkan hal-hal yang
mereka pelajari hari ini dengan
mereka ingat dan pahami mengenai
syarat setiap siswa harus
materi keliling lingkaran dengan
menyampaikan pendapat yang
antusias.
berbeda. Guru memberikan respon positif
Siswa menyimak dan mencatat tugas yang diberikan oleh guru.
untuk setiap tanggapan siswa dan memberikan PR.
Salam Penutup : Guru menutup pelajaran dengan
Siswa berdo’a dan mengucapkan salam.
mengucapkan hamdalah dan salam. Pertemuan ke -3 a. Pendahuluan (10 menit) Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Salam Pembuka :
Guru mengkondisikan kelas
Siswa memulai pembelajaran
(mengucapkan salam, berdoa,
diawali dengan salam, dan
mengabsen siswa.
berdoa.
96 Lampiran 2
Apersepsi :
Guru bertanya kepada siswa
Siswa megingat kembali materi
mengenai materi yang telah
yang sudah dipelajari pada
dipelajari pada pertemuan
pertemuan sebelumnya.
sebelumnya. Motivasi :
Guru menjelaskan tujuan
Siswa mendengarkan penjelasan
pembelajaran materi luas lingkaran
dan informasi yang disampaikan
yaitu dapat menerapkannya dalam
oleh guru.
kehidupan sehari-hari.
b. Kegiatan Inti (60 menit) Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Eksplorasi Guru bersama siswa melakukan
Siswa secara bergiliran melakukan
tanya jawab untuk menemukan
tanya jawab untuk menemukan
rumus luas lingkaran.
rumus luas lingkaran.
Elaborasi
Guru memberikan latihan soal luas
lingkaran.
Siswa mengerjakan soal luas lingkaran.
Konfirmasi
Guru bersama siswa membahas latihan soal luas lingkaran.
c.
Siswa bersama guru membahas latihan soal luas lingkaran.
Kegiatan Penutup (10 menit) Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Kesimpulan :
Guru bertanya pada siswa apa yang mereka pelajari hari ini, setiap siswa
Siswa menyebutkan hal-hal yang mereka ingat dan pahami mengenai materi luas lingkaran dengan
97 Lampiran 2
harus menyampaikan hal yang
semangat dan antusias. Siswa menyimak dan mencatat
berbeda. Guru memberikan respon positif
tugas yang diberikan oleh guru.
untuk setiap tanggapan siswa dan memberikan PR. Salam Penutup : Guru menutup pelajaran dengan
Siswa berdo’a dan mengucapkan salam.
mengucapkan hamdalah dan salam. Pertemuan ke -4 a. Pendahuluan (10 menit) Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Salam Pembuka :
Guru mengkondisikan kelas
Siswa memulai pembelajaran
(mengucapkan salam, berdoa,
diawali dengan salam, dan
mengabsen siswa.
berdoa.
Apersepsi :
Guru bertanya kepada siswa
Siswa mengingat kembali materi
mengenai materi yang telah
yang sudah dipelajari pada
dipelajari pada pertemuan
pertemuan sebelumnya.
sebelumnya. Motivasi :
Guru menjelaskan tujuan
Siswa mendengarkan penjelasan
pembelajaran materi hubungan
dan informasi yang disampaikan
sudut pusat, panjang busur, dan
oleh guru.
luas juring yaitu dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
98 Lampiran 2
b. Kegiatan Inti (60 menit) Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Explorasi Guru bersama siswa melakukan
Siswa secara acak menjawab
tanya jawab untuk menemukan
pertanyaan guru untuk menemukan
hubungan sudut pusat, panjang
hubungan sudut pusat, panjang
busur, dan luas juring.
busur, dan luas juring.
Elaborasi
Guru memberikan latihan soal
Siswa mengerjakan soal luas
hubungan sudut pusat, panjang
hubungan sudut pusat, panjang
busur, dan luas juring.
busur, dan luas juring lingkaran.
Konfirmasi
c.
Guru bersama siswa membahas
Siswa bersama guru membahas
latihan soal hubungan sudut pusat,
latihan soal hubungan sudut pusat,
panjang busur, dan luas juring.
panjang busur, dan luas juring.
Kegiatan Penutup (10 menit) Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Kesimpulan :
Guru bertanya pada siswa apa yang mereka pelajari hari ini.
Siswa menjawab yang mereka ingat mengenai materi yang dipelajari.
Guru memberikan respon positif untuk setiap tanggapan siswa dan
Siswa menyimak dan mencatat tugas yang diberikan oleh guru.
memberikan PR. Salam Penutup : Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan hamdalah dan salam.
Siswa berdo’a dan mengucapkan salam.
99 Lampiran 2
Pertemuan ke -5 a. Pendahuluan (10 menit) Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Salam Pembuka :
Guru mengkondisikan kelas
Siswa memulai pembelajaran
(mengucapkan salam, berdoa,
diawali dengan salam, dan
mengabsen siswa.
berdoa.
Apersepsi :
Guru bertanya kepada siswa
Siswa mengingat kembali materi
mengenai materi yang telah
yang sudah dipelajari pada
dipelajari pada pertemuan
pertemuan sebelumnya.
sebelumnya. Motivasi :
Guru menjelaskan tujuan
Siswa mendengarkan penjelasan
pembelajaran materi hubungan
dan informasi yang disampaikan
sudut pusat, panjang busur, dan
oleh guru.
luas juring yaitu dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Kegiatan Inti (60 menit) Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Eksplorasi Guru bersama siswa melakukan
Siswa secara acak menjawab
tanya jawab untuk menemukan
pertanyaan guru untuk menemukan
hubungan sudut pusat dengan sudut
hubungan sudut pusat dengan sudut
lingkaran, panjang busur dengan
lingkaran, panjang busur dengan
keliling, dan luas juring dengan luas
keliling, dan luas juring dengan
lingkaran.
luas lingkaran.
100 Lampiran 2
Elaborasi
Guru memberikan latihan soal
Siswa mengerjakan soal luas
hubungan sudut pusat dengan sudut
hubungan sudut pusat dengan sudut
lingkaran, panjang busur dengan
lingkaran, panjang busur dengan
keliling, dan luas juring dengan luas
keliling, dan luas juring dengan
lingkaran.
luas lingkaran.
Konfirmasi
c.
Guru bersama siswa membahas
Siswa bersama guru membahas
latihan soal hubungan sudut pusat
latihan soal hubungan sudut pusat
dengan sudut lingkaran, panjang
dengan sudut lingkaran, panjang
busur dengan keliling, dan luas
busur dengan keliling, dan luas
juring dengan luas lingkaran.
juring dengan luas lingkaran.
Kegiatan Penutup (10 menit) Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Kesimpulan :
Guru bertanya pada siswa apa yang
Siswa menyebutkan hal-hal yang
mereka pelajari hari ini secara acak,
mereka ingat dan pahami mengenai
dengan syarat setiap siswa harus
materi yang dipelajari dengan
menyampaikan hal yang berbeda.
semangat dan antusias.
Guru memberikan respon positif untuk setiap tanggapan siswa dan memberikan PR.
Siswa menyimak dan mencatat tugas yang diberikan oleh guru.
Salam Penutup : Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan hamdalah dan salam.
Siswa berdo’a dan mengucapkan salam.
101 Lampiran 2
Pertemuan ke - 6 a. Pendahuluan (10 menit) Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Salam Pembuka :
Guru mengkondisikan kelas
Siswa memulai pembelajaran
(mengucapkan salam, berdoa,
diawali dengan salam, dan
mengabsen siswa.
berdoa.
Apersepsi :
Guru bertanya kepada siswa
Siswa mengingat kembali materi
mengenai materi yang telah
yang sudah dipelajari pada
dipelajari pada pertemuan
pertemuan sebelumnya.
sebelumnya. Motivasi :
Guru menjelaskan tujuan
Siswa mendengarkan penjelasan
pembelajaran materi hubungan
dan informasi yang disampaikan
sudut pusat dan sudut keliling jika
oleh guru.
menghadap busur yang sama yaitu dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Kegiatan Inti (60 menit) Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Eksplorasi Guru bersama siswa melakukan
Siswa secara acak menjawab
tanya jawab untuk menemukan
pertanyaan guru untuk menemukan
hubungan sudut pusat dan sudut
hubungan sudut pusat dan sudut
keliling jika menghadap busur yang
keliling jika menghadap busur
sama.
yang sama.
102 Lampiran 2
Elaborasi
Guru memberikan soal hubungan
Siswa mengerjakan soal yang
sudut pusat dan sudut keliling jika
diberikan oleh guru.
menghadap busur yang sama. Konfirmasi
Guru bersama siswa membahas
c.
Siswa bersama guru membahas
latihan soal hubungan sudut pusat
latihan soal hubungan sudut pusat
dan sudut keliling jika menghadap
dan sudut keliling jika menghadap
busur yang sama.
busur yang sama.
Kegiatan Penutup (10 menit) Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Kesimpulan :
Guru bertanya pada siswa apa yang
Siswa menyebutkan hal-hal yang
mereka pelajari hari ini dengan
mereka ingat dan pahami mengenai
syarat setiap siswa harus
materi yang dipelajari dengan
menyampaikan hal yang berbeda.
semangat dan antusias.
Guru memberikan respon positif
Siswa menyimak dan mencatat tugas yang diberikan oleh guru.
untuk setiap tanggapan siswa dan memberikan PR. Salam Penutup : Guru menutup pelajaran dengan
Siswa berdo’a dan mengucapkan salam.
mengucapkan hamdalah dan salam. Pertemuan ke -7 a. Pendahuluan (10 menit) Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Salam Pembuka :
Guru mengkondisikan kelas
Siswa memulai pembelajaran
(mengucapkan salam, berdoa,
diawali dengan salam, dan
mengabsen siswa
berdoa.
103 Lampiran 2
Apersepsi :
Guru bertanya kepada siswa
Siswa mengingat kembali materi
mengenai materi yang telah
yang sudah dipelajari pada
dipelajari pada pertemuan
pertemuan sebelumnya.
sebelumnya.
Motivasi :
Guru menjelaskan tujuan
Siswa mendengarkan penjelasan
pembelajaran materi besar sudut
dan informasi yang disampaikan
keliling yang menghadap diameter
oleh guru.
yaitu dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Kegiatan Inti (60 menit) Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Eksplorasi Guru bersama siswa melakukan
Siswa secara acak menjawab
tanya jawab untuk menemukan
pertanyaan guru untuk menemukan
besar sudut keliling yang
besar sudut keliling yang
menghadap diameter.
menghadap diameter.
Elaborasi
Guru memberikan latihan soal besar
Siswa mengerjakan soal luas besar
sudut keliling yang menghadap
sudut keliling yang menghadap
diameter.
diameter.
Konfirmasi
Guru bersama siswa membahas
Siswa bersama guru membahas
latihan soal besar sudut keliling
latihan soal besar sudut keliling
yang menghadap diameter.
yang menghadap diameter.
104 Lampiran 2
c.
Kegiatan Penutup (10 menit) Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Kesimpulan :
Guru bertanya pada siswa apa yang
Siswa menyebutkan hal-hal yang
mereka pelajari hari ini dengan
mereka ingat dan pahami mengenai
syarat setiap siswa harus
materi yanng dipelajari dengan
menyampaikan hal yang berbeda.
semangat dan antusias.
Guru memberikan respon positif dan memberikan PR.
Siswa menyimak dan mencatat tugas yang diberikan oleh guru.
Salam Penutup : Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan hamdalah dan salam.
Siswa berdo’a dan mengucapkan salam.
F. Alat dan Sumber Belajar Alat
: Papan tulis, spidol, jangka, penggaris.
Sumber : Dewi Nurhaini. 2008. Matematika Konsep dan Aplikasinya untuk SMP Kelas VIII. Jakarta: CV. Usaha Makmur. Endah Budi Rahaju. 2008. Contextual and Teaching Learning Matematika untuk SMP Kelas VIII. Jakarta : Pusat perbukuan, Depdiknas. Heru Nugroho. 2009. Matematia 2 SMP dan MTS kelas VIII. Jakarta : Pusat perbukuan, Depdiknas. M. Cholik Adinawan Sugijono. 2007. Matematika untuk SMP Kelas VIII. Jakarta : Erlangga.
G. NILAI KARAKTER Bertaqwa ( religioius), Rasa hormat dan perhatian (respect), Rasa ingin tahu (curiosity) , Kerjasama (cooperation), Bertanggung jawab (responsibility), Keberanian (courage ).
105 Lampiran 2
H. Penilaian
Teknik Instrumen
: Tertulis
Bentuk Instrumen
: Uraian
Ciputat, Januari 2014 Peneliti
Citra Humaira Firdaus NIM. 109017000103
106 Lampiran 3
107 Lampiran 3
108 Lampiran 3
109 Lampiran 3
110 Lampiran 3
(i)
(ii)
1. Buatlah model lingkaran dengan jangka pada kertas karton. 2. Bagilah lingkaran tersebut menjadi dua bagian samabesar dan arsir satu bagian. 3. Bagilah lingkaran tersebut menjadi 12 bagian sama besar dengan cara membuat 12 juring sama besar dengan sudut pusat 30(Gambar (i). 4. Bagilah salah satu juring yang tidak diarsir menjadi dua sama besar. 5. Gunting lingkaran beserta 12 juring tersebut. 6. Atur potongan-potongan juring dan susun setiap juring sehingga membentuk gambar mirip persegi panjang, seperti pada Gambar (ii).
Dari kegiatan kalian lakukan, maka : Luas Lingkaran = luas persegi panjang =…….. × …….. = …….. × …….. =………
Karena r = , dengan d = diameter lingkaran, maka : Luas Lingkaran = π r2 =…….. × = …….. × =……….. = ……
Jadi, luas lingkaran dengan jari-jari r adalah L = ............................ Sedangkan luas lingkaran dengan jari-jari d adalah L = ........................
111 Lampiran 3
112 Lampiran 3
113 Lampiran 3
114 Lampiran 3
115 Lampiran 3
116 Lampiran 3
117 Lampiran 3
118 Lampiran 3
119 Lampiran 3
120 Lampiran 3
121 Lampiran 3
122 Lampiran 3
123 Lampiran 3
124 Lampiran 4
PEDOMAN PENSKORAN TES KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIK SKOR
4
3
INTERPRETASI
KETERANGAN
Jawaban lengkap dan
Hubungan-hubungan
benar, serta lancar
gagasan digunakan dengan tepat sesuai
dalam memberikan
pertanyaan
bermacam-macam
jawaban sesuai pertanyaan dan prosesnya
jawaban benar yang
juga
berbeda
pertanyaan.
Jawaban hampir
Hubungan-hubungan
lengkap dan benar,
dipahami, mengkoneksi jawaban dengan
serta lancar dalam
pertanyaan
memberikan
prosesnya ada beberapa kesalahan algoritma,
bermacam-macam
kesalahan operasi, atau kurang lengkap
jawaban benar yang
menyelesaikan jawaban terhadap pertanyaan.
dan
benar,
matematik
prosesnya
jawaban
yang
juga
sesuai
matematik
sesuai
tetapi
atau
benar,
dengan
dapat
dalam
berbeda Sedikit
nampak
hubungan-hubungan
matematik. Ada usaha mengkoneksikan 2
Jawaban sebagian lengkap dan benar
jawaban tetapi prosesnya kurang sesuai dengan
pertanyaan,
jawaban
kurang
memberikan gambaran terhadap pertanyaan. Beberapa
usaha
dilakukan
untuk
menghubungkan tugas dengan subjek-subjek 1
Jawaban samar-samar dan prosedural
lainnya, hubungan
tetapi
belum
matematis,
menunjukkan jawaban
tidak
memberikan gambaran terhadap pertanyaan. 0
Jawaban salah dan
Tidak ada hubungan-hubungan yang dibuat,
tidak cukup detail
atau tidak menjawab soal.
125 Lampiran 5
KISI-KISI INSTRUMEN TES KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIK PRA PENELITIAN Mata Pelajaran : Matematika Kelas/Semester : VIII/2 Alokasi Waktu : 2 x 40 menit Jumlah Soal
: 5 soal
Bentuk Soal
: Uraian
Kompetensi
Materi
Dasar
Pokok
No. Indikator
Soal
Menghitung luas
Bangun
permukaan dan
ruang
ide-ide matematik saling berhubungan
volume kubus,
sisi
dan membangun satu dengan yang lain
balok, prisma dan
datar
untuk menghasilkan keterkaitan secara
limas
Urut
1. Mengerti dan menunjukkan bagaimana
2
3
menyeluruh 2. Mengetahui dan menerapkan matematika dalam dalam kehidupan
1
4
sehari-hari 3. Mengetahui dan menerapkan matematika dalam konteks di luar matematika dalam mata pelajaran lain
5
126 Lampiran 6
INSTRUMEN TES KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIK PRA PENELITIAN ULANGAN HARIAN BANGUN RUANG SISI DATAR (KUBUS DAN BALOK)
Nama : Kelas : Kompetensi Dasar : 5.3 Menghitung luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma dan limas
Jawablah soal berikut dengan tepat!
1. Sebuah bak kamar mandi berukuran panjang 150 cm, lebar 75 cm, dan tingginya 80 cm. Bak tersebut diisi air yang debit rata-rata setiap menitnya 12 liter. Berapa lamakah bak tersebut berisi penuh air? 2. Sebuah bola dimasukkan ke dalam kotak sehingga permukaan bola tersebut menyinggung dinding dan alas kotak. Tentukan volume kotak tersebut jika diameter bola 8 cm! 3. Perbandingan panjang, lebar, dan tinggi sebuah balok berturut-turut adalah 3 : 2 : 1, berapakah luas permukaan balok jika diketahui volume baloknya 384 cm3 4. Panjang ruangan kelas 8 m, lebar 7 m, dan tinggi 3 m. Jika seorang siswa memerlukan 6 m3 ruangan udara idealnya, berapa banyak siswa yang dapat menempati ruangan itu? 5. Sebuah benda memiliki massa jenis 800 kg/m 3 memiliki massa sebesar 2 kg. Tentukan volume benda nyatakan dalam cm3 dan dalam liter!
Good luck
127 Lampiran 7
KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIK SISWA PRA PENELITIAN No
Butir Soal
Nama
1 A 2 B 3 C 4 D 5 E 6 F 7 G 8 H 9 I 10 J 11 K 12 L 13 M 14 N 15 O 16 P 17 Q 18 R 19 S 20 T 21 U 22 V 23 W 24 X 25 Y 26 Z 27 AA 28 AB 29 AC 30 AD 31 AE 32 AF 33 AG 34 AH 35 AI 36 AJ 37 AK 38 AL 39 AM 40 AN Jumlah
1 0 1 0 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 4 1 1 1 1 2 2 0 1 1 2 1 4 2 1 1 48
2 2 1 2 0 0 2 3 3 1 2 2 2 2 1 2 3 2 2 0 2 2 1 2 2 3 1 3 1 0 3 3 2 2 1 1 1 3 3 0 2 72
3 1 2 2 2 4 2 2 2 1 1 1 2 2 1 1 2 1 1 3 1 2 2 1 0 4 2 2 3 2 2 4 2 2 1 1 0 2 4 1 2 76
4 0 0 3 3 2 2 2 3 2 2 2 1 2 2 2 0 0 2 2 2 3 2 1 2 3 3 4 2 3 0 4 3 2 2 1 0 2 4 0 2 81
Jml 5 1 1 1 0 2 1 0 2 2 2 1 1 1 2 1 0 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 3 2 1 2 1 0 1 3 0 1 53
Nilai
4 20 5 25 8 40 6 30 9 45 8 40 8 40 12 60 7 35 8 40 7 35 7 35 8 40 7 35 7 35 6 30 5 25 8 40 8 40 11 55 9 45 7 35 6 30 5 25 15 75 8 40 11 55 7 35 8 40 8 40 16 80 9 45 8 40 7 35 6 30 2 10 12 60 16 80 2 10 8 40 319 1595 Rata-rata Skor Ideal Presentase
Indikator Koneksi Matematik 1 2 3 3 0 1 3 1 1 4 3 1 2 4 0 4 3 2 4 3 1 5 3 0 5 5 2 2 3 2 3 3 2 3 3 1 4 2 1 4 3 1 2 3 2 3 3 1 5 1 0 3 1 1 3 3 2 3 3 2 3 3 2 4 4 1 3 3 1 3 2 1 2 2 1 7 7 1 3 4 1 5 5 1 4 3 0 2 4 1 5 2 1 7 6 3 4 3 2 4 3 1 2 3 2 2 3 1 1 1 0 5 6 1 7 6 3 1 1 0 4 3 1 143 124 48 3.575 3.1 1.2 8 8 4 44.69 38.75 30
128 Lampiran 8
KISI-KISI INSTRUMEN TES KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIK SEBELUM VALIDITAS Indikator No
Koneksi
Penjabaran Indikator
Matematik 1
Koneksi
1.
antar konsep matematika
Menerapkan konsep unsur-unsur lingkaran
No. Soal 1
dengan mengkoneksikan konsep phytagoras. 2.
Menghitung panjang busur lingkaran dengan
5
mengkoneksikan konsep sudut lurus dan menggunakan hubungan perbandingan panjang busur dengan perbandingan sudut lingkaran. 3.
Mengitung luas tembereng dengan
6
mengkoneksikan konsep luas segitiga dan menggunakan hubungan perbandingan luas juring dengan perbandingan sudut lingkaran. 4.
Menerapkan konsep hubungan sudut pusat
7
dengan sudut keliling dengan mengkoneksikan ukuran sudut siku-siku. 5.
Menerapkan konsep sifat sudut keliling dengan
8
mengkoneksikan konsep aljabar, sudut lurus, dan segitiga sama kaki. 2
Koneksi
6.
dengan kehidupan
Menerapkan konsep keliling lingkaran dalam
2
menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari. 7.
sehari-hari
Menerapkan konsep luas lingkaran dalam
3
menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari. 8.
Menerapkan perubahan luas lingkaran jika jari-jarinya berubah dalam menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari.
4
129 Lampiran 9
UJI COBA INSTRUMEN TES SEBELUM VAILIDITAS Petunjuk:
Berdoalah terlebih dahulu sebelum mengerjakan
Bacalah soal dengan teliti dan kerjakan terlebih dahulu soal yang kamu anggap mudah
Periksalah kembali hasi kerjaanmu sebelum dikumpulkan
Alokasi waktu: 80 menit
1. Perhatikan gambar lingkaran berikut
Jika panjang jari-jari lingkaran tersebut 13 cm dan panjang tali busur AB adalah 24 cm, tentukanlah panjang: a. diameter lingkaran b. garis apotema OD 2. Sebuah ban mobil memiliki panjang jari-jari 30 cm. Ketika mobil tersebut berjalan, ban mobil tersebut berputar sebanyak 100 kali. Tentukan jarak yang ditempuh mobil!
3. Sebuah kolam berbentuk lingkaran berjari-jari 30 m. Di sekeliling tepi kolam dibuat jalan melingkar yang lebarnya 2 m. Jika biaya untuk membuat jalan tiap 1 m2 adalah Rp. 20.000 hitunglah seluruh biaya untuk membuat jalan tersebut!
130 Lampiran 9
131 Lampiran 9
132 Lampiran 10
133 Lampiran 10
4. Diketahui:
=
d1 = 1400 m
=
d2 = 700 m Ditanya: Presentase penghematan biaya
62o AC = 2006
Jawab:
AC =
Biaya pembebasan lahan tanah
AC = 32,37 cm
diukur/m2, jadi : Presentase penghematan biaya =
6.
x 100%
Diketahui: r = 7 cm
=
x 100%
EOF = 90o Ditanya: Luas tembereng
=
–
Jawab:
x 100%
Luas juring EOF =
x 100% –
= =
x 100%
x 100%
=
x Luas lingkaran x r2
= =
x
x7x7
= 38,5 cm2
= 75%
5. Diketahui: COB = 62o
Luas ∆EOF =
xaxt
=
x7x
Panjang busur CB = 17 cm Ditanya: Panjang busur AC Jawab: AOC = 180o - COB = 180o - 62o = 118o
= 24,5 cm2
Luas tembereng = Luas juring EOF - Luas ∆EOF = 38,5 – 24,5 = 14 cm2
134 Lampiran 10
7. Diketahui: AOB = sudut siku-siku
BCO =
x AOB
Ditanya:AOB,ADB, ACB =
Jawab:
= 42o
AOB = 90o ADB =
x AOB
COB = 180o - OBC - BCO
x 90o
=
= 180o - 90o - 42o
= 45o
ACB =
= 48o
x AOB x 90o
=
= 45o
8. Diketahui : OAB = 2xo BAC = (3x – 30)o OBC = 90o (menghadap diameter) Ditanya: OAB, BCO, COB Jawab: 2xo + 3xo – 30o = 180o 5xo = 180o + 30o 5xo = 210o xo = OAB = 2xo = 2 (42o) = 84o
x 84o
= 42o
135 Lampiran 11
PERHITUNGAN UJI VALIDITAS Contoh perhitungan uji validitas soal nomor 1
rxy
n x
n x1 y x1 y
1
2
x1 n y 2 y 2
361000 76448
2
36176 76 366602 448 2
2
36000 34048
6336 5776237672 200704 1952
560 x36968 1952 20702080 1952 4549 0,429 Dengan dk = n – 2 = 36 – 2 = 34 dan = 0,05 diperoleh rtabel 0,329 Karena rxy rtabel, maka soal nomor 1 valid Perhitungan validitas butir soal selanjutnya menggunakan software excel.
136 Lampiran 12
VALIDITAS INSTRUMEN TES No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Nama A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z AA AB AC AD AE AF AG AH AI AJ ∑ rhitung rtabel kriteria
x1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 0 2 76 0.429 0.329 valid
x2 1 0 1 4 2 1 3 1 4 3 1 4 4 3 4 4 1 0 2 3 1 4 1 4 2 1 4 1 0 1 1 3 4 4 3 1 81 0.622 0.329 valid
x3 1 0 0 1 1 0 4 0 3 1 0 3 3 2 3 2 2 0 1 4 2 1 1 3 1 1 2 1 0 2 2 1 3 3 0 0 54 0.462 0.329 valid
x4 1 0 1 1 1 1 1 1 0 2 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 31 0.184 0.329 invalid
x5 0 0 0 3 1 0 0 0 0 2 0 3 3 0 1 4 0 0 0 0 0 0 4 3 0 4 4 4 0 0 0 0 3 1 0 0 40 0.764 0.329 valid
x6 0 0 0 2 4 0 2 0 4 4 0 0 0 4 2 3 2 0 4 2 2 3 4 0 4 4 4 4 0 2 0 4 0 2 0 1 67 0.615 0.329 valid
x7 4 0 4 3 1 0 1 4 1 4 0 4 4 1 4 4 4 4 1 1 4 1 4 4 1 3 3 4 0 4 4 0 4 4 2 0 91 0.518 0.329 valid
x8 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8 0.345 0.329 valid
y 9 2 8 16 13 4 13 8 14 20 4 17 17 12 17 24 12 7 11 12 15 12 19 17 11 16 20 18 3 12 10 11 17 17 5 5 448
137 Lampiran 13
PERHITUNGAN UJI RELIABILITAS
Tentukan nilai varians skor tiap soal, misal varians skor nomor 1 12
X 1 X 1 N N
12
176 76 36 36
2
2
2
12 0,432
Perhitungan nilai varians skor soal yang lainnya dan varians total menggunakan software excel. Didapat jumlah varian tiap soal i 2 12,566 Varians total t 2 27,632 , sehingga reliabilitasnya diperoleh: 2 k i r11 1 t 2 k 1
7 12,566 1 7 1 27,632 1,166 0,545 0,635
berada pada interval 0,60 < digunakan adalah baik
≤ 0,80 , sehingga realibitas soal yang
138 Lampiran 14
RELIABILITAS NO
NOMOR SOAL
NAMA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
x2
Skor Total
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z AA AB AC AD AE AF AG AH AI AJ
2
x1 1
x3 1
x5 0
x6 0
x7 4
x8 0
2
0
0
0
0
0
0
8 2
2
1
0
0
0
4
0
7
2
4
1
3
2
3
0
15
2
2
1
1
4
1
1
12
2 2
1 3
0 4
0 0
0 2
0 1
0 0
3
2
1
0
0
0
4
0
7
∑
12
2 4
4 3
3 1
0 2
4 4
1 4
0 0
14
2
1
0
0
0
0
0
3
2 2
4 4
3 3
3 3
0 0
4 4
0 0
16
2
3
2
0
4
1
0
12
2
4
3
1
2
4
0
16
2
4
2
4
3
4
4
23
2
1
2
0
2
4
0
11
2
0
0
0
0
4
0
6
2
2
1
0
4
1
0
10
2
3
4
0
2
1
0
12
2
1 4
2
0
2
4
3
14
2
1
0
3
1
0
11
4
1
1
4
4
4
0
18
2
4
3
3
0
4
0
16
2
2
1
0
4
1
0
10
2
1
1
4
4
3
0
15
2
4
2
4
4
3
0
19
4
1
1
4
4
4
0
18
2
0
0
0
0
0
0
2
2
1
2
0
2
4
0
11
2
1
2
0
0
4
0
9
2
3
1
0
4
0
0
10
2
4
3
3
0
4
0
16
2
4
3
1
2
4
0
16
0
3
0
0
0
2
0
5
2
1
0
0
1
0
0
76
81
54
40
67
91
8
4 417
0.432
2.021
1.472
2.432
2.842
2.694
0.673
27.632
si2 Σsi2
12.566
st2
27.632
rhitung
0.635
18
16
139 Lampiran 15
PERHITUNGAN UJI TARAF KESUKARAN
Contoh perhitungan taraf kesukaran soal nomor 1 P
B JS
76 (4)(36) 76 0,528 144
P = 0,528 berada pada interval 0,30 < P ≤ 0,70, maka soal nomor 1 memiliki taraf kesukaran dengan kriteria sedang. Perhitungan taraf kesukaran butir soal yang lainnya menggunakan software excel.
140 Lampiran 16
TARAF KESUKARAN NO
NAMA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z AA AB AC AD AE AF AG AH AI AJ ∑ P Kriteria
1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 0 2 76 0.528 sedang
2 1 0 1 4 2 1 3 1 4 3 1 4 4 3 4 4 1 0 2 3 1 4 1 4 2 1 4 1 0 1 1 3 4 4 3 1 81 0.563 sedang
NOMOR SOAL 3 5 6 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3 2 1 1 4 0 0 0 4 0 2 0 0 0 3 0 4 1 2 4 0 0 0 3 3 0 3 3 0 2 0 4 3 1 2 2 4 3 2 0 2 0 0 0 1 0 4 4 0 2 2 0 2 1 0 3 1 4 4 3 3 0 1 0 4 1 4 4 2 4 4 1 4 4 0 0 0 2 0 2 2 0 0 1 0 4 3 3 0 3 1 2 0 0 0 0 0 1 54 40 67 0.375 0.278 0.465 sedang sukar sedang
7 4 0 4 3 1 0 1 4 1 4 0 4 4 1 4 4 4 4 1 1 4 1 4 4 1 3 3 4 0 4 4 0 4 4 2 0 91 0.632 sedang
8 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8 0.056 Sukar
141 Lampiran 17
PERHITUNGAN UJI DAN DAYA PEMBEDA Contoh perhitungan daya pembeda soal nomor 1
DP
B A BB JA JB
42 34 72 72 0,583 0,472
0,111
Dp = 0,111 berada pada interval 0,00 < Dp ≤ 0,20, maka soal nomor 1 memiliki daya pembeda dengan kriteria jelek. Perhitungan daya pembeda butir soal selanjutnya menggunakan software excel.
142 Lampiran 18
DAYA PEMBEDA NO
NAMA
1
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Kelompok
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
S T U V W X Y Z AA AB AC AD AE AF AG AH AI AJ
SKOR
1
2
3
5
6
7
8
2
4
2
4
3
4
4
23
2
4
2
4
4
3
0
19
4
3
1
2
4
4
0
18
4
1
1
4
4
4
0
18
4
1
1
4
4
4
0
18
2 2
4 4
3 3
3 3
0 0
4 4
0 0
16
2
4
3
1
2
4
0
16
2
4
3
3
0
4
0
16
2
4
3
3
0
4
0
16
2
4
3
1
2
4
0
2
4
1
3
2
3
0
16 15
2
1
1
4
4
3
0
15
2
1
2
0
2
4
3
14
2
4
3
0
4
1
0
14
2 2
2 3
1 4
1 0
4 2
1 1
1 0
12
2
3
2
0
4
1
0
12
42
55
39
40
45
57
8
2
3
4
0
2
1
0
12
2
1
2
0
2
4
0
11
2
4
1
0
3
1
0
11
2
1
2
0
2
4
0
11
2
2
1
0
4
1
0
10
2
2
1
0
4
1
0
10
2
3
1
0
4
0
0
10
2
1
2
0
0
4
0
2
1
1
0
0
4
0
9 8
2
1
0
0
0
4
0
7
2 2
1 0
0 0
0 0
0 0
4 4
0 0
7
0
3
0
0
0
2
0
5
2
1
0
0
1
0
0
2 2
1 1
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
4 3
2
0
0
0
0
0
0
2
2
0
0
0
0
0
0
2
34
26
15
0
22
34
0
DP
0.111
0.403
0.333
0.556
0.319
0.319
0.111
Kriteria
jelek
Baik
Cukup
Baik
Cukup
Cukup
Jelek
Atas
19
NOMOR SOAL
Bawah
16
12
6
3
143 Lampiran 19
REKAPITULASI HASIL UJI VALIDITAS, DAYA PEMBEDA DAN TARAF KESUKARAN No. Item
Validitas
Daya Pembeda
Taraf Kesukaran
Kesimpulan
1
Valid
Jelek
Sedang
Dipakai
2
Valid
Baik
Sedang
Dipakai
3
Valid
Cukup
Sedang
Dipakai
5
Valid
Baik
Sukar
Dipakai
6
Valid
Cukup
Sedang
Dipakai
7
Valid
Cukup
Sedang
Dipakai
8
Valid
Jelek
Sukar
Dipakai
146 Lampiran 21
KUNCI JAWABAN SOAL UJI COBA TES KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIK 1. Diketahui:
3. Diketahui :
r = 13 cm
OAB = 2xo
Tali busur AB = 24 cm
BAC = (3x – 30)
Ditanya:
OBC = 90o
a) Diameter Lingkaran
o
(menghadap diameter)
b) Garis apotema OD
Ditanya:
Jawab:
OAB, BCO, COB
a) d = 2 x r
Jawab:
= 2 x 13 = 26 cm
2xo + 3xo – 30o = 180o 5xo = 180o + 30o 5xo = 210o
b) OD = √ = √
xo =
=√ =√ = 5 cm
xo = 42o OAB = 2xo
= 2 (42o) = 84o
2.
Diketahui: r = 30 cm
BCO =
x AOB
putaran = 300 kali Ditanya: Jarak yang ditempuh Jawab:
x 84o
= = 42o
Jarak = Keliling x Putaran = 2r x 300
COB = 180o - OBC - BCO
= 2 x 3,14 x 30 x 100
= 180o - 90o - 42o
= 18.840 cm
= 48o
= 0,1884 km
147 Lampiran 21
148 Lampiran 21
7.
Diketahui: r = 7 cm EOF = 90o Ditanya: Luas tembereng Jawab: Luas juring EOF =
x Luas lingkaran x r2
= =
x
x7x7
= 38,5 cm2 Luas ∆EOF =
xaxt
=
x7x7
= 24,5 cm2
Luas tembereng = Luas juring EOF - Luas ∆EOF = 38,5 – 24,5 = 14 cm2
149 Lampiran 22
HASIL POSTTEST KELAS EKSPERIMEN
No
Butir Soal
Nama
jml
1
2
3
4
5
6
7
Skor
Indikator Koneksi Matematik 1
2
1
A
2
3
0
3
2
1
2
13
46
8
5
2
B
1
3
1
4
1
1
2
13
46
9
4
3
C
2
3
0
2
2
2
3
14
50
9
5
4
D
2
2
2
4
1
2
2
15
54
12
3
5
E
2
3
1
3
2
2
2
15
54
10
5
6
F
2
4
3
2
2
1
2
16
57
10
6
7
G
1
2
2
4
2
2
3
16
57
12
4
8
H
2
2
0
4
4
2
2
16
57
10
6
9
I
2
4
2
4
1
2
2
17
61
12
5
10
J
2
2
0
4
2
4
3
17
61
13
4
11
K
2
2
2
3
1
4
4
18
64
15
3
12
L
4
3
0
2
3
3
3
18
64
12
6
13
M
4
4
2
3
1
2
2
18
64
13
5
14
N
4
3
4
2
2
2
2
19
68
14
5
15
O
2
4
3
4
1
2
3
19
68
14
5
16
P
4
2
3
2
3
3
2
19
68
14
5
17
Q
2
3
3
3
4
1
3
19
68
12
7
18
R
4
3
3
2
2
3
2
19
68
14
5
19
S
4
4
3
2
3
3
1
20
71
13
7
20
T
2
2
3
3
3
3
4
20
71
15
5
21
U
3
4
4
2
3
3
2
21
75
14
7
22
V
2
3
2
2
4
4
4
21
75
14
7
23
W
3
3
4
4
2
2
3
21
75
16
5
24
X
2
3
4
4
4
3
2
22
79
15
7
25
Y
4
3
3
2
3
3
4
22
79
16
6
26
Z
3
3
4
2
4
3
4
23
82
16
7
27
AA
4
4
3
4
3
3
2
23
82
16
7
28
AB
4
3
3
4
3
3
4
24
86
18
6
29
AC
4
4
4
2
4
4
4
26
93
18
8
30
AD
4
4
4
4
4
4
3
27
98
19
8
Jumlah
83
92
72
90
76
77
81
571
2041
403
168
Rata-rata
13.43
5.6
Skor Ideal
20
8
Presentase
67.15
70
150 Lampiran 23
HASIL POSTTEST KELAS KONTROL No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Butir Soal
Nama A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z AA AB AC AD Jumlah
1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 4 4 2 3 2 2 3 3 2 3 2 4 72
2 2 3 1 2 1 2 3 3 2 2 3 4 3 3 4 3 2 3 4 3 3 3 3 2 3 3 4 3 4 3 84
3 0 0 1 0 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 2 2 2 1 2 2 2 0 2 2 1 1 1 2 3 4 42
4 3 2 4 3 2 3 2 3 3 4 3 2 4 2 2 4 2 4 2 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4 3 93
5 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 1 3 2 2 3 2 3 2 3 1 2 2 3 3 4 65
6 1 0 2 3 3 2 3 2 2 2 2 3 1 2 3 2 3 3 2 1 2 3 2 4 4 3 4 3 3 2 72
7 3 4 2 3 3 2 2 2 3 2 3 2 2 4 2 3 3 2 2 2 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 89
Skor
Nilai
12
43
13 13 14 14 14 15 15 16 16 16 17 17 17 17 17 17 17 18 18 18 19 19 19 20 20 21 21 23 24 517
46 46 50 50 50 54 54 57 57 57 61 61 61 61 61 61 61 64 64 64 68 68 68 71 71 75 75 82 86 1847 Rata-rata Skor Ideal Presentase
Indikator Koneksi Matematik 1 2 9 3 8 5 10 3 11 3 11 3 10 4 10 5 10 5 12 4 12 4 11 5 11 6 11 6 12 5 11 6 13 4 12 5 12 5 12 6 12 6 13 5 13 6 14 5 14 5 16 4 15 5 15 6 15 6 16 7 17 7 368 149 12.26 4.97 20 8 61.3 62.18
151 Lampiran 24
PERHITUNGAN DISTRIBUSI FREKUENSI KELAS EKSPERIMEN 46
46
50
54
54
57
57
57
61
61
64
64
64
68
68
68
68
68
71
71
75
75
75
79
79
82
82
86
93
98
Banyak data (n) = 30 Perhitungan Rentang R = Xmaks - Xmin = 98 - 46 = 52 Perhitungan Banyak Kelas K = 1 + 3,3 log (n) = 1 + 3,3 log 30 = 1 + 3,3 (1,48) = 1 + 4,88 = 5,88 6
152 Lampiran 24
Perhitungan Panjang Kelas R K 52 P 6 P 8,67 P
P9 Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Posttetst Kelas Eksperimen Frekuensi No
Nilai Absolut
Relatif (%)
Kumulatif
1
46 – 54
5
16,67
5
2
55 - 63
5
16,67
10
3
64 - 72
10
33,33
20
4
73 - 81
5
16,67
25
5
82 - 90
3
10,00
28
6
91 - 99
2
6,66
30
Jumlah
30
153 Lampiran 25
PERHITUNGAN DISTRIBUSI FREKUENSI KELAS KONTROL 43
46
46
50
50
50
54
54
57
57
57
61
61
61
61
61
61
61
64
64
64
68
68
68
71
71
75
75
82
86
Banyak data (n) = 39 Perhitungan Rentang R = Xmaks - Xmin = 86 - 43 = 43 Perhitungan Banyak Kelas K = 1 + 3,3 log (n) = 1 + 3,3 log 30 = 1 + 3,3 (1,48) = 1 + 4,88 = 5,88 6
154 Lampiran 25
Perhitungan Panjang Kelas
R K 43 P 6 P 7,17 P
P8 Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Posttetst Kelompok Kontrol Frekuensi No.
Nilai Absolut
Relatif (%)
Kumulatif
1
43 - 50
6
20
6
2
51 - 58
5
16,67
11
3
59 - 66
10
33,33
21
4
67 - 74
5
23,34
28
5
75 - 82
3
3,33
29
6
83 - 90
1
3,33
30
Jumlah
30
155 Lampiran 26
UJI NORMALITAS DATA HASIL PENELITIAN KELAS EKSPERIMEN Deskriptif Data Statistik Mean
68,0333
95% Confidence Interval for Mean
Eksperimen
Lower Bound
63,2089
Upper Bound
72,8578
5% Trimmed Mean
67,6852
Median
68,0000
Variance
166,930
Std. Deviation
12,92013
Minimum
46,00
Maximum
98,00
Range
52,00
Interquartile Range
19,00
Skewness
0,338
Kurtosis
-0,116
Hasil Uji Normalitas Shapiro-Wilk Statistik Eksperimen
0,978
df
Sig. 30
0,782
Uji normalitas menggunakan uji Shapiro Wilk, dikatakan normal jika nilai signifikansi > 0,05 Pada Tabel di atas terlihat bahwa nilai signifikansi sebesar 0,782 > 0,05 Jadi dapat disimpulkan kelas eksperimen memiliki sebaran data normal.
156 Lampiran 27
UJI NORMALITAS DATA HASIL PENELITIAN KELAS KONTROL
Deskripsi Data Statistic Mean
61,5667
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
57,7027
Upper Bound
65,4307
5% Trimmed Mean
61,2593
Median
61,0000
Variance
107,082
Kontrol Std. Deviation
10,34802
Minimum
43,00
Maximum
86,00
Range
43,00
Interquartile Range
14,00
Skewness
0,358
Kurtosis
0,047
Hasil Uji Normalitas Shapiro-Wilk Statistic Kontrol
0,972
Df
Sig. 30
0,609
Uji normalitas menggunakan uji Shapiro Wilk, dikatakan normal jika nilai signifikansi > 0,05 Pada Tabel di atas terlihat bahwa nilai signifikansi sebesar 0,609 > 0,05 Jadi dapat disimpulkan kelas kontrol memiliki sebaran data normal.
157 Lampiran 28
PERHITUNGAN UJI HOMOGENITAS 1. Menentukan Hipotesis Statistik H0 : 1 2
2
H1 : 1 2
2
2
2
2.
Menentukan Ftabel Dari tabel F untuk jumlah sampel 30 dan 30 pada taraf signifikasi ( ) 5% dan pada taraf signifikansi =0,05 untuk dk penyebut (varian terbesar) 29 dan dk pembilang (varian terkecil ) 29, diperoleh Ftabel = 1,86.
3. Menentukan Fhitung Varians terbesar Varians terkecil 166,93 107,08 1,56
Fhitung
4. Membandingkan Ftabel dengan Fhitung Dari hasil perhitungan diperoleh, Fhitung ≤ Ftabel 1,56 ≤ 1,86
5. Kriteria Pengujian Kriteria pengujian untuk uji homogenitas sebagai berikut : Jika Fhitung < Ftabel , maka H0 diterima dan H1 ditolak Jika Fhitung ≥ Ftabel , maka H0 ditolak dan H1 diterima 6. Kesimpulan Dari pengujian homogenitas dengan uji Fisher diperoleh Fhitung≤Ftabel maka H0 diterima, artinya kedua kelompok sampel berasal dari populasi yang homogen.
158 Lampiran 29
PERHITUNGAN UJI HIPOTESIS STATISTIK 1. Menentukan Hipotesis Statistik H0 : 1 2 H1 : 1 2 Keterangan:
μ1
:
Rata-rata kemampuan koneksi matematik siswa pada kelas eksperimen
μ2
:
Rata-rata kemampuan koneksi matematik siswa pada kelas kontrol
H0 : Rata-rata kemampuan koneksi matematik siswa pada kelas eksperimen lebih kecil sama dengan rata-rata kemampuan koneksi matematik siswa pada kelas kontrol H1 : Rata-rata kemampuan koneksi matematik siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kemampuan koneksi matematik siswa pada kelas kontrol 2. Menentukan ttabel Dengan dk n1 n2 2 30 30 2 58 Pada taraf signifikasi =0,05 diperoleh ttabel = t tabel t 0, 05,58 = 2,00 3. Menentukan thitung Hasil Uji-t t-test for Equality of Means
Nilai
Equal variances assumed
4. Membandingkan thitungdenganttabel Dari hasil perhitungan diperoleh, thitung>ttabel 2,140 > 2,00
T
Df
2,14
58
159 Lampiran 29
5. Kriteria Pengujian Kriteria pengujian untuk uji hipotesis statistik sebagai berikut: Jika thitung ≤ttabel , maka H0 diterima dan H1 ditolak Jikathitung>ttabel , maka H0 ditolak dan H1 diterima 6. Kesimpulan Dari pengujian hipotesis dengan uji-t diperoleh thitung > ttabel maka H0 ditolak dan H1 diterima atau dengan kata lain rata-rata kemampuan koneksi matematik siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dari rata-rata kemampuan koneksi matematik siswa pada kelas kontrol.
160
Lamnpiran 30
UJI REFEIIENSI
Nama NIM Judul
:
Citra Humaira Firdaus
:
109017000103
Skripsi : Pengaruh Model Learning Cycle 7E Terhadap Kemampuan Koneksi Matematik Siswa
No
Judul Buku dan Nama Pengaransg BAB
I
2
I
NCTM. Principles and Standards for School Mathemalics. Reston: NCTM. 2000. p.29.
4v
Depdiknas. Panduan P engembangan Silabus Mata Pelajaran Matematika untuk SMP. Jakarta: Ditien Dikdasmen.
2006.h.346.
BAB
1
Paraf Pembimbine I Pembimbing
II
Suhendra, dkk. P e nge mb angan Kuri kulum dan P e mb e I aj ar an Matematika. Jakarla : Universitas Terbuka. 2007. h. 7. 21, h. 7.20.
2
Yanto Permana dan Utad Sumalmo. "Mengembangkan Kemampuan Penalaran dan Koneksi Matematik Siswa SMA Melalui Pembelaj aran Berbasis Masalah". Educationist. Bandung: UPI. Vol.1 No.2, Juli 2007. h. I 16.
3
Ma
Sumamo, Utari. Berpikir dan Disposisi t e mat ik s er t a P e mb e I aj ar anny a. Bandung: UPI. 2013. h. 7 7 .
U
\Y ,lP
.
l)-
t,
"1, t)
II
161
Lamnpiran 30
Suherman, Ermar' Strategi elaj ar an Matematika Kont emporer. Bandung: JICA-UPL 2001. h.48.
4
P emb
5
Cathcarl, W. George. Learning Mathematics in Elementary and Middle Schools. Canada: Pearson Education. 2004. p. 15.
6
7
8
9
Sumarmo, lJtari. Rujukan Filsafat, Teori dan Praksis Ilmu Pendidiknn. Bandung: UPI Press. 2008. h. 678,h.684.
Yulianti, Kartika."Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Siswa dengan Pembelaj aran Leaming Cycle". Jurnal Edukasi. Bandung: UPI.2004. h.
{F \l 4\f
/i..,
1t
Depdiknas. P anduan P e nge mb angan Silabus Mata Pelaiaran Matematika untuk SMP. Jakarta: Ditjen Dikdasmen. 2006. h. 350.
Ngalimun. Stategi dan Model P e mb e I oj a ran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo. 2013.h. 148,h. 149, h. 145, h. 7.
Patrick L. Brown and Sandra K. Abell. "Examining the Leaming CYcle". Research and Tips to Support Education. Columbia: University of Missoury. 2007. p. 58.
'{-^
tr
U
NCTM. Principles and Standards for School Mathemallcs. Reston: NCTM, 2000. h. 355,h.274. Sugiman. "Koneksi Matematik dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah Menengah Pertama". Jurnal Edukasi. Yogyakarta: UNY.2008. h. 8.
lt -t)
ry
10
l)
V
2.
Fisika Study Center. Never Ending Learning.2013. (http :/ifi sikastudycenter.com).
12
1v
\\
"l,
t:
U
1t
-/ ,,/,
l
U
1t
,ft,
V
./ .h-
1f
1l
1l
t
162
Lamnpiran 30
14
Arends, Richard l. Learning to Teach. New York: McGraw-Hill. 2007 . p.251.
15
Fitriah, Pipih. "Penerapan Model Pembelajaran Siklus Belajar 7E untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa SMP". Bandung: UPI. 201 1. tidak dipublikasikan. h. 15.
16
A.W Lorsbach. The Learning Cycle as a Tool for Planning Science Instruction.
2013.@
/lorsbach/25 Tlrcy.html.
17
Arthur Eisenkraft. Expanding the 5E Model A proposed 7E model emphasize " transfer of learning" and the importance of eliciting prior understanding. New York: National Science Teacher Association. 2003. p.
{r TP
rt -r
-fi
,l
57.
BAB
1
III
Syaodih Sukmadinata, Nana. Metode P enelitian P endidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.2012. h. 59, 206, h.
228,h.229. 2
3
4
Margono, S. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT Rineka Cipta. 2010. h. 118, h. 121.
Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. 2006. h. '12,h. 109, h. 208, h. 213.
Gilbert, Richard, O. Statistical Methods for Environmental P ollution MonitotinS. New York : Vam Nostrand Reinhold Company Inc. 1987. p. 159, p. 160.
1/,
1f v
1i 1t
_t -trP :/'
.l
/;x"
"l-
t63 Lamnpiron 30
Kadit. Stdtistis untuk Penilaian llmu' 5
Ilmu Sosial. Jakarta: Rosemata Sampuma. 2010. h . ll8. h. 27 5.
Sudjiono, Anas. Pengantar Statistik 6
Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2010. h. 314.
BAB IV
1
Gilbert, Richard, O. Statistical Methods for Envir onmental Pollution Monitoring. New York : Vam Nostrand Reinhold Company Inc. 1987. p. 159, p. 160.
/\h 'll
"/,,
\/
U
"h
1t U
"/
1f
1/
J//ry
Yulianti, Kartika. "Meningkatkan 2
Kemampuan Koneksi Matematik Siswa dengan Pembelaj aran Leaming Cycle". Jurnal Edukasi. Bandung: UPI.2004. h. 2.
..
rt
[/ ,/
\
JakNta,
7
April
2014
Mengetahui,
Pembimbing
II
hl -,, l^
2011012
0l