PENGARUH PELAYANAN TENAGA KESEHATAN, SARANA DAN PRASARANA PUSKESMAS, SERTA TARIF TERHADAP PERMINTAAN MASYARAKAT DALAM PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS KOTA RANTAUPRAPAT
TESIS
Oleh ALWI MUJAHIT HASIBUAN 027012003/AKK
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
PENGARUH PELAYANAN TENAGA KESEHATAN, SARANA DAN PRASARANA PUSKESMAS, SERTA TARIF TERHADAP PERMINTAAN MASYARAKAT DALAM PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS KOTA RANTAUPRAPAT
TESIS Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh ALWI MUJAHIT HASIBUAN 027012003/AKK
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
Judul Tesis
Nama Mahasiswa Nomor Pokok Program Studi Konsentrasi
: PENGARUH PELAYANAN TENAGA KESEHATAN, SARANA DAN PRASARANA PUSKESMAS, SERTA TARIF TERHADAP PERMINTAAN MASYARAKAT DALAM PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS KOTA RANTAUPRAPAT : Alwi Mujahit Hasibuan : 027012003 : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD, Sp.JP) Ketua
Ketua Program Studi
(Dr. Drs. Surya Utama, MS)
(Syahyunan, SE, M.Si) Anggota
Direktur
(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B. M.Sc.)
Tanggal Lulus : 5 Januari 2008
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
Telah diuji Pada tanggal : 5 Januari 2008 ===========================================================
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua
: Prof. Dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD, Sp.JP
Anggota
: 1. Syahyunan, SE, M.Si 2. Prof.dr. Aman Nasution, MPH. 3. Dr.Dra. Ida Yustina, M.Si
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
PERNYATAAN
PENGARUH PELAYANAN TENAGA KESEHATAN, SARANA DAN PRASARANA PUSKESMAS, SERTA TARIF TERHADAP PERMINTAAN MASYARAKAT DALAM PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS KOTA RANTAUPRAPAT
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka
Medan, 5 Januari 2008
Alwi Mujahit Hasibuan
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
ABSTRAK
Pemanfaatan Puskesmas sebagai pusat layanan kesehatan dasar di masyarakat, masih minim. Hasil Survei Kesehatan Daerah tahun 2006 menunjukkan bahwa Puskesmas menjadi pilihan ketiga bagi anggota rumah tangga yang mencari pengobatan. Hal ini diperkirakan karena pembangunan pelayanan kesehatan, tidak menyentuh demand masyarakat sebagai konsumen pelayanan kesehatan dasar tersebut. Survei, bersifat analitik dengan tipe Explanatory Research, dengan sampel seluruh pasien berumur ≥ 17 tahun, yang berobat ke Puskesmas Kota Rantauprapat, dengan kategori Non Askes. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juli 2007. Penelitian bertujuan untuk menganalisis pengaruh pelayanan tenaga kesehatan, sarana dan prasarana puskesmas, serta tarif terhadap permintaan masyarakat (non ASKES) dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat. Hasil penelitian, menunjukkan pandangan terhadap Pelayanan Tenaga Kesehatan, diperoleh dengan kategori kurang baik, terhadap Sarana dan Prasarana, dengan kategori baik, Tarif, dengan kategori kurang baik. Permintaan terhadap pelayanan kesehatan, diperoleh hasil dengan kategori baik. Dari hasil uji statistik terbukti bahwa terdapat pengaruh Pelayanan Tenaga Kesehatan dan Tarif terhadap permintaan masyarakat (non ASKES) di Puskesmas Kota Rantauprapat, sedangkan Sarana dan Prasarana tidak berpengaruh. Kata Kunci :
Permintaan, Pelayanan Tenaga Kesehatan, Sarana dan Prasarana, Tarif.
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
ABSTRACT
The use of Puskesmas (Community Health Center) as a basic health service center in the community is still minimal. The result of the Local Health Survey done in 2006 indicates that Puskesmas in the third choice for household member that seeking for medication. It is estimated that this case happens because the development of health service does not meet the demand of the community as its consumers. This analytical explanatory research was conducted in July 2007. The samples for this study was all patient of non ASKES (do not belong to the health insurance) who were above 17 years old, and came to Puskesmas Kota Rantauprapat to get treatment. The purpose of this study is to analyze the influence of the service given by health personnel, the facilities and infrastructure available in the Puskesmas, and tariff on the demand of community (non ASKES patients) on the health service available in Puskesmas Kota Rantauprapat. The result of this study shows that the community perceived that the service given by the health personnel belongs to poor category, the facilities and infrastructure available in the Puskesmas belong to good category, the tariff belongs to poor category, and the demand on the health service belongs to good category. The result of statistical test reveals that, the service given by health personnel and tariff has influence on the demand of community (non ASKES patients) in Puskesmas Kota Rantauprapat while facilities and infrastructure do not. Key words : Demand, Service given by Health Personnel, Facility and Infrastructure, Tariff.
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya, penulisan tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. Penyusunan tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat S2 Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana USU, Medan. Penulis menyadari begitu banyak dukungan, bimbingan, bantuan dan kemudahan yang diberikan oleh berbagai pihak, sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Dengan penuh ketulusan hati, penulis menyampaikan ucapan terima kasih, semoga sukses dan bahagia selalu dalam lindungan Allah SWT kepada Bapak Prof. Dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD, Sp.JP, Bapak Syahyunan, SE, M.Si, selaku pembimbing yang memberi perhatian, dukungan dan pengarahan sejak mulai hingga selesai tesis ini. Terimakasih tiada terkira juga kami sampaikan dengan tulus kepada Bapak Prof.Dr. Aman Nasution, MPH. dan Ibu Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku penguji yang telah memberi masukan sehingga dapat meningkatkan bobot tesis ini. Kepada beliau yang terakhir, kami juga mengucapkan terimakasih atas dukungannya dimana penulis sangat terbantu terutama dalam proses akhir studi penulis. Disamping itu penulis ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada : 1. Rektor USU yang telah memberi kesempatan sehingga tesis ini dapat diuji. 2. Direktur Sekolah Pascasarjana yang dengan kearifannya, tesis ini dimungkinkan untuk diuji dan disempurnakan. 3. Ketua Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana USU dan seluruh staf yang telah banyak membantu.
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
4. Kepala Dinas Kesehatan Kab. Labuhanbatu yang memberi izin dan dukungan. 5. Rekan-rekan di peminatan Administrasi Kebijakan Kesehatan angkatan tahun 2002. 6. Kkd. Drs.H. Hasrul Azwar, MM. Syahruzal Yusuf, SH. Drs. Ridwan Rangkuti, M.Si. Edy Ikhsan, SH. yang selalu siap membantu bila penulis perlukan. Semoga persaudaraan yang terbangun semakin produktif di masa mendatang. 7. Adik-adikku yang mendukung proses teknis mulai dari penelitian pendahuluan, pengumpulan dan pengolahan data, serta penulisan akhir tesis ini. Ucapan terima kasih kepada Ibunda Hj. Siti Ramala Daulay, yang telah memberi perhatian dan doa yang tidak putus-putusnya bagi penulis, semoga sehat selalu dan panjang umur dalam kasih sayang dan lindungan Allah SWT. Ucapan terimakasih dan permohonan maaf yang tulus, kepada istri tercinta dr. Hj. Yeva Erince Yusuf dan anak-anakku tersayang Rizky Ridhani, Medina Handayani, Fathin Muhammad Ababil Hasibuan dan Assyifa Maulida, yang hak-haknya sering terabaikan, tapi selalu memberikan semangat dan dukungan serta pengorbanan selama penulis mengikuti dan menyelesaikan pendidikan. Semoga Allah SWT membalas kebaikan yang telah dilakukan dengan limpahan ridho dan hidayah-Nya. Penulis menyadari tesis ini jauh dari sempurna, karenanya saran untuk perbaikan sangat diperlukan. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi kesehatan masyarakat Indonesia, khususnya Kabupaten Labuhanbatu. Medan, 5 Januari 2008
Penulis
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
RIWAYAT HIDUP Nama
: Alwi Mujahit Hasibuan
Tempat/ Tanggal Lahir : Padang Sidimpuan, 19 Nopember 1965 Agama
: Islam
Alamat
: Jl. Gatot Subroto, No. 70, Rantauprapat. Telp.06247001200
RIWAYAT PENDIDIKAN 1972 – 1976
: SD Negeri 21, Padang Sidimpuan
1977 – 1981
: SMP Negeri 2, Padang Sidimpuan
1981 – 1982
: SMA Negeri 1, Padang Sidimpuan
1982 – 1984
: SMA Negeri 16, Jakarta Barat
1984 – 1994
: Fakultas Kedokteran Universitas`Sumatera Utara, Medan
2002 – 2007
: Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
RIWAYAT PEKERJAAN 1995 – 1998
: Dokter PTT, Kepala Puskesmas Batu Ajo, Kec. Kota Pinang, Kab. Labuhanbatu.
1999 – 2001
: Dokter, di Puskesmas Sigambal, Kec. Rantau Selatan, Kab. Labuhanbatu.
2001 – 2002
: Kepala Puskesmas Sigambal, Kec. Rantau Selatan, Kab. Labuhanbatu.
2002 – 2004
: Kepala Seksi Kesehatan Keluarga, Subdis Bina Kesmas, Dinas Kesehatan, Kab. Labuhanbatu.
2004 – 2006
: Kepala Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan, Subdis Bina Yankes, Dinas Kesehatan, Kab. Labuhanbatu.
2006 – sekarang
: Dokter Poliklinik Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu.
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK ..………………………………………………………..........
vi
ABSTRACT .………………………………………………………..........
vii
KATA PENGANTAR .....…………………………………………...........
viii
RIWAYAT HIDUP………………………………………………………..
x
DAFTAR ISI ……………………………………………………………..
xi
DAFTAR TABEL ………………………………………………………..
xiv
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………….
xvi
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
xvii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………...................... 1.1 Latar Belakang ……………………………………………….. 1.2 Permasalahan …………………………………………………. 1.3 Tujuan Penelitian …………………………………………….. 1.4 Hipotesis ……………………………………………………… 1.5 Manfaat Penelitian ……………………………………………
1 1 6 6 7 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………… 2.1 Permintaan (Demand) Kesehatan...................………………... 2.1.1 Pengertian demand kesehatan .......................................... 2.1.2 Permintaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.... 2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ............... 2.2 Puskesmas ………………………………………………........ 2.2.1 Pengertian Puskesmas………………………………....... 2.2.2 Fungsi Puskesmas……………………………………..... 2.3 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan ………………………....... 2.3.1 Tenaga Kesehatan .…………………………………….. 2.3.2 Sarana dan Prasarana .…………………………………. 2.3.3 Tarif .…………………………………………………... 2.4 Landasan Teori …………………………………………….... 2.5 Kerangka Konsep …………………………………………...
8 8 8 10 13 16 16 17 20 26 28 29 31 32
BAB III METODE PENELITIAN…………………………………….. 3.1 Jenis Penelitian ……………………………………………... 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ……………………………….... 3.2.1 Lokasi Penelitian ……………………………………...
33 33 33 33
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
3.2.2 Waktu Penelitian ........................................................... Populasi dan Sampel ………………………………………... 3.3.1 Populasi ........................................................................ 3.3.2 Sampel .......................................................................... Metode Pengumpulan Data........…………………………….. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional ....................... Metode Pengukuran ................................................................. Uji Validitas dan Reliabilitas .................................................. 3.7.1 Uji Validitas ................................................................... 3.7.2 Uji Reliabilitas .............................................................. Metode Analisis Data ………………………………………..
33 34 34 34 34 35 36 37 37 39 41
BAB IV HASIL PENELITIAN………………………………………… 4.1 Hasil Penelitian……………………………………………….. 4.1.1 Deskripsi Kawasan Penelitian ………………………..... 4.1.1.1 Keadaan Penduduk…………………….............. 4.1.1.2 Tenaga Kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat...................................................... 4.1.2 Kondisi Sarana dan Prasarana di Puskesmas Kota Rantauprapat................................................................... 4.1.3 Pola Penyakit di Puskesmas .......................................... 4.1.4 Gambaran Umum Responden Penelitian ........................ 4.1.5 Pandangan Tentang Pelayanan Tenaga Kesehatan ......... 4.1.6 Pandangan Tentang Sarana dan Prasarana ...................... 4.1.7 Pandangan Tentang Tarif .............................................. 4.1.8 Demand Terhadap Pelayanan Kesehatan ........................ 4.1.9 Pengaruh Tenaga Kesehatan, Sarana dan Prasarana Puskesmas serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat dalam Pelayanan Kesehatan............................................. 4.1.10 Gambaran Umum Informan Penelitian ..……………... 4.1.11 Pandangan Informan Terhadap Pelayanan Tenaga Kesehatan........................................................................ 4.1.12 Pandangan Informan Terhadap Sarana dan Prasarana..... 4.1.13 Pandangan Informan Tentang Tarif................................ 4.1.14 Pandangan Informan tentang Demand Terhadap Pelayanan Kesehatan......................................................
43 43 43 44
3.3
3.4 3.5 3.6 3.7
3.8
BAB V PEMBAHASAN.......................................................................... 5.1 Karakteristik Responden dan Informan..................................... 5.2 Pandangan Terhadap Pelayanan Tenaga Kesehatan................... 5.3 Pandangan Terhadap Sarana dan Prasarana............................... 5.4 Pandangan Tentang Tarif .......................................................... 5.5 Demand Terhadap Pelayanan Kesehatan..................................
44 45 46 47 48 52 55 57
60 63 66 69 72 75 79 79 81 84 88 92
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
5.6
Pengaruh Pelayanan Tenaga Kesehatan, Sarana dan Prasarana Puskesmas serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat dalam Pelayanan Kesehatan..................................................................
95
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN............................................. 5.1 Kesimpulan .................................................................................... 5.2 Saran ..............................................................................................
99 99 101
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
102
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
DAFTAR TABEL Nomor 1.1
Judul
Halaman
Jumlah Alokasi APBD untuk Kesehatan di Kabupaten Labuhanbatu Labuhanbatu Tahun 2002-2006..................................................
3
Jumlah Pinjaman Luar Negeri Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu melalui Provincial Health Project II (PHP II)……..…
4
Aspek Pengukuran Variabel Pelayanan Tenaga Kesehatan Sarana dan Prasarana, Tarif terhadap Demand Masyarakat..........................
36
3.2
Daftar Item Pertanyaan yang Valid dan Tidak Valid ......................
39
3.3
Korelasi Uji Reliabilitas Kuesioner dengan Teknik Belah Dua .......
40
4.1
Komposisi Penduduk Kelurahan Menurut Jenis Kelamin, Jumlah KK dan Lingkungan, serta Luas Wilayah Setiap Kelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas .................................................................
44
Jenis dan Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat Tahun 2006 .................................................................
45
4.3
Sarana dan Prasana Puskesmas Kota Rantauprapat Tahun 2006 .....
45
4.4
Pola Penyakit di Puskesmas Kota Rantauprapat ..............................
46
4.5
Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik .............................
47
4.6
Pandangan Responden Tentang Pelayanan Tenaga Kesehatan ........
49
4.7
Pandangan Responden Tentang Pelayanan Tenaga Kesehatan (Kategori) .........................................................................................
51
4.8
Pandangan Responden Tentang Sarana dan Prasarana......................
53
4.9
Pandangan Responden terhadap Sarana dan Prasarana (Kategori)....
54
4.10 Pandangan Responden Terhadap Tarif...............................................
55
4.11 Pandangan Responden terhadap Tarif (Kategori)..............................
56
1.2
3.1
4.2
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
4.12 Demand Responden Terhadap Pelayanan Kesehatan.......................
57
4.13 Demand Responden Terhadap Pelayanan Kesehatan (Kategori) ......
59
4.14 Pengaruh Pelayanan Tenaga Kesehatan (x1), Sarana dan Prasarana (x2) dan Tarif (x3) secara bersama-sama terhadap Demand Mayarakat terhadap Pelayanan Kesehatan (y) ................................
60
4.15 Uji ANOVA......................................................................................
61
4.16 Pengaruh Pelayanan Tenaga Kesehatan (x1), Sarana dan Prasarana (x2) dan Tarif (x3) terhadap Demand Mayarakat terhadap Pelayanan Kesehatan (y)...................................................
61
4.17 Karakteristik Informan Tokoh Masyarakat......................................
64
4.18 Pandangan Informan tentang Pelayanan Tenaga Kesehatan............
67
4.19 Pandangan Informan tentang Sarana dan Prasarana........................
70
4.20 Pandangan Informan tentang Tarif...................................................
72
4.21 Pandangan Informan tentang Demand Masyarakat Terhadap Pelayanan Kesehatan.........................................................................
75
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
DAFTAR GAMBAR
Nomor 2.1
2.2
Judul
Halaman
Konsep keinginan (wants), permintaan (demand) dan kebutuhan (needs)............................................................................................
10
Kerangka Konsep ........................................................................
32
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Judul
Halaman
1.
Kuesioner Valid .............................................................................
106
2.
Daftar Pertanyaan untuk Tokoh Masyarakat dari Berbagai Kalangan
111
3.
Surat Izin Penelitian dari Sekolah Pascasarjana USU Medan .........
112
4.
Surat Izin Melaksanakan Penelitian dari Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu…………………………………………..
113
Print Out Hasil Uji Statistik ………………………………………
114
5.
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puskesmas adalah sarana pelayanan kesehatan dasar yang amat penting di Indonesia. Puskesmas merupakan unit yang strategis dalam mendukung terwujudnya perubahan status kesehatan masyarakat menuju peningkatan derajat kesehatan yang optimal. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal tentu diperlukan upaya pembangunan sistem pelayanan kesehatan dasar yang mampu memenuhi kebutuhankebutuhan masyarakat selaku konsumen dari pelayanan kesehatan dasar tersebut. Puskesmas sebagai unit kesehatan masyarakat terdepan memiliki peranan penting dalam mewujudkan masyarakat sehat menuju Indonesia Sehat, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku yang sehat memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setingi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2010. Puskesmas yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh dan terpadu dilaksanakan melalui upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan, dan pemulihan disertai dengan upaya penunjang yang diperlukan. Ketersediaan sumber daya baik dari segi kualitas maupun kuantitas, sangat mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan (Depkes RI, 2004). Pada saat ini puskesmas telah didirikan di hampir seluruh pelosok tanah air. Untuk menjangkau seluruh wilayah kerjanya, puskesmas diperkuat dengan puskesmas
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
pembantu serta puskesmas keliling. Tercatat pada tahun 2002 jumlah puskesmas di seluruh Indonesia adalah 7.277 unit, puskesmas pembantu 21.587 unit, puskesmas keliling 5.084 unit (perahu 716 unit, ambulance 1.302 unit). Sedangkan puskesmas yang telah dilengkapi rawat inap tercatat sebanyak 1.818 unit, sisanya sebanyak 5.459 unit tidak dilengkapi dengan fasilitas rawat inap (Depkes RI, 2004). Untuk Propinsi Sumatera Utara sampai tahun 2003 tercatat 343 fasilitas pelayanan kesehatan berupa Puskesmas (Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, 2004) dan di Kabupaten Labuhanbatu sendiri saat ini tercatat 36 Puskesmas yang melayani pelayanan kesehatan dasar untuk masyarakat Labuhanbatu (Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu, 2004). Dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, Puskesmas belum dimanfaatkan secara maksimal. Keadaan ini dapat dilihat dari data Propinsi Sumatera Utara hasil Susenas tahun 2002 (BPS), dari penduduk yang berobat jalan tercatat 15,17 % memanfaatkan Puskesmas, 4,79 % yang memanfaatkan Puskesmas Pembantu dan hanya 6,62 % yang memanfaatkan rawat inap di Puskesmas (Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, 2004). Di Kabupaten Labuhanbatu, kondisi ini juga tidak jauh berbeda. Pemanfaatan Puskesmas sebagai pusat layanan kesehatan dasar di masyarakat ternyata masih sangat minim. Hasil Survei Kesehatan Daerah tahun 2006 menunjukkan bahwa Puskesmas hanya menjadi pilihan ketiga bagi anggota rumah tangga yang mencari pengobatan untuk mengatasi keluhan penyakit. Pilihan utama masyarakat menurut
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
survey ini adalah praktek dokter dan pilihan kedua adalah praktek tenaga kesehatan (Survei Kesehatan Daerah Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu, 2006). Kondisi ini, memprihatinkan mengingat berbagai upaya yang sudah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dasar terasa sia-sia melihat minimnya angka pemanfaatan Puskesmas oleh masyarakat. Dari upaya yang dilakukan, baik pembangunan fisik, maupun non fisik selama 5 tahun terakhir, ternyata belum mampu meningkatkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Puskesmas. Dari APBD Kabupaten Labuhanbatu Tahun Anggaran 2002 sampai dengan Tahun Anggaran 2006, tercatat dana yang dialokasikan untuk kesehatan sebagai berikut : Tabel 1.1 Jumlah Alokasi APBD untuk Kesehatan di Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2002-2006 Tahun Anggaran 2002 2003 2004 2005 2006
Jumlah Dana Rp. 3.359.469.000 Rp. 9.170.650.505 Rp. 9.098.177.692 Rp. 9.797.524.331 Rp. 21.260.588.057
Sumber : APBD Kabupaten Labuhanbatu Tahun Anggaran 2002 - 2006
Dengan jumlah anggaran yang diuraikan di atas ditambah dengan dana APBN, APBD Propinsi dan pinjaman luar negeri. Pinjaman luar negeri yang diterima oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu untuk Pembangunan Kesehatan dari Bank Dunia dari tahun 2004-2006 terinci sebagai berikut:
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 1.2 Jumlah Pinjaman Luar Negeri Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu melalui Provincial Health Project II (PHP II) Tahun Anggaran Jumlah 2004 Rp 4.064.580.000,2005 Rp 5.728.801.385,2006 Rp 2.984.980.000,Sumber : Proposal DFA PHP II Tahun 2004, 2005, 2006 Dengan jumlah Anggaran yang begitu besar ternyata selama lima tahun terakhir ini Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu belum mampu meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pemanfaatan Puskesmas sebagai pilihan pertama sarana pencarian pengobatan. Hal ini terjadi diperkirakan karena pembangunan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan tidak menyentuh demand (permintaan) dari masyarakat umum sebagai konsumen dari pelayanan kesehatan dasar tersebut. Penelitian sebelumnya (Lubis, 2006), menunjukkan ada pengaruh persepsi tentang pelayanan spesialis terhadap pemanfaatan pelayanan puskesmas. Hal ini sesuai dengan pendapat Buchari yang dikutip Lubis (2006), yang mengatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi dalam penggunaan pelayanan kesehatan, yaitu faktor sistem pelayanan kesehatan seperti kelengkapan program, tersedianya pelayanan spesialis, teraturnya pelayanan dan hubungan antara dokter/tenaga kesehatan lainnya dengan pasien. Demikian juga pendapat Dever yang dikutip oleh Azhari (2002) dalam Lubis (2006), yang menyatakan bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh faktor-faktor interaksi konsumen – petugas kesehatan.
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
Selanjutnya Lubis (2006) menemukan bahwa; semakin lengkap fasilitas maka semakin tinggi tingkat permanfaatan pelayanan puskesmas. Hal ini sesuai dengan pendapat Lapau (1997) dalam Lubis (2006) yang menyatakan bahwa pelayanan kesehatan di puskesmas dipengaruhi oleh system pelayanan kesehatan yang bersangkutan yang tergambar dalam persepsi masyarakat terhadap tipe organisasi, kelengkapan program kesehatan yang didalamnya tersedia tenaga dan fasilitas pelayanan kesehatan. Dari studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Kota Rantauprapat, bahwa sebagian besar yang memanfaatkan layanan Puskesmas adalah masyarakat kalangan menengah ke bawah dan PNS (pengguna ASKES, termasuk ASKESKIN) yakni 18.091 jumlah kunjungan dari 28.899 jumlah kunjungan (Puskesmas Kota Rantauprapat, 2006). Dari data diatas dapat dilihat bahwa Puskesmas Kota Rantauprapat belum bisa menjaring konsumen dari kalangan menengah ke atas (non ASKES) karena pelayanan yang diberikan belum bisa memenuhi permintaan yang diharapkan oleh masyarakat kalangan menengah ke atas tersebut. Padahal kondisi objektif yang ada di Kota Rantauprapat bagi masyarakat kalangan menengah ke atas bila merasa ada keluhan sakit, tidak jarang langsung ke Malaysia atau Singapura karena merasa permintaannya akan pelayanan kesehatan terpenuhi di negara tetangga tersebut. Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Puskesmas Kota Rantauprapat tentang pengaruh pelayanan tenaga kesehatan, sarana dan prasarana puskesmas, serta tarif, terhadap permintaan
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
masyarakat (non ASKES) dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat. Hal ini perlu dilakukan karena keberadaan Puskesmas Rantauprapat sebagai pusat pelayanan kesehatan dasar di Kota Rantauprapat yang memiliki jumlah penduduk 44.494 jiwa dengan 9.700 Kepala Keluarga dimana 4.025 Kepala Keluarga merupakan keluarga menengah ke atas (Puskesmas Kota Rantauprapat, 2006).
1.2 Permasalahan Berdasarkan latar belakang penelitian, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh pelayanan tenaga kesehatan terhadap permintaan masyarakat (non ASKES) di Puskesmas Kota Rantauprapat ? 2. Bagaimana pengaruh sarana dan prasarana terhadap permintaan masyarakat (non ASKES) di Puskesmas Kota Rantauprapat ? 3. Bagaimana pengaruh tarif terhadap permintaan masyarakat (non ASKES) di Puskesmas Kota Rantauprapat ?
1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pelayanan tenaga kesehatan, sarana dan prasarana puskesmas, serta tarif terhadap permintaan masyarakat (non ASKES) dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat.
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
1.4 Hipotesis 1. Ada pengaruh pelayanan tenaga kesehatan terhadap permintaan masyarakat (non ASKES) di Puskesmas Kota Rantauprapat. 2. Ada pengaruh sarana dan prasarana terhadap permintaan masyarakat (non ASKES) di Puskesmas Kota Rantauprapat. 3. Ada pengaruh tarif terhadap permintaan masyarakat (non ASKES) di Puskesmas Kota Rantauprapat.
1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi perencana Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu untuk menyusun program pembangunan pelayanan kesehatan lebih lanjut. 1.5.2 Sebagai bahan masukan bagi perencana di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang lain dalam menyusun program pembangunan pelayanan kesehatan masingmasing.
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Permintaan (Demand) Kesehatan
2.1.1
Pengertian Demand Kesehatan Dalam menjelaskan konsep demand sektor kesehatan perlu ada pembedaan
mengenai demand for health dan demand for health care. Hal ini penting mengingat terdapat berbagai hal dalam sektor kesehatan yang berbeda dengan sektor lainnya. Dalam pemikiran rasional, semua orang ingin menjadi sehat. Kesehatan merupakan modal untuk bekerja dan hidup mengembangkan keturunan, sehingga timbul keinginan yang bersumber dari kebutuhan hidup manusia. Demand untuk menjadi sehat tidak sama antar manusia. Seseorang yang kebutuhan hidupnya sangat tergantung pada kesehatannya tentu akan mempunyai demand yang lebih tinggi akan status kesehatannya Pendekatan ekonomi menekankan bahwa kesehatan merupakan suatu modal untuk bekerja. Pelayanan kesehatan merupakan suatu input dalam menghasilkan hari-hari sehat. Dengan berbasis pada konsep produksi, pelayanan kesehatan merupakan salah satu input yang digunakan untuk proses produksi yang menghasilkan kesehatan. Demand terhadap pelayanan kesehatan tergantung terhadap demand akan kesehatan. (Trisnantoro, 2006). Grossman (1972), menggunakan teori modal manusia (human capital) untuk menggambarkan demand untuk kesehatan dan demand untuk pelayanan
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
kesehatan. Dalam teori ini disebutkan bahwa seseorang melakukan investasi untuk bekerja dan menghasilkan uang melalui pendidikan, pelatihan dan kesehatan. Grossman
menguraikan demand untuk kesehatan memiliki beberapa hal yang
membedakan dengan pendekatan tradisional demand dalam sektor lain (Trisnantoro, 2006): 1. Yang diinginkan masyarakat atau konsumen adalah kesehatan bukan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan merupakan derived demand sebagai input untuk menghasilkan kesehatan. 2. Masyarakat tidak membeli kesehatan dari pasar secara pasif. Masyarakat menghasilkannya, menggunakan waktu untuk mengusahakan peningkatan kesehatan, disamping menggunakan pelayanan kesehatan. 3. Kesehatan dapat dianggap sebagai bahan investasi karena tahan lama dan tidak terdepresiasi dengan segera. 4. Kesehatan dapat dianggap sebagai bahan konsumsi sekaligus sebagai bahan investasi. Untuk lebih memahami demand terhadap kesehatan, dapat dilakukan dengan memahami pengertian tentang keinginan (wants), permintaan (demand) dan kebutuhan (needs), sebagaimana digambarkan oleh model dari Cooper di bawah ini.
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
Keinginan seseorang untuk menjadi lebih sehat dalam hidup Keinginan ini didasarkan pada penilaian diri terhadap status kesehatannya
Keinginan untuk lebih sehat diwujudkan dalam perilaku mencari pertolongan tenaga kedokteran
Keadaan kesehatan yang oleh tenaga kedokteran dinyatakan haru mendapatkan penanganan medis
Keinginan (Wants)
Permintaan (demands)
Kebutuhan (Needs)
Gambar 2.1 Konsep keinginan (wants), permintaan (demand) dan kebutuhan (needs)
Secara umum keadaan demand dan need pelayanan kesehatan dapat dilukiskan sebagai fenomena gunung es, dimana demand yang benar merupakan bagian dari need. Need akan pelayanan kesehatan berwujud sebagai gunung es, yang sedikit puncaknya terlihat sebagai demand. Sedikit tersebut bersifat variatif. Pada negara maju, puncak gunung es akan terlihat lebih besar dibanding negara yang miskin. (Trinantoro, 2006)
2.1.2
Permintaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan Menurut Tjiptoherjanto dkk (1994), menyatakan bahwa terdapat dua
pendekatan yang digunakan untuk membahas permintaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, yaitu:
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
a. The Agency Relationship atau dikenal juga dengan Supplier Induced Demand Model. Dalam model ini menyatakan hubungan kebutuhan dan permintaan merupakan suatu yang rumit, hal ini diargumentasikan bahwa: 1. Seseorang mempunyai keinginan akan kesehatan yang lebih baik dari keadaan yang dimiliki saat ini. 2. Sebagian aktif memperoleh pelayanan kesehatan misalnya dengan secara rutin melakukan pemeriksaan pada dokter pribadi. 3. Terkadang dokter tidak sependapat dengan tentang penilaian kebutuhan dan permintaan. Para dokter menyatakan bahwa beberapa kebutuhan dan permintaan tidak selalu membutuhkan perawatan. Apakah kebutuhan dan permintaan dapat digabung? Salah satu cara untuk menggabungkan adalah dengan pendekatan agency relationship (hubungan keagenan), dimana dalam pendekatan ini dokter bertindak sebagai agen bagi pasiennya yang kurang mempunyai informasi tentang pelayanan kesehatan. Kejadian ini disebabkan oleh sifat pelayanan kesehatan, dimana dokterlah yang aktif bertindak melakukan permintaan. Untuk menunjang hubungan tersebut secara efisien menurut Artells (1981), diperlukan tiga kelompok informasi, yakni: 1. Pengetahuan dasar medis yaitu suatu bentuk informasi yang pada dasarnya tidak harus dimiliki pasien. Informasi ini menyangkut pengetahuan untuk melakukan penilaian status kesehatan dan mengidentifikasikan perawatan yang tersedia.
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
2. Keterangan tentang keadaan pasien yang meliputi pengetahuan tentang symptom dan keadaan lingkungan pasien sehingga memungkinkan dokter untuk menerapkan ilmunya terhadap kasus yang ada. 3. Informasi tentang penilaian pasien itu sendiri mengenai penyakit yang dideritanya.
b. Investment Model oleh Grossman (1972) Model ini menyebutkan bahwa permintaan terhadap pelayanan kesehatan merupakan derivasi dari permintaan terhadap pelayanan itu sendiri. Menurut terminologi Becker (1965), kesehatan merupakan komoditi penting. Dengan menggunakan dasar pengetahuan tersebut Grossman menyusun teori tingkah laku konsumen dalam Human Capital Approach dimana area pemilihannya diperluas hingga mencakup pemilihan atas status kesehatan. Diantara kedua pendekatan ini terdapat perbedaan mengenai asumsi kedudukan pasien dalam model permintaan, dimana pada pendekatan pertama mengatakan bahwa peranan pasien sangat kecil dibanding petugas kesehatan, sedangkan model Grossman mengatakan bahwa pasien memiliki informasi dan kebebasan dalam menentukan permintaannya. Dalam hal ini pasien diasumsikan mempunyai pengetahuan tentang status kesehatannya, sehingga permintaan akan pelayanan kesehatan sangat ditentukan oleh pasien itu sendiri.
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
2.1.3
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Menurut Fuchs (1998), Zubkoff (1981), faktor-faktor di bawah ini,
mempengaruhi demand pelayanan kesehatan antara lain: 1) Kebutuhuan berbasis Fisiologis Kebutuhan berbasis pada aspek fisiologis, menekankan pentingnya keputusan petugas medis yang menentukan perlu tidaknya seseorang mendapatkan pelayanan medis. Keputusan ini akan mempengaruhi penilaian seseorang akan status kesehatannya. Berdasarkan situasi ini, demand terhadap pelayanan kesehatan dapat ditingkatkan atau dikurangi. 2) Penilaian Pribadi akan Status Kesehatan Secara sosio antropologis, penilaian pribadi akan status kesehatan dipengaruhi oleh kepercayaan, budaya dan norma-norma sosial di masyarakat. Disamping itu, masalah persepsi mengenai resiko sakit merupakan hal penting sehingga mengakibatkan sebagian masyarakat sangat memperhatikan status kesehatannya, sebagian lain, tidak memperhatikannya. 3) Variabel-variabel Ekonomi Hubungan tarif dengan demand terhadap pelayanan kesehatan adalah negatif. Semakin tinggi tarif, maka demand akan semakin rendah. Pada keadaan yang membutuhkan penanganan medis segera, faktor tarif, mungkin tidak berperan dalam mempengaruhi demand, sehingga elastisitas harga bersifat inelastik. Sebagai contoh adalah operasi segera akibat kecelakaan lalu lintas, dimana
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
apabila tidak ditolong segera, korban dapat meninggal dunia atau cacat seumur hidup. 4) Penghasilan Masyarakat Kenaikan penghasilan keluarga akan meningkatkan demand untuk pelayanan kesehatan. Untuk pelayanan kesehatan yang bersifat barang inferior, adanya kenaikan penghasilan masyarakat, akan menyebabkan penurunan konsumsi. Hal ini terjadi pada rumah sakit pemerintah di berbagai kota/ kabupaten dan puskesmas. 5) Asuransi Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Adanya asuransi dan jaminan kesehatan dapat meningkatkan demand terhadap pelayanan kesehatan. Asuransi kesehatan bersifat mengurangi efek faktor tarif sebagai hambatan. Semakin banyak penduduk yang tercakup oleh asuransi, maka demand akan pelayanan kesehatan akan semakin tinggi. Peningkatan demand ini dipengaruhi pula oleh faktor moral hazard. Seseorang yang tercakup oleh asuransi kesehatan akan terdorong menggunakan pelayanan sebanyakbanyaknya. 6) Variabel-variabel Demografis dan Umur Faktor umur sangat mempengaruhi demand terhadap pelayanan preventif dan kuratif. Semakin tua seseorang, akan meningkatkan demandnya terhadap pelayanan kuratif, sementara demand terhadap pelayanan kesehatan preventif, akan menurun.
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
7) Jenis Kelamin Demand wanita terhadap pelayanan kesehatan lebih tinggi dibanding laki-laki. Kondisi ini karena dua hal. Pertama, wanita mempunyai insidensi penyakit yang lebih tinggi dibanding laki-laki. Kedua, karena angka kerja wanita lebih rendah, sehingga kesediaan untuk meluangkan waktu untuk pelayanan kesehatan lebih besar dibanding laki-laki. Pada kasus-kasus darurat, perbedaan ini tidak nyata. 8) Pendidikan Seseorang dengan pendidikan tinggi cenderung mempunyai demand yang lebih tinggi. Pendidikan yang lebih tinggi cenderung meningkatkan kesadaran akan status kesehatan dan konsekuensinya untuk menggunakan pelayanan kesehatan. 9) Faktor-faktor lain Berbagai faktor lain yang mempengaruhi demand pelayanan kesehatan yaitu pengiklanan, tersedianya dokter dan fasilitas pelayanan kesehatan, serta inflasi. Iklan merupakan faktor yang sangat lazim digunakan dalam bisnis komoditas ekonomi untuk meningkatkan demand. Pelayanan kesehatan tradisional seperti para tabib, dukun dan pengobatan alternatif sudah lazim melakukan iklan di surat kabar dan majalah. Berbagai rumah sakit di Indonesia, telah memperhatikan faktor pengiklanan sebagai salah satu cara peningkatan demand. Tersedianya dokter dan fasilitas pelayanan kesehatan merupakan faktor lain yang meningkatkan demand. Efek inflasi terhadap demand terjadi melalui perubahanperubahan pada tarif pelayanan rumah sakit, jumlah relatif pendapatan keluarga dan asuransi kesehatan. (Trisnantoro, 2006)
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
Sedangkan menurut Wirick yang dikutip oleh Sorkin (1984), ada lima faktor penting yang mempengaruhi permintaan terhadap pelayanan kesehatan meliputi: 1. Kebutuhan akan pelayanan kesehatan 2. Kesadaran akan adanya kebutuhan tersebut 3. Motivasi untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan 4. Tersedianya sumber keuangan 5. Tersedianya pelayanan kesehatan Selanjutnya, Azwar (1988), yang dikutip oleh Siregar (2004), berpendapat bahwa kebutuhan dan demand seseorang terhadap kesehatan, amat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, soial budaya dan sosial ekonomi. Jika tingkat pendidikan baik, keadaan sosial budaya dan keadaan sosial ekonomi juga baik, maka secara relatif kebutuhan dan demandnya terhadap kesehatan akan tinggi. Hal sebaliknya, dimana tuntutan terhadap kesehatan akan menurun apabila tingkat pendidikan, keadaan sosial budaya dan sosial ekonomi belum memuaskan, atau tidak memungkinkan untuk menjangkau pelayanan kesehatan. 2.2 Puskesmas 2.2.1 Pengertian Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah suatu organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di samping memberikan pelayanan
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok (Depkes RI, 2004). Pelayanan kesehatan yang menyeluruh adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif dan ditujukan untuk semua golongan umur dan jenis kelamin. Pengertian terpadu atau integrasi menurut WHO bila dilihat dari aspek fungsional, integrasi adalah suatu upaya untuk menyatukan berbagai struktur dan fungsi administratif yang berdiri sendiri sedemikian rupa sehingga menjadi satu kesatuan. Sedangkan bila dilihat dari aspek pengorganisasiannya, ”pelayanan kesehatan integrasi” yaitu berbagai jenis upaya kesehatan yang ditujukan untuk melindungi kesehatan masyarakat wilayah tertentu dilakukan di bawah satu administrasi dan satu pimpinan, atau dilakukan oleh berbagai instansi akan tetapi dengan koordinasi yang baik (Depkes, 1999).
2.2.2 1.
Fungsi Puskesmas
Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan
pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Di samping itu puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. 2.
Pusat Pemberdayaan Masyarakat Puskesmas selalu berupaya agar per orangan terutama pemuka masyarakat,
keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan, dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan, termasuk sumber pembiayaannya serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan per orangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat. 3.
Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan
tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab puskesmas meliputi: a. Pelayanan Kesehatan Per orangan Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi (private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan per orangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan. Untuk puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap.
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
b. Pelayanan Kesehatan Masyarakat Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik (public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain adalah promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya (Depkes RI, 2004). Dalam melaksanakan fungsinya, puskesmas menempuh langkah-langkah antara lain: 1) Mengumpulkan informasi keadaan lingkungan geografis, demografis, morbiditas, sosio budaya dan sosio ekonomi penduduk serta keadaan infra struktur untuk melakukan analisis situasi dan menetapkan situasi serta menetapkan diagnosis masalah masyarakat di wilayah kerjanya. 2) Berdasarkan hasil diagnosis masalah masyarakat, menyusun rencana kerja sesuai dengan kebijaksanaan dan petunjuk yang diberikan dari Dinas Kesehatan Daerah Tingkat II sebagai atasannya. 3) Memberikan pelayanan kesehatan secara langsung kepada masyarakat dengan memperhatikan kebutuhannya, mutu pelayanan dan kepuasan masyarakat yang dilayaninya (Depkes RI, 1999).
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
2.3 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Pemanfaatan pelayanan kesehatan paling erat kaitannya dengan kapan seseorang memerlukan pelayanan kesehatan dan seberapa jauh efektivitas pelayanan tersebut. Berbicara kapan memerlukan pelayanan kesehatan, umumnya akan menjawab bila merasa ada gangguan kesehatan (sakit). Seseorang tidak pernah tahu dan tidak dapat menjawab dengan pasti, kapan akan sakit. Hal ini menjelaskan, bahwa selaku konsumen pelayanan kesehatan, seseorang selalu dihadapkan pada masalah ketidakpastian. Menurut Kasl dan Cobb (1966), alasan untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan (medis) ada 3 hal yaitu (1) Untuk pencegahan penyakit atau pemeriksaan kesehatan pada saat gejala penyakit belum dirasakan (perilaku sehat); (2) Untuk mendapatkan diagnosis penyakit dan tindakan yang diperlukan jika ada gejala penyakit yang dirasakan (perilaku sakit); dan (3) Untuk mengobati penyakit, jika penyakit tertentu telah dipastikan, agar sembuh dan sehat seperti sediakala atau agar penyakit tidak bertambah parah (peran sakit – sick role behavior). (Becker dkk, dalam Muhazam F, 1995). Dalam ilmu ekonomi yang terpenting dari pelayanan kesehatan adalah kesehatan itu sendiri dan sekaligus akan menghasilkan dampak yang lainnya. Dari sudut pandang permintaan, masyarakat ingin memperbaiki status kesehatannya sehingga memerlukan pelayanan kesehatan sebagai salah satu cara untuk menjaga kesehatannya. Alasan mengapa masyarakat memerlukan status kesehatan yang lebih
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
baik, mungkin disebabkan oleh adanya keinginan untuk dapat menikmati hidup yang lebih baik dibanding bila mereka mengalami gangguan kesehatan. Menurut Arrow (1963), hubungan antara keinginan sehat dan permintaan akan pelayanan kesehatan hanya kelihatannya saja sederhana, tetapi sebenarnya sangat kompleks. Penyebab utamanya adalah karena misalnya persoalan informasi yang umumnya dilakukan oleh para ahli kesehatan kepada masyarakat. Dari informasi yang mereka sebarkan itulah masyarakat kemudian terpengaruh untuk melakukan permintaan dan penggunaan pelayanan kesehatan (Tjiptoherijanto, 1994). Menurut Department of Health Education and Welfare, USA (Lapau, 1997), faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan pelayanan kesehatan yaitu: 1. Faktor regional dan residence regional misalnya ; Jakarta, Jawa Barat,dll. residence misalnya ; Rural dan Urban 2. Faktor dari sistem pelayanan kesehatan yang bersangkutan a. Tipe dari organisasi, misalnya ; rumah sakit, puskesmas,dll. b. Kelengkapan program kesehatan. c. Tersedianya fasilitas dan tenaga medis. d. Teraturnya pelayanan. e. Hubungan antara dokter/ tenaga kesehatan lainnya dengan penderita. f. Adanya asuransi. 3. Faktor dengan adanya fasilitas kesehatan lainnya.
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
4. Faktor-faktor dari konsumen yang menggunakan pelayanan kesehatan. a. Faktor sosio demografis yang meliputi umur, jenis kelamin, status perkawinan, besar keluarga, kebangsaan, dan suku bangsa, serta agama. b. Faktor sosio psikologis, yang meliputi sikap/ persepsi terhadap pelayanan kesehatan secara umum, pengetahuan dan sumber informasi dari pelayanan kesehatan dan tabiat terhadap pelayanan kesehatan sebelumnya. c. Faktor ekonomis yang meliputi status sosioekonomis (pendidikan dan pekerjaan) dan pendapatan. d. Dapat digunakannya pelayanan kesehatan yang meliputi jarak antara rumah penderita dengan tempat pelayanan kesehatan. e. Variabel yang menyangkut kebutuhan (need) yang meliputi morbidity, gejala penyakit yang dirasakan oleh penderita, status terbatasnya keaktifan yang kronis, hari-hari di mana tidak dapat melakukan tugas dan diagnosa. Andersen dan Newman (1979) seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), menyatakan model penggunaan pelayanan kesehatan ini dapat membantu atau memenuhi satu atau lebih dari lima tujuan berikut: a. Untuk melukiskan hubungan-hubungan kedua belah pihak antara faktor-faktor penentu (determinan) dari penggunaan pelayanan kesehatan. b. Untuk menentukan apakah ada atau tidak adanya pelayanan dari pemakaian pelayanan kesehatan yang berat sebelah. c. Untuk meringankan dan mengantisipasi kebutuhan masa depan dari pelayanan kesehatan.
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
d. Untuk menyarankan cara-cara manipulasi kebijaksanaan yang ada dan berhubungan dengan variabel-variabel, agar dapat memberikan perubahan perilaku terhadap penggunaan pelayanan kesehatan. e. Untuk menilai program yang sudah dilakukan, terutama dalam pemeliharaan/ perawatan kesehatan yang baru. Andersen dan Anderson membuat 7 kategori model penggunaan pelayanan kesehatan yang didasarkan pada tipe-tipe variabel yang digunakan sebagai penentu (determinan-determinan) penggunaan pelayanan kesehatan. Ketujuh model tersebut adalah sebagai berikut: 1) Model Demografi (Kependudukan) Dalam model ini variabel-variabel yang dipakai adalah umur, jenis kelamin, status perkawinan, dan besarnya keluarga. Variabel ini digunakan sebagai ukuran mutlak atau indikator fisiologis yang berbeda (umur dan jenis kelamin), dan juga siklus hidup (status perkawinan dan besarnya keluarga) dengan asumsi bahwa penggunaan pelayanan kesehatan sedikit banyaknya berhubungan dengan variabel di atas. 2) Model-model Struktur Sosial (Social Structure Models) Dalam model ini variabel-variabel yang dipakai adalah pendidikan, pekerjaan, dan kebangsaan. Variabel-variabel ini mencerminkan keadaan sosial dari individu atau keluarga di dalam masyarakat. Model ini didasarkan pada asumsi bahwa orang-orang dengan latar belakang, status sosial tertentu akan menggunakan pelayanan kesehatan dengan cara tertentu pula.
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
3) Model-model Sosial Psikologis (Psychological Social Models) Dalam model ini variabel-variabel yang dipakai adalah pengertian kerentanan terhadap penyakit, pengertian keseluruhan daripada penyakit, keuntungan yang diharapkan dari pengambilan tindakan menghadapi penyakit, kesiapan tindakan individu. Dalam model ini variabel yang digunakan merupakan ukuran dari sikap dan keyakinan individu. 4) Model-model Sumber Keluarga (Family Resource Models) Dalam model ini variabel-variabel yang dipakai adalah pendapatan keluarga, cakupan asuransi keluarga atau sebagai anggota asuransi kesehatan dan pihakpihak yang membiayai pelayanan kesehatan keluarga dan sebagainya. Model ini menggambarkan tingkat ekonomi keluarga dan digunakan untuk mengukur kemampuan membayar individu atau keluarga untuk pelayanan kesehatan mereka. 5) Model-model Sumber Daya Masyarakat (Community Resource Models) Dalam model ini variabel-variabel yang dipakai adalah penyediaan pelayanan kesehatan dan ketercapaian dari pelayanan kesehatan, serta sumber dari masingmasing dalam masyarakat. Model ini selanjutnya menggambarkan suplai ekonomis yang berfokus pada ketersediaan di masyarakat. 6) Model-model Organisasi (Organization Models) Dalam model ini variabel yang dipakai adalah gaya hidup (style) praktek pengobatan, sifat dari pelayanan tersebut, letak dari pelayanan kesehatan, dan
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
petugas yang pertama kali kontak dengan pasien. Model ini mencerminkan perbedaan bentuk-bentuk sistem pelayanan kesehatan. 7) Model Sistem Kesehatan (Health System Models) Model sistem kesehatan mengintegrasikan ke enam model di atas menjadi satu yang sempurna. Dengan demikian apabila hendak dilakukan analisa terhadap penggunaan pelayanan kesehatan maka akan diperhitungkan keenam model di atas (Notoatmodjo, 2003). Selanjutnya, kenyataan menunjukkan bahwa problem kesehatan ditandai oleh kegagalan orang atau masyarakat untuk menerima usaha pencegahan dan penyembuhan
penyakit
yang
dilakanakan
oleh
provider.
Kegagalan
ini
memunculkan teori yang menjelaskan perilaku pencegahan penyakit (preventive health behavior) yang oleh Becker (1974) dikembangkan menjadi model kepercayaan kesehatan (health belief model). (Notoatmodjo, 2003). Rendahnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan menurut Depkes RI (1999) dapat disebabkan oleh: 1. Jarak yang jauh ( faktor geografi) 2. Tidak tahu adanya suatu kemampuan fasilitas (faktor informasi) 3. Biaya yang tidak terjangkau (faktor ekonomi) 4. Tradisi yang menghambat pemanfaatan fasilitas (faktor budaya) Pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh menurut Depkes (1999) dapat dipengaruhi oleh:
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
1. Keterjangkauan lokasi tempat pelayanan Tempat pelayanan yang tidak strategis/ sulit dicapai, menyebabkan berkurangnya pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh para ibu hamil. 2. Jenis dan kualitas pelayanan yang tersedia Jenis dan kualitas pelayanan yang kurang memadai menyebabkan rendahnya akses ibu hamil terhadap pelayanan kesehatan. 3. Keterjangkauan informasi Informasi yang kurang menyebabkan rendahnya penggunaan pelayanan kesehatan yang ada. Dari uraian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan maka dalam penelitian ini akan dibahas lebih mendetail adalah faktor tenaga kesehatan, sarana dan prasarana serta tarif di Puskesmas.
2.3.1
Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/ atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan (Wijono, 1999). Tenaga kesehatan terdiri dari tenaga medis, tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, dan tenaga keteknisian medis (Wijono, 1999).
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
Secara terperinci, tenaga medis adalah tenaga dokter spesialis, dokter umum dan dokter gigi. Tenaga keperawatan adalah perawat dan bidan. Tenaga kefarmasian meliputi apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker. Tenaga Kesehatan Masyarakat meliputi epidemiolog kesehatan, entomolog kesehatan, mikrobiologi kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian. Tenaga Gizi meliputi nutrisionis dan dietisien. Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasiterapis dan terapis wicara. Tenaga keteknisian medis meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, otorik prostetik, teknisi transfusi dan perekam medis (Wijono, 1999). Menurut Wijono seorang tenaga kesehatan harus memenuhi syarat-syarat, yakni: 1. Tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang kesehatan yang dinyatakan dengan ijazah dari lembaga pendidikan. 2. Tenaga kesehatan hanya dapat melakukan upaya kesehatan setelah tenaga kesehatan yang bersangkutan memiliki izin dari Menteri. 3. Dikecualikan dari pemilikan izin sebagaimana dimaksud, bagi tenaga kesehatan masyarakat. Ketentuan lebih lanjut mengenai perizinan, diatur oleh Menteri. 4. Selain izin sebagaimana yang dimaksud, tenaga medis dan tenaga kefarmasian lulusan dari lembaga pendidikan di luar negeri hanya dapat melakukan upaya kesehatan setelah yang bersangkutan melakukan adaptasi. Ketentuan lebih lanjut mengenai adaptasi, diatur oleh Menteri. (Wijono, 1999).
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
2.3.2
Sarana dan Prasarana Salah satu komponen penting dalam penyelenggaraan pembangunan adalah
sarana kesehatan yang mampu menunjang berbagai upaya pelayanan kesehatan baik pada tingkat individu maupun masyarakat. Untuk masa mendatang kebutuhan sarana kesehatan akan disusun dengan memperhatikan beberapa asumsi dasar, yaitu : 1. Terjadinya pergeseran peran pemerintah dari penyelenggara pelayanan yang dominan,
menjadi
penyusunan
kebijakan
dan
regulasi
dengan
tetap
memperhatikan kebutuhan pelayanan bagi penduduk miskin 2. Makin meningkatnya potensi sektor swasta dalam penyediaan pelayanan kesehatan, khususnya yang bersifat kuratif dan rehabilitatif 3. Teratasinya krisis ekonomi dan politik dalam waktu yang tidak terlalu lama (Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010, 1999) Pembangunan
sarana
dan
prasarana
kesehatan
ke
depan
akan
diselenggarakan secara bersama-sama oleh pemerintah dan swasta dengan memperhatikan faktor efisiensi dan ketercapaian bagi seluruh penduduk. Selain itu langkah peningkatan kuantitas pembangunan sarana dan prasarana kesehatan harus diikuti dengan peningkatan kemampuan manajerial yang profesional
dan didukung oleh peningkatan kemampuan teknis tenaga pemberi
pelayanan untuk menjamin keberhasilan dan kelestrian upaya pelayanan kesehatan secara menyeluruh.
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
2.3.3
Tarif Tarif adalah besarnya biaya yang harus dikeluarkan seseorang untuk
memperoleh jasa pelayanan. Tarif tidak sama dengan harga. Harga adalah besarnya biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan barang. Sekalipun perbedaan tarif dengan harga cukup jelas, namun bagi kebanyakan anggota mayarakat, perbedaan ini sulit dimengerti. Oleh masyarakat pemakai jasa pelayanan kesehatan, tarif diartikan sama dengan seluruh biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Pengertian seperti ini jelas tidak sesuai, karena dalam pengertian biaya tersebut telah termasuk harga barang, misalnya obat-obatan, yang pengelolaannya sering dilakukan terpisah dengan pengelolaan pelayanan kesehatan. Peranan tarif dalam pelayanan kesehatan amat penting. Untuk menjamin kesinambungan pelayanan, setiap sarana kesehatan harus menetapkan besarnya tarif yang dapat menjamin total pendapatan yang lebih besar dari total pengeluaran. Untuk itu, beberapa faktor perlu diperhitungkan. Faktor-faktor yang dimaksud untuk suatu sarana pelayanan, secara umum dapat dibedakan atas 4 macam : 1.
Biaya investasi
2.
Biaya kegiatan rutin, terdiri dari direct cost dan indirect cost.
3.
Biaya rencana pengembangan
4.
Besarnya target keuntungan. (Azwar, 1996). Tarif puskesmas merupakan biaya pelayanan kesehatan yang diberikan
suatu puskesmas, yang ditetapkan oleh pemerintah daerah untuk suatu periode tertentu. Dalam perdagangan umum, tarif berlaku menurut hukum pasar yang
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
berfluktuasi dari waktu ke waktu. Dalam pelayanan swasta, tarif pelayanan juga dapat berfluktuasi, tetapi tidak secepat perubahan pada komoditas tertentu. Tarif puskesmas yang ditetapkan pemerintah umumnya tidak berfluktuasi dan cenderung berlaku untuk masa 3 – 6 tahun. Akibatnya, tarif tersebut tidak selalu dapat menutupi biaya-biaya untuk memproduksi jasa pelayanan di puskesmas. Besarnya tarif Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta di bidang Medis berpedoman kepada komponen biaya yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan dengan memperhatikan pertimbangan dari organisasi profesi setempat (Wijono, 1999). Selain pertimbangan organisasi profesi, perhitungan tarif biasanya juga mempertimbangkan: 1. Jasa Konsultasi Dokter 2. Biaya Suntikan dan Obat-Obatan 3. Jasa Tindakan Medik 4. Jasa Penunjang Medik 5. Jasa Perawatan 6. Komponen lain yang berhubungan dengan penunjang pelayanan kesehatan Dari uraian teoritis diatas tentunya diperlukan penetapan tarif yang tepat, dengan memperhatikan kemampuan dan kemauan masyarakat dalam membayar di satu sisi dan biaya sebenarnya yang dikeluarkan untuk menghasilkan pelayanan yang baik pada sisi lainnya.
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
2.4 Landasan Teori Menurut Sorkin (1984), pemanfaatan pelayanan kesehatan pada konsumen dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain faktor demografi, struktur sosial, belief, akses pelayanan kesehatan, status kesehatan berdasarkan evaluasi klinis. Seorang konsumen yang mempunyai persepsi dan keyakinan yang baik tentang status kesehatannya akan mempunyai demand dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas. Seorang konsumen yang mempunyai persepsi dan keyakinan yang baik tentang pelayanan petugas kesehatan akan mempunyai demand dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas. Seorang konsumen yang mempunyai persepsi dan keyakinan yang baik tentang keberadaan sarana prasarana Puskesmas akan mempunyai demand dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas. Seorang konsumen yang mempunyai persepsi dan keyakinan yang baik tentang pembiayaan kesehatan akan mempunyai demand dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas. Menurut Fuchs (1998), Zubkoff (1981), faktor-faktor yang mempengaruhi demand pelayanan kesehatan antara lain: kebutuhan berbasis pada aspek fisiologis, penilaian pribadi akan status kesehatannya, variabel-variabel ekonomi seperti tarif, ada tidaknya asuransi dan penghasilan, pendidikan, variabel-variabel demografis dan organisasi. Disamping itu, faktor lain yang mempengaruhi adalah: pengiklanan,
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
pengaruh jumlah tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan dan pengaruh inflasi. Faktor-faktor ini satu sama lain terkait secara kompleks (Trisantono, 2006). 2.5 Kerangka Konsep Dalam penelitian ini faktor yang berpengaruh terhadap demand masyarakat memanfaatkan puskesmas adalah faktor pelayanan tenaga kesehatan, sarana dan prasarana Puskesmas serta tarif. Berdasarkan hal di atas, maka kerangka konsep penelitian ini secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut:
PELAYANAN TENAGA KESEHATAN
SARANA/ PRASARANA PUSKESMAS
DEMAND MASYARAKAT MEMANFAATKAN PUSKESMAS
TARIF Gambar 2.2. Kerangka Konsep
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei yang bersifat analitik dengan tipe Explanatory Research yakni untuk menjelaskan pengaruh variabel penelitian melalui pengujian hipotesis. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kota Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu. Tempat ini dipilih karena rendahnya angka kunjungan dari penduduk yang non ASKES di Puskesmas Kota Rantauprapat sementara jumlah penduduk yang mempunyai kemampuan ekonomi tinggi (non ASKES) cukup banyak di wilayah kerja Puskesmas tersebut.
3.2.2 Waktu Penelitian Penelitian dimulai dengan melakukan penelusuran pustaka, studi pendahuluan, penyiapan proposal, kolokium, pelaksanaan penelitian, pengolahan data dan penyusunan laporan akhir. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, yang dimulai bulan Maret 2007 sampai Agustus 2007.
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang berusia 17 tahun ke atas yang pernah berobat ke Puskesmas Kota Rantauprapat, dengan kategori non ASKES.
3.3.2 Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang berobat ke Puskesmas Kota Rantauprapat pada bulan Juli 2007 yang bersedia diwawancarai (accidental sampling). Jumlah sampel diperoleh sebanyak 57 orang.
3.4 Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder, yaitu: 1. Data primer: diperoleh dari wawancara langsung dengan responden dan informan yang berpedoman pada kuesioner dan daftar pertanyaan penelitian yang telah disiapkan. 2. Data sekunder, berupa data dasar, diperoleh dari Laporan Puskesmas Kota Rantauprapat. Pengumpulan data juga dilakukan dengan wawancara mendalam kepada tokoh masyarakat dari berbagai kalangan (yang berdomisili di wilayah kerja Puskesmas), yang terdiri dari :
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
1. Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Cabang Labuhanbatu 2. Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Labuhanbatu 3. Ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) 4. Wartawan 5. Aktivis LSM 6. Aktivis Perempuan 7. Ulama 8. Pendeta 9. Seniman Data wawancara mendalam (kualitatif), digunakan sebagai komplementer dari data yang dikumpulkan dengan wawancara kuesioner dan data sekunder.
3.5 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional 1. Pelayanan tenaga kesehatan adalah pandangan responden tentang pelayanan yang diberikan oleh petugas (dokter, paramedis dan pegawai adminitrasi) yang bekerja di Puskesmas Kota Rantauprapat meliputi sikap, perbuatan, komunikasi, keahlian/ kemampuan, kecepatan dan kecekatan dalam memberikan pelayanan yang dapat berpengaruh terhadap permintaan pelayanan kesehatan di Puskesmas tersebut. 2. Sarana dan prasarana kesehatan adalah pandangan responden tentang kondisi dan kelengkapan peralatan atau fasilitas yang mendukung pelayanan kesehatan (misalnya: ruang pemeriksaan, alat-alat keperawatan, alat-alat kebidanan,
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
laboratorium dan sebagainya), yang dapat mempengaruhi permintaan masyarakat dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat. 3. Tarif adalah adalah pandangan responden terhadap sejumlah uang yang harus dibayarkan untuk memperoleh jasa pelayanan kesehatan yang mempengaruhi permintaan masyarakat di Puskesmas Kota Rantauprapat. 4. Demand adalah realisasi permintaan terhadap kesehatan dengan memanfaatkan atau telah
menggunakan
pelayanan
kesehatan
di
Puskesmas Kota
Rantauprapat jika responden merasakan keluhan sakit. 3.6 Metode Pengukuran Tabel 3.1 Aspek Pengukuran Variabel Pelayanan Tenaga Kesehatan, Sarana dan Prasarana, serta Tarif terhadap Demand Masyarakat No 1.
2.
Variabel/ Sub Variabel Pelayanan Tenaga Kesehatan Sarana dan Prasarana
3.
Tarif
4.
Demand Masyarakat
Jumlah Kriteria Indikator 1. Baik 13 2. Kurang baik 3. Tidak baik 6 1. Baik 2. Kurang baik 3. Tidak baik 2 1. Baik 2. Kurang baik 3. Tidak baik 3 1. Berminat 2. Kurang berminat 3. Tidak berminat
Aspek Pengukuran Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Bobot Nilai 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1
Pengukuran variabel meliputi pelayanan tenaga kesehatan, sarana dan prasarana, serta tarif berdasarkan jawaban pertanyaan yang diberikan responden,
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
selanjutnya dikategorikan berdasarkan penilaian responden tentang pelayanan kesehatan terhadap demand dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat dengan tiga (3) skala pengukuran, yaitu: a. Kategori baik adalah apabila penilaian atau tanggapan responden tentang pelayanan kesehatan yang diterimanya sehingga menimbulkan penilaian yang baik, karena kebutuhan yang diinginkan sebagian besar terpenuhi. Nilainya >75 % dari nilai maksimalnya. b. Kategori kurang baik adalah apabila penilaian atau tanggapan responden tentang pelayanan kesehatan yang diterimanya sehingga menimbulkan penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan sebagian saja yang terpenuhi. Nilainya 40-74 % dari nilai maksimalnya. c. Kategori tidak baik adalah apabila penilaian atau tanggapan responden tentang pelayanan kesehatan yang diterimanya sehingga menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginkan sebagian besar tidak terpenuhi. Nilainya < 40 % dari nilai maksimalnya.
3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas Sebelum kuesioner digunakan sebagai alat ukur, terlebih dahulu dilakukan uji validitas (kesahihan) dan reliabilitas (kehandalan). Uji coba dilakukan kepada 20 orang pasien yang berkunjung pada bulan Juni 2007.
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
3.7.1 Uji Validitas Uji validitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah kuesioner mampu mengukur apa yang mau diukur, dengan melakukan uji korelasi antara skor (nilai) tiap item pertanyaan dengan skor total kuesioner tersebut. Bila semua pertanyaan mempunyai korelasi yang bermakna (construct validity), berarti semua item dalam kuesioner, mengukur konsep yang diukur. Teknik yang dipakai adalah korelasi product moment. Untuk mengetahui apakah nilai korelasi tiap pertanyaan itu significant, maka perlu dilihat pada tabel nilai product moment. Bila item tidak valid, harus diganti, direvisi atau dihilangkan (Notoatmodjo, 2005). Pada pengukuran validitas kuesioner yang terlampir pada proposal penelitian terhadap 20 responden, didapatkan hasil; dari 42 item kuesioner yang diuji, 21 item valid pada taraf signifikansi 0,01 dengan derajat kebebasan (df) hitung lebih besar dari nilai derajat kebebasan tabel (df tabel = 0,561). Dari 21 item yang tidak valid, 18 belas item dihilangkan, 3 item karena masih dibutuhkan, dilakukan revisi. Item pertanyaan yang direvisi adalah pertanyaan nomor 7 tentang jumlah kunjungan ke puskesmas dan 2 pertanyaan tentang tarif. Tabel 3.2 berikut ini adalah hasil uji validitas kuesioner.
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 3.2 Daftar Item Pertanyaan yang Valid dan Tidak Valid No.
Item
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42.
Tujuh Delapan Sembilan Sepuluh Sebelas Dua belas Tiga belas Empat belas Lima belas Enam belas Tujuh belas Delapan belas Sembilan belas Dua puluh Dua puluh satu Dua puluh dua Dua puluh tiga Dua puluh empat Dua puluh lima Dua puluh enam Dua puluh tujuh Dua puluh delapan Dua puluh sembilan Tiga Puluh Tiga puluh satu Tiga puluh dua Tiga puluh tiga Tiga puluh empat Tiga puluh lima Tiga puluh enam Tiga puluh tujuh Tiga puluh delapan Tiga puluh sembilan Empat puluh Empat puluh satu Empat puluh dua Empat puluh tiga Empat puluh empat Empat puluh lima Empat puluh enam Empat puluh tujuh Empat puluh delapan
Hasil korelasi dengan Variabel y
Keterangan
630 887** 774** 758* 829** 939** a 746* 652* a 652* a 190 379 754* 754* 379 754* 380 758* a -244 524 a a 652* 115 532 a a 652* 652* 652* 521 652* 887** 68 147 147 754* 652* 643*
direvisi Valid Valid Valid Valid Valid dihilangkan Valid Valid dihilangkan Valid dihilangkan dihilangkan dihilangkan Valid Valid dihilangkan valid dihilangkan valid dihilangkan dihilangkan dihilangkan dihilangkan dihilangkan valid dihilangkan dihilangkan dihilangkan dihilangkan Valid Valid Valid dihilangkan Valid Valid Direvisi Direvisi dihilangkan Valid Valid Valid
Sumber : Hasil penelitian, 2007 (data diolah) 3.7.2 Uji Reliabilitas Uji reliabilitas dilakukan untuk menunjukkan sejauhmana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan, dimana hasil pengukuran tetap
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
konsisten atau tetap asas bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama. Cara perhitungan reliabilitas dilakukan dengan menggunakan teknik belah dua, yaitu dengan membagi dua pertanyaan valid secara acak dan dilakukan uji korelasi dengan rumus korelasi product moment antara belahan pertama dan belahan kedua (Notoatmodjo, 2005). Kemudian dilanjutkan dengan pengujian dengan rumus Sperman – Brown sebagai berikut (Alhusin, 2002) :
r 11 =
2r½½ -------------(1 + r ½ ½ )
r ½ ½ = korelasi antara skor-skor belahan tes r 11 = koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan Setelah diuji validitas, item kuesioner yang sudah valid diuji reliabilitas dengan menggunakan teknik belah dua. Hasil uji korelasi dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut. Tabel 3.3 Korelasi Uji Reliabilitas Kuesioner Dengan Teknik Belah Dua Ganjil
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Genap Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Sumber : Hasil penelitian, 2007 (data diolah)
Ganjil 1.000 . 10 .969** .000 . 10 .
Genap .969** .000 . 10 . 1.000 . 10
Dapat dilihat, bahwa hasil korelasi antara skore item ganjil dan genap adalah 0,969. Korelasi ini menunjukkan tingkat signifikansi yang tinggi. Tanda bintang dua
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
menunjukkan bahwa korelasi signifikans pada alpha 0,01. Selanjutnya hasil diuji dengan rumus Sperman – Brown :
r 11 =
2r½½ -------------(1 + r ½ ½ )
r 11 =
2 x 0,969 1,938 -------------- = ---------- = 0,98 (1 + 0,969) 1,969
Dari hasil, perhitungan Sperman – Brown diatas, didapat korelasi yang tinggi. Dengan demikian, item-item pada test di atas, memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi. 3.8 Metode Analisis Data Data yang diperoleh dianalisa dengan beberapa uji statistik menggunakan program komputer: a. Analisis Univariat Untuk melihat gambaran setiap karateristik dan variabel independen (bebas) yaitu: umur, pekerjaan, pendidikan, penghasilan, dan pandangan responden terhadap pelayanan tenaga kesehatan, sarana dan prasarana serta tarif puskesmas; dan variabel dependen (terikat) yang meliputi demand masyarakat dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat. b. Analisis Bivariat dengan menggunakan uji Regresi Linear Sederhana Untuk menguji dan menganalisa masing-masing pengaruh antara persepsi responden tentang tenaga kesehatan, sarana dan prasarana serta tarif puskesmas
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
dengan demand masyarakat dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat digunakan uji Regresi Linear Sederhana. c. Analisis Multivariat dengan menggunakan uji Regresi Linear Berganda Untuk melihat pengaruh antara persepsi responden tentang tenaga kesehatan, sarana dan prasarana serta tarif puskesmas dengan demand masyarakat dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat digunakan uji Regresi Linear Berganda.
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Kawasan Penelitian Puskesmas Kota Rantauprapat, terletak di Kecamatan Rantau Utara, Kabupaten Labuhanbatu. Puskesmas ini berada di Ibukota Kabupaten Labuhanbatu, Rantauprapat, yang berfungsi sebagai Pusat Pemerintahan Kabupaten Labuhanbatu, sekaligus menjadi pusat pendidikan, kebudayaan, dan perdagangan. Secara geografis wilayah kerja Puskesmas, terletak di Pantai Timur Sumatera dengan wilayah sebelah Utara, berbatasan dengan Kecamatan Pangkatan, sebelah Barat, berbatasan dengan Kecamatan Bilah Barat, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Rantau Selatan, sebelah Timur, berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Perlayuan Kecamatan Rantau Utara, Kabupaten Labuhanbatu. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kota Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu. Tempat ini dipilih karena rendahnya angka kunjungan dari penduduk yang non ASKES, sementara jumlah penduduk yang mempunyai kemampuan ekonomi tinggi (non ASKES) cukup banyak di wilayah kerja Puskesmas tersebut. Puskesmas ini mempunyai luas wilayah kerja 47,47 Ha, yang terdiri dari 7 Kelurahan.
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
4.1.1.1 Keadaan Penduduk Data jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kota Rantauprapat, Kecamatan Rantau Utara, sebanyak 44.494 jiwa (9.700 KK), jumlah rata-rata jiwa setiap rumah 4,59 jiwa, rasio jenis kelamin 1,04. Data penduduk menurut jenis kelamin, jumlah KK dan Lingkungan serta luas wilayah setiap Kelurahan di wilayah kerja puskesmas dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut : Tabel 4.1
No.
Komposisi Penduduk Kelurahan Menurut Jenis Kelamin, Jumlah KK dan Lingkungan, serta Luas Wilayah Setiap Kelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas
Kelurahan
LK
PR
JLH
JLH
(orang)
(orang)
(orang)
KK
Lingk
Luas (Ha)
1.
Rantauprapat
2021
2126
4147
802
5
0,71
2.
Sirandorung
4010
4114
8124
1432
6
9,10
3.
Siringo-ringo
3312
2913
6225
1438
8
6,77
4.
Kartini
2492
2656
5148
1052
5
1,00
5.
Cendana
2794
3131
5929
1426
8
6,77
6.
Bina Raga
2448
3022
5470
1563
5
7,42
7.
Padang Bulan
4702
4753
9455
1987
10
9,11
21779
22715
44494
9700
47
47,47
Jumlah
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Kota Rantauprapat, Tahun 2006
4.1.1.2 Tenaga Kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat Tenaga kesehatan yang terdapat di Puskesmas Kota Rantauprapat adalah sebagaimana pada Tabel 4.2 berikut:
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 4.2 Jenis dan Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat Tahun 2006 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
JENIS PENDIDIKAN Dokter Umum Dokter Gigi Sekolah Perawat Kesehatan BIDAN Akademi Kebidanan Sekolah Asisten Apoteker Sekolah Pendidikan Ahli Gizi Sekolah Pendidikan Rawat Gigi Latihan Chusus Perawat Kesehatan SLTA Akademi Keperawatan Sarjana Kesehatan Masyarakat Bidan di Desa JUMLAH
JUMLAH (orang) 3 1 8 15 5 1 2 1 2 1 4 1 4 48
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Kota Rantauprapat 2006 4.1.2 Kondisi Sarana dan Prasarana Puskesmas Kota Rantauprapat. Puskesmas Kota Rantauprapat, dibangun pada tahun 1981 dan telah dilakukan renovasi pada bulan Oktober 2003. Dari Tabel 4.3 ditunjukkan sarana dan prasarana yang dimiliki puskesmas Kota Rantauprapat pada Tahun 2006. Tabel 4.3 Sarana dan Prasana Puskesmas Kota Rantauprapat Tahun 2006 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
SARANA/PRASARANA Ruangan Toilet Mobil puskesmas keliling Sepeda motor Poliklinik kit Laboratorium kit Mikroskop Bidan kit Dental Unit Air conditioning Puskesmas pembantu
JUMLAH (unit) 14 2 1 2 1 1 1 1 1 1 3
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Kota Rantauprapat 2006
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
4.1.3 Pola Penyakit di Puskesmas Berdasarkan 10 penyakit terbesar di Puskesmas Kota Rantauprapat tahun 2006 dapat menggambarkan pola penyakit yang terdapat di wilayah tersebut, sebagaimana pada Tabel 4.4 berikut : Tabel 4.4 Pola Penyakit di Puskesmas Kota Rantauprapat No. Code 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Nama Penyakit
1303 ISPA 1505 Penyakit rongga mulut/ stomatitis 0104 Infeksi penyakit usus yang lain/ gastritis 21 Penyakit pada sistem otot/ rematik 1005 Penyakit mata lainnya 2002 Penyakit kulit Alergi 12 Penyakit tekanan darah tinggi 0102 Diare 0403 Asma 22 Penyakit lainnya Jumlah
Jumlah Persentase (orang) (%) 5.261 37,05 1.938 13,65 901 6,35 824 750 747 725 629 438 1.986 14.199
5,80 5,28 5,26 5,11 4,43 3,08 13,99 100
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Kota Rantauprapat 2006 Dari Tabel 4.4 di atas diketahui bahwa 37.5% pasien yang berobat ke Puskesmas Kota Rantauprapat menderita penyakit Infeksi Akut lain pada saluran pernafasan atas (ISPA), selebihnya penyakit stomatitis, gastritis, rematik, penyakit mata, penyakit kulit alergi, hipertensi, diare, Asma serta penyakit lainnya. Dilihat dari jenis penyakit yang termasuk 10 besar di Puskesmas Kota Rantauprapat adalah jenis penyakit infeksi yang terkait dengan kesehatan lingkungan dan perilaku serta penyakit non infeksi.
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
4.1.4 Gambaran Umum Responden Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kota Rantauprapat yang telah menggunakan Puskesmas sebagai tempat pengobatan. Karakteristik responden yang diperoleh meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan. Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik A. 1. 2. 3. 4. 5. 6. B.
C. 1. 2. 3. 4. 5. 6. D. 1. 2. 3. 4. E. 1. 2. 3. . F. 1. 2. 3.
Responden berdasarkan kelompok umur < 20 tahun 20 – 29 tahun 30 – 39 tahun 40 – 49 tahun 50 – 59 tahun 60 – dst Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Laki – laki Perempuan Jumlah Responden berdasarkan pendidikan Tidak Tamat SD SD SMP SMU D III Sarjana Jumlah Responden berdasarkan pekerjaan Karyawan Petani Wiraswasta Tidak bekerja (Ibu Rumah Tangga, Mahasisiwa) Jumlah Responden berdasarkan Penghasilan < Rp. 800.000,Rp. 800.000,- – Rp. 1.600.000,> Rp. 1.600.000,Jumlah Responden berdasarkan Kunjungan 1 kali 2 – 4 kali ≥ 5 kali Jumlah
Jumlah (orang) 3 13 19 14 2 6 57 Jumlah (orang) 22 35 57 Jumlah (orang) 1 4 5 36 4 7 57 Jumlah (orang) 11 1 39 6 57 Jumlah (orang) 6 28 23 57 Jumlah (orang) 21 18 18 57
Persentase (%) 5.3 22.8 33.3 24.6 3.5 10.5 100.0 Persentase (%) 38.6 61.4 100 Persentase (%) 1.8 7.0 8.8 63.2 7.0 12.3 100.0 Persentase (%) 19.3 1.8 68.4 10.5 100.0 Persentase (%) 10.5 49.1 40.4 100.0 Persentase (%) 36.8 31.6 31.6 100.0
Sumber : Hasil Penelitian 2007 (data diolah)
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
Dari Tabel 4.5 di atas, responden berdasarkan kelompok umur; 3 orang (5,3 %) < 20 tahun, 13 orang (22,8 %) 20 – 29 tahun, 19 orang (33,3 %) 30 – 39 tahun, 14 orang (24,6 %) 40 – 49 tahun, 2 orang (3,5 %) 50 – 59 tahun dan 6 orang (10,5 %) ≥ 60 tahun. Responden berdasarkan jenis kelamin; laki-laki 22 orang (38,6 %) dan perempuan 35 orang (61,4 %). Responden berdasarkan tingkat pendidikan, 1 orang (1,8 %) tidak tamat SD, 4 orang (7,0 %) SD, 5 orang (8,8 %) SMP, 36 orang (63,2 % ) SMU, 4 orang (7,0 %) DIII dan 7 orang (12,3 %) Sarjana. Responden berdasarkan pekerjaan; 11 orang (19,3 %) karyawan, 1 orang (1,8 %) petani, 39 orang (68,4 %) wiraswasta dan 6 orang (10,5 %) tidak bekerja (IRT dan mahasiswa). Responden berdasarkan penghasilan 6 orang
(10,5 %) < Rp. 800.000,-, 28 orang (49,1 %)
Rp. 800.000,- – Rp. 1.600.000,- dan 23 orang (40,4 %) > Rp. 1.600.000,-. Berdasarkan jumlah kunjungan responden ke Puskesmas, 21 orang (36,8 %), baru berkunjung 1 kali ke puskesmas. Sebanyak 18 orang (31,6 %) sering berkunjung (2 – 4 kali) ke puskesmas dan 18 orang (31,6 %) berkunjung sangat sering (≥ 5 kali) ke Puskesmas.
4.1.5 Pandangan Tentang Pelayanan Tenaga Kesehatan Pandangan tentang pelayanan tenaga kesehatan, adalah pandangan responden tentang pelayanan yang diberikan oleh petugas (dokter, paramedis dan pegawai administrasi) yang bekerja di Puskesmas Kota Rantauprapat meliputi sikap, perbuatan, komunikasi, keahlian/ kemampuan, kecepatan dan kecekatan dalam memberikan pelayanan yang dapat berpengaruh terhadap permintaan pelayanan
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
kesehatan di Puskesmas tersebut. Persentase responden berdasarkan masing – masing kategori aspek penelitian dapat dilihat pada uraian Tabel 4.6 berikut ini. Tabel 4.6 Pandangan Responden Tentang Pelayanan Tenaga Kesehatan A. 1. 2. 3. B. 1. 2. 3. C. 1. 2. 3. D. 1. 2. 3. E. 1. 2. 3. F. 1. 2. 3.
Penilaian Responden tentang pelayanan pegawai puskesmas di bagian kartu Tidak baik Kurang baik Baik Jumlah Penilaian Responden tentang pemberian informasi proses selanjutnya oleh petugas Tidak baik (tidak dapat informasi) Kurang baik (informasi tidak jelas) Baik (informasi jelas) Jumlah Penilaian responden tentang waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh kartu berobat Tidak baik (> 15 menit) Kurang baik (6 – 15 menit) Baik (< 5 menit) Jumlah Penilaian Responden tentang pelayanan pegawai puskesmas di bagian pemeriksaan Tidak baik Kurang baik Baik Jumlah Penilaian responden tentang waktu yang dihabiskan di ruang tunggu Tidak baik (> 20 menit) Kurang baik (10 – 20 menit) Baik (< 10 menit) Jumlah Penilaian Responden tentang disiplin petugas puskesmas Tidak baik Kurang baik Baik Jumlah
Jumlah (orang) 1 17 39 57 Jumlah (orang) 3 13 41 57 Jumlah (orang) 5 23 29 57 Jumlah (orang) 5 17 35 57 Jumlah (orang) 8 17 32 57 Jumlah (orang) 4 12 41 57
Persentase (%) 1.8 29.8 68.4 100.0 Persentase (%) 5.3 22.8 71.9 100.0 Persentase (%) 8.8 40.3 50.9 100.0 Persentase (%) 8.8 29.8 61.4 100.0 Persentase (%) 14.0 29.9 56.1 100.0 Persentase (%) 7.0 21.1 71.9 100.0
Sumber : Hasil Penelitian 2007 (data diolah)
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
Lanjutan Tabel 4.6 G. 1. 2. 3. H. 1. 2. 3. I. 1. 2. 3. J. 1. 2. 3. K. 1. 2. 3. L. 1. 2. 3.
Penilaian Responden tentang keramahtamahan petugas puskesmas Tidak baik Kurang baik Baik Jumlah Penilaian responden tentang kecekatan dan kesigapan petugas dalam melakukan pelayanan Tidak baik Kurang baik Baik Jumlah Penilaian Responden tentang keramahtamahan dokter Tidak baik Kurang baik Baik Jumlah Penilaian Responden tentang kecekatan dan kesigapan dokter dalam melakukan pelayanan Tidak baik Kurang baik Baik Jumlah Penilaian responden tentang penjelasan dokter mengenai keadaan penyakit pasien Tidak baik Kurang baik Baik Jumlah Penilaian Responden tentang waktu yang dihabiskan di ruang tunggu bagian obat Tidak baik Kurang baik Baik Jumlah
Jumlah (orang) 3 14 40 57 Jumlah (orang) 1 14 42 57 Jumlah (orang) 14 13 30 57 Jumlah (orang) 14 10 33 57 Jumlah (orang) 15 10 32 57 Jumlah (orang) 5 18 34 57
Persentase (%) 5.3 24.5 70.2 100.0 Persentase (%) 1.8 24.5 73.7 100.0 Persentase (%) 24.6 22.8 52.6 100.0 Persentase (%) 24.6 17.5 57.9 100.0 Persentase (%) 26.3 17.6 56.1 100.0 Persentase (%) 8.8 31.6 59.6 100.0
Sumber : Hasil Penelitian 2007 (data diolah) Dari Tabel 4.6 di atas di ketahui 68,4 % (39 orang) responden menilai pelayanan pegawai puskesmas di bagian kartu dengan kategori baik. Sebesar 71,9 % (41 orang) menilai informasi proses selanjutnya diperoleh dari petugas dengan kategori baik. Sebesar 50,9 % (29 orang) menilai waktu yang dihabiskan untuk
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
mendapatkan kartu dengan kategori baik.
Sebesar 61,4 % (35 orang) menilai
pelayanan petugas di bagian pemeriksaan dengan kategori baik. Sebesar 56,1 % (32 orang) menilai waktu yang dihabiskan di ruang tunggu pemeriksaan dengan kategori baik. Sebesar 71,9 % (41 orang) menilai disiplin petugas dengan kategori baik. Sebesar 70,2 % (40 orang) menilai keramahan petugas dengan kategori baik. Sebesar 73,7 % (42 orang) menilai kecekatan serta kesigapan petugas dengan kategori baik. Sebesar 52,6 % (30 orang) menilai keramahtamahan dokter dalam melayani pasien, dengan kategori yang baik. Sebesar
57,9 % (33 orang) menilai kecekatan dan
kesigapan dokter dalam melayani pasien, dengan kategori yang baik. Sebesar 56,1 % (32 orang) menilai dokter memberikan penjelasan tentang keadaan penyakit dengan kategori baik. Sebesar 59,6 % (34 orang) menilai waktu yang dihabiskan di ruang tunggu pelayanan obat dengan kategori baik. Selanjutnya seluruh pertanyaan mengenai pelayanan tenaga kesehatan dikategorikan sesuai dengan kriteria dan bobot pengukuran sebagaimana pada Tabel 3.1 Hasil pengkategorian dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut : Tabel 4.7 Pandangan Responden tentang Pelayanan Tenaga Kesehatan (Kategori) Frekuensi Valid
Tidak baik Kurang baik Baik Total
1 14 42 57
Persentase (%) 1.8 24.6 73.7 100.0
Sumber : Hasil Penelitian 2007 (data diolah)
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
Dari Tabel 4.7 di atas terlihat setelah dikategorikan, 73,7 % responden menilai pelayanan tenaga kesehatan secara keseluruhan dengan kategori baik. Sebanyak 24,6 % responden menilai pelayanan tenaga kesehatan secara keseluruhan dengan kategori kurang baik. Sebanyak 1,8 % responden menilai pelayanan tenaga kesehatan secara keseluruhan dengan kategori tidak baik. Dari pengkategorian berdasarkan penilaian responden tentang pelayanan tenaga kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat, diperoleh hasil dengan kategori kurang baik yaitu apabila penilaian atau tanggapan responden tentang pelayanan tenaga kesehatan yang diterimanya, menimbulkan penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan sebagian saja yang terpenuhi (nilai 40-74 % dari nilai maksimalnya).
4.1.6 Pandangan Tentang Sarana dan Prasarana Pandangan tentang Sarana dan Prasarana kesehatan adalah pandangan responden tentang kondisi dan kelengkapan peralatan atau fasilitas yang mendukung pelayanan kesehatan (misalnya: ruang pemeriksaan, alat-alat keperawatan, alat-alat kebidanan, laboratorium dan sebagainya), yang dapat mempengaruhi permintaan masyarakat dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat. Persentase responden berdasarkan masing – masing kategori aspek penelitian dapat dilihat pada uraian Tabel 4.8 berikut ini.
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 4.8 Pandangan Responden Tentang Sarana dan Prasarana A. 1. 2. 3. B. 1. 2. 3. C. 1. 2. 3. D.
1. 2. 3. E. 1. 2. 3. F. 1. 2. 3.
Penilaian Responden tentang lokasi Puskesmas dari segi kemudahan transportasi Tidak baik (tidak strategis) Kurang baik (kurang strategis) Baik (strategis dan mudah dijangkau) Jumlah Penilaian Responden tentang kebersihan ruangan-ruangan Puskesmas Tidak baik Kurang baik Baik Jumlah Penilaian responden tentang fasilitas dan kenyamanan ruang tunggu Puskesmas (TV, AC, kamar mandi dan bahan bacaan) Tidak baik Kurang baik Baik Jumlah Penilaian Responden tentang fasilitas dan kenyamanan ruang periksa Puskesmas (kursi, meja, tempat tidur, lemari alat, AC, kamar mandi) Tidak baik Kurang baik Baik Jumlah Penilaian responden tentang kualitas barang habis pakai yang diberikan (alat suntik, kapas, gaas steril, plester, tongue spatel) Tidak baik Kurang baik Baik Jumlah Penilaian Responden tentang kelengkapan peralatan Laboratorium Puskesmas Tidak baik (tidak lengkap) Kurang baik (kurang lengkap) Baik (lengkap) Jumlah
Jumlah (orang) 0 2 55 57 Jumlah (orang) 0 3 54 57 Jumlah (orang) 0 25 32 57 Jumlah (orang)
Persentase (%) 0 3.5 96.5 100.0 Persentase (%) 0 5.3 94.7 100.0 Persentase (%) 0 43.9 56.1 100.0 Persentase (%)
1 13 43 57 Jumlah (orang) 0 7 50 57 Jumlah (orang) 5 23 29 57
1.8 22.8 75.4 100.0 Persentase (%) 0 12.3 87.7 100.0 Persentase (%) 8.8 40.3 50.9 100.0
Sumber : Hasil Penelitian 2007 (data diolah) Dari Tabel 4.8 di atas diketahui 96,5 % (55 orang) responden menilai lokasi puskesmas dengan kategori baik. Sebesar 94,7 % (54 orang) menilai kebersihan ruangan-ruangan di puskesmas dengan kategori baik. Sebesar 56.1 % (32 orang) menilai fasilitas dan kenyamanan pada ruang tunggu Puskesmas, dengan kategori baik. Sebesar 75,4 % (43 orang) menilai fasilitas dan kenyamanan ruang periksa
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
Puskesmas dengan kategori baik. Sebesar 87,7 % (50 orang) menilai kualitas barang habis pakai dengan kategori baik. Sebesar 50,9 % (29 orang) menilai kelengkapan peralatan di laboratorium puskesmas dengan kategori baik. Selanjutnya seluruh pertanyaan mengenai sarana dan prasarana dikategorikan sesuai dengan kriteria dan bobot pengukuran sebagaimana pada Tabel 3.1 Hasil pengkategorian dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut : Tabel 4.9 Pandangan Responden tentang Sarana dan Prasarana (Kategori) Frekuensi Valid
Tidak baik Kurang baik Baik Total Sumber : Hasil Penelitian 2007 (data diolah)
0 3 54 57
Persentase (%) 0 5.3 94.7 100.0
Dari Tabel 4.9 di atas terlihat setelah dikategorikan, 94,7 % responden menilai sarana dan prasarana secara keseluruhan dengan kategori baik. Sebanyak 5.3 % responden menilai sarana dan prasarana secara keseluruhan dengan kategori kurang baik. Tidak ada (0 %) responden yang menilai sarana dan prasarana secara keseluruhan dengan kategori tidak baik. Dari pengkategorian berdasarkan penilaian responden tentang sarana dan prasarana kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat, diperoleh
hasil dengan
kategori baik yaitu apabila penilaian atau tanggapan responden tentang sarana dan prasarana kesehatan yang diterimanya, menimbulkan penilaian yang baik, karena kebutuhan yang diinginkan sebagian besar terpenuhi. Nilainya >75 % dari nilai maksimalnya.
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
4.1.7 Pandangan Tentang Tarif Pandangan tentang Tarif adalah adalah pandangan responden terhadap sejumlah uang yang harus dibayarkan untuk memperoleh jasa pelayanan kesehatan yang mempengaruhi permintaan masyarakat di Puskesmas Kota Rantauprapat. Persentase responden berdasarkan masing – masing kategori aspek penelitian dapat dilihat pada uraian Tabel 4.10 berikut ini. Tabel 4.10 Pandangan Responden Tentang Tarif A Penilaian Responden tentang tarif Puskesmas yang berlaku saat ini, apakah sudah mampu membiayai pelayanan kesehatan sesuai permintaan 1 Tidak mampu 2 Kurang mampu 3 Mampu Jumlah B Persetujuan Responden bila tarif dinaikkan untuk peningkatan kualitas pelayanan 1 Tidak setuju 2 Kurang setuju 3 Setuju Jumlah Sumber : Hasil Penelitian 2007 (data diolah)
Jumlah (orang)
Persentase (%)
11 16 30 57 Jumlah (orang) 20 16 21 57
19.3 28.1 52.6 100.0 Persentase (%) 35.1 28.1 36.8 100.0
Dari Tabel 4.10 di atas di ketahui 52,6 % (30 orang) responden menilai tarif puskesmas yang berlaku saat ini, sudah mampu membiayai pelayanan kesehatan sesuai permintaan mereka. Alasan yang dikemukakan (a) Sudah disubsidi pemerintah (22 orang), (b) Tarif sudah sesuai pelayanan (4 orang), (c) Hanya untuk berobat jalan (2 orang), (d) Pelayanan sudah bagus (2). Sebesar 28,1 % (16 orang) menilai tarif puskesmas yang berlaku saat ini, kurang mampu membiayai pelayanan kesehatan sesuai permintaan mereka. Sebesar 19,3 % (11 orang) menilai tarif yang berlaku saat ini, tidak mampu membiayai pelayanan kesehatan sesuai permintaan mereka.
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
Selanjutnya diperoleh hasil, sebesar 36,8 % (21 orang) setuju bila tarif puskesmas yang berlaku sekarang, dinaikkan untuk peningkatan kualitas pelayanan. Alasan yang dikemukakan, (a) Supaya pelayanannya lebih baik dan mutu obat dapat ditingkatkan (13 orang), (b) Setuju dinaikkan tapi tarif tetap terjangkau (5 orang), (c) Supaya dokternya ikut memeriksa dan petugas lebih termotivasi (3 orang). Sebesar 28,1 % (16 orang) kurang setuju bila tarif puskesmas yang berlaku sekarang, dinaikkan untuk peningkatan kualitas pelayanan. Sebesar 35,1 % (20 orang) tidak setuju bila tarif puskesmas yang berlaku sekarang, dinaikkan untuk peningkatan kualitas pelayanan. Selanjutnya seluruh pertanyaan mengenai Tarif dikategorikan sesuai dengan kriteria dan bobot pengukuran sebagaimana pada Tabel 3.1 Hasil pengkategorian dapat dilihat pada Tabel 4.11 berikut : Tabel 4.11 Pandangan Responden tentang Tarif (Kategori) Frekuensi Valid
Tidak baik Kurang baik Baik Total
5 23 29 57
Persentase (%) 8.8 40.3 50.9 100.0
Sumber : Hasil Penelitian 2007 (data diolah) Dari Tabel 4.11 di atas terlihat setelah dikategorikan, 50,9 % responden menilai tarif secara keseluruhan dengan kategori baik. Sebanyak 40,3 % responden menilai tarif secara keseluruhan dengan kategori kurang baik. Sebanyak 8,8 % responden menilai tarif secara keseluruhan dengan kategori tidak baik.
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
Dari pengkategorian berdasarkan penilaian responden tentang Tarif di Puskesmas Kota Rantauprapat, diperoleh hasil dengan kategori kurang baik yaitu apabila penilaian atau tanggapan responden tentang Tarif, menimbulkan penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan sebagian saja yang terpenuhi. Nilainya 40-74 % dari nilai maksimalnya.
4.1.8 Demand Terhadap Pelayanan Kesehatan Demand terhadap pelayanan kesehatan adalah realisasi permintaan terhadap kesehatan dengan memanfaatkan atau telah menggunakan pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat jika responden merasakan keluhan sakit. Persentase responden berdasarkan masing – masing kategori aspek penelitian dapat dilihat pada uraian Tabel 4.12 berikut ini. Tabel 4.12 Demand Responden Terhadap Pelayanan Kesehatan A.
1. 2. 3. B.
1. 2. 3. C. 1. 2. 3.
Apakah pelayanan, fasilitas sarana dan prasarana yang diterima serta tarif yang dibebankan sudah memenuhi permintaan terhadap pelayanan kesehatan Tidak memenuhi Kurang memenuhi Memenuhi Jumlah Berdasarkan pengalaman mendapatkan pelayanan di puskesmas, apakah Responden akan memanfaatkan puskesmas tersebut jika sakit Tidak memanfaatkan Ragu-ragu Ya, memanfaatkan Jumlah Apakah Responden akan tetap memanfaatkan bila tarif yang sekarang dinaikkan untuk pelayanan spesialis Tidak memanfaatkan Ragu-ragu Ya, memanfaatkan Jumlah
Jumlah (orang)
Persentase (%) 2 27 28 57
3.5 47.4 49.1 100.0 Persentase (%)
3 16 38 57
5.3 28.0 66.7 100.0 Persentase (%) 3.5 43.9 52.6 100.0
Jumlah (orang)
Jumlah (orang) 2 25 30 57
Sumber : Hasil Penelitian 2007 (data diolah)
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
Dari Tabel 4.12 di atas di ketahui 49.1 % (28 orang) responden menilai pelayanan, fasilitas sarana dan prasarana yang diterima serta tarif yang dibebankan sudah memenuhi permintaan terhadap pelayanan kesehatan. Alasan yang dikemukakan, (a) Sudah menyelesaikan masalah kesehatan saat ini (19 orang), (b) Pelayanan memadai sesuai dengan tarif (5orang), (c) Obatnya bagus (4 orang). Sebesar 47,4 % (27 orang) responden menilai pelayanan, fasilitas sarana dan prasarana yang diterima serta tarif yang dibebankan, kurang memenuhi permintaan terhadap pelayanan kesehatan. Sebesar 3,5 % (2 orang) responden menilai pelayanan, fasilitas sarana dan prasarana yang diterima serta tarif yang dibebankan, tidak memenuhi permintaan terhadap pelayanan kesehatan. Sebesar 66,7 % (38 orang) responden, berdasarkan pengalaman mendapat pelayanan di puskesmas, kembali akan memanfaatkan puskesmas bila responden sakit. Alasan yang dikemukakan, (a) Sudah dapat menyelesaikan masalah kesehatan yang dihadapi (12 orang), (b) Sudah cukup untuk sakit biasa, kecuali untuk sakit parah (11 orang), (c) Biaya terjangkau (6 orang), (d) Fasilitas dan pelayannya baik orang), (e) Dekat dari rumah (3 orang). Sebesar 28,1 % (16 orang) responden, berdasarkan pengalaman mendapat pelayanan di puskesmas, ragu-ragu untuk memanfaatkan puskesmas bila responden sakit. Sebesar 5,3 % (3 orang) responden, berdasarkan
pengalaman
mendapat
pelayanan
di
puskesmas,
tidak
akan
memanfaatkan puskesmas bila responden sakit. Sebesar 52,6 % (30 orang) responden, akan tetap memanfaatkan puskesmas bila tarif dinaikkan untuk pelayanan spesialis. Alasan yang dikemukakan, (a) Akan
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
lebih berkualitas (20 orang), (b) Biaya lebih terjangkau dibanding RSU dan praktek swasta
(6 orang), (c) Karena tidak perlu lagi ke RSU (4 orang). Sebesar 43,9 %
(25 orang) responden, ragu-ragu untuk tetap memanfaatkan puskesmas bila tarif dinaikkan untuk pelayanan spesialis. Sebesar 3,5 % (2 orang) responden, tidak akan memanfaatkan puskesmas bila tarif dinaikkan untuk pelayanan spesialis. Selanjutnya seluruh pertanyaan mengenai demand terhadap pelayanan kesehatan dikategorikan sesuai dengan kriteria dan bobot pengukuran sebagaimana pada Tabel 3.1 Hasil pengkategorian dapat dilihat pada Tabel 4.13 berikut : Tabel 4.13 Demand Responden Terhadap Pelayanan Kesehatan (Kategori) Frekuensi Valid
Tidak baik Kurang baik Baik Total
0 13 44 57
Persentase (%) 0 22.8 77.2 100.0
Sumber : Hasil Penelitian 2007 (data diolah) Dari Tabel 4.13 di atas terlihat setelah dikategorikan, 77,2 % responden menilai demand terhadap pelayanan kesehatan secara keseluruhan dengan kategori baik. Sebanyak 22.8 % responden menilai demand terhadap pelayanan kesehatan secara keseluruhan dengan kategori kurang baik. Tidak ada (0 %) responden yang menilai demand terhadap pelayanan kesehatan secara keseluruhan dengan kategori tidak baik. Dari pengkategorian berdasarkan penilaian responden tentang demand terhadap pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat, diperoleh hasil
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
dengan kategori baik yaitu apabila penilaian atau tanggapan responden tentang demand terhadap pelayanan kesehatan yang diterimanya, menimbulkan penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan sebagian besar terpenuhi. Nilainya ≥ 75 % dari nilai maksimalnya.
4.1.9
Pengaruh Pelayanan Tenaga Kesehatan, Sarana dan Prasarana Puskesmas serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat dalam Pelayanan Kesehatan Untuk melihat pengaruh antara persepsi responden tentang tenaga kesehatan,
sarana dan pra sarana serta tarif puskesmas dengan demand masyarakat dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat dilakukan uji Regresi Linear Berganda. Hasil uji regresi linear berganda pengaruh pelayanan tenaga kesehatan, sarana dan prasarana puskesmas serta tarif terhadap permintaan masyarakat dalam pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut : Pengaruh Pelayanan Tenaga Kesehatan (x1), Sarana dan Prasarana (x2) dan Tarif (x3) secara bersama-sama terhadap Demand Mayarakat terhadap Pelayanan Kesehatan (y)
Tabel 4.14
Model
R
1.
.754
a
R Square
Adjusted R Square
Std Error of the`Estimate
.568
.543
.83758
a. Predictors: (Constant), x1, x2, x3 Sumber : Hasil Penelitian 2007 (data diolah)
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 4.15 Uji ANOVA Model
Sum of Df Mean F Squares Square 1. 3 16.285 23.213 Regression 48.854 37.182 53 .702 Residual Total 86.036 56 a. Predictor : (Constant), x1, x2, x3 b. Dependent Variable: y Sumber : Hasil Penelitian 2007 (data diolah)
Sig. a
.000
Tabel 4.16 Pengaruh Pelayanan Tenaga Kesehatan (x1), Sarana dan Prasarana (x2) dan Tarif (x3) terhadap Demand Mayarakat terhadap Pelayanan Kesehatan (y) Model
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Std. B Beta Error 1. 1.228 (Constant) 1.092 x1 .114 .028 .526 x2 .098 .089 .131 x3 .326 .118 .274 a. Dependent Variable : y Sumber : Hasil Penelitian 2007 (data diolah)
T
Sig.
.889 4.137 1.101 2.771
.378 .000 .276 .008
Pada Tabel 4.14 ditampilkan nilai R, R2, Adjusted R2 dan Std. Error. Dimana nilai R yang menunjukkan gabungan ketiga variabel bebas Pelayanan Tenaga Kesehatan (x1), Sarana dan Prasarana (x2) dan Tarif (x3) terhadap Demand Mayarakat terhadap Pelayanan Kesehatan (y) adalah sebesar 0,754. Sedang R2 (indeks determinasi) sebesar 0,568. Hal ini menunjukkan bahwa sumbangan dari pengaruh secara bersama-sama (multiple regression) antara Pelayanan Tenaga Kesehatan (x1), Sarana dan Prasarana (x2) dan Tarif (x3) terhadap Demand Masyarakat untuk Memanfaatkan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas (y), adalah
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
sebesar 75,4 %. Sedangkan sisa sebesar 24,6 %, dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti, dengan nilai standar error sebesar 83,76 %. Pada Tabel 4.15 ditunjukkan tabel analisis varians (ANOVA). Uji Anova adalah untuk menguji ada tidaknya pengaruh ketiga variabel independent terhadap variabel dependent (Multiple Regression). Untuk pengujian F test (Anova), bisa dilakukan dengan 2 cara, yakni dengan melihat tingkat signifikansi dan dengan membandingkan F hitung dengan F Tabel. Pada penelitian ini dilakukan dengan melihat tingkat signifikansi : 1. Hipotesis : Ho : tidak terdapat pengaruh Pelayanan Tenaga Kesehatan (x1), Sarana dan Prasarana (x2) dan Tarif (x3) terhadap Permintaan Mayarakat terhadap Pelayanan Kesehatan (y) H1 : terdapat pengaruh Pelayanan Tenaga Kesehatan (x1), Sarana dan Prasarana (x2) dan Tarif (x3) terhadap Permintaan Mayarakat terhadap Pelayanan Kesehatan (y) 2. Ketentuan : Jika probabilitas < α 0,05, maka Ho : ditolak Jika probabilitas > α 0,05, maka Ho : diterima 3. Kesimpulan : Tingkat signifikansi (sig) pada tabel Anova adalah 0.000. Jadi probabilitas < α 0,05, maka Ho : ditolak dan Ha diterima. Dapat disimpulkan bahwa ketiga variabel; Pelayanan Tenaga Kesehatan (x1), Sarana dan Prasarana
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
(x2) dan Tarif (x3), secara bersama-sama berpengaruh terhadap Permintaan Mayarakat terhadap Pelayanan Kesehatan (y). Pada Tabel 4.16 dikemukakan nilai koefisien a dan b, harga t hitung serta tingkat signifikansi. Untuk pengujian Coefficients, bisa dilakukan dengan 2 cara, yakni dengan melihat tingkat signifikansi dan dengan membandingkan t hitung dengan t Tabel. Pada penelitian ini dilakukan dengan melihat tingkat signifikansi. Tingkat signifikansi (sig) x1 pada Tabel 4.16 adalah 0.000. Jadi probabilitas < α 0,05. Dapat disimpulkan berdasarkan uji statistik bahwa Pelayanan Tenaga Kesehatan (x1), berpengaruh terhadap Demand Masyarakat dalam Pelayanan Kesehatan di Puskesmas (y). Tingkat signifikansi (sig) x2 pada Tabel 4.16 adalah 0.276. Jadi probabilitas > α 0,05. Dapat disimpulkan berdasarkan uji statistik bahwa Sarana dan Prasarana (x2), tidak berpengaruh terhadap Demand Masyarakat dalam Pelayanan Kesehatan di Puskesmas (y). Tingkat signifikansi (sig) x3 pada Tabel 4.16 adalah 0.008. Jadi probabilitas < α 0,05. Dapat disimpulkan berdasarkan uji statistik bahwa Tarif (x3), berpengaruh terhadap Demand Masyarakat dalam Pelayanan Kesehatan di Puskesmas (y).
4.1.10 Gambaran Umum Informan Penelitian Dalam penelitian ini pengumpulan data juga dilakukan dengan wawancara mendalam kepada tokoh masyarakat dari berbagai kalangan (yang berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Kota Rantauprapat). Data wawancara mendalam
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
(kualitatif), digunakan sebagai komplementer dari data yang dikumpulkan dari wawancara dengan menggunakan kuesioner dan data sekunder. Karakteristik Informan yang diperoleh meliputi umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, jabatan/ latar
belakang
dan
frekuensi
memanfaatkan
pelayanan
puskesmas
Kota
Rantauprapat. Tabel 4.17 Karakteristik Informan Tokoh Masyarakat No. Informan Uraian 1. Ketua PMI Cab. Labuhanbatu. 50 tahun - Umur Laki-laki - Jenis kelamin Jl. Cempedak No 1 Rantauprapat - Alamat S1 - Pendidikan terakhir 2 kali - Memanfaatkan pelayanan puskesmas. - Peserta Askes 2. Ketua Dewan Pendidikan Labuhanbatu, Wkl Ketua Kadin 47 tahun - Umur Laki-laki - Jenis kelamin Jl. Panai No. 11 Rantauprapat - Alamat S2 - Pendidikan terakhir 3 kali. - Memanfaatkan pelayanan puskesmas. - Non Askes 3. Ketua PSMTI, Pengusaha 60 tahun - Umur Laki-laki - Jenis kelamin Jl. Gatot Subroto No 57, - Alamat Rantauprapat S1-tidak selesai - Pendidikan terakhir Tidak pernah - Memanfaatkan pelayanan puskesmas. - Non Askes 4. Wartawan, Ketua Yayasan Peduli Ummat - Umur 47 tahun - Jenis kelamin Laki-laki - Alamat Jl. Paindoan, No 46 Rantauprapat - Pendidikan terakhir SMA - Memanfaatkan pelayanan puskesmas. 2 kali - Non Askes
Sumber : Hasil Penelitian 2007 (data diolah)
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
Lanjutan Tabel 4.17 No. 5.
6.
7.
8.
9.
Informan Aktivis LSM, Ketua Lembaga Perlindungan Konsumen (LPK) Labuhanbatu - Umur - Jenis kelamin - Alamat - Pendidikan terakhir - Memanfaatkan pelayanan puskesmas. - Peserta Askes Aktivis Perempuan, Ketua Perwiritan, Wkl Ketua Partai Hanura Labuhanbatu - Umur - Jenis kelamin - Alamat - Pendidikan terakhir - Memanfaatkan pelayanan puskesmas. - Peserta Askes Ulama - Umur - Jenis kelamin - Alamat - Pendidikan terakhir - Memanfaatkan pelayanan puskesmas. - Non Askes Pendeta Gereja Methodist - Umur - Jenis kelamin - Alamat - Pendidikan terakhir - Memanfaatkan pelayanan puskesmas. - Non Askes Seniman, Teater Gita Handayani, Ketua PGRI - Umur - Jenis kelamin - Alamat - Pendidikan terakhir - Memanfaatkan pelayanan puskesmas. - Peserta Askes
Uraian
55 tahun Laki-laki Jl. Bayangkara No. 8, Rantauprapat S1 2 kali
40 tahun Perempuan Jl. WR. Supratman, Rantauprapat S1 5 kali
39 tahun Laki-laki Jl. Cempedak No. 17, Rantauprapat S1 2 kali
33 tahun Laki-laki Jl. Bilah No. 28, Rantauprapat S1 3 kali
47 tahun Laki-laki Jl. Olahraga ujung, Rantauprapat S1 > 10 kali
Sumber : Hasil Penelitian 2007 (data diolah) Dari Tabel 4.17 menunjukkan bahwa informan berusia antara 33 – 60 tahun, jenis kelamin 8 orang laki-laki, 1 orang perempuan. Semua informan berdomisili di
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
wilayah
kerja
puskesmas
Kota
Rantauprapat
dan
mempunyai
aktivitas
kemasyarakatan yang memadai untuk mengenal perilaku masyarakatnya. Pendidikan antara SMA – S2, 1 orang tamat SMA, 1 orang S1 tidak tamat, 6 orang tamat S1 dan 1 orang tamat S2. Penghasilan ≥ Rp. 3.000.000,-/bulan. Hanya 1 orang informan yang belum pernah memanfaatkan pelayanan puskesmas. Delapan dari 9 informan, pernah memanfaatkan Puskesmas lebih dari 1 kali. Satu orang pernah memanfaatkan > 10 kali. Empat orang informan memanfaatkan puskesmas untuk pemeriksaan kesehatan guna mendapatkan Surat Keterangan Sehat dari Puskesmas, untuk kepentingan resmi, 4 orang lainnya memanfaatkan puskesmas untuk berobat, karena sakit. Dua diantaranya, selain berobat, memanfaatkan puskesmas untuk mendapatkan rujukan (Askes) ke RSU. Selain ke puskesmas, para informan lebih sering memanfaatkan praktek dokter bila membutuhkan pengobatan. Empat orang informan adalah peserta Askes, sedang 5 orang lagi Non Askes.
4.1.11 Pandangan Informan Terhadap Pelayanan Tenaga Kesehatan Pandangan informan terhadap pelayanan tenaga kesehatan, adalah pandangan tentang pelayanan yang diberikan petugas (dokter, paramedis dan pegawai administrasi) yang bekerja di Puskesmas Kota Rantauprapat meliputi sikap, perbuatan, komunikasi, keahlian/ kemampuan, kecepatan dan kecekatan dalam memberikan pelayanan yang dapat berpengaruh terhadap permintaan pelayanan kesehatan di Puskesmas tersebut, dapat dilihat pada uraian Tabel 4.18 berikut ini.
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel. 4.18
Pandangan Informan tentang Pelayanan Tenaga Kesehatan
No 1.
Informan Ketua PMI
Pandangan Terhadap Pelayanan Tenaga Kesehatan Pelayanan petugas belum maksimal dari segi keramahan. Mereka melaksanakan tugas, seadanya, tidak menarik perhatian masyarakat untuk berobat. Pelayanan dokter juga sama. Jam kerja, belum tepat waktu, sering kecewa, waktu berobat tidak ada dokter.
2.
Ketua Dewan Pendidikan
Pelayanan petugas, belum menjangkau mayarakat menengah keatas, masih jauh dibanding praktek dokter/RS. Pelayanan dokter juga hampir sama. Puskesmas dibuka jam 10 ditutup jam 2, paramedis lebih banyak ngobrol. Kalau terjadi kecelakaan di depan Puskesmas, larinya bukan ke Puskesmas tapi ke tempat lain. Disiplin kurang, jam 3 orang sudah tidak ada, dokternya entah udah kemana, masuknya juga terlambat. Tidak mempunyai jiwa kewirausahaan dalam menarik simpati pasien. Mentalitas ambtenar, kalau ada kerjaan dikerjakan, kalau tidak lebih bagus. Kalau bisa dihindarkan, banyak kerjaan, merepotkan. Pelayananan terkesan seadanya. Hal itu tercermin dari mainstreamnya. Paradigma petugas menyatakan bahwa mereka pelayanan terdepan masyarakat kecil. Sehingga jiwa kewirausahaannya, mati. Mereka hanya mengharap kucuran dana untuk disampaikan
3.
Ketua PSMTI
Pelayanan petugas sudah cukup bagus. Cuma tampaknya kurang promosi sehingga masyarakat belum tahu ada layanan yang begitu baik.
4.
Wartawan,
Pelayanan petugas, jauh dari standard. Waktu antri, lama. Disiplin kurang. Soal bahasa, pasien butuh ucapan yang menyenangkan. Baru 50% perawat dan tenaga honor yang melayani dengan baik. Masih ada yang belum menyadari kalau dirinya pelayan. Senyumnya, jauh dari yang diharapkan, kurang ramah. Dokter, harusnya masuk jam 8 pagi kenyataannya jam 9, bahkan setengah 11. Ini mengganggu pelayanan. Masyarakat berobat, yang pertama ditanya ada dokter apa tidak. Selama ini 50 % yang berobat tidak bertemu dokter. Pelayanan kurang, karena tidak konsultasi langsung dengan dokter.
5.
Aktivis LSM,
Petugasnya sangat respons. Keramahannya sudah baik. Dokternyapun bagus, semua orang diperlakukan dengan baik. Puskesmas itu, pelayanan orang sakit yang secara psikologis, butuh diperhatikan. Dia dalam keadaan susah karena sakit, keluarganya terbebani. Jadi perlu ditingkatkan keramahtamahan.
6.
Aktivis Perempuan
Pelayanan administrasi, kurang, mau ambil rujukan nunggu 2 jam baru siap. Harusnya, 15 menit. Petugasnya belum datang. Informasi tidak jelas dan tidak tertulis sehingga seperti di bola-bola. Pelayanan Dokter juga kurang baik, datangnya lama. Menunggu sampai 2 jam Kadang jam 10.00, dokter belum datang. Biasanya dokter datang jam 11 an. Harusnya jam 8.00. Jadi pelayanan mulai setengah sebelas setelah dokter datang. Pelayanan petugas kepada masyarakat kurang baik. Apalagi ASKESKIN, dibentak-bentak. Tidak layak dan tidak adil, mereka butuh juga dilayani dengan baik. Pelayanannya, tidak profesional. Tidak ramah, informasi tidak jelas.
7.
Ulama
Pelayanan petugas bagus. Tapi tidak tahu persis bagaimana dengan orang lain. Karena yang dijumpai itu, jamaah pengajian, kenal baik. Pelayanan dokter, tidak ada masalah.
8.
Pendeta
Petugas Puskesmas ramah dan pelayanannya lumayan bagus. Kalau Puskesmas ini disosialisasikan kemasyarakat akan lebih bagus. Yang menangani biasanya perawat. Masyarakat kurang yakin, karena tidak ditangani dokter.
9.
Seniman,
Pelayanan cukup baik untuk masyarakat menengah kebawah. Untuk menengah ke atas, akan banyak mendapat komplein. Masyarakat yang datang, menginginkan diperiksa dokter. Tapi, beberapa kali ke puskesmas, yang memeriksa bukan dokter, tapi perawat, yang menulis resep juga perawat, padahal disitu ada dokter ditempatkan. Dari segi komunikasi, senyum atau sikap perawat, ada yang bagus ada yang galak. Seharusnya bagus semua.
Sumber : Hasil Penelitian 2007 (data diolah)
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
Dari 9 orang informan, 5 orang (55,6 %) mengatakan bahwa pelayanan petugas belum maksimal, jauh dari standard dan kurang profesional. Dari segi keramahan, sebagian bagus, sebagian lagi, belum. Senyumnya, masih jauh dari yang diharapkan. Pelayanan terkesan seadanya, hanya untuk melepas rodi, tanpa bisa menarik masyarakat untuk berobat. Mentalitasnya mentalitas ambtenar yang kalau tidak ada pekerjaan, lebih bagus. Banyak pekerjaan, akan merepotkan. Hal itu tercermin dari mainstreamnya, dimana paradigma petugas menyatakan bahwa puskesmas merupakan pelayanan masyarakat kecil. Sehingga jiwa kewirausahaannya mati, hanya mengharap kucuran dana untuk disampaikan ke bawah. Dibanding praktek dokter atau rumah sakit, pelayanan masih jauh dan belum menjangkau mayarakat menengah keatas. Dengan pelayanan seperti itu, akan banyak mendapat komplain. Pelayanan administrasi dinilai kurang baik. Waktu tunggu untuk ambil rujukan, sekitar 2 jam, seharusnya 15 menit. Hal ini karena petugasnya terlambat datang serta informasi tidak jelas dan tidak tertulis. Pelayanan Askeskin kurang baik, sering dibentak dan diperlakukan tidak layak. Dari 9 informan, 6 orang (66,7 %) mengatakan pelayanan dokter belum seperti yang diharapkan. Dokter tidak menarik perhatian pasien supaya enak berobat, sering terlambat, harusnya masuk jam 8, kenyataannya jam 9 bahkan lebih, baru datang. Masyarakat berharap dilayani dan bertemu dengan dokter, tapi 50 % yang
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
berobat tidak pernah bertemu dokter. Pelayanan kurang baik, karena tidak dapat berkonsultasi dengan dokter mengenai penyakitnya. Pemeriksaan dilakukan perawat, termasuk menulis resep
untuk mengambil obat di apotik atau di Puskesmas.
Akibatnya masyarakat kurang yakin. Dari segi disiplin, juga masih perlu ditingkatkan. Jam kerja menurut 4 orang (44,4 %) informan, belum tepat waktu. Puskesmas dibuka jam 10.00 ditutup jam 14.00. Dokternya pulang duluan, sementara masuknya terlambat. Disiplin paramedisnya, kurang. Masih banyak menggunakan waktu untuk ngobrol, sehingga waktu tunggu menjadi lebih lama. Dari segi kepercayaan terhadap puskesmas, seluruh informan menilai kurang, 1 orang informan, mengatakan bahwa pelayanan puskesmas sangat tidak dipercaya dan kalau terjadi kecelakaan di depan Puskesmas, korban akan dibawa ke tempat lain. Pandangan informan terhadap pelayanan tenaga kesehatan, 5 orang (55,6 %) menyatakan pelayanan petugas kesehatan, dengan kategori tidak baik. Pelayanan dokter dinilai 6 orang (66,7 %) informan, dengan kategori tidak baik.
4.1.12 Pandangan Informan Terhadap Sarana dan Prasarana Pandangan informan terhadap Sarana dan Prasarana kesehatan adalah pandangan informan tentang kondisi dan kelengkapan peralatan atau fasilitas yang mendukung
pelayanan
kesehatan
(misalnya:
ruang
pemeriksaan,
alat-alat
keperawatan, alat-alat kebidanan, laboratorium dan sebagainya), yang dapat
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
mempengaruhi permintaan masyarakat dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas tersebut, dapat dilihat pada uraian Tabel 4.19 berikut ini. Tabel 4.19
Pandangan Informan tentang Sarana dan Prasarana
No. 1.
Informan Ketua PMI
Pandangan Terhadap Sarana dan Prasarana Lokasi, sudah tepat dan strategis, berada di tengah kota, mudah dijangkau dari seluruh penjuru. Fasilitasnya, yang jadi masalah. Sebagai ibu kota Kab. Labuhanbatu, dia harus mempunyai puskesmas standard, baik peralatan, maupun obat-obatan. Dari luas, bangunan, halaman parkir; belum, masih perlu perluasan. Kelengkapan ruangannya juga belum, termasuk AC, TV, sehingga masyarakat yang berobat itu, merasa nyaman. Sekarang, belum nyaman, hanya sekedar bisa mengobati dalam batas tertentu. Fasilitasharus ditingkatkan.
2.
Ketua Dewan Pendidikan
Fasilitas masih kurang, masih terkesan panas dan tidak nyaman. Bangunannya butuh penataan yang lebih bagus. Kalau bisa penampilan fisiknya lebih baik, nyaman, ruangan tertutup, pakai AC. Peralatan dilengkapi. Lapangan parkir yang memadai. Lokasi, strategis atau tidak, sangat tergantung apa yang ditawarkan, menarik atau tidak. Saat ini yang ditawarkan puskesmas, belum menarik.
3.
Ketua PSMTI,
Lokasi Puskesmas sudah strategis. Fasilitas sarana dan prasarananya sudah bagus. Ruang tunggu, halaman tempat parkirnya atau yang lain-lain sudah cukup bagus.
4.
Wartawan,
Sarana dan prasarana, sudah memadai. Contoh kita mau cabut gigi sudah ada peralatannya, jadi secara umum sudah memadai dibanding desa. Ruangan lumayan, peralatan, pelayanan loket, sudah ada semuanya. Ada tempat parkir, mobil dan becak, bisa masuk langsung. Lokasi, gampang diakses. Kalau ada pasien darurat, bisa masuk langsung, tidak terhalang.
5.
Aktivis LSM,
Untuk mendukung pelayanan yang baik, harus dilengkapi sarana dan prasarana. Puskesmas melayani masyarakat kota, perlu dibenahi sarana dan prasaranannya. Lapangan parkir agak sempit. Ruang tunggunya terlalu kecil. Perlu dilengkapi alat kesehatan dan semua yang menjadi pendukung proses pelayanan. Puskesmas ke depan mungkin sudah harus full AC, dan ada TV di ruang tunggu.
6.
Aktivis Perempuan,
Lokasi, tidak strategis, karena orang dari pinggir kota sedikit aja susah mengaksesnya. Angkutan kotanya tidak ada yang lewat puskesmas, jadinya harus naik beca. Jadi lebih mahal. Fasilitas parkirnya, kurang memadai, terlalu sempit untuk mobil. Ruang tunggu tempat kartu itu terlalu sempit. Ruang tunggu untuk berobat, tidak ada, hanya didepannya saja. Kurang nyaman, di emperan begitu aja dan cari tempat duduk sendiri. Kenyamanan fasilitas, termasuk ruang tunggunya, kalau bisa kita jangan cari sendiri. Tidak perlu ruang tunggu full AC, Kemudian kebersihan puskesmas. Mengenai obat, walaupun dia generik, kalau cocok sama pasien, tidak masalah. Tapi, datang berobat sakit mag dan sakit demam, kadang sama obatnya.
7.
Ulama
Lokasi bagus, tapi orang selalu mencari yang lebih dekat. Dari kemudahan pencapaian, bisa dipadakan, Tempat parkir, untuk kendaraan roda dua, memadai, mobil, agak sulit. Peralatan dan obat-obatan, yang saya butuhkan, ada, berarti memadai. Suasananya, ruangannya, kenyamananya, sudah lumayan, tapi kalau bisa, harus lebih lagi. Ruang tunggunya diterasteras, bisalah, tapi perlu perbaikan. Perlu peningkatan fasilitas, kalau mungkin AC. Ruang tunggu lebih nyaman.
8.
Pendeta
Lokasi, kurang strategis. Peralatan dan fasilitas kurang memadai. Sehingga orang kurang yakin. Perlu penambahan. Obat sudah hampir sama dengan rumah sakit.
9.
Seniman,
Dari segi lokasi, sudah cukup, cuma lokasi parkir, masih perlu diperluas, ruang tunggu juga perlu ditingkatkan. Ruang pemeriksaan masih memadai, tapi peralatannya, perlu diperbaharui. Peralatannya sudah banyak yang lama, tapi masih bisa difungsikan. Obat yang digunakan itu tidak memadai, terkesan murahan. Fasilitasnya perlu dilengkapi.
Sumber : Hasil Penelitian 2007 (data diolah)
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
Dari 9 orang informan, 5 orang (55,6 %) menyatakan lokasi Puskesmas sudah tepat dan strategis karena berada di tengah kota dan mudah diakses dari seluruh penjuru. Tiga orang (33,3 %) mengatakan tidak strategis dan susah diakses karena angkutan kota tidak ada yang lewat puskesmas. Untuk menjangkau Puskesmas, harus naik beca, jadi lebih mahal. Satu orang (11,1 %) berpendapat, strategis atau tidak, sangat tergantung apa yang ditawarkan, menarik atau tidak. Saat ini yang ditawarkan puskesmas, belum menarik. Luas bangunan dan halaman parkir, 7 orang (77,8 %) mengatakan masih perlu perluasan, belum memadai untuk parkir mobil, baru memadai untuk kendaraan roda dua. Dua orang (22,2 %) mengatakan halaman tempat parkir, sudah baik. Ada tempat parkir mobil. Kalau ada pasien darurat, kenderaan bisa masuk langsung, walau tidak terlalu lapang. Dari kelengkapan ruangan, peralatan, mobiler, AC, TV, kebersihan dan penampilan fisik, masih dinilai kurang oleh 5 orang (55,6 %) informan, sehingga masyarakat yang berobat itu, belum merasa nyaman. Ruang tunggu tempat pengambilan kartu, terlalu sempit. Ruang tunggu untuk berobat, tidak ada, tempat duduk tidak tersedia, harus mencari sendiri. Peralatan perlu diperbaharui dan dilengkapi. Obat dinilai kurang memadai. Pemakaian obat generik, tidak masalah, asal sesuai penyakit, tidak terkesan murahan dan semua penyakit obatnya tidak sama. Melengkapi fasilitas penting karena posisi Puskesmas yang berada di ibukota Kabupaten, sehingga harus standard, baik dari segi peralatan maupun obat-obatan.
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
Sarana dan prasarana dinilai baik oleh 4 orang (44,4 %) informan. Suasananya, ruangannya, kenyamananya, sudah lumayan untuk tingkat puskesmas. Peralatan masih berfungsi baik. Pelayanan loket, sudah berjalan. Ruang pemeriksaan masih memadai. Ruang tunggu, atau yang lain-lain sudah cukup bagus. Jadi secara umum sudah memadai dibanding Puskesmas yang ada di desa.
4.1.13 Pandangan Informan tentang Tarif Pandangan informan tentang Tarif adalah adalah pandangan informan terhadap sejumlah uang yang harus dibayarkan untuk memperoleh jasa pelayanan kesehatan yang mempengaruhi permintaan masyarakat di Puskesmas tersebut, dapat dilihat pada uraian Tabel 4.20 berikut ini. Tabel 4.20 Pandangan Informan tentang Tarif No. 1.
Informan Ketua PMI
Pandangan Terhadap Tarif Tarif terjangkau masyarakat bawah, sudah memadai. Untuk menengah ke atas, tarif terlalu murah. Mungkin karena murah, yang datang masyarakat menengah ke bawah saja. Yang menjadi kendala adalah kesan masyarakat. Seolah-olah karena tarif murah, obatnyapun murah dan tidak bermanfaat. Jadi tarif dan kualitas obat, harus dinaikkan. Kalau ada spesialis sebagai alternatif RSU, tarifnya disesuaikan.
2.
Ketua Dewan Pendidikan
Ada pemahaman, tarif murah, tidak berkualitas. Golongan menengah ke bawah, setuju kalau murah. Tetapi yang mengerti kesehatan mahal, puskesmas terlalu murah dan kalau murah pelayanannya pasti tidak baik. Kalau puskesmas dengan tarif murah, tapi pelayanannya bagus, puskesmas akan dikejar dari seluruh daerah. Ilmu pemasaran, mengenal grand image. Puskesmas itu apa ? Maka, orang akan bilang, berobat yang pakai surat dokter, surat miskin, dengan tarif yang murah. Kebijakan tarif, turut memperkuat imej tidak baik puskesmas. Murah bukan berarti baik, tapi identik dengan tidak baik. Kalau bisa murah tapi pelayanan bagus, itulah yang harus dikejar. Walaupun puskesmas ini yang nirlaba, tapi harus punya jiwa kewirausahaan. Masalah tarif bisa diseimbangkan, ada subsidi silang. Satu hal lagi, puskesmas tidak harus cari profit, tapi profit penting untuk menghidupkan puskesmas. Inilah yang harus dikombinasi dalam memberdayakan puskesmas. Profit harus ada untuk memperbaiki kinerja puskesmas.
Sumber : Hasil Penelitian 2007 (data diolah)
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
Lanjutan Tabel 4.20 No. 3.
Informan Ketua PSMTI
Pandangan Terhadap Tarif Tarif yang diberlakukan, terlalu murah, orang kurang percaya. Saya selaku ketua PSMTI pernah minta kartu kesehatan gratis sama Bupati, untuk masyarakat yang kurang mampu dari Vihara, sudah disetujui Bupati. Tapi mereka itu tidak yakin, kenapa bisa ada dapat kartu kesehatan dengan pengobatan gratis. Mereka yang mau dapat kartu ini acuh tak acuh, tidak percaya.
4.
Wartawan,
Mengenai tarif, tidak masalah. Di praktek bayar mahal tetapi puas. Kalau ada pelayanan spesialis tarif naik, tidak masalah kalau mendapat pelayanan lebih baik.
5.
Aktivis LSM,
6.
Aktivis Perempuan,
Kalau saya perhatikan beberapa kali, termasuk di RSU, masalah tarif tidak masalah, tapi bagaimana pelayanan sama mereka ini. Kalau dia tidak mampu, pemerintah ada membuat Askeskin. Jadi masalah tarif , tidak ada masalah yang penting pelayannya. Mengenai tarif, bantuan pemerintah kan banyak, kalau bisa gratis saja. Kalau lebih mahal juga tidak apa-apa yang penting, pelayannya lebih baik. Mengenai kunjungan berobat tidak tergantung tarif, tapi pelayanannya. Kalau orang berobat itu punya kesan baik, akan memilih yang tidak membayar, tetapi dia dilayani, dikasih fasilitas kesehatan, dikasih obat yang memang tepat untuk dia, dokternya ada, petugas kesehatannya ramah. Kalau tarif itu relatif. Kalau lebih mahal, tidak apa-apa, kalau bisa gratis, lebih bagus. Kalau ada pelayanan spesialis, tidak masalah tarifnya naik, asal tidak melebihi tarif swasta.
7.
Ulama
Di puskesmas, biaya lebih murah, lebih ringan dibanding tempat lain. Jadi mungkin orang beranggapan biayanya lebih murah, jadi obatnyapun lebih rendah. Orang enggan kesana, karena murah identik dengan tidak berkualitas. Ya begitu anggapan orang. Jadi bagaimana caranya supaya masyarakat mengerti dengan hal ini. Jadi walaupun murah, begitulah upaya pemerintah untuk membantu masyarakat. Kalau ada pelayanan spesialis, tarif menyesuaikan kalau bisa lebih rendah dari dokter praktek.
8.
Pendeta
Tarif, terjangkau oleh masyarakat, bahkan masih terlalu murah. Kalau ada pelayanan spesialis, tarif bisa disesuaikan dengan pelayanan spesialis.
9.
Seniman,
Kalau kita mengharapkan kualitas, tarif sekarang masih terlalu rendah. Betul puskesmas dibiayai Pemerintah, tapi kan biaya yang dikucurkan pemerintah itu datangnya dari masyarakat itu sendiri. Sehingga kalau tarif lebih tinggi, pemasukan pemerintah dari bidang kesehatan bisa lebih tinggi lagi, sehingga bisa dikucurkan ke Puskesmas. Selanjutnya kalau ada pelayanan spesialis, tarif dapat disesuikan dengan peningkatan kualitas yang terjadi.
Sumber : Hasil Penelitian 2007 (data diolah) Dari 9 informan, 8 orang (88,9 %) mengatakan tarif terjangkau masyarakat bawah, tapi terlalu murah untuk menengah ke atas. Sebenarnya, tarif tidak masalah, asal pelayanannya baik. Kalau tidak mampu membayar, pemerintah ada menyediakan fasilitas Askeskin. Satu orang lainnya (11,1 %) mengatakan, kalau
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
bisa gratis saja, karena ada bantuan pemerintah. Tapi kalau lebih mahal juga tidak apa-apa yang penting, pelayannya lebih baik. Dari 9 informan, 5 orang (55,6 %) mengatakan karena tarifnya murah sehingga yang datang ke Puskesmas, adalah masyarakat menengah ke bawah. Ada kesan di masyarakat, karena tarifnya murah, obatnyapun murah dan lebih rendah sehingga tidak bermanfaat mengobati. Sebagian masyarakat enggan datang ke Puskesmas, karena murah dan identik dengan tidak berkualitas. Bahkan kalau diberi gratis, kadang-kadang membuat orang tidak percaya karena sudah hampir pasti pelayannya tidak baik. Jadi murah identik dengan tidak baik. Kebijakan tarif murah, turut memperkuat kesan tidak baik puskesmas. Untuk memperbaiki kesan tersebut, tarif Puskesmas sebaiknya dinaikkan dengan diikuti peningkatan kualitas obat-obatan dan kualitas pelayanan. Masalah tarif juga bisa diseimbangkan, dengan melakukan subsidi silang. Puskesmas harus punya jiwa kewirausahaan. Profit penting dalam rangka menghidupkan dan memperbaiki kinerja Puskesmas. Ini harus dikombinasi sedemikian rupa untuk memberdayakan puskesmas ke depan. Kalau puskesmas bisa mempertahankan tarif murah, tapi kualitas pelayanan bagus, maka puskesmas ini akan dikejar dari seluruh daerah. Pelayanan spesialis di Puskesmas sebagai alternatif RSU kalau dilaksanakan, 8 orang (88,9 %) dari 9 informan setuju bila tarif disesuaikan. Kenaikan tidak masalah, dengan peningkatan kualitas pelayanan yang akan terjadi, tetapi tetap lebih murah dari tarif pada pelayanan swasta. Satu orang informan berpendapat, belum perlu ada pelayanan spesialis di puskesmas.
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
4.1.14 Pandangan Informan tentang Demand Terhadap Pelayanan Kesehatan Pandangan Informan tentang Demand terhadap pelayanan kesehatan adalah pandangan informan tentang realisasi permintaan masyarakat terhadap kesehatan dengan masyarakat memanfaatkan atau telah menggunakan pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat jika masyarakat merasakan keluhan sakit, dapat dilihat pada uraian Tabel 4.21 berikut ini. Tabel 4.21
Pandangan Informan tentang Demand Masyarakat Terhadap Pelayanan Kesehatan
No 1.
Informan Ketua PMI
Pandangan tentang Demand Mayarakat Terhadap Pelayanan Kesehatan Masyarakat meminta pelayanan kesehatan yang komplit, prima, apakah tempatnya, fasilitasnya cukup, dokternya memadai tingkat pelayanannya. Jadi masyarakat yang berobat ke puskesmas, yakin akan bermanfaat bagi kesehatannya. Termasuk pelayanan petugas, keramahtamahannya, sehingga pasien betah berobat. Fasilitasnya ditingkatkan, harus standard, baik peralatan, maupun obat-obatan. Dari segi luas, bangunannya, halaman parkirnya, perlu diperluas sehingga terasa nyaman. Ruangan termasuk AC, TV, perlu dilengkapi. Jam kerja petugas, tepat waktu. Pada jam 08.00 sd. 12.00 Wib, petugas harus berada di Puskesmas, sehingga masyarakat tidak kecewa, karena tidak ada dokter atau perawat. Tidak perlu 24 jam, ada RSU yang menampung jam 12.00 ke atas. Untuk mengimbangi tidak terjadinya penumpukan pasien di RSU Rantauprapat perlu pelayanan dokter spesialis, sehingga, tertarik sebagian ke puskesmas Kota Rantauprapat, sebagai alternatif RSU. Tarifnya, disesuaikan dengan dokter spesialis.
2.
Ketua Dewan Pendidikan
Perlu ada perubahan paradigma. Puskesmas harus punya jiwa enterpreunership, yang disesuaikan dengan permintaan masyarakat. Dimana ada pelayanan kesehatan dengan fasilitas yang baik. Standar pelayanan disamakan dengan praktek dokter ataupun Rumah Sakit. Punya lapangan parkir yang memadai. Kondisi tertutup, pakai ruangan AC, petugas yang berpakaian rapi dengan senyuman yang manis, tidak ada yang bercerita tetapi dalam kondisi melayani pasien masing-masing sehingga terlihat suasana pelayanan kesehatan. Ruang tunggu yang nyaman, disertai petugas yang ramah, dokter yang punya kualifikasi baik. Dokternya, masuknya tepat waktu. Ada pelayanan spesialis secara berkala. Masalah tarif, diharapkan dapat diseimbangkan, dengan adanya subsidi silang. Puskesmas sebagai pintu gerbang masuknya orang sakit, setidaknya ada rawat inap dengan penanganan 24 jam. Disertai dengan pelayanan yang cepat, tepat dan murah. Puskesmas tidak harus cari profit, tapi profit itu penting dalam rangka memberdayakan dan memperbaiki kinerja puskesmas. Walaupun puskesmas layanan publik yang nirlaba. Tetapi dikemas, sehingga bisa mandiri untuk mewujudkan harapan masyarakat, menjadikan sentral kesehatan rakyat adalah di puskesmas. Inikan untuk menjangkau pelayanan lokal. Kalau kita mau mengembangkan industri kesehatan di Rantauprapat, pelayanan lainnya juga harus ikut umpamanya transportasi, hotel dan lain-lain.
Sumber : Hasil Penelitian 2007 (data diolah)
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
Lanjutan Tabel 4.21 No. Informan 3. Ketua PSMTI
Pandangan tentang Demand Mayarakat Terhadap Pelayanan Kesehatan Dari segi lokasi, kualitas pelayanan, sudah termasuk baik. Obat-obatan generic, sebenarnya sudah memadai. Fasilitas dan sarana di Puskesmas sudah cukup bagus. Cuma masyarakat kurang mengetahui. Jadi, kita harus diberikan keterangan. Perlu promosi, Supaya mereka itu tahu. Pelayanan spesialis untuk sementara tidak perlu. Yang penting adalah meyakinkan masyarakat. Itu yang diutamakan.
4.
Wartawan ,
Permintaan masyarakat yang memeriksa adalah dokter, bukan perawat. Pelayanan sesuai peraturan pemerintah, jam 8 sudah buka. Dokternya, masuk jam 8 pagi. Petugas melayani dengan ucapan yang menyenangkan hati, senyum, dan ramah terhadap pasiennya. Pelayanan, kalau bisa seperti pelayanan di praktek dokter. Saya rasa tarif tidak masalah. Di praktek kita bayar mahal tetapi kita puas dengan pelayanannya.
5.
Aktivis LSM,
Puskesmas harus berubah dari posisi sekarang. Pertama perlu peningkatan sarana dan prasarana. Karena bagaimanapun masyarakat akan melihat itu dulu, sehingga timbul kepercayaan. Puskesmas kedepan, sudah harus full AC, TV diruang tunggu. Perlu peningkatan alat kesehatan dan yang menjadi pendukung proses pelayanan. Kualitas obatobatan ditingkatkan. Yang kedua, dokternya perlu spesialis, seperti penyakit dalam, kandungan, anak. supaya tidak terlalu penuh di RS. Yang ketiga, karena tuntutan masyarakat semakin tinggi, dimana diminta perbaikan pelayanan. Jadi perlu ditingkatkan keramahtamahan, senyum, penampilannya harus oke. pelayanan seperti pelayanan di Bank. Kalau mereka diberi insentif, pasti bisa. Mengenai tarif, tidak menjadi persoalan.
6.
Aktivis Perempua n,
Kalau bisa angkutan kota ada yang lewat puskesmas. Fasilitas parkir ditingkatkan. Cara kerja petugas itu harus berubah. Pelayanannya lebih cepat, lebih ramah dan memberikan informasi yang jelas. Misalnya mau ambil rujukan, tahapannya bagaimana, apa yang harus dilalui. Kalau bisa 15’ harus sudah siap. Kemudian kebersihan puskesmas. Kenyamanan, termasuk ruang tunggunya. Tidak perlu ruang tunggu full AC, yang penting dokter ada tepat waktu. Mengenai obat, walaupun generik, kalau cocok sama pasien, tidak masalah. Mengenai tarif, kalau bisa gratis lebih baik, Tidak masalah, kalau lebih mahal, atau tetap, yang penting sebenarnya fasilitas yang mendukungnya, pelayannya, cara kerja petugasnya, dokternya ada. Kalau bisa dilakukan pelayanan spesialis penyakit dalam, karena kebanyakan masyarakat itu berobat untuk penyakit dalam. Tidak masalah tarifnya naik, asal tidak melebihi tarif swasta, sepanjang pelayannya lebih baik.
7.
Ulama
Perlu peningkatan pelayanan petugas. Waktu melayani, harus ramah, mukanya jangan ada yang cemberut. Perlu peningkatan fasilitas untuk kenyamanan yang berobat. Kalau mungkin, ruangan AC dan ruang tunggu yang lebih nyaman. Kualitas obat yang diberikan tidak kalah dibanding bila berobat di luar. Perlu pelayanan dokter spesialis. Tarif menyesuaikan kalau bisa lebih rendah dari dokter praktek.
8.
Pendeta
Kalau bisa dokter umum yang menangani pasien, bukan perawat. Dokter ada setiap hari dari Senin sampai Sabtu. Ada kunjungan spesialis seminggu sekali. Tarif masih terlalu murah, dapat disesuaikan.
9.
Seniman
Yang pertama; fasilitasnya dilengkapi. Ruang tunggu perlu ditingkatkan, peralatan perlu diperbaharui. Lokasi parkir, diperluas. Yang kedua; pelayanannya ditingkatkan; kalau bisa diperiksa. dokter dan ada kunjungan dokter spesialis. Yang ketiga; kualitas obatnya ditingkatkan, sesuai kebutuhan penyakitnya. Yang keempat; kalau bisa senyum dibudayakan, tidak ada lagi petugas yang galak dan tidak bisa tersenyum. Selanjutnya tarif dapat dinaikkan dan disesuikan dengan peningkatan kualitas yang terjadi.
Sumber : Hasil Penelitian 2007 (data diolah)
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
Dari seluruh informan yang pernah memanfaatkan puskesmas (8 orang), menilai demand masyarakat terhadap pelayanan kesehatan belum terpenuhi. Berdasarkan wawancara mendalam dengan 9 informan dapat disajikan demand masyarakat terhadap pelayanan kesehatan menurut informan, sebagai berikut : 1. Peningkatan kualitas menjadi pelayanan kesehatan yang komplit, prima, dimana pemeriksaan langsung oleh dokter yang punya kualifikasi baik, bukan oleh perawat. 2. Pelayanan buka jam 08.00 wib sesuai peraturan pemerintah. Dokter, masuk tepat waktu dan setiap hari kerja ada dokter yang bertugas. Pada jam 08.00 sd. 12.00 Wib, dokter dan petugas berada di Puskesmas. 3. Standard pelayanan sama dengan praktek dokter, petugasnya ramah, mudah senyum, cekatan, informasi diberikan dengan jelas disertai dengan penampilan yang baik. 4. Ada kunjungan spesialis secara berkala, terutama spesialis 4 besar (Penyakit Dalam, Anak, Bedah dan Kebidanan), sehingga tidak terjadi penumpukan pasien di RSU karena tertarik sebagian ke puskesmas Kota Rantauprapat, sebagai alternatif RSU. 5. Peralatan, obat-obatan dan fasilitas lainnya perlu dilengkapi dan ditingkatkan. 6. Kebersihan puskesmas, terjaga dengan ruang tunggu yang nyaman. Kalau bisa pakai AC, ada TV dan suasana yang mendukung terlaksananya pelayanan. 7. Tarif dapat disesuikan dengan peningkatan kualitas, tapi lebih murah dari tarif swasta. Bisa diupayakan adanya subsidi silang.
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
8. Perbaikan yang terjadi didukung disosialisasikan (promosi) kepada masyarakat, sehingga kepercayaan masyarakat meningkat dan kesannya menjadi lebih baik. 9. Faktor pendukung lainnya adalah, tempat parkir yang memadai dan adanya angkutan kota yang melewati puskesmas.
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
BAB V PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden dan Informan Dari karakteristik responden yang diperoleh meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan, terlihat bahwa 33.3 % (19 orang) responden, pada kelompok umur 30 – 39 tahun, jenis kelamin perempuan 61,4 % (35 orang), tingkat pendidikan SMU 63,2 % (36 orang), pekerjaan wiraswasta 68,4 % (39 orang) serta 49,1 % pendapatan Rp. 800.000,- – Rp. 1.600.000,- (28 orang). Berdasarkan jumlah kunjungan responden ke Puskesmas terlihat bahwa, 21 orang (36,8 %), baru berkunjung 1 kali, 18 orang (31,6 %) sering (2 – 4 kali), 18 orang (31,6 %) sangat sering (≥ 5 kali). Berdasarkan pendidikan informan, 1 orang tamat SMA, 1 orang S1 tidak tamat, 6 orang tamat S1 dan 1 orang tamat S2. Penghasilan informan, seluruhnya ≥ Rp. 3.000.000 /bulan. Hanya 1 orang informan yang belum pernah memanfaatkan pelayanan puskesmas. Delapan dari 9 informan, pernah memanfaatkan Puskesmas lebih dari 1 kali. Satu orang pernah memanfaatkan > 10 kali. Empat orang informan memanfaatkan puskesmas untuk pemeriksaan kesehatan guna mendapatkan Surat Keterangan Sehat dari Puskesmas, untuk kepentingan resmi, 4 orang lainnya memanfaatkan puskesmas untuk berobat, karena sakit. Dua diantaranya, selain berobat, memanfaatkan puskesmas untuk mendapatkan rujukan (Askes) ke RSU.
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
Selain ke puskesmas, para informan lebih sering memanfaatkan praktek dokter bila membutuhkan pengobatan. Dari pembahasan karakteristik responden dan informan, dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan dan penghasilan mempunyai pengaruh terhadap demand dalam pelayanan kesehatan. Dimana Informan dengan tingkat pendidikan dan penghasilan yang lebih baik, lebih sering memanfaatkan praktek dokter dibanding puskesmas. Hal ini senada dengan pendapat Azwar (1988) yang dikutip oleh Siregar (2004), yang berpendapat bahwa kebutuhan dan demand seseorang terhadap kesehatan sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, sosial budaya dan sosial ekonomi orang tersebut. Jika tingkat pendidikan baik, keadaan sosial budaya dan keadaan sosial ekonomi juga baik, maka secara relatif kebutuhan dan tuntutannya terhadap kesehatan akan tinggi. Hal sebaliknya, dimana tuntutan terhadap kesehatan akan menurun apabila tingkat pendidikan, keadaan sosial budaya dan sosial ekonomi belum memuaskan atau tidak memungkinkan untuk menjangkau pelayanan kesehatan. Hal ini diperkuat oleh pendapat Fuchs (1998), Zubkoff (1981) dalam Trisnantoro
(2006),
menyatakan
bahwa
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
permintaan terhadap pelayanan kesehatan, meliputi (1) Kebutuhan berbasis Fisiologis (2) Penilaian Pribadi akan Status Kesehatan, (3) Variabel-variabel Ekonomi, (4) Penghasilan Masyarakat, (5) Asuransi Kesehatan dan Jaminan Kesehatan, (6) Variabel-variabel Demografis dan Umur, (7) Jenis Kelamin, (8) Pendidikan, (9) Faktor-faktor lain.
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
5.2 Pandangan Terhadap Pelayanan Tenaga Kesehatan Dari hasil penelitian diketahui responden menilai dengan kategori baik; pelayanan pegawai puskesmas di bagian kartu 68,4 % (39 orang), informasi proses selanjutnya yang diperoleh dari petugas 71,9 % (41 orang), waktu yang dihabiskan untuk mendapatkan kartu 50,9 % (29 orang), pelayanan petugas di bagian pemeriksaan 61,4 % (35 orang), waktu yang dihabiskan di ruang tunggu pemeriksaan 56,1 % (32 orang), disiplin petugas 71,9 % (41 orang), keramahan petugas 70,2 % (40 orang), kecekatan serta kesigapan petugas 73,7 % (42 orang), keramahtamahan dokter dalam melayani pasien 52,6 % (30 orang), kecekatan dan kesigapan dokter dalam melayani pasien 57,9 % (33 orang), dokter memberikan penjelasan tentang keadaan penyakit 56,1 % (32 orang), waktu yang dihabiskan di ruang tunggu pelayanan obat 59,6 % (34 orang). Hasil pengkategorian, diperoleh 73,7 % responden menilai pelayanan tenaga kesehatan secara keseluruhan dengan kategori baik. Dari pengkategorian berdasarkan penilaian responden tentang pelayanan tenaga kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat, diperoleh hasil dengan kategori kurang baik yaitu apabila penilaian atau tanggapan responden tentang pelayanan tenaga kesehatan yang diterimanya, menimbulkan penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan sebagian saja yang terpenuhi (nilai 40-74 % dari nilai maksimalnya). Meskipun sudah mendekati angka kategori baik (≥ 75 %), angka ini masih termasuk dalam kategori kurang baik.
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
Dari wawancara mendalam dengan 9 orang informan, 5 orang (55,6 %) mengatakan bahwa pelayanan petugas, jauh dari standard, kurang profesional, terkesan seadanya, hanya untuk melepas rodi. Mentalitasnya masih mentalitas ambtenar, yang kalau bisa pekerjaan dihindarkan, soalnya kalau banyak pekerjaan, akan merepotkan. Bila dibanding dengan praktek dokter atau rumah sakit, pelayanan masih jauh, belum mampu melayani mayarakat menengah keatas karena akan banyak mendapat komplain. Pelayanan administrasi, masih kurang baik. Waktu tunggu untuk ambil rujukan, sekitar 2 jam, seharusnya 15 menit. Hal ini karena petugasnya terlambat datang serta informasi yang tidak jelas dan tidak tertulis. Pelayanan Askeskin juga kurang baik. Peserta Askeskin sering dibentak-bentak dan diperlakukan tidak layak. Enam orang (66,7 %) informan mengatakan pelayanan dokter belum seperti yang diharapkan.
Dokter tidak berusaha menarik perhatian pasien supaya enak
berobat, sering terlambat. Masyarakat yang berobat, 50 % tidak pernah bertemu dokter. Pelayanan dianggap kurang baik, karena tidak dapat berkonsultasi dengan dokter. Pemeriksaan sering dilakukan perawat, termasuk menulis resep
untuk
mengambil obat di apotik. Disiplin, juga masih perlu ditingkatkan, baik dokter maupun paramedis/ petugas. Dari segi kepercayaan masyarakat terhadap puskesmas, seluruh informan menilai kurang. Dari informasi yang diperoleh, baik dari responden maupun dari informan, mengenai pandangan terhadap Pelayanan Tenaga Kesehatan, dapat dipahami
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
mengapa angka pemanfaatan fasilitas Puskesmas Kota Rantauprapat masih rendah. Karena menurut Depkes (1999), pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh (1). Keterjangkauan lokasi pelayanan, (2). Jenis dan kualitas pelayanan yang tersedia dan (3). Keterjangkauan informasi. Dari rendahnya kualitas pelayanan dan kurangnya informasi, merupakan penyebab rendahnya penggunaan pelayanan kesehatan yang ada. Hasil pengkategorian, sebesar 73,7 % responden menilai pelayanan tenaga kesehatan secara keseluruhan dengan kategori baik. Hal ini jauh lebih tinggi dari penilaian informan terhadap pelayanan petugas kesehatan (selain dokter), hanya 44,4 %, dengan kategori, baik. Sedangkan pelayanan dokter
hanya 33,3 %, dengan
kategori baik. Perbedaan penilaian ini adalah karena perbedaan tingkat pendidikan, sosial budaya dan sosial ekonomi dari responden dengan informan yang berdampak kepada perbedaan kebutuhan dan demand. Hal ini senada dengan pendapat Azwar (1988) yang dikutip oleh Siregar (2004), yang juga telah dikutip pada pembahasan sebelumnya, bahwa kebutuhan dan demand seseorang terhadap kesehatan sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, sosial budaya dan sosial ekonomi orang tersebut. Menurut Fuchs (1998), Zubkoff (1981), faktor-faktor yang mempengaruhi demand pelayanan kesehatan antara lain penghasilan dan pendidikan. Kenaikan penghasilan keluarga akan meningkatkan demand pelayanan kesehatan. Untuk pelayanan kesehatan yang bersifat barang inferior, adanya
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
kenaikan penghasilan masyarakat, akan menyebabkan penurunan konsumsi. Hal ini terjadi pada rumah sakit pemerintah dan puskesmas. Seseorang dengan pendidikan tinggi cenderung mempunyai demand yang lebih tinggi. Pendidikan yang tinggi cenderung meningkatkan kesadaran akan status kesehatan
dan
konsekuensinya
untuk
menggunakan
pelayanan
kesehatan.
(Trisantono, 2006).
5.3 Pandangan Terhadap Sarana dan Prasarana Dari hasil penelitian diketahui responden menilai dengan kategori baik; lokasi puskesmas dari segi kemudahan transportasi 96,5 % (55 orang), kebersihan ruangan puskesmas 94,7 % (54 orang), fasilitas dan kenyamanan pada ruang tunggu 56.1 % (32 orang), fasilitas dan kenyamanan ruang periksa 75,4 % (43 orang), kualitas barang habis pakai 87.7 % (50 orang), kelengkapan peralatan laboratorium 50,9 % (29 orang). Hasil pengkategorian, 94,7 % responden menilai sarana dan prasarana secara keseluruhan dengan kategori baik. Dari pengkategorian berdasarkan penilaian responden tentang sarana dan prasarana kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat, diperoleh
hasil dengan kategori baik yaitu apabila penilaian atau tanggapan
responden tentang sarana dan prasarana kesehatan yang diterimanya, menimbulkan penilaian yang baik, karena kebutuhan yang diinginkan sebagian besar terpenuhi. Nilainya >75 % dari nilai maksimalnya.
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
Dari wawancara mendalam dengan 9 orang informan, 5 orang (55,6 %) mengatakan lokasi Puskesmas tepat dan strategis di tengah kota dan mudah diakses. Tujuh orang (77,8 %) mengatakan luas bangunan dan halaman parkir, belum baik, masih perlu perluasan. Lapangan parkir, sempit. Lima orang (55,6 %) mengatakan kelengkapan ruangan, peralatan, mobiler, AC, TV, kebersihan dan penampilan fisik, masih kurang. Ruang tunggu pengambilan kartu, terlalu sempit. Ruang tunggu berobat, tidak ada. Peralatan perlu diperbaharui dan dilengkapi. Obat kurang memadai. Pemakaian obat generik, tidak masalah, asal sesuai dengan penyakit, tidak terkesan murahan dan tidak semua penyakit obatnya sama. Puskesmas, sebagai sarana pelayanan kesehatan, sesuai fungsinya, sampai saat ini disiapkan untuk memberikan pelayanan medis dasar. Kondisi ini menimbulkan keterbatasan bagi pasien yang menderita jenis penyakit yang tidak dapat ditangani di puskesmas, sehingga harus dirujuk ke Rumah Sakit atau sarana pelayanan yang lebih lengkap. Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh puskesmas, terbatas, sesuai dengan maksud didirikannya. Puskesmas Kota Rantauprapat, memiliki sarana dan prasarana yang memadai, diatas rata-rata puskesmas yang ada. Namun dengan perkembangan teknologi dan informasi, demand masyarakat juga berkembang. Dari hasil penelitian baik dari responden maupun dari informan, menjelaskan fenomena ini dengan baik. Responden, yang saat ini merupakan pengunjung setia puskesmas, menilai sarana dan prasarana puskesmas dengan kategori yang baik
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
(94,7 %), karena kebutuhannya akan sarana dan prasarana puskesmas sebagai pendukung pelayanan, sudah dapat terpenuhi dengan baik. Sementara informan yang 88,9 % nya pernah menjadi pengunjung puskesmas menilai sarana dan prasarana puskesmas masih kurang baik (55,6 %), luas bangunan dan tempat parkir tidak memadai (77,8 %). Dengan meningkatnya demand masyarakat, yang dipicu oleh perkembangan teknologi dan informasi, memberi isyarat kepada pengambil kebijakan untuk juga membenahi sistem pelayanan dasar yang ada, mengikuti demand masyarakat tersebut. Karena pada hakikatnya, puskesmas sebagai sarana pelayanan dibuat adalah untuk menyahuti kebutuhan masyarakat, bukan untuk kepentingan pembuat kebijakan. Puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan pemerintah, adalah organisasi kesehatan fungsional yang diharapkan menjadi pusat pengembangan kesehatan masyarakat dan dapat membina peran serta masyarakat di samping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. (Depkes, 2004). Pelayanan kesehatan yang menyeluruh adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif dan ditujukan untuk semua golongan umur dan jenis kelamin. Terpadu adalah suatu upaya untuk menyatukan berbagai struktur dan fungsi administratif yang berdiri sendiri sedemikian rupa sehingga menjadi satu kesatuan. (Depkes, 1999).
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
Sebagai pusat pelayanan kesehatan strata pertama, Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan, meliputi Pelayanan Kesehatan Perorangan dan Pelayanan Kesehatan Masyarakat. Pelayanan Kesehatan Perorangan, melakukan pelayanan yang bersifat pribadi (private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan per orangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan untuk puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap. Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik (public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain adalah promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya (Depkes RI, 2004). Harapan peran terhadap kehadiran Puskesmas di atas, akan dapat “dibumikan” bila pelayanan yang ada di Puskesmas sebagai ujung tombak, dapat disesuaikan dengan demand masyarakat. Penyesuaian ini menjadi penting, mulai dari tingkat perencana, pengambil kebijakan, sampai kepada pelaksana dan harus dilaksanakan segera. Kelambanan dalam menyesuaikan dengan demand masyarakat, –atau bila dimungkinkan, merekayasa demand masyarakat–, akan semakin
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
melebarkan kesenjangan yang terjadi antara supply dan demand pada pelayanan kesehatan. Sehingga yang terjadi adalah “pelanggan setia puskesmas”, semakin lama, semakin berkurang dan puskesmas akan berubah fungsi menjadi Pusat Kesehatan Masyarakat Miskin.
5.4 Pandangan Tentang Tarif Dari hasil penelitian diketahui, 52,6 % (30 orang) responden menilai tarif puskesmas yang berlaku saat ini, mampu membiayai pelayanan kesehatan sesuai permintaan mereka. Alasan yang dikemukakan (a) Sudah disubsidi pemerintah (22 orang), (b) Tarif sudah sesuai pelayanan (4 orang), (c) Hanya untuk berobat jalan (2 orang), (d) Pelayanan sudah bagus (2). Selanjutnya, sebesar 36,8 % (21 orang) setuju bila tarif puskesmas yang berlaku sekarang, dinaikkan untuk peningkatan kualitas pelayanan. Alasan yang dikemukakan, (a) Supaya pelayanannya lebih baik dan mutu obat dapat ditingkatkan (13 orang), (b) Setuju dinaikkan tapi tarif tetap terjangkau (5 orang), (c) Supaya dokternya ikut memeriksa dan petugas lebih termotivasi (3 orang). Hasil pengkategorian, 50,9 % responden menilai tarif secara keseluruhan dengan kategori baik. Dari pengkategorian berdasarkan penilaian responden tentang Tarif di Puskesmas Kota Rantauprapat, diperoleh hasil dengan kategori kurang baik yaitu apabila penilaian atau tanggapan responden tentang Tarif, menimbulkan penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan sebagian saja yang terpenuhi. Nilainya 40-74 % dari nilai maksimalnya.
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
Dari wawancara mendalam dengan 9 informan, 8 orang (88,9 %) mengatakan tarif terjangkau masyarakat bawah, tapi terlalu murah untuk menengah ke atas. Sebenarnya, tarif tidak masalah, asal pelayanannya baik. Kalau tidak mampu, pemerintah menyediakan fasilitas Askeskin. Di praktek dokter, orang bersedia membayar mahal, karena puas dengan pelayanannya. Lima orang (55,6 %) mengatakan karena tarifnya murah, yang datang ke Puskesmas adalah masyarakat menengah ke bawah. Ada kesan, karena tarifnya murah, obatnyapun murah dan lebih rendah sehingga tidak bermanfaat mengobati. Murah identik dengan tidak berkualitas. Kebijakan tarif murah, turut memperkuat kesan tidak baik puskesmas. Untuk memperbaiki kesan tersebut, tarif Puskesmas sebaiknya dinaikkan dengan diikuti peningkatan kualitas obat-obatan dan kualitas pelayanan. Masalah tarif diseimbangkan, dengan melakukan subsidi silang. Puskesmas harus punya jiwa kewirausahaan. Profit penting dalam rangka menghidupkan dan memperbaiki kinerja puskesmas. Delapan orang (88,9 %) setuju tarif disesuaikan bila ada pelayanan spesialis di puskesmas. Kenaikan tidak masalah, dengan peningkatan kualitas pelayanan yang akan terjadi, tetapi harus lebih murah dari tarif pelayanan swasta. Pemilihan sarana pelayanan kesehatan, dipengaruhi seberapa jauh efektivitas pelayanan tersebut terhadap penyakit yang diderita, berat ringannya penyakit, jenis sarana dan prasarana, kualitas pelayanan tenaga kesehatan, serta tarif atau kemampuan membayar biaya pelayanan. Kombinasi beberapa faktor tersebut di atas secara serasi akan berpengaruh terhadap angka kunjungan sarana pelayanan tersebut.
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
Penetapan tarif murah, tidak menjamin angka kunjungan puskesmas akan menjadi baik. Bahkan sebaliknya bisa terjadi, penetapan harga yang lebih tinggi akan meningkatkan angka kunjungan. Hal ini tergantung kepada beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan tersebut dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan. Dari hasil pengkategorian tarif, diperoleh dengan kategori kurang baik yaitu apabila penilaian atau tanggapan responden tentang Tarif, menimbulkan penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan sebagian saja yang terpenuhi yaitu 50,9 % (40-74 % ) dari nilai maksimalnya. Dari informan, 5 orang (55,6 %) mengatakan karena tarifnya murah, yang datang ke Puskesmas adalah masyarakat menengah ke bawah. Sebagian masyarakat enggan datang ke Puskesmas, karena murah dan itu identik dengan tidak berkualitas. Kebijakan tarif murah, turut memperkuat kesan tidak baik puskesmas. Untuk memperbaiki kesan tersebut, tarif Puskesmas sebaiknya dinaikkan dengan diikuti peningkatan kualitas obat-obatan dan kualitas pelayanan. Hasil yang diperoleh dari responden dan informan memberi informasi bahwa tarif masih perlu perbaikan karena baik responden sebagai representasi kelas menegah ke bawah (dari segi penghasilan dan pendidikan) maupun informan yang merepresentasi kelas menengah ke atas menilai tarif belum sesuai dengan permintaannya. Penetapan tarif yang tepat sesuai permintaan kedua kelompok masyarakat di atas, akan meningkatkan angka kunjungan puskesmas Kota Rantauprapat. Untuk menentukan besaran tarif yang tepat dan sesuai untuk keduanya, membutuhkan studi tersendiri dengan memperhatikan kemampuan dan
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
kemauan masyarakat dalam membayar (ATP/ WTP), di satu sisi dan biaya sebenarnya yang dikeluarkan untuk menghasilkan pelayanan yang baik pada sisi lainnya. Selanjutnya dalam penetapan tarif Puskesmas oleh Pemerintah, sangat tergantung kepada penilaian pemerintah dan kepentingan subjektif pada saat penetapannya. Dengan keluarnya kebijakan pemerintah tentang Askeskin, dimana masyarakat tidak mampu diberi fasilitas berobat gratis, maka tarif puskesmas untuk pelayanan perseorangan sudah bisa difokuskan kepada masyarakat menengah dan atas. Kemampuan dan kemauan dalam membayar masyarakat bawah sudah tidak menjadi pertimbangan dalam penentuan tarif, karena kelompok masyarakat ini memperoleh pelayanan dengan tanpa biaya. Berapapun tarif yang ditetapkan, tidak menjadi masalah bagi berlangsungnya pelayanan terhadap masyarakat dalam kelompok Askeskin. Permintaan informan terhadap peningkatan kualitas pelayanan, dengan pengadaan pelayanan spesialis di Puskesmas, dengan tarif yang disesuaikan, cukup tinggi (88,9 %). Sementara responden hanya sebesar 36,8 % yang setuju bila tarif dinaikkan untuk peningkatan kualitas pelayanan. Hal ini dapat dijelaskan dengan mengutip pendapat Fuchs (1998), Zubkoff (1981), bahwa faktor yang mempengaruhi demand pelayanan kesehatan antara lain adalah penghasilan dan
pendidikan. Kenaikan penghasilan keluarga akan
meningkatkan demand untuk pelayanan kesehatan. Pendidikan yang tinggi cenderung mempunyai demand yang lebih tinggi dan meningkatkan kesadaran akan
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
status kesehatan dan konsekuensinya untuk menggunakan pelayanan kesehatan. (Trisantono, 2006). Hal ini sesuai dengan pendapat Azwar (1988) yang dikutip oleh Siregar (2004), yang juga telah dikutip pada pembahasan sebelumnya, bahwa kebutuhan dan demand seseorang terhadap kesehatan sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, sosial budaya dan sosial ekonomi.
5.5 Demand Terhadap Pelayanan Kesehatan Dari hasil penelitian diketahui, 49.1 % (28 orang) responden menilai pelayanan, fasilitas sarana dan prasarana yang diterima serta tarif yang dibebankan sudah memenuhi permintaan terhadap pelayanan kesehatan. Alasan yang dikemukakan, (a) Sudah menyelesaikan masalah kesehatan saat ini (19 orang), (b) Pelayanannya cukup memadai sesuai dengan tarif yang terjangkau (5 orang), (c) Obatnya bagus (4 orang). Sebesar 66,7 % (38 orang) responden, berdasarkan pengalaman mendapat pelayanan di puskesmas, kembali akan memanfaatkan puskesmas bila responden sakit. Alasan yang dikemukakan, (a) Sudah dapat menyelesaikan masalah kesehatan yang dihadapi (12 orang), (b) Sudah cukup untuk sakit biasa, kecuali untuk sakit parah (11 orang), (c) Biaya terjangkau (6 orang), (d) Fasilitas dan pelayannya baik (6 orang),
(e) Dekat dari rumah (3 orang). Sebesar 52,6 % (30 orang) responden, akan tetap memanfaatkan puskesmas
bila tarif dinaikkan untuk pelayanan spesialis. Alasan yang dikemukakan, (a) Akan
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
lebih berkualitas (20 orang), (b) Biaya lebih terjangkau dibanding RSU dan praktek swasta
(6 orang), (c) Karena tidak perlu lagi ke RSU (4 orang). Hasil pengkategorian, 77,2 % responden menilai demand terhadap pelayanan
kesehatan secara keseluruhan dengan kategori baik. Dari pengkategorian berdasarkan penilaian responden tentang demand terhadap pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat, diperoleh hasil dengan kategori baik yaitu apabila penilaian atau tanggapan responden tentang demand terhadap pelayanan kesehatan yang diterimanya, menimbulkan penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan sebagian besar terpenuhi. Nilainya ≥ 75 % dari nilai maksimalnya. Menurut 88,9 % informan, demand masyarakat terhadap pelayanan kesehatan belum terpenuhi. Berikut ini adalah demand masyarakat terhadap pelayanan kesehatan menurut informan : 1. Peningkatan kualitas menjadi pelayanan kesehatan yang komplit, prima, pemeriksaan langsung oleh dokter yang punya kualifikasi baik, bukan oleh perawat. 2. Waktu pelayanan sesuai peraturan pemerintah. Dokter, masuk tepat waktu dan setiap hari kerja ada dokter yang bertugas. Pada jam 08.00 sd. 12.00 Wib, dokter dan petugas berada di Puskesmas. 3. Standard pelayanan sama dengan praktek dokter, petugasnya ramah, mudah senyum, cekatan, informasi diberikan dengan jelas disertai dengan penampilan yang baik.
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
4. Ada kunjungan spesialis secara berkala, terutama spesialis 4 besar (Penyakit Dalam, Anak, Bedah dan Kebidanan). 5. Peralatan, obat-obatan dan fasilitas lainnya perlu dilengkapi dan ditingkatkan. 6. Kebersihan terjaga dengan ruang tunggu yang nyaman. Kalau bisa pakai AC, ada TV dan suasana yang mendukung pelayanan. 7. Tarif disesuikan dengan peningkatan kualitas, tapi lebih murah dari tarif swasta. Bisa diupayakan adanya subsidi silang. 8. Perbaikan yang terjadi disosialisasikan kepada masyarakat, sehingga kesan dan kepercayaan masyarakat menjadi lebih baik. 9. Faktor pendukung lain; tempat parkir yang memadai dan angkutan kota yang melewati puskesmas. Dari hasil pengkategorian demand terhadap pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat, diperoleh dengan kategori baik dimana penilaian atau tanggapan responden tentang pelayanan kesehatan yang diterimanya menimbulkan penilaian baik karena kebutuhan yang diinginkan sebagian besar terpenuhi yaitu 77,2 % (≥ 75 % ) dari nilai maksimalnya. Ini menunjukkan bahwa menurut responden penelitian ini, pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat, baik dari tenaga kesehatan, sarana dan prasarananya, serta tarif, telah dapat memenuhi permintaan masyarakat dengan baik. Dari informan yang pernah memanfaatkan puskesmas (8 orang, 88,9 %), menilai demand masyarakat terhadap pelayanan kesehatan belum terpenuhi, yang berarti baik
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
dari tenaga kesehatan, sarana dan prasarana serta tarif, belum dapat memenuhi permintaan masyarakat dengan baik. Perbedaan ini adalah karena perbedaan latar belakang pendidikan dan penghasilan Responden dan Informan. Hal ini senada dengan
pendapat Azwar
(1988) yang dikutip oleh Siregar (2004), yang juga telah dikutip pada pembahasan sebelumnya, bahwa kebutuhan dan demand seseorang terhadap kesehatan sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, sosial budaya dan sosial ekonomi. Beberapa permintaan seperti; a. Pemeriksaan langsung oleh dokter yang punya kualifikasi baik; b. Puskesmas buka dan tutup sesuai peraturan pemerintah, dokter masuk tepat waktu dan setiap hari kerja ada dokter yang bertugas; c. Petugas yang ramah, mudah senyum, cekatan, informasi yang diberikan dengan jelas disertai penampilan yang baik; d. Peralatan, obat-obatan dan fasilitas pendukung lainnya yang sesuai kepentingan pelayanan; e. Kebersihan puskesmas dan ruang tunggu yang nyaman; f. Tarif yang sesuai tetapi lebih murah dari swasta disertai adanya subsidi silang; g. Tempat parkir yang memadai; dan h. Sosialisasi kepada masyarakat; adalah hal yang sudah seharusnya,
namun belum dilaksanakan oleh Puskesmas Kota
Rantauprapat sebagaimana mestinya. Berdasarkan hal tersebut, dibutuhkan keseriusan dan kesungguhan untuk melaksanakan kebijakan yang belum berjalan tersebut dengan melakukan pengawasan terhadap disiplin pegawai maupun pelaksanaan supervisi untuk meningkatkan kinerja puskesmas dan rasa pengabdian para petugasnya.
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
5.6
Pengaruh Pelayanan Tenaga Kesehatan, Sarana dan Prasarana Puskesmas serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat dalam Pelayanan Kesehatan Pengaruh pelayanan tenaga kesehatan, sarana dan prasarana serta tarif
puskesmas terhadap demand masyarakat dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat dapat dilihat dengan uji Regresi Linear Berganda pada data yang diperoleh dari responden penelitian. Hasil uji pengaruh pelayanan tenaga kesehatan, sarana dan prasarana puskesmas serta tarif terhadap permintaan masyarakat dalam pelayanan kesehatan, ditampilkan nilai R, R2, Adjusted R2 dan Std. Error, dimana nilai R yang menunjukkan gabungan ketiga variabel bebas Pelayanan Tenaga Kesehatan (x1), Sarana dan Prasarana (x2) dan Tarif (x3) terhadap Demand Mayarakat terhadap Pelayanan Kesehatan (y) adalah sebesar 0,754. Sedang R2 (indeks determinasi) sebesar 0,568. Hal ini menunjukkan bahwa sumbangan dari pengaruh secara bersama-sama (multiple regression) antara Pelayanan Tenaga Kesehatan (x1), Sarana dan Prasarana (x2) dan Tarif (x3) terhadap Demand Masyarakat untuk Memanfaatkan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas (y), adalah sebesar 75,4 %. Sedangkan sisa sebesar 24,6 %, dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti, dengan nilai standar error sebesar 83,76 %. Selanjutnya dilakukan uji Anova untuk menguji ada tidaknya pengaruh ketiga variabel independent terhadap variabel dependent (Multiple Regression), dengan melihat tingkat signifikansi. dan dengan membandingkan F hitung dengan F tabel. Pada penelitian ini dilakukan dengan melihat tingkat signifikansi. Tingkat signifikansi (sig) pada tabel Anova adalah 0.000. Jadi probabilitas < α 0,05, maka Ho
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
: ditolak dan Ha diterima. Dapat disimpulkan bahwa ketiga variabel; Pelayanan Tenaga Kesehatan (x1), Sarana dan Prasarana (x2) dan Tarif (x3), secara bersamasama berpengaruh terhadap Demand Mayarakat terhadap Pelayanan Kesehatan (y). Selanjutnya pengujian Coefficients, bisa dilakukan dengan melihat tingkat signifikansi. Tingkat signifikansi (sig)
x1 pada Tabel 4.16 adalah 0.000. Jadi
probabilitas < α 0,05. Dapat disimpulkan berdasarkan uji statistik bahwa Pelayanan Tenaga Kesehatan (x1), berpengaruh terhadap Demand Masyarakat dalam Pelayanan Kesehatan di Puskesmas (y). Tingkat signifikansi (sig) x2 pada Tabel 4.16 adalah 0.276. Jadi probabilitas > α 0,05. Dapat disimpulkan berdasarkan uji statistik bahwa Sarana dan Prasarana (x2), tidak berpengaruh terhadap Demand Masyarakat dalam Pelayanan Kesehatan di Puskesmas (y). Tingkat signifikansi (sig) x3 pada Tabel 4.16 adalah 0.008. Jadi probabilitas < α 0,05. Dapat disimpulkan berdasarkan uji statistik bahwa Tarif (x3), berpengaruh terhadap Demand Masyarakat dalam Pelayanan Kesehatan di Puskesmas (y). Dari hasil uji di atas dihubungkan dengan hipotesis penelitian ini, dibuktikan bahwa; 1. Pelayanan Tenaga Kesehatan berpengaruh terhadap Demand Masyarakat dalam Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat, dengan tingkat signifikansi yang tinggi, yaitu 0.000 (< α 0,05).
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
2. Sarana dan Prasarana tidak berpengaruh terhadap Demand Masyarakat dalam Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat, dengan tingkat signifikansi 0.276 (> α 0,05). 3. Tarif berpengaruh terhadap Demand Masyarakat dalam Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat, dengan tingkat signifikansi yang tinggi, yaitu 0.008 (< α 0,05). 4. Ketiga variabel; Pelayanan Tenaga Kesehatan (x1), Sarana dan Prasarana (x2) dan Tarif (x3), secara bersama-sama berpengaruh terhadap Demand Mayarakat terhadap Pelayanan Kesehatan (y). 5. Pengaruh Pelayanan Tenaga Kesehatan (x1), Sarana dan Prasarana (x2) dan Tarif (x3), secara bersama-sama terhadap Demand
Masyarakat untuk
Memanfaatkan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas (y), adalah sebesar 75,4 %. Sedangkan sisa sebesar 24,6 %, dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti, dengan nilai standar error sebesar 83,76 %.
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1. Sebanyak 73,7 % responden menilai baik pelayanan tenaga kesehatan secara keseluruhan. Dari pengkategorian berdasarkan penilaian responden, diperoleh hasil dengan kategori kurang baik yaitu apabila penilaian atau tanggapan responden tentang pelayanan tenaga kesehatan yang diterimanya, menimbulkan penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan sebagian saja yang terpenuhi (nilai 40-74 % dari nilai maksimalnya). 2. Sebanyak 94,7 % responden menilai baik sarana dan prasarana secara keseluruhan. Dari pengkategorian berdasarkan penilaian responden tentang sarana dan prasarana kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat, diperoleh hasil dengan kategori baik yaitu apabila penilaian atau tanggapan responden tentang sarana dan prasarana kesehatan yang diterimanya, menimbulkan penilaian yang baik, karena kebutuhan yang diinginkan sebagian besar terpenuhi. Nilainya >75 % dari nilai maksimalnya. 3. Sebanyak 50,9 % responden menilai baik tarif secara keseluruhan. Dari pengkategorian berdasarkan penilaian responden tentang Tarif di Puskesmas Kota Rantauprapat, diperoleh hasil dengan kategori kurang baik yaitu apabila penilaian atau tanggapan responden tentang Tarif, menimbulkan penilaian yang
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan sebagian saja yang terpenuhi. Nilainya 40-74 % dari nilai maksimalnya. 4. Sebanyak 77,2 % responden menilai baik demand terhadap pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Dari pengkategorian berdasarkan penilaian responden tentang demand terhadap pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat, diperoleh hasil dengan kategori baik yaitu apabila penilaian atau tanggapan responden tentang demand terhadap pelayanan kesehatan yang diterimanya, menimbulkan penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan sebagian besar terpenuhi. Nilainya ≥ 75 % dari nilai maksimalnya. 5. Dari hasil uji statistik, disimpulkan bahwa; (1)
Ada pengaruh pelayanan tenaga kesehatan terhadap permintaan masyarakat (non ASKES) di Puskesmas Kota Rantauprapat, dengan tingkat signifikansi 0.000 (< α 0,05).
(2)
Tidak ada pengaruh sarana dan prasarana terhadap permintaan masyarakat (non ASKES) di Puskesmas Kota Rantauprapat, dengan tingkat signifikansi 0.276 (> α 0,05).
(3)
Ada pengaruh tarif terhadap permintaan masyarakat (non ASKES) di Puskesmas Kota Rantauprapat, dengan tingkat signifikansi 0.008 (< α 0,05).
Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis penelitian point 1 dan 3 terbukti, bahwa terdapat pengaruh Pelayanan Tenaga Kesehatan dan Tarif terhadap permintaan
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
masyarakat (non ASKES) di Puskesmas Kota Rantauprapat. Sedangkan hipotesis point 2 tidak terbukti, dimana Sarana dan prasarana tidak berpengaruh. 6. Dari wawancara mendalam dengan 9 orang informan, diperoleh bahwa Pelayanan Tenaga Kesehatan, Sarana dan prasarana serta tarif, belum sesuai permintaan masyarakat. Beberapa hal yang di bawah ini merupakan permintaan masyarakat menurut Informan adalah; a) Pemeriksaan oleh dokter yang punya kualifikasi baik, b) Pelayanan buka sesuai peraturan pemerintah. Dokter, masuk tepat waktu dan setiap hari kerja, c) Petugas yang ramah, mudah senyum, cekatan, informasi diberikan dengan jelas disertai dengan penampilan yang baik, e) Ada kunjungan spesialis secara berkala, terutama spesialis 4 besar, f) Peralatan, obat-obatan dan fasilitas pendukung lainnya, dilengkapi dan ditingkatkan, g) Kebersihan puskesmas dan ruang tunggu yang nyaman, h) Tarif disesuaikan dan bisa diupayakan adanya subsidi silang, i) Sosialisasi kepada masyarakat, j) Tempat parkir yang memadai dan adanya angkutan kota yang melewati puskesmas.
6.2 Saran 1. Untuk meningkatkan peran puskesmas sesuai dengan permintaan dan dapat menjalankan funginya sebagai pusat kesehatan masyarakat, maka pengambil kebijakan, harus segera membenahi sistem pelayanan dasar yang ada, mengikuti permintaan masyarakat, karena pada hakikatnya, pukesmas sebagai sarana pelayanan, dibuat adalah untuk menyahuti kebutuhan masyarakat.
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
2. Beberapa permintaan masyarakat, antara lain: a) Pemeriksaan oleh dokter yang punya kualifikasi baik, b) Pelayanan buka sesuai peraturan pemerintah. Dokter, masuk tepat waktu dan setiap hari kerja, c) Petugas yang ramah, mudah senyum, cekatan, informasi diberikan dengan jelas disertai dengan penampilan yang baik, e) Ada kunjungan spesialis secara berkala, terutama spesialis 4 besar, f) Peralatan, obat-obatan dan fasilitas pendukung lainnya, dilengkapi dan ditingkatkan, g) Kebersihan puskesmas dan ruang tunggu yang nyaman, h) Tarif disesuaikan dan bisa diupayakan adanya subsidi silang, i) Sosialisasi kepada masyarakat, j) Tempat parkir yang memadai dan adanya angkutan kota yang melewati puskesmas; adalah kebijakan yang telah ditetapkan pemerintah untuk dijalankan. Namun perlu keseriusan dan kesungguhan dalam melaksanakan kebijakan tersebut dengan melakukan pengawasan terhadap disiplin pegawai maupun dengan supervisi untuk meningkatkan kinerja puskesmas dan rasa pengabdian para petugas. 3. Peningkatan kesejahteraan dan penghargaan lainnya, bagi petugas yang telah bekerja dengan baik, memberi bimbingan, arahan dan pembinaan kepada petugas yang
belum
menjalankan
tugasnya,
diyakini
akan
dapat
mendorong
meningkatnya kinerja petugas. 4. Dalam rangka meningkatkan kinerja Puskesmas, perlu dipertimbangkan untuk mengubah status Puskesmas menjadi Puskesmas Unit Swadana, yaitu puskesmas yang diberi wewenang untuk mengelola sendiri penerimaan fungsionalnya untuk keperluan operasional. Tujuan perubahan menjadi Puskesmas swadana adalah
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
untuk meningkatkan mutu pelayanan, meningkatkan jangkauan pelayanan, meningkatkan pengembangan sumber daya manusia dan profesionalisme petugas, serta meningkatkan manajemen puskesmas, termasuk keuangan.
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
DAFTAR PUSTAKA Alhusin, 2002, Aplikasi Statistik Praktis dengan SPSS.10 for Windows, Edisi Pertama, J & J Learning, Yogyakarta. Arikunto, Suharsimi. 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi, PT. Rineka Cipta, Jakarta -----------------, 2000, Manajemen Penelitian, Edisi Baru, PT. Rineka Cipta, Jakarta Azwar, Azrul, 1996, Pengantar Administrasi Kesehatan, Binarupa Aksara, Jakarta -----------------, 2002, Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat, Edisi Revisi, Binarupa Aksara, Jakarta. Depkes RI, 1999. Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010, Jakarta -----------------, 2004, Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat, Jakarta. Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, 2005, Profil Kesehatan Propinsi Sumatera Utara Tahun 2004. Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu, 2005, Profil Kesehatan Tahun 2004. -----------------, 2006, Survei Kesehatan Daerah Kabupaten Labuhanbatu, 2006. -----------------, 2007, Daftar Pelaksanaan Proyek/ Kegiatan Pembangunan Fisik di Puskesmas se Kabupaten Labuhanbatu pada tahun 2002-2007 Lapau, Buchari, 1997. Kegiatan Pelaksanaan Kesehatan di Puskesmas dan Permasalahannya, EGC Kedokteran, Jakarta. Lubis, Nurbaiti, 2006; Persepsi Masyarakat tentang Puskesmas Model dan Pengaruhnya terhaddap Pemanfaatan Pelayanan di Kecamatan Panai Tengah Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2006, Skripi, FKM USU, Medan, Tidak Dipublikasikan. Mc. Guire, A (ea), 1988, The Economics of Health, Rouledge & Keegan Paul Ltd, London Muhazam,
Fauzi, 1995, Memperkenalkan Universitas Indonesia, Jakarta.
Sosiologi
Kesehatan,
Penerbit
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
Notoatmodjo, Soekidjo, 2003. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Prilaku, PT. Rineka Cipta, Jakarta. ----------------, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi, PT. Rineka Cipta, Jakarta. Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu, 2002. APBD Kab. Labuhanbatu Tahun 2002. ----------------, 2003, APBD Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2003. ----------------, 2004, APBD Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2004. ----------------, 2005, APBD Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2005. ----------------, 2006, APBD Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2006. Puskesmas Kota Rantauprapat, 2006. Profil Puskesmas, Tahun 2006 ----------------, 2006. Laporan Tahunan Puskesmas Tahun 2006 Sarwono, Solita, 2007. Sosiologi Kesehatan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Singarimbun, Masri, 1989, Metode Penelitian Survai, Edisi revisi, LP3ES, Jakarta. Siregar,
Abidinsyah, 2004; Persepsi Masyarakat terhadap Kebijakan Pembebasan Biaya Retribusi Pelayanan Kesehatan Dasar di Puskesmas Kota Medan Tahun 2004, Tesis, Pasca Sarjana USU, Medan, Tidak Dipublikasikan.
Sorkin, A.L, 1989, Health Economics : An Introduction, Lexington Books. Sugiyono, 2003. Metode Penelitian Administrasi, Edisi ke-14 Penerbit Alfabeta, Bandung Tjiptoherijanto, Prijono, 1994, Ekonomi Kesehatan, PT. Rineka Cipta, Jakarta Trisnantoro, Laksono, 2006, Memahami Penggunaan Ilmu Ekonomi dalam Manajemen Rumah Sakit, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Wijono, Djoko. 1999. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan, Airlangga University Press, Surabaya.
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
Lampiran 1. KUESIONER PENELITIAN
PENGARUH PELAYANAN TENAGA KESEHATAN, SARANA DAN PRASARANA PUSKESMAS, SERTA TARIF TERHADAP DEMAND MASYARAKAT DALAM PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS KOTA RANTAUPRAPAT A. Identitas Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Pekerjaan : a. Karyawan 4. Alamat : 5. Pendidikan a. Tidak Tamat SD b. Tamat SD c. Tamat SLTP d. Tamat SLTA e. Tamat Akademi/ D3 f. Tamat Sarjana 6. Penghasilan keluarga: a. < Rp. 800.000 b. Rp.800.000- Rp.1.600.000 c. > Rp. 1.600.000
(L/P) b. Petani
c. Wiraswasta
B. Persepsi Pasien Tentang Pelayanan Tenaga Kesehatan, Sarana dan Prasarana serta Tarif di Puskesmas Kota Rantauprapat I. Pelayanan Tenaga Kesehatan 7. Sudah berapa kali bapak/ibu berobat ke Puskesmas ? a. ≥ 5 kali b. 2 – 4 kali c. 1 kali 8. Bagaimana penilaian atau tanggapan bapak/ibu, tentang pelayanan pegawai Puskesmas di bagian kartu ? a. Baik b. Kurang baik c. Tidak baik
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
9. Apakah bapak/ ibu diberi informasi oleh petugas kartu tentang proses selanjutnya yang akan bapak/ibu jalani di Puskesmas ? a. dapat informasi dengan jelas (baik) b. dapat informasi tetapi tidak jelas (kurang baik) c. tidak mendapat informasi (Tidak baik) 10. Berapa lama waktu yang bapak/ibu habiskan untuk mendapatkan kartu berobat/karcis, di bagian kartu ? a. < 5 menit (baik) b. 6 – 15 menit (kurang baik) c. > 15 menit (Tidak baik) 11. Bagaimana penilaian atau tanggapan bapak/ibu, tentang pelayanan pegawai Puskesmas di bagian pemeriksaan ? a. Baik b. Kurang baik c. Tidak baik 12. Berapa lama waktu yang bapak/ibu habiskan di ruang tunggu, sampai bapak/ibu dapat giliran untuk dilayanani ? a. < 10 menit (baik) b. 10 – 20 menit (kurang baik) c. > 20 menit (Tidak baik) 13. Bagaimana penilaian atau tanggapan bapak/ibu, tentang disiplin petugas kesehatan di Puskesmas ? a. Baik b. Kurang baik c. Tidak baik 14. Bagaimana penilaian atau tanggapan bapak/ibu, tentang keramah tamahan petugas kesehatan di Puskesmas ? a. Baik b. Kurang baik c. Tidak baik 15. Bagaimana penilaian atau tanggapan bapak/ibu, tentang kecekatan dan kesigapan petugas kesehatan dalam melakukan pelayanan ? a. Baik b. Kurang baik c. Tidak baik
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
16. Bagaimana penilaian atau tanggapan bapak/ibu, tentang keramah tamahan dokter dalam melayani pasien di Puskesmas ? a. Baik b. Kurang baik c. Tidak baik 17. Bagaimana penilaian atau tanggapan bapak/ibu, tentang kecekatan dan kesigapan dokter dalam melakukan pelayanan ? a. Baik b. Kurang baik c. Tidak baik 18. Bagaimana penilaian atau tanggapan bapak/ibu, tentang penjelasan yang diberikan dokter terhadap keadaan penyakit bapak/ibu ? a. Baik b. Kurang baik c. Tidak baik 19. Berapa lama waktu yang bapak/ibu habiskan di ruang tunggu, untuk mendapatkan pelayanan, di bagian obat ? a. < 10 menit (baik) b. 10 – 20 menit (kurang baik) c. > 20 menit (Tidak baik) II. Sarana dan Prasara 20. Bagaimana penilaian atau tanggapan bapak/ibu, tentang lokasi Puskesmas dari segi kemudahan transportasi ? a. Strategis dan mudah dijangkau (Baik) b. Kurang strategis (Kurang baik) c. Tidak strategis (Tidak baik) 21. Bagaimana penilaian atau tanggapan bapak/ibu, tentang kebersihan ruanganruangan di Puskesmas ? a. Baik b. Kurang baik c. Tidak baik 22. Bagaimana penilaian atau tanggapan bapak/ibu, tentang fasilitas dan kenyamanan pada ruang tunggu Puskesmas (TV, AC, kamar mandi, bahan bacaan) ? a. Baik b. Kurang baik c. Tidak baik
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
23. Bagaimana penilaian atau tanggapan bapak/ibu, tentang fasilitas dan kenyamanan pada ruang periksa Puskesmas (kursi, meja, tempat tidur periksa, lemari alat, AC, kamar mandi) ? a. Baik b. Kurang baik c. Tidak baik 24. Bagaimana penilaian atau tanggapan bapak/ibu, tentang kualitas alat habis pakai (alat suntik, kapas, gaas steril, plester, tongue spatel) yang diberikan kepada bapak/ibu ? a. Baik b. Kurang baik c. Tidak baik 25. Bagaimana penilaian atau tanggapan bapak/ibu, tentang kelengkapan peralatan di laboratorium Puskesmas ? a. Lengkap (Baik) b. Kurang lengkap (Kurang baik) c. Tidak lengkap (Tidak baik) III. Tarif 26. Menurut penilaian bapak/ibu, apakah tarif Puskesmas yang berlaku saat ini, sudah mampu membiayai pelayanan kesehatan sesuai permintaan bapak/ibu ? a. Mampu b. Kurang mampu c. Tidak mampu Alasan ........................................................................................................... 27. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan, setujukah bapak/ibu, bila tarif yang ada sekarang, dinaikkan ? a. Setuju b. kurang setuju c. Tidak setuju Alasan ........................................................................................................... C. Demand Terhadap Pelayanan Kesehatan 28. Dari seluruh pelayanan dan fasilitas sarana dan prasarana yang diterima serta tarif yang dibebankan kepada bapak/ibu, apakah sudah memenuhi permintaan bapak/ibu terhadap pelayanan kesehatan ? a. Memenuhi (baik) b. Kurang memenuhi (kurang baik) c. Tidak memenuhi (tidak baik) Alasan………………………………………………………………………...…
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
29. Berdasarkan pengalaman mendapat pelayanan di Puskesmas Kota Rantauprapat, apakah bapak/ibu akan memanfaatkan Puskesmas tersebut, jika bapak/ibu sakit ? a. Ya, memanfaatkan b. Ragu-ragu c. Tidak memanfaatkan Alasan………………………………………………………………………...… 30. Apakah bapak/ibu akan tetap memanfaatkan, bila tarif yang ada sekarang dinaikkan, untuk pelayanan yang diberikan oleh dokter spesialis ? a. Ya, memanfaatkan b. Ragu-ragu c. Tidak memanfaatkan Alasan………………………………………………………………………...…
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008
Lampiran 2
Daftar pertanyaan untuk tokoh masyarakat dari berbagai kalangan : I. Data Informan : 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis kelamin : 4. Alamat : 5. Pendidikan terakhir : 6. Jabatan/ latar belakang : 7. Pernah / tidak pernah memanfaatkan pelayanan puskesmas kota Rantau prapat. I. Pandangan terhadap puskesmas Kota Rantauprapat, pelayanan petugas, sarana dan prasarana puskesmas, tarif, serta demand masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di puskesmas Kota Rantauprapat. 1. Bagaimana pandangan bapak/ibu terhadap keberadaan puskesmas Kota Rantauprapat, ditinjau dari lokasi, fasilitas sarana dan pra sarananya ? Mohon penjelasan. 2. Menurut yang bapak/ibu dengar dan ketahui, apakah pelayanan petugas kesehatan di puskesmas tersebut, telah sesuai dengan permintaan masyarakat ? Mohon penjelasan. 3. Dari Surkesda tahun 2006, diketahui bahwa Puskesmas adalah pilihan ketiga setelah praktek dokter dan praktek petugas kesehatan, apa komentar bapak/ibu dengan hasil tersebut ? 4. Bagaimana menurut pandangan bapak/ibu tarif yang diberlakukan saat ini di puskesmas, apakah sudah dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan permintaan masyarakat ? Apakah tarifnya terlalu mahal ? atau sebaliknya mungkin terlalu murah ? Mohon penjelasan. 5. Menurut bapak/ibu, apa sebenarnya permintaan masyarakat, yang harus dipenuhi sehingga masyarakat menjadikan puskesmas sebagai pilihan pertama dalam memenuhi kebutuhan mereka terhadap pelayanan kesehatan ? Mohon penjelasan. 6. Apa pendapat bapak/ibu, bila di puskesmas ini dilakukan pelayanan spesialis ? Mohon penjelasan. 7. Untuk peningkatan kualitas, bagaimana pandangan bapak/ibu bila tarif puskesmas disesuaikan ?
Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008