Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
BAB I
Sesuai dengan semangat di atas, perubahan keempat UUD
PENDAHULUAN
1945 Pasal 31 Ayat (5), mengamanatkan “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-
Pembangunan Nasional yang dicitakan dalam Kabinet Indonesia
Bersatu
II
(KIB
II)
diwarnai
dengan
semangat
manajemen nasional dengan tag-line:‖change and continuity,
nilai agama dan persatuan bangsa untuk memajukan peradaban serta kesejahteraan umat manusia‖, ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) sebagai ―engine of tomorrow‖ mempunyai peran
debottlenecking, acceleration and enhancement, unity-together we
penting bagi pencapaian kemajuan bangsa dan kesejahteraan
can‖.
rakyat.
Semangat
memperlancar
mengusung
pemerintahan.
terhadap pembangunan nasional dalam upaya meningkatkan
Percepatan dan pemacuan menganut prinsip bahwa jika dilakukan
kemajuan dan kesejahteraan masyarakat, jika produk yang
secara bersama, tentunya kita bisa menyelesaikan berbagai
dihasilkan
persoalan yang dihadapi bangsa dan negara yang kita cintai ini.
masyarakat atau dapat menjadi solusi bagi permasalahan nyata
Semangat ini mencerminkan dinamika, keharmonisan, kecepatan,
yang dihadapi pemerintah maupun masyarakat.
dan
kebersamaan
dan
dalam
komunikasi
dan
berkelanjutan,
Pembangunan Iptek hanya akan memberikan kontribusi nyata
pembangunan
saluran
dan
pelaksanaan
kegiatan
seluruh
perubahan
penyelenggaraan
manajemen
pemerintahan
untuk
menyongsong masa depan yang lebih baik. Suatu deklarasi itikad luhur untuk melancarkan jalan bagi keamanan, keadilan, demokrasi dan kesejahteraan, dimana dicitakan pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada keunggulan daya saing, kekayaan sumber daya
bisa
didayagunakan
untuk
memenuhi
kebutuhan
Keberhasilan pembangunan Iptek yang telah dicapai pada periode 2004-2009 merupakan langkah awal bagi keberhasilan yang lebih besar dan menyeluruh yang diharapkan akan tercapai pada periode 2010-2014. Untuk itu, perlu digali dan dilakukan pendekatan serta strategi lanjutan dalam rangka mewujudkannya.
alam, sumber daya manusia dan budaya bangsa yang dikelola melalui penguasaan Iptek yang memadai. 15/Dok-BP/XII/2013
1
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
Renstra
Kementerian
ini
Nasional (SINas) yang berbasiskan kepada Sistem Nasional Iptek
diturunkan dari RPJP, RPJMN, Visi, Misi, Agenda dan 11 program
(Sisnas Iptek). Hal itu diwadahi dalam Renstra yang memayungi
Prioritas Nasional KIB II, dan Kontrak Kinerja Menristek. Program
program serta menetapkan strategi dan kebijakan umum untuk
Kementerian
menjamin
merealisasikannya. Program disusun berlandaskan visi dan misi
kontinuitas dan konsistensi program pembangunan iptek, sekaligus
yang berpandangan jauh ke depan sesuai dengan dinamika
menyelesaikan masalah dan kendala yang belum sepenuhnya
lingkungan strategis dan paradigma pembangunan Iptek masa
tertangani pada periode 2004-2009 serta mengantisipasi dan
mendatang.
Riset
dan
Riset
Teknologi
dan
Teknologi
disusun
untuk
(KRT)
mengatasi permasalahan yang diperkirakan akan timbul pada lima tahun ke depan.
mengikat ke dalam internal KRT dalam aspek perumusan kebijakan
Program Kementerian Riset dan Teknologi dirancang untuk meningkatkan
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 bersifat
peran
dan
kemampuan
Kementerian
dalam
mendorong dan menghela pembangunan Iptek nasional yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan riil masyarakat untuk
nasional tentang litbang Iptek, koordinasi pelaksanaan kebijakan dan sinkronisasi program, termasuk di dalamnya monitoring dan evaluasi yang akan disampaikan kepada Presiden sesuai dengan tupoksinya.
mewujudkan kesejahteraan dan kemajuan peradaban. Ini dapat dicapai apabila terwujud sebuah sistem yang memungkinkan terjadinya proses inovasi secara menyeluruh, yaitu sistem yang tidak hanya dapat memperkuat proses pengembangan Iptek, tetapi juga dapat menjembatani dan mengarahkan agar hasil-hasil pengembangan Iptek ini dapat termanfaatkan oleh pihak-pihak yang membutuhkannya. Karena itulah program pembangunan Iptek
1.1.
Kondisi Umum Dengan kekayaan alam yang melimpah dan potensi SDM
yang besar, disertai penguasaan Iptek yang maju, Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi bangsa adi kuasa di dunia sebagaimana telah dibuktikan dalam sejarah.
ke depan diarahkan untuk mewujudkan sebuah Sistem Inovasi 15/Dok-BP/XII/2013
2
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
Secara umum cara pandang kita terhadap penguasaan Iptek masih bersifat parsial, dengan mengesampingkan upaya yang
dengan bidang teknik non-pertanian, dan hanya sebagian kecil saja yang berlatar belakang bidang pertanian dan kedokteran1.
sistematis untuk menjadikan Iptek benar-benar sebagai mesin bagi
Dari data ini paling tidak bisa diajukan dua tesis penting:
pembangunan nasional. Karenanya sangat dibutuhkan upaya
pertama, bahwa kemajuan Iptek hanya bisa dicapai apabila
nasional
yang melibatkan
seluruh
stake-holder Iptek untuk
pengembangan
Iptek
dilakukan
sejalan
dengan
pemecahan
mencapai tingkat penguasaan Iptek yang dapat memberikan nilai
masalah riil secara langsung (demand-driven).
tambah tinggi bagi proses perekonomian dan mencegah terjadinya
ilmuwan
disintegrasi peran Iptek dari proses pembangunan nasional.
Kementerian (LPNK) belum terlibat secara nyata dalam aktifitas
Sebagai indikasi akan produktivitas di bidang Iptek, jumlah
yang
terkonsentrasi
di
lembaga
Kedua, bahwa pemerintah
non-
penerapan Iptek untuk pembangunan nasional.
publikasi ilmiah di jurnal internasional hasil karya ilmuwan
Keterkaitan technology-supply and demand menjadi hal yang
Indonesia selama tahun 2005-2008 yang tercatat dalam Scopus
penting dalam upaya pengembangan teknologi. Bisa dipahami
(2009) adalah sebanyak 6.553 paper. Bidang ilmu yang dominan
kenapa bidang pertanian dan kedokteran termasuk bidang yang
dalam publikasi ilmiah di jurnal internasional hasil karya ilmuwan
paling maju kontribusi ilmiahnya dibanding dengan bidang lain
Indonesia adalah clinical medicine dan plant and animal sciences.
manapun di Indonesia, karena kedua bidang ini secara langsung
Sementara itu, paten yang didaftarkan di Direktorat Jenderal Hak
berkaitan dengan permasalahan riil masyarakat, dengan kata lain
Kekayaan Intelektual, Kementerian Hukum dan Hak Azasi Manusia
karena keterkaitan yang baik antara sisi pemasok dan pengguna
dalam kurun waktu tahun 1991 – 2008, hanya 4.14% yang berasal
Iptek. Di
dari dalam negeri dan sisanya merupakan usulan paten asing. Hal
bidang
lain,
terutama
teknik
dan
rekayasa,
ini mengindikasikan bahwa Indonesia merupakan pasar yang besar
permasalahannya bukan terletak pada sisi supply. Tetapi lebih pada
bagi teknologi asing. Ironisnya jumlah ilmuwan doktor terbanyak
sisi demand serta upaya 'menjembatani' kedua sisi itu yang tidak
berada di lembaga penelitian pemerintah terutama yang berkaitan 15/Dok-BP/XII/2013
1
Data LIPI tahun 2004 3
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
optimal, sehingga keterkaitan yang erat antara keduanya tidak
akan teknologi kepada litbang pemerintah maupun perguruan tinggi
terbangun. Kebutuhan akan teknologi bagi dunia industri, yang
sebagai produsen teknologi. Karenanya kebijakan insentif bagi
masih terkonsentrasi pada low-tech dan medium-tech, sangat besar
industri untuk melakukan litbang sebagaimana diterapkan di
dan terus membesar. Hanya saja kebutuhan itu selama ini hanya
negara-negara maju menjadi sangat penting. Beberapa kebijakan
bisa dipenuhi dari produk impor.
pemerintah
Upaya menjembatani sisi supply dan demand
terbaru
seperti
pemberian
insentif
fiskal
bagi
dilakukan
perusahaan yang melakukan litbang terapan berbasis Iptek (PP
dalam sebuah sistem yang dikenal dengan Sistem Inovasi, yaitu
35/2007) dan adanya larangan ekspor bahan tambang yang tidak
sebuah jaringan rantai pemasok teknologi ( technology supply
diolah (UU No. 4/2009) adalah salah satu langkah untuk
chain) yang mengaitkan antara institusi pemasok teknologi dan
mendorong proses pertambahan nilai bagi industri yang merupakan
pengguna teknologi, yang pada tataran nasional disebut Sistem
motor penggerak demand teknologi.
Inovasi Nasional (SINas) dan pada tataran daerah disebut Sistem Inovasi Daerah (SIDA). Melalui Sistem Inovasi Nasional dan Sistem Inovasi Daerah diharapkan dapat terjadi interaksi yang koheren dalam kegiatan memproduksi pengetahuan, menerapkan dan mendiseminasikan
hasilnya,
sehingga menumbuhkan manfaat
nyata yang dapat dirasakan oleh masyarakat. Keberhasilan membuat jembatan yang menghubungkan sisi
demand dan supply teknologi antara industri serta lembaga pengguna Iptek dengan lembaga litbang Iptek menjadi kunci penting bagi kemajuan Iptek nasional. Peningkatan kebutuhan akan litbang terapan pada industri identik dengan peningkatan demand 15/Dok-BP/XII/2013
Kita menyadari bahwa kemampuan Iptek, terutama dalam percaturan global, masih lemah. Misalnya, dilihat dari belanja litbang, pengeluaran Indonesia sangatlah kecil. Belanja litbang per PDB Indonesia masih di bawah 0.1%, ini jauh dari rata-rata negara OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) yang sudah di atas 2%. Negara Asia seperti Jepang dan Korea sudah mengalokasikan anggaran di atas 3%, sementara China sekitar 1.5%. Bahkan jika dibanding dengan negara ASEAN pun, belanja litbang Indonesia masih jauh lebih rendah, di mana Singapura sudah mencapai di atas 2% dan Malaysia sekitar 0.5%.
4
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
Sumber pembiayaan belanja litbang Indonesia sebagian besar (>70%) masih berasal dari anggaran pemerintah dan pelaksana litbang pun hampir seluruhnya merupakan institusi pemerintah. Ini berbeda dengan negara-negara maju pada umumnya, dimana belanja litbang sebagian besar bersumber dari dunia usaha/industri dan pelaksana litbang juga banyak dari dunia usaha. Dari kondisi ini dapatlah dimengerti bahwa aktivitas litbang di Indonesia masih didominasi oleh sektor pemerintah, akibatnya belum mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pembangunan perekonomian nasional.
dihasilkan melalui 4 (empat) program di dalam 6 (enam) bidang fokus pembangunan Iptek selama kurun waktu 2004-2009. Di bidang pangan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) telah berhasil mengembangkan dan melepas beberapa varietas unggul padi hibrida, varietas unggul jagung dan kedelai. Untuk mendukung diversifikasi pangan, telah pula dikumpulkan cadangan plasma nutfah untuk talas, ubi kayu, dan telah dikembangkan bibit unggul hasil rekayasa genetika pisang, kedelai, kacang hijau, manggis, nenas, dan pepaya. Telah dikembangkan juga teknik-teknik pemuliaan ternak untuk mendapatkan varietas
Intensitas sumberdaya manusia Iptek Indonesia juga masih
sapi unggul dan vaksin untuk ternak untuk mencegah penyakit
jauh lebih rendah dibanding dengan negara–negara Asia lain.
cacing hati, serta Kit Radioimmunoassay (RIA) untuk membantu
Jumlah personil litbang Indonesia baru mencapai 1 per 10.000
keberhasilan proses inseminasi buatan, dan berbagai suplemen
penduduk. Angka ini jauh di bawah Malaysia dan Thailand yang
pakan ternak multi nutrisi.
mencapai sekitar 6 per 10.000 penduduk, sementara Singapura sudah mencapai hampir 70 per 10.000 penduduk.2
Dalam rangka mengembangkan energi baru dan terbarukan, atas koordinasi dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Meskipun kondisi sumberdaya Iptek yang masih terbatas,
(BPPT) telah berhasil dikembangkan teknologi rancang bangun
beberapa usaha dan capaian di bidang pengembangan Iptek telah
biofuel, PLTB 25 kW, PLTU mulut-tambang, eksplorasi migas lepas pantai,
2
IMD 2009
15/Dok-BP/XII/2013
dan
survey
laut
untuk
eksplorasi-mineral,
serta
pemanfaatan bijih besi lokal utuk bahan baku industri baja.
5
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
Di
samping
itu,
di
BPPT
telah
dikembangkan
pula
generasi modern dengan frekuensi 2.3 GHz dan 3.3 Ghz, serta
pemanfaatan fuel grade ethanol sebagai bahan bakar di sektor
sistem Technical Assistance Pengembangan E-Government, paket
transportasi, dan saat ini telah dilakukan sertifikasi produk-produk
aplikasi SIMDA.
Fuel Grade Ethanol (FGE) serta Gasohol E-10 dan Gasohol E-20. Selanjutnya telah dikembangkan pula teknologi pengolahan minyak nabati berbasis biji jarak untuk substitusi BBM termasuk alat press biji jarak yang mudah diterapkan. Di bidang transportasi, di BPPT juga telah dikembangkan
Sementara itu, dalam bidang teknologi pertahanan dan keamanan atas koordinasi Kementerian Riset dan Teknologi dan kerjasama BPPT-PT. PINDAD telah berhasil dikembangkan Panser 6x6 yang dapat mengangkut sampai 13 personil tempur dan Panser 4x4 untuk mengangkut 12 personil, disain dan contoh awal senjata
teknologi Boogie kereta duorail dan monorail pada kecepatan
berpeluru karet kaliber khusus spesifik POLRI,
medium dan tinggi, teknologi persinyalan dan sistem peringatan
mata kaliber 38 mm dan geranat gas air mata untuk pengendalian
otomatis penutup pintu perlintasan kereta api, Rail Fastening untuk
kerusuhan massa, alat komunikasi yang dinamakan Alkom (Alat
memperkuat dudukan rel pada bantalan kayu. Juga telah berhasil
Komunikasi) Tactical Radio HF Spread Spectrum Frequency
dikembangkan Kapal Bersayap dengan Efek Permukaan ( Wing-in-
Hopping yang berbasis teknologi digital hopping, digital voice dan
Surface Effect Ship – WISE).
pengacakan
Di bidang teknologi informasi dan komunikasi telah berhasil dikembangkan aplikasi IGOS (Indonesia Go Open Source) yang siap dimanfaatkan untuk kebutuhan administrasi. Saat ini aplikasi berbasis open source tengah dikembangkan untuk keperluankeperluan penelitian seperti pengolah sintesis DNA, simulasi protein, dan sebagainya. Selain itu, telah berhasil dikembangkan rangkaian penerima ’Chip Wimax’, suatu sistem komunikasi 15/Dok-BP/XII/2013
suara
(voice
amunisi gas air
encryption), radio jammer
untuk
mengganggu sistim komunikasi musuh dan sekaligus dapat digunakan untuk mengetahui posisi (lokasi) musuh, transponder sasaran torpedo latih yang dapat mendeteksi dan menelusuri kapal selam di sekitar Kapal Atas Air; pesawat udara tanpa awak (PUNA),
Blast Effect Bomb (BEB) yang merupakan bom latih yang memberikan efek suara ledakan keras seperti bom tajam. Dalam rangka menjaga keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik 6
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
Indonesia (NKRI), Badan Informasi Geospasial telah melakukan
bangsa Indonesia yang merupakan bagian dari tata kehidupan
demarkasi dan deliniasi di wilayah perbatasan antara RI-Malaysia,
global, karena globalisasi adalah fenomena sejagad yang sudah kita
RI-Papua Nuginia (PNG) dan RI-Republik Demokratik Timor Leste
masuki, dan tidak dapat kita tarik kembali. Secara eksternal faktual
(RDTL) serta menyusun peta batas wilayah NKRI.
Indonesia merupakan bagian dari tata kehidupan global. Indonesia
Hasil yang baik juga terlihat dalam bidang kesehatan dan obat. Di Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) terutama telah dikuasai perangkat teknologi nuklir untuk penanggulangan penyakit
tidak dapat lepas dan mengisolasi diri sebagai sistem tertutup terhadap globalisasi. Bangsa Indonesia sudah memasuki dan terbuka terhadap arus global.
kanker dan infeksi bakteri. Di Lembaga Ilmu Pengetahuan
Perkembangan Iptek telah membawa revolusi 3T yaitu
Indonesia (LIPI) telah dikembangkan protein human EPO yang saat
perubahan radikal dalam transportasi, telekomunikasi, dan tourisme
ini akan memasuki uji klinis, interferon I-2a yang sering digunakan
yang mengabaikan batas wilayah negara. Arus barang, jasa, orang,
sebagai anti viral dan anti kanker, produk herbal menjadi bahan
informasi, dan investasi semakin cepat
baku obat kardiovaskuler, hepatitis, diabetes, anti trombosit, anti
perubahan
malaria (artemisinin dan analognya), anti oksidan, anti kanker, anti
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bagi bangsa Indonesia.
kolesterol, dan anti tuberkulosis. Di samping itu, Indonesia telah membangun kemampuan untuk mengembangkan Vaksin Flu Burung sendiri.
yang sangat cepat
dan mengakibatkan
terhadap tatanan
kehidupan
Berkembangnya teknologi informasi mengakibatkan hampir tidak ada hambatan bagi penduduk dunia untuk melakukan interaksi satu dengan lainnya, arus informasi, baik positif maupun negatif begitu cepat sampai kepada rakyat Indonesia. Revolusi transportasi dan telekomunikasi telah mengakibatkan mobilitas
1.2. Lingkungan Strategis Dinamika
perubahan
lingkungan
strategis
khususnya
lingkungan global adalah proses yang tidak dapat dihindari oleh 15/Dok-BP/XII/2013
penduduk dunia yang tidak lagi mengenal batas wilayah yang berdampak
pada
adanya
masalah-masalah
keamanan di wilayah perbatasan.
pertahanan
dan
Arus globalisasi memberikan 7
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
dampak baik positif maupun negatif
yang berakibat
adanya
peningkatan
arus
perdagangan
dan
keuangan
internasional,
transformasi baik di bidang idiologi, politik, ekonomi, sosial budaya
berbagai negara, perusahaan dan lembaga, baik di pusat maupun
serta pertahanan dan keamanan.
di daerah, khususnya yang memiliki kemampuan dan sarana
Bila dicermati keterkaitan antara kejadian di lingkup global dengan kejadian di lingkup regional maupun nasional, demikian pula dengan hubungan antara negara-negara yang terletak dalam
penunjang, dapat memperluas jangkauan pengaruh pasarnya hingga menjangkau bagian lain dunia dengan cara yang jauh lebih ekonomis dan singkat.
satu kawasan maupun antar kawasan, baik secara langsung
Berkaitan dengan pembangunan Iptek nasional, UNDP dalam
maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap proses yang
Human Development Report (2001) memperkenalkan konsep global
terjadi di suatu negara.
technology hub atas inovasi teknologi, yang didefinisikan sebagai
Dalam kaitan dengan upaya peningkatan pembangunan Iptek nasional, perubahan lingkungan strategis menjadi sangat penting, karena akan menentukan pilihan strategi dan upaya-upaya yang diambil. Mengikuti perkembangan Iptek, khususnya teknologi informasi, arus globalisasi menimbulkan peningkatan arus barang,
lokasi yang paling aktif di dalam era digital dalam pengembangan inovasi teknologi. Berdasarkan survei oleh UNDP tahun 2000 terhadap pemerintah lokal, industri dan media, lokasi inovasi diranking dari 1 - 4 untuk 4 bidang besar: a.
jasa dan orang, termasuk Iptek, yang masuk dan keluar dari wilayah kita.
pekerja ahli atau mengembangkan teknologi. b.
ekonomi.
ketergantungan yang berlangsung begitu cepat di antara negaraBerkat
kemajuan
15/Dok-BP/XII/2013
teknologi
informasi
dan
komunikasi
serta
Keberadaan perusahaan yang mapan atau perusahaan multinasional dalam menumbuhkan keahlian dan stabilitas
Proses globalisasi, yang ditandai dengan meningkatnya saling negara, selain membawa peluang juga mengandung tantangan.
Kemampuan lembaga riset dan universitas untuk melatih
c.
Populasi
para
enterpreneur
untuk
bergerak
memulai
perusahaan ventura baru.
8
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
Kemampuan modal ventura untuk menjamin, bahwa ide-ide
lokasi global hub inovasi teknologi dimiliki China, yakni Taipei,
teknologi baru dapat masuk ke pasar.
Hsinchu, dan Hong Kong. Taipei menempati peringkat 10 di atas
Dari survei tersebut dideteksi 46 teknologi hub di seluruh
Bangalore dan satu tingkat di bawah San Fransisco. Indonesia
dunia. Dari 10 besar (nilai di atas 13) pertama 5 hub (pusat
memiliki hubungan dengan Taiwan sebatas hubungan ekonomi,
inovasi) berada di AS (Silicon Valley, Boston, Raleigh-Durham-
perdagangan,
Chapel Hill, Austin, San Fransisco). Nilai sempurna (nilai 16) dimiliki
kesepakatan ketika pemulihan hubungan diplomatik 1990. Taiwan
oleh Silicon Valley, AS. Benua terbanyak memiliki hub adalah
adalah partner dagang dan investor yang cukup signifikan
Amerika (16), menyusul Eropa (15) dan Asia (11). Hal-hal yang
kontribusinya
menarik adalah data berdasarkan benua, ternyata Kuala Lumpur
wisatawannya. Taiwan juga memiliki kemampuan high-tech yang
(Malaysia) dan Singapura termasuk 2 dari 10 hub di Asia.
diperlukan oleh Indonesia dalam kerangka transfer teknologi.
d.
El
Ghazala, Tunisia juga termasuk salah satu dari hub global ini. Perkembangan
global
penting
di
negara-negara
investasi
terhadap
dan
sosial
budaya
pembangunan
sesuai
Indonesia,
dengan
termasuk
Pengaruh global lain adalah Jepang yang merupakan mitra yang
dagang
terbesar
Indonesia.
Hingga
tahun
2005,
volume
berpengaruh dalam bidang Iptek yang berhubungan dengan
perdagangan kedua negara mencapai US$25 milyar (ekspor US$ 18
Indonesia
China.
milyar, impor US$ 7 milyar dengan surplus US$ 11 milyar).
Perkembangan China dalam menyerap investasi berbagai negara
Masuknya bantuan pemerintah Jepang diikuti oleh masuknya
besar sangat mengagumkan. Pembangunan infrastruktur ekonomi,
investasi dari kalangan swastanya. Sampai sebelum kemunculan
SDM yang berlimpah dan murah, iklim investasi yang ramah
China selaku sasaran investasi Jepang, Indonesia masih merupakan
membuat China menjadi salah satu negara yang sangat efisien bagi
tujuan utama investasi Jepang di Asia. Sejak 1967 hingga 2005,
industri manufaktur. Produk-produk industri China membanjiri
investasi Jepang terkonsentrasi di sektor manufaktur non-migas,
pasar global termasuk Indonesia, dengan harga yang relatif murah.
sehingga memberikan manfaat langsung bagi Indonesia, karena
Kemajuan Iptek China juga tumbuh dengan sangat luar biasa. Tiga
meski padat modal, namun bersifat padat karya dengan teknologi
perlu
15/Dok-BP/XII/2013
diungkap.
Salah
satunya
adalah
9
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
bervariasi mulai dari menengah sampai teknologi tinggi (alas kaki,
ditingkatkan
tekstil, pakaian jadi, kulkas, radio/tape recorder, vcd/dvd player,
pertahanan keamanan, energi, ekonomi, Iptek dan pendidikan) dan
microwave, televisi, sepeda motor, mobil, dll). Sementara investasi
tidak hanya terjebak dalam tataran teknis/sektoral seperti yang
negara maju lain kebanyakan terkonsentrasi hanya di sektor migas,
telah dicapai selama ini. Untuk dapat mencapai kepentingan di
yang padat modal dan teknologi tinggi, namun tidak padat karya.
bidang-bidang
India sangat mendorong pengembangan industri jasa dan informasi
teknologi
terpusat
di
Bangalore.
pada
strategis
bidang-bidang
tersebut,
strategis
Indonesia
harus
(seperti
mampu
memanfaatkan kerjasama bilateral dan regional secara lebih efektif.
Dengan
Dalam lingkup regional lembaga multilateral yang perlu
kemampuan outsourcing dan pemrosesan data yang dimiliki,
dicermati adalah ASEAN. Indonesia berpandangan bahwa ASEAN
Bangalore bahkan disebut-sebut sebagai Silicon Valley kedua.
merupakan salah satu soko guru politik luar negerinya. Bagi
Sumber daya manusia bidang teknologi informasi yang melimpah di
Indonesia, kawasan Asia Tenggara yang stabil, aman, damai dan
India membuat Bangalore menempati posisi 11 dari peringkat
kondusif ditinjau dari berbagai aspek merupakan modal dasar yang
global hub inovasi Iptek yang disusun UNDP (2001).
Secara
penting untuk pembangunan di dalam negeri. Hal ini sejalan
khusus, bidang-bidang kerjasama antara Indonesia dan India
dengan pendekatan lingkaran-lingkaran konsentris yang digunakan
meliputi kerjasama politik dalam bentuk dukungan di berbagai
oleh Indonesia dalam menjalankan politik luar negerinya. Perihal
bidang, pertahanan dan keamanan, ekonomi, sains dan teknologi
kepemimpinan Indonesia di dalam ASEAN, dapat dikemukakan
dalam bentuk kerjasama teknologi ruang angkasa, teknologi nuklir,
bahwa
satelit, bioteknologi, kerjasama teknik lainnya dalam bentuk
Indonesia di kawasan Asia Tenggara masih tetap besar. Namun
beasiswa, pendidikan dan pelatihan di berbagai bidang. Seluruh
Indonesia berkeyakinan bahwa kepemimpinan yang bijak adalah
kerjasama ini dibicarakan dan disepakati dalam wadah Forum
kepemimpinan yang tidak dipaksakan, melainkan yang diraih
Konsultasi Bilateral dan Komisi Bersama antara Indonesia dan India
melalui kualitas diplomasi dan kontribusi konkrit Indonesia kepada
yang telah dimulai sejak tahun 2003. Kerjasama yang perlu
kawasan Asia Tenggara. Dalam kaitan ini, dapat dikatakan bahwa
15/Dok-BP/XII/2013
yang
adalah
berdasarkan
kondisi
objektif,
potensi
kepemimpinan
10
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
sejak 1997/1998, dengan dicurahkannya perhatian pada proses
Bagi Negara berkembang, globalisasi menawarkan perspektif
reformasi politik dan penanggulangan krisis ekonomi dalam negeri,
baru bagi integrasi ekonomi dan kemungkinan perbaikan kinerja
telah terdapat dampak yang kurang menguntungkan terhadap
ekonomi, antara lain:
peran Indonesia dalam ASEAN. Namun demikian, seiring dengan pemulihan kondisi dalam negeri, maka dalam kurang lebih dua tahun terakhir, Indonesia telah mampu meningkatkan kembali perhatiannya kepada ASEAN. Upaya-upaya untuk meningkatkan peran Indonesia di ASEAN akan terus dikembangkan.
Multilateralisme: menangani
Merupakan
berbagai
forum
permasalahan
terbaik
global.
untuk
Untuk
itu,
berbagai upaya global telah dilakukan di berbagai forum seperti PBB, Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), dan lembaga-lembaga Bretton Woods (Bank Dunia dan IMF).
Dengan perkembangan Iptek di negara tetangga yang sudah
Telah di sepakati berbagai agenda pembangunan global
cukup maju, seperti di Singapura dan Malaysia - dua negara ini
seperti UN Millenium Development Goals (MDGs), WTO Doha
termasuk sebagai lokasi global hub inovasi teknologi - Indonesia
Developtment
perlu lebih menyadari ketertinggalannya.
Financing
Kesadaran ini penting
for
Agenda,
the
Development
Monterrey
Consensus
maupun
on
Johannesburg
untuk memacu semangat untuk bersaing secara positif dengan
Declaration on Sustainable dan Johannesburg Plan of
negara tetangga. Bila tidak, maka nilai tambah dari sumber daya
Implementation.
alam (SDA) yang melimpah di negara kita akan lebih banyak dinikmati oleh negara tetangga tersebut melalui jasa teknologi. Belum lagi dengan akan berlakunya Pasar Bebas ASEAN 2015, tekanan kompetisi dalam regional ini semakin tinggi.
Bila tidak
disikapi dengan penuh keseriusan, maka bangsa kita akan tertinggal dan hanya akan mendapat beban dan kerugian dari dibukanya Pasar Bebas ASEAN tersebut. 15/Dok-BP/XII/2013
Millennium Development Goals (MDGs): Berisi berbagai komitmen
dan
target
yang
harus
dicapai
masyarakat
internasional dalam pembangunan ekonomi dan sosial yang berkelanjutan. Melalui Millennium Summit, para pemimpin dunia menegaskan, bahwa berbagai manfaat globalisasi seperti
pertumbuhan
ekonomi
yang
lebih
cepat
dan 11
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
berkelanjutan,
peningkatan
penciptaan
segala bidang, termasuk dalam upaya pembangunan Iptek.
lapangan kerja dan pemberian manfaat yang besar bagi umat
Pesatnya kemajuan Iptek pada dua dasawarsa terakhir memberikan
manusia dari peningkatan teknologi harus dikelola melalui
sumbangan berharga dalam bentuk banyaknya pilihan Iptek yang
upaya
bisa didayagunakan dan dikembangkan dalam rangka mendukung
bersama
dan
tidak
standar
dapat
hidup,
diserahkan
kepada
mekanisme pasar semata.
penguatan ekonomi dan daya saing bangsa. Kecenderungan global
Pendanaan bagi pembangunan: Pada sektor keuangan,
Monterrey
Consensus,
mengenai
pendanaan
bagi
pembangunan yang disahkan pada tahun 2002, merupakan inisiatif internasional dalam menanggulangi tantangan bagi pemenuhan kebutuhan dana pembangunan di seluruh dunia, khususnya di negara-negara berkembang. Konsesus ini menyentuh berbagai isu seperti mobilisasi sumber keuangan domestik dan internasional, serta kerjasama teknik dan keuangan
internasional
termasuk
Official
Development
Assistant (ODA) dan isu-isu hutang luar negeri. Peluang yang muncul secara nasional adalah membaiknya perekonomian nasional Indonesia. Diperkirakan antara tahun 2007 – 2020 ekonomi Indonesia dapat tumbuh dengan laju rata-rata sekitar 6 (enam) persen per tahun. Semangat reformasi dapat dijadikan momentum untuk mengadakan perubahan mendasar di 15/Dok-BP/XII/2013
perkembangan Iptek dapat dipantau dan diantisipasi secara terusmenerus
dalam
rangka
seleksi,
adaptasi,
dan
pemfokusan
penerapan teknologi yang sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat. Dengan berkembangnya teknologi informasi dan terbukanya akses informasi, tuntutan konsumen terhadap barang dan jasa pun semakin meningkat. Hal ini merupakan peluang untuk meningkatkan produktivitas dengan memperbaiki QCD (Quality,
Cost & Delivery) untuk menghasilkan barang dan jasa yang berkualitas;
meningkatkan
efisiensi
biaya
produksi
agar
menghasilkan barang dan jasa yang bernilai kompetitif (mampu bersaing); serta menambah kecepatan pelayanan yang diberikan. Globalisasi
mengandung
risiko
dan
tidak
jarang
mengakibatkan kerugian ekonomi dan sosial yang berat, misalnya: (a) Keterbukaan pasar modal global dapat membuat pasar keuangan dalam negeri rentan gejolak yang mendadak, (b) Banyak negara berkembang menjadi tersisih (marginalized) karena tidak 12
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
diperlukannya buruh yang tidak terdidik dan turunnya pendapatan
Sebagai negara kepulauan, kekayaan laut Indonesia yang luas
riil, (c)
karena
merupakan modal pembangunan yang tidak dimiliki oleh negara
kelangkaan sumber dana untuk meningkatkan kemampuan tersebut
lain di dunia. Biodiversitas tanaman, binatang yang hidup di hutan,
di negara berkembang, (d) Keadaan itu menyebabkan banyak
serta biodiversitas laut dapat diolah menjadi bahan pangan, energi
negara berkembang kembali mencoba bertumpu pada ekspor
dan obat-obatan.
Adanya jurang pemisah
kemampuan
Iptek
produk komoditas primer yang bernilai tambah rendah.
Indonesia sebagai negara keempat dengan jumlah penduduk terbesar di dunia, dapat menjadikan populasi penduduk tersebut
1.3.
Potensi dan Permasalahan
1.3.1. Potensi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan rangkaian dari 17.502 pulau besar dan kecil yang dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 sebagai negara kepulauan (Archipelagic State), dari Sabang hingga Merauke, yang hampir sama panjang dengan Benua Amerika, dengan jumlah penduduk lebih dari 230 juta jiwa dan terdiri dari 100 suku dengan 583 bahasa daerah dan beragam keyakinan dan budaya.
sebagai aset human capital. Jumlah angkatan kerja Indonesia yang masih mendominasi populasi, dapat digunakan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Kekayaan sumberdaya alam dan populasi yang besar, apabila dikelola dengan baik, akan menjadi modal pembangunan yang jarang dipunyai oleh negara lain. Perguruan tinggi (PT), lembaga litbang dan industri menjadi
pihak-pihak
memberikan
nilai
yang
kompeten
tambah
pada
untuk
mengolah
produk-produk
dan
berbasis
sumberdaya alam tersebut. Tahun 2009, jumlah perguruan tinggi negeri (PTN) sebanyak 82 dan perguruan tinggi swasta (PTS)
Sebagai salah satu negara yang kaya akan sumber daya
sebanyak 2556 merupakan sarana untuk menghasilkan SDM yang
alam, maka Indonesia mempunyai potensi lebih besar untuk
berkualitas, dan dapat didorong menjadi universitas riset yang
menjadi negara maju, karena mempunyai modal pembangunan
menghasilkan inovasi-inovasi teknologi yang dibutuhkan oleh
yang siap diolah. Kekayaan hutan nasional hanya kalah dari Brasil.
industri nasional. Demikian juga lembaga riset non-kementerian
15/Dok-BP/XII/2013
13
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
(LPNK) di bawah koordinasi Kementerian Riset dan Teknologi serta
(tool) yang membantu agar proses pembangunan nasional berjalan
lembaga-lembaga riset kementerian merupakan sarana untuk
lancar,
mengembangkan dan mendorong pemanfaatan teknologi.
peradaban, untuk kemudian demi terwujudnya stabilitas nasional
Faktor lain yang juga sangat penting dalam mendukung
meningkatkan
kesejahteraan
rakyat
dan
kemajuan
yang kondusif.
investasi dan pertumbuhan ekonomi adalah keamanan. Kondisi keamanan nasional saat ini sangat baik, meskipun masih ada beberapa gerakan separatis di beberapa daerah. Keberhasilan Polri membongkar kasus terorisme serta kasus-kasus tindak kriminal lain yang meresahkan masyarakat dan pengusaha beberapa waktu yang lalu, menciptakan lingkungan yang kondusif untuk iklim usaha dan investasi dari dalam maupun luar negeri. Investasi baru akan memberikan peluang bagi adopsi teknologi baru. Hal ini akan meningkatkan kemampuan adopsi teknologi di sektor produksi, dan meningkatkan pemanfaatan hasil riset dalam negeri yang sesuai dengan kebutuhan industri.
atas
kepentingan
Menurut data Institute for Management Development (IMD) tahun 2009 daya saing Indonesia berada pada posisi 42 dari 56 negara, mengalami peningkatan dari tahun 2008 (peringkat 51) dan tahun 2007 (peringkat 54). Akan tetapi peningkatan tersebut baru bersumber pada kinerja ekonomi (economic performance), efisiensi pemerintah (government efficiency), dan efisiensi bisnis (business
efficiency), sedang infrastruktur (infrastructure) yang di dalamnya antara lain mencakup infrastruktur sains dan infrastruktur teknologi menunjukkan penurunan. Sementara data World Economic Forum
Pembangunan nasional, pada hakekatnya adalah upaya pemenuhan
1.3.2. Permasalahan
nasional,
yakni
kepentingan
keamanan nasional dan peningkatan kesejahteraan, yang sekaligus merupakan aspirasi masyarakat Indonesia, baik secara individual maupun sosial, yang beragam dan menempati wilayah yang luas
(WEF) tahun 2009 menunjukkan bahwa daya saing Indonesia berada pada posisi 54 dari 133 negara. Lebih jauh WEF menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia berada pada area transisi dari
kelompok
negara
yang
ekonominya
bergantung
pada
pemanfaatan sumber daya alam (factor driven) menuju kelompok
tersebut. Dalam sudut pandang ini, Iptek adalah sebuah instrumen 15/Dok-BP/XII/2013
14
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
negara
yang
ekonominya mengandalkan
efisiensi
( efficiency
terwujudnya jaringan yang saling memperkuat antara penghasil
driven). Di sisi lain, negara-negara yang tergabung dalam
dan
Organisation for Economic Co-Operation and Development (OECD)
Ipteksecara optimal. Paradigma ini mengantarkan pada pendekatan
yang merupakan kelompok negara maju ekonominya bergantung
sistemik yang dikenal sebagai Sistem Inovasi Nasional (SINas).
pada inovasi (innovation driven). Fenomena ini menunjukkan bahwa Iptek belum dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam ekonomi Indonesia.
pengguna
Iptek
sehingga
terjadi
aliran
sumber
daya
Secara lebih mendasar faktor-faktor yang menjadi akar permasalahan
rendahnya
daya
saing
nasional
dari
sisi
pengembangan teknologi antara lain adalah: 1) Ketergantungan
Menurut laporan World Economic Forum, terpuruknya daya
produk industri serta sarana dan prasarana kebutuhan nasional
saing Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain pada
seperti pertahanan dan yang lainnya terhadap impor masih sangat
tataran makro terdapat 3 (tiga) faktor, yaitu: (a) Tidak kondusifnya
tinggi;
kondisi ekonomi makro; (b) Buruknya kualitas kelembagaan publik
pengembangan
sebagai fasilitator dan pusat pelayanan; dan (c) Lemahnya
diharapkan tercapainya peningkatan produktivitas melalui inovasi-
kebijakan pengembangan teknologi
menunjang
inovasi teknologi. Rendahnya kandungan dalam negeri produk-
peningkatan produktivitas; dan pada tataran mikro, terdapat 2
produk industri nasional adalah akibat lemahnya struktur industri
(dua) faktor, yaitu: (a) Rendahnya efisiensi produksi; dan (b)
utama dalam membangun industri-industri penunjang dan pemasok
Lemahnya iklim persaingan usaha. Karenanya, untuk meningkatkan
bahan baku/antara (intermediate) di dalam negeri, lemahnya upaya
peran Iptek dalam peningkatan daya saing nasional diperlukan
pengembangan produk, serta tidak adanya koordinasi lintas
kebijakan pembangunan Iptek yang di satu sisi dapat memajukan
sektoral yang baik, sehingga tuntutan terhadap kebutuhan litbang
penguasaan Iptek, dan di sisi lain dapat memberikan kontribusi
dan teknologi sangat minim.
untuk
2)
Lemahnya
kualitas
teknologi
SDM
penunjang
dan
penguasaan
industri,
sehingga
serta sulit
yang signifikan dalam pembangunan perekonomian nasional. Untuk itu, kebijakan pembangunan Iptek harus mampu mendorong 15/Dok-BP/XII/2013
15
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
Dari sisi supply-side, permasalahan pembangunan Iptek bisa
pendanaan pemerintah yang ada sekarang, lembaga litbang
dilihat dari sudut pandang: kelembagaan, sumber daya, jaringan,
kurang termotivasi untuk bekerja sama dengan pihak luar
relevansi dan produktivitas litbang, serta pendayagunaan iptek.
untuk menunjang pengembangan teknologi industri. Lemahnya
a.
keterkaitan antara lembaga litbang dengan sisi permintaan
Kelembagaan Iptek Pembangunan Kelembagaan Iptek (orgaware), yaitu struktur
organisasi, tata-laksana, kultur, dll., telah dilaksanakan secara berkesinambungan sampai dengan periode 2005-2009.
Namun
dirasakan masih harus ditingkatkan, agar kelembagaan Iptek dapat mengokohkan
Sistem
Nasional
Iptek
(SINas
Iptek)
dan
berkontribusi bagi pemercepatan pencapaian tujuan negara. Sistem insentif, penghargaan dan budaya masyarakat yang kondusif dalam pengembangan Iptek masih perlu ditingkatkan. Sementara itu, sistem inovasi yang mendorong tumbuhnya daya saing dan berkembangnya industri/ekonomi berbasis Iptek belum tumbuh
Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) Ristek secara umum masih menghadapi kendala eksternal seperti: LPNK Ristek masih diperlakukan sebagai lembaga pemerintah umum lain,
tanpa
kualifikasi
kebutuhan-kebutuhan 15/Dok-BP/XII/2013
sebagai yang
lembaga
khusus.
litbang
Dengan
diikuti oleh lembaga riset karena keterbatasan SDM. Sistem operasional LPNK Ristek yang kurang memberi peluang untuk menjalin kaitan aktif dengan sektor swasta, tidak adanya sistem insentif yang mendorong LPNK Ristek untuk menjalin kaitan dengan pihak swasta, tidak adanya kaitan yang jelas antara LPNK Ristek dengan kebijakan industri nasional dalam rangka seleksi proyek, kecenderungan LPNK Ristek berorientasi terbatas pada industri strategis juga masih menjadi kendala (Thee, 1997). Di lain pihak hasil-hasil penelitian dan pengembangan dari
dengan kokoh. Hal ini diindikasikan sebagai berikut: 1.
akibat perubahan teknologi industri yang sangat cepat sukar
dengan
mekanisme
LPNK belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Akibatnya sektor industri menjadi bergantung pada teknologi impor. Salah satu penyebabnya adalah penelitian dan pengembangan di LPNK selama ini masih dilakukan dengan paradigma supply-
driven. Untuk itu, hal mendasar yang perlu dilakukan adalah mengubah paradigma penelitian dan pengembangan dari 16
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
supply-driven menjadi demand-driven,hasil penelitian dan
dan
pengembangan
masalah tumpang tindih ini harus menjadi program prioritas
dapat dimanfaatkan
untuk
menggerakkan
sektor riel di Indonesia. 2.
menjadi
penting.
Kemungkinan
membenahi
utama sistem penelitian dan pengembangan Iptek dalam rangka mencapai penguatan Sistem Inovasi Nasional.
Dari segi organisasi, KRT sebagai kementerian yang ditugasi mengkoordinasikan
LPNK
Ristek
keunggulan
juga
kelemahan.
dan
daerah
di
bawahnya,
memiliki
Dari
segi
kualitas,
survei
WEF
pada
tahun
2007
pada
memperlihatkan bahwa kualitas lembaga riset Iptek, Indonesia
orientasinya baik ke arah riset dasar maupun teknologi industri,
menempati posisi ke-28, sebuah peringkat yang cukup baik.
beberapa
Namun sayangnya, posisi ini menurun pada tahun 2009,
negara
memiliki
bentuk
Bergantung
3.
yang
berbeda-beda.
Beberapa negara menggabungkan Kementerian Ristek mereka
menempati posisi ke-43 dari 133 negara.
dengan Kementerian Pendidikan atau Dirjen Perguruan Tinggi,
dibandingkan dengan negara tetangga ASEAN lainnya, maka
sementara negara lain menggabungkan Kementerian Ristek
posisi Indonesia ini masih cukup baik, bahkan melampaui
dengan Kementerian Perindustrian. Penggabungan kantor
Thailand, yang berada pada posisi ke-60.
Kementerian Ristek seperti ini memang menguntungkan dari
meningkatnya kualitas lembaga litbang adalah masuknya
aspek
dan
beberapa lembaga litbang dalam daftar 2.000 lembaga litbang
memudahkan implementasi. Di sisi lain, masalah yang mungkin
terbaik dunia pada World Rank Research Center. Dari daftar
muncul adalah aspek tumpang-tindih program di antara LPNK-
tersebut
LPNK
menduduki peringkat ke-201, merupakan yang terbaik Asia
koordinasi,
Ristek,
sehingga
termasuk
Karenanya konsolidasi
mempertajam
juga
koordinasi
anggaran.
kelembagaan
Lembaga
Ilmu
Pengetahuan
Salah satu bukti
Indonesia
(LIPI)
dan
Tenggara. Selain itu, terdapat 2 (dua) lembaga penelitian di
program Iptek, baik antara KRT dengan LPNK-LPNK Ristek,
Indonesia yang masuk dalam peringkat terbaik, yaitu Center
KRT dengan kementerian terkait, dan keterkaitan antara
for International Forest Research (Cifor) pada peringkat ke-
lembaga riset - perguran tinggi - dunia usaha dan antara pusat
425, dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian
15/Dok-BP/XII/2013
dan
tumpang-tindih
fokus
Akan tetapi, bila
17
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
Pertanian pada peringkat ke 771. Di samping itu, Lembaga
4.
5.
Untuk
mengembangkan
budaya
ilmiah
di
kalangan
Biologi Molekuler Eijkman telah ditetapkan oleh World Health
masyarakat, sekaligus mengokohkan budaya Iptek di kalangan
Organisation (WHO) sebagai institusi / laboratorium untuk
peneliti, berbagai penghargaan, acara-acara, pameran ilmiah,
mengkonfirmasi diagnosis flu burung dan menjadi rujukan
dan sarana dan prasarana bagi sosialisasi Iptek telah
dunia mengenai virus H1N1 sehingga telah menjadi lembaga
dikembangkan. Penghargaan peneliti terbaik, Hakteknas yang
riset kelas dunia dalam bidang biologi molekuler.
diperingati setiap tahun, pameran Ritech Expo setiap tahun,
Selama kurun waktu 2005-2009, berbagai sistem insentif
Wisata Iptek dan Jambore Iptek, Rakornas Iptek tahunan,
untuk peneliti dan badan usaha telah dikembangkan, salah
berbagai olimpiade sains untuk pelajar dan mahasiswa,
satunya
dengan
pengelolaan pusat peragaan Iptek, dan lain-lain adalah
diterbitkannya PP 35/2007 tentang pengalokasian sebagian
berbagai upaya untuk mengembangkan budaya ilmiah di
pendapatan badan usaha untuk peningkatan kemampuan
kalangan masyarakat. Kemudian dengan diterbitkannya Inpres
perekayasaan, inovasi, dan difusi teknologi. PP ini dirancang
No. 4 Tahun 2003 tentang Pengkoordinasian Perumusan dan
untuk memajukan pelaksanaan pengembangan di lingkungan
Pelaksanaan
badan usaha nasional.
Sebagai sebuah sistem insentif yang
(Jakstranas) Iptek, Jakstranas Iptek memberikan arahan yang
mendorong badan usaha dalam meningkatkan kapasitas
jelas terutama dalam upaya koordinasi antar instansi-instansi
kemampuan iptek-nya, PP ini dapat menjadi pemicu bagi
yang terkait dalam menentukan dan melaksanakan arah
penguatan inovasi teknologi di level industri. Namun demikian,
kebijakan, prioritas utama dan kerangka kebijakan pemerintah
berbagai insentif dan kondisi yang kondusif bagi swasta perlu
di bidang Iptek. Namun berbagai upaya sosialisasi kebijakan
terus dikembangkan pemerintah, sehingga swasta tertarik
ini dirasakan masih belum cukup. Secara umum, budaya
untuk
bangsa masih belum mencerminkan nilai-nilai Iptek yang
dan
yang
melaksanakan
teknologinya. 15/Dok-BP/XII/2013
cukup
upaya
signifikan
adalah
peningkatan
kemampuan
Kebijakan
Strategis
Pembangunan
Nasional
mempunyai sifat penalaran obyektif, rasional, maju, unggul 18
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
6.
dan mandiri. Pola pikir masyarakat belum berkembang ke arah
PP No. 20 Tahun 2005 tentang Alih Teknologi Kekayaan
yang lebih suka mencipta daripada sekedar memakai, lebih
Intelektual serta Penelitian dan Pengembangan oleh Perguruan
suka membuat daripada sekedar membeli, serta lebih suka
Tinggi dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan yang
belajar dan berkreasi daripada sekedar menggunakan teknologi
mengamanatkan agar hasil – hasil penelitian yang dilakukan
yang ada. Budaya miopis (cari untung cepat), instant, hedonis,
oleh
masih kental mewarnai secara umum masyarakat kita. Selain
Pengembangan dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk
itu budaya penelitian, sebagai pondasi kelembagaan Ristek,
kepentingan
masih
berhasil
tambah ekonomi dan perbaikan kualitas kehidupan bangsa dan
membudayakan rasa ingin tahu siswa, budaya belajar, dan
negara; (2) PP 41/2006 tentang Perizinan Melakukan Kegiatan
apresiasi yang tinggi pada pencapaian ilmiah. Masih muncul
Penelitian dan Pengembangan bagi Perguruan Tinggi Asing,
budaya sekedar ingin cepat lulus, plagiarisme, mengejar
Lembaga Penelitian dan Pengembangan Asing, Badan Usaha
gelaran, mengejar nilai, dll., yang secara umum lebih
Asing, dan Orang Asing yang mengatur tentang perijinan bagi
mementingkan simbol daripada isi, ijasah dari pada kualitas.
individual maupun lembaga asing yang akan melaksanakan
rapuh.
Pendidikan
kita
masih
belum
Sampai dengan tahun 2009 terjadi penguatan regulasi/ kerangka kebijakan pembangunan Iptek yang patut diapresiasi. Setelah amandemen ke - 4 UUD 1945, dimana di dalam salah satu pasalnya tercantum Visi Pembangunan Iptek Nasional, pada tahun 2002 diundangkan UU No. 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Iptek, yang menjadi landasan konsepsional pembangunan Iptek. Kemudian dari tahun 2005 – 2009 dihasilkan 4 PP turunan dari UU No. 18 Tahun 2002, yakni: (1)
15/Dok-BP/XII/2013
Perguruan
Tinggi
masyarakat
dan serta
Lembaga dapat
Penelitian
menghasilkan
dan nilai
penelitian pengembangan di Indonesia; (3) PP 35/2007 tentang Pengalokasian Sebagian Pendapatan Badan Usaha untuk Peningkatan Kemampuan Perekayasaan, Inovasi, dan Difusi
Teknologi
yang
dirancang
untuk
memajukan
pelaksanaan pengembangan di lingkungan badan usaha nasional.
Sebagai sebuah sistem insentif yang mendorong
badan usaha dalam meningkatkan kapasitas kemampuan Ipteknya, maka PP ini dapat menjadi jalan yang cepat bagi 19
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
penguatan inovasi teknologi di level industri; (4) PP No.
sektor produksi masih belum menyatu dalam sebuah harmoni.
48/2009 tentang Perizinan Pelaksanaan Kegiatan Penelitian,
Dengan kata lain pembangunan Iptek di sisi penyediaan
Pengembangan, dan Penerapan Iptek yang Berisiko Tinggi dan
(supply side)
Berbahaya yang dirancang untuk menjaga agar pelaksanaan
(demand side) masih belum terintegrasi.
dengan
pembangunan
di
sisi permintaan
kegiatan litbang dan penerapan Iptek tidak menimbulkan resiko dan bahaya bagi masyarakat dan lingkungan hidup. Semua ini memperlihatkan mantapnya struktur kebijakan
b.
Secara umum pembangunan sumber daya Iptek Indonesia
pembangunan Iptek nasional. 7.
Dalam kaitannya dengan sinergi kelembagaan Iptek, pembangunan Iptek nasional saat ini masih harus ditingkatkan. Beberapa hal yang perlu dicermati dalam kaitan ini misalnya belum optimalnya mekanisme intermediasi Iptek dalam sistem inovasi
yang
Mekanisme
ini
masih
relatif
lemah,
karenanya
dirasakan
harus
ditingkatkan, agar kelembagaan Iptek dapat mengokohkan sistem nasional Iptek dan berkontribusi bagi pemercepatan pencapaian tujuan negara. Hal ini diindikasikan dengan: 1.
Prosentase penduduk berpendidikan tinggi (Strata 1 ke atas) di
yang
penyedia
Iptek
Indonesia sangat rendah dibanding dengan negara-negara lain
dengan kebutuhan pengguna Iptek dalam sistem inovasi masih
seperti Thailand, Malaysia, bahkan India dan China. Tingkat
belum berkembang dengan baik. Masalah ini dapat terlihat dari
pendidikan tinggi di Indonesia terus mengalami kenaikan
belum tertatanya infrastruktur Iptek, seperti institusi yang
dari 9,5 % pada tahun 1990 menjadi 17,5 % pada tahun 2007,
mengolah dan menerjemahkan hasil pengembangan Iptek
Angka ini masih lebih rendah bila dibandingkan dengan
interaksi
intermediasi
saat
Iptek
menjembatani
ada.
Sumberdaya Iptek
antara kapasitas
menjadi preskripsi teknologi yang siap pakai untuk difungsikan dalam sistem produksi. Integrasi Iptek di sektor risetkhususnya lembaga riset pemerintah - dengan industri di 15/Dok-BP/XII/2013
20
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
2.
Malaysia (30,2%), Singapura (55,6%), Thailand (48,3%) dan
pranata nuklir, surveyor pemetaan, penyelidik bumi, dan lain-
Filipina (28,5%), meski lebih tinggi dari Vietnam (15,9%)3.
lain. Khusus tenaga fungsional peneliti,saat ini terdapat lebih kurang 7.649 peneliti yang tersebar di berbagai lembaga
Jumlah SDM Iptek Indonesia sangat sedikit dibanding negara-
litbang dan 286 peneliti di antaranya memiliki kualifikasi
negara maju, tetapi masih lebih besar dibanding beberapa negara ASEAN seperti Thailand dan Malaysia. Dari data World
sebagai Profesor Riset. Adapun tenaga peneliti di perguruan
Bank, SDM Iptek mayoritas berada di lembaga pemerintah
tinggi saat ini lebih kurang 80.000 peneliti.
sebesar (85%), sedangkan SDM Iptek di industri hanya sekitar
pada tahun 2007 menurut WEF Indonesia menempati posisi
lembaga pemerintah sebagian besar berada di lembaga litbang
ke-27, sedikit menurun di tahun 2008 dan 2009 pada peringkat
LPNK (Lembaga Pemerintah Non Kementerian). Walaupun
ke-31. Namun demikian, dibandingkan dengan negara-negara
jumlahnya masih relatif rendah bila dibandingkan dengan
tetangga ASEAN lainnya, maka ketersediaan ilmuwan dan
negara-negara
terjadi
engineer di Indonesia ini relatif baik, bahkan kita menempati
peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari tingkat pendidikannya,
posisi di atas Malaysia, dengan peringkat ke-33. Di ASEAN kita
dimana terjadi peningkatan jumlah SDM yang berpendidikan
tepat berada di bawah posisi Singapura yang menempati posisi
S1, S2 dan S3 pada kurun waktu 2005-2009, yaitu kurang lebih
ke-14.
ASEAN,
tetapi
secara
kualitas
12.756 pada tahun 2007 dan 12.889 pada tahun 2008. Mereka berkarir dalam berbagai jabatan fungsional, di antaranya peneliti,perekayasa, pranata komputer, pengawas radiasi,
4
Dari aspek ketersediaan ilmuwan dan engineer, maka
15%4. Bila diperhatikan lebih jauh, SDM Iptek yang berada di
11.846 orang pada tahun 2005,12.465 pada tahun 2006,
3
3.
4.
Anggaran pemerintah untuk riset ipteksangat kecil dibanding dengan
negara-negara
lain
di
ASEAN
sekalipun.
Rasio
anggaran Iptek nasional terhadap PDB terus menurun dari tahun ke tahun. Pada tahun 2004 dan 2006, total belanja
UNESCO, 2008 World Bank, 2009
15/Dok-BP/XII/2013
21
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
litbang sebagai persentase dari PDB Indonesia sebesar 0,05
beroperasinya delapan wahana industri (sebagai vehicle bagi
% angka ini lebih rendah dari Filipina, Vietnam, Thailand,
transformasi industri), yaitu industri penerbangan, industri
Malaysia dan Singapura, artinya terendah se- ASEAN. Anggaran
maritim dan perkapalan, industri alat transportasi darat,
litbang Vietnam hampir 4 kali lipat dari anggaran litbang
industri elektronika dan telekomunikasi, industri energi, industri
5
Indonesia. 5.
rekayasa, industri alat dan mesin pertanian dan industri
Dari aspek penyediaan dana perusahaan untuk litbang, Indonesia pada tahun 2007 menempati posisi ke-27. Kemudian secara fluktuatif kembali pada posisi ke-28 di tahun 2009. Dibanding negara tetangga, posisi Indonesia cukup baik, berada di atas Filipina dan Thailand, namun sedikit di bawah Malaysia, peringkat ke-19. Secara umum 70% dana litbang dikeluarkan oleh pemerintah.
Sementara kontribusi swasta
dalam litbang di Indonesia hanya sekitar 30%.
Kondisi ini
terbalik dengan negara yang relatif maju seperti Korea Selatan atau Jepang, dimana kontribusi anggaran swasta untuk riset mencapai 80%, dan anggaran riset pemerintah hanya 20%
Kondisi sarana dan prasarana Iptek yang menonjol khususnya sebelum
5 6
krisis
ekonomi
tahun
BUMN Industri Strategis, yakni PT IPTN (pesawat terbang), PT PAL (kapal laut), PT PINDAD (peralatan rekayasa), PT Krakatau Steel (baja), PT INKA (kereta api), Perum Dahana (eksplosif komersil), PT INTI (telekomunikasi), PT LEN (elektronik), PT BARATA (industri rekayasa berat), dan PT BBI (turbin, mesin). Sejak krisis ekonomi tahun 1998 secara relatif pembangunan sarana dan prasarana Iptek terhenti. Bahkan, masalah pembiayaan untuk pemeliharaan peralatan-peralatan canggih ini menjadi isu yang menonjol. Sekarang ini pemikiran yang berkembang adalah bagaimana mengoptimasikan potensi yang ada, yakni SDM, biaya perawatan, dengan program Iptek, serta
dari total anggaran riset nasional.6 6.
pertahanan keamanan, yang kesemuanya berbentuk sepuluh
1998
-
terlihat
dari
peluang spin-off di luar tugas pokok lembaga. Dengan kata lain posisi pembangunan sarana dan pra-sarana iptek berada pada status ‖defensif‖.
World Bank, 2009 World Bank, 2009
15/Dok-BP/XII/2013
22
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
Selain itu, sarana prasarana litbang yang telah dibangun di
1.
Kinerja kerjasama riset antara universitas - industri di
berbagai lokasi, di antaranya yang paling menonjol adalah di
Indonesia pada tahun 2007 menurut evaluasi WEF ditempatkan
kawasan Pusat Penelitian, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
pada posisi ke-64. Angka ini terus membaik secara signifikan.
(Puspiptek)
35
Pada tahun 2008 peringkat ini meningkat ke posisi 54, dan
laboratorium yang dikembangkan untuk mendukung fungsi
bahkan secara fantastik pada tahun 2009 kerjasama riset
litbang berbagai lembaga litbang di antaranya LIPI, BATAN,
antara universitas-industri di Indonesia dinilai WEF menempati
BPPT, dan Kementerian Lingkungan Hidup, perlu direvitalisasi
posisi ke-43. Kinerja ini dibandingkan dengan capaian negara
untuk mendukung produktivitas Iptek.
tetangga ASEAN relatif baik. Indonesia menempati peringkat di
Serpong
yang
di
dalamnya
terdapat
atas negara Vietnam, Filipina, dan bahkan Thailand, peringkat c.
ke-44, meski masih di bawah Singapura dan Malaysia, yang
Jaringan Iptek
menempati peringkat ke-4 dan 22. Namun demikian, koordinasi
Pembangunan Jaringan Iptek secara berkesinambungan terus
pembangunan Iptek khususnya antar stake-holder di luar LPNK
dilaksanakan dalam periode waktu 2005-2009. Dengan berdirinya
Ristek masih belum menampakkan soliditas dan produktivitas
Dewan Riset Nasional dan Dewan Riset Daerah, hal ini menuntut
yang memadai. Berbagai forum koordinasi Iptek, baik sektoral,
terbentuknya jaringan Iptek yang semakin luas dan kompleks,
nasional, maupun regional perlu terus dikembangkan.
yakni bukan hanya jaringan antar lembaga riset - perguruan tinggi badan usaha atau jaringan antar sektor, namun juga jaringan Iptek
2.
Kemudian juga teramatilemahnya sinergi kebijakan Iptek
antar pusat dan daerah serta jaringan internasional, termasuk
intra institusi/aktor pengembang Iptek (LPNK Ristek, lembaga
jaringan informasi dan SDM. Karenanya dirasakan, bahwa jaringan
riset kementerian teknis, industri dan perguruan tinggi), serta
Iptek ini masih relatif lemah dan perlu terus dikuatkan. Sinergi
antar institusi pengembang Iptek dengan pengguna Iptek.
kebijakan terkait pembangunan Iptek antara stake-holder yang ada
Lemahnya sinergi kebijakan Iptek ini, menyebabkan kegiatan
masih belum kokoh. Hal-hal tersebut diindikasikan dengan:
Iptek, baik dari segi kualitas dan skalanya belum mampu
15/Dok-BP/XII/2013
23
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
memberikan
3.
hasil
yang
signifikan.
Kebijakan
bidang
ke-107 dan pada tahun 2009 membaik dan menempati posisi
pendidikan, industri, dan Iptek belum terintegrasi sehingga
ke-87. Di antara negara-negara ASEAN, kita menempati posisi
mengakibatkan kapasitas yang tidak termanfaatkan pada sisi
sedikit
penyedia, tidak berjalannya sistem transaksi, dan belum
Sementara negara lain memperlihatkan kinerja yang lebih baik.
tumbuhnya permintaan dari sisi pengguna, yaitu industri. Di
Malaysia menempati peringkat ke-22, bahkan Singapura dalam
samping itu kebijakan fiskal juga dirasakan belum kondusif
aspek penggunaan internet menempati posisi ke-15 dari 133
bagi pengembangan kemampuan Iptek.
negara yang disurvei WEF. Sementara untuk penggunaan
lebih
baik
dibanding
Filipina,
peringkat
ke-106.
internet pita lebar (broadband), peringkat Indonesia
Pada tahun 2006, FDI (Foreign Direct Invesment) Inward
berada pada posisi ke-101. Dibandingkan dengan negara
Indonesia sebagai persen dari Produk Domestik Bruto (PDB)
tetangga ASEAN, maka posisi ini adalah terbawah. Vietnam dan
sebesar 1,35, jika dibandingkan dengan Malaysia, Filipina,
Filipina saja berada pada
Singapura, Indonesia masih berada dibawah negara-negara
peringkat ke-77 dan
ke-89.
Sementara Thailand dan Malaysia berada pada peringkat ke-78
tersebut. Singapura memiliki FDI Inward sebagai persen dari
dan ke-55.8
GDP yang terbesar diantara negara-negara tersebut, yaitu sebesar 20,94. Dari aspek investasi langsung asing, Indonesia secara perlahan terus membaik, menjadi 1,55 pada tahun 2008. 4.
7
Dari aspek pengguna internet, Indonesia pada tahun 2007 menempati posisi ke-85 dari 131 negara. Capaian ini menurun secara fluktuatif. Pada tahun 2008 menurun menjadi peringkat
7
, UNCTAD, 2009
15/Dok-BP/XII/2013
d.
Relevansi dan Produktivitas Litbang Iptek Penguasaan Iptek melalui Riset dan Pengembangan (litbang),
perekayasaan serta pemanfaatan Iptek nasional terus digulirkan pemerintah dalam periode pembangunan 2005-2009. Namun dibandingkan dengan laju peningkatan litbang negara lain, harus 8
, UNDP, 2009 24
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
diakui bahwa capaian kita masih lemah. Kontribusi litbang Iptek
Di sisi lain, dalam aspek pemanfaatan dan penguasaan Iptek,
bagi
data
pemercepatan
pencapaian
tujuan negara masih harus
WEF
2009
memperlihatan,
bahwa
ketersediaan
ditingkatkan, misalnya saja tercermin dari indikator-indikator
teknologi mutakhir di Indonesia semakin menurun. Pada
pembangunan Iptek sebagai berikut:
tahun 2007 Indonesia menempati posisi ke-51 dari 131 negara,
1. Jumlah
keluaran
riset
peneliti
Indonesia
dalam
menjadi posisi ke 54 dari 133 negara pada tahun 2009. Di
bentuk
antara negara-negara ASEAN Indonesia berada di atas Vietnam
publikasi ilmiah internasional dan paten masih sangat rendah,
(posisi ke-75) dan Philipina (87), tetapi jauh di bawah
hanya mencapai sekitar 560 jurnal ilmiah internasional per
Singapura (3), Malaysia (24), Thailand (36).
tahun9. Menurut World Intellectual Property Organization (WIPO), jumlah paten internasional Indonesia sampai dengan tahun 2008 adalah 208. Sedangkan sampai tahun 2008 jumlah
e.
paten domestik yang didaftarkan di Ditjen HKI, berjumlah 2718 (4,14
%
dari
seluruh
paten
yang
terdaftar).
Hal
ini
menunjukkan bahwa dari segi teknologi Indonesia juga semakin dikuasai oleh hak kekayaan intelektual yang dimiliki oleh asing. 2. Pada tahun 2008 jumlah paten Indonesia yang terdaftar di Kantor Paten Amerika Serikat sebesar 19 paten lebih sedikit dibandingkan dengan Malaysia (168), Singapura (450), Filipina (22) dan Thailand (40)10 9
, SCORPUS, 2009 10 USPTO, 2008/2009 15/Dok-BP/XII/2013
Pendayagunaan Iptek Pendayagunaan Iptek dalam berbagai bidang pembangunan
untuk pemercepatan pencapaian tujuan nasional, yakni dalam bidang hankam, kesejahteraan rakyat, pelayanan publik dan pengokohan daya saing ekonomi terus-menerus dilakukan selama kurun waktu 2005-2009. Namun dirasakan, bahwa kontribusi iptek dalam pemercepatan pencapaian tujuan negara masih terbatas dan perlu terus ditingkatkan. Hal ini ditandai dengan indikator-indikator sebagai berikut: 1.
Dari segi jumlah produk riset yang terkomersialisasi, ternyata sebanyak 85%-nya berasal dari produk riset di 25
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
kementerian
2.
teknis.
Kontribusi
produk
riset
yang
4.
dikomersialisasi dari LPNK Ristek hanya 15%-nya saja (LIPI,
dari tahun 2007 sampai tahun 2009 menampilkan peningkatan
2007). Data ini memperlihatkan bahwa lembaga litbang
yang cukup berarti. Pada tahun 2007 Indonesia berada pada
kementerian lebih produktif dalam komersialisasi hasil litbang
posisi ke-67 dan terus meningkat dua tangga di tahun 2009
mereka daripada LPNK Ristek.
menjadi
Dari aspek perolehan paten sederhana (utility patent),
dibandingkan
menempati posisi ke-87. Angka ini secara fluktuatif mengalami
ke
peringkat
ke-65.
Posisi
ini
lebih
rendah
Malaysia (37), Singapura (13), Thailand (61),
Filipina (54), dan Vietnam (51).
pada tahun 2007, sesuai dengan survei WEF, Indonesia
3.
Dalam aspek penyerapan teknologi pada tingkat perusahaan,
5.
Pendayagunaan Iptek di bidang Hankam sejak krisis ekonomi
perbaikan pada tahun 2008, sehingga Indonesia menempati
tahun 1998 menurun. Ini ditandai dengan menurunnya kinerja
peringkat ke-84. Namun pada tahun 2009, kembali Indonesia
industri strategis (BUMNIS). PT DI memberhentikan ribuan
menempati posisi ke-87. Di antara negara tetangga, peringkat
karyawannya. DPIS (Dewan Pengelola Industri Strategis),
kita berada di bawah Singapura (11), Malaysia (29), Thailand
bahkan kemudian BPIS (Badan Pengelola Industri Strategis)
(68), dan bahkan Filipina (78).
dibubarkan. PT BPIS yang merupakan holding company dari BUMN industri strategis menyusul dibubarkan. PT Barata, BBI,
Ekspor teknologi tinggi sebagai persen ekspor manufaktur
Pindad, dan lain-lain kondisinya memprihatinkan. Berbagai
Indonesia mengalami fluktuasi mulai dari tahun 2001 sampai
laboratorium uji di kawasan Puspiptek yang dirancang untuk
tahun 2007. Pada tahun 2007 ekspor teknologi tinggi sebagai
mendukung industri strategis harus berpikir keras untuk
persen dari ekspor manufaktur Indonesia sebesar 11%, masih
menutupi biaya pemeliharaan alat dan SDM. Akhir-akhir ini PT
lebih rendah dibandingkan dengan Singapura (46%), Malaysia
Pindad mulai bergeliat dengan mengembangkan alutsista.
(52%), Thailand (27%), dan Filipina (54%), namun masih lebih tinggi dibandingkan dengan Vietnam (5,6% tahun 2006).
6.
Pendayagunaan Iptek untuk layanan dan kesejahteraan publik, secara konstan menampilkan peran yang konsisten meski
15/Dok-BP/XII/2013
26
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
dapat dikatakan marjinal. Pengembangan satelit oleh LAPAN;
permasalahannya,
pengembangan perangkat Tsunami Early Warning System
dipecahkan dalam rangka meningkatkan pembangunan Iptek
(TEWS) untuk bencana tsunami; prediksi pasang surut laut
nasional ke depan adalah sebagai berikut:
tahunan oleh BIG yang dapat mengurangi korban bencana akibat laut pasang; aplikasi e-goverment untuk menunjang
a.
maka
(supply
teknostruktur
lingkungan, pengolahan sampah, limbah dan air; teknologi
kemampuan
untuk mitigasi bencana; serta berbagai riset untuk ketahanan
persoalan
yang
harus
Masih lemahnya pembangunan Iptek nasional dari sisi penyediaan
proses pemerintahan dan pemilu; aplikasi teknologi ramah
pokok-pokok
yang
side)
baik.
berupa
Dimana
masih
pengelolaan terbatasnya
kelembagaan Iptek (organisasi,
regulasi,
koordinasi, intermediasi, sistem inovasi, budaya), sumber
pangan dan energi. Pelaksanaan litbang dan pendayagunaan
daya Iptek (berupa SDM, anggaran, dan sarana dan
Iptek selama periode 2005-2009 cukup baik, namun skalanya
prasarana termasuk perpustakaan dan sistem informasi
tidak terlalu masif, sehingga tidak nampak secara nasional,
Iptek), jaringan Iptek (sinergi kebijakan inter sektor, antar
maupun bila dikomparasi dengan negara-negara tetangga.
sektor, antar stake holder, antar kementerian, antar pusat dan
Dengan demikian, berdasarkan analisis terhadap kondisi
daerah, dan lain-lain), relevansi dan produktivitas litbang
pembangunan Iptek nasional saat ini, sebagaimana yang dibahas di
Iptek, serta pendayagunaan Iptek dalam berbagai bidang
atas, terlihat bahwa pembangunan Iptek nasional kita masih belum
pembangunan.
optimal dan masih mengalami berbagai kendala dari aspek kemampuan kelembagaan, sumber daya, dan jaringan, relevansi dan produktivitas Iptek, serta pendayagunaannya secara luas, sehingga kontribusinya terhadap pemercepatan pembangunan nasional dalam rangka mencapai tujuan negara secara umum masih belum maksimal. Bila dianalisis lebih dalam dan ditarik akar 15/Dok-BP/XII/2013
b.
Masih lemahnya pembangunan Iptek nasional dari sisi permintaan
(demand
side).
Lemahnya
minat
dan
kontribusi swasta bagi pembangunan Iptek nasional, baik keterlibatan dalam riset maupun pendanaan. Kegiatan Iptek masih didominasi oleh lembaga riset pemerintah. PMA (Perusahaan Modal Asing) pada umumnya melaksanakan riset 27
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
di kantor pusat mereka. Sektor riil belum bergerak dengan
Persoalan-persoalan
di
atas
secara
langsung
telah
baik. Karakteristik industri kita masih didominasi produk
menghambat pembangunan Iptek di Indonesia dan memperlemah
dengan kandungan teknologi rendah, berbasis SDA, terbatas
kontribusinya bagi laju pembangunan nasional untuk mencapai
pada teknologi produksi belum sampai pada teknologi
tujuan negara, karenanya perlu mendapat perhatian serius dan
pengembangan produk apalagi riset, dan masih dalam tingkat
penanganan yang tepat dari berbagai pihak terkait.
kemampuan perubahan kecil (incremental). Ini berkaitan dengan kebijakan pemerintah dan sistem insentif ekonomi. c.
Masih terbatasnya integrasi Iptek di sisi permintaan dengan sisi penyediaan: Iptek kini tidak lagi menjadi
mainstream; lemahnya sinergi kebijakan Iptek (berupa integrasi
program,
koordinasi,
harmonisasi
kegiatan,
dukungan anggaran, serta intermediasi, yang terjadi baik intra lembaga/aktor penghasil Iptek, maupun antar penghasil iptek dengan
pengguna
Iptek
atau
secara umum
lemahnya
koordinasi dan sinergi diantara stake holder pembangunan Iptek); masih lemahnya sosialisasi regulasi yang telah ada; lemahnya budaya Iptek. Budaya bangsa secara umum masih belum
mencerminkan
nilai-nilai
Iptek
yang mempunyai
penalaran obyektif, rasional, maju, unggul dan mandiri. Akibatnya sense of urgency terhadap pembangunan Iptek masih lemah. 15/Dok-BP/XII/2013
28
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
Visi, misi dan tujuan yang ditetapkan dalam Renstra ini
BAB II VISI, MISI, DAN TUJUAN
disesuaikan dengan tugas, fungsi dan kewenangan Kementerian Riset dan Teknologi di atas.
Dalam UU No. 39/2008 tentang Kementerian Negara Pasal 4 ayat (2), Kementerian Riset dan Teknologi (KRT) termasuk dalam kategori kementerian yang menangani urusan pemerintahan dalam
rangka
penajaman,
koordinasi
dan
sinkronisasi
program
pemerintah. Tugas Pokok KRT adalah membantu Presiden dalam merumuskan kebijakan dan koordinasi di bidang riset, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Menteri Riset dan Teknologi menyelenggarakan fungsi: 1. Perumusan
kebijakan
nasional
di
bidang
riset,
ilmu
riset,
ilmu
pengetahuan, dan teknologi; 2. Koordinasi
pelaksanaan
kebijakan
di
bidang
pengetahuan dan teknologi; 3. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggungjawabnya; 4. Pengawasan atas pelaksanaan tugasnya; 5. Penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan di bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden.
15/Dok-BP/XII/2013
2.1. Visi Untuk menyatukan persepsi dan fokus arah pembangunan Iptek nasional, maka pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian Riset dan Teknologi dilandasi suatu visi dan misi yang ingin diwujudkan. Visi dan misi tersebut merupakan panduan yang memberikan pandangan dan arah ke depan sebagai dasar acuan dalam menjalankan tugas dan fungsi dalam mencapai sasaran atau target yang ditetapkan. Sebagai jawaban atas persoalan-persoalan yang dipaparkan sebelumnya, maka pembangunan Iptek ke depan harus diarahkan kepada peningkatan kontribusi Iptek secara langsung dalam pembangunan nasional untuk mencapai tujuan negara. Visi Kementerian Riset dan Teknologi dalam pembangunan Iptek 2010 – 2014 adalah:
Iptek untuk kesejahteraan dan kemajuan peradaban 29
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
Deskripsi Iptek untuk kesejahteraan dimaksudkan dengan
pengembangan dan pemanfaatan Iptek yang maju menempatkan
kemajuan Iptek nasional yang dapat meningkatkan produktivitas
Indonesia menjadi negara yang bermartabat, yang berdiri sama
dan daya saing produk industri, membuka lapangan pekerjaan
tinggi, dan duduk sama rendah dengan negara-negara lain di
baru, meningkatkan profesionalisme individu, dan meningkatkan
dunia. Kemajuan Iptek nasional juga akan menempatkan Indonesia
pendapatan individu dan masyarakat, yang pada akhirnya dapat
menjadi negara dengan peradaban maju, hasil kumulasi kemajuan
memajukan
budaya
perekonomian
menyelesaikan
bangsa.
permasalahan
Kemajuan
lingkungan,
Iptek
perubahan
mampu iklim,
material
dan
non-material
buah
dari
penelitian,
pengembangan dan pemanfaatan Iptek.
ketahanan pangan, penanganan bencana, peningkatan pertahanan dan keamanan, dan lain-lain, yang pada akhirnya meningkatkan rasa aman, ketentraman dan kesejahteraan masyarakat. Deskripsi Iptek untuk kemajuan peradaban dimaksudkan dengan kemajuan Iptek nasional yang mempengaruhi segala aspek kehidupan masyarakat seperti ekonomi, sosial dan budaya. Hasil-
2.2. Misi Sebagai upaya untuk mewujudkan visi tersebut di atas, ditetapkan misi Kementerian Riset dan Teknologi, yaitu: 1. Memperkuat
daya
dukung
Iptek
untuk
mempercepat
hasil litbang harus mencerminkan academic excellence, mempunyai
pencapaian tujuan negara, yakni melindungi segenap bangsa
economic value, dan memberikan social impact yang positif bagi
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kehidupan bangsa dan negara. Hal ini akan tercermin dari
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa; serta
meningkatkan jumlah penduduk yang memasuki perguruan tinggi,
turut serta menjaga ketertiban dunia.
jumlah S3 per tahun yang dihasilkan Perguruan Tinggi dalam
2. Meningkatkan penelitian, pengembangan dan pendayagunaan
negeri, jumlah publikasi ilmiah internasional dan indeks sitasi,
Iptek sebagai basis dalam membangun daya saing, kemandirian
dominasi teknologi lokal pada belanja teknologi, nasionalisme akan
dalam memperjuangkan kepentingan negara dalam pergaulan
produk
internasional, serta mencapai kemajuan peradaban bangsa.
dalam
15/Dok-BP/XII/2013
negeri,
dan
kemandirian
Iptek.
Penelitian,
30
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
Misi
ini
mencakup
upaya
menjawab
permasalahan
2.4. Sasaran
pembangunan Iptek saat ini dan masa mendatang dalam aspek: kelembagaan Iptek, sumber daya Iptek, jaringan Iptek, relevansi dan produktifitas Iptek, dan pendayagunaan Iptek.
Tujuan di atas akan dicapai apabila tercapai penguatan dalam unsur-unsur
Sistem
Inovasi
Nasional
di
sisi
supply yakni:
Kelembagaan, Sumber Daya, dan Jaringan Iptek, di samping penguatan core business Iptek itu sendiri, yakni Relevansi dan Produktivitas Iptek serta penguatan Pendayagunaan Iptek di
2.3. Tujuan Dalam upaya mencapai visi dan misi Kementerian Riset dan Teknologi seperti yang dikemukakan di atas, maka visi dan misi
kalangan pengguna baik masyarakat, pemerintah maupun dunia industri. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka ditetapkan sasaran
tersebut harus dirumuskan ke dalam tujuan yang lebih terarah dan operasional. Untuk meningkatkan kontribusi teknologi yang nyata terhadap
upaya-upaya
mensejahterakan
masyarakat
dan
memajukan peradaban, maka tujuan sebagai-berikut harus dicapai: 1.
Meningkatkan kontribusi Iptek bagi pembangunan nasional;
2.
Meningkatkan kemampuan litbang nasional. Pemerintah akan terus berupaya meningkatkan kontribusi
Iptek bagi pembangunan bangsa. Hal ini dapat diperlihatkan pada Indeks Pilar Inovasi Indonesia berdasarkan WEF yang pada tahun 2010 Indonesia menduduki peringkat 36, diharapkan pada tahun 2014 peringkat Indonesia akan semakin baik, yaitu pada peringkat 34 dunia. 15/Dok-BP/XII/2013
pembangunan Iptek ke depan dengan Indikator Kinerja Utama sebagai berikut: No.
Sasaran
IKU
1.
Tercapainya Penguatan Kelembagaan Iptek
Peringkat dunia kualitas lembaga penelitian
2
Tercapainya Prosentase investasi Penguatan Sumber anggaran litbang Daya Iptek terhadap PDB Jumlah peneliti dan perekayasa (orang per 1 juta penduduk)
Target 2014 Peringkat dunia ke 45
1%
500
31
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
No. 3.
4.
5.
Sasaran
IKU
Target 2014
Tercapainya Jumlah kolaborasi Penguatan Jaringan riset lembaga litbang Iptek dengan industri
20
Meningkatkan Jumlah paten Relevansi dan terdaftar Produktivitas Litbang Jumlah publikasi Iptek ilmiah
3800
Meningkatkan Pendayagunaan Iptek
2.5.1 Tahap Awal: Komitmen Politik Untuk membangun dasar yang kokoh bagi pembangunan Sistem Inovasi Nasional (SINas), maka perlu diawali dengan komitmen politik yang tinggi, membangun kesadaran publik, agar masyarakat sadar Iptek dan menjadikan Iptek sebagai basis pembangunan bangsa.
90
Jumlah pemanfaatan 158 teknologi hasil litbang di industri, masyarakat dan untuk national security
2.5.2 Tahap Penguatan: Penguatan SINas (2010-2015) Kemudian dilakukan peningkatan pengembangan Iptek melalui penguatan Sistem Inovasi Nasional, yakni penguatan dasar kebijakan,
kelembagaan,
jaringan
dan
sumber
daya,
serta
ekosistem inovasi, baik dalam sisi penyedia, sisi penerima, maupun sisi intermediasi. 2.5.3 Tahap Akselerasi: Optimalisasi SINas (2015-2020)
2.5 Tahapan Sistem Inovasi Nasional (SINas) Dalam
rangka mencapai visi dan Misi kementerian Risset dan
Selanjutnya dilakukan
untuk
percepatan
(akselerasi)pembangunan
mewujudkanindustri/masyarakat
Iptek
berbasis
Teknologi serta memperkokoh sistem Inovasi Nasional yang akan
Iptek, dimana diharapkan perekonomian sudah semakin membaik
dicapai sampai dengan tahun 2025 maka diperlukan tahapan
dengan dorongan optimalisasi SINas yang semakin memadai.
sebagai berikut:
15/Dok-BP/XII/2013
32
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
2.5.4 Tahap Berkelanjutan: Pengokohan SINas (20202025)
program realisasi secara nasional dan daerah secara masif di
Untuk meningkatkan kemampuan Iptek nasional secara berkelanjutan, maka dilakukan secara terus-menerus pengokohan SINas dengan memantabkan unsur-unsur SINas. Sedangkan tahapan Penguatan SINas yang diimplementasikan dalam Renstra tahuan 2010-2014 akan dapat dicapai melalui
Tahun 2010-2011: Tahapan Pembangunan Dasar SINas melalui Penyusunan Renstra 2010-2014, Reorganisasi Kementerian Riset Teknologi,
implementasi
program
SINas
dan
seluruh tanah air dengan memanfaatkan potensi daerah yang terintegrasi dengan inovasi teknologi dengan terus mengokohkan pembangunan SDM dan infrastruktur inovasi seperti Techno-Park untuk mendukung SINas. Tahun 2013-2014: Tahapan Pengokohan SINas melalui programprogram realisasi secara nasional dan daerah yang semakin nyata
tahapan sebagai berikut:
dan
Tahun 2011-2013: Tahapan Implementasi SINas melalui program-
insentif SIDa,
penelitian program
KRT,
program
penguatan
dan
dengan indikasi terwujudnya proyek-proyek inovasi bersama yang melibatkan secara kokoh pemasok Iptek pengguna Iptek untuk pemenuhan kebutuhan National Security (Hankam, pangan dan energi), peningkatan daya saing industri dan layanan masyarakat.
peningkatan mutu infrastruktur penelitian, program pengembangan SDM, program gerakan inovasi teknologi bagi pemuda dan mahasiswa, serta program penggalakan perolehan HKI.
15/Dok-BP/XII/2013
33
Menata kembali NKRI (2005-2009)
Iptek sbg basis pembangunan
Memantapkan penataan kembali (2010-2014)
Meningkatnya Pengembangan Iptek
Memantapkan Bangnas (2015-2019)
Industri berbasis Iptek
Wujud masyarakat mandiri, maju adil-makmur (2020-2024)
Meningkatnya Kemampuan Iptek
KRT
IPTEK RPJPN
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
Gambar 2.1. Tahapan Pengokohan SINas
15/Dok-BP/XII/2013
34
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
BAB III
1. “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk memajukan peradaban serta kesejahteraan umat manusia‖ (Pasal 31 ayat (5));
3.1.Arah Kebijakan dan Strategi Nasional
2. ―Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan
3.1.1. Arah Kebijakan Nasional
kebutuhan
A.
memperoleh manfaat dari iptek, seni dan budaya, demi
Pancasila Sebagai
Dasar
Negara
dan
Ideologi
Nasional
dasarnya,
berhak
mendapat
pendidikan
dan
meningkatkan kualitas hidupnya dan kesejahteraan umat
serta
manusia‖ (Pasal 28 c ayat (1)).
falsafah/pandangan hidup bangsa, Pancasila secara konsepsional mengandung nilai-nilai Demokrasi, Hak Asasi Manusia, Persatuan
Nilai-nilai dalam butir UUD-1945 digunakan sebagai landasan
dan Kesatuan dalam semangat kekeluargaan dan kebersamaan
konstitusional dan dasar hukum dalam menyusun konsepsi
yang harmonis serta untuk mewujudkan keadilan sosial bagi
pembangunan Iptek nasional.
seluruh rakyat Indonesia. Nilai-nilai tersebut menjadi landasan
C.
idiil yang sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman pada saat ini
dan
masa
mendatang
pembangunan Iptek nasional.
khususnya
dalam
mendorong
UU No. 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan (Sisnas P3) Iptek Undang-Undang No. 18/2002 menjelaskan mengenai Sisnas
P3
Iptek;
memberikan
landasan
hukum;
mengamanatkan
penyusunan Jakstranas; mendorong tumbuhnya Sisnas P3 Iptek; B.
UUD 1945 UUD 1945 mengamanatkan:
15/Dok-BP/XII/2013
dan mengikat semua pihak, pemerintah pusat, pemda, dan masyarakat untuk berperan aktif. Nilai-nilai dalam UU No.18/2002 ini menjadi landasan konsepsional pembangunan Iptek nasional. 35
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
D.
RPJPN, RPJMN
RPJMN 2010-2014:
RPJPN 2005-2025:
Dalam Bab IV RPJMN 2010-2014 tentang Ilmu Pengetahuan dan
Dalam
RPJPN
disebutkan
bahwa
pembangunan
Iptek
diarahkan untuk menciptakan dan menguasai ilmu pengetahuan, baik
ilmu
pengetahuan
mengembangkan menghasilkan
ilmu
dasar
sosial
teknologi
dan
dan
maupun
terapan,
humaniora,
memanfaatkan
serta
teknologi
Teknologi, dinyatakan bahwa kebijakan Iptek diarahkan kepada: 1.
dan lembaga pendukung untuk mendukung proses transfer
dan
dari ide menjadi prototip laboratorium, kemudian menuju
untuk
prototipe industri sampai menghasilkan produk komersial
hasil
(penguatan sistem inovasi nasional);
penelitian. Pengembangan, dan perekayasaan bagi kesejahteraan masyarakat,
kemandirian,
dan
peningkatan
kemampuan
dan
daya
saing
kapasitas
bangsa Iptek
melalui
2.
bagi sektor produksi dan meningkatkan budaya inovasi serta
berpedoman pada nilai agama, nilai budaya, nilai etika, kearifan
kreativitas nasional;
lokal, serta memerhatikan sumber daya dan kelestarian fungsi 3.
mendukung peningkatan produktivitas litbang dan peningkatan
pangan dan energi; penciptaan dan pemanfaatan teknologi kebutuhan
teknologi
pertahanan,
dan
teknologi
kesehatan;
pengembangan teknologi material maju; serta peningkatan jumlah penemuan dan pemanfaatannya dalam sektor produksi.
15/Dok-BP/XII/2013
mengembangkan dan memperkuat jejaring kelembagaan, baik peneliti di lingkup nasional maupun internasional untuk
Pembangunan Iptek diarahkan untuk mendukung ketahanan informasi dan komunikasi; penyediaan teknologi transportasi,
meningkatkan kapasitas dan kapabilitas sumber daya Iptek untuk menghasilkan produktivitas litbang yang berdayaguna
senantiasa
lingkungan hidup.
meningkatkan kapasitas dan kapabilitas kelembagaan litbang
pendayagunaan litbang nasional; 4.
meningkatkan kreativitas dan produktivitas litbang untuk ketersediaan teknologi yang dibutuhkan oleh industri dan masyarakat
serta
menumbuhkan
budaya
kreativitas
masyarakat;
36
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
5.
meningkatkan pendayagunaan Iptek dalam sektor produksi
1. Penguatan Sistem Inovasi Nasional (SIN) yang meliputi
untuk peningkatan perekonomian nasional dan penghargaan
aspek kelembagaan, sumberdaya dan jaringan, yang
terhadap iptek dalam negeri.
berfungsi sebagai wahana pembangunan Iptek menuju visi
Dengan arah kebijakan Iptek tersebut di atas, maka strategi pembangunan
iptek
pembangunan yaitu:
dilaksanakan
melalui
dua
prioritas
pembangunan Iptek dalam jangka panjang.
2. Peningkatan Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Iptek (P3 Iptek) yang dilaksanakan sesuai dengan arah yang digariskan dalam RPJPN 2005-2025.
15/Dok-BP/XII/2013
37
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
Gambar 3.1. Kerangka Pembangunan Iptek di RPJMN 15/Dok-BP/XII/2013
38
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
E.
Perpres
No.32
Tahun
2012
tentang
Masterplan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025 Strategi
pelaksanaan
1. Inisiatif Inovasi, 1-747 Untuk
mewujudkan
peningkatan
produktivitas,
maka
direkomendasikan usulan Inisiatif Inovasi 1-747 sebagai pendorong MP3EI
dilakukan
dengan
utama terjadinya proses transformasi sistem ekonomi berbasis
(1)
inovasi melalui penguatan sistem pendidikan ( human capital) dan
mengembangkan potensi ekonomi wilayah di 6 (enam) Koridor
kesiapan teknologi (technological readiness). Proses transformasi
Ekonomi; (2) memperkuat konektivitas nasional; (3) memperkuat
tersebut memerlukan input pendanaan R&D sebesar 1% dari GDP
kemampuan SDM dan Iptek nasional, dengan fokus utamanya
yang terus ditingkatkan secara bertahap sampai dengan 3% GDP
peningkatan nilai tambah, mengintegrasikan pendekatan sektoral
menuju 2025. Pelaksanaannya dilakukan melalui 7 langkah
dan regional; memfasilitasi percepatan investasi swasta sesuai
perbaikan ekosistem inovasi, sedangkan prosesnya dilakukan
kebutuhannya dan mendorong Inovasi.
dengan menggunakan 4 (empat) wahana percepatan pertumbuhan
mengintegrasikan
3
(tiga)
elemen
utama,
yaitu:
Beberapa inisiatif pelaksanaan inovasi yang dapat mendukung keberhasilan implementasi MP3EI:
ekonomi sebagai model penguatan aktor-aktor inovasi yang dikawal dengan ketat. Dengan demikian diharapkan 7 (tujuh) sasaran MP3EI di bidang SDM & Iptek akan dapat tercapai sehingga menjamin pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
15/Dok-BP/XII/2013
39
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
2.
Pengembangan Klaster Inovasi Solusi untuk 6 (Enam) Koridor Ekonomi Pengembangan 6 (enam) koridor ekonomi harus diiringi
dengan penguatan klaster inovasi dalam kerangka meningkatkan keunggulan bersaing dan berinovasi. Keunggulan bersaing industri untuk berinovasi ditentukan oleh beberapa kondisi, antara lain faktor produksi, permintaan, industri pendukung, dan strategi & struktur perusahaan. Keempat faktor di atas satu sama lain membentuk suatu lingkungan nasional yang kondusif di mana perusahaan-perusahaan
unggul
dapat
dilahirkan
untuk
berkompetisi.
3.
Revitalisasi PUSPIPTEK sebagai Science & Technology
Park Merevitalisasi PUSPIPTEK sebagai S&T Park bertujuan untuk melahirkan IKM/UKM berbasis inovasi dalam berbagai bidang strategis yang mampu mengoptimalkan interaksi dan pemanfaatan sumber daya universitas, lembaga litbang, dan dunia industri/usaha Gambar 3.2. Inisiatif Inovasi, 1-747
sehingga dapat menghasilkan produk inovatif. Untuk menjaga sustainabilitas pengelolaan S&T Park tersebut perlu dilakukan:
15/Dok-BP/XII/2013
40
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
terkemuka berbasis non-renewable dan renewable energy
a. Menjadikan PUSPIPTEK sebagai Badan Layanan Umum (BLU) dengan manajemen profesional sehingga tercipta link antara
meliputi minyak, gas, batubara, bioenergy CPO.
bisnis dan riset. b. Menjadikan
PUSPIPTEK
sebagai
pusat
unggulan
riset
berteknologi tinggi.
5.
Penguatan Aktor Inovasi Salah satu kunci keberhasilan pelaksanaan MP3EI tergantung
pada upaya cerdas dan efektif para aktor inovasi dari unsur 4.
Pembentukan
Klaster
Inovasi
Daerah
untuk
Pemerataan Pertumbuhan MP3EI
akan
mendorong
dan
akademisi/peneliti, dunia usaha/industri, masyarakat, legislator, dan pemerintah. Beberapa pemikiran berikut harus diupayakan dalam
mengikutsertakan
upaya
perencanaan dan pemanfaatan secara cerdas potensi anak bangsa
masyarakat/pelaku usaha/pemerintah provinsi/daerah yang relatif
dalam rangka membangun Indonesia maju dan bermartabat,
sudah memiliki inisiatif untuk menumbuhkembangkan potensi
antara lain:
inovasi pada produk dan program unggulan daerah. Sebagai contoh
a. Menciptakan SDM yang memiliki kompetensi, berkepribadian
antara lain sebagai berikut:
luhur, berharkat dan bermartabat melalui pendidikan sains
a. Model Pengembangan Kawasan Inovasi Agroindustri, Gresik
teknologi, pranata sosial dan humaniora yang berkualitas.
Utara, Pemprov. Jawa Timur seperti mangga dan tanaman hortikultura lainnya. b. Model pengembangan kawasan industri inovasi produk-produk hilir yang terintegrasi, antara lain kelapa sawit, kakao, dan perikanan. c. Model Pengembangan Kawasan Inovasi Energi Kalimantan Timur
b. Optimalisasi sumber daya manusia berpendidikan S2 dan S3 yang telah ada, dan menambah 7.000-10.000 Ph.D di bidang
sains dan teknologi secara bertahap dan terencana sampai tahun 2014. c. Pengadaan laboratorium berstandar international, baik di bidang ilmu-ilmu dasar maupun terapan di perguruan tinggi, lembaga
sebagai model pengembangan kawasan industri inovasi energi 15/Dok-BP/XII/2013
41
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
litbang LPK dan LPNK serta pusat riset swasta, untuk
nantinya
akan
menggunakan
teknologi
dalam
negeri
atau
kepentingan kemakmuran bangsa.
mentransfer teknologi dari luar negeri ke Indonesia. Kepada pelaku
d. Kerjasama internasional yang mendorong pemahaman dan
inovasi pemerintah akan memberikan insentif penelitian berupa
penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pemanfaatan
peningkatan dana penelitian dengan syarat utama bahwa pihak
berbagai best practices yang sudah dikembangkan di berbagai
industri
negara.
dikembangkan. Insentif dapat diberikan oleh pemerintah jika
sudah
berminat
menggunakan
teknologi
yang
produk invensi sudah pasti memiliki nilai pasar yang tinggi melalui 6.
Memperkuat Operasionalisasi Sistem Inovasi Nasional (SINas)
pelaku
return of investment yang jelas. Persyaratan ini menjadi penting sebagai awal terjadinya inovasi di dalam sebuah negara. Selain itu
Pengembangan inovasi produk suatu invensi melibatkan 3 (tiga)
persyaratan yang ketat seperti telah memiliki feasibility studies dan
utama dalam
sistem
inovasi nasional,
yaitu:
pemerintah sebagai regulator, pelaku usaha/industri sebagai pengguna hasil invensi, dan lembaga-lembaga penelitian dan perguruan tinggi sebagai penghasil produk invensi. Seluruh aliran pengetahuan ini perlu diperkuat dan diupayakan konsensus nasional untuk menggunakan skema usulan ini sebagai dasar pengembangan produk inovasi.
industri diminta untuk menjadi penggerak utama inovasi dengan memberikan state of the art kebutuhan invensi teknologi yang memiliki nilai pasar yang baik. Kebijakan pembangunan Iptek hingga tahun 2014 diarahkan untuk meningkatkan kemampuan iptek
nasional mendukung
percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia. Dukungan
ini
akan
berwujud
dalam
bentuk
peningkatan
produktivitas menuju keunggulan kompetitif yang akan dicapai
Pemerintah dalam hal ini akan memberikan tax insentif
seiring dengan upaya memperkuat kemampuan sumber daya
kepada industri, BUMNIS dan perusahan dari luar negeri yang
manusia berbasis inovasi. Warisan ekonomi berbasis sumber daya
hendak melakukan investasi foreign direct investment (FDI) yang
alam yang bertumpu pada labor intensive perlu ditingkatkan secara
15/Dok-BP/XII/2013
42
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
bertahap menuju skilled labor intensive dan kemudian menjadi
memberikan arahan yang jelas untuk perumusan dan pelaksanaan
human capital intensive. Peningkatan kemampuan modal manusia
Jakstranas Iptek terutama dalam upaya pengkoordinasian antar
yang
instansi yang terkait dalam menentukan dan melaksanakan arah
menguasai
iptek
sangat
diperlukan
ketika
Indonesia
memasuki tahap innovation-driven economies.
kebijakan, prioritas utama dan kerangka kebijakan pemerintah. PP No. 20 Tahun 2005: PP tentang Alih Teknologi Kekayaan Intelektual serta Penelitian dan Pengembangan oleh Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan ini mengamanatkan, agar hasil–hasil penelitian yang dilakukan oleh Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian
dan
Pengembangan
dapat
dimanfaatkan
sebesar-
besarnya untuk kepentingan masyarakat serta dapat menghasilkan nilai tambah ekonomi dan perbaikan kualitas kehidupan bangsa dan negara. Gambar 3.3. Operasionalisasi Sistem Inovasi Nasional PP 41/2006: F.
PP tentang perizinan melakukan kegiatan penelitian dan
Peraturan Perundangan Lain di Bidang Iptek
pengembangan bagi perguruan tinggi asing, lembaga penelitian
Inpres No. 4 Tahun 2003:
dan pengembangan asing, badan usaha asing, dan orang asing dan
mengatur tentang perijinan bagi individual maupun lembaga asing
Pelaksanaan Kebijakan Strategis Pembangunan Nasional Iptek
yang akan melaksanakan penelitian pengembangan di Indonesia.
Inpres
tentang
15/Dok-BP/XII/2013
Pengkoordinasian
Perumusan
43
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
PP ini dirancang agar kepentingan nasional tetap terjaga dan kita
G. Prioritas Nasional KIB II:
mendapat manfaat yang maksimal dengan masuknya peneliti atau lembaga penelitian asing di Indonesia.
Presiden telah menetapkan 11 Prioritas Nasional dalam program pembangunan Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II, yakni:
PP 35/2007:
1.
Reformasi birokrasi dan ―good governance‖.
2.
Pendidikan
difusi
3.
Kesehatan
pelaksanaan
4.
Penanggulangan kemiskinan
Sebagai
5.
Ketahanan pangan
sebuah sistem insentif yang mendorong badan usaha dalam
6.
Infrastruktur
meningkatkan kapasitas kemampuan ipteknya, PP 35/2007 dapat
7.
Iklim investasi dan bisnis
menjadi jalan yang cepat bagi penguatan inovasi teknologi di level
8.
Energi
industri.
9.
Lingkungan hidup dan penanggulangan bencana
PP pengalokasian sebagian pendapatan badan usaha untuk peningkatan teknologi
kemampuan ini
dirancang
perekayasaan, untuk
inovasi,
memajukan
dan
pengembangan di lingkungan badan usaha nasional.
10. Pembangunan daerah tertinggal, terdepan dan pasca konflik PP No. 48/2009: PP tentang perizinan pelaksanaan kegiatan penelitian, pengembangan, dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang beresiko tinggi dan berbahaya ini dirancang untuk menjaga agar pelaksanaan kegiatan litbang dan penerapan iptek tidak menimbulkan resiko dan bahaya yang tidak diperlukan bagi
11. Kebudayaan, kreatifitas dan inovasi teknologi. Peran pembangunan Iptek, sangat dituntut untuk mendukung dan mensukseskan implementasi 11 Prioritas Nasional di atas. Sebagai langkah awal KIB II, telah disusun dan diumumkan 15 program pilihan aksi prioritas 100 hari, dengan rincian sebagai berikut:
masyarakat dan lingkungan hidup. 15/Dok-BP/XII/2013
44
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
1. Pemberantasan mafia hukum di semua lembaga negara dan
7. Pembenahan keruwetan penggunaan tanah dan tata
penegakan hukum seperti makelar kasus, suap menyuap,
ruang. Terutama sinkronisasi antara UU Kehutanan, UU
pemerasan, jual beli perkara, mengancam saksi, pungutan tidak
Pertambangan, UU Lingkungan Hidup serta tata perijinan dan
semestinya dan sebagainya yang rasa keadilan dan kepastian
penggunaan di lapangan;
hukum;
8. Infrastruktur.
Prioritasnya
pemotongan
rencana
2. Revitalisasi industri pertahanan. Perlu ada rencana induk
pembangunan ruas jalan yang penting antar provinsi dan di
dan arah revitalisasi sehingga bisa penuhi kebutuhan dalam
pulau besar, termasuk fasilitas pelabuhan, dermaga, bandara
negeri dan kontrak sedang berjalan;
dan infrastrktur perhubungan dan perikanan;
3. Penanggulangan terorisme. Peningkatan kapasitas dan
9. Pemberdayaan usaha mikro, usaha kecil dan menengah
restrukturisasi lembaga penanggulangan terorisme untuk lebih
yang dikaitkan dengan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Pemantapan
libatkan seluruh lapisan masyarakat;
rencana penyaluran KUR senilai Rp. 10 triliun dalam 5 tahun
4. Listrik. Memastikan terpenuhinya kebutuhan listrik di seluruh Indonesia dalam lima tahun ke depan;
yang melibatkan bank, swasta dan lembaga penjaminan; 10. Mobilisasi sumber pembiayaan di luar APBN dan APBD
5. Peningkatan produksi dan ketahanan pangan. Perumusan
untuk membiayai pembangunan. Ini terkait pembangunan
kembali rencana induk untuk meningkatkan ketahanan pangan
infrastruktur, listrik, ketahanan pangan yang klop dengan segi
yang lebih terintegrasi dengan faktor pendukung, irigasi, pupuk
pembiayaan dan investasi;
dan subsidi khusus bunga bagi petani;
11. Perubahan
6. Perindutrian. Memastikan revitalisasi industri pabrik pupuk dan
gula
yang
pembiayaannya;
15/Dok-BP/XII/2013
meliputi
penggunaan
teknologi
dan
iklim
dan
lingkungan
hidup,
yaitu
mengintensifkan pemberantasan pembalakan hutan, menjaga hutan lindung dan mencegah kebakaran hutan serta kelestarian terumbu karang;
45
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
12. Reformasi kesehatan. Prioritasnya bukan lagi berobat gratis,
harus bisa menempatkan inovasi sebagai urat nadi kehidupan
melainkan sehat gratis bagi warga miskin. Maka fasilitas
bangsa Indonesia. Dengan kata lain, kita harus bisa menjadi
kesehatan masyarakat harus lebih diberi penguatan kapasitas
Innovation Nation, bangsa inovasi, yaitu sebuah rumah bagi
dan kapabilitas;
manusia-manusia yang kreatif dan inovatif.
13. Reformasi
pendidikan.
Memastikannya
ada
keterkaitan
antara hasil lembaga pendidikan dengan kebutuhan dunia usaha selaku pasar tenaga kerja; 14. Peningkatan kesiapan penanggulangan bencana dengan
Untuk mencapai itu, hal penting yang harus dibangun adalah sebagai-berikut: 1.
culture of excellence—baik di birokrasi, di universitas, maupun
membentuk satuan khusus dengan segala fasilitas yang
di sektor swasta sehingga tercipta sistem dan lingkungan
dibutuhkan dan siap setiap saat diterjunkan ke berbagai lokasi
nasional yang bisa melahirkan inovator-inovator yang kreatif;
bencana;
sikap open-mind dan risk-taking, yang membuat komunitas
15. Sinergi antara pusat dan daerah yang bisa mencegah
iptek Indonesia harus berwawasan jauh lebih terbuka dan lebih
pemborosan. Sinergi meliputi jajaran pemerintah, kegiatan
progresif
pembangunan ekonomi, kesejahteraan, hukum dan keamanan.
Arahan
Presiden
Republik
Indonesia
tentang
Pengembangan Iptek Dalam pidatonya di depan masyarakat ilmiah Indonesia tanggal 20 Januari 2010, Presiden RI mengarahkan bahwa agar bangsa kita menjadi bangsa yang menguasai Iptek, maka kita
dari
masanya,
dan
dari
masyarakat,
untuk
mengembangkan ilmu dan teknologi. 2.
H.
Perubahan mindset, berupa pengembangan budaya unggul—a
Investasi dan Insentif. Untuk memunculkan inovasi diperlukan inkubator-inkubator di lingkungan pemerintah, universitas, perusahaan, dan lain-lain sehingga harus ada sumberdaya dan dana yang cukup, serta program yang berkesinambungan. Pengembangan enterpreneurship juga harus dilakukan karena
enterpreneurship identik dengan inovasi, risk-taking, peluang, dan dinamisme. Namun dalam hal ini, kita tidak harus selalu
15/Dok-BP/XII/2013
46
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
menjadi
inventor
menyerap
dan
teknologi
baru
mengembangkan
tetapi
dapat
teknologi
mencari,
baru
untuk
pembangunan Indonesia. 3.
Kebijakan pemerintah dan kolaborasi, karena hampir semua inovasi teknologi merupakan hasil dari suatu kolaborasi, apakah itu kolaborasi antar-pemerintah, antar-universitas, antar-perusahaan,
antar-ilmuwan,
semuanya. Karena itulah,
harus
atau
kombinasi
dari
didorong upaya untuk
membangun networking dan kolaborasi yang seluas-luasnya dengan lembaga penelitian, lembaga kajian dan universitas
Juga diarahkan bahwa bangsa Indonesia harus menguasai teknologi yang dapat menjawab tantangan-tantangan pokok yang dihadapi, yaitu: Teknologi
Teknologi maritim
7.
Teknologi pertahanan
8.
Teknologi transportasi
9.
Teknologi energi
10. Teknologi masa depan. Mengacu
landasan
idiil,
landasan
konstitusionil,
landasan operasional (RPJPN, RPJMN dan Peraturan Perundangan lainnya, Prioritas Nasional KIB II, dan Arahan Presiden) di atas, maka pembangunan Iptek diharapkan berada dalam track yang benar sesuai tujuannya, yakni bagian yang tidak terpisahkan dari Pembukaan UUD45, yakni: melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia (hankam); memajukan kesejahteraan umum (kesejahteraan dan ekonomi); mencerdaskan kehidupan bangsa (pelayanan); dan turut serta menjaga ketertiban
untuk
pengentasan
kemiskinan
( pro-poor
dunia), serta meningkatkan daya saing, serta kemandirian dalam
technology).
memperjuangkan
2.
Teknologi hijau (green technology)
internasional.
3.
Teknologi pangan
4.
Teknologi industri
5.
Teknologi kesehatan
15/Dok-BP/XII/2013
pada
upaya percepatan pencapaian Tujuan Negara, sesuai dengan
manapun di dunia.
1.
6.
kepentingan
negara
dalam
pergaulan
Dalam rumusan yang lebih konkret, maka pembangunan Iptek diharapkan mampu:
47
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
1. Berperan penting dalam membangun kemandirian bangsa guna menciptakan sistem pertahanan keamanan nasional yang
[1] Sinergi kebijakan lintas sektoral (perubahan dan keberlanjutan, menghilangkan hambatan, percepatan dan peningkatan)
kokoh, yang mampu melindungi segenap bangsa Indonesia dan
[2] Kemitraan antara pemerintah dan swasta
seluruh tumpah darah Indonesia.
[3] Pemerintah berperan sebagai regulator dan fasilitator
2. Mendorong pertumbuhan ekonomi yang bernilai tambah tinggi
[4] Menjaga stabilitas ekonomi, politik dan keamanan
guna meningkatkan daya saing ekonomi nasional, dalam rangka
[5] Memperkuat rantai nilai perekonomian
mengurangi
[6] Meningkatkan akses pendidikan
pengangguran
dan
angka
kemiskinan, serta
memajukan kesejahteraan umum. 3. Mempercepat
upaya
[7] Meningkatkan kesehatan masyarakat.
mencerdaskan
kehidupan
bangsa,
tercapainya kemajuan bangsa dan kesejahteraan kehidupan rakyat, melalui pelayanan teknologi bagi publik. 4. Memberikan
solusi
bagi
terciptanya
pembangunan
berkelanjutan dalam rangka turut berpartisipasi menangani masalah
lingkungan
global
seperti:
pemanasan
global,
perubahan iklim dan kerusakan lingkungan hidup.
3.2. Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Riset dan Teknologi 3.2.1. Arah Kebijakan Urgensi untuk pembangunan Sistem Nasional Iptek tidak dapat lagi ditampik, karena hanya ada satu pilihan untuk menjadikan Indonesia sebagai negara yang lebih maju, yakni meningkatkan kemampuan, penguasaan dan kemandirian iptek
3.1.2. Strategi Kebijakan Nasional Untuk menjalankan 11 prioritas nasional dan prioritas terpilih dari KIB II, maka strategi yang dipilih adalah:
nasional. Iptek yang dimaksud adalah Iptek yang tepat bagi solusi permasalahan nasional di segala bidang. Seperti disebutkan sebelumnya, kontribusi teknologi yang nyata terhadap upaya-upaya mensejahterakan masyarakat dan memajukan peradaban akan terwujud apabila terbangun sebuah
15/Dok-BP/XII/2013
48
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
sistem yang mengatur hubungan antara unsur-unsur yang mampu
daerah), lembaga pembiayaan (pendanaan ventura), konsumen
menyediakan iklim yang mendorong inovasi di tanah air yang
(end user), lembaga intermediasi, lembaga paten dan sertifikasi,
dikenal sebagai sebuah Sistem Inovasi Nasional (SINas). Karena
lembaga diklat dan lain-lain.
itulah arah kebijakan Kementerian Riset dan Teknologi adalah
menumbuhkembangkan
motivasi,
Ada berbagai komponen yang berinteraksi membentuk SINas
memberikan
diantaranya adalah wirausaha (entrepreneur), penemu (inventor)
stimulasi dan fasilitasi, serta menciptakan iklim yang
dan peneliti. Entrepreneur berkontribusi dalam menarik investor
kondusif bagi perkembangan Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
melalui: [1] Kelembagaan Iptek yang efektif, [2]
Sumberdaya Iptek yang kuat, [3] Jaringan antar-kelembagaan iptek yang
saling
memperkuat
(mutualistik),
[4]
Relevansi
dan
produktivitas Iptek yang tinggi, dan [5] Pendayagunaan Iptek yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Sistem Inovasi Nasional adalah jaringan antar institusi publik
(domestik dan internasional) dengan skema pendanaan alternatif selain perbankan (venture capital). Inventor dan peneliti terkait dengan sistem inovasi yang lebih luas (global, regional dan nasional). Secara nasional paling tidak ada 3 (tiga) elemen dasar yang membangun efektivitas bekerjanya SINas, yaitu: 1.
berkualitas; 2.
dan swasta dalam suatu wilayah nasional (SINas) dan daerah (SIDa) yang berinteraksi secara koheren dalam lingkup kegiatan memproduksi pengetahuan, menerapkan dan mendiseminasikan sehingga menghasilkan manfaat nyata yang dapat dirasakan oleh masyarakat. Para aktor utama yang menggerakkan Sistem Inovasi Nasional adalah perguruan tinggi, industri, dan lembaga litbang;
Kapasitas pendidikan dan pelatihan yang menghasilkan SDM Kapasitas investasi yang terbangun oleh adanya iklim kondusif bagi industri berbasis ilmu pengetahuan; dan
3.
Kapasitas kelembagaan inovasi (riset, bisnis dan universitas). Dari hasil Rakornas Ristek 2008, disepakati bahwa kerangka
kebijakan inovasi nasional terdiri atas 6 (enam) agenda kebijakan inovasi pokok, yaitu:
sedangkan aktor pendukung terdiri dari pemerintah (nasional dan 15/Dok-BP/XII/2013
49
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
a.
Mengembangkan (reformasi) kerangka umum yang kondusif
dan aliansi strategis antarpelaku; dan pengembangan Pusat
bagi perkembangan inovasi dan bisnis: misalnya penataan
Inovasi UMKM.
insentif pajak (insentif struktural) bagi aktivitas inovasi;
d. Mendorong Budaya Kreatif - Inovatif: misalnya peningkatan
penetapan kepastian peraturan perundangan pembiayaan
apresiasi atas karya kreatif-inovatif; edukasi dini dan dukungan
berisiko (risk capital, seperti modal ventura); penataan
pengembangan technopreneurship; pengembangan standar
kebijakan
bisnis; pengembangan
literasi teknologi; migrasi ke penggunaan TIK legal; dukungan
standar atau ketentuan teknis-teknologis dan pengembangan
bagi perlindungan hukum dan pengembangan indigenous
kelembagaan
knowledge/technology.
perijinan
investasi
khusus
dan
tertentu,
reformasi
peraturan
perundangan yang menghambat atau yang dinilai kurang b.
e. Menumbuh
kembangkan
dan
memperkuat
keterpaduan
efektif/tidak sesuai lagi.
pemajuan sistem inovasi dan klaster industri nasional dan
Memperkuat kelembagaan dan daya dukung litbang Iptek dan
daerah: misalnya program kolaboratif pengembangan industri
meningkatkan kemampuan absorpsi dunia usaha, khususnya
unggulan dan strategis nasional-daerah; percontohan e-
UKM:
development daerah;
misalnya
peningkatan
reformasi
kualitas
SDM
kelembagaan dan
insentif
Iptek/inovasi; non-struktural;
f.
Penyelarasan
dengan
perkembangan
global:
misalnya
pengembangan pusat-pusat unggulan (center of excellence);
kerjasama teknis regional dan internasional; pengembangan
dan pengembangan kapasitas teknologis dan bantuan teknis
interoperabilitas (adopsi dan adaptasi) dalam bidang yang
(technical assistance) bagi dunia usaha (terutama pelaku
telah
UKM).
implementasi teknologi baru CNS/ATM system dalam sistem
c. Menumbuh
kolaborasi
bagi
inovasi
kesepakatan
internasional
(misalnya
dan
manajemen transportasi udara); pengembangan kapasitas
meningkatkan difusi inovasi, praktik baik/terbaik dan/atau hasil
nasional-daerah bagi antisipasi implementasi open standar
litbangyasa: misalnya penguatan kelembagaan intermediasi
technology.
15/Dok-BP/XII/2013
kembangkan
menjadi
50
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
Kementerian Riset dan Teknologi beserta jajaran LPNK di
3.
Menyerap kebutuhan masyarakat (termasuk pasar) dalam
bawahnya merencanakan dan telah memprakarsai langkah-langkah
rangka mengarahkan aktivitas litbang iptek (demand-driven
awareness
approach).
campaign
(sosialisasi),
pendampingan
(technical
assistance), dan diklat, serta upaya membangun konsensus nasional-daerah untuk menyusun agenda sinergis atas dasar
common platform tersebut. Penguatan kelembagaan juga telah dilaksanakan antara lain melalui kerjasama dan bantuan teknis dalam pengembangan DRD (Dewan Riset Daerah) di beberapa daerah. Peningkatan dan perluasan upaya ini akan dikembangkan lebih lanjut di waktu mendatang. 3.2.2. Strategi Kebijakan
Peranan intermediasi ini penting untuk dilaksanakan dengan pendekatan manajemen yang efektif dan efisien, karena ditengarai adanya beberapa permasalahan di lapangan seperti adanya tumpang tindih program dan anggaran, Agenda Riset Nasional (ARN) yang masih belum diacu secara penuh oleh stake-holders pembangunan
iptek,
efek
sinergi
yang
lemah,
sehingga
pembangunan Iptek nasional menjadi lambat, marjinal, dan tidak terkoordinasi dengan baik.
Tugas pokok, fungsi dan kewenangan Kementerian Riset dan
Strategi yang akan dijalankan oleh KRT dalam menjalankan
Teknologidiarahkan untuk menjalankan peran intermediasi dalam
peran intermediasi dan fungsi ―koordinasi‖ dan ―sinkronisasi‖
pembangunan Sistem Inovasi Nasional (SINas), yakni:
kelembagaan litbang (LPNK, LPD, Pemda, Swasta/industri/badan
1.
Mengkoordinir kebersamaan lembaga penelitian dalam aspek perumusan kebijakan dan implementasi kebijakan di bidang litbang Iptek (supply-push technology).
2.
Mempromosikan hasil litbang Iptek untuk didayagunakan bagi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.
usaha, dan perguruan tinggi) dan program litbang adalah dengan menjalankan
sinergi
mengedepankan
fungsional,
kebersamaan
antar
yaitu
sinergi
berbagai
yang
pemangku
kepentingan dalam menjalankan fungsi-fungsi kelitbangan Iptek. Orientasi untuk melakukan sinergi fungsional ini sesuai dengan UU 39/2008 tentang Kementerian Negara Pasal 25, yaitu
15/Dok-BP/XII/2013
51
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
ayat (1): “Hubungan fungsional antara Kementerian dan
Dalam hal ini KRT menempatkan posisi sebagai ―nakhkoda‖ untuk
lembaga pemerintah non-kementerian dilaksanakan secara
mendorong proses pendayagunaan berbagai hasil litbang iptek
sinergis sebagai suatu sistem pemerintahan dalam Negara
menjadi produk inovasi yang bernilai tambah tinggi ( value
Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan peraturan
creation), merubah orientasi pengembangan teknologi yang bersifat
perundang-undangan", dan ayat (2):”Lembaga pemerintah
supply-push menjadi demand-driven dalam bingkai Sistem Inovasi
non-kementerian berkedudukan di bawah Presiden dan
Nasional (SINas).
bertanggungjawab kepada Presiden melalui menteri yang mengkoordinasikan”. Pendekatan
koordinasi
Prinsip
penggalangan
kompetisi
dan
kerjasama
untuk
membangkitkan industri hasil inovasi dilakukan dengan cara dan
sinkronisasi
secara
sinergi
mengelola interaksi serta hubungan-hubungan antar elemen
fungsional diharapkan mampu menerobos kebuntuan struktural
pendukung. Karena, selain upaya ke dalam, yakni bagaimana
melalui upaya membangun kebersamaan dalam menjalankan
mengefektifkan
tupoksi untuk meningkatkan binding energy di antara pemangku
teknologi (LPNK Ristek, Balitbang Kementerian, Pemerintah Daerah
kepentingan Iptek.
serta Perguruan Tinggi), tetapi juga penting interaksi ke luar
Dengan sinergi fungsional yang baik, maka hasil litbang dan penemuan Iptek yang dikembangkan lembaga penelitian, baik di lembaga
riset
agar
inovasi
dapat
penghasil
mewujud
dalam
penyediaan barang dan jasa yang bermanfaat bagi masyarakat. Kementerian Riset dan Teknologi berupaya memfasilitasi
Kemubaziran―
untuk
interaksi antar LPNK di bawah koordinasi KRT, serta interaksi
didayagunakan. Proses melintasi "Lautan Kemubadziran" adalah
dengan lingkungan eksternal. Dalam kaitan dengan lingkungan
sebuah proses pengembangan produk dari hasil temuan dan litbang
eksternal yang mempengaruhi efektifitas SINas, maka tidak semua
iptek
untuk
kendali SINas berada dalam portofolio KRT, karena menyangkut
memenuhi kebutuhan industri maupun masyarakat pengguna lain.
sistem yang lebih luas seperti: sistem pendidikan, keuangan, pajak
untuk
melintasi
―Lautan
bisa dikomersialkan
15/Dok-BP/XII/2013
perguruan
usaha,
lembaga-lembaga
dapat
mampu
maupun
dunia
antar
tinggi
diupayakan
pemerintah
dengan
interaksi
atau
didayagunakan
52
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
dan moneter, hukum, HKI, dan lain-lain. Ini semua berada dalam
Dalam perspektif hubungan nasional-daerah, koherensi kebijakan
kendali berbagai kementerian lain.
inovasi dalam penguatan SINas di Indonesia perlu dibangun melalui
Sebagai contoh UU No. 18/2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang diikuti oleh aturan pelaksanaan di bawahnya. Kenyataannya,
koherensi
antar
peraturan
tersebut
dengan
Peraturan Pemerintah yang mengatur Keuangan Negara masih perlu
diharmonisasikan.
sebagai common platform. Dalam kasus pelaksanaan program yang bersifat top-down,
20/2005 tentang Alih Teknologi Kekayaan Intelektual serta Hasil
Program Prioritas Nasional, dan 15 Program Pilihan Presiden, yakni
Kegiatan Penelitian dan Pengembangan oleh Perguruan Tinggi,
yang berkaitan dengan peningkatan ketahanan dan produksi
Lembaga
Peraturan
pangan; industri pertahanan, pengembangan energi alternatif,
Sebagian
pengembangan teknologi untuk daerah perbatasan dan rawan
Kemampuan
bencana dll., maka Kementerian Riset dan Teknologi berperan
Pemerintah
No.
Pendapatan
Badan
Perekayasaan,
Pengembangan, maupun
35/2007 Usaha
Inovasi,
Pemerintah
sumberdaya yang memadai pada tataran nasional maupun daerah
seperti Kontrak Kinerja Menteri, Program 5 Tahun (P5T), 11
dan
Peraturan
sejalan, dengan sasaran dan milestones terukur, serta komitmen
No.
Penelitian
Misalnya
kerangka kebijakan inovasi (innovation policy framework) yang
Ttentang untuk dan
Pengalokasian Peningkatan
Difusi
Teknologi.
Dalam
dalam aspek perumusan kebijakan nasional, koordinasi pelaksanaan
implementasinya, 2 (dua) PP ini sangat bergantung kepada UU
kebijakan yang memberikan arti adanya sinkronisasi program -
Keuangan Negara dan perangkat aturan di bawahnya, yang masih
termasuk di dalamnya monitoring dan evaluasi yang akan
perlu diselaraskan agar tidak saling meniadakan.
disampaikan
Kunci keberhasilan implementasi penguatan sistem inovasi di suatu negara adalah koherensi kebijakan inovasi dalam dimensi antarsektor dan lintas sektor; antar waktu (intertemporal); dan nasional-daerah (inter teritorial), daerah-daerah, dan internasional. 15/Dok-BP/XII/2013
koordinasi
kepada KRT
Presiden.
berperan
Sementara
dalam
LPNK
merumuskan
di
bawah
kebijakan
di
bidangnya dan melaksanakan program-program ini sesuai dengan tupoksinya masing-masing dan bekerja di bawah koordinasi, supervisi, sinkronisasi dan monev Kementerian Riset dan Teknologi. 53
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
Secara umum strategi sinergi fungsional dalam kerangka Visi dan Misi serta tujuan dan sasaran Kementerian Riset dan Teknologi
15/Dok-BP/XII/2013
2010-2014 bisa digambarkan dalam sebuah alur pikir pada Gambar-3.4.
54
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
RENSTRA KRT
Visi Misi
2010-2014
Tujuan
INTERMEDIASI
NAT’LSECURITY: Hankam, Pangan, Energi
Arus Informasi (Demand)
LEMBAGA
INDUSTRI
SUMBER DAYA
JARINGAN
Pro-Supplier
Pro-User Arus Iptek (Supply)
Strategi:
KOORDINASI
YANMAS: TIK, Tranportasi, Kesehatan
Sinergi fungsional untuk [1] Mengkoordinir kebersamaan, [2] Mempromosikan hasil litbang; [3] Menyerap kebutuhan pengguna
Program:
INSENTIF FF
ELEMEN IPTEK
Peningkatan Kemampuan Iptek untuk Penguatan Sistem Inovasi Nasional
Sasaran
ARAH KEBIJAKAN KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI TUPOKSI KRT: KEBIJAKAN RISET & TEKNOLOGI NASIONAL, KOORDINASI, SINKRONISASI ARAH KEBIJAKAN NASIONAL: UUD 1945 Ps. 31(5), UU 18/2002, RPJPN, RPJMN, PERATURAN PERUNDANGAN IPTEK, ARAHAN PRESIDEN PRESIDEN
Gambar 3.4 Alur pikir sinergi fungsional dalam kerangka Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014
15/Dok-BP/XII/2013
55
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
3.2.3. Program
2. Penguatan
Berdasarkan arah kebijakan pembangunan Iptek Nasional maupun arah kebijakan Kementerian Riset dan Teknologi yang menekankan pentingnya membangun sebuah Sistem Inovasi Nasional, maka Program KRT selama 5 (lima) tahun ke depan adalah ―Peningkatan Kemampuan Iptek Nasional untuk Penguatan Sistem Inovasi Nasional”. diarahkan
untuk
Dalam hal ini pembangunan Iptek
meningkatkan
unsur-unsur
Sistem
Inovasi
Nasional, yakni: Kelembagaan, Sumber Daya, dan Jaringan Iptek, di samping penguatan core business Iptek itu sendiri, yakni Relevansi dan Produktivitas Litbang Iptek serta Pendayagunaan
Sumber
meningkatkan
Daya
Iptek,
kapasitas sumberdaya
diarahkan
Iptek,
untuk
yang dicapai
melalui kegiatan peningkatan SDM Iptek, peningkatan sarana dan
prasarana
pengembangan
Iptek, data
dan
peningkatan informasi
investasi Iptek,
Iptek,
peningkatan
kekayaan intelektual dan standardisasi. 3. Penguatan Jaringan Iptek, diarahkan untuk penguatan jaringan Iptek yang dicapai melalui kegiatan penguatan jaringan antar penyedia Iptek, pengembangan jaringan antar penyedia dengan pengguna Iptek, penguatan hubungan penyedia Iptek dengan lembaga regulasi, penguatan jaringan pusat dan daerah, penguatan jaringan Iptek internasional.
Iptek. Dengan demikian, maka 5 (lima) sub program pembangunan Iptek tahun 2010 – 2014 adalah: 1. Penguatan
Kelembagaan
4. Relevansi dan Produktivitas Litbang Iptek, diarahkan untuk menyelaraskan antara kapasitas Iptek dengan kebutuhan pengguna dan meningkatkan produktivitas Iptek yang dicapai
Iptek,
diarahkan
bagi
melalui kegiatan pengembangan kebijakan riptek nasional,
meningkatkan kualitas kelembagaan Iptek, antara lain dicapai
pengembangan
melalui kegiatan arah pengembangan kelembagaan Iptek,
produktivitas riptek strategis, peningkatan produktivitas riptek
penataan kelembagaan Iptek, penguatan kompetensi lembaga
masyarakat, peningkatan produktivitas riptek industri.
Iptek, pengembangan sistem legislasi Iptek, pengembangan budaya dan etika Iptek. 15/Dok-BP/XII/2013
5. Pendayagunaan
program
Iptek,
riptek
diarahkan
nasional,
untuk
peningkatan
meningkatkan
pendayagunaan hasil litbangyasa nasional yang dicapai melalui 56
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
kegiatan analisis kebutuhan Iptek nasional, pendayagunaan
organisasi dan manajemen profesional di lembaga litbang,
Iptek
[3] Restrukturisasi dan penataan kelembagaan Iptek, [4]
masyarakat,
pendayagunaan
Iptek
pendayagunaan industri
kecil
Iptek
strategis,
menengah,
dan
Regulasi untuk sinkronisasi dan harmonisasi kebijakan, [5] Membangun sistem reward and punishment, dan [6]
pendayagunaan Iptek industri besar.
Menciptakan dan meningkatkan pemahaman teknologi di
Sesuai dengan tupoksinya, maka kegiatan dalam program
masyarakat;
KRT meliputi 2 (dua) kegiatan besar, yaitu kegiatan kajian untuk perumusan kebijakan dan kegiatan non kajian untuk menjalankan
b.
litbang
peran mengkoordinasikan dan mengsinkronisasikan implementasi
Pengembangan
instrumen dalam melaksanakan strategi sinergi fungsional antar kepentingan
pembangunan
iptek
c.
melaksanakan sinergi fungsional dalam rangka pembangunan sebuah SINas ini meliputi hal-hal sebagai berikut: Perumusan kebijakan iptek untuk menguatkan Sistem Inovasi
dan
swasta,
[2]
jumlah
SDM
data
dan
informasi
litbang,dan
[5]
Penguatan jaringan Iptek: [1] Memperkuat jaringan kelembagaan dalam dan luar negeri, [2] Membangun
Karena itu, kegiatan yang akan menjadi instrumen untuk
1.
kompetensi
R&D
Optimalisasi pemanfaatan kekayaan intelektual;
guna
mencapai tujuan yang diharapkan.
investasi
litbang, [3] Peningkatansarana dan prasarana litbang, [4]
atas akan terdiri dari dua jenis kegiatan ini yang kemudian menjadi pemangku
khususnya
Peningkatankapasitas,
kebijakan. Dengan demikian, isi dari kelima sub program utama di
berbagai
Penguatan sumberdaya Iptek: [1] Peningkatan investasi
infrastruktur
penghubung
technopark,
lembaga
iptek-industri
intermediasi,
{science
modal
and
ventura,
inkubator, pusat purwarupa (prototype center), dll}; d.
Peningkatan relevansi dan produktivitas litbang Iptek: [1]
Nasional yang meliputi:
Penajaman
a.
Penguatan kelembagaan Iptek: [1] Pembangunan pusat
ketahanan pangan, energi, hankam, ICT, transportasi,
unggulan Iptek berlevel internasional, [2] Penerapan
kesehatan dan obat, serta material maju, dan mendorong
15/Dok-BP/XII/2013
fokus
bidang
Iptek
dalam
mendukung
57
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
pertumbuhan
klaster-klaster
industri
unggulan
serta
merespon isu perubahan iklim, [2] Kerjasama riset
2.
Kegiatan Koordinasi dan Sinkronisasi a.
pemerintah, perguruan tinggi dan swasta, [3] Reorientasi
bidang, Rapim, Rakor LPNK Ristek, Rakornas Iptek, forum
pelaksanaan riset: riset terpadu, alih pengetahuan , human
capital, UKM, aliansi riset nasional/regional/international. e.
Peningkatan kapasitas
pendayagunaan
adopsi
teknologi
Iptek: di
sektor
[1]
riset internasional. b.
beasiswa, peningkatan sarpras, fasilitasi HKI.
[2]
Peningkatan promosi, difusi dan diseminasi hasil litbang,
Fasilitasi: pemanfaatan lab bersama, perpustakaan on-
line, data base teknologi dan KI, sistem informasi litbang,
Penguatan
produksi,
Koordinasi: breakfast meetingLPNK, konsorsium riset per
c.
Riset Unggulan Bersama (7 bidang fokus + 11
[3] Optimalisasi proses alih teknologi (FDI, lisensi, sistem
Prioritas Nasional KIB II): sistem insentif, riset
procurement), [4] Peningkatan inovasi dan kreativitas
strategis, riset tematik.
pemuda.
d.
Diseminasi: diseminasi iptek di daerah, pusat informasi Iptek, inovasi pemuda.
15/Dok-BP/XII/2013
58
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
BAB IV PENUTUP Rencana Strategis Kementerian Riset dan Teknologi 2010-
Namun demikian, untuk hal-hal yang bersifat mendesak akan tetap dipertimbangkan untuk diprogramkan sesuai dengan skala urgensinya dan ketersediaan dukungan pembiayaannya.
2014 ini akan menjadi acuan utama dalam penyusunan program kerja tahunan, sehingga akan lebih terarah dan terencana dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan serta lebih efisien dalam pelaksanaannya, baik dipandang dari aspek pengelolaan sumber pembiayaan maupun dalam percepatan waktu realisasinya. Kegiatan-kegiatan yang mendukung prioritas nasional tentu akan selalu diutamakan, selain kegiatan-kegiatan yang secara langsung menjadi tanggung jawab dan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Kementerian Riset dan Teknologi.
15/Dok-BP/XII/2013
59
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
PROGRAM / KEGIATAN
OUTCOME / OUTPUT
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI INDIKATOR TARGET 2011
2012
2013
2014
UNIT ORGANISASI
4
5
6
7
8
9
-
-
-
50
45
27
1 29
3 32
5 35
7 37
Deputi Bidang Kelembagaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
-
-
-
5
10
5
10
15
20
25
-
1
2
3
4
-
-
-
1
2
1
2
3
4
5
-
-
-
5
10
-
1
1
1
1
2010 1 2 3 PENINGKATAN KEMAMPUAN IPTEK UNTUK PENGUATAN SISTEM INOVASI NASIONAL I. Kelembagaan Iptek Menguatnya Peringkat dunia kualitas lembaga kelembagaan Iptek penelitian Jumlah pusat unggulan iptek Jumlah pranata litbang terakreditasi Jumlah Badan Penelitian dan Pengembangan (BPP) provinsi tingkat utama Jumlah apresiasi budaya Iptek di masyarakat Jumlah rumusan kebijakan penguatan kelembagaan iptek Jumlah laporan evaluasi dan kordinasi pelaksanaan kebijakan penguatan kelembagaan Iptek 1. Arah Pengembangan Rekomendasi Jumlah rekomendasi kebijakan Kelembagaan Sistem kebijakan arah Inovasi pengembangan kelembagaan Iptek Badan Penelitian dan Jumlah Badan Penelitian dan Pengembangan Pengembangan Daerah yang Daerah yang berkualitas berkualitas Hasil survey tata kelola Jumlah pemetaan lembaga litbang 15/Dok-BP/XII/2013
Asisten Deputi Pengembangan Kelembagaan
60
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
PROGRAM / KEGIATAN 1
2. Penataan Kelembagaan Litbang
15/Dok-BP/XII/2013
OUTCOME / OUTPUT 2 Laporan evaluasi pelaksanaan dan pengembangan insentif kelembagaan balitbangda Laporan evaluasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan pengembangan kelembagaan Iptek Rekomendasi kebijakan penataan kelembagaan litbang Pranata litbang terakreditasi Model revitalisasi kelembagaan litbang Peringkat kualitas lembaga Litbang Laporan hasil evaluasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan kelembagaan Iptek Laporan evaluasi dan kordinasi pelaksanaan kebijakan penataan kelembagaan Iptek
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI INDIKATOR TARGET 2010
2011
2012
2013
2014
Jumlah laporan
4 -
5 -
6 -
7 -
8 1
Jumlah laporan
-
-
-
-
1
Jumlah rekomendasi kebijakan
1
2
3
4
5
Jumlah pranata litbang terakreditasi Jumlah model revitalisasi kelembagaan litbang Jumlah laporan peringkat Lemlitbang Jumlah laporan
27
29
32
35
37
-
1
1
1
1
-
-
1
2
3
-
-
-
1
2
-
-
-
-
1
3
Jumlah laporan
UNIT ORGANISASI 9
Asisten Deputi Penataan Kelembagaan
61
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
PROGRAM / KEGIATAN 1
3. Penguatan Kompetensi Lembaga Litbang
OUTCOME / OUTPUT 2 Laporan evaluasi pelaksanaan dan pengembangan instrumen kebijakan penataan kelembagaan litbang Rekomendasi kebijakan penguatan kompetensi kelembagaan litbang Pusat unggulan Iptek Laporan evaluasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan penguatan kompetensi litbang Laporan evaluasi pelaksanaan dan pengembangan instrumen kebijakan penguatan kompetensi litbang
15/Dok-BP/XII/2013
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI INDIKATOR TARGET
UNIT ORGANISASI
2010
2011
2012
2013
2014
5 -
6 -
7 -
8 1
9
Jumlah laporan
4 -
Jumlah rekomendasi kebijakan
1
2
3
4
5
Asisten Deputi Kompetensi Kelembagaan
Jumlah lembaga litbang yang dibina menjadi pusat unggulan Iptek Jumlah laporan
-
1
3
5
7
-
-
-
-
1
Jumlah laporan
-
-
-
-
1
3
62
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
PROGRAM / KEGIATAN 1 Peningkatan Upaya Penelitian dan Pengembangan Bidang Pertanian yang Mampu Menciptakan Benih Unggul dan Hasil Penelitian Lainnya Menuju Kualitas Produktivitas Hasil Pertanian Nasional yang Tinggi
4. Pengembangan Sistem Legislasi Iptek
15/Dok-BP/XII/2013
OUTCOME / OUTPUT 2 Rekomendasi kebijakan peningkatan dukungan litbang untuk ketahanan mencakup pengelolaan lahan sub optimal, sumber daya kemaritiman dan pengembangan industri perdesaan berbasis produk lokal Konsorsium litbang ketahanan pangan mencakup pengelolaan lahan sub optimal, sumber daya kemaritiman dan pengembangan industri perdesaan berbasis produk lokal dan hasil riset Rekomendasi kebijakan sistem legislasi iptek
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI INDIKATOR TARGET 2010
2011
2012
2013
2014
3 Jumlah rekomendasi kebijakan
4 1
5 2
6 3
7 3
8 3
Jumlah konsorsium
-
1
2
2
2
Jumlah rekomendasi kebijakan
1
2
3
4
5
UNIT ORGANISASI 9
Asisten Deputi Legislasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
63
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
PROGRAM / KEGIATAN 1
5. Pengembangan Budaya dan Etika iptek
OUTCOME / OUTPUT 2 Legislasi lintas sektor yang mendukung iptek Laporan evaluasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan legislasi Iptek Rekomendasi kebijakan pelembagaan budaya iptek Hasil pemetaan kawasan percontohan Siswa kreatif dan inovatif Kolaborasi budaya antara komunitas Iptek dengan masyarakat Sistem apresiasi budaya iptek Pedoman kode etik profesi
15/Dok-BP/XII/2013
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI INDIKATOR TARGET 2010
2011
2012
2013
2014
3 Jumlah cetak biru pembangunan SINas Jumlah rekomendasi pengembangan kebijakan SINas Jumlah laporan
4 -
5 1
6 1
7 1
8 1
-
-
1
2
3
-
-
-
-
1
Jumlah rekomendasi kebijakan
-
1
2
3
4
Jumlah pedoman umum etika iptek Jumlah model kawasan percontohan budaya masyarakat kreatif dan inovatif Jumlah pemuda dan pelajar yang kreatif dan inovatif Jumlah model kolaborasi budaya antara komunitas Iptek dengan masyarakat Jumlah kategori penghargaan budaya iptek Jumlah Pedoman Umum Etika Iptek
-
-
1
2
2
1
2
2
2
2
600
1200
1200
1200
1200
1
3
3
3
3
1
2
3
4
5
-
-
1
1
1
UNIT ORGANISASI 9
Asisten Deputi Budaya dan Etika
64
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
PROGRAM / KEGIATAN 1
II. Penguatan Sumberdaya Iptek
15/Dok-BP/XII/2013
OUTCOME / OUTPUT 2
Laporan evaluasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan pelembagaan budaya Iptek Laporan evaluasi pelaksanaan dan pengembangan instrumen kebijakan pelembagaan budaya Iptek Menguatnya sumberdaya Iptek
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI INDIKATOR TARGET 2010
2011
2012
2013
2014
3 Jumlah lembaga Iptek yang mengadopsi pedoman penyusunan kode etik penelitian Jumlah laporan
4 -
5 -
6 -
7 3
8 6
-
-
-
-
1
Jumlah laporan
-
-
-
-
1
Prosentase investasi anggaran litbang terhadap PDB
0,06 %
0,1 %
0,25 %
0,50 %
1%
Jumlah peneliti dan perekayasa (orang/1 juta penduduk)
370
400
435
470
500
Jumlah rumusan kebijakan penguatan sumber daya iptek
-
1
2
3
4
Jumlah laporan evaluasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan penguatan sumberdaya Iptek
-
-
-
1
2
UNIT ORGANISASI 9
Deputi Bidang Sumber Daya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
65
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
PROGRAM / KEGIATAN 1 1. Peningkatan Investasi Litbang
15/Dok-BP/XII/2013
OUTCOME / OUTPUT
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI INDIKATOR TARGET 2010
2011
2012
2013
2014
2 Rekomendasi kebijakan peningkatan investasi Iptek
3 Jumlah rekomendasi kebijakan
4 1
5 2
6 3
7 4
8 5
Konsorsium riset bidang kesehatan dan obat
Jumlah konsorsium
-
1
2
-
-
Jumlah hasil riset obat herbal
-
-
1
-
-
Konsorsium riset bidang material maju
Jumlah konsorsium
-
1
2
-
-
Jumlah prototype
-
-
1
-
-
Roadmap pengeluaran pembiayaan litbang 1% dari PDB Laporan evaluasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan peningkatan investasi litbang Iptek
Jumlah roadmap pengeluaran pembiayaan litbang 1% dari PDB
-
-
-
1
2
Jumlah laporan
-
-
-
1
2
0,06 %
0,1 %
0,25 %
0,50 %
1%
Laporan evaluasi pelaksanaan dan pengembangan instrumen kebijakan investasi litbang Iptek
Jumlah laporan
-
-
-
1
2
Prosentase anggaran litbang terhadap PDB
UNIT ORGANISASI 9 Asisten Deputi Investasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
66
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
PROGRAM / KEGIATAN 1 Peningkatan Litbang Iptek Unggulan di Bidang Kesehatan, Obat-obatan, dan Instrumentasi Medis 2. Peningkatan SDM Iptek
Peningkatan kapasitas SDM Iptek (Beasiswa)
OUTCOME / OUTPUT
2010
2011
2012
2013
2014
UNIT ORGANISASI
2 Paket penelitian litbang unggulan di bidang kesehatan, obatobatan, dan instrumentasi medis Rekomendasi kebijakan peningkatan SDM iptek
3 Jumlah paket penelitian
4 12
5 24
6 36
7 -
8 -
9
Jumlah rekomendasi kebijakan
1
2
3
4
5
Asisten Deputi Sumber Daya Manusia Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Laporan evaluasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan peningkatan kapasitas SDM litbang Iptek
Jumlah laporan
-
-
-
-
1
Karyasiswa S2 dan S3
Jumlah karyasiswa S-2 dan S-3
S2=225 dan S3=75
S2=245 dan S3=85
S2=265 dan S3=95
S2=385 dan S3=105
S2=405 dan S3=115
370
400
435
470
500
-
-
-
35
70
Karyasiswa RISETPRO
15/Dok-BP/XII/2013
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI INDIKATOR TARGET
Jumlah peneliti dan perekayasa (orang/1 juta penduduk) Jumlah karyasiswa RISET-PRO
67
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
PROGRAM / KEGIATAN 1 3. Peningkatan Sarana dan Prasarana Litbang
4. Pengelolaan Data dan Informasi Iptek
15/Dok-BP/XII/2013
OUTCOME / OUTPUT
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI INDIKATOR TARGET 2010
2011
2012
2013
2014
2 Rekomendasi kebijakan peningkatan sarana dan prasarana Iptek
3 Jumlah rekomendasi kebijakan
4 1
5 2
6 3
7 4
8 5
Laporan hasil evaluasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan sumber daya Iptek
Jumlah laporan
-
-
-
1
2
Laporan evaluasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan peningkatan sarana dan prasarana Iptek Sarana dan prasarana Iptek yang telah direvitalisasi Rekomendasi kebijakan pengelolaan data dan informasi iptek
Jumlah laporan
-
-
-
-
1
Jumlah sarana dan prasarana Iptek yang direvitalisasi
2
4
6
-
-
Jumlah rekomendasi kebijakan
1
2
3
4
5
Interoperabilitas perpustakaan digital online
Jumlah interoperabilitas perpustakaan digital online
1
2
3
4
5
UNIT ORGANISASI 9 Asisten Deputi Sarana dan Prasarana Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Asisten Deputi Data dan Informasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
68
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
PROGRAM / KEGIATAN 1
5. Pengelolaan Kekayaan Intelektual dan Standardisasi
Fasilitasi Proses Perolehan Hak Paten dan Kepemilikan HKI Produk Teknologi dan Produk kreatif
15/Dok-BP/XII/2013
OUTCOME / OUTPUT
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI INDIKATOR TARGET 2010
2011
2012
2013
2014
2 Informasi indikator dan statistik iptek
3 Jumlah buku indikator dan statistik iptek
4 1
5 2
6 3
7 4
8 5
Laporan evaluasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan pengelolaan data dan informasi Iptek Rekomendasi kebijakan pengelolaan kekayaan intelektual dan standardisasi Iptek
Jumlah laporan
-
-
-
-
1
Jumlah rekomendasi kebijakan
1
2
3
4
5
Laporan evaluasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan pengelolaan kekayaan intelektual dan standarisasi Iptek
Jumlah laporan
-
-
-
-
1
Unit pengelola dan kepemilikan HKI yang difasilitasi
Jumlah lembaga pengelola kekayaan intelektual Jumlah kepemilikan HKI yang difasilitasi Jumlah HKI lainnya
8
16
24
32
40
10
20
30
40
50
-
-
-
15
20
UNIT ORGANISASI 9
Asisten Deputi Kekayaan Intelektual dan Standardisasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
69
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
PROGRAM / KEGIATAN 1
III. Penguatan Jaringan Iptek
15/Dok-BP/XII/2013
OUTCOME / OUTPUT
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI INDIKATOR TARGET 2010
2011
2012
2013
2014
4 30
5 35
6 -
7 -
8 -
2 Pranata litbang terakreditasi
3 Jumlah pranata litbang terakreditasi
Laporan evaluasi pelaksanaan dan pengembangan instrumen kebijakan pengelolaan kekayaan intelektual dan standarisasi Iptek Menguatnya jaringan Iptek
Jumlah laporan
-
-
-
-
1
Jumlah kolaborasi riset lembaga litbang dengan industri
4
8
12
16
20
Jumlah kerjasama riset internasional lemlitbang secara nasional
8
16
24
32
40
Prosentase propinsi yang menerapkan SIDA tingkat utama
-
-
-
20
25
Jumlah rumusan kebijakan penguatan jaringan Iptek
-
1
2
3
4
Jumlah laporan evaluasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan penguatan jaringan Iptek
-
-
-
1
2
UNIT ORGANISASI 9
Deputi Bidang Jaringan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
70
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
PROGRAM / KEGIATAN 1 1. Pengembangan Jaringan Penyedia Iptek
OUTCOME / OUTPUT 2 Rekomendasi kebijakan antar peneliti dan lembaga litbang Forum jaringan antar peneliti dan lembaga litbang berdasarkan bidang fokus Paket penelitian, pengembangan, dan perekayasaan Laporan evaluasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan pengembangan jaringan penyedia Iptek
Laporan evaluasi pelaksanaan dan pengembangan instrumen kebijakan jaringan penyedia Iptek 15/Dok-BP/XII/2013
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI INDIKATOR TARGET 2010
2011
2012
2013
2014
3 Jumlah rekomendasi kebijakan
4 1
5 2
6 3
7 4
8 5
Jumlah forum jaringan antar peneliti dan lembaga litbang berdasarkan bidang fokus
1
2
2
3
4
1235
2235
-
-
-
-
-
-
-
1
Kolaborasi riset antar lembaga penyedia Iptek
-
5
10
15
20
Jumlah forum peneliti dan Lemlitbang berbasis regional
-
-
-
4
6
Jumlah laporan
-
-
-
-
1
Jumlah paket penelitian, pengembangan, dan perekayasaan Jumlah laporan
UNIT ORGANISASI 9 Asisten Deputi Jaringan Penyedia
71
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
PROGRAM / KEGIATAN 1 Peningkatan Dukungan Teknologi bagi Peningkatan Pemanfaatan Energi Terbarukan termasuk Energi Alternatif Geothermal, Tenaga Surya, Mycrohidro, BioEnergy, dan Nuklir
2. Pengembangan Jaringan Penyedia dengan Pengguna Iptek
15/Dok-BP/XII/2013
OUTCOME / OUTPUT
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI INDIKATOR TARGET 2010
2011
2012
2013
2014
2 Rekomendasi kebijakan peningkatan dukungan Iptek untuk penciptaan dan pemanfaatan sumber energi baru dan terbarukan
3 Jumlah rekomendasi kebijakan
4 1
5 2
6 2
7 2
8 2
Konsorsium bidang energi baru dan terbarukan Paket penunjang teknologi Kobold
Jumlah konsorsium
-
2
3
-
-
Jumlah paket penunjang teknologi
-
1
1
1
1
Pelaksanaan sosialisasi PLTN Rekomendasi kebijakan pengembangan jaringan penyedia dengan pengguna iptek Model jaringan penyedia dengan pengguna Iptek berbasis STP di Puspiptek Serpong
Jumlah paket sosialisasi PLTN
14
24
-
-
-
Jumlah rekomendasi kebijakan
1
2
3
4
5
Jumlah rekomendasi revitalisasi Puspiptek sebagai STP
1
1
1
1
1
Jumlah masterplan STP
-
1
1
2
2
UNIT ORGANISASI 9
Asisten Deputi Jaringan Penyedia dengan Pengguna
72
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
PROGRAM / KEGIATAN 1
OUTCOME / OUTPUT 2
Laporan pengelolaan kawasan penelitian ilmu pengetahuan dan teknologi di Serpong
15/Dok-BP/XII/2013
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI INDIKATOR TARGET 2010
2011
2012
2013
2014
3 Jumlah paket jaringan FO untuk mendukung STP
4 -
5 1
6 1
7 1
8 1
Jumlah model STP Jumlah Detail Engineering Design (DED) Jumlah seminar Iptek nasional Jumlah laporan pengelolaan kawasan penelitian Iptek Jumlah paket revitalisasi sarana dan prasarana kawasan pusat penelitian Iptek, Serpong
-
-
1 -
2 -
3 1
1
2
1 3
1 4
1 5
-
-
-
1
2
Sarana dan prasarana pusat penelitian iptek yang telah direvitalisasi
Jumlah revitalisasi sarana bangunan laboratorium penelitian Iptek, Serpong
-
-
-
10
11
Laporan evaluasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan pengembangan jaringan penyedia dengan pengguna Iptek
Jumlah laporan
-
-
-
-
1
UNIT ORGANISASI 9
73
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
PROGRAM / KEGIATAN 1 3. Pengembangan HubunganLembaga Regulasi dengan Penyedia Iptek
15/Dok-BP/XII/2013
OUTCOME / OUTPUT 2 Rekomendasi kebijakan dan instrumen kebijakan pengembangan jaringan lembaga litbang pemerintah/Perguruan Tinggi dengan lembaga penelitian Rekomendasi kebijakan pengembangan jaringan penyedia dengan lembaga regulasi Laporan hasil evaluasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan jaringan Iptek Laporan evaluasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan pengembangan hubungan lembaga regulasi dengan penyedia Iptek
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI INDIKATOR TARGET 2010
2011
2012
2013
2014
3 Jumlah rekomendasi kebijakan
4 1
5 2
6 3
7 4
8 4
Jumlah rekomendasi kebijakan
-
-
-
-
1
Jumlah laporan
-
-
-
-
1
Jumlah laporan
-
-
-
-
1
Jumlah forum nasional regulasi dan penyedia Iptek
-
-
-
-
1
UNIT ORGANISASI 9 Asisten Deputi Jaringan Penyedia dengan Lembaga Regulasi
74
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
PROGRAM / KEGIATAN 1 4. Pengembangan Jaringan Penyedia Iptek Pusat dengan Daerah
OUTCOME / OUTPUT 2 Rekomendasi kebijakan dan instrumen kebijakan pengembangan jaringan lembaga iptek pusat dengan daerah Jaringan/kerjasama lembaga Iptek pusat dengan daerah
Laporan hasil evaluasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan jaringan Iptek Daerah yang menerapkan SIDa Laporan evaluasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan pengembangan jaringan penyedia Iptek pusat dengan daerah
15/Dok-BP/XII/2013
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI INDIKATOR TARGET 2010
2011
2012
2013
2014
3 Jumlah rekomendasi kebijakan
4 1
5 2
6 3
7 4
8 5
Jumlah jaringan/ kerjasama Iptek pusat dan daerah
1
5
9
13
17
Jumlah laporan pelaksanaan Rakornas Balitbangda Jumlah laporan
-
-
-
1
2
-
-
-
1
1
Jumlah daerah yang menerapkan SIDa
-
-
-
17
27
Jumlah laporan
-
-
-
-
1
UNIT ORGANISASI 9 Asisten Deputi Jaringan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Pusat dan Daerah
75
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
PROGRAM / KEGIATAN
OUTCOME / OUTPUT
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI INDIKATOR TARGET 2010
2011
2012
2013
2014
UNIT ORGANISASI
1 Peningkatan Dukungan Teknologi bagi Peningkatan Pemanfaatan Energi Terbarukan termasuk Energi Alternatif Geothermal, Tenaga Surya, Mycrohidro, BioEnergy, dan Nuklir
2 Pelaksanaan sosialisasi PLTN
3 Jumlah paket sosialisasi PLTN
4 -
5 -
6 1
7 -
8 -
9
5. Pengembangan Jaringan Penyedia Iptek dengan Internasional
Rekomendasi kebijakan jaringan internasional
Jumlah rekomendasi kebijakan
1
2
3
4
5
Asisten Deputi Jaringan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Internasional
Jaringan penelitian internasional
Jumlah kerjasama riset internasional
8
16
24
32
40
Jumlah mobilitas Internasional SDM Iptek
10
20
30
50
70
-
-
-
-
1
Laporan evaluasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan pengembangan jaringan penyedia Iptek dengan internasional 15/Dok-BP/XII/2013
Jumlah laporan
76
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
PROGRAM / KEGIATAN 1 IV. Relevansi dan Produktivitas Litbang Iptek
1. Pengembangan Kebijakan Riset Iptek Nasional
OUTCOME / OUTPUT 2 Meningkatnya relevansi dan produktivitas litbang Iptek
Rekomendasi Relevansi Kebijakan Riset Iptek
Laporan evaluasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan pengembangan kebijakan riset Iptek nasional
15/Dok-BP/XII/2013
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI INDIKATOR TARGET 2010
2011
2012
2013
2014
3 Jumlah paten terdaftar
4 760
5 1520
6 2280
7 3040
8 3800
Jumlah publikasi ilmiah
-
-
-
60
90
Jumlah prototipe Jumlah rumusan kebijakan peningkatan relevansi dan produktivitas litbang Iptek Jumlah laporan evaluasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan peningkatan relevansi dan produktivitas litbang Iptek Jumlah rekomendasi tentang arah kebijakan, prioritas utama, dan kerangka kebijakan pembangunan nasional iptek
-
1
2
1 3
2 4
-
-
-
1
2
1
2
3
4
5
Jumlah laporan
-
-
-
-
1
Laporan pelaksanaan rakornas iptek
1
2
3
4
5
Dokumen Jaktranas 2015- 2019
-
-
-
-
1
UNIT ORGANISASI 9 Deputi Bidang Relevansi dan Produktivitas Iptek
Asisten Deputi Relevansi Kebijakan Riset Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
77
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
PROGRAM / KEGIATAN
OUTCOME / OUTPUT
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI INDIKATOR TARGET 2010
2011
2012
2013
2014
UNIT ORGANISASI
1 Peningkatan Efektivitas Riset Secara Sinergi antara Perguruan Tinggi dengan Lembaga Litbang
2 Rekomendasi kebijakan sinergi program riptek nasional
3 Jumlah rekomendasi kebijakan peningkatan riset secara sinergi antara perguruan tinggi dengan lembaga litbang
4 -
5 1
6 2
7 3
8 4
9
2. Pengembangan Program Riset Iptek Nasional
Rekomendasi Kebijakan Relevansi Program Riset Iptek Nasional
Jumlah rekomendasi kebijakan
1
2
3
4
5
Asisten Deputi Relevansi Program Riset Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Laporan evaluasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan pengembangan program riset Iptek nasional
Jumlah laporan
-
-
-
-
1
Laporan evaluasi pelaksanaan dan rekomendasi pengembangan instrumen kebijakan program riset Iptek nasional
Jumlah laporan
-
1
2
3
4
15/Dok-BP/XII/2013
78
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
PROGRAM / KEGIATAN 1 Insentif Riset SINas
OUTCOME / OUTPUT 2 Paket insentif riset SINas
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI INDIKATOR TARGET 2010
2011
2012
2013
2014
3 Jumlah paket insentif riset SINas
4 -
5 -
6 285
7 585
8 885
Jumlah artikel jurnal sains dan teknik
25
43
61
79
100
Jumlah konsorsium Jumlah konsorsium riset mobil listrik
-
-
-
10 1
15 2
760 54
1520 92
2280 92
3040 92
3800 92
Insentif Peningkatan Produktivitas Litbang Iptek
Paket riset dasar
Jumlah paten terdaftar Jumlah paket riset dasar
Paket riset terapan
Jumlah paket riset terapan
144
299
299
299
299
Insentif Pendayagunaan Iptek
Paket insentif difusi Iptek
Jumlah paket insentif difusi Iptek
40
57
-
-
-
Paket insentif kapasitas sistem produksi
Jumlah paket insentif kapasitas sistem produksi
109
187
-
-
-
Rekomendasi Kebijakan Peningkatan Produktivitas Riptek Strategis
Jumlah rekomendasi kebijakan
1
3
4
5
6
Konsorsium riset kelautan
Kajian konsep Pusritekla yang berkelanjutan
-
-
1
2
3
3. Pengembangan Riset Iptek Strategis Nasional
15/Dok-BP/XII/2013
UNIT ORGANISASI 9
Asisten Deputi Produktivitas Riset Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Strategis
79
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
PROGRAM / KEGIATAN 1
Peningkatan Dukungan Teknologi bagi Pemberdayaan Industri Strategis Bidang Pertahanan
15/Dok-BP/XII/2013
OUTCOME / OUTPUT
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI INDIKATOR TARGET 2010
2011
2012
2013
2014
2 Konsorsium riset bidang kesehatan dan obat
3 Jumlah konsorsium
4 -
5 -
6 -
7 3
8 4
Jumlah hasil riset obat herbal Jumlah prototype alat kesehatan
-
-
-
2 1
3 2
Konsorsium riset bidang material maju
Jumlah konsorsium
-
-
-
3
4
Konsorsium bidang energi baru dan terbarukan
Jumlah konsorsium
-
-
-
4
5
Laporan evaluasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan pengembangan riset Iptek strategis nasional Rekomendasi kebijakan dukungan teknologi untuk revitalisasi pertahanan Konsorsium bidang teknologi hankam
Jumlah laporan
-
-
-
-
1
Jumlah rekomendasi kebijakan
1
2
2
2
2
Jumlah prototype
3
6
9
12
15
UNIT ORGANISASI 9
80
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
PROGRAM / KEGIATAN 1 Peningkatan Upaya Penelitian dan Pengembangan Bidang Pertanian yang Mampu Menciptakan Benih Unggul dan Hasil Penelitian Lainnya Menuju Kualitas Produktivitas Hasil Pertanian Nasional yang Tinggi
Peningkatan Litbang Iptek Unggulan di Bidang Kesehatan, Obat-obatan, dan Instrumentasi Medis
15/Dok-BP/XII/2013
OUTCOME / OUTPUT
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI INDIKATOR TARGET 2010
2011
2012
2013
2014
2 Rekomendasi kebijakan peningkatan dukungan litbang untuk ketahanan mencakup pengelolaan lahan sub optimal, sumber daya kemaritiman dan pengembangan industri perdesaan berbasis produk lokal
3 Jumlah rekomendasi kebijakan
4 -
5 -
6 -
7 4
8 5
Konsorsium litbang ketahanan pangan mencakup pengelolaan lahan sub optimal, sumber daya kemaritiman dan pengembangan industri perdesaan berbasis produk lokal dan hasil riset Paket penelitian litbang unggulan di bidang kesehatan, obatobatan, dan instrumentasi medis
Jumlah konsorsium
-
-
-
4
5
Jumlah paket penelitian
-
-
-
48
60
UNIT ORGANISASI 9
81
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
PROGRAM / KEGIATAN 1 4. Pengembangan Riset Iptek Masyarakat
5. Pengembangan Riset Iptek Industri
15/Dok-BP/XII/2013
OUTCOME / OUTPUT
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI INDIKATOR TARGET 2010
2011
2012
2013
2014
2 Rekomendasi kebijakan peningkatan produktivitas riptek masyarakat
3 Jumlah rekomendasi kebijakan
4 1
5 2
6 3
7 4
8 5
Laporan hasil evaluasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan relevansi dan produktivitas Iptek Laporan evaluasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan pengembangan riset Iptek masyarakat Rekomendasi Kebijakan Peningkatan Produktivitas Riptek Industri Model inovasi teknologi untuk peningkatan produktivitas riptek industri Konsorsium bidang teknologi transportasi
Jumlah laporan
-
-
-
1
2
Jumlah laporan
-
-
-
-
1
Jumlah rekomendasi kebijakan
1
2
3
4
5
Jumlah model inovasi teknologi
1
2
2
2
2
Jumlah prototipe teknologi transportasi
-
-
1
3
4
UNIT ORGANISASI 9 Asisten Deputi Produktivitas Riset Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Masyarakat
Asisten Deputi Produktivitas Riset Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Industri
82
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
PROGRAM / KEGIATAN 1
V. Peningkatan Pendayagunaan Iptek
15/Dok-BP/XII/2013
OUTCOME / OUTPUT 2 Laporan evaluasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan pengembangan riset Iptek industri Meningkatnya pendayagunaan Iptek bagi peningkatan daya saing ekonomi, kesejahteraan rakyat, dan kemandirian bangsa
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI INDIKATOR TARGET
UNIT ORGANISASI
2010
2011
2012
2013
2014
4 -
5 -
6 -
7 -
8 1
9
Jumlah pemanfaatan teknologi hasil litbang nasional di industri
96
98
100
102
104
Jumlah pemanfaatan teknologi hasil litbang nasional di masyarakat Jumlah pemanfaatan teknologi hasil litbang nasional untuk national security
34
36
38
40
42
Deputi Bidang Pendayagunaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
4
6
8
10
12
Jumlah rumusan kebijakan peningkatan pendayagunaan Iptek
1
2
3
4
5
Jumlah laporan evaluasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan peningkatan pendayagunaan Iptek
-
-
-
1
2
3 Jumlah laporan
83
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
PROGRAM / KEGIATAN 1 1. Pendayagunaan dan Kebutuhan Iptek Institusi Pemerintah
OUTCOME / OUTPUT
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI INDIKATOR TARGET 2010
2011
2012
2013
2014
2 Rekomendasi kebijakan analisis pendayagunaan dan kebutuhan iptek institusi pemerintah Paket diseminasi Iptek pemerintah
3 Jumlah rekomendasi kebijakan
4 1
5 2
6 3
7 4
8 5
Jumlah Model ATP
1
1
1
1
1
Laporan evaluasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan peningkatan pendayagunaan Iptek institusi pemerintah
Jumlah laporan
-
-
-
-
1
Pendayagunaan Teknologi Mitigasi Bencana
Rekomendasi pendayagunaan teknologi mitigasi bencana
Jumlah SOP teknologi mitigasi
1
2
3
4
5
1
2
2
2
2
Adaptasi Perubahan Iklim
Rekomendasi kebijakan pendayagunaan teknologi untuk penurunan emisi gas CO2 dan adaptasi perubahan iklim
Jumlah rekomendasi kebijakan mitigasi bencana Jumlah rekomendasi kebijakan
1
2
2
2
2
15/Dok-BP/XII/2013
UNIT ORGANISASI 9 Asisten Deputi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Pemerintah
84
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
PROGRAM / KEGIATAN 1
2. Pendayagunaan dan Kebutuhan Iptek Masyarakat
Peningkatan promosi dan diseminasi Iptek
15/Dok-BP/XII/2013
OUTCOME / OUTPUT
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI INDIKATOR TARGET 2010
2011
2012
2013
2014
UNIT ORGANISASI
2 Konsorsium pendayagunaan teknologi untuk penurunan emisi gas CO2 sub adaptasi perubahan iklim Rekomendasi kebijakan pendayagunaan dan kebutuhan iptek masyarakat Rekomendasi peningkatan pemanfaatan hasil riset untuk pembangunan
3 Jumlah konsorsium iklim Jumlah lokasi pendayagunakan teknologi iklim
4 1
5 2
6 1 3
7 2 6
8 3 8
9
Jumlah rekomendasi
1
2
3
4
5
Asisten Deputi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Masyarakat
Jumlah pemanfaatan teknologi hasil litbang nasional di masyarakat
34
36
38
40
40
Laporan evaluasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan pendayagunaan Iptek masyarakat Paket promosi Iptek
Jumlah laporan
-
-
-
-
1
Jumlah paket promosi Iptek
12
24
36
48
60
Paket diseminasi Iptek
Jumlah paket diseminasi iptek
20
40
60
75
90
85
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
PROGRAM / KEGIATAN
OUTCOME / OUTPUT
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI INDIKATOR TARGET 2010
2011
2012
2013
2014
1 Pengembangan dan Pendayagunaan Teknologi Pendukung Pembangunan Daerah Tertinggal, Terdepan, dan Pasca konflik
2 Pilot project pendukung teknologi untuk pembangunan daerah tertinggal
3 Jumlah pilot project pendukung teknologi untuk pembangunan daerah tertinggal
4 -
5 4
6 8
7 12
8 16
Peningkatan Dukungan Teknologi bagi Peningkatan Pemanfaatan Energi Terbarukan termasuk Energi Alternatif Geothermal, Tenaga Surya, Mycrohidro, BioEnergy, dan Nuklir
Pelaksanaan sosialisasi PLTN
Jumlah paket sosialisasi PLTN
-
-
-
1
2
Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa
Paket penelitian, pengembangan, dan perekayasaan
Jumlah paket penelitian, pengembangan, dan perekayasaan
-
-
3035
3035
3035
3. Pendayagunaan dan Kebutuhan Iptek Strategis
Rekomendasi kebijakan pendayagunaan dan kebutuhan iptek strategis
Jumlah rekomendasi kebijakan
1
2
3
4
5
15/Dok-BP/XII/2013
UNIT ORGANISASI 9
Asisten Deputi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Industri Strategis
86
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
PROGRAM / KEGIATAN 1
Peningkatan Pemanfaatan dan Pengembangan Perangkat Lunak Berbasis Open Source
Pengembangan Sistem Informasi dan Administrasi Kependudukan (SIAK) untuk Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola
15/Dok-BP/XII/2013
OUTCOME / OUTPUT 2 Model pendukung (ePemasaran dan eDesain) untuk pengembangan model ekonomi Laporan evaluasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan pendayagunaan Iptek strategis Rekomendasi kebijakan peningkatan pemanfaatan dan pengembangan perangkat lunak berbasis open source
Hasil analisis monitoring pelaksanaan kegiatan SIAK dan penerapan eKTP
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI INDIKATOR TARGET 2010
2011
2012
2013
2014
Jumlah model
4 -
5 -
6 -
7 1
8 2
Jumlah laporan
-
-
-
-
1
Jumlah rekomendasi kebijakan
1
1
1
1
1
Jumlah SNI Jumlah daerah yang melakukan migrasi ke OSS
1 15
1 18
1 18
1 18
1 18
Aplikasi percontohan OSS untuk bidang strategis
-
-
1
2
4
Jumlah rekomendasi kebijakan
1
2
3
4
4
3
UNIT ORGANISASI 9
87
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
PROGRAM / KEGIATAN 1 4. Pendayagunaan dan Kebutuhan Iptek Industri Kecil dan Menengah (IKM)
15/Dok-BP/XII/2013
OUTCOME / OUTPUT 2 Rekomendasi kebijakan pendayagunaan dan kebutuhan iptek Industri Kecil dan Menengah (IKM) Laporan evaluasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan pendayagunaan dan kebutuhan Iptek Industri Kecil dan Menengah (IKM) Laporan hasil evaluasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan pendayagunaan Iptek Layanan intermediasi Iptek untuk mendukung I-STP
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI INDIKATOR TARGET 2010
2011
2012
2013
2014
3 Jumlah rekomendasi kebijakan
4 1
5 2
6 3
7 4
8 5
Jumlah laporan
-
-
-
-
1
Jumlah laporan
-
-
-
1
2
Jumlah intermediasi iptek di daerah Jumlah intermediasi Iptek skala nasional (SINas) untuk mendukung I-STP
10
20
30
40
50
-
-
5
10
15
Jumlah kegiatan pelatihan intermediasi Iptek Jumlah pemanfaatan teknologi hasil litbang nasional di industri
-
-
1
1
1
96
98
100
102
104
UNIT ORGANISASI 9 Asisten Deputi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Industri Kecil Menengah
88
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
PROGRAM / KEGIATAN 1
Peningkatan Kemampuan Inovasi dan Kreativitas Pemuda
5. Pendayagunaan dan Kebutuhan Iptek Industri Besar
15/Dok-BP/XII/2013
OUTCOME / OUTPUT 2 Paket Iptek untuk mendukung pengembangan koridor ekonomi Rekomendasi kebijakan peningkatan kemampuan inovasi dan kreativitas pemuda Pilot project peningkatan inovasi dan kreativitas pemuda Rekomendasi kebijakan pendayagunaan dan kebutuhan iptek industri besar Paket Iptek untuk mendukung pengembangan koridor ekonomi Laporan evaluasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan pendayagunaan Iptek industri besar
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI INDIKATOR TARGET 2010
2011
2012
2013
2014
Jumlah paket
4 -
5 -
6 1
7 -
8 -
Jumlah rekomendasi kebijakan
1
1
1
1
1
Jumlah Pilot project peningkatan kreativitas dan inovasi pemuda Jumlah kelompok Technopreneur pemuda Jumlah rekomendasi kebijakan
4
8
8
8
8
-
15
30
45
60
1
2
3
4
5
Jumlah paket Iptek untuk mendukung pembangunan koridor ekonomi
-
-
-
6
12
Jumlah laporan
-
-
-
-
1
3
UNIT ORGANISASI 9
Asisten Deputi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Industri Besar
89
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
KEBUTUHAN PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2010 - 2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI ALOKASI PROGAM/ KEGIATAN 2010 2011 2012 (1) (2) (3) (4) PROGRAM PENINGKATAN KEMAMPUAN IPTEK UNTUK MENDUKUNG PENGUATAN SISTEM INOVASI NASIONAL I Penguatan Kelembagaan Iptek 1 Arah pengembangan kelembagaan sistem inovasi 1.750.000.000 2.999.930.000 850.000.000
5.002.152.000
3.100.000.000
2
Penataan Kelembagaan Litbang
1.500.000.000
2.250.180.000
1.800.000.000
2.652.381.000
3.100.000.000
3
Penguatan Kompetensi Lembaga Litbang
2.500.000.000
2.250.000.000
3.250.000.000
10.533.875.000
6.200.000.000
4
5.000.000.000
4.300.000.000
3.000.000.000
5
Peningkatan Upaya Penelitian dan Pengembangan Bidang Pertanian yang Mampu Menciptakan Benih Unggul dan Hasil Penelitian Lainnya Menuju Kualitas Produktivitas Hasil Pertanian Nasional yang Tinggi Pengembangan Sistem Legislasi Iptek
1.500.000.000
2.249.670.000
2.174.951.000
2.653.176.000
2.864.500.000
6
Pengembangan Budaya dan Etika iptek
2.150.000.000
3.550.000.000
3.300.000.000
3.165.847.000
3.200.000.000
II 1
Penguatan Sumberdaya Iptek Peningkatan investasi litbang
2.250.000.000
3.500.000.000
3.400.000.000
2.020.415.000
1.782.200.000
2
Peningkatan Litbang iptek Unggulan di Bidang Kesehatan, Obat-obatan, dan Instrumentasi Medis Peningkatan SDM iptek Peningkatan Kapasitas SDM Iptek Peningkatan sarana dan prasarana litbang
20.000.000.000
22.117.500.000
22.000.000.000
2.000.000.000 50.000.000.000 2.500.000.000
1.348.962.000 44.000.000.000 6.115.000.000
850.000.000 35.000.000.000 5.804.500.000
680.600.000 92.842.994.000 1.429.400.000
700.000.000 154.952.200.000 2.100.000.000
3 4 5
15/Dok-BP/XII/2013
2013 (5)
2014 (6)
90
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
6 7
KEBUTUHAN PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2010 - 2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI ALOKASI PROGAM/ KEGIATAN 2010 2011 2012 (1) (2) (3) (4) Pengelolaan data dan informasi iptek 8.500.000.000 3.600.000.000 3.400.000.000 Pengelolaan Kekayaan Intelektual dan Standardisasi 1.500.000.000 1.150.000.000 850.000.000
8
Fasilitasi Proses Perolehan Hak Paten dan Kepemilikan HKI Produk Teknologi dan Produk Kreatif
III 1
Penguatan Jaringan Iptek Pengembangan jaringan penyedia iptek
2
3 4 5 6
2013 (5) 5.137.516.000 723.800.000
2014 (6) 6.700.000.000 700.000.000
2.750.000.000
3.800.000.000
2.500.000.000
2.151.649.000
2.000.000.000
2.650.000.000
2.250.000.000
850.000.000
1.057.925.000
1.000.000.000
Peningkatan Dukungan Teknologi bagi Peningkatan Pemanfaatan Energi Terbarukan termasuk Energi Alternatif Geothermal, Tenaga Surya, Mycrohidro, Bio-Energy, dan Nuklir
7.000.000.000
16.000.000.000
2.600.000.000
-
-
Pengembangan jaringan penyedia dengan pengguna iptek Pengembangan hubungan lembaga regulasi dengan penyedia iptek Pengembangan jaringan penyedia iptek pusat dengan daerah Pengembangan jaringan penyedia iptek dengan internasional
1.900.000.000
33.550.904.000
32.061.356.000
141.623.628.000
100.088.242.000
1.500.000.000
1.350.000.000
850.000.000
984.670.000
2.150.000.000
10.768.100.000
3.645.000.000
1.275.000.000
7.667.670.000
6.000.000.000
3.500.000.000
4.065.504.000
5.129.917.000
3.742.606.000
7.000.000.000
15/Dok-BP/XII/2013
91
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
PROGAM/ KEGIATAN IV 1 2
(1) Relevansi dan Produktivitas Litbang Iptek Pengembangan Kebijakan Riset Iptek Nasional
KEBUTUHAN PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2010 - 2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI ALOKASI 2010 2011 2012 (2) (3) (4)
2013 (5)
2014 (6)
6.750.000.000
1.350.000.000
850.000.000
961.890.000
1.000.000.000
1.000.000.000
2.500.000.000
850.000.000
818.095.000
500.000.000
2.500.000.000
1.349.995.000
849.100.000
1.000.000.000
700.000.000
68.000.000.000
51.579.822.000
-
-
-
256.000.000.000
273.420.178.000
-
-
-
99.000.000.000
98.904.072.000
86.578.800.000
3
Peningkatan Efektivitas Riset secara Sinergi antara Perguruan Tinggi dengan Lembaga Litbang Pengembangan Program Riset Iptek Nasional
4
Insentif Pendayagunaan Iptek
5
Insentif Peningkatan Produktivitas Litbang Iptek
6
Insentif Riset Sinas
7
Pengembangan Riset Iptek Strategis Nasional
6.500.000.000
1.350.000.000
1.275.000.000
3.525.694.000
2.700.000.000
8
Peningkatan Dukungan Teknologi bagi Pemberdayaan Industri Strategis Bidang Pertahanan
6.000.000.000
5.000.000.000
5.000.000.000
5.189.584.000
3.000.000.000
9
Peningkatan Upaya Penelitian dan Pengembangan Bidang Pertanian yang Mampu Menciptakan Benih Unggul dan Hasil Penelitian Lainnya Menuju Kualitas Produktivitas Hasil Pertanian Nasional yang Tinggi
-
1.248.857.000
1.000.000.000
10
Peningkatan Litbang iptek Unggulan di Bidang Kesehatan, Obat-obatan, dan Instrumentasi Medis
23.343.558.000
23.000.000.000
15/Dok-BP/XII/2013
92
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
PROGAM/ KEGIATAN 11
(1) Pengembangan Riset Iptek Masyarakat
12
Pengembangan Riset Iptek Industri
V 1 2
Pendayagunaan Iptek Pendayagunaan dan Kebutuhan Iptek Institusi Pemerintah Pendayagunaan Teknologi Mitigasi Bencana
3
KEBUTUHAN PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2010 - 2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI ALOKASI 2010 2011 2012 (2) (3) (4) 2.500.000.000 1.350.000.000 850.000.000
2013 (5) 1.994.375.000
2014 (6) 2.150.000.000
7.782.067.000
2.700.000.000
2.300.000.000
2.517.880.000
2.200.000.000
1.500.000.000
4.950.000.000
1.892.644.000
2.699.224.000
2.876.203.000
9.000.000.000
4.000.000.000
2.000.000.000
1.202.621.000
1.000.000.000
Adaptasi Perubahan Iklim
9.000.000.000
4.000.000.000
2.000.000.000
882.866.000
500.000.000
4
Pendayagunaan dan Kebutuhan Iptek Masyarakat
6.850.000.000
3.000.000.000
1.650.000.000
1.016.139.000
700.000.000
5
Peningkatan Promosi dan Diseminasi Iptek
10.582.600.000
18.057.000.000
42.129.313.000
46.315.295.000
24.418.800.000
6
1.000.000.000
1.000.000.000
1.000.000.000
3.074.539.000
3.000.000.000
7
Pengembangan dan Pendayagunaan Teknologi Pendukung Pembangunan Daerah Tertinggal, Terdepan, dan Pasca Konflik Peningkatan Dukungan Teknologi bagi Peningkatan Pemanfaatan Energi Terbarukan termasuk Energi Alternatif Geothermal, Tenaga Surya, Mycrohidro, Bio-Energy, dan Nuklir
7.000.000.000
16.000.000.000
2.600.000.000
632.610.000
1.000.000.000
8 9
Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa Pendayagunaan dan Kebutuhan Iptek Strategis
2.250.000.000
1.350.000.000
223.600.000.000 850.000.000
1.851.643.000
1.200.000.000
15/Dok-BP/XII/2013
93
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
10
KEBUTUHAN PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2010 - 2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI ALOKASI PROGAM/ KEGIATAN 2010 2011 2012 (1) (2) (3) (4) Peningkatan Pemanfaatan dan Pengembangan 9.000.000.000 1.750.000.000 850.000.000 Perangkat Lunak Berbasis open source
11
Pengembangan Sistem Informasi dan Administrasi Kependudukan (SIAK) untuk Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola
12
Pendayagunaan dan Kebutuhan Iptek Industri Kecil dan Menengah (IKM)
13
Peningkatan kemampuan Inovasi dan Kreativitas Pemuda
2013 (5) 673.800.000
2014 (6) 1.600.000.000
500.000.000
500.000.000
425.000.000
340.835.000
-
1.500.000.000
25.647.900.000
8.100.000.000
7.839.923.000
9.400.000.000
10.000.000.000
8.000.000.000
8.000.000.000
3.988.868.000
1.000.000.000
14 Pendayagunaan dan Kebutuhan Iptek Industri Besar 1.500.000.000 1.349.980.000 TOTAL PROGRAM PENINGKATAN KEMAMPUAN 557.932.767.000 594.297.525.000 IPTEK UNTUK MENDUKUNG PENGUATAN SISTEM INOVASI NASIONAL PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA KRT
850.000.000 537.866.781.000
8.447.964.000 502.540.636.000
2.700.000.000 475.860.945.000
1
Penyelenggaraan Pengawasan dan Pemeriksaan Akuntabilitas KRT
1.000.000.000
986.932.000
1.425.000.000
1.475.400.000
1.800.000.000
2 3
Pembinaan dan Pengembangan Humas dan Hukum Peningkatan Kualitas Perencanaan, Kegiatan dan Anggaran, Penjalinan Kerjasama dan Evaluasi Pencapaian Kinerja
2.000.000.000 2.500.000.000
9.018.550.000 13.439.181.000
12.574.992.000 17.220.391.000
13.587.706.000 16.809.385.000
12.759.455.000 18.308.180.000
79.506.432.000 85.006.432.000
72.028.906.000 95.473.569.000
112.520.814.000 143.741.197.000
123.979.072.000 155.851.563.000
108.932.639.000 141.800.274.000
4 Peningkatan dan pengelolaan urusan umum TOTAL PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA KNRT 15/Dok-BP/XII/2013
94
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-3)
KEBUTUHAN PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2010 - 2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI ALOKASI PROGAM/ KEGIATAN 2010 2011 2012 (1) (2) (3) (4) PROGRAM PENINGKATAN SARANA & PRASARANA APARATUR KRT 1 Pengadaan Sarana dan Prasarana 6.525.000.000 4.516.450.000 2 Perawatan/Pemeliharaan Sarana & Prasarana 8.607.300.000 3 Pengadaan Kendaraan 1.975.000.000 TOTAL PROGRAM PENINGKATAN SARANA & 17.107.300.000 4.516.450.000 PRASARANA APARATUR KNRT TOTAL 660.046.499.000 694.287.544.000 681.607.978.000
15/Dok-BP/XII/2013
2013 (5)
2014 (6) -
-
-
-
658.392.199.000
617.661.219.000
95