RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI TAHUN 2010 – 2014 (REVISI KE-2)
KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI JL. MH. Thamrin 8 Jakarta
SALINAN
b.
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi tentang Perubahan Rencana Strategis Kementerian Riset dan Teknologi Tahun 2010-2014;
1.
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4219);
2.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
3.
Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4402);
4.
Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014;
5.
Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan
KEPUTUSAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 /M/Kp/III/2013
Mengingat
:
TENTANG PERUBAHAN RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI TAHUN 2010-2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
:
a.
bahwa dalam rangka mendukung pelaksanaan kebijakan pembangunan ekonomi yang tertuang dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia Tahun 2011-2025 dan penguatan Sistem Inovasi Daerah serta menindaklanjuti hasil evaluasi Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kementerian Riset dan Teknologi Tahun 2011 oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, perlu dilakukan penyesuaian terhadap Rencana Strategis Kementerian Riset dan Teknologi Tahun 2010-2014;
ii
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia Tahun 2011-2025; 6.
Keputusan Presiden Nomor 59/P Tahun 2011 tentang Penunjukan Pejabat Menteri;
7.
Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;
8.
Peraturan Menteri Negara Riset dan Teknologi Nomor 03/M/PER/VI/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Riset dan Teknologi;
9.
Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi Nomor 243b/M/Kp/IX/2011 tentang Perubahan Rencana Strategis Kementerian Riset dan Teknologi Tahun 2010-2014;
KEDUA
:
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi Tahun 2010-2014 merupakan panduan dalam melaksanakan penyusunan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan, program, dan kegiatan Kementerian Riset dan Teknologi.
KETIGA
:
Dengan berlakunya Keputusan ini, maka Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi Nomor 243b/M/Kp/IX/2011 tentang Perubahan Rencana Strategis Kementerian Riset dan Teknologi Tahun 2010-2014, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
KEEMPAT
:
Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 22 Maret 2013 MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA,
MEMUTUSKAN: Menetapkan
PERTAMA
:
:
KEPUTUSAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI TENTANG PERUBAHAN RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI TAHUN 2010-2014. Menetapkan Perubahan Rencana Strategis Kementerian Riset dan Teknologi Tahun 20102014, yang selanjutnya disebut Renstra Kementerian Riset dan Teknologi Tahun 20102014 sebagaimana terdapat dalam Lampiran Keputusan ini dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusan ini.
TTD. GUSTI MUHAMMAD HATTA Salinan yang sah sesuai dengan aslinya Kementerian Riset dan Teknologi Kepala Biro Hukum dan Humas, TTD. Dadit Herdikiagung
iii
KATA PENGANTAR Peranan iptek dalam pembangunan bangsa disadari semakin penting. Hal ini juga sudah dirasakan oleh pemerintah dengan menekankan pentingnya peningkatan kemampuan iptek dalam kerangka penguatan Sistem Inovasi Nasional (SINas) sebagaimana tertuang dalam RPJMN 2010-2014. Dalam periode 2010 – 2014, salah satu tantangan yang paling besar adalah bagaimana membangun SINas yang mengintegrasikan unsur-unsur SINas melalui satu simpul tujuan bersama, yakni menyejahterakan rakyat Indonesia. Program dan kegiatan perlu disinkronisasikan antar-kelembagaan SINas guna meningkatkan efektivitas dalam mencapai tujuan bersama tersebut dan meningkatkan efisiensinya dalam mengelola sumberdaya yang semakin terbatas. Keberhasilan dalam membangun SINas akan terlihat dari kelancaran aliran teknologi dari pengembang ke pengguna dan aliran informasi antara semua pelaku yang terlibat, baik sebagai aktor utama maupun pihak-pihak pendukung SINas. Oleh karena itu, diperlukan langkah dalam membangun SINas agar kontribusi teknologi terhadap pembangunan nasional meningkat melalui: 1. Sinkronisasi antara teknologi yang dikembangkan dengan permasalahan yang dihadapi industri dan kebutuhan nyata masyarakat dan negara; 2. Rangsangan untuk tumbuh-kembang industri produsen barang dan/atau jasa yang berbasis teknologi nasional dan sesuai dengan permintaan pasar domestik; 3. Vitalisasi lembaga intermediasi untuk percepatan proses adopsi teknologi nasional oleh industri dalam negeri dan sebaliknya juga arus informasi kebutuhan teknologi kepada pihak pengembang teknologi; dan
4. Dukungan peraturan perundang-undangan sebagai landasan hukum untuk memfasilitasi, menstimulasi, dan mengakselerasi interaksi antar-aktor SINas dan hubungan dengan kelembagaan pendukung lainnya. Keempat langkah ini terkait satu sama lain. Oleh sebab itu, seluruh upaya tersebut harus dilaksanakan secara interaktif dan sinambung. Keberhasilan membangun SINas hanya dapat dicapai jika semua langkah ini dapat dieksekusi dengan baik. Demikian pula, kebijakan bidang fokus masih tetap relevan untuk periode lima tahun ke depan untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat adalah pangan, energi, infrastruktur (transportasi, informasi dan komunikasi), dan kesehatan; sedangkan untuk menjaga stabilitas keamanan nasional diperlukan dukungan bidang fokus pertahanan dan keamanan. Memperhatikan adanya perubahan lingkungan strategis selama 2 tahun Kabinet Indonesia Bersatu Jilid 2, terutama dengan adanya kebijakan pembangunan ekonomi yang dituangkan dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia Tahun 2011-2025 dan menindaklanjuti rekomendasi hasil evaluasi Lakip 2011 oleh Kementerian PAN & RB maka dirasa perlu untuk melakukan penyesuaian terhadap Rencana Strategis Kementerian Ristek tahun 2010-2014 dengan menggunakan pendekatan Balance Score Card.
Menteri Negara Riset dan Teknologi TTD. Gusti Muhammad Hatta
iv
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.......................................................
i
KEPUTUSAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI NOMOR 26/M/KP/III/2013 TENTANG PERUBAHAN RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI TAHUN 2010-2014 .............................................................
ii
KATA PENGANTAR .............................................................
iv
DAFTAR ISI .......................................................................
v
PENDAHULUAN.............................................
1
1.1. KONDISI UMUM..................................................
2
1.2. LINGKUNGAN STRATEGIS……........………………………….
7
1.3. POTENSI DAN PERMASALAHAN...................................
13
BAB I.
BAB II.
BAB III.
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI .................
34
3.1. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
34
NASIONAL ..........................................
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN ...............
29
2.1. VISI.....................................................
29
2.2. MISI .........……........……………………………
30
2.3. TUJUAN................................................
31
2.4. SASARAN .............................................
31
2.5. TAHAPAN SISTEM INOVASI NASIONAL…
31
3.2. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI …………….......…………........................... BAB IV.
PENUTUP ......................................................
43
54
LAMPIRAN-LAMPIRAN
v
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
BAB I
Sesuai dengan semangat di atas, perubahan keempat UUD
PENDAHULUAN
1945 Pasal 31(5), mengamanatkan “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai
Pembangunan Indonesia
Bersatu
Nasional yang dicitakan dalam Kabinet
II
(KIB
II)
diwarnai
dengan
semangat
manajemen nasional dengan tag-line:”change and continuity,
debottlenecking, acceleration and enhancement, unity-together we can”.
Semangat mengusung perubahan dan berkelanjutan,
memperlancar kegiatan
seluruh
pembangunan
saluran dan
komunikasi
dan
penyelenggaraan
agama dan persatuan bangsa untuk memajukan peradaban serta kesejahteraan umat manusia”, ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) sebagai “engine of tomorrow” mempunyai peran penting bagi pencapaian kemajuan bangsa dan kesejahteraan rakyat. Pembangunan iptek hanya akan memberikan kontribusi nyata
pelaksanaan
terhadap pembangunan nasional dalam upaya meningkatkan
pemerintahan.
kemajuan dan kesejahteraan masyarakat, jika produk yang
Percepatan dan pemacuan menganut prinsip bahwa jika dilakukan
dihasilkan
secara bersama, tentunya kita bisa menyelesaikan berbagai
masyarakat atau dapat menjadi solusi bagi permasalahan nyata
persoalan yang dihadapi bangsa dan negara yang kita cintai ini.
yang dihadapi pemerintah maupun masyarakat.
Semangat ini mencerminkan dinamika, keharmonisan, kecepatan, dan
kebersamaan
dalam
manajemen
pemerintahan
bisa
didayagunakan
untuk
memenuhi
kebutuhan
Keberhasilan pembangunan Iptek yang telah dicapai pada
untuk
periode 2004-2009 merupakan langkah awal bagi keberhasilan
menyongsong masa depan yang lebih baik. Suatu deklarasi itikad
yang lebih besar dan menyeluruh yang diharapkan akan tercapai
luhur untuk melancarkan jalan bagi keamanan, keadilan, demokrasi
pada periode 2010-2014. Untuk itu perlu digali dan dilakukan
dan kesejahteraan, dimana dicitakan pembangunan ekonomi yang
pendekatan serta strategi lanjutan dalam rangka mewujudkannya.
berlandaskan pada keunggulan daya saing, kekayaan sumber daya alam, sumber daya manusia dan budaya bangsa yang dikelola melalui penguasaan Iptek yang memadai. 14/Dok-BP/III/2013
Renstra
Kementerian
Riset
dan
Teknologi
(KRT)
ini
diturunkan dari RPJP, RPJMN, Visi, Misi, Agenda dan 11 program 1
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
Prioritas Nasional KIB II, dan Kontrak Kinerja Menristek. Program
program serta menetapkan strategi dan kebijakan umum untuk
Kementerian
menjamin
merealisasikannya. Program disusun berlandaskan visi dan misi
kontinuitas dan konsistensi program pembangunan iptek, sekaligus
yang berpandangan jauh ke depan sesuai dengan dinamika
menyelesaikan masalah dan kendala yang belum sepenuhnya
lingkungan strategis dan paradigma pembangunan Iptek masa
tertangani pada periode 2004-2009 serta mengantisipasi dan
mendatang.
Riset
dan
Teknologi
disusun
untuk
mengatasi permasalahan yang diperkirakan akan timbul pada lima tahun kedepan.
mengikat ke dalam internal KRT dalam aspek perumusan kebijakan
Program Kementerian Riset dan Teknologi dirancang untuk meningkatkan
peran
dan
kemampuan
Kementerian
dalam
mendorong dan menghela pembangunan iptek nasional yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan riil masyarakat untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemajuan peradaban. Ini dapat dicapai apabila terwujud sebuah sistem yang memungkinkan terjadinya proses inovasi secara menyeluruh, yaitu sistem yang tidak hanya dapat memperkuat proses pengembangan iptek, tetapi juga dapat menjembatani dan mengarahkan agar hasil-hasil pengembangan iptek ini dapat termanfaatkan oleh pihak-pihak yang membutuhkannya. Karena itulah program pembangunan iptek ke depan diarahkan untuk mewujudkan sebuah Sistem Inovasi Nasional (SINas) yang berbasiskan kepada Sistem Nasional Iptek (Sisnas Iptek). Hal itu diwadahi dalam Renstra yang memayungi 14/Dok-BP/III/2013
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 bersifat nasional tentang litbang iptek, koordinasi pelaksanaan kebijakan dan sinkronisasi program, termasuk di dalamnya monitoring dan evaluasi yang akan disampaikan kepada Presiden sesuai dengan tupoksinya. 1.1.
Kondisi Umum Dengan kekayaan alam yang melimpah dan potensi SDM
yang besar, disertai penguasaan iptek yang maju, Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi bangsa adi kuasa di dunia sebagaimana telah dibuktikan dalam sejarah. Secara umum cara pandang kita terhadap penguasaan iptek masih bersifat parsial, dengan mengesampingkan upaya yang sistematis untuk menjadikan iptek benar-benar sebagai mesin bagi pembangunan nasional. Karenanya sangat dibutuhkan upaya nasional
yang
melibatkan
seluruh
stake-holder iptek untuk 2
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
mencapai tingkat penguasaan iptek yang dapat memberikan nilai
pengembangan
tambah tinggi bagi proses perekonomian dan mencegah terjadinya
masalah riil secara langsung (demand-driven).
disintegrasi peran iptek dari proses pembangunan nasional.
ilmuwan
Sebagai indikasi akan produktivitas di bidang iptek, jumlah publikasi ilmiah di jurnal internasional hasil karya ilmuwan
yang
iptek
dilakukan
terkonsentrasi
sejalan
di
dengan
lembaga
pemecahan
Kedua, bahwa pemerintah
non-
Kementerian (LPNK) belum terlibat secara nyata dalam aktifitas penerapan Iptek untuk pembangunan nasional. Keterkaitan technology-supply and demand
Indonesia selama tahun 2005-2008 yang tercatat dalam Scopus
menjadi hal
(2009) adalah sebanyak 6.553 paper. Bidang ilmu yang dominan
yang penting dalam upaya pengembangan teknologi. Bisa dipahami
dalam publikasi ilmiah di jurnal internasional hasil karya ilmuwan
kenapa bidang pertanian dan kedokteran termasuk bidang yang
Indonesia adalah clinical medicine dan plant and animal sciences.
paling maju kontribusi ilmiahnya dibanding dengan bidang lain
Sementara itu, paten yang didaftarkan di Direktorat Jenderal Hak
manapun di Indonesia, karena kedua bidang ini secara langsung
Kekayaan Intelektual, Kementerian Hukum dan Hak Azasi Manusia
berkaitan dengan permasalahan riil masyarakat, dengan kata lain
dalam kurun waktu tahun 1991 – 2008, hanya 4.14% yang berasal
karena keterkaitan yang baik antara sisi pemasok dan pengguna
dari dalam negeri dan sisanya merupakan usulan paten asing. Hal
Iptek.
ini mengindikasikan bahwa Indonesia merupakan pasar yang besar
Di
bidang
lain,
terutama
teknik
dan
rekayasa,
bagi teknologi asing. Ironisnya jumlah ilmuwan doktor terbanyak
permasalahannya bukan terletak pada sisi supply. Tetapi lebih pada
berada di lembaga penelitian pemerintah terutama yang berkaitan
sisi demand serta upaya 'menjembatani' kedua sisi itu yang tidak
dengan bidang teknik non-pertanian, dan hanya sebagian kecil saja
optimal, sehingga keterkaitan yang erat antara keduanya tidak
yang berlatar belakang bidang pertanian dan kedokteran1.
terbangun. Kebutuhan akan teknologi bagi dunia industri, yang
Dari data ini paling tidak bisa diajukan dua tesis penting: pertama, bahwa kemajuan iptek hanya bisa dicapai apabila
masih terkonsentrasi pada low-tech
dan medium-tech, sangat
besar dan terus membesar. Hanya saja kebutuhan itu selama ini hanya bisa dipenuhi dari produk impor.
1
Data LIPI tahun 2004
14/Dok-BP/III/2013
3
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
Upaya menjembatani sisi supply
dan demand dilakukan
perusahaan yang melakukan litbang terapan berbasis Iptek (PP
dalam sebuah sistem yang dikenal dengan Sistem Inovasi, yaitu
35/2007) dan adanya larangan ekspor bahan tambang yang tidak
sebuah jaringan rantai pemasok teknologi (technology supply
diolah (UU No.4/2009) adalah salah satu langkah untuk mendorong
chain) yang mengaitkan antara institusi pemasok teknologi dan
proses pertambahan nilai bagi industri yang merupakan motor
pengguna teknologi, yang pada tataran nasional disebut Sistem
penggerak demand teknologi.
Inovasi Nasional (SINas) dan pada tataran daerah disebut Sistem Inovasi Daerah (SIDA). Melalui Sistem Inovasi Nasional dan Sistem Inovasi Daerah diharapkan dapat terjadi interaksi yang koheren dalam kegiatan memproduksi pengetahuan, menerapkan dan mendiseminasikan hasilnya, sehingga menumbuhkan manfaat nyata yang dapat dirasakan oleh masyarakat.
demand dan supply teknologi antara industri serta lembaga pengguna iptek dengan lembaga litbang iptek menjadi kunci penting bagi kemajuan iptek nasional. Peningkatan kebutuhan akan litbang terapan pada industri identik dengan peningkatan demand akan teknologi kepada litbang pemerintah maupun perguruan tinggi sebagai produsen teknologi. Karenanya kebijakan insentif bagi industri untuk melakukan litbang sebagaimana diterapkan di negara-negara maju menjadi sangat penting. Beberapa kebijakan terbaru
14/Dok-BP/III/2013
seperti
pemberian
percaturan global, masih lemah. Misalnya, dilihat dari belanja litbang, pengeluaran Indonesia sangatlah kecil. Belanja litbang per PDB Indonesia masih di bawah 0.1%, ini jauh dari rata-rata negara OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) yang sudah diatas 2%. Negara Asia seperti Jepang dan Korea
Keberhasilan membuat jembatan yang menghubungkan sisi
pemerintah
Kita menyadari bahwa kemampuan iptek, terutama dalam
insentif
fiskal
bagi
sudah mengalokasikan anggaran di atas 3%, sementara China sekitar 1.5%. Bahkan jika dibanding dengan negara ASEAN pun, belanja litbang Indonesia masih jauh lebih rendah, di mana Singapore sudah mencapai di atas 2% dan Malaysia sekitar 0.5%. Sumber pembiayaan belanja litbang Indonesia sebagian besar (>70%) masih berasal dari anggaran pemerintah dan pelaksana litbang pun hampir seluruhnya merupakan institusi pemerintah. Ini berbeda dengan negara-negara maju pada umumnya, dimana belanja litbang sebagian besar bersumber dari dunia usaha/industri dan pelaksana litbang juga banyak dari dunia usaha. Dari kondisi ini 4
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
dapatlah dimengerti bahwa aktivitas litbang di Indonesia masih
dikembangkan bibit unggul hasil rekayasa genetika pisang, kedelai,
didominasi oleh sektor pemerintah, akibatnya belum mampu
kacang hijau, manggis, nenas, dan pepaya. Telah dikembangkan
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pembangunan
juga teknik-teknik pemuliaan ternak untuk mendapatkan varietas
perekonomian nasional.
sapi unggul dan vaksin untuk ternak untuk mencegah penyakit
Intensitas sumberdaya manusia iptek Indonesia juga masih jauh lebih rendah dibanding dengan negara–negara Asia lain. Jumlah personil litbang Indonesia baru mencapai 1 per 10.000
cacing hati, serta Kit Radioimmunoassay (RIA) untuk membantu keberhasilan proses inseminasi buatan, dan berbagai suplemen pakan ternak multi nutrisi.
penduduk. Angka ini jauh di bawah Malaysia dan Thailand yang
Dalam rangka mengembangkan energi baru dan terbarukan,
mencapai sekitar 6 per 10.000 penduduk, sementara Singapura
atas koordinasi dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
sudah mencapai hampir 70 per 10.000 penduduk.2
(BPPT) telah berhasil dikembangkan teknologi rancang bangun
Meskipun kondisi sumberdaya iptek yang masih terbatas, beberapa usaha dan capaian di bidang pengembangan iptek telah dihasilkan melalui 4 (empat) program di dalam 6 (enam) bidang fokus pembangunan iptek selama kurun waktu 2004-2009. Di bidang pangan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) telah berhasil mengembangkan dan melepas beberapa varietas unggul padi hibrida, varietas unggul jagung dan kedelai. Untuk mendukung diversifikasi pangan, telah pula dikumpulkan cadangan plasma nutfah untuk talas, ubi kayu, dan telah
biofuel, PLTB 25 kW, PLTU mulut-tambang, eksplorasi migas lepas pantai,
dan
survey
laut
untuk
eksplorasi-mineral,
serta
pemanfaatan bijih besi lokal utuk bahan baku industri baja. Di
samping
itu
di
BPPT
telah
dikembangkan
pula
pemanfaatan fuel grade ethanol sebagai bahan bakar di sektor transportasi, dan saat ini telah dilakukan sertifikasi produk-produk
Fuel Grade Ethanol (FGE) serta Gasohol E-10 dan Gasohol E-20. Selanjutnya telah dikembangkan pula teknologi pengolahan minyak nabati berbasis biji jarak untuk subtitusi BBM termasuk alat press biji jarak yang mudah diterapkan.
2
IMD 2009
14/Dok-BP/III/2013
5
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
Di bidang transportasi, di BPPT juga telah dikembangkan
4x4 untuk mengangkut 12 personil, disain dan contoh awal senjata
teknologi Boogie kereta duorail dan monorail pada kecepatan
berpeluru karet kaliber khusus spesifik POLRI,
medium dan tinggi, teknologi persinyalan dan sistem peringatan
mata kaliber 38 mm dan geranat gas air mata untuk pengendalian
otomatis penutup pintu perlintasan kereta api, Rail Fastening untuk
kerusuhan massa, alat komunikasi yang dinamakan Alkom (Alat
memperkuat dudukan rel pada bantalan kayu. Juga telah berhasil
Komunikasi) Tactical Radio HF Spread Spectrum Frequency
dikembangkan Kapal Bersayap dengan Efek Permukaan (Wing-in-
Hopping yang berbasis teknologi digital hopping, digital voice dan
Surface Effect Ship – WISE).
pengacakan
Di bidang teknologi informasi dan komunikasi telah berhasil dikembangkan aplikasi IGOS (Indonesia Go Open Source) yang siap dimanfaatkan untuk kebutuhan administrasi. Saat ini aplikasi berbasis open source tengah dikembangkan untuk keperluankeperluan penelitian seperti pengolah sintesis DNA, simulasi protein, dan sebagainya. Selain itu, telah berhasil dikembangkan rangkaian penerima ’Chip Wimax’, suatu sistem komunikasi generasi modern dengan frekuensi 2.3 GHz dan 3.3 Ghz, serta sistem Technical Assistance Pengembangan E-Government, paket aplikasi SIMDA. Sementara itu, dalam bidang teknologi pertahanan dan keamanan atas koordinasi Kementerian Riset dan Teknologi dan kerjasama BPPT-PT. PINDAD telah berhasil dikembangkan Panser 6x6 yang dapat mengangkut sampai 13 personil tempur dan Panser 14/Dok-BP/III/2013
suara
(voice
encryption), radio
amunisi gas air
jammer untuk
mengganggu sistim komunikasi musuh dan sekaligus dapat digunakan untuk mengetahui posisi (lokasi) musuh, transponder sasaran torpedo latih yang dapat mendeteksi dan menelusuri kapal selam di sekitar Kapal Atas Air; pesawat udara tanpa awak (PUNA),
Blast Effect Bomb (BEB) yang merupakan bom latih yang memberikan efek suara ledakan keras seperti bom tajam. Dalam rangka menjaga keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), BAKOSURTANAL telah melakukan demarkasi dan deliniasi di wilayah perbatasan antara RI-Malaysia, RI-Papua Nuginia (PNG) dan RI-Republik Demokratik Timor Leste (RDTL) serta menyusun peta batas wilayah NKRI. Hasil yang baik juga terlihat dalam bidang kesehatan dan obat. Di Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) terutama telah dikuasai perangkat teknologi nuklir untuk penanggulangan penyakit 6
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
kanker dan infeksi bakteri. Di Lembaga Ilmu Pengetahuan
Perkembangan Iptek telah membawa revolusi 3T yaitu
Indonesia (LIPI) telah dikembangkan protein human EPO yang saat
perubahan radikal dalam transportasi, telekomunikasi, dan tourisme
ini akan memasuki uji klinis, interferon I-2a yang sering digunakan
yang mengabaikan batas wilayah negara. Arus barang, jasa, orang,
sebagai anti viral dan anti kanker, produk herbal menjadi bahan
informasi, dan investasi semakin cepat
dan mengakibatkan
baku obat kardiovaskuler, hepatitis, diabetes, anti trombosit, anti
perubahan yang
tatanan kehidupan
malaria (artemisinin dan analognya), anti oksidan, anti kanker, anti
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara bagi bangsa Indonesia.
kolesterol, dan anti tuberkulosis. Di samping itu Indonesia telah membangun kemampuan untuk mengembangkan Vaksin Flu Burung sendiri.
cepat
terhadap
Berkembangnya teknologi informasi mengakibatkan hampir tidak ada hambatan bagi penduduk dunia untuk melakukan interaksi satu dengan lainnya, arus informasi baik positif maupun
1.2. Lingkungan Strategis Dinamika
sangat
perubahan
negatif begitu cepat sampai kepada rakyat Indonesia. Revolusi lingkungan
strategis
khususnya
lingkungan global adalah proses yang tidak dapat dihindari oleh bangsa Indonesia yang merupakan bagian dari tata kehidupan global, karena globalisasi adalah fenomena sejagad yang sudah kita masuki, dan tidak dapat kita tarik kembali. Secara eksternal faktual Indonesia merupakan bagian dari tata kehidupan global. Indonesia tidak dapat lepas dan mengisolasi diri sebagai sistem tertutup terhadap globalisasi. Bangsa Indonesia sudah memasuki dan terbuka terhadap arus global.
transportasi dan telekomunikasi telah mengakibatkan mobilitas penduduk dunia yang tidak lagi mengenal batas wilayah yang berdampak
pada
adanya
masalah-masalah
keamanan di wilayah perbatasan.
pertahanan
dan
Arus globalisasi memberikan
dampak baik positif maupun negatif
yang berakibat
adanya
transformasi baik di bidang idiologi, politik, ekonomi, sosial budaya serta pertahanan dan keamanan. Bila dicermati keterkaitan antara kejadian di lingkup global dengan kejadian di lingkup regional maupun nasional, demikian pula dengan hubungan antara negara-negara yang terletak dalam satu kawasan maupun antar kawasan, baik secara langsung
14/Dok-BP/III/2013
7
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap proses yang
Berkaitan dengan pembangunan iptek nasional, UNDP dalam Human Development Report (2001) memperkenalkan konsep global
terjadi di suatu negara. Dalam kaitan dengan upaya peningkatan pembangunan iptek nasional, perubahan lingkungan strategis menjadi sangat penting, karena akan menentukan pilihan strategi dan upaya-upaya yang diambil. Mengikuti perkembangan iptek, khususnya teknologi informasi, arus globalisasi menimbulkan peningkatan arus barang, jasa dan orang, termasuk iptek, yang masuk dan keluar dari
technology hub atas inovasi teknologi, yang didefinisikan sebagai lokasi yang paling aktif di dalam era digital dalam pengembangan inovasi teknologi. Berdasarkan survei oleh UNDP tahun 2000 terhadap pemerintah lokal, industri dan media, lokasi inovasi diranking dari 1 - 4 untuk 4 bidang besar: a.
wilayah kita.
pekerja ahli atau mengembangkan teknologi.
Proses globalisasi, yang ditandai dengan meningkatnya saling
b.
ekonomi.
negara, selain membawa peluang juga mengandung tantangan. kemajuan
peningkatan
arus
teknologi
informasi
perdagangan
dan
dan
komunikasi
keuangan
serta
daerah,
khususnya
yang
memiliki
kemampuan
dan
sarana
penunjang, dapat memperluas jangkauan pengaruh pasarnya hingga menjangkau bagian lain dunia dengan cara yang jauh lebih ekonomis dan singkat.
c.
Populasi
para
enterpreneur
untuk
bergerak
memulai
perusahaan ventura baru.
internasional,
berbagai negara, perusahaan dan lembaga baik di pusat maupun di
Keberadaan perusahaan yang mapan atau perusahaan multinasional dalam menumbuhkan keahlian dan stabilitas
ketergantungan yang berlangsung begitu cepat di antara negaraBerkat
Kemampuan lembaga riset dan universitas untuk melatih
d.
Kemampuan modal ventura untuk menjamin, bahwa ide-ide teknologi baru dapat masuk ke pasar. Dari survei tersebut dideteksi 46 teknologi hub di seluruh
dunia. Dari 10 besar (nilai di atas 13) pertama 5 hub (pusat inovasi) berada di AS (Silicon Valley, Boston, Raleigh-DurhamChapel Hill, Austin, San Fransisco). Nilai sempurna (nilai 16) dimiliki oleh Silicon Valley, AS. Benua terbanyak memiliki hub adalah
14/Dok-BP/III/2013
8
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
Amerika (16), menyusul Eropa (15) dan Asia (11). Hal-hal yang
kontribusinya
menarik adalah data berdasarkan benua, ternyata Kuala Lumpur
wisatawannya. Taiwan juga memiliki kemampuan high-tech yang
(Malaysia) dan Singapura termasuk 2 dari 10 hub di Asia.
diperlukan oleh Indonesia dalam kerangka transfer teknologi.
El
Ghazala, Tunisia juga termasuk salah satu dari hub global ini. Perkembangan
global
penting
di
negara-negara
terhadap
pembangunan
Indonesia,
termasuk
Pengaruh global lain adalah Jepang yang merupakan mitra yang
dagang
terbesar
Indonesia.
Hingga
tahun
2005,
volume
berpengaruh dalam bidang iptek yang berhubungan dengan
perdagangan kedua negara mencapai US$25 milyar (ekspor US$ 18
Indonesia
China.
milyar, impor US$ 7 milyar dengan surplus US$ 11 milyar).
Perkembangan China dalam menyerap investasi berbagai negara
Masuknya bantuan pemerintah Jepang diikuti oleh masuknya
besar sangat mengagumkan. Pembangunan infrastruktur ekonomi,
investasi dari kalangan swastanya. Sampai sebelum kemunculan
SDM yang berlimpah dan murah, iklim investasi yang ramah
China selaku sasaran investasi Jepang, Indonesia masih merupakan
membuat China menjadi salah satu negara yang sangat efisien bagi
tujuan utama investasi Jepang di Asia. Sejak 1967 hingga 2005,
industri manufaktur. Produk-produk industri China membanjiri
investasi Jepang terkonsentrasi di sektor manufaktur non-migas,
pasar global termasuk Indonesia, dengan harga yang relatif murah.
sehingga memberikan manfaat langsung bagi Indonesia, karena
Kemajuan iptek China juga tumbuh dengan sangat luar biasa. Tiga
meski padat modal, namun bersifat padat karya dengan teknologi
lokasi global hub inovasi teknologi dimiliki China yakni Taipei,
bervariasi mulai dari menengah sampai teknologi tinggi (alas kaki,
Hsinchu dan Hong Kong. Taipei menempati peringkat 10 di atas
tekstil, pakaian jadi, kulkas, radio/tape recorder, vcd/dvd player,
Bangalore dan satu tingkat di bawah San Fransisco. Indonesia
microwave, televisi, sepeda motor, mobil, dll). Sementara investasi
memiliki hubungan dengan Taiwan sebatas hubungan ekonomi,
negara maju lain kebanyakan terkonsentrasi hanya di sektor migas,
perdagangan,
yang padat modal dan teknologi tinggi, namun tidak padat karya.
perlu
diungkap.
investasi
dan
Salah
sosial
satunya
budaya
adalah
sesuai
dengan
kesepakatan ketika pemulihan hubungan diplomatik 1990. Taiwan adalah partner dagang dan investor yang cukup signifikan 14/Dok-BP/III/2013
9
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
India sangat mendorong pengembangan industri jasa dan informasi
teknologi
yang
terpusat
di
Bangalore.
Dengan
kemampuan outsourcing dan pemrosesan data yang dimiliki, Bangalore bahkan disebut-sebut sebagai Silicon Valley kedua. Sumber daya manusia bidang teknologi informasi yang melimpah di India membuat Bangalore menempati posisi 11 dari peringkat
global hub inovasi Iptek yang disusun UNDP (2001).
Secara
khusus, bidang-bidang kerjasama antara Indonesia dan India meliputi kerjasama politik dalam bentuk dukungan di berbagai bidang, pertahanan dan keamanan, ekonomi, sains dan teknologi dalam bentuk kerjasama teknologi ruang angkasa, tenologi nuklir, satelit, bioteknologi, kerjasama teknik lainnya dalam bentuk beasiswa, pendidikan dan pelatihan di berbagai bidang. Seluruh kerjasama ini dibicarakan dan disepakati dalam wadah Forum Konsultasi Bilateral dan Komisi Bersama antara Indonesia dan India yang telah dimulai sejak tahun 2003. ditingkatkan
adalah
pada
Kerjasama yang perlu
bidang-bidang
strategis
(seperti
pertahanan keamanan, energi, ekonomi, Iptek dan pendidikan) dan tidak hanya terjebak dalam tataran teknis/sektoral seperti yang telah dicapai selama ini. Untuk dapat mencapai kepentingan di
bidang-bidang
strategis
tersebut,
Indonesia
harus
mampu
memanfaatkan kerjasama bilateral dan regional secara lebih efektif. Dalam lingkup regional lembaga multilateral yang perlu dicermati adalah ASEAN. Indonesia berpandangan bahwa ASEAN merupakan salah satu soko guru politik luar negerinya. Bagi Indonesia, kawasan Asia Tenggara yang stabil, aman, damai dan kondusif ditinjau dari berbagai aspek merupakan modal dasar yang penting untuk pembangunan di dalam negeri. Hal ini sejalan dengan pendekatan lingkaran-lingkaran konsentris yang digunakan oleh Indonesia dalam menjalankan politik luar negerinya. Perihal kepemimpinan Indonesia di dalam ASEAN, dapat dikemukakan bahwa
berdasarkan
kondisi
objektif,
potensi
kepemimpinan
Indonesia di kawasan Asia Tenggara masih tetap besar. Namun Indonesia berkeyakinan bahwa kepemimpinan yang bijak adalah kepemimpinan yang tidak dipaksakan, melainkan yang diraih melalui kualitas diplomasi dan kontribusi konkrit Indonesia kepada kawasan Asia Tenggara. Dalam kaitan ini, dapat dikatakan bahwa sejak 1997/1998, dengan dicurahkannya perhatian pada proses reformasi politik dan penanggulangan krisis ekonomi dalam negeri, telah terdapat dampak yang kurang menguntungkan terhadap peran Indonesia dalam ASEAN. Namun demikian, seiring dengan
14/Dok-BP/III/2013
10
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
pemulihan kondisi dalam negeri, maka dalam kurang lebih dua
Multilateralisme:
tahun terakhir, Indonesia telah mampu meningkatkan kembali
menangani
perhatiannya kepada ASEAN. Upaya-upaya untuk meningkatkan
berbagai upaya global telah dilakukan di berbagai forum
peran Indonesia di ASEAN akan terus dikembangkan.
seperti PBB, Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), dan
Dengan perkembangan iptek di negara tetangga yang sudah cukup maju, seperti di Singapura dan Malaysia - dua negara ini termasuk sebagai lokasi global hub inovasi teknologi - Indonesia perlu lebih menyadari ketertinggalannya.
Kesadaran ini penting
untuk memacu semangat untuk bersaing secara positif dengan negara tetangga. Bila tidak, maka nilai tambah dari sumber daya
Merupakan
berbagai
forum
permasalahan
terbaik
global.
untuk
Untuk
itu,
lembaga-lembaga Bretton Woods (Bank Dunia dan IMF). Telah di sepakati berbagai agenda pembangunan global seperti UN Millenium Development Goals (MDGs), WTO Doha
Developtment
Agenda,
the
Monterrey
Consensus
on
Financing for Development maupun Johannesburg Declaration on Sustainable dan Johannesburg Plan of Implementation.
alam (SDA) yang melimpah di negara kita akan lebih banyak
Millennium Development Goals (MDGs): Berisi berbagai
dinikmati oleh negara tetangga tersebut melalui jasa teknologi.
komitmen
Belum lagi dengan akan berlakunya Pasar Bebas ASEAN 2015,
internasional dalam pembangunan ekonomi dan sosial yang
tekanan kompetisi dalam regional ini semakin tinggi.
Bila tidak
berkelanjutan. Melalui Millennium Summit, para pemimpin
disikapi dengan penuh keseriusan, maka bangsa kita akan
dunia menegaskan, bahwa berbagai manfaat globalisasi
tertinggal dan hanya akan mendapat beban dan kerugian dari
seperti
dibukanya Pasar Bebas ASEAN tersebut.
berkelanjutan,
Bagi Negara berkembang, globalisasi menawarkan perspektif baru bagi integrasi ekonomi dan kemungkinan perbaikan kinerja ekonomi, antara lain: 14/Dok-BP/III/2013
dan
target
pertumbuhan
yang
harus
ekonomi
peningkatan
yang
standar
dicapai
lebih hidup,
masyarakat
cepat
dan
penciptaan
lapangan kerja dan pemberian manfaat yang besar bagi umat manusia dari peningkatan teknologi harus dikelola melalui upaya
bersama
dan
tidak
dapat
diserahkan
kepada
mekanisme pasar semata. 11
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
Pendanaan bagi pembangunan: Pada sektor keuangan,
menerus
Monterrey
bagi
penerapan teknologi yang sesuai dengan kondisi sosial budaya
pembangunan yang disahkan pada tahun 2002, merupakan
masyarakat. Dengan berkembangnya teknologi informasi dan
inisiatif internasional dalam menanggulangi tantangan bagi
terbukanya akses informasi, tuntutan konsumen terhadap barang
pemenuhan kebutuhan dana pembangunan di seluruh dunia,
dan jasa pun semakin meningkat. Hal ini merupakan peluang untuk
khususnya di negara-negara berkembang. Konsesus ini
meningkatkan produktivitas dengan memperbaiki QCD (Quality,
menyentuh berbagai isu seperti mobilisasi sumber keuangan
Cost & Delivery) untuk menghasilkan barang dan jasa yang
domestik dan internasional, serta kerjasama teknik dan
berkualitas;
keuangan
Consensus,
internasional
mengenai
termasuk
pendanaan
Official
Development
Assistant (ODA) dan isu-isu hutang luar negeri.
dalam
rangka
seleksi,
meningkatkan
adaptasi,
efisiensi
dan
biaya
pemfokusan
produksi
agar
menghasilkan barang dan jasa yang bernilai kompetitif (mampu bersaing); serta menambah kecepatan pelayanan yang diberikan.
Peluang yang muncul secara nasional adalah membaiknya
Globalisasi
mengandung
resiko
dan
tidak
jarang
perekonomian nasional Indonesia. Diperkirakan antara tahun 2007
mengakibatkan kerugian ekonomi dan sosial yang berat, misalnya:
– 2020 ekonomi Indonesia dapat tumbuh dengan laju rata-rata
(a) Keterbukaan pasar modal global dapat membuat pasar
sekitar 6 persen per tahun. Semangat reformasi dapat dijadikan
keuangan dalam negeri rentan gejolak yang mendadak, (b) Banyak
momentum untuk mengadakan perubahan mendasar di segala
negara berkembang menjadi tersisih (marginalized) karena tidak
bidang, termasuk dalam upaya pembangunan iptek. Pesatnya
diperlukannya buruh yang tidak terdidik dan turunnya pendapatan
kemajuan
riil, (c) Adanya jurang
iptek
pada
dua
dasawarsa
terakhir
memberikan
pemisah kemampuan
Iptek
karena
sumbangan berharga dalam bentuk banyaknya pilihan iptek yang
kelangkaan sumber dana untuk meningkatkan kemampuan tersebut
bisa didayagunakan dan dikembangkan dalam rangka mendukung
di negara berkembang, (d) Keadaan itu menyebabkan banyak
penguatan ekonomi dan daya saing bangsa. Kecenderungan global
negara berkembang kembali mencoba bertumpu pada ekspor
perkembangan Iptek dapat dipantau dan diantisipasi secara terus-
produk komoditas primer yang bernilai tambah rendah.
14/Dok-BP/III/2013
12
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
1.3.
Potensi dan Permasalahan
1.3.1. Potensi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan rangkaian dari 17.502 pulau besar dan kecil yang dinyatakan dalam Undang-undang nomor 17 tahun 1985 sebagai negara kepulauan (Archipelagic State), dari Sabang hingga Merauke, yang hampir sama panjang dengan Benua Amerika, dengan jumlah penduduk lebih dari 230 juta jiwa dan terdiri dari 100 suku dengan 583 bahasa daerah dan beragam keyakinan dan budaya. Sebagai salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam, maka Indonesia mempunyai potensi lebih besar untuk menjadi negara maju, karena mempunyai modal pembangunan yang siap diolah. Kekayaan hutan nasional hanya kalah dari Brasil. Sebagai negara kepulauan, kekayaan laut Indonesia yang luas merupakan modal pembangunan yang tidak dimiliki oleh negara lain di dunia. biodiversitas tanaman, binatang yang hidup di hutan, serta biodiversitas laut dapat diolah menjadi bahan pangan, energi dan obat-obatan. Indonesia sebagai negara keempat dengan jumlah penduduk terbesar di dunia, dapat menjadikan populasi penduduk tersebut 14/Dok-BP/III/2013
sebagai aset human capital. Jumlah angkatan kerja Indonesia yang masih mendominasi populasi, dapat digunakan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Kekayaan sumberdaya alam dan populasi yang besar, apabila dikelola dengan baik, akan menjadi modal pembangunan yang jarang dipunyai oleh negara lain. Perguruan tinggi (PT), lembaga litbang dan industri menjadi
pihak-pihak
memberikan
nilai
yang
kompeten
tambah
pada
untuk
mengolah
produk-produk
dan
berbasis
sumberdaya alam tersebut. Tahun 2009, jumlah perguruan tinggi negeri (PTN) sebanyak 82 dan perguruan tinggi swasta (PTS) sebanyak 2556 merupakan sarana untuk menghasilkan SDM yang berkualitas, dan dapat didorong menjadi universitas riset yang menghasilkan inovasi-inovasi teknologi yang dibutuhkan oleh industri nasional. Demikian juga lembaga riset non-kementerian (LPNK) dibawah koordinasi Kementerian Riset dan Teknologi serta lembaga-lembaga riset departemen merupakan sarana untuk mengembangkan dan mendorong pemanfaatan teknologi. Faktor lain yang juga sangat penting dalam mendukung investasi dan pertumbuhan ekonomi adalah keamanan. Kondisi keamanan nasional saat ini sangat baik, meskipun masih ada beberapa gerakan separatis di beberapa daerah. Keberhasilan Polri 13
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
membongkar kasus terorisme serta kasus-kasus tindak kriminal lain
1.3.2. Permasalahan
yang meresahkan masyarakat dan pengusaha beberapa waktu
Menurut data Institute for Management Development (IMD) tahun
yang lalu, menciptakan lingkungan yang kondusif untuk iklim usaha dan investasi dari dalam maupun luar negeri. Investasi baru akan memberikan peluang bagi adopsi teknologi baru. Hal ini akan
2009 daya saing Indonesia berada pada posisi 42 dari 56 negara, mengalami peningkatan dari tahun 2008 (peringkat 51) dan tahun 2007 (peringkat 54). Akan tetapi peningkatan tersebut baru
meningkatkan kemampuan adopsi teknologi di sektor produksi, dan
bersumber pada kinerja ekonomi (economic performance), efisiensi
meningkatkan pemanfaatan hasil riset dalam negeri yang sesuai
pemerintah (government efficiency), dan efisiensi bisnis (business
dengan kebutuhan industri.
efficiency), sedang infrastruktur (infrastructure) yang di dalamnya
Pembangunan Nasional, pada hakekatnya adalah upaya
antara lain mencakup infrastruktur sains dan infrastruktur teknologi
kepentingan
menunjukkan penurunan. Sementara data World Economic Forum
keamanan nasional dan peningkatan kesejahteraan, yang sekaligus
(WEF) tahun 2009 menunjukkan bahwa daya saing Indonesia
merupakan aspirasi masyarakat Indonesia, baik secara individual
berada pada posisi 54 dari 133 negara. Lebih jauh WEF
maupun sosial, yang beragam dan menempati wilayah yang luas
menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia berada pada area transisi
tersebut. Dalam sudut pandang ini, Iptek adalah sebuah instrumen
dari
(tool) yang membantu agar proses pembangunan nasional berjalan
pemanfaatan sumber daya alam (factor driven) menuju kelompok
lancar,
negara
pemenuhan
atas
kepentingan
meningkatkan
nasional,
kesejahteraan
yakni
rakyat
dan
kemajuan
kelompok yang
negara
yang
ekonominya
ekonominya
mengandalkan
bergantung efisiensi
pada
(efficiency
peradaban, untuk kemudian demi terwujudnya stabilitas nasional
driven). Di sisi lain, negara-negara yang tergabung dalam
yang kondusif.
Organisation for Economic Co-Operation and Development (OECD) yang merupakan kelompok negara maju ekonominya bergantung pada inovasi (innovation driven). Fenomena ini menunjukkan
14/Dok-BP/III/2013
14
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
bahwa Iptek belum dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam ekonomi Indonesia.
permasalahan
Menurut laporan World Economic Forum, terpuruknya daya saing Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain pada tataran makro terdapat 3 (tiga) faktor, yaitu: (a) Tidak kondusifnya kondisi ekonomi makro; (b) Buruknya kualitas kelembagaan publik sebagai fasilitator dan pusat pelayanan; dan (c) Lemahnya kebijakan pengembangan
teknologi
untuk menunjang
peningkatan produktivitas; dan pada tataran mikro, terdapat 2 (dua) faktor, yaitu: (a) Rendahnya efisiensi produksi; dan (b) Lemahnya
iklim
Secara lebih mendasar faktor-faktor yang menjadi akar
persaingan
usaha.
Karenanya,
untuk
meningkatkan peran Iptek dalam peningkatan daya saing nasional diperlukan kebijakan pembangunan Iptek yang di satu sisi dapat memajukan penguasaan Iptek, dan di sisi lain dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam pembangunan perekonomian
rendahnya
daya
saing
nasional
dari
sisi
pengembangan teknologi antara lain adalah: 1) Ketergantungan produk industri serta sarana dan prasarana kebutuhan nasional seperti pertahanan dan yang lainnya terhadap impor masih sangat tinggi;
2)
Lemahnya
pengembangan
kualitas
teknologi
SDM
penunjang
dan
penguasaan
industri,
serta
sehingga
sulit
diharapkan tercapainya peningkatan produktivitas melalui inovasiinovasi teknologi. Rendahnya kandungan dalam negeri produkproduk industri nasional adalah akibat lemahnya struktur industri utama dalam membangun industri-industri penunjang dan pemasok bahan baku/antara (intermediate) di dalam negeri, lemahnya upaya pengembangan produk, serta tidak adanya koordinasi lintas sektoral yang baik, sehingga tuntutan terhadap kebutuhan litbang dan teknologi sangat minim.
nasional. Untuk itu, kebijakan pembangunan Iptek harus mampu
Dari sisi supply-side, permasalahan pembangunan Iptek bisa
mendorong terwujudnya jaringan yang saling memperkuat antara
dilihat dari sudut pandang: kelembagaan, sumber daya, jaringan,
penghasil dan pengguna Iptek sehingga terjadi aliran sumber daya
relevansi dan produktivitas litbang, serta pendayagunaan iptek.
Iptek
secara
optimal.
Paradigma
ini
mengantarkan
pada
pendekatan sistemik yang dikenal sebagai Sistem Inovasi Nasional (SINas). 14/Dok-BP/III/2013
15
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
a.
Kelembagaan Iptek
akibat perubahan teknologi industri yang sangat cepat sukar
Pembangunan Kelembagaan Iptek (orgaware), yaitu struktur
diikuti oleh lembaga riset karena keterbatasan SDM. Sistem
organisasi, tata-laksana, kultur, dll., telah dilaksanakan secara berkesinambungan sampai dengan periode 2005-2009.
Namun
dirasakan masih harus ditingkatkan, agar kelembagaan iptek dapat mengokohkan
Sistem
Nasional
Iptek
(SINas
Iptek)
dan
berkontribusi bagi pemercepatan pencapaian tujuan negara. Sistem insentif, penghargaan dan budaya masyarakat yang kondusif dalam pengembangan IPTEK masih perlu ditingkatkan. Sementara itu, sistem inovasi yang mendorong tumbuhnya daya saing dan
operasional LPNK Ristek yang kurang memberi peluang untuk menjalin kaitan aktif dengan sektor swasta, tidak adanya sistem insentif yang mendorong LPNK Ristek untuk menjalin kaitan dengan pihak swasta, tidak adanya kaitan yang jelas antara LPNK Ristek dengan kebijakan industri nasional dalam rangka seleksi proyek, kecenderungan LPNK Ristek berorientasi terbatas pada industri strategis juga masih menjadi kendala (Thee, 1997).
berkembangnya industri/ekonomi berbasis IPTEK belum tumbuh
Di lain pihak hasil-hasil penelitian dan pengembangan dari
dengan kokoh. Hal ini diindikasikan sbb.:
LPNK belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Akibatnya
1.
Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) Ristek secara umum masih menghadapi kendala eksternal seperti: LPNK Ristek masih diperlakukan sebagai lembaga pemerintah umum lain,
tanpa
kualifikasi
kebutuhan-kebutuhan
sebagai yang
lembaga
khusus.
litbang
Dengan
dengan
mekanisme
pendanaan pemerintah yang ada sekarang, lembaga litbang kurang termotivasi untuk bekerja sama dengan pihak luar untuk menunjang pengembangan teknologi industri. Lemahnya
sektor industri menjadi bergantung pada teknologi impor. Salah satu penyebabnya adalah penelitian dan pengembangan di LPNK selama ini masih dilakukan dengan paradigma supply-
driven. Untuk itu, hal mendasar yang perlu dilakukan adalah mengubah paradigma penelitian dan pengembangan dari
supply-driven menjadi demand-driven, hasil penelitian dan pengembangan dapat dimanfaatkan untuk
menggerakkan
sektor riel di Indonesia.
keterkaitan antara lembaga litbang dengan sisi permintaan 14/Dok-BP/III/2013
16
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
2.
Dari segi organisasi, KRT sebagai kementerian yang ditugasi
sistem penelitian dan pengembangan Iptek dalam rangka
mengkoordinasikan
LPNK
Ristek
mencapai penguatan Sistem Inovasi Nasional.
keunggulan
juga
kelemahan.
dan
di
bawahnya,
memiliki
Bergantung
pada
orientasinya baik ke arah riset dasar maupun teknologi industri, beberapa
negara
memiliki
bentuk
yang
berbeda-beda.
Beberapa negara menggabungkan Kementerian Ristek mereka dengan Departemen Pendidikan atau Dirjen Perguruan Tinggi, sementara negara lain menggabungkan Kementerian Ristek dengan Departemen Perindustrian. Penggabungan kantor Kementerian Ristek seperti ini memang menguntungkan dari aspek
koordinasi,
sehingga
mempertajam
fokus
dan
memudahkan implementasi. Di sisi lain, masalah yang mungkin muncul adalah aspek tumpang-tindih program di antara LPNKLPNK Ristek, termasuk juga tumpang-tindih Karenanya
konsolidasi dan
koordinasi
anggaran.
kelembagaan
dan
program iptek, baik antara KRT dengan LPNK-LPNK Ristek, KRT
3.
Dari
segi
kualitas,
survei
WEF
pada
tahun
2007
memperlihatkan bahwa kualitas lembaga riset iptek, Indonesia menempati posisi ke-28, sebuah peringkat yang cukup baik. Namun sayangnya, posisi ini menurun pada tahun 2009, menempati posisi ke-43 dari 133 negara.
Akan tetapi, bila
dibandingkan dengan negara tetangga ASEAN lainnya, maka posisi Indonesia ini masih cukup baik, bahkan melampaui Thailand, yang berada pada posisi ke-60.
Salah satu bukti
meningkatnya kualitas lembaga litbang adalah masuknya beberapa lembaga litbang dalam daftar 2.000 lembaga litbang terbaik dunia pada World Rank Research Center. Dari daftar tersebut
Lembaga
Ilmu
Pengetahuan
Indonesia
(LIPI)
menduduki peringkat ke-201, merupakan yang terbaik Asia Tenggara. Selain itu, terdapat 2 (dua) lembaga penelitian di
dengan kementerian terkait, dan keterkaitan antara lembaga
Indonesia yang masuk dalam peringkat terbaik, yaitu Center
riset - perguran tinggi - dunia usaha dan antara pusat dan
for International Forest Research (Cifor) pada peringkat ke-
daerah menjadi penting. Kemungkinan membenahi tumpang tindih ini harus menjadi program
masalah
prioritas utama
425, dan Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pertanian pada peringkat ke 771. Di samping itu, Lembaga Biologi Molekuler Eijkman telah ditetapkan oleh World Health
14/Dok-BP/III/2013
17
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
Organisation (WHO) sebagai institusi / laboratorium untuk
4.
5.
Untuk
mengembangkan
budaya
ilmiah
di
kalangan
mengkonfirmasi diagnosis flu burung dan menjadi rujukan
masyarakat, sekaligus mengokohkan budaya Iptek di kalangan
dunia mengenai virus H1N1 sehingga telah menjadi lembaga
peneliti, berbagai penghargaan, acara-acara, pameran ilmiah,
riset kelas dunia dalam bidang biologi molekuler.
dan
Selama kurun waktu 2005-2009, berbagai sistem insentif untuk peneliti dan badan usaha telah dikembangkan, salah satunya
dan
yang
cukup
signifikan
adalah
dengan
diterbitkannya PP. 35/2007 tentang pengalokasian sebagian pendapatan badan usaha untuk peningkatan kemampuan perekayasaan, inovasi, dan difusi teknologi. PP ini dirancang untuk memajukan pelaksanaan pengembangan di lingkungan badan usaha nasional.
Sebagai sebuah sistem insentif yang
mendorong badan usaha dalam meningkatkan kapasitas kemampuan iptek-nya, PP ini dapat menjadi pemicu bagi penguatan inovasi teknologi di level industri. Namun demikian, berbagai insentif dan kondisi yang kondusif bagi swasta perlu terus dikembangkan pemerintah, sehingga swasta tertarik untuk
melaksanakan
teknologinya.
upaya
peningkatan
kemampuan
sarana
dan
prasarana
bagi
sosialisasi
iptek
telah
dikembangkan. Penghargaan peneliti terbaik, Harteknas yang diperingati setiap tahun, pameran Ritech Expo setiap tahun, Wisata Iptek dan Jambore Iptek, Rakornas Iptek tahunan, berbagai olimpiade sains untuk pelajar dan mahasiswa, pengelolaan pusat peragaan iptek, dan lain-lain adalah berbagai upaya untuk mengembangkan budaya ilmiah di kalangan masyarakat. Kemudian dengan diterbitkannya Inpres No. 4 Tahun 2003 tentang Pengkoordinasian Perumusan dan Pelaksanaan
Kebijakan
Strategis
Pembangunan
Nasional
(Jakstranas) Iptek, Jakstranas Iptek memberikan arahan yang jelas terutama dalam upaya koordinasi antar instansi-instansi yang terkait dalam menentukan dan melaksanakan arah kebijakan, prioritas utama dan kerangka kebijakan pemerintah di bidang Iptek. Namun berbagai upaya sosialisasi kebijakan ini dirasakan masih belum cukup. Secara umum, budaya bangsa masih belum mencerminkan nilai-nilai Iptek yang mempunyai sifat penalaran obyektif, rasional, maju, unggul
14/Dok-BP/III/2013
18
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
6.
dan mandiri. Pola pikir masyarakat belum berkembang ke arah
PP No. 20 Tahun 2005 tentang Alih Teknologi Kekayaan
yang lebih suka mencipta daripada sekedar memakai, lebih
Intelektual serta Penelitian dan Pengembangan oleh Perguruan
suka membuat daripada sekedar membeli, serta lebih suka
Tinggi dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan yang
belajar dan berkreasi daripada sekedar menggunakan teknologi
mengamanatkan agar hasil – hasil penelitian yang dilakukan
yang ada. Budaya miopis (cari untung cepat), instant, hedonis,
oleh
masih kental mewarnai secara umum masyarakat kita. Selain
Pengembangan dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk
itu budaya penelitian, sebagai pondasi kelembagaan ristek,
kepentingan
masih
berhasil
tambah ekonomi dan perbaikan kualitas kehidupan bangsa dan
membudayakan rasa ingin tahu siswa, budaya belajar, dan
negara; (2) PP 41/2006 tentang perizinan melakukan kegiatan
apresiasi yang tinggi pada pencapaian ilmiah. Masih muncul
penelitian dan pengembangan bagi perguruan tinggi asing,
budaya sekedar ingin cepat lulus, plagiarisme, mengejar
lembaga penelitian dan pengembangan asing, badan usaha
gelaran, mengejar nilai, dll., yang secara umum lebih
asing, dan orang asing yang mengatur tentang perijinan bagi
mementingkan simbol daripada isi, ijasah dari pada kualitas.
individual maupun lembaga asing yang akan melaksanakan
rapuh.
Pendidikan
kita
masih
belum
Sampai dengan tahun 2009 terjadi penguatan regulasi/ kerangka kebijakan pembangunan Iptek yang patut diapresiasi. Setelah amandemen ke - 4 UUD 1945, dimana di dalam salah satu pasalnya tercantum Visi Pembangunan Iptek Nasional, pada tahun 2002 diundangkan UU No.18/tahun 2002 tentang Sistem Nasional Iptek, yang menjadi landasan konsepsional pembangunan Iptek. Kemudian dari tahun 2005 – 2009 dihasilkan 4 PP turunan dari UU. No.18 tahun 2002, yakni: (1)
14/Dok-BP/III/2013
Perguruan
Tinggi
masyarakat
dan serta
Lembaga dapat
Penelitian
menghasilkan
dan nilai
penelitian pengembangan di Indonesia; (3) PP 35/2007 tentang pengalokasian sebagian pendapatan badan usaha untuk peningkatan kemampuan perekayasaan, inovasi, dan difusi teknologi yang dirancang untuk memajukan pelaksanaan pengembangan di lingkungan badan usaha nasional. Sebagai sebuah sistem insentif yang mendorong badan usaha dalam meningkatkan kapasitas kemampuan Ipteknya, maka PP ini dapat menjadi jalan yang cepat bagi penguatan inovasi 19
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
teknologi di level industri; (4) PP No. 48/2009 tentang
sektor produksi masih belum menyatu dalam sebuah harmoni.
perizinan pelaksanaan kegiatan penelitian, pengembangan, dan
Dengan kata lain pembangunan iptek di sisi penyediaan
penerapan Iptek yang beresiko tinggi dan berbahaya yang
(supply
dirancang untuk menjaga agar pelaksanaan kegiatan litbang
(demand side) masih belum terintegrasi.
side) dengan pembangunan di sisi permintaan
dan penerapan iptek tidak menimbulkan resiko dan bahaya bagi
masyarakat
dan
lingkungan
hidup.
Semua
ini
memperlihatkan mantapnya struktur kebijakan pembangunan
b.
Secara umum pembangunan sumber daya iptek Indonesia
Iptek nasional. 7.
Dalam kaitannya dengan sinergi kelembagaan iptek, pembangunan iptek nasional saat ini masih harus ditingkatkan. Beberapa hal yang perlu dicermati dalam kaitan ini misalnya belum optimalnya mekanisme intermediasi iptek dalam sistem inovasi
yang
Sumberdaya Iptek
Mekanisme
masih
relatif
lemah,
karenanya
dirasakan
harus
ditingkatkan, agar kelembagaan iptek dapat mengokohkan sistem nasional iptek dan berkontribusi bagi pemercepatan pencapaian tujuan negara. Hal ini diindikasikan dengan : 1.
Prosentase penduduk berpendidikan tinggi (Strata 1 ke atas) di
yang
penyedia
iptek
Indonesia sangat rendah dibanding dengan negara-negara lain
dengan kebutuhan pengguna iptek dalam sistem inovasi masih
seperti Thailand, Malaysia, bahkan India dan China. Tingkat
belum berkembang dengan baik. Masalah ini dapat terlihat dari
pendidikan tinggi di Indonesia terus mengalami kenaikan
belum tertatanya infrastruktur iptek, seperti institusi yang
dari 9,5 % pada tahun 1990 menjadi 17,5 % pada tahun 2007,
mengolah dan menerjemahkan hasil pengembangan iptek
Angka ini masih lebih rendah bila dibandingkan dengan
interaksi
antara
intermediasi
ini
iptek
menjembatani
ada.
saat
kapasitas
menjadi preskripsi teknologi yang siap pakai untuk difungsikan dalam sistem produksi. Integrasi iptek di sektor risetkhususnya lembaga riset pemerintah - dengan industri di 14/Dok-BP/III/2013
20
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
2.
Malaysia (30,2%), Singapura (55,6%), Thailand (48,3%) dan
pranata nuklir, surveyor pemetaan, penyelidik bumi, dan lain-
Filipina (28,5%), meski lebih tinggi dari Vietnam (15,9%)3.
lain. Khusus tenaga fungsional peneliti, saat ini terdapat lebih kurang 7.649 peneliti yang tersebar di berbagai lembaga
Jumlah SDM Iptek Indonesia sangat sedikit dibanding negara-
litbang dan 286 peneliti di antaranya memiliki kualifikasi
negara maju, tetapi masih lebih besar dibanding beberapa negara ASEAN seperti Thailand dan Malaysia. Dari data World
sebagai Profesor Riset. Adapun tenaga peneliti di perguruan
Bank, SDM Iptek mayoritas berada di lembaga pemerintah
tinggi saat ini lebih kurang 80.000 peneliti.
sebesar (85%), sedangkan SDM Iptek di industri hanya sekitar
pada tahun 2007 menurut WEF Indonesia menempati posisi
lembaga pemerintah sebagian besar berada di lembaga litbang
ke-27, sedikit menurun di tahun 2008 dan 2009 pada peringkat
LPNK (Lembaga Pemerintah Non Kementerian). Walaupun
ke-31. Namun demikian, dibandingkan dengan negara-negara
jumlahnya masih relatif rendah bila dibandingkan dengan
tetangga ASEAN lainnya, maka ketersediaan ilmuwan dan
negara-negara
terjadi
engineer di Indonesia ini relatif baik, bahkan kita menempati
peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari tingkat pendidikannya,
posisi di atas Malaysia, dengan peringkat ke-33. Di ASEAN kita
dimana terjadi peningkatan jumlah SDM yang berpendidikan
tepat berada di bawah posisi Singapura yang menempati posisi
S1, S2 dan S3 pada kurun waktu 2005-2009, yaitu kurang lebih
ke-14.
ASEAN,
tetapi
secara
kualitas
12.756 pada tahun 2007 dan 12.889 pada tahun 2008. Mereka berkarir dalam berbagai jabatan fungsional, di antaranya peneliti,perekayasa, pranata komputer, pengawas radiasi,
4
Dari aspek ketersediaan ilmuwan dan engineer, maka
15%4. Bila diperhatikan lebih jauh, SDM Iptek yang berada di
11.846 orang pada tahun 2005, 12.465 pada tahun 2006,
3
3.
4.
Anggaran pemerintah untuk riset iptek sangat kecil dibanding dengan
negara-negara
lain
di
ASEAN
sekalipun.
Rasio
anggaran iptek nasional terhadap PDB terus menurun dari tahun ke tahun. Pada tahun 2004 dan 2006, total belanja
UNESCO, 2008 World Bank, 2009
14/Dok-BP/III/2013
21
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
5.
litbang sebagai persentase dari PDB Indonesia sebesar 0,05
beroperasinya delapan wahana industri (sebagai vehicle bagi
% angka ini lebih rendah dari Filipina, Vietnam, Thailand,
transformasi industri) yaitu industri penerbangan, industri
Malaysia dan Singapura, artinya terendah se - ASEAN.
maritim dan perkapalan, industri alat transportasi darat,
Anggaran litbang Vietnam saja hampir 4 kali lipat dari
industri elektronika dan telekomunikasi, industri energi, industri
anggaran litbang kita.5
rekayasa, industri alat dan mesin pertanian dan industri
Dari aspek penyediaan dana perusahaan untuk litbang, Indonesia pada tahun 2007 menempati posisi ke-27. Kemudian secara fluktuatif kembali pada posisi ke-28 di tahun 2009. Dibanding negara tetangga, posisi Indonesia cukup baik, berada di atas Filipina dan Thailand, namun sedikit di bawah Malaysia, peringkat ke-19. Secara umum 70% dana litbang dikeluarkan oleh pemerintah.
Sementara kontribusi swasta
dalam litbang di Indonesia hanya sekitar 30%.
Kondisi ini
terbalik dengan negara yang relatif maju seperti Korea Selatan atau Jepang, dimana kontribusi anggaran swasta untuk riset mencapai 80%, dan anggaran riset pemerintah hanya 20%
Kondisi sarana dan prasarana Iptek yang menonjol khususnya sebelum
5 6
krisis
ekonomi
tahun
BUMN Industri Strategis, yakni PT IPTN (pesawat terbang), PT PAL (kapal laut), PT PINDAD (peralatan rekayasa), PT Krakatau Steel (baja), PT INKA (kereta api), Perum Dahana (eksplosif komersil), PT INTI (telekomunikasi), PT LEN (elektronik), PT BARATA (industri rekayasa berat), dan PT BBI (turbin, mesin). Sejak krisis ekonomi tahun 1998 secara relatif pembangunan sarana dan prasarana iptek terhenti. Bahkan, masalah pembiayaan untuk pemeliharaan peralatan-peralatan canggih ini menjadi isu yang menonjol. Sekarang ini pemikiran yang berkembang adalah bagaimana mengoptimasikan potensi yang ada, yakni SDM, biaya perawatan, dengan program iptek, serta
dari total anggaran riset nasional.6 6.
pertahanan keamanan, yang kesemuanya berbentuk sepuluh
1998
-
terlihat
dari
peluang spin-off di luar tugas pokok lembaga. Dengan kata lain posisi pembangunan sarana dan pra-sarana iptek berada pada status ”defensif”.
World Bank, 2009 World Bank, 2009
14/Dok-BP/III/2013
22
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
Selain itu, sarana prasarana litbang yang telah dibangun di
1.
Kinerja kerjasama riset antara universitas - industri di
berbagai lokasi, di antaranya yang paling menonjol adalah di
Indonesia pada tahun 2007 menurut evaluasi WEF ditempatkan
kawasan Pusat Penelitian, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
pada posisi ke-64. Angka ini terus membaik secara signifikan.
(Puspiptek)
35
Pada tahun 2008 peringkat ini meningkat ke posisi 54, dan
laboratorium yang dikembangkan untuk mendukung fungsi
bahkan secara fantastik pada tahun 2009 kerjasama riset
litbang berbagai lembaga litbang di antaranya LIPI, BATAN,
antara universitas-industri di Indonesia dinilai WEF menempati
BPPT, dan Kementerian Lingkungan Hidup, perlu direvitalisasi
posisi ke-43. Kinerja ini dibandingkan dengan capaian negara
untuk mendukung produktivitas Iptek.
tetangga ASEAN relatif baik. Indonesia menempati peringkat di
Serpong
yang
di
dalamnya
terdapat
atas negara Vietnam, Filipina, dan bahkan Thailand, peringkat c.
ke-44, meski masih di bawah Singapura dan Malaysia, yang
Jaringan Iptek
menempati peringkat ke-4 dan 22. Namun demikian, koordinasi
Pembangunan Jaringan Iptek secara berkesinambungan terus
pembangunan Iptek khususnya antar stake-holder di luar LPNK
dilaksanakan dalam periode waktu 2005-2009. Dengan berdirinya
ristek masih belum menampakkan soliditas dan produktivitas
Dewan Riset Nasional dan Dewan Riset Daerah, hal ini menuntut
yang memadai. Berbagai forum koordinasi iptek baik sektoral,
terbentuknya jaringan iptek yang semakin luas dan kompleks, yakni
nasional, maupun regional perlu terus dikembangkan.
bukan hanya jaringan antar lembaga riset - perguruan tinggi badan usaha atau jaringan antar sektor, namun juga jaringan Iptek
2.
Kemudian juga teramati lemahnya sinergi kebijakan Iptek
antar pusat dan daerah serta jaringan internasional, termasuk
intra institusi/aktor pengembang iptek (LPNK ristek, lembaga
jaringan informasi dan SDM. Karenanya dirasakan, bahwa jaringan
riset departemen teknis, industri dan perguruan tinggi), serta
iptek ini masih relatif lemah dan perlu terus dikuatkan. Sinergi
antar institusi pengembang iptek dengan pengguna Iptek.
kebijakan terkait pembangunan iptek antara stake-holder yang ada
Lemahnya sinergi kebijakan iptek ini, menyebabkan kegiatan
masih belum kokoh. Hal-hal tersebut diindikasikan dengan:
iptek baik dari segi kualitas dan skalanya belum mampu
14/Dok-BP/III/2013
23
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
memberikan
3.
hasil
yang
signifikan.
Kebijakan
bidang
ke-107 dan pada tahun 2009 membaik dan menempati posisi
pendidikan, industri, dan iptek belum terintegrasi sehingga
ke-87. Di antara negara-negara ASEAN, kita menempati posisi
mengakibatkan kapasitas yang tidak termanfaatkan pada sisi
sedikit
penyedia, tidak berjalannya sistem transaksi, dan belum
Sementara negara lain memperlihatkan kinerja yang lebih baik.
tumbuhnya permintaan dari sisi pengguna yaitu industri. Di
Malaysia menempati peringkat ke-22, bahkan Singapura dalam
samping itu kebijakan fiskal juga dirasakan belum kondusif
aspek penggunaan internet menempati posisi ke-15 dari 133
bagi pengembangan kemampuan iptek.
negara yang disurvei WEF. Sementara untuk penggunaan
lebih
baik
dibanding
Filipina,
peringkat
ke-106.
internet pita lebar (broadband), peringkat Indonesia
Pada tahun 2006, FDI (Foreign Direct Invesment) Inward
berada pada posisi ke-101.
Indonesia sebagai persen dari Produk Domestik Bruto (PDB)
Dibandingkan dengan negara
tetangga ASEAN, maka posisi ini adalah terbawah.
sebesar 1,35, jika dibandingkan dengan Malaysia, Filipina,
Vietnam
dan Filipina saja berada pada peringkat ke-77 dan ke-89.
Singapura, Indonesia masih berada dibawah negara-negara
Sementara Thailand dan Malaysia berada pada peringkat ke-78
tersebut. Singapura memiliki FDI Inward sebagai persen dari
dan ke-55.8
GDP yang terbesar diantara negara-negara tersebut yaitu sebesar 20,94. Dari aspek investasi langsung asing, Indonesia secara perlahan terus membaik, menjadi 1,55 pada tahun 2008. 4.
7
Dari aspek pengguna internet, Indonesia pada tahun 2007 menempati posisi ke-85 dari 131 negara. Capaian ini menurun secara fluktuatif. Pada tahun 2008 menurun menjadi peringkat
7
, UNCTAD, 2009
14/Dok-BP/III/2013
d.
Relevansi dan Produktivitas Litbang Iptek Penguasaan Iptek melalui Riset dan Pengembangan (litbang),
perekayasaan serta pemanfaatan iptek nasional terus digulirkan pemerintah dalam periode pembangunan 2005-2009. Namun dibandingkan dengan laju peningkatan litbang negara lain, harus 8
, UNDP, 2009 24
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
diakui bahwa capaian kita masih lemah. Kontribusi litbang iptek
Di sisi lain, dalam aspek pemanfaatan dan penguasaan iptek,
bagi pemercepatan pencapaian tujuan negara masih harus
data
ditingkatkan, misalnya saja tercermin dari indikator-indikator
teknologi mutakhir di Indonesia semakin menurun. Pada
pembangunan iptek sbb.:
tahun 2007 Indonesia menempati posisi ke-51 dari 131 negara,
1. Jumlah
keluaran
riset
peneliti
Indonesia
dalam
WEF
2009
memperlihatan,
bahwa
ketersediaan
menjadi posisi ke 54 dari 133 negara pada tahun 2009. Di
bentuk
antara negara-negara ASEAN Indonesia berada di atas Vietnam
publikasi ilmiah internasional dan paten masih sangat rendah,
(posisi ke-75) dan Philipina (87), tetapi jauh di bawah
hanya mencapai sekitar 560 jurnal ilmiah internasional per
Singapura (3), Malaysia (24), Thailand (36).
tahun9. Menurut World Intellectual Property Organization (WIPO), jumlah paten internasional Indonesia sampai dengan tahun 2008 adalah 208. Sedangkan sampai tahun 2008 jumlah paten domestik yang didaftarkan di Ditjen HKI, berjumlah 2718 (4,14
%
dari
seluruh
paten
yang
terdaftar).
Hal
dikuasai oleh hak kekayaan intelektual yang dimiliki oleh asing. 2. Pada tahun 2008 jumlah paten Indonesia yang terdaftar di Kantor Paten Amerika Serikat sebesar 19 paten lebih sedikit dibandingkan dengan Malaysia (168), Singapura (450), Filipina
9
, SCORPUS, 2009 USPTO, 2008/2009
10
14/Dok-BP/III/2013
Pendayagunaan Iptek Pendayagunaan IPTEK dalam berbagai bidang pembangunan
ini
menunjukkan bahwa dari segi teknologi Indonesia juga semakin
(22) dan Thailand (40)10
e.
untuk pemercepatan pencapaian tujuan nasional, yakni dalam bidang hankam, kesejahteraan rakyat, pelayanan publik dan pengokohan daya saing ekonomi terus-menerus dilakukan selama kurun waktu 2005-2009. Namun dirasakan, bahwa kontribusi iptek dalam pemercepatan pencapaian tujuan negara masih terbatas dan perlu terus ditingkatkan. Hal ini ditandai dengan indikator-indikator sbb.: 1.
Dari segi jumlah produk riset yang terkomersialisasi, ternyata sebanyak 85%-nya berasal dari produk riset di 25
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
departemen
2.
teknis.
Kontribusi
produk
riset
yang
4.
dikomersialisasi dari LPNK Ristek hanya 15%-nya saja (LIPI,
dari tahun 2007 sampai tahun 2009 menampilkan peningkatan
2007). Data ini memperlihatkan bahwa lembaga litbang
yang cukup berarti. Pada tahun 2007 Indonesia berada pada
kementerian lebih produktif dalam komersialisasi hasil litbang
posisi ke-67 dan terus meningkat dua tangga di tahun 2009
mereka daripada LPNK Ristek.
menjadi
Dari aspek perolehan paten sederhana (utility patent),
dibandingkan
menempati posisi ke-87. Angka ini secara fluktuatif mengalami
ke
peringkat
ke-65.
Posisi
ini
lebih
rendah
Malaysia (37), Singapura (13), Thailand (61),
Filipina (54) dan Vietnam (51).
pada tahun 2007, sesuai dengan survei WEF, Indonesia
3.
Dalam aspek penyerapan teknologi pada tingkat perusahaan,
5.
Pendayagunaan iptek di bidang Hankam sejak krisis ekonomi
perbaikan pada tahun 2008, sehingga Indonesia menempati
tahun 1998 menurun. Ini ditandai dengan menurunnya kinerja
peringkat ke-84. Namun pada tahun 2009, kembali Indonesia
industri strategis (BUMNIS). PT. DI memberhentikan ribuan
menempati posisi ke-87. Di antara negara tetangga, peringkat
karyawannya. DPIS (Dewan Pengelola Industri Strategis),
kita berada di bawah Singapura (11), Malaysia (29), Thailand
bahkan kemudian BPIS (Badan Pengelola Industri Strategis)
(68), dan bahkan Filipina (78).
dibubarkan. PT BPIS yang merupakan holding company dari BUMN industri strategis menyusul dibubarkan. PT Barata, BBI,
Ekspor teknologi tinggi sebagai persen ekspor manufaktur
Pindad dll. kondisinya memprihatinkan. Berbagai laboratorium
Indonesia mengalami fluktuasi mulai dari tahun 2001 sampai
uji di kawasan PUSPIPTEK yang dirancang untuk mendukung
tahun 2007. Pada tahun 2007 ekspor teknologi tinggi sebagai
industri strategis harus berpikir keras untuk menutupi biaya
persen dari ekspor manufaktur Indonesia sebesar 11%, masih
pemeliharaan alat dan SDM. Akhir-akhir ini PT Pindad mulai
lebih rendah dibandingkan dengan Singapura (46%), Malaysia
bergeliat dengan mengembangkan alutsista.
(52%), Thailand (27%), dan Filipina (54%), namun masih lebih tinggi dibandingkan dengan Vietnam (5,6% tahun 2006).
6.
Pendayagunaan iptek untuk layanan dan kesejahteraan publik, secara konstan menampilkan peran yang konsisten meski
14/Dok-BP/III/2013
26
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
dapat dikatakan marjinal. Pengembangan satelit oleh LAPAN;
masih belum maksimal. Bila dianalisis lebih dalam dan ditarik akar
pengembangan perangkat Tsunami Early Warning System
permasalahannya,
(TEWS) untuk bencana tsunami; prediksi pasang surut laut
dipecahkan dalam rangka meningkatkan pembangunan Iptek
tahunan oleh BAKOSURTANAL yang dapat mengurangi korban
nasional ke depan adalah sebagai berikut:
bencana akibat laut pasang; aplikasi e-goverment untuk
a.
menunjang proses pemerintahan dan pemilu; aplikasi teknologi
maka
(supply
teknostruktur
teknologi untuk mitigasi bencana; serta berbagai riset untuk
kemampuan
ketahanan pangan dan energi. Pelaksanaan litbang dan
yang
kelembagaan
iptek
masih
terbatasnya
(organisasi,
regulasi,
daerah, dll.), relevansi dan produktivitas litbang iptek,
pembangunan iptek nasional saat ini, sebagaimana yang dibahas di
serta
atas, terlihat bahwa pembangunan iptek nasional kita masih belum
pembangunan.
14/Dok-BP/III/2013
Dimana
pengelolaan
sektor, antar stake holder, antar kementerian, antar pusat dan
Dengan demikian, berdasarkan analisis terhadap kondisi
nasional dalam rangka mencapai tujuan negara secara umum
baik.
berupa
Iptek), jaringan iptek (sinergi kebijakan inter sektor, antar
negara tetangga.
sehingga kontribusinya terhadap pemercepatan pembangunan
side)
prasarana termasuk perpustakaan dan sistem informasi
secara nasional, maupun bila dikomparasi dengan negara-
dan produktivitas iptek, serta pendayagunaannya secara luas,
harus
daya iptek (berupa SDM, anggaran, dan sarana dan
namun skalanya tidak terlalu masif, sehingga tidak nampak
kemampuan kelembagaan, sumber daya, dan jaringan, relevansi
yang
koordinasi, intermediasi, sistem inovasi, budaya), sumber
pendayagunaan iptek selama periode 2005-2009 cukup baik,
optimal dan masih mengalami berbagai kendala dari aspek
persoalan
Masih lemahnya pembangunan iptek nasional dari sisi penyediaan
ramah lingkungan, pengolahan sampah, limbah dan air;
pokok-pokok
b.
pendayagunaan
iptek
dalam
berbagai
bidang
Masih lemahnya pembangunan iptek nasional dari sisi permintaan
(demand
side).
Lemahnya
minat
dan
kontribusi swasta bagi pembangunan Iptek nasional, baik keterlibatan dalam riset maupun pendanaan. Kegiatan Iptek masih didominasi oleh lembaga riset pemerintah. PMA 27
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
(Perusahaan Modal Asing) pada umumnya melaksanakan riset
Akibatnya sense of urgency terhadap pembangunan iptek
di kantor pusat mereka. Sektor riil belum bergerak dengan
masih lemah.
baik. Karakteristik industri kita masih didominasi produk dengan kandungan teknologi rendah, berbasis SDA, terbatas pada teknologi produksi belum sampai pada teknologi pengembangan produk apalagi riset, dan masih dalam tingkat kemampuan perubahan kecil (incremental). Ini berkaitan
Persoalan-persoalan
di
atas
secara
langsung
telah
menghambat pembangunan iptek di Indonesia dan memperlemah kontribusinya bagi laju pembangunan nasional untuk mencapai tujuan negara, karenanya perlu mendapat perhatian serius dan penanganan yang tepat dari berbagai pihak terkait.
dengan kebijakan pemerintah dan sistem insentif ekonomi. c.
Masih terbatasnya integrasi iptek di sisi permintaan dengan sisi penyediaan: Iptek kini tidak lagi menjadi
mainstream; integrasi
lemahnya
program,
sinergi
koordinasi,
kebijakan
iptek
harmonisasi
(berupa kegiatan,
dukungan anggaran, serta intermediasi, yang terjadi baik intra lembaga/aktor penghasil Iptek, maupun antar penghasil iptek dengan
pengguna
iptek
atau
secara
umum
lemahnya
koordinasi dan sinergi diantara stake holder pembangunan Iptek); masih lemahnya sosialisasi regulasi yang telah ada; lemahnya budaya iptek. Budaya bangsa secara umum masih belum
mencerminkan
nilai-nilai
iptek
yang
mempunyai
penalaran obyektif, rasional, maju, unggul dan mandiri.
14/Dok-BP/III/2013
28
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
BAB II
Visi, misi dan tujuan yang ditetapkan dalam Renstra ini
VISI, MISI, DAN TUJUAN
disesuaikan dengan tugas, fungsi dan kewenangan Kementerian Riset dan Teknologi di atas.
Dalam UU No. 39/2008 tentang Kementerian Negara Pasal 4 ayat
(2),
Kementerian
adalah:
Untuk menyatukan persepsi dan fokus arah pembangunan
menangani urusan pemerintahan dalam rangka penajaman,
Iptek nasional, maka pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian
koordinasi dan sinkronisasi program pemerintah. Tugas Pokok KRT
Riset dan Teknologi dilandasi suatu visi dan misi yang ingin
adalah membantu Presiden dalam merumuskan kebijakan dan
diwujudkan. Visi dan misi tersebut merupakan panduan yang
koordinasi di bidang riset, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Dalam
memberikan pandangan dan arah ke depan sebagai dasar acuan
melaksanakan tugas dimaksud, Menteri Riset dan Teknologi
dalam menjalankan tugas dan fungsi dalam mencapai sasaran atau
menyelenggarakan fungsi:
target yang ditetapkan.
1. Perumusan
Riset
kebijakan
dan
Teknologi
nasional
di
(KRT)
2.1. Visi
bidang
riset,
ilmu
riset,
ilmu
pengetahuan, dan teknologi; 2. Koordinasi
pelaksanaan
kebijakan
di
bidang
pengetahuan dan teknologi; 3. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggungjawabnya; 4. Pengawasan atas pelaksanaan tugasnya; 5. Penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan di
Sebagai jawaban atas persoalan-persoalan yang dipaparkan sebelumnya, maka pembangunan iptek ke depan harus diarahkan kepada peningkatan kontribusi iptek secara langsung dalam pembangunan nasional untuk mencapai tujuan negara. Visi Kementerian Riset dan Teknologi dalam pembangunan Iptek 2010 – 2014 adalah:
Iptek untuk kesejahteraan dan kemajuan peradaban
bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden.
14/Dok-BP/III/2013
29
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
Deskripsi iptek untuk kesejahteraan dimaksudkan dengan
pengembangan dan pemanfaatan iptek yang maju menempatkan
kemajuan Iptek nasional yang dapat meningkatkan produktivitas
Indonesia menjadi negara yang bermartabat, yang berdiri sama
dan daya saing produk industri, membuka lapangan pekerjaan
tinggi, dan duduk sama rendah dengan negara-negara lain di
baru, meningkatkan profesionalisme individu, dan meningkatkan
dunia. Kemajuan iptek nasional juga akan menempatkan Indonesia
pendapatan individu dan masyarakat, yang pada akhirnya dapat
menjadi negara dengan peradaban maju, hasil kumulasi kemajuan
memajukan
budaya
perekonomian
menyelesaikan
bangsa.
permasalahan
Kemajuan
lingkungan,
iptek
perubahan
mampu iklim,
ketahanan pangan, penanganan bencana, peningkatan pertahanan dan keamanan, dll, yang pada akhirnya meningkatkan rasa aman, ketentraman dan kesejahteraan masyarakat.
dengan kemajuan iptek nasional yang mempengaruhi segala aspek kehidupan masyarakat seperti ekonomi, sosial dan budaya. Hasilhasil litbang harus mencerminkan academic excellence, mempunyai
economic value, dan memberikan social impact yang positif bagi kehidupan bangsa dan negara. Hal ini akan tercermin dari meningkatkan jumlah penduduk yang memasuki perguruan tinggi, jumlah S3 per tahun yang dihasilkan Perguruan Tinggi dalam negeri, jumlah publikasi ilmiah internasional dan indek sitasi, dominasi teknologi lokal pada belanja teknologi, nasionalisme akan dalam
14/Dok-BP/III/2013
negeri,
dan
kemandirian
dan
non-material
buah
dari
penelitian,
pengembangan dan pemanfaatan iptek. 2.2. Misi Sebagai upaya untuk mewujudkan visi tersebut diatas, ditetapkan misi Kementerian Riset dan Teknologi yaitu:
Deskripsi iptek untuk kemajuan peradaban dimaksudkan
produk
material
Iptek.
1. Memperkuat
daya
dukung
iptek
untuk
mempercepat
pencapaian tujuan negara, yakni melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa; serta turut serta menjaga ketertiban dunia. 2. Meningkatkan penelitian, pengembangan dan pendayagunaan iptek sebagai basis dalam membangun daya saing, kemandirian dalam memperjuangkan kepentingan negara dalam pergaulan internasional, serta mencapai kemajuan peradaban bangsa.
Penelitian, 30
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
Misi
ini
mencakup
upaya
menjawab
permasalahan
pembangunan Iptek saat ini dan masa mendatang dalam aspek: kelembagaan iptek, sumber daya iptek, jaringan iptek, relevansi dan produktifitas iptek, dan pendayagunaan iptek.
Karena itulah, sasaran pembangunan iptek ke depan adalah: 2. Tercapainya Penguatan Sumber Daya Iptek;
Untuk mencapai visi dan misi Kementerian Riset dan Teknologi seperti yang dikemukakan di atas, maka visi dan misi tersebut harus dirumuskan ke dalam tujuan yang lebih terarah dan operasional. Untuk meningkatkan kontribusi teknologi yang nyata upaya-upaya
mensejahterakan
masyarakat
dan
memajukan peradaban, maka tujuan sebagai-berikut harus dicapai: 1.
Meningkatkan kontribusi iptek bagi pembangunan nasional;
2.
Meningkatkan kemampuan litbang nasional.
Inovasi
Nasional
di
sisi
supply yakni:
Kelembagaan, Sumber Daya, dan Jaringan Iptek, di samping penguatan core business iptek itu sendiri, yakni Relevansi dan Produktivitas Iptek serta penguatan Pendayagunaan Iptek di
14/Dok-BP/III/2013
4. Meningkatkan Relevansi dan Produktivitas Litbang Iptek; 5. Meningkatkan Pendayagunaan Iptek. 2.5 Tahapan Sistem Inovasi Nasional (SINas) Dalam
rangka mencapai visi dan Misi kementerian Risset dan
Teknologi serta memperkokoh sistem Inovasi Nasional yang akan dicapai sampai dengan tahun 2025 maka diperlukan tahapan
2.5.1 Tahap Awal: Komitmen Politik
Tujuan di atas akan dicapai apabila tercapai penguatan dalam Sistem
3. Tercapainya Penguatan Jaringan Iptek;
sebagai berikut:
2.4. Sasaran
unsur-unsur
industri.
1. Tercapainya Penguatan Kelembagaan Iptek;
2.3. Tujuan
terhadap
kalangan pengguna baik masyarakat, pemerintah maupun dunia
Untuk membangun dasar yang kokoh bagi pembangunan Sistem Inovasi Nasional (SINas), maka perlu diawali dengan komitmen politik yang tinggi, membangun kesadaran publik, agar masyarakat sadar Iptek dan menjadikan Iptek sebagai basis pembangunan bangsa.
31
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
Sedangkan tahapan Penguatan SINas yang diimplementasikan
2.5.2 Tahap Penguatan: Penguatan SINas (2010-
dalam Renstra tahuan 2010-2014 akan dapat dicapai melalui
2015) Kemudian dilakukan peningkatan pengembangan Iptek
tahapan sebagai berikut:
melalui penguatan Sistem Inovasi Nasional, yakni penguatan dasar
Tahun 2010-2011: Tahapan Pembangunan Dasar SINas melalui
kebijakan,
Penyusunan Renstra 2010-2014, Reorganisasi Kementerian Riset
kelembagaan,
jaringan
dan
sumber
daya,
serta
ekosistem inovasi baik dalam sisi penyedia, sisi penerima, maupun
dan
sisi intermediasi.
implementasi
2.5.3 Tahap Akselerasi: Optimalisasi SINas (20152020) Selanjutnya percepatan (akselerasi) pembangunan Iptek dilakukan untuk mewujudkan industri/masyarakat berbasis Iptek, dimana diharapkan perekonomian sudah semakin membaik dengan dorongan optimalisasi SINas yang semakin memadai.
2.5.4 Tahap Berkelanjutan: Pengokohan SINas (20202025)
Teknologi,
program
SINas
dan
insentif SIDa,
penelitian program
KRT,
program
penguatan
dan
peningkatan mutu infrastruktur penelitian, program pengembangan SDM, program gerakan inovasi teknologi bagi pemuda dan mahasiswa, serta program penggalakan perolehan HAKI. Tahun 2011-2013: Tahapan Implementasi SINas melalui programprogram realisasi secara nasional dan daerah secara masif di seluruh tanah air dengan memanfaatkan potensi daerah yang terintegrasi dengan inovasi teknologi dengan terus mengokohkan pembangunan SDM dan infrastruktur inovasi seperti Techno-Park untuk mendukung SINas.
Untuk meningkatkan kemampuan Iptek nasional secara
Tahun 2013-2014: Tahapan Pengokohan SINas melalui program-
berkelanjutan, maka dilakukan secara terus-menerus pengokohan
program realisasi secara nasional dan daerah yang semakin nyata
SINas dengan memantabkan unsur-unsur SINas.
dengan indikasi terwujudnya proyek-proyek inovasi bersama yang melibatkan secara kokoh pemasok Iptek pengguna Iptek untuk
14/Dok-BP/III/2013
32
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
pemenuhan kebutuhan National Security (Hankam, pangan dan energi), peningkatan daya saing industri dan layanan masyarakat. Gambar 2.1 Tahapan Pengokohan SINas
14/Dok-BP/III/2013
33
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
B.
UUD 1945 UUD 1945 mengamanatkan:
1. “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi
BAB III
dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
bangsa untuk memajukan peradaban serta kesejahteraan umat manusia” (Pasal 31 ayat (5)); 3.1. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional
2. “Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan
3.1.1. Arah Kebijakan Nasional A.
berhak
mendapat
pendidikan
dan
memperoleh manfaat dari iptek, seni dan budaya, demi
Pancasila
Sebagai
dasarnya,
meningkatkan kualitas hidupnya dan kesejahteraan umat Dasar
Negara
dan
Ideologi
Nasional
serta
manusia” (Pasal 28 c ayat (1)).
falsafah/pandangan hidup bangsa, Pancasila secara konsepsional
Nilai-nilai dalam butir UUD-1945 digunakan sebagai landasan
mengandung nilai-nilai Demokrasi, Hak Asasi Manusia, Persatuan
konstitusional dan dasar hukum dalam menyusun konsepsi
dan Kesatuan dalam semangat kekeluargaan dan kebersamaan yang harmonis serta untuk mewujudkan keadilan sosial bagi
pembangunan Iptek nasional.
idiil yang sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman pada saat
UU No. 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan (Sisnas P3) Iptek
ini
Undang-undang No.18/2002 menjelaskan mengenai Sisnas P3
seluruh rakyat Indonesia. Nilai-nilai tersebut menjadi landasan dan
masa
mendatang
pembangunan Iptek nasional.
khususnya
dalam
mendorong
C.
Iptek; memberikan landasan hukum; mengamanatkan penyusunan Jakstranas; mendorong tumbuhnya Sisnas P3 Iptek; dan mengikat semua pihak, pemerintah pusat, pemda, dan masyarakat untuk
14/Dok-BP/III/2013
34
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
berperan aktif. Nilai-nilai dalam UU. No.18/2002 ini menjadi
pengembangan teknologi material maju; serta peningkatan jumlah
landasan konsepsional pembangunan Iptek nasional.
penemuan dan pemanfaatannya dalam sektor produksi.
D.
RPJPN, RPJMN RPJPN 2005-2025: Dalam
RPJPN
RPJMN 2010-2014:
disebutkan
bahwa
pembangunan
iptek
Dalam Bab IV RPJMN 2010-2014 tentang Ilmu Pengetahuan dan
diarahkan untuk menciptakan dan menguasai ilmu pengetahuan
Teknologi, dinyatakan bahwa kebijakan iptek diarahkan kepada :
baik
1.
ilmu
pengetahuan
mengembangkan menghasilkan
ilmu
dasar
sosial
teknologi
dan
dan
maupun
terapan,
humaniora,
memanfaatkan
serta
teknologi
dan
meningkatkan kapasitas dan kapabilitas kelembagaan litbang
untuk
dan lembaga pendukung untuk mendukung proses trans er
hasil
dari ide menjadi prototip laboratorium, kemudian menuju
penelitian. Pengembangan, dan perekayasaan bagi kesejahteraan
prototip industri
masyarakat,
kemandirian,
dan
(penguatan sistem ino asi nasional);
peningkatan
kemampuan
dan
daya
saing
kapasitas
bangsa iptek
melalui
senantiasa
2.
sampai menghasilkan produk
komersial
meningkatkan kapasitas dan kapabilitas sumber daya iptek
berpedoman pada nilai agama, nilai budaya, nilai etika, kearifan
untuk menghasilkan produktivitas litbang yang berdayaguna
lokal, serta memerhatikan sumber daya dan kelestarian fungsi
bagi sektor produksi dan meningkatkan budaya inovasi serta
lingkungan hidup.
kreativitas nasional;
Pembangunan iptek diarahkan untuk mendukung ketahanan pangan dan energi; penciptaan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi; penyediaan teknologi transportasi, kebutuhan
teknologi
14/Dok-BP/III/2013
pertahanan,
dan
teknologi
kesehatan;
3.
mengembangkan dan memperkuat jejaring kelembagaan baik peneliti di lingkup nasional maupun internasional untuk mendukung peningkatan produktivitas litbang dan peningkatan pendayagunaan litbang nasional;
35
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
4.
meningkatkan kreativitas dan produktivitas litbang untuk
berfungsi sebagai wahana pembangunan Iptek menuju visi
ketersediaan teknologi yang dibutuhkan oleh industri dan
pembangunan Iptek dalam jangka panjang.
masyarakat
serta
menumbuhkan
budaya
kreativitas
masyarakat; 5.
2. Peningkatan Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Iptek (P3 Iptek) yang dilaksanakan sesuai dengan arah yang
meningkatkan pendayagunaan iptek dalam sektor produksi
digariskan dalam RPJPN 2005-2025.
untuk peningkatan perekonomian nasional dan penghargaan terhadap iptek dalam negeri. Dengan arah kebijakan Iptek tersebut di atas, maka strategi pembangunan
iptek
dilaksanakan
melalui
dua
prioritas
pembangunan yaitu:
1. Penguatan Sistem Inovasi Nasional (SIN) yang meliputi aspek kelembagaan, sumberdaya dan jaringan, yang
14/Dok-BP/III/2013
36
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
Gambar 3.1. Kerangka Pembangunan Iptek di RPJMN
14/Dok-BP/III/2013
37
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
E.
Peraturan perundangan lain di bidang iptek
Inpres No. 4 Tahun 2003: Inpres
tentang
PP 41/2006:
Pengkoordinasian
Perumusan
dan
PP tentang perizinan melakukan kegiatan penelitian dan
Pelaksanaan Kebijakan Strategis Pembangunan Nasional Iptek
pengembangan bagi perguruan tinggi asing, lembaga penelitian
memberikan arahan yang jelas untuk perumusan dan pelaksanaan
dan pengembangan asing, badan usaha asing, dan orang asing
Jakstranas Iptek terutama dalam upaya pengkoordinasian antar
mengatur tentang perijinan bagi individual maupun lembaga asing
instansi yang terkait dalam menentukan dan melaksanakan arah
yang akan melaksanakan penelitian pengembangan di Indonesia.
kebijakan, prioritas utama dan kerangka kebijakan pemerintah.
PP ini dirancang agar kepentingan nasional tetap terjaga dan kita mendapat manfaat yang maksimal dengan masuknya peneliti atau
PP No. 20 Tahun 2005: PP tentang Alih Teknologi Kekayaan Intelektual serta Penelitian dan Pengembangan oleh Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan ini mengamanatkan, agar hasil–hasil
lembaga penelitian asing di Indonesia. PP 35/2007: PP pengalokasian sebagian pendapatan badan usaha untuk
penelitian yang dilakukan oleh Perguruan Tinggi dan Lembaga
peningkatan
Penelitian
teknologi
dan
Pengembangan
dapat
dimanfaatkan
sebesar-
kemampuan ini
dirancang
perekayasaan, untuk
inovasi,
memajukan
dan
difusi
pelaksanaan
besarnya untuk kepentingan masyarakat serta dapat menghasilkan
pengembangan di lingkungan badan usaha nasional.
Sebagai
nilai tambah ekonomi dan perbaikan kualitas kehidupan bangsa dan
sebuah sistem insentif yang mendorong badan usaha dalam
negara.
meningkatkan kapasitas kemampuan ipteknya, PP 35/2007 dapat menjadi jalan yang cepat bagi penguatan inovasi teknologi di level industri.
14/Dok-BP/III/2013 38
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
PP No. 48/2009: PP tentang perizinan pelaksanaan kegiatan penelitian, pengembangan, dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang beresiko tinggi dan berbahaya ini dirancang untuk menjaga agar pelaksanaan kegiatan litbang dan penerapan iptek tidak menimbulkan resiko dan bahaya yang tidak diperlukan bagi masyarakat dan lingkungan hidup.
9.
Lingkungan hidup dan penanggulangan bencana
10. Pembangunan daerah tertinggal, terdepan dan pasca konflik 11. Kebudayaan, kreatifitas dan inovasi teknologi. Peran pembangunan iptek, sangat dituntut untuk mendukung dan mensukseskan implementasi 11 Prioritas Nasional di atas. Sebagai langkah awal KIB II, telah disusun dan diumumkan 15 program pilihan aksi prioritas 100 hari, dengan rincian sebagai berikut:
F.
Prioritas Nasional KIB II: Presiden telah menetapkan 11 Prioritas Nasional dalam
program pembangunan Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II, yakni: 1.
Re ormasi birokrasi dan “good go ernance”.
2.
Pendidikan
3.
Kesehatan
4.
Penanggulangan kemiskinan
5.
Ketahanan pangan
6.
Infrastruktur
7.
Iklim investasi dan bisnis
8.
Energi
1. Pemberantasan mafia hukum di semua lembaga negara dan penegakan hukum seperti makelar kasus, suap menyuap, pemerasan, jual beli perkara, mengancam saksi, pungutan tidak semestinya dan sebagainya yang rasa keadilan dan kepastian hukum; 2. Revitalisasi industri pertahanan. Perlu ada rencana induk dan arah revitalisasi sehingga bisa penuhi kebutuhan dalam negeri dan kontrak sedang berjalan; 3. Penanggulangan terorisme. Peningkatan kapasitas dan restrukturisasi lembaga penanggulangan terorisme untuk lebih libatkan seluruh lapisan masyarakat;
14/Dok-BP/III/2013 39
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
4. Listrik. Memastikan terpenuhinya kebutuhan listrik di seluruh Indonesia dalam lima tahun kedepan;
rencana penyaluran KUR senilai Rp. 10 triliun dalam 5 tahun yang libatkan bank, swasta dan lembaga penjaminan;
5. Peningkatan produksi dan ketahanan pangan. Perumusan
10. Mobilisasi sumber pembiayaan di luar APBN dan APBD
kembali rencana induk untuk meningkatkan ketahanan pangan
untuk membiayai pembangunan. Ini terkait pembangunan
yang lebih terintegrasi dengan faktor pendukung, irigasi, pupuk
infrastruktur, listrik, ketahanan pangan yang klop dengan segi
dan subsidi khusus bunga bagi petani;
pembiayaan dan investasi;
6. Perindutrian. Memastikan revitalisasi industri pabrik pupuk dan
gula
yang
meliputi
penggunaan
teknologi
dan
pembiayaannya;
11. Perubahan iklim dan lingkungan hidup, yaitu intensifkan pemberontasan pembalakan hutan, menjaga hutan lindung dan mencegah kebakaran hutan serta kelestarian terumbu karang;
7. Pembenahan keruwetan penggunaan tanah dan tata
12. Reformasi kesehatan. Prioritasnya bukan lagi berobat gratis,
ruang. Terutama sinkronisasi antara UU Kehutanan, UU
melainkan sehat gratis bagi warga miskin. Maka fasilitas
Pertambangan, UU Lingkungan Hidup serta tata perijinan dan
kesehatan masyarakat harus lebih diberi penguatan kapasitas
penggunaan di lapangan;
dan kapabilitas;
8. Infrastruktur.
Prioritasnya
pemotongan
rencana
13. Reformasi
pendidikan.
Memastikannya
ada
keterkaitan
pembangunan ruas jalan yang penting antar propinsi dan di
antara hasil lembaga pendidikan dengan kebutuhan dunia
pulau besar, termasuk fasilitas pelabuhan, dermaga, bandara
usaha selaku pasar tenaga kerja;
dan infrastrktur perhubungan dan perikanan;
14. Peningkatan kesiapan penanggulangan bencana dengan
9. Pemberdayaan usaha mikro, usaha kecil dan menengah
membentuk satuan khusus dengan segala fasilitas yang
yang dikaitkan dengan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Pemantapan
dibutuhkan dan siap setiap saat diterjunkan ke berbagai lokasi bencana;
14/Dok-BP/III/2013 40
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
15. Sinergi antara pusat dan daerah yang bisa mencegah
yang kreatif; sikap open-mind dan risk-taking, yang membuat
pemborosan. Sinergi meliputi jajaran pemerintah, kegiatan
komunitas iptek Indonesia harus berwawasan jauh lebih
pembangunan ekonomi, kesejahteraan, hukum dan keamanan.
terbuka dan lebih progresif dari masanya, dan dari masyarakat, untuk mengembangkan ilmu dan teknologi.
G.
Arahan
Presiden
Republik
Indonesia
tentang
2.
Investasi dan Insentif. Untuk memunculkan inovasi diperlukan inkubator-inkubator di lingkungan pemerintah, universitas,
pengembangan Iptek
perusahaan, dan lain-lain sehingga harus ada sumberdaya dan
Dalam pidatonya di depan masyarakat ilmiah Indonesia
dana yang cukup, serta program yang berkesinambungan.
tanggal 20 Januari 2010, Presiden RI mengarahkan bahwa agar
Pengembangan enterpreneurship juga harus dilakukan karena
bangsa kita menjadi bangsa yang menguasai iptek, maka kita harus
enterpreneurship identik dengan inovasi, risk-taking, peluang,
bisa menempatkan inovasi sebagai urat nadi kehidupan bangsa
dan dinamisme. Namun dalam hal ini, kita tidak harus selalu
Indonesia. Dengan kata lain, kita harus bisa menjadi Innovation
menjadi
Nation, bangsa inovasi, yaitu sebuah rumah bagi manusia-manusia
menyerap
yang kreatif dan inovatif.
pembangunan Indonesia.
Untuk mencapai itu, hal penting yang harus dibangun adalah sebagai-berikut: 1.
3.
inventor dan
teknologi
baru
mengembangkan
tetapi
dapat
teknologi
mencari,
baru
untuk
Kebijakan pemerintah dan kolaborasi, karena hampir semua inovasi teknologi merupakan hasil dari suatu kolaborasi,
Perubahan mindset, berupa pengembangan budaya unggul—a
apakah itu kolaborasi antar-pemerintah, antar-universitas,
culture of excellence — baik di birokrasi, di universitas,
antar-perusahaan,
maupun di sektor swasta sehingga tercipta sistem dan
semuanya. Karena itulah,
lingkungan nasional yang bisa melahirkan inovator-inovator
membangun networking dan kolaborasi yang seluas-luasnya
antar-ilmuwan,
atau
kombinasi
dari
harus didorong upaya untuk
14/Dok-BP/III/2013 41
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
dengan lembaga penelitian, lembaga kajian dan universitas
benar sesuai tujuannya, yakni bagian yang tidak terpisahkan dari
manapun di dunia.
upaya percepatan pencapaian Tujuan Negara, sesuai dengan
Juga diarahkan bahwa bangsa Indonesia harus menguasai teknologi yang dapat menjawab tantangan-tantangan pokok yang
Teknologi
dan seluruh tumpah darah Indonesia (hankam); memajukan kesejahteraan umum (kesejahteraan dan ekonomi); mencerdaskan
dihadapi, yaitu: 1.
Pembukaan UUD45, yakni: melindungi segenap bangsa Indonesia
untuk
pengentasan
kemiskinan
(pro-poor
technology).
kehidupan bangsa (pelayanan); dan turut serta menjaga ketertiban dunia), serta meningkatkan daya saing, serta kemandirian dalam memperjuangkan
kepentingan
negara
dalam
pergaulan
2.
Teknologi hijau (green technology)
3.
Teknologi pangan
4.
Teknologi industri
5.
Teknologi kesehatan
6.
Teknologi maritim
7.
Teknologi pertahanan
menciptakan sistem pertahanan keamanan nasional yang
8.
Teknologi transportasi
kokoh, yang mampu melindungi segenap bangsa Indonesia dan
9.
Teknologi energi
seluruh tumpah darah Indonesia.
internasional. Dalam rumusan yang lebih konkret, maka pembangunan iptek diharapkan mampu: 1. Berperan penting dalam membangun kemandirian bangsa guna
10. Teknologi masa depan. Mengacu
pada
landasan
2. Mendorong pertumbuhan ekonomi yang bernilai tambah tinggi idiil,
landasan
konstitusionil,
guna meningkatkan daya saing ekonomi nasional, dalam rangka
landasan operasional (RPJPN, RPJMN dan Peraturan Perundangan
mengurangi
pengangguran
dan
lainnya, Prioritas Nasional KIB II, dan Arahan Presiden) di atas,
memajukan kesejahteraan umum.
angka
kemiskinan,
serta
maka pembangunan Iptek diharapkan berada dalam track yang 14/Dok-BP/III/2013 42
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
3. Mempercepat
upaya
mencerdaskan
kehidupan
bangsa,
tercapainya kemajuan bangsa dan kesejahteraan kehidupan rakyat, melalui pelayanan teknologi bagi publik.
3.2. Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Riset dan Teknologi 3.2.1. Arah Kebijakan.
pembangunan
Urgensi untuk pembangunan Sistem Nasional Iptek tidak
berkelanjutan dalam rangka turut berpartisipasi menangani
dapat lagi ditampik, karena hanya ada satu pilihan untuk
masalah
menjadikan Indonesia sebagai negara yang lebih maju, yakni
4. Memberikan
solusi
lingkungan
bagi global
terciptanya seperti:
pemanasan
global,
perubahan iklim dan kerusakan lingkungan hidup. 3.1.2. Strategi Kebijakan Nasional Untuk menjalankan 11 prioritas nasional dan prioritas terpilih dari KIB II, maka strategi yang dipilih adalah: [1] Sinergi kebijakan lintas sektoral (perubahan dan keberlanjutan, menghilangkan hambatan, percepatan dan peningkatan) [2] Kemitraan antara pemerintah dan swasta [3] Pemerintah berperan sebagai regulator dan fasilitator [4] Menjaga stabilitas ekonomi, politik dan keamanan [5] Memperkuat rantai nilai perekonomian [6] Meningkatkan akses pendidikan [7] Meningkatkan kesehatan masyarakat.
meningkatkan kemampuan, penguasaan dan kemandirian iptek nasional. Iptek yang dimaksud adalah iptek yang tepat bagi solusi permasalahan nasional di segala bidang. Seperti disebutkan sebelumnya, kontribusi teknologi yang nyata terhadap upaya-upaya mensejahterakan masyarakat dan memajukan peradaban akan terwujud apabila terbangun sebuah sistem yang mengatur hubungan antara unsur-unsur yang mampu menyediakan iklim yang mendorong inovasi di tanah air yang dikenal sebagai sebuah Sistem Inovasi Nasional (SINas). Karena itulah arah kebijakan Kementerian Riset dan Teknologi adalah
menumbuhkembangkan
motivasi,
memberikan
stimulasi dan fasilitasi, serta menciptakan iklim yang kondusif bagi perkembangan Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan
14/Dok-BP/III/2013 43
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
melalui: [1] Kelembagaan iptek yang efektif, [2]
selain perbankan (venture capital). Inventor dan peneliti terkait
Sumberdaya iptek yang kuat, [3] Jaringan antar-kelembagaan iptek
dengan sistem inovasi yang lebih luas (global, regional dan
yang
nasional). Secara nasional paling tidak ada 3 elemen dasar yang
Teknologi saling
memperkuat
(mutualistik),
[4]
Relevansi
dan
produktivitas iptek yang tinggi, dan [5] Pendayagunaan iptek yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
membangun efektivitas bekerjanya SINas, yaitu: 1.
Sistem Inovasi Nasional adalah jaringan antar institusi publik dan swasta dalam suatu wilayah nasional (SINas) dan daerah
berkualitas, 2.
(SIDa) yang berinteraksi secara koheren dalam lingkup kegiatan memproduksi pengetahuan, menerapkan dan mendiseminasikan
Nasional adalah perguruan tinggi, industri, dan lembaga litbang; sedangkan aktor pendukung terdiri dari pemerintah (nasional dan daerah), lembaga pembiayaan (pendanaan ventura), konsumen (end user), lembaga intermediasi, lembaga paten dan sertifikasi, lembaga diklat dan lain-lain. Ada berbagai komponen yang berinteraksi membentuk SINas diantaranya adalah wirausaha (entrepreneur), penemu (inventor) dan peneliti. Entrepreneur berkontribusi dalam menarik investor
Kapasitas investasi yang terbangun oleh adanya iklim kondusif bagi industri berbasis ilmu pengetahuan, serta
3.
sehingga menghasilkan manfaat nyata yang dapat dirasakan oleh masyarakat. Para aktor utama yang menggerakkan Sistem Inovasi
Kapasitas pendidikan dan pelatihan yang menghasilkan SDM
Kapasitas kelembagaan inovasi (riset, bisnis dan universitas). Dari hasil Rakornas Ristek 2008, disepakati bahwa kerangka
kebijakan inovasi nasional terdiri atas 6 (enam) agenda kebijakan inovasi pokok, yaitu: a.
Mengembangkan (reformasi) kerangka umum yang kondusif bagi perkembangan inovasi dan bisnis: misalnya penataan insentif pajak (insentif struktural) bagi aktivitas inovasi; penetapan kepastian peraturan perundangan pembiayaan berisiko (risk capital, seperti modal ventura); penataan kebijakan
perijinan
investasi
dan
bisnis;
pengembangan
standar atau ketentuan teknis-teknologis dan pengembangan
(domestik dan internasional) dengan skema pendanaan alternatif 14/Dok-BP/III/2013 44
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
kelembagaan
khusus
tertentu,
reformasi
bagi perlindungan hukum dan pengembangan indigenous
peraturan
knowledge/technology.
perundangan yang menghambat atau yang dinilai kurang efektif/tidak sesuai lagi. b.
e. Menumbuh
kembangkan
dan
memperkuat
keterpaduan
Memperkuat kelembagaan dan daya dukung litbang Iptek dan
pemajuan sistem inovasi dan klaster industri nasional dan
meningkatkan kemampuan absorpsi dunia usaha, khususnya
daerah: misalnya program kolaboratif pengembangan industri
UKM:
unggulan dan strategis nasional-daerah; percontohan e-
misalnya
peningkatan
reformasi
kualitas
SDM
kelembagaan dan
insentif
Iptek/inovasi;
development daerah;
non-struktural;
pengembangan pusat-pusat unggulan (center of excellence);
f.
Penyelarasan
dengan
perkembangan
global:
misalnya
dan pengembangan kapasitas teknologis dan bantuan teknis
kerjasama teknis regional dan internasional; pengembangan
(technical assistance) bagi dunia usaha (terutama pelaku
interoperabilitas (adopsi dan adaptasi) dalam bidang yang
UKM).
telah
menjadi
kesepakatan
internasional
(misalnya
dan
implementasi teknologi baru CNS/ATM system dalam sistem
meningkatkan difusi inovasi, praktik baik/terbaik dan/atau hasil
manajemen transportasi udara); pengembangan kapasitas
litbangyasa: misalnya penguatan kelembagaan intermediasi
nasional-daerah bagi antisipasi implementasi open standar
dan aliansi strategis antarpelaku; dan pengembangan Pusat
technology.
c. Menumbuh
kembangkan
kolaborasi
bagi
inovasi
Inovasi UMKM. d. Mendorong Budaya Kreatif - Inovatif: misalnya peningkatan apresiasi atas karya kreatif-inovatif; edukasi dini dan dukungan pengembangan technopreneurship; pengembangan standar literasi teknologi; migrasi ke penggunaan TIK legal; dukungan
Kementerian Riset dan Teknologi beserta jajaran LPNK di bawahnya merencanakan dan telah memprakarsai langkah-langkah
awareness
campaign
(sosialisasi),
pendampingan
(technical
assistance), dan diklat, serta upaya membangun konsensus nasional-daerah untuk menyusun agenda sinergis atas dasar
14/Dok-BP/III/2013 45
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
common platform tersebut. Penguatan kelembagaan juga telah
adanya beberapa permasalahan di lapangan seperti adanya
dilaksanakan antara lain melalui kerjasama dan bantuan teknis
tumpang tindih program dan anggaran, Agenda Riset Nasional
dalam pengembangan DRD (Dewan Riset Daearah) di beberapa
(ARN) yang masih belum diacu secara penuh oleh stake-holders
daerah. Peningkatan dan perluasan upaya ini akan dikembangkan
pembangunan
lebih lanjut di waktu mendatang.
pembangunan iptek nasional menjadi lambat, marjinal, dan tidak
3.2.2. Strategi Kebijakan Tugas pokok, fungsi dan kewenangan Kementerian Riset dan Teknologi diarahkan untuk menjalankan peran intermediasi dalam pembangunan Sistem Inovasi Nasional (SINas), yakni: 1.
Mengkoordinir kebersamaan lembaga penelitian dalam aspek perumusan kebijakan dan implementasi kebijakan di bidang litbang Iptek (supply-push technology).
2.
Mempromosikan hasil litbang Iptek untuk didayagunakan bagi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.
3.
Menyerap kebutuhan masyarakat (termasuk pasar) dalam
iptek,
efek
sinergi
yang
lemah,
sehingga
terkoordinasi dengan baik. Strategi yang akan dijalankan oleh KRT dalam menjalankan peran intermediasi dan fungsi “koordinasi” dan “sinkronisasi” kelembagaan litbang (LPNK, LPD, Pemda, Swasta/industri/badan usaha, dan perguruan tinggi) dan program litbang adalah dengan menjalankan
sinergi
mengedepankan
fungsional,
kebersamaan
antar
yaitu
sinergi
berbagai
yang
pemangku
kepentingan dalam menjalankan fungsi-fungsi kelitbangan iptek. Orientasi untuk melakukan sinergi fungsional ini sesuai dengan UU 39/2008 tentang Kementerian Negara Pasal 25, yaitu
rangka mengarahkan aktivitas litbang iptek (demand-driven
ayat (1): “Hubungan fungsional antara Kementerian dan
approach).
lembaga pemerintah non-kementerian dilaksanakan secara
Peranan intermediasi ini penting untuk dilaksanakan dengan pendekatan manajemen yang efektif dan efisien, karena ditengarai
sinergis sebagai suatu sistem pemerintahan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan", dan ayat (2):”Lembaga pemerintah
14/Dok-BP/III/2013 46
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
non-kementerian berkedudukan di bawah Presiden dan
supply-push menjadi demand-driven dalam bingkai Sistem Inovasi
bertanggungjawab kepada Presiden melalui menteri yang
Nasional (SINas).
mengkoordinasikan”. Pendekatan
koordinasi
Prinsip dan
sinkronisasi
secara
penggalangan
kompetisi
dan
kerjasama
untuk
sinergi
membangkitkan industri hasil inovasi dilakukan dengan cara
fungsional diharapkan mampu menerobos kebuntuan struktural
mengelola interaksi serta hubungan-hubungan antar elemen
melalui upaya membangun kebersamaan dalam menjalankan
pendukung. Karena, selain upaya ke dalam, yakni bagaimana
tupoksi untuk meningkatkan binding energy di antara pemangku
mengefektifkan
kepentingan iptek.
teknologi (LPNK Ristek, Balitbang Dep, daerah serta Perguruan
Dengan sinergi fungsional yang baik, maka hasil litbang dan penemuan iptek yang dikembangkan lembaga penelitian baik di lembaga
riset
penghasil
Tinggi), tetapi juga penting interaksi ke luar dengan dunia usaha, agar inovasi dapat mewujud dalam penyediaan barang dan jasa yang bermanfaat bagi masyarakat.
Kemubaziran“
untuk
Kementerian Riset dan Teknologi berupaya memfasilitasi
didayagunakan. Proses melintasi "Lautan Kemubadziran" adalah
interaksi antar LPNK di bawah koordinasi KRT, serta interaksi
sebuah proses pengembangan produk dari hasil temuan dan litbang
dengan lingkungan eksternal. Dalam kaitan dengan lingkungan
iptek
bisa dikomersialkan atau didayagunakan untuk
eksternal yang mempengaruhi efektifitas SINas, maka tidak semua
memenuhi kebutuhan industri maupun masyarakat pengguna lain.
kendali SINas berada dalam portofolio KRT, karena menyangkut
Dalam hal ini KRT menempatkan posisi sebagai “nakhkoda” untuk
sistem yang lebih luas seperti: sistem pendidikan, keuangan, pajak
mendorong proses pendayagunaan berbagai hasil litbang iptek
dan moneter, hukum, HKI, dll. Ini semua berada dalam kendali
menjadi produk inovasi yang bernilai tambah tinggi (value
berbagai kementerian lain.
untuk
melintasi
perguruan
lembaga-lembaga
dapat
mampu
maupun
antar
tinggi
diupayakan
pemerintah
interaksi
“Lautan
creation), merubah orientasi pengembangan teknologi yang bersifat 14/Dok-BP/III/2013 47
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
Sebagai contoh UU No. 18/2002 tentang Sistem Nasional
inovasi dalam penguatan SINas di Indonesia perlu dibangun melalui
Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan
kerangka kebijakan inovasi (innovation policy framework) yang
Teknologi yang diikuti oleh aturan pelaksanaan di bawahnya.
sejalan, dengan sasaran dan milestones terukur, serta komitmen
Kenyataannya,
sumberdaya yang memadai pada tataran nasional maupun daerah
koherensi
antar
peraturan
tersebut
dengan
Peraturan Pemerintah yang mengatur Keuangan Negara masih perlu diharmonisasikan. Misalnya Peraturan Pemerintah RI No. 20/2005 Tentang Alih Teknologi Kekayaan Intelektual Serta Hasil Kegiatan Penelitian Dan Pengembangan Oleh Perguruan Tinggi, Lembaga
Penelitian
dan
Pengembangan,
maupun
Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 35/2007 Tentang Pengalokasian Sebagian
Pendapatan
Badan
Usaha
Untuk
Peningkatan
Kemampuan Perekayasaan, Inovasi, dan Difusi Teknologi. Dalam implementasinya, dua PP ini sangat bergantung kepada UU Keuangan Negara dan perangkat aturan di bawahnya, yang masih perlu diselaraskan agar tidak saling meniadakan. Kunci keberhasilan implementasi penguatan sistem inovasi di
sebagai common platform. Dalam kasus pelaksanaan program yang bersifat top-down, seperti Kontrak Kinerja Menteri, Program 5 Tahun (P5T), 11 Program Prioritas Nasional, dan 15 Program Pilihan Presiden, yakni yang berkaitan dengan peningkatan ketahanan dan produksi pangan; industri pertahanan, pengembangan energi alternatif, pengembangan teknologi untuk daerah perbatasan dan rawan bencana dll., maka Kementerian Riset dan Teknologi berperan dalam aspek perumusan kebijakan nasional, koordinasi pelaksanaan kebijakan yang memberikan arti adanya sinkronisasi program termasuk di dalamnya monitoring dan evaluasi yang akan disampaikan kepada Presiden.
Sementara LPNK di bawah
suatu negara adalah koherensi kebijakan inovasi dalam dimensi
koordinasi KRT berperan dalam merumuskan kebijakan dibidangnya
antarsektor dan lintas sektor; antar waktu (intertemporal); dan
dan melaksanakan program-program ini sesuai dengan tupoksinya
nasional-daerah (inter teritorial), daerah-daerah, dan internasional.
masing-masing dan bekerja di bawah koordinasi, supervisi,
Dalam perspektif hubungan nasional-daerah, koherensi kebijakan
sinkronisasi dan monev Kementerian Riset dan Teknologi.
14/Dok-BP/III/2013 48
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
Secara umum strategi sinergi fungsional dalam kerangka Visi dan Misi serta tujuan dan sasaran Kementerian Riset dan Teknologi
2010-2014 bisa digambarkan dalam sebuah alur pikir pada Gambar-3.2.
14/Dok-BP/III/2013 49
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
RENSTRA KRT
Visi Misi
2010-2014
Tujuan
INTERMEDIASI
NAT’LSECURITY: Hankam, Pangan, Energi
Arus Informasi (Demand)
LEMBAGA
INDUSTRI
SUMBER DAYA
JARINGAN
Pro-Supplier
Pro-User Arus Iptek (Supply)
YANMAS: TIK, Tranportasi, Kesehatan
Sinergi fungsional untuk [1] Mengkoordinir kebersamaan, [2] Mempromosikan hasil litbang; [3] Menyerap kebutuhan pengguna
KOORDINASI
Strategi:
Program:
INSENTIF FF
ELEMEN IPTEK
Peningkatan Kemampuan Iptek untuk Penguatan Sistem Inovasi Nasional
Sasaran
ARAH KEBIJAKAN KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI TUPOKSI KRT: KEBIJAKAN RISET & TEKNOLOGI NASIONAL, KOORDINASI, SINKRONISASI ARAH KEBIJAKAN NASIONAL: UUD 1945 Ps. 31(5), UU 18/2002, RPJPN, RPJMN, PERATURAN PERUNDANGAN IPTEK, ARAHAN PRESIDEN PRESIDEN
Gambar-3.2 Alur pikir sinergi fungsional dalam kerangka Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014
14/Dok-BP/III/2013 50
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
2. Penguatan
3.2.3. Program
Sumber
Daya
Iptek,
diarahkan
untuk
meningkatkan kapasitas sumberdaya iptek, yang dicapai melalui
Berdasarkan arah kebijakan pembangunan Iptek Nasional
kegiatan peningkatan SDM Iptek, peningkatan sarana dan
maupun arah kebijakan Kementerian Riset dan Teknologi yang
prasarana iptek, peningkatan investasi iptek, pengembangan
menekankan pentingnya membangun sebuah Sistem Inovasi
data dan informasi iptek, peningkatan kekayaan intelektual dan
Nasional, maka Program KRT selama 5 tahun ke depan adalah
standardisasi.
“Peningkatan Kemampuan Iptek Nasional untuk Penguatan Sistem
3. Penguatan Jaringan Iptek, diarahkan untuk penguatan
Inovasi Nasional”. Dalam hal ini pembangunan iptek diarahkan
jaringan iptek yang dicapai melalui kegiatan penguatan jaringan
untuk meningkatkan unsur-unsur Sistem Inovasi Nasional, yakni:
antar penyedia iptek, pengembangan jaringan antar penyedia
Kelembagaan, Sumber Daya, dan Jaringan Iptek, di samping
dengan pengguna iptek, penguatan hubungan penyedia iptek
penguatan core business Iptek itu sendiri, yakni Relevansi dan
dengan lembaga regulasi, penguatan jaringan pusat dan
Produktivitas Litbang Iptek serta Pendayagunaan Iptek.
daerah, penguatan jaringan iptek internasional.
Dengan demikian, maka 5 sub program pembangunan Iptek
untuk menyelaraskan antara kapasitas iptek dengan kebutuhan
tahun 2010 – 2014 adalah: 1. Penguatan
Kelembagaan
4. Relevansi dan Produktivitas Litbang Iptek, diarahkan
Iptek,
diarahkan
bagi
meningkatkan kualitas kelembagaan iptek, antara lain dicapai melalui kegiatan arah pengembangan kelembagaan iptek, penataan kelembagaan iptek, penguatan kompetensi lembaga iptek, pengembangan sistem legislasi iptek, pengembangan
pengguna dan meningkatkan produktivitas iptek yang dicapai melalui kegiatan pengembangan
pengembangan kebijakan riptek nasional, program
riptek
nasional,
peningkatan
produktivitas riptek strategis, peningkatan produktivitas riptek masyarakat, peningkatan produktivitas riptek industri.
budaya dan etika iptek. 14/Dok-BP/III/2013 51
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
5. Pendayagunaan
Iptek,
diarahkan
untuk
meningkatkan
pendayagunaan hasil litbangyasa nasional yang dicapai melalui kegiatan analisis kebutuhan iptek nasional, pendayagunaan iptek
masyarakat,
pendayagunaan
iptek
pendayagunaan industri
kecil
iptek
1.
Perumusan kebijakan iptek untuk menguatkan Sistem Inovasi Nasional yang meliputi: a.
strategis,
menengah,
Penguatan kelembagaan iptek: [1] Pembangunan pusat unggulan iptek berlevel internasional, [2] Penerapan
dan
organisasi dan manajemen profesional di lembaga litbang,
pendayagunaan iptek industri besar.
[3] Restrukturisasi dan penataan kelembagaan iptek, [4]
Sesuai dengan tupoksinya, maka kegiatan dalam program
Regulasi untuk sinkronisasi dan harmonisasi kebijakan, [5]
KRT meliputi 2 kegiatan besar yaitu kegiatan kajian untuk
Membangun sistem reward and punishment, dan [6]
perumusan kebijakan dan kegiatan non kajian untuk menjalankan
Menciptakan dan meningkatkan pemahaman teknologi di
peran mengkoordinasikan dan mengsinkronisasikan implementasi
masyarakat;
kebijakan. Dengan demikian, isi dari kelima sub program utama di
b.
Penguatan sumberdaya iptek: [1] Peningkatan investasi
atas akan terdiri dari dua jenis kegiatan ini yang kemudian menjadi
litbang khususnya investasi R&D swasta, [2] Peningkatan
instrumen dalam melaksanakan strategi sinergi fungsional antar
kapasitas, kompetensi dan jumlah SDM litbang, [3]
berbagai
Peningkatan
pemangku
kepentingan
pembangunan
iptek
guna
mencapai tujuan yang diharapkan.
sebuah SINas ini meliputi hal-hal sebagai berikut:
dan
prasarana
litbang,
[4]
Pengembangan data dan informasi litbang, dan [5] Optimalisasi pemanfaatan kekayaan intelektual;
Karena itu, kegiatan yang akan menjadi instrumen untuk melaksanakan sinergi fungsional dalam rangka pembangunan
sarana
c.
Penguatan
jaringan
iptek:
[1] Memperkuat
jaringan
kelembagaan dalam dan luar negeri, [2] Membangun infrastruktur
penghubung
iptek-industri
{science
and
14/Dok-BP/III/2013 52
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
technopark,
lembaga
intermediasi,
modal
ventura,
inkubator, pusat purwarupa (prototype center), dll}; d.
2.
Kegiatan Koordinasi dan Sinkronisasi a.
Peningkatan relevansi dan produktivitas litbang iptek: [1] Penajaman
fokus
bidang
iptek
dalam
forum riset internasional b.
Fasilitasi: pemanfaatan lab bersama, perpustakaan on-
kesehatan dan obat, serta material maju, dan mendorong
line, data base teknologi dan KI, sistem informasi litbang,
pertumbuhan
beasiswa, peningkatan sarpras, fasilitasi HKI
klaster-klaster
industri
unggulan
serta
merespon isu perubahan iklim, [2] Kerjasama riset
c.
pemerintah, perguruan tinggi dan swasta, [3] Reorientasi
capital, UKM, aliansi riset nasional/regional/international . Peningkatan kapasitas
pendayagunaan
adopsi
teknologi
iptek: di
sektor
[1]
Penguatan
produksi,
Riset Unggulan Bersama (7 bidang fokus + 11 Prioritas Nasional KIB II): sistem insentif, riset
pelaksanaan riset: riset terpadu, alih pengetahuan, human
e.
LPNK, konsorsium riset
per bidang, Rapim, Rakor LPNK Ristek, Rakornas Iptek,
mendukung
ketahanan pangan, energi, hankam, ICT, transportasi,
Koordinasi: breakfast meeting
strategis, riset tematik d.
Diseminasi: diseminasi iptek di daerah, pusat informasi iptek, inovasi pemuda
[2]
Peningkatan promosi, difusi dan diseminasi hasil litbang, [3] Optimalisasi proses alih teknologi (FDI, lisensi, sistem
procurement), [4] Peningkatan inovasi dan kreativitas pemuda.
14/Dok-BP/III/2013 53
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
BAB IV PENUTUP
Rencana
Strategis Kementerian Riset dan Teknologi 2010-
2014 ini akan menjadi acuan utama dalam penyusunan program
Namun demikian, untuk hal-hal yang bersifat mendesak akan tetap dipertimbangkan untuk diprogramkan sesuai dengan skala urgensinya dan ketersediaan dukungan pembiayaannya.
kerja tahunan, sehingga akan lebih terarah dan terencana dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan serta lebih efisien dalam pelaksanaannya, baik dipandang dari aspek pengelolaan sumber pembiayaan maupun dalam percepatan waktu realisasinya. Kegiatan-kegiatan yang mendukung prioritas nasional tentu akan selalu diutamakan, selain kegiatan-kegiatan yang secara langsung menjadi tanggung jawab dan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Kementerian Riset dan Teknologi.
14/Dok-BP/III/2013 54
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI PROGRAM / KEGIATAN OUTCOME / OUTPUT INDIKATOR 2010 2011 1 2 3 4 5 PENINGKATAN KEMAMPUAN IPTEK UNTUK PENGUATAN SISTEM INOVASI NASIONAL I. Kelembagaan Iptek Menguatnya Jumlah pusat unggulan iptek 1 kelembagaan Iptek Jumlah pranata litbang 27 29 terakreditasi
TARGET 2012 6
2013 7
2014 8
3
5
7
32
35
37
Jumlah BPP provinsi tingkat utama
-
-
-
5
10
Jumlah apresiasi budaya Iptek di masyarakat
5
10
15
20
25
Jumlah rumusan kebijakan penguatan kelembagaan iptek
-
1
2
3
4
Jumlah laporan evaluasi dan kordinasi pelaksanaan kebijakan penguatan kelembagaan Iptek Jumlah laporan evaluasi pelaksanaan dan pengembangan instrumen kebijakan kelembagaan Iptek
-
-
-
1
2
-
-
-
1
2
UNIT ORGANISASI 9 Deputi Bidang Kelembagaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
14/Dok-BP/III/2013 55
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI PROGRAM / KEGIATAN OUTCOME / OUTPUT INDIKATOR 2010 2011 1 2 3 4 5 1. Arah Pengembangan Rekomendasi kebijakan Jumlah rekomendasi kebijakan 1 2 Kelembagaan Sistem arah pengembangan Inovasi kelembagaan Iptek
2. Penataan Kelembagaan Litbang
TARGET 2012 6 3
2013 7 4
2014 8 5
Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah yang berkualitas
Jumlah Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah yang berkualitas
-
-
-
5
10
Hasil survey tata kelola lembaga litbang Laporan evaluasi pelaksanaan dan pengembangan insentif kelembagaan balitbangda Laporan evaluasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan pengembangan kelembagaan Iptek Rekomendasi kebijakan penataan kelembagaan litbang
Jumlah pemetaan
-
1
1
1
1
Jumlah laporan
-
-
-
-
1
Jumlah laporan
-
-
-
-
1
Jumlah rekomendasi kebijakan
1
2
3
4
5
UNIT ORGANISASI 9 Asisten Deputi Pengembangan Kelembagaan
Asisten Deputi Penataan Kelembagaan
14/Dok-BP/III/2013 56
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI PROGRAM / KEGIATAN OUTCOME / OUTPUT INDIKATOR 2010 2011 1 2 3 4 5 Pranata litbang Jumlah pranata litbang 27 29 terakreditasi terakreditasi
TARGET 2012 6 32
2013 7 35
2014 8 37
Model revitalisasi kelembagaan litbang
Jumlah model revitalisasi kelembagaan litbang
-
1
1
1
1
Peringkat kualitas lembaga Litbang
Jumlah laporan peringkat Lemlitbang
-
-
1
2
3
Laporan hasil evaluasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan kelembagaan Iptek Laporan evaluasi dan kordinasi pelaksanaan kebijakan penataan kelembagaan Iptek Laporan evaluasi pelaksanaan dan pengembangan instrumen kebijakan penataan kelembagaan litbang
Jumlah laporan
-
-
-
1
2
Jumlah laporan
-
-
-
-
1
Jumlah laporan
-
-
-
-
1
UNIT ORGANISASI 9
14/Dok-BP/III/2013 57
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI PROGRAM / KEGIATAN OUTCOME / OUTPUT INDIKATOR 2010 2011 1 2 3 4 5 3. Penguatan Rekomendasi kebijakan Jumlah rekomendasi kebijakan 1 2 Kompetensi Lembaga penguatan kompetensi Litbang kelembagaan litbang
TARGET 2012 6 3
2013 7 4
2014 8 5
Pusat unggulan Iptek
Jumlah lembaga litbang yang dibina menjadi pusat unggulan Iptek
-
1
3
5
7
Laporan evaluasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan penguatan kompetensi litbang Laporan evaluasi pelaksanaan dan pengembangan instrumen kebijakan penguatan kompetensi litbang
Jumlah laporan
-
-
-
-
1
Jumlah laporan
-
-
-
-
1
UNIT ORGANISASI 9 Asisten Deputi Kompetensi Kelembagaan
14/Dok-BP/III/2013 58
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI PROGRAM / KEGIATAN OUTCOME / OUTPUT INDIKATOR 2010 2011 1 2 3 4 5 Peningkatan Upaya Rekomendasi kebijakan Jumlah rekomendasi kebijakan 1 2 Penelitian dan peningkatan dukungan Pengembangan Bidang litbang untuk ketahanan Pertanian yang Mampu mencakup pengelolaan Menciptakan Benih lahan sub optimal, Unggul dan Hasil sumber daya Penelitian Lainnya kemaritiman dan Menuju Kualitas pengembangan industri Produktivitas Hasil perdesaan berbasis Pertanian Nasional yang produk lokal Tinggi Konsorsium litbang Jumlah konsorsium 1 ketahanan pangan mencakup pengelolaan lahan sub optimal, sumber daya kemaritiman dan pengembangan industri perdesaan berbasis produk lokal dan hasil riset
TARGET 2012 6 3
2013 7 3
2014 8 3
2
2
2
UNIT ORGANISASI 9
14/Dok-BP/III/2013 59
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI PROGRAM / KEGIATAN OUTCOME / OUTPUT INDIKATOR 2010 2011 1 2 3 4 5 4. Pengembangan Rekomendasi kebijakan Jumlah rekomendasi kebijakan 1 2 Sistem Legislasi Iptek sistem legislasi iptek Legislasi lintas sektor Jumlah cetak biru 1 yang mendukung iptek pembangunan SINas
5. Pengembangan Budaya dan Etika iptek
TARGET 2012 6 3
2013 7 4
2014 8 5
1
1
1
Jumlah rekomendasi pengembangan kebijakan SINas
-
-
1
2
3
Laporan evaluasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan legislasi Iptek Rekomendasi kebijakan pelembagaan budaya iptek
Jumlah laporan
-
-
-
-
1
Jumlah rekomendasi kebijakan
-
1
2
3
4
Jumlah pedoman umum etika iptek
-
-
1
2
2
Hasil pemetaan kawasan percontohan
Jumlah model kawasan percontohan budaya masyarakat kreatif dan inovatif Jumlah pemuda dan pelajar yang kreatif dan inovatif
1
2
2
2
2
600
1200
1200
1200
1200
Siswa kreatif dan inovatif
UNIT ORGANISASI 9 Asisten Deputi Legislasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Asisten Deputi Budaya dan Etika
14/Dok-BP/III/2013 60
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI PROGRAM / KEGIATAN OUTCOME / OUTPUT INDIKATOR 2010 2011 1 2 3 4 5 Kolaborasi budaya Jumlah model kolaborasi 1 3 antara komunitas Iptek budaya antara komunitas Iptek dengan masyarakat dengan masyarakat
TARGET 2012 6 3
2013 7 3
2014 8 3
Sistem apresiasi budaya iptek
Jumlah kategori penghargaan budaya iptek
1
2
3
4
5
Pedoman kode etik profesi
Jumlah Pedoman Umum Etika Iptek
-
-
1
1
1
Jumlah lembaga Iptek yang mengadopsi pedoman penyusunan kode etik penelitian Jumlah laporan
-
-
-
3
6
-
-
-
-
1
Jumlah laporan
-
-
-
-
1
Laporan evaluasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan pelembagaan budaya Iptek Laporan evaluasi pelaksanaan dan pengembangan instrumen kebijakan pelembagaan budaya Iptek
UNIT ORGANISASI 9
14/Dok-BP/III/2013 61
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI PROGRAM / KEGIATAN OUTCOME / OUTPUT INDIKATOR 2010 2011 1 2 3 4 5 II. Penguatan Menguatnya Jumlah peneliti (orang/1 juta 370 400 Sumberdaya Iptek sumberdaya Iptek penduduk) Prosentase investasi anggaran litbang terhadap PDB
1. Peningkatan Investasi Litbang
TARGET 2012 6 435
2013 7 470
2014 8 500
-
-
1
Jumlah rumusan kebijakan penguatan Sumber daya iptek
-
1
2
3
4
Jumlah laporan evaluasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan penguatan sumberdaya Iptek
-
-
-
1
2
Jumlah laporan evaluasi pelaksanaan dan pengembangan instrumen kebijakan sumberdaya Iptek
-
-
-
1
2
1
2
3
4
5
-
1
2
-
-
-
-
1
-
-
Rekomendasi kebijakan Jumlah rekomendasi kebijakan peningkatan investasi Iptek Konsorsium riset bidang Jumlah konsorsium kesehatan dan obat Jumlah hasil riset obat herbal
UNIT ORGANISASI 9 Deputi Bidang Sumber Daya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Asisten Deputi Investasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
14/Dok-BP/III/2013 62
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI PROGRAM / KEGIATAN OUTCOME / OUTPUT INDIKATOR 2010 2011 1 2 3 4 5 Konsorsium riset bidang Jumlah konsorsium 1 material maju Jumlah prototype -
Peningkatan Litbang Iptek Unggulan di Bidang Kesehatan, Obat-obatan, dan Instrumentasi Medis
TARGET 2012 6 2
2013 7 -
2014 8 -
1
-
-
Roadmap pengeluaran pembiayaan litbang 1% dari PDB
Jumlah roadmap pengeluaran pembiayaan litbang 1% dari PDB
-
-
-
1
2
Laporan evaluasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan peningkatan investasi litbang Iptek Laporan evaluasi pelaksanaan dan pengembangan instrumen kebijakan investasi litbang Iptek
Jumlah laporan
-
-
-
1
2
Prosentase anggaran litbang terhadap PDB
-
-
-
-
0.25
Jumlah laporan
-
-
-
1
2
12
24
36
-
-
Paket penelitian litbang Jumlah paket penelitian unggulan di bidang kesehatan, obat-obatan, dan instrumentasi media
UNIT ORGANISASI 9
14/Dok-BP/III/2013 63
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI PROGRAM / KEGIATAN OUTCOME / OUTPUT INDIKATOR 2010 2011 1 2 3 4 5 2. Peningkatan SDM Rekomendasi kebijakan Jumlah rekomendasi kebijakan 1 2 Iptek peningkatan SDM iptek Laporan evaluasi dan Jumlah laporan koordinasi pelaksanaan kebijakan peningkatan kapasitas SDM litbang Iptek Peningkatan kapasitas Karyasiswa S2 dan S3 Jumlah karyasiswa S-2 dan S2=225 S2=245 SDM Iptek (Beasiswa) S-3 dan dan S3=75 S3=85 Jumlah peneliti dan perekayasa (orang/1 juta penduduk)
3. Peningkatan Sarana dan Prasarana Litbang
Karyasiswa RISETJumlah karyasiswa RISETPRO PRO Rekomendasi kebijakan Jumlah rekomendasi kebijakan peningkatan sarana dan prasarana Iptek
TARGET 2012 6 3
2013 7 4
2014 8 5
-
-
1
S2=265 dan S3=95
S2=385 dan S3=105
S2=405 dan S3=115
370
400
435
470
500
-
-
-
35
70
1
2
3
4
5
UNIT ORGANISASI 9 Asisten Deputi Sumber Daya Manusia Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Asisten Deputi Sarana dan Prasarana Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
14/Dok-BP/III/2013 64
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI PROGRAM / KEGIATAN OUTCOME / OUTPUT INDIKATOR 2010 2011 1 2 3 4 5 Laporan hasil evaluasi Jumlah laporan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan sumber daya Iptek Laporan evaluasi dan Jumlah laporan koordinasi pelaksanaan kebijakan peningkatan sarana dan prasarana Iptek Sarana dan prasarana Jumlah sarana dan prasarana 2 4 Iptek yang telah Iptek yang direvitalisasi direvitalisasi 4. Pengelolaan Data dan Rekomendasi kebijakan Jumlah rekomendasi kebijakan 1 2 Informasi Iptek pengelolaan data dan informasi iptek Interoperabilitas Jumlah interoperabilitas 1 2 perpustakaan digital perpustakaan digital online online Informasi indikator dan Jumlah buku indikator dan 1 2 statistik iptek statistik iptek
TARGET 2012 6 -
2013 7 1
2014 8 2
-
-
1
6
-
-
3
4
5
3
4
5
3
4
5
UNIT ORGANISASI 9
Asisten Deputi Data dan Informasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
14/Dok-BP/III/2013 65
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI PROGRAM / KEGIATAN OUTCOME / OUTPUT INDIKATOR 2010 2011 1 2 3 4 5 Laporan evaluasi dan Jumlah laporan koordinasi pelaksanaan kebijakan pengelolaan data dan informasi Iptek 5. Pengelolaan Rekomendasi kebijakan Jumlah rekomendasi kebijakan 1 2 Kekayaan Intelektual dan pengelolaan kekayaan Standardisasi intelektual dan standardisasi Iptek
Fasilitasi Proses Perolehan Hak Paten dan Kepemilikan HKI Produk Teknologi dan Produk kreatif
Laporan evaluasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan pengelolaan kekayaan intelektual dan standarisasi Iptek Unit pengelola dan kepemilikan HKI yang difasilitasi
Pranata litbang terakreditasi
TARGET 2012 6 -
2013 7 -
2014 8 1
3
4
5
Jumlah laporan
-
-
-
-
1
Jumlah lembaga pengelola kekayaan intelektual Jumlah kepemilikan HKI yang difasilitasi Jumlah HKI lainnya
8
16
24
32
40
10
20
30
40
50
-
-
-
15
20
30
35
-
-
-
Jumlah pranata litbang terakreditasi
UNIT ORGANISASI 9
Asisten Deputi Kekayaan Intelektual dan Standardisasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
14/Dok-BP/III/2013 66
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI PROGRAM / KEGIATAN OUTCOME / OUTPUT INDIKATOR 2010 2011 1 2 3 4 5 Laporan evaluasi Jumlah laporan pelaksanaan dan pengembangan instrumen kebijakan pengelolaan kekayaan intelektual dan standarisasi Iptek III. Penguatan Jaringan Menguatnya jaringan Indeks kolaborasi riset Iptek Iptek lembaga litbang dgn industri (WEF)
TARGET 2012 6 -
2013 7 -
2014 8 1
-
4,5
4,7
Jumlah kerjasama riset internasional lemlitbang secara nasional
8
16
24
32
40
Prosentase propinsi yang menerapkan SIDA tingkat utama
-
-
-
20
25
Jumlah rumusan kebijakan penguatan jaringan Iptek
-
1
2
3
4
UNIT ORGANISASI 9
Deputi Bidang Jaringan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
14/Dok-BP/III/2013 67
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
PROGRAM / KEGIATAN 1
1. Pengembangan Jaringan Penyedia Iptek
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI OUTCOME / OUTPUT INDIKATOR 2010 2011 2 3 4 5 Jumlah laporan evaluasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan penguatan jaringan Iptek Jumlah laporan evaluasi pelaksanaan dan pengembangan instrumen kebijakan jaringan Iptek
TARGET 2012 6 -
2013 7 1
2014 8 2
-
-
1
Rekomendasi kebijakan antar peneliti dan lembaga litbang
Jumlah rekomendasi kebijakan
1
2
3
4
5
Forum jaringan antar peneliti dan lembaga litbang berdasarkan bidang fokus
Jumlah forum jaringan antar peneliti dan lembaga litbang berdasarkan bidang fokus
1
2
2
3
4
Paket penelitian, pengembangan, dan perekayasaan
Jumlah paket penelitian, pengembangan, dan perekayasaan
1235
2235
-
-
-
UNIT ORGANISASI 9
Asisten Deputi Jaringan Penyedia
14/Dok-BP/III/2013 68
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI PROGRAM / KEGIATAN OUTCOME / OUTPUT INDIKATOR 2010 2011 1 2 3 4 5 Laporan evaluasi dan Jumlah laporan koordinasi pelaksanaan kebijakan pengembangan jaringan Kolaborasi riset antar lembaga 5 penyedia Iptek penyedia Iptek
Peningkatan Dukungan Teknologi bagi Peningkatan Pemanfaatan Energi Terbarukan termasuk Energi Alternatif Geothermal, Tenaga Surya, Mycrohidro, BioEnergy, dan Nuklir
Laporan evaluasi pelaksanaan dan pengembangan instrumen kebijakan jaringan penyedia Iptek Rekomendasi kebijakan peningkatan dukungan Iptek untuk penciptaan dan pemanfaatan sumber energi baru dan terbarukan
TARGET 2012 6 -
2013 7 -
2014 8 1
10
15
20
Jumlah forum peneliti dan Lemlitbang berbasis regional
-
-
-
4
6
Jumlah laporan
-
-
-
-
1
Jumlah rekomendasi kebijakan
1
2
2
2
2
UNIT ORGANISASI 9
14/Dok-BP/III/2013 69
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI PROGRAM / KEGIATAN OUTCOME / OUTPUT INDIKATOR 2010 2011 1 2 3 4 5 Konsorsium bidang Jumlah konsorsium 2 energi baru dan terbarukan Paket penunjang Jumlah paket penunjang 1 teknologi Kobold teknologi
2. Pengembangan Jaringan Penyedia dengan Pengguna Iptek
Pelaksanaan sosialisasi PLTN Rekomendasi kebijakan pengembangan jaringan penyedia dengan pengguna iptek Model jaringan penyedia dengan pengguna Iptek berbasis STP di Puspiptek Serpong
TARGET 2012 6 3
2013 7 -
2014 8 -
1
1
1
Jumlah paket sosialisasi PLTN
14
24
-
-
-
Jumlah rekomendasi kebijakan
1
2
3
4
5
Jumlah rekomendasi revitalisasi Puspiptek sebagai STP
1
1
1
1
1
Jumlah masterplan STP Jumlah paket jaringan FO untuk mendukung STP
-
1 1
1 1
2 1
2 1
Jumlah model STP Jumlah Detail Engineering Design (DED) Jumlah seminar Iptek nasional
-
-
1 -
2 -
3 1
-
-
1
1
1
UNIT ORGANISASI 9
Asisten Deputi Jaringan Penyedia dengan Pengguna
14/Dok-BP/III/2013 70
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI PROGRAM / KEGIATAN OUTCOME / OUTPUT INDIKATOR 2010 2011 1 2 3 4 5 Laporan pengelolaan Jumlah laporan pengelolaan 1 2 kawasan penelitian ilmu kawasan penelitian Iptek pengetahuan dan Jumlah paket revitalisasi teknologi di Serpong sarana dan prasarana kawasan pusat penelitian Iptek, Serpong Sarana dan prasarana Jumlah revitalisasi sarana pusat penelitian iptek bangunan laboratorium yang telah direvitalisasi penelitian Iptek, Serpong Laporan evaluasi dan Jumlah laporan koordinasi pelaksanaan kebijakan pengembangan jaringan penyedia dengan pengguna Iptek 3. Pengembangan Rekomendasi kebijakan Jumlah rekomendasi kebijakan 1 2 HubunganLembaga dan instrumen Regulasi dengan kebijakan Penyedia Iptek pengembangan jaringan lembaga litbang pemerintah/Perguruan Tinggi dengan lembaga penelitian
TARGET 2012 6 3
2013 7 4
2014 8 5
-
1
2
-
10
11
-
-
1
3
4
4
UNIT ORGANISASI 9
Asisten Deputi Jaringan Penyedia dengan Lembaga Regulasi
14/Dok-BP/III/2013 71
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI PROGRAM / KEGIATAN OUTCOME / OUTPUT INDIKATOR 2010 2011 1 2 3 4 5 Rekomendasi kebijakan Jumlah rekomendasi kebijakan pengembangan jaringan penyedia dengan lembaga regulasi Laporan hasil evaluasi Jumlah laporan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan jaringan Iptek Laporan evaluasi dan Jumlah laporan koordinasi pelaksanaan kebijakan pengembangan hubungan lembaga Jumlah forum nasional regulasi dengan regulasi dan penyedia Iptek penyedia Iptek 4. Pengembangan Rekomendasi kebijakan Jumlah rekomendasi kebijakan 1 2 Jaringan Penyedia Iptek dan instrumen Pusat dengan Daerah kebijakan pengembangan jaringan lembaga iptek pusat dengan daerah
TARGET 2012 6 -
2013 7 -
2014 8 1
-
-
1
-
-
1
-
-
1
3
4
5
UNIT ORGANISASI 9
Asisten Deputi Jaringan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Pusat dan Daerah
14/Dok-BP/III/2013 72
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI PROGRAM / KEGIATAN OUTCOME / OUTPUT INDIKATOR 2010 2011 1 2 3 4 5 Jaringan/kerjasama Jumlah jaringan/ kerjasama 1 5 lembaga Iptek pusat Iptek pusat dan daerah dengan daerah Jumlah laporan pelaksanaan Laporan hasil evaluasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan jaringan Iptek Daerah yang menerapkan SIDa
Rakornas Balitbangda Jumlah laporan
Jumlah daerah yang menerapkan SIDa
Laporan evaluasi dan Jumlah laporan koordinasi pelaksanaan kebijakan pengembangan jaringan penyedia Iptek pusat dengan daerah
TARGET 2012 6 9
2013 7 13
2014 8 17
-
1
2
-
-
-
1
1
-
-
-
17
27
-
-
-
-
1
UNIT ORGANISASI 9
14/Dok-BP/III/2013 73
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI PROGRAM / KEGIATAN OUTCOME / OUTPUT INDIKATOR 2010 2011 1 2 3 4 5 Peningkatan Dukungan Pelaksanaan sosialisasi Jumlah paket sosialisasi PLTN Teknologi bagi PLTN Peningkatan Pemanfaatan Energi Terbarukan termasuk Energi Alternatif Geothermal, Tenaga Surya, Mycrohidro, BioEnergy, dan Nuklir 5. Pengembangan Rekomendasi kebijakan Jumlah rekomendasi kebijakan 1 2 Jaringan Penyedia Iptek jaringan internasional dengan Internasional Jaringan penelitian Jumlah kerjasama riset 8 16 internasional internasional Laporan evaluasi dan Jumlah laporan koordinasi pelaksanaan kebijakan pengembangan jaringan penyedia Iptek dengan Jumlah mobilitas Internasional internasional SDM Iptek
TARGET 2012 6 1
2013 7 -
2014 8 -
3
4
5
24
32
40
-
-
-
-
1
10
20
30
50
70
UNIT ORGANISASI 9
Asisten Deputi Jaringan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Internasional
14/Dok-BP/III/2013 74
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI PROGRAM / KEGIATAN OUTCOME / OUTPUT INDIKATOR 2010 2011 1 2 3 4 5 IV. Relevansi dan Meningkatnya relevansi Jumlah publikasi ilmiah Produktivitas Litbang dan produktivitas litbang Iptek Iptek
TARGET 2012 6 -
2013 7 60
2014 8 90
Jumlah prototype
-
-
-
1
2
Jumlah rumusan kebijakan peningkatan relevansi dan produktivitas litbang Iptek
-
1
2
3
4
Jumlah laporan evaluasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan peningkatan relevansi dan produktivitas litbang Iptek
-
-
-
1
2
Jumlah laporan evaluasi dan koordinasi pelaksanaan dan pengembangan instrumen kebijakan peningkatan relevansi dan produktivitas litbang Iptek
-
-
-
1
2
UNIT ORGANISASI 9 Deputi Bidang Relevansi dan Produktivitas Iptek
14/Dok-BP/III/2013 75
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI PROGRAM / KEGIATAN OUTCOME / OUTPUT INDIKATOR 2010 2011 1 2 3 4 5 1. Pengembangan Rekomendasi Relevansi Jumlah rekomendasi tentang 1 2 Kebijakan Riset Iptek Kebijakan Riset Iptek arah kebijakan, prioritas Nasional utama, dan kerangka kebijakan pembangunan nasional iptek Laporan evaluasi dan Jumlah laporan koordinasi pelaksanaan kebijakan Laporan pelaksanaan 1 2 pengembangan rakornas iptek kebijakan riset Iptek Dokumen Jaktranas 2015nasional 2019 Peningkatan Efektivitas Riset Secara Sinergi antara Perguruan Tinggi dengan Lembaga Litbang 2. Pengembangan Program Riset Iptek Nasional
Rekomendasi kebijakan sinergi program riptek nasional
TARGET 2012 6 3
2013 7 4
2014 8 5
-
-
1
3
4
5
-
-
1
Jumlah rekomendasi kebijakan peningkatan riset secara sinergi antara perguruan tinggi dengan lembaga litbang
-
1
2
3
4
Rekomendasi Kebijakan Jumlah rekomendasi kebijakan Relevansi Program Riset Iptek Nasional
1
2
3
4
5
UNIT ORGANISASI 9 Asisten Deputi Relevansi Kebijakan Riset Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Asisten Deputi Relevansi Program Riset Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
14/Dok-BP/III/2013 76
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI PROGRAM / KEGIATAN OUTCOME / OUTPUT INDIKATOR 2010 2011 1 2 3 4 5 Laporan evaluasi dan Jumlah laporan koordinasi pelaksanaan kebijakan pengembangan program riset Iptek nasional Laporan evaluasi Jumlah laporan 1 pelaksanaan dan rekomendasi pengembangan instrumen kebijakan program riset Iptek nasional Insentif Riset SINas Paket insentif riset Jumlah paket insentif riset SINas SINas
TARGET 2012 6 -
2013 7 -
2014 8 1
2
3
4
285
585
885
Jumlah artikel jurnal sains dan teknik
25
43
61
79
100
Jumlah konsorsium Jumlah konsorsium riset mobil listrik
-
-
-
10 1
15 2
760
1520
2280
3040
3800
Jumlah paten terdaftar
UNIT ORGANISASI 9
14/Dok-BP/III/2013 77
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI PROGRAM / KEGIATAN OUTCOME / OUTPUT INDIKATOR 2010 2011 1 2 3 4 5 Insentif Peningkatan Paket riset dasar Jumlah paket riset dasar 54 92 Produktivitas Litbang Paket riset terapan Jumlah paket riset terapan 144 299 Iptek Insentif Pendayagunaan Iptek
3. Pengembangan Riset Iptek Strategis Nasional
TARGET 2012 6 92
2013 7 92
2014 8 92
299
299
299
Paket insentif difusi Iptek
Jumlah paket insentif difusi Iptek
40
57
-
-
-
Paket insentif kapasitas sistem produksi
Jumlah paket insentif kapasitas sistem produksi
109
187
-
-
-
Rekomendasi Kebijakan Jumlah rekomendasi kebijakan Peningkatan Produktivitas Riptek Strategis Konsorsium riset Kajian konsep Pusritekla yang kelautan berkelanjutan
1
3
4
5
6
-
-
1
2
3
Konsorsium riset bidang Jumlah konsorsium kesehatan dan obat Jumlah hasil riset obat herbal Jumlah prototype alat kesehatan
-
-
-
3
4
-
-
-
2 1
3 2
Konsorsium riset bidang Jumlah konsorsium material maju
-
-
-
3
4
UNIT ORGANISASI 9
Asisten Deputi Produktivitas Riset Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Strategis
14/Dok-BP/III/2013 78
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI PROGRAM / KEGIATAN OUTCOME / OUTPUT INDIKATOR 2010 2011 1 2 3 4 5 Konsorsium bidang Jumlah konsorsium energi baru dan terbarukan Laporan evaluasi dan Jumlah laporan koordinasi pelaksanaan kebijakan pengembangan riset Iptek strategis nasional Peningkatan Dukungan Rekomendasi kebijakan Jumlah rekomendasi kebijakan 1 2 Teknologi bagi dukungan teknologi Pemberdayaan Industri untuk revitalisasi Strategis Bidang pertahanan Pertahanan Konsorsium bidang Jumlah prototype 3 6 teknologi hankam
TARGET 2012 6 -
2013 7 4
2014 8 5
-
-
1
2
2
2
9
12
15
UNIT ORGANISASI 9
14/Dok-BP/III/2013 79
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI PROGRAM / KEGIATAN OUTCOME / OUTPUT INDIKATOR 2010 2011 1 2 3 4 5 Peningkatan Upaya Rekomendasi kebijakan Jumlah rekomendasi kebijakan Penelitian dan peningkatan dukungan Pengembangan Bidang litbang untuk ketahanan Pertanian yang Mampu mencakup pengelolaan Menciptakan Benih lahan sub optimal, Unggul dan Hasil sumber daya Penelitian Lainnya kemaritiman dan Menuju Kualitas pengembangan industri Produktivitas Hasil perdesaan berbasis Pertanian Nasional yang produk lokal Tinggi Konsorsium litbang Jumlah konsorsium ketahanan pangan mencakup pengelolaan lahan sub optimal, sumber daya kemaritiman dan pengembangan industri perdesaan berbasis produk lokal dan hasil riset
TARGET 2012 6 -
2013 7 4
2014 8 5
-
4
5
UNIT ORGANISASI 9
14/Dok-BP/III/2013 80
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI PROGRAM / KEGIATAN OUTCOME / OUTPUT INDIKATOR 2010 2011 1 2 3 4 5 Peningkatan Litbang Paket penelitian litbang Jumlah paket penelitian Iptek Unggulan di Bidang unggulan di bidang Kesehatan, Obat-obatan, kesehatan, obat-obatan, dan Instrumentasi Medis dan instrumentasi media 4. Pengembangan Riset Rekomendasi kebijakan Jumlah rekomendasi kebijakan 1 2 Iptek Masyarakat peningkatan produktivitas riptek masyarakat Laporan hasil evaluasi Jumlah laporan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan relevansi dan produktivitas Iptek Laporan evaluasi dan Jumlah laporan koordinasi pelaksanaan kebijakan pengembangan riset Iptek masyarakat
TARGET 2012 6 -
2013 7 48
2014 8 60
3
4
5
-
1
2
-
-
1
UNIT ORGANISASI 9
Asisten Deputi Produktivitas Riset Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Masyarakat
14/Dok-BP/III/2013 81
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI PROGRAM / KEGIATAN OUTCOME / OUTPUT INDIKATOR 2010 2011 1 2 3 4 5 5. Pengembangan Riset Rekomendasi Kebijakan Jumlah rekomendasi kebijakan 1 2 Iptek Industri Peningkatan Produktivitas Riptek Industri Model inovasi teknologi Jumlah model inovasi 1 2 untuk peningkatan teknologi produktivitas riptek industri Konsorsium bidang Jumlah prototipe teknologi teknologi transportasi transportasi
V. Peningkatan Pendayagunaan Iptek
Laporan evaluasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan pengembangan riset Iptek industri Meningkatnya pendayagunaan Iptek bagi peningkatan daya saing ekonomi, kesejahteraan rakyat, dan kemandirian bangsa
Jumlah laporan
TARGET 2012 6 3
2013 7 4
2014 8 5
2
2
2
1
3
4
-
-
-
-
1
Jumlah pemanfaatan teknologi hasil litbang nasional di industri
96
98
100
102
104
Jumlah pemanfaatan teknologi hasil litbang nasional di masyarakat
34
36
38
40
42
UNIT ORGANISASI 9 Asisten Deputi Produktivitas Riset Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Industri
Deputi Bidang Pendayagunaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
14/Dok-BP/III/2013 82
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
PROGRAM / KEGIATAN 1
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI OUTCOME / OUTPUT INDIKATOR 2010 2011 2 3 4 5 Jumlah pemanfaatan teknologi 4 6 hasil litbang nasional untuk national security Jumlah rumusan kebijakan 1 2 peningkatan pendayagunaan Iptek Jumlah laporan evaluasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan peningkatan Pendayagunaan Iptek Jumlah laporan evaluasi pelaksanaan dan pengembangan instrumen kebijakan peningkatan Pendayagunaan Iptek
1. Pendayagunaan dan Kebutuhan Iptek Institusi Pemerintah
TARGET 2012 6 8
2013 7 10
2014 8 12
3
4
5
-
-
-
1
2
-
-
-
-
1
Rekomendasi kebijakan Jumlah rekomendasi kebijakan analisis pendayagunaan dan kebutuhan iptek institusi pemerintah
1
2
3
4
5
Paket diseminasi Iptek pemerintah
1
1
1
1
1
Jumlah Model ATP
UNIT ORGANISASI 9
Asisten Deputi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Pemerintah
14/Dok-BP/III/2013 83
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI PROGRAM / KEGIATAN OUTCOME / OUTPUT INDIKATOR 2010 2011 1 2 3 4 5 Laporan evaluasi dan Jumlah laporan koordinasi pelaksanaan kebijakan peningkatan pendayagunaan Iptek institusi pemerintah Pendayagunaan Rekomendasi Jumlah SOP teknologi mitigasi 1 2 Teknologi Mitigasi pendayagunaan Bencana teknologi mitigasi Jumlah rekomendasi kebijakan 1 2 bencana mitigasi bencana Adaptasi Perubahan Iklim
Rekomendasi kebijakan pendayagunaan teknologi untuk penurunan emisi gas CO2 dan adaptasi perubahan iklim Konsorsium pendayagunaan teknologi untuk penurunan emisi gas CO2 sub adaptasi perubahan iklim
TARGET 2012 6 -
2013 7 -
2014 8 1
3
4
5
2
2
2
Jumlah rekomendasi kebijakan
1
2
2
2
2
Jumlah konsorsium iklim Jumlah lokasi pendayagunakan teknologi iklim
1
2
1 3
2 6
3 8
UNIT ORGANISASI 9
14/Dok-BP/III/2013 84
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI PROGRAM / KEGIATAN OUTCOME / OUTPUT INDIKATOR 2010 2011 1 2 3 4 5 2. Pendayagunaan dan Rekomendasi kebijakan Jumlah rekomendasi 1 2 Kebutuhan Iptek pendayagunaan dan Masyarakat kebutuhan iptek masyarakat Rekomendasi Jumlah pemanfaatan teknologi 34 36 peningkatan hasil litbang nasional di pemanfaatan hasil riset masyarakat untuk pembangunan Laporan evaluasi dan Jumlah laporan koordinasi pelaksanaan kebijakan pendayagunaan Iptek masyarakat Peningkatan promosi Paket promosi Iptek Jumlah paket promosi Iptek 12 24 dan diseminasi Iptek Paket diseminasi Iptek Jumlah paket diseminasi iptek 20 40 Pengembangan dan Pilot project pendukung Jumlah pilot project 4 Pendayagunaan teknologi untuk pendukung teknologi untuk Teknologi Pendukung pembangunan daerah pembangunan daerah Pembangunan Daerah tertinggal tertinggal Tertinggal, Terdepan, dan Pasca konflik
TARGET 2012 6 3
2013 7 4
2014 8 5
38
40
40
-
-
1
36
48
60
60 8
75 12
90 16
UNIT ORGANISASI 9 Asisten Deputi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Masyarakat
14/Dok-BP/III/2013 85
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI PROGRAM / KEGIATAN OUTCOME / OUTPUT INDIKATOR 2010 2011 1 2 3 4 5 Peningkatan Dukungan Pelaksanaan sosialisasi Jumlah paket sosialisasi PLTN Teknologi bagi PLTN Peningkatan Pemanfaatan Energi Terbarukan termasuk Energi Alternatif Geothermal, Tenaga Surya, Mycrohidro, BioEnergy, dan Nuklir
TARGET 2012 6 -
2013 7 1
2014 8 2
Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa
Paket penelitian, pengembangan, dan perekayasaan
Jumlah paket penelitian, pengembangan, dan perekayasaan
-
-
3035
3035
3035
3. Pendayagunaan dan Kebutuhan Iptek Strategis
Rekomendasi kebijakan pendayagunaan dan kebutuhan iptek strategis
Jumlah rekomendasi kebijakan
1
2
3
4
5
Model pendukung (ePemasaran dan eDesain) untuk pengembangan model ekonomi
Jumlah model
-
-
-
1
2
UNIT ORGANISASI 9
Asisten Deputi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Industri Strategis
14/Dok-BP/III/2013 86
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI PROGRAM / KEGIATAN OUTCOME / OUTPUT INDIKATOR 2010 2011 1 2 3 4 5 Laporan evaluasi dan Jumlah laporan koordinasi pelaksanaan kebijakan pendayagunaan Iptek strategis Peningkatan Rekomendasi kebijakan Jumlah rekomendasi kebijakan 1 1 Pemanfaatan dan peningkatan Jumlah SNI 1 1 Pengembangan pemanfaatan dan Jumlah daerah yang 15 18 Perangkat Lunak pengembangan melakukan migrasi ke OSS Berbasis Open Source perangkat lunak berbasis open source Aplikasi percontohan OSS untuk bidang strategis Pengembangan Sistem Informasi dan Administrasi Kependudukan (SIAK) untuk Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola
Hasil analisis monitoring Jumlah rekomendasi kebijakan pelaksanaan kegiatan SIAK dan penerapan eKTP
1
2
TARGET 2012 6 -
2013 7 -
2014 8 1
1
1
1
1 18
1 18
1 18
1
2
4
3
4
4
UNIT ORGANISASI 9
14/Dok-BP/III/2013 87
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI PROGRAM / KEGIATAN OUTCOME / OUTPUT INDIKATOR 2010 2011 1 2 3 4 5 4. Pendayagunaan dan Rekomendasi kebijakan Jumlah rekomendasi kebijakan 1 2 Kebutuhan Iptek Industri pendayagunaan dan Kecil dan Menengah kebutuhan iptek Industri (IKM) Kecil dan Menengah (IKM) Laporan evaluasi dan Jumlah laporan koordinasi pelaksanaan kebijakan pendayagunaan dan kebutuhan Iptek Industri Kecil dan Menengah (IKM) Laporan hasil evaluasi Jumlah laporan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan pendayagunaan Iptek Jumlah intermediasi iptek di 10 20 Layanan intermediasi daerah Iptek untuk mendukung Jumlah intermediasi Iptek I-STP skala nasional (SINas) untuk mendukung I-STP Jumlah kegiatan pelatihan intermediasi Iptek
TARGET 2012 6 3
2013 7 4
2014 8 5
-
-
1
-
1
2
30
40
50
5
10
15
1
1
1
UNIT ORGANISASI 9 Asisten Deputi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Industri Kecil Menengah
14/Dok-BP/III/2013 88
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI PROGRAM / KEGIATAN OUTCOME / OUTPUT INDIKATOR 2010 2011 1 2 3 4 5 Jumlah pemanfaatan teknologi 96 98 hasil litbang nasional di industri Paket Iptek untuk Jumlah paket mendukung pengembangan koridor ekonomi Peningkatan Rekomendasi kebijakan Jumlah rekomendasi kebijakan 1 1 Kemampuan Inovasi dan peningkatan Kreativitas Pemuda kemampuan inovasi dan kreativitas pemuda Pilot project Jumlah Pilot project 4 8 peningkatan inovasi dan peningkatan kreativitas dan kreativitas pemuda inovasi pemuda Jumlah kelompok 15 Technopreneur pemuda 5. Pendayagunaan dan Kebutuhan Iptek Industri Besar
Rekomendasi kebijakan pendayagunaan dan kebutuhan iptek industri besar
Jumlah rekomendasi kebijakan
1
2
TARGET 2012 6 100
2013 7 102
2014 8 104
1
-
-
1
1
1
8
8
8
30
45
60
3
4
5
UNIT ORGANISASI 9
Asisten Deputi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Industri Besar
14/Dok-BP/III/2013 89
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI PROGRAM / KEGIATAN OUTCOME / OUTPUT INDIKATOR 2010 2011 1 2 3 4 5 Paket Iptek untuk Jumlah paket Iptek untuk mendukung mendukung pembangunan pengembangan koridor koridor ekonomi ekonomi Laporan evaluasi dan Jumlah laporan koordinasi pelaksanaan kebijakan pendayagunaan Iptek industri besar
TARGET 2012 6 -
2013 7 6
2014 8 12
-
-
1
UNIT ORGANISASI 9
14/Dok-BP/III/2013 90
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
KEBUTUHAN PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2010 – 2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI PROGAM/ KEGIATAN (1)
2010 (2)
2011 (3)
ALOKASI 2012 (4)
2013 (5)
PROGRAM PENINGKATAN KEMAMPUAN IPTEK UNTUK MENDUKUNG PENGUATAN SISTEM INOVASI NASIONAL I Penguatan Kelembagaan Iptek 1 Arah pengembangan kelembagaan sistem 1.750.000.000 2.999.930.000 850.000.000 7.894.182.000 inovasi 2 Penataan Kelembagaan Litbang 1.500.000.000 2.250.180.000 1.800.000.000 3.898.311.000 3 Penguatan Kompetensi Lembaga Litbang 2.500.000.000 2.250.000.000 3.250.000.000 11.363.575.000 4 Peningkatan Upaya Penelitian dan 5.000.000.000 4.300.000.000 3.000.000.000 Pengembangan Bidang Pertanian yang Mampu Menciptakan Benih Unggul dan Hasil Penelitian Lainnya Menuju Kualitas Produktivitas Hasil Pertanian Nasional yang Tinggi 5 Pengembangan Sistem Legislasi Iptek 1.500.000.000 2.249.670.000 2.174.951.000 3.904.206.000 6 Pengembangan Budaya dan Etika iptek 2.150.000.000 3.550.000.000 3.300.000.000 4.178.342.000 II Penguatan Sumberdaya Iptek 1 Peningkatan investasi litbang. 2.250.000.000 3.500.000.000 3.400.000.000 2.500.000.000 2 Peningkatan Litbang iptek Unggulan di Bidang 20.000.000.000 22.117.500.000 22.000.000.000 Kesehatan, Obat-obatan, dan Instrumentasi Medis 3 Peningkatan SDM iptek 2.000.000.000 1.348.962.000 850.000.000 1.000.000.000 4 Peningkatan Kapasitas SDM Iptek 50.000.000.000 44.000.000.000 35.000.000.000 98.464.891.000 5 Peningkatan sarana dan prasarana litbang 2.500.000.000 6.115.000.000 5.804.500.000 2.000.000.000
2014 (6)
3.100.000.000 2.630.000.000 4.200.000.000 -
2.864.500.000 2.500.000.000 1.782.200.000 -
700.000.000 151.449.200.000 1.700.000.000
14/Dok-BP/III/2013 91
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
KEBUTUHAN PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2010 – 2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI PROGAM/ KEGIATAN
6 7 8
(1) Pengelolaan data dan informasi iptek Pengelolaan Kekayaan Intelektual dan Standardisasi Fasilitasi Proses Perolehan Hak Paten dan Kepemilikan HKI Produk Teknologi dan Produk Kreatif
2010 (2) 8.500.000.000 1.500.000.000
2011 (3) 3.600.000.000 1.150.000.000
ALOKASI 2012 (4) 3.400.000.000 850.000.000
2.750.000.000
3.800.000.000
2.500.000.000
2.465.309.000
2.000.000.000
2.650.000.000 7.000.000.000
2.250.000.000 16.000.000.000
850.000.000 2.600.000.000
1.500.000.000 -
1.000.000.000 -
2013 (5) 7.409.481.000 1.000.000.000
2014 (6) 3.200.000.000 700.000.000
III 1 2
Penguatan Jaringan Iptek Pengembangan jaringan penyedia iptek Peningkatan Dukungan Teknologi bagi Peningkatan Pemanfaatan Energi Terbarukan termasuk Energi Alternatif Geothermal, Tenaga Surya, Mycrohidro, Bio-Energy, dan Nuklir
3
Pengembangan jaringan penyedia dengan pengguna iptek
1.900.000.000
33.550.904.000
32.061.356.000
143.211.378.000
54.307.500.000
4
Pengembangan hubungan lembaga regulasi dengan penyedia iptek
1.500.000.000
1.350.000.000
850.000.000
1.000.000.000
1.750.000.000
5
Pengembangan jaringan penyedia iptek pusat dengan daerah
10.768.100.000
3.645.000.000
1.275.000.000
10.299.508.000
5.000.000.000
6
Pengembangan jaringan penyedia iptek dengan internasional
3.500.000.000
4.065.504.000
5.129.917.000
4.813.438.000
6.700.000.000
14/Dok-BP/III/2013 92
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
KEBUTUHAN PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2010 – 2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI PROGAM/ KEGIATAN
IV 1 2
3 4 5 6 7 8
9
10
(1) Relevansi dan Produktivitas Litbang Iptek Pengembangan Kebijakan Riset Iptek Nasional Peningkatan Efektivitas Riset secara Sinergi antara Perguruan Tinggi dengan Lembaga Litbang Pengembangan Program Riset Iptek Nasional Insentif Pendayagunaan Iptek Insentif Peningkatan Produktivitas Litbang Iptek Insentif Riset Sinas Pengembangan Riset Iptek Strategis Nasional Peningkatan Dukungan Teknologi bagi Pemberdayaan Industri Strategis Bidang Pertahanan Peningkatan Upaya Penelitian dan Pengembangan Bidang Pertanian yang Mampu Menciptakan Benih Unggul dan Hasil Penelitian Lainnya Menuju Kualitas Produktivitas Hasil Pertanian Nasional yang Tinggi Peningkatan Litbang iptek Unggulan di Bidang Kesehatan, Obat-obatan, dan Instrumentasi Medis
2010 (2)
ALOKASI 2012 (4)
2011 (3)
2013 (5)
2014 (6)
6.750.000.000 1.000.000.000
1.350.000.000 2.500.000.000
850.000.000 850.000.000
1.000.000.000 1.000.000.000
700.000.000 500.000.000
2.500.000.000 68.000.000.000 256.000.000.000 6.500.000.000 6.000.000.000
1.349.995.000 51.579.822.000 273.420.178.000 1.350.000.000 5.000.000.000
849.100.000 99.000.000.000 1.275.000.000 5.000.000.000
1.000.000.000 101.886.222.000 5.410.476.000 5.236.084.000
700.000.000 86.578.800.000 3.100.000.000 2.500.000.000
-
-
-
1.917.937.000
1.500.000.000
23.771.800.000
15.000.000.000
14/Dok-BP/III/2013 93
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
KEBUTUHAN PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2010 – 2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI PROGAM/ KEGIATAN
11 12 V 1 2 3 4 5 6
(1) Pengembangan Riset Iptek Masyarakat Pengembangan Riset Iptek Industri Pendayagunaan Iptek Pendayagunaan dan Kebutuhan Iptek Institusi Pemerintah Pendayagunaan Teknologi Mitigasi Bencana Adaptasi Perubahan Iklim Pendayagunaan dan Kebutuhan Iptek Masyarakat Peningkatan Promosi dan Diseminasi Iptek Pengembangan dan Pendayagunaan Teknologi Pendukung Pembangunan Daerah Tertinggal, Terdepan, dan Pasca Konflik
2010 (2) 2.500.000.000 7.782.067.000
2011 (3) 1.350.000.000 2.700.000.000
ALOKASI 2012 (4) 850.000.000 2.300.000.000
1.500.000.000
4.950.000.000
1.892.644.000
3.051.044.000
2.751.044.000
9.000.000.000 9.000.000.000 6.850.000.000
4.000.000.000 4.000.000.000 3.000.000.000
2.000.000.000 2.000.000.000 1.650.000.000
1.934.501.000 1.414.466.000 1.473.039.000
1.000.000.000 500.000.000 700.000.000
10.582.600.000 1.000.000.000
18.057.000.000 1.000.000.000
42.129.313.000 1.000.000.000
30.543.545.000 3.789.339.000
24.000.000.000 2.000.000.000
2013 (5) 2.250.000.000 2.750.000.000
2014 (6) 1.950.000.000 2.200.000.000
7
Peningkatan Dukungan Teknologi bagi Peningkatan Pemanfaatan Energi Terbarukan termasuk Energi Alternatif Geothermal, Tenaga Surya, Mycrohidro, Bio-Energy, dan Nuklir
7.000.000.000
16.000.000.000
2.600.000.000
1.000.000.000
1.000.000.000
8
Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa Pendayagunaan dan Kebutuhan Iptek Strategis
-
-
223.600.000.000
-
-
2.250.000.000
1.350.000.000
850.000.000
2.776.043.000
1.200.000.000
9
14/Dok-BP/III/2013 94
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
KEBUTUHAN PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2010 – 2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI PROGAM/ KEGIATAN
10
(1) Peningkatan Pemanfaatan dan Pengembangan Perangkat Lunak Berbasis open source
2010 (2) 9.000.000.000
2011 (3) 1.750.000.000
ALOKASI 2012 (4) 850.000.000
500.000.000
500.000.000
425.000.000
500.000.000
-
1.500.000.000
25.647.900.000
8.100.000.000
11.916.008.000
3.700.000.000
10.000.000.000
8.000.000.000
8.000.000.000
4.920.168.000
1.000.000.000
2013 (5) 1.000.000.000
2014 (6) 1.000.000.000
11
Pengembangan Sistem Informasi dan Administrasi Kependudukan (SIAK) untuk Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola
12
Pendayagunaan dan Kebutuhan Iptek Industri Kecil dan Menengah (IKM)
13
Peningkatan kemampuan Inovasi dan Kreativitas Pemuda
14
Pendayagunaan dan Kebutuhan Iptek Industri Besar
1.500.000.000
1.349.980.000
850.000.000
12.064.964.000
1.700.000.000
TOTAL PROGRAM PENINGKATAN KEMAMPUAN IPTEK UNTUK MENDUKUNG PENGUATAN SISTEM INOVASI NASIONAL
557.932.767.000
594.297.525.000
537.866.781.000
529.508.257.000
400.863.244.000
PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA KNRT 1
Penyelenggaraan Pengawasan dan Pemeriksaan Akuntabilitas KRT
1.000.000.000
986.932.000
1.425.000.000
1.500.000.000
1.300.000.000
2
Pembinaan dan Pengembangan Humas dan Hukum
2.000.000.000
9.018.550.000
12.574.992.000
16.800.000.000
12.000.000.000
14/Dok-BP/III/2013 95
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
KEBUTUHAN PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2010 – 2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI PROGAM/ KEGIATAN
3
(1) Peningkatan Kualitas Perencanaan, Kegiatan dan Anggaran, Penjalinan Kerjasama dan Evaluasi Pencapaian Kinerja
4 Peningkatan dan pengelolaan urusan umum TOTAL PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA KNRT
2010 (2) 2.500.000.000
2011 (3) 13.439.181.000
ALOKASI 2012 (4) 17.220.391.000
79.506.432.000 85.006.432.000
72.028.906.000 95.473.569.000
112.520.814.000 143.741.197.000
2013 (5) 19.580.954.000
2014 (6) 17.778.200.000
122.632.777.000 160.513.731.000
108.083.156.000 139.161.356.000
14/Dok-BP/III/2013 96
Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 (Revisi ke-2)
KEBUTUHAN PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2010 - 2014 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI ALOKASI PROGAM/ KEGIATAN 2010 2011 2012 (1) (2) (3) (4) PROGRAM PENINGKATAN SARANA & PRASARANA APARATUR KNRT 1 Pengadaan Sarana dan Prasarana 2 Perawatan/Pemeliharaan Sarana & Prasarana 3 Pengadaan Kendaraan TOTAL PROGRAM PENINGKATAN SARANA & PRASARANA APARATUR KNRT TOTAL
2013 (5)
2014 (6)
6.525.000.000 8.607.300.000 1.975.000.000 17.107.300.000
4.516.450.000 4.516.450.000
-
-
-
660.046.499.000
694.287.544.000
681.607.978.000
690.021.988.000
540.024.600.000
14/Dok-BP/III/2013 97