Ringkasan Eksekutif Sosial Ekonomi Kota Batu 2015 No. Publikasi
:35792.15.02
KatalogBPS
:4107.3579
UkuranBuku
:15 cm X 21 cm
JumlahHalaman : v + 74 Halaman Pengarah
:
Sri Kadarwati, S.Si., MT (Kepala BPS Kota Batu) Penyunting: Evy Trisusanti, S.Si., MT., M.Sc. (KepalaSeksiStatistikSosial) Naskah:
d
.i .go
Sri Iriantiningsih PW, SE (Statistisi Pertama)
ps b . Sri Iriantiningsih PW, SE (Statistisi taPertama) o k Diterbitkanoleh: tu a b / BadanPusatStatistikKota p:/ Batu t t h “Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya” GambarKulit:
RINGKASAN EKSEKUTIF SOSIAL EKONOMI KOTA BATU 2015 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
KATA PENGANTAR Dengan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Batu berhasil menyelesaikan publikasi Ringkasan Eksekutif Sosial Ekonomi Kota Batu 2015. Publikasi ini merupakan sebuah produk dari sebuah proses yang panjang dimulai dari perencanaan kegiatan, perekrutan petugas, pelaksanaan briefing petugas, pelaksanaan update blok sensus sampel, pencacahan rumah tangga sampel, pengolahan hasil pencacahan, pembuatan tabulasi data dan pembahasan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional 2014.
d
.i .go
uk t a /b
ps b . ota
Kualitas informasi yang dimuat dalam publikasi ini tentunya tidak terlepas dari peran serta masyarakat Kota Batu sendiri baik yang telah bersedia menjadi responden survei maupun yang bersedia membantu sebagai petugas survei. Sehingga melalui publikasi ini BPS Kota Batu dapat memenuhi kebutuhan publik atas data khususnya mengenai kondisi sosial ekonomi masyarakat Kota Batu di tahun 2014.
:/
p htt
Batu, September 2015 KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
Sri Kadarwati, S.Si., MT. NIP. 19660114 198802 2 001 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................... i DAFTAR ISI............................................................................... ii DAFTAR TABEL ........................................................................iv DAFTAR GAMBAR.....................................................................v LATAR BELAKANG................................................................ 1 TUJUAN ............................................................................... 2
d
.i .go
SISTEMATIKA PENYAJIAN .................................................... 3
ps b . ta o KERANGKA SAMPEL ............................................................ 6 k u t /ba......................................................... 7 RANCANGAN SAMPEL / : p htt METODE PENGUMPULAN DATA ......................................... 8 RUANG LINGKUP ................................................................. 4
PENGOLAHAN DATA ........................................................... 9 KONSEP DAN DEFINISI....................................................... 10 KEPENDUDUKAN ................................................................... 25 JUMLAH PENDUDUK ......................................................... 25 KELUARGA BERENCANA .................................................... 30 KESEHATAN ........................................................................... 35 BALITA ............................................................................... 43 PENDIDIKAN .......................................................................... 49 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
ii
ANGKA PARTISIPASI SEKOLAH (APS). ................................ 51 PENDIDIKAN TERTINGGI YANG DITAMATKAN. ................. 53 KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS ......................... 55 AKSES INTERNET ............................................................... 57 LOKASI/MEDIA MENGAKSES INTERNET ............................ 59 PERUMAHAN......................................................................... 61 PENGELUARAN PER KAPITA .................................................. 68 SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA ..................................... 72
d
.i .go
uk t a /b
ps b . ota
:/
p htt
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
iii
DAFTAR TABEL Tabel 1.
Persentase Penduduk 10 Tahun Ke Atas Menurut Status Perkawinan dan Jenis Kelamin, 2014 ....... 27
Tabel 2.
Beberapa Indikator Keluarga Berencana Kota Batu, 2013-2014.................................................. 30
Tabel 3.
Rata-rata Anak yang Dilahirkan Hidup dan Anak yang Masih Hidup per Wanita Usia 15-49 Tahun yang Pernah Kawin, Kota Batu, 2013-2014......... 34
Tabel 4.
d
Persentase Penduduk Dirinci Menurut Keluhan
.i .go
ps b . ota
Kesehatan yang Dialami Selama Sebulan yang Lalu dan Jenis Kelamin, Kota Batu, 2014 .................... 39 Tabel 5.
uk t a /b
Persentase Rumah Tangga menurut Sumber Air
:/
p htt
Minum yang Digunakan Masyarakat Kota Batu 2014 .................................................................... 64
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
iv
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3.
Gambar 4.
Gambar 5. Gambar 6.
Gambar 7.
Gambar 8.
Gambar 9.
Gambar 10.
Persentase Penduduk Kota Batu Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur, 2014 .............. 26 Persentase Perempuan Usia 15-49 Tahun menurut Kelompok Umur di Kota Batu 2014 28 Persentase usia kawin pertama penduduk perempuan usia 10 tahun ke atas yang berstatus pernah kawin Kota Batu 2014. ...... 29 Persentase Wanita Usia Subur Yang Sedang Menggunakan Alat KB Menurut Alat KB yang Digunakan,Kota Batu, 2014 ........................... 31 Persentase Penduduk Kota Batu menurut keluhan kesehatan tahun 2014. .................. 366 Persentase Penduduk yang Mengalami Keluhan Kesehatan Menurut Lamanya Sakit (Hari) dan Jenis Kelamin, Kota Batu, 2014 ..... 38 Persentase Penduduk yang Mengalami Keluhan Kesehatan Menurut Cara Pengobatan, Kota Batu, 2012-2013 ................................... 40 Persentase Penduduk Kota Batu Dirinci Menurut Jenis Kelamin Dan Jenis Obat Yang Digunakan Tahun 2014 .................................. 41 Persentase Cara Berobat Jalan Penduduk Perempuan Kota Batu dan Tempat Berobat Yang Dikunjungi Selama Satu Bulan Terakhir Tahun 2014 .................................................... 42 Penolong persalinan balita di Kota Batu tahun 2014 (persen). ................................................ 43
d
.i .go
uk t a /b
ps b . ota
:/
p htt
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
v
Gambar 11. Gambar 12.
Gambar 13. Gambar 14. Gambar 15.
Gambar 16.
Gambar 17.
Persentase Balita Menurut Jenis Kelamin dan Lamanya Diberi ASI, Kota Batu, 2014 ............ 46 Persentase Balita yang Mendapat Imunisasi Lengkap Menurut Jenis Imunisasi, Kota Batu 2014 ............................................................... 47 Persentase Penduduk dirinci Menurut Jenis Kelamin Usia 5-24 Tahun ............................... 50 Persentase Partisipasi Bersekolah Menurut Kelompok Umur Kota Batu 2014 ................... 52 Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Dirinci Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan .................................................... 54 Persentase Jumlah Penduduk Kota Batu Berumur 10 Tahun ke Atas menurut Kemampuan Membaca dan Jenis Kelamin 2014 ....................................................................... 56 Persentase Penduduk Kota Batu berumur 10 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet 3 Bulan Terakhir Tahun 2014 ............................ 57
d
.i .go
uk t a /b
ps b . ota
:/
p htt
Gambar 18. Persentase Penduduk Laki-laki dan Perempuan 10 tahun keatas di Kota Batu Menurut Lokasi Meng Akses Internet 2014, ............................................. 59
Gambar 19.
Gambar 20.
Persentase rumah tangga di Kota Batu menurut status banguna tempat tinggal tahun 2014. .............................................................. 62 Kondisi Fasilitas Perumahan Masyarakat Kota Batu Tahun 2014 ............................................ 63
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
vi
Gambar 21.
Gambar 22. Gambar 23.
Gambar 24.
Persentase penduduk Kota Batu menurut kelompok pengeluaran per kapita per bulan tahun 2014. .................................................... 69 Persentase Penduduk Kota Batu menurut pengeluaran per kapita 2013-2014 ............... 70 Persentase pengeluaran rata-rata untuk makanan dan non makanan di Kota Batu 2014. ....................................................................... 71 Persentase rumah tangga di Kota Batu yang menerima bantuan kredit menurut sumbernya tahun 2014. .................................................... 74
d
.i .go
uk t a /b
ps b . ota
:/
p htt
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
vii
LATAR BELAKANG Hakikat pembangunan bangsa adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, baik secara fisik maupun nonfisik. Karena pembangunan bukan hanya membuat saranasarana fisik dan infra-struktur seperti jaringan jalan, perumahan, fasilitas pendidikan, kesehatan, perekonomian dan sarana fisik lainnya, namun juga membangun kualitas sumber daya manusianya. Manusia Indonesia yang memiliki tingkat pendidikan, keterampilan dan kesejahteraan yang tinggi serta berkarakter baik. Berbagai kebijakan telah ditetapkan oleh pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya di tingkat nasional maupun regional yang secara konkrit diwujudkan dalam bentuk program-program pemerintah yang baik secara strategis maupun yang terintegrasi secara spesifik bertujuan untuk menuntaskan sasaran-sasaranpembangunan.
d
.i .go
uk t a /b
ps b . ota
:/
p htt
Selayaknya negara berkembang yang sedang terus membangun, sasaran pembangunan Indonesia sangat besar, beragam dan kompleks. Satu diantara berbagai sasaran pembangunan nasional yang juga menjadi bagian dari komitmen internasional adalah pengentasan kemiskinan. Kemiskinan merupakan sebuah fenomena yang dinamis dan kompleks. Penentuan definisi miskin sendiri merupakan hal yang tidak sederhana. Sehingga penentuan target jumlah penduduk miskin harus dilepaskan dari belenggu kemiskinan akhirnya pula menjadi persoalan. Namun, apapun permasalahannya setiap proses pembangunan BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
1
membutuhkan komponen monitoring dan evaluasi hasil pembangunan untuk mengetahui sejauh mana pembangunan yang telah dilakukan menyentuh dan menyelesaikan target yang telah ditetapkan. Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) dirancang sedemikian untuk memberikan informasi kepada pemerintah baik secara nasional maupun regional untuk melakukan monitoring dan evaluasi pembangunan yang telah dilakukan untuk dijadikan pijakan dalam menentukan kebijakan pemerintah pada tahapan pembangunan selanjutnya. Survei ini memberikan berbagai informasi meliputi aspek kependudukan, kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, fertilitas dan keluarga berencana, perumahan dan pengeluaran perkapita, serta kondisi sosial ekonomi rumah tangga. Informasi-informasi tersebut secara bersama-sama dengan informasi dari survei lain dapat memberikan informasi mengenai fenomena-fenomena kompleks yang menjadi sasaran pembangunan.
d
.i .go
uk t a /b
ps b . ota
:/
p htt
TUJUAN Tujuan pengumpulan data melalui Susenas adalah tersedianya data tentangkesejahteraan rakyat yang dapat mencerminkan keadaan sosial ekonomi masyarakat. Secara khusus, sasaran Susenas adalah : -
Tersedianya data pokok tentang kesejahteraan masyarakat yang sangat dibutuhkanuntuk masukan BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
2
-
penyusunan kebijakan dan sebagai alat untuk melihat keadaan,memonitor, dan mengevaluasi keberhasilan pembangunan Tersedianya data rinci tentang kesejahteraan rumah tangga, sosial budaya,pendidikan, dan kependudukan yang dirinci menurut golongan umur, jenis kelamin,status perkawinan, ketenagakerjaan, tingkat fertilitas, pemakaian kontrasepsi, tingkatkematian bayi, anak dan kematian ibu.
SISTEMATIKA PENYAJIAN
d
.i .go
Ringkasan Eksekutif Susenas 2015 Kota Batu ini memiliki 9 (sembilan) bagian, yaitu:
ps b . ta latar belakang survei, Pendahuluan: berisi tentang o k tu penyajian ruang lingkup, tujuan dan sistematika a b // kerangka p:sampel, rancangan sampel, metode t t h pengumpulan data, pengolahan data serta konsep dan definisi. Kependudukan: memberikan informasi mengenai struktur kependudukan Keluarga Berencana: memberikan informasi mengenai partisipasi penduduk dalam melaksanakan program Keluarga Berencana Kesehatan: memberikan informasi mengenai keluhan kesehatan penduduk dan cara mereka mengatasinya. Balita: memberikan informasi keadaan perawatan kesehatan balita secara umum di Kota Batu. BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
3
Pendidikan: menggambarkan partisipasi penduduk dalam pendidikan. Perumahan: memberikan informasi tentang kondisi perumahan penduduk Kota Batu. Pengeluaran perkapita: menyediakan informasi mengenai gambaran pengeluaran penduduk Kota Batu untuk komponen Makanan dan Non Makanan. Sosial ekonomi rumah tangga: memberikan informasi mengenai kondisi sosial ekonomi rumah tangga di Kota Batu.
RUANG LINGKUP
d
ps b . ota
.i .go
Susenas 2014 dilaksanakan di seluruh wilayah Indonesia dengan jumlah sampel sebesar 300.000 rumah tangga yang tersebar di seluruh provinsi dan 497 kabupaten/kota di Indonesia, maka data pokok (kor) Susenas dapat menghasilkan statistik sederhana sampai tingkat kabupaten/kota. Dengan demikian perkembangan kesejahteraan masyakarat antar kabupaten/kota bisa dibandingkan dengan menggunakan data dan indikator yang relatif sama.
uk t a /b
:/
p htt
Pelaksanaan pengumpulan data Susenas 2014 terdiri dari beberapa instrumen pendataan yaitu pengumpulan data rumah tangga Susenas kor (pokok) dan konsumsi yang hasilnya dapat diestimasi sampai tingkat kabupaten/kota. Instrumen pendataan yang lain di tahun 2014 adalah Modul BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
4
Ketahanan Sosial, Survei Perlindungan Sosial, Migrasi Internasional Dan Remiten yang direncanakan untuk tingkat estimasi Nasional dan Provinsi. Data kor mencakup variabel sosial kependudukan secara umum dan untuk data konsumsi menghimpun data pengeluaran yang di konsumsi oleh rumah tangga baik makanan maupun non makanan, yang dikumpulkan setiap tahun. Sedangkan untuk data modul tidak rutin dilaksanakan setiap tahun. Adapun beberapa jenis data modul yang umum dikumpulkan bersamaan dengan kegiatan Susenas adalah Modul Sosial Budaya dan Pendidikan serta Modul Kesehatan dan Perumahan. Keterangan yang dikumpulkan dalam Modul merupakan pertanyaan yang lebih rinci dan mendalam dibandingkan pertanyaan untuk topik yang sama dalam Kor. Dalam perkembangannya pengelompokan variabel Modul tersebut seringkali terjadi perubahan, hal ini sangat tergantung pada kebutuhan data.
d
.i .go
uk t a /b
ps b . ota
:/
p htt
Publikasi ini menyajikan data hasil Susenas Kor dan data pengeluaran Konsumsi tahun 2014. Pada tahun 2014 semua blok sensus sampel Susenas dilakukan pencacahan Konsumsi. Sejak tahun 2011 Susenas dilaksanakan setiap triwulan, namun pada tahun 2014 ini karena sesuatu hal Susenas Triwulan IV tidak dilakukan. Data-data yang disajikan dalam publikasi ini antara lain menyangkut aspek kependudukan, kesehatan, balita, fertilitas dan KB, perumahan, pengeluaran perkapita, serta sosial ekonomi rumah tangga. BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
5
Rumah tangga sampel Susenas adalah rumah tangga yang terdapat dalam blok sensus biasa, tidak termasuk yang tinggal dalam blok sensus khusus seperti kompleksmiliter dan sejenisnya, serta rumah tangga khusus yang berada di blok sensus biasa. Data yang diperoleh dari seluruh rumah tangga yang terpilih dalam sampel dikumpulkan dengan menggunakan Daftar VSEN2012.K dan VSEN14.M.
KERANGKA SAMPEL Kerangka sampel yang digunakan dalam Susenas 2012 terdiri dari 3 jenis, yaitu kerangka sampel untuk penarikan sampel tahap pertama, kerangka sampel untuk penarikan sampel tahap kedua dan kerangka sampel untuk penarikan sampel tahap ketiga.
d
.i .go
uk t a /b
ps b . ota
:/
Kerangka sampel untuk pemilihan sampel tahap pertama adalah daftar wilayahpencacahan (wilcah) SP2010 yang disertai dengan informasi banyaknya rumah tangga hasil listing SP2010 (Daftar RBL1), muatan blok sensus dominan (pemukiman biasa,pemukiman mewah, pemukiman kumuh), informasi daerah sulit/tidak sulit, dan klasifikasi desa/kelurahan (rural/urban).
p htt
Kerangka sampel untuk pemilihan sampel tahap kedua adalah daftar blok sensuspada setiap wilcah terpilih. Kerangka sampel untuk pemilihan sampel tahap ketiga adalah daftar rumah tangga biasa tidak termasuk institutional household (panti asuhan, barak polisi/militer,penjara, dsb)
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
6
dalam setiap blok sensus sampel hasil pencacahan lengkap SP2010 (SP2010-C1) yang telah dimutahirkan pada setiap menjelang pelaksanaan survei.Kerangka sampel untuk pemilihan rumah tangga adalah daftar rumah tangga hasil listing yang terdapat dalam Daftar VSEN2008.L Blok IV.
RANCANGAN SAMPEL Rancangan sampel secara Nasional yang digunakan yaitu penarikan sampel tigatahap berstrata. Tahapan dari metode ini diuraikan sebagai berikut:
d
.i .go
ps b . ota
1) Tahap pertama, dimulai dengan memilih nh wilcah dari Nh secara pps (Probability Proportional to Size) dengan size banyaknya rumah tangga SP2010 (Mi). Kemudian wilcah tersebut dialokasikan secara acak ke dalam empat triwulan. Keseluruhan harus diambil sebanyak nh= 30.000 wilcah sehingga masing-masing triwulan akan ada sebanyak 7.500 wilcah. Dari 7.500 wilcah Susenas Triwulan I, dipilih sebanyak 5.000 wilcah secara sistematik untuk Sakernas 2012 Triwulan I danakan digunakan lagi untuk Triwulan II, III, dan IV. 2) Tahap kedua, dilakukan dengan memilih: - dua BS pada setiap wilcah terpilih Susenas Triwulan II, dan III, serta Triwulan Iyang juga terpilih untuk Sakernas Triwulan I, yang selanjutnya dari blok-blok sensus terpilih dialokasikan secara acak satu untuk Susenas/SBH, dan satu Sakernas, atau
uk t a /b
:/
p htt
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
7
-
satu BS pada setiap wilcah terpilih Triwulan IV dan Trwulan I yang untuk Susenas saja secara pps dengan ukuran jumlah rumah tangga SP2010-RBL1. 3) Tahap ketiga, dari setiap blok sensus terpilih untuk Susenas dipilih sejumlah rumah tangga biasa (m=10) secara sistematik berdasarkan hasil pemutakhiran listing rumahtangga SP2010-C1 dengan menggunakan Daftar VSEN12-P. Daftar nama kepala rumah tangga disusun dari Ekstrak SP2010-C1 untuk variabel nama KRT, alamat, dan tingkat pendidikan KRT, kemudian dilakukan pemutakhiran lapangan.
d
.i .go
Dengan demikian untuk Jawa Timur sendiri terdapat 2.996 Blok Sensus, yang terbagi atas749 Blok Sensus untuk setiap triwulannya, 130 diantaranya diambil di Kota Batu. Sehingga total target rumah tangga sampel selama tahun 2014 adalah 29.960 (setiap Blok Sensus diambil secara sistematik 10 rumahtangga sampel) atau sebanyak 7.490 rumah tangga target sampel di setiap triwulan.
uk t a /b
ps b . ota
:/
p htt
METODE PENGUMPULAN DATA Pengumpulan data dari rumah tangga terpilih dilakukan melalui wawancara tatap muka antara petugas survei (pencacah) dengan responden. Untuk pertanyaanpertanyaan dalam kuesioner Susenas 2014 yang ditujukan kepada individu diusahakan agar individu yang bersangkutan yang diwawancarai sehingga data/informasi yang disampaikan lebih akurat. Keterangan tentang rumah tangga dikumpulkan melalui wawancara dengan kepala rumah BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
8
tangga, suami/istri kepala rumah tangga, atau anggota rumah tangga lain yang mengetahui tentang karakteristik yang ditanyakan. Susenas 2014 dilaksanakan per triwulan, yaitu 1-17 Maret 2014 (triwulan 1), 1-17 Juni 2014 (triwulan 2), dan 117 September 2014 (triwulan 3). Untuk data gabungan 2014 yang dihasilkan merupakan representasi data pertengahan tahun, dengan harapan dapat lebih mewakili kondisi sosial ekonomi masyarakat dalam satu tahun tertentu. Adapun referensi waktu survei yang digunakan dihitung berdasarkan satu periode yang berakhir sehari sebelum tanggal pencacahan, antara lain :
d
.i .go
ps b . ota
a. Keterangan kegiatan anggota rumah tangga berumur 10 tahun ke atas dan konsumsi makanan, dengan refrensi waktu survei seminggu terakhir. b. Keterangan kesehatan, dengan referensi waktu survei 1 bulan terakhir, 6 bulan terakhir, dan 1 tahun terakhir. c. Pengeluaran untuk barang-barang bukan makanan, dengan referensi waktu survei 1 bulan yang lalu, 2 bulan yang lalu dan 3 bulan yang lalu.
uk t a /b
:/
p htt
PENGOLAHAN DATA Untuk mendapatkan data yang baik, tahapan dalam pengolahan data Susenas adalah sebagai berikut : a. Setelah selesai pelaksanaan lapang, dokumen hasil survei diperiksa oleh pengawas baik menyangkut BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
9
kelengkapan isian, konsistensi atau keterkaitan jawaban antar pertanyaan dan juga kewajaran datanya. b. Pada tahap berikutnya dilakukan kegiatan receiving dan batching yaitu tahap memilah-milah, menyusun dan mengelompokkan dokumen. Tahapan selanjutnya adalah editing-coding¸ yaitu tahapan penyuntingan terhadap kewajaran isian termasuk hubungan keterkaitan (konsistensi) antara satu jawaban dengan jawaban lainnya dan pemberian kode terhadap jawaban terbuka. Tahapan ini disebut juga tahap pra komputer. c. Setelah data dinyatakan sempurna, maka dilaksanakan data entry (perekaman data). Untuk kuesioner Kor dan Modul entry dilakukan di BPS Kabupaten/Kota, dan hasil perekaman data tersebut selanjutnya dikirim ke BPS Provinsi selanjutnya digabung dan dikirim ke BPS Pusat untuk dilakukan pengolahan/tabulasi.
d
.i .go
uk t a /b
ps b . ota
:/
p htt
KONSEP DAN DEFINISI A. Blok Sensus (BS) adalah bagian dari suatu wilayah desa/kelurahan yang merupakandaerah kerja dari seorang pencacah secara tim. Kriteria Blok Sensus sebagai berikut : -
Setiap wilayah desa/kelurahan dibagi habis menjadi beberapa blok sensus. BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
10
-
-
Blok Sensus harus mempunyai batas-batas yang jelas/mudah dikenali baik batasalam maupun buatan. Batas satuan lingkungan setempat (SLS seperti RT, RW,Dusun, lingkungan dan sebagainya) diutamakan sebagai batas blok sensus bilabatas SLS tersebut jelas (batas alam atau buatan). Satu blok sensus harus terletak dalam satu hamparan.
Ada 3 jenis Blok Sensus, yaitu : a. Blok Sensus Biasa (B) adalah blok sensus yang bermuatan antara 80 sampai 120 rumah tangga atau bangunan sensus tempat tinggal atau bangunan sensus bukan tempat tinggal atau gabungan keduanya dan sudah jenuh. b. Blok Sensus Khusus (K) adalah blok sensus yang mempunyai muatan sekurang-kurangnya100 orang kecuali lembaga permasyarakatan tidak ada batas muatan.Tempat-tempat yang bisa dijadikan Blok Sensus Khusus antara lain : - Asrama Militer (tangsi) - Daerah perumahan militer dengan pintu keluarmasuk yang dijaga. c. Blok Sensus Persiapan (P) adalah blok sensus yang kosong seperti sawah, kebun, tegalan, rawa, hutan, daerah yang dikosongkan (digusur) atau bekas pemukiman yang terbakar.
d
.i .go
uk t a /b
ps b . ota
:/
p htt
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
11
Sub Blok Sensus adalah bagian dari blok sensus. BS yang mempunyai muatan lebihdari 150 rumah tangga harus dipecah menjadi beberapa sub blok sensus.Yang menjadi cakupan dalam Susenas 2014 adalah blok sensus biasa. Segmen adalah bagian dari blok sensus yang mempunyai batas jelas. Besarnyasegmen tidak dibatasi oleh jumlah rumah tangga atau bangunan fisik. B.
Bangunan Fisik adalah tempat berlindung yang mempunyai dinding, lantai, danatap, baik tetap maupun sementara, baik digunakan untuk tempat tinggal maupunbukan tempat tinggal. Bangunan dapur, kamar mandi, garasi, dan lainnya yangterpisah dari bangunan induk dianggap bagian bangunan induk tersebut (satubangunan), jika terletak dalam satu pekarangan. Bangunan yang luas lantainyakurang dari 10 m2 dan tidak digunakan untuk tempat tinggal dianggap bukanbangunan fisik. Susenas 2014 tidak mencakup rumah tangga yang tinggal bukan di bangunan fisikseperti bangunan liar di bawah jembatan, di pinggir rel kereta api, di gerbong kereta,di bantaran sungai, dan sebagainya.
d
.i .go
uk t a /b
ps b . ota
:/
p htt
Bangunan Sensus adalah sebagian atau seluruh bangunan fisik yang mempunyai pintu keluar masuk sendiri dan dalam satu kesatuan penggunaan.
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
12
C.
Rumah tangga dalam hal ini dibedakan menjadi dua macam, yaitu rumah tanggabiasa dan rumah tangga khusus. 1. Rumah tangga biasa adalah seseorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik/sensus, dan biasanya makan bersama dari satu dapur. Yang dimaksud dengan makan dari satu dapur adalah mengurus kebutuhan sehari-hari bersama menjadi satu. Rumah tangga biasa umumnya terdiri dari bapak, ibu dan anakanaknya, serta anggota lainnya baik yang ada hubungan famili maupun tidak. Selain itu yang dapat juga dianggap sebagai rumah tangga biasa antara lain: - Seseorang yang menyewa kamar atau sebagian bangunan sensus tetapi mengurus makannya sendiri; - Keluarga yang tinggal terpisah di dua bangunan sensus tetapi makannya darisatu dapur, asal kedua bangunan sensus tersebut masih terletak dalam blok sensus yang sama dianggap sebagai satu rumah tangga; - Rumah tangga yang menerima pondokan dengan makan (indekos) yang pemondoknya kurang dari 10 orang; - Beberapa orang yang bersama-sama mendiami satu kamar dalam satu bangunan sensus walaupun mengurus makannya sendiri-sendiri.
d
.i .go
uk t a /b
ps b . ota
:/
p htt
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
13
2. Rumah tangga khusus meliputi: - Orang-orang yang tinggal di asrama, yaitu suatu tempat tinggal yang pengurusan kebutuhan sehari-harinya diatur oleh suatu yayasan atau badan, misalnya asrama perawat, asrama mahasiswa, asrama TNI (tangsi). AnggotaTNI yang tinggal di asrama bersama keluarganya dan mengurus sendiri kebutuhan sehari-harinya bukan rumah tangga khusus, melainkan rumah tangga biasa. - Orang-orang yang tinggal di panti asuhan, lembaga pemasyarakatan, rumah tahanan dan sejenisnya. - Sekelompok orang mondok dengan makan (indekos) yang berjumlah lebih besar atau sama dengan 10 orang.
d
.i .go
uk t a /b
ps b . ota
:/
p htt
Rumah tangga khusus tidak dicakup dalam Susenas D.
Anggota rumah tangga (art) adalah semua orang yang biasanya bertempat tinggal di rumah tangga, baik yang berada di rumah tangga pada waktu pencacahanmaupun sementara tidak ada. Art yang telah bepergian selama 6 bulan atau lebih,dan anggota rumah tangga yang bepergian belum sampai 6 bulan namun dengan maksud pergi lebih dari 6 bulan atau lebih, tidak dianggap sebagai anggota rumahtangga lagi. Sebaliknya orang yang telah tinggal di rumah tangga 6 bulan atau lebih,atau yang telah tinggal kurang dari 6 bulan tetapi berniat pindah/bertempat tinggal di rumah tangga BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
14
tersebut selama 6 bulan atau lebih dianggap sebagai anggota rumah tangga. E.
Kepala rumah tangga (krt) adalah salah seorang dari anggota rumah tangga yang bertanggung jawab atas kebutuhan sehari-hari rumah tangga tersebut, atau orangyang karena suatu hal dianggap atau ditunjuk sebagai kepala rumah tangga.
F. Kependudukan 1. Umur dihitung dalam tahun dengan pembulatan ke bawah atau umur menurut ulang tahun yang terakhir. Perhitungan umur didasarkan pada kalender Masehi. 2. Status perkawinan
uk t a /b
d
ps b . ota
.i .go
Belum kawin Kawin adalah mereka yang mempunyai istri (bagi laki-laki) atau suami (bagi perempuan) pada saat pencacahan, baik tinggal bersama maupun terpisah. Dalam hal ini tidak saja mereka yang kawin sah secara hukum (adat, agama,negara dan sebagainya), tetapi juga mereka yang hidup bersama dan oleh masyarakat sekelilingnya dianggap sebagai suami-istri. Cerai hidup adalah mereka yang berpisah sebagai suami-istri karena bercerai dan belum kawin lagi. Dalam hal ini termasuk mereka yangmengaku cerai walaupun belum resmi
:/
p htt
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
15
secara hukum. Sebaliknya tidak termasuk mereka yang hanya hidup terpisah tetapi masih berstatus kawin. Wanita yang mengaku belum pernah kawin tetapi pernah hamil, dianggap cerai hidup. Cerai mati adalah mereka yang ditinggal mati oleh suami atau istrinya dan belum kawin lagi.
G. Kesehatan 1. Keluhan Kesehatan adalah keadaan ketika seseorang mengalami gangguan kesehatan atau kejiwaan, baik karena penyakit akut, penyakit kronis, kecelakaan, kriminal, atau hal lain. Lamanya terganggu tidak merujuk pada keluhan yang terberat saja, melainkan mencakup jumlah hari untuk semua keluhan kesehatan dalam satu bulan terakhir. 2. Mengobati Sendiri adalah upaya oleh art/keluarga dengan melakukan pengobatan sendiri (tanpa datang ke tempat fasilitas kesehatan atau memanggil dokter/petugas kesehatan ke rumahnya), agar sembuh atau lebih ringan keluhan kesehatannya, misal dengan cara minum obat modern, jamu, kerokan, kompres, pijat, dan lainlain. Jenis obat/cara pengobatan yang digunakan adalah : a. Obat Modern adalah obat yang digunakan dalam sistem kedokteran, dapat berbentuk tablet, kaplet, kapsul, sirup, puyer, salep, dll; yang biasanya
d
.i .go
uk t a /b
ps b . ota
:/
p htt
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
16
sudah dalam bentuk jadi buatan pabrik farmasi dengan kemasan bernomor kode pendaftaran di Depkes. Obat-obat ini ada yang harus dibeli dengan resep dokter di apotik dan ada yang dapat dibeli bebas di apotik, toko obat, dll. b. Obat Tradisional adalah ramuan yang dibuat dari bagian tanaman, hewan, mineral, dll; biasanya berbentuk bubuk, rajangan, cairan, tablet, kapsul, parem,obat gosok, dll. Pembuatnya bisa rumah tangga, penjaja jamu gendong, sinse, dukun, tabib, perusahaan jamu, pabrik farmasi, dll. c. Lainnya misal bahan makanan suplemen/pelengkap alami (sunchlorella, squalen, imedeen, omega 3, collagen, dll), minuman tonik (misal :Kratingdaeng, Kaki Tiga, Adem Sari, Lasegar, dll), kerokan, pijatan.
d
.i .go
uk t a /b
ps b . ota
:/
p htt
3. Berobat Jalan adalah kegiatan atau upaya anggota rumah tangga yang mempunyai keluhan kesehatan untuk memeriksakan diri dan mendapatkan pengobatan dengan mendatangi tempat-tempat pelayanan kesehatan modern atau tradisional tanpa menginap, termasuk mendatangkan petugas kesehatan kerumah.
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
17
4. Anak lahir hidup adalah anak yang pada waktu dilahirkan menunjukkan tanda-tandakehidupan, walaupun mungkin hanya beberapa saat saja, seperti jantung berdenyut,bernafas dan menangis. Anak yang pada waktu lahir tidak menunjukkan tanda-tandakehidupan disebut lahir mati. 5. Proses Kelahiran adalah proses lahirnya janin usia 5 bulan ke atas dari dalam kandungan ke dunia luar, dimulai dengan tanda-tanda kelahiran, lahirnya bayi, pemotongan tali pusat, dan keluarnya plasenta. a. Penolong Pertama Persalinan adalah penolong persalinan yang pertama kali dipilih responden, jika kemudian ada kemungkinan proses mengalami hambatan maka diperlukan rujukan ke tenaga persalinan yang lain. b. Penolong Terakhir Persalinan adalah penolong persalinan yang menangani proses hingga kelahiran bayi. 6. Pemberian Air Susu Ibu (ASI)/Menyusui adalah jika puting susu ibu yang dihisap bayi mengeluarkan air susu yang diminum oleh bayi, walaupun hanya sedikit. Ibu yang menyusui dapat ibu kandung maupun bukan ibu kandung. Bayi yang minum ASI melalui botol dikategorikan diberi ASI. 7. Imunisasi atau vaksinasi adalah memasukkan kuman atau racun penyakit tertentu yang sudah dilemahkan ke dalam tubuh dengan cara disuntik atau diteteskan dalam mulut, dengan maksud agar
d
.i .go
uk t a /b
ps b . ota
:/
p htt
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
18
terjadi kekebalan tubuh terhadap penyakit tersebut. Jenis imunisasi antara lain : a. BCG (Bacillus Calmette Guerin) adalah vaksinasi untuk mencegah penyakit TBC, diberikan kepada bayi baru lahir atau anak sebanyak satu kali dengan suntikan pada kulit pangkal lengan atas. b. DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus) adalah vaksinasi untuk mencegah penyakit Difteri, Pertusis, dan Tetanus, diberikan kepada bayi berumur 3 bulan ke atas dengan suntikan di paha. Imunisasi DPT lengkap pada balita sebanyak 3 kali. c. Polio adalah vaksinasi untuk mencegah penyakit polio, diberikan kepada bayi berumur 3 bulan ke atas, dengan memberikan 3 tetes cairan vaksin berwarna merah muda atau putih ke dalam mulut anak. Imunisasi polio lengkap pada balita sebanyak 3 kali. d. Campak/Morbilli adalah vaksinasi untuk mencegah penyakit campak/morbilli, diberikan kepada bayi berumur 9 sampai 12 bulan, dengan suntikan di bawah kulit pada paha sebanyak 1 kali. e. Hepatitis B adalah suntikan secara intramuskular (suntikan ke dalam otot) untuk mencegah penyakit Hepatitis B, diberikan kepada bayi sebanyak 3 kali.
d
.i .go
uk t a /b
ps b . ota
:/
p htt
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
19
H. Pendidikan 1. Sekolah adalah sekolah formal mulai dari pendidikan dasar (SD dan SLTP), menengah (SLTA) dan tinggi (perguruan tinggi/akademi), termasuk pendidikan yang setara seperti Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, dan Madrasah Aliyah. Madrasah Diniyah bukan merupakan sekolah formal. 2. Tidak/belum pernah sekolah adalah tidak/belum pernah terdaftar dan tidak/belum pernah aktif mengikuti pendidikan di suatu jenjang pendidikan formal. Mereka yang tamat/belum tamat Taman Kanak-Kanak yang tidak melanjutkan ke SD/MI dianggap tidak/belum pernah sekolah. 3. Masih bersekolah adalah status dari mereka yang terdaftar dan aktif mengikuti pendidikan di suatu jenjang pendidikan formal. 4. Tidak bersekolah lagi adalah status dari mereka yang pernah terdaftar dan aktif mengikuti pendidikan di suatu jenjang pendidikan formal, tetapi pada saat pencacahan tidak lagi terdaftar dan tidak lagi aktif. 5. Pendidikan tertinggi yang pernah/sedang diduduki adalah jenjang pendidikan tertinggi yang yang pernah diduduki oleh seseorang yang sudah tidak bersekolah lagi atau yang sedang diduduki oleh seseorang yang masih bersekolah.
d
.i .go
uk t a /b
ps b . ota
:/
p htt
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
20
6. Tamat Sekolah adalah telah menyelesaikan pelajaran yang ditandai dengan lulus ujian akhir pada kelas atau tingkat terakhir pada suatu jenjang pendidikan formal baik negeri maupun swasta dengan mendapatkan tanda tamat belajar/ijasah. Seseorang yang belum mengikuti pelajaran pada kelas tertinggi tetapi sudah mengikuti ujian akhir dan lulus, dianggap tamat sekolah. 7. Dapat membaca dan menulis adalah mereka yang dapat membaca dan menulis surat/kalimat sederhana dengan huruf latin maupun huruf lainnya.
d
.i .go
I. Perumahan
uk t a /b
ps b . ota
1. Status rumah yang ditempati harus dilihat dari sisi anggota rumah tangga yang mendiaminya, yaitu : a. Milik sendiri, jika tempat tinggal tersebut pada waktu pencacahan betul-betul sudah milik kepala rumah tangga (krt) atau salah seorang anggota rumahtangga (art). Rumah yang dibeli secara angsuran melalui kredit bank ataurumah dengan status sewa beli dianggap rumah milik sendiri. b. Kontrak, jika tempat tinggal tersebut disewa oleh krt/art dalam jangka waktutertentu berdasarkan perjanjian kontrak antara pemilik dan pemakai, misalnya1 atau 2 tahun. Cara pembayaran biasanya sekaligus di muka atau
:/
p htt
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
21
dapat diangsur menurut persetujuan kedua belah pihak. Pada akhir masa perjanjian pihak pengontrak harus meninggalkan tempat tinggal yang didiami dan bila kedua belah pihak setuju bisa diperpanjang kembali dengan mengadakan perjanjian kontrak baru. c. Sewa, jika tempat tinggal tersebut disewa oleh krt/art dengan pembayaran sewanya secara teratur dan terus menerus tanpa batasan waktu tertentu. d. Rumah dinas, jika tempat tinggal tersebut dimiliki dan disediakan oleh suatuinstansi tempat bekerja salah satu art, baik dengan membayar sewa maupun tidak. e. Bebas sewa milik orang lain, jika tempat tinggal tersebut diperoleh dari pihaklain (bukan famili/orang tua) dan ditempati/didiami oleh art tanpamengeluarkan suatu pembayaran apapun. f. Rumah milik orang tua/sanak/saudara, jika tempat tinggal tersebut bukan milik sendiri melainkan milik orang tua/sanak/saudara dan tidak mengeluarkan suatu pembayaran apapun untuk mendiami tempat tinggal tersebut. g. Lainnya, jika tempat tinggal tersebut tidak dapat digolongkan ke dalam salah satu kategori di atas, misalnya tempat tinggal milik bersama, rumah adat. 2. Luas lantai adalah luas lantai yang ditempati dan digunakan untuk keperluan sehari-hari (sebatas
d
.i .go
uk t a /b
ps b . ota
:/
p htt
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
22
atap). Bagian-bagian yang digunakan bukan untuk keperluan sehari-hari tidak dimasukkan dalam perhitungan luas lantai seperti lumbung padi,kandang ternak, lantai jemur (lamporan semen) dan ruangan khusus untuk usaha (misalnya warung). Untuk bangunan bertingkat, luas lantai adalah jumlah luas dari semua tingkat yang ditempati. Bila suatu tempat tinggal dihuni oleh lebih dari satu rumah tangga, maka luas lantai hunian setiap rumah tangga adalah luas lantai dariruangan yang dipakai bersama dibagi banyaknya rumah tangga ditambah dengan luas lantai pribadi rumah tangga yang bersangkutan.
d
ps b . taadalah air yang diproduksi Air dalam kemasan o k tu oleh suatuperusahaan dalam dan didistribusikan a b / kemasan p:/ gelas, botol, dan galon; seperti antara t t h air kemasan merk Aqua, Ades, Total, dan lain
3. Sumber air minum a.
.i .go
lain-lain, termasuk juga air isi ulang. b. Air leding adalah air berasal dari air yang telah diproses menjadi jernih/bersih sebelum dialirkan kepada konsumen melalui suatu instalasi berupa saluran air. Sumber air ini diusahakan oleh PAM/PDAM/BPAM. c. Air pompa adalah air tanah yang cara pengambilan airnya dengan menggunakan pompa tangan/pompa listrik. d. Air sumur/perigi adalah air yang berasal dari dalam tanah yang digali, cara pengambilannya BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
23
dengan menggunakan gayung atau ember baik dengan atau tanpa katrol. e. Mata air adalah sumber air permukaan tanah yang timbul dengan sendirinya. J.
Pengeluaran rumah tangga sebulan adalah semua biaya yang dikeluarkan rumah tangga selama sebulan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi untuk semua anggota rumah tangga. Konsumsi rumah tangga dibedakan atas konsumsi makanan dan bukan makanan. 1. Pengeluaran untuk makanan adalah nilai pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga selama seminggu yang lalu baik dari pembelian, produksi sendiri atau pemberian. Untuk makanan yang berasal dari produksi sendiri atau pemberian, nilainya harus diperhitungkan sesuai dengan harga pasar setempat. Pengeluaran untuk makanan di sini yang dicatat hanya yang benar-benar dikonsumsi oleh anggota rumah tangga selama seminggu yang lalu, tidak termasuk yang diberikan kepada karyawan/pekerja atau pihak lainnya.
d
.i .go
uk t a /b
ps b . ota
:/
p htt
Pengeluaran untuk bukan makanan adalah nilai pengeluaran untukkonsumsi barang bukan makanan selama 1 bulan yang lalu, 2 bulan yang lalu,dan 3 bulan yang lalu, baik dari pembelian, produksi sendiri maupun daripemberian/pembagian.
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
24
KEPENDUDUKAN Hasil Susenas 2014 menunjukkan sekitar 69,07 persen penduduk Kota Batu berada pada usia produktif (15-64 tahun) dan 30,93 persen termasuk usia belum produktif dan tidak produktif (0-14 tahun dan 65 tahun ke atas). Sebesar 87 persen perempuan usia subur menggunakan cara KB. Rata-rata perempuan usia subur di Kota Batu melahirkan 13 orang anak lahir hidup. Sebagian besar masyarakat Kota Batu yang mengobati keluhan kesehatan berobat jalan.
JUMLAH PENDUDUK
d
.i .go
Data kependudukan memiliki manfaat sangat penting bagi pemerintah dan lembaga lain yang memiliki kepentingan terhadap pembangunan kependudukan/masyarakat. Pembangunan tidak dapat terlaksana dengan baik jika data penduduk tidak tepat dan akurat.
uk t a /b
ps b . ota
p:/ t t h proyeksi penduduk jumlah penduduk di Berdasarkan
Kota Batu mencapai 198.608 jiwa, dengan luas wilayah 199,087 kilometer persegi maka tingkat kepadatan penduduk Kota Batu sebesar 997,59 jiwa per kilometer persegi. Bila dilihat menurut jenis kelamin, komposisi penduduk di Kota Batu yaitu 50,30 persen laki-laki dan 49,70 perempuan. Perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan dapat dilihat dari angka sex ratio yaitu 101,21 yang berarti setiap 100 orang penduduk perempuan terdapat sekitar 101 penduduk laki-laki.
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
25
d
Gambar 1.Persentase Penduduk Kota Batu Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur, 2014
.i .go
ps b . ota
Sementara bila dilihat menurut kelompok umur (Gambar 1), sekitar 69,07 persen penduduk Kota Batu berada pada usia produktif (15-64 tahun) dan 30,93 persen termasuk usia belum produktif dan tidak produktif (0-14 tahun dan 65 tahun ke atas). Persentase penduduk menurut kelompok umur tersebut dapat memberikan gambaran angka ketergantungan (dependency ratio) yaitu persentase jumlah penduduk belum produktif dan tidak produktif yang harus ditanggung penduduk usia produktif. Semakin tinggi angka ketergantungan maka semakin besar beban yang ditanggung penduduk usia produktif untuk membiayai hidup penduduk usia belum produktif dan tidak produktif lagi. Rasio ketergantungan penduduk muda Kota Batu sebesar 35,11 persen, yang berarti 100 penduduk usia produktif menanggung sekitar 35 penduduk usia belum produktif (0-14
uk t a /b
:/
p htt
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
26
tahun). Sementara itu, rasio ketergantungan penduduk tua sebesar 9,68 yang berarti 100 penduduk usia produktif menanggung sekitar 10 penduduk tua (65 tahun ke atas). Tabel 1. Persentase Penduduk 10 Tahun Ke Atas Menurut Status Perkawinan dan Jenis Kelamin, 2014 Status Kawin
Laki-laki
Perempuan
L+P
Belum Kawin
31,63
22,19
26,93
Kawin
64,69
64,11
64,40
Cerai Hidup
1,07
1,79
1,43
Cerai Mati
2,61
11,91
uk t a /b
d
ps b . ota
.i .go
7,24
Berdasarkan hasil Susenas tahun 2014, persentase penduduk perempuan usia 10 tahun ke atas yang berstatus belum kawin sebesar 22,19 persen dan yang berstatus pernah kawin sebesar 64,11 persen (Tabel 1). Dari perempuan yang pernah kawin, 13,70 persen diantaranya berstatus cerai baik itu cerai hidup maupun cerai mati. Penyebab perceraian biasanya disebabkan karena faktor kesulitan ekonomi, ataupun faktor lainnya seperti belum siap secara fisik maupun mental akibat perkawinan yang berlangsung pada usia muda. Perkawinan usia muda akan berpengaruh terhadap angka kelahiran. Semakin rendah umur kawin pertama berarti semakin panjang usia reproduksi seorang wanita sehingga peluang memiliki anak lebih banyak akan semakin besar pula. Dampaknya adalah meningkatnya
:/
p htt
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
27
angka kelahiran. Selain itu, perkawinan yang dilakukan pada usia muda juga berdampak pada persalinannya. Hal ini dikarenakan belum matangnya rahim seorang wanita pada usia muda sehingga berbahaya bagi keselamatan bayi dan ibunya. Tingginya angka kematian ibu dan bayi di suatu daerah salah satunya disebabkan karena besarnya persentase wanita yang menikah pada usia muda.
d
.i .go
uk t a /b
ps b . ota
:/
p htt
Gambar 2.Persentase Perempuan Usia 15-49 Tahun menurut Kelompok Umur di Kota Batu 2014
Menurut hasil Susenas tahun 2014, terdapat relatif sedikit sekali (0,57 persen) perempuan usia subur muda (1519 tahun). Gambar 2 menunjukkan persentase penduduk perempuan Kota Batu yang berstatus kawin usia 15-49 tahun. Sementara jika ingin melihat kondisi perempuan usia 10 tahun ke atas yang pernah kawin di Kota Batu maka dari hasil Susenas 2014 menunjukkan bahwa di Batu sudah tidak ada penduduk perempuan usia 10-14 tahun yang berstatus sudah BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
28
pernah kawin, meskipun masih ada sedikit (0,37 persen) penduduk perempuan yang sudah pernah kawin di usia 15-19 tahun. Status yang pernah kawin termasuk kategori kawin, cerai hidup dan cerai mati. Ada sekitar 8,14 persen penduduk perempuan Kota Batu yang berstatus pernah kawin berumur 20-24 tahun, sementara sisanya 91,5 persen berusia lebih dari 25 tahun.
d
.i .go
uk t a /b
ps b . ota
:/
p htt
Gambar 3. Persentase usia kawin pertama penduduk perempuan usia 10 tahun ke atas yang berstatus pernah kawin Kota Batu 2014.
Indikator fertilitas yang sering menjadi perhatian dari instansi terkait adalah umur saat kawin pertama penduduk perempuan usia 10 tahun ke atas yang pernah kawin dan Singulate Mean Age at Marriage (SMAM) Tahun 2014 di Kota Batu. Gambar 3 menunjukkan di Kota Batu perempuan usia 10 tahun ke atas berstatus pernah kawin dirinci menurut usia
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
29
kawin pertama. Lebih dari seperempatnya menikah di usia kurang dari 17 tahun.
KELUARGA BERENCANA Salah satu program pemerintah yang sampai saat ini masih berlangsung dalam rangka mengendalikan laju pertumbuhan penduduk dan menurunkan angka kelahiran adalah program Keluarga Berencana (KB). Saat ini kesadaran masyarakat Kota Batu dalam melaksanakan program KB semakin tinggi.Tentu saja keberhasilan ini tidak terlepas dari peran berbagai pihak terkait serta kesadaran masyarakat Kota Batu akan pentingnya mengikuti program Keluarga Berencana. Jika dilihat dari hasil Susenas 2014 terlihat persentase penduduk yang tidak pernah menggunakan alat/cara KB menurun.
d
.i .go
uk t a /b
ps b . ota
:/
p htt
Tabel 2.Beberapa Indikator Keluarga Berencana Kota Batu, 20132014 Indikator Keluarga Berencana
2013
2014
Persentase Pernah Pakai KB (Ever User)
85,09
86,88
Angka Prevalensi Pemakaian Kontrasepsi (CPR)
66,48
70,77
Kebutuhan KB yang Tidak Terpenuhi (Unmet Need)
14,91
13,12
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
30
Pada tahun 2014, persentase wanita usia 15-49 tahun yang berstatus pernah kawin yang pernah memakai/menggunakan alat KB ada sebanyak 86,88 persen (Tabel 2). Dari jumlah tersebut 70,77 persen diantaranya sedang memakai/menggunakan alat KB. Dibandingkan alat KB lainnya, alat KB suntik adalah alat KB yang paling banyak digunakan oleh wanita usia subur yaitu sebanyak 49,51 persen (Gambar 4).
d
.i .go
uk t a /b
ps b . ota
:/
p htt
Gambar 4. Persentase Wanita Usia Subur Yang Sedang Menggunakan Alat KB Menurut Alat KB yang Digunakan,Kota Batu, 2014
Sementara itu, alat KB yang banyak digunakan kedua setelah suntik adalah alat kontrasepsi dalam rahim (17,23 persen). Pil menjadi alat KB ketiga paling dipilih di Kota Batu dengan persentase pengguna mencapai 15,06 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar wanita usia subur lebih memilih untuk menggunakan alat kontrasepsi jangka BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
31
pendek yang sangat bergantung pada ketersediaan dan juga kedisplinan penggunanya. Cara membatasi jumlah anak tradisional nampaknya menjadi pilihan bagi perempuan usia subur di Kota Batu terlihat dari sekitar 6,11 persen memilih cara KB ini. Kemudian alat/cara KB susuk/implan/norplan/alwalit menjadi pilihan yang hampir sama populernya dengan cara KB tradisional (5,86 persen). Kemudian cara KB MOW/Tubektomi atau yang umum dikenal dengan cara steril di Kota Batu ada sekitar 4,88 persen perempuan usia subur menggunakan cara ini. Lalu sedikit yang menggunakan MOP/Vasektomi (0,61 persen), tentu saja pasangan perempuan usia subur Kota Batu yang menggunakannya. Jika dilihat dari persentase perempuan usia subur yang pernah menggunakan alat/cara KB maka bisa dikatakan sebagian besar perempuan usia subur memiliki kesadaran untuk mengatur jumlah anak dalam keluarganya. Sehingga seharusnya pengaruhnya dapat dilihat dari tingkat fertilitas perempuan di Kota Batu. Informasi tentang tingkat fertilitas yang terjadi di Kota Batu hasil Susenas 2014 dapat dilihat dari rata-rata anak lahir hidup dan rata-rata anak masih hidup menurut kelompok umur wanita pada usia 15-49 tahun yang pernah kawin (Tabel 3). Rata-rata anak lahir hidup menggambarkan perjalanan fertilitas wanita dari memasuki usia subur hingga memasuki kelompok umur tertentu. Oleh karena itu, ratarata jumlah anak lahir hidup menurut kelompok umur tertentu akan membentuk pola dimana secara rata-rata ibu
d
.i .go
uk t a /b
ps b . ota
:/
p htt
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
32
dengan kelompok umur muda akan memiliki anak yang lebih sedikit dibandingkan dengan ibu pada kelompok umur tua. Dari tabel 3 terlihat bahwa pada tahun 2014 di Kota Batu rata-rata jumlah anak lahir hidup meningkat seiring umur ibu. Sesuai dengan program Keluarga Berencana yang dicanangkan pemerintah, pada tabel tersebut terlihat bahwa di Kota Batu seorang wanita usia subur pernah kawin ratarata melahirkan 1 sampai 3 anak lahir hidup. Selain jumlah anak yang lahir hidup, jumlah anak masih hidup juga dapat memberikan gambaran tingkat fertilitas di suatu daerah. Jumlah anak masih hidup merupakan jumlah anak yang dimiliki oleh seorang wanita secara riil sebab dari seluruh anak yang dilahirkan hidup tidak seluruhnya dapat terus hidup. Sama seperti rata-rata anak lahir hidup, rata-rata anak masih hidup juga meningkat seiring umur ibu. Dari hasil Susenas tahun 2014, diperoleh bahwa rata-rata anak yang masih hidup yang dimiliki oleh wanita usia subur di Kota Batu adalah antara 1 sampai 3 anak. Selisih antara rata-rata anak lahir hidup dengan ratarata anak masih hidup per kelompok umur yang kecil menggambarkan rendahnya jumlah kematian anak di Kota Batu.
d
.i .go
uk t a /b
ps b . ota
:/
p htt
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
33
Tabel 3. Rata-rata Anak yang Dilahirkan Hidup dan Anak yang Masih Hidup per Wanita Usia 15-49 Tahun yang Pernah Kawin, Kota Batu, 2013-2014 Kelompok Umur
Rata-rata Anak Lahir Hidup
Rata-rata Masih Hidup
2013
2014
2013
2014
15-19
0,14
1,00
0,14
1,00
20-24
0,54
0,78
0,54
0,78
25-29
1,17
1,24
1,16
1,23
30-34
1,91
1,70
1,89
1,67
35-39
2,04
2,08
2,03
2,06
40-44
1,82
2,24
1,76
2,06
45-49
2,60
2,56
2,54
2,48
15-49
1,44
1,81
1,42
1,75
Sumber : Susenas 2013-2014 BPS KOTA BATU
s. p b a.
id . o g
t
/b
:/ ttp
h
ko u t a
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
34
KESEHATAN Selama tahun 2014, secara umum penduduk perempuan lebih banyak mengalami keluhan kesehatan daripada penduduk laki-laki. Keluhan kesehatan yang paling banyak dikeluhkan adalah batuk dan pilek. Survei mengatakan bahwa penduduk Kota Batu lebih banyak menggunakan obat modern (92,24 persen) jika memiliki keluhan kesehatan. Kesehatan adalah hak dasar manusia dan merupakan salah satu aspek penentu kualitas sumber daya manusia yang penting untuk dicermati. Sumber daya manusia yang sehat secara fisik diharapkan akan baik pula dari sisi kualitas, terutama untuk berkiprah dalam pembangunan agar kesejahteraan rakyat dapat terwujud. Melalui pembangunan bidang kesehatan diharapkan pelayanan kesehatan yang memadai dapat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat.
d
.i .go
uk t a /b
ps b . ota
:/
p htt
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
35
Gambar 5. Persentase Penduduk Kota Batu menurut keluhan kesehatan tahun 2014.
d
.i .go
ps b . ota
Peningkatan derajat kesehatan masyarakat dapat dilaksanakan dengan tindakan nyata misalnya melalui penyediaan berbagai fasilitas kesehatan dilengkapi dengan peralatan medis yang memadai, yang diiringi ketersediaan tenaga medis berkualitas. Selain itu juga upaya meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk hidup sehat. Mengingat pentingnya peranan kesehatan dalam investasi sumber daya manusia, maka upaya pemenuhan kesehatan perlu untuk semua penduduk, mulai usia dini serta berkesinambungan. Artinya pemenuhan kesehatan yang baik, yaitu bayi yang masih dalam kandungan, pasca kelahiran, masa balita, usia dewasa dan tua. Hal lain yangberpengaruh pada kualitas kesehatan masyarakat adalah kondisi lingkungan, status gizi, dan bagaimana berperilaku hidup sehat.
uk t a /b
:/
p htt
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
36
Susenas 2014 menunjukkan bahwa keluhan kesehatan yang paling sering dialami oleh sekitar seperlima penduduk Kota Batu adalah pilek, batuk, panas dan keluhan kesehatan lainnya (Gambar 5). Kemudian sakit kepala dan sakit gigi juga menjadi keluhan kesehatan yang dialami oleh sekitar lima persen penduduk Kota Batu. Jika dibandingkan menurut jenis kelamin maka terlihat bahwa penduduk perempuan lebih sering mengalami keluhan kesehatan daripada penduduk laki-laki di setiap jenis keluhan kesehatan. Indikator kesehatan lain yang sering digunakan untuk melihat kondisi kesehatan sebuah wilayah adalah angka kesakitan atau angka morbiditas. Angka kesakitan adalah persentase penduduk suatu wilayah yang mengalami keluhan kesehatan yang mengakibatkan tidak dapat melakukan kegiatan sehari-hari. Sekitar 15 persen penduduk mengalami keluhan kesehatan yang menyebabkan terganggunya kegiatan sehari-hari apakah itu bekerja, sekolah, mengurus rumah tangga atau kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan yang lain. Sementara itu ada sekitar 14 persen penduduk Kota Batu yang mengalami keluhan kesehatan tetapi tidak sampai mengganggu kegiatan sehari-hari. Meskipun mereka mengalami keluhan kesehatan namun mereka masih dapat bekerja, sekolah, mengurus rumah tangga atau melakukan kegiatan sosial kemasyarakatan lainnya. Jika dibandingkan angka morbiditas laki-laki dan perempuan maka angka morbiditas penduduk laki-laki lebih besar daripada penduduk
d
.i .go
uk t a /b
ps b . ota
:/
p htt
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
37
perempuan. Angka morbiditas laki-laki Kota Batu tahun 2014 adalah 15,67 persen sementara perempuan 15,08 persen. Indikator lain tentang kesehatan masyarakat yang diukur dalam Susenas 2014 adalah lamanya mengalami keluhan kesehatan. Gambar 6 menunjukkan persentase penduduk Kota Batu yang mengalami keluhan kesehatan menurut lamanya sakit dalam satuan hari. Perlu dipahami bahwa Gambar 6 menggambarkan persentase dari penduduk Kota Batu yang tidak dapat melakukan kegiatannya seharihari akibat keluhan kesehatan yang dideritanya.
d
.i .go
uk t a /b
ps b . ota
:/
p htt
Gambar 6. Persentase Penduduk yang Mengalami Keluhan Kesehatan Menurut Lamanya Sakit (Hari) dan Jenis Kelamin, Kota Batu, 2014
Jika kita bandingkan antara laki-laki dan perempuan maka persentase penduduk perempuan yang sakit dan tidak dapat melakukan kegiatan sehari-hari sampai 3 hari lebih BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
38
banyak daripada laki-laki. Sementara laki-laki lebih banyak sakit dan tidak dapat melakukan kegiatannya antara 4-7 hari dibandingkan perempuan. Tabel 4. Persentase Penduduk Dirinci Menurut Keluhan Kesehatan yang Dialami Selama Sebulan yang Lalu dan Jenis Kelamin, Kota Batu, 2014 Laki-laki
Perempuan
Laki-laki + Perempuan
Panas
10,91
12,98
11,94
Batuk
17,51
19,02
18,26
Pilek
18,01
19,49
18,74
Asma/Nafas Sesak
0,52
0,46
Diare
0,44
Sakit Kepala Berulang
2,59
Keluhan Kesehatan
Lainnya
/b1,85
:/ ttp
Sakit Gigi
h
k atu
10,81
d
0,98s p b . a ot 3,1
.i .go
0,49 0,7 2,84
2,3
2,07
12,63
11,72
Sumber : Susenas 2014
Sementara, penduduk yang pernah berobat jalan, baik ke rumah sakit, puskesmas, praktek dokter maupun tempat pengobatan tradisional ada sekitar 55,85 persen. Cara ini menjadi prioritas utama sebagian penduduk Kota Batu yang mengalami keluhan kesehatan. Mengobati sendiri kemudian menjadi pilihan kedua penduduk Kota Batu setelah berobat jalan. Ada sekitar 48,9 persen penduduk Kota Batu yang memilih cara pengobatan ini. Pada tahun 2014, ada sekitar 3,43 persen penduduk di Kota Batu yang pernah
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
39
rawat inap di rumah sakit, puskesmas, praktek dokter maupun tempat pengobatan tradisional (Gambar 7). 55.85 55.65
60
50
48.99 48.9
40 30 20 10
3.93 3.43
0 Berobat sendiri
Berobat jalan 2013
2014
Rawat inap
d
ps b . ota
.i .go
Gambar 7.Persentase Penduduk yang Mengalami Keluhan Kesehatan Menurut Cara Pengobatan, Kota Batu, 2013-2014 Sumber: Susenas 2013-2014
uk t a /b
:/
p htt
Dalam mengatasi keluhan kesehatan yang dialami, ada sekitar 48,90 persen penduduk yang mengobati sendiri, sebagian besar menggunakan obat modern (84-87 persen). Hal ini sangat mungkin karena obat modern sangat mudah diperoleh secara bebas di apotik, supermarket/swalayan maupun warung dan jenisnya beragam. Namun masih banyak juga penduduk yang masih menggunakan obat tradisional yaitu sekitar 18-25 persen. Gambar 8 memberikan informasi cara penduduk Kota Batu mengobati sendiri penyakitnya menurut jenis kelamin. Ternyata penduduk perempuan lebih banyak memilih pengobatan tradisional dibandingkan penduduk laki-laki untuk mengatasi keluhan BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
40
kesehatannya. Sementara yang memilih obat lainnya hanya 1,79 persen. 84.74 87.06
25.55
18.33
3.51 1.79 Obat tradisional
Obat modern Laki-laki
Obat lainnya
d
.i .go
Perempuan
ps b . ota
Gambar 8. Persentase Penduduk Kota Batu Dirinci Menurut Jenis Kelamin Dan Jenis Obat Yang Digunakan Tahun 2014
uk t a /b
:/
p htt
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
41
Gambar 9. Persentase Cara Berobat Jalan Penduduk Perempuan Kota Batu dan Tempat Berobat Yang Dikunjungi Selama Satu Bulan Terakhir Tahun 2014
d
.i .go
ps b . ota
Gambar 9 menunjukkan pola berobat jalan penduduk Kota Batu menurut tempat berobat yang dikunjungi di tahun 2014. Ternyata penduduk Kota Batu memilih praktek dokter/poliklinik, puskesmas dan praktek tenaga kesehatan dalam berobat jalan. Yang memilih berobat jalan ke rumah sakit pemerintah hanya sekitar 6 persen. Sedangkan yang berobat jalan ke rumah sakit swasta sekitar 8,54 persen.
uk t a /b
:/
p htt
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
42
BALITA Tercatat sebesar 63,95 persen balita di Kota Batu dilahirkan melalui proses persalinan yang dibantu oleh bidan dan 36,05 persen lainnya dibantu oleh dokter. Hampir semua balita di Kota Batu telah mendapatkan ASI dan imunisasi. Susenas 2014 menghasilkan informasi bahwa 44,94 persen dari penduduk Kota Batu berumur 0-4 tahun berjenis kelamin laki-laki sementara sisanya perempuan. Proses persalinan lebih dari separuh balita di Kota Batu ditolong oleh bidan, sedangkan sisanya ditolong oleh dokter (Gambar 10) baik balita lali-laki maupun perempuan.
d
.i .go
41.56
uk t a 37.85 34.82 ://b p htt
ps b 58.44 . ota
Dokter Laki-laki
65.18
62.15
Bidan Perempuan
L+P
Gambar 10. Penolong persalinan balita di Kota Batu tahun 2014 (persen).
Tingkat kesehatan suatu daerah dapat dilihat dari tingkat kesehatan balita, sebab penduduk yang saat ini dalam kelompok umur balita inilah yang nantinya akan menjadi penerus pembangunan di masa mendatang. Oleh karena itu, BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
43
masalah kesehatan balita harus mendapat perhatian pemerintah, dimulai dari sejak dini yaitu sejak bayi dalam kandungan, saat kelahiran maupun saat balita. Beberapa faktor yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan balita antar lain tenaga penolong pada saat lahir, pemberian ASI dan imunisasi. Kesehatan balita selain dipengaruhi oleh kesehatan ibu, juga dipengaruhi oleh faktor lainnya diantaranya adalah penolong kelahiran. Dilihat dari kesehatan ibu dan anak, persalinan yang ditolong oleh tenaga medis (dokter, bidan dan tenaga medis lainnya) dianggap lebih baik dibandingkan ditolong oleh tenaga seperti dukun, family/lainnya. Proses persalinan yang ditolong oleh tenaga terdidik dan terlatih akan memperkecil peluang kematian ibu dan anak, secara tidak langsung dapat menekan tingkat mortalitas sehingga target pelaksanaan MDGs dapat tercapai.
d
.i .go
uk t a /b
ps b . ota
p:/ t t hhasil Susenas
Data tahun 2014 menggambarkan tingkat kesadaran masyarakat Kota Batu yang tinggi terhadap persalinan yang aman. Kesadaran ini ditunjukkan dengan pemilihan tenaga medis seperti dokter dan bidan sebagai penolong persalinan. Hampir semua proses kelahiran balita di Kota Batu ditolong oleh tenaga medis baik sebagai penolong persalinan pertama maupun penolong persalinan terakhir. Berdasarkan penolong persalinan, bidan merupakan tenaga medis yang paling banyak membantu proses kelahiran di Kota Batu. Tercatat sebesar 62,15 persen balita di Kota Batu dilahirkan melalui proses persalinan yang dibantu oleh BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
44
bidan dan sisanya dibantu oleh dokter. Hal ini disebabkan karena biaya yang akan dikeluarkan ketika persalinan ditolong oleh bidan relatif lebih murah dibandingkan bila ditolong oleh dokter. Walaupun persalinan yang ditolong oleh tenaga non medis cenderung tidak ada di Kota Batu, namun pemerintah harus tetap mensosialisasikan pentingnya melahirkan dengan bantuan tenaga medis. Ketersediaan sarana prasarana kesehatan yang memadai dan jaminan biaya melahirkan bagi penduduk kurang mampu menjadi salah satu upaya pemerintah dalam menekan angka kematian ibu dan bayi.
d
.i .go
Selain penolong persalinan, pemberian ASI juga merupakan salah satu cara untuk menekan tingkat mortalitas pada balita terutama bayi. ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi karena selain mengandung nilai gizi yang cukup tinggi juga mengandung zat pembentuk kekebalan tubuh terhadap penyakit. Dengan memberikan ASI berarti menjamin ketersediaan sumberdaya yang berkualitas di masa depan. Pemberian ASI terbaik adalah pemberian ASI secara eksklusif tanpa makanan tambahan maupun minuman seperti susu formula selama 6 bulan.
uk t a /b
ps b . ota
:/
p htt
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
45
Gambar 11. Persentase Balita Menurut Jenis Kelamin dan Lamanya Diberi ASI, Kota Batu, 2014
d
.i .go
Sumber: Susenas 2014
ps b . ota
Menurut Susenas 2014. sekitar 94,20 persen balita di Kota Batu pernah mendapatkan ASI (Gambar 11). Ini berarti masih ada 8,40 persen balita yang tidak pernah mendapatkan ASI. Dari balita yang pernah mendapatkan ASI tersebut; 14,76 persen diantaranya pernah mendapatkan ASI selama kurang dari 6 bulan saja; 14,45 persen diberikan ASI antara 6 bulan sampai 1 tahun dan hampir setengahnya pernah diberi ASI selama lebih dari 1 tahun. Jika dilihat dari tahun kemarin maka di tahun 2014 persentase balita yang diberi ASI kurang dari setahun semakin berkurang. Data ini menyampaikan kepada kita bahwa kaum ibu di Kota Batu semakin mengerti pentingnya ASI diberikan sampai berumur 2 tahun. Semakin disadari bahwa pemberian ASI kepada balita adalah upaya meningkatkan kekebalan tubuh balita terhadap penyakit selain dengan imunisasi.
uk t a /b
:/
p htt
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
46
Gambar 12.Persentase Balita yang Mendapat Imunisasi Lengkap Menurut Jenis Imunisasi, Kota Batu 2014 Sumber : Susenas 2014
d
.i .go
ps b . Selain beberapa indikator ta kesejejahteraan balita di o k atas, pemberian imunisasitupada balita juga menjadi salah satu upaya untuk menekan /ba angka mortalitas pada bayi. / : p pada balita dimaksudkan untuk Pemberian imunisasi htt
membentuk kekebalan tubuh terhadap penyakit-penyakit tertentu dengan cara memasukkan vaksin yang berisi bibit penyakit yang sudah dilemahkan ke dalam tubuh. Melalui pemberian vaksin ini diharapkan tubuh mampu membentuk kekebalan antibodi alami untuk dapat melawan penyakit. Pemberian imunisasi kepada balita merupakan salah satu program pemerintah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pemberian imunisasi secara lengkap dan tepat waktu diharapkan dapat memperkecil peluang bayi terserang penyakit. Hasil Susenas tahun 2014 menunjukkan bahwa hampir semua balita di Kota Batu sudah diimunisasi, namun BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
47
baru 87,36 persen yang sudah mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap (Gambar 12). Imunisasi dasar lengkap yang dimaksudkan antara lain BCG dan Campak satu kali, DPT, Polio dan Hepatitis B tiga kali. Imunisasi yang lengkap wajib diberikan pada balita yang berusia kurang dari satu tahun karena fungsi system immune pada usia tersebut belum sempurna. Bayi yang mendapatkan imunisasi dasar lengkap daya tahan tubuhnya 85-90 persen lebih kuat dibandingkan yang tidak mendapatkan imunisasi dasar lengkap.
d
.i .go
uk t a /b
ps b . ota
:/
p htt
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
48
PENDIDIKAN Tingkat pendidikan di Kota Batu secara umum sudah baik terutama untuk tingkat pendidikan dasar. Bukan hanya tingkat partisipasi sekolahnya yang sudah memenuhi harapan namun juga keseimbangan kesempatan antara penduduk laki-laki dan perempuan juga baik. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak. Pendidikan umumnya dibagi menjadi tahap seperti prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah dan kemudian perguruan tinggi, universitas atau magang. Untuk mengetahui sejauh mana pembangunan pendidikan telah berjalan, maka diperlukan seperangkat data dan indikator yang mampu menggambarkan kondisi dan perkembangan pendidikan Persentase jumlah penduduk Kota Batu pada masa pendidikan (usia 5 sampai 24 tahun) masih relatif berimbang, dimana antara usia 5-6, 7-12 16-18 dan 19-24 masih didominasi laki-laki, sedangkan usia 13-15 tahun justru perempuan yang lebih banyak (Gambar 13). Berdasarkan hasil penelitian, sekitar 50% kapabilitas kecerdasan orang dewasa telah terjadi ketika anak berumur 4 tahun, 80% telah terjadi perkembangan yang pesat tentang jaringan otak ketika anak berumur 8 tahun, dan mencapai puncaknya ketika anak berumur 18 tahun, dan setelah itu
d
.i .go
uk t a /b
ps b . ota
:/
p htt
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
49
walaupun dilakukan perbaikan nutrisi tidak berpengaruh terhadap perkembangan kognitif.
akan
d
.i .go
ps b . ota
Gambar 13. Persentase Penduduk dirinci Menurut Jenis Kelamin Usia 5-24 Tahun, Kota Batu 2014 Sumber : Susenas 2014
uk t a /b
:/
Hal ini berarti bahwa perkembangan yang terjadi dalam kurun waktu 4 tahun pertama sama besarnya dengan perkembangan yang terjadi pada kurun waktu 14 tahun berikutnya. Sehingga periode ini merupakan periode kritis bagi anak, dimana perkembangan yang diperoleh pada periode ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan periode berikutnya hingga masa dewasa. Sementara masa emas ini hanya datang sekali, sehingga apabila terlewatkan berarti habislah peluangnya.
p htt
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
50
ANGKA PARTISIPASI SEKOLAH (APS). Angka Partisipasi Sekolah merupakan ukuran daya serap lembaga pendidikan terhadap penduduk usia sekolah. APS merupakan indikator dasar yang digunakan untuk melihat akses penduduk pada fasilitas pendidikan khususnya bagi penduduk usia sekolah. Semakin tinggi APS semakin besar jumlah penduduk yang berkesempatan mengenyam pendidikan.Sebagai standar program wajib belajar dikatakan berhasil jika nilai APS SD (umur 7-12) > 98 persen dan APS SMP (umur 13-15 tahun) > 90 persen.
d
.i .go
Berdasarkan data Susenas Tahun 2014, APS penduduk 7–12 tahun mencapai 98,72 persen, ini berarti masih terdapat 1,28 persen penduduk 7-12 tahun yang tidak/belum sekolah. Sedangkan APS penduduk umur 13-15 tahun sebesar 99,02 persen artinya 0.98 persennya masih tidak/belum sekolah. APS penduduk umur 16-18 tahun sebesar 73,34 persen dimana 0,86 persen tidak/belum sekolah dan 25,80 persen sudah tidak bersekolah lagi. APS penduduk umur 19-24 tahun di Kota Batu hanya mencapai 29,62 persen, artinya kurang dari sepertiga penduduk yang berumur 19-24 tahun yang masih sekolah. Ada 69,67 persen penduduk usia 19-24 tahun yang sudah tidak bersekolah lagi, sementara yang tidak/belum sekolah ada sebesar 0,71 persen.
uk t a /b
ps b . ota
:/
p htt
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
51
Gambar 14. Persentase Partisipasi Bersekolah Menurut Kelompok Umur Kota Batu 2014 Sumber : Susenas 2014
d
.i .go
ps b . Dari uraian di atas terlihat ta bahwa capaian APS untuk o k usia 7-12 tahun (98,72 persen) tu sudah memenuhi target wajib a b belajar yang mencapai :// 95 persen, begitu pula target APS usia p t t 13-15 tahun sudah h terlampaui (99,02 persen), sehingga bisa dikatakan penerapan program wajib belajar 9 tahun di Kota Batu sudah berhasil, terutama pada jenjang pendidikan SD atau sederajat. Upaya pemerintah untuk memacu APS usia 712 tahun dalam mencapai program wajib belajar pada tahun ini sudah menunjukkan hasil yang menakjubkan. Jika dilihat dari sudut gender masih terdapat perbedaan partisipasi sekolah laki-laki dengan perempuan terutama di kelompok umur 19-24 tahun. Partisipasi sekolah penduduk perempuan berumur 19-24 tahun lebih kecil daripada penduduk laki-laki. Sementara untuk kelompok BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
52
umur 7-12 tahun serta 13-15 tahun partisipasi sekolah antara penduduk laki-laki dan perempuan relatif seimbang.
PENDIDIKAN TERTINGGI YANG DITAMATKAN. Ijazah/STTB tertinggi yang dimiliki oleh seseorang merupakan indikator pokok kualitas pendidikan formalnya. Semakin tinggi ijazah/STTB yang dimiliki oleh rata-rata penduduk di suatu daerah maka semakin tinggi pula taraf intelektualitas di daerah tersebut. Tingkat pendidikan juga dapat menjadi kunci bagi seseorang untuk memasuki pasar tenaga kerja. Dimana semakin tinggi pendidikan seseorang dapat membuka kesempatan bekerja yang lebih luas.
d
.i .go
ps b . ota
Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan memberikan gambaran terhadap kualitas sumber daya manusia. Semakin banyak penduduk yang berpendidikan tinggi menunjukkan keadaan kualitas penduduk yang semakin baik. Secara umum komposisi penduduk Kota Batu menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan hampir sama dengan komposisi penduduk Indonesia. Dimana sebagian besar penduduknya hanya dapat menamatkan pendidikan dasar saja (SD dan SMP). Oleh karena itu Pemerintah Kota Batu perlu melakukan upaya untuk meningkatkan persentase penduduk yang menamatkan pendidikan yang lebih tinggi.
uk t a /b
:/
p htt
Peningkatan kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dari semakin tingginya persentase penduduk 10 tahun ke atas yang menamatkan pendidikan tinggi. Gambar 15 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
53
menampilkan persentase penduduk 10 tahun ke atas menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan. Dari grafik tersebut terlihat persentase penduduk yang yang paling tinggi yaitu berpendidikan SD mencapai hampir 30 persen, sedangkan penduduk yang telah menamatkan pendidikannya minimal SLTP sebesar 19,15 persen. Ini menunjukkan keberhasilan dari program wajib belajar pada pendidikan dasar yang dicanangkan pemerintah. Secara keseluruhan proporsi penduduk yang tidak/belum memiliki pendidikan dasar sudah rendah, yaitu ada 2 persen.
d
.i .go
uk t a /b
ps b . ota
:/
p htt
Gambar15.Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Dirinci Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, Kota Batu 2014 Sumber : Susenas 2014
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
54
KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS Pembangunan di bidang pendidikan baik secara formal maupun non formal mempunyai andil besar terhadap kemajuan sosial ekonomi masyarakat dan wilayah. Ukuran dasar tingkat pendidikan adalah kemampuan penduduk 10 tahun ke atas untuk baca tulis huruf latin atau huruf lainnya (melek huruf). Kemampuan baca-tulis merupakan kemampuan intelektual minimum karena sebagian besar informasi dan ilmu pengetahuan diperoleh melalui membaca. Dari gambar 16 dapat disimpulkan bahwa pada penduduk usia 10 tahun keatas masih banyak yang belum bisa membaca dan menulis. Angka melek huruf di Kota Batu mencapai 96,04 persen. Artinya masih ada 5,21 persen yang buta huruf dimana 3,65 persen laki-laki dan 5,82 persen perempuan. Hal ini perlu diperhatikan oleh pemerintah dalam hal pengentasannya, misalnya dengan mengadakan program keaksaraan fungsional, paket A dan lain sebagainya.
d
.i .go
uk t a /b
ps b . ota
:/
p htt
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
55
d
.i .go
Gambar 16. Persentase Jumlah Penduduk Kota Batu Berumur 10 Tahun ke Atas menurut Kemampuan Membaca dan Jenis Kelamin 2014, Sumber : Susenas 2014
uk t a /b
ps b . ota
:/
p htt
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
56
AKSES INTERNET
id . o Gambar 17. Persentase Penduduk Kota Batu.berumur 10 Tahun ke sg p Atas yang Mengakses Internet 3 Bulan Terakhir Tahun 2014, b a. 2014 Sumber : Susenas t o uk t a Disamping kemampuan membaca dan menulis, /b / : p komponen lain htt yang memungkin seseorang dapat
mengembangkan diri lebih baik adalah kemudahannya dalam berkomunikasi dengan berbagai media. Dengan keterampilan berkomunikasi secara luas (global) diharapkan dapat menggunakan teknologi informasi yang tersedia melalui internet dan jejaring sosial yang dibangunnya dalam mengembangkan usaha dan meningkatkan penghasilannya. Hal ini juga terkait dengan satu indikator MDGs yaitu mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan (to develop a global partnership for development). Satu indikator yang digunakan untuk mengukur kemampuan ini adalah
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
57
mengukur seberapa besar proporsi penduduk yang biasa mengakses internet. Internet dipandang sebagai sarana yang berguna bagi masyarakat dalam mendapatkan berbagai informasi untuk berbagai keperluan. Berbagai manfaat internet yang bisa dirasakan oleh masyarakat adalah menambah wawasan, meningkatkan efisiensi biaya dalam memperoleh informasi, memudahkan komunikasi, meningkatkan penguasaan bahasa asing, mendorong kemandirian, sarana pendidikan jarak jauh, sarana hiburan, sarana untuk mengembangkan usaha dan dapat digunakan sebagai sarana berbelanja.
d
.i .go
Masyarakat Kota Batu juga diharapkan dapat memanfaatkan sarana internet untuk meningkatkan kehidupannya. Melalui Susenas 2014 diperoleh informasi bahwa penduduk Kota Batu yang biasa mengakses internet adalah sebanyak 26,73 persen dengan perbandingan laki-laki sebesar 27,68 persen dan perempuan sebesar 25,77 persen.
uk t a /b
ps b . ota
:/
p htt
Tentunya angka ini dapat saja terus meningkat mengingat fasilitas internet semakin didekatkan ke masyarakat hingga ke desa-desa. Dengan harapan masyarakat dapat memanfaatkan secara optimal demi peningkatan mutu sosial dan ekonomi mereka.
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
58
LOKASI/MEDIA MENGAKSES INTERNET
d
.i .go
ps b . ota
Gambar 18. Persentase Penduduk Laki-laki dan Perempuan 10 tahun keatas di Kota Batu Menurut Lokasi Meng Akses Internet 2014, Sumber : Susenas 2014
uk t a /b
:/ p t t Kemudahan h akses internet
saat ini memungkinkan berbagai lapisan masyarakat laki-laki maupun perempuan dapat menggunakannya untuk berbagai tujuan. Bahkan sejak usia dini masyarakat telah diperkenalkan dengan internet. Lembaga pendidikan pra-sekolah bahkan telah memasukkan komponen pengenalan teknologi informasi internet kepada peserta didiknya. Maka tidak aneh lagi jika ditemui anak-anak taman kanak-kanak sudah dapat menggunakan internet. Bahkan kini seringkali pelajar diberi tugas untuk menyelesaikan tugas-tugas sekolah dengan mencari informasi melalui internet. Nampak sekali masyarakat BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
59
didorong untuk lebih sering mengakses internet. Bahkan oleh perusahaan penyedia layanan internet telah memberikan sarana akses internet cuma-cuma di beberapa tempat yang bisa diakses oleh masyarakat umum secara gratis. Susenas 2014 menghasilkan informasi tentang lokasi atau media yang digunakan masyarakat Kota Batu yang biasa mengakses internet. Dengan semakin banyaknya telepon seluler yang mampu mengakses internet, maka jumlah pengguna internet melalui telepon seluler juga yang tertinggi dalam 3 bulan terakhir (Gambar 15).Hal ini juga ditunjang dengan semakin murahnya tarif internet oleh para operator di Indonesia.Lokasi/media selanjutnya yang tertinggi yaitu warnet, dimana biasanya yang belum memiliki komputer atau telepon seluleryang dapat mengakses internet, mereka memanfaatkan warnet.
d
.i .go
uk t a /b
ps b . ota
:/
p htt
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
60
PERUMAHAN Kondisi perumahan masyarakat Kota Batu pada umumnya sudah cukup baik. Sebagian besar status rumah di Kota Batu adalah milik sendiri. Hampir separuh luas rumahnya antara 50-99 meter persegi. Sebagian besar rumah beratapkan genteng, berlantaikan bukan tanah dan berdinding tembok. Fasilitas rumah masyarakat Kota Batu juga sudah cukup lengkap dari penerangan listrik PLN, sumber air bersih dari mata air terlindung dan memiliki sarana buang air besarnya sendiri. Salah satu asset penting yang dimiliki oleh setiap rumah tangga adalah rumah. Karena rumah merupakan tempat tinggal dan tempat berlindung dari panas, hujan, serta ancaman keamanan. Selain itu rumah juga sebagai tempat untuk berkumpul dan berinteraksi antar sesama keluarga, serta bersosialisasi dengan lingkungan. Bahkan saat ini rumah sudah menjadi bagian dari gaya hidup, lambang tingkatan sosial dan investasi.
d
.i .go
uk t a /b
ps b . ota
:/
p htt
Rumah yang sehat dan layak huni tidak harus berwujud rumah mewah dan besar, namun rumah yang sederhana dapat juga menjadi rumah yang sehat dan layak huni. Semakin baik kondisi dan kualitas rumah yang ditempati dapat menunjukkan semakin baik keadaan social ekonomi rumahtangga. Untuk menciptakan rumah sehat dan layak huni, maka diperlukan perhatian terhadap beberapa aspek yang sangat berpengaruh, antara lain kepemilikan lantai, dinding dan atap yang memenuhi syarat, serta
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
61
mempunyai luas lantai yang mencukupi/sebanding dengan banyaknya orang yang tinggal di dalamnya. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk Kota Batu, maka kebutuhan perumahan juga semakin meningkat. Fakta menunjukkan bahwa semakin terbatasnya luas lahan untuk perumahan serta semakin mahalnya biaya yang harus dikeluarkan oleh suatu rumah tangga untuk mendapatkan rumah yang sehat dan layak huni. Kondisi semacam ini banyak dirasakan oleh sebagian masyarakat Kota Batu dan mengakibatkan banyak rumah tangga menempati rumah yang tidak layak huni.
d
.i .go
uk t a /b
ps b . ota
:/
p htt
Gambar 189. Persentase rumah tangga di Kota Batu menurut status banguna tempat tinggal tahun 2014. Sumber : Susenas 2014
Bila disimpulkan berdasarkan hasil susenas tahun 2013 keadaan status kepemilikan rumah/tempat tinggal yang ditempati rumah tangga di Kota Batu, sekitar 83,11 persen BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
62
menempati rumah milik sendiri, 9,31 persen menempati rumah milik orang tua/sanak/saudara, 4,62 persen status kepemilikan rumah adalah kontrak, 1,28 persen menempati rumah dinas, 0,54 persen menempati rumah sewa dan rumah tangga yang menempati rumah bebas sewa sebesar 1,13 persen.
d
.i .go
uk t a /b
ps b . ota
p:/ t t h Fasilitas Perumahan Masyarakat Kota Batu Gambar19. Kondisi Tahun 2014, Sumber : Susenas 2014
Sementara itu yang berkaitan dengan kualitas rumah, sekitar 54,04 persen rumah tangga di Kota Batu menempati rumah dengan luas lantai 50 – 99 meter persegi, rumah berlantai bukan tanah sekitar 96,99 persen, rumah yang berdinding terluas tembok sekitar 96,88 persen dan sekitar 89,63 persen rumah di Kota Batu memiliki genteng sebagai atap terluasnya.
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
63
Berdasarkan hasil Susenas tahun 2014 terkait fasilitas rumah, sekitar 90,75 persen rumah tangga di Kota Batu sudah menempati rumah yang mempunyai fasilitas tempat buang air besar sendiri dan tempat pembuangan akhir tinja pada tangki septik sebesar 93,82 persen. Selain itu dilihat dari jenis kloset yang digunakan, pada umumnya rumah tangga di Kota Batu menggunakan jenis kloset leher angsa atau sekitar 99,63 persen. Apabila suatu rumah tangga memiliki fasilitas air minum yang bersih, maka akan tercipta kehidupan yang sehat dan sejahtera. Di Kota Batu, sebagian besar rumah tangga fasilitas air minumnya berasal dari sumber mata air terlindung atau sekitar 58,13 persen. Sedangkan untuk akses rumah tangga ke sumber air minum berkualitas baik (air kemasan, leding, pompa, sumur terlindung dan mata air terlindung) mencapai 99,81 persen.
d
.i .go
uk t a /b
ps b . ota
:/
p htt
Tabel 5. Persentase Rumah Tangga menurut Sumber Air Minum yang Digunakan Masyarakat Kota Batu 2014
No
Sumber Air Minum
Persen
1
Air Kemasan
10,78
2
Leding
21,35
3
Pompa
7,28
4
Sumur Terlindung
2,27
5
Sumur Tak Terlindung
0,19
6
Mata Air Terlindung
58,13
Sumber : Susenas, 2014
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
64
Fasilitas penerangan juga merupakan unsur penting dari rumah sehat dan layak huni. Pada saat ini, fasilitas penerangan juga sebagai salah satu indikator rumah tangga yang sejahtera, semakin baik penerangan yang dimiliki semakain baik pula kesejahteraan suatu rumah tangga. Menurut data dari Susenas tahun 2014, rumah tangga di Kota Batu secara umum/keseluruhan menggunakan Listrik dan fasilitas penerangan berupa listrik yang digunakan rumah tangga berasal dari PLN. Selain informasi pokok diatas dan sejalan dengan berkembangnya tekhnologi informasi, Susenas tahun 2014 juga memberikan gambaran tentang kepemilikan fasilitas komunikasi suatu rumah tangga di Kota Batu seperti penggunaan telepon, telepon selular dan komputer. Sekitar 7,86 persen rumah tangga di Kota Batu memiliki fasilitas telepon dirumahnya, sedangkan yang memiliki telepon seluler sebanyak 93,09 persen dan rumah tangga yang memiliki komputer di rumahnya sebanyak 27,24 persen.
d
.i .go
uk t a /b
ps b . ota
:/
p htt
Berdasarkan pada data Susenas 2014, maka masih ada atau sebagian kecil rumah tangga di Kota Batu yang menempati tempat tinggal/rumah yang kurang sehat dan tidak layak huni, namun perlu pengkajian yang lebih dalam untuk mengetahui seberapa besar rumah tangga yang menempati rumah yang kurang sehat dan tidak layak huni. Kondisi semacam ini harus menjadi perhatian pemerintah Kota Batu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Diharapkan di masa yang akan datang pemerintah melalui program pemberantasan kemiskinan, BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
65
kehidupan masyarakat di Kota Batu menjadi jauh lebih baik dan sejahtera.
d
.i .go
uk t a /b
ps b . ota
:/
p htt
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
66
PENGELUARAN PER KAPITA Secara relatif pengeluaran rata-rata penduduk Kota Batu lebih baik daripada kabupaten/kota lain di Jawa Timur. Tidak ada penduduk yang pengeluaran per kapita per bulannya lebih rendah dari Rp 200.000,-. Persentase penduduk yang memiliki pengeluaran per kapita kurang dari Rp 500.000,- per bulan semakin berkurang. Persentase pengeluaran untuk makanan pula semakin menurun. Salah satu alat ukur tingkat kesejahteraan masyarakat adalah dengan pendapatan/pengeluaran yang diterimanya. Sesuai dengan hukum ekonomi, semakin besar pendapatan yang diterima maka akan diikuti dengan semakin besarnya pengeluaran yang dikeluarkan. Pengeluaran dalam hal ini dibedakan menjadi dua bagian yaitu pengeluaran makanan dan pengeluaran non makanan. Pengeluaran untuk kebutuhan konsumsi dapat mencerminkan tingkat kemampuan ekonomi dan tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga.
d
.i .go
uk t a /b
ps b . ota
:/
p htt
Data hasil Susenas 2014 dapat memberikan informasi kesejahteraan masyarakat Kota Batu dengan indikator pengeluaran per kapita per bulan.
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
68
d
Gambar201. Persentase penduduk Kota Batu menurut kelompok pengeluaran per kapita per bulan tahun 2014. Sumber : Susenas 2014
.i .go
ps b . Pada data tersebut dapat ta menggambarkan bahwa o k masyarakat Kota Batu menuju tu ke kondisi masyarakat yang a b / sejahtera. Hal ini ditunjukkan dengan semakin berkurangnya p:/ t t penduduk yang h pengelurannya < Rp. 500.000,- per kapita setiap bulannya, yaitu sekitar 29,78 persen ini lebih kecil daripada tahun 2013 (36,82 persen) dan semakin bertambahnya rumah tangga yang memiliki pengeluaran > Rp. 500.00,- per kapita setiap bulannya sebesar 70,22 persen (meningkat dari 63,18 persen di tahun 2013).
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
69
d
Gambar 212. Persentase Penduduk Kota Batu menurut pengeluaran per kapita 2013-2014 Sumber : Susenas 2013 - 2014
.i .go
ps b . a Pergeseran persentaseotpengeluaran rumah tangga k u dari kelas pengeluaranatyang Lebih rendah ke kelas /b tinggi, mengandung dua kondisi, pengeluaran yang :/lebih p htt terjadi karena adanya peningkatan yaitu pertama, kesejahteraan rumah tangga atau kedua, karena adanya peningkatan harga berbagai kebutuhan rumah tangga. Meningkatnya kesejahteraan penduduk biasanya juga ditandai dengan semakin berkurangnya proporsi pengeluaran untuk keperluan makanan yang selanjutnya bergeser pada pengeluaran untuk keperluan bukan makanan. Selain itu meningkatnya kesejahteraan suatu masyarakat juga ditandai dengan meningkatnya pengeluaran bukan makanan dan berkurangnya pengeluaran untuk makanan. Pada tahun 2013 pengeluaran penduduk Kota Batu BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
70
sudah berpindah ke arah memenuhi kebutuhan non makanan, yaitu mencapai 52,26 persen, sedangkan pengeluaran untuk makanan hanya mencapai 47,74 persen.
d
.i .go
ps b . tarata-rata untuk makanan dan o Gambar223.Persentase pengeluaran k tudi Kota Batu 2014. non makanan a b // : Susenas 2014 p:Sumber t t h
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
71
SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA Pemerintah Kota Batu masih perlu mendorong dan berupaya agar lebih banyak lagi masyarakat yang memiliki jaminan sosial misalnya jaminan kesehatan. Program pemberian raskin di Kota Batu perlu ditingkatkan lagi ketepatan sasarannya sehingga yang menerima bantuan adalah benar-benar yang membutuhkan. Program bantuan kredit nampaknya perlu disosialisasikan lebih luas agar masyarakat dapat meningkatkan kemampuan ekonominya melalui pengembangan usaha.
d
.i .go
Beberapa keterangan sosial ekonomi rumah tangga yang dicatat dalam Susenas 2014 antara lain tentang program pemerintah dalam bidang kesehatan, pangan dan ekonomi. Beberapa program tersebut utamanya ditujukan kepada rumah tangga miskin dengan maksud untuk mengurangi kemiskinan, selain itu bukan hanya peran pemerintah yang dilihat, namun juga lembaga swasta dan perorangan.
uk t a /b
ps b . ota
:/
p htt
Dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar setiap warga negaranya, pemerintah senantiasa berupaya untuk mengusahakan agar seluruh warga negaranya memiliki jaminan sosial. Jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial yang diselenggarakan oleh negara guna menjamin warganegaranya untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar yang layak, sebagaimana dalam deklarasi PBB tentang HAM tahun 1948 dan konvensi ILO No.102 tahun 1952. Oleh karena itu setiap pemerintah daerah hendaknya
terus berupaya dan mendorong masyarakat untuk dapat memiliki jaminan sosial. Melalui Susenas kita akan melihat seberapa besar penduduk Kota Batu yang telah memiliki jaminan pembiayaan/asuransi kesehatan. Berdasarkan hasil Susenas 2014, sekitar 30,79 persen rumah tangga di Kota Batu memiliki jaminan pembiayaan/asuransi kesehatan. Angka ini lebih tinggi dari tahun 2013 yaitu sebesar 28,99 persen. Persentase ini relatif lebih kecil daripada kabupaten/kota lain di Jawa Timur. Bagi pemerintah Kota Batu kecilnya persentase penduduk yang memiliki jaminan sosial jenis ini merupakan tugas yang perlu terus ditingkatkan. Beberapa jenis pembiayaan/asuransi kesehatan tersebut adalah Jamkesmas (55,83 persen), Jamkesda (1,89 persen), Jampersal (0,00 persen), JPK PNS (22,66 persen), Jamsostek (13,42 persen), serta lainnya (10,16 persen).
d
.i .go
uk t a /b
ps b . ota
:/
p htt
Program pemerintah lain yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar terutama untuk golongan masyarakat yang tidak mampu adalah pemberian beras miskin (Raskin). Pada tahun 2014, sekitar 47,30 persen rumah tangga di Kota Batu pernah mendapatkan bantuan raskin pada tenggang waktu 3 bulan terakhir pendataan, dengan rata-rata yang dibeli sebanyak 3,05 kilogram dengan harga pembelian rata-rata 1.971 rupiah per kilogram. Persentase penduduk Kota Batu yang pernah membeli beras miskin ini relatif kecil jika dibandingkan kabupaten/kota lain di Jawa Timur.
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
73
Selain pemenuhan kebutuhan dasar, pemerintah pun selalu berupaya untuk memampukan masyarakatnya secara ekonomi sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan dasarnya sendiri secara mandiri atau bahkan dapat membuka pekerjaan bagi orang lain. Oleh karena itu berbagai program bantuan berupa kredit usaha diluncurkan baik melalui pemerintah, maupun pihak swasta. Susenas 2014 menghasilkan informasi bahwa program kredit usaha diakses oleh 7,61 persen rumah tangga di Kota Batu. Berbagai jenis kredit usaha yang diakses oleh rumah tangga penerima kredit usaha tersebut antara lain melalui Program Bank (50,06 persen), program Kredit Usaha Rakyat/KUR (13,51 persen), dan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri (10,31 persen).
d
.i .go
uk t a /b
ps b . ota
:/
p htt
Gambar 234. Persentase rumah tangga di Kota Batu yang menerima bantuan kredit menurut sumbernya tahun 2014. Sumber : Susenas 2014
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
74
id
t
o. g . ps a.b
:// p t ht
ko u t ba