perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
RINGKASAN TESIS HUBUNGAN PARTISIPASI SISWA DALAM PAKEM DAN KEMANDIRIAN BELAJAR DENGAN KETUNTASAN BELAJAR IPS ( Studi Korelasi Pada SD N 1 Pejagoan Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2010/2011 )
TESIS Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Master Pendidikan Pada Jurusan Teknologi Pendidikan Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta
Disusun Oleh : Muhamad Chamdani NIM : S810908537
PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 1
BAB 1 PENDAHULUAN
Pada pendahuluan ini akan diuraikan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. A. Latar Belakang Masalah Suatu
sistem
pendidikan
dikatakan
berkualitas
jika
proses
pembelajarannya berlangsung secara menarik dan menantang sehingga peserta didik dapat belajar sebanyak mungkin melalui proses belajar yang berkelanjutan. Proses pendidikan yang berkualitas akan membuahkan hasil pendidikan yang berkualitas pula dan dengan demikian akan makin meningkatkan kualitas kehidupan bangsa. Dalam pendidikan di sekolah, ada alur yang searah dan sebanding antara input pendidikan, proses pembelajaran, dan hasil belajar. Proses pembelajaran yang berkualitas adalah proses pembelajaran yang memberi perubahan atas input menuju output yang lebih baik dari sebelumnya. Karenanya, pembenahan yang menyeluruh dan sistematis perlu dilakukan terhadap input, proses, sehingga dapat menjamin terciptanya kualitas hasil yang tinggi dan merata. Dengan kualitas pendidikan yang optimal diharapkan akan diperoleh manusia-manusia sebagai sumber daya unggul yang dapat menguasai pengetahuan, keterampilan, dan keahlian sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu dan teknologi. Untuk commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
mewujudkan pendidikan yang berkualitas dan efisien perlu disusun dan dilaksanakan program-program pendidikan nasional di tingkat pusat maupun daerah dengan satuan pendidikan yang mampu membawa peserta didik belajar secara berkelanjutan. Radno Harsanto ( 2007:10 ) menjelaskan bahwa upaya pengembangan kualitas pendidikan dapat dilakukan melalui tiga pendekatan sekaligus, yaitu pendekatan subtansi pendidikan, pendekatan teknis pendidikan, dan pendekatan pengelolaan pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan ditentukan oleh terjadinya perubahan tingkah laku yang perlu dicapai oleh peserta didik. Proses pembelajaran yang selama ini mengarah pada penguasaan hafalan konsep dan teori yang bersifat abstrak terbukti kurang menarik minat dan motivasi peserta didik untuk belajar sehingga prestasi belajar siswa selalu rendah. Apa yang dipelajari di kelas cenderung artifisial dan seolah-olah dipisahkan dari permasalahan lingkungan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Akibatnya, kegiatan pembelajaran yang seharusnya berorientasi pada siswa terkalahkan oleh kegiatan yang didominasi guru. Pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pada intinya berorientasi pada pendekatan konstruktivistik, oleh karena itu, pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) merupakan salah satu pola pembelajaran yang dikembangkan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kebumen untuk diterapkan di Sekolah Dasar (SD). PAKEM adalah kependekan dari Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan to user Menyenangkan. Prinsip-prinsipcommit PAKEM adalah merupakan implementasi dari
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
perubahan paradigma pembelajaran saat ini. Prestasi akademik bukanlah satusatunya tujuan pembelajaran. Di dalam PAKEM diterapkan model pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif selama proses pembelajaran. Dikemas dalam suasana yang menyenangkan dan menghasilkan hasil yang sesuai dengan kondisi riil di masyarakat. Siswa diharapkan dapat menerapkannya secara kreatif ketika menjumpai suatu permasalahan. PAKEM bertujuan agar pola pikir siswa lebih berkembang, melatih siswa hidup mandiri, serta ikut mendidik masyarakat untuk lebih peduli terhadap pendidikan (Durari, 2002:12). Dalam proses pembelajaran sangatlah penting untuk menumbuhkan sifat kemandirian siswa dalam belajarnya. Siswa dibiasakan untuk memperoleh data dan informasi dengan tanpa menggantungkan diri pada guru. Siswa dapat memperolehnya dari orang tua, sesama siswa, buku-buku dan sumber-sumber lainnya. Dalam proses pembelajaran, kemandirian belajar sangat dibiasakan dan dilatihkan dengan sejumlah instrumen pembelajarannya. Harapan ke depan adalah terciptanya out put siswa yang pandai untuk learn how to learn atau terciptanya generasi yang dapat belajar dengan mandiri sehingga dapat memecahkan masalah hidupnya dengan kreatif. Peningkatan mutu pendidikan di Sekolah Dasar sangat bergantung pada kegiatan dan proses pembelajaran. Proses pembelajaran harus berlangsung dengan baik, berdaya guna dan berhasil guna. Peningkatan mutu pendidikan tidak terlepas dari mutu proses pembelajaran setiap mata pelajaran yang diberikan di Sekolah, termasuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Keberhasilan commit to userKebumen masih tergolong rendah. pembelajaran mata pelajaran IPS di wilayah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
Hal ini berdasarkan data rata-rata nilai mata pelajaran di SD, mata pelajaran IPS menduduki paling rendah rata-ratanya diantara mata pelajaran yang dievaluasi. Untuk itu peningkatan mutu pembelajaran IPS merupakan hal yang sangat penting dan perlu mendapat perhatian. Ketuntasan belajar merupakan acuan dimana seorang guru mengadakan penilaian untuk mengetahui apakah materi yang sudah disampaikan dikuasai oleh anak. Untuk mencapai ketuntasan belajar, guru membandingkan materi pokok bahasan, standar kompetensi / kompetensi dasar tiap semester dengan materi yang sudah dikuasai anak lewat kegiatan penilaian. Pada pelaksanaan Kurikulum Tingkst Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006, ketuntasan belajar yang dikenal dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) dibuat oleh masing-masing lembaga pendidikan. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini akan mengungkap partisipasi siswa dalam pembelajaran PAKEM, kemandirian belajar dengan ketuntasan belajar IPS, peneliti ingin lebih lanjut dan mendalam untuk mencari hubungan ketiga variabel, arah dan kuatnya hubungan tersebut. Penelitian ini mengambil judul “ Hubungan Partisipasi Siswa Dalam PAKEM dan Kemandirian belajar dengan ketuntasan belajar IPS ” (Studi Korelasi pada SD N 1 Pejagoan Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2010/2011). B. Pembatasan Masalah Bertolak dari latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang diuraikan di atas maka perlu adanya pembatasan masalah, yang dimaksudkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
untuk memperjelas permasalahan yang diteliti dan dicari jawabannya. Agar mendapatkan gambaran dan kerangka yang jelas mengenai lingkup penelitian ini, maka perlu kiranya
diberikan batasan-batasan yang jelas menyangkut
permasalahan yang akan dikaji yakni ketuntasan belajar IPS bagi siswa SD di SD N 1 Pejagoan Kabupaten Kebumen serta kaitannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Untuk memperoleh hasil yang optimal dalam ketuntasan belajar IPS SD faktor yang diduga mempunyai kedudukan yang strategis dan sangat penting adalah (1) partisipasi siswa dalam PAKEM dan (2) kemandirian belajar. C. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang akan dipecahkan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara partisipasi siswa dalam PAKEM dengan ketuntasan belajar mata pelajaran IPS ? apabila ada, bagaimana bentuk dan kuatnya hubungan ? 2. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kemandirian belajar dengan ketuntasan belajar mata pelajaran IPS ? apabila ada, bagaimana bentuk dan kuatnya hubungan ? 3. Apakah terdapat hubungan antara partisipasi siswa dalam PAKEM dan kemandirian belajar secara bersama-sama dengan ketuntasan belajar mata pelajaran IPS ? apabila ada, bagaimana bentuk dan kuatnya hubungan ? 4.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut : 1. Ingin mengetahui bentuk dan kuatnya sumbangan partisipasi siswa dalam PAKEM dengan ketuntasan belajar mata pelajaran IPS. 2. Ingin mengetahui bentuk dan kuatnya sumbangan kemandirian belajar siswa dengan ketuntasan belajar mata pelajaran IPS. 3. Ingin mengetahui bentuk dan kuatnya sumbangan partisipasi siswa dalam PAKEM dan kemandirian belajar siswa dengan ketuntasan belajar mata pelajaran IPS. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian tentang hubungan partisipasi siswa dalam PAKEM dan kemandirian belajar dengan ketuntasan belajar IPS SD diharapkan membawa manfaat secara teoritis bagi pengembangan dunia pendidikan khususnya teknologi pembelajaran. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan memberi informasi nyata pada lembaga pendidikan dasar untuk menyusun strategi pengelolaan dan pembinaan kepada guru, kepala sekolah, pengelola pendidikan, dan pengambil kebijakan untuk dapat mengevaluasi dengan dilaksanakannya penerapan pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori Pada landasan teori ini akan diuraikan teori-teori maupun konsep-konsep yang relevan dengan penelitian. Landasan teori akan dibahas berturut-turut mengenai partisipasi siswa dalam PAKEM, kemandirian belajar, dan ketuntasan belajar mata pelajaran IPS Sekolah Dasar. 1.
Partisipasi siswa dalam PAKEM a.
Pengertian PAKEM
Awal mula kata PAKEM dikembangkan dari istilah AJEL (Active Joyfull and Effective Learning). Untuk pertama kali di Indonesia pada tahun 1999 dikenal dengan istilah PEAM (Pembelajaran Efektif, Aktif dan Menyenangkan). Namun seiring dengan perkembangan MBS di Indonesia pada tahun 2002, istilah PEAM diganti menjadi PAKEM, yaitu kependekan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Namun demikian jika dicermati dalam model-model pelatihan PAKEM, landasan teori yang digunakan didalamnya pada hakekatnya adalah mengambil dari teori-teori tentang active learning atau pembelajaran aktif. Pendekatan
belajar
siswa
aktif
sebenarnya
sudah
sejak
lama
dikembangkan. Konsep ini didasari pada keyakinan bahwa hakekat belajar adalah proses membangun makna / pemahaman oleh si pebelajar terhadap pengalaman dan informasi yang disaring dengan persepsi, pikiran (pengetahuan yang dimiliki) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
dan perasaannya. Dengan demikian siswalah yang harus aktif untuk mencari informasi, pengalaman maupun keterampilan dalam rangka membangun sebuah makna dari hasil proses pembelajaran. Pengertian pembelajaran aktif sedikit membingungkan. Hal tersebut dikarenakan setiap orang memberikan pengertian yang berbeda-beda. Terlebih jika melihat hakekat belajar sebagaimana disebutkan di atas yaitu proses membangun makna oleh pembelajar. Jadi mustahil siswa dikatakan belajar tetapi pasif sama sekali. . Pembelajaran aktif adalah suatu istilah yang memayungi beberapa pendekatan pembelajaran yang memfokuskan tanggung jawab proses pembelajaran pada si pelajar.
Bowell
dan
http://en.wikipedia.org/wiki/activelearning.htm
Eison
(1991)
mempopulerkan
dalam
pendekatan
ini
kedalam pembelajaran. Istilah active learning ini sudah dikenal pada tahun 1980-an. Kemudian pada tahun 1990-an Association for the Study of Higher Education (ASHE) memberikan laporan yang lebih lengkap tentang active learning. Dalam laporannya tersebut telah didiskusikan berbagai metode pembelajaran untuk memperkenalkan active learning. Berikut pandangan dari para ahli mengenai bagaimana kegiatan siswa, dan lingkungan belajar active learning yang dipaparkan oleh Robertsj (2007) dalam http://schoolweb.missouriedu/stoutland/elementary/activelearning.htm Silberman, M menggambarkan saat belajar aktif, para siswa melakukan banyak
kegiatan
commit to user menggunakan otak
untuk
mempelajari
ide-ide,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
memecahkan permasalahan, dan menerapkan apa yang dipelajari. Belajar aktif adalah mempelajari dengan cepat, menyenangkan, penuh semangat, dan keterlibatan secara pribadi. Untuk mempelajari sesuatu dengan baik, harus mendengar, melihat, menjawab pertanyaan, dan mendiskusikannya dengan orang lain. Semua itu diperlukan oleh siswa untuk melakukan kegiatan– menggambarkannya sendiri, mencontohkan, mencoba keterampilan, dan melaksanakan tugas sesuai pengetahuan yang telah mereka miliki. .
Joel Wein (1997:1) mendefinisikan active learning adalah nama suatu guru diubah menjadi seorang pelatih dan penolong di dalam proses itu. Akhirnya pada tahun 2004 sebagimana dikatakan oleh Mayer (2004) dalam wikipedia di http://wikipedia.org/wiki/active_learning#columnone. htm strategi seperti “active learning” sudah berkembang luas hampir pada semua kelompok teori yang mengenalkan tentang pembelajaran yang mana siswa dapat menemukan sendiri. Bruner pada tahun 1961 pernah menjelaskan bahwa asalkan siswa sudah terlibat dalam proses pembelajaran, kemudian dapat mengingat informasi yang telah diberikan sebelumnya, itu sudah dikatakan siswa aktif. Tetapi penjelasan itu ditentang oleh Mayer (2004); Kirschner, Sweller and Clark (2006) yang pada intinya mengatakan bahwa siswa aktif tidak hanya sekedar hadir di kelas, menghafalkan dan akhirnya mengerjakan soal-soal di akhir pelajaran. Siswa harus terlibat aktif commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
baik secara fisik maupun mental. Siswa semestinya juga aktif melakukan praktik dalam proses pembelajaran. Bonwell dan Eison (1991) dalam wikipedia di http://wikipedia.org/wiki /activelearningcolumnone.htm memberikan beberapa contoh pembelajaran aktif seperti pembelajaran berpasang-pasangan, berdiskusi, bermain peran, debat, studi kasus, telibat aktif dalam kerja kelompok, atau membuat laporan singkat dan sebagainya. Disarankan agar guru menjadi pemandu sepanjang tahap awal pembelajaran, kemudian biarkan anak melakukan praktik keterampilan baru kemudian memberikan informasi-informasi baru yang belum diketahui siswa selama pembelajaran. Disarankan penggunaan active learning pada saat siswa telah mengenal materi sebelumnya, dan telah memiliki suatu pemahaman yang baik menyangkut materi sebelumnya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa active learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan lebih aktif dalam proses pembelajaran (mencari informasi, mengolah informasi dan menyimpulkannya untuk kemudian diterapkan / dipraktikkan) dengan menyediakan lingkungan belajar yang membuat siswa tidak tertekan dan senang melaksanakan kegiatan belajar. b. Pentingnya PAKEM PAKEM dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
suatu proses aktif dari si siswa dalam membangun pengetahuannya, bukan pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Sehingga jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengn hakekat belajar (Soediono, dkk. 2003 : 34). Istilah ”menyenangkan” adalah suasana belajar mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya (time on task) tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah terbukti meningkatkan hasil belajar. Seperti dikatakan oleh Muhammad Rasyid Dimas bahwa memetik senar kegembiraan pada anak akan memunculkan keriangan dan vitalitas dalam jiwanya. Hal ini juga akan menjadikan si anak selalu siap untuk menerima perintah, peringatan, atau bimbingan apapun. Menabur kegembiraan dan keceriaan pada anak akan membuatnya mampu mengaktualisasikan kemampuannya dalam bentuk yang sempurna (Tate Qomaruddin. 2005:19). Secara garis besar PAKEM digambarkan sebagai berikut : Belajar = proses aktif Membangun makna Pemahaman dari Informasi dan pengalaman oleh si pebelajar
A
K M M
E
Anak dilahirkan memiliki rasa ingin tahu imajinasi
Modal Kreativitas
E
Pembelajaran memiliki tujuan yang harus dicapai Untuk keberlanjutan pembelajaran
Gambar 2.1 : Hakekat belajar dengan menggunakan Soediono. Dkk, 2003:3.11) commit PAKE(Sumber: to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
Pentingnya pembelajaran PAKEM merupakan inovasi pembelajaran yang harus dilaksanakan oleh guru sebagai tanggung jawab profesional dalam pembelajaran c.
Karakteristik PAKEM
Ciri-ciri PAKEM secara singkat digambarkan oleh Soediono, dkk (2003 : 3-4) adalah sebagai berikut : 1.) Siswa terlibat langsung dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat (learning to do). 2.) Guru menggunakan berbagai alat Bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan dan cocok bagi siswa. 3.) Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan ajar yang lebih menarik dan menyediakan “pokok baca”. 4.) Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk belajar kelompok. 5.) Guru mendorong siswa untuk menemukan cara sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
d. Model PAKEM Gambaran PAKEM diperlihatkan dengan berbagai kegiatan yang terjadi selama kegiatan belajar mengajar. Beberapa sarana atau perangkat model belajar PAKEM sebagai berikut : Buletin Selamat Pagi , Papan Absen Mandiri, Uji Cakap Mandiri, Papan Jadwal Mandiri, Kantong Peraga Mandiri, Lembar Jawab Berkomik, Kotak Pas Mandiri, Pohon Ilmu, Dokter Matematika, Kotak Permainan, Buah Soal Mandiri, Media “ Tugasku Tanggung Jawabku ”, Bimbingan Belajar (Durari, 2002:18-19) Pembelajaran model PAKEM dengan berbagai media akan menuntut siswa berpartisipasi aktif dalam proses kegiatan belajar. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Jerrold E. Kemp (1985 : 4) dalam contribution of media to the learning process (kontribusi dari media pada proses belajar : 1) Pengantar dari pengajaran dapat menjadi lebih standar setiap siswa melihat dan mendengar sebuah presentasi media. 2) Pengajaran dapat menjadi lebih menarik dengan media pengajaran. 3) Belajar menjadi lebih interaktif dengan media pengajaran. 4) Efisiensi waktu dengan memanfaatkan media dalam pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru telah menerapkan pola-pola pembelajaran yang mengaktifkan siswa, khususnya di sekolah dasar, diantaranya cara belajar siswa akif (CBSA). Pola ini diterapkan di Kabupaten Kebumen. CBSA mengubah paradigma lama seorang guru dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
menyampaikan
digilib.uns.ac.id 14
pelajaran
aktif,
murid
cenderung
pasif.
Dalam
pelaksanaannya di lapangan CBSA sangat dianjurkan dan terkesan dipaksakan, padahal tidak semua Sekolah Dasar (SD) mempunyai kemampuan yang sama, guru, siswa, sarana maupun prasarana. CBSA menuntut siswa untuk aktif terlibat penuh dalam kegiatan belajar mengajar dari awal sampai akhir pembelajaran dengan perangkat lembar kerja. Beberapa tahun pola CBSA dilaksanakan tapi kurang membawa perubahan yang berarti. Siswa mengalami kejenuhan karena dituntut selalu aktif. Menjenuhkan jiwa anak yang masih suka bermain sambil belajar atau belajar sambil bermain. Pola CBSA dilaksanakan guru dan murid selalu berada dalam satu tempat, satu waktu, dan situasi yang sama. Kegiatan belajar mengajar seringkali terhambat atau tidak berjalan karena guru sebagai fasilitator tidak berada di arena belajar. Hal ini mungkin guru masih dalam perjalanan menuju ke sekolah, atau guru berhalangan hadir ke sekolah karena sakit atau karena kepentingan lain. Maka kegiatan belajar mengajar mengalami hambatan yang akhirnya CBSA tidak dapat terlaksana dengan baik. Dalam kondisi seperti tersebut di atas diperlukan model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Bruce Joyce dan Marsha Weil (2003: 11-21) mengelompokkan modelmodel pembelajaran ke dalam empat kategori yaitu :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
a) Kelompok model sosial atau the social family, meliputi : partners in learning, investigasi kelompok (group investigation), bermain peran (role playing) dan penelitian yurisprudential (jurisprudential inquiry). b) Kelompok model pengolahan informasi atau the information-processing family meliputi model : berpikir induktif (inductive thinking), pencapaian konsep (concept attainment), memorisasi (memorics), pemandu awal (advance organizers) latihan penelitian (inquiry training), pengembangan intelek (scientific inquiry), dan synectics. c) Kelompok model personal atau the personal family, meliputi : pengajaran tanpa arahan (nondirective teaching) dan ananching selfesteem. d) Kelompok model system perilaku atau the behavior system family, meliputi : belajar tuntas (mastery learning), pembelajaran langsung (direct instruction), simulasi (simulation), belajar sosial (social learning), dan programmed schedule. Salah satu model pembelajaran yang memerlukan kemandirian siswa adalah model pembelajaran self directed learning (SDL) atau belajar dipimpin oleh diri sendiri. Menurut Leonard Nadler dan Zeace Nadler (2003: 4) mendefinisikan SDL sebagai berikut : Self directed learning is a training design in which trainees master packages of predetermined material, at their own pace, whithout the aid of an instructor.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
Model pembelajaran self directed learning (SDL) adalah sebuah rancangan dalam pembelajaran yang dalam belajar dilatih oleh paket mengajar/guru yang ditentukan oleh material, langkah siswa sendiri, tanpa pertolongan dari pembimbing. 2. a.
Kemandirian Belajar
Pengertian Belajar Mandiri dan Kemandirian Belajar
Konsep Belajar Mandiri (Self-directed Learning) sebenarnya berakar dari konsep pendidikan orang dewasa. Namun demikian berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan oleh para ahli seperti Garrison tahun 1997, Schilleref tahun 2001, dan Scheidet tahun 2003 ternyata belajar mandiri juga cocok untuk semua tingkatan usia. Dengan kata lain, belajar mandiri sesuai untuk semua jenjang sekolah baik untuk sekolah menengah maupun sekolah dasar dalam rangka meningkatkan prestasi dan kemampuan siswa (http://www.nwrel.org/ planning/reports/self-direct/index.php). Haris Mujiman (2005 : 1) mencoba memberikan pengertian belajar mandiri dengan lebih lengkap. Menurutnya belajar mandiri adalah kegiatan belajar aktif, yang di dorong oleh niat atau motif untuk menguasai suatu kompetensi guna mengatasi suatu masalah, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang dimiliki. Pencapaian kompetensi sebagai tujuan belajar, dan cara penyampaiannya baik penetapan waktu belajar, tempat belajar, irama belajar, tempo belajar, cara belajar, maupun evaluasi belajar dilakukan oleh siswa sendiri. Disini belajar mandiri lebih dimaknai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
sebagai usaha siswa untuk melakukan kegiatan belajar yang didasari niatnya untuk menguasai suatu kompetensi tertentu. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli dan beberapa pertimbangan di atas, maka belajar mandiri dapat diartikan sebagai usaha individu untuk melakukan kegiatan belajar secara sendirian maupun dengan bantuan orang lain berdasarkan motivasinya sendiri untuk menguasai sesuatu materi dan atau kompetensi tertentu sehingga dapat digunakannya untuk memecahkan masalah yang dijumpainya di dunia nyata. Self-directed Learning adalah kegiatan belajar mandiri, sedangkan orang yang melakukan belajar mandiri sering disebut siswa mandiri (self-directed Learners). Mardziah Hayati Abdullah (2001:2) mengatakan self-directed Learners adalah sebagai “para manajer dan pemilik tanggung jawab dari proses pembelajaran yang mereka lakukan sendiri”. Individu seperti itu mempunyai keterampilan untuk mengakses dan memproses informasi yang mereka perlukan untuk suatu tujuan tertentu. Dalam belajar mandiri mengintegrasikan self-management (manajemen konteks, termasuk latar belakang sosial, menentukan, sumber daya dan tindakan) dengan yang selfmonitoring (proses siswa dalam memonitor, mengevaluasi dan mengatur strategi belajarnya). Belajar mandiri dan siswa mandiri seperti sekeping mata uang yang mempunyai dua muka yang berbeda tetapi merupakan satu kesatuan yang mempunyai suatu fungsi yang saling mendukung. Lebih jelasnya persamaan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
dan perbedaan antara belajar mandiri dengan siswa mandiri digambarkan dalam bagan sebagai berikut :
Gambar 2.2 Pendekatan personal Responbility Orientation (PRO) (Sumber : Roger Hiemstra : 1998:25) Belajar mandiri (self-directed learning) yang ada di sisi sebelah kiri dari pendekatan, mengacu pada karakteristik proses belajar mengajar atau apa yang dikenal sebagai faktor eksternal dari si siswa. Disini mengacu pada bagaimana proses pembelajaran itu dilaksanakan. Siswa mandiri (selfdirection Learners) yang ada di sebelah kanan dari pendekatan mengacu pada individu yang melakukan kegiatan belajar. Termasuk di dalamnya yaitu karakteristik kepribadian siswa atau sering kita sebut faktor internal dari individu yang bersangkutan. Jika kedua hal tersebut (self-directed learning dan self-direction Learners) dapat tercipta dalam proses pembelajaran, maka individu dapat memiliki kemandirian dalam belajar (self-direction in learning). Dengan demikian kemandirian belajar (self-direction in learning) dapat diartikan sebagai sifat dan sikap serta kemampuan yang dimiliki siswa untuk melakukan kegiatan belajar secara sendirian maupun dengan bantuan orang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
lain berdasarkan motivasinya sendiri untuk menguasai suatu kompetensi tertentu sehingga dapat digunakannya untuk memecahkan masalah yang dijumpainya di dunia nyata. Burt Sisco dalam Hiemstra (1998:8) membuat sebuah pendekatan yang membantu individu untuk menjadi lebih mandiri dalam belajar. Menurut Sisco ada enam langkah kegiatan untuk membantu individu menjadi lebih mandiri dalam belajar, yaitu : (1) preplanning (aktivitas sebelum proses pembelajaran); (2) menciptakan lingkungan belajar yang positif; (3) mengembangkan rencana pembelajaran; (4) mengidentifikasi aktivitas pembelajaran yang sesuai; (5) melaksanakan kegiatan pembelajaran dan monitoring; dan (6) mengevaluasi hasil pembelajaran individu.
Menurut Haris Mudjiman (2005 : 120) belajar mandiri memiliki tiga tahap pelaksanaan, yaitu tahap pengembangan motivasi, tahap pembelajaran, dan tahap refleksi. Sehingga keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk belajar mandiri adalah keterampilan yang diperlukan untuk mengerjakan setiap tahap belajar mandiri. Pada tahap pengembangan motivasi, keterampilan yang perlu dikuasai adalah
keterampilan
menumbuhkan
self-motivation.
Untuk
dapat
menumbuhkan self-motivation diperlukan beberapa keterampilan, seperti: (1) Kemampuan mengetahui detail dari kegiatan; (2) kemampuan menganalisis dan menyimpulkan bahwa kegiatan sesuai dengan kebutuhan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
dan terjangkau; (3) kemampuan menikmati pengalaman belajar; (4) kemampuan melakukan penilaian secara objektif. Pada tahap pembelajaran, keterampilan yang perlu dikuasai adalah keterampilan dasar penelitian, yang meliputi: (1) Keterampilan merumuskan masalah; (2) keterampilan menetapkan tujuan belajar; (3) keterampilan menetapkan strategi; (4) keterampilan menetapkan jenis informasi yang di perlukan; (5) keterampilan mengidentifikasi sumber informasi; (6) keterampilan mencari informasi; (7) keterampilan menganalisis informasi; (8)
Keterampilan
merumuskan
hasil
analisisnya;
(9)
keterampilan
mengkomunikasikan hasil belajarnya; (10) kemampuan menilai pada kegiatan akhir belajar. Pada tahap refleksi, keterampilan yang diperlukan antara lain: (1) kemampuan menentukan kebenaran dan kesalahan; (2) kemampuan menerima kesalahan sebagai sesuatu yang wajar; (3) kemampuan menggunakan kesalahan untuk perbaikan; (4) kemampuan menerima keberhasilan bukan untuk kebanggaan namun sebagai kenyataan untuk dipahami untuk ditingkatkan pada proses berikutnya. Seluruh keterampilan di atas harus ditumbuhkan oleh guru dalam proses pembelajaran dengan melakukan berbagai strategi pembelajaran yang memungkinkan untuk berkembangnya seluruh keterampilan di atas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
3.
Mata Pelajaran IPS Sekolah Dasar a.
Pengertian IPS
Ilmu pengetahuan sosial sebagaimana diberikan oleh The NCSS (National Council for the Social Studies) Board of Diractors, menyatakan : Social studies is the integrated study of the social sciences and humanities to promote civics competence. Within the school program, social studies provides coordinated systematic study drawing upon such disciplines as anthropology, archeology, economics, geography, psychology, religion, and sociology, as well as appropriate content from the humanities, mathematics, and the natural sciences. The primary purpose of the social studies is to help young people develop the ability to make informed and reasoned decision for the public good as citizens of a culturally diverse, democratic society in an interdependent world ( NCSS Board of Direktors, 1993:213) Ilmu pengetahuan sosial merupakan program pendidikan yang memiliki bahan pendidikan dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniti, yang diorganisir dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan (Muhamad Nu’man Soemantri, 1995:1). Menurut kurikulum pendidikan dasar 2004 IPS adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari kenyataan sosial dalam kehidupan yang didasarkan pada kajian geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, tata negara, dan sejarah. Melalui mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar para siswa diharapkan dapat memiliki pengetahuan dan wawasan tentang konsep-konsep dasar ilmu sosial dan humaniti, memiliki kepekaan dan kesadaran terhadap masalah sosial di lingkungannya, serta memiliki keterampilan mengkaji dan memecahkan masalah sosial. Melalui mata pelajaran IPS diharapkan para siswa dapat terbina menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
b. Materi IPS SD Materi pendidikan IPS di SD sebagaimana dikatakan oleh Saidihardjo (1997 : 4) adalah : Pendidikan IPS untuk pendidikan dasar dan menengah sumber bahannya adalah disiplin ilmu-ilmu sosial seperti yang disajikan pada tingkat universitas. Hanya karena pertimbangan tingkat kecerdasan, kematangan jiwa peserta didik, maka bahan pendidikannya disederhanakan, diseleksi, diadaptasi, dan dimodifikasi untuk tujuan institusional pendidikan dasar dan menengah. Menurut Zamroni (2003 : 5) bahwa IPS adalah ilmu yang mempelajari apa yang terjadi disekitar kita baik seorang individu maupun sebagai warga kelompok masyarakat. Karena berkaitan dengan ”kita” maka kajian IPS harus realistis. IPS baru perlu dirumuskan suatu kajian perilaku manusia yang berkaitan dengan berbagai latar belakang yang melingkupinya secara objektif rasional dan realistis. Menurut Saidihardjo (2003 : 3) IPS untuk pendidikan dasar yaitu hasil penyederhanaan, adaptasi, seleksi, dan modifikasi dari konsep dasar ilmuilmu sosial yang disusun secara sistematis dan pedagogis untuk tujuan pendidikan dasar dan menengah dalam rangka mewujudkan tujuan nasional yang berdasarkan Pancasila. Menurut Colin Marsh (1991: 10) ”social studies is the study of people as social beings as they have existed and interacted with each other and the environment in the time and place”. Ilmu sosial adalah ilmu tentang manusia dan interaksi antar mereka antara yang satu commit towaktu user mereka berada dan tempat. Ilmu dengan yang lain dan lingkungan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
pengetahuan Sosial adalah program pendidikan yang mengintegrasikan secara interdisipliner konsep-konsep ilmu sosial dan humaniora (Suwarso, dkk. 2007: 1). c.
Tujuan IPS
Tujuan utama IPS adalah membantu para siswa untuk berpikir kritis atau ”critical thinking” agar mampu mengambil keputusan secara rasional dengan dasar informasi yang cukup. Dalam kaitannya dengan masalah sosial yang hasilnya tidak hanya untuk pribadi, keluarga, tetapi juga berguna bagi masyarakat bangsa dan negara. Menurut Saidihardjo tujuan IPS adalah agar siswa memahami dan menghargai nilai, norma, dan budaya suatu masyarakat setempat dan memupuk kesadaran siswa terhadap hak dan kewajiban. Orang yang berpikir kreatif diharapkan lebih cepat menemukan pemecahan masalah baru terhadap problem yang dihadapi (Noeng Muhadjir, 2001 : 56). Dengan belajar IPS diharapkan siswa memiliki kemampuan analisis sosial yakni mampu mendeteksi dan mempunyai pemahaman tentang perasaan, motif dan kepribadian orang lain. 4. a.
Ketuntasan Belajar
Pengertian Belajar Tuntas
Belajar tuntas (Mastery learning) adalah suatu sistem belajar yang mengharapkan sebagian besar siswa dapat menguasai tujuan instruksional dari satuan atau unit-unit pelajaran secara tuntas. Achdiat dkk. (2000) menjelaskan bahwa maksud utama belajar tuntas adalah memungkinkan 75 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
% sampai 90 % siswa untuk mencapai hasil belajar yang sama tingginya dengan kelompok terpandai dalam pengajaran klasikal. Dengan demikian makna belajar tuntas adalah meningkatkan efisiensi belajar meningkatkan minat belajar, meningkatkan kemandirian belajar, dan meningkatkan sikap siswa yang positif terhadap bahan pelajaran yang dipelajarinya melalui metode belajar pada kesatuan kelas. Pada belajar tuntas siswa harus mencapai suatu tingkat penguasaan tertentu terhadap tujuan instruksional dari
satuan
pembelajaran
tertentu
sebelum
melanjutkan
kesatuan
pembelajaran berikutnya. Carroll (dalam Winkel, 2000) mengembangkan suatu model belajar yang antara lain bertitik tolak pada kemampuan intelektual siswa sebagai indikasi untuk belajar menurut kecepatan tertentu, bukan untuk indikasi tingkat keberhasilan belajar yang dapat dicapai oleh siswa. Senada dengan pendapat Carroll, James H Black (Dalam Warji R, 1983) mengatakan bahwa setiap siswa dapat menguasai bahan atau materi pelajaran tetapi waktu yang ditentukan tidak sama. Jika dikaitkan pendapat Carroll dan Black maka tampak ada kesamaan pendapat yaitu untuk menguasai atau tuntas suatu bahan pelajaran diperlukan waktu yang berbeda-beda bagi setiap siswa. Apabila siswa disediakan cukup waktu dan diberi pelayanan yang tepat yang meliputi kesempatan belajar, kualitas pembelajaran, maka setiap siswa akan mampu menguasai bahan pelajaran yang diberikan. Sistem belajar tuntas telah terintegrasi dalam kurikulum, yang commit to jumlah user siswa menguasai ≤ 75 % tujuan dinyatakan bahwa jika ≥ 85 % dari
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
yang disajikan, maka diadakan pengayaan dan jika belum menguasai tujuan yang disajikan maka diadakan perbaikan. Menurut Bloom dalam buku Mastery Learning (Siswoyo, 1981:21) berpendapat bahwa : “ Mastery learning dipandang sebagai kemampuan siswa untuk menyerap inti dan pengajaran yang telah diberikan kepadanya ke dalam suatu keseluruhan.” Amparo S. Lardizibal (2000: 179) mengemukakan : “mastery learning as a strategy for optimizing learning considers the individual capacity and need of the learner”. Mastery learning sebagai sebuah strategi untuk harapan yang lebih baik dalam pembelajaran kapasitas individu dan kebutuhan pembelajaran. Dari beberapa pengertian mastery learning dapat disimpulkan akan belajar tuntas yakni belajar tuntas adalah suatu kegiatan pembelajaran yang mengarahkan seluruh kemampuan agar materi pelajaran dapat dikuasai siswa secara penuh dalam waktu tertentu. b. Prinsip Belajar Tuntas Dasar prinsip dari mastery learning menurut Amparo S. Lardizabal (2000 : 180) adalah : 1) Unit belajar dipecah dalam komponen tingkah laku/sikap atau tugas-tugas; 2) Tugas pembelajaran menjadi suatu rangkaian yang pantas; 3) Frekuensi diagnosa dan peningkatan dari format evaluasi diberikan pada apa yang diajarkan; 4) Perbaikan yang pantas diberikan untuk mengatasi kelompok atau individu yang dinyatakan lemah melalui tes commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
formatif; 5) Siswa diberikan cukup waktu untuk memperoleh penguasaan; 6) Tugas belajar tuntas didasari pada basis standar faktor penentu yang dikriteriakan. Menurut Siswoyo (1981 : 3) faktor yang lebih prinsip dalam strategi mastery learning adalah pengembangan prosedur-prosedur umpan balik dan korektif (feed back and corrective procedures) pada berbagai taraf atau bagian dari proses belajar. Untuk umpan balik dapat dipakai lembaran kerja, ulangan-ulangan, pekerjaan rumah (PR), test formatif dan sebagainya. Test-test semacam itu dimaksudkan untuk menentukan apa yang telah dikuasai setiap siswa dalam satuan pelajaran, bab atau bagian dari mata pelajaran tertentu dan apa yang masih perlu dipelajarinya. c.
Kriteria Belajar Tuntas
Ketuntasan belajar merupakan target keberhasilan dari kegiatan belajar mengajar. Apakah materi yang disampaikan sampai berapa jauh dikuasai oleh siswa. Penilaian Acuan Patokan yang dipakai untuk mengukur ketuntasan belajar sebagaimana dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional tahun 2001 mentarget 75 % daya
serap materi yang disampaikan pada siswa,
dalam kurikulum nasional. Semenjak penerapan kurikulum 2006 mulai tahun ajaran 2007/2008 khususnya di Sekolah Dasar (SD) dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ketuntasan belajar dibuat oleh masing-masing lembaga commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
pendidikan dengan memperhatikan tingkat kesukaran, daya dukung, sarana dan prasarana. Ketuntasan belajar ini disebut Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan dibuat setiap indikator. Untuk dapat mengetahui ketuntasan belajar siswa tinggal membandingkan hasil ulangan atau test dengan standar KKM yang dibuat. Apabila nilai di bawah standar KKM maka siswa tersebut belum tuntas, apabila sama atau lebih tinggi dari standar KKM maka siswa tersebut dinyatakan sudah mencapai tuntas dalam belajar. B. Penelitian Yang Relevan Banyak penelitian terdahulu yang relevan berkaitan dengan strategi pembelajaran, kemandirian belajar, dan prestasi belajar, variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini relevan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kirno Suwanto pada tahun 2006, sistem pembelajaran sebagai upaya meningkatkan kemandirian belajar siswa di SDIT Nur Hidayah, menunjukkan hubungan yang positif antara pembelajaran dengan kemandirian belajar. Dwi Atmojo pada tahun 2002, topik penelitian pengaruh penggunaan strategi pembelajaran kooperatif dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar, menunjukkan pengaruh yang positif penggunaan strategi pembelajaran kooperatif dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar. Sukardi dan Anton Sukarno pada tahun 2001, dengan topik kemampuan profesional guru SD (Studi Korelasi antara Pengalaman, Pendidikan, dan sikap Profesional Guru), menunjukkan hubungan yang positif dan signifikan. Nurhilal, pada tahun 2008 dengan topik penelitian hubungan partisipasi siswa dalam PAKEM dan motivasi belajar dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
ketuntasan belajar IPA SD di Karanganyar Purbalingga, menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pembelajaran PAKEM dan motivasi belajar dengan ketuntasan belajar IPA di SD. Dari beberapa penelitian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk mencari hubungan antara partisipasi siswa dalam PAKEM dan kemandirian belajar dengan ketuntasan belajar khususnya pada mata pelajaran IPS. C. Kerangka Berfikir Berdasar latar belakang masalah, kajian teori dan penelitian-penelitian yang relevan, maka dapat disusun kerangka berpikir sebagai berikut : 1. Hubungan antara partisipasi siswa dalam PAKEM dengan ketuntasan belajar mata pelajaran IPS. Partisipasi siswa dalam PAKEM merupakan cara belajar yang menekankan siswa aktif dengan menggunakan media atau perangkat yang sudah dimodifikasi sehingga anak disamping belajar, aktif, ada rasa senang. Dengan rasa senang pada diri siswa akan memudahkan untuk menerima materi pelajaran sehinggga anak dapat menguasai keterampilan baik kognitif, afektif, dan psikomotor yang diharapkan, sehingga pada akhirnya ketuntasan belajar yang ditargetkan akan dapat tercapai. Guru dan proses pembelajaran merupakan dua hal yang memiliki keterkaitan sangat erat dan mutlak. Artinya guru akan lebih memiliki makna secara edukatif jika guru itu mampu melakukan proses pembelajaran yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
baik, tepat, akurat serta relevan dengan fungsi dan prinsip pendidikan. Untuk mewujudkan idealisme pendidikan itu tidak cukup diimbangi dengan pembelajaran yang efektif, melainkan perlu pembelajaran yang efisien. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang mampu menambah wacana atau khasanah pengetahuan baru bagi siswa. Sedangkan pembelajaran yang efisien adalah pembelajaran di samping dapat menambah pengetahuan atau informasi baru bagi siswa, pembelajaran itu menyenangkan dan menggairahkan siswa selama proses pembelajaran. 2. Hubungan antara kemandirian belajar dengan ketuntasan belajar mata pelajaran IPS. Kemandirian belajar siswa dapat dilihat dari kemampuannya dalam melaksanakan tiga kegiatan belajar, yaitu (1) kemampuan untuk memotivasi diri; (2) kemampuan teknis dalam melakukan kegiatan belajar mandiri; dan (3) kemampuannya dalam merefleksi kegiatan belajar yanag telah dilakukannya dalam rangka untuk meningkatkan kemandirian siswa untuk belajar dapat dilakukan dengan berbagai cara. Dengan kemandirian belajar yang telah dimilikinya akan mendorong siswa untuk melakukan sesuatu dengan penuh kesadaran dan keberartian. Siswa menyadari bahwa kebutuhan belajar penting untuk dirinya sendiri bukan untuk kepentingan orang lain. Dalam konteks pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan atau Pembelajaran Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tidak hanya menuntut guru untuk melakukan inovasi pembelajaran melainkan juga commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
menuntut siswa untuk melakukan cara belajar siswa aktif (CBSA). Dengan CBSA dituntut siswa memiliki motivasi belajar yang optimal sehingga dapat menumbuhkan kemandirian belajar siswa. 3. Hubungan antara partisipasi siswa dalam PAKEM, kemandirian belajar dengan ketuntasan belajar mata pelajaran IPS. Partisipasi siswa dalam PAKEM merupakan suatu cara pembelajaran yang menuntut siswa aktif, dan adanya rasa senang, sehingga siswa tidak merasa bosan untuk belajar. Dengan berbagai media, peraga, perangkat dan lain-lain. Hal ini dapat menimbulkan kesenangan belajar siswa. Di samping partisipasi siswa dalam PAKEM tidak kalah pentingnya kemandirian belajar yang mendorong siswa untuk mengembangkan motivasi, pembelajaran, dan refleksi yang diperlukan untuk melakukan keterampilanketerampilan yang diperlukan untuk melakukan sesuatu kegiatan belajar secara sendirian maupun dengan bantuan orang lain berdasarkan motivasinya sendiri untuk menguasai sesuatu kompetensi tertentu. Dalam kegiatan pembelajaran seorang guru senantiasa berupaya agar materi yang disampaikan atau dipelajari dapat dikuasai siswa secara optimal. Untuk itu, partisipasi siswa dalam PAKEM dan kemandirian belajar merupakan dua faktor yang diduga secara bersama-sama memiliki hubungan positif dengan ketuntasan belajar mata pelajaran IPS SD. Salah pembelajaran
satu adalah
persyaratan
yang
penting
kemampuan guru commit to user
dalam
menjalankan
melaksanakan suatu
proses
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
pembelajaran yang bermakna bagi semua siswa. Acuan proses pembelajaran bukan saja harus melihat pada kondisi kini, namun juga pada masa yang akan datang, bagi siswa usia pendidikan dasar. Pembelajaran yang diberikan perlu disesuaikan pada taraf perkembangan, tingkat pertisipasi dan kemandirian belajarnya. D. Pengajuan Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka dalam penelitian ini peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut : 1. Ada hubungan positif yang signifikan antara partisipasi siswa dalam PAKEM dengan ketuntasan belajar IPS, 2. Ada hubungan positif yang signifikan antara kemandirian belajar dengan ketuntasan belajar IPS, 3. Ada hubungan positif yang signifikan antara partisipasi siswa dalam PAKEM dan kemandirian belajar secara bersama-sama dengan ketuntasan belajar IPS.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 1 Pejagoan UPT Dinas Pendidikan Pemuda Dan Olahraga Kecamatan Pejagoan Kabupaten Kebumen. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini membutuhkan waktu penyelesaian selama kurang lebih 10 bulan dimulai dari observasi awal, penyusunan proposal, penyusunan instrumen, uji coba alat ukur, pelaksanaan penelitian sampai pengolahan data dan penyusunan laporan:
A. Metode Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian di atas, metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasional yaitu suatu peneltian yang bertujuan mendeteksi seberapa jauh variasi-variasi suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefesien korelasi (Suryabrata, 1981: 24). Variabel penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Variabel Bebas (Variabel Prediktor) a. Partisipasi Siswa Dalam PAKEM (X1) b. Kemandirian Belajar IPScommit (X2) to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
2. Variabel Terikat (Variabel Respons) -
Ketuntasan Belajar IPS
(Y)
Populasi dan Sampel Populasi adalah sekelompok individu yang akan diteliti atau diselidiki dalam suatu penelitian (Sugiyono, 1997). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SDN 1 Pejagoan Kabupaten Kebumen, yang berjumlah 220 siswa. Sampel adalah bagian dari populasi, sampel yang dipakai itu diteliti agar dapat mewakili jumlah populasi. Apabila jumlah populasi kurang dari 100, sebaiknya diambil semua sebagai sampel sehingga penelitiannya bersifat total. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar, maka dapat diambil 10%-15% atau lebih besar dari itu (Arikunto, 1996). Sejalan dengan hal tersebut, populasi dalam penelitian ini berjumlah 220, yaing terdiri dari tingkatan kelas 1 sampai kelas VI. Sampel diambil siswa kelas V yang berjumlah 40 siswa. Sampling adalah teknik yang dipergunakan untuk mengambil sampel. Adapun teknik sampling ada 2 macam, yaitu teknik non random sampling dan teknik random sampling. Dalam penelitian ini digunakan teknik cluster random sampling atau area sampling artinya pengambilan sampel yang didasarkan atas ciori-ciri kelompok tertentu atau sifat tertentu yang ada pada tingkat kelas dan dengan memberi kebebasan yang sama kepada setiap anggota populasi untuk menjadi anggota sampel dengan cara mengundi kelas yang diambil sebagai sampel penelitian. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
B. Teknik Pengumpulan Data
1. Angket partisipasi siswa dalam PAKEM dan Kemandirian belajar. Angket partisipasi siswa dalam PAKEM terdiri dari 50 item. Data untuk kemandirian belajar IPS diperoleh melalui angket. Angket partisipasi siswa dalam PAKEM sebanyak 50 item dan angket kemandirian belajar sebanyak 50 item dan Tes ketuntasan belajar IPS sebanyak 50 item. Validitas ietem angket digunakan korelasi Product Moment dari Pearson, sedang reliabilitas item angket digunakan Alpha Cronbach. 2. Metode Test Metode test digunakan untuk mengetahui nilai ketuntasan belajar IPS berdasarkan kisi-kisi pemberian skor terhadap tes kompetensi belajar IPS.
E. Teknik Analisis Data Untuk menguji hipotesis (1) yang berbunyi “ada hubungan positif yang signifikan antara partisipasi siswa dalam PAKEM dan ketuntasan belajar IPS”, dan hipotesis (2) yang berbunyi “ada hungan positif yang signifikan antara kemandirian belajar dengan ketuntasan belajar IPS, digunakan teknik analisis regresi dan korelasi sederhana atau sering disebut korelasi Product Moment. Untuk menguji hipotesis (3) yang berbunyi “ada hubungan positif yang signifikan antara PAKEM dan kemandirian belajar dengan ketuntasan belajar IPS digunakan teknik analisis regresi linier. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
F. Hipotesis Statistik Dalam penelitian ini hipotesis statistik adalah sebagai berikut : 1. Hipotesis (1) a. Ho : ry 1 P = 0 Tidak ada hubungan yang signifikan antara partisipasi siswa dalam PAKEM dengan ketuntasan belajar IPS. b. Hi : RY 1 P > 0 Ada hubungan yang signifikan antara partisipasi siswa dalam PAKEM dengan ketuntasan belajar IPS. 2. Hipotesis (2) a. Ho : ry 2 P = 0 Tidak
ada
hubungan
yang
signifikan
antara
kemandirian belajar dengan ketuntasan belajar IPS. b. Hi : RY 2 P > 0 Ada hubungan yang signifikan antara kemandirian belajar dengan ketuntasan belajar IPS.
3. Hipotesis (3) a. Ho : ry 2 P = 0 Tidak
ada
hubungan
yang
signifikan
antara
kemandirian belajar dan partisipasi siswa dalam PAKEM dengan ketuntasan belajar IPS. b. Hi : RY 2 P > 0 Ada hubungan yang signifikan antara kemandirian belajar dan partisipasi siswa dalam PAKEM dengan ketuntasan belajar IPS
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
BAB IV HASIL PENELITIAN Skor Partisipasi Siswa dalam PAKEM Data partisipasi siswa dalam PAKEM secara keseluruhan memiliki rentangan (range) 45, dengan skor terendah 91, dan skor tertinggi 136. Data partisipasi siswa dalam PAKEM mempunyai skor rata-rata (mean) sebesar 113,2; modus sebesar 91; median sebesar 114; varians sebesar 216,16; dan simpangan baku standar deviasi) sebesar 14,7 (nilai-nilai statistik ini perhitungannya dilakukan dengan komputer dengan program SPSS versi 15
1. Skor Kemandirian Belajar Data skor kemandirian belajar siswa secara keseluruhan memiliki rentangan (range) 40, dengan skor terendah 92, dan skor tertinggi 132. Kemandirian belajar mempunyai skor rata-rata (mean) sebesar 112,6; modus sebesar 95; median sebesar 113,5; varians sebesar 227,6; dan simpangan baku (standar deviasi) sebesar 15,1 (nilai-nilai statistik ini perhitungannya dilakukan dengan komputer program SPSS versi 15
3. Ketuntasan belajar IPS Data ketuntasan belajar IPS siswa yang memiliki secara keseluruhan memiliki rentangan (range) 48, dengan skor terendah 50, dan skor tertinggi 98. Ketuntasan belajar IPS commit siswa dalam kelompok ini mempunyai skor ratato user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
rata (mean) sebesar 76,3; modus sebesar 78; median sebesar 78; varians sebesar 127,8; dan simpangan baku (standar deviasi) sebesar 11,3 (nilai-nilai statistik ini perhitungannya dilakukan dengan computer program SPSS
A. Pengujian Persyaratan Analisis 1. Uji Normalitas Data a. Hasil uji normalitas data partisipasi siswa dalam PAKEM Perhitungan uji normalitas data dengan menggunakan uji Kolmogrov Smirnov pada data partisipasi siswa dalam PAKEM siswa dapat dilihat pada lampiran 12. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,808 lebih besar dari α (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa data partisipasi siswa dalam PAKEM berasal dari data populasi yang berdistribusi normal. b. Hasil uji normalitas data kemandirian belajar siswa Perhitungan uji normalitas data dengan menggunakan uji Kolmogrov Smirnov pada data kemandirian belajar siswa dapat dilihat pada lampiran 12. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,100 lebih besar dari α (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa data kemandirian belajar siswa yang berasal dari data populasi yang berdistribusi normal. c. Hasil uji normalitas data ketuntasan belajar IPS siswa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
Perhitungan uji normalitas data dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov pada data ketuntasan belajar IPS siswa dapat dilihat pada lampiran 12. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai asymptotic signivicance sebesar 0,808 lebih besar dari α (0,05). 2. Uji Linieritas Uji linieritas dalam penelitian ini menggunakan uji Lagrange Multiplier. Criteria pengujian adalah model regresi dikatakan linier jika x 2 dengan taraf signifikansi diperoleh x2
hitung
hitung
< x2
tabel
= 0,05. Hasil perhitungan pada lampiran 13
sebesar 21,4 lebih kecil dari x2
tabel
yaitu 55,2585. Dengan
demikian model regresi adalah model linier. Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah hipotesis hubungan skor partisipasi siswa dalam PAKEM dan skor kemandirian belajar siswa dengan ketuntasan belajar IPS. Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan uji korelasi dan regresi. Hasil perhitungan uji korelasi dan regresi dapat dilihat pada lampiran 16 sampai dengan lampiran 18. Berdasarkan hasil analisis dapat dirangkum pada tabel 4.4.
Tabel 4.4 Rangkuman Hasil Analisis Pengujian
rhitung
rtabel
Keterangan
Hubungan partisipasi siswa dalam PAKEM dengan ketuntasan belajar pada mata pelajaran IPS Hubungan kemandirian belajar siswa dalam
0,616
0,312
Signifikan
0,677
0,312
Signifikan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
PAKEM dengan ketuntasan belajar pada mata pelajaran IPS Hubungan partisipasi siswa dalam PAKEM dan kemandirian belajar dengan ketuntasan belajar pada mata pelajaran IPS F hitung = 21,290 F tabel = 3,23
0,731
0,312
Signifikan
Hipotesis yang ditetapkan dalam penelitian ini sebagaimana yang tertulis pada akhir Bab II adalah sebagai berikut: 1. Hubungan antara partisipasi siswa dalam PAKEM dengan ketuntasan belajar pada mata pelajaran IPS. Untuk menguji hipotesis yang menyatakan ada hubungan positif yang signifikan antara antara partisipasi siswa dalam ketuntasan belajar IPS digunakan analisis korelasi. Berdasarkan hasil perhitungan analisis korelasi (lampiran 15), diperoleh nilai rhitung = 0,616. Hasil perhitungan ini kemudian dikonsultasikan dengan r tabel dengan taraf signifikansi α = 0,05 dengan df = 40 diperoleh rtabel 0,312. Jadi rhitung > rtabel (0,616 > 0,312), sehingga dapat diinterpretasikan bahwa ada hubungan yang positif signifikan antara partisipasi siswa dalam PAKEM dengan ketuntasan belajar IPS. Hal ini menunjukkan jika variabel X1 naik, maka variabel Y naik atau berarti jika semakin tinggi partisipasi didwa dalam PAKEM maka semakin tinggi keruntasan hasil belajar IPS. 2. Hubungan antara kemandirian belajar siswa dengan ketuntasan belajar pada mata pelajaran IPS.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
Untuk menguji hipotesis yang menyatakan ada hubungan positif yang signifikan antara kemandirian belajar siswa dengan ketuntasan belajar IPS digunakan analisis korelasi, diperoleh nilai r
hitung
= 0,677 (lampiran16). Hasil
perhitungan ini kemudian dikonsultasikan dengan r tabel dengan taraf signifikansi α = 0,05 dengan df = 40 diperoleh r
tabel
0,312. Jadi r hitung > r tabel
(0,677 > 0,312), sehingga dapat dikatakan ada hubungan yang positif signifikan antara kemandirian belajar siswa dengan ketuntasan belajar IPS. Hal ini menunjukkan jika variabel X2 naik, maka variabel Y naik atau berarti jika semakin tinggi kemandirian belajar siswa maka semakin tinggi keruntasan hasil belajar IPS. 3. Hubungan antara partisipasi siswa dalam PAKEM dan kemandirian belajar siswa secara bersama-sama dengan ketuntasan belajar pada mata pelajaran IPS. Untuk menguji hipotesis yang menyatakan ada hubungan positif yang signifikan antara partisipasi siswa dalam PAKEM dan kemandirian belajar siswa dengan ketuntasan belajar IPS digunakan analisis regresi linier, diperoleh nilai r
hitung
= 0,731 (lampiran16). Hasil perhitungan ini kemudian
dikonsultasikan dengan r tabel dengan taraf signifikansi α = 0,05 dengan df = 40 diperoleh r
tabel
0,312. Jadi r
hitung
>r
tabel
(0,731 > 0,312), sehingga dapat
dikatakan ada hubungan yang positif signifikan antara partisipasi siswa dalam PAKEM
dan kemandirian belajar siswa dengan ketuntasan belajar IPS.
Signifikansi tersebut juga dapat dilihat dari hasil uji F dimana diperoleh Fo commit to user sebesar 21.290 lebih besar dari f tabel pada signifikansi α = 0,05 dengan df =
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
(2,37) yaitu 3,23. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara partisipasi siswa dalam PAKEM dan kemandirian belajar siswa dengan ketuntasan belajar IPS. Hal ini menunjukkan jika variabel X1 dan X2 naik, maska variabel Y naik atau berarti jika semakin tinggi partisipasi siswa dalam PAKEM dan kemandirian belajar siswa maka semaikan tinggi ketuntasan belajar IPS. Hasil analisis regresi ganda yang menunjukan hubungan antara partsisipasi siswa dalam PAKEM dan kemandirian belajar siswa dengan ketuntasan belajar IPS dapat dilihat pada lampiran 18 dengan hasil sebagai berikut. Tabel 4.5 Hasil Analisis Regresi Linier Coefficients a Dependent Vartabel: Ketuntasan Belajar IPS Coeffi ci entsa
Model 1
(Constant) x1 x2
Unstandardized Coef f icients B St d. Error 4.545 11.160 .267 .108 .368 .105
St andardized Coef f icients Beta .338 .482
t .407 2.467 3.519
Sig. .686 .018 .001
a. Dependent Variable: y
Dari hasil analisis regresi linier pada tabel 4.5 dapat dibuat persamaan sebagai berikut : Y = 4,545+ 0,267X1 + 0,368X2 Interpretasi persamaan tersebut adalah: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
a
digilib.uns.ac.id 42
= 4,545 artinya bahawa nilai ketuntasan belajar IPS sebesar 4,545 jika variabel partisipasi siswa dalam PAKEM dan kemandirian belajar bernilai nol.
b1
= 0,267 artinya bahawa nilai ketuntasan belajar IPS akan meningkat sebsar 0,267 jika variabel partisipasi siswa dalam PAKEM meningkat dalam 1 satuan dengan asumsi bahwa kemandirian belajar bernilai konstan.
b2
= 0,368 artinya bahawa nilai ketuntasan belajar IPS akan meningkat sebesar 0,368 jika variabel kemandirian belajar siswa meningkat 1 satuan dengan asumsi bahwa variabel partisipasi siswa dalam PAKEM bernilai konstan.
Berdasarkan hasil perhitungan analisis regresi ganda dapat ditentukan sumbangan relatif dan sumbangan efektif dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa sumbangan relatif variabel partisipasi siswa dalam PAKEM terhadap ketuntasan belajar IPS adalah sebesar 42% lebih kecil dari sumbangan relatif variabel kemandirian belajar yaitu sebesar 58%. Demikian juga untuk sumbangan efektif variabel partisipasi siswa dalam PAKEM terhadap ketuntasan belajar IPS adalah sebesar 22,5% lebih kecil dari sumbangan efektif variabel kemandirian belajar yaitu sebesar 31%. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan partisipasi siswa dalam PAKEM secara efektif commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
akan meningkatkan nilai ketuntasan belajar IPS dengan peningkatan sebesar 22,5%, sedangkan peningkatan kemandirian belajar siswa secara efektif akan meningkatkan nilai ketuntasan belajar IPS dengan peningkatan sebsar 31%. Dengan demikian variabel kemandirian belajar siswa dalam PAKEM akan memberikan kontribusi yang lebih besar dalam meningkatkan nilai ketuntasan belajar IPS. B. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian dengan analisis korelasi dan regresi sebagaimana terlihat dalam pengujian hipotesis di atas dapat dikemukakan pembahasan sebagai berikut : Hasil menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara partisipasi siswa dalam PAKEM dengan ketuntasan belajar pada mata pelajaran IPS. Berdasarkan hasil perhitungan analisis korelasi, diperoleh nilai r
hitung
=
0,616. Hasil perhitungan ini kemudian dikonsultasikan dengan r tabel dengan taraf signifikansi α = 0,05 dengan df = 40 diperoleh r tabel 0,312. Jadi r hitung > r tabel (0,616 > 0,312), dan berdasarkan perhitungan sumbangan efektif partisipasi siswa dalam PAKEM dengan ketuntasan belajar IPS sebesar 22,5%. Hal ini dapat dikatakan bahwa pembelajaran dengan model PAKEM dan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran IPS dapat dikatakan bahwa telah terjadi peningkatan yang berarti terhadap ketuntasan belajar. IPS. Peningkatan ini disebabkan dalam pembelajaran model PAKEM bersifat student centered dimana siswa terlibat secara aktif, kreatif, efektif dan commit to user menyenangkan dalam proses pembelajaran sehingga belajar akan lebih bermakna
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
dan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Salah satu alasan mengapa siswa dapat belajar dengan baik adalah mereka terlibat langsung dan merasa senang mengikuti proses pembelajaran tersebut sebagaimana diutarakan oleh Soediono dkk (2003: 34) bahwa pembelajaran yang tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakekat belajar. Demikian pula dengan apa yang diutarakan oleh Tate Qomarudin ( 2005: 19) bahwa menabur kegembiraan dan keceriaan pada anak akan membuatnya mampu mengfaktualisasikan kemampuannya dan bentuk yang sempurna. Partisipasi siswa dalam PAKEM merupakan cara belajar yang menekankan siswa aktif dengan menggunakan media atau perangkat-perangkat yang sudah dimodifikasi sehingga anak disamping belajar, aktif ada rasa senang. Partisipasi siswa dalam PAKEM atau pola pembelajaran menjadi faktor penting di dunia pendidikan. Hal ini di duga ada hubungan-hubungan positif antara partisipasi siswa dalam PAKEM dengan ketuntasan belajar pada mata pelajaran IPS. Di samping itu hasil menunjukkan bahwa ada hubungan antara kemandirian belajar siswa dengan ketuntasan belajar pada mata pelajaran IPS Berdasarkan hasil perhitungan analisis korelasi, diperoleh nilai r
hitung
0,677 (lampiran 6). Hasil perhitungan ini kemudian dikonsultasikan dengan r
=
tabel
dengan taraf signifikansi = 0,05 dengan df = 40 diperoleh r tabel 0,312. Jadi r hitung > r
tabel
(0,677 > 0,312), dan berdasarkan perhitungan sumbangan efektif
kemandirian belajar siswa dengan ketuntasan belajar IPS sebesar 31%. Hal ini commitdengan to userpengembangan kemandirian belajar dapat dikatakan bahwa pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
siswa dalam pembelajaran IPS dapat dikatakan bahwa telah terjadi peningkatan yang berarti terhadap ketuntasan belajar. IPS. Peningkatan ini disebabkan dalam
proses pembelajaran
IPS dengan
kemandirian belajar siswa akan lebih berdisiplin dan mampu meningkatkan prestasi
belajar siswa. Salah satu alasan mengapa siswa dikembangkan
kemandirian belajar dengan baik adalah mereka terlibat langsung dan berusaha meningkatkan tanggung jawab untuk mengambil berbagai keputusan dalam usaha belajarnya sebagaimana diutarakan oleh Mardziah Hayati Abdullah (2001: 2) bahwa pengembangan kemandirian belajar siswa sebagai pemilik tanggung jawab dari proses pembelajaran yang mereka lakukan sendiri. Demikian pula dengan apa yang diutarakan oleh Haris Mujiman ( 2005: 19) bahwa belajar mandiri memiliki tiga tahap, yaitun tahap pengembangan motivasi, tahap pembelajaran dan tahap refleksi. Bagi anak SD kemandirian merupakan faktor psikologis yang fundamental, sebab sebagai jembatan untuk lepas dari ikatan emosional orang lain. Bagi mereka kemandirian yang kuat akan menjadi dasar bagi kemandirian pada masa remaja, dewasa dan seterusnya. Bahkan pentingnya kemandirian yang diperoleh anak terkait dengan pencapaian identitas diri kelak pada masa remaja. Oleh karena itu anak usia SD harus mulai dengan gigih dalam memperjuangkan kemandirian, termasuk didalamnya adalah kemandirian belajar. Kemandirian belajar
pada diri anak dapat mendorong dan menciptakan kegiatan belajar
mengajar lebih efektif. Sehingga materi pelajaran akan lebih mudah dan cepat commit to userapabila kemandirian belajar siswa diserap dan dikuasainya, namun sebaiknya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
lemah kegiatan belajar mengajar akan kurang berkembang yang akibatnya tujuan pembelajaran tidak dapat tercapai secara optimal. Dalam kegiatan belajar mengajar, apabila ada siswa tidak berbuat sesuatu yang seharusnya dikerjakan, perlu diselidiki sebabnya, dan sebab itu biasanya bermacam-macam, mungkin ia tidak senang, sakit, lapar, ada problem pribadi, dan lain-lain. Hal itu berarti pada diri anak tidak terjadi motivasi, tidak terangsang afeksinya untuk melakukan sesuatu karena tidak memiliki tujuan atau kebutuhan belajar. Keadaan semacam itu perlu dicari sebab-sebab dan kemudian mendorong seseorang siswa itu untuk melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan, yakni belajar. Dengan kata lain, siswa itu perlu diberi rangsangan agar tumbuh motivasi pada dirinya, atau singkatnya perlu ditingkatkan kemandirian belajarnya. Kemandirian merupkan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi tertentu sehingga siswa mau belajar, dan bila ia tidak suka maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakan perasaan tidak suka itu. Kemandirian bisa dirangsang oleh faktor dari luar tetapi tumbuh dari dalam diri siswa. Dalam kegiatan belajar, kemandirian dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan menjamin kelangsungan kegiatan belajar tujuan yang dikehendaki oleh siswa dapat tercapai. Motivasi belajar sebagai faktor psikis yang berperan menumbuhkan gairah, rasa senang dan semangat. Siswa yang memiliki kemandirian kuat akan memiliki banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Sebagai contoh siswa diberi tambahan jam pelajaran IPS oleh gurunya pada waktu liburan akhir semester commit user kedua berkenaan sudah menjelang Testokenaikan kelas. Bagi siswa yang tertarik
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
dengan mata pelajaran ini akan tumbuh motivasinya bersemangat untuk datang dan
membawa
buku-buku
yang
diperlukan.
Mereka
sangat
antusias
memperhatikan materi pelajaran yang diberikan oleh gurunya. Hampir keseluruhan energi yang ada pada dirinya diperuntukan belajar IPS itu. Tapi bagi siswa yang tidak tertarik pada mata pelajaran IPS, tidak akan termotivasi dan tidak akan tumbuh sikap kemandirian belajarnya, apalagi untuk datang mengikuti jam tambahan pada waktu liburan. Seandainya mau datang mereka karena terpaksa oleh gurunya atau oleh orang tuanya. Siswa yang tidak memiliki kemandirian belajar IPS ini dalam mengikuti pelajaran tidak sepenuhnya energi yang ada dicurahkan untuk itu. Di kelas mereka tidak memperhatikan keterangan guru, enggan mencatat dan bahkan mengganggu siswa lain yang sedang belajar. Jadi ada atau tidaknya, besar kecilnya kemandirian belajar akan termanifestasikan dalam proses belajar. Temuan berikut dari penelitian ini adalah hubungan antara partisipasi siswa PAKEM dan kemandirian belajar siswa secara bersama-sama dengan ketuntasan belajar pada mata pelajaran IPS. Berdasarkan hasil analisis regresi linier, diperoleh nilai r hitung = 0,731. Hasil perhitungan ini kemudian dikonsultasikan dengan r
tabel
dengan taraf signifikansi = 0,05 dengan df = 40 diperoleh r tabel
0,312. Jadi r hitung > r tabel (0,731 > 0,312), sehingga dapat dikatakan ada hubungan positif yang signifikan antara partisipasi siswa dalam PAKEM dan kemandirian belajar siswa dengan ketentuan belajar IPS Partisipasi siswa dalam PAKEM merupakan satu cara pembelajaran yang commit to siswa user tidak merasa bosan untuk belajar menuntut siswa aktif dan senang.sehinga
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
karena pola PAKEM memungkinkan siswa belajar dengan cara bermain atau bermain untuk belajar.dengan berbagai media,peraga perangkat,dan lain-lain. Hal ini dapat menimbulkan kesenangan belajar bagi siswa. Dalam kegiatan belajar mengajar seorang guru berupaya agar materi yang di sampaikan atau dipelajari dapat dikuasai siswa. Untuk itu partisipasi siswa dalam PAKEM dan kemandirian belajar menjadi faktor yang secara bersama-sama memiliki hubungan positif dengan ketentuan belajar IPS. C. Keterbatasan Penelitian Meskipun telah belajar secara maksimal dalam melaksanakan penelitian ini, penulis menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan baik yang berkaitan dengan rancangan maupu prosedur pelaksanaan penelitian di antaranya sebagai berikut. Pertama, dalam melaksanakan angket partisipasi siswa dalam PAKEM dan kemandirian belajar pada saat peneliti sedang menjelaskan kepada siswa agar menjawab angket sejujur-jujurnya sesuai dengan keadaan atau apa yang mereka alami hasil angket tidak mepengaruhi nilai siswa. Namun penulis tidak tahu sesungguhnya apa siswa menjawab angket menjawab sebenarnya atau sejujurjujurnya. Kedua, dalam melaksanakan tes ketuntasan belajar IPS penulis hanya menggunakan bentuk pilihan ganda tidak sebagaimana teori evaluasi yang ada secara lengkap. Pengambilan nilai ketuntasan belajar IPS dengan tes pilihan ganda dengan maksud memudahkan penyelegaran maupun koreksi yang sudah mencakup materi yang luas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
Ketiga, banyak sedikitnya waktu berinteraksi juga akan mempengaruhi proses pembelajaran. Pertemuan yang dilakukan dalam melaksanakan penelitian belum dapat menciptakan jalinan yang akrab antara peneliti dengan subjek penelitian. Di samping itu, pelaksanaan model PAKEM memerlukan perangkat sarana dan prasarana yang ideal. Hal inipun akan berpengaruh pada hasil penelitian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN PENELITIAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa : 1.
Ada hubungan positif yang signifikan antara partisipasi siswa dalam PAKEM dengan ketuntasan belajar IPS. Berdasarkan hasil perhitungan analisis korelasi, menunjukkan hubungan positif yang signifikan. Hal ini berarti bahwa hubungan yang positif antara partisipasi siswa dalam PAKEM dengan ketuntasan belajar IPS bermakna bagi pembelajaran. Berdasarkan arah dan kuatnya hubungan, hal ini berarti proses pembelajaran dengan pendekatan model pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM) dapat mempengaruhi secara positif ketuntasan hasil belajar siswa.
2.
Ada hubungan positif yang signifikan antara kemandirian belajar siswa dengan ketuntasan belajar IPS. Berdasarkan hasil perhitungan analisis korelasi, menunjukkan hubungan positif yang signifikan. Hal ini berarti bahwa hubungan yang positif antara kemandirian belajar siswa dengan ketuntasan belajar IPS bermakna bagi pembelajaran. Berdasarkan arah dan kuatnya
hubungan,
hal
ini
berarti
commit to user
proses
pembelajaran
dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
mengembangkan kemandirian belajar dapat mempengaruhi secara positif ketuntasan hasil belajar siswa. 3.
Ketuntasan belajar IPS Ada hubungan yang signifikan antara partisipasi siswa dalam PAKEM dan kemandirian belajar bersama-sama dengan ketuntasan belajar IPS. Berdasarkan hasil analisis reregresi ganda menunjukkan adanya sumbangan yang signifikan dengan ketuntasan belajar IPS. Hal ini berarti bahwa hubungan yang positif antara partisipasi siswa dalam PAKEM dan kemandirian belajar dengan ketuntasan belajar IPS bermakna bagi pembelajaran. Berdasarkan arah dan kuatnya hubungan, hal ini berarti proses pembelajaran dengan menggunakan PAKEM dan mengambangkan kemandirian belajar siswa dapat mengoptimalkan ketuntasan hasil belajar IPS. B. Implikasi Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa partisipasi siswa dalam
PAKEM dan kemandirian belajar menjadi faktor yang memiliki hubungan positif dengan ketuntasan belajar IPS. Hubungan positif tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat partisipasi siswa dalam PAKEM dan makin tinggi kemandirian belajarnya maka ketuntasan hasil belajar IPS akan semakin baik. Seorang guru akan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik bila ia menguasai dan mampu melaksanakan keterampilan mengajar menggunkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
metode yang sesuai dengan pelajaran, tujuan dan pokok bahasan yang diajarkannya. Bahan belajar yang telah dikuasainya belum tentu dapat dicerna oleh siswa bila tidak disampaikan dengan baik. Dengan demikian guru perlu penguasaan terhadap metode-metode dan pendekatan yang dapat digunakan antara lain: penugasan, eksperimen, proyek, diskusi, widya wisata, tanya jawab, demonstrasi, bermain peran, latihan, ceramah, pameran, permainan, cerita dan simulasi serta pendekatan atau model pembelajaran inovatif yang dapat digunakan antara lain pembelajaran aktif, kreatif,efektif dan menyenangkan (PAKEM), contextual teaching learning (CTL), Jigsaw. Partisipasi aktif siswa dalam PAKEM dan kemandirian belajar yang tinggi akan mengoptimalkan siswa dalam meningkatkan ketuntasan hasil belajar IPS. Dalam kegiatan belajar mengajar seorang guru harus berupaya agar materi yang disampaikan dapat dikuasi siswa. Untuk itu, partisipasi siswa dalam PAKEM dan kemandirian
belajar menjadi faktor yang secara bersama-sama memiliki
hubungan positif dengan ketuntasan belajar IPS. Dengan melihat manfaat-manfaat yang diperoleh, maka penerapan model pembelajaran PAKEM yang mengoptimalkan partisipasi aktif siswa dan menumbuihkan kemandirian siswa dalam belajar akan meningkatkan ketuntasan hasil belajarnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
C. Saran 1. Bagi Guru Guru IPS perlu menerapkan pembelajaran PAKEM dalam menyampaikan materi pelajaran. Dengan penerapan metode ini, siswa diharapkan akan lebih bergairah dalam proses belajar dan mampu meningkatkan pemahamannya terhadap suatu pokok bahasan. Pada akhirnya ketuntasan belajar dapat dicapai secara optimal.
Guru
IPS
sebaiknya
meningkatkan partisipasi dan kemandirian belajar
siswanya dalam belajar
karena partisipasi dan kemandirian belajar yang
tinggi akan meningkatkan
prestasi dan ketuntasan belajarnya. 2. Bagi siswa Siswa harus selalu belajar dan berpartisipasi aktif dalam proses pembelajar Siswa harus bisa bekerjasama dengan siswa lain.Siswa mampu dan harus menumbuhkan kemandirian belajarnya untuk mencapai ketuntasan belajar IPS yang diharapkan 3. Bagi Sekolah Pihak sekolah seharusnya menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan nyaman serta memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengeluarkan dan mengembangkan ide-ide yang positif sehingga memudahkan mereka mencapai prestasi yang optimal.Sekolah harus menyediakan sarana dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
prasarana yang memadai demi kelancaran proses pembelajaran dan tercapainya tujuan bersama.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
Daftar Pustaka
Achdiat, Maman, dan Ngadiyono. (1980). Beberapa Catatan Tentang Mastery Learning. Jakarta : Depdikbud. Amparo S. Lardizabal. 2000. Principles and Methods of Teaching. Qoezon City. Phoenix Publishing House Inc. Ating Soemantra. 2006. Aplikasi Statistik Dalam Penelitian. Bandung : Pustaka Setia. Bambang Prasetyo. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta : PT. Raja Grafindo Perasada. Banks, James A. (1985). Teaching Strategis for The Social Studies. New York : Longman Bonwell. C. & Eison, J. Active learning: Creating Exitement in the Classroom AEHE-ERIC Higher Education Report No.1. Washington, D.C : Jossey Bass. http://en.wikipedia.org/wiki/active_learning (15-06-2009) Budiyono. 2004. Stastistika Untuk Penelitian. Surakarta : UNS Press. Depdiknas. 2001. Standar Pelayanan Minimal Penyelenggaraan SD. Jakarta. Depdiknas. 2004. Pedoman Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta : Dikmenum Depdiknas. Depdikbud. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta Djoko Saryono. 2007. Pembelajaran yang http://lubisgrafura:wordpress.com. Diakses Tanggal 20 Maret.
Menyenangkan.
Donagy. 2005. Pengembangan Pembelajaran Dengan Mastery Learning. Bandung : Jurnal Pendidikan. Durari, Moh. 2002. Model Belajar Mandiri PAKEM. Banyumas : Mitramas. Gagne, Robert M. 1976. The Conditions of Learning. Florida : Harper Collins Publishers. Ghozali Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang ISBN. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
Haris Mudjiman. 2008. Belajar Mandiri. Surakarta : UNS Press. Hiemstra. R. (1994). Self-directed learning. In T husen & T.N. Postlethhhwaite (Eds.) The International Encyclopedia of Education (second edition). Oxford: Pergamon Press. Reprinted here by permission. (net) __________ .1998. Advocacy and Self-directed Learning: A Potential Confluence for Enhanced Personal Empowermen. New York: elmira College Jarolimek, John. (1986). Social Studies In Elementary Education. New York: Macmillan Publ.Coy. Jerrold E Kemp. 1985. Planning and Pruducting Instructional Media. New Tork. Harper and Raw Publisher. Jeri Wennstrom, 2005. Proses Belajar Kreatif. http://www.handsofalchemy.com Joise, Brus, Marca Wail. 2003. Model of Theaching. Fifth Edition. New Delhi. Tren Teacer Hall. India Private Limited. Kurikulum SD. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Model IPS. Jakarta : Depdikbud. Knowles M.S. Pembelajaran Partisipatif. http://home.twcyny.ri.com/hiemstra/ (2010) Leonard Nadler, Zeace Nadler. 2003. Model Pembelajaran Self-Directed Learning. http://www.nwrel.org/planning/reports/self-direct/index.php Mardziah Hayati Abdullah. 2001. Self-Directed Learning. ERIC Digest. http://www.eriedigest.org/ (19-05-2009). Masrisingarimbun dan Sofian Effendi. (1995). Metode Penelitian Survei. Jakarta : LP3ES Mayer. M. 2004. “should there be a three-strikes rule against pure discovery learning ?. The case for guided methods of instruction” http://wikipedia.org/wiki/active_learning#column-one (22-04-2009) Muhamad Nu’man Soemantri. (1995). Memantapkan Jatidiri, Batang Tubuh dan Program Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (PIPS) di LPTK. Makalah disajikan dalam seminar mahasiswa program IPS SD S1 ke dua di IKIP Bandung Angkatan Pertama. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
Nana Sudjana. 1988. Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru. Nurul Zuriah. 2006. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Nung Muhajir, 2001. Makalah Seminar Nasional. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta Piccinin, S. 2000. Making Our Teaching more Student - Centered. http://www.wcer. wisc.edu/step/ep301/fall2000/tochonites/stu_cen.htm (12-06-2009) Radno Harsanto. 2007. Pengelolaan Kelas yang Dinamis. Yogyakarta : Kanisius Robertsj. 2007. Active learning http://schoolweb.missouri.edu/stoutland/elementary /active_learning.htm (20-05-2009) Robertson, Gladene and Hellmut Lang. 1985. Acknowledgement. University of Saskatchewan.
Instructional
Approaches
Saifudin Azwar. 2000. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Saidi Hardjo, 2003. Pengembangan Kurikulum Ilmu Pengetahuan Sosia. Jogjakarta : F IPS. UNY. Siswoyo, 1981. Belajar Tuntas. Jakarta : Erlangga. Soediono. Dkk. 2003. Paket Pelatihan Awal Menciptakan Masyarakat Peduli pendidikan Anak program Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Depdiknas, Unesco, Unicer dan Nzaid Suwarso. 2007. Hakekat Studi Sosial. Bandung : Alfabeta. Tate Qomarudin. 2005. Kiat Mempengaruh Jiwa dan Akal Anak. Bandung : Syaamil Cipta Media Wallace, Philip R. 1992. A Proposed Reconciliation of Conservative and Liberal Approach to Instructional Design. Australian journal of Educational Technology. Warji R. 1983. Program Belajar Mengajar Dengan Prinsip Belakar Tuntas, Surabaya : IDM. Wiyono, 1994. Hakekat Karakteristik Bidang Studi IPS. Pelatihan Metodologi commit to user Bidang Studi IPS bagi dosen PGSD P3GSD IBRD: LOAN 3496 - IND.