RESPON IREMA (IKATAN REMAJA MASJID) NURUL IKHLAS BOGOR TERHADAP SINETRON ISLAM KTP
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh: Maulana Yusuf NIM: 107051002328
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432/2011
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa hasil karya ini bukan hasil krya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ciputat, 5 Juli 2011
Maulana Yusuf 107051002328
ABSTRAK Maulana Yusuf RESPON IREMA (IKATAN REMAJA MASJID) NURUL IKHLAS BOGOR TERHADAP SINETRON ISLAM KTP Pergerakan kecanggihan ilmu komunikasi dan pruduk yang dihasilkannya memaksa masyarakat umum untuk mengikuti arus yang kian deras dalam globalisasi yang berubah – ubah pada tiap harinya. Semua informasi bisa kita dapatkan mulai dari pengetahuan (knowledge), pekerjaan (work) sampai pada gaya hidup (life style). Arus informasi yang begitu deras membuat kita harus cepat – cepat untuk menyesuaikan diri, hal ini tidak dapat dipungkiri bahwa informasi itu sendiri memiliki power yang sangat kuat dalam kehidupan kita. Ini dibuktikan bahwa alat informasi menjadi alat untuk mengontrol social kehidupan manusia (control social).Maka peneliti tertarik untuk membuat sebuah penelitian yang berjudul “Respon Ikatan Remaja Masjid (IREMA) Nurul Ikhlas Bogor Terhadap Sinetron Islam KTP”. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah: Bagaimana respon IREMA ( Ikatan REmaja MAsjid ) nurul ikhlas terhadap sinetron ISLAM KTP, yang meliputi respon kognitif IREMA (Ikatan Remaja Masjid) Nurul ikhlas bogor terhadap sinetron Islam KTP?, respon afektif IREMA (Ikatan Remaja Masjid) Nurul ikhlas bogor terhadap sinetron Islam KTP?, respon konatif/behavioral IREMA (Ikatan Remaja Masjid) Nurul ikhlas bogor terhadap sinetron Islam KTP?. Pada penelitian ini teori yang digunakan adalah stimulus respon, yang mana ini dikarenakan komunikan atau dalam hal ini adalah Ikatan Remaja Masjid (IREMA) Nurul ikhlas akan distimulus atau dirangsang oleh tayangan sinetron dan melakukan perhatian, pengertian dan penerimaan stimulus sehingga munculah respon ataupun efek yang didapatkan oleh tayangan sinetron itu. Metodologi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Penelitian kuantitatif dapat menghasilkan data yang akurat setelah melakukan perhitungan angka yang tepat. Selain itu metode kuantitatif lebih ditekankan pada data yang dapat dihitung untuk menghasilkan penafsiran kuantitatif yang kokoh. format deskriptif dalam penelitian ini. Format deskriptif adalah format yang bertujuan untuk menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi. Tidak terdapat perbedaan antara latar jenis kelamin dengan respon Ikatan Remaja Masjid (IREMA) Nurul Ikhalas Bogor terhadap sinetron Islam KTP. Tidak terdapat perbedaan antara latar belakang pendidikan dengan respon IREMA (Ikatan Remaja Masjid) Nurul Ikhalas Bogor terhadap sinetron Islam KTP
KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil’alamin... Tidak ada kata selain puji serta syukur penulis kepada Allah swt yang telah memberikan nikmat dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Meskipun banyak kendala-kendala di tengah jalan yang terkadang menjadi beban penulis dan penghambat proses, tapi semua ini penulis jadikan pembelajaran dan pengalaman yang sangat berjarga. Dengan usaha dan kerja keras akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Respon Ikatan Remaja Masjid (IREMA) Nurul Ikhlas Terhadap sinetron Islam KTP”. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada: 1. Ibu & Bapak yang tiada henti – hentinya memberikan semangat agar segera menyelesaikan skrip ini serta telah memberikan kasih sayang terbaik didalam kehidupan penulis. Untuk kaka ku Fitria, yang senantiasa memberikan bantuan dan dukungannya,Manarul Hidayatullah adikku tercinta, terima kasih untuk senyumanmu dik, karena itu yang membuat kaka selalu bersemangat didalam mengerjakan skripsi ini dan terakhir Nazwa Anastasya Ridhofa, kepaonakanku yang cerdas, maafin Om kalo waktunya banyak tersita untuk skripsi. 2. Bapak Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi. Pembantu Dekan I Bidang Akademik, Bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A, Pembantu Dekan II Bidang Administrasi Umum, Bapak
ii
Drs.
Mahmud
Jalal,
M.A,
serta
Pembantu
Dekan
III
Bidang
Kemahasiswaan, Bapak Drs Study Rizal, L.K, MA. 3. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Bapak Jumroni M.Si, beserta Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Ibu Umi Musyarafah M.A, atas segala bantuan dan bimbingannya selama ini. 4. Bapak
Dr.A.Ilyas Ismail,MA selaku dosen pembimbing yang telah
banyak membantu, memberikan pengarahan dan kesempurnaan pada penulisan skripsi ini. 5. Seluruh Ikatan Remaja Masjid (IREMA) Nurul Ikhlas atas waktu dan bantuannya dalam mengisi angket. 6. Seluruh dosen-dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, Pak Noor Bekti SE, STP, M.Si dan Ibu Bintan Humaira. Terimakasih untuk saransaranya. 7. Dan semua teman-teman penulis baik di dalam FIDKOM maupun diluar. Terimakasih untuk semua dukungannya. 8. Terakhir terimaksih untuk semua pihak yang membantu penulis yang tidak dapat sebutkan satu persatu namun tidak mengurangi rasa terima kasih penulis.
Jakarta 5 Juni 2011 Maulana Yusuf
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii DAFTAR ISI............................................................................................................. v
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................................. 5 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 6 D. Metodologi Penelitian ....................................................................... 7 E. Variabel Penelitian ............................................................................. 9 F. Tinjauan Pustaka............................................................................15 G. Sistematika Penulisan.....................................................................18
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pesan Dakwah dan Sasaran Dakwah .................................................. 20 B. Komunikasi Massa ............................................................................. 22 C. Teori SOR .......................................................................................... 29 D. Ruang Lingkup Respon ...................................................................... 30 E. Telivisi ................................................................................................ 35 F. Ruang Lingkup Sinteron ................................................................... 36
BAB III GAMBARAN UMUM A. Sejarah Berdirinya PT. Tripar Multivision Plus 1. Visi Dan Missi ............................................................................... 41 2. Tujuan Multivision ........................................................................ 41 3. Teknologi Dan Fasilitas ................................................................. 42 B. Sekilas Tentang Sinetron Islam KTP ................................................. 43 vi
C. Sekilas Tentang Ikatan Remaja Masjid (IREMA).............................46
BAB IV ANALISIS TEMUAN DATA A. Pengetahuan Tentang Penggambartan Pesan Sinetron ………………..49 B. Pertanyaan Tentang Respon Kognitif................................................. ..52 C. Pertanyaan Tentang Respon Afektif..................................................55 D. Pertanyaan Tentang Respon Behavioral.............................................59 E. Analisis Data Menggunakan Chi-Kuadrat...........................................62
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan......................................................................................... 66 B. Saran-saran ......................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 69 LAMPIRAN
vii
BAB I PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG Pergerakan kecanggihan ilmu komunikasi dan pruduk yang dihasilkannya
memaksa masyarakat umum untuk mengikuti arus yang kian deras dalam globalisasi yang berubah – ubah pada tiap harinya. Semua informasi bisa kita dapatkan mulai dari pengetahuan (knowledge), pekerjaan (work) sampai pada gaya hidup (life style). Arus informasi yang begitu deras membuat kita harus cepat – cepat untuk menyesuaikan diri, hal ini tidak dapat dipungkiri bahwa informasi itu sendiri memiliki power yang sangat kuat dalam kehidupan kita. Ini dibuktikan bahwa alat informasi menjadi alat untuk mengontrol social kehidupan manusia (control social). “Jika ini memang benar terjadi maka ada benarnya jika kita katakana bahwa era sekarang dan masa depan sering disebut sebagai era informasi, penyebabnya adalah sekarang ini informasi telah menjadi komoditi terpenting”. Jika dalam masyarakat pasca industri informasi memegang kendali kekeuasaan adalah siapa yang mamapu memegang komoditi kehidupan.1 Dengan adanya arus informasi globalisasi ketika jarak tak antar Negara yang kian tak berarti dengan informasi tanpa batas ini, maka kita dapat mengetahui apa yang terjadi di belahan dunia pada waktu yang bersamaan “dunia yang tergenggam”.
1
Marwah Daud, Dakwah Islam Thaun 2000-an, (1990, Jakarta, makalah pengantar pada stadium general IAIN Syarief Hidayatullah) hal, 2
1
2
Maka tidak salah pula suatu bangsa dimana mayoritas angkatan kerja terdiri dari pekerja informasi. Maka ia akan menjadi bangsa yang mencerminkan perubahan yang sangat cepat. Penyerangan arus informasi yang tanpa henti tidaklah lepas dari peran teknologi komunikasi, yang identik dengan teknologi komunikasi untuk berinteraksi yang kita kenal sebagai media massa. komunikasi massa yaitu komunikasi yang disalurkan kepada khalayak banyak dan luas secara serempak.2 Yang tidak lepas dari fungsi utama dari media massa itu sendiri yakni : 1. To inform (memberikan informasi) 2. To educate ( mendidik ) 3. Untuk menghibur 4. Untuk mempengaruhi Dengan menggunakan teknologi komunikasi orang dapat mengetahui informasi yang ia inginkan dengan mudah, khususnya menggunakan teknologi media massa. Salah satu alat komunikasi media massa adalah “Televisi”, dengan alat ini berbagai masyarakat dapat berinteraksi, mendapatkan hiburan,pendidikan, hiburan. Bukan hanya televisi ada juga teknologi komunikasi massa yang lain seperti televisi, radio, internet dan lain sebagainya. Televisi memiliki karakteristik yang berbeda dengan teknologi media massa yang lainnya. Jika radio mengandalkan thetre of mind yakni bahwa radio mengandalkan daya imajinasi dari seorang pendengar, karena radio adalah auditif bukan visual. Akan tetapi televise memiliki kekuatan untuk ikut membangun yang
2
Ahmad Mubarak, Psikologi Dakwah, ( Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999), hal 106
3
mana memberikan makna lebih terhadap apa yang disiarkan kepada pemirsa. Dengan demikian terjadi penggandaan kekuatan. Yang mana diperkuat dengan lebih memanjakan penikmatnya yakni melengkapi kekurangan dari radio yakni audio visual. Dengan kecanggihan tersebut seseorang dapat mendengar dan mellihat apa yang terjadi di dairah lain atau bahkan yang terjadi dibelahan dunia lain. Media massa yang satu ini (televise) memang memiliki kelebihan disbanding dengan media massa lainnya. Karena sifatnya yang dapat mengirim pesan dengan cepat mengudara. Televise juga bias menjadi alat berdakwah dengan mengirimkan pesan – pesan dakwah yang sifatnya mengajak kebaikan. Akhir-akhir ini televisi mempunyai kedudukan yang vital dan banyak diminati masyarakat, bukan hanya di Negara saja Indonesia saja tapi juga di Negaranegara maju termasuk di dalamnya Amerika Serikat.3 Dengan kecanggihan teknologi komunikasi untuk saat ini berdakwah tidak hanya di majlis taklim, akan tetapi juga dengan memanfatkan media seperti, media cetak ( majalah, bulletin dan lain sebagainya ) dan media elektronik ( radio, televise dan lain sebagainya ). Sinetron yang satu ini sangatlah menarik untuk diteliti karena program ini berdiri ditengah masyarakat yang nilai – nilai religiusnya tergerus arus globalisasi. Dalam era yang penuh denga persaingan ini industry, termasuk televise sebagai media electronic yang dituntut untuk menyuajikan tayangan yang menarik, karena
3
Jalaluddin Rahmat, Islam Aktual, (Bandung: Mizan 1992), cet ke-2
4
dengan pengemasan tayangan yang menarik maka para konsumen akan mengikuti perkembangan dan kelanjutan acara tersebut. Pada televisi kita mengetahui beberapa program yang sering kita temui antar lain seperti berita, music, reality show, sinetron dan lain sebagainya. Hingga yang berbentuk religi. Salah satu program televise sebagai bentuk dakwah yang dikemas dalam sebuah sinetron yang di tampilkan salah satu stasiun televise swasta yakni “ISLAM KTP” yang di dalamnya memuat pesan – pesan dakwah. Yang di tayangkan setiap hari pada pukul 18.00. tayangkan ini menghadirkan actor – actor handal seperti Idrus Madani ( sebagai bang ali, sosok yang sangat disegani dalam sinetron itu ), lionil Hendrik ( Sebagai Zami, sosok anak muda yang jatuh cinta pada wanita sholehah, yang merelakan dirinya untuk mau belajar ilmu agama demi orang yang dicintainya ), Ma’did Musyawarah dan lain sebagainya. Program sinetron unggulan yang ditayangkan salah satu stasiun televise yang disiarkan setiap hari ini memiliki sesuatu yang menarik untuk ditelliti. Selain sedang dalam keadaan naik daun, ia juga mengandung pesan dakwah yang amat kental dari judulnya saja “ISLAM KTP” menggambarkan insan Indonesia yang mayoritas memeluk agama islam namun tidak menjalankan syariat islam ( hanya islam di KTP ). Program hiburan yang belum lama dilahirkan ini selalu menghadirkan cerita – cerita yang menggambarkan kehidupan di masyarakat Indonesia pada umumnya seperti prilaku yang sombong (yang diperankan oleh Ma’did Musyawarah ) kejujuran, dan bahkan sampai pada percintaan yang
5
bernuansa islami yang mendatangkan kebaikan bagi pelakunya ( dalam hal ini diperankan oleh Zami ). Seperti halnya yang kita ketahui bahwa pemuda ataupun remaja adalah salah satu batang penopang terpenting di dalam kehidupan di masyarakat pada umumnya, maka pemuda merupakan pemegang peranan terpenting di dalam kehidupan social masyarakat. Selain kit ketahui pemuda adalah penurus bangsa yang sering disebut juga agen of change, dalam kata lain pemuda hari ini adalah pemimpin di masa yang akan dating,inilah alas an mengapa peneliti memilih IREMA (Ikatan Remaja Masjid) Nurul Ikhlas sebagai responden yang. Terlebih masjid adalah central dakwah agama Islam bisa kita simpulkan bahwasanya “Remaja Masjid”adalah pilar – pilar yang mensyiarkan agama islam pada masa yanga akan dating. Maka peneliti tertarik untuk membuat sebuah penelitian yang berjudul “Respon Ikatan Remaja Masjid (IREMA) NURUL IKHLAS Bogor Terhadap Sinetron Islam KTP”.
B.
Batasan Dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan masalah Penelitian yang saya lakukan ini hanya terbatas pada Respon Ikatan Remaja Masjid (IREMA) Nurul IKhlas yang berada di kp. Situpete Jl. H. Abdul Fatah Rt.01/01 kel.sukadamai Kec. Tanah Sareal Bogor.
6
2. Perumusan masalah Sebagaimana pembatasan masalah diatas, maka peneliti merumuskan masalah “Bagaimana respon Kognitif, Afektif dan Behavioral Ikatan Remaja Masjid (IREMA) nurul ikhlas terhadap sinetron ISLAM KTP ?”
C.
Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui respon Kognitif, Afektif, dan Behavioral Ikatan Remaja Masjid (IREMA) Nurul Ikhlas terhadap sinteron ISLAM KTP. Manfaat penelitian ini adalah : 1.
Manfaat akademis a. Diharapkan bias memberikan kontribusi positif dalam bidang studi dakwah dan komunikasi. b. Diharapkan menjadi pengetahuan bagi mahasiswa dakwah dan komunikasi akan respon dari sebuah program televise yang bernafaskan islami.
2.
Manfaat praktis Memberikan informasi kepada masyarakat tentang respon sebuah program religi di sebuah stasiun televise swasta juga sebagai kontribusi kepada pimpinan redaksi dalam peningkatan kualitas program – program televise.
7
D. Metodologi Penelitian 1. Pendekata penelitian Penelitian ini menggunakan model pendekatan kuantitatif, yang mana pendekatan model ini dapat menghasilkan data yang akurat. Penggunaan model ini lebih ditekankan pada data yang dapat dihitung untuk menghasilkan tafsiran kuantitatif yang kokoh. desainnya adalah survey, peneliti ingin melakukan survei dan mengetahui respon IREMA Nurul Ikhlas yang bertempat di kp. Situpete Jl. H. Abdul Fatah Rt.01/01kel. Sukadamai kec. Tanah Sareal terhadap program sinetron unggulan ISLAM KTP. Survey adalah metode untuk mendapatkan data yang ada saat dilakukanny penelitian. Data dapat dikumpulkan
dengan
menggunakan
beberapa
teknik,
seperti
pengamatan, observasi, survey dan wawancara. Ada dua macam survey yakni survey analitik dan survey deskriptif, yang dipakai oleh peneliti adalah survey deskriptif, yaitu menggambarkan hasil yang didapat dalam penelitian. 2.
Penentuan Lokasi Penelitian Seperti yang telah di ungkapkan pada pembatasan dan perumusan
masalah, bahwa peneliti telah menentukan lokasi penelitian di Ikatan Remaja Masjid (IREMA)Nurul IKhlas yang berada di kp. Situpete Rt.01/01 kel.sukadamai Kec. Tanah Sareal Bogor.
8
3.
Populasi dan Sampel Penelitian Yakni keseluruhan dari subjek penelitian. Penelitian ini berpedoman
pada pendapat Suharsimi Arikunto “Apabila subjek kurang dari seratus orang, lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil 10 s/d 15% atau lebih, tergantung setidak – tidaknya kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga dan dana.4 Meneliti dari sebagian populasi itu disebut sampel, dalam penelitian yang saya lakukan populasi berjumlah 47orang, maka penelliti tidak perlu mengambil sampel subjek akan tetapi semua subjek karena kurang dari seratus orang. 4. Tahapan Penelitan dan Prosedur penelitian a). Teknik Pengumpulan Data 1). Observasi Observasi ini ditujukan kepada Ikatan Remaja Masjid (IREMA) Nurul Ikhlas Bogor, PT. Multivision Plus serta lokasi syuting sinetron Islam KTP. 2). Angket Pembagian angket ditujukan kepada Ikatan Remaja Masjid (IREMA) Nurul Ikhlas Bogor.
4
Suharsimi Arikunto, Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan, ( Jakarta : Bumi Aksara, 1996 )
9
3).Wawancara Untuk praktek wawancara ditujukan kepada sutradara Sinetron Islam KTP sdr. Aldi Renaldi (bang Buyung)
4). Dokumentasi Dokumen yang dibutuhkan untuk pengumpulan data diambil dari arsip pihak Ikatan Remaja Masjid (IREMA) Nurul Ikhlas Bogor, Multivision Plus serta foto bersama aktor pendukung sinetron Islam KTP.
1.
pengolahan data memasukan dan mengelompokan, menggambarkan data ke dalam table.
2.
Analisa data Menafsirkan data berdasarkan konsep respon kognitif,afektif dan behavioral.
E. Variabel Penelitian dan Kerangka Teori 1. Variable Penelitian Berdasarkan kerangka teori dalam penelitian ini maka penelitian tentang RESPON Ikatan Remaja Masjid (IREMA) NURUL IKHLAS BOGOR
TERHADAP
PROGRAM
SINETRON
ISLAM
KTP
menetapkan dua variable terpengaruh (variable dependen) adalah IREMA
10
(Ikatan Remaja Masjid) Nurul Ikhlas dan variabel pengaruh (variabel independen) adalah program sinetron Islam KTP.
2. Definisi Operasional Definisi operassional menyatakan bagaiamana operasi atau kegiatan harus dilakukan untuk memperoleh data atau indicator yang menunjukan konsep dimaksud. Definisi inilah yang diperlukan dalam penelitian karena definisi ini menghubungkan konsep atau konstruk yang diteliti dengan emperik. 5 Dalam penelitian ini definisi operasional didapat dari variabel penelitian, yaitu variabel independen dan dependen, variabel yang mempengaruhi disebut variabel penyebab, variabel bebas atau independen variabel (X), sedangkan variabel akibat disebut variabel tidak bebas, terikat atau dependen variabel (Y).6 dalam penelitian ini, ada sesuatu yang akan dilihat berdasarkan variabel yang ada. Hal tersebut dapat di gambarkan sebagai berikut: 3. Kerangka Teori Variable independent
Variable dependent
Sinetron
respon kognitif
Islam KTP
respon afektif respon konatif
5 6
Irawan Soerhartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 29 Arikunto, Prosedur Penelitian, hal 97
11
a. variabel Dependent
variabel yang dapat mempengaruhi perubahan dalam variabel dependen dan mempunyai hubungan positif maupun negative bagi variabel dependen nantinya. Suatu tanggapan, sikap dan reaksi terhadap stimulus atau rangsangan yang diterima oleh komunikan dari komunikator, dalam hal ini tanggapan yang diberikan oleh Ikatan Remaja (IREMA) Nurul Ikhlas Bogor. dalam bahsan respon, ada dua macam respon, positif dan negative. Berbicara tentang respon, berbicara pula tentang efek media massa, yang meliput: 1) Efek Kognitif a) Definisi Operasional Adalah efek secara pengetahuan, terjadi apabila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami atau persepsi khalayak. b) Indikator
Ikatan Remaja Masjid (IREMA) Nurul Ikhlas mendapat pengetahuan yang tidak ia ketahui sebelumnya.
Ikatan Remaja Masjid (IREMA) Nurul Ikhlas menegtahui tentang pesan yang disampaikan dalam sinetron Islam KTP.
Ikatan Remaja Masjid (IREMA) Nurul Ikhlas dapat membandingkan dengan sinetron lainnya.
2) Efek Afektif a) Definisi Operasional
12
Merupakan perasaan yang timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi atau dibenci khalayak. b) Indikator
Ikatan Remaja Masjid (IREMA) Nurul Ikhlas merasakan perubahan pada dirinya setelah menonton sinetron Islam KTP.
Ikatan Remaja Masjid (IREMA) Nurul Ikhlas menyukai tayangan yang disajikan oleh sinetron Islam KTP.
3) Efek Konatif a) Definsi Operasional Merupakan tingkah laku atau sikap yang merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati yang meliputi pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku. b) Indikator
Ikatan Remaja Masjid (IREMA) Nurul Ikhlas lebih mengamalkan syariat – syariat yang diajarkan Islam.
Ikatan Remaja Masjid (IREMA) Nurul Ikhlas rajin beribadah kepada Allah SWT .
b. Variabel Independent
Variabel yang menjadi perhatian utama dalam sebuah pengamatan.
13
Sinetron Islam KTP 1) Definisi Operasional Adalah sebuah sinetron yang menggambarkan ummat Islam yang mengaku islam akan tetapi tidak menjalankan ajaran – ajaran Islam yang seharusnya. 2) Indikator Ketepatan sebuah tayangan di dalam sinetron menggambarkan kehidupan masyarakat pada umumnya. Memeberikan
tayangan
yang
menghibur,
mendidik
serta
memberikan pengetahuan agama.
1. Subjek dan Objek penelitian Subjek pada penelitian ini adalah IREMA ( Ikatan REmaja MAsjid ) Nurul Ikhlas kp. Situpete Jl. H. Abdul Fatah Rt.01/01 kel. Sukadamai kec. Tanah Sareal Bogor dikarenakan mereka adalah aktifis – aktifis muslim yang aktif dan juga penonton setia tayangan ISLAM KTP. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah respon pemirsa setia tayangan sinetron unggulan ISLAM KTP yang ditayangkan salah satu stasiun televise swasta.
2. Sumber Data Penelitian ini mendapatkan sumber data langsung dari responden yaitu IREMA Nurul Ikhlas tanah Sareal Bogor, yang merupakan
14
subjek dari penelitian ini. Sumber data yang lainnya bias didapatkan dari stasiun televise yang bersangkutan, majalah, catatan buku – buku, internet dan lain sebagainya.
3. teknik analisis data kuantitatif Teknik analisis data kuantitatif yaitu suatu metode analisis yang dilakukan dengan cara mengumpulkan, mengolah, menyajikan data berwujud angka. Analisis ini meliputi perhitungan skala likert dan chi kuadrat . a. skala likert Dalam menganalisis data, peneliti menggnakan skala likert dengan ketentuan untuk pernyataan positif diberi skor sebagaimana berikut: a. Sangat Setuju (SS) diberi skor 4 b. Setuju (S) diberi skor 3 c. Tidak Setuju (TS) diberi skor 2 d. Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1 Adapun nilai negatif diberikan skor sebagaimana berikut: a. Sangat Setuju (SS) diberi skor 1 b. Setuju (S) diberi skor 2 c. Tidak Setuju (TS) diberi skor 3 d. Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1
15
b. Chi-kuadrat Analisis chi-kuadrat digunakan untuk ada atau tidaknya perbedaan sikap atau pengetahuan Ikatan Remaja Masjid (IREMA)Nurul Ikhlas terhadap sinetron islam KTP Rumus: X2 = ∑ Keterangan: X2 = apakah ada perbedaan antara frekuensi observasi dan frekuensi harapan = frekuensi observasi = frekuensi harapan
F.
TINJAUAN PUSTAKA Salah satu alasan mengapa penulis menambil masalah penelitian ini, karena penulis tidak menemukan skripsi yang sama persis dalam penelitian atau pun judul skripsi yang dibuat oleh penulis. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis merujuk pada skripsi yang berjudul RESPON IBU-IBU MAJLIS TA’LIM NURUL ISLAM DESA MERAK –TANGGERANG TERHADAP
SINETRON CINTA
FITRI
SEASON 5,yang disusun oleh Lailatul Qodriyah (105051001860).7terdapat persamaan dengan skripsi yang tertera diatas yang disusun oleh Lailatul Qodriyah antara lain yakni sama – sama Memabahas tentang respon,dan sama 7
Laiilatul Qodriyah, Respon Ibu-ibu Majlis Ta’lim Nurul Islam Desa Merak Tanggerang Terhadap Sinetron Cinta Fitri Season 5,(Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Jakarta 2009)
16
– sama menggunakan Teori SOR,dan cara pengumpulan data yang dilakukan menggunakan Angket,observasi dan wawancara.adapun perbdaan dengan yang dilkukan oleh peneliti adalah rumus yang digunakan oleh Lailatul Qodriyah yakni menggunakan P= F x 100 N RESPON PENYIARAN
MAHASISWA ISLAM
JURUSAN
UNIVERSITAS
KOMUNIKASI
ISLAM
NEGERI
DAN SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA TERHADAP SINETRON RELIGI PARA PENCARI TUHAN DI SCTV, yang disusun oleh Nurodin (102051025560). 8. Terdapat pesamaan dengan skripsi yang disusun oleh Nurodin antara lain,membahas tentang Respon, menggunakan metode kuantitatif dan samasama menggunakan teori SOR.adapun perbedaan yang paling signifikan adalah analisis data yang digunakan oleh Nurodin yaitu rumus P=F χ 100 N RESPON JAMAAH MAJLIS TA’LIM AL-MUHAJIRIN TERHADAP SINETRON MUNAJAH CINTA DI RCTI, yang disusun oleh Cici Fitriasih (105051001887).9 Terdapat persamaan dengan skripsi yang disusun oleh Cici Fitriasih yakni, membahas tentang respon, sinetron sebagai subjek penelitian dan memperoleh data menggunakan angket dan wawancara serta dokumentasi. Adapun perbedaan yang sangat mendasar adalah , Skripsi yang disusun oleh
8
Nurodin, Respon Mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyaran Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Terhadap Sinetron Religi Para Pencari Tuhan Di SCTV, (Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Jakarta 2009) 9 Cici Fitriasih, Respon Jamaah Majelis Ta’lim Al-Muhajirin Terhadap Sinetron Munajat Cinta Di RCTI,(Skripsi S1 Fakultas Dakwan dan Komunikasi, UIN Jakarta 2008)
17
cici Fitriasih ini menggunakan rumus sebagai berikut, mean, standar Deviasi, relative, RESPON MASYARAKAT KARIHKIL CISEENG BOGOR TERHADAP SINETRON
CAHAYA
DI
RCTI,
yang
disusun
oleh
Epi
Sumarni
(104051001750).10 Terdapat persamaan yang sangat mendasar yakni, membahas tentang respon, menggunakan metode kuantitatif,pengumpulan data menggunakan angket dan dokumentasi serta sama – sama menggunakan teori SOR.adapun perbedaan yang sangat mendasar dengan skripsi yang disusun oleh Epi Sumarni adalah, Skripsi yang disusun oleh Epi Sumarni menggunakan rumus
RESPON
P
= Prosentase
F
= Frekuensi
N
= Jumlah Responden.
JAMAAH
MAJLIS
TA’LIM
ASSA’ADATUL
ABADIAH
KAMPUNG BARU JAKARTA BARAT TERHADAP FILM KUN FAYAKUN, yang disusun oleh Irma Humaidah (106051001832).11 Terdapat pula persamaan yang sangat mendasar antara lain, membahas tentang respon, teknik pengumpulan
data
yang
digunakan
menggunakan
angket
dan
wawancara,menggunakan metode kuantitatif. Adapun perbedaan yang sangat signifikan dengan skripsi yang disusun oleh Irma Humaidah ini antara lain, skripsi ini film sebagai subjek penelitian.Teknik analisis data yang digunakan oleh Irma Humaidah adalah 10
Epi Sumarni, Respon Masyarakat Karihkil Ciseeng Bogor Terhadap Sinetron Cahaya Di RCTI,(Skripsi S1 Fakultas Dakwah Dan Komunikasi, UIN Jakarta. 11 Irma Humaidah,Respon Jamaah Majelis Ta’lim Assa’adatul Abadiah Kampung Baru Jakarta Barat Terhadap Film Kun Fayakun,(Skripsi S1 fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Jakarta 2010)
18
P
= Prosentase
F
= Frekuensi
N
= jumlah Responden.
Dalam hal ini penulis berharap untuk bisa dijadikan bahan perbandingan dalam penyusunan skripsi ini.
G. Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan Didalam bab ini berisikan hal – hal sebagai berikut : Latar Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, Tinjauan Pustaka serta Sistematika Penulisan. Bab II Kajian Teoritis Berisi tentang ruang lingkup respon, (Teori SOR, pengertian respon, Macam – macam respon, faktor terbentuknya respon).
Bab III Gambaran Umum Profil PT. Multivision Plus, selaku produsen sinetron Islam KTP (latar belakang berdiri, visi – missi, sinetron yang diproduksi, piala dan penghargaan). Sinetron Islam KTP yang berisi tentang ( latar belakang sinetron Islam KTP, visi dan missi, sinopsis, karakterisasi para pemain. Pemain dan crew sinetron, proses produksi, pola tayang, serta faktor pendukung dan penghambat produksi sinetron Islam KTP.
19
Bab IV
Respon Ikan Remaja Masjid (IREMA) Nurul Ikhlas Bogor
Terhadap Sinetron Islam KTP Deskripsi data responden Ikatan Remaja Masjid (IREMA) Nurul Ikhlas Bogor, dan analisa data. Bab V Penutup Berisikan kesimpulan yang merupakan jawaban dari permasalahan yang dibahas. Selain itu juga penulis mencantumkan saran – saran dari permasalahan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Pesan Dakwah dan Sasaran Dakwah 1. Pesan Dakwah Dakwah merupakan ucapan dan pekerjaan untuk mempengaruhi manusia untuk mengikuti ajaran – ajaran islam sejak dahulu kala. Adanya kegiatan dakwah tidak lah lepas dari cita – cita mulia yang terkandung didalamnya seperti terwujudnya masyarakat yang madani, ataupun biasa disebut khoirul ummah. Ungkapan qaulan baligha terdapat pada surat An-nisa ayat 63. Menurut ayat tersebut yang dimaksud dari ayat tersebut adalah perliku orang munafik. Qaulan baligha dapat diterjemahkan kedalam komunikasi yang efektif. Merujuk pada asal katanya, Baligha artinya sampai atau fasih. Jadi untuk orang munafik tersebut diperlukan komunikasi efektif yang bias menggugah jiwanya. Bahasa yang dipakai adalah bahasa yang akan mengesankan atau membekas pada hatinya. Sebab dihatinya banyak dusta, khianat, dan ingkar janji. Jalaludin Rahmat merinci pengertian qaulan baligha tersebut menjadi dua, qaulan baligha terjadi bila da’I (komunikator) menyesuaikan pembicaraannya dengan sifat – sifat khalayak yang dihadapinya sesuai dengan frame of reference and field of experience. Kedua qaulan baligha terjadi bila komunikator menyentuh khalayaknya pada hati dan otaknya.1
1
M.Munir, Metode Dakwah ( Jakarta:Kencana Prenada Media Group.2009) h.165.
20
21
2. Sasaran Dakwah Tidak ada kesepakatan diantara peneliti dakwah tentang dari rumpun mad’u.
adapun
menurut
M.Bahri
Ghazali,
mengelompokan
mad’u
berdasarkan tipologi dan klasifikasi masyarakat. Berdasarkan tipogi masyarakat dibagi dalam lima tipe yaitu : a. Tipe innovator, yaitu masyarakat yang memiliki keinginan keras pada setiap fenomena social yang sifatnya membangun,bersifat agresif dan tergolong memiliki kemampuan antisifatip dalam setiap langkah. b. Tipe pelopor, yaitu masyarakat yang selektif dalam menerima pembaharuan dengan pertimbangan tidak semua pembaharuan dapat membawa perubahan yang positif.untuk menerima atau menolak ide pembaharuan, mereka mencari pelopor yang mewakili mereka dalam menggapai pembaharuan itu. c. Tipe pengikut dini, masyarakat sederhana yang kadang kadang kurang siap mengambil resiko dan umumnya lemah mental. Kelompok masyarakat
ini
umumnya
adalah
kelompok
kelas
dua
di
masyarakatnya, mereka perlu seorang pelopor dalam mengambil tugas kemasyarakatan. d. Tipe pengikut akhir, masyarakat yang ekstra hati – hati sehingga berdampak kepada anggota masyarakat yang skeptis terhadap pembaharuan karena factor kehati – hatian yang berlebihan, maka setiap gerakan pembaharuan memiliki waktu dan pendekatan yang sesuai untuk bisa masuk.
22
e. Tipe kolot, cirri – cirinya tidak mau menerima pembaharuan sebelum mereka benar – benar terdesak oleh lingkungannya. Sedangkan berdasarkan klasifikasi masyarakat dapat dihampiri dengan dua pendekatan, yaitu : a. Pendekatan kondisi social budaya, yang terbagi dalam masyarakat kota dan desa. b. Pendekatan tingkat pemikiran terbagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok masyarakat maju atau industri dan kelompok masyarakat terbelakang.2 Melihat penjelasan yang ada diungkapkan oleh M.Bahri Ghazali diatas bahwasanya Mad’u itu bisa diklasifikasikan, dalam hal penelitian ini peneliti berpendapat bahwa responden dalam penelitan yang dilakukan ini Ikatan Remaja Masjid
(IREMA) Nurul Ikhlas masuk pada tipologi
pembaharu, yang mana sifat dari remaja atau pemuda itu sendiri adalah “pembaharu” yang sering kita sebut dengan sebutan bahasa asing yakni agen of change. B. Komunikasi Massa a)
Pengertian komunikasi massa Didalam kehidupan manusia saat ini yakni kehidupan yang dinamis, dalah
hal ini memiliki arti bahwa dapat dipakai disegala gondisi dan kebutuhan manusia. Ilmu komunikasi sangat berperan aktif, cakupan ilmu komunikasi sangat lah luas seperti pembagian cabang pada ilmu makro dalam komunikasi 2
Ibid h. 107
23
yaitu komunikasi massa,komunikasi antarpribadi,komunikasi politik serta komunikasi antarbudaya. Hal ini tak lain adalah agar memudahkan manusia untuk berkomunikasi sesuai bidang ataupun kondisi yang sedang dibutuhkan. Mengenai pembahasan yang akan diteliti dalam penelitian ini, peneliti mengambil pembahasan mengacu pada komunikasi massa khususnya televisi. Sebelum lebih jauh di dalam pembahasan tentang penelitian ini maka alangkah baiknya kita membahas apa itu yang dimaksud dengan komunikasi massa. “komunikasi massa” (Mass Communication) ialah komunikasi melalui media massa modern”3 definisi ini menyatakan bahwa komunikasi massa merupakn komunikasi yang menggunakan media komunikasi modern yang seperti kita ketahui yakni televisi, radio, media cetak. Walaupun komunikasi ini dilakukan dihadapan orang banyak jika tidak menggunakan media massa, maka hal ini tidak bisa disebut komunikasi massa. Hal ini diamini oleh Bittner “ komunikasi massa adalah pesan pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Jadi sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada khalayak yang banyak, jika tidak menggunakan media massa maka itu bukan komunikasi massa”4 Adapun istilah “komunikasi massa” yang muncul pertama kali pada akhir tahun 1930-an ini memiliki banyak sekali pengertian yang berkembang, sehingga hal ini pula yang menuyulitkan para
3
ahli untuk mendefinisikan
Onong Uhjana Efendy, Ilmu,Teory dan filsafat Komunikasi (Bandung:Citra AdityaBakti,2003),h.79. 4 Elvinaro Ardianto,dkk, Komunikasi Massa Suatu pengantar (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007)h.79.
24
komunikasi massa. Kata “massa” sendiri memiliki banyak arti dan bahkan memiliki banyak kontroversial, sedangkan kata “komunikasi” masih belum memiliki definisi yang dapat disetujui secara bersama – sama. Namun dengan demikian definisi gerbner (1967) tentang komunikasi yakni interaksi sosial melalui pesan (social interaction through messages), sepertinya merupakan definisi yang dipandang paling sulit untuk dipatahkan.5 Itu dikarenakan definisi yang dikatakan oleh Gerbner itu sangatlah ringkas dan menggambarkan gejala komunikasi yang ada. Istilah massa ini menggambarkan sesuatu orang ataupun barang yang berjumlah besar, sedangkan komunikasi itu sendiri lebih mengacu kepada pemberian dan penerimaan arti,atau pengiriman dan penerimaan pesan. Seperti yang dikatakan oleh Janowitz (1960) ia menyatakan “bahwa komuniaksi massa terdiri dari atas lebaga dan teknik dimana kelompok – kelompok terlatih menggunakan teknologi untuk menyebar luaskan simbol – simbol kepada audien yang tersebar luas dan bersifat heterogen”6 definisi diatas berusaha agar menyama ratakan komunikasi massa dengan pengiriman (transmisi)pesan yang hanya ditekankan pada aspek pengiriman semata. Disini jelas sekali bahwa peran komunikator di dalam menyampaikan pesan sangatlah krusial, sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Lasswell diamana komunikator adalah pemegang kendali dalam mengendalikan pesan dalam media massa.
5 6
Morisan dkk, Teori Komunikasi Massa,(Bogor,Ghalia Indonesia, 2010)hal.7 Morisan dkk, Teori Komunikasi Massa,(Bogor,Ghalia Indonesia, 2010)hal.8
25
Untuk memperjelas tentang komunikasi massa, bisa kita simak pendapat yang dikatakan oleh Michael W.Gamble dan Teri Kwal Gamble (1986) didalam bukunya intruducing mass communication. Sesuatu yang bisa dikatakan komunikasi massa jika mencakup antara lain : a. Komunikasi didalam komunikasi massa mengandalkan peralatan modern untuk menyebarkan atau memancarkan pesan secara cepat kepada khalayak yang luas dan tersebar. Pesan itu desebarkan melalui media modern pula seperti majalah, surat kabar, radio, film , televisi atau gabungan antara media tersebut. b. Komunikator di dalam komunikasi mssa menyebarkan pesan – pesannya bermaksud berbagi pengetian dengan jutaan orang yang tidak mengenal satu sama lain. Anonomitas audience komunikasi massa, inilah yang membedakannya dengan komunikasi lain. c. Pesan adalah publik. Artinya bahwa pesan ini bisa diadapatkan dan diterima oleh banyak khalayak bukan untuk sekelompok tertentu. Oleh karena itu pesan bisa diartikan milik publik. d. Sebagai sumber komunikator massa biasanya organiasai formal seperti jaringan, ikatan atau perkumpulan. Dengan kata lain, komunikatornya tidak berasal dari seseorang,tetapi lembaga-lembaga. Ini pun biasanya berorientasi kepada nilai keuntungan ekonomis dan bukan organisasi suka rela atau nirlaba. e. Komunikasi massa dikontrol oleh gate keeper (penampis informasi) artinya pesan – pesan yang disebarkan atau dipancarkan dikontrol oleh
26
sejumlah individu dalam lembaga tersebut sebelum disiarkan melalui media massa. Ini berbeda dengan komunikasi antar pribadi,kelompok dimana yang mengontrol tidak terdiri dari sejulah individu. f. Umpan balik didalam komunikasi massa sifatnya tertunda kalau dalam jenis komunikasi lain umpan balik bisa langsung. Misalnya dalam komunikasi antarpersonal dalam komunikasi ini umpan balik langsung dilakukan. Tetapi komunikasi masa tidaklah demikian, umpan balik (feed back) tertunda (delayed).7 b). Proses komunikasi massa Komunikasi masssa memiliki proses yang berbeda dengan komunikasi lainnya karena memang komunikasi massa yang melibatkan banyak orang. Inilah yang membuat komunikasi massa akan lebih rumit. Seperti apa yang dikatakan oleh McQuail (1992:33), ia mengatakan bahwa proses komunikasi massa dapat terlihat dalam bentuk : a. Melakukan diestribusi dan penerimaan informasi dalam sekala besar, jadi proses komunikasi massa melakukan distribusi informasi kemasyarakatan dalam sekala besar, sekali siaran, pemberitaan yang disebarkan dalam jumlah yang luas, san di terima oleh massa yang besar pula. b. Proses komunikasi massa juga dilakukan melalui satu arah, yaitu dari komunikator ke komunikan. Kalau terjadi interaktif diantara mereka, maka proses komunikasi (balik) yang idsampaikan oleh komunikan ke 7
Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia,(Jakarta, PT.Rajagrafindo Persada,2007) hal.35-36
27
komunikator sifatnya sangat terbatas, sehingga tetap saja di dominasi olleh komunikator. c. Proses komunikasi massa berlangsung secara asimetris diantara komunikator dan komunikan, menyebabkan komunikasi diantrara mereka berlangsung datar dan bersifat sementara. Kalau terjadi kondisi emosional disebabkan karena pemberitaan yang sangat agitatif, maka sifatnya sementara dan tidak berlangsung lama dan tidak permanen. d. Proses komunikasi massa juga berlangsung impersonal (non pribadi) dan tanpa nama. Proses ini menjamin, bahwa komunikasi massa akan sulit diidentifikasi siapa penggerak dan menjadi motor dalam sebuah gerakan massa dijalan. e. Proses komunikasi massa juga berlangsung berdasarkan pada hubungan – hubungan kebutuhan (market) di masyarakat. Seperti, televisi dan radio melakukan penyiaran mereka karena adanya kebutuhan masyarakat tentang pemberitaan – pemberitaan massa yang ditunggu – tunggu. Dengan demmikian, maka agenda acara televisi dan radio sangat ditentukan oleh rating, yaitu bagaimana masyarakat menonton atau mendengar acara itu, apabila tidak ada pendengar atau pemirsanya, maka acarara tersebut akan dihentikan karena dianggap merugi dan tidak disponsori oleh pasar.8
8
Bungin Burhan, Sosiologi Komunikasi :Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi komunikasi di Masyarakat ( jakarta, Kencana Media Group, 2008). H.74-75
28
Hal ini membuktikan bahwa komunikasi massa memiliki kerumitan tersendiri di dalam ilmu komunikasi,dalam poin pertama dijelaskan bahwa kerumitan pertama didalam komunikasi massa adalah melibatkan banyak orang, dengan melakukan distribusi informasi yang berskala luas. Adapun kerumitan selanjutnya yakni komunikasi yang dilakukan satu arah yaitu komunikator ke komunikan, jika terjadi timbal balik dari komunikan kepada ke komunikator maka bersifat sangat terbatas. Proses komunisi ini juga memiliki ketidak seimbangan antara komunikator dan komunikan, hal ini bisa dipastikan karna sifatnya yang datar dan berlangsung sementara dan tidak permanen. Hal ini akan menyebabkan bahwa akan ada yang mendominasi antara komunikasi dan komunikan.
c). Fungsi, Tujuan dan Bentuk Komunikasi Massa Adapun mengenai fungsi utama komunikasi massa bagi masyarakat yaitu
mengionformasikan,mendidik,menghibur,
dan
mempengaruhi.
Didalam komunikasi massa pun ada bentuk – bentuk tertentu yakni ada tiga bentuk komunikasi massa : a. Bentuk perintah (command),tujuan dari bentuk komunikasi ini adalah mengontrol, bentuk komunikasi yang satu ini biasanya dianut oleh negara – negara seperti komunis.
29
b. Bentuk pelayanan (service) adanya jasa simbolik, tujuan dari bentuk komunikasi yang satu ini adalah pemanfaatan media massa sebagai alat pelayanan bagi masyarakat. c. Bentuk asosiasional, adanya nilai – nilai normatif yang disepakati oleh kelompok tertentu. C. Teori SOR Teori stimulus respon ini pada dasarnya merupakan suatu prinsip belajar yang sederhana, di mana efek merupakan reaksi terhadap stimulus tertentu. Dengan demikian, seseorang dapat menjelaskan suatu kaitan erat antara pesan-pesan media dan reaksi audience. McQuail (1994:234) menjelaskan elemen-elemen utama dari tesri ini adalah: (a) pesan (Stimulus); (b) seorang penerima atau receiver (Organisme); dan (c) efek (Respons).9 Teori ini berasal dari psikologi, kemudian menjadi teori komunikasi. Karena objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen, sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi konatif (psikomotorik). Dalam ilmu komunikasi, kita mengenal adanya teori S-O-R, teori S-O-R ini merupakan singkatan dari StimulusOrganism-Respon. Pada bahasan sebelumnya kita membahas sikap dan perilaku, yang keduanya merupakan bagain dari respon. Berbicara mengenai ruang lingkup respons, menurut stimulus respon ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan.
9
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 277. Cet. Ke-3
30
Dalam pembahasan teori-teori, respon tidak lepas dari pembahasan proses teori komunikasi, karena respon merupakan timbal balik dari apa yang dikomunikasikan
terhadap
orang-orang
yang
terlibat
proses
komunikasi.
Komunikasi menampakan jalinan system yang utuh dan signifikan, sehingga proses komunikasi hanya akan berjalan secara efektif dan efesien apabila unsur-unsur didalamnya terdapat keteraturan.10 D. Ruang Lingkup Respon a. Pengertian Respon Menurut Poerwadarminto, respon diartikan sebagai tanggapan reaksi atau jawaban.11 Tanggapan atau respon akan muncul dari penerimaan pesan setelah sebelumnya terjadi serangkaian komunikasi. Sedangkan menurut Ahmad Subandi, mengemukakan respon dengan istilah umpan balik (feed back) yang memiliki peranana atau pengaruh yang besar dalam menentukan baik atau tidaknya satu komunikasi.12 Dengan adanya respon yang disampaikan oleh objek dakwah kepada subjek dakwah dari komunikator kepada komunikan akan meminimalisir kesalahan penafsiran dalam sebuah proses dakwah dan komunikasi. Respon dapat terjadi karena adanya stimulus (rangsangan) dari luar maupun dari dalam terhadap organisme. Stimulus adalah kekuatan-kekuatan
10
18
11 12
Onng Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, (Bandung: PT Rosdakarya (1999), hal.
Peordawarminto, Psikologi Komunikasi, (Jakarta: UT, 1999), Cet. Ke-1, hal. 42 Ahmad subandi, Psikologi Sosial, (Jakarta: Bulan Bintang, 1982), Cet. Ke-2, h. 50
31
dari luar atau dari dalam yang bekerja terhadap suatu reseptor. Dalam diri organism itu sendiri terdapat perangsang yang mendorong selurunh bagianbagiannya. Respon adalah setiap kegiatan yang ditimbulakn oleh suatu stimulus (perangsang).13 Adapun respon menurut Jalaludin Rahmat, “respon adalah suatu kegiatan (activity) dari organisme itu, bukanlah semata – mata suatu gerakan yang positif, setiap jenis kegiatan yang ditimbulkan oleh suatu perangsang dapat juga disebut respon. Secara umum respon atau tanggapan dapat diartikan sebagai hasil atau kesan yang di dapat (ditinggal) dari pengamatan. Adapun dalam hal ini yang dimaksud dengan tanggapan adalah pengalaman tentang subjek, peristiwa, atau hubungan – hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menagsirkan pesan.”14 Didalam definisi yang dijelaskan oleh Jalaludin Rahmat diatas bahwasanya memandang respon lebih mendalam pada hasil yang dituju yang oleh karenanya sebelum terjadinya respon telah diberi rangsangan, yang dimaksud disini agar terciptanya respon yang kemudian diberi istilah dengan sebutan feed back atau umpan balik, menurut Stellen Mchaffe respon dibagi menjadi tiga bagaian, yaitu: a. Kognitif, yaitu respon yang berkaitan erat dengan pengetahuan, keterampilan dan informasi seseorang mengenai sesuatu.
13 14
Agus Sujanto, Psikologi Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal. 78 Jalaludin Rahmat, Psikologi Komunikasi (Bandung : Remaja Rosdakarya,1999),h.51.
32
b. Afektif, yaitu respon yang berhubungan dengan emosi, sikap dan nilai seseorang terhadap sesuatu. c. Konatif, yaitu respon yang berhubungan dengan perilaku nyata yang meliputi tindakan, kegiatan atau kebiasaan.15
b. Macam – Macam Respon Membicarakan tentang sebuah disiplin ilmu, maka kita tidaklah lepas dari pembicaraan dan penjelasan tentang teori. Begitu juga di dalam ilmu ilmu komunikasi, kita mengenal adanya teori S-O-R, teori S-O-R ini merupakan singkatan dari Stimulus-Organism-Respon. Pada bahasan sebelumnya kita membahas sikap dan perilaku, yang keduanya merupakan bagain dari respon. Berbicara mengenai ruang lingkup respon, menurut stimulus respon ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Dalam pembahasa teori-teori, respon tidak lepas dari pembahasan proses teori komunikasi, karena respon merupakan timbal balik dari apa yang dikomunikasikan terhadap orang-orang yang terlibat proses komunikasi. Komunikasi menampakan jalinan system yang utuh dan signifikan, sehingga
15
218
Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999), h.
33
proses komunikasi hanya akan berjalan secara efektif dan efesien apabila unsur-unsur didalamnya terdapat keteraturan.16 Tanggapan dapat dibedakan sesuai dengan indra yang digunakan menurut asalnya ataupun menurut ikatannya. Agus Sujanto macam – macam tanggapan sebagai berikut : a). Adapun indra yang mengamati yaitu : 1). Yakni tanggapan audit yang mana tanggapan ini terhadap apa yang telah didengarkannya, baik berupa suara, ketukan dan lain – lain. 2). Tanggapan visual (yakni tanggapan tentang apa yang dilihat) 3). Tanggapan perasa ( tanggapan sesuatu yang dialaminya)17 b). tanggapan menurut terjadinya yakni : 1) tanggapan ingatan yakni ingatan masa lalu, artinya tanggapan terhadap apa yang telah berlalu. 2) Tanggpan pantasi adalah tanggpan masa kini artinya tanggapan pada sesuatu yang sedang terjadi. 3) Tanggapan pikiran adalah tanggapan masa datang atau tanggapan terhadap sesuatu yang akan terjadi.18 c). Tanggapan menurut lingkungan yaitu : 1) Tanggapan benda adalah sebuah tanggapan terhadap benda – benda yang ada di sekitarnya.
16
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, (Bandung: PT Rosdakarya (1999), hal. 18 17 Agus Sujanto, Psikologi Kepribadian, (Jakarta :Aksara baru, 1991) hal 31 18 Ibid.31
34
2) Tanggapan kata – kata, adalah tanggpan seseorang terhadap ucapan atau kata – kata yang dikeluarkan oleh lawan bicara. c. Faktor – Faktor Terbentuknya Respon Alat indera yang dimiliki oleh manusia itu memiliki pungsi masing masing dalam kehidupan, alat – alat indera yang dimiliki oleh manusia itu sendiri terus memperhatikan apa yang ada disekitarnya. Maka dari itu tidaklah keliru jika Bimo walgito berkata “ alat indera itu berhubung antar individu dan dunia luarnya” Respon atau tanggpan seseorang dapat terjadi apabila terpenuhi faktor – faktor penyebabnya. Hal ini perlu diketahui agar individu dapat memberikan tanggapan dengan baik. a. Faktor internal Yakni faktor yang terdapat di dalam diri individu. Terdapat dua unsur yakni unsur yang sering kita ketahui jasmani dan rohani. Kedua unsur ini akan saling memberikan tanggapan satu dan lainnya. Apabila terdapat gangguan salah unsur maka akan berbeda eksistensinya. b. Faktor eksternal. Faktor luar, seperti namanya faktor ini bersal dari luar individu seseorang, atau lingkungan atau sering kita sebut faktor stimulus. Bimo Walgito berpendapat bahwa, dalam bukunya pengantar psikologi
35
umum menyatakan bahwa “ faktor pisis berhubungan dengan objek menimbulkan stimulus dan stimulus mengenai alat indera”19 E.
Kekuatan Televisi a.
Pengertian Televisi Dari semua media komunikasi yang ada, televisi merupakan media
komunikasi yang paling berpengaruh di dalah kehidupan manusia, ini dikarenakan televisi sudah menjadi bagian dari hidup khalayak yang tidak bisa dipisahkan. Televisi sudah menjadi sahabat dekat kehidupan manusia pada umumnya. Televisi mengalami perubahan dan perkembangan yang sangat drastis di dalam sejarah, ini dikarenakan telvisi cepat berkembang di pelosok negeri, televisi dapat langsung mengudara yang dihantarkan oleh satelit dengan menggunakan wire atau microwave (wireles cable) yang dapat memberikan tgambahan saluran televisi bagi khlayak. Adapun sekarang sedikitnya ada lima metode penyampaian program televisi yang telah dikembangkan antara lain : a. Over-the-air reception of network and local station program. Kualitas gambar yang masih kuno dengan High Density Television (HDTV) b. Cable. Program disampaikan melalui satelit ke sistem kabel lokal, kemudian didistribusikan kerumah – rumah dengan kabel di bawah tanah atau dengan tambahan kabel, sistem cable standard dibekukan tahun 1990-an. 19
Bimo Walgito, Psikologi Belajar, (Jakarta, Renaka Cipta, 1997), h 6
36
c. Digital cable. Ini bagian dari Information super highway dahulu sistem kabel lokal dan telepon untuk pelanggan dalam jumlah besar menggunakan kabel kuno. Sekarang diganti dengan kabel serat optik yang ditanam dibawah tanah tetapi memiliki kapasitas lebih tinggi. Kabel setat optik ini dapat memuat 500 lebih saluran. Sistem ini memungkinkan terjadinya komunikasi televisi dua arah. Instalasi kabel serat optik ini termasuk program nasional yang memerlukan biaya sangat besar. d. Wireless cable. Sejumlah sistem kabel menyampaikan program bagi pelanggan yang menggunakan transmisi microwave (gelombang pendek) meskipun kabel ini dibawah tanah. Metode ini mengurahi biaya instalasi serat optik, tetapi ,memerlukan peralatan khusus dalam penerimaan program. e. Direct Broadcast Satelite (DBS). Program – program ditransmisikan oleh satelit langsung dengan penggunaan piringan yang berdiameter 18 inci ditaruh diatap atau diindonesia yang dikenal dengan istilah antena parabola. Metode ini merupakan trobosan dalam sistem televisi kabel, yang dimulai di amerika serikat sejak tahun 1994.20 F.
Sejarah Singkat Televisi Sebagaimana seperti media komunikasi lainnya seperti radio, televisi pun
telah melalui berbagai perubahan ataupun eksperimen yang dilakukan oleh para
20
Elvinaro Ardianto,dkk, Komunikasi Massa Suatu pengantar (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007)h.135
37
ilmuan pada akhhir abad 19 dengan penelitian yang dilakukan oleh James Clark Maxwell dan Heinrich Hertz, serta pememuan Marconi pada tahun 1890. Adapun televisi sebagai pesawat transmisi dimualai pada tahun 1925. Sedangkan siaran televisi secara komersial dimulai dia Amerika pada 1 september 1940. G.
Ruang Lingkup sinetron a.
Pengertian sinetron Sinetron merupakan sebuah istilah singkatan dari sinema elektronika.
Perlu diketahui bahwa elektronika disini tidak mengacu pada pita kaset atau kaidah – kaidah lain yang terdapat pada elektronis. Akan tetapi pada mediumnya yakni yang akrab kita sapa televisi.21 Bambang Marhiyanto menafsirkan dan mendefinisikan sinetron sebagai film atau pertunjukan sandiwara.22
b. Jenis – jenis sinteron Pada dasarnya, tidak ada jenis tertentu yang utuh tampil di televisi melainkan campuran dari berbagai jenis sinetron yang ada. Adapun jenis – jenis sinetron antara lain : 1) Drama rumah tangga
21
JB.wahyudi, Teknologi Informatika dan Produksi Citra Bergerak, (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 1992)h 10 22 Drs.Bambang Marhiyanto, Kamus lengkap Bahasa Indonesia, (surabaya,Media Center) hal.574
38
Jenis ini berpola kekerasan dan konflik dalam rumah tanggaa. Temanya tidak jauh dari, kekerasan terhadap istri, sengketa warisan, percintaan anak yang tidak disetujui oleh orang tua, dan lain sebagainya. 2) Komedi Merupakan sinetron yang paling banyak menarik hati para penonton disini hampir tak ada konflik, sekalipun ada dikemas sebagai stimulus perspektif komedi 3) Drama remaja Perlu kita akui bahwa drama remaja pada saat ini merupakan yang paling populer dikalangan remaja itu sendiri.biasanya megisarkan tema percintaan dan segala lika – likunya. 4) Religius Pada sinetron ini yang bersandar pada nilai – nilai keagamaan dengan segala konflik yang ada. 5) Horror Sedangkan jenis yang satu ini dikemas untuk menimbulkan ketegangan dan rasa takut bagi yang menontonnya. 6) Laga klasik Jenis sinetron yang satu ini dibuat untuk mengingatkan kita pada sejarah terdahulu atau cerita – cerita rakyat yang sudah melekat pada masyarakat tertentu. Laga klasik ini berisikan cerita seperti kehidupan pada jaman kerajaan. c. unsur – unsur sinetron
39
Adapun unsur – unsur sinetron yang ada adalah : a. Produser orang yang bertanggung jawab pada pembuatan sinetron. b. Sutradara orang yang memimpin pada saat syuting dilakukan. c. Naskah/skrip : naskah cerita yang akan dibuat. d. Artis/aktor orang yang memainkan peran pada isi cerita tersebut. e. Angginering orang yang bertanggung jawab pada peralatan produksi seperti kamera mike, listrik dan lain sebagainya. f. Kostum yaitu artepak yang mesti dugunakan oleh para artis dan aktor agar sesuai denga isi cerita. g. Make up hal ini sangat penting dan perlu diperhatikan karena, make up jg harus sesuai dengan isi cerita.23
23
JB.wahyudi, Teknologi Informatika dan Produksi Citra Bergerak, (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 1992)h 10
BAB III GAMBARAN UMUM
A.
Sejarah Berdirinya PT Tripar Multivision Plus Berawal dari sebuah rumah produksi sederhana, Multivision Plus (MVP)
kini telah menjadi perusahaan nasional terdepan di Asia di bidang media dan hiburan. Meramu orisinalitas dan kualitas, pengalaman dan keahlian, Multivision Plus berhasil menciptakan standar baru industri hiburan di Indonesia dan meraih reputasi sebagai innovator dan pioneer melalui kreativitas berikut pengelolaan manajemennya. Multivision Plus berdiri pada tahun 1968, pada awalnya nama perusahaan ini yaitu Parkit film yang pertama kali memproduksi film di tahun 1968 di bawah pimpinan Raam Punjabi dan Gobind Punjabi dari India yang datang ke Indonesia membuka perusahaan industri di bidang entertainment yang sukses membangun sebuah production house( Rumah Produksi) di Indonesia. Pada tahun 1970 Parkit Film bekerjasama dengan dengan PT. Panorama Film. Disini Raam Punjabi bersama saudaranya membuat atau memproduksi film pertama yang berjudul “Mama”. Lebih dari seratus film yang telah diproduksi dan telah dikenal hampir seluruh dunia Parkit Film mempunyai rencana baru untuk mengembangkan film sampai ke Luar Negri (Go International) Multivision Plus selalu berupaya memuaskan pemirsa melalui visualisasi realitas dengan segala bentuk kontroversinya. Di dukung dengan instruktur terpadu, para professional Multivision Plus selalu bekerja keras untuk menghasilkan produk berkualitas seiring dengan meningkatnya permintaan pasar lokal maupun internasional. Multivision Plus bekerja dalam sebuah tim yang penuh antusiasme dengan
40
41
penerapan objektivitas di semua tingkat manajemen. Dalam bekerja tim Multivision Plus selalu mengesampingkan batasan dan birokrasi guna memastikan lingkungan kerja yang seimbang. Juga menekankan nilai saling menghargai dan pentingnya pengambilan keputusan bersama bagi semua karyawan. Multivision Plus selalu berkomitmen untuk menyediakan fasilitas pelatihan terbaik bagi karyawan baru, mengingat pentingnya regenerasi dalam rangka
ekspansi
kemampuan
kreativitas
perusahaan.yang
ingin
dicapai
Multivision Plus itu sendiri adalah membuka peluang baru yang didukung oleh kekuatan financial dan para professional handal agar menghasilkan berbagai program hiburan berkualitas dan memuaskan. 1.
Visi, Misi Multivision Plus selalu menciptakan tatanan baru dalam menikmati hiburan
serta
meramu
kreativitas
dengan
kualitas
agar
mampu
meningkatkan kemitraan jangka panjang yang saling menguntungkan dengan para pemirsa, stasiun pemancar dan mitra bisnis dengan selalu mengantisipasi dan menanggapi berbagai perubahan kebutuhan mereka. Proses Multivision Plus dalam meraih pengakuan dan keberhasilan bukanlah hal yang mudah, dengan berbagai rintangan dan halangan yang harus dilakui memang telah melampaui satu babak, sebuah fase baru yang menjadi awal fase berikutnya. 2.
Tujuan Multivision Tujuan Multivision Plus sebagai perusahaan industri yang bergerak di bidang perfilman yaitu : a)
memposisikan industri hiburan Indonesia di pasar global
42
b) memperluas produksi dan distribusi pasar film c)
meningkatkan pangsa pasar domestik untuk acara televisi
d)
menyelenggarakan aktivitas produksi di luar Indonesia
e)
membuka peluang baru untuk penyiaran
f)
memperkuat perpustakaan kami di pasar luar Asia
g) menerapkan teknologi baru untuk produksi dan pasca produksi h) menyediakan fasilitas pelatihan produksi untuk menghasilkan professional baru 3. Teknologi dan Fasilitas Fasilitas studio produksi adalah sarana bagi industri penyiaran. Multivision Plus memiliki fasilitas studio seluas 4000 meter persegi di daerah Plumpang, Jakarta barat yang dirancang untuk mengoptimalkan kreativitas dan kemampuan beradaptasi, dua lantai utama dan fasilitas di ruang belakang dilengkapi dengan perangkat akustik terbaru. Multi-camera console dengan porta dan jimmy jibs, layar biru raksasa, kino flow lights, kamera Sony D50, dan ragam perangkat canggih lainnya. Selain itu studio ini juga dapat diubah menjadi ruang kantor, kafe, gang kecil, interior rumah tingkat menengah hingga mewah, rumah sakit dan ruang penjara. Setiap studio dilengkapi dengan pendingin ruangan dan generator 550 KVA untuk mendukung sesi pengambilan gambar. Studio ini digunakan untuk serial TV dan film, infotainment dan acara kuis, iklan TV, pengambilan foto dank klip video. Multivision Plus memiliki fasilitas editing terbesar di Indonesia, dengan 22 ruang editing yang beroprasi 24 jam. Setiap ruang dilengkapi
43
dengan peralatan terbaik, seperti media composer, avid symphony, tape cleaning machines, dan sistem sentral penyimpanan hard disk yang memungkinkan para professional Multivision Plus untuk meningkatkan kreativitasnya saat editing, reviewing dan menyelesaikan berbagai proyek. Perangkat media 100 844x yang digunakan mampu mengkoordinasikan seluruh ruang editing secara simultan. Semua studio di Mulltivision Plus memiliki peralatan terkini dan canggih. Dengan pendekatan layanan satu atap dan penerapan teknologi canggih memungkinkan Multivision Plus untuk menyelesaikan pekerjaan nyaris tanpa masalah. Dukungan fasilitas 22 offline dan online NLE (nonlinear editing facilities) pada avid mampu beroprasi tanpa jeda. Multivision Plus selalu meningkatkan fasilitas pasca produksi agar mengakomodasi proyek baru. Begitupun, serial TV 3D dan inovasi lainnya menjadikan Multivision Plus selangkah lebih maju dalam persaingan.
B. Sekilas Tentang Sinetron Islam KTP Hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan Sutradara Sinetron Islam KTP yakni Aldi Renaldi beliau mengatakan bahwa : “sebenerrnya latar belakangnya gini saja, supaya orang islam itu tidak Cuma KTP saja islam tapi secara syariatnya benar melaksanakanya, sintron ini jatuhnya dakwah, menyindir saja secara halus. Maka dari itu dikemaslah sinetron religi yang terdapat komedi di dalamnya.”1
1
Hasil wawancara Pribadi dengan sutradara Aldi Renaldi,20 Maret 2011.
44
Dengan adanya sinetron Islam KTP ini masyarakat mendapatkan hiburan,pendidikan dengan disertai dakwah didalamnya hal ini diperkuat dengan adanya ceramah – ceramah singkat oleh Ust. Hariri yang mana beliau sendiri adalah jebolan audisi DAI di salah satu stasiun televisi. Sinetron unggulan yang tayang di stasiun televis SCTV ini, hadir pada pukul 18.15 s/d 21.00, dibawah naungan sebuah rumah produksi (production house) Multivision Plus menempati tingkat (rating) pertama dan kedua dalam setiap minggunya. Sinetron Islam KTP menggambarkan tentang kehidupan masyarakat Indonesia pada umumnya, dan hal ini yang membuat masyarakat menggemari sinetron Islam KTP. Adapun segment pasar sinetron ini adalah keluarga pada khususnya dan untuk masyarakat kalangan atas ataupun kalangan bawah pada umumnya. 1. Gambaran Umum Pemeran Sinetron Islam KTP Seperti yang kita ketahui bahwasanya setiap sinetron memiliki pemeran utama di dalamnya, adapun pemeran utama di dalam Sinetron Islam KTP antara lain : a. Idrus Madani berperan sebagai Bang Ali Nurdin Idrus Madani alias bang Ali adalah pemeran utama di dalam sinetron ini, bang Ali merupakan sosok yang disegani di dalam sinetron Islam KTP. Di dalam sinetron Islam KTP ia merupakan ahli agama bahkan di dalam cerita ia digambarkan sebagai seorang wali Allah, yang mana dapat mengetahui apa yang dipikirkan orang lain.sosok bang Ali selalu saja hadir dimana ada kesalah pahaman tentang agama maupun konflik.
45
b. Kubil Aja berperan sebagai Ma‟did Musyawarah Sosok Ma‟did musyawarah merupakan kebalikan dari sosok Bang Ali, yang
mana
sosok
ini
menggambarkan
orang
kaya
namun
sombong,orang yang hobinya selalu menghina orang miskin. Bagi pemeran ini harta adalah segalanya. Namun dibalik kekayaan yang ia miliki ada yang ia tidak miliki yaitu tidak diberinya momongan setelah menikahi gadis yang bernama jamilah. c. Lionil Hendrik berperan sebagai Zami Anak muda yang awalnya tak tahu menahu soal urusan agama harus berurusan dengan kemelutnya cinta. Gadis yang ia cintai adalah gadis yang taat pada ajaran agama berbanding terbalik dengan dirinya sendiri, adapun gadis yang dicintainya itu adalah anak dari Bang Ali yang diperankan oleh Idrus Madani. Hal ini memaksanya untuk belajar agama demi mendapatak cinta Sabrina dan restu dari Bang Ali yang tidak lain adalah ayahnya.kini orang yang berperan sebagai Zami ini disetting sedemikian mungkin setelah menjadi mantu/besan dari Bang Ali, agar nantinya ia bisa menggantikan posisi Bang Ali sebagai orang yang paling disegani. d. Tubagus berperan sebagai Tebe Anak yang masih ingusan, belum beranjak baligh namun memiliki pengetahuan
agama
yang
mumpuni,
peran
tebe
ini
pun
menggambarkan anak yang sholeh dan taat kepada kedua orang
46
tuanya. Peran ini terkenal dengan ucapanya “KATA BAPAK TEBE” inilah ciri khas dari anak dua pemeran yakni Dul dan Enting Sukaisih. e. Aiman Ricky (Karyo) dan Reza Aditya (Mamat) Dua anak muda yang senantiasa belajar ilmu agama dengan Bang Ali (Idrus Madani) sahabat sejoli satu propesi sebagai penjaga warung milik gurunya sendiri. Dua pemeran ini selalu menjadi pemanis didalam cerita sinetron Islam KTP pada setiap tayangannya, dengan segala konflik masyarakat yang diangkat dalam sinetron pemeran inilah yang membumbuinya. f.
Jaitov Yanda berperan sebagai Pak RT Peran yang satu ini sengaja dibentuk oleh para tim kreatif sinetron islam KTP untuk menyindir secara halus para pejabat yang tidak amanah kepada rakyatnya atau dalam sinetron ini warganya. Pemeran ini selalu saja disandingkan oleh pemeran bang Ma‟did Musyawarah, pejabat yang lalim yang hanya melihat rakyat/warga yang memiliki uang tanpa mau melihat warganya yang dari kalangan bawah.
C. Sekilas Tentang Ikatan Remaja Masjid (IREMA) Nurul Ikhlas 1.
Sejarah dan Landasan Berdiri Ikatan Remaja Masjid (IREMA) Nurul Ikhlas adalah sebuah organisasi pemuda – dan pemudi islam yang ada dikota bogor tepatnya beralamatkan di kp. Situpete Jl. H. Abdul Fatah Rt.01/01 kel.sukadamai Kec. Tanah Sareal Bogor. Ikatan Remaja Masjid (IREMA)didirikan pada tanggal 19 Rabiusyani 1427 H. Tidak pada organisasi umumnya, IREMA
47
menggunakan kalender Hijriah untuk memperingati hari jadi organisasi ini, karena seperti kita ketahui bahwasanya organisasi ini bernafaskan Islam. Ikatan
Remaja
Masjid
(IREMA)
inipun
sangat
gencar
mendakwahkan islam, baik itu melalui kegiatan – kegiatan ataupun lain sebagaianya.Organisasi ini pastinya memiliki basis (Base Camp) yang sudah bisa dipatikan basis mereka yaitu di Masjid Nurul Ikhlas itu sendiri, 2.
Keanggotaan Ikatan Remaja Masjid (IREMA) Nurul Ikhlas Setiap pemuda remaja baik laki-laki maupun perempuan yang beragama Islam minimal Aqil Baligh dan berada dilingkungan RW 01 dan Rw 02 Kelurahan Sukadamai dan sekitarnya, yang aktif maupun tidak aktif merupakan bagian dari anggota IREMA Nurul Ikhlas dan mempunyai hak untuk menempati dalam kepengurusan IREMA Nurul Ikhlas.2
3. Syarat – Syarat menjdi anggot Ikatan Remaja Masjid (IREMA) Nurul Ikhlas a. Aktif dan Mencintai Masjid dengan segala aktivitasnya. b. Memiliki kemauan bekerja demi kepentingan bersama. c. Taat dan dapat bekerjasama dengan sesama pengurus selama tidak bertentangan dengan Alquran dan As-sunnah 4. Kegiatan Ikatan Remaja Masjid (IREMA) Nurul Ikhlas Seperti organisasi pada umumnya Ikatan Remaja Masjid (IREMA) memiliki kegiatan – kegiatan yang mereka lakukan pada setaiap tahunnya. Kegiatan IREMA tidaklah lepas dari aturan – aturan yang sudah ditentukan oleh agama Islam, kegiatan ini pun pada dasarnya adalah lebih menghidupkan hari – hari besar dalam Islam dan mensyiarkan dakwah islamiyah, antara lain kegiatan organisasi ini adalah sebagai berikut: 2
Data Ikatan Remaja Masjid (IREMA) Nurul Ikhlas
48
a. Pengajian rutin rabu malam yaitu membahas tentang fikih dengan rujukan kitab Safinatun Najaah. b. Memperingati hari – hari besar Islam seperti Memperingati tahun baru Hijriyah, Festival muharam, Idul Yatim/hari „Asyura, Memperingati maulid Nabi besar Muhammad SAW, Malam nisfu Sya‟ban c. Ta‟lim keliling di wilayah Rw.01-02 d. Proklamasi kemerdekaan RI e. Pengajian rutin setiap malam dibulan Ramadhan. 5.
Fasilitas yang dimiliki oleh Ikatan Remaja Masjid (IREMA) a. Masjid yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan dan sentral daripada dakwah, serta naungan untuk mencetak generasi – generasi muda yang bernafaskan islami. b. Ruang perpustakaan, dimana ruangan ini diperuntukan agar para pengurus maupun anggota Ikatan Remaja Masjid (IREMA) serta jama‟ah masjid Nurul Iklas memiliki wawasan luas.
6.
Visi dan Misi Ikatan Remaja Masjid (IREMA) Nurul Ikhlas a.
Visi Mempererat silaturahmi dan menciptakan generasi yang qur‟ani.
b.
Misi 1. Mempelajari, memahami dan mengamalkan Alquran dan Assunnah sebagai landasan perjuangan/aktivitas IREMA Nurul Ikhlas. 2. Menjauhkan diri dari perbuatan munkarot, ma‟siyat, upacaraupacara bid‟ah dan lain-lain kegiatan keagamaan diluar Alquran dan As-sunnah. 3. Menciptakan generasi pemuda yang qur‟ani, cerdas, kreatif.
49
BAB IV ANALISIS HASIL TEMUAN DATA
A.
Pengetahuan Tentang Penggambaran Pesan Sinetron Islam KTP Hasil dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti pada tanggal 20 sampai
31 Mei 2011 pada IREMA (Ikatan Remaja Masjid) Nurul Ikhlas Bogor adalah sebagai berikut: Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden
No
Jenis Kelamin
Frekuensi
1.
Laki-Laki
26 orang
2.
Perempuan
15 orang
Jumlah
41 orang
Persentase 63,41% 36,58% 100%
Berdasarkan tabel 4.1 di atas diketahui identitas responden berdasarkan jenis kelamin IREMA (Ikatan Remaja Masjid Nurul Ikhlas) Bogor laki-laki berjumlah 26 orang (63,41%), sedangkan jumlah kelamin IREMA (Ikatan Remaja Masjid) Nurul Ikhlas Bogor perempuan berjumlah 15 orang (36,58%).
49
50
Taabel 4.2 Jenis Pendidikan Responden No
Jenis Pendidikan
Frkuensi
Presentase
Sekolah Dasar
7 orang
17,07%
Sekolah Menengah
8 orang
19,51%
Sekolah Menengah Atas
21 orang
51,21%
D1 (Diploma 1)
3 orang
7,31%
D2 (Diploma 2)
0 orang
0%
D3 (Diploma 3)
0 orang
0%
S1 (Strata 1)
3 orang
7,31%
1 2 Pertama 3 4 5 6 7 Jumlah
100%
Adapun berdasarkan tabel 4.2 respondeng IREMA (Ikatan Remaja Masjid) Nurul Ikhlas Bogor yang berpendidikan Sekolah Dasa berjumlah 17 orang (17,07%),responden IREMA (Ikatan Remaja Masjid) Nurul Ikhlas Bogor berpendidikan Sekolah Menengah Pertama berjumlah 8 orang (19,51%), responden IREMA (Ikatan Remaja Masjid) Nurul Ikhlas Bogor berpendidikan Sekolah Menengah Atas berjumlah 21 orang (51,21%), responden IREMA (Ikatan Remaja Masjid) Nurul Ikhlas Bogor berpendidikan Diploma 1 (D1) berjumlah 3 orang
51
(7,31%), responden IREMA (Ikatan Remaja Masjid) Nurul Ikhlas Bogor berpendidikan Diploma 2 (D2) berjumlah 0 orang (0%), responden IREMA (Ikatan Remaja Masjid) Nurul Ikhlas Bogor berpendidikan Diploma 3 (D3) berjumlah 0 orang (0%), responden IREMA (Ikatan Remaja Masjid) Nurul Ikhlas Bogor berpendidikan Strata 1 (S1) berjumlah 3 orang (7,31%). Kuesioner pada penelitian ini terdiri dari 3 bagian dengan jumlah 25 pertanyaan. Bagian pertama merupakan pertanyaan tentang respon kognitif dengan jumlah 7 pertanyaan, bagian kedua merupakan pernyataan tentang respon afektif dengan jumlah 10 pertanyaan, dan bagian ketiga merupakan pertanyaan tentang respon behavioral dengan jumlah 8 pertanyaan. Adapun frekuensi masing-masing pertanyaan adalah sebagai berikut: Tabel 4.3 Pertanyaan Kuesioner No
Item Pertanyaan
Frekuensi
Presentase
Respon Kognitif
7
28%
1 2
Respon Afektif
10
40%
Respon Behavioral
8
32%
3
25
100%
Jumlah
52
1).
Pertanyaan tentang respon kognitif Tabel 4.4. pertanyaan tentang kognitif
NO 1
Pertanyaan
Saya
mengetahui
SS
S
(17)=68
(24)=72
(9)=36
(28)=84
(17)=68
(12)=48
TS
TST
Skors
Ranking
140
1
(4)=8
128
5
(18)=48
(6)=12
128
6
(23)=69
(5)=10
128
7
sinetron Islam KTP
2
Program
sinetron
Islam
KTP
berbeda dengan tyangan sinetron lainnya 3
Sinetron KTP
Islam adalah
jenis sinetron religi 4
Sinetron KTP
Islam ini
membuat saya mengerti
(1)=1
53
tentang ajaran Islam.
5
Sinetron
(7)=14
(21)=63
(15)=60
(19)=57
(13)=52
(25)=75
Islam
KTP
(13)=52
129
4
(7)=14
131
3
(3)=6
133
2
ini
membuat saya TIDAK mengerti tentang ajaran Islam.
6
Sinetron islam KTP ini adalah sinetron yang layak di tonton oleh semua umur
7
Wawasan
saya
bertambah setelah menonton
54
tayangan sinetron Islam KTP.
Variabel pada nomor 1(satu)
yaitu tentang tingkat pengetahuan responden
terhadap sinetron Islam KTP, menduduki peringkat pertama. Hal ini menunjukan bahwa tingkat pengetahuan para responden terhadap sinetron Islam KTP dengan skors 140. Seperti yang dituturkan salah satu responden yang diwawancarai oleh peneliti “yang saya ketahui tentang sinetron ini adalah, sebuah sinetron, yang mana menyajikan nuansa kehidupan islami namun di lengkapi dengan konflik – konflik social, seperti ada orang kaya namun pelit, pemuda yang sholeh, rampok yang bertobat dan lain sebagainya”1 Adapun pada peringkat ke 2 (dua) yakni diduduki oleh variabel nomor 7 (tujuh) yakni tentang bahwasanya wawasan responden bertambah setelah menonton sinetron Islam KTP dengan skors 133. Ini diperkuat dengan hasil wawancara yang dilakukan peneliti “wawasan yang saya dapatkan dari sinetron ini adalah, metode ta‟aruf yang diperankan oleh Sabrina dan Zami” 2 Sedangkan peringkat nomor 3 (tiga) diduduki oleh variabel nomor 6 (enam) yakni tentang bahwa responden setuju jika sinetron Islam KTP merupakan tayangan
1 2
Wawancara pribadi dengan responden Sdr.Andri Wawancara pribadi dengan responden Sdri. Rosita
55
yang layak ditonton oleh semua umur. “yang membedakannya ialah, selain bernafaskan islam sinetron ini pula menyajikan hal – hal yang berbau jenaka sehingga pesan bisa disampaikan dan dicerna cukup mudah”3 Dengan demikian dapat dilihat dari deskripsi tabel skala kognitif diatas bahwa respon baik diberikan oleh responden ini ditunjukan dengan tingkat pengetahuan terhadap tayangan sinetron Islam KTP mendapatkan skors paling tinggi hal ini pun dikuatkan oleh wawasan responden yang bertambah dengan dengan skors tinggi ke 2 (dua) pada tabel diatas. Hal ini sesuai dengan fungsi komunikasi massa (salah satunya adalah televisi) yaitu memberikan informasi terhadap khalayak.yang mana televisi memberikan pesan yang bersifat informatif,memberikan keterangan – keterangan yang kemudian khalayak dapat mengambil kesimpulan sendiri, Seperti yang dikutip dari buku : “fungsi informasi merupakan fungsi paling penting yang terdapat dalam komunikasi massa. Komponen paling penting untuk mengetahui fungsi informasi ini adalah berita – berita yang disajikan. Dalam perkembangan komunikasi film,sinetron dan sebagainya berperan penting dalam memberikan informasi kepada khalayak” 4 dan didalam buku lain yaitu Sosiologi Komunikasi dikatakan pula bahwa media massa menjadi salah satu sumber informasi bagi masyarakat, dengan informasi yang terbuka dan jujur dan benar disampaikan media massa kepada masyarakat maka masyarakat akan kaya denangan informasi dan terbuka terhadap pengetahuan dan menjadikan masyarakat itu masyarakat yang informatif serta manjadiakan masyarakat 3
Wawancara pribadi dengan responden Sdr. Attabiq Lutfi 4 Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,2007)hal.65-68
56
mampu berpartisipasi dengan berbagai kemampuannya. Dan dengan media massa pula masyarakat menjadi tahu tentang berita – berita yang merugikan dan menguntungkan.komunikasi massa mengandalkan media massa yaitu sebagai penyampaian informasi pada masyarakat luas dalam waktu yang singkat dan cepat. 5 Dapat disimpulkan bahwa fungsi komunikasi terpenting adalah yang terdapat dalam komunikasi massa adalah memberikan informasi ataupun pengetahuan yang didapatkan oleh para khalayak seperti halnya yang telah dijelaskan diatas. Harus diakui pula bahwa sinetron pun memberikan peran didalam memberikan informasi terhadap khalayak. 2).
Pertanyaan tentang respon Afektif Tabel 4.5.pertanyaan tentang afektif
NO
Pertanyaan
1
Saya
senang
SS
S
TS
(8)=32
(26)=78
(14)=56
(25)=75
STS
Skors
Ranking
(7)=14
124
5
(2)=4
135
1
melihat pemeran
–
pemeran sinetron Islam KTP 2
Saya senang dengan isi pesan yang
5
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi,( Jakarta: Kencana Prenada media Group,2008)hal.8085
57
disampaikan sinetron Islam KTP.
3
Saya menyarankan orang
(7)=28
(26)=78
(8)=16
122
6
(7)=28
(24)=72
(10)=20
120
7
(4)=16
(3)=9
(29)=58
88
10
(8)=32
(28)=84
(5)=10
126
7
lain
untuk menonoton sinetron Islam KTP.
4
Saat
menonton sinetron Islam KTP
saya
selalu tertawa 5
Sinetron Islam KTP hanya
(5)=5
semata
menyajikan kelucuan saja 6
Setelah
menonton
sinetron Islam KTP
saya
58
merasa banyak kewajiban agama
yang
belum
saya
jalankan.
7
Setelah
menonton
Islam
(6)=24
(24)=72
(11)=22
(4)=4
(12)=24
(24)=72
118
8
112
9
KTP
saya
merasa
berdosa karena tidak menjalankan ajaran
agama
dengan semestinya.
8
Setelah
menonton
sinetron Islam KTP
saya
merasa TIDAK bedosa karena
telah
(3)=12
59
menjalankan ajaran
agama
dengan semestinya 9
Saya
senang
(8)=32
(30)=90
(3)=6
128
2
(8)=32
(28)=84
(5)=10
126
3
menonton sinetron Islam KTP.
10
Setelah
menonton
sinetron KTP
Islam saya
merasa menjalankan ajaran
agama
dengan benar
Pada tabel pertanyaan tentang afektif bahwasanya variabel nomor 2 ( dua ) menduduki peringkat 1 ( satu ) yakni tentang kesenangan para responden terhadap isi pesan yang disampaikan oleh sinetron Islam KTP dengan skors tertinggi yakni 135. Hal ini pun diperkuat dengan ungkapan responden prihal ditanyakan isi pesan
60
yang mana yang disukai “ada rahasia dibalik rahasia”6 memang singkat perkataan yang selalu didengungkan oleh pemeran bang Ali ini didalam sinetron Islam KTP namun merasuk ke hati penontonnya. Sedangkat peringkat nomor 2 ( dua ) diduduki
oleh variabvel nomor 9
(sembilan) yakni tentang kesenangan responden di dalam menonton sinetron Islam KTP dengan skors 128. Ini juga diperkuat dengan pengakuan responden yang mengaku tatakala diwawancarai “saya amat senang menonton sinetreon ini, terlebih gaya bahasa dan dialog di dalamnya mudah dipahami”7 Adapun peringkat nomor 3 (tiga) diduduki oleh variabel nomor 10 (sepuluh) yakni tentang responden yang telah menonton sinetron Islam KTP merasa menjalankan ajaran agama dengan benar dengan skors 126. Hal ini bisa dibuktikan dengan hasil wawancara terhadap responden yang menjawab merasa sudah benar menjalankan ajaran agama dengan benar “waduuuuuuuuh, berat amat pertanyaannya yah, terkadang saya selalu merasa kurang bang,sholat kali yah, karna sama dari gerakan dan bacaan-bacaannya”(jawab responden sambil tersenyum).8 Dengan demikian dapat dilihat dari deskripsi tabel tentang afektif bahwasanya, kesenangan responden terhadap isi pesan yang disampaikan sinetron Islam KTP menduduki peringkat pertama, hal ini dikuatkan dengan peringkat nomor dua yang diduduki, yakni tentang kesenangan responden didalam menonton sinetron Islam KTP.
6
Wawancara pribadi dengan responden Sdr.Jamaludin Wawancara pribadi dengan responden Sdri.Nengsih 8 Wawancara pribadi dengan responden Sdr.ibnu Ardiansyah 7
61
Deskripsi diatas pun tidak lah lepas dari tren acara sinetron saat ini yang banyak mengangkat tema religius dan yang membuat khalayak tertarik sinetron – sinetron tersebut mengaitkan fakta kehidupan sehari – hari di masyarakat ditambah lagi dengan judul – judul yang fenomenal dan menarik menjadikan seolah – olah simbol kebenaran yang berwujud teknologi televisi dan menyebarkan agama tertentu tidak terbatas oleh ruang,waktu serta jarak. Peningkatan moral melalui sinetron religi ditelevisi akan efektif pada saat khalayak mononton acara itu yang kemudian menggerakan jiwa,sikap serta perilaku mereka.9 Menurut Gebner mengatakan bahwa media massa menanamkan sikap dan nilai tertentu. Media pun kemudian memelihara dan menyebarkan sikap serta nilai itu antara anggota masyarakat kemudian mengikatnya bersama sama. Dengan kata lain, media mempengaruhi penonton dan masing – masing penonton itu meyakininya. Jadi para pecandu televisi akan memiliki kecendrungan yang sama satu dengan yang lainnya.10 Didalam buku lain menyebutkan salah satunya adalah karangan Muh.Labib yang berjudul “Potret Sinetron Indonesia” yakni, sinetron menghadirkan perasaan personal sampai mampu mengikat penontonnya. Penonton yang menyaksikan sinetron merasa larut dan menjadi dekat bahkan dapat pula merasa menjadi bagian dari ceritannya. Hal ini dapat menimbulkan rasa puas dan minat besar bagi
9
Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa, ( Jakarta:PT Rineka Cipta,Jakarta,2008)hal.105-106 Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa, (2007, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta)hal: 169
10
62
penontonnya, shingga membuat penonton merasa terikat dan kehilangan sesuatu jika tidak menyaksikan sinetron tersebut.11
Hal ini juga membuktikan bahwa sinetron memberikan pengaruh berupa kesadaran pada penontonnya, seperti yang dikutip dalam salah satu buku ; “sinetron mampu menanmkan kesadaran semu bahkan keliru pada penontonnya. Pengadegan ataupun perilaku yang diperankan oleh para pemeran sinetron akan diartiakan sebagai pembenaran bagi penontonnya sehingga tidak menyadari kalu perilaku yang diperankan tersebut keliru atau dapat dibenarkan.selain itu penonton sinetron juga akan mengagnggap bahwa setiap baju, model rambut, dan aksesoris para pemeran yang dikenakan artis sinetron pasti merupakan produk yang baik bagi penontonnya, walaupunsemua itu belum tentu demikian realitasnya”12 hal ini membuktikan bahwa, begitu dahsyat peran media dalam mempengaruhi khalayak bai dari segi konnitif,konatif maupun afektif yang sedang dibahas oleh peneliti ini. 3).
Pertanyaan Tentang respon Behavioral
Tabel 4.6.pertanyaan tentang Behavioral. NO 1
Pertanyaan
Saya
TIDAK
SS
S
TS
(1)=4
(10)=30
(30)=60
STS
Skors
Rangking
94
8
pernah
11
Muh.Labib,Potret Sinetron Indonesia,(2002,PT.Mandar Utama Tiga Books Division,Jakarta) hal.24-25 12 Muh.Labib,Potret Sinetron Indonesia,(2002,PT.Mandar Utama Tiga Books Division,Jakarta) hal.24
63
melewatkan tayangan sinetron Islam KTP.
2
Setelah
menonton
(3)=12
(26)=78
(11)=22
(4)=16
(28)=84
(8)=32
(20)=60
(1)=1
113
6
(9)=18
118
5
(13)=26
118
4
sinetron Islam KTP
saya
lebih
giat
mejanlankan ajaran agama.
3
Setelah
menonton
sinetron Islam KTP
saya
menerapkan pola
hidup
sesuai dengan 4
Saya akan menegur orang yang melanggar
lain
64
ajaran agama 5
Setelah
menonton
(6)=24
(28)=84
(6)=12
(11)=44
(29)=87
(1)=2
(2)=8
(28)=84
(10)=20
(1)=1
121
3
133
1
113
7
sinetron Islam KTP saya akan lebih
giat
mengikuti acara – acara keagamaan.
6
Saya
akan
giat
lebih belajar
tentang ajaran agama.
7
Setelah
menonton
sinetron Islam KTP saya akan lebih
sering
mengadakan acara
tentang
menjalankan ajaran agama.
(1)=1
65
8
Setelah
menonton
(8)=32
(24)=72
(8)=16
(1)=1
121
2
sinetron Islam KTP saya akan lebih
giat
mengajak orang
lain
untuk beribadah.
Pada tabel pertanyaan tentang Behavioral variabel nomor 6 ( enam ) dengan skors 133, yakni tentang dimana responden akan belajar agama lebih giat lagi, setelah menonton tayangan sinetron Islam KTP. Seperti yang dituturkan oleh Sdri. Fauziah ““lebih giat menghadiri pengajian mingguan yang diadakan IREMA”13. Disini Sdri. Fauziah akan lebih giat untuk menghadiri majlisul „ilmi (pengajian). Sedangakn pada tabel ini yang menduduki peringkat nomor 2 (dua) yakni variabel nomor 7 (tujuh) dengan skors 121, tentang dimana responden menyetujui bahwa mereka akan lebih giat lagi untuk mengajak orang lain beribadah setelah menonton tayangan sinetron Islam KTP. dalam hal ini salah satu responden
13
Wawancara pribadi dengan responden Sdri. Fauziah
66
menuturkan “tentu aja sholat…karna ini pilar agama”14 Sdr. Wawan menuturkan demikian bahwa ia akan mengajak orang lain agar melaksanakan sholat 5 waktu, karena inilah pilar agama. Adapun peringkat ke 3 diduduki oleh variabel nomor 5 (lima) yang mana responden setuju dan akan lebih giat lagi ikut serta di dalam acara – acara yang berbentuk keagamaan setelah menyaksikan tayangan sinetron Islam KTP,dengan skors 121. Salah satu responden yang menjawab Sangat Setuju (SS) mengungkapkan bahwa ia akan lebih giat ikut serta dalam acara – acara keagamaan “Yah mungkin kegiatan yang berkaitan dengan hari besar islam, seprti mauled,isra mi‟raj”15 “komunikasi adalah proses hal mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerimaan atau lebih denga maksud mengubah perilaku” demikaina dikatakan Everent M.Rogers. definisi ini menekankan bahwa dalam komunikasi ada sebuah proses pengoperan (pemrosesan) ide,gagasan,lambang dan di dalam proses itu melibatkan orang lain.16 Sehubungan dengan bahwasanya komunikasi adalah hal yang sangan mustahil dipisahkan dari aktivitas seorang manusia,sudah barang tentu masing – masing seseorang memiliki cara – cara tertentu, yang meliputi apa tujuannya,apa yang akan didapatkan melalui apa atau kepada siapa ia berkomunikasi. Dalam formulasinya Harold D.Laswell ini sudah sangat familiar yakni : who says what in which channel to whom wiith what effeck. (siapa mengatakan apa lewat saluran mana kepada siapa
14 15
Wawancara pribadi dengan responden Sdr. wawan Wawancara pribadi dengan responden Sdri. Mulyanti 16 Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia,(Jakarta, PT.Rajagrafindo Persada,2007)hal.26
67
dan efek apa yang diharapkan.sudah jelas di dalam formulasi ini bahwa masing – masing seorang manusia memuliki cara untuk mengaktualisasikan komunikasi tersebut, maka dari itu didalam bidang ilmu komunikasi dikenal sebagai pola – pola komunikasi sebagai bentuk manifestasi perilaku manusia didalam berkomunikasi.
4).
Analisis Data Menggunakan Chi-Kuadrat A. Tabel 4.7. Analisis data menggunakan Chi-kuadrat sesuai Jenis kelamin Responden.
Keterangan: = frekuensi observasi
Jenis Kelamin PR
LK
Respon Kognitif Afektif Behavioral Kognitif Afektif Behavioral = frekuensi harapan
Fo 325 439 348 562 759 590
Fh 259.24 472.95 293.54 260.85 475.81 289.59
fo-fh 65.76 -33.95 54.46 301.15 283.19 300.41
(fo-fh)² 4324.3776 1152.6025 2965.8916 90691.3225 80196.5761 90246.1681
(fo-fh)²/fh 16.68098133 2.437049371 10.10387545 347.6761453 168.5474792 311.6342695 857.0798002
68
Ho: Tidak terdapat perbedaan antara latar jenis kelamin dengan respon Ikatan Remaja Masjid (IREMA) Nurul Ikhalas Bogor terhadap sinetron Islam KTP. H1 : terdapat perbedaan antara latar jenis kelamin dengan respon Ikatan Remaja Masjid (IREMA) Nurul Ikhlas Bogor terhadap sinetron Islam KTP. Jadi r x² hit = 3677.826029 db = (r-1) (c-1) = (3-1) (3-1) =2x2 =4
jadi: Alfa = 5% x²tab = 5,99 Maka: x² hit > x²tab
Ho ditolak
Dari tebel 4.7 menunjukan bahwa nilai chi-square x²tab (5,99) dan nilai x² hit (857.0798002) maka x² hit > x²tab atau x² hit lebih besar dari x²tab artinya terdapat perbedaan antara jenis kelamin dengan respon IkatanRemaja Masjid (IREMA) Nurul Ikhlas terhadap sinetron Islam KTP ini.
B. Tabel 4.8. analisis data menggunakan Chi – Kuadrat susai pendidikan Responden
69
Pendidikan Tinggi
Sedang
Rendah
Respon Kognitif Afektif Behavioral Kognitif Afektif Behavioral Kognitif Afektif Behavioral
Fo 600 747 572 158 242 198 149 206 158
Fh 292.02 465.17 276.61 276.46 462.7 293.95 271.27 479.86 285.81
fo-fh 307.98 281.83 295.39 -118.46 -220.7 -95.95 -122.27 -273.86 -127.81
(fo-fh)² 94851.6804 79428.1489 87255.2521 14032.7716 48708.49 9206.4025 14949.9529 74999.2996 16335.3961
(fo-fh)²/fh 324.8122745 170.7507984 315.4450385 50.7587774 105.2701318 31.31962068 55.11097025 156.2941266 57.15473951 1266.916478
Keterangan: = frekuensi observasi = frekuensi harapan Ho: Tidak terdapat perbedaan antara latar belakang pendidikan
dengan respon
IREMA (Ikatan Remaja Masjid) Nurul Ikhalas Bogor terhadap sinetron Islam KTP H1 : terdapat perbedaan antara latar belakang pendidikan dengan respon Ikatan Remaja Masjid (IREMA) Nurul Ikhalas Bogor terhadap sinetron Islam KTP. Jadi r x² hit = 1266.916478 db = (r-1) (c-1) = (3-1) (3-1) =2x2 =4
jadi: Alfa = 5% x²tab = 9,49 Maka: x² hit > x²tab
Ho ditolak
70
Dari tebel 4.8 menunjukan bahwa nilai chi-square x²tab (9,49) dan nilai x² hit (1266.916478) maka x² hit > x²tab atau x² hit lebih besar dari x²tab artinya terdapat perbedaan antara latar belakang pendidikan dengan respon Ikatan Remaja Masjid (IREMA) Nurul Ikhalas Bogor terhadap sinetron Islam KTP. Dari respon yang telah di dapatkan dari responden baik itu melalui angket ataupun wawancara langsung yang dilakukan oleh peneliti dengan responden, dalam bentuk respon Kognitif (pengetahuan) didapatkan pengakuan responden itu sendiri mengakui pengetahuan tentang sinetron islam KTP ini di buktikan dengan kutipan wawancara “sinetron religi yang mengandung humoris namun banyak pelajaran yg bisa diambil dan merupakan sineron yang bernafaskan islam, dan sarat dengan makna-makna keislaman”17 sedangkan dalam respon Afektif (sikap) ini pun dibuktikan dengan responden merasa senang ketika menyaksikan sinetron Islam KTP “saya merasa senang ketika Bang Ali seketika muncul di hadapan orang yang berbuat salah”18. Adapun mengenai respon Behavioral ini, responden pun sesekali meniru adegan – adegan pemeran di dalam sinetron Islam KTP seperti yang diungkapkan salah satu responden “saya senang pada pemeran Bang Ali, dan terkadang saya pun meniru apa yang menjadi cirri khas bang Ali, yaitu “ADA RAHASIA DIBALIK RAHASIA” sambil menggigit siwak”19
17
Wawancara pribadi dengan responden Sdri. Mulyanti Wawancara pribadi dengan responden Sdr. Atabiq Luthfi 19 Wawancara pribadi dengan responden Sdr. Wawan 18
BAB V PENUTUP
A.
KESIMPULAN Penelitian skripsi ini yaitu tentang Respon Ikatan Remaja Masjid (IREMA)
Nurul Ikhlas Terhadap Sinetron Islam KTP, selesai dilakukan oleh penulis. 1.
Respon kognitif (pengetahuan), menduduki peringkat pertama. Hal ini menunjukan bahwa tingkat pengetahuan para responden terhadap sinetron Islam KTP dengan skors 140.Adapun pada peringkat ke 2 (dua) yakni diduduki oleh variabel nomor 7 (tujuh) yakni tentang bahwasanya wawasan responden bertambah setelah menonton sinetron Islam KTP dengan skors 133.Sedangkan peringkat nomor 3 (tiga) diduduki oleh variabel nomor 6 (enam) yakni tentang bahwa responden setuju jika sinetron Islam KTP merupakan tayangan yang layak ditonton oleh semua umur.
2. Respon afektif (perasaan) tentang kesenangan para responden terhadap isi pesan yang disampaikan oleh sinetron Islam KTP dengan skors tertinggi yakni 135. Sedangkat peringkat nomor 2 ( dua ) diduduki oleh variabvel nomor 9 (sembilan) yakni tentang kesenangan responden di dalam menonton sinetron Islam KTP dengan skors 128. Adapun peringkat nomor 3 (tiga) diduduki oleh variabel nomor 10 (sepuluh) yakni tentang responden yang
66
67
telah menonton sinetron Islam KTP merasa menjalankan ajaran agama dengan benar dengan skors 126. 3. Respon behavioral variabel nomor 6 ( enam ) dengan skors 133, yakni tentang dimana responden akan belajar agama lebih giat lagi, setelah menonton tayangan sinetron Islam KTP. Sedangakn pada tabel ini yang menduduki peringkat nomor 2 (dua) yakni variabel nomor 7 (tujuh) dengan skors 121, tentang dimana responden menyetujui bahwa mereka akan lebih giat lagi untuk mengajak orang lain beribadah setelah menonton tayangan sinetron Islam KTP. Adapun peringkat ke 3 diduduki oleh variabel nomor 5 (lima) yang mana responden setuju dan akan lebih giat lagi ikut serta di dalam acara – acara yang berbentuk keagamaan setelah menyaksikan tayangan sinetron Islam KTP,dengan skors 121. nilai chi-square x²tab (5,99) dan nilai x² hit (857.0798002) maka x² hit > x²tab atau x² hit lebih besar dari x²tab artinya terdapat perbedaan antara jenis kelamin dengan respon IREMA (Ikatan Remaja Masji) Nurul Ikhlas terhadap sinetron Islam KTP ini. nilai chi-square x²tab (9,49) dan nilai x² hit (1266.916478) maka x² hit > x²tab atau x² hit lebih besar dari x²tab artinya terdapat perbedaan antara latar belakang pendidikan dengan respon IREMA (Ikatan Remaja Masjid) Nurul Ikhalas Bogor terhadap sinetron Islam KTP.
68
B.
Saran – Saran Penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini akan menyantumkan dan mengemukakan saran – saran sebagai berikut ini : 1. Untuk Pemerintah Peneliti khususkan untuk Lembaga Sensor film (LSF) dan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), melihat keberhasilan PT.Tripar Multivision Plus dalam menggarap sebuah sinetron di Tanah air,agar lebih jeli didalam menyortir sinetron – sinetron ataupun film – film yang sedang beredar di Indonesia. 2. Untuk PT.Tripar Multivision Kepada PT.Tripar multivision agar trus melanjutkan karya – karya sinetron yang mendidik dan berisikan ajakan yang baik,bermanfaat dalam bidang pendidikan agama(dakwah) serta mempertimbangkan efek dari apa yang dibuat di dapur produksi untuk ditayangkan dan dikonsumsi masyarakat luas. 3. Untuk masyarakat Masyarakat hendaknya dapat lebih baik didalam menilai serta menyortir, apakah tontonan ataupun tayangan yang ada ditelevisi itu baik untuk dikonsumi atau sebaliknya, jangan melihat sebuah tayangan ataupun tontonan dari segi hiburan semata, akan tepi baik dan buruknya pula didalam kehidupa sehari – hari.
69
69
Daftar Pustaka
Ardianto Elvinaro,dkk, Komunikasi Massa Suatu pengantar Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007 Arikunto Suharsimi, dasar – dasar Evaluasi pendidikan, jakarta : Bumi Aksara, 1996
Bungin Burhan, Sosiologi Komunikasi :Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi komunikasi di Masyarakat,jakarta, Kencana Media Group, 2008
______________,Sosiologi
Komunikasi,Jakarta:
Kencana
Prenada
media
Group,2008
Daud Marwah, Dakwah Islam Thaun 2000-an,1990, Jakarta, makalah pengantar pada stadium general IAIN Syarief Hidayatullah
Efendy
Uhjana
Onong,Ilmu,Teory
dan
filsafat
Komunikasi
Bandung:Citra
AdityaBakti,2003
Kuswandi Wawan, Komunikasi Massa, Jakarta:PT Rineka Cipta,Jakarta,2008
Labib,Muh, potret sinetron Indonesia, Antara Realitas Virtual dan Realitas Sosial, Jakarta, PT.Mandar Utama Tiga Books Division,2002.
Morisan dkk, Teori Komunikasi Massa,Bogor,Ghalia Indonesia, 2010
Mubarak Ahmad, Psikologi Dakwah, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999 Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia,Jakarta, PT.Rajagrafindo Persada,2007
70
Peordawarminto, Psikologi Komunikasi, Jakarta: UT, 1999
Rahmat Jalaluddin, Islam Aktual, Bandung: Mizan 1992
_______________, Psikologi Komunikasi, Bandung : Remaja Rosdakarya,1999
Subandi Ahmad, Psikologi Sosial,Jakarta: Bulan Bintang, 1982
Suhartono Irawan, Metode Penelitian Sosial,Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004
Sujanto Agus, Psikologi Kepribadian,Jakarta :Aksara baru, 1991
___________, Psikologi Umum, Jakarta: Bumi Aksara, 2004
Wahyudi JB,teknologi Informatika dan Produksi Citra Bergerak, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 1992
Walgito Bimo, psikologi belajar, jakarta, Renaka Cipta, 1997
Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat,Jakarta, PT.bBumi Akasara,2008
Marhiyanto Bambang , Kamus lengkap Bahasa Indonesia, surabaya,Media Center.
Data lain: Data Ikatan Remaja Masjid (IREMA) Nurul Ikhlas