PENGARUH INTENSITAS MENGIKUTI PENGAJIAN TAFSIR JALALAIN DAN SHALAT JAMA’AH TERHADAP SIKAP SOSIAL SANTRI DI PONDOK PESANTREN EDI MANCORO GEDANGAN KEC. TUNTANG KAB. SEMARANG SKRIPSI
Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.PdI) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Kegururan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga
Oleh: ROHMAN HAKIM 111 10 177
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2015
36. dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.
PERSEMBAHAN Dengan ketulusan hati dan segenap rasa syukur, skripsi ini saya persembahkan kepada : 1. Bapak Jakrofi dan Ibu Siti Muslikhah tercinta yang telah mendidik, membimbing, memberikan kasih sayang, do‟a dan segalanya, yang menjadi perantaraku untuk memperoleh tujuan hidupku, ilmu, iman, amal shalih dan ridho Allah. Semoga beliau selalu diberikan kesehatan, keimanan, kesabaran oleh Allah. 2. KH. Mahfud Ridwan, Lc. yang selalu memberi pencerahan dan memberi arahan dalam mendidik menjadikan saya lebih baik. 3. Sahabat-sahabatku yang selalu mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini, yang selalu menemani susah senang bersama, yang selalu memberi motivasi dan mendo‟akanku. Semoga dengan do‟a kita bersama dapat mencapai tujuan dan ridho dari Allah.
KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat, rahmad, ridho, hidayat serta inayahnya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan nabi agung Muhammad SAW yang telah memberikan suri tauladan kepada umatnya. Skripsi ini penulis buat dalam rangka memenuhi tugas akhir dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun judul skripsi ini adalah Pengaruh Intensitas Mengikuti Pengajian Tafsir Jalalain dan Shalat Berjama‟ah terhadap Sikap Sosial Santri di Pondok Pesantren Edi Mancoro Gedangan, Kec. Tuntang, Kab. Semarang 2015. Penulisan skripsi dapat selesai tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil. Dengan penuh rendah hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd. selaku rektor IAIN salatiga. 2. Bapak Suwardi, M. Pd. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN salatiga. 3. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN salatiga yang selalu memotivasi penulis. 4. Bapak Dr. H. Miftahuddin, M. Ag. yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh keikhlasan dan sabar mencurahkan fikiran dan tenaganya serta pengorbanan waktunya dalam membimbing penyelesaian penulisan skripsi ini. 5. Bapak Yedi Efriadi, M. Ag. selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan saran, semangat dan motivasi selama proses perkuliahan.
6. Segenap bapak dan ibu dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan bekal ilmu dan pelayanan sehingga studi ini bisa selesai. 7. Kepada segenap pengurus dan santri Pondok Pesantren Edi Mancoro yang membantu dalam menyelesaikan studi ini. 8. Segenap keluarga besar kopma FATAWA IAIN Salatiga yang selalu memberikan berbagai ilmu organisasi. Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah SWT serta mendapatkan balasan yang berkah dan melimpah. Penulis menyadari dan mengakui bahwa penulisan skripsi ini masih dari kesempurnaan, semua itu dikarnakan keterbatasan kemampuan serta pengetahuan penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun semangat penulis harapkan dalam penyempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi penulis sendiri maupun pembaca pada umumnya serta bermanfaat pada dunia pendidikan, agama, nusa, bangsa dan Negara. Amin.
Salatiga, 09 juni 2015 Penulis
Rohman Hakim NIM : 111 10 177
ABSTRAK
Hakim, Rohman. 2015. Pengaruh Intensitas Mengikuti Pengajian Tafsir Jalalain dan Shalat Berjama‟ah terhadap Sikap Sosial Santri (Studi atas Pondok Pesantren Edi Mancoro Gedangan, Kec. Tuntang, Kab. Semarang 2015). Skripsi, Fakultas Tarbiyah. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. H. Miftahuddin, M.Ag. Kata Kunci: kitab tafsir jalalain, shalat berjama‟ah dan sikap sosial. Tujuan penelitian ini adalah 1) Bagaimana variasi intensitas mengikuti pengajian tafsir jalalain terhadap sikap sosial santri dipondok pesantren Edi Mancoro Gedangan, Kec. Tuntang, Kab. Semarang 2015, 2) Bagaimana variasi intensitas shalat berjama‟ah terhadap sikap sosial santri dipondok pesantren Edi Mancoro Gedangan, Kec. Tuntang, Kab. Semarang 2015, 3) Bagaimana variasi pengaruh secara bersama-sama antara intensitas mengikuti pengajian tafsir jalalain dan shalat berjama‟ah terhadap sikap sosial santri dipondok pesantren Edi Mancoro Gedangan, Kec. Tuntang, Kab. Semarang 2015. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian regresi linier sederhana dengan pendekatan kuantitatif. Populasi sebanyak 105 santri, sedangkan sampel yang diambil 30 santri yang diambil menggunakan random sampling dimana semua populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel. Data yang dibutuhkan digali melalui angket yang dikembangkan dan disusun oleh peneliti. Sebelum angket terlebih dahulu diuji cobakan kepada 30 responden untuk diuji validitas dan realibilitasnya. Data penelitian dianalisis dengan teknik regresi. Hasil dari penelitian adalah 1) Terdapat kontribusi positif dan siknifikan intensitas mengikuti pengajian tafsir jalalain terhadap sikap sosial santri, hal ini ditunjukan dengan perolehan hasil uji t dengan nilai probabilitas sebesar 7,921 > 0,361, 2) Terdapat kontribusi positif dan signifikan shalat berjama‟ah terhadap sikap sosial santri, hal ini dibuktikan dengan perolehan t hitung dengan nilai probabilitas sebesar 0,924 > 0,361, 3) Intensitas mengikuti pengajian tafsir dan shalat berjama‟ah simultan memiliki kontribusi signifikan dan negatif terhadap sikap sosial santri. Hal ini diperoleh dari hasil uji Anova atau F test, didapat nilai Fhitung adalah 42, 016 dengan tingkat signifikan 0,000. Nilai probabilitas -0,098 < 0,361.
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...............................................................................................
i
LOGO IAIN SALATIGA .......................................................................................
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...........................................................................
iii
PENGESAHAN ......................................................................................................
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...............................................................
v
MOTTO...................................................................................................................
vi
PERSEMBAHAN ................................................................................................... vii KATA PENGANTAR ............................................................................................
ix
ABSTRAK ..............................................................................................................
xi
DAFTAR ISI ........................................................................................................... xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah ......................................................................
1
B. Rumusan masalah ...............................................................................
4
C. Tujuan penelitian ................................................................................
4
D. Kegunaan Penelitian ...........................................................................
5
E. Telaah Pustaka ....................................................................................
5
1. Penelitian Terdahulu....................................................................... 5
2. Kerangka Teori .............................................................................. 10 F. Metode Penelitian ............................................................................... 13 G. Sistematika Penulisan ......................................................................... 16
BAB II BIOGRAFI KH. AHMAD DAHLAN A. Latar Belakang Keluarga ................................................................... 18 B. Latar Belakang Pendidikan................................................................
25
1. Belajar dari Homeschooling ....................................................... 26 2. Belajar dari guru ke guru ............................................................ 29 C. Pengalaman Organisasi....................................................................... 30 D. Bergabung deng Budi Utomo dan Jam‟iyat Khoir ............................ 32 E. Cita-cita Ahmad Dahlan .................................................................... 34 BAB III PEMIKIRAN KH. AHMAD DAHLAN A. Pendidikan Islam masa penjajahan................................................... 37 B. Makna Pembaharuan Pendidikan Islam menurut Ahmad Dahlan ... 47 C. Langkah-langkah Pembaharuan Pendidikan Islam menurut Ahmad Dahalan............................................................................................. 49 D. Tujuan Pembaharuan Pendidikan islam menurut Ahmad Dahlan ... 55 BAB IV SIGNIFIKANSI, RELEVANSI DAN IMPLIKASI PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT AHMAD DAHLAN A. Signifikansi Pemikiran ..................................................................... 57 B. Relevansi pemikiran.................................................................... ..... 63
C. Implikasi Pemikiran .......................................................................... 66 BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ...................................................................................... 68 B. Saran ................................................................................................ 69
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL DAN BAGAN Daftar Nama Ustadz dan Ustadzah PPEM
69
Daftar Nama Kamar dan Jumlah Santri Putra PPEM .......................................... 71 Daftar Nama Kamar dan Jumlah Santri Putri PPEM ....................................... .... 71 Daftar Kurikulum PPEM ...................................................................................... 73 Daftar Nilai Hasil Angket Tentang Intensitas Mengikuti Pengajian Tafsir Jalalain PEM ................................................................................................................. .... 77 Daftar Tentang Distribusi Frekwensi Jawaban Tentang Intensitas Mengikuti Pengajian Tafsir Jalalain PPEM ...................................................................... .... 78 Tabel Distribusi Frekwensi Intensitas Mengikuti Pengajian Tafsir Jalalain PPEM Daftar Tentang Distribusi Frekwensi Jawaban Tentang Intensitas Shalat Berjama‟ah ...................................................................................................... .... 83 Daftar Tentang Distribusi Frekwensi Jawaban Tentang Intensitas Shalat Berjama‟ah ...................................................................................................... .... 85 Tabel Distribusi Frekwensi Intensitas Shalat Berjama‟ah .............................. .... 89 Daftar Nilai Hasil Angket Tentang Sikap Sosial Santri PPEM ....................... .... 90 Daftar Tentang Distribusi Frekwensi Jawaban Tentang Sikap Sosial Santri PPEM Table Distribusi Frekwensi Tentang Sikap Sosil Santri ................................. .... 96
Tabel Persiapan Analisis Statistik X1 terhadap Y ........................................... .... 97 Tabel Hasil Analisis Data Intensitas Mengikuti Pengajian Tafsir Jalalain PPEM 99 Tabel Persiapan Analisis Statistik X2 terhadap Y ...............................................101 Tabel Hasil Analisis Data Intensitas Shalat Berjama‟ah PPEM ..................... 103 Tabel Hasil Analisis Data Intensitas Mengikuti Pengajian Tafsir Jalalain dan Shalat Berjama‟ah terhadap Sikap Sosial Santri PPEM ................................. 104
LAMPIRAN Angket Penelitian Output SPSS Hasil Olah Data Lembar Konsultasi Surat Ijin Penelitian Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Riwayat Hidup Dokumentasi Foto Kegiatan
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendidikan agama adalah proses yang mengantarkan pada pembentukan kepribadian manusia yang sesuai dengan ajaran Islam. Dalam pendidikan agama banyak sekali yang harus dipelajari salah satunya adalah tentang syariat islam seperti hal-nya shalat, karena shalat merupakan rukun islam yang kedua setelah syahadat. Shalat juga merupakan amalan yang pertama kali dihisab pada hari kiamat kelak, sehingga shalat dijadikan induk dari seluruh ibadah, karena shalat merupakan kunci atau penentu dari berbagai amal perbuatan manusia, mendirikan shalat sama dengan mendirikan rukun islam. Kedudukan shalat menjadi perkara yang hakiki (wajib) bagi umat islam, shalat berjama‟ah sudah ditentukan waktunya, dengan melakukan shalat manusia sudah melaksanakan dua rukun islam, diantaranya membaca syahadat dan mengerjakan shalat. Shalat adalah “Rukun islam teragung setelah dua kalimat syahadat”.(Muqoddim, 2005: 15). Dasar untuk mendirikan shalat dalam kitab al qur‟an sudah jelas, diantara ayat yang menyeru untuk mendirikan shalat terdapat dalam surat Al Baqarah ayat 43 sebagai berikut ini :
Artinya : “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’(shalat berjama’ah)”. (QS. Al-Baqarah: 43) Dari ayat diatas memberikan landasan hukum yang jelas untuk melaksanakan shalat secara berjama‟ah. Kewajiban melaksanakan shalat berjama‟ah dalam pandangan islam mempunyai nilai yang lebih tinggi yaitu 27 kali lipat dibandingkan dengan shalat sendri. Sebagaimana sabda nabi :
صال ة الجوا عت أفضل هن صال ة الفرّ بسبع و عشسين د زجت Artinya : “shalat berjama’ah lebih utama dari pada shalat sendirian 27 derajat”. (terjemahan shahih bukhari : I/208(367)). Dengan shalat berjama‟ah manusia akan saling mengenal (ta‟aruf) akan timbul tali persaudaraan antar sesama manusia. Dengan mengenal orang lain maka diharapkan bisa mengenali dan mampu menjadi diri sendiri. Perkembangan zaman yang pesat menjadi pengaruh besar terhadap prilaku masyarakat Indonesia yaitu lebih mementingkan kehidupan duniawi dari pada ukhrowi, salah satunya perkembangan teknologi, misalnya handphone, televisi, internet dan sebagainya yang menimbulkan masyarakat terhipnotis dan akhirnya lupa akan kebutuhan akhirat. Oleh karena itu kita harus dapat memanfaatkan perkembangan teknologi secara benar dan proporsional tanpa meninggalkan hal yang bekaitan dengan agama yang menghubungkan kita dengan Tuhan dan posisi kita sebagai makhluk ciptaanya walaupun dalam prosesnya sangat berat seperti pendapat (Darajat, 1996:133) yang menyatakan bahwa “pendidikan agama sesungguhnya jauh lebih berat dari pada pengajaran pengetahuan umum”.
Sekarang sebagian besar umat islam telah meninggalkan tradisi mereka baik tradisi daerah ataupun kebudayaan islam itu sendiri akhirnya yang namanya akhlaq al-karimah sudah mulai luntur, indikasinya adalah banyak umat islam di kota maupun di desa yang jarang melakukan kegiatan religius seperti membaca Al-quran, yasinan, berjanjen, shalat derjama‟ah dan kegiatan yang lain khususnya pengajian yang sudah menjadi tradisi sejak dulu kususnya di desa-desa. Kemudian banyak masjid-masjid yang megah tetapi sepi oleh jama‟ah, yang dulu biasanya ramai oleh orang-orang yang mengaji dari anak kecil hingga orang tua tetapi sekarang sudah jarang kecuali daerah-daerah yang masih menjaga tradisi ini khususnya daerah yang di sekitarnya masih ada lembaga-lembaga islam seperti Pondok Pesantren dan majlis ta‟lim. Pendidikan akhlak dan kegiatan keagamaan merupakan hal yang penting bagi masyarakat untuk mengetahui hal baik dan yang buruk. Pendidikan keagamaan (pengajian) sebagai sarana pemahaman tentang akhlak yang dapat diterima oleh akal sehat sehingga masyarakat mampu berfikir dan melaksanakan perbuatan yang baik serta mampu untuk menjauhi hal-hal yang buruk. Manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT dengan diberikan akal pikiran yang bisa menerima dan menggali ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi perkembangan dan kelangsungan hidupnya. Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan non formal yang dapat mengubah tingkah laku santri ke arah yang lebih baik, sehingga banyak orang mempercayakan sebagian tanggung jawab dalam Pondok Pesantren, khususnya dalam upaya membentuk budi pekerti yang luhur. Oleh karena itu
dalam Pondok Pesantren mulai perasaan, prilaku, dan kedekatan kepada kiai sangat mempengaruhi terhadap jiwa santri. Itulah sebabnya kiai bukan hanya sekedar pendidik saja, akan tetapi juga sebagai sauri tauladan bagi santrisantrinya dalam upaya membina ke arah mental yang sehat, khususnya mental keagamaan. Pondok Pesantren juga merupakan salah satu lembaga pendidikan islam di Indonesia yang secara fisik mempunyai sarana utama dalam melaksanakan ibadah dimasjid/aula. Pondok Pesantren dalam proses sikap sosialnya mempunyai karakteristik, pendidikan yang melahirkan kegotongroyongan, semangat tolong-menolong, jiwa kesatuan dalam berjama‟ah, dan semangat mematuhi ketentuan peraturan yang ada di pondok. Masalah yang berkembang saat ini adalah banyaknya santri yang melanggar aturan tersebut padahal dalam peraturan dan tata tertib sudah tercantum kewajiban santri untuk melaksanakan shalat berjama‟ah dan mengikuti pengajian kitab yang sudah ada. Pondok Pesantren sebagai lembaga pendidikan islam seharusnya menjadi pelepor dan penggerak umat islam. Santri yang melanggar peraturan dan tidak melaksanakan shalat berjama‟ah memeperlihatkan sikap dan perilaku yang kurang baik dalam kehidupan sehari-hari. Setiap ibadah yang diperintahkan atau dianjurkan di dalam ajaran Islam pasti memiliki kegunaan dan manfaat bukan hanya terhadap diri sendiri melainkan juga terhadap lingkungan sosialnya. Lalu dari prilaku ibadah yang benar muncul apa yang disebut “rahmat” bagi seluruh alam. Karenanya seorang muslim yang benar-benar mengamalkan ajaran agamanya akan
muncul sebagai pelita dalam kegelapan, penyejuk dalam kepenatan iklim sosial yang menggerahkan, dan sebagai juru damai dalam hiruk pikuknya perbagai perebutan kepentingan. Berdasarkan latar belakang diatas penulis mencoba untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Inensitas Mengikuti Pengajian Tafsir Jalalain Dan Sholat Berjama’ah Terhadap Sikap Sosial Santri Di Pondok Pesantren Edi Mancoro Gedangan Kec. Tuntang Kab. Semarang tahun 2015” B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan permasalahan penelitiaan ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana variasi tingkat intensitas santri dalam mengikuti kajian Tafsir Jalalain di Pondok Pesantren Edi Mancoro Desa. Gedangan Kec. Tuntang Kab. Semarang. 2. Baga imana variasi tingkat intensitas santri dalam melaksanakan shalat berjama‟ah di Pondok Pesantren
Edi Mandoro Desa. Gedangan Kec.
Tuntang Kab. Semarang. 3. Bagaimana variasi sikap sosial santri di Pondok Pesantren Edi Mancoro Desa. Gedangan Kec. Tuntang Kab. Semarang. 4. Adakah pengaruh intensitas mengikuti kajian tarsir jalalain terhadap sikap sosial santri di Pondok Pesantren Edi Mancoro Desa. Gedangan Kec. Tuntang Kab. Semarang.
5. Adakah pengaruh intensitas santri dalam melaksanakan shalat berjama‟ah terhadap sikap sosial di Pondok Pesantren Edi Mancoro Desa. Tuntang Kec. Tuntang Kab. Semarang. 6. Adakah pengaruh intensitas mengikuti pengkajian Tafsir Jalalain dan shalat berjama‟ah terhadap sikap sosial santri di Pondok Pesantren Edi Mancoro Desa. Gedangan Kec. Tuntang Kab. Semarang. C. Tujuan Penelitian Sebagai konsekuensi logis dari permasalahan pokok maka tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : a.
Untuk mengetahui variasi tingkat intensitas santri dalam mengikuti pengajian Tafsir Jalalain di Pondok Pesantren Edi Mancoro Desa gedangan Kec. Tuntang Kab. Semarang.
b.
Untuk mengetahui variasi tingkat intensitas santri dalam melaksanakan shalat berjama‟ah di Pondok Pesantren Edi Mancoro Desa gedangan Kec. Tuntang Kab. Semarang.
c.
Untuk mengetahui variasi tingkat sikap sosial santri di Pondok Pesantren Edi Mancoro Desa gedangan Kec. Tuntang Kab. Semarang.
d.
Untuk mengetahui pengaruh intensitas mengikuti kajian Tafsir Jalalain terhadap sikap sosial santri di Pondok Pesantren Edi Mancoro Desa gedangan Kec. Tuntang Kab. Semarang.
e.
Untuk mengetahui pengaruh intensitas melaksanakan shalat berjama‟ah terhadap sikap sosial santri di Pondok Pesantren Edi Mancoro Desa gedangan Kec. Tuntang Kab. Semarang.
f.
Untuk mengetahui pengaruh intensitas mengikuti pengkajian Tafsir Jalalain dan shalat berjama‟ah terhadap sikap sosial santri di Pondok Pesantren Edi Mancoro Desa Gedangan Kec. Tuntang Kab. Semarang.
D. Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah “jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empiris” ( Suryabrata 2003:21 ). Dari pengertian hipotesis diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah “Ada pengaruh yang singnifikan antara intensitas mengikuti kajian Tafsir Jalalain dan shalat berjama‟ah terhadap sikap sosial santri di Pondok Pesantren Edi Mancoro Desa Gedangan Kec. Tuntang Kab. Semarang”. Dengan kata lain semakin tinggi intensitas santri dalam mengikuti pengkajian dan shalat berjama‟ah semakin tinggi pula tingkat sikap sosial santri di pondok tersebut. E. Kegunaan Penelitian Adapun manfaat dari hasil penelitian ini adalah : a. Manfaat secara teoritis Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi yang jelas kepada masyarakat umum mengenai pengaruh intensitas mengikuti pengkaijan Tafsir Jalalain dan shalat berjama‟ah dengan sikap sosial santri di Pondok Pesantren Edi Mancoro Desa Gedangan Kec. Tuntang Kab. Semarang.
b. Manfaat secara praktik Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan contoh-contoh atau teladan dan pelajaran yang berharga bagi masyarakat dan khususnya terhadap para penuntut ilmu tentang bagaimana tata, aturan dan etika dalam menuntut ilmu dengan baik dan benar. F. Definisi operasional Untuk menghindari kemungkinan terjadi penafsiran yang berbeda dengan maksud utama penulis dalam mengunakan kata dalam judul penelitian ini perlu ada penjelasan beberapa istilah pokok maupun kata yang menjadi variabel penelitian. a. Intensitas mengikuti kajian kitab Tafsir Jalalain Intensitas menurut kamus besar bahasa Indonesia berarti “keadaan, tingkatan), intensinya (kuatnya, hebatnya, bergeloranya dan sebagainya” (Depdiknas 2002 : 438). Kajian berasal dari kata kaji yang berarti melakukan sesuatu untuk mendapatkan khasanah ilmu, pengajian adalah melakukan sesuatu untuk mengkaji dan mendapatkan pendidikan imu agama islam melalui tokoh agama. Kitab Tafsir Jalalain adalah kitab klasik yang dikarang oleh jalaluddin Al-Mahalli dan jalaluddin AsSuyuti. Jadi yang dimaksud intensitas mengikuti kajian kitab Tafsir Jalalain adalah seberapa seringnya santri mengikuti kajian kitab Tafsir Jalalain.
Untuk mengukur intensitas santri mengikuti kajian kitab Tafsir Jalalain maka ditentukan indikator sebagai berikut : a.
Selalu mengikuti kajian Tafsir Jalalain
b.
Selalu datang tepat waktu saat mengikuti kajian
c.
Selalu inten dalam mendengarkan dan memahami apa yang disampaikan kiai
d.
Selalu membuat catatan (memaknani kitab)
e.
Selalu membaca ulang apa yang telah ditulis saat kajian ketika waktu luang(Umar Faruq, 2007: 197)
b. Intensitas Sholat Berjama‟ah Intensitas menurut kamus besar bahasa Indonesia berarti keadaan, tingkatan, kuatnya, hebatnya, bergeloranya dan sebagainya (Depdiknas, 2002: 438). Secara lughowi atau arti kata shalat adalah do‟a, sedangkan menurut terminologi adalah serangkaian perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbirotul ikhrom dan diakhiri dengan salam. (Syarifudin, 2003: 20). Shalat diwajibkan Allah SWT atas setiap umat islam yang sudah akil baligh sebanyak lima kali dalam sehari semalam, yaitu shalat subuh, zhuhur, ashar, mahrib dan shalat iysa‟. Shalat wajib yang lima tersebut dianjurkan untuk dilakukan dengan secara berjama‟ah. Shalat jama‟ah terdiri dari dua kata yaitu shalat dan jama‟ah. Shalat menurut bahasa do‟a menurut syara‟ adalah beberapa ucapan dan
beberapa perbuatan yang diawali dengan takbirotul ikhrom dan diakhiri dengan salam. Berdasarkan pengertian di atas maka ketaatan menjalankan shalat berjama‟ah dapat diartikan keadaan dimana seseorang selalu melakukan shalat wajib dengan berjama‟ah sesuai syarat dan rukun yang telah ditentukan. „ibadah yang wajib dilaksanakan sehari lima waktu berjama‟ah artinya, berkumpul atau ramai-ramai dan bersama-sama.(Assawaf, 2007:41,303). Pengertian shalat berjama‟ah suatu perbuatan shalat yang dilakukan bersama-sama apabila dua orang bersama-sama melakukan shalat diantaranya seorang diantara mereka mengikuti yang lainnya maka keduanya dinamakan shalat berjama‟ah. Orang yang diikuti didepan disebut imam dan yang mengikuuti di belakang disebut makmum. (Abdullah, 2003:39). Banyak manfaat yang diambil ketika melaksanakan shalat berjama‟ah. Baik manfaat dunia maupun manfaat akhirat. Betapa indahnya jika shalat berjama‟ah ditegakkan. Berdasarkan pengertian di atas maka intensitas melaksanakan shalat berjama‟ah dapat diartikan keadaan dimana sesorang selalu melaksanakan shalat wajib dengan berjama‟ah. Adapun indikator-indikator intensitas shalat berjama‟ah adalah: a. Melakukan shalat tepat waktu b. Bila adzan dikumandangkan bergeges mengambil air wudlu c. Melaksanakan shalat sunah rawatib
d. Meluruskan shaf ketika melaksanakan shalat berjama‟ah e. Selalu melaksanakan shalat berjama‟ah dalam keadaan dan situasi apapun f. Aktif melaksanakan shalat berjama‟ah g. Berdzikir dan berdo‟a setelah selesai shalat berjama‟ah c. Sikap Sosial Dalam kamus bahasa Indonesia, sikap mempunyai arti perbuatan dan sebagainya yang berdasarkan pada pendirian. Sedangkan sosial yaitu berkenaan dengan masyarakat, suka memperhatikan kepentingan umum (Depdiknas, 2007: 1063 ). Menurut ilmu psikologi sikap adalah suatu hal yang menentukan sikap sifat, hakikat, baik perbuatan sekarang maupun perbuatan yang akan mendatang. Menurut Zimbardo dan Ebbesen, sikap adaah suatu predisposisi (keadaan mudah terpengaruh) terhadap seseorang, ide atau obyek yang berisi komponen-komponen cognitive, affective, dan behavior. Sedangkan menurut LL Thurstone orang dikatakan memiiki sikap positif terhadap suatu obyek psikologi bila ia suka atau memiliki sikap yang favorable, sebaliknya orang yang dikatakan memiliki sikap yang negatif terhadap obyek psikologi bila ia tidak suka atau sikapnya unfavorable terhadap obyek psikologi. Sikap sosial adalah kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang nyata, yang berulang-ulang terhdap obyek yang berkaitan dengan sosial (Ahmadi, 1999: 162). Sedangkan yang dimaksud dengan sikap sosial dalam penelitian ini adalah
kesadaran santri yang tercermin dalam perbuatan terhadap masyarakat sekitar. Sedangkan untuk mengukur sikap sosial seseorang terhadap sesama digunakan indikator sebagai berikut: a. Ketika bertemu selalu mengucapkan salam atau menjawabnya b. Berusaha menjenguk jika ada orang sakit c. Menyayangi sesama d. Rendah hati e. Selalu berprasangka baik f. Menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda g. Berusaha memaafkan kesalahan sesama (Salamulloh, 2008: 106-130). G. Metode Peneitian Metode penelitian adalah ajaran mengenai metode metode yang digunakan dalam proses penelitian (Kartono, 1990: 20). Dalam penulisan ini, penulis akan mengunakan metodologi yang akan penulis jabarkan dibawah ini : 1. Pendekatan dan rancangan penelitian Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif yang bersifat korelasional, untuk mengetahui setiap variabel penelitian menggunakan analisis statistic prosentase dan teknik analisis regresi untuk mnegetahui besarnya pengaruh antar variabel.
2. Lokasi dan Waktu Penelitian Adapun lokasi penelitian ini bertempat di Pondok Pesantren Edi Mancoro Desa. Gedangan Kec. Tuntang Kab. Semarang. Pelaksanaan penelitian ini berlangsung 05 April 2015 Sampai 08 Juni 2015. 3. Populasi dan Sampel a. Populasi Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian ( Arikunto, 2010: 173). Maksud dari populasi dalam penelitian ini adalah keseluruh santri Pondok Pesantren Edi Mancoro Desa Gedangan Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang, dalam wilayah penelitian yang nantinya akan menjadi subjek peneliti. Adapun jumlah seluruh santri adalah 105 santri. b. Sampel Sampel adalah bagian dari populasi. (Hadi, 1994: 221). Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan random sampling dimana semua populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel. Arikunto (1998: 117) menyatakan apabila jumlah populasi lebih dari 100, maka sampel dapat diambilantara 1015% atau 20-25% atau lebih. Adapun sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah 30 santri 4. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, penulis memilih metode penelitian sebagai berikut :
a. Angket atau Kuesioner Angket adalah “sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ketahui” (Arikunto, 1998: 128) Dalam penelitian ini penulis menggunakan angket tertutup, sehingga responden tinggal menjawab pertanyaan yang telah disediakan. Metode angket dalam penelitian ini digunakan untuk mendapatkan data tentang pengaruh intensitas mengikuti pengajian Tafsir Jalalain dan shalat berjama‟ah terhadap sikap sosial santri di Pondok Pesantren Edi Mancoro Desa gedangan Kecamatan tuntang Kabupaten Semarang tahun 2015 b. Dokumentasi Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, ledger, agenda dan sebagainya (Arikunto, 1998: 236). Dokumentasi
dalam
penelitian
ini
digunakan
untuk
mengumpulkan data berupa foto-foto kegiatan, keadaan pondok dengan mengambil yang telah ada di Pondok Pesantren serta gambaran, keadaan, lokasi, dan sarana pra-sarana yang ada di Pondok Pesantren Edi Mancoro, Desa Gedangan, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang tahun 2014.
5. Instrument Penelitian Instrument penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang akan diteliti. Instrument yang diperlakukan dalam peneitian ini adalah lembaran angket yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh intensitas menikuti pengkaijian Tafsir Jalalain dan shalat berjama‟ah terhadap sikap sosial santri. Angket dirancang dalam 30 pertanyaan ditunjukan untuk para santri Pondok Pesantren. Setiap item ditentukan dengan skor 1-3 dengan pengkatagorian bobot yang peneliti tetapkan adalah : -
Untuk pilihan (a) bobot nilai 3
-
Untuk pilihan (b) bobot nilai 2
-
Untuk pilihan (c) bobot nilai 1 Skor 3 berarti baik, skor 2 berarti cukup, skor 1 berarti kurang.
Angket yang dijawab dilakukan pengkatagorian pengaruh intensitas mengikuti pengkajian Tafsir Jalalain dan shalat berjama‟ah terhadap sikap sosial santri. 6.
Analisis Data Dalam skripsi ini penulis menggunakan analisis data, yaitu data yang terkumpul selama penilaian berjalan, dianalisis guna menjawab permasalah-permasalahan yang telah diajukan sebelumnya. Adapun cara menganalisis data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah : a. Analisis Pendahuluan Setelah semua data yang dibutuhkan terkumpul, langkah berikut yang dilakukan adalah mengadakan analisis terhadap semua
data yang telah terkumpul. Cara yang ditempuh peneliti adalah memberikan skor untuk setiap jawaban peritem soal dari angket yang telah disebarkan kepada para responden. Kemudian seluruh skor dijumlahkan secara keseluruhan, dan dianalisis secara statistic. Dari hasil penelitian kemudiian dibuat tiga katagori, yaitu tinggi (baik), sedang (cukup baik), rendah (kurang baik). b. Analisis Uji Hipotesis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknis analisis korelasi berganda (multiple regression analisis) dengan bantuan SPSS 16.0 for windows. Dalam penelitian ini analisis korelasi untuk mengetahui pengaruh intensitas mengikuti pengkajian Tafsir Jalalain (X1) dan shalat berjama‟ah (X2) terhadap sikap sosial santri (Y). Analisis regresi ganda bertujuan untuk meramalkan nilai pengaruh dua atau lebih variabel bebas terhadap satu variabel terikat. Angket probabilitas hasil analisa ≤ 0,05 maka hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis kerja (Hk) diterima. Langkah-langkah menganalisis menggunakan SPSS 16 for windows adalah sebagai berikut : a. buka lembar kerja SPSS b. buat semua keterangan variabel dari variabel view c. klik data view dan masukan data d. lakukan analisis dengan cara : klik analize-regression-lincer. Kemudian akan muncul dialog. Selanjutnya isilah kotak menu
dependent dengan variabel terikat, yaitu variabel Y dan kotak menu independent dengan variabel bebas, yaitu X1, X2. e. selanjutnya ketik kotak menu statistics. Pilih Estimates, Descriptives, dan model fit lalu ketik continue. f. kotak menu plost, berfungsi untuk menampikan grafik pada analisis regresi. Klik kotak menu plots, kemudian klik normal probability plot yang terletak pada kotak menu standardized residuel plost. Selanjutnya klik continue. g. setelah klik continue klik ok, beberapa saat kemudian akan keluar outputnya. H. Sistematika Penulisan Bab I
PENDAHULUAN Pada bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II
KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini diuraikan berbagai pembahasan teori yang menjadi landasan teoritik penelitian, khususnya berkaitan dengan variabel penelitian, yaitu pengaruh hubungan intensitas mengikuti kajian Tafsir Jalalain dan shalat berjama‟ah dengan sikap sosial santri Pondok Pesantren Edi Mancoro Desa Gedangan Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun 2014.
Bab III
HASIL PENELITIAN Secara garis besar, bab ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian gambaran umum lokasi penelitian dan penyajian data. 1.
Gambaran Umum Lokasi Penelitian Pada bagian ini berisi tentang gambaran umum tempat penelitian meiputi sejarah singkat, letak geografis, profil, visi, misi, motto, jadwal keseharian pondok dan lain-lain.
2.
Penyajian Data Bagian ini berisi urain tentang karakteristik tiap-tiap variabel, berupa skor atau nilai yang diperoleh melalui instrument penelitian.
Bab VI
ANALISIS DATA Isi dari bab ini meliputi analisis terhadap tiap-tiap variabel, pengujian hipotesis, dan pembahasan hasil uji hipotesis.
Bab V
PENUTUP Dalam bab ini berisi kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran.
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Tafsir Jalalain 1. Pengertian Kitab Tafsir Jalalain Kitab adalah buku yang berisi segala sesuatu yang bertalian dengan agama (Poerwadarminta, 2006: 602). Sedangkan Tafsir ditinjau dari bahasa nerupakan bentuk isim masdar (kata benda abstrak) dari fassara-yufassiru-tafsiran yang berarti pemahaman, penjelasan, dan perincian. Dan menurut istilah dapat diartikan sebagai suatu hasil pemahaman manusia(baca : mufassir)terhadap alQur‟an yang dilakukan dengan mengunakan metode atau pendekatan tertentu yang dipilih oleh mufassir, dan dimaksudkan untuk memperjelas suatu makna teks ayatayat al-Qur‟an. (Abdul Mustaqim, 2003: 02). Disebut kitab Tafsir Jalalain karena kitab itu dikarang oleh dua ulama besar yang memiliki kesamaan nama yaitu imam jalaludin al-mahalli dan imam jalaludin as-suyuthi. Kitab Tafsir Jalalain membahas tentang bagaimana penafsiran dalam ayat-ayat al-Qur‟an yang baik dan benar sesuai dengan metode dan pendekatan tertentu, misalnya pendekatan filsafat, maka akan melahirkan produk penafsiran yang bercorak filosofis. Jika al-qur‟an ditafsirkan mengunakan pendekatan sufistik, maka akan menghasilkan tafsir yang kental dengan aroma sufistiknya. Adapun biografi kedua pengarang tersebut sebagai berikut. (Abdul Mustaqim, 2003: 0203). Kitab tafsir jalalain merupakan kitab klasik yang dikarang oleh dua ulama besar ahli tafsir dan mempunyai kesamaan nama yaitu jalaludin yang dimulai oleh imam jalaludin al-mahalli. Pada saat itu beliau menulis dari awal surat sampai surat al-Isra‟. Pada saat itu beliau meninggal dunia dan tidak bisa melanjutkan karyanya,
dan kemudian dilanjutkan beliau imam jalaludi as-Shuyuthi yaitu dari surat alKahfi sampai selesai. Adapun biografi kedua beliau akan dijelaskan dibawah ini. Nama lengkap beliau adalah Muhammad bin Ahmad bin Ibrahim bin Ahmad bin Hashim al-Jalal, Abu Abdillah bin al-Syihab, Abi al-Abbas bin alKamal al-Ansari, al-Mahalli, al-Qahiri, al-Syafii. Gelar al-Mahalli merupakan nisbatnya kepada sebuah Bandar mesir terkenal yang disebut al-Mahallah al-Kubra al-Gharbiyah. Beliau dilahirkan di mesir pada bulan syawal tahun 791 H dan wafat pada tahun 864 H di mesir, dan dimakamkan di sana juga. Jalaluddin Al-Mahalli adalah seorang mufasir (ahli tafsir) berkebangsaan Mesir. Ia lebih dikenal dengan julukan Jalaluddin Al-Mahalli yang berarti orang yang mempunyai keagungan dalam masalah agama. Sedangkan sebutan Al-Mahalli dinisbahkan pada kampung kelahirannya, Mahalla al-Kubra, yang terletak di sebelah barat Kairo, tak jauh dari Sungai Nil. Sejak kecil tanda-tanda kecerdasan sudah menonjol pada diri Mahalli. Beliau ulet menyerap berbagai ilmu, mulai dari tafsir, ushul fikih, teologi, fikih, matematika, nahwu dan logika. Mayoritas ilmu tersebut dipelajarinya secara otodidak, hanya sebagian kecil yang diserap dari ulama-ulama salaf pada masanya, seperti al-Badri Muhammad bin al-Aqsari, Burhan al-Baijuri, A‟la al-Bukhari dan Syamsuddin bin al-Bisati. Selain menulis kitab Tafsir Jalalain, beliau juga menulis berbagai macam kitab, diantara karya-karya beliau yaitu sebagai berikut : a. Kanzur Roghibin b. Syarh al Minhaj c. Al badrut tholi‟ fi hilli jam‟il jawami‟ d. Syarh Waroqot
e. Al anwar al mudli‟ah f. Al qoulul mufid fi an Nailis sa‟id g. At Thib an-nabawi Sedangkan nama lengkap imam jalaludin as-Suyuthi yaitu Jalaluddin Abdur Rahman bin Abu Bakar bin Muhammad bin sabiq ad-Din al Khudlairy asSuyuthi. Beliau dilahirhan pada bulan rojab tahun 849 H. Dan meninggal pada malam jum‟at, tanggal 19 Jumadil Ula tahun 911 H. Ketika As-Suyuthi masih berumur 5 tahun, ayahnya meninggal dunia. Walaupun begitu beliau tetap memiliki semangat tinggi dan kecerdasan yang luar biasa dalam menuntut ilmu. Maka tidaklah mengherankan jika beliau mampu menhafal Al-Qur‟an ketika usianya belum genap 8 tahun, kemudian beliau juga mampu menghafal kitab Al-Umdah, Minhaj Al-Fiqih, dan Alfiyah Ibnu Malik. Selain tekun belajar, beliau juga rajin beribadah dan berdo‟a. Tak sekalipun As-Suyuthi membuang waktu ketika menuntut ilmu. Suatu ketika, beliau menunaikan ibadah haji dan meminum air zam-zam, lalu berdo‟a agar ilmunya dalam bidang fiqih setingkat Al-Baqillani dan dalam bidang hadits selebar dengan Ibnu Hajar Al-Asqalani. Dalam pengembaraannya mencari ilmu, As-Suyuthi singgah ke beberapa negeri seperti Syam, Hijaz, Yaman, India dan Maroko. Beliau termasuk ulama yang sangat produktif dalam berkarya, beliau memiliki ratusan kitab dalam berbagai bidang keilmuan. Adapun di antara karyakarya beliau yaitu : a. Al-Itqan fi Ulum Al-Qur’an b. Ad-Durr Al-Manshur fi At-Tafsir bil-Ma’tsur c. Tarjuman Al-Qur’an fi At-Tafsir Al-Musnad d. Asrar At-Tanzil e. Lubab An-Nuqul fi Asbab An-Nuzul
f. Mufhamat Al-Qur’an fi Mubhamat Al-Qur’an g. Al-Hasyisyah fi Tafsir Al-Baidhawi
2. Metode dan Pendekatan Al-Qur’an Menurut Said Agil(1999: 71-78) metode dan corak pendekatan penafsiran al-Qur‟an ada lima macam yaitu sebagai berikut ini : a. Metode tafsir tahlili Ialah mengkaji ayat-ayat al-Qur‟an dari segala segi dan maknanya, ayat demi ayat dan surat demi surat, sesuai dengan urutan dalam mushaf Utsmani. Untuk itu, pengkajian metode ini kosa kata dan lafazh, menjelaskan arti yang dikehendaki, sasaran yang dituju dan kandungan ayat, menjelaskan apa yang dapat diistinbathkan dari ayat serta mengemukakan kaitan antara ayat-ayat dan relevensinya dengan surat sebelumnya dan sesudahnya. Untuk itu, ia merujuk kepada sebab-sebab turun ayat, hadist Rasulullah saw. Dan riwayat dari para sahabat dan tabi‟in. Metode tahlili adalah metode yang dipergunakan kebanyakan ulama pada masa-masa dahulu. Akan tetapi, di antara mereka ada yang mengemukakan kesemua hal tersebut di atas dengan panjang lebar (ithnab), ada yang dengan singkat (I‟jaz), dan ada pula yang mengambil langkah pertengahan (musawah). Mereka sama-sama menafsirkan al-Qur‟an dengan mengunakan metode tahlili, tetapi dengan corak yang berbeda. Para ulama membagi wujud tafsir al-Qur‟an dengan metode tahlili kepada tujuh macam, yaitu: Tafsir bi al-Ma‟tsur, tafsir bi al-Ra‟yi, tafsir shufi, tafsir fikih, tafsir falsafi, tafsir ilmi, tafsir adabi. b. Metode tafsir ijmali
Tafsir ijmali yaitu, penafsiran al-Qur‟an dengan uraian singkat dan global, tanpa uraian panjang lebar. Mufassir menjelaskan arti dan makna ayat dengan uraian singkat yang dapat menjelaskan sebatas artinya tanpa menyinggung hal-hal selain arti yang dikehendaki. Hal ini dilakukan terhadap ayat-ayat al-Qur‟an, ayat demi ayat dan surat demi surat, sesuai urutannya dalam mushaf dalam kerangka uraian yang mudah dengan bahasa dan cara yang dapat dipahami orang yang pintar dan orang yang bodoh dan orang pertengahan antara keduanya. Kadangkala mufassir dengan metode ini menafsirkan al-Qur‟an dengan lafazh al-Qur‟an, sehingga pembaca merasa bahwa uraian tafsirannya tidak jauh dari konteks al-Qur‟an. Kadangkala pada ayat-ayat tertentu ia menunjukkan sebab turunnya ayat, peristiwa yang dapat menjelaskan arti ayat. Mengemukakan hadist rasulullah atau pendapat ulama yang saleh. Dengan cara demikian, dapatlah diperoleh pengetahuan yang sempurna dan sampailah ia pada tujuannya dengan cara mudah serta uraian yang singkat dan bagus. c. Metode tafsir muqaran Yaitu metode yang ditempuh seorang mufassir dengan cara mengambil sejumlah ayat al-Qur‟an, kemudian mengemukakan penafsiran para ulama tafsir terhadap
ayat-ayat
itu,
dan
mengungkapkan
pendapat
mereka
serta
membandingkan segi-segi dan kecenderungan masing-masing yang berbeda dalam penafsiran al-Qur‟an. Kemudian ia menjelaskan bahwa diantara mereka ada yang corak penafsirannya ditentukan oleh disiplin ilmu yang dikuasinya. Ada diantara mereka yang menitikberatkan pada bidang nahwau, yakni segi-segi I‟rab, seperti imam al-Zarkasyi. Ada yang corak penafsirannya ditentukan oleh kecenderungan kepada bidang balaghah, seperti Abd al-Qahhar al-Jurjany dalam
kitab tafsirnya I‟jal al-Qur‟an dan Abu Ubaidah Ma‟mar ibn al-Mutsanna dalam kitab tafsirnya al-Majaz di mana ia memberikan perhatian pada penjelasan ilmu ma‟any, bayan, badi‟, haqiqat, dan majaz. Seorang mufassir dengan metode muqaran dituntut harus mampu menganalisis pendapat-pendapat para ulama tafsir yang ia kemukakan, lalu ia harus mengambil sikap menerima penafsiran yang dinilai benar dan menolak penafsiran yang tidak dapat diterima rasionya, sehingga pembaca merasa puas. Selain rumusan sebagaimana dikemukakan di atas, metode tafsir muqaran mempunyai pengertian an lapangan yang luas, yaitu membandingkan antara ayat-ayat al-Qur‟an yang berbicara tentang satu masalah (kasus) atau membandingkan antara ayat-ayat al-Qur‟an dengan hadist-hadits nabi yang tampaknya (lahiriyahnya) berbeda serta mengkompromikan dan menghilangkan dugaan adanya pertentangan antara hadist-hadits Rasulullah Saw. Dan kajiankajian lainnya yang sangat berharga, yang dengan itu akan tampak jelas kelebihan dan profesionalisme seorang mufassir pada bidangnya dengan kemampuan
menggali
makna-makna
al-Qur‟an
yang
belum
berhasil
diungkapkan penafsir(mufassir) lainnya. d. Metode tafsir maudhu‟i Metode tafsir maudhu‟i (tematik) yaitu metode yang ditempuh seorang mufassir dengan cara menghimpun seluruh ayat-ayat alQur‟an yang berbicara tentang satu masalah/ tema (maudlu) serta mengarah kepada satu pengertian dan satu tujuan, sekalipun ayat-ayat itu turunnya berbeda, tersebar pada berbagai surat dalam al-Qur‟an dan berbeda pula waktu dan tempat turunnya. Kemudian ia menentukan ayat-ayat itu sesuai dengan masa turunnya, mengemukakan sebab turunnya sepamjang hal itu dimungkinkan( jika ayat-ayat
itu turun karena sebab tertentu), menguraikannya dengan sempurna menjelaskan makna dan tujuannya, mengkaji terhadap seluruh segi dan apa yang dapat diistinbatbkan darinya, segi I‟rabnya, unsur-unsur balaqhahnya, segi-segi I‟jaznya, (kemu‟jizatannya) dan lain-lain, sehingga satu tema dapat dipecahkan secara tuntas berdasarkan seluruh ayat al-Qur‟an itu dan oleh karenanya, tidak diperlukan ayat-ayat lain. Selain itu, ada cara lain dari tafsir maudhu‟i dan cara ini kurang penting dibandingkan cara pertama di atas, yaitu penafsiran yang dilakukan seorang mufassir dengan cara keseluruhan, dan awal sampai akhir surat. Kemudian ia menjelaskan tujuan-tujuannya yang khusus dan umum dari surat itu, sehingga jelas surat itu merupakan satu rantai persatuan. e. Metode tafsir bi al-Ma‟tsur Yaitu penafsiran al-Qur‟an terhadap sebagian ayat sebagai penjelasan, dan yang diriwayatkan dari rasul Saw, dari sahabat-sahabat, dari tabi‟in, yang kesemuanya sebagai keterangan dan penjelasan bagi maksud allah dari nash-nash kitab al-Qur‟an. Ada perselisihan diantara mufassir : apakah riwayat dari tabi‟in mendekati tafsir bi al-Ma‟tsur atau tafsir penalaran. Bebagai pendapat mayoritas menyatkan: bahwa tafsir dari riwayat tabi‟in adalah juga dalam kategori tafsir bi al-Ma‟tsur, karena mereka hidup dan bergaul dengan para sahabat nabi. Di samping itu, para tabi‟in adalah orang-orang dahulu yang baik-baik yang dapat julukan dari nabi sebagai generasi yang terbaik, sehingga dalam kitab tafsir ibnu jarir tidak saja dicantumkan riwayat Rasul Saw, sahabat, tetapi juga riwayat dari tabi‟in.
Dari urain diatas dapat di simpulkan menurut penulis, Tafsir Jalalain memilih mengunakan pendekatan teori dengan menggunakan pendekatan teori tahlili yaitu penafsirannya dari kata demi kata dan ayat demi ayat. 3. Sistematika Penulisan Kitab Tafsir Jalalain Kitab Tafsir Jalalain dibagi atas dua juz atau jilid, dimana jilid pertama ditulis oleh imam jalaludin Al-Mahali, dan jilid kedua ditulis oleh imam jalaludin As-Shuyuthi. Adapun sistematika kitab Tafsir Jalalain yaitu dimulai dengan pendahuluan, dan dilanjutkan penafsiran surat Al-Baqarah sampai surat Al-Isra‟ kemudian dilanjutkan oleh imam jalaludin As-Shuyuthi sampai selesai yaitu dari surat Al-Kahfi sampai surat Al-Fatikah. B. Shalat Berjama’ah
1. Definisi Shalat Shalat menurut bahasa berarti berdo‟a memohon kebaikan. Kebaikan segala perihal kehidupan, Adapun menurut ahli fiqih berarti “perkataan dan perbuatan-perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbirotul ihrom dan diakhiri salam” (Sunarto, 2002: 148) Shalat merupakan rukun islam yang kedua dan sangat ditekankan (utamakan) sesudah dua kalimat syahadat. “shalat adalah penghubung antara hamba dengan robbnya.”(shalihut saimin, 2003: 13). Hamba membutuhkan sarana untuk dapat memanjatkan rasa pengabdian dan ketaatan yang berarti tunduk kepada Allah Swt melalui shalat. Shalat merupakan salah satu kewajiban bagi kaum muslimin yang harus dikerjakan baik bagi mukminin maupun dalam perjalanan. Islam didirikan atas lima sandi (tiang) salah satunya adalah sahlat, sehingga barang siapa yang mendirikan shalat, maka ia mendirikan agama (islam), dan barang siapa
menginggalkan shalat, maka ia meruntuhkan agama (islam), shalat harus didirikan dalam satu hari satu malam sebanyak lima kali, berjumlah 17 rakaat. Shalat tersebut merupakan wajib yang harus dilaksanakan tanpa kecuali bagi muslim sehat maupun sakit. Shalat dalam pengertian bahasa arab adalah “doa memohon kebaikan dan pujian” (Aliy dan Hidayat, 1996: 37). Arti ini terdapat dalam surat At-Taubah ayat 103
Artinya: “ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan[658] dan mensucikan[659] mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui”. Pengertian shalat secara syar‟i adalah beberapa ucapan dan beberapa perbuatan yang dimulai dengan takbir, disudahi dengan salam, dalam rangka beribadah kepada Allah Swt. Menurut syarat-syarat dan rukun yang telah ditentukan.” (Aly dan hidayat, 1996: 37). Shalat merupakan salah satu aktifitas jiwa (soul) yang termasuk dalam kajian ilmu psikologi transpersonal, karena shalat dalam proses perjalanan spirituan yang penuh makna yang dilakukan setiap manusia untuk menemui tuhan semesta alam. “shalat dapat menjernihkan jiwa untuk mencapai taraf kesadaran yang lebih tinggi (altered states of continous) dan pengalaman puncak (peak experience)” sangkan, 2006: 7). Shalat adalah anugrah terbesar dari Allah Swt kepada umat manusia, kepada siapa saja yang dengan rendah hati memiliki keinginan untuk melakukannya. Umat islam melaksanakan shalat wajib lima waktu karena hukumnya adalah fardu ain, diwajibkan bagi semua muslim yang balik dan
berakal, baik laki-laki maupun perempuan, suci dari hadats dan najis. Shalat lima waktu dalam sehari diwajibkan oleh Allah Swt kepada orang-orang guna mensucikan jiwa, membersihkan hati dan menjadikan mereka selalu bersama Allah Swt yang maha tinggi lagi maha besar dalam keterikatan dan ingatan yang abadi.
2. Dasar hukum Tentang Shalat Mengenai dalil kewajiban melaksanakan shalat, Allah Swt, berfirman:
Artinya: “Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.”(Q.S an-Nisa’: 103) (depag, 2007: 95) Allah Swt juga berfirman
Artinya: “dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S al-Ankabut: 45) (depag, 2007: 401)
3. Syarat Sah Shalat Syarat sah sholat adalah suatu perkara yang harus dipenuhi sebelum melakukan sholat. Ada delapan syarat yang harus dipenuhi oleh orang yang akan melaksanakan shalat agar shalatnya sah, adapun syarat syah shalat adalah sebagai berikut: a. Beragama islam b. Tamyis (berakal dan balgh) c. Menutup aurat d. Menghadap kiblat e. Mengetahui waktunya masuk shalat f.
Suci dari hadas, baik kecil maupun besar
g. Suci dari najis, baik badan, pakaian maupun tempat shalat h. Mengetahui tatacara shalat. Maksudnya mengerti dan bisa membedakan mana yang rukun dan sunah shalat Shalat seseorang akan menjadi sah apabila sudah memenuhi delapan syarat sah tersebut.
4. Rukun Shalat Rukun adalah sesuatu yang tidak boleh ditinggal dan apabila ditinggalkan, maka ibadahnya tidah sah. Rukun sholat ada lima belas. Hitungan ini menggunakan thoma‟ninah (tenang) yang dalam empat kondisi (pada waktu ruku, iktidal, sujud dan duduk diantara dua sujud) menjadi satu rukun, karena satu jenis. Jadi jika keempat thoma‟ninah itu tidak dijadikan satu, maka jumlah rukun shalat ada delapan belas. Berikut adalah rukun shalat itu: a. Niat b. Takbiratul ikhram c. Membarengkan niat dengan takbiratul ihram d. Berdiri bagi orang yang mampu e. Membaca surat al-Fatikah f.
Ruku‟
g. Iktidal h. Sujud i.
Duduk diantara dua sujud
j.
Thuma‟ninah
k. Tasyahud akhir l.
Membaca shalawat kepada nabi
m. Salam yang pertama n. Duduk untuk tiga rukun yang terakhir o. Tertib
Dalam bukunya Abdurrahman, 2006:72 rukun tersebut adalah untuk menyempurnakan shalat, sehingga wajib hukumnya untuk melakukannya dalam shalat. Orang yang tidak melaksanakan salah satu rukun tersebut maka shalatnya tidak syah atau batal.
5. Pengertian Shalat Berjama’ah Shalat berjama‟ah merupakan perintah Allah Swt. Umat islam yang mengerjakan termasuk manusia ciptaan Allah Swt yang bertaqwa, yaitu melaksanakan perintah Allah Swt. Allah Swt memerintahkan kaum muslimin untuk mendirikan shalat yang dilakukan bersama-sama berdasarkan firman Allah yang terdapat dalam Al-Qur‟an. Al-Qur‟an menjadi dasar utama dan pertama pengambilan hukum dalam islam. Dalam surat Al baqoroh ayat 43 memberikan landasan hukum yang jelas untuk melaksanakan shalat berjama‟ah (bersama-sama). Menurut hamka dalam buku Al-Azhar “ruku‟lah beserta orang-orang yang ruku‟. Bawalah diri ketengah masyarakat pergilah berjama‟ah.” (Amrullah, 1982: 190). Dalam tafsir yang lain “ruku‟lah beserta orang-orang yang ruku‟ dan kerjakanlah shalat dengan berjama‟ah. Tuhan mendorong kita untuk menegakkan shalat dengan berjama‟ah, karena dengan shalat berjama‟ah terhimpun jiwa (orang) untuk bersama-sama memunajat (berkomunikasi) kepada Allah, sekaligus untuk mewujudkan kerukunan dan sikap saling tolong menolong antara mukmin. Akan terbuka kesempatan untuk melakukan musyawarah untuk memecahkan permasalahan bersama demi demi kemaslahatan dan kemajuan (Shidieqy, 2002: 98).
6. Tujuan Shalat Berjama’ah Menurut Al-Qathani, 2006: 15, tujuan shalat berjama‟ah yaitu melaksanakan perintah Allah, makna agama dari syiar islam, amalan yang paling utama adalah shalat yang dikerjakan pada tepat waktunya membiasakan
kedisplinan dan memperbaiki penampilan. Adapun penjelasannya sebagai berikut: a. Melaksanakan Perintah Allah Swt Pelaksanaan shalat berjama‟ah mengandung makna pelaksanaan perintah Allah, sebagai bentuk ibadah yang dilaksanakan oleh orang yang beriman. b. Makna Agama Demi Syiar Islam Shalat berjama‟ah merupakan makna dari pelaksanaan agama, syiar islam, serta bukti terbesar bagi manusia yang menunjukan dia muslim. c. Amalan yang Paling Utama Adalah Shalat yang Dikerjakan Tepat Waktu Dan Selalu Menjaganya Faedah shalat berjama‟ah yang lain adalah menjadikan terlaksananya shalat tepat pada awal waktu, atau paling tidak pada waktu yang semestinya. Ini merupakan bagian dari amal yang paling utama di sisi Allah Swt. d. Membiasakan Kedisiplinan Faedah shalat berjama‟ah yang lainnya adalah menjaga kedisiplinan dan hidup teratur. Pelajaran ini diambil dari sikap megikuti imam dalam takbir dan perpindahan dari satu gerakan shalat kegerakan yang berikutnya. Tidak mendahuluinya atau melambatkan diri darinya, atau bersamaan dengannya. Jadi seorang makmum tidak boleh mendahului imamnya. e. Memperbaiki Penampilan Pelaksanaan shalat berjama‟ah biasanya juga menjadikan seorang muslim memperhatikan penampilannya, sehingga berusaha untuk tampil sebaik mungkin dengan pakaian yang bersih dan aroma yang harum, sebab ia bertemu dan berkumpul dengan saudara-saudaranya, baik di waktu siang,
atau malam disetiap kali melakukan kewajiban shalat menghadap sang khaliq. f.
Dakwah Nyata Kepada Kebaikan Dan Saling Berlomba Dalam Melaksanakan Ketaatan Kepada Allah Swt. Keluar rumah atau berangkat kemasjid untuk menghadiri shalat berjama‟ah merupakan dakwah alamiah yang nyata, untuk menunaikan ibadah ini dan menjaganya, demikian juga, “pelaksanaan shalat berjama‟ah akan mendorong para jama‟ah untuk saling berlomba dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah dengan penuh kesungguhan dan keikhlasan, ketika diantara sesama berjama‟ah saling memperhatikan ibadah yang dilaksanakan orang lain (Al-Qothani, 2006: 16-19). Maka setiap mukmin wajib mendirikan shalat berjama‟ah tepat pada waktunya sebagaiman yang disyariatkan Allah Swt kepada rosul SAW.
7. Aturan Dalam Melaksanakan Shalat Berjama’ah Imam dan makmum adalah sebutan bagi orang mukmin yang megerjakan shalat secara berjama‟ah. Shalat yang dilakukan secara bersama-sama membutuhkan tata aturan, supaya pelaksanaan sesuai dengan ajaran islam. Umat islam wajib mengambil hukum ibadah sesuai dengan Al-Qur‟an dan Hadist yang shahih. Sabda rasullah Saw “shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat.” (Jamil zainu, 1998: 66). Amal ibadah menjadi sah dan tertib jika didasarkan pada perintah ajaran dalam islam dan sesuai tata tertib. Sehingga diharapkan tujuan dan makna ibadah tersebut dapat dicapai, maka tata tertib mendirikan jama‟ah harus diketahui, baik tata tertib sebagai imam maupun sebagai makmum. Tata tertib shalat berjama‟ah menyangkut sifat imam dan sikap makmum.
Syarat untuk menjadi imam hendaknya mempunyai sifat-sifat sebagai berikut ini : a. Imam berjama‟ah menunaikan amalan-amalan Allah Swt, yakni memelihara diri dari fusuq (kefasikan). b. Imam fasih, keras dalam pembacaan Al-Qur‟an (Al-Fatikah, surah dan dzikir) dalam dalam menunaikan shalat berjama‟ah. c. Islam, baliq, berakal, laki-lakitulen, sehat, suci dari hadast dan nifas (Qhotani, 2006: 327-329). Adapun aturan atau adab imam dalam shalat berjama‟ah adalah sebagai berikut: a. Imam (laki-laki) “hendaklah berdiri ditengah shaf dan dibelakangnya orangorang dewasa” (Rahbawi, 2001: 322-326). b. Berniat menjadi imam dan tidak ada dinding yang menghalangi imam dan makmum. c. Mengetahui hukum-hukum shalat antara lain mengetahui yang mengesahkan shalat dalam segala sudut karena itu tidak sah diikuti orang-orang tidak sedikit juga mengetahui ilmu fiqih di sini ialah mengetahui hukum-hukum bersuci dan hukum shalat.
8. Keutamaan Dalam Shalat Berjama’ah Setiap ibadah mempunyai nilai keutamaan bagi mukmin yang mendirikannya. Bentuk pahala dan sanjungan dari Allah Swt. Shalat berjama‟ah mempunyai beberapa keutamaan adalah sebagai berikut : a. Shalat berjama‟ah akan mendapatkan pahala ibadah haji, berada dalam jaminan Allah Swt, mendapatkan jamuan surga setiap kali ia pergi pada pagi dan petang hari.
b. Shaf yang pertama dan sebelah kanan shaf pertama seperti shaf para malaikat, makmun yang mengucapkan amin bersama imam maka akan diampuni dosanya dan dikabulkan do‟anya oleh Allah Swt. c. Allah Swt akan meninggikan derajat bagi orang yang menjalankan shalat berjama‟ah yaitu 27 derajat, daripada shalat sendirian. Melaksanakan shalat isya‟ berjama‟ah sama nilainya dengan shalat setengah malam dan shalat subuh berjama‟ah sama halnya seperti shalat semalam suntuk, dan malaikat yang berkumpul diwaktu asar beristihfar untuk orang yang berjama‟ah asar (Ilahi, 2004: 8-9).
9. Kewajiban Shalat Berjama’ah Kewajiban shalat berjama‟ah berdasarkan pada hukum Al-Qur‟an dan hadits. Sehingga perlu diketahui dan dikaji secara mendalam, supaya lebih jelas dan tepat. Fadla Ilahi dalam buku “Menggugat kesunatan shalat berjama‟ah” menyusun beberapa dasar hukum kewajiban yang berdasarkan dari Al-Qur‟an dan As-Sunnah. Beberapa kewajiban tersebut yaitu : a. Ancaman Allah Swt sebab meninggalkan shalat berjama‟ah b. Tidak adanya keringanan yang diberi nabi untuk meninggalkan shalat berjama‟ah c. Keinginan nabi SAW membakar rumah-rumah yang enggan menunaikan shalat berjama‟ah d. Akibat buruk bagi orang “yang tidak bertanggung jawab seruan untuk sujud” (Ilahi, 2004: 10).
10. Manfaat Shalat Berjama’ah Shalat sebagai mekanisme untuk mengingat sifat-sifat mulia yang dimiliki oleh sang pencipta jiwa manusia. Shalat sebagai ritual, lembaga dan
komitmen besar bagi pribadi dan bersama pada ketertiban, ketetapan waktu, perubahan dan kesatuan. Shalat berjama‟ah mempunyai pengaruh positif. Orang muslim yang mendirikan shalat berjama‟ah akan menemukan makna kehidupan. Adapun pengaruh mendirikan shalat berjama‟ah adalah sebagai berikut: a. Pengaruh Dalam Aspek Spiritual Aspek spirituan adalah hubungan antara hamba dengan Allah Swt. Sehingga mempunyai nilai tinggi berdasarkan firman Allah. 1) Allah Swt telah mensyariatkan pertemuan bagi umat ini pada waktuwaktu tertentu diantaranya adalah yang berlangsung dalam satu hari satu malam. Misalnya shalat lima waktu. Sebagai sarana untuk menjalin hubungan, yaitu kebaikan, kasih sayang, dan penjagaan, juga dalam rangka membersihkan diri sekaligus dakwah kejalan Allah Swt, baik dalam bentuk ucapan maupun perbuatan. 2) Shalat berjama‟ah akan mendapatkan pahala 27 derajat dari pada shalat sendirian, orang yang menjalankan shalat berjama‟ah akan mendapatkan pahala 27 derajat. 3) Dengan shalat berjama‟ah akan memberikan pelindung kepada pelakunya dari syaitan. 4) Berjalan ketempat shalat berjama‟ah setelah menyempurnakan wudhlu akan menghapus dosa. 5) Berkumpulnya kaum muslimin dimasjid dengan mengharapkan berbagai hal yang ada disisi allah yang dapat menjadi sarana turunnya berbagai macam berkah. b.
Manfaat Dalam Aspek Dakwah Islam dan Pendidikan
1) Memperhatikan salah satu syiar islam terbesar. Seandainya umat manusia ini secara keseluruhan shalat dirumah masing-masing, niscahya tidak akan diketahui. 2) Memperhatikan kemulyaan kaum muslimin yaitu jika mereka masuk kemasjid kemudian keluar secara bersama-sama, pada yang demikian itu membuat murka (marah) orang-orang munafik dan orang-orang kafir. 3) Memberi motivasi kepada orang yang tidak ikut shalat berjama‟ah sekaligus
mengarahkan
dan
membimbingnya
seraya
saling
mengingatkan untuk berpihak pada kebenaran dan senantiasa bersabar dalam menjalankannya. c. Manfaat Dalam Aspek Kehidupan Sosial Beragama Tujuan khusus aspek religius dari dimensi shalat berjama‟ah menurut haryoto, 2003: 117-121, yaitu : 1) Aspek demokratis Aspek demokratis dalam shalat berjama‟ah terdapat pada aktivitas sebagai berikut : a) Memukul Kentongan atau Bedug Dimasjid, dimushola terutama diperdesaan dan sebagian diperkotaan ada kentongan atau bedug sebagai tanda memasuki shalat. Dalam hal ini siapa saja boleh memukul kentongan atau bedug tersebut, tentunya harus mengerti aturan atau kesepakatan didaerah tersebut. Ini berarti islam sudah menerapkan bahwa kedudukan manusia sama, tidak dibedakan berdasarkan berbagai atribut manusia. b) Mengumandakan Adzan
Adzan merupakan tanda tiba waktu shalat dan harus dikumandakan oleh
muadzin.
Siapa
yang
menumandangkan
adzan
tidak
dipersoalkan oleh islam karena pada prinsipnya siapa saja boleh, namun perlu diingat bahwa adzan adalah bagian dari syiar islam sehingga memang benar-benar orang yang mengerti dan diharapkan mempunyai suara yang bagus (lafal ucapanya baik dan benar). c) Melantunkan Iqomah Iqomah merupakan tanda bahwa shalat berjama‟ah akan segera dimulai. Diharapkan jarak antara iqomah tidak terlalu lama, hal ini sekaligus menggambarkan masalah kedisiplinan dan penghargaan terhadap waktu. d) Pemilihan atau Pengisisan atau Shaf Pada saat seseorang masuk kemasjid maka siapa saja tidak pandang bulu, apakah ia seorang mahasiswa, dosen, guru besar atau kariyawan, siapapun memperoleh hak didepan atau shaf pertama atau dengan kata lain siapa saja yang datang lebih dahulu maka boleh menempati shaf pertama atau dengan kata lain siapa yang lebih dahulu maka boleh menempati shaf paling depan. e) Proses Pemilihan Imam f) Imam adalah pemimpin dalam shalat berjama‟ah, yang sudah memiliki kriteria atau syarat-syarat yang telah ditentukan. 2) Rasa Diperhatikan dan Berarti Pada saat shalat berjama‟ah ada unsure-unsur rasa diperhatikan dan rasa berarti bagi diri sendiri, hal ini terlihat pada beberapa aspek yakni :
a) Memilih dan menempati shaf. Dalam shalat berjama‟ah, siapa sajaj yang datang lebih dahulu berhak untuk menempati barisan atau shaf pertama atau terdepan. b) Imam akan memerintahkan makmumnya untuk mengisi shaf yang kosong dan meluruskan. (Haryoto, 2003: 128-132) c) Pada saat membaca surat Al-Fatikah makmum mengucapkan amin (kabulkanlah do‟a kami), secara serempak, juga dalam mengikuti gereakan imam, tidak boleh saling mendahului. Hal ini menunjukan adanya unsure ketaatan kepada pemimpin. d) Demikian pula saat mengakhiri shalat, jama‟ah mengucapkan salam ke kanan dan ke kiri. Ini menunjukan bahwa sesama manusia untuk saling mendo‟akan, sehingga mensejahterakan lingkungan sekitar. e) Shalat berjama‟ah mempunyai nilai terapeotik, dapat menghindarkan seseorang dari rasa terisolir, terpencil tidak dapat bergabung dengan kelompok, tidak diterima atau dilupakan. 3) Terapi Lingkungan Sebagai contoh dimasjid sering diselenggarakan pembinaan setelah selesai shalat berjama‟ah, kegiatan inilah yang ikut memberikan andil dan terapi lingkungan. C. Sikap Sosial 1. Definisi Sikap Sikap dalam bahasa inggris disebut “attitiuda” menurut ilmu psikologi sikap adalah suatu hal yang membentuk sikap sifat, hakikat, baik perbuatan sekarang maupun perbuatan yang akan mendatang (Ahmadi, 1999: 161-162). Menurut Zimbardo dan Embbesen dalam bukunya Ahmadi, sikap adalah suatu
predisposisi (keadaan mudah terpengaruh) terhadap seseorang, ide atau yang berisi komponen-komponen cognitive, affective dan behavior. Sedangkan menurut L.L Thurstone orang dikatakan memiliki sikap positif terhadap suatu obyek psikologi apabila ia suka(like) atau memiliki sifat favorabele, sebaliknya orang yang dikatakan memiliki sikap yang negatif terhadap obyek psikologi bila ia tidak suka (dislike) atau sikapnya unfavorable terhadap subyek psikolgi. Sikap sosial adalah kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang nyata, yang berulang-ulang terhadap obyek yang berkaitan dengan sosial (Ahmadi, 1999: 163). Sedangkan menurut Walgito(1990: 109), disebutkan bahwa sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan sesorang mengenai obyek atau situasi yang relatif ajeg, yang disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar kepada orang tersebut untuk membuat respon atau berperilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya. Dari pengertian diatas agar tidak terjadi kerancauan dalam penafsiran, penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud sikap sosial dalam penelitian adalah kesadaran yang tercermin dalam perbuatan terhadap sesama muslim. 2. Aspek Sikap Menurut Ahmadi (Ahmadi, 1999: 162) aspek sikap ada tiga macam, yaitu sebagai berikut : a. Aspek Kognitif, yaitu yang berhubungan dengan gejala mengenal fikiran, ini berarti berwujud pengolahan, pengalaman dan keyakinan serta harapanharapan individu tentang obyek atau kelompok obyek tertentu. b. Aspek afektif, yaitu berwujud proses yang menyangkut perasaan-perasaan tertentu seperti ketakutan, simpati, dan sebagainya yang ditunjukan kepada obyek-obyek tertentu.
c. Aspek konatif, yaitu berwujud proses tendensi atau kecenderungan untuk berbuat sesuatu obyek, misalnya: kecenderungan memberi pertolongan, menjauhkan diri dan sebagainya Dari ketiga aspek diatas, seseorang dapat melakukan suatu perbuatan baik ataupun buruk. Aspek sikap mempengaruhi perilaku seorang terhadap sesama manusia. 3. Ciri-ciri Sikap Sikap menentukan jenis atau tingkah laku dalam hubungannya dengan perangsang yang relevan, orang-orang atau kejadian-kejadian. Dapatlah bahwa sikap merupakan faktor internal, tetapi tidak semua faktor internal adalah sikap. Adapun ciri-ciri sikap menurut Ahmadi, 1999: 178-179 adalah sebagai berikut : a. Sikap itu dipelajari (learnability) sikap merupakan hasil belajar ini perlu dibedakan dari motif-motif psikologi lainnya. Beberapa sikap dipelajari tidak sengaja dan tanpa kesadaran kepala sebagian individu. Barangkali yang terjadi adalah mempelajari sikap dengan sengaja bila individu mengerti bahwa hal itu akan membawa lebih baik (untuk dirinya sendiri), membantu tujuan kelompok, atau memperoleh suatu nilai yang sifatnya perseorangan. b. Memiliki kestabilan (stability) sikap bermula dan dipelajari, kemudian menjadi lebih kuat, tetap, dan stabil, melalu pengalaman. c. Personal-societal significance. Sikap melibatkan antara seseorang dengan orang lain dan juga antara orang dengan barang atau situasi. Jika seseorang merasa bahwa orang lain menyenangkan, terbuka serta hangat, maka ini akan sangat berarti bagi dirinya, ia merasa bebas, dan favorable.
d. Berisi cognisi dan affeksi. Komponen cognisi daripada sikap adalah berisi informasi yang faktual, misalnya: obyek itu dirasakan menyenangkan atau tidak menyenangka. e. Approach-avoidance directionality. Bila sesorang memiliki sikap yang favorable terhadap suatu obyek, mereka akan mendekati dan membantunya, sebaliknya bila seseorang memiliki sikap yang unfavorable, meraka akan menghindarinya. Sedangkan dalam bukunya, Walgito (1991- 113-115) menyatakan cirri-ciri sikap sebagai berikut : a. Sikap tidak dibawa sejak lahir Ini berarti sikap terbentuk dalam perkembangan individu yang bersangkutan. Sehingga sikap itu dapat dipelajari dan dapat pula berubah-ubah. Walapun demikian sikap itu mempunyai kecenderungan yang agak tetap. b. Sikap itu selalu berhubungan dengan obyek sikap Sikap terbentuk atau dipelajari melalui preoses persepsi terhadap obyek tersebut. Hubungan yang positif atau negatif antara individu dengan obyek tertentu akan menimbulkan sikap tertentu pula dari individu terhadap obyek tersebut. c. Sikap dapat tertuju pada suatu obyek saja, tetapi dapat tertuju pada sekumpulan obyek-obyek. Bila seseorang mempunyai sikap yang negatif pada seseorang, orang tersebut akan mempunyai kecenderungan untuk menunjukan sikap yang negatif pula kepada kelompok dimana sesorang tersebut tergabung di dalamnya. Disini terlihat adanya kecenderungan untuk menggeneralisasikan obyek sikap.
d. Sikap itu dapat berlangsung lama ataupun sebentar Jika suatu sikap telah terbentuk dan menjadi nilai dalam kehidupan seseorang, dan kalaupun dapat berubah akan memakan waktu yang relatif lama, tetapi sebaliknya, jika sikap tersebut belum mendalam ada dalam diri seseorang, maka sikap tersebut akan mudah berubah. e. Sikap itu mengandung faktor perasaan dan motivasi Itu berarti bahwa suatu obyek tertentu akan diikuti oleh perasaan tertentu baik yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif terhadap obyek tersebut. Disamping itu sikap juga mengandung motivasi yaitu berupa daya dorang bagi individu untuk berperilaku secara tertentu terhadap obyek yang dihadapinya. 4. Fungsi Sikap Menurut Ahmadi, 1999: 179-181 fungsi sikap dapat dibagi menjadi empat golongan yaitu : a. Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri. Bahwa sikap adalah suatu yang bersikap communicable, artinya sesuatu yang mudah menjalar, sehingga mudah juga menjadi milik bersama. Justru karena itu suatu golongan yang dasarnya atas kepentingan bersama dan pengalaman bersama. Biasanya ditandai adanya sikap anggotanya yang sama terhadap sesuatu obyek. Sehingga dengan demikian sikap bisa menjadi rantai penghubung antara orang dengan kelompoknya atau dengan anggota kelompoknya yang lain. b. Sikap berfungsi sebagai alat pengatur tingakh laku. Kita tau bahwa tingkah laku anak kecil dan binatang pada umumnya merupakan aksi-aksi yang spontan terhadap sekitarnya.
c. Sikap berfungsi sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman. Dalam hal ini perlu dikemukakan bahwa manusia didalam menerima pengalamanpengalaman dari dunia luar sikapnya tidak pasif, tetapi diterima secara aktif, artinya semua pengalaman yang berasal dari dunia luar tidak semuanya dilayani oleh manusia, tetapi manusia memilih mana yang perlu dan mana yang tidak perlu dilayani. Jadi semua pengalaman ini diberi penilaian, lalu dipilih. d. Sikap berfungsi sebagai pernyataan kepribadian. Sikap sering mencerminkan pribadi seseorang. Ini sebabnya karena sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya. Oleh karena itu dengan melihat sikap-sikap pada obyek tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang tersebut. 5.
Pembentukan dan Perubahan Sikap Sikap timbul karena adanya stimulus. Terbentuknya suatu sikap itu banyak dipengaruhi perangsang oleh lingkungan sosial dan kebudayaan misalnya : keluarga, norma, golongan agama, dan adat istiadat. Dalam hal ini keluarga mempunyai peranan yang besar dalam membentuk sikap putraputrinya. Sebab keluargalah sebagai kelompok primer bagi anak merupakan pengaruh yang paling dominan. Sikap seseorang tidak selamanya tetap. Ini berarti orang tidak bersikap. Ia dapat berkembang manakala mendapat pengaruh, baik dari dalam maupun dari luar yang bersifat positif dan mengesanka. Antara perbuatan dan sikap ada hubungan yang timbale balik. Tetapi sikap tidak selalu menjelma dalam bentuk perbuatan atau tingkah laku. Orang kadang-kadang menampakan diri dalam keadaan “daim” saja. (Ahmadi, 1999: 170)
Sikap tumbuh dan berkembang dalam basis sosial yang tertentu, misalnya: ekonomi, politik, agama dan sebagainya. Didalam perkembangnya sikap banyak dipengaruhi oleh lingkungan, norma-norma atau group. Hal ini akan mengakibatkan perbedaan sikap antar individu yang sama dengan yang lain karena perbedaan pengaruh atau lingkungan yang diterima. Sikap tidak akan terbentuk tanpa interaksi manusia, terhadap obyek tertentu atau suatu obyek. Menurut Ahmadi (1999: 171-172) bahwa faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sikap ada dua yaitu : a. Faktor intern : yaitu faktor yang terdapat dalam diri manusia itu sendiri. Faktor ini berupa selectivity atau daya pilih seseorang untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar. b. Faktor ekstern : yaitu faktor yang terdapat di luar pribadi manusia. Faktor ini berupa interaksi sosial diluar kelompok. Penbentukan dan perubahan sikap tidak terjadi dengan sendirinya. Sikap terbentuk dalam hubungannya dengan suatu obyek, orang, kelompok, lembaga, nilai, melalui hubungan antar individu, hubungan didalam kelompok, komunikasi surat kabar, buku, poster, radio, televisi dan sebagainya. Lingkungan yang terdekat dengan kehidupan sehari-hari banyak memiliki peranan. Keluarga yang terdiri dari orang tua, saudara di rumah memiliki peranan yang sangat penting. Sementara orang berpendapat bahwa mengajarkan sikap adalah merupakan tanggung jawab orang tua atau lembaga-lembaga keagamaan. Tetapi tidaklah demikian halnya. Lembaga-lembaga sekolah pun memiliki tugas pula dalam membina sikap ini. Bukanlah tujuan pendidikan baik disekolah maupun
diluar sekolah adalah mempengaruhi, membawa, membimbing anak didik agar memiliki sikap seperti yang diharapkan oleh masing-masing tujuan pendidikan. Dengan demikian lembaga formal dalam hal ini sekolah memiliki tugas untuk membina dan mengembangkan sikap anak didik menuju kepada sikap yang kita harapkan. Pada hakikatnya tujuan pendidikan adalah mengubah sikap anak didik ke arah tujuan pendidikan (Ahmadi, 1999: 172-173). Sedangkan sikap sosial dalam islam disebut sikap kepada sesama manusia, dalam penelitian ini di fokuskan sikap kepada sesama muslim. Berbagai macam penjelasan dan pendapat para ulama tentang sikap kepada sesama muslim. Dalam riwayat imam muslim rasulullah saw bersabda :
سو ُل ه اَّللِ صلى هللا ُ َقا َل َز:ع ْن أ َ ِبي ُى َسي َْسة َ زضي هللا عنو َقا َل َ ْ ْ ّ ٌّ علَى ال ُو ْس ِل ِن ِس ،علَ ْي ِو َ س ِل ْن َ “ َح ُّق ال ُو ْس ِل ِن:عليو وسلن َ َ إذَا لَ ِقيْخــَوُ ف:ج َ ع َس فَ َح ِود َ َوإِذَا،ُصحْ و َ ََوإِذَا د َ ص َحل فَا ْن َ َوإِذَا ا ْسخ َ ْن،ُعاك فَأ َ ِج ْبو َ ط ه ،(زواهُ ُهسل ٌن َ َ َوإِذا َ ها،ُض فَعُدْه َ َاَّللَ ف َ َو إِذا َ َه ِس،ُس ِ ّوخْو َ .”ُث فاحـْبَ ْعو .)2612 س َال ِم بسقن ق ْال ُو ْس ِل ِن ِل ْل ُو ْس ِل ِن َزدُّ ال ه ُ َب ِ ّ اب ِه ْن َح Artinya : “dari abu hurairah r.a.w berkata : bersabda rasulullah SAW “hak seorang muslim terhadap sesama muslim ada enam, jika kamu bertemu dengannya maka ucapkanlah salam, jika ia mengundangmu maka penuhilah undangannya, jika ia meminta nasehat kepadamu maka berilah ia nasehat, jika ia bersin dan mengucapkan Alhamdulillah maka do’akanlah ia, jika ia sakit maka jenguklah dan jika ia menginggal dunia maka iriningilah jenazahnya (H.R Muslim, no 2162) Dalam hadist ini, Rasulullah saw menerangkan beberapa hal yang terkait dengan sikap seorang muslim dengan muslim lainnya. Enam hal ini adalah akhlak pokok yang harus dijalankan setiap muslim dalam kehidupan sehari-hari ketika berinteraksi dengan muslim lainnya. Tujuan digariskannya interaksi antar muslim ini tiada lain supaya hubungan mereka semakin terjalin
dengan baik. Dengan begitu, kasih sayang, kedekatan dan keakraban merekan, akan semakin terpancar sebagaimana tertuang dalam hadits Rasulullah saw Jika tiap-tiap butir sikap didepan dipenuhi, maka itu sudah merupakan wujud penunaian terhadap hak-hak muslim lainnya. Apabila tidak menghormati muslim lainnya, berarti tidak mempunyai kepedulian terhadap urusan mereka. Ia kehilangan sensitivitas terhadap mereka dan akhirnya menjadi acuh terhadap persoalan mereka. Tentu saja, musibah ini tidak diinginkan oleh Rasulullah SAW. Karena, sejak awal beliau mewanti-wanti mengenai pentingnya sikap sesama muslim (Salamullah,2008 : 105-106). 6. Sikap Kepada Sesama Dalam bukunya Salamullah (2008: 105-130) disebutkan bahwa sikap terhadap sesama muslim antara lain adalah sebaga berikut : a. Apabila bertemu mengucapkan salam, dan apabila mendapat salam membalasnya. Allah Swt berfirman dalam surat An-Nisa‟ ayat 86 yang berbunyi:
Artinya:
“apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, Maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa)[327]. Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu.”(Depag, 2007: )
Begitu agung kedudukan salam dalam islam, sehingga salam tidak bisa tergantikan oleh isyarat apapun. Berbeda halnya jika seseorang dalam keadaan uzur, maka ia boleh mngunakan isyarat, seperti sedang shalat, atau yang bersangkutan bisu. b. Menjenguk orang sakit
Ada beberapa faedah yang terkandung dalam amalan mulia menjenguk orang sakit. Salah satu faedah yang bisa dipetik adalah menumbuhkan rasa syukur dalam jiwa penjenguk. Tentu maksudnya bukan bersyukur terhadap saudaranya terkena musibah, akan tetapi bersyukur karena Allah telah menumpahkan karunia kesehatan yang tiada tertara kepada dirinya. Menjenguk orang sakit ternyata mengandung banyak hikmh, termasuk bagi si sakit. Pembesukan mempunyai daya terapi yang sangat manjur untuk kesembuhan si sakit. Dengan menjenguk orang sakit, secara tidak langsung kita telah memberi sugesti kepadanya supaya cepat sembuh. Desakan psikologi ini akan memeompa kondisi fisiknya sehingga dapat mempercepat kepulihannya seperti sedia kala. c. Mencintai untuk sesama muslim apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri, dan membenci untuk mereka apa yang ia benci untuk dirinya sendiri. Hal ini mengambarkan kemesrahan hubungan antara muslim yang satu dengan yang lainnya. d. Menolong sesama muslim yang saling membutuhkan pertolongan. e. Rendah hati dan tidak sombong Rasulullah Saw. Adalah potret manusia yang selalu bersikap tawadu‟ kepada umatnya. Beliau tidak pernah bersikap kasar, tidak malu berteman dengan orang-orang miskin, dan selalu berusaha memenuhi kebutuhan mereka. f.
Tidak bersikap dengki, berprasangka buruk, mencari-cari kesalahan sesama muslim.
g. Menghormati jika ia dewasa (tua), dan menyayanginya jika ia masih kecil.
h. Memaafkan kesalahan muslim dan menutupi aibnya. 7. Sikap Sosial Sebagaimana
telah
disebutkan
sebelumnya,
bahwa
sikap
sosial berasal dari dua kata, yaitu sikap dan sosial. Sikap adalah kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap halhal tertentu. (Sarlito Wirawan, 1976: 94). Sedangkan menurut kamus besar Bahasa Indonesia, Sikap adalah perbuatan yang berdasarkan pada pendirian. (Tim Readaksi, 2007: 438). Sedangkan sosial mempunyai arti segala sesuatu yang berhubungan dengan pergaulan manusia dalam msyarakat. (Abdulsyani, 2007: 115). Jadi sikap sosial mempunyai arti suatu sikap kepedulian, sikap menghargai, dan menghormati terhadap sesamanya tanpa membedakan setatus apapun serta dapat menempatkan diri pada situasi yang dialami orang lain sehingga dapat ikut merasakanya dengan sebuah tindakan perwujudanya. Sikap sosial itu sendiri memeliki banyak indikator yang antara
lain
Tolong-menolong,
Menghargai
pendapat
orang
lain,
Menghormati yang lebih tua, Menyayangi sesama. D. Pengaruh Intensitas Mengikuti Pengajian Tafsir Jalalain Dan Shalat Berjama’ah Terhadap Sikap Sosial Santri 1. Pengaruh Intensitas Mengikuti Pengajian Tafsir Jalalain Terhadap Sikap Sosial Santri Akhlak merupakan fondasi yang kokoh bagi terciptanya hubungan baik antara hamba dengan Tuhannya (hablum minaAllah) dan antar sesama manusia (hablum minannass). Akhlak yang mulia (akhlakuk karimah) tidak lahir begitu saja sebagai kodrat
manusia, atau terjadi secara tiba–tiba. Akan tetapi
membutuhkan proses yang panjang serta manifestasi seumur hidup melalui pembelajarn, pendidikan, akhlak yang sistematis. (Musbikin, 2004: 65) Jadi, selain bertujuan untuk menumbuhkan atau membentuk akhlak mulia dalam pandangan Allah dan Masyarakat, juga bertujuan untuk dialog kepada masyarakat agar mereka tetap menjaga hubungan dan persaudaraan yang baik. Potensi demikian memunculkan pola
“persaudaraan sejati” yang amat
mahal harganya dalam kehidupan modern yang di jejali oleh semangat individualitas. Salah satu diantara kitab yang dikaji dalam pondok pesantren yaitu kitab Tafsir Jalalain dimana kitab ini merupakan kitab yang unik karena didalamnya membahas tafsir al-Qur‟an dengan terperinci, mulai dari makna kata demi kata yang ada dalam ayat al-Qur‟an, dengan menggunakan metode tahlili Tafsir Jalalain dapat di pelajari oleh santri dengan mudah, yaitu mengkaji detail dari surat yang ada dalam al-Qur‟an. Dalam kitab akhlaq ta‟limul muta‟alim yaitu yang dikarang oleh Syeh Azzarnuji ada
beberapa pernyataan bahwa dalam menuntut ilmu harus
mempunyai kesungguhan hati, kontinuitas, faham,membuat catatan dan diulangulang agar ilmu itu benar-benar dapat diambil manfaatnya. (As‟ad, 2007 : 52). Maka dapat dijabarkan bagaimana intensitas santri dalam mengikuti kajian Tafsir Jalalain : a. Selalu mengikuti kajian Tafsir Jalalain b. Selalu datang tepat waktu saat mengikuti kajian c. Selalu inten dalam mendengarkan dan memahami apa yang disampaikan kiai atau ustadz d. Selalu membuat catatan (maknani kitab) e. Salalu membaca ulang apa yang telah ditulis saat kajian ketika waktu luang Perilaku santri dalam hal ini diharapkan menjadi contoh yang baik bagi masyarakat sekitar. Santri mukim yang tinggal dipesantren biasanya merupakan
satu kelompok tersendiri yang memegang tanggung jawab dan mengurusi kepentingan pesantren sehari-hari, mereka juga memikul tanggung jawab dalam hal mengajar santri muda tentang kitab-kitab dasar menengah. (Dipekapontren, 2003: 22-23) 2. Pengaruh Intensitas Shalat Berjama’ah Terhadap Sikap Sosial Santri Salah satu hikmah dan faedah shalat berjama‟ah adalah tumbuhnya jiwa sosial diantara sesama mukmin yang melaksanakan shalat berjama‟ah, jika dia mempunyai kepeduluan sosial ia akan merasakan bahwa dirinnya betul-betul makhluk sosial yang tidak mungkin dapat melepaskan rasa komitmen terhadap orang lain dan tidak melepaskan hak orang lain begitu saja. “ bukanlah setiap muslim mempunyai kewajiban untuk melaksanakan kewajiban ta‟awun (saling tolong-menolong dalam kebaikan) dan ketaqwaan amar ma‟ruf nahi mungkar dan memerhatikan nasib orang lain, dan itu baru akan terlaksana dan tercapai dengan baik jika mereka saling bertemu paling sedikit lima kali semalam di suatu tempat khusus yaitu baitullah, yang dimaksud masjid. “ (Al basyuni, 1994: 81). Menurut sa‟id bin Ali bin Wahf Al-Qathani, 2006: 559-562 Pengaruh shalat berjama‟ah yaitu : a. Menanamkan rasa saling mencintai. Dalam rangka mengetahui keadaan sebagai atas sebagian lainnya, merekan akan menjenguk orang sakit, mengantarkan jenazah dan membantu orang yang membutuhkan. Selain itu karena pertemuan sebagai orang dengan sebagian lainnya akan melahirkan cinta dan kasih sayang. b. Ta‟aruf (mengenal). Jika sebagian orang melaksanakan shalat dengan sebagai lainnya, akan terwujud ta‟aruf. Dengan ta‟aruf ini dapat diketahui beberapa kerabat sehingga terjalin hubungan yang lebih erat sebatas kekerabatan. Darinya akan diketahui orang yang asing yang jauh dari negerinya sehingga orang lain akan memberikan haknya.
c. Membiasakan umat Islam senantiasa bersatu dan tidak pecah belah. Sehingga umat itu bersatu dalam ketaatan kepada ulil amri. Shalat berjama‟ah ini merupakan kekuasaan kecil karena jama‟ah ikut pada imam dan mengikuti secara persis. Hal ini membentuk pandangan umum terhadap Islam. Dengan demikian shalat berjama‟ah santri akan saling mengenal (ta‟aruf) akan timbul tali persaudaraan antar sesama santri. Dengan mengenal yang lain maka diharapkan santri dapat mengenali dan mampu menjadi diri sendiri. Sikap-sikap kerohanian semakin luntur dan kesucian pola fikir atau pola tingkah laku sesuai dengan keseimbagan hidup.
BAB III HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Letak Geografis Pondok pesantren Edi Mancoro Pondok Pesantren Edi Mancoro Rt 02/01, terletak di wilayah Kabupaten Semarang, tepatnya di Dusun Bandungan Desa Gedangan Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Walaupun dari luar daerah, pesantren ini lebih akrab dengan Salatiga, karena memang secara geografis lebih dekat dengan pusat pemerintahan kota madya Salatiga. Gedangan ini termasuk wilayah yang cukup potensial secara ekonomis karena penghasilan warganya disamping bersumber dari pertanian padi, juga bersumber dari pertanian kering, cukup terkenal sebagai penghasil buahbuahan misalnya salak, duku, rambutan dan lain-lain. Pesantren ini berada di wilayah pinggiran kota Salatiga yaitu berada di sebelah baratnya sekitar 4 kilometer. Keadaannya memang tidak terlalu ramai tetapi dekat dengan kota Salatiga. Sehingga merupakan tempat strategis untuk pendidikan termasuk pendidikan keagamaan pesantren. Jarak yang tidak jauh dari pusat kota Salatiga yang merupakan sentral pendidikan formal, maka banyak santri yang berminat untuk mendalami ilmu agama di pesantren ini, sebab kebanyakan santri yang menetap adalah para pelajar di pendidikan formal, baik dari kalangan mahasiswa ataupun pelajar bahkan banyak juga dari masyarakat sekitar yang ikut menuntut ilmu di pesantren ini. Kondisi yang demikian sudah barang tentu mempengaruhi proses belajar di pesantren ini, lebih jelasnya bisa dilihat dalam pendidikan dan pengajaran pesantren.
2. Profil Pondok Pesantren Edi Mancoro Pondok Pesantren Edi Mancoro
merupakan sebuah institusi
pendidikan keagamaan, yang juga berusaha membekali santri-santrinya dengan keterampilan-keterampilan. Sehingga Pondok Pesantren Edi Mancoro terdapat beberapa UPT (Unit Pelaksana Teknis) guna peningkatan sumber daya santrinya. Adapun secara statistik profil Edi Mancoro adalah sebagai berikut : a. Nama
: Pondok Pesantren Edi Mancoro
b. Alamat
: Dsn. Bandungan 02/01 Ds. Gedangan, Kec. Tuntang, Kab. Semarang Jawa Tengah 50773
c. Telepon
: (0298) 313329/08139239383
d. Email
:
[email protected]
e. Pimpinan
: KH. Mahfudz Ridwan, Lc
f. Ketua Yayasan
: Muhamad Hanif SS, M. Hum
g. Pengasuh Santri Tahfidz
: Rosyidah Lc
h. Tahun Berdiri
: 1989 M/1410 H
i. Status Tanah
: Wakaf
j. Surat Kepemilikan Tanah
: Wakaf Pondok Pesantren Edi Mancoro
k. Luas Tanah
: 2448 m
l. Status Bangunan
: Milik Pondok Pesantren
1) Luas Bangunan
: 1365 m
2) Luas Halaman
: 550 m
3) Kebun
: 108 m
4) Dipakai lainnya
: 535 m
Lembaga-lembaga Pondok Pesantren Edi Mancoro 1) Organisasi Santri Pondok Pesantren Edi Mancoro 2) Koperasi Pondok Pesantren Edi Mancoro 3) Kulliyyatud Dirosah al-Islamiyyah wal Ijtima‟iyyah (KDII) 4) Madrasah Tahfidz 5) Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Al Qiro
SUSUNAN PENGURUS ORGANISASI SANTRI PONDOK PESANTREN EDI MANCORO BADAN PEMBINA Pengasuh
: KH.Mahfudz Ridwan,Lc
Penasehat
: Muhamad Hanif, SS., M. Hum
BADAN PENGURUS HARIAN Ketua Umum
: Taufiq Ashari
Sekretaris
: Nurul Innayah
Bendahara
: Iis Sholihah
Rayon Putra
: Akrom Musabbihin
Rayon Putri
: Stri Ana Farhana
BIRO-BIRO Biro Pendidikan
: Umi Arifah
Biro Litbang
: Alfiatur Rahmah
Biro PU
: Putri R. A & M.Sulkhan
UNIT PENGELOLA TEKNIK (UPT) TBB
: Chusnul Wardati
Perpustakaan
: Siti Mu‟asyaroh
Komputer
: Tyas Kristiana
Pers
: Ajeng Virga
Bahasa
: Indah Safitri
3. Visi, Misi, Tujuan, dan Garis Perjuangan Pondok Pesantren Edi Mancoro a. Visi, dan Misi Adapun visi menyiapkan santri sebagai pendamping umat yang sesungguhnya. Dan misi Pondok Pesantren Edi Mancoro ini adalah dengan membentuk santri yang mempunyai wawasan keagamaan mendalam, berwawasan kebangsaan, dan kemasyarakatan dalam konteks ke-Indonesiaan yang plural. Serta membentuk santri yang peduli dan berkemampuan melakukan pendampingan masyarakat secara luas. Dengan sifat terbuka, non-profit, independen, serta mandiri dalam menentukan kebijakan dan garis perjuangan sampai saat ini pesantren Edi Mancoro tetap kukuh berdiri mengayomi masyarakat. b. Tujuan Tujuan Pondok Pesantren Edi Mancoro adalah untuk membina santri memiliki keilmuan baik keagamaan maupun keilmuan kebangsaan dan kemasyarakatan. KH. Mahfudz Ridwan, Lc saat acara Hari Lahir Pondok Pesantren Edi Mancoro ke-20 memberikan pengarahan kepada santri agar santri dapat hidup mandiri dalam segala hal dalam arti secara keorganisasian di berikan secara penuh kepada santri, santri dituntut untuk sadar dalam segala kebutuhan dan kewajiban yang seharusnya di lakukan. Para santri diberitahu bahwa “orang yang pintar adalah orang yang tahu dan mengerti dengan bahasa isyarat” hal ini menjadi hal yang sangat di tekankan oleh pengasuh terhadap pesantren, sehingga pesantren
di tuntut untuk mandiri dalam segala hal, baik itu dalam kehidupannya, pengelolaannya dan sebagainya itu diserahkan oleh santri secara menyeluruh. Hal ini dipeluk sepenuhnya oleh para santri dalam hidupnya sendiri dan juga dalam hidupnya sebagai anggota masyarakat pondok pesantren. Mereka harus sanggup menyelenggarakan sendiri kegiatankegiatannya dengan meminta pendapat dari pengasuh. Contohnya dengan Organisasi Santri Pondok Pesantren Edi Mancoro (PPEM), santri menyelenggarakan sendiri aktivitas seperti kebersihan lingkungan, pengembangan minat dan bakat santri. Selain itu Pondok Pesantren Edi Mancoro bertujuan membina manusia yang beriman, berilmu dan bertaqwa kepada Allah Swt. Pesantren ini juga membentuk santri sebagai pendamping masyarakat. c. Garis Perjuangan Dan untuk melihat sejauh mana kiprah Pesantren Edi Mancoro baik tingkat lokal maupun nasional, kita dapat melihat dari sejumlah program yang telah disusun dan menjadi misi bersama antara kyai dan para santrinya. Secara umum untuk meningkatkan pemahaman terhadap keislaman, Pondok Pesantren Edi Mancoro berusaha melakukan program secara intensif dan berkesinambungan seperti diskusi-diskusi ilmiah, dialog lintas agama, seminar, diklat, kursus-kursus dan lain sebagainya. Sedangkan untuk kontak jaringan, Pesantren Edi Mancoro telah banyak melakukan kerja sama baik antara pesantren, Perguruan Tinggi, maupun
dengan institusi pemerintah atau institusi kemasyarakatan lainnya, seperti depnaker, BI, PERCIK dan lain-lain.
d. Sejarah berdirinya pondok pesantren Edi Mancoro Pondok Pesantren Edi Mancoro termasuk pesantren salaf, bila mengacu pada pendapat Dhofier (1984 : 80) tentang elemen dasar pesantren salaf. Elemen–elemen itu adalah asrama tempat pemondokan santri, kiai guru yang mengajar para santri, kitab kuning sebagai kurikulum
pendidikanya.
Masjid
sebagai
sarana
pengajian
dan
peribadatan santri (Depag RI, 2003 : 40), disamping santri sendiri sebagai peserta didik. Munculnya pesantren sendiri tidak terlepas dari kondisi obyektif masyarakat pada waktu itu, dimana masyarakat setempat pada waktu itu masih alergi dengan beragam aktifitas religius, sebaliknya mereka
sangat
akrab
dengan
kebiasaan-kebiasaan
buruk
yang
berkembang di masyarakat. Hal inilah yang mendorong tokoh setempat untuk mendirikan pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan keagamaan
(Tafaquh
fi
Al
Din)
sebagai
peredam
yang
bisa
mengendalikan kebiasaan-kebiasaan buruk masyarakat setempat. Di bawah prakarsa bapak KH. Sholeh tokoh pendatang dari Desa Pulutan telah berhasil mendirikan sebuah masjid yang diberi nama Darussalam dengan sebuah bangunan kecil sebagai tempat pemondokan bagi para santri yang akan belajar kepadanya. Masjid ini didirikan di pinggiran desa, seakan terpisah dari pemukiman warga pada waktu itu, walaupun sekarang sudah menyatu dengan masyarakatnya, dan pendidikan yang diselenggarakannyapun masih sederhana, belum sampai terbentuk semacam lembaga pendidikan tetapi terkesan natural. Pendidikan keagamaan yang berpusat di Darussalam dan ditangani oleh bapak kiai Sholeh hanya berlangsung hingga tahun 70-an, sebab setelah
beliau meninggal tidak ada keturunannya langsung yang mau meneruskan perjuangannya dan tidak ada tokoh lokal yang meneruskan misi dan perjuangannya. Setelah itu maka proses
pendidikan di Darussalam agak
tersendat, dalam masa kevakuman ini selang beberapa waktu, munculah kiai Sukemi yang merupakan tokoh lokal yang diminta oleh masyarakat setempat dan diharapkan mampu untuk meneruskan misi dan perjuangan pendidikan ini, dan pendidikan pesantren ini dapat berjalan kembali seperti kepemimpinan kiai Sholeh. Bermacam itu pula, muncullah KH. Mahfudz Ridwan, Lc, tokoh dari Pulutan yang merupakan alumni dari beberapa pesantren ternama sekaligus alumni dari universitas di Baghdad. Setelah kiai Sukemi meninggal, maka pendidikan Darussalam diteruskan oleh KH. Mahfudz Ridwan, Lc. Pada tahun 1984 KH. Mahfudz Ridwan, Lc, bersama beberapa tokoh lokal lainnya seperti Matori Abdul Jalil mendirikan yayasan yang bernama Yayasan Desaku Maju dengan catatan notaris nomor 14/1984. Yayasan ini merupakan yayasan yang bergerak di bidang sosial yang mengemban misi dan tujuan membantu pemerintah untuk meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat pedesaan dan mengembangkan swadaya serta sumber daya manusia khususnya masyarakat pedesaan. Dan yayasan ini cukup familiar bagi warga Salatiga, karena merupakan satu-satunya yayasan Islam yang bergerak di bidang kemasyarakatan. Pada awal tahun 1989 KH. Mahfud Ridwan, Lc, mendirikan diklat yang lebih akrab disebut Wisma Santri Edi Mancoro sebagai pusat pendidikan masyarakat khususnya bagi masyarakat setempat sekaligus
sebagai basecamp berbagai kegiatan yayasan, hanya saja lokasinya berbeda dari lokasinya yang terdahulu. Ini dikarenakan agar terhindar dari anggapan bahwa masjid dimonopoli oleh pesantren sehingga masyarakat enggan untuk aktif dalam berbagai kegiatan yang berpusat di masjid. Sejak saat itu keadaan pesantren terus berkembang. Karena yayasan ini dikenal sangat luas karena program-programnya yang telah berhasil membuat perubahan yang sangat signifikan di Salatiga dan kabupaten Semarang khususnya memecahkan permasalahan antar umat beragama, kemudian karakter pesantren yang pluralis dan terbuka untuk siapa saja termasuk untuk orang non Islam oleh karena itu nama pesantren ini sangat terkenal hingga luar negeri hingga banyak kunjungan dari luar negeri dari berbagai negara hingga saat ini. Pada akhir tahun 2007 nama Pondok Pesantren Edi Mancoro telah resmi menggantikan nama Wisma Santri Edi Mancoro karena aktifitas kemasyarakatan yang sudah mulai melemah dan menjadi pesantren yang normatif tetapi masih tetap menjaga prinsip pluralisme dan keterbukaan dengan orang non Islam sebagai bentuk terciptanya konsep islam adalah rohmatan lil’alamin. 4. Sarana dan Fasilitas Pesantren Pondok Pesantren Edi Mancoro termasuk pesantren yang baru bila ditinjau dari usia kelahirannya yaitu pada tahun 1989, sehingga fasilitas dan prasarananya yang tersediapun masih sederhana dan terbatas, tetapi keterbatasan ini tidak menghambat proses pendidikan dan pengajaran sebagai nadi dan misi pesantren. Adapun sarana dan prasarana yang tersedia di pesantren ini antara lain: a. Tiga gedung Utama (Putra, Putri dan Yayasan) b. Dua aula pertemuan putra putri
c. Masjid sebagai tempat peribadatan d. Kantor Yayasan e. Lab. Komputer f.
Perpustakaan
g. Hotspot Area h. Ruang untuk kelas 5. Keadaan Ustadz dan Santri a. Keadaan Ustadz Selain KH. Mahfudz Ridwan para ustadz pondok pesanren Edi Mancoro berasal dari masyarakat sekitar dan alumni yang mempunyai kepedulian terhadap perkembangan pesantren serta para santri sendiri yang telah dianggap mampu untuk mengajar dan berkompeten pada disiplin ilmu yang telah dikuasai. Tabel 3.1 Daftar Nama Ustadz dan Ustadzah Pondok Pesantren Edi Mancoro
No
Nama
Jenis kelamin
1
KH. Mahfud Ridwan, Lc
Lk
2
Muhammad Hanif, SS., M. Hum
Lk
3
Muh. Zuhdi
Lk
4
Budi Santoso, S. Ag
Lk
5
Ali Nugroho, S. Ag
Lk
6
Syaikhudin
Lk
7
Makhasin
Lk
8
Abdul Manaf, BA
Lk
9
Tanwir
Lk
10
Sumarno, S. Ag
Lk
11
Slamet
Lk
12
Sukardi, M. Ag
Lk
13
Shofari
Lk
14
Mulyadi
Lk
15
Ahmad Adnan, S. Pd. I
Lk
16
TajudinUmroni, S. Pd. I
Lk
17
Rosyidah, Lc
Pr
18
Imma Dahiyani Munir, S. Pd. I
Pr
19
Khoirul Afifah, S. Pd. I
Pr
20
Siti Mu‟asyaroh
Pr
21
Nurul Arofah, S. Pd. I
Pr
22
Umi Arifah
Pr
23
Roro Risalatul M, S. Pd,I
Pr
24
Munirotul Azizah, S. Pd.I
Pr
25
Nur Wulan Maslikhah, S. Pd.I
Pr
26
Striana Farhana, S. Pd.I
Pr
b. Keadaan Santri Sedangkan para santri berasal dari banyak daerah diantaranya: Demak, Magelang, Porwodadi, Kendal, Temanggung, Pati, hingga Palu. Mayoritas mereka sekolah di STAIN Salatiga dan berbagai sekolah menengah seperti: SMP Nusantara Gedangan, SMK Diponegoro Salatiga, SMA Negeri 3 Salatiga, SMA Negeri 2 Salatiga dan lain-lain.
Jumlah santri saat ini adalah 102 santri, dengan perincian 77 santri putri dan 25 santri putra. Tabel 3.2 Daftar Nama Kamar dan Jumlah Santri Putra Pondok Pesantren Edi Mancoro Tahun 2015
No
Nama Kamar
Jumlah
1
Sunan Giri
4
2
Sunan Kalijaga
5
3
Sunan Bonang
4
4
Sunan Muria
5
5
Sunan Drajat
7
Jumlah
25 Tabel 3.3
Daftar Nama Kamar dan Jumlah Santri Putri Pondok Pesantren Edi Mancoro Tahun 2015
No
Nama kamar
Jumlah
1
Kamar 1
6
2
Kamar 2
6
3
Kamar 3
6
4
Kamar 4
6
5
Kamar 5
6
6
Kamar 6
6
7
Kamar 7
5
8
Kamar 8
6
9
Kamar 9
6
10
Kamar 10
6
11
Kamar 11
6
12
Kamar 12
6
13
Kamar 13
6
Jumlah
77
6. Pelaksanaan Pendidikan di Pesantren a. Kurikulum Pesantren Sebagai lembaga pendidikan keagamaan, Pondok Pesantren Edi Mancoro menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran
keagamaan
disamping mata kajian yang bersifat umum. Pesantren ini mempunyai spesifikasi khusus untuk mendalami ilmu- ilmu agama dengan dititik beratkan pada kemampuan membaca dan menulis bahasa Arab dengan baik dan benar, maka pelajaran nahwu, shorof dan halaqhoh mendapat perhatian prioritas. Disamping itu mata pelajaran umum, ketrampilan menjadi
kegiatan
ektra
yang
terjadwal
oleh
pengurus
dengan
menyesuaikan bakat dan minat santri. Dan juga ada kegiatan yang bersifat insidental antara lain : bahasa arab, bahasa inggris, mengetik, administrasi baik keuangan maupun manajemen organisasi. Tabel 3.4 Kurikulum Pondok Pesantren Edi Mancoro No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pelajaran wajib Bahasa Arab Nahwu Fiqh Tadwid Hadist Fasholatan Tarikh Nabi Tauhid Akhlak Shorof
Extra kurikuler Khitobiyah Dhiba‟an Diskusi Rebana Kaligrafi Kampung Bahasa Tikroran Tahfidz Al-qu‟an Istiqosah
b. Sistem Pendidikan Sistem pendidikan di pesantren ini mengalami banyak perubahan dalam rangka menuju kesampurnaannya. Sistem pendidikan yang diterapkan adalah sistem klasikal (Bandongan) dimana seorang kiai atau ustadz membacakan dan menjelaskan isi ajaran atau kitab kuning sementara santri atau murid mendengarkan memaknai dan menerima (Depag RI 2003 : 44 ). Santri diwajibkan mengikuti setiap mata pelajaran yang dikaji sebagaimana tertera dalam jadwal, dengan batas waktu yang telah ditetapkan untuk menjembatani problem santri baru agar dapat menyesuaikan diri dengan kelas yang ada, maka dilaksanakan tes penempatan kelas sehingga diharapkan mereka dapat segera mengikuti pelajaran yang diselenggarakan. Dalam penyajian mata pelajaran yang berbasik
kitab-kitab
kuning
digunakan
sistem
bandongan
atau
berkelompok, dan ada mata pelajaran tertentu yang harus disajikan dengan sistem individual (Sorogan). Akan tetapi sistem bandongan lebih dominan dipergunakan. Hal ini dilatarbelakangi , bahwa mayoritas santri yang belajar adalah mahasiswa dan pelajar tingkat SLTA. Sehingga kemandirian belajar lebih teruji, disamping itu efektifitas waktu yang tersedia bagi dewan asatidz. Adapun mata pelajaran yang menjadi kajian wajib bagi santri adalah : 1) Kelas I’daad a) Fiqih
: Fiqh Wadhk
b) Tajwid
: Sifaul Jinan
c) Akhlaq
: Akhlaqul Banin I
d) Fasolatan
: Fasholatan
2) Kelas Khos a) Fasholatan
: Fasholatan
b) Bahasa Arab
: Dammul Iqlab
c) Fiqh
: Safinah
d) Imla‟
: Bahasa Arab
e) Akhlaq
: Akhlaqul Banin II
f) Tarikh
: Khulashoh I
g) Tauhid
: Aqidatul Awam
h) Tajwid
: Sifaul Jinan
i)
: Arbain Nawawi
Hadits
3) Kelas Awaliyah a) Bahasa Arab
: Qiroatur Rosyidah I
b) Hadits
: Arbain Nawawi
c) Sorof
: Amtsilatut Tasrifiyah
d) Nahwu
: Imrithi
e) Tauhid
: Jawahirul Kalamiyah
f) Fiqh
: Fathul Qorib
g) Tarikh
: Khuloshoh II
h) Akhlaq
: Akhlaqul banin III
i)
: Tuhfatul Athfal
Tajwid
4) Kelas Wustho a) Nahwu
: Alfiyah
b) Akhlaq
: Ta‟limul Muta‟alim
c) Ulumul Hadits : Mustholahatul Hadits
d) Bahasa Arab
: Qiroatur Rosyidah II
e) Hadits
: Bulughul Maram
f) Fiqh
: Fathul Qarib
g) Tauhid
: Kifayatul Awam
5) Kelas Ulya’ a) Akhlaq
: Bidayatul Hidayah
b) Nahwu
: Nahwu amsilatti
c) Ulumul Hadits : Mustholahatul Hadits d) Bahasa Arab
: Qiroatur Rosyidah III
e) Hadits
: Bulughul Maram
f) Ushul Fiqh
: Mabadiul Awaliyah
B. Penyajian Data 1. Intensitas Mengikuti Pengajian Tafsir Jalalain Intensitas mengikuti pengajian tafsir jalalain diperoleh lewat persepsi santri tentang intensitas dalam mengikuti di Pondok Pesantrennya. Berdasarkan angket yang diberikan kepada 30 responden dapat memberikan gambaran tentang kondisi intensitas dalam mengikuti pengajian yang ada di Pondok Pesantren Edi Mancoro Gedangan, Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Sebagaimana terlihat dari hasil angket dibawah in Tabel 3.5 Daftar Nilai Hasil Angket Tentang Intensitas Mengikuti Pengajian Tafsir Jalalain PPEM
No
1
Nama Responden
AA
Jawaban Angket Tentang Intensitas Mengikuti Pengajian Tafsir Jalalain Pada PPEM Gedangan 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
2
2
3
2
3
2
3
3
3
3
Skor
26
No
Nama Responden
Jawaban Angket Tentang Intensitas Mengikuti Pengajian Tafsir Jalalain Pada PPEM Gedangan 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Skor
2
TA
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
3
MKA
2
3
2
2
3
2
3
3
3
3
26
4
HY
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
5
MMM
3
3
2
2
3
2
3
3
3
3
27
6
MK
2
3
2
3
3
2
3
3
3
3
27
7
AS
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
8
MS
3
3
2
3
3
2
3
3
3
3
28
9
AA
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
29
10
M
3
2
3
2
3
3
2
2
3
3
26
11
CW
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
12
RRM
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
29
13
NR
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
14
AR
3
2
3
3
3
2
3
3
3
3
28
15
AUP
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
16
NT
2
2
2
2
3
3
3
3
3
3
26
17
PRA
2
2
3
2
3
3
3
3
3
3
27
18
NI
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
19
NWM
2
3
2
2
3
2
3
3
3
3
26
20
IDM
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
21
NIM
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
22
S
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
No
Nama Responden
Jawaban Angket Tentang Intensitas Mengikuti Pengajian Tafsir Jalalain Pada PPEM Gedangan 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Skor
23
IS
2
3
3
3
2
2
3
2
3
3
26
24
MA
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
25
AVSM
2
2
3
2
3
3
3
3
3
3
27
26
NA
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
28
27
IN
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
29
28
SM
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
29
29
KI
2
2
3
2
3
3
3
2
3
3
26
30
EM
2
2
2
2
3
3
3
2
3
3
25
Tabel 3.6 Daftar Tentang Distribusi Frekwensi Jawaban Tentang Intensitas Mengikuti Pengajian Tafsir Jalalain PPEM
No. Res 1
Alternatif Jawaban A B C 18 8 0
TOTAL
NOMINASI
26
C
2
30
0
0
30
A
3
18
8
0
26
C
4
30
0
0
30
A
5
21
6
0
27
C
6
21
6
0
27
C
7
30
0
0
30
A
8
24
4
0
28
B
9
27
2
0
29
B
No. Res 10
Alternatif Jawaban A B C 18 8 0
TOTAL
NOMINASI
26
C
11
30
0
0
30
A
12
27
2
0
29
B
13
30
0
0
30
A
14
24
4
0
28
B
15
30
0
0
30
A
16
18
8
0
26
C
17
21
6
0
27
C
18
30
0
0
30
A
19
18
8
0
26
C
20
30
0
0
30
A
21
30
0
0
30
A
22
30
0
0
30
A
23
18
8
0
26
C
24
30
0
0
30
A
25
21
6
0
27
C
26
24
4
0
28
B
27
27
2
0
29
B
28
27
2
0
29
B
29
18
8
0
26
C
30
15
10
0
25
C
Dari data diatas dapat dicari skor tertinggi dan terendah, kemudian dicari intervalnya dengan mengunakan rumus :
i=
(
)
keterangan :
i = interval xt = nilai tertinggi xr = nilai terendah ki = kelas interval (tinggi, sedang, rendah) Maka berdasarkan tabel diatas tersebut dapat diketahui pada variabel intensitas mengikuti pengajian tafsir jalalain, nilai tertinggi adalah 30, dan nilai terendah adalah 25. Dalam hal ini dapat dihitung dengan rumus :
i= i=
(
)
(
)
i= = 1,67 = 2 Jadi jelas pada variabel ini dapat dikatagorikan variasi tinggi, sedang, rendah, sebagai berikut ini : a. Untuk kategori tinggi dengan jawaban A mendapat nilai 30 b. Untuk kategori sedang dengan jawaban B mendapat nilai 28-29 c. Untuk kategori rendah dengan jawaban C mendapat nilai 25-27 Kemudian dicari prosentasinya frekwensi intensitas mengikuti pengajian tafsir jalalain dengan rumus :
1) Untuk intensitas mengikuti pengajian tafsir jalalain yang tinggi, antara skor 30 yaitu sebanyak 11 santri :
= 36,7 2) Untuk intensitas mengikuti pengajian tafsir yang sedang, antara skor 2829 yaitu sebanyak 7 santri :
= 23,3 3) Untuk intensitas mengikuti pengajian tafsir yang rendah, antara skor 2527 yaitu sebanyak 12 santri :
= 40 Untuk lebih jelasnya penulis sampaikan dalam bentuk tabel distribusi frekwensi intensitas mengikuji pengajian tafsir jalalain. Tabel 3.7 Tabel Distribusi frekwensi intensitas mengikuti pengajian tafsir jalalain PPEM tahun 2014
NO
1 2 3
Intensitas pengajian tafsir Tinggi Sedang Rendah Jumlah
Interval
Frekwensi
30 28-29 25-27
11 7 12 30
Prosentase
36,7 23,3 40 100
Sumber: hasil pengolahan jawaban angket
Distribusi frekwensi di atas menunjukan bahwa frekwensi data intensitas mengikuti pengajian tafsir jalalain tertinggi pada kategori rendah, yaitu sebanyak 12 jawaban reponden terhadap variabel sikap sosial santri dari 30 santri sebagai responden. Karena nilai rata-rata jawaban responden berada apa interval 25-27, hal ini menunjkan bahwa intensitas mengikuti pengajian
tafsir jalalain di pondok pesantren Edi Mancoro Gedangan, kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang pada kategori rendah, yakni sebanyak 40%. 2. Intensitas Shalat Berjama’ah Intensitas shalat berjama‟ah diperoleh lewat persepsi santri tentang intensitas dalam shalat berjama‟ah di Pondok Pesantrennya. Berdasarkan angket yang diberikan kepada 30 responden dapat memberikan gambaran tentang kondisi intensitas dalam melaksanakan shalat berjama‟ah yang ada di Pondok Pesantren Edi Mancoro Gedangan, Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Sebagaimana terlihat dari hasil angket dibawah ini : Tabel 3.8 Daftar tentang distribusi frekwensi jawaban tentang intensitas melaksanakan shalat jama’ah PPEM
No
Nama Responden
Jawaban Angket Tentang Intensitas Shalat Berjama’ah Pada PPEM Gedangan
Skor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
AA
2
2
2
2
2
2
2
3
3
3
23
2
TA
2
2
3
2
2
2
3
3
3
3
25
3
MKA
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
22
4
HY
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
29
5
MMM
3
3
3
2
3
2
3
3
3
3
28
6
MK
2
3
2
2
2
2
3
3
3
3
25
7
AS
2
2
2
3
2
3
3
2
3
3
25
8
MS
2
2
2
3
3
2
2
2
3
3
24
9
AA
3
2
2
2
3
3
3
3
2
3
26
10
M
3
2
2
2
2
3
2
2
3
3
24
11
CW
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
12
RRM
3
3
3
2
2
3
2
3
2
3
26
13
NR
2
3
2
2
2
3
3
3
3
3
26
14
AR
2
2
2
3
2
2
3
3
3
3
25
15
AUP
2
2
2
2
2
2
3
2
2
3
22
16
NT
2
1
2
2
3
2
2
2
3
3
22
17
PRA
1
2
2
2
2
3
2
2
3
3
22
18
NI
3
2
3
3
2
3
2
3
3
3
27
19
NWM
2
3
2
2
3
3
3
3
3
3
27
20
IDM
2
2
2
2
3
2
3
2
3
3
24
21
NIM
2
2
2
2
3
2
3
3
3
3
25
22
S
2
2
2
3
2
2
3
2
3
3
24
23
IS
1
2
2
2
3
2
2
3
2
3
22
24
MA
2
2
2
2
3
2
2
3
3
3
24
25
AVSN
2
2
2
3
3
3
3
2
3
3
26
26
NA
2
2
2
2
2
3
2
2
3
3
23
27
IN
2
2
3
2
3
3
3
3
3
3
27
28
SM
2
2
2
2
2
2
2
3
3
3
23
29
KI
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
20
30
EM
2
2
2
2
3
2
3
2
3
3
24
Tabel 3.9 Daftar tentang distribusi frekwensi jawaban tentang intensitas melaksanakan shalat berjama’ah PPEM
No. Res 1 2
Alternanif Jawaban A B C 9 14 0 15
10
0
TOTAL
NOMINASI
23
C
25
B
3
6
16
0
22
C
4
27
2
0
29
A
5
24
4
0
28
A
6
15
10
0
25
B
7
15
10
0
25
B
8
12
12
0
24
B
9
18
8
0
26
B
10
12
12
0
24
B
11
30
0
0
30
A
12
18
8
0
26
B
13
18
8
0
26
B
14
15
10
0
25
B
15
6
16
0
22
C
16
9
12
1
22
C
17
9
12
1
22
C
18
21
6
0
27
B
19
21
6
0
27
B
20
12
12
0
24
B
21
15
10
0
25
B
22
12
12
0
24
B
23
9
12
1
22
C
24
12
12
0
24
B
25
18
8
0
26
B
26
9
15
0
24
B
27
21
6
0
27
B
28
9
14
0
23
C
29
0
20
0
20
C
30
12
12
0
24
B
Dari data diatas dapat dicari skor tertinggi dan skor terendah, kemudian dicari intervalnya dengan mengunakan rumus :
i=
(
)
keterangan :
i = interval xt = nilai tertinggi xr = nilai terendah ki = kelas interval (tinggi, sedang, rendah) Maka berdasarkan tabel diatas tersebut dapat diketahui pada variabel intensitas shalat berjama‟ah, nilai tertinggi adalah 30, dan nilai terendah adalah 20. Dalam hal ini dapat dihitung dengan rumus :
i= i= i=
(
)
(
)
=4
Jadi jelas pada variabel ini dapat dikatagorikan variasi tinggi, sedang, rendah, sebagai berikut ini : 1. Untuk kategori tinggi dengan jawaban A mendapat nilai 28-30 2. Untuk kategori sedang dengan jawaban B mendapat nilai 24-27
3. Untuk kategori rendah dengan jawaban C mendapat nilai 20-23 Kemudian dicari prosentasinya frekwensi intensitas melaksanakan shalat berjama‟ah dengan rumus :
1. Untuk intensitas melaksanakan shalat berjama‟ah yang tinggi, antara skor 28-30 yaitu sebanyak 3 santri :
= 10 2. Untuk intensitas melaksanakan shalat berjama‟ah yang sedang, antara skor 24-27 sebanyak 19 santri :
= 63,3 3. Untuk intensitas melaksanakan shalat berjama‟ah yang rendah, antara skor 20-23 sebanyak 8 santri
= 26,7 Untuk lebih jelasnya penulis sampaikan dalam bentuk tabel distribusi frekwensi intensitas melaksanakan shalat berjama‟ah Tabel 3.10 Tabel distribusi frekwensi intensitas melaksanakan shalat berjama’ah PPEM Gedangan
No 1 2 3
Intensitas Shalat Jama’ah Tinggi Sedang Rendah Jumlah
Interval Frekwensi Prosentase 28-30 24-27 20-23
3 19 8 30
Sumber: hasil pengolahan jawaban angket
10% 63,3% 26,7% 100%
Distribusi frekwensi di atas menunjukan bahwa frekwensi data intensitas shalat berjama‟ah tertinggi pada kategori sedang, yaitu sebanyak 19 jawaban reponden terhadap variabel sikap sosial santri dari 30 santri sebagai responden. Karena nilai rata-rata jawaban responden berada apa interval 24-27, hal ini menunjkan bahwa intensitas shalat berjama‟ah di pondok pesantren Edi Mancoro Gedangan, kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang pada kategori sedang, yakni sebanyak 63,3%. 3. Sikap Sosial Santri Sikap sosial santri dalam penelitian ini diungkap lewat persepsi santri tentang sikap sosialnya yang berada di pondok pesantrennya. Berdasarkan jawaban angket yang diberikan kepada 30 responden dapat memberikan gambaran tentang kondisi sikap sosial santri yang ada di pondok pesantren Edi Mancoro Gedangan, Kecamatan Tuntang, Kabupaten semarang, sebagaimana terlihat dari hasil angket dibawah ini : Tabel 3.11 Daftar Nilai Hasil Angket Sikap Sosial Santri PPEM No
Nama Responden
Jawaban Angket Sikap Sosial
Skor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
AA
2
3
3
2
3
2
3
2
3
3
26
2
TA
2
3
2
3
3
3
3
3
3
3
28
3
MKA
2
3
2
2
2
2
2
3
3
3
24
4
HY
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
5
MMM
2
3
2
3
2
2
3
3
3
3
26
6
MK
2
3
2
2
2
2
3
3
2
3
24
7
AS
3
3
2
3
2
3
3
2
3
3
27
8
MS
2
3
2
2
3
2
3
2
3
3
25
9
AA
2
3
2
3
3
3
3
3
3
3
28
No
Nama Responden
Jawaban Angket Sikap Sosial
Skor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
10
M
2
3
2
3
2
2
3
3
3
3
26
11
CW
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
29
12
RRM
2
3
2
3
3
3
3
3
3
3
28
13
NR
3
3
2
3
3
3
2
3
3
3
28
14
AR
2
3
2
2
2
2
3
3
3
3
25
15
AUP
3
3
3
3
2
3
3
2
3
3
28
16
NT
2
3
2
2
3
2
2
3
3
3
25
17
PRA
2
3
2
3
3
2
2
2
3
3
25
18
NI
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
19
NWM
2
3
2
2
3
3
2
2
3
3
25
20
IDM
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
29
21
NIM
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
29
22
S
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
23
IS
2
2
2
3
3
3
2
3
2
3
25
24
MA
3
3
2
3
3
3
3
2
3
3
28
25
AVSN
2
3
2
3
3
3
2
3
2
3
26
26
NA
2
2
2
3
3
3
3
3
2
3
26
27
IN
2
3
3
3
3
2
3
3
2
3
28
28
SM
3
3
3
3
2
3
3
3
3
2
28
29
KI
3
2
2
3
2
3
3
3
2
3
26
30
EM
2
3
2
2
2
2
3
3
2
3
24
Tabel 3.12
Daftar Tentang Distribusi Frekwensi Jawaban Sikap Sosial Santri PPEM Gedangan
No. Respon 1
Alternatif Jawaban A B C 18 8 0
Total
Nominasi
26
C
2
24
4
0
28
B
3
12
12
0
24
C
4
30
0
0
30
A
5
18
8
0
26
C
6
12
12
0
24
C
7
21
6
0
27
B
8
15
10
0
25
C
9
24
4
0
28
B
10
18
8
0
26
C
11
27
2
0
29
A
12
24
4
0
28
B
13
24
4
0
28
B
14
15
10
0
25
C
15
24
4
0
28
B
16
15
10
0
25
C
17
15
10
0
25
C
18
30
0
0
30
A
19
15
10
0
25
C
20
27
2
0
29
A
21
27
2
0
29
A
Alternatif Jawaban A B C 30 0 0
No. Respon 22
Total
Nominasi
30
A
23
15
10
0
25
C
24
24
2
0
26
C
25
18
8
0
26
C
26
18
8
0
26
C
27
24
4
0
28
B
28
24
4
0
28
B
29
18
8
0
26
C
30
12
12
0
24
C
Dari data diatas dapat dicari skor tertinggi dan skor terendah, kemudian dicari intervalnya dengan mengunakan rumus : (
)
keterangan :
i = interval xt = nilai tertinggi xr = nilai terendah ki = kelas interval (tinggi, sedang, rendah) Maka berdasarkan tabel diatas tersebut dapat diketahui pada variabel sikap sosial santri, nilai tertinggi adalah 30, dan nilai terendah adalah 24. Dalam hal ini dapat dihitung dengan rumus : (
i=
)
(
)
i= =3 Jadi jelas bahwa pada variabel ini dapat di kategorikan variasi tinggi, sedang, rendah sebagai berikut : a. Untuk kategori tinggi dengan jawaban A mendapat nilai 29-30 b. Untuk kategori sedang dengan jawaban B mendapat nilai 26-28 c. Untuk kategori rendah dengan jawaban C mendapat nilai 24-25 Kemudian dicari prosentase Y dengan rumus :
1) Untuk sikap sosial santri yang tinggi, antara skor 29-30 sebanyak 6 santri : = 20 2) Untuk sikap sosial santri yang sedang, antara skor 26-28 sebanyak 15 santri : P=
= 50%
3) Untuk sikap sosial santri yang rendah, antara skor 24-25 sebanyak 9 santri : P=
= 30%
Untuk lebih jelasnya penulis sampaikan dalam bentuk tabel distribusi frekwensi sikap sosial santri : Tabel 3.13 Distribusi Frekwensi Sikap Sosial PPEM
No 1 2 3
Sikap Sosial Santri Tinggi Sedang Rendah Jumlah
Interval
Frekwensi
Prosentase
29-30 26-28 24-25
6 15 9 30
20% 50% 30% 100%
Sumber: hasil pengolahan jawaban angket
Berdasarkan deskripsi sikap sosial santri diatas bahwa distribusi frekwensi diatas menunjukan bahwa jumlah responden terbanyak yaitu frekwensi 15 pada kategori sedang berada pada interval 26-28 hal ini menunjukan bahwa sikap sosial santri di pondok pesantren Edi Mancoro Gedangan berada pada kategori sedang yakni dengan nilai prosentase sebesar 50%
BAB IV ANALISIS DATA
Pengolahan data tentang intensitas mengikuti pengajian tafsir jalalain (X1) dan shalat berjmama‟ah (X2) terhadap sikap sosial santri (Y) di Pon-Pes Edi Mancoro Gedangan, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang dalam penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS 16.0 for windows. Hal ini ditampilkan dalam bentuk skor, rata-rata/mean, median, modus, standar deviasi/simpangan baku, nilai terendah, nilai maksimum. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut. A. Analisis Pengaruh Intensitas Mengikuti Pengkajian Tafsir Jalalain Terhadap Sikap Sosial Santri 1.
Persiapan Analisis Statistik X1 terhadap Y Tabel 4.1 Persiapan Analisis Statistik X1 Terhadap Y No. Res. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Nama Res. AA TA MKA HY MMM MK AS MS AA M CW RRM NR AR AUP
X1
Y
26 30 26 30 27 27 30 28 29 26 30 29 30 28 30
26 28 24 30 26 24 27 25 28 26 29 28 28 25 28
X1y 676 840 624 900 702 648 810 700 812 676 870 812 840 700 840
X12 676 900 676 900 729 729 900 784 841 676 900 841 900 784 900
Y2 676 784 576 900 676 576 729 625 784 676 841 784 784 625 784
No. Res. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30 2.
Nama Res. NT PRA NI NWM IDM NIM S IS MA AVSM NA IN SM KI EM
X1
Y
26 27 30 26 30 30 30 26 30 27 28 29 29 26 25
25 25 30 25 29 29 30 25 28 26 26 28 28 26 24
X1y 650 675 900 650 870 870 900 650 840 702 728 812 812 676 600
X12 676 729 900 676 900 900 900 676 900 729 784 841 841 676 625
Y2 625 625 900 625 841 841 900 625 784 676 676 784 784 676 576
Analisis Uji Hipotesis Hasil analisis intensitas mengikuti pengkajian tafsir jalalain dengan menggunakan analisis regresi disajikan dalam tabel berikut. Tabel 4.2 Hasil Analisis Data Intensitas Mengikuti Pengkajian Tafsir Jalalain Uraian b (koefisien regresi)
X1 0,894
Kesimpulan
thitung Signifikansi (P)
7,921 0,000
Berpengaruh signifikan
Keterangan : * = tarafsignifikan 5% P= probabilitas /signifikansi Pada uji t diperoleh nilai thitung sebesar 7,921 dan probabilitas sebesar 7,921 > 0,361 maka Ho ditolak yang berarti ada kontribusi yang positif dan signifikan variabel intensitas mengikuti tafsir jalalain terhadap sikap sosial santri Pondok Pesantren Edi Mancoro Gedangan 3.
Analisis Lanjutan
Hasil uji hipotesis membuktikan bahwa terdapat kontribusi positif dan signifikan intensitas mengikuti tafsir jalalain terhadap sikap sosial santri. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan hasil uji t dengan nilai probabilitas sebesar 7,921 > 0,361. Artinya, intensitas mengikuti tafsir jalalain mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap sikap sosial santri. Dengan mengikuti pengajian tafsir jalalain maka santri akan mempunyai rasa peduli terhadap lingkungan pondok pesantren. Sebagai salah satu lembaga pendidikan pondok-pesantren ternyata mempunyai peranan dalam membentuk sikap sosial para santri, salah satu nya yaitu dengan mengikuti kajian-kajian kitab yang ada dipondok tersebut. B. Analisis Pengaruh Intensitas Shalat Berjama’ah Terhadap Sikap Sosial Sntri 1.
Persiapan Analisis Statistik X2 terhadap Y Tabel 4.3 Persiapan Analisis Statistik X2 terhadap Y No. Res. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
Nama Res. AA TA MKA HY MMM MK AS MS AA M CW RRM NR AR AUP NT
X2 23 25 22 29 28 25 25 24 26 24 30 26 26 25 22 22
Y 26 28 24 30 26 24 27 25 28 26 29 28 28 25 28 25
X2Y 598 700 528 870 728 600 675 600 728 624 870 728 728 625 616 550
X22 1089 1024 900 1089 1089 1156 576 1024 576 784 1089 1296 900 900 1089 1296
Y2 676 784 576 900 676 576 729 625 784 676 841 784 784 625 784 625
No. Res. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30 2.
Nama Res. PRA NI NWM IDM NIM S IS MA AVSM NA IN SM KI EM
X2 22 27 27 24 25 24 22 24 26 23 27 23 20 24
Y 25 30 25 29 29 30 25 28 26 26 28 28 26 24
X2Y 550 810 675 696 725 720 550 672 676 598 756 644 520 576
X22 1156 1089 1089 900 1089 900 900 1024 961 900 1024 900 1156
Y2 625 900 625 841 841 900 625 784 676 676 784 784 676 576
Analisis Uji Hipotesis Berikut ini adalah hasil analisis uji hipotesis nasehat kiai dengan menggunakan analasis regresi. Tabel 4.4 Hasil Analsis Uji Hipotesis Shalat Berjama’ah Uraian b (koefisien regresi)
X2 0,080
Kesimpulan
Berpengaruh signifikan thitung 0,924 Signifikansi (P) 0,363 Keterangan : * = taraf signifikan 5% P= probabilitas /signifikansi Uji t yang diperoleh dari perhitungan menggunakan program SPSS 16.0 for windows yaitu nilai thitung sebesar 0,924 dan probabilitas sebesar 0,924 > 0,361 maka Ho ditolak yang berarti ada pengaruh yang positif dan signifikan Intensitas Shalat berjama‟ah terhadap sikap sosial santri di Ponpes Edi Mancoro Gedangan, Kec. Tuntang, Kab. Semarang. 3.
Analisis Lanjutan
Shalat berjama‟ah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap sikap sosial santri. Hal ini dibuktikan dengan perolehan hasil uji t dengan nilai probabilitas sebesar 0,924 > 0,361 Artinya semakin tinggi shalat berjama‟ah yang lakukan santri maka akan semakin tinggi sikap sosial santri. Shalat berjama‟ah tersebut akan mewujudkan sikap sosial yang baik bagi santri di pondok. Oleh sebab itu shalat berjama‟ah di pondok pesantren harus terus ditingkatkan oleh semua santri di pondok tersebut
C. Analisis Intensitas Mengikuti Pengkajian Tafsir Jalalain dan Shalat Berjama’ah terhadap Sikap Sosial Santri di Pondok Pesantren Berikut disajikan hasil analisis uji pengaruh intensitas mengikuti pengkajian tafsir jalalain dan shalat berjama‟ah terhadap sikap social santri di pondok pesantren Edi Mancoro Gedangan, Kec. Tuntang, Kab. Semarang.
Tabel 4.5 Hasil Analisis Data Intensitas Mengikuti Pengajian Tafsir dan Shalat Berjama’ah terhadap Sikap Sosial santri Uraian b (koefisien regresi)
Y -0,098
Kesimpulan
Signifikansi (P) 0,000 Berpengaruh signifikan F 42,016* R2 0,757 Keterangan : * = taraf signifikan 5% P= probabilitas /signifikansi Untuk membuktikan ada tidaknya pengaruh Intensitas Mengikuti Pengajian Tafsir dan Shalat Berjama‟ah secara bersama-sama terhadap sikap sosial santri menggunakan program SPSS 16.0 for windows yaitu dengan hasil pada tabel uji F, hasil uji Anova atau F test. Pada penelitian ini di dapat nilai Fhitung adalah 42,016 dengan tingkat signifikansi 0,000. Nilai probabilitas -0,098 < 0,361 maka hipotesis H0 ditolak yang berarti intensitas mengikuti pengkajian tafsir jalalain dan shalat berjama‟ah secara simultan memiliki kontribusi signifikan dan negatif terhadap sikap sosial santri. Untuk
mengetahui
besarnya
pengaruh
intensitas
mengikuti
pengkajian tafsir jalalain dan shalat berjama‟ah terhadap sikap sosial santri dapat diukur dengan nilai koefisien determinasi (R2) yang bermakna besarnya sumbangan variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Berdasarkan hasil pengujian regresi linear berganda diperoleh nilai R2 (R Square) sebesar 0,757 yang berarti besarnya kontribusi variabel X (independent) terhadap Y (dependent) sebesar 75,7% sedangkan sisanya sebesar 24,3% disumbangkan oleh faktor-faktor lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.
Hal tersebut ditunjukkan dengan perolehan hasil uji F dengan nilai probabilitas sebesar -0,098 < 0,361. Apabila intensitas mengikuti pengkajian tafsir tinggi maka sikap sosial santri akan semakin meningkat. Demikian pula dengan shalat berjama‟ah apabila santri mampu melaksanakan shalat berjama‟ah maka para santri akan mempunyai sikap sosial yang tinggi pula. Berdasarkan hasil analisis hasil uji hipotesis di atas membuktikan bahwa terdapat kontribusi negatif dan signifikan antara intensitas mengikuti pengkajian tafsir dan shalat berjama‟ah terhadap sikap sosial.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. 1.
Variasi tingkat intensitas mengikuti pengajian tafsir jalalain santri pada pondok pesantren Edi Mancoro, Desa Gedangan, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang tahun 2015 adalah sebagai berikut: kategori tinggi 36,7%, sedang 23,3% dan rendah 40%.
2. Variasi tingkat intensitas shalat berjama‟ah santri pada pondok pesantren Edi Mancoro, Desa Gedangan, Kecamatan Tuntang, Kabubaten Semarang tahun 2015 adalah sebagai berikut: kategori tinggi 10%, sedang 63,3%, dan rendah 26,7%. 3. Variasi sikap sosial santri pada pondok pesantren Edi Mancoro, Desa Gedangan, Kecamatan Tuntang, Kabubaten Semarang tahun 2015 adalah sebagai berikut: kategori tinggi 20%, sedang 50%, dan rendah 30%. 4. Ada pengaruh positif antara intensitas mengikuti pengajian tafsir jalalain terhadap sikap sosial santri di Pondok Pesantren Edi Mancoro, Desa Gedangan, Kecamatan tuntang, Kabupaten Semarang, ditunjukkan dengan nilai probabilitas sebesar 7,921 > 0,361. 5. Ada pengaruh positif antara intensitas shalat berjama‟ah terhadap sikap sosial santri di Pondok Pesantren Edi Mancoro, Desa Gedangan,
Kecamatan tuntang, Kabupaten Semarang, ditunjukkan dengan nilai probabilitas sebesar 0,924 > 0361. 6. Tidak ada pengaruh positif intensitas mengikuti pengajian tafsir jalalain dan shalat berjama‟ah secara bersama-sama terhadap sikap sosial santri di Pondok Pesantren Edi Mancoro Desa Gedangan, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, ditunjukkan dengan nilai probabilitas sebesar -0,098 < 0,361.
B. Saran 1.
Bagi Pembuat Kebijakan a.
Dapat
lebih
memperhatikan
faktor
lainnya
yang
dapat
mempengaruhi sikap sosial santri, sebab dengan sikap sosial yang baiklah akan tercipta bibit-bibit unggul yang dapat memajukan pendidikan Islam. Santri merupakan pewaris para Ulama dan para Kiai yang kelak akan menggantikan posisi mereka. b.
Dari beberapa faktor yang mempengaruhi sikap sosial, shalat berjama‟ah dan intensitas mengikuti pengajian tafsir jalalain di pondok pesantren sebaiknya menjadi salah satu hal yang harus mendapatkan prioritas utama untuk meningkatkan kualitas sikap sosial para santri di pondok pesantren.
2.
Bagi Peneliti Penelitian ini masih banyak kekurangan dan perlu diadakan penyempurnaan untuk penelitian selanjutnya.
a.
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan penelitian ini menjadi acuan dan dapat melengkapi bahan penelitian selanjutnya. Dimana sebaiknya sampel yang dipakai hendaklah lebih diperluas lagi tidak sebatas hanya di Pondok Pesantren Edi Mancoro saja.
b.
Menambah variabel baru selain dari kedua variabel bebas di atas, sehingga hasil yang dicapai dapat lebih akurat serta maksimal dari penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Mustaqim, 2003. Madzahibut Tafsir. Yogyakarta: Nun Pustaka. Abdurrahman, Maskuri. 2006. Kupas Tuntas Sholat. Bandung: Erlangga. Abdullah,Taufik. 2003. Ensiklopedi Tematis Dunia Islam. Jakarta: PT Ictiar Baru Van Haoeve. Ahmadi, Abu. 1999. Psikologi Sosial. Jakarta: PT Rineka Cipta. Amrullah, Abdul Malik. 1982. Tafsir Al-Azhar juz 1. Jakarta: Pustaka Panjimas. Al-Muqoddim, Muhammad bin Ahmad bin Ismail.2005. Mengapa Kita Harus Shalat. Yogyakarta: Media Hidayah. Arikunto, S. 2005. Manajement Penelitian, Cetakan Ke Tujuh. Jakarta Rineka Cipta. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Edisi revisi. Jakarta: Rineka Cipta. As-Sawwaf,Muhammad Mahmud. 2007. Menaggapai kesempurnaan shalat,Panduan lengkap Menggapai Fadhilah shalat kusu‟.Yogykarta: Diva Press. Al-Qathani, Said bin Ali, Bin Wahf. 2006.Ensiklopedi Menurut Al-Qur’an dan As-sunah.Jakarta: Pustaka Imam safi‟i. Aly, Abdullah dan Samsul Hidayat. 1996. Al,ubudiyah. Surakarta : Pusat Studi Islam dan Kemuhammadiyahan UMS Daradjat, Zakiah. 1995. Remaja Harapan Dan Tantangan. Bandung: Remaja Rosda Karya. Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Dirjen Depag Ri. 2003. Pola Pengembangan Pondok Pesantren. Jakarta : Depag RI Ditpekapontren Ditjen Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama. 2003. Pola Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pondok Pesantren, Jakarta: Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam.
Hadi, sutrisno. 1981. Metodologi Research. Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Haryoto, Sentot. 2003. psikologi shalat. Yogyakarta: Andi Offset Ilahi, Fadhla. 2004a. Menggugat Kesunatan Shalat Berjamaah. Yogyakarta. Pustaka Fahima ___________. 2004b Shalat Jamaah Dalam Tinjauan Nash dan Sirah Salafush Shalih. Jakarta: Najla Press. Jamil zainu Bin Muhammad. 1998. Jalan Golongan Yang Selamat. Jakarta: Darul Haq Poewardarminta, 2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Salamulloh, M. Alaika. 2008. Akhlak Hubungan Horizontal. Yogyakarta: Insan Madani. Sangkan, Abu. 2006. Pelatihan Shalat Khusu. Cetakan ke 8 Jakarta Selatan: Shalat Center dan Baitul Ihsan. Syarifuddin, Amir. 2003. Garis-Garis besar Fiqih. Cet. Bogor: Kencana. Syani, Abdul. 2007. Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan. Jakarta: Bumi Angkasa Sunarto, Ahmad. 2002. Pengajar Shalat. Surabaya: CV Adis. Suryabrata, Sumadi. 2003. Metodologi Penelitian. PT Raja Grafindo Persada. Walgito, Bimo. 1990. Psikologi Sosial. Yogyakarta: Andi Offset. Wirawan, Sarlito. 1976. Pengantar umum psikologo. Jakarta: Bulan Bintang.
NO 1
VARIABEL
INDIKATOR
BUTIR SOAL ANGKET
V1
1. Mengikuti kajian tafsir jalalain
1, 2,
(intensitas
2. Datang tepat waktu saat
3, 4,
mengikuti pengkajian tafsir jalalain)
mengikuti kajian tafsir jalalain 3. Berkonstrasi dalam
5, 6,
mendengarkan dan apa yang disampaikan kiai 4. Membuat catatan pada kitab
7, 8, 9, 10
5. Membaca ulang apa yang ditulis saat kajian ketika ada waktu luang 2
V2 (intensitas shalat berjama‟ah)
1. Sigap dalam mempersiapkan
11, 12,
shalat jama‟ah 2. Melaksanakan shalat sunah
13,
rawatib sebelum shalat jama‟ah 3. Meluruskan shaf ketika
14, 15,
melaksanakan shalat berjama‟ah sesuai ketentuan 4. Aktif melaksanakan shalat
16, 17, 18, 19, 20,
berjama‟ah 5. Berdzikir dan berdo‟a setelah selesai shalat berjama‟ah 3
V 3 (sikap sosial)
1. Ketika bertemu selalu
21, 22,
mengucapkan salam atau menjawabnya.
23,
2. Berusaha menjenguk jika ada orang sakit.
24,
3. Menyayangi sesama.
25, 26, 27,
4. Rendah hati.
28,
5. Selalu berprasangka baik.
30,
6. Menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda. 7. Berusaha memaafkan kesalahan sesama.
29,
ANGKET PENELITIAN Biodata responden Nama
:
Tampat tanggal lahir
:
Jenis kelamin
:
Petunjuk pengisian 1. Sebelum mengisi angket ini isi biodata saudara terlebih dahulu 2. Jawablah pertanyaan yang tersedia dengan cara memberi tanda silang (X) pada jawaban yang tepat menurut saudara. 3. Telitilah dahulu jawaban saudara sebelum dikumpulkan. 4. Pahamilah dahulu pertanyaan sebelum anda menjawab. 5. Jawaban yang anda berikan akan kami rahasiakan. Oleh karena itu jawaban yang baik obyektif sangat kami harapkan dan sumbangan yang sangat berharga demi keberhasilan penelitian Variabel Tentang Intensitas Mengikuti Kajian Tafsir Jalalain 1. Bagaimana keaktifan saudara dalam mengikuti kajian tafsir jalalain yang di laksanakan dipondok ? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 2. Apakah saudara mengikuti kajian tafsir jalalain hingga selesai ? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 3. Jika pada suatu ketika saudara berhalangan ikut kajian tafsir jalalain, apakah saudara berusaha belajar dari teman yang datang ?
a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 4. Saat kajian tafsir jalalain akan dimulai, apakah saudara datang tepat waktu ? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 5. Jika ada yang belum tentang tafsir jalalain apakah saudara menyempatkan waktu untuk bertanya? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 6. Saat kajian tafsir jalalain berlangsung, apakah saudara berkonsentrasi dalam memahami apa yang disampaikan oleh kiai ? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 7. Ketika pengajian berlangsung dan pada saat itu pak kiai memberikan sebuah penekanan, apakah saudara mencatatnya ? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 8. Pada saat kajian apakah saudara menyediakan catatan khusus ? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
9. Adakah anda selalu menyempatkan membaca ulang apa yang anda tulis dari kajian tafsir jalalain? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 10. Suatu ketika saudara tidak bisa ikut kajian karena ada kegiatan kampus/sekolah, apakah saudara ingin melengkapi catatan kitab dari teman saudara ? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
Variabel Tentang Intensitas Melaksanakan Shalat Berjama’ah 11. Ketika mendengar suara adzan, apakah saudara bersigap untuk mengambil air wudlu ? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 12. Saat waktu shalat tiba, apakah saudara bersigap dalam mempersiapkan shalat berjama’ah? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 13. Sebelum melakukan shalat berjama’ah, apakah saudara melaksanakan shalat sunah rawatib ? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
14. Apakah saudara memilih shaf depan ketika melaksanakan shalat berjama’ah ? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
15. Ketika melihat shaf depan kosong, apakah saudara mengisi shaf yang kosong tersebut ? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 16. Apakah saudara aktif dalam melaksanakan shalat berjama’ah di pondok ? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 17. Saat liburan dirumah apakah saudara tetap melaksanakan shalat berjama’ah ? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 18. Ketika hujan tiba, apakah saudara tetap juga melaksanakan shalat berjama’ah ? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 19. Setelah selesai melaksanakan shalat jama’ah, apakah saudara berdo’a ? a. Selalu b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah 20. Apakah saudara membaca dzikir/“wiridan”, setelah selesai melaksanakan shalat jama’ah ? a. Selalu b. kadang-kadang c. Tidak pernah
Variabel Tentang Sikap Sosial 21. Jika bertemu teman atau kerabat, apakah saudara mengucapkan salam ? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 22. Jika ada teman atau kerabat yang menucapkan salam apakah saudara menjawabnya ? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 23. Apabila ada teman atau kerabat yang sedang sakit, apakah saudara menjenguknya ? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 24. Jika ada teman meminta pertolongan kepada saudara, apakah saudara menolongnya ? a. Selalu
b. Tidak pernah c. Tidak pernah 25. Ketika ada santri yang berselisih, apakah saudara mendamaikannya? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 26. Ketika dalam sebuah rapat di pondok, pada saat itu saudara ingin keluar, apakah saudara meminta ijin keluar pada teman-teman yang sedang rapat ? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 27. Ketika ada teman-teman santri sedang menjelek-jelekan saudara, apakah saudara selalu berprasangka baik terhadapnya ? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 28. Jika mendapatkan cobaan dari Allah SWT, apakah saudara selalu bersabar ? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 29. Ketika ada santri yang berbuat salah terhadap saudara, apakah saudara memaafkan ? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 30. Ketika ada anak kecil yang minta sesuatu kepada saudara, apakah saudara memberikan jika memungkinkan ?
a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
OUTPUT DATA HASIL OLAH DATA PENELITIAN
REGRESSION /MISSING LISTWISE /STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA CHANGE /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN /DEPENDENT sosial /METHOD=ENTER tafsir shalat /SCATTERPLOT=(sosial ,*ADJPRED) /RESIDUALS DURBIN HIST(ZRESID). Regression Notes Output Created
11-Apr-2015 15:11:14
Comments Input
Active Dataset
DataSet0
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
N of Rows in Working Data File 30 Missing Value Handling
Definition of Missing
User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used
Statistics are based on cases with no missing values for any variable used.
Syntax
REGRESSION /MISSING LISTWISE /STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA CHANGE /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN /DEPENDENT sosial /METHOD=ENTER tafsir shalat /SCATTERPLOT=(sosial ,*ADJPRED) /RESIDUALS DURBIN HIST(ZRESID).
Resources
Processor Time
00:00:00.827
Elapsed Time
00:00:00.761
Memory Required
1636 bytes
Notes Output Created
11-Apr-2015 15:11:14
Comments Input
Active Dataset
DataSet0
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
N of Rows in Working Data File 30 Missing Value Handling
Definition of Missing
User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used
Statistics are based on cases with no missing values for any variable used.
Syntax
REGRESSION /MISSING LISTWISE /STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA CHANGE /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN /DEPENDENT sosial /METHOD=ENTER tafsir shalat /SCATTERPLOT=(sosial ,*ADJPRED) /RESIDUALS DURBIN HIST(ZRESID).
Resources
Processor Time
00:00:00.827
Elapsed Time
00:00:00.761
Memory Required
1636 bytes
Additional Memory Required for Residual Plots
[DataSet0] Variables Entered/Removedb Variables Model
Variables Entered Removed
1
shalat, tafsir
a
.
a. All requested variables entered.
Method Enter
576 bytes
Variables Entered/Removed
b
Variables Model
Variables Entered Removed
Method
1
shalat, tafsira
Enter
.
b. Dependent Variable: sosial
Model Summaryb Change Statistics Model
R
R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate R Square Change F Change df1 df2
Sig. F Change
1
.868a
.754
.88507
.000
.736
.754
41.393
2
a. Predictors: (Constant), shalat, tafsir b. Dependent Variable: sosial
ANOVAb Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Regression
64.850
2
32.425
41.393
.000a
Residual
21.150
27
.783
Total
86.000
29
a. Predictors: (Constant), shalat, tafsir b. Dependent Variable: sosial
Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
(Constant)
2.174
2.763
tafsir
.801
.104
shalat
.092
.079
Model 1
a. Dependent Variable: sosial
t
Sig.
.787
.438
.811
7.738
.000
.121
1.158
.257
27
Residuals Statisticsa Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
N
Predicted Value
24.4021
28.9577
27.0000
1.49539
30
Std. Predicted Value
-1.737
1.309
.000
1.000
30
.166
.417
.272
.066
30
Adjusted Predicted Value
24.2917
28.9456
26.9846
1.50202
30
Residual
-1.89705
1.59246
.00000
.85400
30
Std. Residual
-2.143
1.799
.000
.965
30
Stud. Residual
-2.182
1.890
.008
1.008
30
Deleted Residual
-1.96602
1.75664
.01538
.93384
30
Stud. Deleted Residual
-2.359
1.991
.002
1.047
30
Mahal. Distance
.051
5.483
1.933
1.437
30
Cook's Distance
.000
.160
.031
.042
30
Centered Leverage Value
.002
.189
.067
.050
30
Standard Error of Predicted Value
a. Dependent Variable: sosial
Charts