REVISI 3
Renstra Pusat Teknologi Produksi Pertanian Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi Tahun 2015-2019
BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI JAKARTA, MEI 2017
Renstra Pusat Teknologi Produksi Pertanian Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi Tahun 2015-2019
PUSAT TEKNOLOGI PRODUKSI PERTANIAN TEKNOLOGI AGROINDUSTRI DAN BIOTEKNOLOGI BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI Tahun 2016
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga Renstra Pusat Teknologi Produksi Pertanian (PTPP) Revisi-3, Deputi Bidang Teknologi Agroindustri Dan Bioteknologi (TAB) - BPPT 2015-2019 dapat tersusun sesuai rencana, dengan semangat “Kita Sukseskan RPJMN 2015 – 2019 melalui Inovasi dan Layanan Teknologi”. Renstra Pusat Teknologi Produksi Pertaniaa disusun berdasarkan Renstra Deputi Bidang Teknologi Agroindustri Dan Bioteknologi 2015 - 2019 terdiri dari 5 Bab, yaitu pada Bab Pertama tentang kondisi umum, Teknologi Produksi Pertanian,
potensi dan permasalahan Pusat
Bab Kedua tentang visi dan misi, tujuan dan sasaran
strategis Pusat Teknologi Produksi Pertanian serta hubungan antara visi, misi, tujuan dengan sasaran strategis serta indikator kinerjanya. Pada Bab Ketiga tentang arah dan kebijakan strategi tingkat nasional dan tingkat BPPT serta Kerangka Regulasi dan Kelembagaan, sedangkan pada Bab Empat berisi tentang Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan dan terakhir Bab Kelima merupakan Penutup. Lampiran sebagai bagian tidak terpisahkan berisi Lampiran Matrik Kinerja dan Pendanaan BPPT dan Lampiran Kerangka Regulasi. Renstra Pusat Teknologi Produksi Pertanian, Deputi bidang Deputi Bidang Teknologi Agroindustri Dan Bioteknologi 2015-2019 akan menjadi Acuan dalam penyusunan Arsitektur dan Informasi Kinerja (ADIK), Rencana Kinerja Tahunan (RKT) dan Rencana Kerja BPPT (RenjaK/L) serta Rencana Kerja dan Anggaran BPPT(RKAK/L). Sebagai akhir kata, dalam rangka pencapaian visi dan misi BPPT, maka pemantauan dan reviu capaian target kinerja akan selalu dilakukan dan selalu terbuka untuk perbaikan dan penyempurnaan dari waktu ke waktu sesuai dengan perkembangan situasi serta kemajuan Iptek yang berkembang pesat. Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Renstra PTPP, TAB, BPPT tahun 2015-2019. Jakarta, Mei 2017 Direktur Pusat Teknologi Produksi Pertanian
Ir. Arief Arianto, MSc. NIP. 196704211993121001
BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI (BPPT) Jl. M. H. Thamrin No.8 Jakarta 10340 Tel. (021) 3168224, Fax 3904537 http://www.bppt.go.id
KEPUTUSAN DIREKTUR PUSAT TEKNOLOGI PRODUKSI PERTANIAN DEPUTI BIDANG TEKNOLOGI AGROINDUSTRI DAN BIOTEKNOLOGI BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI NOMOR 005 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) REVISI PUSAT TEKNOLOGI PRODUKSI PERTANIAN DEPUTI BIDANG TEKNOLOGI AGROINDUSTRI DAN BIOTEKNOLOGI BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI TAHUN 2015-2019
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR PUSAT TEKNOLOGI PRODUKSI PERTANIAN DEPUTI BIDANG TEKNOLOGI AGROINDUSTRI DAN BIOTEKNOLOGI, Menimbang : a. bahwa Rencana Strategis Revisi Pusat Teknologi Produksi Pertanian Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi Tahun 20152019 perlu ditetapkan untuk melaksanakan diktum Ketiga Keputusan Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi tentang Rencana Strategis tahun 2015-2019; b. bahwa susunan dan rumusan Rencana Strategis Revisi Pusat Teknologi Produksi Pertanian - Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi Tahun 2015-2019 tersebut pada huruf a di atas perlu ditetapkan dengan suatu surat keputusan;
Mengingat:
1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 84; Tambahan Lembaran Negara Nomor 4219); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104; Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 No. 74; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4405); 5. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019; 6. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah dan terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2013; 7. Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah dan terakhir dengan
Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2013; 8. Keputusan Presiden Nomor 002 Tahun 2016 tentang Pemberhentian Dan Pengangkatan Dari dan Dalam Jabatan Direktur Pusat Teknologi Produksi Pertanian - Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi; 9. Instruksi
Presiden
Nomor
5
Tahun
2004
tentang
Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; 10. Peraturan Presiden No.29 Tahun 2014 tentang Akuntabilitas Kinerja
11. Peraturan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Nomor 009 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi; 12. Peraturan Kepala BPPT 004 Tahun 2017 tentang Penetapan Rencana Strategis Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Tahun 20152019; 13. Keputusan Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi Nomor 19 Tahun 2017 tentang Rencana Strategis (Renstra)
Revisi
Deputi
Bidang
Teknologi
Agroindustri
dan
Bioteknologi - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Tahun 2015-2019;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR PUSAT TEKNOLOGI PRODUKSI PERTANIAN DEPUTI BIDANG TEKNOLOGI AGROINDUSTRI DAN BIOTEKNOLOGI TENTANG RENCANA STRATEGIS REVISI PUSAT TEKNOLOGI PRODUKSI PERTANIAN - DEPUTI BIDANG TEKNOLOGI AGROINDUSTRI DAN BIOTEKNOLOGI BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI TAHUN 2015-2019.
PERTAMA : Menetapkan Rencana Strategis Revisi Pusat Teknologi Produksi Pertanian - Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi Tahun 20152019, sebagaimana tersebut dalam lampiran ini sebagai dokumen acuan Pusat Teknologi Produksi Pertanian - Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi untuk periode 5 (lima) tahun terhitung mulai tahun 2015 sampai dengan tahun 2019, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini.
KEDUA
: RENSTRA Revisi Pusat Teknologi Produksi Pertanian - Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi Tahun 2015-2019 sebagaimana tersebut dalam Dictum Pertama berisikan tujuan, sasaran program, arah kebijakan dan strategi, Indikator dan target kinerja serta kerangka pendanaan Pusat Teknologi Produksi Pertanian - Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi, yang telah disusun dan diselaraskan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), RENSTRA revisi BPPT tahun 2015-2019, RENSTRA revisi Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi Tahun 2015-2019 dan kebijakan refocusing program pemerintah.
KETIGA
: RENSTRA revisi Pusat Teknologi Produksi Pertanian - Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi tahun 2015-2019 sebagaimana tersebut dalam DiktumPertama menjadi dasar pelaksanaan program kegiatan di lingkungan Pusat Teknologi Produksi Pertanian - Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi dalam melaksanakan tugas dan fungsi masing-masing, dan menyusun rancangan Rencana Kerja (Renja) baik prioritas pembangunan nasional maupun bidang.
KEEMPAT : RENSTRA Pusat Teknologi Produksi Pertanian - Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi tahun 2015-2019 dikaji ulang secara periodik dan disesuaikan dengan perkembangan kebijakan pemerintah dan lingkungan strategis yang terjadi di lingkungan BPPT pada umumnya dan Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi pada khususnya.
KELIMA
: Lampiran Keputusan ini merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dan mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan Keputusan ini.
KEE NAM
Keputusan ini berlaku sejak ditandatangani sampai dengan Desember 2019, dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini akan dilakukan perbaikan seperlunya.
Te/ah diperiksa oleh : No
1
Nama/Jabatan Ka Bag Program dan Anggaran M. Nasir Rofiq
Ditetapkan di Jakarta Paraf
\-·
pada Tanggal 8 Mei 2017 DIREKTUR PUSAT TEKNOLOGI PRODUKSI PERTANIAN,
.J-
ARIEF ARIANTO
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ........................................................................................................................................ i DAFTAR ISI ...................................................................................................................................................... . ii ISTILAH DAN PENJELASAN DALAM DOKUMEN INI ...................................................................... iii BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 1 1.1. Kondisi Umum........................................................................................................................................... 2 1.1.1 Global .......................................................................................................................................................... 2 1.1.2 Nasional .................................................................................................................................................... 3 1.1.3 Pencapaian Periode 2010 – 2014 .................................................................................................. 5 1.1.4. Ekspektasi Pemangku Kepentingan dan Pelanggan .............................................................7 1.2. Potensi dan Permasalahan .................................................................................................................. 12 BAB 2 VISI , MISI DAN TUJUAN ............................................................................................................... 17 2.1 Tujuan dan Sasaran Progam................................................................................................................ 18 2.2 Tujuan dan Sasaran Kegiatan.............................................................................................................. 19 2.3 Indikator Kinerja Kegiatan.................................................................................................................... 19 BAB 3 ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KELEMBAGAAN........ 22 3.1. Arah Kebijakan dan Strategi Deputi TAB ………………………………….................................... 22 3.2 Arah Kebijakan dan Strategi Pusat Teknologi Produksi Pertanian.................................. 24 3.3 Kerangka Regulasi…………………………… ......................................................................................... 24 3.4. Kerangka Kelembagaan…………………………………………………………………………………….. 25 BAB 4 TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN ............................................................. 26 4.1 Target Kinerja ........................................................................................................................................... 26 4.2 Kerangka Pendanaan.............................................................................................................................. 29 BAB 5 PENUTUP .............................................................................................................................................. 31 LAMPIRAN ........................................................................................................................................................ 32 Lampiran 1. Matriks Kinerja Dan Pendanaan PTPP, TAB, BPPT 2015-2019........................ 33
BAB 1 PENDAHULUAN Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (RPJPN) 2005 – 2025 adalah
dokumen perencanaan pembangunan nasional periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2025, ditetapkan dengan maksud memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa (pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha) di dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional sesuai dengan visi, misi, dan arah pembangunan yang disepakati bersama sehingga seluruh upaya yang dilakukan oleh pelaku pembangunan bersifat sinergis, koordinatif, dan saling melengkapi satu dengan lainnya di dalam satu pola sikap dan pola tindak. Dalam RPJPN 2005 - 2025 disebutkan bahwa persaingan yang makin tinggi pada masa yang akan datang menuntut peningkatan penguasaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) dalam rangka menghadapi perkembangan global menuju ekonomi berbasis pengetahuan. Dalam rangka meningkatkan kemampuan dan penerapan Iptek nasional, tantangan yang dihadapi adalah perlu adanya peningkatan kontribusi Iptek untuk memenuhi hajat hidup bangsa; menciptakan rasa aman; memenuhi kebutuhan kesehatan dasar, energi, dan pangan; memperkuat sinergi kebijakan Iptek dengan kebijakan sektor lain; mengembangkan budaya Iptek di kalangan masyarakat; meningkatkan komitmen bangsa terhadap pengembangan Iptek; mengatasi degradasi fungsi lingkungan; mengantisipasi dan menanggulangi bencana alam; serta meningkatkan ketersediaan dan kualitas sumber daya Iptek, baik SDM, sarana dan prasarana, maupun pembiayaan Iptek. Kondisi saat ini menunjukkan, bahwa penguasaan dan pemanfaatan teknologi mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berbagai hasil penelitian, kerekayasaan dan pengembangan teknologi telah dimanfaatkan oleh kelompok industri dan masyarakat. Meskipun demikian, kemampuan teknologi secara nasional dalam penguasaan dan penerapan teknologi dinilai masih belum memadai untuk meningkatkan daya saing bangsa. Hal ini antara lain ditunjukkan oleh masih rendahnya sumbangan teknologi terhadap sektor produksi nasional, belum efektifnya mekanisme intermediasi, lemahnya sinergi kebijakan, belum berkembangnya budaya Iptek di masyarakat, dan terbatasnya sumberdaya Iptek.
1
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) merupakan lembaga pemerintah yang berfungsi sebagai sumber dan infrastruktur teknologi nasional yang diperlukan untuk mendorong perkembangan dan daya saing perekonomian nasional.
1.1. Kondisi Umum 1.1.1 Global Kondisi geoekonomi global saat ini dan ke depan akan merupakan tantangan sekaligus peluang bagi perekonomian Indonesia dalam lima tahun ke depan. Tantangan dan peluang terkait dengan peningkatan kapasitas inovasi dan teknologi antara lain adalah:
Pusat ekonomi dunia ke depan diperkirakan akan bergeser terutama dari kawasan Eropa-Amerika ke kawasan Asia Pasifik.
Harga komoditas secara umum diperkirakan menurun, namun harga produk manufaktur dalam tren meningkat.
Implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 yang telah dimulai tanggal 31 Desember 2015.
Kebijakan di bidang ekonomi perlu diarahkan untuk meningkatkan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi dengan titik berat pada transformasi industri yang berkelanjutan, sehingga perekonomian Indonesia akan berbasis kepada nilai tambah ekonomi yang lebih tinggi. Perkiraan pelemahan harga komoditas di pasar internasional menjadi tantangan penting bagi Indonesia untuk segera menggeser struktur ekspor Indonesia ke arah produk manufaktur. Sementara itu, peningkatan jaringan rantai suplai global dan regional pun perlu dimanfaatkan oleh Indonesia melalui kebijakan kondusif, yang dapat membuka peluang yang lebih besar bagi pengusaha domestik termasuk usaha kecil dan menengah untuk berpartisipasi dan menjadi bagian dalam rantai suplai internasional. Peningkatan daya saing perekonomian Indonesia menjadi hal utama yang perlu menjadi perhatian. Titik berat peningkatan daya saing perekonomian perlu diarahkan pada peningkatan infrastruktur dan ketersediaan energi, peningkatan iklim investasi dan iklim usaha, serta tata kelola birokrasi yang lebih efisien. Peningkatan daya saing perekonomian ini perlu didukung oleh kebijakan pemerintah daerah yang kondusif, yang tidak menciptakan rantai ekonomi maupun ekonomi biaya tinggi. Peningkatan infrastruktur 2
akan dititikberatkan pada upaya untuk meningkatkan konektivitas nasional, sehingga integrasi domestik ini akan meningkatkan efisiensi ekonomi dan kelancaran arus barang dan jasa antar wilayah di Indonesia. 1.1.2 Nasional Dalam menghadapi kondisi lingkungan strategis dan berbagai tantangan tersebut di atas, Indonesia saat ini masih mengadapi berbagai kendala. Posisi daya saing Indonesia jika diukur dengan indeks daya saing global (Global Competitiveness Index –GCI) berdasarkan laporan World Economic Forum pada tahun 2014-2015 meningkat dari peringkat 54 pada tahun 2009-2010 menjadi peringkat 34 pada tahun 2014-2015. Tetapi peringkat daya saing ini lebih rendah dibandingkan Malaysia (20), Thailand (31), Brunei Darussalam (26) dan lebih tinggi dibandingkan Vietnam (68), Filipina (52), Kamboja (95) dan Timor-Leste (136) seperti dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Peringkat Daya Saing Indonesia
3
Gambar 2. Skor 12 Pilar Daya Saing Indonesia 2016
Peningkatan daya saing tersebut merupakan resultan dari kinerja berbagai pilar yang menjadi penopangnya, yang meliputi 12 pilar, yaitu: Institusi, Infrastruktur, Lingkungan Ekonomi Makro, Kesehatan dan Pendidikan Dasar, Pendidikan Tinggi dan Pelatihan, Efisiensi Pasar Barang, Efisiensi Pasar Tenaga Kerja, Pasar Finansial, Kesiapan Teknologis, Ukuran Pasar, Kecanggihan Bisnis, dan Inovasi (Gambar 2). Diantara pilar-pilar daya saing tersebut, terdapat tiga (3) pilar yang berkaitan langsung dengan daya dukung teknologi, yaitu: 1)Kesiapan Teknologi dengan indikator: Keberadaan Teknologi Terbaru, Tingkat Daya Serap Teknologi Perusahaan, PMA dan Transfer Teknologi, Pengguna Internet, Pita Lebar Internet, Pelanggan Telpon Gerak/100 Penduduk; 2)Kecanggihan Bisnis dengan indikator: Kuantitas Pemasok Lokal, Kualitas Pemasok Lokal, Pengembangan Klaster Negara, Sifat Keunggulan Kompetitif, Kepanjangan Rantai Nilai, Pengendalian Distribusi Internasional, Kecanggihan Proses Produksi, Keluasan Pemasaran, Kesediaan Untuk Mendelegasikan Wewenang; dan 3)Inovasi dengan indikator: Kapasitas Inovasi, Kualitas Lembaga Penelitian Ilmiah, Belanja Litbang Perusahaan, Kolaborasi Litbang Universitas-Industri, Pengadaan Pemerintah untuk Produk Teknologi Maju, Ketersediaan Ilmuwan dan Insinyur, Utilitas Paten Per Sejuta Penduduk.
4
Dari 12 pilar daya saing tersebut, pilar Kesiapan Teknologi, Efisiensi Pasar Tenaga Kerja dan pilar Inovasi merupakan pilar dengan nilai terendah (nilai Kesiapan Teknologi 3,6, Efisiensi Pasar Tenaga Kerja 3,8, sedangkan Inovasi 3,9 dari skala 1-7 dibandingkan dengan sembilan pilar lainnya, seperti dapat dilihat pada Gambar 2. Hal ini mencerminkan bahwa Iptek belum berperan secara signifikan dalam meningkatkan daya saing Indonesia. Kemampuan teknologi secara nasional dalam penguasaan dan penerapan teknologi dinilai masih belum memadai untuk meningkatkan daya saing bangsa. Hal ini telah mengakibatkan ongkos untuk menghasilkan suatu produk menjadi mahal, serta kualitas barang serta inovasi produk yang dihasilkan sangat terbatas sehingga daya saing usaha tidak seperti yang diharapkan. 1.1.3. Pencapaian Periode 2010-2014 Kondisi saat ini menunjukkan, bahwa penguasaan dan pemanfaatan teknologi mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berbagai hasil penelitian, kerekayasaan dan pengembangan teknologi telah dimanfaatkan oleh kelompok industri dan masyarakat. Beberapa capaian PTPP-TAB, BPPT selama periode 2010 – 2014 antara lain: A. Capaian Peningkatan Sarana Prasarana Iptek
Pusat Teknologi Produksi Pertanian sebagai pusat yang mempunyai tugas melaksanakan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi produksi pertanian, sejak tahun 2008 telah mempersiapkan diri untuk menjawab tantangan ke depan dengan membangun pusatpusat riset baru maupun pengembangan pusat-pusat riset yang ada melalui program pembangunan & revitalisasi laboratoria Teknologi Produksi Pertanian di dalam ruang lingkup Laboratoria Pengembangan Teknologi Industri Agro dan Biomedika (LAPTIAB). Laboratoria Teknologi Produksi Pertanian-LABTIAP terdiri dari laboratorium proteksi tanaman, ekofisiologi, teknologi benih, bioakuakultur, engineering akuakultur, nutrisi dan pakan ternak, reproduksi kesehatan ternak, serta beberapa laboratorium lapang (outdoor) untuk perikanan, kandang ternak, kandang metabolism, rumah kaca juga plant pengolahan pakan ternak. B. Capaian Kegiatan Pengkajian dan Penerapan Teknologi 1) Bidang Prioritas Bidang Iptek dalam RPJMN 2010-2014 terdiri atas Prioritas Nasional (11 prioritas) dan Prioritas Nasional lainnya. BPPT pada tahun 2012 mempunyai 8 program prioritas 5
nasional yang tercantum dalam 5 Program Nasional, sedangkan untuk Tahun 2013 s/d 2014 hanya 1 Program Prioritas Nasional yaitu Program Prioritas Nasional Lainnya di Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan berupa Pengkajian dan Penerapan Teknologi Industri Pertahanan dan Keamanan. a) Prioritas Nasional Prioritas 5 : Program Aksi di Bidang Pangan - Pengembangan dan Penerapan Teknologi Ikan Nila Salina dan Marine Tilapia Serta pengembangan dan Penerapan Teknologi Peternakan Melalui Integrasi Sapi Sawit. Pada tahun 2006 BPPT bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan berhasil merilis ikan nila unggul jantan super (supermale) yang dikenal dengan ikan nila GESIT (Genetically Indonesian Supermale Tilapia) saat ini telah tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Meskipun demikian ketidakpahaman para pembenih dan pembudidaya terhadap produk ikan nila GESIT serta buruknya pengelolaan dalam unit pembenihan dapat menyebabkan terjadinya black campaign terhadap produk ikan nila GESIT. Hingga saat ini belum ada solusi teknis yang nyata untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Sejalan dengan pengembangan ikan nila GESIT, saat ini BPPT juga tengah mengembangkan ikan nila Salin yaitu ikan nila yang memiliki toleransi tinggi terhadap salinitas tinggi yang rencananya akan dirilis pada tahun 2012. Dalam rangka mengembangkan dan menerapkan sistem traceability untuk produk akuakultur, telah dilakukan pengembangan genetic traceability berupa tools identifikasi genetik untuk ketelusuran benih dan produk ikan Nila. Alat identifikasi genetik berupa Tool Kit yang cara kerjanya berbasis pada identifikasi molekular pada level DNA. Tool kit yang dikembangkan berupa YY supermale tool kit untuk identifikasi ikan nila GESIT dan
j salinity tool kit untuk identifikasi ikan nila yang memiliki daya tahan terhadap salinitas tinggi.
Hasil kegiatan tahun 2014 pengkajian dan penerapan teknologi di bidang peternakan terdiri dari 1). rekomendasi rencana model penggembalaan ternak pada kebun sawit dengan kapasitas tampung 0.20 ST/ha/Thn sampai dengan 0.6 ST/Ha/th, 2). Formula pakan komplit terdiri dari 4 formula dengan kandungan protein minimal 12% dan TDN 50%, 3). Rekomendasi pengambilan cairan rumen untuk pengembangan probiotik, 4). Hasil pengujian sinkronisasi estrus dengan laserpunktur (70 mw, 15 detik, 21 titik akupunktur) pada sapi dan 5). Informasi status kesehatan ternak sapi di lokasi kegiatan, 6
dimana prevalensi parasit gastrointesinal berkisar antara 3.84% - 30.76% dan parasit darah sebesar 84,61 %. Kegiatan pengembangan teknologi penangkaran bibit kakao dilakukan dengan teknik Sambung Pucuk menggunakan Stimulan Grafting/Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) berupa Benzyl Aminopurine (BAP) dan Naphtalene Acetic Acid (NAA). Penggunaan ZPT ini berfungsi untuk untuk meningkatan recovery penyambungan dan stimulasi pertumbuhan sehingga
diharapkan
akan
meningkatkan
keberhasilan
dalam
penyambungan
dibandingkan dengan cara konvensional. Beberapa klon kakao unggul yang ditangkarkan adalah klon Sulawesi 01, Sulawesi 02, ICCRI 03, dan ICCRI 04. Penangkaran ini dilakukan dengan melibatkan petani penangkar bibit kakao melalui pembinaan. Pembinaan pada petani penangkar bibit kakao ini akan sangat bermanfaat terutama untuk memenuhi kebutuhan bibit kakao yang cukup besar jumlahnya baik untuk keperluan peremajaan maupun ekstensifikasi. Terkait dengan pelaksanaan Good Agricultural Practices (GAP) budidaya kakao saat ini telah dikembangkan pembuatan pupuk Bokashi dengan menggunakan bahan baku lokal yang berasal dari daun kakao yang telah gugur. Proses pembuatan pupuk Bokashi ini adalah dengan menggunakan mikroorganisme pengurai atau decomposer berupa EM-4. Larutan EM-4 terdiri dari mikroorganisme yang diisolasi secara khusus untuk menguraikan sampah organik dengan cepat. Mikroorganisme yang terkandung dalam EM4 terdiri dari bakteri fotosintesis, bakteri asam laktat (Lactobacillus sp), Actinomycetes dan ragi. Digunakannya EM-4 ini mengingat sudah banyak dijual di pasaran hampir seluruh wilayah Indonesia dalam bentuk cairan kental. Dengan digunakannya EM-4 ini proses pembuatan pupuk bokashi relatif lebih cepat dibandingkan dengan proses pengomposan konvensional. Membuat bokashi sangat mudah, bisa dilakukan dalam skala rumah tangga maupun skala pertanian yang lebih besar. Selanjutnya untuk mengatasi adanya serangan hama yang paling ganas dan paling sering dijumpai dalam budidaya kakao adalah hama Penggerek Buah Kakao atau (PBK) yang bernama Conophomorpa cramerella. Hama ini menyerang buah dan menyebabkan turunnya kuantitas dan kualitas hasil. Akibat serangan hama penggerek buah kakao seringkali berdampak besar dalam budidaya kakao yang bisa menurunkan produktivitas kakao hingga 80%. Untuk mengatasi seranga hama PBK tersebut saat ini telah dikembangkan Biopestisida berbahan baku Beauveria bassiana untuk pengendalian hama Penggerek Buah Kakao ini. Selain serangan hama ada pula serangan penyakit pada tanaman kakao yang paling sering dihadapi adalah Busuk Buah 7
Kakao. Penyakit ini pada intensitas serangan yang tinggi dapat menyebabkan penurunan hasil hingga 85%. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi cendawan Phythophtora palmivora yang berkembang pada buah kakao. Infeksi dapat terjadi pada buah-buah yang masih muda hingga buah-buah yang sudah siap petik. Untuk mengatasi serangan busuk buah kakao saat ini telah dikembangkan Biopestisida berbahan baku Trichoderma . Pengolahan produk antara direkomendasikan hanya sampai produk pasta. Dengan membatasi produk akhir pengolahan hanya sampai pasta, maka konsumsi tenaga dan listrik akan berkurang drastis karena tidak lagi melakukan pengepresan dan pembubukan yang boros waktu dan energi. Teknologi yang diterapkan merupakan suatu solusi bagi UMKM untuk dapat berproduksi secara efisien dan menguntungkan. Pengolahan sederhana ini dilakukan dengan kapasitas pengolahan produk antara maksimal yang dapat dicapai adalah sekitar 10 kg biji kering per hari yang dapat menghasilkan sekitar 5 kg bubuk dan 3 kg lemak kakao per hari atau sekitar 100 kg bubuk dan 60 kg lemak dalam satu bulan. Untuk tingkat produksi tersebut 95% kebutuhan energi listrik dihabiskan untuk proses pembubukan. Produk hilir kakao yang dihasilkan yaitu berupa: (a) milk chocolate, dan (b) dark chocolate. Di Indonesia tanaman karet ditanam oleh hampir 1 milyar petani yang tersebar di pulau Sumatera (70%), Kalimantan (24%) dan Jawa (4%) (Damanik S, 2012). Menurut Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (GAPKINDO), produksi karet berkisar antara 880 kg–1,099 kg per hektar dan pada tahun 2014 mencapai 3.2 juta ton (Dirjenbun, 2015). Dengan luas areal perkebunan karet mencapai 3,5 juta hektar, yang terdiri dari 512,080 hektar milik perusahaan negara dan swasta (15%) dan 2.947.920 hektar atau 85% dimiliki oleh perkebunan rakyat, membuat Indonesia menjadi negara dengan areal perkebunan terbesar di dunia. Namun, untuk produktifitas posisi Indonesia adalah sebagai negara kedua terbesar di dunia setelah Thailand. Dengan potensi ini Gapkindo (2013) memprediksi bahwa pada tahun 2025, Indonesia diharapkan menjadi negara penghasil karet alam terbesar di dunia dengan produksi 3,8-4,0 juta ton per tahun. Namun demikian usaha keras perlu dilakukan untuk mencapai target tersebut. Hal ini disebabkan karena hampir sebagian besar perkebunan karet di Indonesia menggunakan bibit yang tidak terseleksi dengan kualitas yang rendah dan bukan klon unggul (40% digunakan oleh perkebunan karet milik rakyat), terbatasnya akses untuk mendapatkan bibit bermutu, banyaknya perkebunan tua (berumur > 25 tahun), rusak dan tidak produktif, teknik kultivasi yang masih konvensional, adanya serangan penyakit dan 8
juga manajemen perkebunan yang belum dikuasai oleh perkebunan rakyat dengan kondisi kebun yang menyerupai hutan. Untuk peningkatan kualitas dan kuantitas dari produksi karet alam di Indonesia masalah yang paling krusial saat ini adalah penyediaan klon unggul sebagai bibit untuk replanting tanaman karet yang sudah tua dan rusak yang menghasilkan produktivitas rendah. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) telah menghasilkan bibit klon unggul karet hasil perbanyakan secara in vitro dan ex vitro. Optimasi produksi secara masal dan uji penanaman di lahan sedang dilakukan untuk dapat mendukung penyediaan klon unggul karet secara Nasional. Proses untuk mendapatkan bibit yang akhirnya digunakan oleh masyarakat melalui beberapa tahapan, selain teruji produktifitas klon yang dianjurkan, bibit juga harus melalui tahapan seleksi untuk mendapatkan sertifikasi. Selama ini perbanyakan tanaman karet yang dilakukan menggunakan metode in vitro berasumsi bahwa bibit yang dihasilkan adalah true-to-type, tetapi pada kenyataannya banyak dijumpai tanaman dengan variasi genetic/variasi somaklonal yang tinggi pada tanaman hasil perbanyakan secara in vitro apalagi jika melalui fase kalus. Variasi somaklonal pada tanaman hasil perbanyakan secara in vitro disebut sebagai variasi epigenetik, variasi ini dapat mengontrol ekspresi gen, mengubah urutan DNA dan menyebabkan adanya modifikasi genetik yang disebabkan karena adanya perubahan metilasi DNA, modifikasi histon, perbaikan kromatin dan interferensi RNA. Modifikasi genetik ini dapat mengatur diferensiasi dan perkembangan sel-sel atau jaringan dari tanaman hasil in vitro dan mungkin juga terjadi pada tanaman ex vitro. Studi menunjukkan bahwa perubahan dalam metilasi DNA yang cukup stabil dan sering akan ditularkan selama proses meiosis dan mitosis (Smulders and De Klerk, 2011). Mekanisme epigenetik dapat mempengaruhi ekspresi gen sehingga dapat memicu sinyal yang berkaitan dengan program pengembangan tanaman, akhirnya akan mengarah ke pembentukan fenotip yang berbeda. Miguel and Marum (2011) menyatakan bahwa kondisi in vitro dapat menginduksi variasi genetik yang dapat berhubungan dengan variasi fenotif dan kemungkinan berakibat pada hasil produksi tanaman (adanya perubahan secara morfologi, sitologi, sitokimia, biokimia dan juga tingkat molekuler). Analisa variasi genetik dan pemuliaan secara konvensional pada tanaman karet sangatlah sulit dilakukan karena panjangnya siklus seleksi (20-30 tahun), terbatasnya informasi genom, dan biaya yang mahal. Penanda DNA merupakan salah satu alat yang 9
sangat kuat yang bisa meningkatkan kecepatan dan efektivitas analisa genetik dan pemuliaan tanaman karet. Penanda DNA dapat berkontribusi untuk mengetahui secara cepat hubungan kekerabatan antar klon unggul karet, keaslian klon dan juga distribusi klon. Penanda DNA juga dapat digunakan untuk mengevaluasi plasma nutfah dan karakterisasi genetik dari sifat tanaman dengan sifat agronomi yang diinginkan. Pada kajian ini akan dilakukan identifikasi secara molekuler klon induk karet, dan identifikasi stabilitas genetik pada bibit tanaman hasil perbanyakan secara in vitro dan ex vitro, sebagai salah satu langkah awal untuk program penyedian bibit klon unggul karet dan untuk tahap perbaikan mutu karet dengan pendekatan molekuler. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman penghasil minyak yang paling efisien dengan produktivitas tertinggi di dunia dan memiliki potensi sebagai pensuplai utama bagi industri minyak nabati dan produk turunannya. Saat ini tanaman kelapa sawit telah menjadi salah satu komoditas perkebunan primadona di negeri ini dan merupakan kontributor penerimaan devisa negara yang dapat diandalkan. Hal ini dapat dilihat dari nilai ekspor produk kelapa sawit dan turunannya pada tahun 2012 yang mencapai US$ 19.38 milyar, naik 27.5% dari tahun sebelumnya. Walaupun mengalami sedikit penurunan nilai ekspor pada tahun 2013, tetapi nilainya masih di atas US$ 15 milyar (Dirjen Perkebunan, 2013). Melihat kecenderungan kenaikan produksi dan ekspor setiap tahunnya, maka dapat diperkirakan bahwa ekspor produk kelapa sawit dan turunannya masih akan terus meningkat, baik volume maupun nilainya, pada tahun-tahun mendatang. Peningkatan ini seiring dengan meningkatnya kebutuhan CPO (Crude Palm Oil) global semenjak naiknya harga minyak mentah dunia, menjadikan CPO sebagai pilihan untuk bahan baku pembuatan bioenergy sebagai alternatif bahan bakar. Peningkatan produksi ini terutama didukung oleh bertambahnya luas lahan perkebunan secara nasional sejak tahun 2003. Luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia kini mencapai 10.96 juta hektar, yang tersebar di hampir seluruh provinsi. Pulau Sumatera memiliki perkebunan terluas, yaitu lebih dari 6.63 juta hektar. Menurut data BPS tahun 2013, produksi CPO nasional mencapai 25.17 juta ton. Dengan nilai perdagangan dan investasi kelapa sawit yang besar, menjadi hal yang penting bagi dunia industri kelapa sawit Indonesia, terutama perkebunannya, untuk dapat bersaing pada pasar bersama ASEAN 2015 maupun pasar global, dengan meningkatkan produktivitas per unit area dan meningkatkan nilai tambah terutama pada kualitas minyaknya. Peningkatan tersebut dapat dilakukan melalui perbaikan mutu tanaman 10
dengan pemuliaan tanaman. Namun pemuliaan tanaman dengan cara mengawin-silangkan tanaman kelapa sawit membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Rekayasa genetika melalui transformasi genetika dengan memanfaatkan metode kultur jaringan, merupakan salah satu cara perbaikan mutu tanaman yang dapat memotong waktu yang dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas tanaman. Sejak tahun 2011, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) telah menjalin kerjasama penelitian dengan Fuji Oil Co. Ltd untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas tanaman kelapa sawit dengan menggunakan teknologi DNA dan rekayasa genetika sehingga dapat diaplikasikan dalam peningkatan hasil perkebunan di hulu hingga proses industri di hilir. Ruang lingkup kegiatan adalah memantapkan sistem transformasi genetika pada kelapa sawit dengan menggunakan vektor alami Agrobacterium maupun alat Particle Bombardment. Transformasi genetika dilakukan pada jaringan kelapa sawit yang diperoleh dari kultur jaringan, yaitu embrio somatik. Melalui kajian yang panjang, perekayasa di Balai Pengkajian Bioteknologi BPPT telah berhasil melakukan perbanyakan bibit tanaman kelapa sawit melalui metode kultur jaringan. Beberapa tanaman hasil kultur jaringan telah ditanam di lapang untuk pengujian adaptasi terhadap lingkungan dan produktivitas. Proses kultur jaringan tanaman kelapa sawit dimulai dengan menginduksi kalus dari eksplan daun muda. Kalus yang diperoleh selanjutnya dipindahkan ke media baru yang mengandung hormon pertumbuhan untuk merangsang pertumbuhan ke arah embrio somatik. Pada tahap ini biasanya embrio somatik dapat diperbanyak jumlahnya sebelum ditumbuhkan menjadi tunas yang kemudian merangsang pertumbuhan akar. Setelah perakaran terbentuk maka planlet kelapa sawit ini siap untuk dipindahkan ke lapang.
1.1.4. Ekspektasi Pemangku Kepentingan dan Pelanggan Keberhasilan dalam pelaksanaan tugas pokok PTPP harus ditinjau dari perspektif sejumlah pihak, yaitu : 1. Pelaku penelitian, pengembangan dan perekayasaan (sisi kemitraan dan partnership)
yang menilai perkembangan kemampuan tersebut dari efektivitas melakukan pembaruan ilmu pengetahuan dan teknologi.
11
2. Pelaku bisnis (sisi pelanggan/customer) yang menilai perkembangan kemampuan
ketersediaan
sumber
daya
untuk
melakukan
inovasi,
pendalaman
proses
pertambahan nilai, dan pembaruan proses produksi. 3. Pemerintah (stakeholder/pemangku kepentingan) yang menilai perkembangan
kemampuan teknologi terhadap kontribusinya pada perkembangan ekonomi.
Tabel 2. Ekspektasi Pemangku Kepentingan dan Pelanggan Pemangku Kepentingan
Lembaga
1.
Lembaga Pemerintah BPPT dan Pihak-pihak yang berkepentingan Deputi TAB atau memiliki harapan terhadap perkembangan kinerja dan program PTPP-TAB, BPPT
2.
Aliansi/Pelanggan (Customer) a. Pelanggan/Customer Pihak yang menggunakan produk dan pelayanan PTPP-TAB, BPPT
Industri Kecil Menengah IKM)
Pemerintah
3.
b. Aliansi Lembaga yang bekerjasama dengan PTPP-TAB, BPPT sebagai partner yang mempunyai tujuan, sasaran dan interes bersama Masyarakat
Lembaga, Litbangyasa, Perguruan Tinggi, Pemda Masyarakat Umum
Ekspektasi/Perspektif Kontribusinya terhadap dalam mendukung outcome dan impact bidang teknologi produksi pertanian untuk meningkatkan daya saing dan kemandirian bangsa Ketersediaan sumber daya teknologi untuk melakukan inovasi, pendalaman proses pertambahan nilai, dan pembaruan proses produksi untuk meningkatkan keuntungan. Ketersediaan sumber daya teknologi/ rekomendasi kebijakan untuk meningkatkan pelayanan publik Efektivitas melakukan pembaruan ilmu pengetahuan dan teknologi
Keluaran dan produk PTPP-TAB, BPPT dapat dimanfaatkan secara luas, meningkatkan kualitas hidup, lingkungan dan ekonomi secara keseluruhan.
1.2. Potensi dan Permasalahan Identifikasi potensi dan permasalahan PTPP-TAB, BPPT dilakukan untuk menganalisis permasalahan, tantangan, peluang, kelemahan dan potensi yang akan dihadapi PTPP-TAB, BPPT dalam rangka melaksanakan penugasan yang diamanatkan oleh Renstra Deputi TAB dan BPPT tahun 2015-2019. 12
1.2.1. Potensi Pusat Teknologi Produksi Pertanian (PTPP) mempunyai potensi yang terdiri dari sumberdaya manusia, fasilitas sarana dan prasarana meliputi hal hal sebagai berikut : 1. PTPP memiliki SDM unggul dengan tingkat pendidikan yang tinggi dari berbagai disiplin ilmu dan bidang keahlian diantaranya untuk tingkat pendidikan S3 sebesar 9,38%, S2 sebesar 34,38 %, S1 sebesar 42,19 %. Dan untuk tingkat pendidikan S0 sebesar 14,06% 2. PTPP di dukung oleh laboratorium lapang dan laboatorium analis. Laboratorium lapang PTPP yang terdiri dari laboratorium lapang peternakan, perikanan dan pertanian berlokasi di beberapa wilayah di Indonesia yang bekerjasama dengan pemerintah lokal dan beberapa kelompok usaha 3. PTPP di dukung oleh infrastruktur laboratorium analisi di Serpong LABTIAP Teknologi Produksi Pertanian dengan fasilitas fasilitas analisis untuk lab. Analitik, lab fisiologi tanaman, lab. Reproduksi ternak, lab nutrisi dan pakan, lab bioengineering, lab fisiologi ikan dan penyakit. 4. PTPP menggunakan system tata kerja kerekayasaan yang menggambarkan kerekayasaan pada beberapa program yang ada di PTPP yaitu inovasi teknologi produksi tanaman kakao, karet dan sawit, inovasi teknologi udang galah, dan ikan nila, teknologi inovasi peternakan melalui system integrasi sapi sawit serta Teknopark Bantaeng. 5. PTPP juga sudah memiliki jaringan (networking) yang luas dengan mitra (dalam negeri) dan akan berkembang pada kerjasama mitra dengan luar negeri.
1.2.2. Permasalahan Identifikasi permasalahan PTPP BPPT untuk menentukan strategi dalam rangka peningkatan kualitas belanja dimana strategi tersebut disusun berdasarkan permasalahan yang ditemui dalam pelaksanaan : 1) Pelaksanaan Peraturan Menteri Keuangan No 249/PMK.02/2011 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja atas Pelaksanaan RKA-KL
13
2) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. 3) Pengukuran TRL (Technology Readiness Level) 1. Pelaksanaan Peraturan Menteri Keuangan No 249/PMK.02/2011 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja atas Pelaksanaan RKA-KL. Berdasarkan pelaksanaan Pengukuran dan Evaluasi atas Pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran BPPT Tahun 2011 yang mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan No 249/PMK.02/2011 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja atas Pelaksanaan RKA-KL, ditemukan bahwa Pengukuran tersebut masih terbatas pada pengukuran pencapaian keluaran, belum mencerminkan aspek manfaat dari pelaksanaan RKA-KL. 2. Pelaksanaan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja BPPT 2014
dinyatakan bahwa beberapa aspek
strategis dan permasalahan utama yang mendasari pelaksanaan kegiatan/program BPPT antara lain :
Di bidang teknologi pangan, Indonesia dengan posisi geografisnya yang rawan bencana dan jumlah penduduknya yang sangat padat menyebabkan tingginya resiko terjadinya keadaan darurat akibat bencana. Menghadapi kondisi demikian pengembangan teknologi produksi pangan padat gizi sangatlah penting.
Di bidang teknologi kesehatan, saat ini industri farmasi Indonesia telah dapat memproduksi 90% kebutuhan produk obat dalam negeri bahkan untuk ekspor. Namun, hampir 95% produksi tersebut tergantung pada bahan baku obat (BBO) impor. Salah satu bahan yang masih diimpor adalah garam farmasi. Walaupun Indonesia terkenal sebagai negara maritim dan penghasil garam konsumsi, namun hingga kini Indonesia masih mengimpor garam kualitas farmasi, industri dan aneka pangan.
3. Pelaksanaan Pengukuran TRL (Technology Readiness Level) Untuk mengevaluasi kemajuan pelaksanaan kegiatan di PTPP-TAB, BPPT dibutuhkan suatu metode yang memiliki filosofi kegiatan dalam teknologi, yaitu Research, Development, Engineering, and Operation (R, D, E & O). Salah satu metode yang digunakan adalah TRL (Technology Readiness Level), metode ini telah digunakan oleh NASA dan Departemen 14
Pertahanan USA yang juga menggunakan tata kerja kerekayasaan. Dengan alat ukur ini maka dapat diketahui tingkat kesiapan dan risiko dari suatu teknologi untuk menuju ke tahap penerapan. Kesembilan level kesiapan teknologi TRL (Technology Readiness Level) didefinisikan sebagai berikut: TRL 1 : Prinsip dasar dari teknologi diteliti dan dilaporkan TRL 2 : Formulasi konsep dan/atau aplikasi teknologi TRL 3 : Pembuktian konsep (proof-of-concept) fungsi dan/atau karakteristik penting secara analitis dan eksperimental TRL 4 : Validasi kode, komponen dan/atau bread board validation dalam lingkungan laboratorium TRL 5 : Validasi kode, komponen dan/atau bread board validation dalam suatu lingkungan simulasi TRL 6 : Demonstrasi model atau prototipe sistem/subsistem dalam suatu lingkungan yang relevan TRL 7 : Demonstrasi prototipe sistem dalam lingkungan/aplikasi sebenarnya TRL 8 : Sistem telah lengkap dan memenuhi syarat (qualified)melaluipengujian dan demonstrasi dalam lingkungan/ aplikasi sebenarnya TRL 9 : Sistem benar-benar teruji/terbukti melalui keberhasilan pengoperasian
Berdasarkan hasil Evaluasi Kegiatan PTPP Tahun 2015, mengindikasikan bahwa sebagian besar kegiatan PTPP Tahun 2015 masih dalam area Risk Technology (TRL 1-3= 44,44% & TRL 4-6 =22,22%), sedangkan yang sudah masuk kedalam area Risk Market (TRL 7-9 = 33,33 %) Kondisi menunjukkan permasalahan PTPP antara lain:
Masih rendahnya keseimbangan antara syarat teknis dengan syarat ekonomis.
Masih lemahnya kemitraan dengan industri
Kurangnya kolaborasi dengan Lembaga komersialisasi/Investor atau Industri Strategis.
Masih lemahnya kemampuan pemasaran produk hasil litbangyasa PTPP.
15
Sedangkan faktor hambatan eksternal BPPT antara lain: banyak perusahaan yang terikat oleh peraturan prinsipal di luar negeri, serta political will pemerintah lemah (misalnya aturan tentang royality untuk peneliti dan perekayasa). Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka perlu disusun strategi yang mencakup apa yang ingin dicapai, langkah-langkah dan tahapan untuk mencapainya, dan sumberdaya yang dibutuhkan untuk mendukung pencapaian dimaksud.
16
BAB 2 TUJUAN DAN SASARAN KEGIATAN Sesuai dengan kedudukannya sebagai unsur pelaksana yang berada di bawah dan bertangung jawab kepada kepala
BPPT, Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan
Bioteknologi, PTPP mempunyai tugas melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan inovasi dan layanan teknologi di bidang teknologi produksi pertanian. Berdasarkan kondisi umum, potensi dan permasalahan yang akan dihadapi ke depan sebagaimana telah dijelaskan pada Bab I sebelumnya, maka PTPP-TAB BPPT telah menetapkan tujuan dan sasaran program, tujuan dan sasaran kegiatan serta indicator kinerja program. Renstra Pusat Teknologi Produksi Pertanian merupakan penjabaran dari Renstra Deputi TAB tahun 2015 - 2019
Renstra Pusat TPP
Renstra Kedeputian
Gambar 3. Alur keterkaitan RPJMN, Renstra (BPPT, TAB, PTPP), Rencana Kerja (Renja), RKT dan Penetapan Kinerja (PK)
17
2.1 Tujuan dan Sasaran Kegiatan Dalam menjabarkan tujuan dan sasaran program Renstra Deputi TAB, seperti dibawah ini, Sasaran Program : 1) Terwujudnya inovasi di bidang TAB untuk mendukung peningkatan daya saing 2) Termanfaatkannya hasil inovasi di Bidang TAB yang memiliki daya saing 3) Terwujudnya inovasi di bidang TAB untuk mendukung peningkatan kemandirian bangsa 4) Termanfaatkannya hasil inovasi di Bidang TAB yang mendukung kemandirian 5) Berfungsinya NSTP/ TP di Bidang TAB 6) Terwujudnya Rintisan Techno Park di Bidang TAB 7) Meningkatnya kualitas layanan di Bidang TAB
maka tujuan dan sasaran kegiatan yang akan dilaksanakan Pusat Teknologi Produksi Pertanian dari rencana strategis TAB adalah sebagai berikut : Tujuan 1 : Meningkatkan pemanfaatan teknologi dalam mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa Sasaran Strategis SS 1 : Inovasi untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa Sasaran Strategis SS 2 : inovasi untuk mendukung peningkatan kemandirian bangsa
Penjabaran dari rencana srategis Deputi TAB tersebut diatas menjadi Rencana Strategis Pusat teknologi Produksi Pertanian tahun 2015 – 2019 sebagai revisi ke-3 adalah sebagai berikut :
Kegiatan : Pengkajian dan Penerapan Teknologi Produksi Pertanian (3503) Sasaran Kegiatan 1 (SK.1) : Output 1 , Inovasi Teknologi Produksi Pakan Ternak Ruminansia pada Sistem Integrasi
Sasaran Kegiatan 2 (SK.2) : Output 2 : Inovasi Teknologi Produksi Benih Udang Galah Monosex Jantan Melalui Teknologi Neofemale
Sasaran Kegiatan 3 (SK.3) : Output 3, Terlaksananya Inovasi dan Layanan Teknologi Peningkatan Daya Saing Industri Kakao Unggulan 18
Sasaran Kegiatan 4 (SK.4) : Output 4, Inovasi dan layanan teknologi techno park di Kab. Bantaeng
2.2 Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Indikator kinerja kegiatan PTPP sesuai dengan tujuan dan sasaran kegiatan Pusat teknologi produksi pertanian adalah sebagai berikut :
Sasaran Kegiatan 1 (SK.1) : Inovasi Teknologi Produksi Pakan Ternak Ruminansia pada Sistem Integrasi Tahun INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK)
Satuan 2015 2016 2017 2018 2019
Jumlah prototipe pakan komplit berbasis limbah sawit : Prototipe Alpha Pakan komplit
Prototipe
Jumlah prototipe pakan komplit berbasis limbah sawit : Prototipe Beta Pakan komplit untuk Masa Pertumbuhan (Grower) Jumlah prototipe pakan komplit berbasis limbah sawit : Prototipe Beta Pakan komplit untuk Penggemukkan Jumlah prototipe pakan komplit berbasis limbah sawit : Prototipe Beta Pakan komplit untuk pembibitan Jumlah prototipe Alpha Pakan Probiotik spesifik sawit Jumlah prototipe Beta Pakan Probiotik spesifik sawit Jumlah prototipe Alpha Pakan Suplemen Jumlah prototipe Beta Pakan Suplemen Jumlah prototipe Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Peternakan “SI-Pinter Farm recording” untuk pembibitan Jumlah prototipe Aplikasi Sistem Infromasi Manajemen Peternakan “SI-Pinter Farm recording” untuk ternak perah Jumlah prototipe Aplikasi Formulasi Pakan Ternak Ruminansia Prototipe Alpha “SI-Pandai” Jumlah prototipe Aplikasi Formulasi Pakan Ternak Ruminansia Prototipe Beta “SI-Pandai” Jumlah prototipe Aplikasi Formulasi Pakan Ternak Ruminansia Prototipe Beta “SI-Pandai” untuk Ternak Perah Jumlah rekomendasi Desain Teknologi Penggembalaan terkontrol Jumlah Prototipe alpha pakan hijauan sumber protein pada lahan marjinal
Prototipe
1
1 Prototipe
1
Prototipe
1
Prototype Prototype Prototype Prototype Prototipe
1 1 1 1 -
-
-
-
1
1
Prototipe
Prototype
1 1
Prototype
1
Prototype 1 Rekomendasi Prototype
-
-
-
-
1
1
19
Jumlah Prototipe Beta pakan hijauan sumber protein pada Prototype lahan marjinal Rekomendasi Jumlah Rekomendasi Pakan hijauan sumber protein
1 1
Prototipe Jumlah prototipe Alpha teknologi perbanyakan HMT Prototipe Jumlah prototipe Beta teknologi perbanyakan HMT Jumlah rekomendasi Desain Teknologi Smart Farming Rekomendasi Peternakan di Prumpung Rekomendasi Kajian Gen-gen Potensial pada tanaman Rekomendasi kelapa sawit Jumlah rekomendasi Peningkatan Produktivitas Hijauan Rekomendasi Makanan Ternak (HMT) pada lahan sub optimal (UMKM) Outlook Pangan sumber protein hewani asal ternak Rekomendasi (Rekomendasi untuk masyarakat) Sasaran Kegiatan 2 (SK.2) : Inovasi Teknologi Produksi Benih Udang
1 1 -
-
-
1
1
-
-
-
-
-
1
1
-
1
-
Galah Monosex Jantan
Melalui Teknologi Neofemale Tahun INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK)
Satuan 2015 2016 2017 2018 2019
Jumlah prototype udang galahmonosex jantan : prototipe dsRNA MrIAG
Prototipe
Jumlah prototype udang galahmonosex jantan : prototipe benih Udang Galah Hibrida
Prototipe
Jumlah prototype udang galahmonosex jantan : prototipe benih Udang Galah Neo-female
Prototipe
Jumlah prototype udang galahmonosex jantan : prototipe benih Udang Galah Monosex jantan
Prototipe
Alih Teknologi Alih Jumlah Alih Teknologiproduksi Ikan Maharsi Teknologi Jumlah rekomendasi pemeliharaan dan perbaikan kualitas Rekomendasi induk ikan nila salina Rekomendasi Outlook Pangan sumber protein hewani asal ikan Jumlah Alih Teknologiproduksi Ikan nila Salina
-
1
-
-
-
-
-
1
-
-
-
-
-
1
-
-
-
-
1
-
-
1
-
-
-
-
-
1
-
-
-
-
1
-
-
-
1
-
1
Sasaran Kegiatan 3 (SK.3) : Terlaksananya Inovasi dan Layanan Teknologi Peningkatan Daya Saing Industri Kakao Unggulan Tahun INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK)
Satuan 2015 2016 2017 2018 2019
Jumlah Prototipe biopestisida berbahan baku Beauvaria bassiana
Prototype
-
1
-
-
-
Jumlah Prototipe biopestisida Trichodema sp.
Prototype
1
-
-
-
-
20
Jumlah Rekomendasi Penerapan Good Agricultural Practices (GAP) Jumlah Teknologi Bibit Stimulant grafting kakao (Mulako) Jumlah Alih Teknologi Pasca Panen
Rekomendasi
-
1
-
-
-
Prototype
-
1
-
-
-
1
-
-
-
Alih Teknologi
Jumlah Prototype produk antara kakao
Prototype
1
-
-
-
-
Jumlah Prototype produk hilir kakao
Prototype
-
1
-
-
-
Jumlah Prototype bibit unggul tanaman karet
Prototype
-
1
-
-
-
Sasaran Kegiatan 4 (SK.4) : Terlaksananya Inovasi dan layanan teknologi techno park di Kab. Bantaeng Tahun INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK)
Satuan 2015 2016 2017 2018 2019
Jumlah Unit Usaha berbadan hukum berbasis teknologi PPBT yang dihasilkan
-
2
3
5
5
Jumlah Penerima Manfaat Teknologi
Orang
-
50
100
100
100
Rekomendasi Kajian Teknologi Perlambatan Masa Dormansi Bibit
Rekomendasi
-
-
-
1
-
Rekomendasi dimanfaatkannya varietas jagung hibrida PTPP-BPPT untuk di kembangkan
Rekomendasi
-
-
-
-
1
Produk Inovasi E commerce pemasaran benih di Technopark
Produk Inovasi
-
-
1
-
-
21
BAB 3 ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN KERANGKA KELEMBAGAAN
3.1. Arah Kebijakan dan Strategi Deputi TAB Arah kebijakan Deputi TAB, BPPT sangat terkait dengan arah kebijakan dan strategi nasional yang terdiri dari : 1. Peningkatan dukungan iptek bagi daya saing sektor produksi, maka pembangunan diarahkan pada Penyelenggaraan Litbang (Riset); Layanan Perekekayasaan dan Teknologi dan Penguatan Kerjasama SwastaPemerintah – Perguruan Tingi.
2. Peningkatan dukungan iptek bagi keberlanjutan dan pemanfaatan sumberdaya alam maka pembangunan terutama diarahkan pada Sumberdaya hayati 3. Peningkatan dukungan bagi riset dan pengembangan dasar 4. Taman Tekno dan Taman Sains. Dalam upaya mewujudkan visi dan misi dan pencapaian sasaran strategis Deputi TAB maka arah kebijakan Deputi TAB pada tahun 2015-2019 adalah mendukung peningkatan daya saing industri dan kemandirian bangsa melalui penyelenggaraan litbangyasa teknologi untuk menghasilkan inovasi dan layanan teknologi dalam bidang teknologi agroindustri, bioteknologi, pangan dan obat. Strategi pelaksanaan dari arah kebijakan tersebut diatas dilakukan melalui upaya-upaya inisiatif strategis yang diimplementasikan dalam program Pengkajian dan Penerapan Teknologi (PPT) dalam lingkup Deputi TAB yang dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan pada unit-unit kerja sebagai berikut : 1. Pengkajian dan Penerapan Teknologi Produksi Pertanian 2. Pengkajian dan Penerapan Teknologi Agroindustri 3. Pengkajian dan Penerapan Teknologi Bioindustri 4. Pengkajian dan Penerapan Teknologi Farmasi dan Medika 5. Pengkajian dan Penerapan Teknologi Pati 6. Pengkajian dan Penerapan Bioteknologi 22
Strategi program untuk mendukung peningkatan daya saing industri dan kemandirian bangsa dilaksanakan melalui pelaksanaan kegiatan-kegiatan dengan outcome sebagai berikut : 1. Implementasi pengembangan Techno Park di lokasi/daerah (Kab. Bantaeng) 2. Dimanfaatkannya teknik penangkaran bibit kakao dengan menggunakan stimulant grafting 3. Diidentifikasinya beberapa klon tanaman kakao unggul melalui analisis molekuler dan ekofisiologi 4. Diterapkannya GAP budidaya tanaman kakao 5. Dihasilkannya prototype biopestisida berbahan aktif Beauvaria bassiana dan Trichoderma asperrlum 6. Dihasilkannya produk hilir kakao melalui proses pengolahan sederhana skala UMKM yang efisien dan menguntungkan 7. Termanfaatkannya inovasi teknologi penanda DNA untuk identifikasi klon tanaman induk karet dan tanaman hasil propagasi secara in vitro dan ex vitro 8. Termanfaatkan analisa bioinformatika untuk dapat mengidentifikasi gen-gen yang terdapat pada genom kelapa sawit sehingga dapat meningkatkan produk gen tertentu pada klon kelapa sawit 9. Termanfaatkannya inovasi teknologi strain unggul udang galah dan teknologi neofemale dan nila (Salina & Marine Tilapia) 10. Termanfaatkannya inovasi teknologi peternakan sistem integrasi sapi-sawit 11. Termanfaatkannya inovasi teknologi pakan ternak, pakan probiotik dan pakan suplemen untuk ternak ruminasia Beberapa strategi pelaksanaan program dan kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Terus menerus meningkatkan kompetensi dalam pengkajian dan penerapan teknologi yang unggul (state-of-the-art). 2) Menerapkan Sistem Tata Kerja Kerekayasaan didalam perencanaan dan pelaksanaan program BPPT. 3) Memposisikan BPPT sebagai penggerak utama dalam penguatan sistem inovasi nasional (SIN). 4) Membangun kemitraan dan pemanfaatan jejaring dengan industri, instansi
23
pemerintah, masyarakat dalam rangka penguasaan teknologi, promosi dan difusi teknologi, pemanfaatan teknologi, kerjasama dalam dan luar negeri. 5) Pemutakhiran kemampuan infrastruktur dan SDM secara berkesinambungan. 6) Melakukan peningkatan kesejahteraan dan penghargaan bagi Pegawai. 7) Melaksanakan program Reformasi Birokrasi BPPT.
3.2. Arah Kebijakan dan Strategi Pusat Teknologi Produksi Pertanian, PTPP-TAB Strategi pelaksanaan dari arah kebijakan tersebut diatas dilakukan melalui upaya-upaya inisiatif strategis yang diimplementasikan dalam kegiatan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (PPT) dalam lingkup PTPP-TAB yang dilaksanakan untuk mencapai sasaran strategis kegiatan PTPP dengan output sebagai berikut : 1. Implementasi pengembangan Techno Park di Kab. Bantaeng 2. Dimanfaatkannya inovasi teknologi produksi tanaman karet 3. Termanfaatkannya inovasi teknologi strain unggul udang galah dan teknologi neofemale dan nila (Salina & Marine Tilapia) 4. Termanfaatkannya inovasi teknologi peternakan melalui sistem integrasi sapi-sawit
3.3. Kerangka Regulasi Kerangka Regulai PTPP di atur melalui Pola perumusan tugas dan fungsi Eselon II di bawah Deputi Bidang TAB adalah bertugas melaksanakan pengkajian dan penerapan di bidang unit kerjanya, dan mempunyai fungsi pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi dalam lingkup unit kerja, penyiapan bahan rumusan kebijakan teknologi, dan pelaksanaan perencanaan, monitoring, evaluasi program dan anggaran. Adapun unit kerja Pusat Teknologi Produksi Pertanian mempunyai tugas melaksanakan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi produksi pertanian. Unit Kerja PTPP sebagai unit kerja dibawah Deputi Bidang TAB mempunyai fungsi sesuai dengan PERKA BPPT no.009 tahun 2015 yang terdiri dari : 1. Pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi produksi tanaman, 2. Pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi produksi peternakan,
24
3. Pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi produksi perikanan, 4. Penyiapan bahan rumusan kebijakan teknologi produksi pertanian; dan 5. Pelaksanaan perencanaan, monitoring, evaluasi program dan anggaran di lingkungan Pusat Teknologi Produksi Pertanian. 3.4. Kerangka Kelembagaan Penyesuaian Kerangka kelembagaan BPPT (struktur organisasi, ketatalaksanaan dan pengelolaan SDM) yang digunakan untuk melaksanakan
Rencana
Strategis
Pusat
Teknologi Produksi Pertanian, Deputi TAB 2015–2019 mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut: 1) Meningkatkan keterkaitan dan koordinasi pelaksanaan bidang-bidang pembangunan yang terdapat dalam RPJMN2015-2019, sesuai dengan fungsi dan visi/misi Deputi TAB; 2) Mempertajam arah kebijakan dan strategi Deputi TAB, BPPT sesuai dengan kapasitas organisasi dan dukungan sumber daya PTPP; 3) Membangun struktur organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran, menghindari duplikasi fungsi dan
meningkatkan efektifitas dan efisiensi PTPP dalam
melaksanakan program-program pembangunan nasional; 4) Memperjelas ketatalaksanaan dan meningkatkan profesionalitas SDM PTPP, Deputi TAB.
25
BAB 4 TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN 4.1 Target Kinerja Target Kinerja Pusat Teknologi Produksi Pertanian, sebagai tujuan kinerja Pusat Teknologi Produksi Pertanian (L2) merupakan sasaran program yang akan dicapai oleh Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi, dan kemudian dijabarkan dalam Sasaran kegiatan yang didistribusikan secara top down untuk dibagi habis menjadi indikator kinerja kegiatan di lingkungan Pusat Teknologi Produksi Pertanian. Indikator kinerja kegiatan (Ouput) Pusat Teknologi Produksi Pertanian merupakan kontribusi dari seluruh komponen kegiatan yang ada di lingkungan PTPP yang sebagian dapat dijadikan outcome yang telah berhasil dimanfaatkan oleh masyarakat pengguna layanan teknologi pada tingkat Deputi TAB (L1).
Tujuan Kegiatan 1 : Termanfaatkannya Inovasi teknologi peternakan sapi melalui sistem integrasi sapi sawit. Target (Rp. M) INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK)
Satuan 2015 2016 2017 2018 2019
Prototipe Rp (M) Prototipe Jumlah prototipe Alpha Pakan Probiotik spesifik sawit Rp (M) Prototipe Jumlah prototipe pakan Suplemen Rp (M) Jumlah prototipe Aplikasi Sistem Infromasi Manajemen Prototipe Peternakan “SI-Pinter Farm recording” untuk ternak Rp (M) perah Jumlah prototipe Aplikasi Formulasi Pakan Ternak Prototipe Ruminansia “SI-Pandai” Rp (M) Jumlah rekomendasi Desain Teknologi Penggembalaan Prototipe terkontrol Rp (M) Jumlah Prototipe pakan hijauan sumber protein pada Prototipe lahan marjinal Rp (M) Prototipe Jumlah Rekomendasi Pakan hijauan sumber protein Rp (M) Prototipe Jumlah prototipe teknologi perbanyakan HMT Rp (M) Jumlah prototipe pakan komplit berbasis limbah sawit
1 0,5
1 0,95
-
-
1 1,0 1 0,5 1 0,5 1 0,2 1
0,5 0,5
1 2,0 1 0,5 1 0,5 1 0,2
0,95 0,95
2,0
-
1 1,0 1,0
1 -
-
0,3
-
-
-
-
-
-
2,0 2,0 1 2,0 2,0 1 1 1 1 0,4 0.5 1 1 0,5 0.6 26
Jumlah rekomendasi Desain Teknologi Smart Farming Peternakan di Prumpung Rekomendasi Kajian Gen-gen Potensial pada tanaman kelapa sawit Jumlah rekomendasi Peningkatan Produktivitas Hijauan Makanan Ternak (HMT) pada lahan sub optimal (UMKM) Outlook Pangan sumber protein hewani asal ternak (Rekomendasi untuk masyarakat)
Prototipe Rp (M) Prototipe Rp (M) Prototipe
-
1 0,95
Rp (M) Prototipe Rp (M)
-
-
1,5 -
1 2,0 2,0 1 vvvvv 0,2 0,2 0,2 1 1 0,15 0,3
Tujuan Kegiatan 2 : Termanfaatkannya Inovasi Teknologi Produksi Benih Udang Galah Monosex Jantan Melalui Teknologi Neofemale Target (Rp. M) INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK)
Satuan 2015 2016 2017 2018 2019
Prototipe Rp (M) Prototipe Jumlah prototype udang galahmonosex jantan : prototipe benih Udang Galah Hibrida Rp (M) Prototipe Jumlah prototype udang galahmonosex jantan : prototipe benih Udang Galah Neo-female Rp (M) Prototipe Jumlah prototype udang galahmonosex jantan : prototipe benih Udang Galah Monosex jantan Rp (M) Prototipe Jumlah Alih Teknologiproduksi Ikan nila Salina Rp (M) Prototipe Jumlah Alih Teknologiproduksi Ikan Maharsi Rp (M) Jumlah rekomendasi pemeliharaan dan perbaikan kualitas Prototipe induk ikan nila salina Rp (M) Prototipe Outlook Pangan sumber protein hewani asal ikan Rp (M) Jumlah prototype udang galahmonosex jantan : prototipe dsRNA MrIAG
1 1,0 1 1,0 1 1,0 1 1,0 1 0,5 1 0,5 1 0,5
0,5 0,5 0,5 0,5 1 0,5 1 0,5 1 0,5 -
-
1 2,0 1 2,0 1 2,0 1 2,0 1,0 1,0 1 -
-
-
1 1 2,5 3,0 1 1 2,5 3,0 1 1 2,5 3,0 1 1 2,5 3,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1 1 2,0 1 1 0,2 0,3
27
Tujuan Kegiatan 3 : Termanfaatkannya Inovasi dan Layanan Teknologi Peningkatan Daya Saing Industri Kakao, Karet dan sawit Unggulan Target (Rp. M) INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK)
Satuan 2015 2016 2017 2018 2019
Jumlah Prototipe biopestisida berbahan baku Beauvaria Prototipe bassiana Rp (M) Prototipe Jumlah Prototipe biopestisida Trichodema sp Rp (M) Prototipe Jumlah paket informasi gen potensial untuk produk bernilai tinggi (tocoferol) tanaman sawit Rp (M) Prototipe Jumlah Teknologi Bibit Stimulant grafting kakao (Mulako) Rp (M) Prototipe Jumlah Alih Teknologi Pasca Panen Rp (M) Prototipe Jumlah Prototype produk antara kakao Rp (M) Prototipe Jumlah Prototype produk hilir kakao Rp (M) Prototipe Jumlah Prototype bibit unggul tanaman karet hasil propagasi Rp (M)
-
1
-
-
-
1
-
-
-
-
-
1
-
-
-
-
1
-
-
-
1
-
-
-
1
-
-
-
-
-
1
-
-
-
-
-
-
1 3,712 2,045
Tujuan Kegiatan 4 : Termanfaatkannya Terlaksananya Inovasi dan layanan teknologi techno park di Kab. Bantaeng Target (Rp. M) INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK)
Satuan 2015 2016 2017 2018 2019
Jumlah Unit Usaha berbadan hukum berbasis teknologi yang dihasilkan Jumlah Penerima Manfaat Teknologi Rekomendasi Kajian Teknologi Perlambatan Masa Dormansi Bibit Rekomendasi dimanfaatkannya varietas jagung hibrida PTPP-BPPT untuk di kembangkan Produk Inovasi E commerce pemasaran benih di Technopark
PPBT Rp (M) Orang Rp (M) Rekomendasi Rp (M) Rekomendasi Rp (M) Produk Inovasi Rp (M)
-
2 3 5 5 6,2 6,0 6,75 5,7 50 100 100 100 1 1,2 1,5 1,0 1 0,25 1 0,3 1 -
0,3
-
-
28
4.2 Kerangka Pendanaan Pendanaan dari APBN difokuskan untuk mendukung daya saing sektor produksi, kelestarian dan peningkatan kemanfaatan sumber daya alam, penyiapan masyarakat menghadapi kehidupan global serta penguatan SDM serta peningkatan sarana dan prasarana IPTEK. Dalam pelaksanaan progam dan kegiatan PTPP- TAB, BPPT diperlukan kaidah pelaksanaan yang tertata dengan baik dan bersinergi antara satu dengan lainnya yang meliputi kerangka pendanaan, regulasi, kelembagaan dan evaluasi. Kerangka pendanaan ditujukan untuk mempertajam alokasi anggaran agar efektif dan efisien. Melalui mekanisme penyusunan kerangka pendanaan yang dilaksanakan yaitu dengan mempertimbangkan kegiatan dan anggaran tahun sebelumnya, yang kemudian direview khususnya pada keberlanjutan program terhadap agenda pembangunan dengan melakukan perbaikanperbaikan pada output/keluaran serta komponen-komponen di bawahnya. Dengan mempertimbangkan lingkungan strategis dan capaian pada visi dan misi maka dilakukan review baseline yang meliputi alokasi program, kegiatan dan output serta komponen yang berlanjut maupun yang baru; volume target pada masing-masing tingkatan serta evaluasi terhadap output yang sudah tercapai menjadi hasil/outcome. Perhitungan pada Kerangka Pembiayaan Jangka Menengah (KPJM) yang melalui perhitungan khususnya di tahun 2015 yang sudah dilakukan di awal tahun baik untuk biaya operasional maupun non operasional dengan dasar mempertimbangkan hasil kegiatan dan evaluasinya terhadap capaian kinerja yang sudah ditetapkan. Adapun perhitungannya yaitu dengan mempertimbangkan alokasi dari masing-masing program, yang merupakan kompilasi alokasi per kegiatan sebagai implikasi adanya anggaran di masing-masing output, sedangkan untuk tingkat komponen merupakan hasil perhitungan volume komponen dikalikan dengan satuan biaya dan inflasinya. Alokasi baseline anggaran PTPP untuk 5 tahun kedepan sesuai dengan capaian visi dan misi dengan mengoptimalkan sumber daya yang tersedia guna menjawab kebutuhan dan tantangan dilakukan melalui penyusunan skala prioritas anggaran. Alokasi anggaran yang efektif menjadi faktor penting dalam mewujudkan sasaran prioritas pembangunan. Dalam mendukung hal tersebut, alokasi anggaran difokuskan pada program dan kegiatan yang memegang peran penting dalam pencapaian prioritas nasional untuk mendorong pertumbuhan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, efisiensi dari 29
belanja terkait operasional akan terus didorong sehingga alokasi yang terbatas menjadi lebih berdayaguna. Alokasi belanja pada prioritas didukung dengan rencana konkret yang berorientasi pada hasil dan manfaat (outcome dan impact). Dalam kaitan ini perencanaan program dan kegiatan pembangunan menjadi salah satu kunci keberhasilan dari penajaman alokasi pada prioritas tersebut. Rencana yang konkret tersebut bukan saja pada kegiatan yang mendukung pencapaian prioritas nasional melalui inovasi dan layanan teknologi. Pendanaan Program dan Kegiatan PTPP dalam Renstra TAB, BPPT 2015-2019 dalam rangka untuk mewujudkan kemandirian bangsa, peningkatan daya saing dan pelayanan publik dapat di ringkaskan pada tabel di bawah. Tabel. Baseline Pendanaan Pusat PTPP-TAB, BPPT 2015-2019 KODE 3503 3503.001 3503.002
3503.003
3503.004
PROGRAM / KEGIATAN Pengkajian dan Penerapan Teknologi Produksi Pertanian Inovasi teknologi peternakan sapi melalui sistem integrasi sapi sawit. Inovasi Teknologi Produksi Benih Udang Galah Monosex Jantan Melalui Teknologi Neofemale Inovasi dan Layanan Teknologi Peningkatan Daya Saing Industri Kakao Unggulan Inovasi dan layanan teknologi techno park di Kab. Bantaeng
2015
RENSTRA TAB (2015-2019) 2016 2017 2018 2019 12,971
15,5
23,0
23,5
1,5
2,0
3,0
5,5
4,0
1,25
1,7
5,0
6,0
6,5
3,712
2,045
7,5
8,5
7,0
-
7,2
Kerangka Pendanaan Program dan Kegiatan BPPT Tahun 2015 2019 secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran.1
30
BAB 5 PENUTUP
Renstra Pusat Teknologi Produksi Pertanian Deputi Bidang TAB 2015-2019 merupakan acuan dalam menyusun dokumen tahunan Rencana Kerja (Renja), Rencana Kerja dan Anggaran (RKA KL), dan Perjanjian Kinerja (PK) di lingkungan Pusat Teknologi Produksi Pertanian, Deputi TAB BPPT. Pelaksanaan dan pemantauan terhadap program, kegiatan dan anggaran diukur melalui indikator kinerja dan targetnya. Renstra ini selanjutnya akan menjadi bahan evaluasi dalam mereview antara rencana dengan pelasaksanaannya yang dituangkan dalam laporan akuntabilitas Pusat kepada stakeholders dan customers sebagai pertanggung jawaban kepada masyarakat dan Lembaga BPPT dalam menjalankan tugas pokok, fungsi dan wewenangnya. Kegiatan-kegiatan yang mendukung prioritas nasional dan prioritas bidang tentu akan selalu diutamakan, selain kegiatan-kegiatan yang secara langsung menjadi tanggung jawab dan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Pusat BPPT. Namun demikian, untuk hal-hal yang bersifat mendesak akan tetap dipertimbangkan untuk diprogramkan sesuai dengan skala urgensinya dan ketersediaan dukungan pembiayaannya. Pelaksanaan pengukuran kinerja akan dilakukan dengan mengacu pada sistem dan prosedur pengukuran kinerja yang telah ditetapkan oleh pimpinan BPPT dan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku dari Pemerintah.
31
LAMPIRAN-LAMPIRAN
32
Lampiran 1. Matriks Kinerja dan Pendanaan Pusat Teknologi Produksi Pertanian Deputi Bidang TAB BPPT 2015 – 2019 (Menyusul Tunggu Revisi) KEG.
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
LOKASI
(1)
(2)
(3)
3503.001
Pengkajian dan Penerapan Teknologi Produksi Pertanian Termanfaatkannya inovasi teknologi peternakan sapi melalui sistem integrasi sapi-sawit
3503.001
Jumlah prototipe pakan komplit berbasis limbah sawit Jumlah prototipe Alpha Pakan Probiotik spesifik sawit Jumlah prototipe pakan Suplemen Jumlah prototipe Aplikasi Sistem Infromasi Manajemen Peternakan “SI-Pinter Farm recording” untuk ternak perah Jumlah prototipe Aplikasi Formulasi Pakan Ternak Ruminansia “SI-Pandai” Jumlah rekomendasi Desain Teknologi Penggembalaan terkontrol Jumlah Prototipe pakan hijauan sumber protein pada lahan marjinal Jumlah Rekomendasi Pakan hijauan sumber protein Jumlah prototipe teknologi perbanyakan HMT Jumlah rekomendasi Desain
2015 (4)
TARGET 2016 2017 2018 (5)
(6)
2019
2015
(8)
(9)
(7)
Alokasi (Rp.M) 2016 2017 2018 (10)
(11)
(12)
UNIT
P/B/L
(14)
(15)
2019 (13)
PTPP Pelalawan dan P.Bun
PTPP
1
-
1
-
1
1
1
1
1
1
1
-
-
0,95
1,0
2,0
0,5
0,5
2,0
-
-
0,5 0,2
0,5 0,2
-
0,5
0,95
1,0
2,0
2,0
0,5
0,95
1,0
2,0
2,0
-
-
0,3
-
-
-
-
-
0,4
0.5
1
-
1
-
0,5
1
1
-
-
-
-
1
1
1
1
1
1
1
-
-
-
0,5
0.6
-
1
-
-
1,5
2,0
2,0 33
Teknologi Smart Farming Peternakan di Prumpung Rekomendasi Kajian Gen-gen Potensial pada tanaman kelapa sawit Jumlah rekomendasi Peningkatan Produktivitas Hijauan Makanan Ternak (HMT) pada lahan sub optimal (UMKM) Outlook Pangan sumber protein hewani asal ternak (Rekomendasi untuk masyarakat) 3503.002
Inovasi Teknologi Produksi Benih Udang Galah Monosex Jantan Melalui Teknologi Neofemale Jumlah prototype udang galahmonosex jantan : prototipe dsRNA MrIAG Jumlah prototype udang galahmonosex jantan : prototipe benih Udang Galah Hibrida Jumlah prototype udang galahmonosex jantan : prototipe benih Udang Galah Neo-female Jumlah prototype udang galahmonosex jantan : prototipe benih Udang Galah Monosex jantan Jumlah Alih Teknologiproduksi Ikan nila Salina
-
-
1
-
-
-
-
0,95
-
-
-
-
-
0,2
0,2
0,2
0,15
-
0,3
-
1
1
1
1
-
1
Kerawang, Sukabumi P. Seribu
PTPP
1
1
1
1
1
0,5
1,0
2,0
2,5
3,0
1
1
1
1
0,5
1,0
2,0
2,5
3,0
1
1
1
1
0,5
1,0
2,0
2,5
3,0
1
1
1
1
0,5
1,0
2,0
2,5
3,0
1
-
-
-
0,5
0,5
1,0
1,0
1,0
34
Jumlah Alih Teknologiproduksi Ikan Maharsi Jumlah rekomendasi pemeliharaan dan perbaikan kualitas induk ikan nila salina Outlook Pangan sumber protein hewani asal ikan 3503.003
1
-
-
-
0,5
0,5
1,0
1,0
1,0
1
1
1
1
1
0,5
0,5
-
2,0
-
-
-
-
0,2
0,3
-
-
-
1
1
PTPP
Inovasi Teknologi Peningkatan Daya saing industri kakao, karet dan sawit Jumlah Prototipe biopestisida berbahan baku Beauvaria bassiana Jumlah Prototipe biopestisida Trichodema sp Jumlah paket informasi gen potensial untuk produk bernilai tinggi (tocoferol) tanaman sawit Jumlah Teknologi Bibit Stimulant grafting kakao (Mulako) Jumlah Alih Teknologi Pasca Panen Jumlah Prototype produk antara kakao Jumlah Prototype produk hilir kakao Jumlah Prototype bibit unggul tanaman karet hasil propagasi
3503.004
1
Inovasi dan Layanan Teknologi Techno Park di Kab. Bantaeng
Jumlah Unit Usaha berbadan hukum berbasis teknologi yang
-
1
-
-
-
1
-
-
-
-
-
1
-
-
-
-
1
-
-
-
1
-
-
-
1
-
-
-
-
-
1
-
-
-
-
1
-
-
-
3,712
2,045
Bantaeng
PTPP
-
2
3
5
5
6,2
6,0
6,75
5,7
35
dihasilkan Jumlah Penerima Manfaat Teknologi Rekomendasi Kajian Teknologi Perlambatan Masa Dormansi Bibit Rekomendasi dimanfaatkannya varietas jagung hibrida PTPPBPPT untuk di kembangkan Produk Inovasi E commerce pemasaran benih di Technopark
-
50
100
100
100
-
-
-
1
-
-
-
-
-
1
-
-
1
-
-
-
1
1,2
1,5
1,0
0,25 0,3
-
-
0,3
-
-
36