RESPON SISWA SDN CIPAYUNG 1 CIPUTAT TERHADAP IKLAN “KEJUJURAN DAN ES KRIM” DI TELEVISI EDUKASI (TVe)
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Oleh: Jojo Septianto NIM: 108051000118
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
RESPON SISWA SDN CIPAYUNG 1 CIPUTAT TERHADAP IKLAN “KEJUJURAN DAN ES KRIM” DI TELEVISI EDUKASI (TVe) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Oleh:
Jojo Septianto NIM: 108051000118
Di bawah Bimbingan
Drs. Jumroni, M. Si NIP: 19630515 199203 1 006
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya, yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata satu (S. 1) di Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang digunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan tiruan hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarifhidayatullah Jakarta.
Jakarta, September 2014
Jojo Septianto
ABSTRAK
Jojo Septianto NIM 108051000118 Respon Siswa SDN Cipayung 1 Ciputat Terhadap Iklan “Kejujuran dan Es Krim” Di Indonesia fenomena ketidakjujuran sudah melanda disemua aspek kehidupan berbangsa, baik dilingkungan pemerintah, masyarakat maupun terpelajar, banyaknya kasus penyalahgunaan atau penyelewengan uang rakyat di Indonesia yang nyaris sehari-hari terlihat di televisi membuktikan bahwa kejujuran belum menjadi landasan sikap hidup bangsa Indonesia. hal demikian merupakan bukti nayata betapa perbuatan tidak jujur itu sangat merugikan. Televisi Edukasi (TVe) sebagai salah satu televisi pendidikan di Indonesia turut berpesan serta dalam memberikan pemahaman mendasar mengenai nilai-nilai kejujuran, melalui salah satu iklan layanan masyarakat yang diproduksinya, berupa iklan “kejujuran dan es krim. iklan “kejujuran dan es krim mencoba menyampaikan pesan berupa nilai-nilai kejujuran kepada masyarakat khususnya bagis anak usia sekolah dasar, dikarenakan kejujuran merupakan dasar dari komunikasi yang efektif dan hubungan yang sehat dan sekolah dasar merupakan tempat pertamakalalinya individu dibekali kempuan mendasar. Sebagaimana dijelaskan dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, bahwa Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan berikut ini: bagaimana respon Kognitif dan Afektif siswa SDN Cipayung 1 Ciputat terhadap iklan “kejujuran dan es krim” dan untuk mempermudah penelitian, maka digunakan teori Stimulus Organism Respons. Adapun metodologi yang digunakan pada penelitian ini ialah menggunakan pendekatan kuantitatif quasi experimental, yaitu memutarkan video iklan “kejujuran dan es krim” secara langsung dan serempak kepada seluruh siswa kelas 6 SDN Cipayung 1 Ciputat untuk kemudian dipinta responnya melalui angket yang telah diberikan dalam bentuk kuesioner yang terdiri dari tiga bagian yaitu, seputar data diri, pengetahuan kognitif dan pengetahuan afektif. Setelah dilakukan penelitian dan analisis data didapatkan jawaban dari pertanyaan kognitif berupa adanya keselarasan antara respon siswa dengan isi pesan yang terkandung pada iklan “kejujuran dan es krim”. Hal ini menunjukan siswa secara kognitif mampu memahami isi pesan yang terkandung dalam iklan tersebut, selain itu dari salah satu pertanyaan diketahui adanya penambahan pengetahuan. Pada pertanyaan afektif didapatkan jawaban bahwa responden suka dengan iklan kejujuran dan es krim yang ditandai dengan penilaian responden yang menyatakan cerita iklan kejujuran dan es krim bagus.
i
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur bagi ALLAH SWT atas rahmat, karunia, serta nikmatNya. Shalawat dan salam terhatur kepada khadirat Rasullah SAW. Semua itu adalah ungkapan syukur karena berkat nikmat itulah penelitian “RESPON SISWA SDN CIPAYUNG 1 CIPUTAT TERHADAP IKLAN KEJUJURAN DAN ES KRIM” dapat terselesaikan. Untuk itu, peneliti haturkan rasa hormat dan terima kasih kepada: 1.
Bapak Dr. H. Arif Subhan, MA, Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Bapak Dr. Suprapto, M.Ed, Ph.D, Wakil Dekan I bidang Akademik, Bapak Drs. Jumroni, M.Si, Wakil Dekan II
bidang
Administrasi Umum dan Bapak Dr. H. Sunandar Ibnu Noor, M.A, Wakil Dekan III bidang Kemahasiswaan. 2.
Bapak Drs. Jumroni, M.Si, dosen pembimbing yang selalu mengajarkan tentang ketelitian, kesabaran dan ketegasan dalam penelitian ini.
3.
Bapak Rachmat Baihaky, M.A, Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
4.
Ibu Fita Fathurokhmah, M.Si, Sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
5.
Bapak Prof. Dr. Murodi, M.A, Dosen Penasehat Akademik Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
6.
Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan banyak ilmu kepada saya.
7.
Segenap jajaran pegawai tata usaha Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
8.
Bapak Dedyk Haryono, orangtua yang selalu mendidik dengan cara yang unik. Bijaksana dalam bertindak, menjadikanku begitu mengerti tentang arti toleransi. Harapanmu telah kujalankan, penelitian ini salah satunya.
ii
9.
Ibu Maysah, orangtua dengan segala ketulusan doa dan keteguhan hatinya melewati hari-hari menunggu kelulusan puteranya. Toleransi yang luar biasa atas jalan yang telah kupilih menjadikanku tetap tegar.
10. Nurmalisa Nazarani, Bayu Prasetyo , Ayi Saepudin, Mahlin, yang selalu mendukung, menghibur hati dan pikiran. 11. Siti Annisa DN adalah Kompas terindah yang membantuku menemukan arah dan senantiasa mengingatkan bahwa penelitian ini harus segera diselesaikan. 12. Kawan-kawan di KAM JAKARTA (Komite Aksi Mahasiswa Jakarta), semangat perjuangan yang kalian ajarkan adalah pelajaran berharga bagiku dalam menjalankan dinamika kehidupan. 13. Umar Algifari, Muhammad Reza, Indah Permatasari, Ita Rahmawati, Dwita antara aku, kau dan mereka semoga menjadi rajutan terindah. 14. SDN Cipayung 1 Ciputat dan Televisi Edukasi (Tve) yang telah memberikan kesempatan kepadaku untuk melaksanakan penelitian skripsi. 15. Ibu Tuti Alawiyah produser program Tve, Ibu Lina Marlina wali kelas 6 dan Bapak Erwin Irawan selaku staff Tata Usaha. 16. Kawan-kawan KPI D, kebersamaan dengan kalian memahamiku tentang banyak hal yang bisa ditertawakan. Semoga segala kebaikan kalian terbalas. Dengan adanya keterbatasan kemampuan peneliti, maka peneliti mengharapkan kritik dan saran yang dapat menjadi penyempurna penelitian ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Jakarta, 23 September 2014
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................
i
KATA PENGANTAR ..........................................................................
ii
DAFTAR ISI .........................................................................................
iv
DAFTAR TABEL .................................................................................
vi
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ..............................
8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................
9
D. Metodologi Penelitian .....................................................
10
E. Kajian Pustaka .................................................................
13
F. Sistematika Penulisan ......................................................
14
TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Respon ...........................................................
16
B. Pengertian Iklan ...............................................................
22
C. Pengertian Televisi ..........................................................
28
D. Konsep Kejujuran ............................................................
33
GAMBARAN UMUM A. Sejarah SDN Cipayung 1 Ciputat ....................................
37
B. Visi dan Misi SDN Cipayung 1 Ciputat ..........................
38
C. Siswa Kelas 6 SDN Cipayung 1 Ciputat .........................
39
D. Iklan “Kejujuran dan Es Krim” di TVe ...........................
40
TEMUAN DAN ANALISA DATA A. Deskripsi Responden ....................................................... B. Respon Kognitif Siswa SDN Cipayung1 Ciputat
iv
44
Terhadap Iklan “Kejujuran dan Es Krim” di TVe ..........
53
C. Respon Afektif Siswa SDN Cipayung 1 Ciputat Terhadap Iklan “Kejujuran dan Es Krim” di TVe ...........
BAB V
60
PENUTUP A. Kesimpulan......................................................................
69
B. Saran ...............................................................................
71
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................
73
LAMPIRAN-LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1
: Jenis kelamin responden .........................................
40
Tabel 2
: Pendidikan orang tua responden ..............................
41
Tabel 3
: Pekerjaan orang tua Responden ...............................
43
Tabel 4
: Tempat tinggal responden .......................................
47
Tabel 5
: Siswa yang suka menonton TV ...............................
48
Tabel 6
: Siswa yang sering menonton TV .............................
49
Tabel 7
: Siswa yang pernah menonton siaran TVe ...............
51
Tabel 8
: Program siaran TVe yang biasa disaksikan siswa ...
53
Tabel 9
: Siswa yang pernah menyaksikan iklan “kejujuran dan es krim” ............................................
Tabel 10
: Penilaian siswa terhadap contoh perilaku yang ditampilkan iklan “kejujuran dan es krim ...............
Tabel 11
56
: Contoh perilaku seperti apa yang ditampilkan pada iklan “kejujuran dan es krim ...................................
Tabel 12
54
58
: Pendapat siswa terhadap perilaku anak ketika membeli es krim dengan sisa uang kembalian yang seharusnya diberikan kepada Ibunya ..........................................
Tabel 13
: iklan “kejujuran dan es krim” memberi siswa contoh jika berbohong pada akhirnya ketahuan .................
Tabel 14
59
61
: iklan “kejujuran dan es krim” memberi siswa informasi mengenai pentingnya kejujuran ketika mengerjakan tugas dari orang tua ..................................................
Tabel 15
: iklan “kejujuran dan es krim” memberi siswa informasi tentang perlunya kejujuran jika ingin sesuatu ........
Tabel 16
63
64
: pendapat siswa terhadap pesan tertulis “sekecil apapun jangan kotori kejujuran” ..........................................
65
Tabel 17
: Apakah kamu suka iklan “kejujuran dan es krim”..
67
Tabel 18
: Perasaan siswa setelah menonton iklan
vi
“kejujuran dan es krim” ............................................ Tabel 19
: penilaian siswa terhadap cerita iklan “kejujuran dan es krim” ............................................
Tabel 20
69
70
: Perasaan siswa ketika melihat perilaku anak membeli es krim dengan sisa uang kembalian belanja yang seharusnya diberikan pada Ibunya ..........................
71
Tabel 21
: Perasaan siswa jika ketahuan berbohong.................
72
Tabel 22
: perasaan siswa setelah mengetahui kebohongan pada Akhirnya akan ketahuan ..........................................
Tabel 23
73
: siswa yang lebih suka jujur meskupun hal itu pahit dirasakan ..................................................................
vii
74
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kejujuran merupakan dasar dari semua perilaku baik dalam keyakinan, tutur kata, mendengar, berfikir dan berhubungan dengan sesama manusia, sekaligus menjadi sendi kemajuan manusia baik sebagai individu maupun kelompok, berbangsa dan bernegara, namun fakt nilai-nilai kejujuran nyaris menjadi sebuah barang mewah yang sulit untuk diraih atau diwujudkan. Di Indonesia fenomena ketidakjujuran sudah melanda disemua aspek kehidupan berbangsa, baik dilingkungan pemerintah maupun masyarakat, banyaknya kasus penyalahgunaan atau penyelewengan uang rakyat di Indonesia yang nyaris sehari-hari terlihat di televisi membuktikan bahwa kejujuran belum menjadi landasan sikap hidup bangsa Indonesia. hal demikian merupakan bukti nayata betapa perbuatan tidak jujur itu sangat merugikan.1 Itulah sebabnya Allah memerintahkan manusia bersikap jujur melalui firmannya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar” (At Taubah: 119).
1
Din Syamsudin, Kejujuran Menjadi “Barang” Mewah, tersedia http://antarajatim.com/lihat/berita/69297/din-syamsudin-kejujuran-jadi-barang-mewah; internet; diunduh pada 25 September 2014.
1
di-
2
Manifestasi ketidakjujuran di Indonesia sudah meluas dan menyentuh semua lapisan masyarakat bahkan lapisan terpelajar. Pelajar yang dapat dikatakan sebagai orang terdidik nampaknya tak sedikit juga yang sudah mulai tidak jujur, salah satunya ketika sedang berlangsungnya ujian kerap kali ada saja siswa yang kedapatan menyontek.2 berbagai upaya dilakukan baik oleh pemerintah maupun pihak sekolah guna mempersempit celah bagi siswa untuk melakukan ketidakjujuran, salah satunya dengan memberikan soal ujian yang berbeda pada masing-masing siswa. upaya demikian dilakukan untuk menanamkan rasa percaya diri pada siswa dan sebagai dorongan agar siswa berlaku jujur, sebab perilaku berbohong yang dibiasakan sejak masa anakanak akan mempengaruhi sikapnya pada usia remaja bahkan hingga dewasa, oleh karena itu kejujuran ini sudah menjadi masalah utama bngsa Indonesia.3 Perlu dimengerti bahwa kejujuran merupakan landasan baik dalam berinteraksi, bertukar informasi dan pada saat melakukan transaksi, adapun manfaatnya agar tercipta suatu hubungan yang sehat dan efektif, terlebih kejujuran juga merupakan tolak ukur kualitas manusia dalam berkomunikasi. Pada saat dua orang bertemu dan terjadi komunikasi, terdapat taraf ke dalam komunikasi yang berbeda-beda yang dapat diukur berdasarkan apa dan siapa yang saling dibicarakan, pikiran atau perasaan, obyek tertentu, orang lain atau dirinya sendiri. Semakin orang mau saling membicarakan tentang perasaan yang ada di dalam dirinya, semakin dalamlah taraf komunikasi yang terjadi. 4
2
Din Syamsudin, Kejujuran Menjadi “Barang” Mewah, tersedia di http://antarajatim.com/lihat/berita/69297/din-syamsudin-kejujuran-jadi-barang-mewah; internet; diunduh pada 25 September 2014. 3 Jenny Ghicara, Mengatasi Perilaku Buruk Anak (Jakarta: Kawan Pustaka 2006)h. 14 4 Supratiknya, Komunikasi Antar Pribadi Tinjauan Psikologis, (Yogyakarta: Kanisius 1995), h. 32-34.
3
Jhon Powell membedakan komunikasi dalam lima taraf, taraf pertama adalah basa-basi yang merupakan taraf komunikasi paling dangkal dan Biasanya terjadi antara dua orang yang bertemu secara kebetulan. Taraf kedua yakni membicarakan orang lain. Taraf ketiga adalah menyatakan gagasan dan pendapat. Taraf keempat adalah hati dan perasaan. Taraf kelima adalah hubungan puncak yang mana komunikasi pada taraf ini ditandai dengan kejujuran, keterbukaan dan saling percaya yang mutlak diantara kedua belah pihak, tidak ada ganjalan-ganjalan berupa rasa takut maupun rasa khawatir dan merasa bebas untuk saling mengungkapkan perasaan, biasanya kedua belah pihak juga memliki perasaan yang sama tentang banyak hal, Dengan kata lain, komunikasi tersebut telah berkembang begitu mendalam sehingga kedua belah pihak merasakan kesatuan perasaan timbal balik yang sempurna. Ini membuktikan bahwa kejujuran sangatlah penting, oleh karena itu perlu dilakukan suatu upaya agar nilai-nilai kejujuran ditanamkan pada diri seseorang sedini mungkin.5 Kejujuran merupakan dasar hampir dalam setiap aspek kehidupan, karena hanya dengan kejujuran hubungan yang sehat serta pola komunikasi yang efektif dapat terwujud dan hal ini sangat mungkin diupayakan melalui sebuah mekanisme pendidikan dasar, dikarenakan melalui pendidikan dasar seorang individu untuk pertama kalinya dibekali kemampuan mendasar, baik kemampuan berfikir, membaca, menulis, berhitung, berkomunikasi serta pemahaman mendasar mengenai landasan hidup bermasyarakat yang berupa nilai-nilai spiritual, moral dan kejujuran. Sehingga menjadi sebuah integritas
5
Supratiknya, Komunikasi Antar Pribadi Tinjauan Psikologis, h. 32-34.
4
dimana pendidikan tidak hanya membentuk siswa yang cerdas, namun juga memiliki karakter dan keperibadian yang jujur, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan nilai-nilai luhur bangsa serta agama.6 Sebagaimana dijelaskan dalam UU No. 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa pendidikan dasar diselenggarakan untuk mengembangkan sikap serta memberikan kemampuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat juga mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk memenuhi pendidikan menengah.7 Lebih lanjut dijelaskan Dalam UU nomer 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, keperibadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.8 Siswa sekolah dasar merupakan generasi penerus bangsa yang akan meneruskan cita-cita bangsa dengan mengedepankan pendidikan sebagai sarana yang paling efektif dalam upaya mempersiapkan siswa untuk mengatasi kendala
6
keterbatasan
kemampuan
sehingga
secara
bertahap
mampu
Mohamad Ali, Pendidikan untuk Pembangunan Nasional Menuju Bangsa Indonesia yang Mandiri dan Berdaya Saing Tinggi (Jakarta: Imtima 2009) h. 33. 7 Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pada Bab V Pasal. 13. 8 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1.
5
berpartisipasi dalam proses pembangunan nasional yang dilandasi nilai-nilai spiritual, moral, kejujuran dan etika pembangunan bangsa. Selain sekolah di zaman yang modern ini, banyak sekali dijumpai sarana edukasi yang saat ini popular, salah satunya televisi. Televisi merupakan
sarana
komunikasi
searah
yang
dinilai
efektif
dalam
menyampaikan pesan. terlebih televisi dijadikan sebagai sumber utama siswa untuk mendapatkan informasi tentang berbagai hal baik itu hiburan, informasi serta pendidikan. Pilihan ini disebabkkan televisi merupakan satu-satunya media audio-visual yang menghadirkan suara sekaligus gambar sehingga mampu membuat siswa betah duduk berjam-jam untuk menyaksikan program siaran televisi terlebih mampu menyajikan informasi jauh lebih cepat dan lebih menarik ketimbang sumber-sumber informasi yang lain.9 Televisi memiliki salah satu program siaran yang ditayangkan di setiap jeda acara yaitu, iklan layanan masyarakat (Public Service Announcement). Iklan yang pada umumnya kita ketahui sebagai ajang promosi dari sebuah produk yang memanfaatkan media massa sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan produknya kepada khalayak luas agar bisa menarik perhatian konsumen untuk meningkatkan penjualan, ternyata memiliki sisi lain yang tidak menampilkan produk atau jasa bernuansa profit, melainkan iklan yang bertemakan sosial dimana hal ini bermanfaat bagi masyarakat dan bersifat non profit. Adapun Tujuannya memberikan infromasi dan pendidikan kepada masyarakat dalam rangka pelayanan dengan mengajak masyarakat untuk
9
Surbakti, Awas Tayangan Televisi Tayangan Misteri dan Kekerasan Mengancam Anak Anda, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo 2008), h. 43-67.
6
berpartisipasi, bersikap positif terhadap pesan yang disampaikan iklan layanan masyarakat.10 Tetapi iklan seperti ini masih jarang di Indonesia. Masih banyak yang belum dipikirkan secara masak pesan dan misi yang hendak disampaikan, di samping belum banyak media yang menyadari pentingnya iklan ini dalam membangun masyarakat. Iklan seperti masih ditempatkan sekedar sebagai stopper oleh media. Artinya, prioritas pemuatannya berada di belakang. Bila semua iklan komersial yang dipesan telah masuk dan ternyata ada sisa halaman yang pas, baru iklan masyarakat itu bisa masuk. Dapat dibayangkan betapa terpencilnya posisi iklan layanan masyarakat. Jika dikaji lebih lanjut, akan menjadi jelas betapa pentingnya iklan layanan masyarakat ini.11 Namun terdapat berberapa media yang memfoskuskan program siarannya di ranah informasi dan pendidikan. Salah satunya Televisi Edukasi yang merupakan sebuah stasiun televisi di Indonesia yang siarannya khusus ditujukan untuk menyebarkan informasi di bidang pendidikan dan berfungsi sebagai media pembelajaran bagi masyarakat. Stasiun televisi ini dimiliki oleh Kementrian Pendidikan Nasional Indonesia. Studio TVe berada di Jakarta, dan memiliki afiliasi dengan statisun televisi pendidikan di daerah. Selain dari itu, siaran TVe juga direlai oleh TVRI dan TV Anak Spacetoon. Tujuan didirikannya TVe ialah memberikan layanan siaran pendidikan berkualitas untuk menunjang tujuan pendidikan nasional.12
10
Rendra Widyatama, Pengantar Periklanan, (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher 2007), h.66. 11 Rhenald Kasali, Manajemen Periklanan, (Jakrta: PT. Pustaka Utama Grafiti, 1992), Cet. Ke-V, h. 201. 12 http://id.wikipedia.org/wiki/TV_Edukasi; internet; diunduh pada 2 februari 2014.
7
Televisi
edukasi
ikut
berperan
serta
dalam
mendidik
dan
mengembangkan arti dan makna kejujuran kepada siswa sekolah dasar. Melalui iklan kejujuran dan eskrim, TVe mencoba mengemas potret interkasi antara anak usia sekolah dasar dan orang tua yang berkenaan dengan kejujuran, amanah dan malu. Dimana anak dijadikan sebagai figur utama dalam iklan ini, tujuannya memberikan pandangan bahwa nilai-nilai kejujuran harus ditanamkan sejak masa anak-anak sebab prilaku berbohong yang dibiasakan sejak masa anak-anak akan mempengaruhi sikapnya pada usia remaja bahkan hingga dewasa. Serta memberikan pandangan bahwa kejujuran sangat berkaitan dengan amanah dan malu, dimana sebuah kujujuran dapat menimbulkan rasa kepercayaan begitu pula kepercayaan biasanya lahir dari adanya kejujuran dan kepercayaan bisa dibangun melalui amanah yang dijalani dengan jujur dan bertanggung jawab. iklan dikemas dan ditayangkan dalam bentuk Slice Of Life berupa potret salah satu ragam perilaku anak-anak yang kemudian diakhiri dengan himbauan “sekecil apapun jangan kotori kejujuran”. Arti penting dan makna kejujuran yang dijelaskan pada latar belakang masalah, yang juga oleh Televisi edukasi disajikan kepada publik sebagai peran serta televisi dalam mendidik, memberi informasi dan menghibur melalui format iklan layanan masyarakat, menarik jika dikaji lebih jauh terkait respon siswa sekolah dasar terhadap iklan “kejujuran dan es krim”, shingga melatar belakangi penulis untuk mengambil judul peneltian “RESPON SISWA SDN CIPAYUNG 1 TERHADAP IKLAN KEJUJURAN DAN ES KRIM DI TELEVISI EDUKASI (TVe)”
8
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan masalah Pembatasan masalah pada penelitian ini hanya mengenai: a. Respon siswa kelas 6 SDN Cipayung 1 Ciputat tahun ajaran 20142015 terhadap iklan “kejujuran dan es krim” di TVe. Karena secara tingkatan usia siswa kelas 6 sudah mulai bisa menangkap informasi dengan baik. sehingga mampu memberikan respon yang rasional terkait dengan informasi yang didapat. b. Respon dibatasi secara kognitif dan afektif terhadap iklan “kejujuran dan es krim” di TVe. Peneliti tidak mengambil respon konatif dikarenakan perubahan perilaku tidak hanya dipengaruhi oleh satu variabel tertentu, dalam hal ini iklan kejujuran dan es krim di TVe, melainkan juga di pengaruhi oleh variabel lain, misalnya keluarga, lingkungan, sekolah dan agama. 2. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalahnya adalah sebagai berikut: a. Bagaimana respon kognitif siswa kelas 6 SDN Cipayung 1 Ciputat terhadap iklan “kejujuran dan es krim” di TVe? b. Bagaiaman respon afektif siswa kelas 6 SDN Cipayung 1 Ciputat terhadap iklan “kejujuran dan es krim” di TVe?
9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui respon kognitif siswa kelas 6 SDN Cipayung I Ciputat terhadap iklan “kejujuran dan es krim” di TVe. b. Untuk mengetahui respon afektif siswa kelas 6 SDN Cipayung I Ciputat terhadap iklan “kejujuran dan es krim” di TVe. 2. Manfaaat Penelitian a. Manfaat Teoritis: Ingin mengetahui informasi mengenai kesesuaian antara pesan dan respon komunikan baik secara kognitif maupun afektif, yang secara teoritis dijelaskan bahwa, diterima atau tidaknya stimulus (pesan) tergantung dari sebarapa besar komunikator memfokuskan perhatian tehadap kondisi, situasi mapun interaksi komunikan. b. Manfaat Praktis: Ingin mengetahui informasi terkait bagaiamana siswa kelas 6 SDN Cipayung 1 merespon iklan kejujuran dan eskrim di TVe. Ditinjau dari beberapa aspek, di antaranya apakah iklan ini mendapatkan perhatian siswa kelas 6 atau tidak, lalu bagaimana siswa kelas 6 menerima pesan pada iklan ini sebagai gambaran keseharaian anak-anak seusia mereka yang berkenaan dengan kejujuran, amanah dan kepercayaan,
dan
melihat pengertian mereka melalui persepsi yang nantinya mereka tuangkan ke dalam sebuah angket yg diberikan kepada siswa kelas 6.
10
D. Metodologi 1. Metode Penelitian Penelitian
ini
menggunakan
pendekatan
kuantitatif
quasi
experimental, bentuk desain penelitian ini hanya menggunakan satu kelompok saja, sehingga tidak memerlukan kelompok kontrol. Dengan cara memberikan perlakuan terhadap satu kelompok responden yang dianggap mewakili.13 Perlakuan yang dimaksudkan dalam peneltian ini adalah dengan menayangkan iklan “kejujuran dan es krim” secara langsung dan serempak kepada siswa kelas 6 SDN Cipayung 1 untuk kemudian dipinta responnya melalui angket yang telah diberikan dalam bentuk kuesioner. 2. Populasi dan Sampel dalam penelitian ini subjek yang diasumsikan memiliki kualitas dan karakteristik yang tepat dalam menanggapi iklan “kejujuran dan es krim” di TVe adalah siswa kelas 6 SDN Cipayung 1 Ciputat, adapun alasannya adalah bahwa SDN Cipayung 1 merupakan salah satu sekolah yang diberikan fasilitas oleh TVe untuk bisa mengakses program siaran TVe, selain itu karakterisitik siswa kelas 6 yang berkisar antara usia 10-12 tahuh merupakan tahap dimana anak sudah mengetahui dengan baik alasan-alasan atau prinsip yang mendasari suatu peraturan dan anak sudah mengenal konsep-konsep moralitas, seperti kejujuran, hak milik, dll.14
13
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2009), Cet. Ke-8, h. 77-78 14 Prof. Dr. Singgih D Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Jakarta: Gunung Mulya, 2008) Cet. Ke-13, h. 69.
11
Populasi siswa kelas 6 SDN Cipayung 1 Ciputat berjumlah 50 orang yang terdiri dari siswa 24 orang dan siswi 26 orang. Metodologi
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
ialah
quasi
eksperimental, oleh karena itu yang terambil untuk dijadikan amatan adalah satu kelompok saja dengan tidak mengambil sampling, sehingga penelitiannya menggunakan penelitian populasi. 3. Definisi Operasional dan Indikator Penelitian a. Definisi Oprasional: 1) Aspek Koginitf a) Respon Kognitif, terjadi ketika responden mendapatkan pengetahuan mengenai isi pesan yang terkandung pada iklan “kejujuran dan es krim” kemudian pengetahuan tersebut dimunculkan kembali dalam bentuk tanggapan ataupun jawaban. b) Indikator aspek kognitif pada iklan kejujuran dan es krim ialah berupa
nilai-nilai
kejujuran,
baik
berupa
jujur
dalam
menyampaikan informasi, jujur ketika mengerjakan tugas (amanah) serta serta memerikan pengetahuan guna membangun kesadaran kepada masyarakat khususnya anak usia sekolah dasar bahwa kebohongan pada akhirnya akan ketahuan dan berupaya untuk tidak mengotori kejujuran sekecil apapun. 2) Aspek Afektif a) Respon afektif, terjadi apabila adanya perasaan yang muncul setelah menyaksikan “iklan kejujuran dan es krim”. Respon
12
afektif juga bisa dipahami sebagai efek keberlanjutan dari pada respon kognitif, ketika secara kognitif responden mampu memhami bahwa kebohongan pada akhirnya akan ketahuan maka muncul sebuah hasrat atau perasaan takut atau malu untuk berbohong. b) Indikator aspek afektif pada iklan “kejujuran dan es krim ialah perasaan yang munculkan responden baik dalam bentuk perasaan suka, senang sedih ataupun juga penilaian bagus ataupun tidak bagus terhadap iklan “kejujuran dan es krim”. 4. Teknik Pengumpulan Data a. Angket, yaitu pengumpulan data dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan, dengan menyebarkan daftar pertanyaan kepada setiap siswa kelas 6 SDN Cipayung 1 guna mendapatkan informasi terkait respon siswa terhadap iklan “kejujuran dan es krim”. b. Observasi, dilakukan dengan mendatangi lokasi penelitian serta mengamatai pola interkasi siswa SDN Cipayung 1 Ciputat yang berkenaan dengan nilai-nilai kejujuran, dari hasil observasi dikethuia adanya program kantin kejujuran yang diterapkan disekolah. c. Documentasi, berupa pengumpulan data melalui melalui mekanisme pengambilang gambar atau foto serta dokumen lainya pada saat penelitian berlangsung, foto sekolah responden, serta arsip video iklan “kejujuran dan es krim” serta dokumen kurikulum SDN Cipayung 1 Ciputat tahun ajaran 2014/2015.
13
5. Teknik Analisis Data Data yang diperoleh melalui angket atau kuisioner kemudian diproses melalui tahapan-tahapan : a. Editing, yakni memeriksa jawaban-jawaban responden untuk diteliti dan kemudian dirumuskan pengelompokannya baik respons kognitif maupun afektif. b. Analisa dan interpretasi data, yakni merubah data kuantitatif hasil perolehan angket menjadi bentuk kata-kata, sehingga pernyataan persentase tersebut menjadi bermakna.
E. Kajian Pustaka Dalam penelitian ini penulis telah meneliti tulisan-tulisan terdahulu yang judul dan pembahasannya hampir sama dengan pembahasan penulisan skripsi penulis mengenai tayangan di televisi dan respon siswa. Maka penulis menjadikan skripsi terdahulu tersebut sebagai perbedaan dan perbandingan dalam penelitian penulis. Adapun judul penelitian respon terhadap tayangan televisi adalah sebagai berikut: Rany Ika Rahmadani, skripsi tahun 2009 yang pembahasan mengenai “Respon Mahasiswa Dakwah dan Komunikasi UIN Syahid Jakarta Terhadap Iklan Layanan Masyarakat, 100 Tahun Hari Kebangkitan Nasional”. Metodologi penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan metode survey semantara penulis menggunakan metodologi peneltian kuantitatif quasi eksperimental. Adapun kesamaan terletak pada variabel
14
independen yang sama-sama membahas iklan layanan masyarakat namun dengan judul iklan yang berbeda dan perbedaan terletak pula pada subjek dan objek penelitian, yaitu respon siswa dengan mahasiswa. Penelitian ini menggunakan sampel sementara penulis menggunakan penelitian populasi. Istiana, skripsi tahun 2012 pembahasan mengenai “Respon SiswaSiswi Madrasah Aliyah Negri 4 Model Jakarta Terhadap Film 2012”. Metodologi penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan desain deskripsi analisis. Adapun kesamaan terletak pada variabel dependen yang sama-sama membahas respon siswa namun dengan tingkatan atau jenjang pendidikan yang berbeda antara siswa SD dengan siswa SMP. Andi Widiyanto, skripsi tahun 2011 yang pembahasannya mengenai “Respon Siswa-Siswi SMA Muhamadiyah 25 Pamulang Terhadap Tayangan Religi di Trans Tv”. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini berupa pendekatan deskripsi analisis.
F. Sistematika Penulisan Sebagai gambaran umum, Peneliti menyajikan sistematika penulisan dalam 5 bab. Guna memberikan gambaran secara sistematis dan mudah dipahami oleh pembaca penelitian ini. adapun pembahasan dan penulisan penelitian ini secara garis besar yaitu: Bab I
Membahas pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
15
Bab II
Membahas mengenai landasan teori yang terdiri dari teori Stimulus Organism Respon (SOR), karakteristik siswa dan karakteristik iklan.
Bab III
Membahas mengenai profil televisi edukasi (TVe) dan SDN Cipayung 1 Ciputat, meliputi sejarah serta visi dan misi.
Bab IV
Membahas mengenai hasil temuan data, yakni respon siswa kelas 6 SDN Cipayung 1 Ciputat, baik kognitif maupun afektif.
Bab V
Membahas mengenai kesimpulan dan saran dari penelitian yang telah dibuat.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Respon 1. Pengertian Respon Respon dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tanggapan, reaksi dan jawaban terhadap suatu gejala atau peristiwa yang terjadi. 1 Dalam kamus lengkap psikologi disebutkan bahwa respon adalah sebarang proses otot atau kelenjar yang dimunculkan oleh suatu perangsang atau berarti satu jawaban, khususnya satu jawaban bagi pertanyaan tes atau satu kuesioner, atau bisa juga berarti sebarang tingkah laku, baik yang jelas kelihatan atau yang lahiriah maupun yang tersembunyi atau tersamar.2 Menurut Poerwadarminta respon merupakan tanggapan, reaksi dan jawaban.3 Tanggapan lebih lanjut dijelaskan oleh Abu Ahmadi sebagai salah satu fungsi jiwa yang pokok dan dapat diartikan sebagai gambaran atau ingatan dari pengamatan, dimana obyek yang telah diamati tidak lagi berada dalam ruang dan waktu pengamatan.4 Hal serupa dijelaskan Agus Sujanto, bahwa yang disebut dengan tanggapan ialah gambaran pengamatan yang tinggal di kesadaran kita sesudah mengamati. Jadi, jika proses pengamatan
1
Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta, Balai Pustaka, 2002), h. 585. 2 J.P Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), Cet. Ke-9, h. 432. 3 Poerwadarminta, Psikologi Komunikasi (Jakarta: UT, 1999), Cet. Ke-3, h. 43. 4 Abu Ahmadi, Psikologi Umum (Jakarta: Rineke Cipta, 1998), Cet. Ke-2, h.64.
16
17
sudah berhenti, dan hanya tinggal kesan-kesannya saja, peristiwa demikian di sebut tanggapan.5 Respon dapat juga diartikan sebagai suatu reaksi dan jawaban. Reaksi menurut teori stimulus-response merupakan efek yang ditimbulkan terhadap stimulus khusus, yang berupa kesesuaian antara pesan yang disampaikan dengan apa yang dianggap penting atau menarik bagi komunikan dan jawaban adalah kesimpulan atau penafsiran terhadap pesan yang diperoleh dari pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan.6 2. Macam-Macam Respon a. Respon Kognitif Respon kognitif yaitu tanggapan yang mencakup kegiatan mental atau segala upaya yang menyangkut aktivitas pada otak yang berupa ingatan (memory).7 Ingatan ialah kemampuan jiwa untuk memperoleh informasi, menyimpan dan mereproduksi kesan-kesan. Melalui kemampuan mengingat, manusia mampu untuk menyimpan dan menimbulkan kembali sesuatu yang pernah diamati. Kemampuan manusia untuk menimbulkan kembali informasi yang dahulu pernah diamati kedalam sebuah tanggapan dapat disebut reproduksi.8 Motif kognitif menekankan kebutuhan manusia akan informasi dan kebutuhan untuk mencapai tingkat pemahaman tertentu.9 Wilbur Schramm
5
Agus Sujanto, Psikologi Umum (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), Cet. Ke- 12, h. 31. Onong Uchjana effendi, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: Citra Aditya Bakti 2007) Cet. Ke-3 h. 254. 7 Abu Ahmadi, Psikologi Umum, h. 67 8 Abu Ahmadi, Psikologi Umum, h. 69 9 Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2012), Cet. Ke-28, h. 206. 6
18
mendefinisikan informasi “sebagai segala sesuatu yang mengurangi ketidak pastian atau mengurangi jumlah alternatif dalam situasi”.10 b. Respon Afektif Respon afektif merupakan tanggapan atau reaksi yang erat kaitannya dengan perasaan dan keadaan pribadi seseorang, sehingga bersifat subyektif. Karena gejala perasaan dapat dipengaruhi oleh keadaan jasmani (kesehatan), keadaan dasar individu (pembawaan) dan keadaan individu pada suatu waktu (mood).11 Menurut Prof. Hukstara perasaan merupakan “suatu fungsi jiwa untuk mempertimbangkan dan mengukur sesuatu menurut rasa senang dan tidak senang”. Dalam siatuasi yang menyenangkan kita cenderung untuk menilai sesuatu secara positif, sedangkan dalam situasi yang tidak menyenangkan kita nilai secara negatif.12 Gejala perasaan dapat pula timbul melalui stimulus tertentu yang datang dari luar, seperti tayangan televisi, siaran radio maupun bacaan koran yang kerap kali berakibat pada timbulnya suatu kesan atau perasaan tertentu, berupa semangat, senang, sedih, bahagia, dan takut.13 c. Respon konatif (behavioral) Respon konatif dapat dipahami sebagai efek keberlanjutan dari tahapan kognitif dan afektif, misalnya berawal dari tidak tahu menjadi tahu, setelah tahu berlanjut pada tahapan afektif yang memberi kesan takut, senang, bahagia dan sebagainya. Kesan-kesan tersebut memberikan reaksi yang berupa niat,
10
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, h. 221. Abu Ahmadi, Psikologi Umum, h. 101-103. 12 Agus Sujanto, Psikologi Umum, h. 75. 13 Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, h. 213. 11
19
tekad dan upaya untuk melakukan suatu kegiatan atau tindakan. Jadi, efek konatif tidak langsung timbul sebagai akibat terpaan media massa, melainkan keberlanjutan dari respon kognitif dan afektif.14 3. Faktor Terbentuknya Respon Seorang Psikolog Jerman William Stern dengan teori konvergensinya, berpendapat bahwa perkembangan manusia itu ditentukan oleh faktor eksternal dan faktor internal. stimulus merupakan faktor eksternal dan individu merupakan faktor internal. Faktor yang paling kuatlah yang memberi bentuk.15 Secara komprehensif kedua faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Faktor Internal Faktor internal yaitu faktor yang ada dalam diri individu, yang terdiri dari unsur jasmani dan rohani. keberadaan kedua unsur tersebut sangat mempengaruhi individu dalam memberikan respon atau tanggapan. Unsur jasmani atau fisiologis meliputi alat indra, syaraf serta pusat susunan syaraf. Alat indra atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus, kemudian syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak. Unsur rohani meliputi perasaan yang di ekspresikan gerak tubuh, pikiran, fantasi dan sebagainya.
14
Onong Uchjana effendi, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 319. Agoes Soejanto, Psikologi Perkembangan (Jakarta: Rineke Cipta, 2005), Cet. Ke-8,
15
h. 177.
20
Di dalam diri individu terjadi proses asosiasi atau pertautan antara unsur-unsur tersebut, seperti otak menimbulkan kesan pada perasaan dan perasaan menimbulkan ekspresi tubuh.16 b. Faktor Eksternal Faktor eksternal yaitu faktor yang ada pada lingkungan. Lingkungan merupakan serangkaian objek yang kemudian berubah menjadi suatu stimulus atau pesan saat terjadi kontak dengan alat indra, artinya individu dikenai berbagai macam stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan lingkungannya. Akan tetapi tidak semua stimulus mendapatkan perhatian, sehingga perlu adanya persesuaian antara stimulus dengan apa yang dibutuhkan atau dirasa menarik bagi individu.17 4. Proses Terjadinya Stimulus Respon Teori stimulus, organism, response (SOR) semula berasal dari psikologi. Kemudian juga menjadi teori komunikasi, karena obejek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah manusia, yang ditinjau dari segi sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi dan konasi. Menurut stimulus response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, artinya tidak semua stimulus direspon oleh organism. Respon hanya diberikan terhadap stimulus yang ada persesuaian atau yang menarik perhatian komunikan. Sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi, unsur-unsur dalam model ini adalah :18
16
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum (Yogyakarta: Andi, 2004), Cet. Ke-4, h.
89-90. 17
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, h. 91-92. Onong Uchjana effendi, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 254.
18
21
a. Pesan (Stimulus, S) b. Komunikan (Organism, O) c. Efek (Response, R) Prof. Dr. Mar’at dalam bukunya “Sikap Manusia, Perubahan serta pengukurannya mengutip pendapat Hovland, Janis dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting, yaitu : a. Perhatian b. Pengertian c. Penerimaan Secara skematis keberlanjutan dari unsur model stimulus response dapat dijelaskan sebagai berikiut: Organisme : Stimulus
Perhatian Pengertian Penerimaan Respon
Sumber: Onong Uchjana effendi, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Skema tersebut memberikan gambaran bahwa stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti, setalah itu organism mengolah stimulus tersebut, sehingga terjadilah kesediaan untuk merubah sikap.19
19
Onong Uchjana effendi, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 255-256.
22
B. Iklan 1. Pengertian Iklan Kata iklan atau Advertising berasal dari bahasa Yunani, yang artinya menggiring orang pada gagasan. pengertian iklan secara komprehensif adalah semua bentuk aktivitas untuk menghadirkan dan mempromosikan ide, barang atau jasa secara nonpersonal yang dibayar oleh sponsor tertentu.20 Maksud kata “dibayar” pada definisi tersebut menunjukan fakta bahwa ruang atau waktu bagi suatu pesan iklan pada umumnya harus dibeli. Adapun maksud kata “nonpersonal” berarti suatu iklan melibatkan media massa.21 Menurut Otto Klepper dalam bukunya “Advertising Procedure”, dijelaskan bahwa istilah advertising berasal dari bahasa latin yaitu ad-vere yang berarti mengoperkan pikiran dan gagasan kepada pihak lain. Hal ini merupakan salah satu bentuk komunkasi yang bertujuan untuk mempersuasi para pendengar, pemirsa maupun pembaca agar mereka memutuskan untuk melakukan tindakan sesuai pesan iklan pada media massa.22 Hal serupa dijelaskan Lovelock dan Wright, bahwa iklan adalah bentuk
komunikasi
nonpersonal
yang
dilakukan
pemasar
untuk
menginformasikan, mendidik atau membujuk pasar sasaran. Melalui iklan, sebuah perusahaan dapat mengkomunikasikan suatu produk yang dihasilkan. Iklan mengajari masyarakat untuk memakai produk ini demi mengisi kebutuhan dan peningkatan kualitas hidup.23
20
Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna, h. 536. Morissan, Periklanan Komunikasi Pemasaran Terpadu (Jakarta: KENCANA, 2012) Cet. Ke-2, h. 17-18. 22 Rendra Widyatama, Pengantar Periklanan (Jakarta: Buana Pustaka Indonesia, 2005) h. 13. 23 Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna, h. 537. 21
23
2. Tujuan Iklan a. Informatif iklan informatif bertujuan untuk membentuk permintaan pertama. Caranya dengan memberitahukan pasar tentang produk baru, menjelaskan layanan yang tersedia dan membangun citra perusahaan. b. Persuasif Iklan persuasif bertujuan membujuk para penerima informasi agar selektif terhadap suatu merek tertentu, di tengah arus periklanan yang kompetitif, dengan membentuk keutamaan merek, lalu mendorong alih merek sehingga merubah sikap atau persepsi mereka sebagaimana yang dikehendaki oleh pengirim informasi. c. Pengingat (reminding) iklan pengingat bertujuan mengingatkan pembeli pada produk yang sudah mapan bahwa produk tersebut mungkin akan dibutuhkan kemudian, membuat pembeli mengingat tetap mengingat produk itu meskipun sedang tidak musim dan mempertahankan kesadaran puncak.24 Selain itu tujuan iklan juga harus mengalami pengembangan atau tidak statis melainkan dinamis seiring dengan selera audiens pada waktu dan tempat tertentu. Sekurang-kurangnya ada beberapa bentuk pengembangan tujuan iklan sebagai berikut:25 a. Pengembangan tujuan iklan sejalan dengan arah pemasaran, misalnya dengan mempertimbangkan segmen audiens yang dituju dan saat ada momentum besar seperti piala dunia. 24
M. Suyanto, Strategi Perancangan Iklan Tekevisi, h. 53-61. Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna, h. 542-545.
25
24
b. Jelas dan dapat diukur, yakni pesan-pesan apa saja yang harus ada di dalam suatu pesan iklan serta dapat pula diukur tingkat ketercapaian dan tingkat keterpengaruhan iklan terhadap audiens. c. Praktis, yakni kemasan pesan iklan mudah dilihat, didengar dan mudah diingat oleh audiens. Terlebih jika konten iklan berkaitan dengan situasi dan kondisi terbaru seperti menjelang piala dunia. d. Dapat diterima oleh departemen lain, sebuah iklan yang diluncurkan merupakan keputusan dan tanggung jawab bersama dalam sebuah departemen besar dalam perusahaan, karena
untuk menghasilkan
sebuah iklan maka ada kerjasama antara produk dengan ide kreatif terhadap isu iklan, baik dalam segi penulisan judul, bagian desain, pembuatan videoklip. e. Memiliki fleksibilitas tertentu, perencanaan pesan ataupun tujuan iklan sewaktu-waktu dapat berubah tergantung pada situasi produk dan situasi audeins. Terutama menjelang momentum besar seperti piala dunia. 3. Jenis-Jenis Iklan Menurut Bittner ada 2 jenis iklan, yaitu iklan standar dan iklan layanan masyarakat. iklan standar adalah iklan yang ditata secara khusus untuk keperluan memperkenalkan barang, jasa maupun pelayanan untuk konsumen melalui media periklanan. Tujuan dari iklan ini yaitu untuk merangsang motif dan minat para pembeli serta untuk mendapatkan keuntungan secara ekonomi atau dengan kata lain iklan ini dapat disebut dengan iklan komersil.
25
Iklan layanan masyarakat adalah iklan yang bersifat non profit dan bersifat sosial keuntungan. Iklan ini berusaha mendapatkan atau membentuk citra baik di tengah masyarakat. Umumnya iklan layanan masyarakat bertujuan memberikan informasi dan pendidikan kepada masyarakat dalam rangka pelayanan dengan mengajak masyarakat untuk berpartisipasi, serta bersikap positif terhadap pesan yang disampaikan. Jadi esensi yang membedakan iklan standar dengan iklan layanan masyarakat terletak pada tujuan keuntungan yang diraih dan diharapkan.26 4. Iklan Layanan Masyarakat Iklan layanan masyarakat pertama kali didefinisikan oleh Komisi Komunikasi Federal Amerika Serikat sebagai iklan yang dimuat tanpa biaya, guna mempromosikan kebijakan pemerintah serta melayani kepentingan masyarakat, seperti penyampaian gagasan dengan harapan akan diterima dan dicontoh khalayak sasaran, dukungan terhadap hal tertentu yang sedang dilancarkan pemerintah, ajakan untuk melakukan kegiatan sosial dan membujuk masyarakat untuk memahami, mengakui dan memberikan kesadaran tentang masalah-masalah sosial.27 Secara
umum
iklan
layanan
masyarakat
(ILM)
merupakan
penyampaian informasi singkat yang biasanya digunkan oleh lembaga amal, nirlaba dan organisasi masyarakat dalam upaya mendidik masyarakat, mempromosikan program dan menyediakan sumber untuk perubahan perilaku
26
Rendra Widyatama, Pengantar Periklanan, h. 66. Sandra L. Beckwith, Publicity For Non Profit (USA: Kaplan Publishing, 2006), h.
27
63-64.
26
individu maupun komunitas. Radio dan televisi merupakan sarana yang umumnya digunakan untuk menyebarluaskan ILM.28 Efek iklan layanan masyarakat merupakan setiap perubahan yang terjadi di dalam diri khalayak akibat menerima pesan-pesan yang bersifat sosial melalui media massa. Melalui pesan yang disampaikan tersebut akan menimbulkan efek bagi khalayak berupa efek kogintif, afektif dan konatif. Dengan demikian, PSA merupakan bentuk pemasaran sosial, yang merupakan penerapan prinsip-prinsip pemasaran untuk masalah sosial guna membawa perubahan sikap dan perilaku di kalangan masyarakat umum atau segmen populasi tertentu. menurut Kotler, Roberto dan Lee terdapat klasifikasi pada sasaran pemasaran sosial, diantaranya:29 a. Behaviour Objective, pemasaran harus memiliki rencana dan desain sasaran perilaku yang ingin dilakukan oleh target sasarannya. Contoh: berhenti merokok, membuang sampah pada tempatnya. b. Knowledge Objective, mengarah kepada data statistik fakta dan informasi
lainnya
yang
mampu
membuat
target
sasarannya
termotivasi. Contoh, persentase orang yang meninggal karena kebiasaan merokok. c. Belief Objective, sasaran ini berhubungan dengan sikap, pendapat, perasaan dan nilai yang dimiliki oleh target. Target memiliki kepercayaan sebelumnya yang harus dirubah ataupun sugesti berupa anggapan ada yang hilang saat tidak melakukan tindakan tersebut.
28
Palupi Widyastuti, Metode Penididikan Kesehatan Masyarakat (Jakarta: EGC, 2003), h. 234. 29 Rendra,PemasaranSosial,http://www.academia.edu/4126965/JURNAL_RENDA_ BHAKTICAKSA_0911223109; internet; diunduh pada 10 mei 2014.
27
Menurut dewan periklanan di Amerika Serikat yang mensponsori iklan layanan masyarakat, terdapat beberapa kriteria iklan layanan masyarakat, diantaranya:30 a. Tidak komersil b. Tidak bersifat keagamaan c. Tidak bersifat politis d. Berwawasan nasional e. Diperuntukan untuk semua lapisan masyarakat f. Diajukan oleh organisasi yang telah diakui dan diterima g. Dapat diiklankan h. Mempunyai
dampak
dan
kepentingan
tinggi
sehingga
patut
mendapatkan dukungan media lokal maupun nasional. 5. Iklan Layanan Masyarakat di TVe Secara garis besar materi siaran TVe terdiri dari program informasi pendidikan 20%, program pendidikan informal 20%, program pendidikan nonformal 30% dan program pendidikan formal 30%. Materi pendidikan formal mengacu kepada kurikulum dan ditujukan bagi siswa. Sedangkan program non-formal bersifat umum yang lebih kepada pendidikan karakter. Salah satu pendidikan non-formal yang tersedia pada program siaran TVe, adalah Iklan Layanan Masyarakat (ILM). Tujuannya adalah untuk menghimbau, mengajak dan memberi informasi mengenai pendidikan karakter dan promo kebijakan kementerian. Pendidikan karakter yang disiarkan TVe
30
Wikipedia,IklanLayananMasyarakat,http://id.wikipedia.org/wiki/Iklan_layanan_m asyarakat; internet; diunduh pada 10 mei 2014.
28
melalui ILM berkenaan dengan nilai-nilai budi pekerti, seperti kejujuran, kedisplinan serta rasa saling menghargai. Salah satu iklan pendidikan karekter di TVe ialah iklan kejujuran dan eskrim, Iklan tersebut berisi tentang nilai-nilai moral dan kejujuran yang dikhususkan untuk menghimbau dan mengajak anak-anak agar selalu bersikap jujur sekaligus memberikan informasi mengenai arti penting kejujuran. adapun promo kebijakan kementerian yang disiarkan TVe, ialah promo kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (KEMENDIKBUD), yang meliputi sosialisasi dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah), sosialisasi beasiswa bidik misi dan promo program Pustekkom, seperti Jardiknas dan sosialisasi rumah belajar untuk guru SD, SMP dan SMA.31
C. Televisi 1. Pengertian Televisi Televisi secara etimologis terdiri dari kata tele dalam bahasa Yunani yang berarti “jarak” dan kata visi yang berarti “citra atau gambar” dalam bahasa Latin. Jadi, kata televisi berarti suatu sistem penyajian gambar berikut suaranya dari suatu tempat yang berjarak jauh.32 Televisi adalah paduan radio (broadcast) dan film (moving picture), segi jauhnya diusahakan oleh prinsip radio, kemudian segi penglihatannya oleh gambar dan prinsip dari penggerakan gambar itu melalui unsur-unsur film.33
31
Wawancara dengan Tuti Alawiyah (Produser Program TVe) Jakarta, 3 Juni 2014. Sutisno, Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi dan Video (Jakarta: Grasindo, 1993), h. 1. 33 Onong Uchjana effendi, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 174. 32
29
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, televisi adalah pesawat sistem penyiaran gambar obyek yang bergerak yang disertai dengan bunyi (suara) melalui angkasa dengan menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya menjadi berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi yang dapat didengar, digunakan untuk penyiaran pertunjukan berita dan sebagainya.34 Media televisi pada hakikatnya merupakan suatu sistem komunikasi yang menggunakan rangkaian gambar elektronik yang dipancarkan secara cepat, berurutan dan diiringi unsur audio.35 2. Fungsi Televisi a. Fungsi informasi, yaitu merujuk pada upaya penyebaran informasi dan interpretasi yang obyektif mengenai berbagai peristiwa yang terjadi di dalam dan di luar lingkungan sosial dengan tujuan kontrol sosial. b. Fungsi pendidikan, merujuk pada dua fungsi yaitu, fungsi korelasi sosial dan fungsi sosial. Media secara simultan menciptakan suatu korelasi sosial antara suatu kelompok sosial dengan kelompok sosial lainnya, untuk mencapai konsensus dalam ruang lingkup yang lebih luas dan heterogen. Media Juga bisa berarti suatu upaya penyediaan sumber belajar inovatif yang berbasis kurikulum sekolah serta informasi mengenai pewarisan nilai dari satu generasi ke generasi berikutnya.
34
Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Bina Aksara, 1986), Cet. Ke-3 h. 59. 35 Sutisno, Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi dan Video, h. 1.
30
c. Fungsi hiburan, yaitu fungsi media untuk menghibur manusia. Manusia cenderung untuk melihat dan memahami peristiwa atau pengalaman manusia sebagai sebuah hiburan.36 3. Jenis-Jenis Televisi a. Televisi penyiaran publik Televisi penyiaran publik adalah lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum yang didirikan oleh negara, bersifat independen, netral, tidak komersial dan berfungsi memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat. Televisi Republik Indonesia (TVRI) adalah satu-satunya televisi penyiaran publik di Indonesia, yang stasiun pusat penyiarannya berada di Ibukota Negara Republik Indonesia.37 TVRI mempunyai tugas memberikan pelayanan informasi, pendidikan hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial serta melestarikan budaya bangsa untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat melalui penyelenggaraan penyiaran televisi yang menjangkau seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.38 b. Televisi penyiaran swasta Televisi penyiaran swasta adalah lembaga penyiaran yang bersifat komersil berbentuk badan hukum Indonesia, yang bidang usahanya hanya menyelenggarakan jasa penyiaran radio atau televisi.39
36
M. Alwi Dahlan, Manusia Komunikasi Komunikasi Manusia, (Jakarta: Kompas, 2008), h. 461-467. 37 Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran Pada Bab III Pasal. 14. 38 Undang-Undang No. 13 Tahun 2005 Tentang Penyiaran Publik Televisi Republik Indonesia Pada Bab II Pasal. 4. 39 Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran Pada Bab III Pasal. 16.
31
c. Televisi penyiaran komunitas Televisi penyiaran komunitas adalah lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum Indonesia, didirikan oleh komunitas tertentu, bersifat independen dan tidak komersial, dengan daya pancar rendah, luas jangkauan wilayah terbatas, serta untuk melayani kebutuhan komunitasnya.40 d. Televisi penyiaran berlangganan Televisi penyiaran berlangganan adalah lembaga penyiaran berbentuk badan hukum Indonesia, yang bidang usahanya hanya menyelenggarakan jasa penyiaran berlangganan dan wajib terlebih dahulu memperoleh izin penyelenggaraan penyiaran berlangganan. Lembaga penyiaran berlangganan memancarluaskan atau menyalurkan materi siarannya secara khusus kepada pelanggan melalui radio, televisi, multi media atau media informasi lainya.41 4. Televisi Edukasi (TVe) TVe adalah lembaga penyedia konten siaran (content provider) yang dikhususkan pada produksi program siaran instruksional atau pembelajaran juga pendidikan karakter. Tujuan TVe ialah memberikan layanan siaran pendidikan berkualitas untuk menunjang pendidikan nasional dan sebagai media pembelajaran masyarakat yang berbasis pada Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Dijelaskan dalam UU No. 32 Tahun 2002 tentang penyiaran bahwa lembaga penyiaran publik atau lembaga penyiaran negara yang ada di Indonesia adalah radio Republik Indonesia (RRI) dan Televisi Republik Indonesia (TVRI), sehingga TVe selaku televisi yang berada dibawah naungan 40
Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran Pada Bab III Pasal. 21. Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran Pada Bab III Pasal. 25.
41
32
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (KEMENDIKBUD) tidak memliki izin siaran secara mandiri, perannya hanya sebatas memproduksi konten siaran pendidikan, oleh karena itu TVe menjalin kerjasam dengan lembaga penyiaran publik (TVRI) dan lembaga penyiaran lokal atau daerah, untuk menerussiarakan hasil produksi program TVe secara Relay di stasiun televisi yang terjalin kerja sama dengannya. dari apa yang sudah dijelaskan dapat di simpulkan bahwa TVe selaku Content Provider fungsinya ialah memproduksi program siaran pendidikan untuk kemudian hasil produksi tersebut ditayangkan secara Relay di TVRI selaku Content Aggregator atau penyelenggara program siaran yang berfungsi mentransmisi hasil produksi program TVe agar bisa sampai dan saksikan publik ditelevisi seluruh Indonesia. Secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut : Content Provider (TVe)
Content Aggregator (TVRI)
Transmission
Televisi di rumah
TVe dalam memproduksi konten siaran instruksional melakukan kerja sama dengan berbagai sekolah di Indonesia, salah satunya SDN Cipayung 1 Ciputat, guna menyesuaikan kurikulum yang ada di sekolah dengan konten siaran yang diproduksi TVe. Melalui aplikasi RPP (rencana pelaksanaan pelajaran) yang ada pada website http://tve.kemdikbud.go.id/, guru bidang studi dipinta mengisi formulir berupa studi yang diajarkan, materi yang diberikan, kelas yang dituju.42
42
Wawancara dengan Tuti Alawiyah (Produser Program TVe) Jakarta, 3 Juni 2014.
33
D. Konsep Kejujuran 1. Pengertian Kejujuran Jujur adalah kesesuaian antara berita yang disampaikan dan fakta, antara fenomena yang diberitakan serta antara bentuk dan substansi. Jujur juga merupakan sikap yang tulus dalam menjalankan sikap yang di amanatkan, baik berupa harta maupun tanggung jawab. Orang yang melaksanakan amanat dijuliki dengan sebutan “al-amin”, yakni orang yang terpercaya, jujur dan setia. Dinamai demikian karena sesuatu yang diamanatkan kepadanya menjadi aman dan terjamin dari segala bentuk gangguan, baik yang datang dari dirinya sendiri maupun orang lain. Sifat jujur dan terpercaya merupakan sesuatu yang sangat penting dalam segala aspek kehidupan, seperti dalam kehidupan rumah tangga, perniagaan, perusahaan dan lain-lain.43 Hal serupa juga dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa jujur adalah lurus hati, tidak berbohong, tidak curang, tulus ikhlas. Sedangkan kejujuran merupakan sifat jujur, ketulusan hati, kejujuran hati. Oleh karena itu, pengertian kejujuran atau jujur adalah tidak berbohong, berkata atau memberikan informasi sesuai kenyataan.44
43
Shafwat Abdul Fattah, Mungkinkah Kita Jujur, (Jakarta: Gema Insani, 2005), h.27-
29
44
Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 305.
34
2. Pembagian kejujuran Imam al-Ghazali membagi sikap benar atau jujur (Shiddiq) kedalam beberapa jenis, yaitu:45 a. Jujur dalam lisan atau bertutur kata. Kejujuran seperti ini hanya terjadi dalam menyampaikan berita atau pembicaraan yang mengandung berita. b. Jujur dalam berniat dan berkendak. Kejujuran seperti ini mengacu kepada konsep ikhlas, yaitu tiada dorongan bagi seseorang dalam segala gerakan dan tindakannya selain dorongan karena Allah. Jika dicampuri dorongan obsesi dari dalam jiwanya, maka batalah kebenaran niatnya. Orang yang sperti ini dapat dikatakan sebagai pembohong. Oleh karena itu, salah satu makna jujur mengacu kepada ketulusan niat atau ikhlas. c. Jujur dalam berobsesi atau bercita-cita, yaitu tekad yang kuat, sungguh-sungguh dan tulus untuk melakukan kebaikan, guna membuktikan kebenaran yang diyakininya. d. jujur dalam menepati obsesi, yaitu apabila berjanji dan berobsesi tidak hanya berhenti pada tekad atau angan-angan saja tetapi bersungguhsungguh pula untuk merealisasikan cita-cita tersebut. e. Jujur dalam beramal, yaitu berbuat secara sunggug-sungguh dan tulus sehingga tercapai keselarasan antara teori (isi hati) dengan perbuatan atau tindakan sehari-hari.
45
Shafwat Abdul Fattah, Mungkinkah Kita Jujur, h. 20-25
35
f. Jujur atau benar yang memiliki drajat tertinggi dan paling mulia adalah kejujuran dalam maqam-maqam (tingkatan rohaniah) Bergama, yaitu kesungguhan dan ketulusan dalam menempun proses-proses pensucian diri agar dapat mendekatkan diri pada Tuhan. 3. Faktor-faktor Pendorong Kejujuran Al-Mawardi dalam kitabnya Adab ad-Dunya wad-Din menyebutkan beberapa perkara yang mendorong berlaku jujur. Diantaranya adalah:46 a. Akal, karena akal pasti mencela kedustaan. Apalagi jika kebohongan itu sama seklai tidak mendatangkan manfaat atau menolak mudharat. Akal mengajak untuk berbuat sesuatu yang dianggap baik dan akal mengahalangi seseorang berbuata sesuatu yang dianggap buruk. b. Agama yang mengajarkan untuk mengikuti kejujuran dan melarang dusta. Karena syari’at tidak mungkin mengajarakan apa yang dianggap berbahaya oleh akal. Sebaliknya, syari’at datang untuk mempertegas bahaya dusta yang telah dinyatakan oleh akal. Syari’at melarang dusta meski terkadang dapat memberi manfaat atau menolak bahaya, sementara akal hany melarang sesuatu yang tidak mendatngkan manfaat, tetapi tidak menolak bahaya. c. Muru’ah, harga diri mencegah seseorang berbuat bohong dan sebaliknya mengajak kepada kebaikan. Ia terkadang mencegah seseorang untuk berbuat seseuatu yang tidak disukai, terlebih lagi yang dianggap buruk.
46
Sa’id Abdul Azhim, Jujurlah dan Allah Mencintaimu, (Jakarta: FIKR, 2007), h. 29-
30.
36
d. Ingin dikenal sebagai orang yang jujur, sehingga pernyataannya tidak ditolak. Seorang sastrawan berkata “hendaknya yang menjadi rujukmu adalah kebenaran dan yang menjadi pendorongmu adal kejujuran, karena kebenaran adalah penolong yang paling kuat dan kejujuran adalah teman yang paling mulia.”
BAB III GAMBARAN UMUM SDN CIPAYUNG 1 CIPUTAT
1. Sejarah Berdirinya SDN Cipayung 1 Ciputat SDN Cipayung 1 Ciputat berdiri sejak tahun 1974, sejak awal berdirinya sampai dengan tahun ini usia berdiri sekolah terhitung 38 tahun. SDN Cipayung 1 Ciputat mendapatkan izin pendirian dari Kanwil Depdikbud Banten. Seiring berjalannya waktu SDN Cipayung 1 Ciputat semakin membenah diri, mulai dari pembenahan kelas, menambah guru-guru berkualitas, serta sistem pengajaran yang selalu diperbarui membuat kepercayaan masyarakat terhadap sekolah ini semakin meluas. Dengan semangat kerja keras yang terus dijalankan, pada tahun 2005 Dinas Pendidikan dan Kebudayaan provinsi Banten memberikan kepercayaan kepada
SDN
Cipayung
1
Ciputat
untuk
menyandang
status
“TERAKREDITASI A”. Sekolah ini berdiri di atas lahan tanah seluas 1. 250 M², terdiri dari gedung seluas 1.000 M² dan halaman seluas 250M². luas lahan gedung terdiri dari 5 ruang kelas dengan luas 9 X 8 M² perkelas. 1 ruang guru dengan luas 9 X 8 M², 1 ruang kelas sekolah seluas 9 X 8 M², ruang perpustakaan seluas 3 X 8 M² dan ruang laboratorium dengan luas 9 X 8 M².1
1
SDN Cipayung 1 Ciputat, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( Dewan Pendidikan Pemerintah kota Tangsel: Tahun ajaran 2014/2015), h. 5.
37
38
2. Visi dan Misi SDN Cipayung 1 Ciputat Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, keperibadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Melalui visi dan misi SDN Cipayung 1 Ciputat berusaha mengupayakan tercapainya tujuan pendidikan dasar. Visi SDN Cipayung 1 Ciputat adalah menjadi sekolah yang memiliki mutu lulusan yang berakhlak mulia, cerdas, terampil, modern dan unggul dalam prestasi. Mengetahui dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi serta cinta budaya Indonesia sesuai dengan ajaran agama. Misi SDN Cipayung 1 Ciputat,yaitu :2 a. Menanamkan dasar-dasar perilaku berbudi pekerti dan berkahlak mulia. b. Menumbuhkan dasar-dasar kemahiran membaca, menulis, berhitung, lancar dan khatam Alqur’an. c. Menciptakan lulusan terbaik tingkat Kota Tangerang Selatan secara bertahap dan berkesinambungan. d. Menumbuhkan dasar-dasar kemahiran berkomunikasi dalam bahasa Inggris. e. Menjuarai beberapa kejuaraan tingkat Kota dan Provinsi di bidang olahraga, seni budaya dan keterampilan. f. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan berfikir logis, kritis dan kreatif.
2
SDN Cipayung 1 Ciputat, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, h. 11-12.
39
g. Menumbuhkan sikap toleran, tanggung jawab, kemandirian dan kecakapan emosional. h. Memberikan dasar-dasar keterampilan hidup, kewirausahaan, dan etos kerja. i. Membentuk rasa cinta terhadap tanah air. 3. Gambaran Umum Siswa Kelas 6 SDN Cipayung 1 Ciputat Siswa kelas 6 SDN Cipayung 1 Ciputat berjumlah 50 orang, terdiri dari siswa laki-laki 24 orang dan perempuan 26 orang. Waktu belajar siswa kleas 6 dimulai dari hari senin hingga sabtu pada jam 07.15 sampai dengan jam 12.50 dan memiliki kurikulum sebagai berikut:3 a. Kelompok mata pelajaran Agama dan Akhlak Mulia. Mata pelajaran ini dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti maupun moral. b. Kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian. Mata pelajaran ini dimaksudkan untuk peningkatan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya. Kesadaran dan wawasan mencakup sadar akan tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, ketaatan membayar pajak dan sikap serta perilaku anti korupsi, kolusi dan nepotisme.
3
SDN Cipayung 1 Ciputat, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, h. 14-16.
40
c. Kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Mata pelajaran ini dimaksudkan untuk memperoleh kompetensi dasar ilmu pengetahuan dan teknologi serta membudayakan berfikir ilmiah secara kritis, kreatif dan mandiri. d. Kelompok mata pelajaran Estetika. Mata pelajaran ini dimaksudkan untuk meningkatkan sensitivitas, kemampuan mengekspresikan dan kemampuan mengapresiasi keindahan dan harmoni baik dalam kehidupan individual sehingga mampu menikmati dan mensyukuri hidup dan dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga mampu menciptakan kebersamaan yang harmonis. e. Kelompok mata pelajaran Jasmani, Olah raga dan Kesehatan. Mata pelajaran
ini
dimaksudkan
meningkatkan
potensi
fisik
serta
membudayakan sportivitas dan kesadaran hidup sehat. B. Ruang Lingkup Iklan “Kejujuran dan Es krim” 1. Sekilas Tentang Iklan “Kejujuran dan Es Krim” Iklan kejujuran dan es krim merupakan suatu tayangan yang menampilkan potret interaksi antara anak dan orangtua yang berkenaan dengan kejujuran. Terdapat beberapa indikator atau isi pesan yang terkandung dalam iklan “kejujuran dan es krim” yaitu mengenai kejujuran, amanah dan malu. Iklan ini menyiratkan suatu pesan kepada publik khususnya anak usia sekolah dasar agar menyadari bahwa orangtua sebagai sosok yang membesarkan, mendidik serta memantau perkembangan mental anaknya, akan menyadari apabila ada perubahan terkait dengan sikap anaknya atau ada
41
gerak-gerik yang mencurigakan dari anaknya. Melalui iklan ini, tercipta sebuah pengetahuan serta kesadaran kepada anak bahwa kebohongan pada akhirnya akan ketahuan. Apabila kebohongan tersebut terungkap maka akan menimbulkan rasa malu. Iklan “kejujuran dan es krim” diakhiri dengan pesan tertulis “jangan kotori kejujuran sekecil apapun”. Pesan tertulis ini ini guna menyadarkan anak agar berkata jujur jika menginginkan sesuatu.4 2. Sinopsis Iklan “Kejujuran dan Es Krim” Cerita dalam iklan ini bermula ketika seorang anak diminta tolong oleh ibunya untuk membelikan kebutuhan di rumah, sebelum anak tersebut berangkat kewarung tidak lupa Ibu menyampaikan pesan kepadanya untuk mengembalikan sisa uang belanjaan. Selanjutnya anak tersebut berjalan menuju warung dan membeli sesuai dengan apa yang diperintahkan ibunya. Selesai belanja, anak terbut berjalan pulang seraya membawa hasil belanjaan dan sisa uang kembalian yang digenggamnya. Dalam perjalanan pulang anak tersebut menghentikan perjalanannya ketika melihat tukang penjual es krim keliling dengan beberapa anak seusianya sedang asik menikmati es krim. Iklan tersebut menunjukan cuaca pada saat itu panas sehingga membuat anak itu sesekali mengusap keringat yang menetes di dahinya. Kondisi tersebut semakin mendorongnya untuk membeli es krim seperti anakanak yang lain. Namun seiring dengan keinginannya untuk membeli es krim, di saat yang bersamaan terbesit pesan ibu yang meminta agar mengembalikan sisa uang kembalian belanja. Anak itupun terdiam bimbang, lalu beberapa saat
4
Wawacara dengan Tuti Alawiyah (Produser Program TVe) Jakarta, 3 Juni 2014.
42
kemudian anak tersebut tersenyum seraya mengangguk-anggukan kepalanya, mengisyaratkan akan adanya sesuatu yang direncanakannya. Merasa percaya diri dengan idenya dan tanpa menghiraukan himbauan dari ibunya anak itupun nekad membeli es krim dengan sisa uang kembalian belanja. Anak itupun berjalan pulang ke rumah sambil menikmati es krim, namun karena jarak perjalanan yang tidak terlalu jauh antara penjual es krim dengan rumahnya, anak itupun tergesa-gesa menghabiskan es krim tersebut. Karena terlalu tergesa-gesa anak itupun pulang dan lupa membersihkan sisa es krim yang masih menempel di mulutnya. Sesampainya di rumah anak tersebut menemui ibunya seraya memberikan hasil belanjaan. Di saat yang bersamaan ibunya menanyakan uang kembalian belanja, merasa percaya diri dengan argumen yang telah dipersiapkannya anak itupun dengan tenang menjawab pertanyaan ibunya bahwa uang belanja yang diberikan ibunya tidak menyisakan kembalian (uangnya pas) karena harga barangnya naik. Ibupun merespon pernyataan anaknya dengan tenang sambil mengusap sisa es krim yang masih menempel di mulut anaknya seraya berkata “oh kirain kembaliannya kamu belikan es krim”. mendengar pernyataan ibunya sontak ketenangan anak itupun berubah menjadi ketegangan dan nampak ekspresi wajah memerah dengan perasaan malu. Iklan “kejujuran dan es krim” di tutup dengan pesan tertulis “sekecil apapun jangan kotori kejujuran”. Hal ini dikarenakan kejujuran merupakan dasar dari hubungan yang sehat serta komunikasi yang efektif.5
5
Wawacara dengan Tuti Alawiyah (Produser Program TVe) Jakarta, 3 Juni 2014.
43
3. Tim Produksi Iklan “Kejujuran dan Es krim” Keberhasilan suatu program merupakan suatu kerja atau upaya bersama dan sistematis tim produksi dalam mengolah program. Mulai dari tahap pra produksi yang membicarakan rancangan program, kemudian tahap produksi merupakan tahap eksekusi dari hasil rancangan program dan pasca produksi yaitu tahap akhir berupa pengemasan secara keseluruhan yang merupakan penggabungan dari unsure video, audio, naskah dan efek-efek animasi sehingga menarik untuk disajikan. Berikut ini adalah nama-nama tim produksi iklan “kejujuran dan es krim” di Televisi edukasi (TVe):6 a. Nur Arafah Mega (Divisi Perancangan) ialah orang yang mengatur naskah maupun jabaran materi yang akan dibahas dalam program ini. dengan berlandaskan GBIM dan JM (Garis Besar Isi Media dan Jabaran Materi) maka naskah program ini dapat dibuat. Yang kemudian akan diturunkan ke divisi produksi untuk dikemas sehingga menjadi lebih menarik ketika ditayangkan di televisi. b. Tuti Alawiyah (Produser Program) ialah orang yang bertugas mengatur arus lalu lintas program siaran ketika sedang di produksi. c. Aris Sunandar (Kameramen) ialah orang yang bertugas merekam gambar selama produksi berlangsung dan memastikan bahwa tidak ada kesalahan dalam pengambilan gambar. d. Bardo
Baskoro
(Editor)
ialah
orang
yang
mengemas
juga
penggabungan beberapa unsur yaitu video, audio, naskah serta efekefek animasi.
6
Wawacara dengan Tuti Alawiyah (Produser Program TVe) Jakarta, 3 Juni 2014.
BAB IV HASIL TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Hasil Temuan 1. Deskripsi Responden Responden pada penelitian ini adalah seluruh Siswa kelas 6 SDN Cipayung 1 Ciputat Tangerang Selatan yang berjumlah 50 orang. Dalam penelitian ini responden dikategorikan dalam dua bagian yaitu yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. untuk lebih jelasnya mengenai jumlah responden berdasarkan jenis kelamin dapat diketahui pada tabel di bawah ini. Tabel 1 Jenis Kelamin Responden No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
1.
Laki-laki
24
48
2.
Perempuan
26
52
Jumlah
50
100
Berdasarkan data tabel di atas dapat diketahui bahwa frekuensi responden perempuan lebih besar yaitu 26 orang dibandingkan dengan frekuensi responden laki-laki yang jumlahnya 24 orang. Lima puluh responden yang terdiri dari laki-laki dan peremupuan tentunya memiliki latar belakang yang berbeda-beda salah satunya pada latar belakang pendidikan terkahir orang tua responden. Diketahui bahwa terdapat perbedaan pada tingkat pendidikan orang tua responden, mulai dari tingkatan
44
45
sekolah dasar hingga perguruan tinggi, untuk lebih jelasnya dapat diketahui pada tabel di bawah ini. Tabel 2 Pendidikan Orang Tua Bapak No.
Pendidikan\ Orang Tua
Ibu
F
%
F
%
1.
SD
1
2
2
4
2.
SMP
11
22
14
28
3.
SMA
30
60
28
56
4.
Kuliah
8
16
6
12
Jumlah
50
100
50
100
Berdasarkan data tabel di atas dapat diketahui persentase pendidikan terkahir orang tua
responden yang terdiri dari bapak dengan pendidikan
terkahir SD berjumlah 2%, SMP 22%, SMA 60% dan Kuliah 16%. Kemudian Ibu dengan pendidikan terkahir SD berjumlah 4%, SMP 28%, SMA 56% dan Kuliah 12%. Dari data tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar orang tua siswa SDN Cipayung 1 Ciputat berpendidikan SMA. Untuk mengetahui latar belakang pekerjaan orang tua responden, peneliti mengajukan satu pertanyaan dengan beberapa alternatif jawaban mengenai profesi orang tua yang di kategorikan sebagai Pegawai, Guru, Polisi, ABRI, Pedagang dan lain-lain. Data selengkapnya dapat diketahui pada tabel dibawah ini.
46
Tabel 3 Pekerjaan Orang Tua Bapak No.
Pekerjaan\ Orang Tua
Ibu
F
%
F
%
1.
Pegawai
28
56
6
12
2.
Guru
1
2
5
10
3.
Polisi
3
6
-
-
4.
ABRI
-
-
-
-
5.
Pedagang
17
34
10
20
6.
Lainnya
1
2
29
58
Jumlah
50
100
50
100
Berdasarkan data tabel di atas dapat diketahui status pekerjaan orang tua berdasarkan alternatif jawaban yang telah disediakan bagi responden, diketahui bahwa persentase pekerjaan Bapak yang berstatus sebagai Pegawai berjumlah 56%, berstatus Guru 2%, berstatus Polisi 6%, berstatus ABRI 0%, berstatus Pedagang 34%, dan Lainnya 2%. Persentase pekerjaan Ibu yang berstatus sebagai Pegawai berjumlah 12%, berstatus Guru 10%, berstatus Polisi 0%, berstatus ABRI 0%, Pedagang 20%, dan Ibu rumah tangga 58%. Dari data tabel di atas, dapat diketahui bahwa mayoritas orang tua siswa yang terdiri Bapak dan Ibu berstatus sebagai Pegawai dan Ibu rumah tangga. Hal tersebut terlihat dari perolehan hasil persentase yang didapat melalui angket yang dibagikan kepada sejumlah besar responden.
47
Tabel 4 Tempat Tinggal No.
Tempat Tinggal
Frekuensi
Persentase
1.
Komplek
2
4
2.
Perkampungan
48
96
Jumlah
50
100
Berdasarkan data pada tabel di atas dapat diketahui bahwa persentase responden yang bertempat tinggal di komplek berjumlah 4% dan persentase responden yang tinggal di perkampungan berjumlah 96%. Dari data tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar Siswa SDN Cipayung 1 Ciputat bertempat tinggal di wilayah perkampungan. Frekuensi responden yang terdiri dari laki-laki 24 orang dan perempuan 26 orang memiliki tingkat kegemaran menonton TV yang berbedabeda. Untuk mengetahui tingkat kegemaran tersebut, responden diajukan satu pertanyaan dengan beberapa alternatif mulai dari sangat suka sampai tidak suka. Untuk lebih jelasnya dapat diketahui pada tabel di bawah ini. Tabel 5 Siswa yang suka menonton TV No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
1.
Sangat Suka
14
28
2.
Suka
33
66
3.
Kurang Suka
3
6
4.
Tidak Suka
-
-
50
100
Jumlah
48
Berdasarkan data tabel di atas dapat diketahui bahwa persentase responden yang menjawab sangat suka berjumlah 28% terdiri dari persentase laki-laki 10% & perempuan 18%, menjawab suka 66% terdiri dari persentase laki-laki 34% & perempuan 32%, menjawab kurang suka 6% terdiri dari persentase laki-laki 4% & perempuan 2%, sedangkan persentase pada alternatif jawaban tidak suka adalah 0%. Dari data tabel di atas diketehui bahwa sebagian besar siswa SDN Ciayung 1 Ciputat cenderung suka menonton televisi dengan jumlah persentase antara responden laki-laki dan perempuan yang relatif sama. Hal ini dikarenakan televisi masih menjadi sumber utama bagi siswa (anak-anak) untuk mendapatkan informasi tentang berbagai hal baik itu hiburan, informasi serta pendidikan. Pilihan ini disebabkkan televisi merupakan satu-satunya media audio-visual yang menghadirkan suara sekaligus gambar sehingga mampu membuat siswa betah duduk berjam-jam untuk menyaksikan program siaran televisi terlebih mampu menyajikan informasi jauh lebih cepat dan lebih menarik ketimbang sumber-sumber informasi yang lain. Responden yang terdiri dari laki-laki dan perempuan memiliki keragaman pendapat mengenai seberapa sering menonton TV. Untuk mengetahui jumlah responden yang sering menonton TV, Peneliti mengajukan satu pertanyaan dengan beberapa alternatif jawaban yang gradasinya mulai dari sangat positif hingga sangat negatif. data selengkapnya dapat diketahui pada tabel di bawah. Frekuensi responden yang terdiri dari laki-laki 24 orang dan perempuan 26 orang memiliki intensitas waktu yang berbeda-beda dalam
49
menyaksikan siaran televisi, mulai dari yang jarang menotn TV hingga sangat sering menonton TV. Untuk lebih jelasnya dapat diketahui pada tabel dibawah ini. Tabel 6 Siswa yang sering menonton TV No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
1.
Sangat Sering
6
12
2.
Sering
29
58
3.
Kadang-Kadang
15
30
4
Tidak Sama Sekali
-
-
50
100
Jumlah
Berdasarkan data tabel di atas dapat diketahui bahwa persentase responden yang menjawab sangat sering berjumlah 12% terdiri dari persentase laki-laki 4% & perempuan 8%, menjawab sering 58% terdiri dari persentase laki-laki 26% & perempuan 32%, menjawab kadang-kadang 30% terdiri dari persentase laki-laki 18% & perempuan 12%, sedangkan persentase pada alternatif jawaban tidak sama sekali adalah 0%. Dari data tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa SDN Cipayung 1 Ciputat sering menonton TV adapun persentase responden perempuan lebih besar dibanding pesentase responden laki-laki yang sering menonton TV disebabkan karena pada umumnya perempuan lebih banyak menghabiskan waktu di rumah sementara laki-laki lebih sering bermain di luar rumah. Mayoritas responden sering menonton TV dikarenakan televisi merupakan sarana telekomunikasi massa yang saat ini hampir tersedia di
50
setiap rumah, dengan sarana yang memadai serta kemudahan untuk siswa mengakases siaran yang ditayangkan sehingga sangat memungkinkan bagi siswa (anak-anak) rutin menyaksikan siaran TV, terlebih seperti yang di jelaskan sebelumnya bahwa TV masih merupakan sumber utama bagi anakanak untuk mendapatkan informasi tentang berbagai hal seperti informasi, hiburan maupun pendidikan, ketimbang sumber informasi lain seperti internet yang sarananya masih minim (laptop/komputer) selain itu juga butuh perangkat pendukung lain (modem) untuk bisa mengaksesnya. Untuk mengetahui frekuensi dan persentase responden yang pernah menonton siaran TVe, Peneliti mengajukan pertanyaan dengan beberapa alternatif jawaban kepada 50 responden. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah. Frekuensi responden yang terdiri dari laki-laki 24 orang dan perempuan 26 orang dipintai keterangannya mengenai pernah atau tidaknya menyaksikan program siaran TVe, informasi ini bertujuan untuk mengukur kemungkinan yang dimiliki responden yang pernah menyaksikan siaran TVe dengan respoden yang pernah menyaksikan iklan “kejujuran dan es krim”. Data selengkapnya dapat diketahui pada tabel dibawah ini. Tabel 7 Siswa yang pernah menonton siaran TVe No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
1.
Pernah
29
58
2.
Kadang-Kadang
9
18
3.
Belum Pernah
12
24
Jumlah
50
100
51
Berdasarkan data tabel di atas dapat diketahui bahwa persentase responden yang menjawab pernah berjumlah 58% terdiri dari persentase lakilaki 34% & perempuan 24%, menjawab kadang-kadang 18% terdiri dari persentase laki-laki 10% & perempuan 8%, menjawab belum pernah 24% terdiri dari persentase laki-laki 4% & perempuan 20%. Dari data tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa SDN Cipayung 1 Ciputat pernah menonton siaran TVe, namun terdapat selisih frekuensi dan prosentasi antara responden laki-laki dan perempuan, yang mana jumlah frekuensi responden laki-laki lebih besar dibanding perempuan. SDN Cipayung 1 Ciputat merupakan satu-satunya sekolah dasar di wilayah Tangerang Selatan yang mendapat fasilitas berupa parabola, TV serta komputer untuk bisa mengakses program siaran TVe. Dengan adanya fasilitas tersebut, SDN Cipayung 1 Ciputat memberlakukan penjadwalan bagi siswa di hari dan waktu tertentu untuk menyaksikan program siaran TVe. Program siaran TVe yang biasa disaksikan responden cukup beragam, ada yang biasa menyaksikan siaran pendidikan, berita, hiburan dan terdapat pula responden yang belum pernah menyaksikan program siaran TV sama sekali. Untuk mengetahui frekuensi dan persentase responden yang biasa menyaksikan siaran TVe, peneliti mengajukan satu pertanyaan dengan beberapa alternatif jawaban. Data selengkapnya dapat diketahui pada tabel di bawah. Pada pertanyaan berikut ini responden yang pernah menyaksikan siaran TVe dipintai keteranganya mengenai jenis program siaran apa yang
52
biasanya disaksikan responden. Untuk mempermudah responden dalam memberikan keterangannya, jawaban dikategorikan pada program siaran pendidikan, berita, hiburan dan lain-lain. untuk mengetahui hasil jawaban responden dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 8 Program siaran TVe yang biasa disaksikan oleh siswa No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
1.
Pendidikan
24
48
2.
Berita
2
4
3.
Hiburan
13
26
4.
Lainnya
1
2
5.
Belum Pernah
10
20
Jumlah
50
100
Berdasarkan data tabel di atas dapat diketahui bahwa program siaran yang biasa disaksikan siswa SDN Cipayung 1 Ciputat selaku responden adalah pendidikan dengan persentase berjumlah 48%
terdiri dari persentase
responden laki-laki 22% & perempuan 26%, siaran berita 4% terdiri dari persentase responden laki-laki 4% & perempuan 0%, siaran hiburan 26% terdiri dari persentase responden laki-laki 16% & perempuan 10%, dan yang menjawab lainnya 2%, selain itu terdapat responden yang belum pernah menyaksikan siaran TVe dengan persentase 20% terdiri dari persentase responden laki-laki 4% & perempuan 16%. Pada pertanyaan selanjutnya responden dipinta keterangannya mengenai pernah atau tidak menyaksikan iklan “kejujuran dan es krim”. Informasi ini salah satunya untuk mengetahui korelasi antara responden yang
53
pernah menonton TVe dengan yang pernah menyaksikan iklan “kejujuran dan es krim”. Selain itu juga untuk mengetahui kecenderungan responden yang pernah menyaksikan iklan tersebut dengan tanggapan responden baik koginitif maupun afektif. Guna mempermudah responden dalam menjawab pertanyaan, responden cukup dipinta menjawab pernah, kadang-kadang atau belum pernah. Data selengkapnya dapat diketahui pada tabel dibawah ini. Tabel 9 Siswa yang pernah menyaksikan iklan “Kejujuran dan Es Krim” No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
1.
Pernah
22
44
2.
Kadang-Kadang
11
22
3.
Belum Pernah
17
34
Jumlah
50
100
Berdasarkan data tabel di atas dapat diketahui bahwa persentase responden yang menjawab pernah berjumlah 44% terdiri dari persentase lakilaki 22% & perempuan 22%, menjawab kadang-kadang 22% terdiri dari persentase laki-laki 14% & perempuan 8%, menjawab belum pernah 34% terdiri dari persentase laki-laki 12% & perempuan 22%. 2. Respon Kognitif Respon kognitif yaitu tanggapan yang mencakup kegiatan mental atau segala upaya yang menyangkut aktivitas pada otak yang berupa ingatan (memory). Ingatan ialah kemampuan jiwa untuk memperoleh informasi, menyimpan dan mereproduksi kesan-kesan. Melalui kemampuan mengingat, manusia mampu untuk menyimpan dan menimbulkan kembali sesuatu yang
54
pernah diamati. Kemampuan manusia untuk menimbulkan kembali informasi yang dahulu pernah diamati ke dalam sebuah tanggapan dapat disebut reproduksi. Berikut ini beberapa pertanyaan seputar kognitif yang terbagi menjadi tujuh pertanyaan, dengan jumlah responden sebanyak lima puluh orang, yang diawali dengan pendapat siswa mengenai contoh perilaku yang ditampilkan “iklan kejujuran dan es krim,” adapun penilaian siswa terhadap iklan “kejujuran dan es krim” cukup variatif mulai dari yang tidak baik sampai dengan yang sangat baik. Untuk mengetahui hasil penilaian responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 10 Penilaian siswa terhadap contoh perilaku yang ditampilkan iklan “kejujuran dan es krim” No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
1.
Sangat baik
2
4
2.
Baik
-
-
3.
Kurang Baik
20
40
4.
Tidak Baik
28
56
Jumlah
50
100
Berdasarkan data tabel di atas dapat diketahui bahwa persentase responden yang menjawab sangat baik berjumlah 4% terdiri dari persentase responden laki-laki 0% dan perempuan 4%, persentase pada alternatif jawaban baik 0%, menjawab kurang baik 40% terdiri dari persentase laki-laki 24% dan perempuan 16% dan persentase responden yang menjawab tidak baik berjumlah 56% terdiri dari persentase laki-laki 24% dan perempuan 32%. Dari
55
data tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sebagain besar siswa SDN Cipayung 1 Ciputat menilai perilaku yang ditampilkan pada iklan „kejujuran dan es krim” adalah contoh perilaku yang tidak baik. Penilaian responden terhadap contoh perilaku yang ditampilkan iklan “kejujuran dan es krim” cukuplah beragam. Untuk mengetahui penilaian responden terhadap iklan tersebut peneliti mengajukan satu pertanyaan dengan beberapa alternatif jawaban. Data selengkapnya dapat diketahui pada tabel di bawah ini. Tabel 11 Penilaian siswa terhadap contoh perilaku yang ditampilkan pada iklan “kejujuran dan es krim” No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
1.
Anak Berbohong
46
92
2.
Anak Berbakti
3
6
3.
Anak Pemalas
-
-
4.
Anak Jujur
1
2
Jumlah
50
100
Berdasarkan data tabel di atas dapat diketahui bahwa persentase responden yang menjawab anak berbohong berjumlah 92% terdiri dari persentase laki-laki 46% dan perempuan 46%, menjawab anak berbakti 6% terdiri dari persentase laki-laki 2% dan perempuan 4%, persentase pada alternatif jawaban anak pemalas 0%, dan persentase responden yang menjawab anak jujur berjumlah 2% terdiri dari persentase laki-laki 0% dan perempuan 2%.
56
Tabel 12 Pendapat siswa terhadap perilaku anak ketika membeli es krim dengan uang kembalian yang seharusnya diberikan kepada Ibunya No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
1.
Sangat Setuju
2
4
2.
Setuju
2
4
3.
Kurang Setuju
17
34
4.
Tidak Setuju
29
58
Jumlah
50
100
Berdasarkan data tabel di atas dapat diketahui bahwa persentase responden yang menjawab sangat setuju berjumlah 4% terdiri dari persentase laki-laki 2% & perempuan 2%, menjawab setuju 4% terdiri dari persentase laki-laki 0% & perempuan 4%, menjawab kurang setuju 34% terdiri dari persentase laki-laki 20% & perempuan 14%, dan persentase responden yang menjawab tidak setuju berjumlah 58% terdiri dari persentase laki-laki 26% & perempuan 32%. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa sebagaian besar siswa SDN Cipayung 1 Ciputat tidak setuju terhadap sikap anak ketika membeli es krim dengan sisa uang kembalian belanja yang seharusnya diberikan kepada ibunya.
57
Tabel 13 Iklan “kejujuran dan es krim” memberi siswa contoh jika berbohong pada akhirnya ketahuan No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
1.
Sangat Setuju
23
46
2.
Setuju
13
26
3.
Kurang Setuju
9
18
4.
Tidak Setuju
5
10
Jumlah
50
100
Berdasarkan data tabel di atas dapat diketahui bahwa persentase responden yang menjawab sangat setuju berjumlah 46% terdiri dari persentase laki-laki 18% & perempuan 28%, menjawab setuju 26% terdiri dari persentase laki-laki 8% & perempuan 18%, menjawab kurang setuju 18% terdiri dari persentase laki-laki 12% & perempuan 6%, dan persentase responden yang menjawab tidak setuju berjumlah 10% terdiri dari persentase laki-laki 10% & perempuan 0%. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa sebagaian besar siswa SDN Cipayung 1 Ciputat sangat setuju bahwa iklan “kejujuran dan es krim” memberikan contoh jika berbohong pada akhirnya akan ketahuan.
58
Tabel 14 Iklan “kejujuran dan es krim” memberi siswa informasi mengenai pentingnya kejujuran ketika mengerjakan tugas dari orang tua No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
1.
Sangat Setuju
26
52
2.
Setuju
18
36
3.
Kurang Setuju
4
8
4.
Tidak Setuju
2
4
Jumlah
50
100
Berdasarkan data tabel di atas dapat diketahui bahwa persentase responden yang menjawab sangat setuju berjumlah 52% terdiri dari persentase laki-laki 22% & perempuan 30%, menjawab setuju 36% terdiri dari persentase laki-laki 18% & perempuan 18%, menjawab kurang setuju 8% terdiri dari persentase laki-laki 4% & perempuan 4%, dan persentase responden yang menjawab tidak setuju berjumlah 4% terdiri dari persentase laki-laki 4% & 0%. Dari data di atas ditemukan bahwa bahwa sebagaian besar siswa SDN Cipayung 1 Ciputat cenderung sangat setuju dengan informasi yang siswa dapat mengenai pentingnya kejujuran ketika mengerjakan tugas dari orang tua setelah menyaksikan “iklan kejujuran dan es krim.”
59
Tabel 15 Iklan “kejujuran dan es krim” memberi siswa informasi tentang perlunya kejujuran jika ingin sesuatu No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
1.
Sangat Setuju
17
34
2.
Setuju
31
62
3.
Kurang Setuju
2
4
4.
Tidak Setuju
-
-
50
100
Jumlah
Berdasarkan data tabel di atas dapat diketahui bahwa persentase responden yang menjawab sangat setuju berjumlah 34% terdiri dari persentase laki-laki 18% & perempuan 16%, menjawab setuju 62% terdiri dari persentase laki-laki 28% & perempuan 34%, menjawab kurang setuju 4% terdiri dari persentase laki-laki 2% & perempuan 2%, dan persentase pada alternatif jawaban tidak suka adalah 0%. Tabel 16 Pendapat siswa terhadap pesan tertulis “sekecil apapun jangan kotori kejujuran” No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
1.
Sangat Setuju
31
62
2.
Setuju
14
28
3.
Kurang Setuju
5
10
4.
Tidak Setuju
-
-
50
100
Jumlah
60
Berdasarkan data tabel di atas dapat diketahui bahwa persentase responden yang menjawab sangat setuju berjumlah 62% terdiri dari persentase laki-laki 36% & perempuan 26%, menjawab setuju 28% terdiri dari persentase laki-laki 12% & perempuan 16%, menjawab kurang setuju 10% terdiri dari persentase laki-laki 0% & perempuan 10%, sedangkan persentase pada alternatif jawaban tidak setuju adalah 0%. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa sebagaian besar siswa SDN Cipayung 1 Ciputat sangat setuju dengan pesan tertulis “sekecil apapun jangan kotori kejujuran. 3. Respon Afektif Respon afektif yaitu pengetahuan yang meliputi segala macam perasaan marah, gembira, sedih, kecewa, senang takut dan lain sebagainya. Pada pengetahuan afektif inilah yang nantinya proses penghayatan terjadi, baik ketika sedang menerima rangsangan maupun setelah menerima rangsangan. Pada bagian pengetahuan afektif pertanyaan terbagi menjadi tujuh. untuk mengetahui sejauh mana respon siswa SDN Cipayung 1 Ciputat terhadap iklan kejujuran dan es krim, maka terlebih dulu responden diberikan pertanyaan mengenai apakah kamu suka iklan kejujuran dan es krim, karena untuk mendapatkan respon atau tanggapan yang baik iklan “kejujuran dan es krim” harus mendapatkan perhatian dari responden, kemudian penerimaan dan tahap berikutnya baru kemudian pengertian lalu tanggapan. untuk mendapat perhatian iklan tersebut harus memiliki daya tarik tertentu terhadap responden.
61
Untuk mengetahui persentase responden yang menyukai iklan kejujuran dan es krim dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 17 Apakah kamu suka iklan “kejujuran dan es krim” No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
1.
Sangat Suka
7
14
2.
Suka
21
42
3.
Kurang Suka
12
24
4.
Tidak Suka
10
20
Jumlah
50
100
Berdasarkan data tabel di atas dapat diketahui bahwa persentase responden yang menjawab sangat suka terhadap iklan “kejujuran dan es krim” berjumlah 14% terdiri dari persentase laki-laki 8% dan perempuan 6%, menjawab suka 42% terdiri dari persentase laki-laki 28% dan perempuan 14%, menjawab kurang suka 24% terdiri dari persentase laki-laki 4% dan perempuan 20%, dan persentase responden yang menjawab tidak suka berjumlah 20% terdiri dari persentase laki-laki 8% dan perempuan 12%. dari hasil temuan pada data tabel di atas diketahui bahwa frekuensi responden perempuan sebagian besar menyatakan tidak suka terhadap iklan kejujuran dan es krim, terlihat pada jumlah persentase perempuan yang menjawab kurang suka sebesar 20% dan tidak suka sebesar 12% sementara persentase perempuan yang menjawab sangat suka sebesar 6% dan suka sebesar 14%, dibandingkan dengan jumlah frekuensi reponden laki-laki yang sebagain besar menyatakan sangat kesukaannya terhadap iklan “kejujuran dan
62
es krim,” terlihat pada jumlah persentase responden laki-laki yang menyatakan sangat suka sebesar 8% dan suka sebesar 28%. Berdasarkan hasil temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagain besar responden laki-laki menyatakan suka dan sebaliknya responden perempuan menyatakan tidak suka. kesimpulan tersebut dapat dipahami karena perasaan suka merupakan efek yang muncul karena adanya daya tarik tertentu pada iklan kejujuran dan es krim selaku objek yang diamati. Pada umumnya objek memiliki daya tarik disebabkan karena adanya persesuaian atau keselarasan antara objek dengan responden selaku subjek. Iklan kejujuran dan es krim cenderung menampilkan gambaran perilaku anak laki-laki. Pertanyaan selanjutnya berkenaan dengan bagaimana perasaan responden setelah menyaksikan iklan kejujuran dan es krim, adapun fungsi dari pada informasi tersebut ialah untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi antara frekuensi responden yang suka iklan tersebut dengan frekuensi responden yang merasa senang dengan iklan tersebut. Untuk dapat mengetahui korelasi tersebut, responden diajukan satu pertanyaan dengan beberapa alternatif jawaban yang dikategorikan melalui perasaan sangat senang hingga tidak senang. Apakah perasaan suka dapat memunculkan perasaan baru berupa sangat senang atau tidak senang. Untuk lebih jelasnya dapat diketahui pada tabel di bawah ini.
63
Tabel 18 Perasaan siswa setelah menonton iklan “kejujuran dan es krim” No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
1.
Sangat Senang
7
14
2.
Senang
16
32
3.
Kurang Senang
16
32
4.
Tidak Senang
11
22
Jumlah
50
100
Berdasarkan data tabel di atas dapat diketahui bahwa persentase responden yang menjawab sangat senang terhadap iklan “kejujuran dan es krim” berjumlah 14% terdiri dari persentase laki-laki 8% dan perempuan 6%, menjawab senang 32% terdiri dari persentase laki-laki 20% dan perempuan 12%, menjawab kurang senang 32% terdiri dari persentase laki-laki 14% dan perempuan 18% dan persentase responden yang menjawab tidak senang berjumlah 22% terdiri persentase laki-laki 6% dan perempuan 16%. Dari hasil temuan pada data di atas, diketahui bahwa tidak ditemukannya korelasi antara frekuensi responden yang pada pertanyaan sebelumnya menyatakan suka dengan frekuensi responden yang menyatakan senang. Dilihat dari frekuensi responden yang menyatakan kurang senang dan tidak senang lebih besar dibanding frekuensi responden yang menyatakan senang, sehingga dapat disimpulkan sebagian besar responden merasa kurang senang. Dari hasil temuan data observasi yang peneliti dapatkan, diketahui bahwa SDN Cipayung 1 Ciputat memiliki salah satu program pendidikan akhlak yaitu dengan diadakannya kantin kejujuran. melalui program kantin
64
kejujuran siswa dikondisikan untuk selalu bersikap jujur dalam transaksi maupun berinteraksi dengan lingkungannya karena tidak ada satupun penjaga di kantin tersebut hanya disediakan kotak tempat pembayaran dan kotak pengambilan kembalian, dengan demikian siswa terbiasa untuk bersikap jujur dan secara mental siswa terbentuk untuk mampu membedakan mana haknya dan mana yang bukan haknya, sehingga secara empiris responden mampu memberikan tanggapan yang tepat terkait dengan pertanyaan pada tabel di atas. Tabel 19 Penilaian siswa terhadap cerita iklan “kejujuran dan es krim” No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
1.
Sangat Bagus
6
12
2.
Bagus
21
42
3.
Kurang Bagus
11
22
4.
Tidak Bagus
12
24
Jumlah
50
100
Berdasarkan data tabel di atas dapat diketahui bahwa persentase responden yang menjawab sangat bagus berjumlah 12% terdiri dari persentase laki-laki 6% dan perempuan 6%, menjawab bagus 42% terdiri dari persentase laki-laki 30% dan perempuan 12%, menjawab kurang bagus 22% terdiri dari persentase laki-laki 6% dan perempuan 16% dan persentase responden yang menjawab tidak bagus berjumlah 24% terdiri dari persentase laki-laki 6% dan perempuan 18%. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa sebagaian besar
65
siswa SDN Cipayung 1 Ciputat menilai cerita iklan “kejujuran dan es krim” bagus. Dari data diatas diketahui bahwa sebagian besar responden yang menyukai iklan “kejujuran dan es krim” memberikan penilaian yang bagus terhadap cerita “iklan kejujuran dan eskrim,” penilaian responden disebabkan karena adanya daya tarik iklan yang kemudian menimbulkan perasaan suka dan perasaan suka tersebut yang menjadi latar belakang emosional responden dalam memberikan penilaian yang bagus terhadap iklan tersebut. Tabel 20 Perasaan siswa ketika melihat perilaku anak ketika membeli es krim dengan uang kembalian belanja yang seharusnya diberikan kepada ibunya No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
1.
Sangat Suka
2
4
2.
Suka
2
4
3.
Kurang Suka
6
12
4.
Tidak Suka
40
80
Jumlah
50
100
Berdasarkan data tabel di atas dapat diketahui bahwa persentase responden yang menjawab sangat suka berjumlah 4% terdiri dari persentase laki-laki 4% dan perempuan 0%, menjawab suka 4% terdiri dari persentase laki-laki 2% dan perempuan 2%, menjawab kurang suka 12% terdiri dari persentase laki-laki 8% dan perempuan 4%, dan persentase responden yang menjawab tidak suka berjumlah 80% terdiri dari persentase laki-laki 34% dan perempuan 46%. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
66
siswa SDN Cipayung 1 Ciputat merasa tidak suka terhadap perilaku anak ketika membeli es krim dengan uang kembalian belanja yang seharusnya diberikan kepada ibunya. Tabel 21 Perasaan siswa jika ketahuan berbohong No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
1.
Sangat malu
32
64
2.
Malu
17
34
3.
Biasa Saja
1
2
4.
Tidak Malu
-
-
50
100
Jumlah
Berdasarkan data tabel di atas dapat diketahui bahwa persentase responden yang menjawab sangat malu berjumlah 64% terdiri dari persentase laki-laki 32% dan perempuan 32%, menjawab malu 34% terdiri dari persentase laki-laki 16% dan perempuan 18%, menjawab biasa saja 2% terdiri dari persentase laki-laki 0% dan perempuan 2%, sedangkan persentase pada alternatif jawaban tidak malu adalah 0%. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa sebagaian besar siswa SDN Cipayung 1 Ciputat merasa sangat malu jika ketahuan berbohong seperti anak berkaos merah pada iklan “kejujuran dan es krim.”
67
Tabel 22 Perasaan siswa setelah mengetahui kebohongan pada akhirnya akan ketahuan No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
1.
Sangat Takut
23
46
2.
Takut
23
46
3.
Biasa Saja
4
8
4.
Tidak Takut
-
-
50
100
Jumlah
Berdasarkan data tabel di atas dapat diketahui bahwa persentase responden yang menjawab sangat takut berjumlah 46% terdiri dari persentase laki-laki 26% & perempuan 20%, menjawab takut 46% terdiri dari laki-laki 18% & perempuan 28%, menjawab biasa saja 8% terdiri dari persentase lakilaki 4% & perempuan 4% , sedangkan persentase pada alternatif jawaban tidak takut adalah 0%. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa SDN Cipayung 1 Ciputat merasa sangat takut untuk berbohong setelah mengetahui jika berbohong pada akhirnya akan ketahuan. Tabel 23 Siswa yang lebih suka jujur meskipun hal itu pahit dirasakan No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
1.
Sangat Suka
24
48
2.
Suka
12
24
3.
Kurang Suka
12
24
4.
Tidak Suka
2
4
Jumlah
50
100
68
Berdasarkan data tabel di atas dapat diketahui bahwa persentase responden yang menjawab sangat suka berjumlah 48% terdiri dari persentase laki-laki 26% dan perempuan 22%, menjawab suka 24% terdiri dari persentase laki-laki 8% dan perempuan 16%, menjawab kurang suka 24% terdiri dari persentase laki-laki 12% dan perempuan 12%, dan persentase responden yang menjawab tidak suka berjumlah 4% terdiri dari persentase laki-laki 2% dan perempuan 2%. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa sebagaian besar siswa SDN Cipayung 1 Ciputat mengakui sangat suka jujur meskipun hal itu pahit dirasakan.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan berdasarkan pembahasan yang telah Penulis jelaskan pada bab-bab sebelumnya dan dengan didukung oleh analisa data respon siswa SDN Cipayung 1 Ciputat, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Dari hasil temuan data pada respon kognitif telah diperoleh bahwa terdapat keselarasan antara isi pesan yang terkandung dalam iklan “kejujuran dan es krim” dengan respon siswa SDN Cipayung 1 Ciputat, hal ini menunjukkan bahwa responden mampu memahami isi pesan yang terkandung dalam iklan tersebut, hal ini diketahui dari hasil temuan melaui sejumlah pertanyaan yang diberikan terhadap satu kelompok responden, bahwa 96% responden menyatakan setuju jika ingin sesuatu harus berkata jujur. Tingginya respon koginitif responden diduga dari hasil observasi saat penelitian. 2. Dari hasil temuan data pada respon afektif telah diperoleh kesimpulan bahwa siswa SDN Cipayung 1 Ciputat memberikan respon yang postif terhadap iklan “kejujuran dan es krim”. hal ini ditunjukkan pada sejumlah penilaian responden terhadap iklan tersebut. Respon bermula pada adanya perhatian dari siswa terhadap iklan tersebut, perhatian disebabkan karena adanya daya tarik tertentu pada iklan, dengan adanya perhatian maka akan muncul penerimaan baru kemudian pengertian. Respon siswa dinilai positif bermula pada 69
70
pernyataan siswa yang menyukai iklan kejujuran dan es krim, perasaan suka muncul karena adanya daya tarik pada iklan berupa cerita iklan yang dinilai bagus oleh sebagian besar siswa. B. Saran Iklan layanan masyarakat merupakan ajakan atau himbauan kepada masyarakat untuk melakukan suatu tindakan demi kepentingan umum atau mengubah suatu kebiasaan maupun perilaku masyarakat. Namun prioritas penayangan iklan layanan masyarakat khususnya di Indonesia masih sangat minim. Oleh karena itu, melalui penelitian Penulis mencoba memberikan saran bagi masyarakat, Instansi, juga Pemerintah. 1. Bagi Masyarakat, Penulis berharap melalui iklan kejujuran dan es krim masyarakat dapat mengetahui berbagai jenis iklan yang salah satunya ialah iklan layanan masyarakat dan memahami fungsi serta pentingnya iklan layanan masyarakat. 2. Bagi Siswa, penulis berharap agar isi pesan yang terkandung pada iklan kejujuran dan es krim mampu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari siswa baik di rumah, sekolah maupun di lingkungan sekitar rumah. 3. Bagi Televisi Edukasi (TVe), Penulis berharap agar TVe tidak hanya sebagai Content Provider (penyedia konten) namun juga memiliki saluran siaran sendiri tanpa harus relay di televisi lain untuk menyiarkan program siaran pendidikan. Penulis juga berharap TVe meningkatkan jumlah produksi iklan layanan masyarakat serta terus berupaya meningkatkan kualitas pesan yang dipadu dengan kemasan iklan maupun strategi periklanan yang menarik, juga memperluas jaringan pada media-media
71
swasta agar mudah bagi masyarakat mengakses iklan layanan masyarakat produksi TVe. 4. Bagi televisi swasta, Penulis berharap Iklan Layanan Masyarakat (ILM) tidak lagi hanya sebagai stopper, yang baru akan disiarkan apabila terdapat sisa halaman dari iklan komersil.
DAFTAR PUSTAKA Buku Teba, Sudirman. Membangun Etos Kerja Dalam Perspektif Tasawuf. Bandung: Pustaka Nusantara, 2003. Saefullah, Ujang. Kapita Selekta Komunikasi Pendekatan Budaya dan Agama. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007. Supratikya. Komunikasi Antar Pribadi Tinjauan Psikologis. Yogyakarta: Kanisius, 1995. Ghicara, Jenny. Mengatasi Perilaku Buruk Anak. Jakrta: Kawan Pustaka, 2006. Ali, Mohamad. Pendidikan Untuk Pmebangunan Nasional Menuju Bangsa Indonesia yang Mandiri dan Berdaya Saing Tinggi. Jakarta: Imtima, 2009. Surbakti. Awas Tayangan Televisi Tayangan Misteri dan Kekerasan Mengancam Anak Anda. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2008. Widyatama, Rendra. Pengantar Periklanan. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2007. Kasali, Rhenald. Manajemen Periklanan. Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti, Cet. Ke-5, 1992. Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, Cet. Ke-8, 2009. Ari, Kunto. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 1996. Pusat Bahasa Depdiknas. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2002. Chaplin, J.P. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Cet. Ke-9, 2004. Poerwadarminta. Psikologi Komunikasi. Jakarta: UT, 1999. Ahmadi, Abu. Psikologi Umum. Jakarta: Rineke Cipta, Cet. Ke-2, 1998. Sujanto, Agus. Psikologi Umum. Jakarta: Bumi Aksara, Cet. Ke-12, 2004. Uchjana, Onong. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti, Cet. Ke-3, 2007. Rakhmat, Jalaludin. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda Karya, Cet. Ke28, 2012. Soejanto, Agus. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Rineke Cipta, Cet. Ke-8, 2005. Walgito, Bimo. Pengantar psikologi Umum. Yogyakarta: Andi, Cet. Ke-4, 2004. Morissan. Periklanan Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta: Kencana, Cet. Ke-2, 2012. Widyatama, Rendra. Pengantar Periklanan. Jakarta: Buana Pustaka Indonesia, 2005. Beckwith, L. Sandra. Publicity For Non Profit. USA: Kaplan Publishing, 2006. Widyastuti, Palupi. Metode Pendidikan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC, 2003. Dahlan, M. Alwi. Manusia Komunikasi Komunikasi Manusia. Jakarta: Kompas, 2008. Tim Penyusunan Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Bina Aksara, Cet. Ke-3, 1986. Sutisno. Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi dan Video. Jakarta: Grasindo, 1993.
72
Jurnal Renda Bhakticaksa, Pemasaran Sosial, Tersedia dihttp://www.academia.edu/4126965/JURNAL_RENDA_BHAKTICAKS A_0911223109, internet; diunduh pada 10 mei 2014. Undang-Undang Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pada Bab V Pasal. 13. Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran Pada Bab III Pasal. 14. Undang-Undang No. 13 Tahun 2005 Tentang Penyiaran Publik Televisi Republik Indonesia Pada Bab II Pasal. 4. Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran Pada Bab III Pasal. 16. Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran Pada Bab III Pasal. 21. Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran Pada Bab III Pasal. 25. Internet Antara News, “Din Syamsudin Kejujuran Menjadi “Barang” Mewah, tersedia dihttp://antarajatim.com/lihat/berita/69297/din-syamsudin-kejujuranjadi-barang-mewah; internet; diunduh pada 25 September 2014. http://id.wikipedia.org/wiki/Iklan_layanan_masyarakat, internet; diunduh pada 10 mei 2014.
73
ANGKET PENELITIAN SKRIPSI RESPON SISWA SDN CIPAYUNG I CIPUTAT TERHADAP IKLAN “KEJUJURAN DAN ES KRIM” DI TELEVISI EDUKASI (TVe)
I.
IDENTITAS RESPONDEN
II.
Pendidikan Terakhir Bapak
: SD/SMP/SMA/KULIAH
Ibu
: SD/SMP/SMA/KULIAH
Pekerjaan Orang Tua Bapak
: Pegawai/Guru/Polisi/ABRI/Pedagang/Lainnya…
Ibu
: Pegawai/Guru/Polisi/ABRI/Pedagang/Lainnya…
Tempat Tinggal
: Komplek/Kampung
PETUNJUK PENGISIAN ANGKET
III.
Angket ini dibuat dengan tujuan penelitian skripsi sebagai tugas akhir perkuliahan dalam rangka meraih gelar sarjana S1. Pilih jawaban dengan tanda ( X ) pada jawaban yang dianggap sesuai dengan pertanyaan. Mohon mengisi jawaban dengan jujur. Jawaban adik-adik merupakan hal yang berharga. Atas kesediaan adik-adik saya ucapkan terima kasih. DAFTAR PERTANYAAN 1. Apakah kamu suka menonton TV? a. Sangat suka
c. Kurang suka
b. Suka
d. Tidak suka
2. Seberapa sering kamu menonton TV? a. Sangat sering
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak sama sekali
3. Apakah kamu pernah menonton siaran TVe? a. Pernah
c. Belum pernah
b. Kadang-kadang 4. Program siaran apa yang biasanya kamu saksikan di TVe? a. Pendidikan
c. Hiburan
b. Berita
d. Kuis
e. Lainnya……
5. Apakah kamu pernah menyaksikan iklan “kejujuran dan es krim” di TVe? a. Pernah
c. Belum pernah
b. Kadang-kadang 6. Apakah kamu suka dengan iklan “kejujuran dan es krim”? a. Sangat suka
c. Kurang suka
b. Suka
d. Tidak suka
7. Bagaimana perasaan kamu melihat iklan “kejujuran dan es krim”? a. Sangat senang
c. Biasa saja
b. Senang
d. Tidak senang
8. Bagaimana cerita iklan “kejujuran dan es krim”? a. Sangat bagus
c. Kurang bagus
b. Bagus
d. Tidak bagus
9. Iklan “kejujuran dan es krim” menampilkan contoh perilaku? a. Sangat baik
c. Kurang baik
b. baik
d. Tidak baik
10. Contoh perilaku seperti apa yang kamu lihat pada iklan “kejujuran dan es krim”? a. Anak berbohong
c. Anak pemalas
b. Anak berbakti
d. Anak jujur
11. Bagaimana pendapat kamu mengenai sikap anak ketika membeli es krim dengan uang kembalian belanja yang seharusnya diberikan kepada ibunya? a. Sangat setuju
c. Kurang setuju
b. Setuju
d. Tidak setuju
12. Iklan “kejujuran dan es krim” memberi kamu contoh, jika berbohong pada akhirnya ketahuan? a. Sangat setuju
c. Kurang setuju
b. Setuju
d. Tidak setuju
13. Iklan “kejujuran dan es krim” memberi kamu informasi mengenai pentingnya kejujuran ketika mengerjakan tugas dari orang tua? a. Sangat setuju
c. Kurang setuju
b. Setuju
d. Tidak setuju
14. Iklan “kejujuran dan es krim” memberi kamu informasi tentang perlunya kejujuran jika ingin sesuatu? a. Sangat setuju
c. Kurang setuju
b. Setuju
d. Tidak setuju
15. Apakah kamu suka melihat perilaku anak ketika membeli es krim dengan uang kembalian yang seharusnya diberikan kepada ibunya? a. Sangat suka
c. Biasa saja
b. Suka
d. Tidak suka
16. Bagaimana perasaan kamu jika kamu ketahuan berbohong seperti anak pada iklan “kejujuran dan es krim”? a. Sangat malu
c. Biasa saja
b. Malu
d. Tidak malu
17. Bagaimana perasaan kamu ketika mengetahui, bahwa kebohongan pada akhirnya akan ketahuan juga? a. Sangat takut
c. Biasa saja
b. Takut
d. Tidak takut
18. Apakah kamu lebih suka jujur meskipun itu pahit dirasakan? a. Sangat suka
c. Kurang suka
b. Suka
d. Tidak suka
19. Bagaimana pendapat kamu mengenai pesan tertulis “sekecil apapun jangan kotori kejujuran”? a. Sangat setuju
c. Kurang setuju
b. Setuju
d. Tidak setuju