RESPON JAMA’AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT DI MASJID RIYADHUL JANNAH GUNUNG PUTRI BOGOR
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (s.sos.i)
Oleh M. Firmansyah R NIM: 103052029856
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H./2008 M.
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skrpsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Uin Syarif Hidayatullah Jakarta.
Bogor, Januari 2008
M. Firmansyah R
RESPON JAMA’AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT DI MASJID RIYADHUL JANNAH GUNUNG PUTRI BOGOR
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh M. Firmansyah R NIM: 103052029856
Di Bawah Bimbingan
Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, M.A. NIP: 150 299 324
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H./2008 M.
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul RESPON JAMA’AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT DI MASJID RIYADHUL JANNAH GUNUNG PUTRI BOGOR telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 27 Maret 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana sosial Islam (S.Sos.I) pada program studi Bimbingan PEnyuluhan Islam.
Jakarta, 27 Maret 2008
Sidang Munaqasyah Ketua Merangkap Anggota,
Sekretaris Merangkap Anggota
Dr. Murodi, MA. NIP: 150 254 102
Dra. Sukmayeti, NIP: 150 234 867 Anggota,
Penguji I
Penguji II
Drs. M. Lutfi, MA. NIP: 150 268 782
Dra. Nasichah, MA NIP: 150 276 298
Pembimbing
Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA NIP: 150 299 324
ABSTRAK
M.FIRMANSYAH R RESPON JAMA’AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT DI MASJID RIYADHUL JANNAH GUNUNG PUTRI BOGOR Ibadah shalat merupakan suatu bentuk pengabdian seorang hamba terhadap Sang Pencipta Allah SWT. dengan mengagungkan-Nya akan mendatangkan rasa takut dan menumbuhkan rasa kebesaran dan keesaan-Nya serta dengan khusyu berharap akan ridha-Nya yang terdiri atas perbuatan dan perkataan yang dimulai dengan takbir serta diakhiri dengan salam dan juga berdasarkan syarat dan rukun tertentu. Dan ketika seorang hamba melakukan kewajibannya kepada sang Khalik ia sudah tahu secara jelas melaksanakan kewajibannya, dan tidak lagi merasa sekedar formalistik dan merasa sebagai suatu ritual belaka. Oleh karena itu, aktifitas keagamaan yang ada disebuah lembaga seperti pengajian kitab fikih shalat yang diadakan di Masjid Riyadhul Jannah menimbulkan respon yang sangat positif kepada para jama’ah pengajian di Masjid Riyadhul Jannah Gunung Putri Bogor. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana respon para jama’ah terhadap pengajian kitab fikih khususnya mengenai Ibadah shalat yang diadakan di Masjid Riyadhul Jannah Gunung Putri Bogor. Penelitian ini membahas tentang berbagai respon para jama’ah terhadap pengajian kitab fikih shalat yang terdiri atas perasaan jama’ah dalam merespon keberadaan pengajian kitab fikih shalat, komentar para jama’ah mengenai materi yang disampaikan, keaktifan para jama’ah mengikuti pengajian, serta minat para jama’ah terhadap pengajian kitab fikih shalat. Subjek yang diteliti yaitu para jama’ah Masjid Riyadhul Jannah yang aktif mengikuti pengajian kitab fikih Dan objek yang diteliti yaitu respon para jama’ah terhadap pengajian kitab fikih shalat yang diadakan di Masjid Riyadhul Jannah Gunung Putri Bogor. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan Stratified random sampling. Pengumpulan data di lakukan dengan metodologi penelitian lapangan yang memuat pertanyaan tertulis dalam bentuk angket dan pengamatan langsung di lapangan. Melalui wawancara, observasi dan penyebaran angket diketahui bahwa kegiatan pengajian kitab fikih shalat tersebut mempunyai respon yang beragam dari para jama’ah. Hasil dari penelitian ini memiliki respon yang positif dari para jama’ah di mana mereka sangat antusias mengikuti kegiatan pengajian kitab fikih ini.
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Sang Pencipta alam semesta Allah SWT Yang Maha Suci. Dzat yang menyelimuti tujuh petala langit dan tujuh lapis bumi. atas karunia-Nya yang dianugerahkan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sesuai dengan harapan. Untaian puspita salam kesejahteraan penulis sanjungkan ke pangkuan sang pelita alam cahaya bagi seluruh alam, imaamul anbiyaa wal mursaliin, Nabi Muhammad SAW yang menerangi dunia dengan risalah-risalah yang diembannya. Semoga kita dihujani rahmat Allah SWT dan dijauhkan dari murka-Nya, Amin. Selanjutnya, dalam penyelesaian skripsi ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Murodi, M.A., sosok dekan yang disiplin, visioner dan dekat dengan mahasiswa. Para Pembantu Dekan : Drs. Arief Subhan, M.A., Drs. H. Mahmud Jalal, M.A., dan Study Rizal LK, M.A., serta segenap dosen dan staf Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Jazaakallahum khairan katsiraa. 2. Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Drs. M. Lutfi, M.Ag., Sekertaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Nasichah, M.A., Penasehat Akademik Drs. Cecep Castrawijaya, M.A., mereka telah mengantar
penulis
dengan
kesabarannya.
Semoga
membalasnya dengan kebaikan yang berlipat ganda.
Allah
SWT
3. Dosen pembimbing Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, M.A., Subhanallah, penulis bersyukur mendapat pembimbing seperti beliau. Dengan kesabarannya,
keikhlasannya,
selalu
membimbing,
mengkritik,
memotivasi anak didiknya dengan baik. Jazaakallahum khairan katsiraa. 4. Pimpinan dan staf karyawan perpustakaan dakwah dan komunikasi serta perpustakaan utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuannya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 5. Ayahanda Muhammad Ilyas dan Ibunda Sopinah, terima kasih atas nilainilai agama yang telah ditanamkan sejak kecil hingga ananda dewasa. Yaa…Allah semoga hambamu ini menjadi anak yang berbakti kepada mereka. Amien. 6. Kakak-kakakku tercinta Mba Happy, Mba Ani, Mas Dino, Mba Anah, Abang, yang selalu memberikan support dan motivasi kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. 7. Adikku tersayang adinda Nurul Cahya Islami, you are my motivation. 8. Terkasih adinda tersayang Nona Utami Ning Ayu, serta My Little Angel, Nafissa Putri, kalian adalah inspirator dan semangat abi. 9. All my best friend, kawan-kawan BPI angkatan 2003, dan 2004 thanks for your support, dan juga telah menorehkan kisah indah tiada akhir., 10. Kawan-kawan
OG.El-Hanafiyah,
yang
selalu
mendukung
dan
memberikan semangat kepada penulis. Terakhir kepada seluruh pihak baik langsung maupun tak langsung yang telah memudahkan penlis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Terima
kasih atas segalanya. Mohon maaf dibukakan pintu maaf bila ada kata yang salah, perbuatan dan sikap yang tidak berkenan dihati. Semoga Allah SWt membalas segala kebaikan kalian semua.
Bogor, 27 Maret 2008 Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK………………………………………………………………...
i
KATA PENGANTAR…………………………………………………….
ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………
v
BAB I
BAB II
BAB III
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……………………………………..
1
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah……………………….
7
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian……………………………...
7
D. Tinjauan Pustaka…………………………………………….
8
E. Metodologi Penelitian……………………………………….
8
F. Sistematika Penulisan………………………………………..
10
TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Respon……..…………………………………..
12
B. Pengajian Kitab Fikih Shalat……………………………….
14
1. Pengertian Pengajian………………………………….
14
2. Pengertian Kitab Fikih Shalat…...……………………
16
3. Fungsi Ibadah Shalat…………………………………
22
4. Tujuan Ibadah Shalat…………………………………
24
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. MASJID RIYADHUL JANNAH GUNUNG PUTRI BOGOR…………………………………
27
1. Sejarah Berdirinya……………………………………..
27
2. Program Kerja …………………………………………
29
3. Susunan Pengurus DKM………………………………
30
4. Sarana dan Prasarana………………………………….
32
B. Profil Jama’ah……………………………………………….
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Kegiatan Pengajian Kitab Fikih Shalat……………………..
35
B. Analisis Respon Jama’ah Terhadap Pengajian Kitab Fikih Shalat di Masjid Riyadhul Jannah Gunung Putri Bogor...............................................………… BAB V
38
PENUTUP A. Kesimpulan…………………………………………………
46
B. Saran……………………………………………………….
48
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dalam sejarah penyebaran agama Islam, ibadah shalat merupakan hal yang utama yang diserukan oleh Rasulullah SAW kepada umat manusia setelah iman. Dalam peningkatan ibadah shalat, seorang guru atau ustadz dalam hal ini harus berusaha
menanamkan
pengertian
dan
kesenangan
melaksanakan
atau
menunaikan ibadah shalat kepada para jama’ah agar benar-benar mengerti dan memahami serta dapat melaksanakannya secara baik dan benar. Para jama’ah dapat meningkatkan dan memberikan motivasi beribadah kepada lingkungan keluarga, dan masyarakat untuk mempelajari ilmu agama. Sehingga terwujudlah suasana kehidupan yang agamis. Mengerjakan ibadah shalat merupakan salah satu bentuk pengabdian kepada Allah SWT untuk meningkatkan keimanan. Dan sebagai pengikut nabi Muhammad SAW, diwajibkan menjalankan shalat lima waktu sehari semalam. Karena Islam adalah agama yang diturunkan ke dunia untuk seluruh umat manusia, dengan adanya keberadaan Islam yang universal, maka wajib bagi kaum muslimin untuk menyebarkan ajaran Islam. Dan salah satu aktivitas keagamaan yang secara langsung digunakan untuk mensosialisasikan ajaran Islam bagi
penganutnya dan umat manusia pada umumnya adalah salah satunya dengan diadakannya pengajian. Aktivitas pengajian kitab fikih shalat ini dilakukan sebagai wujud kepedulian pengurus Masjid Riyadhul Jannah terhadap masyarakat sekitar. Pengajian kitab fikih shalat bertujuan untuk mempengaruhi dan mentransformasikan sikap batin dan perilaku warga masyarakat menuju terbentuknya tatanan keshalehan individu dan kolektif. Pengajian kitab fikih ini sarat dengan pesan-pesan keagamaan dan sosial serta merupakan salah satu sarana penyampaian risalah yang di emban Nabi SAW. dalam penyebaran agama Islam Dalam konteks itulah relevansi pengajian kitab fikih sebagai solusi permasalahan umat, karena didalamnya penuh dengan nasehat, pesan keagamaan dan sosial serta teladan yang mengajak masyarakat untuk menghindari diri dari hal-hal yang negatif dan menggantinya dengan hal-hal yang positif dalam ridha Allah SWT. Relevansi itu semakin signifikan apabila kegiatan pengajian mempunyai respon yang positif kepada semua lapisan masyarakat sekaligus dapat menyentuh aspek akal dan rohaninya. Kemampuan professional dalam penyampain materi kajian semakin dituntut karena bukan saja masyarakat yang semakin kritis, disamping itu juga memiliki permasalahan yang cukup kompleks sebagai akibat dari pengaruh informasi global yang pesannya sarat dengan nilainilai yang dapat mempengaruhi pola hidup masyarakat.1 Akibat dari berbagai pengaruh tersebut, respon setiap jama’ah beraneka ragam, berkaitan dengan pemahaman dan pengalaman ajaran agama serta respon jama’ah, maupun yang berkaitan dengan permasalahan kehidupan sosial, ekonomi, politik, budaya, keluarga dan sebagainya. Pemahaman agama yang 1
66.
Syaikh Musthafa Mansyur. Fikih Dakwah, (Jakarta : Al-I’tisom Cahaya Umat, 1998), h.
dangkal di kalangan umat dapat berakibat pada kurangnya aktivitas beribadah apalagi ditambah dengan rendahnya keinsyafan dan kesadarannya, sehingga tidak mempunyai pedoman nilai-nilai dan moral dalam hidupnya. Selain itu, pemahaman agama yang dangkal (kurang) dapat pula berakibat pada tipisnya penghayatan dalam pengalamannya, karena sekalipun anggota umat aktif beribadah karena fanatisme keagamaannya tinggi, namun tidak banyak membawa pengaruh (atsar) kepada perilakunya. Sebab dapat diduga bahwa pelaksanaan ibadahnya hanya bersifat formalistik dan ritualistik.2 Ibadah shalat merupakan amal yang paling utama yang harus dilakukan oleh umat Islam karena shalat merupakan amal ibadah yang pertama kali dihisab pada hari kiamat nanti. Ibadah kepada Allah SWT memiliki tiga pilar utama yang tidak dapat ditinggalkan, yaitu; Cinta (hubb), Takut (khauf) , dan Harapan (raja'). Beribadah atau menghamba kepada Allah SWT harus dilandasi dengan tiga pilar utama ini. Kedudukan shalat dalam Islam sangat penting sekali, shalat yang wajib dikerjakan ialah shalat lima waktu dalam sehari semalam. Shalat tersebut harus dikerjakan secara terus menerus sesuai dengan waktunya. Ibadah shalat merupakan suatu ibadah yang mengandung perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam.3 Shalat merupakan refreshing dan membebaskan diri dari berbagai kesibukan dan suka duka kehidupan untuk menghadap Allah SWT dengan khusyu, tunduk, ruku dan sujud. Membaca dan mendengar kalam Allah, membaca tasbih, mengagungkan, memohon ampunan dan berdo’a kepada Allah SWT. Seolah-olah shalat merupakan tangga bagi ruh
2 3
h. 87.
Ibid., h. 75. A. Rohman Ritonga dan Zainudin, Fikih Ibadah (Jakarta : Gaya Media Pratama, 1997),
untuk menemui Allah dan menghindari daya tarik bumi serta fitnah-fitnah kehidupan. Siapa yang melakukan shalat dengan hati yang jernih dan niat yang ikhlas Allah akan melimpahkan ketenangan, rahmat, cahaya, dan hidayah-Nya sehingga dapat membantu pelakunya untuk menghadapi liku-liku kehidupan dengan tenang dan mantap. Tidak ada kegelisahan, katakutan, kegundahan, dan kelemahan. Ia terlindungi dari fitnah, perbuatan keji, kemungkaran dan bisikan-bisikan setan. Ia berada dalam perlindungan dan pemeliharaan Allah, merasa selalu bersama Allah ke manapun ia pergi dan dimanapun ia tinggal tenang di sisi Allah, bertawakal kepada-Nya dalam melaksanakan perintah Allah atau menjauhi larangan-Nya komitmen dengan aturan-Nya tanpa ragu.4 Pada masa Rasulullah SAW. Banyak sekali permasalahan yang ditanyakan para sahabat kepada beliau, mulai dari masalah kehidupan sehari-hari sampai dengan masalah yang sangat urgen (penting) yaitu mengenai ibadah shalat. Karena umat Islam pada waktu itu belum mengetahui secara jelas tentang bagaimana tata cara pelaksanaan ibadah shalat. Dalam konteks pemahaman ajaran agama khususnya mengenai ibadah shalat dikalangan umat tampaknya masih terdapat ketimpangan-ketimpangan yang memerlukan islah (perbaikan) sebagai permasalahan umat. Untuk menghadapi problematika umat yang ditimbulkan oleh arus informasi global hendaknya kegiatan pengajian dapat mengimbanginya dengan informasi ajaran Islam.5 Maka, untuk menyampaikan/menginformasikan ajaran agama dalam rangka mencerdaskan umat dalam memahami ajaran agama, para 4 5
Musthofa Masyur, Fikih Dakwah, h. 53. Ibid., h. 79.
da’i perlu mempelajari keadaan masyarakat dan mencari hal yang bisa menarik bagi masyarakat dan menumbuhkan minat masyarakat untuk mempelajari dan mengikuti ajaran agama dengan tanpa adanya kesalahpahaman dan paksaan.
Kegiatan pengajian kitab fikih dalam rangka meningkatkan pemahaman ajaran agama umat Islam mengenai ibadah shalat adalah mengkaji dan mempelajari karya-karya ulama yang penuh dengan hikmah dan moral. Sebagaimana di ketahui bahwa ulama adalah sesuatu yang sangat penting dari pada gelar kyai atau apapun, karena kesan terhadap kata “kyai” adalah guru di suatu pondok pesantren atau tokoh agama dalam suatu masyarakat, namun ulama adalah seseorang yang memiliki kriteria : memiliki ilmu akhirat dan ilmu agama dengan kadar yang cukup mendalam, tekun ibadah, baik yang wajib maupun yang sunnah, zuhud, mengerti kemaslahatan masyarakat, peka terhadap kepentingan umum, dan mengabdikan seluruh ilmu dan amalnya demi dan karena Allah SWT.6 Melalui karya-karya ulama hendaknya sebagai seorang muslim kita cinta terhadap karya-karya para ulama. Di antara karya-karya para ulama adalah kitabkitab klasik, namun karena tidak semua masyarakat paham apalagi untuk mempelajari/membaca sendiri, maka untuk mempelajarinya diperlukan seorang guru yang ahli dalam bidangnya, dan karena kitab-kitab klasik (yang berbahasa arab) yang biasa disebut dengan “kitab kuning”. Kitab kuning adalah kitab-kitab karangan ulama salaf yang hidup ratusan tahun yang lalu, dan kini umat sudah mengalami zaman yang berbeda, maka untuk mengaktualisasikan isinya perlu 6
Munawwar Fuad, dkk., Menghidupkan Ruh Pemikiran kyai haji Ahmad Sidiq (Jakarta : Logos, 1999), h. 104.
adanya pengkajian secara kritis dan metodenya adalah dengan pembacaan kitab yang dipandu oleh seorang guru kemudian dibuka forum tanya jawab dalam bentuk As-Ilan wa Ajwibah (Tanya-jawab). merupakan salah satu media untuk melakukan interaksi antara da’i dan jama’ah (mad’u), utamanya tatkala ada perbedaan pendapat dalam memahami suatu permasalahan. Karenanya jika seorang da’i mampu menguasai tata cara penyampaian materi dengan baik dan etika dalam kegiatan pengajian maka ia akan dapat memperoleh hasil yang memuaskan.7 Sehingga diharapkan dari metode ini tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami ajaran Islam dan yang lebih penting lagi dari metode ini, kebutuhan umat dalam menyikapi dan menjawab tantangan zaman itu mampu dicari jalan keluarnya. Keberadaan pengajian yang dilanjutkan dengan forum tanya jawab dengan nara sumber yang profesional, dan para jama’ah yang bersifat plural, baik dari latar belakangnya, tingkat pendidikan, maupun usianya mampu berjalan dengan baik. Dan dari perbedaan seperti itu tentunya sangat mempengaruhi respon para jama’ah terhadap pengajian kitab fikih yang berbeda dari segi tingkat pemahamannya dalam memahami ajaran Islam. Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat dan sesuai dengan hal itu berkembang pula permasalahan yang dihadapi terutama dalam hal ini masalah-masalah fikih di antaranya permasalahan ibadah shalat. Kegiatan pengajian kitab dimaksudkan agar para jama’ah yang mengikuti forum ini dapat mengetahui dan menjalankan secara jelas dan benar mengenai tata cara ibadah shlat.
7
h. 15.
World Assembly of Moslem Youth (WAMY), Etika Diskusi, (Jakarta : Era Intermedia),
Dari fenomena di atas, maka penulis mencoba untuk meneliti dan menggali lebih dalam mengenai keberadaan pengajian yang dilaksanakan di masjid Riyadhul Jannah tersebut terhadap respon para jama’ah mengenai pengajian kitab fikih, dimana pengajian tersebut tetap dipertahankan oleh pengurus Masjid Riyadhul Jannah tanpa mencari alternatif lain dan jama’ah pun semakin bertambah walaupun secara evolusi, dengan mengambil judul: RESPON JAMA’AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT DI MASJID RIYADHUL JANNAH GUNUNG PUTRI BOGOR
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Untuk lebih spesifik lagi dan tujuan yang akan dicari dari penelitian ini tercapai dengan baik dan jelas, maka peneliti akan lebih memfokuskan pada respon mengenai kegiatan pengajian kitab fikih para jama’ah Masjid Riyadhul Jannah Gunung Putri Bogor terhadap ibadah shalat wajib 5 waktu dan shalat sunnah rawatib (qabliyah-ba’diyah). 2. Perumusan Masalah Sesuai dengan pembatasan masalah di atas, maka permasalahannya dapat dirumuskan sebagai berikut : “Bagaimana respon para jamah Masjid Riyadhul Jannah Gunung Putri Bogor terhadap pengajian kitab fikih shalat ?
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan pembatasan dan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui secara mendalam respon para jama’ah masjid
Riyadhul Jannah Gunung Putri Bogor terhadap pengajian kitab fikih yang memhas tentang ibadah shalat. 2. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk hal-hal sebagai berikut : a.
secara teoritis, memperluas wawasan dalam menerapkan teori-teori yang penulis peroleh selama kuliah di Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam.
b.
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan untuk pertimbangan dan sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi pihak masjid dan bagi fakultas.
D. Tinjauan pustaka Setelah menelaah berbagai karya ilmiah, penulis menemukan salah satu karya ilmiah yang hampir sama dengan penulis teliti yaitu dengan judul “Pengaruh Pengajian Qira’atul Kutub Dialogis Masjid Fathullah Terhadap Pemahaman Agama Para Jama’ah”, skripsi merupakan karya ilmiah Nanang Syairozy. Dari skripsi di atas peneliti menekankan bahasannya adalah bagaimana pengaruh kajian tafsir terhadap pemahaman agama para jama’ah di Masjid Fathullah. Sedangkan dalam skripsi ini penekanannya adalah bagaimana pengaruh pengajian kitab fikih shalat dari segi respon para jama’ah di Masjid Riyadhul Jannah Gunung putri Bogor.
E. Metode Penelitian Metode penelitian ini adalah penelitian field research, yaitu Pengumpulan data dilakukan dengan metode pertanyaan tertulis dalam bentuk angket dan pengamatan langsung di lapangan. Kemudian dengan menggunakan stratified random sampling, penulis menganalisis data dan juga setelah membaca bukubuku penunjang (data sekunder) dari penggabungan dengan data hasil lapangan. Jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode penulisan deskriptif analisis terdahulu kemudian mencari konsep-konsep umum baik hasil temuan melalui sumber bacaan atau sumber lapangan, kemudian di analisis, penarikan kesimpulan dengan menggunakan hal-hal yang bersifat umum ( metode deduktif) kemudian disistimatisir ke dalam hal-hal yang khusus (induktif), sedangkan secara teknis penulisannya didasarkan pada buku Pedoman Penulisan
Skripsi, Tesis, dan Disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007 dengan beberapa perubahan sesuai dengan petunjuk dosen pembimbing. 1. Teknik Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data dilapangan, penulis menggunakan beberapa teknik yaitu : a. Observasi, penulis terlibat langsung dalam kegiatan penelitian dilapangan dan mencari data-data lain sebagai penunjang. b. Wawancara, penulis melakukan wawancara kepada pengurus Masjid Riyadhul Jannah dan nara sumber kajian Fikih serta mencari informasi tambahan dari para jama’ah. c. Angket, penulis menyebarkan angket dan memberikan sejumlah pertanyaan kepada responden untuk memperoleh informasi yang ada kaitannya dengan masalah yang teliti. 2. Teknik Pengumpulan Sampel dari Populasi Sampel merupakan perwakilan dari populasi. Populasi adalah keseluruhan unit sampel yang akan diteliti, pengambilan sampel penulis menggunakan teknik random atau sample acak, untuk itu penulis hanya mengambil 30 responden yang aktif dalam pengajian kitab fikih yang di adakan di Masjid Riyadhul Jannah Gunung Putri Bogor. a. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Masjid Riyadhul Jannah yang beralamat di Jl. Raya Gunung Putri Kp. Momonot RT 04 / 07 desa Tlajung Udik kecamatan kecamatan Gunung Putri kabupaten Bogor.
Waktu penelitian Penelitian ini dimulai sejak tanggal 3 Desember (Ahad malam senin) 2007 sampai dengan 24 Februari 2008. b. Teknik Analisa Data Analisa data merupakan proses penjelasan data untuk lebih dianalisis dan diinterpretasikan. Dalam pengolahan dan penganalisaan data tersebut dilakukan cara : 1) Tabulasi data (data disusun secara rinci ke dalam table frekuensi) 2) Hasil penelitian ini menggunakan rumus : P = F x 100 % N Keterangan : P = Persentase yang dicari F = Frekuensi N = Number of case ( jumlah yang dianalisa ) Hasilnya dalam bentuk tabulasi tunggal
F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi ini disesuaikan dengan pokok masalah yang akan diteliti. Pembahasan skripsi ini dibagi dalam 5 bab, tiap-tiap bab dibagi lagi dalam sub-bab, dengan sistematika sebagai berikut : Bab I : Pendahuluan; terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II : Mengungkapkan tentang tinjauan teoritis yang terdiri dari pengertian respon, pengajian kitab fikih shalat ; pengertian pengajian. pengertian kitab fikih shalat, fungsi ibadah shalat, tujuan ibadah shalat dan manfaat pengajian kitab fikih shalat. Bab III : Gambaran umum tentang masjid Riyadhul Jannah Gunung Putri Bogor; terdiri dari sejarahnya, lokasi masjid, susunan kepengurusan, program kerja DKM serta sarana, dan prasarana. Bab IV : Hasil Penelitian Dan Analisis; terdiri dari kegiatan pengajian kitab fikih shalat yang kemudian penulis analisis respon tersebut dalam pengamalannya. Bab V : Merupakan bagian penutup dari skripsi ini yang menyajikan kesimpulan tentang pembahasan-pembahasan yang dilakukan pada bab-bab sebelumnya untuk selanjutnya memberikan saran-saran.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Respon
Dalam kamus besar ilmu pengetahuan disebutkan bahwa respon adalah reaksi psikologis metabolik terhadap tibanya suatu rangsangan, ada yang bersifat otomatis seperti refleks dan reaksi emisional langsung, adapula yang bersifat terkendali.8 Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa respon adalah tanggapan, reaksi, jawaban terhadap suatu gejala atau suatu peristiwa yang terjadi.9 Dalam kamus bahasa Indonesia kontemporer disebutkan bahwa respon adalah tanggapan atau reaksi.10 Sedangkan menurut Poerwadaminta respon diartikan sebagai “tanggapan reaksi dan jawaban”.11 Respon akan muncul dari penerimaan pesan setelah sebelumnya terjadi serangkaian komunikasi. Menurut Ahmad Subandi, mengemukakan respon dengan “istilah umpan balik (feed back) yang memiliki peranan atau pengaruh yang besar dalam menentukan baik tidaknya suatu komunikasi”.12 Dengan adanya respon yang disampaikan oleh jama’ah kepada da’i atau dari komunikan kepada komunikator, akan meminimalisir kesalahan penafsiran dalam sebuah proses sumber dakwah. Para ahli bahasa dalam penafsiran respon atau satu dengan lainnya berbeda. Tetapi walaupun para ahli tersebut berbeda-beda dalam mendefinisikan tanggapan semuanya mempunyai titik kesamaan, yaitu mengartikan respon sebagai tanggapan dan jawaban. Jadi antara respon, tanggapan, ataupun jawaban muncul disebabkan oleh karena adanya suatu gejala atau peristiwa yang mendahuluinya. Sehubungan dengan adanya stimulus, khususnya terhadap khalayak tentu akan 8
Save D. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan¸ (Jakarta : Lembaga Pengkajian dan Kebudayaan Nusantara, 1997), h. 964. 9 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1996), h. 838. 10 Peter Salim dan Yenny Salim., Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta : English Modern Press, 1991), h. 1268. 11 Poerwadarminta, Psikologi Komunikasi, (Jakarta : UT, 1999), h. 43. 12 Ahmad Subandi, Psikologi Sosial, (Jakarta : Bulan Bintang, 1982), h. 50.
muncul sebagai respon atau tanggapan terhadap apa yang dilihat, dengar atau rasakan. Secara umum tanggapan dapat diartikan sebagai hasil atau kesan yang didapat dari pengamatan. Jadi pengertian tanggapan adalah gambaran ingatan dari pengamatan. Menurut Abu Ahmadi menjelaskan arti tanggapan sebagai berikut “tanggapan sebagai salah satu fungsi jiwa yang pokok, dapat diartikan sebagai gambaran ingatan dari pengamatan objek yang telah diamati tidak lagi berada didalam ruang waktu pengamatan. Jadi jika proses pengamatan sudah berhenti hanya kesannya saja peristiwa tersebut sebagai tanggapan”.13 Menurut Agus Sujanto tanggapan adalah “pengamatan yang tinggal kesadaran kita yang sedang menanti”.14 Lebih rinci lagi Agus Sujanto mengemukakan macam-macam tanggapan sebagai berikut : 1. Tanggapan menurut indra yang diamati, yaitu : a. Tanggapan audit adalah tanggapan terhadap apa-apa yang telah didengarnya, baik berupa suara, ketukan dan lain sebagainya. b. Tanggapan Visual adalah tanggapan terhadap sesuatu yang dilihat. c. Tanggapan perasa adalah tanggapan sesuatu yang dialami oleh dirinya.15 Menurut teori yang dikemukakan oleh stellen Mchaffe respon dibagi menjadi tiga bagian yaitu : 1. Kognitif, yaitu respon yang berkaitan erat dengan pengetahuan, keterampilan dan informasi seseorang mengenai sesuatu. Respon ini timbul apabila adanya perubahan terhadap apa yang dipahami atau dipersepsikan oleh masyarakat. 13
Ahmad Ahmadi, Psikologi Belajar, (Jakarta : Reneka Cipta, 1992), h. 64. Agus Sujanto, Psikologi Kepribadian, (Jakarta : Aksara baru, 1991), h. 30. 15 Ibid., h. 31. 14
2. Afektif, yaitu respon yang berhubungan dengan emosi, sikap dan nilai seseorang terhadap sesuatu. Respon ini timbul bila ada perubahan pada apa yang disenangi khalayak terhadap sesuatu. 3. Konatif, yaitu respon yang berhubungan dengan prilaku nyata, yang meliputi tindakan, kegiatan, atau kebiasaan.16 B. Pengajian Kitab Fikih Shalat 1. Pengertian Pengajian Pengajian berasal dari kata “kaji” yang berarti pelajaran (terutama dalam hal agama). Pengajian adalah (1) ajaran dan pengajaran, (2) pembacaan AlQur’an.17 Kata pengajian ini berbentuk awalan “pe” dan akhiran “an” yang memiliki dua pengertian. Pertama yang berarti pengajaran ilmu-ilmu agama Islam. Yang kedua sebagai kata benda yang menyatakan tempat untuk melaksanakan pengajaran agama Islam. Yang mendalam pemakaiannya banyak istilah yang digunakan seperti dalam bahasa Arab di sebut kuttab, di masyarakat minangkabau di sebut dengan surau dan di masyarakat jawa pengajian. 18 Pengajian
merupakan
kegiatan
yang
senantiasa
berusaha
untuk
menanamkan nilai-nilai keagamaan, meningkatkan ketakwaan dan pengetahuan agama Islam serta kecakapan dalam rangka mencari ridha Allah SWT. dengan demikian pengajian adalah kegiatan Islam yang bercorak sederhana sebagai media penyampaian dakwah Islam yang dilaksanakan secara berkala, teratur dan di ikuti oleh para jama’ah Masjid Riyadhul Jannah.
h. 218.
16
Rahmat Jalaludin, Psikologi Komunikasi, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1999),
17
Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1989), h. 33 Ibid., h. 34.
18
Kegiatan pengajian terdapat beberapa elemen di antaranya ialah adanya narasumber atau ustadz, adanya jama’ah, adanya sarana serta materi yang di pelajari. Dan dalam pelaksanaan pengajian yang digunakan dalam penyampaian adalah metode ceramah. a. Peran Pengajian Pertama Di lihat dari segi tujuannya, pengajian adalah termasuk pelaksana dakwah sebagai syiar Islam yang berlandaskan Al-Qur’an dan Al-Hadits. Kedua di lihat dari segi strategi pembinaan umat, pengajian merupakan wahana dakwah Islamiyah yangmurni ajarannya. b. Fungsi Pengajian 1). Fungsi kemasyarakatan, pengajian merupakan salah satu lembaga sosial yang ada di sebuah instansi baik atau di masyarakat, yang turut serta menata keseimbangan dan keselerasan dalam masyarakat baik secara langsung atau tak langsung. Misalnya : menampung zakat, infak dan sadaqah untuk disalurkan demi menyantuni fakir miskin dan anak yatim piatu. 2). Fungsi Pengajian sebagai pengajaran non formal, di mana pengajian itu mengadakan pengajaran yang fungsinya menambah wawasan keislaman. 2. Pengertian Kitab Fikih Shalat a. Pengertian Kitab Istilah kitab pada mulanya diperkenalkan oleh kalangan luar pesantren sekitar dua dasawarsa silam dengan nada merendahkan (pejonatif). Dalam pandangan mereka kitab klasik sebagai kitab berkadar keilmuan rendah, ketinggalan zaman, dan menjadi salah satu penyebab stagnasi berfikir umat.
Sebutab ini mulanya sangat menyakitkan memang, tetapi kemudian nama kitab klasik diterima secara luas sebagai salah satu istilah teknis. Di kalangan masyarakat khususnya pesantren. Untuk menyebut kitab yang sama bahkan karena tidak dilengkapi dengan sandang (syakal), kitab klasik juga disebut oleh kalangan masyarakat awam “ kitab gundul ” dan arena rentang waktu yang sangat jauh dari kemunculannya sekarang, tidak sedikit yang menjuluki kitab klasik dengan kitab kuno.19 Kitab klasik disebut juga dengan kitab korosan, dinamakan kitab korosan karena halaman-halaman kitab tersebut berupa lembaran-lembaran terurai tibdak berjilid masing-masing koras berjumlah delapan halaman. Maksudnya agar memudahkan bagi jama’ah yang mengaji dan cukup membawa korosan yang dipelajari, jadi tidak perlu membawa isi kitab yang sarat dengan halamanhalaman. Namun karena perkembangannya percetakan, maka akhir-akhir ini kitab-kitab klasik tidak selalu dicetak dengan kitab kuning, sudah banyak diantaranya dicetak diatas kertas putih.Demikian juga sudah banyak yang tidak gundul lagi, karena sudah diberi syakal yang merupakan tanda vokal untuk lebih memudahkan membacanya dan sebagian besar telah dijilid rapih dengan kulit yang bagus disertai dengan huruf-huruf yang indah sebagai judul kitab. Kitab yang demikian ini lazimnya disebut ifranjiyah yang berarti kitab model perancis. Di daerah asalnya yaitu disekitar timur tengah kitab klasik ini disebut Al-kutub Al-qadimah, karena penampilan kitab klasik pada fisiknya telah berubah maka tidak mudah lagi membedakannya dengan karangan-karangan baru
19
Marzuki Wahid, Pesatren Masa Depan, (Jakarta : Pustaka Hidayah, 1999), h. 22
yang biasa disebut Al-kutub al-asliyah. Kini perbedaan tidak lagi terletak pada sisi, sistematika, metodologi dan bahasan serta pengarangnya.20 Perbedaan yang pertama dari yang kedua dicirikan antara lain oleh cara penulisannya yang tidak mengenal pemberhentian, tanda baca dan kesan bahasanya yang berat, klasik dan tanpa syakal (baca sandang fathah, kasrah, dan dhomah). Apa yang disebut kitab klasik pada dasarnya mengacu pada kategori yang pertama yakni Al-kutub Al-qodimah. Kitab-kitab itu meskipun dari sudut kandungannya konfrehensif dan dapat dikatakan berkualitas secara akademis, tetapi dari sistematika penyajiannya nampak sangat sederhana misalnya pergeseran dari sub topik ke sub topik yang lain, tidak menggunakan alinea baru tapi dengan pasal atau kode sejenis seperti tatimmah, mihimmah, tanbih, far ‘dan lain sebagainya. Berdasarkan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa yang disebut kitab klasik adalah kitab-kitab keagamaan yang menggunakan bahasa arab atau bahasa lokal dari Indonesia dengan menggunakan aksara arab yang ditulis oleh para ulama periode klasik dan sesudahnya baik dari timur tengan maupun Indonesia dengan system penulisan pramodern. Kitab-kitab ini memuat tentang ajaran-ajaran dasar islam sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an dan Al- hadist. Ajaranajaran Islam yang merupakan hasil dari interpretasi para ulama Islam terhadap ajaran dasar Islam itu dan hal-hal yang datang kedalam Islam sebagai hasil perkembangan Islam dan ajarannya. b. Pengertian Fikih Shalat
20
Imron Arifin, Kepemimpinan Kyai; Kasus Pondok Pesatren Tebu Ireng, (Malang : Kalimasahada Press, 1993), h. 9.
Secara etimologi “fikih” berasal dari kata
ﻓﻘﻬﺎ-ﻳﻔﻘﻪ-ﻓﻘﻪ
yang berarti
“mengerti atau faham”. Dari sinilah ditarik perkataan fikih yang memberi kefahaman dalam hukum syari’at yang sangat dianjurkan oleh Allah dan RasulNya.21 Ahli Ushul ( fuqaha ahli ijtihad ) mendefinisikan fikih sebagai berikut : a. Ulama-ulama hanafiah menetapkan bahwa :
اﻟﻔﻘﻪ هﻮ اﻟﻌﻠﻢ ﻳﺒﻴﻦ اﻟﺤﻘﻮق واﻟﻮاﺟﺒﺎت اﻟﺘﻰ ﺗﺘﻌﻠﻖ ﺑﺎﻓﻌﺎل اﻟﻤﺘﻜﻠﻔﻴﻦ
“Fikih ialah ilmu yang menerangkan segala hak dan kewajiban yang berhubungan dengan amalan para mukallaf”.22 b. Pengikut-pengikut Imam Syafi’I mengemukakan bahwa :
اﻟﻔﻘﻪ هﻮ اﻟﻌﻠﻢ ﻳﺒﻴﻦ اﻻﺣﻜﺎم اﻟﺸﺮﻋﻴﺔاﻟﺘﻰ ﺗﺘﻌﻠﻖ ﺑﺎﻓﻌﺎل اﻟﻤﻜﻠﻔﻴﻦ اﻟﻤﺴﺘﻨﺒﻂ ﻣﻦ ادﻟﺘﻬﺎ اﻟﺘﻔﺼﻠﻴﺔ
“Fikih ialah ilmu yang menerangkan segala hukum syara yang berhubungan dengan para mukallaf yang dikeluarkan ( diistinbatkan ) dari dalildalil yang terperinci”.23 Moh. Rifai mengemukakan definisi fikih menurut syara’ yaitu mengetahui hukum-hukum syara, yang berhubungan dengan perbuatan orang mukallaf, perbuatan anggota manupun bathin, seperti hukum wajib, haram, mubah, sah atau tidak sahnya sesuatu perbuatan itu.24 Menurut Imam Al-Ghazali fikih adalah “ilmu yang menerangkan hukumhukum Allah terhadap perbuatan-perbuatan para mukallaf, baik yang wajib, yang 21
A.Syafi’I Karim, Fiqih Ushul Fiqih (Bandung : Pustaka Setia, 1997), h. 11. Hasbi Asshiddiqie, Pengantar Hukum Islam (Jakarta : Bulan Bintang, 1980), h. 24. 23 Ibid., h. 25-26. 24 Muhammad Rifai , Ushul Fiqih, ( Semarang : Wicaksana, 1988 ), h. 7. 22
haram, yang sunnah, yang makruh, maupun yang mubah. Hukum-hukum itu diterima dari Allah dengan perantaraan Kitabullah, sunnah Rasul dan dari dalildalil yang ditegaskan syara’ untuk mengetahui hukum-hukum itu sepeerti qiyas”.25 Sedangkan menurut Ibnu Khaldun fikih adalah “ilmu yang menerangkan hukum-hukum Allah terhadap perbuatan-perbuatan para mukallaf, baik yang wajib, yang haram, yang sunnah, yang makruh, maupun yang mubah. Hukumhukum itu diterima dari Allah dengan perantaraan Kitabullah, sunnah Rasul dan dari dalil-dalil yang ditegaskan syara’ untuk mengetahui hukum-hukum itu, seperti Qiyas”.26 Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan di atas, penulis melihat adanya persamaan anatara definisi yang satu dengan yang lainnya bahwa fiqih itu merupakan ilmu yang menerangkan hukum-hukum syara yang berhubungan dengan perbuatan orang mukallaf. Dengan demikian, berarti fikih itu merupakan ilmu atau displin ilmu yang tersusun guna mengetahui ketetapan hukum-hukum Allah yang disyariatkan pada manusia mukallaf yang diambil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah secara terperinci. c. Pengertian Ibadah Shalat Kata
ﻋﺒﺎدة
adalah bentuk masdar dari kata "ﻋﺒﺪ
" yang biasa diartikan
antara lain dengan “mengabdi, tunduk, taat, merendahkan diri dan sebagainya”.27 Menurut Ahli lughat mengartikan ibadah dengan taat, menurut, mengikut, tunduk dengan setinggi-tingginya dan dengan do’a. 28 25
Ibid., h. 8. Ibid., h. 69. 27 Ismail Muhammad Syah, dkk., Filsafat Hukum Islam (Jakarta : Bumi Aksara, 1992), h. 26
168.
Menurut Ulama tauhid, ibadah adalah “meng-Esakan dan meng-Agungkan Allah sepenuhnya serta menghinakan diri dan menundukan jiwa kepadanya”.29 Ibadah dalam pengertian ini makhluk sepenuhnya meng-Esakan dan mengAgungkan Allah dengan cara menghinakan dan menundukan jiwa hanya kepadaNya. Menurut Imam Ghazali mengartikan bahwa ibadah adalah “segala bentuk ketaatan yang engkau kerjakan untuk mencapai keridhaan Allah dan mengharap pahalanya di akhirat”.30 Ibadah disini seseorang hanya melakukan suatu perbuatan untuk mencari ridha dan pahala dari Allah untuk bekal di akhirat kelak. Sedangkan pengertian shalat dalam pengertian bahasa Arab diartikan sebagai “al-du’a (do’a)”, yakni dari kata “shalla, yushalli”, yang berarti mendo’akan.31 Karena di dalam shalat kita berdo’a atau memohon kepada Allah. Adapun pengertian shalat menurut istilah, para ulama memberikan pengertian yang berbeda-beda Menurut Sayyid Sabiq mengartikan bahwa, shalat ialah “ibadah yang terdiri dari perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir bagi Allah ta’ala dan disudahi dengan memberi salam”.32 Shalat juga diartikan sebagai “suatu system ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan, dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam berdasarkan syarat-syarat dan
28
Hasbi Asshiddiqie, Kuliah Ibadah, ( Jakarta : Bulan Bintang, 1991 ), h. 1. Ritonga dan Zainudin, Fiqh Ibadah, h. 2. 30 Ibid, h.4. 31 Fadh Abdurrahman Bin Sulaiman al-Rumi, Konsep Shalat Mrnurut Al-Qur’an; Telaah Kritis tentang Fiqh Shalat (Jakarta : Firdaus, 1991), h. 3. 32 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunah (Bandung : Al-maarif, 1997), h. 191. 29
rukun-rukun tertentu. Ia adalah fardu ‘ain atas tiap-tiap muslim yang telah baligh”.33 Menurut Hasbi Ash-Shiddieqy, ia memberikan dua macam pengertian tentang arti shalat, shalat dipandang dari sudut yang berbeda yaitu lahiriah dan ruhaniah, karena menurutnya pengertian shalat yang diungkapkan di atas belum mencangkup pengertian shalat yang sesungguhnya, pengertian shalat tersebut hanya menggambarkan shalat yang dapat didengar dan dilihat saja. Pengertian shalat yang sesungguhnya menurut beliau harus mencangkup dua sudut tersebut. Secara lahiriah “shalat ialah beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir, disudahi dengan salam, yang dengannya kita beribadah kepada Allah menurut syarat yang telah ditentukan”.34 Sedangkan secara ruhaniah “shalat adalah berharap kepada Allah SWT dengan sepenuh jiwa, dengan segala khusyu dihadapan-Nya dan berikhlas bagiNya, serta hadir hati dalam berdzikir, berdo’a dan memuji”.35 Pada dasarnya pengertian tersebut saling berkaitan antara satu sama lain tidak dapat dipisahkan, karena shalat yang sesungguhnya ialah shalat yang memiliki ruh dan tubuh, tidak hanya ucapan dan perbuatan secara lahiriah saja, melainkan dibarengi dengan akal pikiran. Dari beberapa pengertian dan ungkapan di atas penulis menarik suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan kitab fikih yang membahas tentang ibadah shalat adalah karya ulama terdahulu (al-kutub al-qadimah) yang berbentuk pengabdian hamba terhadap Allah untuk mengagungkan-Nya dapat mendatangkan 33
Nazarudin Razak, Dinul Islam (Bandung : Al-Maarif, 1996), h. 178. Hasbi Asshiddiqie, Pedoman Shalat (Semarang : Pustaka Rizki Putra, 1997), h. 62. 35 Ibid, h. 64. 34
rasa takut dan menumbuhkan rasa kebesaran dan keesaan-Nya dengan khusyu serta berharap akan ridha-Nya terdiri dari perbuatan dan perkataan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam serta berdasarkan syarat dan rukun tertentu. 3. Fungsi Ibadah Shalat Ibadah shalat mempunyai beberapa fungsi diantaranya menghidupkan kesadaran tauhid serta memantapkannya di dalam hati, menghapus kepercayaan dan ketergantungan kepada berbagai kuasa ghaib yang selalu disembah dan diseru oleh orang musyrik untuk meminta pertolongan. Melalui ibadah shalat, perasaan takut (khasyyah), haibah dan harap kepada Allah akan meresap ke dalam hati. Inilah ruh ibadah yang sebenarnya dan bukan bentuk perilaku lahir, perbuatan atau ucapan-ucapan.36 Kemudian fungsi lain dari ibadah shalat ialah sebagai penawar paling mujarab bagi kesehatan jiwa, rohani dan fisik manusia serta memberikan ketenangan batin manusia.37 Sebagaimana Firman Allah
☺
36 37
Lahmudin Nasution, fiqih Ibadah (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999), h. 6-7. Nazarudin, Dinul Islam, (Bandung : Al-Maarif, 1993), h. 182.
Artinya : “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”. ( Q. S. Ar-Ra d/ 13: 28) Shalat juga dapat berfungsi sebagai: a. Sarana komunikasi langsung antara hamba dan khaliqnya dan sebagai salah satu sarana untuk mendapatkan kebahagiaan. b. Merupakan sarana terbesar dalam tazkiyah an- nals (pembesihan jiwa), dan c. Sarana terbesar utuk mengingat Allah SWT.38 Sebagaimana Firman Allah
Artinya : “Sesungguhnya Aku Ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain aku, Maka sembahlah Aku dan Dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”.(Q.S.Thaha/20:14) Dalam ayat ini dijelaskan bahwa shalat itu mengingat Allah, memuja, memuji dan memohon doa kepada-nya. Karena dalam shalat itu terjadi hubungan antara manusia dengan tuhan- nya . Dalam Al-Quran telah dijalaskan bahwa shalat berfungsi untuk mencegah seseorang untuk melakukan perbuatan keji dan mungkar, seperti Firman-Nya
38
Sa’id Hawwa, Mensucikan Jiwa (Jakarta : Rabbani Pers, 2000), h. 33.
⌧ ☺
Artinya: “Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Q.S. Al-ankabut/29:45) Dengan demikian, fungsi shalat dapat memberikan ketenteraman dan ketabahan hati, sehing orang tidak mudah kecewa atau gelisah mentalnya jika menghadapi musibah dan tidak mudah lupa daratan, jika sedang mendapat kenikmatan atau kesenangan.39 Sehingga dapat dipahami bahwa fungsi ibadah shalat adalah untuk mencegah manusia dari perbuatan keji dan mungkar. Karena dengan shalat manusia senantiasa akan merasakan ketenangan hati dan jiwa sehingga dia mempunyai sandaran hidup yang pasti. 4. Tujuan Ibadah Shalat Allah SWT menciptakan manusia dari makhluk Allah yang lainnya, yakni untuk mengabdi ( beribadah ) kepada Tuhan-Nya. Karena dengan beribadah itu Allah akan mengangkat manusia kepada derajat yang tinggi, dalam penghidupannya di dunia dan keberuntungan di hari kemudian. Untuk mencapai derajat ketinggian itu dalam berbagai lapangan kehidupannya, baik lahir ataupun batin, perlulah manusia itu mengikuti perintah Allah dan menjalankan petunjuk-
39
Masyfuk Zuhdi, Studi Islam : Ibadah (Jakarta : Rajawali Offset, 1992), h. 14.
Nya dengan sepenuh hati dan inilah yang dimaksud dengan perkataan “memuja kepada Allah SWT”. Apabila manusia diciptakan hanya untuk menyembah dan beribadah kepada Allah, maka setiap orang perlu mengetahui pengertian hakikat dari beribadah tersebut agar ia dapat melaksanakannya dengan benar. Selain itu pun ia juga perlu mengetahui fungsi dan tujuan dari ibadah shalat yang dilakukannya. Ibadah shalat mempunyai tujuan pokok dan tambahan. Tujuan pokoknya adalah menghadapkan diri kepada Allah Yang Maha Esa dan mengonsentrasikan niat kepada-Nya dalam setiap keadaan. Dengan adanya tujuan itu seseorang akan mencapai derajat yang tinggi di akhirat. Sedangkan tujuan tambahannya agar terciptanya kemaslahatan diri manusia dan terwujudnya usaha yang baik.40 Ada tiga macam tujuan ibadah shalat, yaitu : a. Untuk membuktikan diri kita sebagai hamba Allah SWT b. Untuk membuktikan diri sebagai manusia, dan c. Untuk membina ketaqwaan dalam diri manusia.41 Tujuan hakiki ibadah shalat adalah menghadapkan diri kepada Allah untuk mengingatkan manusia tentang rasa keagungan akan rasa kekuasaan-Nya dan menunggalkan-Nya sebagai tumpuan harapan dalam segala hal. Tujuan hakiki dari perintah shalat hanya Allah saja yang benar-benar mengetahuinya, akan tetapi secara umum diketahui dan dipahami bahwa tujuan shalat itu tidak lain kecuali untuk beribadah menyembah-Nya. Dalam Al-Qur’an
40 41
Lahmudin, Fiqh Ibadah, h. 2. Ritonga & Zainudin, Fiqh Ibadah, h. 9.
terdapat beberapa petunjuk mengenai tujuan shalat yaitu sebagaimana yang dijelaskan dalam surah Ar-Rad/13: 28 berikut:
☺
Artinya : “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”. ( Q. S. Ar-Ra d/ 13: 28)
dan juga sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah surah Al-Ankabut/19: 45 berikut:
⌧ ☺
Artinya: “Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Q.S. Al-ankabut/29:45)
Dari beberapa arti ayat di atas, dapat dipahami bahwa dengan mengingat Allah SWT. seorang muslim hendaknya mengerjakan shalat, karena shalat akan mencegah kita dari perbuatan keji dan mungkar.
BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. MASJID RIYADHUL JANNAH GUNUNG PUTRI BOGOR 1. Sejarah Singkat Berdirinya Masjid Riyadhul Jannah Setiap masjid mempunyai sejarah dan latar belakang berdirinya masjid tersebut, begitu juga dengan sejarah berdirinya masjid Riyadhul Jannah, bahwasanya masjid Riyadhul Jannah didrikan pada tahun 1949 dan masjid ini merupakan salah satu masjid tertua yang ada di wilayah desa Tlajung Udik kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor Jawa barat. Dan masjid ini didirikan oleh almarhum bapak H. Endi bin Icin.42 Dan tanah yang dibangun untuk pembagunan masjid ini adalah tanah wakaf almarhum. Kemudian sesuai dengan fungsinya keadaan masjid ini sudah banyak mengalami perbaikan atau renovasi sebanyak tiga kali. Renovasi yang pertama pada tahun 1956 yang diketuai oleh Almarhum mantan kepala desa Tlajung Udik yaitu bapak Saitan. Renovasi yang kedua pada tahun 1972 yang diketuai oleh bapak H. Sueb. Dan renovasi yang terakhir pada tahun 1980 yang diketuai oleh almarhum bapak H. Hamim bin Hamad.43 Luas tanah masjid ini adalah 1200 m2. Masjid Riyadhul Jannah terletak di jalan raya Gunung Putri RT 04 / 07 desa Tlajung Udik kecamatan Gunung Putri kabupaten Bogor. Dan masjid Riyadhul Jannah ini berbatasan dengan : 42
Wawancara pribadi dengan H. A. Umang (sesepuh Masjid riyadhul Jannah), Bogor, 5 Desember 2007. 43 Wawancara Pribadi dengan Chotib (Ketua DKM Masjid riyadhul Jannah), Bogor, 6 Desember 2007.
a. Sebelah Timur berbatasan dengan jalan raya gunung putri b. Sebelah Selatan berbatasan dengan SDN 01 dan 03 Tlajung Udik c. Sebelah Barat berbatasan dengan setu Tlajung d. Sebelah Utara berbatasan dengan tanah milik bapak H. Firman.44 Tujuan didirikannya masjid Riyadhul Jannah adalah untuk memberikan sarana bagi kaum muslimin untuk bisa beribadah dengan khusyu, sehingga hati mereka rindu untuk bisa datang beribadah di masjid, dan bahkan masjid ini pernah menjadi pusat pendidikan formal bagi masyarakat yang ada di wilayah ini. Kemudian juga tujuan lainnya yaitu untuk menciptakan kegiatan-kegiatan Islam di dalam masjid, berupa kegiatan pendidikan dan pengajaran, beberapa kajian Islam dan lain-lain, kesemuanya itu amat berguna bagi kemajuan umat Islam. Diharapkan nantinya masjid ini tidak sekedar berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga untuk kegiatan keislaman lainnya. Kemudian tujuan lain dari masjid ini adalah agar dapat membentuk pribadi muslim yang berbudi luhur, berilmu amaliah, beramal ilmiah, berfikirah islamiyah. Serta mewujudkan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam. Dengan diselenggarakannya beberapa kegiatan keislaman di dalam masjid yang diikuti oleh kaum muslimin tua dan muda, maka diharapkan masjid ini bisa ikut ambil bagian dalam menanggulangi kenakalan dan sikap-sikap amoral yang pada akhir-akhir ini semakin tampak jelas dimana-mana. Para generasi muda akan semakin sadar bisa menghayati arti hidup, manakala mereka sering mendekatkan diri ke masjid mengikuti berbagai aktivitasnya.45
44
Wawancara Prbadi dengan M. Ilyas (Sekretaris Masjid Riyadhul Jannah), Bogor, 5 Desember 2007. 45 Wawancara Pribadi dengan M. Nur (Bendahara Masjid Riyadhul Jannah), Bogor, 6 Desember 2007.
2. Program Kerja Masjid Riyadhul Jannah Program-program masjid Riyadhul Jannah meliputi beberapa hal yaitu sebagai berikut : a. visi dan misi masjid 1) Melaksanakan kegiatan pengajian, tabligh, ceramah agama dan diskusi keagamaan 2) Membina jamaah kepada pembentukan akhlak mulia. 3) Memberikan kontribusi dalam proses pembinaan terutama pada upaya memperkokoh landasan spiritual, moral dan etika. 4) Menjadi jembatan antar mazhab dan pemikiran. 5) Menjadi jembatan antara tradisionalisme dan modernisme b. Strategi 1) Membiasakan
diri
dalam
situasi
perbedaan
pendapat
mempertentangkan. 2) Membangun ukhuwah atau persaudaran antar suku bangsa dan ras. c. Jenis Kegiatan 1) Pengajian Fikih 2) Studi Islam Intensif 3) Pesantren kilat 4) Pengembangan masyarakat Islam 5) Pengislaman muallaf
tanpa
d. Materi 1) Fikih 2) Tasawuf 3) Sejarah Islam 4) Tauhid 5) Tafsir Al-Qur’an dan Hadits 6) Nahwu – sharaf e. Metode Penyampaian ( dakwah ) 1) Metode dakwah bi al-lisan Metode ini terdiri atas ceramah, dialog ( tanya jawab ), dan lain sebagainya. 2) Metode dakwah bi al –qalam Metode ini dengan mengeluarkan jurnal dakwah, selembaran, pengumunan dan lain-lain. 3) Metode dakwah bi al-hal Metode ini yaitu dengan mengadakan pengajian persaudaraan.
3. Susunan Pengurus Masjid Riyadhul Jannah Susunan kepengurusan Masjid Riyadhul Jannah dapat dilihat dalam struktur sebagai berikut :
SUSUNAN PENGURUS MASJID RIYADHUL JANNAH JL. RAYA GUNUNG PUTRI KECAMATAN GUNUNG PUTRI
BOGOR Dewan Penasehat
H. A. Umang
Ketua
Chotib
Sekretaris
Bendahara
M. Ilyas
H. Muh. Nur
Ketua Remaja
Ketua Pengajian
Seksi pemeliharaan
M. Nurdin
Misbahudin
Santos
Marbot Masjid 1. Fajar 2. Abdul aziz 3. Yuris
4. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang ada di Masjid Riyadhul Jannah adalah sebagai berikut : a. Ruang Ibadah merupakan tempat shalat dengan karpet yang bersih dan bergarisgaris untuk shaf ( barisan shalat ), podium atau mimbar yang enak bagi khatib, mihrab imam, ruang pengaturan sound system ( pengeras suara ). b. Ruang Wudlu Sudah jelas bahwa masjid mutlak harus menyediakan ruang wudlu yang bersih untuk pria dan wanita yang tertutup c. Ruang Sekretariat kegiatan adminstrasi dansegala hal yang terkait dengan masjid pengelolahannya tentu memerlukan satu ruangan, ruangan ini disebut dengan secretariat atau kantor masjid. d.
Gudang Masjid tentu saja harus memiliki ruang khusus untuk menyimpan barang-barang yang tidak terpakai atau pemakainnya sewaktu-waktu sehingga penempatan barang-barang itu tidak sembarangan. Ruangan khusus itu adalah gudang. Adanya gudang Insya Allah membuat masjid menjadi bersih dan teratur.
B. PROFIL PARA JAMAAH MASJID RIYADHUL JANNAH Profil para jamaah masjid Riyadhul Jannah adalah seluruh masyarakat yang berada di wilayah desa Tlajung Udik khususnya RT 04 / 07 dan umumnya masyarakat sekitar Tlajung Udik yang terdiri dari jama’ah tetap yaitu jamaah yang rutin datang setiap minggu malam dan waktuwaktu shalat tiba Kemudian penulis juga mengklasifikasikan keadaan jama’ah dillihat dari segi Usia dan tingkat pendidikan Tabel 1 Identitas Usia No
Usia
Frekwensi
Persentase
1.
18 – 28
5
17 %
2.
34 – 44
19
63 %
3.
55 - 88
6
20 %
30
100 %
Jumlah
Dari tabel di atas dengan identitas usia, 5 responden atau 17 % berusia antara 18 – 28 tahun, 19 responden atau 63 % berusia antara 34 – 44 tahun, dan 6 responden atau 20 % berusia antara 55 – 88 tahun. Berdasarkan data di atas, Pengajian yang diadakan di Masjid Riyadhul Jannah banyak didominasi oleh jama’ah yang berusia 34 – 44 tahun (dewasa). Jama’ah terbanyak kedua didominasi oleh responden berusia antara 55 – 88 tahun (orang tua), dan yang ketiga oleh responden
yang berusia antara 18 – 28 tahun (remaja akhir). Ini berarti bahwa Pengajian ini diikuti oleh sebagian besar pria dewasa.
Tabel 2 Identitas Pendidikan No
Tingkat pendidikan
Frekwensi
Persentase
1.
SLTP
4
13 %
2.
SLTA
24
80 %
3.
PT ( perguruan tinggi
2
7%
30
100 %
} Jumlah
Dari tabel di atas tingkat pendidikan 2 responden atau 7 % adalah PT ( Perguruan Tinggi ), 4 responden atau 13 % adalah SLTP, dan 24 responden atau 80 % adalah SLTA. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar jama’ah yang mengikuti Pengajian tersebut adalah dari strata pendidikan SLTA dengan jumlah 24 orang atau 80 %. Selebihnya berpendidikan SLTP dan Perguruan Tinggi.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
A. Kegiatan Pengajian Kitab Fikih Shalat 1. Bentuk Kegiatan Pengajian Kitab Fikih Shalat Kegiatan pengajian kitab fikih yang membahas tentang ibadah shalat diadakan sebanyak satu minggu sekali ini berbentuk seperti pendidikan non formal, dengan metode ceramah dan tanya jawab yang di bagi menjadi dua sesi : Pertama, pembahasan materi. Kedua, tanya jawab. Pengajian ini di pimpin dan dibuka oleh narasumber pengajian kitab fikih tersebut dan pada bagian awal pembukaan para jama’ah di pandu untuk sama-sama membaca surah Al-Fatihah. Setelah pembukaan, narasumber membaca dan menerangkan isi kitab kuning yang di kaji, dengan waktu yang bersamaan para jama’ah mendengarkan, menyimak dan mencatat pelajaran atau materi yang disampaikan oleh narasumber (guru). Setelah narasumber merasa sudah cukup dalam memberi materi maka narasumber mempersilahkan para jama’ah untuk menanyakan atau memberi tanggapan tentang materi yang dikaji kepada narasumber. Dan biasanya narasumber mempersilahkan empat orang penanya. Dan kemudian narasumber langsung menjawab pertanyaan tersebut. Setelah sesi tanyajawab selesai maka narasumber memberi kesimpulan dari materi yang disampaikan. Lalu menutup pengajian ini dengan memandu jama’ah untuk sama-sama membaca al-hamdallah.
2. Waktu, Materi dan Narasumber Materi dalam pengajian kitab fikih ini bermacam-macam yaitu, Fathul Qarib, Fathul Mu’in, Fiqhussunnah, dan Syafinah An-Najaah. Dengan narasumber guru pesantren dan seorang dosen perguruan tinggi agama Islam di Bogor, dan untuk lebih jelasnya bisa di lihat pada jadwal di bawah ini :
No
Waktu
Minggu
Materi
Narasumber
1
18.30-20.30
Pertama
Syafinah An-Najaah
K.H. Yahya Suja’i
2
18.30-20.30
Kedua
Fathul Qarib
H. Hariri, LC
3
18.30-20.30
Ketiga
Fathul Mu’in
K.H. Yahya Suja’i
4
18.30-20.30
Keempat
Fiqhussunnah
H. Hariri, LC
Dari hasil kegiatan pengajian kitab fikih penulis melakukan penelitian melalui penyebaran angket mengenai perasaan jama’ah tentang diadakannya pengajian kitab fikih di masjid Riyadhul Jannah, maka hasilnya sangat memuaskan dan dapat di lihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3 Perasaan Jama’ah Terhadap Pengajian KItab Fikih Shalat
NO
Perasaan
Jumlah
Persentase
1
Senang Sekali
13
43 %
2
Senang
16
53%
3
Tidak Senang
1
4%
30
100%
Jumlah
Dari 30 responden, 13 responden atau 43 % mengatakan senang sekali, 16 responden atau 53 % mengatakan senang dan hanya 1 responden atau 4 % mengatakan tidak senang. Dengan demikian maka jelas bahwa sebagian besar dari jama’ah sangat senang ketika mendengar keberadaan pengajian kitab fikih dan ini menunjukan respon yang sangat positif, karena persentase responden yang mengatakan senang atau senang sekali itu jauh lebih banyak dari pada persentase responden yang mengatakan tidak senang, hal itu dapat dilihat dari perbandingan antara 53 % dan 4 %, hal ini disebabkan karena narasumbernya cukup kredibel (dapat dipercaya) pengajiannya terjadwal dan sifatnya santai. Mengenai materi yang disampaikan para narasumber, jama’ah mempunyai komentar mengenai hal itu dan dapat di lihat dari tabel berikut
Tabel 4 Komentar Jama’ah Mengenai Materi
NO
Materi
Jumlah
Persentase
1
Menarik
24
80 %
2
Kurang Menarik
2
7%
3
Monoton
3
10 %
4
Tidak tahu
1
3%
Jumlah
30
100%
Dari 30 responden, 24 responden atau 80 % mengatakan bahwa materi yang dikaji itu cukup menarik, 2 responden atau 7 % mengatakan kurang menarik, 3 responden atau 10 % menyatakan monoton, dan sisanya yaitu 1 responden atau 3 % mengatakan tidak tahu. Ini menunjukan hal yang positif, karena sebagian besar jama’ah mengatakan materi yang dikaji dalam pengajian kitab fikih itu cukup menarik. Karena dapat menambah pemahaman agama khususnya dalam materi yang sedang dikaji. Keadaan ini tentu akan mempengaruhi sikap perbuatan para jama’ah dalam kehidupan sehari – hari, atau minimal mereka (jama’ah) tahu kalau yang selama ini mereka kerjakan itu tidak benar dan harus mempunyai dasar, sehingga diharapkan perasaan menyesal yang pada akhirnya mendorong mereka untuk segera memperbaiki kesalahan yang lalu. Dan seandainya diantara mereka ada yang berbuat benar, maka akan semakin mantap dan tidak ragu lagi dalam melakukan ibadah, sebab mereka sekarang sudah tahu dasarnya. Dari kedua tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa sikap jama’ah dalam merespon keberadaan pengajian kitab fikih sangat positif, hal ini karena kebanyakan dari jama’ah menyenangi dan menyatakan tertarik terhadap pengajian kitab fikih yang membahas tentang ibadah shalat tersebut.
B. Analisis Respon Jama’ah Terhadap Pengajian Kitab Fikih Shalat Untuk mengetahui respon jama’ah terhadap pengajian kitab fikih shalat adalah dengan menganalisis sikap para jama’ah dalam merespon keberadaan pengajian kitab fikih Shalat dan dapat di lihat pada tabel – tabel
berikut, yang mengungkapkan keaktifan dan minat para jama’ah terhadap pengajian kitab fikih shalat
Tabel 5 Keaktifan Para Jama’ah Pada Pengajian Kitab Fikih Shalat NO
Keaktifan
frekuensi
Persentase
1
Sangat Sering
6
20 %
2
Sering
13
43 %
3
Jarang
10
33 %
4
Baru Mengikuti
1
4%
30
100%
Jumlah
Dari tabel diatas, 6 responden atau 20 % menyatakan sangat sering mengikuti diskusi fikih (sangat aktif), 13 responden atau 43 % menyatakan sering (aktif), 10 responden atau 33 % menyatakan jarang, dan hanya satu orang atau 4 % menyatakan baru mengikuti pengajian kitab fikih shalat. Dari data diatas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar jama`ah adalah aktif dalam mengikuti pengajian kitab fikih shalat.
Tabel 6 Minat Jama’ah terhadap Pengajian Kitab fikih Shalat NO
Minat Jama`ah
Jumlah
Persentase
1
Suka
28
93 %
2
Kurang Suka
2
7%
3
Tidak Suka
-
-
30
100%
Jumlah
Dari tabel diatas, 28 responden atau 93 % menyatakan suka (menyukai pengajian kitab fikih shalat), 2 responden atau 7 % menyatakan kurang suka. Dari tabel 5 dan 6 tentang keaktifan dan minat para jama`ah terhadap pengajian kitab fikih shalat, dapat disimpulkan bahwa para jama`ah sebagian besar menaruh respon yang sangat positif. Hal ini bisa dibuktikan dari sampel 30 responden, yang dapat dikualifikasikan sebagai berikut: 19 responden 63 % menyatakan sering (aktif atau sangat aktif), sedangkan 11 responden atau 37 % menyatakan jarang atau tidak terlalu aktif, dan dari 30 responden yang diteliti tadi, 28 responden atau 93 % menyukai atau sangat minat, dan 2 responden atau 7 % menyatakan kurang minat. Respon positif terhadap pengajian kitab fikih shalat dikarenakan kajian kitab fikih shalat adalah masalah problematika kehidupan sehari – hari yang dihadapi untuk beribadah kepada sang pencipta Allah SWT. Dari hasil penelitian melalui penyebaran angket tentang kondisi pemahaman materi yang terdapat dalam kitab fikih maka hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 7 Kondisi Pemahaman Ibadah Shalat Tentang Shalat Wajib Para Jama`ah Sebelum Mengikuti Pengajian Kitab Fikih Shalat NO
Kondisi Sebelum
Frekuensi
Persentase
1
Paham
3
10 %
2
Kurang paham
22
73 %
3
Tidak paham
5
17 %
30
100%
Jumlah
Dari tabel diatas, 22 responden atau 73 % kurang memahami kajian ini, 5 responden atau 17 % menyatakan tidak memahami kajian tersebut dan hanya 3 responden atau 10% menyatakan paham tentang kajian tersebut. Dari data diatas dapat disimpulkan sebagian besar kondisi pemahaman ibadah shalat tentang shalat wajib jama`ah sebelum mengikuti kajian ini adalah kurang paham.
Tabel 8 Kondisi pemahaman Ibadah Shalat Tentang Shalat Sunnah Rawatib Para jama`ah sebelum mengikuti Pengajian Kitab Fikih Shalat NO
Kondisi Sebelum
Frekuensi
Persentase
1
Paham
5
17 %
2
Kurang paham
22
73 %
3
Tidak paham
3
10 %
30
100%
Jumlah
Dari tabel diatas, 22 responden atau 73 % kurang memahami kajian ini, 5 responden atau 17 % menyatakan paham terhadap kajian tersebut dan hanya 3 responden atau 10% menyatakan tidak paham tentang kajian tersebut. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar kondisi pemahaman ibadah shalat tentang shalat sunah rawatib jama`ah sebelum mengikuti kajian ini adalah kurang paham.
Tabel 9 Kondisi Pemahaman Ibadah Shalat Tentang Shalat Wajib Para jama`ah sesudah mengikuti Pengajian Kitab Fikih Shalat NO
Kondisi sesudah
frekuensi
Persentase
1
Sangat Paham
9
30 %
2
Paham
17
57 %
3
Tidak Paham
4
13 %
30
100%
Jumlah
Dari tabel diatas, 17 responden atau 57% menyatakan paham, 9 responden atau 30% menyatakan sangat paham, 4 responden atau 13% menyatakan menjadi tidak paham.
Hal ini berarti, setelah mengikuti pengajian kitab fikih shalat, para jama`ah yang tadinya tidak paham menjadi paham atau sangat paham. Dan ini berarti kajian kitab fikih shalat dalam pengajian yang diadakan di masjid Riyadhul Jannah meningkat secara kuantitatif.
Tabel 10 Kondisi Pemahaman Ibadah Shalat Tentang Shalat Sunnah Rawatib Para jama`ah sesudah mengikuti Pengajian Kitab Fikih Shalat NO
Kondisi sesudah
frekuensi
Persentase
1
Sangat paham
7
25 %
2
Paham
18
61 %
3
Tidak Paham
5
14 %
30
100%
Jumlah
Dari tabel diatas, 18 responden atau 61 % menyatakan paham, 7 responden atau 25 % menyatakan sangat paham, 5 responden atau 14 % menyatakan menjadi tidak paham.
Hal ini berarti, setelah mengikuti pengajian kitab fikih shalat, para jama`ah yang tadinya tidak paham menjadi paham atau sangat paham. Dan ini berarti kajian kitab fikih shalat dalam pengajian yang diadakan di masjid Riyadhul Jannah meningkat secara kuantitatif.
1. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pengajian Kitab Fikih Shalat Untuk melaksanakan sebuah program yang mempunyai misi mulia yaitu untuk meningkatkan pemahaman ibadah salat para jama’ah khususnya, dengan
rujukan kitab–kitab yang di susun oleh para ulama, sangat diperlukan suatu faktor tertentu yang disebut dengan faktor pendukung atau penunjang. Dalam melaksanakan aktivitasnya, pengajian diskusi fikih ini tidak lepas dari faktor pendukung dan penghambatnya. Mengenai faktor pendukung dan penghambat kajian diskusi fikih sebenarnya sama dengan faktor pendukung dan penghambat kajian yang lain secara umum, namun untuk kajian fikih memiliki faktor pendukung dan penghambat secara khusus. a. Faktor pendukung: 1. Narasumber cukup aktif (tidak banyak absennya) 2. Narasumber cukup luas wawasannya. 3. Narasumber menggunakan kitab fikih fathul qarib, fathul mu’in, syafinah an-najaah dan fiqhussunnah serta kitab fikih yang lainnya. b. Faktor penghambat: 1. Narasumber terkadang agak monoton (ini juga bisa kita maklumi karena forum pengajian disini adalah forum pengajian dengan pembacaan kitab, sehingga narasumber membacakan kitab dan sedikit menjelaskan maksudnya dengan tidak benyak keluar dari teks dan konteksnya. 2. Narasumber terkadang suaranya kurang lantang (mik nya kurang dekat)
2. Upaya Mengatasi Hambatan-hambatan dalam Pengajian diskusi fikih 1. Penyelenggaraan akan berusaha untuk menganjurkan para narasumber, agar mengkonfirmasi kepada penyelenggara sehari sebelum jadualnya, apabila narasumber tidak bisa hadir karena ada halangan atau yang
lainnya. Hal ini dimaksudkan agar penyelenggara dapat mencari badal (pengganti) 2. Berusaha menyiapkan foto copy materi yang akan dikaji, khususunya untuk jama`ah tetap (bukan musafir), dengan mengkomromikan tambahan dana kepada pengurus masjid Riyadhul Jannah 3. Penyelenggara akan berusaha untuk menyampaikan segala saran dan harapan para jama`ah (yang ditulis diangket) kepada para narasumber masing-masing kajian, khususnya kepada narasumber kajian fikih yang diteliti.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan, dan menjawab tentang respon jama’ah terhadap pengajian kitab fikih shalat di Masjid Riyadhul Jannah Gunung Putri Bogor, yang diuraikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Sikap para jama’ah dalam merespon keberadaan pengajian kitab fikih shalat dari segi perasaan jama’ah meliputi ; dari 30 responden, 13 responden atau 43 % mengatakan senang sekali, 16 responden atau 53 % mengatakan senang dan hanya 1 responden atau 4 % mengatakan tidak senang. Dari segi komentar jama’ah mengenai materi meliputi ; Dari 30 responden, 24 responden atau 80 % mengatakan bahwa materi yang dikaji itu cukup menarik, 2 responden atau 7 % mengatakan kurang menarik, 3 responden atau 10 % menyatakan monoton, dan sisanya yaitu 1 responden atau 3 % mengatakan tidak tahu. Ini menunjukan hal yang positif, karena sebagian besar jama’ah mengatakan materi yang dikaji dalam pengajian kitab fikih itu cukup menarik. Karena dapat menambah pemahaman agama khususnya dalam materi yang sedang dikaji. 2. Analisis respon jama’ah terhadap pengajian kitab fikih shalat di Masjid Riyadhul Jannah
pertama meliputi keaktifan para jama’ah terhadap
pengajian kitab fikih shalat ; 6 responden atau 20 % menyatakan sangat sering mengikuti pengajian kitab fikih (sangat aktif), 13 responden atau 43 % menyatakan sering (aktif), 10 responden atau 33 % menyatakan jarang,
dan hanya satu orang atau 4 % menyatakan baru mengikuti pengajian kitab fikih shalat. Kedua meliputi minat jama’ah terhadap pengajian kitab fikih shalat ; 28 responden atau 93 % menyatakan suka (menyukai pengajian kitab fikih shalat), 2 responden atau 7 % menyatakan kurang suka. 3. Kondisi pemahaman jama’ah mengenai materi yang terdapat dalam kitab fikih shalat meliputi pertama Kondisi Pemahaman Ibadah Shalat Tentang Shalat Wajib Para Jama`ah Sebelum Mengikuti Pengajian Kitab Fikih Shalat ; 22 responden atau 73 % kurang memahami kajian ini, 5 responden atau 17 % menyatakan tidak memahami kajian tersebut dan hanya 3 responden atau 10% menyatakan paham tentang kajian tersebut. Kedua Kondisi pemahaman Ibadah Shalat Tentang Shalat Sunnah Rawatib Para jama`ah sebelum mengikuti Pengajian Kitab Fikih Shalat ; 22 responden atau 73 % kurang memahami kajian ini, 5 responden atau 17 % menyatakan paham terhadap kajian tersebut dan hanya 3 responden atau 10% menyatakan tidak paham tentang kajian tersebut. Ketiga Kondisi Pemahaman Ibadah Shalat Tentang Shalat Wajib Para Jama`ah sesudah Mengikuti Pengajian Kitab Fikih Shalat ; 17 responden atau 57% menyatakan paham, 9 responden atau 30% menyatakan sangat paham, 4 responden atau 13% menyatakan menjadi tidak paham. Keempat Kondisi pemahaman Ibadah Shalat Tentang Shalat Sunnah Rawatib Para jama`ah sebelum mengikuti Pengajian Kitab Fikih Shalat ; 18 responden atau 61 % menyatakan paham, 7 responden atau 25 % menyatakan sangat paham, 5 responden atau 14 % menyatakan menjadi tidak paham.
B. Saran-saran Untuk penyelenggara : 1. Penyelenggara hendaknya menyediakan foto copy materi yang hendak di kaji kepada para jama’ah. Khususnya bagi jama’ah tetap. 2. Penyelenggara hendaknya menyediakan nara sumber pengganti yang siap pakai kalau setiap waktu nara sumber inti berhalangan. Untuk nara sumber : 1. Nara sumber hendaknya lebih mengeraskan lagi suaranya agar jama’ah dapat dengan jelas memahaminya. 2. Nara sumber hendaknya memilih masalah apa yang harus dikaji yang sekarang ini terjadi di tengah masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Fadh Bin Sulaiman al-Rumi. Konsep Shalat Mrnurut Al-Qur’an; Telaah Kritis tentang Fiqh Shalat. Jakarta : Firdaus, 1991. Ahmadi, Ahmad. Psikologi Belajar, Jakarta : Reneka Cipta, 1992. Arifin, Imron. Kepemimpinan Kyai; Kasus Pondok Pesatren Tebu Ireng, Malang : Kalimasahada Press, 1993. Asshiddiqie, T.M. Hasbi. Pengantar Hukum Islam. Jakarta : Bulan Bintang, 1980. ---------, Metodologi Pendidikan Agama. Jakarta : CV. Forum, 1982. ---------, Kuliah Ibadah. Jakarta : Bulan Bintang, 1991. ----------, Pedoman Shalat. Semarang : Pustaka Rizki Putra, 1997. Azwar, Saifuddin. Tes Prestasi, Yogyakarta : Liberty, 1987. Dagun, Save D. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan¸ Jakarta : Lembaga Pengkajian dan Kebudayaan Nusantara, 1997. Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1996. Fuad, Munawwar, dkk. Menghidupkan Ruh Pemikiran kyai haji Ahmad Sidiq. Jakarta : Logos, 1999. Hasibuan, JJ. dan Mujiono. Proses BelajarMengajar. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 1995. Hawwa, Sa’id. Mensucikan Jiwa. Jakarta : Rabbani Pers, 2000. Jalaludin, Rahmat. Psikologi Komunikasi, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1999. Karim, A.Syafi’I. Fiqih Ushul Fiqih. Bandung : Pustaka Setia, 1997.
Masyur, Syaikh Musthofa. Fikih Dakwah. Jakarta : Al-I’tishom Cahaya Umat, 1998. Nasution, Lahmudin. Fikih Ibadah. Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999. Poerwadarminta, W.J.S., Kamus BesarBahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1991. -------- Psikologi Komunikasi, Jakarta : UT, 1999. Purwanto, Ngalim, Prinsip-Prinsip dan Teknik EvaluasiPengajaran, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1997. Pulungan, J. Suyuti, Universalisme Islam. Jakarta : PT. Moyo Segoro Agung. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Kalam Mulia, 1994. Razak, Nazarudin. Dinul Islam. Bandung : Al-Maarif, 1996Ritonga, A. Rohman dan Zainudin, Fikih Ibadah. Jakarta : Gaya Media Pratama, 1997. Rifai, Muhammad. Ushul Fiqih. Semarang : Wicaksana, 1988. Sabiq, Sayyid. Fiqih Sunah. Bandung : Al-maarif, 1997. Subandi, Ahmad, Psikologi Sosial, Jakarta : Bulan Bintang, 1982. Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : PT. Raja Garafindo Persada, 1996, h. 50 Sujanto, Agus. Psikologi Kepribadian, Jakarta : Aksara baru, 1991. Syah, Ismail Muhammad, dkk., Filsafat Hukum Islam. Jakarta : Bumi Aksara, 1992. Usman, M. Basyirudin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta : Ciputat Press, 2002.
Winkel, W.S., Psikologi Pengajaran, Jakarta: PT. Gramedia, 1996. World Assembly of Moslem Youth (WAMY) : Etika Diskusi. Jakarta : Era Intermedia, t.t. Zuhdi, Masyfuk. Studi Islam : Ibadah. Jakarta : Rajawali Offset, 1992. Wahid, Marzuki, Pesatren Masa Depan, Jakarta : Pustaka Hidayah, 1999.
Lampiran: Wawancara dengan Bapak Chotib , Ketua Penyelenggara Pengajian fikih Masjid Riyadhul Jannah
Pernyataan: 1. Menurut bapak apa yang memotivasi pengurus masjid Riyadhul Jannah mengadakan pengajian kitab fikih ini ? Yang memotifasi para pengurus penyelenggaraan kajian kitab fikih ini adalah agar masyarakat sekitar khususnya dan para jama`ah umumnya dapat mengenal dan memahami ajaran Islam melalui karya-karya ulama salaf (kitab-kitab klasik) atau kitab kuning. Disamping itu juga memberi kesempatan kepada masyarakat dan para jama`ah masjid Riyadhul Jannah untuk belajar bersama-sama para guru dari pondok pesantren dan Perguruan tinggi agama Islam yang ada di Bogor. 2. Menurut Bapak, apa faktor pendukung kajian kitab fikih ini ? 1. Tempat pelaksanaan kajian ini sangat strategis. Masjid Riyadhul Jannah terletak di jalan raya Gunung Putri RT 04 / 07 desa Tlajung Udik
kecamatan
Gunung
Putri
kabupaten
Bogor,
yang
menghubungkan antara Bogor, alternatif Bekasi, dan Cibubur via wanaherang dan cileungsi. 2. Nara sumber/guru dalam kajian ini adalah guru di salah satu pondok pesantren dan dosen perguruan tinggi agama Islam yang ada di Bogor, dan cukup berpengalaman.
3. Menurut Bapak, apa faktor penghambat kajian kitab fikih ini ? 1. Tidak adanya tenaga pengganti yang selalu siap menggantikan nara sumber yang tidak dapat hadir karena berhalangan atau karena aktifitas lain. 2. Karena
keterbatasan
dana,
penyelenggara
pengajian
tidak
menyediakan foto copy materi yang sedang dikaji. 3. Karena jama`ah ada yang tetap dan tidak tetap (musafir) maka sering terjadi adanya pertanyaan yang sudah dibahas minggu sebelumnya. 4. Adanya nara sumber yang kadang-kadang monoton, lebih cenderung tekstual (hanya penbacaan kitab), kurang adanya keterangan lebih lengkap yang diambil dari kitab lain). Tapi ini sebagian kecil dan jarang terjadi. 4. Bagaimana upaya bapak selaku ketua penyelenggara dalam menyikapi terjadinya kekosongan ( narasumber berhalangan )? Kami akan berusaha mencari badal (pengganti), dan agar upaya kami ini kami bisa terlaksana maka kami akan berusaha menyarankan – dengan penuh hormat – nara sumber agar mengkonfirmasi kepada kami tentang ketidak hadirnya sehari sebelum jadualnya. 5. Bagaimana upaya bapak dalam menyikapi segala saran dan harapan para jama’ah ? Ya kami akan berusaha memenuhi saran dan harapan para jama`ah semampu kami. Adapu saran dan harapan jama`ah yang ditunjukan kepada nara sumber maka kami akan menyampaikannya.
Wawancara dengan Bapak H.A. Umang , Sesepuh Pengurus Masjid Riyadhul Jannah. Pertanyaan: 1. Sejak tahun berapakah bapak mulai aktif dalam kepengurusan Masjid Riyadhul Jannah ? Ya, sekitar tahun 1950-an. 2. Seingat bapak, sebenarnya bagaimana sejarah pengajian fikih itu ? Pengajian diskusi fikih sebenarnya sudah dimulai beberapa tahun yang lalu, karena menurut orang yang sudah lama disini, sebut saja namanya (H. Imin Suhadi), pengajian kitab fikih semacam ini sudah ada sejak tahun 1996; bahkan sebelum tahun 1996 pun sudah dimulai yang dirintis oleh bapak H. Sueb (almarhum) selaku sepupuh Masjid Riyadhul Jannah, tapi entah karena apa, seiring dengan berjalannya waktu pengajian fikih sempat tidak jalan, dan berapa waktu kemudian pengajian fikih berjalan lagi yang di mulai oleh bapak M. Ilyas S.Pd.I dan kawan-kawan. Dan Alhamdulillah sampai sekarang kajian kitab fikih ini masih tetap eksis walaupun terjadi pasang surut.
Wawancara dengan Bapak K. H.Yahya Suja’I Nara sumber materi kajian fikih. Pertanyaan: 1. Apa alasan bapak memilih kitab Syafinah An-Najaah ? Saya memilih kitab Syafinah An-Najaah karena Syafinah An-Najaah adalah kitab yang sering dipergunakan di pondok-pondok pesantren. Dan juga merupakan kitab yang sudah populer di kalangan masyarakat dan pembahasannya pun ringan dan Insya Allah mudah dipahami oleh para jama’ah. 2. Kitab fikih apalagi yang bapak gunakan untuk sedikit melengkapi wawasan dalam kajian kitab fikih ini ? Kitab lain yang coba saya ambil adalah fathul Qarib, fathul mu’in, dan fiqhussunnah, karena saya rasa kitab-kitab tersebut sudah dapat mewakili dan menjawab semua permasalahan yang ada di tengah masyarakat. 3. Apa metode bapak dalam upaya menjelaskan guna memberi pemahaman kepada para jama’ah ? Saya sebisa mungkin untuk menjelaskan dengan bahasa yang mudah di pahami, dalam arti menjelaskan lebih lanjut dan terang, dengan membaca sumber-sumber lain.
ANGKET PENELITIAN Judul : “RESPON JAMA’AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT DI MASJID RIYADHUL JANNAH
GUNUNG PUTRI BOGOR” Identitas diri Nama Jenis Kelamin
:
Pendidikan Terakhir :
: Usia
:
Pekerjaan
:
Petunjuk : Berilah tanda silang (x) pada jawaban yang anda anggap sesuai dengan keadaan dan pendapat anda dan kalau ada pendapat lain silahkan isi pada point yang kosong pada pertanyaan di bawah ini : 1. Termasuk dalam kategori manakah anda dalam mengikuti pengajian kitab fikih shalat yang diadakan di Masjid Riyadhul Jannah ? a. Sangat Sering
c. Jarang
b. Sering
d. ………………
2. Bagaimanakah perasaan anda ketika mendengar / tahu keberadaan pengajian kitab fikih shalat yang diadakan di Masjid Riyadhul Jannah ? a. Senang Sekali b. Senang
c. Tidak Senang d. ……………….
3. Apa yang anda sukai dari pengajian kitab fikih shalat ini ? a. Pembacaan Kitab dan Dialognya (tanya jawabnya)
b. Pembacaan Kitabnya Saja c. Dialognya Saja d. ………………. 4. Bagaimana tentang waktu yang disediakan oleh penyelenggara kajian kitab fikih ini ? a. Sudah Puas
c. Kurang Lama
b. Terlalu lama
d. ……………..
5. Bagaimana dengan materi pengajian kitab fikih ? a. Menarik
c. Monoton
b. Kurang Menarik
d. …………..
6. Dengan adanya pengajian fikih ini, apakah ada pengaruhnya dalam meningkatkan pemahaman pengetahuan ibadah shalat anda ? a. Ada
c. Tidak Ada
b. Kurang Ada
d. ……………
7. Kalau memang ada pengaruhnya, lalu apa penaruhnya dalam peningkatan pengetahuan ibadah shalat anda ? a. Dalam kajian fikih pengaruhnya dapat mengetahui tata cara shalat yang benar. b. Dalam kajian tafsir pengaruhnya dapat memahai maksud dari firman Allah c. Point A dan B benar d. ……………………. 8. Apakah anda suka kajian fikih ? a. Suka
c. Tidak Suka
b. Kurang Suka
d. …………………
9. Sebelum anda mengikuti kajian kitab fikih shalat, bagaimanakah tingkat pemahaman anda dalam kajian kitab fikih ? a. Sangat Paham
c. Tidak Paham
b. Paham
d. ………………….
10. Setelah anda mengikuti kajian kitab fikih shalat, bagaimanakah tingkat pemahaman anda dalam kajian kitab fikih shalat ? a. Sangat Paham
c. Tidak Paham
b. Paham
d. ………………….
Petunjuk : Tulislah saran dan harapan anda pada titik-titik di bawah ini 1. Bagaimanakah saran dan harapan anda terhadap penyelenggara pengajian fikih ? ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… 2. Bagaimanakah saran dan harapan anda terhadap Narasumber kajian fikih (K.H.Yahya S) ? ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………
Catatan : •
Setelah angket sudah di isi, angket dikumpulkan kembali Terima kasih banyak @ Jazaakumullah Khairan Katsiraa @
DAFTAR JAMA`AH YANG MENGISI ANGKET DALAM PENELITIAN PENGARUH DISKUSI FIKIH TERHADAP PEMAHAMAN IBADAH SHALAT JAMA’AH PADA JAMA’AH MASJID RIYADHUL JANNAH GUNUNG PUTRI BOGOR
1. IDENTITAS DIRI Nama
: Tisno
Usia
Jenis kelamin
:L
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan terakhir
: 44 thn
: SLTP
2. IDENTITAS DIRI Nama
: H. Amin
Usia
Jenis kelamin
:L
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan terakhir
: 43 thn
: SLTP
3. IDENTITAS DIRI Nama
: M. Fikri
Usia
Jenis kelamin
:L
Pekerjaan : Mahasiswa
Pendidikan terakhir
: 21 thn
: SLTA
4. IDENTITAS DIRI Nama
: Sulaemin
Usia
Jenis kelamin
:L
Pekerjaan : Karyawan
Pendidikan terakhir
: SLTA
: 23 thn
5. IDENTITAS DIRI Nama
: M. Ilyas
Usia
Jenis kelamin
:L
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan terakhir
: 44 thn
: PT
6. IDENTITAS DIRI Nama
: Agus Supandi
Usia
Jenis kelamin
:L
Pekerjaan : Karyawan
Pendidikan terakhir
: 26 thn
: SLTA
7. IDENTITAS DIRI Nama
: Saepudin
Usia
Jenis kelamin
:L
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan terakhir
: 35 thn
: SLTP
8. IDENTITAS DIRI Nama
: Iwan Setiawan
Usia
Jenis kelamin
:L
Pekerjaan : Karyawan
Pendidikan terakhir
: 27 thn
: PT
9. IDENTITAS DIRI Nama
: H. Pepen
Usia
Jenis kelamin
:L
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan terakhir
: 44 thn
: SLTA
10. IDENTITAS DIRI Nama
: Acim
Usia
: 38 thn
Jenis kelamin
:L
Pekerjaan : Karyawan
Pendidikan terakhir
: SLTA
11. IDENTITAS DIRI Nama
: Subadi
Usia
: 42 thn
Jenis kelamin
:L
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan terakhir
: SLTA
12. IDENTITAS DIRI Nama
: Chotib
Usia
: 65 thn
Jenis kelamin
:L
Pekerjaan : --
Pendidikan terakhir
: SLTA
13. IDENTITAS DIRI Nama
: H. Imin
Usia
: 88 thn
Jenis kelamin
:L
Pekerjaan : --
Pendidikan terakhir
: SLTP
14. IDENTITAS DIRI Nama
: Santos
Usia
: 30 thn
Jenis kelamin
:L
Pekerjaan : Karyawan
Pendidikan terakhir
: SLTA
15. IDENTITAS DIRI Nama
: Aminudin
Usia
: 58 thn
Jenis kelamin
:L
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan terakhir
: SLTA
16. IDENTITAS DIRI Nama
: Khairudin
Usia
: 71 thn
Jenis kelamin
:L
Pekerjaan : --
Pendidikan terakhir
: SLTA
17. IDENTITAS DIRI Nama
: Saefullah
Usia
: 29 thn
Jenis kelamin
:L
Pekerjaan : Karyawan
Pendidikan terakhir
: SLTA
18. IDENTITAS DIRI Nama
: Anwar
Usia
: 48 thn
Jenis kelamin
:L
Pekerjaan : Karyawan
Pendidikan terakhir
: SLTA
19. IDENTITAS DIRI Nama
: Sandi
Jenis kelamin
:L
Pendidikan terakhir
: SLTA
Usia
: 39 thn
Pekerjaan : Karyawan
20. IDENTITAS DIRI Nama
: H.Kamaludin
Jenis kelamin
:L
Pendidikan terakhir
: SLTA
Usia
: 62 thn
Pekerjaan : --
21. IDENTITAS DIRI Nama
: M.Sidik
Usia
: 34 thn
Jenis kelamin
:L
Pekerjaan : Karyawan
Pendidikan terakhir
: SLTA
22. IDENTITAS DIRI Nama
: Wagito
Usia
Jenis kelamin
:L
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan terakhir
: SLTA
23. IDENTITAS DIRI
: 40 thn
Nama
: Rahmat
Usia
: 32 thn
Jenis kelamin
:L
Pekerjaan : Karyawan
Pendidikan terakhir
: SLTA
24. IDENTITAS DIRI Nama
: Zakaria
Usia
: 38 thn
Jenis kelamin
:L
Pekerjaan : Karyawan
Pendidikan terakhir
: SLTA
25. IDENTITAS DIRI Nama
: Acip
Usia
: 42 thn
Jenis kelamin
:L
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan terakhir
: SLTA
26. IDENTITAS DIRI Nama
: Ramuji
Usia
: 44 thn
Jenis kelamin
:L
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan terakhir
: SLTA
27. IDENTITAS DIRI Nama
: Ahmad
Usia
: 36 thn
Jenis kelamin
:L
Pekerjaan : Karyawan
Pendidikan terakhir
: SLTA
28. IDENTITAS DIRI Nama
: Supriyatna
Usia
: 37 thn
Jenis kelamin
:L
Pekerjaan : Karyawan
Pendidikan terakhir
: SLTA
29. IDENTITAS DIRI Nama
: Amir
Usia
: 39 thn
Jenis kelamin
:L
Pendidikan terakhir
: SLTA
Pekerjaan : Wiraswasta
30. IDENTITAS DIRI Nama
: Zacky Mubarok
Usia
: 44 thn
Jenis kelamin
:L
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan terakhir
: SLTA