RILIS HASIL PSPK2011 Kementerian Pertanian – Badan Pusat Statistik
BPS PROVINSI NTT Hasil Pendataan Sapi Potong, Sapi Perah, dan Kerbau (PSPK) 2011 yang dilaksanakan serentak di seluruh Indonesia mulai 1-30 Juni 2011, populasi sapi potong NTT mencapai 778,6 ribu ekor; sapi perah 32 ekor dan kerbau 150,0 ribu ekor. Kabupaten yang memiliki populasi sapi potong lebih dari 100 ribu ekor berturut turut adalah TTS 167,8 ribu ekor; Kupang 151,2 ribu ekor; dan Belu 111,2 ribu ekor. Sementara itu sapi perah hanya terdapat di 3 kabupaten, yakni TTS 23 ekor; Belu 5 ekor; dan Kupang 4 ekor. Sedangkan untuk kerbau, kabupaten dengan populasi lebih dari 13 ribu ekor berturut-turut adalah Sumba Timur 37,1 ribu ekor; Manggarai Barat 22,6 ribu ekor; dan Sumba Barat Daya 13,7 ribu ekor(Tabel 1). Secara pulau/kepulauan, sebagian besar populasi sapi potong terdapat di Pulau Timor 533,7 ribu ekor atau 68,5 Persendari populasi sapi potong NTT; Pulau Flores 132,4 ribu ekor (17,0 %); Pulau Sumba 62,5 ribu ekor (8,0 %), dan Kepulauan Lainnya (Alor, Lembata, Rote Ndao, dan Sabu Raijua) 50,1 ribu ekor (6,4 %). Untuk kerbau terbanyak dijumpai di Pulau Sumba 69,9 ribu ekor (46,6 %); Pulau Flores 57,5 ribu ekor (38,3 %); Pulau Flores 57,5 ribu ekor (38,3 %); Pulau Rote 11,5 ribu ekor (7,7 %), dan sisanya tersebar di pulau-pulau Lainnya (7,4 %). Komposisi jenis kelamin antara populasi sapi potong, sapi perah dan kerbau menunjukkan pola yang relatif sama, dimana jumlah terbesar adalah pada jenis kelamin betina. Proporsi betina terhadap total populasi masing-masing jenis ternak adalah : sapi potong betina sekitar 68,4 persen, sapi perah betina 53,1 Persen dan kerbau betina 68,3 persen. Jika dilihat berdasarkan komposisi umur ternak betina untuk ternak sapi potong, sapi perah, dan kerbau) maka proporsi terbanyak adalah pada umur dewasa (>2 tahun). Proporsi betina dewasa terhadap total betina untuk masing-masing jenis ternak adalah : sapi potong 66,2 persen; sapi perah 88,2 persen dan kerbau 73,3 persen. Menurut komposisi umur ternak jantan, proporsi terbanyak pada sapi potong 1. PENDAHULUAN dan kerbau jantan juga ada pada umur dewasa, yakni sekitar 39,2 Persen dan 43,6 Persen terhadap total populasi jantan masing-masing jenis ternak; sementara untuk sapi perah jantan, proporsi terbanyak ada pada umur muda (1-2 tahun) sekitar 46,7 persen dari total populasi sapi perah jantan.
Kementan - BPS | Rilis Hasil PSPK2011
1
Jika dibandingkan dengan hasil Sensus Pertanian 2003 (ST03), populasi sapi potong dan sapi perah Hasil PSPK2011 di NTT rata-rata mengalami pertumbuhan 5,6 % per tahun, yakni dari 505,6 ribu ekor menjadi 778,7 ribu ekor atau dengan rata-rata pertambahan 34,1 ribu ekor setiap tahunnya. Menurut Pulau, pertambahan populasi Sapi per tahun paling banyak terjadi di Timor sekitar 20,2 ribu ekor; disusul Flores sekitar 8,5 ribu ekor; Sumba sekitar 2,6 ribu ekor; serta Alor, Lembata, Rote Ndao, dan Sabu Raijua sekitar 2,9 ribu ekor. (Tabel 3). Demikian pula dengan kerbau di NTT hasil PSPK2011, jika dibandingkan dengan hasil ST03, rata-rata mengalami pertumbuhan 0,6 % per tahun, yakni dari 142,8 ribu ekor menjadi 150,0 ribu ekor; atau dengan rata-rata pertambahan sebanyak 902 ekor setiap tahunnya. Jika dilihat menurut pulau, maka pertambahan populasi kerbau terjadi hanya di Sumba sekitar 1,2 ribu ekor per tahun (1,9 %); sedangkan pulau/kepulauan lainnya justru mengalami penurunan. Kondisi ini sebenarnya tidak relevan dengan proporsi ternak betina dewasa yang cukup besar pada setiap wilayah. Namun dapat diduga bahwa sebagian besar kerbau betina dewasa tidak berproduksi lagi. Karena itu dibutuhkan penelitian lebih lanjut agar dapat ditindaklanjuti (Tabel 4). Bila dilihat menurut rumpun, maka sapi potong yang ada di NTT hasil PSPK2011 didominasi oleh Sapi Bali (87,87 %), disusul Sapi Onggole (10,48 %), Sapi Madura (1,51 %), dan Sapi Lainnya (0,41 %) (Gambar 4). Kebanyakan Sapi Bali terdapat di Daratan Timor (terutama Kabupaten Kupang, TTS, dan Belu; masing-masing dengan jumlah di atas 100 ribu ekor); Daratan Flores; dan juga Rote Ndao. Sapi Onggole paling banyak terdapat di Daratan Sumba dan Rote Ndao. Sedangkan Untuk Sapi Madura, paling banyak terdapat di Nagekeo 9,0 ribu ekor dan Ngada 2,2 ribu ekor (Tabel 5).
2
Kementan - BPS | Rilis Hasil Awal PSPK2011
1. PENDAHULUAN Salah satu program pemerintah di subsektor peternakan adalah meningkatkan produksi daging dalam negeri agar tercapai swasembada daging sapi dan kerbau pada tahun 2014. Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau (PSDSK) tahun 2014 tercapai jika 90 Persenkebutuhan konsumsi daging dapat dipasok dari produksi dalam negeri. Dalam rangka pencapaian program tersebut dibutuhkan langkah strategis yang tidak hanya berujung pada peningkatan populasi sapi dan kerbau tetapi juga menghindari adanya dampak negatif dalam proses pencapaian program tersebut. Faktor yang sangat menentukan dalam mengambil langkah strategis pencapaian program adalah tersedianya data akurat khususnya data populasi sapi dan kerbau. Data populasi sapi dan kerbau yang digunakan selama ini bersumber dari laporan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), Kementerian Pertanian. Data tersebut diperoleh dari laporan dinas yang membidangi fungsi peternakan di seluruh wilayah Indonesia. Sumber data lainnya adalah hasil Survei Peternakan Nasional (SPN) yang dilaksanakan oleh BPS bekerjasama dengan Ditjen PKH, Kementerian Pertanian pada tahun 2006–2008. Metode pengumpulan data dari kedua sumber data tersebut tidak dilakukan secara menyeluruh (sensus), sehingga masih memungkinkan terjadinya kesalahan baik sampling error maupun non sampling error. Untuk memenuhi tuntutan permintaan data populasi yang lebih akurat dan dilaksanakan dengan metode sensus, maka pada tahun 2011 Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian melakukan kerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) untuk melaksanakan Pendataan Sapi Potong, Sapi Perah, dan Kerbau 2011 (PSPK2011). Tujuan dari pelaksanaan PSPK2011 adalah untuk memperoleh data populasi dasar (P0) sapi potong, sapi perah dan kerbau, memperoleh komposisi populasi berdasarkan umur dan jenis kelamin, mengetahui stok dalam negeri dan karakteristik peternakan lainnya serta membangun database peternak (by name by address). Cakupan wilayah pencacahan PSPK2011 adalah seluruh wilayah Indonesia yang meliputi 33 provinsi, 497 kabupaten/kota, 6.699 kecamatan, serta tersebar di 77.548 desa/kelurahan. Unit pencacahan adalah rumah tangga, perusahaan berbadan hukum serta unit lainnya yang melakukan pemeliharaan sapi potong, sapi perah, atau kerbau seperti koperasi, yayasan, pesantren, lembaga penelitian, sekolah, dan sebagainya. Pelaksanaan pendataan lapangan dilaksanakan tanggal 2 - 30 Juni 2011 dengan menetapkan tanggal 1 Juni 2011 sebagai “Hari Sensus” (census date). Dengan menetapkan tanggal 1 Juni 2011 sebagai hari sensus, maka seluruh informasi mengenai populasi maupun karakteristik peternakan lainnya mengacu pada keadaan tanggal 1 Juni 2011. 2. POPULASI SAPI POTONG, SAPI PERAH, DAN KERBAU Berdasarkan hasil PSPK2011 populasi sapi potong di NTT pada tahun 2011 tercatat sebanyak 778,6 ribu ekor. Secara pulau/kepulauan, sebagian besar populasi sapi potong terdapat di pulau Timor sebanyak 533,7 ribu ekor (68,5 Persendari total populasi sapi potong NTT); kemudian pulau Flores sebanyak Kementan - BPS | Rilis Hasil PSPK2011
3
132,4 ribu ekor (17,0 %); Pulau Sumba 62,5 ribu ekor (8,0 %); dan Kepulauan Lainnya sebanyak 50,1 ribu ekor (6,4 %); seperti terlihat pada Grafik 1. Grafik 1 Populasi Sapi Potong di NTT Menurut Pulau Berdasarkan Hasil PSPK2011
TTS merupakan Kabupaten dengan populasi sapi potong terbesar di NTT sebanyak 167,8 ribu ekor (21,6 %) dari populasi sapi potong NTT, disusul Kabupaten Kupang dan Belu, masing-masing 151,2 ribu ekor (19,4 %) dan 111,2 ribu ekor (14,3 %). Kabupaten lain yang memiliki populasi sapi potong cukup besar (lebih dari 50 ribu ekor) tercatat berturut turut adalah Timor Tengah Utara (TTU) dan Sumba Timur, masing-masing 98,6 ribu ekor (12,7 %) dan 53,1 ribu ekor (6,8 %) dari populasi sapi potong NTT (Tabel 1). Peternakan sapi perah belum banyak diminati oleh Peternak NTT namun populasi ternak ini sudah ditemui di 3 kabupaten, yakni TTS sebanyak 23 ekor, Belu sebanyak 5 ekor, dan Kupang sebanyak 4 ekor; sedangkan pada kabupaten/kota lainnya belum ditemukan adanya populasi sapi perah (Grafik 2). Grafik 2 Populasi Sapi Perah di NTT Menurut Pulau Berdasarkan Hasil PSPK2011
4
Kementan - BPS | Rilis Hasil Awal PSPK2011
Populasi kerbau NTT secara keseluruhan sebanyak 150,0 ribu ekor, sementara menurut pulau/kepulauan populasi terbanyak terdapat di Pulau Sumba 69,9 ribu ekor (46,6 %); Pulau Flores 57,5 ribu ekor (38,3 %); Kepulauan Lainnya 18,8 ribu ekor (12,5 %); sedangkan Pulau Timor yang merupakan daerah potensi sapi potong terbesar NTT justru hanya memiliki populasi kerbau sebanyak 3,9 ribu ekor (2,6 % dari populasi kerbau NTT (Grafik 3). Tabel 1 Populasi Sapi Potong, Sapi Perah, dan Kerbau di NTT Menurut Kabupaten Berdasarkan Hasil PSPK2011 Sapi Potong
Sapi Perah
Kerbau
Kabupaten/Kota (1)
SUMBA [01] [02] [16] [17]
Sumba Barat Sumba Timur Sumba Tengah Sumba Barat Daya TIMOR
[03] [04] [05] [06] [71]
Kupang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara Belu Kota Kupang FLORES
[09] [10] [11] [12] [13] [15] [19] [18]
Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Manggarai Barat Manggarai Timur Negekeo ALOR, LEMBATA, ROTE NDAO, DAN SABU RAIJUA
[07] [08] [14] [20]
Alor Lembata Rote Ndao Sabu Raijua NUSA TENGGARA TIMUR
Populasi
%
Populasi
%
Populasi
%
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
62.494
8,03
-
-
69.901
46,59
1.208 53.051 5.462 2.773
0,16 6,81 0,70 0,36
-
-
11.203 37.052 7.937 13.709
7,47 24,70 5,29 9,14
533.679
68,54
32
100,00
3.868
2,58
151.250 167.834 98.631 111.180 4.784
19,43 21,55 12,67 14,28 0,61
4 23 5 -
12,50 71,88 15,63 -
1.188 474 501 1.686 19
0,79 0,32 0,33 1,12 0,01
132.377
17,00
1.591 11.271 29.447 21.523 21.870 10.312 12.062 24.301
0,20 1,45 3,78 2,76 2,81 1,32 1,55 3,12
-
-
57.458 11 1.512 2.387 7.585 6.767 22.557 10.243 6.396
38,30 0,01 1,01 1,59 5,06 4,51 15,03 6,83 4,26
50.083
6,43
-
-
18.811
12,54
4.351 3.607 39.479 2.646
0,56 0,46 5,07 0,34
-
-
60 11.535 7.216
0,04 7,69 4,81
778.633
100,00
32
100,00
150.038
100,00
Kementan - BPS | Rilis Hasil PSPK2011
5
Grafik 3 Populasi Kerbau di NTT Menurut Pulau Berdasarkan Hasil PSPK2011
Dirinci menurut kabupaten, populasi kerbau terbesar (lebih dari 10 ribu ekor) terdapat di Kabupaten Sumba Timur 37,1 ribu ekor (24,7 %); Manggarai Barat 22,6 ribu ekor (15,0 %); Sumba Barat Daya 13,7 ribu ekor (9,1 %); Rote Ndao 11,5 ribu ekor (7,7 %); Sumba Barat 11,2 ribu ekor (7,5 %); dan Manggarai Timur 10,2 ribu ekor (6,8 %). Kabupaten-kabupaten dengan populasi kerbau kurang dari 100 ekor adalah Flores Timur, Kota Kupang, dan Alor; masing-masing sebanyak 11 ekor, 19 ekor, dan 60 ekor. Bahkan ada kabupaten yang tidak memiliki populasi kerbau, yakni Lembata. Secara umum hasil pendataan PSPK2011 pada Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar populasi sapi potong, sapi perah, dan kerbau di NTT terdapat di pulau-pulau besar, yakni Timor, Flores, dan Sumba. Salah satu alasan yang dapat diterima adalah karena pulau-pulau tersebut merupakan kumpulan dari beberapa kabupaten/kota potensi yang karena besarnya jumlah penduduk dengan wilayah padang sabana yang luas cukup menjanjikan bagi budidaya maupun perdagangan ternak. Alasan lainnya adalah bahwa pada pulau-pulau besar tersebut, sapi dan kerbau merupakan ternak yang mempunyai nilai budaya cukup tinggi, baik dalam acara kawin-mawin, pesta adat maupun kedukaan, terutama di Pulau Sumba.
3. TERNAK SAPI DAN KERBAU BERDASARKAN JENIS KELAMIN Pada Gambar 4 terlihat bahwa di NTT populasi sapi potong betina lebih banyak dibanding sapi potong jantan, yakni dengan perbandingan 68,4 persen dan 31,6 persen. Selanjutnya jika dilihat menurut kategori umur, maka untuk sapi potong betina; populasi terbanyak ada pada kategori umur dewasa yang mencapai 66,2 persen dari total populasi sapi potong betina NTT; sedangkan pada umur anak dan muda masing masing hanya 19,9 persen dan 14,0 persen dari total populasi sapi potong betina NTT. Pada sapi 6
Kementan - BPS | Rilis Hasil Awal PSPK2011
potong jantan persebaran antar kategori umurnya lebih merata, yakni untuk umur dewasa 39,2 persen; anak 25,7 persen; dan Muda 35,1 persen dari total populasi sapi potong jantan NTT (Tabel 2). Gambar 4 Persentase Populasi Sapi Potong di NTT Menurut Jenis Kelamin Berdasarkan Hasil PSPK2011
Tabel 2 Persentase Populasi Sapi Potong di NTT Menurut Jenis Kelamin, Kategori Umur, dan Pulau Berdasarkan Hasil PSPK 2011 Jantan Pulau/ Kepulauan 1
Betina
Anak
Muda
Dewasa
Jumlah
Anak
Muda
Dewasa
Jumlah
2
3
4
5
6
7
8
9
Sumba
28,07
36,36
35,57
100,00
12,93
18,35
68,72
100,00
Timor
23,37
35,82
40,81
100,00
14,13
20,26
65,60
100,00
Flores
32,60
33,30
34,10
100,00
13,95
19,58
66,47
100,00
Alor, Lembata, Rote Ndao, dan Sabu Raijua
30,99
29,63
39,38
100,00
13,28
18,31
68,41
100,00
25,71
35,09
39,20
100,00
13,95
19,86
66,19
100,00
NTT TOTAL
31,65
68,35 100,00
Kementan - BPS | Rilis Hasil PSPK2011
7
Apabila persebaran sapi potong menurut kategori umur dilihat menurut pulau/kepulauan, maka pola persebaran menurut kategori umur pada sapi potong betina di setiap pulau/kepulauan relatif sama dengan pola persebaran NTT secara keseluruhan, dimana kategori umur dewasa lebih tinggi, dibanding kategori umur muda dan anak. Begitu pula untuk sapi potong jantan yang relatif sama dengan pola persebaran NTT secara keseluruhan; kecuali di pulau sumba dan kelompok kepulauan lainnya yang pada kategori umur muda dan anak sedikit berfluktuasi. Pada Gambar 5 terlihat bahwa di NTT populasi sapi perah betina juga lebih banyak dibanding sapi perah jantan, yakni dengan perbandingan 53,1 persen dan 46,9 persen. Jika dilihat menurut kategori umur, maka populasi sapi perah betina, hanya pada kategori umur dewasa dan anak, masing-masing 88,2 persen dan 11,8 persen dari total populasi sapi perah betina NTT. Sedangkan populasi untuk kategori umur muda tidak ada, dan hal ini sesungguhnya akan mengganggu kesinambungan usaha budidaya sapi perah. Pada sapi perah pejantan persebaran antar kategori umurnya agak merata, yakni untuk umur muda 46,7 persen; dewasa 33,3 persen; dan anak 20,0 persen dari total populasi sapi perah jantan NTT (Tabel 3). Tabel 3 Persentase Populasi Sapi Perah di NTT Menurut Jenis Kelamin, Kategori Umur, dan Pulau Berdasarkan Hasil PSPK 2011 Jantan Pulau/ Kepulauan 1
Anak
Muda
2
3
Betina
Dewasa 4
Jumlah
Anak
Muda
5
6
7
Dewasa 8
Jumlah 9
Sumba
-
-
-
-
-
-
-
-
Timor
20,00
46,67
33,33
100,00
11,76
0,00
88,24
100,00
Flores
-
-
-
-
-
-
-
-
Alor, Lembata, Rote Ndao, dan Sabu Raijua
-
-
-
-
-
-
-
-
20,00
46,67
33,33
100,00
11,76
0,00
88,24
100,00
NTT 46,88 TOTAL
8
Kementan - BPS | Rilis Hasil Awal PSPK2011
53,12 100,00
Gambar 5 Persentase Populasi Sapi Perah di NTT Menurut Jenis Kelamin, Berdasarkan Hasil PSPK2011
Pada Gambar 6 terlihat bahwa di NTT populasi kerbau betina jauh lebih banyak dibanding kerbau jantan, yakni dengan perbandingan 68,3 persen dan 31,7 persen. Jika dilihat menurut kategori umur, maka untuk kerbau betina, populasi terbanyak ada pada kategori umur dewasa yang mencapai 73,3 persen dari total populasi sapi potong betina NTT; sedangkan pada umur anak dan muda masing masing hanya 11,5 persen dan 15,2 persen dari total populasi kerbau betina NTT. Pada kerbau jantan persebaran populasi antar kategori umurnya terlihat lebih merata, yakni untuk umur dewasa 43,6 persen; muda 30,7 persen; dan anak 25,7 persen dari total populasi kerbau jantan NTT (Tabel 4). Gambar 6 Persentase Populasi Kerbau di NTT Menurut Jenis Kelamin Berdasarkan Hasil PSPK2011
Kementan - BPS | Rilis Hasil PSPK2011
9
Tabel 4 Persentase Populasi Kerbau di NTT Menurut Jenis Kelamin, Ketegori Umur, dan Pulau Berdasarkan Hasil PSPK 2011 Jantan Pulau/ Kepulauan 1
Betina
Anak
Muda
Dewasa
Jumlah
Anak
Muda
Dewasa
Jumlah
2
3
4
5
6
7
8
9
Sumba
22,02
33,77
44,21
100,00
10,85
16,75
72,39
100,00
Timor
32,96
28,15
38,89
100,00
14,92
17,11
67,97
100,00
Flores
27,30
27,63
45,07
100,00
11,10
13,76
75,14
100,00
Alor, Lembata, Rote Ndao, dan Sabu Raijua
34,97
27,06
37,98
100,00
14,38
13,76
71,86
100,00
25,66
30,69 43,65 31,74
100,00
11,51
15,19 73,30 68,26
100,00
NTT TOTAL
100,00
Apabila persebaran populasi kerbau menurut kategori umur dilihat menurut pulau/kepulauan, maka pola persebaran menurut kategori umur pada kerbau betina di setiap pulau/kepulauan relatif sama dengan pola persebaran NTT secara keseluruhan, dimana kategori umur dewasa lebih tinggi dibanding kategori umur muda dan anak; kecuali di Kepulauan lainnya yang pada kategori umur muda dan anak sedikit berfluktuasi. Begitu pula untuk kerbau jantan, pola persebaran menurut kategori umur antar pulau/kepulauan relatif sama dengan pola persebaran NTT, kecuali di pulau Timor dan kelompok kepulauan lainnya yang pada kategori umur muda dan anak sedikit berfluktuasi. Dalam upaya pencapaian program swasembada daging sapi dan kerbau tahun 2014, maka pola persebaran menurut jenis kelamin dan kategori umur untuk ternak sapi maupun kerbau di atas sangat relevan karena betina produktif cukup banyak sementara betina muda dan anak yang meskipun lebih sedikit, namun akan siap mem-backup betina umur tua yang tidak produktif lagi. Dari sisi lain, pola persebaran ini juga memperlihatkan keberhasilan penerapan UndangUndang Nomor 18 Tahun 2009 serta Program Pemprov. NTT untuk menjadikan NTT sebagai Provinsi Ternak dengan melarang pemotongan ternak betina produktif. Bagi pihak terkait lainnya pola ini juga merupakan sinyal positif yang mendukung pengembangan program Inseminasi Buatan (Tabel 2).
10
Kementan - BPS | Rilis Hasil Awal PSPK2011
4. PERKEMBANGAN POPULASI SAPI (SAPI POTONG & SAPI PERAH) DAN KERBAU Secara umum perkembangan populasi sapi (sapi potong dan sapi perah) di NTT dalam delapan tahun terakhir (hasil PSPK2011 dibanding hasil ST2003) menunjukkan adanya peningkatan. Berdasarkan hasil PSPK2011 populasi sapi NTT 778,8 ribu ekor, meningkat sekitar 34,1 ribu ekor (5,6 %) per tahun, dari 505,6 ribu ekor menurut ST2003. Pertambahan populasi per tahun paling banyak terjadi di Pulau Timor sekitar 20,2 ribu ekor; disusul Pulau Flores sekitar 8,5 ribu ekor; Alor, Lembata, Rote Ndao, dan Sabu Raijua sekitar 2,9 ribu ekor; dan Pulau Sumba sekitar 2,6 ribu ekor. Namun dilihat dari persentase pertambahan ada pola yang berbeda, dimana perkembangan populasi sapi di Flores lebih tinggi, yakni sekitar 9,4 persen; disusul pulau/kepulauan lainnya sekitar 8,1 persen; Pulau Sumba sekitar 5,2 persen; dan terakhir Pulau Timor yang jumlah pertambahan populasinya paling besar justru persentasenya hanya sekitar 4,6 persen (Tabel 5).
Tabel 5 Perkembangan Populasi Sapi di NTT Menurut Pulau 2003-2011 Perkembangan Rata-Rata per Tahun
Tahun Pulau/Kepulauan 1
2003 1)
2011 2)
Ekor
%
2
3
4
5
Sumba
41.709
62.494
2.598
5,18
Timor
372.253
533.711
20.182
4,61
Flores
64.764
132.377
8.452
9,35
Alor, Lembata, Rote Ndao, dan Sabu Raijua
26.842
50.083
2.905
8,11
505.568
778.665
34.137
5,55
NTT Keterangan : 1) Data Sensus Pertanian 2003 (ST03) 2) Data Hasil PSPK2011
Kementan - BPS | Rilis Hasil PSPK2011
11
Grafik 7 Perbandingan Populasi Sapi (Potong dan Perah) di NTT Menurut Pulau Tahun 2003 dan 2011
Tabel 6 Perkembangan Populasi Kerbau di NTT Menurut Pulau 2003-2011 Perkembangan Rata-Rata per Tahun
Tahun Pulau/Kepulauan 1
2003 1)
2011 2)
Ekor
%
2
3
4
5
Sumba
59.995
69.901
1.238
1,93
Timor
4.352
3.868
-61
-1,46
Flores
59.387
57.458
-241
-0,41
Alor, Lembata, Rote Ndao, dan Sabu Raijua
19.085
18.811
-34
-0,18
142.819
150.083
902
0,62
NTT Keterangan : 1) Data Sensus Pertanian 2003 (ST03) 2) Data Hasil PSPK2011
12
Kementan - BPS | Rilis Hasil Awal PSPK2011
Begitu pula untuk kerbau, secara umum perkembangan populasinya di NTT dalam delapan tahun terakhir (hasil PSPK2011 dibanding hasil ST2003) menunjukkan adanya peningkatan, meski tidak setinggi perkembangan populasi sapi. Berdasarkan hasil PSPK2011 populasi kerbau NTT 150,0 ribu ekor atau bertambah sekitar 902 ekor (0,6 %) per tahun, dari 142,8 ribu ekor menurut hasil ST2003. Pertambahan populasi terjadi hanya di Pulau Sumba sekitar 1.238 ekor per tahun (1,9 %); sedangkan pulau/kepulauan lainnya mengalami penurunan populasi. Kondisi ini sebenarnya tidak relevan dengan proporsi ternak betina dewasa yang cukup besar pada setiap wilayah. Namun dapat diduga bahwa sebagian besar kerbau betina dewasa belum berproduksi atau tidak berproduksi lagi. Karena itu dibutuhkan penelitian lebih lanjut agar dapat ditindaklanjuti (Tabel 6). Grafik 8 Perbandingan Populasi Kerbau di NTT Menurut Pulau Tahun 2003 dan 2011
Bila dilihat menurut rumpun, maka sapi potong yang ada di NTT hasil PSPK2011 didominasi oleh Sapi Bali (87,87 %), disusul Sapi Onggole (10,48 %), Sapi Madura (1,51 %), dan Sapi Lainnya (0,41 %) (Gambar 4). Kebanyakan Sapi Bali terdapat di Daratan Timor (terutama Kabupaten Kupang, TTS, dan Belu; masingmasing dengan jumlah di atas 100 ribu ekor); Daratan Flores; dan juga Rote Ndao. Sapi Onggole paling banyak terdapat di Daratan Sumba dan Rote Ndao. Sedangkan Untuk Sapi Madura, paling banyak terdapat di Nagekeo 9,0 ribu ekor dan Ngada 2,2 ribu ekor (Tabel 5).
Kementan - BPS | Rilis Hasil PSPK2011
13
Gambar 4 Proporsi Populasi Sapi Potong di NTT Menurut Rumpun Hasil PSPK2011
Tabel 7 Jumlah Ternak Sapi Potong Menurut Kabupaten/Kota dan Rumpun Ternak Rumpun Ternak Kabupaten/Kota (1)
Onggole
Madura
Lainnya
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
01 Sumba Barat
31
1 151
7
19
1 208
02 Sumba Timor
162
52 666
14
209
53 051
03 Kupang
149 184
1 683
22
361
151 250
04 Timor T. Selatan
167 585
204
0
45
167 834
05 Timor T. Utara
98 274
155
102
100
98 631
06 Belu
111 094
46
0
40
111 180
07 Alor
4 326
4
0
21
4 351
08 Lembata
3 503
62
5
37
3 607
09 Flores Timur
1 547
25
19
0
1 591
10 Sikka
11 247
6
3
15
11 271
11 Ende
29 241
19
167
20
29 447
12 Ngada
19 314
13
2166
30
21 523
13 Manggarai
21 825
14
19
12
21 870
14 Rote Ndao
21 957
17 322
167
33
39 479
15 Manggarai Barat
10 272
7
14
19
10 312
16 Sumba Tengah
34
5 389
0
39
5 462
17 Sumba Barat Daya
29
2 721
4
19
2 773
18 Nagekeo
15 197
65
9037
2
24 301
19 Manggarai Timur
12 014
23
25
0
12 062
20 Sabu Raijua
2 616
0
0
30
2 646
71 Kota Kupang
4 737
3
0
44
4 784
684 189
81 578
11 771
1 095
NTT
14
Jumlah Bali
Kementan - BPS | Rilis Hasil Awal PSPK2011
778 633